ISI (Nyamuk)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

isi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Apabila kita mendengar istilah pestisida, pasti kita langsung menghubungkannya dengan pestisida untuk tanaman, sayuran, buah atau padi di sawah. Ternyata tanpa kita sadari pestisida juga berada di sekitar kita, di dalam rumah tangga. Produk pestisida rumah tangga yang dapat di katakan selalu tersedia di rumah kita adalah anti nyamuk. Di dalam berbagai produk anti nyamuk ini terdapat bahan kimia di dalamnya yang dapat menimbulkan efek kesehatan manusia.Obat nyamuk mengandung 2 racun utama, yaitu propoksur dan transflutrin. Propoksur adalah senyawa karbamat (senyawa antara, MIC, pernah menewaskan ratusan ribuan orang dan menyebabkan kerusakan syaraf ratusan ribu orang lainnya dalam kasus Bhopal di India ) yang telah dilarang penggunaannya di luar negeri karena diduga kuat sebagai zat karsinogenik. Adapun transflutrin relatif aman hingga saat ini. Bahan kimia lainnya adalah DDVP atau diklorvos. Zat turunan klorin yg yang sejak puluhan taun tahun dilarang penggunaannya di dunia.Bau Wangi pada obat nyamuk aerosol maupun semprot semestinya justru menjadi indikasi bahwa kita tidak boleh berada di ruangan tersebut selama bau masih tercium . Kita harus menunggu kurang lebih 1 jam.Penggunaan obat nyamuk dengan cara dibakar atau dengan listrik harus dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik. Tidak boleh dalam ruangan tertutup karena racun dan asap yang dihasilkan akan mengurangi proporsi kandungan oksigen dalam ruangan.

1.2 Rumusan masalahApakah ada pengaruh penggunaan obat anti nyamuk aerosol terhadap terjadinya ISPA pada anak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh menggunakan obat anti nyamuk aerosol terhadap terjadinya ISPA pada anak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritik

Memperkuat teori-teori yang menyatakan bahwa adanya pengaruh penggunaan obat anti nyamuk semprot (aerosol) terhadap terjadinya ISPA pada anak

1.4.2 Manfaat metodologik

Bagi peneliti dan lembaga penelitian, hasil penelitian ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian analitik lanjutan, yaitu penelitian Kohort karena design penelitian tersebut lebih kuat untuk membuktikan apakah ada pengaruh paparan obat anti nyamuk semprot (aerosol) terhadap terjadinya ISPA pada anak.Manfaat aplikatif1. Bagi PenelitiPenelitian ini merupakan prasyarat pendidikan dan diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengaruh paparan obat anti nyamuk semprot (aerosol) terhadap terjadinya ISPA pada anak. 2. Bagi FKK-UMJMenambah hasil karya tulis ilmiah di perpustakaan FKK UMJ yang dapat dimanfaatkan mahasiswa angkatan baru di kemudian hari. 3. Bagi Peneliti LainSebagai bahan acuan atau perbandingan untuk penelitian berikutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori 2.1.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)Definisi ISPAInfeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, faring dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418). Etiologi ISPAInfeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi yaitu : usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan dan -hemolityc streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma dan pneumococus.Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu.Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lubang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan dari jalan nafas.Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asma serta kongesti paru.Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

Patofisiologi ISPAInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare, abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan. Gejala Klinis ISPAPenyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).Tanda dan gejala yang muncul ialah : Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5C - 40,5C. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut mengalami sakit. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi virus. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

Faktor risiko ISPAFaktor risiko yang menyebabkan ISPA pada balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orang tua), status gizi, tingkat pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). 2.1.2 Komposisi obat anti nyamuk semprot (aerosol)

Komposisi obat anti nyamuk mengandung bahan aktif yang termasuk golongan organofosfat. Bahan aktif ini adalah dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP), propoxur (karbamat), dan diethyltoluamide, yang merupakan jenis insektisida pembunuh serangga. 2.1.3 Pengaruh penggunaan obat anti nyamuk semprot (aerosol) dengan ISPAObat nyamuk cair yang penggunaannya disemprotkan. Saat digunakan zat aktifnya tidak menghilang atau menyatu dengan oksigen karena zat aktif yang disemprotkan lebih berat dari oksigen. Setelah disemprotkan, zat aktif anti nyamuk ini akan berjatuhan disetiap tempat dan benda yang ada diruangan tersebut lalu menjadi media penghantarnya masuk ke dalam tubuh.2.2 Kerangka teori

2.3 Kerangka konsep

2.4 Hipotesis penelitian Anak yang terpapar obat anti nyamuk semprot (aerosol) lebih rentan mengalami ISPA dari pada anak yang tidak terpapar obat anti nyamuk semprot (aerosol).

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini dilakukan pada anak-anak usia 7- 12 tahun yang berdomisili di Cibubur.3.2 Ruang lingkup waktuLokasi penelitian terletak di Komplek Asmarandana Cibubur, dengan waktu penelitian pada bulan Oktober s/d Desember 2012.3.3 Design penelitianPenelitian ini merupakan penelitian rancangan observasional dengan tidak mengadakan manipulasi atau intervensi terhadap subjek penelitian dengan rancangan kohort. Kami meneliti sebanyak 100 orang anak-anak. 3.4 Definisi operasional

NoVariableDefinisi operasionalCara ukurAlat ukurHasil UkurSkalaUkur

1.Variable bebas :Menggunakan Obat anti nyamuk semprot (aerosol)Keadaan dimana anak menghirup obat anti nyamuk semprot (aerosol).Anak tinggal/berada pada ruangan yang menggunakan obat nyamuk dan terpapar selama minimal 3 bulan dan menunjukkan gejala dari infeksi saluran pernafasan. --Nominal

2.Variable tergantung :Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)melakukan skrining (anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang) terhadap sampel yang menggunakan obat anti nyamuk semprot dan yang tidak menggunakan obat anti nyamuk Anamnesis Pemeriksaaan fisik Biakan virus Reaksi serologi

Biakan virus dengan menggunakan mikroskopMorfologi virusNominal

3.Variable luar

a. Status gizi

Status gizi mempengaruhi sistem imun Penghitungan IMT (indeks massa tubuh) pengukuran berat badan dan tinggi badanStatus gizi penderitaratio

3.5 Subjek penelitianUntuk pengamatan ini peneliti mengambil sampel 1 populasi yang berjumlah 100 orang yang digolongkan menjadi 2 kelompok :Anak positif (+) ISPA dan terpapar obat nyamuk semprot (aerosol) terdiri dari 50 orangAnak positif (+) ISPA tidak terpapar obat nyamuk semprot (aerosol) terdiri 30 orang.

3.6 Kriteria inklusi dan eksklusi3.6.1 Kriteria inklusi (penerimaan) Anak usia 7-12 tahun Menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)3.6.2 Kriteria eksklusi (penolakan) Subjek memiliki penyakit pernafasan bawaan (kongenital) sejak lahir Subjek sedang memiliki penyakit pernafasan yang di derita lama (kronik)

3.7 Sample penelitian3.7.1 Besar sampleJumlah sampel total adalah 100 orang anak.3.7.2 Cara pengambilan sampleSample penelitian ini dipilih dengan mencari subjek yang sesuai dengan memperhatikan penggunaan obat anti nyamuk semprot (aerosol) sebagai kebiasaan, dan telah menggunakan selama minimal 3 bulan.

3.8 Instrumen penelitianInstrumen dalam penelitian ini adalah mikroskop yang digunakan dalam pemeriksaan penunjang biakan kultur untuk mengetahui morfologi virus maupun bakteri penyebab.

3.9 Cara pengumpulan data3.9.1 Tahap persiapanDiperlukan sosialisasi dan persamaan persepsi antara peneliti. Setelah sosialisasi dilakukan, peneliti mencari data mengenai jumlan anak yang tinggal/ berada di tempat tinggal yang menggunakan obat anti nyamuk semprot, dan terpapar selama minimal 3 bulan dengan menunjukkan gejala klinis infeksi saluran pernafasan akut.3.9.2 Tahap pengambilan dataData diperoleh dengan melakukan pengambilan sekret hidung dan hapusan dinding belakang faring. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan penelitian lanjutan di lakukan di laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta.

.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Subjek PenelitianUntuk pengamatan ini peneliti mengambil sampel 1 populasi yang berjumlah 100 orang yang digolongkan menjadi 2 kelompok : Anak yang sudah positif ISPA dan terpapar obat nyamuk semprot (aerosol) terdiri dari 50 orang. Anak yang sudah positif ISPA tidak terpapar obat nyamuk semprot (aerosol) terdiri 30 orang.

4.1.2 Data subjek dari hasil observasi di wilayah CibuburSamplePositifNegative

ISPA10050

Penyakit pernafasaan kronik1535

4.1.3 Analisa Uji Statistik (Uji Kai Kuadrat) Ho : Tidak ada hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk semprot (aerosol) dengan terjadinya ISPA pada anak Ha : Ada hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk semprot (aerosol) dengan terjadinya ISPA pada anak Batas kritis : 0,05

Tabel 1.1. Hubungan ISPA dengan kebiasaan penggunaan obat anti nyamuk (aerosol).

X = (O E) E X = (30 15) + (20 35) + (0 15) + (50 35) 15 6.4 15 6.42 X = 42, 84 Pv = < 0.001 ; Pv < 0.05 Ho ditolak Keputusan uji : Ada hubungan antara penggunaan obat anti nyamuk semprot (aerosol) dengan terjadinya ISPA pada anak 4.2 PembahasanObat nyamuk semprot (aerosol) mengandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan transfluthrin. Propoxur adalah senyawa karbamat telah dilarang penggunaannya di luar negri karena duduga kuat sebagai zat karsinogenik sedangkan transfluthrin relatif aman hingga saat ini. Obat anti nyamuk lain dalam harga yang lebih murah namun sangat berbahaya karena tidak hanya menggunakan Propoxur tapi juga DDVP atau dichlorvos, zat turunan chlorine yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia. Wangi pada obat nyamuk semprot (aerosol ) dapat menjadi indikasi bahwa subjek tidak boleh berada diruangan tersebut selama bau masih tercium, kurang lebih selama 1 jam. Penggunaaan obat nyamuk semprot (aerosol) harus dalam ruangan dengan sirkulasi udara yang baik, tidak boleh dalam ruangan tertutup karena racun yang dihasilkan akan mengurangi proporsi kandungan oksigen dalam ruangan. Pada penelitian ini kami melakukan penelitian observasional rancangan penelitian kohort yaitu kami mengambil 1 sampel dari populasi sebanyak 100 orang lalu kami bagi menjadi 2 kelompok yaitu anak dengan hasil laboratorium positif ISPA dan terpapar obat anti nyamuk semprot (aerosol), dan anak yang positif ISPA dan tidak terpapar obat anti nyamuk semprot (aerosol).Berdasarkan data yang telah terkumpul dan telah kami olah menggunakan analisis uji statistik uji kai kuadrat dengan rancangan penelitian kohort.

BAB V PENUTUP 5.1 SimpulanBerdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan paparan obat anti nyamuk semprot (aerosol) yang cukup lama dengan terjadinya ISPA pada anak 5.2 Saran 5.2.1 Bagi MasyarakatAdanya dampak negatif dari paparan obat anti nyamuk terhadap anak berupa terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu alasan untuk beralih untuk melakukan tindakan pencegahan, dengan menjaga kebersihan lingkungan, dan menggunakan bahan-bahan alami sebagai pengusir nyamuk. 5.2.2 Bagi Peneliti Lain1. Peneliti diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan aspek lainnya. Dengan menggunakan jenis penelitian yang lebih akurat dan berkembang sesuai kebutuhan nantinya5.2.3 Bagi Institusi Terkait / pemerintah1. Diharapkan pemerintah dapat mengawasi peredaran obat anti nyamuk yang mengandung zat berbahaya dan tidak sesuai standart untuk kesehatan masyarakat.2.Perlu adanya edukasi berupa informasi menyeluruh kepada masyarakat tentang bahan yang terkandung didalam obat anti nyamuk, efek samping yang dapat ditimbulkan dari berbagai jenis obat anti nyamuk, dan tata cara penggunaan yang tepat untuk meminimalisir efek samping yang ditimbulkan.

DAFTAR PUSTAKA 1. http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/08/skripsi-faktor-risiko-kejadian-gejala.html2. Depkes R.I., 2002, Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan bhAkut, Dirjen PPM & PLP3. Depkes R.I., 2008, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, Jakarta.4. .WHO, 2007, World Health Report 2005,http://www.who.int5. Hartoyo, 2009, Tingginya Kasus Pneumonia Di Indonesia, http://www.litbang.depkes .go.id6. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Depok Tahun 20097. Laporan Bulanan Penanggung Jawab Program ISPA di Puskesmas KecamatanSukmajaya Periode Januari Desember tahun 20108. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut.1992.9. Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk Pelatihan PrajabatanUmum dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas. Jakarta. 199210. Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara.Jakarta. 1994.11. Ramadhaniati, 2006, Mikroorganisme Penyebab Infeksi Paru Non Tuberkolosis danKepekaannya Terhadap Beberapa Antibiotika di Laboratorium Mikrobiologi RS dr.M. Djamil Padang Pada Tahun 2006, Laporan Penelitian Universitas Andalas, Padang12. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan PenyakitInfeksiSaluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.13. Azwar A. Sistem Kesehatan. Dalam: pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi3.Jakarta: Bina Rupa Aksara, 1998. H30-3414. Pedoman Kerja Puskesmas Kota Depok. DINKES Kota Depok 200715. Dinas Kesehatan Kota Depok. Profil Puskesmas Sukmajaya tahun 2009 Data tahun2008. Depok. 2009.16. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Stratifikasi Puskesmas, 200017. Keputusan Menteri Kesehatan 1216/Menkes/SK/XI/2001 Tentang PedomanPemberantasan Penyakit

1