13
JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199 187 DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ESOFAGUS BARRETT Agustina Petronella K, Sri Herawati Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya PENDAHULUAN Esofagus Barrett (EB) adalah kelainan histologi pada esofagus bagian bawah yang berhubungan dengan gastro-esophageal reflux disease (GERD). Penyakit ini telah dibicarakan oleh Tileston pada tahun 1906 sebagai ulkus peptikus pada esofagus. 1 Pada tahun 1950 Norman Barrett melaporkan satu kasus ulkus peptikus yang kronis pada esofagus bagian bawah yang dilapisi oleh epitel. 2 Selanjutnya pada tahun 1976 Paul dkk. menjelaskan adanya tipe khusus dari metaplasia intestinal yang disebut specialized columnar epithelium, yang kemudian dianggap menjadi tanda dari EB dan merupakan predisposisi untuk menjadi displasia atau kanker tanpa memperhatikan lokasinya pada esofagus. 1 Esofagus Barrett dapat tidak menunjukkan gejala, namun banyak pasien EB mempunyai riwayat penyakit GERD dan memberikan gejala heartburn (rasa terbakar di dada), regurgitation (sensasi dari makanan atau cairan lambung keluar ke bagian atas dan masuk pada esofagus atau tenggorok) dan disfagia. 3-5 Kebanyakan EB mempunyai predisposisi berkembang menjadi adenokarsinoma pada esofagus. 1 Angka kejadian EB sulit untuk ditentukan karena kurangnya penelitian yang berbasis pada populasi. Penelitian di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap pasien yang berumur lebih dari 40 tahun yang dilakukan gastroskopi dilaporkan prevalensi EB 6,8% dari seluruh pasien yang diperiksa. Penelitian yang dilakukan tahun 2005 di Swedia terhadap 1000 orang yang diperiksa ditemukan prevalensi EB sekitar 1,6 %. 1 Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan EB. 1. DEFINISI Esofagus Barrett didefinisikan sebagai tergantinya sel epitel skuamus pada pada esofagus bagian distal dengan sel epitel kolumnar, sama dengan lapisan pada lambung. 6 Menurut American College of Gastroenterology EB merupakan perubahan pada epitel esofagus tanpa batasan panjang tertentu yang dapat diketahui saat endoskopi (Gambar 1). Perubahan ini dikonfirmasi dengan hasil biopsi berupa metaplasia intestinal. 7,8

Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199

187

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ESOFAGUS BARRETT

Agustina Petronella K, Sri Herawati

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya PENDAHULUAN

Esofagus Barrett (EB) adalah kelainan histologi pada esofagus bagian bawah yang berhubungan dengan gastro-esophageal reflux disease (GERD). Penyakit ini telah dibicarakan oleh Tileston pada tahun 1906 sebagai ulkus peptikus pada esofagus.1 Pada tahun 1950 Norman Barrett melaporkan satu kasus ulkus peptikus yang kronis pada esofagus bagian bawah yang dilapisi oleh epitel.2 Selanjutnya pada tahun 1976 Paul dkk. menjelaskan adanya tipe khusus dari metaplasia intestinal yang disebut specialized columnar epithelium, yang kemudian dianggap menjadi tanda dari EB dan merupakan predisposisi untuk menjadi displasia atau kanker tanpa memperhatikan lokasinya pada esofagus.1

Esofagus Barrett dapat tidak menunjukkan gejala, namun banyak pasien EB mempunyai riwayat penyakit GERD dan memberikan gejala heartburn (rasa terbakar di dada), regurgitation (sensasi dari makanan atau cairan lambung keluar ke bagian atas dan masuk pada esofagus atau tenggorok) dan disfagia.3-5 Kebanyakan EB mempunyai predisposisi berkembang menjadi adenokarsinoma pada esofagus.1

Angka kejadian EB sulit untuk ditentukan karena kurangnya

penelitian yang berbasis pada populasi. Penelitian di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap pasien yang berumur lebih dari 40 tahun yang dilakukan gastroskopi dilaporkan prevalensi EB 6,8% dari seluruh pasien yang diperiksa. Penelitian yang dilakukan tahun 2005 di Swedia terhadap 1000 orang yang diperiksa ditemukan prevalensi EB sekitar 1,6 %.1

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini adalah untuk mengetahui diagnosis dan penatalaksanaan EB.

1. DEFINISI

Esofagus Barrett didefinisikan sebagai tergantinya sel epitel skuamus pada pada esofagus bagian distal dengan sel epitel kolumnar, sama dengan lapisan pada lambung.6 Menurut American College of Gastroenterology EB merupakan perubahan pada epitel esofagus tanpa batasan panjang tertentu yang dapat diketahui saat endoskopi (Gambar 1). Perubahan ini dikonfirmasi dengan hasil biopsi berupa metaplasia intestinal.7,8

Page 2: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

Diagnosis dan …(Agustina PK, Sri HJ)

188

Gambar 1. Perubahan epitel

pada EB.9

Esofagus Barrett adalah

kelainan dari esofagus di tempat peralihan mukosa permukaan bagian dalam dari esofagus dan lambung.3

Pada kepustakaan lainnya dinyatakan EB adalah metaplasia dari epitel esofagus( Gambar 2). Pada keadaan ini sel epitel skuamus yang normal digantikan oleh sel epitel kolumnar yang terdapat sel goblet dan dikenal sebagai metaplasia intestinal.10 Esofagus Barrett merupakan proses metaplasia dari epitel skuamus yang normal pada esofagus bagian bawah menjadi epitel kolumnar.11,12 Secara sederhana dianggap sebagai metaplasia sel kolumnar pada esofagus.2

Gambar 2. Foto secara

endoskopi pasien dengang EB A. Diambil dari esofagus

bagian tengah kearah esophageal junction10

B. Warna kemerahan menunjukkan epitel kolumnar yang berada di atas gastroesophageal junction (long arrow). Squamocolumnar junction (Z-line) (short arrow).2

2. KLASIFIKASI Klasifikasi EB berdasarkan

ada atau tidaknya metaplasia intestinal dan panjang dari metaplasia. Berdasarkan modifikasi dari derajat esofagitis Savary-Millar (Tabel 1) dengan menilai hasil endoskopi berdasarkan adanya columnar-lined oesophagus (CLO)

B

Page 3: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199

189

dan Intestinal Metaplasia (IM), meliputi derajat 0-4.7

Tabel 1. Derajat esofagitis Savary-Millar7

Derajat Hasil pemeriksaan CLO IM

0 Tidak ada Tidak ada 1 Ada CLO tidak

melingkar Tanpa IM

2 Ada CLO tidak melingkar

Ada IM

3 Ada CLO melingkar Tanpa IM 4 Ada CLO melingkar Ada IM

Berdasarkan panjang dari

epitel kolumnar EB dibagi menjadi dua yaitu pasien yang mempunyai epitel kolumnar sepanjang 3 cm atau lebih dari gastroesophageal junction (GEJ) disebut EB segmen panjang dan pasien yang mempunyai epitel kolumnar sepanjang kurang dari 3 cm disebut EB segmen pendek.2,12,13

Perkembangan untuk standarisasi pemeriksaan endoskopi pada tahun 2004 adalah dengan sistem klasifikasi dari Prague berdasarkan circumferential (C) dan maximal length (M). Sistem ini memberikan indentifikasi landmark squamocolumnar junction, GEJ, panjang dari mukosa kolumnar yang melingkar (circumferential) dan panjang yang paling proksimal dari mukosa kolumnar untuk menunjukan panjang dari EB.14

Klasifikasi berdasarkan kriteria C dan M di atas GEJ dalam ukuran cm (gambar 3). Pemeriksaan ini sangat mudah dipakai pada pemeriksaan untuk sekelompok orang dan dapat memberikan pedoman yang akurat pada pemeriksaan endoskopi untuk mengetahui GEJ dan menunjukan gradasi dari EB. Pemeriksaan ini

berguna untuk mengetahui panjang dari metaplasia.15

Gambar 3. Gambaran EB

menunjukan klasifikasi C2 M5 3. ETIOLOGI

Esofagus Barrett merupakan keadaan yang terjadi karena gastroesofageal refluks yang kronis.3,10,11 Sekitar 2-5% dari kasus EB dapat berkembang menjadi adenokarsinoma.6

4. FAKTOR RISIKO

Terdapat beberapa keadaan dan faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya EB diantaranya GERD, obesitas, jenis kelamin, etnis tertentu, pertambahan usia dan gaya hidup.3,5,10,16

Diperkirakan 10-15% pasien dengan keluhan heartburn atau GERD dua sampai tiga kali

A

B

Page 4: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

Diagnosis dan …(Agustina PK, Sri HJ)

190

perminggu mempunyai kemungkinan terjadinya EB secara bersamaan pada pemeriksaan endoskopi.3 Terdapat 16 penelitian yang mengevaluasi insiden EB pada pasien dengan GERD. Hampir semua penelitian melaporkan insiden dari EB meningkat pada pasien dengan GERD yang ditunjukkan dengan laporan endoskopi pasien.16 Kurang lebih 10% dari pasien dengan refluks yang kronis terdiagnosis sebagai EB.10

Pasien dengan obesitas (indeks massa tubuh lebih dari 30) mempunyai resiko 2,5 kali lebih besar untuk berkembang menjadi EB bila dibandingkan pasien dengan berat badan normal.3,16 Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki empat kali lebih besar berkembang menjadi EB dibanding wanita.3,16

Berdasarkan penelitian pada penduduk Amerika Serikat menunjukkan bahwa insiden dari EB meningkat empat kali lipat pada pasien kaukasian bila dibandingkan dengan pasien Afrika Amerika atau pasien hispanik.3,16 Kejadian EB pada usia 40 tahun lebih kecil namun pada usia ini terjadi peningkatan resiko untuk kemungkinan menjadi EB. Banyak pasien didiagnosis sebagai EB pada usia antara 50 – 60 tahun.3 Pada kepustakaan lain dinyatakan pasien didiagnosis sebagai BE antara usia 40-50 tahun. Terdapat lima penelitian yang menunjukkan hasil yang sama yaitu usia rata-rata terkena EB adalah 62 tahun.16

Beberapa penelitian tentang riwayat keluarga pada pasien EB menunjukkan 7% pasien EB mempunyai hubungan keluarga dengan pasien EB yang lain. Bukti

pasti risiko terhadap keluarga dari pasien EB masih belum ditemukan.3,16 Terdapat perubahan genetik pada EB. Terdapat penelitian yang menunjukan kelainan BE pada tingkat kromosom. Perubahan yang terjadi terutama pada kromosom 9 termasuk 9p21.3.17

Pola hidup (lifestyle) juga merupakan faktor risiko, perokok lebih sering didiagnosis sebagai EB dibandingkan orang yang tidak merokok.5 Ada penelitian yang menunjukan merokok mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk meningkatkan progresivitas EB menjadi adenokarsinoma (Gambar 3). Tidak ada perbedaan resiko EB pada pasien yang merokok lebih dari 1pak perhari maupun yang merokok kurang dari 1 pak perhari.18

Gambar 3. Gambaran BE secara endoskopi pada pasien dengan riwayat merokok18

5. PATOFISIOLOGI

Pada awalnya epitel normal pada esofagus yang terkena asam lambung akan mengalami kerusakan pada permukaan epitel, hal ini menyebabkan terjadinya esofagitis kronis. Daerah epitel yang rusak ini kemudian sembuh dan terjadi proses metaplasia yaitu terjadinya sel kolumnar yang tidak normal

Page 5: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199

191

menggantikan sel skuamus. Epitel kolumnar intestinal yang abnormal ini disebut juga specialized intestinal metaplasia yang dapat mengalami perubahan menjadi displasia yang merupakan awal terjadinya karsinoma (Gambar 4).2

Gambar 4. Progresifitas epitel

skuamus menjadi karsinoma pada esofagus.2

Morfologi dari EB dapat

diketahui dengan pemeriksaan secara makroskopis, histologi, histokimia dan immunohistokimia

5.1. Secara makroskopis

Pada esofagus bagian bawah tampak lapisan mukosa kelenjar yang berwarna merah yang menutupi GEJ. Bentuknya dapat lurus atau berbentuk lingkaran. Bisa menyerupai bentukan satu atau beberapa lidah. Pada beberapa kasus dapat berupa gabungan kedua bentuk. Mukosa yang mempunyai panjang kurang lebih 30mm ke arah GEJ dapat didiagnosis sebagai EB. Tapi diagnosis ini sudah ditinggalkan setelah ditemukan EB segmen pendek yaitu EB yang mempunyai

panjang kurang dari 30mm. Terkadang menjadi sulit untuk mendiagnosis EB segmen pendek dan untuk mengetahui lokasi dari metaplastik mukosa dan GEJ. Karenanya saat ini yang menjadi dasar kriteria mayor untuk EB adalah secara histologi. Metaplasia intestinal dapat di temukan pada biopsi yang diambil dari pemeriksaan endoskopi pada GEJ yang normal.11

5.2. Secara histologi

Metaplasia lapisan epitel intestinal pada esofagus didiagnosis sebagai EB ketika lokasinya pada esofagus bagian bawah dan bukan di lambung bagian atas. Mukosa esofagus menggambarkan bentuk yang tidak lengkap dari metaplasia intestinal tipe II dan tipe III. Morfologinya akan tampak seperti villiform pattern. Epitelium terdiri dari banyak sel goblet yang tersebar pada sel mucous intermediet. Sel intestinal yang berfungsi untuk mengabsorbsi makanan (brush border) sangat jarang ditemukan. Terdapat sel paneth walaupun jarang pada intestinal metaplasia yang tidak lengkap pada mukosa lambung. Sel endokrin dapat dilihat pada pewarnaan khusus dari kelenjar (Gambar 5). Pada pemeriksaan dengan elektron mikroskop tampak sel goblet mempunyai karakteristik berupa musin dan granul. Sel kolumnar musin mempunyai bentuk intermediat diantara sel mukous lambung dan sel absorbsi intestinal.11

Terdapat 3 tipe mukosa yang tampak pada EB yaitu mukosa intestinal, mukosa kardia dan mukosa fundus. Pada beberapa penelitian menunjukkan kebanyakan

Epitel Normal

Esofagitis

Metaplasia / Esofagus Barrett

Displasia derajat ringan

Displasia derajat berat

Adenokarsinoma

Page 6: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

Diagnosis dan …(Agustina PK, Sri HJ)

192

EB merupakan campuran antara ketiga jenis mukosa, dimana yang terutama adalah mukosa tipe intestinal.11

Gambar 5. Mukosa EB

dengan metaplasia intestinal yang tidak lengkap (specialised mucosa). Lapisan epitel terdiri dari sel goblet yang berada diantara sel-sel intermediet pada permukaan dan kelenjar epitel (HE, perbesaran 400x).11

5.3. Histokimia dari musin Sel kelenjar kolumnar dan sel goblet menghasilkan sekret yang dapat diketahui jenisnya dengan pemeriksaan histokimia dari musin. Sel kolumnar memproduksi musin yang netral seperti sel epitel pada permukaan lambung atau musin yang bersifat asam seperti pada permukaan mukosa usus. Karena itu pada pewarnaan dengan PAS dan alcian blue sel dapat berwarna merah (musin netral), biru (musin asam), atau magenta (musin netral dan asam). Beberapa pendapat mengatakan adanya musin yang asam (warna biru pada pewarnaan alcian blue) menunjukan adanya EB karena tidak ada tipe dari sel goblet,

namun ada penelitian terbaru yang menolak teori ini. Penelitian tersebut menunjukan alcian blue yang positif juga terdapat pada sel kolumnar di

permukaan kardia lambung atau pada sel di daerah leher pasien dengan metaplasia dari esofagus bagian bawah selain disebabkan oleh GERD.11

Salah satu karakteristik dari mukosa Barrett adalah adanya sel goblet. Sel ini biasanya mudah dilihat pada pemeriksaan dengan pewarnaan rutin. Semua sel goblet memproduksi musin yang asam. Berdasarkan hal itu pewarnaan biopsi dari

gastroesophageal junction dengan alcian blue sangat bagus digunakan intuk melihat EB segmen pendek. Musin asam dapat dibagi menjadi sialomucins dan sulfomucins. Pada mukosa EB sel goblet biasanya terdiri dari kedua tipe sel sialomucins dan sulfomucins. Adanya sulfomucins pada sel kolumnar menunjukan adanya Intestinal Metaplasia tipe III pada lambung, lesi ini berpotensial menjadi lesi premaligna.11

5.4. Imunnohistokimia Pemeriksaan imunnohistokimia saat ini sering digunakan di bagian patologi. Banyak penelitian dilakukan untuk menemukan marker yangsensitif dan spesifik untuk tipe mukosa pada esofagus. Marker ini diantaranya cytokeratin (CK) dan nuclear pregnane x reseptor (PXR).11,19

6. DIAGNOSIS

Diagnosis pasien dengan EB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

Page 7: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199

193

fisik dan pemeriksaan penunjang yang terpenting yaitu pemeriksaan endoskopi. Diagnosis dari EB dilakukan dengan endoskopi namun harus dikonfirmasi dengan pemeriksan histologi dari biopsi yang menunjukkan intestinal metaplasia biasanya disebut specialised columnar epithelium.3,11

6.1. Anamnesis

Esofagus Barrett dapat tidak menunjukkan gejala. Banyak pasien di diagnosis sebagai EB mempunyai riwayat penyakit GERD dengan gejala heartburn regurgitation, dan disfagia. Keluhan disfagia harus segera mendapat perhatian. Keluhan laring (parau, suara berubah, lendir pada tenggorok dan batuk.3,4,12

6.2.Pemeriksaan THT-KL Terdapat berbagai

manifestasi ekstra esofagus dari GERD. Diantaranya gejala telinga hidung dan tenggorok sebagaimana digambarkan pada tabel 2.

Tabel 2. Manifestasi ekstra

esofagus dari GERD atau LPRD4 Lokasi Manifestasi Telinga Hidung Tenggorok

Otitis media Otalgi Sinusitis kronis Halitosis Erosi gigi Laringitis kronis Granuloma pada korda vokalis Stenosis subglotik Spasme laring

6.3. Pemeriksaan penunjang

Diagnosis dari EB dapat ditentukan dengan endoskopi saluran

pencernaan atas dan biopsi. Pemeriksaan ini juga dipakai untuk mendeteksi adanya perubahan prekanker dan kanker pada EB. Displasia dan kanker biasanya berkembang sebagai adanya bentukan “island in the sea” pada EB.3,5 American College of Gastroenterology memberikan rekomendasi bagi pasien dengan EB adalah sebagai berikut pasien EB seharusnya mengikuti pemeriksaan dengan endoskopi dan biopsi. GERD harus diobati sebelum dilakukan endoskopi untuk mengurangi terjadinya inflamasi, yang dapat menyulitkan interpretasi. Pasien dengan hasil endoskopi dan biopsi negatif harus mengikuti pemeriksaan ulang tiga tahun.2

6.3.1. Optical ”Zoom” and high-resolution endoscopy

Ini merupakan endoskopi khusus yang dilengkapi dengan microchips resolusi yang tinggi terhadap gambar dan dilengkapi juga dengan kaca pembesar yang dapat melihat perubahan dari jaringan dan struktur pembuluh darah (Gambar 6). Teknologi ini di gabungkan dengan teknik seperti Narow-band imaging (NBI) sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya displasia dan perubahan mukosa EB menjadi sel kanker.3

Page 8: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

Diagnosis dan …(Agustina PK, Sri HJ)

194

Gambar 6. Gambar zoom endoskopi kombinasi dengan NBI.3

6.3.2. Endoscopic ultrasound (EUS)

Alat ini merupakan miniatur dari high-frequency ultrasound transducer , probe ini dipakai secara endoskopi untuk melihat dinding esofagus. Probe menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan kedalaman invasi dari lesi prekanker atau kanker secara lebih akurat (Gambar 7).3

Gambar 7. Gambar hasil

pemeriksaan dengan EUS untuk mengevaluasi dinding esofagus.3

7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari EB tergantung dari derajat displasia. Penatalaksanaan terdiri dari terapi medikamentosa dan terapi operatif. Pada terapi operatif terdapat berbagai jenis tindakan operatif.

7.1. Terapi medikamentosa Terapi medikamentosa dengan menggunakan obat-obatan untuk menekan produksi asam lambung. Terdapat beberapa jenis obat diantaranya, Proton Pump Ihibitor (PPI) dan H2 antagonist. Pasien EB yang diterapi dengan PPI dan ikuti perkembangannya sangat jarang menunjukan penurunan dari segmen kolumnar yang melingkar. Penurunan hanya dilaporkan pada satu putaran penelitian. Pada penelitian meta analisis yang terdiri dari enam putaran menunjukan tidak ada tanda penurunan segmen kolumnar pada EB. Hal ini disebabkan karena kelainan dari patofisiologi yang ekstrim.20 Sel kolumnar yang dikultur menunjukkan peningkatan derajat proliferasi dan diferensiasi ketika terpapar pada asam lambung secara intermiten dari pada sel kolumnar yang terpapar asam lambung terus-menerus dan tidak terpapar asam lambung. Hal ini menunjukan penekanan asam lambung yang tidak adekuat memberi kontribusi terjadinya adenokarsinoma pada esofagus dan kardia lambung.20,21 Pemberian PPI 40mg satu kali sehari sesuai kebutuhan harian sehingga menghilangkan gejala, selanjutnya pemberian H2 antagonis dapat diberikan pada malam hari.

Page 9: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199

195

Terapi ini diikuti dengan memantau pH.20,21

7.2. Terapi endoskopi

Terapi dengan endoskopi bertujuan untuk mengambil epithelium abnormal yang sudah berkembang, termasuk terapi mukosa reseksi dengan endoskopi dan photodynamic therapy.22,23

7.2.1. Endoscopic mucosal resection (EMR)

Mengangkat secara luas pada area tertentu dari esofagus secara endoskopi. EMR dapat memperoleh jaringan yang banyak yang dapat di periksa oleh ahli patologi untuk menunjukkan jenis dan perluasan dari lesi dan menunjukkan seberapa luas jaringan yang dikeluarkan. Cara ini dapat membantu penegakan diagnosis dan mengobati secara lengkap semua kelainan.5 7.2.2. Radio frequency ablation (RFA) Radiofrequency ablation adalah prosedur endoskopi yang menggunakan energi radiofrekuensi untuk merusak sel EB (Gambar 8). Pada penelitian RFA ditujukan untuk melindungi displasia derajat berat dari perkembangan menjadi sel kanker dan untuk melindungi displasia derajat ringan dari kemungkinan berkembang menjadi lebih berbahaya. Penggunaan RFA cukup mahal dan hanya tersedia di academic medical center.10 Sekitar 5% pasien yang menjalani prosedur ini mengalami komplikasi, seperti penyempitan lumen esofagus yang memerlukan perawatan ulang untuk membuka lumen esofagus. Selain itu pada pasien dengan diplasia derajat

berat mungkin mempunyai area dari kanker yang invasif namun tidak dapat diterapi secara adekuat.5,22,23

Gambar 8. Menunjukan proses terapi dengan menggunakan radio frequency ablation pada EB10 A. Foto secara endoskopi

menunjukan pasien dengang EB, diambil dari esofagus bagian tengah ke arah esophageal junction

B. Lingkaran radio frequency ablation balloon dengan sistem elektroda bipolar

Page 10: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

Diagnosis dan …(Agustina PK, Sri HJ)

196

C. Penurunan/pemasukan radiofrequency ablation balloon pada posisi EB yang akan diterapi.

D. Menunjukkan gambaran terangkatnya epitelium pada daerah yang di terapi oleh circumferential radiofrequency ablation balloon

E. Menunjukkan bagian distal dari radiofrequency ablation balloon dengan endoskop.

F. dan G. Foto secara endoskopi menunjukan small residual island dari BE, dua bulan setelah pengobatan dengan circumferential ablation.

7.2.3. Photodynamic therapy Photodynamic therapy merupakan terapi dengan menggunakan bahan kimia, seperti bahan yang fotosensitif untuk membunuh berbagai tipe sel ( termasuk sel EB) ketika sel terpapar oleh cahaya yang spesifik. Pasien diberikan obat yang fotosensitif melalui vena dan kemudian pasien menjalani endoskopi. Selama endoskopi menggunakan cahaya laser untuk mengaktifkan fotosensitasi dan menghancurkan jaringan EB. Sekitar 40% pasien yang menjalani prosedur ini mengalami komplikasi, seperti penyempitan lumen esofagus yang memerlukan perawatan ulang untuk membuka lumen esofagus. Selain itu pada pasien dengan high-grade

dysplasia mungkin mempunyai area dari kanker yang invasif namun tidak bisa diterapi secara adekuat.5,22,23 RINGKASAN

Esofagus Barrett adalah kelainan histologi pada esofagus bagian bawah yang sangat berhubungan dengan adanya gastroesophageal reflux (GERD). Esofagus Barrett didefinisikan sebagai tergantinya sel epitel skuamus pada pada esofagus bagian distal dengan sel epitel kolumnar, sama dengan lapisan pada lambung. Menurut American College of Gastroenterology EB merupakan perubahan pada epitel esofagus tanpa batasan panjang tertentu yang dapat diketahui saat endoskopi dan dikonfirmasi dengan hasil biopsi berupa metaplasia intestinal.

Diagnosis pasien dengan EB berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang terpenting adalah pemeriksaan endoskopi. Diagnosis dari EB dapat ditentukan dengan endoskopi saluran pencernaan atas dan biopsi. Displasia dan kanker biasanya berkembang sebagai adanya bentukan “island in the sea” pada EB. Pemeriksaan bisa menggunakan Optical ”Zoom” and high resolution endoscopy dan Endoscopic ultrasound (EUS)

Penatalaksanaan dari EB tergantung dari derajat displasia. Penatalaksanaan terdiri dari terapi medikamentosa dan terapi operatif. Pada terapi operatif terdapat berbagai jenis tindakan operatif dengan endoskopi yaitu Endoscopic Mucosal Resection (EMR), Radio Frequency Ablation (RFA)

Page 11: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199

197

DAFTAR PUSTAKA 1. Anwar SA, Kanthan SK, Riaz

AA. Current management of Barrett’s oesophagus. BJMP 2009; 2(4):8-14. Available from http://www.bjmp.org/files/dec2009/bjmp1209full.pdf. Accessed August 8, 2012.

2. Shalauta MD, Saad R. Barrett’s esophagus. American family physician 2004; 69(9):p.2113-18. Available from http://www.aafp.org/afp/2004/0501/p2113.html. Accessed July 31, 2012.

3. May P, Stein F. Barrett’s esophagus. California Pacific Medical Center. 2011. Available from http://www.cpmc.org/advanced/endoscopy/physician/barretts-profile.html. Accessed July 31, 2012.

4. Pelas AC, Rodrigo JP, Paccagnella D, Takes RP, Rinaldo A, Silver CE, et al. Reflux and aerodigestive tract diseases. Eur Arch Otorhinolaryngol Springer-Verlag. 2012. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22773190. Accessed October 13, 2012.

5. Spechler SJ. Patient information: Barrett’s esophagus (beyond the basics). Available from http://www.uptodate.com/contents/barretts-esophagus. Accessed August 6, 2012.

6. Jones KR, Pillsbury HC. Eponyms in otolaryngology. In: Bailey BJ, Jhonson JT, Newlands SD,eds. Head and neck surgery,

4th ed. Churchil Livingstone: William & Warwick; 2006. p.2789-96

7. Watson A, Shepherd NA. The definition of “Barrett’s” columnar-lined oesophagus. In: Watson A, Heading RC, Shepherd NA, eds. Guidelines for the diagnosis and management of Barrett’s columnar-lined oesophagus. British society of gastroenterology; 2005.p.4-6. Available from http://www.bsg.org.uk. Accessed July 31, 2012.

8. Madi MA. Barrett’s esophagus: where do we stand. The Saudi Journal of Gastroenterology 2009;15(1):2-6. Available from http://www.saudijgastro.com. Accessed November 12, 2012.

9. Htttp golee gambar 10. Shaheen NJ, Sharma P, Overholt

BF, Wolfsen HC, Sampliner RE, Wang KK, et al. Radiofrequency ablation in Barrett’s esophagus with dysplasia. T Eng J Med 2009;360(22): 2277-88. Available from http://www.gutjln.com. Accessed July 13, 2012.

11. Fléjou JF. Barrett’s oesophagus: from metaplasia to dysplasia and cancer. Gut 2005;54(Suppl):i6-i12. Available from http://www.gutjln.com. Accessed November 7, 2012.

12. Eibling DE. The oral cavity, pharynx, and esophagus. In: Lee KJ, ed. Essential otolaryngology head & neck surgery. 9th ed. New

Page 12: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

Diagnosis dan …(Agustina PK, Sri HJ)

198

York: The McGraw-Hill Companies, Inc;2008.p.530-51

13. Yunisaf MH, Iskandar N. Penyakit refluks gastroesofagus dengan manifestasi otolaringologi. Pada: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RJ,ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Ed 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2010.hal.303-10.

14. Wang KK, Sampliner RE, Updated guidelines 2008 for the diagnosis surveillance and therapy of Barrett’s esophagus. Am J Gasroenterology 2008;103:788-97. Available from http://s3.gi.org/physicians/guidelines/BarrettsEsophagus08.pdf. Accessed October 13, 2012.

15. Sharma P, Dent J, Amstrong D, Bergman JJ, Gossner L, Hoshihara Y, et al. The development and validation of an endoscopic grading system for Barrett’s esophagus: The Prague C & M Criteria. J Gastro 2006;131:1392-9. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17101315. Accessed October 13, 2012.

16. Maayedi P, Naylor G. Epidemiology of columnar-lined oesophagus. In: Watson A, Heading RC, Shepherd NA, eds. Guidelines for the diagnosis and management of Barrett’s columnar-lined oesophagus. British society of gastroenterology; 2005.p.7-9. Available from http://www.bsg.org.uk. Accessed July 31, 2012.

17. Phillips WA, Lord RV, Nancarrow DJ,Watson

DI,Whiteman DC. Barrett’s esophagus. Journal of Gastroenterology and Hepatology 2011;26:639–48. Available from http://lordsurgery.com/wpcontent/uploads/2011/07/Phillips_et_al_Barretts_esophagus_review_2011.pdf. Accessed January 23, 2013.

18. Barton MK. Smoking found to increase the rate of progression of Barrett esophagus to adenocarcinoma. Ca Cancer J Clin 2012;62(4):215-6. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22614544. Accessed July 13, 2012.

19. Winkel A, Wenke V, Capello A, Moons LMG, Pot RGJ, Dekken H, et al. Expression, localization and polymorphisms of the nuclear receptor PXR in Barrett’s esophagus and esophageal adenocarcinoma. BMJ Gastroenterolgy 2011; 11:1-8. Available from http://www.biomedcentral.com/1471-230X/11. Accessed August 6, 2012.

20. Krasner NA, Watson A. Management of non-dysplastic columnar-lined oesophagus. In Watson A, Heading RC, Shepherd NA, eds. Guidelines for the diagnosis and management of Barrett’s columnar-lined oesophagus. British society of gastroenterology; 2005.p.24-26. Available from http://www.bsg.org.uk. Accessed July 31, 2012.

21. Böhmer CJM, Klinkenberg-Knol EC, Boer MCN, Meuwissen

Page 13: Isi materi-September-Desember 2012--siap cetak...-851$/ 7+7 ./ 9RO 1R 6HSWHPEHU 'HVHPEHU KOP PHQJJDQWLNDQ VHO VNXDPXV (SLWHO NROXPQDU LQWHVWLQDO \DQJ DEQRUPDO LQL GLVHEXW MXJD VSHFLDOL]HG

JURNAL THT-KL, Vol. 5, No. 3, September - Desember 2012, hlm. 187 - 199

199

SGM. Gastroesophageal reflux disease in intellectually disabled individuals: how often, how serious, how manageable? Am Coll of Gastroenterology 2000;95(8):1868-72. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10950028. Accessed October 13, 2012

22. Anonymous. Epithelial radiofrequency ablation for Barrett’oesophagus. National Institute for Health and Clinical Excellence 2010. Available from http://www.nice.org.uk/nicemedia/live/11359/48933/48933.pdf. Accessed October 13, 2012

23. Sharma VK, Fleischer DE. Barrett’s esophagus and new therapeutic modalities. Future Medicine Ltd 2007; 4(6):1-8. Available from http://www.hammer.pl/pliki/145_5.pdf. AAccessed October 13, 2012