Upload
eki-noerfitriyani
View
22
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
isu global
Citation preview
BORANG HASIL DISKUSI- 1PROBLEM BASED LEARNING
Kelas : Isu Global (S.405) Fakultas : TeknikKelompok : 2 Pemicu : Pembuangan limbah pertanian ke badan air
Hari/Tanggal: Rabu, 9 September 2015
Anggota kelompok
Nama Peran1. Crysnarendra (anggota)2. Eki Noerfitriyani(sekretaris)3. Fitria Istikara (ketua)
Nama Peran4. Urip Riyadi (anggota)1. …………………………… (………………..)2. …………………………… (………………..)
Setiap kelompok harus menentukan peran anggotanya sebagai ketua, sekretaris, dan anggota.
1. Definisi masalahDampak dari pembuangan limbah pertanian (khususnya pupuk) terhadap badan air
2. Analisis masalah- terus meningkatnya pertumbuhan agriculture (pertanian)- massivenya penggunaan pupuk demi mempercepat pertumbuhan tanaman- pembuangan limbah pertanian mengancam keselamatan lingkungan
HipotesisPenggunaan pupuk yang berlebih akan meningkatkan jumlah pupuk yang terbawa ke badan air sehingga menimbulkan dampak negatif bagi badan
air tersebut, biota air, dan manusia
Hal baru yang perlu diketahui dan dipelajari
Hal yang sudah diketahuitetapi perlu dipelajari lagi
- Jenis-jenis pupuk - Kandungan pupuk- Dampak negatif pupuk
terhadap badan air
Materi bahasan yang harus dipelajari Oleh- Definisi pupuk- Kandungan nutrisi dalam pupuk- Dampak negatif akibat penggunaan pupuk secara berlebih
terhadap badan air- Cara penggunaan pupuk yang baik sehingga tidak beresiko
CrysnaEkiFitria
Urip
Keterangan: 1. Setelah diparaf, borang dikembalikan kepada setiap kelompok.2. Pada waktu pengumpulan tugas mandiri, borang ini dilampirkan. 3. Semua materi bahasan fokus group dipelajari setiap anggota .
1
1. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi jika kita membuang limbah pertanian
dan peternakan ke badan air?
Limbah pertanian dapat berupa sisa tumbuhan, penyemprotan (dari pestisida
dan herbisida), dan pemupukan yang berlebihan.
Gambar 1. Contoh limbah pertanian yang bisa dijadian pakan ternak
Pengembangan agroindustri (minyak kelapa sawit, tapioka, pabrik gula,
peternakan sapi, industri pengolahan tahu/tempe) harus diikuti dengan sistem
penanganan limbah yang baik agar pencemaran dan kerusakan lingkungan dapat
dikurangi. Pada umumnya limbah agroindustri ini masih mengandung bahan terlarut
yang tinggi sehingga memiliki nilai biological oxygen demand (BOD) yang tinggi.
Oleh karena itu, diperlukan penanganan limbah cair sebelum dilepas ke badan air
(sungai).
Dalam penerapannya, tidak semua pestisida sampai ke sasaran. Kurang dari
20% pestisida sampai ke tumbuhan. Selebihnya lepas begitu saja. Akumulasi dari
pestisida dapat mencemari lahan pertanian dan apabila masuk dalam rantai makanan,
dapat menimbulkan macam-macam penyakit, misalnya kanker, mutasi, bayi lahir
cacat, dan CAIDS. Pestisida yang paling merusak adalah pestisida sintesis, yaitu
golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang dihasilkan lebih tinggi ketimbang
senyawa lain, mengingat jenis ini peka akan sinar matahari dan tidak mudah terurai.
Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk dari perairan yang
terkontaminasi pestisida. Aliran permukaan yang membawa pestisida hingga sungai
2
membawa dampak yang mematikan bagi kehidupan di perairan, dan dapat membunuh
ikan dalam jumlah besar.
Penerapan herbisida di perairan dapat membunuh ikan ketika tanaman yang
mati membusuk dan proses pembusukan tersebut mengambil banyak oksigen di dalam
air, sehingga membuat ikan kesulitan bernafas. Beberapa herbisida mengandung
tembaga sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air lainnya. Penerapan herbisida
pada perairan dapat mematikan tanaman air yang menjadi makanan dan penunjang
habitat ikan, menyebabkan berkurangnya populasi ikan.
Pestisida dapat terakumulasi di perairan dalam jangka panjang dan mampu
membunuh zooplankton, sumber makanan utama ikan kecil. Beberapa ikan memakan
serangga; kematian serangga akibat pestisida dapat menyebabkan ikan kesulitan
mendapatkan makanan.
Semakin cepat pestisida terurai di lingkungan, dampak dan bahayanya semakin
berkurang. Selain itu, telah diketahui bahwa insektisida secara umum memiliki
dampak yang lebih berbahaya bagi biota akuatik dibandingkan herbisida dan
fungisida.
Referensi:
http://mekanisasi.litbang.pertanian.go.id/ind/phocadownload/MakalahSeminar/
Pemanfaatan%20Limbah%20Industri%20Pertanian%20Untuk%20Energi
%20Biogas.pdf (diakses tanggal 13 September 2015)
2. Keseimbangan alam (ekologi) apa saja yang akan terganggu jika membuang
kelebihan limbah fertilizer ke badan air? Dan apa akibat akhir yang mungkin
timbul dari praktik pencemaran lingkungan ini?
Pupuk adalah segala jenis zat (alami ataupun sintesis/buatan) yang ditambahkan ke
tanah untuk menambah kesuburan tanah dan meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Pupuk alami maupun buatan keduanya mengandung 3 unsur utama yaitu nitrogen (N),
phosphor (P dalam bentuk P205), dan kalium (K dalam bentuk K20 soluble).
Penggunaan pupuk harus disesuaikan dengan kebutuhan karena penggunaan yang
berlebih dapat berdampak buruk terhadap lingkungan terutama pada badan air.
Nitrogen yang terkandung dalam fertilizer masuk ke badan air melalui proses
leaching. Bentuk nitrogen yang terdapat pada perairan adalah:
1. Amonia
Amonia (NH3) bersifat mudah larut dalam air. Sumber nitrogen yang
dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik adalah nitrat (NO3), amonium
3
(NH4), dan gas nitrogen (N2). Urea merupakan contoh pupuk yang mengandung
ammonium dan berfungsi untuk menambah pasokan nitrogen ke dalam tanah yang
dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan. Amonia jarang ditemukan pada badan
air yang mendapat cukup oksigen tinggi, biasanya kadar ammonia relative tinggi pada
dasar perairan yang mendapat sedikit pasokan oksigen. Amonia bebas (NH3) yang
tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas ammonia
terhadap organisme akuatik meningkat dengan penurunan kadar oksigen terlarut, pH,
dan suhu.
Amonia yang terdapat dalam fertilizer masuk ke badan air melalui proses leaching.
Ikan tidak dapat mentolerir ammonia bebas dengan kadar yang terlalu tinggi, karena
dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan dapat menyebabkan
kematian (sufokasi).
2. Nitrit
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat pada proses
nitrifikasi, dan antara nitrat dan gas nitrogen pada proses dinitrifikasi. Ion nitrit juga
dapat digunakan sebagai sumber nitrogen oleh tanaman air. Keberadaan nitrit
menggambarkan proses biologis perombakan bahan organik dengaan kadar oksigen
terlarut sangat rendah. Kadar nitrit dalam badan air rendah, karena segera dioksidasi
menjadi nitrat.
3. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk mitrogen utama di perairan alami yang merupakan
unsur hara utama untuk pertumbuhan tanaman air dan alga. Nitrat sangat mudah larut
dalam air dan bersifat stabil, yang dihasilkan dari proses oksidasi sempurna nitrogen
dalam air. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat.
Nitrifikasi berlangsung pada kondisi aerob. Nitrogen merupakan nutrient utama bagii
tumbuhan. Nitrogen dalam jumlah sedikit di perairan sudah cukup untuk menunjang
kehidupan tumbuhan air seperti alga. Konsentrasi nitrat nitrogen yang berlebihan akan
mencemari lingkungan, dan menjadi salah satu penyebab eutrofikasi.
Fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan
merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae sehingga dapat
mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Bahri, 2006). Sumber fosfor di perairan
dan sedimen adalah deposit fosfor, industri, limbah domestik, aktivitas pertanian,
pertambangan batuan fosfat, dan penggundulan hutan (Ruttenberg, 2004). Fosfat di
perairan secara alami berasal dari pelapukan batuan mineral dan dekomposisi bahan
organik. Ketika fosfat di badan air berada dalam jumlah berlebihan, fosfat akan
kembali terdeposisi ke dalam pori sedimen melalui proses sedimentasi, adsorbsi dan
4
presipitasi. Dengan demikian, sedimen di suatu perairan memiliki peranan penting
terhadap proses eutrofikasi karena bertindak sebagai sumber dan penampung fosfat
(Williams and Mayer 1972).
Ketika pupuk terbawa sampai ke badan air, nutrisi pada pupuk menstimulasi
pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan dan reproduksi ini akan mengurangi
jumlah oksigen terlarut (dissolved oxygen) pada badan air. Tanpa kandungan oksigen
yang memadai, ikan dan biota air lainnya dapat mati kemudian bangkainya dapat
menurunkan kualitas air dan menyebabkan bau yang tidak enak.
Kandungan nitrogen (N) dan phosphor (P) pada pupuk berfungsi untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman, dan akan memiliki efek yang sama pada alga
dan tanaman air. Ketika kandungan-kandungan nutrisi pada pupuk mengalir ke aliran
air terdekat kemudian sampai di badan air, pupuk menyebabkan blooming alga atau
eutrofikasi. Ketika alga mati, alga tenggelam dan terbenam di dasar badan air. Alga
yang mati digunakan sebagai sumber makanan (terjadi proses pembusukan/
penguraian bahan organik) oleh mikroorganisme air dimana mikroorganisme ini
mengambil oksigen dalam air untuk menjalankan tugasnya. Akibatnya, terjadi
penurunan kadar oksigen dalam air kemudian terbentuk dead zone dimana biota air
tidak dapat bertahan kemudian mati karena kekurangan oksigen. Eutrofikasi juga
menyebabkan permukaan badan air tertutup oleh alga sehingga sinar matahari tidak
dapat masuk ke dalam air, akibatnya kemampuan tanaman bawah air dalam
berfotosintesis dan menghasilkan oksigen menjadi berkurang. Kemudian beberapa
jenis alga berbahaya karena menghasilkan zat beracun yang dapat membunuh ikan,
burung, mamalia, dan menyebabkan penyakit terhadap manusia. Contohnya adalah
blue-green algae (cyanobacteria) yang dapat menyebabkan ruam, mual, dan masalah
pernapasan pada manusia. Selain itu beberapa alga pun menyebabkan bau dan rasa
pada air. Akibat eutrofikasi lainnya adalah saluran irigasi tersumbat dan fungsi dari
tempat rekreasi berkurang karena pertumbuhan alga dan tanaman air.
5
Gambar 2. Degradasi ekosistem akibat kelebihan nutrien
Referensi:
http://www.sustainablebabysteps.com/effects-of-chemical-fertilizers.html (diakses
pada Hari Minggu, 13 September 2015)
http://www.scientificamerican.com/article/how-fertilizers-harm-earth/ (diakses
pada Hari Minggu, 13 September 2015)
http://environment.nationalgeographic.com/environment/green-guide/buying-
guides/fertilizer/environmental-impact/ (diakses pada Hari Minggu, 13 September
2015)
http://www.uvm.edu/~vlrs/doc/lawnfert.htm (diakses pada Hari Minggu, 13
September 2015)
http://12.000.scripts.mit.edu/mission2017/fertilizers-2/ (diakses pada Hari Senin,
14 September 2015)
https://www.ag.ndsu.edu/lem/documents/nm1281_03.pdf (diakses pada Hari
Senin, 14 September 2015)
http://homeguides.sfgate.com/fertilizers-pollutants-78452.html (diakses pada Hari
Senin, 14 September 2015)
http://water.usgs.gov/edu/nitrogen.html (diakses pada Hari Minggu, 13 September
2015)
3. Apa alternatif solusi yang dapat diambil untuk mengatasi persoalan tersebut?
Limbah jerami dan sekam padi di Indonesia berjumlah 43% dari total limbah
pertanian, yaitu sekitar 32 juta ton per tahun. Alternative solusi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi banyaknya jumlah limbah tersebut adalah dengan memanfaatkannya
sebagai bahan dasar absorben logam berat air lindi berbasis nano teknologi. Dengan
6
melakukan proses-proses tertentu untuk menjadikannya absorben berbasis nano
teknologi, limbah ini dapat digunakan bersama filter lain seperti kerikil, pasir, silica,
sehingga air limbah TPA yang mengandung logam berat seperti Timbal, Besi, dan
Mangan dapat dibuang ke lingkungan tanpa merusaknya (kandungannya akan hilang
dan sesuai baku mutu lingkungan).
Alternatif solusi lain yang ditawarkan untuk mengatasi limbah pertanian, terutama
limbah pertanian kering seperti limbah jerami, kedelai, dan kacang-kacangan adalah
dengan memanfaatkannya sebagai pakan ternak dengan metode fermentasi kering.
Dengan mengolah limbah-limbah tersebut akan dihasilkan pakan yang dapat
digunakan dengan tahan simpan yang cukup lama dibanding hasil fermentasi kering.
Pakan ini dapat bertahan hingga bertahun-tahun dengan kondisi optimum, sementara
pakan hasil fermentasi basah hanya beberapa bulan saja.
Umumnya, bahan bakar, dan banyak material kimiawi diproduksi dari petroleum.
Namun, project yang diinisiasi oleh OSWER membuat potensi sumber daya
terbarukan seperti limbah pertanian digunakan untuk dijadikan sebagai bahan bakar
dengan fasilitas yang dinamakan BECON (Biomass Energy Conversion/Konversi
Energi dari Biomassa). Dengan fasilitas ini maka limbah-limbah hasil kegiatan
pertanian dapat dikonversi untuk dijadikan sumber energi, dimana energi yang
dihasilkan ini merupakan energi yang berasal dari bahan yang dapat diperbaharukan
sehingga lebih ramah terhadap lingkungan.
Regulasi, peraturan, pengawasan, maupun pengendalian baik tingkat local,
nasional, maupun internasional penting dilakukan untuk mengatasi masalah
lingkungan terutama dalam hal ini yang disebabkan oleh limbah pertanian. Salah
satunya adalah The Earth Summit (KTT Bumi) 1992 di Rio de Janeiro yang menjadi
indicator utama atau bias dikatakan pelopor bagi semakin besarnya perhatian dan
kepedulian dunia internasional pada segala hal berkaitan dengan masalah lingkungan
dan pembangunan berkelanjutan. Di Indonesia sendiri regulasi atau peraturan yang ada
antara lain sebagai berikut : Permentan No.299/Kpts/OT.140/7/2005 pasal 153, UU
no.1/1982 & No.2/1982 tentang kekarantinaaan laut dan udara, Permentan No.2 Tahun
2002 yang berkaitan dengan pemasukan benih tumbuhan atau tanaman dari luar
negeri, UU No.12/1992 tentang budi daya pertanian, Kepmentan No.6/1995 tentang
perlindungan tanaman, Kepmentan No.1/2006 tentang rekomendasi pemupukan dan
penghematan pupuk.
Selain itu, sistem budi daya pertanian ekologis (SBPE) dapat juga dijadikan
sebagai alternative solusi menangani masalah lingkungan akibat limbah hasil kegiatan
pertanoian. SBPE merupakan sistem pertanian yang memanfaatkan segala komponen,
7
baik fisik, kimia maupun biologi yang ada dalam suatu ekosistem, baik di dalam
tanah, udara, maupun air untuk mencapai produktivitas yang optimum, sehat, dan
berkelanjutan.
Dewasa ini, telah dihasilkan pula informasi mengenai residu agrokimia yang
cukup berdampak pada lingkungan selain informasi mengenai emisi gas rumah kaca
akibat lahan pertanian. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan-permasalahan
tersebut diperlukan beberapa pendekatan untuk mengatasinya, antara lain pengelolaan
air dan sistem irigasi; pengelolaan dan pengolahan tanah; teknik budi daya; dan
perakitan atau pemilihan varietas unggul.
Pengendalian Hama Terpadu. Konsep ini merupakan konsep pertanian yang
menerapkan penggunaan pestisida seminimal dan seselektif mungkin, penggunaan
tersebut merupakan jalan terakhir setelah penggunaan bahan alami lain dinilai telah
tidak efektif dan pada kondisi tertentu yang mendesak.
Pengembangan sistem pertanian organik dan berkelanjutan. Sistem ini merupakan
sistem pertanian yang menggunakan konsep organik baik absolut maupun
semiorganik, namun sistem ini hanya cocok pada pertanian dengan luas lahan tertentu.
Sementara pertanian berkelanjutan merupakan sistem yang memadukan sistem
pertanian konvensional dan modern.
Rekayasa genetika, yaitu dengan merekayasa unsur-unsur genetik dari tanaman
yang akan dijadikan komoditas pertanian sehingga tanaman tersebut menjadi tahan
terhadap berbagai hama. Dengan begitu, penggunaan pupuk pada tanaman tersebut
akan dapat diminimalisasi.
Pendesaianan sistem manajemen limbah pertanian perlu dilakukan secara efektif
dan efisien sehingga limbah yang dihasilkan dapat teratur dan tidak merusak
lingkungan. Aspek-aspek seperti aspek produksi, pengumpulan, transfer,
penyimpanan, perawatan, serta pemanfaatan merupakan yang utama yang perlu
diperhatikan dalam pendesainan.
Referensi:
http://www.undip.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=3289:mahasiswa-undip-temukan-solusi-
pengolahan-air-limbah-tpa-jatibarang&catid=78:latest-news. (diakses pada Hari
Minggu, 13 September 2015)]
http://www.organikilo.co/2014/12/pakan-ternak-fermentasi-kering-limbah.html.
(diakses pada Hari Minggu, 13 September 2015)
8
Anonim. 2002. Biomass Energy Conversion (BECON) Study.
www.epa.gov/oswer (diakses pada Hari Minggu, 20 September 2015)
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/eng/dokumentasi/prosiding/mflp2006/
irsal.pdf (diakses pada Hari Minggu, 20 September 2015)
9