Upload
dony-afriyandi
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
1/45
UJI STABILITAS OBAT ANTI PERADANGANINDOMETASIN FARNESIL YANG TERSALUT GEL
KITOSAN-GOM GUAR
DEBBY ISDARULYANTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
2/45
ABSTRAK
DEBBY ISDARULYANTI. Stabilitas Obat Anti-peradangan Indometasin Farnesil
Tersalut Gel Kitosan-Gom Guar. Dibimbing oleh PURWANTININGSIH SUGITA,
BAMBANG SRIJANTO, dan BUDI ARIFIN.Gel kitosan yang dimodifikasi oleh hidrokoloid alami gom guar dengan
glutaraldehida sebagai penaut silang berpotensi sebagai penyalut untuk digunakan dalam
sistem pengantaran obat dalam bentuk mikrokapsul. Mekanisme pelepasan obat dari
membran kitosan-gom guar telah dipelajari melalui uji difusi. Sementara laju pelepasan
indometasin farnesil dalam medium usus telah dipelajari melalui uji disolusi. Sebagai
sediaan obat yang baru, mikrokapsul indometasin farnesil ini perlu diuji stabilitasnya.
Tujuannya adalah untuk menentukan kestabilan dan usia guna mikrokapsul indometasin
farnesil.
Sediaan obat dibuat dengan mencampurkan 228.6 ml kitosan 1.75% (b/v), 38.10 ml
larutan gom guar dengan ragam konsentrasi 0.05, 0.19, dan 0.33% (b/v), 7.62 ml
glutaraldehida dengan ragam konsentrasi 4, 4.5, dan 5% (v/v), dan 100 mg indometasin
farnesil dalam 250 ml etanol 96%. Campuran homogen yang diperoleh kemudiandikeringkan semprot menjadi granul.
Uji stabilitas pada penelitian ini menggunakan uji dipercepat dalam climatic
chamber dengan suhu (40±2) °C dan kelembapan relatif (75±5)% selama 3 bulan.
Parameter yang diukur setiap minggu meliputi kadar air dengan moisture analyzer dan
kadar indometasin farnesilnya dengan spektrofotometer ultraviolet pada panjang
gelombang 320.4 nm. Semua formula menunjukkan nilai kadar air yang tinggi (>10%)
dan berfluktuasi, sementara kadar indometasin farnesil terus menurun dengan kinetika
penguraian mengikuti orde yang berbeda untuk setiap formula mikrokapsul: orde ke-0
(formula 2, 4, dan 5), orde ke-2 (formula 3 dan 7), dan orde ke-3 (formula 1, 6, dan 8 −9).Mikrokapsul formula 6 dengan komposisi gom guar dan glutaraldehida berturut-turut
0.19% (b/v) dan 5.00% (v/v) dalam larutan kitosan yang konsentrasinya dibuat tetap
(1.75%) merupakan mikrokapsul yang paling stabil dengan persentase indometasin
farnesil yang masih tersalut, tetapan laju penguraian, dan usia guna berturut-turut 77.67%,
0.0008 (%b/v)-2
minggu-1
, dan 4.28 minggu atau 30 hari.
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
3/45
ABSTRACT
DEBBY ISDARULYANTI. Stability Test of Anti Inflammatory Drug Indomethacin
Farnesil Coated with Chitosan-Guar Gum Gel. Supervised by PURWANTININGSIH
SUGITA, BAMBANG SRIJANTO, and BUDI ARIFIN.Chitosan gel modified by guar gum natural hydrocolloid with glutaraldehyde as
cross-linker are potential as coating agent to be used drug as delivery system in
microcapsule form. Mechanism of drug release from chitosan-guar gum membrane has
been studied by diffusion test, whereas release rate of indomethacin farnesil in intestines
medium has been studied by dissolution test. As a new product preparation, the stability
of this indomethacin farnesil microcapsule need to be studied. This research aimed to
determine stabilities and shelf life of indomethacin farnesil microcapsule.
Drug preparations were made by mixing 228.6 ml 1.75 % (w/v) chitosan solutions,
38.1 ml 0.05, 0.19, and 0.33% (w/v) guar gum solutions, 7.62 ml 4, 4.5, and 5% (v/v)
glutaraldehyde solutions, 100 mg of indomethacin farnesil solubilized in 250 ml 96%
ethanol. The homogenous mixture obtained was then spray dried into granules.
The stability was tested using accelerated test in climatic chamber undertemperature of (40±2) °C and relative humidity (75±5)% for 3 month. The moisture
content was measured by using moisture analyzer and the indomethacin farnesil content
was measured with specrofotometer ultaraviolet at wavelangeth of 320.4 nm every week.
All nine formulas showed high (>10%) and fluctuating water content, whereas
indometchin farnesil content decreasing with varied degradation rate: zero order (formula
2, 4, and 5), second order (formula 3 and 7), and third order (formula 1, 6, and 8 −9).Formula 6 with guar gum and glutaraldehyde concentration 0.19% (w/v) and 5.00% (v/v),
respectively, in chitosan solutions at constant concentration, 1.75% (w/v) was the most
stable with encapsulated indomethacin farnesil after 12th
weeks, the degradation rate
constant, and shelf life were 77.67%, 0.0008 (%w/v)-2
week -1
, and 4.28 week or 30 days,
respectively.
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
4/45
Menyetujui
Pembimbing I,
Dr. Purwantiningsih Sugita, MS NIP 131 779 513
Pembimbing II, Pembimbing III,
Ir. Bambang Srijanto Budi Arifin, SSi
NIP 680 003 303 NIP 132 321 568
Mengetahui:
Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor,
Dr. drh. Hasim, DEANIP 131 578 806
Tanggal lulus:
Judul : Stabilitas Obat Anti Peradangan Indometasin Farnesil Tersalut Gel
Kitosan-Gom Guar
Nama : Debby Isdarulyanti
NIM : G44203025
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
5/45
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat yang
memampukan Penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini bertujuan
mengevaluasi stabilitas mikrokapsul kitosan-gom guar. Selain itu berguna untukmenentukan usia guna dari mikrokapsul tersebut. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan
Mei–Desember 2007 di Laboratrium Teknologi Farmasi dan Medis, BBPT Serpong,
Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Bersama, Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
Penulis selama penelitian dan juga penyusunan karya ilmiah ini, terutama Dr. Ir.
Purwantiningsih Sugita, MS, Ir. Bambang Srijanto, dan Budi Arifin, SSi selaku
pembimbing yang selalu menyempatkan waktu untuk berkonsultasi; kepada Tuti
Wukirsari, SSi atas arahan-arahan yang begitu berharga selama Penulis menjalani
penelitian; serta kepada Bapak dan Ibu yang selama ini telah berjuang keras agar Penulis
bisa tetap sekolah sampai akhirnya dapat menyusun karya ilmiah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Pusat Studi Biofarmaka atas bantuannya dalamanalisis FTIR, Laboratorium Zoologi LIPI dalam analisis morfologi dengan SEM, Seafast
PAU IPB atas pengunaan alat pengering semprot, dan para laboran di Kimia Organik atas
bantuan teknisnya selama Penulis menjalani penelitian.
Pada kesempatan ini, Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas melalui Hibah Bersaing XIV Dikti tahun 2007 dan
Departemen Kimia melalui Hibah Penelitian Internal tahun 2006 yang telah mendanai
penelitian ini.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Februari 2008
Debby Isdarulyanti
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
6/45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 19 Februari 1986 dari pasangan Tatang
Rukmana dan Iis Prihatini. Putri pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2000 Penulis masuk Sekolah Menengah Umum 5 Cimahi, Bandung danpada tahun 2003 lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, Penulis menjadi finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa
Tingkat Nasional (PIMNAS) XIX tahun 2006, di Universitas Muhammadiyah Malang,
menjadi asisten praktikum Kimia pangan Analis Kimia pada tahun ajaran 2006/2007.
Penulis berkesempatan menjalani Praktik Lapangan di Laboratorium Quality Control PT
Novel, Bogor pada tahun 2006.
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
7/45
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. viii
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Kitosan dan Gel Kitosan ..................................................................................... 1
Gom Guar .......................................................................................................... 3
Indometasin Farnesil .......................................................................................... 3
Mikroenkapsulasi ............................................................................................... 4
Uji Stabilitas ...................................................................................................... 4
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ................................................................................................... 4
Ekstraksi Indometasin Farnesil dari Dialon dan Penentuan Kadarnya .............. 5
Pembuatan Mikrokapsul .................................................................................... 5
Uji Stabilitas ...................................................................................................... 5
Pencirian Mikrokapsul dengan SEM ................................................................. 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Indometasin Farnesil dalam Obat Dialon ................................................ 6
Pembuatan Mikrokapsul .................................................................................... 6
Uji Stabilitas ...................................................................................................... 6
Pencirian Morfologi Mikrokapsul ..................................................................... 9
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 11
LAMPIRAN .................................................................................................................... 13
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
8/45
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Spesifikasi kitosan niaga .......................................................................................... 2
2 Konsentrasi infar dalam mikrokapsul kitosan-gom guar........................................... 7
3 Persamaan laju penguraian infar semua formula mikrokapsul .................................. 8
4 Persentase infar yang masih tersalut setelah uji stabilitas 3 bulan... ......................... 8
5 Usia guna mikrokapsul kitosan-gom guar dengan zat aktif infar.............................. 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur kitosan......................................................................................................... 2
2 Struktur hidrogel kitosan (a) ikatan silang kitosan-kitosan, (b) jaringan polimerhibrid, (c) jaringan semi IPN, dan (d) kitosan berikatan silang ionik........................ 2
3 Struktur gom guar...................................................................................................... 3
4 Struktur indometasin farnesil .................................................................................... 35 Morfologi mikrokasul ............................................................................................... 4
6 Mikrokapsul (a) tanpa dan (b) dengan penambahan infar ......................................... 6
7 Foto-foto SEM permukaan mikrokapsul (a) kosong dan (b) berisi infar .................. 6
8 Kurva kadar air formula 1−5..................................................................................... 7
9 Kurva kadar air formula 6−9..................................................................................... 7
10 Foto-foto SEM permukaan mikro-kapsul setelah uji stabilitas: formula 3 (a),formula 4 (b), dan formula 5 (c).. .............................................................................. 10
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
9/45
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kadar air dan kadar abu kitosan (AOAC 1999) ........................................................ 142 Penentuan bobot molekul kitosan (Tarbojejevich & Cosani 1996) .......................... 15
3 Penentuan derajat deasetilasi (Domzsy & Robert dalam Khan et al. 2002).............. 17
4 Preparasi bahan-bahan yang digunakan .................................................................... 18
5 Diagram alir penelitian.............................................................................................. 19
6 Penentuan kemurnian infar dalam ekstrak obat metode spektrofotometri secarasimultan ..................................................................................................................... 20
7 Spektrum infar 99.2% dari PT Eisai Indonesia (a), vitamin E (α-tokoferol) (b),dan infar hasil ekstrak obat Dialon dengan spektrofotometer UV .. ......................... 22
8 Kadar air mikrokapsul infar (%) hasil uji stabilitas dipercepat pada T=(40±2) °Cdan RH (75±5)% selama 3 bulan............................................................................... 23
9 Deret standar infar untuk penentuan konsentrasi infar dalam ekstrak etanolmikrokapsul. .............................................................................................................. 24
10 Konsentrasi infar (%b/b) hasil uji stabilitas dipercepat pada T=(40±2) °C dan RH(75±5)% selama 3 bulan............................................................................................ 25
11 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])...................... 26
12 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 2 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])...................... 2713 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 3 (kitosan
1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])...................... 28
14 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 4 (kitosan1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])...................... 29
15 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 5 (kitosan1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])...................... 30
16 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan1.75% [b/v], gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])...................... 31
17 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 4.00% [v/v])...................... 32
18 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])...................... 33
19 Penentuan orde reaksi penguraian infar dalam mikrokapsul formula 1 (kitosan1.75% [b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan glutaraldehida 5.00% [v/v])...................... 34
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
10/45
PENDAHULUAN
Indometasin farnesil (infar) merupakansalah satu senyawa aktif obat yang sangat
efektif sebagai obat anti peradangan
nonsteroid (NSAID). Obat ini bersifat tidaklarut dalam air dan penggunaannya dalam
dosis tinggi dapat menyebabkan pendarahan
pada saluran pencernaan. Pengendalianpelepasan obat indometasin pernah dilakukan
dengan membuatnya dalam bentuk sediaan
mikrokapsul (Tiyaboonchai & Ritthidej 2003;
Yamada et al. 2001)
Kitosan merupakan aminopolisakarida
yang diperoleh melalui deasetilasi kitin. Kitin
merupakan biopolimer yang paling melimpah
di alam setelah selulosa, dan banyak
terkandung dalam limbah. Kitosan memiliki
sifat tidak beracun, biokompatibel,biodegradabel, bioadhesif, dan mampu
membentuk ikatan silang secara kovalen pada
gugus aminonya (Varhosaz & Reza 2005).
Selain itu, kitosan merupakan biopolimer
polikationik sehingga dapat membentuk gel
dalam suasana asam, misalnya di dalam
lambung (Sakinnen 2003). Karena sifat-sifat
tersebut, kegunaan kitosan dalam industri
farmasi dipelajari secara luas sebagai sistem
pengantaran obat terkendali.
Kitosan dalam bentuk gel atau lembaran
telah digunakan sebagai penyalut obat anti-peradangan ketoprofen (Yamada et al. 2001),
indometasin (Rana et al. 2004), dan
propanolol hidroklorida (Sutriyo et al. 2005).
Namun, gel kitosan yang dihasilkan mudah
rapuh. Beberapa penelitian telah dilakukan
untuk memodifikasi sifat gel kitosan, diantaranya dengan menambahkan poli(vinil
alkohol) (PVA) sebagai bahan saling tembus
(interpenetrating agent ) dan glutaraldehida
sebagai penaut silang (Wang et al. 2004).
Penambahan dua bahan tersebut dapat
memperbaiki gel kitosan yang terbentukdengan menurunkan waktu gelasi dan
meningkatkan kekuatan mekanik gel.
Hidrokoloid alami juga telah banyak
ditambahkan untuk memodifikasi gel kitosan,
antara lain gom guar (Sugita et al. 2006a),
alginat (Sugita et al. 2006b dan Cardenas et al 2003), karboksimetil selulosa (Sugita et al.
2006c), dan gom xantan (Sugita et al. 2007a).
Keempat hasil modifikasi tersebut berpotensi
sebagai membran dan secara mekanik lebih
kuat daripada gel kitosan.Berdasarkan penelitian Sugita et al.
(2006a) gel kitosan yang terbentuk dengan
penambahan penaut-silang glutaraldehida dan
gom guar sebagai bahan saling tembus,
memiliki sifat reologi yang lebih baik dan
berpotensi sebagai sistem pengantaran obat.Gom guar sendiri pernah dimanfaatkan untuk
memperbaiki sistem pengantaran obat untuk
mengobati radang dan kanker usus besar
(Kshirsagar 2000).Mekanisme difusi obat ketoprofen dari
membran kitosan-gom guar telah dipelajarioleh Nata et al. (2007b). Sementara laju
disolusi infar dalam medium usus telah
dipelajari Mubarok (2007). Waktu paruh
pelepasan infar dalam uji disolusi ini, ialah 51
menit. Kedua penelitian tersebut menunjukkanhasil bahwa mikrokapsul kitosan-gom guar
mengalami pembesaran pori ketika kontak
dengan cairan.
Mikrokapsul kitosan-gom guar dengan zat
aktif infar merupakan sediaan obat yang baru,
sehingga perlu dilakukan uji stabilitas untukmengetahui kestabilan dan usia gunanya. Hal
ini perlu dilakukan agar mutu, keamanan, dan
khasiat obat selama penggunaan terjamin
(Anonim 2005).
Uji stabilitas yang dipercepat dilakukan
dalam penelitian ini selama 3 bulan dengansuhu (40±2) °C dan kelembapan relatif
( Relative Humidity, RH) (75±5)%. Pemilihan
kondisi ini didasarkan pada pembagian
wilayah oleh International Conference on
Harmonization (ICH). Indonesia masuk ke
dalam zona 4, yaitu daerah tropis atau lembap
dan panas (Agoes 2001).. Uji stabilitas yangdilakukan dibatasi pada uji stabilitas kimia
(kadar infar) dan fisika (kadar air). Data hasil
pengukuran kadar infar digunakan untuk
menentukan orde reaksi yang merupakan
parameter kinetika reaksi penguraian infar,
yang diperoleh dengan menggunakan metode
grafis.
TINJAUAN PUSTAKA
Kitosan dan Gel Kitosan
Kitosan merupakan biopolimer
polikationik linear yang tersusun dari unit
berulang 2-amino-2-deoksi-D-glukopiranosa
yang terhubung oleh ikatan β-(1,4) (Gambar1). Kitosan merupakan hasil deasetilasi kitin
dalam larutan basa atau secara biokimia
(Abreu et al. 2005). Struktur kitosan hampir
sama dengan selulosa; perbedaannya terletak
pada gugus C-2. Gugus hidroksil padaselulosa disubstitusi oleh gugus amino
(Sutriyo et al. 2005).
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
11/45
O
NH2
OH
CH2OH
O
NH2
OH
CH2OH
OOO
n Gambar 1 Struktur kitosan.
Kitosan, (C6H11NO4)n, dapat berupapadatan amorf putih, serpihan bening, atau
bubuk berwarna gading, yang tidak larut
dalam air, alkohol, aseton, dan larutan basa,
tetapi larut dalam asam organik maupun
anorganik. Kitosan larut dalam kebanyakan
asam organik pada pH sekitar 4, tetapi tidaklarut pada pH lebih besar dari 6.5. Dalam
asam anorganik, seperti HCl dan HNO3,kitosan larut pada konsentrasi 1.1%, tetapi
tidak larut pada kadar 10% (Jamaludin 1994).
Mutu kitosan ditentukan dari nilai derajatdeasetilasi (DD), kadar abu, kadar air, dan
viskositas yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Spesifikasi kitosan niaga*
Parameter Ciri
Ukuran partikel Serpihan
sampai bubuk
Kadar air < 10%
Kadar abu < 2%
Derajatdeasetilasi > 70%
Warna larutan Tidak berwarna
Viskositas (cps)
Rendah < 200
Medium 200–799
Tinggi 800–2000
Sangat tinggi > 2000
*Sumber: Anonim (1987) dalam Jamaludin (1994)
Kitosan membentuk gel dalam larutanasam asetat 1%. Gel ialah jejaring tiga
dimensi dari molekul primer, yang terentangpada seluruh volume gel dan memerangkap
sejumlah pelarut di dalamnya [Oakenfull
(1984) dalam Nuraini (1994); Tobolsky
(1943) dalam Fardiaz (1989)]. Gel yang dapatmenahan air dalam strukturnya disebut
hidrogel (Wang et al. 2004). Berdasarkan
sifatnya, hidrogel dapat digolongkan menjadi
hidrogel kimia dan fisika. Hidrogel kimia
dibentuk dari reaksi ireversibel, yangmelibatkan ikatan silang secara kovalen,
sedangkan, hidrogel fisika dibentuk oleh
reaksi yang dapat-balik, dengan ikatan-silang
terjadi secara ionik (Stevens 2001 dan Berger
et al. 2004). Contoh hidrogel kimia adalah
hidrogel kitosan.Ikatan-silang kovalen dalam hidrogel
kitosan dapat dibedakan menjadi empat
bagian. Pertama, ikatan-silang kitosan-
kitosan. Kedua, jaringan polimer hibrida (hybrid polymer network [HPN]). Ketiga,
jaringan polimer saling-tembus tanggung atauutuh (semi- interpenetrating polymer network
(IPN) atau full-IPN,). Keempat, kitosan
berikatan silang ionik. Keempat jenis ikatan
kovalen dalam hidrogel kitosan ditampilkan
pada Gambar 2 (Berger et al. 2004).
Gambar 2 Struktur hidrogel kitosan:
(a) ikatan silang kitosan-kitosan,
(b) jaringan polimer hibrida,
(c) jaringan semi-IPN, dan
(d) kitosan berikatan silang ionik.
Ikatan silang kitosan-kitosan terjadi antaradua unit struktural pada rantai polimer kitosanyang sama. Reaksi penautan silang pada HPN
terjadi antara satu unit dari struktur rantai
kitosan dan unit lain dari struktur polimer
tambahan. Jaringan semi-IPN atau full-IPN
terjadi jika ditambahkan polimer lain yang
tidak bereaksi dengan larutan kitosan sebelumterjadi ikatan silang. Jaringan semi-IPN,
terbentuk jika polimer yang ditambahkan
hanya melilit, sementara pada full-IPN,
terbentuk jika ditambahkan dua senyawa
penaut-silang yang terlibat pada jejaringan
(Berger et al. 2004).Wang et al. (2004) melaporkan bahwa
modifikasi gel kitosan dengan penambahan
PVA sebagai agen saling tembus dan
glutaraldehida sebagai penaut silang dapat
menurunkan waktu gelasi dan meningkatkankekuatan mekanik gel. Sugita et al. (2006a)
melaporkan bahwa gel kitosan dengan
penambahan hidrokoloid alami gom guar
berpotensi sebagai membran dan kekuatan
mekaniknya lebih kuat dibandingkan dengan
gel kitosan. Gel ini berdasarkan optimalisasidengan program Minitab Release 14 memiliki
kondisi optimum pada konsentrasi kitosan,
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
12/45
gom guar, dan glutaraldehida berturut-turut
2.5% (b/v), 4.86% (b/v), dan 0.33% (v/v),dengan sifat reologi kekuatan gel, titik pecah
(break point ), ketegaran (rigidity),
pembengkakan (swelling), dan pengerutan
(sineresis; shrinking) pada kondisi optimumberturut-turut 553.439 g/cm
2; 0.968 cm; 4.147
g/cm; 4.0772 g; dan 1.2738 g.Nata et al. (2007b) melaporkan bahwa
membran kitosan-gom guar sebelum diuji
difusi tidak menunjukkan adanya pori, tetapi
setelah diuji difusi terdapat lubang-lubang
kecil dangkal yang tidak menembus membran.Proses pembengkakan membran yang disertai
dengan pembukaan pori ini dapat membuat
obat terlepas ketika mikrokapsul berinteraksi
dengan cairan di dalam tubuh. Sementara itu,
Mubarok (2007) melaporkan bahwa
mikrokapsul optimum infar tersalut kitosan-gom guar terjadi pada komposisi penyalut
gom guar 0.05% (b/v) dan glutaraldehida 4%
(v/v) dalam larutan kitosan yang
konsentrasinya dibuat tetap, yaitu 1.75%
(b/v). Perilaku disolusi mikrokapsul optimum
ini dalam medium yang menyerupai pH usus[larutan bufer fosfat pH 7.2-air (1:4)]
mengikuti kinetika reaksi orde pertama
dengan tetapan laju pelepasan (k ) infar dari
mikrokapsul sebesar 0.0136 menit-1 dan waktu
paruh, t 1/2, 51 menit.
Gom Guar
Gom guar merupakan hidrokoloid alami
yang diperoleh dari biji Cyamopsis
tetragonolobus dan Cyamopsis psoraloides
(famili Leguminosae yang ditemukan di barat
laut India dan Pakistan (Nussinovitch 1997).
Pengolahan yang dilakukan meliputi
pemisahan secara mekanik terhadap kulit biji,
lalu lembaganya dibuang, dan endosperma
yang mengandung gom digiling menjadi
tepung halus (Fardiaz 1989). Gom guar
merupakan galaktomanan dengan D-galaktosa
berikatan α(1→6) pada rantai tulangpunggung β(1→4) D-manopiranosa (Gambar
3) (Chaplin 2005).
HO
H
H
O
H
H
OH
CH2OH
HO
O
O
CH2
OH
H
CH2OH
H
HH
OHOH
H
OH
HH
OHH
n
OH
OH
Gambar 3 Struktur gom guar.
Gom guar tidak bermuatan, dan juga
bersifat kompatibel dengan hampir semuahidrokoloid. Secara khusus dengan karaginan
atau gom xantan, dapat terjadi interaksi
sinergis. Interaksi gom guar dengan kitosan
tidak menghasilkan gel, tetapi hanyameningkatkan kekentalan karena derajat
substitusi rantai molekulnya yang tinggimengurangi interaksi (Fardiaz 1989).
Gom guar berfungsi sebagai bahan saling
tembus yang diharapkan dapat menghasilkan
sifat gel kitosan yang lebih baik. Sifat jaringan
serta interaksi yang mengikat keseluruhan gelmenentukan kekuatan, stabilitas, dan tekstur
gel. Untuk memperkuat jaringan internal gel
ini biasanya digunakan molekul lain sebagai
pembentuk ikatan-silang, dalam penelitian ini
digunakan glutaraldehida.
Indometasin Farnesil
Indometasin farnesil dengan rumus kimia
C34H40ClNO4 (562.15 g/mol) merupakan
senyawa yang tidak larut dalam air dan lazim
digunakan sebagai senyawa aktif dalam obatanalgesik atau obat anti peradangan yang aktif
pada jaringan (Gambar 4). Indometasin
farnesil yang digunakan dalam penelitian
diekstraksi dari obat Dialon yang diperoleh
dari PT Eisai. Dialon merupakan farnesol larut
lemak yang diesterifikasi dengan indometasin,
didistribusikan dengan baik dan menunjukkanafinitas yang tinggi di dalam jaringan daerah
radang. Studi klinis menunjukkan bahwa
Dialon sangat bermanfaat terhadap artritis
reumatoid, osteoartritis, dan lumbago.
C O
N
O
O
O
Cl Gambar 4 Struktur indometasin farnesil
(Eisai 2007).
Indometasin farnesil berupa cairan
berminyak warna kuning muda. Obat ini
sangat mudah larut dalam aseton, kloroform,
asetonitril, atau eter; larut dalam etanol
absolut; sedikit larut dalam metanol; serta
tidak larut dalam air.
Efek analgesik dan anti peradangan infar
diduga terjadi dengan cara menghambat
aktivitas siklooksigenase yang berperan dalam
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
13/45
biosintesis prostaglan-din. Penyerapan infar
terjadi di saluran pencernaan, tetapi jika jumlahnya berlebihan dapat mengakibatkan
pendarahan pada saluran pencernaan
Dosis oral infar untuk orang dewasa
sebesar 200 mg, dua kali sehari pada pagi danmalam hari setelah makan. Waktu paruh
indometasin farnesil di dalam darah ialah 5–6 jam setelah pemberian, dan hilang dari dalam
darah setelah 24 jam (Eisai 2007).
Mikroenkapsulasi
Mikroenkapsulasi merupakan suatu teknik
penyalutan bahan yang ukurannya sangat
kecil, hasilnya disebut mikrokapsul
(Yoshizawa 2004). Mikroenkapsulasi dapat
dilakukan secara fisika atau kimia. Pembuatan
mikrokapsul yang termasuk metode fisikaialah pengeringan semprot (spray drying),
piringan pemutar (rotating dish), stationary
extrusion nozzle, centrifugal extrusion nozzle,
submerged extrusion nozzle, dan pelapisan
suspensi udara. Sementara metode kimia
antara lain polimerisasi antarmuka,polimerisasi in-situ, polimerisasi matriks,
penguapan pelarut, dan pemisahan fase
(Beneta 1996).
Mikrokapsul merupakan partikel kecil
yang berisi senyawa aktif atau bahan inti yang
dibungkus oleh suatu lapisan atau cangkang.
Mikrokapsul komersial biasanya berdiameter3−800 µm dan berisi 10−90% bobot. Sebagian
besar kapsul terbuat dari polimer organik baik
alami maupun sintetik (Beneta 1996).
Mikrokapsul dapat diklasifikasikan ke
dalam tiga kategori dasar berdasarkan
morfologinya, yaitu berinti tunggal, berinti
banyak, dan jenis matriks (Yoshizawa 2004)
(Gambar 5). Mikrokapsul yang berinti banyak
terkadang tidak beraturan bentuknya.
Mikrokapsul yang dihasilkan dengan metode
pengeringan semprot berinti banyak dan tidak
beraturan dengan diameter sekitar 10−300 µm
(Beneta 1996).
Gambar 5 Morfologi mikrokapsul (Yoshizawa
2004).
Kelebihan mikrokapsul di antaranya
adalah dapat mengendalikan pelepasan obatyang dienkapsulasi serta melindungi bahan
yang dienkapsulasi dari oksidasi dan reaksi
deaktivasi oleh lingkungan. Selain itu,
mikrokapsul juga mempertahankan bau danrasa dari bahan yang dienkapsulasi, dan
memudahkan penanganan bahan obat yangberupa bubuk (Yoshizawa 2004).
Uji Stabilitas
Stabilitas didefinisikan sebagaikemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan sepanjang
periode penyimpanan dan penggunaan,
dengan sifat yang sama seperti ketika produk
dibuat. Stabilitas dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu, radiasi, dankelembapan. Selain itu, ukuran partikel, pH,
sifat air dan pelarut yang digunakan, sifat
kemasan, dan keberadaan bahan kimia lain
yang merupakan kontaminan atau berasal dari
pencampuran produk berbeda yang sengaja
ditambahkan juga dapat memengaruhistabilitas sediaan farmasi (Agoes 2001). Oleh
karena itu, perlu dilakukan uji stabilitas untuk
mengetahui berapa lama obat tersebut dapat
digunakan dengan aman dan masih memiliki
khasiat. Uji stabilitas yang biasa dilakukan
terhadap sediaan farmasi adalah uji stabilitas
fisika, kimia, mikrobiologi, stabilitas terapi,dan stabilitas toksikologi.
Setiap sediaan obat baru harus diuji
stabilitasnya untuk mengetahui usia guna dari
sediaan tersebut sebagai syarat registrasi.
Selain itu, juga untuk mengevaluasi formula
obat yang dibuat. ICH menetapkan aturan uji
stabilitas obat-obatan dalam dokumen Q1A.
Berdasarkan dokumen tersebut uji stabilitas
untuk bahan aktif atau sediaan farmasi baru,
dapat dilakukan dalam jangka panjang atau
dipercepat. Uji jangka panjang dilakukan
selama 12 bulan pada suhu (30±2) °C dan RH
(60±5)% atau (25±2) °C dan RH (65±5)%,sedangkan untuk uji dipercepat dilakukan
selama 6 bulan pada suhu (30±2) °C dan RH
(60±5)% (ICH 2003) atau selama 3 bulan
pada suhu (40±2) °C dan RH (75±5) %
(Agoes 2001 & ICH 2003).
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kitosan dari CV Dinar
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
14/45
Cikarang Bekasi yang memiliki kadar air
10.80%, kadar abu 0.53% (Lampiran 1), BM3090.45 g mol-1 (Lampiran 2), dan DD
70.13% (Lampiran 3), air suling, CH3COOH
98% teknis, glutaraldehida 25%, standar
vitamin E (α-tokoferol) 98% Merck, etanolabsolut, etanol 96% teknis, gom guar, Tween-
80, obat Dialon dan standar indometasinfarnesil 99.2% dari PT Eisai Indonesia, kertas
saring Whatman, dan kapsul No 00.
Peralatan yang digunakan meliputi FTIR
Bruker jenis Tensor 37 di Pusat Studi
Biofarmaka IPB, mositure analyzer PreciseHA 60, mikroskop elektron payaran (SEM)
JOEL-JSM-5310LV di Laboratorium Zoologi
LIPI Cibinong Bogor, oven J.P. Selecta,
pengering semprot Buchi 190 di Seafast PAU
IPB, penghomogen Armfield L4R, viskometer
Ostwald 100 ml Pyrex, spektrofotometerultraviolet (UV) Shimadzu Pharmaspec 1700
di Laboratorium Bersama FMIPA IPB,
climatic chamber di Laboratorium Farmasi
dan Medika BPPT, serta alat-alat kaca
lainnya.
Ekstraksi Indometasin Farnesil dari Dialon
dan Penentuan Kadarnya
Sebanyak 30 g obat Dialon
dilarutkan dalam 1l etanol 96%. Larutan yang
terbentuk disaring dengan kertas Whatman,
lalu dipekatkan. Ekstrak pekat ditimbangsebanyak 0.0108 g dan dilarutkan dalam 100
ml etanol 96%. Dibuat pula deret standar infar
0, 2, 4, 6, 8, 12, dan 18 ppm, serta deret
standar vitamin E 0, 2, 8, dan 18 ppm dalam
etanol 96%. Kedua deret standar tersebut
diukur absorbansnya pada λmaks infar (320.2
nm), dan vitamin E (290.6 nm)yang diperoleh
dari pengukuran sebelumnya, begitu juga
ekstrak infar yang disiapkan sebelumnya.
Pembuatan Mikrokapsul (Mubarok 2007)
Mula-mula dibuat larutan kitosan 1.75%(b/v) dengan pelarut asam asetat 1% (v/v)
(Lampiran 4). Sebanyak 228.6 ml larutan ini
ditambahkan 38.1 ml larutan gom guar dengan
ragam kadar 0.05, 0.19, dan 0.33% (b/v)
sambil diaduk sampai homogen. Setelah itu,
dilakukan penambahan 7.62 ml glutaraldehida
perlahan-lahan sambil diaduk, dengan ragam
kadar 4, 4.5, dan 5% (v/v). Campuran diaduk
dengan pengaduk megnetik selama 20 menit
untuk penyeragaman.
Campuran kitosan-gom guar tersebut
kemudian dicampurkan dengan 100 mg infar
yang telah dilarutkan dalam 250 ml etanol
96%, dan diberi 5 ml Tween-80 2% sambil
diaduk. Campuran akhir ini diaduk selama 1 jam pada suhu kamar sebelum dibuat menjadi
mikrokapsul dengan alat pengering semprot
sampai terbentuk serbuk halus. Alat pengering
semprot yang digunakan mempunyai ukurandiameter lubang 1.5 mm dan diatur pada suhu
inlet 170−185 °C, suhu outlet 65−95 °C,
pompa dengan laju alir 60 rpm, dan tekanansemprot pada skala 2 bar. Mikrokapsul kosong
tanpa penambahan infar juga dibuat.
Pembuatan mikrokapsul dilakukan sebanyak
dua kali ulangan. Diagaram alir penelitian ini
ditampilkan pada Lampiran 5.
Uji Stabilitas
Setiap formula mikrokapsul dikemas ke
dalam kapsul, 1 kapsul berisi 200 mg.Mikrokapsul yang sudah dikemas dimasukkan
ke dalam botol cokelat 100 ml. Setiap botolcokelat diisi 18 kapsul, masing-masing 2
kapsul dari sembilan formula yang berbeda.
Karena pengamatan dilakukan setiap minggu
sampai 12 minggu, disiapkan 12 botol seperti
itu.
Botol yang berisi kapsul disimpan di
dalam climatic chamber dengan suhu (40±2)
°C dan RH (75±5)% selama 3 bulan.
Seminggu sekali mikrokapsul diukur kadar
infar dan kadar airnya. Begitu pula pada
minggu ke-0, yaitu bersamaan dengandimasukkannya mikrokapsul ke dalam
climatic chamber.
Kadar infar diukur dengan mengekstraksi
0.1000 g mikrokapsul sebanyak 3 kali,
masing-masing dengan 15 ml etanol 96%
selama 1 jam. Absorbansnya diukur pada
panjang gelombang 320.4 nm dengan
spektrofotometer UV. Sementara kadar airnya
diukur dengan moisture analyzer .
Pencirian Mikrokapsul dengan SEM
Pencirian SEM dilakukan terhadapmikrokapsul kosong dan salah satu
mikrokapsul formula 1 yang berisi infar yang
belum diuji stabilitasnya. Selain itu dilakukan
juga terhadap mikrokapsul formula 3, 4, dan 5
yang telah diuji stabilitasnya.
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
15/45
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Indometasin Farnesil dalam Obat
Dialon
Analisis hasil ekstraksi obat Dialondengan spektrofotometer UV secara simultan
menunjukkan bahwa dalam 0.0108 g ekstrak
obat terkandung 0.0106 g infar (Lampiran 6),sehingga kadar infar dalam ekstrak obat
adalah 98.15%. Sisanya adalah bahan pengisi
tambahan, yaitu vitamin E dan natrium
dodesil sulfat. Tingginya kadar infar dalam
ekstrak ini juga dibuktikan dengan kedekatan
λmaks antara infar hasil ekstraksi dan standar ,
berturut-turut 320.4 nm dan 320.2 nm dalam
pelarut etanol 96% (Lampiran 6).
Pembuatan Mikrokapsul
Banyaknya mikrokapsul hasil
pengeringan semprot adalah kira-kira 1.500 g
untuk setiap 500 ml campuran mikrokapsul.
Mikrokapsul ini berbentuk serbuk halus
berwarna kuning, kering, mudah rapuh, dan
higroskopis. Mikrokapsul kosong, memiliki
warna kuning kecokelatan (Gambar 6). Hal inididuga akibat warna kuning dari infar lebih
muda dibandingkan dengan warna larutan
kitosan.
(a)
(b)
Gambar 6 Mikrokapsul (a) tanpa dan (b)
dengan penambahan infar.
Berdasarkan hasil pencirian mikrokapsul
dengan SEM, mikrokapsul kosong (Gambar7a) seragam bentuk dan ukurannya daripada
mikrokapsul yang berisi infar (Gambar 7b).
Kisaran diameter mikrokapsul kosong 1.43–
5.74 µm, sedangkan yang berisi infar 1.43–12.20 µm. Bertambahnya diameter
mikrokapsul menunjukkan bahwa infar telahtersalut oleh kitosan-gom guar. Namun,
penyalutannya tidak seragam, yang diduga
karena sebagian gel kitosan-gom guar tidak
menyalut infar atau hanya sedikit, atau hanya
menempel di permukaan membran.
(a)
(b)
Gambar 7 Foto-foto SEM permukaan
mikrokapsul (a) kosong dan (b)
berisi infar.
Uji Stabilitas
ICH 2003 memasukkan negara Indonesia
ke dalam zona ke-4 (panas dan lembap/tropis).
Oleh karena itu, uji stabilitas dipercepat untuk
sediaan obat yang diproduksi dan digunakan
di Indonesia dilakukan pada suhu 40±2 °C danRH 75±5 %. Uji dilakukan selama 3 bulan.
Dengan penggunaan waktu yang singkat,
tetapi diimbangi oleh penggunaan suhu dan
RH yang ekstrem, hasil yang diperoleh
diharapkan dapat mewakili masa kedaluwarsa
sesungguhnya. Uji stabilitas yang dilakukan
pada penelitian ini meliputi pengukuran kadarair dan kadar infar.
20 kV×3500
20 kV ×2000
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
16/45
Kadar Air
Kadar air yang rendah (≤ 10%) sangat
diharapkan dari suatu sediaan obat, agarkestabilannya lebih lama. Namun, kadar air
untuk 9 formula mikrokapsul dalam penelitianini (Lampiran 8) tergolong tinggi (>10%),
yaitu 16.47–21.13% dan berfluktuasi (Gambar
8 dan 9). Kadar air yang tinggi ini diduga
diakibatkan oleh sifat membran kitosan-gomguar yang higroskopis. Sugita et al. (2006a)
melaporkan bahwa gom guar memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menyerap air.
Sementara kadar air yang berfluktuatif diduga
diakibatkan oleh diameter mikrokapsul yang
dibuat kurang seragam.
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (minggu)
K a d a r A i r ( % )
formula 1 formula 2 formula 3
formula 4 formula 5
Gambar 8 Kurva kadar air formula 1−5.
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu (minggu)
K a d a r A i r ( %
formula 6 formula 7
formula 8 formula 9
Gambar 9 Kurva kadar air formula 6−9.
Air yang terserap akan membengkakkan
mikrokapsul sehingga pori-porinya membesar
dan infar yang berada di dalamnya mudahterlepas. Tingginya kadar air juga menyokong
pertumbuhan mikroorganisme dan memacu
beberapa reaksi kimia yang bersifat merusak
(Winarno 1997). Mikrob yang tumbuh
biasanya bakteri atau jamur, di antaranya
Staphylococcus aureus. Adanya mikrob dan
jamur pada obat dapat mengurangi khasiatnya.
Kadar Indometasin Farnesil
Penetapan kadar infar dalam mikrokapsulselama uji stabilitas dilakukan secara
spektrofotometri. Kurva standar yang
digunakan disajikan pada Lampiran 9. Kadar
infar yang tersalut membran kitosan-gom guarpada minggu ke-0 untuk semua formula
mikrokapsul sekitar 5−9%(b/b) (Tabel 2)..
Tabel 2 Konsentrasi infar dalam mikrokapsulkitosan-gom guar
[Infar]d
(%b/b)F
a [GG]b
(%b/b)
[Glu]c
(%b/b) minggu
ke-0
minggu
ke-12
1 0.05 4.00 8.85 6.12
2 4.50 9.72 7.21
3 5.00 8.14 5.32
4 0.19 4.00 6.43 4.27
5 4.50 6.09 4.65
6 5.00 5.71 5.34
7 0.33 4.00 8.67 5.65
8 4.50 5.31 3.83
9 5.00 7.93 4.25a) formula mikrokapsul;b) konsentrasi gom guar;c) konsentrasi glutaraldehida;d) konsentrasi indometasin farnesil
Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2,
setelah 3 bulan penyimpanan kadar infar yang
tersalut menurun untuk semua formula
mikrokapsul. Hal tersebut biasa terjadi pada
suatu sediaan obat yang diuji stabilitasnya.
Namun, sediaan obat yang stabil hanya
mengalami penurunan kadar zat aktif tidaklebih dari 10%. Penurunan kadar infar yang
tersalut diduga terjadi karena membran
kitosan-gom guar membengkak saat disimpan
di dalam climatic chamber . Menurut Nata et
al. (2007b) suhu yang tinggi (40±2 °C) dan
didukung dengan kadar air yang tinggi
(Huang et al. 2006) dapat membengkakkan
membran, sehingga pori-pori pada
permukaannya akan membesar dan
menyebabkan zat aktif di dalamnya mudah
terlepas. Semakin lama mikrokapsul ini
dikondisikan pada suhu yang tinggi diduga
semakin banyak infar yang terlepas. Hal initerlihat pada Lampiran 10: dari minggu ke
minggu kadar infar yang masih tersalut
cenderung menurun.
Hasil pengukuran kadar infar yang
masih tersalut digunakan untuk penentuan
orde reaksi penguraian obat ini. Data lengkaptersaji di Lampiran 10, tetapi yang digunakan
untuk penentuan orde ialah seri ulangan yang
memberikan nilai R2 paling tinggi. Penentuan
orde dilakukan dengan metode grafis untuk
orde ke-0, ke-1, ke-2, dan ke-3 (Atkins 1996)
yang persamaannya berturut-turut ialah
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
17/45
[ ] [ ] kt t −= 0ΑΑ ……......……...................(1)
[ ] [ ] kt t −= 0ΑlnΑln ………......................(2)
[ ] [ ]
kt
t
+
Α
=
Α 0
11…..………….................(3)
[ ] [ ]kt
t
+=2
Α2
1
2Α2
1
0
..……...….............(4)
dengan
k = tetapan laju reaksi penguraian
infart = waktu (minggu)
[A]0 = kadar infar tersalut pada minggu
ke-0
[A]t = kadar infar yang tersisa pada
minggu ke-t
Berdasarkan nilai R2 terbesar yang
diperoleh diketahui mikrokapsul formula 2 ,4 ,
dan 5 cenderung mengikuti orde reaksi ke-0.
Sementara formula 3 dan 7 cenderung
mengikuti reaksi orde ke-2, serta formula 1, 6,
dan 8−9 cenderung mengikuti orde reaksi ke-3. (Tabel 3). Data yang lengkap disajikan pada
Lampiran 11−19. Kecilnya nilai R2 yangdiperoleh untuk semua formula pada keempat
orde, diduga karena mikrokapsul yang
dihasilkan dari pengeringan semprot tidak
seragam, diameternya 1.43–12.20 µm
(Gambar 7b).
Tabel 3 Persamaan laju penguraian infar
semua formula mikrokapsul
Fa
Persamaan lajupenguraian infar
Ordereaksi
R2
1 y=0.0006 x+0.0065 3 0.9391
2 y=−0.2448 x+10.0720 0 0.9132
3 y=0.005 x+0.1285 2 0.8990
4 y=−0.3888 x+7.2495 0 0.9878
5 y=−0.2440 x+7.1713 0 0.9252
6 y=0.0008 x+0.0146 3 0.81677 y=0.0049 x+0.1238 2 0.7791
8 y=0.0024 x+0.0083 3 0.8964
9 y=0.0049 x+0.0086 3 0.9464a) formula mikrokapsul
Setelah diperoleh persamaan dan orde
reaksi, persentase infar yang masih tersalut
setelah 3 bulan (%[A]t ) dapat dihitung
berdasarkan persamaan
0
[A]
[A]%[A]
t
t = x. 100%............................(5)
[A]t diperoleh dari persamaan orde reaksi
(Tabel 3) dengan memasukkan t = 12 minggu,
sedangkan [A]0 diperoleh dari nilai intersep
persamaan tersebut. Hasil perhitungan %[A]tditampilkan pada Tabel 4, nilainya
35.64−77.67%.
Tabel 4 Persentase infar yang masih tersalut
setelah uji stabilitas selama 3 bulan
Fa [A]0
b
(%b/b)
[A]12c
(%b/b)
[A]hd
(%)
[A]t e
(%)
1 8.77 6.04 31.12 68.88
2 10.07 7.13 29.17 70.83
3 7.78 5.30 31.83 68.17
4 7.25 2.58 64.36 35.64
5 7.17 4.24 40.83 59.17
6 5.85 4.54 22.33 77.67
7 8.08 5.48 32.20 67.80
8 7.76 3.67 52.70 47.309 7.62 4.15 45.54 54.46
a) formula mikrokapsul;b) kadar infar minggu ke-0;c) kadar infar minggu ke-12;d) % infar yang hilang;e) % infar yang masih tersalut
Menurut Agoes (2001), suatu sediaan obat
dikatakan stabil jika kadar zat aktif yang
masih tersalut setelah uji stabilitas jangka
panjang sekurang-kurangnya 90%. Persentaseinfar untuk semua formula setelah 3 bulan
rata-rata menunjukkan nilai yang kecil,
kecuali formula 2 (70.83%) dan 6 (77.67%),dan seluruhnya masih lebih rendah daripada
batas minimum untuk uji stabilitas. Formula
yang stabilitasnya terbaik ialah formula 6(kitosan 1.75 % [b/v], gom guar 0.19 % [b/v],
dan glutaraldehida 5.00 % [v/v]), diikuti
berturut-turut oleh formula 2, 1, 3, 7, 5, 9, 8,
dan formula 4 (kitosan 1.75% [b/v], gom guar
0.19% [b/v], dan glutaraldehida 4.50% [v/v])
(Tabel 4).
Penentuan Usia Guna Berdasarkan Orde
Reaksinya
Hasil uji stabilitas selanjutnya
digunakan untuk menentukan usia guna
mikrokapsul. Batasan 90% kadar indometasin
farnesil yang masih tersalut sebagai syarat
stabilitas obat dijadikan dasar penentuan usia
guna dari sediaan tersebut:
Orde ke-0
k
0]A[1.0
gunaUsia = .............................(6)
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
18/45
Orde ke-1
k
9.0IngunaUsia
−= ...............................(7)
Orde ke-2
k 0
]A[9
1gunaUsia = ..............................(8)
Orde ke-3
k 2
0]A[62.1
19.0gunaUsia = .........................(9)
Hasil perhitungan usia guna yang
ditampilkan pada Tabel 5, menunjukkan
bahwa kesembilan formula mikrokapsul
memiliki usia guna relatif rendah (paling lama
kurang lebih satu bulan). Berdasarkan usia
guna ini, mikrokapsul kitosan-gom guar yangdibuat belum dapat mengendalikan pelepasan
obat infar dengan baik. Urutan formula
mikrokapsul dari usia guna terpanjang sampai
terpendek ialah formula 6 (4.28 minggu≈30
hari), 2, 5, 3, 7, 1, formula 4 (1.86 minggu≈13
hari), 9, dan formula 8 (0.81 minggu≈6 hari).
Tabel 5 Usia guna mikrokapsul kitosan-gom
guar dengan zat aktif infar
Fa orde k R2 Usia guna
(minggu)
1 3
0.0006
%(b/b)-2
minggu-1 0.9391 2.54
2 00.2448
%(b/b)
minggu-1
0.9132 4.11
3 20.0050
%(b/b)-1
minggu-1
0.8990 2.85
4 00.3888
%(b/b)
minggu-1
0.9878 1.86
5 0
0.2440%(b/b)
minggu-1
0.9252 2.94
6 30.0008
%(b/b)-2
minggu-1
0.8167 4.28
7 20.0049
%(b/b)-1
minggu-1
0.7791 2.81
8 30.0024
%(b/b)-2
minggu-1
0.8964 0.81
9 30.0017
%(b/b)-2
minggu-1
0.9464 1.19
a) formula mikrokapsul
Berdasarkan kedua parameter uji stabilitas
mikrokapsul formula 6 (kitosan 1.75% [b/v],
gom guar 0.19% [b/v], dan glutaraldehida
5.00 %[v/v]) menunjukkan stabilitas yang
paling baik. Persentase infar yang masih
tersalut paling besar dan usia gunanya jugapaling panjang. Sementara itu, persentase
infar paling kecil ditunjukkan oleh formula 4,
dan usia guna paling pendek dimiliki formula
8 walaupun tidak berbeda jauh dengan usia
guna mikrokapsul formula 4. Keduanya sulit
untuk dibandingkan karena laju
penguraiannya mengikuti orde yang berbedaMenurut Berger et al. (2004) dan Sugita et
al. (2006a) penambahan senyawa pengikat
silang menyebabkan jejaring gel semakin
rapat dan cairan akan sulit masuk.
Penambahan gom guar dengan konsentrasi
sama pada mikrokapsul formula 4 dan 6mampu melemahkan ikatan, hanya saja
kekuatan ikatan membran pada mikrokapsul
formula 4 lebih lemah karena glutaraldehida
yang ditambahkan lebih sedikit, yaitu 4.00%
[v/v]. Karena itu, ketika disimpan pada suhuclimatic chamber yang tinggi (40±2 °C)membran mikrokapsul formula 4 akan lebih
membengkak dibandingkan dengan membran
formula 6 dan mengakibatkan infar
didalamnya terlepas lebih cepat.
Mikrokapsul formula 6 yang didapati
paling baik stabilitasnya bukanlah komposisi
gel yang paling kokoh ataupun yang palingrapuh. Mikrokapsul formula 7 (kitosan 1.75%
[b/v], gom guar 0.33% [b/v], dan
glutaraldehida 4.00% [v/v]) yang diperkirakan
paling rapuh dan mikrokapsul formula 3(kitosan 1.75% [b/v], gom guar 0.05% [b/v],
dan glutaraldehida 5.00% [v/v]) yang diduga
paling kokoh, justru memiliki stabilitas lebih
rendah, baik dilihat dari kadar infar yang
masih tersalut maupun usia gunanya.
Kekuatan membran yang sangat besar(konsentrasi glutaraldehida tinggi dan gom
guar rendah) agaknya membuat infar banyak
yang tersalut di permukaannya dan sulittersalut di kedalaman mikrokapsul.
Sebaliknya jika kekuatan membran rendah
(konsentrasi glutaraldehida rendah dankonsentrasi gom guar tinggi), jejaring gel
yang terbentuk akan renggang. Kedua hal ini
menyebabkan infar akan mudah lepas
sehingga persentase infar yang masih tersalut
lebih rendah dan usia gunanya lebih singkat.
Pencirian Morfologi Mikrokapsul
Pencirian morfologi mikrokapsul
dilakukan terhadap mikrokapsul formula 3, 4,
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
19/45
dan 5. Hal ini dilakukan karena ketersediaan
sampel yang mencukupi untuk pencirian
dengan SEM. Hasil SEM pada Gambar 10
menunjukkan diameter mikrokapsul formula 3
(1.98−15.60 µm) lebih besar daripada formula
4 (1.49−11.70 µm) dan 5 (2.72 −9.18 µm)yang telah diuji stabilitasnya, dan juga lebih
besar daripada mikrokapsul yang belum diuji
stabilitasnya (1.43−12.20 µm).
(a)
(b)
(c)
Gambar 10 Foto-foto SEM permukaan mikro-
kapsul setelah uji stabilitas:formula 3 (a), formula 4 (b), dan
formula 5 (c).
Konsentrasi gom guar untuk formula 4 dan
5 (0.19% [b/v]) lebih besar dari formula 3
(0.05% [b/v]), sedangkan konsentrasiglutaraldehida formula 3 (5.00% [v/v]) > 5
(4.50% [v/v]) > 4 (4.00% [v/v]). Semakin
rendah konsentrasi gom guar dan semakin
tinggi konsentrasi glutaraldehida, maka
jejaring gel semakin rapat. Hal ini
menyebabkan infar sulit masuk ke dalam
membran formula 3. Namun, kenyataannya
diameter mikrokapsul formula 3 lebih besar
daripada formula 4 dan 5 yang didugamemiliki jejaring yang lebih renggang.
Jejaring gel yang renggang diduga
mengakibatkan infar mudah masuk dan
keluar, sehingga mikrokapsul formula 4 dan 5
setelah uji stabilitas memiliki diameter lebih
kecil. Mikrokapsul formula 5 memiliki
konsentrasi glutaraldehida lebih tinggidaripada formula 4, sehingga diemeternya
lebih kecil.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kesembilan formula mikrokapsul
yang dibuat menunjukkan stabilitas kurang
baik dan usia gunanya relatif pendek. Dari 9
formula tersebut, mikrokapsul formula 6
dengan komposisi penyalut gom guar 0.19%
[b/v] dan glutaraldehida 5.00% [v/v] dalam
larutan kitosan yang dibuat tetap (1.75%
[b/v]), merupakan mikrokapsul yang paling
stabil dengan persentase infar yang masih
tersalut, tetapan laju reaksi, dan usia guna
berturut-turut 77.67%, 0.0008 (%b/b)-
2minggu-1, dan 4.28 minggu atau 30 hari.
Diameter mikrokapsul formula 3 (1.98−15.60
µm) lebih besar daripada diameter formula 4
(1.49−11.70 µm) dan 5 (2.72−9.18 µm) yang
telah diuji stabilitasnya, dan juga lebih besar
daripada diameter mikrokapsul yang belum
diuji stabilitasnya (1.43−12.20 µm).
Saran
Bahan baku yang digunakan maupun
mirokapsul yang dihasilkan sebaiknya
disimpan di dalam eksikator selama
penanganannya karena bersifat higroskopis
dan sangat berpengaruh terhadap stabilitas
mikrokapsul yang dibuat. Penambahan silika
gel dalam botol untuk uji stabilitas juga
diduga perlu agar kadar airnya lebih stabil
sehingga zat aktif tidak mudah terurai. Selain
itu, perlu dilakukan analisis denga mikroskop
elektron transmisi untuk mengetahui
ketebalan gel yang dihasilkan.
20 kV x 20002.72 -9.18 µm
20 kV x 2000
20 kV x 2000
1.49 -11.7 µm
1.98-15.6 µm
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
20/45
DAFTAR PUSTAKA
Abreu FR de, Sergio PCF. 2005. Preparationand characterization of carboxymethyl
chitosan. Polimerous: Ciencia e
Tecnologia 15:79-83.
Agoes G. 2001. Studi Stabilitas Sediaan
Farmasi. Bandung: Fakultas TeknologiFarmasi Program Pasca Sarjana Institut
Teknologi Bandung.
[Anonim]. 2005. Spray drying as a
microfabrication process. Upperton
Particle Technologies.
http://wawen\situs\upperton [24 Okt
2005].
[AOAC]. Association of Official AnalyticalChemist. 1999. Official Methods of
Analysis of AOAC International. 5th
Revision. Volume 2. Cunnif P (Editor).
Maryland: AOAC International.
Atkins PW. 1996. Kimia Fisik . Jilid 2. Ed ke-
4. Kartohadiprodjo II, penerjemah;.
Indarto PW, editor; Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Physical Chemistry.
Berger J et al. 2004. Structure and interactions
in covalently and ionically crosslinked
chitosan hydrogels for biomedical
application. Eur J Pharm Biopharm 57:19-
34.
Beneta S. 1996. Microcapsulation Method
and Industrial Application. New York:
Marcel Dekker.
Cardenas A, Monal WA, Goycoolea FM,
Ciapara IH, Peniche C. 2003. Diffusion
through membranes of polyelectrolyte
complex of chitosan and alginate. Macromol Biosci 3:535-539.
Chaplin M. 2005. Guar gum. London: South
Bank University. http://chem.skku.
ac.kr/~wkpark/tutor/mirror/www.martin.ch
aplin.btinternet.co.uk/hygua.html [3 Agu
2003].
[Eisai]. 2007. Dialon. Bogor: PT Eisai
Indonesia.
Fardiaz D. 1989. Hidrokoloid . Bogor: Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Huang J, Wang X, Yu X. 2006. Solute
permeation through the polyurethane-
NIPAAm hydrogel membranes with
various cross-linking densities. J
Desalination 192:125-131.
[ICH]. International Conference on
Harmonization. 2003. Guidance for Industry Q1A (R2) Stability Testing of New
Drug Substances and Products. Revision
2. U.S. Department of Health and Human
Services Food and Drug Administration.
http://www.fda.gov/cber/guidelines.htm.[12 Apr 2007].
Jamaludin MA. 1994. Isolasi dan pencirian
kitosan limbah udang windu (Penaeus
monodon fabricus) dan afinitasnya
terhadap ion logam Pb2+, Cr6+, dan Ni2+ [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Khan TA, Kok KP, Hung SC. 2002. Reporting
degree of deacetylation values of chitosan:the influence of analytical methods. J
Pharm Pharmeceut Sci 5:205-212.
Kshirsagar NA. 2000. Drug delivery system.
Indian J Pharmacol 32: 54-61.S
Mubarok M. 2007. Uji disolusi obat anti-peradangan yang tersalut gel kitosan-gom
guar [Skripsi]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor.
Nata F, Sugita P, Sjachriza A, Arifin B.
2007b. Diffusion behavior of ketoprofen
through chitosan-guar gum membranes.
Perilaku Difusi Ketoprofen Melalui
Membran Kitosan-Gom Guar . ProsidingSeminar International Conference and
Workshop on Basic science and Applied
Science. [6-7 Agustus 2007]. Nuraini D. 1994. Pengaruh jenis hidrokoloid
terhadap pembentukan gel cincau hitam( Mesona palustris BL) [tesis]. Bogor:
Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Nussinovitch A. 1997. Hydrocolloid Applications. Israel: Chapman-Hall.
Rana V, Kumar B, Dinesh G, Ashok KT.
2005. Sodium citrate cross-linked chitosan
film: optimalization as substitute for
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
21/45
human/rat/rabbit epidermal sheet. J Pharm
Pharmaceut Sci 8:10-17.
Sakinnen M. 2003. Biopharmaceutical
evaluation of microcrystalline chitosan as
release-rate-controlling hydrophilicpolymer in granules for gastro-retentive
drug delivery [disertasi]. Helsinki: Faculty
of Science, University of Helsinki.
Stevens MP. 2001. Kimia Polimer . Sopyan I,
penerjemah. Jakarta: Pradnya Paramita.
Terjemahan dari: Polymer Chemistry: An
Introduction.
Sugita P, Sjachriza A, Lestari SI. 2006a.
Sintesis dan optimalisasi gel kitosan-gom
guar. J Nature 9:32-36.
Sugita P, Sjachriza A, Wahyono D. 2006b.
Sintesis dan optimalisasi gel kitosan-
alginat. J Sains Teknol Indones 8:133-137.
Sugita P, Sjachriza A, Rachmanita. 2006c.
Sintesis dan optimalisasi gel kitosan-karboksimetilselulosa. Di dalam: Arifin B,
Wukirsari T, Gunawan S, Wahyuni WT,
editor. Sintesis dan Optimalisasi Gel
Kitosan-Karboksimetil Selulosa. Prosiding
Seminar Nasional Himpunan Kimia
Indonesia; Auditorium Rektorat IPB
Darmaga, 12 Sep 2006. Bogor:Departemen Kimia FMIPA Institut
Pertanian Bogor. .hlm. 380-386.
Sugita P, Sjachriza A, Utomo D.W. 2007a.
Optimization synthesis chitosan-xanthan
gum gel for metal adsorption. Sintesis dan
Optimalisasi Gel Kitosan-Gom Xantan.
Proceeding of 1st International Conference
on Chemical Sciences; Yogyakarta, 24-26
Mei 2007.
Sutriyo, Joshita D, Indah R. 2005.
Perbandingan pelepasan propanolol
hidroklorida dari matriks kitosan, etil
selulosa, dan hidroksipropil metil selulosa. Maj Ilmu Kefarmasian 2:145-153.
Tarbojevich M, Cosani A. 1996. Molecular
weight determination of chitin and
chitosan. Di dalam Muzarelli RAA &
Peter MG (Editor) 1997. Chitin Handbook .
Grottammare: European Chitin Society 85-
108.
Tiyaboonchai W, Ritthidej GC. 2003.
Development of indomethacin sustained
release microcapsules using chitosan-carboxymethyl cellulose complex
coacervation. Songklanakrin J Sci Technol
25:245-254.
Varhosaz J, Reza A. 2005. Effect of citic acids
as cross-lingking agent on insulin loaded
chitosan microspheres. Iranian Polym J 14: 647-656.
Wang T, Turhan M, Gunasekaram S. 2004.
Selected properties of pH-sensitive,
biodegradable chitosan-poly(vinyl alcohol)
hydrogel. Society of Chemical Industry.Polym Int 53:911-918.
Winarno. FG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia.
Yamada T, Onishi H, Machida Y. 2001. In vitro and in vivo evaluation of sustained
release chitosan-coated ketoprofen
microparticles. Yakugaku Zasshi 121:239-
245.
Yoshizawa H. 2004. Trend in
microencapsulation research. KONA 20.[terhubung berkala]. http.//www.kona.or.jp
/search/22_023.pdf [22 Sep 2005].
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
22/45
LAMPIRAN
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
23/45
Lampiran 1 Kadar air dan kadar abu kitosan
Analisis kadar air
Penentuan kadar air kitosan dilakukan dengan menggunakan alat mosture analizer .
Sebanyak ± 1.0000 g kitosan dimasukkan ke dalam cawan aluminium, kemudian cawan beserta
isinya dimasukkan ke dalam alat mosture analizer sampai bobot yang terbaca konstan.
Analisis kadar abu (AOAC 1999)
Penentuan kadar abu kitosan dilakukan dengan metode gravimetri. Cawan porselen
dibersihkan dan dimasukkan ke dalam tanur untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran yangmenempel dalam cawan, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak
± 0.5000 g kitosan dimasukkan ke dalam cawan tersebut dan dibakar dalam tanur pengabuandengan suhu 600 oC sampai diperoleh abu berwarna putih. Setelah itu, cawan beserta isinya
dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu kitosan dihitung dengan persamaan
sampelbobot
abubobotabuKadar = x 100%
Kadar air dan abu kitosan
Ulangan ke- Kadar air (%) Kadar abu (%)
1 10.71 0.44
2 10.90 0.53
3 10.78 0.62Rerata 10.80 0.53
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
24/45
Lampiran 2 Penentuan bobot molekul kitosan (Tarbojevich & Cosani 1996)
Bobot molekul kitosan ditentukan menggunakan metode viskometer Ostwald. Sebanyak
kira-kira 0.1000 g kitosan dilarutkan dalam 100 ml asam asetat 0.5 M, kemudian diambil sebanyak
10 ml dan dimasukkan ke dalam viskometer untuk ditentukan waktu alirnya. Pengukuran juga
dilakukan untuk beberapa konsentrasi kitosan lainnya.
Waktu alir larutan kitosan
Konsentrasi Waktu alir (detik) Rata-rataln(t / t o -1)
0.00 65.90 65.80
65.80
65.70
0.02 81.30 81.33 -1.44385
81.20
81.50
0.05 99.40 99.80 -0.66026
100.3099.70
0.07 126.10 126.47 -0.08117
126.70
126.60
0.09 129.40 129.17 -0.03763
129.10
129.00
Kemudian dibuat kurva hubungan antara η sp /c dengan c sehingga diperoleh persamaan:
lnη sp /c =ln [η ] + k’ [η ]2 c
y a b x
Kurva Penentuan Bobot Molekul
y = 22,87x - 1,8502
R2 = 0,9551
-2
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
Konsentrasi (%)
l n (
t / t o - 1 )
Hubungan konsentrasi larutan kitosan (%) dengan ln(t / t o -1)
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
25/45
Lanjutan Lampiran 2
Bobot molekul kitosan dihitung dengan menggunakan persamaan Mark-Houwink:
Viskositas relatif η r = η / η o ≅ t/t o
Viskositas spesifik η sp =η r -1
Viskositas intrinsik [η ] = (η sp / c)c=0η = KM
α
dengan K = 3.5 x 10-4 ml/g
α = 0.76t = waktu alir zat
t 0 = waktu alir pelarut
η = viskositas zat
η 0 = viskositas pelarut M = bobot molekul zat
Dengan menggunakan mode regresi linear diperoleh persamaan
Inη sp /c = In [η ]+k ’[η ]
2
c sama dengan y = -1.8502 + 22.8699 x Jadi [η ] = 0.1572
untuk rumus [η ] = KM α, maka 0.1572 = 3.5 × 10-4 × M0.76
sehingga diperoleh M = 3090.45 g/mol
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
26/45
Lampiran 3 Penentuan derajat deasetilasi ( Domzsy & Robert dalam Khan et al. 2002)
Derajat deasetilasi kitosan dianalisis menggunakan FTIR. Kitin dan kitosan yang diperoleh
dibuat pelet dengan KBr 1%, kemudian dilakukan penyusuran pada daerah frekuensi antara 4000
dan 400 cm-1. Derajat deasetilasi ditentukan dengan metode garis dasar.
Puncak tertinggi dicatat dan diukur dari garis dasar yang dipilih. Nilai absorbans dapatdihitung dengan menggunakan rumus
log= A dengan P0 = % transmitans pada garis dasar
P = % transmitans pada puncak minimum
Kitin yang terdeasetilasi sempurna (100%) memiliki nilai A1655 = 1.33. Dengan membandingkan
absorbans pada bilangan gelombang 1655 cm-1
(serapan pita amida I) dengan absorbans pada
bilangan gelombang 3450 cm-1 (serapan gugus hidroksil), % derajat deasetilasi dapat dihitung
dengan persamaan
100%1.33
11%DD
3450
1655××−=
A
A
Spektrum FTIR dan derajat deasetilasi kitin dan kitosan
Spektrum FTIR kitosanDerajat deasetilasi kitosan dicari dengan rumus:
A = logP
Po
dimana: Po = % transmitansi pada garis dasar
P = % transmitansi pada puncak minimum A = absorbans
% DD = 1 – 100%1,33
1
3450
1655 ××
A
A
dengan: A1655 = absorbans pada bilangan gelombang 1655 cm-1 (serapan pita amida)
A3450 = absorbans pada bilangan gelombang 3450 cm-1
(serapan gugus hidroksil)
A1655 = log6.2
0.11 = 0.6264
A3450 = log4.0
1.15 = 1.5769
% DD =
− )
33,1
1
5769.1
6264.0(1 x x 100 % = 70.13%
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
27/45
Lampiran 4 Preparasi bahan-bahan yang digunakan
a. Larutan kitosan 1.75% (b/v)Kitosan setelah terkoreksi kadar air ditimbang sebanyak 4.9047 g, dilarutkan dalam 250 ml
larutan asam asetat 1% (v/v)
b. Larutan asam asetat 1% (v/v)Larutan asam asetat 98% dipipet sebanyak 10.20 ml ke dalam labu ukur 1000 ml, diencerkan,
dan ditera dengan air suling.
c. Larutan gom guar 0.05% (b/v)Gom guar ditimbang sebanyak 0.05 g pada gelas arloji. Sedikit demi sedikit gom guar
dilarutkan ke dalam gelas piala 250 ml yang berisi 100 ml air suling dengan diaduk secarakonstan menggunakan pengaduk magnet
d. Larutan glutaraldehida 4% (v/v)Glutaraldehida 25% dipipet sebanyak 16 ml ke dalam labu ukur 100 ml, diencerkan, dan
ditera dengan air suling.
e. Larutan Tween-80 2% (v/v)Tween-80 dipipet sebanyak 2 ml ke dalam gelas piala 100 ml, ditambah 30 ml air suling,
diaduk, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml. Larutan diencerkan dan ditera dengan air
suling.
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
28/45
Lampiran 5 Diagram alir penelitian
Pembuatan campuran kitosan-gom guar (1.75%
kitosan, gom guar 0.05; 0.19; 0.33%,
glutaraldehida 4; 4.5; 5%(dilakukan 2× ulangan)
Produk mikrokapsul
Indometasin farnesil
Pembuatan mikrokapsul
(metode pengeringan semprot)
5 ml Tween 80
2%
Pengukuran konsentrasiindometasin farnesil 1 minggu
sekali (Spektrofotometri UV pada
320.4 nm)
Ekstraksi dengan etanol
Analisis morfologi mikrokapsul
3, 4, dan 5
Uji Stabilitas
(T =40±2 °C & RH = 75±5%)
3 bulan
Ekstraksi indometasin farnesil minggu ke-0
dengan etanol 96% dan diukur serapannya
dengan spektrofotometer UV pada 320.4 nm
Pencirian mikrokapsul (SEM)terhadap formula 1
Penentuan kadar air
1 minggu sekali
Pencirian mikrokapsul (SEM)
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
29/45
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
30/45
Lanjutan Lampiran 6
Absorbans ekstrak obat Dialon pada λ 290.6 dan 320.2 nm
Sampel Ekstrak Obat
Dialon
Serapan
λλλλ 290.6 nm
Serapan
λλλλ 320.2 nm
10.8 ppm 0.159 0.125
Perhitungan konsentrasi infar dan vitamin E dalam ekstrak obat
Serapan sampel pada λ 320.2 nm = ε Infar 320.2 nm×[Infar] + εvit E 320.2 nm × [Vit. E]
Serapan sampel pada λ 290.6 nm = ε Infar 290.6 nm×[Infar] + εvit E 290.6 nm× [Vit. E] –
28.0591× 0.125 = 1.179.10-2
× [Infar] + 3.148.10-4
× [Vit.E]
0.159 = 1.414.10-2 × [Infar] + 8.833.10-3 × [Vit.E] –
3.5074 = 0.33082 × [Infar] + 8.833.10-3
× [Vit.E]0.1590 = 1.414.10-2 × [Infar] + 8.833.10-3 × [Vit.E] –
[Infar] = 10.57 ppm
[Vit.E] = 1.07 ppm
Diketahui:
Bobot ekstrak obat yang ditimbang = 0.0108 g
Volume larutan ekstrak total = 100 ml
Faktor pengenceran = 10×
Bobot Infar = 10.57 mg/l × ml10010mg1000
g1
ml1000
l1 ××× = 0.0106 g
Kemurnian Infar hasil ekstrak Obat = 100%obatekstrak bobot
Infarbobot×
= %1000108.0
0106.0×
g
g
= 98.15 %
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
31/45
Lampiran 7 Spektrum infar 99.2% dari PT Eisai Indonesia (a), vitamin E (α-tokoferol) (b), dan
infar hasil ekstraksi obat Dialon dengan spektrofotometer UV
λ maks Absorbans λ maks Absorbans λ maks Absorbans
315,0 0,20044 290,0 0,04370 312,0 0,16028
316,0 0,20178 290,1 0,04370 313,0 0,16309317,0 0,20264 290,2 0,04370 314,0 0,16553
318,0 0,20337 290,3 0,04395 315,0 0,16748
319,0 0,20313 290,4 0,04395 316,0 0,16919
320,0 0,20264 290,5 0,04395 317,0 0,17102
320,1 0,20264 290,6 0,04407 318,0 0,17102
320,2 0,20276 290,7 0,04407 319,0 0,17163
320,3 0,20276 290,8 0,04395 320,0 0,17139
320,4 0,20264 290,9 0,04370 320,2 0,17188
320,5 0,20251 291,0 0,04358 320,4 0,17200
320,6 0,20239 292,0 0,04297 320,6 0,17200
320,7 0,20215 293,0 0,04199 320,8 0,17188320,8 0,20203 294,0 0,04102 321,0 0,17151
320,9 0,20203 295,0 0,03943 322,0 0,16980
321,0 0,20173 323,0 0,16870
322,0 0,20093 324,0 0,16736
323,0 0,19836 325,0 0,16663
324,0 0,19666 326,0 0,16345
325,0 0,19458
(a)
(b)
(c)
320.2 nm
290.6 nm
320.4 nm
AA
A
λ λ λ λ
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
32/45
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
33/45
Lampiran 9 Deret standar infar untuk penentuan konsentrasi infar dalam ekstrak etanol
mikrokapsul
Absorbans standar infar pada λ 320.4 nmStd Infar (ppm) Absorbans
0 0
1.06 0.013
2.12 0.025
4.24 0.052
6.36 0.076
8.48 0.101
10.6 0.128
Kurva Std Infar Dalam Etanol
y = 0,012x + 5E-05
R 2 = 0,9998
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0 2 4 6 8 10 12
Std Infar (ppm)
A s o r b a n s
8/17/2019 Isdarulyanti. Debby G2008
34/45
L a m p i r a n 1
0 K o n s e n t r a s i i n f a r ( % b / b ) h a s i l u j i
s t a b i l i t a s d i p e r c e p a t ( 3 b u l a n ) p a d a T
= ( 4 0 ± 2 ) ° C d a n R H ( 7 5 ± 5 ) %
F o r m u l a
M i n g g u
K i t o s a n
( % b / v )
G G
( % b / v )
G l u t a r a l
( % v / v )
U l a n g a n
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
4 . 0
0
1
7
. 8 9
9 . 6
5
1 0 . 2
7
7 . 5 7
6 . 3
5
6 . 5
1
6 . 4
8
6 . 0
3
6 . 8
5
5 . 3
9
6 . 0
7
5 . 7
0
5 . 0
1
2 *
8
. 8 5
8 . 8
1
9 . 8
8
7 . 5 0
9 . 1
7
7 . 5
3
6 . 7
2
7 . 1
0
6 . 0
6
7 . 5
5
6 . 4
2
6 . 3
9
6 . 1
2
r e r a t a
8
. 3 7
9 . 2
3
1 0 . 0
7
7 . 5 4
7 . 7
6
7 . 0
2
6 . 6
0
6 . 5
7
6 . 4
6
6 . 4
7
6 . 2
5
6 . 0
4
5 . 5
6
4 . 5
0
1
7
. 8 9
8 . 3
9
6 . 5
5
1 2 . 7 7
9 . 8
1
8 . 3
1
6 . 7
1
5 . 8
5
7 . 8
0
6 . 1
1
5 . 0
2
6 . 0
5
5 . 7
5
1 . 7
5
0 . 0
5
2 *
9
. 7 2
9 . 6
2
7 . 6
1
1 3 . 0 0
9 . 4
2
9 . 4
8
8 . 7
2
7 . 3
3
8 . 1
3
7 . 5
3
7 . 5
5
7 . 1
8
7 . 2
1
r e r a t a
8
. 8 0
9 . 0
1
7 . 0
8
1 2 . 8 9
9 . 6
1
8 . 9
0
7 . 7
2
6 . 5
9
7 . 9
7
6 . 8
2
6 . 2
9
6 . 6
2
6 . 4
8
5 . 0
0
1 *
8
. 1 4
7 . 4
9
6 . 9
3
1 0 . 0 9
6 . 4
9
8 . 4
7
5 . 9
9
6 . 6
8
6 . 1
0
7 . 5
2
6 . 7
2
5 . 2
7
5 . 3
2
2
6
. 0 7
5 . 8
9
6 . 7
0
7 . 0 7
6 . 2
0
5 . 0
3
4 . 3
5
5 . 1
6
4 . 2
3
5 . 3
6
4 . 3
9
5 . 2
2
4 . 6
3
r e r a t a
7
. 1 0
6 . 6
9
6 . 8
1
8 . 5 8
6 . 3
4
6 . 7
5
5 . 1
7
5 . 9
2
5 . 1
7
6 . 4
4
5 . 5
5
5 . 2
4
4 . 9
8
4 . 0
0
1 *
6
. 4 3
6 . 7
7
5 . 5
2
9 . 1 8
5 . 6
6
5 . 3
9
4 . 9
5
4 . 7
0
4 . 2
5
3 . 5
4
3 . 1
8
3 . 0
9
4 . 2
7
2
7
. 8 7
9 . 3
6
8 . 0
9
7 . 7 3
9 . 6
0
6 . 1
6
6 . 2
3
6 . 8
9
6 . 4
2
6 . 4
4
6 . 0
8
5 . 6
0
6 . 1
1
r e r a t a
7
. 1 5
8 . 0
6
6 . 8
0
8 . 4 5
7 . 6
3
5 . 7
8
5 . 5
9
5 . 7
9
5 . 3
3
4 . 9
9
4 . 6
3
4 . 3
4
5 . 1
9
4 . 5
0
1
6
. 0 9
6 . 7
6
6 . 5
7
6 . 7 4
6 . 7
0
5 . 9
9
4 . 3
4
5 . 6
1
5 . 3
3
5 . 7
4
4 . 2
6
4 . 2
3
4 . 6
5
1 . 7
5
0 . 1
9
2 *
4
. 9 6
5 . 7
2
7 . 0
5
5 . 2 9
6 . 7
5
4 . 2
7
3 . 6
9
4 . 9
0
5 . 3
4
4 . 2
7
6 . 0
7
4 . 6
2
3 . 9
1
r e r a t a
5
. 5 3
6 . 2
4
6 . 8
1
6 . 0 2
6 . 7
2
5 . 1
3
4 . 0
2
5 . 2
6
5 . 3
3
5 . 0
0
5 . 1
6
4 . 4
2
4 . 2
8
5 . 0
0
1 *
5
. 7 3
6 . 8
0
7 . 8
9
8 . 9 5
5 . 4
1
7 . 7
6
4 . 6
4
3 . 9
5
6 . 0
7
5 . 7
1
4 . 6
2
6 . 1
2
5 . 3
7
2
5
. 7 1
5 . 4
1
7 . 1
7
8 . 8 3
5 . 8
1
5 . 4
4
4 . 3
1
4 . 8
7
4 . 8
8
4 . 6
3
4 . 6
2
4 . 6
2
5 . 3
4
r e r a t a
5
. 7 2
6 . 1
0
7 . 5
3
8 . 8 9
5 . 6
1
6 . 6
0
4 . 4
7
4 . 4
1
5 . 4
8
5 . 1
7
4 . 6
2
5 . 3
7
5 . 3
5
4 . 0
0
1 *
8
. 6 7
6 . 6
8
6 . 8
0
8 . 4 3
6 . 1
2
7 . 0
9
6 . 7
9
5 . 9
3
5 . 7
5
6 . 4
7
6 . 4
4
5 . 3
5
5 . 6
5
2
5
. 7 4
3 . 5
8
4 . 8
0
7 . 3 7
3 . 8
6
4 . 6
0
5 . 6
1
3 . 2
5
3 . 5
4
3 . 1
7
3 . 1
7
3 . 8
4
3 . 4
6
r e r a t a
7
. 2 0
5 . 1
3
5 . 8
0
7 . 9 0
4 . 9
8
5 . 8
4
6 . 2
0
4 . 5
9
4 . 6
5
4 . 8
2
4 . 8
1
4 . 6
0
4 . 5
5
4 . 5
0
1
4
. 6 0
5 . 9
1
6 . 8
9
5 . 9 3
5 . 2
5
6 . 1
1
4 . 4
1
4 . 1
4
4 . 8
0
4 . 2
7
4 . 1
6
4 . 2
8
3 . 8
8
1 . 7
5
0 . 3
3
2 *
5
. 3 1
6 . 9
5
7 . 2
0
6 . 3 8
5 . 5
7
4 . 3
5
4 . 2
2
4 . 4
4
4 . 0
0
3 . 9
1
4 . 6
4
3 . 8
7
3 . 8
3
r e r a t a
4
. 9 6
6 . 4
3
7 . 0
4
6 . 1 6
5 . 4
1
5 . 2
3
4 . 3
2
4 . 2
9
4 . 4
0
4 . 0
8
4 . 4
0
4 . 0
7
3 . 8
5
5 . 0
0
1 *
7
. 9 3
5 . 1
1
8 . 1
3
6 . 6 4
5 . 3
0
4 . 7
0
4 . 5
9