29
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN (IRIGASI SPRINKLER & IRIGASI TETES) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN 2008 PT-PLA C3.3-2008

Irigasi Sprinkle

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Irigasi Sprinkle

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN

(IRIGASI SPRINKLER & IRIGASI TETES)

DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN 2008

PT-PLA C3.3-2008

Page 2: Irigasi Sprinkle

i

KATA PENGANTAR

Irigasi bertekanan merupakan salah satu alternatif

teknologi aplikasi irigasi, yang secara teoritis mempunyai

efisiensi irigasi lebih tinggi dibanding irigasi permukaan. Oleh

karena itu teknologi irigasi bertekanan lebih tepat diterapkan

pada daerah-daerah yang relatif kering, yang memerlukan

teknologi irigasi hemat air. Teknologi irigasi ini juga diperlukan

untuk usaha tani dengan teknik budidaya tanaman tertentu.

Dalam penerapannya di lapangan, efisiensi irigasi bertekanan

yang tinggi hanya dapat dicapai apabila jaringan irigasi

dirancang dengan benar dan dioperasikan secara tepat.

Pedoman teknis ini dimaksudkan untuk memberikan

panduan (manual rancangan) bagi pelaksana lapangan, agar

dengan mudah dapat menyusun rancangan irigasi bertekanan

baik sprinkler maupun tetes (khususnya pada lahan petani),

untuk menunjang pengembangan komoditas hortikultura dan

perkebunan. Disamping menyajikan kriteria rancangan

hidrolika perpipaan, pedoman ini juga menjelaskan beberapa

persyaratan penerapan irigasi bertekanan ditinjau dari aspek

komoditas, iklim, sumber air dan sosial ekonomi.

Sebagai tindak lanjut dari Pedoman Teknis ini maka

Dinas lingkup Pertanian Propinsi menyusun Petunjuk

ii

Pelaksanaan dan Dinas lingkup Pertanian tingkat

Kabupaten/Kota menyusun Petunjuk Teknis yang merupakan

acuan kegiatan di lapangan.

Kami menyadari Pedoman Teknis ini masih belum

sempurna. Untuk itu diharapkan saran dan kritiknya untuk

penyempurnaan Pedoman Teknis ini.

Jakarta, Januari 2008

Direktur Pengelolaan Air,

Dr. Ir. S. Gatot Irianto

NIP. 080 085 357

Page 3: Irigasi Sprinkle

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN v

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan dan Sasaran 4

C. Istilah 5

II. PELAKSANAAN 8

A. Lokasi 8

B. Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani 10

C. Pelaksanaan Desain Sederhana 11

D. Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan 12

E. Pelaksanaan Konstruksi 13

F. Operasional & Pemeliharaan 13

G. Pembinaan 14

H. Pelatihan 14

I. Pembiayaan 14

iv

III. INDIKATOR KINERJA 16

A. Keluaran (Output) 16

B. Hasil (Outcome) 16

C. Manfaat (Benefit) 17

D. Dampak (Impact) 17

IV. MONITORING DAN EVALUASI 18

A. Monitoring 18

B. Evaluasi 18

C. Laporan Akhir 19

v KETENTUAN FISIK IRIGASI BERTEKANAN 20

A. Irigasi Sprinkler 20

B. Irigasi Tetes 33

Page 4: Irigasi Sprinkle

v

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Sumber air irigasi sprinkler 21

Gambar 2. Energi penggerak (pompa) irigasi sprinkler 22

Gambar 3. Skema jaringan irigasi Sprinkler 23

Gambar 4. Prosedur desain irigasi sprinkler 27

Gambar 5. Sumber air irigasi tetes 33

Gambar 6. Energi penggerak (pompa) irigasi tetes 34

Gambar 7. Jaringan perpipaan irigasi tetes 35

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Irigasi

Bertekanan TA. 2008

Lampiran 2. Form Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan

Kegiatan Direktorat Pengelolaan Air TA. 2008

Lampiran 3. Format Laporan Akhir

Lampiran 4. Lokasi Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008

vi

Page 5: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan Pembangunan pertanian yang ingin dicapai pada

tahun 2005-2009 antara lain adalah peningkatan

kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai tambah

dan pemilihan produk yang berdaya saing, tangguh dan

berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut

Departeman Pertanian memfasilitasi sarana dan

prasarana fisik untuk pengembangan usaha agribisnis

pedesaan di sentra produksi komoditas unggulan.

Dalam pengembangan komoditas unggulan tanaman

maupun ternak, air merupakan faktor determinan

keberhasilan sistem budidaya. Argumennya, air

merupakan komponen utama (lebih dari 80%) penyusun

tanaman maupun ternak sekaligus berperan penting

dalam proses metabolisme. Itulah sebabnya mengapa

kekurangan atau kelebihan air untuk tanaman dapat

berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan atau

perkembangan tanaman dan ternak bahkan berdampak

langsung terhadap kualitas produk yang dihasilkan.

Model pengusahaan tanaman dengan menyesuaikan

karakteristik iklim khususnya jumlah curah hujan, hari

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 2

hujan dan penyebarannya yang dilaksanakan belakangan

ini umumnya kurang efektif dan efisien, karena

intensitas, frekuensi dan durasi anomali iklim cenderung

meningkat. Apalagi pola penyebaran produksi biasanya

akan seirama dengan pola curah hujan (musiman) tetapi

seringkali tidak seirama dengan permintaan pasar yang

relatif tetap sepanjang tahun. Untuk dapat mencukupi

kebutuhan air pada fase pertumbuhan tanaman,

sehingga dapat menyesuaikan antara waktu panen dan

permintaan pasar, maka pelaksanaan pengelolaan air

melalui irigasi sangat dibutuhkan khususnya untuk

memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau di luar

musim.

Berdasarkan sumber air irigasi, maka irigasi dibagi dalam

dua kategori yaitu irigasi permukaan dan irigasi air

tanah, yang biasanya dengan memakai pompa. Dalam

implementasinya di lapangan, oleh karena air irigasi yang

bersumber dari air tanah memerlukan biaya investasi

relatif mahal, maka pendayagunaan air yang dihasilkan

dari pompa perlu diarahkan kepada Tanaman Bernilai

Ekonomi Tinggi (TBET ).

Sehubungan dengan jumlah air relatif terbatas,

sementara permintaan air terus meningkat, maka secara

Page 6: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 3

alamiah akan terjadi kompetisi penggunaan air antar

sektor (pertanian, air minum, domestik dan industri),

antar wilayah dan antar waktu. Untuk mengantisipasi

kompetisi dalam distribusi dan alokasi air antar sektor,

maka pemanfaatan air yang efisien mutlak diperlukan.

Salah satu cara adalah dengan penerapan sistim irigasi

bertekanan. Meskipun awalnya membutuhkan investasi

yang relatif tinggi, namun dengan perhitungan dan

penentuan desain yang akurat, operasional dan

pemeliharaan harus tepat, pemanfaatan air untuk sektor

pertanian dapat ditingkatkan daya saingnya terhadap

sektor kompetitornya.

Apabila penerapan irigasi bertekanan seperti

sprinkler/tetes diterapkan maka seluruh faktor

pendukung harus mengikutinya, seperti jenis, waktu,

kondisi pola tanam, jumlah, kesinambungan produksi dan

lain-lain harus disesuaikan. Dengan demikian

pengetahuan, pengalaman terhadap penentuan desain,

pelaksanaan, permintaan pasar mutlak dibutuhkan.

Sementara itu Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan

petani di sentra produksi tentang pengelolaan air irigasi

bertekanan relatif masih rendah karena hal ini

merupakan hal baru bagi mereka, sehingga untuk tahap

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 4

awal diperlukan model percontohan pengembangan

irigasi bertekanan menunjang tanaman hortikultura dan

perkebunan dengan bimbingan secara

berkesinambungan.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

a. Memberi contoh pembangunan dan pengelolaan

air yang efisien dan efektif melalui pemanfaatan

teknologi irigasi bertekanan pada areal yang

selama ini mengalami keterbatasan air.

b. Menyebarluaskan cara pengembangan irigasi

bertekanan kepada petani di daerah sentra

produksi hortikultura/perkebunan

2. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan ini antara

lain:

a. Tersedianya air untuk mengusahakan tanaman

hortikultura/ Perkebunan sepanjang waktu di

lokasi percontohan.

b. Terbangunnya percontohan pengelolaan air

yang efektif dan efisien.

Page 7: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 5

C. Istilah

Beberapa istilah yang dipergunakan dalam Buku

Pedoman Teknis ini mempunyai pengertian sebagai

berikut :

1. Air Permukaan adalah air yang berasal dari

sumber air permukaan.

2. Air Tanah adalah air yang tersimpan dalam

cekungan air dalam tanah.

3. Evapotranspirasi tanaman adalah proses

penguapan melalui mulut daun tanaman.

4. Irigasi bertekanan adalah sistim pemberian air ke

lahan pertanian dengan menggunakan tekanan

(pressure). Jenisnya adalah curah (sprinkler) dan

tetes (drip). Irigasi bertekanan yang dimaksud dalam

buku pedoman ini adalah irigasi sprinkler/tetes.

5. Koefisien keseragaman/coefficient of

uniformity adalah keseragaman penyebaran air dari

sprinkler/tetes.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 6

6. Menunjang tanaman hortikultura dan

perkebunan adalah sistem irigasi ini digunakan

untuk mengairi tanaman hortikultura dan

perkebunan.

7. Pengembangan adalah upaya peningkatan

pemanfaatan fungsi tanpa merusak keseimbangan

lingkungan.

8. Percontohan adalah model suatu kegiatan yang

yang dilaksanakan di suatu lokasi tertentu yang

diharapkan dapat dijadikan contoh untuk

pelaksanaan kegiatan berikutnya di lokasi lain.

9. Suction lift adalah perbedaan antara elevasi sumber

air dan elevasi pompa.

10. Static Water level adalah tingkat tinggi permukaan

air yang statis dari sumber air biasanya untuk air

sumur tanah.

11. Tanaman Bernilai Ekonomi Tinggi (TBET) adalah

suatu jenis tanaman yang mempunyai produksi

dengan nilai jual tinggi.

Page 8: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 7

12. Volumerious adalah sifat produk hortikultura yang

memakan tempat /besar walaupun relatif ringan dan

banyak mengandung air.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 8

II. PELAKSANAAN

A. Lokasi

A1. Lokasi pengembangan irigasi bertekanan harus

didelinasi dengan menunjukkan posisi koordinatnya

(LU/LS dan BT/BB).

A2. Persyaratan lokasi

Secara umum persyaratan lokasi tersebut meliputi:

persyaratan penentuan lokasi, persyaratan petani

dan kelompok tani, persyaratan ekonomi dan

kewajiban Dinas Pertanian/Dinas Perkebunan

Prov/Kab/Kota pelaksana. Uraian ringkasnya

disajikan sebagai berikut :

Persyaratan penentuan lokasi mempertimbangkan:

1. Sentra produksi hortikultura/perkebunan rakyat

yang potensial dan sudah berkembang.

2. Sumber air tersedia dengan jumlah dan kualitas

yang memadai, diutamakan sumber air

permukaan. Seyogyanya sumber air berada di

elevasi yang lebih tinggi dari lahan yang diairi

sehingga memungkinkan terjadinya beda tinggi

tekanan air yang memungkinkan untuk

beroperasinya sistem irigasi sprinkler/ tetes.

Page 9: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 9

3. Tersedia infrastruktur yang baik dari dan ke

lokasi misalnya jalan, telekomunikasi, listrik dan

sarana transportasi.

4. Di lokasi pengembangan terdapat kelompok tani

yang cukup baik aktif dan berdedikasi tinggi.

5. Lokasi contoh lahan milik petani dan sekaligus

penggarap berdasarkan kesepakatan kelompok.

6. Luas layanan untuk irigasi sprinkler minimal 1

hektar per 1 unit, sedangkan untuk irigasi tetes

minimal ½ hektar per 1 unit.

A3. Persyaratan Petani dan Kelompok Tani

Ada 7 (tujuh) persyaratan petani dan kelompok tani

yang diperlukan dalam pengembangan irigasi

bertekanan.

1. Membutuhkan teknologi irigasi bertekanan dan

bersedia menerapkan teknologi ikutannya dan

bersedia menanam tanaman bernilai ekonomi

tinggi.

2. Relatif maju dalam penguasaan teknologi,

pengusahaan yang berorientasi pasar dan

bisnis.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 10

3. Bersedia mengoperasikan, memelihara irigasi

bertekanan secara berkelompok dan

menanggung seluruh biaya operasional dan

pemeliharaan.

4. Berdedikasi tinggi dan mempunyai track record

yang baik.

5. Berkomitmen terhadap peraturan yang

disepakati bersama antar petani dan Dinas yang

berkompeten.

6. Penempatan lokasi tidak menyebabkan

kecemburuan sosial bagi petani sekitarnya.

7. Petani atau kelompok tani belum pernah

mendapatkan bantuan peralatan sejenis.

B. Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani

Penentuan Calon Petani dan Calon Lokasi (CP CL)

merupakan langkah awal dari kegiatan ini yang

didasarkan pada persyaratan lokasi yang diinginkan,

dengan tahapan sebagai berikut:

1. Koordinasi dengan Dinas Pertanian terkait

mengenai penentuan prioritas lokasi

pengembangan, termasuk jenis tanaman prioritas

yang akan dikembangkan di lokasi tersebut.

Page 10: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 11

2. Menentukan persyaratan CP/CL baik dari segi

teknis, ekonomis, sosial, lingkungan dan termasuk

non teknis dan hubungannya dengan kesiapan

Dinas Kabupaten / Kota membantu kegiatan.

C. Pelaksanaan Desain Sederhana

Desain sederhana dilaksanakan dengan melakukan

pemilihan lokasi sesuai kriteria ditinjau dari aspek teknis,

sosial dan budaya, ekonomis dan lingkungan.

Laporan Desain Sederhana minimal melampirkan :

1. Keadaan umum lokasi percontohan

2. Cakupan luasan, desain dalam bentuk peta detail

(skala 1: 5.000)

3. Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) secara

terinci / detail. RAB dihitung sampai jaringan irigasi

bertekanan (sprinkler/tetes) terpasang dan siap

beroperasi.

4. Permasalahan dan penanggulangannya serta

rencana pengembangan.

5. Letak lokasi ditentukan dengan koordinat LU/LS

dan BT/BB.

Hasil akhir dari desain sederhana dijadikan sebagai dasar

untuk dokumen pengadaan bahan, peralatan dan

pemasangan instalasi irigasi bertekanan, yang diikuti

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 12

dengan sosialisasi desain sederhana di lokasi yang akan

dibangun.

D. Pelaksanaan Pengadaan Bahan dan Peralatan

Kegiatan pelaksanaan pengadaan bahan dan peralatan

meliputi:

1. Pengadaan bahan dan peralatan serta pemasangan

instalasi irigasi bertekanan dilaksanakan segera

setelah desain sederhana selesai dilaksanakan. Bila

elevasi sumber air lebih tinggi dibandingkan lahan

yang diairi sehingga memungkinkan dapat

beroperasinya sistem irigasi bertekanan

(sprinkler/tetes), maka pengadaan pompa air tidak

diperlukan.

2. Pelaksanaan pengadaan irigasi bertekanan

berpedoman kepada Kepres No. 80 tahun 2003

tentang Pengadaan Barang dan Jasa beserta

perubahan-perubahannya.

Page 11: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 13

E. Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan konstruksi mencakup:

1. Pemasangan jaringan irigasi bertekanan

dilaksanakan oleh pihak ke III (rekanan) yang telah

ditunjuk / ditetapkan sebagai pelaksana.

2. Pemasangan dilakukan berdasarkan hasil desain

yang telah disusun

3. Penyiapan sumber air dan sistem salurannya.

4. Penyaluran air ke pertanaman melalui irigasi

bertekanan.

5. Ujicoba (running test) pemanfaatan sistem irigasi

bertekanan.

F. Operasi dan Pemeliharaan

Ketentuan tentang operasional dan pemeliharaan

jaringan irigasi bertekanan adalah sebagai berikut:

1. Operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi

bertekanan diserahkan kepada petani/kelompok

tani atau penerima manfaat

2. Biaya operasional dan pemeliharaan menjadi beban

/ tanggung jawab petani / kelompok tani penerima

manfaat.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 14

G. Pembinaan

Pembinaan terhadap penerima manfaat dilakukan oleh

Dinas teknis terkait. Pembinaan antara lain terhadap

teknik operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi

bertekanan, pemilihan komoditi, teknik budidaya dan

lain-lain.

H. Pelatihan

Pelatihan dilakukan agar investasi irigasi bertekanan

yang biayanya mahal dapat dijaga keberlanjutannya.

Peserta pelatihan meliputi:

1. Petani atau penerima manfaat, bidang yang

diberikan pada pelatihan terutama dalam hal

operasional dan pemeliharaan.

2. Pelaksana, bidang yang diberikan pada pelatihan

terutama dalam hal pengadaan dan pemasangan

jaringan irigasi bertekanan.

I. Pembiayaan

1. Dana tugas pembantuan dari Ditjen PLA

disediakanan dalam bentuk belanja modal irigasi.

Page 12: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 15

Digunakan untuk pengadaan bahan, peralatan dan

konstruksi sistem irigasi bertekanan (sprinkler /

tetes).

2. Dana pendukung dari APBD I / II.

Digunakan untuk CP CL, pembuatan desain

sederhana, pembinaan, monitoring dan pengawasan.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 16

III. INDIKATOR KINERJA

Beberapa indikator kinerja yang dipergunakan sebagai

ukuran untuk menilai kinerja kegiatan pengembangan

irigasi sprinkler/tetes adalah sebagai berikut :

A. Keluaran (Output) :

Terbangunnya irigasi bertekanan menunjang

tanaman hortikultura sebanyak 56 unit di 16

provinsi dan menunjang tanaman perkebunan

sebanyak 24 unit di 11 Provinsi.

B. Hasil (Outcome) :

a. Berfungsinya / dimanfaatkannya irigasi

bertekanan menunjang tanaman hortikultura

sebanyak 56 unit di 16 provinsi dan menunjang

tanaman perkebunan sebanyak 24 unit di 11

Provinsi.

b. Meningkatnya rasa memiliki dan rasa tanggung

jawab petani dalam pengembangan irigasi

bertekanan.

Page 13: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 17

C. Manfaat (Benefit) :

a. Meningkatnya kuantitas, kualitas dan

kontinyuitas hasil komoditas hortikultura dan

perkebunan.

b. Meningkatnya luas lahan pertanaman

hortikultura/ perkebunan yang diairi dengan

sistem irigasi bertekanan.

D. Dampak (Impact) :

Meningkatnya pendapatan usaha tani hortikultura

dan perkebunan.

Disadari sepenuhnya bahwa pencapaian indikator kinerja

ini merupakan sistem yang saling terkait dan ditentukan

oleh banyak faktor penentu lainnya, yang berjalan secara

proses dan membutuhkan waktu. Namun demikian

hendaknya indikator ini dijadikan patokan dalam

melakukan penilaian terhadap hasil kinerja, sehingga

seluruh proses kegiatan harus mengacu pada sasaran

indikator tersebut.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 18

IV. MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring

Monitoring dilakukan terhadap pelaksanaan

Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008.

1. Monitoring dilaksanakan secara swakelola oleh

Dinas yang menangani kegiatan ini di tingkat

kabupaten/kota.

2. Monitoring dititikberatkan pada pelaksanaan

pembangunan irigasi bertekanan

3. Hasil monitoring merupakan bahan laporan

sebagaimana format laporan pada lampiran 2.

Laporan tersebut disampaikan kepada Direktur

Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air c.q. Direktur

Pengelolaan Air dengan alamat: Direktorat

Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3

Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 dan

kepada Dinas Lingkup Pertanian Provinsi.

B. Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara swakelola oleh Dinas yang

menangani kegiatan ini di tingkat Kabupaten/Kota.

Page 14: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 19

C. Laporan Akhir

1. Setelah pelaksanaan / percontohan pengembangan

irigasi bertekanan selesai, Kepala Dinas Lingkup

Pertanian Kabupaten yang bersangkutan selaku

pelaksana kegiatan wajib menyiapkan dan

menyampaikan laporan akhir pelaksanaan

pengembangan irigasi bertekanan, baik dari segi

fisik maupun keuangan.

2. Agar lebih informatif dan komunikatif, Laporan

Akhir dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi

pada kondisi awal pekerjaan, sedang dalam

pelaksanaan dan setelah pekerjaan selesai 100%.

3. Laporan akhir tersebut disampaikan kepada

Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air c.q

Direktur Pengelolaan Air dengan alamat: Direktorat

Pengelolaan Air Jl. Taman Margasatwa No. 3

Ragunan, Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 dan

kepada Dinas Lingkup Pertanian Provinsi .

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 20

V. KETENTUAN FISIK IRIGASI BERTEKANAN

Mengingat pengembangan irigasi bertekaan relatif padat

modal dan teknologi serta sangat bersifat spesifik lokasi, maka

dipandang perlu adanya pedoman teknis kegiatan fisik.

Pedoman ini disusun sangat umum, yang dalam penerapan di

lapangan hendaknya menyesuaikan dengan kekhususan lokasi

(specific site). Dalam pedoman ini akan dikemukakan tentang:

(1) irigasi sprinkler dan (2) irigasi tetes.

A. Irigasi Sprinkler

Bagian ini akan mengemukakan: (a) komponen irigasi

sprinkler (b) kelebihan dan kekurangan irigasi sprinkler (c)

tahapan desain (d) prosedur irigasi sprinkler.

1. Komponen Irigasi Sprinkler

Irigasi sprinkler disebut juga sebagai overhead

irrigation karena pemberian air dilakukan dari bagian

atas tanaman terpancar menyerupai curah hujan.

Komponen penyusun sistem irigasi sprinkler adalah

sebagai berikut:

Page 15: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 21

a. Sumber Air Irigasi

Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air,

sumber air yang permanen (sungai, danau, dsb),

sumur, atau suatu sistem suplai regional. Idealnya

sumber air terdapat di atas hamparan, bersih (tidak

keruh) dan tersedia sepanjang musim. Contoh

sumber air irigasi dapat dilihat pada gambar 1

berikut ini:

Gambar 1. Sumber air irigasi sprinkler

b. Sumber Energi untuk Pengairan

Sistem irigasi dapat dioperasikan dengan

menggunakan sumber energi yang berasal dari

gravitasi (jauh lebih murah), pemompaan pada

sumber air, atau penguatan tekanan dengan

menggunakan pompa penguat tekanan (booster

pump). Contoh sumber air irigasi dapat dilihat pada

gambar 2 berikut ini:

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 22

Gambar 2. Energi penggerak (pompa) irigasi sprinkler

c. Jaringan Pipa yang terdiri dari :

• Lateral, merupakan pipa tempat diletakkannya

sprinkler

• Manifold, merupakan pipa dimana pipa-pipa

lateral dihubungkan.

• Valve line, merupakan pipa tempat diletakkan

katup air.

• Mainline, merupakan pipa yang dihubungkan

dengan valve line.

• Supply line, merupakan pipa yang menyalurkan

air dari sumber air.

Skema jaringan irigasi sprinkler dan contoh jaringan

pipa dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:

Page 16: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 23

Lateral

Pipa Utama

Sprinklers

Hydrant

Stasiun Pompa

Gambar 3. Skema jaringan irigasi sprinkler

Sesuai dengan kapasitas dan luas lahan yang diairi

serta kondisi topografinya, tata letak sistem irigasi

sprinkler dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

a. Farm System, sistem dirancang untuk suatu luas

lahan dan merupakan satu-satunya fasilitas

pemberian air irigasi.

b. Field System, sistem dirancang untuk dipasang di

beberapa lahan pertanian dan biasanya

dipergunakan untuk pemberian air pendahuluan

pada lokasi persemaian.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 24

c. Incomplete Farm System, sistem dirancang untuk

dapat diubah dari Farm System menjadi Field

System atau sebaliknya.

Efisiensi irigasi sprinkler dapat diukur berdasarkan

keseragaman penyebaran air dari sprinkler. Efesiensi

irigasi sprinkler yang tergolong tinggi (keseragaman

tergolong baik) adalah bila nilai Coefficient of

Uniformity (CU) lebih besar dari 85%.

2. Tahapan Desain

Desain irigasi sprinkler dilakukan dengan mengikuti

diagram alir prosedur desain seperti pada gambar 4.

Tahapan desain tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang

meliputi sifat fisik tanah, air tanah tersedia, laju

infiltrasi, evapotranspirasi tanaman, curah hujan

efektif, dan kebutuhan air irigasi.

b. Menyusun rancangan pendahuluan, mencakup

pembuatan skema tata letak (lay-out) serta

penetapan jumlah dan luas sub-unit dan blok irigasi.

Page 17: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 25

c. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan

mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan

spesifikasi sprinkler. Apabila persyaratan hidrolika

sub-unit tidak terpenuhi, alternatif

langkah/penyelesaian yang dapat dilakukan adalah

(a) modifikasi tata letak, (b) mengubah diameter pipa

dan atau (c) mengganti spesifikasi sprinkler.

d. Finalisasi (optimalisasi) tata letak.

e. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total dynamic

head) dan kapasitas sistem, berdasarkan desain tata

letak yang sudah final serta dengan

mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa yang

digunakan.

f. Penentuan jenis dan ukuran pompa air beserta

tenaga/mesin penggeraknya.

Perhitungan rancangan hidrolika sub unit merupakan

tahapan kunci dalam proses desain irigasi sprinkler.

Persyaratan hidrolika jaringan perpipaan harus dipenuhi

untuk mendapatkan penyiraman yang seragam (nilai

koefisien keseragaman/coefficient of uniformity harus >

85%). Mengingat jumlah dan spesifikasi sprinkler

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 26

maupun jenis dan diameter pipa yang sangat beragam,

maka tahapan rancangan hidrolika sub unit harus

dilakukan dengan metoda coba-ralat.

Page 18: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 27

Menyusun Nilai Faktor-faktorRancangan

Membuat Skema Lay out dan Menetapkan Luas Sub Unit dan Blok Irigasi

Perhitungan Rancangan Hidrolika Sub Unit : 1. Lateral Panjang Jml sprinkler per lateral 2. Manifold a.Panjang b.Jml lateral per manifold

Spesifikasi sprinklerqa, Ha Radius penyiraman Laju penyiraman Coefficient of Uniformity (CU) Jarak spasi

Hidrolika pipa :Nomogram Hazen William Faktor Reduksi (outlet) K minor Losses

Modifikasi Lay-outUbah diameter pipa

Ganti spesifikasi sprinkler

Tidak

Selesai

Finalisasi Lay-out (Optimalisasi)

Perhitungan TDH dan Kapasitas Sistem (Qs)

Penentuan : Jenis dan Ukuran Pompa Jenis dan Kekuatan Tenaga Penggerak

Pompa/mesin tersedia di pasaran/lapangan

Ya

ΔH pd lateral≤ 11% Ha

dan ΔH pd manifold

≤ 9%Ha

Tidak

Ya

Gambar 4. Prosedur Desain Irigasi Sprinkler

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 28

3. Prosedur Desain Irigasi Sprinkler

Beberapa hal yang perlu diperhitungkan dalam desain

irigasi sprinkler antara lain: letak, hidrolika pipa, laju

penyiraman dan spesifikasi pompa.

a. Letak

Dalam penentuan tata letak jaringan irigasi sprinkler,

terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan

antara lain :

• Lateral dipasang sejajar kontur lahan dan

dipasang tegak lurus arah angin utama.

• Pemasangan lateral yang naik sejajar dengan

lereng dihindari, pemasangan lateral yang

menuruni lereng akan memberikan keuntungan

tertentu.

• Saluran utama atau manifold dipasang naik turun

atau sejajar dengan lereng.

• Apabila memungkinkan saluran utama dipasang

di suatu tempat, sehingga saluran lateral dapat

dipasang di sekelilingnya.

• Apabila memungkinkan lokasi sumber air berada

di tengah-tengah areal rancangan.

Page 19: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 29

Tata letak lateral yang ideal bergantung pada jumlah

sprinkler yang beroperasi serta jumlah posisi leteral,

topografi dan kondisi angin.

b. Hidrolika pipa

Kebutuhan total tekanan suatu sistem irigasi sprinkler

terdiri atas:

• Static head adalah jarak vertikal dimana air harus

diangkat atau diturunkan antara sumber air

dengan titik pengeluaran tertinggi.

• Pressure head adalah perbedaan ketinggian

antara pompa dengan hidran tertinggi dan

terendah yang mengoperasikan lateral sepanjang

pipa utama dan pipa sub utama, yang akan

memberikan nilai static head maksimum dan

minimum.

• Friction head adalah kehilangan head sepanjang

pipa utama, manifold karena adanya katup dan

sambungan.

• Velocity head, kecepatan aliran dalam suatu

sistem irigasi sprinkler jarang melebihi 2,5 m/det,

sehingga velocity head dapat diabaikan.

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 30

• Suction lift atau perbedaan antara elevasi sumber

air dan elevasi pompa. Besarnya nilai suction lift

ini merupakan akumulasi antara nilai SWL (Static

Water Level) dengan nilai surutan (drawdown)

suatu sumur.

Kehilangan head pada sub unit (ΔPs) dibatasi tidak

lebih dari 20% dari tekanan operasi rata-rata sistem.

Kehilangan head (hf) pada lateral harus ≤ ΔHl,

demikian juga halnya pada manifold, kehilangan

headnya (hf) harus ≤ ΔHm. Tekanan inlet lateral

yang tertinggi diambil sebagai outlet manifold pada

sub unit.

ΔPs = 20% x Ha

ΔHl = 0,55 ΔPs ± Z lateral

ΔHm = 0,45 ΔPs ± Z manifold

dimana :

ΔPs = kehilangan head yang diijinkan pada

sub-unit (m)

ΔHl = kehilangan head yang diijinkan pada lateral

(m)

Ha = tekanan operasi rata-rata sprinkler (m)

Page 20: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 31

ΔHm = kehilangan head yang diijinkan pada

manifold (m)

Z lateral = perbedaan elevasi sepanjang lateral (m)

Z manifold = perbedaan elevasi sepanjang manifold (m)

c. Laju Penyiraman

Dalam rancangan desain irigasi sprinkler, diameter

curahan/penyiraman nozel mempengaruhi nilai laju

penyiraman dan penentuan jarak nozel pada dan

antar lateral, serta menentukan luas lahan yang

dapat terairi.

Laju penyiraman adalah laju jatuhnya air ke

permukaan tanah yang disemprotkan dari lubang

nozel. Nilai laju penyiraman ini tidak boleh melebihi

dari laju infiltrasi, untuk menghindari terjadinya

kehilangan air berupa limpasan (run off).

d. Spesifikasi Pompa

Jenis pompa yang biasa digunakan pada suatu sistem

irigasi sprinkler adalah sentrifugal dan turbin. Pompa

sentrifugal digunakan apabila debit dan tekanan yang

dibutuhkan relatif kecil, sedangkan pompa turbin

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 32

digunakan apabila debit dan tekanan yang

dibutuhkan relatif besar.

Karakteristik suatu pompa biasanya ditunjukkan oleh

suatu kurva karakteristik pompa yang menyatakan

hubungan antara kemampuan menaikkan air (H),

besarnya debit (Q), efisiensi (E), jumlah putaran per

menit (N), dan besarnya tenaga (P).

Besarnya tenaga yang diperlukan untuk pemompaan

air tergantung pada debit pemompaan, total head

dan efisiensi pemompaan yang secara matematis

ditunjukkan pada persamaan berikut :

BHP = (Q x TDH) / (C x Ep)

dengan :

BHP = tenaga penggerak (kW)

Q = debit pemompaan (l/detik)

TDH = total dynamic head (m)

C = faktor konversi sebesar 102,0

Ep = efisiensi pemompaan (%)

Page 21: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 33

B. Irigasi tetes

Bagian ini akan mengemukakan: (a) komponen irigasi

sprinkler, (b) kelebihan dan kekurangan irigasi sprinkler, (c)

tahapan desain dan (d) prosedur irigasi sprinkler.

1. Komponen Sistim Irigasi Tetes (Drip Irrigation)

Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman

secara langsung, baik pada permukaan tanah maupun di

dalam tanah melalui tetesan secara kontinu dan perlahan

pada areal perakaran tanaman.

Komponen sistem irigasi tetes terdiri atas:

a. Sumber Air Irigasi

Sumber air irigasi dapat berasal dari mata air, sumber

air yang permanen (sungai, danau, dsb), sumur, atau

suatu sistem suplai regional. Contoh sumber air

dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini:

Gambar 5. Sumber air irigasi tetes

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 34

b. Pompa dan tenaga penggerak, berfungsi mengangkat

air dari sumber selanjutnya dialirkan ke lahan melalui

jaringan-jaringan perpipaan. Pompa sebagai sumber

energi penggerak dapat dilihat pada gambar 6 berikut

ini:

Gambar 6 . Energi Penggerak (pompa) irigasi

tetes

c. Jaringan Perpipaan terdiri dari:

1) Emiter atau penetes, merupakan komponen yang

menyalurkan air dari pipa lateral ke tanah sekitar

tanaman secara kontinu dengan debit yang rendah

dan tekanan mendekati tekanan atmosfer.

2) Lateral, merupakan pipa dimana emiter

ditempatkan. Bahan yang digunakan untuk lateral

biasanya terbuat dari pipa PVC atau PE dengan

diameter antara ½ inci - 1 ½ inci.

Page 22: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 35

3) Pipa sub utama atau manifold, merupakan pipa

yang mendistribusikan air ke pipa-pipa lateral. Pipa

sub utama atau manifold biasanya dari bahan pipa

PVC dengan diameter 2 inci - 3 inci.

4) Pipa utama, merupakan komponen yang

menyalurkan air dari sumber air ke pipa-pipa

distribusi dalam jaringan. Bahan pipa utama

biasanya dipilih dari pipa PVC atau paduan antara

semen dan asbes.

5) Komponen pendukung, terdiri dari katup-katup,

saringan, pengatur tekanan, pengatur debit, tangki

bahan kimia, sistem pengontrol dan lain-lain.

gambar 7. Jaringan perpipaan irigasi tetes

Berdasarkan cara penempatannya pada lateral, penetes

dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu penetes line-

source dan penetes point-source. Termasuk dalam tipe

penetes point-source diantaranya penetes long-path,

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 36

source orifice, vortex dan pressure compensating.

Sedangkan penetes yang termasuk tipe line-source

diantaranya porous pipe, double walled pipes, soaker

hose dan porous plastics tubes.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan penetes

adalah lebar pembasahan, kebutuhan air tanaman, debit

penetes dan kualitas air irigasi.

2. Tahapan Desain

Tahapan desain yang harus dilakukan sama dengan

tahapan desain untuk irigasi sprinkler (gambar 4) adalah

sebagai berikut :

a. Menyusun nilai faktor-faktor rancangan, yang meliputi

sifat fisik tanah, air tanah tersedia, laju infiltrasi,

evapotranspirasi tanaman, curah hujan efektif dan

kebutuhan air irigasi.

b. Menyusun rancangan pendahuluan, mencakup

pembuatan skema tata letak (lay-out) serta penetapan

jumlah dan luas sub-unit dan blok irigasi.

c. Perhitungan rancangan hidrolika sub-unit dengan

mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa dan

spesifikasi emiter. Apabila persyaratan hidrolika

sub-unit tidak terpenuhi, altematif langkah

Page 23: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 37

/penyelesaian yang dapat dilakukan adalah:

• Modifikasi tata letak

• Mengubah diameter pipa

• Mengganti spesifikasi emiter

d. Finalisasi (optimalisasi) tata letak

e. Perhitungan total kebutuhan tekanan (total

dynamic head) dan kapasitas sistem, berdasarkan

desain tata letak yang sudah final serta dengan

mempertimbangkan karakteristik hidrolika pipa

yang digunakan.

e. Penentuan jenis dan ukuran pompa air beserta

tenaga/mesin penggeraknya.

Perhitungan rancangan hidrolika sub unit merupakan

tahapan kunci dalam proses desain irigasi tetes.

persyaratan hidrolika jaringan perpipaan harus dipenuhi

untuk mendapatkan penyiraman yang seragam (nilai

koefisien keseragaman harus > 95%). Mengingat jumlah

dan spesifikasi emiter maupun jenis dan diameter pipa

yang sangat beragam, maka tahapan rancangan hidrolika

sub unit harus dilakukan dengan metoda coba-ralat.

3. Prosedur Desain Irigasi Tetes

Beberapa hal yang harus diperhitungkan dalam desain

irigasi tetes: (1) rancangan tata letak, (2) hidrolika

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 38

perpipaan, (3) penentuan kebutuhan pompa air dan (4)

pemeliharaan alat.

a. Rancangan Tata Letak

Tata letak sub unit tergantung pada jarak penetes,

jarak tanaman, debit penetes rata-rata, variasi head

tekanan yang diinginkan, jumlah stasiun operasi yang

dibutuhkan, panjang baris tanaman, topografi dan

batas lahan. Sedangkan tata letak akhir sub unit yang

ideal memiliki beberapa kriteria diantaranya jumlah sub

unit dan titik pengontrol debit/tekanan yang

seminimum mungkin, tata letak saluran utama yang

ergonomis dan ekonomis, keseragaman pada debit

aliran sistem, konfigurasi sub unit yang seragam serta

variasi head yang diijinkan.

b. Hidrolika perpipaan

Kehilangan head pada sub unit dibatasi tidak lebih dari

20 % tekanan operasi rata-rata sistem, yaitu :

Δ Ps ≤ 20% x Ha

Δ Hl = 0,55 x 6Pe ± ΔZ lateral

Δ Hm = 0,45 x 6Pe ± ΔZ manifold

dimana :

Page 24: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 39

Ha = head operasi rata-rata (m)

Δ Hl = kehilangan head yang

diijinkan pada lateral (m)

Δ Ps = kehilangan head yang

diijinkan pada sub unit (m)

Z lateral = beda elevasi sepanjang

lateral (m)

Δ Hm = kehilangan head yang diijinkan pada

manifold (m)

Z manifold = beda elevasi sepanjang

manifold (m)

Untuk menjaga keseragaman air irigasi secara lateral,

maka pemilihan dimensi pipa diupayakan menghasilkan

variasi debit 10% dan variasi tekanan akibat kehilangan

head tekanan dan perbedaan elevasi 20% dari tekanan

operasi rata-rata emiter.

c. Penentuan Kebutuhan Pompa Air

Sistem irigasi tetes membutuhkan energi untuk

memindahkan air melalui jaringan pipa-pipa distribusi yang

selanjutnya dikeluarkan melalui emiter. Energi tersebut

diperoleh dari pompa yang dirangkaikan dengan mesin

pembangkit tenaga. Tipe pompa yang sering digunakan

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 40

adalah pompa sentrifugal. Besarnya tenaga yang

diperlukan dapat dihitung dengan persamaan:

102QTDHWP ×

=

)100( ×=

WPEpBP

Dimana :

WP = Output tenaga pemompaan (kW)

TDH = Total Dinamic Head (m)

Q = Debit sistem (I/detik)

BP = Input brake power (kW)

Ep = Efisiensi pompa (%)

5. Pemeliharaan Alat

Penerapan suatu teknologi yang menggunakan alat dan

mesin tidak akan berhasil baik tanpa adanya perawatan

yang intensif. Pada irigasi tetes diperlukan perawatan-

perawatan agar peralatan dapat berfungsi dengan baik.

Perawatan tersebut antara lain meliputi:

Page 25: Irigasi Sprinkle

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 41

a. Perawatan pompa air

Dalam pemakaian pompa air, maka yang perlu

diperhatikan adalah bahan bakar jangan sampai

terlambat pemberiannya. Disamping itu, pompa perlu

diservis agar mesinnya dapat tetap berjalan dengan

baik.

b. Perawatan filter

Filter perlu dibersihkan dari kotoran-kotoran yang

melekat, yaitu dengan cara pembilasan. Filter

hendaknya diperiksa setiap hari dan kalau perlu

dibersihkan. Untuk menghindari terjadinya

penyumbatan, maka filter dibersihkan dengan sikat

yang bulunya tegak dan kuat/kaku, atau dengan

merendamnya dalam air.

c. Perawatan Jaringan perpipaan

Pipa-pipa pada sistim irigasi tetes ini perlu diperiksa

secara intensif. Daerah pembasahan yang luas pada

lahan menandakan adanya kebocoran pada pipa.

Endapan mineral yang terlalu banyak pada pipa-pipa,

dapat dilarutkan dengan asam, terutama asam

phospat.

Bakteri, alga dan mikroorganisme lain dapat

dihilangkan dari jaringan perpipaan, dengan

Pedoman Teknis Pengembangan Irigasi Bertekanan TA. 2008 42

menggunakan khlorine yang dapat dicampurkan /

diberikan bersamaan dengan pemupukan / puriasi.

Dosis khlorine yang dianjurkan adalah 2 ppm, dan bila

mikroorganisme sudah menjadi masalah yang serius,

maka dosis yang digunakan adalah 30 ppm.

Pemeliharaan lain adalah dengan cara "Flushing", yaitu

menggunakan aliran bertekanan tinggi, sehingga dapat

mengikis dan membawa partikel-partikel atau

mikroorganisme keluar dari pipa.

Page 26: Irigasi Sprinkle

Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN

TA. 2008 No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Terima Pedoman Teknis dari pusat

2 Juklak diterima dari propinsi

3 Juknis oleh Kabupaten 4 Sosialisasi

5 Survey Investigasi (CP / CL)

6 Desain sederhana

7 Kontrak Pengadaan Alat

8 Pengadaan Alat 9 Pemasangan Alat

10 Pembuatan laporan bulanan

11 Pembuatan laporan akhir

12 Pembinaan

Page 27: Irigasi Sprinkle

Lampiran 2

Dinas : ……………………..Kab./Kota : ……………………..Provinsi : ……………………..Subsektor : ……………………..Program : ……………………..Bulan : ……………………..

Nama

Kelompok Selesai Konstruksi

Dalam Proses

Konstruksi

(Ha/Unit) (Ha/Unit)

1 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

A. Pengelolaan 1. Rehab JITUTAir 2. Rehab JIDES

3. TAM4. Embung5. Sumur Resapan6. Dam Parit7. Irigasi Tnh Dangkal8. Irigasi Tnh Dalam9. Air Permukaan

10. Irigasi Sprinkler 11. Irigasi Tetes12. SID Pompa Hidram13. Pompa Hydram14. PIP15. Balai Subak16. dst………..

Cara Pengisian Form Lampiran :1. Kolom 4 - 6 Kegiatan yang lebih dari satu lokasi, agar dirinci berdasarkan satuan wilayah administrasi sampai dengan

tingkat desa beserta dengan volume (Ha/Unit)2. Kolom 9. Selesai konstruksi adalah kegiatan yang secara fisik telah selesai 100% dengan satuan (Ha/Unit)3. Kolom 10. Kegiatan yang masih dalam tahap pelaksanaan/penyelesaian dengan satuan Ha/Unit4. Kolom 13. Tambahan penjelasan dari kolom 1 - 12 ……………, ………………… 2008

Penanggung Jawab Kegiatan

FORM LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR T.A. 2008

TargetLokasi Kegiatan

No. Kecamatan/ Desa Koordinat

Fisik Keuangan

KeteranganAspek Kegiatan

32

Realisasi

Fisik (Ha/Unit)

Keuangan (Rp) (Rp) (%)

Page 28: Irigasi Sprinkle

FORMAT LAPORAN AKHIR

I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

b. Tujuan dan Sasaran

II. Pelaksanaan

a. Masukan

b. Lokasi

c. Tahap Pelaksanaan

d. Masalah

e. Pemecahan Masalah

III. Hasil

IV. Manfaat

V. Dampak

VI. Kesimpulan dan Saran

Lampiran 3

LOKASI PENGEMBANGAN IRIGASI BERTEKANAN

biaya ( x Rp.1000)

Irigasi Springkler Irigasi Tetes No Pusat/Prop/Kab/Kota Sub Sektor

Unit Biaya

Unit Biaya

Total Indonesia 141 7,000,000 2 100,000

1 Prop Jawa Barat 1 50,000

Cianjur Hortikultura 1 50,000

2 Prop.Jawa Tengah 9 450,000 1 50,000

Kab Semarang Hortikultura 1 50,000

Kab. Kendal Perkebunan 1 50,000 Kab.Grobogan Perkebunan 1 50,000 Kab. Batang Hortikultura 1 50,000 Kab. Pati Perkebunan 1 50,000 Kab. Kudus Perkebunan 3 150,000 Kab.Pemalang Perkebunan 1 50,000 Kab.Wonogiri Perkebunan 1 50,000 3 Prop.Jawa Timur 12 600,000 Kab. Mojokerto Hortikultura 1 50,000 Kab.Jombang Hortikultura 1 50,000 Kab.Bondowoso Hortikultura 2 100,000 Perkebunan 1 50,000 Kab. Banyuwangi Hortikultura 1 50,000 Kab.Malang Hortikultura 1 50,000 perkebunan 1 50,000 Kab.Magetan Hortikultura 1 50,000 Kab.Pacitan Perkebunan 1 50,000 Kab.Bojonegoro Hortikultura 1 50,000 Kab. Lamongan Perkebunan 1 50,000 4 Prop.Sumatera Utara 4 200,000 Kota Medan Hortikultura 4 200,000 5 Prop.Riau 2 100,000 Kab. Rokan Hulu 2 100,000

Lampiran 4

Page 29: Irigasi Sprinkle

6 Prop.Jambi 2 100,000

Kab.Tanjung Jabung Timur Perkebunan 2 100,000

7 Prop.Sumatera Selatan 5 250,000

Kab.Ogan Komering Hulu Perkebunan 1 50,000

Kab.Banyuasin Hortikultura 2 100,000 Kab.Ogan Ilir Hortikultura 2 100,000 8 Prop.Lampung 4 200,000 Kab.Lampung Utara Hortikultura 2 100,000 Kota Metro Perkebunan 1 50,000 Hortikultura 1 50,000 9 Prop.Kalimantan Barat 1 50,000 Kab. Pontianak Hortikultura 1 50,000

10 Prop.Kalimantan Tengah 1 50,000

Kab. Barito Timur Perkebunan 1 50,000

11 Prop.Kalimantan Selatan 2 100,000

Kab.Kota Baru Perkebunan 2 100,000 12 Prop.Kalimantan Timur 3 150,000

Kab. Penajam Paser Utara Perkebunan 3 150,000

13 Prop.Sulawesi Utara 19 950,000 Kab. Minahasa Hortikultura 1 50,000 Perkebunan 1 50,000 Kab.Sangihe Hortikultura 3 150,000 Kab.Minahasa Selatan Hortikultura 4 200,000 Kab. Tomohon Hortikultura 6 300,000

Kab.Bolaang Mongondow Utara Hortikultura 4 200,000

14 Prop.Sulawesi Tengah 5 250,000 Kab. Morowali Hortikultura 2 100,000 Kab.Toli-Toli Hortikultura 1 50,000 Kab.Poso Hortikultura 2 100,000

15 Prop. Sulawesi Selatan 34 1,700,000 Kab.Bone Hortikultura 2 100,000 Kab.Bantaeng Perkebunan 3 150,000 Kab.Gowa Perkebunan 3 150,000 Kab. Enrekang Hortikultura 2 100,000

Lampiran 4

Kab.Luwu Utara Perkebunan 2 100,000 Hortikultura 1 50,000

Kab.Pangkajene Kepulauan Hortikultura 2 100,000

Kab. Selayar Hortikultura 1 50,000 Kab. Sinjai Perkebunan 3 150,000 Kab.Soppeng Hortikultura 2 100,000 Kab. Takalar Hortikultura 3 150,000 Kab. Jeneponto Hortikultura 1 50,000 Kab.Tana Toraja Hortikultura 1 50,000 Bulu Kumba Hortikultura 2 100,000 perkebunan 2 100,000 Kab. Wajo Hortikultura 4 200,000

16 Prop. Bali 14 700,000 Kab.Buleleng Perkebunan 2 100,000 Kab.Jembrana Perkebunan 5 250,000 Kab. Klungkung Perkebunan 5 250,000 Kab. Tabanan Perkebunan 2 100,000

17 Prop. NTB 11 550,000 Kab.Lombok Barat Perkebunan 2 100,000 Kab.Lombok Tengah Perkebunan 2 100,000 Kab.Lombok Timur Perkebunan 2 100,000 Kab.Sumbawa Perkebunan 2 100,000 Kab. Dompu Perkebunan 2 100,000 Sumbawa Barat Perkebunan 1 50,000

18 Prop.NTT 4 200,000 Kab.Sumba Timur Perkebunan 2 100,000 Kab. Sumba Barat perkebunan 2 100,000

19 Prop.Bengkulu 3 100,000 Kab.Kepahiang Hortikultura 1 Hortikultura 2 100,000

20 Prop.Gorontalo 6 300,000 Kab.Boalemo Perkebunan 3 150,000 Kab,Gorontalo Perkebunan 2 100,000

Kab.Gorontalo Utara Hortikultura 1 50,000

Lampiran 4