7
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1 STUDI LITERATUR PENYAKIT FILARIASIS Masrizal ABSTRAK Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisi penularan,diperlukan program yang berkesinambungan dan memakan waktu lama karena mengingat masa hidup dari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkat Puskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasan fiilariasis.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan cara pengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalam rurnah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan, menggunakan pestisida residual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk dan membersihkan tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa dan mernbunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazine citrate. Kata Kunci :Filariasis, Nyamuk, Cacing ABSTRACT Filariasis (elephantiasis disease) is a chronic infectious disease caused by filarial worms and transmitted by mosquitoes Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. The worms live in the channels and lymph nodes with acute clinical manifestations such as recurrent fever, and gastrointestinal tract inflammation of lymph nodes. Filariasis eradication should be carried out with the aim of stopping the transmission of infection, required a continuous program and takes a long time for remembering the life span of the adult worms long enough. Thus needs to be improved epidemiological surveillance at health center level untu early detection of filariasis cases and implementation of prevention and eradication fiilariasis.Memberikan counsel in endemic areas of the mode of transmission and how to control vector (mosquito). If the infection is transmitted by mosquitoes that bite at night in the house of the preventive measures that can be done is by spraying, using residual pesticides, putting wire netting, sleeping by using mosquito nets, wear mosquito repellent ointment and cleaning the breeding places of mosquitoes as an open latrine , old tires, coconut shells and kill larvae with larvacide. Perform such treatment using diethylcarbamazine citrate. Keywords: filariasis, mosquitoes, worms Pendahuluan Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua yang paling melernahkan yang dikenal di dunia. Penyakit filariasis lymfatik merupakan penyebab kecacatan menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental. Di Indonesia, mereka yang terinfeksi filariasis bisa terbaring di tempat tidur selama lebih dari lima mingggu per tahun, karena gejala klinis akut dari filariasis yang mewakili 11% dari masa usia produktif. Untuk keluarga miskin, total kerugian ekonomi akibat ketidakmampuan karena filariasis adalah 67% dari dari total pengeluaran rumah tangga perbulan.1 DataWFIO, diperkirakan 120 juta orangdi 83 negara di dunia terinfeksi penyakit filariasis dan lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia (sekitar 20% populasi dunia) berisiko terinfeksi penyakit ini. Dari keseluruhan penderita, terdapat dua puluh lima juta penderita laki - laki yang mengalami penyakit genital (umumnya menderita hydrcocele) dan hampir lima bclas juta orang, kebanyakan wanita, menderita lymphoedema atari elephantiasis pada kakinya. Sekitar 90% infeksi disebabkan oleh Wucheria Bancrofti, dan sebagian besar sisanya disebabkan Brugia Malayi. Vektor utama Wucheria Bancrofti adalah nyamuk Culex, Anopheles , dan Aedes. Nyamuk dari spesies Mansonia adalah vektor utama untuk parasit Brugarian, namun di beberapa area, nyamuk Anopheles juga dapat *Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Jin. Perintis Kemerdekaan Padang (email :masrizal [email protected] ) 32

ipi284171-2.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ipi284171-2.pdf

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1 STUDI LITERATUR

PENYAKIT FILARIASIS

Masrizal

ABSTRAKFilariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit raenular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria

dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dankelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa deraam berulang, peradangan saluran dan salurankelenjar getah bening. Pemberantasan filariasis perlu dilaksanakan dengan tujuan menghentikan transmisipenularan,diperlukanprogramyang berkesinambungandan memakanwaktu lamakarena mengingat masahidupdari cacing dewasa yang cukup lama. Dengan demikian perlu ditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkatPuskesmas untu penemuan dini kasus filariasis dan pelaksanaan program pencegahan dan pemberantasanfiilariasis.Memberikan penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis mengenai cara penularan dan carapengendalian vektor (nyamuk). Jika penularan terjadi oleh nyamuk yang menggigit pada malam hari di dalamrurnah maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan, menggunakan pestisidaresidual, memasang kawat kasa, tidur dengan menggunakan kelambu, memakai obat gosok anti nyamuk danmembersihkan tempat perindukan nyamuk seperti kakus yang terbuka, ban-ban bekas, batok kelapa danmernbunuh larva dengan larvasida. Lakukan pengobatan misalnya dengan menggunakan diethylcarbamazinecitrate.KataKunci :Filariasis,Nyamuk,Cacing

ABSTRACTFilariasis (elephantiasis disease) is a chronic infectious disease caused by filarial worms and transmitted

by mosquitoes Mansonia,Anopheles, Culex, Armigeres. The worms live in the channels and lymph nodes withacute clinical manifestations such as recurrent fever, and gastrointestinal tract inflammation of lymph nodes.Filariasis eradication should be carried out with the aim of stopping the transmission of infection, required acontinuous program and takes a long time for remembering the life span of the adult worms long enough. Thusneeds to be improved epidemiological surveillance at health center level untu early detection of filariasis casesand implementationofpreventionanderadication fiilariasis.Memberikancounsel inendemic areas ofthe mode oftransmission and how to control vector (mosquito). Ifthe infection is transmitted by mosquitoes that bite at nightin the house of the preventive measures that can be done is by spraying, using residual pesticides, putting wirenetting, sleeping by using mosquito nets, wear mosquito repellent ointment and cleaning the breeding places ofmosquitoes as an open latrine , old tires, coconut shells and kill larvae with larvacide. Perform such treatmentusingdiethylcarbamazine citrate.

Keywords: filariasis, mosquitoes, worms

PendahuluanFilariasis merupakan salah satu penyakit

tertua yang paling melernahkan yang dikenal didunia. Penyakit filariasis lymfatik merupakanpenyebab kecacatan menetap dan berjangka lamaterbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental. DiIndonesia, mereka yang terinfeksi filariasis bisaterbaring di tempat tidur selama lebih dari limamingggu per tahun, karena gejala klinis akut darifilariasis yang mewakili 11% dari masa usiaproduktif. Untuk keluarga miskin, total kerugianekonomi akibat ketidakmampuan karena filariasisadalah67%dari dari totalpengeluaranrumah tanggaperbulan.1

DataWFIO, diperkirakan 120 juta orangdi 83

negara di dunia terinfeksi penyakit filariasis danlebih dari 1,5 milyar penduduk dunia (sekitar 20%populasidunia) berisiko terinfeksi penyakit ini.Darikeseluruhan penderita, terdapat dua puluh limajutapenderita laki - laki yang mengalami penyakitgenital (umumnya menderita hydrcocele) danhampir lima bclas juta orang, kebanyakan wanita,menderita lymphoedema atari elephantiasis padakakinya. Sekitar 90% infeksi disebabkan olehWucheria Bancrofti, dan sebagian besar sisanyadisebabkan Brugia Malayi. Vektor utama WucheriaBancrofti adalah nyamuk Culex, Anopheles, danAedes. Nyamuk dari spesies Mansonia adalahvektor utama untuk parasit Brugarian, namun dibeberapa area, nyamuk Anopheles juga dapat

*Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Jin. Perintis Kemerdekaan Padang (email :[email protected] )

32

Page 2: ipi284171-2.pdf

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, Nc. 1

menjadi vektor penularan filariasis. ParasitBrugarian banyak terdapat di daerah Asia bagianselatan dan timur terutama India, Malaysia,Indonesia,Filipina,danChina.2,3

Hampir seluruh wilayah Indonesia adalahdaerah endemis filariasis, terutama wilayahIndonesia Timur yang memiliki prevalensi lebihtinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di iaporkankasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yangtersebar di 401 kabupaten/ kota. Hasil laporankasusklinis kronis filariasis dari kabupaten/ lcota yangditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis,sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/kotaendemis dan 135 kabupaten/kotanonendemis.

PembahasanDefenisiFilariasis

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalahpenyakit rnenular menahun yang disebabkan olehcacing filaria dan dituiarkan oleh nyamukMansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacingtersebut hidup di saluran dan kelenjar getah beningdengan manifestasi klinik akut berupa demamberulang, peradangan saluran dan saluran kelenjargetah bening. Pada stadium lanjut dapatmenimbulkan cacat menetap berupa pembesarankaki, lengan,payudaradan alat kelamin.10

EpidemiologiFilariasisPenyakit ini diperkirakan seperiima

penduduk dunia atau 1.1milyar penduduk beresikoterinfeksi, terutama di daerah tropis dan beberapadaerah subtropis. Penyakit ini dapat menyebabkankecacatan, stigma sosial, hambatan psikososisal,dan penurunan produktivitas kerja penderita,keluarga dan masyarakat sehingga menimbulkankerugian ekonomi yang besar. Dengan demikianpenderita menjadibeban keluarga dan negara. Sejaktahun 2000 hingga 2009 di Iaporkan kasus kronisfilariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di401 kabupaten/ kota.4,24

Penyakit filariasis terutama ditemukan didaerah khatulistiwa dan merupakan masalah didaerah dataran rendah. Tetapi kadang-kadang jugaditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi.Di Indonesia filariasis tersebar luas, daerah endemisterdapat terdapat di banyak pulau di seluruhnusantara, seperti di Sumatera dan sekitarnya, Jawa,Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan IrianJaya.23

EtiologiHospes

Manusia yang mengandung parasit selaludapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang

rentan. Biasanyapendatangbam ke daerah endemislebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebihmenderita daripada penduduk asli. Pada umumnyalaki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, kar enalebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi{exposure). Juga gejala penyakit lebih nyata padalaki-laki,karena pekerjaan fisik yang lebihberat, 14

HospesReservoarTipe B.malayi yang dapat hidup pada hewan

merupakan sumber infeksi untuk manusia. Hewanyang sering ditemukan mengandung infeksi adalahkueing dan kera terutama jenis Presbytis,meskipunhewanlainmungkinjuga terkena infeksi.14

VektorBanyak spesies nyamuk telah ditemukan

sebagai vektor filariasis, tergantung pada jeniscacing filarianya. W.bancrofti yang terdapat didaerah perkotaan di tularkan olehCx.quinquefasciatur yang tempat perindukannyaairkotor dan tercemar. W.bancrofti di daerah pedesaandapat dituiarkan olehbermacam spesies nyamuk. DiIrian Jaya W.bancrofti dituiarkan terutama olehAn.farauti yang dapat menggunakan bekas jejakkaki binatang untuk tempat perindukannya. Selainitu ditemukan juga sebagai vektor : An.Koliensis,An.punctulatus, Cx.annulirostris dan Ae.Kochi,W.bancrofti didaerah lain dapat dituiarkan olehspesies lain, seperti An.subpictus di daerah pantaiNTT. Selain nyamuk Culex, Aides pernah jugaditemukansebagaivektor. 14

B.malayi yang hidup pada manusia danhewan biasanya dituiarkan oleh berbagai spesiesmansonia seperti Ma.uniformis, Ma.bonneae,Ma.dives dan lain-lain, yang berkembang biak didaerah rawa di Sumatra, Kalimantan, Maluku danlain-lain. B.malayi yang periodik dituiarkan olehAn.Barbirostris yang memakai sawah sebagaitempat perindukannya, seperti di daerah Sulawesi.B.timori, spesies yang ditemukan di Indonesia sejak1965 hingga sekarang hanya ditemukan di daerahNTT dan Timor-Timor, dituiarkan olehAn.barbirostris yang berkembang biak di daerahsawah, baik di dekat pantai maupun di darahpedalarnan.14

AgentFilariasisdisebabkan oleh cacing filarial pada

manusia, yaitu (1) W.bancrofti; (2) B.malayi; (3)B.timori', (4) Loa loa\ (5) Onchocerca volvulus', (6)Acanthocheilonema perstants; (7) Mansonellaazzardi. Yang terpenting ada tiga spesies, yaituW.bancrofti,B.malayi,dan B timori."

33

Page 3: ipi284171-2.pdf

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

Cacing inihabitatnyadalam sistern peredarahdarah, limpha, otot,jaringan ikat atauronggaserosa.Cacing dewasa mempakan cacing yang langsingseperti benang berwarna putih kekuningan,panjangnya 2 - 70 cm, cacing betma panjangnyalebih kurang dua kali cacing jantan. Biasanya tidakmempunyai bibir yang jelas, mulutnya sederhana,rongga mulut tidak nyata. Esofagus berbentukseperti tabung, tanpa bulbus esofagus, biasanyabagian anterior berotot sedangkan bagian posteriorberkelenjar."

Filaria membutuhkan insekta sebagai vektor.Nyarnuk culex adalah vektor dari penyakit filariasisW bancrofti dan B.malayi. Jumlah spesiesAnopheles, Aedes, Culex, dan Mansonia cukupbanyak, tetapi kebanyakan dari spesies tersebuttidak pentingsebagaivektor alami.12

RantaiPenularanPenularan dapat terjadi apabiia ada 5 unsur

yaitu sumber penular (manusia dan hewan), parasit,vektor, manusia yang rentan, iingkungan (fisik,biologik dan sosial-ekonomi-budaya). Seseorartgdapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajahapabiia orang tersebut digigit nyamuk yang infektifyaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III(L3). Kemudian memasuki periode laten atauprepaten. Periode laten adalah waktu yangdiperlukan antara seseorang mendapatkan infeksisampai dtemukannya rnikrofilaria di dalamdarahnya. Waktu ini sesuai dengan pertumbuhancacing hingga dewasa sampai melahirkanrnikrofilariakedalamdarah danjaringan. ' " "

Skema rantai penularan filariasis adalahsebagaiberikut:

mmfit— <ÿ>-*, ÿ

JMT M

DiagnosisDiagnosis pasti ditegakkan dengan

ditemukannyarnikrofilariadalam darahtepi, kiluria,eksudat, varises limfe, dan cairan limfe dan cairanhidrokel, atau ditemukannya cacing dewasa padabiopsi kelenjer limfe atau pada penyinarandidapatkan cacing yang sedang mengadakankalsifikasi. Sebagai diagnosis pembantu,pemeriksaan darah menunjukkan adanya eosinofiliantara 5 - 15%. Selain itu juga melalui tesintradermal dan tes fiksasi komplemen dapatrnembanturnenegakkandiagnosis.16

PatogenesisPerkembangan klinis filariasis dipengaruhi

oleh faktor kerentanan individu terhadap parasit,seringnya mendapat gigitan nyamuk, banyaknyalarva infektif yang masuk ke dalam tubuh adanyainfeksi sekunder oleh bakteri atau jamur. Secaraurnum perkembangan klinis filariasis dapat dibagimenjadi fase dini dan fase lanjut. Pada fase dinitimbul gejala klinis akut karena infeksi cacingdewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteridanjamur. Pada fase lanjut terjadi kerusakan salurandan kerusakan kelenjer, kerusakan katup saluranlimfe, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yangterdapat dikulit.25

Pada dasarnya perkembanganklinis filariasistersebut disebabkan karena cacing dilaria dewasayang tinggal dalam saluran limfe bukanpenyumbatan (obstruksi), sehingga terjadigangguanfungsi sistem limfatik ;2"1 Penimbunancairanlimfe.2, Terganggunya pengangkutan bakteri dari kuiit

atau jaringan melalui saluran limfe ke kelenjerlimfe.

3. Kelenjer limfe tidak dapat menyerang bakteriyang masuk dalamkulit.

4. Infeksi bakteri benilang akan menyebabkanserangan akutbemlang (recurrentacuteattack).

5, Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakansaluran limfe kecil yang ada di kulit,menyebabkan menurunnya kemampuan untukmengalirkan cairan limfe dari kulit danj aringanke kelenjer limfe sehingga dapat terjadilimfedema.

6. Pada penderita limfedema, serangan akutberulang oleh bakteri atau jamur akanmenyebabkan penebalan dan pengerasan kulit,hiperpigmentasi, hiperkeratosis danpeningkatan pembentukkan jaringan ikat(fibrose tissue formation) sehingga terjadipenigkatanstadium limfedema, dimana

Gambar 2.1. Siklus Penularan Penyakit Filariasis

34

Page 4: ipi284171-2.pdf

Jumal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

pembengkakkan yang semula terjadi hilangtimbul akanmenjadipembengkakkanmenetap.

Gejala KlinisGejala klinis sangat bervariasi, mulai dari

yang asimtomatis sampai yang berat. Hal initergantung pada daerah geografi, spesies parasit,respons imun penderita dan intensitas infeksi.Gejala biasanya tampak setelah 3 bulan infeksi, tapiumumnya masa tunasnya antara 8-12 bulan. Padafase akut terjadi gejala radang saluran getah bening,sedang pada fase kronis terjadi obstruksi. Fase akutditandai dengan demam atau serangkaian serangandemam selama beberapa minggu. Demam biasanyatidak terlalu tinggi meskipunkadang - kadang tinggisampai 40,6°C, disertai menggigil dan berkeringat,nyeri kepala,mual,muntah,dan nyeri otot. Jika yangterkena saluran getah bening abdominal yangterkena terjadi gejala"acute abdomen".17

PenatalaksanaanFilariasisPengobatan

Obat utama yang digunakan adalahdietilkarbamazin sitrat (DEC). DEC bersifatmembunuh mikrofilaria dan juga cacing dewasapada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini,DEC merupakan satu-satunya obat yang efektif,aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bancrofti,dosis yang dianjurkan adalah 6 mg/kg berat badanper hari selam 12 hari. Sedangkan untuk filariabrugia, dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg beratbadan per hari selam 10 hari. Efek samping dariDEC ini adalah demam, mengigil, artralgia, sakitkepala, mual, hingga muntah. Pada pengobatanfilariasis brugia, efek samping yang ditimbulkanlebih berat. Sehingga untuk pengobatannyadianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktupengobatan dilakukan dalam waktu yang lebihlama.23

Obat lain yang juga dipakai adalahivermektin. Ivermektin adalah antibiotiksemisintetik dari golongan makrolid yangmempunyai aktivitas luas terhadap nematode danektoparasit. Obat inihanya membunuhmikrofilaria.Efek samping yang ditimbulkan lebih ringandibanding DEC.23

PerawatanPerawatan terhadap penderita filariasis dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Istirahatdi ternpat,pindahke daerah yang dingin

akanmengurangiderajat serangan akut.2. Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi

sek under dan asbes.3. Pengikatan di daerah pembendungan akan

mengurangi edema.

PrognosisdanPencegahanFilariasisPrognosis

Prognosis elefantiasis tidak baik,karenatidakada obatnya. Dapat dilakukan bebat tekan atau

operasiplastik tetapi hasilnyakurangmemuaskan.1 7

PencegahanPencegahan filariasis dapat dilakukan dengan

carayaitu:"1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat

di daerah endemis mengenai cara penularandan cara pengendalianvektor (nyamuk).

2. Mengidentifikasikan vektor dengan men-deteksi adanya larva infektif dalam nyamukdengan menggunakan umpan manusia;mengidentifikasi waktu dan ternpatmenggigit nyamuk serta ternpatperkembangbiakannya.

3. Pengendalian vektor jangka panjang yangrnungkin memerlukan perubahan konstruksirumah dan termasuk pemasangan kawat kasaserta pengendalian lingkungan untukmemusnahkantempat perindukannyamuk.

4. Lakukan pengobatan misalnya denganmenggunakandiethylcarbamazinecitrate.

Faktor-Faktor Resiko Kejadian Filariasis1. Faktor Manusia dan Nyamuk (Host)

a.Manusia1) UmurFilariasis menyerang pada semua kelompok umur.Pada dasarnya setiap orang dapat tertular filariasisapabila mendapat tusukan nyamuk infektif(mengandung larvastadium 3) ribuankali.""2) Jenis KelaminSemua jenis kelamin dapat terinfeksi mikrofilaria.Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripadaperempuan karena pada umumnya laki-laki lebihsering terpapar dengan vektor karenapekerjaannya.213) ImunitasOrang yang pernah terinfeksi filariasis sebelumnyatidak teerbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadapfilaria demikianjuga yang tinggal di daerah endemisbiasanya tidak mempunyai imunitas alami terhadappenyakit filariasis. Pada daerah endemis filariasis,tidak semua orang terinfeksi filariasis dan orangyang terinfeksi menunjukkan gejala klinis.

35

Page 5: ipi284171-2.pdf

f

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi belummenunjukkan gejala klinis biasanya terjadiperubahanpatologisdalamtubuhnya.214)RasPenduduk pendatang pada suatu daerah endemisfilariasis mempunyai risiko terinfeksi filariasis lebihbesar dibanding penduduk asli. Pendudukpendatang dari daerah non endemis ke daerahendemis, misalnya transmigran, walaupun padapemeriksaan darah jari belum atau sedikitmengandung mikrofilaria, akan tetapi sudahmenunjukkangejala klinisyang lebihberat.2'

b.NyamukNyamuk termasuk serangga yang melangsungkansiklus kehidupan di air. Kelangsungan hidupnyamuk akan terputus apabila tidak ada air. Nyamukdewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-300 butir,besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetasjadi jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa),dan 1-2 hari menjadi nyamuk dewasa. Nyamukjantan akan terbang disekitar perindukkannya danmakan cairan tumbuhan yang ada disekitarnya.Nyamuk betina hanya kawinsekali dalam hidupnya.Perkawinan biasanya terjadi setelah 24-48 jamkeluar dari kepompong. Makanan nyamuk betinayaitu darah, yang dibutuhkan untuk pertumbuhantelurnya. Pengetahuan kepadatan nyamuk danvektor sangat penting untuk mengetahui musimpenularan dan dapat digunakan sebagai parameteruntuk menilai keberhasilanprogram pemberantasanvektor.22

2. Lingkungan (Environment)Lingkungan sangat berpengaruh terhadap

distribusi kasus filariasis dan mata rantaipenularannya. Biasanya daerah endemis BrugiaMalayi adalah daerah sungai, hutan, rawa-rawa,sepanjang sungai atau badanair lainyang ditumbuhitanaman air. Daerah endemis W. Bancrofti tipeperkotaan (urban) adalah daerah-daerah perkotaanyang kumuh, padat penduduknya dan banyakgenangan air kotor sebagai habitat dari vektor yaitunyamuk Cx. Quinquefasciatus. Sedangkan daerahendemis W. Bancrofti tipe pedesaan (rural) secaraumum kondisi lingkungannya sama dengan derahendemis B.Malayi.22

Lingkungan hidup manusia pada dasarnyaterdiri dari dua bagian, internal dan ekstemal.Lingkungan hidup internal merupakan suatukeadaanyang dinamis dan seimbang yang seimbangyang disebut homeostatis, sedangkan lingkunganhidup eksternal merupakan lingkungan di luar tubuh

manusia yang terdiri atas tiga komponen, antaralain:12

a.LingkunganFisikYang termasuk lingkungan fisik antara

lain geografik dan keadaan musim.Lingkungan fisik bersifat abiotik. atau bendamati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan,rumah,panas,sinar, radiasi,danIain-lain.u19

Lingkungansangat berpengaruhterhadapdistribusi kasus filariasis dan mata rantaipenularannya. Biasanya daerah endemisB.malayi adalah daerah dengan hutan rawa,sepanjang sungai atau badan air lain yangditumbuhi tanaman air. Daerah endemisWbancrofti tipe perkotaan adalah daerahkumuh, pada penduduknya dan banyakgenangan air kotor sebagai habitat dari vektoryaitunyamuk Cx.quinquefasciatu..16,22

b. LingkunganBiologiLingkungan biologis adalah semua

makhluk hidup yang berada di sekitar manusiayaitu flora dan fauna, termasuk manusia.Misalnya, wilayah dengan flora yang berbedaakan mampunyai pola penyakit yang berbeda.Faktor lingkungan biologis ini selain bakteridan virus patogen, ulah manusia jugamempunyai peran yang penting dalamterjadinya penyakit, bahkan dapat dikatakanpenyakit timbul karenaulahmanusia.7

Berdasarkan penelitian oleh Rudi Ansari(2004), terdapat hubungan antara keberadaantumbuhan air dengan kejadian filariasis. Makadapat dikatakan bahwa orang tinggal di rumahyang memiliki tumbuhan air mempunyai risikountuk terjadinya penularanpenyakit filariasis.8c. LingkunganSosialEkonomi

Lingkungan sosial berupa kultur, adatistiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupankemaysarakatan, organisasi sosial dan politik,pendidikan,dan status ekonomi. 12

Salah satu faktor lingkungan sosial yangberhubungan dengan kejadian filariasis adalahstatus ekonomi. Terdapatnya penyebaranmasalah kesehatan yang berbeda ini, padaumumnya di pengaruhi oleh dua hal yakni;karena terdapatnya perbedaan kemampuanekonomis dalam mencegah dan atau mengobatipenyakit, dan terdapatnya perbedaan sikaphidup dan perilakuyangdimiliki.19

Pekerjaan yang dilakukan pada jam-jamnyamuk mencari darah dapat beresiko untukterkena filariasis. Menurut Nasrin (2008),

36

I

Page 6: ipi284171-2.pdf

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

terdapat hubungan pekerjaan dengan kejadianfilariasis. Orang yang merniliki pekerjaanpetani. buruh tani, buruh pabrik, dan nelayanberesikotertularpenyakit filariasis.1 6

3, AgentFilariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga

spesies cacing filarial,yaitu : W. Bancroft, B.Malayi.B. Timori. Cacing filaria (Nematode :Filarioidea)baik limfatik maupunnon lirnfatik, rnempunyai cirikhas yang sama sebagai berikut: dalamreproduksinya tidak lagi mengeluarkan telurmelainkan mikrofilaria (larva cacing), danditularkan olehArthropoda (nyamuk). Sebanyak 32varian subperiodik baik nokturnal maupun diurnaldijumpai pada filaria limfatik Wuchereria danBrugia. Periodisitas mikrofilaria berpengaruhterhadap risikopenularan filarial,21''''

Kesimpulan dan SaranFilariasis (penyakit kaki gajah) adalah

penyakit menular menahun yang disebabkan olehcacing filaria dan ditularkan oleh nyamukMansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacingtersebut hidup di saluran dan kelenjar getah beningdengan manifestasi klinik akut bempa demamberulang, peradangan saluran dan saluran kelenjargetah bening. Pemberantasan filariasis perludilaksanakan dengan tujuan menghentikantransmisi penularan,diperlukan program yangberkesinambungan dan mernakan waktu lamakarena mengingat masa hidup dari cacing dtwasayang cukup lama. Dengan demikian perluditingkatkan surveilans epidemiologi di tingkatPuskesmas untu penemuan dini kasus filariasis danpelaksanaan program pencegahan danpemberantasanfilariasis.

Daftar

1. Pusat Data dan Surveilans EpidemiologiKemenkes RI. 2,010. Filariasis diIndonesia. Buletin Jendela Epidemiologi,Volume 1,Juli 2010.

2. WHO. Epidemiology Limphatic Filariasis.Tahun 2010 [Online]. Dari : hhtp://www.who.int. [1Februari2012],

3. World Health Organization RegionalOffice for South-East Asia. Epidemiologyof Filariasis. Tahun 2010, [Online], Dari :http://www.filariasis.org [1 Februari2012],

4. Subdit Filariasis & SchistomiasisDirektorat P2B2, Ditjen PP&PL,

Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia, Rencana Nasional ProgramAkselerasi Eliminasi Filariasis diIndonesia. [Online] dari http://www.pppl-depkes.go.id [4 Februari2012],

5. Juriastuti Puji,dkk. 2010. Faktor RisikoKejadian Filariasis Di Kelurahan JatiSarnpurna. Makara, Kesehatan, vol, 14,no. 1, juni 2010: 31-36, [Online], Darihttp://www.pubmed.com. [1 Februari2012],

6. Restila, Ridha. 2011. Perbedaan FaktorRisiko Kejadian Filariasis di WilayahKerja Puskesmas Andalas dan PuskesmasPadang Pasir Kota Padang Tahun 2011.[Skripsi]. Padang : PSIKM FK Unand2007.

7. Notoatmodho, Soekidjo, KesehatanMasyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :RhinekaCipta; 2007

8. Anshari, Rudi. 2004. Analisis FaktorRisiko Kejadian Filariasis Di DusunTanjung Bayur Desa Sungai AsamKecamatan Sungai Raya KabupatenP o nt ia na k . [Online]. Dari:http://eprints .undip.ac .id/thesis filaria2004. [15 Maret 2012].

9. Ibrahim. Filariasis. 2006. [online]. Dariwww.yankesriau.wordpress.com. [15Maret 2012],

10. Chin, James. [Editor] INyoman Kandun.Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Jakarta: CV. Infomedika;2006.

11. Natadisastra, Djaenudin dan Ridad Agoes.Parasitologi Kedokteran Ditinjau dariOrgan Tubuh yang Diserang Jakarta:Penerbit BukuKedokteranEGC; 2009.

12. Chandra, Budiman. Pengantar KesehatanLingkungan. Jakarta : Penerbit BukuKedokteranEGC; 2007.

13. Miyanto, Zendra. Faktor Resiko KejadianFilariasis di Kota Padang Tahun 2006-2008. [Skripsi], Padang : PSIKM Unand2009.

14. Tim Editor Fakultas Kedokteran UI.Parasitologi Kedokteran Edisi KeempatJalarta: Balai Penerbit FKUI;2009.

15. Guntara RA. Sistem Informasi Geografis.

37

Page 7: ipi284171-2.pdf

Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1

[Online], Dari http://www.ittelkom.ac.id[3 Februari2012]

16. Nasrin. 2008. Faktor Lingkimgan danPerilaku yang Berkaitan dengan KejadianFilariasis di Kabupaten Bangka Barat.[Thesis], Sernarang. UniversitasDiponegoro.

17. Narudin dan Suharto. Penyakit Infeksi diIndonesia. Surabaya : AirlanggaUniversity Press; 2007.

18. Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni.Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PenerbitBukuKedokteranEGC; 2003.

19. Notoadmodjo, Soekidjo. Ilrnu KesehatanMasyarakat. Jakarta : Rhineka Cipta;2003.

20. Depkes RI. Pedoman PenatalaksanaanKasus Filariasis. DitjenPP & PL. Jakarta;2006.

21. Depkes RI. Epidemiologi Filariasis. DitjenPP&PL. Jakarta; 2006.

22. Depkes RI. Ekologi dan Aspek Vektor.DitjenPP & PL. Jakarta ;2007.

23. Filariasis. 2011. [online]. Dariwww.itokindo.org [20 Maret2012]

24. Depkes RI. Pedoman Program EliminasiFiiariasis di Indonesia. Ditjen PP & PL.Jakarta ;2009.

25. Depkes RI. Penatalaksanaan Kasus KlinisFilariasis. DitjenPP& PL. Jakarta ;2005.

38