Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INVESTIGASI SIMULASI 3 DIMENSI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA
MODEL GEOMETRI POMPA HIDRAM MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Teknik Mesin Pada Jurusan Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma
Oleh:
MARYANTO
145214036
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
3D SIMULATION INVESTIGATION OF FLOW CHARACTERISTIC ON
GEOMETRY MODEL OF HYDRAM PUMP USING
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
FINAL PROJECT
As practial fulfillment of the requirements to obtain the Bachelor Degree in
Mechanical Engineering
By
MARYANTO
Student Number: 145214036
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi ini dengan judul “Investigasi
simulasi 3 dimensi karakteristik aliran pada model geometri pompa hidram
menggunakan computational fluid dynamics” tidak terdapat karya yang pernah
diajukan disuatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak
terdapat karya dan pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
beberapa karya ilmiah yang digunakan sebagai referensi pendukung Skripsi ini telah
dituliskan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 09 Januari 2019
Maryanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Maryanto
Nomor Mahasiswa : 145214036
Demi pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
INVESTIGASI SIMULASI 3 DIMENSI KARAKTERISTIK ALIRAN PADA
MODEL GEOMETRI POMPA HIDRAM MENGGUNAKAN
COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya namun memberikan royalty kepada saya
selama tetap menyantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 09 Januari 2019
Yang menyatakan,
Maryanto
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Investigasi simulasi 3 dimensi karakteristik aliran pada model geometri pompa hidram
menggunakan computational fluid dynamics”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana bagi mahasiswa program S1 pada
program studi Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universtias
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Selesainya proposal ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis dengan segala
kerendahan hati dan penuh rasa hormat mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil
secara langsung maupun tidak langsung kepada:
1. Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Sanata Dharma.
2. Ir. P.K. Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
3. Stefan Mardikus, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan memberikan bimbingan dalam pengerjaan Skripsi dan Tugas
Akhir ini.
4. Seluruh dosen Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Univertas Sanata
Dharma, yang telah memberikan pengetahuan selama kuliah.
5. Keluarga tercinta, Ali (Bapak), Surtinah (Ibu), Novitasari (Kakak), Fetasari
(Adik), Novitrisari (Adik), dan Vita Diah Chayudhi (Kekasih), yang selalu
mendukung, memberikan doa, semangat dan bantuan kepada penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
6. Teman – teman mahasiswa S1, Team EEC, dan teman – teman Vihara yang
telah banyak memberikan bantuan serta dukungan selama proses pembuatan
Tugas Akhir.
7. Berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan
bantuan baik material maupun moril kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat
banyak kekurangan, segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk
kesempuranaan penelitian dimasa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat dan dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 09 Januari 2019
Maryanto
(145214036)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................................
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvii
NOMENKLATUR ................................................................................................... xviii
ABSTRAK
ABSTRACT
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah............................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI ............................................................................................. 5
2.1 Pengertian Pompa Hidram ............................................................................. 5
2.2 Bagian-bagian Penting Pompa Hidram (Hydram Pump) ............................... 6
2.3 Cara kerja dan Siklus Pompa Hidram ............................................................ 6
2.4 Klasifikasi Aliran Fluda ............................................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
2.4.1 Aliran Viscous dan Non – Viscous ......................................................... 11
2.4.2 Aliran Laminer dan Turbulent ............................................................... 12
2.4.3 Aliran Kompresibel dan Inkompresibel ................................................. 14
2.4.4 Aliran Eksternal dan Internal ................................................................ 15
2.5 Persamaan Dasar Aliran Fluida dan Perpindahan Kalor .............................. 16
2.5.1 Persamaan Kekekalan Massa ................................................................. 17
2.5.2 Persamaan Kekekalan Momentum Tiga Dimensi .................................. 20
2.5.3 Persamaan Kekekalan Energi Tiga Dimensi .......................................... 24
2.5.4 Besarnya Perubahan Fluida pada Elemen Fluida ................................... 31
2.5.5 Persamaan Navier Stokes untuk Sebuah Fluida Newtonian ................... 33
2.6 Computational Fluid Dynamics (CFD) ....................................................... 36
2.7 Metode Diskrititasi Computational Fluid Dynamics ................................... 41
2.8 Skema Numerik ............................................................................................ 42
2.8.1 Metode Solusi Pressure-based ............................................................... 42
2.8.2 Metode Solusi Density-based ................................................................. 44
2.9 Metode Numerik pada ANSYS Fluent .......................................................... 45
2.9.1 Solver Segregated................................................................................... 46
2.9.2 Solver Coupled ....................................................................................... 47
2.10 Laju Aliran Massa ........................................................................................ 48
2.11 Model Turbulen (Turbulent Modeling) ........................................................ 49
2.12 Model Turbulent k- ε .................................................................................... 50
2.13 Turbulent Intensity ....................................................................................... 53
2.14 Turbulent Kinetic Energy ............................................................................. 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
2.15 Persamaan Bernoulli .................................................................................... 54
BAB III METODOLOGI ........................................................................................... 56
3.1 Diagram Alir Penelitian dan Simulasi.......................................................... 56
3.2 Skematik Pompa Hidram ............................................................................. 58
3.3 Tabel Data Penelitian ................................................................................... 59
3.4 Tipe Pompa Hidram ..................................................................................... 60
3.5 Geometri Pompa Hidram ............................................................................. 61
3.6 Boundary Condition ..................................................................................... 62
3.7 Meshing ........................................................................................................ 63
3.8 Karakteristik Fluida ...................................................................................... 64
3.9 Variabel Penelitian ....................................................................................... 65
3.10 Prosedur Simulasi ........................................................................................ 66
3.11 Convergence Criteria ................................................................................... 67
BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI.................................................................... 68
4.1 Analisa Vektor Distribusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram. .............................................................. 68
4.1.1 Analisa Vektor Distribusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe U. ................................... 68
4.1.2 Analisa Vektor Distribusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe T. ................................... 70
4.1.3 Analisa Vektor Distrbusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe Y. ................................... 72
4.2 Pengaruh Laju Aliran Massa Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram. .............................................................. 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4.3 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram. ..................................................... 75
4.3.1 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head
Input Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe U. ......................... 75
4.3.2 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head
Input Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe T. .......................... 77
4.3.3 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head
Input Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe Y. ......................... 79
4.4 Rata-rata Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram. .............................................................. 81
4.5 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi Head
Input Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram............................................. 82
4.5.1 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi
Head Input Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe U. ................ 82
4.5.2 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi
Head Input Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe T. ................ 84
4.5.3 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi
Head Input Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe Y. ................ 86
4.6 Rata-rata Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram. ..................................................... 88
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 89
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 89
5.2 Saran ............................................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagian-bagian penting Pompa hidram ............................................... 6
Gambar 2.2 Ilustrasi siklus 1 ................................................................................. 7
Gambar 2.3 Ilustrasi siklus 2 ................................................................................. 7
Gambar 2.4 Ilustrasi siklus 3 ................................................................................. 8
Gambar 2.5 Ilustrasi siklus 4 ................................................................................ 9
Gambar 2.6 Grafik satu siklus Pompa hidram ....................................................... 9
Gambar 2.7 Flowchart klasifikasi aliran Computaional Fluid Dynamics ........... 10
Gambar 2.8 Pembagian daerah aliran viskos pada plat rata ................................ 11
Gambar 2.9 Tipe profil kecepatan di dalam pipa (a) Aliran laminar (b)
Aliran turbulen ................................................................................. 12
Gambar 2.10 (a) High-viscosity, low Reynolds number, laminar flow (b)
Low-viscosity, high Reynolds number, turbulent flow ..................... 12
Gambar 2.11 Kondisi batas pada permasalahan aliran internal............................. 15
Gambar 2.12 Kondisi batas pada permasalahan aliran eksternal........................... 16
Gambar 2.13 Skema satu elemen fluida................................................................. 17
Gambar 2.14 Skema aliran massa yang keluar dan masuk pada satu elemen
fluida ................................................................................................ 18
Gambar 2.15 Skema komponen tegangan yang terdapat pada setiap
permukaan dari satu elemen fluida .................................................. 21
Gambar 2.16 Komponen tegangan pada arah x ..................................................... 21
Gambar 2.17 Pembacaan persamaan energi ......................................................... 24
Gambar 2.18 Komponen dari vektor heat flux ....................................................... 27
Gambar 2.19 Ilustrasi pembacaan relasi (2.38)...................................................... 32
Gambar 2.20 Tiga elemen utama pada Computational Fluid Dynamic ................ 38
Gambar 2.21 Tiga elemen utama yang ada di dalam CFD .................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Gambar 2.22 Skema metode solusi pressure-based .............................................. 43
Gambar 2.23 Skema metode solusi density-based ................................................. 44
Gambar 2.24 Skema metode solver segregated ..................................................... 47
Gambar 2.25 Skema metode solver coupled .......................................................... 48
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian dan Simulasi. .............................................. 56
Gambar 3.2 Skematik penggunaan pompa hidram. ............................................. 58
Gambar 3.3 Pompa hidram desain tipe U. ........................................................... 60
Gambar 3.4 Pompa hidram desain tipe T. ............................................................ 60
Gambar 3.5 Pompa hidram desain tipe Y. ........................................................... 60
Gambar 3.6 Ukuran geometri pompa hidram desain tipe U. ............................... 61
Gambar 3.7 Ukuran geometri pompa hidram desain tipe T. ................................ 61
Gambar 3.8 Ukuran geometri pompa hidram desain tipe Y. ............................... 61
Gambar 3.9 Boundary condition pada pompa hidram desain tipe U. .................. 62
Gambar 3.10 Boundary condition pada pompa hidram desain tipe T. .................. 62
Gambar 3.11 Boundary condition pada Pompa Hidram Desain Tipe Y. ............... 63
Gambar 3.12 Tampilan bentuk meshing tetrahedral hidram tipe U. ..................... 63
Gambar 3.13 Tampilan bentuk meshing tetrahedral hidram tipe T. ..................... 64
Gambar 3.14 Tampilan bentuk meshing tetrahedral hidram tipe Y ...................... 64
Gambar 4.1 Vektor tekanan hidram U pada head input 0,7 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,89 bar. ..................... 68
Gambar 4.2 Vektor tekanan hidram U pada head input 1,2 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,98 bar. ..................... 68
Gambar 4.3 Vektor tekanan hidram U pada head input 1,7 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,2 bar. ....................... 69
Gambar 4.4 Vektor tekanan hidram T pada head input 0,7 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar. ....................... 70
Gambar 4.5 Vektor tekanan hidram T pada head input 1,2 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,15 bar. ..................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 4.6 Vektor tekanan hidram T pada head input 1,7 meter, dengan
heat output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1 bar. ........................... 71
Gambar 4.7 Vektor tekanan hidram Y pada head input 0,7 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar. ....................... 72
Gambar 4.8 Vektor tekanan hidram Y pada head input 1,2 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,9 bar. ....................... 72
Gambar 4.9 Vektor tekanan hidram Y pada head input 1,7 meter, dengan
head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,4 bar. ....................... 73
Gambar 4.10 Grafik pengaruh laju aliran massa pada head input 0,7 meter,
1,2 meter, 1,7 meter dengan head output 4,3 meter pada variasi
tipe hidram. ...................................................................................... 74
Gambar 4.11 Pathlines turbulance intensity hidram U pada head input 0,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,89
bar. .................................................................................................... 75
Gambar 4.12 Pathlines turbulance intensity hidram U pada head input 1,2
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,98
bar. .................................................................................................... 75
Gambar 4.13 Pathlines turbulance intensity hidram U pada head input 1,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,2
bar. .................................................................................................... 76
Gambar 4.14 Pathlines turbulance intensity hidram T pada head input 0,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1
bar. .................................................................................................... 77
Gambar 4.15 Pathlines turbulance intensity hidram T pada head input 1,2
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,15
bar. .................................................................................................... 77
Gambar 4.16 Pathlines turbulance intensity hidram T pada head input 1,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1
bar. .................................................................................................... 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Gambar 4.17 Pathlines turbulance intensity hidram Y pada head input 0,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1
bar. .................................................................................................... 79
Gambar 4.18 Pathlines turbulance intensity hidram Y pada head input 1,2
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,9
bar. .................................................................................................... 79
Gambar 4.19 Pathlines turbulance intensity hidram Y pada head input 1,2
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,40
bar. .................................................................................................... 80
Gambar 4.20 Grafik rata-rata turbulance Intensity pada head input 0,7
meter, 1,2 meter, 1,7 meter dengan head output 4,3 meter pada
variasi tipe hidram. ........................................................................... 81
Gambar 4.21 Pathlines turbulence kinetic energy hidram U pada head input
0,7 meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
0,89 bar. ............................................................................................ 82
Gambar 4.22 Pathlines turbulence kinetic energy hidram U pada head input
1,2 meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
0,98 bar. ............................................................................................ 82
Gambar 4.23 Pathlines turbulence kinetic energy hidram U pada head input
1,7 meter,dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
1,2 bar... ........................................................................................... 83
Gambar 4.24 Pathlines turbulence kinetic energy hidram T pada head input
0,7 meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
1,1 bar. .............................................................................................. 84
Gambar 4.25 Pathlines turbulence kinetic energy hidram T pada head input
1,2 meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
1,15 bar. ............................................................................................ 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 4.26 Pathlines turbulence kinetic energy hidram T pada head input
1,7 meter, dengan heat output 4,3 meter dan tekanan dinamik
1 bar. ................................................................................................. 85
Gambar 4.27 Pathlines turbulence kinetic energy hidram Y pada head input
0,7 meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
1,1 bar. .............................................................................................. 86
Gambar 4.28 Pathlines turbulence kinetic energy hidram Y pada head input
1,2 meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
0,9 bar. .............................................................................................. 86
Gambar 4.29 Pathlines turbulence kinetic energy hidram Y pada head input
1,7 meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik
1,4 bar. .............................................................................................. 87
Gambar 4.30 Grafik rata-rata turbulance kinetic energy pada head input 0,7
meter, 1,2 meter, 1,7 meter dengan head output 4,3 meter pada
variasi tipe hidram. ........................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Nilai input yang relevan untuk .......................................................... 33
Table 2.2 Persamaan pembangun aliran fluida Newtonian kompresibel .............. 36
Table 3.1 Tabel data penelitian. ............................................................................ 59
Table 3.2 Karakteristik fluida kerja....................................................................... 65
Table 3.3 Tipe yang digunakan pada setiap discretization. .................................. 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
NOMENKLATUR
Lambang Arti Satuan Halaman
a Kecepatan suara m/s 14
dy
du
Gradien kecepatan m/s 11
yx Tegangan geser N/m2 11,21,23
D Diameter m 13
g Gravitasi m/s2 24
L Diameter pipa m 13
L Panjang m 59
m Laju aliran massa kg/s 48,73
Ma Bilangan mach Dimensionless 14
P Tekanan Pascal 21
Pd Tekanan dinamik Bar 59,65,79,84,86
Ps Tekanan statis Bar 59,65
Re Bilangan reynold Dimensionless 13
s Waktu Sekon 48
T Temperatur K 14,29
ρ Massa jenis kg/m3 11,13,64
µ Viskositas dinamik (Pa.S)/(Kg/m.s) 51,64
v Viskositas kinematis m2/s 11
v Kecepatan fluida m/s 54
V Volume m3 48
V kecepatan aliran m/s 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRAK
Pompa hidram (hydram pump) adalah pompa yang energi atau tenaga
penggeraknya berasal dari tekanan atau hantaman air dengan memanfaatkan tekanan
arus air yang masuk kedalam pompa melalui pipa. Pompa hidram ini bekerja secara
otomatis tanpa menggunakan energi listrik maupun energi bahan bakar. Sesuai dengan
prinsip kerja pompa hidram yang bekerja dengan memanfaatkan energi potensial dari
sumber air, dimana semakin tinggi sumber air maka debit dan efisiensi akan semakin
besar. Pompa hidram masih perlu di tingkatkan dikarenakan belum optimal, dan
perlunya mengetahui macam - macam karakteristik aliran pada pompa hidram.
Pada penelitian ini digunakan metode simulasi 3D dengan Computational Fluid
Dynamics (CFD) untuk mengetahui pengaruh variasi geometri sambungan berbentuk
U, T dan Y pada hidram terhadap karakteristik dari nilai dan bentuk aliran dari vektor
distribusi tekanan, nilai mass flow rate, nilai dan pathlines turbulent intensity, dan nilai
dan pathlines turbulent kinetic energy.
Hasil dari penelitian ini dari bentuk aliran dari vektor distribusi tekanan, nilai
rata-rata laju aliran massa, nilai rata-rata dari turbulent intensity diantara ketiga variasi
hidram, hidram tipe Y dengan rata-rata laju aliran massa (25.10 kg/s) lebih bagus
dibandingkan dengan variasi hidram tipe U (22,46 kg/s) dan hidram tipe T (17.81 kg/s).
Namun berdasarkan nilai rata-rata dari turbulent kinetic energy hidram tipe U dengan
nilai rata-rata turbulent kinetic energy (10,32 m2/s2) lebih baik daripada variasi hidram
tipe T (11,98 m2/s2) dan hidram tipe Y (16,27 m2/s2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
ABSTRACT
Hydraulic pump is a pump of energy or driving power that comes from the
pressure or impact of water by utilizing the pressure of the flow of water to enter the
pump through a pipe. This hydraulic pump works automatically without using
electricity or fuel energy. According to the working principle of the Hydraulic pump
which works by utilizing potential energy from a water source, the higher of the water
source will be high the efficiency of hydraulic pump. The hydraulic pump still needs
to be improved because it is not optimal and needs to be know the types of flow
characteristics at the hydraulic pump.
This research uses 3D simulation method with computational fluid dynamic to
finish problem of the influence of variations of junction pipes in U, T and Y shaped
geometries found of vector of pressure distribution, mass flow rate, turbulent intensity,
and turbulent kinetic energy.
The result of this simulation illustrated that vector distribution of pressure, the
average of mass flow rate and turbulent intensity among the three variations of
hydraulic pump, hydraulic pump of Y model was 25.10 kg/s higher than hydraulic
pump of U model of 22,46 kg/s and hydraulic pump of T model of 17.81 kg/s.
Moreover, based on the average of turbulent kinetic energy hydraulic pump of U
model, the average of turbulent kinetic energy of 10,32 m2/s2 better than hydraulic
pump of T model (11,98 m2/s2) and hydraulic pump of Y model (16,27 m2/s2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup oleh karena itu air
sangat dibutuhkan baik untuk memenuhi kebutuhannya maupun menopang hidupnya
secara alami. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di garis
khatulistiwa memiliki banyak sumber mata air karena di Indonesia terdapat musim
penghujan, selain itu juga sebagian besar tanah di Indonesia memiliki daerah
perbukitan dan pegunungan. Walaupun telah memiliki sumber mata air yang banyak,
namun pada kenyataan pada daerah-daerah tertentu masih tidak dapat memenuhi
kebutuhan air mereka dengan mudah karena sumber mata air ada di bawah tempat
tinggalnya.
Ketersediaan air sering menjadi masalah karena sulit didapatkan, salah satu
faktor penyebabnya adalah sulitnya mengalirkan air dari tempat yang rendah ke tempat
yang lebih tinggi. Jika suatu daerah yang tidak terjangkau aliran listrik harus
mengunakan derigen dan memikulnya sacara manual, tentunya akan memakan waktu
dan tenaga. Disisi lain, suatu daerah yang terdapat aliran listrik dapat mengguakan
peralatan pompa listrik, tentunya akan membutuhkan energi listrik maupun energi
bahan bakar.
Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan
zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah
air, oli atau minyak pelumas, atau fluida lainnya yang tak mampu mampat (Samsudin
Anis, 2008). Pompa adalah peralatan mekanisme untuk mengubah energi mekanik dari
mesin penggerak pompa menjadi energi tekanan fluida yang berfungsi untuk
memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat lain dengan elevasi yang lebih tinggi.
Tentunya dengan adanya peralatan pompa akan mempermudah manusia dalam
memenuhi kebutuhan air bersih mereka dan untuk menjalankan pompa membutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
energi listrik maupun energi bahan bakar namun di Indonesia masih
mempunyai kendala dengan ketersediaan aliran listrik. Adapun cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut ialah dengan menggunakan pompa hidram.
Pompa hidram (hydram pump) adalah pompa yang energi atau tenaga
penggeraknya berasal dari tekanan atau hantaman air dengan memanfaatkan tekanan
arus air yang masuk kedalam pompa melalui pipa (Fane dkk, 2012). Pompa hidram ini
bekerja secara otomatis tanpa menggunakan energi listrik maupun energi bahan bakar.
Sesuai dengan prinsip kerja pompa hidram yang bekerja dengan memanfaatkan energi
potensial dari sumber air, dimana semakin tinggi sumber air maka debit dan efisiensi
akan semakin besar. Energi potensial dari ketinggian-ketinggian tertentu yang
dikonversikan menjadi energi kinetik yang berupa kecepatan air menjadi tekanan
dinamik yang menimbulkan efek palu air atau water hammer yang terjadi karena katup
limbah menutup secara cepat (Tessema, 2000). Tekanan dinamik akan diteruskan ke
dalam tabung udara yang berfungsi sebagai penguat. Akan tetapi kerja pompa ini belum
optimal dikarenakan tidak dapat memompa semua air yang masuk, jadi sebagian air
terpompa dan sebagian dibuang melalui katup limbah (Suwandi, 2015).
1.2 Perumusan Masalah
masalah yang akan dibahas oleh peneliti pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pengaruh variasi geometri sambungan berbentuk U, T dan Y
pada hidram terhadap perubahan tekanan dinamik.
2. Bagaimana pengaruh karakteristik aliran terhadap variasi geometri
sambungan berbentuk U, T dan Y.
1.3 Tujuan Penelitian
sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1. Mengetahui pengaruh karakteristik aliran terhadap variasi geometri
sambungan berbentuk U, T dan Y pada hidram dan mengetahui nilai dan
bentuk aliran yaitu:
a. Vector distribusi tekanan.
b. Nilai mass flow rate.
c. Nilai dan pathlinese turbulent intensity.
d. Nilai dan pathlinese turbulent kinetic energy.
1.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan yang ditentukan dalam simulasi hydram pump pada penelitian
ini adalah:
1. Menggunakan ukuran dan bentuk geomeri sambungan pada pompa hidram
dari data eksperimental peneliti sebelumnya yaitu geomeri berbentuk U, T
dan Y.
2. Data penelitian diambil dari hasil data eksperimental peneliti sebelumnya
yaitu head input 0,7 m, 1,2 m, 1,7, dan head output 4,3 m.
3. Simulasi di lakukan pada tiga dimensi menggunakan aplikasi Ansys 15.
4. Tidak memperhitungkan rugi-rugi gesekan dengan dinding (inviscid).
5. Tidak terjadi perpindahan panas dengan lingkungan (adiabatic).
6. Menggunakan model turbulent k-epsilon (k-𝜀) standard, enhanced wall
Treatment.
7. Fluida yang di gunakan adalah fluida air.
1.5 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
bentuk karakteristik aliran pada pompa hidram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Penelitian ini dapat memberi rekomendasi pemilihan bentuk geometri
sambungan pada pompa hidram yang lebih efisien dalam pengaplikasian
maupun pengembangan bagi peneliti yang lain.
3. Menambah kajian ilmu yang mempelajari tentang bentuk dan karakteristik
hidram pada perbedaan geometri sambungan pada pompa hidram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian Pompa Hidram
Hydram pump (pompa hidram) atau singkatan dari Hydraulic ram berasal dari
kata hidro = air (cairan), dan ram = hantaman, pukulan atau tekanan, sehingga
terjemahan bebasnya menjadi tekanan air. Jadi pompa hidram adalah sebuah pompa
yang energi atau tenaga penggeraknya berasal dari tekanan atau hantaman air yang
masuk ke dalam pompa melalui pipa (Fane dkk, 2012).
Pompa hidram adalah pompa yang bekerja secara otomatis tanpa menggunakan
energi lisrtrik yaitu dengan memanfaatkan energi dari aliran air untuk mengangkat air
dari sumber ke tempat penampungan air (Tessema, 2000). Energi aliran yang diamksud
adalah energi potensial dari ketinggian tertentu yang dikonversikan menjadi energi
kinetik yang berupa kecepatan air menjadi tekanan dinamik yang menimbulkan efek
palu air atau water hammer.
Tekanan dinamik akan diteruskan ke dalam tabung udara yang berfungsi
sebagai penguat. Akan tetapi kerja pompa ini tidak dapat memompa semua air yang
masuk. Jadi sebagian air terpompa dan sebagian dibuang melalui katup limbah.
(Suwandi, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2.2 Bagian-bagian Penting Pompa Hidram (Hydram Pump)
Gambar 2.1 Bagian-bagian penting Pompa hidram
(http://www.kelair.bppt.go.id).
Keterangan gambar:
1) Saluran input. 2) Badan pompa. 3) katup limbah. 4) katup hantar. 5) saluran output.
6) tabung udara.
2.3 Cara kerja dan Siklus Pompa Hidram
Siklus hidram pump di bagi menjadi empat siklus, yaitu:
1. Siklus 1
Dapat dilihat pada Gambar 2.2 klep buang terbuka dan air dari reservoir
mengalir melalui pipa masukan A ke badan pompa dan mengisi badan
pompa tersebut, selanjutnya sebagian akan keluar melalui klep buang B.
Posisi klep masuk C masih tertutup. Pada kondisi awal seperti ini tidak ada
tekanan dalam tabung udara dan belum ada air yang keluar dari pipa outlet
E.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Gambar 2.2 Ilustrasi siklus 1
(Shuaibu N. Muhammad, 2007).
2. Siklus 2
Dapat dilihat pada Gambar 2.3 air telah memenuhi badan hidram, ketika
air telah mencapai nilai yang sesuai, katup limbah mulai menutup. Pada
pompa hidram yang baik, prosses menutupnya limbah terjadi sangat cepat.
Gambar 2.3 Ilustrasi siklus 2
(Shuaibu N. Muhammad, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Siklus 3
Dapat dilihat pada Gambar 2.4 air akan berhenti mengalir secara
mendadak sebagai gelombang kejut akibat adanya water hammer dan
membuat aliran balik ke reservoir melalui pipa hantar A. klep buang B
tertutup. Volume udara dalam tabung udara berfungsi meratakan
perubahan tekanan yang drastis dalam pompa hidram melalui katup
penghantar dan denyut tekanan di dalam tabung yang kembali lagi ke
pompa akan menyebabkan hisapan dan tertutupnya katup penghantar yang
merupakan katup searah yang menghalangi kembalinya air ke dalam
pompa, sehingga air dalam tabung tersebut akan tertekan keluar melalui
pipa penghantar (outlet) E yang mengalirkan air ke atas.
Gambar 2.4 Ilustrasi siklus 3
(Shuaibu N. Muhammad, 2007).
4. Siklus 4
Dapat dilihat pada Gambar 2.5 gelombang kejut tersebut akan menjadi
arus balik kearah reservoir dan ini berarti terjadi penurunan tekanan pada
sistem pompa sehingga klep masuk C tertutup kembali sedangkan klep
buang B terbuka. Akibat berkurangnya gelombang tekanan tersebut, arus
air dari reservoir mengalir menuju pompa melalui pipa hantar A. Klep
masuk C tertutup sampai volume udara dalam tangki udara stabil dan air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
berhenti mengalir keluar dari pipa hantar E. Pada titik ini siklus I dimulai
lagi dan begitu seterusnya.
Gambar 2.5 Ilustrasi siklus 4
(Shuaibu N. Muhammad, 2007).
Jika di gambarkan dengan grafik, satu siklus hidram dapat dijelaskan melalui
grafik gambar berikut:
Gambar 2.6 Grafik satu siklus Pompa hidram
(http://www.kelair.bppt.go.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2.4 Klasifikasi Aliran Fluda
Dapat dilihat pada Gambar 2.6 Computational Fluid Dynamic (CFD) fluida
dapat diklasifikasikan dalam berbagai bentuk. Masalah klasifikasi aliran sering
ditemukan di industri dari yang simpel hingga komplek. Dalam analisa aliran fluida,
massa jenis merupakan poin yang terpenting untuk diperhitungkan dan fluida
diasumsikan sebagai partikel yang terus bergerak terhadap ruang dan waktu. Dengan
begitu fluida dapat dikatakan sebagai continuum, yaitu asumsi bahwa terdapat jarak
antar molekul yang sangat jauh jika dibandingkan dengan ukuran molekulnya tetapi
tidak akan mempengaruhi sifat molekulnya secara signifikan (Atkins, 2013). Secara
umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Gambar 2.7 Flowchart klasifikasi aliran di Computaional Fluid Dynamics
(Jiyuan, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2.4.1 Aliran Viscous dan Non – Viscous
Pengindikasian utama fluida pada jenis aliran viscous dan inviscid. Aliran
dimana efek viskositas diabaikan disebut aliran inviscid. Pada aliran inviscid, viskositas
fluida (µ) dianggap nol (µ = 0). Pada kenyataannya fluida dengan viskositas nol tidak
ada. Banyak permasalahan yang mengabaikan viskositas untuk penyederhanaan dalam
menganalisa dan untuk memperoleh hasil yang lebih berguna.
Gambar 2.8 Pembagian daerah aliran viskos pada plat rata
(Holman, 1998).
Aliran viskos adalah aliran dimana efek viskositas sangat penting. Daerah aliran
viskos merupakan daerah yang dipengaruhi oleh tegangan geser.
Plat terbentuk suatu daerah dimana pengaruh gaya viskos (viscous force) makin
meningkat. Hubungan viskositas dengan tegangan geser (shear stess) pada aliran
viskos satu-dimensi adalah sebagai berikut :
dy
duYX (2.1)
v (2.2)
dimana : yx = tegangan geser (N/m2)
dy
du = gradien kecepatan (m/s)
μ = viskositas dinamik (Pa.s)
v = viskositas kinematis (m2/s)
ρ = massa jenis (kg/m3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.4.2 Aliran Laminer dan Turbulent
Berdasarkan struktur alirannya, aliran fluida dibedakan menjadi aliran laminar
dan aliran turbulen. Untuk aliran laminar mempunyai kecepatan pada suatu titik akan
tetap terhadap waktu. Sedangkan aliran turbulen kecepatannya akan mengindikasikan
suatu fluktuasi yang acak. Dalam aliran turbulen, profil kecepatan pada suatu titik
dihasilkan dari gerak acak partikel fluida berdasarkan waktu dalam jarak dan arah. Jika
kita mengambil kecepatan rata-rata terhadap waktu, maka kecepatan sesaat dapat
dihitung dengan menambahkan kecepatan rata-rata dengan kecepatan fluktuasi.
Gambar 2.9 Tipe profil kecepatan di dalam pipa (a) Aliran laminar (b) Aliran
turbulen
(White, 2011).
(a) (b)
Gambar 2.10 (a) High-viscosity, low Reynolds number, laminar flow (b) Low-
viscosity, high Reynolds number, turbulent flow
(White, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Bilangan Reynolds merupakan parameter tak-berdimensi yang sangat terkenal
dalam ilmu mekanika fluida. Nama ini diberikan sebagai penghargaan bagi Osborne
Reynolds (1842-1912), insinyur dari Inggris yang pertama kali mendemonstrasikan
kombinasi dari variabel-variabel dapat digunakan sebagai suatu patokan untuk
membedakan aliran laminar dengan aliran turbulen. Pada persoalan aliran fluida, akan
kita dapati panjang karakteristik dan kecepatan, demikian juga kerapatan fluida dan
viskositas, merupakan variabel-variabel yang relevan dalam sebuah persoalan. Dengan
variabel tersebut, Bilangan Reynolds (Re) adalah:
0 < Re < 1 : Laminar yang sangat tinggi
1 < Re < 100 : Laminar, tergantung Reynold number
100 < Re < 103 : Laminar, menggunakan teori kondisi batas
103< Re < 104 : Transisi ke turbulen
104< Re < 106 : Turbulen, yang tidak terlalu extrem
106< Re < ∞ : Turbulen, sedikit sekali tergantung Reynold number
VLRe (2.3)
dimana : ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
V : kecepatan rata-rata fluida (m/s)
L : diameter pipa (m)
μ : viskositas fluida (kg/m.s)
Secara alamiah muncul dari suatu analisa dimensional bahwa bilangan Reynold
adalah ukuran rasio gaya inersia pada suatu elemen fluida terhadap gaya viskositas
elemen (Fox, 2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2.4.3 Aliran Kompresibel dan Inkompresibel
Aliran dimana variasi atau perubahan massa jenis (ρ) fluida diabaikan maka
aliran disebut aliran inkompresibel dan berlaku untuk sebaliknya jika variasi massa
jenis tidak diabaikan maka aliran itu disebut aliran kompresibel. Contoh yang paling
umum aliran kompresibel adalah aliran gas, sementara itu aliran fluida diperlakukan
sebagai aliran inkompresibel. Aliran gas yang mengabaikan perpindahan panas bisa
juga dianggap sebagai aliran inkompresibel dengan persyaratan kecepatan aliran relatif
lebih kecil bila dibandingkan dengan kecepatan suara. Perbandingan kecepatan aliran
(V) terhadap kecepatan lokal suara (a) pada gas didefinisikan sebagai Bilangan Mach
(Ma).
a
VMa (2.4)
dimana: V = kecepatan aliran (m/s)
a = kecepatan suara (m/s)
Sedangkan kecepatan suara (a) merupakan fungsi dari temperatur dan
didefinisikan:
kRTa (2.5)
dimana: Ma
RR (2.6)
a = kecepatan suara (m/s)
k = rasio spesifik panas (v
p
c
ck )
T = Temperatur (K)
R = konstanta gas universal (8314 kg.m2/kmol.s2.K)
R = konstanta gas ideal (m2/s2.k )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Mach number menjadi parameter yang dominan dipakai di dalam analisa aliran
kompresibel, dengan efek perbedaan besarannya. Mach number dapat di klasifikasikan
sebagai berikut (White, 2011):
Ma < 0,3: Aliran inkompresible, dimana pengaruh dari massa jenis
(density) dihiraukan.
0,3 < Ma <0,8: Aliran subsonik, dimana pengaruh dari massa jenis menjadi
penting tetapi tidak terjadi shock waves.
0,8 < Ma < 1,2: Aliran transonik, dimana saat pertama kali shock waves terjadi,
memisahkan daerah subsonik dan supersonik di dalam aliran.
Mengontrol penerbangan pada daerah transonik sangatlah sulit
karena bentuk dari aliran yang rumit.
1,2 < Ma < 3,0: Aliran supersonik, dimana pada saat terjadi shock waves tetapi
tidak ada daerah subsonik.
3,0 < Ma: Aliran hipersonik, dimana shock waves dan aliran lainnya
berubah menjadi lebih kuat.
2.4.4 Aliran Eksternal dan Internal
Gambar 2.11 Kondisi batas pada permasalahan aliran internal
(Jiyuan, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Aliran fluida yang terjadi di lingkungan sekitar kita menunjukkan kondisi batas
dari masalah tentang aliran fluida. Ketika menggunakan CFD pendefinisian fluida
harus pada kondisi nyata. Pada aliran fluida yang komplek, Computational Fluid
Dynamic dapat menghitungnya dengan kondisi batas yang ada.
Gambar 2.10 diharapkan dapat memproyeksikan kondisi batas yang akan
dimasukan dalam proses simulasi. Pada Gambar 2.10 dan Gambar 2.11 terdapat dua
jenis aliran yang disebutkan yaitu aliran internal dan aliran eksternal. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan benda atau cassing. Oleh karena itu
lapisan batas tidak dapat berkembang tanpa dibatasi oleh permukaan. Eksternal flow
adalah aliran fluida yang tidak dibatasi oleh permukaan benda, namun seakan-akan
permukaan bendalah yang dibatasi oleh aliran fluida tersebut.
Gambar 2.12 Kondisi batas pada permasalahan aliran eksternal
(Jiyuan, 2008).
2.5 Persamaan Dasar Aliran Fluida dan Perpindahan Kalor
Persamaan aliran fluida merepresentasikan pernyataan matematika dari hukum
kesetimbangan. Massa fluida adalah tetap, besarnya perubahan momentum sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dengan jumlah total gaya pada partikel fluida (Hukum Newton ke II), dan perubahan
energi sama dengan jumlah total kalor yang ditambahkan dan kerja
Gambar 2.13 Skema satu elemen fluida
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
yang dilakukan oleh partikel fluida (Hukum I Termodinamika). Fluida akan dianggap
sebagai satu kesatuan atau satu rangkaian. Pada analisa aliran fluida secara
makroskopis (≥ 1 µm), struktur molekul fluida dapat diabaikan (Versteeg dan
Malalasekera, 1995). Karakteristik fluida secara makroskopis dapat ditentukan melalui
kecepatan, tekanan, massa jenis dan temperatur, serta turunan ruang dan waktu. Suatu
elemen fluida dapat digambarkan sebagai berikut :
Karena ukuran elemen fluida sangat kecil maka karakteristik fluida pada
permukaannya dapat diperhitungkan dengan cukup akurat. Misalnya saja tekanan pada
permukaan E dan W, yang jaraknya 1/2δx dari pusat elemen dapat dituliskan sebagai
berikut:
xx
pp
2
1
dan x
x
pp
2
1
(2.7)
2.5.1 Persamaan Kekekalan Massa
Langkah pertama dalam menderivasikan persamaan kesetimbangan massa
adalah dengan menuliskan kesetimbangan massa fluida, yaitu meningkatnya massa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
elemen fluida sama dengan neto aliran massa ke elemen fluida. Besarnya peningkatan
massa elemen fluida adalah :
zyxt
zyxt
)( (2.8)
Gambar 2.14 Skema aliran massa yang keluar dan masuk pada satu elemen fluida
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Selanjutnya perlu dituliskan laju aliran massa yang melewati permukaan
elemen fluida yaitu produk dari komponen densitas, luasan, dan kecepatan tegak lurus
dengan permukaan.
Dari Gambar 2.14 dapat dituliskan aliran massa yang melalui satu elemen fluida
adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yxz
z
wwyxz
z
ww
zxyy
vvzxy
y
vv
zyxx
uuzyx
x
uu
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
(2.9)
Aliran yang masuk ke elemen menghasilkan peningkatan massa elemen dan
diberi tanda positif sedangkan aliran yang meninggalkan elemen diberi tanda negatif.
Besarnya peningkatan jumlah massa di dalam elemen (2.10) diperhitungkan bersama
dengan besarnya neto aliran massa yang masuk ke elemen fluida melalui
permukaannya (2.11). Dengan menuliskan hasil kesetimbangan massa di sebelah kiri
tanda sama dengan dan dibagi dengan volume elemen fluida zyx maka didapatkan
persamaan:
0
z
w
y
v
x
u
t
p (2.10)
dalam notasi vektor, kekekalan massa yang lebih singkat dapat dituliskan:
0
u
div
t (2.11)
Persamaan (2.13) adalah untuk aliran unsteady, kekekalan massa atau
persamaan kontinuitas tiga dimensi pada sebuah titik dalama sebuah fluida
kompresibel. Notasi t adalah perubahan densitas per satuan waktu (massa per
satuan volume) dan notasi udiv mendeskripsikan neto aliran massa yang keluar dari
elemen fluida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Untuk fluida incompressible massa jenis ( ) besarnya konstan dan persamaan
(2.13) menjadi:
0 udiv (2.12)
dalam bentuk yang lebih panjang dapat dituliskan
0
z
w
y
v
x
u (2.13)
2.5.2 Persamaan Kekekalan Momentum Tiga Dimensi
Hukum Newton yang ke dua menyatakan besarnya perubahan momentum dari
satu partikel fluida sama dengan jumlah total gaya yang diterima partikel tersebut.
Besarnya peningkatan momentum x, y, dan z per satuan volume dituliskan sebagai
berikut:
Dt
Du
Dt
Dv
Dt
Dw (2.14)
Gaya pada partikel fluida dapat dibedakan menjadi dua tipe:
1. Gaya-gaya permukaan a. Gaya tekan
b. Gaya viscous
2. Body forces a. Gaya gravitasi
b. Gaya sentrifugal
c. Gaya Coriolis
d. Gaya elektromagnetik
Pada Gambar 2.20, tegangan yang dialami elemen fluida didefinisikan sebagai
tekanan dan sembilan komponen tegangan viscous. Tekanan adalah tegangan normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
yang dinotasikan dengan p dan tegangan viscous dinotasikan dengan . Notasi xy
digunakan untuk mengindikasikan arah dari tegangan viscous. Akhiran x dan y pada
xy mengindikasikan komponen tegangan tersebut bekerja dengan arah y dan tegak
lurus dengan arah x.
Gambar 2.15 Skema komponen tegangan yang terdapat pada setiap permukaan dari
satu elemen fluida
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Gambar 2.16 Komponen tegangan pada arah x
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Dengan melihat Gambar 2.21 dapat diperhitungkan gaya pada komponen x
berdasarkan tekanan p dan komponen tegangan xxτ , yxτ dan zxτ . Besarnya resultan gaya
dari tegangan permukaan adalah produk dari perhitungsn tegangan dan luasan tertentu.
Gaya-gaya sejajar dan searah dengan sumbu koordinat mendapat tanda positif dan yang
sebaliknya mendapat tanda negatif. Neto gaya pada arah x adalah jumlah total
komponen yang bekerja pada elemen fluida dengan arah x.
Pada pasangan permukaan (timur, barat) didapatkan
zyxxx
p
zyxx
xx
pp
zyxx
xx
pp
xx
xxxx
xxxx
2
1
2
1
2
1
2
1
(2.15)
Gaya total sejajar arah x pada pasangan permukaan (utara, selatan) adalah
zyxy
zxyy
zxyy
yxyx
yx
yx
yx
2
1
2
1 (2.16)
Gaya total sejajar arah x pada permukaan bawah dan atas dapat dituliskan
zyxz
yxzz
yxzz
zxzx
zx
zx
zx
2
1
2
1 (2.17)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Total gaya per satuan volume pada fluida berdasarkan gaya-gaya
permukaannya adalah sama besarnya dengan jumlah total persamaan (2.15), (2.16) dan
(2.17) dibagi dengan volume zyx :
zyx
p zxyxxx
(2.18)
Tanpa memperhitungkan body forces untuk detail yang lebih jauh, pengaruh
secara keseluruhan dapat ditambahkan dengan menentukan sebuah sumber (SMX) dari
momentum x per satuan volume per satuan waktu.
Komponen x dari persamaan momentum adalah besarnya perubahan
momentum x partikel fluida (2.16) sama dengan total gaya arah x pada elemen
berdasarkan gaya permukaan (2.18) ditambah besarnya peningkatan momentum x
berdasarkan sumbernya:
Mx
zxyxxx Szyx
p
Dt
Du
(2.19a)
Komponen y dari persamaan momentum dapat dituliskan
My
zyyyxyS
zy
p
xDt
Dv
(2.19b)
Komponen z dari persamaan momentum adalah
Mz
zzyzxz Sz
p
yxDt
Dw
(2.19c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tanda disesuaikan dengan keadaan tekanan yang arahnya berkebalikan dari
arah tegangan viscous normal. Hal tersebut dikarenakan tanda yang biasanya
digunakan untuk tegangan tarik adalah tegangan normal positif, jadi tekanan yang
didefinisikan sebagai tegangan normal tekan memiliki tanda negatif [Versteeg dan
Malalasekera, 1995].
Pengaruh tegangan permukaan dihitung secara eksplisit. Nilai (SMx), (SMy) dan
(SMz) pada persamaan (2.19a-c) dihitung berdasarkan gaya bidang saja. Sebagai contoh,
gaya bidang berdasarkan grafitasi dapat dimodelkan menggunakan nilai 0MxS , 0MyS
dan gSMz .
2.5.3 Persamaan Kekekalan Energi Tiga Dimensi
Persamaan energi diturunkan dari hukum pertama termodinamika yang
menyatakan besarnya perubahan energi dari partikel fluida sama dengan besarnya kalor
yang ditambahkan ke partikel fluida ditambah dengan besarnya kerja yang dilakukan
pada partikel.
Gambar 2.17 Pembacaan persamaan energi
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Menderivasikan persamaan yang menyatakan besarnya peningkatan energi
pada partikel fluida per satuan volume yang dapat dituliskan
Dt
DE (2.20)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Kerja yang Dilakukan oleh Gaya – Gaya Permukaan
yxz
z
uuz
z
uu
zxyy
uuy
y
uu
zyxx
uux
x
pupu
xx
uux
x
pupu
zx
zx
zx
zx
yx
yx
yx
yx
xx
xx
xxxx
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
(2.21)
Besarnya kerja yang dilakukan pada partikel fluida di dalam elemen oleh gaya
permukaan sama dengan produk dari komponen gaya dan kecepatan sesuai dengan arah
gaya. Contohnya, kerja yang dilakukan gaya-gaya pada persamaan (2.19a-c) yang
semua bekerja pada arah x.
Netto besarnya kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya permukaan pada arah x
dapat dituliskan:
zyx
z
u
y
u
x
pu zxyxxx
(2.22a)
Kerja pada partikel fluida juga berasal dari komponen tegangan permukaan
arah y dan z. Pengulangan dari proses sebelumnya dapat memberikan kerja tambahan
pada partikel fluida berdasarkan kerja dari gaya-gaya permukaan.
zyx
z
v
y
pv
x
v zyyyxy
(2.22b)
Dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
zyx
z
pw
y
w
x
w zzyzxz
(2.22c)
Total kerja yang dilakukan per satuan volume pada partikel fluida oleh semua
gaya permukaan adalah jumlah total dari (2.22a-c) dibagi dengan volume zyx .
Tekanan dapat diperhitungkan bersama dengan persamaan tersebut dan dapat
dituliskan dalam bentuk vektor yang lebih sederhana:
updiv
z
wp
y
vp
x
up
Persamaan di atas turut mempengaruhi total kerja yang dilakukan pada partikel fluida
oleh gaya-gaya permukaan:
z
w
y
w
x
w
z
v
y
v
x
v
z
u
y
u
x
updiv
zzyzxzzyyy
xyzxyxxx
u
(2.23)
Energy Flux Berdasarkan Konduksi Elemen Fluida Heat flux vektor q memiliki
tiga komponen xq , yq dan zq
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 2.18 Komponen dari vektor heat flux
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
Neto besarnya perpindahan kalor pada partikel fluida berdasarkan aliran kalor
pada arah x diperhitungkan berdasarkan perbedaan kalor yang masuk pada permukaan
W dan kalor yang keluar melalui permukaan E:
zyxx
qzyx
x
qqx
x
qq xx
x
x
x
2
1
2
1 (2.24a)
Neto besarnya perpindahan kalor pada fluida berdasarkan aliran kalor arah y
dan z adalah:
zyxy
q y
(2.24b)
dan
zyxz
qz
(2.24c)
Total besarnya kalor yang masuk pada partikel fluida per satuan volume
berdasarkan aliran fluida yang melewatinya adalah jumlah total dari (2.24a-c) dibagi
volume zyx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
q divz
q
y
q
x
q zyx
(2.25)
Hukum Fourier pada konduksi kalor menghubungkan heat flux dengan local
temperature gradient.
x
Tkq x
y
Tkq y
z
Tkq z
Dapat dituliskan dalam bentuk vektor menjadi :
Tgradk q (2.26)
Dengan menggabungkan (2.25) dan (2.26) didapatkan bentuk akhir persamaan
besarnya kalor yang masuk pada partikel fluida berdasarkan konduksi kalor:
Tgradkdivdiv q (2.27)
Persamaan Energi
Kesetimbangan energi partikel fluida diperhitungkan dari besarnya perubahan
energi partikel fluida (2.20) untuk menjumlahkan neto besarnya kerja yang dilakukan
pada partikel fluida (2.23), neto besarnya kalor yang ditambahkan ke fluida (2.26) dan
besarnya peningkatan energi berdasarkan sumbernya. Persamaan energi dapat
dituliskan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
E
zzyzxzzy
yyxyzxyxxx
STgradkdivz
u
y
u
x
u
z
u
y
u
x
u
z
u
y
u
x
updiv
Dt
DE
u
(2.28)
Pada persamaan (2.34) terdapat 222
2
1wvuiE . Dengan i adalah
energi dalam dan 222
2
1wvu adalah energi kinetik. Untuk mendapatkan
persamaan energi dalam i atau temperatur T , dapat diambil besarnya perubahan energi
kinetik pada persamaan (2.28). Perhitungan energi kinetik pada persamaan energi
didapatkan dari mengalikan persamaan momentum x (2.19a) dengan komponen
kecepatan u, persamaan momentum y (2.19b) dengan komponen kecepatan v,
persamaan momentum z (2.19c) dengan menggunakan komponen kecepatan w dan
menjumlahkan hasilnya.
Mzzyzxzzyyyxy
zxyxxx
zyxw
zyxv
zyxupgrad
Dt
wvuD
Su
u
.
. 2
1 222
(2.29)
Dengan mengambil (2.29) dari (2.28) dan menuliskan variabel yang baru
MEi SS Su. didapatkan persamaan energi internal :
izzyzxzzyyyxy
zxyxxx
Sz
w
y
w
x
w
z
v
y
v
x
v
z
u
y
u
x
uTgradkdivdivp
Dt
Di
u
(2.30)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Pada kasus khusus incompressible fluid nilai cTi , dengan c adalah kalor
spesifik dan 0 udiv . Maka persamaan (2.30) dapat dituliskan kembali menjadi:
izzyzxzzyyyxy
zxyxxx
Sz
w
y
w
x
w
z
v
y
v
x
v
z
u
y
u
x
uTgradkdiv
Dt
Di
(2.31)
Untuk aliran compressible, persamaan (2.30) dapat dirombak kembali untuk
memperhitungkan entalpi. Entalpi spesifik h dan total entalpi spesifik 0h dari fluida
didefinisikan sebagai berikut:
pih dan 222
02
1wvuhh
Dengan menyatukan dua definisi di atas dan energi spesifik E , maka
didapatkan:
pEwvupih 222
02
1 (2.32)
Dengan subtitusi (2.22) ke persamaan (2.17) dan dilakukan sedikit perubahan
didapatkan persamaan entalpi total:
h
zzyzxz
zyyyxy
zxyxxx
Sz
w
y
w
x
w
z
v
y
v
x
v
z
u
y
u
x
u
t
pTgradkdivhdiv
t
h
0
0 u
(2.33)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Persamaan (2.31), (2.32), (2.33) bukan merupakan hukum kesetimbangan yang
baru. Persamaan tersebut adalah bentuk alternatif dari persamaan energi (2.30).
2.5.4 Besarnya Perubahan Fluida pada Elemen Fluida
Hukum kekekalan momentum dan energi berhubungan dengan perubahan
karakteristik partikel fluida. Karakteristik suatu partikel fluida dinyatakan dengan
fungsi posisi (x, y, z) dan waktu t dari partikel itu sendiri. Nilai karakteristik per satuan
massa dinotasikan sebagai . Turunan terhadap waktu pada satu partikel fluida
dituliskan sebagai berikut :
t
dz
zt
dy
yt
dx
xtDt
D
(2.34)
Suatu partikel fluida akan mengikuti alirannya, maka udtdx / , vdtdy / , dan
wdtdz / . Maka dari itu turunan sebenarnya dari adalah:
. gradtz
wy
vx
utDt
Du
(2.35)
DtD mendefinisikan perubahan karakteristik per satuan massa. Tidak
hanya per satuan massa, perubahan karakteristik dapat dinyatakan per satuan
volume. Besarnya perubahan karakteristik per satuan volume untuk suatu partikel
fluida dapat dihitung dari produk DtD dan densitas yang dapat dituliskan :
. grad
tDt
Du (2.36)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Pada persamaan kekekalan massa terdapat perhitungan massa per satuan
volume yang memiliki kuantitas tertentu. Jumlah total besarnya perubahan massa
jenis dalam persamaan kesetimbangan massa (2.10) untuk satu elemen fluida adalah :
u
divt
(2.37)
Secara umum, karakteristik tertentu yang dapat berubah-ubah dapat dituliskan
u
div
t
(2.38)
formula (2.37) mendefinisikan besarnya perubahan per satuan volume
ditambah neto aliran yang keluar dari elemen fluida per satuan volume. Dapat ditulis
kembali untuk mengilustrasikan hubungannya dengan turunan substantif dari adalah
:
Dt
Ddiv
tgrad
tdiv
t
uuu (2.39)
Hasil dari perhitungan u divt sama dengan nol dikarenakan
kekekalan massa pada persamaan (2.37). Dapat dituliskan bahwa relasi (2.40)
menyatakan :
Gambar 2.19 Ilustrasi pembacaan relasi (2.38)
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Untuk mebangun tiga komponen persamaan momentum dan energi, nilai
input yang relevan untuk dan besarnya perubahan per satuan volume yang dituliskan
pada persamaan (2.36) dan (2.38) adalah sebagai berikut:
Table 2.1 Nilai input yang relevan untuk
(Versteeg dan Malalasekera, 1995).
x-momentum U Dt
Du
uudiv
t
u
y-momentum V Dt
Dv
uvdiv
t
v
z-momentum W Dt
Dw
uwdiv
t
w
Energy E Dt
DE
uEdiv
t
E
Seluruh bentuk konservatif dan non-konservatif dari besarnya perubahan yang
terjadi dapat digunakan untuk menyatakan kesetimbangan kuantitas secara fisis.
2.5.5 Persamaan Navier Stokes untuk Sebuah Fluida Newtonian
Dalam sebuah fluida Newtonian tegangan-tegangan viskos adalah sebanding
dengan kelajuan deformasi. Bentuk tiga dimensi hukum Newton viskositas untuk aliran
kompresibel melibatkan konstanta kesebandingan: viskositas dinamik (μ),
menghubungkan tegangan-tegangan dengan deformasi linier, viskositas kedua (λ),
menghubungkan tegangan-tegangan dengan deformasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
y
w
z
v
x
w
z
u
x
v
y
u
divz
wdiv
y
vdiv
x
u
zyyz
zxxzyxxy
zzyyxx
uuu 222
(2.41)
volumetrik. Sembilan komponen tegangan viskos, dari yang enam adalah
berdiri sendiri.
Tidak banyak diketahui tentang viskositas kedua λ, karena pengaruhnya kecil
dalam praktek. Untuk gas suatu pendekatan yang baik dapat diperoleh dengan
mengambil nilai λ= -2/3μ (Schlichting, 1979). Liquid adalah inkompresibel jadi
persamaan konservasi massa adalah div u = 0 dan tegangan viskos hanya dua kali
kelajuan deformasi linier viskositas dinamiknya.
Substitusi tegangan-tegangan geser di atas (2.39) ke dalam (2.40a-c) lalu
menghasilkan yang disebut persamaan Navier-Stokes:
MxSx
w
z
u
z
x
v
y
u
ydiv
x
u
xx
p
Dt
Du
u2
(2.42a)
MySy
w
z
v
z
divy
v
yx
v
y
u
xy
p
Dt
Dv
u2
(2.42b)
MzSdivz
w
z
x
w
y
v
yx
w
z
u
xz
p
Dt
Dw
u
2
(2.42c)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Ini sering digunakan untuk menyusun kembali suku-suku tegangan viskos
sebagai berikut:
MxSugraddivdivxz
u
zy
u
yx
u
x
z
u
zy
u
yx
u
x
x
w
z
u
zx
v
y
u
ydiv
x
u
x
u
u2
(2.43)
Tegangan-tegangan viskos dalam komponen-komponen y dan z persamaan
dapat dibuat kembali dalam sebuah cara yang sama.
Persamaan Navier-Stokes dapat ditulis kembali dalam bentuk yang lebih
berguna untuk pengembangan metode volume hingga:
MxSugraddivx
p
Dt
Du
(2.44)
MySvgraddivy
p
Dt
Dv
(2.45)
MzSwgraddivz
p
Dt
Dw
(2.46)
Jika menggunakan model Newtonian untuk tegangan-tegangan viskos dalam
persamaan energi dalam, diperoleh:
iSTgradkdivdivpDt
Di u (2.47)
Sebuah pengaruh yang disebabkan dalam persamaan energi dalam ini
dijelaskan oleh fungsi disipasi Φ. Dapat ditunjukan menjadi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2
22
2222
)(
2
udivy
w
z
v
x
w
z
u
x
v
y
u
z
w
y
v
x
u
(2.48)
Dapat disimpulkan dalam Tabel 2.2, bentuk perbedaan atau kekekalan sistem
persamaan yang membangun aliran fluida tiga dimensi tergantung waktu dan
perpindahan panas sebuah fluida Newtonian kompresibel.
Table 2.2 Persamaan pembangun aliran fluida Newtonian kompresibel
Massa 0
u
div
t (2.49)
Momentum x MxSugraddivx
pudiv
t
u
)(
)(
u (2.50)
Momentum y MySvgraddivy
pvdiv
t
v
)(
)(
u (2.51)
Momentum z MzSwgraddivz
pwdiv
t
w
)(
)(
u (2.52)
2.6 Computational Fluid Dynamics (CFD)
Computational Fluid Dynamics adalah ilmu yang mempelajari tentang analisa
aliran fluida, perpindahan panas dan fenomena yang berkaitan dengan reaksi kimia
dengan menyelesaikan persamaan-persamaan matematika dengan bantuan simulasi
komputer, misalnya: fenomena meteorologi (angin, hujan dan badai), zat-zat berbahaya
bagi lingkungan, pembakaran di motor bakar, aliran kompleks pada pertukaran panas
dan reaktor kimia. Persamaan-persamaan aliran fluida dapat dideskripsikan dengan
persamaan differensial parsial yang tidak dapat dipecahkan secara analitis kecuali
dengan kasus yang spesial. Sehingga kita membutuhkan suatu metode pendekatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
untuk menentukan suatu hasil. CFD mampu menganalisis dan memprediksi dengan
cepat dan akurat. Computational artinya segala secuatu yang berhubungan dengan
matematika dan metode numerik atau komputasi, sedangkan fluid dynamic artinya
dinamika dari segala sesuatu yang mengalir. Ditinjau dari istilah diatas, CFD bisa
berarti suatu teknologi komputasi yang memungkinkan peneliti untuk mempelajari
dinamika dari benda-benda atau zat-zat yang mengalir (Tuakia, 2008).
Pada dasarnya, persamaan pada fluida dibangun dan dianalisis berdasarkan
persamaan-persamaan diferential parsial (PDE = Partial Differential Equation) yang
mempresentasikan:
1. Hukum konservasi massa (persamaan kontinuitas),
2. Hukum II Newton (persamaan momentum),
3. Hukum Kekekalan Energi (persamaan energi).
Sebuah perangkat lunak CFD memberikan peneliti kekuatan mensimulasikan
aliran fluida, perpindahan panas, perpindahan massa, benda-benda bergerak, aliran
multifasa, reaksi kimia, interaksi fluida dengan struktur, dan sistem akustik dengan
memodelkan di komputer. Dengan menggunakan software ini peneliti dapat membuat
virtual prototype dari sebuah sistem atau alat yang ingin peneliti analisis dengan
menerapkan kondisi nyata di lapangan. Software CFD akan memberikan peneliti data-
data, gambar-gambar, atau kurva-kurva yang menunjukan prediksi dari performansi
keandalan sistem yang peneliti desain. Hasil CFD sering berupa prediksi kualitatif
meski terkadang kuantitatif (tergantung dari persoalan dan data yang di-input). CFD
memungkinkan peneliti untuk melakukan,”percobaan numerik” di dalam
“laboratorium virtual”. Manfaat CFD adalah insight (pemahaman mendalam),
foresight (prediksi menyeluruh), dan efficiency (efisiensi waktu dan biaya). CFD
memiliki pengaplikasian yang luas baik dibidang industri maupun non industri,
misalnya:
a. Aerodinamika pada kendaraan: drag and lift.
b. Pembakaran pada internal combustion engine.
c. Pendinginan pada sirkuit elektrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Arsitek dalam mendesain ruang atau lingkungan yang aman dan nyaman.
e. Desainer kendaraan dalam meningkatkan karakter aerodinamiknya.
f. Insinyur petrokimia untuk strategi optimal dari oil recovery.
g. Dokter atau ahli bedah untuk mengobati penyakit arterial (computational
hemodynamics).
h. Ahli safety dalam mengurangi risiko kesehatan akibat radiasi dan zat
berbahaya.
i. Organisasi militer untuk mengembangkan senjata dan mengestimassi
seberapa besar kerusakan yang diakibatkan.
j. Aliran darah yang melewati pembuluh arteri dan vena.
Gambar 2.20 Tiga elemen utama pada Computational Fluid Dynamic
(Jiyuan, 2008).
Sebenarnya Computational Fluid Dynamics dapat menjadi satu cabang baru
tidak hanya di bidang matematika tetapi juga ditambah pengetahuan tentang komputer.
Dalam mengerjakan persamaan matematika, sudah diubah ke komputerisasi dengan
perangkat komputer yang mempunyai spek tinggi. CFD banyak sekali digunakan
dalam dunia industri. Konsep CFD dapat melakukan analisa terhadap suatu sistem
dengan mengurangi biaya dan waktu yang panjang dalam melakukan eksperimen.
Dalam proses design engineering tahapan yang harus dilakukan menjadi lebih pendek.
Computational
Fluid Dynamics
(CFD) Computer
Science
Engineering
(Fluid
dynamics)
Matematics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Hal lain yang mendasari pemakaian konsep CFD adalah pemahaman lebih dalam akan
suatu masalah. Pemahaman lebih dalam mengenai karakteristik aliran fluida dengan
melihat hasil berupa grafik, vektor, kontur dan bahkan animasi.
Perangkat CFD berisikan algoritma numerik sehingga dapat mengatasi masalah
aliran fluida. Untuk memudahkan dalam pengoperasian paket CFD dalam proses input
data dan pemeriksaan hasil, maka paket CFD terdiri dari tiga bagian yaitu : pre-
processor, solver, dan post-processor (ANSYS, 2009).
Dalam membuat sebuah objek yang ingin dijadikan model untuk diteliti pertama-
tama peneliti harus membuat geometri dan mesh di ANSYS Worksbench.
Gambar 2.21 Tiga elemen utama yang ada di dalam CFD
(Jiyuan, 2008).
Membuat geometri
Meshing
Material Properties
Boundary Condition
Pre-Processor Govering equations solve on a mesh
Transport Equation
Massa
Momentum
Energi
Other transport
variables
Equation of state
Primary pressure
physical model
Physical Model
Turbulensi
Pembakaran
Radiasi
Proses lainnya
Solver Settings
Initialization
Solusi kontrol
Monitoring Solution
Convergence Criteria
X-Y graphs
Contour
Velocity vectors
Others
Post-Processor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Alternatif lain adalah dengan menggunakan Computer Aided Design (CAD)
software seperti Fluent, Unigraphics, ProE, SolidWorks dan lainnya. Setelah geometri,
geometri tersebut dibuat meshing yang disediakan oleh software Gambit, ICEM,
maupun Fluent.
Sedikit perbedaan dari modeling dan analisis aliran adalah tergantung dari
turbulence modeling, k-ε, dan Y+. Turbulence modeling dipakai untuk memodelkan
aliran turbulen. Aliran turbulen mempunyai ciri khas yaitu mempunyai fluktuasi yang
acak terhadap kecepatan dan tekanan di dalam suatu ruang dan waktu. Fluktuasi ini
terjadi karena ketidakstabilan karena terpengaruh oleh temperatur yang mempengaruhi
viskositas fluida. Tingkat turbulen suatu aliran tergantung dari nilai Reynolds Number.
Untuk mengetahui persamaan aliran untuk aliran turbulen adalah dengan 2 bagian,
direct numerical simulation dan k-ε (Cornell University, Introduction to CFD Basics).
Direct numerical simulation dapat dihitung dengan persamaan Navier-Strokes. k-ε,
Reynolds Number untuk turbulence parameter. Turbulen parameter adalah turbulence
kinetic (k) dan turbulence dissipation rate (𝜖).
)'''(2
1 222 wvuk (2.53)
222
222222
'''
''''''
z
w
y
w
x
w
z
v
y
v
x
v
z
u
y
u
x
u
v (2.54)
CFD menjadi alat yang cocok untuk mendapatkan solusi di dalam
permasalahan yang komplek di aliran fluida, hasil yang didapatkan dari CFD juga harus
ada validasi secara teori maupun jurnal lain supaya data yang dihasilkan menjadi
akurat. Contohnya, masalah yang adalah aliran laminar mengalir di dalam pipa, hasil
dari kecepatan fluida di validasi dengan teori data. Untuk steady state (aliran yang tidak
berubah karena waktu) aliran laminar di pipa berpenampang lingkaran dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menggunakan teori Navier-Stokes untuk menyelesaikannya. Untuk inkompresible,
persamaan Navier-Stokes di koordinat Cartesian adalah:
x-direction :
2
2
2
2
2
2
z
u
y
u
x
ug
x
p
z
uw
y
uv
x
uu
t
ux (2.55)
y-direction :
2
2
2
2
2
2
z
v
y
v
x
vg
y
p
z
vw
y
vv
x
vu
t
vy (2.56)
z-direction :
2
2
2
2
2
2
z
w
y
w
x
wg
z
p
z
ww
y
wv
x
wu
t
wz (2.57)
2.7 Metode Diskrititasi Computational Fluid Dynamics
Computational Fluid Dynamic sebenarnya menggantikan persamaan-
persamaan diferensial parsial dari kontinuitas, momentum, dan energi dengan
persamaan-persamaan aljabar. CFD merupakan pendekatan dari persoalan yang
asalnya kontinum (memiliki jumlah sel tak terhingga) menjadi model yang diskrit
(jumlah sel terhingga).
Penghitungan/komputasi aljabar untuk memecahkan persamaan-persamaan
diferensial parsial ini ada beberapa metode diskritisasai, antara lain:
a. Metode beda hingga (finite difference method)
b. Metode elemen hingga (finite elements method)
c. Metode volume hingga (finite volume method)
d. Metode elemen batas (boundary elemen method)
e. Metode skema resolusi tinggi (high resolution scheme method)
Metode yang dipilih umumnya menentukan kestabilan dari program numerik
yang dibuat atau program software. Oleh karenanya perlu kehati-hatian dalam cara
mendiskrit model, khususnya cara mengatasi bagian yang kosong atau diskontinyu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2.8 Skema Numerik
Secara umum ada 2 metode numerik yang dipakai dalam Computational Fluid
Dynamic (CFD), yaitu solver pressure based dan solver density based. CFD
memecahkan persamaan integral umum untuk kekekalan massa, momentum, energi
serta besaran skalar lain seperti turbulensi. Kedua metode ini menggunakan teknik
berbasis volume kendali yang terdiri dari:
a. Pembagian daerah asal (domain) ke dalam volume kendali diskrit dengan
menggunakan grid komputasi.
b. Integrasi persamaan umum pada volume kendali untuk membangun persamaan
aljabar variabel tak bebas yang tidak diketahui seperti kecepatan, tekanan,
temperatur, dan sebagainya.
c. Linearisasi persamaan terdiskritisasi dan solusi sistem persamaan linear
resultan untuk menghasilkan nilai-nilai taksiran variabel tak-bebas.
Dua metode numerik di atas menggunakan proses diskritisasi yang sama yaitu
volume hingga (finite volume). Perbedaannya hanyalah terletak pada pendekatan yang
digunakan untuk melinearisasikan dan memecahkan persaman terdiskritisasi.
2.8.1 Metode Solusi Pressure-based
Metode solusi pressure-based menyelesaikan persamaan umum secara terpisah satu
sama lain. Pendekatan yang digunakan adalah memecahkan suatu medan variabel
tunggal dengan mempertimbangkan seluruh sel pada waktu yang sama. Selanjutnya
memecahkan medan variabel berikutnya dengan tetap mempertimbangkan seluruh sel
pada waktu yang sama, dan begitu seterusnya. Karena persamaan diferensial umum
adalah non-linear, beberapa iterasi harus dilakukan sebelum solusi yang konvergen
diperoleh. Untuk iterasi terdiri dari tahapan-tahapan seperti yang diilustrasikan dalam
Gambar 2.30 :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Gambar 2.22 Skema metode solusi pressure-based
(ANSYS, Inc., 2013).
a. Sifat-sifat fluida diperbarui berdasarkan solusi yang ada. Untuk
perhitungan awal, sifat-sifat ini diperbarui berdasarkan solusi awal
(initialized solution).
b. Persamaan momentum u, v dan w dipecahkan dengan menggunakan nilai-
nilai tekanan dan fluks massa sisi.
c. Karena kecepatan yang diperoleh dalam tahap yang pertama tidak mungkin
memenuhi persamaan kontinuitas secara lokal, persamaan “Poisson type”
untuk koreksi tekanan diturunkan dari persamaan kontinuitas dan
persamaan momentum linear. Persamaan koreksi tekanan ini kemudian
dipecahkan untuk memperoleh koreksi yang dibutuhkan untuk medan
tekanan dan kecepatan serta fluks massa sampai kontinuitas dipenuhi.
d. Menyelesaikan persamaan-persamaan untuk besaran skalar seperti
turbulensi, energi, radiasi dengan menggunakan nilai-nilai variabel lain
yang di-update.
Meng-update sifat-sifat fluida
Memecahkan persamaan
momentum
Memecahkan persamaan koreksi
tekanan (kontinuitas). Meng-update
tekanan dan laju aliran massa
Memecahkan persamaan energi,
turbulensi, dan persamaan skalar lain
Konverge
n?
Stop
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
e. Cek konvergensi persamaan
Tahapan-tahapan ini dilanjutkan sampai kriteria konvergensi tercapai.
2.8.2 Metode Solusi Density-based
Pendekatan yang dilakukan oleh metode solusi density-based adalah
memecahkan persamaan kontinuitas, momentum, dan energi secara bersaman. Untuk
tiap iterasi terdiri dari tahapan-tahapan seperti Gambar 2.31:
Gambar 2.23 Skema metode solusi density-based
(ANSYS, Inc., 2013).
a. Sifat-sifat fluida di-update, berdasarkan solusi yang ada. Jika perhitungan baru
saja dimulai, sifat-sifat fluida akan di-update berdasarkan solusi awal.
b. Persamaan kontinuitas, momentum, dan energi jika ada serta besaran-besaran
tertentu lainnya dipecahkan secara bersamaan.
c. Jika ada, persamaan-persamaan skalar seperti turbulensi, energi, radiasi dengan
menggunakan nilai yang di-update sebelumnya berdasarkan variabel-variabel
lain.
d. Cek konvergensi persamaan yang telah dibuat.
Meng-update sifat-sifat fluida
Memecahkan persamaan
kontinuitas, momentum, energi,
secara bersamaan
Memecahkan persamaan
turbulensi dan skalar lain
Konverge
n?
Stop
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
e. Tahap-tahap ini dilanjutkan hingga memperoleh kriteria konvergensi.
2.9 Metode Numerik pada ANSYS Fluent
ANSYS Fluent mempunyai 2 solver yaitu pressure-based solver dan density-
based couple solver (DBCS). Pressure-based solver menyediakan dua pilihan metode
numerik, yaitu:
a. Solver segregated.
b. Solver coupled.
ANSYS Fluent memecahkan persamaan integral untuk kekekalan massa,
momentum dan energi (governing integral equation) serta besaran skalar lainnya
seperti turbulensi. Kedua metode ini menggunakan teknik berbasis volume kendali
(control volume) yang terdiri dari:
a. Pembagian daerah asal (domain) kedalam volume kendali diskrit dengan
menggunakan grid komputasi.
b. Integrasi persamaan umum pada volume kendali untuk membangun
persamaan aljabar variabel tak bebas yang tidak diketahui seperti
kecepatan, tekanan, suhu dan sebagainya.
c. Linearisasi persamaan terdiskritisasi dan solusi sistem persamaan linear
resultan untuk menghasilkan nilai-nilai taksiran variabel tak bebas.
Pada dasarnya solver segregated dan coupled memiliki persamaan dalam
proses diskritisasi yaitu volume berhingga (finite volume), tetapi memiliki perbedaan
pada cara pendekatan yang digunakan untuk melinearisasi dan memecahkan
permasalahan. (ANSYS, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
2.9.1 Solver Segregated
Pada metode solver segregated, persamaan kekekalan massa, momentum, dan
energi (governing intergral equation) diselesaikan secara bertahap atau terpisah satu
sama lain. Karena persamaan pembangunannya adalah non-linear, maka proses iterasi
harus dilakukan sebelum solusi yang konvergen iterasinya seperti yang diilustrasikan
dalam gambar 2.13 yaitu, sebagai berikut:
a. Sifat-sifat fluida diperbaharui berdasarkan solusi yang ada. Untuk
perhitungan awal, sifat-sifat ini di-update berdasarkan solusi awal.
b. Persamaan momentum u, v dan w dipecahkan dengan menggunakan nilai-
nilai tekanan dan fluks massa permukaan.
c. Karena kecepatan yang diperoleh dalam tahap yang pertama tidak mungkin
memenuhi persamaan kontinuitas secara lokal, persamaan “Poisson-type”
untuk koreksi tekanan diturunkan dari persamaan kontinuitas dan
persamaan momentum linear. Persamaan koreksi tekanan ini kemudian
dipecahkan untuk memperoleh koreksi yang dibutuhkan untuk medan
tekanan dan kecepatan serta fluks massa permukaan sampai kontinuitas
dipenuhi.
d. Menyelesaikan persamaan-persamaan untuk besaran skalar seperti
turbulensi, energi, radiasi dengan menggunakan nilai-nilai variabel lain
yang di-update.
e. Memeriksa konvergensi persamaan.
Tahapan-tahapan ini dilanjutkan sampai criteria konvergen tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 2.24 Skema metode solver segregated
(ANSYS, Inc., 2013).
2.9.2 Solver Coupled
Pendekatan yang dilakukan oleh metode coupled adalah dengan memecahkan
persamaan kekekalan massa, momentum dan energi secara bersamaan
(simultaneously). Karena persamaan tersebut merupakan persamaan non-linear, maka
proses iterasi harus dilakukan sebelum solusi yang konvergen diperoleh.
a. Sifat-sifat fluida di-update, berdasarkan solusi yang ada. Untuk
perhitungan awal, sifat-sifat ini di-update berdasarkan solusi awal
b. Persamaan kontinuitas, momentum, dan energi jika ada serta besaran-
besaran tertentu lainnya dipecahkan secara serempak.
c. Jika ada persamaan-persamaan skalar seperti turbulensi dan radiasi maka
akan dipecahkan dengan menggunakan nilai yang di-update sebelumnya
berdasarkan variabel-variabel lain.
d. Mengecek konvergensi persamaan.
Tahapan-tahapan ini dilanjutkan sampai kriteria konvergen tercapai.
Stop
Memecahkan persamaan momentum
Memecahkan persamaan koreksi
tekanan (kontinuitas)
Meng-update tekanan, kecepatan dan
fluks massa
Memecahkan persamaan energi
turbulensi dan persanan skalar lainnya
Ya Konvergen?
Tidak
Meng-update sifat-sifat fluida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 2.25 Skema metode solver coupled
(ANSYS, Inc., 2013).
2.10 Laju Aliran Massa
Laju aliran massa (mass flow rate) adalah jumlah massa yang melalui suatu
penampang tiap satu satuan waktu, di beri simbol:
VAm (kg/s) (2.58)
Sedangkan laju aliran volume (volume flow rate):
)/(. 3 smAVV (2.59)
Sehinga hubungan aliran massa dan aliran volume adalah:
Vm (2.60)
Memecahkan turbulensi dan
skalar lainnya
Konvergen? Tidak Ya
Meng-update sifat-sifat
fluida
Memecahkan persamaan
kontinuitas, momentum dan
energi secara serempak koreksi
tekanan (kontinuitas)
Meng-update fluks massa
Stop
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
2.11 Model Turbulen (Turbulent Modeling)
Aliran turbulen dikenali dengan adanya medan kecepatan yang berfluktuasi.
Fluktuasi kecepatan tersebut membawa berbagai besaran seperti momentum, energi,
dan konsentrasi partikel yang ikut berfluktuasi. Fluktuasi tersebut dapat terjadi pada
skala kecil dan mempunyai frekuensi yang tinggi sehingga terlalu rumit dan berat untuk
dihitung secara langsung pada perhitungan rekayasa praktis meskipun dengan
menggunakan komputer yang canggih sekalipun. Oleh karena itu, persamaan yang
berhubungan dapat dirata-ratakan atau dimanipulasi untuk menghilangkan fluktuasi
skala kecil. Dengan demikian persamaan-persamaan tersebut dapat lebih mudah untuk
dipecahkan. Namun, pada persamaan yang telah dimodifikasi tersebut terdapat
tambahan variabel yang tidak diketahui sehingga dibutuhkan model turbulensi untuk
menentukan variable-variabel tersebut. ANSYS Fluent menyediakan beberapa model
pilihan model turbulensi, yaitu:
a. Model Spalart-allmaras
b. Model k-epsilon (k-ε)
1. Standard
2. Renormalization-group (RNG)
3. Realizable
c. Model k-ω
1. Standard
2. Shear-Stress Transport (SST)
d. Model v2-f (addon)
e. Model Reynold Stress (RSM)
f. Model Detached Eddy Simulation (DES)
g. Model Large Eddy Simulation (LES)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2.12 Model Turbulent k- ε
Model ini merupakan model semi empiris yang dikembangkan oleh Launder &
Spalding. Model k-epsilon merupakan model turbulensi yang cukup lengkap dengan
dua persamaan yang memungkinkan kecepatan turbulen (turbulen velocity) dan skala
panjang (length scales) ditentukan secara independen. Kestabilan, ekonomis (dari sisi
komputasi), dan akurasi yang memadai untuk berbagai jenis aliran turbulen membuat
model k-epsilon sering digunakan pada simulasi aliran fluida dan perpindahan panas.
Untuk meningkatkan keandalan model k-epsilon telah terdapat beberapa varian
dari model ini, dua diantaranya terdapat pada FLUENT, yaitu: model k-ε standard,
model RNG k-epsilon dan model realizable k-epsilon.
Model k-ε standard merupakan model turbulensi semi empiris yang lengkap.
Walaupun masih sederhana, memungkinkan untuk dua persamaan yaitu kecepatan
turbulen (turbulent velocity) dan skala panjang (length scale) ditentukan secara bebas
(independent). Model ini dikembangkan oleh Jones dan Launder. Model k-ε standard
merupakan model semi empiris berdasarkan persamaan transport untuk energi kinetik
(k) dan laju disipasi (ε). Model persamaan transport untuk energi kinetik turbulen k
adalah turunan dari persamaan eksak, sedangkan persamaan transport untuk disipasi ε
diperoleh dengan alasan fisis dan mempunyai kemiripan dengan penyelesaian
matematis eksak. Dalam penurunan model k-ε diasumsikan bahwa aliran turbulen
penuh (fully develop) dan pengaruh viskositas molekular diabaikan. Model ini hanya
cocok untuk aliran turbulen penuh.
Energi kinetic turbulen, (k) dan laju disipasi (ε) diperoleh dari persamaan
transport berikut:
kmbk
j
t
j
i
i
syGGx
k
xku
xk
t
(2.61)
kbk
j
t
j
i
i
sk
CGGGk
Cxx
uxt
2
231 )(
(2.62)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Dalam persamaan ini, Gk menunjukkan generasi energi kinetik turbulen karena
adanya gradien kecepatan rata-rata. Gb menunjukkan generasi energi kinetik turbulen
karena adanya gaya apung. Sedangkan Ym menunjukkan kontribusi dilatasi yang
berfluktuasi dalam turbulensi kompresibel ke laju disipasi. C1ε, C2ε keseluruhan adalah
konstanta, yang besarnya berturut-turut adalah 1,44 dan 1,92. Sedangkan σk dan σε
adalah bilangan Prandtl yang masing-masing besarnya adalah 1,0 dan 1,3. Viskositas
turbulen, µε dihitung dengan mengkombinasikan k dan ε sebagai berikut:
2kCt (2.63)
C adalah konstanta yang besarnya adalah 0,09
Energi sesaat k(t) aliran turbulen merupakan jumlah rata-rata energi kinetik
)(2
1 222 WVUK dan energi kinetik turbulen )'''(2
1 222 wvuk . Hubungan antara
energi kinetik turbulen k dan intensitas turbulensi dinyatakan pada persamaan berikut:
2)(3
2luk avg (2.64)
Hubungan antara skala panjang l dan epsilon ε dinyatakan pada persamaan
berikut:
l
kC
23
43
(2.65)
Model k-ε standard merupakan model turbulen paling banyak digunakan dan
diaplikasikan dalam sebuah simulasi numerik aliran tubulen. Model ini memiliki
beberapa keunggulan yaitu model turbulen yang paling simpel dimana hanya kondisi
batas maupun awal saja yang perlu dimasukkan, memiliki performa yang sangat baik
pada simulasi aliran yang digunakan industri-industri, dan merupakan model turbulen
yang telah teruji dan divalidasikan secara luas. Kekurangan dari model k-ε standard
antara lain lebih mahal untuk diimplementasikan. Model k-ε standard dengan model
mixing length, memiliki performa yang kurang baik untuk kasus seperti beberapa aliran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
terbatas, aliran dengan regangan yang besar, aliran berputar, dan aliran berkembang
penuh untuk saluran non-cicular (Beithou dan Aybar, 2000).
Model RNG k-epsilon diturunkan dengan menggunakan metode statistik yang
diteliti (teori renormalisasi kelompok). Bentuk persamaan yang digunakan sama
dengan model k-epsilon standard tetapi melibatkan beberapa perbaikan:
a. Model RNG mempunyai besaran tambahan pada persamaan laju disipasi,
epsilon, yang dapat meningkatkan akurasi untuk aliran yang terhalang
secara tiba-tiba.
b. Efek putaran pada turbulensi juga terdapat pada model RNG sehingga
meningkatkan akurasi untuk aliran yang berputar (swirl flow).
c. Model RNG menyediakan formula analitis untuk bilangan Prandtl turbulen,
sementara model k-epsilon standar menggunakan nilai bilangan Prandtl
yang konstan (ditentukan oleh pengguna).
d. Model k-epsilon standar merupakan model untuk kasus dengan bilangan
Reynolds tinggi, sedangkan model RNG menyediakan formula untuk
bilangan Reynolds rendah.
Model realizable k-epsilon merupakan pengembangan model yang relatif baru
dan berbeda dengan k-epsilon dalam dua hal, yaitu:
a. Pada model realizable k-epsilon terdapat formulasi baru untuk memodelkan
viskositas turbulen.
b. Sebuah persamaan untuk epsilon telah diturunkan dari persamaan untuk
menghitung fluktuasi vortisitas rata-rata.
Istilah realizable mempunyai arti bahwa model tersebut memenuhi beberapa
batasan matematis pada bilangan Reynolds, konsistensi dengan bentuk fisik aliran
turbulen. Kelebihan dari model realizable k-epsilon adalah lebih akurat untuk
memprediksi laju penyebaran fluida dari pancaran jet/nosel. Model ini juga
memberikan performa yang bagus untuk aliran yang melibatkan putaran, lapisan batas
yang mempunyai gradien tekanan yang besar, separasi, dan resirkulasi.
Model persamaan transport realizable k-epsilon:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Mk
jk
t
j
i
i
YGx
k
xuK
xK
t
(2.66)
b
j
t
ji
i GCK
CvK
CSCxxx
u
t
31
2
21
(2.67)
Dimana:
SKC
543.0max1 (2.68)
Persamaan Eddy viscosity:
2KCt (2.69)
Salah satu keterbatasan model realizable k-epsilon ialah terbentuknya
viskositas turbulen non-fisik pada kasus dimana domain perhitungan mengandung zona
fluida yang diam dan berputar (multiple reference frame, sliding mesh). Oleh karena
itu, penggunaan model ini pada kasus multiple reference dan sliding frame harus lebih
hati-hati.
2.13 Turbulent Intensity
Turbulent intensity (intensitas turbulensi) sering didefinisikan sebagai akar dari
rata-rata kuadrat kecepatan fluktuaktif dibagi dengan kcepatan rata-rata menurut
waktu. Struktur dan karakteristik dari turbulensi mungkin bervariasi dari suatu situasi
aliran ke situasi lainnya. Sebagai contoh intensitas turbulen (atau derajat turbulensi)
mungkin lebih besar pada sebuah angin ribut dibandingkn angin yang relatif lebih
tenang (meskipun turbulen) (Ansys, 2015).
8/1)(Re16.0
HD
avgu
uI (2.70)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
2.14 Turbulent Kinetic Energy
Turbulent kinetic energy (turbulen energi kinetik) adalah rata-rata energi
kinetik per unit massa berkaitan dengan perubahan kecepatan dalam arah U, V, W yang
terjadi pada aliran turbulen. Hal ini mengidentifikasi kekuatan turbulensi pada suatu
aliran (Stefan Mardikus, 2018). Hubungan antara turbulent kinetick energy (k), dan
turbulent intensity (I) adalah :
2)(2
3Iuk avg (2.71)
2.15 Persamaan Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang
menyatakan bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan
menimbulkan penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya
merupakan penyederhanaan dari Persamaan Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah
energi pada suatu titik di dalam suatu aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah
energi di titik lain pada jalur aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan
Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli (Anonimous, 2008).
Persamaan Bernoulli merupakan manifestasi dari hukum Newton kedua. Untuk
dua titik 1 dan 2 pada sebuah medan aliran (flow field), persamaan Bernoulli dinyatakan
sebagai berikut:
2 21 21 1 2 2
1 1
2 2
P PV g z V g z
(2.72)
dimana:
P = Tekanan fluida
V = Kecepatan fluida
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
= Densitas
g = Gravitational acceleration
z = Jarak antara titik 1 dan titik 2
Persamaan diatas berlaku untuk salah satu dari dua keadaan:
1. Fluida bersifat inviscid dan incompressible, alirannya steady, titik 1 dan titik
2 berada pada satu streamline.
2. Fluida bersifat inviscid dan incompressible, alirannya steady, alirannya
irrotational. Aliran disebut irrotational jika vorticity sama dengan nol.
Dalam hal ini titik 1 dan 2 bisa berada dalam posisi sembarang (tidak harus
dalam satu streamline) asalkan masih dalam medan aliran yang sama.
Fluida yang bersifat inviscid dan sekaligus incompressible biasa juga disebut
sebagai fluida ideal (https://mechanicals.wordpress.com).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
BAB III
METODOLOGI
3.1 Diagram Alir Penelitian dan Simulasi
Pada penelitian ini, langkah-langkah penelitian mengacu diagram alir pada
Gambar 3.1 berikut:
START
Study literature
Data Geometri model
eksperimental
Konsultasi kasus simulasi kepada pembimbing
Disetujui
Melakukan pemodelan menggunakan solidworks
Simulasi menggunakan Ansys Fluent
Menentukan model solver, Pendefinisian
Boundary Condition dan penggenerasian
meshing dengan Ansys meshing
Pengecekan mesh (kerapatan mesh sesuai
kebutuhan)
Menentukan persamaan energi dan condisi viscos
turbulen k-e : Standard, Enhanced Wall Treatment
Melakukan input dan sifat material serta
pengaturan Boundary Condition
Melakukan Solution Initialization
Convergen
Result Pengambilan Plot Vector Pressure,
Pathlines dari Turbulent Intensity dan
Kinetic Energy
Analisa Tepat/sesuai
Pembahasan dan
Kesimpulan
End
No
Yes
No
Yes
Literasi
Yes
No
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian dan Simulasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1. Studi literatur
Mencari referensi untuk data properti fluida, pompa hidram, model
geometri. Studi literatur dilakukan untuk mencari materi dan teori yang
berhubungan dengan penelitian ini dan memudahkan dalam menentukan
proses yang akan dilakukan selama penelitian. Studi literatur didapat dari
jurnal maupun buku-buku.
2. Pembuatan Geometri.
Geometri dari pompa hidram diambil dari data geomerti
eksperimental peneliti sebelumnya untuk memudahkan proses validasi.
Software Solidworks digunakan untuk menggambar bentuk pompa hidram
geometri 3D. Hasil desain ditransfer ke Desain Modeler ANSYS 15.
3. Penggenerasian Mesh.
Langkah ini dilakukan supaya geometri dari pompa hidram yang
sebelumnya mempunyai jumlah cell tak terhingga menjadi cell hingga,
sehingga dapat dikerjakan pada penghitungan matematis..
4. Pengecekan mesh
Langkah ini menentukan keberhasilkan proses literasi. Ketika
meshing mempunyai kualitas yang kurang baik maka, proses simulasi lama
dan menghasilkan data yang tidak akurat.
5. Menentukan persamaan energi dan condition viscos
Bagian ini menentukan persamaan energi dan condition Viscos
turbulen k-epsilon dengan data properti fluida dan pemilihan model
turbulensi.
6. Proses inputan dan sifat material serta Boundary condition
Memasukkan sifat material Dan Boundary condition (kondisi batas)
dimasukan dengan variabel yang sesuai dengan kebutuhan. Variabel
tersebut didapatkan dari studi literatur berupa tekanan dan temperatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
7. Solution Initialization
Kriteria konvergensi yang digunakan adalah apabila nilai residual
absolute yaitu sudah mencapai 0,001 untuk semua persamaan.
8. Plot conture dan vector dari pressure dan velocity
Dilakukan pengeplotan kontur temperatur, tekanan dan kecepatan
sepanjang Pompa hidram untuk mengetahui fenomena yang terjadi di dalam
Pompa hidram.
3.2 Skematik Pompa Hidram
Pompa hidram yang dipergunakan terbuat dari bahan pvc, disusun bersama
peralatan pendukung seperti gambar berikut ini. Setelah rangkaian peralatan dipastikan
layak, dilakukan proses pengambilan data penelitian:
Gambar 3.2 Skematik penggunaan pompa hidram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3.3 Tabel Data Penelitian
Data penelitian diambil dan telah dipilah untuk mewaliki dari hasil peneliti
sebelumnya untuk penelitian peneliti. Data berupa tiga tekanan dinamik (pd) yang
mewakili tiap hidram tipe U, T dan Y. Pada head input 0,7 m, 1,2 m, dan 1,7 m, head
output 4,3 m, langkah katub (s) 0,02 m, dan tekanan statis (ps) 0,2 bar.
Table 3.1 Tabel data penelitian.
No Hidram
Head
Input
Head
Output
Langkah
Katup
Limbah (S)
Tekanan
Statis (Ps)
Tekanan
Dinamik
(Pd)
m m m Bar Bar
1
U
0.7
4.3 0.02
0.11 0.89
2 1.2 0.17 0.98
3 1.7 0.20 1.20
4
T
0.7 0.11 1.10
5 1.2 0.17 1.15
6 1.7 0.20 1.00
7
Y
0.7 0.11 1.10
8 1.2 0.17 0.90
9 1.7 0.20 1.40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
3.4 Tipe Pompa Hidram
Pada penelitian kali ini menggunakan 3 tipe desain pompa hidram
sebagai berikut:
Gambar 3.3 Pompa hidram desain tipe U.
Gambar 3.4 Pompa hidram desain tipe T.
Gambar 3.5 Pompa hidram desain tipe Y.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3.5 Geometri Pompa Hidram
Menunjukkan 3 tipe geometri yang ada di pompa hidram. Berikut ini adalah
detail ukuran 3 tipe pompa hidram pada penelitian ini:
Gambar 3.6 Ukuran geometri pompa hidram desain tipe U.
Gambar 3.7 Ukuran geometri pompa hidram desain tipe T.
Gambar 3.8 Ukuran geometri pompa hidram desain tipe Y.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3.6 Boundary Condition
Boundary condition adalah penamaan bagian pompa hidram untuk mendukung
inputan dan proses simulasi. Dimana saluran masuk diinput menjadi inlet 1, saluran
katub limbah diinput menjadi inlet 2, dan salauran output diinput menjadi outlet.
Berikut ini penamaan masing-masing bagian:
Gambar 3.9 Boundary condition pada pompa hidram desain tipe U.
Gambar 3.10 Boundary condition pada pompa hidram desain tipe T.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 3.11 Boundary condition pada Pompa Hidram Desain Tipe Y.
3.7 Meshing
Pada penelitian ini peneliti menggunakan program meshing yang ada software
ANSYS. Setelah setting boundary condition lalu langkah berikutnya adalah
penggenerasian mesh pada Pompa Hidram. Meshing yang baik adalah tidak terdapat
skewness yang tinggi. Skewness adalah bentuk meshing yang tidak wajar/tidak
beraturan. Skewness menyebabkan penghitungan dari cell ke cell tidak dapat berjalan
dengan baik. Untuk penelitian kali ini meshing menggunakan bentuk meshing
tetrahedral atau tetrahedron.
Pada variasi bentuk Pompa Hidram akan menghasilkan jumlah cell yang
berbeda. Berikut adalah tampilan meshing yang digunakan:
Gambar 3.12 Tampilan bentuk meshing tetrahedral hidram tipe U.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 3.13 Tampilan bentuk meshing tetrahedral hidram tipe T.
Gambar 3.14 Tampilan bentuk meshing tetrahedral hidram tipe Y
3.8 Karakteristik Fluida
Pada penelitian ini fluida yang digunakan adalah fluida air. Fluida air yang
digunakan memiliki karakteristik sesuai dengan data aplikasi Ansys sebagai mana
dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Table 3.2 Karakteristik fluida kerja.
Karakteristik Fluida Nilai Satuan
Massa jenis 998,2 3mkg
Viskositas 0,001003 m.skg
Ratio of specific heats 1,4 -
3.9 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini telah memilih variabel bebas dan variabel terikat sesuai
dengan referensi penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Variabel bebas dan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Variabel Bebas:
a. Model desain pompa hidram tipe U, T, Y.
b. Head Input 0,7 m, 1,2 m, 1,7m.
c. Tekanan Statis (Ps) 0,11 Bar, 0,17 Bar, 0,20 Bar.
d. Tekanan Dinamik (Pd).
Variabel terikat:
a. Vector distribusi tekanan.
b. Grafik laju aliran masa fluida pada outlet.
c. Pathlines turbulence intensity.
d. Grafik turbulence intensity.
e. Pathlines turbulence kinetic energy.
f. Grafik turbulence kinetic energy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3.10 Prosedur Simulasi
Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian kali ini adalah:
a. Komputer dengan spesifikasi
Windows 8.1 Intel (R) core (TM) i7-4790 CPU@ 3.60GHz,
RAM 16.0 GB dan Nvidia GeForce GTX 750, Memory 4019 MB.
b. Perangkat lunak
ANSYS 15.0; FLUENT, Microsoft Office Word 2013, Visio 2013, Microsoft
Office Excel 2013, Origin, Solidworks 2014.
Pada dasarnya ANSYS Fluent menggunakan metode control volume untuk
mengubah general scalar transport equation menjadi sebuah persamaan tersendiri atau
discrete yang dapat diselesaikan secara numerik.
Table 3.3 Tipe yang digunakan pada setiap discretization.
Discretization Type
Pressure-Velocity Coupling Phase coupled SIMPLE
Gradient Least squares cell based
Pressure Second Order
Momentum Second Order Upwind
Turbulent Kinetic Energy First Order Upwind
Turbulent Dissipation Rate First Order Upwind
Pada Pressure-Velocity Coupling dipilih tipe SIMPLE algorithm karena pada
algoritma tersebut digunakan relasi antara kecepatan dan koreksi tekanan pada
persamaan kesetimbangan massa untuk mendapatkan fenomena tekanan yang terjadi
pada kasus yang diteliti. Volume Fraction digunakan tipe First Order Upwind karena
persamaan ordo satu dapat memenuhi kebutuhan perhitungan yang dilakukan pada
bagian tersebut. Untuk Momentum, Turbulent Kinetic Energy, Turbulent Dissipation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Rate Momentum dan Energy dipilih tipe Second Order Upwind karena dibutuhkan hasil
data yang lebih akurat. Perhitungan momentum dan energi yang berupa hasil data
fenomena kecepatan aliran dan distribusi temperatur.
3.11 Convergence Criteria
Setiap persamaan yang dijalankan dalam simulasi memiliki residual yang terus
berubah dan semakin menurun nilainya. Semakin kecil residual yang didapatkan maka
menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Tetapi pada pengaplikasiannya, angka
residual akan terus ada dan terus mengalami fluktuasi. Oleh karena itu perlu diputuskan
saat yang tepat untuk menyelesaikan perhitungan dengan menentukan convergence
criteria pada setiap residual dari persamaan-persamaan yang dijalankan.
Pada simulasi ini, convergence criteria yang digunakan pada setiap residual
adalah sebesar 1e-3. Nilai–nilai tersebut adalah nilai yang tepat karena dapat
menghasilkan data yang valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
BAB IV
ANALISA HASIL SIMULASI
4.1 Analisa Vektor Distribusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram.
4.1.1 Analisa Vektor Distribusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe U.
Gambar 4.1 Vektor tekanan hidram U pada head input 0,7 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,89 bar.
Gambar 4.2 Vektor tekanan hidram U pada head input 1,2 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,98 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Gambar 4.3 Vektor tekanan hidram U pada head input 1,7 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,2 bar.
Pada Gambar 4.1, 4.2, dan 4.3 distribusi tekanan pada hidram tipe U terlihat
semakin besar range distribusi tekanan yang terjadi pada peningkatan head input. Hal
ini disebabkan karena adanya peningkatan tekanan masuk dari head input (Anonimous,
2008).
Selain itu, pada vektor distribusi tekanan terdapat fenomena turbulensi, dalam
hal ini berupa weak (Pusaran) yang berada pada daerah geometri masukan hidram.
Fenomena ini di sebabkan karena adanya penurunan tekanan pada gambar 4.1, 4.2, 4.3
dapat dilihat pada area kotak merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
4.1.2 Analisa Vektor Distribusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe T.
Gambar 4.4 Vektor tekanan hidram T pada head input 0,7 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar.
Gambar 4.5 Vektor tekanan hidram T pada head input 1,2 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,15 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 4.6 Vektor tekanan hidram T pada head input 1,7 meter, dengan heat
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1 bar.
Pada Gambar 4.4, 4.5, dan 4.6 distribusi tekanan pada hidram tipe T terlihat
semakin besar range distribusi tekanan yang terjadi pada peningkatan head input. Hal
ini disebabkan karena adanya peningkatan tekanan masuk dari head input (Anonimous,
2008).
Selain itu, pada vektor distribusi tekanan terdapat fenomena turbulensi, dalam
hal ini berupa 2 weak (Pusaran) yang berada pada daerah geometri masukan hidram
dan geometri keluaran hidram, dan arah aliran fluida terlihat menuju keluaran hidram
dan sebagian menuju geometri masukan hidram yang disebabkan karena adanya
penurunan tekanan dan geometri sambungan berbentuk T pada gambar 4.4, 4.5, dan
4.6 dapat dilihat pada area kotak merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.1.3 Analisa Vektor Distrbusi Tekanan Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe Y.
Gambar 4.7 Vektor tekanan hidram Y pada head input 0,7 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar.
Gambar 4.8 Vektor tekanan hidram Y pada head input 1,2 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,9 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 4.9 Vektor tekanan hidram Y pada head input 1,7 meter, dengan head
output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,4 bar.
Pada Gambar 4.7, 4.8, dan 4.9 distribusi tekanan pada hidram tipe Y terlihat
semakin besar range distribusi tekanan yang terjadi pada peningkatan head input. Hal
ini disebabkan karena adanya peningkatan tekanan masuk dari head input (Anonimous,
2008).
Selain itu, pada vektor distribusi tekanan terdapat fenomena turbulensi, dalam
hal ini berupa weak (Pusaran) yang berada pada daerah geometri keluaran hidram, dan
arah aliran fluida sebagian besar terlihat menuju geometri masukan hidram yang
disebabkan karena adanya penurunan tekanan dan geometri sambungan berbentuk Y
pada gambar 4.7, 4.8, dan 4.9 dapat dilihat pada area kotak merah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
4.2 Pengaruh Laju Aliran Massa Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram.
Hydram 1 Hydram 2 Hydram 30
5
10
15
20
25
30
Ma
ss
Flo
w R
ate
(k
g/s
)
Hydram Types
Head Input (0,7)
Head Input (1,2)
Head Input (1,7)
Gambar 4.10 Grafik pengaruh laju aliran massa pada head input 0,7 meter, 1,2
meter, 1,7 meter dengan head output 4,3 meter pada variasi tipe
hidram.
Berdasarkan hasil simulasi, laju aliran massa fluida yang terjadi pada hidram
tipe 1 (U), 2 (T), dan 3 (Y) dapat dilihat pada grafik gambar 4.10. Laju aliran massa
terbesar pada pipa output terjadi pada hidram Y dengan head input sebesar 1.7. Hal ini
diakibatkan karena besarnya rata-rata nilai kecepatan aliran fluida yang terjadi pada
output pipa hidram. Dalam hal ini, besarnya nilai kecepatan aliran fluida karena adanya
wake yang berada di geometri masukan hidram (Stefan Mardikus, 2018).
Pada hidram tipe U dan T, nilai laju aliran massa cendrung lebih rendah apabila
dibandingkan terhadap hidram Y. Bentuk geometri saluran pipa hidram menjadi faktor
penyebab tinggi rendahnya laju aliran massa fluida yang terjadi pada pipa output. Dapat
dilihat perbedaan bentuk geometri pompa hidram tipe U, tipe T, dan tipe Y pada
gambar 3.3, 3.4 dan 3.5, dengan perbedaan bentuk gemetri tersebut memiliki pengaruh
terhadap rata-rata kecepatan aliran fluida pada pipa output.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
4.3 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram.
4.3.1 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe U.
Gambar 4.11 Pathlines turbulance intensity hidram U pada head input 0,7 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,89 bar.
Gambar 4.12 Pathlines turbulance intensity hidram U pada head input 1,2 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,98 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Gambar 4.13 Pathlines turbulance intensity hidram U pada head input 1,7 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,2 bar.
Pada Gambar 4.11, 4.12, dan 4.13 terlihat pathlines turbulent intensity
menunjukkan lokasi turbulent berupa weak (pusaran) diarea kotak merah pada
geometri masukan hidram dan menunjukkan besar nilai turbulen dalam bentuk persen.
Pada head input 0,7 meter (70,1%) memiliki nilai turbulent intensity tertinggi
kemudian, pada head input 1,7 meter (58,0%) dan yang terrendah pada head input 1,2
meter (56,5%), hal ini menunjukkan data tidak sesuai dengan prinsip hukum Bernoulli
yang semakin tingginya head input maka tekanan semakin rendah dikarenakan
geometri sambungan berbentuk U (Anonimous, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4.3.2 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe T.
Gambar 4.14 Pathlines turbulance intensity hidram T pada head input 0,7 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar.
Gambar 4.15 Pathlines turbulance intensity hidram T pada head input 1,2 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,15 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Gambar 4.16 Pathlines turbulance intensity hidram T pada head input 1,7 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1 bar.
Pada Gambar 4.14, 4.15, dan 4.16 terlihat pathlines turbulent intensity
menunjukkan lokasi turbulent berupa 2 weak (pusaran) diarea kotak merah pada
geometri masukan hidram dan pada geometri keluaran hidram serta menunjukkan besar
nilai turbulen dalam bentuk persen. Pada head input 0,7 meter (88,0%) memiliki nilai
turbulent intensity tertinggi kemudian, pada head input 1,2 meter (72,5%) dan yang
terrendah pada head input 1,7 meter (62,5%). Hal ini menunjukkan semakin tinggi
head input maka tekanan semakin rendah dan ini sesuai dengan prinsip hukum
Bernoulli (Anonimous, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4.3.3 Analisa Pathlines Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe Y.
Gambar 4.17 Pathlines turbulance intensity hidram Y pada head input 0,7 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar.
Gambar 4.18 Pathlines turbulance intensity hidram Y pada head input 1,2 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,9 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.19 Pathlines turbulance intensity hidram Y pada head input 1,2 meter,
dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,40 bar.
Pada Gambar 4.17, 4.18, dan 4.19 terlihat pathlinese turbulen intensity
menunjukkan lokasi turbulent berupa weak (pusaran) diarea kotak merah pada
geometri masukan hidram dan menunjukkan besar nilai turbulen dalam bentuk persen.
Pada head input 0,7 meter (86,6%) memiliki nilai turbulent intensity tertinggi
kemudian, pada head input 1,7 meter (73,1%) dan yang terrendah pada head input 1,2
meter (64,0%). Hal ini menunjukkan data tidak sesuai dengan prinsip hukum Bernoulli
yang semakin tingginya head input maka tekanan semakin rendah dikarenakan
geometri sambungan berbentuk Y (Anonimous, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
4.4 Rata-rata Turbulance Intensity Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram.
Gambar 4.20 Grafik rata-rata turbulance Intensity pada head input 0,7 meter, 1,2
meter, 1,7 meter dengan head output 4,3 meter pada variasi tipe
hidram.
Pada Gambar 4.20 terlihat digrafik pada hidram tipe 2 (T) seiring head input
menurun maka tekanan juga akan menurun (Jacob, 2018). sesuai dengan hukum
Bernoulli, dengan menurunnya tekanan maka kecepatan meningkat dan bilangan
Reynolds juga ikut meningkat sehingga mengakibatkan meningkatnya niai rata-rata
turbulent intensity.
Selain itu, pada hidram tipe 1 (U) dan 3 (Y) urutan nilai rata-rata turbulent
intensity tertinggi di head input 0,7 meter kemudian di head input 1,7 meter dan yang
terrendah di head input 1,2 meter hal ini menunjukkan data tidak sesuai dengan prinsip
hukum Bernoulli.
Hydram 1 Hydram 2 Hydram 30
10
20
30
40
50
60
Tu
rbu
lan
ce
In
ten
sit
y (
%)
Hydram Types
Head Input (0,7)
Head Input (1,2)
Head Input (1,7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4.5 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram.
4.5.1 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe U.
Gambar 4.21 Pathlines turbulence kinetic energy hidram U pada head input 0,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,89 bar.
Gambar 4.22 Pathlines turbulence kinetic energy hidram U pada head input 1,2
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,98 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gambar 4.23 Pathlines turbulence kinetic energy hidram U pada head input 1,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,2 bar.
Turbulent kinetic energy adalah rata-rata energi kinetik per unit massa berkaitan
dengan perubahan kecepatan dalam arah X, Y, Z yang terjadi pada aliran turbulen
(Stefan Mardikus, 2018).
Pada hidram tipe U dengan perbedaan head input seperti pada gambar 4.21,
4.22, dan 4.23 menunjukkan pathlines kinetic energy. Nilai turbulen kinetik energi
pada perubahan head input tampak tidak terjadi perubahan yang signifikan selain
gambar 4.23. Dari ketiga perubahan head input pada hidram yang sama nilai turbulen
kinetik yang semakin besar menunjukkan semakin besar hambatan yang terjadi pada
aliran fluida yang melewati saluran pipa hidram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
4.5.2 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe T.
Gambar 4.24 Pathlines turbulence kinetic energy hidram T pada head input 0,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar.
Gambar 4.25 Pathlines turbulence kinetic energy hidram T pada head input 1,2
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,15 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Gambar 4.26 Pathlines turbulence kinetic energy hidram T pada head input 1,7 meter,
dengan heat output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1 bar.
Pada hidram tipe T dengan perbedaan head input seperti pada Gambar 4.24,
4.25, dan 4.26 menunjukkan pathlines kinetic energy. Nilai turbulen kinetik energi
pada perubahan head input tampak tidak terjadi perubahan yang signifikan akan tetapi
nilai turbulen kinetik energi tertinggi terdapat pada gambar 4.25 (pada head input 1,2
meter). Dari ketiga perubahan head input pada hidram yang sama nilai turbulen kinetik
yang semakin besar tidak menunjukkan semakin besar hambatan yang terjadi pada
aliran fluida yang melewati saluran pipa hidram dikarenakan bentuk dari geomerti
hidram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4.5.3 Analisa Pathlines Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi Head Input
Pada Perbedaan Jenis Geometri Hidram Tipe Y.
Gambar 4.27 Pathlines turbulence kinetic energy hidram Y pada head input 0,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,1 bar.
Gambar 4.28 Pathlines turbulence kinetic energy hidram Y pada head input 1,2
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 0,9 bar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Gambar 4.29 Pathlines turbulence kinetic energy hidram Y pada head input 1,7
meter, dengan head output 4,3 meter dan tekanan dinamik 1,4 bar.
Pada hidram tipe Y dengan perbedaan head input seperti pada Gambar 4.27,
4.28, dan 4.29 menunjukkan pathlines kinetic energy. Nilai turbulen kinetik energi
pada perubahan head input tampak terjadi perubahan yang signifikan dan nilai turbulen
kinetik energi tertinggi terdapat pada gambar 4.29 (pada head input 1,7 meter). Dari
ketiga perubahan head input pada hidram yang sama nilai turbulen kinetik yang
semakin besar menunjukkan tidak selalu semakin besar hambatan yang terjadi pada
aliran fluida yang melewati saluran pipa hidram dikarenakan bentuk dari geomerti
hidram.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
4.6 Rata-rata Turbulance Kinetic Energy Terhadap Variasi Head Input Pada
Perbedaan Jenis Geometri Hidram.
Gambar 4.30 Grafik rata-rata turbulance kinetic energy pada head input 0,7 meter,
1,2 meter, 1,7 meter dengan head output 4,3 meter pada variasi tipe
hidram.
Berdasarkan hasil simulasi, rata-rata turbulen kinetik energi yang terjadi pada
hidram tipe 1 (U), 2 (T), dan 3 (Y) dapat pada Gambar 4.30. Terlihat pada hidram U
seiring head input membesar maka hambatan yang terjadi pada saluran pipa hidram
akan semakin membesar juga (Stefan Mardikus, 2018). Sedangkan kenaikan rata-rata
turbulen kinetik energi pada hidram T dan Y tidak seiring dengan membesarnya
hambatan yang terjadi pada saluran pipa pada hidram.
Pada Gambar 4.30 grafik dapat dilihat bahwa hambatan hidram U lebih sedikit
di bandingkan dengan hidram T dan Y, kemudian hambatan yang paling besar pada
hidram 3.
Hydram 1 Hydram 2 Hydram 30
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Tu
rbu
lan
ce
Kin
eti
c E
ne
rgy
(m
2/s
2)
Hydram Types
Head Input (0,7)
Head Input (1,2)
Head Input (1,7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini telah dilakukan simulasi pada ketiga geometri hidram
(hidram tipe 1 (U), hidram tipe 2 (T), dan hidram tipe 3 (Y)) sehingga dapat mengetahui
pengaruh karakteristik aliran terhadap ketiga variasi geometri. Maka dapat disimpulkan
sesuai dengan tujuan penelitian, diantaranya:
1. Pada ketiga variasi geometri hidram dengan seiring peningkatan head input
maka vektor distribusi tekanan akan semakin tinggi dikarenakan adanya
peningkatan tekanan masuk dari head input. Selain itu, pada vektor distribusi
tekanan terdapat fenomena turbulensi, dalam hal ini berupa weak (pusaran),
fenomena ini disebabkan karena adanya penurunan tekanan di dalam hidram.
Hal ini dikarenakan perbedaan bentuk geometri hidram.
2. Dengan head input 1,7 meter pada variasi geometri hidram tipe U (22,46 kg/s)
dan tipe T (17,81 kg/s), nilai laju aliran massa cendrung lebih rendah apabila di
bandingkan dengan geometri tipe Y (25,10 kg/s). Hal ini diakibatkan karena
perbedaan besarnya rata-rata nilai kecepatan aliran fluida yang terjadi pada
output pipa hidram, dikarenakan perbedaan bentuk geometri hidram.
3. Pada variasi geometri hidram tipe U dan tipe Y, pathlines turbulent intensity
menunjukkan nilai rata-rata turbulent intensity dalam bentuk persen yang tidak
sesuai dengan prisnip hukum Bernouli yang semakin tingginya head input
maka tekanan semakin rendah, sedangkan pada variasi geometri hidram tipe T
pathlines turbulent intensity menunjukkan nilai rata–rata turbulent intensity
sesuai dengan hukum Bernouli, hal ini dikarenakan perbedaan bentuk geometri
hidram.
4. Pathlines kinetic energy pada variasi geometri hidram tipe U menunjukkan nilai
turbulen kinetik energi pada perubahan head input tampak tidak terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
perubahan yang signifikan dan perubahan head input pada hidram yang sama
nilai turbulen kinetik yang semakin besar menunjukkan semakin besar
hambatan yang terjadi pada aliran fluida yang melewati saluran pipa hidram.
Namun pada variasi geometri hidram tipe T dan tipe Y perubahan head input
pada hidram yang sama nilai turbulen kinetik yang semakin besar tidak selalu
menunjukkan semakin besar hambatan yang terjadi pada aliran fluida yang
melewati saluran pipa hidram dikarenakan bentuk dari geometri hidram. Dapat
disimpulkan hambatan pada variasi goemetri hidram tipe U (10,32 m2/s2) lebih
sedikit di bandingkan dengan hidram tipe T (11,98 m2/s2) dan Y (16,27 m2/s2),
dan hambatan yang paling besar pada hidram tipe Y.
5. Hasil dari kesimpulan berdasarkan laju aliran massa, efisiensi tertinggi pada
geometri hidram tipe Y (25.10 kg/s).
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan ada beberapahal yang perlu diperbaiki.
Beberapa saran untuk penelitian berikutnya, yaitu:
1. Pada saat pengambilan data penelitian eksperimen lebih baik memasang alat
ukur pada head input dan head output di setiap pompa hidram, sehingga pada
saat penelitian simulasi dapat lebih mudah dan lebih jelas.
2. Pada saat pengambilan data penelitian eksperimen lebih baik menggunakan alat
ukur yang akurasinya tinggi agar hasil data lebih baik sehingga hasil data
eksperimen dapat menjawab hipotesa sementara dengan lebih akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
DAFTAR PUSTAKA
ANSys Inc., 2013, Ansys Fluent Theory Guide, United States of America, Ansys Inc.
Ansys Inc., 2015, Ansys Estimating Turbulent Kinetic Energy from Trubulence, United
States of America, Ansys Inc.
Ansys Inc., 2015, Ansys The Turbulence Intensity, United States of America, Ansys
Inc.
Athulya A.Sa, Miji Cherian Rb, 2016, CFD Modelling of Multiphase Flow through T
Junction, International Conference on Emerging Trends in Engineering,
Science and Technology, 24, pp 325-331.
Fane, Didin S., Sutanto, R, Dan Mara, I Made, 2012, Pengaruh Konfigurasi Tabung
Kompresor Terhdap Unjuk Kerja Pompa Hidram, Jurnal Teknik Mesin
Universitas Mataram, 2, pp 1-5.
Fox W.Robert., McDonald T. Alan and Pritchard J. Philip., 2011, Introduction to
Fluid Mechanics, 8th edition, John Willey & Sons Inc, pp 5.
Holman, J.P., 1988, Perpindahan Kalor, Edisi Keenam, Erlangga, Jakarta, pp 3
http://www.afs.enea.it/project/neptunis/docs/fluent/html/ug/node238.htm diakes pada
01-06-2018 22:45 WIB.
http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Hidran/hidran.html diakses pada 01-06-
2018 21:12 WIB.
https://confluence.cornell.edu/download/attachments/90736159/intro.pdf?version=1&
modificationDate=1222889778000 diakses pada 012-08-2017 17:20 WIB.
https://mechanicals.wordpress.com/2014/03/24/persamaan-bernoulli/ diakses pada 01-
06-2018 23:15 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Huseyin Ayhan, Cemal Niyazi, Sokmen, 2012, CFD Modeling of Thermal Mixing In
a T-junction Geometri Using LES Model, Hacettepe University, Departement
of Nuclear Engeneering, Beytepe, Ankara 06800, Turkey, 253, pp 183-191.
J F Bingham, G P Blair, 2001, An improved branched pipe model for multi-cylinder
automotive engine calculations, Proc. Instn Mech Engrs, pp 71
Jing Shi, Mustapha Gourma, 2017, CFD simulation of horizontal oil-water flow with
matched density and medium viscosity ratio in different flow regimes, Journal
of Petroleum Science and Engineering, 151, pp 382.
Jiyuan Tu dkk, 2008, Computational Fluid Dynamics Apractical Approach”,
M D Bassett1, D E Winterbone and R J Pearson, 2001, Calculation of steady ow
pressure loss coecients for pipe junctions, 215, pp 861-881
Matthias Inthachot, Suchard Saehaeng, 2015, Hydraulic ram pumps for irrigation in
northern Thailand, Agriculture and Agriculture Science Procedia, 5, pp 1-2.
Suwandi, Toni Dwi Putra, Suriansyah, 2015, Pengaruh Variasi Beban Katup Dibawah
450 Gram Menggunakan Panjang Pipa Input 6 Meter Terhadap Kinerja Pompa
Hidram, Jurnal Widya Teknika, 23, pp 50-53.
Stefan Mardikus, Dwiseno Wihadi, Maryanto, 2018, Investigation of flow
characteristic on ram pump in different of pipe junction geometry, 67, 01007.
T.D. Jeffery, T.H. Thomas, A.V. Smith, 2005, A guide to ram pump water supply
systems, 3, Warwick University.
T.D. Jeffery, T.H. Thomas, A.V. Smith, P.B. Glover, P.D.Fountain, 2005, Hydraulic
Ram Pumps – A guide to ram pump water supply systems, The Department
Technology Unit – Warwick University.
Tessema, A.A., 2000, Hydraulic Ram Pump System Design and Aplikation, ESME 5
th Conference on Manufacturing and Process Industry.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Tuakia F., 2008, Dasar-dasar menggunakan CFD FLuent, Informatika, Bandung, pp
146.
Versteeg, H.K., and Malalasakera, W., 1995, An Introduction do Computational Fluid
Dynamic, Longman Scientific & Technical, England, pp 11-25.
White F. M., 2011, Fluid Mechanics, 4th edition, New York, United States of America,
McGraw-Hill.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI