Upload
aradia-vero
View
102
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Investigasi Pengadaan
Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan
publik. Seperti yang dilaporkan oleh majalah Tempo dugaan korupsi di BUMN per 17
Oktober 2005, dari 17 BUMN dengan 30 dugaan kasus korupsi, 10 BUMN dengan 15 kassus
diantaranya merupakan kasus pengadaan barang dan jasa. Setiap tahunpun BPK dan BPKP
melaporkan kasus pengadaan yang mengandung unsur tindak pidana korupsi.
Pengadaan Publik – Sumber Utama kebocoran Negara
Secara luas, sistem pengadaan publik Indonesia diyakini merupakan sumber utama
bagi kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan
sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia. Namun,
suatu sistem pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan bahwa dana
publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas pembangunan. Apabila suatu
sistem pengadaan berfungsi baik, dipastikan pembelian barang akan bersaing dan efektif.
Supaya berfungsi efektif, suatu rezim pengadaan perlu mencakup ciri-ciri :
Kerangka hukum yang jelas, komprehensif, dan transparan diantara lain mewajibkan
pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan penawaran, pengungkapan
sebelumnya tentang semua kriteria untuk mendapatkan kontrak, pemberian kontrak yang
didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawar yang dinilai paling rendah,
pemaparan publik bagi penawaran-penawaran itu, akses terhadap mekanisme peninjauan
untuk keluhan penawar, pengungkapan publik dari hasil-hasil proses pengadaan dan
pemeliharaan catatan lengkap tentang seluruh proses tersebut.
Kejelasan tentang tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional, termasuk penunjukan
tanggung jawab yang jelas atas pengelolaan proses pengadaan, memastikan bahwa
aturan-aturan yang ditaati dan mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-aturan itu dilanggar.
Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan pengawasan
penerapan tepat dari kebijakan tersebut. Secara ideal,badan ini jangan bertanggung jawab
pula untuk mengelola proses pengadaan. Badan tersebut harus memiliki wewenang dan
independensi untuk bertindak tanpa takut atau pilih kasih dalam menjalankan tanggung
jawabnya.
Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan, dan fungsi tidak ada
artinya. Badan audit pemerintah harus dilatih untuk mengaudit pengadaan publik dan
memulai tindakan terhadap mereka yang melanggar aturan-aturan. Pemerintah perlu
menetapkan mekanisme-mekanisme yang memiliki kepercayaan penuh dari para
pegawai.
Staf pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang sehat.
Sistem Pengadaan Indonesia tidak Berfungsi
Kajian Pengadaan Nasional Bank Dunia untuk Indonesia menyimpulkan bahwa
sistem pengadaan tidak berfungsi dengan baik. Sistem pengadaan tidak dipacu oleh pasar,
rentan terhadap penyalahgunaan dan penyelewengan, dan menurunkan nilai yang dibayar dari
dana-dana publik.
Sistem pengadaan tidak berfungsi dikarenakan adanya praktik-praktik kolusif yang
melibatkan pejabat-pejabat pemerintah. Kolusi tersebut dilakukan dengan cara melakukan
pemasangan iklan secara terbatas, prosedur penawaran tidak bersaing, dll. Selama
pelaksanaan kontrak, para pelaku bisa berkolusi melalui administrasi kontrak yang buruk
tagihan lebih atau kurang, pengungkapan-pengungkapan tidak akurat, dan transaksi lain yang
sejenis.
Mengapa Kerangka Akuntabilitas untuk Pengadaan Gagal
1. Kerangka Hukum Cacat
- Para eksekutif Pemerintahan gagal menyediakan kerangka hukum yang efektif.
- Tidak ada undang-undang pengadaan nasional selain undang-undang konstruksi
- Keppres yang mengatur pengadaan diluar konstruksi (UU No. 18/2000) mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu Keppres tersebut memungkinkan kebijaksanaan cukup
besar untuk menghindari pengadaan kompetitif melalui “belanja” serta “pengontrakan
langsung”, tidak mewajbkan lelang dan pemberian kontrak yang dipublikasikan secara
luas, gagal mengunci prosedur-prosedur bagi penawar yang kecewa untuk
mendaftarkan keluhan, dan tidak mewajibkan sanksi-sanksi wajib terhadap
perusahaan-perusahaan yang ditemukan terlibat dalam kolusi atau mal praktik lainnya.
2. Pemerintah tidak Terorganisasi untuk Menangani Pengadaan
Pemerintah tidak mempunyai badan yang jelas harus bertanggung jawab untuk kebijakan
dan pematuhan pengadaan publik. Pengadaan itu sendiri terutama dikelola oleh
manajemen proyek (Pimpro).
3. Insentif-insentif Terdistorsi
Akibat pamong praja yang dikelola dengan buruk dan peradilan yang lemah, kerangka
insentif melenceng jauh sehingga tidak ada imbalan untuk efisiensi dan kejujuran dan
tidak ada hukuman untuk korupsi. Baik Pimpro maupun anggota panitia lelang
menghadapi insentif-insentif kuat untuk berpartisipasi dalam korupsi dan kolusi.
4. Pengadaan dilakukan di Balik Pintu tertutup
Sebagian besar proses tersebut berlangsung di balik pintu tertutup. Hasil-hasil penawaran
berikut pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak diumumkan.
5. Pengauditan Lemah
Auditor Pemerintah kurang mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Keengganan untuk
menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai negeri yang ketahuan
berkolusi dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti bahwa secara efektif tidak ada
mekanisme penegakan.
Investigasi Pengadaan
Dalam kasus fraud pengadaan barang, adanya sistem :tender terbuka” tidak akan
dapat menghalangi terjadinya fraud. Hal tersebut dikarenakan adanya kolusi antara pejabat
atau pegawai dari lembaga yang bersangkutan dengan pihak supplier. Adanya dokumentasi
yang rapi pun seringkali berhasil mengelabuhi auditor. Karena itu auditor harus menerapkan
professional skepticism-nya.
Jika pengadaan barang dilakukan dengan sistem tender terbuka, maka akan ada tiga
tahapan, yaitu tahap pratender, tahap penawaran dan negosiasi, dan tahap pelaksanaan dan
penyelesaian administratif. Auditor harus paham seluk beluk dan potensi fraud yang terjadi
pada setiap tahap. Berikut penjelasan lebih lanjutnya :
1. Tahap Pratender
Dalam tahap ini, umum terjadi kegiatan :
a. Pemahaman mengenai kebutuhan perusahaan atau lembaga akan barang atau jasa
yang akan dibeli
b. Pengumuman mengenai nilai perusahaan atau lembaga itu untuk membuat kontrak
pengadaan barang atau jasa
c. Penyusunan spesifikasi
d. Penentuan mengenai kriteria pemenang
Fraud yang mungkin terjadi adalah dalam penentuan kebutuhan dan dalam
penentuan spek. Tanda-tanda yang perlu dikenali auditor adalah :
Orang dalam memberikan informasi atau nasihat yang menguntungkan satu
kontraktor
Pembeli menggunakan jasa konsultasi, masukan, atau spek yang dibuat oleh
kontraktor yang diunggulkan. Hal ini juga sering dijumpai dalam pengadaan jasa
konsultasi.
Pembeli membolehkan konsultan yang ikut dalam penentuan dan pengembangan
spek, menjadi subkontraktor atau konsultan dalam proyek itu.
Biaya dipecah-pecah dan disebarkan ke bermacam akun atau perincian sehingga lolos
dari review.
Pejabat sengaja membuat spek yang tidak konsisten dengan spek sebelumnya untuk
pengadaan serupa. Alasannya bisa bermacam-macam, misalnya “kita terdesak waktu”
atau “ini sellers market”.
2. Tahap Penawaran dan Negosiasi
Skema fraud dalam tahap ini berupa persengkokolan antara pembeli dan kontraktor yang
diunggulkan dan kontraktor “pendamping” atau “pemantas” yang meramaikan proses
penawaran. Di permukaan, proses tender terlihat sah karena peserta tender cukup banyak
dan bahkan melimpah.
3. Tahap Pelaksanaan dan Penyelesaian Administratif
Skema fraud dalam tahap ini adalah subtitusi atau penggantian produk dan “kekeliruan”
dalam perhitungan pembebanan. Untuk mendeteksi adanya fraud dalam tahap ini auditor
harus melakukan :
Pengecekan secara rutin dan kunjungan mendadak
Me-review laporan inspeksi atau laporan laboratorium pengujian secara cermat
Uji produk di laboratorium independen
Review dokumen dan bandingkan dengan produk atau jasa yang diterima untuk
memastikan adanya kepatuhan.
Penilaian atas barang dan jasa yang diserahkan untuk memastikan bahwa ketentuan
yang disepakati telah dipenuhi, termasuk di dalamnya pengendalian mutu.