Upload
phungdan
View
249
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
INTEGRASI RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott)
DENGAN LEGUM SIRATRO (Macroptilium atropurpureum) PADA
LAHAN KERING KRITIS DITINJAU DARI PRODUKSI BERAT
KERING, KANDUNGAN KLOROFIL DAN JUMLAH ANAKAN
SKRIPSI
Oleh:
SUDARSONO
I 111 12 339
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
ii
INTEGRASI RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum purpureum cv. Mott)
DENGAN LEGUM SIRATRO (Macroptilium atropurpureum) PADA
LAHAN KERING KRITIS DITINJAU DARI PRODUKSI BERAT
KERING, KANDUNGAN KLOROFIL DAN JUMLAH ANAKAN
SKRIPSI
Oleh:
SUDARSONO
I111 12 339
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sudarsono
NIM : I111 12 339
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
Makassar, November 2016
Sudarsono
iv
[Grab your reader’s attention with a great
quote from the document or use this space to
emphasize a key point. To place this text box
anywhere on the page, just drag it.]
Kandungan Klorofil dan Jumlah Anakan
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Alhamdulillah segala puji bagi ALLAH SWT, shalawat dan salam semoga
selalu tercurah kepada Rasulullah MUHAMMAD SAW Beserta keluarganya,
sahabat dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir, yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidyahnya, sehingga akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Skripsi ini.
Pada kesempatan ini dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati penulis
juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang
setinggi tingginya kepada :
1. Kedua orang tuaku ayahanda Jibe Rada dan ibunda Sahira, serta saudaraku
yang selama ini banyak memberikan doa, semangat, kasih sayang, saran,
dorongan dan materi kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc sebagai pembimbing utama dan
Prof. Dr. Ir. Muhammad Rusdy, M.Agr selaku pembimbing anggota yang
telah banyak meluangkan waktunya untuk mendidik, membimbing,
mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi sejak awal penelitian
sampai selesainya penulisan Skripsi ini.
3. Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc., Wakil Dekan I dan Wakil
Dekan II serta Wakil Dekan III.
vi
4. Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Peternakan Universitas Hasanuddin.
5. Dr. Ir. Hastang, M.Si selaku penasehat akademik yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku perkuliahan.
6. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing saya selama
kuliah di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
7. Kepada Ibu dan Bapak Pegawai Fakultas Peternakan yang telah
memberikan sumbangsih ilmu, didikan dan pelayanan akademik selama
penulis berada di bangku kuliah.
8. Kepada teman penelitian, Isnawati Muhajir dan Jihadul Fajri yang telah
banyak membantu selama berada dilapangan.
9. Terima kasih kepada teman Spesialku Isnawati Muhajir yang selalu setia
menemani, membantu, pemberi motivasi dan selalu ada di samping penulis
selama kuliah.
10. Kawan – kawan “FLOCK MENTALITY 12” yang telah menjadi keluarga
kecil di Kampus Universitas Hasanuddin terima kasih telah menemani
penulis di saat suka maupun duka selama menempuh pendidikan di bangku
kuliah. Serta Adinda ANT 014, Larva 013 dan Kakanda Matador 010 serta
Solandeven 011.
11. Teman-teman KKN PPM UNHAS RISTEKDIKTI Kab. Enrekang Kec.
Cendana dan Kec. Anggeraja terkhusus kepada posko Desa Pundilemo: Kak
Adi Suryadi Sakri, Reski Amalya Samad, Nur Atika Pasang, Fatmawati
Khalifah, Nurwahijab dan Sri Rahayu semoga apa yang menjadi
vii
kebersamaan kita akan selalu ada untuk tetap menjadikan kita sebagai
saudara.
12. Buat Kanda ’Sema, S. Pt’ yang selama ini memberi semangat dan bantuan
mulai dari rencana sampai selesainya penelitian ini.
13. Buat Teman-teman Asisten Laboratorium Ilmu Tanaman Pakan dan Pasture
Rika Hari Lestari S.Pt, Tumianti S.Pt, Indriani S.Pt,. Buat adik-adikku A.
Nur Insani, A. Ni’mahtul Churriyah, Nursiang, Neny Nuraeni, Imelda
Arsyad, Fajriansyah, Sumardiyanto, dan Muhammd Yazid.
14. Buat kader terbaikku Tallim, Iccang dan Ekky serta adik-adik KCB Ayie,
Alfi, Danesya, Fitri, dan Lely yang selalu menghibur dan mendukung.
15. Lembaga Tercinta Humanika-UH dan IPMI SIDRAP BKPT UNHAS yang
telah banyak memberi wadah terhadap penulis untuk berproses dan belajar.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu
memberikan doa kepada penulis hingga selesai penyusunan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amiin
Makassar, November 2016
Sudarsono
viii
RINGKASAN
Sudarsono (I111 12 339). Integrasi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum
cv.Mott) dengan Legum Siratro (Macroptilium atropurpureum) pada Lahan Kering
Kritis Ditinjau dari Produksi Berat Kering, Kandugan Klorofil dan Jumlah Anakan.
(Dibawah bimbingan SYAMSUDDIN HASAN sebagai Pembimbing Utama dan
MUHAMMAD RUSDY sebagai Pembimbing Aggota)
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh sistim integrasi antara rumput
gajah mini dengan Siratro terhadap produksi bahan kering, kandungan klorofil dan
jumlah anakan pada rumput gajah mini yang ditumbuhkan pada lahan kering kritis.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4
kelompok sebagai ulangan dan 4 perlakuan yaitu: P0 = Kontrol 100% (hanya
rumput gajah mini) (16 tanaman/petak); P1 = Rumput gajah mini 70% (11
tanaman/petak) + Siratro 30% (5 tanaman/petak); P2 = Rumput gajah mini 50% (8
tanaman/petak) + Siratro 50% (8 tanaman/petak); P3 = Rumput gajah mini 30% (5
tanaman/petak) + Siratro 70% (11 tanaman/petak). Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa baperlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap berat kering, kandungan
klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini. Produksi bahan kering, jumlah
kloroil dan jumlah anakan tertinggi diperoleh masing-masing pada perlakuan P1,
P3 dan P0.
Kat kunci: Integrasi, Rumput gajah mini, Siratro, berat kering, klorofil, lahan kering
kritis.
ix
ABSTRACT
Sudarsono (I111 12 339). Integration System of dwarf Elephant Grass (Pennisetum
purpureum cv.Mott) with legume Siratro (Macroptilium atropurpureum) on Dry
Matter Yield, Chlorophyll Content and Tiller Numberg Growing in Critical Dry
Land (Under the guidance of SYAMSUDDIN HASAN as Main Supervisor and
MUHAMMAD RUSDY as Supervisor Member).
This study was aimed to determine the effect of integration system between dwarf
elephant grass with siratro on dry matter yield, chlorophyll content and tiller
number of dwarf elephant grass grown in critical dry land. This study used
randomized block design consisting of four groups as replication and four
treatments i.e.: P0 = 100% control (dwarf elephant grass only) (16 plants/plot); P1
= dwarf elephant grass 70% (11 plants/plot) + Siratro 30% (5 plant/plot); dwarf
elephant grass P2 = 50% (8 plants/plot) + Siratro 50% (8 plants/plot); P3: dwarf
elephant grass P3 = 30% (5 plants/plot) + Siratro 70% (11 plants/plot). Analysis of
variance showed that treatment gave significant effect (P <0.05) on dry matter yield,
chlorophyll content and tillers number of dwarf elephant grass. The highest dry
matter yield, chlorophyll content and tiller number were found in P1, P3 and PO
treatment, respectively.
Keyword: Integration system, dwarf elephant grass, siratro, dry matter, chlorophyll,
critical dry land.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
RINGKASAN ............................................................................................. viii
ABSTRACT ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) ....... 5
Potensi Legum Siratro (Macroptilum atropurpureum) ..................... 7
Lahan Kering Kritis ........................................................................... 8
Keuntungan Integrasi Rumput dengan Legum .................................. 10
Hipotesis ............................................................................................ 13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat ............................................................................. 14
Materi Penelitian ................................................................................ 14
Metode Penelitian .............................................................................. 14
Parameter yang Diamati .................................................................... 17
Analisis Data ...................................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Berat Kering ....................................................................... 18
Kandungan Klorofil ........................................................................... 19
Halaman
xi
Jumlah Anakan .................................................................................. 21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................ 23
Saran .................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
LAMPIRAN ................................................................................................ 28
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Hasil analisis lahan kering kritis pada lokasi penelitian ...................... 16
2. Rataan produksi berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan
rumput gajah mini yang diintegrasikan dengan legum siratro ............. 18
xiii
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Denah penempatan perlakuan penelitian ............................................. 16
1
PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha peternakan, khususnya ruminansia sangat tergantung
pada ketersediaan pakan hijauan, baik kuantitas, kualitas maupun
kesinambungannya. Namun demikian upaya untuk mendapatkan hal tersebut
adalah dengan menggunakan varietas unggul yang mempunyai potensi hasil tinggi
dan tahan terhadap penyakit serta terhadap kondisi iklim setempat. Indonesia
merupakan negara tropis sehingga ketersediaan hijauan pakan sangat kurang ketika
musim kemarau sedangkan pada musim hujan jumlah hijauan sangat melimpah.
Produktivitas dan kualitas padang penggembalaan kritis di daerah tropis khususnya
Indonesia sangat rendah karena sebagian besar wilayahnya adalah lahan kering-
kritis, miskin unsur hara. Tanah sebagai media tumbuh hijauan/tanaman sangat
penting diperhatikan agar produk-produk ternak yang dihasikan dari padang
penggembalaan, lebih berkualitas dan aman dikonsumsi manusia (Hasan dkk.,
2015).
Ketersediaan sumber daya lahan yang termasuk padang penggembalaan,
bahkan cenderung (menurun 1-2% per tahun) dalam luasan yang sangat terbatas.
Padahal sesungguhnya padang penggembalaan merupakan basis ekologi atau kunci
dalam penyediaan pakan bagi ternak ruminansia. Padang penggembalaan ini
hampir semua tergolong kritis, lahan kelas III-VIII, miskin unsur hara, pada
umumnya kategori jenis tanah masam yang paling dominan (Hasan, 2012; Karti
dan Setiadi, 2011).
2
Peningkatan unsur hara tanah dalam menunjang produksi hijauan pakan
dapat dilakukan dengan menerapkan sistem pertanaman campuran antara rumput
dengan legum dengan memanfaatkan biological nitrogen fixation (BNF).
Penggunaan pupuk kimia oleh petani telah diketahui resikonya dapat merusak lahan
dan lingkungan, serta pupuk kimia mahal bagi petani peternak yang berpenghasilan
rendah selain itu berdampak linear terhadap pelandaian atau penurunan kapasitas
penyediaan pangan dan pakan (Goenadi, 2006).
Pemanfaatan sistem integrasi rumput dan legum dinilai lebih efektif dan
efisien serta ramah lingkungan untuk meningkatkan unsur hara. Kombinasi rumput
dan legum mampu menghasilkan unsur hara nitrogen sebagai pengganti pupuk
kimia serta meningkatan hasil produksi hijauan pakan. Selain itu integrasi rumput
dengan legum dapat mengurangi pemggunaan pupuk kimia sehingga mampu
menyelamatkan lingkungan dari efek bahan kimia yang terdapat pada pupuk kimia
(Hasan dkk., 2015).
Salah satu rumput yang tahan terhadap musim kemarau dan mengandung
nutrisi yang bagus untuk ternak ruminansia yaitu rumput gajah, walaupun rumput
gajah tahan terhadap musim kemarau namun produksi dan pertumbuhannya biasa
rendah. Menurut Amar (2012), umumnya produktivitas hijauan yang rendah
disebabkan oleh kesuburan tanah yang rendah produksi dan mutu hijauan rendah,
sehingga produksi ternak yang digembalakan juga rendah. Rumput gajah
khususnya rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan rumput
yang diberikan pada ternak dalam sistem pemeliharan tradisional (Prawiradiputra
dkk., 2012).
3
Pemilihan legum menjalar sebagai hijauan pakan yang akan ditanam dengan
rumput gajah karena legum merupakan salah satu tanaman pakan yang hijauan yang
mempunyai nilai gizi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput khususnya protein
kasar. Beberapa jenis tumbuh baik pada tanah masam sedangkan sebagian yang lain
tidak bisa tumbuh. Kemampuan legum bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium
(bakteri penambat N2 yang bersimbiosis dengan leguminosa) sangat penting dalam
penyerapan nitrogen dari udara sehingga dapat menyumbangkan unsur hara tanah
disekitarnya khususnya unsur hara Nitrogen (Dewi, 2007). Legum siratro dipilih
sebagai dalam penelitian ini karena memiliki daya adaptasi dan kemampuan untuk
tumbuh bersama rumput tanpa menekan pertumbuhan rumput. Kelebihan lain dari
legum tersebut menurut Monzote dan Garcia (1983) adalah kemampuannya
menghasilkan biji yang banyak, hal ini memungkinkan terjadi regenerasi secara
terus menerus dari biji-biji yang jatuh, menyebar dan berkecambah untuk
menghasilkan tanaman baru.
Penelitian ini menerapkan sistem integrasi antara rumput dan legum dengan
tujuan mampu memanfaatkan BNF pada padang penggembalaan kritis untuk
mensuplai nitrogen yang diharapkan setara dengan pupuk kimia dan mampu
meningkatkan produksi dan kualitas hijauan pakan pada padang penggembalaan
kritis. Selain itu sistem integrasi rumput dengan legum ini diharapkan mampu
merubah perilaku petani-peternak agar mengurangi penggunaan pupuk kimia pada
padang penggembalaan.
4
Miskinnya unsur hara pada padang penggembalaan di wilayah tropis
khususnya di Indonesia sangat mempengaruhi produksi, pertumbuhan serta kualitas
hijauan pakan untuk ternak ruminansia. Selain itu maraknya penggunaan pupuk
kimia pada padang penggembalaan saat ini sangat berpengaruh buruk pada struktur
tanah sehingga unsur hara yang dikandung lama kelamaan akan berkurang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem integrasi antara
rumput gajah mini dengan legum siratro terhadap produksi berat kering dan
kandungan klorofil pada lahan kering kritis. Selain itu penelitian ini memberikan
informasi kepada petani-peternak tentang produksi berat kering, kandungan klorofil
dan jumlah anakan rumput gajah mini dengan legum siratro pada lahan kering kritis.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
Rumput gajah secara umum telah banyak dibudidayakan oleh petani
peternak selama ini. Rumput ini juga sangat respons terhadap pemupukan untuk
meningkatkan produksi dan kualitasnya baik dengan menggunakan pupuk kimia
ataupun pupuk organik kotoran sapi. Rumput gajah yang dipupuk menggunakan
kotoran sapi dapat memproduksi hijauan segar yang cukup tinggi dibandingkan
dengan rumput lainnya. Produksinya dapat mencapai 300 ton/ha dengan umur
pemotongan 2 bulan pada kondisi perairan (Ako dkk., 1997).
Rumput gajah mini adalah salah satu jenis rumput gajah dari hasil
pengembangan teknologi hijauan pakan. Morfologi batangnya berbuku dengan
jarak sangat pendek dibandingkan dengan rumput gajah pada umumnya. Selain itu
batang rumput ini sedikit lunak sehingga sangat disukai oleh ternak. Rumput gajah
mini selain sebagai rumput grazing, juga cocok digunakan sebagai rumput potong
(Hasan, 2012).
Rumput gajah mini atau biasa juga disebut rumput gajah dwarf sangat
potensial dan merupakan salah satu varietas rumput gajah yang tumbuh tidak terlalu
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai rumput grazing. Berdasarkan hasil
penelitian, rumput ini mempunyai tinggi tanaman rata-rata 125 cm, jumlah anakan
rata-rata 150 per m2, dan tingkat persentase daun rata-rata 70% pada sistem
rotasional grazing (Ako, 2013).
6
Rumput ini dapat hidup diberbagai tempat, tahan lindungan, respon
terhadap pemupukan, serta menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi.
Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran serabut yang kompak,
dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput
gajah mini yang rimbun, dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat
berperan sebagai penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama
(Syarifuddin, 2006).
Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan batang (stek) atau
sobekan rumpun (pols) sebagai bibit. Bahan stek berasal dari batang yang sehat dan
tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau
mata). Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase
adalah pada fase vegetatif, sebelum pembentukan bunga (Reksohadiprodjo, 1994
dan Regan, 1997). Fase pertumbuhan tanaman pada waktu pembuatan silase besar
pengaruhnya terhadap kecernaan dan komposisi kimia silase (Harrison dkk., 1994).
Hasil pengujian rumput gajah mini pada ternak domba menunjukkan bahwa
konsumsi bahan kering tidak dipengaruhi umur panen tetapi nilai nutrisi mulai
menurun pada umur regrowth yang semakin panjang terutama pada interval 70 hari
(Kozioki dkk., 2006). Ibrahim (1989) melaporkan bahwa rumput gajah mini
memiliki daya cerna N dan bahan kering tertinggi dibandingkan rumput-rumput
tropis lainnya. Rumput gajah mini memiliki keunggulan yang dapat menjadi
harapan baru bagi pengembangan peternakan ruminansia.
7
Potensi Legum Siratro (Macroptilum atropurpureum)
Tanaman siratro adalah leguminosa penting sebagai sumber protein dan
mineral untuk ternak ruminansia serta dapat tumbuh baik pada daerah basah dan
kondisi kering. Tanaman ini memiliki perakaran yang dalam dan biasanya tahan
dengan penggembalaan berat. Siratro memiliki kemampuan yang baik dalam
naungan, namun dianjurkan ditanam pada intensitas cahaya yang penuh (Sajimin
dkk., 2010).
Siratro adalah legum tropik yang mempunyai hormon Auksin pada pangkal
daun dan dapat mengekploitasi radiasi matahari lebih efektif dalam proses
pembentukan bintil akar, fiksasi N dan produksi tanaman. Protein kasar 16,60%
pada umur 4 minggu, produksi bahan kering 1,60-2,37 ton/ha/tahun pada umur 8
minggu (Reksohadiprodjo, 1981).
Tanaman siratro merupakan jenis legum yang sering digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya bakteri Rhizobium dalam tanah. Pembentukan bintil
akar pada tanaman leguminosa akan terjadi apabila strain bakteri rhizobium yang
tersedia dalam tanah sesuai dengan jenis leguminosanya. Tanaman siratro adalah
jenis legume yang dapat bersimbiose dengan bermacam-macam strain Rhizobium
yang ada dalam tanah. Penggunaan strain rhizobium pengikat nitrogen akan
memungkinkan pembentukan bintil akar pada tanaman sitrato (Yutono, 1982).
Legum siratro (Macroptilium atropurpureum) merupakan tanaman pakan
ternak yang sering digunakan sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) pada
lahan reklamasi paska tambang. Jenis tanaman ini memiliki adaptasi yang tinggi
terhadap kondisi lingkungan yang buruk, terutama pada kondisi keasaman tanah
8
yang tinggi dan pH rendah (Potro, 2000). Legum siratro mampu beradaptasi dan
tumbuh bersama rumput tanpa menekan pertumbuhan rumput. Legum ini tumbuh
membelit dan memanjat pada rumput yang tumbuh bersamanya. Pada pertanaman
campuran antara rumput dan legum siratro menunjukkan hasil yang lebih tinggi
dibanding rumput yang ditanam tunggal (Bahar dkk., 1998).
Tanaman siratro sangat berpengaruh pada pH tanah, berdasarkan hasil
penelitian Sajimin dkk. (2010) menunjukkan bahwa sebelum ada tanaman siratro
kondisi tanah asam dengan rata-rata pH 5,4 (awal percobaan) kemudian setelah
penanaman pada tahun kedua telah meningkat menjadi 6,03 atau naik sebesar
11,67%. Dengan adanya kenaikan pH menyebabkan hara yang tersedia dapat
dimanfaatkan tanaman secara optimal. Selain itu kenaikan unsur hara N, P, K dan
Ca rata-rata mengalami peningkatan yaitu unsur N dari 0,14 menjadi 0,18, P dari
0,7 menjadi 2,8, sementara K darai 33 mg/100 g menjadi 149 mg/100 g.
Lahan Kering Kritis
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup
pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi dan bahkan
keadaan vegetasi alami yang secara potensial akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan. Lahan yang berkualitas dapat dimanfaatkan untuk banyak
kegiatan dan banyak jenis tanaman (Mather, 1986).
Guritno dkk. (1996) menyatakan bahwa lahan kering merupakan lahan yang
pemenuhan kebutuhan airnya untuk tanman bergantung pada air hujan dan tidak
pernah tergenang sepanjang tahun. Menurut Prawiradiputra dkk. (2012)
9
berdasarkan ketinggian tempat, lahan kering bisa digolongkan menjadi lahan kering
dataran rendah, yaitu lahan yang berada pada elevasi sampai 700 m dpl, dan lahan
kering dataran tinggi dengan batas ketinggian di atas 700 m dpl. Sebagian besar
lahan kering dataran rendah mempunyai bentuk wilayah (relief) datar, berombak,
bergelombang dan berbukit.
Secara teoritis, lahan kering dibedakan dalam dua kategori, yaitu: (1) Lahan
kering beriklim kering, banyak terdapat di kawasan timur Indonesia, dan (2) Lahan
kering beriklim basah, banyak ditemui di kawasan barat Indonesia. Cukup banyak
tipologi wilayah pengembangan lahan kering yang terdapat di dua kategori tersebut.
Namun wilayah pengembangan lahan kering yang dominan di Indonesia
diklasifikasikan berdasarkan potensi dan dominasi vegetasinya (Bamualim, 2004)
Hasan dkk. (1995) menyatakan bahwa lahan kritis adalah lahan yang telah
mengalami kerusakan fisik/tanah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
lahan kritis. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya lahan kritis adalah (1)
genangan air yang terus-menerus seperti di daerah pantai dan rawa-rawa, (2)
kekeringan, biasanya terjadi di daerah bayangan hujan, (3) erosi tanah atau
masswasting yang biasanya terjadi di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan
daerah miring lainnya, (4) pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspek-
aspek kelestarian lingkungan. Lahan kritis dapat terjadi baik di dataran tinggi,
pegunungan, daerah yang miring maupun di dataran rendah, (5) masuknya material
yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian, misalnya plastik. Plastik dapat
bertahan 200 tahun di dalam tanah sehingga sangat mengganggu kelestarian lahan
pertanian, (6) terjadinya pembekuan air, biasanya terjadi di daerah kutub atau
10
pegunungan yang sangat tinggi, dan (7) masuknya zat pencemar (misal pestisida
dan limbah pabrik) ke dalam tanah sehingga tanah menjadi tidak subur.
Selain mempunyai tingkat kesuburan rendah, umumnya lahan kering
memiliki kelerengan curam dan kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar
terdapat di wilayah bergunung (kelerengan > 30%) dab berbukit (kelerengan 15-
30%), lahan kering berlereng curam sangat peka terhadap erosi, tketerbatasan air
pada lahan kering juga mengakibatkan usaha tani tidak dapat dilakukan sepanjang
tahun (Hidayat dan Mulyani, 2002)
Variasi iklim dan curah hujan yang relatif tinggi di sebagian besar wilayah
Indonesia mengakibatkan tingkat pencucian basa di dalam tanah cukup intensif,
sehingga kandungan basa rendah dan tanah menjadi masam (Subagyo dkk., 2000).
Hal ini yang menyebabkan sebagian besar tanah di lahan kering bereaksi masam
(pH 4,6 – 5,5) dan miskin unsur hara, yang umumnya terbentuk dari tanah mineral
(Prawiradiputra dkk., 2012).
Keuntungan Integrasi Rumput dengan Legum
Upaya peningkatan produktivitas dan kualitas hijauan pakan pada padang
penggembalaan sangat di tentukan oleh ketersedian unsur hara tanah yang dapat
menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan rumput. Oleh karena itu,
pemupukan sangat dibutuhkan oleh petani-peternak. Penggunaan pupuk kimia
(anorganik) yang melebihi dosis untuk mengejar produktivitas menyebabkan
menurunnya nilai tanah sebagai plasma nutfah tempat tumbuhnya tanaman.
Pemanfaatan BNF melalui kombinasi rumput dan legum menjalar melalui
introduksi kedalam padang penggembalaan, mampu menghasilkan nitrogen sebagai
11
pengganti unsur-unsur tertentu setara dengan pupuk kimia, selain itu pertanaman
campuran juga mampu menyelamatkan lingkungan khususnya pada lahan kering
kritis (Hasan dkk., 2015).
Usaha yang paling baik untuk memperbaiki padang penggembalaan,
khususnya padang penggembalaan alam adalah penanaman legum pada padang
penggembalaan tersebut tanpa menghilangkan sama sekali rumput yang ada.
Pentingnya legum pada pertanaman campuran adalah karena kemampuannya
memfiksasi nitrogen dari udara yang dapat dipindahkan pada rumput. Pertanaman
campuran antara rumput dan legum lebih baik dibanding dengan tanaman rumput
saja, sebab selain protein, legum juga mengandung fosfor dan kalsium yang lebih
tinggi (Reksohadiprojo, 1994).
Disamping itu menurut (Marhaeniyanto, 2009) bahwa tanaman leguminosa
di daerah tropis tumbuh lebih lambat daripada tanaman rumput, agar bisa tumbuh
dengan baik, maka penanaman rumput dan leguminosa dibuat dalam jalur beselang-
seling. Beberapa keuntungan penanaman campuran rumput dan leguminosa : 1)
Memperbaiki unsur Nitrogen dalam tanah, karena kemampuan leguminosa untuk
mengikat N dari udara, 2) Memperbaiki mutu pakan ternak ruminansia, karena
kandungan protein dan mineral lebih tinggi, 3) Daerah tropis yang lembab akan
membatasi pertumbuhan rumput, namun dengan percampuran rumput dan
leguminosa, leguminosa dapat memperbaiki pertumbuhan rumput, karena akarnya
bisa lebih dalam, 4) Tanaman campuran rumput dan leguminosa mampu
meninggikan kapasitas tampung sehingga satuan ternak per hektar lebih banyak dan
total kenaikan berat badan lebih tinggi.
12
Simbiosis yang efektif tanaman leguminosa dapat meningkatkan bahan
organik tanah sehingga dapat menyuburkan tanah bahkan dapat menyumbangkan
unsur hara nitrogen pada tanaman disekitarnya. Penanaman campuran leguminosa
dan rumput yang cocok, leguminosa merupakan sumber nitrogen bagi rumput.
Sudah dilaporkan bahwa leguminosa pakan di daerah tropika biasanya dapat
memfiksasi 100 - 200 kg/ha nitrogen setiap tahun (NG, 1976). Oleh karena itu bila
kebutuhan akan nitrogen ini bisa diimbangi oleh penanaman leguminosa maka bisa
menekan biaya pemupukan (Suratmini dkk., 1997).
Pertanaman campuran antara rumput dan legum hendaknya dalam
perbandingan yang tertentu agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik, disukai
oleh ternak dan dapat menghasilkan pertambahan berat badan yang maksimal
(Humphryeys, 1974). Padang penggembalaan rumput dan legum yang dikelola
dengan baik dapat menyediakan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk
mempertahankan berat badan dan pertumbuhan sapi yang merumput (Crowder dan
Cheda, 1982).
Penelitian Valentin dkk. (1988) bahwa pertanaman campuran antara rumput
gajah dengan legum tanpa pemupukan N dapat meningkatkan produksi hijauan
10% dan meningkatkan hasil protein sekitar 20% jika dibandingkan dengan
pertanaman rumput tunggal. Hal ini sesuai dengan penelitian Rusdy (2012) yang
menyimpulkan bahwa peningkatan proporsi legum pada pertanaman campuran
dengan rumput dapat meningkatkan mutu serta produksi hijauan pakan.
13
Hipotesis
Integrasi antara rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)
dengan legum siratro (Macroptilium atropurpureum) akan berpengaruh terhadap
peningkatan produksi berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan rumput
gajah mini.
14
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016 di desa Bulo
Timoreng Kecamatan Panca Rijang Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi
Sulawesi Selatan.
Materi Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul,
timbangan, meteran dan klorofil meter.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek rumput gajah
mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan biji legum siratro (Macroptilium
atropurpureum), air dan tali rafiah.
Metode Penelitian
a. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
terdiri dari 4 perlakuan 4 kelompok dan ulangan (Gomez, 2015) adalah:
P0 = Kontrol 100% Rumput gajah mini
P1 = Rumput gajah mini 70% + Siratro 30%
P2 = Rumput gajah mini 50% + Siratro 50%
P3 = Rumput gajah mini 30% + Siratro 70%
15
b. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melakukan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pengolahan
lahan dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas rumput pakan yang
berkualitas. Tanah yang digunakan pada lokasi penelitian adalah tanah dengan kelas
tekstur berpasir (Hasan dkk., 2015). Langkah pertanama yang dilakukan adalah
membersihkan/areal yang tertutupi semak-semak, pepohonan dan gulma yang
menggangu pertumbuhan tanaman rumput dan legum. Tahap selanjutnya adalah
melakukan pencangkulan tanah untuk memecah lapisan menjadi bongkahan
sehingga penggemburan lebih mudah. Setelah lahan bersih, lahan tersebut dengan
ukuran 64 m2 dibagi 16 petak masing-masing media tanam perlakuan 4 m2/petak (2
x 2 m) jarak antara tiap petakan 1 m. Denah penempatan perlakuan dapat dilihat
pada Gambar 1.
Lahan yang telah bersih diukur tiap petak 2 x 2 m (4 m2) ditanami biji legum
siratro sesuai dengan komposisi perlakuan pada setiap petakan dengan jarak tanam
60 cm. Biji kemudian dibenamkan kedalam tanah dengan kedalaman kurang lebih
5 cm. Setelah itu, dilakukan penyiraman. Penelitian dilakukan pada musim
kemarau, oleh karena itu dilakukan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore) dengan
sprinkle. Selanjutnya rumput gajah mini ditanam setelah siratro mencapai umur 14
hari setelah tanam. Bibit rumput gajah yang digunakan berasal dari stek batang.
Masing-masing stek terdiri dari 3 buku dan 2 ruas. Setiap stek ditanam kedalam
masing-masing petak sesuai dengan komposisi perlakuan. Pengambilan data
dilakukan pada umur rumput gajah 60 hari setelah tanam. Kriteria lahan kering
kritis pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
16
Tabel 1. Hasil Analisis Lahan Kering Kritis pada Lokasi Penelitian
pH 1 : 2,5 H2O 6,45
KCL 5,43
Bahan Organik
C 0,52
N 0,14
Rasio C/N (%) 4
Ekstrak HCL 25% P2O5 (mg/100gr) 11,33
K2) (mg/100gr) 25
Sumber : Laboratorium Kimia Makanan Ternak, Fakuktas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, 2015.
Denah penempatan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
Blok I Blok II Blok III Blok IV
P01 P11 P21 P31
P23 P33 P12 P04
P14 P02 P34 P22
P32 P24 P03 P13
Gambar 1. Denah Penempatan Perlakuan Penelitian
Keterangan:
P0 = Kontrol 100% Rumput gajah (16 stek)
P1 = Rumput gajah mini 70% (11 stek) + Siratro 30% (5 biji)
P2 = Rumput gajah mini 50% (8 stek) + Siratro 50% (8 biji)
P3 = Rumput gajah mini 30% (5 stek) + Siratro 70% (11 biji).
c. Teknik Pengambilan Sampel
Pengembilan sampel dilakukan pada saat rumput berumur 60 hari setelah
tanam. Sebelum pengambilan sampel dilakukan perhitungan anakan rumput gajah
dan penentuan jumlah klorofil dengan cara menjepit bagian tengah daun
menggunakan klorofil meter (SPAD Monica Minolta). Penenetuan jumlah klorofil
dilakukan dengan mengukur 25 helai daun rumput gajah mini dalam satu petakan
kemudian hasilnya dirata-ratakan. Kemudian sampel diambil dengan cara
17
memotong seluruh rumput dan legum pada setiap petakan/plot kemudian
dimasukkan kedalam plastik sampel yang telah diberi kode. Sampel tersebut
kemudian dijemur dibawah sinar matahari langsung selama satu miggu kemudian,
setelah dikeringkan sampel ditimbang untuk mengukur produksi berat keringnya.
Semua data hasil pengamatan dan pengukuran dicatat.
Parameter yang diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu menentukan produksi berat
kering, klorofil dan jumlah anakan rumput gajah mini.
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4 perlakuan 4 kali ulangan (Gomez, 2015).
Model matematika adalah sebagai berikut :
Yij = µ + αi +βj + ∑ij
i = 1, 2, 3, 4
j = 1, 2, 3, 4
Dimana :
Yij : Hasil pengamatan dari perlakuan ke- i dan kelompok ke – j
µ : Nilai rata-rata umum
αi : Pengaruh perlakuan ke-i
βj : Pengaruh Kelompok ke-j
∑ij : Pengaruh acak dari perlakuan ke-i dalam kelompok ke-j
Analisis data menggunakan program Softwere SPSS 16. dan data diuji
lanjut menggunakan uji Duncan.
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dan pengukuran rata-rata produksi berat kering, berat
kering dan jumlah anakan rumput gajah mini yang diintegrasikan dengan legum
siratro dengan perlakuan komposisi yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 2.
Table 2. Rata-rata produksi berat kering, kandungan klorofil dan jumlah anakan
rumput gajah yang diintegrasikan dengan legum siratro.
Perlakuan Berat kering
(gr/petak)
Klorofil Daun
(unit) Jumlah anakan/petak
P0 1003,75b 21,72b 19a
P1 1618,75a 26,32a 10b
P2 1033,25b 26. 52a 6c
P3 959b 27.67a 4c
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05).
Produksi Berat Kering
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap produksi berat kering. Dapat dilihat pada Tabel 2 produksi berat
kering tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (1618,75) diikuti perlakuan P2
(1033,25), P0 (1003,75), dan P3 (959). Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah
legum yang berbeda pada setiap perlakuan akan mempengaruhi sumbangan
Nitrogen berbeda pula terhadap pertumbuhan rumput sehingga mempengaruhi
kandungan berat kering rumput. Hal ini sesuai pendapat Suratmini dkk. (1997)
bahwa berat kering rumput tropika pada pertanaman tunggal maupun pertanaman
campuran dengan legum akan meningkat ketika pemberian unsur hara nitrogen
meningkat akan tetapi produksi berat kering menurun pada pemberian unsur hara
nitrogen yang terlalu tinggi. Hasan dkk. (2015) juga menunjukkan bahwa produksi
19
rumput yang ditanam campuran dengan legum lebih tinggi dibandingkan dengan
rumput yang ditanam tunggal karena kombinasi antara rumput dan legume yang
memberikan sumbangan nitrogen yang tinggi (legum siratro) yang dapat mensuplai
unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Suarna dkk. (2014) menyatakan kehadiran legum merambat yang
diasosiasikan dengan rumput akan meningkatkan kesuburan tanah dan memperkuat
tegakan rumput sehingga hamparan vegetasi menjadi merata dan memperkuat
adaptasi tanaman pada lahan kering. Legum yang diasosiasikan dengan rumput
memberikan hasil hijauan yang lebih tinggi.
Selain unsur hara, produksi rumput gajah mini juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan iklim. Hal ini sesuai dengan pendapat Suarna dkk. (2015) yang
menyatakan bahwa asosiasi rumput dan legume dapat menimbulkan pengaruh
interferensi dan simbiose yang saling menguntungkan. Waktu saat dimulainya
kompetisi tergantung pada: (1) tingkat suplai sumber daya seperti kesuburan tanah,
radiasi, keseimbangan kelembaban, dan (2) komunitas alami tanaman terutama
keperluan sumber daya individu tanaman, jumlah tanaman per unit area (plant
population) dan kanopi yang jarang.
Kandungan Klorofil
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata (P<0,05) terhadap kandungan klorofil daun rumput gajah mini. Dapat dilihat
pada Tabel 2 bahwa kandungan klorofil tertiggi diperoleh pada perlakuan P3
(27,67) diikuti perlakuan P2 (26,52), P1 (26,32) dan P0 (21,72). Perlakuan P1, P2,
dan P3 berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan P0 (kontrol). Hal ini
20
dipengaruhi oleh sumbangan nitrogen dari legum siratro terhadap jumlah klorofil
rumput gajah mini. Menurut Lakitan (2012) dalan jaringan tumbuhan nitrogen
merupakan komponen penyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan,
misalnya asam amino. Karena setiap molekul protein tersusun dari asam-asam
amino dan setiap ensim adalah protein, maka nitrogen juga merupakan unsur
penyusun protein dan enzim. Selain itu nitrogen juga terkandung dalam klorofil,
hormone sitokinin, dan auksin.
Menurut Dwidjoseputro (1980), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan klorofil adalah faktor genetik, cahaya, oksigen, karbohidrat, air, unsur
hara seperti Fe, Mg dan N. Oleh karena itu unsur N mampu meningkatkan
kandungan klorofil daun. Unsur hara N merupakan hara essensial yang berfungsi
sebagai bahan penyusun asam-asam amino, protein dan klorofil yang penting dalam
proses fotosintesis serta bahan penyusun komponen inti sel (Soepartini dkk., 1994).
Hardjowigeno (1992) juga mengatakan bahwa Nitrogen yang terkandung
dalam legum adalah suatu bahan yang diberikan untuk memperbaiki kesuburan
tanah dan mengganti unsur-unsur hara yang hilang dari tanah. Tiap-tiap jenis legum
mempunyai kandungan unsur hara, kelarutan dan kecepatan kerja yang berbeda
sehingga proses fiksasi N yang diberikan berbeda untuk tiap jenis tanaman dan jenis
tanah yang digunakan. Cahyanti (2004) menambahkan, bahwa jumlah klorofil total
dipengaruhi oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh tanaman lain
Kemampuan legum menyerap nitrogen dari udara melalui bantuan bakteri
Rhizobium sehingga menjadi sumber hara dan meningkatkan produksi berat kering
rumput gajah mini. Hal ini sesuai dengan pendapat Marhaeniyanto (2009)
21
menyatakan bahwa pengembangan hijauan pakan secara ekonomis terdiri dari
campuran rumput dan leguminosa. Tanaman legum mempunyai kemampuan
mengikat Nitrogen dari udara dan menyumbangkannya kepada tanah. Nitrogen ini
akan tersedia bagi tanaman jika bagian tanaman legum sudah membusuk dan terurai
menjadi ion di dalam tanah sehingga produksi tanaman akan meningkat dan
menghemat pemupukan.
Jumlah Anakan
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
nyata (P<0,05) pada jumlah anakan rumput gajah mini yang ditanam campuran
dengan siratro. Dapat dilihat pada Tabel 2 diperoleh rata-rata jumlah anakan yang
tertinggi terdapat pada perlakuan P0 (19) diikuti perlakuan P1 (10), P2 (6) dan P3
(4). Jumlah anakan hal ini disebabkan karena jumlah rumput gajah mini yang
ditanam lebih banyak pada P0 dibandingkan dengan perlakuan lain. Syarifuddin
(2006), mengatakan Rumput gajah mini tumbuh merumpun dengan perakaran
serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan apabila dipangkas secara
teratur.
Jumlah anakan yang kurang dipengaruhi oleh faktor iklim dan kondisi lahan
yang kering kritis dimana rumput gajah mini ditanam pada musim kemarau
sehingga kekurangan air. Hal ini sesuai dengan pendapat Jumin (2005) yang
menyatakan bahwa jumlah anakan dipengaruhi oleh kebutuhan air yang tinggi pada
kondisi lingkungan yang panas, tanaman sangat membutuhkan air untuk
melangsungkan pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman.
22
Rumput gajah mini yang memiliki produksi anakan yang tinggi disebabkan
karena sistem perakaran yang bagus. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1984)
yang menyatakan bahwa tanaman yang mengalami peningkatan jumlah tunas
mempunyai pertumbuhan sistem perakaran yang baik sehingga pembentukan
anakan lebih cepat. Anakan yang tumbuh dari satu tanaman berasal dari
pertumbuhan rhizoma-rhizoma yang ada didalam tanah melalui sistem perakaran
yang baik.
23
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Integrasi rumput gajah mini dengan legum siratro memberikan hasil yang
nyata (P<0,05) terhadap produksi berat kering, klorofil dan jumlah anakan rumput
gajah mini. Produksi berat kering tertinggi terdapat pada perlakuan P1, hal ini
disebabkan oleh adanya sumbangsi Nitrogen dari legum sehingga meningkatkan
produksi rumput. Sedangkan jumlah anakan tertinggi terdapat pada P0 karena pada
perlakuan ini hijauan yang ditanam satu jenis yaitu rumput gajah mini dan
jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lain.
Saran
Sebaiknya integrasi antara rumput dan legum diterapkan dalam
pengembangan hijauan pakan agar dapat mengurangi biaya pemupukan serta
meningkatkan produksi hijauan. Selain itu masih perlu penelitian lanjutan dan
pengujian hijauan dari hasil integrasi rumput dan legum terhadap ternak
ruminansia.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ako, A., Ito K., Tanaka S., Ishii Y. Ueno M and Miyagi. 1997. Yield and digetibiliy
of napiergrass as affected by the level of manure input and the cutting
intervals. J.Japan Grassl. Sci. 43 (3) : 209-217.
Ako, A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. IPB Press, Bogor.
Amar, A. L.2012. Lahan Penggembalaan di Wilayah Iklim Panas. Penerbit Edukasi
Mitra Grafika, Palu.
Bahar, S., Chalidjah, Abduh U., dan Sariubang M. 1998. Pertanaman campuran
rumput dan legum untuk meningkatkan produksi dan kualitas hijauan.
Seminar Nasional Peternakan dan Vetereiner 1998.
Bamualim, A. 2004. Strategi pengembangan peternakan pada daerah kering.
Makalah seminar nasional pengembangan peternakan berwawasan
lingkungan. IPB, Bogor.
Cahyanti, I. D. 2004. Pengaruh Ekstrak Anting Anting (Acalypha indica Linn.)
Terhadap Pertumbuhan, Kadar Klorofil Dan Nitrogen Total Gulma Krokot
(Portulacaoleracea Linn.). Skripsi. Jurusan Biologi. FMIPA. UNS.
Surakarta
Crowder, L.V. dan H.R. Cheda. 1982. Tropical Grassland Husbandry. Longman,
London and New York.
Dewi, I. R. 2007. Fiksasi N Biologis pada Ekosistem Tropis. Program Pasca Sarjana
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke-2, PT.
Gramedia, Jakarta.
Gomez, Kwanchai A. dan Arturo A. 2015. Prosedur Statistik Untuk Penelitian
Pertanian. Edisi Kedua Terjemahan. Penerbit UI-Press, Jakarta.
Guritno, N., D.Q., Coffield, and R.A., Cook. 1996. Structural development of
Central South Sulawesi. Proceedings of the Indonesian Petroleum
Association 25, 253-266.
Goenadi, D. H. 2006. Pupuk dan Teknologi Pemupukan Hayati Dari Cawan Petri
ke Lahan Petani. Penerbit Yayasan John Hi-Tech Idetama. Jalan Rawa
Bambu Raya No 17 A Pasar Minggu, Jakarta 12520.
25
Hardjowigeno, 1992. Ilmu Tanah. Penerbit PT. Mediyatma Sarana Perkasa, Jakarta.
Harjadi, S.S. 1984. Pola Pertumbuhan Tanaman. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.
Harrison, J. H., R. Blauwiekel and M. R. Stokes. 1994. Fermentation and Utilization
of Grass Silage (Review). Journal of Dairy Science, 77 (10) : 3209 – 3235.
Hasan, S., A. Natsir, Syahriani, Sudirman, Wempie, dan A. Ako. 1995. Peningkatan
Produktivitas Lahan Kering/Kritis melalui Upaya Penanaman Hijauan
Pakan Sistem Bertingkat dan Introduksi Sapi Bali Jantan. Laporan
Penelitian. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Hasanuddin.
Ujung Pandang.
Hasan, S. 2012. Hijauan Pakan Tropik. IPB Press, Bogor.
Hasan, S., Budiman, Ilham R. 2015. Peningkatan produktivitas padang
penggembalaan kritis melalui pertanaman campuran antara rumput dan
legum sebagai sumber biological nitrogen fixation (BNF) di kabupaten
Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Seminar Nasional VII
Berkelanjutan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung.
Hidayat dan Mulyani, 2002. Lahan kering untuk pertanian dalam teknologi
pengelolaan lahan kering. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan
Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta
Humphreys, L.R. 1974. A Guide to Better Pastures For the Tropics & Sub Tropic.
Wright. Stephenson and Co, England.
Ibrahim, M. A. 1989. Respone of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum
Schum cv. Mott) to different frequencies and untensities of grazing in the
hummid zone at Guaples Costa Rica. Thesis Magister. Centro Agronomo
Tropical de investigaciony Esensnza Tarialbu, Costa Rica.
Jumin, H. B. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Edisi Revisi. Divisi Buku Perguruan
Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Karti, P.D.M.H. dan Stiadi, Y. 2011. Respon Pertumbuhan, Produksi dan Kualitas
Rumput terhadap Penambahan Fungi Mikoriza Arbuskula dan Asam
Humat pada Tanah Masam dengan Aluminium Tinggi. Jurnal Ilmu Ternak
dan Veteriner 16 (2) : 104-111.
Kozioki, G.V., J. Peretion, L.M.B. Sanchez. 2006. Influence of regrowth age on
nutritive value of dwarf elephant grass (Pennisetum purpureum schum cv.
Mott) consumed by lamb. Journal of Animal Feed Science, 119 : 1-11.
26
Marhaeniyanto, E. 2009. Solusi Pengembangan Hijauan di daerah Tropis
‘’Integrasi Rumput dan Leguminosa’’.
http://mrhaen03science.blogspot.co.id/2009/01/solusi-pengembangan-
hijauan-didaerah_4904.html. Diakses 1 Agustus 2016.
Lakitan, B. 2012. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan ke-2. Rajawali Pers,
Jakarta.
Mather, A. S.1986. Land Use. Longman. London and New York.
Monzote, M. And M. Garcia. 1983. Association of tropical legumes with pangola
grass (Digitaria decambens Steent). II. Evaluation under simulated grazing
and restores pasture. Cuban J. Agric. Sc 17 : 101-110.
Potro, S. 2000. Pengelolaan Lingkungan di PT KPC. Sangatta: Departemen
Lingkungan PT KPC.
Prawiradiputra, B. R., Sutedi E., Sajimin, Fanindi A. 2012. Hijauan Pakan Ternak
Untuk Lahan Sub-Optimal. IAARD Press, Bogor.
NG, T. T. 1976. Performance of some tropical grass-legume mixture in sarawak.
The Malaysian Agricultural Journal 50 (3) : 179-185.
Regan, C.S. 1997. Forage Concervation in The Wet/Dry Tropics for Small
Landholder Farmers. Thesis. Faculty of Science Nothern Territory
University, Austalia.
Reksohadiprodjo, S., 1981. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik.
BPFE Universitas Gajah Mada. Yokyakarta.
. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. BPF.\E.
University Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rusdy, M. 2012. Produksi bahan kering, kompatibilitas biologis dan kualitas
tanaman campuran rumput benggala (Panicum maximum) dan centro
(Centrosema pubescens). Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Pastura 2 (1) : 17 - 20.
Sajimin, Fanindi A. dan Prawiradiputra B. R. 2010. Produktivitas benih dan
sumbangan hara tanah dari legum herba siratro (Macropitilium
atropurpureum) pada taraf intensitas cahaya berbeda. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veterreiner 2010.
27
Soepartini, M., Nurjaya, A. Kasno, S. Ardjakusumah, S. Moersidi, dan J. S.
Adiningsih. 1994. Status hara P dan K serta sifat-sifat tanah sebagai
penduga kebutuhan pupuk padi sawah di pulau Lombok. Jurnal Pemb. Pen.
Tanah dan Pupuk 12 (2) : 23-34.
Suarna, W., N.N. Candraasih K., dan M.A.P. Duarsa. 2014. Model asosiasi tanaman
pakan aditif untuk perbaikan lahan pasca tambang di Kabupaten
Karangasem. Jurnal Bumi Lestri 14 (1): 9-14.
. 2015. Produksi dan kualitas hijauan pakan pada lahan pasca tambang di
Kabupaten Karangasem. Jurnal Pastura 4 (2) : 74-77.
Subagyo, H., N. Suharta dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah pertanian di
Indonesia. Dalam: Sumberdaya Lahan di Indonesia dan Pengelolaannya.
Puslit Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Suratmini, P., Siti Y., N. D. Purwantari dan E. Sutedi. 1997. Pengaruh pertanaman
campuran leguminosa arachis dengan dua jenis rumput pada berbagai
tingkat pemupukan nitrogen terhadap produksi hijauan pakan. Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner 1997.
Syarifuddin, NA. 2006. Nilai gizi rumput gajah sebelum dan setelah enzilase pada
berbagai umur pemotongan. Produksi Ternak Fakultas Pertanian
UNLAM. Lampung.
Yutono. 1982. Fiksasi Nitrogen (N2) pada Leguminose dalam Pertanian. Fakultas
Pertanian UGM. Yokyakarta.
Valentin, J. F., O. C . Ruelke and G. M. Prine. 1988. Evaluation of forage yield,
quality, and botanical composition of a dwarf elephant grass - rhizoma
peanut association as affected by nitrogen fertilization. Soil and Crop Sci.
Soc. FIa. Proc. 47 : 237-242.
28
LAMPIRAN
Data Pertanaman Campuran R.Gajah dan Siratro Umur 60 Hari
Perlakuan/Ulangan BK (gr) K (2) JA
P01 1065 24.1 19
P02 1012 25.2 17
P03 956 20.2 22
P04 982 17.4 18
Rata-rata 1003.75 21.725 19
P11 2040 26.9 11
P12 1821 27.9 10
P13 1651 26.6 10
P14 963 23.9 9
Rata-rata 1618.75 26.325 10
P21 1280 27.8 5
P22 923 23.9 8
P23 897 26.5 6
P24 1033 27.9 8
Rata-rata 1033.25 26.525 6.75
P31 1050 25.3 4
P32 997 27.3 5
P33 964 28.2 5
P34 825 29.9 3
Rata-rata 959 27.675 4.25
keterangan:
P0 (Kontrol) BK= Berat Kering
P1 (70% R Gajah + 30% Siratro) K= Klorofil
P2 (50% R Gajah + 50% Siratro) JA= Jumlah Anakan
P3 (30% R Gajah + 70% Siratro)
29
LAMPIRAN SPSS
UNIANOVA Berat_kering BY Perlakuan Kelompok
/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/POSTHOC=Perlakuan(DUNCAN)
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=Perlakuan Kelompok.
Univariate Analysis of Variance
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 1 Kontrol 4
2 70% R.Gajah +
30% Siratro 4
3 50% R.Gajah +
50% Siratro 4
4 30% R.Gajah +
70% Siratro 4
Blok 1 Blok 1 4
2 Blok 2 4
3 Blok 3 4
4 Blok 4 4
30
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Berat Kering
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1.508E6a 6 251298.396 5.233 .014
Intercept 2.130E7 1 2.130E7 443.471 .000
Perlakuan 1164691.188 3 388230.396 8.085 .006
Kelompok 343099.188 3 114366.396 2.382 .137
Error 432189.062 9 48021.007
Total 2.324E7 16
Corrected Total 1939979.438 15
a. R Squared = .777 (Adjusted R Squared = .629)
Post Hoc Tests
Perlakuan
Homogeneous Subsets
Berat Kering
Duncan
Perlakuan N
Subset
1 2
30% R.Gajah + 70% Siratro 4 9.5900E2
Kontrol 4 1.0038E3
50% R.Gajah + 50% Siratro 4 1.0332E3
70% R.Gajah + 30% Siratro 4 1.6188E3
Sig. .658 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 48021.007.
31
UNIANOVA Jumlah_Klorofil BY Perlakuan Kelompok
/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/POSTHOC=Perlakuan(DUNCAN)
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=Perlakuan Kelompok.
Univariate Analysis of Variance
[DataSet1] D:\KULIAH\PROPOSALKU\HASIL\OLAH DATA HASIL.sav
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 1 Kontrol 4
2 70% R.Gajah +
30% Siratro 4
3 50% R.Gajah +
50% Siratro 4
4 30% R.Gajah +
70% Siratro 4
Blok 1 Blok 1 4
2 Blok 2 4
3 Blok 3 4
4 Blok 4 4
32
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Jumlah Klorofil
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 87.315a 6 14.553 2.034 .163
Intercept 10455.063 1 10455.063 1.461E3 .000
Perlakuan 82.787 3 27.596 3.856 .050
Kelompok 4.527 3 1.509 .211 .886
Error 64.402 9 7.156
Total 10606.780 16
Corrected Total 151.718 15
a. R Squared = .576 (Adjusted R Squared = .293)
Post Hoc Tests
Perlakuan
Homogeneous Subsets
Jumlah Klorofil
Duncan
Perlakuan N
Subset
1 2
Kontrol 4 21.7250
70% R.Gajah + 30% Siratro 4 26.3250
50% R.Gajah + 50% Siratro 4 26.5250
30% R.Gajah + 70% Siratro 4 27.6750
Sig. 1.000 .512
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 7.156.
33
UNIANOVA Jumlah_Klorofil BY Perlakuan Kelompok
/METHOD=SSTYPE(3)
/INTERCEPT=INCLUDE
/POSTHOC=Perlakuan(DUNCAN)
/CRITERIA=ALPHA(.05)
/DESIGN=Perlakuan Kelompok.
Univariate Analysis of Variance
[DataSet1] D:\KULIAH\PROPOSALKU\HASIL\OLAH DATA HASIL.sav
Between-Subjects Factors
Value Label N
Perlakuan 1 Kontrol 4
2 70% R.Gajah +
30% Siratro 4
3 50% R.Gajah +
50% Siratro 4
4 30% R.Gajah +
70% Siratro 4
Blok 1 Blok 1 4
2 Blok 2 4
3 Blok 3 4
4 Blok 4 4
34
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Jumlah Klorofil
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 87.315a 6 14.553 2.034 .163
Intercept 10455.063 1 10455.063 1.461E3 .000
Perlakuan 82.787 3 27.596 3.856 .050
Kelompok 4.527 3 1.509 .211 .886
Error 64.402 9 7.156
Total 10606.780 16
Corrected Total 151.718 15
a. R Squared = .576 (Adjusted R Squared = .293)
Post Hoc Tests
Perlakuan
Homogeneous Subsets
Jumlah Klorofil
Duncan
Perlakuan N
Subset
1 2
Kontrol 4 21.7250
70% R.Gajah + 30% Siratro 4 26.3250
50% R.Gajah + 50% Siratro 4 26.5250
30% R.Gajah + 70% Siratro 4 27.6750
Sig. 1.000 .512
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 7.156.
35
DOKUMENTASI
1. Pengolahan Lahan
2. Penyiapan Bibit Hijauan
36
3. Penanaman Bibit Hijauan
4. Pengambilan Data Pertanaman Campuran
37
RIWAYAT HIDUP
Sudarsono, lahir pada tanggal 14 Desember 1993 di Sidenreng
Rappang. Penulis adalah anak ke tujuh dari tujuh bersaudara.
Anak dari pasangan bapak Jibe Rada dan ibu Sahira. Jenjang
pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah Sekolah
Dasar Negeri 1 Macorawalie di Kab. Sidrap dan lulus tahun
2006. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Panca Rijang Kab.
Sidrap dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMK
Negeri 1 Watang Pulu Kab. Sidrap dan memilih Jurusan Peternakan, lulus pada
tahun 2012. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK, penulis melanjutkan
pendidikan pada salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin melalui jalur SNMPTN tertulis pada tahun 2012. Selama
kuliah penulis pernah menjadi salah satu asisten di Laboratorium Ilmu Tanaman
Pakan dan Pature tahun 2015-2016. Selain itu penulis pernah aktif menjadi
pengurus di lembaga daerah IPMI SIDRAP BKPT UNHAS tahun 2014-2015 dan
lembaga kemahasiswaan HUMANIKA UNHAS tahun 2014-2015.