46
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali bermunculan permainan anak yang semakin beraneka ragam. Seiring dengan kemajuan tersebut membawa dampak terkikisnya aneka permainan tradisional, kalaupun ada hanya sedikit sekali yang masih memainkannya. Perlu bagi kita untuk melestarikannya, mengingat itu semua termasuk tradisi budaya peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya pelestarian hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk dijadikan sebagai budaya, dengan harapan tidak akan pernah pudar seiring dengan waktu dan kemajuan technologi yang semakin membutakan generasi. Disamping untuk melestarikan budaya nenek moyang, permainan tradisional perlu dilestarikan karena memberikan banyak manfaat edukatif bagi anak. Bermain sangat signifkan dengan perkembangan anak secara fisik, sosial, emosional, dan kognitif. Bermain adalah cara untuk mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan motorik anak, termasuk memahami nilai-nilai kehidupan. Sayangnya, ruang

INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

  • Upload
    nicax

  • View
    7.017

  • Download
    13

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengingat zaman semakin maju, sekarang ini banyak sekali

bermunculan permainan anak yang semakin beraneka ragam. Seiring

dengan kemajuan tersebut membawa dampak terkikisnya aneka permainan

tradisional, kalaupun ada hanya sedikit sekali yang masih memainkannya.

Perlu bagi kita untuk melestarikannya, mengingat itu semua termasuk

tradisi budaya peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga

ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya pelestarian

hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk dijadikan sebagai

budaya, dengan harapan tidak akan pernah pudar seiring dengan waktu dan

kemajuan technologi yang semakin membutakan generasi.

Disamping untuk melestarikan budaya nenek moyang, permainan

tradisional perlu dilestarikan karena memberikan banyak manfaat edukatif

bagi anak. Bermain sangat signifkan dengan perkembangan anak secara

fisik, sosial, emosional, dan kognitif. Bermain adalah cara untuk

mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan motorik anak, termasuk

memahami nilai-nilai kehidupan. Sayangnya, ruang bermain bagi anak

sangat terbatas terutama di kota-kota besar.

Tumbuh kembang anak tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab

orangtua melainkan juga guru. Terbukti, dalam memenuhi sarana dan

prasarana bermain untuk anak, sepatutnya sekolah memberikan kepedulian

kapada anak, meski tak lepas dari bimbingan orangtua. Dewasa ini pun

masih sangat jarang sekolah dasar yang memperhatikan masalah

permainan tradisional, untuk itu alangkah baiknya jika permainan

tradisional dimasukkan sekolah dasar dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Selain menjadi kebutuhan dasar, bermain merupakan hak

setiap anak, seperti tertuang dalam UU No 23/2002 tentang Perlindungan

Anak dan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak Anak

yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia.

Page 2: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

2

Untuk itu dalam makalah ini penulis menyajikan masalah inovasi

pendidikan dengan judul “Menggali Muatan Edukatif Permainan

Tradisional Dalam Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang telah dikemukakan bahwa masalah utama dari

penulisan makalah ini adalah mengenai Permainan Tradisional dalam

Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar.

1. Apakah hakekat bermain?

2. Apakah definisi permainan tradisional?

3. Apakah manfaat permainan tradisional?

4. Apa saja contoh permainan tradisional beserta cara memainkaannya?

5. Apakah definisi ekstrakurikuler?

6. Bagaimana analisis penerapan permainan tradisional dalam

ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penulisan

makalah ini dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah hakekat bermain?

2. Untuk mengetahui apakah definisi permainan tradisional?

3. Untuk mengetahui apakah manfaat permainan tradisional?

4. Untuk mengetahui apa saja contoh permainan tradisional beserta cara

memainkaannya?

5. Untuk mengetahui apakah definisi ekstrakurikuler?

6. Untuk mengetahui bagaimana analisis penerapan permainan tradisional

dalam ekstrakurikuler di Sekolah Dasar?

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Sebagai dasar pelatihan dalam pembuatan karya ilmiah khususnya

yang berhubungan dengan kegiatan dunia pendidikan.

Page 3: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

3

2. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan daya tarik siswa terhadap permainan tradisional

3. Bagi Guru dan Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk kemajuan sekolah.

Juga sebagai informasi yang akurat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Page 4: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Bermain

Menurut Hurlock dalam Kamtini (2005) bermain adalah setiap

kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa

mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan

tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kajian.

Menurut Anggani Sudono dalam Kamtini (2005) bermain adalah

suatu kegiatanyang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang

menghasilkan pengertian atau memberi informasi, memberi kesenangan

maupun mengembangkan imajinasi pada anak.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara

berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi seseorang.

Upaya melalui bermain mmeberi kepuasan kepada anak untuk

bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan

belajar secara menyenangkan. Selain itu, bermain membantu anak

mengenal dirinya sendiri, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan tempat

ia hidup. Bermain memberikan kontribusi khusus pada semua aspek

perkembangan anak, sehingga semua kegiatan yang dilakukan anak harus

diwujudkan melalui aktivitas bermain. Bermain itu penting bagi anak

karena bisa membantu belajar tentang dunianya, belajar melakukan

sesuatu, memecahkan masalah, menguasai perasaan, menjadi percaya diri,

menjadi kuat, belajar bergaul dengan orang lain dan sebagainya.

Dalam kehidupan anak, bermain merupakan pertanda kesehatan.

Hampir setiap anak yang sehat senantiasa terdorong untuk melakukan

aktivitas bermain. Sehingga dapat dipastikan bahwaanak yang tidak aktif

bermainpada umumnya dalam keadaan sakit, baik jasmani maupun rohani.

Sebaliknya bila anak aktif bermain pertanda dirinya dalam keadaan sehat

dan pada umumnya kecerdasannya pun baik.

Page 5: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

5

Macam Bermain/Permainan

1. Permainan Aktif

a. Bermain bebas dan spontan atau eksplorasi

Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang

diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut.

Anak akan terus bermain dengan permainan tersebut selama

permainan tersebut menimbulkan kesenangan dan anak akan

berhenti apabila permainan tersebut sudah tidak

menyenangkannya. Dalam permainan ini anak melakukan

eksperimen atau menyelidiki, mencoba, dan mengenal hal-hal

baru.

b. Drama

Dalam permainan ini, anak memerankan suatu peranan,

menirukan karakter yang dikagumi dalam kehidupan yang nyata,

atau dalam mass media.

c. Bermain musik

Bermain musik dapat mendorong anak untuk mengembangkan

tingkah laku sosialnya, yaitu dengan bekerja sama dengan teman-

teman sebayanya dalam memproduksi musik, menyanyi,

berdansa, atau memainkan alat musik.

d. Mengumpulkan atau mengoleksi sesuatu

Kegiatan ini sering menimbulkan rasa bangga, karena anak

mempunyai koleksi lebih banyak daripada teman-temannya. Di

samping itu, mengumpulkan benda-benda dapat mempengaruhi

penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak terdorong untuk

bersikap jujur, bekerja sama, dan bersaing.

e. Permainan olah raga

Dalam permainan olah raga, anak banyak menggunakan energi

fisiknya, sehingga sangat membantu perkembangan fisiknya. Di

samping itu, kegiatan ini mendorong sosialisasi anak dengan

belajar bergaul, bekerja sama, memainkan peran pemimpin, serta

menilai diri dan kemampuannya secara realistik dan sportif.

Page 6: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

6

2. Permainan Pasif

a. Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang sehat. Membaca akan

memperluas wawasan dan pengetahuan anak, sehingga anakpun

akan berkembang kreativitas dan kecerdasannya.

b. Mendengarkan radio

Mendengarkan radio dapat mempengaruhi anak baik secara positif

maupun negatif. Pengaruh positifnya adalah anak akan bertambah

pengetahuannya, sedangkan pengaruh negatifnya yaitu apabila

anak meniru hal-hal yang disiarkan di radio seperti kekerasan,

kriminalitas, atau hal-hal negatif lainnya.

c. Menonton televisi

Pengaruh televisi sama seperti mendengarkan radio, baik pengaruh

positif maupun negatifnya.

Bentuk Bermain/Permainan

1. Bermain Sosial

Bermain sosial dapat dilakukan sendiri dengan alat bermain atau

bersama orang lain dengan menggunakan alat bermain. Bentuk ini

dapat dibedakan menjadi:

a. Bermain sendiri

Anak bermain dengan menggunakan alat yang ada, namun tidak

memperhatikan kegiatan anak yang lain di tempat yang sama.

b. Bermain sebagai penonton

Anak bermain sambil melihat temannya bermain dalam satu

tempat. Anak mungkin berbicara dengan temannya, mengamati

temannya lalu bermain sendiri. Ada yang duduk, ada yang aktif

bermain.

c. Bermain paralel

Kegiatan ini dilakukan oleh sekelompok anak dengan

menggunakan alat bermain yang sama, tetapi anak bermain sendiri-

sendiri.

Page 7: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

7

d. Bermain asosiatif

Anak bermain bersama tetapi tidak ada aturannya. Tiap anak

memilih perannya sendiri.

e. Bermain kooperatif

Dalam permainan ini setiap anak bermain sesuai dengan perannya.

Tiap anak sesuai dengan perannya menampilkan kebolehannya dan

keterampilannya. Anak bertanggungjawab atas tindakannya.

2. Bermain dengan Benda

Bentuk bermain ini bersifat praktis, sebab semua anak dapat

menggunakan alat bermain secara bebas. Anak senang, dapat

berimajinasi dan bekerja sama dengan temannya. Alat bermain ada

yang digunakan sendiri atau oleh beberapa anak sekaligus. Beberapa

persyaratan alat bermain yaitu:

a. Tidak berbahaya

b. Mudah diperoleh

c. Sebaiknya dibuat sendiri

d. Berwarna dominan

e. Tidak mudah rusak

f. Ringan atau berat tetapi tidak mudah dipindahkan oleh anak

3. Bermain Sosiodramatik

Bermain sosiodramatik memiliki beberapa elemen, yaitu:

a. Bermain dengan melakukan imitasi

Anak melakukan peran orang di sekitarnya dengan menirukan

tingkah laku dan pembicaraannya.

b. Bermain pura-pura

Bermain berpura-pura terhadap objek tertentu misalnya, mobil,

anak yang bersangkutan menjadi mobil, ia lari sambil menderu-

deru seperti suara mobil.

c. Bermain peran

Anak bermain dengan memerankan sebagai guru, bapak, ibu, anak

manja, anak nakal, kakek, nenek, tamu, dan sebagainya.

Page 8: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

8

d. Persisiten

Anak melakukan kegiatan bermain dengun tekun sedikitnya selama

sepuluh menit.

e. Interaksi

Bermain antarteman dalam satu adegan paling sedikit dilakukan

oleh dua orang.

f. Komunikasi verbal

Bermain yang dilakukan antaranak dengan cara berkomunikasi,

jadi terdapat interaksi verbal.

Fungsi Bermain

1. Meningkatkan afiliasi anak dengan teman sebayanya

2. Meredakan ketegangan karena memungkinkan anak menyalurkan

energinya sehingga ketegangan mereda

3. Meningkatkan kemampuan kognitif

4. Meningkatkan eksplorasi anak akan perilaku tertentu

Nilai yang terkandung dalam bermain:

1. Nilai fisik dan kesehatan

Melalui bermain anak dapat melatih mengembangkan otot-ototnya

dan bagian tubuh lainnya yang nantinya akan menyehatkan dirinya.

2. Nilai Pendidikan

Berbagai problem solving dapat diperoleh anak melalui bermain.

3. Nilai Kreatif

Anak dapat mencobakan berbagai kemampuannya.

4. Nilai Sosial

Sikap kerjasama, menghargai, sportivitas, disiplin dapat dipupuk

melalui bermain.

5. Nilai Moral

Bermain merupakan latihan pengembangan moral, karena anak belajar

untuk jujur, menerima kekalahan, menjadi pemimpin yang baik.

Page 9: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

9

6. Nilai Pengenalan Diri

Anak berkesempatan mengenali kekuatan dan kelemahan dirinya

melalui kegiatan bermain.

Hubungan Bermain dengan Perkembangan Anak

1. Perkembangan fisik

Ketika seorang anak bermain, misalnya bermain permainan tradisional

"gobak sodor" atau galah asin, maka akan terjadi koordinasi gerakan

otot, terutama otot-otot tungkai dan otot-otot gerakan bola mata.

Sehingga otot-otot ini terlatih dan berkembang dengan baik.

2. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam

Sering kali, seorang anak berhadapan dengan kenyataan-kenyataan

yang tidak menyenangkan, termasuk pembatasan lingkungan atas

perilaku mereka, yang secara tidak sadar menimbulkan ketegangan

dalam dirinya. Ketegangan ini berkurang ketika anak bermain.

3. Dorongan berkomunikasi

Seorang anak memiliki kesempatan berlatih berkomunikasi melalui

sebuah permainan. Mereka belajar mengungkapkan ide-ide serta

memberikan pemahaman pada teman-teman sepermainannya tentang

aturan dan teknis permainan yang akan dilakukan. Dengan demikian

permainan dapat berlangsung berdasarkan kesepakatan-kesepakatan

yang dibuat para peserta, melalui penyampaian pesan yang efektif dan

dimengerti antar peserta bermain.

4. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan

Ada begitu banyak keingingan dan kebutuhan anak yang tidak dapat

dipenuhi dengan cara lain, namun sering kali bisa diwujudkan melalui

kegiatan bermain. Seorang anak, bisa menjadi siapapun yang ia

inginkan ketika bermain. Ia mampu mewujudkan keinginannya

menjadi seorang dokter, tentara maupun seorang pemimpin pasukan

perang, yang mustahil mereka wujudkan dalam kehidupan nyata.

Page 10: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

10

5. Sumber belajar

Melalui bermain, seorang anak dapat mempelajari banyak hal, yang

tidak selalu mereka peroleh di institusi pendidikan formal. Mereka

belajar tentang arti bekerja sama, sportivitas, menyenangkannya

sebuah kemenangan maupun kesedihan ketika mengalami kekalahan.

6. Rangsangan bagi kreativitas

Ketika anak-anak bermain, mereka kerap merasakan adanya kejenuhan

ataupun rasa bosan. Pada saat seperti inilah mereka biasanya mencoba

melakukan sebuah variasi permainan. Di sini mereka belajar untuk

mengembangkan daya kreativitas dan imajinasinya. Ide-ide spontan

yang dikemukakan oleh seorang anak, dan jika kemudian diterima oleh

teman sepermainannya, akan menimbulkan adanya rasa penghargaan

dari lingkungan serta menjadi motivasi munculnya ide-ide kreatif

lainnya. Permainan pun akan kembali terasa menyenagkan.

7. Perkembangan wawasan diri

Melalui bermain, seorang anak dapat mengetahui kemampuan teman-

teman sepermainannya, kemudian membandingkannya dengan

kemampuan yang ia miliki. Hal ini memungkinkan terbangunnya

konsep diri yang lebih jelas dan pasti. Ia akan berusaha meningkatkan

kemampuannya, jika ternyata ia jauh tertinggal dibandingkan teman-

teman sepermainannya. Hal ini menjadi faktor pendorong yang sehat

dalam pengembangan diri seorang anak.

8. Belajar bersosialisasi

Bersosialisasi dengan teman-teman sebaya merupakan hal penting

yang perlu dilakukan oleh anak. Kegiatan bermain menjadikan proses

bersosialisai tersebut terbangun dengan cara yang wajar dan

menyenangkan. Tidak jarang timbul beberapa masalah ketika anak-

anak bermain. Mereka belajar untuk menghadapi dan memecahkan

persoalan yang timbul dalam sebuah permainan secara bersama-sama.

Page 11: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

11

B. Definisi Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh

anak-anak dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, asalkan anak

tersebut sehat, maka ia bisa ikut bermain. Permainan tradisional adalah

permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna

bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam

tatanan kehidupan. Oleh karena itu, permainan tradisional yang diciptakan

oleh nenek moyang bangsa ini pun berdasarkan atas banyak pertimbangan

dan perhitungan. Hal ini karena nenek moyang kita mempunyai harapan

agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat

dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan

penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.

C. Manfaat Permainan Tradisional

Adapun manfaat dari permainan tradisional bagi anak adalah:

1. Anak menjadi lebih kreatif

Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para

pemainnya. Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau

tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka

untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan

tradisioanal tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya, aturan yang

berlaku, selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan

aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga

terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-

aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.

2. Dapat digunakan sebagai terapi terhadap anak

Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka

berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan

sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.

3. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak

a. Mengembangkan kecerdasan intelektual anak

Page 12: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

12

Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan dan Oray-

Orayan, mampu membantu anak untuk mengembangkan

kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan

menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan.

b. Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak

Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara

berkelompok. Dengan berkelompok anak akan mengasah emosinya

sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, nyaman

dan terbiasa dalam kelompok. Beberapa permainan tradisional

yang dilakukan secara berkelompok di antaranya:

Bebentengan

Anjang-Anjangan

Kasti

c. Mengembangkan kecerdasan logika anak

Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan

menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:

Engklek

Congkak

Macan/Dam Daman

Lompat tali/Spintrong

Encrak/Entrengan

Bola bekel

Tebak-tebakan

d. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak

Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya

untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan

gerakan-gerakan lainnya. Anak juga menjadi banyak bergerak

sehingga terhindar dari masalah obesitas anak. Contoh

permainannya adalah:

Nakaluri

Adang-Adangan

Lompat tali

Page 13: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

13

Baleba

Pulu-Pulu

Sorodot Gaplok

Tos Asya

Petak umpet

Enggrang

e. Mengembangkan kecerdasan natural anak

Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan,

tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan

anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu

terhadap alam. Contoh permainannya adalah:

Anjang-Anjangan/dadagangan dengan membuat minyak dari

daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit

berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak

nakal.

Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali

Engrang terbuat dari bambu

Engklek menggunakan batu

Bola sodok menggunakan bambu

Parise terbuat dari bambu

Calung terbuat dari bambu

Agra/Sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan

f. Mengembangkan kecerdasan spasial anak

Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional

Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal

konsep ruang dan berganti peran (teatrikal).

g. Mengembangkan kecerdasan musikal anak

Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan

tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil

bernyanyi di antaranya:

Ucang-Ucang Angge

Ambil-Ambilan

Page 14: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

14

Tari Tempurung

Berbalas Pantun

Wayang

Pur-Pur Sadapur

Oray-Orayan

h. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak

Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan

kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para

pemainnya bertengkar atau minder. Bahkan ada

kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan

mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya

yang belum bisa.

Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para

pemain yang usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu

para pemain yang lebih dewasa.

Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat

belajar secara tidak langsung kepada para pemain yang sudah

bisa, walaupun usianya masih di bawahnya.

Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain

dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu

Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki

kelebihan masing-masing untuk setiap permainan yang

berbeda. Hal tersebut meminimalisir pemunculan ego di diri

para pemainnya.

D. Contoh Permainan Tradisional dan Cara Memainkannya

1. Congklak/Dakon

Permainan congklak menggunakan papan permainan yang

memiliki 14 lubang dan 2 lubang induk yang ukurannya lebih besar.

Satu lubang induk terletak pada ujung papan dan lubang induk lainnya

terletak di ujung lainnya. Diantara kedua lubang induk terdapat 2 baris

Page 15: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

15

yang tiap barisnya berisi 7 lubang yang jumlahnya 14 lubang.

Dimainkan oleh 2 orang.

Cara bermain:

Tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari

kerang atau plastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong.

Setelah menentukan siapa yang akan mulai lebih dulu, maka

permainan dimulai dengan memilih salah satu lubang dan

menyebarkan biji yang ada di lubang tersebut ke tiap lubang lainnya

searah jarum jam. Masing-masing lubang diisi dengan 1 biji. Bila biji

terakhir jatuh di lubang yang ada biji-bijian lain maka biji yang ada di

lubang tersebut diambil lagi untuk diteruskan mengisi lubang-lubang

selanjutnya. Jangan lupa untuk mengisikan biji ke lubang induk kita

setiap melewatinya. Sedangkan lubang induk lawan tidak perlu diisi.

Bila biji terakhir ternyata masuk dalam lubang induk kita, berarti kita

bisa memilih lubang lainnya untuk memulai lagi, tetapi bila ternyata

saat biji terakhir diletakkan pada salah satu lubang kosong, berarti

giliran untuk lawan kita. Bila lubang tempat biji terakhir itu ada di

salah satu dari 7 lubang yang ada di baris kita, maka biji yang ada di

seberang lubang tersebut beserta 1 biji terakhir yang ada di lubang

kosong akan menjadi milik kita dan akan masuk dalam lubang induk

kita. Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi

dengan mengisi 7 lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari

Page 16: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

16

biji yang ada di lubang induk kita. Dimulai dari lubang yang terdekat

dengan lubang induk, bila tidak mencukupi maka lubang lainnya

dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh diisi.

2. Gasing

Gasing menggunakan mainan yang terbuat dari kayu berbentuk

kerucut dan tali.

Cara bermain:

Memainkannya adalah dengan memutarnya, dengan cara melilitkan

tali pada ujung kerucut, kemudian dilemparkan ke bawah sampai tali

tertarik dan gasing berputar. Lemparan juga boleh diarahkan ke gasing

lain agar terjatuh. Dibuat lingkaran untuk arena melemparkan gasing.

Gasing yang berputar tidak boleh keluar dari lingkaran tersebut.

Gasing yang berputar paling lama adalah pemenangnya.

3. Bekel

Permainan bekel menggunakan bola berwarna-warni yang terbuat dari

karet dan biji berbentuk khusus yang terbuat dari kuningan.

Cara bermain:

Setelah menentukan giliran siapa yang mulai lebih dulu, permainan

dimulai dengan melemparkan bola keatas dan menghamparkan biji.

Setelah bola memantul sekali, bola harus diambil kembali. Kemudian,

pemain harus mengambil satu per satu biji yang terhampar secara

langsung. Setelah terambil semua, biji dihamparkan kembali dan

diambil kali ini sekaligus dua buah biji. Begitu selanjutnya sampai

sejumlah biji yang dimainkan. Setalah mengambil biji secara langsung

selesai, maka kini pemain harus mengubah biji menjadi bentuk

tertentu sebelum diambil. Urutan posisinya adalah pit (bentuk seperti

kursi), ro (kebalikan posisi pit), cin (singkatan licin yaitu posisi miring

Page 17: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

17

tanpa ada bintik di permukaan biji) dan peng (singkatan bopeng yaitu

posisi miring dengan ada bintik di permukaan biji). Biji yang

dipergunakan umumnya berjumlah 6 sampai 10 biji. Pemain akan

kehilangan gilirannya apabila bola memantul lebih dari sekali, tidak

dapat menangkap bola, lupa mengubah salah satu biji menjadi posisi

tertentu saat sudah mencapai tahap pit, ro, cin atau peng, atau

menyentuh biji lain saat mengambil biji yang harus diambil.

Pemenangnya adalah yang mencapai tahap paling tinggi.

4. Petak Umpet

Petak umpet dimainkan oleh banyak anak.

Cara bermain:

Satu orang pemain yang kalah akan menutup matanya pada salah satu

tempat yang dianggap sebagai benteng, sementara yang lain mencari

tempat untuk bersembunyi. Setelah menghitung sampai jumlah

tertentu, maka mulailah pemain yang menutup mata tersebut mencari

tiap orang yang bersembunyi. Bila telah menemukan orang yang

bersembunyi, pencari ini harus cepat-cepat berlari ke benteng sambil

menyebut nama orang yang ketahuan persembunyiannya. Begitu juga

dengan anak yang ketahuan, karena bila berhasil lebih dulu

menyentuh benteng, maka pada tahap selanjutnya dia tidak akan jaga.

Anak lain yang bersembunyi dapat pula menyentuh benteng agar tidak

jaga pada tahap selanjutnya, asalkan tidak ketahuan dengan pencari.

Setelah semua telah ketahuan persembunyiannya, maka pencari akan

Page 18: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

18

menutup matanya kembali pada benteng dan anak-anak lain

membentuk barisan di belakangnya. Pencari akan menyebut salah satu

nomor. Anak yang ada di urutan nomor yang disebut akan menjadi

pihak yang kalah bila tadi dia tidak berhasil lebih dulu mencapai

benteng. Sedangkan bila anak pada urutan yang disebut ternyata

adalah anak yang berhasil mencapai benteng lebih dulu pada saat

ketahuan tempat persembunyiannya, maka si pencari tetap dalam

posisi kalah dan permainan dilanjutkan.

5. Petak Jongkok

Petak jongkok dimainkan oleh banyak anak dan tidak memerlukan

alat bantu.

Cara bermain:

Tentukan satu orang yang akan mengejar. Untuk menghindari

pengejar, setiap anak boleh jongkok. Bila jongkok berarti dia tidak

dapat disentuh oleh pengejar. Anak yang berdiri dapat membangunkan

anak yang jongkok. Tetapi, anak yang terakhir jongkok berarti akan

menjadi pengejar menggantikan pengejar yang lama. Begitu juga

dengan anak yang tidak jongkok namun berhasil disentuh oleh

pengejar akan menjadi pengejar selanjutnya.

6. Galah Asin/Gobak Sodor

Permainan galah asin atau gobak sodor (kadang disebut galasin) ini

biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi

panjang dan diberi garis di dalamnya.

Page 19: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

19

Cara bermain:

Anak-anak dibagi menjadi 2 tim. Setelah menentukan tim mana yang

jaga, permainan dapat dimulai. Anggota tim jaga harus menjaga di

masing-masing garis yang telah ditentukan dan boleh bergerak

sepanjang garis tersebut untuk menyentuh anggota tim lawan. Tim

yang tidak berjaga berdiri di garis yang paling depan dan berusaha

menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh

tim yang jaga. Setelah berhasil menerobos garis paling akhir, mereka

harus berusaha kembali ke tempat pertama mereka mulai. Bila

berhasil, mereka akan mendapatkan satu nilai. Sedangkan bila ada

anggota tim yang tersentuh berarti giliran berganti. Tim yang

tersentuh akan bertugas untuk menjaga. Tim yang menang adalah

yang mengumpulkan nilai paling banyak.

7. Petak Benteng

Permainan berkelompok yang terbagi menjadi 2 tim.

Cara bermain:

Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon,

tiang, atau tembok. Mereka berusaha menawan anggota tim lawan

agar dapat merebut benteng lawan. Permainan dimulai dengan salah

satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan

berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat

langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar

tersebut begitu pula dengan tim lawan. Untuk menghindari disentuh,

mereka dapat kembali ke benteng masing-masing. Siapa yang

tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat

berusaha menyelamatkan teman-teman yang tertawan dengan

mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi

tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. Harus ada anggota tim yang

menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga,

maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim

tersebut menjadi pemenangnya.

Page 20: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

20

8. Taplak

Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan

digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu

kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran

pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain

yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus.

Cara bermain:

Tiap anak mengambil batu kecil dan berusaha melemparkan ke arena,

mulai dari kotak yang pertama. Lalu anak akan berjinjit masuk ke

dalam kotak-kotak tersebut. Setalah berhasil sampai ujung, anak akan

berusaha kembali ke tempat asal, sampil memungut batu miliknya

pada kotak sebelum kotak yang terdapat batu miliknya. Giliran akan

berganti bila saat anak berjinjit, dia menyentuh garis atau salah

melemparkan batu. Setelah berhasil menempatkan batu sampai ujung,

dia akan mendapatkan bintang. Dimana bintang diletakkan, ditentukan

dengan melemparkan batu ke kotak yang diinginkan. Kotak yang

terdapat bintang miliknya tidak boleh diinjak oleh lawan-lawannya

sehingga akan menyulitkan lawan. Anak yang paling banyak

mendapatkan bintang adalah pemenangnya.

9. Pasaran/Jual Beli

Cara bermain:

Dimainkan dua orang atau lebih

Menggunakan property layaknya orang berdagang (timbangan,

dagangan, uang mainan)

Lebih banyak menggunakan dialog

Umumnya dimainkan anak perempuan, walaupun pada

pengembangannya dapat juga melibatkan laki-laki.

10. Jamuran (Konfigurasi  Jamur)

Cara bermain:

Dimainkan sekelompok anak

Tidak banyak menggunakan property

Diiringi nyanyian “jamuran gege”

Page 21: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

21

Mengutamakan gerakan melingkar layaknya jamur

Umumnya dimainkan oleh anak perempuan

11. Jaran Teji

Cara bermain:

Dimainkan oleh sekelompok laki-laki

Menggunakan ‘kuda-kudaan’

Diiringi nyanyian dan gerakan

12. Dayoh-Dayohan/mbedhayoh (Bertamu)

Cara bermain:

Dimainkan oleh dua orang atau lebih

Menggunakan property kursi, meja, dan perlengkapan bertama

lainnya.

Mengutamakan dialog

Pemain laki-laki atau perempuan atau campuran.

13. Manten-mantenan (Pengantin)

Cara bermain:

Dimainkan oleh sekelompok besar anak, terdapat sepasang anak

yang memerankan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.

Terdapat peraga orang tua mempelai dan besan

Diiringi musik-musik sederhana, nyanyian, dan dialog-dialog

Bisa diselingi gerakan-gerakan atau tarian.

Pada praktiknya, jenis-jenis permainan tersebut dapat

dikembangkan lagi menjadi lebih bervariasi.

E. Definisi Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran

dan pelayanan konseling untuk membantu siswa sesuai dengan kebutuhan,

potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berwenang di sekolah.

Page 22: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

22

Muatan Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Program keagamaan

2. Pelatihan profesional

3. Organisasi siswa

4. Rekreasi dan waktu luang

5. Kegiatan kultural/budaya

6. Program perkemahan

7. Program live in exposure, yaitu program yang sengaja dirancang

untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap nilai-

nilai yang berkembang di masyarakat.

Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kemampuan dan kreativitas siswa sesuai dengan

potensi, bakat, dan minat mereka.

2. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial siswa.

3. Rekreatif, fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan

suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi siwa yang

menunjang proses perkembangan.

4. Persiapan karir, fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk

mengembangkan kesiapan karir siswa.

Kegiatan ekstrakurikuler sangat penting dalam pendidikan nilai

karena dalm kegiatan tersebut siswa mendapatkan pengalaman secara

langsung, terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut dan menyediakan

cukup waktu diluar jam efektif pelajaran, sehingga pendidikan nilai lebih

terakomodasi melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Page 23: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

23

F. Analisis Penerapan Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di

Sekolah Dasar

Faktor Pendukung Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD

Aneka permainan tradisional diusulkan dijadikan sebagai kegiatan

ekstrakurikuler pada sekolah setidaknya permainan tradisional dapat

diperkenalkan sejak Sekolah Dasar, guna meredam dampak perubahan

peradaban yang cenderung kearah negatif. Banyak sekali faktor yang

mendukung pengadaan kegiatan ekstrakurikuler permainan tradisional di

Sekolah Dasar, antara lain:

1. Sebagai alat pengembangan semua potensi yang dimiliki anak

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa permainan tradisional

memiliki banyak manfaat bagi anak, seperti mengasah kemampuan

otak, kemampuan membuat strategi, sikap mudah bersosialisasi, dan

membangun EQ dan sebagainya.

2. Sebagai sarana pendidikan

Permainan tradisional dalam ekstrakurikuler di Sekolah Dasar selain

sebagai sarana hiburan juga sebagai sarana pendidikan.

3. Sebagai sarana hiburan

Permainan tradisional bisa menjadikan hiburan bagi anak.

4. Sebagai salah satu upaya pelestarian peninggalan budaya

Dengan masuknya permainan tradisional ke sekolah juga sekaligus

mengantisipasi musnahnya aneka permainan yang merakyat dan

mendidik itu. Seiring dengan kemajuan zaman, tersebut membawa

dampak terkikisnya aneka permainan tradisional, kalaupun ada hanya

sedikit sekali yang masih memainkannya. Perlu bagi kita untuk

melestarikannya, mengingat itu semua termasuk tradisi budaya

peninggalan nenek moyang terdahulu. Selain itu perlu juga

ditanamkan kepada generasi d ibawah kita tentang perlunya

pelestarian hasil peninggalan nenek moyang yang terdahulu untuk

dijadikan sebagai budaya.

Page 24: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

24

5. Tidak membutuhkan biaya tinggi

Untuk memainkan permainan tradisional, tidak membutuhkan biaya

tinggi karena hanya memakai alat permainan sederhana tetapi penuh

makna (meaningful). Jika di sekolah sudah ada ekstrakurikuler

permainan tradisional, maka para orang tua tidak perlu lagi

mengeluarkan biaya mahal untuk memberikan permainan modern

seperti video game, play station, dll pada anaknya.

6. Adanya korelasi antara permainan tradisional dengan masa lalu guru

Besar kemungkinan bahwa masa kecil guru masih sempat bermain

dengan aneka permainan tradisional yang sekarang mulai punah.

Untuk itu, dalam pengadaan ekstrakurikuler permainan tradisional

cukup mudah karena ada sumber langsung yang berpengalaman yaitu

guru itu sendiri.

Aneka permainan tradisional tersebut memiliki nilai filosofis yang

sangat tinggi demi memupuk rasa kebersamaan. Nilai budaya tradisional

dan rasa sosial yang ada pada masyarakat kian lama semakin tersisih dari

kehidupan masyarakat terutama untuk anak-anak. Mengantisipasi hal itu

anak-anak pada usia sekolah terutama pada tataran SD hendaknya sudah

diperkenalkan permainan tradisional. Dengan begitu kebudayaan dan rasa

sosial yang tinggi dapat dimiliki anak-anak sejak dini. Untuk mewujudkan

hal itu disetiap sekolah, dinas pendidikan harus menjalin kerjasama

dengan dinas pariwisata agar muatannya lebih terpola terhadap anak didik,

Faktor Penghambat Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD

Hambatan dari realisasi pengadaan permainan tradisional sebagai

kegiatan ekstrakurikuler antara lain:

1. Larangan dari orang tua. Mungkin sebagian orang tua takut anak-anak

mereka terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di

lapangan terbuka. . Hasilnya, banyak orang tua yang memberikan mainan

elektronik yang disukai anak. Padahal permainan ini cenderung membuat

anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu, penyendiri dan

individualistis. Juga makin banyak anak menjadi obesitas karena kurang

Page 25: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

25

bergerak. Tetapi hal tersebut mungkin terjadi pada keluarga yang modern

dan terlalu memanjakan anaknya. Anggapan orang tua yang berpendapat

bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan membuat anak menjadi

malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang nijaksana karena beberapa

ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan jiwa anak.

2. Pelaksanaan di lapangan akan sulit sekali terealisasi dengan baik jika dari

pihak sekolah (guru dan kepala sekolah) tidak mendukung adanya

ekstrakurikuler ini. Jadi semua pihak sekolah seharusnya kompak dalam

mendukung terlaksananya kegiatan tersebut.

3. Terbatasnya lapangan di kota-kota besar, misalnya jika sutu SD tidak

memiliki lahan yang cukup luas sementara banyak permainan yang

memerlukan arena yang luas.

Implementasi Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD

Maraknya permainan semacam PS, Nintendo, X-box, dan

sejenisnya, membuat anak-anak saat ini tak lagi mengenal permainan

tradisional seperti petak umpet, galasin, dampu, bentengan, lompat tali,

cutik, congkak/dakon, atau bekel. Semakin sempitnya ruang untuk

bermain bagi anak-anak merupakan salah satu alasan mengapa permainan

tradisional yang dulu banyak dimainkan di halaman rumah menjelang sore

kini kian terpinggirkan. Belum lagi derasnya pengaruh modernisasi dan

globalisasi berupa aneka permainan elektronik. Aneh rasanya saat mainan

dan permainan tradisional khas budaya Indonesia menjadi asing manakala

mainan dan permainan tradisional semakin menjauh kehadirannya lantaran

kian terlupakan.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, permainan-permainan

tradisional memiliki banyak nilai positif, misalnya Sosialisasi mereka

dengan orang lain akan semakin baik karena dalam permainan dimainkan

oleh minimal 2 anak. Selain itu, dalam permainan berkelompok mereka

juga harus menentukan strategi, berkomunikasi dan bekerja sama dengan

anggota tim. Memberi kebebasan secara seimbang untuk anak bermain

Page 26: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

26

bersama teman-temannya dapat memberikan nilai positif. Bermain dapat

menjadi sarana belajar dan mengembangkan nilai EQ pada anak. Tetapi,

tentu saja harus dalam pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas

agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain.

Semakin sulitnya menemukan anak-anak bermain permainan

tradisional apalagi di daerah perkotaan, anak-anak lebih cenderung

bermain dalam permainan yang terkesan instan. Sehingga tidak tampak

rasa kegotongroyongan atau persaudaraannya. Jika kini diusulkan

permainan tradisional dimasukkan dalam sekolah dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler terasa sangat tepat, sepanjang nilai-nilai yang ada di

belakang permainan itu berguna untuk kemajuan atau meningkatkan daya

imajinasi anak. Permainan tradisional tentu memiliki nilai tertentu untuk

menumbuhkan imajinasi dan rasa sportivitas persaudaraan. Yang

terpenting adalah menanamkan nilai-nilai apa yang dibutuhkan anak

dewasa ini. Kalau nilai-nilai menuju kebaikan walaupun sifatnya

tradisional akan menambah kepekaan anak terhadap kehidupan sosial

masyarakat ini.

Mengingat padatnya beban pelajaran sekolah, sehingga pihak

sekolah sebaiknyamembuat siswa tidak merasa terforsir dengan jenis

ekstrakurikuler yang bersifat memberatkan. Jadi, ragam ekstrakurikuler

pun dipilih yang benar-benar menyenangkan sekaligus mendidik, yakni

permainan tradisional.

Kegiatan ekstrakurikuler diberikan selama 60 menit, dengan

ditemani 2 guru pendamping. Tak bisa dipungkiri kalau permainan

tradisional merupakan sarana bersosialisasi anak dengan teman sebaya dan

juga sarana melatih berhitung, di samping motorik halus dan kasar.

Menurut Dra Mayke S Tedjasaputra, MSi., play therapiest dan psikolog

dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, permainan-

permainan tradisional idealnya ditujukan bagi anak usia SD sampai kelas

1-2 SMP. Kalau di bawah usia SD, dikhawatirkan anak belum paham.

Pendampingan guru dalam permainan tradisional tetap diperlukan.

Di awal, guru harus mengenalkan kepada anak bagaimana cara

Page 27: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

27

bermainnya, aturan mainnya seperti apa, bagaimana penggilirannya, dan

sebagainya. Bila anak sudah paham, guru cukup mengawasi dari jauh dan

segera menengahi tanpa memberikan komentar-komentar yang

memojokkan. Cukup katakan, “Kamu pengin menang ya? Tapi kan

enggak begitu caranya.”

Selain itu, pelaksanaan permainan-permainan tradisional sebaiknya

dimainkan di luar ruang sehingga anak bebas beraktivitas. Hanya saja,

aktivitas ini sebaiknya tak dibakukan sebagai pelajaran dalam kurikulum

sekolah. Sehingga ekstrakurikuler permainan tradisional menjadi sesuatu

yang benar-benar bisa dinikmati anak. Jadi, tak perlu dinilai, apalagi

sampai membebani anak, semisal keharusan menghafal secara mati

mengenai aturan dan hal remeh temeh lainnya. Menilainya dengan angka

justru akan membuat permainan tradisional kehilangan makna fun-nya.

Prosedur Pelaksanaan Permainan Tradisional dalam Ekstrakurikuler di SD

Dewasa ini mayoritas anak begitu tertarik pada games yang

bersifat individualis. Padahal, permainan tradisional sangat bermanfaat, di

antaranya mengembangkan kemampuan bersosialisasi karena selalu

dimainkan bersama-sama, mengasah kemampuan kognitif anak, sekaligus

melatih kemampuan motorik kasar dan motorik halus. Selain itu, lewat

permainan tradisional anak pun belajar bekerja sama dan kejujuran.

Adapun prosedur pelaksanaan dari ekstrakurikuler permainan tradisional

di Sekolah Dasar secara garis besar sebagai berikut:

1. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa mulai dari kelas 1-6

2. Pengambilan jam di luar jam pelajaran, misalnya sepulang sekolah

pada hari sabtu atau hari lain (fleksibel sesuai dengan sekolah)

3. Durasi waktu ekstrakurikuler 60 menit (bisa lebih disesuaikan dengan

keadaan/jenis permainan)

4. Sebelum bermain, guru memberikan apersepsi atau mengenalkan

bagaimana aturan bermainnya

5. Ketika siswa bermain permainan tradisional guru hanya mengawasi

dan menengahi jika ada perselisihan

Page 28: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

28

6. Di akhir permainan guru memberikan penjelasan makna dari permaina

yang telah dilakukan serta memberi nasihat bahwa tentu saja ada

batasan waktu yang jelas kapan kita belajar dan kapan bermain agar

tidak semua waktu digunakan anak untuk bermain.

Page 29: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

29

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Dewasa ini permainan modern seperti video game, play station, dll

semakin marak. Hal ini berdampak pada mulai punahnya permainan tradisional

yang merupakan salah satu budaya peninggalan nenek moyang bangasa. Padahal

manfaat dari permainan tradisional sangatlah banyak dibandingkan dengan

permainan modern. Permainan tradisional dapat mengembangkan semua potensi

yang dimiliki oleh anak dan sangat berperan bagi masa tumbuh kembang anak.

Untuk itu dibutuhkan pengadaan permainan tradisional di Sekolah Dasar,

dimana dunia bermain memang tidak dapat dipisahkan dengan masa anak-anak.

Permainan tradisional dalam sekolah dikemas dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler. Sehingga permainan tradisional selain sebagai sarana hiburan

juga sebagai sarana pendidikan. Inovasi pendidikan melalui permainan tradisional

dalam ekstrakurikuler di SD diharapkan menjadi satu alternatif pelestarian

peninggalan budaya dari nenek moyang serta menjadi slah satu upaya

pengembangan potensi yang dimiliki anak.

Page 30: INOVASI PENDIDIKAN MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

30

DAFTAR RUJUKAN

Kamtini., Tanjung, Husni, Wardi. 2005. Bermain Melalui Gerak dan Lagu di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ratnawati, Sintha. 2002. Sekolah Alternatif untuk Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Sunarti, Euis., Purwani, Rulli. 2005. Ajarkan Anak Keterampilan Hidup Sejak Dini. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

______________. 2007. Pengaruh Permainan pada Perkembangan anak. http://www.resep.web.id/ibu-anak/pengaruh-permainan-pada-perkembangan-anak.htm. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.

______________. 2008. Permainan Tradisional. http://www.pdf-search-engine.com/permainan-tradisional-pdf.html. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.

______________. 2009. Peluang Kreatif Mainan dan Permainan Tradisional. http://johnherf.wordpress.com/2007/07/18/peluang-kreatif-mainan-dan-permainan -tradisional/. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.

Wahyu, Genis, Ginanjar. 2010. Arti Bermain bagi Anak. http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=75571. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.

Yuri, Arief. 2009. Pentingnya Kegiatan Ekstrakurikuler. http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakurikuler. html. (Online). Diakses tanggal 25 Mei 2010.