4
INFORMELLE SIEDLUNGEN AN FLUSSUFERN IN GEFÄHRDETEN STADTGEBIETEN INDONESIENS Fallstudien : In den Städten Medan, Yogyakarta, Malang und Surabaya - Indonesien Paulus Bawole VERLAG ULRICH E. GRAUER : STUTTGART . 2007

INFORMELLE SIEDLUNGEN AN FLUSSUFERN IN …elib.uni-stuttgart.de/bitstream/11682/67/11/01_Umschlag_der... · ang koson seperti wilayah sepanj rel kereta api, di bawah jembatan, di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: INFORMELLE SIEDLUNGEN AN FLUSSUFERN IN …elib.uni-stuttgart.de/bitstream/11682/67/11/01_Umschlag_der... · ang koson seperti wilayah sepanj rel kereta api, di bawah jembatan, di

INFORMELLE SIEDLUNGEN AN FLUSSUFERN IN GEFÄHRDETEN STADTGEBIETEN INDONESIENS

Fallstudien : In den Städten Medan, Yogyakarta, Malang und Surabaya - Indonesien

Paulus Bawole

VERLAG ULRICH E. GRAUER : STUTTGART . 2007

Page 2: INFORMELLE SIEDLUNGEN AN FLUSSUFERN IN …elib.uni-stuttgart.de/bitstream/11682/67/11/01_Umschlag_der... · ang koson seperti wilayah sepanj rel kereta api, di bawah jembatan, di
Page 3: INFORMELLE SIEDLUNGEN AN FLUSSUFERN IN …elib.uni-stuttgart.de/bitstream/11682/67/11/01_Umschlag_der... · ang koson seperti wilayah sepanj rel kereta api, di bawah jembatan, di
Page 4: INFORMELLE SIEDLUNGEN AN FLUSSUFERN IN …elib.uni-stuttgart.de/bitstream/11682/67/11/01_Umschlag_der... · ang koson seperti wilayah sepanj rel kereta api, di bawah jembatan, di

Pemukiman Informal Tepi Sungai di Tengah Kota

Pada tahun 2020 tiga perempat penduduk kota di dunia akan tinggal pada kota-kota negara berkembang di Afrika, Asia, dan Latin Amerika. Di negara-negara sedang berkembang pada umumnya masyarakat miskin tinggal di sekitar pusat kota dengan menempati wilayah-wilayah yang kosong seperti wilayah sepanjang rel kereta api, di bawah jembatan, di sepanjang tepi sungai dll.

Seperti di neraga-negara sedang berkembang lainnya, banyak kota-kota di Indonesia yang dilintasi sungai yang disekitarnya berkembang permukiman informal. Dengan tinggal di sepanjang tepi sungai, masyarakat berpenghasilan rendah tidak harus membayar apapun dan mereka dapat membangun rumah dari bahan bangunan yang sangat sederhana.

Masyarakat miskin yang tinggal di tepi sungai kurang memikirkan

bahaya-bahaya yang mungkin terjadi apabila ada bencana alam, karena hal yang paling penting bagi mereka adalah mereka bisa membangun tempat berlindung dari hujan dan terik matahari pada lahan-lahan kosong secara gratis. Hal penting lainnya adalah lokasi rumah mereka tidak jauh dari tempat bekerja pada sektor informal di tengah kota.

Karena kwalitas lingkunan pada pemukiman informal sering dipandang sebagai pemukiman yang buruk, maka pihak pemerintah sering kali mengembangkan wilayah tepi sungai dengan menghancurkan pemukiman informal dan memaksa penduduk untuk pindah ke wilayah lain yang jauh dari tempat mereka bekerja. Kadang-kadang apabila masyarakat menolak proyek penggusuran, pihak pemerintah daerah memaksa mereka untuk pindah dengan cara membakar rumah atau menghancurkan rumah dengan alat-alat berat. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penggusuran pemukiman masyarakat miskin sering kali tidak memecahkan permasalahan pemukiman informal. Proyek penggusuran bisa dikatakan sebagai proyek “Gali Lobang Tutup Lobang.” Pada satu wilayah pemerintah berusaha memperindah wilayah tersebut dengan cara menggusur pemukiman informal. Sementara masyarakat miskin yang tergusur tidak punya pilihan lain, selain memcoba membangun kembali gubuk-gubuk mereka di wilayah lain di tengah kota. Dengan keadaan seperti di atas proyek penggusuran pemukiman informal bisa dikatakan dapat mengakibatkan munculnya pemukiman informal baru di wilayah kota yang lainnya. Pola pemukiman informal di sepanjang tepi sungai biasanya berbentuk linear dan paralel dengan aliran air sungai. Ruang-ruang terbuka dan jalan-jalan yang sempit (gang) di tengah pemukiman terbentuk secara spontan akibat perletakan bangunan rumah yang juga dibangun secara spontan. Masyarakat setempat memanfaatkan segala fasilitas yang sangat minim di tengah pemukiman dengan sangat intensif. Bentuk-bentuk arsitektur dan penataan ruang di dalam rumah sangat sederhana. Bahan bangunan yang dimanfaatkan untuk rumah tinggal sangat bervariasi mulai dari Karton, Plastik, kayu-kayu bekas , seng sampai dengan batu bata. Setelah memahami karakter pemukiman informal tepi sungai beserta dengan resiko-resiko akibat bencana alam yang mungkin terjadi, diberikan usulan alternatif perencanaan dengan konsep “Rencanaan Pengembangan Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin” Konsep ini harus diimplementasikan dengan strategi yang memberikan prioritas pada masyarakat miskin agar mereka dapat memperbaiki kwalitas lingkungan pemukiman dan meningkatkan tingkat sosial-ekonomi mereka.

ISBN 978-3-86186-543-8

Pemukiman Tepi Sungai Deli Medan – Sumatra Utara