Upload
dangthu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KABARBelanja Plus di Sahabat Umat
PAK NATSIRJasa Natsir pada NKRI dan Pancasila
KABARLaporan dari Lombok dan Pasigala
TELAAHBenturan Dakwah dan Misionarisme
EDISI
RABIUL AWAL 1440 HNOVEMBER 2018 M
IndonesiaJuara DuniaDermawan
MANAJEMEN LAZNASDEWAN DA'WAH
DAFTAR ISI
Ketua
Ade Salamun
Pemberdayaan dan Sinergi
Program
Asrofi Muslikhuddin
Manager Program
Agung Gumelar
Mobilisasi ZIS
Catur Riyadi
Administrasi dan Keuangan
Fitria Damayanti
Humas
Nurbowo
Fundrising
Ahmad Robyansah, M. Idris
Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi
REDAKSI
Pemimpin Umum Redaksi
Ade Salamun
Pemimpin Redaksi
Nurbowo
Sidang Redaksi
Edy Setiawan
Ade Salamun
Nurbowo
Sekretaris Redaksi
Mufqi Hardiansyah
Desain Grafis
Senyum Advertising
Sirkulasi
M. Said
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,
Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530
Hp. 0812 1000 2656
SUARA PEMBACA
4 Ternyata Buang Angin Itu Mahal
5 Pernyataan Bersama PP Muhammadiyah dan PBNU
SALAM
6 Alhamdulillah, Kita Juara!
KABAR
8 Truk dan Training Kepedulian ke Lombok
12 Dai Pasca Bencana
14 Ketum Dewan Da'wah Kunjungi Lombok dan Palu
17 Tiga Juta Liter Air untuk Lombok
20 Dewan Dakwah Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan
22 Donasi Anda Jadi Investasi Pendidikan di Myanmar
24 Yuk, Belanja sambil Sedekah di Sahabat Umat
FIQIH
28 Siapa Fi Sabilillah?
LAPORAN UTAMA
30 Alhamdulillah, Indonesia Juara Murah Hati
32 Karakter Kedermawanan
INSPIRASI DAI
36 Karang Tegar di Dusun Puyang
TELAAH
38 Pentingnya Pendidikan Guru Keluarga
42 Benturan Dakwah vs Misionarisme di Merapi-Merbabu
44 Menjemput Generasi Pengganti
TAZKIYATUN NAFS
48 Ikhlas, Penting dalam Dakwah
PAK NATSIR
53 Jasa Natsir terhadap NKRI dan Pancasila
HALAL
58 Wardah Raih Halal Top Brand 2018
laznasdewandakwah.or.id
LAZNAS Dewan Dakwah
@laznasdakwah
@laznasdewandakwah
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA
SUARA PEMBACATELAAH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA
MANAJEMEN LAZNASDEWAN DA'WAH
DAFTAR ISI
Ketua
Ade Salamun
Pemberdayaan dan Sinergi
Program
Asrofi Muslikhuddin
Manager Program
Agung Gumelar
Mobilisasi ZIS
Catur Riyadi
Administrasi dan Keuangan
Fitria Damayanti
Humas
Nurbowo
Fundrising
Ahmad Robyansah, M. Idris
Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi
REDAKSI
Pemimpin Umum Redaksi
Ade Salamun
Pemimpin Redaksi
Nurbowo
Sidang Redaksi
Edy Setiawan
Ade Salamun
Nurbowo
Sekretaris Redaksi
Mufqi Hardiansyah
Desain Grafis
Senyum Advertising
Sirkulasi
M. Said
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,
Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530
Hp. 0812 1000 2656
SUARA PEMBACA
4 Ternyata Buang Angin Itu Mahal
5 Pernyataan Bersama PP Muhammadiyah dan PBNU
SALAM
6 Alhamdulillah, Kita Juara!
KABAR
8 Truk dan Training Kepedulian ke Lombok
12 Dai Pasca Bencana
14 Ketum Dewan Da'wah Kunjungi Lombok dan Palu
17 Tiga Juta Liter Air untuk Lombok
20 Dewan Dakwah Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan
22 Donasi Anda Jadi Investasi Pendidikan di Myanmar
24 Yuk, Belanja sambil Sedekah di Sahabat Umat
FIQIH
28 Siapa Fi Sabilillah?
LAPORAN UTAMA
30 Alhamdulillah, Indonesia Juara Murah Hati
32 Karakter Kedermawanan
INSPIRASI DAI
36 Karang Tegar di Dusun Puyang
TELAAH
38 Pentingnya Pendidikan Guru Keluarga
42 Benturan Dakwah vs Misionarisme di Merapi-Merbabu
44 Menjemput Generasi Pengganti
TAZKIYATUN NAFS
48 Ikhlas, Penting dalam Dakwah
PAK NATSIR
53 Jasa Natsir terhadap NKRI dan Pancasila
HALAL
58 Wardah Raih Halal Top Brand 2018
laznasdewandakwah.or.id
LAZNAS Dewan Dakwah
@laznasdakwah
@laznasdewandakwah
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA
SUARA PEMBACATELAAH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M4 MAN TAZAKKA
SUARA PEMBACA
anganlah buru-buru marah bila
Jada teman buang angin dan mengeluarkan aroma tak sedap,
bagaimana pun tak sedapnya. Boleh jadi buang angin itulah yang menyelamatkan ia dari kehilangan uang sekaligus rasa riang.
Jangan pula menahan buang angin. Sesibuk apa pun anda memikirkan persoalan bangsa yang memang sudah menyesakkan dada ini dan berharap #2019 Ganti Presiden, kalau gas berkonsentrasi H2S itu mau keluar, keluarkanlah dia. Jangan ditahan. Tetapi, memang, sebaiknya lepaslah ia di tempat sepi. Bukan di kerumunan teman. Kasihan, mereka tidak menikmati makanan sedap yang anda santap tetapi harus menanggung aroma gasnya yang menyengat teramat tak sedap.
Begitu juga, sesibuk apa pun anda berdiskusi tentang carut marutnya pelaksanaan hukum, hiruk- pikuknya politik dan ancaman bangkrutnya ekonomi bangsa serta bahaya serbuan TKA asal Cina terhadap eksistensi Indonesia, jangan sekali-kali menahan air yang bernama kencing. Keluarkan ia segera bila sudah terasa ia minta dikeluarkan. Tetapi yang satu ini mutlak dikeluarkan di tempat tertentu. Tidak boleh di tempat umum, meski tak ada kerumunan orang.
Jangan lupa ucapkan syukur kepada Allah jika gas, cairan dan padatan dari tubuh telah keluar
sebagaimana yang dianjurkan Nabi. Buang angin dan kencing juga
BAB, ternyata anugrah ilahi yang amat mahal. Kamis 13 September lalu, aku harus mengeluarkan uang Rp 1,5 juta hanya untuk bisa buang angin dan kencing, tambah BAB tentu saja. Aku harus dilarikan ke Rumah sakit. Pasalnya, ya itu, gak bisa buang angin, gak bisa kencing dan gak bisa BAB. Luar biasa sakitnya kawan. Bayangkan, perut menyesak, mules gak karuan, dada sesak, kantong kemih penuh terasa mau pecah. Perasaan ingin ke toilet terus. Tapi di toilet, maaf, tak ada yang keluar. Angin pun tak berhembus. Berulang kali ke kamar mandi karena terasa menyesak dan sakit yang tidak kepalang, tapi di kamar mandi cuma merintih kesakitan. Semakin lama, semakin sakit karena gas, air dan ampas semakin menumpuk di dalam dan tak ada yang keluar. Duduk sakit, berbaring sakit, berjalan apalagi. Dikusuk menjerit, di biarkan tak tertahan. Pandanganku sudah nanar ketika selesai sholat maghrib yang terbata-bata. Untung anakku buru buru melarikanku ke Rumah sakit dan "plong" setelah adikku Dr. Fauzi datang menangani. Aku harus pindah tidur satu malam hanya karena gak bisa buang angin, dan harus bayar Rp1,5 juta.
Belakangan ini aku memang sering menagan buang angin. Aku berupaya menjaga agar wudu' ku tak batal, malas ke kamar mandi
untuk memperbaharui wudu'. Apalagi di hari-hari menjelang dan selama pra kongres pribumi di Garuda Plaza Selsa 11 september dan pelatihan relawan 12 september di Madani. Non stop. Bukan hanya malas ke kamar mandi, tapi diskusi di pra kongres itu memang memgasyikkan, membuat betah, takut ada sesien yang tertinggal. Jadilah buang angin dan kencing ditahan. Tetapi ada hal lain yang kusadari, yang selama ini aku lupa : berdoa mengucap syukur Alhamdulillah sepulang buang hajat. Di sinilah aku sadar, ternyata bisa buang air itu adalah nikmat yang patut sekali disyukuri.
Sakit sekali, kawan. Jangan sampai kawan mengalami. Ekonomi sedang sulit, sakit pula. Anda semua sedang dubutuhkan tenaga dan pikirannya dalam perjuangan Islam ini. Kita perlu mujahid-mujahid yang sehat jiwa raganya. Kita sedang menghadapi tantangan besar dan kuat, perlu mujahid tangguh. 2019 tinggal bilangan hari, jangan sampai batal karena kekurangan tenaga. Ayo, jaga kesehatan, tinggalkan rokok dan asah pikiran. Umat menantikan karyamu melewati jalan-Nya.
Salam saya, Masri Sitanggang(Ketum GIP-NKRI)
SUARA PEMBACA
TernyataBuang Angin Itu
Mahal
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M4 MAN TAZAKKA
SUARA PEMBACA
anganlah buru-buru marah bila
Jada teman buang angin dan mengeluarkan aroma tak sedap,
bagaimana pun tak sedapnya. Boleh jadi buang angin itulah yang menyelamatkan ia dari kehilangan uang sekaligus rasa riang.
Jangan pula menahan buang angin. Sesibuk apa pun anda memikirkan persoalan bangsa yang memang sudah menyesakkan dada ini dan berharap #2019 Ganti Presiden, kalau gas berkonsentrasi H2S itu mau keluar, keluarkanlah dia. Jangan ditahan. Tetapi, memang, sebaiknya lepaslah ia di tempat sepi. Bukan di kerumunan teman. Kasihan, mereka tidak menikmati makanan sedap yang anda santap tetapi harus menanggung aroma gasnya yang menyengat teramat tak sedap.
Begitu juga, sesibuk apa pun anda berdiskusi tentang carut marutnya pelaksanaan hukum, hiruk- pikuknya politik dan ancaman bangkrutnya ekonomi bangsa serta bahaya serbuan TKA asal Cina terhadap eksistensi Indonesia, jangan sekali-kali menahan air yang bernama kencing. Keluarkan ia segera bila sudah terasa ia minta dikeluarkan. Tetapi yang satu ini mutlak dikeluarkan di tempat tertentu. Tidak boleh di tempat umum, meski tak ada kerumunan orang.
Jangan lupa ucapkan syukur kepada Allah jika gas, cairan dan padatan dari tubuh telah keluar
sebagaimana yang dianjurkan Nabi. Buang angin dan kencing juga
BAB, ternyata anugrah ilahi yang amat mahal. Kamis 13 September lalu, aku harus mengeluarkan uang Rp 1,5 juta hanya untuk bisa buang angin dan kencing, tambah BAB tentu saja. Aku harus dilarikan ke Rumah sakit. Pasalnya, ya itu, gak bisa buang angin, gak bisa kencing dan gak bisa BAB. Luar biasa sakitnya kawan. Bayangkan, perut menyesak, mules gak karuan, dada sesak, kantong kemih penuh terasa mau pecah. Perasaan ingin ke toilet terus. Tapi di toilet, maaf, tak ada yang keluar. Angin pun tak berhembus. Berulang kali ke kamar mandi karena terasa menyesak dan sakit yang tidak kepalang, tapi di kamar mandi cuma merintih kesakitan. Semakin lama, semakin sakit karena gas, air dan ampas semakin menumpuk di dalam dan tak ada yang keluar. Duduk sakit, berbaring sakit, berjalan apalagi. Dikusuk menjerit, di biarkan tak tertahan. Pandanganku sudah nanar ketika selesai sholat maghrib yang terbata-bata. Untung anakku buru buru melarikanku ke Rumah sakit dan "plong" setelah adikku Dr. Fauzi datang menangani. Aku harus pindah tidur satu malam hanya karena gak bisa buang angin, dan harus bayar Rp1,5 juta.
Belakangan ini aku memang sering menagan buang angin. Aku berupaya menjaga agar wudu' ku tak batal, malas ke kamar mandi
untuk memperbaharui wudu'. Apalagi di hari-hari menjelang dan selama pra kongres pribumi di Garuda Plaza Selsa 11 september dan pelatihan relawan 12 september di Madani. Non stop. Bukan hanya malas ke kamar mandi, tapi diskusi di pra kongres itu memang memgasyikkan, membuat betah, takut ada sesien yang tertinggal. Jadilah buang angin dan kencing ditahan. Tetapi ada hal lain yang kusadari, yang selama ini aku lupa : berdoa mengucap syukur Alhamdulillah sepulang buang hajat. Di sinilah aku sadar, ternyata bisa buang air itu adalah nikmat yang patut sekali disyukuri.
Sakit sekali, kawan. Jangan sampai kawan mengalami. Ekonomi sedang sulit, sakit pula. Anda semua sedang dubutuhkan tenaga dan pikirannya dalam perjuangan Islam ini. Kita perlu mujahid-mujahid yang sehat jiwa raganya. Kita sedang menghadapi tantangan besar dan kuat, perlu mujahid tangguh. 2019 tinggal bilangan hari, jangan sampai batal karena kekurangan tenaga. Ayo, jaga kesehatan, tinggalkan rokok dan asah pikiran. Umat menantikan karyamu melewati jalan-Nya.
Salam saya, Masri Sitanggang(Ketum GIP-NKRI)
SUARA PEMBACA
TernyataBuang Angin Itu
Mahal
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 7 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M6 MAN TAZAKKA
SALAMSALAM
asha Allah. Hanya dalam
Mhitungan beberapa hari,
seruan infak Ustadz
Kasyful Anwar melalui Whatsapp
(WA) mendapat respon trengginas
dari jamaah yang pernah beliau
bimbing ibadah umroh dan hajinya.
Terhimpun donasi lebih dari Rp 200
juta untuk merampungkan
pembangunan Gedung Akademi
Dakwah Indonesia (ADI) Kota Palu.
Itu baru seruan satu Ustadz dari
Dewan Dakwah.
Karenanya, kita tidak heran jika
Alhamdulillah, tahun 2018 ini
Indonesia dinobatkan sebagai
''Juara Dunia Negara Dermawan''.
Predikat ini berdasarkan laporan
2018 World Giving Index oleh
Charities Aid Foundation (CAF) yang
bermarkas di Inggris.
Tiga perilaku yang digunakan
sebagai parameter untuk mengukur
kemurahan hati bangsa adalah:
menyumbangkan uang, membantu
orang asing, dan menjadi
sukarelawan.
Presentase orang Indonesia
dalam menyumbangkan uang
sebesar 78%. Lalu presentase untuk
membantu orang asing adalah 46%.
Yang terakhir, partisipasi orang
Indonesia dalam menjadi relawan
masuk yang tertinggi di dunia
dengan presentase 53%. Skor
keseluruhan yang diperoleh
Indonesia adalah 59%.
Angka-angka prosentase
tersebut sungguh sesuai dengan
ajaran Islam, meskipun masih bisa
ditingkatkan lagi. Bahwa jihad bil
maal dalam konteks kekinian di
Indonesia memiliki kedudukan lebih
utama dibanding jihad bil anfus,
termasuk di dalamnya menjadi
relawan.
Pada awal November 2007,
Dewan Dakwah mendapat
kunjungan tokoh intelektual Hamas,
Dr Nawwaf Takruri. Ia juga Ketua
Rabithah Ulama Filistin di Suriah
dan seorang penulis ternama di
Timur Tengah.
Beberapa bukunya telah
diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Salah satu bukunya yang
mendapat perhatian besar
pembaca, adalah”Al Jihad bil mal fi
sabilillah” (Dahsyatnya Jihad Harta
–terj GIP).
”Buku ini sangat berbobot, baik
isi, momentum maupun arah
pembahasannya. ..Saya sangat
menghargai materi ilmiah fiqih
yang termuat begitu padat dalam
buku ini, apalagi semuanya merujuk
kepada Al-Qur'anul Karim dan As-
Sunnah yang mulia, berlandaskan
kondisi nyata persoalan-persoalan
umat terutama persoalan Palestina,
serta tuntutan kebutuhan yang
sangat mendesak akan isu “jihad
harta”. Sebuah isu yang terkait
dengan kemurahan hati untuk
menyumbangkan dan
mengeluarkannya untuk
mendukung jihad dan para
mujahidin. Jihad harta adalah
“saudara kandung” jihad nyawa dan
pelengkapnya. Bahkan jihad nyawa
tidak akan sempurna jika tidak
disertai jihad harta,” demikian
pujian dari Kepala Biro Politik
Hamas, Khalid Misy'al.
Dalam kunjungannya di
Indonesia, Dr Nawwaf
menyampaikan contoh-contoh yang
menyentuh tentang jihad harta.
Dalam ceramah di Masjid
Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZNAS Dewan Da'wah
Kita Juara!
Darussalam Depok, misalnya
ia menghimbau para ibu agar
menghemat belanjanya sehari
saja dalam seminggu. Uang
hasil hemat satu hari itu,
diniatkan dan ditaruh di
tempat khusus untuk rakyat
Palestina. Begitu juga bapak-
bapak diharapkan bila
membelikan pakaian atau
celana untuk anak-anaknya,
sisihkanlah uang untuk satu
anak Palestina.
”Jika mempunyai anak tiga,
maka tanamkanlah dalam diri kalian
anda mempunyai anak empat, satu
di Palestina.” Untuk para remaja
dan anak-anak, hematlah sehari
saja dalam seminggu uang jajan
yang diberikan orang tua. Uang
hasil penghematan itu dimasukkan
dalam kaleng khusus untuk anak-
anak Palestina. ”Ini bukan masalah
jumlah, tapi masalah mendidik dan
menanamkan nilai-nilai kepada
anak-anak agar mereka turut
berjihad membebaskan Palestina,”
tegas laki-laki enam anak itu.
Hukum jihad dengan harta
adalah wajib, sama seperti
kewajiban berjihad dengan nyawa,
karena jihad kedua tidak dapat
terlaksana dengan sempurna tanpa
jihad pertama. Suatu perkara yang
apabila sebuah kewajiban tidak
akan sempurna tanpa
keberadaannya, maka perkara
tersebut juga menjadi wajib. Setiap
Muslim dituntut untuk
melaksanakan kewajiban ini,
sebagaimana dia dituntut untuk
berjihad dengan nyawa. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wassalam
bersabda, “Berjihadlah melawan
orang-orang musyrik dengan harta,
nyawa dan lisan kalian.” (HR Abu
Dawud).
Ibnul Qayyim berkata, “Wajib
berjihad dengan harta sama seperti
kewajiban berjihad dengan nyawa.”
Ini merupakan salah satu dari
dua pendapat Ahmad. Dan
pendapat inilah yang benar tanpa
diselubungi keraguan sedikit pun.
Perintah berjihad dengan harta
merupakan saudara kandung dan
pasangan perintah berjihad dengan
nyawa dalam Al-Qur'an, bahkan
selalu disebutkan lebih dulu
daripada jihad dengan nyawa dalam
setiap ayat yang
mencantumkannya, kecuali pada
satu ayat saja. Hal ini menunjukkan
bahwa jihad dengan harta lebih
penting dan mendesak ketimbang
jihad dengan nyawa. Tidak
diragukan lagi, jihad dengan harta
adalah salah satu dari dua jihad
yang ada, sebagaimana dinyatakan
oleh Nabi, “Siapa yang
memberangkatkan (mendanai)
orang yang berperang di jalan
Allah, berarti dia juga ikut
berperan” (HR Bukhari).
Menurut Takruri, setiap orang
yang mampu secara ekonomi wajib
berjihad dengan hartanya
sebagaimana orang yang mampu
secara fisik wajib berjihad dengan
fisiknya. Jihad fisik tidak mungkin
terlaksana tanpa ketersediaan dana.
Kemenangan dalam perang tidak
mungkin diraih tanpa pasukan dan
perbekalan. Jika tidak mungkin
memperbanyak jumlah pasukan
maka harus memperbanyak
perbekalan dan dana. Haji wajib
dikerjakan. Bagi orang yang tidak
sanggup mengerjakannya dengan
fisik, apabila dia memiliki harta,
maka kewajiban berjihad dengan
harta lebih utama dan mendesak
[daripada haji].
Ketika seorang Muslim berjihad
dengan hartanya, berarti dia telah
memenuhi seruan Allah SWT. untuk
menunaikan kewajiban tersebut.
Sebaliknya, jika malah menghindar
dan kikir, berarti dia telah
melanggar kewajiban yang
ditetapkan Allah Subhanahu
Wata'ala. dan tidak menjalankan
kewajiban semestinya, sama seperti
ketika tidak menjalankan kewajiban-
kewajiban agama lainnya.
Dalam edisi kali ini, kita
kupaskan kembali makna Fi
Sabilillah dan jihad, yang ternyata
perspektifnya sangat luas.
Semoga kita mampu
mempertahankan dan
meningkatkan predikat sebagai
Bangsa Juara Dunia
Kedermawanan.[]
Alhamdulillah,
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 7 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M6 MAN TAZAKKA
SALAMSALAM
asha Allah. Hanya dalam
Mhitungan beberapa hari,
seruan infak Ustadz
Kasyful Anwar melalui Whatsapp
(WA) mendapat respon trengginas
dari jamaah yang pernah beliau
bimbing ibadah umroh dan hajinya.
Terhimpun donasi lebih dari Rp 200
juta untuk merampungkan
pembangunan Gedung Akademi
Dakwah Indonesia (ADI) Kota Palu.
Itu baru seruan satu Ustadz dari
Dewan Dakwah.
Karenanya, kita tidak heran jika
Alhamdulillah, tahun 2018 ini
Indonesia dinobatkan sebagai
''Juara Dunia Negara Dermawan''.
Predikat ini berdasarkan laporan
2018 World Giving Index oleh
Charities Aid Foundation (CAF) yang
bermarkas di Inggris.
Tiga perilaku yang digunakan
sebagai parameter untuk mengukur
kemurahan hati bangsa adalah:
menyumbangkan uang, membantu
orang asing, dan menjadi
sukarelawan.
Presentase orang Indonesia
dalam menyumbangkan uang
sebesar 78%. Lalu presentase untuk
membantu orang asing adalah 46%.
Yang terakhir, partisipasi orang
Indonesia dalam menjadi relawan
masuk yang tertinggi di dunia
dengan presentase 53%. Skor
keseluruhan yang diperoleh
Indonesia adalah 59%.
Angka-angka prosentase
tersebut sungguh sesuai dengan
ajaran Islam, meskipun masih bisa
ditingkatkan lagi. Bahwa jihad bil
maal dalam konteks kekinian di
Indonesia memiliki kedudukan lebih
utama dibanding jihad bil anfus,
termasuk di dalamnya menjadi
relawan.
Pada awal November 2007,
Dewan Dakwah mendapat
kunjungan tokoh intelektual Hamas,
Dr Nawwaf Takruri. Ia juga Ketua
Rabithah Ulama Filistin di Suriah
dan seorang penulis ternama di
Timur Tengah.
Beberapa bukunya telah
diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia. Salah satu bukunya yang
mendapat perhatian besar
pembaca, adalah”Al Jihad bil mal fi
sabilillah” (Dahsyatnya Jihad Harta
–terj GIP).
”Buku ini sangat berbobot, baik
isi, momentum maupun arah
pembahasannya. ..Saya sangat
menghargai materi ilmiah fiqih
yang termuat begitu padat dalam
buku ini, apalagi semuanya merujuk
kepada Al-Qur'anul Karim dan As-
Sunnah yang mulia, berlandaskan
kondisi nyata persoalan-persoalan
umat terutama persoalan Palestina,
serta tuntutan kebutuhan yang
sangat mendesak akan isu “jihad
harta”. Sebuah isu yang terkait
dengan kemurahan hati untuk
menyumbangkan dan
mengeluarkannya untuk
mendukung jihad dan para
mujahidin. Jihad harta adalah
“saudara kandung” jihad nyawa dan
pelengkapnya. Bahkan jihad nyawa
tidak akan sempurna jika tidak
disertai jihad harta,” demikian
pujian dari Kepala Biro Politik
Hamas, Khalid Misy'al.
Dalam kunjungannya di
Indonesia, Dr Nawwaf
menyampaikan contoh-contoh yang
menyentuh tentang jihad harta.
Dalam ceramah di Masjid
Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZNAS Dewan Da'wah
Kita Juara!
Darussalam Depok, misalnya
ia menghimbau para ibu agar
menghemat belanjanya sehari
saja dalam seminggu. Uang
hasil hemat satu hari itu,
diniatkan dan ditaruh di
tempat khusus untuk rakyat
Palestina. Begitu juga bapak-
bapak diharapkan bila
membelikan pakaian atau
celana untuk anak-anaknya,
sisihkanlah uang untuk satu
anak Palestina.
”Jika mempunyai anak tiga,
maka tanamkanlah dalam diri kalian
anda mempunyai anak empat, satu
di Palestina.” Untuk para remaja
dan anak-anak, hematlah sehari
saja dalam seminggu uang jajan
yang diberikan orang tua. Uang
hasil penghematan itu dimasukkan
dalam kaleng khusus untuk anak-
anak Palestina. ”Ini bukan masalah
jumlah, tapi masalah mendidik dan
menanamkan nilai-nilai kepada
anak-anak agar mereka turut
berjihad membebaskan Palestina,”
tegas laki-laki enam anak itu.
Hukum jihad dengan harta
adalah wajib, sama seperti
kewajiban berjihad dengan nyawa,
karena jihad kedua tidak dapat
terlaksana dengan sempurna tanpa
jihad pertama. Suatu perkara yang
apabila sebuah kewajiban tidak
akan sempurna tanpa
keberadaannya, maka perkara
tersebut juga menjadi wajib. Setiap
Muslim dituntut untuk
melaksanakan kewajiban ini,
sebagaimana dia dituntut untuk
berjihad dengan nyawa. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi Wassalam
bersabda, “Berjihadlah melawan
orang-orang musyrik dengan harta,
nyawa dan lisan kalian.” (HR Abu
Dawud).
Ibnul Qayyim berkata, “Wajib
berjihad dengan harta sama seperti
kewajiban berjihad dengan nyawa.”
Ini merupakan salah satu dari
dua pendapat Ahmad. Dan
pendapat inilah yang benar tanpa
diselubungi keraguan sedikit pun.
Perintah berjihad dengan harta
merupakan saudara kandung dan
pasangan perintah berjihad dengan
nyawa dalam Al-Qur'an, bahkan
selalu disebutkan lebih dulu
daripada jihad dengan nyawa dalam
setiap ayat yang
mencantumkannya, kecuali pada
satu ayat saja. Hal ini menunjukkan
bahwa jihad dengan harta lebih
penting dan mendesak ketimbang
jihad dengan nyawa. Tidak
diragukan lagi, jihad dengan harta
adalah salah satu dari dua jihad
yang ada, sebagaimana dinyatakan
oleh Nabi, “Siapa yang
memberangkatkan (mendanai)
orang yang berperang di jalan
Allah, berarti dia juga ikut
berperan” (HR Bukhari).
Menurut Takruri, setiap orang
yang mampu secara ekonomi wajib
berjihad dengan hartanya
sebagaimana orang yang mampu
secara fisik wajib berjihad dengan
fisiknya. Jihad fisik tidak mungkin
terlaksana tanpa ketersediaan dana.
Kemenangan dalam perang tidak
mungkin diraih tanpa pasukan dan
perbekalan. Jika tidak mungkin
memperbanyak jumlah pasukan
maka harus memperbanyak
perbekalan dan dana. Haji wajib
dikerjakan. Bagi orang yang tidak
sanggup mengerjakannya dengan
fisik, apabila dia memiliki harta,
maka kewajiban berjihad dengan
harta lebih utama dan mendesak
[daripada haji].
Ketika seorang Muslim berjihad
dengan hartanya, berarti dia telah
memenuhi seruan Allah SWT. untuk
menunaikan kewajiban tersebut.
Sebaliknya, jika malah menghindar
dan kikir, berarti dia telah
melanggar kewajiban yang
ditetapkan Allah Subhanahu
Wata'ala. dan tidak menjalankan
kewajiban semestinya, sama seperti
ketika tidak menjalankan kewajiban-
kewajiban agama lainnya.
Dalam edisi kali ini, kita
kupaskan kembali makna Fi
Sabilillah dan jihad, yang ternyata
perspektifnya sangat luas.
Semoga kita mampu
mempertahankan dan
meningkatkan predikat sebagai
Bangsa Juara Dunia
Kedermawanan.[]
Alhamdulillah,
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M8 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 9 MAN TAZAKKA
sya pada Ahad (5/8) itu rupanya jadi shalat terakhir
INy Halimah. Gempa dahsyat skala 7 SR di Lombok
Utara meruntuhkan atap rumahnya, menimbun
nenek solehah. Warga Desa Karang Dese, Kec Tanjung,
Lombok Utara, itupun wafat. Innalillahi….
Ny Halimah adalah nenek dari Abdul Aziz Ibrahim,
mahasiswa semester VI Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah
(STID) M Natsir, Tambun, Jawa Barat.
Menurut Direktur Pesantren Mahasiswa STID M
Natsir, Ustadz Imam Taufik, selain Ibrahim ada
beberapa mahasiswanya asal NTB. Baik dari Lombok
Barat, tengah, Timur, maupun Lombok Utara.
''Tak lama setelah gempa besar Lombok Minggu
petang, kami kumpulkan semua mahasiswa asal NTB.
Mereka kami fasilitasi untuk menghubungi keluarga
masing-masing,'' ungkap Taufik.
Setelah berhasil berkomunikasi, para mahasiswa
berdoa dalam syahdu kesedihan. Ada yang neneknya
gugur, keluarganya mengungsi ke bukit, dan rata-rata
rumah mereka hancur lebur.
''Rumah keluarga mahasiswa Sarniman, Ritajib, serta
Dosen STID Ustadz Madeni dan Suhaidi, hancur total.
Rata dengan tanah,'' ungkap Taufik.
Hingga masa tanggap darurat gempa Lombok, STID
M Natsir memberikan fasilitas komunikasi bagi para
mahasiswa asal ''Pulau Seribu Mesjid''. Baik sambungan
kantor maupun privat.
Bekerjasama dengan Posko LAZNAS Dewan Dakwah,
kampus pengkaderan da'i pedalaman Dewan Dakwah
itu berupaya memberikan informasi perkembangan
terkini dari lokasi.
Beroperasi sejak 1 Agustus 2018, posko utama
LAZNAS Dewan Dakwah berada di Pondok Pesantren
Baabul Mujahidin di Dusun Bayan Barat, Desa Bayan
Beleq, Kec Bayan, Kab Lombok Utara.
Program posko meliputi: Inventarisasi dan
pengamanan Masjid, Penyelenggaraan Dapur Umum,
Dropping Tandon dan Air Bersih, Layanan Kesehatan,
Distribusi paket makanan siap santap, Trauma Healing
berbasis spiritual, dan penyelenggaraan Sekolah Hatiku
Senang untuk anak-anak pengungsi.
''Sesuai kemampuan kami, program-program
tersebut diprioritaskan untuk warga Desa Bayan Beleq,
Senaru, dan Desa Mumbul Sari di Kec Bayan. Ratusan
keluarga dari dusun-dusun di desa itu mengungsi di
tempat tinggi dan menjauhi bangunan. Gempa susulan
terus terjadi,'' papar Agung Gumelar, Manager Program
LAZNAS Dewan Dakwah.
Tim Laznas Dewan Dakwah terus mendampingi
warga dan melayani kebutuhannya. Posko kemudian
diperkuat dengan tim-tim berikutnya secara bergantian.
Truk Bantuan
Dakta Media Network melalui Dakta Peduli bersama
Tata Motors dan Dewan Dakwah melepas truk armada
kemanusiaan yang membawa bantuan logistik bagi
korban gempa Lombok dari halaman Dealer Tata
Motors, Kramat Raya, Jakarta Pusat pada Senin (27/08).
“Bencana Lombok mengakibatkan dampak
kerusakan yang sangat signifikan bagi kehidupan
masyarakat disana,” ujar Direktur Utama Dakta Media
Network, Andi Kosala dalam sambutannya.
Ia menambahkan, “Dakta Peduli membuat secara
rutin kegiatan kemanusiaan. Kami mengumpulkan
sumbangan dana dan fisik (red. barang). Di lapangan
kami bertemu dengan LAZNAS Dewan Da'wah yang
sudah berjuang banyak.”
“Terkumpul dana 200 juta rupiah dari pendengar
Radio Dakta. 50 juta dibelikan barang barang bantuan.
150 juta untuk memperbaiki fasilitas mushola dan
masjid dengan berkolaborasi dengan LAZNAS Dewan
Da'wah,” ungkap Andi.
“Alhamdulillah kami juga mendapatkan support
yang begitu besar dari Tata Motors dan Dewan Dakwah
sehingga sinergitas yang terbentuk dari kami ini
diharapkan berkelanjutan karena penanganan korban
gempa Lombok ini tidak cukup satu dua kali,”
imbuhnya.
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,
Ustadz Muhammad Sidik juga mengapresiasi truk
bantuan kemanusiaan yang diinisiasi oleh Dakta Peduli
ini. Menurutnya, hal ini sejalan dengan program mereka
KABAR KABAR
Truk dan TrainingKepedulian ke Lombok
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M8 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 9 MAN TAZAKKA
sya pada Ahad (5/8) itu rupanya jadi shalat terakhir
INy Halimah. Gempa dahsyat skala 7 SR di Lombok
Utara meruntuhkan atap rumahnya, menimbun
nenek solehah. Warga Desa Karang Dese, Kec Tanjung,
Lombok Utara, itupun wafat. Innalillahi….
Ny Halimah adalah nenek dari Abdul Aziz Ibrahim,
mahasiswa semester VI Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah
(STID) M Natsir, Tambun, Jawa Barat.
Menurut Direktur Pesantren Mahasiswa STID M
Natsir, Ustadz Imam Taufik, selain Ibrahim ada
beberapa mahasiswanya asal NTB. Baik dari Lombok
Barat, tengah, Timur, maupun Lombok Utara.
''Tak lama setelah gempa besar Lombok Minggu
petang, kami kumpulkan semua mahasiswa asal NTB.
Mereka kami fasilitasi untuk menghubungi keluarga
masing-masing,'' ungkap Taufik.
Setelah berhasil berkomunikasi, para mahasiswa
berdoa dalam syahdu kesedihan. Ada yang neneknya
gugur, keluarganya mengungsi ke bukit, dan rata-rata
rumah mereka hancur lebur.
''Rumah keluarga mahasiswa Sarniman, Ritajib, serta
Dosen STID Ustadz Madeni dan Suhaidi, hancur total.
Rata dengan tanah,'' ungkap Taufik.
Hingga masa tanggap darurat gempa Lombok, STID
M Natsir memberikan fasilitas komunikasi bagi para
mahasiswa asal ''Pulau Seribu Mesjid''. Baik sambungan
kantor maupun privat.
Bekerjasama dengan Posko LAZNAS Dewan Dakwah,
kampus pengkaderan da'i pedalaman Dewan Dakwah
itu berupaya memberikan informasi perkembangan
terkini dari lokasi.
Beroperasi sejak 1 Agustus 2018, posko utama
LAZNAS Dewan Dakwah berada di Pondok Pesantren
Baabul Mujahidin di Dusun Bayan Barat, Desa Bayan
Beleq, Kec Bayan, Kab Lombok Utara.
Program posko meliputi: Inventarisasi dan
pengamanan Masjid, Penyelenggaraan Dapur Umum,
Dropping Tandon dan Air Bersih, Layanan Kesehatan,
Distribusi paket makanan siap santap, Trauma Healing
berbasis spiritual, dan penyelenggaraan Sekolah Hatiku
Senang untuk anak-anak pengungsi.
''Sesuai kemampuan kami, program-program
tersebut diprioritaskan untuk warga Desa Bayan Beleq,
Senaru, dan Desa Mumbul Sari di Kec Bayan. Ratusan
keluarga dari dusun-dusun di desa itu mengungsi di
tempat tinggi dan menjauhi bangunan. Gempa susulan
terus terjadi,'' papar Agung Gumelar, Manager Program
LAZNAS Dewan Dakwah.
Tim Laznas Dewan Dakwah terus mendampingi
warga dan melayani kebutuhannya. Posko kemudian
diperkuat dengan tim-tim berikutnya secara bergantian.
Truk Bantuan
Dakta Media Network melalui Dakta Peduli bersama
Tata Motors dan Dewan Dakwah melepas truk armada
kemanusiaan yang membawa bantuan logistik bagi
korban gempa Lombok dari halaman Dealer Tata
Motors, Kramat Raya, Jakarta Pusat pada Senin (27/08).
“Bencana Lombok mengakibatkan dampak
kerusakan yang sangat signifikan bagi kehidupan
masyarakat disana,” ujar Direktur Utama Dakta Media
Network, Andi Kosala dalam sambutannya.
Ia menambahkan, “Dakta Peduli membuat secara
rutin kegiatan kemanusiaan. Kami mengumpulkan
sumbangan dana dan fisik (red. barang). Di lapangan
kami bertemu dengan LAZNAS Dewan Da'wah yang
sudah berjuang banyak.”
“Terkumpul dana 200 juta rupiah dari pendengar
Radio Dakta. 50 juta dibelikan barang barang bantuan.
150 juta untuk memperbaiki fasilitas mushola dan
masjid dengan berkolaborasi dengan LAZNAS Dewan
Da'wah,” ungkap Andi.
“Alhamdulillah kami juga mendapatkan support
yang begitu besar dari Tata Motors dan Dewan Dakwah
sehingga sinergitas yang terbentuk dari kami ini
diharapkan berkelanjutan karena penanganan korban
gempa Lombok ini tidak cukup satu dua kali,”
imbuhnya.
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,
Ustadz Muhammad Sidik juga mengapresiasi truk
bantuan kemanusiaan yang diinisiasi oleh Dakta Peduli
ini. Menurutnya, hal ini sejalan dengan program mereka
KABAR KABAR
Truk dan TrainingKepedulian ke Lombok
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M10 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 11 MAN TAZAKKA
yang fokus di bidang kemanusiaan.
“Karena kami mengetahui jika negara ini memang
rawan dengan bencana alam. Maka dari itu, Dewan
Dakwah telah melakukan bantuan kemanusiaan hingga
ke pelosok tanah air. Dan bantuan ini sejalan dengan
program kami,” tuturnya.
Armada truk kemanusiaan ini dilepas langsung oleh
Andi Kosala, Ustadz Muhammad Sidik, dan Presiden
Direktur Tata Motors Indonesia, Biswadev Singupta.
Turut dalam perjalanan Jakarta-Lombok selama tiga
hari dua malam itu, relawan mandiri LAZNAS Dewan
Dakwah Ustadz M Rais Ramli. Sambil menahan sakit
radang leher akibat udara dingin dan kurang tidur,
pengasuh pondok pesantren di Jogja itu mengabdikan
diri selama tiga pekan di Lombok.
Trauma Healing
Untuk membantu pemulihan psikologi warga
Lombok yang beberapa kali diguncang gempa bumi,
Radio Dakta melalui Dakta Peduli menyelenggarakan
pelatihan Dai Tanggap Bencana di Masjid Nurul Falah,
Karang Puluh, Rembige, Mataram, Lombok, NTB pada
Selasa (11/9).
Bekerjasama dengan Dewan Dakwah Nusa Tenggara
Barat (NTB), para dai dibekali
dengan materi khusus untuk
penanganan dan perencanaan
pasca gempa Lombok.
"Alhamdulillah Ada sekitar 70
dai yang antusias mengikuti
pelatihan ini, dan meraka semua
rata-rata berasal dari Lombok Utara
di mana pusat terjadinya gempa.
Jadi mereka merasakan sekali
wilayahnya diguncang gempa yang
cukup besar," kata Ketua Pelaksana
Dauroh, Ustadz Muhammad
Mukhlish, saat dihubungi Selasa
(11/9).
Materi pelatihan disampaikan
Asep Haerul Gani dari Komunitas Alumni Psikologi
Universitas Indonesia.
Melalui pelatihan ini, para dai di NTB diharapkan
mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat
kepada warga di pengungsian untuk membantu
pemulihan setelah mengalami trauma akibat bencana
gempa.
"Kami berkomitmen melalui pelatihan ini, Dewan
Dakwah NTB ke depannya mampu menerapkannya di
tengah-tengah para pengungsi yang mengalami
traumatis. Para dai diharapkan mampu mempersiapkan
diri dengan pembekalan yang telah diberikan, sehingga
dapat memahami masyarakat baik fisik maupun
nonfisik," jelasnya.
Ia menyampaikan, selain mendistribusikan bantuan
logistik, Dewan Dakwah NTB saat itu juga fokus
terhadap rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa
dengan mengutamakan pembangunan hunian
sementara (Huntara) untuk keluarga dai dan mushola-
mushola sementara.
"Proses distribusi memang belum maksimal karena
masih banyak wilayah yang belum tersentuh. Maka itu
yang menjadi upaya kami, apalagi saat ini sedang
peralihan cuaca dari kemarau ke penghujan sehingga
kita masih membutuhkan bantuan seperti terpal dan
lainnya," pungkasnya.[]
KABAR KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M10 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 11 MAN TAZAKKA
yang fokus di bidang kemanusiaan.
“Karena kami mengetahui jika negara ini memang
rawan dengan bencana alam. Maka dari itu, Dewan
Dakwah telah melakukan bantuan kemanusiaan hingga
ke pelosok tanah air. Dan bantuan ini sejalan dengan
program kami,” tuturnya.
Armada truk kemanusiaan ini dilepas langsung oleh
Andi Kosala, Ustadz Muhammad Sidik, dan Presiden
Direktur Tata Motors Indonesia, Biswadev Singupta.
Turut dalam perjalanan Jakarta-Lombok selama tiga
hari dua malam itu, relawan mandiri LAZNAS Dewan
Dakwah Ustadz M Rais Ramli. Sambil menahan sakit
radang leher akibat udara dingin dan kurang tidur,
pengasuh pondok pesantren di Jogja itu mengabdikan
diri selama tiga pekan di Lombok.
Trauma Healing
Untuk membantu pemulihan psikologi warga
Lombok yang beberapa kali diguncang gempa bumi,
Radio Dakta melalui Dakta Peduli menyelenggarakan
pelatihan Dai Tanggap Bencana di Masjid Nurul Falah,
Karang Puluh, Rembige, Mataram, Lombok, NTB pada
Selasa (11/9).
Bekerjasama dengan Dewan Dakwah Nusa Tenggara
Barat (NTB), para dai dibekali
dengan materi khusus untuk
penanganan dan perencanaan
pasca gempa Lombok.
"Alhamdulillah Ada sekitar 70
dai yang antusias mengikuti
pelatihan ini, dan meraka semua
rata-rata berasal dari Lombok Utara
di mana pusat terjadinya gempa.
Jadi mereka merasakan sekali
wilayahnya diguncang gempa yang
cukup besar," kata Ketua Pelaksana
Dauroh, Ustadz Muhammad
Mukhlish, saat dihubungi Selasa
(11/9).
Materi pelatihan disampaikan
Asep Haerul Gani dari Komunitas Alumni Psikologi
Universitas Indonesia.
Melalui pelatihan ini, para dai di NTB diharapkan
mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat
kepada warga di pengungsian untuk membantu
pemulihan setelah mengalami trauma akibat bencana
gempa.
"Kami berkomitmen melalui pelatihan ini, Dewan
Dakwah NTB ke depannya mampu menerapkannya di
tengah-tengah para pengungsi yang mengalami
traumatis. Para dai diharapkan mampu mempersiapkan
diri dengan pembekalan yang telah diberikan, sehingga
dapat memahami masyarakat baik fisik maupun
nonfisik," jelasnya.
Ia menyampaikan, selain mendistribusikan bantuan
logistik, Dewan Dakwah NTB saat itu juga fokus
terhadap rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa
dengan mengutamakan pembangunan hunian
sementara (Huntara) untuk keluarga dai dan mushola-
mushola sementara.
"Proses distribusi memang belum maksimal karena
masih banyak wilayah yang belum tersentuh. Maka itu
yang menjadi upaya kami, apalagi saat ini sedang
peralihan cuaca dari kemarau ke penghujan sehingga
kita masih membutuhkan bantuan seperti terpal dan
lainnya," pungkasnya.[]
KABAR KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M12 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 13 MAN TAZAKKA
KABAR
uluhan Da'i Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah
P(STID) Mohammad Natsir ditempatkan di
sejumlah wilayah Sulawesi Tengah dalam rangka
menjalankan tugas dakwah untuk membimbing warga,
terutama dalam hal akidah dan ibadah.
“Kurang lebih ada 20 Da'i yang terdiri dari beberapa
kategori. Ada yang akan menjalankan dakwah selama 1
tahun pengabdian. Ada pula sebagian Da'i yang
melanjutkan karena mendapatkan tugas kembali,” papar
Ahmad Misbahul Anam, Ketua Bidang Dakwah Dewan
Da'wah Islamiyah Indonesia, Senin (29/10) dari Palu,
Sulteng.
“Selain itu, beberapa Da'i yang sudah pulang ke
kampung halaman pun kembali lagi untuk merawat
aset-aset dakwah di Sulawesi Tengah ini,” imbuhnya.
Da'i ditempatkan di Kota Palu, Kab Sigi, Morowalu,
Touna, dan Kab Donggala. Sebagian besar Da'i
difokuskan pada wilayah terdampak gempa dan
tsunami. Hal ini diperlukan mengingat kondiri warga
pascabencana yang membutuhkan bimbingan dari segi
ruhiyah/spiritualitas untuk ikhlas menerima cobaan dan
bangkit dengan sprit keislaman.
Kehadiran Da'i juga akan memperkuat program
Laznas Dewan Da'wah dalam melakukan rehabilitasi
terhadap kondisi penyintas Sulteng.
Menurut Misbahul Anam, ada 2 tugas utama Da'i di
Sulteng. Pertama, mendampingi dan membimbing
warga. Kedua, menghidupkan Masjid atau Langgar. Hal
ini disebabkan warga tidak sholat di Masjid karena tidak
ada imam untuk memimpin shalat.
“Sebenarnya mereka mau ibadah, tapi engga ada
Da'i yang mendampangi. Harapannya kini dengan ada
Da'i dapat menghidupkan kembali Masjid dan pengajian
Al-Qura'n untuk warga setempat, terutama anak-anak,”
jelas Misbahul dalam wawancaranya kepada tim Laznas
Dewan Da'wah.
Untuk menambah bekal para dai, LAZNAS Dewan
Da'wah selenggarakan Dauroh Dakwah dan
Kemanusiaan. Acara ini digelar di Masjid Al-Furqon
Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Kelurahan Tondo,
Kecamatan Mantikulore, Kota Palu pada Ahad (28/10).
Dengan tagline Menanggulangi Bencana Tanpa
Menambah Bencana, dauroh ini diikuti 40 peserta.
Mereka merupakan relawan Dewan Da'wah Pusat dan
Daerah, Da'i warga lokal, relawan santri Darul Ilmi Jawa
Tengah, serta Da'i alumnus STID M Natsir, baik yang
memulai pengabdian dakwah maupun yang telah
alumnus.
Dauroh dibuka Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah,
Avid Solihin. Materi lainnya diberikan Ketua Bidang
Dakwah Dewan Da'wah Ahmad
Misbahul Anam, Ustadz Kasyful
Anwar, dan Oma Rahmat serta
pembicara dari Gerakan Ahlus
Sunnah Malaysia Ustadz Shofwan
Badrie.
Sebelumnya, acara serupa
telah digelar di LEC Bukti Baruga
Antang, Makassar, Sulawesi
Selatan pada Sabtu (27/10). Acara
yang diikuti seratusan peserta ini
diselenggarakan melalui
kerjasama antara Laznas Dewan
Da'wah Pusat, Dewan Da'wah
Sulawesi Selatan dan Yayasan Haji
Kalla.
Para peserta merupakan Da'i
dan mahasiswa aktifis Sulawesi
Selatan.
Mengusung tema Tanggulangi
Bencana Tanpa Menambah Bencana, dauroh ini
mempersiapkan para relawan lokal untuk layani
penyintas bencana di Sulawesi Tengah yang sebagian
berada di Sulawesi Selatan. “Peserta terseleksi akan
menjadi Relawan Posko Laznas Dewan Dakwah dan
Yayasan Haji Kalla di Makassar dan Palu,” tutur
Purnama, pengurus Dewan Dakwah Sulawesi Selatan.[]
KABAR
Dai Pasca Bencana
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M12 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 13 MAN TAZAKKA
KABAR
uluhan Da'i Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah
P(STID) Mohammad Natsir ditempatkan di
sejumlah wilayah Sulawesi Tengah dalam rangka
menjalankan tugas dakwah untuk membimbing warga,
terutama dalam hal akidah dan ibadah.
“Kurang lebih ada 20 Da'i yang terdiri dari beberapa
kategori. Ada yang akan menjalankan dakwah selama 1
tahun pengabdian. Ada pula sebagian Da'i yang
melanjutkan karena mendapatkan tugas kembali,” papar
Ahmad Misbahul Anam, Ketua Bidang Dakwah Dewan
Da'wah Islamiyah Indonesia, Senin (29/10) dari Palu,
Sulteng.
“Selain itu, beberapa Da'i yang sudah pulang ke
kampung halaman pun kembali lagi untuk merawat
aset-aset dakwah di Sulawesi Tengah ini,” imbuhnya.
Da'i ditempatkan di Kota Palu, Kab Sigi, Morowalu,
Touna, dan Kab Donggala. Sebagian besar Da'i
difokuskan pada wilayah terdampak gempa dan
tsunami. Hal ini diperlukan mengingat kondiri warga
pascabencana yang membutuhkan bimbingan dari segi
ruhiyah/spiritualitas untuk ikhlas menerima cobaan dan
bangkit dengan sprit keislaman.
Kehadiran Da'i juga akan memperkuat program
Laznas Dewan Da'wah dalam melakukan rehabilitasi
terhadap kondisi penyintas Sulteng.
Menurut Misbahul Anam, ada 2 tugas utama Da'i di
Sulteng. Pertama, mendampingi dan membimbing
warga. Kedua, menghidupkan Masjid atau Langgar. Hal
ini disebabkan warga tidak sholat di Masjid karena tidak
ada imam untuk memimpin shalat.
“Sebenarnya mereka mau ibadah, tapi engga ada
Da'i yang mendampangi. Harapannya kini dengan ada
Da'i dapat menghidupkan kembali Masjid dan pengajian
Al-Qura'n untuk warga setempat, terutama anak-anak,”
jelas Misbahul dalam wawancaranya kepada tim Laznas
Dewan Da'wah.
Untuk menambah bekal para dai, LAZNAS Dewan
Da'wah selenggarakan Dauroh Dakwah dan
Kemanusiaan. Acara ini digelar di Masjid Al-Furqon
Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Kelurahan Tondo,
Kecamatan Mantikulore, Kota Palu pada Ahad (28/10).
Dengan tagline Menanggulangi Bencana Tanpa
Menambah Bencana, dauroh ini diikuti 40 peserta.
Mereka merupakan relawan Dewan Da'wah Pusat dan
Daerah, Da'i warga lokal, relawan santri Darul Ilmi Jawa
Tengah, serta Da'i alumnus STID M Natsir, baik yang
memulai pengabdian dakwah maupun yang telah
alumnus.
Dauroh dibuka Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah,
Avid Solihin. Materi lainnya diberikan Ketua Bidang
Dakwah Dewan Da'wah Ahmad
Misbahul Anam, Ustadz Kasyful
Anwar, dan Oma Rahmat serta
pembicara dari Gerakan Ahlus
Sunnah Malaysia Ustadz Shofwan
Badrie.
Sebelumnya, acara serupa
telah digelar di LEC Bukti Baruga
Antang, Makassar, Sulawesi
Selatan pada Sabtu (27/10). Acara
yang diikuti seratusan peserta ini
diselenggarakan melalui
kerjasama antara Laznas Dewan
Da'wah Pusat, Dewan Da'wah
Sulawesi Selatan dan Yayasan Haji
Kalla.
Para peserta merupakan Da'i
dan mahasiswa aktifis Sulawesi
Selatan.
Mengusung tema Tanggulangi
Bencana Tanpa Menambah Bencana, dauroh ini
mempersiapkan para relawan lokal untuk layani
penyintas bencana di Sulawesi Tengah yang sebagian
berada di Sulawesi Selatan. “Peserta terseleksi akan
menjadi Relawan Posko Laznas Dewan Dakwah dan
Yayasan Haji Kalla di Makassar dan Palu,” tutur
Purnama, pengurus Dewan Dakwah Sulawesi Selatan.[]
KABAR
Dai Pasca Bencana
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M14 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 15 MAN TAZAKKA
KABAR
etua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia,
KDrs Mohammad Siddik, MA, mendatangi
sejumlah daerah terdampak gempa dan tsunami
di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu-
Senen (13-15/10).
Bersama tim LAZNAS Dewan Da'wah, ia meninjau
langsung kondisi penyintas bencana di Kelurahan
Petobo dan Perumnas Balaroa yang dilantakkan gempa
dan pergerakan tanah likuifaksi, serta Pantai Talise yang
disapu tsunami akhir September lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Siddik berkunjung ke
Posko Masjid Al-Furqan Dewan Da'wah Sulawesi
Tengah di Tondo, Kec Mantikuore, Kota Palu. Di sini, ia
meresmikan fasilitas MCK darurat bagi para pengungsi.
Siddik pun meninjau gedung Akademi Dakwah
Indonesia (ADI) yang masih 60% dan sebagian
terdampak gempa.
Insya Allah, pembangunan Gedung ADI segera
dirampungkan dengan donasi dari jamaah alumni haji
dan umroh Hudaya Safari yang dibimbing Ustadz
Kasyful Anwar.
Siddik yang juga pernah menjadi direktur LAZIS
Dewan Da'wah tahun 2002-2009 ini sempat menyapa
dan bercerita kepada anak-anak korban bencana yang
mengikuti Program Sekolah Hatiku Senang di Lapangan
Kompas, Tondo.
''Nabi Muhammad SAW itu semasa kecilnya juga
hidup menderita, yatim-piatu, namun selalu membantu
teman-temannya,'' Siddik menyuntikkan motivasi pada
anak-anak agar ringan tangan dalam keadaan susah
sekalipun.
Dalam kunjungan ini, Ketum Dewan Da'wah
didampingi Ketua LAZNAS Dewan Dakwah H Ade
Salamun, Ketua Dewan Da'wah Sulawesi Tengah Irfan
Hakim beserta beberapa pengurusnya, Relawan Dewan
Da'wah Kab Touna, dan relawan SHS dari PII (Pelajar
Islam Indonesia) Sulteng.
Tak lupa, Ketum bersilaturahim kepada Pimpinan
Perguruan Islam Al Khairaat, Habib Segaf bin
Muhammad Al-Jufri di kediamannya. Pertemuan
tersebut diantaranya membicarakan keberadaan dan
program posko LAZNAS Dewan Da'wah di sejumlah titik
terdampak bencana.
Siddik menyerukan agar pemerintah bersama
masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu
melakukan muhasabah, taubat, dan perbaikan ke
depannya. Jadikan bencana besar yang menimpa
Sulteng sebagai momen terbaik untuk bermuhasabah.
“Mari kita bangun Sulteng ini berlandaskan iman dan
taqwa,” pesan Siddik di sela-sela silaturrahim ke Al-
Khiraat pada Senin (15/10).
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah
Indonesia juga telah mengunjungi pengungsi dan
relawan di beberapa lokasi di Lombok, Nusa Tenggara
Barat (NTB), Sabtu (18/8/2018).
Dalam kunjungan tersebut, Ustadz Siddik beserta
Ustadz Syauri Halimi dan Ketua Laznas Dewan Dakwah
H Ade Salamun, beranjangsana ke Ketua Dewan
Dakwah NTB, TGH Muharrar Mahfudz, di Ponpes Nurul
Hakim, Kediri, Lombok Barat.
Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan
mengunjungi posko utama LAZNAS Dewan Da'wah di
Rembiga, Kota Mataram dan posko pengungsian di
Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kec. Pemenang serta
Dusun Bayan Barat, Desa Bayan Blee, Kec Bayan.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Dewan
KABAR
Ketum Dewan Da'wah
Kunjungi Lombok dan Palu
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M14 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 15 MAN TAZAKKA
KABAR
etua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia,
KDrs Mohammad Siddik, MA, mendatangi
sejumlah daerah terdampak gempa dan tsunami
di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu-
Senen (13-15/10).
Bersama tim LAZNAS Dewan Da'wah, ia meninjau
langsung kondisi penyintas bencana di Kelurahan
Petobo dan Perumnas Balaroa yang dilantakkan gempa
dan pergerakan tanah likuifaksi, serta Pantai Talise yang
disapu tsunami akhir September lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Siddik berkunjung ke
Posko Masjid Al-Furqan Dewan Da'wah Sulawesi
Tengah di Tondo, Kec Mantikuore, Kota Palu. Di sini, ia
meresmikan fasilitas MCK darurat bagi para pengungsi.
Siddik pun meninjau gedung Akademi Dakwah
Indonesia (ADI) yang masih 60% dan sebagian
terdampak gempa.
Insya Allah, pembangunan Gedung ADI segera
dirampungkan dengan donasi dari jamaah alumni haji
dan umroh Hudaya Safari yang dibimbing Ustadz
Kasyful Anwar.
Siddik yang juga pernah menjadi direktur LAZIS
Dewan Da'wah tahun 2002-2009 ini sempat menyapa
dan bercerita kepada anak-anak korban bencana yang
mengikuti Program Sekolah Hatiku Senang di Lapangan
Kompas, Tondo.
''Nabi Muhammad SAW itu semasa kecilnya juga
hidup menderita, yatim-piatu, namun selalu membantu
teman-temannya,'' Siddik menyuntikkan motivasi pada
anak-anak agar ringan tangan dalam keadaan susah
sekalipun.
Dalam kunjungan ini, Ketum Dewan Da'wah
didampingi Ketua LAZNAS Dewan Dakwah H Ade
Salamun, Ketua Dewan Da'wah Sulawesi Tengah Irfan
Hakim beserta beberapa pengurusnya, Relawan Dewan
Da'wah Kab Touna, dan relawan SHS dari PII (Pelajar
Islam Indonesia) Sulteng.
Tak lupa, Ketum bersilaturahim kepada Pimpinan
Perguruan Islam Al Khairaat, Habib Segaf bin
Muhammad Al-Jufri di kediamannya. Pertemuan
tersebut diantaranya membicarakan keberadaan dan
program posko LAZNAS Dewan Da'wah di sejumlah titik
terdampak bencana.
Siddik menyerukan agar pemerintah bersama
masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu
melakukan muhasabah, taubat, dan perbaikan ke
depannya. Jadikan bencana besar yang menimpa
Sulteng sebagai momen terbaik untuk bermuhasabah.
“Mari kita bangun Sulteng ini berlandaskan iman dan
taqwa,” pesan Siddik di sela-sela silaturrahim ke Al-
Khiraat pada Senin (15/10).
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah
Indonesia juga telah mengunjungi pengungsi dan
relawan di beberapa lokasi di Lombok, Nusa Tenggara
Barat (NTB), Sabtu (18/8/2018).
Dalam kunjungan tersebut, Ustadz Siddik beserta
Ustadz Syauri Halimi dan Ketua Laznas Dewan Dakwah
H Ade Salamun, beranjangsana ke Ketua Dewan
Dakwah NTB, TGH Muharrar Mahfudz, di Ponpes Nurul
Hakim, Kediri, Lombok Barat.
Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan
mengunjungi posko utama LAZNAS Dewan Da'wah di
Rembiga, Kota Mataram dan posko pengungsian di
Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kec. Pemenang serta
Dusun Bayan Barat, Desa Bayan Blee, Kec Bayan.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Dewan
KABAR
Ketum Dewan Da'wah
Kunjungi Lombok dan Palu
i Inaaa, aii dataaang,” teriak girang seorang
Abocah memberitahu emaknya kehadiran truk
tangki Air buat Sedulur LAZNAS Dewan
Da'wah di Dusun Oma Seguar, Desa Senaru, Kecamatan
Bayan, Kab. Lombok Utara.
Si bocah berkulit gelap bertubuh subur mengenakan
celana pendek itu mengangkat kedua tangannya tinggi-
tinggi, melambai ke arah tenda beralas tikar purun. Ia
lalu berlari sumringah menuju truk tangki air yang
langganan datang.
Yang membuat cerah wajah anak kecil di sore itu
lantaran bak mandinya akan terisi kembali. Kesempatan
bagi Ia, Ayah, Ibu, dan ratusan warga Dusun Oma
Seguar lain untuk bisa mandi lagi. Dengan segera,
warga mengantrekan dirigennya untuk dapat terisi air.
Kegembiraan anak tersebut hanyalah satu dari sekian
ribu wajah keluarga Lombok yang menerima manfaat
Program Air buat Sedulur. Pasalnya, di musim kering,
lebih dari satu bulan terakhir air tak kunjung mengaliri
pipa dan kran mereka. Sekiranya ada sumber air sangat
jauh dari jangkauan warga.
Akhir Juli 2018, gempa kekuatan dahsyat 6.4 SR yang
diikuti lebih dari 1000 kali gempa setelahnya
menyebabkan tanah longsor dan beberapa pohon
Air untuk LombokTiga Juta Liter
“
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M16 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 17 MAN TAZAKKA
KABARKABAR
Da'wah berdialog dan memberikan bantuan kepada
warga pengungsi. Ia juga mengajak kepada masyarakat
untuk merenungkan sebab Allah Swt mendatangkan
gempa bumi di daerah julukan Pulau Seribu Masjid itu.
“Biasanya karena kita jarang berdoa, jarang istighfar,
kurang ibadah, dan kurang bersyukur. Ada juga dosa
yang dilakukan orang lain dan berimbas kepada kita,”
ujar Ustadz Siddik di hadapan warga Mentigi.
“Wallahu A'lam kita tidak tau persis apa sebabnya.
Tapi inilah hukum dan peringatan Allah agar kita lebih
bersyukur dan bertaqwa,” sambungnya.
Siddik mengingatkan kepada masyarakat bahwa
kejadian gempa bumi beberapa waktu lalu merupakan
peringatan dari Allah SWT agar manusia lebih
meningkatkan kualitas keimanannya.
“Jadi semua ini tidak datang begitu saja, semua
kejadian tidak datang secara kebetulan. Ada hikmah di
setiap kejadian yang Allah tunjukkan. Kita ambil
hikmahnya untuk lebih bersyukur serta berikhtiar untuk
kembali memperbaiki (tempat tinggal),” tuturnya.[]
i Inaaa, aii dataaang,” teriak girang seorang
Abocah memberitahu emaknya kehadiran truk
tangki Air buat Sedulur LAZNAS Dewan
Da'wah di Dusun Oma Seguar, Desa Senaru, Kecamatan
Bayan, Kab. Lombok Utara.
Si bocah berkulit gelap bertubuh subur mengenakan
celana pendek itu mengangkat kedua tangannya tinggi-
tinggi, melambai ke arah tenda beralas tikar purun. Ia
lalu berlari sumringah menuju truk tangki air yang
langganan datang.
Yang membuat cerah wajah anak kecil di sore itu
lantaran bak mandinya akan terisi kembali. Kesempatan
bagi Ia, Ayah, Ibu, dan ratusan warga Dusun Oma
Seguar lain untuk bisa mandi lagi. Dengan segera,
warga mengantrekan dirigennya untuk dapat terisi air.
Kegembiraan anak tersebut hanyalah satu dari sekian
ribu wajah keluarga Lombok yang menerima manfaat
Program Air buat Sedulur. Pasalnya, di musim kering,
lebih dari satu bulan terakhir air tak kunjung mengaliri
pipa dan kran mereka. Sekiranya ada sumber air sangat
jauh dari jangkauan warga.
Akhir Juli 2018, gempa kekuatan dahsyat 6.4 SR yang
diikuti lebih dari 1000 kali gempa setelahnya
menyebabkan tanah longsor dan beberapa pohon
Air untuk LombokTiga Juta Liter
“
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M16 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 17 MAN TAZAKKA
KABARKABAR
Da'wah berdialog dan memberikan bantuan kepada
warga pengungsi. Ia juga mengajak kepada masyarakat
untuk merenungkan sebab Allah Swt mendatangkan
gempa bumi di daerah julukan Pulau Seribu Masjid itu.
“Biasanya karena kita jarang berdoa, jarang istighfar,
kurang ibadah, dan kurang bersyukur. Ada juga dosa
yang dilakukan orang lain dan berimbas kepada kita,”
ujar Ustadz Siddik di hadapan warga Mentigi.
“Wallahu A'lam kita tidak tau persis apa sebabnya.
Tapi inilah hukum dan peringatan Allah agar kita lebih
bersyukur dan bertaqwa,” sambungnya.
Siddik mengingatkan kepada masyarakat bahwa
kejadian gempa bumi beberapa waktu lalu merupakan
peringatan dari Allah SWT agar manusia lebih
meningkatkan kualitas keimanannya.
“Jadi semua ini tidak datang begitu saja, semua
kejadian tidak datang secara kebetulan. Ada hikmah di
setiap kejadian yang Allah tunjukkan. Kita ambil
hikmahnya untuk lebih bersyukur serta berikhtiar untuk
kembali memperbaiki (tempat tinggal),” tuturnya.[]
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M18 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 19 MAN TAZAKKA
KABARKABAR
tumbang, sehingga menutupi jalur-jalur air dan
merusakkan pipanya. Ditambah kondisi kemarau yang
berkepanjangan dengan fenomena El Nino
memperburuk keadaan tersebut. Akibatnya, ribuan KK
di Lombok sulit mengakses air untuk menjalankan
ibadah serta aktivitas sehari-hari.
Sungai pun kering. Hanya ditemukan bebatuan besar
dan kecil di bawah jembatan yang tak lagi disertai riak
aliran air.
Bahagia Lombok dipeluk erat urat kepedulian dari
penjuru nusantara. Ribuan kontribusi donatur LAZNAS
Dewan Da'wah dititipkan kepada para relawan yang
sejak pagi menyuplai air bersih bagi warga Kabupaten
Lombok Utara dan sebagian Lombok Timur . Tidak
jenuh +/- lebih 14 jam, 3 armada berkeliling dari dusun
satu ke dusun lainnya, dari desa satu ke desa lainnya,
dari kecamatan satu ke kecamatan lainnya untuk
memenuhi ribuan bak, ember, dirigen, dan tandon air
warga Lombok yang dilanda kekeringan.
Mengisi penuh tangki dan habis, isi lagi, habis lagi,
hingga 17 kali hal tersebut kerap dilakukan para
relawan hingga bertandang ke pedalaman Lombok.
Melihat rutinitas yang dilakukan setiap hari, tak sedikit
menyentuh hati para penerima manfaat air untuk
sedulur ini. Mereka pun takzim ada segelintir orang
yang begitu peduli mau mengalirkan air untuk mereka
setiap hari.
“Ini sedekah miskin kami,” seorang nenek tiba-tiba
menyodorkan 6 mangkuk kolak ubi kepada relawan
LAZNAS Dewan Da'wah. Ia mengajak relawan yang
sejak pagi berkeliling menyuplai air untuk menyicipi
kolak ubi buatannya di Berugak, saung khas masyarakat
Lombok. “Terima kasih sudah mengisi penampungan air
kami. Ini juga untuk 20 KK lebih yang tinggal di sana,”
ucap nenek berjilbab biru itu sambil menunjuk ke arah
belakang tendanya. Terlihat bekas memar luka di
tangan kanan perempuan lanjut usia tersebut akibat
tertimpa runtuhan atap rumahnya saat terjadi gempa
sebelumnya.
Ada lagi yang lebih mencenangkan, saat seorang
kakek kurus tanpa mengenakan baju menghentikan truk
tangki 'Air buat Sedulur' di malam hari. Ia menunjuk ke
arah perut dan mulutnya, sambil berkata, “Makan..
makan..” Terpaku menatap kakek tersebut beberapa
saat. Takut dan khawatir yang terlintas dalam benak
relawan LAZNAS Dewan Da'wah. Namun ternyata, Ia
bermaksud mengajak serta makan malam relawan di
rumahnya sebagai ucapan terima kasih telah
memberikan air secara rutin kepada mereka.
Hingga menitikkan air mata seorang relawan
LAZNAS Dewan Da'wah yang membantu menyelangkan
air ke bak dan dirigen warga. Pemandangan yang haru
saat kebermanfaatan menjadi nilai penting bagi sesama.
Puluhan titik didatangi dalam sehari. Mengukir senyum
rasa syukur mereka bisa punya persediaan air.
Diantara pejuang air untuk sedulur Lombok adalah
Riyanto dan Yon. Keduanya berasal dari LAZNAS Dewan
Da'wah Jawa Tengah. Mereka memang penjaga sumur
air dalam Dewan Dakwah di lereng Merapi wilayah Kec
Kemalang, Kab Klaten.
Keduanya berazzam tidak akan pulang ke Jawa
sebelum jalur-jalur air kembali basah mengaliri rumah-
rumah warga. "Sebelum air mengalir ke rumah-rumah
warga, kami tidak akan pulang ke Jawa," ucap Riyanto
kepada warga Desa Senaru, Kec. Bayan, Kab. Lombok
Utara.
Dalam kesehariannya, mereka merupakan penjaga
sekaligus distributor sumur air Dewan Da'wah ke
masjid-masjid dan warga di sepuluh desa sekitar sumur
tersebut.
Mengalirkan air merupakan salah satu sedekah
terbaik. Apalagi saat sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, seperti warga Lombok yang mengalami
krisis air karena gempa dan musim kemarau. Sedekah
air menjadi hal kecil yang sangat berarti karena aliran
kebaikannya terus mengalir tiada henti, sebagaimana
Rasulullah menyukai sedekah air:
Dari Qatadah, dari Said, sesungguhnya Said
mendatangi Nabi SAW dan bertanya, “sedekah apa yang
paling engkau senangi ?” Rasulullah SAW menjawab,
“air.” (HR. Abu Daud)
Kemudian, Sa'ad bin Ubadah RA pernah bertanya
kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sedekah apa
yang paling utama?” Beliau menjawab, “memberi air.”
(HR. Abu Daud)
Selain itu, Ibnu Abbas RA juga pernah ditanya, “Ayyu
as-shadaqati afdhal. Sedekah apa paling utama?” Ia
menjawab, “Air, apakah kamu tidak memperhatikan
bagaimana penduduk neraka memohon kepada
penduduk surga: Limpahkanlah kepada kami sedikit air
atau makanan yang telah direzkikan Allah kepadamu.
Mereka (penghuni syurga) menjawab: Sesungguhnya
Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-
orang kafir (QS. Al A'raf : 50). Menurut Imam Qurthubi
ayat ini merupakan dalil bahwa memberi air adalah
termasuk sedekah yang paling utama.
Keutamaan sedekah air kian menemukan urgensinya
di saat bumi makin tua seperti kini. Beberapa fakta
mengerikan tentang kondisi air dunia menurut PBB
adalah:
1. Sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air,
menurut The United States Geological Survey Water
Science School.
2. Pasokan air total dunia setara dengan 332,5 juta mil
kubik.
3. Laut merupakan sekitar 97 persen dari seluruh air
bumi, yang berarti hanya 3 persen air yang tidak
mengandung garam.
4. Dari total air tawar dunia, 69 persen dibekukan di es
dan gletser dan 30 persen lainnya di dalam tanah.
5. Hanya 0,26 persen air dunia ada di danau air tawar.
6. Hanya 0,001 persen dari seluruh air kita yang ada di
atmosfer.
7. Pada tahun 2050, populasi dunia akan tumbuh oleh
sekitar 2 miliar orang menjadi hampir 10 miliar,
sehingga meningkatkan permintaan air hingga 30
persen.
8. Lebih dari 80 persen limbah kotor masyarakat
mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan
atau penggunaan kembali.
9. Sebanyak 71 persen lahan basah alami dunia telah
hilang sejak tahun 1900, dan ini adalah kesalahan
manusia.
10. S ebanyak 2,1 miliar orang tidak memiliki air minum
yang aman di rumah. Dari jumlah tersebut, 844 juta
tidak memiliki akses terhadap layanan air minum
yang layak, termasuk 263 juta orang yang perlu
waktu lebih dari 30 menit untuk mengambil air.
11. Sebanyak 159 juta orang masih minum air yang
belum terolah dan memiliki risiko kesehatan yang
serius dari sumber air permukaan, seperti sungai
atau danau.
12. Sebanyak 663 juta orang yang hidup tanpa
persediaan air bersih yang dekat dengan rumah.
[] Melce, Bowo
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M18 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 19 MAN TAZAKKA
KABARKABAR
tumbang, sehingga menutupi jalur-jalur air dan
merusakkan pipanya. Ditambah kondisi kemarau yang
berkepanjangan dengan fenomena El Nino
memperburuk keadaan tersebut. Akibatnya, ribuan KK
di Lombok sulit mengakses air untuk menjalankan
ibadah serta aktivitas sehari-hari.
Sungai pun kering. Hanya ditemukan bebatuan besar
dan kecil di bawah jembatan yang tak lagi disertai riak
aliran air.
Bahagia Lombok dipeluk erat urat kepedulian dari
penjuru nusantara. Ribuan kontribusi donatur LAZNAS
Dewan Da'wah dititipkan kepada para relawan yang
sejak pagi menyuplai air bersih bagi warga Kabupaten
Lombok Utara dan sebagian Lombok Timur . Tidak
jenuh +/- lebih 14 jam, 3 armada berkeliling dari dusun
satu ke dusun lainnya, dari desa satu ke desa lainnya,
dari kecamatan satu ke kecamatan lainnya untuk
memenuhi ribuan bak, ember, dirigen, dan tandon air
warga Lombok yang dilanda kekeringan.
Mengisi penuh tangki dan habis, isi lagi, habis lagi,
hingga 17 kali hal tersebut kerap dilakukan para
relawan hingga bertandang ke pedalaman Lombok.
Melihat rutinitas yang dilakukan setiap hari, tak sedikit
menyentuh hati para penerima manfaat air untuk
sedulur ini. Mereka pun takzim ada segelintir orang
yang begitu peduli mau mengalirkan air untuk mereka
setiap hari.
“Ini sedekah miskin kami,” seorang nenek tiba-tiba
menyodorkan 6 mangkuk kolak ubi kepada relawan
LAZNAS Dewan Da'wah. Ia mengajak relawan yang
sejak pagi berkeliling menyuplai air untuk menyicipi
kolak ubi buatannya di Berugak, saung khas masyarakat
Lombok. “Terima kasih sudah mengisi penampungan air
kami. Ini juga untuk 20 KK lebih yang tinggal di sana,”
ucap nenek berjilbab biru itu sambil menunjuk ke arah
belakang tendanya. Terlihat bekas memar luka di
tangan kanan perempuan lanjut usia tersebut akibat
tertimpa runtuhan atap rumahnya saat terjadi gempa
sebelumnya.
Ada lagi yang lebih mencenangkan, saat seorang
kakek kurus tanpa mengenakan baju menghentikan truk
tangki 'Air buat Sedulur' di malam hari. Ia menunjuk ke
arah perut dan mulutnya, sambil berkata, “Makan..
makan..” Terpaku menatap kakek tersebut beberapa
saat. Takut dan khawatir yang terlintas dalam benak
relawan LAZNAS Dewan Da'wah. Namun ternyata, Ia
bermaksud mengajak serta makan malam relawan di
rumahnya sebagai ucapan terima kasih telah
memberikan air secara rutin kepada mereka.
Hingga menitikkan air mata seorang relawan
LAZNAS Dewan Da'wah yang membantu menyelangkan
air ke bak dan dirigen warga. Pemandangan yang haru
saat kebermanfaatan menjadi nilai penting bagi sesama.
Puluhan titik didatangi dalam sehari. Mengukir senyum
rasa syukur mereka bisa punya persediaan air.
Diantara pejuang air untuk sedulur Lombok adalah
Riyanto dan Yon. Keduanya berasal dari LAZNAS Dewan
Da'wah Jawa Tengah. Mereka memang penjaga sumur
air dalam Dewan Dakwah di lereng Merapi wilayah Kec
Kemalang, Kab Klaten.
Keduanya berazzam tidak akan pulang ke Jawa
sebelum jalur-jalur air kembali basah mengaliri rumah-
rumah warga. "Sebelum air mengalir ke rumah-rumah
warga, kami tidak akan pulang ke Jawa," ucap Riyanto
kepada warga Desa Senaru, Kec. Bayan, Kab. Lombok
Utara.
Dalam kesehariannya, mereka merupakan penjaga
sekaligus distributor sumur air Dewan Da'wah ke
masjid-masjid dan warga di sepuluh desa sekitar sumur
tersebut.
Mengalirkan air merupakan salah satu sedekah
terbaik. Apalagi saat sangat dibutuhkan oleh
masyarakat, seperti warga Lombok yang mengalami
krisis air karena gempa dan musim kemarau. Sedekah
air menjadi hal kecil yang sangat berarti karena aliran
kebaikannya terus mengalir tiada henti, sebagaimana
Rasulullah menyukai sedekah air:
Dari Qatadah, dari Said, sesungguhnya Said
mendatangi Nabi SAW dan bertanya, “sedekah apa yang
paling engkau senangi ?” Rasulullah SAW menjawab,
“air.” (HR. Abu Daud)
Kemudian, Sa'ad bin Ubadah RA pernah bertanya
kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sedekah apa
yang paling utama?” Beliau menjawab, “memberi air.”
(HR. Abu Daud)
Selain itu, Ibnu Abbas RA juga pernah ditanya, “Ayyu
as-shadaqati afdhal. Sedekah apa paling utama?” Ia
menjawab, “Air, apakah kamu tidak memperhatikan
bagaimana penduduk neraka memohon kepada
penduduk surga: Limpahkanlah kepada kami sedikit air
atau makanan yang telah direzkikan Allah kepadamu.
Mereka (penghuni syurga) menjawab: Sesungguhnya
Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-
orang kafir (QS. Al A'raf : 50). Menurut Imam Qurthubi
ayat ini merupakan dalil bahwa memberi air adalah
termasuk sedekah yang paling utama.
Keutamaan sedekah air kian menemukan urgensinya
di saat bumi makin tua seperti kini. Beberapa fakta
mengerikan tentang kondisi air dunia menurut PBB
adalah:
1. Sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air,
menurut The United States Geological Survey Water
Science School.
2. Pasokan air total dunia setara dengan 332,5 juta mil
kubik.
3. Laut merupakan sekitar 97 persen dari seluruh air
bumi, yang berarti hanya 3 persen air yang tidak
mengandung garam.
4. Dari total air tawar dunia, 69 persen dibekukan di es
dan gletser dan 30 persen lainnya di dalam tanah.
5. Hanya 0,26 persen air dunia ada di danau air tawar.
6. Hanya 0,001 persen dari seluruh air kita yang ada di
atmosfer.
7. Pada tahun 2050, populasi dunia akan tumbuh oleh
sekitar 2 miliar orang menjadi hampir 10 miliar,
sehingga meningkatkan permintaan air hingga 30
persen.
8. Lebih dari 80 persen limbah kotor masyarakat
mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan
atau penggunaan kembali.
9. Sebanyak 71 persen lahan basah alami dunia telah
hilang sejak tahun 1900, dan ini adalah kesalahan
manusia.
10. S ebanyak 2,1 miliar orang tidak memiliki air minum
yang aman di rumah. Dari jumlah tersebut, 844 juta
tidak memiliki akses terhadap layanan air minum
yang layak, termasuk 263 juta orang yang perlu
waktu lebih dari 30 menit untuk mengambil air.
11. Sebanyak 159 juta orang masih minum air yang
belum terolah dan memiliki risiko kesehatan yang
serius dari sumber air permukaan, seperti sungai
atau danau.
12. Sebanyak 663 juta orang yang hidup tanpa
persediaan air bersih yang dekat dengan rumah.
[] Melce, Bowo
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M20 MAN TAZAKKA
wal November lalu, Majelis Ulama Indonesia
A(MUI) mengirim delegasi misi perdamaian
Afghanistan. Tim ini difasilitasi Wakil Presiden
Jusuf Kalla, Kementerian Luar Negeri, Badan Intelijen
Negara (BIN), dan Kedutaan Besar RI di Kabul.
Anggota Dewan Pertimbangan MUI yang juga Ketua
Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan
Dakwah), Mohammad Siddik MA, mengatakan, selama
berada di Afghanistan delegasi menjalin pertemuan
dengan pejabat Majelis Ulama Afghanistan, High
Council for Peace, Dubes Organisasi Kerjasama Islam
(OKI) untuk Afghanistan , Huseyin Avni Botsali dari Turki
Indonesia Islamic Center, dan lain-lain yang terkait.
“Misi ini menindaklanjuti pertemuan ulama-ulama
dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia pada saat di
Istana Bogor bulan Mei lalu,” ujar Siddik, Rabu (7/11).
Sebelumnya, pada Apri 2017, Presiden Afghanistan
Ashraf Ghani mengunjungi Indonesia. Saat itu, kepada
Presiden RI dia berharap Indonesia terlibat aktif dalam
upaya perdamaian di negerinya.
Silaturahim tersebut dilanjutkan dengan kunjungan
Dewan Tinggi Perdamaian (High Peace Council)
Afghanistan yang dipimpin Mohammad Karim Khalili ke
Istana Bogor pada 21 November 2017.
Januari 2018, Presiden RI Joko Widodo kala
melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul. Hasilnya,
akan digelar Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-
Pakistan.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menindaklanjuti
gagasan tersebut saat mengunjungi Afghanistan pada
Februari 2018 untuk menghadiri Kabul Peace Process
yang diinisiasi Presiden Ghani.
Pakistan, yang kerap dituduh komunitas
internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut
dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar
konferensi tripartit tersebut.
Selanjutnya pada Mei 2018, digelar ijtima ulama
Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan di Indonesia.
Perhelatan yang ditujukan untuk membahas upaya
perdamaian serta stabilitas di Afghanistan melahirkan
sebuah deklarasi bernama Bogor
Ulema Declaration for Peace
(Deklarasi Para Ulama di Bogor
untuk Perdamaian).
Deklarasi itu berisi 11 poin
kesepakatan para ulama, yang
secara garis besar menyepakati
untuk mempromosikan perdamaian,
stabilitas, dan persatuan,
menyerukan penghentian kekerasan,
ekstremisme, dan terorisme, serta
menyegerakan rekonsiliasi antara
semua pihak yang terlibat dalam konflik menahun di
Afghanistan.
Menurut pengamatan Moh Siddik, hasil serangkaian
pertemuan itu positif.
''Gencatan senjata yang disepakati pada Juni 2018
sudah berjalan, walaupun perdamaian yang permanen
masih belum terwujud. Situasi di Kabul kelihatan tenang
dan damai, meski keamanan sangat ketat,” ucapnya
sepulang dari Kabul.
Siddik menuturkan, konflik masih terjadi di daerah
pedalaman antara suku dan golongan. ''Dengan
pertolongan Allah, insya Allah perdamaian akan
terwujud permanen di negeri-negeri muslim,'' doa
Ketua Umum Dewan Dakwah.[]
Dewan Dakwah
Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan
KABAR KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 21 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M20 MAN TAZAKKA
wal November lalu, Majelis Ulama Indonesia
A(MUI) mengirim delegasi misi perdamaian
Afghanistan. Tim ini difasilitasi Wakil Presiden
Jusuf Kalla, Kementerian Luar Negeri, Badan Intelijen
Negara (BIN), dan Kedutaan Besar RI di Kabul.
Anggota Dewan Pertimbangan MUI yang juga Ketua
Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan
Dakwah), Mohammad Siddik MA, mengatakan, selama
berada di Afghanistan delegasi menjalin pertemuan
dengan pejabat Majelis Ulama Afghanistan, High
Council for Peace, Dubes Organisasi Kerjasama Islam
(OKI) untuk Afghanistan , Huseyin Avni Botsali dari Turki
Indonesia Islamic Center, dan lain-lain yang terkait.
“Misi ini menindaklanjuti pertemuan ulama-ulama
dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia pada saat di
Istana Bogor bulan Mei lalu,” ujar Siddik, Rabu (7/11).
Sebelumnya, pada Apri 2017, Presiden Afghanistan
Ashraf Ghani mengunjungi Indonesia. Saat itu, kepada
Presiden RI dia berharap Indonesia terlibat aktif dalam
upaya perdamaian di negerinya.
Silaturahim tersebut dilanjutkan dengan kunjungan
Dewan Tinggi Perdamaian (High Peace Council)
Afghanistan yang dipimpin Mohammad Karim Khalili ke
Istana Bogor pada 21 November 2017.
Januari 2018, Presiden RI Joko Widodo kala
melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul. Hasilnya,
akan digelar Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-
Pakistan.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menindaklanjuti
gagasan tersebut saat mengunjungi Afghanistan pada
Februari 2018 untuk menghadiri Kabul Peace Process
yang diinisiasi Presiden Ghani.
Pakistan, yang kerap dituduh komunitas
internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut
dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar
konferensi tripartit tersebut.
Selanjutnya pada Mei 2018, digelar ijtima ulama
Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan di Indonesia.
Perhelatan yang ditujukan untuk membahas upaya
perdamaian serta stabilitas di Afghanistan melahirkan
sebuah deklarasi bernama Bogor
Ulema Declaration for Peace
(Deklarasi Para Ulama di Bogor
untuk Perdamaian).
Deklarasi itu berisi 11 poin
kesepakatan para ulama, yang
secara garis besar menyepakati
untuk mempromosikan perdamaian,
stabilitas, dan persatuan,
menyerukan penghentian kekerasan,
ekstremisme, dan terorisme, serta
menyegerakan rekonsiliasi antara
semua pihak yang terlibat dalam konflik menahun di
Afghanistan.
Menurut pengamatan Moh Siddik, hasil serangkaian
pertemuan itu positif.
''Gencatan senjata yang disepakati pada Juni 2018
sudah berjalan, walaupun perdamaian yang permanen
masih belum terwujud. Situasi di Kabul kelihatan tenang
dan damai, meski keamanan sangat ketat,” ucapnya
sepulang dari Kabul.
Siddik menuturkan, konflik masih terjadi di daerah
pedalaman antara suku dan golongan. ''Dengan
pertolongan Allah, insya Allah perdamaian akan
terwujud permanen di negeri-negeri muslim,'' doa
Ketua Umum Dewan Dakwah.[]
Dewan Dakwah
Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan
KABAR KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 21 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 23 MAN TAZAKKA
KABAR
22
Pendidikan di Myanmar
ktober lalu, LAZNAS Dewan Dakwah yang
Otergabung dalam AKIM (Aliansi Kemanusiaan
Indonesia untuk Myanmar) kembali
membesuk Muslim Myanmar di sejumlah distrik.
''Kami melakukan peletakan batu pertama
pembangunan sekolah di Khone Baung Village, Mrak
U Township, dan Rakhine State Myanmar,'' terang M
Said dari LAZNAS Dewan Dakwah, Ahad (28/10).
Ia menambahkan, di sekolah yang setara dengan
sekolah dasar ini terdapat 275 murid dengan 5 guru.
Sementara di sekitar lokasi pembangunan sekolah
Donasi Anda Jadi Investasi
terdapat 225 kepala keluarga dengan 1362 jiwa
pengungsi.
Pendirian sekolah ini merupakan bagian dari
program sinergi AKIM. Bantuan lain yang sudah dan
akan didistribusikan antara lain pembuatan
waterhandpum, toilet, distribusi bantuan makanan,
hygience kit, dan aksi layananan khitanan massal.
"Dengan dukungan para donatur, Kami akan terus
membersamai warga Muslim Rohingya di Myanmar
maupun Bangladesh," tandas M Said.[]
KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 23 MAN TAZAKKA
KABAR
22
Pendidikan di Myanmar
ktober lalu, LAZNAS Dewan Dakwah yang
Otergabung dalam AKIM (Aliansi Kemanusiaan
Indonesia untuk Myanmar) kembali
membesuk Muslim Myanmar di sejumlah distrik.
''Kami melakukan peletakan batu pertama
pembangunan sekolah di Khone Baung Village, Mrak
U Township, dan Rakhine State Myanmar,'' terang M
Said dari LAZNAS Dewan Dakwah, Ahad (28/10).
Ia menambahkan, di sekolah yang setara dengan
sekolah dasar ini terdapat 275 murid dengan 5 guru.
Sementara di sekitar lokasi pembangunan sekolah
Donasi Anda Jadi Investasi
terdapat 225 kepala keluarga dengan 1362 jiwa
pengungsi.
Pendirian sekolah ini merupakan bagian dari
program sinergi AKIM. Bantuan lain yang sudah dan
akan didistribusikan antara lain pembuatan
waterhandpum, toilet, distribusi bantuan makanan,
hygience kit, dan aksi layananan khitanan massal.
"Dengan dukungan para donatur, Kami akan terus
membersamai warga Muslim Rohingya di Myanmar
maupun Bangladesh," tandas M Said.[]
KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M24 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 25 MAN TAZAKKA
usdiklat Dewan Da'wah Tambun terus berbenah
Pmelayani lingkungan. Tak hanya jadi tempat
percontohan dalam kaderisasi dakwah melalui
pendidikan, tapi juga mulai ekonomi keumatan.
Dakwah kepada masyarakat menjadi semakin luas.
Mereka semakin dapat mengenal tapak jejak
kemasyarakatan Islam. “Dakwah melalui mimbar oke,
dakwah melalui media harus kita dukung, dan dakwah
melalui ekonomi harus kita gerakkan,” papar Sekretaris
Koperasi Syariah Sahabat Umat (KSSU), Imam Saridho.
KSSU wilayah Bekasi mengembangkan sayap Dewan
Da'wah dengan menyentuh ranah ekonomi rill. Sabtu
(28/7/18) menjadi grand opening bagi Mini Market
Sahabat Umat yang merupakan bagian dari Komplek
Pusdiklat Dewan Da'wah di Tambun. Pembukaan usaha
retail dengan basis bagi hasil ini mampu merangkul
umat Islam di sekitar wilayah Tambun dan Bekasi.
Sebanyak 250 muslim secara berjamaah menjadi
investor mini market yang terletak di Jalan Raya Setia
Mekar, Kp. Bulu, Desa Setia Mekar, Kec. Tambun
Selatan, Bekasi. “Dari, Oleh, dan untuk Pemberdayaan
Umat,” slogan ini yang menjadi tonggak semangat
berdirinya mini market yang tidak hanya melayani
kebutuhan umat, tetapi juga memutarkan ekonomi yang
memberdayakan dan menguntungkan umat Islam.
Pengadaan mini market ini menjadi langkah konkrit
keberpihakan Dewan Da'wah terhadap ekonomi umat
dan wirausaha pribumi. Kehadiran 'toko kelentong
modern' yang terletak di sisi kanan Rumah Sehat Dewan
Da'wah (RSDD) ini tidak lantas menggerus dan
menurunkan daya beli masyarakat terhadap toko-
toko/pasar tradisional pribumi. Pasalnya, mini market ini
justru bermitra dengan para agen muslim pribumi di
wilayah setempat untuk pengadaan barang (purchase
order).
Bendahara KSSU, Ustadz Lukman mengatakan bahwa
selain untuk memenuhi kebutuhan jammah, motivasi
dibukanya mini market ini adalah untuk
mengembangkan ekonomi umat agar jamaah yang
begitu banyak di pusdiklat Dewan Da'wah tidak lagi
berbelanja di tempat-tempat (mini market) yang
keuntungannya kita tidak tau untuk siapa.
Penempatan lokasi Mini Market Sahabat Umat
mempertimbangkan potensi anak-anak didik Dewan
Da'wah dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi
beserta orang tua murid yang mengantarkan anaknya
sekolah.
“Ketika akan membangun Minimarket Sahabat Umat,
kita perhatikan dan menimbang posisi yang paling
strategis dan potensial dari lokasi-lokasi yang masih
kosong di pusdiklat Dewan Da'wah. Lokasi samping
RSDD kami anggap paling strategis karena berhadapan
dengan jalan raya dan lebih dekat ke sekolah-sekolah.
Selain jama'ah umum, konsumen paling potensial
adalah anak-anak sekolah dan juga wali murid yang
setiap hari mengantar anaknya,” papar Ustadz Lukman.
Terdapat kurang lebih 803 siswa TK, SD, SMP, dan
SMA Dewan Da'wah yang berlokasi di Pusdiklat. Apabila
dihitung dengan orang tua wali murid maka potensi
konsumen yang hanya dari sekolah telah mencapai
1606. Angka tersebut pun belum termasuk jumlah guru-
guru yang mengajar di sana. Selain itu, terdapat 170
mahasiswa STID Mohammad Natsir tinggal di asrama
dan 850 murid Lembaga Tahfidz Qur'an LTQ
Mohammad Natsir yang belajar memperbaiki tilawah
Al-Qur'an serta menghafalnya di hari Sabtu dan Ahad.
Value plus yang tidak terpisahkan dari aktivitas jual
beli di Mini Market Sahabat Umat adalah nilai sedekah.
“Belanja Kita Sedekah Kita,” kalimat ini menjadi quote
penyegar yang akan didapatkan para konsumen di
setiap struk belanja mereka.
Usaha retail berjamaah yang dipimpin oleh Ustadz
Abdul Aziz ini membobotkan nilai sedekah pada setiap
barang yang dijual. Maka ketika konsumen berbelanja, Yuk, Belanjasambil Sedekah di Sahabat Umat
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M24 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 25 MAN TAZAKKA
usdiklat Dewan Da'wah Tambun terus berbenah
Pmelayani lingkungan. Tak hanya jadi tempat
percontohan dalam kaderisasi dakwah melalui
pendidikan, tapi juga mulai ekonomi keumatan.
Dakwah kepada masyarakat menjadi semakin luas.
Mereka semakin dapat mengenal tapak jejak
kemasyarakatan Islam. “Dakwah melalui mimbar oke,
dakwah melalui media harus kita dukung, dan dakwah
melalui ekonomi harus kita gerakkan,” papar Sekretaris
Koperasi Syariah Sahabat Umat (KSSU), Imam Saridho.
KSSU wilayah Bekasi mengembangkan sayap Dewan
Da'wah dengan menyentuh ranah ekonomi rill. Sabtu
(28/7/18) menjadi grand opening bagi Mini Market
Sahabat Umat yang merupakan bagian dari Komplek
Pusdiklat Dewan Da'wah di Tambun. Pembukaan usaha
retail dengan basis bagi hasil ini mampu merangkul
umat Islam di sekitar wilayah Tambun dan Bekasi.
Sebanyak 250 muslim secara berjamaah menjadi
investor mini market yang terletak di Jalan Raya Setia
Mekar, Kp. Bulu, Desa Setia Mekar, Kec. Tambun
Selatan, Bekasi. “Dari, Oleh, dan untuk Pemberdayaan
Umat,” slogan ini yang menjadi tonggak semangat
berdirinya mini market yang tidak hanya melayani
kebutuhan umat, tetapi juga memutarkan ekonomi yang
memberdayakan dan menguntungkan umat Islam.
Pengadaan mini market ini menjadi langkah konkrit
keberpihakan Dewan Da'wah terhadap ekonomi umat
dan wirausaha pribumi. Kehadiran 'toko kelentong
modern' yang terletak di sisi kanan Rumah Sehat Dewan
Da'wah (RSDD) ini tidak lantas menggerus dan
menurunkan daya beli masyarakat terhadap toko-
toko/pasar tradisional pribumi. Pasalnya, mini market ini
justru bermitra dengan para agen muslim pribumi di
wilayah setempat untuk pengadaan barang (purchase
order).
Bendahara KSSU, Ustadz Lukman mengatakan bahwa
selain untuk memenuhi kebutuhan jammah, motivasi
dibukanya mini market ini adalah untuk
mengembangkan ekonomi umat agar jamaah yang
begitu banyak di pusdiklat Dewan Da'wah tidak lagi
berbelanja di tempat-tempat (mini market) yang
keuntungannya kita tidak tau untuk siapa.
Penempatan lokasi Mini Market Sahabat Umat
mempertimbangkan potensi anak-anak didik Dewan
Da'wah dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi
beserta orang tua murid yang mengantarkan anaknya
sekolah.
“Ketika akan membangun Minimarket Sahabat Umat,
kita perhatikan dan menimbang posisi yang paling
strategis dan potensial dari lokasi-lokasi yang masih
kosong di pusdiklat Dewan Da'wah. Lokasi samping
RSDD kami anggap paling strategis karena berhadapan
dengan jalan raya dan lebih dekat ke sekolah-sekolah.
Selain jama'ah umum, konsumen paling potensial
adalah anak-anak sekolah dan juga wali murid yang
setiap hari mengantar anaknya,” papar Ustadz Lukman.
Terdapat kurang lebih 803 siswa TK, SD, SMP, dan
SMA Dewan Da'wah yang berlokasi di Pusdiklat. Apabila
dihitung dengan orang tua wali murid maka potensi
konsumen yang hanya dari sekolah telah mencapai
1606. Angka tersebut pun belum termasuk jumlah guru-
guru yang mengajar di sana. Selain itu, terdapat 170
mahasiswa STID Mohammad Natsir tinggal di asrama
dan 850 murid Lembaga Tahfidz Qur'an LTQ
Mohammad Natsir yang belajar memperbaiki tilawah
Al-Qur'an serta menghafalnya di hari Sabtu dan Ahad.
Value plus yang tidak terpisahkan dari aktivitas jual
beli di Mini Market Sahabat Umat adalah nilai sedekah.
“Belanja Kita Sedekah Kita,” kalimat ini menjadi quote
penyegar yang akan didapatkan para konsumen di
setiap struk belanja mereka.
Usaha retail berjamaah yang dipimpin oleh Ustadz
Abdul Aziz ini membobotkan nilai sedekah pada setiap
barang yang dijual. Maka ketika konsumen berbelanja, Yuk, Belanjasambil Sedekah di Sahabat Umat
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M26 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 27 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
harga setiap item yang dibeli telah termasuk sedekah
untuk memajukan dakwah Islam melalui Dewan Da'wah.
Selain itu, sebesar 25 persen dari keuntungan bersih
diperuntukan kembali untuk sedekah. Rinciannya adalah
5 persen untuk dana yatim, dhuafa, dan sosial
kemanusiaan melalui LAZNAS Dewan Da'wah, 10 persen
untuk dana wakaf melalui Badan Wakaf Dewan Da'wah,
dan 10 persen lainnya untuk dana dakwah melalui
Badan Pengelola Pusdiklat Dewan Da'wah.
Bagi sebagian mini market, kepemilikan hanya
bertumpu pada orang-orang tertentu yang memiliki
modal besar. Kapitalisasi keuntungan perputaran uang
di mini market hanya dapat dinikmati satu atau
beberapa 'naga'.
Atmosfrinya akan sangat berbeda dengan sistem
kepemilikan Mini Market Sahabat Umat yang berada
dibawah naungan Dewan Da'wah ini. Angka investasi
dibuatkan batasan atas dan bawah. Minimal Rp. 500.000
dan maksimal Rp. 10.000.000. Hal ini dilakukan agar
mini market benar-benar dapat dimiliki oleh umat
secara berjamaah. Tidak ada kapitalisasi. Tidak hanya
pada mereka yang bisa mempunyai permodalan dalam
jumlah besar.
Strategi cemerlang tersebut dilakukan agar tidak
hanya satu/dua orang yang punya rasa memiliki
terhadap usaha retail islami ini. Tidak hanya dimiliki
secara berjamaah, namun juga digerakkan untuk terus
berkembang secara berjamaah. Investor tidak hanya
datang sebagai investor, tapi mereka juga akan kembali
sebagai pembeli setia untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Umi, salah satu pembeli di Mini Market Sahabat
Umat yang ditemui tim LAZNAS Dewan Da'wah pada
Selasa (31/7) menjelaskan kondisinya saat ingin
berbelanja di mini market biasa, tetapi tidak jadi
dilakukan mengingat bahwa ia adalah 1 dari 250
'pemilik' Mini Market Sahabat Umat.
“Ada kebutuhan apa, nanti aja deh di sana belinya
(red. di Mini Market Sahabat Umat). Kan punya sendiri,“
papar investor yang juga kembali datang menjadi
konsumen di mini market berbasis sistem musyarakah
ini.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya rasa
memiliki para investor berjamaah terhadap Mini Market
yang baru menyelenggarakan soft openingnya pada 24-
26 Juli 2018.
Sejalan dengan pendapat tersebut, bagi konsumen
lain, Burhanudin, cara produksi Mini Market Sahabat
Umat dinilai lebih Islami. "Kalau di mini market biasa
dari cara produksinya sudah beda. Di Sahabat Umat
lebih Islami," ujarnya.
Muhammad Dzaki, petugas kasir mini market ini
mengatakan bahwa bekerja pada retail usaha keumatan
memiliki poin plus, yaitu nilai dakwah. Bergabung
dengan mini market ini berarti ikut berkontribusi dalam
ekonomi umat. “Bekerja dengan nilai dakwah. Ini kan
untuk ekonomi umat. Saya ambil bagian, ikut serta
dalam pembangunan ekonomi umat,” tutur pria yang
akrab disapa Dzaki tersebut.
Selain Dzaki, terdapat karyawan yang sebelumnya
juga bekerja di bidang retail mini market, Nur Putro
Wibowo. Ia mengaku bahwa Mini Market Sahabat Umat
membuatnya lebih mudah untuk menjalankan shalat
lima waktu. Pasalnya mini market yang selalu
memasang audio murratal Al-Quran ini menutup toko
saat waktu shalat tiba selama 15 menit.
Rencananya Mini Market Sahabat Umat ini akan
diselenggarakan di seluruh wilayah yang memiliki
perwakilan provinsi/kota Dewan Da'wah. “Rencananya
apabila ini berhasil, maka akan dibuka di 32 provinsi
perwakilan Dewan Da'wah,” tandas Imam Saridho yang
juga sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Sahabat.[]
melati, bowo
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M26 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 27 MAN TAZAKKA
KABAR KABAR
harga setiap item yang dibeli telah termasuk sedekah
untuk memajukan dakwah Islam melalui Dewan Da'wah.
Selain itu, sebesar 25 persen dari keuntungan bersih
diperuntukan kembali untuk sedekah. Rinciannya adalah
5 persen untuk dana yatim, dhuafa, dan sosial
kemanusiaan melalui LAZNAS Dewan Da'wah, 10 persen
untuk dana wakaf melalui Badan Wakaf Dewan Da'wah,
dan 10 persen lainnya untuk dana dakwah melalui
Badan Pengelola Pusdiklat Dewan Da'wah.
Bagi sebagian mini market, kepemilikan hanya
bertumpu pada orang-orang tertentu yang memiliki
modal besar. Kapitalisasi keuntungan perputaran uang
di mini market hanya dapat dinikmati satu atau
beberapa 'naga'.
Atmosfrinya akan sangat berbeda dengan sistem
kepemilikan Mini Market Sahabat Umat yang berada
dibawah naungan Dewan Da'wah ini. Angka investasi
dibuatkan batasan atas dan bawah. Minimal Rp. 500.000
dan maksimal Rp. 10.000.000. Hal ini dilakukan agar
mini market benar-benar dapat dimiliki oleh umat
secara berjamaah. Tidak ada kapitalisasi. Tidak hanya
pada mereka yang bisa mempunyai permodalan dalam
jumlah besar.
Strategi cemerlang tersebut dilakukan agar tidak
hanya satu/dua orang yang punya rasa memiliki
terhadap usaha retail islami ini. Tidak hanya dimiliki
secara berjamaah, namun juga digerakkan untuk terus
berkembang secara berjamaah. Investor tidak hanya
datang sebagai investor, tapi mereka juga akan kembali
sebagai pembeli setia untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Umi, salah satu pembeli di Mini Market Sahabat
Umat yang ditemui tim LAZNAS Dewan Da'wah pada
Selasa (31/7) menjelaskan kondisinya saat ingin
berbelanja di mini market biasa, tetapi tidak jadi
dilakukan mengingat bahwa ia adalah 1 dari 250
'pemilik' Mini Market Sahabat Umat.
“Ada kebutuhan apa, nanti aja deh di sana belinya
(red. di Mini Market Sahabat Umat). Kan punya sendiri,“
papar investor yang juga kembali datang menjadi
konsumen di mini market berbasis sistem musyarakah
ini.
Hal tersebut dapat terjadi karena adanya rasa
memiliki para investor berjamaah terhadap Mini Market
yang baru menyelenggarakan soft openingnya pada 24-
26 Juli 2018.
Sejalan dengan pendapat tersebut, bagi konsumen
lain, Burhanudin, cara produksi Mini Market Sahabat
Umat dinilai lebih Islami. "Kalau di mini market biasa
dari cara produksinya sudah beda. Di Sahabat Umat
lebih Islami," ujarnya.
Muhammad Dzaki, petugas kasir mini market ini
mengatakan bahwa bekerja pada retail usaha keumatan
memiliki poin plus, yaitu nilai dakwah. Bergabung
dengan mini market ini berarti ikut berkontribusi dalam
ekonomi umat. “Bekerja dengan nilai dakwah. Ini kan
untuk ekonomi umat. Saya ambil bagian, ikut serta
dalam pembangunan ekonomi umat,” tutur pria yang
akrab disapa Dzaki tersebut.
Selain Dzaki, terdapat karyawan yang sebelumnya
juga bekerja di bidang retail mini market, Nur Putro
Wibowo. Ia mengaku bahwa Mini Market Sahabat Umat
membuatnya lebih mudah untuk menjalankan shalat
lima waktu. Pasalnya mini market yang selalu
memasang audio murratal Al-Quran ini menutup toko
saat waktu shalat tiba selama 15 menit.
Rencananya Mini Market Sahabat Umat ini akan
diselenggarakan di seluruh wilayah yang memiliki
perwakilan provinsi/kota Dewan Da'wah. “Rencananya
apabila ini berhasil, maka akan dibuka di 32 provinsi
perwakilan Dewan Da'wah,” tandas Imam Saridho yang
juga sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Sahabat.[]
melati, bowo
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M28 MAN TAZAKKA
FIQIH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA
FIQIH
Siapa Fi Sabilillah?
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M28 MAN TAZAKKA
FIQIH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA
FIQIH
Siapa Fi Sabilillah?
30 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 31 MAN TAZAKKA
LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA
Alhamdulillah, tahun 2018 ini Indonesia
dinobatkan sebagai ''Juara Dunia Negara
Dermawan''. Predikat ini berdasarkan laporan
2018 World Giving Index oleh Charities Aid Foundation
(CAF) yang bermarkas di Inggris.
Tiga perilaku yang digunakan sebagai parameter
untuk mengukur kemurahan hati suatu negara adalah:
menyumbangkan uang, membantu orang asing, dan
menjadi sukarelawan.
Presentase orang Indonesia dalam menyumbangkan
uang sebesar 78%. Lalu presentase untuk membantu
orang asing adalah 46%. Presentase orang Indonesia
dalam menyumbangkan uang sebesar 78%. Lalu
presentase untuk membantu orang asing adalah 46%.
Yang terakhir, partisipasi orang Indonesia dalam
menjadi relawan masuk yang tertinggi di dunia dengan
presentase 53%.
Skor keseluruhan yang diperoleh Indonesia adalah
59%.
Indeks yang dirilis minggu ini berdasar pada survei
pada tahun 2017 oleh konsultan manajemen Gallup
yang melibatkan lebih dari 150 ribu orang di seluruh
dunia, yang mana dilakukan sebelum gempa bumi
melanda Lombok dan Sulawesi Tengah.
Tahun ini Indonesia berhasil meraih posisi puncak
setelah tahun lalu menduduki peringkat 2. Myanmar
pun terjun ke posisi 9 setelah 4 tahun memiliki gelar
''negara paling dermawan di dunia''.
CAF mencatat dalam laporannya bahwa krisis
Rohingya tahun 2017 mungkin “telah memberikan
kontribusi penurunan posisi kedemawanan karena
orang-orang Myanmar kurang mau membantu
saudaranya senegara yang sedang terkena krisis."
Orang Myanmar masih menjadi yang paling
dermawan dalam hal donasi dengan partisipasi
mencapai 88 persen -- 3 persen lebih pendek dari
tingkat tahun lalu. Tingginya angka tersebut mungkin
INDONESIA JUARA
MURAH
HATI dapat dijelaskan dengan adanya kepatuhan Myanmar
terhadap ajaran Buddhisme Theravada yang
mendorong para pengikutnya untuk menyumbangkan
donasi bagi mereka yang hidup dalam Biara.
Ini adalah pertama kalinya Indonesia menduduki
daftar teratas selama 9 tahun terakhir. Tahun-tahun
sebelumnya kita menduduki peringkat 2 (2017), ke-7
(2016), ke-12 (2015), dan ke-13 (2014).
Mirip dengan Myanmar, kepatuhan umat Muslim di
Indonesia terhadap ajaran Islam menjelaskan tingginya
tingkat partisipasi donasi. Dalam hal ini, faktor agama
mendorong para pemeluknya untuk berdonasi, konsep
dikenal sebagai infaq.
Dalam daftar 20 teratas tahun 2018, hanya
separuhnya termasuk dalam daftar negara maju versi
PBB dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Sementara
10 negara berkembang lainnya memiliki tingkat
pendapatan yang beragam termasuk Indonesia yang
memiliki tingkat pendapatan menengah ke bawah.
"World Giving Index dari CAF memberikan wawasan
unik tentang tren kemurahan hati di seluruh dunia. Ini
adalah titik awal perbincangan di seluruh dunia tentang
bagaimana kita memelihara dan menumbuhkan hasrat
alami orang untuk membantu orang lain dan bersama-
sama membangun masyarakat yang lebih baik," kata
Ketua Pelaksana CAF Sir John Low.[] melati, bowo
Alhamdulillah,
30 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 31 MAN TAZAKKA
LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA
Alhamdulillah, tahun 2018 ini Indonesia
dinobatkan sebagai ''Juara Dunia Negara
Dermawan''. Predikat ini berdasarkan laporan
2018 World Giving Index oleh Charities Aid Foundation
(CAF) yang bermarkas di Inggris.
Tiga perilaku yang digunakan sebagai parameter
untuk mengukur kemurahan hati suatu negara adalah:
menyumbangkan uang, membantu orang asing, dan
menjadi sukarelawan.
Presentase orang Indonesia dalam menyumbangkan
uang sebesar 78%. Lalu presentase untuk membantu
orang asing adalah 46%. Presentase orang Indonesia
dalam menyumbangkan uang sebesar 78%. Lalu
presentase untuk membantu orang asing adalah 46%.
Yang terakhir, partisipasi orang Indonesia dalam
menjadi relawan masuk yang tertinggi di dunia dengan
presentase 53%.
Skor keseluruhan yang diperoleh Indonesia adalah
59%.
Indeks yang dirilis minggu ini berdasar pada survei
pada tahun 2017 oleh konsultan manajemen Gallup
yang melibatkan lebih dari 150 ribu orang di seluruh
dunia, yang mana dilakukan sebelum gempa bumi
melanda Lombok dan Sulawesi Tengah.
Tahun ini Indonesia berhasil meraih posisi puncak
setelah tahun lalu menduduki peringkat 2. Myanmar
pun terjun ke posisi 9 setelah 4 tahun memiliki gelar
''negara paling dermawan di dunia''.
CAF mencatat dalam laporannya bahwa krisis
Rohingya tahun 2017 mungkin “telah memberikan
kontribusi penurunan posisi kedemawanan karena
orang-orang Myanmar kurang mau membantu
saudaranya senegara yang sedang terkena krisis."
Orang Myanmar masih menjadi yang paling
dermawan dalam hal donasi dengan partisipasi
mencapai 88 persen -- 3 persen lebih pendek dari
tingkat tahun lalu. Tingginya angka tersebut mungkin
INDONESIA JUARA
MURAH
HATI dapat dijelaskan dengan adanya kepatuhan Myanmar
terhadap ajaran Buddhisme Theravada yang
mendorong para pengikutnya untuk menyumbangkan
donasi bagi mereka yang hidup dalam Biara.
Ini adalah pertama kalinya Indonesia menduduki
daftar teratas selama 9 tahun terakhir. Tahun-tahun
sebelumnya kita menduduki peringkat 2 (2017), ke-7
(2016), ke-12 (2015), dan ke-13 (2014).
Mirip dengan Myanmar, kepatuhan umat Muslim di
Indonesia terhadap ajaran Islam menjelaskan tingginya
tingkat partisipasi donasi. Dalam hal ini, faktor agama
mendorong para pemeluknya untuk berdonasi, konsep
dikenal sebagai infaq.
Dalam daftar 20 teratas tahun 2018, hanya
separuhnya termasuk dalam daftar negara maju versi
PBB dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Sementara
10 negara berkembang lainnya memiliki tingkat
pendapatan yang beragam termasuk Indonesia yang
memiliki tingkat pendapatan menengah ke bawah.
"World Giving Index dari CAF memberikan wawasan
unik tentang tren kemurahan hati di seluruh dunia. Ini
adalah titik awal perbincangan di seluruh dunia tentang
bagaimana kita memelihara dan menumbuhkan hasrat
alami orang untuk membantu orang lain dan bersama-
sama membangun masyarakat yang lebih baik," kata
Ketua Pelaksana CAF Sir John Low.[] melati, bowo
Alhamdulillah,
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 33 MAN TAZAKKA
TELAAH
32 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
kearifan hidup, termasuk pengorbanan dan
kedermawanan.
Seperti disebutkan Saleh Danasasmita dalam Sejarah
Bogor Bagian I (1983) sebagian isi naskah itu adalah:
Dasakerta (kesejahteraan sepuluh), Tapa di Nagara,
Panca parisuda, Hidup yang penuh berkah, Parigeuing
dan Dasapasanta, serta Tritangtu di bumi (tiga posisi di
dunia).
Hidup yang penuh berkah, menurut ajaran Prabu
Siliwangi, dalam rumah tangga antara lain harus: cermat
(emet), rajin (rajeun), bersemangat (morogol-rogol),
berpribadi pahlawan (purusa ningsa), berani berkurban
(hapitan), dan dermawan (waleya).
Dalam tradisi kedermawanan Nasrani dikenal dana
persepuluhan gereja yang terdiri tiga pos: Persepuluhan
pertama adalah untuk keimamatan (Kohanim), dan
jatuhnya sebagai milik pusaka, karenanya sering disebut
cukai bait Allah. (Bilangan: 18:26). Dana Persepuluhan
kedua digunakan untuk perayaan-perayaan di tempat
yang telah dikhaskan bagi tujuan missionaris bagi
golongan fakir-miskin (Ulangan 14:22-23). Ada lagi
persepuluhan tambahan, yang dikenal dengan
persembahan, yang dipungut pada petang sabat dan
hari minggu. (1Korintus 16:2-4).
Dana Persepuluhan ini secara wajib 'ain dikeluarkan
3 kali setahun, bukan sekali setahun seperti zakat fitrah. 16Dalam Ulangan 16:16-17 dijelaskan; Tiga kali setahun
setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap
hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-
Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari
raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun.
Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan 17hampa, tetapi masing-masing dengan sekedar
persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan
kepadamu oleh Tuhan, Allahmu."
Para rohaniawan mereka berpesan, "iman dalam
pembayaran persepuluhan dan persembahan harus
tetap meningkat sekalipun keadaan ekonomi kita
terbatas. Karena dengan demikian kita dapat maju
dalam segala, dapat membangunan gedung-gedung
pertemuan serta bait suci-bait suci, dengan program
pendidikan kita yang besar, yang berbagai kegiatannya
banyak bergantung pada pendapatan persepuluhan
Gereja. Saya menjanjikan kepada Anda bahwa kita tidak
akan pernah membuat Gereja berhutang. Kita akan
dengan ketat merancang program sesuai dengan
pendapatan persepuluhan serta menggunakan dana
yang kudus ini untuk tujuan-tujuan yang dirancang oleh
ekali lagi, alhamdulillah, bangsa kita termasuk
Sbangsa yang sangat dermawan. Bahkan paling
dermawan menurut penelitian tahun 2017 oleh
CAF.
Karakter dermawan bangsa kita, tak lepas dari ajaran
keyakinan atau agamanya. Meskipun, secara fitrah
setiap manusia memiliki naluri kasihan atau iba pada
sesamanya. Bahkan, menurut hasil survei “Potensi dan
Perilaku Masyarakat dalam Menyumbang” yang
dilakukan PIRAC di 11 kota besar di Indonesia dengan
2.500 responden, hampir seluruh responden (99%)
mengaku menyumbang karena dorongan ajaran
keyakinan atau agama.
Dalam ajaran Budha misalnya, konsep
kedermawanan diformulasikan sebagai etika atau sutta
nipata, dengan lima pilar: memberi dalam iman,
memberi dengan seksama, memberi dengan segera,
memberi dengan sepenuh hati, dan memberi untuk
tidak mencelakakan diri sendiri dan orang lain.
Kisah monumentalnya adalah ketika Raja Sivi
menyumbangkan bola matanya. Ada lagi Vessantra
yang tidak saja menyerahkan kerajaannya, tetapi seluruh
harta beserta istri dan anaknya.
Sedangkan ajaran Kasundan, merujuk pada Raja
Pakuan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang
mewariskan sebuah naskah kuno Siskandang Karesian
dan Kundangeun Urang Reya (untuk pegangan hidup
orang banyak).
Naskah yang terdiri 30 lembar bertahun 1440 Saka
atau 1518 M, ini disimpan di Museum Pusat dengan
nomor kode Kropak 630. Isinya antara lain ajaran
KedermawananKarakter
LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 33 MAN TAZAKKA
TELAAH
32 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
kearifan hidup, termasuk pengorbanan dan
kedermawanan.
Seperti disebutkan Saleh Danasasmita dalam Sejarah
Bogor Bagian I (1983) sebagian isi naskah itu adalah:
Dasakerta (kesejahteraan sepuluh), Tapa di Nagara,
Panca parisuda, Hidup yang penuh berkah, Parigeuing
dan Dasapasanta, serta Tritangtu di bumi (tiga posisi di
dunia).
Hidup yang penuh berkah, menurut ajaran Prabu
Siliwangi, dalam rumah tangga antara lain harus: cermat
(emet), rajin (rajeun), bersemangat (morogol-rogol),
berpribadi pahlawan (purusa ningsa), berani berkurban
(hapitan), dan dermawan (waleya).
Dalam tradisi kedermawanan Nasrani dikenal dana
persepuluhan gereja yang terdiri tiga pos: Persepuluhan
pertama adalah untuk keimamatan (Kohanim), dan
jatuhnya sebagai milik pusaka, karenanya sering disebut
cukai bait Allah. (Bilangan: 18:26). Dana Persepuluhan
kedua digunakan untuk perayaan-perayaan di tempat
yang telah dikhaskan bagi tujuan missionaris bagi
golongan fakir-miskin (Ulangan 14:22-23). Ada lagi
persepuluhan tambahan, yang dikenal dengan
persembahan, yang dipungut pada petang sabat dan
hari minggu. (1Korintus 16:2-4).
Dana Persepuluhan ini secara wajib 'ain dikeluarkan
3 kali setahun, bukan sekali setahun seperti zakat fitrah. 16Dalam Ulangan 16:16-17 dijelaskan; Tiga kali setahun
setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap
hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-
Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari
raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun.
Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan 17hampa, tetapi masing-masing dengan sekedar
persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan
kepadamu oleh Tuhan, Allahmu."
Para rohaniawan mereka berpesan, "iman dalam
pembayaran persepuluhan dan persembahan harus
tetap meningkat sekalipun keadaan ekonomi kita
terbatas. Karena dengan demikian kita dapat maju
dalam segala, dapat membangunan gedung-gedung
pertemuan serta bait suci-bait suci, dengan program
pendidikan kita yang besar, yang berbagai kegiatannya
banyak bergantung pada pendapatan persepuluhan
Gereja. Saya menjanjikan kepada Anda bahwa kita tidak
akan pernah membuat Gereja berhutang. Kita akan
dengan ketat merancang program sesuai dengan
pendapatan persepuluhan serta menggunakan dana
yang kudus ini untuk tujuan-tujuan yang dirancang oleh
ekali lagi, alhamdulillah, bangsa kita termasuk
Sbangsa yang sangat dermawan. Bahkan paling
dermawan menurut penelitian tahun 2017 oleh
CAF.
Karakter dermawan bangsa kita, tak lepas dari ajaran
keyakinan atau agamanya. Meskipun, secara fitrah
setiap manusia memiliki naluri kasihan atau iba pada
sesamanya. Bahkan, menurut hasil survei “Potensi dan
Perilaku Masyarakat dalam Menyumbang” yang
dilakukan PIRAC di 11 kota besar di Indonesia dengan
2.500 responden, hampir seluruh responden (99%)
mengaku menyumbang karena dorongan ajaran
keyakinan atau agama.
Dalam ajaran Budha misalnya, konsep
kedermawanan diformulasikan sebagai etika atau sutta
nipata, dengan lima pilar: memberi dalam iman,
memberi dengan seksama, memberi dengan segera,
memberi dengan sepenuh hati, dan memberi untuk
tidak mencelakakan diri sendiri dan orang lain.
Kisah monumentalnya adalah ketika Raja Sivi
menyumbangkan bola matanya. Ada lagi Vessantra
yang tidak saja menyerahkan kerajaannya, tetapi seluruh
harta beserta istri dan anaknya.
Sedangkan ajaran Kasundan, merujuk pada Raja
Pakuan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang
mewariskan sebuah naskah kuno Siskandang Karesian
dan Kundangeun Urang Reya (untuk pegangan hidup
orang banyak).
Naskah yang terdiri 30 lembar bertahun 1440 Saka
atau 1518 M, ini disimpan di Museum Pusat dengan
nomor kode Kropak 630. Isinya antara lain ajaran
KedermawananKarakter
LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 35 MAN TAZAKKA
34
dicintai. Misalnya ketika menyambut saudara barunya,
Sa'ad bin Rabi dari Kaum Anshar menawari
Abdurrahman bin Auf dari Kaum Muhajirin, setengah
harta dan salah seorang dari dua istrinya setelah akan
dicerai lebih dulu. Bin Auf berterima kasih, tapi ia lebih
memilih ditunjukkan pasar Madinah yang kelak berhasil
dia rebut dari dominasi mafia Yahudi.
Keempat, ringan hati memberikan saat sedang
sangat membutuhkan. Sebagaimana Abu Thalhah dan
Ummu Sulaim merelakan sepiring nasi terakhir mereka
dihidangkan buat tamunya ketimbang buat anak mereka
yang juga belum makan. Atau sebagaimana trio sahabat
Ikrimah bin Abi Jahal, Harits bin Hisyam, dan Suhail bin
Umair, yang saling mendahulukan kepentingan yang
lain hingga ajal menghampiri mereka bertiga dalam
Perang Yarmuk.
Kelima, bagai semilir angin di kala Ramadhan.
Artinya, kedermawanan makin menjadi-jadi ketika Bulan
Suci, sebagaimana kedermawanan Rasulullah. Tapi ini
bukan berarti menunda kebajikan selama 11 bulan
sebelumnya.
Orang-orang Non-Muslim pun mengakui,
kedermawanan sangat menggugah spiritualitas. Kisah-
kisah mereka dikumpulkan dalam e-book “The Greatest
Money-Making Secret in History!”, yang bisa diunduh
dari situs: http://www.plainwords.co.nz/
greatestmms.pdf.
Penelitian empat mahasiswa pada tahun 2012 yakni
Sutikno (Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo
Madura) beserta Umar Burhan, Moh Khusaini, dan
Khusnul Ashar (Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya),
mengungkapkan pola perilaku sedekah masyarakat.
Pertama, amalan sedekah dimotivasi oleh tiga
kekuatan pendorong yaitu: (1) kekuatan emosional
simpati dan empati; (2) kekuatan spritual; (3) kekuatan
empirik, yaitu informan merasakan lebih dimotivasi oleh
pengalaman-pengalaman orangtua dan keluarga yang
mendapatkan kesuksesan dan kebahagian hidup karena
mengamalkan sedekah.
Kedua, setelah mengamalkan sedekah secara
istiqomah masyarakat merasakan reward berupa: (1)
kesehatan dan terhindar dari musibah; (2) kesuksesan
usaha dan tambahan penghasilan; (3) rejeki 10 kali lipat
bahkan lebih dibanding yang disedekahkan.
Ketiga, pelaku sedekah merasakan perubahan hidup
ke arah yang lebih positif yaitu: (1) Sedekah
meningkatkan ketaqwaan dan keimamanan kepada
Allah. (2) Sedekah menghantarkan informan menuju
pada perbaikan perilaku hidup seperti kejujuran,
profesionalisme dan etos kerja tinggi.[]
Tuhan Yesus. (The Church of Jesus Christ of Latter-day
Saints, April 2003).
Ajaran Islam yang dianut mayoritas Bangsa
Indonesia, dikatakan Direktur Karim Consulting
Adiwarman Karim, sedemikian rinci dan sistematik
membahas soal ini.
Konsep zakat amat penting dalam ajaran Islam
karena penyebutannya sering beriringan dengan
penunaian kewajiban shalat. Ayat-ayat tentang zakat
yang turun di Mekah berisi kritik terhadap doktrin,
moral, kondisi sosial, dan perilaku bangsa Arab jahiliah,
dan peringatan, hukuman, dan ganjaran pada hari akhir.
Misalnya QS Al-Dhuha, Al-Muddatstsir, Al-Ma'arij, atau
Al-Haqqah. Sementara ayat tentang zakat yang turun di
Madinah memberi rincian yang sistematik tentang
kewjiban zakat. Bahkan, ceramah pertama Rasulullah di
Madinah setelah hijrah berisi kewajiban zakat dan infak.
Bagaimana karakter kedermawanan yang diajarkan
Islam?
Pertama, fastabiqul khairaat. Berlomba-lomba dalam
kebajikan. Ketika Nabi Muhammad SAW menyerukan
penghimpunan dana dan logistik untuk mengirim
ekspedisi jihad, para sahabat berbondong-bondong
datang menyerahkan sebagian hartanya. Di antaranya
Abdurrahman bin Auf, yang berkata, ‘'Aku mempunyai
uang 4000 dirham. Yang 2000 untuk nafkah keluargaku,
2000 lagi untuk kuinfakkan.''
''Semoga Allah menerima yang engkau infakkan, dan
memberkahi yang engkau sisakan untuk keluargamu,''
sambut Nabi.
Lalu datang seorang Anshar membawa dua gantang
kurma. ‘'Wahai Rasulallah,'' katanya sembari menghapus
keringat di wajahnya, ''aku baru saja mendapat upah
dua gantang kurma. Ini yang segantang aku infakkan,
sisanya kuberikan untuk keluargaku.''
Menyaksikan kesederhanaan pemberian orang
Anshar itu, orang-orang munafik tertawa terbahak-
bahak. ''Ho, ho, ho, ini ada orang mau melawan pedang
dan tombak dengan segantang kurma,'' ledek mereka.
Nabi murka pada kelakuan munafikin. Bersamaan
dengan itu turunlah ayat 79 Surat At Taubah yang
mencela perbuatan kaum itu dan memuji pengorbanan
sahabat Nabi betapapun sederhananya.
Kedua, itsar. Sangat mendahulukan orang lain. Ketika
sedang berada di kota Johfah, Ibnu Umar jatuh sakit.
Suatu hari, ia bilang kepada istrinya, ingin makan ikan.
Istri Ibnu Umar lalu belanja dan memasak ikan. Tak
lama, hidangan lezat tersaji di depan Ibnu Umar.
Namun belum lagi ia sempat mencicipinya, tiba-tiba
seorang pengemis datang. Spontan, ikan itu
diberikannya kepada si pengemis.
Ketiga, ringan hati memberikan miliknya yang
LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 35 MAN TAZAKKA
34
dicintai. Misalnya ketika menyambut saudara barunya,
Sa'ad bin Rabi dari Kaum Anshar menawari
Abdurrahman bin Auf dari Kaum Muhajirin, setengah
harta dan salah seorang dari dua istrinya setelah akan
dicerai lebih dulu. Bin Auf berterima kasih, tapi ia lebih
memilih ditunjukkan pasar Madinah yang kelak berhasil
dia rebut dari dominasi mafia Yahudi.
Keempat, ringan hati memberikan saat sedang
sangat membutuhkan. Sebagaimana Abu Thalhah dan
Ummu Sulaim merelakan sepiring nasi terakhir mereka
dihidangkan buat tamunya ketimbang buat anak mereka
yang juga belum makan. Atau sebagaimana trio sahabat
Ikrimah bin Abi Jahal, Harits bin Hisyam, dan Suhail bin
Umair, yang saling mendahulukan kepentingan yang
lain hingga ajal menghampiri mereka bertiga dalam
Perang Yarmuk.
Kelima, bagai semilir angin di kala Ramadhan.
Artinya, kedermawanan makin menjadi-jadi ketika Bulan
Suci, sebagaimana kedermawanan Rasulullah. Tapi ini
bukan berarti menunda kebajikan selama 11 bulan
sebelumnya.
Orang-orang Non-Muslim pun mengakui,
kedermawanan sangat menggugah spiritualitas. Kisah-
kisah mereka dikumpulkan dalam e-book “The Greatest
Money-Making Secret in History!”, yang bisa diunduh
dari situs: http://www.plainwords.co.nz/
greatestmms.pdf.
Penelitian empat mahasiswa pada tahun 2012 yakni
Sutikno (Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo
Madura) beserta Umar Burhan, Moh Khusaini, dan
Khusnul Ashar (Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya),
mengungkapkan pola perilaku sedekah masyarakat.
Pertama, amalan sedekah dimotivasi oleh tiga
kekuatan pendorong yaitu: (1) kekuatan emosional
simpati dan empati; (2) kekuatan spritual; (3) kekuatan
empirik, yaitu informan merasakan lebih dimotivasi oleh
pengalaman-pengalaman orangtua dan keluarga yang
mendapatkan kesuksesan dan kebahagian hidup karena
mengamalkan sedekah.
Kedua, setelah mengamalkan sedekah secara
istiqomah masyarakat merasakan reward berupa: (1)
kesehatan dan terhindar dari musibah; (2) kesuksesan
usaha dan tambahan penghasilan; (3) rejeki 10 kali lipat
bahkan lebih dibanding yang disedekahkan.
Ketiga, pelaku sedekah merasakan perubahan hidup
ke arah yang lebih positif yaitu: (1) Sedekah
meningkatkan ketaqwaan dan keimamanan kepada
Allah. (2) Sedekah menghantarkan informan menuju
pada perbaikan perilaku hidup seperti kejujuran,
profesionalisme dan etos kerja tinggi.[]
Tuhan Yesus. (The Church of Jesus Christ of Latter-day
Saints, April 2003).
Ajaran Islam yang dianut mayoritas Bangsa
Indonesia, dikatakan Direktur Karim Consulting
Adiwarman Karim, sedemikian rinci dan sistematik
membahas soal ini.
Konsep zakat amat penting dalam ajaran Islam
karena penyebutannya sering beriringan dengan
penunaian kewajiban shalat. Ayat-ayat tentang zakat
yang turun di Mekah berisi kritik terhadap doktrin,
moral, kondisi sosial, dan perilaku bangsa Arab jahiliah,
dan peringatan, hukuman, dan ganjaran pada hari akhir.
Misalnya QS Al-Dhuha, Al-Muddatstsir, Al-Ma'arij, atau
Al-Haqqah. Sementara ayat tentang zakat yang turun di
Madinah memberi rincian yang sistematik tentang
kewjiban zakat. Bahkan, ceramah pertama Rasulullah di
Madinah setelah hijrah berisi kewajiban zakat dan infak.
Bagaimana karakter kedermawanan yang diajarkan
Islam?
Pertama, fastabiqul khairaat. Berlomba-lomba dalam
kebajikan. Ketika Nabi Muhammad SAW menyerukan
penghimpunan dana dan logistik untuk mengirim
ekspedisi jihad, para sahabat berbondong-bondong
datang menyerahkan sebagian hartanya. Di antaranya
Abdurrahman bin Auf, yang berkata, ‘'Aku mempunyai
uang 4000 dirham. Yang 2000 untuk nafkah keluargaku,
2000 lagi untuk kuinfakkan.''
''Semoga Allah menerima yang engkau infakkan, dan
memberkahi yang engkau sisakan untuk keluargamu,''
sambut Nabi.
Lalu datang seorang Anshar membawa dua gantang
kurma. ‘'Wahai Rasulallah,'' katanya sembari menghapus
keringat di wajahnya, ''aku baru saja mendapat upah
dua gantang kurma. Ini yang segantang aku infakkan,
sisanya kuberikan untuk keluargaku.''
Menyaksikan kesederhanaan pemberian orang
Anshar itu, orang-orang munafik tertawa terbahak-
bahak. ''Ho, ho, ho, ini ada orang mau melawan pedang
dan tombak dengan segantang kurma,'' ledek mereka.
Nabi murka pada kelakuan munafikin. Bersamaan
dengan itu turunlah ayat 79 Surat At Taubah yang
mencela perbuatan kaum itu dan memuji pengorbanan
sahabat Nabi betapapun sederhananya.
Kedua, itsar. Sangat mendahulukan orang lain. Ketika
sedang berada di kota Johfah, Ibnu Umar jatuh sakit.
Suatu hari, ia bilang kepada istrinya, ingin makan ikan.
Istri Ibnu Umar lalu belanja dan memasak ikan. Tak
lama, hidangan lezat tersaji di depan Ibnu Umar.
Namun belum lagi ia sempat mencicipinya, tiba-tiba
seorang pengemis datang. Spontan, ikan itu
diberikannya kepada si pengemis.
Ketiga, ringan hati memberikan miliknya yang
LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 37 MAN TAZAKKA
36
TELAAHINSPIRASI DAI INSPIRASI DAI
tamat perguruan tinggi. Syaratnya, memeluk agama
Kristen sebagaimana warga Puyang yang lain.
Namun dengan pendidikan ayahnya, keyakinan Budi
mantap. Tak goyah meski ditawar dengan imbalan dunia
yang menggiurkan.
Kini, Panut dan Budi menjadi dua keluarga muslim di
tengah 50-an keluarga (170-an jiwa) penduduk Puyang.
Belakangan datang dua keluarga muslim lagi, sehingga
jumlahnya jadi 14 jiwa.
Untuk meneguhkan keyakinan, Panut membangun
mushola kecil di bagian depan rumahnya. Mushola yang
cantik dan sangat terawat ini mencerminkan ketegaran
Panut bagai karang di tengah Puyang.
Dakwah Mbah Panut mendapat support antara lain
dari Ustadzah Widi Astuti dari Mu'alaf Centre
Semarang.[]
ahkan jika harus tetap sendirian hingga titik
Bdarah penghabisan, dia akan jalani. Itulah ''harga
mati'' Mbah Panut (84 tahun), seorang mukmin
yang tersisa dari Dusun Puyang, Jawa Tengah.
Puyang terhampar di Desa Tajuk, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang, di sebelah utara kaki
Gunung Merbabu. Kampung ini dulunya merupakan
salah satu basis massa PKI (Partai Komunis Indonesia).
Pasca Trgaedi 1965, berdasar rembug dusun, semua
warga beralih ke agama Kristen. Panut satu-satunya
yang menolak. Pria nahdhiyin ini bertahan sebagai
mukmin bersama istrinya yang mantan aktifis Gerwani
(organisasi wanita underbow PKI).
Di era Orde Baru, semua warga Payung manut saja
di-Golkar-kan oleh lurah yang waktu itu berasal dari
anggota ABRI. Lagi-lagi, hanya Panut yang berkata
''tidak''. Ia terus terang memilih PPP sebagai
representasi politik umat Islam sesuai arahan
Mohammad Natsir waktu itu.
Sikap penyempalan Panut justru dihargai. Lurah yang
sempat ditegur Panut agar sebagai pengayom
masyarakat harus bersifat netral, tidak marah. Malah
rajin berkunjung ke rumah Panut. Mereka akrab.
Selain persoalan politik, konversi aqidah Puyang juga
dilatari problem ekonomi. Budi, salah satu putra Panut,
menuturkan, mayoritas penduduk Dusun Puyang
perekonomiannya tergolong kelas bawah. Mata
pencahariannya bercocok tanam.
Lemahnya dakwah di Puyang, membuat warga
mudah goyah iman. Budi masih ingat, sejak kecil
semasa masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah
sering mendapat tawaran beasiswa pendidikan sampai
di Dusun PuyangKarang Tegar
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 37 MAN TAZAKKA
36
TELAAHINSPIRASI DAI INSPIRASI DAI
tamat perguruan tinggi. Syaratnya, memeluk agama
Kristen sebagaimana warga Puyang yang lain.
Namun dengan pendidikan ayahnya, keyakinan Budi
mantap. Tak goyah meski ditawar dengan imbalan dunia
yang menggiurkan.
Kini, Panut dan Budi menjadi dua keluarga muslim di
tengah 50-an keluarga (170-an jiwa) penduduk Puyang.
Belakangan datang dua keluarga muslim lagi, sehingga
jumlahnya jadi 14 jiwa.
Untuk meneguhkan keyakinan, Panut membangun
mushola kecil di bagian depan rumahnya. Mushola yang
cantik dan sangat terawat ini mencerminkan ketegaran
Panut bagai karang di tengah Puyang.
Dakwah Mbah Panut mendapat support antara lain
dari Ustadzah Widi Astuti dari Mu'alaf Centre
Semarang.[]
ahkan jika harus tetap sendirian hingga titik
Bdarah penghabisan, dia akan jalani. Itulah ''harga
mati'' Mbah Panut (84 tahun), seorang mukmin
yang tersisa dari Dusun Puyang, Jawa Tengah.
Puyang terhampar di Desa Tajuk, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang, di sebelah utara kaki
Gunung Merbabu. Kampung ini dulunya merupakan
salah satu basis massa PKI (Partai Komunis Indonesia).
Pasca Trgaedi 1965, berdasar rembug dusun, semua
warga beralih ke agama Kristen. Panut satu-satunya
yang menolak. Pria nahdhiyin ini bertahan sebagai
mukmin bersama istrinya yang mantan aktifis Gerwani
(organisasi wanita underbow PKI).
Di era Orde Baru, semua warga Payung manut saja
di-Golkar-kan oleh lurah yang waktu itu berasal dari
anggota ABRI. Lagi-lagi, hanya Panut yang berkata
''tidak''. Ia terus terang memilih PPP sebagai
representasi politik umat Islam sesuai arahan
Mohammad Natsir waktu itu.
Sikap penyempalan Panut justru dihargai. Lurah yang
sempat ditegur Panut agar sebagai pengayom
masyarakat harus bersifat netral, tidak marah. Malah
rajin berkunjung ke rumah Panut. Mereka akrab.
Selain persoalan politik, konversi aqidah Puyang juga
dilatari problem ekonomi. Budi, salah satu putra Panut,
menuturkan, mayoritas penduduk Dusun Puyang
perekonomiannya tergolong kelas bawah. Mata
pencahariannya bercocok tanam.
Lemahnya dakwah di Puyang, membuat warga
mudah goyah iman. Budi masih ingat, sejak kecil
semasa masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah
sering mendapat tawaran beasiswa pendidikan sampai
di Dusun PuyangKarang Tegar
TELAAHTELAAH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 39 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
ada 30 September 2018, saya mengisi seminar
Psehari di Kantor INSISTS Jakarta, dengan tema
“Pendidikan Guru Keluarga”. Tema ini sangat
penting, karena berkaitan dengan tanggung jawab
orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Sebab, dalam
pandangan Islam, pendidikan anak pada dasarnya
menjadi tanggung jawab orang tuanya; bukan tanggung
jawab sekolah atau pesantren.
Ironisnya, jika kita telaah kurikulum pendidikan di
sekolah-sekolah dan kampus-kampus kita, kita tidak
menjumpai adanya mata pelajaran atau mata kuliah
khusus tentang “bagaimana menjadi orang tua yang
baik.” Dunia pendidikan kita didominasi dengan pola
pikir dan tujuan untuk mencetak buruh atau pekerja
yang baik.
Program Studi (Prodi/Jurusan) di Perguruan Tinggi
diberikan ijin untuk beroperasi, jika memiliki proyeksi,
lulusannya akan bekerja di mana atau sektor apa. Maka,
Pentingnya Pendidikan
Guru Keluarga
kita jumpai ada prodi Kedokteran, Kedokteran Gigi,
Kedokteran Hewan, Farmasi, Hukum, Sosiologi,
Akuntasi, Teknik Informatika, Manajemen, dan
sebagainya. Tetapi, tidak ditemukan adanya Prodi Istri
Shalihah, Prodi Suami Baik, Prodi Ayah Teladan, dan
sebagainya.
Jadi, para pelajar dan mahasiswa kita, sampai lulus
S-3 sekali pun, pada umumnya tidak diberikan ilmu
yang memadai untuk menjadi suami/istri dan orang tua
yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, di
pemerintahan pun, tidak dijumpai Kementerian
Pemberdayaan Keluarga. Yang ada Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak. Seolah-olah,
laki-laki sudah berdaya semua, sehingga tidak perlu
diberdayakan lagi. Padahal, kini, tidak sedikit laki-laki –
bahkan yang punya jabatan tinggi di pemerintahan –
yang tidak berdaya di hadapan seorang perempuan.
Urusan keluarga di pemerintahan diserahkan kepada
satu lembaga bernama BKKBN. Masyarakat tahunya,
lembaga ini punya tugas utama: membatasi jumlah
anak. Slogannya: “dua anak cukup” atau “dua anak lebih
baik”. Padahal, hampir semua Presiden Indonesia,
memiliki anak lebih dari dua.
Disebutkan, bahwa tugas pokok BKKBN adalah:
“Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan
kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk,
penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan
keluarga.” (http://jatim.bkkbn.go.id/profil/tugas-pokok-
dan-fungsi/).
Mengapa kita tidak berpikir, bahwa manusia adalah
potensi bangsa yang luar biaa? Bahkan, kita sepakat,
bayi manusia jauh lebih berharga dibandingkan bayi
babi. Jika anak itu diasuh dan dididik dengan benar,
insyaAllah ia akan menjadi potensi yang bermanfaat
bagi bangsa dan negara. Jadi, intinya bukan
pengendalian, tetapi keadilan dan pendidikan!
Saya pikir, sangat adil, jika Pak BJ Habibie memiliki
anak 10 orang. Sebab, beliau jelas 'manusia super
hebat', 'bibit super unggul'. Belum tentu, seratus tahun
lagi, akan lahir manusia Indonesia sekualitas Pak
Habibie. Bukankah sila kedua Pancasila adalah
“Kemanusiaan yang adil dan beradab!” Bukannya,
kemanusiaan yang sama rata dan sama rasa?
Kondisi di Barat
Entah kebetulan atau tidak, hal ini pun terjadi di AS
dan negara-negara Barat pada umumnya. Dalam
bukunya, Tragedy and Hope: A History of The World in
Our Time, Prof. Caroll Quigley, guru besar Georgetown
University, USA, mengakui, bahwa masyarakat Barat
(Western society), telah meraih berbagai kesuksesan.
Misalnya, mereka telah mampu mengontrol
pertumbuhan penduduk, menghasilkan kekayaan dan
mengurangi kemiskinan. Bahkan, mungkin, dalam
waktu dekat, mereka akan mampu menunda kepikunan
dan kematian.
Tapi, simpul Quigley, satu hal terpenting yang
masyarakat Barat belum paham adalah bagaimana
mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang
matang dan bertanggung jawab. “Some things we
clearly do not yet know, including the most important of
all, which is how to bring up children to form them into
mature, responsible adults…” kata Prof. Quigley, yang
juga anggota The American Association for the
Advancement of Science.
Jadi, jika masyarakat Barat tidak paham, bagaimana
mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang
baik, apakah dengan itu, lalu dunia pendidikan formal
kita pun tidak menjadikan pendidikan keluarga sebagai
hal inti dan sangat penting?
Dunia perkawinan di Indonesia kini menghadapi
tantangan yang sangat serius. Angka perceraian begitu
tinggi. Tahun 2016, tercatat ada sekitar 350 ribu kasus
perceraian (https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/18/01/21/p2w4v9396-ratusan-
ribu-kasus-perceraian-terjadi-dalam-setahun).
Ironisnya, 70 persen perceraian terjadi atas keinginan
pihak istri. Itu terjadi, utamanya karena mereka tidak
38
Oleh: Dr Adian Husaini,Anggota Dewan Pembina Dewan Dakwah
TELAAHTELAAH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 39 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
ada 30 September 2018, saya mengisi seminar
Psehari di Kantor INSISTS Jakarta, dengan tema
“Pendidikan Guru Keluarga”. Tema ini sangat
penting, karena berkaitan dengan tanggung jawab
orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Sebab, dalam
pandangan Islam, pendidikan anak pada dasarnya
menjadi tanggung jawab orang tuanya; bukan tanggung
jawab sekolah atau pesantren.
Ironisnya, jika kita telaah kurikulum pendidikan di
sekolah-sekolah dan kampus-kampus kita, kita tidak
menjumpai adanya mata pelajaran atau mata kuliah
khusus tentang “bagaimana menjadi orang tua yang
baik.” Dunia pendidikan kita didominasi dengan pola
pikir dan tujuan untuk mencetak buruh atau pekerja
yang baik.
Program Studi (Prodi/Jurusan) di Perguruan Tinggi
diberikan ijin untuk beroperasi, jika memiliki proyeksi,
lulusannya akan bekerja di mana atau sektor apa. Maka,
Pentingnya Pendidikan
Guru Keluarga
kita jumpai ada prodi Kedokteran, Kedokteran Gigi,
Kedokteran Hewan, Farmasi, Hukum, Sosiologi,
Akuntasi, Teknik Informatika, Manajemen, dan
sebagainya. Tetapi, tidak ditemukan adanya Prodi Istri
Shalihah, Prodi Suami Baik, Prodi Ayah Teladan, dan
sebagainya.
Jadi, para pelajar dan mahasiswa kita, sampai lulus
S-3 sekali pun, pada umumnya tidak diberikan ilmu
yang memadai untuk menjadi suami/istri dan orang tua
yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, di
pemerintahan pun, tidak dijumpai Kementerian
Pemberdayaan Keluarga. Yang ada Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak. Seolah-olah,
laki-laki sudah berdaya semua, sehingga tidak perlu
diberdayakan lagi. Padahal, kini, tidak sedikit laki-laki –
bahkan yang punya jabatan tinggi di pemerintahan –
yang tidak berdaya di hadapan seorang perempuan.
Urusan keluarga di pemerintahan diserahkan kepada
satu lembaga bernama BKKBN. Masyarakat tahunya,
lembaga ini punya tugas utama: membatasi jumlah
anak. Slogannya: “dua anak cukup” atau “dua anak lebih
baik”. Padahal, hampir semua Presiden Indonesia,
memiliki anak lebih dari dua.
Disebutkan, bahwa tugas pokok BKKBN adalah:
“Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan
kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk,
penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan
keluarga.” (http://jatim.bkkbn.go.id/profil/tugas-pokok-
dan-fungsi/).
Mengapa kita tidak berpikir, bahwa manusia adalah
potensi bangsa yang luar biaa? Bahkan, kita sepakat,
bayi manusia jauh lebih berharga dibandingkan bayi
babi. Jika anak itu diasuh dan dididik dengan benar,
insyaAllah ia akan menjadi potensi yang bermanfaat
bagi bangsa dan negara. Jadi, intinya bukan
pengendalian, tetapi keadilan dan pendidikan!
Saya pikir, sangat adil, jika Pak BJ Habibie memiliki
anak 10 orang. Sebab, beliau jelas 'manusia super
hebat', 'bibit super unggul'. Belum tentu, seratus tahun
lagi, akan lahir manusia Indonesia sekualitas Pak
Habibie. Bukankah sila kedua Pancasila adalah
“Kemanusiaan yang adil dan beradab!” Bukannya,
kemanusiaan yang sama rata dan sama rasa?
Kondisi di Barat
Entah kebetulan atau tidak, hal ini pun terjadi di AS
dan negara-negara Barat pada umumnya. Dalam
bukunya, Tragedy and Hope: A History of The World in
Our Time, Prof. Caroll Quigley, guru besar Georgetown
University, USA, mengakui, bahwa masyarakat Barat
(Western society), telah meraih berbagai kesuksesan.
Misalnya, mereka telah mampu mengontrol
pertumbuhan penduduk, menghasilkan kekayaan dan
mengurangi kemiskinan. Bahkan, mungkin, dalam
waktu dekat, mereka akan mampu menunda kepikunan
dan kematian.
Tapi, simpul Quigley, satu hal terpenting yang
masyarakat Barat belum paham adalah bagaimana
mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang
matang dan bertanggung jawab. “Some things we
clearly do not yet know, including the most important of
all, which is how to bring up children to form them into
mature, responsible adults…” kata Prof. Quigley, yang
juga anggota The American Association for the
Advancement of Science.
Jadi, jika masyarakat Barat tidak paham, bagaimana
mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang
baik, apakah dengan itu, lalu dunia pendidikan formal
kita pun tidak menjadikan pendidikan keluarga sebagai
hal inti dan sangat penting?
Dunia perkawinan di Indonesia kini menghadapi
tantangan yang sangat serius. Angka perceraian begitu
tinggi. Tahun 2016, tercatat ada sekitar 350 ribu kasus
perceraian (https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/18/01/21/p2w4v9396-ratusan-
ribu-kasus-perceraian-terjadi-dalam-setahun).
Ironisnya, 70 persen perceraian terjadi atas keinginan
pihak istri. Itu terjadi, utamanya karena mereka tidak
38
Oleh: Dr Adian Husaini,Anggota Dewan Pembina Dewan Dakwah
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 41 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
paham makna keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Dan ini adalah masalah pendidikan keluarga!
(/berita/nasional/read/2018/03/15/137967/angka-
perceraian-kian-meningkat-70-persen-atas-keinginan-
istri.html).
Dalam beberapa kesempatan memberikan nasehat
perkawinan, saya menekankan perlunya suami-istri
paham betul tentang tanggung jawab pendidikan
keluarga ini. Tanggung jawab utama ada pada suami,
karena ia yang akan dimintai pertanggungjawaban
sebagai pemimpin keluarga.
Program pembangunan dan pendidikan keluarga
kita, sepatutnya tidak menjiplak tradisi di Barat yang
tidak punya konsep kepemimpinan suami dalam
keluarga. Suami-istri dianggap setara dalam semua hal.
Tidak ada konsep “istri wajib taat suami”, sebagaimana
juga tidak punya konsep dosa jika “anak tidak taat pada
orang tua.”
Karena itulah, sebelum memasuki kehidupan rumah
tangga, suami – utamanya – harus paham benar,
bahwa kewajiban suami bukan hanya ngasih makan,
tetapi juga mendidik anak-istrinya, agar mereka
sekeluarga selamat dunia dan akhirat.
Peran Negara
Dalam berbagai kesempatan ceramah atau seminar,
saya menyampaikan pernyataan, dengan agak
bercanda, bahwa jika saya jadi Presiden RI, maka akan
saya perintahkan Menteri Pendidikan untuk mendirikan
Prodi yang bisa melahirkan “Sarjana Istri Shalihah” atau
“Sarjana Suami Baik”. Sebab, istri atau suami yang baik
itulah kunci pembentukan keluarga yang baik. Dari
keluarga yang baik, akan terlahir anak-anak yang baik
pula, yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
Karena itu, negara harus memiliki program yang
komprehensif dan prioritas anggaran untuk membentuk
keluarga-keluarga teladan di Indonesia. Program itu
dimulai dari pendidikan orang tua sebagai “guru
keluarga”, sehingga rumah tangga menjadi lembaga
pendidikan yang utama dan pertama bagi anak-anak.
Program ini berbeda dengan konsep dan praktik
homeschooling pada umumnya.
Masalahnya, entah kapan, negara akan paham dan
sadar akan pentingnya konsep pendidikan keluarga ini.
Padahal, wajib bagi orang tua untuk menjadi pendidik
utama bagi anak-anaknya. Kewajiban itu tetap berlaku,
apakah pemerintah menyokong atau tidak program
tersebut. Untuk itulah, seminar satu hari tentang
Pendidikan Guru Keluarga di INSISTS pada 30
September 2018, menjadi penting dan mendesak.
Enam Materi
Sejauh pengalaman saya dalam dunia pendidikan,
sekurangnya ada enam tema materi kuliah (seminar)
yang penting menjadi bekal agar orang tua bisa
memainkan perannya sebagai guru bagi anak-anaknya
sendiri. Keenam materi itu adalah: (1) Islamic
Worldview, (2) Pendidikan Anak, (3) Fiqhud Dakwah (4)
Fiqih Keluarga Sakinah (5) Tantangan Pemikiran
Kontemporer (6) Sejarah Peradaban Islam.
Dalam Islamic Worldview akan dibahas tema-tema
yang terkait dengan konsep-konsep pokok dalam Islam,
seperti konsep Islam sebagai agama wahyu dan
perbandingannya dengan agama-agama lainnya. Juga,
dibahas tentang konsep Tuhan dalam Islam dan
mengapa nama Tuhan dalam Islam tidak menjadi ajang
perselisihan. Perlu juga dipahami tentang konsep
wahyu, dan bukti ilmiah bahwa al-Quran adalah kitab
suci yang otentik, yang 'lafadz dan maknanya dari Allah
Subhanahu Wata'ala'. Karena itu, cara menafsirkan al-
Quran pun unik.
Dalam Islamic Worldview, agar bisa menjadi guru
yang baik bagi anak-anaknya, orang tua perlu juga
memahami keunikan Islam yang memiliki 'uswah
hasanah' (teladan kehidupan) yang lengkap dan final.
Dengan konsep yang unik ini, maka bisa dipahami,
mengapa nama agama Islam sudah final, dan sepanjang
sejarah, nama itu tidak berubah, yaitu ISLAM – tidak
ditambah atau dikurang. Juga, mengapa umat Islam
melakukan ibadah yang sama di seluruh dunia. Umat
Islam bisa shalat di masjid mana saja. Cara mengubur
jenazah pun sama, dimana dan kapan saja.
Inilah yang ditegaskan oleh Prof. Syed Muhammad
Naquib al-Attas: “Islam is the only genuine revealed
religion.” (Islam adalah satu-satunya agama wahyu
yang murni). Islam bukan agama budaya (cultural
religion) yang berkembang terus mengikuti perubahan
budaya, meskipun Islam juga berhasil mewujudkan
peradaban yang unik, yang tidak menolak unsur-unsur
budaya yang baik dari satu lokasi tertentu.
Berpijak pada konsep worldview yang kokoh dan
unik inilah, dapat dijelaskan konsep pendidikan anak
yang unik pula, yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw, dan telah terbukti dalam sejarah
mampu melahirkan generasi-generasi gemilang, yang
memimpin peradaban dunia. Aneh sekali, jika orang tua
yang sudah diberi amanah berupa anak-anak, tetapi
tidak mau mencari ilmu, bagaimana cara mendidik anak
yang benar. Padahal, di akhirat nanti, anak-anak itu
akan menuntut hak mereka untuk mendapatkan
pendidikan yang benar dari orang tuanya.
Konsep Ilmu dalam Islam perlu dipahami oleh orang
tua, agar ia bisa mengarahkan anaknya untuk
menempuh pendidikan yang benar dan tepat. Orang
tua wajib tahu tentang definisi ilmu, adab menuntut
ilmu, dan jenis-jenis ilmu. Sebab, menuntut ilmu adalah
wajib. Kewajiban itu tidak akan bisa dipenuhi, jika orang
tua tidak tahu apa itu ilmu dan bagaimana cara
mencarinya. Akhirnya, tidak sedikit yang menyangka,
kewajiban orang tua adalah cari uang untuk
menyekolahkan anak. Ia tidak merasa berkewajiban
untuk mencari ilmu agar bisa mendidik anak-anaknya
dengan baik.
Pemahaman tentang Fiqhud Dakwah diperlukan,
agar orang tua bisa menyiapkan anak-anaknya untuk
menjadi pejuang, sebagaimana diamanahkan dalam QS
Luqman: 17: “Wahai anakku, dirikanlah shalat, dan
laksanakan amar ma'ruf nahi munkar…”.
Jangan sampai anak-anak belajar berbagai jenis ilmu
selama belasan atau puluhan tahu, tetapi mereka tidak
memiliki cita-cita untuk berjuang; untuk mengamalkan
ilmunya, agar bemanfaat bagi diri, keluarga,
masyarakat, negara, dan umat manusia pada umumnya.
Jiwa pejuang inilah yang harus terus ditanamkan
pada anak-anak, agar kehidupan mereka menjadi lebih
berarti. Anak-anak kita bukan hasil evolusi species
monyet, yang hidupnya hanya untuk makan dan
bersenang-senang. Anak-anak kita adalah pewaris dan
penerus perjuangan para Nabi yang misi utamanya
adalah menegakkan kalimah Tauhid dan akhlak mulia.
Begitu juga, orang tua sangat memerlukan
pemahaman tentang Fiqih Keluarga Sakinah, Pemikiran
Kontemporer, dan Sejarah Peradaban Islam. Itu semua
untuk menambah wawasan orang tua, agar bisa
menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya. Sebab, hampir
pasti, anaka-anak kita berinteraksi dengan berbagai
jenis informasi yang bathil, baik melalui internet, atau
kurikulum pendidikan di sekolah atau universitas.
Sekali lagi, tanggung jawab pendidikan anak itu ada
pada orang tua; bukan pada sekolah, pesantren, atau
universitas. (QS 66:6). Karena itu, penting dan
mendesak sekali pemahaman tentang bagaimana orang
tua bisa menjadi Guru Keluarga! Semoga, kelak di
akhirat nanti, anak-anak kita tidak menuntut kita, karena
mereka tidak mendapatkan hak untuk mendapatkan
pendidikan yang benar. (Kuala Kapuas, 15 September
2018).[]
40
TELAAHTELAAH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 41 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
paham makna keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Dan ini adalah masalah pendidikan keluarga!
(/berita/nasional/read/2018/03/15/137967/angka-
perceraian-kian-meningkat-70-persen-atas-keinginan-
istri.html).
Dalam beberapa kesempatan memberikan nasehat
perkawinan, saya menekankan perlunya suami-istri
paham betul tentang tanggung jawab pendidikan
keluarga ini. Tanggung jawab utama ada pada suami,
karena ia yang akan dimintai pertanggungjawaban
sebagai pemimpin keluarga.
Program pembangunan dan pendidikan keluarga
kita, sepatutnya tidak menjiplak tradisi di Barat yang
tidak punya konsep kepemimpinan suami dalam
keluarga. Suami-istri dianggap setara dalam semua hal.
Tidak ada konsep “istri wajib taat suami”, sebagaimana
juga tidak punya konsep dosa jika “anak tidak taat pada
orang tua.”
Karena itulah, sebelum memasuki kehidupan rumah
tangga, suami – utamanya – harus paham benar,
bahwa kewajiban suami bukan hanya ngasih makan,
tetapi juga mendidik anak-istrinya, agar mereka
sekeluarga selamat dunia dan akhirat.
Peran Negara
Dalam berbagai kesempatan ceramah atau seminar,
saya menyampaikan pernyataan, dengan agak
bercanda, bahwa jika saya jadi Presiden RI, maka akan
saya perintahkan Menteri Pendidikan untuk mendirikan
Prodi yang bisa melahirkan “Sarjana Istri Shalihah” atau
“Sarjana Suami Baik”. Sebab, istri atau suami yang baik
itulah kunci pembentukan keluarga yang baik. Dari
keluarga yang baik, akan terlahir anak-anak yang baik
pula, yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
Karena itu, negara harus memiliki program yang
komprehensif dan prioritas anggaran untuk membentuk
keluarga-keluarga teladan di Indonesia. Program itu
dimulai dari pendidikan orang tua sebagai “guru
keluarga”, sehingga rumah tangga menjadi lembaga
pendidikan yang utama dan pertama bagi anak-anak.
Program ini berbeda dengan konsep dan praktik
homeschooling pada umumnya.
Masalahnya, entah kapan, negara akan paham dan
sadar akan pentingnya konsep pendidikan keluarga ini.
Padahal, wajib bagi orang tua untuk menjadi pendidik
utama bagi anak-anaknya. Kewajiban itu tetap berlaku,
apakah pemerintah menyokong atau tidak program
tersebut. Untuk itulah, seminar satu hari tentang
Pendidikan Guru Keluarga di INSISTS pada 30
September 2018, menjadi penting dan mendesak.
Enam Materi
Sejauh pengalaman saya dalam dunia pendidikan,
sekurangnya ada enam tema materi kuliah (seminar)
yang penting menjadi bekal agar orang tua bisa
memainkan perannya sebagai guru bagi anak-anaknya
sendiri. Keenam materi itu adalah: (1) Islamic
Worldview, (2) Pendidikan Anak, (3) Fiqhud Dakwah (4)
Fiqih Keluarga Sakinah (5) Tantangan Pemikiran
Kontemporer (6) Sejarah Peradaban Islam.
Dalam Islamic Worldview akan dibahas tema-tema
yang terkait dengan konsep-konsep pokok dalam Islam,
seperti konsep Islam sebagai agama wahyu dan
perbandingannya dengan agama-agama lainnya. Juga,
dibahas tentang konsep Tuhan dalam Islam dan
mengapa nama Tuhan dalam Islam tidak menjadi ajang
perselisihan. Perlu juga dipahami tentang konsep
wahyu, dan bukti ilmiah bahwa al-Quran adalah kitab
suci yang otentik, yang 'lafadz dan maknanya dari Allah
Subhanahu Wata'ala'. Karena itu, cara menafsirkan al-
Quran pun unik.
Dalam Islamic Worldview, agar bisa menjadi guru
yang baik bagi anak-anaknya, orang tua perlu juga
memahami keunikan Islam yang memiliki 'uswah
hasanah' (teladan kehidupan) yang lengkap dan final.
Dengan konsep yang unik ini, maka bisa dipahami,
mengapa nama agama Islam sudah final, dan sepanjang
sejarah, nama itu tidak berubah, yaitu ISLAM – tidak
ditambah atau dikurang. Juga, mengapa umat Islam
melakukan ibadah yang sama di seluruh dunia. Umat
Islam bisa shalat di masjid mana saja. Cara mengubur
jenazah pun sama, dimana dan kapan saja.
Inilah yang ditegaskan oleh Prof. Syed Muhammad
Naquib al-Attas: “Islam is the only genuine revealed
religion.” (Islam adalah satu-satunya agama wahyu
yang murni). Islam bukan agama budaya (cultural
religion) yang berkembang terus mengikuti perubahan
budaya, meskipun Islam juga berhasil mewujudkan
peradaban yang unik, yang tidak menolak unsur-unsur
budaya yang baik dari satu lokasi tertentu.
Berpijak pada konsep worldview yang kokoh dan
unik inilah, dapat dijelaskan konsep pendidikan anak
yang unik pula, yang telah dicontohkan oleh Nabi
Muhammad saw, dan telah terbukti dalam sejarah
mampu melahirkan generasi-generasi gemilang, yang
memimpin peradaban dunia. Aneh sekali, jika orang tua
yang sudah diberi amanah berupa anak-anak, tetapi
tidak mau mencari ilmu, bagaimana cara mendidik anak
yang benar. Padahal, di akhirat nanti, anak-anak itu
akan menuntut hak mereka untuk mendapatkan
pendidikan yang benar dari orang tuanya.
Konsep Ilmu dalam Islam perlu dipahami oleh orang
tua, agar ia bisa mengarahkan anaknya untuk
menempuh pendidikan yang benar dan tepat. Orang
tua wajib tahu tentang definisi ilmu, adab menuntut
ilmu, dan jenis-jenis ilmu. Sebab, menuntut ilmu adalah
wajib. Kewajiban itu tidak akan bisa dipenuhi, jika orang
tua tidak tahu apa itu ilmu dan bagaimana cara
mencarinya. Akhirnya, tidak sedikit yang menyangka,
kewajiban orang tua adalah cari uang untuk
menyekolahkan anak. Ia tidak merasa berkewajiban
untuk mencari ilmu agar bisa mendidik anak-anaknya
dengan baik.
Pemahaman tentang Fiqhud Dakwah diperlukan,
agar orang tua bisa menyiapkan anak-anaknya untuk
menjadi pejuang, sebagaimana diamanahkan dalam QS
Luqman: 17: “Wahai anakku, dirikanlah shalat, dan
laksanakan amar ma'ruf nahi munkar…”.
Jangan sampai anak-anak belajar berbagai jenis ilmu
selama belasan atau puluhan tahu, tetapi mereka tidak
memiliki cita-cita untuk berjuang; untuk mengamalkan
ilmunya, agar bemanfaat bagi diri, keluarga,
masyarakat, negara, dan umat manusia pada umumnya.
Jiwa pejuang inilah yang harus terus ditanamkan
pada anak-anak, agar kehidupan mereka menjadi lebih
berarti. Anak-anak kita bukan hasil evolusi species
monyet, yang hidupnya hanya untuk makan dan
bersenang-senang. Anak-anak kita adalah pewaris dan
penerus perjuangan para Nabi yang misi utamanya
adalah menegakkan kalimah Tauhid dan akhlak mulia.
Begitu juga, orang tua sangat memerlukan
pemahaman tentang Fiqih Keluarga Sakinah, Pemikiran
Kontemporer, dan Sejarah Peradaban Islam. Itu semua
untuk menambah wawasan orang tua, agar bisa
menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya. Sebab, hampir
pasti, anaka-anak kita berinteraksi dengan berbagai
jenis informasi yang bathil, baik melalui internet, atau
kurikulum pendidikan di sekolah atau universitas.
Sekali lagi, tanggung jawab pendidikan anak itu ada
pada orang tua; bukan pada sekolah, pesantren, atau
universitas. (QS 66:6). Karena itu, penting dan
mendesak sekali pemahaman tentang bagaimana orang
tua bisa menjadi Guru Keluarga! Semoga, kelak di
akhirat nanti, anak-anak kita tidak menuntut kita, karena
mereka tidak mendapatkan hak untuk mendapatkan
pendidikan yang benar. (Kuala Kapuas, 15 September
2018).[]
40
TELAAHTELAAH
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 43 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
alam satu kesempatan diskusi dakwah saya
Dturut menjadi narasumber bersama emak-emak
rempong van Salatiga, Pak Dokter dari
Muhammadiyah Ambarawa, Mas Ibrahim pemuda Garut
yang setia mengawal masyarakat Cunthel Getasan
Kopeng, dan Mas Ihsan senior Tagana yang banyak
blusukan dakwah di lereng Merapi sisi Boyolali
Magelang.
Saat ditanya tentang benturan fisik antara aktivis
dakwah dan misionaris, semua menjawab tidak ada.
Dakwah adalah proses pendampingan untuk sebuah
“kefahaman” yang lebih dalam tentang Islam, wataknya
bersifat persuasif. Jadi ketika ada istilah “wong Jawa iku
matine dipangku” maka relasi antara dakwah dan misi
adalah proses kuat-kuatan “saling memangku”,
berfastabiqul khoirot dalam melayani “masyarakat”.
Seperti yang dilakukan oleh team MCKS (Mu'alaf
Centre Kota Semarang) di sebuh desa di lereng
Merbabu, yang pasca 1965, 75 % penduduknya beralih
menjadi Kristen. Ada sebuah keluarga yang kebetulan
rumahnya di dekat masjid, kalau saat waktu sholat, ia
akan menyetel lagu dangdut yang speaker aktifnya
disetel maksimal. Saat beberapa minggu lalu dilakukan
bakti social di sana, para aktifis MCKS tetap mendatangi
rumahnya dan mengirim bingkisan yang memang
dihadiahkan kepada seluruh penduduk dusun. Team itu
hanya ditemui anak tuan rumah yang kelihatan
glagepan, dan bilang kalau orang tuanya sedang tidak
ada di rumah. Ketika para dokter melakukan layanan
pengobatan gratis pada bakti social tersebut, semua
yang datang, entah itu muslim atau non mulim dilayani
dengan baik. Yang khusus ditujukan bagi umat Islamnya
adalah pengjian selepas bakti sosial.
Kisah Mas Ihsan yang menangani sebuah desa di Kec
Selo lain lagi. Desa yang dulu sempat menjadi desa
dengan mayoritas warga beragama Kristen kini sudah
menjadi desa yang mayoritas warganya adalah muslim.
Proses konversi ke agama Islam berlangsung lama dan
terjadi secara alamiah, melalui pergaulan dan
pernikahan. Mas Ihsan mengatakan bahwa beliau
sekedar melanjutkan dakwah yang dirintis bapaknya.
Pendekatan ke anak-anak kecil (waktu itu) yang
menyebabkan mereka kuat dalam ber Islam, dan ketika
akan terjadi pernikahan berbeda agama, karena pihak
mempelai yang muslim, entah laki-laki atau
perempuannya, pemahaman Islamnya bagus, maka
pihak yang non muslim memilih berkonversi ke agama
Islam. Sehingga, saat ini di desa tersebut, warga
Kristennya mayoritas ada di generasi tua. Generasi yang
masuk Kristen karena trauma politik pasca 1965 dan
masifnya Misionarisme di desa-desa di awal Orde Baru.
Mas Ihsan sendiri, terbilang akrab dengan penduduk
dari kalangan “kasepuhan” dan biasa ngopi bareng
dengan suasana akrab bersama bapak-bapak yang
beragama Kristen tersebut.
Pola dakwah ala Mas Ihsan dan team inilah yang
kemudian menjadikan 30 warga sebuah kampung yang
keluarganya ter -Kristen dan Budda- kan pasca 1965,
menjadi peserta pengajian dan belajar Islam dengan
serius. Di kampung lainnya, dua bulan terakhir, ada 13
orang yang kembali ke pangkuan Islam.
Yang pakai gertakan keras memang ada juga, seperti
cerita Mbak Widi Astuti. Di sebuah kampung yang
warganya masih 100 % muslim, ada seorang misionaris
yang datang. Ia menghampiri seorang bapak yang
tengah mencari rumput di pematang ladang. Mungkin
bahasa misionaris itu vulgar, sehingga bapak-bapak
yang ternyata aktifis masjid itu tersinggung. Dan
kemudian, sabit yang digunakan untuk mencari rumput
itu diacungkannya kepak misionaris itu sambil bilang,
“Mas, kalau kamu nekat mau nyebarkan Kristen di desa
ini, maka mendhing tak plathok ndhasmu lho Mas
sekarang.” Akhirnya sang misionaris tersebut ngibrit,
ambil langkah seribu.
Cerita tentang potensi bentrok, baru didapat pada
sesi akhir wawancara dengan Mas Ihsan. Suasana
mencekam di seputaran lereng Merapi di awal
reformasi, di akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an.
Saat kutub-kutub ekstrem dalam beragama menemukan
euforianya. Suatu saat, mas Ihsan didatangi seorang
Laskar yang ngakunya dari Solo. Entah mengapa ia bisa
sampai ketemu nama Ihsan dari Selo. Sang Laskar
tersebut, kata mas Ihsan mendatanginya, untuk
mengkonfirmasi nama-nama missionaris yang ada
dalam catatannya. Kata, mas laskar misterius tersebut, ia
sudah membentuk team untuk membereskan para
missionaris itu. Tawaran bantuan itu bukan
menggembirakan tapi menggelisahkan. Karena, meski
terjadi perpindahan keagamaan besar-besaran pasca
penumpasan PKI dan awal Orde Baru, tapi
bagaimanapun juga orang-orang tersebut adalah
bagian dari keluarga batih / keluarga besar. Hubungan
ketetanggaanpun masih berjalan dengan baik. Segera
mas Ihsan matur ke bapaknya, dan bersama semua
warga mereka kompak untuk menjaga kampungnya,
supaya tidak ada orang luar yang berani bikin onar.
Untunglah, kata mas Ihsan, waktu itu ada peristiwa
Ambon, karena kemudian ancaman persekusi itu tidak
pernah terwujud.
Yang juga menarik dari gerak para aktifis yang
berkiprah di wilayah-wilayah rawan Kristenisasi itu
adalah kemampuan komunikasi mereka, baik kepada
non muslim maupun kepada sesama umat Islam. Salah
satu tolok ukur berhasilnya dakwah, kata Mas Ibrahim,
adalah ketika warga yang non muslim sudah berani
“curhat ke sang da'i. Jalinan psikologis itu penting,
setidaknya biar tidak terjadi kesalah pahaman. Yang
juga patut menjadi acungan jempol menurut saya
adalah “ukhuwah Islamiyah” yang memang betul-betul
terwujud diantara sesama muslim.
Kalau di sebuah daerah yang rawan misionarisme itu
organisasi keagamaan yang eksis dari kalangan NU,
maka aktifis dari afiliasi lain hanya bertugas membantu.
Meski nanti yang nyari donasi keluar mayoritasnya
adalah orang Muhamadiyah, maka donasi itu nanti akan
dipasrahkan pada pegiat dakwah setempat yang NU itu.
Bukan hanya itu, teman-teman yang di medsos oleh
netizen NU diejek sebagai “Islam anyaran”, “jidat hitam
dan kathok cingkrang”, “ora iso maca kitab” itu ketika
mengumpulkan bantuan, juga akan diserahkan kepada
mas da'i NU tersebut. Demikian juga teman-teman
Nahdhiyin yang giat berbakti sosial, ketika wilayah
tersebut suidah dihandle Muhamadiyah maka mereka
tetap ikut membantu dan berpartisipasi.
Yang sering bikin ribut itu biasanya bukan “da'i”
setempat, tapi orang luar yang hanya berkunjung sekali
dua kali, buat kesimpulan kemudian “cuap-cuap” di
medsos. Biasanya bahasa “benturan” bila ia bercelana
cingkrang, atau suasana super dan contoh toleransi
kalau kata aktifis yang sarungan. Kedua-duanya adalah
orang luar, yang mendadak pinter dalam
menyimpulkan, melebihi penduduk setempat yang
merasakan dinamika tarik ulur keagamaan di kampung
masing-masing.[]
42
TELAAHTELAAH
Benturan Dakwah vs Misionarisme
di Merapi-MerbabuOleh: Arif Wibowo,Peserta Program Kaderisasi Ulama Baznas-Dewan Dakwah
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 43 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
alam satu kesempatan diskusi dakwah saya
Dturut menjadi narasumber bersama emak-emak
rempong van Salatiga, Pak Dokter dari
Muhammadiyah Ambarawa, Mas Ibrahim pemuda Garut
yang setia mengawal masyarakat Cunthel Getasan
Kopeng, dan Mas Ihsan senior Tagana yang banyak
blusukan dakwah di lereng Merapi sisi Boyolali
Magelang.
Saat ditanya tentang benturan fisik antara aktivis
dakwah dan misionaris, semua menjawab tidak ada.
Dakwah adalah proses pendampingan untuk sebuah
“kefahaman” yang lebih dalam tentang Islam, wataknya
bersifat persuasif. Jadi ketika ada istilah “wong Jawa iku
matine dipangku” maka relasi antara dakwah dan misi
adalah proses kuat-kuatan “saling memangku”,
berfastabiqul khoirot dalam melayani “masyarakat”.
Seperti yang dilakukan oleh team MCKS (Mu'alaf
Centre Kota Semarang) di sebuh desa di lereng
Merbabu, yang pasca 1965, 75 % penduduknya beralih
menjadi Kristen. Ada sebuah keluarga yang kebetulan
rumahnya di dekat masjid, kalau saat waktu sholat, ia
akan menyetel lagu dangdut yang speaker aktifnya
disetel maksimal. Saat beberapa minggu lalu dilakukan
bakti social di sana, para aktifis MCKS tetap mendatangi
rumahnya dan mengirim bingkisan yang memang
dihadiahkan kepada seluruh penduduk dusun. Team itu
hanya ditemui anak tuan rumah yang kelihatan
glagepan, dan bilang kalau orang tuanya sedang tidak
ada di rumah. Ketika para dokter melakukan layanan
pengobatan gratis pada bakti social tersebut, semua
yang datang, entah itu muslim atau non mulim dilayani
dengan baik. Yang khusus ditujukan bagi umat Islamnya
adalah pengjian selepas bakti sosial.
Kisah Mas Ihsan yang menangani sebuah desa di Kec
Selo lain lagi. Desa yang dulu sempat menjadi desa
dengan mayoritas warga beragama Kristen kini sudah
menjadi desa yang mayoritas warganya adalah muslim.
Proses konversi ke agama Islam berlangsung lama dan
terjadi secara alamiah, melalui pergaulan dan
pernikahan. Mas Ihsan mengatakan bahwa beliau
sekedar melanjutkan dakwah yang dirintis bapaknya.
Pendekatan ke anak-anak kecil (waktu itu) yang
menyebabkan mereka kuat dalam ber Islam, dan ketika
akan terjadi pernikahan berbeda agama, karena pihak
mempelai yang muslim, entah laki-laki atau
perempuannya, pemahaman Islamnya bagus, maka
pihak yang non muslim memilih berkonversi ke agama
Islam. Sehingga, saat ini di desa tersebut, warga
Kristennya mayoritas ada di generasi tua. Generasi yang
masuk Kristen karena trauma politik pasca 1965 dan
masifnya Misionarisme di desa-desa di awal Orde Baru.
Mas Ihsan sendiri, terbilang akrab dengan penduduk
dari kalangan “kasepuhan” dan biasa ngopi bareng
dengan suasana akrab bersama bapak-bapak yang
beragama Kristen tersebut.
Pola dakwah ala Mas Ihsan dan team inilah yang
kemudian menjadikan 30 warga sebuah kampung yang
keluarganya ter -Kristen dan Budda- kan pasca 1965,
menjadi peserta pengajian dan belajar Islam dengan
serius. Di kampung lainnya, dua bulan terakhir, ada 13
orang yang kembali ke pangkuan Islam.
Yang pakai gertakan keras memang ada juga, seperti
cerita Mbak Widi Astuti. Di sebuah kampung yang
warganya masih 100 % muslim, ada seorang misionaris
yang datang. Ia menghampiri seorang bapak yang
tengah mencari rumput di pematang ladang. Mungkin
bahasa misionaris itu vulgar, sehingga bapak-bapak
yang ternyata aktifis masjid itu tersinggung. Dan
kemudian, sabit yang digunakan untuk mencari rumput
itu diacungkannya kepak misionaris itu sambil bilang,
“Mas, kalau kamu nekat mau nyebarkan Kristen di desa
ini, maka mendhing tak plathok ndhasmu lho Mas
sekarang.” Akhirnya sang misionaris tersebut ngibrit,
ambil langkah seribu.
Cerita tentang potensi bentrok, baru didapat pada
sesi akhir wawancara dengan Mas Ihsan. Suasana
mencekam di seputaran lereng Merapi di awal
reformasi, di akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an.
Saat kutub-kutub ekstrem dalam beragama menemukan
euforianya. Suatu saat, mas Ihsan didatangi seorang
Laskar yang ngakunya dari Solo. Entah mengapa ia bisa
sampai ketemu nama Ihsan dari Selo. Sang Laskar
tersebut, kata mas Ihsan mendatanginya, untuk
mengkonfirmasi nama-nama missionaris yang ada
dalam catatannya. Kata, mas laskar misterius tersebut, ia
sudah membentuk team untuk membereskan para
missionaris itu. Tawaran bantuan itu bukan
menggembirakan tapi menggelisahkan. Karena, meski
terjadi perpindahan keagamaan besar-besaran pasca
penumpasan PKI dan awal Orde Baru, tapi
bagaimanapun juga orang-orang tersebut adalah
bagian dari keluarga batih / keluarga besar. Hubungan
ketetanggaanpun masih berjalan dengan baik. Segera
mas Ihsan matur ke bapaknya, dan bersama semua
warga mereka kompak untuk menjaga kampungnya,
supaya tidak ada orang luar yang berani bikin onar.
Untunglah, kata mas Ihsan, waktu itu ada peristiwa
Ambon, karena kemudian ancaman persekusi itu tidak
pernah terwujud.
Yang juga menarik dari gerak para aktifis yang
berkiprah di wilayah-wilayah rawan Kristenisasi itu
adalah kemampuan komunikasi mereka, baik kepada
non muslim maupun kepada sesama umat Islam. Salah
satu tolok ukur berhasilnya dakwah, kata Mas Ibrahim,
adalah ketika warga yang non muslim sudah berani
“curhat ke sang da'i. Jalinan psikologis itu penting,
setidaknya biar tidak terjadi kesalah pahaman. Yang
juga patut menjadi acungan jempol menurut saya
adalah “ukhuwah Islamiyah” yang memang betul-betul
terwujud diantara sesama muslim.
Kalau di sebuah daerah yang rawan misionarisme itu
organisasi keagamaan yang eksis dari kalangan NU,
maka aktifis dari afiliasi lain hanya bertugas membantu.
Meski nanti yang nyari donasi keluar mayoritasnya
adalah orang Muhamadiyah, maka donasi itu nanti akan
dipasrahkan pada pegiat dakwah setempat yang NU itu.
Bukan hanya itu, teman-teman yang di medsos oleh
netizen NU diejek sebagai “Islam anyaran”, “jidat hitam
dan kathok cingkrang”, “ora iso maca kitab” itu ketika
mengumpulkan bantuan, juga akan diserahkan kepada
mas da'i NU tersebut. Demikian juga teman-teman
Nahdhiyin yang giat berbakti sosial, ketika wilayah
tersebut suidah dihandle Muhamadiyah maka mereka
tetap ikut membantu dan berpartisipasi.
Yang sering bikin ribut itu biasanya bukan “da'i”
setempat, tapi orang luar yang hanya berkunjung sekali
dua kali, buat kesimpulan kemudian “cuap-cuap” di
medsos. Biasanya bahasa “benturan” bila ia bercelana
cingkrang, atau suasana super dan contoh toleransi
kalau kata aktifis yang sarungan. Kedua-duanya adalah
orang luar, yang mendadak pinter dalam
menyimpulkan, melebihi penduduk setempat yang
merasakan dinamika tarik ulur keagamaan di kampung
masing-masing.[]
42
TELAAHTELAAH
Benturan Dakwah vs Misionarisme
di Merapi-MerbabuOleh: Arif Wibowo,Peserta Program Kaderisasi Ulama Baznas-Dewan Dakwah
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 45 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
44
eperti air yang tercurah dari langit, menumbuhkan
Sbenih-benih yang tertidur selama musim kering
dan gersang, menyegarkan tumbuhan yang
sebelumnya hidup segan mati tak mau, menggairahkan
hewan ternak yang kurus kering karena lapar dan haus.
Curahan rahmat Allah telah membangkitkan harapan
bagi jiwa-jiwa yang hampir putus asa karena diterpa
iklim ekstrim tak bersahabat; membangunkan semangat
orang-orang –yang kemarin tertunduk lunglai, untuk
berani tegak mengangkat kepala, mengepalkan tinju
atau mengangkat telunjuk sambil berteriak lantang :
Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat mata air yang keluar dari
celah-celah batuan granit, mereka berkumpul menjadi
alur; dan alur itu bertemu satu sama lain membentuk
anak sungai yang kemudian berpadu dengan anak-anak
sungai lainnya membentuk sungai besar, siap menjadi
bah yang menyapu semua sampah kotoran di hilirnya.
Begitulah lebih kurang gambaran ummat Islam di
Indonesia saat ini.
Letihlah sudah Habib Rizieq membentengi,
membangunkan kewaspadaan dan kesiagaan umat. Ia
hampir hapal bilik-bilik yang ada di sejumlah kantor
kepolisian di Indonesia dikarenakan seringnya dipanggil
Polisi. Dia benar-benar tak boleh lengah sedetik pun,
sebab serigala buas seniantiasa mengintai dan siap
menerkamnya kapan saja. Begitu pun, umat masih saja
terlena, bahkan ada pula yang mengangap seruan
keturunan Nabi itu sebagai suara berisik di waktu jam
istirahat.
Penat berkeringat Didin Hafifuddin mengisi benak
dan jiwa-jiwa mahasiswa agar menjadi penerus cita-cita
para penduhulunya, tapi hanya seberapa yang bisa
bertahan dari tipu daya fatamorgana dunia.
Serak dan berat sudah suara Arifin Ilham menuntun
umat berdoa dan berzikir, mengisi hati dan jiwa agar
tidak terombang-ambing tanpa arah; tapi irama zikir
itu perlahan tenggelam disaput debu panas
“pembangunan”.
Lemah sudah tubuh Ahmad Muflih Syaifudin
membangkitkan ekonomi umat, hingga disusul oleh AA
Gym dan Yusuf Mansur, tapi semua tak berdaya
menghadapi hembusan nafas
para pengusaha pantai
reklamasi.
Berbuih mulut berpeluh
tubuh Yusril Ihza Mahendra
menyeru umat pulang ke
rumah besar mereka, memikul
amanah Almarhum Anwar
Haryono, melanjutkan jejak
jalan Allahyarham Muhammad
Natsir. Letih tangannya
berulang menulis nama
Hasyim Asy'ari, Wahid Hasim,
Prawoto, Kasman Singadimejo,
Abikusno dan sederet nama
keluarga Bulan Bintang. Tapi
seruannya tak lebih dari desir
angin yang tidak memberi
bekas apa-apa dan tulisannya
tak lebih dari sekedar bahan
bacaan yang dinikmati ketika
antri di ruang tunggu dokter
atau stasiun kereta api.
Allahu Akbar ! Bagai air hujan tercurah dari langit
lalu menghidupkan bumi yang telah mati. Rahmat Allah
datang. Dia tetapkan Ahok jadi Gubernur DKI sehingga
yang masih terjaga berteriak; yang sekedar tidur-tidur
ayam kaget tersentak; dan yang menuju lelap mulai
buka mata lalu menoleh ke kiri dan kanan : ada apa
gerangan ? Ahok menyingkap topeng menunjukkan
rupa aslinya, menjawab pertanyaan mereka yang baru
saja membuka mata. Ia nista agama lewat Almaidah
limapuluh satu ! Masyarakat terpolarisasi dalam
menyikapi, persis seperti yang digambarkan ayat-ayat
dalam Al-Qur'an : kaum beriman, kafir dan munafiq.
Orang-orang beriman berbaris membentuk formasi
empat-satu-satu lalu dua-satu-dua kemudian
bertamasya di masa Pilkada. Di mata mereka
membayang wajah Sultan Fatahillah bercucur keringat
melawan kaum kafir penjajah Portugis, membebaskan
Sunda kelapa dan membangunnya menjadi Jayakarta
yang kini Jakarta. Jantung mereka berdetak keras dan
cepat serta darah mereka mengalir kencang, tak rela
singgasana Fatahillah diduduki si durjana pengolok-olok
Al-maidah.
Orang-orang munafiq
diliputi kegalauan, bimbang
luar biasa antara ikut orang
beriman atau si penista
agama; tak rela disebut kafir
tapi tak ingin kehilangan si
Kafir “teman setia”. Dunia
memang terlalu indah untuk
dilupakan. Detik-detik
dihabiskan untuk membolak-
balik buku tafsir mencari
kalau-kalau ada terselip
kalimat yang mengisyaratkan
bolehnya orang beriman
memilih pemimpin kafir.
Pikirannya dicoba
menerawang sejauh yang
mungkin untuk
membahasakan bahwa apa
yang dilakukan Ahok bukanlah
mencederai keberagamaan di
negara berpancasila. Tetapi
semua sia-sia : Umat Islam
ternyata memang haram memilih orang kafir jadi
pemimpin dan Ahok adalah penista agama!
Sementara itu orang-orang kafir beramai-ramai
keluar dari sarang persembunyiannya, memperlihatkan
diri sambil membusungkan dada layaknya berseru:
“Mana dadamu, ini dadaku?!”
Mereka melancarkan berbagai provakasi untuk
memancing umat Islam melakukan tindakan yang di
luar kepatutan, agar bisa dipukul balik. Bermacam
serangan untuk melumpuhkan gerak langkah barisan
Menjemput Generasi PenggantiOleh: Dr Ir Masri Sitanggang, Ketua Umum GIP-NKRI
Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat
mata air yang keluar dari celah-
celah batuan granit, mereka
berkumpul menjadi alur; dan
alur itu bertemu satu sama lain
membentuk anak sungai yang
kemudian berpadu dengan
anak-anak sungai lainnya
membentuk sungai besar, siap
menjadi bah yang menyapu
semua sampah kotoran di
hilirnya. Begitulah lebih kurang
gambaran ummat Islam di
Indonesia saat ini.
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 45 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAH TELAAH
44
eperti air yang tercurah dari langit, menumbuhkan
Sbenih-benih yang tertidur selama musim kering
dan gersang, menyegarkan tumbuhan yang
sebelumnya hidup segan mati tak mau, menggairahkan
hewan ternak yang kurus kering karena lapar dan haus.
Curahan rahmat Allah telah membangkitkan harapan
bagi jiwa-jiwa yang hampir putus asa karena diterpa
iklim ekstrim tak bersahabat; membangunkan semangat
orang-orang –yang kemarin tertunduk lunglai, untuk
berani tegak mengangkat kepala, mengepalkan tinju
atau mengangkat telunjuk sambil berteriak lantang :
Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat mata air yang keluar dari
celah-celah batuan granit, mereka berkumpul menjadi
alur; dan alur itu bertemu satu sama lain membentuk
anak sungai yang kemudian berpadu dengan anak-anak
sungai lainnya membentuk sungai besar, siap menjadi
bah yang menyapu semua sampah kotoran di hilirnya.
Begitulah lebih kurang gambaran ummat Islam di
Indonesia saat ini.
Letihlah sudah Habib Rizieq membentengi,
membangunkan kewaspadaan dan kesiagaan umat. Ia
hampir hapal bilik-bilik yang ada di sejumlah kantor
kepolisian di Indonesia dikarenakan seringnya dipanggil
Polisi. Dia benar-benar tak boleh lengah sedetik pun,
sebab serigala buas seniantiasa mengintai dan siap
menerkamnya kapan saja. Begitu pun, umat masih saja
terlena, bahkan ada pula yang mengangap seruan
keturunan Nabi itu sebagai suara berisik di waktu jam
istirahat.
Penat berkeringat Didin Hafifuddin mengisi benak
dan jiwa-jiwa mahasiswa agar menjadi penerus cita-cita
para penduhulunya, tapi hanya seberapa yang bisa
bertahan dari tipu daya fatamorgana dunia.
Serak dan berat sudah suara Arifin Ilham menuntun
umat berdoa dan berzikir, mengisi hati dan jiwa agar
tidak terombang-ambing tanpa arah; tapi irama zikir
itu perlahan tenggelam disaput debu panas
“pembangunan”.
Lemah sudah tubuh Ahmad Muflih Syaifudin
membangkitkan ekonomi umat, hingga disusul oleh AA
Gym dan Yusuf Mansur, tapi semua tak berdaya
menghadapi hembusan nafas
para pengusaha pantai
reklamasi.
Berbuih mulut berpeluh
tubuh Yusril Ihza Mahendra
menyeru umat pulang ke
rumah besar mereka, memikul
amanah Almarhum Anwar
Haryono, melanjutkan jejak
jalan Allahyarham Muhammad
Natsir. Letih tangannya
berulang menulis nama
Hasyim Asy'ari, Wahid Hasim,
Prawoto, Kasman Singadimejo,
Abikusno dan sederet nama
keluarga Bulan Bintang. Tapi
seruannya tak lebih dari desir
angin yang tidak memberi
bekas apa-apa dan tulisannya
tak lebih dari sekedar bahan
bacaan yang dinikmati ketika
antri di ruang tunggu dokter
atau stasiun kereta api.
Allahu Akbar ! Bagai air hujan tercurah dari langit
lalu menghidupkan bumi yang telah mati. Rahmat Allah
datang. Dia tetapkan Ahok jadi Gubernur DKI sehingga
yang masih terjaga berteriak; yang sekedar tidur-tidur
ayam kaget tersentak; dan yang menuju lelap mulai
buka mata lalu menoleh ke kiri dan kanan : ada apa
gerangan ? Ahok menyingkap topeng menunjukkan
rupa aslinya, menjawab pertanyaan mereka yang baru
saja membuka mata. Ia nista agama lewat Almaidah
limapuluh satu ! Masyarakat terpolarisasi dalam
menyikapi, persis seperti yang digambarkan ayat-ayat
dalam Al-Qur'an : kaum beriman, kafir dan munafiq.
Orang-orang beriman berbaris membentuk formasi
empat-satu-satu lalu dua-satu-dua kemudian
bertamasya di masa Pilkada. Di mata mereka
membayang wajah Sultan Fatahillah bercucur keringat
melawan kaum kafir penjajah Portugis, membebaskan
Sunda kelapa dan membangunnya menjadi Jayakarta
yang kini Jakarta. Jantung mereka berdetak keras dan
cepat serta darah mereka mengalir kencang, tak rela
singgasana Fatahillah diduduki si durjana pengolok-olok
Al-maidah.
Orang-orang munafiq
diliputi kegalauan, bimbang
luar biasa antara ikut orang
beriman atau si penista
agama; tak rela disebut kafir
tapi tak ingin kehilangan si
Kafir “teman setia”. Dunia
memang terlalu indah untuk
dilupakan. Detik-detik
dihabiskan untuk membolak-
balik buku tafsir mencari
kalau-kalau ada terselip
kalimat yang mengisyaratkan
bolehnya orang beriman
memilih pemimpin kafir.
Pikirannya dicoba
menerawang sejauh yang
mungkin untuk
membahasakan bahwa apa
yang dilakukan Ahok bukanlah
mencederai keberagamaan di
negara berpancasila. Tetapi
semua sia-sia : Umat Islam
ternyata memang haram memilih orang kafir jadi
pemimpin dan Ahok adalah penista agama!
Sementara itu orang-orang kafir beramai-ramai
keluar dari sarang persembunyiannya, memperlihatkan
diri sambil membusungkan dada layaknya berseru:
“Mana dadamu, ini dadaku?!”
Mereka melancarkan berbagai provakasi untuk
memancing umat Islam melakukan tindakan yang di
luar kepatutan, agar bisa dipukul balik. Bermacam
serangan untuk melumpuhkan gerak langkah barisan
Menjemput Generasi PenggantiOleh: Dr Ir Masri Sitanggang, Ketua Umum GIP-NKRI
Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat
mata air yang keluar dari celah-
celah batuan granit, mereka
berkumpul menjadi alur; dan
alur itu bertemu satu sama lain
membentuk anak sungai yang
kemudian berpadu dengan
anak-anak sungai lainnya
membentuk sungai besar, siap
menjadi bah yang menyapu
semua sampah kotoran di
hilirnya. Begitulah lebih kurang
gambaran ummat Islam di
Indonesia saat ini.
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 47 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAHTELAAH
46
dua-satu-dua pun dilakukan, baik fisik mau pun mental.
Para pendukung dua-satu-dua dicela dan diteror
sebagai anti NKRI, anti Pancasila, anti demokrasi,
intoleransi, radikal politik SARA dan bermacam julukun
lain yang membuat bulu kuduk berdiri. Sejumlah aktivis,
baik yang terlibat langsung atau tidak dengan dua-satu-
dua, dilaporkan ke polisi dengan berbagai tuduhan.
Lalu, ada yang digiring menginap di balik jeruji besi
dan ada pula yang dipenjara di ruang bebas namun tak
bisa tidur pulas. Di antara mereka ada Kilvlan Zein, ada
Aditiya Warman, ada Sri Bintang Pamungkas, Ada
Rahmawaty Sukarno Putri, ada Muhammad Hatta
Taliwang, ada Rizal Kobar, ada Muhammad Al-Khattat,
ada Alfian Tanjung, Ada Bachtiar Nasir, ada Munarman,
ada Jonru Ginting, ada Tamin Pardede dan (yang seru)
BUNI ANI ada emak-emak seperti Asma Dewi –ah,
maaf, ingatanku mulai lemah, aku lupa berapa banyak
lagi yang belum kusebut.
Tetapi yang pasti tidak terlupakan oleh siapa saja,
adalah Habib Rizieq yang terpaksa hijrah sementara ke
Saudi Arabia. Wajah dan sorban lelaki tersebut coba
dilumuri kotoran busuk. Namun aneh, ternyata
wajahnya malah kian memancarkan sinar cerah
menawan dan aromanya harum memikat manusia
sejagad.
Alih-alih melemahkan mental umat, sebaliknya
malah membangkitkan semangat. Seperti judul buku
kumpulan surat-surat RA Kartini “Habis Gelap Terbitlah
Terang”, serangan-serangan itu melahirkan catatan
sejarah yang belum terpublikasi dengan judul “Habis
takut, muncullah berani”. Sangking seringnya diserang
teror, umat Islam jadi immun, kebal. Tuduhan itu tak
lagi menakutkan, tapi menggelikan dan mengundang
tawa kekeh. Ia bahkan sudah pula bermetamorfosa
menjadi pupuk penyubur bagi bangkitnya semangat
keislaman, mengokohkan persatuan umat, membiakkan
gerakan dakwah Islamyah dengan cabang dan ranting-
rantingnya yang terus tumbuh dan membesar serta
berakar ke umat. Kadzar'in, seperti tanaman,
mengeluarkan tunas-tunas yang membuat tanaman itu
kuat dan besar, berdiri tegak lurus di atas pokoknya :
menyenangkan hati penanamnya dan menjengkelkan
hati orang-orang kafir. Begitulah perumpamaan yang
diberikan Allah dalam Taurat dan Injil sebagai disebut
dalam Qur'an Surah Al-Fath ayat 29.
Orang-orang munafiq dan kafir terpelongo
menyaksikan kembalinya Jakarta ke tangan Anis
“Fatahillah” R Baswedan, anak tokoh pejuang Rasyid
Baswedan. Terpelongo karena, dalam kalkulasi politik
yang lazim, tak mungkin Ahok kalah. Persis seperti
terpelongonya raja dan pembesar-pembesar Persia dan
Romawi ketika kekuasaan mereka dirobohkan oleh
orang-orang “badui” dari jazirah Arab di bawah Amirul
Mukminin, Umar bin Khattab, yang tidak punya istana
itu.
Mereka tercengang menyaksikan berjilid-jilid aksi
bela Islam dan Ulama dengan jumlah massa yang selalu
luar biasa, bahkan terbesar sepanjang sejarah aksi di
dunia. Para konglomerat yang terbiasa mendanai
gerakan demo, atau poltisi yang selama ini
menggerakkan unjuk rasa, gagal memahami fenomena
ini. Mereka tak mampu menghitung besarnya biaya
yang harus dikeluarkan dan bingung dari mana sumber
dana didapat. Soalnya, sepanjang pengalaman mereka,
tidak ada yang bersedia berpayah-payah unjuk rasa jika
tidak dibayar. Barulah ketika Aksi Bela Palestina
tujuhbelas-duabelas, Fachri Ali, pengamat sosial
politik, di sebuah stasiun tv swasta, sedikit
menyadarkan mereka bahwa yang dilakukan umat Islam
adalah politik ekspresi. Sebuah politik yang lahir dari
kesadaran hati arus bawah, dari indvidu-individu, yang
didorong semangat kebersamaan. Politik semacam ini,
tidak membutuhkan seorang bandar.
Tampaknya Allah sedang punya rencana untuk orng-
orang beriman di negeri khatulistiwa ini. Tengoklah
–seperti yang sudah dicatatkan di atas-- sudah letih
para ulama, yang sejak dulu datang dan pergi silih
berganti, menjaga agar umat bersatu dalam ukhuwah
Islamiyah dan tidak bercerai-berai. Tetapi semua seperti
kurang berbekas sampai akhirnya Allah menurunkan
rahmatnya dengan mengirim Ahok ke singgasana
Fatahillah di DKI dan berpolah mengusik kesadaran
umat. Selanjutnya, seakan ingin merawat dan
mengeristalkan ukhuwah yang baru saja terbangun
dengan hadirnya kasus Ahok, Allah terus menurunkan
rahmat-Nya menghadirkan orang-orang bertangan dan
bermulut serta berpikiran kotor yang melakukan
kriminalisasi ulama dan aktivis serta persekusi dan
pembubaran pengajian. Jangan dilupakan, pidato
Victor Laiskodat di NTT adalah juga rahmat Allah yang
berperan menjaga dan meningkatkan persatuan umat
itu. Kasus-kasus itu semua telah mendorong umat Islam
Indonesia untuk lebih menjaga kesatuannya dan
menyerukan kepada yang lain : “rapatkan barisan”; atau
dalam seruan Bachtiar Nasir :”Jangan pernah lelah
membangun ukhuwah”.
Memang, Ukhuwah Islamiyah, yang jadi dasar
kesatuan umat, adalah urusan hati : hati bertaut dengan
hati. Ini bukan urusan gampang. Allah memberi tamsil,
andai pun semua yang ada di bumi ini digunakan untuk
keperluan menyatukan hati orang-orang beriman, kamu
tidak akan mampu menyatukannya. “Allah yang telah
menyatukan hati orang-orang beriman”, begitu kata
Allah dalamAl-Anfal ayat 63; dan itu telah Dia lakukan.
Allahu Akbar! Di tengah konsolidasi itu, Allah
memunculkan lagi “Ahok” berkelas dunia, Donald
Trump. Presiden AS ini mengusik hal sensitif bagi umat
Islam sedunia, mengakui Yerussalem sebagai Ibu Kota
Israel dan berencana memindahkan Kedutaan AS ke
kota tua itu. Sepertinya Allah sedang ingin menuntaskan
persoalan ukhuwah umat Islam di Indonesia dan
mengangkat derajat mereka ke tingkat yang lebih
tinggi, menginternasional. Bayangkan, sepanjang
sejarah Indonesia merdeka, baru kali inilah umat Islam
Indonesia bersatu turun aksi dalam satu panggung:
semua ormas Islam terlibat dan tidak ada pula suara
individu yang miring. Mereka yang dulu enggan ikut
aksi dua-satu-dua, pun kini tampil sebagai penyeru
persatuan Islam. Bahkan Ketua Umum Majelis Ulama
Indonesia, KH Ma'ruf Amin, pun ikut berorasi. Baru kali
ini itu terjadi, di aksi tujuhbelas-duabelas. Pesan
Persatuan yang dikumandangkan di hadapan jutaan
umat Isam di Silang Monas ini didengar dan ditonton
oleh dunia. Dunia menaruh harapan besar kepada umat
Islam Indonesia untuk sebuah perubahan.
Mungkinkah harapan itu terpenuhi? Janji Allah jualah
yang kita harapkan. Dalam Surah Al-Maidah ayat 54,
Allah berjanji akan mengganti generasi yang murtad --
generasi yang membangkang kepada Allah dan
Rasulnya, dengan satu generasi yang dicintai Allah dan
mereka pun mencintai Allah. Mereka berwatak lemah
lembut kepada sesama orang beriman dan keras
terhadap orang kafir, senantiasa berjihad di Jalan Allah
dan tidak pernah takut terhadap celaan orang-orang
yang suka mencela. Alhamdulillah, seperti yang telah
dilukiskan sebelumnya, berkat Rahmat Allah, watak
semacam ini sedang tumbuh di kalangan kaum muslim
Indonesia. Mari kita syukuri rahmat Allah yang tiada
terhingga ini. Ayo, kita jemput generasi calon
pengganti kaun pembangkang Allah ini. Kita songsong
dan susul mereka sambil berdo'a : Ya Allah,
masukkanlah aku ke dalam barisan mereka; catatkanlah
namaku di antara nama-nama mereka; dan wafatkanlah
aku sebagai seorang syahid pembela agama dan
bangsaku.[]
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 47 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
TELAAHTELAAH
46
dua-satu-dua pun dilakukan, baik fisik mau pun mental.
Para pendukung dua-satu-dua dicela dan diteror
sebagai anti NKRI, anti Pancasila, anti demokrasi,
intoleransi, radikal politik SARA dan bermacam julukun
lain yang membuat bulu kuduk berdiri. Sejumlah aktivis,
baik yang terlibat langsung atau tidak dengan dua-satu-
dua, dilaporkan ke polisi dengan berbagai tuduhan.
Lalu, ada yang digiring menginap di balik jeruji besi
dan ada pula yang dipenjara di ruang bebas namun tak
bisa tidur pulas. Di antara mereka ada Kilvlan Zein, ada
Aditiya Warman, ada Sri Bintang Pamungkas, Ada
Rahmawaty Sukarno Putri, ada Muhammad Hatta
Taliwang, ada Rizal Kobar, ada Muhammad Al-Khattat,
ada Alfian Tanjung, Ada Bachtiar Nasir, ada Munarman,
ada Jonru Ginting, ada Tamin Pardede dan (yang seru)
BUNI ANI ada emak-emak seperti Asma Dewi –ah,
maaf, ingatanku mulai lemah, aku lupa berapa banyak
lagi yang belum kusebut.
Tetapi yang pasti tidak terlupakan oleh siapa saja,
adalah Habib Rizieq yang terpaksa hijrah sementara ke
Saudi Arabia. Wajah dan sorban lelaki tersebut coba
dilumuri kotoran busuk. Namun aneh, ternyata
wajahnya malah kian memancarkan sinar cerah
menawan dan aromanya harum memikat manusia
sejagad.
Alih-alih melemahkan mental umat, sebaliknya
malah membangkitkan semangat. Seperti judul buku
kumpulan surat-surat RA Kartini “Habis Gelap Terbitlah
Terang”, serangan-serangan itu melahirkan catatan
sejarah yang belum terpublikasi dengan judul “Habis
takut, muncullah berani”. Sangking seringnya diserang
teror, umat Islam jadi immun, kebal. Tuduhan itu tak
lagi menakutkan, tapi menggelikan dan mengundang
tawa kekeh. Ia bahkan sudah pula bermetamorfosa
menjadi pupuk penyubur bagi bangkitnya semangat
keislaman, mengokohkan persatuan umat, membiakkan
gerakan dakwah Islamyah dengan cabang dan ranting-
rantingnya yang terus tumbuh dan membesar serta
berakar ke umat. Kadzar'in, seperti tanaman,
mengeluarkan tunas-tunas yang membuat tanaman itu
kuat dan besar, berdiri tegak lurus di atas pokoknya :
menyenangkan hati penanamnya dan menjengkelkan
hati orang-orang kafir. Begitulah perumpamaan yang
diberikan Allah dalam Taurat dan Injil sebagai disebut
dalam Qur'an Surah Al-Fath ayat 29.
Orang-orang munafiq dan kafir terpelongo
menyaksikan kembalinya Jakarta ke tangan Anis
“Fatahillah” R Baswedan, anak tokoh pejuang Rasyid
Baswedan. Terpelongo karena, dalam kalkulasi politik
yang lazim, tak mungkin Ahok kalah. Persis seperti
terpelongonya raja dan pembesar-pembesar Persia dan
Romawi ketika kekuasaan mereka dirobohkan oleh
orang-orang “badui” dari jazirah Arab di bawah Amirul
Mukminin, Umar bin Khattab, yang tidak punya istana
itu.
Mereka tercengang menyaksikan berjilid-jilid aksi
bela Islam dan Ulama dengan jumlah massa yang selalu
luar biasa, bahkan terbesar sepanjang sejarah aksi di
dunia. Para konglomerat yang terbiasa mendanai
gerakan demo, atau poltisi yang selama ini
menggerakkan unjuk rasa, gagal memahami fenomena
ini. Mereka tak mampu menghitung besarnya biaya
yang harus dikeluarkan dan bingung dari mana sumber
dana didapat. Soalnya, sepanjang pengalaman mereka,
tidak ada yang bersedia berpayah-payah unjuk rasa jika
tidak dibayar. Barulah ketika Aksi Bela Palestina
tujuhbelas-duabelas, Fachri Ali, pengamat sosial
politik, di sebuah stasiun tv swasta, sedikit
menyadarkan mereka bahwa yang dilakukan umat Islam
adalah politik ekspresi. Sebuah politik yang lahir dari
kesadaran hati arus bawah, dari indvidu-individu, yang
didorong semangat kebersamaan. Politik semacam ini,
tidak membutuhkan seorang bandar.
Tampaknya Allah sedang punya rencana untuk orng-
orang beriman di negeri khatulistiwa ini. Tengoklah
–seperti yang sudah dicatatkan di atas-- sudah letih
para ulama, yang sejak dulu datang dan pergi silih
berganti, menjaga agar umat bersatu dalam ukhuwah
Islamiyah dan tidak bercerai-berai. Tetapi semua seperti
kurang berbekas sampai akhirnya Allah menurunkan
rahmatnya dengan mengirim Ahok ke singgasana
Fatahillah di DKI dan berpolah mengusik kesadaran
umat. Selanjutnya, seakan ingin merawat dan
mengeristalkan ukhuwah yang baru saja terbangun
dengan hadirnya kasus Ahok, Allah terus menurunkan
rahmat-Nya menghadirkan orang-orang bertangan dan
bermulut serta berpikiran kotor yang melakukan
kriminalisasi ulama dan aktivis serta persekusi dan
pembubaran pengajian. Jangan dilupakan, pidato
Victor Laiskodat di NTT adalah juga rahmat Allah yang
berperan menjaga dan meningkatkan persatuan umat
itu. Kasus-kasus itu semua telah mendorong umat Islam
Indonesia untuk lebih menjaga kesatuannya dan
menyerukan kepada yang lain : “rapatkan barisan”; atau
dalam seruan Bachtiar Nasir :”Jangan pernah lelah
membangun ukhuwah”.
Memang, Ukhuwah Islamiyah, yang jadi dasar
kesatuan umat, adalah urusan hati : hati bertaut dengan
hati. Ini bukan urusan gampang. Allah memberi tamsil,
andai pun semua yang ada di bumi ini digunakan untuk
keperluan menyatukan hati orang-orang beriman, kamu
tidak akan mampu menyatukannya. “Allah yang telah
menyatukan hati orang-orang beriman”, begitu kata
Allah dalamAl-Anfal ayat 63; dan itu telah Dia lakukan.
Allahu Akbar! Di tengah konsolidasi itu, Allah
memunculkan lagi “Ahok” berkelas dunia, Donald
Trump. Presiden AS ini mengusik hal sensitif bagi umat
Islam sedunia, mengakui Yerussalem sebagai Ibu Kota
Israel dan berencana memindahkan Kedutaan AS ke
kota tua itu. Sepertinya Allah sedang ingin menuntaskan
persoalan ukhuwah umat Islam di Indonesia dan
mengangkat derajat mereka ke tingkat yang lebih
tinggi, menginternasional. Bayangkan, sepanjang
sejarah Indonesia merdeka, baru kali inilah umat Islam
Indonesia bersatu turun aksi dalam satu panggung:
semua ormas Islam terlibat dan tidak ada pula suara
individu yang miring. Mereka yang dulu enggan ikut
aksi dua-satu-dua, pun kini tampil sebagai penyeru
persatuan Islam. Bahkan Ketua Umum Majelis Ulama
Indonesia, KH Ma'ruf Amin, pun ikut berorasi. Baru kali
ini itu terjadi, di aksi tujuhbelas-duabelas. Pesan
Persatuan yang dikumandangkan di hadapan jutaan
umat Isam di Silang Monas ini didengar dan ditonton
oleh dunia. Dunia menaruh harapan besar kepada umat
Islam Indonesia untuk sebuah perubahan.
Mungkinkah harapan itu terpenuhi? Janji Allah jualah
yang kita harapkan. Dalam Surah Al-Maidah ayat 54,
Allah berjanji akan mengganti generasi yang murtad --
generasi yang membangkang kepada Allah dan
Rasulnya, dengan satu generasi yang dicintai Allah dan
mereka pun mencintai Allah. Mereka berwatak lemah
lembut kepada sesama orang beriman dan keras
terhadap orang kafir, senantiasa berjihad di Jalan Allah
dan tidak pernah takut terhadap celaan orang-orang
yang suka mencela. Alhamdulillah, seperti yang telah
dilukiskan sebelumnya, berkat Rahmat Allah, watak
semacam ini sedang tumbuh di kalangan kaum muslim
Indonesia. Mari kita syukuri rahmat Allah yang tiada
terhingga ini. Ayo, kita jemput generasi calon
pengganti kaun pembangkang Allah ini. Kita songsong
dan susul mereka sambil berdo'a : Ya Allah,
masukkanlah aku ke dalam barisan mereka; catatkanlah
namaku di antara nama-nama mereka; dan wafatkanlah
aku sebagai seorang syahid pembela agama dan
bangsaku.[]
TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 49 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
48
Ikhlas,Penting dalam Dakwah
Oleh: KH Abdul Wahid Alwi, MA Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia
TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 49 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
48
Ikhlas,Penting dalam Dakwah
Oleh: KH Abdul Wahid Alwi, MA Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 51 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
50
TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 51 MAN TAZAKKA
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
50
TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
52 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 53 MAN TAZAKKA
PAK NATSIRPAK NATSIR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
Jasa Natsir terhadap
NKRI dan PancasilaOleh: Pepen Irfan Fauzan,Anggota Dewan Tafkir PP Persis
dan Bidgar SDM&O PD Persis Garut
TAZKIYATUN NAFS
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
MAN TAZAKKA
52 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 53 MAN TAZAKKA
PAK NATSIRPAK NATSIR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M
Jasa Natsir terhadap
NKRI dan PancasilaOleh: Pepen Irfan Fauzan,Anggota Dewan Tafkir PP Persis
dan Bidgar SDM&O PD Persis Garut
TAZKIYATUN NAFS
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M54 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 55 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
Nama tokoh PERSIS Natsir,
dalam belantara politik
Indonesia, boleh dikata
sangatlah populer. Ia adalah ''icon''
pergerakan Islam Indonesia pada
awal abad ke-20 hingga era Orde
Baru 1990-an.
Tidak hanya sebagai representasi
kubu modernis PERSIS vis-à-vis
tradisonalis, namun lebih dari itu
Natsir adalah konseptor “politik
Islam” yang paling artikulatif vis-à-
vis kaum kebangsaan/nasionalis-
sekuler. Perdebatan politik Natsir
versus Soekarno yang fenomenal
pada dekade 1930-1940-an
menunjukkan kapasitas Natsir
sebagai seorang konseptor politik
yang mumpuni.
Bersama gurunya dari PERSIS,
Tuan A. Hassan, Natsir
mengarahkan pemikiran dan
aktivitas politik organisasi puritan
dari Bandung tersebut, sehingga “In
time, their organization—Persatuan
Islam (PERSIS)—became an
important part of the larger Islamist
movement in post-colonial
Indonesia, this despite its
insignificant size compared to other
groups” (Ali Muhannif, Different
Routes To Islamism, 2010: 239).
Tak heran jika kemudian Natsir
ditahbiskan sebagai pemimpin
partai Islam terbesar di Indonesia
waktu itu, Partai Masyumi.
Kemampuan dan kapasitas politik
Natsir semakin terasah saat
menjabat Menteri Penerangan RI
selama tiga periode, Kabinet Syahrir
II (Maret–Oktober 1946), Kabinet
Syahrir III (Oktober 1946-Juni 1947)
dan Kabinet Hatta 1948.
Salah satu peranan penting di
era Perang Kemerdekaan ini, dicatat
Mc Turnan Kahin (1995: 497),
“Natsir memberi instruksi-instruksi
kepada rakyat, menunjukkan jalan
untuk diikuti dalam perjuangan itu
oleh mereka yang tidak dapat
menentukan atau bingung
mengambil cara berjuang yang
paling efektif.”
Dilanjutkan pada masa Republik
Indonesia Serikat (RIS) tahun 1950
dengan “Mosi Integral Natsir”, yang
menjadikan Natsir sebagai icon
Negara Kesatuan RI, sekaligus
menghantarkannya sebagai
Perdana Menteri RI yang pertama.
Natsir sebagai “penyelamat
NKRI” inilah yang menjadi alasan
Presiden Sukarno. Pada saat
Sukarno akan membentuk formatir
kabinet, datang kepadanya
wartawan harian “Merdeka”, Asa
Bafagih, mencari berita. Asa Bafagih
bertanya kepada Presiden
Sukarno:“Bagaimana sekarang ini?
Siapa yang ditunjuk untuk membuat
kabinet? Menjawab Sukarno: “Siapa
lagi kalau tidak dari Masyumi”.
Bertanya lagi Asa Bafagih: “Natsir?”.
Menjawab Presiden Sukarno: “Ya!
Mereka mempunyai konsepsi untuk
menyelamatkan Republik melalui
konstitusi” (Puar, 1978:105).
Bagi Herbert Feith, dalam buku
klasiknya, The Decline of
Constitutional Democracy in
Indonesia, saat memimpin Kabinet
inilah, terlihat bahwa Natsir adalah
seorang pemimpin administrator
yang handal: “…they were all
administrators. The list as a whole
reflect the fact that Natsir was
successfull in his effort to find men
of ability, experience, and prestige,
who would be in a position to stand
up to many of pressures which
parties, factions, and cliques would
apply on them” (Feith, 1968: 113).
Cirinya, dijelaskan Herbert Feith,
adalah kebijakan yang berorientasi
pada pemecahan masalah dan taat
aturan main. Dalam kabinetnya,
Natsir memberikan kedudukan
penting pada politisi-politisi
tekhnokrat. Kabinet Natsir juga
menekankan proses reorganisasi
dan rasionalisasi, baik pada
kemampuan keuangan angkatan
perang dan birokrasi, maupun
pengembangan perekonomian.
Natsir dan Pancasila
Segudang prestasinya itu,
sejarah menunjukkan, tidak dinyana
“luluh” ketika Natsir dalam Sidang
Konstituante dianggap anti-
Pancasila. Ini jelas kesalahpahaman
yang fatal.
Pertama, Natsir mengkritisi
Pancasila yang ditafsirkan secara
“secular”—istilah Natsir, “La
Diniyah”. Jadi, yang dikritisi adalah
tafsirnya, bukan Pancasilanya itu
sendiri.
Ahmad Syafii Maarif (1997: 155)
menjelaskan: “Natsir mengambil
sikap keras dalam majlis disebabkan
terutama karena interpretasi-
interpretasi kabur dan dibuat-buat
orang kepada Pancasila itu. Sebagai
contoh, orang seenaknya saja
menempatkan sila Ketuhanan
dalam urutan yang lima itu,
sementara wakil-wakil komunis
ingin sekali mengubahnya menjadi
sila kemerdekaan beragama dan
berkepercayaan.”
Kedua, dalam konteks jiwa
zaman waktu itu, adalah wajar
menyodorkan berbagai alternatif
yang terbaik bagi bangsa ini.
Apalagi Majlis Konstituante
memang dibentuk untuk
mendiskusikan masalah kenegaraan
yang “belum selesai” di BPUPKI dan
PPKI—dianggap “darurat” karena
masa Perang Kemerdekaan (Endang
Saefudin Anshary, Piagam Jakarta;
Maarif, Islam dan Masalah
Kenegaraan).
Lebih dari itu, ada tiga (3) peran
penting Natsir terhadap eksistensi
Pancasila bagi Negara Indonesia.
Pertama, penegasan Natsir bahwa
Pancasila tidak bertentangan
dengan Islam. Dalam tulisannya di
Capita Selecta Jilid II, Natsir
membela Pancasila: “Dalam pada
itu dimasa achir ini, mulailah
terdengar pendapat jang
menempatkan Al-Quran disatu
pihak dan Pantjasila dipihak jang
lain dalam suasana antagonisme.
Seolah antara tudjuan Islam dan
Pantjasila itu terdapat
pertentangan dan pertikaian jang
sudah njata tak ''kenal damai" dan
tidak dapat disesuaikan. Dengan
sepenuh kejakinan sebagai seorang
Muslim jang berdiri atas Kalimah
Sjahadat, dan lantaran itu sebagai
seorang patriot jang tjinta kepada
Tanah Air dan bangsa, saya berseru
supaja djangan terburu
memberikan suatu kwalifikasi dan
keputusan, apabila ponis dan
keputusan itu semata didasarkan
atas istilah jang oleh masing
pemakainja diberi tafsiran sendiri,
sebab bukanlah dengan tjara
demikian kita seharusnja
memandang pokok persoalannja.
Dalam pangkuan Qur'an, Pantjasila
akan hidup subur. Satu dengan lain
tidak a priori bertentangan tapi
tidak pula identik.”
Kedua, Natsir berkampanye
Pancasila di luar negeri. Hal ini
salah satunya terlihat ketika Natsir
berkunjung ke Pakistan dan
berpidato di depan The Pakistan
Institute of World Affairs pada
tahun 1952. Pidato Natsir inilah
yang sering dijadikan rujukan
bahwa ia menerima Pancasila
sebagai dasar filosofis negara.
Dalam pidatonya, ia
mengatakan: “Pakistan adalah
Negara Islam. Hal itu pasti, baik
oleh kenjataan penduduknja
maupun oleh gerak-gerik haluan
Negaranja. Dan saya njatakan
Indonesia djuga adalah Negara
Islam, oleh kenjataan bahwa Islam
diakui sebagai Agama dan anutan
djiwa bangsa Indonesia, meskipun
tidak disebutkan dalam Konstitusi
bahwa Islam itu adalah agama
Negara. Indonesia tidak
memisahkan Agama dari
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M54 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 55 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
Nama tokoh PERSIS Natsir,
dalam belantara politik
Indonesia, boleh dikata
sangatlah populer. Ia adalah ''icon''
pergerakan Islam Indonesia pada
awal abad ke-20 hingga era Orde
Baru 1990-an.
Tidak hanya sebagai representasi
kubu modernis PERSIS vis-à-vis
tradisonalis, namun lebih dari itu
Natsir adalah konseptor “politik
Islam” yang paling artikulatif vis-à-
vis kaum kebangsaan/nasionalis-
sekuler. Perdebatan politik Natsir
versus Soekarno yang fenomenal
pada dekade 1930-1940-an
menunjukkan kapasitas Natsir
sebagai seorang konseptor politik
yang mumpuni.
Bersama gurunya dari PERSIS,
Tuan A. Hassan, Natsir
mengarahkan pemikiran dan
aktivitas politik organisasi puritan
dari Bandung tersebut, sehingga “In
time, their organization—Persatuan
Islam (PERSIS)—became an
important part of the larger Islamist
movement in post-colonial
Indonesia, this despite its
insignificant size compared to other
groups” (Ali Muhannif, Different
Routes To Islamism, 2010: 239).
Tak heran jika kemudian Natsir
ditahbiskan sebagai pemimpin
partai Islam terbesar di Indonesia
waktu itu, Partai Masyumi.
Kemampuan dan kapasitas politik
Natsir semakin terasah saat
menjabat Menteri Penerangan RI
selama tiga periode, Kabinet Syahrir
II (Maret–Oktober 1946), Kabinet
Syahrir III (Oktober 1946-Juni 1947)
dan Kabinet Hatta 1948.
Salah satu peranan penting di
era Perang Kemerdekaan ini, dicatat
Mc Turnan Kahin (1995: 497),
“Natsir memberi instruksi-instruksi
kepada rakyat, menunjukkan jalan
untuk diikuti dalam perjuangan itu
oleh mereka yang tidak dapat
menentukan atau bingung
mengambil cara berjuang yang
paling efektif.”
Dilanjutkan pada masa Republik
Indonesia Serikat (RIS) tahun 1950
dengan “Mosi Integral Natsir”, yang
menjadikan Natsir sebagai icon
Negara Kesatuan RI, sekaligus
menghantarkannya sebagai
Perdana Menteri RI yang pertama.
Natsir sebagai “penyelamat
NKRI” inilah yang menjadi alasan
Presiden Sukarno. Pada saat
Sukarno akan membentuk formatir
kabinet, datang kepadanya
wartawan harian “Merdeka”, Asa
Bafagih, mencari berita. Asa Bafagih
bertanya kepada Presiden
Sukarno:“Bagaimana sekarang ini?
Siapa yang ditunjuk untuk membuat
kabinet? Menjawab Sukarno: “Siapa
lagi kalau tidak dari Masyumi”.
Bertanya lagi Asa Bafagih: “Natsir?”.
Menjawab Presiden Sukarno: “Ya!
Mereka mempunyai konsepsi untuk
menyelamatkan Republik melalui
konstitusi” (Puar, 1978:105).
Bagi Herbert Feith, dalam buku
klasiknya, The Decline of
Constitutional Democracy in
Indonesia, saat memimpin Kabinet
inilah, terlihat bahwa Natsir adalah
seorang pemimpin administrator
yang handal: “…they were all
administrators. The list as a whole
reflect the fact that Natsir was
successfull in his effort to find men
of ability, experience, and prestige,
who would be in a position to stand
up to many of pressures which
parties, factions, and cliques would
apply on them” (Feith, 1968: 113).
Cirinya, dijelaskan Herbert Feith,
adalah kebijakan yang berorientasi
pada pemecahan masalah dan taat
aturan main. Dalam kabinetnya,
Natsir memberikan kedudukan
penting pada politisi-politisi
tekhnokrat. Kabinet Natsir juga
menekankan proses reorganisasi
dan rasionalisasi, baik pada
kemampuan keuangan angkatan
perang dan birokrasi, maupun
pengembangan perekonomian.
Natsir dan Pancasila
Segudang prestasinya itu,
sejarah menunjukkan, tidak dinyana
“luluh” ketika Natsir dalam Sidang
Konstituante dianggap anti-
Pancasila. Ini jelas kesalahpahaman
yang fatal.
Pertama, Natsir mengkritisi
Pancasila yang ditafsirkan secara
“secular”—istilah Natsir, “La
Diniyah”. Jadi, yang dikritisi adalah
tafsirnya, bukan Pancasilanya itu
sendiri.
Ahmad Syafii Maarif (1997: 155)
menjelaskan: “Natsir mengambil
sikap keras dalam majlis disebabkan
terutama karena interpretasi-
interpretasi kabur dan dibuat-buat
orang kepada Pancasila itu. Sebagai
contoh, orang seenaknya saja
menempatkan sila Ketuhanan
dalam urutan yang lima itu,
sementara wakil-wakil komunis
ingin sekali mengubahnya menjadi
sila kemerdekaan beragama dan
berkepercayaan.”
Kedua, dalam konteks jiwa
zaman waktu itu, adalah wajar
menyodorkan berbagai alternatif
yang terbaik bagi bangsa ini.
Apalagi Majlis Konstituante
memang dibentuk untuk
mendiskusikan masalah kenegaraan
yang “belum selesai” di BPUPKI dan
PPKI—dianggap “darurat” karena
masa Perang Kemerdekaan (Endang
Saefudin Anshary, Piagam Jakarta;
Maarif, Islam dan Masalah
Kenegaraan).
Lebih dari itu, ada tiga (3) peran
penting Natsir terhadap eksistensi
Pancasila bagi Negara Indonesia.
Pertama, penegasan Natsir bahwa
Pancasila tidak bertentangan
dengan Islam. Dalam tulisannya di
Capita Selecta Jilid II, Natsir
membela Pancasila: “Dalam pada
itu dimasa achir ini, mulailah
terdengar pendapat jang
menempatkan Al-Quran disatu
pihak dan Pantjasila dipihak jang
lain dalam suasana antagonisme.
Seolah antara tudjuan Islam dan
Pantjasila itu terdapat
pertentangan dan pertikaian jang
sudah njata tak ''kenal damai" dan
tidak dapat disesuaikan. Dengan
sepenuh kejakinan sebagai seorang
Muslim jang berdiri atas Kalimah
Sjahadat, dan lantaran itu sebagai
seorang patriot jang tjinta kepada
Tanah Air dan bangsa, saya berseru
supaja djangan terburu
memberikan suatu kwalifikasi dan
keputusan, apabila ponis dan
keputusan itu semata didasarkan
atas istilah jang oleh masing
pemakainja diberi tafsiran sendiri,
sebab bukanlah dengan tjara
demikian kita seharusnja
memandang pokok persoalannja.
Dalam pangkuan Qur'an, Pantjasila
akan hidup subur. Satu dengan lain
tidak a priori bertentangan tapi
tidak pula identik.”
Kedua, Natsir berkampanye
Pancasila di luar negeri. Hal ini
salah satunya terlihat ketika Natsir
berkunjung ke Pakistan dan
berpidato di depan The Pakistan
Institute of World Affairs pada
tahun 1952. Pidato Natsir inilah
yang sering dijadikan rujukan
bahwa ia menerima Pancasila
sebagai dasar filosofis negara.
Dalam pidatonya, ia
mengatakan: “Pakistan adalah
Negara Islam. Hal itu pasti, baik
oleh kenjataan penduduknja
maupun oleh gerak-gerik haluan
Negaranja. Dan saya njatakan
Indonesia djuga adalah Negara
Islam, oleh kenjataan bahwa Islam
diakui sebagai Agama dan anutan
djiwa bangsa Indonesia, meskipun
tidak disebutkan dalam Konstitusi
bahwa Islam itu adalah agama
Negara. Indonesia tidak
memisahkan Agama dari
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M56 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
Kenegaraan. Dengan tegas
Indonesia menjatakan pertjaja
kepada Tuhan Maha Esa djadi
''tiang pertama dari Pantjasila'' --
kaedah jang lima --, jang dianut
sebagai dasar ruhani, dasar achlak
dan susila oleh negara dan bangsa
Indonesia” (Capita Selecta II, hal
61).
Ini menunjukkan pandangan
positif Natsir tentang negara
Pancasila. Pernyataan ini diberikan
setahun setelah Natsir meletakkan
jabatannya sebagai Perdana
Menteri RI, sehingga tak heran jika
pernyataan tersebut bersifat positif.
Sebab, logikanya, bagaimana
mungkin seorang ideolog Islam
mau menjabat kepala pemerintahan
suatu negara yang dasarnya
dianggap bertentangan dengan
ideologi Islam. Jelas, itu tidak
mungkin.
Ketiga, Natsir sebagai salah satu
perumus lambang Negara “Garuda
Pancasila”. Tidak banyak yang tahu,
bahwa Lambang Negara Garuda
Pancasila dirumuskan—salah
satunya—oleh Natsir. Data ini
dijelaskan Turiman, Sejarah Hukum
Lambang Negara Republik
Indonesia, Tesis Program Pasca
Sarjana Ilmu Hukum, UI, Jakarta,
1999. Pada Sidang Kabinet RIS
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk
panitia teknis dengan nama Panitia
Lencana Negara di bawah
koordinator Sultan Hamid II.
Bertindak sebagai ketua: Muhamad
Yamin, dan yang tergabung
kedalam anggota antara lain: Ki
Hajar Dewantoro , MA Pellaupessy,
Moh Natsir, RM Ng Purbatjaraka.
Panitia bertugas untuk menyeleksi
semua usulan-usulan mengenai
lambang negara,
kemudian disulkan kepada
Presiden Soekarno dan
kemudian ditetapkan
sebagai lambang Negara.
Pada tahap pertama
rancangan lambang
negara yang terbaik
diusulkan oleh Sultan
Hamid II dan Muhamad
Yamin. Namun usulan
Muhamad Yamin ditolak,
karena ada sinar-sinar
matahari dan
menampakkan kuat
pengaruh Jepang. Pada
tanggal 8 Februari 1950
rancangan final gambar
garuda diserahkan ke
Presiden Soekarno dan
mendapatkan masukan dari Partai
Islam (Masyumi) dari M. Natsir.
Natsir keberatan terhadap burung
Garuda dengan tangan dan bahu
Manusia yang memegang perisai,
karena dianggap bersifat mitologis
khayalan dan terkesan mitologi
feodal. Usul Natsir ini diterima,
hingga lambang Negara hanya
berupa burung Garuda.
Natsir pun mempunyai jasa
terhadap perumusan symbol
“bintang” untuk Sila Pertama
Pancasila. Sebagaimana dijelaskan
Turiman dalam Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Th. 44 No. 3, Juli-
September 2014 (hlm. 366):
“Simbol-simbol dalam Perisai
Pancasila secara semiotika hukum
merupakan perpaduan ide dari
usulan anggota Panitia Lambang
Negara. Simbol Sila Kesatu
sumbangan ide dari Moh Natsir,
simbol Sila Kedua ide dari Sultan
Hamid II dan sketsa gambar perisai
dan garis khatulistiwa adalah usulan
Sultan Hamid II, simbol Sila Ketiga
sumbangan ide dari Purbatjaraka,
simbol Sila Keempat sumbangan ide
dari Mohammad Yamin, simbol Sila
Kelima sumbangan ide dari Ki Hajar
Dewantoro.”
Tanggal 11 Februari 1950
rancangan Garuda Pancasila Sultan
Hamid II yang telah dimodifikasi
dengan berbagai usulan—termasuk
dari Natsir—ini ditetapkan oleh
Pemerintah/Kabinet RIS dan
diresmikan pemakaiannya dalam
Sidang Kabinet. Lebih jauh,
lambang Negara ini diatur dalam
PP No. 66 Tahun 1951 yang
ditetapkan pada tanggal 17 Oktober
1951 termuat dalam lembaran
negara 111 Tahun 1951, PP No. 43
Tahun 1958 tentang Penggunaan
Lambang Negara dan pada masa
reformasi diatur dalam Undang-
undang No. 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, Lambang Negara
serta lagu Kebangsaan.[]
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M56 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
Kenegaraan. Dengan tegas
Indonesia menjatakan pertjaja
kepada Tuhan Maha Esa djadi
''tiang pertama dari Pantjasila'' --
kaedah jang lima --, jang dianut
sebagai dasar ruhani, dasar achlak
dan susila oleh negara dan bangsa
Indonesia” (Capita Selecta II, hal
61).
Ini menunjukkan pandangan
positif Natsir tentang negara
Pancasila. Pernyataan ini diberikan
setahun setelah Natsir meletakkan
jabatannya sebagai Perdana
Menteri RI, sehingga tak heran jika
pernyataan tersebut bersifat positif.
Sebab, logikanya, bagaimana
mungkin seorang ideolog Islam
mau menjabat kepala pemerintahan
suatu negara yang dasarnya
dianggap bertentangan dengan
ideologi Islam. Jelas, itu tidak
mungkin.
Ketiga, Natsir sebagai salah satu
perumus lambang Negara “Garuda
Pancasila”. Tidak banyak yang tahu,
bahwa Lambang Negara Garuda
Pancasila dirumuskan—salah
satunya—oleh Natsir. Data ini
dijelaskan Turiman, Sejarah Hukum
Lambang Negara Republik
Indonesia, Tesis Program Pasca
Sarjana Ilmu Hukum, UI, Jakarta,
1999. Pada Sidang Kabinet RIS
Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk
panitia teknis dengan nama Panitia
Lencana Negara di bawah
koordinator Sultan Hamid II.
Bertindak sebagai ketua: Muhamad
Yamin, dan yang tergabung
kedalam anggota antara lain: Ki
Hajar Dewantoro , MA Pellaupessy,
Moh Natsir, RM Ng Purbatjaraka.
Panitia bertugas untuk menyeleksi
semua usulan-usulan mengenai
lambang negara,
kemudian disulkan kepada
Presiden Soekarno dan
kemudian ditetapkan
sebagai lambang Negara.
Pada tahap pertama
rancangan lambang
negara yang terbaik
diusulkan oleh Sultan
Hamid II dan Muhamad
Yamin. Namun usulan
Muhamad Yamin ditolak,
karena ada sinar-sinar
matahari dan
menampakkan kuat
pengaruh Jepang. Pada
tanggal 8 Februari 1950
rancangan final gambar
garuda diserahkan ke
Presiden Soekarno dan
mendapatkan masukan dari Partai
Islam (Masyumi) dari M. Natsir.
Natsir keberatan terhadap burung
Garuda dengan tangan dan bahu
Manusia yang memegang perisai,
karena dianggap bersifat mitologis
khayalan dan terkesan mitologi
feodal. Usul Natsir ini diterima,
hingga lambang Negara hanya
berupa burung Garuda.
Natsir pun mempunyai jasa
terhadap perumusan symbol
“bintang” untuk Sila Pertama
Pancasila. Sebagaimana dijelaskan
Turiman dalam Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Th. 44 No. 3, Juli-
September 2014 (hlm. 366):
“Simbol-simbol dalam Perisai
Pancasila secara semiotika hukum
merupakan perpaduan ide dari
usulan anggota Panitia Lambang
Negara. Simbol Sila Kesatu
sumbangan ide dari Moh Natsir,
simbol Sila Kedua ide dari Sultan
Hamid II dan sketsa gambar perisai
dan garis khatulistiwa adalah usulan
Sultan Hamid II, simbol Sila Ketiga
sumbangan ide dari Purbatjaraka,
simbol Sila Keempat sumbangan ide
dari Mohammad Yamin, simbol Sila
Kelima sumbangan ide dari Ki Hajar
Dewantoro.”
Tanggal 11 Februari 1950
rancangan Garuda Pancasila Sultan
Hamid II yang telah dimodifikasi
dengan berbagai usulan—termasuk
dari Natsir—ini ditetapkan oleh
Pemerintah/Kabinet RIS dan
diresmikan pemakaiannya dalam
Sidang Kabinet. Lebih jauh,
lambang Negara ini diatur dalam
PP No. 66 Tahun 1951 yang
ditetapkan pada tanggal 17 Oktober
1951 termuat dalam lembaran
negara 111 Tahun 1951, PP No. 43
Tahun 1958 tentang Penggunaan
Lambang Negara dan pada masa
reformasi diatur dalam Undang-
undang No. 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, Lambang Negara
serta lagu Kebangsaan.[]
dan mencintai keindahan. Karena
itu, kosmetika adalah sebuah
keniscayaan bagi muslimah yang
ingin memperindah diri.
Tapi, agar pemakaian kosmetika
berada di jalan benar, niat untuk
mempercantik diri itu musti tepat
sasaran. Jangan sampai kosmetika
menjadi sarana tabarruj (berdandan
bukan pada tempatnya, misalnya
berparfum aroma sensual untuk ke
pesta).
Niat vertikalnya, ya untuk
menyesuaikan diri dengan sifat
Tuhan yang cinta keindahan.
Sedangkan niat horizontalnya untuk
menjaga citra agama Islam atau
menyenangkan hati pasangan.
Jangan sampai terjadi apa yang
dikatakan Muhammad Abduh: Islam
terhijab oleh pemeluknya sendiri (Al
Islamu mahjubun bil ummati).
Sedangkan salah satu ciri istri
salihah, menurut Nabi Muhammad
saw, adalah yang menyenangkan
pandangan suami. Tentu saja juga
sebaliknya.
Rambu berikutnya, unsur
kosmetika haruslah terdiri dari zat
yang halal, tidak najis atau
menjijikkan (khabitsaat), dan tidak
membahayakan tubuh pemakainya.
Bahan Berbahaya
Menurut POM Depkes, ada
sejumlah bahan berbahaya yang
sering disalahgunakan
(ditambahkan) pada kosmetika
yaitu:
· Merkuri (Air raksa) ditambahkan
pada pemutih dengan klaim
sebagai penghilang flek-flek
hitam
· Hidrokinon lebih dari 2 %
ditambahkan pada pemutih
dengan klaim sebagai pemutih
kulit (syarat < 2 %)
· Rhodamin B (pewarna merah
jambu) terdapat pada lipstick,
perona pipi dan eye shadow
· Methanil Yellow ( pewarna
kuning ) terdapat pada bedak,
eye shadow
· Merah K3 terdapat pada bedak,
eye shadow dan perona pipi
· Methanol lebih dari 5 % (syarat <
5 %) terdapat pada sediaan spray
misal hair spray
Bahan Haram
Dr Anna P
Roswien,
auditor LPPOM
MUI, pada
World Halal
Food Council di
Kuala Lumpur,
mengungkapka
n, teknologi
pembuatan
kosmetika saat
ini penuh
dengan unsur
syubhat
(meragukan).
Di Indonesia, kata Anna,
kosmetika yang beredar ada dua
macam yakni
tradisional dan modern. Yang
tradisional dibedakan menjadi
murni dan semi tradisional.
Kosmetika tradisional murni,
dibuat dari bahan alami dan diolah
secara tradisional. Sedangkan
kosmetika semi tradisional,
pengolahannya menggunakan
teknologi modern dengan
menggunakan zat kimia sintetis ke
dalamnya seperti pengawet dan
pengemulsi. Sedangkan kosmetika
modern diramu dari bahan kimia
yang diolah secara modern.
Yang lebih banyak digunakan
pada alam modern ini adalah semi
tradisional dan modern. Keduanya,
menurut Anna, perlu dicermati
karena sudah memanfaatkan
teknologi dan bahan-bahan yang
berpeluang haram seperti kolagen,
elastin, asam lemak, vitamin,
ekstrak plasenta, melatonin,
berbagai hormon, dan lain-lain.
Menurut fatwa MUI
No.2/MunasVI/MUI/2000,
penggunaan kosmetika yang
mengandung atau berasal dari
bagian tubuh manusia, hukumnya
adalah haram. Dewan Hisbah
Persatuan Islam (PERSIS), dalam
sidangnya pada hari 2 September
2000 di Sumedang, Jawa Barat, juga
mengharamkan penggunaan
plasenta untuk kosmetika. Setelah
memperhatikan uraian secara
ilmiah dan agama dari Al-Ustadz
KH. Usman Shalehuddin dan Dr
Amir Musaddad tentang masalah
tersebut; Dewan menyatakan
''Membuat kosmetika dengan organ
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M58 MAN TAZAKKA
HALAL HALAL
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 59 MAN TAZAKKA
Kembali, merek Wardah
berhasil menyabet “Halal Top
Brand 2018” dari LPPOM-
MUI yang diberikan dalam ajang
Indonesia Halal Expo (INDHEX). Kali
ini untuk kategori shampoo dan
perawatan rambut.
INDHEX tahun ini digelar
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
Obatan, dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)
pada 1-3 November 2018 di
Gedung Smesco, Jakarta Selatan.
Pada penganugerahan yang
sama tahun-tahun sebelumnya,
Wardah meraih HTB untuk kategori
kosmetika dan iklan halal.
Chief Marketing Officer Wardah,
Salman Subakat, menyampaikan
ucapan terima kasihnya kepada
LPPOM-MUI yang telah memercayai
Wardah sebagai Halal Top Brand
2018.
"Sejak pertama kali berdiri pada
tahun 1995, Wardah telah
memosisikan diri sebagai pelopor
brandkecantikan halal nasional.
Posisi ini terus kami pertahankan
sampai sekarang, salah satunya
dengan memastikan seluruh produk
kami mendapatkan sertifikasi halal
dari LPPOM MUI,” ujar Salman di
arena INDHEX 2018, Kamis (01/11).
Direktur LPPOM MUI, Lukmanul
Hakim, mengatakan, bahwa Wardah
terpilih karena berhasil
mempertahankan keunggulan dan
konsistensi brand dalam melahirkan
produk yang halal dan berkualitas.
"Kami bangga melihat tingginya
kemampuan brand Indonesia
seperti Wardah dalam berinovasi
sambil mempertahankan nilai
mendasar yang mereka usung, yaitu
halal,” katanya.
Pemilihan “Halal Top Brand
2018” sendiri didasarkan pada
survei jajak pendapat yang
dilakukan LPPOM MUI kepada lebih
dari 4.200 responden yang tersebar
di seluruh Indonesia pada 20 Juli
hingga 19 September 2018, disertai
dengan wawancara langsung pada
850 responden di area Jabodetabek.
Selain itu, LPPOM MUI juga
mempertimbangkan pencantuman
logo halal pada kemasan atau
produk, intensitas promosi dan
edukasi halal brand bersama
maupun di luar LPPOM MUI.
Termasuk Kosmetika
Shampoo dan produk perawatan
rambut termasuk dalam kategori
produk kosmetika.
Kosmetika berasal dari Bahasa
Inggris cosmetic yang artinya ''alat
kecantikan wanita''. Dalam Bahasa
Arab modern diistilahkan dengan
alatuj tajmiil, atau ''sarana untuk
mempercantik diri''.
Definisi lebih rincinya, menurut
Badan POM (Pengawas Obat dan
Makanan) Depkes, kosmetika
adalah: sediaan atau paduan bahan
yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ
kelamin luar) gigi dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampakan
melindungi supaya tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau
badan. Tapi, tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau
menyembuhkan penyakit.
Rambu-Rambu
Innalaha jamiilun yuhibbul
jamal. Sungguh, Allah Maha Indah
Wardah Raih Halal Top Brand 2018
...niat untuk
mempercantik diri
itu musti tepat
sasaran. Jangan
sampai kosmetika
menjadi sarana
tabarruj
(berdandan bukan
pada tempatnya,
misalnya
berparfum aroma
sensual untuk ke
pesta).
dan mencintai keindahan. Karena
itu, kosmetika adalah sebuah
keniscayaan bagi muslimah yang
ingin memperindah diri.
Tapi, agar pemakaian kosmetika
berada di jalan benar, niat untuk
mempercantik diri itu musti tepat
sasaran. Jangan sampai kosmetika
menjadi sarana tabarruj (berdandan
bukan pada tempatnya, misalnya
berparfum aroma sensual untuk ke
pesta).
Niat vertikalnya, ya untuk
menyesuaikan diri dengan sifat
Tuhan yang cinta keindahan.
Sedangkan niat horizontalnya untuk
menjaga citra agama Islam atau
menyenangkan hati pasangan.
Jangan sampai terjadi apa yang
dikatakan Muhammad Abduh: Islam
terhijab oleh pemeluknya sendiri (Al
Islamu mahjubun bil ummati).
Sedangkan salah satu ciri istri
salihah, menurut Nabi Muhammad
saw, adalah yang menyenangkan
pandangan suami. Tentu saja juga
sebaliknya.
Rambu berikutnya, unsur
kosmetika haruslah terdiri dari zat
yang halal, tidak najis atau
menjijikkan (khabitsaat), dan tidak
membahayakan tubuh pemakainya.
Bahan Berbahaya
Menurut POM Depkes, ada
sejumlah bahan berbahaya yang
sering disalahgunakan
(ditambahkan) pada kosmetika
yaitu:
· Merkuri (Air raksa) ditambahkan
pada pemutih dengan klaim
sebagai penghilang flek-flek
hitam
· Hidrokinon lebih dari 2 %
ditambahkan pada pemutih
dengan klaim sebagai pemutih
kulit (syarat < 2 %)
· Rhodamin B (pewarna merah
jambu) terdapat pada lipstick,
perona pipi dan eye shadow
· Methanil Yellow ( pewarna
kuning ) terdapat pada bedak,
eye shadow
· Merah K3 terdapat pada bedak,
eye shadow dan perona pipi
· Methanol lebih dari 5 % (syarat <
5 %) terdapat pada sediaan spray
misal hair spray
Bahan Haram
Dr Anna P
Roswien,
auditor LPPOM
MUI, pada
World Halal
Food Council di
Kuala Lumpur,
mengungkapka
n, teknologi
pembuatan
kosmetika saat
ini penuh
dengan unsur
syubhat
(meragukan).
Di Indonesia, kata Anna,
kosmetika yang beredar ada dua
macam yakni
tradisional dan modern. Yang
tradisional dibedakan menjadi
murni dan semi tradisional.
Kosmetika tradisional murni,
dibuat dari bahan alami dan diolah
secara tradisional. Sedangkan
kosmetika semi tradisional,
pengolahannya menggunakan
teknologi modern dengan
menggunakan zat kimia sintetis ke
dalamnya seperti pengawet dan
pengemulsi. Sedangkan kosmetika
modern diramu dari bahan kimia
yang diolah secara modern.
Yang lebih banyak digunakan
pada alam modern ini adalah semi
tradisional dan modern. Keduanya,
menurut Anna, perlu dicermati
karena sudah memanfaatkan
teknologi dan bahan-bahan yang
berpeluang haram seperti kolagen,
elastin, asam lemak, vitamin,
ekstrak plasenta, melatonin,
berbagai hormon, dan lain-lain.
Menurut fatwa MUI
No.2/MunasVI/MUI/2000,
penggunaan kosmetika yang
mengandung atau berasal dari
bagian tubuh manusia, hukumnya
adalah haram. Dewan Hisbah
Persatuan Islam (PERSIS), dalam
sidangnya pada hari 2 September
2000 di Sumedang, Jawa Barat, juga
mengharamkan penggunaan
plasenta untuk kosmetika. Setelah
memperhatikan uraian secara
ilmiah dan agama dari Al-Ustadz
KH. Usman Shalehuddin dan Dr
Amir Musaddad tentang masalah
tersebut; Dewan menyatakan
''Membuat kosmetika dengan organ
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M58 MAN TAZAKKA
HALAL HALAL
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 59 MAN TAZAKKA
Kembali, merek Wardah
berhasil menyabet “Halal Top
Brand 2018” dari LPPOM-
MUI yang diberikan dalam ajang
Indonesia Halal Expo (INDHEX). Kali
ini untuk kategori shampoo dan
perawatan rambut.
INDHEX tahun ini digelar
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
Obatan, dan Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)
pada 1-3 November 2018 di
Gedung Smesco, Jakarta Selatan.
Pada penganugerahan yang
sama tahun-tahun sebelumnya,
Wardah meraih HTB untuk kategori
kosmetika dan iklan halal.
Chief Marketing Officer Wardah,
Salman Subakat, menyampaikan
ucapan terima kasihnya kepada
LPPOM-MUI yang telah memercayai
Wardah sebagai Halal Top Brand
2018.
"Sejak pertama kali berdiri pada
tahun 1995, Wardah telah
memosisikan diri sebagai pelopor
brandkecantikan halal nasional.
Posisi ini terus kami pertahankan
sampai sekarang, salah satunya
dengan memastikan seluruh produk
kami mendapatkan sertifikasi halal
dari LPPOM MUI,” ujar Salman di
arena INDHEX 2018, Kamis (01/11).
Direktur LPPOM MUI, Lukmanul
Hakim, mengatakan, bahwa Wardah
terpilih karena berhasil
mempertahankan keunggulan dan
konsistensi brand dalam melahirkan
produk yang halal dan berkualitas.
"Kami bangga melihat tingginya
kemampuan brand Indonesia
seperti Wardah dalam berinovasi
sambil mempertahankan nilai
mendasar yang mereka usung, yaitu
halal,” katanya.
Pemilihan “Halal Top Brand
2018” sendiri didasarkan pada
survei jajak pendapat yang
dilakukan LPPOM MUI kepada lebih
dari 4.200 responden yang tersebar
di seluruh Indonesia pada 20 Juli
hingga 19 September 2018, disertai
dengan wawancara langsung pada
850 responden di area Jabodetabek.
Selain itu, LPPOM MUI juga
mempertimbangkan pencantuman
logo halal pada kemasan atau
produk, intensitas promosi dan
edukasi halal brand bersama
maupun di luar LPPOM MUI.
Termasuk Kosmetika
Shampoo dan produk perawatan
rambut termasuk dalam kategori
produk kosmetika.
Kosmetika berasal dari Bahasa
Inggris cosmetic yang artinya ''alat
kecantikan wanita''. Dalam Bahasa
Arab modern diistilahkan dengan
alatuj tajmiil, atau ''sarana untuk
mempercantik diri''.
Definisi lebih rincinya, menurut
Badan POM (Pengawas Obat dan
Makanan) Depkes, kosmetika
adalah: sediaan atau paduan bahan
yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ
kelamin luar) gigi dan rongga mulut
untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampakan
melindungi supaya tetap dalam
keadaan baik, memperbaiki bau
badan. Tapi, tidak dimaksudkan
untuk mengobati atau
menyembuhkan penyakit.
Rambu-Rambu
Innalaha jamiilun yuhibbul
jamal. Sungguh, Allah Maha Indah
Wardah Raih Halal Top Brand 2018
...niat untuk
mempercantik diri
itu musti tepat
sasaran. Jangan
sampai kosmetika
menjadi sarana
tabarruj
(berdandan bukan
pada tempatnya,
misalnya
berparfum aroma
sensual untuk ke
pesta).
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M60 MAN TAZAKKA
HALAL
tubuh manusia yang sudah mati
haram''. Pertimbangannya antara
lain, Nabi saw telah melarang
mengganggu tubuh orang yang
sudah mati.
Plasenta manusia telah
digunakan sebagai bahan
kosmetika sejak 1940. Khasiatnya,
konon, menghilangkan kerutan, dan
menstimulir pertumbuhan jaringan.
Plasenta lantas dikenal sebagai
kelompok obat, yang kemudian
oleh FDA dinyatakan sebagai
misbranded.
Pada tahun 70-an, Kuba sudah
mulai mengekspor sebanyak 40 ton
plasenta manusia ke Meriux
Laoratorium di Perancis untuk
bahan kosmetika. Setelah mampu
mendayagunakan sendiri untuk
obat penyakit kulit vitiligo (tidak
berpigmen), pada tahun 1980-1982
pemerintah Kuba menghentikan
pengiriman plasenta ke Perancis
dan memulai memproduksi obat
Melagenina. Obat ini kemudian juga
diproduksi oleh Mexico, Venezuela,
dan Kolumbia.
Pada tahun 1992-1994
pemerintah Kuba menganalisa
bahwa penting untuk membangun
pabrik yang memproduksi berbagai
macam obat-obatan dan kosmetika
anti-aging. Misalnya, coriodermina
(untuk pengobatan psoriasis),
piloactive lotion (untuk pengobatan
alopecia), tromboplastine
(pengumpalan darah), ophtalmic
anti-inflammatory factor dietary
supplement (osteoporosis-anemia),
melagenina plus dan forte enteral
food (perawatan intensiv), placental
lactogen (obstetric), placental
shampoo bioactive dermal cream,
amniotic collagen cream, hair
conditioner, facial tonic cleaning
milks bioactive dermal soap.
Nah, plasenta itu dikumpulkan
dari rumah sakit bersalin dan
kebidanan Kuba, lalu disimpan dan
dijaga agar tidak beku. Plasenta
kemudian diekstraks dan diproses
sesuai dengan produk yang
diinginkan, dikemas untuk
selanjutnya didistribusikan di dalam
negeri dan diekspor.
Amniotik Liquid
Cairan yang berada di sekitar
janin yang berfungsi untuk
melindungi janin dari benturan fisik.
Memiliki keuntungan yang sama
dengan plasenta manusia serta
penggunaannya tebatas pada
penggunaan pelembab,lotion
rambut dan perawatan kulit kepala
serta shampo. Bahan tersebut yang
biasa digunakan untuk kosmetik
berasal dari sapi atau lembu jantan.
Kolagen
Kolagen adalah bentuk produk
protein yang merupakan serat
jaringan ikat antar sel yang
memberi ketegangan/elastisitas.
Dalam bedah plastik ia dijadikan
bahan anti-aging (penuaan).
Namun, berdasarkan sifat dan cara
kerjanya, penggunakan implan
kolagen adalah untuk sarana
rejuvenasi kulit (mengatasi kerutan)
bukan augmentasi (mempertinggi
organ tertentu). Implan kolagen
akan habis dan memerlukan
tindakan pengulangan dalam waktu
tiga bulan.
Dalam produk kosmetika,
kolagen memiliki efek
melembabkan karena ia bersifat
tidak larut air bahkan menahan air.
Bahan ini bisa berasal dari sapi
(bovine collagen, zyderm) atau babi.
Tentu saja babi lebih favorit.
Pasalnya, selain sangat ekonomis,
perkembangan babi transgenik
yang memiliki jaringan sel mirip sel
tubuh manusia, kian maju.
Menurut DR Muladno, ahli
genetika molekuler di Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor,
melalui aplikasi teknologi
transgenetika, organ penyusun
tubuh babi akan semakin mirip
dengan manusia. Ia pun
mengemukakan, pembiakan babi
transgenik mulai marak sejak 1995.
Bahkan pada 2000-an, orang sudah
berniat membuat pabrik organ babi
melalui penangkaran babi
transgenik.
Cerebroside
Berasal dari hewan atau
tanaman. Cerebroside termasuk
dalam kelompok glikolipid yaitu
terdiri dari bahan lemak dan
karbohidrat. Diproduksi secara
alami dalam sel epidermal basal,
merupakan lapisan kulit paling
dalam. Setelah cerebroside
terbentuk, ia akan tersekresi keluar
sel kemudian bertindak sebagai
lapisan pelindung. Karena sel baru
terbentuk di lapisan di bawah kulit,
kulit yang lebih tua akan bergerak
menuju permukaan dan menjadi
kering.
Bahan cerebroside dapat
bersumber dari sapi, lembu jantan,
sel otak babi atau jaringan-jaringan
sistem syarafnya.[]
EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M60 MAN TAZAKKA
HALAL
tubuh manusia yang sudah mati
haram''. Pertimbangannya antara
lain, Nabi saw telah melarang
mengganggu tubuh orang yang
sudah mati.
Plasenta manusia telah
digunakan sebagai bahan
kosmetika sejak 1940. Khasiatnya,
konon, menghilangkan kerutan, dan
menstimulir pertumbuhan jaringan.
Plasenta lantas dikenal sebagai
kelompok obat, yang kemudian
oleh FDA dinyatakan sebagai
misbranded.
Pada tahun 70-an, Kuba sudah
mulai mengekspor sebanyak 40 ton
plasenta manusia ke Meriux
Laoratorium di Perancis untuk
bahan kosmetika. Setelah mampu
mendayagunakan sendiri untuk
obat penyakit kulit vitiligo (tidak
berpigmen), pada tahun 1980-1982
pemerintah Kuba menghentikan
pengiriman plasenta ke Perancis
dan memulai memproduksi obat
Melagenina. Obat ini kemudian juga
diproduksi oleh Mexico, Venezuela,
dan Kolumbia.
Pada tahun 1992-1994
pemerintah Kuba menganalisa
bahwa penting untuk membangun
pabrik yang memproduksi berbagai
macam obat-obatan dan kosmetika
anti-aging. Misalnya, coriodermina
(untuk pengobatan psoriasis),
piloactive lotion (untuk pengobatan
alopecia), tromboplastine
(pengumpalan darah), ophtalmic
anti-inflammatory factor dietary
supplement (osteoporosis-anemia),
melagenina plus dan forte enteral
food (perawatan intensiv), placental
lactogen (obstetric), placental
shampoo bioactive dermal cream,
amniotic collagen cream, hair
conditioner, facial tonic cleaning
milks bioactive dermal soap.
Nah, plasenta itu dikumpulkan
dari rumah sakit bersalin dan
kebidanan Kuba, lalu disimpan dan
dijaga agar tidak beku. Plasenta
kemudian diekstraks dan diproses
sesuai dengan produk yang
diinginkan, dikemas untuk
selanjutnya didistribusikan di dalam
negeri dan diekspor.
Amniotik Liquid
Cairan yang berada di sekitar
janin yang berfungsi untuk
melindungi janin dari benturan fisik.
Memiliki keuntungan yang sama
dengan plasenta manusia serta
penggunaannya tebatas pada
penggunaan pelembab,lotion
rambut dan perawatan kulit kepala
serta shampo. Bahan tersebut yang
biasa digunakan untuk kosmetik
berasal dari sapi atau lembu jantan.
Kolagen
Kolagen adalah bentuk produk
protein yang merupakan serat
jaringan ikat antar sel yang
memberi ketegangan/elastisitas.
Dalam bedah plastik ia dijadikan
bahan anti-aging (penuaan).
Namun, berdasarkan sifat dan cara
kerjanya, penggunakan implan
kolagen adalah untuk sarana
rejuvenasi kulit (mengatasi kerutan)
bukan augmentasi (mempertinggi
organ tertentu). Implan kolagen
akan habis dan memerlukan
tindakan pengulangan dalam waktu
tiga bulan.
Dalam produk kosmetika,
kolagen memiliki efek
melembabkan karena ia bersifat
tidak larut air bahkan menahan air.
Bahan ini bisa berasal dari sapi
(bovine collagen, zyderm) atau babi.
Tentu saja babi lebih favorit.
Pasalnya, selain sangat ekonomis,
perkembangan babi transgenik
yang memiliki jaringan sel mirip sel
tubuh manusia, kian maju.
Menurut DR Muladno, ahli
genetika molekuler di Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor,
melalui aplikasi teknologi
transgenetika, organ penyusun
tubuh babi akan semakin mirip
dengan manusia. Ia pun
mengemukakan, pembiakan babi
transgenik mulai marak sejak 1995.
Bahkan pada 2000-an, orang sudah
berniat membuat pabrik organ babi
melalui penangkaran babi
transgenik.
Cerebroside
Berasal dari hewan atau
tanaman. Cerebroside termasuk
dalam kelompok glikolipid yaitu
terdiri dari bahan lemak dan
karbohidrat. Diproduksi secara
alami dalam sel epidermal basal,
merupakan lapisan kulit paling
dalam. Setelah cerebroside
terbentuk, ia akan tersekresi keluar
sel kemudian bertindak sebagai
lapisan pelindung. Karena sel baru
terbentuk di lapisan di bawah kulit,
kulit yang lebih tua akan bergerak
menuju permukaan dan menjadi
kering.
Bahan cerebroside dapat
bersumber dari sapi, lembu jantan,
sel otak babi atau jaringan-jaringan
sistem syarafnya.[]
REKENING LAZNAS DEWAN DA’WAH
Zakat
Infaq
Qurban
Kami siap menjemput, menghimpun dan menyalurkan zakat Anda.
Selamatkan dan Bangun
INDONESIAdengan
Dakwah
Waqaf Al-Qur’an
REKENING INFAQ CLUB
Bank Mega Syariah Indonesia 10 000 222 66(a.n LAZIS Dewan Da’wah QQ Infaq Club)
laznasdewandakwah.or.id
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1845(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Mega Syariah Indonesia 100 0000 312(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 700 132 7539BRI Syariah 100 123 87 48BNI Syariah 012 7544 426(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
BCA Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 001 100 200 2Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7755 666BRI (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 0418 01000 150 303Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 405 107BCA (a.n Dewan Dawah) 342 30388 09CIMB Niaga Syariah 86 000 422 9900(a.n. Yayasan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1846(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Syariah Mandiri 700 132 7733(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
BNI Syariah 018 446 3322(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 408 106Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7766 333BCA (a.n Dewan Dawah) 342 304 8855
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1856(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 702 739 1917Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 588 1985
Kemanusiaan Bank Muamalat Indonesia 358 008 0008(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
BNI Syariah 018 446 2114(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Mega Syariah Indonesia 100 000 4108(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
WaqafBank Syariah Mandiri 70 777 555 88(a.n LAZIS Dewan Da'wah QQ Waqaf)
Kantor LAZNAS Dewan Da'wah Kebon Jeruk
BNI Syariah (a.n Lazis Dewan Da'wah) 828 661 661 6