64
KABAR Belanja Plus di Sahabat Umat PAK NATSIR Jasa Natsir pada NKRI dan Pancasila KABAR Laporan dari Lombok dan Pasigala TELAAH Benturan Dakwah dan Misionarisme EDISI RABIUL AWAL 1440 H NOVEMBER 2018 M Indonesia Juara Dunia Dermawan

Indonesia Juara Dunia Dermawan · 2019-07-12 · 22 Donasi Anda Jadi Investasi Pendidikan di Myanmar 24 Yuk, Belanja sambil Sedekah di Sahabat Umat FIQIH 28 Siapa Fi Sabilillah? LAPORAN

  • Upload
    dangthu

  • View
    220

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

KABARBelanja Plus di Sahabat Umat

PAK NATSIRJasa Natsir pada NKRI dan Pancasila

KABARLaporan dari Lombok dan Pasigala

TELAAHBenturan Dakwah dan Misionarisme

EDISI

RABIUL AWAL 1440 HNOVEMBER 2018 M

IndonesiaJuara DuniaDermawan

MANAJEMEN LAZNASDEWAN DA'WAH

DAFTAR ISI

Ketua

Ade Salamun

Pemberdayaan dan Sinergi

Program

Asrofi Muslikhuddin

Manager Program

Agung Gumelar

Mobilisasi ZIS

Catur Riyadi

Administrasi dan Keuangan

Fitria Damayanti

Humas

Nurbowo

Fundrising

Ahmad Robyansah, M. Idris

Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi

REDAKSI

Pemimpin Umum Redaksi

Ade Salamun

Pemimpin Redaksi

Nurbowo

Sidang Redaksi

Edy Setiawan

Ade Salamun

Nurbowo

Sekretaris Redaksi

Mufqi Hardiansyah

Desain Grafis

Senyum Advertising

Sirkulasi

M. Said

Gedung Menara Da’wah Lt. 1

Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450

Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291

Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,

Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,

Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530

Hp. 0812 1000 2656

SUARA PEMBACA

4 Ternyata Buang Angin Itu Mahal

5 Pernyataan Bersama PP Muhammadiyah dan PBNU

SALAM

6 Alhamdulillah, Kita Juara!

KABAR

8 Truk dan Training Kepedulian ke Lombok

12 Dai Pasca Bencana

14 Ketum Dewan Da'wah Kunjungi Lombok dan Palu

17 Tiga Juta Liter Air untuk Lombok

20 Dewan Dakwah Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan

22 Donasi Anda Jadi Investasi Pendidikan di Myanmar

24 Yuk, Belanja sambil Sedekah di Sahabat Umat

FIQIH

28 Siapa Fi Sabilillah?

LAPORAN UTAMA

30 Alhamdulillah, Indonesia Juara Murah Hati

32 Karakter Kedermawanan

INSPIRASI DAI

36 Karang Tegar di Dusun Puyang

TELAAH

38 Pentingnya Pendidikan Guru Keluarga

42 Benturan Dakwah vs Misionarisme di Merapi-Merbabu

44 Menjemput Generasi Pengganti

TAZKIYATUN NAFS

48 Ikhlas, Penting dalam Dakwah

PAK NATSIR

53 Jasa Natsir terhadap NKRI dan Pancasila

HALAL

58 Wardah Raih Halal Top Brand 2018

[email protected]

laznasdewandakwah.or.id

LAZNAS Dewan Dakwah

@laznasdakwah

@laznasdewandakwah

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA

SUARA PEMBACATELAAH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA

MANAJEMEN LAZNASDEWAN DA'WAH

DAFTAR ISI

Ketua

Ade Salamun

Pemberdayaan dan Sinergi

Program

Asrofi Muslikhuddin

Manager Program

Agung Gumelar

Mobilisasi ZIS

Catur Riyadi

Administrasi dan Keuangan

Fitria Damayanti

Humas

Nurbowo

Fundrising

Ahmad Robyansah, M. Idris

Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi

REDAKSI

Pemimpin Umum Redaksi

Ade Salamun

Pemimpin Redaksi

Nurbowo

Sidang Redaksi

Edy Setiawan

Ade Salamun

Nurbowo

Sekretaris Redaksi

Mufqi Hardiansyah

Desain Grafis

Senyum Advertising

Sirkulasi

M. Said

Gedung Menara Da’wah Lt. 1

Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450

Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291

Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,

Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,

Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530

Hp. 0812 1000 2656

SUARA PEMBACA

4 Ternyata Buang Angin Itu Mahal

5 Pernyataan Bersama PP Muhammadiyah dan PBNU

SALAM

6 Alhamdulillah, Kita Juara!

KABAR

8 Truk dan Training Kepedulian ke Lombok

12 Dai Pasca Bencana

14 Ketum Dewan Da'wah Kunjungi Lombok dan Palu

17 Tiga Juta Liter Air untuk Lombok

20 Dewan Dakwah Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan

22 Donasi Anda Jadi Investasi Pendidikan di Myanmar

24 Yuk, Belanja sambil Sedekah di Sahabat Umat

FIQIH

28 Siapa Fi Sabilillah?

LAPORAN UTAMA

30 Alhamdulillah, Indonesia Juara Murah Hati

32 Karakter Kedermawanan

INSPIRASI DAI

36 Karang Tegar di Dusun Puyang

TELAAH

38 Pentingnya Pendidikan Guru Keluarga

42 Benturan Dakwah vs Misionarisme di Merapi-Merbabu

44 Menjemput Generasi Pengganti

TAZKIYATUN NAFS

48 Ikhlas, Penting dalam Dakwah

PAK NATSIR

53 Jasa Natsir terhadap NKRI dan Pancasila

HALAL

58 Wardah Raih Halal Top Brand 2018

[email protected]

laznasdewandakwah.or.id

LAZNAS Dewan Dakwah

@laznasdakwah

@laznasdewandakwah

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA

SUARA PEMBACATELAAH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M4 MAN TAZAKKA

SUARA PEMBACA

anganlah buru-buru marah bila

Jada teman buang angin dan mengeluarkan aroma tak sedap,

bagaimana pun tak sedapnya. Boleh jadi buang angin itulah yang menyelamatkan ia dari kehilangan uang sekaligus rasa riang.

Jangan pula menahan buang angin. Sesibuk apa pun anda memikirkan persoalan bangsa yang memang sudah menyesakkan dada ini dan berharap #2019 Ganti Presiden, kalau gas berkonsentrasi H2S itu mau keluar, keluarkanlah dia. Jangan ditahan. Tetapi, memang, sebaiknya lepaslah ia di tempat sepi. Bukan di kerumunan teman. Kasihan, mereka tidak menikmati makanan sedap yang anda santap tetapi harus menanggung aroma gasnya yang menyengat teramat tak sedap.

Begitu juga, sesibuk apa pun anda berdiskusi tentang carut marutnya pelaksanaan hukum, hiruk- pikuknya politik dan ancaman bangkrutnya ekonomi bangsa serta bahaya serbuan TKA asal Cina terhadap eksistensi Indonesia, jangan sekali-kali menahan air yang bernama kencing. Keluarkan ia segera bila sudah terasa ia minta dikeluarkan. Tetapi yang satu ini mutlak dikeluarkan di tempat tertentu. Tidak boleh di tempat umum, meski tak ada kerumunan orang.

Jangan lupa ucapkan syukur kepada Allah jika gas, cairan dan padatan dari tubuh telah keluar

sebagaimana yang dianjurkan Nabi. Buang angin dan kencing juga

BAB, ternyata anugrah ilahi yang amat mahal. Kamis 13 September lalu, aku harus mengeluarkan uang Rp 1,5 juta hanya untuk bisa buang angin dan kencing, tambah BAB tentu saja. Aku harus dilarikan ke Rumah sakit. Pasalnya, ya itu, gak bisa buang angin, gak bisa kencing dan gak bisa BAB. Luar biasa sakitnya kawan. Bayangkan, perut menyesak, mules gak karuan, dada sesak, kantong kemih penuh terasa mau pecah. Perasaan ingin ke toilet terus. Tapi di toilet, maaf, tak ada yang keluar. Angin pun tak berhembus. Berulang kali ke kamar mandi karena terasa menyesak dan sakit yang tidak kepalang, tapi di kamar mandi cuma merintih kesakitan. Semakin lama, semakin sakit karena gas, air dan ampas semakin menumpuk di dalam dan tak ada yang keluar. Duduk sakit, berbaring sakit, berjalan apalagi. Dikusuk menjerit, di biarkan tak tertahan. Pandanganku sudah nanar ketika selesai sholat maghrib yang terbata-bata. Untung anakku buru buru melarikanku ke Rumah sakit dan "plong" setelah adikku Dr. Fauzi datang menangani. Aku harus pindah tidur satu malam hanya karena gak bisa buang angin, dan harus bayar Rp1,5 juta.

Belakangan ini aku memang sering menagan buang angin. Aku berupaya menjaga agar wudu' ku tak batal, malas ke kamar mandi

untuk memperbaharui wudu'. Apalagi di hari-hari menjelang dan selama pra kongres pribumi di Garuda Plaza Selsa 11 september dan pelatihan relawan 12 september di Madani. Non stop. Bukan hanya malas ke kamar mandi, tapi diskusi di pra kongres itu memang memgasyikkan, membuat betah, takut ada sesien yang tertinggal. Jadilah buang angin dan kencing ditahan. Tetapi ada hal lain yang kusadari, yang selama ini aku lupa : berdoa mengucap syukur Alhamdulillah sepulang buang hajat. Di sinilah aku sadar, ternyata bisa buang air itu adalah nikmat yang patut sekali disyukuri.

Sakit sekali, kawan. Jangan sampai kawan mengalami. Ekonomi sedang sulit, sakit pula. Anda semua sedang dubutuhkan tenaga dan pikirannya dalam perjuangan Islam ini. Kita perlu mujahid-mujahid yang sehat jiwa raganya. Kita sedang menghadapi tantangan besar dan kuat, perlu mujahid tangguh. 2019 tinggal bilangan hari, jangan sampai batal karena kekurangan tenaga. Ayo, jaga kesehatan, tinggalkan rokok dan asah pikiran. Umat menantikan karyamu melewati jalan-Nya.

Salam saya, Masri Sitanggang(Ketum GIP-NKRI)

SUARA PEMBACA

TernyataBuang Angin Itu

Mahal

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M4 MAN TAZAKKA

SUARA PEMBACA

anganlah buru-buru marah bila

Jada teman buang angin dan mengeluarkan aroma tak sedap,

bagaimana pun tak sedapnya. Boleh jadi buang angin itulah yang menyelamatkan ia dari kehilangan uang sekaligus rasa riang.

Jangan pula menahan buang angin. Sesibuk apa pun anda memikirkan persoalan bangsa yang memang sudah menyesakkan dada ini dan berharap #2019 Ganti Presiden, kalau gas berkonsentrasi H2S itu mau keluar, keluarkanlah dia. Jangan ditahan. Tetapi, memang, sebaiknya lepaslah ia di tempat sepi. Bukan di kerumunan teman. Kasihan, mereka tidak menikmati makanan sedap yang anda santap tetapi harus menanggung aroma gasnya yang menyengat teramat tak sedap.

Begitu juga, sesibuk apa pun anda berdiskusi tentang carut marutnya pelaksanaan hukum, hiruk- pikuknya politik dan ancaman bangkrutnya ekonomi bangsa serta bahaya serbuan TKA asal Cina terhadap eksistensi Indonesia, jangan sekali-kali menahan air yang bernama kencing. Keluarkan ia segera bila sudah terasa ia minta dikeluarkan. Tetapi yang satu ini mutlak dikeluarkan di tempat tertentu. Tidak boleh di tempat umum, meski tak ada kerumunan orang.

Jangan lupa ucapkan syukur kepada Allah jika gas, cairan dan padatan dari tubuh telah keluar

sebagaimana yang dianjurkan Nabi. Buang angin dan kencing juga

BAB, ternyata anugrah ilahi yang amat mahal. Kamis 13 September lalu, aku harus mengeluarkan uang Rp 1,5 juta hanya untuk bisa buang angin dan kencing, tambah BAB tentu saja. Aku harus dilarikan ke Rumah sakit. Pasalnya, ya itu, gak bisa buang angin, gak bisa kencing dan gak bisa BAB. Luar biasa sakitnya kawan. Bayangkan, perut menyesak, mules gak karuan, dada sesak, kantong kemih penuh terasa mau pecah. Perasaan ingin ke toilet terus. Tapi di toilet, maaf, tak ada yang keluar. Angin pun tak berhembus. Berulang kali ke kamar mandi karena terasa menyesak dan sakit yang tidak kepalang, tapi di kamar mandi cuma merintih kesakitan. Semakin lama, semakin sakit karena gas, air dan ampas semakin menumpuk di dalam dan tak ada yang keluar. Duduk sakit, berbaring sakit, berjalan apalagi. Dikusuk menjerit, di biarkan tak tertahan. Pandanganku sudah nanar ketika selesai sholat maghrib yang terbata-bata. Untung anakku buru buru melarikanku ke Rumah sakit dan "plong" setelah adikku Dr. Fauzi datang menangani. Aku harus pindah tidur satu malam hanya karena gak bisa buang angin, dan harus bayar Rp1,5 juta.

Belakangan ini aku memang sering menagan buang angin. Aku berupaya menjaga agar wudu' ku tak batal, malas ke kamar mandi

untuk memperbaharui wudu'. Apalagi di hari-hari menjelang dan selama pra kongres pribumi di Garuda Plaza Selsa 11 september dan pelatihan relawan 12 september di Madani. Non stop. Bukan hanya malas ke kamar mandi, tapi diskusi di pra kongres itu memang memgasyikkan, membuat betah, takut ada sesien yang tertinggal. Jadilah buang angin dan kencing ditahan. Tetapi ada hal lain yang kusadari, yang selama ini aku lupa : berdoa mengucap syukur Alhamdulillah sepulang buang hajat. Di sinilah aku sadar, ternyata bisa buang air itu adalah nikmat yang patut sekali disyukuri.

Sakit sekali, kawan. Jangan sampai kawan mengalami. Ekonomi sedang sulit, sakit pula. Anda semua sedang dubutuhkan tenaga dan pikirannya dalam perjuangan Islam ini. Kita perlu mujahid-mujahid yang sehat jiwa raganya. Kita sedang menghadapi tantangan besar dan kuat, perlu mujahid tangguh. 2019 tinggal bilangan hari, jangan sampai batal karena kekurangan tenaga. Ayo, jaga kesehatan, tinggalkan rokok dan asah pikiran. Umat menantikan karyamu melewati jalan-Nya.

Salam saya, Masri Sitanggang(Ketum GIP-NKRI)

SUARA PEMBACA

TernyataBuang Angin Itu

Mahal

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 5 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 7 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M6 MAN TAZAKKA

SALAMSALAM

asha Allah. Hanya dalam

Mhitungan beberapa hari,

seruan infak Ustadz

Kasyful Anwar melalui Whatsapp

(WA) mendapat respon trengginas

dari jamaah yang pernah beliau

bimbing ibadah umroh dan hajinya.

Terhimpun donasi lebih dari Rp 200

juta untuk merampungkan

pembangunan Gedung Akademi

Dakwah Indonesia (ADI) Kota Palu.

Itu baru seruan satu Ustadz dari

Dewan Dakwah.

Karenanya, kita tidak heran jika

Alhamdulillah, tahun 2018 ini

Indonesia dinobatkan sebagai

''Juara Dunia Negara Dermawan''.

Predikat ini berdasarkan laporan

2018 World Giving Index oleh

Charities Aid Foundation (CAF) yang

bermarkas di Inggris.

Tiga perilaku yang digunakan

sebagai parameter untuk mengukur

kemurahan hati bangsa adalah:

menyumbangkan uang, membantu

orang asing, dan menjadi

sukarelawan.

Presentase orang Indonesia

dalam menyumbangkan uang

sebesar 78%. Lalu presentase untuk

membantu orang asing adalah 46%.

Yang terakhir, partisipasi orang

Indonesia dalam menjadi relawan

masuk yang tertinggi di dunia

dengan presentase 53%. Skor

keseluruhan yang diperoleh

Indonesia adalah 59%.

Angka-angka prosentase

tersebut sungguh sesuai dengan

ajaran Islam, meskipun masih bisa

ditingkatkan lagi. Bahwa jihad bil

maal dalam konteks kekinian di

Indonesia memiliki kedudukan lebih

utama dibanding jihad bil anfus,

termasuk di dalamnya menjadi

relawan.

Pada awal November 2007,

Dewan Dakwah mendapat

kunjungan tokoh intelektual Hamas,

Dr Nawwaf Takruri. Ia juga Ketua

Rabithah Ulama Filistin di Suriah

dan seorang penulis ternama di

Timur Tengah.

Beberapa bukunya telah

diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia. Salah satu bukunya yang

mendapat perhatian besar

pembaca, adalah”Al Jihad bil mal fi

sabilillah” (Dahsyatnya Jihad Harta

–terj GIP).

”Buku ini sangat berbobot, baik

isi, momentum maupun arah

pembahasannya. ..Saya sangat

menghargai materi ilmiah fiqih

yang termuat begitu padat dalam

buku ini, apalagi semuanya merujuk

kepada Al-Qur'anul Karim dan As-

Sunnah yang mulia, berlandaskan

kondisi nyata persoalan-persoalan

umat terutama persoalan Palestina,

serta tuntutan kebutuhan yang

sangat mendesak akan isu “jihad

harta”. Sebuah isu yang terkait

dengan kemurahan hati untuk

menyumbangkan dan

mengeluarkannya untuk

mendukung jihad dan para

mujahidin. Jihad harta adalah

“saudara kandung” jihad nyawa dan

pelengkapnya. Bahkan jihad nyawa

tidak akan sempurna jika tidak

disertai jihad harta,” demikian

pujian dari Kepala Biro Politik

Hamas, Khalid Misy'al.

Dalam kunjungannya di

Indonesia, Dr Nawwaf

menyampaikan contoh-contoh yang

menyentuh tentang jihad harta.

Dalam ceramah di Masjid

Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZNAS Dewan Da'wah

Kita Juara!

Darussalam Depok, misalnya

ia menghimbau para ibu agar

menghemat belanjanya sehari

saja dalam seminggu. Uang

hasil hemat satu hari itu,

diniatkan dan ditaruh di

tempat khusus untuk rakyat

Palestina. Begitu juga bapak-

bapak diharapkan bila

membelikan pakaian atau

celana untuk anak-anaknya,

sisihkanlah uang untuk satu

anak Palestina.

”Jika mempunyai anak tiga,

maka tanamkanlah dalam diri kalian

anda mempunyai anak empat, satu

di Palestina.” Untuk para remaja

dan anak-anak, hematlah sehari

saja dalam seminggu uang jajan

yang diberikan orang tua. Uang

hasil penghematan itu dimasukkan

dalam kaleng khusus untuk anak-

anak Palestina. ”Ini bukan masalah

jumlah, tapi masalah mendidik dan

menanamkan nilai-nilai kepada

anak-anak agar mereka turut

berjihad membebaskan Palestina,”

tegas laki-laki enam anak itu.

Hukum jihad dengan harta

adalah wajib, sama seperti

kewajiban berjihad dengan nyawa,

karena jihad kedua tidak dapat

terlaksana dengan sempurna tanpa

jihad pertama. Suatu perkara yang

apabila sebuah kewajiban tidak

akan sempurna tanpa

keberadaannya, maka perkara

tersebut juga menjadi wajib. Setiap

Muslim dituntut untuk

melaksanakan kewajiban ini,

sebagaimana dia dituntut untuk

berjihad dengan nyawa. Rasulullah

Shallallahu 'alaihi Wassalam

bersabda, “Berjihadlah melawan

orang-orang musyrik dengan harta,

nyawa dan lisan kalian.” (HR Abu

Dawud).

Ibnul Qayyim berkata, “Wajib

berjihad dengan harta sama seperti

kewajiban berjihad dengan nyawa.”

Ini merupakan salah satu dari

dua pendapat Ahmad. Dan

pendapat inilah yang benar tanpa

diselubungi keraguan sedikit pun.

Perintah berjihad dengan harta

merupakan saudara kandung dan

pasangan perintah berjihad dengan

nyawa dalam Al-Qur'an, bahkan

selalu disebutkan lebih dulu

daripada jihad dengan nyawa dalam

setiap ayat yang

mencantumkannya, kecuali pada

satu ayat saja. Hal ini menunjukkan

bahwa jihad dengan harta lebih

penting dan mendesak ketimbang

jihad dengan nyawa. Tidak

diragukan lagi, jihad dengan harta

adalah salah satu dari dua jihad

yang ada, sebagaimana dinyatakan

oleh Nabi, “Siapa yang

memberangkatkan (mendanai)

orang yang berperang di jalan

Allah, berarti dia juga ikut

berperan” (HR Bukhari).

Menurut Takruri, setiap orang

yang mampu secara ekonomi wajib

berjihad dengan hartanya

sebagaimana orang yang mampu

secara fisik wajib berjihad dengan

fisiknya. Jihad fisik tidak mungkin

terlaksana tanpa ketersediaan dana.

Kemenangan dalam perang tidak

mungkin diraih tanpa pasukan dan

perbekalan. Jika tidak mungkin

memperbanyak jumlah pasukan

maka harus memperbanyak

perbekalan dan dana. Haji wajib

dikerjakan. Bagi orang yang tidak

sanggup mengerjakannya dengan

fisik, apabila dia memiliki harta,

maka kewajiban berjihad dengan

harta lebih utama dan mendesak

[daripada haji].

Ketika seorang Muslim berjihad

dengan hartanya, berarti dia telah

memenuhi seruan Allah SWT. untuk

menunaikan kewajiban tersebut.

Sebaliknya, jika malah menghindar

dan kikir, berarti dia telah

melanggar kewajiban yang

ditetapkan Allah Subhanahu

Wata'ala. dan tidak menjalankan

kewajiban semestinya, sama seperti

ketika tidak menjalankan kewajiban-

kewajiban agama lainnya.

Dalam edisi kali ini, kita

kupaskan kembali makna Fi

Sabilillah dan jihad, yang ternyata

perspektifnya sangat luas.

Semoga kita mampu

mempertahankan dan

meningkatkan predikat sebagai

Bangsa Juara Dunia

Kedermawanan.[]

Alhamdulillah,

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 7 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M6 MAN TAZAKKA

SALAMSALAM

asha Allah. Hanya dalam

Mhitungan beberapa hari,

seruan infak Ustadz

Kasyful Anwar melalui Whatsapp

(WA) mendapat respon trengginas

dari jamaah yang pernah beliau

bimbing ibadah umroh dan hajinya.

Terhimpun donasi lebih dari Rp 200

juta untuk merampungkan

pembangunan Gedung Akademi

Dakwah Indonesia (ADI) Kota Palu.

Itu baru seruan satu Ustadz dari

Dewan Dakwah.

Karenanya, kita tidak heran jika

Alhamdulillah, tahun 2018 ini

Indonesia dinobatkan sebagai

''Juara Dunia Negara Dermawan''.

Predikat ini berdasarkan laporan

2018 World Giving Index oleh

Charities Aid Foundation (CAF) yang

bermarkas di Inggris.

Tiga perilaku yang digunakan

sebagai parameter untuk mengukur

kemurahan hati bangsa adalah:

menyumbangkan uang, membantu

orang asing, dan menjadi

sukarelawan.

Presentase orang Indonesia

dalam menyumbangkan uang

sebesar 78%. Lalu presentase untuk

membantu orang asing adalah 46%.

Yang terakhir, partisipasi orang

Indonesia dalam menjadi relawan

masuk yang tertinggi di dunia

dengan presentase 53%. Skor

keseluruhan yang diperoleh

Indonesia adalah 59%.

Angka-angka prosentase

tersebut sungguh sesuai dengan

ajaran Islam, meskipun masih bisa

ditingkatkan lagi. Bahwa jihad bil

maal dalam konteks kekinian di

Indonesia memiliki kedudukan lebih

utama dibanding jihad bil anfus,

termasuk di dalamnya menjadi

relawan.

Pada awal November 2007,

Dewan Dakwah mendapat

kunjungan tokoh intelektual Hamas,

Dr Nawwaf Takruri. Ia juga Ketua

Rabithah Ulama Filistin di Suriah

dan seorang penulis ternama di

Timur Tengah.

Beberapa bukunya telah

diterjemahkan dalam bahasa

Indonesia. Salah satu bukunya yang

mendapat perhatian besar

pembaca, adalah”Al Jihad bil mal fi

sabilillah” (Dahsyatnya Jihad Harta

–terj GIP).

”Buku ini sangat berbobot, baik

isi, momentum maupun arah

pembahasannya. ..Saya sangat

menghargai materi ilmiah fiqih

yang termuat begitu padat dalam

buku ini, apalagi semuanya merujuk

kepada Al-Qur'anul Karim dan As-

Sunnah yang mulia, berlandaskan

kondisi nyata persoalan-persoalan

umat terutama persoalan Palestina,

serta tuntutan kebutuhan yang

sangat mendesak akan isu “jihad

harta”. Sebuah isu yang terkait

dengan kemurahan hati untuk

menyumbangkan dan

mengeluarkannya untuk

mendukung jihad dan para

mujahidin. Jihad harta adalah

“saudara kandung” jihad nyawa dan

pelengkapnya. Bahkan jihad nyawa

tidak akan sempurna jika tidak

disertai jihad harta,” demikian

pujian dari Kepala Biro Politik

Hamas, Khalid Misy'al.

Dalam kunjungannya di

Indonesia, Dr Nawwaf

menyampaikan contoh-contoh yang

menyentuh tentang jihad harta.

Dalam ceramah di Masjid

Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZNAS Dewan Da'wah

Kita Juara!

Darussalam Depok, misalnya

ia menghimbau para ibu agar

menghemat belanjanya sehari

saja dalam seminggu. Uang

hasil hemat satu hari itu,

diniatkan dan ditaruh di

tempat khusus untuk rakyat

Palestina. Begitu juga bapak-

bapak diharapkan bila

membelikan pakaian atau

celana untuk anak-anaknya,

sisihkanlah uang untuk satu

anak Palestina.

”Jika mempunyai anak tiga,

maka tanamkanlah dalam diri kalian

anda mempunyai anak empat, satu

di Palestina.” Untuk para remaja

dan anak-anak, hematlah sehari

saja dalam seminggu uang jajan

yang diberikan orang tua. Uang

hasil penghematan itu dimasukkan

dalam kaleng khusus untuk anak-

anak Palestina. ”Ini bukan masalah

jumlah, tapi masalah mendidik dan

menanamkan nilai-nilai kepada

anak-anak agar mereka turut

berjihad membebaskan Palestina,”

tegas laki-laki enam anak itu.

Hukum jihad dengan harta

adalah wajib, sama seperti

kewajiban berjihad dengan nyawa,

karena jihad kedua tidak dapat

terlaksana dengan sempurna tanpa

jihad pertama. Suatu perkara yang

apabila sebuah kewajiban tidak

akan sempurna tanpa

keberadaannya, maka perkara

tersebut juga menjadi wajib. Setiap

Muslim dituntut untuk

melaksanakan kewajiban ini,

sebagaimana dia dituntut untuk

berjihad dengan nyawa. Rasulullah

Shallallahu 'alaihi Wassalam

bersabda, “Berjihadlah melawan

orang-orang musyrik dengan harta,

nyawa dan lisan kalian.” (HR Abu

Dawud).

Ibnul Qayyim berkata, “Wajib

berjihad dengan harta sama seperti

kewajiban berjihad dengan nyawa.”

Ini merupakan salah satu dari

dua pendapat Ahmad. Dan

pendapat inilah yang benar tanpa

diselubungi keraguan sedikit pun.

Perintah berjihad dengan harta

merupakan saudara kandung dan

pasangan perintah berjihad dengan

nyawa dalam Al-Qur'an, bahkan

selalu disebutkan lebih dulu

daripada jihad dengan nyawa dalam

setiap ayat yang

mencantumkannya, kecuali pada

satu ayat saja. Hal ini menunjukkan

bahwa jihad dengan harta lebih

penting dan mendesak ketimbang

jihad dengan nyawa. Tidak

diragukan lagi, jihad dengan harta

adalah salah satu dari dua jihad

yang ada, sebagaimana dinyatakan

oleh Nabi, “Siapa yang

memberangkatkan (mendanai)

orang yang berperang di jalan

Allah, berarti dia juga ikut

berperan” (HR Bukhari).

Menurut Takruri, setiap orang

yang mampu secara ekonomi wajib

berjihad dengan hartanya

sebagaimana orang yang mampu

secara fisik wajib berjihad dengan

fisiknya. Jihad fisik tidak mungkin

terlaksana tanpa ketersediaan dana.

Kemenangan dalam perang tidak

mungkin diraih tanpa pasukan dan

perbekalan. Jika tidak mungkin

memperbanyak jumlah pasukan

maka harus memperbanyak

perbekalan dan dana. Haji wajib

dikerjakan. Bagi orang yang tidak

sanggup mengerjakannya dengan

fisik, apabila dia memiliki harta,

maka kewajiban berjihad dengan

harta lebih utama dan mendesak

[daripada haji].

Ketika seorang Muslim berjihad

dengan hartanya, berarti dia telah

memenuhi seruan Allah SWT. untuk

menunaikan kewajiban tersebut.

Sebaliknya, jika malah menghindar

dan kikir, berarti dia telah

melanggar kewajiban yang

ditetapkan Allah Subhanahu

Wata'ala. dan tidak menjalankan

kewajiban semestinya, sama seperti

ketika tidak menjalankan kewajiban-

kewajiban agama lainnya.

Dalam edisi kali ini, kita

kupaskan kembali makna Fi

Sabilillah dan jihad, yang ternyata

perspektifnya sangat luas.

Semoga kita mampu

mempertahankan dan

meningkatkan predikat sebagai

Bangsa Juara Dunia

Kedermawanan.[]

Alhamdulillah,

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M8 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 9 MAN TAZAKKA

sya pada Ahad (5/8) itu rupanya jadi shalat terakhir

INy Halimah. Gempa dahsyat skala 7 SR di Lombok

Utara meruntuhkan atap rumahnya, menimbun

nenek solehah. Warga Desa Karang Dese, Kec Tanjung,

Lombok Utara, itupun wafat. Innalillahi….

Ny Halimah adalah nenek dari Abdul Aziz Ibrahim,

mahasiswa semester VI Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah

(STID) M Natsir, Tambun, Jawa Barat.

Menurut Direktur Pesantren Mahasiswa STID M

Natsir, Ustadz Imam Taufik, selain Ibrahim ada

beberapa mahasiswanya asal NTB. Baik dari Lombok

Barat, tengah, Timur, maupun Lombok Utara.

''Tak lama setelah gempa besar Lombok Minggu

petang, kami kumpulkan semua mahasiswa asal NTB.

Mereka kami fasilitasi untuk menghubungi keluarga

masing-masing,'' ungkap Taufik.

Setelah berhasil berkomunikasi, para mahasiswa

berdoa dalam syahdu kesedihan. Ada yang neneknya

gugur, keluarganya mengungsi ke bukit, dan rata-rata

rumah mereka hancur lebur.

''Rumah keluarga mahasiswa Sarniman, Ritajib, serta

Dosen STID Ustadz Madeni dan Suhaidi, hancur total.

Rata dengan tanah,'' ungkap Taufik.

Hingga masa tanggap darurat gempa Lombok, STID

M Natsir memberikan fasilitas komunikasi bagi para

mahasiswa asal ''Pulau Seribu Mesjid''. Baik sambungan

kantor maupun privat.

Bekerjasama dengan Posko LAZNAS Dewan Dakwah,

kampus pengkaderan da'i pedalaman Dewan Dakwah

itu berupaya memberikan informasi perkembangan

terkini dari lokasi.

Beroperasi sejak 1 Agustus 2018, posko utama

LAZNAS Dewan Dakwah berada di Pondok Pesantren

Baabul Mujahidin di Dusun Bayan Barat, Desa Bayan

Beleq, Kec Bayan, Kab Lombok Utara.

Program posko meliputi: Inventarisasi dan

pengamanan Masjid, Penyelenggaraan Dapur Umum,

Dropping Tandon dan Air Bersih, Layanan Kesehatan,

Distribusi paket makanan siap santap, Trauma Healing

berbasis spiritual, dan penyelenggaraan Sekolah Hatiku

Senang untuk anak-anak pengungsi.

''Sesuai kemampuan kami, program-program

tersebut diprioritaskan untuk warga Desa Bayan Beleq,

Senaru, dan Desa Mumbul Sari di Kec Bayan. Ratusan

keluarga dari dusun-dusun di desa itu mengungsi di

tempat tinggi dan menjauhi bangunan. Gempa susulan

terus terjadi,'' papar Agung Gumelar, Manager Program

LAZNAS Dewan Dakwah.

Tim Laznas Dewan Dakwah terus mendampingi

warga dan melayani kebutuhannya. Posko kemudian

diperkuat dengan tim-tim berikutnya secara bergantian.

Truk Bantuan

Dakta Media Network melalui Dakta Peduli bersama

Tata Motors dan Dewan Dakwah melepas truk armada

kemanusiaan yang membawa bantuan logistik bagi

korban gempa Lombok dari halaman Dealer Tata

Motors, Kramat Raya, Jakarta Pusat pada Senin (27/08).

“Bencana Lombok mengakibatkan dampak

kerusakan yang sangat signifikan bagi kehidupan

masyarakat disana,” ujar Direktur Utama Dakta Media

Network, Andi Kosala dalam sambutannya.

Ia menambahkan, “Dakta Peduli membuat secara

rutin kegiatan kemanusiaan. Kami mengumpulkan

sumbangan dana dan fisik (red. barang). Di lapangan

kami bertemu dengan LAZNAS Dewan Da'wah yang

sudah berjuang banyak.”

“Terkumpul dana 200 juta rupiah dari pendengar

Radio Dakta. 50 juta dibelikan barang barang bantuan.

150 juta untuk memperbaiki fasilitas mushola dan

masjid dengan berkolaborasi dengan LAZNAS Dewan

Da'wah,” ungkap Andi.

“Alhamdulillah kami juga mendapatkan support

yang begitu besar dari Tata Motors dan Dewan Dakwah

sehingga sinergitas yang terbentuk dari kami ini

diharapkan berkelanjutan karena penanganan korban

gempa Lombok ini tidak cukup satu dua kali,”

imbuhnya.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,

Ustadz Muhammad Sidik juga mengapresiasi truk

bantuan kemanusiaan yang diinisiasi oleh Dakta Peduli

ini. Menurutnya, hal ini sejalan dengan program mereka

KABAR KABAR

Truk dan TrainingKepedulian ke Lombok

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M8 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 9 MAN TAZAKKA

sya pada Ahad (5/8) itu rupanya jadi shalat terakhir

INy Halimah. Gempa dahsyat skala 7 SR di Lombok

Utara meruntuhkan atap rumahnya, menimbun

nenek solehah. Warga Desa Karang Dese, Kec Tanjung,

Lombok Utara, itupun wafat. Innalillahi….

Ny Halimah adalah nenek dari Abdul Aziz Ibrahim,

mahasiswa semester VI Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah

(STID) M Natsir, Tambun, Jawa Barat.

Menurut Direktur Pesantren Mahasiswa STID M

Natsir, Ustadz Imam Taufik, selain Ibrahim ada

beberapa mahasiswanya asal NTB. Baik dari Lombok

Barat, tengah, Timur, maupun Lombok Utara.

''Tak lama setelah gempa besar Lombok Minggu

petang, kami kumpulkan semua mahasiswa asal NTB.

Mereka kami fasilitasi untuk menghubungi keluarga

masing-masing,'' ungkap Taufik.

Setelah berhasil berkomunikasi, para mahasiswa

berdoa dalam syahdu kesedihan. Ada yang neneknya

gugur, keluarganya mengungsi ke bukit, dan rata-rata

rumah mereka hancur lebur.

''Rumah keluarga mahasiswa Sarniman, Ritajib, serta

Dosen STID Ustadz Madeni dan Suhaidi, hancur total.

Rata dengan tanah,'' ungkap Taufik.

Hingga masa tanggap darurat gempa Lombok, STID

M Natsir memberikan fasilitas komunikasi bagi para

mahasiswa asal ''Pulau Seribu Mesjid''. Baik sambungan

kantor maupun privat.

Bekerjasama dengan Posko LAZNAS Dewan Dakwah,

kampus pengkaderan da'i pedalaman Dewan Dakwah

itu berupaya memberikan informasi perkembangan

terkini dari lokasi.

Beroperasi sejak 1 Agustus 2018, posko utama

LAZNAS Dewan Dakwah berada di Pondok Pesantren

Baabul Mujahidin di Dusun Bayan Barat, Desa Bayan

Beleq, Kec Bayan, Kab Lombok Utara.

Program posko meliputi: Inventarisasi dan

pengamanan Masjid, Penyelenggaraan Dapur Umum,

Dropping Tandon dan Air Bersih, Layanan Kesehatan,

Distribusi paket makanan siap santap, Trauma Healing

berbasis spiritual, dan penyelenggaraan Sekolah Hatiku

Senang untuk anak-anak pengungsi.

''Sesuai kemampuan kami, program-program

tersebut diprioritaskan untuk warga Desa Bayan Beleq,

Senaru, dan Desa Mumbul Sari di Kec Bayan. Ratusan

keluarga dari dusun-dusun di desa itu mengungsi di

tempat tinggi dan menjauhi bangunan. Gempa susulan

terus terjadi,'' papar Agung Gumelar, Manager Program

LAZNAS Dewan Dakwah.

Tim Laznas Dewan Dakwah terus mendampingi

warga dan melayani kebutuhannya. Posko kemudian

diperkuat dengan tim-tim berikutnya secara bergantian.

Truk Bantuan

Dakta Media Network melalui Dakta Peduli bersama

Tata Motors dan Dewan Dakwah melepas truk armada

kemanusiaan yang membawa bantuan logistik bagi

korban gempa Lombok dari halaman Dealer Tata

Motors, Kramat Raya, Jakarta Pusat pada Senin (27/08).

“Bencana Lombok mengakibatkan dampak

kerusakan yang sangat signifikan bagi kehidupan

masyarakat disana,” ujar Direktur Utama Dakta Media

Network, Andi Kosala dalam sambutannya.

Ia menambahkan, “Dakta Peduli membuat secara

rutin kegiatan kemanusiaan. Kami mengumpulkan

sumbangan dana dan fisik (red. barang). Di lapangan

kami bertemu dengan LAZNAS Dewan Da'wah yang

sudah berjuang banyak.”

“Terkumpul dana 200 juta rupiah dari pendengar

Radio Dakta. 50 juta dibelikan barang barang bantuan.

150 juta untuk memperbaiki fasilitas mushola dan

masjid dengan berkolaborasi dengan LAZNAS Dewan

Da'wah,” ungkap Andi.

“Alhamdulillah kami juga mendapatkan support

yang begitu besar dari Tata Motors dan Dewan Dakwah

sehingga sinergitas yang terbentuk dari kami ini

diharapkan berkelanjutan karena penanganan korban

gempa Lombok ini tidak cukup satu dua kali,”

imbuhnya.

Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,

Ustadz Muhammad Sidik juga mengapresiasi truk

bantuan kemanusiaan yang diinisiasi oleh Dakta Peduli

ini. Menurutnya, hal ini sejalan dengan program mereka

KABAR KABAR

Truk dan TrainingKepedulian ke Lombok

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M10 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 11 MAN TAZAKKA

yang fokus di bidang kemanusiaan.

“Karena kami mengetahui jika negara ini memang

rawan dengan bencana alam. Maka dari itu, Dewan

Dakwah telah melakukan bantuan kemanusiaan hingga

ke pelosok tanah air. Dan bantuan ini sejalan dengan

program kami,” tuturnya.

Armada truk kemanusiaan ini dilepas langsung oleh

Andi Kosala, Ustadz Muhammad Sidik, dan Presiden

Direktur Tata Motors Indonesia, Biswadev Singupta.

Turut dalam perjalanan Jakarta-Lombok selama tiga

hari dua malam itu, relawan mandiri LAZNAS Dewan

Dakwah Ustadz M Rais Ramli. Sambil menahan sakit

radang leher akibat udara dingin dan kurang tidur,

pengasuh pondok pesantren di Jogja itu mengabdikan

diri selama tiga pekan di Lombok.

Trauma Healing

Untuk membantu pemulihan psikologi warga

Lombok yang beberapa kali diguncang gempa bumi,

Radio Dakta melalui Dakta Peduli menyelenggarakan

pelatihan Dai Tanggap Bencana di Masjid Nurul Falah,

Karang Puluh, Rembige, Mataram, Lombok, NTB pada

Selasa (11/9).

Bekerjasama dengan Dewan Dakwah Nusa Tenggara

Barat (NTB), para dai dibekali

dengan materi khusus untuk

penanganan dan perencanaan

pasca gempa Lombok.

"Alhamdulillah Ada sekitar 70

dai yang antusias mengikuti

pelatihan ini, dan meraka semua

rata-rata berasal dari Lombok Utara

di mana pusat terjadinya gempa.

Jadi mereka merasakan sekali

wilayahnya diguncang gempa yang

cukup besar," kata Ketua Pelaksana

Dauroh, Ustadz Muhammad

Mukhlish, saat dihubungi Selasa

(11/9).

Materi pelatihan disampaikan

Asep Haerul Gani dari Komunitas Alumni Psikologi

Universitas Indonesia.

Melalui pelatihan ini, para dai di NTB diharapkan

mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat

kepada warga di pengungsian untuk membantu

pemulihan setelah mengalami trauma akibat bencana

gempa.

"Kami berkomitmen melalui pelatihan ini, Dewan

Dakwah NTB ke depannya mampu menerapkannya di

tengah-tengah para pengungsi yang mengalami

traumatis. Para dai diharapkan mampu mempersiapkan

diri dengan pembekalan yang telah diberikan, sehingga

dapat memahami masyarakat baik fisik maupun

nonfisik," jelasnya.

Ia menyampaikan, selain mendistribusikan bantuan

logistik, Dewan Dakwah NTB saat itu juga fokus

terhadap rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa

dengan mengutamakan pembangunan hunian

sementara (Huntara) untuk keluarga dai dan mushola-

mushola sementara.

"Proses distribusi memang belum maksimal karena

masih banyak wilayah yang belum tersentuh. Maka itu

yang menjadi upaya kami, apalagi saat ini sedang

peralihan cuaca dari kemarau ke penghujan sehingga

kita masih membutuhkan bantuan seperti terpal dan

lainnya," pungkasnya.[]

KABAR KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M10 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 11 MAN TAZAKKA

yang fokus di bidang kemanusiaan.

“Karena kami mengetahui jika negara ini memang

rawan dengan bencana alam. Maka dari itu, Dewan

Dakwah telah melakukan bantuan kemanusiaan hingga

ke pelosok tanah air. Dan bantuan ini sejalan dengan

program kami,” tuturnya.

Armada truk kemanusiaan ini dilepas langsung oleh

Andi Kosala, Ustadz Muhammad Sidik, dan Presiden

Direktur Tata Motors Indonesia, Biswadev Singupta.

Turut dalam perjalanan Jakarta-Lombok selama tiga

hari dua malam itu, relawan mandiri LAZNAS Dewan

Dakwah Ustadz M Rais Ramli. Sambil menahan sakit

radang leher akibat udara dingin dan kurang tidur,

pengasuh pondok pesantren di Jogja itu mengabdikan

diri selama tiga pekan di Lombok.

Trauma Healing

Untuk membantu pemulihan psikologi warga

Lombok yang beberapa kali diguncang gempa bumi,

Radio Dakta melalui Dakta Peduli menyelenggarakan

pelatihan Dai Tanggap Bencana di Masjid Nurul Falah,

Karang Puluh, Rembige, Mataram, Lombok, NTB pada

Selasa (11/9).

Bekerjasama dengan Dewan Dakwah Nusa Tenggara

Barat (NTB), para dai dibekali

dengan materi khusus untuk

penanganan dan perencanaan

pasca gempa Lombok.

"Alhamdulillah Ada sekitar 70

dai yang antusias mengikuti

pelatihan ini, dan meraka semua

rata-rata berasal dari Lombok Utara

di mana pusat terjadinya gempa.

Jadi mereka merasakan sekali

wilayahnya diguncang gempa yang

cukup besar," kata Ketua Pelaksana

Dauroh, Ustadz Muhammad

Mukhlish, saat dihubungi Selasa

(11/9).

Materi pelatihan disampaikan

Asep Haerul Gani dari Komunitas Alumni Psikologi

Universitas Indonesia.

Melalui pelatihan ini, para dai di NTB diharapkan

mampu mengimplementasikan ilmu yang didapat

kepada warga di pengungsian untuk membantu

pemulihan setelah mengalami trauma akibat bencana

gempa.

"Kami berkomitmen melalui pelatihan ini, Dewan

Dakwah NTB ke depannya mampu menerapkannya di

tengah-tengah para pengungsi yang mengalami

traumatis. Para dai diharapkan mampu mempersiapkan

diri dengan pembekalan yang telah diberikan, sehingga

dapat memahami masyarakat baik fisik maupun

nonfisik," jelasnya.

Ia menyampaikan, selain mendistribusikan bantuan

logistik, Dewan Dakwah NTB saat itu juga fokus

terhadap rekonstruksi dan rehabilitasi pasca gempa

dengan mengutamakan pembangunan hunian

sementara (Huntara) untuk keluarga dai dan mushola-

mushola sementara.

"Proses distribusi memang belum maksimal karena

masih banyak wilayah yang belum tersentuh. Maka itu

yang menjadi upaya kami, apalagi saat ini sedang

peralihan cuaca dari kemarau ke penghujan sehingga

kita masih membutuhkan bantuan seperti terpal dan

lainnya," pungkasnya.[]

KABAR KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M12 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 13 MAN TAZAKKA

KABAR

uluhan Da'i Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah

P(STID) Mohammad Natsir ditempatkan di

sejumlah wilayah Sulawesi Tengah dalam rangka

menjalankan tugas dakwah untuk membimbing warga,

terutama dalam hal akidah dan ibadah.

“Kurang lebih ada 20 Da'i yang terdiri dari beberapa

kategori. Ada yang akan menjalankan dakwah selama 1

tahun pengabdian. Ada pula sebagian Da'i yang

melanjutkan karena mendapatkan tugas kembali,” papar

Ahmad Misbahul Anam, Ketua Bidang Dakwah Dewan

Da'wah Islamiyah Indonesia, Senin (29/10) dari Palu,

Sulteng.

“Selain itu, beberapa Da'i yang sudah pulang ke

kampung halaman pun kembali lagi untuk merawat

aset-aset dakwah di Sulawesi Tengah ini,” imbuhnya.

Da'i ditempatkan di Kota Palu, Kab Sigi, Morowalu,

Touna, dan Kab Donggala. Sebagian besar Da'i

difokuskan pada wilayah terdampak gempa dan

tsunami. Hal ini diperlukan mengingat kondiri warga

pascabencana yang membutuhkan bimbingan dari segi

ruhiyah/spiritualitas untuk ikhlas menerima cobaan dan

bangkit dengan sprit keislaman.

Kehadiran Da'i juga akan memperkuat program

Laznas Dewan Da'wah dalam melakukan rehabilitasi

terhadap kondisi penyintas Sulteng.

Menurut Misbahul Anam, ada 2 tugas utama Da'i di

Sulteng. Pertama, mendampingi dan membimbing

warga. Kedua, menghidupkan Masjid atau Langgar. Hal

ini disebabkan warga tidak sholat di Masjid karena tidak

ada imam untuk memimpin shalat.

“Sebenarnya mereka mau ibadah, tapi engga ada

Da'i yang mendampangi. Harapannya kini dengan ada

Da'i dapat menghidupkan kembali Masjid dan pengajian

Al-Qura'n untuk warga setempat, terutama anak-anak,”

jelas Misbahul dalam wawancaranya kepada tim Laznas

Dewan Da'wah.

Untuk menambah bekal para dai, LAZNAS Dewan

Da'wah selenggarakan Dauroh Dakwah dan

Kemanusiaan. Acara ini digelar di Masjid Al-Furqon

Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Kelurahan Tondo,

Kecamatan Mantikulore, Kota Palu pada Ahad (28/10).

Dengan tagline Menanggulangi Bencana Tanpa

Menambah Bencana, dauroh ini diikuti 40 peserta.

Mereka merupakan relawan Dewan Da'wah Pusat dan

Daerah, Da'i warga lokal, relawan santri Darul Ilmi Jawa

Tengah, serta Da'i alumnus STID M Natsir, baik yang

memulai pengabdian dakwah maupun yang telah

alumnus.

Dauroh dibuka Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah,

Avid Solihin. Materi lainnya diberikan Ketua Bidang

Dakwah Dewan Da'wah Ahmad

Misbahul Anam, Ustadz Kasyful

Anwar, dan Oma Rahmat serta

pembicara dari Gerakan Ahlus

Sunnah Malaysia Ustadz Shofwan

Badrie.

Sebelumnya, acara serupa

telah digelar di LEC Bukti Baruga

Antang, Makassar, Sulawesi

Selatan pada Sabtu (27/10). Acara

yang diikuti seratusan peserta ini

diselenggarakan melalui

kerjasama antara Laznas Dewan

Da'wah Pusat, Dewan Da'wah

Sulawesi Selatan dan Yayasan Haji

Kalla.

Para peserta merupakan Da'i

dan mahasiswa aktifis Sulawesi

Selatan.

Mengusung tema Tanggulangi

Bencana Tanpa Menambah Bencana, dauroh ini

mempersiapkan para relawan lokal untuk layani

penyintas bencana di Sulawesi Tengah yang sebagian

berada di Sulawesi Selatan. “Peserta terseleksi akan

menjadi Relawan Posko Laznas Dewan Dakwah dan

Yayasan Haji Kalla di Makassar dan Palu,” tutur

Purnama, pengurus Dewan Dakwah Sulawesi Selatan.[]

KABAR

Dai Pasca Bencana

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M12 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 13 MAN TAZAKKA

KABAR

uluhan Da'i Alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah

P(STID) Mohammad Natsir ditempatkan di

sejumlah wilayah Sulawesi Tengah dalam rangka

menjalankan tugas dakwah untuk membimbing warga,

terutama dalam hal akidah dan ibadah.

“Kurang lebih ada 20 Da'i yang terdiri dari beberapa

kategori. Ada yang akan menjalankan dakwah selama 1

tahun pengabdian. Ada pula sebagian Da'i yang

melanjutkan karena mendapatkan tugas kembali,” papar

Ahmad Misbahul Anam, Ketua Bidang Dakwah Dewan

Da'wah Islamiyah Indonesia, Senin (29/10) dari Palu,

Sulteng.

“Selain itu, beberapa Da'i yang sudah pulang ke

kampung halaman pun kembali lagi untuk merawat

aset-aset dakwah di Sulawesi Tengah ini,” imbuhnya.

Da'i ditempatkan di Kota Palu, Kab Sigi, Morowalu,

Touna, dan Kab Donggala. Sebagian besar Da'i

difokuskan pada wilayah terdampak gempa dan

tsunami. Hal ini diperlukan mengingat kondiri warga

pascabencana yang membutuhkan bimbingan dari segi

ruhiyah/spiritualitas untuk ikhlas menerima cobaan dan

bangkit dengan sprit keislaman.

Kehadiran Da'i juga akan memperkuat program

Laznas Dewan Da'wah dalam melakukan rehabilitasi

terhadap kondisi penyintas Sulteng.

Menurut Misbahul Anam, ada 2 tugas utama Da'i di

Sulteng. Pertama, mendampingi dan membimbing

warga. Kedua, menghidupkan Masjid atau Langgar. Hal

ini disebabkan warga tidak sholat di Masjid karena tidak

ada imam untuk memimpin shalat.

“Sebenarnya mereka mau ibadah, tapi engga ada

Da'i yang mendampangi. Harapannya kini dengan ada

Da'i dapat menghidupkan kembali Masjid dan pengajian

Al-Qura'n untuk warga setempat, terutama anak-anak,”

jelas Misbahul dalam wawancaranya kepada tim Laznas

Dewan Da'wah.

Untuk menambah bekal para dai, LAZNAS Dewan

Da'wah selenggarakan Dauroh Dakwah dan

Kemanusiaan. Acara ini digelar di Masjid Al-Furqon

Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia, Kelurahan Tondo,

Kecamatan Mantikulore, Kota Palu pada Ahad (28/10).

Dengan tagline Menanggulangi Bencana Tanpa

Menambah Bencana, dauroh ini diikuti 40 peserta.

Mereka merupakan relawan Dewan Da'wah Pusat dan

Daerah, Da'i warga lokal, relawan santri Darul Ilmi Jawa

Tengah, serta Da'i alumnus STID M Natsir, baik yang

memulai pengabdian dakwah maupun yang telah

alumnus.

Dauroh dibuka Wakil Ketua Umum Dewan Da'wah,

Avid Solihin. Materi lainnya diberikan Ketua Bidang

Dakwah Dewan Da'wah Ahmad

Misbahul Anam, Ustadz Kasyful

Anwar, dan Oma Rahmat serta

pembicara dari Gerakan Ahlus

Sunnah Malaysia Ustadz Shofwan

Badrie.

Sebelumnya, acara serupa

telah digelar di LEC Bukti Baruga

Antang, Makassar, Sulawesi

Selatan pada Sabtu (27/10). Acara

yang diikuti seratusan peserta ini

diselenggarakan melalui

kerjasama antara Laznas Dewan

Da'wah Pusat, Dewan Da'wah

Sulawesi Selatan dan Yayasan Haji

Kalla.

Para peserta merupakan Da'i

dan mahasiswa aktifis Sulawesi

Selatan.

Mengusung tema Tanggulangi

Bencana Tanpa Menambah Bencana, dauroh ini

mempersiapkan para relawan lokal untuk layani

penyintas bencana di Sulawesi Tengah yang sebagian

berada di Sulawesi Selatan. “Peserta terseleksi akan

menjadi Relawan Posko Laznas Dewan Dakwah dan

Yayasan Haji Kalla di Makassar dan Palu,” tutur

Purnama, pengurus Dewan Dakwah Sulawesi Selatan.[]

KABAR

Dai Pasca Bencana

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M14 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 15 MAN TAZAKKA

KABAR

etua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia,

KDrs Mohammad Siddik, MA, mendatangi

sejumlah daerah terdampak gempa dan tsunami

di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu-

Senen (13-15/10).

Bersama tim LAZNAS Dewan Da'wah, ia meninjau

langsung kondisi penyintas bencana di Kelurahan

Petobo dan Perumnas Balaroa yang dilantakkan gempa

dan pergerakan tanah likuifaksi, serta Pantai Talise yang

disapu tsunami akhir September lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Siddik berkunjung ke

Posko Masjid Al-Furqan Dewan Da'wah Sulawesi

Tengah di Tondo, Kec Mantikuore, Kota Palu. Di sini, ia

meresmikan fasilitas MCK darurat bagi para pengungsi.

Siddik pun meninjau gedung Akademi Dakwah

Indonesia (ADI) yang masih 60% dan sebagian

terdampak gempa.

Insya Allah, pembangunan Gedung ADI segera

dirampungkan dengan donasi dari jamaah alumni haji

dan umroh Hudaya Safari yang dibimbing Ustadz

Kasyful Anwar.

Siddik yang juga pernah menjadi direktur LAZIS

Dewan Da'wah tahun 2002-2009 ini sempat menyapa

dan bercerita kepada anak-anak korban bencana yang

mengikuti Program Sekolah Hatiku Senang di Lapangan

Kompas, Tondo.

''Nabi Muhammad SAW itu semasa kecilnya juga

hidup menderita, yatim-piatu, namun selalu membantu

teman-temannya,'' Siddik menyuntikkan motivasi pada

anak-anak agar ringan tangan dalam keadaan susah

sekalipun.

Dalam kunjungan ini, Ketum Dewan Da'wah

didampingi Ketua LAZNAS Dewan Dakwah H Ade

Salamun, Ketua Dewan Da'wah Sulawesi Tengah Irfan

Hakim beserta beberapa pengurusnya, Relawan Dewan

Da'wah Kab Touna, dan relawan SHS dari PII (Pelajar

Islam Indonesia) Sulteng.

Tak lupa, Ketum bersilaturahim kepada Pimpinan

Perguruan Islam Al Khairaat, Habib Segaf bin

Muhammad Al-Jufri di kediamannya. Pertemuan

tersebut diantaranya membicarakan keberadaan dan

program posko LAZNAS Dewan Da'wah di sejumlah titik

terdampak bencana.

Siddik menyerukan agar pemerintah bersama

masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu

melakukan muhasabah, taubat, dan perbaikan ke

depannya. Jadikan bencana besar yang menimpa

Sulteng sebagai momen terbaik untuk bermuhasabah.

“Mari kita bangun Sulteng ini berlandaskan iman dan

taqwa,” pesan Siddik di sela-sela silaturrahim ke Al-

Khiraat pada Senin (15/10).

Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah

Indonesia juga telah mengunjungi pengungsi dan

relawan di beberapa lokasi di Lombok, Nusa Tenggara

Barat (NTB), Sabtu (18/8/2018).

Dalam kunjungan tersebut, Ustadz Siddik beserta

Ustadz Syauri Halimi dan Ketua Laznas Dewan Dakwah

H Ade Salamun, beranjangsana ke Ketua Dewan

Dakwah NTB, TGH Muharrar Mahfudz, di Ponpes Nurul

Hakim, Kediri, Lombok Barat.

Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan

mengunjungi posko utama LAZNAS Dewan Da'wah di

Rembiga, Kota Mataram dan posko pengungsian di

Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kec. Pemenang serta

Dusun Bayan Barat, Desa Bayan Blee, Kec Bayan.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Dewan

KABAR

Ketum Dewan Da'wah

Kunjungi Lombok dan Palu

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M14 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 15 MAN TAZAKKA

KABAR

etua Umum Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia,

KDrs Mohammad Siddik, MA, mendatangi

sejumlah daerah terdampak gempa dan tsunami

di Palu, Donggala, dan Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu-

Senen (13-15/10).

Bersama tim LAZNAS Dewan Da'wah, ia meninjau

langsung kondisi penyintas bencana di Kelurahan

Petobo dan Perumnas Balaroa yang dilantakkan gempa

dan pergerakan tanah likuifaksi, serta Pantai Talise yang

disapu tsunami akhir September lalu.

Dalam kesempatan tersebut, Siddik berkunjung ke

Posko Masjid Al-Furqan Dewan Da'wah Sulawesi

Tengah di Tondo, Kec Mantikuore, Kota Palu. Di sini, ia

meresmikan fasilitas MCK darurat bagi para pengungsi.

Siddik pun meninjau gedung Akademi Dakwah

Indonesia (ADI) yang masih 60% dan sebagian

terdampak gempa.

Insya Allah, pembangunan Gedung ADI segera

dirampungkan dengan donasi dari jamaah alumni haji

dan umroh Hudaya Safari yang dibimbing Ustadz

Kasyful Anwar.

Siddik yang juga pernah menjadi direktur LAZIS

Dewan Da'wah tahun 2002-2009 ini sempat menyapa

dan bercerita kepada anak-anak korban bencana yang

mengikuti Program Sekolah Hatiku Senang di Lapangan

Kompas, Tondo.

''Nabi Muhammad SAW itu semasa kecilnya juga

hidup menderita, yatim-piatu, namun selalu membantu

teman-temannya,'' Siddik menyuntikkan motivasi pada

anak-anak agar ringan tangan dalam keadaan susah

sekalipun.

Dalam kunjungan ini, Ketum Dewan Da'wah

didampingi Ketua LAZNAS Dewan Dakwah H Ade

Salamun, Ketua Dewan Da'wah Sulawesi Tengah Irfan

Hakim beserta beberapa pengurusnya, Relawan Dewan

Da'wah Kab Touna, dan relawan SHS dari PII (Pelajar

Islam Indonesia) Sulteng.

Tak lupa, Ketum bersilaturahim kepada Pimpinan

Perguruan Islam Al Khairaat, Habib Segaf bin

Muhammad Al-Jufri di kediamannya. Pertemuan

tersebut diantaranya membicarakan keberadaan dan

program posko LAZNAS Dewan Da'wah di sejumlah titik

terdampak bencana.

Siddik menyerukan agar pemerintah bersama

masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu

melakukan muhasabah, taubat, dan perbaikan ke

depannya. Jadikan bencana besar yang menimpa

Sulteng sebagai momen terbaik untuk bermuhasabah.

“Mari kita bangun Sulteng ini berlandaskan iman dan

taqwa,” pesan Siddik di sela-sela silaturrahim ke Al-

Khiraat pada Senin (15/10).

Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Da'wah Islamiyah

Indonesia juga telah mengunjungi pengungsi dan

relawan di beberapa lokasi di Lombok, Nusa Tenggara

Barat (NTB), Sabtu (18/8/2018).

Dalam kunjungan tersebut, Ustadz Siddik beserta

Ustadz Syauri Halimi dan Ketua Laznas Dewan Dakwah

H Ade Salamun, beranjangsana ke Ketua Dewan

Dakwah NTB, TGH Muharrar Mahfudz, di Ponpes Nurul

Hakim, Kediri, Lombok Barat.

Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan

mengunjungi posko utama LAZNAS Dewan Da'wah di

Rembiga, Kota Mataram dan posko pengungsian di

Dusun Mentigi, Desa Malaka, Kec. Pemenang serta

Dusun Bayan Barat, Desa Bayan Blee, Kec Bayan.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Dewan

KABAR

Ketum Dewan Da'wah

Kunjungi Lombok dan Palu

i Inaaa, aii dataaang,” teriak girang seorang

Abocah memberitahu emaknya kehadiran truk

tangki Air buat Sedulur LAZNAS Dewan

Da'wah di Dusun Oma Seguar, Desa Senaru, Kecamatan

Bayan, Kab. Lombok Utara.

Si bocah berkulit gelap bertubuh subur mengenakan

celana pendek itu mengangkat kedua tangannya tinggi-

tinggi, melambai ke arah tenda beralas tikar purun. Ia

lalu berlari sumringah menuju truk tangki air yang

langganan datang.

Yang membuat cerah wajah anak kecil di sore itu

lantaran bak mandinya akan terisi kembali. Kesempatan

bagi Ia, Ayah, Ibu, dan ratusan warga Dusun Oma

Seguar lain untuk bisa mandi lagi. Dengan segera,

warga mengantrekan dirigennya untuk dapat terisi air.

Kegembiraan anak tersebut hanyalah satu dari sekian

ribu wajah keluarga Lombok yang menerima manfaat

Program Air buat Sedulur. Pasalnya, di musim kering,

lebih dari satu bulan terakhir air tak kunjung mengaliri

pipa dan kran mereka. Sekiranya ada sumber air sangat

jauh dari jangkauan warga.

Akhir Juli 2018, gempa kekuatan dahsyat 6.4 SR yang

diikuti lebih dari 1000 kali gempa setelahnya

menyebabkan tanah longsor dan beberapa pohon

Air untuk LombokTiga Juta Liter

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M16 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 17 MAN TAZAKKA

KABARKABAR

Da'wah berdialog dan memberikan bantuan kepada

warga pengungsi. Ia juga mengajak kepada masyarakat

untuk merenungkan sebab Allah Swt mendatangkan

gempa bumi di daerah julukan Pulau Seribu Masjid itu.

“Biasanya karena kita jarang berdoa, jarang istighfar,

kurang ibadah, dan kurang bersyukur. Ada juga dosa

yang dilakukan orang lain dan berimbas kepada kita,”

ujar Ustadz Siddik di hadapan warga Mentigi.

“Wallahu A'lam kita tidak tau persis apa sebabnya.

Tapi inilah hukum dan peringatan Allah agar kita lebih

bersyukur dan bertaqwa,” sambungnya.

Siddik mengingatkan kepada masyarakat bahwa

kejadian gempa bumi beberapa waktu lalu merupakan

peringatan dari Allah SWT agar manusia lebih

meningkatkan kualitas keimanannya.

“Jadi semua ini tidak datang begitu saja, semua

kejadian tidak datang secara kebetulan. Ada hikmah di

setiap kejadian yang Allah tunjukkan. Kita ambil

hikmahnya untuk lebih bersyukur serta berikhtiar untuk

kembali memperbaiki (tempat tinggal),” tuturnya.[]

i Inaaa, aii dataaang,” teriak girang seorang

Abocah memberitahu emaknya kehadiran truk

tangki Air buat Sedulur LAZNAS Dewan

Da'wah di Dusun Oma Seguar, Desa Senaru, Kecamatan

Bayan, Kab. Lombok Utara.

Si bocah berkulit gelap bertubuh subur mengenakan

celana pendek itu mengangkat kedua tangannya tinggi-

tinggi, melambai ke arah tenda beralas tikar purun. Ia

lalu berlari sumringah menuju truk tangki air yang

langganan datang.

Yang membuat cerah wajah anak kecil di sore itu

lantaran bak mandinya akan terisi kembali. Kesempatan

bagi Ia, Ayah, Ibu, dan ratusan warga Dusun Oma

Seguar lain untuk bisa mandi lagi. Dengan segera,

warga mengantrekan dirigennya untuk dapat terisi air.

Kegembiraan anak tersebut hanyalah satu dari sekian

ribu wajah keluarga Lombok yang menerima manfaat

Program Air buat Sedulur. Pasalnya, di musim kering,

lebih dari satu bulan terakhir air tak kunjung mengaliri

pipa dan kran mereka. Sekiranya ada sumber air sangat

jauh dari jangkauan warga.

Akhir Juli 2018, gempa kekuatan dahsyat 6.4 SR yang

diikuti lebih dari 1000 kali gempa setelahnya

menyebabkan tanah longsor dan beberapa pohon

Air untuk LombokTiga Juta Liter

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M16 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 17 MAN TAZAKKA

KABARKABAR

Da'wah berdialog dan memberikan bantuan kepada

warga pengungsi. Ia juga mengajak kepada masyarakat

untuk merenungkan sebab Allah Swt mendatangkan

gempa bumi di daerah julukan Pulau Seribu Masjid itu.

“Biasanya karena kita jarang berdoa, jarang istighfar,

kurang ibadah, dan kurang bersyukur. Ada juga dosa

yang dilakukan orang lain dan berimbas kepada kita,”

ujar Ustadz Siddik di hadapan warga Mentigi.

“Wallahu A'lam kita tidak tau persis apa sebabnya.

Tapi inilah hukum dan peringatan Allah agar kita lebih

bersyukur dan bertaqwa,” sambungnya.

Siddik mengingatkan kepada masyarakat bahwa

kejadian gempa bumi beberapa waktu lalu merupakan

peringatan dari Allah SWT agar manusia lebih

meningkatkan kualitas keimanannya.

“Jadi semua ini tidak datang begitu saja, semua

kejadian tidak datang secara kebetulan. Ada hikmah di

setiap kejadian yang Allah tunjukkan. Kita ambil

hikmahnya untuk lebih bersyukur serta berikhtiar untuk

kembali memperbaiki (tempat tinggal),” tuturnya.[]

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M18 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 19 MAN TAZAKKA

KABARKABAR

tumbang, sehingga menutupi jalur-jalur air dan

merusakkan pipanya. Ditambah kondisi kemarau yang

berkepanjangan dengan fenomena El Nino

memperburuk keadaan tersebut. Akibatnya, ribuan KK

di Lombok sulit mengakses air untuk menjalankan

ibadah serta aktivitas sehari-hari.

Sungai pun kering. Hanya ditemukan bebatuan besar

dan kecil di bawah jembatan yang tak lagi disertai riak

aliran air.

Bahagia Lombok dipeluk erat urat kepedulian dari

penjuru nusantara. Ribuan kontribusi donatur LAZNAS

Dewan Da'wah dititipkan kepada para relawan yang

sejak pagi menyuplai air bersih bagi warga Kabupaten

Lombok Utara dan sebagian Lombok Timur . Tidak

jenuh +/- lebih 14 jam, 3 armada berkeliling dari dusun

satu ke dusun lainnya, dari desa satu ke desa lainnya,

dari kecamatan satu ke kecamatan lainnya untuk

memenuhi ribuan bak, ember, dirigen, dan tandon air

warga Lombok yang dilanda kekeringan.

Mengisi penuh tangki dan habis, isi lagi, habis lagi,

hingga 17 kali hal tersebut kerap dilakukan para

relawan hingga bertandang ke pedalaman Lombok.

Melihat rutinitas yang dilakukan setiap hari, tak sedikit

menyentuh hati para penerima manfaat air untuk

sedulur ini. Mereka pun takzim ada segelintir orang

yang begitu peduli mau mengalirkan air untuk mereka

setiap hari.

“Ini sedekah miskin kami,” seorang nenek tiba-tiba

menyodorkan 6 mangkuk kolak ubi kepada relawan

LAZNAS Dewan Da'wah. Ia mengajak relawan yang

sejak pagi berkeliling menyuplai air untuk menyicipi

kolak ubi buatannya di Berugak, saung khas masyarakat

Lombok. “Terima kasih sudah mengisi penampungan air

kami. Ini juga untuk 20 KK lebih yang tinggal di sana,”

ucap nenek berjilbab biru itu sambil menunjuk ke arah

belakang tendanya. Terlihat bekas memar luka di

tangan kanan perempuan lanjut usia tersebut akibat

tertimpa runtuhan atap rumahnya saat terjadi gempa

sebelumnya.

Ada lagi yang lebih mencenangkan, saat seorang

kakek kurus tanpa mengenakan baju menghentikan truk

tangki 'Air buat Sedulur' di malam hari. Ia menunjuk ke

arah perut dan mulutnya, sambil berkata, “Makan..

makan..” Terpaku menatap kakek tersebut beberapa

saat. Takut dan khawatir yang terlintas dalam benak

relawan LAZNAS Dewan Da'wah. Namun ternyata, Ia

bermaksud mengajak serta makan malam relawan di

rumahnya sebagai ucapan terima kasih telah

memberikan air secara rutin kepada mereka.

Hingga menitikkan air mata seorang relawan

LAZNAS Dewan Da'wah yang membantu menyelangkan

air ke bak dan dirigen warga. Pemandangan yang haru

saat kebermanfaatan menjadi nilai penting bagi sesama.

Puluhan titik didatangi dalam sehari. Mengukir senyum

rasa syukur mereka bisa punya persediaan air.

Diantara pejuang air untuk sedulur Lombok adalah

Riyanto dan Yon. Keduanya berasal dari LAZNAS Dewan

Da'wah Jawa Tengah. Mereka memang penjaga sumur

air dalam Dewan Dakwah di lereng Merapi wilayah Kec

Kemalang, Kab Klaten.

Keduanya berazzam tidak akan pulang ke Jawa

sebelum jalur-jalur air kembali basah mengaliri rumah-

rumah warga. "Sebelum air mengalir ke rumah-rumah

warga, kami tidak akan pulang ke Jawa," ucap Riyanto

kepada warga Desa Senaru, Kec. Bayan, Kab. Lombok

Utara.

Dalam kesehariannya, mereka merupakan penjaga

sekaligus distributor sumur air Dewan Da'wah ke

masjid-masjid dan warga di sepuluh desa sekitar sumur

tersebut.

Mengalirkan air merupakan salah satu sedekah

terbaik. Apalagi saat sangat dibutuhkan oleh

masyarakat, seperti warga Lombok yang mengalami

krisis air karena gempa dan musim kemarau. Sedekah

air menjadi hal kecil yang sangat berarti karena aliran

kebaikannya terus mengalir tiada henti, sebagaimana

Rasulullah menyukai sedekah air:

Dari Qatadah, dari Said, sesungguhnya Said

mendatangi Nabi SAW dan bertanya, “sedekah apa yang

paling engkau senangi ?” Rasulullah SAW menjawab,

“air.” (HR. Abu Daud)

Kemudian, Sa'ad bin Ubadah RA pernah bertanya

kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sedekah apa

yang paling utama?” Beliau menjawab, “memberi air.”

(HR. Abu Daud)

Selain itu, Ibnu Abbas RA juga pernah ditanya, “Ayyu

as-shadaqati afdhal. Sedekah apa paling utama?” Ia

menjawab, “Air, apakah kamu tidak memperhatikan

bagaimana penduduk neraka memohon kepada

penduduk surga: Limpahkanlah kepada kami sedikit air

atau makanan yang telah direzkikan Allah kepadamu.

Mereka (penghuni syurga) menjawab: Sesungguhnya

Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-

orang kafir (QS. Al A'raf : 50). Menurut Imam Qurthubi

ayat ini merupakan dalil bahwa memberi air adalah

termasuk sedekah yang paling utama.

Keutamaan sedekah air kian menemukan urgensinya

di saat bumi makin tua seperti kini. Beberapa fakta

mengerikan tentang kondisi air dunia menurut PBB

adalah:

1. Sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air,

menurut The United States Geological Survey Water

Science School.

2. Pasokan air total dunia setara dengan 332,5 juta mil

kubik.

3. Laut merupakan sekitar 97 persen dari seluruh air

bumi, yang berarti hanya 3 persen air yang tidak

mengandung garam.

4. Dari total air tawar dunia, 69 persen dibekukan di es

dan gletser dan 30 persen lainnya di dalam tanah.

5. Hanya 0,26 persen air dunia ada di danau air tawar.

6. Hanya 0,001 persen dari seluruh air kita yang ada di

atmosfer.

7. Pada tahun 2050, populasi dunia akan tumbuh oleh

sekitar 2 miliar orang menjadi hampir 10 miliar,

sehingga meningkatkan permintaan air hingga 30

persen.

8. Lebih dari 80 persen limbah kotor masyarakat

mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan

atau penggunaan kembali.

9. Sebanyak 71 persen lahan basah alami dunia telah

hilang sejak tahun 1900, dan ini adalah kesalahan

manusia.

10. S ebanyak 2,1 miliar orang tidak memiliki air minum

yang aman di rumah. Dari jumlah tersebut, 844 juta

tidak memiliki akses terhadap layanan air minum

yang layak, termasuk 263 juta orang yang perlu

waktu lebih dari 30 menit untuk mengambil air.

11. Sebanyak 159 juta orang masih minum air yang

belum terolah dan memiliki risiko kesehatan yang

serius dari sumber air permukaan, seperti sungai

atau danau.

12. Sebanyak 663 juta orang yang hidup tanpa

persediaan air bersih yang dekat dengan rumah.

[] Melce, Bowo

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M18 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 19 MAN TAZAKKA

KABARKABAR

tumbang, sehingga menutupi jalur-jalur air dan

merusakkan pipanya. Ditambah kondisi kemarau yang

berkepanjangan dengan fenomena El Nino

memperburuk keadaan tersebut. Akibatnya, ribuan KK

di Lombok sulit mengakses air untuk menjalankan

ibadah serta aktivitas sehari-hari.

Sungai pun kering. Hanya ditemukan bebatuan besar

dan kecil di bawah jembatan yang tak lagi disertai riak

aliran air.

Bahagia Lombok dipeluk erat urat kepedulian dari

penjuru nusantara. Ribuan kontribusi donatur LAZNAS

Dewan Da'wah dititipkan kepada para relawan yang

sejak pagi menyuplai air bersih bagi warga Kabupaten

Lombok Utara dan sebagian Lombok Timur . Tidak

jenuh +/- lebih 14 jam, 3 armada berkeliling dari dusun

satu ke dusun lainnya, dari desa satu ke desa lainnya,

dari kecamatan satu ke kecamatan lainnya untuk

memenuhi ribuan bak, ember, dirigen, dan tandon air

warga Lombok yang dilanda kekeringan.

Mengisi penuh tangki dan habis, isi lagi, habis lagi,

hingga 17 kali hal tersebut kerap dilakukan para

relawan hingga bertandang ke pedalaman Lombok.

Melihat rutinitas yang dilakukan setiap hari, tak sedikit

menyentuh hati para penerima manfaat air untuk

sedulur ini. Mereka pun takzim ada segelintir orang

yang begitu peduli mau mengalirkan air untuk mereka

setiap hari.

“Ini sedekah miskin kami,” seorang nenek tiba-tiba

menyodorkan 6 mangkuk kolak ubi kepada relawan

LAZNAS Dewan Da'wah. Ia mengajak relawan yang

sejak pagi berkeliling menyuplai air untuk menyicipi

kolak ubi buatannya di Berugak, saung khas masyarakat

Lombok. “Terima kasih sudah mengisi penampungan air

kami. Ini juga untuk 20 KK lebih yang tinggal di sana,”

ucap nenek berjilbab biru itu sambil menunjuk ke arah

belakang tendanya. Terlihat bekas memar luka di

tangan kanan perempuan lanjut usia tersebut akibat

tertimpa runtuhan atap rumahnya saat terjadi gempa

sebelumnya.

Ada lagi yang lebih mencenangkan, saat seorang

kakek kurus tanpa mengenakan baju menghentikan truk

tangki 'Air buat Sedulur' di malam hari. Ia menunjuk ke

arah perut dan mulutnya, sambil berkata, “Makan..

makan..” Terpaku menatap kakek tersebut beberapa

saat. Takut dan khawatir yang terlintas dalam benak

relawan LAZNAS Dewan Da'wah. Namun ternyata, Ia

bermaksud mengajak serta makan malam relawan di

rumahnya sebagai ucapan terima kasih telah

memberikan air secara rutin kepada mereka.

Hingga menitikkan air mata seorang relawan

LAZNAS Dewan Da'wah yang membantu menyelangkan

air ke bak dan dirigen warga. Pemandangan yang haru

saat kebermanfaatan menjadi nilai penting bagi sesama.

Puluhan titik didatangi dalam sehari. Mengukir senyum

rasa syukur mereka bisa punya persediaan air.

Diantara pejuang air untuk sedulur Lombok adalah

Riyanto dan Yon. Keduanya berasal dari LAZNAS Dewan

Da'wah Jawa Tengah. Mereka memang penjaga sumur

air dalam Dewan Dakwah di lereng Merapi wilayah Kec

Kemalang, Kab Klaten.

Keduanya berazzam tidak akan pulang ke Jawa

sebelum jalur-jalur air kembali basah mengaliri rumah-

rumah warga. "Sebelum air mengalir ke rumah-rumah

warga, kami tidak akan pulang ke Jawa," ucap Riyanto

kepada warga Desa Senaru, Kec. Bayan, Kab. Lombok

Utara.

Dalam kesehariannya, mereka merupakan penjaga

sekaligus distributor sumur air Dewan Da'wah ke

masjid-masjid dan warga di sepuluh desa sekitar sumur

tersebut.

Mengalirkan air merupakan salah satu sedekah

terbaik. Apalagi saat sangat dibutuhkan oleh

masyarakat, seperti warga Lombok yang mengalami

krisis air karena gempa dan musim kemarau. Sedekah

air menjadi hal kecil yang sangat berarti karena aliran

kebaikannya terus mengalir tiada henti, sebagaimana

Rasulullah menyukai sedekah air:

Dari Qatadah, dari Said, sesungguhnya Said

mendatangi Nabi SAW dan bertanya, “sedekah apa yang

paling engkau senangi ?” Rasulullah SAW menjawab,

“air.” (HR. Abu Daud)

Kemudian, Sa'ad bin Ubadah RA pernah bertanya

kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sedekah apa

yang paling utama?” Beliau menjawab, “memberi air.”

(HR. Abu Daud)

Selain itu, Ibnu Abbas RA juga pernah ditanya, “Ayyu

as-shadaqati afdhal. Sedekah apa paling utama?” Ia

menjawab, “Air, apakah kamu tidak memperhatikan

bagaimana penduduk neraka memohon kepada

penduduk surga: Limpahkanlah kepada kami sedikit air

atau makanan yang telah direzkikan Allah kepadamu.

Mereka (penghuni syurga) menjawab: Sesungguhnya

Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-

orang kafir (QS. Al A'raf : 50). Menurut Imam Qurthubi

ayat ini merupakan dalil bahwa memberi air adalah

termasuk sedekah yang paling utama.

Keutamaan sedekah air kian menemukan urgensinya

di saat bumi makin tua seperti kini. Beberapa fakta

mengerikan tentang kondisi air dunia menurut PBB

adalah:

1. Sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air,

menurut The United States Geological Survey Water

Science School.

2. Pasokan air total dunia setara dengan 332,5 juta mil

kubik.

3. Laut merupakan sekitar 97 persen dari seluruh air

bumi, yang berarti hanya 3 persen air yang tidak

mengandung garam.

4. Dari total air tawar dunia, 69 persen dibekukan di es

dan gletser dan 30 persen lainnya di dalam tanah.

5. Hanya 0,26 persen air dunia ada di danau air tawar.

6. Hanya 0,001 persen dari seluruh air kita yang ada di

atmosfer.

7. Pada tahun 2050, populasi dunia akan tumbuh oleh

sekitar 2 miliar orang menjadi hampir 10 miliar,

sehingga meningkatkan permintaan air hingga 30

persen.

8. Lebih dari 80 persen limbah kotor masyarakat

mengalir kembali ke lingkungan tanpa pengolahan

atau penggunaan kembali.

9. Sebanyak 71 persen lahan basah alami dunia telah

hilang sejak tahun 1900, dan ini adalah kesalahan

manusia.

10. S ebanyak 2,1 miliar orang tidak memiliki air minum

yang aman di rumah. Dari jumlah tersebut, 844 juta

tidak memiliki akses terhadap layanan air minum

yang layak, termasuk 263 juta orang yang perlu

waktu lebih dari 30 menit untuk mengambil air.

11. Sebanyak 159 juta orang masih minum air yang

belum terolah dan memiliki risiko kesehatan yang

serius dari sumber air permukaan, seperti sungai

atau danau.

12. Sebanyak 663 juta orang yang hidup tanpa

persediaan air bersih yang dekat dengan rumah.

[] Melce, Bowo

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M20 MAN TAZAKKA

wal November lalu, Majelis Ulama Indonesia

A(MUI) mengirim delegasi misi perdamaian

Afghanistan. Tim ini difasilitasi Wakil Presiden

Jusuf Kalla, Kementerian Luar Negeri, Badan Intelijen

Negara (BIN), dan Kedutaan Besar RI di Kabul.

Anggota Dewan Pertimbangan MUI yang juga Ketua

Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan

Dakwah), Mohammad Siddik MA, mengatakan, selama

berada di Afghanistan delegasi menjalin pertemuan

dengan pejabat Majelis Ulama Afghanistan, High

Council for Peace, Dubes Organisasi Kerjasama Islam

(OKI) untuk Afghanistan , Huseyin Avni Botsali dari Turki

Indonesia Islamic Center, dan lain-lain yang terkait.

“Misi ini menindaklanjuti pertemuan ulama-ulama

dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia pada saat di

Istana Bogor bulan Mei lalu,” ujar Siddik, Rabu (7/11).

Sebelumnya, pada Apri 2017, Presiden Afghanistan

Ashraf Ghani mengunjungi Indonesia. Saat itu, kepada

Presiden RI dia berharap Indonesia terlibat aktif dalam

upaya perdamaian di negerinya.

Silaturahim tersebut dilanjutkan dengan kunjungan

Dewan Tinggi Perdamaian (High Peace Council)

Afghanistan yang dipimpin Mohammad Karim Khalili ke

Istana Bogor pada 21 November 2017.

Januari 2018, Presiden RI Joko Widodo kala

melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul. Hasilnya,

akan digelar Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-

Pakistan.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menindaklanjuti

gagasan tersebut saat mengunjungi Afghanistan pada

Februari 2018 untuk menghadiri Kabul Peace Process

yang diinisiasi Presiden Ghani.

Pakistan, yang kerap dituduh komunitas

internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut

dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar

konferensi tripartit tersebut.

Selanjutnya pada Mei 2018, digelar ijtima ulama

Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan di Indonesia.

Perhelatan yang ditujukan untuk membahas upaya

perdamaian serta stabilitas di Afghanistan melahirkan

sebuah deklarasi bernama Bogor

Ulema Declaration for Peace

(Deklarasi Para Ulama di Bogor

untuk Perdamaian).

Deklarasi itu berisi 11 poin

kesepakatan para ulama, yang

secara garis besar menyepakati

untuk mempromosikan perdamaian,

stabilitas, dan persatuan,

menyerukan penghentian kekerasan,

ekstremisme, dan terorisme, serta

menyegerakan rekonsiliasi antara

semua pihak yang terlibat dalam konflik menahun di

Afghanistan.

Menurut pengamatan Moh Siddik, hasil serangkaian

pertemuan itu positif.

''Gencatan senjata yang disepakati pada Juni 2018

sudah berjalan, walaupun perdamaian yang permanen

masih belum terwujud. Situasi di Kabul kelihatan tenang

dan damai, meski keamanan sangat ketat,” ucapnya

sepulang dari Kabul.

Siddik menuturkan, konflik masih terjadi di daerah

pedalaman antara suku dan golongan. ''Dengan

pertolongan Allah, insya Allah perdamaian akan

terwujud permanen di negeri-negeri muslim,'' doa

Ketua Umum Dewan Dakwah.[]

Dewan Dakwah

Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan

KABAR KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 21 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M20 MAN TAZAKKA

wal November lalu, Majelis Ulama Indonesia

A(MUI) mengirim delegasi misi perdamaian

Afghanistan. Tim ini difasilitasi Wakil Presiden

Jusuf Kalla, Kementerian Luar Negeri, Badan Intelijen

Negara (BIN), dan Kedutaan Besar RI di Kabul.

Anggota Dewan Pertimbangan MUI yang juga Ketua

Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan

Dakwah), Mohammad Siddik MA, mengatakan, selama

berada di Afghanistan delegasi menjalin pertemuan

dengan pejabat Majelis Ulama Afghanistan, High

Council for Peace, Dubes Organisasi Kerjasama Islam

(OKI) untuk Afghanistan , Huseyin Avni Botsali dari Turki

Indonesia Islamic Center, dan lain-lain yang terkait.

“Misi ini menindaklanjuti pertemuan ulama-ulama

dari Afghanistan, Pakistan, dan Indonesia pada saat di

Istana Bogor bulan Mei lalu,” ujar Siddik, Rabu (7/11).

Sebelumnya, pada Apri 2017, Presiden Afghanistan

Ashraf Ghani mengunjungi Indonesia. Saat itu, kepada

Presiden RI dia berharap Indonesia terlibat aktif dalam

upaya perdamaian di negerinya.

Silaturahim tersebut dilanjutkan dengan kunjungan

Dewan Tinggi Perdamaian (High Peace Council)

Afghanistan yang dipimpin Mohammad Karim Khalili ke

Istana Bogor pada 21 November 2017.

Januari 2018, Presiden RI Joko Widodo kala

melakukan kunjungan kenegaraan dan bertemu dengan

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani di Kabul. Hasilnya,

akan digelar Konferensi Ulama Afghanistan-Indonesia-

Pakistan.

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menindaklanjuti

gagasan tersebut saat mengunjungi Afghanistan pada

Februari 2018 untuk menghadiri Kabul Peace Process

yang diinisiasi Presiden Ghani.

Pakistan, yang kerap dituduh komunitas

internasional sebagai sekutu Taliban, turut menyambut

dan mendukung inisiatif Indonesia menggelar

konferensi tripartit tersebut.

Selanjutnya pada Mei 2018, digelar ijtima ulama

Indonesia, Afghanistan, dan Pakistan di Indonesia.

Perhelatan yang ditujukan untuk membahas upaya

perdamaian serta stabilitas di Afghanistan melahirkan

sebuah deklarasi bernama Bogor

Ulema Declaration for Peace

(Deklarasi Para Ulama di Bogor

untuk Perdamaian).

Deklarasi itu berisi 11 poin

kesepakatan para ulama, yang

secara garis besar menyepakati

untuk mempromosikan perdamaian,

stabilitas, dan persatuan,

menyerukan penghentian kekerasan,

ekstremisme, dan terorisme, serta

menyegerakan rekonsiliasi antara

semua pihak yang terlibat dalam konflik menahun di

Afghanistan.

Menurut pengamatan Moh Siddik, hasil serangkaian

pertemuan itu positif.

''Gencatan senjata yang disepakati pada Juni 2018

sudah berjalan, walaupun perdamaian yang permanen

masih belum terwujud. Situasi di Kabul kelihatan tenang

dan damai, meski keamanan sangat ketat,” ucapnya

sepulang dari Kabul.

Siddik menuturkan, konflik masih terjadi di daerah

pedalaman antara suku dan golongan. ''Dengan

pertolongan Allah, insya Allah perdamaian akan

terwujud permanen di negeri-negeri muslim,'' doa

Ketua Umum Dewan Dakwah.[]

Dewan Dakwah

Turut Wujudkan Perdamaian Afghanistan

KABAR KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 21 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 23 MAN TAZAKKA

KABAR

22

Pendidikan di Myanmar

ktober lalu, LAZNAS Dewan Dakwah yang

Otergabung dalam AKIM (Aliansi Kemanusiaan

Indonesia untuk Myanmar) kembali

membesuk Muslim Myanmar di sejumlah distrik.

''Kami melakukan peletakan batu pertama

pembangunan sekolah di Khone Baung Village, Mrak

U Township, dan Rakhine State Myanmar,'' terang M

Said dari LAZNAS Dewan Dakwah, Ahad (28/10).

Ia menambahkan, di sekolah yang setara dengan

sekolah dasar ini terdapat 275 murid dengan 5 guru.

Sementara di sekitar lokasi pembangunan sekolah

Donasi Anda Jadi Investasi

terdapat 225 kepala keluarga dengan 1362 jiwa

pengungsi.

Pendirian sekolah ini merupakan bagian dari

program sinergi AKIM. Bantuan lain yang sudah dan

akan didistribusikan antara lain pembuatan

waterhandpum, toilet, distribusi bantuan makanan,

hygience kit, dan aksi layananan khitanan massal.

"Dengan dukungan para donatur, Kami akan terus

membersamai warga Muslim Rohingya di Myanmar

maupun Bangladesh," tandas M Said.[]

KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 23 MAN TAZAKKA

KABAR

22

Pendidikan di Myanmar

ktober lalu, LAZNAS Dewan Dakwah yang

Otergabung dalam AKIM (Aliansi Kemanusiaan

Indonesia untuk Myanmar) kembali

membesuk Muslim Myanmar di sejumlah distrik.

''Kami melakukan peletakan batu pertama

pembangunan sekolah di Khone Baung Village, Mrak

U Township, dan Rakhine State Myanmar,'' terang M

Said dari LAZNAS Dewan Dakwah, Ahad (28/10).

Ia menambahkan, di sekolah yang setara dengan

sekolah dasar ini terdapat 275 murid dengan 5 guru.

Sementara di sekitar lokasi pembangunan sekolah

Donasi Anda Jadi Investasi

terdapat 225 kepala keluarga dengan 1362 jiwa

pengungsi.

Pendirian sekolah ini merupakan bagian dari

program sinergi AKIM. Bantuan lain yang sudah dan

akan didistribusikan antara lain pembuatan

waterhandpum, toilet, distribusi bantuan makanan,

hygience kit, dan aksi layananan khitanan massal.

"Dengan dukungan para donatur, Kami akan terus

membersamai warga Muslim Rohingya di Myanmar

maupun Bangladesh," tandas M Said.[]

KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M24 MAN TAZAKKA

KABAR KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 25 MAN TAZAKKA

usdiklat Dewan Da'wah Tambun terus berbenah

Pmelayani lingkungan. Tak hanya jadi tempat

percontohan dalam kaderisasi dakwah melalui

pendidikan, tapi juga mulai ekonomi keumatan.

Dakwah kepada masyarakat menjadi semakin luas.

Mereka semakin dapat mengenal tapak jejak

kemasyarakatan Islam. “Dakwah melalui mimbar oke,

dakwah melalui media harus kita dukung, dan dakwah

melalui ekonomi harus kita gerakkan,” papar Sekretaris

Koperasi Syariah Sahabat Umat (KSSU), Imam Saridho.

KSSU wilayah Bekasi mengembangkan sayap Dewan

Da'wah dengan menyentuh ranah ekonomi rill. Sabtu

(28/7/18) menjadi grand opening bagi Mini Market

Sahabat Umat yang merupakan bagian dari Komplek

Pusdiklat Dewan Da'wah di Tambun. Pembukaan usaha

retail dengan basis bagi hasil ini mampu merangkul

umat Islam di sekitar wilayah Tambun dan Bekasi.

Sebanyak 250 muslim secara berjamaah menjadi

investor mini market yang terletak di Jalan Raya Setia

Mekar, Kp. Bulu, Desa Setia Mekar, Kec. Tambun

Selatan, Bekasi. “Dari, Oleh, dan untuk Pemberdayaan

Umat,” slogan ini yang menjadi tonggak semangat

berdirinya mini market yang tidak hanya melayani

kebutuhan umat, tetapi juga memutarkan ekonomi yang

memberdayakan dan menguntungkan umat Islam.

Pengadaan mini market ini menjadi langkah konkrit

keberpihakan Dewan Da'wah terhadap ekonomi umat

dan wirausaha pribumi. Kehadiran 'toko kelentong

modern' yang terletak di sisi kanan Rumah Sehat Dewan

Da'wah (RSDD) ini tidak lantas menggerus dan

menurunkan daya beli masyarakat terhadap toko-

toko/pasar tradisional pribumi. Pasalnya, mini market ini

justru bermitra dengan para agen muslim pribumi di

wilayah setempat untuk pengadaan barang (purchase

order).

Bendahara KSSU, Ustadz Lukman mengatakan bahwa

selain untuk memenuhi kebutuhan jammah, motivasi

dibukanya mini market ini adalah untuk

mengembangkan ekonomi umat agar jamaah yang

begitu banyak di pusdiklat Dewan Da'wah tidak lagi

berbelanja di tempat-tempat (mini market) yang

keuntungannya kita tidak tau untuk siapa.

Penempatan lokasi Mini Market Sahabat Umat

mempertimbangkan potensi anak-anak didik Dewan

Da'wah dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi

beserta orang tua murid yang mengantarkan anaknya

sekolah.

“Ketika akan membangun Minimarket Sahabat Umat,

kita perhatikan dan menimbang posisi yang paling

strategis dan potensial dari lokasi-lokasi yang masih

kosong di pusdiklat Dewan Da'wah. Lokasi samping

RSDD kami anggap paling strategis karena berhadapan

dengan jalan raya dan lebih dekat ke sekolah-sekolah.

Selain jama'ah umum, konsumen paling potensial

adalah anak-anak sekolah dan juga wali murid yang

setiap hari mengantar anaknya,” papar Ustadz Lukman.

Terdapat kurang lebih 803 siswa TK, SD, SMP, dan

SMA Dewan Da'wah yang berlokasi di Pusdiklat. Apabila

dihitung dengan orang tua wali murid maka potensi

konsumen yang hanya dari sekolah telah mencapai

1606. Angka tersebut pun belum termasuk jumlah guru-

guru yang mengajar di sana. Selain itu, terdapat 170

mahasiswa STID Mohammad Natsir tinggal di asrama

dan 850 murid Lembaga Tahfidz Qur'an LTQ

Mohammad Natsir yang belajar memperbaiki tilawah

Al-Qur'an serta menghafalnya di hari Sabtu dan Ahad.

Value plus yang tidak terpisahkan dari aktivitas jual

beli di Mini Market Sahabat Umat adalah nilai sedekah.

“Belanja Kita Sedekah Kita,” kalimat ini menjadi quote

penyegar yang akan didapatkan para konsumen di

setiap struk belanja mereka.

Usaha retail berjamaah yang dipimpin oleh Ustadz

Abdul Aziz ini membobotkan nilai sedekah pada setiap

barang yang dijual. Maka ketika konsumen berbelanja, Yuk, Belanjasambil Sedekah di Sahabat Umat

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M24 MAN TAZAKKA

KABAR KABAR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 25 MAN TAZAKKA

usdiklat Dewan Da'wah Tambun terus berbenah

Pmelayani lingkungan. Tak hanya jadi tempat

percontohan dalam kaderisasi dakwah melalui

pendidikan, tapi juga mulai ekonomi keumatan.

Dakwah kepada masyarakat menjadi semakin luas.

Mereka semakin dapat mengenal tapak jejak

kemasyarakatan Islam. “Dakwah melalui mimbar oke,

dakwah melalui media harus kita dukung, dan dakwah

melalui ekonomi harus kita gerakkan,” papar Sekretaris

Koperasi Syariah Sahabat Umat (KSSU), Imam Saridho.

KSSU wilayah Bekasi mengembangkan sayap Dewan

Da'wah dengan menyentuh ranah ekonomi rill. Sabtu

(28/7/18) menjadi grand opening bagi Mini Market

Sahabat Umat yang merupakan bagian dari Komplek

Pusdiklat Dewan Da'wah di Tambun. Pembukaan usaha

retail dengan basis bagi hasil ini mampu merangkul

umat Islam di sekitar wilayah Tambun dan Bekasi.

Sebanyak 250 muslim secara berjamaah menjadi

investor mini market yang terletak di Jalan Raya Setia

Mekar, Kp. Bulu, Desa Setia Mekar, Kec. Tambun

Selatan, Bekasi. “Dari, Oleh, dan untuk Pemberdayaan

Umat,” slogan ini yang menjadi tonggak semangat

berdirinya mini market yang tidak hanya melayani

kebutuhan umat, tetapi juga memutarkan ekonomi yang

memberdayakan dan menguntungkan umat Islam.

Pengadaan mini market ini menjadi langkah konkrit

keberpihakan Dewan Da'wah terhadap ekonomi umat

dan wirausaha pribumi. Kehadiran 'toko kelentong

modern' yang terletak di sisi kanan Rumah Sehat Dewan

Da'wah (RSDD) ini tidak lantas menggerus dan

menurunkan daya beli masyarakat terhadap toko-

toko/pasar tradisional pribumi. Pasalnya, mini market ini

justru bermitra dengan para agen muslim pribumi di

wilayah setempat untuk pengadaan barang (purchase

order).

Bendahara KSSU, Ustadz Lukman mengatakan bahwa

selain untuk memenuhi kebutuhan jammah, motivasi

dibukanya mini market ini adalah untuk

mengembangkan ekonomi umat agar jamaah yang

begitu banyak di pusdiklat Dewan Da'wah tidak lagi

berbelanja di tempat-tempat (mini market) yang

keuntungannya kita tidak tau untuk siapa.

Penempatan lokasi Mini Market Sahabat Umat

mempertimbangkan potensi anak-anak didik Dewan

Da'wah dari jenjang TK hingga Perguruan Tinggi

beserta orang tua murid yang mengantarkan anaknya

sekolah.

“Ketika akan membangun Minimarket Sahabat Umat,

kita perhatikan dan menimbang posisi yang paling

strategis dan potensial dari lokasi-lokasi yang masih

kosong di pusdiklat Dewan Da'wah. Lokasi samping

RSDD kami anggap paling strategis karena berhadapan

dengan jalan raya dan lebih dekat ke sekolah-sekolah.

Selain jama'ah umum, konsumen paling potensial

adalah anak-anak sekolah dan juga wali murid yang

setiap hari mengantar anaknya,” papar Ustadz Lukman.

Terdapat kurang lebih 803 siswa TK, SD, SMP, dan

SMA Dewan Da'wah yang berlokasi di Pusdiklat. Apabila

dihitung dengan orang tua wali murid maka potensi

konsumen yang hanya dari sekolah telah mencapai

1606. Angka tersebut pun belum termasuk jumlah guru-

guru yang mengajar di sana. Selain itu, terdapat 170

mahasiswa STID Mohammad Natsir tinggal di asrama

dan 850 murid Lembaga Tahfidz Qur'an LTQ

Mohammad Natsir yang belajar memperbaiki tilawah

Al-Qur'an serta menghafalnya di hari Sabtu dan Ahad.

Value plus yang tidak terpisahkan dari aktivitas jual

beli di Mini Market Sahabat Umat adalah nilai sedekah.

“Belanja Kita Sedekah Kita,” kalimat ini menjadi quote

penyegar yang akan didapatkan para konsumen di

setiap struk belanja mereka.

Usaha retail berjamaah yang dipimpin oleh Ustadz

Abdul Aziz ini membobotkan nilai sedekah pada setiap

barang yang dijual. Maka ketika konsumen berbelanja, Yuk, Belanjasambil Sedekah di Sahabat Umat

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M26 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 27 MAN TAZAKKA

KABAR KABAR

harga setiap item yang dibeli telah termasuk sedekah

untuk memajukan dakwah Islam melalui Dewan Da'wah.

Selain itu, sebesar 25 persen dari keuntungan bersih

diperuntukan kembali untuk sedekah. Rinciannya adalah

5 persen untuk dana yatim, dhuafa, dan sosial

kemanusiaan melalui LAZNAS Dewan Da'wah, 10 persen

untuk dana wakaf melalui Badan Wakaf Dewan Da'wah,

dan 10 persen lainnya untuk dana dakwah melalui

Badan Pengelola Pusdiklat Dewan Da'wah.

Bagi sebagian mini market, kepemilikan hanya

bertumpu pada orang-orang tertentu yang memiliki

modal besar. Kapitalisasi keuntungan perputaran uang

di mini market hanya dapat dinikmati satu atau

beberapa 'naga'.

Atmosfrinya akan sangat berbeda dengan sistem

kepemilikan Mini Market Sahabat Umat yang berada

dibawah naungan Dewan Da'wah ini. Angka investasi

dibuatkan batasan atas dan bawah. Minimal Rp. 500.000

dan maksimal Rp. 10.000.000. Hal ini dilakukan agar

mini market benar-benar dapat dimiliki oleh umat

secara berjamaah. Tidak ada kapitalisasi. Tidak hanya

pada mereka yang bisa mempunyai permodalan dalam

jumlah besar.

Strategi cemerlang tersebut dilakukan agar tidak

hanya satu/dua orang yang punya rasa memiliki

terhadap usaha retail islami ini. Tidak hanya dimiliki

secara berjamaah, namun juga digerakkan untuk terus

berkembang secara berjamaah. Investor tidak hanya

datang sebagai investor, tapi mereka juga akan kembali

sebagai pembeli setia untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Umi, salah satu pembeli di Mini Market Sahabat

Umat yang ditemui tim LAZNAS Dewan Da'wah pada

Selasa (31/7) menjelaskan kondisinya saat ingin

berbelanja di mini market biasa, tetapi tidak jadi

dilakukan mengingat bahwa ia adalah 1 dari 250

'pemilik' Mini Market Sahabat Umat.

“Ada kebutuhan apa, nanti aja deh di sana belinya

(red. di Mini Market Sahabat Umat). Kan punya sendiri,“

papar investor yang juga kembali datang menjadi

konsumen di mini market berbasis sistem musyarakah

ini.

Hal tersebut dapat terjadi karena adanya rasa

memiliki para investor berjamaah terhadap Mini Market

yang baru menyelenggarakan soft openingnya pada 24-

26 Juli 2018.

Sejalan dengan pendapat tersebut, bagi konsumen

lain, Burhanudin, cara produksi Mini Market Sahabat

Umat dinilai lebih Islami. "Kalau di mini market biasa

dari cara produksinya sudah beda. Di Sahabat Umat

lebih Islami," ujarnya.

Muhammad Dzaki, petugas kasir mini market ini

mengatakan bahwa bekerja pada retail usaha keumatan

memiliki poin plus, yaitu nilai dakwah. Bergabung

dengan mini market ini berarti ikut berkontribusi dalam

ekonomi umat. “Bekerja dengan nilai dakwah. Ini kan

untuk ekonomi umat. Saya ambil bagian, ikut serta

dalam pembangunan ekonomi umat,” tutur pria yang

akrab disapa Dzaki tersebut.

Selain Dzaki, terdapat karyawan yang sebelumnya

juga bekerja di bidang retail mini market, Nur Putro

Wibowo. Ia mengaku bahwa Mini Market Sahabat Umat

membuatnya lebih mudah untuk menjalankan shalat

lima waktu. Pasalnya mini market yang selalu

memasang audio murratal Al-Quran ini menutup toko

saat waktu shalat tiba selama 15 menit.

Rencananya Mini Market Sahabat Umat ini akan

diselenggarakan di seluruh wilayah yang memiliki

perwakilan provinsi/kota Dewan Da'wah. “Rencananya

apabila ini berhasil, maka akan dibuka di 32 provinsi

perwakilan Dewan Da'wah,” tandas Imam Saridho yang

juga sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Sahabat.[]

melati, bowo

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M26 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 27 MAN TAZAKKA

KABAR KABAR

harga setiap item yang dibeli telah termasuk sedekah

untuk memajukan dakwah Islam melalui Dewan Da'wah.

Selain itu, sebesar 25 persen dari keuntungan bersih

diperuntukan kembali untuk sedekah. Rinciannya adalah

5 persen untuk dana yatim, dhuafa, dan sosial

kemanusiaan melalui LAZNAS Dewan Da'wah, 10 persen

untuk dana wakaf melalui Badan Wakaf Dewan Da'wah,

dan 10 persen lainnya untuk dana dakwah melalui

Badan Pengelola Pusdiklat Dewan Da'wah.

Bagi sebagian mini market, kepemilikan hanya

bertumpu pada orang-orang tertentu yang memiliki

modal besar. Kapitalisasi keuntungan perputaran uang

di mini market hanya dapat dinikmati satu atau

beberapa 'naga'.

Atmosfrinya akan sangat berbeda dengan sistem

kepemilikan Mini Market Sahabat Umat yang berada

dibawah naungan Dewan Da'wah ini. Angka investasi

dibuatkan batasan atas dan bawah. Minimal Rp. 500.000

dan maksimal Rp. 10.000.000. Hal ini dilakukan agar

mini market benar-benar dapat dimiliki oleh umat

secara berjamaah. Tidak ada kapitalisasi. Tidak hanya

pada mereka yang bisa mempunyai permodalan dalam

jumlah besar.

Strategi cemerlang tersebut dilakukan agar tidak

hanya satu/dua orang yang punya rasa memiliki

terhadap usaha retail islami ini. Tidak hanya dimiliki

secara berjamaah, namun juga digerakkan untuk terus

berkembang secara berjamaah. Investor tidak hanya

datang sebagai investor, tapi mereka juga akan kembali

sebagai pembeli setia untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Umi, salah satu pembeli di Mini Market Sahabat

Umat yang ditemui tim LAZNAS Dewan Da'wah pada

Selasa (31/7) menjelaskan kondisinya saat ingin

berbelanja di mini market biasa, tetapi tidak jadi

dilakukan mengingat bahwa ia adalah 1 dari 250

'pemilik' Mini Market Sahabat Umat.

“Ada kebutuhan apa, nanti aja deh di sana belinya

(red. di Mini Market Sahabat Umat). Kan punya sendiri,“

papar investor yang juga kembali datang menjadi

konsumen di mini market berbasis sistem musyarakah

ini.

Hal tersebut dapat terjadi karena adanya rasa

memiliki para investor berjamaah terhadap Mini Market

yang baru menyelenggarakan soft openingnya pada 24-

26 Juli 2018.

Sejalan dengan pendapat tersebut, bagi konsumen

lain, Burhanudin, cara produksi Mini Market Sahabat

Umat dinilai lebih Islami. "Kalau di mini market biasa

dari cara produksinya sudah beda. Di Sahabat Umat

lebih Islami," ujarnya.

Muhammad Dzaki, petugas kasir mini market ini

mengatakan bahwa bekerja pada retail usaha keumatan

memiliki poin plus, yaitu nilai dakwah. Bergabung

dengan mini market ini berarti ikut berkontribusi dalam

ekonomi umat. “Bekerja dengan nilai dakwah. Ini kan

untuk ekonomi umat. Saya ambil bagian, ikut serta

dalam pembangunan ekonomi umat,” tutur pria yang

akrab disapa Dzaki tersebut.

Selain Dzaki, terdapat karyawan yang sebelumnya

juga bekerja di bidang retail mini market, Nur Putro

Wibowo. Ia mengaku bahwa Mini Market Sahabat Umat

membuatnya lebih mudah untuk menjalankan shalat

lima waktu. Pasalnya mini market yang selalu

memasang audio murratal Al-Quran ini menutup toko

saat waktu shalat tiba selama 15 menit.

Rencananya Mini Market Sahabat Umat ini akan

diselenggarakan di seluruh wilayah yang memiliki

perwakilan provinsi/kota Dewan Da'wah. “Rencananya

apabila ini berhasil, maka akan dibuka di 32 provinsi

perwakilan Dewan Da'wah,” tandas Imam Saridho yang

juga sebagai Pimpinan Redaksi Majalah Sahabat.[]

melati, bowo

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M28 MAN TAZAKKA

FIQIH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA

FIQIH

Siapa Fi Sabilillah?

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M28 MAN TAZAKKA

FIQIH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 29 MAN TAZAKKA

FIQIH

Siapa Fi Sabilillah?

30 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 31 MAN TAZAKKA

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

Alhamdulillah, tahun 2018 ini Indonesia

dinobatkan sebagai ''Juara Dunia Negara

Dermawan''. Predikat ini berdasarkan laporan

2018 World Giving Index oleh Charities Aid Foundation

(CAF) yang bermarkas di Inggris.

Tiga perilaku yang digunakan sebagai parameter

untuk mengukur kemurahan hati suatu negara adalah:

menyumbangkan uang, membantu orang asing, dan

menjadi sukarelawan.

Presentase orang Indonesia dalam menyumbangkan

uang sebesar 78%. Lalu presentase untuk membantu

orang asing adalah 46%. Presentase orang Indonesia

dalam menyumbangkan uang sebesar 78%. Lalu

presentase untuk membantu orang asing adalah 46%.

Yang terakhir, partisipasi orang Indonesia dalam

menjadi relawan masuk yang tertinggi di dunia dengan

presentase 53%.

Skor keseluruhan yang diperoleh Indonesia adalah

59%.

Indeks yang dirilis minggu ini berdasar pada survei

pada tahun 2017 oleh konsultan manajemen Gallup

yang melibatkan lebih dari 150 ribu orang di seluruh

dunia, yang mana dilakukan sebelum gempa bumi

melanda Lombok dan Sulawesi Tengah.

Tahun ini Indonesia berhasil meraih posisi puncak

setelah tahun lalu menduduki peringkat 2. Myanmar

pun terjun ke posisi 9 setelah 4 tahun memiliki gelar

''negara paling dermawan di dunia''.

CAF mencatat dalam laporannya bahwa krisis

Rohingya tahun 2017 mungkin “telah memberikan

kontribusi penurunan posisi kedemawanan karena

orang-orang Myanmar kurang mau membantu

saudaranya senegara yang sedang terkena krisis."

Orang Myanmar masih menjadi yang paling

dermawan dalam hal donasi dengan partisipasi

mencapai 88 persen -- 3 persen lebih pendek dari

tingkat tahun lalu. Tingginya angka tersebut mungkin

INDONESIA JUARA

MURAH

HATI dapat dijelaskan dengan adanya kepatuhan Myanmar

terhadap ajaran Buddhisme Theravada yang

mendorong para pengikutnya untuk menyumbangkan

donasi bagi mereka yang hidup dalam Biara.

Ini adalah pertama kalinya Indonesia menduduki

daftar teratas selama 9 tahun terakhir. Tahun-tahun

sebelumnya kita menduduki peringkat 2 (2017), ke-7

(2016), ke-12 (2015), dan ke-13 (2014).

Mirip dengan Myanmar, kepatuhan umat Muslim di

Indonesia terhadap ajaran Islam menjelaskan tingginya

tingkat partisipasi donasi. Dalam hal ini, faktor agama

mendorong para pemeluknya untuk berdonasi, konsep

dikenal sebagai infaq.

Dalam daftar 20 teratas tahun 2018, hanya

separuhnya termasuk dalam daftar negara maju versi

PBB dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Sementara

10 negara berkembang lainnya memiliki tingkat

pendapatan yang beragam termasuk Indonesia yang

memiliki tingkat pendapatan menengah ke bawah.

"World Giving Index dari CAF memberikan wawasan

unik tentang tren kemurahan hati di seluruh dunia. Ini

adalah titik awal perbincangan di seluruh dunia tentang

bagaimana kita memelihara dan menumbuhkan hasrat

alami orang untuk membantu orang lain dan bersama-

sama membangun masyarakat yang lebih baik," kata

Ketua Pelaksana CAF Sir John Low.[] melati, bowo

Alhamdulillah,

30 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 31 MAN TAZAKKA

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

Alhamdulillah, tahun 2018 ini Indonesia

dinobatkan sebagai ''Juara Dunia Negara

Dermawan''. Predikat ini berdasarkan laporan

2018 World Giving Index oleh Charities Aid Foundation

(CAF) yang bermarkas di Inggris.

Tiga perilaku yang digunakan sebagai parameter

untuk mengukur kemurahan hati suatu negara adalah:

menyumbangkan uang, membantu orang asing, dan

menjadi sukarelawan.

Presentase orang Indonesia dalam menyumbangkan

uang sebesar 78%. Lalu presentase untuk membantu

orang asing adalah 46%. Presentase orang Indonesia

dalam menyumbangkan uang sebesar 78%. Lalu

presentase untuk membantu orang asing adalah 46%.

Yang terakhir, partisipasi orang Indonesia dalam

menjadi relawan masuk yang tertinggi di dunia dengan

presentase 53%.

Skor keseluruhan yang diperoleh Indonesia adalah

59%.

Indeks yang dirilis minggu ini berdasar pada survei

pada tahun 2017 oleh konsultan manajemen Gallup

yang melibatkan lebih dari 150 ribu orang di seluruh

dunia, yang mana dilakukan sebelum gempa bumi

melanda Lombok dan Sulawesi Tengah.

Tahun ini Indonesia berhasil meraih posisi puncak

setelah tahun lalu menduduki peringkat 2. Myanmar

pun terjun ke posisi 9 setelah 4 tahun memiliki gelar

''negara paling dermawan di dunia''.

CAF mencatat dalam laporannya bahwa krisis

Rohingya tahun 2017 mungkin “telah memberikan

kontribusi penurunan posisi kedemawanan karena

orang-orang Myanmar kurang mau membantu

saudaranya senegara yang sedang terkena krisis."

Orang Myanmar masih menjadi yang paling

dermawan dalam hal donasi dengan partisipasi

mencapai 88 persen -- 3 persen lebih pendek dari

tingkat tahun lalu. Tingginya angka tersebut mungkin

INDONESIA JUARA

MURAH

HATI dapat dijelaskan dengan adanya kepatuhan Myanmar

terhadap ajaran Buddhisme Theravada yang

mendorong para pengikutnya untuk menyumbangkan

donasi bagi mereka yang hidup dalam Biara.

Ini adalah pertama kalinya Indonesia menduduki

daftar teratas selama 9 tahun terakhir. Tahun-tahun

sebelumnya kita menduduki peringkat 2 (2017), ke-7

(2016), ke-12 (2015), dan ke-13 (2014).

Mirip dengan Myanmar, kepatuhan umat Muslim di

Indonesia terhadap ajaran Islam menjelaskan tingginya

tingkat partisipasi donasi. Dalam hal ini, faktor agama

mendorong para pemeluknya untuk berdonasi, konsep

dikenal sebagai infaq.

Dalam daftar 20 teratas tahun 2018, hanya

separuhnya termasuk dalam daftar negara maju versi

PBB dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Sementara

10 negara berkembang lainnya memiliki tingkat

pendapatan yang beragam termasuk Indonesia yang

memiliki tingkat pendapatan menengah ke bawah.

"World Giving Index dari CAF memberikan wawasan

unik tentang tren kemurahan hati di seluruh dunia. Ini

adalah titik awal perbincangan di seluruh dunia tentang

bagaimana kita memelihara dan menumbuhkan hasrat

alami orang untuk membantu orang lain dan bersama-

sama membangun masyarakat yang lebih baik," kata

Ketua Pelaksana CAF Sir John Low.[] melati, bowo

Alhamdulillah,

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 33 MAN TAZAKKA

TELAAH

32 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

kearifan hidup, termasuk pengorbanan dan

kedermawanan.

Seperti disebutkan Saleh Danasasmita dalam Sejarah

Bogor Bagian I (1983) sebagian isi naskah itu adalah:

Dasakerta (kesejahteraan sepuluh), Tapa di Nagara,

Panca parisuda, Hidup yang penuh berkah, Parigeuing

dan Dasapasanta, serta Tritangtu di bumi (tiga posisi di

dunia).

Hidup yang penuh berkah, menurut ajaran Prabu

Siliwangi, dalam rumah tangga antara lain harus: cermat

(emet), rajin (rajeun), bersemangat (morogol-rogol),

berpribadi pahlawan (purusa ningsa), berani berkurban

(hapitan), dan dermawan (waleya).

Dalam tradisi kedermawanan Nasrani dikenal dana

persepuluhan gereja yang terdiri tiga pos: Persepuluhan

pertama adalah untuk keimamatan (Kohanim), dan

jatuhnya sebagai milik pusaka, karenanya sering disebut

cukai bait Allah. (Bilangan: 18:26). Dana Persepuluhan

kedua digunakan untuk perayaan-perayaan di tempat

yang telah dikhaskan bagi tujuan missionaris bagi

golongan fakir-miskin (Ulangan 14:22-23). Ada lagi

persepuluhan tambahan, yang dikenal dengan

persembahan, yang dipungut pada petang sabat dan

hari minggu. (1Korintus 16:2-4).

Dana Persepuluhan ini secara wajib 'ain dikeluarkan

3 kali setahun, bukan sekali setahun seperti zakat fitrah. 16Dalam Ulangan 16:16-17 dijelaskan; Tiga kali setahun

setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap

hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-

Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari

raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun.

Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan 17hampa, tetapi masing-masing dengan sekedar

persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan

kepadamu oleh Tuhan, Allahmu."

Para rohaniawan mereka berpesan, "iman dalam

pembayaran persepuluhan dan persembahan harus

tetap meningkat sekalipun keadaan ekonomi kita

terbatas. Karena dengan demikian kita dapat maju

dalam segala, dapat membangunan gedung-gedung

pertemuan serta bait suci-bait suci, dengan program

pendidikan kita yang besar, yang berbagai kegiatannya

banyak bergantung pada pendapatan persepuluhan

Gereja. Saya menjanjikan kepada Anda bahwa kita tidak

akan pernah membuat Gereja berhutang. Kita akan

dengan ketat merancang program sesuai dengan

pendapatan persepuluhan serta menggunakan dana

yang kudus ini untuk tujuan-tujuan yang dirancang oleh

ekali lagi, alhamdulillah, bangsa kita termasuk

Sbangsa yang sangat dermawan. Bahkan paling

dermawan menurut penelitian tahun 2017 oleh

CAF.

Karakter dermawan bangsa kita, tak lepas dari ajaran

keyakinan atau agamanya. Meskipun, secara fitrah

setiap manusia memiliki naluri kasihan atau iba pada

sesamanya. Bahkan, menurut hasil survei “Potensi dan

Perilaku Masyarakat dalam Menyumbang” yang

dilakukan PIRAC di 11 kota besar di Indonesia dengan

2.500 responden, hampir seluruh responden (99%)

mengaku menyumbang karena dorongan ajaran

keyakinan atau agama.

Dalam ajaran Budha misalnya, konsep

kedermawanan diformulasikan sebagai etika atau sutta

nipata, dengan lima pilar: memberi dalam iman,

memberi dengan seksama, memberi dengan segera,

memberi dengan sepenuh hati, dan memberi untuk

tidak mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

Kisah monumentalnya adalah ketika Raja Sivi

menyumbangkan bola matanya. Ada lagi Vessantra

yang tidak saja menyerahkan kerajaannya, tetapi seluruh

harta beserta istri dan anaknya.

Sedangkan ajaran Kasundan, merujuk pada Raja

Pakuan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang

mewariskan sebuah naskah kuno Siskandang Karesian

dan Kundangeun Urang Reya (untuk pegangan hidup

orang banyak).

Naskah yang terdiri 30 lembar bertahun 1440 Saka

atau 1518 M, ini disimpan di Museum Pusat dengan

nomor kode Kropak 630. Isinya antara lain ajaran

KedermawananKarakter

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 33 MAN TAZAKKA

TELAAH

32 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

kearifan hidup, termasuk pengorbanan dan

kedermawanan.

Seperti disebutkan Saleh Danasasmita dalam Sejarah

Bogor Bagian I (1983) sebagian isi naskah itu adalah:

Dasakerta (kesejahteraan sepuluh), Tapa di Nagara,

Panca parisuda, Hidup yang penuh berkah, Parigeuing

dan Dasapasanta, serta Tritangtu di bumi (tiga posisi di

dunia).

Hidup yang penuh berkah, menurut ajaran Prabu

Siliwangi, dalam rumah tangga antara lain harus: cermat

(emet), rajin (rajeun), bersemangat (morogol-rogol),

berpribadi pahlawan (purusa ningsa), berani berkurban

(hapitan), dan dermawan (waleya).

Dalam tradisi kedermawanan Nasrani dikenal dana

persepuluhan gereja yang terdiri tiga pos: Persepuluhan

pertama adalah untuk keimamatan (Kohanim), dan

jatuhnya sebagai milik pusaka, karenanya sering disebut

cukai bait Allah. (Bilangan: 18:26). Dana Persepuluhan

kedua digunakan untuk perayaan-perayaan di tempat

yang telah dikhaskan bagi tujuan missionaris bagi

golongan fakir-miskin (Ulangan 14:22-23). Ada lagi

persepuluhan tambahan, yang dikenal dengan

persembahan, yang dipungut pada petang sabat dan

hari minggu. (1Korintus 16:2-4).

Dana Persepuluhan ini secara wajib 'ain dikeluarkan

3 kali setahun, bukan sekali setahun seperti zakat fitrah. 16Dalam Ulangan 16:16-17 dijelaskan; Tiga kali setahun

setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap

hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-

Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari

raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun.

Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan 17hampa, tetapi masing-masing dengan sekedar

persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan

kepadamu oleh Tuhan, Allahmu."

Para rohaniawan mereka berpesan, "iman dalam

pembayaran persepuluhan dan persembahan harus

tetap meningkat sekalipun keadaan ekonomi kita

terbatas. Karena dengan demikian kita dapat maju

dalam segala, dapat membangunan gedung-gedung

pertemuan serta bait suci-bait suci, dengan program

pendidikan kita yang besar, yang berbagai kegiatannya

banyak bergantung pada pendapatan persepuluhan

Gereja. Saya menjanjikan kepada Anda bahwa kita tidak

akan pernah membuat Gereja berhutang. Kita akan

dengan ketat merancang program sesuai dengan

pendapatan persepuluhan serta menggunakan dana

yang kudus ini untuk tujuan-tujuan yang dirancang oleh

ekali lagi, alhamdulillah, bangsa kita termasuk

Sbangsa yang sangat dermawan. Bahkan paling

dermawan menurut penelitian tahun 2017 oleh

CAF.

Karakter dermawan bangsa kita, tak lepas dari ajaran

keyakinan atau agamanya. Meskipun, secara fitrah

setiap manusia memiliki naluri kasihan atau iba pada

sesamanya. Bahkan, menurut hasil survei “Potensi dan

Perilaku Masyarakat dalam Menyumbang” yang

dilakukan PIRAC di 11 kota besar di Indonesia dengan

2.500 responden, hampir seluruh responden (99%)

mengaku menyumbang karena dorongan ajaran

keyakinan atau agama.

Dalam ajaran Budha misalnya, konsep

kedermawanan diformulasikan sebagai etika atau sutta

nipata, dengan lima pilar: memberi dalam iman,

memberi dengan seksama, memberi dengan segera,

memberi dengan sepenuh hati, dan memberi untuk

tidak mencelakakan diri sendiri dan orang lain.

Kisah monumentalnya adalah ketika Raja Sivi

menyumbangkan bola matanya. Ada lagi Vessantra

yang tidak saja menyerahkan kerajaannya, tetapi seluruh

harta beserta istri dan anaknya.

Sedangkan ajaran Kasundan, merujuk pada Raja

Pakuan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi yang

mewariskan sebuah naskah kuno Siskandang Karesian

dan Kundangeun Urang Reya (untuk pegangan hidup

orang banyak).

Naskah yang terdiri 30 lembar bertahun 1440 Saka

atau 1518 M, ini disimpan di Museum Pusat dengan

nomor kode Kropak 630. Isinya antara lain ajaran

KedermawananKarakter

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 35 MAN TAZAKKA

34

dicintai. Misalnya ketika menyambut saudara barunya,

Sa'ad bin Rabi dari Kaum Anshar menawari

Abdurrahman bin Auf dari Kaum Muhajirin, setengah

harta dan salah seorang dari dua istrinya setelah akan

dicerai lebih dulu. Bin Auf berterima kasih, tapi ia lebih

memilih ditunjukkan pasar Madinah yang kelak berhasil

dia rebut dari dominasi mafia Yahudi.

Keempat, ringan hati memberikan saat sedang

sangat membutuhkan. Sebagaimana Abu Thalhah dan

Ummu Sulaim merelakan sepiring nasi terakhir mereka

dihidangkan buat tamunya ketimbang buat anak mereka

yang juga belum makan. Atau sebagaimana trio sahabat

Ikrimah bin Abi Jahal, Harits bin Hisyam, dan Suhail bin

Umair, yang saling mendahulukan kepentingan yang

lain hingga ajal menghampiri mereka bertiga dalam

Perang Yarmuk.

Kelima, bagai semilir angin di kala Ramadhan.

Artinya, kedermawanan makin menjadi-jadi ketika Bulan

Suci, sebagaimana kedermawanan Rasulullah. Tapi ini

bukan berarti menunda kebajikan selama 11 bulan

sebelumnya.

Orang-orang Non-Muslim pun mengakui,

kedermawanan sangat menggugah spiritualitas. Kisah-

kisah mereka dikumpulkan dalam e-book “The Greatest

Money-Making Secret in History!”, yang bisa diunduh

dari situs: http://www.plainwords.co.nz/

greatestmms.pdf.

Penelitian empat mahasiswa pada tahun 2012 yakni

Sutikno (Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo

Madura) beserta Umar Burhan, Moh Khusaini, dan

Khusnul Ashar (Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya),

mengungkapkan pola perilaku sedekah masyarakat.

Pertama, amalan sedekah dimotivasi oleh tiga

kekuatan pendorong yaitu: (1) kekuatan emosional

simpati dan empati; (2) kekuatan spritual; (3) kekuatan

empirik, yaitu informan merasakan lebih dimotivasi oleh

pengalaman-pengalaman orangtua dan keluarga yang

mendapatkan kesuksesan dan kebahagian hidup karena

mengamalkan sedekah.

Kedua, setelah mengamalkan sedekah secara

istiqomah masyarakat merasakan reward berupa: (1)

kesehatan dan terhindar dari musibah; (2) kesuksesan

usaha dan tambahan penghasilan; (3) rejeki 10 kali lipat

bahkan lebih dibanding yang disedekahkan.

Ketiga, pelaku sedekah merasakan perubahan hidup

ke arah yang lebih positif yaitu: (1) Sedekah

meningkatkan ketaqwaan dan keimamanan kepada

Allah. (2) Sedekah menghantarkan informan menuju

pada perbaikan perilaku hidup seperti kejujuran,

profesionalisme dan etos kerja tinggi.[]

Tuhan Yesus. (The Church of Jesus Christ of Latter-day

Saints, April 2003).

Ajaran Islam yang dianut mayoritas Bangsa

Indonesia, dikatakan Direktur Karim Consulting

Adiwarman Karim, sedemikian rinci dan sistematik

membahas soal ini.

Konsep zakat amat penting dalam ajaran Islam

karena penyebutannya sering beriringan dengan

penunaian kewajiban shalat. Ayat-ayat tentang zakat

yang turun di Mekah berisi kritik terhadap doktrin,

moral, kondisi sosial, dan perilaku bangsa Arab jahiliah,

dan peringatan, hukuman, dan ganjaran pada hari akhir.

Misalnya QS Al-Dhuha, Al-Muddatstsir, Al-Ma'arij, atau

Al-Haqqah. Sementara ayat tentang zakat yang turun di

Madinah memberi rincian yang sistematik tentang

kewjiban zakat. Bahkan, ceramah pertama Rasulullah di

Madinah setelah hijrah berisi kewajiban zakat dan infak.

Bagaimana karakter kedermawanan yang diajarkan

Islam?

Pertama, fastabiqul khairaat. Berlomba-lomba dalam

kebajikan. Ketika Nabi Muhammad SAW menyerukan

penghimpunan dana dan logistik untuk mengirim

ekspedisi jihad, para sahabat berbondong-bondong

datang menyerahkan sebagian hartanya. Di antaranya

Abdurrahman bin Auf, yang berkata, ‘'Aku mempunyai

uang 4000 dirham. Yang 2000 untuk nafkah keluargaku,

2000 lagi untuk kuinfakkan.''

''Semoga Allah menerima yang engkau infakkan, dan

memberkahi yang engkau sisakan untuk keluargamu,''

sambut Nabi.

Lalu datang seorang Anshar membawa dua gantang

kurma. ‘'Wahai Rasulallah,'' katanya sembari menghapus

keringat di wajahnya, ''aku baru saja mendapat upah

dua gantang kurma. Ini yang segantang aku infakkan,

sisanya kuberikan untuk keluargaku.''

Menyaksikan kesederhanaan pemberian orang

Anshar itu, orang-orang munafik tertawa terbahak-

bahak. ''Ho, ho, ho, ini ada orang mau melawan pedang

dan tombak dengan segantang kurma,'' ledek mereka.

Nabi murka pada kelakuan munafikin. Bersamaan

dengan itu turunlah ayat 79 Surat At Taubah yang

mencela perbuatan kaum itu dan memuji pengorbanan

sahabat Nabi betapapun sederhananya.

Kedua, itsar. Sangat mendahulukan orang lain. Ketika

sedang berada di kota Johfah, Ibnu Umar jatuh sakit.

Suatu hari, ia bilang kepada istrinya, ingin makan ikan.

Istri Ibnu Umar lalu belanja dan memasak ikan. Tak

lama, hidangan lezat tersaji di depan Ibnu Umar.

Namun belum lagi ia sempat mencicipinya, tiba-tiba

seorang pengemis datang. Spontan, ikan itu

diberikannya kepada si pengemis.

Ketiga, ringan hati memberikan miliknya yang

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 35 MAN TAZAKKA

34

dicintai. Misalnya ketika menyambut saudara barunya,

Sa'ad bin Rabi dari Kaum Anshar menawari

Abdurrahman bin Auf dari Kaum Muhajirin, setengah

harta dan salah seorang dari dua istrinya setelah akan

dicerai lebih dulu. Bin Auf berterima kasih, tapi ia lebih

memilih ditunjukkan pasar Madinah yang kelak berhasil

dia rebut dari dominasi mafia Yahudi.

Keempat, ringan hati memberikan saat sedang

sangat membutuhkan. Sebagaimana Abu Thalhah dan

Ummu Sulaim merelakan sepiring nasi terakhir mereka

dihidangkan buat tamunya ketimbang buat anak mereka

yang juga belum makan. Atau sebagaimana trio sahabat

Ikrimah bin Abi Jahal, Harits bin Hisyam, dan Suhail bin

Umair, yang saling mendahulukan kepentingan yang

lain hingga ajal menghampiri mereka bertiga dalam

Perang Yarmuk.

Kelima, bagai semilir angin di kala Ramadhan.

Artinya, kedermawanan makin menjadi-jadi ketika Bulan

Suci, sebagaimana kedermawanan Rasulullah. Tapi ini

bukan berarti menunda kebajikan selama 11 bulan

sebelumnya.

Orang-orang Non-Muslim pun mengakui,

kedermawanan sangat menggugah spiritualitas. Kisah-

kisah mereka dikumpulkan dalam e-book “The Greatest

Money-Making Secret in History!”, yang bisa diunduh

dari situs: http://www.plainwords.co.nz/

greatestmms.pdf.

Penelitian empat mahasiswa pada tahun 2012 yakni

Sutikno (Fakultas Ekonomi Universitas Trunojoyo

Madura) beserta Umar Burhan, Moh Khusaini, dan

Khusnul Ashar (Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya),

mengungkapkan pola perilaku sedekah masyarakat.

Pertama, amalan sedekah dimotivasi oleh tiga

kekuatan pendorong yaitu: (1) kekuatan emosional

simpati dan empati; (2) kekuatan spritual; (3) kekuatan

empirik, yaitu informan merasakan lebih dimotivasi oleh

pengalaman-pengalaman orangtua dan keluarga yang

mendapatkan kesuksesan dan kebahagian hidup karena

mengamalkan sedekah.

Kedua, setelah mengamalkan sedekah secara

istiqomah masyarakat merasakan reward berupa: (1)

kesehatan dan terhindar dari musibah; (2) kesuksesan

usaha dan tambahan penghasilan; (3) rejeki 10 kali lipat

bahkan lebih dibanding yang disedekahkan.

Ketiga, pelaku sedekah merasakan perubahan hidup

ke arah yang lebih positif yaitu: (1) Sedekah

meningkatkan ketaqwaan dan keimamanan kepada

Allah. (2) Sedekah menghantarkan informan menuju

pada perbaikan perilaku hidup seperti kejujuran,

profesionalisme dan etos kerja tinggi.[]

Tuhan Yesus. (The Church of Jesus Christ of Latter-day

Saints, April 2003).

Ajaran Islam yang dianut mayoritas Bangsa

Indonesia, dikatakan Direktur Karim Consulting

Adiwarman Karim, sedemikian rinci dan sistematik

membahas soal ini.

Konsep zakat amat penting dalam ajaran Islam

karena penyebutannya sering beriringan dengan

penunaian kewajiban shalat. Ayat-ayat tentang zakat

yang turun di Mekah berisi kritik terhadap doktrin,

moral, kondisi sosial, dan perilaku bangsa Arab jahiliah,

dan peringatan, hukuman, dan ganjaran pada hari akhir.

Misalnya QS Al-Dhuha, Al-Muddatstsir, Al-Ma'arij, atau

Al-Haqqah. Sementara ayat tentang zakat yang turun di

Madinah memberi rincian yang sistematik tentang

kewjiban zakat. Bahkan, ceramah pertama Rasulullah di

Madinah setelah hijrah berisi kewajiban zakat dan infak.

Bagaimana karakter kedermawanan yang diajarkan

Islam?

Pertama, fastabiqul khairaat. Berlomba-lomba dalam

kebajikan. Ketika Nabi Muhammad SAW menyerukan

penghimpunan dana dan logistik untuk mengirim

ekspedisi jihad, para sahabat berbondong-bondong

datang menyerahkan sebagian hartanya. Di antaranya

Abdurrahman bin Auf, yang berkata, ‘'Aku mempunyai

uang 4000 dirham. Yang 2000 untuk nafkah keluargaku,

2000 lagi untuk kuinfakkan.''

''Semoga Allah menerima yang engkau infakkan, dan

memberkahi yang engkau sisakan untuk keluargamu,''

sambut Nabi.

Lalu datang seorang Anshar membawa dua gantang

kurma. ‘'Wahai Rasulallah,'' katanya sembari menghapus

keringat di wajahnya, ''aku baru saja mendapat upah

dua gantang kurma. Ini yang segantang aku infakkan,

sisanya kuberikan untuk keluargaku.''

Menyaksikan kesederhanaan pemberian orang

Anshar itu, orang-orang munafik tertawa terbahak-

bahak. ''Ho, ho, ho, ini ada orang mau melawan pedang

dan tombak dengan segantang kurma,'' ledek mereka.

Nabi murka pada kelakuan munafikin. Bersamaan

dengan itu turunlah ayat 79 Surat At Taubah yang

mencela perbuatan kaum itu dan memuji pengorbanan

sahabat Nabi betapapun sederhananya.

Kedua, itsar. Sangat mendahulukan orang lain. Ketika

sedang berada di kota Johfah, Ibnu Umar jatuh sakit.

Suatu hari, ia bilang kepada istrinya, ingin makan ikan.

Istri Ibnu Umar lalu belanja dan memasak ikan. Tak

lama, hidangan lezat tersaji di depan Ibnu Umar.

Namun belum lagi ia sempat mencicipinya, tiba-tiba

seorang pengemis datang. Spontan, ikan itu

diberikannya kepada si pengemis.

Ketiga, ringan hati memberikan miliknya yang

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 37 MAN TAZAKKA

36

TELAAHINSPIRASI DAI INSPIRASI DAI

tamat perguruan tinggi. Syaratnya, memeluk agama

Kristen sebagaimana warga Puyang yang lain.

Namun dengan pendidikan ayahnya, keyakinan Budi

mantap. Tak goyah meski ditawar dengan imbalan dunia

yang menggiurkan.

Kini, Panut dan Budi menjadi dua keluarga muslim di

tengah 50-an keluarga (170-an jiwa) penduduk Puyang.

Belakangan datang dua keluarga muslim lagi, sehingga

jumlahnya jadi 14 jiwa.

Untuk meneguhkan keyakinan, Panut membangun

mushola kecil di bagian depan rumahnya. Mushola yang

cantik dan sangat terawat ini mencerminkan ketegaran

Panut bagai karang di tengah Puyang.

Dakwah Mbah Panut mendapat support antara lain

dari Ustadzah Widi Astuti dari Mu'alaf Centre

Semarang.[]

ahkan jika harus tetap sendirian hingga titik

Bdarah penghabisan, dia akan jalani. Itulah ''harga

mati'' Mbah Panut (84 tahun), seorang mukmin

yang tersisa dari Dusun Puyang, Jawa Tengah.

Puyang terhampar di Desa Tajuk, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang, di sebelah utara kaki

Gunung Merbabu. Kampung ini dulunya merupakan

salah satu basis massa PKI (Partai Komunis Indonesia).

Pasca Trgaedi 1965, berdasar rembug dusun, semua

warga beralih ke agama Kristen. Panut satu-satunya

yang menolak. Pria nahdhiyin ini bertahan sebagai

mukmin bersama istrinya yang mantan aktifis Gerwani

(organisasi wanita underbow PKI).

Di era Orde Baru, semua warga Payung manut saja

di-Golkar-kan oleh lurah yang waktu itu berasal dari

anggota ABRI. Lagi-lagi, hanya Panut yang berkata

''tidak''. Ia terus terang memilih PPP sebagai

representasi politik umat Islam sesuai arahan

Mohammad Natsir waktu itu.

Sikap penyempalan Panut justru dihargai. Lurah yang

sempat ditegur Panut agar sebagai pengayom

masyarakat harus bersifat netral, tidak marah. Malah

rajin berkunjung ke rumah Panut. Mereka akrab.

Selain persoalan politik, konversi aqidah Puyang juga

dilatari problem ekonomi. Budi, salah satu putra Panut,

menuturkan, mayoritas penduduk Dusun Puyang

perekonomiannya tergolong kelas bawah. Mata

pencahariannya bercocok tanam.

Lemahnya dakwah di Puyang, membuat warga

mudah goyah iman. Budi masih ingat, sejak kecil

semasa masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah

sering mendapat tawaran beasiswa pendidikan sampai

di Dusun PuyangKarang Tegar

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 37 MAN TAZAKKA

36

TELAAHINSPIRASI DAI INSPIRASI DAI

tamat perguruan tinggi. Syaratnya, memeluk agama

Kristen sebagaimana warga Puyang yang lain.

Namun dengan pendidikan ayahnya, keyakinan Budi

mantap. Tak goyah meski ditawar dengan imbalan dunia

yang menggiurkan.

Kini, Panut dan Budi menjadi dua keluarga muslim di

tengah 50-an keluarga (170-an jiwa) penduduk Puyang.

Belakangan datang dua keluarga muslim lagi, sehingga

jumlahnya jadi 14 jiwa.

Untuk meneguhkan keyakinan, Panut membangun

mushola kecil di bagian depan rumahnya. Mushola yang

cantik dan sangat terawat ini mencerminkan ketegaran

Panut bagai karang di tengah Puyang.

Dakwah Mbah Panut mendapat support antara lain

dari Ustadzah Widi Astuti dari Mu'alaf Centre

Semarang.[]

ahkan jika harus tetap sendirian hingga titik

Bdarah penghabisan, dia akan jalani. Itulah ''harga

mati'' Mbah Panut (84 tahun), seorang mukmin

yang tersisa dari Dusun Puyang, Jawa Tengah.

Puyang terhampar di Desa Tajuk, Kecamatan

Getasan, Kabupaten Semarang, di sebelah utara kaki

Gunung Merbabu. Kampung ini dulunya merupakan

salah satu basis massa PKI (Partai Komunis Indonesia).

Pasca Trgaedi 1965, berdasar rembug dusun, semua

warga beralih ke agama Kristen. Panut satu-satunya

yang menolak. Pria nahdhiyin ini bertahan sebagai

mukmin bersama istrinya yang mantan aktifis Gerwani

(organisasi wanita underbow PKI).

Di era Orde Baru, semua warga Payung manut saja

di-Golkar-kan oleh lurah yang waktu itu berasal dari

anggota ABRI. Lagi-lagi, hanya Panut yang berkata

''tidak''. Ia terus terang memilih PPP sebagai

representasi politik umat Islam sesuai arahan

Mohammad Natsir waktu itu.

Sikap penyempalan Panut justru dihargai. Lurah yang

sempat ditegur Panut agar sebagai pengayom

masyarakat harus bersifat netral, tidak marah. Malah

rajin berkunjung ke rumah Panut. Mereka akrab.

Selain persoalan politik, konversi aqidah Puyang juga

dilatari problem ekonomi. Budi, salah satu putra Panut,

menuturkan, mayoritas penduduk Dusun Puyang

perekonomiannya tergolong kelas bawah. Mata

pencahariannya bercocok tanam.

Lemahnya dakwah di Puyang, membuat warga

mudah goyah iman. Budi masih ingat, sejak kecil

semasa masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah

sering mendapat tawaran beasiswa pendidikan sampai

di Dusun PuyangKarang Tegar

TELAAHTELAAH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 39 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

ada 30 September 2018, saya mengisi seminar

Psehari di Kantor INSISTS Jakarta, dengan tema

“Pendidikan Guru Keluarga”. Tema ini sangat

penting, karena berkaitan dengan tanggung jawab

orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Sebab, dalam

pandangan Islam, pendidikan anak pada dasarnya

menjadi tanggung jawab orang tuanya; bukan tanggung

jawab sekolah atau pesantren.

Ironisnya, jika kita telaah kurikulum pendidikan di

sekolah-sekolah dan kampus-kampus kita, kita tidak

menjumpai adanya mata pelajaran atau mata kuliah

khusus tentang “bagaimana menjadi orang tua yang

baik.” Dunia pendidikan kita didominasi dengan pola

pikir dan tujuan untuk mencetak buruh atau pekerja

yang baik.

Program Studi (Prodi/Jurusan) di Perguruan Tinggi

diberikan ijin untuk beroperasi, jika memiliki proyeksi,

lulusannya akan bekerja di mana atau sektor apa. Maka,

Pentingnya Pendidikan

Guru Keluarga

kita jumpai ada prodi Kedokteran, Kedokteran Gigi,

Kedokteran Hewan, Farmasi, Hukum, Sosiologi,

Akuntasi, Teknik Informatika, Manajemen, dan

sebagainya. Tetapi, tidak ditemukan adanya Prodi Istri

Shalihah, Prodi Suami Baik, Prodi Ayah Teladan, dan

sebagainya.

Jadi, para pelajar dan mahasiswa kita, sampai lulus

S-3 sekali pun, pada umumnya tidak diberikan ilmu

yang memadai untuk menjadi suami/istri dan orang tua

yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, di

pemerintahan pun, tidak dijumpai Kementerian

Pemberdayaan Keluarga. Yang ada Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak. Seolah-olah,

laki-laki sudah berdaya semua, sehingga tidak perlu

diberdayakan lagi. Padahal, kini, tidak sedikit laki-laki –

bahkan yang punya jabatan tinggi di pemerintahan –

yang tidak berdaya di hadapan seorang perempuan.

Urusan keluarga di pemerintahan diserahkan kepada

satu lembaga bernama BKKBN. Masyarakat tahunya,

lembaga ini punya tugas utama: membatasi jumlah

anak. Slogannya: “dua anak cukup” atau “dua anak lebih

baik”. Padahal, hampir semua Presiden Indonesia,

memiliki anak lebih dari dua.

Disebutkan, bahwa tugas pokok BKKBN adalah:

“Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan

kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk,

penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan

keluarga.” (http://jatim.bkkbn.go.id/profil/tugas-pokok-

dan-fungsi/).

Mengapa kita tidak berpikir, bahwa manusia adalah

potensi bangsa yang luar biaa? Bahkan, kita sepakat,

bayi manusia jauh lebih berharga dibandingkan bayi

babi. Jika anak itu diasuh dan dididik dengan benar,

insyaAllah ia akan menjadi potensi yang bermanfaat

bagi bangsa dan negara. Jadi, intinya bukan

pengendalian, tetapi keadilan dan pendidikan!

Saya pikir, sangat adil, jika Pak BJ Habibie memiliki

anak 10 orang. Sebab, beliau jelas 'manusia super

hebat', 'bibit super unggul'. Belum tentu, seratus tahun

lagi, akan lahir manusia Indonesia sekualitas Pak

Habibie. Bukankah sila kedua Pancasila adalah

“Kemanusiaan yang adil dan beradab!” Bukannya,

kemanusiaan yang sama rata dan sama rasa?

Kondisi di Barat

Entah kebetulan atau tidak, hal ini pun terjadi di AS

dan negara-negara Barat pada umumnya. Dalam

bukunya, Tragedy and Hope: A History of The World in

Our Time, Prof. Caroll Quigley, guru besar Georgetown

University, USA, mengakui, bahwa masyarakat Barat

(Western society), telah meraih berbagai kesuksesan.

Misalnya, mereka telah mampu mengontrol

pertumbuhan penduduk, menghasilkan kekayaan dan

mengurangi kemiskinan. Bahkan, mungkin, dalam

waktu dekat, mereka akan mampu menunda kepikunan

dan kematian.

Tapi, simpul Quigley, satu hal terpenting yang

masyarakat Barat belum paham adalah bagaimana

mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang

matang dan bertanggung jawab. “Some things we

clearly do not yet know, including the most important of

all, which is how to bring up children to form them into

mature, responsible adults…” kata Prof. Quigley, yang

juga anggota The American Association for the

Advancement of Science.

Jadi, jika masyarakat Barat tidak paham, bagaimana

mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang

baik, apakah dengan itu, lalu dunia pendidikan formal

kita pun tidak menjadikan pendidikan keluarga sebagai

hal inti dan sangat penting?

Dunia perkawinan di Indonesia kini menghadapi

tantangan yang sangat serius. Angka perceraian begitu

tinggi. Tahun 2016, tercatat ada sekitar 350 ribu kasus

perceraian (https://www.republika.co.id/berita/dunia-

islam/islam-nusantara/18/01/21/p2w4v9396-ratusan-

ribu-kasus-perceraian-terjadi-dalam-setahun).

Ironisnya, 70 persen perceraian terjadi atas keinginan

pihak istri. Itu terjadi, utamanya karena mereka tidak

38

Oleh: Dr Adian Husaini,Anggota Dewan Pembina Dewan Dakwah

TELAAHTELAAH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 39 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

ada 30 September 2018, saya mengisi seminar

Psehari di Kantor INSISTS Jakarta, dengan tema

“Pendidikan Guru Keluarga”. Tema ini sangat

penting, karena berkaitan dengan tanggung jawab

orang tua untuk mendidik anak-anaknya. Sebab, dalam

pandangan Islam, pendidikan anak pada dasarnya

menjadi tanggung jawab orang tuanya; bukan tanggung

jawab sekolah atau pesantren.

Ironisnya, jika kita telaah kurikulum pendidikan di

sekolah-sekolah dan kampus-kampus kita, kita tidak

menjumpai adanya mata pelajaran atau mata kuliah

khusus tentang “bagaimana menjadi orang tua yang

baik.” Dunia pendidikan kita didominasi dengan pola

pikir dan tujuan untuk mencetak buruh atau pekerja

yang baik.

Program Studi (Prodi/Jurusan) di Perguruan Tinggi

diberikan ijin untuk beroperasi, jika memiliki proyeksi,

lulusannya akan bekerja di mana atau sektor apa. Maka,

Pentingnya Pendidikan

Guru Keluarga

kita jumpai ada prodi Kedokteran, Kedokteran Gigi,

Kedokteran Hewan, Farmasi, Hukum, Sosiologi,

Akuntasi, Teknik Informatika, Manajemen, dan

sebagainya. Tetapi, tidak ditemukan adanya Prodi Istri

Shalihah, Prodi Suami Baik, Prodi Ayah Teladan, dan

sebagainya.

Jadi, para pelajar dan mahasiswa kita, sampai lulus

S-3 sekali pun, pada umumnya tidak diberikan ilmu

yang memadai untuk menjadi suami/istri dan orang tua

yang baik bagi anak-anaknya. Karena itu, di

pemerintahan pun, tidak dijumpai Kementerian

Pemberdayaan Keluarga. Yang ada Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Anak-anak. Seolah-olah,

laki-laki sudah berdaya semua, sehingga tidak perlu

diberdayakan lagi. Padahal, kini, tidak sedikit laki-laki –

bahkan yang punya jabatan tinggi di pemerintahan –

yang tidak berdaya di hadapan seorang perempuan.

Urusan keluarga di pemerintahan diserahkan kepada

satu lembaga bernama BKKBN. Masyarakat tahunya,

lembaga ini punya tugas utama: membatasi jumlah

anak. Slogannya: “dua anak cukup” atau “dua anak lebih

baik”. Padahal, hampir semua Presiden Indonesia,

memiliki anak lebih dari dua.

Disebutkan, bahwa tugas pokok BKKBN adalah:

“Pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan

kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk,

penyelenggaraan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi, keluarga sejahtera dan pemberdayaan

keluarga.” (http://jatim.bkkbn.go.id/profil/tugas-pokok-

dan-fungsi/).

Mengapa kita tidak berpikir, bahwa manusia adalah

potensi bangsa yang luar biaa? Bahkan, kita sepakat,

bayi manusia jauh lebih berharga dibandingkan bayi

babi. Jika anak itu diasuh dan dididik dengan benar,

insyaAllah ia akan menjadi potensi yang bermanfaat

bagi bangsa dan negara. Jadi, intinya bukan

pengendalian, tetapi keadilan dan pendidikan!

Saya pikir, sangat adil, jika Pak BJ Habibie memiliki

anak 10 orang. Sebab, beliau jelas 'manusia super

hebat', 'bibit super unggul'. Belum tentu, seratus tahun

lagi, akan lahir manusia Indonesia sekualitas Pak

Habibie. Bukankah sila kedua Pancasila adalah

“Kemanusiaan yang adil dan beradab!” Bukannya,

kemanusiaan yang sama rata dan sama rasa?

Kondisi di Barat

Entah kebetulan atau tidak, hal ini pun terjadi di AS

dan negara-negara Barat pada umumnya. Dalam

bukunya, Tragedy and Hope: A History of The World in

Our Time, Prof. Caroll Quigley, guru besar Georgetown

University, USA, mengakui, bahwa masyarakat Barat

(Western society), telah meraih berbagai kesuksesan.

Misalnya, mereka telah mampu mengontrol

pertumbuhan penduduk, menghasilkan kekayaan dan

mengurangi kemiskinan. Bahkan, mungkin, dalam

waktu dekat, mereka akan mampu menunda kepikunan

dan kematian.

Tapi, simpul Quigley, satu hal terpenting yang

masyarakat Barat belum paham adalah bagaimana

mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang

matang dan bertanggung jawab. “Some things we

clearly do not yet know, including the most important of

all, which is how to bring up children to form them into

mature, responsible adults…” kata Prof. Quigley, yang

juga anggota The American Association for the

Advancement of Science.

Jadi, jika masyarakat Barat tidak paham, bagaimana

mendidik anak-anak mereka menjadi orang tua yang

baik, apakah dengan itu, lalu dunia pendidikan formal

kita pun tidak menjadikan pendidikan keluarga sebagai

hal inti dan sangat penting?

Dunia perkawinan di Indonesia kini menghadapi

tantangan yang sangat serius. Angka perceraian begitu

tinggi. Tahun 2016, tercatat ada sekitar 350 ribu kasus

perceraian (https://www.republika.co.id/berita/dunia-

islam/islam-nusantara/18/01/21/p2w4v9396-ratusan-

ribu-kasus-perceraian-terjadi-dalam-setahun).

Ironisnya, 70 persen perceraian terjadi atas keinginan

pihak istri. Itu terjadi, utamanya karena mereka tidak

38

Oleh: Dr Adian Husaini,Anggota Dewan Pembina Dewan Dakwah

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 41 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

paham makna keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Dan ini adalah masalah pendidikan keluarga!

(/berita/nasional/read/2018/03/15/137967/angka-

perceraian-kian-meningkat-70-persen-atas-keinginan-

istri.html).

Dalam beberapa kesempatan memberikan nasehat

perkawinan, saya menekankan perlunya suami-istri

paham betul tentang tanggung jawab pendidikan

keluarga ini. Tanggung jawab utama ada pada suami,

karena ia yang akan dimintai pertanggungjawaban

sebagai pemimpin keluarga.

Program pembangunan dan pendidikan keluarga

kita, sepatutnya tidak menjiplak tradisi di Barat yang

tidak punya konsep kepemimpinan suami dalam

keluarga. Suami-istri dianggap setara dalam semua hal.

Tidak ada konsep “istri wajib taat suami”, sebagaimana

juga tidak punya konsep dosa jika “anak tidak taat pada

orang tua.”

Karena itulah, sebelum memasuki kehidupan rumah

tangga, suami – utamanya – harus paham benar,

bahwa kewajiban suami bukan hanya ngasih makan,

tetapi juga mendidik anak-istrinya, agar mereka

sekeluarga selamat dunia dan akhirat.

Peran Negara

Dalam berbagai kesempatan ceramah atau seminar,

saya menyampaikan pernyataan, dengan agak

bercanda, bahwa jika saya jadi Presiden RI, maka akan

saya perintahkan Menteri Pendidikan untuk mendirikan

Prodi yang bisa melahirkan “Sarjana Istri Shalihah” atau

“Sarjana Suami Baik”. Sebab, istri atau suami yang baik

itulah kunci pembentukan keluarga yang baik. Dari

keluarga yang baik, akan terlahir anak-anak yang baik

pula, yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara.

Karena itu, negara harus memiliki program yang

komprehensif dan prioritas anggaran untuk membentuk

keluarga-keluarga teladan di Indonesia. Program itu

dimulai dari pendidikan orang tua sebagai “guru

keluarga”, sehingga rumah tangga menjadi lembaga

pendidikan yang utama dan pertama bagi anak-anak.

Program ini berbeda dengan konsep dan praktik

homeschooling pada umumnya.

Masalahnya, entah kapan, negara akan paham dan

sadar akan pentingnya konsep pendidikan keluarga ini.

Padahal, wajib bagi orang tua untuk menjadi pendidik

utama bagi anak-anaknya. Kewajiban itu tetap berlaku,

apakah pemerintah menyokong atau tidak program

tersebut. Untuk itulah, seminar satu hari tentang

Pendidikan Guru Keluarga di INSISTS pada 30

September 2018, menjadi penting dan mendesak.

Enam Materi

Sejauh pengalaman saya dalam dunia pendidikan,

sekurangnya ada enam tema materi kuliah (seminar)

yang penting menjadi bekal agar orang tua bisa

memainkan perannya sebagai guru bagi anak-anaknya

sendiri. Keenam materi itu adalah: (1) Islamic

Worldview, (2) Pendidikan Anak, (3) Fiqhud Dakwah (4)

Fiqih Keluarga Sakinah (5) Tantangan Pemikiran

Kontemporer (6) Sejarah Peradaban Islam.

Dalam Islamic Worldview akan dibahas tema-tema

yang terkait dengan konsep-konsep pokok dalam Islam,

seperti konsep Islam sebagai agama wahyu dan

perbandingannya dengan agama-agama lainnya. Juga,

dibahas tentang konsep Tuhan dalam Islam dan

mengapa nama Tuhan dalam Islam tidak menjadi ajang

perselisihan. Perlu juga dipahami tentang konsep

wahyu, dan bukti ilmiah bahwa al-Quran adalah kitab

suci yang otentik, yang 'lafadz dan maknanya dari Allah

Subhanahu Wata'ala'. Karena itu, cara menafsirkan al-

Quran pun unik.

Dalam Islamic Worldview, agar bisa menjadi guru

yang baik bagi anak-anaknya, orang tua perlu juga

memahami keunikan Islam yang memiliki 'uswah

hasanah' (teladan kehidupan) yang lengkap dan final.

Dengan konsep yang unik ini, maka bisa dipahami,

mengapa nama agama Islam sudah final, dan sepanjang

sejarah, nama itu tidak berubah, yaitu ISLAM – tidak

ditambah atau dikurang. Juga, mengapa umat Islam

melakukan ibadah yang sama di seluruh dunia. Umat

Islam bisa shalat di masjid mana saja. Cara mengubur

jenazah pun sama, dimana dan kapan saja.

Inilah yang ditegaskan oleh Prof. Syed Muhammad

Naquib al-Attas: “Islam is the only genuine revealed

religion.” (Islam adalah satu-satunya agama wahyu

yang murni). Islam bukan agama budaya (cultural

religion) yang berkembang terus mengikuti perubahan

budaya, meskipun Islam juga berhasil mewujudkan

peradaban yang unik, yang tidak menolak unsur-unsur

budaya yang baik dari satu lokasi tertentu.

Berpijak pada konsep worldview yang kokoh dan

unik inilah, dapat dijelaskan konsep pendidikan anak

yang unik pula, yang telah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad saw, dan telah terbukti dalam sejarah

mampu melahirkan generasi-generasi gemilang, yang

memimpin peradaban dunia. Aneh sekali, jika orang tua

yang sudah diberi amanah berupa anak-anak, tetapi

tidak mau mencari ilmu, bagaimana cara mendidik anak

yang benar. Padahal, di akhirat nanti, anak-anak itu

akan menuntut hak mereka untuk mendapatkan

pendidikan yang benar dari orang tuanya.

Konsep Ilmu dalam Islam perlu dipahami oleh orang

tua, agar ia bisa mengarahkan anaknya untuk

menempuh pendidikan yang benar dan tepat. Orang

tua wajib tahu tentang definisi ilmu, adab menuntut

ilmu, dan jenis-jenis ilmu. Sebab, menuntut ilmu adalah

wajib. Kewajiban itu tidak akan bisa dipenuhi, jika orang

tua tidak tahu apa itu ilmu dan bagaimana cara

mencarinya. Akhirnya, tidak sedikit yang menyangka,

kewajiban orang tua adalah cari uang untuk

menyekolahkan anak. Ia tidak merasa berkewajiban

untuk mencari ilmu agar bisa mendidik anak-anaknya

dengan baik.

Pemahaman tentang Fiqhud Dakwah diperlukan,

agar orang tua bisa menyiapkan anak-anaknya untuk

menjadi pejuang, sebagaimana diamanahkan dalam QS

Luqman: 17: “Wahai anakku, dirikanlah shalat, dan

laksanakan amar ma'ruf nahi munkar…”.

Jangan sampai anak-anak belajar berbagai jenis ilmu

selama belasan atau puluhan tahu, tetapi mereka tidak

memiliki cita-cita untuk berjuang; untuk mengamalkan

ilmunya, agar bemanfaat bagi diri, keluarga,

masyarakat, negara, dan umat manusia pada umumnya.

Jiwa pejuang inilah yang harus terus ditanamkan

pada anak-anak, agar kehidupan mereka menjadi lebih

berarti. Anak-anak kita bukan hasil evolusi species

monyet, yang hidupnya hanya untuk makan dan

bersenang-senang. Anak-anak kita adalah pewaris dan

penerus perjuangan para Nabi yang misi utamanya

adalah menegakkan kalimah Tauhid dan akhlak mulia.

Begitu juga, orang tua sangat memerlukan

pemahaman tentang Fiqih Keluarga Sakinah, Pemikiran

Kontemporer, dan Sejarah Peradaban Islam. Itu semua

untuk menambah wawasan orang tua, agar bisa

menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya. Sebab, hampir

pasti, anaka-anak kita berinteraksi dengan berbagai

jenis informasi yang bathil, baik melalui internet, atau

kurikulum pendidikan di sekolah atau universitas.

Sekali lagi, tanggung jawab pendidikan anak itu ada

pada orang tua; bukan pada sekolah, pesantren, atau

universitas. (QS 66:6). Karena itu, penting dan

mendesak sekali pemahaman tentang bagaimana orang

tua bisa menjadi Guru Keluarga! Semoga, kelak di

akhirat nanti, anak-anak kita tidak menuntut kita, karena

mereka tidak mendapatkan hak untuk mendapatkan

pendidikan yang benar. (Kuala Kapuas, 15 September

2018).[]

40

TELAAHTELAAH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 41 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

paham makna keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Dan ini adalah masalah pendidikan keluarga!

(/berita/nasional/read/2018/03/15/137967/angka-

perceraian-kian-meningkat-70-persen-atas-keinginan-

istri.html).

Dalam beberapa kesempatan memberikan nasehat

perkawinan, saya menekankan perlunya suami-istri

paham betul tentang tanggung jawab pendidikan

keluarga ini. Tanggung jawab utama ada pada suami,

karena ia yang akan dimintai pertanggungjawaban

sebagai pemimpin keluarga.

Program pembangunan dan pendidikan keluarga

kita, sepatutnya tidak menjiplak tradisi di Barat yang

tidak punya konsep kepemimpinan suami dalam

keluarga. Suami-istri dianggap setara dalam semua hal.

Tidak ada konsep “istri wajib taat suami”, sebagaimana

juga tidak punya konsep dosa jika “anak tidak taat pada

orang tua.”

Karena itulah, sebelum memasuki kehidupan rumah

tangga, suami – utamanya – harus paham benar,

bahwa kewajiban suami bukan hanya ngasih makan,

tetapi juga mendidik anak-istrinya, agar mereka

sekeluarga selamat dunia dan akhirat.

Peran Negara

Dalam berbagai kesempatan ceramah atau seminar,

saya menyampaikan pernyataan, dengan agak

bercanda, bahwa jika saya jadi Presiden RI, maka akan

saya perintahkan Menteri Pendidikan untuk mendirikan

Prodi yang bisa melahirkan “Sarjana Istri Shalihah” atau

“Sarjana Suami Baik”. Sebab, istri atau suami yang baik

itulah kunci pembentukan keluarga yang baik. Dari

keluarga yang baik, akan terlahir anak-anak yang baik

pula, yang berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara.

Karena itu, negara harus memiliki program yang

komprehensif dan prioritas anggaran untuk membentuk

keluarga-keluarga teladan di Indonesia. Program itu

dimulai dari pendidikan orang tua sebagai “guru

keluarga”, sehingga rumah tangga menjadi lembaga

pendidikan yang utama dan pertama bagi anak-anak.

Program ini berbeda dengan konsep dan praktik

homeschooling pada umumnya.

Masalahnya, entah kapan, negara akan paham dan

sadar akan pentingnya konsep pendidikan keluarga ini.

Padahal, wajib bagi orang tua untuk menjadi pendidik

utama bagi anak-anaknya. Kewajiban itu tetap berlaku,

apakah pemerintah menyokong atau tidak program

tersebut. Untuk itulah, seminar satu hari tentang

Pendidikan Guru Keluarga di INSISTS pada 30

September 2018, menjadi penting dan mendesak.

Enam Materi

Sejauh pengalaman saya dalam dunia pendidikan,

sekurangnya ada enam tema materi kuliah (seminar)

yang penting menjadi bekal agar orang tua bisa

memainkan perannya sebagai guru bagi anak-anaknya

sendiri. Keenam materi itu adalah: (1) Islamic

Worldview, (2) Pendidikan Anak, (3) Fiqhud Dakwah (4)

Fiqih Keluarga Sakinah (5) Tantangan Pemikiran

Kontemporer (6) Sejarah Peradaban Islam.

Dalam Islamic Worldview akan dibahas tema-tema

yang terkait dengan konsep-konsep pokok dalam Islam,

seperti konsep Islam sebagai agama wahyu dan

perbandingannya dengan agama-agama lainnya. Juga,

dibahas tentang konsep Tuhan dalam Islam dan

mengapa nama Tuhan dalam Islam tidak menjadi ajang

perselisihan. Perlu juga dipahami tentang konsep

wahyu, dan bukti ilmiah bahwa al-Quran adalah kitab

suci yang otentik, yang 'lafadz dan maknanya dari Allah

Subhanahu Wata'ala'. Karena itu, cara menafsirkan al-

Quran pun unik.

Dalam Islamic Worldview, agar bisa menjadi guru

yang baik bagi anak-anaknya, orang tua perlu juga

memahami keunikan Islam yang memiliki 'uswah

hasanah' (teladan kehidupan) yang lengkap dan final.

Dengan konsep yang unik ini, maka bisa dipahami,

mengapa nama agama Islam sudah final, dan sepanjang

sejarah, nama itu tidak berubah, yaitu ISLAM – tidak

ditambah atau dikurang. Juga, mengapa umat Islam

melakukan ibadah yang sama di seluruh dunia. Umat

Islam bisa shalat di masjid mana saja. Cara mengubur

jenazah pun sama, dimana dan kapan saja.

Inilah yang ditegaskan oleh Prof. Syed Muhammad

Naquib al-Attas: “Islam is the only genuine revealed

religion.” (Islam adalah satu-satunya agama wahyu

yang murni). Islam bukan agama budaya (cultural

religion) yang berkembang terus mengikuti perubahan

budaya, meskipun Islam juga berhasil mewujudkan

peradaban yang unik, yang tidak menolak unsur-unsur

budaya yang baik dari satu lokasi tertentu.

Berpijak pada konsep worldview yang kokoh dan

unik inilah, dapat dijelaskan konsep pendidikan anak

yang unik pula, yang telah dicontohkan oleh Nabi

Muhammad saw, dan telah terbukti dalam sejarah

mampu melahirkan generasi-generasi gemilang, yang

memimpin peradaban dunia. Aneh sekali, jika orang tua

yang sudah diberi amanah berupa anak-anak, tetapi

tidak mau mencari ilmu, bagaimana cara mendidik anak

yang benar. Padahal, di akhirat nanti, anak-anak itu

akan menuntut hak mereka untuk mendapatkan

pendidikan yang benar dari orang tuanya.

Konsep Ilmu dalam Islam perlu dipahami oleh orang

tua, agar ia bisa mengarahkan anaknya untuk

menempuh pendidikan yang benar dan tepat. Orang

tua wajib tahu tentang definisi ilmu, adab menuntut

ilmu, dan jenis-jenis ilmu. Sebab, menuntut ilmu adalah

wajib. Kewajiban itu tidak akan bisa dipenuhi, jika orang

tua tidak tahu apa itu ilmu dan bagaimana cara

mencarinya. Akhirnya, tidak sedikit yang menyangka,

kewajiban orang tua adalah cari uang untuk

menyekolahkan anak. Ia tidak merasa berkewajiban

untuk mencari ilmu agar bisa mendidik anak-anaknya

dengan baik.

Pemahaman tentang Fiqhud Dakwah diperlukan,

agar orang tua bisa menyiapkan anak-anaknya untuk

menjadi pejuang, sebagaimana diamanahkan dalam QS

Luqman: 17: “Wahai anakku, dirikanlah shalat, dan

laksanakan amar ma'ruf nahi munkar…”.

Jangan sampai anak-anak belajar berbagai jenis ilmu

selama belasan atau puluhan tahu, tetapi mereka tidak

memiliki cita-cita untuk berjuang; untuk mengamalkan

ilmunya, agar bemanfaat bagi diri, keluarga,

masyarakat, negara, dan umat manusia pada umumnya.

Jiwa pejuang inilah yang harus terus ditanamkan

pada anak-anak, agar kehidupan mereka menjadi lebih

berarti. Anak-anak kita bukan hasil evolusi species

monyet, yang hidupnya hanya untuk makan dan

bersenang-senang. Anak-anak kita adalah pewaris dan

penerus perjuangan para Nabi yang misi utamanya

adalah menegakkan kalimah Tauhid dan akhlak mulia.

Begitu juga, orang tua sangat memerlukan

pemahaman tentang Fiqih Keluarga Sakinah, Pemikiran

Kontemporer, dan Sejarah Peradaban Islam. Itu semua

untuk menambah wawasan orang tua, agar bisa

menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya. Sebab, hampir

pasti, anaka-anak kita berinteraksi dengan berbagai

jenis informasi yang bathil, baik melalui internet, atau

kurikulum pendidikan di sekolah atau universitas.

Sekali lagi, tanggung jawab pendidikan anak itu ada

pada orang tua; bukan pada sekolah, pesantren, atau

universitas. (QS 66:6). Karena itu, penting dan

mendesak sekali pemahaman tentang bagaimana orang

tua bisa menjadi Guru Keluarga! Semoga, kelak di

akhirat nanti, anak-anak kita tidak menuntut kita, karena

mereka tidak mendapatkan hak untuk mendapatkan

pendidikan yang benar. (Kuala Kapuas, 15 September

2018).[]

40

TELAAHTELAAH

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 43 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

alam satu kesempatan diskusi dakwah saya

Dturut menjadi narasumber bersama emak-emak

rempong van Salatiga, Pak Dokter dari

Muhammadiyah Ambarawa, Mas Ibrahim pemuda Garut

yang setia mengawal masyarakat Cunthel Getasan

Kopeng, dan Mas Ihsan senior Tagana yang banyak

blusukan dakwah di lereng Merapi sisi Boyolali

Magelang.

Saat ditanya tentang benturan fisik antara aktivis

dakwah dan misionaris, semua menjawab tidak ada.

Dakwah adalah proses pendampingan untuk sebuah

“kefahaman” yang lebih dalam tentang Islam, wataknya

bersifat persuasif. Jadi ketika ada istilah “wong Jawa iku

matine dipangku” maka relasi antara dakwah dan misi

adalah proses kuat-kuatan “saling memangku”,

berfastabiqul khoirot dalam melayani “masyarakat”.

Seperti yang dilakukan oleh team MCKS (Mu'alaf

Centre Kota Semarang) di sebuh desa di lereng

Merbabu, yang pasca 1965, 75 % penduduknya beralih

menjadi Kristen. Ada sebuah keluarga yang kebetulan

rumahnya di dekat masjid, kalau saat waktu sholat, ia

akan menyetel lagu dangdut yang speaker aktifnya

disetel maksimal. Saat beberapa minggu lalu dilakukan

bakti social di sana, para aktifis MCKS tetap mendatangi

rumahnya dan mengirim bingkisan yang memang

dihadiahkan kepada seluruh penduduk dusun. Team itu

hanya ditemui anak tuan rumah yang kelihatan

glagepan, dan bilang kalau orang tuanya sedang tidak

ada di rumah. Ketika para dokter melakukan layanan

pengobatan gratis pada bakti social tersebut, semua

yang datang, entah itu muslim atau non mulim dilayani

dengan baik. Yang khusus ditujukan bagi umat Islamnya

adalah pengjian selepas bakti sosial.

Kisah Mas Ihsan yang menangani sebuah desa di Kec

Selo lain lagi. Desa yang dulu sempat menjadi desa

dengan mayoritas warga beragama Kristen kini sudah

menjadi desa yang mayoritas warganya adalah muslim.

Proses konversi ke agama Islam berlangsung lama dan

terjadi secara alamiah, melalui pergaulan dan

pernikahan. Mas Ihsan mengatakan bahwa beliau

sekedar melanjutkan dakwah yang dirintis bapaknya.

Pendekatan ke anak-anak kecil (waktu itu) yang

menyebabkan mereka kuat dalam ber Islam, dan ketika

akan terjadi pernikahan berbeda agama, karena pihak

mempelai yang muslim, entah laki-laki atau

perempuannya, pemahaman Islamnya bagus, maka

pihak yang non muslim memilih berkonversi ke agama

Islam. Sehingga, saat ini di desa tersebut, warga

Kristennya mayoritas ada di generasi tua. Generasi yang

masuk Kristen karena trauma politik pasca 1965 dan

masifnya Misionarisme di desa-desa di awal Orde Baru.

Mas Ihsan sendiri, terbilang akrab dengan penduduk

dari kalangan “kasepuhan” dan biasa ngopi bareng

dengan suasana akrab bersama bapak-bapak yang

beragama Kristen tersebut.

Pola dakwah ala Mas Ihsan dan team inilah yang

kemudian menjadikan 30 warga sebuah kampung yang

keluarganya ter -Kristen dan Budda- kan pasca 1965,

menjadi peserta pengajian dan belajar Islam dengan

serius. Di kampung lainnya, dua bulan terakhir, ada 13

orang yang kembali ke pangkuan Islam.

Yang pakai gertakan keras memang ada juga, seperti

cerita Mbak Widi Astuti. Di sebuah kampung yang

warganya masih 100 % muslim, ada seorang misionaris

yang datang. Ia menghampiri seorang bapak yang

tengah mencari rumput di pematang ladang. Mungkin

bahasa misionaris itu vulgar, sehingga bapak-bapak

yang ternyata aktifis masjid itu tersinggung. Dan

kemudian, sabit yang digunakan untuk mencari rumput

itu diacungkannya kepak misionaris itu sambil bilang,

“Mas, kalau kamu nekat mau nyebarkan Kristen di desa

ini, maka mendhing tak plathok ndhasmu lho Mas

sekarang.” Akhirnya sang misionaris tersebut ngibrit,

ambil langkah seribu.

Cerita tentang potensi bentrok, baru didapat pada

sesi akhir wawancara dengan Mas Ihsan. Suasana

mencekam di seputaran lereng Merapi di awal

reformasi, di akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an.

Saat kutub-kutub ekstrem dalam beragama menemukan

euforianya. Suatu saat, mas Ihsan didatangi seorang

Laskar yang ngakunya dari Solo. Entah mengapa ia bisa

sampai ketemu nama Ihsan dari Selo. Sang Laskar

tersebut, kata mas Ihsan mendatanginya, untuk

mengkonfirmasi nama-nama missionaris yang ada

dalam catatannya. Kata, mas laskar misterius tersebut, ia

sudah membentuk team untuk membereskan para

missionaris itu. Tawaran bantuan itu bukan

menggembirakan tapi menggelisahkan. Karena, meski

terjadi perpindahan keagamaan besar-besaran pasca

penumpasan PKI dan awal Orde Baru, tapi

bagaimanapun juga orang-orang tersebut adalah

bagian dari keluarga batih / keluarga besar. Hubungan

ketetanggaanpun masih berjalan dengan baik. Segera

mas Ihsan matur ke bapaknya, dan bersama semua

warga mereka kompak untuk menjaga kampungnya,

supaya tidak ada orang luar yang berani bikin onar.

Untunglah, kata mas Ihsan, waktu itu ada peristiwa

Ambon, karena kemudian ancaman persekusi itu tidak

pernah terwujud.

Yang juga menarik dari gerak para aktifis yang

berkiprah di wilayah-wilayah rawan Kristenisasi itu

adalah kemampuan komunikasi mereka, baik kepada

non muslim maupun kepada sesama umat Islam. Salah

satu tolok ukur berhasilnya dakwah, kata Mas Ibrahim,

adalah ketika warga yang non muslim sudah berani

“curhat ke sang da'i. Jalinan psikologis itu penting,

setidaknya biar tidak terjadi kesalah pahaman. Yang

juga patut menjadi acungan jempol menurut saya

adalah “ukhuwah Islamiyah” yang memang betul-betul

terwujud diantara sesama muslim.

Kalau di sebuah daerah yang rawan misionarisme itu

organisasi keagamaan yang eksis dari kalangan NU,

maka aktifis dari afiliasi lain hanya bertugas membantu.

Meski nanti yang nyari donasi keluar mayoritasnya

adalah orang Muhamadiyah, maka donasi itu nanti akan

dipasrahkan pada pegiat dakwah setempat yang NU itu.

Bukan hanya itu, teman-teman yang di medsos oleh

netizen NU diejek sebagai “Islam anyaran”, “jidat hitam

dan kathok cingkrang”, “ora iso maca kitab” itu ketika

mengumpulkan bantuan, juga akan diserahkan kepada

mas da'i NU tersebut. Demikian juga teman-teman

Nahdhiyin yang giat berbakti sosial, ketika wilayah

tersebut suidah dihandle Muhamadiyah maka mereka

tetap ikut membantu dan berpartisipasi.

Yang sering bikin ribut itu biasanya bukan “da'i”

setempat, tapi orang luar yang hanya berkunjung sekali

dua kali, buat kesimpulan kemudian “cuap-cuap” di

medsos. Biasanya bahasa “benturan” bila ia bercelana

cingkrang, atau suasana super dan contoh toleransi

kalau kata aktifis yang sarungan. Kedua-duanya adalah

orang luar, yang mendadak pinter dalam

menyimpulkan, melebihi penduduk setempat yang

merasakan dinamika tarik ulur keagamaan di kampung

masing-masing.[]

42

TELAAHTELAAH

Benturan Dakwah vs Misionarisme

di Merapi-MerbabuOleh: Arif Wibowo,Peserta Program Kaderisasi Ulama Baznas-Dewan Dakwah

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 43 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

alam satu kesempatan diskusi dakwah saya

Dturut menjadi narasumber bersama emak-emak

rempong van Salatiga, Pak Dokter dari

Muhammadiyah Ambarawa, Mas Ibrahim pemuda Garut

yang setia mengawal masyarakat Cunthel Getasan

Kopeng, dan Mas Ihsan senior Tagana yang banyak

blusukan dakwah di lereng Merapi sisi Boyolali

Magelang.

Saat ditanya tentang benturan fisik antara aktivis

dakwah dan misionaris, semua menjawab tidak ada.

Dakwah adalah proses pendampingan untuk sebuah

“kefahaman” yang lebih dalam tentang Islam, wataknya

bersifat persuasif. Jadi ketika ada istilah “wong Jawa iku

matine dipangku” maka relasi antara dakwah dan misi

adalah proses kuat-kuatan “saling memangku”,

berfastabiqul khoirot dalam melayani “masyarakat”.

Seperti yang dilakukan oleh team MCKS (Mu'alaf

Centre Kota Semarang) di sebuh desa di lereng

Merbabu, yang pasca 1965, 75 % penduduknya beralih

menjadi Kristen. Ada sebuah keluarga yang kebetulan

rumahnya di dekat masjid, kalau saat waktu sholat, ia

akan menyetel lagu dangdut yang speaker aktifnya

disetel maksimal. Saat beberapa minggu lalu dilakukan

bakti social di sana, para aktifis MCKS tetap mendatangi

rumahnya dan mengirim bingkisan yang memang

dihadiahkan kepada seluruh penduduk dusun. Team itu

hanya ditemui anak tuan rumah yang kelihatan

glagepan, dan bilang kalau orang tuanya sedang tidak

ada di rumah. Ketika para dokter melakukan layanan

pengobatan gratis pada bakti social tersebut, semua

yang datang, entah itu muslim atau non mulim dilayani

dengan baik. Yang khusus ditujukan bagi umat Islamnya

adalah pengjian selepas bakti sosial.

Kisah Mas Ihsan yang menangani sebuah desa di Kec

Selo lain lagi. Desa yang dulu sempat menjadi desa

dengan mayoritas warga beragama Kristen kini sudah

menjadi desa yang mayoritas warganya adalah muslim.

Proses konversi ke agama Islam berlangsung lama dan

terjadi secara alamiah, melalui pergaulan dan

pernikahan. Mas Ihsan mengatakan bahwa beliau

sekedar melanjutkan dakwah yang dirintis bapaknya.

Pendekatan ke anak-anak kecil (waktu itu) yang

menyebabkan mereka kuat dalam ber Islam, dan ketika

akan terjadi pernikahan berbeda agama, karena pihak

mempelai yang muslim, entah laki-laki atau

perempuannya, pemahaman Islamnya bagus, maka

pihak yang non muslim memilih berkonversi ke agama

Islam. Sehingga, saat ini di desa tersebut, warga

Kristennya mayoritas ada di generasi tua. Generasi yang

masuk Kristen karena trauma politik pasca 1965 dan

masifnya Misionarisme di desa-desa di awal Orde Baru.

Mas Ihsan sendiri, terbilang akrab dengan penduduk

dari kalangan “kasepuhan” dan biasa ngopi bareng

dengan suasana akrab bersama bapak-bapak yang

beragama Kristen tersebut.

Pola dakwah ala Mas Ihsan dan team inilah yang

kemudian menjadikan 30 warga sebuah kampung yang

keluarganya ter -Kristen dan Budda- kan pasca 1965,

menjadi peserta pengajian dan belajar Islam dengan

serius. Di kampung lainnya, dua bulan terakhir, ada 13

orang yang kembali ke pangkuan Islam.

Yang pakai gertakan keras memang ada juga, seperti

cerita Mbak Widi Astuti. Di sebuah kampung yang

warganya masih 100 % muslim, ada seorang misionaris

yang datang. Ia menghampiri seorang bapak yang

tengah mencari rumput di pematang ladang. Mungkin

bahasa misionaris itu vulgar, sehingga bapak-bapak

yang ternyata aktifis masjid itu tersinggung. Dan

kemudian, sabit yang digunakan untuk mencari rumput

itu diacungkannya kepak misionaris itu sambil bilang,

“Mas, kalau kamu nekat mau nyebarkan Kristen di desa

ini, maka mendhing tak plathok ndhasmu lho Mas

sekarang.” Akhirnya sang misionaris tersebut ngibrit,

ambil langkah seribu.

Cerita tentang potensi bentrok, baru didapat pada

sesi akhir wawancara dengan Mas Ihsan. Suasana

mencekam di seputaran lereng Merapi di awal

reformasi, di akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an.

Saat kutub-kutub ekstrem dalam beragama menemukan

euforianya. Suatu saat, mas Ihsan didatangi seorang

Laskar yang ngakunya dari Solo. Entah mengapa ia bisa

sampai ketemu nama Ihsan dari Selo. Sang Laskar

tersebut, kata mas Ihsan mendatanginya, untuk

mengkonfirmasi nama-nama missionaris yang ada

dalam catatannya. Kata, mas laskar misterius tersebut, ia

sudah membentuk team untuk membereskan para

missionaris itu. Tawaran bantuan itu bukan

menggembirakan tapi menggelisahkan. Karena, meski

terjadi perpindahan keagamaan besar-besaran pasca

penumpasan PKI dan awal Orde Baru, tapi

bagaimanapun juga orang-orang tersebut adalah

bagian dari keluarga batih / keluarga besar. Hubungan

ketetanggaanpun masih berjalan dengan baik. Segera

mas Ihsan matur ke bapaknya, dan bersama semua

warga mereka kompak untuk menjaga kampungnya,

supaya tidak ada orang luar yang berani bikin onar.

Untunglah, kata mas Ihsan, waktu itu ada peristiwa

Ambon, karena kemudian ancaman persekusi itu tidak

pernah terwujud.

Yang juga menarik dari gerak para aktifis yang

berkiprah di wilayah-wilayah rawan Kristenisasi itu

adalah kemampuan komunikasi mereka, baik kepada

non muslim maupun kepada sesama umat Islam. Salah

satu tolok ukur berhasilnya dakwah, kata Mas Ibrahim,

adalah ketika warga yang non muslim sudah berani

“curhat ke sang da'i. Jalinan psikologis itu penting,

setidaknya biar tidak terjadi kesalah pahaman. Yang

juga patut menjadi acungan jempol menurut saya

adalah “ukhuwah Islamiyah” yang memang betul-betul

terwujud diantara sesama muslim.

Kalau di sebuah daerah yang rawan misionarisme itu

organisasi keagamaan yang eksis dari kalangan NU,

maka aktifis dari afiliasi lain hanya bertugas membantu.

Meski nanti yang nyari donasi keluar mayoritasnya

adalah orang Muhamadiyah, maka donasi itu nanti akan

dipasrahkan pada pegiat dakwah setempat yang NU itu.

Bukan hanya itu, teman-teman yang di medsos oleh

netizen NU diejek sebagai “Islam anyaran”, “jidat hitam

dan kathok cingkrang”, “ora iso maca kitab” itu ketika

mengumpulkan bantuan, juga akan diserahkan kepada

mas da'i NU tersebut. Demikian juga teman-teman

Nahdhiyin yang giat berbakti sosial, ketika wilayah

tersebut suidah dihandle Muhamadiyah maka mereka

tetap ikut membantu dan berpartisipasi.

Yang sering bikin ribut itu biasanya bukan “da'i”

setempat, tapi orang luar yang hanya berkunjung sekali

dua kali, buat kesimpulan kemudian “cuap-cuap” di

medsos. Biasanya bahasa “benturan” bila ia bercelana

cingkrang, atau suasana super dan contoh toleransi

kalau kata aktifis yang sarungan. Kedua-duanya adalah

orang luar, yang mendadak pinter dalam

menyimpulkan, melebihi penduduk setempat yang

merasakan dinamika tarik ulur keagamaan di kampung

masing-masing.[]

42

TELAAHTELAAH

Benturan Dakwah vs Misionarisme

di Merapi-MerbabuOleh: Arif Wibowo,Peserta Program Kaderisasi Ulama Baznas-Dewan Dakwah

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 45 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

TELAAH TELAAH

44

eperti air yang tercurah dari langit, menumbuhkan

Sbenih-benih yang tertidur selama musim kering

dan gersang, menyegarkan tumbuhan yang

sebelumnya hidup segan mati tak mau, menggairahkan

hewan ternak yang kurus kering karena lapar dan haus.

Curahan rahmat Allah telah membangkitkan harapan

bagi jiwa-jiwa yang hampir putus asa karena diterpa

iklim ekstrim tak bersahabat; membangunkan semangat

orang-orang –yang kemarin tertunduk lunglai, untuk

berani tegak mengangkat kepala, mengepalkan tinju

atau mengangkat telunjuk sambil berteriak lantang :

Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat mata air yang keluar dari

celah-celah batuan granit, mereka berkumpul menjadi

alur; dan alur itu bertemu satu sama lain membentuk

anak sungai yang kemudian berpadu dengan anak-anak

sungai lainnya membentuk sungai besar, siap menjadi

bah yang menyapu semua sampah kotoran di hilirnya.

Begitulah lebih kurang gambaran ummat Islam di

Indonesia saat ini.

Letihlah sudah Habib Rizieq membentengi,

membangunkan kewaspadaan dan kesiagaan umat. Ia

hampir hapal bilik-bilik yang ada di sejumlah kantor

kepolisian di Indonesia dikarenakan seringnya dipanggil

Polisi. Dia benar-benar tak boleh lengah sedetik pun,

sebab serigala buas seniantiasa mengintai dan siap

menerkamnya kapan saja. Begitu pun, umat masih saja

terlena, bahkan ada pula yang mengangap seruan

keturunan Nabi itu sebagai suara berisik di waktu jam

istirahat.

Penat berkeringat Didin Hafifuddin mengisi benak

dan jiwa-jiwa mahasiswa agar menjadi penerus cita-cita

para penduhulunya, tapi hanya seberapa yang bisa

bertahan dari tipu daya fatamorgana dunia.

Serak dan berat sudah suara Arifin Ilham menuntun

umat berdoa dan berzikir, mengisi hati dan jiwa agar

tidak terombang-ambing tanpa arah; tapi irama zikir

itu perlahan tenggelam disaput debu panas

“pembangunan”.

Lemah sudah tubuh Ahmad Muflih Syaifudin

membangkitkan ekonomi umat, hingga disusul oleh AA

Gym dan Yusuf Mansur, tapi semua tak berdaya

menghadapi hembusan nafas

para pengusaha pantai

reklamasi.

Berbuih mulut berpeluh

tubuh Yusril Ihza Mahendra

menyeru umat pulang ke

rumah besar mereka, memikul

amanah Almarhum Anwar

Haryono, melanjutkan jejak

jalan Allahyarham Muhammad

Natsir. Letih tangannya

berulang menulis nama

Hasyim Asy'ari, Wahid Hasim,

Prawoto, Kasman Singadimejo,

Abikusno dan sederet nama

keluarga Bulan Bintang. Tapi

seruannya tak lebih dari desir

angin yang tidak memberi

bekas apa-apa dan tulisannya

tak lebih dari sekedar bahan

bacaan yang dinikmati ketika

antri di ruang tunggu dokter

atau stasiun kereta api.

Allahu Akbar ! Bagai air hujan tercurah dari langit

lalu menghidupkan bumi yang telah mati. Rahmat Allah

datang. Dia tetapkan Ahok jadi Gubernur DKI sehingga

yang masih terjaga berteriak; yang sekedar tidur-tidur

ayam kaget tersentak; dan yang menuju lelap mulai

buka mata lalu menoleh ke kiri dan kanan : ada apa

gerangan ? Ahok menyingkap topeng menunjukkan

rupa aslinya, menjawab pertanyaan mereka yang baru

saja membuka mata. Ia nista agama lewat Almaidah

limapuluh satu ! Masyarakat terpolarisasi dalam

menyikapi, persis seperti yang digambarkan ayat-ayat

dalam Al-Qur'an : kaum beriman, kafir dan munafiq.

Orang-orang beriman berbaris membentuk formasi

empat-satu-satu lalu dua-satu-dua kemudian

bertamasya di masa Pilkada. Di mata mereka

membayang wajah Sultan Fatahillah bercucur keringat

melawan kaum kafir penjajah Portugis, membebaskan

Sunda kelapa dan membangunnya menjadi Jayakarta

yang kini Jakarta. Jantung mereka berdetak keras dan

cepat serta darah mereka mengalir kencang, tak rela

singgasana Fatahillah diduduki si durjana pengolok-olok

Al-maidah.

Orang-orang munafiq

diliputi kegalauan, bimbang

luar biasa antara ikut orang

beriman atau si penista

agama; tak rela disebut kafir

tapi tak ingin kehilangan si

Kafir “teman setia”. Dunia

memang terlalu indah untuk

dilupakan. Detik-detik

dihabiskan untuk membolak-

balik buku tafsir mencari

kalau-kalau ada terselip

kalimat yang mengisyaratkan

bolehnya orang beriman

memilih pemimpin kafir.

Pikirannya dicoba

menerawang sejauh yang

mungkin untuk

membahasakan bahwa apa

yang dilakukan Ahok bukanlah

mencederai keberagamaan di

negara berpancasila. Tetapi

semua sia-sia : Umat Islam

ternyata memang haram memilih orang kafir jadi

pemimpin dan Ahok adalah penista agama!

Sementara itu orang-orang kafir beramai-ramai

keluar dari sarang persembunyiannya, memperlihatkan

diri sambil membusungkan dada layaknya berseru:

“Mana dadamu, ini dadaku?!”

Mereka melancarkan berbagai provakasi untuk

memancing umat Islam melakukan tindakan yang di

luar kepatutan, agar bisa dipukul balik. Bermacam

serangan untuk melumpuhkan gerak langkah barisan

Menjemput Generasi PenggantiOleh: Dr Ir Masri Sitanggang, Ketua Umum GIP-NKRI

Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat

mata air yang keluar dari celah-

celah batuan granit, mereka

berkumpul menjadi alur; dan

alur itu bertemu satu sama lain

membentuk anak sungai yang

kemudian berpadu dengan

anak-anak sungai lainnya

membentuk sungai besar, siap

menjadi bah yang menyapu

semua sampah kotoran di

hilirnya. Begitulah lebih kurang

gambaran ummat Islam di

Indonesia saat ini.

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 45 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

TELAAH TELAAH

44

eperti air yang tercurah dari langit, menumbuhkan

Sbenih-benih yang tertidur selama musim kering

dan gersang, menyegarkan tumbuhan yang

sebelumnya hidup segan mati tak mau, menggairahkan

hewan ternak yang kurus kering karena lapar dan haus.

Curahan rahmat Allah telah membangkitkan harapan

bagi jiwa-jiwa yang hampir putus asa karena diterpa

iklim ekstrim tak bersahabat; membangunkan semangat

orang-orang –yang kemarin tertunduk lunglai, untuk

berani tegak mengangkat kepala, mengepalkan tinju

atau mengangkat telunjuk sambil berteriak lantang :

Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat mata air yang keluar dari

celah-celah batuan granit, mereka berkumpul menjadi

alur; dan alur itu bertemu satu sama lain membentuk

anak sungai yang kemudian berpadu dengan anak-anak

sungai lainnya membentuk sungai besar, siap menjadi

bah yang menyapu semua sampah kotoran di hilirnya.

Begitulah lebih kurang gambaran ummat Islam di

Indonesia saat ini.

Letihlah sudah Habib Rizieq membentengi,

membangunkan kewaspadaan dan kesiagaan umat. Ia

hampir hapal bilik-bilik yang ada di sejumlah kantor

kepolisian di Indonesia dikarenakan seringnya dipanggil

Polisi. Dia benar-benar tak boleh lengah sedetik pun,

sebab serigala buas seniantiasa mengintai dan siap

menerkamnya kapan saja. Begitu pun, umat masih saja

terlena, bahkan ada pula yang mengangap seruan

keturunan Nabi itu sebagai suara berisik di waktu jam

istirahat.

Penat berkeringat Didin Hafifuddin mengisi benak

dan jiwa-jiwa mahasiswa agar menjadi penerus cita-cita

para penduhulunya, tapi hanya seberapa yang bisa

bertahan dari tipu daya fatamorgana dunia.

Serak dan berat sudah suara Arifin Ilham menuntun

umat berdoa dan berzikir, mengisi hati dan jiwa agar

tidak terombang-ambing tanpa arah; tapi irama zikir

itu perlahan tenggelam disaput debu panas

“pembangunan”.

Lemah sudah tubuh Ahmad Muflih Syaifudin

membangkitkan ekonomi umat, hingga disusul oleh AA

Gym dan Yusuf Mansur, tapi semua tak berdaya

menghadapi hembusan nafas

para pengusaha pantai

reklamasi.

Berbuih mulut berpeluh

tubuh Yusril Ihza Mahendra

menyeru umat pulang ke

rumah besar mereka, memikul

amanah Almarhum Anwar

Haryono, melanjutkan jejak

jalan Allahyarham Muhammad

Natsir. Letih tangannya

berulang menulis nama

Hasyim Asy'ari, Wahid Hasim,

Prawoto, Kasman Singadimejo,

Abikusno dan sederet nama

keluarga Bulan Bintang. Tapi

seruannya tak lebih dari desir

angin yang tidak memberi

bekas apa-apa dan tulisannya

tak lebih dari sekedar bahan

bacaan yang dinikmati ketika

antri di ruang tunggu dokter

atau stasiun kereta api.

Allahu Akbar ! Bagai air hujan tercurah dari langit

lalu menghidupkan bumi yang telah mati. Rahmat Allah

datang. Dia tetapkan Ahok jadi Gubernur DKI sehingga

yang masih terjaga berteriak; yang sekedar tidur-tidur

ayam kaget tersentak; dan yang menuju lelap mulai

buka mata lalu menoleh ke kiri dan kanan : ada apa

gerangan ? Ahok menyingkap topeng menunjukkan

rupa aslinya, menjawab pertanyaan mereka yang baru

saja membuka mata. Ia nista agama lewat Almaidah

limapuluh satu ! Masyarakat terpolarisasi dalam

menyikapi, persis seperti yang digambarkan ayat-ayat

dalam Al-Qur'an : kaum beriman, kafir dan munafiq.

Orang-orang beriman berbaris membentuk formasi

empat-satu-satu lalu dua-satu-dua kemudian

bertamasya di masa Pilkada. Di mata mereka

membayang wajah Sultan Fatahillah bercucur keringat

melawan kaum kafir penjajah Portugis, membebaskan

Sunda kelapa dan membangunnya menjadi Jayakarta

yang kini Jakarta. Jantung mereka berdetak keras dan

cepat serta darah mereka mengalir kencang, tak rela

singgasana Fatahillah diduduki si durjana pengolok-olok

Al-maidah.

Orang-orang munafiq

diliputi kegalauan, bimbang

luar biasa antara ikut orang

beriman atau si penista

agama; tak rela disebut kafir

tapi tak ingin kehilangan si

Kafir “teman setia”. Dunia

memang terlalu indah untuk

dilupakan. Detik-detik

dihabiskan untuk membolak-

balik buku tafsir mencari

kalau-kalau ada terselip

kalimat yang mengisyaratkan

bolehnya orang beriman

memilih pemimpin kafir.

Pikirannya dicoba

menerawang sejauh yang

mungkin untuk

membahasakan bahwa apa

yang dilakukan Ahok bukanlah

mencederai keberagamaan di

negara berpancasila. Tetapi

semua sia-sia : Umat Islam

ternyata memang haram memilih orang kafir jadi

pemimpin dan Ahok adalah penista agama!

Sementara itu orang-orang kafir beramai-ramai

keluar dari sarang persembunyiannya, memperlihatkan

diri sambil membusungkan dada layaknya berseru:

“Mana dadamu, ini dadaku?!”

Mereka melancarkan berbagai provakasi untuk

memancing umat Islam melakukan tindakan yang di

luar kepatutan, agar bisa dipukul balik. Bermacam

serangan untuk melumpuhkan gerak langkah barisan

Menjemput Generasi PenggantiOleh: Dr Ir Masri Sitanggang, Ketua Umum GIP-NKRI

Allaahu Akbar !!! Lalu, ibarat

mata air yang keluar dari celah-

celah batuan granit, mereka

berkumpul menjadi alur; dan

alur itu bertemu satu sama lain

membentuk anak sungai yang

kemudian berpadu dengan

anak-anak sungai lainnya

membentuk sungai besar, siap

menjadi bah yang menyapu

semua sampah kotoran di

hilirnya. Begitulah lebih kurang

gambaran ummat Islam di

Indonesia saat ini.

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 47 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

TELAAHTELAAH

46

dua-satu-dua pun dilakukan, baik fisik mau pun mental.

Para pendukung dua-satu-dua dicela dan diteror

sebagai anti NKRI, anti Pancasila, anti demokrasi,

intoleransi, radikal politik SARA dan bermacam julukun

lain yang membuat bulu kuduk berdiri. Sejumlah aktivis,

baik yang terlibat langsung atau tidak dengan dua-satu-

dua, dilaporkan ke polisi dengan berbagai tuduhan.

Lalu, ada yang digiring menginap di balik jeruji besi

dan ada pula yang dipenjara di ruang bebas namun tak

bisa tidur pulas. Di antara mereka ada Kilvlan Zein, ada

Aditiya Warman, ada Sri Bintang Pamungkas, Ada

Rahmawaty Sukarno Putri, ada Muhammad Hatta

Taliwang, ada Rizal Kobar, ada Muhammad Al-Khattat,

ada Alfian Tanjung, Ada Bachtiar Nasir, ada Munarman,

ada Jonru Ginting, ada Tamin Pardede dan (yang seru)

BUNI ANI ada emak-emak seperti Asma Dewi –ah,

maaf, ingatanku mulai lemah, aku lupa berapa banyak

lagi yang belum kusebut.

Tetapi yang pasti tidak terlupakan oleh siapa saja,

adalah Habib Rizieq yang terpaksa hijrah sementara ke

Saudi Arabia. Wajah dan sorban lelaki tersebut coba

dilumuri kotoran busuk. Namun aneh, ternyata

wajahnya malah kian memancarkan sinar cerah

menawan dan aromanya harum memikat manusia

sejagad.

Alih-alih melemahkan mental umat, sebaliknya

malah membangkitkan semangat. Seperti judul buku

kumpulan surat-surat RA Kartini “Habis Gelap Terbitlah

Terang”, serangan-serangan itu melahirkan catatan

sejarah yang belum terpublikasi dengan judul “Habis

takut, muncullah berani”. Sangking seringnya diserang

teror, umat Islam jadi immun, kebal. Tuduhan itu tak

lagi menakutkan, tapi menggelikan dan mengundang

tawa kekeh. Ia bahkan sudah pula bermetamorfosa

menjadi pupuk penyubur bagi bangkitnya semangat

keislaman, mengokohkan persatuan umat, membiakkan

gerakan dakwah Islamyah dengan cabang dan ranting-

rantingnya yang terus tumbuh dan membesar serta

berakar ke umat. Kadzar'in, seperti tanaman,

mengeluarkan tunas-tunas yang membuat tanaman itu

kuat dan besar, berdiri tegak lurus di atas pokoknya :

menyenangkan hati penanamnya dan menjengkelkan

hati orang-orang kafir. Begitulah perumpamaan yang

diberikan Allah dalam Taurat dan Injil sebagai disebut

dalam Qur'an Surah Al-Fath ayat 29.

Orang-orang munafiq dan kafir terpelongo

menyaksikan kembalinya Jakarta ke tangan Anis

“Fatahillah” R Baswedan, anak tokoh pejuang Rasyid

Baswedan. Terpelongo karena, dalam kalkulasi politik

yang lazim, tak mungkin Ahok kalah. Persis seperti

terpelongonya raja dan pembesar-pembesar Persia dan

Romawi ketika kekuasaan mereka dirobohkan oleh

orang-orang “badui” dari jazirah Arab di bawah Amirul

Mukminin, Umar bin Khattab, yang tidak punya istana

itu.

Mereka tercengang menyaksikan berjilid-jilid aksi

bela Islam dan Ulama dengan jumlah massa yang selalu

luar biasa, bahkan terbesar sepanjang sejarah aksi di

dunia. Para konglomerat yang terbiasa mendanai

gerakan demo, atau poltisi yang selama ini

menggerakkan unjuk rasa, gagal memahami fenomena

ini. Mereka tak mampu menghitung besarnya biaya

yang harus dikeluarkan dan bingung dari mana sumber

dana didapat. Soalnya, sepanjang pengalaman mereka,

tidak ada yang bersedia berpayah-payah unjuk rasa jika

tidak dibayar. Barulah ketika Aksi Bela Palestina

tujuhbelas-duabelas, Fachri Ali, pengamat sosial

politik, di sebuah stasiun tv swasta, sedikit

menyadarkan mereka bahwa yang dilakukan umat Islam

adalah politik ekspresi. Sebuah politik yang lahir dari

kesadaran hati arus bawah, dari indvidu-individu, yang

didorong semangat kebersamaan. Politik semacam ini,

tidak membutuhkan seorang bandar.

Tampaknya Allah sedang punya rencana untuk orng-

orang beriman di negeri khatulistiwa ini. Tengoklah

–seperti yang sudah dicatatkan di atas-- sudah letih

para ulama, yang sejak dulu datang dan pergi silih

berganti, menjaga agar umat bersatu dalam ukhuwah

Islamiyah dan tidak bercerai-berai. Tetapi semua seperti

kurang berbekas sampai akhirnya Allah menurunkan

rahmatnya dengan mengirim Ahok ke singgasana

Fatahillah di DKI dan berpolah mengusik kesadaran

umat. Selanjutnya, seakan ingin merawat dan

mengeristalkan ukhuwah yang baru saja terbangun

dengan hadirnya kasus Ahok, Allah terus menurunkan

rahmat-Nya menghadirkan orang-orang bertangan dan

bermulut serta berpikiran kotor yang melakukan

kriminalisasi ulama dan aktivis serta persekusi dan

pembubaran pengajian. Jangan dilupakan, pidato

Victor Laiskodat di NTT adalah juga rahmat Allah yang

berperan menjaga dan meningkatkan persatuan umat

itu. Kasus-kasus itu semua telah mendorong umat Islam

Indonesia untuk lebih menjaga kesatuannya dan

menyerukan kepada yang lain : “rapatkan barisan”; atau

dalam seruan Bachtiar Nasir :”Jangan pernah lelah

membangun ukhuwah”.

Memang, Ukhuwah Islamiyah, yang jadi dasar

kesatuan umat, adalah urusan hati : hati bertaut dengan

hati. Ini bukan urusan gampang. Allah memberi tamsil,

andai pun semua yang ada di bumi ini digunakan untuk

keperluan menyatukan hati orang-orang beriman, kamu

tidak akan mampu menyatukannya. “Allah yang telah

menyatukan hati orang-orang beriman”, begitu kata

Allah dalamAl-Anfal ayat 63; dan itu telah Dia lakukan.

Allahu Akbar! Di tengah konsolidasi itu, Allah

memunculkan lagi “Ahok” berkelas dunia, Donald

Trump. Presiden AS ini mengusik hal sensitif bagi umat

Islam sedunia, mengakui Yerussalem sebagai Ibu Kota

Israel dan berencana memindahkan Kedutaan AS ke

kota tua itu. Sepertinya Allah sedang ingin menuntaskan

persoalan ukhuwah umat Islam di Indonesia dan

mengangkat derajat mereka ke tingkat yang lebih

tinggi, menginternasional. Bayangkan, sepanjang

sejarah Indonesia merdeka, baru kali inilah umat Islam

Indonesia bersatu turun aksi dalam satu panggung:

semua ormas Islam terlibat dan tidak ada pula suara

individu yang miring. Mereka yang dulu enggan ikut

aksi dua-satu-dua, pun kini tampil sebagai penyeru

persatuan Islam. Bahkan Ketua Umum Majelis Ulama

Indonesia, KH Ma'ruf Amin, pun ikut berorasi. Baru kali

ini itu terjadi, di aksi tujuhbelas-duabelas. Pesan

Persatuan yang dikumandangkan di hadapan jutaan

umat Isam di Silang Monas ini didengar dan ditonton

oleh dunia. Dunia menaruh harapan besar kepada umat

Islam Indonesia untuk sebuah perubahan.

Mungkinkah harapan itu terpenuhi? Janji Allah jualah

yang kita harapkan. Dalam Surah Al-Maidah ayat 54,

Allah berjanji akan mengganti generasi yang murtad --

generasi yang membangkang kepada Allah dan

Rasulnya, dengan satu generasi yang dicintai Allah dan

mereka pun mencintai Allah. Mereka berwatak lemah

lembut kepada sesama orang beriman dan keras

terhadap orang kafir, senantiasa berjihad di Jalan Allah

dan tidak pernah takut terhadap celaan orang-orang

yang suka mencela. Alhamdulillah, seperti yang telah

dilukiskan sebelumnya, berkat Rahmat Allah, watak

semacam ini sedang tumbuh di kalangan kaum muslim

Indonesia. Mari kita syukuri rahmat Allah yang tiada

terhingga ini. Ayo, kita jemput generasi calon

pengganti kaun pembangkang Allah ini. Kita songsong

dan susul mereka sambil berdo'a : Ya Allah,

masukkanlah aku ke dalam barisan mereka; catatkanlah

namaku di antara nama-nama mereka; dan wafatkanlah

aku sebagai seorang syahid pembela agama dan

bangsaku.[]

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 47 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

TELAAHTELAAH

46

dua-satu-dua pun dilakukan, baik fisik mau pun mental.

Para pendukung dua-satu-dua dicela dan diteror

sebagai anti NKRI, anti Pancasila, anti demokrasi,

intoleransi, radikal politik SARA dan bermacam julukun

lain yang membuat bulu kuduk berdiri. Sejumlah aktivis,

baik yang terlibat langsung atau tidak dengan dua-satu-

dua, dilaporkan ke polisi dengan berbagai tuduhan.

Lalu, ada yang digiring menginap di balik jeruji besi

dan ada pula yang dipenjara di ruang bebas namun tak

bisa tidur pulas. Di antara mereka ada Kilvlan Zein, ada

Aditiya Warman, ada Sri Bintang Pamungkas, Ada

Rahmawaty Sukarno Putri, ada Muhammad Hatta

Taliwang, ada Rizal Kobar, ada Muhammad Al-Khattat,

ada Alfian Tanjung, Ada Bachtiar Nasir, ada Munarman,

ada Jonru Ginting, ada Tamin Pardede dan (yang seru)

BUNI ANI ada emak-emak seperti Asma Dewi –ah,

maaf, ingatanku mulai lemah, aku lupa berapa banyak

lagi yang belum kusebut.

Tetapi yang pasti tidak terlupakan oleh siapa saja,

adalah Habib Rizieq yang terpaksa hijrah sementara ke

Saudi Arabia. Wajah dan sorban lelaki tersebut coba

dilumuri kotoran busuk. Namun aneh, ternyata

wajahnya malah kian memancarkan sinar cerah

menawan dan aromanya harum memikat manusia

sejagad.

Alih-alih melemahkan mental umat, sebaliknya

malah membangkitkan semangat. Seperti judul buku

kumpulan surat-surat RA Kartini “Habis Gelap Terbitlah

Terang”, serangan-serangan itu melahirkan catatan

sejarah yang belum terpublikasi dengan judul “Habis

takut, muncullah berani”. Sangking seringnya diserang

teror, umat Islam jadi immun, kebal. Tuduhan itu tak

lagi menakutkan, tapi menggelikan dan mengundang

tawa kekeh. Ia bahkan sudah pula bermetamorfosa

menjadi pupuk penyubur bagi bangkitnya semangat

keislaman, mengokohkan persatuan umat, membiakkan

gerakan dakwah Islamyah dengan cabang dan ranting-

rantingnya yang terus tumbuh dan membesar serta

berakar ke umat. Kadzar'in, seperti tanaman,

mengeluarkan tunas-tunas yang membuat tanaman itu

kuat dan besar, berdiri tegak lurus di atas pokoknya :

menyenangkan hati penanamnya dan menjengkelkan

hati orang-orang kafir. Begitulah perumpamaan yang

diberikan Allah dalam Taurat dan Injil sebagai disebut

dalam Qur'an Surah Al-Fath ayat 29.

Orang-orang munafiq dan kafir terpelongo

menyaksikan kembalinya Jakarta ke tangan Anis

“Fatahillah” R Baswedan, anak tokoh pejuang Rasyid

Baswedan. Terpelongo karena, dalam kalkulasi politik

yang lazim, tak mungkin Ahok kalah. Persis seperti

terpelongonya raja dan pembesar-pembesar Persia dan

Romawi ketika kekuasaan mereka dirobohkan oleh

orang-orang “badui” dari jazirah Arab di bawah Amirul

Mukminin, Umar bin Khattab, yang tidak punya istana

itu.

Mereka tercengang menyaksikan berjilid-jilid aksi

bela Islam dan Ulama dengan jumlah massa yang selalu

luar biasa, bahkan terbesar sepanjang sejarah aksi di

dunia. Para konglomerat yang terbiasa mendanai

gerakan demo, atau poltisi yang selama ini

menggerakkan unjuk rasa, gagal memahami fenomena

ini. Mereka tak mampu menghitung besarnya biaya

yang harus dikeluarkan dan bingung dari mana sumber

dana didapat. Soalnya, sepanjang pengalaman mereka,

tidak ada yang bersedia berpayah-payah unjuk rasa jika

tidak dibayar. Barulah ketika Aksi Bela Palestina

tujuhbelas-duabelas, Fachri Ali, pengamat sosial

politik, di sebuah stasiun tv swasta, sedikit

menyadarkan mereka bahwa yang dilakukan umat Islam

adalah politik ekspresi. Sebuah politik yang lahir dari

kesadaran hati arus bawah, dari indvidu-individu, yang

didorong semangat kebersamaan. Politik semacam ini,

tidak membutuhkan seorang bandar.

Tampaknya Allah sedang punya rencana untuk orng-

orang beriman di negeri khatulistiwa ini. Tengoklah

–seperti yang sudah dicatatkan di atas-- sudah letih

para ulama, yang sejak dulu datang dan pergi silih

berganti, menjaga agar umat bersatu dalam ukhuwah

Islamiyah dan tidak bercerai-berai. Tetapi semua seperti

kurang berbekas sampai akhirnya Allah menurunkan

rahmatnya dengan mengirim Ahok ke singgasana

Fatahillah di DKI dan berpolah mengusik kesadaran

umat. Selanjutnya, seakan ingin merawat dan

mengeristalkan ukhuwah yang baru saja terbangun

dengan hadirnya kasus Ahok, Allah terus menurunkan

rahmat-Nya menghadirkan orang-orang bertangan dan

bermulut serta berpikiran kotor yang melakukan

kriminalisasi ulama dan aktivis serta persekusi dan

pembubaran pengajian. Jangan dilupakan, pidato

Victor Laiskodat di NTT adalah juga rahmat Allah yang

berperan menjaga dan meningkatkan persatuan umat

itu. Kasus-kasus itu semua telah mendorong umat Islam

Indonesia untuk lebih menjaga kesatuannya dan

menyerukan kepada yang lain : “rapatkan barisan”; atau

dalam seruan Bachtiar Nasir :”Jangan pernah lelah

membangun ukhuwah”.

Memang, Ukhuwah Islamiyah, yang jadi dasar

kesatuan umat, adalah urusan hati : hati bertaut dengan

hati. Ini bukan urusan gampang. Allah memberi tamsil,

andai pun semua yang ada di bumi ini digunakan untuk

keperluan menyatukan hati orang-orang beriman, kamu

tidak akan mampu menyatukannya. “Allah yang telah

menyatukan hati orang-orang beriman”, begitu kata

Allah dalamAl-Anfal ayat 63; dan itu telah Dia lakukan.

Allahu Akbar! Di tengah konsolidasi itu, Allah

memunculkan lagi “Ahok” berkelas dunia, Donald

Trump. Presiden AS ini mengusik hal sensitif bagi umat

Islam sedunia, mengakui Yerussalem sebagai Ibu Kota

Israel dan berencana memindahkan Kedutaan AS ke

kota tua itu. Sepertinya Allah sedang ingin menuntaskan

persoalan ukhuwah umat Islam di Indonesia dan

mengangkat derajat mereka ke tingkat yang lebih

tinggi, menginternasional. Bayangkan, sepanjang

sejarah Indonesia merdeka, baru kali inilah umat Islam

Indonesia bersatu turun aksi dalam satu panggung:

semua ormas Islam terlibat dan tidak ada pula suara

individu yang miring. Mereka yang dulu enggan ikut

aksi dua-satu-dua, pun kini tampil sebagai penyeru

persatuan Islam. Bahkan Ketua Umum Majelis Ulama

Indonesia, KH Ma'ruf Amin, pun ikut berorasi. Baru kali

ini itu terjadi, di aksi tujuhbelas-duabelas. Pesan

Persatuan yang dikumandangkan di hadapan jutaan

umat Isam di Silang Monas ini didengar dan ditonton

oleh dunia. Dunia menaruh harapan besar kepada umat

Islam Indonesia untuk sebuah perubahan.

Mungkinkah harapan itu terpenuhi? Janji Allah jualah

yang kita harapkan. Dalam Surah Al-Maidah ayat 54,

Allah berjanji akan mengganti generasi yang murtad --

generasi yang membangkang kepada Allah dan

Rasulnya, dengan satu generasi yang dicintai Allah dan

mereka pun mencintai Allah. Mereka berwatak lemah

lembut kepada sesama orang beriman dan keras

terhadap orang kafir, senantiasa berjihad di Jalan Allah

dan tidak pernah takut terhadap celaan orang-orang

yang suka mencela. Alhamdulillah, seperti yang telah

dilukiskan sebelumnya, berkat Rahmat Allah, watak

semacam ini sedang tumbuh di kalangan kaum muslim

Indonesia. Mari kita syukuri rahmat Allah yang tiada

terhingga ini. Ayo, kita jemput generasi calon

pengganti kaun pembangkang Allah ini. Kita songsong

dan susul mereka sambil berdo'a : Ya Allah,

masukkanlah aku ke dalam barisan mereka; catatkanlah

namaku di antara nama-nama mereka; dan wafatkanlah

aku sebagai seorang syahid pembela agama dan

bangsaku.[]

TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 49 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

48

Ikhlas,Penting dalam Dakwah

Oleh: KH Abdul Wahid Alwi, MA Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia

TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 49 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

48

Ikhlas,Penting dalam Dakwah

Oleh: KH Abdul Wahid Alwi, MA Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 51 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

50

TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 51 MAN TAZAKKA

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

50

TAZKIYATUN NAFS TAZKIYATUN NAFS

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

52 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 53 MAN TAZAKKA

PAK NATSIRPAK NATSIR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

Jasa Natsir terhadap

NKRI dan PancasilaOleh: Pepen Irfan Fauzan,Anggota Dewan Tafkir PP Persis

dan Bidgar SDM&O PD Persis Garut

TAZKIYATUN NAFS

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

MAN TAZAKKA

52 EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 53 MAN TAZAKKA

PAK NATSIRPAK NATSIR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M

Jasa Natsir terhadap

NKRI dan PancasilaOleh: Pepen Irfan Fauzan,Anggota Dewan Tafkir PP Persis

dan Bidgar SDM&O PD Persis Garut

TAZKIYATUN NAFS

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M54 MAN TAZAKKA

PAK NATSIR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 55 MAN TAZAKKA

PAK NATSIR

Nama tokoh PERSIS Natsir,

dalam belantara politik

Indonesia, boleh dikata

sangatlah populer. Ia adalah ''icon''

pergerakan Islam Indonesia pada

awal abad ke-20 hingga era Orde

Baru 1990-an.

Tidak hanya sebagai representasi

kubu modernis PERSIS vis-à-vis

tradisonalis, namun lebih dari itu

Natsir adalah konseptor “politik

Islam” yang paling artikulatif vis-à-

vis kaum kebangsaan/nasionalis-

sekuler. Perdebatan politik Natsir

versus Soekarno yang fenomenal

pada dekade 1930-1940-an

menunjukkan kapasitas Natsir

sebagai seorang konseptor politik

yang mumpuni.

Bersama gurunya dari PERSIS,

Tuan A. Hassan, Natsir

mengarahkan pemikiran dan

aktivitas politik organisasi puritan

dari Bandung tersebut, sehingga “In

time, their organization—Persatuan

Islam (PERSIS)—became an

important part of the larger Islamist

movement in post-colonial

Indonesia, this despite its

insignificant size compared to other

groups” (Ali Muhannif, Different

Routes To Islamism, 2010: 239).

Tak heran jika kemudian Natsir

ditahbiskan sebagai pemimpin

partai Islam terbesar di Indonesia

waktu itu, Partai Masyumi.

Kemampuan dan kapasitas politik

Natsir semakin terasah saat

menjabat Menteri Penerangan RI

selama tiga periode, Kabinet Syahrir

II (Maret–Oktober 1946), Kabinet

Syahrir III (Oktober 1946-Juni 1947)

dan Kabinet Hatta 1948.

Salah satu peranan penting di

era Perang Kemerdekaan ini, dicatat

Mc Turnan Kahin (1995: 497),

“Natsir memberi instruksi-instruksi

kepada rakyat, menunjukkan jalan

untuk diikuti dalam perjuangan itu

oleh mereka yang tidak dapat

menentukan atau bingung

mengambil cara berjuang yang

paling efektif.”

Dilanjutkan pada masa Republik

Indonesia Serikat (RIS) tahun 1950

dengan “Mosi Integral Natsir”, yang

menjadikan Natsir sebagai icon

Negara Kesatuan RI, sekaligus

menghantarkannya sebagai

Perdana Menteri RI yang pertama.

Natsir sebagai “penyelamat

NKRI” inilah yang menjadi alasan

Presiden Sukarno. Pada saat

Sukarno akan membentuk formatir

kabinet, datang kepadanya

wartawan harian “Merdeka”, Asa

Bafagih, mencari berita. Asa Bafagih

bertanya kepada Presiden

Sukarno:“Bagaimana sekarang ini?

Siapa yang ditunjuk untuk membuat

kabinet? Menjawab Sukarno: “Siapa

lagi kalau tidak dari Masyumi”.

Bertanya lagi Asa Bafagih: “Natsir?”.

Menjawab Presiden Sukarno: “Ya!

Mereka mempunyai konsepsi untuk

menyelamatkan Republik melalui

konstitusi” (Puar, 1978:105).

Bagi Herbert Feith, dalam buku

klasiknya, The Decline of

Constitutional Democracy in

Indonesia, saat memimpin Kabinet

inilah, terlihat bahwa Natsir adalah

seorang pemimpin administrator

yang handal: “…they were all

administrators. The list as a whole

reflect the fact that Natsir was

successfull in his effort to find men

of ability, experience, and prestige,

who would be in a position to stand

up to many of pressures which

parties, factions, and cliques would

apply on them” (Feith, 1968: 113).

Cirinya, dijelaskan Herbert Feith,

adalah kebijakan yang berorientasi

pada pemecahan masalah dan taat

aturan main. Dalam kabinetnya,

Natsir memberikan kedudukan

penting pada politisi-politisi

tekhnokrat. Kabinet Natsir juga

menekankan proses reorganisasi

dan rasionalisasi, baik pada

kemampuan keuangan angkatan

perang dan birokrasi, maupun

pengembangan perekonomian.

Natsir dan Pancasila

Segudang prestasinya itu,

sejarah menunjukkan, tidak dinyana

“luluh” ketika Natsir dalam Sidang

Konstituante dianggap anti-

Pancasila. Ini jelas kesalahpahaman

yang fatal.

Pertama, Natsir mengkritisi

Pancasila yang ditafsirkan secara

“secular”—istilah Natsir, “La

Diniyah”. Jadi, yang dikritisi adalah

tafsirnya, bukan Pancasilanya itu

sendiri.

Ahmad Syafii Maarif (1997: 155)

menjelaskan: “Natsir mengambil

sikap keras dalam majlis disebabkan

terutama karena interpretasi-

interpretasi kabur dan dibuat-buat

orang kepada Pancasila itu. Sebagai

contoh, orang seenaknya saja

menempatkan sila Ketuhanan

dalam urutan yang lima itu,

sementara wakil-wakil komunis

ingin sekali mengubahnya menjadi

sila kemerdekaan beragama dan

berkepercayaan.”

Kedua, dalam konteks jiwa

zaman waktu itu, adalah wajar

menyodorkan berbagai alternatif

yang terbaik bagi bangsa ini.

Apalagi Majlis Konstituante

memang dibentuk untuk

mendiskusikan masalah kenegaraan

yang “belum selesai” di BPUPKI dan

PPKI—dianggap “darurat” karena

masa Perang Kemerdekaan (Endang

Saefudin Anshary, Piagam Jakarta;

Maarif, Islam dan Masalah

Kenegaraan).

Lebih dari itu, ada tiga (3) peran

penting Natsir terhadap eksistensi

Pancasila bagi Negara Indonesia.

Pertama, penegasan Natsir bahwa

Pancasila tidak bertentangan

dengan Islam. Dalam tulisannya di

Capita Selecta Jilid II, Natsir

membela Pancasila: “Dalam pada

itu dimasa achir ini, mulailah

terdengar pendapat jang

menempatkan Al-Quran disatu

pihak dan Pantjasila dipihak jang

lain dalam suasana antagonisme.

Seolah antara tudjuan Islam dan

Pantjasila itu terdapat

pertentangan dan pertikaian jang

sudah njata tak ''kenal damai" dan

tidak dapat disesuaikan. Dengan

sepenuh kejakinan sebagai seorang

Muslim jang berdiri atas Kalimah

Sjahadat, dan lantaran itu sebagai

seorang patriot jang tjinta kepada

Tanah Air dan bangsa, saya berseru

supaja djangan terburu

memberikan suatu kwalifikasi dan

keputusan, apabila ponis dan

keputusan itu semata didasarkan

atas istilah jang oleh masing

pemakainja diberi tafsiran sendiri,

sebab bukanlah dengan tjara

demikian kita seharusnja

memandang pokok persoalannja.

Dalam pangkuan Qur'an, Pantjasila

akan hidup subur. Satu dengan lain

tidak a priori bertentangan tapi

tidak pula identik.”

Kedua, Natsir berkampanye

Pancasila di luar negeri. Hal ini

salah satunya terlihat ketika Natsir

berkunjung ke Pakistan dan

berpidato di depan The Pakistan

Institute of World Affairs pada

tahun 1952. Pidato Natsir inilah

yang sering dijadikan rujukan

bahwa ia menerima Pancasila

sebagai dasar filosofis negara.

Dalam pidatonya, ia

mengatakan: “Pakistan adalah

Negara Islam. Hal itu pasti, baik

oleh kenjataan penduduknja

maupun oleh gerak-gerik haluan

Negaranja. Dan saya njatakan

Indonesia djuga adalah Negara

Islam, oleh kenjataan bahwa Islam

diakui sebagai Agama dan anutan

djiwa bangsa Indonesia, meskipun

tidak disebutkan dalam Konstitusi

bahwa Islam itu adalah agama

Negara. Indonesia tidak

memisahkan Agama dari

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M54 MAN TAZAKKA

PAK NATSIR

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 55 MAN TAZAKKA

PAK NATSIR

Nama tokoh PERSIS Natsir,

dalam belantara politik

Indonesia, boleh dikata

sangatlah populer. Ia adalah ''icon''

pergerakan Islam Indonesia pada

awal abad ke-20 hingga era Orde

Baru 1990-an.

Tidak hanya sebagai representasi

kubu modernis PERSIS vis-à-vis

tradisonalis, namun lebih dari itu

Natsir adalah konseptor “politik

Islam” yang paling artikulatif vis-à-

vis kaum kebangsaan/nasionalis-

sekuler. Perdebatan politik Natsir

versus Soekarno yang fenomenal

pada dekade 1930-1940-an

menunjukkan kapasitas Natsir

sebagai seorang konseptor politik

yang mumpuni.

Bersama gurunya dari PERSIS,

Tuan A. Hassan, Natsir

mengarahkan pemikiran dan

aktivitas politik organisasi puritan

dari Bandung tersebut, sehingga “In

time, their organization—Persatuan

Islam (PERSIS)—became an

important part of the larger Islamist

movement in post-colonial

Indonesia, this despite its

insignificant size compared to other

groups” (Ali Muhannif, Different

Routes To Islamism, 2010: 239).

Tak heran jika kemudian Natsir

ditahbiskan sebagai pemimpin

partai Islam terbesar di Indonesia

waktu itu, Partai Masyumi.

Kemampuan dan kapasitas politik

Natsir semakin terasah saat

menjabat Menteri Penerangan RI

selama tiga periode, Kabinet Syahrir

II (Maret–Oktober 1946), Kabinet

Syahrir III (Oktober 1946-Juni 1947)

dan Kabinet Hatta 1948.

Salah satu peranan penting di

era Perang Kemerdekaan ini, dicatat

Mc Turnan Kahin (1995: 497),

“Natsir memberi instruksi-instruksi

kepada rakyat, menunjukkan jalan

untuk diikuti dalam perjuangan itu

oleh mereka yang tidak dapat

menentukan atau bingung

mengambil cara berjuang yang

paling efektif.”

Dilanjutkan pada masa Republik

Indonesia Serikat (RIS) tahun 1950

dengan “Mosi Integral Natsir”, yang

menjadikan Natsir sebagai icon

Negara Kesatuan RI, sekaligus

menghantarkannya sebagai

Perdana Menteri RI yang pertama.

Natsir sebagai “penyelamat

NKRI” inilah yang menjadi alasan

Presiden Sukarno. Pada saat

Sukarno akan membentuk formatir

kabinet, datang kepadanya

wartawan harian “Merdeka”, Asa

Bafagih, mencari berita. Asa Bafagih

bertanya kepada Presiden

Sukarno:“Bagaimana sekarang ini?

Siapa yang ditunjuk untuk membuat

kabinet? Menjawab Sukarno: “Siapa

lagi kalau tidak dari Masyumi”.

Bertanya lagi Asa Bafagih: “Natsir?”.

Menjawab Presiden Sukarno: “Ya!

Mereka mempunyai konsepsi untuk

menyelamatkan Republik melalui

konstitusi” (Puar, 1978:105).

Bagi Herbert Feith, dalam buku

klasiknya, The Decline of

Constitutional Democracy in

Indonesia, saat memimpin Kabinet

inilah, terlihat bahwa Natsir adalah

seorang pemimpin administrator

yang handal: “…they were all

administrators. The list as a whole

reflect the fact that Natsir was

successfull in his effort to find men

of ability, experience, and prestige,

who would be in a position to stand

up to many of pressures which

parties, factions, and cliques would

apply on them” (Feith, 1968: 113).

Cirinya, dijelaskan Herbert Feith,

adalah kebijakan yang berorientasi

pada pemecahan masalah dan taat

aturan main. Dalam kabinetnya,

Natsir memberikan kedudukan

penting pada politisi-politisi

tekhnokrat. Kabinet Natsir juga

menekankan proses reorganisasi

dan rasionalisasi, baik pada

kemampuan keuangan angkatan

perang dan birokrasi, maupun

pengembangan perekonomian.

Natsir dan Pancasila

Segudang prestasinya itu,

sejarah menunjukkan, tidak dinyana

“luluh” ketika Natsir dalam Sidang

Konstituante dianggap anti-

Pancasila. Ini jelas kesalahpahaman

yang fatal.

Pertama, Natsir mengkritisi

Pancasila yang ditafsirkan secara

“secular”—istilah Natsir, “La

Diniyah”. Jadi, yang dikritisi adalah

tafsirnya, bukan Pancasilanya itu

sendiri.

Ahmad Syafii Maarif (1997: 155)

menjelaskan: “Natsir mengambil

sikap keras dalam majlis disebabkan

terutama karena interpretasi-

interpretasi kabur dan dibuat-buat

orang kepada Pancasila itu. Sebagai

contoh, orang seenaknya saja

menempatkan sila Ketuhanan

dalam urutan yang lima itu,

sementara wakil-wakil komunis

ingin sekali mengubahnya menjadi

sila kemerdekaan beragama dan

berkepercayaan.”

Kedua, dalam konteks jiwa

zaman waktu itu, adalah wajar

menyodorkan berbagai alternatif

yang terbaik bagi bangsa ini.

Apalagi Majlis Konstituante

memang dibentuk untuk

mendiskusikan masalah kenegaraan

yang “belum selesai” di BPUPKI dan

PPKI—dianggap “darurat” karena

masa Perang Kemerdekaan (Endang

Saefudin Anshary, Piagam Jakarta;

Maarif, Islam dan Masalah

Kenegaraan).

Lebih dari itu, ada tiga (3) peran

penting Natsir terhadap eksistensi

Pancasila bagi Negara Indonesia.

Pertama, penegasan Natsir bahwa

Pancasila tidak bertentangan

dengan Islam. Dalam tulisannya di

Capita Selecta Jilid II, Natsir

membela Pancasila: “Dalam pada

itu dimasa achir ini, mulailah

terdengar pendapat jang

menempatkan Al-Quran disatu

pihak dan Pantjasila dipihak jang

lain dalam suasana antagonisme.

Seolah antara tudjuan Islam dan

Pantjasila itu terdapat

pertentangan dan pertikaian jang

sudah njata tak ''kenal damai" dan

tidak dapat disesuaikan. Dengan

sepenuh kejakinan sebagai seorang

Muslim jang berdiri atas Kalimah

Sjahadat, dan lantaran itu sebagai

seorang patriot jang tjinta kepada

Tanah Air dan bangsa, saya berseru

supaja djangan terburu

memberikan suatu kwalifikasi dan

keputusan, apabila ponis dan

keputusan itu semata didasarkan

atas istilah jang oleh masing

pemakainja diberi tafsiran sendiri,

sebab bukanlah dengan tjara

demikian kita seharusnja

memandang pokok persoalannja.

Dalam pangkuan Qur'an, Pantjasila

akan hidup subur. Satu dengan lain

tidak a priori bertentangan tapi

tidak pula identik.”

Kedua, Natsir berkampanye

Pancasila di luar negeri. Hal ini

salah satunya terlihat ketika Natsir

berkunjung ke Pakistan dan

berpidato di depan The Pakistan

Institute of World Affairs pada

tahun 1952. Pidato Natsir inilah

yang sering dijadikan rujukan

bahwa ia menerima Pancasila

sebagai dasar filosofis negara.

Dalam pidatonya, ia

mengatakan: “Pakistan adalah

Negara Islam. Hal itu pasti, baik

oleh kenjataan penduduknja

maupun oleh gerak-gerik haluan

Negaranja. Dan saya njatakan

Indonesia djuga adalah Negara

Islam, oleh kenjataan bahwa Islam

diakui sebagai Agama dan anutan

djiwa bangsa Indonesia, meskipun

tidak disebutkan dalam Konstitusi

bahwa Islam itu adalah agama

Negara. Indonesia tidak

memisahkan Agama dari

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M56 MAN TAZAKKA

PAK NATSIR

Kenegaraan. Dengan tegas

Indonesia menjatakan pertjaja

kepada Tuhan Maha Esa djadi

''tiang pertama dari Pantjasila'' --

kaedah jang lima --, jang dianut

sebagai dasar ruhani, dasar achlak

dan susila oleh negara dan bangsa

Indonesia” (Capita Selecta II, hal

61).

Ini menunjukkan pandangan

positif Natsir tentang negara

Pancasila. Pernyataan ini diberikan

setahun setelah Natsir meletakkan

jabatannya sebagai Perdana

Menteri RI, sehingga tak heran jika

pernyataan tersebut bersifat positif.

Sebab, logikanya, bagaimana

mungkin seorang ideolog Islam

mau menjabat kepala pemerintahan

suatu negara yang dasarnya

dianggap bertentangan dengan

ideologi Islam. Jelas, itu tidak

mungkin.

Ketiga, Natsir sebagai salah satu

perumus lambang Negara “Garuda

Pancasila”. Tidak banyak yang tahu,

bahwa Lambang Negara Garuda

Pancasila dirumuskan—salah

satunya—oleh Natsir. Data ini

dijelaskan Turiman, Sejarah Hukum

Lambang Negara Republik

Indonesia, Tesis Program Pasca

Sarjana Ilmu Hukum, UI, Jakarta,

1999. Pada Sidang Kabinet RIS

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk

panitia teknis dengan nama Panitia

Lencana Negara di bawah

koordinator Sultan Hamid II.

Bertindak sebagai ketua: Muhamad

Yamin, dan yang tergabung

kedalam anggota antara lain: Ki

Hajar Dewantoro , MA Pellaupessy,

Moh Natsir, RM Ng Purbatjaraka.

Panitia bertugas untuk menyeleksi

semua usulan-usulan mengenai

lambang negara,

kemudian disulkan kepada

Presiden Soekarno dan

kemudian ditetapkan

sebagai lambang Negara.

Pada tahap pertama

rancangan lambang

negara yang terbaik

diusulkan oleh Sultan

Hamid II dan Muhamad

Yamin. Namun usulan

Muhamad Yamin ditolak,

karena ada sinar-sinar

matahari dan

menampakkan kuat

pengaruh Jepang. Pada

tanggal 8 Februari 1950

rancangan final gambar

garuda diserahkan ke

Presiden Soekarno dan

mendapatkan masukan dari Partai

Islam (Masyumi) dari M. Natsir.

Natsir keberatan terhadap burung

Garuda dengan tangan dan bahu

Manusia yang memegang perisai,

karena dianggap bersifat mitologis

khayalan dan terkesan mitologi

feodal. Usul Natsir ini diterima,

hingga lambang Negara hanya

berupa burung Garuda.

Natsir pun mempunyai jasa

terhadap perumusan symbol

“bintang” untuk Sila Pertama

Pancasila. Sebagaimana dijelaskan

Turiman dalam Jurnal Hukum dan

Pembangunan, Th. 44 No. 3, Juli-

September 2014 (hlm. 366):

“Simbol-simbol dalam Perisai

Pancasila secara semiotika hukum

merupakan perpaduan ide dari

usulan anggota Panitia Lambang

Negara. Simbol Sila Kesatu

sumbangan ide dari Moh Natsir,

simbol Sila Kedua ide dari Sultan

Hamid II dan sketsa gambar perisai

dan garis khatulistiwa adalah usulan

Sultan Hamid II, simbol Sila Ketiga

sumbangan ide dari Purbatjaraka,

simbol Sila Keempat sumbangan ide

dari Mohammad Yamin, simbol Sila

Kelima sumbangan ide dari Ki Hajar

Dewantoro.”

Tanggal 11 Februari 1950

rancangan Garuda Pancasila Sultan

Hamid II yang telah dimodifikasi

dengan berbagai usulan—termasuk

dari Natsir—ini ditetapkan oleh

Pemerintah/Kabinet RIS dan

diresmikan pemakaiannya dalam

Sidang Kabinet. Lebih jauh,

lambang Negara ini diatur dalam

PP No. 66 Tahun 1951 yang

ditetapkan pada tanggal 17 Oktober

1951 termuat dalam lembaran

negara 111 Tahun 1951, PP No. 43

Tahun 1958 tentang Penggunaan

Lambang Negara dan pada masa

reformasi diatur dalam Undang-

undang No. 24 Tahun 2009 tentang

Bendera, Bahasa, Lambang Negara

serta lagu Kebangsaan.[]

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M56 MAN TAZAKKA

PAK NATSIR

Kenegaraan. Dengan tegas

Indonesia menjatakan pertjaja

kepada Tuhan Maha Esa djadi

''tiang pertama dari Pantjasila'' --

kaedah jang lima --, jang dianut

sebagai dasar ruhani, dasar achlak

dan susila oleh negara dan bangsa

Indonesia” (Capita Selecta II, hal

61).

Ini menunjukkan pandangan

positif Natsir tentang negara

Pancasila. Pernyataan ini diberikan

setahun setelah Natsir meletakkan

jabatannya sebagai Perdana

Menteri RI, sehingga tak heran jika

pernyataan tersebut bersifat positif.

Sebab, logikanya, bagaimana

mungkin seorang ideolog Islam

mau menjabat kepala pemerintahan

suatu negara yang dasarnya

dianggap bertentangan dengan

ideologi Islam. Jelas, itu tidak

mungkin.

Ketiga, Natsir sebagai salah satu

perumus lambang Negara “Garuda

Pancasila”. Tidak banyak yang tahu,

bahwa Lambang Negara Garuda

Pancasila dirumuskan—salah

satunya—oleh Natsir. Data ini

dijelaskan Turiman, Sejarah Hukum

Lambang Negara Republik

Indonesia, Tesis Program Pasca

Sarjana Ilmu Hukum, UI, Jakarta,

1999. Pada Sidang Kabinet RIS

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk

panitia teknis dengan nama Panitia

Lencana Negara di bawah

koordinator Sultan Hamid II.

Bertindak sebagai ketua: Muhamad

Yamin, dan yang tergabung

kedalam anggota antara lain: Ki

Hajar Dewantoro , MA Pellaupessy,

Moh Natsir, RM Ng Purbatjaraka.

Panitia bertugas untuk menyeleksi

semua usulan-usulan mengenai

lambang negara,

kemudian disulkan kepada

Presiden Soekarno dan

kemudian ditetapkan

sebagai lambang Negara.

Pada tahap pertama

rancangan lambang

negara yang terbaik

diusulkan oleh Sultan

Hamid II dan Muhamad

Yamin. Namun usulan

Muhamad Yamin ditolak,

karena ada sinar-sinar

matahari dan

menampakkan kuat

pengaruh Jepang. Pada

tanggal 8 Februari 1950

rancangan final gambar

garuda diserahkan ke

Presiden Soekarno dan

mendapatkan masukan dari Partai

Islam (Masyumi) dari M. Natsir.

Natsir keberatan terhadap burung

Garuda dengan tangan dan bahu

Manusia yang memegang perisai,

karena dianggap bersifat mitologis

khayalan dan terkesan mitologi

feodal. Usul Natsir ini diterima,

hingga lambang Negara hanya

berupa burung Garuda.

Natsir pun mempunyai jasa

terhadap perumusan symbol

“bintang” untuk Sila Pertama

Pancasila. Sebagaimana dijelaskan

Turiman dalam Jurnal Hukum dan

Pembangunan, Th. 44 No. 3, Juli-

September 2014 (hlm. 366):

“Simbol-simbol dalam Perisai

Pancasila secara semiotika hukum

merupakan perpaduan ide dari

usulan anggota Panitia Lambang

Negara. Simbol Sila Kesatu

sumbangan ide dari Moh Natsir,

simbol Sila Kedua ide dari Sultan

Hamid II dan sketsa gambar perisai

dan garis khatulistiwa adalah usulan

Sultan Hamid II, simbol Sila Ketiga

sumbangan ide dari Purbatjaraka,

simbol Sila Keempat sumbangan ide

dari Mohammad Yamin, simbol Sila

Kelima sumbangan ide dari Ki Hajar

Dewantoro.”

Tanggal 11 Februari 1950

rancangan Garuda Pancasila Sultan

Hamid II yang telah dimodifikasi

dengan berbagai usulan—termasuk

dari Natsir—ini ditetapkan oleh

Pemerintah/Kabinet RIS dan

diresmikan pemakaiannya dalam

Sidang Kabinet. Lebih jauh,

lambang Negara ini diatur dalam

PP No. 66 Tahun 1951 yang

ditetapkan pada tanggal 17 Oktober

1951 termuat dalam lembaran

negara 111 Tahun 1951, PP No. 43

Tahun 1958 tentang Penggunaan

Lambang Negara dan pada masa

reformasi diatur dalam Undang-

undang No. 24 Tahun 2009 tentang

Bendera, Bahasa, Lambang Negara

serta lagu Kebangsaan.[]

dan mencintai keindahan. Karena

itu, kosmetika adalah sebuah

keniscayaan bagi muslimah yang

ingin memperindah diri.

Tapi, agar pemakaian kosmetika

berada di jalan benar, niat untuk

mempercantik diri itu musti tepat

sasaran. Jangan sampai kosmetika

menjadi sarana tabarruj (berdandan

bukan pada tempatnya, misalnya

berparfum aroma sensual untuk ke

pesta).

Niat vertikalnya, ya untuk

menyesuaikan diri dengan sifat

Tuhan yang cinta keindahan.

Sedangkan niat horizontalnya untuk

menjaga citra agama Islam atau

menyenangkan hati pasangan.

Jangan sampai terjadi apa yang

dikatakan Muhammad Abduh: Islam

terhijab oleh pemeluknya sendiri (Al

Islamu mahjubun bil ummati).

Sedangkan salah satu ciri istri

salihah, menurut Nabi Muhammad

saw, adalah yang menyenangkan

pandangan suami. Tentu saja juga

sebaliknya.

Rambu berikutnya, unsur

kosmetika haruslah terdiri dari zat

yang halal, tidak najis atau

menjijikkan (khabitsaat), dan tidak

membahayakan tubuh pemakainya.

Bahan Berbahaya

Menurut POM Depkes, ada

sejumlah bahan berbahaya yang

sering disalahgunakan

(ditambahkan) pada kosmetika

yaitu:

· Merkuri (Air raksa) ditambahkan

pada pemutih dengan klaim

sebagai penghilang flek-flek

hitam

· Hidrokinon lebih dari 2 %

ditambahkan pada pemutih

dengan klaim sebagai pemutih

kulit (syarat < 2 %)

· Rhodamin B (pewarna merah

jambu) terdapat pada lipstick,

perona pipi dan eye shadow

· Methanil Yellow ( pewarna

kuning ) terdapat pada bedak,

eye shadow

· Merah K3 terdapat pada bedak,

eye shadow dan perona pipi

· Methanol lebih dari 5 % (syarat <

5 %) terdapat pada sediaan spray

misal hair spray

Bahan Haram

Dr Anna P

Roswien,

auditor LPPOM

MUI, pada

World Halal

Food Council di

Kuala Lumpur,

mengungkapka

n, teknologi

pembuatan

kosmetika saat

ini penuh

dengan unsur

syubhat

(meragukan).

Di Indonesia, kata Anna,

kosmetika yang beredar ada dua

macam yakni

tradisional dan modern. Yang

tradisional dibedakan menjadi

murni dan semi tradisional.

Kosmetika tradisional murni,

dibuat dari bahan alami dan diolah

secara tradisional. Sedangkan

kosmetika semi tradisional,

pengolahannya menggunakan

teknologi modern dengan

menggunakan zat kimia sintetis ke

dalamnya seperti pengawet dan

pengemulsi. Sedangkan kosmetika

modern diramu dari bahan kimia

yang diolah secara modern.

Yang lebih banyak digunakan

pada alam modern ini adalah semi

tradisional dan modern. Keduanya,

menurut Anna, perlu dicermati

karena sudah memanfaatkan

teknologi dan bahan-bahan yang

berpeluang haram seperti kolagen,

elastin, asam lemak, vitamin,

ekstrak plasenta, melatonin,

berbagai hormon, dan lain-lain.

Menurut fatwa MUI

No.2/MunasVI/MUI/2000,

penggunaan kosmetika yang

mengandung atau berasal dari

bagian tubuh manusia, hukumnya

adalah haram. Dewan Hisbah

Persatuan Islam (PERSIS), dalam

sidangnya pada hari 2 September

2000 di Sumedang, Jawa Barat, juga

mengharamkan penggunaan

plasenta untuk kosmetika. Setelah

memperhatikan uraian secara

ilmiah dan agama dari Al-Ustadz

KH. Usman Shalehuddin dan Dr

Amir Musaddad tentang masalah

tersebut; Dewan menyatakan

''Membuat kosmetika dengan organ

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M58 MAN TAZAKKA

HALAL HALAL

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 59 MAN TAZAKKA

Kembali, merek Wardah

berhasil menyabet “Halal Top

Brand 2018” dari LPPOM-

MUI yang diberikan dalam ajang

Indonesia Halal Expo (INDHEX). Kali

ini untuk kategori shampoo dan

perawatan rambut.

INDHEX tahun ini digelar

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-

Obatan, dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

pada 1-3 November 2018 di

Gedung Smesco, Jakarta Selatan.

Pada penganugerahan yang

sama tahun-tahun sebelumnya,

Wardah meraih HTB untuk kategori

kosmetika dan iklan halal.

Chief Marketing Officer Wardah,

Salman Subakat, menyampaikan

ucapan terima kasihnya kepada

LPPOM-MUI yang telah memercayai

Wardah sebagai Halal Top Brand

2018.

"Sejak pertama kali berdiri pada

tahun 1995, Wardah telah

memosisikan diri sebagai pelopor

brandkecantikan halal nasional.

Posisi ini terus kami pertahankan

sampai sekarang, salah satunya

dengan memastikan seluruh produk

kami mendapatkan sertifikasi halal

dari LPPOM MUI,” ujar Salman di

arena INDHEX 2018, Kamis (01/11).

Direktur LPPOM MUI, Lukmanul

Hakim, mengatakan, bahwa Wardah

terpilih karena berhasil

mempertahankan keunggulan dan

konsistensi brand dalam melahirkan

produk yang halal dan berkualitas.

"Kami bangga melihat tingginya

kemampuan brand Indonesia

seperti Wardah dalam berinovasi

sambil mempertahankan nilai

mendasar yang mereka usung, yaitu

halal,” katanya.

Pemilihan “Halal Top Brand

2018” sendiri didasarkan pada

survei jajak pendapat yang

dilakukan LPPOM MUI kepada lebih

dari 4.200 responden yang tersebar

di seluruh Indonesia pada 20 Juli

hingga 19 September 2018, disertai

dengan wawancara langsung pada

850 responden di area Jabodetabek.

Selain itu, LPPOM MUI juga

mempertimbangkan pencantuman

logo halal pada kemasan atau

produk, intensitas promosi dan

edukasi halal brand bersama

maupun di luar LPPOM MUI.

Termasuk Kosmetika

Shampoo dan produk perawatan

rambut termasuk dalam kategori

produk kosmetika.

Kosmetika berasal dari Bahasa

Inggris cosmetic yang artinya ''alat

kecantikan wanita''. Dalam Bahasa

Arab modern diistilahkan dengan

alatuj tajmiil, atau ''sarana untuk

mempercantik diri''.

Definisi lebih rincinya, menurut

Badan POM (Pengawas Obat dan

Makanan) Depkes, kosmetika

adalah: sediaan atau paduan bahan

yang siap untuk digunakan pada

bagian luar badan (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ

kelamin luar) gigi dan rongga mulut

untuk membersihkan, menambah

daya tarik, mengubah penampakan

melindungi supaya tetap dalam

keadaan baik, memperbaiki bau

badan. Tapi, tidak dimaksudkan

untuk mengobati atau

menyembuhkan penyakit.

Rambu-Rambu

Innalaha jamiilun yuhibbul

jamal. Sungguh, Allah Maha Indah

Wardah Raih Halal Top Brand 2018

...niat untuk

mempercantik diri

itu musti tepat

sasaran. Jangan

sampai kosmetika

menjadi sarana

tabarruj

(berdandan bukan

pada tempatnya,

misalnya

berparfum aroma

sensual untuk ke

pesta).

dan mencintai keindahan. Karena

itu, kosmetika adalah sebuah

keniscayaan bagi muslimah yang

ingin memperindah diri.

Tapi, agar pemakaian kosmetika

berada di jalan benar, niat untuk

mempercantik diri itu musti tepat

sasaran. Jangan sampai kosmetika

menjadi sarana tabarruj (berdandan

bukan pada tempatnya, misalnya

berparfum aroma sensual untuk ke

pesta).

Niat vertikalnya, ya untuk

menyesuaikan diri dengan sifat

Tuhan yang cinta keindahan.

Sedangkan niat horizontalnya untuk

menjaga citra agama Islam atau

menyenangkan hati pasangan.

Jangan sampai terjadi apa yang

dikatakan Muhammad Abduh: Islam

terhijab oleh pemeluknya sendiri (Al

Islamu mahjubun bil ummati).

Sedangkan salah satu ciri istri

salihah, menurut Nabi Muhammad

saw, adalah yang menyenangkan

pandangan suami. Tentu saja juga

sebaliknya.

Rambu berikutnya, unsur

kosmetika haruslah terdiri dari zat

yang halal, tidak najis atau

menjijikkan (khabitsaat), dan tidak

membahayakan tubuh pemakainya.

Bahan Berbahaya

Menurut POM Depkes, ada

sejumlah bahan berbahaya yang

sering disalahgunakan

(ditambahkan) pada kosmetika

yaitu:

· Merkuri (Air raksa) ditambahkan

pada pemutih dengan klaim

sebagai penghilang flek-flek

hitam

· Hidrokinon lebih dari 2 %

ditambahkan pada pemutih

dengan klaim sebagai pemutih

kulit (syarat < 2 %)

· Rhodamin B (pewarna merah

jambu) terdapat pada lipstick,

perona pipi dan eye shadow

· Methanil Yellow ( pewarna

kuning ) terdapat pada bedak,

eye shadow

· Merah K3 terdapat pada bedak,

eye shadow dan perona pipi

· Methanol lebih dari 5 % (syarat <

5 %) terdapat pada sediaan spray

misal hair spray

Bahan Haram

Dr Anna P

Roswien,

auditor LPPOM

MUI, pada

World Halal

Food Council di

Kuala Lumpur,

mengungkapka

n, teknologi

pembuatan

kosmetika saat

ini penuh

dengan unsur

syubhat

(meragukan).

Di Indonesia, kata Anna,

kosmetika yang beredar ada dua

macam yakni

tradisional dan modern. Yang

tradisional dibedakan menjadi

murni dan semi tradisional.

Kosmetika tradisional murni,

dibuat dari bahan alami dan diolah

secara tradisional. Sedangkan

kosmetika semi tradisional,

pengolahannya menggunakan

teknologi modern dengan

menggunakan zat kimia sintetis ke

dalamnya seperti pengawet dan

pengemulsi. Sedangkan kosmetika

modern diramu dari bahan kimia

yang diolah secara modern.

Yang lebih banyak digunakan

pada alam modern ini adalah semi

tradisional dan modern. Keduanya,

menurut Anna, perlu dicermati

karena sudah memanfaatkan

teknologi dan bahan-bahan yang

berpeluang haram seperti kolagen,

elastin, asam lemak, vitamin,

ekstrak plasenta, melatonin,

berbagai hormon, dan lain-lain.

Menurut fatwa MUI

No.2/MunasVI/MUI/2000,

penggunaan kosmetika yang

mengandung atau berasal dari

bagian tubuh manusia, hukumnya

adalah haram. Dewan Hisbah

Persatuan Islam (PERSIS), dalam

sidangnya pada hari 2 September

2000 di Sumedang, Jawa Barat, juga

mengharamkan penggunaan

plasenta untuk kosmetika. Setelah

memperhatikan uraian secara

ilmiah dan agama dari Al-Ustadz

KH. Usman Shalehuddin dan Dr

Amir Musaddad tentang masalah

tersebut; Dewan menyatakan

''Membuat kosmetika dengan organ

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M58 MAN TAZAKKA

HALAL HALAL

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M 59 MAN TAZAKKA

Kembali, merek Wardah

berhasil menyabet “Halal Top

Brand 2018” dari LPPOM-

MUI yang diberikan dalam ajang

Indonesia Halal Expo (INDHEX). Kali

ini untuk kategori shampoo dan

perawatan rambut.

INDHEX tahun ini digelar

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-

Obatan, dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia (LPPOM-MUI)

pada 1-3 November 2018 di

Gedung Smesco, Jakarta Selatan.

Pada penganugerahan yang

sama tahun-tahun sebelumnya,

Wardah meraih HTB untuk kategori

kosmetika dan iklan halal.

Chief Marketing Officer Wardah,

Salman Subakat, menyampaikan

ucapan terima kasihnya kepada

LPPOM-MUI yang telah memercayai

Wardah sebagai Halal Top Brand

2018.

"Sejak pertama kali berdiri pada

tahun 1995, Wardah telah

memosisikan diri sebagai pelopor

brandkecantikan halal nasional.

Posisi ini terus kami pertahankan

sampai sekarang, salah satunya

dengan memastikan seluruh produk

kami mendapatkan sertifikasi halal

dari LPPOM MUI,” ujar Salman di

arena INDHEX 2018, Kamis (01/11).

Direktur LPPOM MUI, Lukmanul

Hakim, mengatakan, bahwa Wardah

terpilih karena berhasil

mempertahankan keunggulan dan

konsistensi brand dalam melahirkan

produk yang halal dan berkualitas.

"Kami bangga melihat tingginya

kemampuan brand Indonesia

seperti Wardah dalam berinovasi

sambil mempertahankan nilai

mendasar yang mereka usung, yaitu

halal,” katanya.

Pemilihan “Halal Top Brand

2018” sendiri didasarkan pada

survei jajak pendapat yang

dilakukan LPPOM MUI kepada lebih

dari 4.200 responden yang tersebar

di seluruh Indonesia pada 20 Juli

hingga 19 September 2018, disertai

dengan wawancara langsung pada

850 responden di area Jabodetabek.

Selain itu, LPPOM MUI juga

mempertimbangkan pencantuman

logo halal pada kemasan atau

produk, intensitas promosi dan

edukasi halal brand bersama

maupun di luar LPPOM MUI.

Termasuk Kosmetika

Shampoo dan produk perawatan

rambut termasuk dalam kategori

produk kosmetika.

Kosmetika berasal dari Bahasa

Inggris cosmetic yang artinya ''alat

kecantikan wanita''. Dalam Bahasa

Arab modern diistilahkan dengan

alatuj tajmiil, atau ''sarana untuk

mempercantik diri''.

Definisi lebih rincinya, menurut

Badan POM (Pengawas Obat dan

Makanan) Depkes, kosmetika

adalah: sediaan atau paduan bahan

yang siap untuk digunakan pada

bagian luar badan (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ

kelamin luar) gigi dan rongga mulut

untuk membersihkan, menambah

daya tarik, mengubah penampakan

melindungi supaya tetap dalam

keadaan baik, memperbaiki bau

badan. Tapi, tidak dimaksudkan

untuk mengobati atau

menyembuhkan penyakit.

Rambu-Rambu

Innalaha jamiilun yuhibbul

jamal. Sungguh, Allah Maha Indah

Wardah Raih Halal Top Brand 2018

...niat untuk

mempercantik diri

itu musti tepat

sasaran. Jangan

sampai kosmetika

menjadi sarana

tabarruj

(berdandan bukan

pada tempatnya,

misalnya

berparfum aroma

sensual untuk ke

pesta).

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M60 MAN TAZAKKA

HALAL

tubuh manusia yang sudah mati

haram''. Pertimbangannya antara

lain, Nabi saw telah melarang

mengganggu tubuh orang yang

sudah mati.

Plasenta manusia telah

digunakan sebagai bahan

kosmetika sejak 1940. Khasiatnya,

konon, menghilangkan kerutan, dan

menstimulir pertumbuhan jaringan.

Plasenta lantas dikenal sebagai

kelompok obat, yang kemudian

oleh FDA dinyatakan sebagai

misbranded.

Pada tahun 70-an, Kuba sudah

mulai mengekspor sebanyak 40 ton

plasenta manusia ke Meriux

Laoratorium di Perancis untuk

bahan kosmetika. Setelah mampu

mendayagunakan sendiri untuk

obat penyakit kulit vitiligo (tidak

berpigmen), pada tahun 1980-1982

pemerintah Kuba menghentikan

pengiriman plasenta ke Perancis

dan memulai memproduksi obat

Melagenina. Obat ini kemudian juga

diproduksi oleh Mexico, Venezuela,

dan Kolumbia.

Pada tahun 1992-1994

pemerintah Kuba menganalisa

bahwa penting untuk membangun

pabrik yang memproduksi berbagai

macam obat-obatan dan kosmetika

anti-aging. Misalnya, coriodermina

(untuk pengobatan psoriasis),

piloactive lotion (untuk pengobatan

alopecia), tromboplastine

(pengumpalan darah), ophtalmic

anti-inflammatory factor dietary

supplement (osteoporosis-anemia),

melagenina plus dan forte enteral

food (perawatan intensiv), placental

lactogen (obstetric), placental

shampoo bioactive dermal cream,

amniotic collagen cream, hair

conditioner, facial tonic cleaning

milks bioactive dermal soap.

Nah, plasenta itu dikumpulkan

dari rumah sakit bersalin dan

kebidanan Kuba, lalu disimpan dan

dijaga agar tidak beku. Plasenta

kemudian diekstraks dan diproses

sesuai dengan produk yang

diinginkan, dikemas untuk

selanjutnya didistribusikan di dalam

negeri dan diekspor.

Amniotik Liquid

Cairan yang berada di sekitar

janin yang berfungsi untuk

melindungi janin dari benturan fisik.

Memiliki keuntungan yang sama

dengan plasenta manusia serta

penggunaannya tebatas pada

penggunaan pelembab,lotion

rambut dan perawatan kulit kepala

serta shampo. Bahan tersebut yang

biasa digunakan untuk kosmetik

berasal dari sapi atau lembu jantan.

Kolagen

Kolagen adalah bentuk produk

protein yang merupakan serat

jaringan ikat antar sel yang

memberi ketegangan/elastisitas.

Dalam bedah plastik ia dijadikan

bahan anti-aging (penuaan).

Namun, berdasarkan sifat dan cara

kerjanya, penggunakan implan

kolagen adalah untuk sarana

rejuvenasi kulit (mengatasi kerutan)

bukan augmentasi (mempertinggi

organ tertentu). Implan kolagen

akan habis dan memerlukan

tindakan pengulangan dalam waktu

tiga bulan.

Dalam produk kosmetika,

kolagen memiliki efek

melembabkan karena ia bersifat

tidak larut air bahkan menahan air.

Bahan ini bisa berasal dari sapi

(bovine collagen, zyderm) atau babi.

Tentu saja babi lebih favorit.

Pasalnya, selain sangat ekonomis,

perkembangan babi transgenik

yang memiliki jaringan sel mirip sel

tubuh manusia, kian maju.

Menurut DR Muladno, ahli

genetika molekuler di Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor,

melalui aplikasi teknologi

transgenetika, organ penyusun

tubuh babi akan semakin mirip

dengan manusia. Ia pun

mengemukakan, pembiakan babi

transgenik mulai marak sejak 1995.

Bahkan pada 2000-an, orang sudah

berniat membuat pabrik organ babi

melalui penangkaran babi

transgenik.

Cerebroside

Berasal dari hewan atau

tanaman. Cerebroside termasuk

dalam kelompok glikolipid yaitu

terdiri dari bahan lemak dan

karbohidrat. Diproduksi secara

alami dalam sel epidermal basal,

merupakan lapisan kulit paling

dalam. Setelah cerebroside

terbentuk, ia akan tersekresi keluar

sel kemudian bertindak sebagai

lapisan pelindung. Karena sel baru

terbentuk di lapisan di bawah kulit,

kulit yang lebih tua akan bergerak

menuju permukaan dan menjadi

kering.

Bahan cerebroside dapat

bersumber dari sapi, lembu jantan,

sel otak babi atau jaringan-jaringan

sistem syarafnya.[]

EDISI RABIUL AWAL 1440 H / NOVEMBER 2018 M60 MAN TAZAKKA

HALAL

tubuh manusia yang sudah mati

haram''. Pertimbangannya antara

lain, Nabi saw telah melarang

mengganggu tubuh orang yang

sudah mati.

Plasenta manusia telah

digunakan sebagai bahan

kosmetika sejak 1940. Khasiatnya,

konon, menghilangkan kerutan, dan

menstimulir pertumbuhan jaringan.

Plasenta lantas dikenal sebagai

kelompok obat, yang kemudian

oleh FDA dinyatakan sebagai

misbranded.

Pada tahun 70-an, Kuba sudah

mulai mengekspor sebanyak 40 ton

plasenta manusia ke Meriux

Laoratorium di Perancis untuk

bahan kosmetika. Setelah mampu

mendayagunakan sendiri untuk

obat penyakit kulit vitiligo (tidak

berpigmen), pada tahun 1980-1982

pemerintah Kuba menghentikan

pengiriman plasenta ke Perancis

dan memulai memproduksi obat

Melagenina. Obat ini kemudian juga

diproduksi oleh Mexico, Venezuela,

dan Kolumbia.

Pada tahun 1992-1994

pemerintah Kuba menganalisa

bahwa penting untuk membangun

pabrik yang memproduksi berbagai

macam obat-obatan dan kosmetika

anti-aging. Misalnya, coriodermina

(untuk pengobatan psoriasis),

piloactive lotion (untuk pengobatan

alopecia), tromboplastine

(pengumpalan darah), ophtalmic

anti-inflammatory factor dietary

supplement (osteoporosis-anemia),

melagenina plus dan forte enteral

food (perawatan intensiv), placental

lactogen (obstetric), placental

shampoo bioactive dermal cream,

amniotic collagen cream, hair

conditioner, facial tonic cleaning

milks bioactive dermal soap.

Nah, plasenta itu dikumpulkan

dari rumah sakit bersalin dan

kebidanan Kuba, lalu disimpan dan

dijaga agar tidak beku. Plasenta

kemudian diekstraks dan diproses

sesuai dengan produk yang

diinginkan, dikemas untuk

selanjutnya didistribusikan di dalam

negeri dan diekspor.

Amniotik Liquid

Cairan yang berada di sekitar

janin yang berfungsi untuk

melindungi janin dari benturan fisik.

Memiliki keuntungan yang sama

dengan plasenta manusia serta

penggunaannya tebatas pada

penggunaan pelembab,lotion

rambut dan perawatan kulit kepala

serta shampo. Bahan tersebut yang

biasa digunakan untuk kosmetik

berasal dari sapi atau lembu jantan.

Kolagen

Kolagen adalah bentuk produk

protein yang merupakan serat

jaringan ikat antar sel yang

memberi ketegangan/elastisitas.

Dalam bedah plastik ia dijadikan

bahan anti-aging (penuaan).

Namun, berdasarkan sifat dan cara

kerjanya, penggunakan implan

kolagen adalah untuk sarana

rejuvenasi kulit (mengatasi kerutan)

bukan augmentasi (mempertinggi

organ tertentu). Implan kolagen

akan habis dan memerlukan

tindakan pengulangan dalam waktu

tiga bulan.

Dalam produk kosmetika,

kolagen memiliki efek

melembabkan karena ia bersifat

tidak larut air bahkan menahan air.

Bahan ini bisa berasal dari sapi

(bovine collagen, zyderm) atau babi.

Tentu saja babi lebih favorit.

Pasalnya, selain sangat ekonomis,

perkembangan babi transgenik

yang memiliki jaringan sel mirip sel

tubuh manusia, kian maju.

Menurut DR Muladno, ahli

genetika molekuler di Fakultas

Peternakan Institut Pertanian Bogor,

melalui aplikasi teknologi

transgenetika, organ penyusun

tubuh babi akan semakin mirip

dengan manusia. Ia pun

mengemukakan, pembiakan babi

transgenik mulai marak sejak 1995.

Bahkan pada 2000-an, orang sudah

berniat membuat pabrik organ babi

melalui penangkaran babi

transgenik.

Cerebroside

Berasal dari hewan atau

tanaman. Cerebroside termasuk

dalam kelompok glikolipid yaitu

terdiri dari bahan lemak dan

karbohidrat. Diproduksi secara

alami dalam sel epidermal basal,

merupakan lapisan kulit paling

dalam. Setelah cerebroside

terbentuk, ia akan tersekresi keluar

sel kemudian bertindak sebagai

lapisan pelindung. Karena sel baru

terbentuk di lapisan di bawah kulit,

kulit yang lebih tua akan bergerak

menuju permukaan dan menjadi

kering.

Bahan cerebroside dapat

bersumber dari sapi, lembu jantan,

sel otak babi atau jaringan-jaringan

sistem syarafnya.[]

REKENING LAZNAS DEWAN DA’WAH

Zakat

Infaq

Qurban

Kami siap menjemput, menghimpun dan menyalurkan zakat Anda.

Selamatkan dan Bangun

INDONESIAdengan

Dakwah

Waqaf Al-Qur’an

REKENING INFAQ CLUB

Bank Mega Syariah Indonesia 10 000 222 66(a.n LAZIS Dewan Da’wah QQ Infaq Club)

laznasdewandakwah.or.id

Bank Muamalat Indonesia 301 007 1845(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)

Bank Mega Syariah Indonesia 100 0000 312(a.n LAZIS Dewan Da'wah)

Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 700 132 7539BRI Syariah 100 123 87 48BNI Syariah 012 7544 426(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)

BCA Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 001 100 200 2Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7755 666BRI (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 0418 01000 150 303Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 405 107BCA (a.n Dewan Dawah) 342 30388 09CIMB Niaga Syariah 86 000 422 9900(a.n. Yayasan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)

Bank Muamalat Indonesia 301 007 1846(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)

Bank Syariah Mandiri 700 132 7733(a.n LAZIS Dewan Da'wah)

BNI Syariah 018 446 3322(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)

Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 408 106Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7766 333BCA (a.n Dewan Dawah) 342 304 8855

Bank Muamalat Indonesia 301 007 1856(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)

Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 702 739 1917Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 588 1985

Kemanusiaan Bank Muamalat Indonesia 358 008 0008(a.n LAZIS Dewan Da'wah)

BNI Syariah 018 446 2114(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)

Bank Mega Syariah Indonesia 100 000 4108(a.n LAZIS Dewan Da'wah)

WaqafBank Syariah Mandiri 70 777 555 88(a.n LAZIS Dewan Da'wah QQ Waqaf)

Kantor LAZNAS Dewan Da'wah Kebon Jeruk

BNI Syariah (a.n Lazis Dewan Da'wah) 828 661 661 6