11
Moko31.wordpress.com Latihan 1 1. Bagaimana mekanisme kerja siklosporin sebagai imunosupresan. 2. Jelaskan secara singkat terminologi berikut: a) xenograft, (b) syngeneic (c) allograft Latihan 2 1. Apa pengertian ADCC? Jelaskan mekanismenya. 2. Jelaskan tentang Rituximab. Apa kepanjangan dari mab dari kata rituximab tsb. 3. Sitokin apa yang disekresikan oleh sel kanker untuk melemahkan limfosit? 4. Sel NK bisa mengeluarkan TRAIL. Jelaskan tentang TRAIL. 5. Jelaskan tentang T-cell homing 6. Antigen tumor yang ada pada kanker serviks akibat infeksi HPV adalah … Fungsinya dalam tubuh adalah … (jawabab ada di sini ) 7. Jurus apa saja dari sel NK dalam membunuh sel kanker? 8. Adanya perkembangan sel yang tidak terkontrol (tumor) mampu membangkitkan respon imun. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengeliminasi sel tumor tersebut, namun sel tumor ternyata cukup pandai mengelabui sel imun dalam bekerja. Sebutkan 3 (tiga) cara bagaimana sel tumor menghindar dari respon imun. Latihan 3 Seorang pasien menjalani reseksi kanker kolorektal. Reseksi adalah pembuangan sebagian organ atau struktur tubuh lain dengan tindakan bedah. Namun beberapa

imunol

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nbvcj

Citation preview

Page 1: imunol

Moko31.wordpress.com

Latihan 1

1. Bagaimana mekanisme kerja siklosporin sebagai imunosupresan.

2. Jelaskan secara singkat terminologi berikut: a) xenograft, (b) syngeneic (c) allograft

Latihan 2

1. Apa pengertian ADCC? Jelaskan mekanismenya.

2. Jelaskan tentang Rituximab. Apa kepanjangan dari mab dari kata rituximab tsb.

3. Sitokin apa yang disekresikan oleh sel kanker untuk melemahkan limfosit?

4. Sel NK bisa mengeluarkan TRAIL. Jelaskan tentang TRAIL.

5. Jelaskan tentang T-cell homing

6. Antigen tumor yang ada pada kanker serviks akibat infeksi HPV adalah … Fungsinya

dalam tubuh adalah … (jawabab ada di sini)

7. Jurus apa saja dari sel NK dalam membunuh sel kanker?

8. Adanya perkembangan sel yang tidak terkontrol (tumor) mampu membangkitkan

respon imun. Berbagai cara telah dilakukan untuk mengeliminasi sel tumor

tersebut, namun sel tumor ternyata cukup pandai mengelabui sel imun dalam

bekerja. Sebutkan 3 (tiga) cara bagaimana sel tumor menghindar dari respon

imun.

Latihan 3

Seorang pasien menjalani reseksi kanker kolorektal. Reseksi adalah pembuangan sebagian

organ atau struktur tubuh lain dengan tindakan bedah. Namun beberapa waktu kemudian

pasien mengalami kekambuhan, inflamasi sistemik, dan mengalami metastasis (kanker

menyebar ke organ lain). Hal ini dikaitkan dengan adanya infeksi bakteri gram

Page 2: imunol

negatif pascaoperasi. Pada pemeriksaan leb, didapat ekspresi berlebih TLR tertentu pada

pasien.

1. Identifikasi jenis PAMP apa yang terlibat pada infeksi tersebut?

2. TLR berapa yang terlibat?

3. Setelah PAMP bertemu dengan TLR, terjadi transduksi signal melalui jalur apa?

(Hint: transduksi signal melibatkan suatu faktor transkripsi, pada keadaan inaktif

faktor transkripsi tersebut berada di sitosol, namun setelah ada sinyal akan

teraktivasi dan masuk ke inti. Transduksi signal inilah yang akhirnya mengaktifkan

ekspresi sitokin proinflamasi, dll).

Latihan 4

1. Jelaskan tentang vaksin anti-idiotipik. Berikan contohnya.

2. Jelaskan tentang sel dendritik pulsed vaccine pada pengobatan kanker.

3. Jelaskan tentang Vaksin DPT! Termasuk imunisasi aktif atau pasif?

Latihan 5 (Materi ada di sini)

1. Jelaskan tentang Delayed hipersensitivity (DTH)

2. Imunoglobulin utama pada hipersensitivitas tipe I adalah ….

3. Agen terapi pada hipersensitivitas tipe I yaitu steroid. Bagaimana aksinya?

4. Bagaimana hubungan IL-4 dan IFN-gama pada regulasi hipersensitivitas tipe I.

5. Sebutkan contoh-contoh manifestasi klinik dari hipersensitivitas tipe II.

6. Jelaskan tentang fenomena Arthus.

7. Jelaskan kaitan DM tipe I dengan hipersensitivitas tipe IV. (Baca: DM Tipe I)

Untuk soal (8-9) Benar atau salah pernyataan berikut. Jika pernyataan salah, berikan

alasannya.

Page 3: imunol

8. Hipersensitivititas tipe I dimediasi oleh imunoglubulin M.

9. Hipersensitivitas tipe IV dimediasi oleh imunoglobulin G.

10. Apa hubungan inflamasi dan karsinogenesis?

HIPERSENSITIVITAS05/30/2013 · by admin · in IMUNOLOGI      

 

1 Votes

Hipersensitivitas merupakan respon imun yang tidak menguntungkan bagi tubuh.

Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang

pernah dipejankan sebelumnya. Ada dua kategori hipersensitivitas yaitu:

1. Immediate hypersensitivities (reaksi cepat) yang berarti humoral immunity (reaksi

antigen/antibodi).

2. Delayed hypersensitivities (reaksi lambat/tertunda) yang berarti cell-mediated

immunity (cytotoxic T-lymphocytes, makrofag dan sitokin).

Klasifikasi, dibagi menjadi 4 sbb:

Hipersensitivitas tipe I: immediate (IgE)

Hipersensitivitas tipe II: antibody mediated (IgG/IgM berikatan pada antigen yang

ada dipermukaan sel)

Page 4: imunol

Hipersensitivitas tipe III: antibody mediated (IgG/IgM berikatan pada kompeks

imun)

Hipersensitivitas tipe IV: T-cell mediated

Hipersensitivitas tipe I (sudah di bahas lebih detil di postingan ini Hipersensitivitas Tipe I)

Seseorang menunjukka hipersensitivitas tipe I cenderung delvelop respon sel Th2 setelah

terpapar alergen. Berikutnya adalah diproduksinya IL-4 dan berikutnya diproduksi IgE.

Kemudian IgE akan menempel pada permukaan sel mast/basofil. Ini disebut sebagai fase

sensitasi.

Paparan kedua (rechallenge) alergen memicu kroslink IgE pada permukaan sel dan rilis

mediator seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien. Mediator-mediator ini memiliki

efek farmakologis seperti meningkatkan permeabilitas vaskuler, kontraksi otot halus, dan

vasodilatasi.

Tes umum yang dilakukan untuk menggambarkan hipersensitivitas tipe I digunakan skin

tests dan radioimmunosorbent test (RAST).

Contoh klinis: rinitis alergi (iritasi lokal), asma, dan anafilaksis.

Hipersensitivitas Tipe II

Contoh klinis:

Reaksi transfusi

Inkompatibilitas Rh

Penykait autoimun

Hipersensitivitas Tipe III

Contoh klinis:

Page 5: imunol

SLE (systemic lupus erythermatosus)

serum sickness

Arthus reaction

Hipersensitivitas Tipe IV

Contoh klinis:

formasi granuloma

dermatitis kontak

Multiple schlerosis

DIABETES MELLITUS TIPE I01/14/2011 · by admin · in MOLECULAR PHARMACOLOGY      

 

2 Votes

Faktor penyebab penyakit diabetes mellitus merupakan kombinasi antara faktor keturunan

atau lingkungan dengan ditandai adanya peningkatan kadar gula darah yang tinggi akibat

defisiensi insulin relatif atau absolut. Pelepasan insulin yang tidak adekuat diperberat oleh

glukagon yang berlebihan (Mycek, 2001).

Diabetes tergantung insulin umumnya menyerang anak-anak tetapi IDDM juga dapat

terjadi pada orang dewasa. Penyakit ini ditandai dengan defisiens insulin absolut yang

disebabkan oleh lesi atau nekrosis berat sel β. Hilangnya fungsi sel β mungkin disebabkan

oleh invasi virus, kerja toksin kimia atau umumnya, melalui kerja antibodi autoimum yang

ditunjukkan untuk melawan sel β. Akibat dari destruksi sel β, pankreas gagal berespons

terhadap masukan glukosa (Mycek, 2001).

Page 6: imunol

Diabetes tipe I digolongkan sebagai penyakit kekebalan tubuh karena sistem kekebalan

tubuh (sistem yang terdiri dari organ, jaringan dan sel yang membunuh organisme dan

membuang zat-zat yang menimbulkan penyakit) menyerang dan menghancurkan sel yang

menghasilkan insulin, yang dikenal sebagai sel beta dalam pulau Langerhans di pankreas.

Para ahli meyakini bahwa kombinasi dari faktor genetik dan lingkungan dapat dengan cara

tertentu memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghancurkan sel-sel ini. Para ahli juga

sejauh ini telah menemukan 20 gen yang memainkan peranan pada diabetes tipe 1,

walaupun fungsi dari gen ini masih dalam penyelidikan. Faktor lingkungan, seperti virus

tertentu, dapat ikut pula membuat penyakit ini berkembang, khususnya pada orang yang

telah memiliki faktor genetik dimana penyakit ini dapat berkembang.

Diabetes tipe 1 dikarenakan kerusakan sel beta pankreas terhadap proses autoimmune

spesifik sel beta dijelaskan dengan mekanisme sbb:

Representasi skematis kolaborasi antara makrofag dan sel T dalam destruksi sel β

pankreas.

Page 7: imunol

1. Autoantigen β−cell (lihat pojok kanan atas) dirilis dari sel β  selama turnover secara

spontan sel β . Antigen kemudian diproeses oleh makrofag dan dipresentasikan ke

sel T helper oleh molekul MHC II APC. Makrofag teraktivasi mensekresikan IL-12,

lalu mengaktivasi sel T CD4+ (Th1).

2. Sel T CD4+ mensekresikan sitokin seperti IFN-γ, TNF-α, TNF-β dan IL-2. Selama

proses ini berjalan, β−cell–specific precytotoxic T cells mungkin terekrut ke islet.

Sel T presitotoksik ini diaktivasi oleh IL-2 dan sitokin lain yang dirilis oleh sel T

CD4+ untuk berdiferensiasi menjadi sel efektor, sel T CD8+.

3. IFN-γ yang dirilis oleh sel T CD4+ dan sel TCD8+menyebabkan makrofag menjadi

sitotoksik. Makrofag sitotoksik merilis sejumlah substansial sitokin IL-1β, TNF-α,

dan IFN-γ serta radikal bebas (H2O2, NO).

4. Sitokin yang dirilis dari makrofag dan sel T menginduksi ekspresi Fas pada sel β

pankreas.

5. Sel β  kemudian dihancurkan melalui mekanisme apoptosis dimediasi Fas dan atau

granzim dan sitosillin (perforin), keduanya toksik pada sel β.

Referensi:

Mycek MJ., Harvey RA., Champe PC., Fisher BD., 2001, Farmakologi: Ulasan Bergambar,

(diterjemahkan oleh: Azwar Agoes), Widya Medika, hal 259-263

Yoon JW, 2001, Autoimmune destruction of pancreatic beta cell, Annals New York Academy

Of Sciences., 200-211. [link]

HPV DAN KANKER06/11/2013 · by admin · in ONCOLOGY     

Page 8: imunol

 

 

1 Votes

Kanker serviks merupakan insidensi kedua tertinggi menyerang wanita setelah kanker

payudara. Risiko kanker serviks, kanker dubur dan penis ditingkatkan oleh infeksi jenis

tertentu virus papiloma manusia (HPV). HPV ada tipe risiko tinggi yaitu HPV-16, 18, 31, 33,

dan 45. Sedangkan JPV tipe risiko rendah yaitu HPV-6 dan 11. Tipe onkoprotein virus

adalah protein E6 dan E7.  Adanya infeksi HPV membuat faktor risiko wanita terkena

kanker serviks menjadi lebih tinggi. Selain itu berbagai faktor lain yang terlibat yaitu

smoking, host, obat-obatan, nutrient dan aktivitas seksual.

Factors affecting the persistence of HPV infection and cervical cancer onset.

Sel yang terinfeksi virus ini akan muncul ekspresi onkoprotein E6 dan E7 (warna hitam).

E6 adalah protein yang bisa mengikat p53, suatu tumor supressor gen. Jika p53 tidak bisa

bekerja maka fungsinya dia sebagai pengkounter kerusakan DNA (DNA damage) tidak bisa

berfungsi.

Sedangkan E7 merupakan protein yang mengikat Rb, suatu tumor supressor gen yang

tugasnya mengikat E2F. Jika Rb diganggu maka E2F dalam kondisi bebas sehingga

mengaktifkan banyak protein yang dibutuhkan pada fase sintesis DNA.

Page 9: imunol

Protein seluler yang terkena imbas kedua protein ini diantaranya: 1) kedua protein bisa

menghambat respon imun, caranya dengan mengganggu IRF-3 (IRF-3 adalah faktor yang

mempengaruhi produksi interferon, diperlukan untuk melawan virus) 2) E6 bisa

mempengaruhi telomerase sehingga sel menjadi immortal, 3) E7 mengikat protein Rb

sehingga menyebabkan transformasi, 4) E6 meningkatkan Bak yang menghambat

apoptosis, 5) E6 mengganggu p53 yag efeknya luas misal menaikkan Notch1 dan ErbB2

yang menghambat diferensiasi (malah keasyikan membelah), 6) E6 mengikat p53 (yang

seharusnya sebagai sensor perbaikan DNA), karena rusak maka terjadi akumulasi mutasi,

dan endingnya adalah kanker serviks.

Page 10: imunol

Referensi

Münger K, Baldwin A, Edwards KM, Hayakawa H, Nguyen CL, Owens M, Grace M, Huh K.

Mechanisms of human papillomavirus-induced oncogenesis. J Virol. 2004

Nov;78(21):11451-60. Download: J. Virol.-2004-Münger-11451-60

Boulet G, Horvath C, Vanden Broeck D, Sahebali S, Bogers J. Human papillomavirus: E6

and E7 oncogenes. Int J Biochem Cell Biol.   2007;39(11):2006-11. Epub 2007 Jul 19.

Josko Zekan, Maja Sirotkovic-Skerlev and Mihael Skerlev (2011). Oncogenic Aspects of

HPV Infections of the Female Genital Tract, DNA Replication-Current Advances, Dr Herve

Seligmann (Ed.), ISBN: 978-953-307-593-8, InTech, DOI: 10.5772/19165. Available

from: http://www.intechopen.com/books/dna-replication-current-advances/oncogenic-

aspects-of-hpv-infections-of-the-female-genital-tract, Download InTech-

Oncogenic_aspects_of_hpv_infections_of_the_female_genital_tract

Page 11: imunol

Gabriela Anton, Adriana Plesa, Coralia Bleotu, Anca Botezatu, Mariana Anton, Lorelei Irina

Brasoveanu and Mihai Stoian (2013). Human Papillomaviruses Oncoproteins, Oncogene

and Cancer – From Bench to Clinic, Dr. Yahwardiah Siregar (Ed.), ISBN: 978-953-51-0858-

0, InTech, DOI: 10.5772/55342. Available

from: http://www.intechopen.com/books/oncogene-and-cancer-from-bench-to-clinic/human-

papillomaviruses-oncoproteins,   Download:   InTech-Human_papillomaviruses_oncoproteins

Nature