14
Siti Umi Lu’luul Jannah & Agus Santoso | 23 Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 04, No. 02, 2014 ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 23-36 IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE KONSELING ISLAM PADA MASYARAKAT TUBAN Oleh: Siti Umi Lu’luul Jannah dan Agus Santoso Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak: Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses Konseling Islam Sunan Bonang dengan menggunakan metode suluk pada masyarakat Tuban?2.Bagaimana mekanisme perubahan yang terjadi pada masyarakat Tuban? Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif Etnografi. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan pengamatan terlibat. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana metode suluk yang dipakai oleh Sunan Bonang dalam proses untuk mengubah tingkah laku seseorang, dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara dengan salah seorang yang mengikuti tarekat di Kabupaten Tuban.Pada mekanisme perubahannya bisa dilihat dari berbagai segi diantaranya dari segi budaya, yaitu bagaimana pada saat itu Sunan Bonang bisa sedikit demi sedikit memasukkan budaya Islam pada masyarakat yang sangat kental sekali dengan kebiasaan Hindu, dalam hal politik, beliau langsung fokus kepada target seorang pemimpin, yang nanti akan serta merta diikuti oleh masyarakatnya jika ia sudah masuk Islam, kemudian dalam hal agama, merealitakan pola pikir masyarakat terdahulu sehingga dari menyembah pohon dan benda yang dikeramatkan bisa menjadi orang Islam yang teguh. Kata Kunci: implementasi Suluk Sunan Bonang, Metode Konseling Islam

IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 23

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam

Vol. 04, No. 02, 2014

-------------------------------------------------------------------------------

Hlm. 23-36

IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE KONSELING ISLAM PADA MASYARAKAT TUBAN

Oleh: Siti Umi Lu’luul Jannah dan Agus Santoso

Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Abstrak: Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses Konseling Islam Sunan Bonang dengan menggunakan metode suluk pada masyarakat Tuban?2.Bagaimana mekanisme perubahan yang terjadi pada masyarakat Tuban? Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif Etnografi. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, observasi dan pengamatan terlibat. Disini penulis menjelaskan tentang bagaimana metode suluk yang dipakai oleh Sunan Bonang dalam proses untuk mengubah tingkah laku seseorang, dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara dengan salah seorang yang mengikuti tarekat di Kabupaten Tuban.Pada mekanisme perubahannya bisa dilihat dari berbagai segi diantaranya dari segi budaya, yaitu bagaimana pada saat itu Sunan Bonang bisa sedikit demi sedikit memasukkan budaya Islam pada masyarakat yang sangat kental sekali dengan kebiasaan Hindu, dalam hal politik, beliau langsung fokus kepada target seorang pemimpin, yang nanti akan serta merta diikuti oleh masyarakatnya jika ia sudah masuk Islam, kemudian dalam hal agama, merealitakan pola pikir masyarakat terdahulu sehingga dari menyembah pohon dan benda yang dikeramatkan bisa menjadi orang Islam yang teguh.

Kata Kunci: implementasi Suluk Sunan Bonang, Metode Konseling Islam

Page 2: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 24

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

Pendahuluan Rasanya sudah tidak asing lagi kita mendengar kata “Wali atau Sunan” di

bumi Indonesia ini, apalagi di tanah Jawa yang kita tempati ini.Penyebaran Islam di Jawa tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dan kiprah dari perjalanan orang-orang suci yang sangat legendaris dalam cerita lisan orang Jawa-Islam yang sangat populer dengan sebutan Wali Songo (Wali Sembilan).Ada beberapa pendapat mengenai arti Wali Songo.Menurut Solichin Salam dalam Sekitar Wali Songo, kata Wali Songo merupakan kata majemuk yang berasal dari kata wali dan songo.Kata wali berasal dari bahasa Arab, suatu bentuk singkatan dari waliyullah, yang berarti ‘orang yang mencintai dan dicintai Allah’.Sedangkan kata songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘sembilan’. Jadi Wali Songo berarti ‘wali sembilan’, yakni sembilan orang yang mencintai dan dicintai Allah’. Mereka dipandang sebagai ketua kelompok dari sejumlah besar mubaligh Islam yang bertugas mengadakan dakwah Islam di daerah-daerah yang belum memeluk Islam di Jawa.1Meskipun terkenal dengan sebutan Wali Songo, tetapi diduga kemungkinan besar sebenarnya jumlah yang sesungguhnya lebih dari itu, namun angka sembilan dalam mitologi Jawa memiliki makna tersendiri, dan kesembilan wali yang populer dan diyakini masyarakat sebagai penyebar Islampertama di Jawaadalah : Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunungjati.

Kesembilan wali tersebut diyakini oleh masyarakat Jawa memiliki kemampuan linuwih (lebih) baik secara fisik maupun spiritual, bahkan mereka dianggap mampu untuk melakukan hal-hal yang sulit untuk diterima secara akal, misalnya merubah pohon pinang jadi emas dan membuat soko Masjid Demak dari pasahan kayu. Lepas dari perdebatan apakah cerita lisan itu benar atau salah, yang jelas para wali yang jumlahnya sembilan itu memiliki kemampuan lebih dalam arti yang rasional dan ilmiah yaitu mereka sebagai pendatang yang berusaha merintis sebuah ajaran dan ideologi baru mampu melakukan strategi yang jitu di dalam mencari celah-celah nilai antara tradisi dan keyakinan lama (Hindu-Budha) dengan tradisi dan keyakinan baru (Islam) dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan, sehingga Islam sebagai nilai-nilai baru dengan strategi yang mereka bangun bisa diterima, bahkan sekarang menjadi ajaran mayoritas di Indonesia.

Dalam catatan sejarah Islamisasi di Jawa, Jawa Timur menempati posisi penting dilihat dari banyaknya Wali sebagai penyebar agama Islam. Bisa diketahui dari beberapa peninggalan historis yang tertinggal, tercatat ada lima dari anggota Wali Songo sebagai penyebar agama Islam di wilayah Jawa Timur. Diantaranya Syekh Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama Islam di kawasan wilayah Gresik dan setelah wafat kemudian digantikan Sunan Giri yang juga dalam menyebarkan agama Islam berpusat di daerah Gresik, Sunan Bonang yang menyebarkan agama Islam di daerah Tuban, Sunan Drajad menyebarkan

1 Nurcholis dan Ahmad Mundzir, Menjelajah Jejak Sultanul Auliya Sunan Bonang, (Tuban : Mulia

Abadi Tuban, 2013), hal. 12

Page 3: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 25

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

agama Islam di daerah Sedayu, dan Sunan Ampel di wilayah Surabaya. Dari kelima Wali tersebut memang sama-sama memanfaatkan wilayah pesisir. Memilih di kawasan pesisir karena pesisir menjadi titik pusat pertemuan berbagai tradisi, suku, dan budaya dari masyarakat lain. Jalur laut di kala itu lebih mudah dijangkau dari pada wilayah daratan.Oleh karena itu masyarakat pesisir cenderung terbuka dibandingkan dengan masyarakat pedalaman.

Proses Islamisasi di Jawa Timur berjalan dengan aman dan damai, tanpa ada pergolakan serta kegoncangan psikologis dan sosial.Hal ini disebabkan para wali lebih menggunakan pendekatan kultural, yang sarat-sarat dengan simbol kebudayaan lokal, seperti wayang dan gamelan.Seperti halnya dengan Sunan Bonang yang menyebarkan agama Islam di daerah Tuban.Sunan Bonang dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang dan gamelan.Sunan Bonang merupakan salah satu sunan yang mempunyai “nyali kejawen” tinggi.Dalam berdakwah Agama senantiasa memperhatikan dan mengIslamkan masyarakat secara asimilatif dengan kondisi budata lokal (tradisi lokal). Beliau lebih longgar dalam mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitarnya, ia fleksibel dan toleran dalam melakukan syiar agama Islam.

Kanjeng Sunan Bonang mempunyai pendekatan konseling atau transformasi ilmu yang kontekstual sejalan dengan kasus yang dihadapi. Misalnya dalam menghadapi karakter orang Jawa dari dulu sampai sekarang boleh dibilang sama“wong Jowo yen dipangku mati” (orang Jawa itu kalau dipuji atau diambil hatinya menjadi mati, tidak berdaya). Barang kali dengan pedoman itulah, maka Sunan Bonang menggunakan tembang (lagu Jawa), dan pementasan wayang kulit semalam suntuk yang penuh dengan muatan simbolik dan metafora. Harapannya, sudah diduga, orang Jawa yang rata-rata mempunyai perasaan yang halus tadi akan lebih tertarik terhadap esensi Islam yang disampaikan secara Islami.

Sunan Bonang juga menggubah gamelan Jawa yang saat itu kenal dengan estetika Hindu, dengan memberi nuansa baru.Dialah yang menjadi kreator gamelan Jawa seperti sekarang, dengan menambah instrumen bonang. Menurut Poedjosoebroto dalam Wayang Lambang Ajaran Islam(1978), kata “bonang” berasal dari suku kata bon+nang = babon + menang = baboning kemenangan = induk kemenangan. Bonang sendiri adalah alat musik dari bahan kuningan berbentuk bulat dengan tonjolan di bagian tengah, mirip gong, ukuran kecil.Pada masa lampau, alat musik ini selain digunakan untuk gamelan pengiring pertunjukan wayang juga digunakan oleh aparat desa untuk mengumpulkan warga dalam rangka penyampaian wara-wara dari pemerintah kepada penduduk.2Gubahannya ketika itu memiliki nuansa dzikir yang mendorong kecintaan pada kehidupan yang sebenarnya.

Di kalangan ulama tertentu mungkin peranan Sunan Bonang dianggap tidak begitu menonjol dibanding wali-wali Jawa yang lain. Tetapi apabila kita mencermati manuskrip-manuskrip Jawa lama peninggalan zaman Islam yang 2 Agus Sunyoto, Atlas Wali Songo, (Bandung : Pustaka IIMaN , 2012), hal. 204

Page 4: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 26

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

terdapat di Museum Leiden dan Museum Batavia (sekarang dipindah ke Perpustakaan Nasional Jakarta), justru Sunan Bonang satu-satunya yang meninggalkan warisan karya tulis paling banyak, berisi pemikiran keagamaan dan budaya bercorak sufistik. Sumber-sumber sejarah Jawa, termasuk suluk-suluknya sendiri menyatakan bahwa ia sangat aktif dalam kegiatan sastra, mistik (tasawuf), seni lakon, dan seni kriya (pertunjukan). Dakwah melalui seni dan aktifitas budaya merupakan senjatanya yang ampuh untuk menarik penduduk Jawa memeluk agama Islam. Dan karya-karya Sunan Bonang yang masih bisa dijumpai sampai sekarang dikelompokkan menjadi dua: 1) Suluk-suluk yang mengungkapkan pengalamannya menempuh jalan

tasawufdan beberapa pokok ajaran tasawufnya yang disampaikan melalui ungkapan-ungkapan simbolik yang terdapat dalam kebudayaan Arab, Persia, Melayu dan Jawa. Di antara suluk-suluknya ialah: Suluk Wujil, Suluk Kahlifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk Ing Aewuh, Suluk Wregol, dan lain-lain.

2) Karangan prosa seperti Kitab “Suluk Sunan Bonang” yang ditulis dalam bentuk dialog antara guru sufi dan muridnya yang tekun. Bentuk semacam ini banyak dijumpai dalam sastra Arab dan Persia. Sampai sekarang karya sastra Sunan Bonang itu dianggap karya sastra yang sangat hebat, penuh keindahan dan makna kehidupan beragama. Suluk Sunan Bonang disimpan rapi di perpustakaan di Universitas Leiden Belanda.

Maka dari itu disini akan menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana mekanisme perubahanyang terjadi pada masyarakat Tuban setelah mendapatkan Bimbingan dari Sunan Bonang dengan menggunakan metode suluk.

Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari “guidance” dan “counseling” dalam bahasa inggris. Secara harfiyah istilah “guidance” berasal dari akar kata “guide”, yang berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Secara istilah, banyak pengertian para ahli yang diantaranya sebagai berikut.

Shertzer dan Stone (1971 : 40) mengartikan bimbingan sebagai “Proses of helping an individual to understand himself and his world (proses pemberian bantuan kepada siswa agar mampu memahami diri dan lingkungannya).”

Sunaryo Kartadinata (1998 : 3) mengartikannya sebagai proses membantu siswa untuk mencapai perkembangan secara optimal”.

Sementara Rochman Natawidjaja (1987 : 37) mengartikan bimbingan sebagai “suatu proses pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya siswa tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan

Page 5: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 27

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya, dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. Bimbingan membantu siswa mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial.3

Berdasarkan beberapa definisi di atas bisa dikatakan bahwa bimbingan dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan (proses of helping) konselor kepada individu (konseli) secara berkesinambungan agar mampu memahami potensi diri dan lingkungannya, menerima diri, mengembangkan dirinya secara optimal, dan menyesuaikan diri secara positif dan konstruktif terhadap tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai kehidupan yang bermakna (berbahagia), baik secara personal maupun sosial.

Setelah diketahui definisi bimbingan, maka akan dijelaskan pula pengertian konseling. Konseling menurut Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa:

Konseling merupakan satu jenis layanan yang merupakan bagian yang terpadu dari bimbingan konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua individu, dimana yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (yaitu klien) untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.4

Sedangkan menurut Jones P. Adamadalah Hubungan timbal balik antara dua orang individu dimana yang seorang membantu yang lain supaya dia lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dalam masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.5

Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan sosial, antara seseorang dengan seseorang, dimana seorang konselor yang memiliki kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis, berusaha membantu klien dengan metode yang cocok dengan kebutuhan klien tersebut, dalam hubungaannya dengan keseluruhan program ketenagaan, supaya dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahamkan tentang dirinya untuk realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan lebih produktif.6

Konseling juga dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk

3Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan & Konseling di Sekolah, (Bandung : Rizqi Press, 2009), hal.

38 4 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,

(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2000) hal. 21 5 Imam Suyuti Farid, Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama (Surabaya:

Fakultas Dakwah Sunan Ampel1988), hal.7 6 Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami Kyai dan Pesantren, (Yogyakarta : eLSAQ Press, 2007) hal.

38

Page 6: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 28

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

mencapai kesejahteraan hidupnya.7 Sementara itu, secara panjang lebar Dewa Ketut Sukardi –yang mengutip pendapat Herbert M. Burks, Jr & Buford Stefflre– menuturkan bahwa konseling adalah suatu proses yang berorientasi belajar (learning-oriented), yang dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, antara seorang dengan seorang, dimana seorang konselor harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang ketrampilan dan pengetahuan psikologis. Konselor berusaha membantu klien dengan metode yang sesuai atau cocok dengan kebutuhan klien tersebut dalam hubungannya dengan keseluruhan program, agar supaya individu dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar bagaimana memanfaatkan pemahaman tentang dirinya untuk memperoleh tujuan-tujuan hidup yang lebih realistis, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia dan lebih produktif.8

Sedangkan Bimbingan dan Konseling Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.9

Menurut pendapat lain Bimbingan Konseling Islam adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan untuk memfungsikan seoptimal mungkin nilai-nilai keagamaan dalam kebulatan pribadi atau tatanan masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.10

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada orang lain dengan tujuan dapat memahami dan memecahkan masalahnya dalam rangka penyesuaian dirinya serta bisa hidup selaras dengan ketentuan dan petujuk AllahSWT sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu maksud dari penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui Konseling Islam ala Sunan Bonang dengan menggunakan metode suluk pada masyarakat Tuban.

Suluk

Sunan Bonang menciptakan karya sastra yang disebut suluk.Sampai sekarang karya sastra Sunan Bonang itu dianggap karya sastra yang sangat hebat, penuh keindahan dan makna kehidupan beragama.Kitab suluk Sunan Bonang disimpan rapi di perpustakaan di Universitas Leiden, Belanda. Terkait dengan hal itu, “Kitab Bonang” atau “Primbon Bonang” sebenarnya merupakan tembang berisi nilai islam dalam sastra Jawa. Berbagai karyanya itu sebenarnya

7 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,Edisi 3, Cet. 6, (Yogyakarta: Andi Offset,

1986) hal. 11 8 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling: Suatu Uraian Ringkas (Jakarta: Ghalia Indonesia,

1984) hal. 13 9 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII PRESS, 2004) hal. 4 10

Pudji Rahmawati, Bimbingan Penyuluhan Islam, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009), hal. 9

Page 7: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 29

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

ditujukan untuk menyiarkan agama Islam.Ia berupaya mempercepat ajaran agama Islam di Jawa dengan cara membaurkan ajaran Islam dengan tradisi Jawa.

Suluk berasal dari bahasa Arab “salakattariqa” artinya menempuh jalan (tasawuf) atau tarikat.Ilmunya sering disebut ilmu suluk.Ajaran yang bisa disampaikan dengan sekar atau tembang disebut suluk, sedangkan bila diungkapkan secara biasa dalam bentuk prosa disebut Wirid.Suluk itu salah satu jenis karangan tasawuf yang dikenal dalam masyarakat Jawa dan Madura, yang ditulis dalam bentuk puisi dengan metrum (tembang) tertentu seperti sinom, wirangrong, kinanti, asmaradana, dandanggula dan lain-lain. Seperti halnya puisi sufi umumnya, yang diungkapkan ialah pengalaman atau gagasan ahli-ahli tasawuf tentang perjalanan keruhanian (suluk) yang mesti ditempuh oleh mereka yang ingin mencapai kebenaran tertinggi, Tuhan, dan berkehendak menyatu dengan rahasia sang Wujud.

Jalan itu ditempuh melalui berbagai tahapan ruhani (maqam) dan dalam setiap tahapan seseorang akan mengalami keadaan ruhani (hal) tertentu, sebelum akhirnya memperoleh kasyf (tersingkapnya cahaya penglihatan batin) dan makrifat, yaitu mengenal Yang Tunggal secara mendalam tanpa syak lagi (haqq al-yaqin). Di antara keadaan ruhani penting dalam tasawuf yang sering diungkapkan dalam puisi ialah wajd (ektase mistis), dzauq (rasa mendalam), sukr (kegairahan mistis), fana’ (hapusnya kecenderungan terhadap diri jasmani), baqa’ (perasaan kekal di dalam Yang Abadi) dan faqr.11

Faqr adalah tahapan dan sekaligus keadaaan ruhani tertinggi yang dicapai seorang ahli tasawuf, sebagai buah pencapaian keadaan fana’ dan baqa’.Seorang faqr, dalam artian sebenarnya menurut pandangan ahli tasawuf, ialah mereka yang demikian menyadari bahwa manusia sebenarnya tidak memiliki apa-apa, kecuali keyakinan dan cinta yang mendalam terhadap Tuhannya.Seorang faqr tidak memiliki keterpautan lagi kepada segala sesuatu kecuali Tuhan.Ia bebas dari kungkungan diri jasmani dan hal-hal yang bersifat bendawi, tetapi tidak berarti melepaskan tanggung jawabnya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. Orang yang telah mencapai faqr, tidak butuh apapun dan siapapun kecuali kepada Tuhan Allah.

Sebagaimana puisi para sufi secara umum, jika tidak bersifat didaktis, suluk-suluk Sunan Bonang ada yang bersifat lirik. Pengalaman dan gagasan ketasawufan yang dikemukakan, seperti dalam karya penyair sufi dimana pun, biasanya disampaikan melalui ungkapan simbolik (tamsil), dan ungkapan metaforis (mutasyabihat). Demikian dalam mengemukakan pengalaman keruhanian di jalan tasawuf, dalam suluk-suluknya Sunan Bonang tidak jarang menggunakan kias atau perumpamaan, serta citraan-citraan simbolik. Citraan-citraan tersebut tidak sedikit yang diambil dari budaya lokal. Kecenderungan tersebut berlaku dalam sastra sufi Arab, Persia, Turki, Urdu, Sindhi, Melayu dan lain-lain, dan merupakan prinsip penting dalam sistem sastra dan estetika sufi. Karena tasawuf merupakan jalan cinta, maka sering hubungan antara seorang

11Abdul Hadi, Tasawuf yang Tertindas: Kajian Hermeneutik terhadap Karya-Karya Hamzah Fansuri,

(Jakarta: Yayasan Paramadina, 2002), hal 18-19

Page 8: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 30

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

salik (penempuh suluk) dengan Yang Esa dilukiskan atau diumpamakan sebagai hubungan antara pencinta yang sedang kasmaran (‘asyiq) dan kekasih yang digandrungi (ma’bud, ma’syuq). Wali Perkataan wali berasal dari bahasa Arab.Jamaknya Auliya’ yang berarti orang-orang yang tercinta.Para penolong para pembantu dan juga berarti para pemimpin. a. Pengertian wali menurut Al –Qur’an

أولياء إن ألا الحياة في البشرى لهم يت قون وكانوا آمنوا يحزنونال ذين هم ولا عليهم خوف لا الل

الآخرة وفي الدنيا

“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat”. (QS. Yunus[10]:62, 63, 64). b. Pengertian wali menurut hadits Nabi

Jadi yang dimaksud waliyullah (wali Allah) dalam ayat tersebut di atas adalah orang-orang mukmin yang selalu taqwa kepada Allah dan mereka tidak mempunyai rasa takut dan bersusah hati.

Seperti dalam hadits: “Dari Abu Hurairah ra.dari Nabi SAW katanya, Allah ta’ala berfirman :

Barang siapa memusuhi waliku, maka Aku umumkan perang kepadanya dengan Ku atau sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Dan tidak lah mendekat hambaku dengan melakukan apa yang saya fardhukan kepadanya dan selalulah hambaku mendekatkan dirinya kepadaKu dengan mengerjakan amalan-amalan sunnatnya sehingga Aku mencintainya maka apabila Aku telah mencintainya Akulah yang akan menjadi pendengarnya yang dengan itu ia mendengar dan penglihatannya yang dengan itu ia melihat dan tangannya yang dengan itu ia memukul dan kakinya yang dengan itu ia berjalan”. (H. Bukhari)

Pengertian wali menurut ini ialah orang yang selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan apa saja yang diwajibkan kepadanya dan juga selalu melakukan amalan yang sunnah. Dan juga berarti wali adalah orang yang dikasihi oleh Allah (kekasih Allah).

“Maka dengan Daku, ia mendengar, dan dengan Aku ia melihat, dan dengan Aku dia menjangkau, dan dengan Daku ia melangkah. Kalau ia meminta kepada Ku tentu Aku perkenankan, kalau ia mohon perlindungan kepada Ku Aku lindung dan Aku membimbingnya kepada sesuatu, maka Akulah pelaksananya. Jiwa hambaku mukim selalu dalam bimbinganKu, ia benci El maut, Akupun benci pula kejelekan maut yang tentu akan menimpanya”.

Page 9: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 31

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

c. Menurut pendapat para ulama’ 1) Syeh Yusuf bin Sulaeman “Wali ialah orang yang sangat dekat kepada Allah lantaran penuh

ketaatannya dan oleh karena itu Allah memberikan kuasa kepadanya dengan karomah dan penjagaan”.

Maksudnya ialah: “Wali itu ialah orang yang menjadi dekat keadaannya (keadaan jiwanya) kepada Allah disebabkan penuh ketaatannya, akibatnya Allah menjadi dekat dengan orang tersebut dan diberikan oleh Allah kepadanya berupa karomah dan penjagaan untuk tidak terjerumus berbuat maksiat.

2) Syeh Ibrahim Al Bajuri Beliau berpendapat bahwa Waliyullah ialah: Yang dimaksud Karomah menurut Syeh Ibrahim di Bajuri ialah “Sesuatu

luar biasa yang nampak dari kekuasaan seorang hamba yang telah jelas kebaikannya dan ditetapkan karena adanya ketekunan di dalam mengikuti syareat Nabi dan mempunyai i’tiqat yang benar”.

“Orang yang mengetahui Allah dan sifat-sifat Nya dengan melalui perantaraan ketekunan mentaati Allah, terhindar dari berbuat segala macam maksiat, dengan pengertian bahwa ia tiak melakukan maksiat tanpa disertai bertaubat dan juga tidak berarti ia jatuh ke dalam maksiat secara menyeluruh atau juga tidak berarti maksum”.

Jadi menurut pendapat beliau bahwa wali itu bukanlah orang yang maksum sebagaimana nabi, namun apabila para wali itu sedikit melakukan kesalahan ia akan cepat-cepat bertaubat.

d. Menurut Panitia Haul Agung Sunan Ampel ke 527 Surabaya. Menurut panitia, bahwa pengertian wali pada wali songo adalah

berasal dari gelar waliyullah dan waliyul amri. Waliyullah adalah orang yang dianggap dekat dengan Tuhan

terpelihara dari kemaksiatan dan dikaruniai oleh Allah SWT bermacam-macam keanehan atau karomah. Sedangkan waliyul amri: yang berarti pemimpin, pemegang segala urusan, kaum muslimin, mengatur, mempertimbangkan dan memutuskan semua persoalan, baik dalam bidang agama maupun yang menyangkut keduniawian.12

Selain itu panitia juga memberikan definisi tentang karomah yang terdapat/dipunyai oleh para wali yaitu: “Karomah adalah suatu sifat keistimewaan yang diberikan Tuhan kepada para wali berupa perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan, dan mempunyai nilai setingkat di bawah mu’jizat yang dimiliki para nabi”.

Dalam hal ini panitia memberikan contoh karomah yang pernah dimiliki oleh seseorang di antara wali songo yaitu: “Sunan Bonang yang dapat mengubah segenggam pasir menjadi emas, sesaat bertemu dengan Raden Syahid (Sunan Kalijaga) sebelum beliau masuk islam.

12Panitia Haul Agung Sunan Ampel

Page 10: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 32

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

Sunan Para muballigh Islam pertama-tama menyiarkan dan menyebarkan agama Islam di nusa Jawa yang terkenal dengan sebutan “Wali Songo” itu juga mendapat sebutan atau panggilan “Sunan” di awal namanya.Bahkan sampai sekarang ini, orang lebih terbiasa mengucapkan kata Sunan dari pada kata Wali. Seperti: Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan lain-lain. Ada yang berpendapat bahwa kata Sunan itu berasal dari bahasa Tionghoa “Hokian-suhunan, yang berarti pujangga yang disebabkan kerena ilmunya”.13 Sementara ahli berpendapat kata sunan itu berasal dari kata sesuhunanartinya orang yang diminta, dan ada juga yang berpendapat bahwa kata sunan itu berasal dari kata sesuhunan artinya orang yang diminta, dan ada juga yang berpendapat bahwa kata sunan itu berasal dari bahasa Arab “Sunanun” artinya beberapa sunnah, yang maksudnya orang yang suka mengerjakan perbuatan-perbuatan sunnah. Kata sunan itu adalah suatu nama atau gelar yang diberikan oleh orang lain ketika para wali itu masih hidup, bukan setelah mati. Sebab para wali itu disuhun atau diminta seseorang bukan hanya keramatnya saja setelah ia meninggal dunia justru malah lebih banyak diminta petunjuknya sewaktu mereka masih hidup, karena mereka itu adalah seorang da’i yang mengajak manusia ke jalan yang benar. Konon yang pertama-tama memberi gelar sunan kepada para wali songo itu adalah Raden Patah raja Demak yang pertama sedangkan ketika Raden Patah memerintah kerajaan Demak Bintoro, para wali itu kebanyakan masih hidup, bahkan yang menobatkan Raden Patah jadi Raja di Bintoro Demak pun adalah para wali itu sendiri. Jadi seolah-olah ada hubungan timbal balik dalam hal memberi penghormatan. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian Kualitatif Etnografi, yaitu sebuah tulisan tentang etnis tertentu, yang biasanya ditulis oleh seorang antropolog. Metode ini sifat analisisnya mendalam, kualitatif, dan holistic-integratif.

Jenis karangan yang terpenting yang mengandung bahan pokok dari pengolahan dan analisa antropologi adalah karangan etnografi.14Etnografi merupakan sebuah tulisan tentang etnis tertentu, yang biasanya ditulis oleh seorang antropolog.Atau bisa dikatakan bahwa usaha untuk menguraikan kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan dinamakan etnografi.15Karaktetrisitik utama dari metode ini adalah sifat analisisnyayang mendalam, kulitatif, dan holistic-integratif.

13Nur Amin Fattah, Metode Da’wah Wali Songo, (Pekalongan: CV Bahagia,1997), hal. 25 14Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1990) hal 329 15 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001) hal.

13

Page 11: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 33

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

Penulis memilih menggunakan metode penelitian ini karena penelitian ini adalah penelitian yang menggambarkan bagaimana konseling Islam yang dilakukan oleh Sunan Bonang dengan metode menggunakan metode suluk, di samping itu juga peneliti adalah bagian masyarakat yang diteliti, dengan tetap memiliki posisi sebagai peneliti, sehingga peneliti bisa menggali sedalam mungkin pikiran-pikiran masyarakat.

Seorang peneliti etonografi tidak cukup bertemu dengan subyek penelitian untuk satu atau dua kali, sebagaimana menggunakan penelitian kuantitatif yang menggunakan daftar pertanyaan tersusun sebagai instrument dan memahami dunia masyarakat yang diteliti, merupakan bagian penting dan perkembangan etnografi masa ini.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif karena beberapa pertimbangan:

1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda

2. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden

3. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data Karena penelitian ini bersifat etnografi kualitatif, maka jenis data

yang digunakan adalah data yang bersifat non statistik dimana data yang diperoleh dalam bentuk kata verbal, tidak dalam bentuk angka. Jenis data dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber pertama di lapangan.16

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua, yang diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan dll.

b. Sumber data Untuk mendapatkan keterangan (data) tersebut, peneliti

menggunakan observasi dan wawancara dalam pengumpulan datanya. Adapun sumber data dalam suatu penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu: 1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpulan data. 2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung

diperoleh datanya dari informan. 16Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, hal 128

Page 12: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 34

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi Observasi di samping dapat menyajikan informasi dengan lebih

mendalam, juga dapat menentukan individu yang harus di wawancarai.Karena ketika peneliti telah menentukan menjadi informan seringkali informan yang dipilih tidak memahami persoalan penelitian dengan baik.

b. Wawancara Wawancara yang mendalam yang perlu dilakukan oleh peneliti

kepada msayarakat setempat. Tetapi disini peneliti tidak hanya menyajikan apa yang dikatakan informan tetapi apa yang dipikirkan dan kemudian menimbulkan perilaku masyarakat itulah yang harus ditemukan.

c. Pengamatan terlibat (participant observation) Menurut peneliti ini adalah metode paling yang paling penting dalam

sebuah penelitian etnografi.Jadi yang harus dilakukan seorang peneliti adalah menerapkan berbagai keahlian, melakukan penelitian, peka terhadap lingkungan yang diteliti, memahami konsep kebudayaan setempat dan mampu beradaptasi dengan baik.

d. Catatan etnografi Catatan etnografi bisa meliputi catatan lapangan selama penelitian,

alat perekam, gambar, artefak, atau benda-benda lain yang memungkinkan peneliti dapat menggambarkan suasana kultural masyarakat yang diteliti.

Tahap Analisis Data Peneliti menganalisis data yang dilakukan dalam suatu proses yang berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif. Kemudian menghasilkan tema dan hipotesis yang sesuai dengan kenyataan. Proses analisis data adalah proses memilih dari beberapa sumber maupun permasalahan yang sesuai dengan obyek penelitian yang dilakukan. Analisis data diperlukan agar dapat mengembangkan kategori dan sebagai perbandingan yang kontras untuk menemukan sesuatu yang mendasar dan memberikan deskripsi apa adanya.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian metode konseling Sunan Bonang dilakukan secara kualitatif. Data berupa observasi, wawancara, pengamatan terlibat, dan catatan etnografi. Hasil Penelitian Hasil Wawancara dengan Salah Seorang yang Mengikuti Tarekat Qodiriyah Wanakhsabandiyah (bapak Halim Akbar Al Rasyid)

Mengikuti tarekat merupakan jalan yang ditempuh oleh seseorang yang menginginkan lebih dekat dengan Allah.Dengan berbagai rutinitas yang dilakukan sehingga kita bisa merasakan betapa nikmatnya jika sudah

Page 13: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 35

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

bermunajat dengan Allah.Awalnya memang kita merasa berat karena perlu pembiasaan diri jika kita ingin mengikuti berbagai rutinitas yang telah diterapkan.Tetapi jika kita sudah istiqomah melakukannya maka hanya rasa nikmat yang didapat dan ketenangan hati yang begitu nyaman.

Pendirinya adalah seorang ulama’ yang sangat terkenal yaitu Syekh Abdul Qodir Al Jaelani dengan amalan rutinitas sehari-hari yaitu Tawasul, Dzikir Sirri, dan Dzikir Qodiriyah.Dan setiap minggu ada amalan khusus sendiri yang ada panduan bukunya (khusus untuk pengikutnya).Beliau mengikuti tarekat ini sudah lumayan lama yaitu 3 tahun.Biasanya beliau melakukan amalan khususnya di Pondok Salafi Al Fitroh Kedinding Surabaya yang dipimpin oleh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi, yang masih keturunan dari Maulana Malik Ibrahim.

Biasanya hampir sama antara tarekat yang satu dengan yang lain hanya berbagai bentuk amalan dan nada berdzikir yang berbeda, karena menurut beliau setiap amalan yang disertakan dengan nada itu mempunyai arti dan makna sendiri-sendiri. Beliau juga menekankan bahwa bagaimana ketika kita akan melakukan suatu dosa itu harus berpikir berpuluh-puluh kali karena hati kita akan merasa sedih dan sungguh berdosa pada Allah yang selalu menyayangi kita, apalagi ketika kita mengucapkan janji waktu di bai’at itu seorang mursyid juga mengucapkan bahwa sekarang adalah tanggung jawab seorang mursyid tersebut untuk membimbing orang yang mengikuti tarekat tersebut.

Page 14: IMPLEMENTASI SULUK SUNAN BONANG SEBAGAI METODE …

S i t i U m i L u ’ l u u l J a n n a h & A g u s S a n t o s o | 36

Implementasi Suluk Sunan Bonang Sebagai Metode Konseling Islam Pada Masyarakat Tuban

Daftar Pustaka Nurcholis dan Ahmad Mundzir. Menapak Jejak Sultanul Auliya Sunan Bonang.

Tuban : Mulia Abadi Tuban.2013. Sunyoto, Agus.Atlas Wali Songo, Bandung: Pustaka IIMan. 2012. Sukardi,Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling

di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.2000. Bungin, Burhan.Penelitian Kualitatif, Jakarta: kencana Prenada Media Group,

2012. Sukardi, Dewa Ketut.Pengantar Teori Konseling: Suatu Uraian Ringkas. Jakarta:

Ghalia Indonesia. 1984. Koentjaraningrat.Pengantar Ilmu Antropolog. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1990. Lubis,Saiful Akhyar. Konseling Islami Kyai dan Pesantren.Yogyakarta: eLSAQ

Press.2007. Hadi, Abdul. Tasawuf yang Tertindas: Kajian Hermeneutik terhadap Karya-Karya

Hamzah Fansuri. Jakarta: Yayasan Paramadina.2002. Moleong, lexy J.Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2001. Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII

PRESS.2004. Farid,Imam Suyuti. Pokok-pokok Bahasan Tentang Bimbingan Penyuluhan

Agama. Surabaya: Fakultas Dakwah Sunan Ampel.1988. Fattah, Nur Amin. Metode Da’wah Wali Songo.Pekalongan: CV Bahagia.1997. Rahmawati, Pudji. Bimbingan Penyuluhan Islam. Surabaya: Dakwah Digital

Press. 2009. Walgito,Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,Edisi 3, Cet. 6. Yogyakarta:

Andi Offset.1986. Yusuf.Syamsu.Program Bimbingan & Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.

2009.