Upload
doanphuc
View
261
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
IMPLEMENTASI RENCANA KESIAPSIAGAAN
TANGGAP DARURAT DI PT PUPUK
KUJANG CIKAMPEK
Mahindra Hardinata
R.0009060
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
IMPLEMENTASI RENCANA KESIAPSIAGAAN TANGGAP DARURAT
DI PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Mahindra Hardinata*)
, Widodo Prayitno*)
, Seviana Rinawati *)
Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana implemetasi rencana kesiapsiagaan
tanggap darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat.
Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu
mengenai Implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat melalui observasi
langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan dan pembimbing perusahaan
serta studi kepustakaan Kemudian dibahas dan dibandingkan dengan Permenaker
NO. PER-05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan.
Hasil : PT Pupuk Kujang merupakan suatu industri petrokimia yang mana dalam
kegiatan operasional produksinya menggunakan bahan baku berupa gas alam, air
dan udara yang mana dalam proses produksi membutuhkan suhu dan tekanan
yang tinggi sehingga berpotensi besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan
darurat seperti kebakaran, peledakan, dan kebocoran gas atau bahan kimia.
Sehingga perlu adanya suatu sistem tanggap darurat sebagai upaya untuk
mengendalikan dan menanggulangi apabila terjadi keadaan darurat, sehingga
timbulnya kerugian dapat diminimalisasi dan upaya penyelamatan manusia serta
aset-aset perusahaan dapat lebih efektif dan efisien. PT Pupuk Kujang membagi
keadaan darurat menjadi tiga tingkatan yaitu keadaan darurat tingkat I, II, dan III.
Dalam penerapannya diterapkan tiga buah yaitu prosedur kesiagaan keadaan
darurat, prosedur penanggulangan keadaan darurat dan prosedur pemulihan pasca
keadaan darurat dan juga instruksi kerja yang berhubungan dengan keadaan
darurat. Kemudian dibahas dan dibandingkan drngan Permenaker NO. PER-
05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan
Simpulan :. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT Pupuk Kujang
telah menerapkan prosedur maupun instruksi-instruksi kerja yang berkaitan
dengan keadaan darurat dengan baik sesuai dengan Permenaker No. PER-
05/MEN/1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dan ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Ligkungan.
Kata kunci : Keadaan Darurat, Kesiapsiagaan Tanggap Darurat 1, 2
Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
IMPLEMENTATION PLAN READY PERCEPTIVE
EMERGENCY AT PT PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Mahindra Hardinata*)
, Widodo Prayitno*)
, Seviana Rinawati*)
Purpose : To know how is implementation plan ready perceptive emergency at
PT Pupuk Kujanag Cikampek
Method : Method of the research uses descriptive method that is
implementation plan ready perceptive emergency with field observation, interview
to worker and consultant of the firm and library study so discuss and comparison
with Permenaker No. PER-05/MEN/1996 about Management Safety System and
Health Worker and ISO 14001 about Environment Management System.
Result : PT. Pupuk Kujang is one petro chemistry industry that is production
operational activities uses material are natural gas, water and air they are
production process that needs high temperature and pressure so it is high potential
emergency condition like fire, explosion and gas leakage or chemistry material.
So it need ready emergency system effort to control and prevent if they
emergency condition happen, so the loss can minimal and effort to safe human
and asset of the firm are more effective and efficient. PT. Pupuk Kujang divides
emergency condition to be 3 levels they are emergency condition level I, II and
III. They implementation are three procedure ready emergency condition,
procedure prevent emergency condition and procedure dignification pasca
emergency condition and also job direction relationship with emergency
condition. So discuss and comparison with Permenaker NO. PER-05/MEN/1996
about Safety Management System and Health Work and ISO 14001 about
Environment Management System.
Conclusion : From result of the research can conclusion is PT. Pupuk Kujang
implementation procedure, instructions work relationship with emergency
condition is good and according with Permenaker No. PER-05/MEN/1996 about
safety management system and Healt work system and ISO 14001 about
environment management system.
Keyword: Emergency Condition, Ready Perceptive emergency. 1,2
Program Diploma III Hiperkes and Safety Work, Physician Faculty, Sebelas
Maret University of Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini sebagai tugas
akhir dengan judul “Implementasi Rencana Kesiapsiagaan Tanggap Darurat
di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat” dengan lancar.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan dari
pendidikan yang penulis tempuh di Program Diploma III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Disamping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna
mengenal, mengetahui, dan memahami mekanisme serta mencoba
mengaplikasikan pengetahuan penulis dan mengamati permasalahan dan
hambatan yang ada mengenai penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
perusahaan. Selain itu laporan ini juga diharapkan dapat wawasan dan ilmu
pengetahuan pembaca.
Laporan magang ini disusun berdasarkan hasil pengamatan penulis selama
melakukan magang dengan data dan informasi yang didapat dari karyawan,
pembimbing lapangan, dosen dan literatur yang menunjang.
Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini akan jauh dari
kesempurnaan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas
terlaksananya kegiatan magang ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan. dr. S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM, M.Kes Selaku Ketua Pogram D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret,
Surakarta.
3. Bapak Widodo Prayitno. Selaku Dosen Pembimbing I.
4. Ibu Seviana Rinawati, SKM. Selaku Dosen Pembimbing II.
5. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staff pengajar dan karyawan/karyawati Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
6. Bapak Sumarna, selaku Superintendent KPK PT Pupuk Kujang yang telah
memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan praktek kerja lapangan.
7. Bapak Dadi Setiadi, selaku pembimbing lapangan dan penguji. Terima kasih
banyak atas segala bimbingan dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis baik moral maupun spiritual.
8. Bapak Asep Ridwan, Bp. Rahmat Rusyani, Bp. Ridwan Darmawan, Ibu Ida
Rosida, Mas Abdurrohman, Mas Indradi, Mas Sayoga, Mas Indra, Mas Rady,
Bp. Yoen Sutarya, Bp. Irfan, Mas April, Bp. Muhidin, Bp. Atim/ pak Tebe
selaku anggota Bagian KPK dan Hiperkes PKC yang telah membantu dalam
pengumpulan data dan penyusunan laporan penelitian.
9. Shift group A, B, C, dan D yang telah memberikan bantuan dalam melakukan
observasi lapangan (khususnya kepada Bp. Cahya, Bp. Asep Rahmat, Bp.
Dadi Mulyadi, Bp. Tohir, Bp. Endang Sodikin, Bp. Sugiyo, Bp. Suryadi, Bp.
Ridwan, Bp. Atok, Bp, Haji Maman, Bp. Endang Susman, Mas Idoy, Mas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
dede, Mas Yudo, Mas Dery, Mas Ridwan,Mas Erwin, Mas Handri, Mas
Hendra, Mas Frima, Mas Husny, Mas Ance, Mas Yogi, Mas Aziz, Mas Adi,
Mas Anjas, Mas Ainur, Mas Heru, Mas Tri, Mas Cecep, Mas Ramdani,
terimakasih atas bantuannya selama magang disana.
10. Teman-temanku seperjuangan dari UNS Yogi dan Artina serta teman
seperjuangan pada saat magang Wulan, Atiek, Widya, Mas Arif, Rohendy,
Ardiyansah, Bily, Abdhurrahman terimakasih atas dukungan dan bantuan
kalian.
11. Teman-teman D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja angkatan 2009, teman-
teman kos terimakasih atas dukungan dan doa kalian.
12. Bapak, Ibu, Mas Agus, Mas Didik, yang tercinta serta semua keluargaku yang
tidak henti-hentinya mendo’akan dan telah memberikan dukungan moral,
spiritual maupun material kepada penulis.
13. Serta semua pihak yang selalu mebantu penulis dalam segala hal sehingga
penulis selalu konsisten dan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna dan berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, demi
kemajuan Hiperkes dan penulis pada khususnya. Untuk itu saran dan masukan
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
kemajuan kita bersama, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Terima kasih.
Surakarta, 09 Mei 2012
Penulis,
Mahindra Hardinata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .......................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6
1. Definisi ....................................................................................... 6
2. Rencana Respon Gawat Darurat ................................................. 14
3. Peringatan dan Tanda Bahaya .................................................... 23
4. Rencana Pemulihan Keadaan Darurat ......................................... 25
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan .......................................... 38
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 41
A. Metode Penelitian.............................................................................. 41
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 41
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 42
E. Sumber Data ...................................................................................... 42
F. Pelaksanaan ....................................................................................... 43
G. Analisis Data ..................................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 44
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 44
B. Pembahasan ....................................................................................... 96
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 119
A. Simpulan ........................................................................................... 119
B. Saran .................................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 124
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Struktur Organisasi Keadaan Darurat
Lampiran 2 Tanda Keadaan Darurat
Lampiran 3 Area Potensi Bahaya dan Jalur Evakuasi
Lampiran 4 Laporan Pemeriksaan Fire Hydrant
Lampiran 5 Laporan Pemeriksaan Fire Hose Box
Lampiran 6 Laporan Pemeriksaan Hose Reel
Lampiran 7 Laporan Pemeriksaan Safety Shower
Lampiran 8 Laporan Pemeriksaan APAR
Lampiran 9 Laporan Pemeriksaan Gardu Darurat
Lampiran 10 Laporan Pemeriksaan Sprinkler
Lampiran 11 Daftar Lokasi Penempatan APAR
Lampiran 12 Daftar Lokasi Penempatan Fire Hydrant, Hose Reel, Hose Box
Lampiran 13 Daftar Lokasi Penempatan Kotak P3K
Lampiran 14 Daftar Lokasi Penempatan Safety Equipment
Lampiran 15 Laporan Pemeriksaan P3K
Lampiran 16 Laporan Pemeriksaan Fire Alarm System
Lampiran 17 Laporan Pemeriksaan Sliding Chute dan Tangga Darurat
Lampiran 18 Daftar Penempatan SCBA dan Botol Cadangan
Lampiran 19 Laporan Pelaksanaan Latihan Keadaan Darurat
Lampiran 20 Laporan Kegiatan Maintenance KPK
Lampiran 21 Surat Keterangan Magang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat
dunia industri berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan
produktivitas dengan menggunakan alat-alat produksi yang semakin
kompleks. Akan tetapi penggunaan mesin-mesin modern dan canggih itupun
juga harus diwaspadai karena banyak potensi bahaya yang jika tidak
diwaspadai dan dikendalikan dapat menimbulkan bahaya ataupun kecelakaan
yang dapat merugikan tenaga kerja, perusahaan ataupun lingkungan sekitar.
Keadaan aman sepenuhnya tidak akan mungkin tercapai, hal ini
dikarenakan selalu terdapat kemungkinan faktor-faktor yang tidak dapat
diduga dan diperhitungkan. Oleh karena itu, di semua industri tidak cukup
bila hanya melalui perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga
harus membuat perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya tidak
lain yaitu untuk meminimalisasi kerugian baik material maupun korban
manusia jika terjadi keadaan darurat di tempat kerja (Syukri Sahab, 1997).
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja saat ini menuntut sikap
proaktif. Walaupun telah diambil langkah pencegahan yang memadai,
kemungkinan terjadinya keadaan darurat di industri tidak dapat dihilangkan
sama sekali. Karena itu setiap industri harus mempunyai rencana dan
persiapan keadaan darurat, yang didasarkan atas evaluasi risiko bahaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ada, sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyebutkan bahwa
“Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan darurat atau
bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui keandalan pada saat
kejadian yang sebenarnya” (Syukri Sahab, 1997).
Dikarenakan setiap perusahaan mempunyai kewajiban untuk
mengupayakan terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, bebas dari
penyakit akibat kerja dan bahkan kecelakaan kerja, serta mampu memberi
kesempatan untuk menyelamatkan diri apabila terjadi suatu keadaan darurat
atau bencana. Hal ini diatur dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja Bab III mengenai Syarat-syarat Keselamatan Kerja.
Suatu perencanaan keadaan darurat harus praktis, sederhana dan mudah
dimengerti. Oleh karena, rencana darurat menyangkut soal tindakan yang
perlu guna mengatasi risiko yang masih ada setelah semua tindakan
pencegahan yang sesuai dilakukan (Syukri Sahab, 1997).
Melihat bahwa PT Pupuk Kujang merupakan perusahaan petrokimia
yang memproduksi urea dengan bahan baku berupa gas alam, air dan udara.
Dimana dalam setiap proses produksinya menggunakan suhu dan tekanan
tinggi sehingga berpotensi sangat besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan
darurat seperti kebakaran, kebocoran gas/bahan kimia, dan bahkan peledakan
dahsyat yang dapat mengancam kesehatan, keamanan, kenyamanan dan
keselamatan jiwa tenaga kerja serta lingkungan sekitar perusahaan bisa
terjadi. Maka perusahaan PT Pupuk Kujang menerapkan sistem tanggap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
darurat meliputi kesiagaan terhadap keadaan darurat, penanggulangan
keadaan darurat dan bahkan pemulihan keadaan darurat.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin membahas lebih
lanjut mengenai implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat di PT
Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat suatu rumusan masalah
yaitu
1. “Bagaimana implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat PT
Pupuk Kujang dalam menghadapi keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek”?
2. “Apakah implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap darurat PT Pupuk
Kujang sudah sesuai untuk aturan yang telah berlaku” ?
3. “Apakah sudah cukup efektif terkait dengan implementasi rencana tenggap
darurat” ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui potensi bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
2. Untuk mendiskripsikan tingkatan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Untuk mendiskripsikan cara penanganan atau penanggulangan keadaan
darurat
4. Untuk mendiskripsikan implementasi rencana kesiapsiagaan tanggap
darurat dalam menghadapi keadaan darurat.
5. Untuk mendiskripsikan tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
6. Untuk mendiskripsikan rencana pemulihan setelah terjadi bencana di PT
Pupuk Kujang Cikampek.
7. Untuk mendiskripsikan kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada
pelaksanaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang Cikampek.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi :
1. Mahasiswa
a. Dapat mengetahui secara nyata penerapan ilmu yang didapat dari
bangku kuliah di suatu perusahaan.
b. Dapat menambah wawasan tentang sistem tanggap darurat di tempat
kerja.
c. Dapat mengetahui permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
beserta penerapannya di perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Dapat menambah referensi kepustakaan mengenai manajemen
tanggap darurat di lingkungan industri, serta dapat mengukur sejauh
mana kemampuan mahasiswa Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja dalam menerapkan ilmu Keselamatan Kerja khususnya tentang
sistem tanggap darurat.
3. Perusahaan
Diharapkan dapat memperoleh masukan berupa saran sebagai bahan
evaluasi dan pertimbangan dalam meningkatkan penerapan sistem
tanggap darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Definisi
a. Tempat Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah setiap
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di permukaan
air, di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Sedangkan menurut Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 1,
ayat 1 Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci
dalam pasal 2. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Potensi Bahaya (hazard)
Potensi bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan
atau berpotensi terhadap terjadinya kejadian kecelakaan berupa
cedera, penyakit, kematian, kerusakan atau kemampuan
melaksanakan fungsi operasional yang telah ditetapkan (Tarwaka,
2008).
c. Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat
Manajemen bencana pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu
1) Manajemen insiden (tingkat lokasi)
Manajemen insiden adalah penanggulangan kejadian
dilokasi atau langsung ditempat kejadian. Penanggulangan ini
dilakukan oleh tim tanggap darurat yang dibentuk atau petugas-
petugas lapangan sesuai dengan keahlian masing-masing.
Penanggulangan bencana pada tingkat ini bersifat teknis.
2) Manajemen Darurat (tingkat unit atau tingkat daerah)
Manajemen darurat adalah upaya penanggulangan bencana
ditingkat yang lebih tinggi yang mengkoordinir lokasi kejadian.
3) Manajemen Krisis (tingkat nasional atau tingkat korporat)
Manajemen krisis adalah manajemen yang berada pada
tingkat paling tinggi, manajemen ini bersifat taktis dan strategis.
Tugas dari manajemen krisis adalah menentukan kebijakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dalam menghadapi suatu bencana atau keadaan darurat
(Soehatman Ramli, 2010).
d. Tahapan Manajemen Bencana atau Keadaan Darurat
Manajemen bencana merupakan suatu proses terencana yang
dilakukan untuk mengolah bencana dengan baik dan aman melalui
tiga tahapan sebagai berikut :
1. Pra Bencana
Tahapan manajemen bencana pada kondisi sebelum
kejadian atau pra bencana meliputi ; Soehatman Ramli (2010) :
a) Kesiagaan
Kesiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengantipasi bencana melalui
pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna
berdaya guna.
Menbangun kesiagaan adalah unsur penting, namun
tidak mudah dilakukan karena menyangkut sikap mental
dan budaya serta disiplin ditengah masyarakat. Kesiagaan
adalah tahapan yang paling strategis karena sangat
menentukan ketahanan anggota masyarakat dalam
menghadapi datangnya suatu bencana.
b) Peringatan Dini
Langkah lainnya yang perlu dipersiapkan sebelum
bencana terjadi adalah peringatan dini. Langkah ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
diperlukan untuk memberikan peringatan kepada
masyarakat tentang bencana yang akan terjadi sebelum
kejadian darurat atau bencana datang.
Peringatan dini disampaikan dengan segera kepada
semua pihak, khususnya mereka yang potensi tekena
bencana akan kemungkian datang didaerahnya masing-
masing. Peringatan didasarkan berbagai informasi teknis
dan ilmiah yang dimiliki, diolah atau diterima dari pihak
berwenang mengenai kemungkinan akan datangnya suatu
bencana.
c) Mitigasi Bencana
Menurut Peraturan pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bahaya.
Mitigasi bencana adalah upaya untuk mencegah atau
mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu
bencana. Dari batasan ini sangat jelas bahwa mitigasi
bersifat pencegahan sebelum kejadian.
Mitigasi bencana harus dilakukan secara terencana
dan komprehensif melalui berbagai upaya dan pendekatan
antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
(1) Pedekatan Teknis
Secara teknis mitigasi bencana dilakukan untuk
mengurangi dampak suatu bencana misalnya :
(a) Membuat rancangan atau disain yang kokoh dari
bangunan sehingga taha terhadap gempa
(b) Membuat material yang tahan terhadap bencana
misalnya material tahan api.
(c) Membuat rancangan teknis pengaman, misalnya
tanggul banjir, tanggul lumpur, tanggul tangki
untuk mengendalikan bahan berbahaya.
(2) Pendekatan Manusia
Pendekatan secara manusia ditunjukan untuk
membentuk manusia yang paham dan sadar mengenai
bahaya bencana. Untuk itu perilaku dan cara hidup
mnusia harus dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan
kondisi lingkungan dan potensi bencana yang
dihadapinya.
(3) Pendekatan Administratif
Pemerintah atau pimpinan organisasi dapat
dilakukan pendekatan administratif dalam manajemen
bencana khususnya ditahap mitigasi sebagai contoh :
(a) Penyusunan tata ruang dan tata lahan yang
memperhitungkan aspek risiko bencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
(b) Sistem perijinan dengan memasukan aspek analisa
resiko bencana
(c) Penerapan kajian bencana untuk setiap kegiatan
dan pembangunan industri berisiko tinggi
(d) Mengembangkan program pembinaan dan
pelatihan bencana diseluruh tingkat masyarakat
dan lembaga pendidikan.
(e) Menyiapkan prosedur tanggap darurat dan
organisasi tanggap darurat dan organisasi baik
pemerintahan maupun industri berisiko tinggi.
(4) Pendekatan Kultural
Masih ada anggapan dikalangan masyarakat
bahwa bencana itu adalah takdir sehingga harus
diterima apa adanya. Hal ini tidak sepenuhnya benar,
karena dengan kemampuan berfikir dan berbuat,
manusia dapat berupaya menjauhkan diri dari bencana
dan sekaligus mengurangi keparahannya.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan kultural
untuk meningkatkan kesadaran mengenai bencana.
Melalui pendekatan kultural, pencegahan bencana
disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang
telah membudaya sejak lama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Upaya pencegahan dan pengendalian bencana
disesuaikan dengan budaya lokal dan tradisi yang
berkembang di tengah masyarakat.
2. Saat Kejadian Bencana atau Kejadian Darurat
Tahapan paling krusial dalam system manajemen
bencana adalah saat bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin
telah melalui proses peringatan dini, maupun tanpa
peringatan atau terjadi secara tiba-tiba.
Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah seperti
tanggap darurat untuk dapat mengatasi dampak bencana
dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan.
e. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan tidak normal yang apabila
terjadi pada suatu tempat atau kegiatan cenderung membahayakan
manusia, merusak alat dan lingkungan (Prosedur Integrasi, ISO
9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk Kujang).
Keadaan darurat adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan
dimana terjadi kebakaran, peledakan tumpahan minyak/bahan kimia
atau terlepasnya gas dalam jumlah yang besar, kegagalan/kerusakan
salah satu alat utilitas utama atau suatu tindakan penyelamatan yang
segera diperlukan dalam suatu pabrik/ perusahaan. Suatu keadaan
darurat di suatu perusahaan memerlukan tindakan segera untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
mengembalikan kondisi yang aman secepat mungkin (Soehatman
Ramli, 2010).
Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana perlu penanganan
khusus dan tidak dapat ditangani secara biasa oleh personil yang ada,
dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan kejadian, seperti
kebocoran/ menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan,
kebakaran, bencana alam gempa bumi atau huru hara pada tingkat
tertentu yang membahayakan keselamatan dan aset perusahaan
(Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT
Pupuk Kujang).
f. Tanggap Darurat
Tanggap darurat bencana ( respone ) adalah serangkaian
kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.
Tanggap darurat adalah tindakan segera dilakukan untuk
mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran
atau peledakan di lingkungan industri ; (Soehatman Ramli, 2010):
1) Memadamkan kebakaran atau peledakan
2) Menyelamatkan manusia dan korban (resque)
3) Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting ( salage )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4) Perlindungan masyarakat umum
Tindakan ini dilakukan oleh tim penanggulangan bencana yang
dibentuk dimasing-masing daerah atau organisasi.
2. Rencana Respon Gawat Darurat
Sistem rencana respon gawat darurat dalam ISO 14001 serta tertera
dalam elemen 4.4.7. Di dalam elemen 4.4.7. Tentang sistem respon
gawat darurat ini, organisasi membuat prosedur untuk mengidentifikasi
potensi terjadinya kecelakaan dan situasi darurat lingkungan serta
prosedur untuk menanggapinya serta mencegah dan mengurangi dampak
lingkungan yang dapat terjadi berkaitan dengan keadaan darurat tersebut.
Salah satu sumber yang berpotensi memberikan dampak yang
besar terhadap lingkungan adalah kondisi darurat seperti kebakaran,
bocoran gas ataupun bahan kimia, tumpahan bahan kimia, dan bencana
alam. Dampak-dampak yang berpotensi tersebut perlu di identifikasi dan
dibuat rencana untuk penanganannya. Persyaratan dalam menanggulangi
keadaan darurat dengan (Sertifikasi ISO 14001) :
a. Adanya prosedur untuk mengidentifikasi potensi darurat dan langkah
untuk mencegah, menanggapinya, dan mengurangi semua kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya.
b. Pengujian periodik dari prosedur darurat serta pembaharuan rencana
dan prosedur bila diperlukan menggunakan pengalaman dari keadaan
darurat sebenarnya atau sumber lainnya dengan uji coba.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Secara garis besar suatu rencana respon gawat darurat dibagi menjadi
tiga, yaitu (Sertifikasi ISO 14001) :
a. Persiapan Distribusi
Rencana gawat darurat harus dipersiapkan dan disusun oleh Pakar
Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja setempat yang
mempunyai pengetahuan akan kondisi dan peraturan yang berlaku.
Bagian-bagian yang harus memberikan sumbangan dalam pembuatan
rencana/melakukan peninjauan diantaranya Bagian Keamanan,
Fasilitas, Hukum dan Sumber Daya Manusia serta Tim Tanggap
Darurat yang harus terlibat dalam persiapan rencana atau dalam
perbaikan selanjutnya dari rencana yang ada sehingga mereka
mengetahui keseluruhan rencana dengan baik dan turut merasa
sebagai penyumbang saran.
Salinan dari Rencana Gawat Darurat harus diberikan atau
dibagikan ke seluruh unit kerja. Atau sekurang-kurangnya satu salinan
harus ada di setiap gedung, yang biasanya diletakkan pada meja
resepsionis, pos penjagaan atau kotak di tembok dekat pintu keluar.
Individu-individu dibawah ini yang harus memiliki salinan yang
dikontrol :
1) Setiap anggota Tim Respon Gawat Darurat
2) Komite Keselamatan
3) Perwakilan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4) Dinas Pemadam Kebakaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
5) Rumah Sakit setempat
6) Koordinator Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Aktivitas Utama dan Komponen yang Harus Dipersiapkan Sebelum
Keadaan Darurat
Semua rencana gawat darurat harus bersifat spesifik, hal ini
diharapkan agar dapat berguna pada keadaan darurat. Ada beberapa
unsur kunci utama pada sebagian rencana Tim Respon Gawat Darurat,
hal-hal tersebut adalah :
1) Tim Respon Gawat Darurat
Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang
memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam
keadaan gawat darurat seperti kebakaran, peledakan, tumpahan
bahan kimia dan lain sebagainya. Kemudian ditentukan jumlah
yang memadai dari pekerja yang menjadi anggota Tim Respon
Gawat Darurat, serta setiap tim diangkat seorang pemimpin.
Kebanyakan organisasi akan meminta setiap bagian untuk
menugaskan satu orang sebagai anggota Tim Respon Gawat
Darurat. Bila hal ini tidak mencukupi jumlah yang diperlukan,
maka kekurangannya akan diambil dari tiap gedung. Karena
lamanya waktu pelatihan, maka akan lebih efektif jika setiap
anggota Tim Respon Gawat Darurat harus bertugas sekurangnya
selama 2 tahun atau lebih jika mereka menginginkannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Anggota kunci dari Tim Respon Darurat adalah pemimpin tim.
Orang ini harus dipilih dengan sangat berhati-hati, karena seorang
pemimpin tim harus membuat keputusan penting dalam situasi
kritis dan tekanan. Beberapa keputusan mungkin mempunyai
dampak yang besar terhadap pekerja, lingkungan dan kegiatan
bisnis. Orang yang dipilih harus seorang yang berpikiran jernih,
tenang, berpendidikan, terlatih dan mempunyai kemampuan
memimpin.
Pada organisasi yang efisien dan ringkas yang banyak dijumpai
dalam industri saat ini, terkadang sulit untuk mendapatkan jumlah
Tim Respon Gawat Darurat yang memadai. Semua bagian terlihat
kekurangan staf dan sulit dalam menentukan wakil untuk
bergabung dengan Respon Gawat Darurat untuk menangani
masalah ini. Bagian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja
harus terlebih dahulu menyerahkan permintaan untuk sukarelawan
dalam Respon Gawat Darurat. Untuk alasan yang nyata dan jelas
individu-individu yang ingin bergabung dalam Respon Gawat
Darurat lebih berharga dari mereka yang ditugaskan. Bila tidak
cukup sukarelawan yang diperoleh, maka manajer tiap bagian
harus menentukan siapa yang harus bergabung dalam Respon
Gawat Darurat. Perlu bagi bagian lingkungan, kesehatan, dan
keselamatan kerja untuk mengirimkan salinan dari kebijakan atau
dokumen-dokumen lain yang memperinci kebutuhan akan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Respon Gawat Darurat yang telah ditandatangani oleh manajemen
puncak.
2) Peralatan Perlindungan Personil
Penempatan Peralatan Perlindungan Personil atau PPE
(Personal Protective Equipment) harus disesuaikan dengan potensi
bahaya yang ada di lokasi tersebut. PPE (Personal Protective
Equipment) yang harus disediakan misalnya alat pelindung
pernafasan, pelindung kepala, sepatu keselamatan, baju tahan
bahan kimia, sarung tangan, dan sebagainya. Sebelum digunakan
peralatan harus dilakukan pengujian sebelum keadaan darurat yang
sebenarnya.
3) Peralatan Pembersih Tumpahan Bahan Kimia
Sebelum keadaan gawat darurat terjadi perlu juga disediakan
peralatan untuk membersihkan sisa penanggulangan keadaan
darurat dan menempatkannya di area yang beresiko tinggi. Sebagai
contoh, keadaan darurat yang diakibatkan oleh karena tumpahan
bahan kimia berbahaya ; peralatan pembersih yang disediakan
meliputi bantal penyerap, penetral asam-basa, kertas pH, drum dan
kantong buangan, label limbah berbahaya, sapu, sekop dan garu.
4) Pelatihan
Anggota Tim Respon Gawat Darurat harus dilatih tentang
bagaimana menangani situasi-situasi yang berbeda seperti
tumpahan bahan kimia, kebakaran, cedera, gempa bumi, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
masalah-masalah cuaca yang ekstrim. Subyek-subyek yang
diberikan termasuk perlindungan pernafasan, pengetahuan tentang
racun, sistem komando kecelakaan, prosedur pembersihan
tumpahan bahan kimia, penanganan drum gawat darurat, klasifikasi
bahaya pemakain lembar data keamanan bahan, identifikasi dan
penilaian bahaya, peralatan perlindungan diri (PPE), peralatan
pemantauan, pertolongan pertama, penanggulangan kebakaran,
petunjuk tindakan gawat darurat dari departemen transportasi,
dekontaminasi, dan beberapa topik umum dan spesifik lainnya.
Penting bagi manajemen untuk mendukung pelatihan Tim
Respon Gawat Darurat. Penyelia harus mengalokasikan waktu
untuk pelatihan dan menekankan pekerja mereka untuk benar-
benar terlatih dalam fungsi Tim Respon Gawat Darurat. Perwakilan
Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lokasi serta
Pemimpin Tim Respon Gawat Darurat harus selalu mendukung
dan mencatat bahwa pelatihan yang diperlukan telah dilakukan.
Dengan pelatihan tersebut diharapkan respon dari tenaga kerja
mengenai tanggap darurat dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan
kemampuan tenaga kerja selain melakukan pelatihan tersebut,
sebaiknya tenaga kerja mengikuti kelas khusus yang dapat
diperoleh dari universitas atau lokasi lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
5) Pelatihan Praktik Tim Tanggap Darurat
Tim Respon Gawat Darurat harus mempraktikkan
keterampilan yang mereka pelajari selama pelatihan. Hal ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa mereka mengikuti prosedur
yang benar. Latihan ini diharapkan dilakukan setiap 2 bulan sekali,
dengan diskusi pada keberhasilan yang dicapai dan masalah yang
dijumpai. Latihan harus dilakukan sesuai jadwal bulanan Tim
Respon Gawat Darurat dan sesekali dilakukan secara mendadak.
6) Kondisi Fisik
Semua Tim Respon Gawat Darurat harus menjalani tes
kebugaran, pernafasan dan fisik. Dimana hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh Dokter digunakan sebagai syarat untuk menentukan
apakah anggota Tim Respon Gawat Darurat dalam keadaan sehat
atau sakit, sehingga dapat berpartisipasi dalam kegiatan Tim
Respon Gawat Darurat.
7) Komunikasi Tim Respon Gawat Darurat
Anggota Tim Respon Gawat Darurat masing-masing harus
memiliki radio panggil, telepon genggam, radio komunikasi atau
alat komunikasi lainnya, sehingga mereka dapat dikumpulkan
secepat mungkin ke tempat kejadian. Nomor radio komunikasi
mereka harus diberikan pada Pos Keamanan, Meja Resepsionis,
Operator, Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja setempat, juga perlu memberikan beberapa jenis alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
komunikasi gawat darurat pada tiap pimpinan perwakilan
lingkungan, kesehatan, dan keselamatan kerja dari tiap situs,
penjaga keamanan dan perawat di situs tersebut, karena merekalah
sumber daya yang berguna bagi Tim Respon Gawat Darurat bila
terjadi keadaan gawat darurat.
8) Rencana Tanggap Darurat
Rencana Tanggap Darurat perlu dipersiapkan sebelum kejadian
gawat darurat terjadi. Rencana yang dibuat harus diperbaharui
apabila rencana tersebut sudah tidak valid dengan kondisi yang ada
dan terjadi suatu perubahan penting.
9) Ketersediaan Tim
Tim Respon Gawat Darurat harus siap setidaknya selama jam
kerja operasional dari fasilitas tersebut. Untuk kegiatan operasional
yang berlangsung terus-menerus, berarti Tim Respon Gawat
Darurat harus berada di tempat selama 24 jam. Sehingga jelas
diperlukan tim dalam pergantian shift pada sistem jam kerja.
10) Penentuan Nomor Telepon Intern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon intern untuk keadaan gawat darurat harus
ditentukan sehingga dapat digunakan dari setiap nomor telepon
intern. Akan lebih baik apabila nomor yang dipakai mudah diingat.
Nomor telepon ekstern harus diberikan menyangkut telepon ke
Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran dan RSUD (Ambulans).
Dimana penentuan nomor telepon ekstern ini berdasarkan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
diskusi dengan Perwakilan Lingkungan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dari lokasi yang bersangkutan dibawah
pengarahan dari pihak koordinator kecelakaan/pemimpin Tim
Tanggap Darurat.
11) Penentuan Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat
Nomor telepon dan petunjuk harus diberikan menyangkut
telepon ke Polisi, Dinas Pemadam Kebakaran, dan Ambulans.
Panduan sangat penting karena banyaknya keadaan “abu-abu”
ketika pihak keamanan tidak yakin apakah hal tersebut darurat atau
tidak. Bila ada keragu-raguan, keadaan tersebut harus diasumsikan
sebagai keadaan gawat darurat dan pihak-pihak terkait segera
dihubungi.
12) Peta Evakuasi
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan
ditempatkan di beberapa lokasi pada tiap fasilitas pabrik. Peta-peta
ini harus menunjukan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan,
dan titik pertemuan. Disarankan bahwa peta evakuasi juga
menunjukan lokasi rencana gawat darurat, meja resepsionis,
pemadam kebakaran, pencuci mata, pancuran air, peralatan untuk
menangani tumpahan bahan kimia, P3K, dan elemen penting
lainnya. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama
mereka dan rute cadangan bila jalan keluar utama tertutup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
13) Sistem Pemberitahuan Masyarakat
Beberapa jenis sistem komunikasi harus tersedia saat keadaan
gawat darurat. Apapun sistem yang dipilih, harus dapat didengar di
seluruh area pabrik tempat pekerja yang sedang berkumpul,
termasuk area-area yang jauh, kamar mandi, ruang istirahat, dan
area yang bising. Sistem komunikasi gawat darurat harus diuji
setiap bulan untuk memastikan bahwa sistem itu bekerja dengan
sempurna.
14) Titik Pertemuan di Luar Lokasi
Beberapa titik pertemuan di luar lokasi yang telah ditentukan
sebelumnya harus ditandai dan para pekerja diinstruksikan untuk
berkumpul di titik tersebut pada saat keadaan darurat. Para penyelia
diberitahu bahwa titik ini adalah tempat mereka memimpin segera
setelah evakuasi dilakukan. Untuk melakukan hal ini secara efisien,
maka pengawas harus mengetahui siapa saja yang ada di dalam
shift, sakit atau cuti.
15) Peralatan Gawat Darurat Lain
Selain peralatan pembersih tumpahan, radio, dan peralatan
perlindungan personil, ada peralatan gawat darurat lainnya yang
juga harus dimiliki. Pancuran pengaman, alat pencuci mata,
pemadam kebakaran, P3K, alat transfusi darah, oksigen, peralatan
dekontaminasi adalah contoh peralatan berguna lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
16) Praktik Keadaan Darurat dan Evakuasi
Sekurang-kurangnya satu tahun sekali seluruh pekerja dan tim
tanggap darurat harus melakukan latihan praktik keadaan darurat
dan evakuasi. Bila seluruh fasilitas terganggu pada saat dilakukan
latihan bersama, maka tiap bagian dapat melakukan latihan
terpisah. Para pekerja yang harus menangani proses-proses penting
harus melakukan latihan mereka setelah giliran tugas mereka
selesai. Bila memungkinkan, lebih baik melakukan latihan bersama
bagi seluruh fasilitas pabrik seperti pada kasus gawat darurat yang
sesungguhnya.
3. Peringatan dan Tanda Bahaya ( komunikasi )
Bila suatu keadaan darurat terjadi, maka perlu tanda peringatan segera
dibunyikan secepatnya, dan tindakan segera dilakukan. Tidakan cepat
biasanya dapat membatasi agar keadaan cepat dapat tetap terkendali. Ada
tiga hal yang perlu ditentukan adalah :
a. Siapa yang bertugas dan berhak membunyikan alarm tanda keadaan
darurat.
b. Melatih personil
c. Sistem peringatan dini
Untuk membunyikan tanda peringatan darurat, dapat ditugaskan
kepada setiap pekerja, tetapi juga dapat ditugaskan pada orang-orang
tertentu pada masing-masing shift dan masing-masing lokasi. Untuk
berbagai keadaan darurat perlu irama yang berbeda-beda. Karena itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pekerja yang ditunjuk perlu dilatih membunyikan berbagai irama tanda
peringatan sedang seluruh karyawan perlu membiasakan dan
memahaminya serta bersiap melaksanakan peran masing-masing sesuai
jenis bahaya yang terjadi.
Sesudah tanda peringatan dibunyikan, maka kegiatan penanggulangan
keadaan darurat diaktifkan. Setiap personil segera menempati pos masing-
masing dan melaksanakan tugas sesuai organisasi dan prosedur yang
ditentukan. Koordinator lapangan segera menuju tempat kejadian untuk
mengambil alih komando. Setiap petugas segera menuju pos yang
ditentukan, dan secepatnya mempersiapkan peralatan dan siap menerima
komando (Syukri Sahab, 1997).
4. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Setelah keadaan darurat terjadi dan setelah proses tanggap darurat
dilewati, maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada
wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pasca bencana.
Di tingkat industri atau perusahaan, fase rehabilitasi dilakukan
untuk mengembalikan jalannya operasi perusahaan seperti sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
bencana terjadi. Upaya rehabilitasi misalnya memperbaiki peralatan
yang rusak dan memulihkan jalannya perusahaan seperti semula.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaan utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, social dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya eran serta masyarakat pada
wilayah pasca bencana (Soehatman Ramli, 2010).
Rencana keadaan darurat juga meliputi kegiatan pasca kejadian.
Setelah keadaan dapat diatasi maka operasi perusahaan harus
secepatnya dipulihkan kembali. Apabila tidak ada kerusakan yang
berarti, maka pabrik kembali dijalankan dengan sangat hati-hati sesuai
dengan prosedur (start up) dibawah pengawasan ahli dan dilakukan uji
coba operasi di bawah kapasitas normal. Kalau ditemukan kerusakan
yang berarti, maka langkah pertama adalah mengiventarisasi
kerusakan, dilanjutkan dengan perbaikan dan rehabilitasi semua
kerusakan dan selanjutnya uji coba operasi. Bila pada operasi
percobaan berhasil baik, maka dilanjutkan pada operasi normal
(Syukri Sahab, 1997).
Segera setelah krisis ditanggulangi, rencana pemulihan keadaan
darurat dilakukan jika kegiatan operasional tidak berjalan. Perlu untuk
menyusun suatu rencana pemulihan keadaan darurat untuk membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pemulihan. Jika tidak, kehilangan waktu dalam pemulihan akan
memakan waktu produksi organisasi.
Kegiatan-kegiatan awal dari rencana pemulihan keadaan darurat
yaitu (Sertifikasi ISO 14001) :
1) Menyusun Tim Pemulihan Keadaan Darurat
Anggota-anggota tim ini terdiri dari Tim Tanggap Darurat
ditambah perwakilan-perwakilan dari bagian-bagian seperti
operasi, sistem manajemen informasi, produksi, pengadaan bahan,
prasarana, lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja,
keamanan, penjualan, rekayasa, dan mutu.
2) Identifikasi Sumber-sumber Daya yang Ada di Lokasi
Suatu daftar inventaris kegiatan operasional yang kritis dan
sumber daya yang tersedia harus dibuat. Bila lokasi yang ada
mengalami kerusakan sebagian atau selurunya, daftar inventaris ini
akan menunjukkan apa yang harus segera diganti. Daftar inventaris
ini mencakup orang-orang, file, produk yang dihasilkan dan bahan
bakunya yang disusun dengan menggunakan dokumen-dokumen
yang ada. Daftar inventaris ini juga penting dalam hal penggantian
kerugian oleh pihak asuransi.
3) Penilaian dan Strategi atas Dampak Potensial
Suatu penilaian tentang apa yang mungkin terjadi pada setiap
sumber daya penting yang diidentifikasi pada langkah 2 harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dibuat untuk menanggapi kemungkinan kejadian bencana. Ini akan
menunjukkan di bagian mana cadangan diperlukan.
4) Strategi Minimisasi Dampak yang Potensial
Didasarkan pada langkah 2 dan 3, satu strategi minimisasi
dampak yang potensial harus dipersiapkan untuk sumber daya-
sumber daya yang dianggap penting dan mempunyai
kecenderungan yang tinggi untuk terkena dampak atau rusak.
Sebagai contoh, hal ini mungkin mencakup peningkatan pelatihan,
pembuatan file-file cadangan dan cadangan untuk kegiatan
operasional di lokasi lainnya. Penyimpanan tambahan bagi bahan-
bahan kimia dan limbah, peningkatan Rencana Gawat Darurat,
persiapan menghadapi gempa dan sistem pemadaman api
tambahan, pancuran, selang air, dan tabung pemadam kebakaran.
5) Strategi Pemulihan
Tidak mungkin untuk menghindari semua dampak dari suatu
bencana dan dampak-dampak tertentu tidak dapat diminimisasi
atau dihindari bila bencana yang hebat terjadi. Dalam situasi ini
yang dapat dilakukan oleh organisasi adalah menyiapkan strategi
pemulihan dan melakukannya dengan sebaik mungkin.
6) Nomor Telepon dan Kontak
Harus ada lebih banyak nomor telepon gawat daurat pada
strategi pemulihan bencana daripada rencana gawat darurat.
Nomor-nomor telepon gawat darurat perlu untuk dicatat dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
rencana pemulihan bencana. Sebagai tambahan pada apa yang
sudah ada dalam rencana respon gawat darurat, nomor-nomor
telepon seperti Pemilik Bangunan, Pertahanan Sipil dan
Manajemen Puncak harus dimasukkan.
7) Inspeksi Rutin
Sumber daya perusahaan dan peralatan pemulihan keadaan
darurat harus diinspeksi secara berkala, harus ditingkatkan sejalan
dengan perubahan sumber daya yang dimiliki. Direkomendasikan
untuk melakukan kegiatan ini setidaknya sekali dalam tiga bulan.
8) Pusat Pengendalian Pemulihan
Bila keseluruhan kegiatan operasional berada dalam satu
gedung, maka pusat pengendalian pemulihan keadaan
darurat/bencana harus didirikan di luar lokasi. Pusat pengendalian
ini dapat didirikan di fasilitas perusahaan lainnya selama letaknya
tidak terlalu jauh dari lokasi bencana. Tidak dianjurkan untuk
membuat markas pengendalian pemulihan bencana di kantor pusat
perusahaan, karena bila terjadi bencana keduanya akan lumpuh
bersamaan.
Markas Pusat Pengendalian Pemulihan Bencana harus
secanggih organisasi yang didukungnya. Bila organisasi kecil atau
tidak bergantung pada sistem informasi manajemen yang rumit,
maka markas pusat pengendalian tersebut cukup hanya memiliki
beberapa file cadangan. Sebaliknya, jika organisasinya besar, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
markas pusat pengendalian harus menjadi pusat pengendali. Dalam
hal ini harus tersedia file cadangan, telepon, komputer, pembangkit
tenaga listrik, cadangan makanan dan minuman, persediaan P3K,
peralatan kantor dan fasilitas tempat tidur untuk beberapa pekerja.
9) Perawatan Pencegahan
Bila peralatan produksi dan pengawasan lingkungan dirawat
dengan baik, maka keduanya akan membawa dampak yang lebih
kecil pada kegiatan operasional dan lingkungan bila terjadi
bencana. Kebanyakan fasilitas yang dimiliki bagian-bagian
mempunyai jadwal perawatan pencegahan ini, sehingga produksi
dapat berjalan normal. Karena itu perlu ditekankan bahwa jadwal
tersebut ada dan frekuensi perawatan mencukupi.
10) File dan Sistem Komputer Cadangan
Data-data penting yang disimpan dalam sistem komputer harus
dibuat cadangannya dan disimpan di luar lokasi setiap minggunya.
Sistem perangkat lunak utama yang digunakan dalam kegiatan
operasional juga harus dapat berfungsi di tempat lain, selain dari
yang ada di lokasi. Informasi penting yang disimpan dalam disket
juga harus dipindah ke lokasi di luar tempat kejadian secara
berkala.
11) Cadangan File-file/ Dokumen
Dokumen yang penting untuk kegiatan operasional harus
dibuat salinannya dan disimpan di tempat cadangan. Salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
alternatif adalah dengan mentransfer informasi yang penting ke
dalam hard disk computer, disket atau mikro film,dan disimpan di
lemari yang tahan api. Proses ini dapat dilakukan dengan
menggunakan scanner atau mentransfer informasi ke dalam
komputer.
12) Komunikasi
Sistem komunikasi mungkin rusak karena keadaan darurat dan
melumpuhkan usaha-usaha pemulihan kegiatan operasional.
Karena itu perlu memiliki pembangkit tenaga cadangan dan alat-
alat komunikasi pendukung. Sebagai contoh telepon seluler dan
radio komunikasi.
13) Persediaan untuk Pekerja
Beberapa persediaan harus dibeli sebelum bencana, untuk
kesehatan dan keselamatan para pekerja yang tidak dapat pulang ke
rumah mereka. Hal ini termasuk air, selimut, senter, alat-alat dan
makanan.
14) Peralatan untuk Perlindungan Lingkungan
Hal ini untuk meminimumkan dampak terhadap lingkungan
selama keadaan darurat terjadi, terutama berlaku untuk kegiatan
yang menggunakan atau menyimpan bahan-bahan kimia atau
limbah berbahaya dalam jumlah yang besar. Sebagai contoh,
tergantung pada kegiatan operasional, drum dan pompa cadangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perlu dimiliki bila tangki penyimpanan yang ada hancur selama
terjadi bencana/keadaan darurat.
15) Gambar-gambar Fasilitas Lokasi
Semua gambar mengenai fasilitas yang ada harus disatukan
dan disimpan di markas pengendalian bencana/keadaan darurat.
16) Pembuatan Salinan dan Penyebaran Rencana
Untuk alasan yang jelas penting untuk menyiapkan dan
menyebarkan rencana yang dibuat sebelum bencana terjadi.
Keseluruhan bagian pemulihan bencana dapat menjadi garis besar
umum untuk rencana yang dibuat dan kemudian informasi lokasi
yang spesifik dapat ditambahkan. Segera setelah rencana selesai,
harus diberikan pada Tim Respon Gawat Darurat, tim pemulihan
bencana, pos komando keamanan, perwakilan lingkungan,
kesehatan, dan keselamatan, petugas keamanan, dan manajemen
puncak. Rencana tersebut harus diperbaharui sekurangnya sekali
setahun atau lebih cepat bila terjadi perubahan yang besar.
b. Selama dan Segera Setelah Suatu Bencana
Setelah Tim Repon Gawat Darurat dapat menguasai krisis yang
terjadi seperti terdapat dalam rencana respon gawat darurat , aktivitas-
aktivitas berikut ini harus dilakukan. Aktivitas-aktivitas ini dapat
dianggap sebagai tindakan pemulihan yang dijelaskan pada langkah
strategi pemulihan sebelumnya. (Sertifikasi ISO 14001)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1) Membentuk Tim Pemulihan Bencana/ Disaster Recovery Team
Tim Respon Gawat Darurat telah dibentuk dan menjelaskan
tentang hal-hal yang menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja
dan sekarang saatnya berubah menjadi suatu Tim Pemulihan Bencana
(DRT). Anggota tambahan perlu dicari dan mengikutsertakan pekerja
dari bagian Sistem Informasi Manajemen, produksi, bahan-bahan,
operasional, dan keuangan.
2) Pemeriksaan Area
Tim Pemulihan Bencana akan melakukan pemeriksaan untuk
melihat apakah ada hal-hal yang berbahaya, dan jika ada yang
ditemukan, memberitahu kepada para pekerja untuk menjauh. Ini
merupakan pemeriksaan keamanan yang kedua setelah Tim Respon
Gawat Darurat melakukan pemeriksaan sebelumnya. Pemeriksaan
ketiga juga akan dilakukan saat membuat penilaian kerusakan bisnis
yang ada dapat diselesaikan. Hal ini harus mencakup foto-foto dan
jumlah biaya yang diperlukan untuk kembali beroperasi dan
rekomendasi-rekomendasi.
3) Kebutuhan para Pekerja
Walau kebutuhan untuk keselamatan pekerja sudah dipenuh,
kebutuhan jangka panjang juga harus sudah mulai difikirkan. Ini
mencakup memberikan informasi kepada keluarga mereka atau
membantu memindahkan keluarga mereka. Pekerja mungkin
mempunyai kebutuhan lain selama atau sesudahnya terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
bencana. Sebagai contoh apabila terjadi gempa bumi dahsyat dan
beberapa pekerja tidak dapat pulang ke rumah, maka makanan,
minuman, selimut, dan pelindungan sementara akan diperlukan.
4) Perusahaan Asuransi
Perwakilan asuransi properti harus dipanggil dan segera melihat
langsung tempat kejadian. Perwakilan ini dapat merekomendasikan
perusahaan yang dapat membantu usaha perbaikan. Mereka harus
dipanggil seawal mungkin, sebelum perbaikan dimulai sehingga
tindakan perbaikan dapat berjalan dengan benar dan jaminan
pertanggungan maksimum dapat diberikan. Kadang-kadang perbaikan
yang mendesak harus dilakukan segera, bahkan sebelum agen asuransi
datang.
5) Mengumpulkan Mereka yang Terampil
Seluruh pekerja yang mampu harus melaporkan daripada kantor
sementara untuk mencocokan keterampilan mereka dengan pekerjaan-
pekerjaan perbaikan yang dapat dilakukannya. Hal ini tidak hanya
membantu organisasi tetapi juga membantu para pekerja mengatasi
bencana yang terjadi dengan lebih baik karena mereka akan merasa
produktif dan berguna
6) Memulihkan Prasarana (Utilitas)
Saat terjadi bencana mungkin beberapa prasarana (utilitas) harus
dihentikan baik karena sengaja maupun karena kecelakaan. Tim
Pemulihan Bencana harus mengupayakan pulihnya gas, listrik, air, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
sarana-sarana pembuangan untuk memulihkan keadaan. Bila terdapat
bahan-bahan kimia, maka listrik harus diupayakan hidup terlebih
dahulu sehingga sistem ventilasi dapat bekerja kembali membersihkan
uap-uap yang ada. Pemulihan listrik ini harus dilakukan dengan hati-
hati karena dapat membakar uap dari bahan-bahan kimia yang mudah
terbakar dan bahan bakar yang ada di lokasi.
7) Memulihkan Komunikasi
Bantuan perusahaan telepon mungkin diperlukan untuk
memulihkan sambungan telepon. Bila mendesak perlu diupayakan
untuk menggunakan telepon seluler, radio panggil atau alat-alat
komunikasi lainnya. Segera setelah sistem saluran telepon bekerja
maka saluran hotline harus dibentuk untuk menjawab pertanyaan
pekerja dan masyarakat.
8) Perbaikan Fasilitas Pabrik
Tim Pemulihan Bencana harus membantu memindahkan kegiatan
operasi, jika diperlukan ke tempat lain dan/ atau mulai memperbaiki
pertama adalah ventilasi dan pemadaman kebakaran, diikuti oleh
pemulihan pos pengendalian keamanan. Kerusakan yang hebat pada
fasilitas yang ada mungkin memerlukan pengalihan lokasi sementara.
Lokasi tersebut dapat berupa area yang tidak mengalami kerusakan
atau sepenuhnya diluar tempat kejadian.
Bila terjadi kebakaran, sistem pemadam kebakaran mungkin
akan membuat semua menjadi basah. Peralatan dan bahan-bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
basah harus dipindahkan atau dikeringkan segera untuk mencegah
terjadinya kerat, jamur, dan gangguan kesehatan. Dokumen-dokumen
yang rusak karena air harus segera dikeringkan atau diganti. Beberapa
kerusakan karena asap juga mungkin terjadi yang dapat mengarah
pada kontaminasi produk atau korosi yang tidak diperbaiki.
9) Pemeriksaan dan Perbaikan Struktur dan Tumpahan Bahan Kimia dan
Limbah Berbahaya
Dengan mengansumsikan bahwa kebocoran dan tumpahan bahan
kimia dan limbah berbahaya telah diselesaikan pada kegiatan Tim
Respon Gawat Darurat sebelumnya, maka tibalah saatnya untuk
membuktikan bahwa seluruh sistem limbah dan bahan kimia berada
pada keadaan yang aman dan tidak menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Bila dijumpai adanya kemungkinan masalah sistem
tersebut harus segera diperbaiki. Tangki penyimpanan bawah tanah
dan jaringan pipa adalah area yang cenderung mengalami masalah dan
sulit untuk diperiksa. Karena itu segera memanggil kontraktor yang
bekerja di bidang pengujian kebocoran tangki.
10) Memulihkan Sistem Komputer/Sistem Informasi Manajemen
Hampir seluruh operasi bergantung pada sistem komputer yang
mereka miliki karena itu fungsi Sistem Informasi Manajemen yang
penting harus diperbaiki atau dipindahkan secepat mungkin. Sistem
cadangan yang member dukungan pada pelanggan harus dipulihkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
terlebih dahulu. Bila sudah ada sistem cadangan sebelumnya, maka
pekerjaan ini akan lebih mudah.
11) Penggantian File-File Penting
File-file penting yang hancur karena bencana harus dibuat
kembali dari catatan file yang ada. Hal ini penting terutama bagi file-
file lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja, konsumen dan
personil. Pekerjaan ini akan lebih mudah bila file yang ada sudah
dibuat dalam disket atau mikro film.
12) Memulihkan Sistem Sumber Daya Manusia dan Keuangan
Mungkin perlu untuk memindahkan sistem sumber daya manusia
dan keuangan tertentu seperti administrasi penggajian dan upah ke
lokasi lain untuk sementara waktu. Lokasi yang paling cocok adalah
lokasi dimana catatan-catatan cadangan disimpan. Disarankan
sebelumnya agar catatan-catatan keuangan yang penting dibuat
salinannya dan disimpan di tempat lain. Bila catatan sudah disalin dan
disimpan, mereka dapat membantu memulihkan kegiatan operasional.
13) Berurusan dengan Media
Semua berhubungan dari media harus diarahkan pada manajer
humas dari situs kejadian. Tidak boleh ada pekerjaan lain yang
memberikan pernyataan. Diharapkan pemberitahuan media dapat
membantu menarik dukungan dan bantuan bagi para korban bencana.
Namun demikian terkadang pemberitaan media hanya menyebabkan
kekacauan dan ketegangan emosional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
5. Perubahan/ Perbaikan Berkelanjutan
Rencana respon gawat darurat dan pemulihan bencana harus dapat
diubah. Hal ini penting dalam hal nama-nama anggota tim dan sumberdaya-
sumberdaya yang ada di dalam dan di luar organisasi. Nama-nama yang
diperlukan harus selalu ada atau rencana tersebut akan menjadi tidak efektif.
Setiap kali ada penambahan atau pengurangan anggota, maka harus ada
mekanisme yang harus dapat memperbaiki rencana secara efektif (Sertifikasi
ISO 14001).
B. Kerangka Pemikiran
Dalam suatu industri terdapat unsur-unsur antara lain tenaga kerja
(sebagai pelaksana), bahan baku (sebagai bahan untuk pembuatan produk),
peralatan produksi (sebagai alat/mesin untuk melakukan proses produksi),
tempat kerja (sebagai tempat berlangsungnya kegiatan produksi) dan juga
proses produksi dan hasil produksi. Dimana apabila salah satu diantara
keenam unsur tersebut mengalami masalah atau gangguan, maka dapat
berpotensi menyebabkan terjadinya suatu keadaan darurat seperti kecelakaan
kerja, kebakaran, peledakan, kebocoran B3, bencana alam maupun kerugian.
Maka dari itu perlu dibuat dan disusun suatu prosedur keadaan darurat
yang digunakan sebagai panduan untuk mengantisipasi keadaan darurat.
Prosedur tersebut meliputi prosedur kesiagaan keadaan darurat, prosedur
penanggulangan keadaan darurat serta prosedur rencana pemulihan setelah
keadaan darurat, agar keadaan yang semula tidak normal dapat segera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
kembali normal sehingga tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dan
nyaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 1.
Kerangka Pemikiran
Industri
Keadaan Normal
Proses
Produksi Tenaga
Kerja
Tempat
Kerja
Bahan
Baku
Peralatan
Produksi
Potensi
Bahaya
Kebocoran
B3 Peledakan Kebakaran
Kecelakaan
Kerja
Bencana
Alam
Keadaan Darurat
Prosedur Keadaan Darurat
Prosedur Kesiagaan
Keadaan Darurat
Rencana Keadaan
Darurat (RKD) Prosedur Penanggulangan
Keadaan Darurat
Persiapan Komponen
Pendukung RKD Tindakan
Penanggulangan
Pelaksanaan Tanggap Darurat
Prosedur Rencana Pemulihan
Setelah Keadaan Darurat
Keadaan Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif yaitu
suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Soekidjo
Notoatmojo, 2002).
B. Lokasi Penelitian
Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di PT Pupuk Kujang Jalan.
Jendral. A. Yani No. 39 Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini berupa :
1. Rencana keadaan darurat (Emergency Response Plan)
2. Penanggulangan Keadaan Darurat
3. Tenaga kerja
4. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam keadaan darurat
5. Kondisi lingkungan tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
terhadap objek penelitian di PT Pupuk Kujang Jl. Jend. A. Yani No. 39
Dawuan, Cikampek 41373, Karawang, Jawa Barat.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara
langsung dengan pihak yang terkait masalah tanggap darurat sehingga
dapat mengetahui tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam
menghadapi keadaan darurat.
3. Studi Kepustakaan
Data diperoleh dengan membaca referensi-referensi yang ada, yang
berhubungan dengan objek penelitian yaitu keadaan darurat (emergency).
E. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder, sedangkan untuk penjelasannya adalah sebagai
berikut :
1. Data Primer
Data diperoleh secara langsung yaitu dengan mengadakan observasi
langsung ke lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
2. Data Sekunder
Data diperoleh secara tidak langsung yaitu dari prosedur integrasi
mengenai implementasi rencana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang
Cikampek.
F. Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pupuk Kujang Cikampek pada tanggal
01 Februari 2011 sampai dengan 09 Mei 2011.
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan termasuk analisis deskriptif atau
menggambarkan yang sejelas-jelasnya mengenai pelaksanaan rencana
kesiapsiagaan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang yang selanjutnya
dibandingkan dengan pedoman atau standar yang ada yaitu, Permenaker No.
Per-05/MEN/1996 tentang Emergency Response Plan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identifikasi Potensi Bahaya
PT Pupuk Kujang terbagi menjadi 2 area yaitu area innerfence dan
outerfence. Yang termasuk dalam area innerfence antara lain Pabrik Kujang
IA meliputi unit Urea 1A, Ammonia 1A, Utility 1A , dan PPCO serta Pabrik
Kujang IB meliputi unit Urea 1B, Ammonia 1B, Utility 1B. Sedangkan area
outerfence antara lain Bagging, NPK, Gudang, Lab, Bengkel, dan
Perkantoran serta area lain yang berada diluar area innerfence sampai pada
area perumahan. Secara garis besar potensi bahaya di PT Pupuk Kujang
yang dapat menyebabkan keadaan darurat seperti ledakan dan kebakaran
antara lain :
Tabel 1. Identifikasi Potensi Bahaya
No Potensi Bahaya Lokasi/Unit Kerja Risiko
1 Oksigen (O2)
Pabrik, bengkel,
gudang, lab
Ledakan
2 Kebocoran gas alam
Utility plant,
Ammonia plant,
NPK
Kebakaran,
ledakan
3 Klorin (Cl2)
Utility plant, Urea
plant
Kebakaran
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4
Asam sulfat (H2SO4) Utility plant Kebakaran
5 Hidrogen (H2)
Ammonia plant,
PPCO plant
Kebakaran,
ledakan
6 Nitrogen (N2)
Utility plant,
Ammonia plant
Kebakaran
7 Karbon monoksida (CO) PPCO plant Kebakaran
9 Karbon karbida (CaC2) Acetylene plant
Ledakan,
kebakaran,
10 Kebocoran amonia (NH3)
Ammonia plant,
Urea plant
Kebakaran,
ledakan
11 Toluen (C6H5CH3) PPCO plant
Kebakaran,
ledakan
12 Benfield cair
Ammonia plant,
PPCO plant
Kebakaran
13 Cosorb solvent PPCO plant
Kebakaran,
ledakan
14 Uap/gas amonia NPK
Kebakaran,
ledakan,
Sumber : Prosedur Integrasi ISO 9001 : 2008, ISO 14001 : 2004, SMK3 dan
MSD
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Keadaan Darurat
PT Pupuk Kujang mendefinisikan keadaan darurat adalah suatu
keadaan dimana perlu penanganan khusus dan tidak dapat ditangani secara
biasa oleh personil yang ada, dikarenakan terjadi salah satu/bersamaan
kejadian seperti kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya,
peledakan, kebakaran, bencana alam, gempa bumi atau kejadian huru-hara
pada tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan manusia dan aset
perusahaan.
Keadaan darurat adalah suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan
yang terjadi di area Pabrik yang cenderung membahayakan bagi manusia,
merusak peralatan/harta benda dan atau merusak lingkungan sekitarnya.
(Prosedur Integrasi, ISO 9001:2008, ISO 14001:2004 & SMK3 PT Pupuk
Kujang)
Penanggulangan keadaan darurat adalah semua usaha, tindakan yang
terkoordinasi untuk mengatasi keadaan darurat, guna menyelamatkan
manusia, aset perusahaan dan lingkungan sekitarnya, sehingga tidak
menimbulkan korban manusia serta kerusakan lingkungan.
PT Pupuk Kujang ada tiga (3) tingkatan keadaan darurat yaitu :
a. Keadaan Darurat Tingkat I
Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (aset) yang secara
normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu
bantuan yang dikonsinyir.
Contoh :
1) Satu unit perumahan terbakar
2) Satu ruangan kantor terbakar
3) Kebakaran gas di salah satu area saja, misal pabrik amonia.
b. Keadaan Darurat Tingkat II
Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang
tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3
yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa
manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya pada
karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang
diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat, dan
masyarakat sekitarnya.
Contoh :
1) Listrik mati total
2) Kebakaran satu lantai gedung pusat administrasi (GPA)
3) Kebakaran satu lokasi/bangunan di gudang/bengkel
4) Kebakaran bangunan di pabrik yang cukup besar yang tidak merusak
peralatan pabrik
5) Kebocoran gas yang memenuhi areal pabrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c. Keadaan Darurat Tingkat III
Keadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa
malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan
dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan
Pemerintah Daerah dan koordinasi tingkat Nasional.
Contoh :
1) Tangki amonia bocor/pecah
2) Ledakan/kebocoran yang menghancurkan sebagian atau seluruh
pabrik
3) Kebakaran/ledakan bagian yang bisa mengakibatkan malapetaka bagi
masyarakat luas
4) Gempa bumi yang besar yang merusak peralatan pabrik
5) Kebocoran gas yang menjalar sampai keluar pabrik.
Berdasarkan data diatas dapat di simpulkan bahwa potensi bahaya yang
paling mungkin terjadi di PT Pupuk Kujang adalah kebakaran, peledakan
dan bocoran B3.
3. Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat
a. Tujuan
Prosedur ini ditetapkan, diterapkan dan dipelihara untuk menjamin
kesiagaan dalam menghadapi keadaan darurat yang dapat menimbulkan
dampak yang luas mencakup sistem K3 dan lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
b. Ruang Lingkup
Prosedur ini mencakup kesiagaan, sarana dan prasarana serta
identifikasi potensi keadaan darurat di seluruh area PT Pupuk Kujang dan
diterapkan secara terintegrasi pada sistem ISO 9001:2000, SMK3 dan
Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004.
c. Definisi Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan dimana perlu penanganan khusus
dan tidak dapat ditangangani secara biasa oleh personil yang ada,
dikarenakan terjadi salah satu atau bersamaan kejadian, seperti
kebocoran/menghamburnya bahan kimia berbahaya, peledakan,
kebakaran, bencana alam gempa bumi atau kejadian huru-hara pada
tingkat tertentu yang membahayakan keselamatan manusia dan asset
perusahaan.
d. Ketentuan Umum
1) Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (asset) yang
secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di suatu unit
pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa
adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
2) Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang
tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa
manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya
pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang
diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat,
dan masyarakat sekitarnya.
3) Keadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa
malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan
dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan
pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional.
4) Setiap dua tahun sekali dilakukan latihan untuk kesiagaan menghadapi
keadaan darurat.
5) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup perlu
melakukan evaluasi dan memperbaharui prosedur “Kesiagaan
terhadap Keadaan Darurat” apabila telah terjadi peristiwa/keadaan
darurat.
e. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
a) Melakukan evaluasi dan memperbaharui prosedur “Kesiagaan
terhadap Keadaan Darurat” apabila telah terjadi keadaan darurat.
b) Melakukan identifikasi :
(1) Bahan-bahan yang mudah terbakar
(2) Bahan-bahan yang mudah meledak
(3) Memperkirakan luas daerah berbahaya berdasarkan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
(4) Cara-cara tindakan penanggulangan
(5) Dampak lingkungan yang diakibatkan oleh keadaan darurat
terhadap masyarakat sekitar.
c) Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menghadapi keadaan
darurat yang meliputi :
(1) Mempersiapkan pelatihan dan latihan uji coba penanggulangan
keadaan darurat.
(2) Menyiapkan peralatan, APD, APAR, Emergency Unit, Fire
Hydrant dan lain-lain.
(3) Menyiapkan sarana komunikasi.
d) Pemantauan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
(1) Memantau peralatan yang berpotensi menimbulkan keadaan
darurat (kebocoran gas explosive, kebocoran/tumpahan B3).
(2) Melakukan pemeriksaan terhadap aktivitas yang berkaitan
dengan keluar masuknya barang-barang dan/atau manusia, dari
atau ke pabrik (innerfence) untuk mencegah terjadinya
keadaan darurat.
(3) Melakukan pemantauan terhadap tempat penyimpanan bahan
kimia berbahaya.
e) Melakukan analisa dan evaluasi kesiagaan, meliputi :
(1) Sarana dan prasarana.
(2) Pemeriksaan peralatan yang berpotensi menimbulkan keadaan
darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
(3) Pemeriksaan aktivitas kendaraan angkutan B3 yang masuk ke
area pabrik, manusia yang membawa kendaraan angkutan B3,
dan kondisi kemasan B3.
(4) Hasil uji coba/latihan dan/atau penyuluhan.
2) Biro Komunikasi/Bagian Humas
a) Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
b) Membuat dokumentasi latihan kesiagaan keadaan darurat.
3) Divisi/Biro dan/atau Dinas/Bagian terkait
Melakukan identifikasi :
a) Instalasi/area operasional bahan-bahan kimia berbahaya dan mudah
meledak.
b) Luas area dan jumlah bahan berbahaya yang ada di area
operasional.
c) Sistem penyimpanan bahan berbahaya.
d) Jumlah penyimpanan bahan berbahaya.
e) Sistem pengangkutan bahan berbahaya.
Hasil identifikasi akan dirangkum dan dievaluasi untuk dijadikan
patokan dalam memeriksa dan menanggulangi bila terjadi keadaan
yang tidak normal dan didistribusikan ke Unit Kerja terkait.
f. Pengecualian
1) Tanda-tanda keadaan darurat untuk perumahan dan masyarakat
sekitarnya selain bunyi sirine pabrik ada juga bunyi sirine mobil
Patroli Biro Pengamanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2) Penempatan posisi Pos Komando bisa berubah, melihat situasi dan
kondisi keadaan darurat.
4. Instruksi Kerja Pelaporan Keadaan Darurat
a. Ruang Lingkup
Instruksi Kerja ini hanya masalah pelaporan keadaan darurat di area PT
Pupuk Kujang Cikampek.
b. Definisi
1) Keadaan Darurat adalah suatu keadaan yang tidak normal/tidak
diinginkan yang terjadi di PT Pupuk Kujang yang cenderung
membahayakan bagi manusia, merusak peralatan/harta benda dan atau
merusak lingkungan sekitarnya.
2) Pelapor :
a) Semua orang yang pertama melihat kejadian di area PT Pupuk
Kujang.
b) Petugas Shift Bagian KPK.
c) Shift Superitendent.
3) Nomor Telepon emergency ialah nomor telepon yang harus segera
dihubungi bila terjadi keadaan darurat, yaitu :
a) Nomor 3000 Bagian KPK
b) Nomor 2333 Shift Superitendent IA
c) Nomor 2555 Shift Superitendent IB
d) Nomor 2121 Biro Pengamanan
e) Nomor 2222 Biro Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
4) PKD (Pimpinan Keadaan Darurat) adalah orang yang ditunjuk sesuai
Prosedur PS-PK-KLH-20.
c. Ketentuan Umum
Apabila pelapor itu karyawan PT Pupuk Kujang, maka selain melaporkan
kejadian ke Bagian KPK juga segera melapor ke atasan langsung dan ke
Shift Superintendent.
d. Tanggung Jawab
Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
e. Operasi
Sistem pelaporan keadaan darurat :
1) Petugas Shift Bagian KPK setelah menerima informasi dari pelapor
melalui pesawat telepon nomor 3333, maka tanyakan :
a) Identitas pelapor :
(1) Nama
(2) Nomor badge
(3) Bagian
b) Jenis kejadian :
(1) Kebakaran/peledakan
(2) Kebocoran bahan kimia berbahaya
c) Tempat kejadian
2) Petugas shift Bagian KPK segera melaporkan ke Shift Superintendent
untuk bisa disampaikan lebih lanjut ke :
(a) PKD/Wakil PKD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
(b) Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(c) Biro Pengamanan
(d) Supervisor Area
3) Petugas shift Bagian KPK menunggu instruksi dari Shift
Superintendent untuk membunyikan sirine tanda keadaan darurat.
f. Pengecualian
Shift Superintendent menjabat sebagai PKD sebelum pejabat PKD tiba di
tempat kejadian.
5. Instruksi Kerja Tanda Keadaan Darurat
a. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Instruksi Kerja Tanda Keadaan Darurat ini adalah
menjangkau ke seluruh area PT Pupuk Kujang Cikampek.
b. Definisi
1) Keadaan Darurat Tingkat I adalah keadaan darurat yang berpotensi
mengancam nyawa pekerja dan peralatan/harta benda (asset) yang
secara normal dapat diatasi oleh karyawan yang ada di suatu unit
pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan tanpa
adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
2) Keadaan Darurat Tingkat II adalah suatu kecelakaan besar dimana
semua karyawan yang bertugas dibantu peralatan dan material yang
tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi mampu mengendalikan keadaan
darurat tersebut, seperti kebakaran besar, ledakan dahsyat, bocoran B3
yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-lain, yang mengancam jiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
manusia, lingkungan dan aset perusahaan dengan dampak bahaya
pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya. Bantuan tambahan yang
diperlukan masih berasal dari industri sekitar, pemerintah setempat,
dan masyarakat sekitarnya.
3) Keadaan Darurat Tingkat III adalah keadaan darurat berupa
malapetaka/bencana dahsyat dengan akibat lebih besar dibandingkan
dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta memerlukan bantuan
pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional.
4) Evakuasi adalah proses meninggalkan tempat kerja/tempat
tinggal/lokasi kejadian ke tempat lain yang dianggap cukup aman
untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya (seperti : peledakan,
bahaya kebakaran, kebocoran/menghamburnya bahan berbahaya,
pencemaran lingkungan, bencana gempa bumi dan lain-lain) melalui
jalan/pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut.
c. Ketentuan Umum
Kalau mendengar tanda keadaan darurat yang harus dilakukan adalah :
1) Seluruh karyawan yang terlibat dalam tim penanggulangan segera
menuju ke tempat kejadian untuk membantu penanggulangan.
2) Unit kerja yang tidak bergabung dalam tim penanggulangan harus
tetap siaga untuk menunggu instruksi.
3) Tindakan karyawan di lingkungan pabrik
a) Hentikan semua pekerjaan dan perhatikan instruksi atasan.
b) Matikan sumber api (rokok, kompor, dan lain-lain).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c) Matikan aliran listrik yang tidak berfungsi.
4) Tindakan karyawan non teknis
a) Hentikan semua kegiatan dan perhatikan instruksi atasan.
b) Amankan arsip-arsip.
c) Matikan semua peralatan listrik yang tidak berfungsi.
d) Matikan sumber api (rokok, kompor, dan lain-lain).
e) Bila ada instruksi meninggalkan gedung jangan menggunakan lift.
5) Tindakan penghuni perumahan
a) Hentikan semua kegiatan rumah tangga.
b) Siap-siap untuk evakuasi.
c) Persiapkan peralatan yang sangat penting.
d) Matikan sumber api.
e) Tetap tinggal, tunggu instruksi lebih lanjut.
f) Tetap tenang jangan panik.
g) Instruksi evakuasi oleh Biro Komunikasi dan Biro Pengamanan
melalui pengeras suara/mobil patroli.
c. Tanggung Jawab
Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
d. Operasi
Petugas Shift Bagian KPK yang ditugaskan stand by di fire station
begitu ada instruksi untuk membunyikan sirine tanda keadaan darurat,
maka segera memijit tombol sirine disesuaikan dengan tingkat keadaan
darurat yang diinstruksikan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
1) Tanda Keadaan Darurat Tingkat I dengan bunyi sirine, irama bunyi
naik turun periode 2x15 detik (nada naik 15 detik kemudian turun 15
detik, diulang sebanyak 2 kali), selang waktu 1 menit selama 5x.
2) Tanda Keadaan Darurat Tingkat II dengan bunyi sirine, irama bunyi
naik turun periode 6x15 detik (nada naik 15 detik kemudian turun 15
detik, diulang sebanyak 6 kali), selang waktu 1 menit selama 3x.
3) Tanda Keadaan Darurat Tingkat III dengan bunyi sirine, irama bunyi
naik turun tiap 15 detik, selang waktu tidak ada selama 15 menit.
4) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada monoton selama 5 menit
5) Tanda aman dengan bunyi sirine, irama bunyi monoton, periode tidak
ada, selang waktu tidak ada, selama 60 detik.
e. Pengecualian
Tanda keadaan darurat selain sirine pabrik dibantu dengan pagging
system dan sirine mobil patroli untuk perumahan.
6. Instruksi Kerja Membunyikan Sirine
a. Tujuan
Instruksi kerja ini bertujuan untuk pengendalian dan penanganan
keadaan darurat serta menjamin kepastian tentang keadaan yang
sesungguhnya.
b. Ruang Lingkup
Instruksi kerja ini digunakan untuk keadaan darurat seperti
kebakaran, peledakan, maupun kebocoran-kebocoran bahan-bahan kimia
di kawasan PT Pupuk Kujang Cikampek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
c. Definisi
1) Tanda emergency (bunyi sirine) adalah merupakan pemberitahuan
kepada karyawan yang berada di lingkungan perusahaan dan
sekitarnya atas terjadinya suatu keadaan darurat.
2) Tanda emergency (bunyi sirine) dibunyikan untuk menghindari
kebingungan dan kesimpangsiuran yang tidak perlu sehingga operasi
penanggulangan dapat dilaksanakan dengan cepat dan baik.
3) Tanda emergency (bunyi sirine) dibunyikan sebagai alat komunikasi
dan informasi awal yang akan ditindak lanjuti dengan
penanggulangan, pertolongan dan penyelamatan serta pengamanan.
d. Ketentuan Umum
1) Tingkat Keadaan Darurat dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkat :
a) Keadaan Darurat Tingkat I, misalnya :
(1) 1 (satu) unit perumahan terbakar
(2) 1 (satu) ruang kantor terbakar
(3) Kebakaran di salah satu area saja, misalnya pabrik ammonia.
b) Keadaan Darurat Tingkat II, misalnya :
(1) Kebakaran 1 (satu) lantai Gedung Pusat Administrasi
(2) Listrik mati total (black out)
(3) Kebakaran 1 (satu) lokasi/ bangunan di Gedung Perbengkelan
(4) Kebakaran di pabrik cukup besar yang tidak merusak peralatan
pabrik
(5) Kebocoran gas berbahaya yang memenuhi areal pabrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
c) Keadaan Darurat Tingkat III, misalnya :
(1) Tangki ammonia bocor/pecah
(2) Ledakan yang menghancurkan semua atau sebagian pabrik
(3) Kebocoran/ledakan bagian tertentu yang bisa mengakibatkan
malapetakabagi masyarakat luas.
(4) Bencana alam besar yang merusak peralatan pabrik.
(5) Kebocoran gas B3 dampai menjalar keluar pabrik.
e. Tanggung Jawab
1) Manager Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Hidup
(K3LH)
2) Manager Produksi 1A dan 1B
3) Kepala Seksi Penanggulangan dan Pencegahan
f. Operasi
1) Orang yang melihat adanya kejadian segera memberitahukan kepada
atasannya.
2) Atasan yang bersangkutan melakukan pemeriksaan ke lokasi kejadian.
3) Segera meminta bantuan ke KPK untuk melakukan tindakan
penanggulangan sirinepun dibunyikan sesuai dengan tingkatan
kejadian.
4) Tanda keadaan darurat, evakuasi dan keadaan aman diinformasikan
dengan bunyi sirine pabrik :
a) Keadaan Darurat Tingkat I : bunyi sirine naik turun dengan periode
2x15 detik, selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
b) Keadaan Darurat Tingkat II : bunyi sirine naik turun dengan
periode 6x15 detik selang waktu 1 menit sebanyak 3x.
c) Keadaan Darurat Tingkat III : bunyi sirine naik turun dengan
periode tiap 15 detik selama 15 menit.
d) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada monoton selama 5 menit.
e) Keadaan Aman : bunyi sirine dengan nada monoton selama 60
detik (1 detik).
g. Pengecualian
Tanda keadaan darurat untuk perumahan dan masyarakat sekitarnya
selain bunyi sirine pabrik, dibunyikan pula sirine kendaraan patrol dari
Biro Pengamanan.
h. Lampiran
Diagram bunyi sirine dalam keadaan darurat (lampiran 2)
7. Aktivitas dan Komponen Awal yang Dipersiapkan Menghadapi Keadaan
Darurat
a. Pembentukan Tim Tanggap Darurat (Emergency Response Team)
PT Pupuk Kujang dalam mempersiapkan keadaan darurat telah
membentuk Tim Inti sebagai persiapan menghadapi keadaan darurat,
yang kemudian dibagi menjadi beberapa tim. Tim tersebut antara lain
Tim Pemadam Kebakaran dan Tim Teknis yang terdiri dari Tim
Mekanik, Tim Perbengkelan, Tim Produksi, Tim Inspeksi, Tim P3K, dan
Tim Evakuasi dan Tim Keuangan. Adapun tugas dan tanggung jawab
tim-tim tersebut antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
1) Tim Pemadam Kebakaran bertugas melakukan penanggulangan
keadaan darurat
2) Tim Teknis yang terdiri dari :
a) Tim Mekanik
b) Tim Perbengkelan
c) Tim Produksi
d) Tim Inspeksi
e) Tim P3K
f) Tim Evakuasi
g) Tim Keuangan
b. Fasilitas dan Sarana Penunjang dalam Keadaan Darurat
1) Penyediaan Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri merupakan suatu alat pelindung yang dipakai
dari kepala sampai ujung kaki, yang dibuat untuk melindungi diri dari
bahaya-bahaya kerja dan lingkungan kerja. PT Pupuk Kujang
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang disesuaikan dengan
keadaan darurat yang telah terjadi dan bahaya yang diidentifikasi.
Setiap karyawan PT Pupuk Kujang diberikan Alat Pelindung Diri
secara cuma-cuma dalam melaksanakan pekerjaannya. Adapun Alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan meliputi alat pelindung kepala,
alat pelindung mata, alat pelindung muka, alat pelindung
pendengaran, alat pelindung tangan, alat pelindung pernafasan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pakaian pelindung, sepatu pelindung, alat pelindung tubuh dari
ketinggian seperti safety belt dan safety body hardness.
2) Fasilitas Pemadam Kebakaran
PT Pupuk Kujang menyediakan bermacam-macam sarana/fasilitas
pemadam kebakaran, antara lain :
a) APAR
APAR yang digunakan di PT Pupuk Kujang adalah jenis Dry
chemical (DC), Foam (busa), CO2, AF-31 dan AF-11E sebagai
pengganti halon. APAR ini disediakan di setiap ruangan. Jumlah
APAR yang masih aktif di PT Pupuk Kujang sebanyak kurang
lebih 460 buah. Pemasangan APAR yaitu tinggi dari lantai kurang
lebih 120 cm dan jarak pemasangan antara APAR yang satu
dengan yang lain tidak kurang dari 15 meter. Pemeriksaan APAR
dilakukan secara visual setiap satu bulan sekali dan bongkar setiap
satu tahun sekali oleh Bagian Maintenance KPK. Pada setiap jenis
APAR terdapat tulisan jenis APAR dan juga tanggal pemeriksaan
atau pengecekan yang terlampir dalam bentuk tag.
b) Sprinkler System
PT Pupuk Kujang sarana pemadam sistem sprinkler
ditempatkan khusus di sekeliling ammonia storage tank (tangki
penyimpanan amonia) dan digunakan apabila terjadi kebocoran
amonia. Sistem kerjanya adalah dengan membuka valve pengaman,
air akan menyelimuti seluruh bagian tangki amonia. Pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
terhadap sprinkler system dilakukan setiap satu bulan sekali oleh
Bagian Maintenance KPK.
c) Fire Hydrant, Hose Box dan Fire Hose
Hydrant dan perlengkapannya disediakan di setiap unit tempat
kerja. Jumlah seluruh hydrant di PT Pupuk Kujang ada 109 titik
hydrant. Pemeriksaan terhadap sarana fire hydrant, hose box dan
fire hose dilakukan setiap satu bulan sekali. Pemeriksaan fire
hydrant meliputi pemeriksaan cat, monitor, poster, valve, dan caps
serta lamanya flushing. Sedangkan untuk pemeriksaan hose box
dan fire hose meliputi fire hose, nozzle, y piece dan kunci-kunci
selang.
3) Sarana Komunikasi
Komunikasi memegang peranan penting mendukung keberhasilan
sistem tanggap darurat. Komunikasi dapat dikelompokkan atas
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Sarana komunikasi
yang disediakan di PT Pupuk Kujang telah memadai. Komunikasi
internal harus dirancang mulai dari deteksi keadaan darurat sampai ke
penanggulangannya. Komunikasi eksternal dengan pemerintah daerah
atau masyarakat sekitar kegiatan organisasi untuk mencegah
kepanikan atau jatuhnya korban yang tidak diinginkan. PT Pupuk
Kujang menerapkan komunikasi satu arah dan dua arah. Komunikasi
satu arah seperti pagging system, sedangkan komunikasi dua arah
seperti telepon dan handy talky.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
a) Pagging System
Pagging System berfungsi untuk pengeras suara dalam
pembacaan pesan-pesan keselamatan kerja yang dilakukan 2x
sehari, informasi penting, serta menginformasikan kejadian
keadaan darurat ke seluruh unit kerja untuk mempermudah proses
evakuasi.
b) Telepon
Telepon internal pabrik telah didistribusikan ke setiap bagian.
Khusus nomor-nomor emergency telah ditempel atau dipasang di
setiap seksi atau unit kerja. Hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah tenaga kerja jika sewaktu-waktu menemukan
keadaan darurat, karena nomor telepon keadaan darurat telah
terpasang di setiap unit kerja. Adapun nomor-nomor keadaan
darurat antara lain :
(1) Kebakaran : 3000
(2) Poliklinik : 2222
(3) Keamanan : 2121
(4) Shift Supt : 2333
c) Handy Talky
Handy Talky yang digunakan di PT Pupuk Kujang selain untuk
komunikasi dalam menangani pekerjaan lapangan, juga bisa
digunakan pada saat terjadi keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
4) Nomor Telepon Ekstern untuk Keadaan Darurat
Meliputi nomor telepon Rumah Sakit (Ambulance), Kantor Polisi,
dan Pemadam Kebakaran setempat, Pemda setempat.
5) Kotak P3K
Kotak obat P3K disediakan di setiap unit-unit kerja sesuai
kebutuhan. Pemeriksaan kotak obat ini dilakukan secara berkala oleh
Bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran setiap satu bulan
sekali. Pemeriksaan meliputi kondisi kotak, obat-obatan dan peralatan
yang tersedia di kotak P3K. Obat-obatan dan peralatan yang tersedia
di kotak obat P3K antara lain: kapas, tensoplast, plester, boor water,
betadine, kassa steril, perban gulung, salep luka bakar, gelas mata,
form bukti pemakaian, dan form permintaan pengisian.
6) Kendaraan Pemadam dan Evakuasi
Kendaraan Pemadam dan Evakuasi yang dimiliki bagian KPK
meliputi :
a) Empat unit mobil pemadam kebakaran yaitu :
(1) Tiga unit fire truck antara lain :
(a) Fire Truck Foam Unit/ FT 22/ TR 27
(b) Fire Truck HINO/ FT 66/ TR 28
(c) Fire Truck FUSO/ FT 44/ TR 26
(2) Satu unit Fire Jeep/ FJ 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
b) Satu unit mobil Ambulance Emergency/AE 55.
Pemeriksaan terhadap kendaraan emergency ini dilakukan 3x
dalam sehari terutama pada waktu pagi hari , meliputi kondisi
mesin, portable pump, kondisi perlengkapan peralatan
penanggulangan, dan level air dalam tangki.
7) Peta Evakuasi
Peta evakuasi adalah peta yang dibuat oleh Bagian KPK guna
menunjukkan arah atau rute yang harus dilalui apabila terjadi keadaan
darurat. Peta ini ditempatkan diseluruh unit kerja dan disosialisasikan
kepada seluruh karyawan.
8) Pintu darurat/tangga darurat
Tangga darurat sudah dirancang dengan baik untuk mengantisipasi
jika terjadi keadaan darurat. Untuk pintu darurat tidak dirancang
secara khusus, akan tetapi menggunakan pintu keluar masuk yang ada
di tiap-tiap ruangan yang ditandai dengan papan berwarna hijau yang
bertuliskan kata exit.
9) Detector dan Sistem Tanda Kebakaran
Setiap bangunan atau gedung di PT Pupuk Kujang telah memakai
sistem alarm kebakaran. Untuk yang di dalam ruangan digunakan bel,
dimana apabila terjadi kebakaran (heat/panas atau smoke/asap) akan
terdeteksi oleh heat detector dan smoke detector yang terkoneksi ke
fire alarm system. Penempatan fire alarm system terdapat di 11 titik
yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
a. Gedung Pusat Administrasi (GPA)
b. Bidding Center
c. Construction Office (Biro PPSDM, Biro Jaspil, Biro Keuangan,
Biro Umum )
d. Gudang 01
e. Gudang 02
f. Gudang 06
g. Kantor PPM
h. Maintenance Office
i. Main Laboratorium
j. Office Kujang 1B
k. NPK
Sedangkan untuk sistem tanda keadaan darurat yaitu
menggunakan sirine dibunyikan apabila terjadi keadaan darurat baik
di area pabrik maupun di luar pabrik. Sirine keadaan darurat
dibunyikan sesuai dengan tingkat keadaan darurat itu sendiri yang
dioperasikan oleh Bagian KPK.
10) Poster dan Tanda Peringatan
Poster dan tanda peringatan mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja diletakkan diseluruh area pabrik, terutama di tempat-tempat yang
mudah terlihat oleh tenaga kerja serta dibuat sedemikian rupa agar
terlihat menarik perhatian. Poster dan tanda peringatan ini dibuat dan
dipasang oleh Bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
informasi, pemberitahuan, perhatian dan larangan bagi setiap orang
guna mencegah terjadinya kecelakaan.
11) Sarana Keadaan Darurat
Sarana keadaan darurat di PT Pupuk Kujang diantaranya :
a) Safety shower dan Eye wash fountain
Sarana ini digunakan untuk mencuci mata atau anggota badan
lainnya apabila karyawan terkena cairan/bahan kimia berbahaya
sebagai pertolongan pertama. Pemeriksaan sarana ini dilakukan
setiap satu bulan sekali yang meliputi pemeriksaan nozzle, valve,
tabir dan rantai.
b) Petunjuk arah angin (wind direction)
Petunjuk arah angin (wind direction) Adalah sarana atau alat
penunjuk arah angin yang digunakan untuk mengetahui arah angin
jika terjadi keadaan darurat baik kebakaran maupun kebocoran gas
yang berbahaya agar dapat menyelamatkan diri dengan berlari
berlawanan arah angin.
c) Gardu Darurat
Gardu darurat adalah tempat yang disediakan untuk berlindung
sementara bagi karyawan dan orang lain yang berada di
area/lingkungan pabrik pada saat terjadi keadaan darurat berupa
bocoran gas, untuk mempermudah pelaksanaan evakuasi
penyelamatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Gardu darurat ini berisi enam buah botol udara bertekanan,
telepon, poster petunjuk yang harus dilakukan, lampu penerangan,
regulator/kunci valve botol dan terdapat lubang pembuangan udara.
Gardu darurat ini dapat menampung sekitar 12 orang. Pemeriksaan
gardu darurat dilakukan setiap empat bulan sekali.
d) Sliding Chute
Sliding chute merupakan alat peluncur yang digunakan pada
saat terjadi keadaan darurat, dan biasanya alat ini dipakai untuk
gedung-gedung bertingkat. Sliding chute terdiri dari kain panjang
yang dirancang khusus, seutas tali tambang dan katrol. Di PT
Pupuk Kujang telah ditempatkan 4 buah sliding chute, tepatnya di
Gedung Pusat Administrasi (GPA) yang diperiksa setiap tiga bulan
sekali.
e) Assembly point
Assembly point adalah tempat aman berkumpul sementara di
luar area pabrik yang diperuntukkan bagi karyawan yang tidak
terlibat langsung dalam penanggulangan keadaan darurat yang
dianggap aman dari bencana dan diberi tanda/bendera bertuliskan
assembly point. Di area pabrik PT Pupuk Kujang terdapat empat
tempat yang dijadikan sebagai assembly point, yaitu di dekat pintu
01 utara, pintu 01 selatan, sebelah barat gedung construction office
baru dan helipad.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
f) Tandu
Digunakan untuk mengangkat korban yang sudah tidak bisa
berjalan sendiri. Misalnya pingsan, patah tulang.
g) Kotak Keselamatan Kerja/Lemari Safety Equipment
Kotak keselamatan kerja berisi alat-alat yang digunakan untuk
membantu melaksanakan pekerjaan. Kotak ini diletakkan di ruang
kontrol, kotak tersebut berisi :
(1) Alat pelindung mata
(2) Alat pelindung pernafasan
(3) Alat pelindung muka
(4) Sarung tangan
(5) Safety belt
(6) Fire blanket
c. Pelatihan
1) Pelatihan Tim Inti Tanggap Darurat
Pelatihan Tim Inti Tanggap Darurat diberikan oleh Bagian KPK.
Pelatihan ini diberikan kepada seluruh karyawan sesuai dengan
kebutuhan pelatihan yang ada. Jadwal pelatihan diatur oleh Bagian
KPK, Biro SDM dan Biro PPSDM. Pelatihan-pelatihan yang diadakan
diantaranya: pelatihan fire fighting, self contained breathing
apparatus, pelatihan P3K, pelatihan rescue dan pelatihan tanggap
darurat selain itu juga ada perlombaan hose drill contest.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
a) Pelatihan fire fighting
Pelatihan fire fighting merupakan pelatihan pemadam
kebakaran yang wajib diikuti oleh karyawan PT Pupuk Kujang.
Adapun tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk melatih
keterampilan dan ketangkasan karyawan dalam mengoperasikan
alat pemadam kebakaran serta dapat melakukan tindakan awal
untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran. Pelaksanakan
pelatihan ini bertempat di fire ground PT Pupuk Kujang. Adapun
pelatihan fire fighting yang dilakukan antara lain menggulung dan
menggelar selang, memadamkan api dengan cara tradisional yaitu
dengan karung basah, pemadaman api dengan peralatan modern
yaitu dengan APAR CO2, APAR jenis Dry Chemical (DC), APAR
jenis foam (busa), dan pemadaman beregu. Pelatihan fire fighting
dilaksanakan 6 angkatan dalam setahun.
b) Pelatihan SCBA (Self Contained Breathing Apparatus)
SCBA (Self Contained Breathing Apparatus) merupakan alat
pelindung pernafasan yang berdiri sendiri yang digunakan untuk
melindungi pernafasan dengan menggunakan supply udara
cadangan. Alat ini terdiri dari full mask, frame (penggendong) dan
tabung udara. SCBA digunakan terutama untuk penanganan
terhadap kebocoran atau tumpahan bahan-bahan kimia berbahaya
dan beracun. Selain itu juga digunakan bagi para pekerja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
bekerja di ruang tertutup atau ruang yang penuh asap serta uap
bahan kimia.
Pelatihan SCBA diselenggarakan enam angkatan dalam
setahun dan pelaksanaannya di fire ground PT Pupuk Kujang.
Seperti halnya pelatihan fire fighting, pelatihan SCBA diikuti oleh
karyawan dan karyawati di PT Pupuk Kujang. Tujuan
diselenggarakannya pelatihan ini adalah untuk melatih
keterampilan karyawan dalam mengoperasikan atau menggunakan
breathing apparatus sehingga apabila terjadi keadaan darurat,
karyawan dapat cepat dan tanggap dalam membantu atau
menolong karyawan lain yang menjadi korban dan terjebak pada
lokasi kejadian kecelakaan.
Pelatihan ini dilakukan dengan cara beregu, tahapan pelatihan
ini yaitu melakukan, satu tim memasuki ruangan gelap untuk
menyelamatkan korban, kemudian setelah keluar dari ruang gelap
tim memasuki gorong-gorong lalu masuk dan menyelam kedalam
kolam, dan yang terakhir kembali melakukan laporan bahwa
korban telah diselamatkan kepada instruktur.
c) Pelatihan Rescue
Pelatihan rescue merupakan pelatihan yang diselenggarakan
dengan tujuan untuk melatih karyawan dalam menyelamatkan diri
apabila terjadi keadaan darurat di gedung bertingkat.
d) Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) ini
diselenggarakannya bertujuan agar karyawan dapat terampil dalam
melakukan tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan apabila
sewaktu-waktu terjadi kecelakaan. Pelatihan ini dilaksanakan
minimal dua kali dalam setahun.
e) Pelatihan Emergency Response (Tanggap Darurat)
Program pelatihan Tanggap Darurat ini diselenggarakan oleh
PT Pupuk Kujang sebagai usaha untuk melatih keterampilan
karyawan dalam menyelamatkan diri serta dapat menolong
karyawan lain bila terjadi keadaan darurat.
Latihan penanggulangan keadaan darurat dilaksanakan di salah
satu unit perusahaan PT Pupuk Kujang. Latihan ini khusus
ditujukan untuk karyawan yang berada di unit tempat kejadian
terjadinya keadaan darurat, namun keseluruhan tenaga kerja PT
Pupuk Kujang juga dituntut kewaspadaannya. Untuk pelaksanaan
emergency response ini karyawan yang terkait tidak diberitahukan
waktu pelaksanaannya, terkecuali panitia yang
menyelenggarakannya. Hal ini dikarenakan agar pelaksanaannya
dapat berjalan dengan baik dan dapat mengetahui sejauh mana
kesiapan tenaga kerja dalam menanggulangi apabila perusahaan
benar-benar mengalami keadaan darurat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
f) Hose Drill Contest
Hose Drill Contest merupakan sebuah perlombaan untuk
melatih respon keadaan darurat yang dilakukan oleh PT Pupuk
Kujang setiap satu tahun sekali. Perlombaan ini terakhir dilakukan
di area Bagging yang dipandu oleh Bagian KPK dan diikuti oleh
perwakilan tiap unit kerja PT Pupuk Kujang, Anak perusahaan
patungan PT Pupuk Kujang serta Pemadam Kebakaran Kabupaten
sekitar PT Pupuk Kujang Cikampek.
Perlombaan ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama waktu
yang diperlukan oleh sebuah tim mengatasi keadaan darurat
kebakaran selain itu dalam perlombaan ini juga melatih kerjasama
yang baik serta dalam sebuah tim untuk menanggulangi keadaan
darurat.
2) Simulasi dan Praktek Evakuasi
PT Pupuk Kujang telah melaksanakan simulasi kejadian darurat
yang dikombinasikan dengan praktek evakuasi saat terjadi keadaan
darurat (emergency). Simulasi dan praktek evakuasi ini dilakukan
setiap satu tahun sekali sesuai dengan situasi dan kondisi pabrik.
Untuk evakuasi menggunakan bus evakuasi, truck dan kendaraan pick
up evakuasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Simulasi yang pernah dilakukan antara lain :
a) Keadaan darurat di area Synloop Pabrik Amonia Kujang 1B,
terjadinya kebakaran yang ditimbulkan dari pecahnya salah satu
coil 102-B.
b) Keadaan darurat tingkat II di GPA, terjadi kebakaran di Lt. IV
yang menyebar ke Lt. III dan V.
c) Keadaan darurat di sekitar Ammonia Storage Tank 2101-F, terjadi
ledakan di sekitar Ammonia Storage Tank 2101-F yang
mengakibatkan dinding tangki robek sehingga ammonia bocor.
d) Keadaan darurat tingkat II di area Recovery Pabrik Urea Kujang
IB, pada mesin Pompa Bosster Amonia GA 404 A, terjadi
kebocoran ammonia dalam jumlah besar dan tidak terkendali.
d. Penentuan Area Evakuasi
Bila terjadi keadaan darurat, seluruh karyawan akan dievakuasikan
ke tempat aman sementara misalnya di assembly point.
e. Kesiagaan Tim Tanggap Darurat
Tim Tanggap Darurat harus selalu siap siaga dan wajib segera
datang ke lokasi kejadian apabila dihubungi saat terjadi keadaan darurat.
f. Sistem Pelaporan
Prosedur pelaporan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang yaitu bagi
karyawan yang pertama kali menemukan adanya kondisi bahaya (baik
kecil maupun besar) maka diwajibkan untuk segera melapor ke Bagian
KPK. Kemudian Bagian KPK akan memberitahukan ke unit-unit kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
lainnya dan akan mengirim Tim Pemadam Kebakaran, Tim Evakuasi,
Tim P3K dan tenaga bantuan lain, kemudian Pimpinan Keadaan Darurat
akan menginstruksikan langsung pada Tim Penanggulangan Keadaan
Darurat agar segera menanggulangi keadaan tersebut.
g. Sistem Pemberitahuan Masyarakat
Sistem pemberitahuaan masyarakat apabila terjadi keadaan darurat
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan
dikomunikasikan melalui Biro Komunikasi ke masyarakat, diumumkan
di masjid-masjid dan door to door ke masyarakat.
8. Instruksi Kerja Pemberitahuan dan Pelaksanaan Evakuasi
a. Ruang Lingkup
1) Instruksi Kerja ini memberitahukan karyawan, penghuni perumahan
dan masyarakat sekitar tentang pelaksanaan evakuasi.
2) Instruksi Kerja ini hanya mencakup pelaksanaan
penyelamatan/evakuasi karyawan dari tempat bencana/kejadian ke
tempat transisi.
b. Definisi
1) Evakuasi adalah pergi meninggalkan tempat kerja atau tempat tinggal
ke tempat lain yang dianggap cukup aman untuk menyelamatkan diri
dari ancaman bahaya kebakaran, ledakan, kebocoran/menghamburnya
bahan bahaya dan pencemaran lingkungan melalui jalan/pintu yang
ditentukan untuk tujuan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
2) Daerah aman ialah daerah yang tersedia tenaga dan peralatan medis
serta dari bahaya.
3) Daerah transisi ialah daerah aman dari bencana langsung, tetapi tidak
cukup tersedia alat-alat dan tenaga untuk melaksanakan perawatan
terhadap korban.
4) Daerah bahaya ialah daerah langsung yang terkena bahaya.
c. Ketentuan Umum
1) Pelaksanaan evakuasi harus memperhatikan arah angin dan arah
bahaya.
2) Evakuasi harus dilakukan arah menyilang atau berlawanan arah
angin/bahaya.
d. Tanggung Jawab
Kepala Biro Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
e. Operasi
Komandan dengan Regu Penanggulangan Bagian KPK begitu
mendapat informasi evakuasi dari PKD, maka :
1) Komandan Penanggulangan segera menghubungi petugas yang
standby di fire station untuk membunyikan sirine pabrik tanda
evakuasi selama 5 (lima) menit dengan nada monoton.
2) Komandan Penanggulangan setelah menginstruksikan pembunyian
sirine, juga memberikan lewat pagging mengenai tindakan-tindakan
pelaksanaan evakuasi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
a) Segera mematikan sumber api, misalnya: rokok, api las, gerinda
burner, mesin-mesin dan sebagainya.
b) Semua kendaraan harus menepi, kecuali kendaraan emergency atau
kendaraan untuk tujuan evakuasi.
c) Memberitahukan agar yang dievakuasi tidak panik dan agar
berjalan menurut jalur jalan/pintu yang telah ditentukan untuk
evakuasi.
3) Regu Penanggulangan yang ditugaskan sebagai Tim Penyelamat
Karyawan yang bekerja sama dengan Group Bantuan Pengamanan
melakukan :
a) Bimbing semua karyawan yang dievakuasi secara benar.
b) Group Penanggulangan mengevakuasi hanya sampai daerah
transisi, selanjutnya serahkan ke petugas yang ada di Posko.
c) Setelah mengevakuasi, Group Penanggulangan segera kembali ke
tempat kejadian untuk membantu penanggulangan.
f. Pengecualian
1) Komandan Penanggulangan berhak memerintahkan karyawan/
anggota-anggota lain untuk meninggalkan daerah darurat, walaupun
belum ada instruksi evakuasi dari PKD.
2) Untuk mengevakuasi warga perumahan dan masyarakat sekitar, selain
petugas dari Tim Evakuasi PT Pupuk Kujang juga dibantu oleh aparat
pemerintah setempat.
9. Instruksi Kerja Jalur Evakuasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
a. Tujuan
1) Meminimkan akibat yang timbul dari keadaan darurat
2) Menghindari kebingungan dan kesimpangsiuran yang tidak perlu,
sehingga operasi penanggulangan dapat dilaksanakan dengan cepat
dan lancar.
b. Ruang lingkup
Instruksi kerja ini mencakup seluruh aktifitas keadaan Darurat yang
terjadi di area PT Pupuk Kujang.
c. Definisi
1) Evakuasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meninggalkan
tempat kerja atau tempat tinggal ke tempat lain yang dianggap cukup
aman untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya, melalui jalan
atau pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut dan
memperhatikan arah angin.
2) Bila dengan suatu pertimbangan tidak mungkin bahaya tersebut diatasi
dengan sumber daya yang ada dan akan dapat menimbulkan akibat
buruk terhadap karyawan, keluarga karyawan, perusahaan maupun
lingkungannya, maka Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) di Posko
akan menyatakan perlunya Evakuasi
3) Penentuan evakuasi didasarkan atas akibat buruk terhadap
keselamatan manusia yang mungkin terjadi, adapun luasnya
tergantung pada jumlah bahan atau situasi yang membahayakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
d. Ketentuan Umum
1) Pemberitahuan Evakuasi
a) Untuk karyawan di Pabrik/Kantor, dengan nada monoton selama 5
(lima) menit.
b) Untuk keluarga Karyawan di Perumahan Kalihurip dan masyarakat
sekitar, selain mendengar suara sirine pabrik juga ditambah sirine
kendaraan Patroli dari Biro Pengamanan.
2) PKD atau wakil PKD beserta Stafnya dan dibantu Satuan Pengamanan
memimpin pelakasanaan evakuasi, baik di pabrik, perumahan
Kalihurip maupun masyarakat sekitar.
3) Setelah mendengar tanda-tanda evakuasi:
a) Segera hentikan segala aktifitas terutama aktifitas yang
menggunakan atau mengeluarkan api/bunga api.
b) Semua kendaraan harus menepi dan mesin dimatikan, kecuali
kendaraan Emergency atau untuk tujuan Evakuasi.
c) Berjalan menurut jalan, pintu yang telah ditentukan untuk tujuan
evakuasi.
d) Setelah mencapai tempat yang telah ditentukan hubungi Posko
untuk mendapat bantuan transportasi.
e. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Pimpinan Keadaan Darurat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
a) Memimpin seluruh kegiatan, memberi keputusan dan
kebijaksanaan.
b) Mengawasi pemberi bantuan/keamanan yang ditugaskan kepada
Staf teknis penanggulangan.
c) Mempertanggungjawabkan operasi penanggulangan kepada
Direksi.
d) Meminta bantuan keluar bila diperlukan.
f. Pengecualian
Selama Pejabat Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) belum tiba di Posko,
maka Shift Superitendent/Superitendent Pasga/Kepala Biro Pengamanan
bertugas sebagai pejabat PKD.
10. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Tujuan
Prosedur ini ditetapkan dan dipelihara untuk meminimalkan akibat
yang timbul dari kejadian darurat dengan sasaran sebagai berikut :
1) Mencegah timbulnya korban jiwa manusia.
2) Meminimalkan kerusakan pada aset-aset perusahaan.
3) Memungkinkan agar pabrik dapat beroperasi kembali dalam waktu
sesegera mungkin.
4) Maminimalkan dampak yang lebih luas terhadap lingkungan.
5) Menghindari kesimpangsiuran yang tidak perlu, sehingga proses
penanggulangan dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.
b. Ruang Lingkup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Prosedur ini mencakup seluruh sistem penanggulangan keadaan
darurat di seluruh area PT Pupuk Kujang pada jam kerja reguler, shift,
jam istirahat, maupun pada hari libur.
Penanggulangan yang dimaksud mencakup :
1) Penanggulangan kebakaran dan peledakan
2) Penanggulangan akibat kebocoran dan pencemaran bahan kimia
3) Penanggulangan korban (P3K)
4) Penanganan unjuk rasa terhadap kondisi lingkungan
5) Mengkoordinir evakuasi dari ancaman peledakan, bahaya kebakaran,
kebocoran bahan berbahaya dan bencana gempa bumi
6) Penanganan unjuk rasa atas kebijakan perusahaan
7) Penanganan huru-hara/kerusuhan.
c. Ketentuan Umum
1) PKD (Pimpinan Keadaan Darurat) adalah petugas yang ditunjuk
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam prosedur ini.
2) Staff Teknis adalah seluruh pejabat tinggi atau rendah sesuai
fungsinya dalam organisasi resmi PT Pupuk Kujang.
3) Daerah aman adalah daerah yang tersedia tenaga, peralatan medis dan
bebas dari bahaya.
4) Daerah transisi adalah daerah aman dari bencana langsung tapi tidak
cukup tersedia alat-alat dan tenaga untuk melaksanakan perawatan
terhadap korban.
5) Daerah bahaya adalah daerah langsung yang terkena bahaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
6) Tempat Aman Mutlak adalah tempat yang mutlak bebas dari pengaruh
bencana dan digunakan sebagai tempat berkumpul orang-orang yang
dievakuasi.
7) Pos Komando
(a) Pos Komando adalah tempat/pusat untuk mengendalikan operasi
penanggulangan, dimana pos komando ini harus ditentukan
menurut pertimbangan keamanan dan mempunyai sarana-sarana
komunikasi serta tempat parkir.
(b) Pos Komando adalah tempat terdekat dengan lokasi kejadian dan
langsung dapat mengendalikan operasi penanggulangan serta
tempat berkumpulnya Pimpinan Keadaan Darurat (PKD), Wakil
PKD, Staff Teknis Penanggulangan (STP), Ketua Bidang
Operasional dan Ketua Pendukung Operasional.
8) Pos Emergency
(a) Pos Emergency adalah tempat terdekat dengan lokasi kejadian
yang dianggap aman dan langsung dapat melihat usaha-usaha
penanggulangan
(b) Pos Emergency adalah tempat berkumpulnya Ketua Regu
Penanggulangan dan Rescue, Ketua Regu Pemantau Lingkungan,
Ketua Regu Pemeliharaan, Ketua Regu Evakuasi, Ketua Regu
Pengamanan, Ketua Regu Medis dan P3K, Pembantu Umum.
9) Evakuasi adalah proses meninggalkan tempat kerja/tempat
tinggal/lokasi kejadian ke tempat lain yang dianggap cukup aman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
untuk menyelamatkan diri dari ancaman bahaya (seperti: peledakan,
bahaya kebakaran, kebocoran/menghamburnya bahan berbahaya,
pencemaran lingkungan, bencana gempa bumi dan lain-lain) melalui
jalan/pintu yang telah ditentukan untuk tujuan tersebut.
10) Assembly point adalah tempat berkumpul sementara bagi karyawan
yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan darurat yang
dianggap aman dari bencana dan diberi tanda/bendera bertulis
assembly point.
11) Karyawan PT Pupuk Kujang berhak dan wajib melaporkan adanya
kejadian atau peristiwa yang menimbulkan keadaan darurat kepada
atasannya dan atau pimpinan unit setempat serta ke Bagian KPK.
12) Sistem komunikasi dan pemberitahuan selanjutnya dilakukan oleh
pimpinan unit kerja setempat kepada operator telepon, Shift
Superintendent, Ka. Biro K3LH, Ka. Bagian KPK dan Ka. Bagian
Ekologi, serta selanjutnya operator telepon memberitahukan kepada
semua pejabat di Divisi/Biro serta Bagian/Dinas terkait dengan
pagging system maupun telepon.
13) Setelah mengetahui adanya keadaan darurat :
(a) Semua pejabat, Ka. Kompartemen, Staff Umum dan Pejabat
setingkat yang terlibat langsung dalam penanggulangan, segera
menuju ke Pos Komando.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
(b) Ka. Kompartemen, Staff Umum dan Pejabat setingkat yang tidak
terlibat langsung dalam penanggulangan, segera menuju ke
assembly point.
(c) Karyawan yang tidak terlibat langsung dalam penanggulangan,
segera mengevakuasi diri ke assembly point.
14) Tanda keadaan darurat, evakuasi dan keadaan aman diinformasikan
dengan bunyi sirine pabrik :
(a) Keadaan Darurat Tingkat I : bunyi sirine naik turun dengan
periode 2x15 detik, selang waktu
1 menit sebanyak 3x.
(b) Keadaan Darurat Tingkat II : bunyi sirine naik turun dengan
periode 6x15 detik, selang waktu
1 menit sebanyak 3x.
(c) Keadaan Darurat Tingkat III : bunyi sirine naik turun dengan
periode tiap 15 detik selama 15
menit.
(d) Evakuasi : bunyi sirine dengan nada
monoton selama 5 menit.
(e) Keadaan Aman : bunyi sirine dengan nada
monoton selama 1 menit.
15) Penentuan/pengambilan keputusan keadaan darurat dilakukan oleh
pimpinan keadaan darurat (PKD) dan jika pejabat PKD tidak ada atau
belum datang ke lokasi, pada saat kejadian sudah mencapai tahap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
keadaan darurat tingkat I, maka keputusan keadaan darurat dapat
ditetapkan minimal oleh dua pejabat berikut: Staff PKD, Shift
Superintendent, Komandan Regu Pengendalian, Komandan Regu
Penanggulangan dan Rescue, Komandan Regu Pemantau Lingkungan,
Komandan Regu Pemantau, Komandan Regu Pemeliharaan, Ketua
Bidang Operasional dan Ketua Bidang Inspeksi.
16) Shut Down Pabrik
(a) Dalam keadaan darurat dan adanya keterkaitan pabrik PKC
dengan Pabrik Perusahaan Patungan di sekitarnya, bila diperlukan
maka diadakan shut down pabrik yang telah ada.
(b) Ka. Divisi Produksi, masing-masing Ka. Dinas Produksi, Shift
Superintendent (Pabrik PKC maupun Pabrik Perusahaan
Patungan) bertugas di dalam pengamanan peralatan pabrik
masing-masing sesuai prosedur yang telah ada.
(c) Tindakan pengamanan diatas didasarkan pada situasi dan kondisi
serta tingkat keadaan darurat yang terjadi.
(d) PKD atau Direksi akan menginstruksikan hal tersebut pada
pejabat yang berwenang dalam kaitannya untuk tindak
pengamanan pabrik-pabrik tersebut.
(e) Setelah keadaan darurat selesai dan menurut pertimbangan teknis
dan lainnya memungkinkan atau setelah ada tindakan-tindakan
perbaikan, maka pabrik akan dilakukan start up kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
d. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Pimpinan Keadaan Darurat (PKD)
(a) Segera menuju ke Pos Komando.
(b) Memimpin seluruh kegiatan, memberi keputusan dan
kebijaksanaan.
(c) Mengawasi pemberian bantuan/keamanan yang ditugaskan kepada
Staff Teknis Penanggulangan.
(d) Mempertanggungjawabkan operasi penanggulangan kepada
Direksi.
(e) Meminta bantuan bila diperlukan, melalui Regu Komunikasi.
2) Staff Teknis Penanggulangan
Membantu PKD dalam Bidang Operasional dalam hal melakukan
pengendalian dan pengamanan operasional.
3) Bidang Operasional
(a) Regu Pengendalian Operasional (Bagian-bagian di Lingkungan
Divisi Produksi).
(1) Komandan Regu menuju ke Pos Komando.
(2) Mengambil langkah untuk pengendalian operasi pabrik yang
tidak terkena musibah dan menempatkan ke suatu keadaan
yang aman.
(3) Menginstruksikan operator untuk melakukan penyelamatan
manusia maupun dokumen-dokumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
(4) Memberikan tenaga bantuan penanggulangan bila
diminta/diperlukan menurut permintaan PKD.
(b) Regu Penanggulangan dan Rescue
(1) Komandan Regu Penanggulangan dan rescue
i. Menerima laporan adanya suatu kejadian/peristiwa yang
menimbulkan keadaan darurat.
ii. Memimpin operasi penanggulangan keadaan bencana
penyelamatan dan penyingkiran lokal (dalam pabrik)
karyawan dari daerah bahaya ke daerah transisi.
iii. Menentukan Pos Komando penanggulangan keadaan
darurat dan Pos Emergency.
iv. Memberikan laporan lapangan ke PKD.
(2) Regu Inti
Melakukan penanggulangan bencana dan penyelamatan
seperti penanggulangan kebakaran, penanggulangan
kebocoran bahan kimia, penanggulangan tumpahan bahan
kimia, pertolongan korban (P3K), mengevakuasi korban.
(3) Regu Bantuan (Personil Divisi Pemeliharaan, Laboratorium
dan Bagging yang ada di lapangan).
Bersama-sama Regu Inti melakukan penanggulangan
bencana melakukan penaggulangan bahaya, melakukan
penyelamatan/rescue, membantu Biro Kesehatan melakukan
P3K di Daerah Transisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
(c) Regu Pemantau Lingkungan
(1) Melakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan terjadinya
penyebarluasan pencemaran.
(2) Melakukan upaya untuk mencegah meluasnya pencemaran.
(3) Mengkoordinir sumber daya dan fasilitas yang ada untuk
menghadapi penyebarluasan pencemaran.
(4) Mempersiapkan laporan ke Depnaker/K3LH bila diperlukan.
(d) Regu pemeliharaan
(1) Menjaga agar sarana komunikasi untuk keperluan hubungan
intern dan ekstern tetap berfungsi dengan baik.
(2) Menyiapkan atau merencanakan sistem komunikasi lain bila
yang ada tidak berfungsi.
(3) Mengamankan jaringan-jaringan yang dianggap dapat
memperluas sumber bahaya.
(4) Menyiapkan sumber-sumber tenaga listrik bila diperlukan
dalam rangka penanggulangan bahaya.
(5) Menyiapkan personil perbengkelan terutama yang
berhubungan dengan pengelasan, melakukan perbaikan-
perbaikan instalasi maupun mesin-mesin yang rusak.
(e) Pembantu Umum
(1) Bidang Operasional
Membantu pengamanan operasional pabrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
(2) Bidang Inspeksi
Membantu Regu Pemeliharaan dalam pengamanan peralatan
pabrik.
(3) Bidang Konstruksi
Menyiapkan personil alat-alat berat untuk menanggulangi
bahaya atau memindahkan alat-alat/barang-barang atau
bahan-bahan yang perlu diselamatkan.
4) Pendukung Operasional
a) Regu Evakuasi
(1) Pengurusan masalah ketenagakerjaan
(2) Dengan dibantu Biro Pengamanan dan anggota K3
Representatif melakukan penyelamatan dan evakuasi personil.
b) Regu Pengamanan Lalu-lintas dan Operasional
(1) Komandan regu Pengamanan Lalu-lintas dan Operasional
(a) Memimpin pengamanan di lingkungan Perusahaan
(b) Membantu dan memberitahukan kepada pejabat-pejabat dan
masyarakat sekitarnya yang mungkin akan terkena bencana
dan diperlukan tindakan evakuasi.
(c) Mengendalikan Personil untuk penyelamatan dan
penyingkiran/evakuasi
(d) Mengendalikan situasi bila terjadi peristiwa unjuk rasa
huru-hara atau kerusuhan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
(e) Melakukan koordinasi dengan pihak berwajib untuk
pengamanan selanjutnya.
(2) Pengamanan Lalu-lintas
(a) Mengawasi dan membatasi kendaraan yang keluar masuk
daerah berbahaya.
(b) Mengendalikan dan membatasi massa yang melakukan
unjuk rasa atau huru-hara bila terjadi kerusuhan.
(3) Pengamanan Operasional
(a) Melaksanakan instruksi-instruksi atasan
(b) Mengawasi lingkungan terhadap orang-orang yang tidak
berkepentingan
(c) Mengawasi dan mengendalikan massa yang berunjuk rasa
atau, melakukan huru-hara/kerusuhan.
(d) Berhubungan dengan pihak luar/Kepolisian sesuai dengan
instruksi pihak Komandan Pengamanan Lalu-lintas dan
Operasional.
c) Regu medis dan P3K
(1) Menyediakan ambulance, peralatan medis, obat-obatan dan
tenaga medis untuk merawat korban-korban yang terjadi
baik di area bahaya maupun di daerah transisi.
(2) Menghubungi Rumah Sakit bila diperlukan fasilitas
bantuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
d) Regu Komunikasi
(1) Melayani pihak luar atau instansi lain dalam hal pemberian
informasi.
(2) Membantu pelaksanaan evakuasi warga perumahan,
karyawan dan masyarakat sekitarnya.
(3) Memberikan penjelasan dan negosiasi kepada perwakilan
pengunjuk rasa, bila terjadi unjuk rasa.
(4) Membuat catatan kronologis terjadinya peristiwa unjuk
rasa, huru-hara atau kerusuhan.
e) Regu Keuangan
Menyiapkan dana dan pengadaan sarana yang diperlukan.
f) Regu sarana dan logistik
Menyediakan perbekalan, transportasi dan sarana evakuasi
lainnya yang diperlukan.
e. Pengecualian
1) Selama pejabat Pimpinan Keadaan Darurat (PKD) belum tiba di
tempat (Posko), maka Shift Superintendent/Superintendent
Pasga/Manager Pengamanan bertugas sebagai pejabat PKD.
2) Penentuan Posko tidak mutlak, setiap saat bisa berubah.
11. Prosedur Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
a. Tujuan
Prosedur ini ditetapkan, diterapkan dan dipelihara sebagai
panduan untuk pemulihan kembali sesegera mungkin peralatan utama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pabrik dan unit operasi lainnya yang mengalami kerusakan serta
sumber daya manusia/karyawan yang cidera atau trauma akibat
dampak kejadian keadaan darurat yang terkait dengan K3 maupun
lingkungan setelah penanggulangan keadaan darurat.
b. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku pada lingkup pemulihan di area pabrik dan
non pabrik setelah penanggulangan keadaan darurat dilakukan secara
terintegrasi pada sistem ISO 9001:2000, SMK-3 dan ISO 14001:2004
untuk seluruh unit kerja dan karyawan PT Pupuk Kujang.
c. Ketentuan Umum
1) Upaya pemulihan terhadap dampak kejadian keadaan darurat, baik
skala besar maupun kecil, harus segera dilakukan dengan
mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki PT Pupuk
Kujang.
2) Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat
mengakibatkan menambah kerugian, maka proses pemulihan harus
dilakukan setelah kondisi tempat kejadian dinyatakan aman dan
hasil penyelidikan terhadap insiden telah diketahui.
d. Tanggung Jawab dan Prosedur
1) Penanggung jawab terhadap pemulihan yang diakibatkan oleh
kejadian keadaan darurat kecil adalah Manager/Pimpinan unit kerja
tempat kejadian, sedangkan untuk skala besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
penanggungjawabnya adalah pejabat PT Pupuk Kujang sesuai
dengan Struktur Organisasi Keadaan Darurat.
2) Pemulihan terhadap dampak kejadian darurat meliputi :
a) Investigasi dan evaluasi terhadap :
(1) Kerusakan sarana fisik (peralatan pabrik, bangunan dan
lain-lain) penanganannya dilakukan oleh Divisi
Pemeliharaan, Divisi Produksi, Divisi Konstruksi, Biro
Pengawasan Proses dan Unit Kerja terkait lainnya.
(2) Karyawan yang terkena dampak kejadian keadaan darurat,
penanganannya dilakukan oleh Biro Kesehatan.
(3) Kerusakan lingkungan sekitar tempat kejadian,
penanganannya dilakukan oleh Biro K3LH/Bagian Ekologi
serta Unit Kerja lainnya.
b) Perencanaan perbaikan dan rekonstruksi sarana fisik yang rusak,
penanganannya dilakukan oleh tim yang ditunjuk berdasarkan
SK Direksi dan disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkup
pekerjaan.
c) Rehabilitasi karyawan yang terkena dampak kejadian keadaan
darurat meliputi :
(1) Pengobatan secara medis dilakukan di bawah pengawasan
Dokter Rumah Sakit rujukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
(2) Pengobatan secara psikologi/counceling akan dilakukan di
bawah pengawasan Biro Sumber Daya Manusia dan Biro
Kesehatan.
(3) Istirahat sementara karyawan (karena trauma) akan
dilakukan di bawah pengawasan Biro Sumber Daya
Manusia dan Biro Kesehatan.
3) Pimpinan penanggulangan keadaan darurat harus membuat laporan
kepada Manajemen/Direksi tentang usaha pemulihan yang telah
dilakukan.
B. Pembahasan
1. Organisasi dan Tanggung Jawab
Pihak Manajemen PT Pupuk Kujang menyadari bahwa industri yang
menggunakan bahan baku gas alam, air, udara, dan bahan pendukung
lainnya serta proses produksi yang berhubungan dengan bahan kimia
berpotensi sangat besar sewaktu-waktu dapat terjadi keadaan darurat seperti
kebakaran, kebocoran gas atau bahan kimia, dan bahkan peledakan dahsyat
yang dapat mengancam kesehatan, keamanan, kenyamanan dan keselamatan
jiwa tenaga kerja serta lingkungan sekitar perusahaan. Maka dari itu
dibentuklah suatu organisasi keadaan darurat dan evakuasi yang disusun
seefektif dan seefisien mungkin sebagai salah satu upaya/tindakan
pengendalian bahaya. Anggota organisasi ini berasal dari seluruh komponen
perusahaan, dan setiap anggota mempunyai tanggung jawab berbeda-beda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
sesuai dengan jabatannya masing-masing seperti yang tercantum dalam
Struktur Organisasi Keadaan Darurat di PT Pupuk Kujang.
Pembentukan organisasi keadaan darurat tersebut sejalan dengan
pernyataan dalam Sertifikasi ISO 14001 yang menyatakan bahwa “salah
satu komponen utama yang harus dipersiapkan sebelum terjadi keadaan
darurat adalah Tim Respon Gawat Darurat (ERT)”. Selain itu dalam ISO
14001 juga menyatakan bahwa : “Organisasi harus membuat dan
memelihara prosedur untuk mengidentifikasi terjadinya kecelakaan dan
situasi darurat yang potensial dan menanggapinya, serta mencegah dan
mengurangi dampak lingkungan yang mungkin berkaitan dengannya”.
Sedangkan berdasarkan OHSAS 18001 elemen 4.8.10 tentang tanggap
darurat menyatakan bahwa : “Penanganan keadaan darurat dilakukan secara
terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam organisasi sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing”.
2. Prosedur Keadaan Darurat
Implementasi penanganan keadaan darurat diseluruh area PT Pupuk
Kujang telah dibuat Prosedur Keadaan Darurat yang terdiri dari 3 prosedur
yaitu: Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat, Prosedur Penanggulangan
Keadaan Darurat, dan Prosedur Pemulihan Pasca Kejadian Keadaan Darurat
serta didukung dengan instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan
keadaan darurat. Tanggung jawab setiap personil berbeda-beda, begitu pula
ketentuan-ketentuan umum di dalamnya. Penanganan keadaan darurat
dilakukan secara terorganisir dengan melibatkan berbagai fungsi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
organisasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Pengujian prosedur dilakukan secara berkala oleh Biro Keselamatan
Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH).
Penyusunan prosedur keadaan darurat di PT Pupuk Kujang telah sesuai
dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu
3. Penerapan
Dalam mencapai tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
perusahaan harus menunjuk personel yang mempunyai kualifikasi yang
sesuai dengan system yang diterapkan
3.3 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian Risiko dan Pengendalian
Risiko.
Sumber bahaya teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan
tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya dilakukan
pengendalian untuk menurunkan resiko.
3.3.8 Prosedur Menghadapi Keadaan Darurat atau Bencana yang berisi
“Perusahaan harus memiliki prosedur untuk menghadapi keadaan
darurat atau bencana, yang diuji secara berkala untuk mengetahui
keandalan pada saat kejadian yang sebenarnya”.
3.3.9 Prosedur Menghadapi Insiden
Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat insiden,
perusahaan harus memilki prosedur yang meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai
sampai mendapatkan pertolongan medik.
b. Proses perawatan lanjutan.
3.3.10 Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat
Perusahaan harus membuat prosedur rencana pemulihan keadaan
darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi yang normal
dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
Dan untuk pengujian prosedur keadaan darurat juga telah sesuai dengan
Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran II poin 6. 7. 2 yang
menyatakan bahwa “Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau secara rutin
oleh petugas yang berkompeten”.
Terkait dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3
Lampiran II poin 6.7.5 mengenai “Instruksi keadaan darurat dan hubungan
keadaan darurat diperlihatkan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh
seluruh tenaga kerja perusahaan”. PT Pupuk Kujang telah melaksanakan hal
tersebut dengan baik yaitu dengan adanya Prosedur Integrasi dan Instruksi
Kerja. Sedangkan untuk poin 6. 7. 6 mengenai “Alat dan sistem tanda
bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala”. PT
Pupuk Kujang telah melaksanakan hal tersebut dengan baik (mulai dari
pengadaan alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat, pengujian, sampai
pemeriksaan secara berkala). Pemeriksaan alat dan sistem tanda bahaya
secara visual dilakukan setiap satu bulan sekali, sedangkan untuk pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
alat secara menyeluruh dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh bagian
Maintenance KPK.
4. Identifikasi dan Pengendalian Risiko Bahaya
Langkah-langkah pengendalian yang harus dilakukan antara lain :
a. Pengendalian risiko terhadap unit-unit yang berpotensi terjadi kebakaran.
Dilakukan pemasangan sarana pemadam kebakaran serta
dilakukannya pemeriksaan rutin terhadap sarana pemadam kebakaran
tersebut.
b. Pengendalian risiko terhadap unit-unit yang berpotensi mudah terjadi
peledakan :
Dengan pemeriksaan/pengecekan terhadap unit-unit yang berpotensi
terjadi peledakan secara rutin oleh petugas lapangan.
c. Pengendalian risiko terhadap kebocoran gas/tumpahan bahan kimia
berbahaya yaitu :
Dengan dilakukannya pemeriksaan gas secara rutin dua kali sehari
shift sore dan shift malam, serta pemeriksaan gas khusus (extra check
gas) bila dirasa perlu.
Identifikasi sumber bahaya serta pengendalian resiko bahaya selain
untuk menghindari kecelakaan di tempat kerja yang dapat menimbulkan
kerugian bagi pihak perusahaan juga untuk memenuhi ketentuan yang
sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 BAB III tentang Syarat-
Syarat Keselamatan Kerja pasal 3 ayat (1) huruf :
(a) mencegah dan mengurangi kecelakaan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
(b) mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
(c) mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
(h) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
(m) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,
cara dan proses kerjanya.
Selain itu juga pada BAB V Pasal 9 ayat (1) dan ayat (3) yaitu:
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap
tenaga kerja baru tentang:
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerja;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.
(3) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua
tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama pada kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
5. Persiapan Awal Menghadapi Keadaan Darurat
a. Sarana dan Fasilitas Penunjang Keadaan Darurat
1) Sarana Komunikasi
PT Pupuk Kujang menerapkan komunikasi satu arah dan dua arah.
Komunikasi satu arah seperti pagging system, sedangkan komunikasi
dua arah seperti telepon dan handy talky. Hal tersebut telah sesuai
dengan Permenaker No. Per- 05/MEN/1996 Lampiran I poin 3. 2. 1
mengenai komunikasi, yang menyatakan bahwa “Komunikasi dua
arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber penting
dalam penerapan SMK3”.
2) Alarm dan Sistem Tanda Kebakaran
Alarm dan sistem tanda kebakaran yang ada di PT Pupuk Kujang
meliputi alarm system, sirine dan bel. Pemeriksaan alat dan sistem
tanda bahaya ini dilakukan setiap satu bulan sekali secara visual,
sedangkan untuk pengujian alat secara menyeluruh dilakukan setiap 3
(tiga) bulan sekali. Hal tersebut telah sesuai dengan Permenaker No.
Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 Lampiran II poin 6. 7. 6 mengenai
“Alat dan sistem tanda bahaya keadaan darurat diperiksa, diuji dan
dipelihara secara berkala”.
3) Fasilitas Pemadam Kebakaran
Fasilitas pemadam kebakaran yang ada di PT Pupuk Kujang meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
a) APAR
APAR di PT Pupuk Kujang telah ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat, dicapai, diambil serta dilengkapi dengan tanda
segitiga APAR dan penomoran pada box dan tabung pada setiap
APAR. Sebagian tabung APAR di PT Pupuk Kujang merah.
Pemasangan APAR di PT Pupuk Kujang yaitu tinggi dari lantai
kurang lebih 120 cm dan jarak pemasangan antara APAR yang satu
dengan yang lain tidak kurang dari 15 meter. Hal ini sudah sesuai
dengan Permenakertrans No.Per-04/MEN/1980 tentang Syarat-
syarat Pemasangan APAR BAB II yang menyatakan bahwa :
(1) Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus
ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi dengan
pemberian tanda pemasangan.
(2) Pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) harus sesuai
dengan lampiran I.
(3) Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut ayat (1) adalah
125 cm dari dasar lantai tepat diatas satu atau kelompok alat
pemadam api ringan bersangkutan.
(4) Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan harus
sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran seperti
tersebut dalam lampiran 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
(5) Penempatan tersebut ayat (1) antara alat pemadam api yang
satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak
boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
(6) Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya berwarna
merah.
b) Fire Hydrant, Hose Box dan Fire Hose
Hydrant dan perlengkapannya disediakan di setiap unit tempat
kerja. Pemeriksaan terhadap sarana fire hydrant, hose box dan fire
hose dilakukan setiap empat bulan sekali. Pemeriksaan fire hydrant
meliputi pemeriksaan cat, monitor, poster, valve, dan caps serta
lamanya flushing. Sedangkan untuk pemeriksaan hose box dan fire
hose meliputi fire hose, nozzle, y-piece dan kunci-kunci selang.
Jumlah hydrant yang ada di PT Pupuk Kujang sebanyak 109 buah.
Persediaan air untuk hydrant berasal dari utility melalui 3 pompa
yaitu jockey pump, man pump dan diesel pump.
c) Sprinkler System
PT Pupuk Kujang sarana pemadam sistem sprinkler
ditempatkan khusus di sekeliling ammonia storage tank (tangki
penyimpanan amonia) dan digunakan apabila terjadi kebocoran
amonia. Sistem kerjanya adalah dengan membuka valve pengaman,
air akan menyelimuti seluruh bagian tangki amonia. Pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
terhadap sprinkler system dilakukan setiap empat bulan sekali oleh
Bagian Maintenance KPK.
d) Kendaraan Pemadam
Selain menyediakan fasilitas-fasilitas pemadam kebakaran,
Bagian KPK juga bertugas sebagai unit penanggulangan kebakaran
di PT Pupuk Kujang dan telah mendapatkan pelatihan
penanggulangan kebakaran. Pengadaan unit penanggulangan
kebakaran ini telah sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep-
186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja (BAB II Pasal 5) yang menyatakan bahwa “Unit
penanggulangan kebakaran sebagaimana dimaksud terdiri dari
petugas peran kebakaran, regu penanggulangan kebakaran,
koordinator unit penanggulangan kebakaran dan ahli K3 spesialis
penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis”.
Penyediaan fasilitas dan pembentukan unit penanggulangan
kebakaran tersebut untuk memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I Pasal 2 ayat 2
huruf (b) dan (d) yang menyebutkan bahwa “Kewajiban mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi
penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
evakuasi, serta pembentukan unit penanggulangan kebakaran di
tempat kerja”.
4) Sarana Keadaan Darurat
Penyediaan sarana dan prasarana keadaan darurat di PT Pupuk
Kujang telah sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, pasal 9 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Pengurus
diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan kesehatan dan keselamatan
kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan”.
5) Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri yang tersedia di PT Pupuk Kujang sudah cukup
memadai. Sebagai upaya pencegahan kecelakaan, untuk semua orang
yang memasuki area pabrik PT Pupuk Kujang diwajibkan memakai
APD. Hal ini mengacu pada Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja (Pasal 12 dan 13) yang menyatakan bahwa “Setiap
tenaga kerja dan orang lain yang memasuki sesuatu tempat kerja,
diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai
alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan”.
Selain itu penggunaan APD sebagai upaya untuk perlindungan dalam
bekerja juga diatur dalam Lampiran II Permenaker No.05/MEN/1996
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
poin 6.1.7 yang menyatakan bahwa “Alat pelindung diri disediakan bila
diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam
kondisi layak pakai”.
Dan poin 6.1.8 “Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah
dinyatakan laik pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan
perundangan yang berlaku”.
Sedangkan untuk penyediaan APD di PT Pupuk Kujang merupakan
tanggung jawab dari Bagian KPK. Hal ini telah sesuai dengan Undang-
undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dalam pasal 14 (c),
yang menyatakan bahwa “Pengurus diwajibkan menyediakan secara
cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap
orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan
petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengurus
atau ahli keselamatan kerja”.
Dan berdasarkan Pasal 9 ayat (1) poin (b) dan (c) Pengurus
diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang:
(b) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerja.
(c) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
6) Kotak Obat P3K
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Kotak obat P3K disediakan di setiap unit-unit kerja sesuai kebutuhan.
Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran I
poin 3. 3. 9 mengenai prosedur menghadapi insiden, yang menyatakan
bahwa “Untuk mengurangi pengaruh yang mungkin timbul akibat
insiden, perusahaan harus memiliki prosedur yang meliputi penyediaan
fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai sampai mendapatkan
pertolongan medik”.
Selain itu juga sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996
Lampiran II poin 6. 8. 1 yang menyatakan bahwa “Perusahaan telah
mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa sistem P3K yang ada
memenuhi standar dan pedoman teknis yang berlaku”.
7) Peta Evakuasi
Peta evakuasi PT Pupuk Kujang dibuat oleh Bagian KPK, yang
kemudian di distribusikan ke seluruh unit kerja dan disosialisasikan
kepada seluruh karyawan tentang gambaran jika terjadi keadaan darurat.
Peta evakuasi yang berfungsi untuk menunjukkan arah atau rute yang
harus dilalui bila terjadi keadaan darurat. Peta evakuasi diantaranya berisi
lokasi potensi bahaya keadaan darurat yaitu potensi bahaya tinggi,
potensi bahaya sedang dan potensi bahaya rendah, assembly point, rute/
jalur evakuasi keadaan darurat.
8) Pintu dan tangga darurat
Di PT Pupuk Kujang disediakan pintu dan tangga darurat hal ini
sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran II poin 6. 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
4 yang menyatakan bahwa “Rambu-rambu mengenai keselamatan dan
tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman
teknis”.
b. Mempersiapkan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat
Tim penanggulangan keadaan darurat di PT Pupuk Kujang sudah
memadai, yakni terdiri dari :
1) PKD/Pimpinan Keadaan Darurat (selaku penanggung jawab kondisi
keadaan darurat).
2) Wakil PKD
3) Staff Teknis Penanggulangan
4) Komandan Penanggulangan
5) Regu Inti Penanggulangan
6) Komandan Pengamanan
7) Regu Pengamanan
c. Pembentukan Tim Penanggulangan Keadaan Darurat
Adapun tim yang secara khusus menangani masalah saat
penanggulangan keadaan darurat diantaranya :
1) Tim Pemadam Kebakaran
Tim pemadam kebakaran bertanggung jawab melakukan pemadaman
api pada saat terjadi kebakaran. Tim pemadam kebakaran merupakan
salah satu tim inti Keadaan Darurat di PT Pupuk Kujang dimana
personil intinya dari Bagian KPK.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
2) Tim Teknis yang terdiri dari :
a) Tim Mekanik
Tim mekanik bertanggung jawab melakukan perbaikan terhadap
mesin-mesin pabrik yang mengalami kerusakan pada saat terjadi
keadaan darurat.
b) Tim Perbengkelan
Tim Perbengkelan bertanggung jawab melakukan perbaikan alat-
alat konstruksi serta alat-alat operasional pabrik yang mengalami
kerusakan.
c) Tim Produksi
Tim Produksi bertanggung jawab memonitoring proses produksi
yang sedang berjalan.
d) Tim Inspeksi
Tim Inspeksi bertanggung jawab melakukan penilaian terhadap
akibat dari keadaan darurat yang terjadi.
e) Tim Evakuasi
Tim evakuasi bertanggung jawab melakukan penyelamatan
karyawan saat keadaan darurat, serta penyelamatan atas dokumen-
dokumen penting perusahaan dan barang-barang yang mudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
diangkut/diselamatkan setelah mendapat informasi/ perintah dari
PKD. Group penanggulangan mengevakuasi hanya sampai ke
Daerah Transisi, selanjutnya akan diserahkan ke petugas yang ada
di Posko.
f) Tim P3K
Tim P3K dibentuk oleh pelayanan kesehatan yaitu tim medis dan
rescue dari Bagian KPK dan tim bantuan dari K3 representatif. Tim
P3K bertanggung jawab untuk melakukan pertolongan pertama
karyawan yang mengalami cidera. Pertolongan pertama dapat
dilakukan di Daerah Transisi, akan tetapi apabila tidak
memungkinkan korban dibawa ke Klinik untuk menerima
perawatan yang lebih lanjut.
g) Tim Keuangan
Tim keuangan harus mempersiapkan dana yang dibutuhkan dalam
proses penanggulangan keadaan darurat serta memperhitungkan
biaya untuk pemulihan keadaan darurat.
d. Pelatihan dan Simulasi Keadaan Darurat serta Praktek Evakuasi
Seperti dalam pernyataan Lampiran I Permenaker No. 05/MEN/1996
poin 3.1.5 bahwa penerapan dan pengembangan Sistem Manajemen K3
yang efektif ditentukan oleh kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap
tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan merupakan salah satu alat penting
dalam menjamin kompetensi kerja yang dibutuhkan untuk mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja. Pelatihan yang dilaksanakan di
PT Pupuk Kujang bagi seluruh karyawan sudah cukup baik dan efektif.
Tujuan dari diadakannya rangkaian pelatihan ini adalah :
1) Untuk memastikan perlindungan yang maksimal bagi tenaga kerja,
masyarakat, asset perusahaan dan lingkungan.
2) Untuk mengukur kesiapan personil, kerjasama dan koordinasi antar
unit kerja yang terkait dalam penanggulangan keadaan darurat.
3) Untuk mengurangi situasi yang dapat mengakibatkan kerugian yang
lebih besar.
4) Untuk mengukur kesiapan peralatan komunikasi (radio komunikasi/
handy talky, pesawat telepon, pagging system).
5) Untuk mengukur kesiapan dan keandalan dari seluruh sarana
penanggulangan keadaan darurat yang ada, serta kesiapan Tim
Penanggulangan Keadaan Darurat (diantaranya Regu Penanggulangan
dan Rescue, Regu medis dan P3K) dalam menangani keadaan darurat.
6) Untuk mengukur kesiapan dalam penanggulangan keadaan darurat
telah disediakan adanya sarana dan prasarana diantaranya alarm
tanda kebakaran (alarm system), sirine dan bel apakah berfungsi
dengan baik pada saat keadaan darurat berlangsung. Selain itu juga
menguji fasilitas penunjang keadaan darurat yaitu penyediaan APD
saat terjadi keadaan darurat dan fasilitas pemadam kebakaran untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
menghadapi keadaan darurat diantaranya APAR, fire hydrant,
sprinkler system dan kendaraan pemadam.
7) Untuk meyakinkan bahwa seluruh personil yang ada di dalam pabrik,
di kawasan Pupuk Kujang dan masyarakat di sekitar Pupuk Kujang
tidak menjadi panik dan tahu cara untuk menyelamatkan diri/evakuasi
pada saat terjadi keadaan darurat.
8) Memberikan jaminan kepada warga masyarakat sekitar, bahwa pabrik
dapat dikendalikan dengan aman dalam kondisi apapun.
Pelatihan dan simulasi keadaan darurat serta praktek evakuasi minimal
dilakukan setiap satu tahun sekali, sesuai dengan situasi dan kondisi
pabrik. Pengadaan pelatihan ini sesuai dengan Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 Lampiran II poin 6.7.3 yang menyatakan bahwa “Tenaga
kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan
darurat yang sesuai dengan tingkat risiko”. Dan poin 6.7.4 yang
menyatakan bahwa “Petugas penanganan keadaan darurat diberikan
pelatihan khusus”.
e. Sistem Pelaporan
PT Pupuk Kujang terdapat instruksi khusus mengenai tata cara
pelaporan keadaan darurat. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-
05/MEN/1996 Lampiran II poin 8. 1. 1 tentang pelaporan keadaan
darurat, yang menyatakan bahwa “Terdapat prosedur proses pelaporan
sumber bahaya dan personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan
sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
6. Upaya Penanggulangan Keadaan Darurat
a. Pemberitahuan Keadaan Darurat
Sistem pemberitahuan di PT Pupuk Kujang telah dibuatkan prosedur
yang cukup efektif, sehingga dapat memudahkan dalam pengumpulan
Tim Keadaan Darurat ke lokasi kejadian. Dimana pemberitahuan ini
dilakukan dengan menggunakan sarana komunikasi yang ada seperti
pagging system, handy talky maupun telepon internal maupun
handphone. Selain itu untuk pemberitahuan jika terjadi keadaan darurat
akan dibunyikan sirine sesuai dengan tingkatan keadaan darurat. Untuk
pemberitahuan kepada masyarakat melalui Biro Komunikasi, masjid-
masjid ataupun door to door.
b. Evakuasi
Evakuasi yang dilaksanakan saat keadaan darurat terjadi di PT
Pupuk Kujang telah dilaksanakan dengan baik. Selain dibentuk Tim
Evakuasi juga dibuat rute/ jalur evakuasi penyelamatan, sehingga proses
evakuasi dapat berjalan dengan cepat, lancar, efektif dan efisien. Dengan
melalui rute-rute dan garis yang telah dibuat pada peta jalur evakuasi
menuju tempat yang lebih aman (assembly point).
Dengan dibuatnya jalur/rute evakuasi di PT Pupuk Kujang, maka
dikatakan hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3
(d) yang menyatakan bahwa “Memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain
yang berbahaya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
c. Perhitungan Pekerja pada Titik Pertemuan
Setelah pekerja semua berkumpul (dievakuasi) dilakukan
perhitungan jumlah pekerja untuk memastikan semua pekerja telah di
evakuasi.
d. Penilaian keadaan darurat
PT Pupuk Kujang penilaian terhadap keadaan darurat adalah tugas
dari Bagian KPK/Tim Pemadam Kebakaran, dan apabila tempat tersebut
berbahaya maka anggota Tim Pemadam Kebakaran memasang suatu
tanda yang mudah dikenali seperti zona isolasi. Tujuan pemasangan zona
isolasi ini yaitu melarang siapapun memasuki area/lokasi kejadian karena
pertimbangan-pertimbangan tertentu dari Pimpinan Keadaan Darurat.
e. Memindahkan Pekerja yang Cidera
Apabila ada pekerja yang cidera maka mereka harus dipindahkan
dari lokasi gawat darurat oleh anggota Tim Gawat Darurat dan Tim P3K
untuk kemudian diberikan pertolongan pertama dengan mengangkut
korban ke mobil ambulance untuk dibawa ke poliklinik dan ke Rumah
Sakit terdekat yang sebelumnya telah dihubungi atau telah bekerjasama
dengan perusahaan sesuai dengan tingkat keseriusan korban untuk
mendapatkan perawatan yang lebih intensif.
Proses pemindahan korban yang dilakukan oleh Tim P3K dari lokasi
kejadian ke poliklinik sudah baik, oleh karena Tim P3K mendapatkan
pelatihan P3K secara rutin setiap satu tahun dua kali. Sehingga apabila di
lokasi kejadian kondisi korban tidak begitu parah, maka bisa segera
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
melakukan pertolongan pertama tanpa harus dibawa ke poliklinik dan
dirujuk ke rumah sakit.
f. Kontak Telepon Awal dengan Pihak Luar dan Badan-badan Terkait
Kontak telepon dengan pihak luar antara lain dengan :
1) Pemadam Kebakaran Setempat
2) Pihak Kepolisian
3) Pihak Koramil
4) Pihak Masyarakat Setempat
5) Pihak Rumah Sakit
g. Penghentian Sarana atau Kegiatan Tertentu
Apabila bahaya yang terjadi mengharuskan untuk menghentikan
jalannya kegiatan atau proses produksi tertentu di perusahaan, yang
berhak menentukan adalah Kepala Bagian. Yang mana keputusan
penghentian ini berdasarkan saran dari pimpinan tim keadaan darurat
(PKD) yang telah melakukan identifikasi bencana yang terjadi.
h. Mendirikan Penghalang
Penghalang menandakan suatu zone isolasi yang melarang siapapun
kecuali tim respon gawat darurat (Bagian K3LH) masuk. Pemasangan
zone isolasi dengan memasang papan yang berisi tanda peringatan
maupun pita pengaman berwarna kuning yang menandakan bahwa selain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
tim respon gawat darurat (Bagian K3LH) dan tim investigasi (Bagian
K3LH dan Disnaker dan Pihak Kepolisian) dilarang masuk.
i. Menyebarkan informasi kepada pekerja
Penyebaran informasi dilakukan oleh Bagian KPK di PT Pupuk
Kujang ke setiap unit kerja mengenai keadaan yang telah terjadi. Hal ini
cukup efektif karena sumber berasal dari satu orang, sehingga tidak
terjadi kekacauan informasi. Penyebaran informasi biasanya
menggunakan pagging system. Apabila keadaan darurat bisa berdampak
terhadap lingkungan dan masyarakat, maka diperlukan penyebaran
informasi ke pihak aparat kepolisian dan masyarakat sekitar.
j. Pelaporan
Setiap kejadian darurat yang terjadi harus dilaporkan oleh setiap unit
kerja yang terkait ke PKD (yang turun langsung ke lapangan) dan ke
Bagian KPK atas instruksi dari PKD kemudian dilaporkan ke Direktur
Produksi dan dilaporkan ke Direktur Utama kemudian dilakukan analisa
penyebabnya dan dicarikan solusinya agar tidak sampai terjadi lagi.
Analisa dilakukan pada saat itu juga, sehingga dapat memperhatikan
kondisi saksi-saksi dan lokasi kejadian secara jelas dan masih sesuai
dengan fakta yang ada. Dan selanjutnya setelah evakuasi, kemudian
dilakukan pembersihan lokasi. Laporan Tindakan Pencegahan/Perbaikan
Masalah yang dibuat berguna untuk mengantisipasi agar kejadian serupa
tidak terjadi lagi. Pembuatan laporan sebaiknya tidak terlalu lama dengan
memperhatikan kondisi dan fakta yang sesuai di lapangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
k. Pertemuan Penutup
Di dalam pertemuan penutup sebaiknya dihadiri oleh semua pihak
yang terkait. Dimana pada pertemuan antara pihak-pihak yang terkait
pasca kejadian darurat yang dilakukan untuk membahas langkah-langkah
perbaikan dan berusaha untuk membahas tindakan pencegahan terhadap
bahaya susulan maupun bahaya yang baru di waktu yang akan datang.
Rapat bisa dilaksanakan pada saat keadaan darurat maupun setelah
keadaan darurat.
l. Dokumentasi
Setiap laporan keadaan darurat yang terjadi di PT Pupuk Kujang
yang sudah direvisi didokumentasikan dengan cukup baik.
Pendokumentasian dilakukan sebagai referensi atau sarana untuk evaluasi
keadaan darurat yang telah terjadi. PT Pupuk Kujang
mendokumentasikan kegiatan-kegiatannya dalam bentuk file pada kertas,
foto-foto, CD, dan komputer.
7. Rencana Pemulihan Setelah Keadaan Darurat
Prosedur Rencana Pemulihan di PT Pupuk Kujang telah disusun dengan
baik, guna untuk meminimalisasi dampak kerugian dari terjadinya keadaan
darurat. Hal ini sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 Lampiran
I poin 3. 3. 10 tentang Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat yang
menyatakan bahwa “Perusahaan harus membuat prosedur rencana
pemulihan keadaan darurat untuk secara cepat mengembalikan pada kondisi
yang normal dan membantu pemulihan tenaga kerja yang mengalami
trauma”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan mengenai keadaan darurat
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Potensi bahaya yang ada di PT Pupuk Kujang kemungkinan besar dapat
menyebabkan terjadinya keadaan darurat adalah kebakaran, peledakan, dan
kebocoran gas atau bahan kimia berbahaya (B3).
2. PT Pupuk Kujang menggolongkan keadaan darurat menjadi tiga (3)
tingkatan yaitu :
a. Keadaan Darurat Tingkat I
Adalah keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa pekerja dan
peralatan/harta benda (aset) yang secara normal dapat diatasi oleh
karyawan yang ada di lokasi Unit Kerja dengan menggunakan prosedur
yang telah dipersiapkan tanpa adanya regu bantuan yang dikonsinyir.
b. Keadaan Darurat Tingkat II
Adalah suatu kecelakaan besar dimana semua karyawan yang bertugas
dibantu peralatan dan material yang tersedia di lokasi tersebut, tidak lagi
mampu mengendalikan keadaan darurat tersebut, seperti kebakaran besar,
ledakan dahsyat, bocoran B3 yang kuat, semburan minyak/gas dan lain-
lain, yang mengancam jiwa manusia, lingkungan dan aset perusahaan
dengan dampak bahaya pada karyawan/daerah/masyarakat sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Bantuan tambahan yang diperlukan masih berasal dari industri sekitar,
pemerintah setempat, dan masyarakat sekitarnya.
c. Keadaan Darurat Tingkat III
Adalah keadaan darurat berupa malapetaka/bencana dahsyat dengan
akibat lebih besar dibandingkan dengan Keadaan Darurat Tingkat II serta
memerlukan bantuan pemerintah daerah dan koordinasi tingkat Nasional.
3. Penanganan yang dilakukan di PT Pupuk Kujang apabila terjadi keadaan
darurat diseluruh area telah dibuat Prosedur Keadaan Darurat, meliputi:
a. Prosedur Kesiagaan Keadaan Darurat,
b. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat
c. Prosedur Pemulihan Pasca Kejadian Keadaan Darurat
Serta didukung dengan instruksi-instruksi kerja yang berkaitan dengan
keadaan darurat, yang mana pembagian tanggung jawab organisasi tim
tanggap darurat telah dirinci secara jelas dalam setiap prosedur. Hal ini telah
telah sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Persiapan awal yang dilakukan dalam menghadapi keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang meliputi :
a. Pembentukan tim tanggap darurat.
b. Menyediakan dan mempersiapkan fasilitas dan sarana penunjang dalam
keadaan darurat (APD, fasilitas pemadam kebakaran, sarana komunikasi,
nomor telepon ekstern untuk keadaan darurat, kotak obat P3K, kendaraan
pemadam dan evakuasi, peta evakuasi, pintu dan tangga darurat, detector,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
poster dan tanda peringatan, dan sarana keadaan darurat seperti safety
shower dan eye wash fountain, wind direction, gardu darurat, sliding
chute, assembly point, tandu).
c. Mengadakan pelatihan-pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
berkaitan dengan terjadinya keadaan darurat, seperti pelatihan pemadam
kebakaran (fire fighting), pelatihan SCBA, pelatihan rescue, pelatihan
P3K, pelatihan tanggap darurat, serta perlombaan hose drill contest.
Selain itu juga dilakukan simulasi keadaan darurat dan praktek evakuasi.
d. Menentukan area evakuasi.
e. Merancang sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada masyarakat.
5. Tindakan-tindakan yang dilakukan pada saat terjadi keadaan darurat di PT
Pupuk Kujang antara lain :
a. Memberitahukan keadaan darurat tersebut kepada Bagian KPK dengan
menggunakan sarana komunikasi yang tersedia, untuk selanjutnya akan
disebarkan ke unit kerja lain.
b. Melakukan evakuasi.
c. Memindahkan pekerja yang mengalami cidera agar segera dapat
ditangani dengan baik dan mendapat pertolongan pertama.
d. Melakukan penilaian terhadap keadaan darurat (apakah keadaan darurat
tingkat I, II atau III).
e. Melakukan penghentian sarana atau jalannya proses produksi apabila
dirasa bahwa keadaan tersebut berbahaya.
f. Memasang penghalang/zona isolasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
g. Unit kerja terkait melaporkan kejadian keadaan darurat kepada Pimpinan
Keadaan Darurat dan Bagian KPK untuk dilaksanakan penyelidikan/
investigasi agar diketahui faktor-faktor penyebabnya.
h. Melakukan rapat untuk membahas mengenai masalah yang telah terjadi
dan menentukan bagaimana rencana pemulihan atau tindakan perbaikan
yang dapat dilakukan.
i. Mendokumentasikan kejadian keadaan darurat tersebut untuk selanjutnya
digunakan sebagai referensi atau bahan evaluasi.
6. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam rencana pemulihan pasca keadaan
darurat antara lain :Melakukan observasi ke tempat kejadian keadaan
darurat, melakukan investigasi, mengadakan rapat evaluasi dan penyusunan
laporan.
7. Kendala-kendala yang mungkin dapat terjadi pada pelaksanaan pelatihan
keadaan darurat di PT Pupuk Kujang diantaranya adalah :
a. Kurangnya kepedulian/keseriusan dari para personil atau karyawan
dalam menanggapi jalannya pelatihan.
b. Kendala komunikasi dan koordinasi saat pelaksanaan latihan (hal ini
disebabkan oleh karena kurangnya sarana komunikasi yang tersedia atau
sarana komunikasi tersebut tidak berfungsi dengan baik.
B. Saran
1. Sebaiknya pemeliharaan semua sarana dan prasarana keadaan darurat harus
lebih ditingkatkan dan lebih dijaga agar selalu dalam kondisi siap bila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
sewaktu-waktu diperlukan pada saat terjadi keadaan/kejadian darurat baik
kecil atau besar.
2. Dilihat dari potensi bahaya yang ada di Kujang IA dan IB sama, sebaiknya
pabrik Kujang IB segera diadakan gardu darurat.
3. Sebaiknya perusahaan menyediakan jalur pejalan kaki dan penambahan
tanda untuk jalur evakuasi di seluruh area kerja supaya memudahkan
evakuasi bila terjadi keadaan darurat.
4. Sebaiknya perusahaan mengadakan prosedur bagaimana menghadapi
hamburan gas berbahaya untuk mewaspadai adanya kemungkinan sebaran
bahan kimia berbahaya bila ada kebocoran..