Upload
others
View
9
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PENELITIAN
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MULTIKULTURAL
PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
DI NEGERI SYARIAT ISLAM (STUDI DI TAMAN KANAK-KANAK BUDI DHARMA
KABUPATEN ACEH TENGAH)
Disusun Oleh:
ELIYYIL AKBAR, M.Pd.I
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI GAJAH PUTIH
TAKENGON ACEH TENGAH ACEH
TAHUN 2018
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penelitian berjudul “Implementasi Pembelajaran
Multikultural Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Di Negeri Syariat Islam
(Studi Di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma Kabupaten Aceh Tengah)” ini
akhirnya tersusun. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga penulis tujukan
kepada semua pihak yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran demi kelancaran
penelitian ini. Pihak-pihak tersebut di antaranya adalah Dr. Zulkarnain,M.Ag
selaku Ketua STAIN Gajah Putih Takengon, Aceh beserta jajarannyayang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian yang didanai
Instansi, Ketua Jurusan pada STAIN Gajah Putih. Selanjutnya penulis
menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang meluangkan waktu demi
hasil laporan ini. Semoga kebaikan kalian disaksikan seluruh alam dan maqbulan
‘inda Allah. Amin. Kesuksesan penyusunan karya ini juga tidak lepas dari kasih
sayang dan do’a restu Ibu tercinta, yang selalu mengingatkan penulis kalimat
kalimat beliau “ sepiro gedene sengsoro yen tinompo mung dadi cobo” dan “ojo
sumelang, Allah Ora Sare”. Malaikat-malaikat kecilku Barqia, Bihar, serta
Balqis, they always color the days of mine. Penyusunan karya ini tentu saja tidak
terlepas dari kekurangan ataupun keterbatasan. Maka dari itu, kritik dan saran
senantiasa diharapkan demi perbaikan lebih lanjut. Penulis berharap karya ini
dapat memberikan sumbangsih dan manfaat khususnya bagi penulis sendiri,
sekaligus bagi para pembaca pada umumnya.
3
4
DAFTAR ISI
Halaman Judul ..........................................................................................
Pernyataan Keaslian ..................................................................................
Pengesahan …………................................................................................
Abstrak ......................................................................................................
Kata Pengantar ..........................................................................................
Daftar Isi ...................................................................................................
Daftar Tabel ..............................................................................................
Daftar Gambar ..........................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
vii
BAB I :
BAB II :
BAB III :
BAB IV :
PENDAHULUAN ...................................................................
A. Latar Belakang ....................................................................
B. Rumusan Masalah ...............................................................
C. Tujuan Penelitian ................................................................
D. Manfaat Penelitian ..............................................................
E. Kajian Pustaka ....................................................................
F. Penjelasan Istilah ..............................................................
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
A. Konsep Pembelajaran Multikultural ..................................
B. Pendidikan Anak Usia Dini ...............................................
C. Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh ....................................
METODOLOGI PENELITIAN ...............................................
A. Metode dan Pendekatan Penelitian ....................................
B. Objek dan Subjek Penelitian ..............................................
C. Teknik Pengambilan Subjek ..............................................
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................
E. Instrumen Penelitian ...........................................................
F. Teknik Analisa Data ...........................................................
G. Prosedur Penelitian .............................................................
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN PENELITIAN…….........
A. Deskripsi dalam Penelitian .................................................
1. Gambaran Umum Taman Kanak-Kanak Budi Dharma
2. Gambaran Impelentasi Pembelajaran Multikultural di
Lembaga PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman
Kanak-Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh
Tengah
.......................................................................................
3. Gambaran Nilai-nilai multikultural yang diterapkan
pada Pembelajaran Multikultural di Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-
Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh
Tengah.................................
1
1
7
8
8
9
12
14
14
49
55
57
59
52
60
60
63
64
66
67
67
67
68
91
5
BAB V :
4. Hasil Pembelajaran Multikultural di Lembaga
PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-
Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh Tengah..........
B. Pembahasan dalam Penelitian ............................................
1. Gambaran Impelentasi Pembelajaran Multikultural di
Lembaga PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman
Kanak-Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh
Tengah...........................................................................
2. Gambaran Nilai-nilai multikultural yang diterapkan
pada Pembelajaran Multikultural di Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-
Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh
Tengah.................................
3. Hasil Pembelajaran Multikultural di Lembaga
PendIdikan Anak Usia Dini pada Taman Kanak-
Kanak Budhi Dharma Kabupaten Aceh Tengah..........
PENUTUP ..............................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................
B. Saran.................................................................................
103
107
107
111
113
115
115
116
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Polemik isu tentang pendidikan multikultural sering dibahas oleh akademisi
pendidikan, kalangan agama, politik, sosial maupun budaya. Kemajemukan
bangsa Indonesia tidak dapat dipungkiri karena merupakan wilayah yang terdiri
dari suku, bahasa, adat istiadat, agama serta budaya. Masyarakat Indonesia juga
dikenal sebagai masyarakat multikultural karena anggotanya terdiri dari berbagai
latar belakang agama dan budaya yang beragam, oleh karena itu bangsa Indonesia
dapat disebut bangsa yang bersifat multikulturalisme yang tidak menutup
kemungkinan munculnya konflik etnis, sosial, budaya yang menjadikan runtuhnya
dunia pendidikan pada masa depan. Hal tersebut sebagaimana kondisi sosio-
kultural maupun geografis yang beragam yang terdiri dari sekitar tiga belas ribu
jumlah pulau di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain itu
populasi penduduknya lebih dari dua ratus juta jiwa yang terdiri dari tiga ratus
suku dan dua ratus bahasa yang berbeda, bahkan keyakinannya sangat beragam
terdiri dari Islam, Katolik, Kristen, Protestan, Hindu, Budha, Konghucu serta
berbagai aliran kepercayaan yang belum disahkan pemerintah.
Secara konseptual sebenarnya multikulturalisme tidak sama dengan konsep
keberagaman atau keanekaragaman. Konsep multikuluralisme selain mengandung
unsur keberagaman agama dan budaya juga mengandung unsur kesederajatan.
Bentuk konkrit dari bagian multikulturalisme yang menimbulkan berbagai
permasalahan yang dihadapi bangsa adalah premanisme, perseteruan politik,
7
kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan dan lunturnya sifat kemanusiaan
untuk menghormati hak orang.
Tawuran dan bentrokan terjadi di mana-mana, antar pendukung kesebelasan
sepak bola, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar pelajar, dan tawuran antar
penonton pagelaran musik. Ini menunjukkan bahwa rasa kebersamaan warga
masyarakat sudah hilang, yang ada perbedaan idelogi dan kepentingan, apabila
berbeda kepentingan dan ideologi dianggap lawan. Pembunuhan dipandang
sebagai ritual keagamaan. Sehingga dilakukan dengan perbuatan terstruktur
dengan kekuasaan, modal dan pengetahuan dijadikan alat untuk mendominasi dan
menguasai kelompok minoritas orang-orang tidak berdosa dan tidak
berpengetahuan.
Tanggung jawab untuk problem solving konflik yang melanda di tengah-
tengah masyarakat berada pada pundak kalangan pendidikan dengan memberikan
penyadaran kepada masyarakat bahwa konflik bukan hal yang untuk dibudayakan
dan diberdayakan. Penyadaran tersebut dengan memberikan tawaran design
materi, metode hingga kurikulum yang mampu menyadarkan masyarakat akan
pentingnya sikap toleran, menghormati perbedaan yang multikultural karena
peran pendidikan adalah sebagai media transformasi sosial, budaya dan
multikulturalisme. Wacana mutikulturalisme sangat dibutuhkan untuk
menginternalisasi nilai multikultural pada tiap individu dengan harapan dapat
menghasilkan pemahaman keberagaman inklusif, toleran dan terbuka.
Dulu keberagaman merupakan kekayaan bangsa yang paling dibanggakan,
dibangun atas dasar tujuan dan kepentingan bersama yaitu kemerdekaan
8
Indonesia.1 Multikulturalisme merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya, sebagai potensi yang dikembangkan dan dibina. Sebaliknya apabila
keberagaman ini tidak dimanfaatkan dan dibina secara benar akan berkembang
menjadi sesuatu yang menakutkan. Oleh karena itu, pendidikan yang berbasis
multikulturalisme merupakan suatu keharusan dan apabila tidak dilakukan saat ini
akan berubah menjadi malapetaka, pendidikan multikultural adalah “conditio cine
quanon”. Konsep Bourdieu multikulturlisme ini pada gilirannya dapat menjadi
modal-modal terwujud kesatuan dalam perbedaan (unity in diversity).
Multikulturalisme sebagai dasar kebijakan politik dalam demokratisasi,
pendidikan, kebudayaan, lebih jauh seperti disebutkan oleh Azra terkait dengan
pencapaian civility (keadaban), democratic civility, humanness.2 Dengan
demikian, pendidikan menjadi faktor intrumental dalam konteks Negara Kesatuan
Republik Indonesia.3
Pengembangan nilai-nilai multukuturalisme perlu dikembangkan sejak usia
dini karena anak merupakan investasi yang sangat penting untuk mempersiapkan
sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Sejauh ini cara yang efektif untuk
memberikan pemahaman adalah melalui pendidikan. Multikultural bisa dibentuk
melalui proses pembelajaran, yaitu dengan menggunakan pembelajaran berbasis
multikultural. Pembelajaran berbasis multikultural merupakan proses
pembelajaran yang lebih mengarah pada upaya menghargai perbedaan di antara
1 Kuswaya Wihardit, Pendidikan Multikultural: Suatu Konsep, Pendekatan dan Solusi,
Jurnal Pendidikan, Volume 11 nomer 2, September 2010, 96. 2Irwan Abdullah, Berpihak pada Manusia: ParadigmaNasional Pembangunan Indonesia
Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2010, hal.21 3Edward Said, Orientalisme: Menggugat HegemoniBarat dan Menundukkan Timur Sebagai
Subjek. Achmad Fawaid(Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h.9
9
sesama manusia sehingga terwujud ketenangan dan ketentraman dalam tatanan
kehidupan masyarakat. Pendidikan multikultural juga didefinisikan sebagai
"pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan
kependudukan (demografis) dan kultural lingkungan masyarakat tertentu atau
bahkan dunia secara keseluruhan.4
Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia
dini. Pendidikan merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat
memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Pendidikan anak usia dini adalah suatu
upaya pembinaan sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian stimulus untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani serta rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
yang lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, karena
usia dini merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan
anak.
Kasus yang ditemui di lapangan terkait intoleran sesama anak usia dini adalah
adanya anak yang saling mengejek mengenai status sosial, perbedaan budaya,
perbedaan agama, warna kulit, dan perbedaan dialek. Padahal menurut Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4 mulai
butir (1) sampai dengan butir (6) menunjukkan bahwa multikulturalisme menjadi
landasan bagi penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Oleh karena itu,
menyelenggarakan Pendidikan Multikultural menjadi kewajiban sekolah sesuai
4Choirul Mahmud, Pendidikan Multikultural, cet. 3, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009),
hlm. 176.
10
dengan bunyi Pasal 4 butir (1) bahwa: “Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.
Dalam Pasal 36 butir (3) berbunyi bahwa kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia;
peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi
daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan
dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama;
dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
Pendidikan seyogyanya mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan
menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinnekaan baik pribadi, jenis kelamin,
masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi,
berbagi dan bekerja sama dengan yang lain. Budaya yang dimaksud adalah tradisi
nenek moyang yang dijalankan secara turun temurun dan menjadi kebijaksanaan
lokal. Secara alami kebijaksanaan lokal muncul untuk mengatasi konflik.
Kebijaksanaan lokal dapat mengkondisikan untuk dapat hidup rukun kembali atau
paling tidak, dapat memperkecil kemungkinan terjadi kekerasan. Ini berarti
masyarakat telah melakukan institutional development, yaitu memperbaharui
institusi-institusi lama yang pernah berfungsi baik. Upaya-upaya menyelesaikan,
meredam dan mengantisipasi terjadinya konflik berdasarkan kebijaksanaan lokal
ini dilakukan oleh masyarakat khususnya penegak syariat Islam. Tradisi lokal itu
11
telah berfungsi sebagai landasan masyarakat multikultural yang menuju kepada
keragaman subkultur, keanekaragaman perspektif, dan keanekaragaman komunal.
Inilah yang disebut kesatuan dalam keragaman (unity in diversity) yang
dilambangkan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu
tujuan.
Formulasi bentuk keyakinan dan pengamalan kepada Tuhan bisa berbeda-
beda namun tetap memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh sebab
itulah sebagai warganegara, khususnya penegak syariat Islam memberikan
pengakuan dan penghargaan terhadap setiap warga masyarakat untuk beribadah
menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Hal inilah yang menjadi filosofi dasar
bangsa Indonesia. Walaupun pluralitas pada daerah penegak syariat Islam pada
umumnya rawan menimbulkan konflik. Namun, dalam praktek kehidupan sehari-
hari masyarakat tersebut telah berlangsung hubungan yang dialektis antar
pemeluk agama itu dengan budaya lokal, sehingga terciptalah masyarakat yang
rukun, damai dan harmoni. Dengan kata lain, faktor integratif berupa supra cultur
atau local geniuses daerah di Indonesia dapat dijadikan bahan dasar untuk
demokratisasi dan multikulturalisme.
Sebagaimana saat peneliti melakukan observasi di Taman Kanak-Kanak
Budidharma guru mengajarkan anak untuk saling toleransi satu sama lain.
Keragaman agama dan suku pada lembaga pendidikan anak menjadi tugas
tersendiri bagi guru untuk mengakomodir pendidikan multikultur. Anak belajar
menerima perbedaan dengan pelayanan yang sama tanpa pandang bulu di lembaga
pendidikan anak daerah penegak syariat Islam. Sehingga diharapkan anak-anak
12
mampu menerima keberagaman yang ada tanpa harus kehilangan jati dirinya
sebagai warga negara Indonesia yang sejatinya berkarakter luhur, sehingga
diharapkan mampu memperkuat persatuan dengan adanya multikulturalisme serta
menghindarkan anak dari sikap diskriminatif. Penerapan pendidikan multikultural
menjadikan ketertarikan bagi peneliti sebagai perwujudan baldatun thoyyibatun
serta adil makmur dan sentosa. Dengan adanya perbedaan menjadikan kekaguman
tersendiri laksana pelangi nampak suatu keindahan karena campuran yang berasal
dari gradasi warna yang berbeda menjadikan ketertarikan bagi peneliti untuk
merumuskan dengan sebuah judul Implementasi Pembelajaran MultikulturaPada
Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini Di Negeri Syariat Islam (Studi Di Taman
Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dijadikan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi pembelajaran multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah?
2. Nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah?
3. Bagaimana hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah?
13
C. Tujuan Penelitian
Dengan mengacu kepada rumusan masalah di atas,
tujuandilakukannya penulisan ini sebagai berikut:
1. Mengetahui implementasi pembelajaran multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
2. Menjelaskan Nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada
lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
3. Mengetahui hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah
D. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu kepada rumusan masalah di atas,
manfaatdilakukannya penulisan ini sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaat dari penulisan ini adalah:
a. Menambah khasanah pengetahuan tentang pendidikan multikultural
anak usia dini
b. secara teori dapat dijadikan tambahan pengetahuan terkait pendidikan
multikultural anak usia dini
2. Manfaat praktis
Secara praktisi manfaat dari penulisan ini adalah:
14
a. Secara praktis penelitian dapat ini dijadikan acuan bagi
pengembangan Perguruan Tinggi keagamaan khususnya STAIN
Gajah Putih Takengon dalam memberikan materi pendidikan
multukultural anak bagi mahasiswa progam studi Pendidikan Islam
Anak Usia Dini
b. Sebagai gambaran atau wacana untuk menjelaskan keberagaman yang
terdapat di Indonesia, khususnya di lingkungan sekitar anak dan
membiasakan sikap moral.
c. Sebagai problem solving guru dalam memecahkan dan mengantisipasi
konflik keberagaman, yang sering terjadi di sekolah.
E. Kajian Pustaka
Sejauh pengamatan penulis, penulisan tentang multikultural sudah
banyak dikaji. Seperti kajian yang dilakukan olehM. Fadlillah yang berjudul
“Model Kurikulum Pendidikan Multikultural di Taman Kanak-Kanak, tujuan
yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep
kurikulum pendidikan multikultural di Taman Kanak-Kanak dan untuk
mengetahui model kurikulum pendidikan multikultural. Metode penelitian ini
adalah penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini adalah, pertama
konsep kurikulum pendidikan multikultural di Taman Kanak-Kanak sebagai
bentuk kurikulum berisi materi pendidikan multikultural yang diberikan
untuk pembelajaran masa kanak-kanak untuk memperkenalkan dan
menanamkan persatuan, keadilan dan toleransi pada anak. Kedua, model dari
pengembangan kurikulum pendidikan multikultural dilakukan dengan
15
menggunakan empat pendekatan yaitu pengapdosian aditif, transformatif dan
aksi sosial, dari empat model yang diterapkan adalah pendekatan kontribusi
dan pendekatan aditif.5
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ahmad Sodli yang berjudul
Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di Kecamatan
Lingsar, Lombok Barat dan NTB. Penelitian iini membahas tentang
revitalisasi tradisi lokal (perang topat) diberdayakan oleh komunitas sebagai
cara untuk mengintegrasikan serta pendukungnya. Metode yang dilakukan
adalah kualitatif. Hasil penelitian ini adalah banyak langkah perang yaitu
pembersihan senjata suci dan barang turun temurun, membuat tetaring,
sebuah tenda yang terbuat dari daun kelapa serta daun bambu. Perang topat
ini telah terlihat sebagai cara integrasi masyarakat dalam banyak aspek
misalnya untuk mengingat cara KH. Abdul Malik, hewan yang digunakan dan
asal dari topat. Tradisi ini dijaga karena untuk merekatkan kerukunan di
antara orang.6
Selain itu penelitian yang dilakukan olehAmbar Sri Lestari dengan
judul Penerapan Pembelajaran Multikultural Berbasis Teknologi dengan
Pendekatan Konstruktivistik. Penelitian ini membahas tentangPenerapan
Pembelajaran Multikultural Berbasis Teknologi dengan Pendekatan
Konstruktivistik. Hasil yang diperoleh adalah pembelajaran Multikultural
Berbasis Teknologi dapat dimaknai dengan pemanfaatan dan penggunaan
5M Fadlillah, “Model Pendidikan Multikultural di Taman Kanak-Kanak”, Jurnal
Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, Vol.5 Nomor 1, Juni 2017, hal.42. 6Ahmad Sodli, Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Masyarakat Multikultural di Kecamatan
Lingsar, Lombok Barat, NTB, Jurnal Analisa, Vol. XVII, No.2, Desember, 2010, hal.187.
16
perangkat teknologi dalam desain pengembangan pembelajaran.
Pembelajaran multikultural ini dapat dilakukan berbagai pada mataajar
keagamaan, sosial, dan budaya, sciense dengan menggunakan pendekatan
konstruktivistik melalui model R2D2, yaitu Reflektif, Recursive Instructional
Design and Development, yang dilakukan melalui empat tahapan, diantaranya
defini, design, development dan dissemination. Hasil pengembangan
pembelajaran ini akan meningkatkan motivasi dan kesadaran diri pada
individu belajar terhadap kemajemukan dan keberagaman agama, bahasan,
suku, etnis, ras, kemampuan dan menghargai suatu perbedaan pada
masyarakat.7
Setidaknya tiga penulisan ilmiah di atas sudah cukup untuk mewakili
penulisan ilmiah lainnya sebagai prior research dalam penulisan ini. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara penulisan-
penulisan tersebut dengan penulisan ini. Adapun perbedaan penulisan antara
lain berbicara tentang objek, penulisanM. Fadlillahobjeknya adalah Taman
Kanak-Kanak, penulisan Ahmad Sodli objeknya adalah Masyarakat
Multikultural di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat dan NTB, sedangkan
penelitian ini objeknya adalah Taman Kanak-Kanak Budi Dharma.
Persamaan kajian ini terdapat pada pisau analisis yang digunakan,
pada penelitian M. Fadlillah,Ahmad Sodli, Ambar Sri Lestari serta penulis
adalah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian semua
ini fokus pada multikultural, namun penelitian M. Fadlillah model
7Ambar Sri Lestari, Penerpan Pembelajaran Multukultural Berbasis Teknologi dengan
Pendekatan Konstruktivistik, Zawiyah Jurnal Pemikiran Islam, Volume 1 Nomor 1 Desember
2015, hal.59.
17
kurikulum,Ahmad Sodli fokus pada revitalisasi kearifan lokal, penelitian
Ambar Sri Lestari fokus pada basis teknologi dengan pendekatan
konstruktivistik. Sedangkan penelitian ini berfokus pada multikultural pada
negeri syariat Islam.
Tiga riset terdahulu di atas tentunya menjadi cerminan bagi penulis,
sehingga kemudian menghadirkan tema penulisan yang berbeda. Dengan
mengacu kepada rumusan masalah yang tertuang sebelumnya, penulisan ini
mendeskripsikan implementasi pembeljaran multicultural pada lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini di Negeri Syariat (Studi di Taman Kanak-Kanak
Budi Dharma Kabupaten Aceh Tengah)
F. Penjelasan Istilah
Supaya penulisan ini lebih jelas, maka penulis perlu menjelaskan istilah
penting dalam penulisan ini, yaitu Pembelajaran Multikultural Pada Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini Di Negeri Syariat Islam (Studi Di Taman Kanak-
Kanak Budi Dharma Kabupaten Aceh Tengah). Makna pembelajaran adalah
terjemahan dari instruction, yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu melalui berbagai media, seperti bahan-bahan
cetak, program televisi, gambar, audio, dan lain sebagainya. Sehingga semua
itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelolan proses
belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai
fasilitator dalam belajar mengajar8.
8Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013, hlm.76.
18
Multikultural adalah kata lain dari keanekaragaman kultur atau
keanekaragaman budaya. Keanekaragaman kultur terjadi dengan adanya
berbagai macam makhluk hidup yang telah memahami diri mereka
sendiri, keanekaragaman budaya memiliki akar-akar yang sangat kuat.
Sama halnya yang dikemukakan Siti Imzanah dikutip dalam Masngud
bahwa “multikultural berasal dari kata multi yaitu banyak dan kultural
yaitu budaya, disimpulkan multikultural mengandung makna adanya
pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya
dengan kebudayaan masing-masing yang unik”.9
9Masngud, dkk. Pendidikan Multikultural (Pemikiran dan Upaya Implementasinya)
,(Yogyakarta: Idea Press, 2010), hlm.5
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II ini menjelaskan mengenai landasan teori dan kerangka berfikir.
Landasan teori ini menjelaskan tentang pembelajaran multikultural dan
pendidikan anak usia dini. Sedangkan kerangka berfikir menjelaskan tentang
pembelajaran multikultural pada anak usia dini.
A. Konsep Pembelajaran Multikultural
1 Pengertian pembelajaran
Belajar dan pembelajaran sering kali menimbulkan kebingungan
dalam pembedaan kedua istilah tersebut. Banyak tokoh yang memberikan
definisi tentang belajar dan pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata
belajar yaitu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan
keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengukuhkan kepribadian.
Maksud dari pengertian ini lebih menunjukkan pada perubahan individu, baik
ilmu pengetahuan, sikap dan kepribadian. Maksudnya yaitu suatu perubahan
dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak
ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi,
perubahan dalam situasi stimulus atau faktor samar lainnya yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan belajar.10
Cronbach yang dikutip Yatim mengemukakan bahwa belajar
merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman yang berasal
10 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi Bagi Pendidik
dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana: 2012), 5.
20
dari cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu,
mendengar dan mengikuti arah tertentu.11 Pembelajaran merupakan suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran.12 Rusman mengutip pendapat Surya mengatakan bahwa
pembelajaran merupakan proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungan.13 Menurut Hamzah,
pembelajaran merupakan kegiatan yang mengupayakan membelajarkan siswa
secara integrasi dengan memperhitungkan faktor lingkungan belajar,
karakteristik anak.14 Lingkungan belajar akan mempengaruhi suasana belajar
anak sehingga penekanan ini lebih dipertajam.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
kegiatan atau aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan yang akan
menjadikan perubahan sikap atau perilaku dan pengetahuan tersebut
disesuaikan dengan karakteristik anak. Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebaiknya memperhatikan penataan lingkungan bermain dan
pengorganisasian15 kegiatan supaya apa yang telah dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Adapun penataan lingkungan pembelajaran
meliputi:
11 Yatim Riyanto, Paradigma…. 5. 12 Isjoni, Model PembelajaranAnakUsia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2010), 55. 13 Rusman, Model-Model Pembelajaran... Ibid, hlm.116. 14 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran; Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. V. 15 Peraturan Menteri Pendidikan..Ibid., hlm. 21.
21
a. Penataan lingkungan bermain. Penataan ini meliputi menciptakan
suasana bermain yang aman, nyaman, bersih, sehat dan menarik,
penggunaan alat permainan edukatif memenuhi standar keamanan,
kesehatan dan sesuai dengan fungsi stimulasi yang telah
direncanakan;
b. Memanfaatkan lingkungan pengorganisasian kegiatan. Dalam
melaksanakan pengorganisasian kegiatan meliputi kegiatan
dilaksanakan dalam ruangan atau kelas dan di luar ruang atau kelas,
kegiatan dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan, kegiatan
untuk anak usia 0 - <2 tahun, bersifat individual, pengelolaan
kegiatan pembelajaran pada usia 2-<4 tahun dalam kelompok besar,
kelompok kecil dan individu meliputi inti dan penutup, pengelolaan
kegiatan pembelajaran pada usia 4-≤6 tahun dilakukan dalam
individu, kelompok kecil dan kelompok besar meliputi tiga kegiatan
pokok yaitu pembukaan, inti dan penutup, melibatkan orang tua
atau keluarga.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di lembaga PAUD, pengalaman
belajar disebut sebagai pembelajaran. Pada pendidikan anak usia dini
kompetensi keterampilan lebih fokus dalam melatih motorik, bukan
menjadikan anak mahir atau ahli. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran
adalah perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman yang berasal dari cara mengamati, membaca, meniru,
mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar yang tersusun meliputi unsur-
22
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan
kebutuhan setiap manusia dalam melangsungkan hidupnya. Pembelajaran
bukan hanya terjadi pada suatu lembaga formal namun ketika terjadi interaksi
antara satu orang dengan yang lain, dan orang tersebut mendapatkan
perubahan, maka secara otomatis telah terjadi suatu kegiatan pembelajaran.
Menurut Montessori yang dikutip oleh Audrey dan Maureen dalam
pembelajaran khususnya anak usia dini berperan penting untuk:16
a. Mempersiapkan dirinya sendiri. Persiapan ini untuk mempersiapkan anak
dalam mengoptimalkan perkembangannya. Dengan pembelajaran yang
sudah terancang maka aspek perkembangan yang akan dioptimalkan
kepada anak menjadi terorganisir. Pembelajaran menyeluruh (holistik)
terkait perkembangan anak menjadikan anak untuk lebih siap dalam
menempuh pendidikan yang lebih atas.
b. Mempersiapkan lingkungan dan menyediakan lingkungan yang
merangsang dan menantang dengan tujuan untuk membantu anak.
Pembelajaran memberikan pengalaman yang aman buat anak.
Pengalaman tersebut disesuaikan dengan lingkungan anak dengan
memberikan suasana yang nyaman dan aman. Lingkungan ini dilakukan
dengan menciptakan situasi belajar.
Penghubung antara anak dan media pembelajaran. Pembelajaran akan
lebih bermakna jika terdapat media atau alat. Dalam kelas Montessori
16 Audrey Curtis, Maureen O’Hagan, Care and Education in Early Childhood: A
Student’s Guide to Theory and Practice, (London: RoutledgeFalmer, 2005), hlm. 136
23
pengaturan desain tempat pembelajar diatur dalam rak yang cukup rendah
sehingga terjangkau oleh anak. Dalam rak itulah materi disuguhkan kepada
anak, dan anak bebas memilih apa yang mereka butuhkan. Materi tersebut
merupakan peralatan yang membantu mengembangkan indera anak.
2 Faktor Pembelajaran
Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi selama
melakukan proses belajar. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah
faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari dalam diri sendiri seperti kurang lengkapnya anggota tubuh atau kondisi
tubuh yang kurang sehat, selain dapat pula dipengaruhi oleh psikologis anak
seperti kecerdasan, minat, perhatian, bakat, motif. Adapun factor eksternal
meliputi lingkungan keluarga (orang tua, suasana rumah dan kondisi ekonomi
keluarga), lingkungan sekolah (kurikulum, hubungan social antar guru
dengan anak, anak dengan anak, alat pelajaran, pelaksanaan disiplin sekolah,
keadaan sekolah) dan bentuk kehidupan atau lingkungan di masyarakat, corak
kehidupan tetangga).17
3 Multikultural
Multikultural adalah keberagaman budaya, sementara secara
Etimologis, istilah multikulturalisme dibentuk darai kata multi (banyak),
kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Adapaun secara hakiki
multikulturalisme itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang
hidup dalam komunitasnya dan budaya masing-masing yang unik.
17 Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan Bagian 3
Pendidikan Disiplin Ilmu, (Jakarta: Imperial Bhakti Utama, 2007), 329
24
Sedangkan, kultur (budaya) itu sendiri tidak terlepas dari empat tema penting
yaitu: agama (aliran), ras (etnis), suku dan budaya. Hal ini mengandung arti
bahwa pembahasan multikultur mencakup tidak hanya perbedaan budaya
saja, melainkan masuk pula di dalamnya kemajemukan agama, ras maupun
etnis.18 Multikultural menurut kamus besar seseorang atau suatu masyarakat
yang ditandai oleh kebiasaan menggunakan lebih dari satu kebudayaan.
Multikultural berhubungan dengan kebudayaan dan kemungkinan konsepnya
dibatasi dengan muatan nilai atau memiliki kepentingan tertentu.
Multikultural pada dasarnya adalah pandangan dunia yang kemudian dapat
diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan yang menekankan
penerimaan terhadap realitas keagamaan, pluralitas, dan multikultural yang
terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikultural dapat juga dipahami
sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran
politik.19 Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari
beberapa macam komunitas budaya dengan segala kelebihannya, dengan
sedikit perbedaan konsepsi mengenai dunia, suatu sistem arti, nilai, bentuk
organisasi sosial, sejarah, adat serta kebiasaan. Multikultural mencakup suatu
pemahaman, penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang, serta suatu
penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lainSebuah
ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan
baik secara individual maupun secara kebudayaan Multikultural mencakup
gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan tindakan, oleh masyarakat
18 Choirul Mahpud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2010), hal.
75 19 KBBI, Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka,Hal. 762
25
suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya, agama dan sebagainya,
namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan semangat kebangsaan
yang sama dan mempunyai kebanggan untuk mempertahankan kemajemukan
tersebut.
Dengan demikian paradigma multikultural, memberi pelajaran kepada
kita untuk memiliki aspirasi dan respect terhadap budaya dan agama-agama
lain. Atas dasar ini maka penerapan multikulturalisme menuntut kesadaran
dari masing-masing budaya lokal untuk saling mengakui dan menghormati
keanekaragaman identitas budaya yang dibalut semangat kerukunan dan
perdamaian. Sementara itu, jika paradigma multikultural ini dibawa keranah
pendidikan, yang kemudian memungkinkan istilah pendidikan multikultural
bisa dipahamai sebagai pendidikan untuk people of color.20 Artinya,
pendidikan yang didalamnya terdapat berbagai macam manusia, atau
pendidikan yang ditujukan untuk melihat keragaman manusia, atau lebih dari
itu pendidikan yang mencoba melihat dan kemudian menyikapi realitas
keragaman yang ada dalam diri manusia baik secara individu atau sebagai
mahkluk sosial. Jadi menurut penulis, pendidikan multikultural adalah
pendidikan yang terkait dengan keberagaman manusia. Dengan kata lain,
segala bentuk pendidikan yang di situ menempatkan keberagaman manusia
sebagai inti pendidikan adalah pendidikan multikultural. Lebih dari itu,
pendidikan multikultural ini menghendaki terciptanya pribada-pribadi yang
sadar akan adanya kemajemukan budaya yang di dalamnya banyak terdapat
20 H.A. Dardi Hasyim Dan Yudi Hartono, Pendidikan Multikultural Di sekolah,
(surakarta: UPT penerbitan dan percetakan UNS, 2009) Hal. 28
26
perbedaan-perbedaan, dan tidak berhenti pada sadar saja melainkan juga
dapat menghormati keanekaragaman yang ada dalam rangka mewujudkan
kerukunan dan kedamaian. Menurut James A. Banks mendefinisikan
Pendidikan Multikultural sebagai ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan
proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur
lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa
berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras,
etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah. Jadi paradigma
multikultural akan mencakup:
a. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan.
c. Proses pendidikan.
Latar belakang munculnya pendidikan multikultural di indonesia
negara bangsa indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok
etnis, budaya, agama dan lain-lain. Hefner mengilustrasikan Indonesia
sebagaimana juga Malaysia dan Singapura memiliki warisan dan tantangan
multikulturalisme budaya (cultural multiculturalism) secara lebih mencolok,
sehingga dipandang sebagai “lokus klasik” bagi bentukan baru “masyarakat
multikultur” (cultural society). Kemultikultural masyarakat Indonesia paling
tidak dapat dilihat dari dua cirinya yang unik, yaitu secara horizontal, yang
ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, dan secara
27
vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas
dan lapisan bawah yang cukup tajam. Kondisi tersebut tergambar dalam
prinsip bhinneka tunggal ika, yang berarti meskipun Indonesia adalah
berbeda-beda, tetapi terintegrasi dalam kesatuan.Namun demikian,
pengalaman Indonesia sejak masa awal kemerdekaan, khususnya pada masa
demokrasi terpimpin Presiden Soekarno dan masa Orde Baru Presiden
Soeharto memperlihatkan kecenderungan kuat pada politik
monokulturalisme. Pada dasarnya tujuan pendidikan multikultural selaras
dengan tujuan pendidikan pendidikan secara umum, yaitu mencetak peserta
didik tidak hanya mampu mengembangkan potensi dirinya dalam penguasaan
ilmu pengetahuan, seni dan teknologi. Melainkan sekaligus mampu
mengembangkan dan menerapkan nilai-nilai universal dalam kehidupan.
Kemudian, secara spesifik gorski menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan
multukultural adalah sebagai berikut:
a. Setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
prestasi anak
b. Peserta didik bagaimana belajar dan berpikir secara kritis
c. Mendorong peserta didik untuk mengambil peran aktif dalam
pendidikan, dengan menghadirkan pengalaman-pengalaman anak
dalam konteks belajar
d. Mengakomodasi semua gaya belajar
e. Mengembangkan sikap positif terhadapa kelompok-kelompok yang
mempunyai latar belakang yang berbeda
28
f. Untuk menjadi warga yang baik disekolah dan dimasyarakat
g. Belajar bagaimana menilai pengetahuan dari perspektif yang berbeda
h. Untuk mengembangakan identitas etnis, nasional, global
i. Mengembangkan keterampilan-keterampilan mengambil keputusan
dan analisis secara kritis.21
Di samping tujuan-tujuan multikultural yang telah disebut, pada
dasarnya paradigma multikultural yang didasarkan pada nilai dasar
toleransi,empati,simpati dan solidaritas sosial, maka hasil dari proses
pendidikan multikultural diharapkan dapat mendorong terciptanya
perdamaian dan upaya mencegah serta menanggulangi konflik etnis, konflik
etnis beragama, radikalisme agama, pendidikan multikultural tidak
dimaksudkan untuk menciptakan keseragaman cara pandang. Akan tetapai
membangun kesadaran diri terhadap keniscayaan pluralitas sebagai sunnah
Allah, mengakui kekurangan di samping kelebihan yang dimiliki baik diri
sendiri maupun orang lain. Sehingga tumbuh sikap untuk mensinergikan
potensi diri dengan potensi orang lain dalam kehidupan yang demokratis dan
humanis.sehingga terwujudlah suatu kehidupan yang damai, berkeadilan dan
sejahtera. Tujuan Pendidikan Multikultural dapat mencakup tiga aspek belajar
(kognitif, afektif, dan tindakan) dan berhubungan baik nilai-nilai intrinsik
(ends) maupun nilai instrumental (means) pendidikan Multikultural. Secara
detail sebagaimana berikut:
21 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di indonesia, (yogyakatra: lugong pustaka,
2005), hal. 95
29
a. Pengembangan Literasi Etnis dan Budaya. Salah satu alasan utama
gerakan untuk memasukkan Pendidikan Multikultural dalam program
sekolah adalah untuk memperbaiki kelalaian dalam penyusunan
kurikulum. Pertama, kita harus memberi informasi pada siswa tentang
sejarah dan kontribusi dari kelompok etnis yang secara tradisional
diabaikan dalam kurikulum dan materi pembelajaran, kedua, kita
harus menempatkan kembali citra kelompok ini secara lebih akurat
dan signifikan, menghilangkan bias dan informasi menyimpang yang
terdapat dalam kurikulum. Tujuan utama Pendidikan Multikultural
adalah mempelajari tentang latar belakang sejarah, bahasa,
karakteristik budaya, sumbangan, peristiwa kritis, individu yang
berpengaruh, dan kondisi sosial, politik, dan ekonomi dari berbagai
kelompok etnis mayoritas dan minoritas.
b. Perkembangan Pribadi. Dasar psikologis Pendidikan Multikultural
menekankan pada pengembangan pemahaman diri yang lebih besar,
konsep diri yang positif, dan kebanggaan pada identitas pribadinya.
Mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka
sendiri dan pengalaman budaya dan kelompok etnis yang lain dapat
memperbaiki penyimpangan yang menganggap nilai yang ada pada
kelompok yang dominan itu lebih unggul.
c. Klarifikasi Nilai dan Sikap. Mengajari generasi muda untuk
menghargai dan menerima pluralisme etnis, menyadarkan bahwa
perbedaan budaya tidak sama dengan kekurangan atau rendah diri, dan
30
untuk mengakui bahwa keragaman merupakan bagian integral dari
kondisi manusia. Pengklarifikasian sikap dan nilai etnis didesain
untuk membantu siswa memahami bahwa berbagai konflik nilai itu
tidak dapat dielakkan dalam masyarakat pluralistik; dan bahwa konflik
tidak harus menghancurkan dan memecah belah.
d. Kompetensi Multikultural. Upaya interaksi lintas kultural seringkali
terhalang oleh nilai, harapan dan sikap negatif ; kesalahan budaya
(cultural blunders); dan dengan mencoba menentukan aturan etiket
sosial (rules of social etiquette) dari satu sistem budaya terhadap
system budaya yang lain. Pendidikan Multikultural dapat membantu
siswa mempelajari bagaimana memahami perbedaan budaya tanpa
membuat pertimbangan nilai yang semena-mena tentang nilai
intrinsiknya.
e. Kemampuan Keterampilan Dasar. Tujuan utama Pendidikan
Multikultural adalah untuk memfasilitasi pembelajaran untuk melatih
kemampuan ketrampilan dasar dari siswa yang berbeda secara etnis.
f. Persamaan dan Keunggulan Pendidikan. Pendidik harus memahami
secara keseluruhan bagaimana budaya membentuk gaya belajar,
perilaku mengajar, dan keputusan pendidikan. Dengan memberikan
pilihan yang lebih tentang bagaimana mereka akan belajar akan
membantu memaksimalkan prestasi belajar mereka. Tujuan
multikultural untuk mencapai persamaan dan keunggulan pendidikan
31
mencakup kognitif, afektif dan ketrampilan perilaku, di samping
prinsip demokrasi.
g. Memperkuat Pribadi Untuk Reformasi Sosial. Tujuan pendidikan
multicultural adalah untuk memulai perubahan dari lingkungan
sekolah dan meluas pada lingkungan masyarakat.Pada diri siswa
sebagai agen perubahan social ditanamkan nilai, sikap, kebiasaan, dan
keterampilan agar mereka menjadi agen perubahan yang berkomitmen
kuat dalam memberantas perbedaan etnis dan rasial. Tujuan dan
pengembangan ketrampilan ini didesain untuk membuat masyarakat
lebih benar-benar egaliter dan lebih menerima pluralisme kultural.
Fungsi multikulturalisme ini adalah apa yang dimaksudkan Banks
dengan pendekatan aksi sosial dari Pendidikan Multikultural, yang
mengajari siswa bagaimana menjadi kritikus sosial (social critics),
aktivis politik (political activists), agen perubahan change agents), dan
pemimpin yang berkompeten dalam masyarakat dan yang berbeda
secara etnis dan pluralistik secara kultural.
h. Memiliki Wawasan Kebangsaan dan Kenegaraan yang Kokoh.
Multikultural perlu menambahkan materi, program dan pembelajaran
yang memperkuat rasa kebangsaan dan kenegaraan dengan
menghilangkan etnosentrisme, prasangka, diskriminasi dan stereotipe.
i. Memiliki Wawasan Hidup yang Lintas Budaya dan Lintas Bangsa
sebagai Warga Dunia. Hal ini berarti individu dituntut memiliki
wawasan sebagai warga dunia (world citizen). Namun siswa harus
32
tetap dikenalkan dengan budaya lokal, harus diajak berpikir tentang
apa yang ada di sekitar lokalnya. Mahasiswa diajak berpikir secara
internasional dengan mengajak mereka untuk tetap peduli d
j. engan situasi yang ada di sekitarnya act locally and globally.Hidup
Berdampingan Secara Damai. Dengan melihat perbedaan sebagai
sebuah keniscayaan, dengan menjunjung tinggi nilai kemanusian,
dengan menghargai persamaan akan tumbuh sikap toleran terhadap
kelompok lain dan pada gilirannya dapat hidup berdampingan secara
damai.
4 Pendekatan Pendidikan Multikulturalisme
J.A Bank yang dikutip Ma’arif, menyebutkan bahwa ada empat
pendekatan yang dapat digunakan dalam pendidikan multikultural yaitu:22
a. Pendekatan kontributif yakni: memperingati hari-hari besar agama
dengan di gabungkan dengan hari Nasional kepahlawanan.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai
keragaman kelompok.
b. Pendekatan aditif yakni: penambahan muatan tema-tema dan perpektif
kedalam kurikulum tanpa mengubah struktur dasarnya. Pendekatan ini
berupaya memasukkan literatur dan budaya dari masing-masing
perbedaan yang ada ke dalam kurikulum.
c. Pendekatan transpormatif yakni: penerapan pendekatan ini
berimplikasi pada penciptaan kurikulum dengan mengakomodir
22 Komaruddin Hidayat, Merawat Keragaman Budaya, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas,
2004), hlm. 94
33
kelompok-kelompok dengan latar budaya yang berbeda. Adapun
tujuan pendekatan ini untuk membuka perpektif yang berbeda
memberikan komentar dan penjelasan terhadap bahan pelajaran.
d. Pendekatan aksi sosial yakni: merupakan gabungan dari pendekatan
traspormatif dengan berbgai aktivitas yang beriorentasi pada
perubahan sosial. Pendekatan ini bertujuan memperkaya keterampilan
peserta didik dalam melakukan aksi sosial seperti resolusi konflik dan
perbedaan budaya.
Adapun beberapa pendekatan yang digunakan dalam pendidikan
multikulturalistik yaitu pengajaran tentang kontribusi dari kelompok-
kelompok budaya yang berbeda-beda dari kontribusi individu, pendekatan
aditif dimana pembelajara multikulturalistik dan unit studi merupakan
suplemen atau pelengkap dan pendekatan transformasional diman sifat dasar
kurikulum dan pengajaran diubah untuk mencerminkan perspektif.
Pengalaman dari beragam budaya, etnis, ras, dan kelompok sosial dan
mengambil keputusan dan pendekatan aksi sosial yang mengajarkan siswa
bagaimana cara memperjelas nilai-nilai etnis dan budaya mereka dan untuk
terlihat dalam aksi sosial politik untuk kesetaraan yang lebih baik, kebebasan,
dan keadilan bagi semua orang. Bank menggambarkan lima dimensi
pendidikan multikultural yang dikutip oleh Quinita. Adapun dimensi tersebut
sebagai berikut:23
23 Quinita Ogletree, Patricia J. Larke, Implementing Multicultural Practices in Early
Childhood Education, National Forum of Multicultural Issues Journal, hal.3-5.
34
a. Content integration. Integrasi konten mempunyai fokus tentang cara
guru menggunakan contoh dan informasi dari beragam budaya sebagai
sarana dalam mendukung suatu rencana atau konsep. Kurikuum
memiliki materi yang beragam, sehingga nilai multikultural
diintegrasikan pada tiap materi yang termuat dalam kurikulum. Tujuan
pengintegrasian ini untuk menciptakan kesadaran budaya yang
berbeda.
b. Knowledge Construction. Dalam membangun pengetahuan, guru
membantu anak cara membangun pemahaman. Dalam hal ini, Bank
memberi level dalam membangun pengetahuan, pertama pendekatan
kontribusi yang berfokus pada unsur budaya. Kedua adalah
pendekatan tambahan yang mana tema yang menjadi fokus tujuan
diinterasikan dalam kurikulum tanpa mengubah esensi isi kurikulum.
Ketiga, tingkat transformasi yang mana anak mampu memahami isi
jika kurikulum dirubah dengan memasukkan ragam perbedaan.
Keempat, pendekatan aksi sosial yang mana mewajibkan bagi anak
untuk menerapkan materi sebelumnya sehingga mampu membuat
keputusan dalam menyelesaikan masalah sosial.
c. Prejudice Reduction. Merupakan aktivitas yang dapat
diimplementasikan guru untuk mengeliminasi pandangan negatif dan
stereotif terhadap orang lain. Pihak sekolah mengurangi stereotip dan
prasangka sehingga tumbuh sikap demokrasi, nilai dan perilaku
35
dengan memahami anak didik. Contohnya guru mengambil tindakan
ketika mendengar atau melihat stereotipe.
d. Equity Pedagogy. Merupakan modifikasi proses pengaaran dengan
memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu
untuk anak lelaki maupun perempuan dan untuk semua kelompok
etnis.
e. Empowering School Culture and Social Structure. Sekolah sebagai
struktur budaya karena muncul interaksi antar berbagai pihak.
Dimensi ini untuk memperdayakan budaya anak yang dibawa ke
sekolah yang bersasal dari kelompok yang berbeda.
5 Dasar Pendidikan Multikultural
Berdasarkan kondisi masyarakat Indonesia yang multicultural, maka
jenis pendidikan yang cocok bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan
multicultural. Pendidikan Multikultural paling tidak menyangkut tiga hal
yaitu (1) ide dan kesadaran akan nilai penting keragamanbudaya, (2) gerakan
pembaharuan pendidikan dan (3) proses pendidikan. Berikut ini akan
diuraikan dasar yang membentuk perlunya Pendidikan Multikultur:
a. Ide dan kesadaran akan nilai penting keragaman budaya. Setiap siswa
memiliki karakteristik yang berbeda seperti usia, agama, gender, kelas
sosial, etnis, ras, atau karakteristik budaya tertentu yang melekat pada
diri masing-masing. Pendidikan Multikultural berkaitan dengan ide
bahwa semua siswa tanpa memandang karakteristik budayanya itu
seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk belajar di sekolah.
36
Keragaman budaya yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia
akan memunculkan suatu sikap saling menghargai jika seorang
individu tersebut mampu menyerap dan mengaplikasikan dengan baik
adanya keragaman budaya. Sehingga diperlukan pentingnya kesadaran
terhadap keragaman budaya yang ada.Hal tersebut merupakan
keniscayaan atau kepastian adanya perbedaan, namun itu harus
diterima secara wajar dan bukan untuk membedakan.Artinya
perbedaan itu perlu kita terima sebagai suatu kewajaran dan perlu
sikap toleransi agar kita bisa hidup berdampingan secara damai tanpa
melihat unsur yang berbeda itu untuk membeda-bedakan.
b. Gerakan pembaharuan pendidikan. Gerakan pembahauruan
pendidikan yang dimaksud diatas ialah suatu gerakan perubahan yang
diusahakan untuk meningkatkan kemampuan dalam rangka
pencapaian tujuan tertentu dalam pendidikan. Upaya-upaya gerakan
pembaharuan pendidikan sangat diperlukan,hal ini untuk menanggapi
dan mencari jalan keluar terhadap suatu masalah-masalah pendidikan
yang dihadapi sekarang ini, selain itu untuk memperkembangkan
pendekatan yang lebih efektif dan ekonomis. Apabila upaya-upaya ini
benar-benar dilakukan sesuai dengan bentuk upaya pendidikan seperti
yang diuraikan diatas, tentunya hal ini harus diimbangi dengan kerja
sama yang baik antara siswa didik, pendidik dan orang tua. Maka
dunia pendidikan akan semakin maju dan berkembang. Adanya
karakteristik pada siswa memungkinkan untuk mendapatkan
37
kesempatan belajar yang lebih baik. Beberapa karakteristik
institusional dari sekolah secara sistematis menolak siswa dengan
karakteristik tertentu untuk mendapatkan kesempatan pendidikan yang
sama, walaupun itu dibungkus secara halus dalam bentuk aturan
tertentu. Terdapat kesenjangan yang muncul dengan fenomena
munculnya sekolah favorit yang didominasi oleh orang kaya.Selain
itu, adanya diskriminasi terdapat diskriminasi terhadap masyarakat
keturunan Tionghoa yang kesulitan untuk berkecimpung dalam
pemerintahan dan pertahanan.Pendidikan Multikultur bukan sekedar
merupakan praktek aktual satu bidang studi atau program pendidikan
semata, namun mencakup seluruh aspek pendidikan.
c. Proses Pendidikan. Pendidikan multikultural adalah proses menjadi
yang harus dipandang secara terus-menerus dan bukan sebagai sesuatu
yang langsung bisa tercapai untuk memperbaiki prestasi secara utuh.
Karena tujuan Pendidikan Multikultur tidak akan pernah tercapai
secara penuh, kita seharusnya bekerja secara kontinyu meningkatkan
persamaan pendidikan untuk semua siswa (educational equality for all
students). Menurut Paul Gorski pendidikan multikultural merupakan
pendekatan progresif untuk mengubah pendidikan secara holistik dengan
mengkritik dan memusatkan perhatian pada kelemahan, kegagalan, dan
praktek diskriminatif di dalam pendidikan akhir-akhir ini. Yang menjadi
landasan pendidikan multikultural adalah persamaan pendidikan, keadilan
social, dan dedikasi. Masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat multikultur
38
yang mencakup berbagai macam perspektif budaya yang berbeda.Jadi sangat
relevanlah bagi sekolah di Indonesia untuk menerapkan Pendidikan
Multikultural. Pendidikan Multikultural dapat melatih siswa untuk
menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan. Pendidikan
Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang
didasarkan pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan
yang dapat menjelaskan perilaku manusia.Budaya memiliki peranan yang
sangat besar di dalam menentukan arah kerjasama maupun konflik antar
sesama manusia.
Huntington meramalkan bahwa pertentangan manusia yang akan
datang merupakan pertentangan budaya. Oleh sebab itu kita perlu meneliti
kekuatan yang tersimpan di dalam budaya masing-masing kelompok manusia
agar dapat dimanfaatkan bagi kebaikan bersama. Pendidikan Multikultural
dipersepsikan sebagai suatu jembatanuntuk mencapai kehidupan bersama dari
umat manusia di dalam era globalisasi yangpenuh tantangan baru.Pertemuan
antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat tetapi sekaligus menimbulkan
salah paham.Itulah rasional yang menunjukkan artipentingnya keberadaan
Pendidikan Multikultural.
6 Fungsi Pendidikan Multikultural
The National Council for Social Studies mengajukan sejumlah fungsi
yang menunjukkan pentingnya keberadaan dari Pendidikan Multikultural
Fungsi tersebut adalah :
a. Memberi konsep diri yang jelas.
39
b. Membantu memahami pengalaman kelompok etnis dan budaya
ditinjau dari sejarahnya.
c. Membantu memahami bahwa konflik antara ideal dan realitas itu
memang ada pada setiap masyarakat.
d. Membantu mengembangkan pembuatan keputusan (decision making),
partisipasi sosial dan ketrampilan kewarganegaraan (citizenship
skills).
e. Mengenal keberagaman dalam penggunaan bahasa.
Pendidikan Multikultural memberi tekanan bahwa sekolah pada
dasarnya berfungsi mendasari perubahan masyarakat dan meniadakan
penindasan dan ketidakadilan.Fungsi pendidikan multikultural yang mendasar
adalah mempengaruhi perubahan sosial. Jalan di atas dapat dirinci menjadi
tiga butir perubahan yaitu perubahan diri, perubahan sekolah dan
persekolahan dan perubahan masyarakat. Perubahan diri dimaknai sebagai
perubahan dimulai dari diri siswa sendiri itu sendiri yang lebih menghargai
orang lain agar dia bisa hidup damai dengan sekelilingnya. Kemudian
diwujudkan dalam tata tutur dan tata perlakunya di lingkungan sekolah dan
berlanjut hingga di masyarakat.Karena sekolah merupakan agen perubahan,
maka diharapkan ada perubahan yang terjadi di masyarakat seiring dengan
terjadi perubahan yang terdapat dalam lingkungan persekolahan.
7 Deradikalisasi Multikultural
Menanggulangi radikalisme Islam bukanlah perkara yang mudah.
sebab radikalisme Islam bukan semata-mata gerakan sosial belaka, namun
40
juga merupakan ideologi. Ideologi tidak mungkin dapat dibasmi hanya
dengan pendekatan militer/keamanan saja. Masih banyaknya aksi terorisme di
bumi Indonesia merupakan bukti konkret betapa penggunaan pendekatan
militer/ keamanan saja tidak cukup efektif untuk membasmi terorisme dan
radikalisme Islam hingga akar-akarnya24. Oleh karena itu, berbagai
pendekatan penanganan terorisme dan radikalisme Islam lainnya harus pula
senantiasa diupayakan dan diatasi dengan gerakan deradikalisasi, yaitu suatu
usaha untuk mengajak para pelaku radikal dan pendukungnya untuk
meninggalkan penggunaan kekerasan, seperti usaha diplomasi publik yang
bertujuan untuk “memenangkan hati dan pikiran”.25 Deradikalisasi adalah
upaya sistematis untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa fanatisme
sempit, fundamentalisme, dan radikalisme berpotensi membangkitkan
terorisme.26 Deradikalisasi dapat pula dipahami sebagai segala upaya untuk
menetralisasi paham-paham radikal melalui pendekatan interdisipliner, seperti
agama, psikologi, hukum serta sosiologi, yang ditujukan bagi mereka yang
dipengaruhi paham radikal.27 Sebagai rangkaian program yang berkelanjutan,
deradikalisasi ini meliputi banyak program yang terdiri dari reorientasi
motivasi, re-edukasi, resosialisasi, serta mengupayakan kesejahteraan sosial
24 Ma’rifah, Indriyani. “Rekonstruksi Pendidikan Agama Islam: Sebuah Upaya
Membangun Kesadaran Multikultural untuk Mereduksi Terorisme dan Radikalisme Islam,” dalam
Conference Proceedings Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) XII IAIN
Sunan Ampel Surabaya (5-8 November), 2012, hal. 227. 25 Supardi, “Pendidikan Islam Multikultural dan Deradikalisasi di Kalangan Mahasiswa,”
dalam Jurnal Analisis, (Volume XIII, Nomor 2, Desember), 2013, hal.379. 26 Nasir Abbas, “Berdayakan Potensi Masyarakat dalam Pemberantasan Terorisme”,
dalam Komunika, (12/VII Juli 201). 2011, hal.5 27 Endra Wijaya, 2 “Peranan Putusan Pengadilan dalam Program Deradikalisasi
Terorisme di Indonesia: Kajian Putusan Nomor 2189/Pid.B/2007/PN.Jkt.Sel”, dalam Yudisial,
(Vol. III, nomor 2, Agustus), 2010, hal.110
41
dan kesetaraan dengan masyarakat lain bagi mereka yang terlibat dengan
tindak pidana terorisme (para terpidana tindak pidana terorisme). Dalam hal
ini digunakan istilah deradicalisation dan disengagement untuk
menggambarkan proses di mana individu atau kelompok untuk melepaskan
keterlibatan mereka dalam organisasi kekerasan atau kelompok teroris.
Deradikalisasi secara substantif bertujuan untuk merubah tindakan dan
ideologi individu atau kelompok. Sedangkan disengagement berkonsentrasi
pada memfasilitasi perubahan perilaku, melepaskan ikatan (disengage) dan
menolak penggunaan kekerasan. Solusi-solusi untuk mengatasi masalah
radikalisme antara lain; pertama, menghormati aspirasi kalangan Islamis
radikalis melalui cara-cara yang dialogis dan demokratis; kedua,
memperlakukan mereka secara manusiawi dan penuh persaudaraan; ketiga,
tidak melawan mereka dengan sikap yang sama-sama ekstrem dan radikal.
Artinya, kalangan radikal ekstrem dan kalangan sekular ekstrem harus ditarik
ke posisi moderat agar berbagai kepentingan dapat dikompromikan; keempat,
dibutuhkan masyarakat yang memberikan kebebasan berpikir bagi semua
kelompok sehingga akan terwujud dialog yang sehat dan saling mengkritik
yang konstruktif dan empatik antar aliran-aliran; kelima, menjauhi sikap
saling mengkafirkan dan tidak membalas pengkafiran dengan pengkafiran;
keenam, mempelajari agama secara benar sesuai dengan metode-metode yang
sudah ditentukan oleh para ulama Islam dan mendalami esensi agama agar
menjadi Muslim yang bijaksana; ketujuh, tidak memahami Islam secara
parsial dan reduktif. Caranya adalah dengan mempelajari esensi tujuan syariat
42
(maqâshid syarî’ah). Dari cara tersebut mensiratkan bahwa deradikalisasi
dapat dilakukan dengan mengenalkan pembelajaran multikultural.
8 Nilai Multikultural
Nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang berguna atau penting bagi
kemanusiaan atau konsep abstrak mengenai masalah dasar yang sangat
penting dan berharga dalam kehidupan manusia.28 “Menurut Zakiyah Darajat,
nilai adalah perekat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai
identitas yang memberikan corak khusus pola pemikiran perasaan, keterikatan
maupun perilaku.”29 Nilai dirasakan dalam diri manusia sebagai daya dorong
atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Konsep ini
berkembang dari pola berfikir, pola tingkah laku dan sikap-sikap hidup.
Dengan kata lain, nilai berkembang dari budaya lingkungan. Namun
sebenarnya ada perbedaan antara nilai, prinsip atau norma. Cinta kasih,
keadilan, persamaan, persaudaraan, perdamaian dan sebagainya adalah norma
atau prinsip. Maka dapat berlaku siapa pun secara universal dan absolut.
Norma atau prinsip tersebut baru menjadi nilai apabila diyakini kebenarannya
dalam pola pikir dan dilaksanakan dalam pola tingkah laku oleh seseorang
secara universal.
Nilai multikultural dalam arti ini, dimaksudkan bukan hanya sekedar
keadaaan atau fakta yang bersifat plural, jamak, atau banyak, dan pengakuan
bahwa keadaan fakta seperti itu memang ada dalam kenyataan, namun juga
28Richardus Djokopranoto, Filosofi Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Obor, 2011), hlm
189. 29Zakiah Daradjat, Usman Said, Su’aibu Thalib, Achmat Badri, Murni Djamal,
Syamsuddin Abdullah, Burhanuddin Daya, Alef Theria Wasyim, Fathuddin A. Gani, Harith A.
Salam, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 260.
43
diiringi suatu sikap yang mengakui dan sekaligus menghargai, menghormati,
memelihara, dan bahkan mengembangakan atau memperkaya keadaan yang
besifat plural, jamak atau banyak. Dalam Islam, perbedaan adalah sebuah
sunnatullah atau realitas yang harus diakui secara tegas, baik yang
menyangkut perbedaan agama, suku, ras, warna kulit, negara, maupun yang
lainnya.30 Dalam memahami standar dari nilai-nilai pluralisme, sekurangnya
ada tiga prasyarat untuk membangun beragaman, antara lain: Pertama,
adanya keterlibatan aktif untuk menjaga perbedaan menjadi suatu yang
bernilai positif, bermanfaat dan menghasilkan kesejahteraan serta kebajikan.
Kedua, tidak mengklaim pemilikan tunggal akan kebenaran, maksudnya
pengakuan bahwa dalam agama lain pun terdapat unsur kebenaran seperti
kebenaran-kebenaran yang bersifat subtansial dan universal. Ketiga, adanya
sikap toleransi dan saling menghargai.31
Dalam implementasinya, nilai-nilai multikultural juga dilandasi oleh
sikap toleransi. Toleransi sendiri merupakan sikap untuk menghargai dan
menghormati keyakinan dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain.32 Oleh
sebab itu, semangat toleransi merupakan modal yang dapat membangun
sebuah bangunan sosial. Kesediaan untuk saling menerima dalam perbedaan
Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah tugas bersama yang harus
30Moh Yamin dan Vivi Aulia, Merentas Pendidikan Toleransi, hlm. 1. 31Nur Khaliq Ridwan, Pluralisme Borjuis: Kritik atas Pluralisme Cak Nur (Yogyakarta:
Galang Press, 2002), hlm. 77. 32Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, hlm.
153.
44
dilaksanakan dalam kehidupan nyata.33 Adapun nilai tersebut termaktub pada
moral agama, sebagaimana berikut:
a. Nilai-Nilai Agama Islam. Islam adalah suatu agama terpadu,
universal, dan lengkap yang disampaikan oleh para nabi sejak Adam
as.berakhir dan disempurnakan oleh Rasulallah Muhammad SAW.34
Islam mengajarkan bahwa tiap individu dilahirkan dalam keadaan
fitrah (suci). Sifat dasar suci ini (fitrah) adalah suatu kesadaran
mendalam yang tertanam dalam hati tiap manusia akan keesaan
Tuhan (Tauhid) untuk mengmbalikan sifat kesucian dan wujud
awalnya. Manusia dituntut untuk melakukan rangkaian ritual
tertentu, yang pada dasarnya adalah usaha pendekatan diri kepada
Tuhan untuk mendapatkan anugerah pengampunan, penyucian dan
rahmat.35 Agama ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu Aqidah
(keimanan) dengan dasar enam rukun iman, syari’ah (ibadah) dengan
dasar rukun islam yang meliputi enam ibadah wajib yang dirinci
dalam fiqih, dan akhlak yang meliputi sikap-sikap etis. Ketiga
komponen ini sesuai dengan ketiga keyakinan dan sikap religius
pribadi, yaitu iman, Islam dan Ihsan yang terintegrasi satu sama lain,
yaitu dalam integrasi intelektualitas dan moralitas individu dengan
keterlibatan sosial melalui keyakinan kepada Allah yang Maha Esa
dan teladan Rasulallah Muhammad SAW. Keyakinan ini terangkum
33Moh. Yamin dan Vivi Aulis, Meretas Pendidikan Toleransi, hlm. 33-34. 34Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi Zaman
(Jakarta: Assosiasi Perguruan Tinggi Katolik, 1992), hlm.76. 35Alwi Sihab, Islam Inklusif, Menuju Sikap Terbuka Dalam Beragama, hlm. 279.
45
dalam dua kalimat syahadat yang merupakan inti religositas seorang
muslim.36 Nilai-nilai agama islam antara lain meliputi (a) aqidah
(keimanan), Iman adalah kepercayaan yang meresap ke dalam hati
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan
perbuatan pemiliknya sehari- hari.37 Rukun iman yang pertama
adalah iman kepada Allah SWT. Inilah ajaran paling pokok yang
mendasari seluruh ajaran islam. Inilah yang tersimpul dalam kalimat
Tauhid, kalimat Tayyibah: Laa ilaaha illallaah. Tiada Tuhan selain
Allah. Ini tertuang dalam dua kalimat Syahadat, kunci menuju Islam
sebagai jalan hidupnya.38 Rukun iman yang kedua adalah iman
kepada Malaikat. Para Malaikat berada di alam Ghaib. Tidak bersifat
materi, tetapi sebagai tabiatnya ia dapat menjelma ke alam materi.
Rukun iman ketiga adalah iman kepada kitab-kitab Allah. Allah
SWT menurunkan ajaran-ajaran kepada para rasul untuk setiap
bangsa dan umat manusia sepanjang sejarah. Di antara ajaran-ajaran-
Nya itu ada yang dicatat dalam kitab dan ada yang tidak dapat
diketahui sama sekali. Yang pasti, setiap Rasul menerima risalah
atau pelajaran yang pasti, setiap Rasul menerima risalah atau
pelajaran disampaikan kepada umatnya. Kitab-kitab terdahulu yang
tersebut dalam Al-Qur’an ada empat yaitu: kitab zabur kepada Nabi
36Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi
Zaman, hlm.76. 37Muhammad Chrizin, Konsep & Hikmah AKIDAH islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), hlm. 13. 38Muhammad Chrizin, Konsep..., hlm. 23.
46
Daud, kitab Taurat kepada Nabi Musa, kitab Injil kepada Nabi Isa,
kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Rukun iman ke
lima adalah percaya kepada hari akhir, hari penghabisan kehidupan
makhluk dunia. Beriman kepada hari akhir berarti percaya akan
terjadi hari kiamat dan apa saja yang berhubungan dengannya. Akhir
kehidupan di dunia bukanlah akhir kehidupan manusia. Hari terakhir
kehidupan dunia mengubah perjalan hidup manusia. Tak ada lagi
matahari terbit dan tenggelam silih berganti. Sehari semalam tak ada
lagi 24 jam. Rukun iman ke enam adalah percaya kepada Taqdir
adalah satu dari pokok-pokok keyakinan yang ditanamkan daam hati
setiap muslim. Rasulullah SAW. Menyebut iman kepada takdir
sebagai bagian dari rukun iman yang enam.39 (b) Syariah (ibadah).
Kata Syari’ah berasal dari bahasa Arab yang berarti “jalan yang
harus diikuti”. Kata syari’ah secara harfiah berarti “jalan menuju
mata air”. Syari’ah bukan hanya jalan untuk mencapai keridhaan
Allah, melainkan juga jalan yang dipercayai seluruh umat Islam
sebagai jalan petunjuk Allah Yang Maha Pencipta melalui utusan-
Nya. Rasulullah Muhammad SAW. Di dalam Islam diyakini bahwa
hanya Allah sejalah Yang Maha Kuasa dan Allah semata yang
diyakini berhak menetapkan syari’ah sebagai jalan dan petunjuk
kehidupan bagi umat manusia.40 Sesungguhnya persatuan dan
kesetiakawanan Islam, baru akan tampak jelas, apabila seluruh umat
39Muhammad Chrizin, Konsep...,, hlm. 105. 40A.Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum – Hukum Allah (syari’ah) (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2002), hlm. 3.
47
Islam telah mampu melaksanakan dan mengamalkan Syari’ah Islam,
yakni menjalankan semua perintah dan menjauhi semua larangan-
Nya, dengan antara lain menjalankan dan mengamalkan rukun Islam,
yang merupakan dasar-dasar Islam, yang akan menjadikan setiap
Muslim dapat merasakan adanya suatu ikatan yang kuat atau sama
lain, dan mampu mempersatukan dengan saudara-saudara seiman
dan seagama, serta dapat memperkuat hubungan dirinya dengan
Allah SWT. Rukun Islam yang lima ini, jika dilaksanakan dan
diamalkan dengan baik dan benar akan dapat membangkitkan rasa
persatuan dan kesetiakawanan umat Islam. Dimana penjabarannya
dalam praktek sebagai berikut pertama Syahadat: syahadat
merupakan pintu gerbang utama untuk dapat masuk ke dalam
Islam,41 kedua Shalat: shalat menurut arti bahasa adalah doa’,
sedangkan menurut terminologi syara’adalah sekumpulan ucapan
dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam.42 Waktu-waktu dibagi menjadi lima yaitu: waktu zhuhur,
ashar, maghrib, isyak, dan subuh.43 ketiga Puasa: Puasa secara
bahasa diartikan menahan secara mutlak, baik dari makan dan
minum, bersetubuh atau yang lainnya. Jadi, orang yang
meninggalkan makan, minum, dan bersetubuh dapat dikatakan
berpuasa sebab ia menahan diri darinya. Sedangkan pengertian puasa
41Muhammad Bin Sa’d Asy-Syuwa’ir, Syariah Islam Menuju Bahagia (Jakarta: PT
Fikahati Aneska, 1992), hlm. 19. 42Abdul Aziz Muhammad Azam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,
Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa Dan Haji (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 145. 43Ibid., hlm. 154.
48
menurut istilah ulama fiqh adalah menahan diri dari segala yang
membatlkan sehari penuh mulai dari terbit fajar shadiq hingga
terbenam matahari dengan syarat-syarat tertentu. 44 keempat Zakat:
zakat bagi umat Islam, khususnya di Indonesia dan bahkan juga di
dunia islam pada umumnya, sudah diyakini sebagai bagian pokok
ajaran Islam yang harus ditunaikan.45 Zakat secara etimologi dapat
diartikan berkembang dan berkah, adapun menurut istilah syar’i
zakat berarti sesuatu yang dikeluarkan atas nama harta atau badan
dengan mekanisme tertentu.46 kelima Haji: ibadah haji, diwajibkan
oleh Allah SWT atas orang-orang yang mampu. Dan ibadah Haji
hanya ada satu kali dalam satu tahun. Pada waktu haji itulah umat
islam berkumpul dalam satu ruang dan waktu yang sama. Mereka
datang dari semua penjuru dunia, semata-mata untuk memenuhi
panggilan Illahi:”labaikallahumma Labbaik” (kami datang
memenuhi panggilanMu ya Allah). Mereka berkumpul di bawah satu
atap dan di atas satu lantai, kemudian menuju satu tempat yang
mulia, yakni Ka’bah, Baitullah.47 (c) Akhlak. Kedudukan akhlak
dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting, sebagai
maupun masyarakat dan bangsa, sebab jatuh bangunnya suatu
masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila
44Ibid., hlm. 433. 45Didin Hafidhudin, The Powes Zakat, Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia
Tenggara (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm.3. 46Abdul Aziz Muhammad Azam, Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah,
Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa Dan Haji, hlm. 349. 47Muhammad Bin Sa’d Asy-Syuwa’ir, Syariah Islam Menuju Bahagia, hlm. 37.
49
akhlaknya baik, maka sejahterlah lahir dan batinnya, apabila
akhlaknya rusak, maka rusklah lahir dan batinnya.48 Menurut Ibnu
Mizkawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran lebih dulu. Karakter yang merupakan suatu
keadaan jiwa itu menyebabkan jiwa bertindak tanpa berpikir atau
dipertimbangkan secara mendalam.49
b. Nilai-Nilai Agama Kristen. Kristen adalah risalah yang dibawa oleh
Nabi Isa a.s. yang diutus setelah Nabi Musa, di mana telah
disebutkan dalam taurat. Al- Masih (Isa a.s.) mempunyai pendukung
(pengikut) berjumlah 12 orang yang disebut dengan nama rasul.
Mereka berdakwah (memberi kabar gembira dan memberi
peringatan) atas nama Al- Masih. Pada asalnya, dakwah ini bukan
risalah umum (universal), tetapi risalah khusus bagi bani Israil.50
Dalam injil Matius, 15/24 dikatakan : “aku tidak diutus kecuali
kepada gembala- gembala bani Israil yang tersesat”.51 Ibadah bagi
orang kristen selalu mengandung unsur baik seremonial-ritual
maupun unsur spiritual. Melalui ibadah iman akan Tuhan diperkuat
dan diperkaya yang sekaligus memperdalam tanggungjawab untuk
“berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati di
48Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Amzah, 2007),
hlm. 1. 49Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm. 223. 50Fayaz Aziz, Pemimpin Peradaban Dunia (Solo: Era Intermedia, 2006), hlm. 139. 51Perjanjian Baru Mazmur Dan Amsal (Jakarta: LAI, 1991), hlm. 21.
50
hadapan Allah” (mikha 6:8). Oleh sebab itu kehidupan ibadat itu
selalu memperlukan perenungan ulang, agar jangan sampai hanya
sekedar bersifat seremonial-ritual belaka, sedangkan nilai
spiritualnya yang sangat bermakna bagi kehidupan bersama dalam
masyarakat menjadi hilang atau terdorong kebelakang.52 Ajaran-
ajaran moral kristiani umumnya tidak berupa pernyataan atau
stetment, tetapi diutarakan sebagai perintah. Tuntutan dasarlah dalam
etika kristen sebenarnya tidak lain dari pada meneladani sang Kristus
. Orang kristen hendaknya memperagakan kemurahan Allah, seperti
yang dituturkan oleh sang Yesus sendiri:”hendaklah kamu murah
hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati “(Lukas 6:36),53 atau
“karena itulah kamu harus sempurna, sama seperti Bapamu yang
disurga adalah sempurna” (Matius 5:4. 54Mereka menjadi penurut-
penurut Allah dengan jalan menghayati dan mengamalkan kasih
kristus. Kata kunci dalam etika kristiani adalah “Kasih” yang
mempunyai daya jangkau tidak terbatas. Dalam menyimpulkan
seluruh hukum Taurat, Yesus berfirman: “Kasihilah Tuhan,Allahmu
dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan
segenap akal budimu”. Itulah hukum yang terutama dan yang
pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah :
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua
52Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi
Zaman, hlm. 110. 53Perjanjian baru mazmur dan amsal, hlm. 80. 54Perjanjian baru mazmur ..., hlm. 6.
51
hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi
(Matius 22:37-40).55
c. Nilai-Nilai Agama Katolik. Sesuai dengan petunjuk sejarah, Yesus
Kristus adalah pembawa agama kristen, ia lahir kurang lebih pada
tahun ke-4 sebelum Masehi, tetapi sebagian ada yang berpendapat
antara tahun 7-5 sebelum Masehi. Yesus Kristus berasal dari
Nazaret.56 Kitab suci adalah sekumpulan tulisan yang berisi atas
wahyu illahi. Dengan demikian, kitab suci merupakan sebuah kitab
atau kumpulan tulisan yang memuat tentang wahyu illahi dan ditulis
manusia sejalan dengan apa yang diimaninya. Istilah Alkitab berasal
kata Arab “al-Kitab” yang berarti buku (the book), atau Sang Kitab.
Dalam bahasa Yunani Alkitab disebut ra pLpliar (ta biblia) yang
merupakan bentuk jamak dari pip^ioi. Dalam bahasa Latin Alkitab
disebut sebagai “Biblia” (kitab) atau sciptura (tulisan atau sesuatu
yang ditulis). Kitab suci yang diakui dan dianggap sah oleh gereja
Roma Katolik sebenarnya sama dengan kitab suci yang dipakai oleh
Protestan, kecuali ada beberapa perbedaan tambahan. Kitab suci
agama kristen adalah Al-kitab atau Bijbel, yang terdiri dari
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.57 Kitab-kitab perjanjian lama
terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: hukum-hukum Taurat, kitab
nabi-nabi. Naskah-naskah sastra. Kitab imamat, kitab bilangan, dan
kitab ulangan.
55Perjanjian baru mazmur..., hlm. 31. 56Romodhon.dkk,Agama-Agama Di Dunia (Yogyakarta: Tp.1988), hlm.314. 57Romodhon, Agama-Agama Di Dunia, hlm.345.
52
d. Nilai-Nilai Agama Hindu. Agama Hindu adalah agama yang sudah
sangat tua dan merupakan agama pokok yang dianut dikawasan
India. Agama ini banyak didasarkan pada beberapa naskah suci yang
ada. Tidak seperti agama-agama yang lain, dalam agama Hindu tidak
dapat diketahui secara pasti siapa pendirinya atau siapa pembawa
pertama ajaran-ajarannya. Ini merupakan salah satu kesulitan dalam
mempelajari agama Hindu.58 Dalam agama Hindu ditemukan ajaran
tentang “Dharma”adalah penolong manusia untuk meerncapai
kehidupan yang bahagia, hidup yang damai, tekun melakukan
pekerjaan, serta kepatuhan yang harus dilaksanakan sebagai anggota
masyarakat. Dharma mencakup jangkauan yang lebih luas sebagai
berikut: sila artinya melaksanakan perbuatan baik, yajna artinya
melaksanakan upacara korban, tapa artinya mematikan indranya,
tidak diberikan menikmati obyeknya, dana artinya memberikan
sedekah, prawjya artinya pendeta yang bijaksana (laku
mengembangkan ilmu kerohanian), bhiksu artinya melaksanakan
upacara diksa (penyucian pribadi), yoga artinya melaksanakan
samadhi. Karena adanya peraturan hidup dan kodrat yang patut
diikuti atau dilaksanakan oleh manusia untuk dapat menjadi manusia
yang baik, maka dharma juga tingkah laku yang baik.59 Menurut
Robertson Smith upacara korban mengandung arti pengokohan
hubungan kekeluargaan dalam masyarakat dengan makan daging dan
58Romodhon, Agama-Agama di Dunia, hlm.56. 59Pendidikan Religiositas, Tuhan Mendekati Manusia (Kanisius: Yogyakarta, 2005), hlm.
39.
53
minum darah binatang yang oleh masyarakat dipandang sebagai
anggotanya. Korban binatang atau manusia untuk dewa-dewa berarti
minum darah dan makan daging bersama dewa- dewa. Dengan
demikian manusia memperkokoh hubungan persahabatan dengan
dewa-dewa.60
e. Nilai-Nilai Agama Buddha. Ajaran Buddha yang diberikian kepada
manusia disebut Buddha Dharma yang kemudian diterjemahkan
dengan agama Buddha. Dhamma (bahasa Pali) atau Dharma
(sansekerta) mempunyai arti yang luas: meliputi Agama, Falsafah,
Ilmu Jiwa, pandangan hidup, pengetahuan rohani, hukum,
kesunyataan, peraturan, kebijakan, jalan hidup, sulit untuk
memberikan gambaran yang setepatnya tentang Dhamma ini yang
merupakan keseluruhan ajaran Budhha. Sebagai agama berisi pula
ajaran tentang hal-hal yang transenden (lokuttara), yang kekal abadi,
tidak berubah, serta keduniaan (lokiya) yang sifatnya tidak kekal,
selalu berubah segala sesuatu di alam semesta ini adalah sankhata
(existence). segala yang shankhata akan terlihat munculnya dan
lenyapnya. Jelasnya : berawal, berubah, berakhir, atau lahir,
berkembang, mati, disebut juga tidak kekal. Pancaskanda (jasmani,
pengindraan, perasaan, pikiran, kesadaran) mengikuti siklus tersebut
yang sifat nya tidak kekal, selalu mengalami perubahan.61 Di
kalangan masyarakat dan karena pengaruh pandangan atau ajaran
60Ibid., hlm. 61. 61Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi
Zaman, hlm. 79.
54
dari agama-agama lain, banyak orang menganggap bahwa kehidupan
manusia di dunia ini hanya sekali saja. Pandangan ini berbeda sekali
dengan agama Buddha, karena dalam Digha Nikaya, Brahmajala
Sutta, Sang Buddha menerangkan tentang kehidupan manusia yang
telah hidup berulang-ulang kali yang diingat berdasarkan pada
kemampuan batin yang dihasilkan oleh meditasi.62 Buddha Dharma
tidak menyatakan suatu ajaran yang dogmatik, bukan percaya begitu
saja, tetapi berdasarkan pengalaman manusia yang religius, Budha
tidak menekankan : percayalah begitu saja, tetapi : ehipassiko
(datanglah dan saksikanlah).63 Ajaran agama Budha dapat
dirangkumkan di dalam apa yang disebut : Triratna (tiga batu
permata), yaitu, Budha, Dharma, dan Sanga. Kepercayaan buddhis
hidup sang Buddha sebagai perorangan, sebagai manusia Siddharta
atau Gautama atau Sakyamuni tidaklah penting. Buddha adalah
sebuah gelar, suatu jabatan atau seorang tokoh yang sudah pernah
menjelma pada sesorang.64
B. Pendidikan Anak Usia Dini
1. Hakikak Anak
Banyak yang beranggapan bahwa anak merupakan orang dewasa
dalam bentuk mini sehingga diperlakukan seperti orang dewasa. Seiring
berjalannya waktu dengan ketertarikan dalam melakukan penelitian tentang
62Jurnal, Ketuhanan Yang Maha Esa Dalam Agama Budha, cornoles wowor, MA, hlm. 4. 63Bambang Sugiharto, Oka Punia Atmaja, Armahedi Mahzar, Agama Menghadapi
Zaman, hlm.67. 64Hadiwijono, Harun, Agama Hindu Dan Buddha (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), hlm.
69.
55
anak dapat dimaknai bahwa masa anak merupakan periode perkembangan
yang spesial karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan dan fisik
yang khas.
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun.
Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan
karakter dan kepribadian anak. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang termasuk anak usia
dini adalah anak yang masuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Usia dini
merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang
bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Hakikat anak usia dini, khususnya
anak TK diantaranya menurut Bredecam dan Copple, Brener serta Kellough
yang dikutip Masitoh adalah65 anak bersifat unik, anak mengekspresikan
perilakunya secara relatif spontan, anak bersifat aktif dan enerjik, anak itu
egosentris, anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal, anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, anak umumnya
kaya dengan fantasi, anak masih mudah frustrasi., anak masih kurang
pertimbangan dalam bertindak, anak memiliki daya perhatian yang pendek,
masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial, anak semakin
menunjukkan minat terhadap teman.
65 Masitoh, dkk., Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, 2005), 1.12-1.13.
56
Dari pengertian anak usia dini di atas, penulis menyimpulkan bahwa
anak diidentifikasi usia 0-6 tahun dan memiliki masa perkembangan yang
spesial karena memiliki kebutuhan psikologis, pendidikan dan fisik yang
khas.
2. Pendidikan Anak
Istilah dalam pendidikan yang sering digunakan yaitu pedagogi yang
berarti pendidikan dan pedagoik yang berarti ilmu pendidikan. Secara umum
makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani
sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.66
Pendidikan merupakan suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain
menempa fisik, mental, moral bagi individu-individu agar mereka menjadi
manusia yang berbudaya sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya
sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan semesta alam, sebagai
makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini
yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu
negara.67 Dalam Undang-undang Sisdiknas, pendidikan adalah“Usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
66Fuad Ikhsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 1-2. 67Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 49.
57
masyarakat, bangsa dan negara”.68 Senada dengan pengertian tersebut, Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya
menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran (intellect), dan jasmani anak.69
Maksudnya, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup yakni kehidupan
dan penghidupan anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Ketiganya
tidak boleh dipisahkan agar anak dapat tumbuh dengan sempurna. Pernyataan
Ki Hajar Dewantara mengindikasikan bahwa pendidikan merupakan
pengembangan dan penumbuhan segala aspek dalam diri manusia, jasmani
maupun rohani, lahir maupun batin yang bertujuan mewujudkan manusia
yang sempurna.
Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar
bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk
pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai
di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-tahun pertama
sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Dari
berbagai pandangan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini
adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, budi pekerti, intelektual serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sehingga terpenuhi
tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah
68 Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1. 69 Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), vii.
58
Pendidikan anak usia dini (Early Childhood Education) merupakan
bidang ilmu yang relative baru. Bila sebelumnya anak didik berdasarkan
pemahaman orang dewasa saja bagaimana cara memperlakukan anak dan apa
yang terbaik bagi anak, saat ini setelah berkembang Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), diharapkananak dapat diperlakukan sesuai dengan kebutuhan
perkembangannya sehingga anak tumbuh sehat jasmani dan rohani. Anak pun
dapat diperhatikan secara lebih komprehensif. Pembelajaran anak usia dini
merupakan proses interaksi antara anak, orang tua, atau orang dewasa lainnya
dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan. Interaksi yang
dibangun tersebut merupakan faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Hal ini disebabkan interaksi tersebut
mencerminkan suatu hubungan di antara anak akan memperoleh pengalaman
yang bermakna, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan lancar.
Vygotsky berpendapat bahan pengalaman interaksi social merupakan hal
yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang
tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain.
Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting dilaksanakan sebagai dasar
bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk
pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan usia dini dapat dimulai
di rumah atau dalam keluarga, perkembangan anak pada tahun-tahun pertama
sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Dari
berbagai pandangan di atas dapat dipahami bahwa pendidikan anak usia dini
59
adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, budi pekerti, intelektual serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara sehingga terpenuhi
tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah. Lembaga-lembaga PAUD
di Indonesia memiliki pijakan yang sangat kuat berupa landasan yuridis,
landasan filosofis, landasan religius, dan landasan keilmuan serta landasan
empirik.
a. Landasan yuridis adalah landasan yang berkaitan dengan pentingnya
penyelenggaraan lembaga PAUD (KB dan TPA).
b. Landasan filosofis dan religius, yaitu landasan yang didasarkan pada
keyakinan agama yang dianut oleh para orang tua anak usia dini.
c. Landasan empirik adalah landasan yang berdasarkan pada fakta yang
terdapat di lapangan.
d. Landasan keilmuan adalah teori-teori dan kajian-kajian yang melandasi
apa, mengapa, dan bagaimana anak usia dini mendapat pengasuhan,
pendidikan dan perlindungan yang tepat.
Tujuan pendidikan perspektif Imam Ghazali adalah menjadi insan
purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mendapat
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana yang beliau katakan:
“apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan
melihat suatu kelezatan di dalamnya sehinggga merasa perlu
mempelajarinya dan niscaya saudara akan mendapatkan bahwa ilmu
60
pengetahuan itu sebagai sebuah sarana untuk menuju ke kampong akhirat
beserta kebahagiaannya dan sebagai media mendekatkan diri kepada Allah,
yang mana tawarrub itu tidak dapat diraihnya jika tidak dengan ilmu
tersebut. martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah
kebahagiaan abadi dan sesuatu yang paling utama adalah sesuatu yang
mengantarkan kepada kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan tidak dapat
dicapai apabila tidak melalui ilmu dan amal dan amal tidak dapat diraih
sekiranya tidak melalui ilmu dan cara pelaksanaan mengamalkannya.
Pangkal kebagaiaan di akhirat adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena
mencari ilmu itu sendiri termasuk amal yang utama.70
C. Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh
Syariat islam merupakan anugerah Allah yang diberikan kepada
seluruh umat manusia demi mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Syariat
islam berisi aturan-aturan Allah dalam hal agidah, ibadah dan muamalah.71 Syariat
islam diturunkan oleh Allah bukan untuk menyusahkan atau menyengsarakan
manusia, melainkan untuk menyelamatkan dan mensejahterakan umat manusia itu
sendiri. Jadi sangat keliru jika orang beranggapan bahwa penerapan syariat islam
di suatu daerah hanya akan memberatkan daerah tersebut.72 Syariat islam telah
berlaku di aceh sejak zaman sebelum kemerdekaan Indonesia, bahkan sejak
kerajaan islam pertama di aceh. Baru, setelah konflik yang berkepanjangan terjadi
70 Muhammad Athiyah Al-AbrasyiFatiyah Hasan Sulaiman, BeberapaPemikiran
Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2012), 105-107 71 Syamsul Rizal, Dkk. Syariat Islam Dan Paradigma Kemanusiaan. Dinas Syariat Islam
Profinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal. 141 Syamsul Rizal, Dkk. 2008. Syariat Islam Dan
Paradigma Kemanusiaan. (Dinas Syariat Islam Profinsi Nanggroe Aceh Darussalam), 2008, hal.
141 72 Syamsul Rizal, Dkk. Syariat Islam.. hal. 161
61
di aceh, penerapan syariat Islam di Aceh secara de facto dan de jure terwujud,
yaitu didasarkan atas UU No. 44 tahun 1999 dan UU No. 18 tahun 2001. Dalam
rangka pelaksanaan syariat islam di aceh, maka dilakukan penulisan rancangan
qanun aceh tentang pelaksanaan aspek-aspek syariat islam sebagai upaya
melahirkan hukum positif aceh menjadi intensif setelah kehadiran UU No. 18
tahun 2001. Rancangan qanun tersebut dirumuskan kedalam tiga bidang, yaitu
penulisan qanun tentang keberadaan, susunan dan tupoksi peradilan syariat islam
itu sendiri serta qanun dibidang aqidah, ibadah, serta syiar islam, penulisan qanun
dibidang pidana materil dan formil dan penulisan qanun di bidang muamalat.73
Namun, masih terdapat keraguan tentang penerapan syariat islam dalam kalangan
orang-orang tertentu, mereka menilai bahwa dengan penerapan syariat islam akan
membatasi ruang dan gerak mereka serta memundurkan peran sosial mereka. Dari
berbagai sisi pikiran negatif terhadap syariat islam akibat dari arus globalisasi,
yang telah memperlambat jalannya syariat islam. Fenomena-fenomena yang
terjadi antara lain masyarakat muslim belum mampu menyaring derasnya arus
informasi global dari budaya barat yang bersifat negatif, kebanyakan dari
masyarakat muslim mengalami krisis ekonomi, sehingga memperlamban upaya
peningkatan SDM, masyarakat masih termakan dengan isu-isu jangka pendek
yang bersifat sementara akibat dari kurangnya wawasan mereka, kurangnya
pergaulan para mubaligh aceh dalam percatuan nasional dan internasional. Dari
fenomena-fenomena diatas, memaksa kita untuk berfikir bagaimana seharusnya
sikat masyarakat dalam melaksanakan syariat islam di aceh ini.
73 Alyasa Abubakar, Penerapan Syariat Islam Di Aceh Upaya Penyusunan Fiqih Dalam
Negara Bangsa. (Dinas Syariat Islam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. 2008), hal. 53
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Pendekatan Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis mengenai pembelajaran multikultural
ini adalah deskriptif analitis dengan jenis penelitian lapangan (field research)
yaitu suatu penelitian yang bertujuan melakukan studi yang mendalam
mengenai unit social sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir
dengan baik dan lengkap mengenai unit social tersebut.74 Dengan penelitian
lapangan penulis akan analisis terhadap implementasi pembelajaran
multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak
Budidharma Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang
diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak
Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di
lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah sehingga dapat dideskripsikan secara tertulis dalam
mewujudkan kebijakan ke depannya. Penelitian lapangan dilakukan karena
penulis terjun langsung ke lapangan dan ikut terlibat.75
2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena untuk
mendeskripsikan implementasi pembelajaran multikultural di lembaga
74 Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal.8. 75 J .R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulan, (Jakarta:
Grasindo, 2010), hal.9.
63
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang
diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-
Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran
multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-
Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah. Moleong menyatakan
sebagaimana yang dikutip oleh Kirk dan Miller bahwa penelitian
kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
(social science) yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
manusia dalam kawasannya sendiri dan berkenaan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.76 Dari sinilah
penulis melakukan pengamatan mengenai implementasi pembelajaran
multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-
Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa
saja yang diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman
Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil
pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di
Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah
sehinggapendidikan multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini
bisaterungkap.
76 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
hal. 3.
64
B. Objek dan Subjek Peneltian
Objek penelitian ini adalah Taman Kanak-Kanak Budi. Subjek Penelitian ini
terdiri dari Subjek Primer dan sejunder yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data utama penulis adalah mengacu kepada apa yang
dikemukakan Sugiyono, pengambilan sampel atau penentuan sumber data
dalam penelitian kualitatif adalah menggunakan purposive sampling.
Artinya, penentuan sumber datanya dengan pertimbangan tertentu.77
Sumber data peneliti adalah kepala sekolah, guru sebagai orang yang
terlibat pada kegiatan penulisan dan mempunyai informasi yang
dibutuhkan dalam pemerolehan data. Selain itu peneliti menetapkan
sumber data lain yang memberikan data yang lebih lengkap sehingga
dapat membantu ter-cover-nya pemerolehan data. Adapun sumber data
lain adalah orang tua anak. Sumber-sumber data tersebut dianggap telah
memadai, artinya telah sampai kepada taraf redundancy yaitu datanya
telah jenuh, sehingga jika ditambah sumber lagi tidak akan memberi data
baru lagi.78
Data dari kepala sekolah dapat diperoleh untuk penjelasan
implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah,
nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
77Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 300. 78Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan.......Ibid., hlm. 302.
65
Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pendidikan multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
2. Sumber data sekunder
Sumber data pendukung ini meliputi dokumen lembaga pendidikan
anak di Taman Kanak-Kanak Budidharmabaik dokumen tertulis seperti
peraturan sekolah, jadwal pelajaran, indikator kurikulum, kalender
pendidikan, kegiatan anak dan dokumen yang tidak tertulis. Sumber-
sumber data tersebut dianggap telah memadai, artinya telah sampai
kepada taraf redundancy (datanya telah jenuh, sehingga jika ditambah
sumber data lagi tidak akan memberi data baru lagi).79
C. Teknik Pengambilan Subjek
Teknik pengambilan subjek pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
populasi yaitu menggunakan keseluruhan subjek primer maupun sekunder.
Penentuan informan, penulis menggunakan model snow ball sampling yang
tujuannya dapat memperluas subjek penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data terkait implementasi pembelajaran multikultural
di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan
pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga
79Sugiyono, MetodePenelitian Pendidikan.......Ibid., hal. 302.
66
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten
Aceh Tengahdilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Pengamatan (observation)
Melalui pengamatan, penulis mengamati objek di lapangan.
Praktisnya, penulis mengamati tentang hal yang berkaitan dengan
implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah,
nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah. Penulis cenderung menggunakan penggabungan
dari overt dan covert observation. Artinya, penulis melakukan observasi
secara terang-terangan (overt) yaitu dengan menyatakan kepada semua
sumber data bahwa penulis melakukan riset tentang pendidikan
multikultural.
Pada saat tertentu dan lain waktu penulis juga menggunakan
pengamatan secara samar (covert). Hal ini dilakukan untuk menghindari
keberadaan data yang tersembunyi, karena bisa jadi data tersebut menjadi
data yang paling penting. Untuk kesempatan tertentu, penulis juga
memanfaatkan observasi partisipatif agar data yang diperoleh lebih
67
lengkap dan tajam yaitu dengan keikutsertaan penulis mendampingi guru
dalam proses pembelajaran.
2. Wawancara (inerview)
Penulis menggunakan teknik wawancara semiterstruktur yaitu
dengan melakukan wawancara mendalam (in-depth interview). Penulis
mewawancarai para sumber dengan lebih terbuka, dan mendapatkan ide-
ide dari sumber data. Hasil wawancara tersebut penulis amati secara teliti
dan mencatat hasil dalam catatan penulis. Untuk wawancara ini juga
menggunakan model interview terbuka berstandar yaitu interview yang
mempunyai pedoman, pertanyaan bersifat terbuka, tetapi tersusun secara
standar.80 Melalui wawancara dengan sumber data yang berhubungan
dengan tema penelitian.
3. Dokumentasi (documentation)
Penulis melakukan dokumentasi dengan berbentuk tulisan yang
meliputi RPPT, RPPS, RPPH, kurikulum, catatan kegiatan atau event
yang melibatkan anak dalam pelaksanaan pembelajaran multikultural.
Dokumentasi berbentuk gambar meliputi foto kegiatan pembelajaran,
kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan multikultural. Melalui
dokumentasi, penulis memperoleh data-data penting seperti deskripsi
tentang tema penulisan, uraian pendukung obyek penulisan.
80 Nana SyaodihSukmadinata, MetodePenelitian Pendidikan (Bandung: PT
RemajaRosdakarya, 2009), hal. 113.
68
4. Triangulasi Data
Penulis menggabungkan data dari berbagai sumber dan teknik
pengumpulan data untuk mencari data yang kredibilitas.Hal tersebut
senada dengan ungkapan Sugiyono yaitu, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telahada.81 Dalam teknik
triangulasi ini, penulis menggunakan triangulasi teknik dan sumber.
Dengan triangulasi teknik, penulis menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Dengan triangulasi ini penulis
mengumpulkan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data tentang
implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah,
nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah. Selain triangulasi teknik, penulis menggunakan
triangulasi sumber untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-
beda dengan teknik yang sama.
E. Istrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah:
1. Pedoman observasi
81Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif..... Ibid, hal. 330.
69
Pedoman observasi ini penulis gunakan untuk panduan dalam mengamati
objek penelitian. Yang paling dominan pengamatan ini lebih focus kepada
proses belajar mengajar. Penulis mengamati sikap anak dalam
pembelajaran dan mengamati guru yang menjadi contoh utama dalam
pembelajaran.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara ini penulis gunakan untuk acuan dalam proses tanya
jawab terhadap guru, anak pada Taman Kanak-Kanak Budidharma.
3. Pedoman dokumentasi
Pedoman dokumentasi ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data
berbentuk tulisan maupun gambar seperti RPPT, RPPS, RPPH,
kurikulum, catatan kegiatan atau event yang melibatkan anak dalam
pelaksanaan pendidikan multikultural.
F. Teknik Analisa Data
Penulis menganalisis data dengan analisis data model Miles dan
Huberman selama berada di lapangan. Aktivitas dalam analisis data meliputi
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Detail
proses analisis data penulisan ini ditunjukkan oleh gambar berikut.
70
Gambar
Komponen dalam Analisis Data82
Langkah pertama dalam menganalisa adalah mereduksi data yaitu
penulis merangkum semua hasil wawacara, memilih hal yang pokok,
memfokuskan pada yang penting serta membuang hal yang tidak penting.
Misalnya hasil wawancara dari seluruh sumber dikumpulkan dan dirangkum
bagian-bagian antara implementasi pembelajaran multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten
Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural apa saja yang diterapkan pada lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten
Aceh Tengah dan hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan
anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah.
Langkah kedua yaitu mendisplaykan data. Penulis membuat bagan,
hubungan antar kategori. Misalnya dengan membuat bagan bagian analisis
RPPT, RPPS, RPPH, kurikulum, catatan kegiatan atau event yang melibatkan
anak dalam pelaksanaan pendidikan multikultural. Bagan tersebut dipisahkan
82Ibid., hal. 337.
71
dan digabungkan atau dideskripsikan dengan bentuk kata-kata yang dirangkai
menjadi kalimat. Proses analisis dilakukan ketika pembuatan bagan sampai
selesai pembuatan bagan.
Langkah ketiga yaitu verifikasi atau membuat kesimpulan.
Kesimpulan ini menjawab dari rumusan masalah yaitu implementasi
pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman
Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah, nilai-nilai multikultural
apa saja yang diterapkan pada lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman
Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah dan hasil pembelajaran
multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak
Budidharma Kabupaten Aceh Tengah.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang penulis lakukan adalah merumuskan masalah,
melakukan studi pendahuluan atau penelitian terdahulu, mengumpulkan teori-
teori, menentukan desain penelitian, membuat instrumen, mengumpulkan
data, menganalisis data, membuat kesimpulan serta membuat laporan.
72
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN DALAM PENELITIAN
A. Deskripsi dalam Penelitian
1. Gambaran Umum Taman Kanak-kanak Budi Dharma
Taman Kanak-Kanak Budi Dharma beralokasikan di kampung asir-
asir Asia kecamatan Lut Tawar Takengon kabupaten Aceh Tengah.
Pendidikan disini mengakomodir anak didik yang berkisar pada rentang usia
antara 4 s/d 6 tahun, dengan lama pendidikan berkisar antara I s/d 2 tahun.
Lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak Budi Dharma Kabupaten Aceh
Tengah. Didirikan pada pada tahun 1985 oleh Pastor James Baratayudha
Missionaris berasal dari negara india. Sejarah didirikannya TK Budi Dharma
di kampung asir-asir asia dikarenakan warga di sana lebih banyak menganut
agama kristen dan budha serta mayoritas penduduk warga cina. Sampai saat
ini TK Budi Dharma semakin menunjukkan kelebihannya yakni mendapatkan
beberapa penghargaan baik dari kabupaten maupun dari propensi, dan saat ini
TK Budi Dharma telah mencapai status sekolah dengan Akreditasi A dari
pusat dalam hal pendidikan umum serta keadaan sarana dan prasarana
sekolah memadai. Adapun visi dan misi Yayasan Taman Kanak-kanak Budi
Dharma Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah adalah “menjadikan
wadah dan sarana dalam mewujudkan cinta tuhan yang mendidik manusia
secara utuh dengan semanagat cinta kasih sederhana dan persaudaraan”.
Sedangkan misinya adalah menyelenggarakan pendidikan akademik yang
73
bermutu dan profesional, menyelenggarakan proses belajar mengajar sesuai
dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku berdasarkan nilai-nilai agama,
mendidik agar lebih mandiri dengan semangat juang belajar yang sportif,
jujur, dan sopan. Tujuan didirikannya Taman Kanak-Kanak Budi Dharma
adalah menghasilkan kelulusan/tamatan yang berkualitas, mendorong murit
untuk tekun dan setia dalam segala bidang pelajaran, mewujudkan
pengabdian pada pendidikan dan mampu menyelesaikan masalah baik
dilingkup sekolah secara bersama, secara pribadi, berusaha meningkatkan
kualitas belajar untuk mencapai keunggulan, membangun kekuatan moral/
akhlak dan intelektual yang memadai. Motto Taman Kanak-kanak Budi
Dharma adalah membangun persaudaraan yang mengimani bahwa tuhan
adalah ada semua orang. Tenaga guru di TK Budi Dharma Kecamatan Lut
Tawar Kabupaten Aceh Tengah berjumlah 11 orang tenaga pengajar. Namun
menurut pengakuan kepala sekolah bahwa yayasan tidak menyediakan guru
yang beragama Buddha sebab peserta didik yang akan diajarkan sangat
sedikit berkisar 2-5 saja.
2. Gambaran Implementasi Pembelajaran Multikultural Di Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma pada
mulanya dicetuskan bersamaan dengan awal mula didirikannya sekolah ini,
karena tujuannya adalah menjaga kasih bagi semua alam. Setelah itu para
pendidik mengajari anak didiknya untuk selalu berdampingan pada perbedaan
sehingga bersatu padu. Alhasil penerapan Pembelajaran multikultural di
74
Taman Kanak-Kanak Budidharma masih diberikan kepada anak didik sampai
sekarang ini.83 Tujuan Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak
Budidharma adalah agar anak mampu menghadapi perbedaan yang akan
menghiasi dinamika kehidupan serta perbedaan tersebut akan berlanjut sampai
kapanpun.84 Salah satu orang tua yang mengatakan bahwa “saya
menyekolahkan anak disini karena disini mengakomodir pendidikan bagi non
muslim, sehingga generasi kami yang minoritas tetap mendapatkan pelayanan
sesuai keyakinan yang kami anut”. Dengan begitu, sekolah sebagai bentuk
layanan pendidikan masyarakat dapat memberi pelayanan sesuai kebutuhan.
Para orang tua cenderung motifasi anaknya untuk mendapatkan sebuah
pendidikan minoritas bukan berarti harus pergi ke tempat mayoritas satu
keyakinan, namun cukup berada di daerah yang menerima segala perbedaan.
Salah satunya daerah Aceh yang terkenal seantero akan syariah yang
ditegakkan. Kenyataannya, tidak sedikit bagi kaum muslim yang menjadi
mayoritas bagi kaum non muslim. Lebih jelasnya disebut minoritas tergantung
siapa dan dimana kaum tersebut berada. Minoritas dan mayoritas tidak
menjadi soal publik tatkala mampu berdampingan dan saling toleransi.
Pemberian pengetahuan tentang multikultural yang dilakukan oleh Taman
Kanak-Kanak Budidharma menjadi pilihan yang bijaksana. Aktualisasi
pemberian pengetahuan tentang multikultural, anak-anak diajak untuk selalu
bersikap santun terhadap sesama. aktualisasi pembelajaran multikultural di
Taman Kanak-Kanak Budidharma dilakukan dengan lingkungan belajar yang
83Wawancara dengan Bu Sovia pada 23 Agustus 2018 pukul 09.00. WIB 84Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB
75
aman, nyaman dan pengetahuan serta pengalaman pendidik dalam memberi
pengetahuan tentang multikultural yang disesuaikan dengan perkembangan
anak. Lingkungan yang aman ini seperti yang dikatakan oleh kepala Taman
Kanak-Kanak Budidharma yaitu bahwa:
“...letak kegiatan belajar mengajar ini memang sudah didesain untuk
keamanan anak, yaitu dekat lingkungan gereja sehingga untuk menjadi ikonik
bahwa sekolah ini memang inklusif untuk muslim dan non muslim, kami
menerima muslim karena pendidik dan mayoritas disini adalah muslim,
sehingga kami mengakomodir pendidikan muslim dan non muslim”85
Menurut penulis, lingkungan yang aman ini difungsikan sebagai
pengadaan kegiatan pembelajaran yang diusahakan untuk peserta didik seperti
ikon dekat gereja supaya masyarakat non muslim mengetahui bahwa terdapat
layanan pendidikan serta para pendidik semuanya adalah muslim kecuali
kepala sekolah. Hal ini menjadikan keyakinan tersendiri bagi penulis bahwa
Taman Kanak-Kanak Budidharma menerapkan pendidikan multikultural.
Penerapan dari pengetahuan serta pengalaman pendidik dalam memberi
pengetahuan tentang multikultural yang disesuaikan dengan perkembangan
anak yaitu dengan menerapkan pengetahuan tentang multikultural, serta sikap
atau nilai terhadap adanya multikultur. Langkah yang dilakukan dengan
pembuatan RKH, RKH ini disesuaikan dengan usia anak.
Secara umum, cara yang digunakan guru dalam memberikan pengetahuan
tentang multikultural kepada anak adalah melalui cerita-cerita yang sudah ada
di buku cerita. Dalam tataran praktis, hanya sebagian kecil saja, misalnya
mengenai praktek ibadah. Jelaslah, bahwa pembelajaran di Taman Kanak-
85Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB
76
Kanak Budidharma di KB tidak hanya di dalam kelas, hal ini seperti ungkapan
kepala Taman Kanak-Kanak Budidharma bahwa:
“...selain pembelajaran multikultural dalam lingkungan saat
pembiasaan di kelas, anak-anak diajak untuk mengalami pembelajaran di
alam terbuka, seperti pada event perayaan hari besar agama.86
Keberadaan Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak
Budidharma didukung pernyataan orangtua yang mengatakan:
“...contoh kegiatan multikultural seperti kegiatan pembiasaan di pagi
hari, saya mendengar anak-anak menyanyi dengan berbagai bahasa yaitu
bahasa indonesia, bahasa inggris, bahasa arab dan bahasa mandarin”87
Selain itu Taman Kanak-Kanak Budidharma menanamkan nilai-nilai
kebajikan dan kemanusiaan, seperti menyayangi teman, binatang dan
tanaman, menjaga lingkungan, serta bersyukur atas anugerah Tuhan. Taman
Kanak-Kanak Budidharma juga mendorong siswa yang berasal dari berbagai
latar belakang suku dan budaya (misalnya Cina, Gayo, Jawa, Thailand, dll.)
untuk berbagi cerita atau berbagai hal yang khas dari mereka sehingga anak
dapat menerima perbedaan sebagai sebuah karakter dasar manusia.
Kemampuan menghargai dan menghormati perbedaan ini merupakan bagian
dari program pendidikan untuk membekali anak dengan kemampuan adaptasi
ketika berada dalam masyarakat majemuk.
Sebagaimana yang diungkap oleh Kepala Sekolah bahwa ada empat agama
yang bersekolah di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma yakni Muslim,
Khatolik, Protestan, serta Budha. Menurut pengakuan kepala sekolah untuk
86Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB 87Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September 2018
pukul 08.00. WIB
77
pengajar agama budha tidak disediakan dikarenakan anak-anak yang
menganut agama budha hanya sedikit berkisar 2-5 orang anak. Penyebutan
bagi orang islam adalah muslim sedangkan agama selain islam disebut non
muslim.
Melalui pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma,
seorang anak bisa diantarkan untuk dapat memandang pluralitas
keindonesiaan dalam berbagai aspek, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
agama sebagai kekayaan spiritual bangsa yang harus dijaga kelestariannya.
Dengan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma ini
diharapkan mampu memberikan dorongan terhadap penciptaan perdamaian
dan upaya menanggulangi konflik yang akhir-akhir ini marak, sebab nilai
dasar pendidikan pluralisme adalah penanaman dan penerapan nilai toleransi,
empati, simpati, dan solidaritas sosial. Ketika pada umumnya orang-orang
mempunyai rasa toleransi yang tinggi, rasa solidaritas yang tinggi pula pasti
tidak akan memandang dengan sebelah mata. Kepala TK mengatakan bahwa
“Anak-anak yang masuk dalam lembaga ini beraneka ragam, budaya, suku
dan agama. Di sini juga pernah ada anak yang dari papua, ada jawa, ada anak
cina, thailand dan begitu juga bermacam-macam agama nya.88 Dari ragamnya
asal para anak didik, dijadikan dasar untuk menyatukan rasa walau beda asa.
Dalam prinsipnya Taman Kanak-Kanak Budi Dharma tidak menekankan
untuk pembelajaran agama, namun lebih kepada prinsip umum pendidikan.
Kerjasama serta komunikasi guru yang diterapkan memberikan contoh kecil
88Wawancara dengan kepala sekolah pada 23 Agustus 2018 pukul 08.20. WIB
78
terhadap peserta didik untuk bersosial dengan teman-teman yang berbeda
agama dengannya.
Dalam penyampaian pengetahuan mengenai pembelajaran multikultural,
pendidik memberikan kosa kata kepada anak supaya meningkat kosa katanya
dan mengenalkan nama-nama yang terdapat pada apa yang diberikan pada
anak.89 Nasution mengungkapan “either we lead the children through
knowlegde of names to that of things or else through knowlegde of things to
that names.90 Pemberian kosa kata ini juga beserta maknanya seperti yang
dijelaskan pendidik di Taman Kanak-Kanak Budidharma ketika pembelajaran:
“masjid merupakan tempat ibadah muslim, gereja adalah tempat
ibadah orang kristen”.91
Pembelajaran multikultural tidak serta merta kebijakan mandiri, namun
berasal dari kurikulim dinas dan diitegrasikan dengan kurikulum yayasan budi
dharma. Sebagaimana yang dijelaskan oleh ibu Sovia, yaitu:
Taman Kanak-Kanak Budi Dharma tidak hanya mengikuti kurikulum
Nasional dari Dinas Pendidikan, tetapi sekolah juga memiliki acuan kurikulum
dari TK Budi Dharma Sendiri untuk menyesuaikan kebutuhan sekolah dalam
meningkatkan kualitas pelajaran yang sesuai dengan keadaan.
Pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak Budidharma tentu
tidak secara otodidak namun dengan proses persiapan dalam pembelajaran:
“guru membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH), memilih media
dan metode. Langkah-langkah pembuatan RKH meliputi perencanaan yang
89Wawancara dengan Ibu Erni, Guru Taman Kanak-Kanak Budi Dharma pada 10
Oktober 2018 pukul 08.20. WIB 90 Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Bumi Aksara; Jakarta, 1995), hlm. 112 91 Observasi pembelajaran pada Taman Kanak-Kanak Budi Dharma, pada tanggal 10
oktober 2018 pukul 09.00.
79
akan ditulis dalam bentuk RKH, kegiatan pembelajaran, alat yang digunakan,
penilaian.”92
Untuk keterangan yang menyeluruh mengenai kegiatan yang sudah
dijelaskan di atas, berikut ini adalah teknis pembelajaran multikultural di
Taman Kanak-Kanak Budidharma:
1) Perencanaan
Perencanaan yang dikonsepakan oleh Taman Kanak-Kanak Budi
Dharma meliputi rencana tahunan, rencana semester dan rencana harian.
Rencana ini dibuat untuk mempermudah dan meninjau sejauh mana hasil
pembelajaran. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap
kegiatan pengelolaan. Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan
akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan
yang diinginkan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah
suatu proyeksi tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan
yang mencakup identifikasi dan dokumentasi kebutuhan, spesifikasi hasil
yang dicapai dari tiap kebutuhan.93 Kegiatan perencanaan merupakan
suatu pendekatan yang terorganisir untuk menghadapi problema-problema
di masa yang akan datang. Perencanaan menjembatani jurang pemisah
antara posisi kita sekarang dengan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan
dapat menjawab tentang siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana
92Wawancara dengan kepala sekolah pada 24 September 2018 pukul 08.20. WIB
93 Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineke Cipta, 2010), hal. 2
80
tindakan-tindakan tersebut dapat dilaksanakan.94 Rencana pembelajaran
multikultural sebagaimana di bawah ini:95
a. Tema diri sendiri
Pada tema diri sendiri sub tema identitas diri, materi yang
disampaikan adalah manusia ciptaan Allah; berbicara sopan
menggunakan kata tolong atau maaf; mengetahui mengenal nama,
alamat, usia dan jenis kelamin; kebiasaan tidak tergantung pada orang
lain, merapikan pakaian sendiri, memilih makanan atau minuman
yang sehat, taman (nama ciri-ciri kesukaan tempat tinggal), motorik
kasar, mengenal alamat sekolah atau mengenal alamat teman. Tema
tema diri sendiri sub tema angota tubuh, materi yang disampaikan
adalah tubuhku ciptaan Allah, menjaga anggota tubuh, menunjukkan
gambar tubuh yang sehat, menggerakkan anggota tubuh, menyebutkan
anggota tubuh dan merawatnya, membiasakan hidup sehat, nama
anggota tubuh, menunjukkan perbedaan gambar berbicara dengan
sopan, mengenalkan perbedaan anak yang gemuk dan yang kurus,
menjaga kebersihan makanan, anak mampu menunjukkan bagian-
bagian anggota tubuh, menjaga kerapian pakaian, nama anggota
tubuh, bagian tubuh.
b. Tema tanah airku
Pada tema tanah airku sub tema desaku, materi yang direncanakan
adalah tata cara kehidupan yang dianjurkan di dalam Al-Qur’an,
94 Muhammad Rasyid Ridla, Perencanaan dalam Dakwah Islam, Jurnal Dakwah, Vol.IX
No.2 Tahun 2008, hal.149. 95 Dokumentasi RPS dan RPPH Taman Kanak-Kanak Budi Dharma
81
gotong royong sebagai rasa syukur kepada Allah, kebersihan adalah
sebagian dari iman, gotong royong menjalin silaturahmi, selalu aktif
dalam kegiatan gotong royong, menjalin hubungan dengan baik antara
satu keluarga dengan keluarga yang lain, kebiasaan tidak tergantung
pada orang lain, menjawab dengan tepat ketika di tanya. Pada tema
tanah airku subtema Suku bangsa di Indonesia, materi yang
direncanakan adalah Allah menciptakan manusia dengan bermacam-
macam suku, saling menghargai antara suku yang ada di sekitar
lingkungan, menggunakan gerakan secara terkontrol seimbang dan
lincah dalam menirukan gerakan yang teratur, menghargai karya
teman, mengungkapkan keinginannya, menghargai keindahan diri
sendiri, karya sendiri atau orang ain alam dan lingkungan sekitar. Pada
tema tanah airku Subtema Lambang Negara, materi yang
direncanakan adalah mengetahui lambang negara ciptaan manusia,
menghargai bendera negara Indonesia, mengenal lambang negara,
mengenal gambar burung garuda, nama-nama pahlawan, memiliki
sikap kepahlawanan, melengkapi kalimat sederhana, menunjukkan
hasil karya anak.
c. Tema Lingkungan
Pada tema lingkungan Sub tema keluargaku, materi yang
direncanakan adalah keluarga ciptaan Allah, rasa bersyukur karena
mampunyai keluarga, kebiasaan anak makan makanan bergizi dan
seimbang, kebiasaan menyalami orang tua saat berangkat dan pulang
82
sekolah, bertanggung jawab atas tugas yang diberikan, mengurutkan
anggota keluarga, terbiasa mengikuti aturan yang ada di keluarga,
merespon dengan tepat saat mendengar cerita, mengungkapkan
keinginannya dan menceritakan kembali, menghagai keindahan dalam
keluarga, mengenal berbagai hasil karya dan aktivitas seni. Pada tema
lingkungan subtema rumahku, materi yang direncanakan adalah kayu
ciptaan Allah, mensyukuri ciptaan Allah, cara merawat kebersihan
rumah, membiasakan hidup bersih, pengelompokan berdasarkan
warna, bentuk, ukuran dan fungsi, lingkungan geografis (pedesaan,
pantai, kota dan pegunungan), menganal bagian rumah, selalu
menyelesaikan tugas sampai tuntas, warna dan bentuk, menjiplak
huruf, permainan warna dengan berbagai media, mengenal berbagai
hasil karya. Pada tema lingkungan subtema sekolahku, rencana materi
yang disampaikan adalah Allah menciptakan manusia dengan segala
posisi yang berbeda (guru dan kepala sekolah), mensyukuri adanya
sekolah sebagai tempat menimba ilmu, doa sebelum dan sesudah
belajar, cara merawat kebersihan, bentuk tiga dimensi geometri,
tempat-tempat umum (sekolah, pasar, kantor pos), kebiasaan menyapa
guru saat penyambutan, menghargai karya teman, mentaati (mematuhi
peraturan yang ada), menyesuaikan diri, mengendalikan emosi dengan
cara yang wajar, bercerita tentang gambar.
d. Kebutuhanku
83
Pada tema kebutuhanku subtema makanan dan minuman, rencana
materi yang disiapkan adalah mengetahui makanan dan minuman
adalah ciptaan Allah, mensyukuri makanan dan minuman sangat
berguna bagi manusia, rasa ingin tahu macam-macam minuman, cara
merawat dan merapikan tempat makan, mengetahui cara makan dan
minum yang baik, cara memilih makanan dan minuman yang sehat,
kebiasaan tidak bergantung pada orang lain. Pada tema kebutuhanku
subtema pakaianku, materi yang direncanakan adalah mempercayai
bahwa pohon kapas ciptaan Allah untuk membuat baju, terbiasa
merawat kebersihan pakaian, membiasakan anak memakai pakaian
bersih, membiasakan anak senang menceritakan impiannya, bangga
menunjukkan hasil karya, dapat mengenal manfaat pakaian, mengenal
pakaian adat gayo.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan atau aktualisasi pembelajaran multikultural dikombinasikan
dengan kurikulum yayasan yang termuat dalam indikator-indikator
kegiatan. Secara rinci, aktualisasi pembelajaran multikultural tersebut
adalah:
a) Tema diri sendiri
Aktulisasi pembelajaran multikultural di daerah syariat Islam bersifat
menghargai lingkungan setempat. Para pendidik yang semua berlatar
belakang muslim dan kepala sekolah yang berlatar belakang non
muslim maka nilai Islam tersebut dikombinasikan dengan nilai-nilai
84
non muslim. Pada tema diri sendiri sub tema identitas diri, materi yang
disampaikan adalah seperti manusia ciptaan Allah. Pra pembelajaran,
anak melakukan pembiasaan baris halaman dengan kegiatan menyanyi
bertepuk dan gerak. Pembiasaan hafalan surat pendek, anak-anak
muslim bersikap tangan menengadah ke atas sedangkan non muslim
bersikap tangan dilipat. Bagi non muslim, mereka memahami bahwa
ketika membaca surat pendek non muslim diam tidak menirukan,
namun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa anak yang mengikuti
membaca surat pendek. Sebagaimana gambar di bawah ini:96
Gambar
Pembiasaan Membaca Surat Pendek
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa guru memberi intruksi
bagi yang muslim tangan di atas sedangkan non muslim tangan dilipat.
Anak-anak dengan keyakinan pribadi mengetahui sikap yang diambil
dan saling menghargai bagi yang lainnya tanpa membedakan. Pasca
pembiasaan, anak-anak diberikan penjelasan mengenai manusia
96 Observasi kegiatan pembiasaan pagi hari di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma
85
pertama kali di dunia, untuk anak muslim dijelaskan mengenai cerita
Nabi Adam sedangkan non muslim diberikan kisah manusia pertama,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Kepala Sekolah “Allah melihat
semua yang diciptakanNya adalah baik tetapi belum ada manusia.
Lalu Allah berfirman “Baiklah kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa kita”, Tuhan mengambil debu tanah yang dibentuk
manjadi manusia, lalu Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam
manusia sehinga manusia itu hidup. Allah membawa semua binatang
kepada Adam namun tidak satupun yang bisa menjadi sahabat yang
sungguh baik”, lalu Tuhan menciptakan sesesorang bisa menjadi
sahabat. Tatkala adam tidur nyeyang, Allah mengambil rusuknya dan
dijadikan seorang perempuan, adam bahagia. Pada hari ketujuh Allah
telah menyelesaikan pekerjaan-Nya maka berhentilah Allah pada hari
ketujuh, lalu Allah memberkati hari ketujuh dengan hari kudus.97
Cerita tentang kisah nabi bagi muslim dan non muslim dibedakan
kelasnya sehingga tidak membaurkan antara nabi bagi orang muslim
dan non muslim karena merupakan proses pematangan beragama
sehingga sekolah selektif dalam hal penyampaian akidah. Kegiatan
berbicara sopan menggunakan kata tolong atau maaf dilakukan dengan
anak mempraktekkan secara langsung sehingga pembelaran tampak
kontekstual dan anak dapat menerapkan pasca pulang sekolah.
Kegiatan mengetahui mengenal nama, alamat, usia dan jenis kelamin
97 Hasil observasi dengan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Budi Dharma,
86
sebagaimana guru memberikan contoh dalam mengenalkan diri dan
anak diberi pengetahuan bahwa dalam usia ada yang kecil dan besar,
bagi yang kecil menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang
muda begitu juga jenis kelamin terdapat yang laki-laki dan perempuan.
Laki-laki maupun perempuan sudah sewajarnya saling tolong
menolong. Kegiatan kebiasaan tidak tergantung pada orang lain
terlihat dari kemandirian dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan
merapikan pakaian sendiri sebagaimana ketika kegiatan pada sentra
bermain peran. Kegiatan memilih makanan atau minuman yang sehat
seperti kegiatan problem solving yang mana anak ditunjukkan dua
buah jenis makanan kue basah dan makanan instan. Guru menjelaskan
makanan yang baik dan kurang menyehatkan. Kegiatan mengenal
alamat sekolah atau mengenal alamat teman, guru meminta anak untuk
menyebut alamat anak dengan lengkap kemudian guru menanyakan
kembali alamat tersebut kepada anak lainnya, sehingga anak non
muslim mengenal atau mengetahui alamat anak muslim begitu pula
sebaliknya.
Tema tema diri sendiri sub tema angota tubuh, materi yang
disampaikan terkait pembelajaran multikultural adalah mengenalkan
perbedaan anak yang gemuk dan yang kurus sebagaimana guru
menjelaskan bahwa anak gemuk dan anak kurus juga merupakan
ciptaan Tuhan sehingga sebagai insanNya saling memberi kasih.
87
Ilustrasi yang diberikan guru berupa contoh konkrit berupa bentuk
gambar berikut:
Gambar
Beda Kurus Dan Gemuk
Dari gambar tersebut tersirat bahwa perbedaan besar kecil dalam
ukuran badan bukan untuk dijadikan dasar kekuatan namun disebabkan
anugrah sang Kuasa.
e. Tema tanah airku
Pada tema tanah airku sub tema desaku, materi yang disampaikan
sesuai pembelajaran multikultural adalah tata cara kehidupan yang
dianjurkan di dalam Al-Qur’an yang mana kegiatan ini diikuti oleh
beberapa anak baik muslim maupun non muslim sebagaimana guru
menyampaikan bahwa cara hidup yang baik sesuai al-Qur’an adalah
saling menjaga persatuan yang dilakukan dengan saling kasih. Selain
itu, kegiatan gotong royong sebagai rasa syukur kepada Allah. Selain
itu, tata cara hidup sesuai nilai Islam yaitu menjaga kebersihan. Anak
88
muslim maupun non muslim diajarin semboyan “kebersihan sebagian
dari Iman”. Iman yang merupakan ucapan dari dalam hati dan
dilakukan dalam praktik keseharian. Iman bukan hanya dimiliki oleh
anak muslim namun juga anak non muslim, yang mana iman baginya
aktualisasi suatu keyakinan sentral yang diajarkan oleh Yesus sendiri.
Kegiatan persatuan yang diajarkan adalah melakukan gotong royong
menjalin silaturahmi yaitu guru bercerita tentang gotong royong, anak
bermain peran dalam melakukan gotong royong di sekolah dan tanya
jawab tentang bagaimana cara membersihkan lingkungan. kegiatan
selalu aktif dalam kegiatan gotong royong yaitu guru dan anak
bercakap-cakap tentang cara kehidupan masyarakat yang ada di kota,
anak mewarnai gambar lingkungan yang ada di kota dan tanya jawab
tentang apa yang dapat dilihat di kota.
Pada tema tanah airku subtema Suku bangsa di Indonesia, materi yang
disampaikan adalah Allah menciptakan manusia dengan bermacam-
macam suku dengan cara bercerita tentang suku Gayo seperti
menyebut nama dan pakaian adat Gayo serta masakan tradisional
Gayo, mewarnai bendera merah putih sebagai bendera bangsa
Indonesia, menari dan mengikuti gerakan tari guel dari suku Gayo.
Kegiatan saling menghargai antara suku yang ada di sekitar
lingkungan yaitu dengan tanya jawab tentang macam-macam suku di
Indonesia, mewarnai gambar baju adat Gayo, bercerita tentang suku
anak masing-masing.
89
Pada tema tanah airku Subtema Lambang Negara, materi yang
disampaikan adalah mengetahui lambang negara ciptaan manusia
dengan bercerita tentang lambang negera yaitu burung garuda,
mewarnai gambar burung garuda. Kegiatan menghargai bendera
negara Indonesia dilakukan dengan mengadakan upacara bendera.
f. Tema Lingkungan
Pada tema lingkungan Sub tema keluargaku, materi yang disampaikan
adalah keluarga ciptaan Allah yaitu bercakap-cakap tentang manusia
ciptaan Allah, menghitung jumlah anggota keluarga yang ada dri
rumah, membiasakan mengucapkan salam kepada orang yang lebih.
Kegiatan rasa bersyukur karena mampunyai keluarga yaitu dengan
mendengar cerita tentang anggota keluarga yang ada di rumah,
mewarnai anggota keluarga, menyanyi lagu kasih ibu.
Pada tema lingkungan subtema sekolahku, materi yang disampaikan
terkait pembelajaran multikultural adalah berdoa sebelum belajar
bersama dengan teman. Anak-anak dibiasakan melakukan doa dengan
teman muslim maupun non muslim sehingga anak memahami cara
pribadi dalam melakukan praktik ibadah. Sebagaimana gambar
berikut:
90
Gambar
Berdoa bersama teman
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa anak-anak dalam
bersikap doa dalam mengembangkan moral agama anak dengan cara
multikultural yaitu sikap sebagai muslim tata cara berdoa dengan
tangan di atas sedangkan yang non muslim mendengarkan dengan
cara melipat tangan. Berdoa bersama dilakukan untuk saling mengenal
bahwa agama itu terdapat perbedaan, anak dilatih untuk mengenal
perbedaan, anak dilatih untuk saling menghargai dan anak mengenal
dengan adanya perbedaan agama tentu memiliki cara praktik ibadah
yang berbeda juga sehingga dengan adanya perbedaan dapat dijadikan
acuan untuk tetap bersatu. Ketika muslim selesai berdoa, yang non
muslim bersikap doa dengan cara sebagai gambar berikut:
91
Gambar
Sikap Doa
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa cara berdoa untuk non
muslim dengan cara guru meminta anak-anak menggunakan tangan
kanan, namun sebelum mulai berdoa, anak benyanyi hari Tuhan yang
berbunyi “Hari ini hari Tuhan, mari kita bersuka ria, hari ini harinya
tuhan. Happy ye ye ye happy ye, saya senang jadi anak Tuhan, siang
jadi kenangan malam jadi impian, cintaku semakin mendalam, setelah
anak berdoa dengan gerakan tangan kanan di kening, di hati kanan kiri
dan di dada dengan berbunyi “Dalam nama bapa, dan putra dan roh
kudus, amin”. Doa belajar bagi anak non muslim adalah Tuhan
berkatilah kami mau belajar, amin.
Kegiatan Allah menciptakan manusia dengan segala posisi yang
berbeda (guru dan kepala sekolah) yaitu dengan mengajari anak
memahami bahwa dalam lingkungan sekolah terdapat beberapa posisi
sebagai guru, kepala sekolah dan suster. Sebagaimana gambar di
bawah ini:
92
Gambar
Pengenalan posisi
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa Taman Kanak-Kanak
Budi Dharma mengenalkan siapa saja yang berada di sekolah antara
lain kepala sekolah, suster, guru. Pembejaran multikultural pada
daerah syariah Islam tidak hanya dilakukan di dalam ruangan namun
juga dilakukan di luar ruangan. Hal tersebut selain menjalinkan
interaksi sosial anak kepada pihak sekolah juga mengajari anak untuk
mengenal alam dan anak tidak terpaku bahwa belajar itu merupakan
yang beunsur dalam sekolah.
g. Kebutuhanku
Pada tema kebutuhanku subtema makanan dan minuman, materi yang
disampaikan terkait pembelajaran multikultural adalah mengetahui
makanan dan minuman adalah ciptaan Allah dengan mendengarkan
cerita kisah 2 ikan dan 3 roti yang terdapat dalam al-kitab.
Sebagaimana yang disampaikan guru bahwa “Yesus sedang pergi
93
menyingkir ke suatu tempat sunyi. Namun, banyak orang mengikuti
Dia, karena mereka melihat mujizat demi mujizat yang dilakukan-
Nya. Waktu itu hari sudah malam dan orang-orang itu belum makan.
Pada saat itu ada seorang anak yang membawa lima buah roti dan
dua ekor ikan. Yesus menyuruh mereka duduk di atas rumput.
Kemudian Dia mengambil roti dan ikan itu, menengadah ke langit,
mengucap berkat, lalu membagi-bagikan roti dan ikan tadi kepada
para murid untuk diteruskan kepada orang banyak. Setelah lima ribu
orang makan sampai kenyang, para murid mengumpulkan sisanya
lebih dua belas bakul penuh dengan iman seorang anak, si anak kecil
itu memberikan lima buah roti dan dua ekor ikan miliknya kepada
Tuhan. Dari peristiwa ini, kita diingatkan bahwa kalau Tuhan mau
memakai kita, Dia bisa! Sekalipun kita berpikir kita tidak siap atau
tidak mampu, Tuhan bisa memakai hal kecil yang kita punya dan
melipatgandakannya dengan begitu anak-anak dapat mensyukuri
makanan dan minuman sangat berguna bagi manusia. Cerita tersebut
dengan mencantumkan gambar sebagai berikut:
94
Gambar
Cerita 2 Ikan 5 Roti
Dengan cerita gambar tersebut lebih mempermudah anak dalam
memahami cerita karena melalui gambar sehingga aspek
perkembangan kognitif dan bahasa anak dapat berkembang. Pasca
bercerita, dilanjutkan dengan kegiatan mewarnai gambar roti. Pada
tema kebutuhanku subtema pakaianku, materi yang disampaikan
adalah dapat mengenal mengenal pakaian adat sebagaimana yang
dilakukan oleh Taman Kanak-Kanak Budi Dharma sebagai berikut:
Gambar
Mengenal Pakaian Adat
95
Dari gambar tersebut menjelaskan bahwa kegiatan mengenal pakaian
adat diaktualisasikan pada perayaan hari kartini. Nampak kepala
sekolah yang merupakan non musim berpakaian adat dengan rambut
berhijab. Perayaan kartini diperingati dengan pawai sekolah mengelili
sekitar sekolah sehingga selain mengenalkan eksistensi sekolah
kepada masyarakat juga dapat memperdalam cinta anak kepada
pemberian atau anugrah Tuhan berupa perbedaan sehingga dengan
banyaknya ragam pakaian adat nampak indah.
3) Penilaian
Selanjutnya penilaian pembelajaran multikutural dalam bentuk penilaian
atau hasil karya peserta didik. Penilaian pada Taman Kanak-Kanak Budi
Dharma belum memusatkan pada proses kegiatan, namun hanya mengacu
pada aspek perkembangan yang mana kegiatan pembelajaran multikultural
banyak yang tidak terlukis pada aspek perkembangan. Bentuk penilaian
yang dilakukan Taman Kanak-Kanak Budi Dharma berupa pemberian
bintang. Dalam prakteknya, sistem penilaian berupa bintang yang
diberikan oleh para pendidik yang ada di tangan ataupun buku kerja
peserta didik, kebanyakan hanyalah dipakai untuk menumbuhkan
semangat yang berkesinambungan dalam belajar mengetahui,
memahami, dan mengerjakan suatu hal yang baru atau yang sering
dilakukan. Peserta didik yang berada dalam ranah ini memerlukan
bimbingan pendidik untuk melakukan setiap kegiatan yang ada di
dalam ataupun diluar kelas. Sehingga tanda bintang merupakan
96
jembatan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih
giat lagi dalam belajar. Pemberian tanda pada buku kerja yang
langsung diberikan kepada peserta didik lebih bagus dari kenyataannya.
Maksudnya disini adalah banyak atau sedikit bintang yang diperoleh
bukanlah hasil asli dari sistem penilaian pendidik dalam ranah kanak-
kanak. Karena pendidik memiliki catatan tersendiri hasil penilaian yang
asli, yakni berupa SKH. Pemberian nilai yang dicatat dalam buku SKH
yakni Satuan Kegiatan Harian. Yang mana didalamnya terdapat
laporan hasil penilaian pendidik secara bertahap terhadap satu persatu
atas perkembangan kemampuan peserta didiknya melalui indikator
kegiatan belajar setiap harinya
3. Gambaran nilai-nilai multikultural yang diterapkan pada lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
Nilai multikultural yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak Budi
Dharma sebagaimana tertera pada pelaksaannya yang termuat pada
deskripsi nilai atau kompetensi inti yang diturunkan pada kompetensi
dasar dan dijelaskan secara rinci pada indikator. Deskripsi nilai yang
termuat adalah:
a. Kemampuan untuk selalu bergembira, rajin dan giat, energik, disiplin
dan sukacita dalam setiap karya yang ditugaskan.
Kompetensi dasar yang dijelaskan adalah:
1) Bergembira
97
Untuk melakukan gembira ini dilakukan dengan memberi senyum,
sapa, salam, sopan santun, sentuh (5S); menyanyikan lagu anak
dengan gembira; menceritakan pengalaman berlibur; menceritakan
pengalaman yang dialaminya dalam keluarga; menceritakan
pengalaman yang baru dialaminya; bergembira menerima tugas;
melakukan senam dengan gembira; menirukan suara binatang
kesayangan dengan gembira; bertepuk tangan variasi; menjawab
atau merespon pertanyaan.
2) Rajin dan giat
Untuk melakukan rajin dan giat ini dilakukan dengan merapikan
alat permainan; melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain;
berani pergi dan pulang sekolah sendiri bagi yang rumahnya dekat;
rajin datang sekolah; merapikan peralatan makan selesai makan;
menyiram bunga sekali seminggu; terlbat langsung dalam kegiatan
sains; merapikan alat tulis setelah dipakai; membuat berbagai
bentuk dari plastisin, melipat kertas sesuai dengan petunjuk;
menyimpan perlengkapan sekolah sesuai dengan tempatnya;
mengelompokkan benda sesuai dengan ukuran, bentuk dan warna;
memecahkan masalah sederhana
3) Energik
Untuk melakukan energik ini dilakukan dengan memainkan semua
permainan outdoor; menirukan gerakan binatang; menirukan
gerakan pohon yang ditiup; menirukan gerakan pesawat terbang;
98
merapikan kursi selesai kegiatan; melempar dan menangkap bola;
berlari seimbang; merangkak dan merayap; berjalan di atas papan
titian dengans seimbang; menggerakkan badan sesuai irama.
4) Disiplin
Untuk melakukan disiplin ini dilakukan dengan hadir tepat waktu;
menyelesaikan tugas sesuai waktu; membawa alat sekolah;
mengikuti kegiatan baris dengan tertib; mengikuti upacara bendera
dengan tertib; berpakaian rapi sesuai jadwal; minta ijin ke kamar
mandi; menyiram kamar mandi setelah menggunakan, membuat
tanda salib sebelum dan sesudah doa, mengikuti aturan permainan.
5) Suka cita
Untuk melakukan suka cita ini dilakukan dengan bersuka cita
dengan hasil karya sendiri; merayakan hari besar keagamaan;
merayakan hari pelindung sekolah; menyimah cerita keagamaan;
mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang diterima; memberi
pujian kepada teman; menjawab salam dengan semangat;
menggunakan barang yang dimiliki dengan syukur; melakukan
gerak dan lagu.
6) Cinta kasih
Untuk melakukan cinta kasih ini dilakukan dengan membiasakan
diri membagikan makanan kepada teman; peduli pada orang kecil;
menyayangi sahabat; menghormati yang lebih tua; menolong
teman yang terjatuh; memberi motivasi; memberi kado ulang tahun
99
kepada teman; menerima teman yang berkebutuhan khusus;
mengucapkan selamat kepada kawan yang ulang tahun; peduli
kepada yang lanjut usia. Adapun cerita dari guru mengenai kasih
sayang terhadap tanaman adalah:
“anak-anak, Tuhan itu menciptkan makhluk hidup tidak hanya
manusia, akan tetapi Tuhan menciptakan hewan, tumbuhan
dan segala macam yang ada di bumi, kita sebagai manusia
harus menyayangi semuanya. Begitu juga kita harus
menyayangi tumbuhan, kita tidak boleh menebang pohon
secara bebas, tidak boleh mencabut atau memotong tanaman
seenaknya saja, karena apa? tumbuhan itu sangat bermanfaat
loh buat kita, karena tumbuhan itu banyak menyimpan air dan
masih banyak lagi manfaatnya.”98
7) Ramah
Untuk melakukan ramah ini dilakukan dengan menunjukkan sikap
ramah; menyapa dan menjawab sapaan dengan ramah; mengajak
teman untuk bermain; berkomunikasi dengan orang yang ditemui;
menyapa lebih dulu; meminta tolong dengan sopan; menyapa
dengan senyum; menyambut kedatangan teman; menyapa guru di
mana saja; mengungkapkan pendapatnya secara terbuka.
Yang mana nilai tersebut dalam istilah Taman Kanak-Kanak Budi
Dharma adalah pransiskan atau cinta kasih. Nilai tersebut diajarkan
setiap hari di sekolah yang diaktualisasikan hingga di rumah.
Saling menebar cinta kasih bukan hanya kepada teman yang
seagama namun juga kepada yang lainnya. Sebagaimana kegiatan
halal bi halal yang mana merupakan hari perayaan kemenangan
98Wawancara dengan kepala sekolah
100
orang muslim dengan cara membersihkan diri. Kegiatan tersebut
sebagaimana berikut:
Gambar
Halal Bi Halal
Kegiatan halal bi halal dilakukan untuk mengajarka sikap saling
mengasihi atau cinta kasih terhadap sesama dan kegiatan tersebut
untuk mengembangkan aspek moral agama anak, sosial serta
emosional anak.
b. Kemampuan untuk mengutamakan dan meninggikan kaum papa dan
semua makhluk dengan cinta kasih, ramah, bersaudara, dan pembawa
damai serta bertoleransi. Kompetensi dasar nilai tesebut adalah:
1) Bersaudara
101
Untuk melakukan rasa bersaudara ini dilakukan dengan bermain
dengan semua teman; membuang sampah pada tempatnya;
menyayangi tanaman; bekerja sama dengan teman; menyayangi
binatang; mendengarkan dan memperhatikan teman bicara;
menanam tanaman di lingkungan sekolah; merawat tanaman di
lingkungan sekolah
2) Membawa damai
Untuk melakukan membawa damai ini adalah dengan memberi
maaf kepada teman yang bersalah; mendamaikan teman yang
berselisih; berbahasa santun dalam berbicara; minta maaf ketika
bersalah; melerai teman yang berkelahi; menasehati teman yang
bersalah; mengucapkan syair tentang damai; menyayikan lagu
damai, menyampaikan salam damai; senang berbagi senyum
3) Toleransi
Untuk melakukan toleransi ini adalah dengan menolong orang
yang membutuhkan; menghargai perbedaan jenis rambut;
menghargai perbedaan tarian dari setiap suku; menghargai
perbedaan suku, agam, warna kulit, bahasa, menghibur teman yang
sedih; bergembira dengan teman yang bergembira; gotong royong.
Adapun cerita dari guru mengenai toleransi adalah:
“anak-anak pada hari ini ibu akan menceritakan tentang
banyaknya agama-agama yang ada di Indonesia, yaitu
diantaranya adalah: ada agama islam, hindu, budha, konhuchu,
kristen dan katolik. Dengan banyak nya agama yang ada, kita
tidak boleh saling bermusuhan, bahkan kita tetap harus saling
mengasihi, menyayangi dan saling melindungi. Misalnya pada
102
suatu hari annisa (islam), afri (kristen). Annisa ini jalan-jalan
denga afri, ketika ditengah perjalanan itu annisa harus
melakukan ibadah solat, maka afri harus memberikan waktu
kepada annsia untuk melakukan ibadah terlebih dahulu. Tidak
boleh afri dengan egois tidak memberikan ijin kepada annisa
untuk beribadah.”99
Nilai tersebut dalam istilah non muslim adalah fraternitas atau
persaudaraan. Persaudaraan yang dilakukan dalam kesehariannya
adalah dengan berjabat tangan diiringi dengan persaudaraan (jabat
tangan dua kali dengan erat). Selain itu nilai fraternitas ini
dilakukan sebagaimana gambar berikut:
Gambar
Kegiatan Paskah
Kegiatan perayaan Paskah merupakan hari raya umat Kristiani
yang merayakan kebangkitan Yesus. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh kepala sekolah bahwa Kitab orang kristen adalah Injil, di
dalam Injil dielaskan bahwa Yesus mati di kayu salib pada hari
99Wawancara dengan BU Erni
103
Jumat Agung dan hidup kembali tiga hari kemudian. Paskah
dirayakan pada tanggal yang berbeda setiap tahun, antara 21 Maret
dan 25 April, tergantung pada kapan ada bulan purnama di musim
semi. Berkaitan dengan itu, terdapat beberapa tradisi modern yang
umum dilakukan. Seperti banyak orang mungkin sibuk memakan
telur cokelat di Paskah, tapi awalnya memakan telur tidak
diizinkan oleh gereja selama seminggu menjelang Paskah (dikenal
sebagai Pekan Suci). Sebagaimana yang dilakukan di Taman
Kanak-Kanak Budi Dharma yaitu menghias telur. Jadi telur-telur
yang diletakkan pekan itu disimpan dan dihiasi untuk membuat
mereka sebagai 'telur Pekan Suci', untuk kemudian diberikan
kepada anak-anak sebagai hadiah. Selain itu, anak-anak bersama-
sama menghias telur tersebut, sebagaimana gambar berikut:
Gambar
Menghias Telur Paskah
104
Dari gambar tersebut, selain dapat menghargai suatu perayaan
agama lain, dapat mengembangkan aspek sosial emosial yang
mana anak dapat berinteraksi secara langsung perayaan kawan
yang beda agama, dapat mengembangkan kognitif sebagaimana
proses anak dalam menghias telur, dapat mengembangkan seni
sebagaimana karya hias yang dilakukan anak, dapat
mengembangkan moral agama seperti merayakan hari besar
keagamaan.
c. Kemampuan untuk melakukan doa, pertobatan, hidup sederhana,
rendah hati, tulus, matiraga, rela, berkorban, kejujuran, tanpa pamrih
sebagai dasar hidup setiap orang. Kompetensi dasar dari nilai tersebut
adalah:
1) Doa
Untuk melakukan doa ini adalah dengan berdoa sebelum dan
sesudah kegiatan; mendoakan teman; mengucapkan doa “O Roh
Kudus”, mendoakan doa pokok katolik (Bapa Kami, salam maria,
kemuliaan); mengikuti ibadah dengan tertib; berani memimpin
doa; menyanyikan lagi rohani’ berdoa sebelum dan sesudah
makan.
2) Pertobatan
Untuk melakukan pertobatan ini adalah dengan mengakui
kesalahan; membedakan perbuatan baik dan buruk; menyayangi
105
teman; semakin bergembira datang ke sekolah; semakin berani
tampil di depan kelas; semakin menyayangi teman; semakin
menunjukkan sikap sopan; semakin jujur; semakin mampu
menggunakan bahasa indonesia yang baik; semakin mau
mendengarkan.
3) Hidup sederhana
Untuk melakukan hidup sederhana ini adalah dengan mau
melepaskan perhiasan pada jam sekolah; memakai fasilitas yang
disediakan sekolah; memakan makanan tanpa sisa; mau
melepaskan asesoris pada jam sekolah; menerima pemberian apa
adanya; merayakan ulang tahun dengan sederhana; gemar
menabung; cermat dan teliti; hemat.
4) Rendah hati
Untuk melakukan rendah hati ini adalah dengan berani meminta
yang dibutuhkan; menerima masukan dari sesama; menerima
kekalahan; meminta ijin bila menggunakan milik orang lain;
berteman dengan semua orang; menerima kegagalan pada saat
bermain; membahagiakan orang lain’ melayani teman (membagi
dan mengumpulkan buku, krayonn); menunjukkan rasa bangga atas
keberhasilannya; menunjukkan sikap optimis.
5) Tulus
Untuk melakukan tulus ini adalah dengan memberi kolekte saat
ibadah; menyayangi yang lebih muda; menghormati orang yang
106
lebih tua; membantu teman berhitung; membantu teman menulis;
membantu teman mewarnai; mendengarkan dengan sepenuh hati;
berbicara dengan lemah lembut; menunjukkan empati kepada
teman; memunculkan ide baru.
6) Mati raga
Untuk melakukan mati raga ini adalah dengan bersabar menunggu
giliran; berani berkata cukup (porsi permainan); menahan diri
untuk tidak bermain pada saat cuaca tidak mendukung;
mengungkap emosi secara wajar; membawa makanan yang diolah
di rumah; berani berkata cukup dalam bermain; memberi
kesempatan kepada teman untuk menggunakan permainan;
menahan diri tidak membawa mainan dari rumah menahan diri
untuk tidak meminta dibelikan mainan berlebihan
7) Rela berkorban
Untuk melakukan rela berkorban ini adalah dengan berbagi
permainan; memberi miliknya dengan senang hati; melakukan
perintah guru dengan sukarela; mengumpulkan aksi puasa; suka
menolong; mendahulukan teman pada saat antri; mengantar teman
ke kamar mandi; memungut sampah yang bukan miliknya; mau
mengalah; mengunjungi teman yang sakit
8) Kejujuran
Untuk melakukan kejujuran ini adalah dengan menyampaikan
masalahnya kepada guru; mengembalikan barang yang bukan
107
miliknya; menyampaikan informasi yang benar; melaksanakan
tugas dengan jujur; menyerahkan tabungan sebesar yang diberikan
orang tuanya; menghargai diri sendiri (memelihara kesehatan);
memiliki sikap ingin tahu; mengekspresikan perasaan; bangga
dengan kelebihan dan menerima kekurangan (bakat); bangga
dengan kelebihan dan menerima kekurangan (fisik)
9) Tanpa pamrih
Untuk melakukan tanpa pamrih ini adalah dengan membagi
makanan kepada teman; menyumbang pakaian layak pakai;
menolong teman mengikatkan tali sepatu; memberi sumbangan
kepada korban bencana; memberi sumbangan kepada orang tua
yang meninggal.
Nilai tersebut dalam istilah Taman Kanak-Kanak Budi Dharma
adalah adalah dina atau pengabdian. Nilai Dina dapat
diinterpretasikan dengan melakukan minta maaf karena prakteknya
adalah pertaubatan dengan tidak mengulangi kesalahan.
Pertaubatan dilakukan dengan mengakui kesalahan dan minta maaf
kepada oang yang disalahin. Nilai dina juga dapat terekspresikan
dengan melepaskan keinginan duniawi seperti pesan guru kepada
anak untuk tidak meminta kepada orang tua untuk membelikan
mainan yang tidak ada manfaatnya.
108
4. Gambara hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan
anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh
Tengah
Hasil penerapan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak
budi Dharma, menurut salah satu orang tua bahwa hasil dari yang sudah
diajarkan pihak sekolah adalah:
“Baik, anak saya bergaul dengan tetangga tanpa minder. Awalnya
anak saya enggan berteman dengan anak tetangga karena nampak wajah
kami adalah chines sehingga anak tetangga takut, dengan melihat
keramahan anak saya akhirnya anak saya bisa bersosialisasi dengan
tetangga, hal tersebut ya adanya perubahan dari sekolah di Budi
Dharma.”.100
Berdasarkan analisis tersebut bahwa dalam pembelajaran multikultural
di Taman Kanak-Kanak budi Dharma menggunakan cakupan
perkembangan yang dijadikan acuan yaitu aspek perkembangan kognitif,
fisik-motorik, sosial emosional, bahasa serta seni. Secara rinci, berikut
adalah penjelasan aspek-aspek yang berkembang yang berkaitan dengan
pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma.
a) Moral Agama. Aspek ini berkembang dengan dilakukannya kegiatan
yang mempunyai nilai-nilai sesuai agama masing-masing.
b) Kognitif. Aspek ini berkembang dengan dilakukannya kegiatan proses
mewarnai gambar saat materi cerita tentang kisah nabi, mengungkap
arti bersatu, membedakan muslim dan non muslim, belajar
menghitung, mengungkap nama agama, nama tempat ibadah,
100 Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September 2018
pukul 08.00. WIB
109
c) Fisik-motorik. Aktifitas untuk pengembangan fisik-motorik adalah
mewarnai dengan koordinasi tangan halus, mengekspresikan kisah
nabi dengan kontekstual sekitar, membuat bentuk rumah ibadah,
menulis, gerakan praktik ibadah.
d) Bahasa. Kegiatan pengembangan bahasa ditunjang dengan keberanian
bercerita di depan teman tentang macam perbedaan, penambahan kosa
kata, mendengar cerita dengan seksama tentang kisah nabi, tentang
Tuhan.
e) Sosio-emosional. Kegiatan ini meliputi memilih kegiatan sentra
dengan sendiri, ekspresi tidak menangis karena beda agama, bermain
bersama dengan sesama tanpa membedakan, berinteraksi dengan
sesame
f) Seni. Pengembangan seni dilakukan dengan aktivitas kolase gambar
rumah ibadah, melukis gambar ciptaan Tuhan, menggunting bentuk.
Pada saat penerapan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-
Kanak budi Dharma terkadang ada sebagian anak yang kurang merespon
selama pembelajaran, seperti yang dikatakan oleh pendidik bahwa:
“Banyak sekali kendala yang ada, misalnya tidak memasukkan materi
semua agama, hanya sebatas muslim dan non muslim, walaupun di
sekolah ini masing banyaknya unsur keagamaan karena batas dari SDM
yang tidak ada guru non muslim selain kepala sekolah. Kendala lain
adalah karena kemampuan anak dalam menerima pengetahuan tentang
multikultural masih dalam taraf usia mereka, oleh karenanya butuh waktu
untuk memberi pemahaman kepada mereka. Selain itu adanya sikap dan
perilaku anak yang beragam. 101
101 Wawancara dengan Bu Sovia pada 23 Agustus 2018 pukul 09.00. WIB
110
Faktor tersebut menjadi ketidakkondusifan pembelajaran multikultural
di Taman Kanak-Kanak budi Dharma, sehingga harapannya kurang
maksimal, oleh karena itu pendidik menggunakan cara lain yaitu
menggunakan metode yang lain, misal dengan tepuk, lagu, serta lebih
mengajak anak pada praktiknya. Hal tersebut senada dengan ungkapan:
“Karena terbatasnya waktu dan SDM, kami jadikan satu semua ragam
anak setiap hari senin sampai kamis, sedangkan untuk hari jumat fokus
pada keagamaan muslim dan non muslim sehingga anak non muslim
bersama saya belajar tentang ketuhanan yang di mulai dari penciptaan
sesuai dengan tema. Lebih mengajak anak pada praktiknya maksudnya
bersyukur dengan mengasihi sesama. Selalu belajar memahami anak
(bahasanya, kebutuhannya, kondisinya), serta memberi pengetahuan
kepada anak dengan berbagai ragam cara karena anak sangat unik.”102
Selanjutnya proses evaluasi perkembangan anak setelah menerapkan
pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma adalah
dengan menggunakan lembar ceklish dan penilaian dengan observasi, yang
kemudian direkapitulasi dalam laporan penilaian.103 Terkait dengan
perkembangan putra-putrinya, seorang orang tua menuturkan bahwa
dengan mengikuti pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak
budi Dharma, anak menjadi tahu tindakan praktik doa ketika dalam
pembelajaran dan anak tidak main-main dengan agama misal yang non
muslim harus pura-pura bersikap muslim dan sebaliknya.104 Pendapat lain
dari salah satu orangtua mengatakan bahwa setelah mengikuti
pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma
102Wawancara dengan Bu Erni pada 23 Agustus 2018 pukul 09.00. WIB 103 WIB Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September
2018 pukul 08.00. WIB 104WIB Wawancara dengan Ibu Anik, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September
2018 pukul 08.00. WIB
111
perkembangan anak saya menjadi baik, anak saya tidak takut berteman
dengan keadaan minoritas.105
Dari pernyataan di atas terlihat jelas bahwa pembelajaran
multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma mempunyai dampak
pada bertambahnya pengetahuan. Pendapat lain mengatakan bahwa anak
saya juga melantunkan lagu dengan bahasa arab, bahkan anak-anak
mengetahui doa-doa muslim.106 Hal tersebut menjadikan muncunya tindak
protes orang tua kepada pihak sekolah, terkait musabab anak diajari doa
muslim. Kepala sekolah menyampaikan bahwa kondisi sekolah mayoritas
adalah muslim dan anak sangat mudah meresapi apa yang didengar dan
dilihat, sekolah juga mengajari cara berdoa bagi anak non muslim dan
anak muslim juga tau cara anak non muslim berdoa, jadi hanya satu yang
usung yaitu toleransi.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penting memberikan
pembelajaran multikultural di Taman Kanak-Kanak budi Dharma kepada
anak sejak dini karena mereka yang menjadi generasi penerus yang akan
melanjutkan pengetahuan ini pada generasi berikutnya.
105WIB Wawancara dengan Ibu Suci, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September
2018 pukul 09.00. WIB 106WIB Wawancara dengan Ibu Rahma, wali murid TK Budi Dharma pada 05 September
2018 pukul 10.00. WIB
112
B. Pembahasan dalam Penelitian
1. Pembahasan Implementasi Pembelajaran Multikultural Di Lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
Keragaman merupakan realitas kehidupan dalam kehidupan sehari-
hari yang hadir tanpa ada rekayasa sebagai kehendak tuhan yang tidak bisa
ditolak. Dalam keragaman tersebut, terkandung potensi besar yang menjadi
kekayaan di tengah masyarakat. Tetapi jika tidak ada perawatan, keragaman
itu berpulang memunculkan konflik. Pembelajaran multikultural ini didirikan
dengan tujuan memfasilitasi anak menjadi cerdas, ceria, cemerlang melalui
pendidikan yang menyenangkan dan menghargai keunikan anak, berdasar
pada nilai-nilai universal Ketuhanan YME dan keragaman budaya. Lembaga
ini mendorong tumbuhnya penghargaan dan penghormatan anak atas
kebegaraman kepercayaan dan kebudayaan yang ada. Dalam menjalankan
program pembelajaran multikultural, dengan memberi muatan nilai-nilai
agama atau kepercayaan tertentu. Taman Kanak-Kanak Budidharma
menanamkan nilai-nilai universal Ketuhanan Yang Maha Esa, dan secara
umum memperkenalkan anak pada makna perayaan hari besar berbagai
agama. Taman Kanak-Kanak Budidharma mengajak anak untuk menghormati
perayaan Hari Besar Agama, misalnya menghias telur Paskah. Kebijakan
yang sudah dijalankan terkait keberagaman agama. Seperti halnya
memperingati hari paskah (hari kebangkitan tuhan yesus yang wafat pada hari
jum’at agung), hari natal (hari lahirnya Tuhan Yesus), hari waisak serta hari
raya imlek untuk anak yang beraga budha, serta hari raya aidul fitri, hari raya
113
aidul adha, maulid nabi muhammad saw, serta bulan ramadhan. Dari hari
besar agama-agama tersebut sekolah membuat kebijakan libur untuk
menghargai hari besar semua agama-agama yang ada di Taman Kanak-Kanak
Budi Dharma. Tidak hanya itu yayasan juga ikut merayakan dengan semua
anak untuk menghargai hari natal, imlek, maulid nabi, hari raya aidul fitri dan
hari besar lainnya untuk dirayakan di sekolah, serta anak-anak saling
memberikan selamat dan bersalaman.
Adapun penerapan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-
Kanak Budidharma adalah melalui Penanaman Nilai Nurani (values of bieng),
Nilai Memberi (values of giving) dan melalui perayaan-perayaan hari besar
keagamaan yang ada di dunia. Dengan pembelajaran multikultural di Taman
Kanak-Kanak Budidharma ini maka akan tercipta persahabatan antar anak-
anak yang beraneka ragam, budaya, agama, ras dan suku, menumbuhkan tata
nilai, mengembangkan sikap saling memahami, saling mengerti, saling
empati, saling simpati dan saling bertoleransi. Dengan adanya sebuah
perbedaan anak-anak akan lebih bisa memahami dan bisa bergaul dengan
baik nantinya ketika dalam masyarakat atau dunia yang sesungguhnya dengan
banyaknya sebuah perbedaan. Ketika anak sejak dini sudah diajarkan sikap
saling menerima, saling memahami, saling cinta kasih, saling menyayangi,
maka anak akan terbiasa dengan hal-hal yang seperti itu dengan segala
perbedaan.
Dalam prinsipnya Taman Kanak-Kanak Budi Dharma tidak
menekankan untuk pembelajaran agama, namun lebih kepada prinsip umum
114
pendidikan. Kerjasama serta komunikasi guru yang diterapkan memberikan
contoh kecil terhadap peserta didik untuk bersosial dengan teman-teman yang
berbeda agama dengannya. Dalam penyampaian pengetahuan mengenai
pembelajaran multikultural, pendidik memberikan kosa kata kepada anak
supaya meningkat kosa katanya dan mengenalkan nama-nama yang terdapat
pada apa yang diberikan pada anak.107 Nasution mengungkapan “either we
lead the children through knowlegde of names to that of things or else
through knowlegde of things to that names.108 Implementasi pembelajaran di
Taman Kanak-Kanak Budi Dharma dilakukan dengan membuat perencanaan,
melaksanakan perencanaan dan mengevaluasi pelaksanaan. Implementasi
pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman
Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah melalui integrasi nilai-
nilai multikultural. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran
multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak
Budidharma adalah perencanaan dengan melakukan pembuatan Rencana
Kegaiatan Harian (RKH). Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma dilakukan
dengan menyanyi dan tepuk, cerita, metode bercakap-cakap dan bermain
peran karena dengan agar anak mudah menyerap dan mengerti bahkan mudah
dihafalkan. Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan
anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma juga telah mencakup
107Wawancara dengan Ibu Erni, Guru Taman Kanak-Kanak Budi Dharma pada 10
Oktober 2018 pukul 08.20. WIB 108 Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar (Bumi Aksara; Jakarta, 1995), hlm. 112
115
semua aspek perkembangan anak yaitu kognotif, moral agama, fisik-motorik,
sosio-emosional, bahasa dan seni.
Proses pelaksanaan pembelajaran multikultural di Taman Kanak-
Kanak budi Dharma tersebut walaupun sudah dimasukkan pada kurikulum
namun masih pada pengenalan karena nilai multikultural dapat disampaikan
pada semua tema. Jika lembaga pendidikan yang ingin mengenalkan
pembelajaran multikultural secara total, masalah tersebut bisa diatasi dengan
cara penyusunan RKH yang dimasukkan unsu nilai multikultural yang
termaktub pada aspek perkembangan moral agama, kognitif, sosial
emosional, fisik motorik, seni. Proses penerapan pembelajaran multikultural
supaya anak mengerti serta memahami tentang perbedaan. Dengan
pembelajaran multikultural akan terwujud empat pilar pendidikan dengan
tahapan belajar mengenal tentang multikultural (learning to know), anak-anak
bisa diajak untuk melakukan bersikap nilai-nilai multikultural (learning to
do) langsung, anak-anak digerakkan untuk belajar menjadi (learning to be)
orang yang siap menghadapi perbedaan, dan dihidupkan minatnya untuk
belajar hidup bersama (learning to live toghether) dalam perbedaan.109
Pembelajaran multikultural yang dilakukan oleh Taman Kanak-Kanak Budi
Dharma bisa menjadi teladan bagi pengembangan pendidikan anak di
Indonesia karena anak merupakan penerus bangsa dengan berbekal nilai
multikultural, maka dampak konflik bisa diminimalisir. Cara seperti ini bisa
menjadi stimulasi untuk anak supaya tidak menjadi orang yang egois.
109 Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21
(Yogyakarta: Safiria Insani Press bekerja sama dengan MSI UII, 2004), hlm. 132-135.
116
Pembelajaran multikultural tidak harus dilaksanakan sebagai kegiatan
pelajaran yang tersendiri, dimaksudkan bahwa proses pembelajaran antar
kelompok, tema dilaksanakan secara terpadu untuk mencapai standar
kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran bisa ditentukan
pada pijakan sebelum main, saat main atau setelah main. Dalam membangun
pengetahuan, guru membantu anak cara membangun pemahaman. Dalam hal
ini, Bank memberi level dalam membangun pengetahuan, pertama
pendekatan kontribusi yang berfokus pada unsur budaya. Kedua adalah
pendekatan tambahan yang mana tema yang menjadi fokus tujuan
diinterasikan dalam kurikulum tanpa mengubah esensi isi kurikulum. Ketiga,
tingkat transformasi yang mana anak mampu memahami isi jika kurikulum
dirubah dengan memasukkan ragam perbedaan. Keempat, pendekatan aksi
sosial yang mana mewajibkan bagi anak untuk menerapkan materi
sebelumnya sehingga mampu membuat keputusan dalam menyelesaikan
masalah sosial.
2. Pembahasan nilai-nilai multikultural yang diterapkan pada lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
Nilai multikultural yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak Budi
Dharma seperti nilai pransiskan yaitu sikap cinta kasih. Aktualisasi nilai
pransiskan yaitu ajin dan giat, bergembira, energik, disiplin, suka cita, cinta
kasih, ramah. Selain itu menerapkan nilai praternitas yaitu persaudaraan
seperti bersaudara, membawa damai dan toleransi. Nilai dina merupakan
117
sikap pengabdian diri sebagai hamba sebagaimana kegiatan doa, pertobatan,
hidup sederhana, rendah hati, tulus, mati raga, rela berkorban, kejujuran,
tanpa pamrih. Kegiatan tersebut tidak terlepas dari nilai yang bersifat positif
sehingga muncul keterlibatan aktif untuk menjaga perbedaan menjadi suatu
yang bernilai positif, bermanfaat dan menghasilkan kesejahteraan serta
kebajikan. nilai praternitas menimbulkan pengakuan bahwa dalam agama
lain terdapat unsur kebenaran seperti kebenaran-kebenaran yang bersifat
subtansial dan universal. Ketiga, adanya sikap toleransi dan saling
menghargai.110 Materi yang mempunyai nilai terintegrasi dengan konten serta
mempunyai fokus tentang cara guru menggunakan contoh dan informasi dari
beragam budaya sebagai sarana dalam mendukung suatu rencana atau konsep.
Contoh dalam aktualisasi pembelajaran multikultural adalah mencantumkan
nilai-nilai multikultural dalam sebuah kurikulum dengan basis tematik.
Kurikulum memiliki materi yang beragam, sehingga nilai multikultural
diintegrasikan pada tiap materi yang termuat dalam kurikulum. Setiap tema
yang diturunkan pada sub tema dintegrasikan dengan nilai multikultural.
Tujuan pengintegrasian ini untuk menciptakan kesadaran budaya yang
berbeda.111
110Nur Khaliq Ridwan, Pluralisme Borjuis: Kritik atas Pluralisme Cak Nur (Yogyakarta:
Galang Press, 2002), hlm. 77. 111 Quinita Ogletree, Patricia J. Larke, Implementing Multicultural Practices in Early
Childhood Education, National Forum of Multicultural Issues Journal, hal.3-5.
118
3. Pembahasan hasil pembelajaran multikultural di lembaga
pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma
Kabupaten Aceh Tengah
Aktivitas yang diimplementasikan guru untuk mengeliminasi
pandangan negatif dan stereotif terhadap orang lain, pihak sekolah
mengurangi stereotip dan prasangka sehingga tumbuh sikap demokrasi, nilai
dan perilaku dengan memahami anak didik. Contohnya guru mengambil
tindakan ketika mendengar atau melihat stereotipe. Hasil pembelajaran
multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak
Budidharma Kabupaten Aceh Tengah sebagian besar anak mampu
menerapkan nilai multikultural mulai dari kegiatan di sekolah hingga
teraplikasikan di rumah. Hasil selanjutnya dapat dikatakan bahwa anak yang
jumlahnya sedikit tidak minder dengan jumlah kawan yang banyak.
Modifikasi proses pengarahan dengan memasukkan materi dan strategi
pembelajaran yang tepat baik itu untuk anak lelaki maupun perempuan dan
untuk semua kelompok etnis. Sekolah sebagai struktur budaya karena muncul
interaksi antar berbagai pihak. Dimensi ini untuk memperdayakan budaya
anak yang dibawa ke sekolah yang bersasal dari kelompok yang berbeda.
Analisis tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran multikultural di Taman
Kanak-Kanak budi Dharma menggunakan cakupan perkembangan yang
dijadikan acuan yaitu aspek perkembangan kognitif, fisik-motorik, sosial
emosional, bahasa serta seni. Dalam implementasinya, nilai-nilai
multikultural juga dilandasi oleh sikap toleransi. Toleransi sendiri merupakan
sikap untuk menghargai dan menghormati keyakinan dan perilaku yang
119
dimiliki oleh orang lain.112 Oleh sebab itu, semangat toleransi merupakan
modal yang dapat membangun sebuah bangunan sosial. Kesediaan untuk
saling menerima dalam perbedaan Bhinneka Tunggal Ika merupakan sebuah
tugas bersama yang harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata.113
112Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi,
hlm. 153. 113Moh. Yamin dan Vivi Aulis, Meretas Pendidikan Toleransi, hlm. 33-34.
120
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Implementasi pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah
melalui integrasi nilai-nilai multikultural. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma adalah perencanaan
dengan melakukan pembuatan Rencana Kegaiatan Harian (RKH).
Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia
dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma dilakukan dengan menyanyi
dan tepuk, cerita, metode bercakap-cakap dan bermain peran karena
dengan agar anak mudah menyerap dan mengerti bahkan mudah
dihafalkan. Penerapan pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan
anak usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma juga telah mencakup
semua aspek perkembangan anak yaitu kognotif, moral agama, fisik-
motorik, sosio-emosional, bahasa dan seni
2. Nilai-nilai multikultural yang diterapkan pada lembaga pendidikan anak
usia dini Di Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah
adalah seperti nilai pransiskan yaitu sikap cinta kasih. Aktualisasi nilai
pransiskan yaitu ajin dan giat, bergembira, energik, disiplin, suka cita,
cinta kasih, ramah. Selain itu menerapkan nilai praternitas yaitu
persaudaraan seperti bersaudara, membawa damai dan toleransi. Nilai
121
dina merupakan sikap pengabdian diri sebagai hamba sebagaimana
kegiatan doa, pertobatan, hidup sederhana, rendah hati, tulus, mati raga,
rela berkorban, kejujuran, tanpa pamrih.
3. Hasil pembelajaran multikultural di lembaga pendidikan anak usia dini Di
Taman Kanak-Kanak Budidharma Kabupaten Aceh Tengah sebagian
besar anak mampu menerapkan nilai multikultural mulai dari kegiatan di
sekolah hingga teraplikasikan di rumah. Hasil selanjutnya dapat dikatakan
bahwa anak yang jumlahnya sedikit tidak minder dengan jumlah kawan
yang banyak.
B. Saran
Untuk memasukkan nilai multikultural tidak semua ranah agama tersentuh,
hanya sebatas muslim dan non muslim. Non muslim tersebut tidak hanya
terpaku pada agama kristen atau katolik namun terdapat anak yang berlatar
belakang budha sehingga cara meningkatkan moral anak tersebut masih
terpaku pada aspek perkembangan anak. Sarannya, memberikan cara spesifik
bagi agama masing-masing anak.
122
BIBLIOGRAFI
Barbara A.Lewis, Stand For? For Teens: A Guide to Building Character,
Minneapolis: Free Spirit Publishing, 2005.
Kansil, C.S.T. dan S.T Kansil, C. Modul Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita, 2006
Gina Lestari, Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di
Tengah Kehidupan Sara, Jurnal Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Nomor 1, Pebruari 2015
Tan, M. G. Etnis Tionghoa di Indonesia (Kumpulan tulisan). Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2008, hSujanto, B. Pemahaman Kembali Makna
Bhineka Tunggal Ika (Persaudaraan dalam kemajemukan. Jakarta:
Sagung Seto, 2009, hal.90 1Azra, A. “Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia: Perspektif
Multikulturalisme”. Dalam Restorasi Pancasila: Mendamaikan Politik Identitas
dan Modernitas, (Bogor: Brighten Press. Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 62 1Mahfud, C., Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), hal. 103 1Tilaar, H. A. R. Mengindonesiakan Etnisitas dan Identitas Bangsa
Indonesia,( Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal 33 1 Hana Panggabean, KearifanLokalKeunggulan Global: CakrawalaBaru di
Era Globalisasi, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2014), 85-93. 1 Rafael Edy Bos kodan Rifa’I Abdul, Kebebasan Beragama atau
Berkeyakinan: Seberapa Jauh?, diterjemahkan dari Facilitating Fredoom of
Religion or Belief: A Deskbook, Tore Lindholm, W. Cole Durham Jr., Bahia G.
Tahzib-Lie, (Yogyakarta: Kanisius: 2010), 1Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural,
(Jakarta, Erlangga, tt), hal. 8 1 Dimensi studi islam kontemporer (Jakarta, Kencana, 2017), hal.152
1 Dimensi studi islam kontemporer (Jakarta, Kencana, 2017), hal.153
1 Hamka haq, al-syathibi: aspek teologis konsep mashlahah dalam kitab al-
muwafaqat (Jakarta: Erlangga, 2007), 105-106 1 Rafael EdyBoskodanRifa’I Abdul,
KebebasanBeragamaatauBerkeyakinan: SeberapaJauh?,
diterjemahkandariFacilitating Fredoom of Religion or Belief: A Deskbook, Tore
Lindholm, W. Cole Durham Jr., Bahia G. Tahzib-Lie, (Yogyakarta: Kanisius:
2010), 1ZakiyuddinBaidhawy, Pendidikan Agama BerwawasanMultikultural,
(Jakarta, Erlangga, tt), hal. 8 1 Hana Panggabean, KearifanLokalKeunggulan Global: CakrawalaBaru di
Era Globalisasi, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2014), 85-93. 1Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1961 Tentang
Perguruan Tinggi.
123
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Perguruan Tinggi. 1Gina Lestari, Bhineka Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di
Tengah Kehidupan Sara, Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Nomer 1, 2015, hal.36. 1Novita Dewi Masyithoh, Dialektika Pluralisme Hukum: Upaya
Penyelesaian Masalah Ancaman Keberagaman dan Keberagamaan di Indonesia,
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 24 No. 24, 2016, hal. 367 1MPR RI, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: MPR
RI, 2012), hal.183-185. 1 Lilik Andaryani, Pendidikan Multikultural Di Perguruan Tinggi (Studi
Terhadap STAIN Samarinda), Fenomena, Vol.6, No.1, 2014, hal.55 1 Sopiah, Pendidikan Multikultural Dalam Pendidikan Islam, Forum
Tarbiyah, Vol.7 No.2, Desember 2009, hal.157 1 Asmuri, Pendidikan Multikultural (Telaah Terhadap Sistem Pendidikan
Nasional dan Pendidikan Agama Islam), POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam,
Vol. 2, No. 1, Juni 2016, hal.25.