Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI METODE INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN
KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS PESERTA DIDIK
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun oleh:
Sirojuddin Abror
NIM. 11160110000106
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020
i
ABSTRACT
Sirojuddin Abror (NIM: 11160110000106). The implementation of the Method
of Inquiry in Developing the Skills of Critical Thinking of Students in the
Subjects of History of Islamic Culture in MA Pembangunan UIN Jakarta.
One of the problems encountered in the world of education today is that students
are less encouraged to develop the ability of critical thinking to the maximum.
Because of the lack of use of teaching methods that can make students active and
critical thinking. thinking skills is one of the abilities which must be possessed by
learners in the 21st century. Through diimpelementasikannya methods of inquiry in
the learning process, in order to invite the learners more active and can develop the
skills of critical thinking towards the information or knowledge they have acquired.
This study aims to determine the implementation method of inquiry in developing
the skills of critical thinking on the subjects of SKI in MA Pembangunan UIN
Jakarta. The research method used is research is qualitative descriptive. Research
carried out in the MA Pembangunan UIN Jakarta. Data collection techniques using
wawawancara, observation, and documentation. The technique of data analysis
using a triangulation merge (data, source, and time).
The results of the study found that the Teacher of SKI in MA Pembangunan UIN
Jakarta has implemented a method of inquiry in developing critical thinking of
learners well. However, there are flaws in the stages of the method of inquiry due
to the limited time available. And the development of skills of critical thinking
students have already started to develop slowly and realized well on learners who
are already implied in every the stages of a method of inquiry, but there are
indicators of critical thinking skills that still need to be trained and familiarized
because learners have a nature reserved (introverted), shy, and less interest. But it
can be overcome with the role of the Teacher that always surround and help students
who get distress. Factors supporting inquiry is 1) a method in accordance with the
level of SMA/MA, 2) the methods that can make the atmosphere of active learning
and chirpy, 3) facilities and infrastructure madrasah is already fulfilled. Factors
inhibiting the inquiry is 1) poorly prepared and his understanding of students about
methods of inquiry, 2) the lack of data, only can get from textbooks and the internet.
3) run out of the learning time available.
Keywords: Method of Inquiry, The Skills of Critical Thinking, The Learners,
The History of Islamic Culture.
ii
ABSTRAK
Sirojuddin Abror (NIM: 11160110000106). Implementasi Metode
Inkuiri Dalam Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik
Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di MA Pembangunan UIN
Jakarta.
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat ini
ialah peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir
kritis secara maksimal. Karena minimnya penggunaan metode pembelajaran yang
dapat membuat peserta didik aktif dan berfikir kritis. keterampilan berfikir
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik di abad 21.
Melalui diimpelementasikannya metode inkuiri pada proses pembelajaran, agar
mampu mengajak peserta didik lebih aktif dan dapat mengembangkan keterampilan
berfikir kritis terhadap informasi atau ilmu pengetahuan yang mereka peroleh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi metode inkuiri
dalam mengembangkan keterampilan berfikir kritis pada mata pelajaran SKI di MA
Pembangunan UIN Jakarta. Metode penelitian yang digunakan ialah penelitian
bersifat kualitatif deskriptif. Penelitian dilakukan di MA Pembangunan UIN
Jakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan wawawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan triangulasi gabungan (data,
sumber, dan waktu).
Hasil penelitian ditemukan bahwa Guru SKI di MA Pembangunan UIN
Jakarta sudah mengimplementasikan metode inkuiri dalam mengembangkan
berfikir kritis peserta didik dengan baik. Namun terdapat kekurangan pada tahapan
metode inkuiri dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia. Dan perkembangan
keterampilan berfikir kritis peserta didik sudah mulai berkembang secara perlahan
dan terealisasikan dengan baik pada peserta didik yang sudah tersirat pada tiap
tahapan metode inkuiri, namun terdapat indikator kemampuan berfikir kritis yang
masih perlu dilatih dan dibiasakan dikarenakan peserta didik memiliki sifat
pendiam (introvert), pemalu, dan kurang minat. Namun hal tersebut bisa diatasi
dengan peran Guru yang selalu mengelilingi dan membantu peserta didik yang
mendapatkan kesusahan. Faktor pendukung metode inkuiri ialah 1) metode yang
sesuai dengan tingkatan SMA/MA, 2) metode yang dapat membuat suasana
pembelajaran aktif dan riang gembira, 3) sarana dan prasarana madrasah sudah
tercukupi. Faktor penghambat metode inkuiri ialah 1) kurang siap dan
pemahamannya peserta didik mengenai metode inkuiri, 2) kurangnya sumber data,
hanya bisa mendapatkan dari buku paket dan internet. 3) kehabisan waktu
pembelajaran yang tersedia.
Kata Kunci: Metode Inkuiri, Keterampilan Berfikir Kritis, Peserta Didik,
Sejarah Kebudayaan Islam
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamua’laikum warahmatullahi wabarakaatuh
Mengawali dengan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT., yang telah
memberikan banyak kepada kita nikmat, hidayah dan taufik-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan dengan baik, lancar dan semoga memberi
manfaat bagi yang para pembacanya.
Shalawat beserta salam tak lupa senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya
dapat mengikuti jejak budi pekerti dan akhlak yang mulianya.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis sendiri menyadari sepenuhnya
bahwa terdapat kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat support, do’a,
istiqomah, kesungguhan, dan dorongan serta kritikan dan pesan yang positif dari
berbagai pihak sangat membantu untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Abdul Haris, M.Ag., dan Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan.
2. Dr. Zaimuddin, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
meluangkan waktu untuk selalu membimbing sampai saat ini.
3. Dr. Siti Khadijah, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
mengarahkan dan membimbing selama proses skripsi ini.
4. Orang tua yang selalu memberikan dukungannya baik moril maupun
material dan do’a yang terus-menerus teriring.
5. Dan teman-teman mahasiswa/i angkatan 2016 yang selalu menemani di
setiap kesempatan dan waktu memberikan semangat dan support serta doa.
6. Ucapan terimakasih juga dihaturkan kepada pihak-pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, namun turut membantu penulis dalam
penulisan skripsi ini, penulis tidak dapat membalasnya dengan apapun,
iv
semoga Allah SWT., yang akan membalas dengan balasan sebaik-baiknya
di dunia dan akhirat.
Demikianlah bentuk skripsi yang penulis buat, walaupun penulis sudah
berusaha dengan sebaik mungkin untuk mengurangi kesalahan dari segi tulisan atau
lain sebagainya. Harapan besar yang diinginkan penulis, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi siapa saja yang
membacanya, serta penulis mengharapkan saran atau kritikan yang membangun
dari semua pihak tentunya sehingga pada akhirnya akan dapat lebih baik lagi
penulisan yang dibuat penulis di masa yang akan mendatang.
Jakarta, 10 April 2020
Penulis
SIROJUDDIN ABROR
11160110000106
v
DAFTAR ISI ABSTRACT ............................................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 6
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 8
1. Kegunaan Secara Teoritis ................................................................ 8
2. Kegunaan Secara Praktis ................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORETIK ............................................................................ 10
A. Metode Inkuiri .................................................................................. 10
B. Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik .................................. 29
C. Peserta Didik ..................................................................................... 36
D. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam .................................... 40
E. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 46
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 46
B. Latar Penelitian (Setting) ................................................................. 46
C. Metode Penelitian ............................................................................. 46
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 47
1. Wawancara .................................................................................... 47
2. Observasi ....................................................................................... 48
3. Dokumentasi .................................................................................. 50
vi
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data .......................... 50
1. Triangulasi ..................................................................................... 50
F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 50
1. Reduksi Data ................................................................................. 51
2. Penyajian Data ............................................................................... 51
3. Penarikan Kesimpulan ................................................................... 51
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 56
A. Deskripsi Data .................................................................................. 56
1. Gambaran Umum MA Pembangunan UIN Jakarta ....................... 56
2. Tahapan Implementasi Metode Inkuiri Dalam Mengembangkan
Keterampilan Berfikir Kritis Pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta.................. 59
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Inkuiri
dalam Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis pada Peserta
Didik .............................................................................................. 79
B. Pembahasan Temuan Penelitian ..................................................... 87
1. Tahapan Implementasi Metode Inkuiri pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta.................. 85
2. Perkembangan Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik di MA
Pembangunan UIN Jakarta ............................................................ 96
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Inkuiri
dalam Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis pada Peserta
Didik .............................................................................................. 98
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 99
A. Kesimpulan ....................................................................................... 99
B. Saran ................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 104
LAMPIRAN .......................................................... Error! Bookmark not defined.
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan Metode dan Strategi Pembelajaran Menurut Oemar Malik...22
Tabel 2.2. Perbedaan Metode dan Strategi Pembelajaran Menurut Hamzah Uno...23
Tabel 2.3. Perbedaan Metode dan Strategi Pembelajaran Menurut Ismail………24
Tabel 2.4. Perbedaan Metode dan Strategi Pembelajaran Menurut W. Sanjaya….25
Tabel 4.1. Guru MA Pembangunan UIN Jakarta………………………………...57
Tabel 4.2. Daftar Peserta didik kelas X dan XI MA Pembangunan UIN Jakarta…59
Tabel 4.3. Merumuskan Masalah yang dibuat oleh Peserta Didik Kelas X MIA
2……………………………………………………………………...62
Tabel 4.4. Merumuskan Masalah yang dibuat oleh Peserta Didik Kelas XI IIS …63
Tabel 4.5. Merumuskan Hipotesis yang dibuat oleh Peserta Didik Kelas X MIA
2……………………………………………………………………...65
Tabel 4.6. Merumuskan Hipotesis yang dibuat oleh Peserta Didik Kelas XI IIS 2..66
Tabel 4.7. Sumber Informasi/Data yang diperoleh Peserta Didik..………………68
Tabel 4.8. Pengumpulan Data yang dibuat oleh Peserta Didik Kelas X MIA 2…68
Tabel 4.9. Pengumpulan Data yang dibuat oleh Peserta Didik Kelas XI IIS 2…….71
Tabel 4.10. Menguji Hipotesis dan Merumuskan Kesimpulan yang dibuat oleh
Peserta Didik Kelas X MIA 2………………………………………..75
Tabel 4.11 Menguji Hipotesis dan Merumuskan Kesimpulan yang dibuat oleh
Peserta Didik Kelas XI IIS 2……………………………………........76
Tabel 4.12. Indikator Kemampuan pada Keterampilan Berfikir Kritis di Tiap
Tahapan Metode Inkuiri….…………………………………………..96
Tabel 4.13. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Inkuiri
dalam Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik
pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Pembangunan
UIN
Jakarta……………………………………………………………..…97
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Pembelajaran……………………..………………………...26
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta………...57
Gambar 4.2. Kegiatan Orientasi………………………………………………….60
Gambar 4.3. Kegiatan Merumuskan Masalah………...………………………….63
Gambar 4.4. Kegiatan Merumuskan Hipotesis…………..………………………66
Gambar 4.5. Kegiatan Pengumpulan Data…………...………………………......73
Gambar 4.6. Kegiatan Menguji Hipotesis dan Merumuskan Kesimpulan….........77
Gambar 4.7. Kegiatan Mempresentasikan Jawaban……………...…………...…78
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Pedoman Wawancara Guru SKI Pertama…………………………134
Lampiran 2: Pedoman Wawancara Guru SKI Kedua…………………………..137
Lampiran 3: Pedoman Wawancara Kepala Madrasah………………………….138
Lampiran 4: Pedoman Wawancara Staff Perpustakaan………………………...140
Lampiran 5: Pedoman Observasi Kelas X MIA 2……………………...………141
Lampiran 6: Pedoman Observasi Kelas XI IIS 2……………………………….148
Lampiran 7: Panduan Fasilitator FGD………………………………………….155
Lampiran 8: Pedoman Wawancara FGD……………………………………….157
Lampiran 9: Hasil Wawancara Guru SKI Pertama…………………………….160
Lampiran 10: Hasil Wawancara Guru SKI Kedua …………………………….170
Lampiran 11: Hasil Wawancara Kepala Madrasah Pertama…………………....174
Lampiran 12: Hasil Wawancara Kepala Madrasah Kedua………….………….187
Lampiran 13: Hasil Wawancara Staf Perpustakaan…………………………….198
Lampiran 14: Hasil Wawancara FGD X MIA 2……………………………..…202
Lampiran 15: Hasil Wawancara FGD XI IIS 2……………………………..….208
Lampiran 16: Foto Kegiatan……….…………………………………………...212
Lampiran 17: Biodata Penulis………………………………………………….215
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
untuk perubahan dari tidak memiliki sikap menjadi memiliki sikap yang
benar, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak memiliki keterampilan
menjadi terampil melakukan sesuatu.1 Seseorang berubah perilakunya
dalam belajar mencakup seluruh aspek pribadi peserta didik yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor.2
Untuk membantu proses belajar, guru memerlukan metode
pembelajaran yang dapat membantu dalam proses belajar mengajar. Karena
peran metode sangatlah penting, seperti menurut pendapat dari Mahmud
Yunus yang mengatakan bahwa metode itu lebih baik daripada materi (al-
thariiqah ahammu min al-maaddah).3 Karena peneliti memfokuskan
kepada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Menurut Ahmad Susanto
menjelaskan bahwa pembelajaran agama Islam tidak boleh bergantung pada
satu metode saja, karena setiap metode memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Maka dari itu guru harus memperhatikan situasi dan
kondisi peserta didik ketika pembelajaran berlangsung, agar bisa
menentukan metode yang sesuai dengan mereka.4
Metode pembelajaran adalah sebuah teknik atau cara penyajian
materi pelajaran yang disajikan oleh guru dalam menjelaskan pelajaran,
baik secara individual maupun berkelompok, yang pada intinya agar
tercapainya tujuan pembelajaran yang sudah disusun oleh seorang guru.
Akan tetapi, guru harus memiliki wawasan yang lebih banyak mengenai
1 Ni Nyoman Parwati, I Putu Pasek Suryawan, Ratih Ayu Apsari, Belajar dan
Pembelajaran, (Depok: PT. RajaGrafindo Persada: 2018), Ed. 1, Cet. Ke-1, h. 11. 2 Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama: 2014), Ed.
Revisi, Cet. Ke-4, h. 19. 3 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta, Prenada Media
Group: 2009), Ed-1, Cet-1, h. 180. 4 Ahmad Susanto, Teori Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta, Penadamedia Group:
2016), Cet-4, Ed-1, h. 286.
2
metode ini, agar guru dapat mudah menetapkan metode yang mana yang
akan digunakan yang sekiranya cocok dengan situasi dan sesuai dengan
kondisi sekolah, dan juga penggunaan metode ini sendiri juga bisa
bergantung pada bagaimana tujuan pembelajaran itu sendiri.5
Dalam jurnal Internasional menyebutkan bahwa “Menurut Sund &
Trowbridge” (1973) inquiry adalah proses menyelidiki dan menemukan
masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan data, menguji hipotesis dan
merumuskan kesimpulan dari hasil pemecahan masalah”.6 Metode inkuiri
adalah metode yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis,
analisis, sehingga peserta didik dapat merumuskan apa yang mereka
dapatkan dengan percaya diri.7 Metode ini pelaksanaannya dimulai dari
guru membagi para peserta didik menjadi beberapa kelompok, kemudian
tiap kelompok tersebut diberikan tugas tertentu mereka meneliti,
mempelajari, atau berdiskusi di dalam kelompok, kemudian mereka
berunding dengan teman kelompok dan membuat laporan. Dengan
menggunakan cara inilah, guru mendorong peserta didik untuk aktif dalam
melaksanakan tugas secara mandiri dengan mencari sumber sendiri dan
belajar berkelompok untuk memecahkan masalah, mereka ditekankan untuk
bisa mengemukakan gagasannya atau pendapatnya dan menjelaskan
kesimpulan yang sudah disepakati bersama satu kelompok.8
Keterampilan berpikir kritis ialah suatu kompetensi yang harus
dilatih atau dimulai kepada peserta didik karena keterampilan ini sangat
diperlukan agar peserta didik mampu bersaing dalam kehidupan di abad 21.
Keterampilan berpikir kritis ini juga merupakan proses kognitif yang
5 Op. Cit, Ni Nyoman Parwati, I Putu Pasek Suryawan, ratih Ayu Apsari, Belajar dan
Pembelajaran, (Depok: PT. RajaGrafindo Persada: 2018), Ed. 1, Cet. Ke-1, h. 189 6 Siti Maryati, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bangun Sisi
Lengkung Melalui Metode Inquiry Pada Siswa Kelas IX-D SMP NEGERI 30 Jakarta Utara, Jurnal
pendidikan Bina Manfaat Ilmu, Vol. 01, No. 02, Maret 2018, h. 87 7 Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013), Jakarta,
Penadamedia Group: 2014), Cet-1, h. 78. 8 Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung, PT. Pustaka Setia, 2011), h. 182.
3
dimiliki peserta didik dalam menganalisis secara sistematis dan spesifik
mengenai masalah yang dihadapi, membedakan masalah tersebut secara
teliti dan cermat, serta mengkaji dan mengidentifikasi informasi guna
merencanakan strategi pemecahan masalah.9
Peserta didik dalam pandangan Islam ialah individu yang belum
dikatakan dewasa, memiliki sejumlah kemampuan (potensi) dasar yang
masih banyak perlu dikembangkan dan dilatih. Secara sederhana dalam
penyebutan peserta didik ialah seorang anak yang belum memiliki sifat
kedewasaan dan memerlukan bimbingan dan arahan orang lain untuk
mendidiknya sehingga menjadi seseorang yang dewasa, memiliki juga jiwa
spiritual, serta memiliki kreatifitas dan aktifitas sendiri.10
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah mata pelajaran yang di
dalamnya terdapat sebuah catatan perkembangan sejarah historis perjalanan
hidup muslim dari periode ke periode dalam bermuamalah, beribadah, dan
berakhlak serta dalam membentuk suatu sistem kehidupan atau
mengenalkan ajaran Islam ke berbagai elemen masyarakat yang dilandasi
oleh akidah.11
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan saat
ini terjadi pada proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berfikir secara maksimal. Peserta didik ketika
dalam proses pembelajaran di kelas hanya ditujukan atau diarahkan kepada
kemampuan menghafal informasi, sehingga otak peserta didik yang dipaksa
menimbun dengan berbagai kumpulan informasi pengetahuan yang
kemudian dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Dampaknya? Ketika
9 Mira Azizah, Joko Sulianto, Nyai Cintang, “Analisis Keterampilan Berfikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar Pada Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013”, Jurnal Penelitian Pendidikan,
Vol. 35 Nomor 1 Tahun 2018, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Semarang, h. 62. 10 M. Ramli, “Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik”, Jurnal Ilmiah Pendidikan agama
Islam (Tarbiyah Islamiyah), Vol. 5, No.1, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan, IAIN Antasari, Banjarmasin, 2015, h. 68. 11 Lampiran Keputusan Kementrian Agama, Nomer: 165, Tahun: 2014, Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah, h. 37.
4
para peserta didik keluar lulus dari sekolah, mereka hanya pintar secara
teoritis saja, akan tetapi kekurangan dalam praktek/implikasi.12
Di samping itu, tantangan pendidikan saat ini perlunya melatih
peserta didik agar mampu bersaing di era abad 21. Saat ini berbagai
informasi dapat kita akses dengan bebas melalui internet dan tidak ada
jaminan bahwa berita yang kita lihat tersebut hoax atau tidak. Terjadinya
lonjakan informasi dari berbagai sumber itu belum tentu datanya benar.
Untuk dapat mendapat informasi dengan baik dan benar, setiap individu
harus memiliki kemampuan memfilter informasi yang benar dan yang salah
dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis. Rofiudin menyatakan
bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dikembangkan,
karena akan berguna dalam perkembangan kehidupan individu selepas dari
bangku sekolah. Namun kenyataan sekarang ini kemampuan berpikir
peserta didik SMA/MA terutama berfikir kritis masih rendah.13
Minimnya para guru yang memakai metode pembelajaran yang
dapat mengajak peserta didik untuk aktif di kelas, terutama dalam mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang di dalam konten materi lebih
mengedepankan hafalan dan cerita yang akhirnya peserta didik cepat merasa
bosan. Dengan mengimplementasikan metode inkuiri ini diharapkan dapat
membantu para peserta didik menyelesaikan permasalahan di atas, karena
metode ini dirancang untuk mengajak peserta didik secara langsung untuk
melakukan kegiatan proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat.
Ditambah hasil penelitian dari Schlenker, dalam Joyce dan Weil (1992)
memaparkan bahwa dalam latihan metode inkuiri dapat meningkatkan
12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta,
PT. Kencana Prenadamedia Group: 2013), Cet-10, h. 1. 13 Susilowati, Sajidan, Murni Ramli, Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan, Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Sains
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017, h. 223.
5
pemahaman, produktif dalam berfikir kritis, dan peserta didik dapat terampil
dalam mengolah, memperoleh, dan menganalisis informasi.14
Dari penjelasan uraian-uraian di atas, maka penting sekali bagi
peneliti untuk melakukan penelitian terkait implementasi metode inkuiri
pada anak Madrasah Aliyah, untuk dapat membangun rasa ingin tahu para
peserta didik terhadap mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, dengan
mencari pada sumber-sumber literasi yang sudah sangat mudah terjangkau
bagi peserta didik, dapat juga menekankan pemahaman lebih mendalam dan
membekas pada peserta didik, karena peserta didik mencari sendiri
mengenai permasalahan yang harus mereka cari, serta peserta didik dapat
berkreasi dengan percaya diri dari hasil data yang dikumpulkan melalui
berbagai pencarian dengan menyimpulkan pendapatnya ke teman-teman
dan gurunya dengan benar berdasarkan data-data yang relevan. Berdasarkan
hal tersebut. Peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“IMPLEMENTASI METODE INKUIRI DALAM
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM DI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA”.
14 Op. Cit, Trianto Ibnu Badar Al-tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum 2013),
Jakarta, Penadamedia Group: 2014), Cet-1, h. 79.
6
B. Identifikasi Masalah
1. Guru kurang mendorong peserta didik dalam melatih keterampilan
berfikirnya selama proses pembelajaran, peserta didik hanya difokuskan
dalam menghafal materi yang diajarkan, sehingga ketika lulus dari
sekolah, dari segi kognitif (teori) saja yang membekas, akan tetapi dari
segi psikomotor (implementasi) kurang dalam kehidupan sehari-hari.
2. Peserta didik harus disiapkan dan dilatih untuk menghadapi era abad 21,
dengan banyaknya informasi yang tersebar, peserta didik harus dibekali
dirinya dengan keterampilan berfikir kritis, untuk membedakan
informasi yang baik dan benar, dan menjauhi informasi yang salah
(hoax). Dengan mengimplementasikan metode inkuiri, diharapkan para
peserta didik terlatih dan terdorong dalam mengembangkan
keterampilan berfikir kritis mereka.
3. Mata pelajaran SKI merupakan salah satu mata pelajaran yang
memerlukan berbagai macam metode, jika tidak cocok pemilihan
metodenya, maka penjelasan mengenai SKI akan terasa membosankan
bagi peserta didik. Oleh karena itu, guru harus pandai memilih dan
menyesuaikan metode yang sesuai dengan materi yang disampaikan,
sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dan bersemangat.
C. Pembatasan Masalah
Setelah melihat identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah
dalam penelitian ini pada implementasi metode inkuiri dalam
mengembangkan keterampilan berfikir kritis peserta didik pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah. Penulis meneliti
di kelas X MIA 2 dan di XI IIS 2 di MA Pembangunan UIN Jakarta, dengan
fokus penelitian untuk mendeskripsikan bagaimana implementasi metode
inkuiri, bagaimana keterampilan berfikir kritis peserta didik dan faktor
pendukung dan penghambat metode inkuiri pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta.
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi metode inkuiri pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta?
2. Bagaimana perkembangan keterampilan berfikir kritis peserta didik
di MA Pembangunan UIN Jakarta?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat implementasi metode
inkuiri pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA
Pembangunan UIN Jakarta?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi metode
inkuiri dalam mengembangkan keterampilan berfikir kritis peserta
didik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA
Pembangunan UIN Jakarta.
2. Untuk mengetahui perkembangan keterampilan berfikir kritis
peserta didik di MA Pembangunan UIN Jakarta.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi
metode inkuiri pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MA Pembangunan UIN Jakarta.
8
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Kegunaan Secara Teoritis
Diharapkan dapat menambah pengalaman, ilmu pengetahuan,
dan wawasan yang khususnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam
terkait dengan implementasi metode inkuiri.
2. Kegunaan Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengalaman, ilmu
pengetahuan dan wawasan baru kepada peneliti, serta dapat
memberikan informasi pembelajaran mengenai penerapan metode
pembelajaran yang dapat menunjang proses belajar mengajar di
sekolah kepada peneliti yang nantinya akan menjadi guru
Pendidikan Agama Islam di masa yang akan datang.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan tambahan
informasi, agar dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan
khususnya dalam mengembangkan implementasi metode inkuiri
guna menunjang pelajaran Pendidikan Agama Islam umumnya,
terkhusus ditujukan pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi yang
dapat dijangkau oleh masyarakat, terkait dengan implementasi
metode inkuiri yang dapat menunjang tercapainya keterampilan
berfikir kritis dalam mata pelajaran mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.
9
d. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan
wawasan yang baru terkait mata pelajaran mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam. Dan dapat menjadi bahan rujukan (referensi)
yang relevan apabila melakukan penelitian yang sama dengan
penulis.
10
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Metode Inkuiri
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah sub-system dalam “Sistem Pembelajaran”
yang saling berkaitan, metode juga sebagai bentuk fasilitator dalam
proses interaksi belajar dengan tetap memfokuskan keseluruhan
sistem untuk tercapaianya tujuan pembelajaran.15 Pengertian dari
metode pembelajaran memiliki sebuah arti yaitu cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan sebuah rencana yang
susunannya sudah rapi dalam bentuk kegiatan praktis dan nyata
untuk mencapai tujuan pembelajaran.16 Pengertian lain dari metode
pembelajaran ialah sebuah cara dalam mengajar secara umum dapat
diterapkan pada semua mata pelajaran.17 Akan tetapi, tidak semua
metode cocok untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar,
karena guru harus teliti dalam menentukan metode yang tepat harus
sesuai dengan karakteristik peserta didik, materi pelajaran, dan
kondisi lingkungan tempat proses belajar mengajar berlangsung.18
Kedudukan metode pembelajaran menurut Syaiful B.
Djamarah dkk, memiliki tiga kedudukan diantaranya:19
a. Sebagai sebuah alat motivasi bagi peserta didik dalam Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM).
15 Sudiyono, Triyo Supriyatno, Moh. Padil, Strategi Pembelajaran Partisipatori di
Perguruan Tinggi, (Malang, UIN-Malang Press: 2006), Cet-1, h. 118. 16 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung, PT.
Refika Aditama: 2013), Cet-3, h. 56. 17 Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta, PT. Bumi Aksara: 2017), Cet-
2, h. 128. 18 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta, PT. Kencana
Prenadamedia Group: 2013), Cet-2, h. 206. 19 Pupuh Fathurrahman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung, PT. Refika Aditama: 2007), h. 55.
11
b. Dapat menyiasati perbedaan individual pada peserta didik di
kelas.
c. Untuk mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Dalam setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing, maka dari itu guru tidak boleh asal dalam memilih
metode untuk mengajar, dikarenakan nanti berdampak kepada tidak
tercapainya tujuan pembelajaran. adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi guru dalam menentukan dan memilih metode,
diantaranya:20
a. Tujuan yang hendak dicapai, dalam proses belajar mengajar
hendaknya seorang guru memperhatikan tujuan pembelajaran.
Karena tujuan tersebut dapat mempengaruhi metode, sebab
metode tunduk kepada tujuan, bukan sebaliknya.
b. Materi pelajaran, ialah materi yang nantinya akan disampaikan
guru kepada para peserta didik selama proses belajar mengajar.
c. Peserta didik, atau bisa disebut subyek belajar yang memiliki
perbedaan pada minat, bakat, motivasi, kebiasaan, sosial, dan
lingkungan keluarga. Perbedaan pada psikologis pada peserta
didik seperti pendiam, pemarah, tertutup, terbuka, periang atau
pemurung semuanya harus dikuasai oleh guru. Semua hal di atas
mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran.
d. Situasi, ialah sebuah setting lingkungan pembelajaran yang
memiliki sifat dinamis, guru harus peka dalam melihat situasi
sekitarnya, apalagi kalau kelas bukan di dalam ruangan
20 Ibid, Pupuh Fathurrahman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung, PT. Refika Aditama: 2007), h. 60-61.
12
melainkan di luar kelas (outdoor), guru harus peka, teliti, dan
tanggap dalam menyikapi hal ini.
e. Fasilitias, ialah komponen penting dalam membantu adanya
metode ini, ketiadaan fasilitas akan sangat mempengaruhi dalam
memilih metode, dengan begitu adanya keberadaan fasilitas
menunjang berjalannya proses belajar mengajar yang efektif.
f. Guru, dalam pribadi seseorang memiliki perbedaan dari segi
komunikasi, kebiasaan, performance style, dan pengalaman
belajar. Kompentensi yang pada guru biasanya dipengaruhi
pada latar belakang pendidikan sang guru. Apabila guru tersebut
bukan dari latar belakang pendidikan kurang relevan, sekalipun
bisa menerapkan metode pembelajaran tetapi akan menemukan
hambatan dalam penerapannya. Sedangkan guru yang berlatar
belakang pendidikan akan mudah menguasai metode
pembelajaran, di samping sisi intinya guru harus memiliki jiwa
profesional. Dengan memiliki jiwa profesional dalam mengajar,
maka proses belajar menagajar akan berhasil untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
3. Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan metode yang menekankan pada
proses menemukan dan mencari, metode ini juga menekankan pada
proses berfikir analisis dan kritis untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari pertanyaan yang telah disajikan.21 Tujuan
metode ini adalah untuk membantu para peserta didik untuk percaya
diri, memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan
melalui jawaban-jawaban mereka sendiri setelah menjawab soal
yang didapatkan.22 Pengertian lain dari metode inkuiri ini ialah
21 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya, 2015), Cet-
4, h. 221-222. 22 Muhammad Anwar, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta, PT. Kencana Prenadamedia
Group: 2018), Cet-1, h. 148.
13
kegiatan pembelajaran dengan berbasis kontekstual, keterampilan
dan pengetahuan yang didapat diharapkan bukan hanya mengingat
semata tentang fakta yang didapatkan, tetapi berorientasi pada
pengalaman langsung. Dan guru diharapkan juga dapat mengatur
dan menyusun kegiatan yang mengerucut kepada kegiatan
menemukan, apapun yang materi yang diajarkan.23
Macam-macam metode inkuiri menurut Sund dan Trowbridge
adalah sebagai berikut:24
a. Inkuiri Terpimpin (Guide Inquiry): diterapkan pada peserta
didik yang belum memiliki pengalaman belajar dengan
metode inkuiri. Dalam metode macam ini, guru harus lebih
memahamkan mengenai inkuiri secara luas ke peserta didik
dengan pengarahan dan bimbingan, dan pelaksanaan
perencanaannya sebagian besar masih dibuat oleh guru, dan
peserta didik tidak merumuskan masalah.
b. Inkuiri Bebas (Free Inquiry) diterapkan pada peserta didik
yang menjadikan ia seolah seorang ilmuwan, pada
pelaksanaannya peserta didik merumuskan permasalahan yang
akan dikaji secara mandiri atau dengan kerjasama dengan
peserta didik yang lain dalam penyusunannya.
c. Inkuiri Bebas Yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry)
diterapkan pada peserta didik, namun guru merumuskan atau
memberikan masalah dari materi/teori yang sudah dipahami
peserta didik sebelumnya. kemudian para peserta didik
diminta untuk melakukan pengamatan, mengexplorasi
informasi atau data, sampai menyimpulkan.
23 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta, PT. Kencana
Prenadamedia Group: 2012), Cet-5, h. 114. 24 Joko Setiawan, M. Royani, “Kemampuan berfikir Kritis Siswa SMP Dalam
Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar dengan Metode Inkuiri”. Jurnal EDU-MAT Pendidikan
Matematika, Vol. 1, No.1, Pendidikan Matematika STIKIP PGRI Banjarmasin, 2013, h. 3.
14
Ciri-ciri metode inkuiri adalah sebagai berikut:25
a. Metode ini menekankan kepada proses aktifitas peserta didik
secara maksimal untuk mencari dan menemukan.
b. Metode ini seluruh aktivitasnya dilakukan peserta didik untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri sesuai pertanyaan
yang diberikan, sehingga diharapkan peserta didik dapat
menumbuhkan kepercayaan dalam dirinya (Self-Belief).
c. Metode ini mengembangkan kemampuan berfikir secara kritis,
logis, sistematis untuk mengembangkan intelaktual sebagai
bentuk proses pembentukan mental.
Langkah-langkah pelakasanaan metode inkuiri adalah sebagai
berikut: 26
a. Orientasi (pengenalan)
Langkah yang pertama ini yaitu dengan membina dan
mengatur suasana kelas agar lebih responsif. Dengan diawali
guru mengkondisikan para peserta didik agar siap menuju
proses pembelajaran (mengajak mereka untuk berfikir
memecahkan masalah). Langkah ini sangatlah penting, karena
untuk mendorong kemauan dan seluruh kemampuan peserta
didik dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan
kemampuan maka proses pembelajaran ini akan sia-sia.
b. Merumuskan Masalah (setiap masalah ada jawaban)
Langkah selanjutnya ialah melibatkan para peserta didik
pada persoalan yang di dalamnya mengandung teka-teki.
Persoalan teka-teki ini harus membuat mereka tertantang
untuk menemukan jawabannya dan diberikan informasi
25Op. Cit, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya,
2015), Cet-4, h.222 26 Ibid, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya, 2015),
Cet-4, h.224.
15
bahwasanya jawaban itu ada di berbagai sumber yang dapat
mereka jangkau. Proses mencari jawaban inilah yang
terpenting dalam metode inkuiri. Karena para peserta didik
akan mempunyai pengalaman yang begitu berharga dalam
upaya mengembangkan proses berfikir mereka.27
c. Merumuskan Hipotesis (jawaban sementara)
Langkah selanjutnya adalah mengenai hipotesis, hipotesis
merupakan jawaban sementara yang didapatkan pada
permasalahan yang sedang dikaji, dikarenakan jawaban
sementara perlunya untuk diuji akan kebenarannya. Perkiraan
hipotesis sendiri tidak bisa sembarangan, jawaban hipotesis ini
harus memiliki landasan berfikir yang kuat yang nantinya
hipotesis itu bersifat rasional dan logis.28
d. Pengumpulan Data
Langkah selanjutnya ialah pengumpulan data dengan
menjaring informasi dari berbagai sumber untuk menguji
hipotesis yang sudah diajukan. Langkah ini sebagai proses
pembentukan mental peserta didik dalam mengembangkan
intelektual mereka. Karena dalam proses pengumpulan data
bukan hanya memerlukan motivasi, namun memerlukan juga
ketekunan dan kemampuan dalam berfikirnya.
Namun, dilangkah ini sering terjadi kemacetan berinkuiri
dikarenakan peserta didik kurang responsif dan apresiatif
(kurang bergairah) terhadap permasalahan yang diberikan. Di
sinilah peran guru dibutuhkan, guru hendaknya terus
memberikan dorongan kepada peserta didik dengan melalui
27 Ibid, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya, 2015),
Cet-4, h.224. 28 Ibid, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya, 2015),
Cet-4, h.225.
16
pemberian berbagai pertanyaan yang merata agar
mendapatkan stimulus kemudahan bagi mereka.29
e. Menguji Hipotesis
Langkah selanjutnya ialah menguji hipotesis, ialah
menentukan jawaban yang didapatkan sesuai dengan data atau
informasi. Saat proses pengujian hipotesis yang terpenting
ialah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas yang
jawaban yang berikan. Dalam hal ini, peserta didik dibentuk
kemampuan berfikir rasionalnya, jadi jawaban yang mereka
dapatkan bukan dari argumen semata, namun harus didukung
dengan data dan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.30
f. Merumuskan Kesimpulan.
Langkah selanjutnya ialah merumuskan kesimpulan, yaitu
proses menguraikan atau mendeskripsikan temuan data dan
informasi yang diperoleh berdasakan hasil pengujian
hipotesis. Dalam langkah ini, sering ditemukan kebingungan
dikarenakan banyaknya kesimpulan yang dirumuskan yang
berujung tidak fokusnya kepada masalah yang akan
diselesaikan. Maka, guru dapat membantu dengan
menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.31
g. Mempresentasikan Jawaban
Langkah selanjutnya ialah mempresentasikan hasil
jawaban dari kesimpulan yang didapat dari kerja kelompok.
Presentasi ialah keterampilan untuk menyampaikan pesan atau
29 Ibid, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya, 2015),
Cet-4, h.225. 30 Ibid, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya, 2015),
Cet-4, h.225-226. 31 Ibid, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya, 2015),
Cet-4, h. 226.
17
sesuatu kepada orang lain.32 Presentasi ini dapat membentuk
mental peserta didik untuk mengulas pendapat atau argumen
meraka di depan kelas, jadi bukan hanya menjadi pendengar
saja di kelas, namun bisa mengkomunikasikan pemikirannya
di depan kelas atau orang banyak.33
h. Refleksi
Langkah yang terakhir ialah kegiatan refleksi, dalam hal
ini untuk menilai dan mengamati apa saja yang telah terjadi
selama pembelajaran berlangsung, biasanya dilakukan setelah
proses pembelajaran. Reflesksi ialah respon terhadap kejadian,
pengetahuan atau aktivitas yang baru dilakukan. Dengan
melalui refleksi, peserta didik dapat mengendapkan
pemahaman pengetahuan yang baru ia dapat, dengan melewati
pengayaan atau revisi dari pemahaman pengetahuan
sebelumnya.34
Menurut Drost yang dikutip dari bukunya “Pedagogi
Ignasian”, berpendapat bahwa tugas seorang guru ketika
proses belajar mengajar untuk sampai ke tahap refleksi yaitu
mendorong peserta didiknya agar mampu mengolah dan
mengumpulkan bahan-bahan dari pengalaman mereka sendiri,
maksud disini ialah untuk membantu mereka menyadari akan
data, fakta, perasaan, nilai-nilai, pengertian dan pemahaman
mengenai sesuatu yang dipelajari.35
32 Rizka Hayati, Desyarini Puspita Dewi, “Kolerasi Antara Motivasi Berprestasi Dan
Keterampilan Presentasi”, Jurnal Litbang Kota Pekalongan, Vol. 15, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Pekalongan, 2018, h. 56 33 Winda Septa Riani, Yuli Azmi Rozali, “Hubungan Antara Self Effacy Dan Kecemasan
Saat Presentasi Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul”, Jurnal Psikologi, Vol. 12, No.1, Fakultas
Psikologi Universitas Esa Unggul, 2014, h. 1 34 Yohanes Hendro Pranyoto, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Melalu
Pembiasaan Refleksi”, Jurnal Jumpa, Vol. 4, No. 1, Dosen Tetao STK St. Yakobus Merauke, 2016,
h. 21. 35 Ibid, Yohanes Hendro Pranyoto, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa
Melalu Pembiasaan Refleksi”, Jurnal Jumpa, Vol. 4, No. 1, Dosen Tetao STK St. Yakobus
Merauke, 2016, h. 22.
18
4. Metode Inkuiri Dalam Perpektif Islam
a. Metode inkuiri termasuk dalam metode yang menggunakan
akal yang dimiliki peserta didik untuk berfikir. Terdapat
banyak ayat dalam al-Qur’an yang menyebutkan tentang
aktifitas akal. Ayat-ayat al-Qur’an tentang akal bisa ditemui
pada istilah-istilah yang menyebut aktifitas otak. Seperti,
tafakkur (berfikir), taddabur (merenung), tabashshur
(memahami), dan lain-lainya.36
Salah satunya adalah berada di surah Al-Baqarah ayat 219,
sebagai berikut: 37
رون كم تتفك ه ل كم الآيات لعل ...كذل ك يبي ن الل Artinya: …. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu supaya kamu berfikir. (Al-Baqarah: 219).
b. Mengenai metode inkuiri yang mengajak para peserta didik
untuk berfikir lebih kritis, logis, sistematis, dan mendalam
untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Sudah tersirat
dalam penggalan ayat 1 dari surah al-Alaq yaitu (‘iqra).
Dalam buku yang berjudul “Membumikan Al-Qur’an”
karya M. Quraish Shihab menerangkan, bahwa penggunaan
perintah ‘iqra pada ayat tersebut ditemukan beraneka
ragam arti dari kata tersebut, antara lain: menyampaikan,
menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui
36 Muhammad Faiz Rofdli, Suyadi, TAFSIR AYAT-AYAT NEUROSAINS (‘Aql Dalam
Al-Qur’an dan Relevansinya Terhadap Pengembangan Berpikir Kritis dalam Pendidikan Islam),
Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur’an dan Tafsir, Universitas Ahmad Dahlan, Vol. 5, No.1, 2020. 37 Departemen Agama Islam RI, Qur`an Hafalan, (Surabaya: Halim, 2002), h. 34.
19
ciri-ciri sesuatu dan lain sebagainya yang semuanya
bermuara pada arti menghimpun.38
c. Kemudian mengenai dalam rentetan tahapan metode inkuiri
terdapat penjelasan mengenai merumuskan kesimpulan dan
mempresentasikan jawaban yang harus disampaikan dari
data yang terkumpul, data yang terkumpul ini adalah hasil
dari pendapat atau dari argumentasi yang sudah diyakini
peserta didik, dengan diikuti dengan bukti-bukti data yang
nyata, logis, dan dapat dipercaya oleh semuanya. Dalam
penjelasan tafsir Jalalain menerangkan mengenai makna
“bukti kebenaranmu” memiliki arti “argumentasimu”.39
Dalam hal ini sudah tertera dalam Al-Qur’an surah An-
Naml ayat 64 sebagai berikut:40
قل هاتوا برهانكم إن كنتم صاد ق ين Artinya: Katakanlah: Unjukkanlah bukti kebenaranmu,
jika kamu memang orang-orang yang benar. (Q.S. An-
Naml: 64).
d. Kemudian anjuran kepada peserta didik untuk dilatih dan
dikembangkan bakat dan keterampilan tertentu, agar
bermanfaat dan sesuai dengan zamannya. Seperti sekarang
peserta didik disiapkan untuk memiliki kompetensi 4C
(Creativity and Innovation, Critical Thinking and Problem
Solving, Communication, and Collaboration), untuk
menghadapi era abad 21. Berikut penjelasan dalam sebuah
hadis:
38 A. Syafi’ AS, “Kajian Tentang Belajar dalam al-Qur’an Surat al-Alaq Ayat 1-5”, Jurnal
Sumbula, Volume 2, Nomor 2, Fakultas Agama Islam Universitas Darul ‘Ulum Jombang, Desember
2017, h. 643. 39 Jalaluddin Al-Mahalli, Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain Lengkap disertai dengan
Asbabun Nuzul, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017), Cet.1, hlm. 382. 40 Op. Cit, Departemen Agama Islam RI, Qur`an Hafalan, (Surabaya: Halim, 2002), h. 164.
20
رسول : قال رضي الل ه عنه أن ه قال -الجهني قبة بن عامر وعن ع :صلى الله عليه وسلمالل ه مي ثم ت من عل م الر ر س كه، فلي ا، أو ف قد م ن ى عص
. (مسلم رواه )
Artinya: “Dari Uqbah bin Amir al-Juhayniy berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang telah
diajari panah memanah kemudian tinggalkannya, maka
ia tidak tergolong umatku atau sungguh ia
durhaka.”(H.R. Muslim). 41
Penjelasan dari hadis di atas, ialah bahwa
Rasulullah SAW membekali para sahabat dengan sebuah
pendidikan dan latihan keterampilan bagi umat manusia
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di zamannya.
Karena sekarang sudah masuk era ketenangan yang bebas
dari peperangan atau berbeda dengan zaman dahulu,
interpretasinya berganti dan berkembang ke kepada
memajukan umat (pendidikan). Di sekolah, guru
membekali peserta didik dengan keterampilan yang sesuai
dengan zamannya seperti keterampilan komputer,
penggunaan internet, dan lain sebagainya. Kemudian ilmu
dan keterampilan yang sudah dimiliki harus selalu
dikembangkan secara inovatif dan terus dilatih.42
41Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. 3, h. 114. 42 Ibid, Abdul Majid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Cet. 3,
h. 114-115
21
5. Perdebatan Inkuiri
Mengenai penyebutan inkuiri ini, di ranah pendidikan
banyak memakai dengan beberapa istilah pembelajaran, seperti
dikaitkan dengan model, pendekatan, strategi, dan metode. Di
luar negeri, inkuiri ditemukan dalam ranah model pembelajaran
dan metode pembelajaran seperti tiga jurnal Internasional
sebagai berikut:
a. Jurnal Internasional yang berjudul “The Influence of
Inquiry Learning Model on Student’s Scientific Attitudes in
Ecosystem Topic at MTs. Daarul Hikmah Sei Alim (Islamic
Junior High School) Asahan”. Ini memakai inkuiri masuk
dalam ranah model pembelajaran.43
b. Jurnal Internasional yang berjudul “The Development of
Discovery-Inquiry Learning Model to Reduce the Science
Misconceptions of Junior High School Students”. Ini
memakai inkuri menyatu dengan discovey masuk dalam
ranah model pembelajaran.44
c. Jurnal Internasional yang berjudul “The Effect of Inquiry-
based Learning Method on Students’ Academic
Achievement in Science Course”. Ini memakai inkuiri
dalam ranah metode pembelajaran.45
Dengan melihat judul di atas tidak jauh berbeda dengan di
negara Indonesia yang memakai inkuri masuk pada istilah
43 Haji Hamidun Sitorus, Hasruddin, Syahmi Edi, “The Influence of Inquiry Learning
Model on Student’s Scientific Attitudes in Ecosystem Topic at MTs. Daarul Hikmah Sei Alim
(Islamic Junior High School) Asahan”, International Journal of Humanities Social Sciences and
Education (IJHSSE), Volume 4, Issue 11, Department of Biology Education, Postgraduate Program,
Universitas Negeri Medan, November 2017, h. 170. 44 Basman Tompoa, Arifin Ahmada, and Muris Murisa, “The Development of Discovery-
Inquiry Learning Model to Reduce the Science Misconceptions of Junior High School Students”,
Internasional Journal of Environmental & Science Education, Vol. 11, No. 12, Universitas Negeri
Makassar, Makassar, Indonesia, 2016, h. 5676. 45 Ali Abdi, “The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic
Achievement in Science Course”, Universal Journal of Educational Research Department of
Educational Sciences Payame noor University Tehran, Iran, 2014, h. 37.
22
pembelajaran yang berbeda-beda juga. Inkuiri ini masuk pada
model, pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran.
Namun untuk penyebutan istilah-istilah di atas menggunakan
inkuiri hanya berbeda di unsur atau istilah kegunaan saja. Yang
inti dari semuanya sama yaitu mengerucut kepada peserta didik
agar dapat mengeluarkan seluruh kemampuan dan kompetensi
dalam dirinya untuk mendapatkan informasi pengetahuan, yang
mana lebih membekas dalam dirinya, jadi bukan hanya teoritik
dan hafalan saja, namun bisa juga melakukan prakteknya.
Peneliti juga menemukan beberapa pendapat mengenai
teminologi dari strategi dan metode pembelajaran. Berikut
berbagai pendapat yang peneliti ambil dari beberapa jurnal.
Menurut Ahwan Fanani, berbagai cara pembelajaran
dalam pendidikan sudah berkembang, diantaranya mengenai
desain pembelajaran yang mencakup model, pendekatan,
strategi, dan metode, dan teknik pembelajaran. Beliau
menambahkan mengenai penyebutan label ini muncul dan
mengindikasikan bahwa ada perhatian besar bagi
pengembangan cara dalam pembelajaran. Namun, dalam dunia
pendidikan istilah-istilah sering menimbulkan kerancuan.
Kerancuannya timbul karena istilah-istilah ini mengacu pada
ranah yang sama. Jika ditelaah dan dikaji dari berbagai
perspektif dan serta dimengerti lebih dalam akan bisa
dibedakan penyebutan label di atas.46
Perbedaan makna pada model, strategi, metode, dan
teknik pembelajaran juga banyak menuai kebingungan.
Namun, peneliti mendapat dari beberapa jurnal yang
46 Reksiana, Diskursus Terminologi Model, Pendekatan, Strategi, dan Metode Dalam
Dunia Pengajaran, Article Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, Januari 2019,
h. 1.
23
menerangkan mengenai permasalahan terminologi di atas.
Dalam jurnal milik Agus Mukhtar Rosyidi menyimpulkan,
bahwa perbedaan model dengan strategi, untuk model ialah
sebuah pola acuan perencanaan pembelajaran yang mencakup
pendekatan. Sedangkan strategi ialah seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang
digunakan dalam rangka membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran.47
Dalam jurnal milik Ahwan Fanani menjelaskan mengenai
perbedaan strategi dan metode pembelajaran. Kesimpulan dari
beliau ini mengenai strategi dan metode bersandarkan dari
pendapat para tokoh yang menulis buku tentang pendidikan
yaitu:
a. Oemar Hamalik, dalam bukunya “Kurikulum dalam
Pembelajaran”. Menjelaskan hubungan antara metode dan
strategi berpijak kepada pernyataannya. Strategi adalah
metode dengan orientasi yang lebih menekankan partisipasi
peserta didik, sehingga metode maupun strategi
mengandung dimensi prosedur. Akan tetapi, perbedaannya
adalah metode menekankan pendekatan teacher-centered
(berpusat kepada guru), sedangkan strategi menekankan
pendekatan student-centered (berpusat pada peserta
didik).48
47 Agus Mukhtar Rosyidi, “Model Dan Strategi Pembelajaran DIKLAT (Kajian alternatif
yang efektif)”, Jurnal Andragogi Jurnal Diklat Teknis, Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan
Keagamaan, Vol: V No. 1, 2017, h. 110. 48 Ahwan Fanani, “Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran”, Jurnal
Pendidikan Islam Nadwa - Jurnal Pendidikan Islam, IAIN Walisongo Semarang, Vol. 8, Nomor 2,
2014, h. 174.
24
Tabel 2. 1. Perbedaan Metode dan Strategi
Pembelajaran Menurut Oemar Hamalik
b. Hamzah Uno, dalam bukunya “Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan
Efektif”. Sedikit ada perbedaan hubungan antara metode
dan strategi. Menurut beliau metode dan strategi memiliki
kesamaan dalam hal “cara”, namun berbeda mengenai
unsur. Unsur metode ialah mencakup prosedur, sedangkan
unsur strategi mencakup metode dan teknik.49
Tabel 2. 2. Perbedaan Metode dan Strategi
Pembelajaran Menurut Hamzah Uno
Istilah Subst
ansi Unsur
Pendeka
tan
Sasaran
Metode Cara Prosedur -
Memahamkan
materi dan
mencapai tujuan
pembelajaran
49 Ibid, Ahwan Fanani, “Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran”,
Jurnal Pendidikan Islam Nadwa - Jurnal Pendidikan Islam, IAIN Walisongo Semarang, Vol. 8,
Nomor 2, 2014, h. 176.
Istilah Substansi Unsur Pendekatan
Obyek
Metode Cara Prosedur Teacher-
centered
Materi dan
tujuan
pembelajaran
Strategi Cara Prosedur Student-
centered
Materi dan
tujuan
pembelajaran
25
Strategi Cara
Metode
dan
teknik
-
Memahamkan
materi dan
mencapai tujuan
pembelajaran
c. Menurut Ismail, dalam bukunya “Strategi Pembelajaran
Agama Islam Berbasis PAIKEM”. Menjelaskan untuk
membedakan antara metode dan strategi yaitu dari
substansinya. Menurut beliau metode bisa disebut cara atau
jalan yang berlandaskan pada bahasa Arab “Thariiqah”
yang antinya jalan. Sedangkan strategi bisa dipahami
sebagai gambaran langkah (tahap/prosedur) dan cara.
Sekilas memang definisi strategi tersebut sama dengan
metode. Namun, ia kemudian menegaskan bahwa metode
terkait langsung dengan proses pembelajaran, sedangkan
strategi mengatur ketepatan penggunaan metode dalam
pembelajaran.50
Tabel 2. 3. Perbedaan Metode dan Strategi
Pembelajaran Menurut Ismail
Istilah Substansi Unsu
r
Pendek
atan
Sasaran
Metode Cara /jalan - -
mencapai tujuan
pembelajaran
Strategi
Cara
/gambaran
langkah
- -
Mengatur ketepatan
penggunaan metode
dan mencapai tujuan
pembelajaran
50 Ibid, Ahwan Fanani, “Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran”,
Jurnal Pendidikan Islam Nadwa - Jurnal Pendidikan Islam, IAIN Walisongo Semarang, Vol. 8,
Nomor 2, 2014, h. 178.
26
d. Dan menurut Wina Sanjaya, terdapat perbedaan mengenai
metode dan strategi, beliau menyebut metode dengan “cara
yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.”
Sedangkan strategi ialah “perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan
pembelajaran”, dengan begitu jelaslah beliau menempatkan
strategi dalam posisi lebih luas dibandingkan metode dan
metode menjadi bagian strategi.51
Tabel 2. 4. Perbedaan Metode dan Strategi
Pembelajaran Menurut Wina Sanjaya52
Kesimpulan dari peneliti, mengenai banyak pendapat
di atas, untuk membedakan suatu konsep atau istilah harus
dilihat dulu dari definisi dan istilahnya, walaupun itu belum
mutlak dan belum ada pernyataan resmi. Setidaknya ada
beberapa pakar pendidikan di atas yang sudah berusaha
51 Ibid, Ahwan Fanani, “Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran”,
Jurnal Pendidikan Islam Nadwa - Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8, Nomor 2, IAIN Walisongo
Semarang, 2014, h. 179-180. 52 Ibid, Ahwan Fanani, “Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran”,
Jurnal Pendidikan Islam Nadwa - Jurnal Pendidikan Islam, IAIN Walisongo Semarang, Vol. 8,
Nomor 2, 2014, h. 180.
Istilah Substansi Unsur Pendek
atan
Sasaran
Metode Cara - -
Melaksana
kan strategi
Strategi Rencana
tindakan
Rangkaian
tindakan dan
metode
pemanfaatan
sumber daya
-
mencapai
tujuan
pembelajara
n
27
untuk membedakan antara kedua istilah tersebut, walaupun
setiap istilah memiliki perbedaan sudut pandang, namun
diantaranya bisa saling berganti posisi. Ini sebagai angin
segar dalam mempermudah bagi proses perencanaan
pembelajaran dan menghilangkan polemik terhadap dua
istilah yang substansinya bertumpang tindih dan sulit sekali
dipisahkan.
28
Gambar 2. 1. Model Pembelajaran
29
B. Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik
Kemampuan dalam berpikir kritis merupakan kemampuan yang
sangat esensial, memiliki fungsi efektif dalam semua aspek kehidupan.
Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis ini harus ditanamkan sejak
dini baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat.
Demikian juga dalam proses pembelajaran dibutuhkan berpikir secara
aktif. Hal ini berarti proses pembelajaran membutuhkan pemikiran
kritis dari para peserta didik. Oleh karena itu, berpikir kritis sangat
penting dalam proses kegiatan pembelajaran.53
Berfikir kritis juga memiliki makna proses intelektual yang aktif
dan penuh dengan keterampilan dalam membuat konsep atau
pengertian, mengaplikasikan, membuat sistesis, menganalisis. Semua
kegiatan tersebut didasari dari hasil pengalaman, observasi, pemikiran,
komunikasi, dan pertimbangan, yang akan membimbing dalam
menentukan sikap dan tindakan.54
Adapun karakteristik seseorang memiliki keterampilan berfikir
kritis menurut Beyer (1995) mempunyai sikap sangat terbuka,
menghargai kejujuran, respek terhadap berbagai pendapat dan data,
respek terhadap ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang
berbeda, dan bisa merubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.55
53 Deti Ahmatika, “Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Dengan Pendekatan
Inquiry/Discovery”, Jurnai Euclid, vol.3, No.1, pp. 377-525, 2016, Prodi Pendidikan Matematika
Universitas Islam Nusantara, h. 394-395. 54 Siti Zubaidah, “Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat
Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains”, Jurnal Seminar Nasional Sains 2010 dengan Tema
“Optimalisasi Sains untuk Memberdayakan Manusia”, di Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya, 2010, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, h. 2. 55 Ibid, Siti Zubaidah, “Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat
Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains”, Jurnal Seminar Nasional Sains 2010 dengan Tema
“Optimalisasi Sains untuk Memberdayakan Manusia”, di Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya, 2010, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, h. 4-5.
30
Adapun karakteristik yang lain dalam berfikir kritis meliputi
beberapa kemampuan yang harus dimiliki peserta didik, yaitu sebagai
berikut:
1. Kemampuan Komunikasi
Kemampuan komunikasi ialah kemampuan dalam
penyampaian informasi atau pesan kepada orang lain ataupun
sebaliknya, sehingga apa yang diungkapkan tersebut dapat
dipahami dan dimengerti dengan baik.56
kemampuan komunikasi adalah kecakapan seseorang dalam
proses menyampaikan informasi atau pesan dari sumbernya kepada
penerima melalui media bahasa. Kemampuan ini akan berkembang
jika sering dilatih, semakin sering berkomunikasi dengan orang
lain maka kemampuan komunikasinya akan berkembang.57
2. Kemampuan Kreatifitas
Menurut pendapat Semiawan, kreatifitas ialah proses
pemikiran berbagai gagasan dalam menghadapi suatu persoalan
atau masalah. Kreativitas juga merupakan proses berpikir dimana
peserta didik berusaha untuk menemukan diantara hubungan-
hubungan baru, mendapatkan jawaban, metode atau cara baru
dalam memecahkan masalah. Dalam mengembangkan kreativitas
peserta didik meliputi segi kognitif, afekktif, dan psikomotor.58
Menurut Munandar, menyatakan bahwa kreativitas ialah
sebuah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan
56 Martin Bernard, “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Serta
Disposisi Matematik Siswa SMK Dengan Pendekatan Melalui Game Adobe Flash CS 4.0”, Jurnal
Ilmiah Infinity, Vol 4, No.2, Jurusan Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung, September
2015, h. 201 57 Pupung Puspa Ardini, “Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap Perkembangan
Moral Anak Usia 7-8 Tahun”, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 1, Ed. 1, jurusan PAUD FIP Universitas
Negeri Gorontalo, Juni 2012, h. 51 58 Bajongga Silaban, “Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika Dan Kreatifitas
Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik Statis”, Jurnal Penelitian
Bidang Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Dosen Kopertis Wlayah I DPK pada USBM Medan, Maret 2014,
h. 67
31
data, informasi atau unsur-unsur yang tersedia. Selain itu
kepribadian yang kreatif memiliki urutan ciri-ciri sebagai berikut:
yaitu mempunyai daya imajinasi yang kuat, juga mempunyai
inisiatif, memiliki sifat ingin tahu yang tinggi, selalu ingin
mendapat pengalaman-pengalaman baru, selalu percaya pada diri
sendiri, penuh semangat (energik), dan berani mengambil resiko
(tidak takut dengan kesalahan), selalu berani dalam pendapat dan
keyakinan (tidak ragu-ragu dalam menyatakan pendapat atau
walaupun mendapatkan kritikan).59
3. Kemampuan Keterbukaan diri (self Disclosure)
Menurut Altman dan Taylor, keterbukaan diri ialah
kemampuan individu untuk memberikan informasi ke orang lain
yang memiliki tujuan untuk lebih akrab dengan orang tersebut. Dan
menurut Person, keterbukaan diri ialah tindakan individu yang
mengungkapkan informasi yang bersifat privasi (pribadi) kepada
orang lain secara sengaja dan sukarela, dengan maksud untuk
menjelaskan informasi yang akurat tentang dirinya.60
Menurut Lumsden, keterbukaan diri sangat membantu
individu saat berkomunkasi dengan orang lain, dapat juga
meningkatkan kepercayaan diri, serta hubungan keduanya semakin
akrab, disamping itu juga menjauhi dari perasaaan bersalah dan
cemas.61
59 Ibid, Bajongga Silaban, “Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika Dan Kreatifitas
Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik Statis”, Jurnal Penelitian
Bidang Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Dosen Kopertis Wlayah I DPK pada USBM Medan, Maret 2014,
h. 67 60 Septalia Meta Karina, Suryanto, “Pengaruh Keterbukaan Diri Terhadap Penerimaan
Sosial Pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya Dengan Kepercayaan
Terhadap Dunia Maya Sebagai Intervening Variabel”, Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial,
Vol. 1, No. 2, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Juni 2012 h. 118 61 Maryam B. Gainau, “Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif Budaya
Dan Implikasinya Bagi Konseling”, Jurnal Ilmiah Universitas Katolik Widya Mandala Madiun,
Vol. 3, No. 1, Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Papua, 2009, h. 2.
32
4. Kemampuan Memecahkan Masalah
Menurut Sanjaya, pemecahan masalah ialah kemampuan
peserta didik untuk berfikir kritis, serta mengembangkan pemikiran
dengan pengetahuan baru yang mereka dapatkan. Tujuannya ialah
mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam menjelajahi
informasi/data yang didapatkan untuk menyelesaikan suatu
masalah.62
Menurut Turmudi, pemecahan masalah dapat mengenalkan
kepada peserta didik tentang cara bagaimana cara berfikir,
dibiasakan untuk rajin dan diharuskan memiliki rasa keingintahuan
yang tinggi serta percaya diri dengan kondisi yang tidak biasa dari
biasanya.63
5. Kemampuan Argumen
Argumentasi berasal dari kata “argumen” artinya alasan,
argumentasi ialah usaha yang dilakukan individu dalam
menyampaikan pendapat disertai fakta yang menguatkan pendapat
tersebut.64
Menurut Mcnail, argumentasi ialah suatu kegiatan
membandingkan suatu teori dengan memberikan penjelasan
disertai dengan data yang logis dan akurat. Argumentasi bukan
hanya pemikiran logis akan suatu teori, akan tetapi juga mengklaim
pembelaaan tentang kebenaran suatu teori tersebut.65
62 Elma Lusiana Arafani, Elin Herlina, Luvy Sylviana Zanthy, “Peningkatan Kemampuan
Memecahkan Masalah Tematik Siswa SMP Dengan Pendekatan Kontekstual”, Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 03, No. 02, IKIP Siliwangi Cimahi tengah, Kota Cimahi, Jawa
Barat, Agustus 2019, h. 323-332 63 Muhammad Gilar Jatisunda, “Hubungan Self-Efficacy Siswa SMP Dengan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis”, Jurnal THEOREMS, Vol. 1, No. 2, Dosen Program Studi
Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka, Januari 2017, h. 27. 64 Maria Ulpa, Abdurrahman, Ismu Wahyudi, “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Ditinjau
Dari Kemampuan Argumentasi Oral Dan Tertulis”, Jurnal Pembalajaran, Vol. 2, Ed. 3, Jurusan
Pendidikan Fisika FKIP Unila, 2014, h. 3 65 Ninda Dwi Cahya Devi, Elfi Susanti VH, dan Nurma Yunita Indriyanti, “Analisis
Kemampuan Argumentasi Siswa SMA Pada Materi Larutan Penyangga”, Jurnal JKPK (Jurnal
Kimia dan Pendidikan Kimia), Vol. 3, No. 3, Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas
Sebelas Maret, 2018, h. 153.
33
6. Kemampuan kepercayaan Diri
Kepercayaan diri ialah menilai atau mengapresiasi diri sendiri,
lebih tapatnya yaitu memiliki sikap yang positif dalam dirinya, ia
bisa mengendalikan dirinya sesuai yang ia mau dan mengerti
kekurangan di dalam dirinya.66
Menurut Hakim, berpendapat mengenai kepercayaan diri
yaitu dasar dari motivasi diri untuk berhasil, agar termotivasi
individu harus percaya pada dirinya. Kepercayaan diri ialah suatu
keyakinan dan sikap yang dimiliki individu terhadap kemampuan
dirinya sendiri dengan menerima apa adanya segala sesuatu baik
negatif maupun positif yang dipelajari dan dibentuk.67
7. Kemampuan Analisis
Menurut Sudijono, analisis ialah kemampuan yang dimiliki
seseorang untuk memperinci suatu bahan/kegiatan, memahami
hubungan diantara faktor-faktor atau bagian-bagian satu dengan
yang lain agar dapat memecahkan persoalan. Dan menurut
Djamarah, analisis ini ialah seseorang berusaha untuk mengenal
sesuatu dengan dengan cara mengenali unsur-unsur atau ciri-ciri
yang ada pada suatu itu.68
Dengan demikian, analisis ialah kemampuan individu dalam
mengenal sesuatu dengan baik dengan cara mengidentifikasi, serta
mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
faktor satu dengan lainnya untuk menemukan sebuah solusi dari
suatu permasalahan.
66 Dinar Permadi Purnomo, Harmiyanto, “Hubungan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal Dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas X SMAN 1 Garum Kabupaten Blitar, Jurnal
Kajian Bimbingan Dan Konseling (JKBK), Vol. 1, No. 2, Jurusan Bimbingan Dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2016, h. 56. 67 Intan Vandini, “Peran Kepercayaan Diri terhadap Prestasi Belajar matematika Siswa”,
Jurnal Formatif, Vol. 5, No. 3, Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika,
dan IPA Universitas Indraprasta PGRI, 2015, h. 216 68 Rokhis Setiawati, “Peningkatan Kemampuan Analisis Transaksi Dalam Menyusun
Jurnal Dengan Model Problem Based Learning Melalui Pengamatan BT/ BK”, Jurnal Nopendas
Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1, No. 1, SMA 1 Bae Kudus, Februari 2018, h. 2
34
8. Kemampuan Berfikir Rasional atau logis
Kemampuan berfikir rasional ialah kemampuan yang tidak
dapat ditumbuhan dalam waktu singkat. Perlu adanya latihan sejak
dini, agar ketika beranjak usia anak tinggal ditingkatkan. Berfikir
rasional diartikan sederhana yaitu berfikir sesuai dengan sistem
logika atau dengan akal sehat.69Menurut Karli, berfikir rasional
ialah kemampuan berfikir tingkat dasar yang perlu dikembangkan
untuk mencapai tingkat tinggi, sebagaian besarnya dalam
membentuk kreatifitas guna memecahkan masalah. Peserta didik
dilatih dalam menyelesaikan masalah sesuai nalar dan logika
dengan berdasarkan fakta atau data, untuk menemukan konsep
baru.70
Menurut Syaiful, berfikir logis ialah kemampuan berfikir yang
dimiliki peserta didik untuk merumuskan kesimpulan yang benar
yang berlandaskan logika, dan dapat membuktikan bahwa
kesimpulan itu valid (benar) sesuai dengan berbagai macam
pengetahuan yang didapat sebelumnya yang diketahuinya.
Ditambah menurut Hadi, berfikir logis ialah cara berfikir yang
sistematis dan masuk akal, serta berdasarkan fakta yang objektif.
Didukung pendapat lain yang mengatakan bahwa berfikir logis
ialah sebuah proses penggunaan nalar secara konsisten untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan.71
Perkembangan Abad ke-21 tidak terlepas dari datangnya era
revolusi industri 4.0, yang mana bisa disebut dengan abad keterbukaan
69 Rini Nafsiati Astuti, “Peta Konsep Pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berfikir Rasional Siswa SD/MI”, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.
11, No.1, Staf Pengajar Pada Jurusan PGMI Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2009, h. 6 70 Ni Kt. Ary Metriasih, I Km. Sudarma, I Md. Citra Wibawa, “Pengaruh Strategi
Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Mind Mapping Terhadap Keterampilan Berfikir Rasional
IPA siswa SD Gugus III Kecamatan Manggis”, Jurnal Mimbar PGSD Undiksha, Vol. 1, No. 1,
Jurusan PSGD, Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia, 2013, h. 2-3. 71 Dina Octaria, “Kemampuan Berfikir Logis Mahasiswa Pendidikan Matematika
Univeristas PGRI Palembang Pada Mata Kuliah Geometri Analitik”, Jurnal Pendidikan Matematika
RAFA, Vol. 3, No. 2, 2017, Dosen Universitas PGRI Palembang, h. 181.
35
atau abad gobalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad ke-21
mengalami perubahan yang mendasar yang berbeda abad sebelumnya.
Begitu juga dengan ranah pendidikan, sudah memasuki revolusi tahap
yang kelima, dengan dimulai tanda dimanfaatkannya sarana komputer
dan internet dalam proses pembelajaran. Para peserta didik disiapkan
untuk menghadapi pembelajaran pada abad ke-21 yang menuntut
peserta didik memiliki keterampilan 4C (Creativity and Innovation,
Critical Thinking and Problem Solving, Communication, and
Collaboration), Dengan kata lain peserta didik perlu memiliki
keterampilan kognitif tingkat tinggi (4C) seperti kemampuan
pemecahan masalah, menganalisis masalah, berpikir kritis serta kreatif,
dan mampu membuat keputusan dengan baik. Yang semuanya sangat
dibutuhkan para peserta didik untuk mengarungi pesatnya arus
informasi di abad 21.72
Pembelajaran di abad 21 menuntut perubahan orientasi dalam
pembelajaran, yaitu menguasai perpaduan antara isi pengetahuan,
keterampilan, keahlian dan kemahiran. Pembelajaran Abad 21 juga
menuntut peserta didik untuk memiliki kecakapan bertindak, kecakapan
berfikir, dan kecakapan menjalani kehidupan. Dalam hal ini salah
satunya adalah kecakapan dalam berfikir kritis, tujuannya agar setiap
peserta didik dapat membuat keputusan yang masuk akal dan logis,
sehingga apa yang dianggap terbaik tentang suatu kebenaran dapat
diimplementasikan dengan benar. Peserta didik yang terbiasa dalam
berpikir kritis akan mampu membuat pertimbangan dengan cermat
dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah dalam kehidupan
sehari-hari dengan sendirinya.73
72 Siti Nuraeni, Tonih Feronika, dan Luki Yunita, “Implementasi Self-Efficacy dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Kimia di Abad 21”, Jurnal Jambura Journal
of Educational Chemistry Volume 1 Nomor 2, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019, h. 49-50. 73 Lidya Yanuarta, Abdul Gofur, Sri Endah Indriwati, “Pemberdayaan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa melalui Implementasi Model Pembelajaran Think Talk Write dipadu Problem
36
C. Peserta Didik
1. Pengertian
Penyebutan “peserta didik” dalam pendidikan Islam ialah
seseorang yang sedang berkembang dan tumbuh, baik secara fisik,
psikologis, sosial, dan religius dalam mengarungi kehidupan di
dunia dan di akhirat kelak. terdapat perbedaan diantara makna atau
arti dari peserta didik dan anak didik. Untuk peserta didik memiliki
makna yang sangat luas dibandingkan dengan makna anak didik,
peserta didik ruang lingkupnya bukan hanya dari anak-anak, akan
tetapi sampai ke orang dewasa. Untuk penyebutan peserta didik
ketika diisyaratkan kepada lembaga pendidikan bukan hanya
terdapat di sekolah (formal) saja, melainkan masuk juga dalam
pendidikan yang ada di masyarakat (non formal), seperti paguyuban,
majlis ta’lim, dan lain sebagainnya. Jadi istilah nama peserta didik
ini bukan hanya terpaut pada usia saja, akan tetapi dari segi mental,
pengalaman, wawasan, keterampilan, dan lain sebagainya yang
mana masih banyak memerlukan bimbingan.74
Dalam ajaran agama Islam, terdapat bermacam istilah yang
berkaitan dengan peserta didik. Penjelasannya sebagai berikut: 75
a. Pertama tentang “tilmidz”, apabila dilihat dari etimologi adalah
kosakata berbahasa Arab dari peserta didik. yang mana istilah
ini memfokuskan kepada peserta didik pada tingkat madrasah
awaliyah, sekolah permulaan pada taman kanak-kanak (TK),
taman pendidikan Al-Quran (TPQ), dan lain sebagainnya.
Based Learning”, Jurnal Seminar Nasional XIII Pendidikan Biologi FKIP UNS, Vol 13(1),
Universitas Negeri Malang, 2016, h. 268. 74 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group,
2012), Cet. 2, Ed. 1, h. 173 75 Ibid, Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group,
2012), Cet. 2, Ed. 1, h. 173
37
b. Kedua tentang “murid”, diambil dari kata isim fa’il, yang berasa
dari kata bahasa Arab yaitu arada, yuridu, muridan, yang
artinya orang yang menghendaki sesuatu. Istilah murid ini kalau
ditelusuri dan didalami lebih lanjut digunakan pada individu
yang sedang mancari ilmu pada tingkatan Madrasah Ibtidaiyah,
Tsanawiyah sampai Aliyah.
c. Yang ketiga tentang “thalib”, yang barasal dari kata bahasa arab
yaitu thalaba, yatlubu, thalaban, thaliban yang artinya orang
yang meminta/mencari sesuatu. Istilah thalib disini digunakan
untuk peserta didik yang sudah menempuh dirinya dalam
jenjang perguruan tinggi.
d. Dan yang terakhir adalah istilah dari “muta’allim” yang berasal
dari kata bahasa Arab allama yu’allimu muta’alliman, yang
secara harfiah memiliki makna orang yang sedang menuntut
ilmu. Dan kata muta’allim menjadi nama kitab yang cukup
populer di berbagai pesantren “Ta’lim al-Muta’allim karya
Burhanuddin al-Jarnuzi”, yaitu sebuah kitab yang berisi sebuah
kode etik dan petunjuk bagi para santri di pesantren.
Dapat disimpulkan bahwa kosa kata dari tilmidz, murid,
thalib, muta’allim, semuanya mengacu atau tertuju pada satu tujuan
arti yaitu peserta didik, adanya perbedaan diarti kosa kata tersebut
menunjukkan perbedaan dan tingkatan pada peserta pendidik
tesebut, terutama dari segi jangkauan dalam mengambil ilmu
tersebut dan serta keterampilan yang mereka pelajari.
2. Karakteristik Peserta Didik
Persyaratan yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang
pendidik ialah memahami karakter peserta didik harus secara baik
dan benar. Alasannya agar pendidik dapat menentukan metode dan
38
pendekatan yang dipakai, kemudian dapat menentukan materi
pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.76
Karakteristik yang dimiliki peserta didik dapat didasarkan
oleh tingkat usia, diantaranya:77
a. Tahap asuhan (usia 0-2 tahun) atau neonatus.
Tahap ini, individu belum memiliki kesadaran dan daya
intelektual. Ia hanya mampu menerima rangsangan yang
bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Pada
fase ini belum bisa di terapkan interaksi edukasi secara
langsung.
b. Tahap jasmani (usia 2-12 tahun) atau fase kanak-kanak
Tahap ini, anak mulai memiliki potensi biologis, pedagogis, dan
psikologis, sehingga anak sudah mulai dapat dibina, dilatih,
dibimbing, diberikan pelajaran dan pendidikan yang sesuai
dengan bakat, minat dan kemampuannya.
c. Tahap psikologis (usia 12-20 tahun) atau fase tamyis
Pada tahap ini, sudah diwajibkan menerima dan memikul beban
tanggung jawab. Pada masa ini seorang anak sudah bisa dibina,
dibimbing, dan dididik untuk melaksanakan tugas-tugas yang
menuntut komitmen dan tanggung jawab dalam arti yang luas.
d. Tahap dewasa (usia 20-30 tahun)
Dalam tahap ini, sudah disebut dewasa dalam arti yang
sesungguhnya, yakni kedewasaan secara biologis, sosial,
psikologis, religius dan lain sebagainya. Pada tahap ini juga,
mereka sudah memiliki kematangan dalam bertindak, bersikap,
dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depan
sendiri.
76 Ibid, Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group,
2012), Cet. 2, Ed. 1, h. 174-175. 77 Ibid, Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group,
2012), Cet. 2, Ed. 1, h. 175-176
39
e. Tahap bijaksana (usia 30-akhir hayat)
Fase ini manusia sudah menemukan jati diri dengan hakiki.
Pendidikan pada tahap ini adalah dengan cara mengajak mereka
agar mau mengamalkan ilmu, keterampilan, pengalaman, harta
benda, kekuasaan, dan pengaruhnya untuk kepentingan
masyarakat.78
78 Ibid, Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group,
2012), Cet. 2, Ed. 1, h. 175-176.
40
D. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Dari segi bahasa sejarah terbagi 2, sejarah dikenal dengan
history yang memiliki arti pengalaman masa lampau dari umat
manusia. Dan sejarah disebut tarikh yang memiliki arti ketentuan
masa atau perhitungan tahun. Sejarah Kebudayaan Islam memiliki
sebuah karakteristik yaitu menekankan pada kemampuan untuk
mengambil sebuah pengalaman (ibrah) dan hikmah (pelajaran) dari
sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam
sejarah Islam, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain yang ada dengan
sejarah Islam, serta untuk mengembangkan kebudayaan dan
peradaban Islam yang terjadi diperiode sekarang dan diperiode yang
akan datang.79
2. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Aliyah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:80
a. Membentuk dan membangun kesadaran peserta didik tentang
urgensinya mempelajari landasan ajaran, nilai dan norma Islam
yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW., dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam kedepannya.
79 Op. Cit, Lampiran Keputusan Kementrian Agama, Nomer: 165, Tahun: 2014, Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah, h. 38 80 Ibid, Lampiran Keputusan Kementrian Agama, Nomer: 165, Tahun: 2014, Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah, h. 41-
42
41
b. Membangun tingkat kesadaran para peserta didik tentang
pentingnya mengetahui waktu dan tempat yang merupakan
sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
c. Melatih daya kritis yang dimiliki peserta didik untuk memahami
kejadian fakta sejarah yang benar terjadi berdasarkan pada
pendekatan ilmiah.
d. Menumbuhkan rasa apresiasi dan penghargaan para peserta
didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai tanda bukti
peradaban umat Islam di periode lampau hingga seterusnya.
e. Membangun dan mengembangkan kemampuan peserta didik
dalam mengambil berbagai ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan
Kebudayaan dan peradaban Islam.
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang lingkup Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Aliyah ialah sebuah mata pelajaran yang menelaah
tentang perkembangan, asal-usul, peranan kebudayaan/peradaban
Islam di periode lampau, dimulai dari dakwah ajaran Nabi
Muhammad SAW., ketika di periode Makkah dan di periode
Madinah, kelanjutan dari kepemimpinan umat setelah Rasulullah
Saw wafat, sampai dengan perkembangan Islam pada periode
klasik atau zaman keemasan pada tahun 650 M–1250 M, periode
pertengahan atau mulai era kemunduran (1250 M–1800 M), dan
periode modern atau masa era kebangkitan (1800-sekarang), serta
tidak lepas dari perkembangan Islam di Indonesia dan bahkan di
dunia. Mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam turut andil dalam
kontribusi untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada
peserta didik untuk lebih memahami, mengenal, menghayati
42
Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai uswah
serta dengan kearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk pribadi sikap, dan watak karakter peserta
didik.81
81 Ibid, Lampiran Keputusan Kementrian Agama, Nomer: 165, Tahun: 2014, Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah, h. 51
43
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam sebuah penelitian diperlukan hasil-hasil penelitian yang
relevan, untuk memperkuat dan mendukung yang sedang saya lakukan
ini. Berikut adalah beberapa penelelitian yang relevan adalah sebagai
berikut:
1. Skripsi yang disusun Ahmad Bahrudin dari Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul
“Implementasi Metode Inkuiri Pada Program Ekstrakurikuler Sains
Club Di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan”. Dalam skripsi ini
membahas tentang Implementasi Metode Inkuiri Pada Program
Ekstrakurikuler Sains Club Di SD Muhammadiyah Plus
Malangjiwan dengan menggunakan metode penelititan kualitatif
deskriptif, diperoleh hasil kegiatan ekstrakurikuler sains club
menggunakan metode inkuri yang terdiri dari oriantasi, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan data, menguji
hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Dalam tahap ini peserta
didik telah dapat dan juga mampu membuktikan teori sains yang
dijadikan sebagai acuan, fokus dan target dalam kegiatan
ekstrakurikuler sains club yang bertempat di SD Muhammadiyah
Plus Malangjiwan.82
Skripsi milik Ahmad Bahrudin ini memiliki kesamaan dengan
penelitian milik penulis dari segi metode, yaitu metode inkuiri. Dan
ada persamaan pada metode penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif.
Akan tetapi, memiliki perbedaan dari segi lokasi dan fokus
penerapannya. Lokasi dan fokus penelitian Ahmad Bahrudin pada
Program Ekstrakurikuler Sains Club Di SD Muhammadiyah Plus
82 Ahmad Bahrudin, “Implementasi Metode Inkuiri Pada Program Ekstrakurikuler Sains
Club Di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan”. Skripsi pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta,
2018, h. 9, tidak dipublikasikan.
44
Malangjiwan, sedangkan lokasi peneliti di MA Pembangunan UIN
Jakarta dan fokusnya kepada mata pelajaran Sejarah Kebudyaan
Islam (SKI).
2. Skripsi yang disusun oleh Okti Viana Zaeni dari Jurusan Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Purwokerto dengan judul Implementasi Metode Inkuiri Dalam
Pembelajaran IPA Kelas IV Di MI Ma’arif NU 01 Baleraksa
Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun
Pembelajaran 2016/2017. Dalam skripsi ini membahas tentang
implementasi metode inkuiri dalam pembelajaran IPA Kelas IV Di
MI Ma’arif NU 01 Baleraksa Kecamatan Karangmoncol Kabupaten
Purbalingga Tahun Pembelajaran 2016/2017 dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif, diperoleh hasil diketahui
bahwa pelaksanaan metode inkuiri sudah dilaksanakan dengan baik
dengan menerapkan 3 macam inkuiri, yaitu inkuiri terbimbing,
inkuiri bebas, dan inkuiri bebas termodifikasi. Semuanya dapat
membantu peserta didik dalam memahami pelajaran IPA.83
Skripsi milik Okti Viana Zaeni memiliki kesamaan dengan
penelitian milik peneliti dari segi metode, yaitu metode inkuiri. Dan
ada persamaan pada metode penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif.
Akan tetapi memiliki perbedaan dari segi lokasi dan fokus
penerapannya. Lokasi dan fokus penelitian Okti Viana Zaeni di MI
Ma’arif NU 1 Baleraksa Kecamatan Karangmoncol Kabupaten
Purbalingga dan fokusnya ke Pembelajaran IPA, sedangkan lokasi
peneliti di MA Pembangunan UIN Jakarta dan fokusnya kepada
mata pelajaran Sejarah Kebudyaan Islam (SKI).
3. Skripsi yang disusun oleh Bahrudin Ardi dari Universitas Negeri
Semarang dengan judul “Penerapan Metode Inkuiri Untuk
83 Okti Viana Zaeni, “Implementasi Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA Kelas IV Di
MI Ma’arif NU 01 Baleraksa Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga Tahun
Pembelajaran 2016/2017”. Skripsi Jurusan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto, 2018, h. 21. Tidak dipublikasikan.
45
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPA Pada Kelas V SDN 5
Mayonglor Kabupaten Jepara”. Dalam skripsi ini membahas
tentang bagaimana penerapan metode inkuiri untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA pada kelas V SDN 5 Mayonglor
Kabupaten Jepara dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas dengan subjek penelitian siswa kelas V terdiri dari 14 siswa
perempuan dan 14 siswa laki-laki serta guru kelas kelas V SDN 5
Mayonglor Jepara. Dengan hasil bahwa implementasi metode inkuiri
yang diterapkan di kelas V SDN Mayonglor Jepara menemukan
adanya peningkatan pada keketerampilan guru, aktivitas siswa, dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA menggunakan metode
inkuiri.84
Skripsi milik Bahrudin Ardi memiliki kesamaan dengan penelitian
milik penulis dari segi metode, yaitu metode inkuiri. Namun ada
perbedaan pada metode penelitiannya yaitu tindakan kelas,
sedangkan penelitti memakai metode penelitian kualitatif deskriptif.
Kemudian memiliki perbedaan dari segi lokasi dan fokus
penerapannya. Lokasi dan fokus penelitian Bahrudin Ardi kepada
peserta didik SDN 5 Mayonglor Kabupaten Jepara dan fokusnya di
pelajaran IPA, sedangkan lokasi peneliti di MA Pembangunan UIN
Jakarta dan fokusnya kepada mata pelajaran Sejarah Kebudyaan
Islam (SKI).
84 Bahrudin Ardi, “Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
IPA Pada Kelas V SDN 5 Mayonglor Kabupaten Jepara”. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2013, h. ix, tidak dipublikasikan.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
pada jenjang Madrasah Aliyah, beralamat di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tangerang Selatan, Banten 15419
Indonesia. Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh
data yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu pada bulan Januari
sampai Maret 2020.
B. Latar Penelitian (Setting)
Penelitian ini mengambil objek di Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta, dan difokuskan tingkat Madrasah Aliyah. MA Pembangunan UIN
Jakarta adalah salah satu madrasah yang telah menerapkan metode inkuiri
dalam kegiatan belajar mengajarnya, sehingga dapat memudahkan dan
membantu peneliti dalam melakukan penelitiannya. Penelitian diadakan di
dua kelas yaitu kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 untuk mendapatkan hasil
informasi yang berbeda diantara dua tingkatan kelas tersebut.
C. Metode Penelitian
Penelitian atau research/riset ialah suatu upaya secara sistematis
untuk mendapatkan jawaban terhadap suatu fenomena atau permasalahan
yang dihadapi peneliti.85 Dan dalam penelitian memiliki berbagai macam
metode, peneliti di sini memakai metode penelitian kualitatif deskriptif.
Metode penelitian ini bertujuan untuk meringkas berbagai kondisi,
menggambarkan berbagai fenomena realitas dan situasi yang terjadi untuk
dijadikan obyek penelitian. Metode penelitian ini berupaya untuk
memunculkan realitas dari ciri, sifat, karakter, tanda, model, dan gambaran
85 Punaji Setyosari, Metodologi Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta, PT.
Kencana Prenadamedia Group: 2013), Cet-3, Ed-3, h. 31.
47
terkait situasi dan kondisi maupun fenomena tertentu. Format metode
penelitian ini umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus, yang
menekankan kepada eksplorasi mendalam untuk mendapatkan informasi
lebih akurat.86 Tujuan dari penelitian kualitatif deskriptif ialah untuk
membantu pembaca mengetahui tentang apa yang terjadi di lingkungan
yang peneliti teliti, dan seperti apa aktivitas atau peristiwa yang terjadi di
tempat penelitian.87
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode penelitian kualitatif memiliki beberapa metode dalam
pengumpulan data yang umum digunakan, diantaranya: observasi,
wawancara, dokumentasi. Akan tetapi, yang terpenting metode yang
diambil dalam pengumpulan data jangan sampai mengganggu dalam proses
penelitian, salah dalam memilih metode pengumpulan data imbasnya
berdampak kepada hasil penelitian. Karena penelitian kualitatif
mengutamakan data alamiah dari situasi dan kondisi di tempat tersebut,
murni tanpa rekayasa atau dibuat-buat.88 Maka dari itu, peneliti mengolah
dan mengumpulkan data yang valid sesuai dengan metode penelitian
kualitatif. Teknik dalam pengumpulan data ini melalui tiga macam, yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara ialah teknik pengumpulan data yang alurnya dengan
mengajukan berbagai pertanyaan kepada responden yang dituju, di
samping itu peneliti juga mencatat dan merekam berbagai jawaban yang
diberikan oleh responden. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
wawancara langsung dan tidak langsung. Wawancara langsung ialah
wawancara yang diadakan dengan orang tersebut sebagai sumber data
86 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2011), Ed-2, Cet-5, h. 68-69. 87Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta, Rajagrafindo
Persada: 2016), Ed-Revisi, Cet- 6, h. 174. 88 Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Fokus Groups, (Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada: 2015), Ed-1, Cet-2, h. 15-16.
48
tanpa perantara, dan wawacara tidak langsung ialah wawancara yang
dilakukan kepada seseorang untuk dimintai keterangan tentang orang
lain.89 Dan peneliti juga memakai pedoman wawancara semi structured,
yaitu pedoman wawancara yang awal mulanya menanyakan pertanyaan
yang sudah terstruktur, kemudian diperdalam satu persatu untuk
mendapatkan informasi lebih dalam dan lengkap.90
Wawancara Fokus Grup Discussion (FGD) ialah salah satu cara
pengumpulan data pada penelitian kualitatif dalam bentuk wawancara
terfokus dan terarah. Didesain untuk memperoleh kebutuhan, keinginan,
sudut pandang, pengalaman dan kepercayaan peserta tentang suatu topik.
Dengan diarahkan oleh seorang fasilitator atau moderator.91 Proses FGD
ini bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai pandangan dan
pesepsi peserta terhadap sesuatu topik, dengan hal itu FGD menggunakan
pertanyaan terbuka (open ended) yang akan membuat peserta
memberikan jawaban diiringi dengan penjelasan-penjelasan.92 Dalam
metode wawancara FGD memiliki karakteristik jumlah responden yang
bervariasi dalam satu kelompok diskusi. Di dalam satu kelompok bisa
terdiri dari 4-8 dan 6-10 responden di dalamnya.93
Tujuan FGD yang utama ialah untuk memperoleh sejumlah interaksi
data yang dihasilkan dari diskusi kelompok responden atau partisipan,
yang nantinya dapat meningkatkan kedalaman informasi, menyingkap
berbagai aspek suatu fenomena kehidupan yang dialami, dari fenomena
89 Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia: 2011), Cet-10, h.173. 90 Ibid, Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia: 2011), Cet-10,
h.175. 91 Astridya Paramita, Lusi Kristiana, “Teknik Fokus Grup Discussion Dalam Penelitian
Kualitatif”, Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, Ed. 2, Pusat Humaniora, Kebijakan
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian RI, 2013, h. 117-118. 92 Ibid, Astridya Paramita, Lusi Kristiana, “Teknik Fokus Grup Discussion Dalam
Penelitian Kualitatif”, Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, Ed. 2, Pusat Humaniora,
Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI, 2013, h. 119. 93 Yati Afiyanti, “Fokus Grup Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai Metode
Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 12, No. 1, Fakultas
Keperawatan Universitas Indonesia, 2008, h. 59.
49
itu dapat didefinisikan sebagai penjelasan. Data hasil dari interaksi dalam
kelompok diskusi ini dapat memfokuskan dan memberi penekanan pada
kesamaan dan perbedaan pengalaman serta dapat memberikan data atau
informasi yang padat tentang suatu perspektif yang dihasilkan dari
sebuah hasil diskusi kelompok tadi.94
Sebagai peneliti yang menggunakan FGD harus berhati-hati dalam
memilih responden, harus diseimbangkan mengenai usia, jenis kelamin,
status etnis mereka. Apabila berbeda nantinya akan membuat canggung
atau atsmosfir keadaan kurang kondusif dan membuat suasana kurang
bisa santai.95
Wawancara ini ditujukan kepada kepala madrasah, guru, dan peserta
didik di MA Pembangunan UIN Jakarta.
2. Observasi
Observasi ialah sebagai teknik pengumpulan data yang cukup efisien
karena peneliti dapat secara langsung hadir memantau kegiatan secara
terperinci, dengan melihat langsung peneliti juga bisa bagaimana setting
lingkungan yang ada terjadinya kegiatan yang akan diteliti, sehingga
pemahaman akan situasi lebih realitas, komprehensif, dan sesuai fakta
yang terjadi. 96 Observasi pada penelitian ini dimulai dari suasana
keadaan di sekolah, selanjutnya melihat, mengamati dan kemudian
melakukan wawancara terhadap para informan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan informasi. Peneliti di sini melakukan kegiatan dengan
observasi langsung, yaitu observasi yang pencatatan dan pengamatan
dapat dilakukan terhadap objek di tempat terjadinya atau berlangsungnya
94 Ibid, Yati Afiyanti, “Fokus Grup Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai
Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif”, Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 12, No. 1,
Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2008, h. 59. 95 Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok, PT. Raja Grafindo Persada: 2018), Ed. 1,
Cet. 2, h. 246. 96 Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung,
PT. Refika Aditama: 2014), Cet-2, h. 211.
50
peristiwa, sehingga peneliti bersama objek yang diselidiki berada di satu
tempat.97
Peneliti akan melakukan observasi ke sekolah, kelas, dan lingkungan
sekolah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi ialah sebuah cara pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subjek penelitian, akan tetapi lebih ditujukan
kepada data dokumen yang isinya berguna sebagai sumber data,
informasi alami yang sukar diperoleh, bukti, susah ditemukan, dan dapat
memperluas pengetahuan dan wawasan sesuatu yang diteliti. Dokumen
juga bisa berbentuk benda mati atau bahan tertulis yang berkaitan dengan
peristiwa tertentu.98
Dalam penelitian ini, dokumentasi yang akan peneliti lakukan dengan
melihat dokumen-dokumen terkait pembelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) di MA Pembangunan UIN Jakarta baik dari foto kegiatan
pada pembelajaran, maupun dokumen terkait data-data sekolah.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menurut Bogdan dan Biklen, yaitu “Upaya yang
dilakukan dengan jalan berkerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain”.99 Miles dan Huberman menjelaskan dalam bukunya mengenai cara
menganalisis data penelitian kualitatif secara siklus. Yaitu memiliki tiga
tahapan, dimulai dari tahap pertama sampai ketiga dan kemudian di ulang
97 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2010), Cet-8, h.
158-161. 98 Op. Cit, Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia: 2011), Cet-
10, h.183-184. 99 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, remaja Rosdakarya:
2016), Ed-Revisi, Cet-35, h. 248.
51
kembali ke tahap pertama. Ketiga tahapan tersebut diantaranya: reduksi
data, penyajian data, penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Ialah sebuah proses merangkum data, memilih hal-hal yang penting dan
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang utama dan diperlukan, dicari
pola dan temanya, membuang data yang tidak perlu untuk digunakan.
Dengan demikian, data yang telah melewati proses reduksi akan
memberikan gambaran atau pandangan yang lebih jelas, dan
mempermudah bagi peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.100
2. Penyajian Data
Apabila data sudah melewati reduksi data, maka langkah selanjutnya
ialah mendisplay data. Penyajian data dengan langkah ini biasanya
dilakukan dalam uraian singkat, hubungan antar kategori, bagan, atau
sejenisnya. Dan menurut Miles dan Hubermain menyatakan bahwa
penyajian ini paling sering dengan teks yang bersifat naratif (rangkaian
kejadian).101
3. Penarikan Kesimpulan
Ialah penarikan kesimpulan, kesimpulan pertama dibuat untuk berjaga-
jaga atau bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan
data atau bukti yang membuat kesimpulan itu kuat dan valid serta
konsisten untuk membantu pengumpulan data selanjutnya. Akan tetapi,
apabila kesimpulan awal tadi ditemukan data atau bukti yang membuat
kesimpulan itu kuat dan valid serta konsisten untuk membantu
pengumpulan data selanjutnya, maka kesimpulan awal tadi dinyatakan
kesimpulan kredibel. Sejatinya kesimpulan pada penelitian kualitatif
mungkin dapat menjawab pada rumusan masalah sejak awal, akan tetapi
jawabannya bisa juga tidak. Karena masalah dan rumusan masalah bisa
100 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung, Alfabeta:
2016), Cet-23, h. 247-249. 101 Ibid, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung,
Alfabeta: 2016), Cet-23, h. 249.
52
berubah dalam penelitian kualitatif didasarkan karena kesimpulan masih
bersifat sementara dan akan terus berkembang ketika peneliti sudah di
lapangan.102
102 Ibid, Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung,
Alfabeta: 2016), Cet-23, h. 252-253.
53
F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk pengujian keabsahan data di penelitian kualitatif di dalamnya
pengecekan keabsahan data, meliputi uji kepercayaan, keteralihan,
ketergantungan, kepastian.103 Dan peneliti memakai triangulasi untuk
pengecekan keabsahan data mewakili uji kepercayaan/kredibiltas:
1. Triangulasi
Dalam bahasa kita, triangulasi bisa disebut dengan istilah cek dan
ricek, yaitu pengecekan data dengan beragam teknik, sumber, dan
waktu. Beragam teknik ialah penggunaan berbagai cara untuk
memastikan data ini benar atau tidak, beragam sumber ialah
menggunakan berbagai sumber lebih dari satu untuk memastikan benar
atau tidaknya data tersebut, dan beragam waktu untuk mengecek dan
memeriksa keterangan dari sumber yang sama namun dengan waktu
yang berbeda untuk memastikan benar atau tidaknya data tersebut
seperti di waktu pagi, siang, sore, atau malam.104 Triangulasi dilakukan
oleh peneliti untuk memperkuat data yang diambil, yang dapat membuat
si peneliti yakin akan kelengkapan dan kebenaran data. Triangulasi
dilakukan sampai si peneliti puas akan hasil dari data penelitiannya,
yakin dan valid.105
a. Triangulasi Teknik
Triagulasi teknik mengharuskan peneliti untuk menggunakan
berbagai macam teknik dalam mengecek data kepada sumber yang
sama.106 Apabila dari hasil data diperoleh dari teknik yang berbeda,
103 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta: 2018), h.
364. 104 Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta, PT. Indeks: 2012), Cet-
2, h. 189-192. 105 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta, Rajagrafindo Persada: 2016), Ed-1,
Cet-3, h. 168. 106 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta:
2013), h. 171.
54
maka harus dilakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan untuk memastikan data mana yang benar.107
b. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber mengharuskan peneliti untuk melakukan
eksplorasi dengan berbagai sumber untuk mengecek kebenaran
data.108 Apabila terjadi perbedaan hasil data dari sumber yang
berbeda, maka data harus dideskripsikan dan dikategorisasikan
mana sudut pandang yang berbeda, yang sama, dan mana yang
spesifik dari banyaknya sumber yang dipakai. Setelah data di
107 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:
2018), h. 371. 108 Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, Alfabeta:
2013), h. 170.
55
analisis, maka keluar suatu kesimpulan yang diminta sebuah
kesepakatan (member check) dengan banyaknya sumber yang
dipakai tersebut.109
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu mengharuskan peneliti mengecek kedalaman
konsistensi dan ketepatan/kebenaran suatu data dengan mengambil
waktu pengumpulan data yang berbeda.110 Dan apabila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti harus melakukan
uji data lagi secara terus-menerus sampai ditemukan data benar dan
pastinya.111
109 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:
2018), h. 370. 110 Op. Cit, Djam’an Satori, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung,
Alfabeta: 2013), h. 171. 111 Op. Cit, Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta:
2018), h. 371.
56
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Gambaran Umum MA Pembangunan UIN Jakarta
a. Sejarah MA Pembangunan UIN Jakarta
Awal mula didirikannya Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
ialah dari keinginan dari para tokoh di IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Departemen Agama, dalam membuat lembaga pendidikan
Islam yang representatif pada awal tahun 1972. Pada awal September
1974 bersamaan dengan kesesuaian keputusan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, mengenai pembinaan di Madrasah
Pembangunan diselenggarakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin
dari Dekan Fakultas Tarbiyah. Adapun tugas yang diamanahkan di
Tim tersebut ialah menyiamkan Madrasah Pembangunan ini menjadi
“Madrasah Laboratorium” Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif
Hiadayatullah Jakarta.112
Pada tahun 2002, Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta
berubah nama menjadi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta,
dikarenakan adanya perubahan nama juga pada IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan di
tahun ajaran 2006/2007, terdapat permintaan dari banyak masyarakat
dan juga atas dorongan dari Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk membuka kembali tingkat Aliyah di Madrasah Pembangunan
UIN Jakarta. Dan dalam kurun tiga tahun yaitu pada tahun 2009,
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah mendapatkan nilai
112 Dokumentasi, https://www.mpuin-jkt.sch.id/profil, diakses tanggal 12 Maret 2020,
pukul 19:16.
57
memuaskan atau terakreditasi A, hal tersebut memiliki kesamaan
dengan milik MI dan Mtsnya.113
Tahun ajaran 2015/2016, MA Pembangunan UIN Jakarta telah
membuka kelas bahasa yang program utamanya ialah penguasaan
TOEFL diperuntukkan untuk peserta didik kelas X, dan IELTS
diperuntukkan untuk peserta didik kelas XI. Dalam hal ini dibenarkan
dari hasil wawancara dengan Kepala Madrasah MA Pembangunan
UIN Jakarta Bapak Zakaria, MA. Beliau menerangkan bahwa:
“Iya, memang program itu dimunculkan pada masa Kepala
Sekolah Pak Rusli, karena beliau sebelumnya ada di Mts
Pembangunan dan disana beliau mempunyai program Billingual,
karena ada sebagaian besar anak yang billingual pindah kesini,
akhirnya terbentuklah kelas bahasa. ketika saya dilantik, karena saya
sudah melihat plus minus pada program bahasa itu makanya saya
rubah, jadi tidak ada kelas bahasa tetapi untuk konten berbahasa
diperkuat, karena bahasa ini termasuk dalam 3 pilar MP, yang pertama
adalah akhlak, yang kedua adalah bahasa, dan ketika adalah sains.
Nah, untuk memberikan/mengukur kemampuan bahasa anak-anak di
kelas 10, kita ada program TOEFL gitu. TOEFL di kelas 10 dan
IELTS di kelas 11, jadi itu tetap untuk mengukur kompetensi
kebahasaannya”.114
Tahun ajaran 2016/2017, MA Pembangunan UIN Jakarta telah
mengumungkan sebagai “Madrasah Riset”. Mengenai hal tersebut,
Bapak Zakaria, MA selaku Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN
Jakarta menyatakan hal tersebut dalam wawancara berikut:
“Madrasah riset adalah pertama kita punya distingsi madrasah,
jadi kita pengen ada ciri khas apasih bedanya madrasah kita dengan
madrasah yang lain. Kita itu punya beda, makanya kita mendirikan
madrasah riset, pertimbangannya apa? Pertama, anak-anak SMA itu
kan akan kuliah di Perguruan Tinggi, paling tidak dibekali dulu dong,
dibekali untuk terbiasa menulis. Kedua, pendidikan abad 21 satu itu
kan disitu kan ada kemampuan literasi, literasi itu kan tidak hanya
kemampuan membaca, menulis, membuat project macam-macam lah.
Makanya kita lihat kebutuhan anak selanjutnya seperti itu. Makanya
kita punya ciri khas madrasah riset gitu. Program riset itu jelas banget,
113 Dokumentasi, https://www.mpuin-jkt.sch.id/profil, diakses tanggal 12 Maret 2020,
pukul 19:16. 114 Wawancara dengan Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta, Bapak Zakaria,
MA, tanggal 24 Januari 2020.
58
kita ada muatan lokal riset jadi ada di kelas, jadi samping
pembelajaran itu nanti mereka punya tugas project dan kegiatan besar
yaitu jambore riset dan baksos, membuat laporan sekalian presentasi,
tetapi pembekalan di sekolah, BAB 1, 2, dan 3 ada di sekolah
termasuk tema-tema juga kita sampaikan ke anak, jadi deskripsinya
sudah kita sampaikan ke anak, gambaran umum kira-kira apa yang
disana bisa diteliti. Itu kurikulum dari kita, itu memang itu memang
desain kita.”115
b. Visi dan Misi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Adapun Visi dan Misi Madrasah Pembangunan UIN Jakarta sebagai
berikut:116
1) Visi:
“Menjadi lembaga pendidikan terkemuka dalam pembinaan
keislaman, keilmuwan, dan keindonesian, dengan mengapresiasi
potensi peserta didik.”
2) Misi:
- Menyelenggarakan pendidikan usia dini, dasar, dan
menengah yang menghasilkan lulusan berakhlakul karimah,
cerdas, dan terampil.
- Melakukan inovasi kurikulum untuk menghasilkan lulusan
yang berkualitas dalam bidan keislaman, keilmuwan, dan
keindonesian.
- Melaksanakan pembelajaran aktif dan menyenangkan dalam
rangka meningkatkan potensi peserta didik.
- Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung
perkembangan potensi peserta didik.
- Meningkatkan kompetensu pendidik dan tenaga
kependidikan dalam rangka penjaminan mutu layanan dan
pendidikan.
115 Wawancara dengan Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta, Bapak Zakaria,
MA, tanggal 24 Januari 2020. 116 Dokumentasi, https://www.mpuin-jkt.sch.id/profil, diakses tanggal 12 Maret 2020,
pukul 19:16.
59
- Menciptakan partisipasi aktif stakeholders madrasah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
c. Struktur Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
Gambaran struktur organisasi di Madrasah Pembangunan
UIN Jakarta sebgai berikut:117
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Madrasah Pembangunan
UIN Jakarta
d. Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
Daftar guru di MA Pembangunan UIN Jakarta Tahun Ajaran
2019/2020, sebagai berikut:118
Tabel 4.1. Tabel Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
NO NAMA JABATAN
1 Zakaria, M. A. Kepala Madrasah/Guru
Bahasa Arab
2 Ahmad Shohibul Wafa ZA, M. Pd Wakakur/Guru Matematika
117 Dokumentasi, https://www.mpuin-jkt.sch.id/profil, diakses tanggal 12 Maret 2020,
pukul 19:16. 118 Dokumentasi, data MA Pembangunan UIN Jakarta, didapatkan tanggal 12 Maret 2020
60
3 Yanuar Annas Bolkiah, M. Pd Wakasis/Guru Fisika
4 Dra. Tri Sunarsih Guru Geografi
5 Firtriyuni Miralda Siregar, S. Pd Guru Kimia
6 Isma Maryam, S. Pd. Guru Bahasa Inggris
7 Wahyu Ramdani, S. Pd. Guru Penjasorkes
8 Zaki Mubarak, M. Pd. Guru Guru Pkn
9 Nidya Khoerina, S. Pd. Guru Bahasa Indonesia
10 Denden Permana Sidik, S. Pd. Guru Matematika
11 Yayat Hidayatul Muttaqin, S. Pd. I. Guru pendidikan Agama Islam
12 Halimatussa'diyah, M. Pd. Guru Ekonomi
13 Asep Mutaqin Abror, S. Pd. Guru Bahasa Inggris
14 Dini Andriany, S. S. Guru Bahasa Jepang
15 Dwi Kurniawan, S.Pd.I. Guru Pendidikan Agama Islam
16 Rif'atun Naili Al Mastury, S. Kom. Guru Prakarya
17 Diana Martiana, S. Pd. Guru Matematika
18 Ubay Baijuri, S. Pd.I. Guru Bahasa Arab
19 Inayah Mardiah, S. Psi Guru Bimb. Konseling
20 Firdaus, S. Pd Guru Sejarah
21 Delvi Andrizal, S. Pd. Guru Sosiologi
22 Monica Harfiyani, M. Pd. Guru Bahasa Indonesia
23 Ratu Amirotun Mustaqimah, S. Psi. Guru Bimb. Konseling
24 Yayah Zakiah, M. Pd. Guru Biologi
25 M. Dani Sudaryono, S. Pd., M. Hum. Guru Sejarah Peminatan
61
e. Peserta Didik MA Pembangunan UIN Jakarta
Daftar jumlah peserta didik kelas X dan XI di MA
Pembangunan UIN Jakarta sebagai berikut:119
Tabel 4.2. Daftar Peserta Didik Kelas X dan XI MA
Pembangunan UIN Jakarta.
JURUSAN /
KELAS
kelas X JML JML
Kelas XI JML JML
L P L P
IIS 1 10 20 30 60
14 8 22 46
IIS 2 13 17 30 15 9 24
MIA 1 14 17 31 62
9 6 15 31
MIA 2 15 16 31 10 6 16
TOTAL 52 70 122 48 29 77
199
2. Tahapan Implementasi Metode Inkuiri Dalam Mengembangkan
Keterampilan Berfikir Kritis Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta
a. Orientasi
Pada tahap pertama metode inkuiri ialah orientasi, yaitu tahapan
proses guru mengatur suasana kelas untuk siap dan lebih responsif,
mengajak dan memahamkan peserta didik mengenai materi
pelajaran yang akan jelaskan. Di MA Pembangunan UIN Jakarta
menerapkan orientasi dengan menjelaskan secara singkat proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Materi di kelas X MIA 2
ialah tentang “Memahami Masalah Tentang Kepemimpinan Umat
Islam Pasca Nabi Wafat Masa Khulafaur Rasyidin”. Dibantu dengan
media video yang diputar dengan slide PPT. Di kelas X MIA 2
ditayangkan tentang video kepemimpinan khalifah Umar bin
Khattab yang dirasakan rakyatnya, kemudian menjelaskan secara
singkat mengenai kisah Umar bin Khattab secara singkat, kemudian
119 Dokumentasi, data MA Pembangunan UIN Jakarta, didapatkan tanggal 12 Maret 2020
62
di slide selanjutnya terdapat pembagian kelompok serta tugas-
tugasnya.120
Sedangkan di kelas XI IIS 2 materinya berjudul “Dinasti
Abbasiyah”. Kemudian dibantu dengan menayangkan video tentang
awal mula muncul Dinasti Abbasiyah, kemudian ada penjelasan
singkat mengenai silsilah Dinasti Abbasiyah disertai tanya jawab
antara guru dan peserta didik.121
Orientasi yang ditemukan saat observasi memiliki kesamaan
dengan hasil wawancara bersama guru Sejarah Kebudayaan Islam,
beliau menerangkan:
“Biasanya ada beberapa yaa, 1. Biasanya SKI kan cerita ini kan
kalau udah mentok banget, tidak ada lagi bahan dengan bercerita,
kalau ada bahan yaa kita pake video, nah dari situ bisa ketahuan
masalah-masalah apa saja yang ada di video itu. Yaa itu cerita sama
video.” 122
Dalam tahap ini, peserta didik menggunakan kemampuan
berfikir analisisnya untuk menganalisa point yang ada di video pada
slide yang nantinya berhubungan dengan penjelasan selanjutnya di
slide berikutnya. Kemudian mereka memakai kemampuan
berargumen saat sesi tanya jawab.123
Gambar 4.2. Kegiatan Orientasi
120 Observasi di Kelas X MIA 2 dengan Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 Februari 2020 121 Observasi di Kelas XI IIS 2 dengan Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 6 Februari 2020 122 Wawancara dengan Guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020 123 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020
63
b. Merumuskan Masalah
Kemudian pada tahap kedua ialah merumuskan masalah, yaitu
mengajak peserta didik untuk bisa memecahkan sebuah masalah
yang dihadapi, dan meyakinkan ke peserta didik disetiap
permasalahan pasti ada jawabannya. Di MA Pembangunan UIN
Jakarta, menerapkan merumuskan masalah dengan diawali
pembagian kelompok menjadi 4 kelompok di 1 kelas dan dibagikan
karton perkelompok, kemudian guru menginstruksikan para peserta
didik untuk mencari masalah dengan teman kelompoknya, dan
menulisnya di sebuah media karton secara bersama-sama, guru
memfasilitasi bagi peserta didik yang memiliki kesulitan dalam
menemukan sebuah masalah, dan guru akan membantu dengan
mengarahkan ke permasalahan yang di dalamnya terdapat jawaban
yang bisa di cari.124
Merumuskan masalah yang ditemukan saat observasi memiliki
kesamaan dengan hasil wawancara dengan guru Sejarah
Kebudayaan Islam, beliau menerangkan:
“Saya lebih berpatokan kepada kemampuan peserta didik itu
kan, yaa kita generalisir soal ada yang lebih tinggi, ada yang lebih
rendah, mereka itu sudah terbiasa dengan soal yang diberikan
sebelumnya.” 125
Pada tahap ini, peserta didik menggunakan kemampuan
komunikasi satu sama lain untuk membagi tugas perindividu.
Kemudian menggunakan kemampuan kreatif dalam hal mendesain
rumusan masalah yang sudah disepakati bersama untuk ditulis di
atas karton. Kemudian peserta didik menggunakan kemampuan
keterbukaan diri saat pertama kali bertemu dengan teman
kelompoknya yang baru, mereka saling tukar informasi mengenai
hal pribadinya agar dikaitkan dengan pembagian tugas. Dan yang
124 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020 125 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020
64
terakhir para peserta didik menggunakan kemampuar berfikir
analisis mereka untuk mencari permasalahan yang bisa dikaji ke
depannya.126
Berikut adalah contoh merumuskan masalah yang peserta didik
kelas X MIA 2 dari hasil kerja kelompok:127
Tabel 4.3. Merumuskan Masalah yang dibuat oleh
Peserta Didik Kelas X MIA 2
Kelompok Merumuskan Masalah
1 - Apa yang membuat kabilah-kabilah Arab yang
lari dan membelot dari ajaran Islam sepeninggal
Rasulullah?
- Bagaimana profil dan biografi Usamah bin
Zaid?
2 - Bagaimana perkembangan kota Basrah dari
Zaman Umar bin Khattab sampai sekarang?
- Di zaman sekarang tidak boleh ada penjajahan,
kenapa di zaman dahulu, Khalafaur Rasyidin
melakukan penaklukan yang sama dengan
penjajahan?
3 - Kenapa umat muslim menyerang Persia dan
Romawi?
- Kenapa Al-Qur’an tidak langsung dibukukan
pada masa kenabian?
4 - Mengapa Abu Ubaidah pantas untuk
menggantikan Khalid bin Walid?
126 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020 127 Observasi di Kelas X MIA 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 Februari 2020
65
- Apa saja urgensi dibentuknya lembaga
kekhalifan pada masa Umar bin Khattab?
Berikut merumuskan masalah yang dibuat oleh peserta didik
kelas XI IIS 2:128
Tabel 4.4. Merumuskan Masalah yang dibuat oleh
Peserta Didik Kelas XI IIS 2
Kelompok Merumuskan Masalah
1 - Mengapa Abbas bin Abdul Muthalib menjadi
nama Dinasti Abbasiyah?
2 - Mengapa kota Hamimah yang diberikan kepada
keluarga Ali bin Abdullah bin Abbas?
3 - Apakah rahasia kemenangan Bani Abbasiyah?
4 - Kenapa Bani Abbasiyah mau bergabung
dengan Syiah di Kuffah?
Gambar 4.3. Kegiatan Merumuskan Masalah
128 Observasi di Kelas XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 6 Februari 2020
66
c. Merumuskan Hipotesis
Pada tahap selanjutnya, yaitu merumuskan hipotesis atau
menemukan jawaban masih menjadi dugaan, anggapan atau asumsi
dari pertanyaan yang ditemukan. Di MA Pembangunan UIN
Jakarta pada tahap ini para peserta didik berdiskusi terkait jawaban
yang akan dijadikan jawaban sementara sebelum proses pencarian
data, para peserta didik saling tanya jawab dan tukar informasi
diantara temannya untuk mencari jawaban hipotesis yang tepat
kemudian peserta didik menulis di atas karton, guru mengelilingi
tiap kelompok untuk membimbing dan membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan selama proses tahap ini.129
Mengenai merumuskan hipotesis dari hasil observasi di atas,
sudah sesuai dengan dengan hasil wawancara dengan guru Sejarah
Kebudayaan Islam:
“Yang saya sudah terapkan itu mengenai hipotesis itu saya
bimbing, maksudnya saya buat sendiri hipotesisnya, baru
kemudian didiskusinya mereka yang menyelesaikan”. 130
Pada tahap ini, para peserta didik menggunakan kemampuan
komunikasi mereka, guna berdiskusi terkait jawaban yang
dijadikan jawaban hipotesis awal. Kemudian peserta didik
menggunakan kemampuan kreatif untuk mendesain tulisan dari
jawaban hipotesis awal yang di temukan. Dan peserta didik
menggunakan kemampuan berfikir analisis untuk menyeleksi
jawaban-jawaban yang bisa dijadikan jawaban hipotesis awal.131
129 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta Bpk. Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020. 130 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020 131 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020
67
Berikut adalah contoh merumuskan hipotesis yang peserta
didik kelas X MIA 2 buat dari hasil kerja kelompok:132
Tabel 4.5. Merumuskan Hipotesis yang dibuat oleh
Peserta Didik Kelas X MIA 2
Kelompok Merumuskan Hipotesis
1 - Rata-rata dari mereka ingin mengembalikan
ajaran nenek moyang mereka, dan mereka
masuk Islam karena keadaan sekitar.
- Pasangan dari: Fatimah binti Qais Al-Fehrya,
dan mempunyai anak Muhammad bin Usamah
2 - Seiring berjalannya waktu kota Basrah semakin
berkembang.
- Pada zaman dahulu berbeda dengan zaman
sekarang.
3 - Karena Persia dan Romawi merupakan kerajaan
terbesar saat itu.
- Karena pada masa Rasulullah, Ayat Al-Qur’an
belum diturunkan semuanya.
4 - Karena Rasulullah percaya bahwa Abu Ubaidah
memiliki kemampuan yang setara dengan
Khalid bin Walid.
- Karena agar negara yang dipimpin lebih tertata
dan masyarkatnya dapat diatur.
132 Observasi di Kelas X MIA 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 Februari 2020
68
Berikut merumuskan hipotesis yang dibuat oleh peserta
didik kelas XI IIS 2:133
Tabel 4.6. Merumuskan Hipotesis yang dibuat oleh
Peserta Didik Kelas XI IIS 2
Kelompok Merumuskan Hipotesis
1 - Karena garis keturunan dengan pendiri dinasti
Abbasiyah
2 - Karena kota Hamimah dekat dengan kota
Damaskus dan dekat dengan keluarga Abbas,
dan petinggi Abbasiyah
3 - Karena Bani Abbasiyah kekurangan prajurit
untuk melawan Bani Ummaiyah
4 - Karena mereka memiliki strategi yang bagus,
yaitu gerakan rahasia dan terang-terangan
Gambar 4.4. Kegiatan Merumuskan Hipotesis
d. Pengumpulan Data
Pada tahap selanjutnya pengumpulan data, yaitu peserta didik
diintruksikan mencari sumber data informasi jawaban dari
berbagai sumber yang bisa dijangkau peserta didik. Di MA
Pembangunan UIN Jakarta pada tahap ini guru menginstruksikan
133 Observasi di Kelas XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 6 Februari 2020
69
peserta didik untuk diberikan kebebasan dalam mencari sumber
informasi dari buku dan internet. Sumber informasi dari buku
mereka ialah dari buku paket, dan sumber dari internet para peserta
didik akses lewat handphone yang mereka bawa. Di dalam
kelompok peserta didik membagi tugas, ada sebagian yang mencari
di buku, dan ada sebagian mencari di internet. Hasil dari
pengumpulan data ini peserta didik kumpulkan dan ditulis di kertas
bukan di karton, ada juga yang hanya ditandai atau diingat saja.
guru berkeliling untuk memantau dan memastikan sumber mana
saja yang sesuai dan terpercaya untuk dijadikan jawaban.134
Hasil dari obsevasi di atas memiliki kesamaan dengan hasil
wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam, beliau
menerangkan:
“Kalau misalnya waktunya tepat, saya baru bisa sampai ke
perpustakaan. Dengan kapasitas yang tidak terlalu banyak, untuk
kelas 11 itu masih bisa yaa, untuk kelas 10 yang agak banyak.
Kalau misalkan kapasitasnya tidak memadai yaa saya ambil
sumbernya yaa di buku paket, dan dari situs-situs yang terpercaya
yaa…”.135
Pada tahap ini, peserta didik menggunakan kemampuan
komunikasi diantara temannya untuk pembagian tugas mencari
data yang ada di buku dan di internet. Kemudian peserta didik
menggunakan kemampuan kreatifnya untuk mendesain hasil
sumber informasi/data yang ditemukan untuk ditulis di karton.
Peserta didik juga mengunakan kemampuan berfikir analisisnya
untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi yang mereka
dapatkan, apakah sesuai dengan permasalahnya yang sedang
dikaji.136
134 Observasi di Kelas X MIA2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020 135 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020 136 Observasi di Kelas X MIA2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020
70
Adapun sumber informasi/data yang peserta didik peroleh
adalah sebagai berikut:137
Tabel 4.7. Sumber Informasi/Data yang diperoleh
Peserta Didik
Buku Buku Sejarah Kebudayaan Islam (PT. Karya Toha
Putra)
Internet - Brainly
- Kompasiana
- Tirto. Id
- Wikipedia
- Bincang Syariah
Sumber
lain
- Bu Umu, Guru Thoriq Rahman Tohir (peserta
didik kelas XI IIS 2)
Berikut pengumpulan data yang dibuat oleh peserta didik
kelas X MIA 2:138
Tabel 4.8. Pengumpulan Data yang dibuat oleh Peserta
Didik Kelas X MIA 2
elompok Pengumpulan Data
1 - Mereka menganggap perjanjian yang dibuat
bersama Rasulullah dengan sendirinya batal.
Setelah Nabi wafat.
- Mereka melakukan Riddah (Gerakan
Pengingkaran terhadap Islam).
137 Observasi di Kelas X MIA2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 dan 6 Februari 2020 138 Observasi di Kelas X MIA 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 3 Februari 2020
71
- Suku Arab yang melepaskan diri dari Agama
Islam dan berusaha mengembalikan masa
Jahiliyah mereka.
- Kebanyakan dari mereka adalah orang yang
baru masuk Islam.
- Usamah bin Zaid merupakan anak angkat
Rasullah SAW.
- Usamah lahir tahun ke-7 sebelum hijrah ke
Madinah.
- Usamah tumbuh sebagai pribadi yang besar,
cerdik, dan pintar.
- Usamah bin Zaid menjadi panglima di usia
masih belia, 17 tahun.
- Usamah bin Zaid anak dari Ummu Aiman.
- Usamah bin Zaid saudara kandung dari Aiman
ibn Ubayd.
- Usamah bin Zaid meninggal tahun 673 M.
2 - Dari tahun ke tahun, kota Basrah dengan cepat
berkembang mejadi sebuah metropolis
duniapada abad ke-8. Basrah telah berkembang
menjadi pusat perkembangan ilmu
pengetahuan, menjadi salah satu metropolis
besar, menjadi pusat perdagangan dan sohor.
Salah satu sumber pencarian adalah petani.
Kota itu memiliki 7 pelabuhan besar yang
menjadi tempat singgahnya pada
saudagar/pedagang. Dan memasuki akhir abad
ke-10, era keemasan Basrah mulai padam.
72
- Pada zaman dahulu Khulafaur Rasyidin
melakukan penaklukan bukan hanya untuk
kepentingan agama melainkan juga untuk
kepentingan politik. Yang harus dilakukan
untuk melakukan penyebaran Islam. Sedangkan
pada zaman sekarang penjajahan dilakukan
oleh negara lain untuk memperoleh berbagai
mcam potensi yang dimiliki oleh negaranya
tersebut.
3 - Karena penaklukkan Persia merupakan
kelanjutan dari kebijakan khalifah Abu Bakar.
- Kaum muslim kehilangan kekuasaan mereka
akibat serangan balik Persia.
- Karena serangan terus menerus dari Persia.
- Karena tidak diperintahkan oleh Nabi
Muhammad SAW.
- Karena pada zaman itu kertas mahal, makanya
tidak dibukukan.
- Karena banyaknya penghafal dari kalangan
sahabat.
4 - Karena Umar bin Khattab ingin membuktikan
kepada semua umat bahwa kemenangan adalah
karunia Allah sebagai imbalan dari ketaatan
Umat Islam kepada ajaran agama Islam. Jadi,
siapapun pemimpinnya tetap saja akan
diturunkan pertolongan kemenangan.
- Karena Abu Ubaidah termasuk dari 3 orang
Quraisy yang sangat cemelang wajahnya, tinggi
akhlak, dan sangat pemalu. Dan apabila ada
orang yang berbicara tidak cepat
73
mendustakannya dan apabila berbicara tidak
berdusta.
- Karena khalifah Umar bin Khattab tergolong
pemimpin yang peduli, perhatian terhadap
masyarakatnya.
- Karena wilayah Islam juga semakin luas, maka
dari itu khalifah mengantisipasi terjadinya
perpecahan di kalangan masyarakat.
- Khalifah Umar membentuk lembaga
kekhalifahan ditujukan untuk kesejahteraan
masyarakatnya.
Berikut pengumpulan data yang dibuat oleh peserta didik
kelas XI IIS 2:139
Tabel 4.9. Pengumpulan data yang dibuat oleh Peserta
Didik Kelas XI IIS 2
Kelompok Pengumpulan Data
1 - Abbas bin Abdul Muthallib adalah salah satu
dari paman Nabi yang kebetulan memiliki garis
keturunan yang sama dengan pendiri Dinasti
Abbasiyah.
- Dinasti Abbasiyah berfikir bahwa mereka
adalah pihak yang berhak berkuasa karena
hubungan darahnya dengan keluarga
Muhammad dan mereka mengambil nama
Abbasiyah untuk membuktikan hal tersebut.
- Dinasti Abbasiyah pertama kali memerintah
pada tahun 750M/1258 M. Dinasti Abbasiyah
139 Observasi di Kelas XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 6 Februari 2020
74
mengambil dari nama paman Nabi Muhammad
SAW yakni Al-Abbas bin Abdul Muthalib bin
Hisyam.
- Nama Bani Abbasiyah sendiri disandarkan pada
paman Nabi yang paling termuda. Yakni Abbas
bin Abdul Muthalib. Hal ini menunjukkan
pertalian yag erat antara keluarga Bani Abbas
dengan Nabi Muhammad SAW.
- Bani Abbasiyah mendapatkan namanya dari
paman Nabi Muhammad, Abbas yang menjadi
kepala keluarga kala itu. Mereka bermukim di
sebelah timur sungai Yordan setelah
menaklukkan Suriah yang secara umum
menjauhkan diri dari politik saat perang saudara
berkecamuk pada 600 M.
2 - Hamimah merupakan tempat yang agak dekat
dengan Damaskus, karena itu menurut
Muhammad, tidak boleh digunakan sebagai
pusa kegiatan. Hamimah juga tempat terpencil,
terisolasi dengan kota-kota besar lainnya.
- Hamimah merupakan pusat pemerintahan dan
penyusunan strategi oleh karena itu diberikan
kepada keluarga Ali bin Abdullah bin Abbas.
- Menguatkan kekuatan dan menyatukan oposisi.
3 - Membentuk gerakan di bawah tanah dengan
melakukan propaganda (menyusun kekuatan
secara diam-diam) dengan tokohnya antara lain:
Muhammad Al-Abbas, Ibrahim Al-Imam, Abu
Muslim Al-Hurasani.
75
- Menerapkan strategi politik bersahabat, mereka
memperlihatkan tingkah laku yang bersahabt
dengan segala pihak termasuk orang-orang
yang ada di dalam lingkaran pemerintahan agar
komponen-komponen bani Abbasiyah
menganggap tidak ada masalah.
- Mengumpamakan revolusi industri terbuka
dengan cara masuk ke wilayah lawan dan
memberi perkataan kepada rakyatnya agar
bergabung dengan mereka.
4 - Karena pada saat itu Bani Umayyah dan Syiah
memiliki kekuatan yang besar, maka dari itu
Bani Abbasiyah meminta bergabung dengan
Syiah karena kebetulan Syiah juga bertengkar
dengan Bani Umayyah jadi sama-sama
menguntungkan.
Gambar 4.5. Kegiatan Pengumpulan Data
e. Menguji Hipotesis dan Merumuskan Kesimpulan
Pada tahap selanjutnya menguji hipotesis, yaitu menguji
semua data jawaban yang didapatkan dari berbagai sumber data
dan informasi. Dan merumuskan kesimpulan ialah tahap untuk
menguraikan data hasil dari uji hipotesis sebelumnya. Di MA
Pembangunan UIN Jakarta pada kedua tahapan ini para peserta
76
didik saling berdiskusi dalam menguji kebenaran suatu jawaban
dengan menggunakan data yang ada dan data tersebut bisa
dipertanggungjawabkan. Setelah mereka yakin akan jawaban yang
sudah terpilih hasil dari uji hipotesis sebelumnya, mereka tulis di
karton jawaban tersebut sebagai kesimpulan akhir. Guru membantu
apabila peserta didik menemukan kesulitan dan memantau
jalannya diskusi. Tidak jarang peserta didik kebingungan akan
banyaknya jawaban yang mereka dapatkan saat pengumpulan data,
kemudian mereka bertanya kepada gurunya untuk bertanya
mengenai jawaban mana yang relevan.140
Hasil observasi di atas, kedua tahapan tersebut memiliki
kesamaan dengan hasil wawancara dengan guru Sejarah
Kebudayaan Islam, beliau menerangkan:
“Ketika mereka berdiskusi dalam kelompok yaa kita bimbing,
kita datengin semua. Nggak kita tinggal di depan duduk sewaktu
mereka berdiskusi. Kalau begitu kurang berjalan dengan baik….
Dan untuk kesimpulan mereka dibantu…”.141
Dan di kedua tahapan ini, peserta didik menggunakan
kemampuan komunikasi satu sama lain untuk berdiskusi untuk
menguji hipotesis yang tersedia. Kemudian peserta didik
menggunakan kemampuan kreatif mereka untuk mendesain
jawaban yang hasil diskusi di atas kertas. Kemudian peserta didik
juga memakai kemampuan memecahkan masalah untuk
menuntaskan pengujian hipotesis dan bisa mengambil
kesimpulannya. Kemudian peserta didik mengunakan kemampuan
argumennya untuk menyakini bahwa jawaban yang mereka
dapatkan sudah benar. Kemudian juga peserta didik juga
menggunakan berfikir analisis untuk mengidentifikasi
data/informasi yang didapat sewaktu pengumpulan data untuk diuji
140 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, 10 dan 13 Februari 2020 141 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020
77
dan ditari kesimpulan darinya. Dan peserta didik menggunakan
berfikir rasional dan logis saat berdiskusi mengenai jawaban yang
di dapat dari berbagai sumber, sekiranya relevan dan bisa dijadikan
kesimpulan setelah melewati uji hipotesis.142
Berikut kesimpulan yang ditulis oleh peserta didik kelas X
MIA 2: 143
Tabel 4.10. Menguji Hipotesis dan Merumuskan
Kesimpulan yang dibuat oleh peserta didik kelas X MIA 2
Kelompok Merumuskan Kesimpulan
1 - Mereka melakukan riddah, mereka
mengganggap perjanjian yang dibuat bersama
Rasulullah dengan sendirinya batal setelah Nabi
Wafat.
- Dia seorang panglima termuda, Usamah bin
Zaid merupakan anak angka Rasulullah SAW.
2 - Kota Basrah pernah menjadi kota yang hebat,
dan pastinya tidak akan bertahan lama menjadi
kota yang hebat.
- Jadi, pada zaman dahulu penaklukan dilakukan
untuk menyebarkan kebaikan, sedangkan di
zaman sekarang penjajahan lebih banyak
menyebabkan kerugian.
3 - Umat muslim menyerang Persia dan Romawi.
Untuk memperluas wilayah dan menyebarkan
dakawah Islam.
142 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 10 dan 13 Februari 2020. 143 Observasi di Kelas X MIA 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 10 Februari 2020.
78
- Al-Qur’an tidak langsung dibukukan karena
banyaknya sahabat menghafal Al-Qur’an,
sehingga ayat Al-Quran terjaga dalam fikiran
dan hati, diserta sulitnya adanya kertas.
4 - Abu Ubaidah pantas karena kemenangan dalam
peperangan itu adalah pertolongan dari Allah.
Siapapun pemimpinnya. Abu Ubaidah
mempunyai akhlak yang bagus, dapat dipercaya
dan omongannya tidak berdusta.
- Dibentuk lembaga kekhalifahan karena Umar
peduli terhadap masyarakatnya dan daerah
kekuasaannya.
Berikut kesimpulan yang ditulis oleh peserta didik kelas XI
IIS 2: 144
Tabel 4.11 Menguji Hipotesis dan Merumuskan
Kesimpulan yang dibuat oleh Peserta Didik Kelas XI IIS 2
Kelompok Merumuskan Kesimpulan
1 - Mereka mengambil nama Abbasiyah untuk
menekankan bahwa merekalah pihak yang
berhak melanjutkan perjuangan Rasullah SAW.
2 - Dapat disimpulkan bahwa khalifah Al Walid
bin Abdul Malik memberikan kota Hamimah
dikarenakan kota Hamimah memiliki berbagai
aspek yang mampu melindungi keluarga Ali bin
Abdullah bin Abbas.
144 Observasi di Kelas XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan
UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 13 Februari 2020.
79
3 - Mereka memiliki gerakan yang bersembunyi
dan efektif, Bani Abbasiyah mampu
mengalahkan musuhnya.
- Karena mengembangkan politik bersahabat,
Bani Abbasiyah punya koneksi di dalam
lingkaran pemerintahan,
4 - Baik dari keluarga Abbas maupun Ali,
keduanya memiliki ambisi untuk merebut
kekhalifahan yang ada.
Gambar 4.6. Kegiatan Menguji Hipotesis dan Merumuskan
Kesimpulan
f. Mempresentasikan Jawaban
Pada tahap selanjutnya adalah mempresentasikan jawaban,
yaitu memaparkan hasil kerja diskusi kelompok di depan kelas.
Di MA Pembangunan UIN Jakarta pada tahap ini guru
menginstruksikan peserta didik untuk menjelaskan sekaligus
memaparkan hasil jawaban diskusi yang mereka telah lakukan,
dan diwajibkan dari setiap kelompok untuk menjelaskan jawaban
hasil diskusi kelompok tersebut, dan guru berada di belakang
80
untuk menilai, dan mengadakan tanya jawab antara peserta didik
atau guru apabila dalam penjelasan dari presenter kurang jelas.145
Pada tahap ini, peserta didik menggunakan kemampuan
berargumen saat menjelaskan materi kepada teman-temannya
dengan diiringi data atau informasi yang valid. Kemudian peserta
didik menggunakan kemampuan percaya diri mereka untuk bisa
berbicara di depan orang banyak dengan membawakan hasil
diskusi yang mereka telah kerjakan bersama. Peserta didik
menggunakan kemampuan berfikir rasional dan logisnya saat
menjelaskan hasil diskusi kelompok, dan juga untuk berargumen
menjawab pertanyaan saat ada yang bertanya dengan disertai data
atau sumber yang ada.
Gambar 4.7 Kegiatan Mempresentasikan Jawaban
g. Refleksi
Ini adalah tahap akhir dari metode inkuiri ini yaitu refleksi,
ialah kegiatan di akhir pelajaran untuk merespon dan juga menilai
atau mengevaluasi kejadian, kegiatan, atau aktifitas yang baru
dilakukan dalam proses pembelajaran. Di MA Pembangunan UIN
Jakarta pada tahap akhir ini guru tidak menerapkannya
dikarenakan kekurangan waktu yang tersedia.146
145 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 10 dan 13 Februari 2020. 146 Observasi di Kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA
Pembangunan UIN Jakarta Bpk. Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 10 dan 13 Februari 2020.
81
Hal demikian demikian memiliki kesamaan dengan
penjelasan dari hasil wawancara guru Sejarah Kebudayaan Islam,
beliau menerangkan:
“Kadang-kadang, biasanya terkait waktu yaa, kalau
memungkinkan yaa memakai refleksi, kalau tidak cukup
waktunya yaa tidak memakai”. 147
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Inkuiri dalam
Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis pada Peserta Didik
Implementasi dari metode inkuiri dalam mengembangkan
keterampilan berfikir kritis peserta didik di MA Pembagunan UIN
Jakarta tidak lepas dari faktor pendukung dan penghambat. Berikut
adalah faktor pedukung dan penghambat yang ditemukan:
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung ini sangatlah penting dalam proses
implementasi dari metode inkuiri dalam mengembangkan
keterampilan berfikir kritis peserta didik, faktor pendukung ini
keberadaannya dapat menjadikan madrasah lebih baik dari segi
segala sisi, terutama dalam proses pembelajaran. Adapun faktor
pendukung yang ditemukan peneliti akan dijabarkan dengan hasil
observasi dan wawancara dengan Kepala Madrasah, Guru Sejarah
Kebudayaan Islam, dan Peserta Didik sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Zakaria, MA
(Kepala Madrasah) menyatakan bahwa:
“Untuk anak SMA metode ini baik, karena sudah di
tingkat SMA. Sudah punya pengetahuan yang banyak,
komunikasinya sudah bagus, tinggal kita membuat metode ini
agar menarik untuk mereka, …”.148
147 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020 148 Wawancara dengan Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta Bpk. Zakaria,
MA, tanggal 29 Januari 2020.
82
Pendapat di atas juga didukung dengan pendapat bapak Dwi
Kurniawan S. Pd. I (Guru Sejarah Kebudayaan Islam) yaitu:
“Salah satu alasan kenapa beberapa materi saya masukkan
ke ke dalam metode inkuiri ini. Yang membutuhkan
implementasi dalam kehidupan sehari-hari dan perlu adanya
berfikir ilmiah, kita ciptakan masalah, hipotesis, kemudian
mereka mencari data dan kemudian mereka
mempresentasikannya”. 149
Pada tingkatan SMA/MA memang sudah mulai daya nalar
berfikir mereka, kritis terhadap informasi yang didapat,
komunikasi antar peserta didik yang sudah akrab, dan melatih
berargumen dan keyakinan akan apa yang mereka yakini.
Sehingga metode ini sangatlah cocok dan relevan apabila
diterapkan di tingkat Madrasah Aliyah.
2) Kemudian dari pendapat dari hasil wawancara FGD dengan
peserta didik yang menyimpulkan bahwa metode
pembelajaran ini dapat meningkatkan solidaritas dan
menyenangkan serta mereka mendapatkan pengalaman yang
baru dalam proses pembelajaran yang berbeda dari
sebelumnya, kemudian dapat melatih cara berfikir terhadap
informasi yang didapatkan.150
Hasil dari wawancara FGD tersebut memiliki kesamaan
dengan pemaparan dari Febri Restu Widyianto dalam
jurnalnya yang berjudul “Pembelajaran Mengonversi Teks
Cerita Pendek Ke Dalam Bentuk Puisi Dengan Menggunakan
Metode Inkuiri”. yang menjelaskan bahwa metode ini
memiliki keunggulan yang dapat membangkitkan motivasi
149 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
Bpk. Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020. 150 Wawancara FGD dengan Peserta Didik di Kelas X MIA 2, tanggal 10 Februaru 2020
83
dan gairah belajar bagi peserta didik agar belajarnya lebih giat
lagi.151
Metode ini dipenuhi kegiatan di hampir di tiap tahapannya
mengajak para peserta didik untuk menggunakan kemampuan
berfikirnya. Namun dibalik itu ada yang membuat mereka bisa
tetap aktif dan bersemangat dalam proses implementasi
metode inkuiri ini karena peserta didik di bagi perkelompok.
Kemudian di dalam kelompok tersebutlah mereka bertukar
informasi, beradu argumen, saling berkomunikasi, saling
bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan, dan
diselingi canda tawa yang membuat kelompok tersebut
menjadi aktif dan ramai namun tetap tertib dan terkontrol, dan
guru selalu berkeliling agar dapat mengantur kondisi kelas.
3) Kemudian pendapat dari wawancara dengan Kepala Madrasah
mengenai sarana prasarana madrasah sebagai berikut:
“Saya melihat secara kasat mata, dan juga secara langsung gitu
yaa, dan hasil dari diskusi temen-temen guru. Fasilitas di
sekolah ini masuk dalam kategori baik, bahkan lebih dari
cukup, dan kalaupun ada kekurangan kita bisa fasilitasi. Tapi
kalau bicara standard secara keseluruhan mengacu kepada
standard sarana prasarana akreditasi kita masih nilainya B, tapi
untuk kalau pembelajaran di kelas kita sudah A+. kita
sebenernya punya tapi kita kurang maksimal saja”.152
Dengan demikian sarana dan prasarana sangatlah membantu
proses implementasi metode inkuiri ini. Dengan LCD
proyektor dan papan tulis untuk membantu guru menjelaskan
dan ruangan kelas bersih, lampu penerang, dan ber-AC yang
membuat nyaman peserta didik saat belajar.
151 Febri Restu Widyianto, “Pembelajaran Mengonversi Teks Cerita Pendek Ke Dalam
Bentuk Puisi Dengan Menggunakan Metode Inkuiri”, Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, Vol. 12, No. 2, ISSN 1978-9842, Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Bale Bandung, 2019, h. 7. 152 Wawancara dengan Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta Bpk. Zakaria,
MA, tanggal 29 Januari 2020.
84
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat ini juga tidak bisa lepas begitu dalam
proses implementasi dari metode inkuiri dalam mengembangkan
keterampilan berfikir kritis peserta didik ini, faktor penghambat ini
akan dijelaskan yang nantinya dimaksud agar bisa dicarikan solusi
jalan keluar terbaiknya untuk mengatasi hal tersebut. Adapun faktor
penghambat yang ditemukan peneliti akan dijabarkan dengan hasil
observasi dan wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam,
dan peserta didik sebagai berikut:
1) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Sejarah
Kebudayaan Islam Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I (Guru
Sejarah Kebudayaan Islam) menyatakan bahwa:
“Kurang siapnya siswa, beberapa sih nggak semuanya,
yang kelas X banyak walau daya minatnya tinggi namun daya
nalarnya belum mencapai metode tersebut sehingga kita
banyak-banyak membantu mereka, membimbing, “ini
maksudunya apa”, “ini ngapain”, “posisinya ngapain”, masih
seperti itu. Kalau di kelas XI, daya nalarnya sudah mulai ada.
Yang kedua sih sumber pelajaran, yaa begitu, kita hanya bisa
mengandalkan buku paket, kadang-kadang kita kita ke perpus
namun referensinya kurang. Kalau ada waktu banyak kita bisa
ke perpus MP pusat, itupun harus janjian, itu ada kelas atau
tidak kan yang memakai. Di MA ada cuman referensi ada yang
kurang. Waktu mengajar juga, karena tidak cukup waktu yang
disediakan.” 153
Jadi, ada tiga permasalahan yang terangkum dari percakapan
di atas, di antaranya masalah kurang siapnya peserta didik,
kemudian tingkat pemahaman peserta didik di tiap tingkat
kelas berbeda, kemudian masalah kekurangan referensi
sebagai sumber data, dan kemudian masalah waktu mengajar
yang dinilai masih kurang untuk mengimplementasikan
metode ini.
153 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam MA Pembangunan UIN Jakarta
Bpk. Dwi Kurniawan S. Pd. I, tanggal 23 Januari 2020.
85
Hal-hal tersebut adalah faktor penghambat dalam
implementasi metode inkuiri, dan faktor tersebut memiliki
kesamaan dengan pemaparan dari Febri Restu Widyianto yang
menjelaskan bahwa apabila metode ini dianjurkan peserta
didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan mental,
peserta didik harus berani dan memiliki keinginan yang kuat
dalm menggali informasi atau di sekitarnya yang bisa mereka
dapatkan.154 Jadi, mereka harus dijelaskan dengan pemahaman
yang lebih mendalam mengenai tahapan inkuiri dengan
sejelas-jelasnya. Bisa dijelaskan sebelum pertemuan di hari
sebelumnya atau di tahap orientasi.
Dan untuk permasalahan kekurangan referensi sebagai
sumber data yang dipaparkan hasil wawancara di atas
diklarifikasi oleh pihak bagian perpustakaan MA
Pembangunan Jakarta, yaitu sebgai berikut:
“Kalau itu tergantung standar gurunya, itu kira-kira gurunya
butuh buku ini, ada nggak buku di sini, kembali di tanya ke
gurunya lagi aja. Kalau kebutuhan buku itu dari guru bukan
dari kita, karena perpustakaan menyediakannya buku referensi
sama buku rujukan, kalau buku paket pelajaran atau buku
tambahan ada disini, tapi buku khusus pembelajaran ada di
guru doang sih. Tapi kalau ada guru yang “Bu saya minta buku
tafsir ini, biasanya langsung dibeliin gitu” tinggal melakukan
permintaan aja sih”. 155
Dari wawancara tersebut mengindikasikan bahwa kebutuhan
akan sumber referensi sumber data di perpustakaan sudah
terpenuhi bisa dikatakan lengkap sesuai yang dibutuhkan.
Tinggal kembali ke guru tersebut, ingin buku apa yang
diinginkan. Memang apabila di perpustakaan buku yang dicari
154 Loc. Cit, Febri Restu Widyianto, “Pembelajaran Mengonversi Teks Cerita Pendek Ke
Dalam Bentuk Puisi Dengan Menggunakan Metode Inkuiri”, Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia dan
Pengajarannya, Vol. 12, No. 2, ISSN 1978-9842, Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FKIP Universitas Bale Bandung, 2019. 155 Wawancara dengan Staff Perpustakaan MA Pembangunan UIN Jakarta Ibu Robiatul
Hasanah, tanggal 25 Januari 2020.
86
seorang guru tersebut tidak ditemukan, terkesan perpustakaan
kurang lengkap. Namun kembali lagi, bahwa perpustakaan
sudah menyediakan buku referensi, buku rujukan, buku paket
dan buku tambahan telah disediakan. Dan apabika buku
tersebut diperlukan dalam jangka panjang untuk kedepannya,
maka pihak perpustakaan akan membelikan buku yang
dibutuhkan.
2) Berdasarkan observasi di kelas X MIA 2 dan XI IIS 2, Guru
membagi menjadi dua pertemuan karena kekurangan waktu,
dan juga tidak melakukan tahap akhir pada metode inkuiri
yaitu tahap refleksi dikarenakan kehabisan waktu yang telah
tersedia. Jadi hanya sampai di tahap mempresentasikan
jawaban hasil diskusi kelompok.156
Dari hasil observasi di atas menjelaskan bahwa faktor waktu
pembelajaran yang tersedia masih kurang. Sesuai dengan
penjelasan dari Wina Sanjaya yang mengatakan bahwa metode
inkuiri ini dalam implementasiannya kadang-kadang
memerlukan waktu yang panjang, sehingga guru mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan dengan waktu yang
ditentukan.157
Jadi, sebisa mungkin guru mengatur waktu dengan sekreatif
dan seefektif mungkin agar semua tahapan pada metode
inkuiri ini terimplementasikan semuanya.
156 Observasi di kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam,
tanggal 10 dan 13 Februari 2020. 157 Op. Cit, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Bandung, PT. Remaja Rosydakarya: 2013), Cet-10, Ed-1, h. 208-209.
87
B. Pembahasan Temuan Penelitian
1. Tahapan Implementasi Metode Inkuiri pada Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian yang telah terkumpul selama di MA
Pembangunan UIN Jakarta dengan melalui wawancara, observasi, dan
dokumentasi menunjukkan bahwa metode inkuiri yang diimplementasikan
oleh guru Sejarah Kebudayaan Islam yaitu oleh bapak Dwi Kurniawan S.
Pd. I di MA Pembangunan UIN Jakarta ialah termasuk metode inkuiri
bebas yang mana ditujukan peserta didik untuk menemukan masalah
secara mandiri kemudian menyelesaikan permasalahan yang dikaji dengan
teman kelompoknya mengenai materi Sejarah Kebudayaan Islam.
diimplementasikan di kelas X MIA 2 dan di kelas XI IIS 2, untuk
menemukan perbedaan diantara keduanya. Di dua kelas tersebut para
peserta didik didorong untuk mengerahkan seluruh kemampuan
berfikirnya dan keterampilan yang mereka miliki untuk bisa
menyelesaikan proses pada metode inkuiri ini dengan mandiri, dibantu dan
difasilitasi oleh guru yang selalu berkeliling setiap waktu. Mereka dibagi
berkelompok dan bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan yang
mereka temukan dan ditulis di atas sebuah karton yang sudah disediakan
oleh Guru, melalui proses merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,
pengumpulan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
Kemudian hasil dari kerja kelompok tersebut dipresentasikan di depan
kelas dan dinilai oleh guru.158
Implementasi metode inkuiri di di MA Pembangunan UIN Jakarta
sudah baik dan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Abdul Majid dan
Nelfi Erlinda. Dalam buku karya Abdul Majid yang berjudul “Strategi
Pembelajaran”. Menurut Abdul Majid, metode inkuiri ialah metode yang
menekankan pada proses menemukan dan mencari, metode ini juga
menekankan pada proses berfikir analisis dan kritis untuk mencari dan
158 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020
88
menemukan sendiri dari pertanyaan yang telah disajikan.159 Kemudiaan
sesuai juga yang dikemukakan oleh dan Nelfi Erlinda. Dalam jurnal
milikinya yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri
Disertai Handout: Dampak dari hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1
Batang Anai Padang Pariaman”, ia mengutip di dalamnya bahwa metode
inkuiri ini yaitu merupakan bagian inti dari kegiatan yang memiliki basis
kontekstual, dari segi keterampilan dan pengetahuan yang didapat peserta
didik bukan hanya mengingat mengenai fakta-fakta saja, tetapi hasil dari
temuan mereka sendiri yang menjadi pengalaman belajar mereka yang
lebih bermakna dan membekas.160
Berdasarkan teori yang ada mengenai macam-macam metode
inkuiri pendapat dari Sund dan Trowbridge yang menyatakan bahwa
metode inkuiri ada 3 macam: Inkuiri terpimpin (Guide Inquiry), Inkuiri
bebas (Free Inquiry), Inkuri bebas yang dimodifikasi (Modified Free
Inkuiri).161 Dari hasil pengamatan melalui observasi ditemukan
implementasi metode inkuiri di MA pembangunan UIN Jakarta berjenis
inkuiri bebas. Yaitu menjadikan peserta didik merumuskan masalah yang
akan dikaji secara mandiri, bukan mendapat permasalahan dari gurunya.
Implementasi metode inkuiri di MA Pembangunan UIN Jakarta
sudah baik dan sesuai menggambarkan ciri-ciri metode inkuiri, yaitu sudah
dapat membuat para peserta didik aktif dalam proses pencarian data atau
informasi, kemudian sudah dapat mengajak peserta didik untuk mencari
dan menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka kaji dengan
mandiri disertai data yang bisa dipertanggungjawabkan disamping sisi
159 Op. Cit, Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya,
2015), Cet-4, h. 221-222. 160 Nelfi Erlinda, “Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Disertai Handout: Dampak dari
hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Batang Anai Padang Pariaman”, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika Al-Biruni, Prodi Pdidikan Fisika STIKIP Yayasan Dharma Bakti, 2016, ISSN: 223-231, h.
225 161 Op. Cit, Joko Setiawan, M. Royani, “Kemampuan berfikir Kritis Siswa SMP Dalam
Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar dengan Metode Inkuiri”. Jurnal EDU-MAT Pendidikan
Matematika, Vol. 1, No.1, Pendidikan Matematika STIKIP PGRI Banjarmasin, 2013, h. 3.
89
dapat membuat kepercayaan diri peserta didik mulai tumbuh saat mereka
presentasi di depan kelas, dan metode ini sukses mengajak peserta didik
untuk berfikir kritis, logis, terstruktur selama proses pembelajaran
berlangsung. Kemudian impelementasi metode inkuiri ini di mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangatlah cocok dan relevan karena
mencapai beberapa tujuan pembelajaran untuk tingkat MA yang
disebutkan di lampiran KMA 164 2014, yaitu memiliki bentuk kesadaran
tentang urgensinya mempelajari landasan ajaran, nilai dan norma Islam
yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW, kemudian melatih daya kritis
untuk memahami kejadian fakta sejarah Islam, kemudian menumbuhkan
rasa apresiasi terhadap peninggalan sejarah Islam, dan membangun tingkat
kesadaran tentang pentingnya mengetahui waktu dan tempat bersejarah
dalam Islam.162
Observasi diadakan di dua kelas, di kelas X MIA 2 dan di kelas IIS
2, untuk membedakan kemampuan berfikir dan nalar peserta didik saat
diimplementasikannya metode inkuiri ini kepada para peserta didik. Dari
hasil pengamatan selama observasi, ditemukan bahwa kelas X MIA 2
masih perlu adanya bantuan dan bimbingan oleh Guru mengenai makna
dan tujuan dari tiap tahapan inkuiri, kemudian kegiatan apa saja selama
proses di tiap tahap inkuiri ini. Karena bagi kelas X metode inkuiri ini
masih menjadi hal baru bagi mereka yang baru lulus dari SMP/MTs, jadi
perlu adanya pemahaman mengenai metode inkuiri ini secara keseluruhan,
baik dari proses tiap tahapannya, sampai dari hasil yang akan didapatkan
setelah melalui metode inkuiri ini selama proses pembelajaran. Sedangkan
untuk kelas XI IIS 2, para peserta didik sudah memiliki wawasan mengenai
proses tahapan pada inkuiri, jadi guru hanya perlu mengontrol dan
membimbing bagi peserta didik yang kurang jelas.163
162 Observasi di kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam,
tanggal 3, 6, 10, dan 13 Februari 2020. 163 Observasi di kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 dengan Guru Sejarah Kebudayaan Islam,
tanggal 3, 6, 10, dan 13 Februari 2020.
90
Berdasarkan hasil dari pengamatan saat observasi, Tahapan metode
inkuiri saat diimplementasikan di kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 terdapat
tahapan yang membuat peserta didik begitu aktif dan kondusif begitupun
sebaliknya. Untuk tahapan yang membuat peserta didik begitu aktif dan
kondusif ialah ketika tahapan orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis pengujian hipotesis dan merumuskan kesimpulan.
Untuk tahapan yang membuat peserta didik kurang begitu aktif dan
kondusif ialah tahap pengumpulan data dan mempresentasikan jawaban,
dikarenakan mereka terlalu bergantung kepada orang lain untuk mencari
datanya, sering bercanda dan ada yang kurang apresiatif terhadap
permasalahan yang sedang dikaji bersama kelompoknya. Dan ketika
presentasi, peserta didik ada yang lancar menerangkan ke teman-temannya
dikarenakan menguasai permasalahan, dan yang tidak menguasai agak
kurang dalam menerangkan di hadapan teman-temannya.164
Tahapan pada metode inkuiri terdiri orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, pengumpulan data, menguji hipotesis,
merumuskan kesimpulan, mempresentasikan jawaban, refleksi. Akan
dijabarkan penjelasan tahapan sebagai berikut:
a. Orientasi
Tahap orientasi di MA Pembangunan UIN Jakarta sudah sesuai
dan diimplementasikan dengan baik. Berdasarkan pengamatan, guru
berusaha memahamkan peserta didik mengenai materi dengan dua cara,
yaitu dengan bercerita singkat dan juga dengan menampilkan
powerpoint yang di dalamnya ada konten materi dan video yang
membantu para peserta didik dalam memahami pelajaran. guru juga
mencoba semaksimal mungkin untuk dapat mengajak peserta didik
bersemangat dalam pembelajaran disertai dengan tanya jawab yang
diselingi dengan penilaian keaktifan peserta didik.165
164 Hasil analisis tanggal 27 maret 2020 165 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020
91
Tahapan yang pertama ini sudah sesuai dalam tahapan metode
inkuiri, dan didukung dengan pemaparan dari Wina sajaya, yaitu
orientasi ialah membina dan mengatur suasana kelas agar lebih
responsif. Dengan diawali guru mengkondisikan para peserta didik agar
siap menuju proses pembelajaran (mengajak peserta didik untuk
berfikir memecahkan masalah). Langkah ini sangatlah penting, karena
untuk mendorong kemauan dan seluruh kemampuan peserta didik
dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan maka
proses pembelajaran ini akan sia-sia.166
b. Merumuskan Masalah
Tahap merumuskan masalah di MA Pembangunan UIN Jakarta
sudah sesuai dan terimplementasikan dengan baik. Berdasarkan
pengamatan, peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok. Para
peserta didik merumuskan masalah semampunya dengan cara berdikusi
dengan teman sekelompoknya, di kelas X MIA 2 dibantu dengan
menyediakan materi-materi yang sekiranya cocok untuk dibuat menjadi
masalah di slide powerpoint, sedangkan pada kelas XI IIS 2 tidak
dibantu dengan slide powerpoint yang berisi konten materi. Akan tetapi
masih tidak terlepas dari bantuan dan arahan dari guru, kemudian hasil
dari diskusi kelompok terkait di tulis di atas karton yang telah
disediakan. Berdasarkan pengamatan yang merumuskan masalah ini
dilakukan oleh peserta didik, maka hal tersebut merupakan ciri dari
inkuiri bebas.167
Tahapan yang kedua ini sudah sesuai dalam tahapan metode
inkuiri, dan memiliki kesamaan dengan pemaparan dari Wina sajaya,
yaitu merupakan sebuah langkah untuk membawa peserta didik kepada
permasalahan yang mengandung sebuah teka-teki. Masalah hendaknya
166 Op. Cit, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Bandung, PT. Remaja Rosydakarya: 2013), Cet-10, Ed-1, h. 202 167 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020
92
dirumuskan oleh peserta didik sendiri, hal demikian akan membuat
mereka termotivasi dalam belajar apabila mereka dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji. Guru sebaiknya tidak
merumuskan masalah sendiri, namun hanya memberikan topik materi
yang dipelajari. kemudian masalah yang dihadapi peserta didik harus
mengandung jawaban yang pasti, maka dari itu guru membantu peserta
didik merumuskan masalah yang guru mengetahaui jawaban itu
sebenarnya sudah ada. Tinggal mereka mencari jawaban tersebut.168
c. Merumuskan Hipotesis
Tahap merumuskan hipotesis di MA Pembangunan UIN Jakarta
sudah baik dan sudah sesuai dengan tahapan metode inkuiri,
berdasarkan pengamatan peserta didik berdiskusi dengan teman
kelompoknya untuk menyepakati jawaban yang akan dijadikan
hipotesis awal, di kelas X MIA 2 masih banyak dari peserta didik yang
masih kesusahan dalam memahami makna hipotesis, berbeda dengan
kelas XI IIS 2 yang sudah faham dan langsung menulis hasil hipotesis
awalnya di atas karton.169
Tahapan yang ketiga ini sudah sesuai dalam tahapan metode
inkuiri, dan memiliki kesamaan dengan pemaparan dari Wina sajaya
yaitu kemampuan peserta didik dalam menebak atau mengira-ngira
jawaban dari sebuah permasalahan, apabila individu tersebut dapat
membuktikan dari tebakannya, itu akan membuat posisi dirinya untuk
berfikir lebih lanjut. Dan di sini peran guru untuk membina kemampuan
ini, salah satu caranya yaitu mengajukan berbagai pertanyaan untuk
mendorong peserta didik untuk dapat merumuskan jawaban
sementara.170
168 Op. Cit, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Bandung, PT. Remaja Rosydakarya: 2013), Cet-10, Ed-1, h. 203 169 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020 170 Op. Cit, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Bandung, PT. Remaja Rosydakarya: 2013), Cet-10, Ed-1, h. 203-204.
93
d. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data di MA Pembangunan UIN Jakarta sudah
baik dan sesuai dengan tahapan pada metode inkuiri. Berdasarkan
pengamatan peserta didik sedang berdiskusi dengan teman
kelompoknya, ada yang berdebat, ada yang mencari sumber di internet,
ada yang mencari di buku paket, ada yang menulis di atas karton
semuanya tidak ada yang diam. Semuanya saling membantu dalam
menyelesaikan masalah yang sedang di kaji.171
Tahapan yang keempat ini sudah sesuai dalam tahapan metode
inkuiri, dan memiliki kesamaan dengan pemaparan dari Wina sajaya
yaitu sebuah aktifitas yang menggali informasi yang dibutuhkan yang
gunanya untuk menguji hipotesis yang sudah ditentukan. Proses dalam
pengumpulan data ini dapat memotivasi peserta didik untuk
menumbuhkan ketekunan dan ketelitian dalam mencari sumber tersebut
dan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya.172
e. Menguji Hipotesis dan Merumuskan Kesimpulan
Tahap menguji hipotesis dan merumuskan masalah di MA
Pembangunan UIN Jakarta ini sudah terealisasikan dengan baik dan
sesuai dengan tahapan metode inkuiri. Berdasarkan pengamatan di saat
proses implementasi kedua tahapan ini dilakukan secara bersamaan,
disamping sisi untuk menghemat waktu. Peserta didik tidak jarang
bertanya kepada guru karena banyaknya jawaban yang didapatkan saat
pengumpulan data sebelumnya. tapi guru selalu keliling untuk
membantu para peserta didik dalam menentukan dan menunjukkan
jawaban yang sekiranya cocok dan relevan untuk menjawab
permasalahan yang diteliti. Baru setelah itu peserta didik menulis di atas
karton.173
171 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020 172 Loc. Cit, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosydakarya: 2013), Cet-10, Ed-1, h. 204. 173 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020
94
Tahapan yang kelima dan keenam ini sudah sesuai dalam tahapan
metode inkuiri, Di samping itu memiliki kesamaan dengan pemaparan
dari Wina sajaya, untuk tahap menguji hipotesis ialah proses kegiatan
dalam menentukan jawaban bisa dianggap diterima yang berasal dari
data yang diperoleh saat pengumpulan data sebelumnya. yang
terpenting dalam tahap menguji hipotesis ini ialah keyakinan peserta
didik akan jawaban tersebut dengan berdasarkan argumentasi yang kuat
dan dibarengi dengan sumber data yang ditemukan dan bisa
dipertanggungjawabkan keberadaannya. Dan untuk tahap merumuskan
kesimpulan yaitu proses kegiatan mendeskripsikan jawaban yang
didapatkan berdasarkan hasil pengujian hipotesis sebelumnya. Namun
karena banyaknya jawaban yang bisa dijadikan kesimpulan membuat
peserta didik tidak fokus terhadap permasalahan yang akan
diselesaikan, dengan demikian peran guru inilah sangat penting untuk
membuat kesimpulan yang akurat dan tepat dengan menunjukkan
kepada para peserta didik data mana yang relevan.174
f. Mempresentasikan jawaban
Tahap mempresentasikan jawaban di MA Pembangunan UIN
Jakarta sudah terapkan dengan baik, tahapan ini sebagai pelengkap di
metode inkuiri ini, dikarenakan perlu adanya pemaparan hasil diskusi
tersebut agar bisa dipertanggungjawabkan. Berdasarkan pengamatan
hasil dari diskusi kelompok yang sudah ditulis di atas karton peserta
didik diperlihatkan ke teman-temannya. Setiap individu dalam
kelompok memiliki kewajiban untuk memaparkan penjelasan di
hadapan teman-temannya dengan baik, ada yang masih malu-malu
karena kurang menguasai jawaban, ada yang percaya diri karena peserta
didik tersebut sudah menguasai jawaban tersebut. Dan kemudian guru
memberikan waktu untuk sesi tanya jawab bagi peserta didik yang
174 Op. Cit, Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Bandung, PT. Remaja Rosydakarya: 2013), Cet-10, Ed-1, h. 204-205.
95
belum paham. Ada yang sampai beradu argumen, sampai minta
penjelasan kembali dengan disertai data yang mereka peroleh. guru
meluruskan memberikan tambahan penjelasan peserta didik di akhir,
apabila di penjelasan saat presentasi dinilai masih kurang. Kemudian
guru menilai hasi presentasi tiap kelompok tersebut.175
Tahapan yang ketujuh ini sudah sesuai dan memiliki kesamaan
dengan pemaparan dari Khoriskiya Novita, presentasi yaitu suatu cara
untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau pertukaran informasi atau
pesan ke individu atau sebuah kelompok. Keberhasilan dalam sebuah
presentasi ditentukan dari seberapa banyak informasi yang diperoleh
individu tersebut kemudian dapat disalurkan dengan jelas dan ringkas
kepada para pendengar yang mengikuti presentasi tersebut.176
g. Refleksi
Tahap refleksi di MA Pembangunan UIN Jakarta belum
terealisasikan dikarenakan kekurangan waktu yang tersedia. Tahap ini
juga temasuk pelengkap dalam metode inkuiri, karena metode inkuiri
ini merupakan berbasis dari pembelajaran kontekstual. Yang mana
proses pelaksanaan peserta didik lebih aktif dalam mencari informasi
pengetahuan yang ada di sekelilingnya. Jadi, refleksi ini diperlukan
untuk memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengingat
kembali (merenung) tentang apa yang peserta didik pelajari
sebelumnya. peserta didik secara bebas menafsirkan pengalamannya
sendiri, sehingga tiap individu peserta didik dapat menyimpulkan
tentang pengalaman belajarnya.
175 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020 176 Khoriskiya Nofita, “Strategi Membangun Keterampilan Komunikasi dan Kepercayaan
Diri Dalam Pembelajaran Public Speaking Melalui Metode Presentasi dan Role Playing Miss
Universe ASEAN”, Jurnal Pendidikan Dompet Duafa, Vol.9, No.2, guru Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial SMP Al-Fusha Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan, 2019, h. 23.
96
Alasan tidak diimplementasikan tahapan ke delapan ini dikarenakan
kekurangan waktu sesuai dengan wawancara dengan guru Sejarah
Kebudayaan Islam yang menyatakan:
“Kembali ke waktu sih, yang penting kan tahapan yang lain sudah
terealisasikan gitu, skala prioritas itu intinya”. 177
Jadi, keterbatasan waktu yang tersedia sangat mempengaruhi
implementasi tahap akhir metode inkuiri. Dan bisa mengatur waktu lagi
kedepannya ditahap yang lainnya, agar bisa tahap refleksi ini bisa
terealisasikan.
2. Perkembangan Keterampilan Berfikir Kritis Peserta Didik di MA
Pembangunan UIN Jakarta
Berdasarkan hasil penelitian di MA Pembangunan UIN Jakarta
melalui observasi dan wawancara menunjukkan bahwa adanya
perkembangan keterampilan berfikir kritis peserta didik setelah
diimplementasikannya metode inkuiri ini. Dalam berfikir kritis memiliki
indikator kemampuan sebagai berikut: kemampuan komunikasi,
kemampuan kreatif, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
keterbukaan diri, kemampaun percaya diri, kemampuan argumen,
kemampuan berfikir analisis, kemampuan rasional dan logis. Semua
indikator ini sudah tersirat dalam tahapan metode inkuiri. Namun tidak
semua peserta didik dapat menggunakan keterampilan berfikir kritis
mereka karena memiliki sifat pemalu, introvert, atau minat dari belajarnya
kurang.178
Dari hasil pengamatan di dua kelas ditemukan adanya perbedaan, di
kelas X MIA 2 perkembangan berfikir kritis peserta didik sudah
berkembang, namun beberapa indikator kemampuan berfikir kritis masih
ada yang belum mencapainya. Di antaranya kemampuan: komunikasi,
177 Wawancara dengan guru Sejarah Kebudayaan Islam Bapak Dwi Kurniawan S. Pd. I,
tanggal 21 Februari 2020. 178 Hasil analisis tanggal 5 Maret 2020
97
kreatif, keterbukaan diri, dan percaya diri. Hal ini lantaran beberapa dari
narasumber peserta didik memiliki sifat pemalu bisa dibilang pendiam
(introvert), kemudian masih bingung apa yang mau dikerjakan, belum
terbiasa dalam hal kesenian. Sedangkan kemampuan: memecahkan
masalah, argumen, berfikir analisis, berfikir rasional dan logis sudah bisa
terealisasikan dengan sempurna.179
Dan di kelas XI IIS 2 perkembangan berfikir kritisnya juga
berkembang, namun ada beberapa indikator kemampuan berfikir kritis
masih ada yang belum mencapainya. Di antaranya kemampuan:
komunikasi, kreatif, dan percaya diri. Hal ini dikarenakan peserta didik
terlalu banyak bercanda, menganggap remeh akan sesuatu, dan kurang
terbiasa berbicara di depan orang banyak. Dan untuk indikator
kemampuan: keterbukaan diri, memecahkan masalah, argumen, berfikir
analisis, berfikir rasional dan logis sudah bisa terealisasikan dengan
sempurna.180
Berdasarkan pengamatan di kelas X MIA 2 dan XI IIS 2 mengenai
indikator keterampilan berfikir kritis yang sudah baik ialah kemampuan:
argumen, memecahkan masalah, berfikir analisis, berfikir rasional dan
logis. Untuk kemampuan yang masih kurang ialah: komunikasi,
keterbukaan diri, kreatif, dan percaya diri. Dan untuk kemampuan yang
masih kurang namun masih bisa dilatih dan dibiasakan terus menerus agar
peserta didik memiliki kemampuan tersebut dalam dirinya.181
Berikut tabel indikator kemampuan dari berifkir kritis yang berada
di tahapan metode inkuiri:
179 Wawancara FGD di kelas X MIA 2 dan kelas XI IIS 2, tanggal 10 dan 13 Februari 2020 180 Wawancara FGD di kelas X MIA 2 dan kelas XI IIS 2, tanggal 10 dan 13 Februari 2020 181 Hasil Analisis tangal 27 Maret 2020
98
Tabel 4. 12. Indikator Kemampuan pada Keterampilan
Berfikir Kritis di Tiap Tahapan Metode Inkuiri.
Orientasi - Kemampuan berfikir analisis
- Kemampuan argumen
Merumuskan Masalah - Kemampuan komunikasi
- Kemampuan kreatif
- Kemampuan keterbukaan diri
- Kemamapuan berfikir analisis
Merumuskan Hipotesis - Kemampuan komunikasi
- Kemampuan kreatif
- Kemampuan berfikir analisis
Pengumpulan Data - Kemampuan komunikasi
- Kemampuan kreatif
- Kemampuan berfikir analisis
Menguji Hipotesis dan
Merumuskan Kesimpulan
- Kemampuan komunikasi
- Kemampuan kreatif
- Kemampuan berfikir analisis
- Kemampuan memecahkan masalah
- Kemampuan argumen
- Kemampuan berfikir rasional dan logis
Mempresentasikan Jawaban - Kemampuan percaya diri
- Kemampuan argumen
- Kemampuan berfikir rasional dan logis
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Metode Inkuiri dalam
Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis pada Peserta Didik
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
peneliti dapatkan dari implementasi metode inkuiri dalam
mengembangkan keterampilan berfikir kritis peserta didik pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta,
terdapat faktor pendukung dan penghambat selama proses
pelaksanaannya.
99
Tabel 4. 13. Faktor Pendukung dan Penghambat Implemtasi Metode
Inkuiri dalam Mengembangkan Keterampilan Berfikir Kritis
Peserta Didik pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di
MA Pembangunan UIN Jakarta
NO Faktor Pendukung Faktor Penghambat
1 Sesuai dengan peserta didik di
tingkat SMA/MA untuk
mengembangkan potensi daya
nalar berfikirnya, kritis
terhadap informasi yang
didapatkan, komunikasi antar
peserta didik yang sudah akrab,
dan melatih berargumen
dengan disertai data yang
peserta didik peroleh.
Kurang siapnya para peserta
didik dalam mengikuti
pembelajaran, dikarenakan
kurangnya pemahaman
mengenai penjelasan makna
proses dari tiap tahapan metode
inkuiri dan.
2 Metode ini dapat
membangkitkan semangat
peserta didik dan memotivasi
belajar dengan dibalut
solidaritas dan diselingi canda
tawa namun tetap serius.
Kekurangan referensi sebagai
sumber data yang tersedia,
namun bisa disiasati dengan
memakai referensi yang
terjangkau oleh peserta didik
yaitu buku paket pelajaran dan
dengan internet.
3 Sarana prasarana madrasah
sudah mendukung proses
pembelajaran.
Kehabisan waktu pembelajaran
yang tersedia, sehingga
terdapat tahapan yang belum
terealisasikan.
100
Berdasarkan tabel di atas terkait faktor penghambat pada metode
inkuiri, bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi hambatan-
hambatan yang tertera di tabel antara lain: dengan mengadakan workshop
atau seminar bagi guru mengenai metode pembelajaran inkuiri, lebih
menginovasi lagi cara mengajar dengan banyak membaca literasi tentang
metode pembelajaran atau strategi pembelajaran, memaksimalkan adanya
sarana prasarana madrasah yang tersedia dan diadakan pelatihan-pelatihan
bagi guru untuk menambah bekal pengetahuan dan pengalaman agar siap
mengarungi dunia pendidikan pada era abad 21 dan selanjutnya.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas yang merupakan hasil dari perpaduan
kajian teoritis dan hasil penemuan di lapangan, maka kesimpulan yang
peneliti peroleh ialah sebagai berikut:
1. Implementasi metode inkuiri pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta sudah sesuai dan diterapkan
dengan baik, namun ada kekurangan di tahap akhir metodenya, yaitu
refleksi. Dikarenakan kekurangan waktu yang tersedia. Metode inkuiri
yang diterapkan ialah berjenis inkuiri bebas, yaitu menjadikan peserta
didik seperti layaknya seorang ilmuwan, peserta didik menemukan
sendiri masalahnya, kemudian mereka mencari jawabannya dengan
mandiri, guru hanya sebagai fasilitator. Tahapan metode inkuiri yang
membuat peserta didik lebih aktif dan kondusif ialah di tahapan:
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menguji
hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Tahapan yang membuat peserta
didik kurang begitu aktif dan kondusif ialah tahap pengumpulan data dan
mempresentasikan jawaban.
2. Keterampilan berfikir kritis peserta didik di MA Pembangunan UIN
Jakarta sudah mulai berkembang secara perlahan dan terealisasikan
dengan baik saat proses tahapan di metode inkuiri, dengan indikator
kemampuan sebagai berikut: komunikasi, kreatif, memecahkan masalah,
keterbukaan diri, argumen, percaya diri, berfikir analisis, dan berfikir
rasional dan logis. Namun dari kemampuan di atas ditemukan beberapa
indikator kemampuan yang belum maksimal, dikarenakan beberapa dari
peserta didik, ada yang pemalu (introvert), kurangnya minat atau kurang
apresiatif terhadap pelajaran karena terlalu banyak bergurau atau
bercanda berlebihan. Namun hal tersebut bisa dikendalikan oleh guru
yang selalu berkeliling membantu memotivasi, mengkondisikan kelas
agar tetap fokus selama proses pembelajaran. Penjelasan mengenai
indikator keterampilan berfikir kritis yang sudah baik pada peserta didik
ialah kemampuan: argumen, memecahkan masalah, berfikir analisis,
berfikir rasional dan logis. Untuk kemampuan yang masih kurang ialah:
komunikasi, keterbukaan diri, kreatif, dan percaya diri.
102
3. Faktor pendukung implementasi metode inkuiri pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta ialah 1)
metode ini sesuai dengan tingkatan MA, untuk mengembangkan daya
nalar berfikirnya, kritis terhadap segala macam bentuk informasi,
komunikasi yang intens dan akrab diantara peserta didik, berargumen
dengan keyakinan berdasarkan data yang bisa dipertanggungjawabkan.
2) metode ini membuat suasana pembelajaran menjadi aktif dan riang
gembira namun tetap tertib. 3) sarana dan prasarana madrasah sudah
tercukupi selama proses pembelajaran.
4. Faktor hambatan implementasi metode inkuiri pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di MA Pembangunan UIN Jakarta ialah 1)
kurang siapnya peserta didik, dikarenakan kurangnya pemahaman makna
mengenai proses dari tiap tahapan metode inkuiri. 2) kurangnya sumber
data, namun bisa disiasati dengan sumber data yang bisa dijangkau oleh
peserta didik yaitu dari buku paket dan internet. 3) kehabisan waktu
pembelajaran yang tersedia.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang diadakan di MA Pembangunan UIN
Jakarta. Saran yang bisa diinformasikan dari peneliti ialah apabila ingin
menerapkan metode inkuiri dalam proses pembelajaran diusahakan
memperhatikan jenis dari inkuiri yang ada 3 macam yaitu inkuiri terbimbing,
inkuiri bebas, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi. Karena setiap jenis
inkuiri tersebut memiliki perbedaan. Akan lebih baik metode inkuiri yang
diterapkan di kelas X berjenis inkuiri terbimbing, karena peserta didik dapat
penjelasan secara luas mengenai metode inkuiri ini, dan kegiatan
perencanaannya masih dibuat oleh guru. Hal tersebut disebabkan kelas X
ketika diterapkan metode inkuiri ini, masih menjadi pengalaman baru bagi
mereka. Untuk penerapan di kelas XI dan XII bisa menerapkan inkuiri bebas,
dan inkuiri bebas yang dimodifikasi.
Metode inkuiri sangatlah membantu bagi guru untuk melatih
keterampilan berfikir kritis pada peserta didik, karena keterampilan tersebut
termasuk salah satu kompetensi yang harus dimiliki peserta didik di abad 21.
Metode inkuiri juga cocok diterapkan di mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam yang memiliki materi yang mengandung materi tentang peristiwa-
peristiwa bersejarah dalam Islam. Melalui metode ini, dapat membantu
peserta didik mendapatkan informasi/pengetahuan lebih banyak dan lebih
membekas diingatan mereka dari berbagai sumber, karena melalui proses
pengalaman mencari dan menemukan secara mandiri, namun tetap
dibimbing oleh guru sebagai kesimpulan akhir yang paling benar.
103
Dan untuk menambah wawasan dan pengalaman keilmuwan guru,
dengan lebih menginovasi lagi cara mengajar dengan banyak membaca
literasi tentang metode pembelajaran atau strategi pembelajaran dari buku,
jurnal atau sumber lainnya yang terupdate dan terbaru, memaksimalkan
adanya sarana prasarana madrasah yang tersedia, diadakannya pelatihan,
workshop atau seminar bagi guru untuk menambah bekal pengetahuan dan
informasi bagi guru mengenai metode pembelajaran inkuiri atau metode
pembelajaran di era modern nanti, agar siap mengarungi dan berkompetisi di
dunia pendidikan pada era abad 21 dan selanjutnya.
104
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anwar, Muhammad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: PT. Kencana Prenadamedia
Group), Cet-1, 2018.
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan
Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada), Ed-1, Cet-3, 2016.
Al-Mahalli, Jalaluddin, Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain Lengkap disertai dengan
Asbabun Nuzul, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), Cet.1, hlm. 382, 2017.
Badar Al-tabany, Trianto Ibnu, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
2013), (Jakarta: Penadamedia Group), Cet-1, 2014.
Bungin, M. Burhan, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), Ed-2, Cet-5,
2011.
Departemen Agama Islam RI, Qur`an Hafalan, (Surabaya: Halim), 2002.
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada), Ed-Revisi, Cet- 6, 2016.
Fathurrahman, Pupuh, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama), 2007.
Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Pustaka Setia), 2011.
Haris Herdiansyah, Wawancara, Observasi, Dan Fokus Groups, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada), Ed-1, Cet-2, 2015.
Hamdayama, Jumanta, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), Cet-2.
2017.
Komalasari, Kokom, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT.
Refika Aditama), Cet-3, 2013.
Majid, Abdul, Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosydakarya), Cet-4,
2015.
Majid Khon, Majid, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Prenadamedia Group), Cet. 3, h. 114,
2015.
105
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung, Pustaka Setia), Cet-10, 2011.
Margono, S, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta), Cet-8, 2010.
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya),
Ed-Revisi, Cet-35, 2016.
Nata, Abuddin, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group), Ed-1, Cet-1, 2009.
____________, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Kencana Prenada Media Group),
Cet. 2, Ed. 1, 2012.
Parwati, Ni Nyoman, I Putu Pasek Suryawan, Ratih Ayu Apsari, Belajar dan
Pembelajaran, (Depok: PT. RajaGrafindo Persada), Ed. 1, Cet. Ke-1, 2018.
Putra, Nusa, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks), Cet-2,
2012.
Suhana, Cucu, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung: PT. Refika Aditama), Ed.
Revisi, Cet. Ke-4, 2014.
Susanto, Ahmad, Teori Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta: Penadamedia
Group), Cet-4, Ed-1, 2016.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: PT. Kencana Prenadamedia Group), Cet-10, 2013.
Setyosari, Punaji, Metodologi Penelitian Pendidikan & Pengembangan, (Jakarta: PT.
Kencana Prenadamedia Group), Cet-3, Ed-3, 2013.
Suharsaputra, Uhar, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan,
(Bandung: PT. Refika Aditama), Cet-2, 2014.
Satori, Djam’an, Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Alfabeta), 2013.
Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada), Ed. 1, Cet. 2,
2018.
Supriyatno, Triyo, Sudiyono, Moh. Padil, , Strategi Pembelajaran Partisipatori di
Perguruan Tinggi, (Malang: UIN-Malang Press), Cet.1, 2006.
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung, Alfabeta), 2018.
_______, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta),
Cet-23, 2016.
106
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:
PT. Kencana Prenadamedia Group), Cet-5, 2012.
Yaumi, Muhammad, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: PT. Kencana
Prenadamedia Group), Cet-2, 2013.
B. Jurnal dan Article
Azizah, Mira, Joko Sulianto, Nyai Cintang, Analisis Keterampilan Berfikir Kritis
Siswa Sekolah Dasar Pada Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013, Jurnal
Penelitian Pendidikan Vol. 35 Nomor 1, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Semarang, 2018.
Afiyanti, Yati, “Fokus Grup Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) Sebagai
Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif”, Jurnal Keperawatan
Indonesia, Vol. 12, No. 1, Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, 2008.
.S, A. Syafi’, “Kajian Tentang Belajar dalam al-Qur’an Surat al-Alaq Ayat 1-5”,
Jurnal Sumbula, Volume 2, Nomor 2, Fakultas Agama Islam Universitas Darul
‘Ulum Jombang, Desember 2017.
Abdi, Ali, “The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic
Achievement in Science Course”, jurnal Universal Journal of Educational
Research, vol. 37-41, Department of Educational Sciences Payame noor
University Tehran, Iran, 2014.
Ahmatika, Deti, Peningkatan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Dengan Pendekatan
Inquiry/Discovery, Jurnai Euclid, ISSN 2355-1712, vol.3, No.1, pp. 377-525,
Prodi Pendidikan Matematika Universitas Islam Nusantara, 2016.
Ardini, Pupung Puspa, “Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap
Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun”, Jurnal Pendidikan Anak, Vol. 1,
Ed. 1, jurusan PAUD FIP Universitas Negeri Gorontalo, 2012.
Arafani, Elma Lusiana, Elin Herlina, Luvy Sylviana Zanthy, “Peningkatan
Kemampuan Memecahkan Masalah Tematik Siswa SMP Dengan Pendekatan
Kontekstual”, Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 03, No.
02, IKIP Siliwangi Cimahi tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat, 2019.
Astuti, Rini Nafsiati, “Peta Konsep Pada Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berfikir Rasional Siswa SD/MI”, Jurnal Pendidikan dan
107
Pembelajaran Dasar, Vol. 11, No.1, Staf Pengajar Pada Jurusan PGMI Fakultas
Tarbiyah UIN Malang, 2009.
Bernard, Martin, “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Serta
Disposisi Matematik Siswa SMK Dengan Pendekatan Melalui Game Adobe
Flash CS 4.0”, Jurnal Ilmiah Infinity, Vol 4, No.2, Jurusan Pendidikan
Matematika, STKIP Siliwangi Bandung, 2015.
Devi, Ninda Dwi Cahya, Elfi Susanti VH, dan Nurma Yunita Indriyanti, “Analisis
Kemampuan Argumentasi Siswa SMA Pada Materi Larutan Penyangga”,
Jurnal JKPK (JURNAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA), Vol. 3, No. 3,
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Sebelas Maret, 2018.
Erlinda, Nelfi, Penerapan Metode Pembelajaran Inkuiri Disertai Handout: Dampak
dari hasil Belajar Fisika Siswa SMAN 1 Batang Anai Padang Pariaman, Jurnal
Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, Vol.5, No. 2, ISSN: 223-23, Prodi Pdidikan
Fisika STIKIP Yayasan Dharma Bakti, 2016.
Fanani, Ahwan, “Mengurai Kerancuan Istilah Strategi dan Metode Pembelajaran”,
Jurnal Pendidikan Islam Nadwa - Jurnal Pendidikan Islam, IAIN Walisongo
Semarang, Vol. 8, Nomor 2, 2014.
Faiz Rofdli, Muhammad, Suyadi, TAFSIR AYAT-AYAT NEUROSAINS (‘Aql
Dalam Al-Qur’an dan Relevansinya Terhadap Pengembangan Berpikir Kritis
dalam Pendidikan Islam), Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Alqur’an dan Tafsir,
Universitas Ahmad Dahlan, Vol. 5, No.1, 2020.
Gainau, Maryam B, “Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Siswa dalam Perspektif
Budaya Dan Implikasinya Bagi Konseling”, Jurnal Ilmiah Universitas Katolik
Widya Mandala Madiun, Vol. 3, No. 1, Sekolah Tinggi Agama Kristen
Protestan Negeri (STAKPN) Papua, 2009.
Hayati, Rizka, Desyarini Puspita Dewi, “Kolerasi Antara Motivasi Berprestasi Dan
Keterampilan Presentasi”, Jurnal Litbang Kota Pekalongan, Vol. 15, Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pekalongan, 2018.
Jatisunda, Muhammad Gilar, “Hubungan Self-Efficacy Siswa SMP Dengan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis”, Jurnal THEOREMS, Vol. 1,
No. 2, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Majalengka,
2017.
Karina, Septalia Meta, Suryanto, “Pengaruh Keterbukaan Diri Terhadap Penerimaan
Sosial Pada Anggota Komunitas Backpacker Indonesia Regional Surabaya
108
Dengan Kepercayaan Terhadap Dunia Maya Sebagai Intervening Variabel”,
Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial Vol. 1, No. 2, Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga, 2018.
Metriasih, Ni Kt. Ary, I Km. Sudarma, I Md. Citra Wibawa, “Pengaruh Strategi
Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Mind Mapping Terhadap Keterampilan
Berfikir Rasional IPA siswa SD Gugus III Kecamatan Manggis”, Jurnal
Mimbar PGSD Undiksha, Vol. 1, No. 1, Jurusan PSGD, Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia, 2013.
Maryati, Siti, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Bangun
Sisi Lengkung Melalui Metode Inquiry Pada Siswa Kelas IX-D SMP NEGERI
30 Jakarta Utara, Jurnal Pendidikan Bina Manfaat Ilmu, Vol. 01, No. 02, Maret
2018.
Nofita, Khoriskiya, “Strategi Membangun Keterampilan Komunikasi dan
Kepercayaan Diri Dalam Pembelajaran Public Speaking Melalui Metode
Presentasi dan Role Playing Miss Universe ASEAN”, Jurnal Pendidikan
Dompet Duafa, Vol.9, No.2, Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP Al-Fusha Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan, 2019.
Nuraeni, Siti, Tonih Feronika, dan Luki Yunita, “Implementasi Self-Efficacy dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Kimia di Abad 21”,
Jambura Journal of Educational Chemistry Volume 1 Nomor 2, Program Studi
Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.
Octaria, Dina, “Kemampuan Berfikir Logis Mahasiswa Pendidikan Matematika
Univeristas PGRI Palembang Pada Mata Kuliah Geometri Analitik”, Jurnal
Pendidikan Matematika RAFA, Vol. 3, No. 2, Dosen Universitas PGRI
Palembang, 2017.
Paramita, Astridya, Lusi Kristiana, “Teknik Fokus Grup Discussion Dalam
Penelitian Kualitatif”, Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 16, Ed.
2, Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI, 2013.
Pranyoto, Yohanes Hendro, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Melalu
Pembiasaan Refleksi”, Jurnal Jumpa, Vol. 4, No. 1, Dosen Tetao STK St.
Yakobus Merauke, 2016.
109
Purnomo, Dinar Permadi, Harmiyanto, “Hubungan Keterampilan Komunikasi
Interpersonal Dan Kepercayaan Diri Siswa Kelas X SMAN 1 Garum Kabupaten
Blitar, Jurnal Kajian Bimbingan Dan Konseling (JKBK), Vol. 1, No. 2, Jurusan
Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang, 2016.
Ramli, M., “Hakikat Pendidik Dan Peserta Didik”, Jurnal Ilmiah Pendidikan agama
Islam (Tarbiyah Islamiyah), Vol. 5, No.1, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, IAIN Antasari, Banjarmasin, 2015.
Reksiana, Diskursus Terminologi Model, Pendekatan, Strategi, dan Metode Dalam
Dunia Pengajaran, Article Dosen Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta, Januari 2019.
Restu Widyianto, Febri, “Pembelajaran Mengonversi Teks Cerita Pendek Ke Dalam
Bentuk Puisi Dengan Menggunakan Metode Inkuiri”, Jurnal bahasa, sastra
Indonesia dan pengajrannya, Vol.12, No. 2, ISSN 1978-9842, Program
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Bale Bandung, 2019.
Rosyidi, Agus Mukhtar, “Model Dan Strategi Pembelajaran DIKLAT (Kajian
alternatif yang efektif)”, Jurnal Andragogi Jurnal Diklat Teknis, Pusdiklat
Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Vol: V No. 1, 2017.
Riani, Winda Septa, Yuli Azmi Rozali, “Hubungan Antara Self Effacy Dan
Kecemasan Saat Presentasi Pada Mahasiswa Universitas Esa Unggul, Jurnal
Psikologi, Vol. 12, No.1, Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, 2014.
Sitorus, Haji Hamidun, Hasruddin, Syahmi Edi, “The Influence of Inquiry Learning
Model on Student’s Scientific Attitudes in Ecosystem Topic at MTs. Daarul
Hikmah Sei Alim (Islamic Junior High School) Asahan”, International Journal
of Humanities Social Sciences and Education (IJHSSE), Volume 4, Issue 11,
Department of Biology Education, Postgraduate Program, Universitas Negeri
Medan, November 2017.
110
Setiawan, Joko, M. Royani, “Kemampuan berfikir Kritis Siswa SMP Dalam
Pembelajaran Bangun Ruang Sisi Datar dengan Metode Inkuiri”. Jurnal EDU-
MAT Pendidikan Matematika, Vol. 1, No.1, Pendidikan Matematika STIKUP
PGRI Banjarmasin, 2013.
Silaban, Bajongga, “Hubungan Antara Penguasaan Konsep Fisika Dan Kreatifitas
Dengan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Materi Pokok Listrik Statis”,
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Vol. 20, No. 1, Dosen Kopertis Wlayah I
DPK pada USBM Medan, 2014.
Setiawati, Rokhis, “Peningkatan Kemampuan Analisis Transaksi Dalam Menyusun
Jurnal Dengan Model Problem Based Learning Melalui Pengamatan BT/ BK”,
Jurnal Nopendas Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol. 1, No. 1, SMA 1 Bae Kudus,
2018.
Tompoa, Basman, Arifin Ahmada, and Muris Murisa, “The Development of
Discovery-Inquiry Learning Model to Reduce the Science Misconceptions of
Junior High School Students”, Internasional Journal of Environmental &
Science Education, Vol. 11, No. 12, Universitas Negeri Makassar, Makassar,
Indonesia, 2016.
Ulpa, Maria, Abdurrahman, Ismu Wahyudi, “Perbandingan Hasil Belajar Fisika
Ditinjau Dari Kemampuan Argumentasi Oral Dan Tertulis”, Jurnal
Pembalajaran, Vol. 2, Ed. 3, Jurusan Pendidikan Fisika FKIP Unila, 2014.
Vandini, Intan, “Peran Kepercayaan Diri terhadap Prestasi Belajar matematika
Siswa”, Jurnal Formatif, Vol. 5, No. 3, Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknik, Matematika, dan IPA Universitas Indraprasta PGRI, 2015.
C. Skripsi
Ardi, Bahrudin, 2013, “Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran IPA Pada Kelas V SDN 5 Mayonglor Kabupaten Jepara”. Skripsi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang, tidak dipublikasikan.
Bahrudin, Ahmad, 2018, “Implementasi Metode Inkuiri Pada Program
Ekstrakurikuler Sains Club Di SD Muhammadiyah Plus Malangjiwan”. Skripsi
pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, tidak dipublikasikan.
111
Viana Zaeni, Okti, 2018, “Implementasi Metode Inkuiri Dalam Pembelajaran IPA
Kelas IV Di MI Ma’arif NU 01 Baleraksa Kecamatan Karangmoncol Kabupaten
Purbalingga Tahun Pembelajaran 2016/2017”. Skripsi Jurusan Pendidikan
Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto,
Tidak dipublikasikan.
D. Seminar
Sajidan, Susilowati, Murni Ramli, Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Magetan, Jurnal Seminar Nasional
Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2017.
Zubaidah, Siti, Berpikir Kritis: Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi yang Dapat
Dikembangkan melalui Pembelajaran Sains, Jurnal Seminar Nasional Sains
2010 dengan Tema “Optimalisasi Sains untuk Memberdayakan Manusia”, di
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Negeri Malang, 2010.
Yanuarta, Lidya, Abdul Gofur, Sri Endah Indriwati, “Pemberdayaan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa melalui Implementasi Model Pembelajaran Think Talk
Write dipadu Problem Based Learning”, Jurnal Seminar Nasional XIII
Pendidikan Biologi FKIP UNS, Vol.13 (1), Universitas Negeri Malang, 2016.
E. Lampiran
Lampiran Keputusan Kementrian Agama, Nomer: 165, Tahun: 2014, Tentang
Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab
pada Madrasah.
112
LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA PERTAMA
GURU SKI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Perkenalan
Nama guru
Asal dan tempat tinggal (alamat)
Jabatan sebagai guru bid. Studi di MP (berapa tahun)
1. Perencanaan Pembelajaran
• Apakah bapak selalu mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum mengajar?
• Apakah bapak dalam pembuatan RPP menggunakan pendoman atau membuat
sendiri?
• Apakah bapak sudah menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran?
kesannnya?
• Bagaimana bapak menyusun indikator dalam RPP?
• Bagaimana bapak menyusun tujuan pembelajaran dalam RPP?
• Kira-kira metode apa saja yang dipakai dalam mengajar, khususnya inkuiri?
• Apa saja sumber pembelajaran yang bapak gunakan dalam mengajar?
• Bagaimana penyusunan langkah-langkah dalam pembelajaran meliputi
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup?
• Dalam hal evaluasi pembelajaran, bagaimana sistem evaluasi yang bapak lakukan
di dalam pembelajaran?
2. Tahapan Pada Metode Inkuiri
• Apakah bapak selalu memakai metode inkuiri dalam mapel SKI? Atau memakai
metode lain?
• Apakah bapak menerapakan metode inkuiri ini di berbagai angkatan kelas (dari
kelas X, XI, XII)?
• Bagaimana orientasi atau pengenalan yang bapak lakukan sebelum memulai
pembelajaran SKI?
113
• Bagaimana cara bapak memberikan berbagai masalah dalam bentuk soal materi
SKI yang mengandung teka-teki yang dapat menstimulus peserta didik agar lebih
tertantang untuk menemukan jawabannya?
• Bagaimana upaya bapak untuk membantu memahamkan peserta didik mengenai
hipotesis, karena hipotesis sendiri hanya jawaban sementara?
• Bagaimana bapak menginstruksikan peserta didik dalam mencari/mengolah
sumber data? Sumber mana saja yang bisa didapat?
• Bagaimana upaya bapak pada peserta didik yang kurang responsif dan apresiatif
terhadap permasalahan yang diberikan?
• Bagaimana upaya bapak untuk membantu peserta didik dalam menguji hipotesis
yang mereka temukan?
• Bagaimana peran bapak saat para peserta didik merumuskan kesimpulan, karena
pada tahap ini mereka kebingungan dengan berbagai jawaban yang didapatkan?
• Bagaimana cara bapak mengintruksikan peserta didik untuk mempresentasikan
hasil jawabannya di teman kelasnya, disamping sisi untuk melatih mental mereka
berbicara di depan kelas?
• Bagaimana cara bapak melakukan kegiatan refleksi diakhir pembelajaran?
• Apakah bapak diakhir pembelajaran memberikan kesimpulan secara keseluruhan
mengenai materi pembelajaran yang diberikan?
3. Penilaian
• Bagaimana proses penilaian yang bapak lakukan dalam metode inkuiri ini di awal
atau di akhir pembelajaran?
• Bagaimana alur penilaiannya?
4. Faktor
• Apa saja faktor pendukung yang bapak rasakan selama memakai metode inkuiri
ini dalam mata pelajaran SKI?
• Apa saja faktor penghambat yang bapak rasakan selama memakai metode inkuiri
ini dalam mata pelajaran SKI?
• Adakah faktor lain yang bapak rasakan?
114
5. Kemampuan Peserta Didik
• Bagaimana kemampuan komunikasi peserta didik saat bapak mengimplementasikan
metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan kreatifitas peserta didik saat bapak mengimplementasikan
metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan keterbukaan diri peserta didik saat bapak
mengimplementasikan metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan memecahkan masalah peserta didik saat bapak
mengimplementasikan metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan argumen peserta didik saat bapak mengimplementasikan
metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan percaya diri peserta didik saat bapak mengimplementasikan
metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan berfikir analisis komunikasi peserta didik saat bapak
mengimplementasikan metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan berfikir rasional peserta didik saat bapak
• mengimplementasikan metode inkuiri?
• Bagaimana kemampuan berfikir logis peserta didik saat bapak
mengimplementasikan metode inkuiri?
115
PEDOMAN WAWANCARA KEDUA
GURU SKI MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Hasil Observasi Tahapan Pada Metode Inkuiri
1. Setelah melihat observasi kemarin dan sebelumnya, banyak dari peserta didik
belum memahamai menganai tahapan yang ada di metode inkuiri ini, sepertinya
mereka kurang informasi mengenai pengertian di tahapan metode ini.
Bagaimana solusi bapak untuk membantu dalam memahamkan makna dari tiap
tahapan inkuiri ini?
2. Saat memutar video dia awal itu memakai durasi yang panjang, apakah tidak
terlalu memakan waktu yang banyak dalam pelajaran?
3. Pada tahap merumuskan masalah kemarin, bapak menginstruksikan peserta
didik untuk membuat soal, kenapa bapak tidak membuat soal sendiri untuk
diberikan kepada para peserta didik agar mereka lebih semangat mencari
jawaban tersebut? Mungkin ada alasan?
4. Apakah penilaian saat tanya jawab itu termasuk dalam penilaian metode
inkuiri?
5. Selama pengalaman mengajar bapak menggunakan metode inkuiri ini, apakah
memerlukan 2X pertemuan untuk menyelesaikan semua tahapan metode inkuiri
ini?
6. Apakah memang bapak di setiap memakai metode inkuiri ini di akhir
pembelajaran tidak memakai refleksi seperti kemarin dan sebelumnya?
7. Mengapa bapak tidak menjelaskan secara umum lagi terkait materi yang
dijelaskan peserta didik di akhir pembelajaran? untuk mengeneralisir secara
umum pembahasan?
116
PEDOMAN WAWANCARA
KEPALA MADRASAH MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Perkenalan
Nama : Bapak Zakaria, MA
Jabatan : Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta
Aspek Indikator Jawaban
Keadaan
Guru
1. Apakah ada strategi madrasah
dalam mempersiapkan guru
menghadapi era pendidikan
abad 21?
2. Bagaimana upaya mengatasi
permasalahan yang yang ada
di lingkungan madrasah?
Antara dewan guru, peserta
didik, dan wali peserta didik?
3. Bagaimana proses monitoring
selama pembelajaran
berlangsung?
4. Bagaimana guru menciptakan
lingkungan madrasah yang
kondusif, bermutu dan nyaman
selama proses belajar
mengajar berlangsung?
1. Menyesuaikan kondizi zaman 4.0.
2. Raker dan pembinaan/pelatihan
khusus.
2. Sinergi dengan elemen sekolah.
3. Musyawarah lil-umm.
3. kita tabayyun ke peserta didik.
4. Supervisi secara langsung
4. CCTV hanya melihat.
Metode
pembelajaran
1. Menurut bapak metode
pembelajaran apa saja di era
abad 21 ini yang sudah
diterapkan di madrasah?
2. Apakah sudah dalam taraf
cukup memenuhi kriteria
sarpras yang sudah tersedia
untuk metode inkuiri ini pak?
3. Bagaimana pendapat bapak
mengenai metode inkuiri ini?
1. Pembekalan di abad 21.
1. Project based learning.
1. Tugas Kepala Madrasah mengawal.
2. Sarpras sudah dikategorikan cukup.
2. Kalau kurang ditambah.
3. Dijelaskan sedikit, sudah masuk
4C, cocok untuk mengajak peserta
didik kurikulum 2013.
Kemampuan
atau
keterampilan
Peserta didik
1. Adakah hambatan peserta
didik dalam mengembangkan
kemampuan atau
keterampilannya?
2. Bagaimana upaya madrasah
dalam meningkatkan
kemampuan atau keterampilan
peserta didik?
1. Selama proses pembelajaran pasti
ada, Cuma mungkin ada. Tapi, akan
sangat bagus kalau mereka dibantu
untuk berkembang lebih baik lagi.
2. Dengan menganalisa kebutuhan
peserta didik.
117
3. Bagaimana menumbuhkan
kemampuan atau keterampilan
berfikir kritis pada peserta
didik?
2. memfasilitasi mereka.
3. Kembali ke guru-guru.
3. Menawarkan ke guru (peran Kepala
Madrasah mengarahkan).
3. Diproyeksikan berfikir peserta
didik untuk berfikir ilmiah.
118
PEDOMAN WAWANCARA
KARYAWAN PERPUSTAKAAN MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Perkenalan
Nama guru
Jabatan sebagai madrasah
1. Apakah perpus milik MA Pembangunan UIN Jakarta ini dibuka khusus untuk
madrasah sendiri atau untuk umum?
2. Pada pukul berapa waktu operasional perpus MA Pembangunan UIN Jakarta ini?
3. Berapa jumlah kapasitas kunjungan di dalam ruangan perpus MA Pembangunan UIN
Jakarta ini?
4. Apakah buku koleksi perpus di MA Pembangunan UIN Jakarta ini sudah mencukupi
kebutuhan pembelajaran guru dan peserta didik?
5. Adakah tata tertib/peraturan di perpustakaan MA Pembangunan UIN Jakarta ini?
6. Apa saja faktor kekurangan dan kelebihan di perpustakaan MA Pembangunan UIN
Jakarta?
7. Adakah data buku yang ada di perpus MA Pembangunan UIN Jakarta ini?
119
PEDOMAN OBSERVASI KELAS
Guru yang diamati : Bpk. Dwi Kurniawan, S. Pd. I
Kelas : X MIA 2
Tanggal : 3 dan 10 Februari 2020 (2 pertemuan)
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Jam Pelajaran : Ke-8, 13:55
No Aspek-Aspek Yang Diamati
Pemunculan Hasil
Yang Diamati Deskripsi
Ya Tidak
Perencanaan Pembelajaran
1 Guru membuat RPP sendiri
dengan pedoman
RPP belum dibuat oleh
guru 2
Kesesuaian rumusan indikator
pencapaian dengan KD
3 Kesesuaian materi pembelajaran
dengan indikator dan KD
4 Guru mengucapkan doa dan
salan diawal pembelajaran
Guru berdiri di hadapan
para peserta didik dan
meminta salahsatu peserta
didik memimpin doa
5
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
kepada peserta didik
Dengan dibantu
powerpoint
6 Guru melakukan apersepsi Guru mengkaitkan
pembelajaran sebelumnya
7 Guru mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan
Guru bertanya ke beberapa
peserta didik
8
Guru memakai metode inkuiri
pembelajaran yang membuat
peserta didik aktif
Guru memulai dengan
cerita sedikit dan
kemudian menonton video
9 Guru memakai banyak sumber
pembelajaran
Hanya memakai buku
paket
10
Guru menerapkan langkah-
langkah dalam pembelajaran
sesuai di RPP
RPP belum dibuat oleh
guru
11 Guru memberikan refleksi di
akhir pembelajaran
Karena kekurangan waktu
12 Guru memberikan kesimpulan
umum di akhir pembelajaran
Karena kekurangan waktu
13 Guru melakukukan evaluasi di
akhir pembelajaran
Karena kekurangan waktu
14 Guru menggunakan bahasa lisan
yang benar dan lancar
Guru menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti
para peserta didik
120
15 Guru menggunakan bahasa tulis
yang benar dan lancar
Dibantu dengan media
powerpoint
Metode Pembelajaran
16 Guru memakai metode inkuiri
pada mapel SKI
Sudah diterapkan saat
proses KBM
17 Guru melakukan orientasi
sebelum memulai metode inkuri
Guru menjelaskan secara
singkat proses
pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Materi
tentang “Memahami
Masalah Tentang
Kepemimpinan Umat
Islam Pasca Nabi Wafat
Masa Khulafaur
Rasyidin”. Dibantu dengan
media video yang diputar
dengan slide PPT. Di kelas
ditayangkan tentang video
kepemimpinan khalifah
Umar bin Khattab yang
dirasakan rakyatnya,
kemudian menjelaskan
secara singkat mengenai
kisah Umar bin Khattab
secara singkat, kemudian
di slide selanjutnya
terdapat pembagian
kelompok serta tugas-
tugasnya.
18 Guru membagi kelompok dalam
pembelajaran
Sebelum dibagi tugas ke
peserta didik, guru
membagi mereka ke 4
kelompok. Dengann
sistem ditunjuk oleh guru.
121
19
Guru memberikan soal yang
berbentuk masalah menantang
untuk dipecahkan peserta didik
guru membantu membuat
soal yang bisa dipecahkan
kelompok, dengan dibantu
slide berisikan point-point
yang akan dibahas.
Kemudian ditulis di
karton.
20
Guru membantu peserta didik
untuk memahami mengenai
hipotesis awal
Para peserta didik
berdiskusi terkait jawaban
yang akan dijadikan
jawaban sementara, para
peserta didik saling tanya
jawab dan tukar argumen
diantara temannya untuk
mencari jawaban hipotesis,
guru mengelilingi tiap
kelompok untuk
membimbing dan
membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan.
21
Guru memberikan intruksi untuk
mencari sumber/informasi dari
mana saja
Guru menginstruksikan
peserta didik untuk
diberikan kebebasan dalam
mencari sumber informasi
dari buku dan internet.
Sumber informasi dari
buku paket, dan internet
diakses lewat handphone
yang mereka bawa. Dalam
kelompok peserta didik
ada pembagian tugas.
22 Guru menyiapkan sumber
/informasi dari mana saja
Guru hanya membantu
apabila ditemukan
kesulitan pada peserta
didik, disini peserta didik
yang lebih aktif bertanya.
23
Guru mendorong peserta didik
yang kurang berminat dalam
mencari sumber/informasi dari
mana saja
Guru selalu memotivasi
dan membantu para
peserta didik yang kurang
semangat.
122
24 Guru keliling kelas memantau
pelajaran
Guru selalu keliling di
setiap kelompok untuk
beberapa saat, disamping
mengatur kondisi kelas
agar tetap kondusif.
25
Guru mendorong peserta didik
yang kurang apresiatif dalam
mencari sumber/informasi dari
mana saja
Guru selalu memotivasi
dan membantu para
peserta didik yang kurang
semangat mencari
sumber/informasi dari
mana saja.
26
Guru mengintruksikan peseta
didik untuk bekerja sama dalam
kelompok dalam mengumpulkan
data
Guru ikut membantu
mengarahkan pembagian
tugas anggota kelompok
peserta didik, agar mereka
mengerti tugas individu
dari mereka. (pertemuan
pertama habis)
Pertemuan kedua
27
Guru membantu peserta didik
dalam menguji hipotesis dan
membantu peserta didik dalam
memilih jawaban untuk diambil
sebagai kesimpulan
(Melanjutkan dari
pertemuan selanjutnya),
dikarenakan kekurangan
waktu. Guru membantu
apabila peserta didik
menemukan kesulitan dan
memantau jalannya
diskusi. Tidak jarang
peserta didik kebingungan
akan banyaknya jawaban
yang mereka dapatkan saat
pengumpulan data,
kemudian mereka bertanya
kepada gurunya.
28
Guru mengintruksikan peserta
didik untuk mempresentasikan
hasil jawaban kelompoknya
Guru mengarahkan tiap
kelompok untuk
menjelaskan apa yang
mereka diskusikan di
depan kelas secara
bergantian. Guru duduk
dibelakang menilai,
terkadang memberikan
soal.
123
29 Guru memberikan refleksi di
akhir pembelajaran
Guru tidak memberikan
refleksi di akhir
pembelajaran karena
kekurangan waktu.
Kemampuan peserta didik
30
Peserta didik memakai
kemampuan komunikasi saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis,
pengumpulan data,
menguji dan merumuskan
kesimpulan.
31
Peserta didik memakai
kemampuan kreatifitas saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis,
pengumpulan data,
menguji dan merumuskan
kesimpulan.
32
Peserta didik memakai
kemampuan keterbukaan didri
saat proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
merumuskan masalah
33
Peserta didik memakai
kemampuan memecahkan
masalah saat proses metode
inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
menguji dan merumuskan
kesimpulan.
34
Peserta didik memakai
kemampuan berargumen saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
orientasi, merumuskan
masalah, menguji dan
merumuskan kesimpulan,
serta ketika saat
mempresentasikan
jawaban.
124
35
Peserta didik memakai
kemampuan percaya diri saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
mempresentasikan
jawaban
36
Peserta didik memakai
kemampuan berfikir analisis saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan
hipotesis, pengumpulan
data, menguji dan
merumuskan kesimpulan.
37
Peserta didik memakai
kemampuan berfikir rasional dan
logis saat proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
menguji dan merumuskan
kesimpulan,
mempresentasikan
jawaban.
Penilaian
38 Guru menilai selama proses
pembelajaran
Tidak dilakukan
39 Guru menilai di akhir
pembelajaran
Ketika setelah presntasi
kelompok
Tambahan
40
Guru menyelesaikan
pembelajaran dengan metode
inkuiri tepat waktu
Dikarenakan ada tahapan
akhir yang belum
terlaksana yaitu refleksi.
41
Guru memberikan hukuman bagi
kelompok yang tidak
memecahkan masalah yang
diberikan
Dengan pengurangan nilai
individu
125
42
Guru memberikan reward bagi
kelompok yang sudah selesai
memecahkan masalah yang
diberikan
Dengan mendapatkan nilai
tambahan
43
Guru memberikan kesimpulan
secara menyeluruh di akhir
pembelajaran
Karena keterbatasan waktu
yang tersedia
44 Guru membaca doa dan salam di
akhir pembelajaran
Guru berdiri di depan para
peserta didik
Catatan:
Untuk X MIA 2 perkembangan berfikir kritis peserta didik sudah berkembang, namun
beberapa indikator kemampuan berfikir kritis masih ada yang belum mencapainya. Di
antaranya kemampuan: komunikasi, kreatif, keterbukaan diri, dan percaya diri. Hal ini lantaran
beberapa peserta didik memiliki sifat pemalu bisa dibilang pendiam (introvert) dan satu lagi
belum terbiasa dalam hal kesenian. Sedangkan kemampuan: memecahkan masalah, berfikir
analisis, berfikir rasional dan logis sudah bisa terealisasikan dengan sempurna.
126
PEDOMAN OBSERVASI KELAS
Guru yang diamati : Bpk. Dwi Kurniawan, S. Pd. I
Kelas : XI IIS 2
Tanggal : 6 dan 13 Februari 2020 (2 pertemuan)
Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam
Jam Pelajaran : Ke-8, 13:55
No Aspek-Aspek Yang Diamati
Pemunculan Hasil
Yang Diamati Deskripsi
Ya Tidak
Perencanaan Pembelajaran
1 Guru membuat RPP sendiri
dengan pedoman
RPP belum dibuat oleh
guru 2
Kesesuaian rumusan indikator
pencapaian dengan KD
3 Kesesuaian materi pembelajaran
dengan indikator dan KD
4 Guru mengucapkan doa dan
salan diawal pembelajaran
Guru berdiri di hadapan
para peserta didik
5
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
kepada peserta didik
Dengan dibantu
powerpoint
6 Guru melakukan apersepsi Guru mengkaitkan
pembelajaran sebelumnya
7 Guru mengaitkan materi dengan
realitas kehidupan
Guru bertanya ke beberapa
peserta didik
8
Guru memakai metode inkuiri
pembelajaran yang membuat
peserta didik aktif
Guru memulai dengan
menonton video dan
dilanjutkan dengan
penjelasan singkat dan sesi
tanya jawab di awal
9 Guru memakai banyak sumber
pembelajaran
Hanya memakai buku
paket
10
Guru menerapkan langkah-
langkah dalam pembelajaran
sesuai di RPP
RPP belum dibuat oleh
guru
11 Guru memberikan refleksi di
akhir pembelajaran
Karena kekurangan waktu
12 Guru memberikan kesimpulan
umum di akhir pembelajaran
Karena kekurangan waktu
13 Guru melakukukan evaluasi di
akhir pembelajaran
Karena kekurangan waktu
14 Guru menggunakan bahasa lisan
yang benar dan lancar
Guru menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti
para peserta didik
127
15 Guru menggunakan bahasa tulis
yang benar dan lancar
Dibantu dengan media
powerpoint
Metode Pembelajaran
16 Guru memakai metode inkuiri
pada mapel SKI
Sudah diterapkan saat
proses KBM
17 Guru melakukan orientasi
sebelum memulai metode inkuri
Guru menjelaskan
materinya berjudul
“Dinasti Abbasiyah”.
Kemudian dibantu dengan
menayangkan video
tentang awal mula muncul
Dinasti Abbasiyah,
kemudian ada penjelasan
singkat mengenai silsilah
Dinasti Abbasiyah disertai
tanya jawab antara guru
dan peserta didik
18 Guru membagi kelompok dalam
pembelajaran
Guru menunjuk tiap
peserta didik, kemudian
membagi mereka ke 4
kelompok. Dan diberikan
kertas karton
19
Guru memberikan soal yang
berbentuk masalah menantang
untuk dipecahkan peserta didik
Setelah dibaginya
kelompok, guru
memberikan masalah
untuk diteliti dan dijawab
peserta didik
20
Guru membantu peserta didik
untuk memahami mengenai
hipotesis awal
Para peserta didik
berdiskusi terkait jawaban
yang akan dijadikan
jawaban sementara, para
peserta didik saling tanya
jawab dan tukar argumen
diantara temannya untuk
mencari jawaban hipotesis
guru mengelilingi tiap
kelompok untuk
128
membimbing dan
membantu peserta didik
yang mengalami kesulitan.
21
Guru memberikan intruksi untuk
mencari sumber/informasi dari
mana saja
Guru menginstruksikan
peserta didik untuk
diberikan kebebasan dalam
mencari sumber informasi
dari buku dan internet.
Sumber informasi dari
buku paket, dan internet
diakses lewat handphone
yang mereka bawa. Dalam
kelompok peserta didik
ada pembagian tugas.
22 Guru menyiapkan sumber
/informasi dari mana saja
Guru hanya membantu
apabila ditemukan
kesulitan pada peserta
didik, disini peserta didik
yang lebih aktif.
23
Guru mendorong peserta didik
yang kurang berminat dalam
mencari sumber/informasi dari
mana saja
Guru selalu memotivasi
dan membantu para
peserta didik yang kurang
semangat.
24 Guru keliling kelas memantau
pelajaran
Guru selalu keliling di
setiap kelompok untuk
beberapa saat, disamping
mengatur kondisi kelas
agar tetap kondusif.
25
Guru mendorong peserta didik
yang kurang apresiatif dalam
mencari sumber/informasi dari
mana saja
Guru selalu memotivasi
dan membantu para
peserta didik yang kurang
semangat mencari
sumber/informasi dari
mana saja.
129
26
Guru mengintruksikan peseta
didik untuk bekerja sama dalam
kelompok dalam mengumpulkan
data
Guru ikut membantu
mengarahkan pembagian
tugas anggota kelompok
peserta didik, agar mereka
mengerti tugas individu
dari mereka. ada yang
menulis, adanya mencari
di handphone, ada yang
nggobrol.
27
Guru membantu peserta didik
dalam menguji hipotesis dan
membantu peserta didik dalam
memilih jawaban untuk diambil
sebagai kesimpulan
Guru membantu apabila
peserta didik menemukan
kesulitan dan memantau
jalannya diskusi. Tidak
jarang peserta didik
kebingungan akan
banyaknya jawaban yang
mereka dapatkan saat
pengumpulan data,
kemudian mereka bertanya
kepada gurunya untuk
bertanya mengenai
jawaban mana yang
relevan. (waktu habis di
pertemuan pertama)
Pertemuan kedua
28
Guru mengintruksikan peserta
didik untuk mempresentasikan
hasil jawaban kelompoknya
Diadakan di pertemuan
kedua, karena kekurangan
waktu di pertemuan
sebelumnya. Guru
mengarahkan tiap
kelompok untuk
menjelaskan apa yang
mereka diskusikan di
depan kelas secara
bergantian.
29 Guru memberikan refleksi di
akhir pembelajaran
Guru tidak memberikan
refleksi di akhir
pembelajaran karena
kekurangan waktu. Dan
ada informasi tambahan
mengenai ujian yang akan
dilangsungkan di pekan
depan.
Kemampuan peserta didik
130
30
Peserta didik memakai
kemampuan komunikasi saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis,
pengumpulan data,
menguji dan merumuskan
kesimpulan.
31
Peserta didik memakai
kemampuan kreatifitas saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis,
pengumpulan data,
menguji dan merumuskan
kesimpulan.
32
Peserta didik memakai
kemampuan keterbukaan didri
saat proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
merumuskan masalah
33
Peserta didik memakai
kemampuan memecahkan
masalah saat proses metode
inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
menguji dan merumuskan
kesimpulan.
34
Peserta didik memakai
kemampuan berargumen saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
orientasi, merumuskan
masalah, menguji dan
merumuskan kesimpulan,
serta ketika saat
mempresentasikan
jawaban.
35
Peserta didik memakai
kemampuan percaya diri saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
mempresentasikan
jawaban
131
36
Peserta didik memakai
kemampuan berfikir analisis saat
proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
orientasi, merumuskan
masalah, merumuskan
hipotesis, pengumpulan
data, menguji dan
merumuskan kesimpulan.
37
Peserta didik memakai
kemampuan berfikir rasional dan
logis saat proses metode inkuiri
Terlihat ketika di tahapan
menguji dan merumuskan
kesimpulan,
mempresentasikan
jawaban.
Penilaian
38 Guru menilai selama proses
pembelajaran
Tidak dilakukan
39 Guru menilai di akhir
pembelajaran
Ketika setelah presntasi
kelompok
Tambahan
40
Guru menyelesaikan
pembelajaran dengan metode
inkuiri tepat waktu
Dikarenakan ada tahapan
akhir yang belum
terlaksana yaitu refleksi.
41
Guru memberikan hukuman bagi
kelompok yang tidak
memecahkan masalah yang
diberikan
Dengan pengurangan nilai
individu
42
Guru memberikan reward bagi
kelompok yang sudah selesai
memecahkan masalah yang
diberikan
Dengan mendapatkan nilai
tambahan
132
43
Guru memberikan kesimpulan
secara menyeluruh di akhir
pembelajaran
Karena keterbatasan waktu
yang tersedia
44 Guru membaca doa dan salam di
akhir pembelajaran
Guru berdiri di depan para
peserta didik
Catatan:
Pada kelas XI IIS 2 perkembangan berfikir kritisnya juga berkembang, namun ada
beberapa indikator kemampuan berfikir kritis masih ada yang belum mencapainya. Di
antaranya kemampuan: komunikasi, kreatif, dan percaya diri. Hal ini dikarenakan beberapa
peserta didik terlalu banyak bercanda, menganggap remeh akan sesuatu, dan kurang terbiasa
berbicara di depan orang banyak. Dan untuk indikator kemampuan: keterbukaan diri,
memecahkan masalah, argumen, berfikir analisis, berfikir rasional dan logis sudah bisa
terealisasikan dengan sempurna.
133
PANDUAN FASILITATOR FGD
1. PEMBUKAAN
- Perkenalkan diri Anda dan minta peserta untuk memperkenalkan diri.
- Jelaskan secara singkat tujuan dari FGD ini
- Buat situasi nyaman dengan meyakinkan peserta bahwa apa ide atau kontribusi
mereka dalam diskusi ini akan sangat berharga.
- Meminta peserta memperkenalkan diri dan dengan cepat mengingat nama peserta
dan menggunakannya pada waktu berbicara dengan peserta.
- Menjelaskan bahwa pertemuan tersebut tidak bertujuan untuk memberikan
ceramah tetapi untuk mengumpulkan pendapat dari peserta. Tekankan bahwa
fasilitator ingin belajar dari para peserta.
- Menjelaskan bahwa pada waktu fasilitator mengajukan pertanyaan, jangan
berebutan menjawab pada waktu yang bersamaan
- Menekankan bahwa fasilitator membutuhkan pendapat dari semua peserta dan
sangat penting, sehingga diharapkan semua peserta bebas mengeluarkan
pendapat. Jawaban tidak ada yang disalahkan atau dibenarkan semuanya
dibebaskan sesuai apa yang dialami responden.
2. PELAKSANAAN FGD
- Untuk setiap pertanyaan, berikan kesempatan kepada setiap peserta untuk
menjawab.
- Setelah semua peserta memberikan komentar atau jawaban, persilahkan mereka
untuk saling mengklarifikasi hal-hal yang tidak jelas dari jawaban atau komentar
sebelumnya.
- Diskusi boleh diperdalam, buat suasana supaya diskusi terjadi di antara peserta,
bukan antara peserta dengan fasilitator.
- Perhatikan jalannya diskusi, partisipasi peserta. “Rem” peserta yang terlalu
dominan, dan dorong peserta yang kurang aktif lewat bahasa verbal maupun non
verbal.
3. MENGAKHIRI FGD
- Berikan kepada setiap peserta untuk memberikan komentar terakhir mengenai isu
yang sedang dibahas
- Cek, apakah terjadi kesepakatan tertentu selama diskusi.
134
- Uraikan kesimpulan dari hasil diskusi
- Ucapkan terimakasih dan ungkapkan kembali bahwa kontribusi mereka
dalam diskusi ini sangat bernilai.
135
PEDOMAN WAWANCARA FOKUS GROUP DISCUSSION
KELAS X MIA 2 DAN XI IIS 2
MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Perkenalan
Penjelasan metode inkuiri dan berfikir kritis
1. Bagaimana kesan dan pesan kalian mengenai metode pembelajaran inkuiri yang
baru kalian laksanakan tadi? Utarakan pendapat kalian!
2. Coba lihat gambar di bawah ini, ini adalah gambar tahapan dalam metode inkuiri,
bagaimana kesan / pesan / kritikan kalian selama tahapan proses ini berlangsung?
3. Apakah menurut kalian metode ini relevan diterapkan di mapel SKI? Jika iya apa
manfaatnya? Jika tidak berikan alasannya?
4. Pada abad 21 yang kita rasakan adalah era abad 21, dalam bidang pendidikan kita
harus memiliki kemampuan 4C (Creative, Collaborative, Critical thinking, dan
Communication). Nah mungkin kita lebih ke berfikir kritis yaa, di dalam berfikir
kritis itu ada kemampuan: Komunikasi, Kreatif, Memecahkan masalah, Argumen,
Keterbukaan diri, Percaya diri, berfikir analisis, rasional/logis. Apakah kalian
merasakan, kemampuan bertambah selama atau setelah diterapkannya metode inkuiri
ini? Utarakan pendapat kalian!
136
Komunikasi KreatifKeterbukaan
diri
Kepercayaan diri
ArgumenMemecahkan
masalah
Berfikir analisis
Berfikir logis/rasional
Komunikasi KreatifKeterbukaan
diri
Kepercayaan diri
ArgumenMemecahkan
masalah
Berfikir analisis
Berfikir logis/rasional
137
Orientasi
Rumusan Masalah
Merumuskan Hipotesis
Pengumpulan
Data
Menguji Hipotesis
Merumuskan Kesimpulan
Mempresentasikan Data
Refleksi
Orientasi
Rumusan Masalah
Merumuskan Hipotesis
Pengumpulan
Data
Menguji Hipotesis
Merumuskan Kesimpulan
Mempresentasikan Data
Refleksi
138
HASIL WAWANCARA
NAMA : Bpk. Dwi Kurniawan S. Pd. I
JABATAN : Guru SKI MA Pembangunan UIN Jakarta
HARI/TANGGAL : Kamis/23 Januari 2020 (Pertama)
TEMPAT : Ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
Peneliti Mohon maaf pak saya Sirojuddin Abror, mahasiswa jurusan
PAI fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan dari UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, saya disini ingin mewawancarai bapak
untuk penelitian skripsi saya mengenai implementasi metode
inkuiri dalam mengembangkan nerfikir kritis peserta didik
pada mata pelajaran SKI di MA Madrasah Pembangunan
UIN Jakarta. Selanjutnya untuk pertama-tama ke perkenalan
dahulu pak, nama lengkap bapak?
Naraumber Iya, nama saya Dwi Kurniawan S. Pd. I
Peneliti Baik pak, untuk selanjutnya alamat rumah atau tempat
tinggal bapak sekarang?
Naraumber Asal orang tua tinggal di Majalengka, lahir saya di Depok, dan
sekarang tinggal di Sawangan
Peneliti Untuk jabatan guru di MA Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta ini sebagai apa pak?
Naraumber saya sebagai guru SKI, tambahannya Akidah dan Quran Hadis
Peneliti Berapa tahun bapak menjadi guru di madrasah ini?
Naraumber Sejak 2011-2013 diawali guru di Mts MP kebanyakan menjadi
guru fikih dan juga SKI. Dan di tahun 2013 saya pindah ke MA
difokuskan ke SKI dan tambahannya Akidah dan Quran Hadis
Peneliti Masuk ke perencanaan yaa pak, apakah bapak selalu
mempersiapkan RPP sebelum mengajar?
Naraumber Untuk pembuatan RPP, kadang-kadang saya bikin sesuai format,
kadang saya bikin hanya sebatas tulisan tulisan begitu, kebetulan
139
sekarang ada penyederhadanaan RPP ada juga lesson plan itu jadi
lebih simpel lagi
Peneliti Apakah bapak dalam mebuat RPP memakai pedoman atau
membuat sendiri?
Naraumber Kalau disini kita selalu dikasih format dari wakil kurikulum,
format di tahun ini yang dipakai apa, ada beberapa yang saya
cocokkan seperti tahun ini kita memakai scientific learning itu
saya coba terpakan, untuk mapel SKI ini lebih ke discovery
learning tapi saya kira cocok juga dipakai inkuiri yaa saya pakai
juga
Peneliti Apakah bapak sudah menerapkan K13 di dalam
pembelajaran?
Naraumber Ya menerapkan, klo MP mah selalu menerapkan apa yang
ditetapkan pemerintah, dari dulu yang memakai KTSP kemudian
berubah ke K13 itu MP langsung menerapkan itu di pembelajaran
Peneliti Bagaimana bapak menyusun indikator dan tujuan
pembelajaran?
Naraumber Dengan melihat KI dan KD, dan juga melihat keadaan yang
mungkin bisa diimplementasikan di kelas, melihat foramat juga,
internet juga, melihat jam pelajaran yang 1 jam per minggunya,
kemampua siswa juga, dari semua itu baru kita susun indikatornya
Peneliti Apa saja metode pembelajaran yang bapak terapkan di mapel
SKI? Termasuk inkuri?
Naraumber Discovery, Role Play, saya sebenernya memakai metode bermain
seperti Quis, TTS, tapi saya lebih ketika ingin memakai metode
lebih melihat kebutuhan siswa. Karena siswa ketika mendengar
pertama kali tentang SKI di pelajaran sebelumnya kayak
mempelajari tentang nama-nama, menghafal dan sebagainya. Nah
berangkat dari situ saya susun metode-metode yang saya rasa
cocok buat mereka, maka dari itu saya mencari metode yang
menyenangkan Role Play yang berifikir kritis seperti temennya,
kahoot, dan agar diskusinya tidak berhenti saya memakai jigsaw
ini kan bisa berpindah-pindah tempat, TTS diselingi dalam
kegiatan pembelajaran, cerdas cermat juga yang mereka dibagi
menjadi 4 kelompok, untuk yang lebih ilmiah seperti inkuiri ini
140
saya terapkan kepada materi yang saya rasa perlu untuk berfikir
mendalam hehe… mencari berbagai sumber dan dipecahkan
bersama-sama.
Peneliti Untuk metode-metode bermain itu apakah membekas pda
pemahaman peserta didik?
Naraumber Kalau masalah membekas sih, melihatnya lewat evaluasi, selama
ini evaluasinya cukup baik. Contoh Cerdas Cermat yaa, kita bagi
berkelompok, mereka berlomba-lomba, ketika memberi
pertanyaan semuanya menyimak, beda saat kita menjelaskan
dengan ceramah kadang-kadang perhatiannya sudah melemah
Peneliti Apa saja sumber pelajaran yang bapak pakai?
Naraumber Buku pelajaran, buku-buku sejarah Islam, tapi yang paling utama
yaa buku pelajaran karena ini yang dipegang oleh siswa, kita
pahami dulu kemudian kita lihat apakah di buku ini ada hal-hal
yang diprioritaskan untuk dipelajari atau ada yang perlu di
tinggalkan atau dikoreksi, nah dari sini bisa kita tambahkan dari
buku-buku yang lain
Peneliti Dalam penyusunan langkah-langkah pembelajaran seperti
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup itu bagaimana bapak
menyusun hal-hal tersebut?
Naraumber Udah ada formatnya, kemaren ada PBL yaak, scientific learning
itu ada problem-based learning, discovery, inquiry, dan satu lagi
project yaa. Itu dah ada formatnya masing-masing dikasih. Kita
tinggal ngisi gitu, tiap tahun diemail bag. Kurikulum baru kita
masukkan
Peneliti Mengenai evaluasi pembelajaran, bagaimana sistem evaluasi
yang bapak terapkan?
Naraumber Sebelumnya sih biasanya ada Penilaian Harian 1, Penilaian Harian
2, ada PTS, PAS dan ada penugasan. Sebelumnya itu memang kita
banyak menilai dalam hal kognitif, nah di 2 tahun belakangan ini
yaa kita ada arahan, kita memperhatikan apa yang dibutuhkan
peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, maka pembelajaran
PAI pada SKI lebih tekankan kepada afektif dan psikomotorik,
maka berangkat dari situ, saya melakukan penilaian untuk harian
biasa dengan penugasan, untuk PH 1&2 saya mengambil penilaian
141
dari psikomotorik, dan PTS seperti biasa dari kognitif dan lainnya,
cuman kalau di akidah lebih ke afektifnya.
Peneliti Kita masuk kepada point metode inkuiri, apakah bapak selalu
memakai metode inkuiri pada mapel SKI, atau memakai
metode lain?
Naraumber Nggak selalu, kalau SKI lebih banyak ke discovery dibandingkan
inkuiri, inkuiri ini seperti di semester 2 ini hanya memakai 2 materi
aja nih, di kelas 10 dipakai di judul materi kebijakan-kebijakan
khulafaur rasyidin, sedangkan untuk kelas 11 di proses kelahiran
dinasti Bani Umayyah.
Peneliti Untuk selanjutnya, apakah bapak memakai metode ini di
kelas 10, 11, dan 12?
Naraumber Iya diterapkan semuanya, cuman kelas 12 di semester 2 lebih ke
persiapan ujian UNBN sekitar 2 bulan lagi, kemaren sudah
diselesaikan di semester 1. Di semester 1 kelas 12 ada di materi
pembaharuan Islam.
Bagaimana orentasi atau pengenalan yang bapak lakukan
sebelum memulai pembelajaran SKI?
Naraumber Biasanya ada beberapa yaa, 1. Biasanya SKI kan cerita ini kan
kalau udah mentok banget, tidak ada lagi bahan dengan bercerita,
kalau ada bahan yaa kita pake video, nah dari situ bisa ketahuan
masalah-masalah apa saja yang ada di video itu. Yaa itu cerita
sama video.
Peneliti Bagaimana cara bapak memberikan berbagai masalah dalam
bentuk soal materi SKI yang mengandung teka-teki yang
dapat menstimulus peserta didik agar lebih tertantang untuk
menemukan jawabannya?
Naraumber Saya lebih berpatokan kepada kemampuan peserta didik itu kan,
yaa kita generalisir soal ada yang lebih tinggi, ada yang lebih
rendah, mereka itu sudah terbiasa dengan soal yang diberikan
sebelumnya. Misalkan pada PTS atau PAS yaa, mungkin ke PTS
yaa, kalau PAS lebih ke pilihan ganda. Misalkan menerapkan
kebijakan-kebijakan khulafaur rasyidin kepada pemerintah
142
Indonesia sekarang misalnya kebijakannya Abu Bakar nih yang
mirip substansinya dengan kebijakan pemerintah sekarang
ditingkat gubernur atau ditingkat negara yaa, itu udah pernah kita
bahas dan kita pernah selesaikan dalam pembelajaran, itu jadi
pertanyaan-pertanyaannya seperti itu. Kalau sehari-hari yaa
begitu, saya ajukan pertanyaan kita pecahkan bersama, baru
menjadi soal evaluasi seperti di TTS.
Peneliti Bagaimana upaya bapak untuk membantu memahamkan
peserta didik mengenai hipotesis, karena hipotesis sendiri
hanya jawaban sementara?
Naraumber Yang saya sudah terapkan itu mengenai hipotesis itu saya bimbing,
maksudnya saya buat sendiri hipotesisnya, baru kemudian
didiskusinya mereka yang menyelesaikan
Peneliti Bagaimana bapak menginstruksikan peserta didik dalam
mencari/mengolah sumber data? Sumber mana saja yang bisa
didapat?
Naraumber Kalau misalnya waktunya tepat, saya baru bisa sampai ke
perpustakaan. Dengan kapasitas yang tidak terlalu banyak, untuk
kelas 11 itu masih bisa yaa, untuk kelas 10 yang agak banyak.
Kalau misalkan kapasitasnya tidak memadai yaa saya ambil
sumbernya yaa di buku paket, dan dari situs-situs yang terpercaya
yaa, tantangan kita nih kalau ketemu situs yang memihak, ada situs
yang memihak malah kadang ada yang membahayakan juga.
Situs-situs ahlul bait gitu kan. Kadang anak memberikan jawaban
yang saya rasa ini kok sumber informasinya kok memihak gitu,
mungkin dari situ saya arahkan.
Peneliti Bagaimana upaya bapak pada peserta didik yang kurang
responsif dan apresiatif terhadap permasalahan yang
diberikan?
Naraumber Yang pertama, solusinya kita pastikan kelompoknya merata,
biasanya inkuiri ini kan di kelompok yaa, mencari sumber datanya,
nah namanya anak-anak itu ada yang minat belajaranya tinggi pasti
dia merasa tertantang dengan metode ini, ada yang biasa aja, pasti
dia ngikutin pada minatnya tinggi, nah yang minat belajarnya
rendah kita sebar, biasanya kalau minatnya tinggi, sedang dan
yang rendah disatukan, biasanya yang minatnya rendah ini
143
ngikutin, yaa kadang-kadang kita tegur saat gini-gini dia bilang
“apaan sih pak” kadang kadang kayak gitu, itu yang pelan-pelan
kita jelasin, apaan sih kita dah ngomong banyak di depan pas
diskusinya dia ngomong seperti itu haha banyak yang seperti itu.
Peneliti Itu sewaktu kelompok dibagikan, itu bapak memilih yang
pinter-pinter dan lain sebagainya saat di kelas?
Naraumber Jadi begitu, jadi rata-rata yang minatnya tinggi duduknya sama
yang minatnya tinggi, yang minatnya kurang duduknya sama yang
minatnya kurang. Jadi, jadi itungannya 1234 itu minat belajarnya
tinggi semua itu, sampai seterusnya.
Peneliti Itu yang seperti rata-rata semua kelas?
Naraumber Biasanya, tapi kalau hal kognitif, walaupun minatnya belajarnya
kurang karena teman sampingnya, tapi kognitifnya tetap bagus.
Peneliti Bagaimana upaya bapak untuk membantu peserta didik
dalam menguji hipotesis yang mereka temukan?
Naraumber Di proses ketika pengumpulan data itu, ketika mereka berdiskusi
dalam kelompok yaa kita bimbing, kita datengin semua. Nggak
kita tinggal di depan duduk sewaktu mereka berdiskusi. Kalau
begitu kurang berjalan dengan baik, kecuali kelas yang bener-
bener minatnya tinggi.
Peneliti Bagaimana peran bapak saat para peserta didik merumuskan
kesimpulan, karena pada tahap ini mereka kebingungan
dengan berbagai jawaban yang didapatkan?
Naraumber Mereka dibantu menyimpulkan, Nah ketika mereka presentasi,
nah dari situ bisa ditemukan jawaban-jawaban yang kurang
relevan, baru dipastikan di akhir itu, jawaban-jawaban yang
relevan itu. Kembali lagi ke waktu yaa karena 4 kelompok yaa
finalnya di akhir.
Peneliti Untuk waktu SKI disini berapa jam pak?
Naraumber Sebenarnya pembagiannya itu 1 jam per minggu, 1 jam SKI, 1 jam
Akidah. Kalau dibagi seperti itu pembelajaran kurang efektif,
maka seperti saya bilang minggu ini 2 jam Akidah, minggu depan
2 jam SKI, untuk 45 menit menerapkan inkuri sih nggak bisa hehe.
144
Peneliti Bagaimana cara bapak melakukan kegiatan refleksi diakhir
pembelajaran?
Naraumber Kadang-kadang, biasanya terkait waktu yaa, kalau memugkinkan
yaa memakai refleksi, kalau tidak cukup waktunya yaa tidak
memakai.
Peneliti Apakah bapak diakhir pembelajaran memberikan
kesimpulan secara keseluruhan mengenai materi
pembelajaran yang diberikan?
Naraumber Sama, tergantung waktu juga, dengan melihat waktu juga. Tapi
kalau ada waktu, saya akan berikan kesimpulan secara umum.
Peneliti Bagaimana proses penilaian yang bapak lakukan dalam
metode inkuiri ini di proses atau di akhir pembelajaran?
Naraumber Saya sempatnya di akhir, idealnya, karena waktu dan tenaga hehe,
akhirnya saya melakukan presentasi
Peneliti Bagaimana alur penilaiannya?
Naraumber Biasanya, mereka saya suruh dibagi perbagian-bagian untuk
menjelaskan, itu wajib satu kelompok, walaupun kelompoknya
sedikit banyaknya, mereka harus semuanya menyampaikan di
depan, hasil dari diskusi, disaksikan oleh semua orang juga, tidak
merepotkan juga kita melakukan penilaian dia sewaktu proses,
lebih pas aja melakukan penilaiannya di akhir, dan mereka sedikit
ata banyaknya harus disampaikan di depan. Yang terlihat kurang
minat yaa terlihat juga di terakhir, masih ada yang menghafalkan,
membaca teks, sedangkan yang inatnya tinggi mereka tanpa
menghafal dan membaca teks hanya memakai kepiawaian gesture
dalam menjelaskan. Penilaian ini saya kira lebih objektif
Peneliti Apa saja faktor pendukung yang bapak rasakan selama
memakai metode inkuiri ini dalam mata pelajaran SKI?
Naraumber Yang pertama yaa, implementasi itu bagi yang berfikir sepintas
terutama siswa yaa, apa sih pelajaran SKI menghafalkan kejadian
bertahun-tahun lalu, apalagi menghafal nama-nama dan
sebagainya, susah, apa manfaatnya bagi kehidupan. Nah ini salah
145
satu alasan kenapa beberapa materi saya masukkan ke dalam
metode inkuiri ini. Yang membutuhkan implementasi dalam
kehidupan sehari-hari dan perlu adanya berfikir ilmiah, kita
ciptakan masalah, hipotesis, kemudian mereka mencari data,
kemudian mereka mempresentasikan pada materi yang bersifat
abstrak gitu yaa dikongkritkan dalam apa yang disekitar mereka
dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti Apa saja faktor penghambat yang bapak rasakan selama
memakai metode inkuiri ini dalam mata pelajaran SKI?
Naraumber Kurang siapnya siswa, beberapa sih nggak semuanya, yang kelas
10 banyak walau daya minatnya tinggi namun daya nalarnya
belum mencapai metode tersebut sehingga kita banyak-banyak
membantu mereka, membimbing, ini maksdunya apa, ini ngapain,
posisinya ngapain, masih seperti itu. Kalau di kelas 11, daya
nalarnya sudah mulai ada. Yang kedua sih sumber pelajaran, yaa
begitu, kita hanya bisa mengandalkan buku paket, kadang-kadang
kita kita ke perpus namun referensinya kurang. Kalau ada waktu
banyak kita bisa ke perpus MP pusat, itupun harus janjian, itu ada
kelas atau tidak kan yang memakai. Di MA ada cuman referensi
ada yang kurang. Waktu mengajar juga, karena tidak cukup waktu
yang disediakan. Biasanya begitu ditunda, yaa biasanya lupa lagi.
Peneliti Untuk faktor lain pak?
Naraumber Cukup itu aja
Peneliti Setelah ini kita masuk ke prinsip yang ada pada kemampuan
berfikir kritis, yang bapak analisis setelah
mengimplementasikan metode inkuiri ini? Mengenai
kemampuan komunikasi peserta didik bagaimana pak?
Naraumber Yaa itu, terpetakan menjadi 3 tadi, yang minatnya tinggi, sedang,
dan rendah. Mereka bertanya apa yang mereka tidak mengerti. Ada
juga yang masa bodoh atau seperlunya. Ada juga yang satu
kelompok, yang minatnya rendah kita tidak pantau mereka nggak
ngapa-ngapain, yang minatnya sedang dan tinggi yang berdiskusi.
Tapi selama ini, yaa selama ini ketika mereka dikasih hipotesis
mereka langsung berdiskusi.
146
Peneliti Untuk komunikasi dengan peserta didik dengan guru?
Naraumber Ada yang saya samperin mereka bertanya, ada yang saya
dikelompok lain ada yang manggil “pak-pak…”,
Peneliti Bagaimana kemampuan kreatifitas peserta didik saat bapak
mengimplementasikan metode inkuiri?
Naraumber Biasanya masih saya bantu mengarahkan biar lebih mudah
melakukan diskusi dengan membagi tugas, ada juga beberapa
siswa yang berperan membagi tugas ke teman-temannya dalam
kelompok itu. Ini pak si A dapat bagian ini, si B dapat bagian ini,
begitupun seterusnya.
Peneliti Bagaimana kemampuan keterbukaan diri peserta didik saat
bapak mengimplementasikan metode inkuiri?
Naraumber Kalau kemampuan ini rata-rata sudah seperti itu kalau kelas 10,
kalau kelas 11 muridnya sedikit jadi mudah menghafal, kalau kelas
10 muridnya banyak mereka baru juga, itu saya wajibkan untuk
mengenalkan diri kepada teman-temannya. Saya juga kadang-
kadang lupa.
Peneliti Bagaimana kemampuan memecahkan masalah peserta didik
saat bapak mengimplementasikan metode inkuiri?
Naraumber Terpetakan kepada tingkat minat, beda tingkat berfikir ilmiahnya,
semakin tinggi berfikir imiahnya, semakin tinggi pula tingkat
memecahkan masalah mereka.
Peneliti Bagaimana kemampuan argumen peserta didik saat bapak
mengimplementasikan metode inkuiri?
Naraumber Sama lagi, biasanya kelas yang suka beradu argumen, ada yang
bisa, ada yang nggak mau kalah begitu, saat berdiskusi di depan.
Peneliti Bagaimana kemampuan percaya diri peserta didik saat bapak
mengimplementasikan metode inkuiri?
Naraumber Hehe, secara umum sudah terlihat yaa, kembali lagi ke minat,
semakin dia tau masalah, semakin minatnya tinggi, maka dia
memiliki minat yang tinggi dari teman-teman yang lainnya.
Kembali ke 3 pemetaan minat itu hehe.
147
Peneliti Bagaimana kemampuan berfikir analisis peserta didik saat
bapak mengimplementasikan metode inkuiri?
Naraumber Berbeda di kelas dan 3 pemetaan minat itu
Peneliti Bagaimana kemampuan berfikir rasional dan logis peserta
didik saat bapak mengimplementasikan metode inkuiri?
Naraumber Yaa sama, kurang lebih seperti itu.
148
HASIL WAWANCARA
NAMA : Bpk. Dwi Kurniawan S. Pd. I
JABATAN : Guru SKI MA Pembangunan UIN Jakarta
HARI/TANGGAL : Jumat/21 Februari 2020 (Kedua)
TEMPAT : Depan ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta
Peneliti Setelah melihat observasi kemarin dan sebelumnya, banyak
dari peserta didik belum memahamai menganai tahapan yang
ada di metode inkuiri ini, sepertinya mereka kurang informasi
mengenai pengertian di tahapan metode ini. Bagaimana solusi
bapak untuk membantu dalam memahamkan makna dari tiap
tahapan inkuiri ini?
Pak Dwi Kalau itu memang anak-anak setahun itu saya jadwalkan inkuiri
sekali, sebenarnya penjelasan sudah dijelaskan tapi mungkin jarang
para guru memakai metode tersebut, sehingga menjadi kurang
familiar bagi mereka, solusinya yaa kalau ada metode lagi harus
dipastikan biar pada paham satu satu, kalau saya melihat kalau oke-
oke bahkan keliling kan, tiap tahapan gitu. Kalau di kelas IIS 2 itu
missnya di saat pengumpulan data kebetulan waktunya di akhir-
akhir kembali lagi ke waktu juga, dengan waktu yang tidak terlalu
banyak, disitu mengira pengumpulan data itu ketika mendapatkan
satu jawaban udah selesai gitu, akan tetapi data itu kan supaya valid
harus berdasarkan dari berbagai sumber. Jadi problemnya di waktu
juga butuh waktu yang lumayan tapi disiasatin pertanyaannya itu.
Memang missnya di pengumpulan data.
Peneliti Apakah bisa pak penjelasan pengertian tahapan inkuiri ini
dimasukkan di slide kemarin supaya lebih mudah
memahaminya, cuman kemarin kebanyakan lebih ke timer
gitu?
Pak Dwi Harusnya timernya ada di bawah penjelasan, bukan di slide
selanjutnya agar murid bisa melihat pengertian tahapan dan
timernya. Jadi tampilnya timer ini bebarengan dengan slide
penjelasan itu. Memang harus lebih detail lagi sih penjelasan itu.
Peneliti Mengenai pengertian ini, apakah pernah mengenalkan tentang
tahapan-tahapan metode ini?
Pak Dwi Kalau kemarin saya tanyakan saya kurang tahu yaa, saya juga
belum tanyakan juga ke guru-guru lain. Kalau X MIA saya tanya
149
ada di bhs. Inggris kalau nggak salah. Jadi mungkin tidak terlalu
banyak jadi nggak familiar gitu.
Peneliti Saat memutar video dia awal itu memakai durasi yang
panjang, apakah tidak terlalu memakan waktu yang banyak
dalam pelajaran?
Pak Dwi Kalau yang kelas XI, itu saya potong tuh masuk ke intinya disitu
adalah ngasih gambaran pembaiatan Abu AL-Abbas kalau
dihitung-hitung itu 5 menit yaa, kalau video pembaiatan itu 5
menit, memang kalau di kelas X MIA 2 itu 7 menit. Kalau dihitung-
hitung 5-7 sedangkan waktu proses pembelajaran ada 90 menit,
malah justru itu sangat penting untuk memberikan gambaran di
awal kecuali 15 menit itu cukup lama mungkin, memang nggak
ngaruh disitu tapi memang di proses pembelajaran inkuiri ini harus
memiliki, oh satu lagi ini harusnya nggak usah pakai karton cukup
dengan kertas folio itu kelas lain memakai seperti itu, tapi juga ada
yang pake karton, tapi setelah saya evaluasi walaupun pake karton
ketika mereka presentasi di depan nggak keliatan juga peserta yang
dibelakang. Keungtungannya mereka lebih cepet nulis di folio atau
HVS itu mungkin saya evaluasi dan saya terapkan di kelas lain.
Peneliti Pada tahap merumuskan masalah kemarin, bapak
menginstruksikan peserta didik untuk membuat soal, kenapa
bapak tidak membuat soal sendiri untuk diberikan kepada
para peserta didik agar mereka lebih semangat mencari
jawaban tersebut? Mungkin ada alasan?
Pak Dwi Satu sisi dari segi waktu merumuskan masalah tidak membutuhkan
waktu yang panjang, kedua saya juga pengen dari siswanya yang
peka terhadap materi. Itu ada satu kelompok yang dia tahu yang ia
cari nih, ada juga kelompok yang bingung, dari 4 kelompok yang
peka hanya 1 kelompok, ini ngapain sih pak ngapain seperti itu, di
salah satu kelas diantara 4 kelas itu 3 kelompok 1 yang mengerti.
Peneliti Di sesi pertemuan ke-2 di kedua kelas ini kan berbeda pak yaa,
di kelas XI itu dari pengumpulan data langsung ke presentasi
dan di kelas X MIA 2 itu masih dimulai dari pengumpulan data
kemudian ke kesimpulan melewati menguji hipotesis
kemudian langsung presentasi. Bagaimana menurut bapak
dalam hal demikian menguji hipotesis dan kesimpulan
langsung terkumpul dalam satu wadah kemudian dilanjutkan
dengan presentasi begitu?
Pak Dwi Sekaligus, kalau di kelas XI IIS 2 itu sudah, itu prosesnya sudah
dari pengumpulan data sampai ke kesimpulan, cuman kemarin di
tahap ke-2 itu pada tahap pengumpulan data itu seperti yang saya
jelaskan tadi ada misscom kurang banyak datanya, sebenarnya
sudah banyak itu sampai tahap kesimpulan itu saat minggu
150
sebelumnya itu karena itu ada revisi jadi begitu. Untuk tahapan
menguji hipotesis dan kesimpulan itu di kelas X MIA 2 saya
jadikan satu waktu gitu tapi tetap saya keliling untuk membantu,
kemudian dilanjutkan dengan presentasi untuk menghemat waktu.
Peneliti Apakah penilaian saat tanya jawab itu termasuk dalam
penilaian metode inkuiri?
Pak Dwi Dari pertanyaan itu kita bisa lebih tahu siswa tahap
kesungguhannya itu, kan ketahuan kan yang menguasai atau
hanya ikut-ikutan, tapi kebanyakan yang ikut-ukutan itu kemaren
nggak masuk, itu saya perhatikan satu-satu, sebenernya pengen
yang terbaik yaa untuk kedepannya terus memperhatikan dan
masuk juga.
Peneliti Selama pengalaman mengajar bapak menggunakan metode
inkuiri ini, apakah memerlukan 2X pertemuan untuk
menyelesaikan semua tahapan metode inkuiri ini?
Pak Dwi Kan sebelumnya tahapan-tahapan itu nggak sedetail ini,
sebelumnya saya ajukan pertanyaan kemudian nggak ada istilah-
istilah kayak tadi hipotesis, kalau kesimpulan sih ada, jadi distu
saya ngasih pertanyaan dia kumpulkan jawabannya, terus langsung
disimpulkan gitu. Metode inkuiri, problem-based learning,
project-based learning ini kan baru kemaren-kemaren,
sosialisasinya bahkan nggak ada kan, seminar-seminar gitu nggak
ada kan tentang metode itu semua. Sedangkan kemarin entah tahun
pelajaran ini atau tahun ajaran kemarin itu ada form di RPP ini kita
disuruh milih form mteode pembelajaran tadi. Diantaranya itu kita
bisa pake Discovery, Project, Based Learning, inkuiri gitu.
Sebelumnya sih nggak ada, sebelumnya diskusi ketika ada suatu
masalah di dalam pelajaran dicari jawabannya seperti itu.
Peneliti Apakah memang bapak di setiap memakai metode inkuiri ini
di akhir pembelajaran tidak memakai refleksi seperti kemarin
dan sebelumnya?
Pak Dwi Kembali ke waktu sih, pinter-pinternya kita membagi waktu
untuk 1 minggu satu pelajaran, yang penting kan tahapan yang
lain sudah terealisasikan gitu, skala prioritas itu intinya
Peneliti Mengapa bapak tidak menjelaskan secara umum lagi terkait
materi yang dijelaskan peserta didik di akhir pembelajaran?
untuk mengeneralisir secara umum pembahasan? Karena
jawaban presentasi dari temen-temennya kurang?
Pak Dwi Ketika ada presentasi kemudian yang mereka jelaskan saya rasa
cukup itu tidak saya tidak saya tambahkan, ketika perlu
ditambahin yaa ditambahin, sekali lagi kembali ke waktu sih, ini
kebetulan kemarin di XI MIA 1 itu waktunya lebih banyak tidak
mengejar pelajaran akidah, mereka full pada SKI, makanya semua
tahapan itu dari orientasi sampai refleksi tuntas, yaa yang perlu
ditambahkan yaa ditambahkan, yang udah bagus di presentasikan
151
itu yaa diginiin gitu. Kembali lagi ke prioritas begitu, kalau dari
materi kan di awal sudah dijelaskan mulai dari nama sampai
khilafah itu jatuh dinasti Abbasyiah itu materinya sebelumnya
sudah saya berikan itu yang dibahas ada di sana.
Peneliti Di X MIA 2 itu kemarin, itu mereka memberikan kesan dan
pesan dalam memakai media/metode dalam pembelajaran SKI
ini dengan menggunakan laptop, biar bisa buat PPT gitu, jadi
nggak pake karton atau sejenisnya, jadi presentasi pakai PPT
gitu,jadi mereka bisa mendesain dan menghias PPT itu lebih
mudah dari pada membuat dengan tangan sendiri karena
dapat sumber gambar hiasan dari internet pada proses metode
inkuiri ini. Bagaimana menurut bapak?
Pak Dwi Ini untuk inkuiri kan, dia kerjakan di laptop trus di presentasikan
melalui PPT gitu, memang dibolehkan memakai laptop, namun
kembali kepada tapi kalau masalah desain di karton mah bagus-
bagus aja gitu. Biasanya kalau menurut saya kala memakai laptop
itu biasanya ada trouble segala macem, tapi boleh juga sih
memakai laptop. Cuman yaa khawatirnya yaa itu trouble, rusak
lah, nanti ada yang ketinggalan nanti jatuhnya kepada izin ambil
laptop dulu gitu
152
HASIL WAWANCARA
NAMA : Bpk. Zakaria, MA
JABATAN : Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta
HARI/TANGGAL : Jumat/24 Januari 2020 (Pertama)
TEMPAT : Ruang Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta
Peneliti Wawancara hari ini, adapun maksud kedatangan saya hari ini
untuk melengkapi data-data perihal informasi madrasah,
upaya peran pimpinan madrasah dalam meningkatkan
kualitas guru, penyediaan sarana-prasarana, dan fasilitas
yang menunjang pembelajaran. Jadi nanti disini saya melihat
dulu, saya sudah melihat beberapa informasi dari informasi
PLP lalu perihal sejarah, gambaran umum, dll. Akan tetapi,
ada data yang menurut saya perlu diklarifikasi atau ada
pembaharuan lah bisa dibilang begitu, biar lebih pas di
penelitian kita. Sebelumnya saya mulai dari informasi perihal
mengenai narasumber dahulu, boleh bapak memperkenalkan
diri dari nama, tempat tanggal lahir, fokus mengajar apa, dan
sejak kapan disini?
Kepala
Madrasah
Iya nama saya Zakariya, pendidikan saya MA, S1 saya di UIN
Jakarta, S2 saya di IIQ Jakarta, TTL Jakarta 2 Desember 1982,
saya mengajar disini tgl 31 Desember 2006 di Mts dulu, 2 tahun
disana sampai 2008 akhir saya ditempatkan disini. Menjabat
sebagai Kepala Madrasah terhitung bulan Juni 2018 sampai 2020
nanti, sebelumnya di Wakasis di 2015-2018.
Peneliti Selanjutnya mengenai informasi seputar madrasah, saya
sudah melihat di situs madrasah perihal di profil madrasah,
disitu dikatakan bahwa tahun 2015-2016 MA Madrasah
Pembangunan membuka kelas bahasa, program utamanya
penguasaan TOEFL dan IELTS, bagaimana kelanjutan
program tersebut apakah masih ada atau enggak?
Kepala
Madrasah
Iya, memang program itu dimunculkan pada masa Kepala Sekolah
Pak Rusli, karena beliau sebelumnya ada di Mts Pembangunan dan
disana beliau mempunyai program Billingual, karena ada
sebagaian besar anak yang Billingual pindah kesini, akhirnya
terbentuklah kelas bahasa, kan Billingual kan kelas bahasa, tetapi
153
kemudian seiring berjalan, karena memang kita kosentrasinya
kepada riset, madrasah riset, dan kepada Perguruan Tinggi Negeri
gitu kan, serta rata-rata bahasa Inggris anak-anak kita sudah bagus
yaa terbukti dengan banyak lomba-lomba juara kemudian mereka
di Perguruan Tinggi Negeri berhasil, jadi akhirnya pada masa
beliau itu dihilangkan 2016-2017 akhir itu ditiadakan. Ada juga
orangtua yang merasakan deskriminasi, ada anak yang spesial di
bahasa dan enggak gitu. Apalagi kita kan agak berbeda, soalnya
kita kan ada IPA IPS kan, kalau disana di Mts umum kan yaa,
artinya kita bisa bertemu kelompok dengan kapasitas masing-
masing. Kalau disini anak IPA misalnya nih, bisa jadi IPAnya
bagus tapi bahasanya nggak bisa, jadi ada semacem…, jadi
akhirnya ketika saya dilantik, karena saya sudah melihat plus
minus pada program bahasa itu makanya saya rubah, jadi tidak ada
kelas bahasa tetapi untuk konten berbahasa diperkuat, karena
bahasa ini termasuk dalam 3 pilar MP, yang pertama adalah
akhlak, yang kedua adalah bahasa, dan ketika adalah sains. Nah
makanya untuk memberikan/mengukur kemampuan bahasa anak-
anak di kelas 10, kita ada program TOEFL gitu. TOEFL di kelas
10 dan IELTS di kelas 11, jadi itu tetap untuk mengukur
kompetensi kebahasaannya, disamping itu tidak kala penting
adalah pembiasaannya. Karena kalau cuman program kelas bahasa
saja tapi keseharian tidak digunakan terus buat apa. Jadi saya lebih
stresingnya itu lebih keseharian. Ketika guru bahasa masuk ke
kelas haru bahasa Inggris, dominan bahasa Arab yaa Bahasa Arab,
dominan Jepang yaa bahasa Jepang. Jadi seperti itu, anak-anak
pun ketika mengumumkan di meja piket seperti mungkin bapak
pernah denger yaa, memang kita wajib bahasa asing, nggak boleh
bahasa indonesia. Itu bagian dari profil, profil kita kan terampil
bahasa, berkomunikasi dengan bahasa asing, kita punya profil ini.
Dan mungkin ini di masa Kepala Sekolah sebelumnya secara
tersiratnya, tetapi belum tersurat/tertulis sehingga sekarang apapun
yang kita ajarkan harus mengacu kepada sainsnya, bahasanya,
akhlaknya. Makanya walaupun tidak ada kelas bahasa tetap
berjalan walaupun dari luar menggandeng mitra dari luar, dari ICI
kalau nggak salah, lembaga bimbel ICI yang bahasa Inggris, dan
IELTS. Dan untuk bahasa memang anak-anak tidak banyak
masalah, makanya saya justru ingin lebih menonjolkan karakter
Islam dan sainsnya ini. Karena di tingkat SMA ini lomba-
lombanya kebanyakan ditingkat sains gitu kan, OPTIKA,
154
Olyimpiade, OSN, ASN, di perguruan tinggi gitu. Jadi kan saya
melihat anak-anak sudah bagus bahasa Inggrisnya, tidak perlu
terfokus kepada bahasa Inggris saja, semua kita konsentrasi,
supaya semuanya disiplin ilmu dapat. Pada intinya semua program
bagus yaa, cuman mungkin berbeda-beda, kita munculkan lagi
program bahasa itu, akan tetapi lebih dimunculkan aplikasinya di
lapangan.
Peneliti Jadi, dikonfirmaasi bahawa kelas bahasa tidak ditiadakan di
tahun 2017-2018, saya lihat belum diupdate pak di websitenya.
Makanya ketika saya lihat ini saya ingin tanyakan, karena
saya belum liat ini.
Kepala
Madrasah
Seharusnya ada di buku yang baru, di buku panduan siswa 2018,
coba tanya saja ke Pak Rizqo…
Peneliti Selanjutnya, sesuai dengan barusan bapak katakan
menyinggung madrasah riset itu kan, apa itu madrasah riset?
Kepala
Madrasah
Madrasah riset adalah pertama kita punya distingsi madrasah, jadi
kita pengen ada ciri khas apasih bedanya madrasah kita dengan
madrasah yang lain. Kita itu punya beda, makanya kita mendirikan
madrasah riset, pertimbangannya apa? 1. Anak-anak SMA itu kan
akan kuliah di Perguruan Tinggi, paling tidak dibekali dulu dong,
dibekali untuk terbiasa menulis. Kalau sudah biasa bikin makalah,
bikin paper gitu yaa ketika dia kuliah dia akan lebih mudah dan itu
luarbiasa kalau kita. 2. Kan pendidikan abad 21 satu itu kan disitu
kan ada kemampuan literasi, literasi itu kan tidak hanya
kemampuan membaca, menulis, membuat project macam-macam
lah. Makanya kita lihat kebutuhan anak selanjutnya seperti itu.
Makanya kita punya ciri khas madrasah riset gitu. Program riset
itu jelas banget, kita ada muatan lokal riset jadi ada di kelas, jadi
samping pembelajaran itu nanti mereka punya tugas project dan
kegiatan besar yaitu jambore riset dan baksos, jadi homestay 3 hari
2 malam seperti kemarin itu penelitian, membuat laporan sekalian
presentasi, tetapi pembekalan di sekolah, BAB 1, 2, dan 3 ada di
sekolah termasuk tema-tema juga kita sampaikan ke anak, jadi
deskripsinya sudah kita sampaikan ke anak, gambaran umum kira-
kira apa yang disana bisa diteliti. Itu kurikulum dari kita, itu
memang itu memang desain kita. Seperti KEMENAG kan punya
kurikulum khusus yaa, kita punya sendiri kombinasilah,
155
modifikasilah. Itu juga sudah bagus menurut saya, ada kegiatan
risetnya, ada kegiatan sosialnya BAKSOS kan, memberikan
pelajaran kepada anak-anak kita untuk berempati kepada orang-
orang susah, kan di daerah sana masih banyak orang-orang susah.
Kalau disini kan enak berangkat diantar pake mobil, mobil sendiri,
motor sendiri. Disana kan anak-anak rumahnya jelek, sekolahnya
pun jelek, jalan kaki, artinya terbatas lah. Makanya dengan
diadakannya jambore riset itu target kita membiasakan untuk
menulis, membuat laporan, dan juga terasah juga empatinya
kepada orang-orang yang hidupnya kurang mampu…
Peneliti Selanjutnya, apa yang bapak alami selama menjadi guru atau
kepala madrasah perkembangan atau perubahan apa saja
yang sudah dicapai MA Pembangunan?
Kepala
Madrasah
Yang pertama, dari sisi guru yaa memang di generasi awal di
madrasah ini, alhamdulillah sikap anak semakin kesini semakin
bagus, karena treatment kita yaa semakin kesini semakin teratur
terprogram dan terkondisikan, tapi kita buat aturan sesuai
kebutuhan kita, dan kita membuat aturan yaa kita laksanakan. Jadi
aturannya jelas, jika anak berprestasi rewardnya ini, jika mereka
melakukan semacam pelanggaran yaa jelas pelanggaran apa, dan
itu penanganannya kuat kompak, dalam hal ini dalam bidang
kesiswaan jauh lebih mudah karena kita kompak, nggak ada anak
ruang untuk mencari celah kita gitu. Kalau orang tua pun kalau
anaknya salah sesuai peraturan, mereka tidak bisa mengelak tidak
bisa membantu, karena sudah jelas. Contoh ketika ada yang
telambat, gini ini gitu kan, seperti bapak lihat berdiri 2 orang
disana terlambat berapa menit. Itu sudah ada pernyataannya,
mereka sudah mentandatangani MOU kesepakatan menjadi siswa
disini, dan itu bermaterai Rp.6000. jadi merka siap mengikuti tata
tertib sekolah. Ada dasar hukumnya. Prestasinya juga semakin
membaik, insyaAllah kita kan membentuk akhlaknya dulu, dan
mindsetnya anak-anak juga kita ajak untuk maju. Harus terus
berkembang berprestasi. Jadi secara sikap sudah semakin
membaik, mungkin secara dzahir kita bisa liat sudah enak-enak
dari pakaiannya sudah rapi, anaknya juga enak untuk
dipandanglah anak perempuannya, berbeda dengan sekolah yang
sekedar diterima tapi tidak diseleksi itu kan out-outan lah
tampanganya, rambutnya, bajunya bagaimana, nggak keurus
macem-macem. 3. Karena rata-rata orang tua disini berpendidikan
156
membuat lebih bagus juga, membuat kita lebih mudah ketika ada
program ini orangtua gampang supportnya, sangat support, enak
diajak diskusi, yaa seperti tadi jadi enak yaa punya siswa yang
orang tuanya berpendidikan tinggi, bukan berarti yang orang
tuanya pendidikannya rendah tidak supportnya, tetapi pada
umumnya itu berpengaruh ketika sekolah menengah ke atas, orang
tuanya menengah ke atas itu akan lebih bagus. Itu dari kondisi
anak yaa dilihat saya sebagai guru seperti itu. Dan mereka multi
kebisaan/potensi seperti ada yang pinter nyanyi, drama, dan lain
sebagainya, jadi anak itu kalau diberi kesempatan berekspresi
berkembang itu sangat bagus, kita memberikan ruang kepada
mereka, tetapi kita tetap memberikan arahan. Tidak kita bebaskan
tanpa pengwalan itu berbahaya. Jadi intinya, semakin lama
semakin membaik, dengan pembinaan-pembinaan yang
mengarahkan kepada spritual seperti tahajjud, shalat dhuha, baca
Quran, puasa senin-kamis. Bahkan hari ini ada puasa kan ini
sebagai bentuk dari pembiasaan.
Selama menjadi kepala sekolah memang ada yang saya rubah,
tetapi substansinya tidak berubah, karena saya yakin semua kepala
sekolah dari Pak Darul, Pak Rusli itu satu, kita ingin lebih bagus,
cuman cara-caranya aja berbeda. Kalau saya caranya lebih kepada
evaluasi diri madrasah dulu, jadi lebih kurangnya madrasah ini apa
sih, itu penting itu acuan kita, ibarat kita panitia kita evaluasi dulu
panitia tahun lalu, unggulnya apa kurangnya apa, dari situ dulu
kita tak bisa meraba-raba, jangan-jangan ini kurang nih, jadi kita
harus melihat secara objektif keadaan di lapangan itu seperti apa.
Saya lihat itu dari EDN, dari EDN itu tergambar sekali yaitu
fasilitas sekolah, jadi saya minta ditingkatkan, fasilitas
diperbaharui dan diperbagus, itu sekarang Hall kan, dan itu saya
saya rasakan ketika saya menjadi Wakil memperjuangkan
pengadaan karpet yaa, karpet itu sumbangan orang tua, itu dapat
56 juta sumbangan, saya belikan karpet 36 gulung sekitar 42 juta
itu saya beli di Cipulir, sisanya beli kipas angin yang gede tuh 2
biji, dan mimbar masjid 2 juta setengah di Rempoa, pokoknya 56
juta itu habis. Jadi kita minta sarpras yang kita minta untuk
diperbaharui, yang kedua kantin, dulu kan 1 lantai, sekarang 2
lantai. Itu yang sarpras, tidak hanya ini yaa, tentunya perangkat-
perangkat penunjang KBM juga sangat penting kayak LCD di
kelas, speaker di kelas, whiteboard dan sebagainya, yang dapat
157
digunakan anak-anak itu yang kita tingkatkan itu yang pertama,
yang kedua, ruh pendidikan itu kan di guru, ujung tobak kan ada di
guru, kita mengadakan pembinaan-pembinaan, guru-guru yang
sudah bagus kita minta untuk sharing ke temen-temennya yang
sering butuh pengembangan saling berbagi lah, karena setiap dari
mereka memiliki kekurangan dan kelebihan, yang kedua memang
pembinaan untuk guru memang saya adakan, itu saya adopsi dari
yang lama dan yang baru, dari yang rutin itu yaa seperti
menyalami siswa di depan di pagi hari itu program pak terjadwal,
kalau tidak terjadwal mana mungkin bisa serapih itu. Bukan senin
saya deh, rabu saya deh, bukan gitu. Tapi ditulis, senin itu kepala
sekolah dengan guru, selasanya Wakakur dengan guru sama anak
OSIS atau sama mahasiswa, rabunya Wakasis ada guru anak OSIS
dan mahasiswa, itu terprogram. Kemudian ada briefing mingguan
untuk bentuk koordinasi kita evaluasi kita. Kemudian ada
pengajian bulanan, khotmil Quran guru-guru karena kita
madrasah, kalau anak kita biar baca Quran kita mulai dari kita
dulu. insyaAllah apabila gurunya rajin ngaji anakpun dengan
sendirinya. Ada pelatihan-pelatihan juga, artinya kita support guru
perlu apa dan kita ada juga penilaian buat guru-guru. Jadi di
zaman saya mengembangkan yang sudah bagus, setiap tahun guru
disupervisi, kita berikan reward dan punisment, tetapi punisment
lebih ke manajemen yaa. Ketika ia berprestasi kita kasih reward,
kita kasih sertifikat dan uan pembinaan, atau berupa barang,
macem-macem. Artinya reward itu penting buat motivasi guru-
guru. Yaa alhamdulillah sih denga kita sering berdiskusi,
berkoordinasi, duduk bareng mengembangkan madrasah ini,
madrasah ini bukan punya saya, ketika murid mendapatkan
masalah itu masalah kita, bukan masalah kepala sekolah atau yang
lainnya. Saran mereka juga saya minta untuk berfikir agar banyak
siswa yang datang kesini melalui diskusi apa program kita yang
menarik masyarakat daftar kesini. Jadi bukan hanya saya, kami
sebagai pimpinan kepala sekolah terbatas, sekarang saya
memimpin nanti periode selanjutnya bapak yang akan memimpin
saya, kita harus sama-sama. Saya juga memberikan kesempatan
kepada mereka bottom up, artinya biasanya kita kan top down,
program pimpinan mereka laksanakan, tapi sekarang kita berikan
kesempatan bottom up mereka mengusulkan kira-kira yang belum
terealisasikan di program kami, usul saran kepada kami, kalau ada
program dari pimpinan ada yang kurang silahkan di krititisi, tidak
158
harus melakukan apa yang harus kita lakukan semua. Tapi selama
yang kita programkan bagus yaaa diikuti. Tapi kalau ada yang
kurang yaa jangan didiemkan saja. Yang penting menurut saya
adalah disini kita adalah keluarga, jangan sampai diantara kita ada
yang tidak nyaman. Alhamdulillah 2X saya ulang tahun 2X juga
saya dapet kue, karena saya yakin kita mempunyai hubungan
emosional yang istimewa. Klau mereka tidak deket dengan saya
mereka juga canggung kan.
Peneliti Berbicara mengenai guru, bagaimana kualifikasi guru-guru
disini?
Kepala
Madrasah
Kalau kualifikasi guru-guru sudah sangat baik yaa, pertama sudah
sarjana semua, sudah dibidang masing-masing, kemudian nilai
akademiknya IPnya bagus-bagus, baguslah rata-rata. Itu
sebenernya bagian kepegawaian, yang menyeleksi itu adalah
bagian kepegawaian dan kepala sekolah yang menyeleksi, tapi
ketika hasil akhir wawancara secara umum saya lihat sudah
produktif yaa, komptensinya bagus, akademiknya bagus, dan juga
masih muda yaa penting juga itu produktif, kalau dah tua-tua yang
berbasis IT itu dah males walaupun tidak semua, tapi yang perlu
kita bekali adalah wibawanya, kalau terlalu dekat dengan murid
wibawa kita akan hilang, dan pengalama itu penting tidak bisa
dipungkiri, karena kebijakan begini begitu kalau guru tidak
mempunyai pengalaman yaa sama aja,
Peneliti Guru-guru disini sudah sertifikasi pak?
Kepala
Madrasah
Guru yang sudah sertifikasi itu 3 orang, saya bu tri dan bu yaya,
tetapi yang sudah lulus program sertifikasi di PPG kemarin ada 2,
bu nidya sama pak yayat, tapi untuk seleksi sertifikasi kuota yang
lulus itu hampir semua, kecuali yang belum didaftarkan yaa.
Hanya pak Zaki yang belum lulus, karena dia belum ikut kuota test
kemaren, kalau yang lain sudah, tinggal nunggu panggilan saja.
Database sudah ikut seleksi sudah lulus tinggal nunggu tahun
berapa itu. Kayaknya tahun ini ada beberapa guru yang
diwacanakan akan PPG, tapi kemaren luarbiasa, dua-duanya ikut
keduanya juga lulus dari MP, banyak di sekolah lain juga nggak
lulus, termasuk teman saya nggak lulus PPGnya disini.
Peneliti Terus bagaimana prestasi guru-guru disini pak?
159
Kepala
Madrasah
Prestasi guru-guru sangat baik yaa, saya punya datanya, artinya
pembinaan lomba-lomba banyak yang juara, kedua hasil
kompetensi akademiknya pun di UN itu meningkat dari tahun ke
tahun, mungkin evaluasi di jaman saya yaa, dan saya yang punya
catatan itu, kenapa saya tahu karena saya memberikan reward, jadi
guru-guru yang nilai UNnya bagus saya kasih reward, dari guru
yang UN ini ada belasan kira-kira ada 12, itu 9 orang meningkat
niali UNnya, tetap yang paling penting adalah tauladan guru itu,
tapi kalau berbicara akademik yaa akademik.
Peneliti Baik selanjutnya mengenai peran pimpinan madrasah
terhadap pengembangan madrasah itu sendiri, bagaimana
upaya madrasah dalam mewujudkan lembaga yang
profesional dan unggul?
Kepala
Madrasah
Peran yang pertama melihat dari evaluasi diri madrasah, madrasah
kita lebihnya apa kurangnya apa. Nah dari evaluasi diri madrasah
itu, kita membauat program kerja, program kerja itu kita buat
sesuai kebutuhan kita gitu, kita tidak melihat madrasah lain, kita
nih kelebihannya itu yang kita kembangkan, nah untuk
mengembangkan supaya maksimal yaa dari beberapa strategi juga
kan, kita perlu adanya lembaga mitra gitu kan, mitra kita kan
banyak dari HUMAS Perguruan Tinggi kemudian beberapa
lembaga bimbel gitu kan, penerbit dan sebagainya termasuk juga
keterlibatan dari orang tua, kemudian dari manajemen yayasan
kita meminta pandangannya mengenai program kita seperti apa
dan itu saya sampaikan pada saat RAKER. Jadi Rapat Kerja tahun
lalu 2019, saya sampaikan jadi tahun depan kita akan begini,
programnya ini, silahkan kalau ada masukan atau usulan dari guru-
guru sampaikan, karena program ini program kita semua, kalau
program ini yang kawal saya maka program ini tidak akan maju,
kita harus bersama-sama, bersama-sama kita bisa. Jadi program itu
disampaikan, di program itu ada schedulenya ada targetnya gitu.
Contoh misalnya kedisiplinan siswa targetnya apa, kita kan
targetnya disiplinnya bagus, akhlaknya bagus, siapa yang akan
bertanggung jawab, yang bertanggung jawab Wakasis, bagaimana
penanganannya kita sama-sama. Jadi dibuatkan program kerja,
dibuatkan juga schedulenya, siapa yang bertanggung jawab,
bagaimana pemakainya, dan ada semacem plan-plan yang kami
buat perencanaannya seperti apa, pelaksanaannya bagaimana,
evaluasinya seperti apa, umpan baliknya seperti apa, jadi ada
160
feedbacknya juga. Ketika program ini tidak berjalan kita harus
evaluasi kenapa bagaimana kedepannya, jangan cuman tertulis
saja
Peneliti Secara khusus, bagaimana peran madrasah dalam
meningkatkan kualitas guru, apakah ada pelatihan atau yang
lain?
Kepala
Madrasah
Ada, jadi saya membuat program itu berdasarkan 8 standar dasar
pendidikan. Standar isi untuk guru apa programnya, terkait
kurikulum, standard proses terkait perangkat guru, membuat RPP.
Standard kelulusan apa, yang paling penting mah standard
kependidikan. Disitu program saya yaitu melakukan pembinaan
guru misal workshop, pelatihan itu bagian dari pembinaan.
Diikutsertakan seminar di luar, ikut lomba biar guru tahu
kemampuannya seperti apa kita beri kesempatan belajar juga,
untuk meningkatkan SDMnya, ada beasiswa S2 dari kita, pak
Asep pak Yayat itu dapet beasiswa S2 dari sekolah, mengikutkan
program pengembangan diri seperti bu Yuni ke Australia 10 hari
itu kan bagia dari program kami pimpinan memberikan
kesempatan kepada guru-guru, intinya ada program
Peneliti Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari pak Ion, MP
pernah mengadakan meninar/pelatihan perihal media
pembelajaran secara khusus termasuk didalamnya mengenai
kahoot, beliau mengatakan dari Mts dan MA, hanya MA yang
mengaplikasikannya, apakah itu benar?
Kepala
Madrasah
Benar itu memang, idealnya itu tadi dari SDMnya kita belum
unguul, kedua produktif usia-usia produktif, ketika memang
mereka melek gadjet gitu kan dan teknologi. Jadi kita memang
sudah mengedarkan surat ke guru-guru bahwa pembelajaran harus
berbasis IT, makanya di kelas itu ada Google Classroom, Kahoot
itu sudah biasa di Aliyah, pembicaraan ini sudah biasa, guru-guru
sudah menerapkannya, tetapi ada pelatihannya seperti pak Ion
bilang, ada pelatihan bareng-bareng, dan kita ada tim publikasi
dan dokumentasi, itu pak Asep dan pak Wahyu, jadi tim itu yang
nanti menjelaskan ke kita, jadi kita itu belajar bersama-sama
Peneliti Kemarin sempat diskusi dengan pak Ion, bahwa alasan
utamanya itu lebih ke teknologi ini tidak bisa dimanfaatkan
karena keterbatasan pada tata tertib, mereka memiliki
161
keterbatasan dalam membawa handphone jadi nggak bisa
diterapin gitu pak, itu di MI dan di Mts, jadi saya kira itu sudah
cukup wajar, sempat tadi bapak menyinggung konsep
pembelajaran di abad 21itu ada integrasi mengenai teknologi
yang dimasukkan ke dalam pembelajran, bagaimana pendapat
mengenai hal itu?
Kepala
Madrasah
Iya memang harus seperti itu, karena generasi anak sekarang
generasi A-Z, generasi milenial, generasi digital kalau kita nggak
profesional kita nggak nyambung nanti, apalagi kita sudah SMA
jadi yang nomer satu adalah figur guru, sesulit apapun materi
pelajaran namun gurunya enak anak akan menerima akan mudah,
berbeda dengan anak MI yang gurunya dengan bentuk apapun
karena mereka masih kecil, berbeda dengan kita figur guru harus
melihat kepada kemampuan anak, anak itu seperti apa, yang kedua
itu kan kita ada MIR (Multi Intelegent Riset) sangat membantu,
guru saat mengajar MIA kelas 1 gaya belajarnya linguistik, maka
guru-guru mengajarnya lebih ke bahasanya lebih kuat. Ketika
kelasnya lebih ke kinestetik maka guru harus lebih banyak
bergerak. Makanya ke depannya teknologi di MP mengenai
pembelajaran kita sikapi dengan serius gitu. Kalu kita mau
menyambut era digital, kalau anak-anak disuruh melek digital tapi
mereka tidak membawa handphone itu kan sebuah kendala juga
kan. Tapi sebenernya anak-anak kita tidak perlu diajarkan sudah
paham mereka, itu sebenarnya kenapa di Aliyah boleh memakai
gadjet karena itu adalah sebuah kebutuhan, yang kedua PR saya
adalah anak boleh memakai handphone tapi mereka positif
menggunakannya, jadi aturan ketat di MP Aliyah, jadi nggak mesti
mereka mentang-mentang mereka bisa menggunakan sesuka hati.
Walaupun ketika guru mengajar HP itu disimpen, walaupun dia
bawa tidak boleh dikeluarin, jadi mentang-mentang bawa HP
mereka bebas memainkannya tidak, kita guru tidak memutuskan
bawa HP maen digital nggak android disimpan dimatikan, kalau
ada yang maen diambil ada peraturannya tertulis dan tertempel di
kelas, kalau mereka iseng membuka situs-situs itu 6 bulan ada
skorsing juga. Jadi bukan berarti enak banget anak Aliyah bawa
HP justru mereka tersiksa juga, karena mereka salah
mempergunakan HP itu mereka akan bermasalah bertanggung
jawab, di sekolah-sekolah bagus saya lihat tidak ada masalah
dengan HP hanya saja kita memberikan arahan kepada anak-anak
162
bahwa HP itu adalah sesuatu yang baik, tapi kita juka harus
memiliki komitmen, jika ada yang melakukan kesalahan yaa harus
kita tindak, supaya mereka tidak maen-maen dalam penggunaan
HP. Dan itu saya belom banyak orang tahu, mungkin sifatnya di
dalam enak boleh maen HP padahal belum tentu enak mereka,
kalau dari jam pertama samapai terakhir tidak boleh memakai HP,
mereka hanya bisa memainkan HP di jam istirahat saja, pulang
sekolah deh udah, peraturannya ada di pak Anas ada peraturan
mengenai HP di lembaran khusus. Karena kalau ada peraturan tapi
tidak tertulis kita tidak ada payung hukumnya.
Peneliti Selanjutnya mengenai penyediaan sarana prasarana terutama
media pembelajaran, apa pendapat bapak mengenai
kebutuhan atau penggunaan media di kelas?
Kepala
Madrasah
Itu sesuatu yang harus dan penting, karena memang senjatanya
guru gitu, jadi ibarat petani, media ibarat cangkul, kalau petani
tidak bawa cangkul trus ngapain di sawah atau di ladang. Sama
halnya dengan guru, guru di dalam kelas mengandalkan
pengetahuan yang dibutukan beliau kan sarana ada kan seperti tadi
fasilitas whiteboardnya, LCDnya, WIFInya itu semuanya penting
dan harus. Kalau tidak ada itu terganggu nanti, maka saya minta
sekolah harus support fasilitas sekolah, fasilitas ruangan yaa
Acnya rusak segera diperbaiki karena mengganggu kenyamanan
anak, ketika guru membutuhkan media yaa segera, karena
memang itu kan bagian umum bukan bagian saya, ada bagian
sendiri kita hanya melaporkan mencatat, ini pak guru butuh LCD
dan wifi yang kuat di kelas ini. Tapi itu sebuah keniscayaan pada
seorang guru bahwa guru harus mempersiapkan pembelajaran,
menganalisis kebutuhannya apa, dan memakai media apa itukan
harus disiapkan. Tidak bisa mengajar dengan sekedar ngajar.
Peneliti Bagaimana langkah madrasah dalam penyediaan sarana dan
prasarana dalam menunjang untuk pembelajaran?
Kepala
Madrasah
Iya langkah yang pertama, ada Evaluasi Diri Madrasah (EDM)
kita sarpras kita terbatas, kita rinci tuh, terbatasnya apanya kan
banyak nih apa kantinnya kurang atau kamar mandinya kurang
harus spesifik oh ini perangkat pembelajarannya kurang. Nah
perangkat pemberlajaran apa nih yang rusak kita rinciin, oh
LCDnya rusak diganti atau layarnya rusak diganti, atau wifinya
163
kurang nih ditambahi jadi langkahnya seperti itu. Kita rincikan apa
yang diperlukan, dan kita laporkan ke bagian umum, karena itu
bagian mereka, mereka yang bertanggung jawab mempersiapkan
itu. Tugas saya menjadi kepala sekolah adalah mengawal mereka,
mereka sudah minta didata apakah sudah dilakukan atau tidak.
Ketika pak Dwi mengajar SKI misalkan, akan tetapi ketika
mengajar LCDnya rusak atau wifinya nggak kuat padahal mau
browsing tuh mau nonton youtube mau menampilkan film, saya
tanya ke pihak umum, ini perlu diperbaiki sarpras ini LCD ini
kenapa kendalanya saya begitu, tapi saya melihat secara utuh,
mereka bilang udah yaa saya cek bener nggak tuh kata mereka
sudah
Peneliti Apakah menurut bapak sarpras dan fasilitas di sekolah ini
sudah cukup, apa perlu ada yang dibenahi lagi pak?
Kepala
Madrasah
Secara umum sudah cukup, yaa cuman pembenahannya yaa begitu
banyak, cuman sayanya pengen konsisten aja sih
pemeliharaannya. Ketika LCD kurang bagus diperbaiki,
sebenarnya sih sudah dipenuhi mungkin kurang kadang bagus
kadang kurang keistiqomahannya ajalah dan keperawatannya yang
tidak konsisten
Peneliti Bagaimana rencana bapak kedepannya agar menjaga dan
meningkatkan kualitas madrasah ini dalam bidang
pembelajaran?
Kepala
Madrasah
Yaa pastinya yang saya akan lakukan adalah saya akan evaluasi
KBM guru, itu kan ada CCTV kan dan kita juga melakukan
evaluasi melewati anak-anak dengan google form kan, bagaimana
pembelajran yang dilakukan guru-guru dikelas, apakah sudah
sesuai dengan anak anak atau belum gitu kan, apabila ada banyak
negetifnya atau kurang dalam pelayanannya maka saya akan
panggil guru yang bersangkutan itu siapa, yang ketiga kalau
evaluasi sudah ada kita sudah tahu khusus kepada guru-gurunya
kita akan perbaiki bersama-sama. Artinya guru kurang dibidang
apa saya kasih arahan, apabila kendalanya saya kurang bagus,
maka saya sebgai pimpinan harus bertanggung jawab akan hal itu.
Intinya saya tidak serta merta menyalahkan guru, siswa pun saya
lihat pendapatnya, kalau evaluasi lebih kepada subyektif yaa tidak
164
ada hubungannya dengan pembelajaran yaa itu saya akan tidak
respon
Peneliti Bagaimana langkah bapak sebagai pimpinan madrasah dalam
mendorong guru agar menerapkan pembelajaran yang
inovatif dan menyenangkan?
Kepala
Madrasah
Yang pertama yaa saya sampaikan kepada mereka, kita ini adalah
madrasah yang bagus, madrasah kita sudah diminati oleh
masyarakat, kita punya tanggung jawab moral menjaga nama baik
yang sudah kita emban gitu kan. Yang kedua saya berikan
motivasi bahwa kita itu adalah seorang pendidik yang Allah
istimewakan, artinya kita berikan kebaikan kepada anak-anak itu
menjadi amal jariyah kepada kita, itu pahalanya sampai di akhirat,
jadi kita jangan cuman ngajar dateng ngajar pulang, tapi kita harus
mempercayai profesi kita, bahwa kita adalah seorang guru yang
Allah pilih di dunia ini, menjadi seorang guru itu bukan soal yang
biasa sesuatu yang luar biasa, harus kita emban kita laksanakan.
Yang ketiga, selama kita di madrasah ini mari kita berlomba-
lomba dalam kebaikan sesuai dengan bidang kita sesuai dengan
kapasitas kita, kita mengajar dengan baik, dialah guru yang terbaik
bagi kita. Ketika saya menjadi kepala sekolah saat ini, saya
menjadi kepala sekolah untuk guru-guru saya, untuk anak didik
saya, untuk orang tua murid saya, dan untuk beberapa mahasiswa
yang pernah disini saaya berikan kesan yang baik gitu. Yaa pada
intinya semua apapun itu semuanya dicatat oleh malaikat, sayang
kalau kita tidak mengambil kesepatan ini kita tidak maksimalkan,
saya lebih ke hati ke hati lah, walaupun sarprasnya bagus pun
apabila para guru tidak nyaman dengan kepala sekolah tidak
nyaman dengan guru-guru yang lain itu tidak akan maksimal. Jadi
intinya membuat guru-guru bahagia disini
165
HASIL WAWANCARA
NAMA : Bpk. Zakaria, MA
JABATAN : Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta
HARI/TANGGAL : Rabu/29 Januari 2020 (Kedua)
TEMPAT : Ruang Kepala Madrasah MA Pembangunan UIN Jakarta
Peneliti Assalamualaikum wr wb, saya ingin melanjutkan
wawancara yang sebelumnya, mungkin sedikit berbeda
dengan milik saudara adjie yang lebih ke media, dan
saya lebih metode. Pertanyaan mengenai 3 aspek yaitu
mengenai keadaan guru, metode pembelajaran dan
keterampilan atau kemampuan peserta didik, ini
pertanyaan semuanya ada yang menyinggung abad 21
yaitu era komunikasi, era keterbukaan, digital begitu,
apakah ada strategi madrasah dalam mempersiapkan
guru menghadapi era pendidikan abad 21?
Kepala Madrasah Itu pasti yaa, karena bagaimanapun mengajar harus
menyesuaikan kondisi saat ini begitu, jadi kalau anak-anak
kita millenial, kita juga mengajar dengan millenial. Jaman
kitan berbeda dengan jaman mereka, artinya itu sebagai
salah satu pedoman kita juga guru-guru di sini harus
mengajar sesuai dengan kondisi mereka sekarang, dan
sekarang juga jamannya sudah millenial revolusi industri
4.0, maka guru-guru yang mengajar harus mengacu ke situ,
oleh karena itu kita sudah melakukan itu, dah dari tahun
kemarin kan yaa dimulai dari RAKER kerja guru itu sebgai
salah satu strategi kita untuk membuat strategi
pembelajaran tahun ini lebih baik dengan tahun
pembelajran sebelumnya, dengan melihat kebutuhan
jaman, kita adakan RAKER kerja kemudian kita adakan
pelatihan-pelatihan yang sudah sering anda lihat kan
sekarang itu juga kita sudah mengadakan pelatihan minggu
lalu, besok ada lagi transformasi abad 21 dalam rangka
membekali guru-guru untuk merespon tantangan
pembelajaran abad 21 ini. Jadi kita ada pembinaan khusus
memang, tiap tahun tuh ada 6X kali lah ada. Di samping itu
166
kita juga perlu bersinergi antara guru, orang tua, dan
sekolah, kepala sekolah, dengan manajemen, dengan
yayasan itu bagian dari tahapan-tahapan juga harus
kompeherensiflah persiapakan guru-guru harus disiapkan
juga, orang tua juga harus memahami pendidikan saat ini
di sekolah itu menuntut anak untuk aktif, jangan sampai
orang tua menuntut anaknya kok gurunya males banget
ngajarinnya gitu, anak kok disuruh presentasi terus, disuruh
ini dll, mereka juga harus paham bahwa sudah tidak
berlaku guru yang menerangkan dari awal sampai akhir
gitu, tapi lebih kepada yaa menyesuaikan gitu lah, kita juga
kasih tahu orang tua gitu,
Peneliti Bagaimana upaya mengatasi permasalahan yang yang
ada di lingkungan madrasah? Antara guru, peserta
didik, dan wali peserta didik?
Kepala Madrasah Yaa yang pertama jalannya adalah musyawarah lil ammah
atau musyawarah bersama, kita mentargetkan pelatihan ini
bagaimana follow upnya di guru, misalkan pelatihan abad
21 ternyata guru ini masih memakai polah yang lama, kita
harus panggil, kita diskusi kenapa masih menerapkan pola
itu tidak pola yang kita ajarkan kemaren, permasalahannya
apa?, kita ajak bicara gurunya gitu, kita ke anak-anak juga
sama kenapa guru mengajarnya lebih sedikit gitu tap
meminta anak yang lebih aktif, kita jelaskan, karena abad
21 meminta untuk seperti itu, meminta untuk memiliki
critical thinking, communication, collaboration, creatifity,
ini juga anak-anak harus paham juga jangan sampai
menyalahkan guru, gurunya males nih apa-apa siswa gitu.
Tapi kita ada acuannya juga ada lembar penilaiannya juga
supervisi itu bagian kontroling juga
Peneliti Seperti pertanyaan adjie kemarin, monitoring lewat
cctv yaa, apakah ada monitoring yang lain gitu pak
mungkin?
Kepala Madrasah Kita supervisi langsung, langsung berada di kelas begitu,
melihat guru mengajar bagaimana. Kalau CCTV kan nggak
ada suaranya yaa jadi kita hanya bisa menebak-nebak, tapi
167
kalau di kelas kita bersama-sama dengan mereka, bisa
melihat langsung bagaimana guru mengajar, menyiapkan
medianya atau tidak gitu, bagaimana respon anak juga
disitu, apakah anaknya antusias atau biasa-biasa saja gitu
kan, atau apa gitu
Peneliti Bagaimana guru menciptakan lingkungan madrasah
yang kondusif, bermutu dan nyaman selama proses
belajar mengajar berlangsung?
Kepala Madrasah Yaa pastinya saya sih berharap apa yang saya sampaikan
pimpinan, kita kan memberikan arahan kita harus
memberikan yang terbaik untuk anak didik kita, sekolah ini
menjadi sekolah terbaik bagi anak kita, oleh karena itu kita
harus saling support, saling mempunyai niat dan tujuan
yang sama bahwa kita membangun madrasah ini menjadi
madrasah yang berkualitas, anak-anak mempunyai
semangat gitu yaa, kemudian prestasinya bagus, dari niat
kita itu harus kita bangun dulu, kita harus bangun
kebersamaan dulu, mindset guru harus kita samakan bahwa
mengajar itu bukan seperti ini tapi seperti ini, jadi yang
penting itu, menyatukan seluruh elemenn yang ada di
madrasah ini untuk mempunyai visi dan misi yang sama.
Kalau sudah sama visi misinya kita kemanapun sudah
enak.
Peneliti Untuk aspek yang pertama sudah selesai pak, berlanjut
ke aspek yang kedua menganai metode pembelajaran,
Menurut bapak metode pembelajaran apa saja di era
abad 21 ini yang sudah diterapkan di madrasah?
Kepala Madrasah Saya merasa, kita kan sudah ada pembekalan yaa, terkait
dengan K13 itu kan bagian dari pembelajaran abad 21 yaa,
yaa saya minta kepada guru-guru kepada anak-anak
mereka harus ada project gitu kan, project basic learning
gitu kan, jadi metode pembelajaran di K13 yang banyak itu
sudah ada di aturan mereka, tugas saya mengawal, sudah
banyak kok guru-guru yang kongkrit yaa kayak guru
bahasa Indonesia mereka ada portofolio siswa itu ada,
project dari hasil pembelajaran itu ada, bahkan bisa dijadiin
buku gitu, itu kan benar-benar berhasil diterapkan. Jadi
168
bukan ceramah aja ngajarnya, tapi memberika
pembelajaran yang menyenangkan, dan metode
pembelajaran yang diterapkan harus melihat sesuai dengan
kondisi kelas. Sekarang kan makai MIR yaa, kalau kelas
itu domainnya kinestetik, kita guru harus menggunakan
metode pembelajaran yang kinestetik. Ketika kita
menggunakan metode inkuiri atau metode bertukar peran
atau roleplay dan sebagainya yaa kita harus sering keliling
gitu kan, atau ketika anak diskusi gitu kan guru jangan di
depan meja saja, disitu anak-anaknya aktif, banyak
bergerak kalau kita diem aja nggak nyambung nanti.
Walaupun metodenya bagus, tapi tidak tahu strateginya
untuk mencapai metode itu.
Peneliti Tadi menyinggung mengenai MIR, MIR itu apa pak?
Kepala Madrasah MIR itu Multiple Intelegent Riset, jadi itu buat data gitu
kan, memang itu kebijakan dari pak direktur, kebijakan
manajemen bahwa MIR itu kita pakai untuk kita
mengetahui menurut bahasa beliau untuk mengetahui haya
belajar anak-anak kita, jadi anak-anak kita itu basicnya
apasih anak-anak itu. Modal awalnya dia itu apa, oh anak
ini domainnya lebih ke visual misalkan, oh kalau ini lebih
ke natural lebih ke alam-alam gitu yaa. Kalau ini lebih ke
matematika spasial, lebih kepada linguistik jadi anak ini
lebih kepada bahasa, jadi kita sarankan kepada orang tua
ketika anaknya mau kuliah sarankan mengambil bahasa.
Jadi itu ada alat ujinya, jadi ada alat MIR oleh orang yang
profesional, jadi siswa disini MI, Tsanawiyah, Aliyah
ketika mereka masuk sekolah ini di tes MIR dulu,
teknisnya masuk dites dulu jadi biar tahu. Kelas MIA 1 kan
beda dengan kelas MIA 2, kalau MIA 1 misalnya
domainnya lebih ke linguistik, MIA 2 lebih ke audio-
visual, IIS 1 satu mungkin lebih ke Kinestetik atau yang
lainnya, jadi itu buat metode pembelajaran yang sesuai
K13 tapi harus melihat kondisi belajar di kelasnya, gaya
belajarnya. Kalau anak yang senang visual kita tidak
menampilkan slide atau gambar-gambar yaa anak itu tidak
akan semanagat
169
Peneliti Bisa jadi kesimpulan, jadi tiap kelas sudah dibagi
perbagian?
Kepala Madrasah Iya sudah, bahkan hasil dari MIR itu sudah berbentuk
subcopy digital jadi seluruh kelas sudah saya share ke
semua guru-guru, biar guru-guru ketika mau ngajar tahu.
Ini saya tidak printout karena paperless yaa. Jadi guru
sudah saya forward tuh saya kasih dan mereka tinggal
baca. Kalau difotocopy bisa lumayan banyak 311 jadi
kalau mereka menagajar, mereka punya data segini.
Peneliti Apakah sudah dalam taraf cukup memenuhi kriteria
sarpras yang sudah tersedia untuk metode inkuiri ini
pak?
Kepala Madrasah Saya melihat secara kasat mata, dan juga secara langsung
gitu yaa, dan hasil dari diskusi temen-temen guru. Fasilitas
di sekolah ini masuk dalam kategori baik, bahkan lebih
dari cukup, dan kalaupun ada kekurangan kita bisa
fasilitasi, tidak menjadi hambatan. Karena menurut kami
justru semua itu ada di guru. Ketika media yang kita
gunakan tidak ada gitu kan, tidak sesuai dengan harapan
kita, kita bisa menyelesaikan sendiri, kita guru kreatif, guru
kreatif ini ada media kita mengajar tapi kalau tidak ada
media kita tidak bisa mengajar, itu bukan guru kreatif, guru
kreatif itu banyak akalnya, apapun media yang ia punya ia
bisa ngajarin, dia bisa berfikir. Wah saya nih mau pake
laptop nih, mau pake LCD nih, mau menceritakan tentang
film ini nih, tau-tau mati listrik naaaaah, nggak bisa pake
LCD, apa yang harus kita lakukan? Kita bisa rubah kan,
kita bikin media sendiri, ada sebuah film nanti kamu
ceritakan apa yang saya ceritakan ini seperti apa pendapat
kamu. Itu kan bisa pak, tapi kalau bicara standard secara
keseluruhan mengacu kepada standard sarana prasarana
akreditasi kita masih nilainya B, tapi untuk kalau
pembelajaran di kelas kita sudah A+. kita sebenernya
punya tapi kita kurang maksimal saja. Makanya saya minta
kalau ada guru yang ingin memakai media yang lengkap,
maka ia harus sampaikan jauh-jauh hari. pak LCDnya
kurang nih pak, kita perbaiki, dah ada kok, karena sudah
bertahun-tahun kan dipake, awalnya baru semua, namanya
170
barang dipake yaa bagus biar ada kerjaan, kalau barangnya
bagus nggak ada kerjaan nanti yang laen nggak dipake.
Nggak bisa saling membantu nanti, nggak ada pahalanya
nanti
Peneliti Bagaimana pendapat bapak mengenai metode inkuiri
ini? Metode inkuiri ini kan mengajak anak berfikir
kritis, mengajak seluruh kemampuan pada dirinya
untuk mengolah informasi yang baik dan benar dengan
dasar-dasar atau sumber-sumber yang ada, dan juga
bisa mengarungi informasi yang bisa dibilang hoax,
jadi metode inkuiri ini beranjak dari situ?
Kepala Madrasah Kalau menurut saya dengan tuntutan abad 21 yang
sekarang anak-anak harus memiliki 4 C itu yaa,
kemampuan 4 C itu yaa sangat cocok anak diminta untuk
berfikir kritis, berfikir kreatif, mampu berkomunikasi
dengan baik, dan mampu bekerja sama dengan baik, itu
tuntutan pada kurikulum sekarang. Tapi menurut saya yang
tidak kalah penting adalah sebaik apapun itu metode kalau
guru itu tidak piawai dalam mengembangan metode itu
tidak mampu menstimulus kepada anak-anak supaya
mereka menarik gitu yaa, karena anak ada yang berfikir
seperti itu yaa ada juga anak-anak yang pengen tahu dari
temennya aja pengen enaknya aja mikir-mikir, itu harus
diantisipasi, tapi paling tidak sesuai yang saya bilang guru
itu ketika ingin menggunakan metode inkuiri melihat kelas
disitu seperti apa, background anak-anaknya bagaimana,
itu seperti apa inputnya gitu, oh ternyata kelas ini tidak bisa
nih pake metode ini jangan dipaksakan. Atau pas nih
metode ini di kelas ini, bagaimana kita mengemasnya gitu.
Kan itu kan tidak menuntut siswa mengikuti apa yang kita
minta, tetapi metode yang kita gunakan bagaimana kita
bisa menstimulus anak untuk aktif mengikuti metode kita
gitu, harus ada timbal balik gitu feedbacknya apa gitu.
Jangan sampai nanti ketika kita memberikan itu anak-anak
kita tidak mau berfikir tidak mau apa yang kita arahakan
malah kita bingung sendiri, haduh saya gagal nih, makanya
perlu disampaikan dulu tujuan pembelajarannya apa, trus
langkah-langkah kita untuk menyampaikan materi itu apa,
jadi guru harus siap dulu, gurunya siap, siapkan medianya
171
siapkan langkah-langkah pembelajarannya, siapkan
evaluasinya, nanti murid kita akan mengikuti apa yang
diarahkan kita.
Untuk anak SMA metode ini baik yaa pas karena sudah
tingkat SMA gitu yaa, sudah punya pengetahuannya, sudah
banyak gitu yaa, komunikasi sudah bagus, tinggal kita
membuat metode ini menarik, karena guru kan beda-beda
cara mengajarnya. Bisa jadi metode inkuiri menarik bagi
bapak ke anak-anak, tetapi buat teman bapak kurang
menarik bagi anak-anak karena cara penyampainnya,
menurut saya cara itu itu lebih penting daripada materi,
materinya bagus tapi cara mengajarkannya tidak bagus yaa
tidak akan maksimal. Caranya bagus materinya bagus tapi
yang paling penting adalah gurunya gitu, at thariiqah
ahammu minal madddah, al maddah muhim walakin al
mudarris ahammu minal maddah. Setelah guru itu penting
yang paling penting adalah ruh ul mudarris bagaimana
guru itu menyadari bahwa dirinya adalah seorang guru, yaa
harus profesional, harus memiliki kemampuan pedagogik,
individual, sosial dan profesional. Kalau guru itu tidak tahu
tugas guru yang 4 itu kan kompetensi itu kan, bahaya itu,
jadi dia tidak menikmati apa yang ia kerjakan diresapi
kurang gitu
Peneliti Selanjutnya kita masuk ke point 3 pak, Adakah
hambatan peserta didik dalam mengembangkan
kemampuan atau keterampilannya?
Kepala Madrasah Saya pikir dalam proses pembelajaran itu ada yaa, kita
punya target kan paling tidak ketika kita mengajar 75%
kita tercapai itu paling tidak yaa, karena tidak mungkin
juga dalam satu kelas semuanya bisa tercapai, bukan kita
pesismis tapi kita bicara kongkrit pak, kenapa? Karena
anak didik kita tuh dibekali oleh Allah kemampuan yang
berbeda-beda nggak mungkin sama, tapi akan bagus kalau
targetnya tercapai, akhirnya salah satu strategi kan untuk
mencapai maksimal kelasnya jangan banyak-banyak
muridnya, kan itu strategi pak. Jadi menurut saya kendala-
kendala itu menurut saya pasti ada di kelas, karena anak
anak kan berbeda-beda, berbeda kemampuan, berbeda
172
keinginan, saya nggak seneng belajar bahasa Inggris wong
saya seneng oran kuliah saya mau ambil ekonomi kok, jadi
impres untuk bahsa inggrisnya kurang kan dia, jadi guru
bahasa Inggris ini bagaimana caranya agar si anak
walaupun dia tidak kuliah bahasa Inggris tapi menyukai
pelajaran saya. Nah ketika ulangan nih ada 25 siswa yang
lulus 15, 10 orang nggak lulus, atau yang lulu 20 orang, 5
orang nggak lulus, bagaimana cara mengatasinya, kembali
lagi ke gurunya, kan guru tahu anak ini seperti ini, jadi
treatmentnya seperti ini, nggak bisa disamaratakan menurut
saya. Dan kalaupun ada program yang tidak tercapai, itu
wajar-wajar saja, kadang kita punya rencana itu kan kita
rencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, memfollow up.
Ketika program itu tercapai semua alhamdulillah.
Saya sendiri sebagai kepala sekolah memiliki 8 standar itu
kan, standar itu kan masing-masing, misal standar pendidik
dan pendidikan, programnya apa misal mengadakan
pembinaan guru-guru 1 tahun 5 kali, ternyata cuman 3 kali,
berarti kan nggak tercapai, apakah dari situ kita gagal,
nggak juga. Karena menurut saya bukan frekuensi yang
penting, yang terpenting bagaimana substansi pelatihan itu
tapi kalau bisa mengakomordir sampai 5 kali itu sudah
bagus akan lebih efektif dan maksimal. Banyak pelatihan
tapi hati gurunya pelatihan mulu, nggak bisa kondangan,
jalan-jalan itu malah kemana-mana fikirannya
Peneliti Bagaimana upaya madrasah dalam meningkatkan
kemampuan atau keterampilan peserta didik?
Kepala Madrasah Yang pertama pastinya kita harus menganalisis dulu
kebutuhan anak, seperti kebutuhan di abad 21 yang
menuntut anak untuk terampil memainkan teknologi,
kemampuan literasi, memiliki kemampuan 4 C, dari hasil
itu kita sampikan ke anak bahwa tuntutan pendidikan saat
ini harus begini, makanya kita mempunyai profil sekolah,
kita beracuan ke sini, jadi apapun yang kita ajarkan harus
mengacu ke sini. Artinya apa anak kita sampaikan bahwa
pada abad ini kamu harus mengambil langkah ini, kita
siapkan programnya, kita komunikasikan ke anak-anak,
173
mereka lakukan dan kita mengawasi, jadi saya pikir ada
kolaborasi dengan anak-anak juga. Jadi seperti itu langkah-
langkah kami jadi harus tahu dulu apa yang dibutuhkan
mereka tutntutan pada jaman ini seperti apa, kita harus
bagaimana menghadapi saat ini, kita siapkan programnya
mereka ikuti, ketika ada yang kurang kita diskusikan
bersama-sama, sudah difasilitasi.
Contoh anak sekarang dituntut memiliki kemampuan
literasi, kita adakan program literasi misal I can Speak,
membaca buku, berpidato, riset dan menulis itu sudah
bagian kongkrit. Ketika membuat makalah gitu kan
lansung dibukukan dan dicetak itu sudah literasi yang
luarbiasa bagi saya. Kan leterasi itu banyak menulis,
membaca, memainkan drama dengan tulisan itu, jadi itulah
langkah-langkahnya. Alhamdulillah kita sudah punya
programmnya, kita tinggal mengawasi, mengevaluasi,
ibaratnya kita sudah setel lah tinggal kita melihat sudah
maksimal atau tidak.
Peneliti Bagaimana menumbuhkan kemampuan atau
keterampilan berfikir kritis pada peserta didik?
Kepala Madrasah Ini mungkin kembali kepada guru-guru yaa, karena yang
bersinggungan langsung murida adalah guru, saya sebagai
kepala sekolah hanya menawarkan programnya untuk
anak-anak supaya berfikir kritis, kita juga adakan kegiatan-
kegiatan PHBI organisasi, nantinya mereka kan berfikir,
bermusyawarah ini kan ada program PHBI acaranya begini
bagaimana menurut kamu, akhirnya mereka berfikir. Kalau
pembelajaran saya sebagai kepala sekolah hanya
mengarahkan kepada guru-guru buatlah desain
pembelajaran yang di dalam desain itu ada menimbulkan
siswa berfikir kritis. Kan bisa aja, seperti kita
menggunakan scientific yaa ketika kita mengajar kita
menampilkan video terkait dialog atau film menurut kamu
apa yang bisa kita ambil dari video itu?, dan menurut kamu
itu apa ada perdebatan anatara karakter ini dengan yang ini
kan memancing siswa untuk berfikir, kalau tida terbiasa di
diem aja, bilang bagus-bagus gitu, tapi kalau kita
sampaikan kita punya film ini kita harus ada kajian ini, kita
174
amati, kita lihat, kita nalar, ujung-ujungnya kita
komunikasikan. Dari film yang kita nonton ini saya minta
kalian semua berpendapat, pendapat mana yang paling
bagus nanti bapak kasih reward misalkan, kan bisa jadi itu
ada perdebatan menurut saya gini gini pak, menurut saya
gini gini pak gitu. Dari pendapat=pendapat itu kita cari
kesimpulannya, benang merahnya. Pendapat si A mengenai
si B bahwa ia memiliki karakter yang sangat egois
mungkin ia sebagai pimpinan situ dan ia melihat
prorgamnya bagus, karena bawahannya tidak merespons
program yang ia arahkan gitu kan dan kurang semangat
makanya ia marah-marah seperti itu, tapi yang lain
memiliki pendapat lain mengenai si A. walaupun dia
seorang leader tidak boleh dia marah-mararh gitu, kan
program itu harus disampaikan dengan baik-baik, itu kan
menjadi 2 pendapat dan itu anak yang tidak bisa terbiasa
berbicara yaa hanya bilang bagus ndak bagus, tapi
deskripsinya apa, artinya yang terpernting itu sebenernya.
Yang kita butuhkan sekarang ini anak-anak berani
menjelaskan apa yang ia lihat secara ilmiah gitu, dan masih
banyak kemarin seminar di Psikologi. Misalkan mengenai
bullying, apasih bullying itu? Itu anak yang nggak biasa
ngomong yang nggak biasa berkomunikasi dia bingung apa
yaa, tapi kalau dia sudah terbiasa dia akan menyampaikan
pendapatnya, bullying adalah kejahatan verbal misal gini-
gini ngatain orang atau mengintimidasi orang,
memojokkan orang lain sehingga orang lain tersakiti dan
akhirnya ia depresi misalnya, nah itu kan melatih anak
untuk menjelaskan apa yang kita sampaikan itu tidak
mudah kalau kita tidak tahu cara-caranya.
Bahkan kita harus tahu kita mengajar 30 anak di kelas ini
itu bagaimana individual per orangnya, nah kita tuh
mempunyai tugas tuh, kita 3 tahun mendidik anak ini harus
tahu anak ini bagaimana, terutama walikelas, misal di kelas
MIA 1 oh dia ini tidak suka pembelajaran biologi nih,
ketika nilainya jelek kita ajak ngomong, kenapa nilai saya
jelek pak? Karena kamu belum semangat, coba kamu
semangat kamu bisa ngalahin temen-temen kamu, kita
motivasi. Kamu kok ulangan jelek-jelek amat sih, kamu
175
nggak belajar? Kamu gmn sih ibu dah nerangin capek-
capek, kata capek-capek ini dalam hati muridnya guru ini
nggak ikhlas banget sih, karena saya mengajar yaa jadi
saya merasakan lah. Kadang mereka asik kalau saya
mengajarnya terlambat yaa, seneng mereka kalau guru
dateng terlambat, karena ada waktu diskusi dengan
temen/ngobrol
176
HASIL WAWANCARA
NAMA : Ibu. Robiatul Hasanah
JABATAN : Staff Perpustakaan MA Pembangunan UIN Jakarta
HARI/TANGGAL : Selasa/28 Januari 2020
TEMPAT : Ruang Perpustakaan MA Pembangunan UIN Jakarta
Peneliti Assalamualaikum wr wb, di sini saya ingin mewancarai ibu
mengenai perpustakaan MA MP UIN Jakarta untuk
menggali informasi atau menambah informasi dalam
menyusun dan dalam pengumpulan data skripsi dii sini,
judul saya itu mengenai implementasi metode inkuiri dalam
mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa pada
mata pelajaran SKI di MA MP UIN Jakarta. Metode inkuiri
ini salah satu tahapannya itu mencari sumber informasi bagi
peserta didik, kemaren sudah wawancara dengan guru SKI
pak Dwi itu memberikan info dari buku-buku kajian Islam,
sumber Islam atau dari perpustakaan. Mungkin untuk lebih
dalam bagaiamana perpustakaan MA ini dari ibu. Untuk
yang pertama lebih ke perkenalan ibu yaa…?
Narasumber Nama saya Robiatul Hasanah, masuknya disini staff karyawan
bukan guru, sebenarnya di MP itu ada di sana tuh ada lagi tuh
perpustakaan pusat jadi ada kepala perpustakaannya juga, kita
dibawah naungannya kepala perpustakaan bukan di bawah
naungan di kepala madrasah aliyah organisasinya, kita bisa
dilihat di situ ada. Pustakawannya ada 3, kepala perpustakaannya
satu jadi ada 4. Jadi kalau ada pengadaan kita ada jjuga dari
pusat, jadi kalau sekertarisnya dan bendaharanya ada di pusat
ngikutin yang ada di pusat, bukan berdiri sendiri. Alamatnya
daerah Ciputat, jabatannya pustakawan tetapi masuk ke kategotri
staff karyawan.
Peneliti Apakah perpus milik MA MP UIN Jakarta ini dibuka
khusus untuk madrasah sendiri atau untuk umum?
Narasumber Sebenarnya seperti perpustakaan pada umumnya, jadi ini
termasuk permasuk perpustakaan sekolah jadi untuk para pelajar
177
di sini jadi sama guru atau staf bisa, karena guru atau staff
termasuk dalam anggota perpustakaan. Kalau dari umum kesini
boleh tapi nggak boleh minjem hanya bisa baca doang, karena
kalau minjem nanti susah balikin. Untuk peminjaman kita
memakai sistem OPAK itu di komputer bukan online sih dia jadi
seperti sistem OPAK yang offline bukan online. Kalau online
kita cari lewat internet kan ketemu, tapi ini offline dengan server
dulu memakai sam sekarang dominan ke server
Peneliti Pada pukul berapa waktu operasional perpus MA MP UIN
Jakarta ini?
Narasumber Kalau normalnya sih jam 07:00 itu sudah buka sampai jam
15:00, karena pulangnya jam 15:45, jadi selama itu ada 45 menit
kita beres-beres itu normal sih. Tapi kadang-kadang setengah 4
anak-anak masih di sini. Kalau weekend mah libur, kita
menyesuaikan jadwal masuk dari sekolah. Kalau hari jumat kan
anak-anak pulang setelah dzuhur seharusnya jam 12 itu sudah
tutup, tetapi kadang-kadang ada anak-anak memakai untuk eskul
sampai jam 14:00. Jadi tempat eskul, rapat, jadi kemarin anak
PLP di sini nongkrongnya. Jadi perpustakaan sekolah
multifungsi jadi kalau, tapi seharusnya nggak boleh karena
khusus untuk membaca anak-anak perpustakaan doang, tapi yaa
gimana ruangannya terbatas. Tapi kalau di pusat nggak deh lebih
terarahkan karena dia bukan ruangan bukan gedung juga sih tapi
dia misah gitu.
Peneliti Berapa jumlah kapasitas kunjungan di dalam ruangan perpus
MA MP UIN Jakarta ini?
Narasumber Nggak ada kapasitas sih kalau misal anak-anak ada 1 kelas
kesini, kayak kemaren nih 1 kelas bosen di kelas akhirnya pindah
ke perpus atau kelasnya lumayan panas kadang-kadang kan
pindah kesini satu perpus satu kelas, satu kelas itu berapa yaa
sekitar 20/21an lah, anak-anak kelas 1 itu sekitar 30an, tapi
dipakainya untuk satu kelas yaa, kelas 1 kan ada 4 kelas, jadi
kalau kelas IIS 1 belajar disini kelas IIS 2 tidak bisa belajar
disini.
178
Peneliti Apakah buku koleksi perpus di MA MP UIN Jakarta ini
sudah mencukupi kebutuhan pembelajaran guru dan peserta
didik?
Narasumber Kalau itu tergantung standar gurunya, itu kira-kira gurunya butuh
buku ini ada nggak buku disini, kembali di tanya ke gurunya lagi
aja. Kalau kebutuhan buku itu dari guru bukan dari kita, karena
perpustakaan menyediakannya buku referensi sama buku
rujukan, kalau buku paket pelajaran atau buku tambahan ada
disini, tapi buku khusus pembelajaran ada di guru doang sih. Ada
buku-buku sejarah sih tapi tidak sesuai, nanti tinggal tanya pak
Dwi aja kira-kira udah sesuai atau belum gitu. Tapi kalau ada
guru yang “Bu saya minta buku tafsir ini, biasanya langsung
dibeliin gitu” tinggal melakukan permintaan aja sih. Buku tafsir
itu doang tuh pesenan doang, dibelakang masih ada lagi.
Peneliti Adakah tata tertib/peraturan di perpustakaan MA MP UIN
Jakarta ini?
Narasumber Ada, itu ada peraturan/tata tertibnya. Iya tertulis, peminjaman
diperkenankan 2 buah, peminjam hanya bisa dari anggota perpus
saja, anggota itu siswa, staff dan guru juga. Jadi orang lain itu
bisa baca tapi nggak bisa minjem, kalau untuk foto mungkin gpp
untuk referensi yang penting nggak keluar perpus. Kalau untuk
peminjaman untuk buku referensi itu tidak boleh dipinjem, kalau
seperti buku ini novel ini boleh, kalau buku tafsir ini nggak boleh
karena kalau hilang itu susah karena sepaket, kalau yang atas itu
ilmu falak itu boleh dipinjem. Untuk buku referensi tau kan
perpustakaan UIN kan yaa seperti itu, kita Arab, Mhal dan
gantinya harus sepaket tidak bisa satuan belinya
Peneliti Apa saja faktor yang ibu rasakan kekurangan dan kelebihan
di perpustakaan MA MP UIN Jakarta?
Narasumber Kekurangan, anak-anak bilang ruangannya terlalu kecil yaa, tapi
memang wajar sih perputakaan sekolah memang segini sih,
gedung sekolahnya aja segede ini, sebenarnya perpustakaan ini
bekas lab, ini sebenernya permanen, ini sebenernya mau dicopot
tapi masih belum, jadi bekas laboratorium, jadi belum
dipindahkan kalau ini mah, papan menagajar itu disitu, kadang-
179
kadang bawa dari kelasnya sih sebenernya, kan perpustakaan
ruang baca yaa, kalau misalkan belajar ya mungkin tambahan
belajar bareng, bukan kayak ruangan kelas yang ada papan
tulisnya
Peneliti Adakah data buku yang ada di perpus MA MP UIN Jakarta
ini?
Narasumber Ada, nanti bisa di fotocopy aja, kalau jumlahny ada, tapi kalau
judulnya banyak banget, ada sekitar 3000,
Peneliti Gpp buk nominalnya saja, karena metode saya ini kalau
sumbernya hanya dari buku pelajaran eksplore anak kurang
bu.
Narasumber Atau ini kan sejarah yaa, untuk sejarah anak SMA banyak sih
tapi nggak banyak sampai 3000, 3000 itu sama novel dan
sebagainya. Tapi itu untuk sejarah mah ada paling.
Peneliti Tapi menurut ibu kurang yaa buku sejarahnya?
Narasumber Saya kurang tahu, itu kemnali ke standar gurunya bagaimana,
kadang-kadang ada guru yang mencari ada buku sejarah ini
nggak? Kalau ada dia minjem, kalau ada dia puas, dia merasa oh
cukup ternyata, kalau tidak ada mungkin kurang lengkap tetapi
cuman beberapa persen gitu
180
HASIL WAWANCARA FGD
NAMA : 7 Orang (Ayas, Ihsan, Grefi, Kinan, Fatih, Nabila, Sava)
JABATAN : Peserta didik Kelas X MIA 2
HARI/TANGGAL : Senin/10 Februari 2020
TEMPAT : Ruangan kelas X MIA 2
Soal
pertama
Bagaimana kesan dan pesan kalian mengenai metode
pembelajaran inkuiri yang baru kalian laksanakan tadi?
Utarakan pendapat kalian!
Jawaban A Kalau menurut saya sih, seru aja yaa soalnya ini jarang dilakukan.
Jawaban B Kalau untuk saya sih, metode ini sangat berpengaruh kepada
murid terutama kepada saya sendiri, karena metode ini dalam
pembelajaran yang biasa ada di papan tulis kemudian dengan
adanya inkuiri ini semakin masuk kedalam otak kita dan semakin
kita memahami pelajaran tersebut.
Jawaban C Menurut saya, metode pembelajaran tadi itu dapat meningkatkan
solidaritas antara kita semua bisa juga jadi tambah seru juga gitu
kan, kalau misalkan gurunya sepi atau galak pasti ngebosenin lah
hehe jadi seru gitu kan.
Jawaban D Kalau menurut saya ini adalah hal yang baru banget menurut saya,
jadi kita belajar itu digabung dengan riset, dan itu pusing hehe,
bikin capek namun menurut saya agak menjadi seperti membuat
merumuskan masalah menemukan hipotesis itu kayak nggak
langsung to the point, tapi seru, kolaborasi, kreatifitasnya juga
saling beradu jadi seru bekerja samanya, tapi yaa begitu lama
Jawaban E Menurut saya seru menyenangkan saling berbagi ilmu
meningkatkan solidaritas.
Jawaban F Kalau menurut saya seru sih kalau bareng-bareng tapi kalau
banyak orangnya juga kayak yang kerja itu cuman beberapa
doang trus kalau yang nggak kerja yaudah mereka yaa gitu loh
cuman dapat nilai karena tidak sebanding dengan apa yang
mereka usahakan. Trus bener kata Kinan pusing mikirin rumusan
masalahnya, trus pertanyaannya yang harusnya simpel jadi
dibikin rumit padahal sama aja
Jawaban G Menurut saya seneng pak kan rame-rame gitu kek asik gitu tapi
gitu nggak aktif juga pak kayak setelah presentasi gitu tapi itu
kurang kayak belom ada catatan ulangnya gitu pak. Jadi karton
itu hilang kadang-kadang jadi kurang worth it gitu, pengennya tuh
langsung to the point atau langsung ke rangkuman gitu pak
181
Soal
kedua
Coba lihat gambar di bawah ini, ini adalah gambar tahapan
dalam metode inkuiri, bagaimana kesan / pesan / kritikan
kalian selama tahapan proses ini berlangsung?
Jawaban A Kalau menurut saya sih lebih ke waktu yaa, karena 2 hari itu kayak
nggak cukup begitu, rumusan masalahnya itu harus kritiskan
pertanyaannya jadi otomatis jawabannya harus kritis juga, jadi
nyarinya waktu lagi, nah untuk menguji ini kita belom pernah yaa
abis dapet hipotesis tapi belom diuji ke tahap selanjutnya jadi
kayak lebih banyak waktu untuk memahami gitu, soalnya jujur
saya masih bingung pada tahap itu, kalau untuk pengumpulan data
sih enak saja kalau waktunya panjang lah, karena ngumpulin data
tidak bisa 1 / 2 hari, pas dicek kok berbeda, jadi kita harus
mengolah lagi gitu.
Jawaban B Ide saya juga sudah keambil semua nih hehe, kalau menurut saya
sih sama seperti temen-temen yang saya bilang dari orientasi
samapi ke penutupan ini itu sangat dibutuhkan kalaoumisalnya
dihilangkan hancur segalanya, namun dari situ menurut saya
dalam pengumpulan data ini saya agak dikatakan rumit. Kalau kita
saudah membuat rumusan masalah, nah kalau kita membuat
rumusan masalah ini kan kita kritis yaa berarti yang seadanya di
otak kan, dan kita saat menulis itu dan pada bagian pengumpulan
data itu kadang apa yang ada di otak kita tidak sesuai dengan yang
ada di rumusan masalah, yang membuat kedua belah pihak ini
menjadi bingung. Jadi saat mempresentasikannya itu bisa
membuat kacau gitu.
Jawaban C Saya setuju dengan pendapat teman saya, dalam merumuskan
kesimpulan tadi, kadang guru itu nggak boleh buka HP harus liat
dari buku dan dari perpus gitu. Tapi jarang juga ke perpus gitu,
Jawaban D Kalau menurut saya apabila tahapan step ini, misalkan kita
mengurang menark kesimpulan itu kan masih kurang kurang
sempurna kan, kita tidak bisa mengjilangkan satu. Trus dalam
pengumpulan data kan kita sudah di zaman 4.0 nah zaman itu kan
sudah terhubung dengan internet nah kita bisa mencari informasi
di internet, nah kadang-kadang ada guru itu pak yang kita tidak
boleh pegang HP untuk mengakses internet, malah disuruh dengan
membaca buku, tapi di zaman 4.0 ini yaa tidak banyak murid yang
suka membaca lebih suka melihat di internet, jadi pengumpulan
data mendapatkan kendala karena akses untuk menggunakan
internet dilarang oleh guru, trus bener itu kalau merumuskan
hipotesis tapi tidak sesuai dengan jawabannya jadi gimana gitu.
Jawaban E Menurut saya di rumusan masalah yaa, dan merumuskan
hipotesis. Kita membuat pertanyaan di rumusan masalah trus kita
membuat pernyataan di hipotesis jadi kita ngaak tahu mana yang
bener dan mana yang salah gitu. Trus kita m tapi presentasi dan
mendapatkan nilai, tapi kita belum mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam dari penjalasan guru jadi kita belum paham.
182
Jawaban F Kalau menurut saya yang paling ini di rumusan masalah, kita
disuruh mencari pertanyaan yang lebih kompleks gitu, trus
jawabannya yang nggak simpel gitu harus mikir gitu, terus di
pengumpulan data nih kita kan nggak tahu jawaban yang ada di
rumusan masalah jadi kita harus ngulik-ngulik data untuk
mendapatkan datanya yang sesuai rumusan masalah kita
Jawaban G Kalau saya di mempresentasikan data pak jadi itu kan cuman 2
hari doang nih, dan itu cuman pembuatannya doang dan itu
bikinnya cuman di sekolah kan jadi kurang siap aja gitu, jadi
materi yang masuk itu sepenuhnya kita belum ngerti gitu jadi
belom siap gitu.
Soal
Ketiga
Apakah menurut kalian metode ini relevan diterapkan di
mapel SKI? Jika iya apa manfaatnya? Jika tidak berikan
alasannya?
Jawaban A Kalau saya sih plus minus yaa, kadang kita butuh materi yang
dirumusin bareng bareng-bareng, kalau susah kan kita nggak
mungkin kita sendiri menemukan, kita juga perlu metode seperti
ini. Ada minusnya juga, kalau ada materi gampang trus memakai
metode ini jadi yaa mekan waktu jadi materi yang dibelakang
tidak sampai, mungkin, materi yang gampang diceritain dengan
masalah yang kompleks kemudian yaa cerita singkat mengenai
sejarahnya, kemudian ditanyain ke murid-murid gitu, kayak quiz
gitu lah.
Jawaban B Kalau saya sama seperti sebelumnya, ada plus minusnya
terutama cukup efektif untuk murid-muird yang tergolong malas
untuk mendengar cerita panjang terutama sejarah itu dari A-Z
dan itu sangat panjang, dengan cara step by step ini lebih
pahamnya cepat dan lebih cepat menguasai materinya. Untuk
negatifnya pastikan ada yang suka tuh kalangan-kalangan
sejarah contohnya saya sendiri, contohnya tuh kayak perang
dunia nih, perang dunia itu kan panjang ceritanya, kalau
diceritain panjang-panjang gini kalau di denger enak juga, jadi
yaa masing-masing berbeda perspektif lah gitu
Jawaban C Menurut saya mirip dengan ananda sebelumnya, jadi menurut
saya ada plus minusnya, kalau masalah rumit saya setuju dengan
pendapat sebelumnya, minusnya sih kalau nggak ada cetetan
waktu ujian yaa lupa gitu, kalau presentasi di PPT kehapus itu-
itunya, kalau di karton ilang gitu kan, robek dan basah.
Jawaban D Kala menurut saya, SKI itu kan kepanjangannya Sejarah
Kebudayaan Islam, nah sejarah ini kan menceritakan sesuatu di
masa lampau, nah masa dijelasin itu dengan lewat cerita yaa, ini
saya kurang setuju yaa apabila memakai metode ini relevan
untuk dipakai di SKI yaa, ini karena cerita dibilang aja cerita
183
karena kalau memakai kayak gitu itu kita susah menceritakan
sejarahnya gitu, kayak merumuskan masalah menyusun
hipotesis itu mencari jawaban bukan menceritakan. Jadi menurut
saya kurang relevan karena dari sejarah harus lebih diceritakan
tapi ini kalau untuk prang-orang yang memiliki masalah audio
visual bisa ini lumaya relevan.
Jawaban E Menurut saya metode ini kurang relevan apabila diterapkan di
pembelajaran SKI ini, membuat pertanyaan itu sendiri dan
mencari jawaban itu sendiri, betul apa yang dikatakan sebelumya
bahwa sejarah lebih diceritakan, kita harus membuat kata
kuncinya atau pointnya
Jawaban F Kalau menurut saya, nggak setuju karena metode pembelajaran
ini diterapin di SKI karena berhubungan dengan sejarah, kita kan
awalnya nggak tahu nih tentang cerita itu trus tiba-tiba disuruh
nyari rumusan masalahanya gitu, pengumpulan data aja kita
nggak tahu kayak masih buta begitu, jadi kagak ngeti. Mending
kalau sejarah itu, saya lebih suka diceritain daripada saya nyari
sendiri, karena saya suka nggak ngerti, kadang nggak masuk dan
nggak nyambung gitu alurnya, kalau orangnya dah ngerti
kemudian diceritain ke kita kan jadi dah tau urutannya gitu,
Jawaban G Kalau menurut saya, saya setuju dengan pendapat yang lain,
namun tidak setuju kalau diterapin di SKI pak, karena ini kan
mirip kyak peta konsep gitu kan jadi cuman intinya doang
sedangkan, sedangkan sejarah itu kan kita harus mengetahui
detailnya jadi kita tuh kurang mendalami kalau tidak diceritakan
secara mendalam, kecuali kalau udah jago.
Soal
Keempat
Pada abad 21 yang kita rasakan adalah era abad 21, dalam
bidang pendidikan kita harus memiliki kemampuan 4C
(Creative, Collaborative, Critical thinking, dan
Communication). Nah mungkin kita lebih ke berfikir kritis yaa,
di dalam berfikir kritis itu ada kemampuan: Komunikasi,
Kreatif, Memecahkan masalah, Argumen, Keterbukaan diri,
Percaya diri, berfikir analisis, rasional/logis. Apakah kalian
merasakan, kemampuan bertambah selama atau setelah
diterapkannya metode inkuiri ini? Utarakan pendapat kalian!
Jawaban A Kalau dari saya sih di komunikasi yaa, soalnya begitu kita sering
ketemu orang jadi kita sering berkomunikasi yaa, kalau kita sering
berkomunikasi akan semakin lancar. Kalau untuk kreatif pada diri
184
saya belum muncul yaa saya rasa khusus di kreatif yaa jadi butuh
bantuan orang lain dalam hal kreatif, kalau argumen sendiri dari diri
saya alhamdulillah sudah mantep yaa setelah pembelajaran ini, dan
untuk yang lain sudah bisa sih pak cuman masih perlu banyak
belajar.
Jawaban B Kalau dari saya komunikasi saya di saat pembelajaran ini bisa
dibilang sukses yaa atau bagus untuk penyampaian saya bayak
dipahami dan dimengerti, kreatif dan argumen ini saling bekerja
sama karena dalam argumen kita harus kreatif dalam berargumen
tersebut yang bisa waw atau bisa curi perhatian gitu, keterbukaan
diri sih biasa-biasa aja, memecahkan masalah sih sudah biasa,
kepercayaan diri saat presentasi itu ada kayak ketika ada temen
menjelaskan salah itu saya benarkan bukan bermaksud lebih tapi
karena saya paham, berfikiri analisis saya sih sudah bagus gitu, dan
berfikir logis/rasional ini perlu diperlancar lagi sih.
Jawaban C Mungkin yang saya rasakan di komunikasi dan kepercayaan diri sih
dari semua itu kayak introvert gitu, mungkin kreatif kadang ada
kadang hilang, mungkin argumen kurang juga kalau percaya diri
kadang malu, tapi untuk yang lain insyaAllah lumayan lah.
Jawaban D Peran dari komunikasi ini berperan penting karena kalau tidak
berkomunkasi dalam berkelompok sia-sia pembelajaran ini. Untuk
kreatifitas ini kita bisa kreatif dalam mempresentasikan jawabannya
kalau tidak ada unsur kreatif saat presentasi ini siapa yang akan mau
lihat, kalau argumen itu perlu kalau kita dikasih pertanyaan maka
kita sudah siap karena argumen itu penting. Nah untuk memecahkan
masalah insyaAllah bisa dibantu dengan yang lain, nah kalau
keterbukaan diri itu penting kalau kita tidak terbuka maka kita tidak
bisa berkomunikasi dengan yang lain, sama halnya dengan percaya
diri kalau kita nggak percaya diri kita malu dalam
mempresentasikannya. Kalau berfikir analisis itu perlu karena kita
185
merumuskan masalah, menguji hipotesis dll, dan saat kita menguji
hipotesis kita harus perlu berfikir logis dan rasional. Dan itu
semuanya sudah saya rasakan dan lakukan tadi.
Jawaban E Kalau saya argumen bisa, berfikir analisis/rasional/logis agak
kurang tapi bertahap lah yaa, untuk komunikasi dan kreatif sudah
bisa menjalaninya, untuk memecahkan masalah bisa, kalau
keterbukaan diri dan percaya diri sudah ada lah, dah itu aja dah.
Jawaban F Kalau saya komunikasinya sudah bisalah yaa ke orang lain, kalau
kreatif sudah kreatif mungkin karena waktunya kurang jadi saya
kurang menghias kartonnya, kalau argumen tergantung sih kalau
saya bisa lah yaa, kalau keterbukaan diri sudah, percaya diri
alhamdulillah, berfikir analisis/logis/rasional bisa tapi tergantung
kondisi juga apa yang lagi dibahas atau yang lagi dibicarain gitu.
Jawaban G Kalau menurut saya sih untuk komunikasi sudah lumayan bagus
kan, trus argumen juga bisa blak-blakan sih, untuk keterbukaan diri
sih terbuka banget, kalau percaya diri sih malah malu-maluin, kalau
memecahkan masalah bisa lah yaa, kalau berfikir analisis sih sudah
dapet tapi tergantung keadaan, begitupun juga sama dengan berfikir
logis dan rasional, kalau kreatif kadang muncul kadang enggak,
tergantung kerja sama lah, dan lainnya insyAllah bisa bertahap.
186
HASIL WAWANCARA FGD
NAMA : 7 Orang
(Fadel, Farhan, Andika, Rafi, Daffa, Ilham, Syahila)
JABATAN : Peserta didik Kelas XI IIS 2
HARI/TANGGAL : Kamis/13 Februari 2020
TEMPAT : Ruangan kelas XI IIS 2
Soal
Pertama
Bagaimana kesan dan pesan kalian mengenai metode
pembelajaran inkuiri yang baru kalian laksanakan tadi?
Utarakan pendapat kalian!
Jawaban A Menurut saya sih, kadang-kadang nggak enak kayak langsung ini
yaa nak langsung ini yaa nak gitu, nggak dikasih peringatan dulu
gitu, tapi secara umum dah enak sih
Jawaban B Bikin capek, banyak mikir, mending langsung dikasih tahu saja
Jawaban C Sebenernya sih bosenin, tapi untuk penilaian di presentasi
biasanya nilainya lebih tinggi sih, menguntungkan buat saya
Jawaban D Karena ini untuk pengganti nilai PTS, jadi ini lebih praktis dan
lebih fleksibel, ngungkapin pras presentasinya.
Jawaban E Kalau diajar si seneng, ujiannya nggak tulis, ujiannya lisan sama
berarti
Jawaban F Saya setuju dengan fadel, mungkin saran saya untuk guru yang
akan memakai cara yang begini ada penjelasan latar belakang
atau pendahuluan dulu dari bab-bab yang akan disampaikan
tersebut.
Jawaban G Kalau menurut saya sih sama aja, cuman menurut saya lebih
kurang gerak alias mager kalau presentasi gitu.
187
Soal Kedua Coba lihat gambar di bawah ini, ini adalah gambar tahapan
dalam metode inkuiri, bagaimana kesan / pesan / kritikan kalian
selama tahapan proses ini berlangsung?
Jawaban A Menurut saya, secara umum sudah bagus sih, dikasih tau
sebelumnya mengenai ini, cuman masalahnya tadi tuh sudah masuk
ke kesimpulan malah disuruh untuk mengumpulin data lagi, jadi
kita langsung aja ngambil data dari internet. Dan mungkin belum
ada refleksi sih, tapi biassanya diadakan di pertemuan selanjutnya
atau sebelum presentasi sih.
Jawaban B Membosankan karena gurunya kurang memiliki pemahaman untuk
masalah ini
Jawaban C Menurut saya sih nggak guna, karena kalau presentasi mah lebih
enak kalau kita dikasih materi trus kita cari bukan kayak gini cari
sendiri dan menjawab sendiri
Jawaban D Menurut saya proses presentasi yang dilakukan pak Dwi itu kurang
bagus yaa karena latar belakangnya sendiri kurang jelas, terus tidak
ada penjelasan lagi mengenai presentasi yang kita lakukan secara
semuanya.
Jawaban E Menurut saya seharusnya ada refleksi biar paham akan materi
secara umum
Jawaban F Saya setuju dengan semuanya, tapi untuk pak Dwi yaa untuk di
akhir pelajaran itu kita dapat hikmah yang bisa diambil dan di
kehidupan sehari-hari apa sih yang bisa kita ambil.
Jawaban G Menurut saya, Pak Dwi lebih jelasin lagi agar lebih paham lagi
mengenai tahapan pada metode ini
Soal Ketiga Apakah menurut kalian metode ini relevan diterapkan di
mapel SKI? Jika iya apa manfaatnya? Jika tidak berikan
alasannya?
Jawaban A Saya setuju dengan Wahid sih
188
Jawaban B Kalau menurut saya sih ini lebih masuk gitu ke otak, karena kita
memerankan ini lebih masuk ilmunya dan lebih mudah dicerna
saya sendiri
Jawaban C Saya setuju dengan teman saya
Jawaban D Menurut saya manfaatnya sangat baik pak, kita bisa tahu
kejadian-kejadian sejarah Islam yang dulu itu seperti apa, itu kan
bisa dicontohin juga kita bisa nonton dan juga bisa mengenal
bahasa orang Arab gitu.
Jawaban E Saya juga setuju dengan pendapat teman saya hehe
Jawaban F Kalau menurut saya ada manfaat dan nggak manfaatnya.
Manfaatnya untuk pengambilan nilai PTS lebihi mudah jadi kita
nggak perlu belajar lebih dalam lagi, kalau kekurangannya
mungkin pak Dwi kurang menjelaskan lagi presentasi yang
sudah kita kerjakan.
Jawaban G Saya juga setuju dengan semua pendapat teman saya
Soal
Keempat
Pada abad 21 yang kita rasakan adalah era abad 21, dalam
bidang pendidikan kita harus memiliki kemampuan 4C
(Creative, Collaborative, Critical thinking, dan
Communication). Nah mungkin kita lebih ke berfikir kritis
yaa, di dalam berfikir kritis itu ada kemampuan: Komunikasi,
Kreatif, Memecahkan masalah, Argumen, Keterbukaan diri,
Percaya diri, berfikir analisis, rasional/logis. Apakah kalian
merasakan, kemampuan bertambah selama atau setelah
diterapkannya metode inkuiri ini? Utarakan pendapat kalian!
Jawaban A Yang saya rasakan semuanya tumbuh, cuman kekurangan saya
ada di malu karena dikasih tugas gitu aja.
Jawaban B Kemampuan analisis saya saya rasa bertambah karena
memikirkan masalah dan menyelesaikan masalah itu sudah
membuat kita berfikir analisis, logis, dan rasional.
189
Jawaban C Kalau saya sih sendiri kepercayaan diri saya bertambah saat
presentasi soalnya saya berani berbicara di depan seseorang jadi
lebih berani sih
Jawaban D Kalau dari saya kepercayaan diri bertambah nggak gampang
ngomong di depan orang banyak, trus juga untuk memecahkan
masalah itu juga kita harus berfikir logis itu kita dapatkan saat kita
presentasi
Jawaban E Kalau saya kurang di komunikasi pak, karena saya egois hehe
kalau ngerjain, tapi kalau jelasin saya mau hehe
Jawaban F Kalau saya, komunikasi lumayan sudah tumbuh, kalau argumen
dan memecahkan masalah sudah bisa mengutarakannya, dapet
percaya diri walaupun jawaban saya salah.
Jawaban G Kalau dari saya, saya kurang kreatif karena saya kurang terlalu
suka seni.
190
FOTO KEGIATAN
• Lingkungan Sekolah
191
• Kegiatan di kelas
192
• Hasil Kerja Kelompok
193
UJI REFERENSI
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
BIODATA PENULIS
Sirojuddin Abror, dilahirkan di Jombang Jawa
Timur pada hari Selasa 22 Oktober 1996. Anak
Pertama dari dua bersaudara pasangan Drs. Mutrofin,
M. Pd. I dan Dr. Nur ‘Azah, S. Ag, M, Pd. I. Penulis
menyelesaikan studi pendidikannya di TK Al-
Burhan Jombang Jawa Timur dan tamat tahun 2003,
kemudian melanjutkan di MI Muhammadiyah 1
Jombang Jawa Timur dan tamat tahun 2009, kemudian melanjutkan masa
MTs/SMP dan MA/SMA di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa
Timur dan tamat menjadi alumni tahun 2015. Kemudian menjalani pengabdian
menjadi Guru/Ustad pasca alumni di Pondok Cabang Gontor yaitu di Pondok
Modern Darul Muttaqien 4 Banyuwangi Jawa Timur pada tahun 2016, dan pada
tahun 2016 juga penulis melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di kampus
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan tamat pada tahun
2020.
Selama kuliah penulis aktif mengikuti organisasi intra maupun ektra kampus serta
organisasi pondok. Penulis merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan
(HMJ) Pendidikan Agama Islam bagian Sekretaris Departemen KOMINFO tahun
2019. Penulis juga anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat.
Penulis juga merupakan ketua pada kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) 073
GLORIOUS di daerah Gunung Menyan Bogor yang diadakan kampus Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019. Dan terakhir penulis
juga sebagai anggota Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Gontor Cabang
Ciputat tahun 2019.
Motto:
“Jadilah seperti air putih, sederhana namun sangat berarti”