28
1 Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Oleh : Maifalinda Fatra dan Tita Khalis Maryati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah jakarta [email protected],id Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah jakarta [email protected],id Abstract Adequate education will ensure the continuity and reliability of human life. Educated people have the power of thought, reason and intelligence more advanced enabling them to overcome the problems that arise in their lives better. The ability to critical thinking and creative thinking mathematic is ability think that needs to growing developed. This study aimed to analyze the effect of the application of K13 in mathematics learning of the ability to critical thinking and creative thinking mathematic at MTsN students in Jakarta. Samples were students grade 9 as many as 173 people who came to 5 MTsN in Jakarta. The method in this research is descriptive method, with a descriptive analysis techniques. The results showed that: (1). Learning math is done by teachers are in accordance with the standards learning process are apply scientific approach phases invitation to observe, question, gather information, reasoning and communicating; (2) Obstacles in the implementation of K13 the problems of teachers knowledge about K13, teachers book and students book are not yet available in hard copy as well as still a lot of mistakes the content and technical errors, students have not been used to establish the concept of independent and assessment methods are complex, so difficult for teachers; (3) The ability of critical thinking and creative thinking mathematic student atMTsN to apply K13 is low. Keywords: K13, critical thinking and creative thinking mathematic. A. Pendahuluan Mencerdaskan kehidupanbangsa dan menciptakan manusia Indonesia seutuhnya merupakan salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tercantum pada pembukaan UUD 1945.Sebagai manifestasi dari tujuan tersebut, maka diadakan program pendidikan nasional.Sehubungan dengan itu pemerintah telah mengambil kebijakan-kebijakan, diantaranya pelaksanaan pendidikan dewasa ini yang lebih diorientaskan pada peningkatan mutu. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran inti mempunyai peranan yang sangat penting bagi mata pelajaran lainnya.Matematika dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa.Jika dikaitkan dengan konteks kehidupan maka pada setiap aspek kehidupan dimana dan kapanpun akan selalu berkaitan dengan matematika. Tujuan pembelajaran matematika adalah (1). melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi; (2). Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-

Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

  • Upload
    vudat

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

1

Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Kritis dan Kreatif Oleh : Maifalinda Fatra dan Tita Khalis Maryati

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah jakarta

[email protected],id

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah jakarta

[email protected],id

Abstract

Adequate education will ensure the continuity and reliability of human life. Educated people have the

power of thought, reason and intelligence more advanced enabling them to overcome the problems

that arise in their lives better. The ability to critical thinking and creative thinking mathematic is

ability think that needs to growing developed. This study aimed to analyze the effect of the application

of K13 in mathematics learning of the ability to critical thinking and creative thinking mathematic at

MTsN students in Jakarta. Samples were students grade 9 as many as 173 people who came to 5

MTsN in Jakarta. The method in this research is descriptive method, with a descriptive analysis

techniques. The results showed that: (1). Learning math is done by teachers are in accordance with the

standards learning process are apply scientific approach phases invitation to observe, question, gather

information, reasoning and communicating; (2) Obstacles in the implementation of K13 the problems

of teachers knowledge about K13, teachers book and students book are not yet available in hard copy

as well as still a lot of mistakes the content and technical errors, students have not been used to

establish the concept of independent and assessment methods are complex, so difficult for teachers;

(3) The ability of critical thinking and creative thinking mathematic student atMTsN to apply K13 is

low.

Keywords: K13, critical thinking and creative thinking mathematic.

A. Pendahuluan

Mencerdaskan kehidupanbangsa dan menciptakan manusia Indonesia seutuhnya

merupakan salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tercantum pada pembukaan

UUD 1945.Sebagai manifestasi dari tujuan tersebut, maka diadakan program pendidikan

nasional.Sehubungan dengan itu pemerintah telah mengambil kebijakan-kebijakan,

diantaranya pelaksanaan pendidikan dewasa ini yang lebih diorientaskan pada peningkatan

mutu.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran inti mempunyai peranan yang sangat

penting bagi mata pelajaran lainnya.Matematika dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan

dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa.Jika dikaitkan dengan konteks kehidupan maka

pada setiap aspek kehidupan dimana dan kapanpun akan selalu berkaitan dengan matematika.

Tujuan pembelajaran matematika adalah (1). melatih cara berpikir dan bernalar

dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,

menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi; (2). Mengembangkan

aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan

pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-

Page 2: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

2

coba; (3).Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; (4).Mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui

pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan (Ekawati, P4TK

Matematika,2011).

Jika dilihat rumusan Kompetensi Inti (KI) berdasarkan Permen Dikbud No.21 tahun

2016, pada aspek pengetahuan dan keterampilan pada setiap jenjang pendidikan hampir

sama. Rumusan KI untuk satuan pendidikan SMP/MTs pada aspek pengetahuan adalah

memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya tentang: a. ilmu

pengetahuan, b. teknologi, c. seni, d. budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Untuk aspek keterampilan

adalah : Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara: a. kreatif b.

produktif, c. kritis, d. mandiri, e. kolaboratif, dan f. komunikatif,dalam ranah konkret dan

ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam

sudut pandang teori.

Berpikir kritis merupakan salah satu aspek penting dalam proses pembelajaran, namun

kemampuan ini belum dapat dikembangkan secara optimal. Hal ini disebabkan

karenakemampuan berpikir kritis tidak dibiasakan sejak usia dini. Rohmayasari (2010:68)

mengatakan bahwa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih jarang sekolah

yang membiasakan siswanya untuk berpikir kritis. Proses pembelajarannya lebih menekankan

pada penyelesaian soal secara prosedural sehingga siswa hanya menghapal rumus tanpa

mengembangkan kemampuan berpikirnya, siswa menyerap informasi secara pasif , proses

pembelajaran masih terpusat pada guru. Hal ini merupakan salah satu yang menyebabkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa tidak berkembang termasuk didalamnya kemampuan

berpikir kritis dan kreatif.

Hasil studilain juga menyebutkan bahwa meski adanya peningkatan mutu yang cukup

menggembirakan, namun fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir

matematika siswa masih jarang dikembangkan. Rohaeti (2008: 4) mengungkapkan bahwa

rendahnya kemampuan berpikir kritis disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir

kritis di sekolah-sekolah jarang dilakukan.Rendahnya kemampuan berpikir kritis matematika

siswa matematis siswa juga dapat dilihat dari hasil jawaban siswa dalam mengerjakan soal-

soal matematika di sekolah yang masih belum memuaskan. Utomo dan Ruijter (Suparno,

2000: 31) memaparkan bahwa pada latihan pemecahan masalah ternyata hanya sebagian kecil

siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik, sebagian besar tidak tahu apa yang harus

Page 3: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

3

dikerjakan. Setelah diberi petunjuk pun, mereka masih juga tidak dapat menyelesaikan soal-

soal tersebut, sehingga guru menerangkan seluruh penyelesaiannya.Dalam memecahkan

masalah matematik diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.

Materi matematika dan keterampilan berpikir kritis merupakan dua hal yang tidak

dapat dipisahkan, karena materi matematika dipahami melalui berpikir kritis, dan berpikir

kritis dilatih melalui belajar matematika.Krulick dan Rudnick (Sabandar, 2008)

mengemukakan bahwa yang termasuk berpikir kritis matematis adalah berpikir yang menguji,

mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi

ataupun suatu masalah. Berpikir kritis tersebut bisa muncul apabila dalam pembelajaran

adanya masalah yang menjadi pemicu dan diikuti dengan pertanyaan: “Menyelesaikan soal itu

dengan cara yang lain”, “Mengajukan pertanyaan …… bagaimana jika”, “Apa yang salah”,

dan “Apa yang akan kamu lakukan”.

Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan suatu hal yang sangat penting dalam

kehidupan modern, karena dapat membuat manusia menjadi lebih terbuka dan mudah

menyesuaikan dengan berbagai situasi dan permasalahan. Johnson (2006) mengemukakan

bahwa kemampuan berpikir kritis memungkinkan siswa untuk mempelajari masalah secara

sistematis, menghadapi berbagai tantangan dengan cara terorganisasi, merumuskan

pertanyaan inovatif, dan merancang permasalahan yang dipandang relatif baru.

Disamping keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatifpun sangat

penting bagi peserta didik. Didalam pelajaran matematika peserta didik diajarkan cara

menyelesaikan masalah dengan berbagai cara dan strategi, hal ini bertujuan untuk melatih

pemikiran kratif mereka.Learning and Teaching Scotland (LTS, 2004) bila kemampuan

berpikir kreatif berkembang pada seseorang, maka akan mengasilkan banyak ide, membuat

banyak kaitan, mempunyai banyak perspektif terhadap suatu hal, membuat dan melakukan

imajinasi, dan peduli akan hasil.

Jika permasalahan yang dikemukakan di atas dikaitkan dengan rumusan KI dan

proses pembelajaran yang diterapkan pada K13 ini, menjadi menarik untuk diteliti

“bagaimana dampak implementasi K13 ini pada pembelajaran matematika dalam

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa?”. Oleh karena itu

dijabarkanlah beberapa rumusan masalah sebagai berikut. (1). Bagaimana pelaksanaan

pembelajaran matematika di kelas pada madrasah yang menerapkan K13?; (2). Apa saja

kendala yang dialamai oleh guru Matematika dan Madrasah dalam menerapkan K13; (3).

Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada madrasah Tsanawiyah yang

Page 4: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

4

menerapkan K13?; (4). Bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada

madrasah Tsanawiyah yang menerapkan K13?.

B. Kajian Teori dan Pengujian Hipotesis

1. Konsep Kurikulum 2013

Terjadinya perubahan kurikulum di negara kita tentunya bukan tanpa pertimbangan

yang komprehansif. Ada alasan rasional yang menjadi dasar untuk melakukan perbaikan dan

penyempurnan kurikulum tersebut, alasan rasional perubahan tersebut antara lain adalah:

a). Tantangan Pengembangan

Selain adanya ketentuan legal-formal yang mengharuskan adanya perubahan dan

penyempurnaan kurikulum, masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia mengalami

perubahan yang sangat cepat dan dalam dimensi yang beragam terkait dengan kehidupan

individual, masyarakat, bangsa dan umat manusia. Fenomena globalisasi yang membuka

batas-batas fisik (teritorial) negara dan bangsa dipertajam dan dipercepat oleh kemajuan

teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan memperkuat dampak globalisasi dan kemajuan teknologi

tersebut. Perubahan yang terjadi dalam dua dasawarsa terakhir mengalahkan kecepatan dan

dimensi perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia di abad-abad sebelumnya.

Perubahan tersebut telah menjangkau kehidupan manusia dari tingkat global, nasional, dan

regional serta dari kehidupan sebagai umat manusia, warga negara, anggota masyarakat dan

pribadi.

Perubahan dan penyempurnaan tersebut menjadi penting seiring dengan kontinuitas

segala kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan perkembangan masyarakat, ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni budaya pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di

masa depan.

Rekonseptualisasi ide kurikulum merupakan penataan ulang pemikiran teoritik

kurikulum berbasis kompetensi. Teori mengenai kompetensi dan kurikulum berbasis

kompetensi diarahkan kepada pikiran pokok bahwa konten kurikulum adalah kompetensi, dan

kompetensi diartikan sebagai kemampuan melakukan sesuatu (ability to perform) berdasarkan

sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Hal tersebut terumuskan dalam Kompetensi Inti (KI)

dan Kompetensi Dasar (KD).

Ketetapan yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Agama

memperlihatkan arah yang jelas bahwa kurikulum baru yang dikembangkan perlu

mempedulikan aspek-aspek potensi manusia yang terkait dengan domain sikap untuk

pengembangan soft-skills yang seimbang dengan hard-skills, seiring dengan ruh Pendidikan

Page 5: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

5

Agama Islam itu sendiri.

Desain pengembangan kurikulum baru harus didasarkan pada pengertian bahwa

kurikulum adalah suatu pola pendidikan yang utuh untuk jenjang pendidikan tertentu. Desain

ini menempatkan mata siswaan sebagai organisasi konten kurikulum yang terbuka dan saling

mempengaruhi. Desain kurikulum yang akan digunakan untuk mengembangkan kurikulum

baru harus mampu mengaitkan antar konten kurikulum baik yang bersifat horizontal maupun

vertikal.

Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang

dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal. Di samping itu, dalam

menghadapi tuntutan perkembangan zaman, perlu adanya penyempurnaan pola pikir dan

penguatan tata kelola kurikulum serta pendalaman dan perluasan materi. Selain itu yang tidak

kalah pentingnya adalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan penyesuaian beban

belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang

dihasilkan.

b). Penyempurnaan Pola Pikir

Untuk memenuhi pengembangan kerangka berpikir yang sesuai dengan kebutuhan,

maka kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta

didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang disiswai untuk

memiliki kompetensi yang sama;

2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran

interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media

lainnya);

3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat

menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh

melalui internet);

4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif

mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan

memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran

ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

Page 6: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

6

9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

c). Penguatan Tata Kelola

Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata

siswaan. Pendekatan Kurikulum 2013 diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.

Oleh karena itu dalam Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:

1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat

kolaboratif;

2) penguatan manajeman madrasah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala

madrasah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan

3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

d). Karakteristik Kurikulum

Setiap kurikulum dirancang memiliki ciri dan karakteristik tertentu, kurikulum 2013 ini

dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:

1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa

ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2) madrasah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar

terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang disiswai di sekolah ke masyarakat

dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam

berbagai situasi di madrasah dan masyarakat;

4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,

dan keterampilan;

5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut

dalam kompetensi dasar mata siswaan;

6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian (organizing elements) kompetensi

dasar, di mana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk

mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7) kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat

(reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata siswaan dan jenjang pendidikan

(organisasi horizontal dan vertikal).

2. Berpikir Kritis Matematis

Berpikir merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi dilingkungan masyarakat dan

prosesnya dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.Berpikir otak manusia yangmempengaruhi

Page 7: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

7

pandanga seseorang terhadap stimulus-stimulus yang ia terima dengan melibatkan proses

sensasi, persepsi dan memori.

Apabila seseorang menghadapi suatu permasalahan dan mengambil keputusan

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang rasional maka seseorang tersebut dapat

dikatakan telah berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan pendapat Cottrell (2005: 3) berpikir

kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional

yang diarahkan untuk memutuskan apakah menyakini atau melakukan sesuatu, kemudian

menganalisis serta mengevaluasinya. Dari pendapat Cottrell dapat ditarik kesimpulan bahwa

berpikir kritis adalah kegiatan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mengarahkan

kepada suatu tujuan yaitu: mempertimbangkan, menganalisis dan mengevaluasi suatu

permasalahan yang pada akhirnya memungkinkan seseorang untuk mengambil sebuah

keputusan.

Inch, dkk (2006: 5) mengatakan “Critical thinking is a process in which a person tries

to answer rationally those questions that cannot be easily answered and for which all the

relevant information is not available”. Berpikir kritis lebih berfokus untuk melakukan

sesuatu, mahasiswa yang mampu berpikir kritis tidak langsung menyakini penjelasan dari

dosen, akan tetapi mahasiswa tersebut berusaha mempertimbangkan penalarannya dan

mencari informasi lain untuk memperoleh sebuah kebenaran. Pernyataan ini sejalan dengan

pendapat Kurfiss (Inch, et.al, 2006: 5) “Critical thinking as an investigation whose purpose

is to explore a situation, phenomenon, question, or problem to arrive at a hypothesis or

conclusion about in that integrates all available information and that therefore can be

convincingly justified”.

Sihotang, dkk (2012: 2) mengemukakn berpikir kritis ditandai oleh kegiatan-kegiatan

rasional seperti menafsirkan suatu informasi berdasarkan kerangka teori tertentu,

menghubungkan teori dengan praktik, mengajukan klaim dan menjustifikasinya,

memanfaatkan data-data dalam mendukung argumentasi, membuat relasi atau hubungan antar

berbagai gagasan, mengajukan pertanyaan, mengevaluasi pengetahuan, memprediksi,

mendeskripsikan sesuatu, menganalisis, mensintesa, mengkategorisasi, membandingkan atau

mengkontraskan, mengidentifikasi masalah dan memecahkannya.Lebih lanjut Dewey

mengatakan berpikir kritis adalah pertimbangan yang aktif, terus menerus dan teliti

mengenani sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dengan

menyertakan alasan-alasan yang mendukung dan kesimpulan-kesimpulan yang

logis(Sihotang, dkk, 2012: 3).

Page 8: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

8

Berpikir kritis tidak bisa terbentuk dalam waktu yang singkat, berpikir kritis

memerlukan pembiasaan, latihan yang rutin, karena berpikir kritis adalah keterampilan, sikap,

dan komitmen untuk terus menerus mempertanyakan sesuatu. Untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis menurut Cottrell (2005: 2) ada beberapa langkah yang perlu

dilakukan yaitu: (1) Mengenali masalah; (2) Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk

menangani masalah; (3) Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan untuk

penyelesaian masalah; (4) Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak ditanyakan; (5)

Menggunakan bahasa yang tepat, jelas dan khas dalam membicarakan suatu persoalan atau

suatu hal yang diterimanya; (6) Mengevaluasi data dan menilai fakta serta pernyatan-

pernyataan; (7) Mencermati adanya hubungan logis antara masalah-masalah dengan jawaban-

jawaban yang diberikan; (8) Menarik kesimpulan-kesimpulan atau pendapat tentang isu atau

persoalan yang sedang dibicarakan.

Berpikir kritis menuntut dipenuhinya beberapa kemampuan dasar, yaitu: (1)

Kemampuan untuk menentukan dan mengambil posisi yang tepat dalam mendiskusikan atau

membicarakan sebuah topik; (2) Pemikiran yang diberikan harus relevan dengan topik yang

sedang dibicarakan; (3) Argumen-argumen yang disampaikan harus rasional; (4)

Mengemukakan alasan-alasan yang jelas ketika memutuskan untuk menerima atau menolak

sebuah keputusan atas klaim yang dibuat oleh orang lain; (5) Keputusan yang dibuat harus

datang dari diri sendiri, bukan karena dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar (Meyers, 1986:

4).

Karakteristik dari berpikir kritis menurut Ennis terdiri dari dua hal yaitu: pertama

adalah “the ability to reflect sceptically”, maksudnya seseorang yang berpikir kritis adalah

seseorang yang meragukan apa yang diperolehnya, kedua adalah “the ability to think in a

reasoned way”, maksudnya seseorang yang berpikir kritis adalah seseorang yang

menggunakan penalarannya untuk mendapatkan apa yang akan diperolehnya (Cottrell, 2005:

2). Jadi seseorang yang berpikir kritis akan terbiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

tepat, memahami informasi-informasi serta menganalisis informasi tersebut sehingga mereka

bisa menyusun informasi tersebut secara efektif dan efisien menjadi informasi yang lebih

baik. Selain itu ia juga memiliki nalar yang bisa diterima oleh akal atas informasi yang

disusunnya sehingga bisa bermanfaat bagi yang lainnya.

Facione (Filsaime, 2008) membagi enam kemampuan berpikir kritis, yaitu interpretasi

(interpretation), analisis (analysis), evaluasi (evaluation), penarikan kesimpulan (inference),

penjelasan (explanation) dan kemandirian (self-regulation). Berpikir kritis dalam matematika

menurut Glazer adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan sebelumnya,

Page 9: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

9

penalaran matematis dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan atau

mengevaluasi situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif (Gulo, 2009:

24).

Pembelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi, baik melalui

pemberian soal yang tidak prosedural maupun melalui penjelasan materi yang tidak langsung.

Hal ini dimaksudkan agar siswa terlibat secara aktif selama proses pembelajaran dan terlibat

langsung dalam menemukan konsep.

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwasanya kemampuan berpikir kritis

dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.Di sini guru mempunyai peranan yang

cukup penting dalam mendesain pembelajaran matematika agar siswa mendapatkan

kesempatan yang luas untuk menumbuhkembangkan kemampuan berpikir kritis

mereka.Peranan guru dalam mendesain model pembelajaran merupakan hal yang krusial,

karena tanpa adanya peranan guru, kemampuan berpikir kritis siswa belum tentu bisa

berkembang secara maksimal.

Berpikir kritis matematis adalah berpikir kritis pada bidang ilmu matematika, dengan

demikian berpikir matematis adalah proses berpikir kritis yang melibatkan pengetahuan

matematika, penalaran matematika dan pembuktian matematika. berpikir kritis dalam

matematika merupakan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah matematis.

Peneliti merumuskan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika

adalah: (1) Kemampuan membuat generalisasi dan mempertimbangkan hasil generalisasi,

yaitu kemampuan menentukan aturan umum dari data yang tersaji dan kemampuan

menentukan kebenaran hasil generalisasi beserta alasannya; (2) Kemampuan mengidentifikasi

relevansi, yaitu kemampuan menuliskan konsep-konsep yang termuat dalam pernyataan yang

diberikan dan menuliskan bagian-bagian dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan

konsep yang bersangkutan; (3) Kemampuan merumuskan masalah ke dalam model

matematis, yaitu kemampuan menyatakan persoalan ke dalam simbol matematis dan

memberikan arti dari setiap simbol tersebut; (4) Kemampuan mendeduksi dengan

menggunakan prinsip, yaitu kemampuan untuk menarik kesimpulan dari pernyataan-

pernyataan yang disajikan dengan menggunakan aturan matematis.

3. Barpikir Kreatif Matematik

Menurut McGregor (2007), berfikir kreatif adalah berfikir yang mengarah pada

pemerolehan wawasan baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam

memahami sesuatu. Sementara menurut Martin (2009), kemampuan berfikir kreatif adalah

Page 10: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

10

kemampuan untuk menghasilkan idea atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk. Pada

umumnya, berfikir kreatif dimunculkan oleh masalah-masalah yang membutuhkan pemikiran

yang mendalam.

Sabandar (2008), mengatakan bahawa berfikir kreatif sesungguhnya adalah suatu

kemampuan berfikir yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang

dihadapi, bahwa situasi itu dilihat atau dipastikanadanya masalah yang ingin diselesaikan.

Selanjutnya ada unsur keaslian gagasan yang muncul dalam pikiran seseorang berkaitan

dengan apa yang telah diketahui.

Johnson dalam Siswono (2004) mengatakan bahwa berfikir kreatif yang mengisyaratkan

ketekunan, disiplin pribadi dan perhatian melibatkan aktivitas-aktivitasmental seperti

mengajukan masalah, mempertimbangkan aturan-aturan baru dan idea-idea yang tidak biasa

dengan suatu fikiran terbuka, membuat hubungan-hubungan, khususnya antara sesuatu yang

sama, mengaitkan satu dengan yang lain dengan bebas, melaksanakan imaginasi pada setiap

situasi yang membangkitkan idea baru dan berbeda, dan memperhatikan intuisi. Selanjutnya

Coleman dan Hammen dalam Sukmadinata (2004) menjelaskan bahwa berfikir kreatif adalah

suatu kegiatan mental untuk meningkatkan keaslian (originality), dan ketajaman pemahaman

(insight) dalam mengembangkan sesuatu (generating).

Puccio dan Murdock dalam Costa, (2001), berfikir kreatif mengandung aspek

kemampuan kognitif dan metakognitif antara lain mengetahui masalah, menyusun masalah,

memahami data yang relevan dan tidak relevan, produktif, mengahasilkan banyak ide-idea

yang berbeda dan produk atau ide yang baru dan memuat kesimpulan bersikap terbuka, berani

mengambil keputusan, bertindak cepat, bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah

sebagian dari keseluruhan yang kompleks, menggunakan cara berfikir orang lain dengan

kritis, dan sikap sensitif terhadap perasaan orang lain.

Jonshon (2007) mengemukakan bahwa berfikir kreatif adalah kegiatan yang berkaitan

dengan perhatian kita terhadap gerak hati, menghidupkan imaginasi, berusaha menjabarkan

kemungkinan-kemungkinan baru, membuka cara pandang yang luar biasa dan memunculkan

ide-ide yang tak terduga. Berfikir kreatif melibatkan aktivitas mental seperti: mengajukan

masalah, mempertimbangkan aturan baru dan ide yang tak biasa dengan fikiran terbuka,

membuat hubungan, khususnya dari hal-hal yang berbeda, menghubungkan berbagai hal

dengan bebas, melaksanakan imaginasi pada setiap situasi, serta menggunakan intuisi.

Menurut Schank dalam Sternberg, (2007) suatu sikap kreatif adalah sekurang-

kurangnya sama pentingnya dengan kecerdasan berfikir kreatif. Ciri-ciri seorang yang kreatif

biasanya selalu ingin tahu, memilki minat yang luas, dan menyukai tantangan dan aktivitas

Page 11: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

11

yang kreatif. Torrance dalam Filsaime,(2007) mengemukanan ada empat karakteristik berpikir

kreatif, sebagai sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur orisinalitas, kelancaran,

fleksibilitas dan elaborasi. Ditambahkan pula oleh Sumarmo (2010), mengemukakan bahwa

ada lima inti berpikir kreatif antara lain:

(1) Self-efficacy) yaitu kemampuan dan kemandirian dalam mengontrol diri; berani

menghadapi masalah; optimis, percaya diri, masalah sebagai tantangan dan peluang.

(2) Luwes (Flexibility) yaitu berempati, menghargai, menerima pendapat yang berbeda,

bersikap terbuka, mantap/ toleran menghadapi ketidakpastian, memiliki rasa humor.

(3) Kemahiran/ kepakaran yaitu bekerja secara eksak, teliti, tepat, dan tuntas, punya visi

dan tujuan yang jelas, selalu melakukan pengujian terhadap kegiatan yang dilakukan.

(4) Kesadaran yaitu melakukan kegiatan secara sadar, berfikir metakognisi, memberikan

alasan rasional terhadap kegiatan yang dilakukannya.

(5) Rasa ketergantungan yaitu saling memberi dan menerima, menunjukkan keterkaitan,

konflik sebagai sesuatu yang berguna.

Pentingnya kreativitas dalam matematik dikemukakan oleh Bishop dalam Pehnoken

(1997) yang menyatakan bahwa seseorang memerlukan dua kecerdasan berfikir matematik,

berfikir kreatif yang sering disamakan dengan gerak hati dan kemampuan berfikir analisis

yang disamakan dengan kemampuan berfikir secara logik. Menurut Livne (2008), berfikir

kreatif matematik mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan penyelesaian berbeda-beda

yang bersifat baru terhadap masalah matematik yang bersifat terbuka.

Berfikir kreatif dalam matematik dapat dikatakansebagai orientasi atau pemikiran

mengenai tujuan matematik, termasuk tugas penemuan dan penyelesaian masalah.Silver

(1997) mengemukakan bahawa aktivitas matematik seperti pemecahan masalah dan

penyelesaiann masalah berkaitan erat dengan kreativitas yang meliputi kefasihan, keluwesan,

dan hal-hal baru.

Menurut Martin dalam mahmudi, (2008), kemampuan berfikir kreatif adalah

kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk.

Individu bijak mempunyai kemampuan lebih untuk mesintesis berbagai pengetahuan atau

konsep dan melihat suatu masalah dari berbagai perspektif atau perwakilan. Hal ini memberi

kesempatan mereka untuk mampu menyelesaikan masalah atau menghasilkan produk kreatif.

Namun demikian, kecerdasan bukan syarat mutlak untuk tumbuhnya kreativitas. Hal ini

dikemukakan Hayes dalam mahmudi, (2008) bahwa kreativitas tidak hanya mensyaratkan

kecerdasan, melainkan juga perlu didukung oleh tumbuhnya motivasi yang tinggi.

Page 12: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

12

Sementara Kiesswetter dalam Mahmudi, (2010). menyatakan bahwa kemampuan

berfikir fleksibel yang merupakan salah satu aspek kemampuan berfikir kreatifmerupakan

kemampuan penting yang harus dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah matematik.

Menurut Livne dalam Mahmudi (2010), berfikir kreatif matematik mengacu pada kemampuan

untuk menghasilkan penyelesaian berbeda-beda yang bersifat baru terhadap masalah

matematik yang bersifat terbuka.

Menurut Harris (2000) terdapat tiga aspek kemampuan berfikir kreatif, yaitu

keberhasilan, kecekapan, dan keterkaitan.Menurut Martin (2009) mengemukakan tiga aspek

kemampuan berfikir kreatif, ialah produktivitas, originalitas atau keaslian, dan fleksibiliti atau

keluwesan.Sedangkan Singh dalam Mann, (2005), mengatakan kreativitas matematik

digambarkan seperti "proses dari perumusan hipotesis tentang penyebab yang mempengaruhi

dalam situasi matematik, menguji hipotesis dan membuat asumsi-asumsi dan mempresentasi

hasil akhirnya. Berfikir kreatif adalah penting dalam pembelajaran matemati, karena dengan

berfikir kreatif seorang siswa akan mampu mencipta berbagai kreativitas dalam belajar.

Pengukurankemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematik menurut

Worthington (2006), dapat dilakukan dengan cara mengeksplorasi hasil kerja siswa yang

merepresentasikan proses berpikir kreatifnya. Menurut Livne (2008), berfikir kreatif

matematik merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan penyelesaian berbeda-beda yang

bersifat baru terhadap masalah matematik yang bersifat terbuka.Selain itu pula dapat

dilakukan dengan cara membuat jawaban yang berbeda-beda dan cara yang berbeda pula baik,

secara lisan maupun tertulis (McGregor, 2007). Jensen dalam Park, (2004) mengukur

kemampuan berfikir kreatif matematik dengan memberikan tugas membuat sejumlah masalah

atau pernyataan berdasarkan aturan pada soal-soal yang diberikan.Soal-soal yang diberikan

tersebut disajikan dalam bentuk narasi, grafik, atau diagram.

Getzles dan Jackson (Silver, 1997) mengemukakan cara lain untuk mengukur

kemampuan berfikir kreatif matematik, yakni dengan masalah terbuka (open-ended problem).

Menurut Becker dan Shimada (Livne, 2008), masalah terbuka (open-ended problem) adalah

masalah yang mempunyai berbagai jawaban. Dalam hal ini, aspek-aspek yang diukur adalah

kelancaran, keluwesan, kebaruan, dan kerincian.

Berdasar pendapat ahli yang sudah disampaikan diatas, maka peneliti meyimpulkan

bahwa kemampuan berfikir kreatif adalah kemampuan seseorang untuk membuat dan

menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda-beda untuk menghasilkan kesimpulan dan

produk baru yang ditandai dengan kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), kebaruan

(oroginality) dan kerincian (elaboracy).

Page 13: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

13

a. Keterampilan berpikir lancar ( fluency )

Keterampilan berpikir lancar dapat didefinisikan sebagai keterampilan dalam

mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberikan

banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, serta selalu memikirkan lebih dari satu

jawaban.

b. Keterampilan berpikir luwes ( flexibility )

Seseorang dengan keterampilan berpikir luwes akan mampu menghasilkan jawaban,

gagasan, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang

yang berbeda-beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu

mengubah cara pemikiran atau cara pendekatan.

c. Keterampilan berpikir orisinal (originality)

Kemampuan berpikir orisinal adalah kemampuan untuk melahirkan ungkapan yang

baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan kemampuan

membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

d. Keterampilan merinci ( elaboration )

Keterampilan memerinci adalah kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu

gagasan atau produk, serta menambahkan atau memerinci detil-detil dari suatu objek, gagasan

atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Madrasah TsanawiyahNegeri (MTsN) di Wilayah DKI

Jakarta meliputi Wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, dan

Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dsekriptif.Karena

dalam penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan sebuah masalah atau fenomena yang

terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) di DKI Jakarta terkait dengan dampak

implementasi Kurikulum 2013 dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif

matematis siswa.Sampel dalam penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah Nageri (MTsN)

terdiri dari 5 Madrasah yang sudah menerapkan K13 pada tahun pelajaran 2014/2015 yakni

MTsN 3, MTsN 4, MTsN 5, MTsN 12 dan MTsN 21 yang dipilih melalui teknik area random

sampling. Dari tiap Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) tersebut dipilih 1kelas, siswa

kelas 9 dari kelas paralel yang ada secara acak.

Instrumen pengumpul data berupa tes kemampuan berfikir kritis yang terdiri dari 5

butir soal dan 5 soal pula untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif matematis. Proses

validasi instrument tes dilakukan dengan teknik konten analisis melalui penelaahan oleh ahli.

Disamping itu peneliti juga menggunakan lembar wawancara dan lembar observasi.Teknik

Page 14: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

14

analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.Data disajikan dalam bentuk tabel,

grafik dan diagram serta persentase.Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum

tentang kemampuan berpikir kritis dan kretatif siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

di DKI Jakarta.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan berpikir kritis

dan kreatif matematis siswa.Tes yang diberikan berupa soal kemampuan berpikir kritis dan

kreatif matematis yang disusun dalam bentuk uraian yang terdiri masing-masing 5 butir

soal.Setelah semua sampel diberikan tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis,

maka diperoleh nilai kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa.

Disamping tes, alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

lembar observai kelas dan panduan wawancara. Lembar observasi digunakan untuk

mengamati proses pembelajaran dikelas sedang lembar wawancara digunakan untuk

memperoleh data tentang problematika pembelajaran menerapkan K13

Berikut ini akan disajikan data hasil tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis siswa.

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Data tes yang diberikan kepada 173 siswa dari 5 MTsN di Jakarta yang pembelajarannya

menerapkan K13 diperoleh nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 84,38 Sebesar 10,98% siswa

memperoleh nilai terendahdan 0,58% siswa memperoleh nilai tertinggi. Dari hasil analisis

deskriptif kemampuan berpikir kritis matematis siswa MTsN yang pembelajarannya

menerapkan K13 diperoleh nilai rata-rata sebesar 26,92, median 27,70 dan modus 33,42.

Varian data tersebut 182,84 dan simpangan baku sebesar 13,52. Hal ini menunjukan bahwa

kemampuan berfikir kritis matematis siswa MTsN relative menyebar. Berikut penyebaran

data hasil tes kemampuan berpikir kritis matematis pada siswa MTsN.

Tabel 1

Tabel Distribusi Frekuensi

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa MTsN

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 0 - 8 19 10,98

2 9 – 17 19 10,98

3 18 - 26 40 23,12

4 27 - 35 64 36,99

5 36 - 44 16 9,25

Page 15: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

15

6 45 - 53 9 5,20

7 54 - 62 4 2,31

8 63 - 71 1 0,58

9 72 - 80 0 0,00

10 81 - 89 1 0,58

Jumlah 173 100

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa MTsN

Data hasil tes yang diberikan kepada 173 siswa dari 5 MTsN di Jakarta yang

pembelajarannya menerapkan K13 diperoleh nilai siswa terendah 1,25 dan nilai tertinggi 50.

Siswa yang memperoleh nilai terendah sebesar 12,14% dan nilai tertinggi 0,58%. Dari analisis

deskriptif, diketahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa MTsN yang

pembelajarannya menerapkan K13 dengan nilai rata-rata sebesar 15,69, median, 15,56, modus

16,50, dan varians 69,33 serta simpangan baku sebesar 8,33. Data ini menunjukan

kemampuan berfikir kritis matemasis siswa masih sangat rendah. Ragam dari data tersebut

tidk terlalu besar yang artinya kemampuan berfikir kretif matematis siswa hampir sama.

Berikut sebaran data kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa MTsN dalam bentuk

tabel.

Tabel 2

Tabel Distribusi Frekuensi

Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa MTsN

No Interval Frekuensi Persentase (%)

1 1 – 5 21 12,14

2 6 – 10 26 15,03

3 11 – 15 39 22,54

4 16 – 20 43 24,86

5 21 – 25 27 15,61

6 26 – 30 11 6,36

7 31 – 35 2 1,16

8 36 - 40 2 1,16

9 41 - 45 1 0,58

10 46 - 50 1 0,58

Jumlah 173 100

Page 16: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

16

3. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN)

Kemampuan berpikir kritis matematis siswa MTsN yang pembelajarannya

menerapkan K13 masih sangat rendah.Demikian juga halnya dengan kemampuan berpikir

kritis matematis siswa.Untuk lebih rinci mengenai kemampuan berpikir kritis dan kreatif

matematis siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3

Perbandingan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis

Siswa MTsN

Statistik Deskriptif

Kemampuan Berfikir

Kritis Kreatif

Jumlah Siswa 173 173

Maksimum (Xmaks) 84,38 50

Minimum (Xmin) 0 1,25

Rata-rata 26,92 15,69

Median (Me) 27,70 15,56

Modus (Mo) 33,42 16,50

Varians 182,84 69,33

Simpangan Baku 13.52 8,33

Pada tabel 3 terlihat jelas bahwa kemampua berfikir kritis dan kreatif siswa MTsN

DKI Jakarta masih sangat rendah. Jika dilihat dua kemampuan tersebut, maka kemampuan

berfikir kritis lebih baik dibandingkan berfikir kretatif.Karena ada siswa yang mencapai nilai

relativ tinggi yaitu 84, sedangkan pada kemampuan berfikir kretaif hanya mencapat nilai 50.

Kemampuan rata-rata siswa pada dua kemampuan berfikir tingkat tinggi ini masih sangat

rendah, rata-ratanya dibawah 30

a. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa MTsN Per-Indikator

1) Kemampuan Deduksi dengan Menggunakan Prinsip

Kemampuan deduksi dengan menerapkan prinsip berperan untuk mengetahui variasi

dari jawaban siswa.Darijawabansiswa pada tes yang diberikan terlihat bahwa

kemampuan mendeduksi dengan menerapkan prinsip baru mencapai 22,8% Sebagai

gambaran umum tentang kemampuan berpikir kritis matematis siswa, berikut ini akan

ditampilkan beberapa jawaban siswa.

Page 17: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

17

Gambar 1

Contoh Hasil Jawaban Siswa untuk soal no. 5

Contoh jawaban siswa di atas, merupakan jawaban yang paling banyak dibuat siswa

atas soal berikut “Diketahui fungsi f dan g, fungsi f memetakan x ke x + 3, dan fungsi g

memetakan x ke 3x-2. a. Apakah terdapat daerah hasil yang sama dari fungsi f dan g

?Jelaskan!; b.Kesimpulan apakah yang kalian dapatkan antara fungsi f dan fungsi g?”.

Siswa belum mampu melakukanproses deduksi dengan menerapkan prinsip untuk menarik

kesimpulan.Pada soal ini sebagian besar nilai siswa tidak dapat menyeleaikan masalah

sesuai dengan kriteria yang sudah ditetapkan.

2) Kemampuan Menggeneralisasi dan Mempertimbangkan Hasil Generalisasi

Kemampuan menggeneralisasi dan mempertimbangkan hasil generalisasi baru

mencapai 32,1%. Kemampuan ini lebih baik dari kemampuan mendeduksi menggunakan

prinsip. Meskipun demikian, kemampuan menggeneralisasi masih pada kategori sangat

rendah. Sebagai gambaran umum, berikut ini akan ditampilkan salah satu jawaban siswa.

Gambar 2

Contoh Jawaban Siswa untuk soalno. 1

Dari contoh jawaban siswa pada gambar 2 terlihat jawaban akhirnya sudah benar,

tetapi sistimetika penyelesaian yang dibuat belum lengkap. Ini adalah contoh terbaik dari

jawab siswa menjawab permasalahan yang diberikan

Page 18: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

18

3) Kemampuan Merumuskan Masalah Kedalam Model Matematika

Dari soal yang diberikan,sebagian siswa sudah mampu membuat model

matematika. Hal ini karena siswa sudah menguasai model matematika sehingga dapat

menyelesaikan masalah dengan benar. Dari perhitungan statistik deskriptif, diperoleh

kemampuan siswa dalam merumuskan masalah kedalam model matematika sebesar 32,6%.

Artinya kemampuan merumuskan masalah ke dalam model matematik baru sekitar 32,6%

dari 100% kemampuan yang seharusnya dikuasai. Kemampuan siswa pada indikator ini

hampir sama dengan kemampuan menggenaralisasi. Berikut ini salah satu contoh jawaban

siswa untuk soal no.4

Gambar 3.

Contoh Jawaban Siswa untuk soal no.4

Pada gambar diatas terlihat bahwa siswa sudah mampu membuat model matematika

dari soal yang diberikan.Berikut soal tersebut “Seorang pedagang kain membeli dua

macam kain dengan total harga Rp. 126.000.Kain yang pertama dibeli dengan harga Rp.

4.500 per meter dan yang kedua dibeli dengan harga Rp. 2.400 per meter lebih

mahal.Kain yang kedua dibeli 3 kali lebih banyak dari kain yang pertama. Panjang kain

kedua yang dibeli adalah?”. Kemampuan pada indikator ini adalah yang terbaik

dibandingkan indikator yang lain. Meskipun demikian, kemampuan siswa dalam membuat

model matematika dari masalah yang diberikan masih sangat rendah.

4) Kemampuan Mengidentifikasi Relevansi

Page 19: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

19

Kemampuan mengidentifikasi relevansi merupakan proses yang penting, jika siswa

tidak mampu menginfentifikasi relevansi dengan baik, maka penyelesaian akhir tidak

akantercapai. Dari soal tes yang diberikan, diperoleh jawaban bahwa kemampuan

mengidentifikasi relevansi baru mencapai 19,9%. Kemampuan pada indikator ini adalah

yang paling rendah dibandingkan dengan 3 indikator yang lain. Sebagai gambaran umum

mengenai kemampuan berpikir kritis siswa pada indikator mengidentifikasi relevansi,

berikut ini akan ditampilkan salah satu jawaban siswa.

Gambar 4

Contoh Jawaban Siswa untuk soalno. 3

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Per-Indikator

1) Kelancaran (Fluency)

Kemampuan berpikir kreatif pada indikator kelancaran yaitu kemampuan

membangun banyak ide, semakin banyak ide yang didapat maka semakin bagus

alternative penyelesaian masalah tersebut.Dari soal tes yang diberikan, diperoleh data

kemampuan siswa pada indikator kelancaran sebesar 38,9%. Sebagai gambaran umum,

berikut ini akan ditampilkan jawaban pada indikator ini.

Gambar 5

Contoh Hasil Jawaban Test No. 4 Siswa K13

Page 20: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

20

Sebagian siswa sudah lancar dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Terlihat

dari jawaban siswa pada gambar 5. Mereka sudah mampu membuat penyelesaian dengan

baik.Tetapi dilihat dari keseluruhan jawaban siswa, sebagian besar siswa masih belum

lancar menjabarkan masalah tersebut dan masih banyak yang mendapat nilai rendah.

2) Keluwesan (Flexibility)

Kemampuan berpikir kreatif pada indikator keluwesan memiliki banyak fungsi

dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, karena keluwesan membangun ide yang

beragam membuat siswa berani mencoba berbagai pendekatan atau cara dalam

menyelesaikan masalah yang diberikan. Dari jawaban siswa dalam menyelesaikan

masalah, diperoleh kemampuan siswa indikator keluwesan sebesar 1,79%. Siswa hanya

menyelesaikan soal sesuai dengan algoritma yang dicontohkan.Perhatikan jawaban siswa

berikut.

Gambar 6

Conton Jawaban Siswa untuk soal No. 5

3) Kerincian

Kemampuan berpikir kreatif pada indikator kerincian atau yang biasa disebut elaborasi

merupakan kemampuan untuk menguraikan jawaban sehingga dapat menyelesaikan

masalah atau soal yang diberikan. Namun pada soal tes yang diberikan, diperoleh hasil

kemampuan berpikir kreatif pada indikator elaborasi sebesar 26,48%. Kemampuan siswa

pada indikator ini lebih baik dibandingkan indikator keluwesan.Berikut salah satu contoh

jawaban siswa yang paling baik dibandingkan yang lain.

Page 21: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

21

Gambar 7

Contoh Hasil Jawaban Test No. 3

Terlihat dari jawaban siswa, bahwa mereka belum mampu menguraikan secara rinci

permasalahan dalam soal sehingga belum dapat menyelesaikan masalah dengan tepat.Baru

sebagian kecil siswa yang mengerti tentang penyelesaian masalah, sehingga siswa mampu

menjawab soal dengan benar.

4) Kebaruan

Kemampuan berpikir kreatif pada indikator kebaruan atau originality ini merupakan

tahapan paling sulit diantara tahapan lain karena siswa dituntut untuk menjawab soal

dengan cara yang tidak biasadan harus unik. Kemampuan berpikir kreatif pada indikator

kebaruan baru mencapai 2,66%, sedikit lebih baik dibandingkan indikator keluwesan.

Berikut salah satu jawaban siswa dalam menyelesaikan masalah pada indikator kebaruan.

Gambar 8

Contoh Jawaban Siswa untuk Soal no. 1

Kemampuan berfikir kritis dan kreatif matematika siswa sebagaimana uraian di atas

masih jauh dari harapan.Baik kemampuan berfikir kritis maupun berfikir kreatif matematis

siswa rata-rata nya masih sangat rendah.Meskipun demikian, kemampuan berpikir kreatif

matematis siswa kedua kelompok masih sangat rendah.Hal ini diduga, siswa belum

terbiasa dengan soal-soal berfikir kreatif karena soal-soal tersebut belum ada dalam buku

paket pelajaran dan guru juga jarang memberikan masalah berfikir tinggak tinggi. Data ini

memperkuat hasil TIMMS dan PISA yang menunjukkan kemampuan berpikir tingkat

Page 22: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

22

tinggi peserta didik Indonesia masih tergolong rendah dan mendapatkan posisi paling

bawah dari keseluruhan Negara peserta.

Pada pembelajaran K13 siswa dituntut untuk mampu membangun konsep secara

mandiri, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Dilihat dari perkembangan usia siswa

MTs rata-rata 12-15 tahun yang masih memerlukan bimbingan. Disamping itu

pembelajaran yang biasanya dilakukan guru selama ini belum melatih siswa untuk belajar

mandiri. Guru menjelaskan konsep secara rinci dan siswa hanya diminta aktif untuk

mengerjakan latihan-latihan soal, tidak pada membangun konsep. Berdasarkan teori

belajar konstruktivisme yang sekarang digunakan sebagai landasan pembelajaran di

sekolah mestinya siswa dapat membangun konsep secara mandiri, tetapi pada

kenyataannya siswa masih belum terbiasa sehingga ini menjadi kendala.

4. Pembelajaran Matematika di Madrasah yang Menerapkan K13

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dibeberapa Madrasah Tsanawiyah

Negeri (MTsN) Jakarta tentang pelaksanaan pembelajaran matematika. Pada umumnya guru

sudah mencoba melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang terdiri dari 5

tahapan pembelajaran yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi

atau menalar serta mengkomunikasikan.

Pada tahap mengamati beragam aktifitas yang dilakukan oleh guru dan siswa.

Kegiatan yang dimaksud antara lain, guru meminta yang ada, ada juga yang melakukan

simulasi sesuai dengan materi yang di sampaikan. Kegiatan lain yang juga dilakukan oleh

guru pada tahapan awal pembelajaran adalah menjelaskan materi di depan kelas dengan

bantuan multi media dan siswa diminta untuk mendengarkan penjelasan guru.

Menanya merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan

pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati. Siswa ditantang oleh

guru untuk membuat dan mengajukan pertanyaan sesuai hasil membaca, mendengar,

mengamati atau melakukan aktifitas.Pertanyaan yang dibuat siswa sanagat beragam sesuai

dengan kemampuan masing-masing. Kebanyakan dari siswa baru mampu yang membuat

pertanyaan faktual terkait materi yang dipelajari bahkan meskipun demikian ada juga yang

mampu membuat pertanyaan hipotetik misal “jika matrik A adalah matrik yang mempunyai

elemen sama, apakah matrik tersebut memiliki transpose matrik?’

Mengumpulkaninformasi/eksperimen merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa

eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan

wawancara dengan guru. Pada tahap ini sebagaian besar aktifitas yang dilakukan oleh guru

matematik adalah meminta siswa untuk membaca kembali dan membuat contoh lain sesuai

Page 23: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

23

dengan materi yang diberikan. Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok agar terjadi

interaksi dan saling kerjasama diantar sesame peserta didik.Disamping itu ada juga sebagian

guru menyiapkan bahan ajar tambahan yang dikembangkan sendiri oleh guru untuk

memperkaya konsep yang dipelajari oleh siswa.

Mengolah informasi merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pengolahan

informasi yang sudah dikumpulkan baik dari hasil kegiatan mengumpulkan informasi,

eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati.Pada tahap ini secara umum aktifitas

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa adalah mengerjakan soal-soal latihan yang ada pada

buku paket dan soal tambahan dengan guru berupa soal pengembangan.

Mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa menyampaikan

hasil pengamat dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan siswa

baik secara individual maupun kelompok. Hampir seluruh hasil pengamatan menunjukan

bahawa pada tahap ini siswa baik secara individu maupun secara berkelompok diminta

mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.

Dari data yang sudah disajikan diatas terlihat bahwa pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru matematika madrasah sudah mengacu kepada pendekatan saintifik sesuai

dengan standar proses pelaksanaan pembelajaran K13. Hanya saja dalam menerapkan

langkah-langkah pembelajaran tersebut, guru masih terlihat agak kaku karena sangat

berfokus pada buku pedoman guru. Dalam hal ini dibutuhkan keberanian dan kemauan guru

melakukan berbagai inovasi dalam menerapkan berbagai model dan strategi yang tepat supaya

tujuan yang diharapkan dalam K13 dapat tercapai.

Berdasarkan standar proses secara tegas dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran

K13 menerapkan pendekatan saintifik dengan berbagai model pembelajaran. Model-model

tersebut diantaranya discovery learning, inkuiry, problem based learning, cooperative

learning dansebagainya. Yang pada intinya pembelajaran yang mendorong siswa untuk mau

belajar (pembelajaran yang membelajarkan) secara mandiri ataupun kelompok.

C. Kendala Pelaksanaan K13 di Madrasah

Pelaksanaan K13 Madrasah secara massif baru berjalan dua tahun.Banyak persoalan

yang dihadapi madrasah khususnya guru mata pelajaran matematika dilam

mengimplementasikan kurikulum baru tersebut.Terdapat beberapa kendala dalam menerapkan

kurikulum 2013 yaitu (a).masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang

pelaksanaan pembelajaran terutama terkait dengan metodologi pembelajaran yang lebih

memberdayakan dan menekan keterlibatan siswa secara aktif; (b). hard copybuku guru dan

buku siswa belum tersedia diseluruh madrasah, sehingga guru mengambil bahan dalam

Page 24: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

24

bentuk solf copy dan menggandakan sendiri demikian juga hal nya dengan buku

siswa.Akibatnya tidak semua siswa mempunyai bahan ajar, padahal buku ajar adalah sumber

utama dalam melaksanakan pembelajaran dikelas; (c).siswa belum terbiasa mengkonstruk

pengetahuan dari berbagai aktivitas yang dilakukan dikelas sehingga masih sering terlihat

guru lebih dominan; (d). sarana dan prasarana yang tersedia dikelas belum memadai untuk

mendukung terlaksana proses pembelajaranyang sesuai dengan tuntutan K13; (e). bahan ajar

(buku guru/siswa) K13 masih banyak kesalahan sehingga perlu perbaikan dan

penyempurnaan, baik secara konten maupun teknis; (f). metode penilaian sangat kompleks

dan menyita waktu sehingga membingungkan guru dalam proses penilaian.Termasuk untuk

penginputan nilai kedalam sistem banyak menyita waktu sehingga dapat mengalihkan fokus

dan perhatian guru dari pembelajaran; (g).materi ajar yang terlalu padat sehingga proses

pembelajaran tidak maksimal karena guru menjadi sangat fokus terhadap pencapaian

kurikulum. Padahal dalam KI dan KD terdapat rumusan yang lebih menekankan pada proses

pembentukan pengetahuan melalui proses pembelajaran yang baik.

E. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil penelitian sudah dilaksanakan di MTsN DKI Jakarta mengenai

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa yang pembelajarannya menerapkan

K13 dan KTSP, diperoleh beberapa kesimpulan. 1).Pembelajaran matematika yang dilakukan

oleh guru sudah sesuai dengan standar proses pemembelajan yaiatu menerapkan pendekatan

saintifik dangan tahapan mengamati, menannya, mengumpulkan informasi,

mangasosiasi/menalar dan mengkomunikasikan. Meskipun demikian karena pendekatan ini

merupakan sesuatu yang baru baik oleh guru maupun siswa tentu perlu perbaikan dan

pembiasaan. 2).Terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan K13 di kelas diantaranya

kengetahuan guru tentang K13, buku guru dan siswa belum tersedia dalam bentuk hard

copyserta masih banyak kesalahan konten dan teknis, siswa belum terbiasa membangun

konsep secara mandiri serta metode penilaian yang komplek sehingga menyulitkan guru.

3).Kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari nilai

rata-rata siswa 26,92 untuk kemampuan berpikir kritis dan 15,69 untuk kemampuan berpikir

kreatif siswa. Kemampuan berfikir kreatif matematis siswa jauh lebih rendah dibandingkan

kemampuan berfikir kritis matematis siswa

Beberapa rekomendasi yang dapat disampaikan terkait hasil penelitia ini antara lain

(1). Pemahaman awal siswa terhadap materi harus ditingkatkan sebab dalam pembelajaran

K13 ini memerlukan kegiatan diskusi dan mandiri, oleh sebab itu siswa harus memiliki

pemahaman terhadap konsep yang baik mengenai materi prasarat, sehingga pembelajaran

Page 25: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

25

matematika dapat berjalan dengan baik. (2).Untuk penelitian lebih lanjut, dapat melakukan

penelitian tentang pengaruh penerapan K13terhadap kemampuan matematik lainnya terutama

untuk higth order thinking skill. (3).Secara umum kemampuan berpikir kritis dan kraatif siswa

MTsN masih sangat rendah, oleh karena itu disarankan kepada guru matematika dapat

membuat soal dan masalah matematika berfikir kritis dan kreatif sehingga kemampuan

berfikir tingkat tinggi siswa dapat ditingkatkan. (4). Dosen-dosen Perguruan Tinggi

khususnya prodi pendidikan matematika dapat menyusun program pengabdian masyarakat

dalam hal pendampingan guru matematika menyusun instrument berfikir kritis dan kreatif

khususnya dan instrumen berfikir tingkat tinggi (high order thinking) pada umumnya.

Daftar Pustaka

Achmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. Bandung.

Aldous, C. R. (2007). Creativity, Problem Solving and Innovative Science Insights From

History, Cognitive Psychology and Neuroscience.International Education Journal,

8(2), 176 – 186. [Online] Tersedia

:http://ehlt.flinders.edu.au/education/iej/articles/v8n2/Aldous/paper.pdf.[6 Mei 2013].

Amber, H.N. (2011), Pembelajaran Matematika Open Ended untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SD, Skripsi UPI Bandung, tidak diterbitkan.

Amri, S.danAhmadi, I. K.(2010).Proses PembelajaranInovatifdanKreatif. Jakarta: Prestasi

Pustaka.

Baron, J. B and Sternberg, R. J. (1987).Teaching Thinking Skills: Theory and Practice. New

York: W.H. Freeman and Company.

Cotton, K. (1991). Theaching Thinking Skills.School Improvement Research Series.

Creswell, J.W (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed, edisi

ketiga. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Depdiknas (2006).Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Standar Kompetensi Matematika

SMP/MTs. Jakarta: Depdiknas

Direktorat Pendidikan Agama Islam (2013).Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum

2013, Kementerian Agama Direktorat Pendidikan Islam, Jakarta.

Direktorat Pendidikan Agama Islam (2013).Modul Pelatihan Kurikulum 2013. Kementerian

Agama Direktorat Pendidikan Islam, Jakarta.

Direktorat Pendidikan Agama Islam (2013).Pedoman BIMTEK dan Implementasi Kurikulum

2013, Kementerian Agama Direktorat Pendidikan Islam, Jakarta.

Ennis, R. H. (1996). Critical Thinking.United States of America: Prentice-Hall Inc.

Page 26: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

26

Ernest, Paul. (1994), Constructing Mathematical Knowledge:Epistemology and Mathematic

Education. USA: The Falmer Press.

Facione, Holistic Critical Thinking Scoring Rubric. [Online]Tersedia:

http://www.calstatela.edu/academic/aa/assessment/assessment_tools_resources/rubrics

/scoringrubric.pdf , [5 Desember 2012]

Fisher A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, terjemahan Benyamin Hadinata dari

Critical Thinking: An Introduction. Erlangga, Jakarta.

Glazer, E. (2001).Using Web Sources to Promote Critical Thinking in High School.[Online]

Tersedia: http://math.unipa.it/Aglazer [17 September 2012]

Harsanto R, (2007). Pengelolaan Kelas yang Dinamis, Kanisius, Yogyakarta

HOSA (2011).Creative problem solving.Event Guidelines. [Online] Tersedia

:http://www.hosa.org/natorg/sectb/cat-iv/cps.pdf. [6 Mei 2013].

Isaksen, S. G. (1995). “ On the conceptual foundation of creative problem solving: a response

to Magyari-Beck”.Journal of Cretivity and Innovation Management. 4, (1), 52-63.

Isaksen, S. G. (1996). Transforming Dreams Into Reality: The Power of Creative Problem

Solving. [Online] Tersedia: http://www.cpsb.com/research/articles/creative-problem-

solving/Dreams-Power-of-Creative-Problem-Solving.pdf. [7 Agustus 2012 ]

Isaksen, S. G. (2005). Creative Problem Solving: The History, Development, and Implications

for Gifted Education and Talent Development. New York: Cambridge University.

Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP

Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif.Disertasi

pada Sekolah Pascasarjana UPI.Tidak diterbitkan.

Jihad, A & Haris, A. (2009).Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Johnson. Elain, (2006), Contextual Teaching & Learning. Bandung: MLC

Lavonen, J., Autio, O., and Meisalo, V. (2004). “Creative and collaborative problem solving

in technology education: A case study in primary school teacher education. The

Journal of Technology Studies, Vol. 75, 105-115.

Lie, A. (2002). Cooperative Learning, Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang

Kelas.Jakarta: Gramedia

Mahmudi A. (2010), Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Makalah

disampaikan pada Konferensi Nasional Matematika XV, UNIMA Menado, 30 Juni – 3

Juli.

Mahmudi, A. (2010A). Pengaruh Pembelajaran dengan Strategi MHM Berbasis Masalah

terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Kemampuan Pemecahan Masalah, dan

Disposisi Matematis, serta Persepsi Terhadap Kreativitas.Disertasi pada Sekolah

Pascasarjana UPI.Tidak diterbitkan.

Page 27: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

27

Mandasari, E.P. (2015). Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual)

terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta: tidak dipublikasikan.

Marzano, R. J. (1989). Dimention of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction.

Alexanderia US: Association for Supervision and Curriculum Development.

Maxwell, K. (2001). Positive Learning Dispositions in Mathematics.[Online] Tersedia:

http://www.education.auckand.ac.nz/uoa/fms/default/education/docs/word/research/fo

ed_paper/issue11/ACE_Paper_3_Issue_11.doc [07 Desember 2012]

Mayadiana, D. (2009). Kemampuan Berpikir Kritis Matematika. Jakarta: Cakrawala Maha

Karya.

Mitchel, W. E, dan Thomas F. (1999).Kowalik.Creative Problem

Solving.GenigraphicsInc.Cet.III.

Myrmel, M. K. (2003). Effects of Using Creative Problem Solving in English Grade

Technology Education Class at Hopkins North Junior High School.A Research paper,

The Graduate school, University of Wisconsin-Stout, August 2003. [Online].

Tersedia: http://www2.uwstout.edu/content/lib.thesis/2003/2003myrmel.pdf. [25

Oktober 2013]

NCTM (2000).Principles and Standards for School Mathematics.Reston: Virginia

NCTM (1991).Evaluation of Teaching: Standard 6: Promoting Mathematical Disposition.

[Online]. Tersedia:

http://www.fayar.net/east/teacher.web/math/Standards/previous/ProfStds/EvTeachM6.

htm. [5 November 2012]

Nilson C. (2014). Developing Children’s Critical Thinking through Creative Arts Exposure,

The International Journal of Art Education, Champaign, Ilinois, USA.

Overview TIMSS and PIRLS 2011, Mathematic and Science Achievement, 2016,

(http://timssandpirls.bc.edu/data-release-211/pdf/Overview-TIMSS-and-PIRLS-211-

Achievement.pdf)

Pepkin, K. L. (2000). Creative Problem Solving in Math. [Online] Tersedia: http://m2s-

conf.uh.edu/honors/honors-and-the-schools/houston-teachers-institute/curriculum-

units/pdfs/2000/articulating-the-creative-experience/pepkin-00-creativity.pdf ,[28

Nopember 2012].

Permatasari, I. (2014). Pengaruh Metode IMPROVE terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis Siswa, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak dipublikasikan.

PISA 2012 Result in Focus: “What 15-year-old know and what theycan do with what they

know”.OECD,2014.P.14.

Polya, G.(1973).How To Solve It. New Jersey: Princeton University Press, 2nd edition.

Rahman, dkk.(2013), Pemikiran Kritis dan Kreatif.Tanjong Malim Perak: UPSI

Page 28: Implementasi K13 pada Pembelajaran Matematika dalam ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42272/1... · kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan

28

Rajendran, N.S. (2013), Teaching & Acquiring Higher Order Thinking Skills Theory &

Practice, Tanjong Malim Perak: UPSI

Rasiman (2014), Penelusuran Proses Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Masalah

Matematika Bagi Siswa dengan Kemampuan Matematika Tinggi,

ejournal.ikippgrismg.ac.id/index.php/aksioma/ article/download/221/192.

Rohmayasari, N. (2010). Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

Kontekstual (CTL) terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Analitis dan Kreatif

siswa SMP di Jawa Barat.Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UNPAS.

Tidak diterbitkan

Ruseffendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta

Lainnya.Bandung: Tarsito

Sabandar, J. (2008). Berpikir Reflektif dalam Pembelajaran Matematika. Tersedia:

http://file.upi.edu/...JOZUA.../Berpikir_Reflektif2.pdf , [15 April 2013].

Santrock, J. W. (2008). Psikolagi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet.2.

Siswono, T. (2008).Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan

Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.Semarang: Unesa

University Press.

Soedjadi, R. 1995. Pendidikan, Penalaran, Konstruktivisme, Kreativitas sajian dalam

Pembelajaran Matematika. Makalah tidak diterbitkan.

Somakim (2010).Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Self-Efficacy Matematik Siswa

Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendekatan Matematika

Realistik.Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI.Tidak diterbitkan.

Sudjana (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono (2008).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta. Cet. Ke-4.

Sukmawati, E. (2010), Pengaruh Pembelajaran ‘Kuasai’ terhadap Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa SMP, Skripsi UPI Bandung, tidak diterbitkan.

Sumarmo, U. (2013), Berpikir dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya, Kumpulan

Makalah Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung, tidak dipublikasikan.

Sumarmo, U. (2010). BerpikirdanDisposisiMatematik:Apa, Mengapa,

danBagaimanaDikembangkanPadaPesertaDidik. Bandung: FPMIPA UPI.

Treffinger, D.J., S.G. Isaksen, K.B. Dorval. (2003). Creative Problem Solving (CPS Version

6.1𝑇𝑀) A Contemporary Framework for Managing Change. [Online] Tersedia:

http://www.creativelearning.com/PDF/CPSVersion61.pdf [9 Juli 2013]

Yuli, T. (2008), Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan

Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, Surabaya: Unesa

University Press.