Upload
vandien
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 1
ISSN 2088-9194
7 7 2 0 8 8 9 1 9 4 0 89
Potret Umum Transportasi KA dan
Jalan Tol di Indonesia
Jalan Tol dan Kereta Api, Lokomotif Proyek KPBU
Impian Kota Bandung Miliki LRT Segera Terwujud
Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
PARTNERSHIPSUSTAINING
M E D I A I N F O R M A S I K E R J A S A M A P E M E R I N T A H D E N G A N B A D A N U S A H A
2 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
media
Ketersediaan sarana infrastruktur transportasi seperti akses jalan yang baik, sarana pelabuhan yang memadai, jembatan penghubung yang strategis, bandar udara yang berfasilitas lengkap, jalan tol yang sesuai kebutuhan dan sarana pendukung lain seperti rel
dan sistem jaringan kereta api yang terorganisasi dengan baik akan secara langsung mempengaruhi peningkatan daya saing perekonomian yang nantinya berujung pada pesatnya laju pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia dalam Tinjauan Kebijakan Moneter BI menyebutkan bahwa sektor transportasi adalah sektor nomor dua yang paling berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia, setelah sektor industri. Sudah selayaknya pembangunan sektor transportasi mendapatkan porsi perhatian yang cukup dan direncanakan secara komprehensif sehingga output fisik dari pembangunan dapat tercapai sesuai yang direncanakan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menuturkan bahwa infrastruktur transportasi menjadi salah satu syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 7% dalam 3 tahun ke depan. Dalam visi Nawacita, Jokowi berkomitmen untuk membangun infrastruktur secara komprehensif. Termasuk di dalamnya adalah transportasi umum yang terintegrasi di darat, laut dan udara serta peningkatan kapasitas jalan, melalui pelebaran jalan, penambahan jalan baru dan pembangunan jalan tol.
Perkembangan pembangunan infrastruktur perkeretaapian di tanah air telah berubah signifikan dalam hal pemerataan pembangunan. Sebelumnya pemerintah hanya hanya melakukan pembangunan infrastruktur rel kereta api di pulau Jawa, kini meluas hingga ke seluruh Indonesia. Dengan ketersediaan infrastruktur yang beragam dan memadai, maka efisiensi lebih tercipta. Sektor riil akan lebih berpeluang tumbuh lebih besar karena para pelaku usaha kecil hingga besar sama-sama diuntungkan dengan biaya transportasi dan logistik yang lebih murah.
Tentunya pembangunan infrastruktur perkeretaapian dan jalan tol membutuhkan investasi yang tidak sedikit dan waktu yang relatif lama. Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) merupakan alternatif pendanaan yang paling tepat karena pengadaan infrastruktur menyangkut kepentingan publik dan menuntut keterlibatan pemerintah.
Gerak cepat pemerintahan Jokowi membangun infrastruktur transportasi perkeretaapian dan jalan tol di seluruh Indonesia menunjukkan pemerintah peduli dengan aksesibilitas daerah. Sebab ketersediaan infrastruktur transportasi akan menjadi pendorong bagi pertumbuhan potensi ekonomi yang ada. Diharapkan peningkatan konektivitas akan mampu memberikan dampak positif bagi pengembangan potensi ekonomi daerah, yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. (*)
EditorialEditorial & redaksi
Membangkitkan Infrastruktur Pendukung Mobilitas
SuSunan RedakSi
penanggung jawabPlt. Direktur Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta, Bappenas
peMIMpIn ReDaKSIJusuf Arbi
Dewan ReDaKSIDelthy Sugriady SimatupangGunsairiRachmat MardianaNovie AndrianiDodi SulistioAhmad Yudistira Eka Masropah Christiaan R. Rudolph Ajeng P. AnggitaElisabeth Ria
ReDaKtuR pelaKSanaR Indra
ReDaKtuRThomas PKandi Agus S
RepoRteRElmy Diah LarasatiDewi SulistiawatyAndi Nur Azisa
FotogRaFeRPonco
DeSaIn gRaFISAfandi A, Dica H
alamat RedakSi
Infrastructure Reform Sector Development Program (IRSDP)BAPPENASJl. Jambu No.35, Jakarta 10310website: www.irsdp.orgTelp. (62-21) 31925392Fax. (62-21) 31926438
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 3
kolom
13
Terdapat sebuah metode untuk mempercepat proses penyiapan proyek infrastruktur, yaitu Project Delivery Partnership (PDP) atau Kerjasama Penyediaan Proyek Infrastruktur. PDP bisadiartikan juga sebagai penunjukanlangsung yang terstruktur.
Penunjukan Langsung yang Transparan untuk Percepatan Proyek Infrastruktur di Indonesia
Daftar Isi
reportase
edukasi
20
24
Kemajuan sistem transportasi memang merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. Sistem ini harus didukung oleh keberadaan keberadaan jalan yang memadai, termasuk jalan tol, sehingga lalu lintas distribusi orang serta barang dan jasa akan lebih mudah dicapai.
Pemerintah sudah berada pada jalur yang tepat dengan membangun banyak infrastruktur kereta api di berbagai wilayah Indonesia.
Peluang investasi jalan tol di Indonesia tahun 2015 sangat besar dan akan terus meningkat di tahun mendatang.
Kelengkapan Regulasi Transportasi Jalan Tol Tingkatkan Investasi
Ruas Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Ditargetkan Beroperasi 2017
reportase15
Kanada banyak membangun infrastruktur transportasi Kereta Api untuk menghubungkan berbagai wilayah sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan.
Kanada Bangun Infrastruktur Kereta Api untuk Konektivitas Kota
Pembangunan Kereta Api untuk Pemerataan Penduduk dan Ekonomi
laporan utama7
4 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Berita Utama
Presiden Joko Widodo
menyampaikan pidato
kenegaraan perdananya
pada bulan Agustus yang
lalu di depan Dewan Perwakilan
Daerah dengan memaparkan
berbagai program pembangunan
infrastruktur yang termasuk
agenda prioritas dalam Nawacita.
Presiden menyebutkan beberapa
proyek infrastruktur yang sedang
dikerjakan pemerintah seperti
proyek jalan tol dan kereta api
(Berita Trans, 2015). Dalam
dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015–2019, pembangunan
infrastruktur transportasi
diprioritaskan kepada perkuatan
konektivitas nasional untuk
menyeimbangkan pembangunan
antar wilayah serta mendukung
peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan daya saing nasional.
Adapun membangun transportasi
massal perkotaan menjadi salah
satu tambahan fokus prioritas pada
sektor transportasi perkeretaapian.
Untuk itu, kebijakan pembangunan
infrastruktur transportasi
diarahkan pada: 1) membangun
sarana dan prasarana penghubung
antar dan menuju koridor
ekonomi dan kawasan-kawasan
pertumbuhan ekonomi; 2)
membangun sarana dan prasarana
yang memenuhi standar dan
kompatibilitas global pada koridor
regional/global; 3) memperluas
jangkauan pelayanan infrastruktur
ke daerah marginal melalui
penyediaan angkutan umum
murah, penyediaan aksesibilitas
dan kegiatan keperintisan baik
transportasi darat, perkeretaapian,
laut dan udara; 4) meningkatkan
kapasitas infrastruktur
transportasi untuk mengurangi
backlog maupun bottlenecking
kapasitas infrastruktur
transportasi; 5) mendorong
pengembangan angkutan
laut, kereta api, dan angkutan
penyeberangan untuk mendukung
tol laut dalam perwujudan sebagai
poros maritim dunia (termasuk
pengembangan angkutan Long
Distance Ferry (LDF); serta 6)
pengembangan transportasi di kota
metropolitan untuk meningkatkan
mobilitas bagi masyarakat melalui
revitalisasi angkutan umum dan
pembangunan transportasi massal
berbasis jalan dan rel.
Selama periode 2005-2014
kebijakan pembangunan
infrastruktur di Indonesia sudah
mengarah kepada peningkatan
daya saing. Pembangunan sektor
transportasi mengalami kenaikan
yang cukup baik di sektor jalan.
Untuk sektor jalan, kondisi mantap
meningkat dari 80,6% pada tahun
2004 menjadi 92,5% pada tahun
2013. Pembangunan jalan nasional
sepanjang 34.628 Km pada akhir
tahun 2004 menjadi 47.017,27 Km
pada awal tahun 2015. Adapun
pembangunan jalan tol pada tahun
2005-2014 telah mencapai 213,64
Km, yang secara keseluruhan
menghasilkan 942 Km jalan tol
beroperasi di seluruh Indonesia
(status per Juni 2015).
Jalan tol yang mulai beroperasi
dalam periode 2005-2014 antara
lain: ruas Cikampek–Purwakarta–
Padalarang, JORR W2S (Pondok
Pinang–Veteran), JORR S1
Utara Seksi 3 (Pondok Pinang–
Taman Mini), JORR E3 (Cakung–
Cilincing), JORR E1 Utara Seksi
4 (Hankam Raya–Cikunir), SS
Waru–Bandara Juanda, Makassar
Seksi IV, Jembatan Suramadu,
Kanci–Pejagan, JORR W1 (Kebon
Jeruk–Penjaringan), JORR W2
Utara (Kebun Jeruk–Ulujami),
Surabaya–Mojokerto Seksi 1
(Waru Sepanjang), Semarang–
Solo Seksi I (Semarang–Ungaran),
Semarang–Solo Seksi II (Ungaran–
Bawean), Kertosono–Mojokerto
Seksi I (Bandar–Jombang), Bogor
Ring Road (BORR) Seksi I (Sentul
Selatan–Kedung Halang), BORR
Seksi IIA (Kedung Halang–Kedung
Badak), Cinere–Jagorawi Seksi I
(Jagorawi–Raya Bogor), dan Bali
Mandara (Nusa Dua–Ngurah Rai–
Benoa).
Keberhasilan pembangunan
jalan/jalan tol dan jembatan
Potret Umum Transportasi KA dan Jalan Tol di Indonesia
Pandu PradhanaStaf Perencana di Direktorat Transportasi, Kementerian PPN/Bappenas
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 5
Berita Utama
untuk mendukung pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi diantaranya
Jembatan Kelok Sembilan,
Jalan Raya Nagrek, Jalan Tayan
Pontianak, Jalan Maros, Jalan
Tol Tanjung Benoa- Nusa Dua,
dan Jembatan Merah Putih. Di
samping itu, peningkatan jalan tol
diupayakan dengan dibangunnya
jalan tol sepanjang 71 Km,
diantaranya pada ruas Kanci-
Pejagan, Semarang-Ungaran, Nusa
Dua–Benoa, JORR W1 (Kebon
Jeruk-Penjaringan), Cinere-
Jagorawi, Surabaya-Mojokerto, dan
Bogor Ring Road.
Hingga pada akhir tahun 2014,
kondisi kemantapan jalan nasional
telah mencapai 93,95%. Kondisi
tersebut dicapai melalui beberapa
kegiatan antara lain preservasi
jalan dan jembatan sepanjang
31.214 Km dan 347,4 ribu M;
peningkatan kapasitas jalan
sepanjang 4.132 Km, pembangunan
jalan baru sepanjang 369 Km;
pembangunan jembatan sepanjang
7.751 M; pembangunan flyover/
underpass sepanjang 1.950 M;
dan pembangunan jalan strategis
sepanjang 570 Km dan jembatan
525 M di lintas selatan Jawa,
perbatasan, terpencil dan terluar,
serta pembangunan jalan tol oleh
pemerintah sepanjang 11 Km
seperti Jalan Tol Semarang–Solo
Seksi II, Jalan Tol BORR Kedung
Halang–Kedung Badak, dan Jalan
Tol Mojokerto–Kertosono.
Sementara itu pada tahun
2015 telah beroperasi Jalan Tol
Cikampek–Palimanan (Cipali)
sepanjang 116,75 Km. Jalan
tol ini merupakan bagian dari
Jalan Tol Trans Jawa yang akan
menghubungkan Merak (Banten)
hingga Surabaya (Jawa Timur),
serta memperpendek jarak tempuh
sejauh 40 Km dan diprediksi akan
memotong waktu tempuh 1,5
sampai dengan 2 jam dibandingkan
melewati Jalur Pantai Utara
Jawa. Selain itu, telah selesai juga
pembangunan Jembatan Soekarno
di Manado sepanjang 1.127 M
yang merupakan bagian dari
Manado Outer Ring Road (MORR),
ruas Jalan Tol Gempol–Pandaan
sepanjang 12,05 Km, dan ruas Jalan
Tol Porong–Gempol (Kejapanan–
Gempol) sepanjang 3,55 Km.
Pada sektor transportasi
perkeretaapian, dalam kegiatan
pembangunan rel ganda,
modernisasi persinyalan, serta
fasilitas keselamatan kereta
api telah mampu menurunkan
secara signifikan jumlah kejadian
kecelakaan kereta api. Penyediaan
dana Public Service Obligation
(PSO) dan pola operasi KA
Jabodetabek mampu meningkatkan
frekuensi pelayanan dan jumlah
penumpang KA selama periode
2004 – 2014. Capaian kegiatan di
sektor perkeretaapian yang telah
dilaksanakan yang antara lain:
Jembatan Kereta Api, telah
dilaksanakan sebanyak 89 unit
dari target 34 unit atau realisasi
mencapai 261,76% serta kegiatan
pembangunan jembatan KA yang
telah dilaksanakan sebanyak
No Jalan Tol OPERASI (s.d. 06/2015)
KONSTRUKSI (s.d. 2019)
PROGRAM (2015 - 2025) TOTAL
1
P SUMATRA 43 496 2,301 2,865 A. Lintas Sumatra 43 346 2,451 2,840
I. Lintas Utama 43 324 1,681 2,048a. Banda Aceh-Medan - 16 455 471b. Medan-Pekanbaru 43 197 335 575c. Pekanbaru- Palembang - 111 556 667d. Palembang-Bakauheni - 150 335 335
II. Lintas Penghubung - 22 770 792a. Tebing Tinggi-Sibolga - - 200 200b. Pekanbaru-Padang - - 240 240c. Palembang-Bengkulu - 22 330 352
B. Non Lintas Sumatra - - 25 25
2
P JAWA 872 950 988 2,815 A. Trans Jawa (Merak-Banyuwangi) 473 538 170 1,187 B. Jabodetabek 209 250 71 530 C. Non Trans Jawa dan Non Jabodetabek 189 162 747 1,098
3 P KALIMANTA N - 99 - 99 4 P BALI 10 - 219 229 5 P SULAWESI 18 39 50 107
TOTAL 942 1,584 3,733 6,115
Tabel 1. Program Pembangunan Jalan Tol di Indonesia
Sumber: Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian PUPR, November 2015
6 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Berita Utama
111 unit dari target 55 unit atau
realisasi mencapai 201,82%;
Persinyalan, dalam rangka
kelancaran operasi perjalanan
KA dan mendukung peningkatan
keselamatan serta peningkatan
pelayanan dilakukan kegiatan
modernisasi dan peningkatan
persinyalan, telekomunikasi dan
listrik yang terdiri dari pekerjaan
persinyalan sebanyak 71 paket
dari target 29 paket atau realisasi
mencapai 244,83% dan pekerjaan
listrik aliran atas sebanyak 14
paket dari target 14 paket atau
realisasi mencapai 100%;
Logistik, dalam pelaksanaan
pembangunan dan peningkatan
jalur KA, pengadaan material/
logistik yang telah dilaksanakan
dalam kurun lima tahun terakhir
berupa pengadaan rel sebanyak
142.311 ton dari target 60.489 ton
atau realisasi mencapai 235,27%
dan pengadaan wesel sebanyak
105 unit dari target 245 unit atau
realisasi mencapai 42,86%;
Prasarana Perkeretaapian,
diantaranya adalah pembangunan
jalur ganda Cikampek–Cirebon
sepanjang 135 Km, pembangunan
jalur ganda Yogyakarta–Kutoarjo
sepanjang 64 Km, pembangunan
jalur ganda Tanah Abang–Serpong
sepanjang 23 Km, pembangunan
jalur KA di Aceh antara Simpang
Mane–Blangpulo–Cunda sepanjang
30,3 Km, elektrifikasi jalur KA
antara Serpong–Parungpanjang
sepanjang 20 Km termasuk rehab
track eksisting sepanjang 11,52
Km, dan pembangunan jalur
ganda lintas utara jawa (Jakarta–
Surabaya sepanjang 727 Km serta
pembangunan jalur KA menuju
Bandara Internasional Kualanamu
sepanjang 27,8 Km;
Sarana Perkeretaapian, telah
dilaksanakan kegiatan pengadaan
sarana perkeretaapian khususnya
untuk menunjang angkutan KA
ekonomi jarak menengah dan jauh.
Dalam kurun waktu tahun 2005–
2009, jumlah pengadaan kereta
ekonomi (K3 termasuk KMP3)
yang telah dilaksanakan adalah
sebanyak 152 unit dari target 90
unit atau realisasi mencapai 168,9
%. Selain itu, untuk mendukung
pelayanan KA komuter/perkotaan
telah dilaksanakan pengadaan
KRD/KRDI sejumlah 63 unit
dari target 15 unit atau realisasi
mencapai 420 % serta pengadaan
KRL sejumlah 68 unit dari target
10 unit atau realisasi mencapai 680
%;
Rehabilitasi, terdiri dari
rehabilitasi prasarana dan sarana
KA, untuk kegiatan rehabilitasi
sarana telah dilaksanakan
sebanyak 47 unit kereta ekonomi
(K3/KMP3) dari target 100 unit
atau realisasi mencapai 47%, 18
unit KRL dari target 5 unit atau
realisasi mencapai 360%, dan 26
unit KRD dari target 34 unit atau
realisasi mencapai 76,5%;
Penyediaan Dana PSO,
Pemerintah mengeluarkan
kebijakan pemberian subsidi pada
angkutan kereta ekonomi yang
bertujuan untuk meringankan
beban masyarakat sehingga daya
beli masyarakat menjangkau
terhadap harga tiket kereta api
kelas ekonomi serta mendorong
perpindahan moda angkutan dari
kendaraan pribadi maupun motor
ke angkutan umum khususnya
kereta api. Dalam kurun waktu
2005–2013 terjadi peningkatan
jumlah PSO yang signifikan yaitu
dari Rp 140 Miliar pada tahun
2004 menjadi Rp. 704,8 Miliar
pada tahun 2013 atau mengalami
peningkatan lebih dari 5 (lima) kali,
dimana kenaikan tertinggi terjadi
pada tahun 2012 yaitu sebesar
130,5 milyar dibanding tahun
sebelumnya.
Hingga akhir tahun 2014, sektor
transportasi perkeretaapian
telah mendapat beberapa capaian
penting yang telah dilaksanakan
antara lain dimulainya konstruksi
pembangunan MRT Jakarta;
pembangunan jalur ganda KA
Lintas Utara Jawa 725 Km;
pembangunan beberapa jalur
ganda lainnya seperti jalur ganda
lintas Duri–Tangerang; lintas
Parungpanjang–Maja, dan lintas
Cirebon–Prupuk. Selain itu juga
telah dilakukan pembangunan jalur
KA yang dilaksanakan oleh PT.
KAI antara lain lintas Araskabu–
Kualanamu; dan KA akses Bandara
Soekarno Hatta via Tangerang; dan
dimulainya pembangunan jalur KA
Trans Sulawesi antara Makassar–
Parepare. (*)
Referensi
Prihartono, et al. 2015. Draft Lampiran Pidato Presiden
Republik Indonesia 14 Agustus 2015. Direktorat Transportasi,
Kementerian PPN/Bappenashttp://beritatrans.com/2015/08/14/
jokowi-pemerintah-akan- kebut-pembangunan-jalan-tol-dan-
kereta-api-di-indonesia/ diakses 13 Desember 2015.
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 7
Kelengkapan Regulasi Jalan Tol Tingkatkan Investasi
Berita Utama
Peluang investasi besar untuk bisnis jalan tol itu bukan tanpa alasan. Pemerintah
telah membuat regulasi yang kuat sebagai payung hukum yang memberi jaminan bagi para investor. Ada lima peraturan yang telah dibuat pemerintah untuk mendukung peningkatan investasi di bisnis jalan tol.
Kelima peraturan tersebut yaitu Undang-Undang (UU)
“peluang investasi jalan tol di indonesia tahun 2015 sangat besar dan akan terus meningkat di tahun mendatang,” kata kepala Badan pengatur Jalan tol (BpJt) kementerian pekerjaan umum Herry trisaputra Zuna saat wawancara dengan Majalah Partnership.
Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan; Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2013; PP Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan UU No 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah untuk
Kepentingan Umum.
“Khusus pengaturan mengenai tata cara dan mekanisme Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Jalan Tol diatur dalam Perpres 38 Tahun 2015 beserta peraturan pelaksanaannya,” tutur Herry.
Selain regulasi yang memberi kepastian hukum bagi investor, Kementerian PUPR juga membuat kebijakan percepatan pembangunan jalan tol. Kebijakan tersebut tercantum dalam dokumen ‘Peluang Investasi Jalan Tol di Indonesia’ yang dipublikasikan Oktober 2014.
Pembangunan Jalan Tol
8 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
dimaksud yaitu dengan menggarisbawahi kewajiban badan usaha pelaksana (BUP) untuk melakukan pendanaan, membangun, melakukan operasi, dan pemeliharaan proyek. Dengan kewajiban yang sudah menjadi tanggung jawab BUP tersebut, proses lelang harus mampu menjaring BUP yang dapat melaksanakan konstruksi sekaligus mendatangkan keuntungan agar proyek dapat terlaksana segera setelah perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) ditandatangani.
“Untuk itu dalam dokumen disyaratkan peserta lelang sudah harus berbicara dengan perbankan dan menunjuk kontraktor yang akan melaksanakan proyek. Kami memastikan hal ini dilakukan,” papar Herry. Lebih lanjut dijelaskan, pengembangan bisnis jalan tol dengan skema KPBU ini didukung oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) dengan menjamin contingent liability. Sedangkan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) berperan lewat pemberian porsi
Berita Utama
Kebijakan tersebut yaitu peraturan perundang-undangan yang mendukung percepatan pembangunan jalan tol; penguatan kerangka kerja institusi dan pengaturan jalan tol lewat pembentukan BPJT sebagai badan regulator di bidang jalan tol; pembentukan Komite Kebijakan Percepatan Pembangunan Infrastruktur yang diketuai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; perjanjian pengusaha jalan tol yang bankable dan investor friendly; formulasi sistem yang tepat untuk penyesuaian tarif tol; serta pengelolaan risiko pembebasan tanah dengan penyiapan mekanisme revolving fund melalui Badan Layanan Umum (BLU)-BPJT dan land capping.
Keberadaan regulasi dan kebijakan ini, kata Herry, dilakukan seiring dengan program pemerintah untuk mencapai target pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 kilometer (km) selama lima tahun mendatang. BPJT dalam hal ini bertugas untuk memastikan perencanaan dilakukan dengan matang, proses lelang berjalan transparan, melaksanakan pengendalian pembangunan, memastikan proyek beroperasi, dan memastikan pemeliharaan jalan tol.
Dalam hal pelelangan, Herry menjelaskan, filosofi Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) harus terjadi kontrak terintegrasi antara kedua pihak. Integrasi yang
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 9
pinjaman dengan tenor menarik. PT SMI juga memberi pinjaman atas cash deficiency pada tahun-tahun awal jalan tol beroperasi.
“Skema ini dilakukan dengan memanfaatkan kelebihan dan kepastian proses pengadaan tanah sesuai UU Nomor 2 tahun 2012 dan turunannya. Sehingga BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) dapat melaksanakan tugas tanpa menunggu tanah bebas 100 persen seperti terjadi selama ini,” kata Herry.
Herry menegaskan, pemerintah saat ini mengarahkan agar seluruh proyek jalan tol dikembangkan dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Menurut penjelasan Herry kepada Partnership, saat ini terdapat 33 ruas jalan tol yang sudah beroperasi dan 34 ruas tol yang sedang dalam tahap pengusahaan dilakukan dengan skema KPBU.
Digambarkan Herry, peran swasta dalam bisnis jalan tol sepanjang 1.000 km yaitu 85 persen dibangun oleh badan usaha dengan skema Build Operate Transfer (BOT), Supported Build Operate Transfer (SBOT), dan penugasan pemerintah kepada BUMN.
Berdasarkan data yang dilansir BPJT Kementerian PU, panjang jalan tol yang telah terbangun yaitu sepanjang 948 km, dibangun oleh BUJT seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), PT Astratel Nusantara
yang berada di bawah Grup Astra, PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), PT MNC Infrastruktur Utama, PT Bangun Tjipta Sarana, dan PT Lintas Marga Sedaya.
Dalam mencapai target pembangunan jalan tol untuk memperkuat infrastruktur, Herry menyebut sejumlah tantangan yang dihadapi. Namun dari tantangan tersebut, regulasi tidak termasuk di dalamnya. “Kendala pemerintah dalam mewujudkan pembangunan jalan tol terutama tanah yang belum tersedia dan sulit pengadaan. Fasilitas pembiayaan perbankan juga menjadi tantangan tersendiri,” kata Herry.
Data yang dilansir BPJT Kementerian PU, selama tahun 2015 pemerintah telah menandatangani PPJT pada beberapa ruas jalan tol antara lain Medan – Kualanamu – Tebingtinggi, Medan – Binjai, Soreang – Pasirkoja; Palembang – Indralaya; dan Bakauheni – Terbanggi Besar. Sedangkan ruas jalan tol sepanjang 1.584 km sedang dalam tahap konstruksi hingga 2019. Sementara untuk ruas jalan tol yang dalam tahap
persiapan dan pelaksanaan tender memiliki total panjang 348 km.
Untuk proyek jalan tol 2015, BPJT melakukan pelelangan pengusahaan jalan tol untuk beberapa ruas antara lain Soreang – Pasirkoja (Panjang 11 km dengan biaya investasi Rp1,5 triliun; Kayuagung – Palembang – Betung sepanjang 112 km dengan investasi Rp14,43 triliun; Manado – Bitung sejauh 39 km senilai Rp3,89 triliun; Balikpapan – Samarinda sepanjang 99 km senilai Rp6 triliun; Pandaan – Malang 37,62 km dengan investasi Rp2,97 triliun; dan Serpong – Balaraja 30 km senilai Rp5,18 triliun.
“Selain proyek-proyek tersebut, saat ini sedang dilakukan konstruksi untuk jalan tol Trans Jawa, Jabodetabek, non Trans Jawa, dan Trans Sumatra,” ujar Herry. Dari proyek tersebut, dua di antaranya masuk dalam proses prakualifikasi yaitu Samarinda-Balikapapan dan Pandaan Malang; dua proyek dalam proses pelelangan yaitu Manado-Bitung dan Serpong-Balaraja.
Sementara itu, sebanyak lima proyek telah dan akan menandatangani PPJT yaitu Palembang-Indralaya, Bakau-heni-Terbanggi Besar, dan Soreang-Pasir Koja, serta Kayuagung – Palembang – Be-tung dan Pekanbaru-Kandis-Du-mai. “Selanjutnya akan segera menyu sul prakualifikasi untuk setidaknya empat proyek jalan tol dalam waktu dekat,” kata Herry. (*)
Berita Utama
Seluruh regulasi yang ada saling terkait dan
saling melengkapi dalam mendukung untuk
mewujudkan infrastruktur jalan, terutama jalan tol di
Indonesia.
10 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Berita Utama
Mewujudkan sistem
transportasi tol laut,
juga perlu adanya
dukungan moda
di dalam pulau yang efektif dan
efisien. Pembangunan berbasis rel
dinilai efektif karena selain dapat
merangsang ekonomi di masing
masing daerah, transportasi
berbasis rel juga lebih efisien dalam
mengangkut logistik atau pun
penumpang. Selain itu, kereta juga
tidak pernah mengalami kemacetan.
Pengembangan transportasi masal
berbasis rel juga menjadi salah
satu program utama Kementerian
Perhubungan. Dalam lima tahun
ke depan, Kemenhub akan
fokus melakukan pemerataan
pembangunan kereta api ke seluruh
Indonesia.
Dirjen Perkeretaapian Kemenhub
Hermanto Dwiatmoko, mengatakan
bahwa Direktorat Jenderal (Ditjen)
Perkeretaapian menargetkan dapat
membangun jaringan kereta api
nasional sepanjang 12.100 kilometer
(km) untuk pulau Jawa, Bali,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
dan Papua serta jaringan kereta api
perkotaan pada tahun 2030 nanti.
Selain itu, Ditjen Perkeretapian Ke-
menhub juga menargetkan memi-
liki lokomotif untuk angkutan pe-
numpang mencapai 2.805 unit dan
gerbong kereta api penumpang se-
banyak 27.960 unit. Sedangkan un-
tuk angkutan barang, ditargetkan
jumlah lokomotif dapat mencapai
1.995 unit dan gerbong mencapai
39.655 unit.
Untuk mewujudkan sarana dan
prasarana perkeretapian hingga 2030
nanti, Kemenhub membutuhkan
dana investasi kurang lebih US$
60 miliar Kebutuhan dana tersebut
tidak akan berasal dari pemerintah
seluruhnya, namun diharapkan
juga dari pasrtisipasi badan usaha.
Porsi pemerintah hanya sebesar
30% atau kurang lebih US$ 18
miliar dan sisanya sebesar 70%
atau sekitar US$ 42 miliar akan
didapatkan dari investor swasta
dengan mengembangkan pola
dan mekanisme pembiayaan/
investasi melalui skema Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha
(KPBU).
Skema KPBU merupakan alternatif
pendanaan yang paling tepat dalam
penyelenggaraan infrastruktur
perkeretaapian karena selain
membutuhkan investasi yang besar
dari badan usaha juga memerlukan
dukungan pemerintah untuk
melancarkan proses pembangunan
infrastruktur.
Dalam Rencana Induk
Perkeretapian Nasional Tahun 2030,
beberapa model skema KPBU yang
dapat digunakan sebagai alternatif
kerjasama antara lain : Design Bid
Build, Private Contract, Design
Build, Build-Operate-Transfer
(BOT), Long Term Lease Agreement,
Design Build Finance Operate
(DBFO), Build-Own-Operate (BOO).
Untuk mendorong keterlibatan
badan usaha secara bertahap dan
proporsional, perlu dilakukan
Skema KPBU: Alternatif Pendanaan Infrastruktur Kereta Apiskema kerjasama pemerintah dengan Badan usaha (kpBu) mulai dijadikan tulang punggung pendanaan untuk membangun infrastruktur perkeretaapian. dari delapan proyek yang direncanakan dibangun dengan skema kpBu pada tahun 2013, satu diantaranya sudah ditetapkan pemenang lelangnya.
10 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 11
Berita Utama
fragmentasi lingkup pekerjaan
sesuai dengan kemampuan
pendanaan badan usaha. Strategi
fragmentasi tersebut sangat
dibutuhkan untuk menentukan
skala investasi (besar dan sedang)
sehingga peran badan usaha dapat
menjadi lebih luas.
Meski sistem KPBU masih
memerlukan penyempurnaan,
Kemenhub telah mencoba
merencanakan proyek
pembangunan prasarana kereta
api dengan memakai pola KPBU
sejak tahun 2013. Beberapa
proyek yang sudah direncanakan
antara lain: Perkeretaapian
Bandara Soekarno-Hatta-
Halimperdanakusumah(SHIA),
LRT Bandung, Integrated
Gedebage Multipurpose Terminal,
Pembangunan Monorel di Provinsi
Sumatera Selatan, Monorel Pulau
Batam, proyek kereta api dari
Muara Enim (Provinsi Sumatera
Selatan) -Pulau Baai (Provinsi
Bengkulu), dan proyek kereta api
dari Puruk Cahu ke Batanjung
melalui Bangkuang (Provinsi
Kalimantan Tengah).
Dari delapan proyek yang
direncanakan tersebut, baru satu
proyek yang ditetapkan pemenang
lelangnya yaitu proyek kereta api
dari Puruk Cahu ke Batanjung
melalui Bangkuang di Provinsi
Kalimantan Tengah. Me lalui
Keputusan Gubernur Kalteng
nomor 188.44/341/2015, Pemprov
Kalteng sebagai PJPK menetapkan
PT. Perkeretaapian Tambun Bungai
sebagai Badan Usaha Penyeleng-
gara Pra sarana Perkeretaapian
Umum untuk Prov Kalteng dari
Puruk Cahu ke Batanjung melalui
Bangkuang. Saat ini badan usaha
penyelenggara tersebut sedang
menjalankan proses pengadaan
lahan dan ijin AMDAL.
Adapun proyek yang saat ini
sedang dalam proses lelang adalah
LRT Bandung. Saat ini sudah
ada dua peserta yang lulus pada
tahap Pra Qualification dan akan
dilaksanakan proses lelang pada
bulan April 2016 mendatang.
Untuk pembangunan awal koridor
1 pemerintah daerah tidak
memberikan dana dukungan tunai
infrastruktur atau Viability Gap
Funding (VGF) tetapi menyediaan 6
lahan untuk Transit Oriented.
Untuk Perkeretaapian Bandara
Soekarno-Hatta-Halimperdanakusu-
mah(SHIA), Kemenhub masih akan
mereview hasil Feasibilty Study,
mengingat nilai VGF pada hasil stu-
di PT. Sarana Multi Infrastruktur
dinilai masih terlalu besar. Kemente-
rian Perhubungan akan melakukan
kajian ulang terkait integrasi jalur
KA eksisting dan jalur LRT Jabo-
detabek dengan adanya perubahan
lebar rel. Trase yang semula Halim
Perdanakusuma-Manggarai-Dukuh
Atas-Tanah Abang-Pluit-Bandara
Soetta, diubah menjadi Gambir –
Kota/Kampung Bandan – Pluit –
Bandara Soetta serta menggunakan
asset jalur KA eksisting sehingga
lebih efektif.
Melihat perkembangan skema
KPBU di sektor perkeretapian yang
sudah berjalan cukup bagus, dalam
waktu dekat Kemenhub akan
mengusulkan proyek baru untuk
dilaksanakan dengan skema KPBU.
Proyek yang dimaksud adalah
pengoperasian dan pemeliharaan
LRT Jabodetabek.
Proyek ini diusulkan untuk
melaksanakan amanat Peraturan
Presiden Nomor. 98 tahun 2015
tentang Percepatan Penyelenggaraan
Kereta Api Ringan/Light Rail
Transit Terintegrasi di Wilayah
Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi.
Saat ini, Kemenhub juga telah
membentuk Komite Pengawas
(Oversight Committee) Pelaksanaan
Pembangunan Prasarana Kereta Api
Ringan (Light Rail Transit) untuk
memastikan proyek tersebut dapat
terlaksana dengan baik. (*)
12 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Penunjukan Langsung yang Transparan untuk Percepatan Proyek
Infrastruktur di Indonesia
Berdasarkan Peraturan
Presiden No. 2 Tahun
2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019,
telah diamanatkan bagi Pemerintah
untuk mendorong partisipasi
swasta, masyarakat dan pemerintah
daerah dalam pelayanan dan
penyelenggaraan sarana dan
prasarana. Dalam rencana 5 tahun
kedepan, Pemerintah Indonesia
menargetkan sekitar 220 proyek
infrastruktur baik yang akan
didanai oleh fiskal, oleh pola
Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha (KPBU) atau dengan hutang
luar negeri. Demi percepatan
pembangunan infrastruktur, maka
Pemerintah mulai melakukan
penugasan pada BUMN melalui
mekanisme penunjukan langsung.
Terdapat banyak regulasi yang
telah diterbitkan pada tahun 2014
dan 2015 yang mengatur penugasan
BUMN pada pembangunan
infrastruktur tertentu.
Peraturan Presiden Nomor 67
tahun 2005 tentang Kerjasama
Pemerintah dan Badan Usaha dalam
penyediaan infrastruktur sudah ada
sejak tahun 2005, namun selama
10 tahun ini masih belum optimal
dalam mencapai target yang dibuat
adalah Proyek MRT Jakarta yang
memerlukan waktu 10 tahun dari
tahun 2004 penyiapan Prastudi
Kelayakan sampai ground breaking
pada tahun 2014. Rencana
pembangunan MRT/LRT untuk
koridor Kota Jakarta ke Bandara
Sukarno-Hatta sudah lebih dari
10 tahun juga masih dalam proses
dan belum pasti karena skemanya
diubah dari KPBU unsolicited
menjadi pendanaan fiskal. Rencana
KPBU pengolahan sampah dan
limbah di 5 wilayah Jakarta sudah
lebih dari 10 tahun masih belum
jelas terkait skema kerjasama yang
akan dilakukan. SPAM Semarang
Barat yang memerlukan waktu
8 tahun untuk proses penyiapan
proyek dari tahun 2008 sampai 2015.
Bahkan, proses penyiapan proyek
SPAM Umbulan yang sudah berjalan
selama 20 tahun masih belum selesai
untuk memulai konstruksi.
Untuk itu perlu dilakukan
percepatan dalam persiapan
proyek. Salah satu cara yang telah
dilakukan oleh Pemerintah adalah
dengan penunjukan langsung pada
BUMN. Dari segi komitmen politik,
mekanisme ini menimbulkan
kepastian politik. Cara ini juga
akan banyak mempersingkat waktu
persiapan koordinasi antar institusi.
Namun, level of fairness and
transparent menjadi pertanyaan
bagi semua pihak. Dikhawatirkan
akan ada moral hazard yang akan
dari tahun ke tahun. Bahkan, telah
disadari oleh Pemerintah Pusat
bahwa tingkat kesuksesan proyek
KPBU kurang dari 2% terhadap
target proyek. Penyebab utama
tidak suksesnya KPBU di Indonesia
terutama karena keterbatasan dari
sisi pembiayaan penyiapan proyek,
keterbatasan pengadaan konsultan
dan investor untuk menyiapkan
proyek infrastruktur yang matang
dan layak dikerjasamakan dengan
Skema KPBU, serta permasalahan
teknis pembebasan tanah.
Salah satu penyebab kurang suk-
sesnya penyediaan infrastruktur
dengan pola KPBU adalah lama-
nya proses penyiapan proyek infra-
struktur tersebut oleh Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
Koordinasi dan penyiapan dokumen
membutuhkan waktu yang sangat
panjang karena ada kecenderungan
saling menunggu antar instansi.
Penyediaan dokumen yang membu-
tuhkan proses penganggaran dan
pengadaan yang cukup panjang
disebabkan oleh diperlukannya
tender konsultan dan tenaga ahli.
Penyiapan proyek secara unsolicited
dengan penyiapan proyek yang dise-
rahkan kepada badan usaha swasta
telah dilakukan beberapa tahun ter-
akhir, namun juga belum memberi-
kan hasil yang memuaskan.
Contoh penyiapan proyek
infrastruktur yang sangat panjang
Leny MaryouriPhD Candidate, Construction Management,Curtin University, Perth, Australia
kolom
12 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 13
mengarah pada kolusi dan korupsi.
Untuk menghindari ketiadaan
fairness dan transparent serta untuk
membuka kompetisi yang adil,
maka proses kerjasama penunjukan
langsung perlu dilakukan dengan
cara yang terbuka. Berdasarkan
rekomendasi studi PhD Leny
Maryouri, 2015, terdapat sebuah
metode untuk mempercepat proses
penyiapan proyek infrastruktur,
yaitu Project Delivery Partnership
(PDP) atau Kerjasama Penyediaan
Proyek Infrastruktur yang
dilanjutkan dengan Service
hybrid dari EPC dan privatisasi.
Sejak awal, badan usaha yang
terlibat dalam penyiapan proyek
infrastruktur KPBU berkoordinasi
dengan Pemerintah dimana risiko
dan ketidak-pastian proyek untuk
pemerintah dan sektor swasta
bisa terstruktur secara lebih
awal dan lebih pasti, terutama
untuk mengelola biaya investasi,
pengembalian atas investasi dan
cost overrun lainnya.
PDP telah sukses diterapkan
untuk membangun infrastruktur
kolom
Gambar 1 : Project Delivery Partnership Framework, Sumber : (Maryouri et al., 2015)
Delivery Partnership (SDP) untuk
memastikan infrastruktur yang
terbangun memberikan manfaat
yang baik pada masyarakat (Lihat
pada Gambar Project Delivery
Partnership Framework). PDP bisa
diartikan juga sebagai penunjukan
langsung yang terstruktur. Konsep
PDP adalah modifikasi dari KPBU
(terutama unsolicited) menjadi
yang relatif memerlukan investasi
besar serta kesediaan swasta
untuk berinvestasi. Contoh proyek
yang dikembangkan dengan PDP
meliputi Cross Rail Link di London,
Inggris, dan pengembangan Urban
Integrated Transport System di
Kuala Lumpur, Malaysia. Waktu
yang diperlukan dari proses
integrasi perencanaan bersama
transpa ran sesuai kapasitas yang
ada. Se hingga, akan tercipta kom-
petisi yang adil secara optimal
pada semua potensi untuk berpe-
ran membangun infrastruktur di
seluruh wilayah Indonesia.
Semoga percepatan pembangunan
infrastruktur di Indonesia bisa
tercapai dengan baik. (*)
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 13
pemerintah dan swasta hingga
financial closing dan ground
breaking hanya berkisar 2 tahun.
PDP merupakan proses
kerjasama yang diharapkan akan
mempersingkat proses perencanaan,
pengadaan, penyiapan sampai
financial closing dalam menyiapkan
proyek infrastruktur. PDP akan
ditindak-lanjuti dengan SDP sesuai
hasil rekomendasi dari proses
evaluasi.
Dengan pola PDP, diharapkan Indo-
nesia akan mampu mengeksekusi
220 proyek infrastruktur dengan
lebih cepat. Proyek infrastruktur
dapat terdistribusi ke semua po-
tensi swasta dan BUMN secara
14 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Kanada hingga hari ini
telah memiliki lebih
dari 46.000 kilometer
trek kereta api.
Industri transportasi kereta api
merupakan elemen penting dari
sistem transportasi di Kanada. Di
negeri tetangga Amerika Serikat
ini, industri transportasi kereta
api menghasilkan sekitar $10
miliar per tahun. Dari total itu,
95% berasal dari kereta angkutan
barang sedangkan 5% sisanya
dihasilkan dari kereta komuter
antarkota serta kereta wisata yang
umumnya melayani perjalanan
jarak pendek.
Sebagai gambaran, Kanada
memiliki bermacam layanan
transportasi kereta api yang
diantaranya, kereta api kelas
shortline yang merupakan
Kanada banyak membangun infrastruktur transportasi Kereta Api untuk menghubungkan berbagai wilayah sekaligus sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan. Sebagian infrastruktur tersebut
dikembangkan dengan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Negara bagian di Kanada pun sangat antusias terhadap skema KPBU untuk infrastruktur transportasi kereta api.
LRT yang menghubungkan pusat Kota Edmonton dengan wilayah sekitar.
reportase
komponen fundamental dari
jaringan kereta api di negara
ini. Kereta api ini biasanya
mengangkut barang yang
beroperasi dari satu kota ke kota
lain di Kanada. Ada juga kereta api
penumpang yang khusus melayani
antar negara bagian. Pada
tahun 2009 penumpang kereta
api penumpang antar negara
bagian telah mencapai 4,5 juta
penumpang. Sebagai transportasi
jarak pendek antar kota,
disediakan pula kereta komuter
seperti halnya kereta Jabodebatek
di Indonesia. Kereta komuter di
Kanada banyak yang dioperasikan
oleh lembaga transportasi yang
dibentuk oleh negara bagian.
Sementara hal yang hampir
Sementara yang hampir serupa
dengan kereta komuter terdapat
kereta yang menghubungkan
antara stasiun kereta api yang
terdapat di kota dengan bandara.
Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan aksesibilitas ke
bandara serta meningkatkan
koneksi antar moda angkutan.
Khusus untuk dalam kota,
pemerintah negara bagian banyak
yang mengembangkan Light
Rail Transit (LRT) atau biasa
disebut trem. Nah, di Kanada,
pengembangan kereta komuter,
kereta tujuan bandara hingga LRT
dan infrastrukturnya juga tak
lepas dari skema KPBU.
Dalam catatan Public Private
Partnership (PPP) Inc, lembaga
PPP Center di Kanada, negara ini
paling tidak telah menjalankan
skema KPBU untuk pembangungan
infrastruktur transportasi kereta
kanada Bangun infrastruktur kereta api untuk konektivitas kota
14 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 15
Evergreen Rapid Transit Project.
Yang menarik, pembangunan
infrastruktur transportasi
kereta api selalu melibatkan
pemerintah negara bagian
setempat. Banyak negara bagian
yang mulai menyadari bahwa
moda angkutan kereta api
merupakan sarana penghubung
antar wilayah sekaligus solusi
mengatasi kemacetan dan polusi.
Karenanya dengan tangan terbuka
mereka selalu menyambut baik
pengembangan infrastruktur
transportasi kereta api baik yang
dilakukan dengan anggaran
pemerintah maupun melalui
skema KPBU.
Antusiasme itu paling tidak
tercermin dari pendapat
Michael Roschlau, Ketua
Asosiasi Transit Perkotaan
Kanada yang mengatakan, LRT
mengalami kebangkitan di kota
seluruh Kanada dengan adanya
berbagai jalur baru yang tengah
direncanakan maupun sedang
dalam pembangunan. Layaknya
kota besar dunia lain, kota-kota di
Kanada pun mengalami persoalan
kemacetan. Kondisi itu, sebutnya,
mendorong pembangunan LRT
dan kereta komuter yang dipercaya
sebagai cara mengatasi kemacetan.
Langkah yang mayoritas dilakukan
negara bagian ini menurut
Roschlau ternyata didukung publik
secara luas.
Roschlau beranggapan untuk
memenuhi ekspektasi publik
terhadap pembangunan LRT
hingga kereta komuter, skema
KPBU pantas menjadi pilihan.
Sebagai informasi, pemerintah
negara bagian kerap menerima
saran dan masukan dalam setiap
pembangunan infrastruktur yang
menggunakan skema KPBU. Saran
dan masukan itu berasal dari PPP
Inc. Sementara P3 Canada Fund
juga akan memberikan jaminan
pembiayaan. (*)
reportase
api yang diantaranya LRT Kota
Edmonton, GO Transit East Rail
Maintenance Facility yang terletak
di Kota Whitby, Lachine Train
Maintenance Centre di Montreal,
Quebec hingga Lincoln Station
Project yang terletak di Kota
Coquitlam, British Columbia.
LRT di Kota Edmonton sendiri
menghubungkan masyarakat di
Mill Woods dan tenggara Edmonton
ke pusat kota. Dengan begitu,
pusat kota Edmonton akan lebih
mudah diakses. LRT ini mampu
membawa penumpang sebanyak
49.000 setiap harinya. Sebelumnya
PPP Inc telah menawarkan
proyek ini secara kompetitif.
Badan usaha yang terpilih berhak
untuk merancang, membangun,
keuangan, mengoperasikan dan
memelihara LRT ini selama
periode 30-tahun. Stephen Mandel,
Walikota Edmonton, sangat
mengapresiasi kinerja PPP Inc
dan menyatakan pihaknya dengan
tangan terbuka menyambut proyek
LRT ini. Dengan LRT, akses ke
kota Edmonton menurutnya akan
lebih mudah.
Sementara untuk GO Transit East
Rail Maintenance Facility yang
terletak di Kota Whitby, ditujukan
untuk meningkatkan kapasitas
pemeliharaan dan memperluas
jaringan transportasi kereta api.
Serupa dengan, Lachine Train
Maintenance Centre di Montreal,
Quebec juga dimaksudkan sebagai
fasilitas pemeliharaan kereta
api. Adapun Lincoln Station
Project yang terletak di Kota
Coquitlam, British Columbia
merupakan sebuah stasiun transit
yang notabene bagian dari jalur
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 15
Pembangunan Lincoln Station di Kota Coquitlam, British Columbia.
16 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Tol Serpong-Balaraja, Membuka Akses Kawasan Kabupaten Tangerang
terdapat sejumlah proyek jalan tol yang masuk dalam proses pelelangan tahun 2015, salah satunya jalan tol serpong-Balaraja. Jalan tol serpong-Balaraja akan dibangun sepanjang 30 kilometer (km) dengan total nilai investasi sebesar rp5,18 triliun.
Proyek jalan tol Serpong-Balaraja ini merupakan sambungan dari jalan tol yang telah ada
sebelumnya yaitu Ulujami-Serpong. Jalan tol ini akan menjadi jalur strategis karena menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kabupaten Tangerang.
Bukan hanya menghubungkan jalan tol Ulujami-Serpong, ruas tol ini juga akan tersambung dengan jalan tol Tangerang-Merak dan jalan tol Jakarta-Serpong yang telah beroperasi jauh sebelumnya. Jalur tol Serpong-Balaraja akan mulai dibangun dari Bumi Serpong Damai, Kecamatan Serpong dan melewati enam kecamatan yaitu Cisauk, Legok, Curug, Panongan, Tigaraksa, dan Balaraja.
Jalan tol ini dibangun dengan tiga tahap yaitu tahap I rute Serpong-Legok sepanjang 11 km, dilanjutkan dengan tahap II rute Legok-Citralaya sejauh 8 km, dan tahap III jalur Citralaya-Balajara sepanjang 12 km. Untuk pembebasan lahan, diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp1,7 triliun.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Herry Trisaputra Zuna mengatakan, proyek ini sedang dalam tahap lelang dengan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
“Saat prakualifikasi ada empat peserta yang sudah lolos. Sekarang kami masih menunggu peserta melengkapi dokumen lelang. Dari empat peserta itu, kemungkinan tiga peserta akan melanjutkan dan tertarik dengan proyek ini,” kata Herry kepada Partnership, pada pertengahan Desember 2015.
Empat peserta yang dinyatakan lolos tahap prakualifikasi adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP); Konsorsium SP Road dan PT Prabu Persada; Konsorsium PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Astratel Nusantara, dan PT Transindo
Karya Investama; serta Konsorsium PT Nusantara Infrastruktur Tbk dan Egys, kontraktor asal Korea Selatan.
“Targetnya memang beberapa kali mundur, tetapi kami optimistis ini bisa jalan terus. Saat ini juga sudah berjalan baik. Soal konstruksi, kami menunggu dokumen lelang dan pembebasan tanah yang masih terus dilakukan,” ujar Herry.
Data BPJT yang diperoleh Majalah Partnership menunjukan, progres pengadaan lahan seksi I (Serpong-Legok) sepanjang 11 km sudah mencapai hampir 100 persen, sementara pembebasan lahan untuk seksi II (Legok-Citralaya) dan seksi III (Citralaya-Balaraja) masih belum dimulai.
Membuka Kawasan Produktif
Proyek jalan tol Serpong-Balaraja ini sebenarnya sudah mulai diwacanakan sejak tahun 2002 oleh Bupati Tangerang saat itu, Ismet Iskandar. Namun menghadapi tantangan terkait pengadaan tanah. Pada awalnya, proyek tol ini memang ditargetkan mulai beroperasi pada awal tahun 2014.
Herry menjelaskan, proyek tol Serpong-Balaraja akan mengurai kemacetan di kawasan Puri, Jakarta Barat. Para pengendara dari Merak bisa langsung menuju Balaraja yang selama ini selalu macet. Keberadaan tol ini juga
Profil KPBU
Keberadaan jalan tol akan menarik minat
warga, dan tentu menjadi daya tarik untuk pemasaran proyek properti.
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 17
Profil KPBU
akan menyambungkan jalan tol Serpong-Bandara dan tol BSD-Jakarta.
Dengan situasi seperti itu, Herry optimistis para investor sangat tertarik dengan prospek bisnis dari keberadaan tol ini. Selain kemudahan akses, proyek ini diperkirakan akan meningkatkan minat masyarakat untuk membeli properti di kawasan Serpong.
“Investor itu melihat demand. Saat ini orang sudah nyaman tinggal di kawasan BSD (Bumi Serpong Damai) karena bisa langsung masuk tol dan harga sudah mahal. Bayangkan kalau dari titik akhir tol yang sekarang, ditambah ruas tol 10 kilometer lagi, orang akan berbondong-bondong karena akses mudah,” tutur Herry.
Penggarapan proyek jalan tol Serpong-Balaraja ditujukan untuk membuka sejumlah kawasan yang selama ini tertutup agar dapat berkembang menjadi wilayah pro-duktif. Pembukaan kawasan ini akan mengarah pada peningkatan perekonomian masyarakat, khu-susnya di Kabupaten Tangerang.
Herry menjelaskan, salah satu bukti bahwa proyek ini sangat diminati badan usaha adalah ketika PT Bumi Serpong Damai (BSD) Tbk ikut memprakarsai pelaksanaan proyek tersebut. BSD disebut memiliki kepentingan untuk menambah akses jalan menuju proyek BSD City yang menjadi proyek andalan perusahaan tersebut. “Keberadaan jalan tol akan menarik minat warga, dan tentu menjadi daya
tarik untuk pemasaran proyek properti. Kemudahan akses yang membuat sebuah lokasi properti menjadi strategis tentu akan meningkatkan harga jual,” ujar Herry.
Jalan tol Serpong-Balaraja akan membuka akses menuju BSD City bagian barat yang direncanakan menjadi area tahap dua dan tiga. PT BSD Tbk masih memiliki lahan yang belum dikembangkan (landbank) seluas 3 ribu hektare dari luas lahan secara keseluruhan sekitar 6 ribu hektare.
Khusus untuk kawasan Serpong, selama ini sudah didukung akses memadai seperti tol Jakarta-Tangerang dan tol Bintaro-Serpong yang terhubung dengan JORR. (*)
Ilustrasi. Proses pembangunan jalan tol Serpong-Balaraja sepanjang 30 kilometer masih menunggu tahap lelang dengan badan usaha.
18 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
ASPEK TEKNIS LRT
07
JENIS-JENIS TEKNOLOGI
H-BAHN AEROMOVEL
MONOREL
Sekretaris Dinas
Perhubungan (Dishub)
Kota Bandung, Enjang
Mulyana, menyebutkan,
LRT Bandung rencananya akan
akan dibangun dengan dua koridor
yang melayani rute kawasan
permukiman, kawasan komersil,
kawasan perkantoran, dan kawasan
pendidikan atau kampus. “Untuk
jalurnya kami memanfaatkan ruas-
ruas jalan milik Pemda. Di atasnya
nanti akan dibuatkan rel. Artinya,
posisi rel untuk LRT itu ada di
Impian Kota Bandung Miliki LRT Segera Terwujud
impian kota Bandung memiliki Light Rapid Transportation (lrt) bakal segera terwujud. Jika tidak ada aral melintang, proyek kereta api ringan tersebut siap dibangun tahun 2016 melalui skema investasi
kerjasama pemerintah dengan Badan usaha (kpBu). saat ini sudah diperoleh dua konsorsium badan usaha yang lulus prakualifikasi. Keduanya, yakni PT PT Len Industry (Persero) yang bergabung dengan
pt Wijaya karya (Wika) persero, dan smrt international yang menggandeng t-Files.
Profil KPBU
atas jalan milik Pemda. Jadi, tidak
akan terlalu sulit untuk urusan
pembebasan lahannya,” ujar Enjang
kepada Partnership ketika ditemui
di kantornya, awal November 2015.
Biaya pembangunan LRT
ini tergolong cukup besar.
Untuk Koridor 1, estimasi
anggaran berkisar Rp2,2 triliun.
Sementara Koridor 2 diperkirakan
membutuhkan anggaran sekitar
Rp3,9 triliun. Biaya sebesar itu
diperuntukkan antara lain untuk
pekerjaan konstruksi, pembangunan
stasiun, pembangunan depo,
pekerjaan sinyal dan telekomunikasi,
serta pembebasan lahan. Mengingat
besarnya biaya yang dibutuhkan,
Pemerintah Kota (Pemko) Bandung
memutuskan menyerahkan
sepenuhnya pelaksanaan investasi
kepada badan usaha. Pembangunan
Koridor 1 ditargetkan sudah dapat
dibangun mulai tahun 2016 dan
diharapkan dapat selesai dalam
kurun waktu 2-3 tahun.
Mengenai peluang pengembalian
investasi badan usaha dari
proyek ini, Enjang mengatakan,
dari sisi tarif memang tidak bisa
dilepas sepenuhnya kepada badan
usaha, tetapi harus mendapat
persetujuan dari Pemko Bandung
dan DPRD. Menurut kajian
Dishub Kota Bandung, untuk
Koridor 1 tarif yang dikenakan di
kisaran Rp6.000 per penumpang.
Sedangkan Koridor 2 di kisaran
Rp7.500-Rp12.500 per penumpang.
“Keuntungan untuk badan usaha
nanti adalah di tempat-tempat
pemberhentian (stasiun). Mereka
dapat memanfaatkannya untuk
membuat area bisnis. Termasuk
untuk iklan-iklan tertentu, mereka
yang kelola. Jadi, benefit bukan
dari tarif,” ucapnya.
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 19
PENGEMBANGAN JALUR LRT
JUSTIFIKASI TRASE TERPILIH - KORIDOR 1
Trase terpilih diperhitungkan melewati kantong demand lebih banyak:
- Kawasan permukiman: Wilayah Cibeunying, Wilayah Tegallega.
- Kawasan komersil: BIP, BEC, Factory Outlet Dago, Hotel di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda.
- Kawasan perkantoran: Bank di sepanjang Ir. H. Juanda, Balai Kota di Jalan Merdeka, Jalan Asia Afrika.
- Kawasan Pendidikan: Unpad, ITB, Unikom, Unpas.
Pertimbangan lain merujuk pada pertimbangan:
- Ketersediaan ROW jalan, - Kemudahan pelaksanaan, dan - Konektivitas dengan jaringan
pelayanan transportasi ke/ dari kawasan luar Kota Bandung.
Trase terpilih diperhitungkan melewati kantong demand lebih banyak:
- Kawasan permukiman: Wilayah Gedebage, Wilayah Bojonagara, dan Cimahi Selatan.
- Kawasan komersil: Pasar Gedebage, Factory Outlet Jalan Riau, BIP, BEC, Istana Plaza.
- Kawasan perkantoran: Perkantoran di Jalan Riau, Balai Kota di Jalan Merdeka, Perkantoran di Jalan Pajajaran.
Pertimbangan lain merujuk pada pertimbangan yang sama dengantrase koridor 1.
dan 4. Tingginya jumlah kendaraan
itu ternyata tidak berbanding lurus
dengan ketersediaan ruas jalan.
Setiap tahun populasi kendaraan
di Kota Bandung tumbuh sekitar
9,28%, sementara ruas jalannya
hanya bertambah 1,2%. “Dengan
adanya LRT, pengguna kendaraan
pribadi diharapkan dapat berkurang
secara signifikan,” tandasnya.
Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kota Bandung, Kamalia Purbani,
yang ditemui terpisah mengatakan,
sebagai sebuah Kota Metropolitan,
kebutuhan akan sistem angkutan
umum massal menjadi sesuatu yang
tidak terelakkan bagi Kota Bandung.
Oleh karena itu, pembangunan LRT
sudah sangat mendesak bagi kota
berpenduduk 2,7 juta itu. Terlebih
kemacetan di Kota Bandung saat ini
sudah mulai meningkat, terutama
pada akhir pekan.
Dalam rencana induk transportasi,
kata Kamalia, Pemko Bandung
sudah menyiapkan konsep Bandung
Urban Mobility. Salah satu program
dari konsep Bandung Urban
Mobility, yakni pembangunan LRT.
Pembangunan LRT ini beriringan
dengan rencana pembangunan
transportasi lain, yakni lima ruas
tol, program monorel Provinsi
Jawa Barat yang menghubungkan
rute-rute dari luar Kota Bandung,
pembangunan double track
KA Padalarang-Cicalengka,
pembangunan kereta cepat Jakarta-
Gedebage, dan moda transportasi
monorel dalam kota.
Kamalia optimistis proyek LRT ini
dapat diwujudkan. Apalagi saat ini
sudah ada dua konsorsium yang
Profil KPBU
dinyatakan lulus prakualifikasi.
Keduanya adalah PT LEN Industry
yang bergabung dengan PT WIKA,
dan SMRT International yang
menggandeng T-Files. Konsorsium
ini merupakan dua dari lima
konsorsium yang ikut prakualifikasi
pada 20 Mei 2015. Tiga konsorsium
lainnya dinyatakan gagal, yakni
konsorsium MGGS‐CGGC‐CSR,
konsorsium PT CRI dan Ansteel,
dan konsorsium CFTEC‐CICO‐
PT Monorel Pratama Indonesia.
Ketiganya dinyatakan tidak lulus
dalam kriteria administrasi.
Dalam prakualifikasi pertama
awal 2015, PT LEN dan SMRT
juga sebenarnya dinyatakan gagal
dalam kriteria administrasi. Akan
tetapi, dalam prakualifikasi ulang,
PT LEN Industri menggandeng PT
WIKA untuk memenuhi agregat
minimal Rp3 triliun, sesuai dengan
nilai investasi.
PT LEN Industry merupakan
merupakan perusahaan BUMN
yang bergerak dalam bidang
pengembangan dan pruduksi
alat-alat elektronika. Perusahaan
ini berlokasi di Kota Bandung.
Sedangkan PT WIKA merupakan
perusahaan BUMN yang bergerak
di bidang konstruksi yang
berlokasi di Jakarta. Sementara
SMRT International merupakan
perusahaan konstruksi asal
Singapura. Karena berbasis di
Si ngapura, mereka diwajibkan
menggandeng perusahaan lokal.
Pilihannya adalah T-Files yang ber-
lokasi di Bandung. Perusahaan ini
bergerak di bidang desain dan tek-
nologi produksi. Salah satu bidang
usaha nya ialah pembangunan pem-
bangkit listrik berbasis kelautan.(*)
JUSTIFIKASI TRASE TERPILIH - KORIDOR 2
Menurut Enjang, LRT dibangun
untuk mengatasi kemacetan di
Kota Wisata itu. Keberadaan LRT
juga diharapkan menjadi tulang
punggung transportasi umum,
sebagai feeder dari transportasi
umum, dan sebagai land mark
arsitektur (etalase) Kota Bandung.
Enjang menyebutkan, jumlah
kendaraan di Kota Bandung saat ini
mencapai 1,6 juta unit. Dari jumlah
itu, 65% merupakan kendaraan
roda dua, sisanya kendaraan roda 3
20 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Proses pembangunan jalan tol Medan – Kualanamu – Tebing Tinggi.
Berdasarkan data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR), dari total 34 ruas tol yang sedang dalam tahap pengerjaan, satu di antaranya adalah ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi. Saat ini, proyek tol tersebut sudah memiliki Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT).
Kepala BPJT Kementerian PUPR Herry Trisaputra Zuna mengatakan, peluang investasi jalan tol sangat besar. “Peluang investasi jalan tol di Indonesia tahun 2015 sangat besar dan
Ruas Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi Ditargetkan Beroperasi 2017
akan terus tumbuh pada tahun mendatang. Terlebih dengan target capaian pembangunan jalan tol baru sepanjang 1.000 km dalam lima tahun ke depan,” ujar Herry Trisaputra Zuna kepada Majalah Partnership, 4 Oktober 2015.
Proyek tol MKTT dikerjakan dengan konsorsium yang telah ditetapkan pemerintah yaitu PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Waskita karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. sebagai pemenang tender investasi ruas tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi.
Selain anggaran dari konsorsium sebesar 30 persen, proyek tol sepanjang 61,7 kilometer ini digarap dengan sumber pendanaan dari pinjaman bank sebanyak 70 persen. Jalan tol ini mendapat pinjaman dari sindikasi bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Sumut (Persero), sebesar Rp2,8 triliun dari total investasi Rp4,3 triliun.
Konsorsium empat perseroan BUMN itu membentuk BUJT dengan nama PT Jasa Marga Kualanamu Toll sebagai pengelola dan pemegang konsesi selama 40 tahun. Komposisi kepemilikan saham untuk pengelolaan tol MKTT ialah PT Jasa Marga 55 persen, PT Waskita Karya 15
Profil KPBU
kemajuan sistem transportasi memang merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi di sebuah negara. sistem ini harus didukung oleh keberadaan jalan, termasuk jalan tol, yang memadai sehingga lalu lintas distribusi orang serta barang dan jasa akan lebih mudah dicapai.
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 21
Profil KPBU
persen, PT Hutama Karya 15 persen, dan PT Pembangunan Perumahan 15 persen.
“Jasa Marga melakukan penyertaan modal sebesar Rp44 miliar atau 44 ribu saham atau sebesar 55% pada perusahaan tersebut,” demikian pernyataan resmi Jasa Marga.
Dari total panjang tol MKTT 61,70 km, pengadaan tanah terbagi dalam lima seksi yaitu seksi 1 dan 2 rute Medan-Kualanamu sepanjang 17,80 km; seksi 3 Pa r a b a r a k a n - L u b u k p a k a m sepanjang 4,83 km; seksi 4 di Lubuk Pakam-Perbaungan sepanjang 12,86 km; dan seksi 5 di Perbaungan-Teluk Mengkudu sepanjang 9,57 km.
“Progres pembebasan lahan masih terus berlanjut sementara konstruksi juga dilakukan. Karena
kalau menunggu tanah bebas seluruhnya 100%, konstruksi tidak akan jalan,” kata Herry.
BPJT menargetkan, pembebasan tanah seluruhnya selesai pada pertengahan tahun depan. Saat ini pembebasan lahan pada setiap seksi bervariasi mulai antara 70%-100%. “Saya lupa persisnya. Tetapi memang pembebasan lahan selalu menjadi tantangan di setiap pembangunan infrastruktur, terutama jalan tol,” ujar Herry.
Sejauh ini, pemerintah telah membangun seksi Tanjung Morawa (Medan)-Perbarakan-Kualanamu sepanjang 17,80 km sebagai bentuk dukungan atau viagibility gap funding (VGF) agar proyek tersebut layak secara finansial. Jalur yang dibangun pemerintah merupakan seksi 1 dalam proses pembangunan yang akan dilakukan dalam dua seksi.
Seksi 2 adalah yang akan
dibangun oleh investor sepanjang 44 km yang terbentang dari Perbarakan hingga Tebing Tinggi. Investor juga akan membagi menjadi dua seksi untuk proses pembangunan jalan tol Medan-Tebing Tinggi-Kualanamu sepanjang 44 km tersebut. Seksi 1 yaitu Perbarakan-Lubuk Pakam dan seksi 2 rute Lubuk Pakam-Tebing Tinggi.
Herry Trisaputra Zuna mengatakan, ruas tol Medan – Kualanamu –Tebingtinggi merupakan bagian dari rencana penambahan jalan tol sepanjang total 1.584 km yang telah memasuki tahap konstruksi hingga 2019.
Hingga Agustus 2015, tahap konstruksi jalan tol MKTT sudah mencapai 30%. Jalan tol ini akan memiliki 2x2 lajur pada tahap awal dan 2x3 lajur pada tahap akhir dengan kecepatan rencana 100 km/jam. Proyek ini ditargetkan selesai tahun 2017. (*)
22 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Untuk mengefisienkan
biaya pembangunan
Kereta Api Ekspress
Bandara Soekarno
Hatta-Halim Perdana Kusuma,
Kementrian Perhubungan
berencana melakukan perubahan
jalur rute kereta bandara tersebut.
Perubahan tersebut dilakukan
karena Kemenhub menilai besaran
dana dukungan tunai infrastruktur
(Viability Gap Fund,VGF) pada
hasil Feasibilty Study (FS) yang
dilakukan PT Sarana Multi
Infrastruktur (SMI) dinilai terlalu
besar. Untuk itu, Kemenhub akan
mereview ulang hasil studi tersebut.
Dirjen Kereta Api, Hermanto
Dwiatmoko mengatakan pada
bulan Oktober 2015 lalu, Menteri
Perhubungan telah melayangkan
surat kepada Menteri Keuangan
terkait review hasil studi tersebut.
Surat Nomor : PR 007/7/3 Phb
2015 tertanggal 28 Oktober 2015,
menyebutkan perihal bahwa
Kementerian Perhubungan akan
melakukan kajian terkait integrasi
jalur Kereta Api (KA) eksisting
dan jalur Light Rail Trasport
(LRT) Jabodetabek dengan adanya
perubahan lebar sepur. Sehingga
trase yang semula berawal dari
Bandara Halim Perdanakusuma-
Manggarai-Dukuh Atas-Tanah
Abang-Pluit-Bandara Soetta,
diubah menjadi Gambir – Kota/
Kampung Bandan – Pluit –
Bandara Soetta.
Hermanto menambahkan bahwa
Menteri Perhubungan (Menhub)
Ignasius Jonan meminta agar rel KA
Ekspres bukan didesain dedicated
atau khusus untuk gerbong kereta
ekspres saja tetapi bisa juga dilalui
kereta lain termasuk KRL bandara.
Oleh karena itu, ukuran rel kereta
ekspres harus seragam dengan rel
yang ada saat ini.
Selain merubah trase, Kemenhub
juga akan mengkaji ulang struktur
pembiayaan proyek Kereta Api
Ekpress Bandara Soetta-Halim.
Dimana sebelumnya keseluruhan
pengadaan proyek dari tahapan
pembangunan proyek sampai
pengoperasian kereta api ekpres
bandara akan dibiayai dengan
skema KPBU, nantinya hanya
pengoperasian serta pembelian
“rolling stock” (rangkaian gerbong
kereta api) saja yang tetap
dikerjasamakan dengan skema
KPBU. Sedangkan kegiatan
pembangunan prasarana akan
dilaksanakan oleh Kementerian
Perhubungan dengan pagu
Kemenhub dari APBN.
Dengan begitu, nilai proyek yang
semula mencapai Rp.24 triliun
akan berkurang drastis. Dan nilai
VGF yang berdasar hitungan
awal terlalu besar bisa dikurangi
Presiden Joko Widodo (dua dari kanan) meninjau proyek pembangunan jalur kereta api di kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pertengahan Desember 2015.
Profil KPBU
Pembangunan Kereta Api Bandara Soekarno Hatta
Menekan Biaya dengan Perubahan Rute
pemerintah berencana melakukan perubahan trase rute kereta api ekspress Bandara soetta-Halim untuk diintegrasikan dengan jalur kereta api yang telah ada. perubahan tersebut diharapkan dapat menekan biaya pembangunan sehingga bisa memberikan tarif yang lebih terjangkau.
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 23
sehingga dananya bisa bisa
dipakai untuk membangun proyek
infrastruktur yang lain.
Sementara menunggu proses
lelang Kereta ekpres Bandara
Soetta- Halim berjalan, untuk
mempercepat pengoperasian
kereta api menuju Bandara Soetta
Kemenhub juga telah menyiapkan
pembangunan prasarana proyek
kereta api umum bandara
Soekarno Hatta melalui kota
Tangerang bersama PT. KAI
sejak tahun 2014 yang lalu. “Kita
sudah tanda tangan kerja sama
penyelenggaraan perkeretapian
untuk bandara dengan KAI. Kami
dari Ditjen Perkeretapaian sudah
menyelesaikan dari Batu Ceper
sampai Tangerang dan sudah
dioperasikan pada 8 Juni 2014.
Kemudian dari Batu Ceper sampai
Bandara Soekarno Hatta kurang
lebih 12 km itu akan dibangun
oleh PT KAI,” ujar Hermanto.
Perjanjian kerja sama tersebut
diadakan sebagai salah satu
tindak lanjut Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2011 mengenai
penugasan kepada PT. KAI (persero)
untuk membangun prasarana
perkeretaapian Bandara Soekarno-
Hatta via kota Tangerang (Stasiun
Batu Ceper Bandara Soekarno
Hatta). Dan sesuai dengan Pasal
307 Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2009 tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian,
bahwa setiap Badan Usaha yang
akan menyelenggarakan prasarana
perkeretaapian umum harus
diberikan hak penyelenggaraan
yang dituangkan dalam perjanjian
antara Pemerintah dengan Badan
Usaha.
Adapun nilai investasi untuk
penyelenggaraan perkeretaapian
KA Bandara Soekarno Hatta sebesar
Rp.2,5 Triliun dengan jangka waktu
konsesi selama 30 tahun dan
dapat diperpanjang. Ruang lingkup
perjanjian meliputi: pembangunan,
pengoperasian, perawatan
dan pengusahaan prasarana
perkeretaapian serta serah terima
prasarana perkeretaapian.
Sebagai bentuk kompensasi
atas penyelengaraan prasarana
KA Bandara, Kementerian
Perhubungan memberikan konsesi
pengelolaan kereta api Bandara
Soekarno – Hatta,Tangerang
Banten selama 30 tahun kepada
PT Kereta Api Indonesia (persero).
Sebagai badan penyelengara
prasarana KA Bandara, lewat PT.
Railink, PT. KAI telah memulai
proses pembangunan jalur kereta
Bandara sejak Oktober 2015
lalu. Selain bertugas melakukan
pengadaan rolling stock atau
kereta, PT. Railink juga diserahi
tugas untuk mengoperasikan
KA Bandara Soetta. PT. Railink
merupakan anak usaha PT. KAI
dan PT. Angkasa Pura II.
Direktur Utama PT Railink
Heru Kuswanto memaparkan
pembangunan telah dimulai pada
area bandara karena praktis tidak
ada persoalan lahan pada area
milik PT Angkasa Pura (AP) II
itu. Sedangkan proses kontruksi
pembangunan rel baru dari Stasiun
Batu Ceper-Bandara Soetta, belum
bisa dilakukan karena masih
terkendala masalah lahan.
Rencananya proyek jalur KA umum
Bandara Soetta yang membentang
sepanjang 36,3 kilometer akan
dibangun melayang (elevated)
dan bawah tanah (underground).
Selain terintegrasi dengan jaringan
kereta listrik (KRL), KA Bandara
ini juga akan terintegrasi dengan
halte Transjakarta dan Mass
Rapid Transit (MRT) dan Sistem
Automatic People Mover System
(APMS) yang sedang disiapkan oleh
pihak bandara untuk mendukung
mobilitas penumpang dari terminal
ke stasiun.
PT Railink menargetkan KA
Bandara Soetta sudah dapat di-
operasikan pada tahun 2017. Se-
dangkan jam operasinya mengikuti
penerbangan. “Jam beroperasi nya
mengikuti penerbangan, jika
jam penerbangannya jam 05.00
WIB, kami sudah beroperasi jam
04.00WIB,” tutur Heru. Setiap hari,
Railink akan mengoperasikan 124
perjalanan dengan 10 rangkaian.
Satu rangkaian terdiri dari 6 kereta
hingga 10 kereta yang ditargetkan
bisa membawa 13.000 penumpang
dari dan ke Bandara Soetta per hari.
Guna mendanai keperluan
pembangunan KA Bandara Soetta
ini, PT. KAI mendapatkan kredit
dari empat Bank sindikasi yang
terdiri dari BRI, Bank BCA, BNI,
dan Bank Mandiri senilai Rp
1,4 triliun atau 84% dari total
kebutuhan dana pembangunan
prasarana sekitar Rp 1,6 triliun.
Sementara itu, PT Railink selaku
operator mendapatkan pinjaman
Rp 612 miliar dari sindikasi bank
yang sama. Nilai tersebut setara
dengan 85% dari total keperluan
pengadaan prasarana dengan
taksiran Rp 720 miliar. (*)
Profil KPBU
24 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
Seperti diketahui dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
periode 2015-2019 pemerintah mengalokasikan anggaran untuk sarana dan prasarana transportasi massal berbasis rel sebesar Rp. 234 triliun. Dengan anggaran itu, pemerintah akan membangun jaringan kereta api pada pulau-pulau besar Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Rencananya, pemerintah akan membangunan jaringan kereta baru yang membentang sepanjang 3.258 kilometer (km). Jika terealisasi, maka proyek ini merupakan yang terpanjang pasca era pemerintahan kolonial Belanda. Saat ini, sekitar 985 Km rel yang ada, merupakan peninggalan jaringan kereta era penjajahan.
Pemerintah sengaja membangun jaringan kereta api tersebut diluar Jawa agar daerah-daerah tersebut bisa berkembang dan maju secara ekonomi. Langkah pemerintah
itu menurut Dharmaningtyas, Direktur Institut Studi Transportasi (Instran) sudah tepat. Tyas, demikian ia biasa disapa menegaskan mayoritas daerah di luar Jawa mengalami defisit infrastruktur. Karenanya dengan rencana pemerintah membangun jaringan kereta api di berbagai wilayah di luar Jawa
sudah tepat. “Kebijakan Presiden Jokowi ini sudah tepat mengingat selama 70 tahun merdeka, ketimpangan antara Jawa dan luar Jawa itu justru semakin melebar,” katanya saat ditemui Majalah Partnership.
Baginya, langkah pemerintah itu sesuai dengan apa yang INSTRAN
suarakan selama ini. Tyas mengungkapkan saat ini 58% penduduk Indonesia tinggal di Jawa, sebab itu infrastruktur yang memadai menumpuk di Jawa. Di sisi lain, daya dukung ekologis Jawa sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengimbangi jumlah penduduk. Karenanya, kebijakan pembangunan infrastruktur transportasi massal tidak boleh terlepas dari strategi pemerataan populasi ke seluruh wilayah. Dijelaskannya, ideologi pelambatan di Jawa dan ideologi percepatan di luar Jawa perlu dijalankan, sehingga terdapat keseimbangan antara Jawa dan luar Jawa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang utuh. Disisi lain, pembangunan transportasi massal seperti kereta api di luar Jawa tentu ikut mendorong arus urbanisasi yang tidak hanya menuju ke Jakarta saja, tapi ke Sumatra dan Kalimantan, Sulawesi serta Papua, sehingga ada pemerataan penduduk. Kalau dibangun di luar Jawa, menggunakan APBN pun dapat dimaklumi karena efek dominonya bisa sampai ke Jawa.
Meski begitu ia tak menutup mata keterlibatan badan usaha
Pembangunan Kereta Api untuk Pemerataan Penduduk dan Ekonomipemerintah sudah berada pada jalur yang tepat dengan membangun banyak infrastruktur kereta api di berbagai wilayah indonesia. pembangunan infrastruktur perkeretaapian di berbagai wilayah itu diyakini akan mempercepat pemerataan penduduk dan ekonomi.
24 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
edukasi
Dharmaningtyas,Direktur INSTRAN dan Ketua
Bidang Advokasi MTI
Pemerintah akan membangunan jaringan
kereta baru yang membentang sepanjang
3.258 kilometer (km). Jika terealisasi, maka proyek
ini merupakan yang terpanjang pasca era pemerintahan kolonial Belanda.
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 25
melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam mengembangkan perkeretaapian. Hanya, keterlibatan badan usaha dalam pembangunan infrastruktur baiknya dikhususkan untuk kereta api angkutan hasil tambang maupun perkebunan mengingat pengembalian investasinya tidak panjang. Khusus untuk angkutan penumpang, Tyas menegaskan, sebaiknya sebatas manajemen hingga operasionalnya saja. Dharmaningtyas yang juga Ketua Bidang Advokasi MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) menambahkan, dengan keterlibatan badan usaha dalam manajerial sampai operasional perkeretaapian maka akan timbul keseimbangan peran pemerintah dan badan usaha. Dengan begitu, ekonomi akan tercipta kokoh. “Jadi peran badan usaha ya
sebatas mengimbangi,” tegasnya. Namun yang perlu diperhatikan pula dalam operasional itu adalah bagaimana menciptakan transportasi massal yang nyaman, aman serta terjangkau. Karenanya Tyas mengingatkan agar load factor selalu dicermati dalam membangun transportasi massal dengan skema KPBU. Jadi jangan sampai nantinya jumlah pengguna tidak sesuai perkiraan permintaan. Pasalnya situasi ini dapat menyebabkan penurunan yang signifikan dalam jumlah pendapatan.
Seperti diketahui berdasarkan Kepmen PPN Nomor Kep 82/M.PPN/HK/05/2015, pemerintah menawarkan enam proyek KPBU siap ditawarkan dalam pembangunan infrastruktur transportasi massal berbasil rel yang diantaranya pembangunan
Kereta Api Barang dan Penumpang Bandara Internasional Soekarno Hatta – Halim Perdanakusuma, Light Rail Transit (LRT) Bandung, Jawa Barat serta Kereta Api Barang dan Penumpang Tanjung Enim-Tanjung Api-Api Sumatera Selatan. Sementara proyek KPBU prospektif ialah proyek terminal terpadu kereta api Gedebage, Bandung dan pembangunan Monorel, Sumatera Selatan. Sebagai informasi rencana pembangunan monorel Sumatera Selatan telah diubah menjadi LRT dengan penugasan kepada PT Waskita Karya Tbk. Adapun KPBU yang potensial ialah Proyek pembangunan Kereta Api Barang dan Penumpang Batam, Kepulauan Riau, dan Pembangunan Kereta Api Barang dan Penumpang Pulau Baai-Muara Enim, Bengkulu-Sumatera Selatan. (*)
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 25
edukasi
Commputer Line Stasiun Manggarai
26 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
transportasi. Akan tetapi,
pemerintah tidak bisa lepas
tangan sepenuhnya, mengingat
infrastruktur dan transportasi
menyangkut kebutuhan masyarakat
luas. “Kerjasama pemerintah
dengan badan usaha tidak akan
muncul kalau tidak ada pemerintah
di depan. Jadi, anggaran pemerintah
harus tetap menjadi pokok utama
untuk mendongkrak partisipasi
swasta,” tuturnya.
Ke depan, lulusan Transportasi
Teknik, Technische Universitat
Wien, Austria, pada 1996, ini
memiliki harapan bagaimana
infrastruktur dan transportasi
menjadi tulang punggung bagi
negara. Namun, ia kurang setuju
jika di sektor transportasi ada
moda yang diprimadonakan. “Saya
kira semua moda harus didorong
pada saat yang bersamaan. Karena
masing-masing daerah itu punya
karakteristik sendiri-sendiri. Di kota,
transportasinya juga harus bagus
agar tidak macet setiap hari seperti
di Jakarta. Di desa, juga harus
terakses dengan baik. Kawasan
Timur juga harus terhubung dengan
kawasan Barat. Begitu juga kawasan
perbatasan, juga harus dilayani,”
pungkasnya. (*)
Sosok Prof Danang Parikesit
di sektor transportasi
sudah tak asing lagi. Saat
ini, Danang Parikesit
merupakan Ketua Umum
Masyarakat Transportasi Indonesia
(MTI), Chairman The International
Forum for Rural Transport and
Development London, serta
Sekretaris Jenderal Persatuan
Insinyur Indonesia (PII). Danang
Parikesit juga aktif terlibat dalam
penelitian kolaboratif internasional,
konsultan, komite penasihat
nasional di bidang transportasi
dan pembangunan perkotaan.
Dari berbagai pengalamannya
berkecimpung di sektor transportasi
nasional hingga luar negeri,
tentu pengetahuannya di bidang
transportasi tidak perlu diragukan.
Danang melihat, sektor transportasi
di Tanah Air masih dihadapkan
pada sejumlah tantangan. Oleh
karena itu, dibutuhkan upaya
yang serius agar proyek-proyek
transportasi yang dicanangkan bisa
diwujudkan. “Kalau kita melihat
infrastruktur dan transportasi
sebagai indikator kemajuan sebuah
negara dan kemajuan pertumbuhan
ekonomi atau pondasi kemajuan
ekonomi, kita harus kerja keras
lebih lama dibandingkan dengan
masa-masa sebelumnya,” ujarnya
kepada Partnership awal Desember
2015.
Menurut Danang, bicara
infrastruktur dan transportasi tidak
bisa terlepas dari dua hal. Pertama,
infrastruktur dan transportasi harus
mampu menumbuhkan ekonomi
bangsa. Karena itu, infrastruktur dan
transportasi harus dibangun pada
pusat-pusat kegiatan ekspor dan
kegiatan akselerasi pertumbuhan
ekonomi. Kedua, infrastruktur dan
transportasi memiliki kemampuan
untuk menekan inflasi. Untuk dapat
menekan inflasi, maka pembangunan
infrastruktur dan transportasi
harus merata di seluruh wilayah
Indonesia. Dengan demikian, biaya
angkutan atau logistik bisa ditekan.
“Infrastruktur dan transportasi
punya dua perspektif, yakni satu
untuk pertumbuhan dan satunya
untuk pemerataan,” katanya.
Danang melihat penyediaan
infrastruktur dan transportasi
di tanah air masih terdapat
ketimpangan, baik antara perkotaan
dan perdesaan, maupun antara
Kawasan Barat Indonesia dengan
Kawasan Timur Indonesia. Salah
satu penyebab belum maksimalnya
penyediaan infrastruktur dan
transportasi itu adalah keterbatasan
anggaran pemerintah. Danang
menilai, pola Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU)
sebenarnya sudah tepat sebagai
solusi mendapatkan pendanaan
penyediaan infrastruktur dan
Pembangunan Infrastruktur dan Transportasi Harus Berorientasi Pertumbuhan dan Pemerataan
Prof Danang Parikesit Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)
sosok
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 27
1. Infrastruktur Transportasi:- Penyediaan, pengelolaan fasilitas, dan pelayanan jasa
kebandarudaraan, termasuk fasilitas pendukung, seperti terminal penumpang dan kargo.
- Penyediaan, pengelolaan fasilitas, dan pelayanan jasa kepelabuhanan.
- Sarana dan prasarana perkeretaapian.- Sarana dan prasarana angkutan massal perkotaan dan lalu
lintas.- Sarana dan prasarana penyeberangan laut, sungai, dan
danau.
2. Infrastruktur Jalan:- Jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal.- Jalan tol.- Jembatan tol.
3. Infrastruktur Sumber Daya Air dan Irigasi:- Saluran pembawa air baku.- Jaringan irigasi dan prasarana penampung air beserta
bangunan pelengkapnya, antara lain waduk, bendungan, dan bendung.
4. Infrastruktur Air Minum:- Unit air baku.- Unit produksi.- Unit distribusi.
5. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat:- Unit pelayanan.- Unit pengumpulan.- Unit pengolahan.- Unit pembuangan akhir.- Saluran pembuangan air, dan sanitasi.
6. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat:- Unit pengolahan setempat.- Unit pengangkutan.- Unit pengolahan lumpur tinja.- Unit pembuangan akhir.- Saluran pembuangan air, dan sanitasi.
7. Infrastruktur Sistem Pengelolaan Persampahan:- Pengangkutan.- Pengolahan. Pemrosesan akhir sampah.
8. Infrastruktur Telekomunikasi dan Informatika:- Jaringan telekomunikasi.- Infrastruktur e-government.- Infrastruktur pasif seperti pipa saluran media transmisi
kabel (ducting).
9. Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan, dan Infrastruktur Energi Terbarukan:- Infrastruktur ketenagalistrikan, mencakup pembangkit,
transmisi, gardu induk, dan distribusi.- Infrastruktur minyak dan gas bumi, termasuk bioenergi,
mencakup pengolahan, penyimpanan, pengangkutan; dan distribusi.
10. Infrastruktur Konservasi Energi:- Penerangan jalan umum.- Efisiensi energi.
11. Infrastruktur Ekonomi Fasilitas Perkotaan:- Saluran utilitas (tunnel).- Pasar umum.
12. Infrastruktur Kawasan:- Kawasan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan inovasi, termasuk pembangunan science and technopark.
- Kawasan industri.
13. Infrastruktur Pariwisata:- Pusat informasi pariwisata (tourism information center).
14. Infrastruktur Fasilitas Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan:- Sarana pembelajaran.- Laboratorium.- Pusat pelatihan.- Pusat penelitian/pusat kajian.- Sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan.- Inkubator bisnis.- Galeri pembelajaran.- Ruang praktik siswa.- Perpustakaan.- Fasilitas pendukung pembelajaran dan pelatihan.
15. Infrastruktur Fasilitas Sarana Olahraga, Kesenian dan Budaya:- Gedung/stadion olahraga.- Gedung kesenian dan budaya.
16. Infrastruktur Kesehatan:- Rumah sakit, seperti bangunan rumah sakit, prasarana
rumah sakit, dan peralatan medis.- Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, seperti bangunan,
prasarana, dan peralatan medis baik untuk puskesmas maupun klinik.
- Laboratorium kesehatan, seperti bangunan laboratorium kesehatan, prasarana laboratorium kesehatan, dan peralatan laboratorium.
17. Infrastruktur Pemasyarakatan:- Lembaga pemasyarakatan.- Balai pemasyarakatan.- Rumah tahanan negara.- Rumah penyimpanan benda sitaan dan barang
rampasan negara.- Lembaga penempatan anak sementara.- Lembaga pembinaan khusus anak. - Rumah sakit pemasyarakatan.
18. Infrastruktur Perumahan Rakyat:- Perumahan rakyat untuk golongan rendah.- Rumah susun sederhana sewa.
JENIS-JENIS INFRASTRUKTUR YANG DAPAT DIKERJASAMAKAN(Berdasarkan Perpres Nomor 38/2015, sebagaimana dijabarkan dalam Permen PPN Nomor 4/2015)
sekilas berita
Edisi Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015 Sustaining Partnership | 27
28 | Sustaining Partnership Edisi Kereta Api dan Jalan Tol | 2015
DIREKToRAT PENGEMBANGAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA
STASIUN KA BANDARA KUALANAMU