152
ILMU Pendidikan Islam

ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

ILMUPendidikan

Islam

Page 2: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

SISTEM TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P & K R I No.158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

XV

Page 3: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

xvi

n. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis

rangkap.

ditulis Ahmadiyyah

Page 4: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

xvii

UI. T a' marbutah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab

yang sudah terserap men-jadi bahasa Indonesia, seperti

salat, zakat, dan sebagainya.ditulis jama'ah

2, Bila dihidupkan ditulis t

dituliskaramatul-aiiya'

IV. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.V. Vokal Panjang

A panjang ditulis a, i panjang ditulis j, dan u panjang ditulis u,

masing-masing dengan tanda hubung (-) di atasnya.

VI. Vokal Rangkap

Fathah + ya' tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan

fathah + wawu mati ditulis au.

VII. Vokal-vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata

dipisahkan dengan apostrof ( ' ) .

ditulis a'antum

ditulis mu'annas

VIII. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qamariyyah ditulis al-ditulis Al-Qur'an

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf I diganti dengan huruf

syamsiyyah yang mengikutinya.

Page 5: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

xviii

ditulis

asy-Syi'ah (lihat juga angka X butir 1

dan 2)

IX. Huruf BesarPenulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD.

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam

rangkaian tersebut.

ditulis Syaikh al-Isldm atau

Syaikhul-Isldm Dalam terjemahan ini

penerjemah mempergunakan cara yang kedua.

Page 6: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

I

B AB I

PENDAHULUAN

A. PANDANGAN ISLAM TERHADAP MANUSIA

Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskandari obyek yang menjadi sasarannya, yaitu manusia. Dan karena yangmenjadi topik pembahasan sekarang adalah Ilmu Pendidikan Islam, makasecara filosofis harus mengikutsertakan obyek utamanya, yaitu manusiadalam pandangan Islam.

Manusia adalah makhluk Allah. Ia dan alam semesta bukan teijadisendirinya, tetapi dijadikan oleh Allah.

Firman Allah :

Artinya :

”Aliahlah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezeki,kemudian mematikan kamu, kemudian menghidupkan kamu (kembali diAkhirat)”, (Q.S. 30 Ar-Rum 40),

Page 7: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Allah menciptakan manusia untuk mengabdi kepada-Nya. Untuk ini Iamemerintahkan supaya manusia itu beribadat kepadanya.

Fuman Allah :

Artinya :’’Tidak kujadikan jin dan manusia itu kecuali untuk beribadat kepada-Ku (jin

dan manusia itu diciptakan untuk beribadat kepada Allah)” (Q.s.Az-Zariyat56).

Orang yang beribadat kepada Allah ini adalah orang yang disayangi-Nya.Kepadanya diturunkan suatu ajaran melalui Rasul-Nya secara berturut danberuntun, mulai dari Rasul pertama, Adam a.s. sampai kepada Rasul terakhir,Muhammad SAW. Ajaran yang telah disempurnakanmelalui Rasul terakhir inibernama Syari’at Islam yangterkumpul dalam suatu kitab yang bernama Al-Qur’an, dan yang telahdijelaskan oleh Rasulullah dengan sabda-Nya, dengan perbuatannya dan danpengakuannya, seterusnya dikembangkan oleh parapengikutnyayang sudah memiliki kemampuan untuk berijtihad. Melalui ajaran inilah kitamelihat dan mengetahui pandangan Islam mengenai manusia. Prof. Dr. OmarMuhammad al 'Foumi al Syaibany memperinci pandangan Islam terhadapmanusia itu atas delapan prinsip :

1.Kepercayaan bahwa manusia makhluk yang termulia di dalam jagat

raya ini.

2. Kepercayaan akan kemuliaan manusia.

3. Kepercayaan bahwa manusia itu ialah hewan yang berpikir.

4. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai tiga dimensi: badan, akal danruh

5. Kepercayaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya terpengaruh olehfaktor-faktor warisan (pembawaan) dan alam lingkungan,

ء Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai motivasi dan kebutuhan

2

Page 8: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

7. Kepercayaan bahwa ada perbedaan perseorangan di antara manusia.

8. Kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai keluasan sifat dan selaluberubah.

Prinsip-prinsip ini digali dari Al-Qur’an dengan memahaminya dariberbagai aspek penafsiran dan kenyataan yang dapat dihayati. Dalamhubungannya dengan pendidikan Islam akan kita lihat dari tiga titik saja,yaitu (a) manusia sebagai makhluk yang mulia, (b) sebagai khalifah Allah dibumi dan (c) sebagai makhluk paedagogik.

B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK YANG MULIA

Manusia diciptakan oleh Allah sebagai penerima dan pelaksanaajaran. Oleh karena itu ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia. Iniditegaskan dalam Al-Qur’an :

■f'

Artinya :

”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adaan (manusia),Kami tempatkan mereka itu di darat dan di laut; Kami beri mereka rezekiyang baik-baik dan kami lebihkan mereka dari makhluk Kami yang lain.”(Q.S. 17 Al-Isra’ 70).

Sesuai dengan kedudukannya yang mulia itu, Allah menciptakanmanusia itu dalam bentuk fisik yang bagus dan seimbang.

Firman Allah :

Artinya :

”Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia itu dalam bentuk yangsebaik-baiknya” (Q.S. 95 At-Tini4).

3

Page 9: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Untuk mempertahankan kedudukannya yang mulia dan bentukpribadi yang bagus itu, Allah memperlengkapinya dengan akal dan perasaanyang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu pengetahuan,dan membudayakan ilmu yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kedudukanmanusia sebagai makhluk yang mulia itu adalah karena (1) akal danperasaan, (2) ilmu pengetahuan dan (3) kebudayaan, yang seluruhnyadikaitkan kepada pengabdian pada Pencipta, Allah SWT.

1, Akal dan perasaan

Setiap orang menyadari bahwa ia mempunyai akal dan perasaan.Akal pusarnya di otak, digunakan untuk berpikir. Perasaan pusatnya di hati,digunakan untuk merasa dan dalam tingkat paling tinggi ia melahirkan ’katahati”. Dalam kenyataan, keduanya sukar dipisahkan. Orang merasa dansekaligus berpikir; hasil rumusan pikiran dapat dirasakan dan diyakinikebenarannya. Hasil kerja pikiran dapat memberi rasa kenikmatan.Perasaan kecewa dan sedih dapat mempengaruhi kegiatan pikiran Demikianterjalinnya pemakaian akal (pikiran) dan perasaan ini, sehingga kadang-kadang kurang jelas mana yang berfungsi di antara keduanya, apakah hatiataukah otak (akal).

Walaupun umumnya rasa itu berasal dari gejala yang merangsangalat dria, namun ia selalu melalui pengolahan otak (pikiran) untukselanjutnya diteruskan ke hati. Penggunaan akal dan perasaan dapatmenentukan kedudukan seseorang dalam lingkungan sosialnya, dapatmembuat dia senang dan marah. Kemampuan berpikir dan merasa inimerupakan nikmat anugerah Tuhan yang paling besar, dan ini pulalah yangmembuat manusia itu istimewa dan mulia dibandingkan dengan makhlukyang lainnya. Allah menyuruh orang menggunakan kemampuan berpikir inisebaik-baiknya, baik berpikir tentang diri manusia itu sendiri atau tentangalam semesta ini. Firman Allah :

4

Page 10: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Firman Allah :

Artinya :

"Demikianlah (kata Tuhan), Kami mewariskan semua itu kepadakaum yang lain." (Q.S. 44 At-Dukh’an 28).

Firmannya lagi :

Artinya :

"Akan kami jadikan mereka itu pemimpin dan penerima waris.” (Q.S. 28Al-Qashash 5).

Pewaris berarti penerus dan penyambung kebudayaan dan selan-jutnya, meningkatkan dan mengembangkan kebudayaan itu.

C. MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DI BUMI,Pandangan yang menganggap bahwa manusia itu sebagai khalifah di

bumi ini, bersumber pada firman Allah yang berbunyi :

Artinya :

"Dan ingatlah, ketika Tuhanmu berkata kepada para malaikat :"Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi"..........................(Q.S. 2 Al-Baqarah 30).

Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa Dia akanmenciptakan manusia yang diserahi tugas menjadi khalifah di bumi.Kedudukan manusia sebagai khalifah ini dipertegas dalam ayat lain :

9

Page 11: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

”Kemudian Kami jadikan kamu sebagai khalifah (pengganti) di bumi inisesudah mereka, untuk Kami perhatikan bagaimana kamu berbuat.” (Q.S. 10Yunus 14).

Lebih tegas lagi firman-Nya :

Artinya :

"Dialah (Allah) yang menjadikan kamu sebagai penguasa- penguasa dibumi, ditinggikan derajat sebagianmu dari yang lain untuk mengujimu tentangapa saja yang telah dianugerahkan-Nya kepadamu.” (Q.S. 6 Al-An’am 165).

1 Setelah bumi ini diciptakan, Allah memandang perlu bumi itu /didiami,diurus, diolah. Untuk itu Ia menciptakan manusia yang 'diserahi tugas danjabatan khalifah. Kemampuan bertugas ini adalah suatu anugerah Allah dansekaligus merupakan amanat^yang dibimbing dengan suatu ajaran, yangpelaksanaannya merupakan tanggung jawab manusia yang bernamakhalifah itu.

Untuk itu Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yanglengkap dan utuh dengan sarana yang lengkap.

Artinya :

"Ia (Allah) telah menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan danhati, supaya kamu dapat bersyukur.” (Q.S. An-Nahl 78).

Islam melihat manusia secara keseluruhan tidak memisah- misahkannyapada bagian-bagian. Rasulullah SAW menegaskan :

Page 12: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

"Sesungguhnya Allak tidak memperhatikan bentuk rupamu, tidak pulabangsa keturunanmu, tidak pula harta milikmu, tetapi Ia (Allah)memperhatikan hati dan perbuatanmu." (H.R. Tabrani).

Perintah menjalankan syari’at Islam dan bertanggung jawab ditujukankepada manusia yang utuh dan lengkap itu, bukan pada jiwanya saja, ataupada raganya saja. Islam tidak hanya memandang seseorang sebagai individuyang utuh dan lengkap saja, tetapi juga sebagai anggota masyarakat. MemangAllah mewajibkan manusia itu hidup berkelompok-kelompok untuk salingberkenalan dan hidup bersama.

Firman Allah :

Artinya :

”Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan; Kami jadikan kamu hidupberbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.Sesungguhnya orang yang termulia di antaramu di sisi Allah ialah orang yangpaling takwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q,S. 49 Al-Hujarat 13).

Sebagai anggota masyarakat, manusia harus bertanggung jawab. Iamendiami dan mengurus bumi dengan beken a, memelihara dan mengolahnyauntuk diambil manfaatnya. Allah berfirman :

11

Page 13: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

12

Artinya :

"Katakanlah : Tiap-tiap orang bekerja menurut keadaannya masing-masing. Tentu Tuhanmu lebih mengetahui siapa di antaramu yang benarjalannya.” (Q.S. 17 Al-Isra’ 84).

Dalam bekeija itu ia harus bertanggung jawab kepada Allah, karenaAllah senantiasa mengawasi segala perbuatannya. Firman- Nya :

Artinya :

"Dan katakanlah : Bekerjalah kamu, nanti Allah dan Rasul-Nya sertaorang-orang yang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. Nanti kamu akandikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui segala yang gaib dan nyata, laludiberitakannya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (Q.S. 9 Al-Taubah105).

Artinya :

"Katakanlah : Hai kaumku, bekerjalah kamu menurut kemama

puanmu ! Sesungguhnya akupun orang yang bekerja pula. Nanti kamuakan mengetahui siapa yang akan memperoleh hasilnya yang baik di dunia ini.Sesungguhnya orang yang zalim itu tidak akan mendapat keuntungan(ketenangan)" (Q.S. 6 Al-An’am 135).

Page 14: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

" ..........Sesungguhnya Allah selalu mengawasimu." (Q.S. 4 Al-Nisa’ 1).

Artinya :

” ..........Allah itu adalah pengawas segala sesuatu (pekerjaan)"(Q.S. 33 Al-Ahzab 52).

Pengawasan teiiiadap tindakan ini mengharuskan per-tanggungjawaban. Yang baik akan dibalas dengan kebaikan yangmenyenangkan. Yang jahat akan dibalas dengan hukuman dan siksaan yangsangat menyakitkan.

Firman Allah :

artinya :

"Adapun orang yang beriman dan beramal (bekerja) saleh, ia akanmendapat balasan yang baik.".................................(Q.S. 18 Al-Kahfi 88).

Artinya :

"Balasan kejahatan itu ialah kejahatan yang seimbang dengan itu"(Q.S.42 Al-Syura40).

13

Page 15: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

"Siapa saja yang mengerjakan perbuatan jahat, pekerjaan itu tidakakan dibalasi kecuali dengan kejahatan yang seimbang dengan kejahatannya.Dan siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun perempuansedang ia dalam keadaan beriman, ia akan dimasukkan ke dalam surga yangakan diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab." (Q.S. 40 Al-Mukmin 40).

Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :

”Masing-masing kamu adalah pengembala (pemimpin) dan masing-masing kamu harus bertanggung jawab atas kepemimpinanmu itu ” (H.R.Bukhari).

Tanggung jawab itu perlu untuk memelihara dan mengembangkanketenteraman dan kelestarian manusia dan alam lingkungan seluruhnya.

Allah menciptakan bumi dalam keadaan seimbang dan serasi.Keteraturan alam dan kehidupan ini dibebankan kepada manusia untukmemelihara dan mengembangkannya demi kesejahteraan hidup merekasendiri. Tugas itu dimulai oleh manusia dari dirinya sendiri, kemudian istri dananak serta keluarganya, tetangga dan lingkungannya, masyarakat danbangsanya. Untuk itu ia harus mendidik diri dan anaknya serta membinakehidupan keluarga dan rumah tangganya sesuai dengan ajaran Islam. Iaharus memelihara lingkungan dan masyarakatnya, mengembangkan danmempertinggi mutu kehidupan bersama, kehidupan bangsa dan negara. Itulahtugas khalifah Allah dalam mengurus dan memelihara alam semesta ini.

Fimian Allah :

14

Page 16: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri dan keluargamudari api neraka (bahaya) ............................................” (Q.S. 66 Al-Tahrim 6).

Artinya :”Dan penghuni negeri itu telah Kami binasakan karena mereka

berbuat zalim (kerusakan) ” (Q.S. 18 Al-Kahfi 59).

Artinya :"Dan sesungguhnya telah Kami binasakan umatianat sebelum kamu

karena mereka berbuat zalim . . . (Q.S. 10 Yunus 13.

Artinya :

” janganlah kamu berbuat kerusakan (kebinasaan) di mukabumi ini setelah (Allah) membuat baik. . . .” (Q.S. 7 Al-A’raf 85).

Lebih jelas lagi Allah memerintahkan supaya manusia itu berusahamencari bekal untuk hidup di akhirat (beribadat), tanpa melupakan kebutuhanhidup di dunia ini, dan dilarang berbuat kerusakan. Firman Allah :

15

Page 17: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

"Dan carilah bekal untuk kehidupan di akhirat dalam karunia yangtelah diberikan oleh Allah kepadamu; dan jangan kamu lupakan kebutuhanhidupmu di dunia ini. Berbuat baiklah (kepada siapa dan apapun),sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Janganlah kamu berbuatkerusakan di bumi ini. (Ingatlah!) Allah tidak suka kepada orang.yang berbuatkerusakan(Q.S. 28 Al-Qashash 77).

A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PAEDAGOGIK

Makhluk paedagogik ialah makhluk Allah yang dilahirkan membawapotensi dapat dididik dan dapat mendidik. Makhluk itu adalah manusia.Dialah yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampumenjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Iadilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisidengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuaidengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dankemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu. Itulah FitrahAllah yang melengkapi penciptaan manusia. Firman allah :

Artinya :

”... (tegakkanlah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusiaberdasarkan fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah itu .. ..” (Q.S.30 al-Rum 30).

Firman Allah yang berbentuk potensi itu tidak akan mengalamiperubahan dengan pengertian bahwa manusia terus dapat berpikir, merasadan bertindak dan dapat terus berkembang. Fitrah inilah yang membedakanantara manusia dengan makhluk Allah lainnya dan fitrah ini pulalah yangmembuat manusia itu istimewa dan lebih mulia yang sekaligus berarti bahwamanusia adalah makhluk paedagogik.

16

Page 18: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Allah memang telah menciptakan semua makhluk-Nya ini berdasarkanfitrah-Nya. Tetapi fitrah Allah untuk manusia yang di sini diteijemahkandengan potensi dapat didik dan mendidik, memiliki kemungkinan berkembangdan meningkat sehingga kemampuannya dapat melampaui jauh darikemampuan fisiknya yang tidak berkembang.

Meskipun demikian, kalau potensi itu tidak dikembangkan, niscaya iaakan kurang bermakna dalam kehidupan. Oleh karena itu perludikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan dalam usaha dankegiatan pendidikan. Teori nativis dan empiris yang dipertemukan olehKerschenteiner dengan teori konvergensinya, telah ikut membuktikan bahwamanusia itu adalah makhluk yang dapat dididik dan dapat mendidik. Denganpendidikan dan pengajaran potensi itu dapat dikembangkan Manusia,meskipun dilahirkan seperti kertas putih, bersih belum berisi apa-apa danmeskipun ia lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri, namunperkembangan itu tidak akan maju kalau tidak melalui proses tertentu, yaituproses pendidikan. Kewajiban mengembangkan potensi itu merupakan bebandan tanggung jawab manusia kepada Allah. Kemungkinan pengem-banganpotensi itu mempunyai arti bahwa manusia mungkin dididik, sekaligusmungkin pula bahwa pada suatu saat ia akan mendidik. Kenyataan dalamsejarah memberikan bukti bahwa memang manusia itu secara potensial adalahmakhluk yang pantas dibebani kewajiban dan tanggung jawab, menerima danmelaksanakan ajaran Allah pencipta. Ajaran yang dibebankan kepadamanusia untuk melak-sanakannya. Setiap umat Islam dituntut supaya berimandan beramal sesuai dengan petunjuk yang digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tetapi petunjuk itu tidak datang begitu saja kepada setiap orang, sepertikepada para Nabi dan Rasul, melainkan harus melalui usaha dan kegiatan.Karena itu, usaha dan kegiatan membina pribadi agar beriman dan beramaladalah suatu kewajiban mutlak. Usaha dan kegiatan itu disebut pendidikandalam arti yang umum. Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwapendidikan ialah usaha dan kegiatan pembinaan pribadi. Adapun materi,tujuan dan - prinsip serta cara pelaksanaannya dapat dipahami dalampetunjuk Allah yang disampaikan oleh para Rasul-Nya.

Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadimuslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya.

17

Page 19: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Tetapi pribadi muslim itu tidak akan tercapai atau terbina kecuali denganpengajaran dan pendidikan. Membina pribadi muslim adalah wajib. Dankarena pribadi muslim tidak mungkin terwujud kecuali dengan pendidikan,maka pendidikan itupun menjadi wajib dalam pandangan Islam. Kaidahumum dalam ilmu Syari ’at Islam berlaku pada kegiatan pendidikan ini:

Artinya :

”Sesuatu yang tidak sempurna perbuatan wajib kecuali dengannya, makasesuatu itu adalah wajib.” (Kaidah Ushul Fiqhi).

Dalam ajaran Islam bertakwa itu wajib, tetapi tidak mungkin bertakwaitu tercapai kecuali dengan pendidikan, maka pendidikan itu juga wajib. Danmanusia adalah makhluk paedagogik, maka kewajiban menyelenggarakanpendidikan adalah kewajiban syar’i yang berarti pula bahwa perintah bertakwaadalah sekaligus perintah menyelenggarakan pendidikan yang menuju kepadapembinaan manusia bertakwa.

18

Page 20: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

BAB 2

LANDASAN PENDIDIKAN ISLAM

Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapaisuatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat.Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha membentuk manusia,harus mempunyai landasan ke mana semua kegiatan dan semua perumusantujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.

Landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi MuhammadSAW yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah al mursalah,istihsan, qiyas, dan sebagainya.

A. AL-QUR’AN

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan olehJibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokokyang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melaluiijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsipbesar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebutAQIDAH, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut SYARI’AH.

19

Page 21: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakandalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amalperbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyakdilaksanakan, sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannyadengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya(masyarakat), dengan alam dan lingkungannya, dengan makhluk lainnya,termasuk dalam ruang lingkup amal saleh (syari’ah). Istilah-istilah yang biasadigunakan dalam membicarakan ilmu tentang syari’ah ini ialah : (a) ibadahuntuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah, (b) mu’amalahuntuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah, dan (c) akhlak untuktindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan.

Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untukmembentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah.Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amaldan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contohdapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Lukman ayat 12s/d 19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri darimasalah iman, akhlak ibadat, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lainmenceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh.Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hiduptersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’ansebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang PendidikanIslam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikandengan perubahan dan pembaharuan.

B. AS-SUNNAH,

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan RasulAllah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atauperbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan sajakejadian atau perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber

20

Page 22: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidahdan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemash- lahatan hidupmanusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusiaseutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasul Allah menjadi gurudan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakanrumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawananperang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat kedaerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalamrangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.

Oleh karena itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi carapembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinanpenafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkandalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.

C. UTIHADIjtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan

seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untukmenetapkan/menentukan sesuatu hukum Syari’at Islam dalam hal-hal yangternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihaddalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspekpendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Namundemikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh paramujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al- Qur’an dan Sunnahtersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islamyang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul Allah wafat. Sasaranijtihad ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasaberkembang. Ijtihad bi dang pendidikan sejalan dengan perkembangan zamanyang"semakin maju, terasa semakin urgen dan mendesak, tidak saja di bidangmateri atau isi, melainkan juga di bidang sistem dalam artinya yang luas.

Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an danSunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan Islam.Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan

21

Page 23: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasitertentu. Teori-teori pendidikan bara hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaranIslam dan kebutuhan hidup.

Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran Islamyang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah adalah bersifat pokok-pokok danprinsip-prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terperinci, maka perincianitu adalah sekedar contoh dalam menerapkan yang prinsip itu. Sejakditurunkan sampai Nabi Muhammad SAW, wafat, ajaran Islam telah tumbuh,dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dankondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran Islamsendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupanmuslim.

Pergantian dan perbedaan zaman terutama karena kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi, yang bermuara kepada perubahan kehidupan sosialtelah menuntut ijtihad dalam bentuk penelitian dan pengkajian kembali prinsip-prinsip ajaran Islam, apakah ia boleh ditafsirkan dengan yang lebih serasidengan lingkungan dan kehidupan sosial sekarang? Kalau ajaran itu memangprinsip, yang tak boleh diubah, maka lingkungan dan kehidupan sosiallah yangperlu di- ciptakan dan disesuaikan dengan prinsip itu. Sebaliknya, jika dapatditafsir, maka ajaran-ajaran itulah yang menjadi lapangan ijtihad.

Kita hidup sekarang di zaman dan lingkungan yang jauh berbedadengan zaman dan lingkungan ketika ajaran Islam itu diterapkan untukpertama kali. Di samping itu kita yakin pula bahwa ajaran itu berlaku di segalazaman dan tempat, di segala situasi dan kondisi lingkungan sosial. Kenyataanyang dihadirkan oleh peralihan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuanmenyebabkan kebutuhan manusia semakin banyak. Kebutuhan itu ada yangprimer dan ada yang sekunder. Kebutuhan primer ialah kebutuhan pokok yangmendasar yang bila tidak dipenuhi, kehidupan akan rusak. Kebutuhan sekunderialah kebutuhan pelengkap yang kalau tidak terpenuhi, tidak sampai merusakkehidupan secara total.

Sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, manusia tentusaja mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial menurut tingkatan-tingkatannya. Dalam kehidupan bersama.

22

Page 24: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

mereka mempunyai kebutuhan bersama untuk kelanjutan hidup kelompoknya.Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi berbagai aspek kehidupan individu dansosial, seperti sistem politik, ekonomi, sosial dan pendidikan yang tersebutterakhir adalah kebutuhan yang terpenting karena ia menyangkut pembinaangenerasi mendatang dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhan yangtersebut sebelumnya.

Sistem pembinaan, di satu pihak dituntut agar senantiasa sesuai denganperkembangan zaman, ilmu dan teknologi yang berkembang cepat. Di pihaklain dituntut agar tetap bertahan dalam hal kesesuaiannya dengan ajaran Islam.Hal ini merupakan masalah yang senantiasa menuntut mujtahid muslim dibidang pendidikan untuk selalu berijtihad sehingga teori pendidikan Islamsenantiasa relevan dengan tuntutan zaman, ilmu dan teknologi tersebut.Sedang di Indonesia ijtihad di bidang pendidikan itu harus pula dijaga agarsejalan dengan falsafah hidup bangsa.

Bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang terdiri dari berbagai sukumempunyai filsafat dan pandangan hidup yang beragam. Sebagai suatu bangsamereka harus menganut satu falsafah dan pandangan hidup bangsa. Falsafahdan pandangan hidup itu diramu dari nilai-nilai yang dianut oleh masing-masing suku bangsa yang bergabung menjadi bangsa Indonesia itu. Falsafahdan pandangan hidup itu harus mengandung pikiran-pikiran yang terdalam darigagasan bangsa untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang baik. Dari falsafahdan pandangan hidup bangsa inilah berhulu semua idea dan gagasanpembangunan bangsa.

Kegiatan pendidikan dan pengajaran yang merupakan tugas setiapwarga negara dan pemerintah, harus berlandaskan filsafat dan pandanganhidup bangsa ini, dan harus dapat membina warga negara yang berfilsafatdan berpandangan hidup yang sama. Oleh karena itu landasanpendidikannya harus sesuai dengan filsafat dan pandangan hidup itu. Dansebagai penganut suatu agama yang taat, seluruh aspek kehidupannya harusdisesuaikan dengan ajaran agamanya. Maka warga negara yang setia padabangsa dan taat pada agama, harus dapat menyesuaikan filsafat danpandangan hidup pribadinya dengan ajaran agama serta filsafat danpandangan hidup bangsanya. Bila ternyata ada

23

Page 25: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

ketidaksesuaian atau pertentangan, maka para mujtahid di bidang pendidikanharus berusaha mencari jalan keluarnya dengan menggunakan ijtihad yangdigariskan oleh agama, dengan ketentuan bahwa ajaran agama yang prinsiptidak boleh dilanggar atau ditinggalkan.

Filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia adalah Pancasila yangdigali dan diramu dari berbagai filsafat dan pandangan hidup yang terdapatdalam kelompok-kelompok masyarakat yang bergabung dalam masyarakatbesar bangsa Indonesia. Pancasila adalah rumusan manusia, hasil kombinasidan godokan yang diserasikan dari berbagai unsur tradisi dan kebudayaandaerah. Pekerjaan ini merupakan ijtihad manusia, ijtihad para pemimpinbangsa dalam menciptakan prinsip idea kesatuan seluruh rakyat Indonesia.Semua ajaran yang terdapat dalam negara Indonesia tidak boleh bertentangandengan Pancasila sebagai filsafat dan pandangan hidup bangsa dalam berne-gara. Di lain pihak ajaran Islam harus pula diamalkan oleh penganutnyadalam kehidupan bernegara dengan cara yang tidak dipertentangkan denganPancasila.

-Sejalan dengan itu maka pendidikan agama (Islam) sebagai suatu tugasdan kewajiban pemerintah dalam mengemban aspirasi rakyat, harusmencerminkan dan menuju ke arah tercapainya masyarakat Pancasila denganwarna agama Dalam kegiatan pendidikan, agama dan Pancasila harus dapatisi mengisi dan saling menunjang. Pancasila harus dapat meningkatkan danmengembangkan kehidupan beragama, termasuk pendidikan agama iniberarti bahwa pendidikan Islam itu, selain berlandaskan Al-Qur’an danSunnah, juga berlandaskan ijtihad dalam menyesuaikan kebutuhan bangsayang selalu berubah dan beikembang. Dengan ijtihad itu ditemukanpersesuaian antara Pancasila dengan ajaran agama yang secara bersamaandijadikan landasan pendidikan, termasuk pendidikan agama

Page 26: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

BAB 3

PENGERTIAN PENDIDIKAN IS-LAM

A. PENGERTIAN BAHASA

Bila kita akan melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, makakita harus melihat kepada kata Arab karena -ajaran Islam itu diturunkandalam bahasa tersebut. Kata "pendidikan” yang umum kita gunakansekarang, dalam bahasa Arabnya adalah ”tarbiyah”, dengan kata keija”rabba”. Kata "pengajaran” dalam bahasa Arabnya adalah "ta’lim” dengankata keijanya ” ’allama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa Arabnya”tarbiyah wa ta’lim” sedangkan "Pendidikan Islam” dalam bahasa Arabnyaadalah ’Tarbiyah Islamiyah”.

Kata keija rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman NabiMuhammad SAW seperti terlihat dalam ayat Al-Qur’an dan Hadist Nabi.Dalam ayat Al-Qur’an kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut :

"Ya Tuhan, sayangilah keduanya (ibu bapaku) sebagaimana

Artinya :

25

Page 27: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

”Tuhan telah mendidikku, maka la sempurnakan pendi-dikanku.”

Kata ”ta’lim” dengan kata kerjanya ” ’allama” juga sudah digu-nakan pada zaman Nabi. Baik dalam Al-Qur’an, Hadist atau pemakaiansehari-hari, kata ini lebih banyak digunakan daripada kata ”tarbiyah’’tadi. Dari segi bahasa, perbedaan arti dari kedua kata itu cukup jelas.Bandingkanlah penggunaan dan arti kata berikut ini dengan kata”rabba”, "addaba”, ”nasyaa” dan lain-lain yang masih kita ungkapkantadi.

Firman Allah :

26

mereka telah mengasuhku (mendidikku) sejak kecil." (Q.S. 17 Al-Isra’ 24).Dalam bentuk kata benda, kata ”rabba” ini digunakan juga untuk

’Tuhan”, mungkin karena Tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh,memelihara, malah mencipta.

Dalam ayat lain kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut :

Artinya :

"Berkata (Fir’aun kepada Nabi Musa), Bukankah kami telahmengasuhmu (mendidikmu) dalam keluarga kami, waktu kamu masihkanak-kanak dan tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu"(Q.S. 26 Asy-Syura 18)

Kata lain yang mengandung arti pendidikan itu ialahseperti sabda Rasul:

Page 28: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

"Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya. Firman-

Nya lagi :

Artinya :

"Berkata (Sulaiman) : Wahai manusia, telah diajarkan kepada kamipengertian bunyi burung ” (Q.S. An-Naml 16).

Kata ” allama pada kedua ayat tadi mengandung pengertian sekedarmemberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaankepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan membina kepribadian NabiSulaiman melalui burung, atau membina kepribadian Adam melalui namabenda-benda. Lain halnya dengan pengertian ”rabba”, ”addaba” dansebangsanya tadi. Di situ jelas terkandung kata pembinaan, pimpinan,pemeliharaan dan sebagainya.

A. PENGERTIAN ISTILAH

Pengertian pendidikan seperti yang lazim dipahami sekarang belumterdapat di zaman Nabi. Tetapi usaha dan kegiatan yang dilakukan oleh Nabidalam menyampaikan seruan agama dengan berdakwah, menyampaikanajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat, memberi motivasi danmeneiptakan lingkungan sosial yang mendukung pelaksanaan idepembentukan pribadi muslim itu, telah mencakup arti pendidikan dalampengertian sekarang. Orang Arab Mekah yang tadinya penyembah berhala,musyrik, kafir, kasar dan sombong maka dengan usaha dan kegiatan Nabimengislamkan mereka, lalu tingkah laku mereka berubah menjadipenyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa, mukmin, muslim, lemah lembuatdan hormat pada orang lain. Mereka telah berkepribadian muslimsebagaimana yang dicita-citakan oleh ajaran Islam. Dengan itu berarti Nabitelah mendidik, membentuk kepribadian yaitu kepribadian muslim dan

27

Page 29: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

sekaligus berarti bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang pendidik yangbeihasil. Apa yang beliau lakukan dalam membentuk manusia, kita rumuskansekarang dengan pendidikan Islam. Cirinya ialah perubahan sikap dan tingkahlaku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Untuk itu perlu adanya usaha,kegiatan, cara, alat dan lingkungan hidup yang menunjang keberhasilannya.Dengan demikian, secara umum dapat kita katakan bahwa^ENDIDIKANISLAM itu adalah pembentukan kepribadian muslim.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN DALAM ISLAM

Syari’at Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanyadiajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan. Nabi telahmengajak orang untuk beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuaiajaran Islam dengan berbagai metoda dan pendekatan. Dari satu segi kitamelihat^bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepadaperbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagikeperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islamtidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidakmemisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu pendidikan Islamadalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaranIslam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat,menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikanIslam adalah pendidikan individu dan pendiikan masyarakat. Semula orangyang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulamadan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.

28

Page 30: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

BAB 4

TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha ataukegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dankegiatan yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan- tingkatan,tujuannya bertahap dan bertingkat Tujuan pendidikan bukanlah suatu bendayang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan darikepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.

Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam, akan terlihatdengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalamipendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yangmembuatnya menjadi "insan kamil” dengan pola takwa Insan kamil artinyamanusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajardan normal karena takwanya kepada Allah SWT/ Ini mengandung arti bahwapendidikan Islam itu diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagidirinya dan masyarakatnya serta senang dan gemar mengamalkan danmengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah dan denganmanusia sesamanya, dapat mengambil manfaat yang semakin meningkat darialam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia kini dan

29

Page 31: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

di akhirat nanti. Tujuan ini kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai.Tetapi dengan keija keras yang dilakukan secara berencana dengan kerangka-kerangka keija yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlahsesuatu yang mustahil.

Ada beberapa tujuan pendidikan.

A. TUJUAN UMUM.

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatanpendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputiseluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan,kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur,kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama .bentuk insan kamildengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang sudahdididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengantingkat-tingkat tersebut.

Cara atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuanpendidikan ialah pengajaran. Karena itu pengajaran sering diidentikkan denganpendidikan, meskipun kalau istilah ini sebenarnya tidak sama. Pengajaran ialahporos membuat jadi terpelajar (tahu, mengerti, menguasai, ahli; belum tentumenghayati dan meyakini); sedang pendidikan ialah membuat orang jaditerdidik (mempribadi, menjadi adat kebiasaan). Maka pengajaran agamaseharusnya mencapai tujuan pendidikan agama.

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuanpendidikan nasional negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan harusdikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakanpendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali setelah melaluiproses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akankebenarannya. Tahap- tahapan dalam mencapai tujuan itu pada pendidikanformal (sekolah, madrasah), dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yangselanjutnya dikembangkan dalam tujuan instruksional.

Page 32: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

B. TUJUAN AKHIR

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnyaterdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula. Tujuan umumyang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahannaik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang.Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karenaitulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan,memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuanpendidikan yang telah dicapai. Orang yang sudah takwa dalam bentak InsanKamil, masih peiiu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangandan penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak lunturdan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalampendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalamfirman Allah :

Artinya :

” Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allahdengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah kamu mati kecuali dalamkeadaan muslim (menurut ajaran Islam)” (Q,S. 3 Ali Imran 102).

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yangmerupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisikegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapatdianggap sebagai tujuan akhirayaMnsan Kamil yang mati dan akanmenghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.

C- TUJUAN SEMENTARA

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didikdiberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatukurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam oentuk

Page 33: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksiona] umum dankhusus (TIU dan TIK), dapat dianggap tujuan sementara dengan silat yang agakberbeda.

Pada tujuan sementara bentuk lnsan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatanmeskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-ku- rangnya beberapa ciri pokok sudahkelihatan pada pnbadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakansuatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkarankecil. Semakin tinggi tingkatan ̂؛ndidikannya, lingkaran tersebut semakin tesar. Tetapisejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah haruskelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan Insan Kamil ھ Di sinilah .؛لbarangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan jx؛ndidikan Islam dibandingkandengan pen- didikan lainya.

Sejak tingkat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, gambaran Insan Kamilitu hendaknya sudah kelihatan. Dengan kata lain, bentuk Insan Kamil dengan polatakwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat ^ndidikan Islam. Karena itu setiaplembaga pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan Islam sesuaidengan tingkatan jenis pendidikannya. Ini berarti bahwa tujuan pendidikan Islam diMa،lrasah Tsanawiyah berbeda dengan tujuan di Madrasah 'Aliyah, dan tentu sajaberbeda dengan di SMTP. Meskipun demikian, polanya sama, yaitu ta^wadibentuknya sama, yaitu Insan Kamil. Yang berbeda hanya bobot dan mutunya saja-

D. TUJUAN OPERASIONAL

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlahkegiatan pendidikan tertentu.^Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yangsudah dipersiapkan dan diper- kirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuanoperasional. ؛ Dalam pendidikan formal, tujuan operasional ini disebut juga tujuaninstruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan in- struksional umumdan tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). ؛ Tujuan instruksional ط merupakanلtujuan pengajaran yang direnca- nakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.

Page 34: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didiksuatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebihditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yangpaling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilan! ah yangditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancarmengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soalkecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah,seperti bacaan dan kaifiyat salat, akhlak dan tingkah laku. Pada masapermulaan yang penting ialah anak didik mampu dan terampil berbuat, baikperbuatan itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badanlainnya.vKemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik,merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan Insan Kamil dalamukuran anak, yang menuju kepada bentuk Insan Kamil yang semakinsempurna (meningkat). Anak harus sudah terampil melakukan ibadat,(sekurang- kurangnya ibadat wajib) meskipun ia belum memahami danmenghayati ibadat itu.

Page 35: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

BAB 5

TANGGUNG JAWABPENDIDIKAN DALAM ISLAM

Dalam GBHN (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978), berkenaan denganpendidikan dikemukakan antara lain sebagai berikut : 'Pendidikan berlangsungseumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah danmasyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antarakeluarga, masyarakat dan pemerintah”.

Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajibanmendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak didik di dalamperkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuanatau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didikdalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan ramah tangga,sekolah maupun masyarakat

Bimbingan itu adalah aktif dan pasif. Dikatakan ”pasif\ artinya sipendidik tidak mendahului ”masa peka” akan tetapi menunggu dengan saksamadan sabar.

'Bimbingan aktif terletak di dalam: (a) pengembangan daya-daya yangsedang mengalami masa pekanya; (b) pemberian pengetahuan dan kecakapanyang penting untuk masa depan si anak; dan (c) mem-

34

Page 36: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

bangkitkan motif-motif yang dapat menggerakkan si anak untuk berbuatsesuai dengan tujuan hidupnya.

Pemberian bimbingan ini dilakukan oleh orang tua di dalam lingkunganrumah tangga, para guru, di dalam lingkungan sekolah dan masyarakat,

A. ORANG TUA

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak- anakmereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupankeluarga.

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkaltolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik,melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikankemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan ituterwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhisecara timbal balik antara orang tua dan anak.

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan yang penting danamat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir,ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru perangaiibunya dan biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itumenjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-muladikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-muladipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecualiapabila ia ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung didalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai agak besar, disertai kasihsayang, dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selama-lamanya.

Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Di mata anaknya iaseorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara orang-orang yangdikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruhpada cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebihbagi anak yang agak besar, baik laki-laki maupun

35

Page 37: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

perempuan, bila ia mau mendekati dan dapat memahami hati anaknya.

Pada dasarnya kenyataan-kenyataan yang dikemukakan di atas ituberlaku dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga dengan yangbagaimanapun juga keadaannya. Hal itu menunjukkan ciri-ciri dari watak rasatanggung jawab setiap orang tua atas kehidupan anak-anak mereka untuk masakini dan mendatang. Bahkan para orang tua umumnya merasa bertanggungjawab atas segalanya dari kelangsungan hidup anak-anak mereka. Karenanyatidaklah diragukan bahwa tanggung jawab pendidikan secara mendasar terpikulkepada orang tua. Apakah tanggung jawab pendidikan itu diakuinya secarasadar atau tidak, diterima dengan sepenuh hatinya atau tidak, hal itu adalahmerupakan "fitrah” yang telah dikodratkan Allah SWT kepada setiap orang tua.Mereka tidak bisa mengelakkan tanggung jawab itu karena telah merupakanamanah Allah SWT yang dibebankan kepada mereka.

Di samping itu pangkal ketenteraman dan kedamaian hidup terletakdalam keluarga. Mengingat pentingnya hidup keluarga yang demikian, makaIslam memandang keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecilsaja, melainkan lebih dari itu, yakni sebagai lembaga hidup manusia yangmemberi peluang kepada para anggotanya untuk hidup celaka atau bahagiadunia dan akhirat. Pertama-tama yang diperintahkan Allah kepada NabiMuhammad dalam mengembangkan agama Islam adalah untuk mengajarkanagama itu kepada keluarganya, baru kemudian kepada masyarakat luas. Hal ituberarti di dalamnya terkandung makna bahwa keselamatan keluarga harus lebihdahulu mendapat perhatian atau harus didahulukan ketimbang keselamatanmasyarakat Karena keselamatan masyarakat pada hakikatnya bertumpu padakeselamatan keluarga.

Firman Allah :

Artinya :

”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Q.S.Asy-Syuara5 214).

Page 38: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Demikian pula Islam memerintahkan agar para orang tua berlakusebagai kepala dan pemimpin dalam keluarganya serta berkewajiban untukmemelihara keluarganya dari api neraka, sebagaimana Firman Allah :

Artinya :

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dariapi neraka . . . (Q.S. At-Tahrim 6).

Mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk mendidikdan membimbing perkembangan anak-anaknya, Nabi bersabda :

Artinya :

"Anas mengatakan bahwa Rasulullah bersabda : Anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi namanya dandisingkirkan dari segala kotoran-kotoran. Jika ia telah berumur 6 tahun iadidik beradab susila, jika ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnyadan jika telah berumur 13 tahun dipukul agar mau sembahyang (diharuskan).Bila ia telah berumur 16 tahun

37

Page 39: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

boleh dikawinkan, setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya danmengatakan : ”Saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan kamu, sayamohon perlindungan kepada Allah dari fitnahan-fitnahan di dunia dan siksaan diakhirat. . . 1J

Dititik dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak,maka tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkankepada orang lain, sebab guru dan pemimpin umat umpamanya, dalammemikul tanggung jawab pendidikan hanyalah merupakan keikutsertaan.Dengan kata lain, tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidikselain orang tua adalah merupakan pelimpahan dari tanggung jawab orang tuayang karena satu dan lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan anaknyasecara sempurna.

Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka :

1. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang palingsederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan doronganalami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

2. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah,dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan daritujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan agama yang dianutnya.

3. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperolehpeluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggimungkin yang dapat dicapainya.

4. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai denganpandangan dan tujuan hidup muslim.

Melihat lingkup tanggung jawab pendidikan Islam yang meliputikehidupan dunia dan akhirat dalam arti yang luas dapatlah diperkirakan bahwapara orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri secara

1) Al-Gazzaly, fltya Ulumuddin E, halam&n 217

38

Page 40: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

"sempurna”, lebih-lebih dalam masyarakat yang senantiasa berkembang maju. Halini bukanlah merupakan ”aib” karena tanggung jawab tersebut tidaklah harussepenuhnya dipikul oleh orang tua secara sendiri-sendiri, sebab mereka, sebagaimanusia mempunyai keter- batasan-keterbatasan. Namun demikian patutlah diingatbahwa setiap orang tua tidak dapat mengelakkan tanggung jawab itu. Artinya, padaakhirnya, betapun juga, tanggung jawab pendidikan itu berada dan kembali atauterpulang kepada orang tua juga.

Kenyataan hidup telah membuka peluang kepada orang-orang lain(pendidik selain orang tua) untuk turut serta memikul tanggung jawab pendidikan.Peluang itu pada dasarnya terletak pada kemungkinan apakah orang-orang lain itudapat memenuhi tugas dan kewajibannya sesuai seperti yang diharapkan oleh paraorang tua. Dengan demikian peluang ini hanya mungkin diisi oleh setiap orangdewasa yang mempunyai harapan, cita-cita, pandangan hidup dan hidupkeagamaan yang sesuai dengan apa yang dihajatkan oleh para orang tua untukanak-anaknya. Di samping itu, tentu saja kesediaan orang dewasa yang demikianitu diperlukan karena dengan itu ia menyatakan kerelaannya untuk memikulsebagian tanggung jawab pendidikan yang dibebankan kepada orang tua.

B. GURU

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telahmerelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikanyang terpikul di pundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknyake sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikananaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidakmungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru/sekolah karena tidaksembarang orang dapat menjabat guru.

Di negara-negara Timur sejak dahulu kala guru itu dihormati olehmasyarakat. Orang India dahulu, menganggap guru itu sebagai orang suci dan sakti.Di Jepang, guru disebut sensei, artinya ”yang lebih dahulu lahir”, ”yang lebih tua”.Di Inggris, guru itu dikatakan ”teacher”

Page 41: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

dan di Jerman ”der Lehrer”, keduanya berarti "pengajar”. Akan tetapi kataguru sebenarnya bukan saja mengandung arti "pengajar”, melainkan juga"pendidik”, baik di dalam maupun di luar sekolah. Ia harus menjadi penyuluhmasyarakat.

Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmupengetahuan (guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantasmencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup.

Firman Allah :

Artinya :”. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat ” (Q.S. Al-Mujadilah 11).

Nabi bersabda :

Artinya :

” Barangsiapa saja ditanya tentang ilmu kemudian menyimpanilmunya (tidak mau mengajarkan), maka Allah akan mengekang dia dengankekangan api neraka pada hari kiamat.

Untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi anak didik kearah kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah ringan, artinyaada syarat-syarat yang harus dipenuhi.

SYARAT UNTUK MENJADI GURU.

Dilihat dari ilmu pendidikan Islam, maka secara umum untuk menjadiguru yang baik dan diperkirakan dapat memenuhi tanggung

40

Page 42: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

1

jawab yang dibebankan kepadanya hendaknya bertakwa kepada Allah, berilmu,sehat jasmaniahnya, baik akhlaknya, bertanggung jawab dan beijiwa nasional.

1. Takwa kepada Allah sebagai syarat menjadi guru.

Guru, sesuai dengan tujuan Ilmu Pendidikan Islam, tidak mungkin mendidikanak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya.Sebab ia adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah SAW menjaditeladan bagi umatnya. Sejauh mana seorang guru mampu memberi teladan baikkepada murid-muridnya sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasilmendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

2. Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru.

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknyatelah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yangdiperlukannya untuk suatu jabatan.

Gurupun harus mempunyai ijazah supaya ia dibolehkan mengajar. Kecualidalam keadaan darurat, misalnya jumlah murid sangat meningkat, sedang jumlahguru jauh daripada mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara,yakni menerima guru yang belum berijaazah. Tetapi dalam keadaan normal adapatokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan danpada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

3. Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru.

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yangmelamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menularumpamanya sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu, Guruyang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan ”Mens sanain corpore sano”, yang artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yangsehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara menyeluruh, akan tetapi bahwakesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja.

41

Page 43: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Adalah jelas guru yang sakit-sakit kerapkali terpaksa absen dan tentunyamerugikan anak-anak.

f. Berkelakuan baik sebagai syarat menjadi guru.

Budi pekerti guru maha penting dalam pendidikan watak murid. Guru harusmenjadi suri teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuanpendidikan ialah membentuk akhlak baik pada anak dan ini hanya mungkin jikaguru itu berakhlak baik pula. Guru yang tidak berakhlak baik tidak mungkindipercayakan pekerjaan mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak baik dalamIlmu Pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, sepertidicontohkan oleh pendidik utama, Muhammad SAW.

Di antara akhlak guru tersebut adalah :

a. Mencintai jabatannya sebagai guru.

Tidak semua orang yang menjadi guru karena "panggilan jiwa”. Di antaramereka ada yang menjadi guru karena ”terpaksa”, misalnya karena keadaanekonomi, dorongan teman atau orang tua, dan sebagainya. Dalam keadaanbagaimanapun seorang guru harus berusaha mencintai pekeijaannya. Danpada umumnya kecintaan terhadap pekerjaan guru akan bertambah besarapabila dihayati benar-benar keindahan dan kemuliaan tugas itu. Yang palingbaik adalah apabila seseorang menjadi guru karena didorong oleh panggilanjiwanya.

b. Bersikap adil terhadap semua muridnya.

Anak-anak tajam pandangannya terhadap perlakuan yang tidak adil. Guru-guru, lebih-lebih yang masih muda, kerapkali bersikap pilih kasih, guru laki-laki lebih memperhatikan anak perempuan yang cantik atau anak yang pandaidaripada yang lain Hal itu jelas tidak baik. Oleh karena itu guru harus.memperlakukan sekalian anak dengan cara yang sama.

c. Beliaku sabar dan tenang.

Di sekolah guru kerapkali merasakan kekecewaan karena murid- muridkurang mengerti apa yang diajarkannya. Murid-murid

42

Page 44: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

yang tidak mengerti kadang-kadang menjadi pendiam atau sebaliknyamembuat keributan-keributan Hal itu sudah terang mengecewakan guru ataumalah mungkin menyebabkannya putus asa. Dalam keadaan demikian guruharus tetap tabah, sabar sambil berusaha mengkaji masalahnya dengantenang, sebab mungkin juga kesalahan terletak pada dirinya yang kurangsimpatik atau cara mengajarnya yang kurang terampil atau bahan pelajaranyang belum teikuasai olehnya.

d. Guru harus berwibawa.

Anak-anak ribut dan berbuat sekehendaknya, lalu guru merasa jengkel,berteriak sambil memukul-mukul meja. Ketertiban hanya dapatdikembalikannya dengan kekerasan, tetapi ketertiban karena kekerasansenantiasa bersifat semu. Guru yang semacam ini tidak berwibawa.Sebaliknya, ada juga guru yang sesaat ketika ia memasuki dan menghadapdengan tenang kepada murid-murid yang lagi ribut, segera kelas menjaditenang, padahal ia tidak kekerasan. Ia mampu menguasai anak-anakseluruhnya. Inilah guru yang berwibawa.

e. Guru harus gembira.

Guru yang gembira memiliki sifat humor, suka tertawa dan suka memberikesempatan tertawa kepada anak-anak. Dengan senyumnya ia memikat hatianak-anak. Sebab apabila pelajaran diselingi oleh humor, gelak dan tertawa,niscaya jam pelajaran terasa pendek saja. Guru yang gembira biasanya tidaklekas kecewa. Ia mengerti, bahwa anak-anak tidak bodoh, tetapi belum tahu.Dengan gembira ia mencoba menerangkan pelajaran sampai anak itumemahaminya.

f. Guru harus bersifat manusiawi.

Guru adalah manusia yang tak lepas dari kekurangan dan cacat Ia bukanmanusia sempurna. Oleh karena itu ia harus berani melihat kekurangan-kekurangannya sendiri dan segera memperbaikinya. Dengan demikianpandangannya tidak picik terhadap kelakuan manussia umumnya dan anak-anak khususnya. Ia dapat melihat perbuatan yang salah menurut ukuran yangsebenarnya.

43

Page 45: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Ia memberi hukuman yang adil dan suka memaafkan apabila anak insaf akankesalahannya.

g. Bekeija sama dengan guru-guru lain.

Pertalian dan keija sama yang erat antara guru-guru lebih berharga daripadagedung yang molek dan alat-alat yang cukup. Sebab apabila guru-guru salingbertentangan, anak-anak akan bingung dan tidak tahu apa yang dibolehkandan apa yang dilarang. Oleh karena itu kerja sama antara guru-guru itu sangatpenting.

Suasana di kalangan guru sebagian besar bergantung pada sikap dankebijaksanaan guru kepala. Oleh karena itu kepala sekolah hendaknya janganbersikap seperti majikan terhadap bawahannya. Malahan ia harus mengabdikepada guru-guru lain, artinya ia harus mengurus dan siap sediamemperjuangkan kepentingan guru-guru lainnya.

h. Bekeija sama dengan masyarakat

Guru harus mempunyai pandangan luas. Ia harus bergaul de- ngan segalagolongan manusia dan secara aktif berperan serta dalam masyarakat supayasekolah tidak terpencil. Sekolah hanya dapat berdiri di tengah-tengahmasyarakat, apabila guru rajin bergaul, suka mengunjungi orang tua murid-murid, memasuki perkumpulan-perkumpulan dan turut serta dalam kejadian-kejadian yang penting dalam lingkungannya, maka masyarakat akan relamemberi sumbangan-sumbangan kepada sekolah berupa gedung, alat-alat,hadiah-hadiah jika diperlukan oleh sekolah.

C. MASYARAKAT

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhanamasyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat olehkesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita,peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu.

44

Page 46: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikananak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya.Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak dididikmenjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungankeluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bilaanak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa,warga kota dan warga negara.

Dengan demikian, di pundak mereka terpikul keikutsertaan membimbingpertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasadari masyarakat ikut bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan.Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawabmoral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan maupun sebagaikelompok sosial. Tanggung jawab ini ditinjau dari segi ajaran Islam, secara implisitmengandung pula tanggung jawab pendidikan.

Prof. Dr. Oemar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany1*, mengemukakansebagai berikut :

Di antara ulama-ulama mutakhir yang telah menyentuh persoalan tanggungjawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa tanggup jawabsebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada pengertian Al-Qur’an dan Islam,sehingga dapat ditafsirkan manusia sebagai : "Makhluk yang bertanggung jawab”.

Allah berfirman :

Artinya :

”Setiap orang bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya(Q.S.Ath.-Thur 21).

1) Prof. Dr. Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidik ari Islam, Alih Bahasa Dr.Hasan Langgulung, Bulan Bintang, Jakarta, tahun 1979, lu!aman 381 - 390.

45

Page 47: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Sekalipun Islam menekankan tanggung jawab perseorangan dan pribadibagi manusia dan menganggapnya sebagai asas, ia tidaklah mengabaikantanggung jawab sosial yang menjadikan masyarakat sebagai masyarakatsolidaritas, berpadu dan keijasama membina dan mempertahankan kebaikan.Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina,memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkanyang makruf, melarang yang mungkar di mana tanggung jawab manusiamelebihi perbuatan-perbuatannya yang khas, perasaannya, pikiran-pikirannya,keputusan-keputusannya dan maksud-maksudnya, sehingga mencakupmasyarakat tempat ia hidup dan alam sekitar yang mengelilingnya. Islam tidakmembebaskan manusia dari tanggung jawab tentang apa yang bedaku pada ma-syarakatnya dan apa yang terjadi di sekelilingnya atau terjadi dari orang lain.Terutama jika orang lain itu termasuk orang yang berada di bawah perintah danpengawasannya seperti istri, anak dan lain-lain.

Fiiman Allah SWT :

Artinya :

"Kamu adalah sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan kepada manusia,kamu memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar, dan kamupercaya kepada Allah.’’ (Q.S. Ali Iraran 110).

Artinya :

"Hendaklah ada segolongan di antara kamu yang mengajak kepadakebaikan dan memerintahkan yang makruf dan melarang dari yang mungkar.Mereka itulah orang yang berbahagia.” (Q.S. Ali Imran 104).

Page 48: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

Orang mukmin, lelaki dan perempuan, sebahagiannya menjadipemimpin bagi yang lain. Mereka memerintahkan yang makruf dan melarangyang mungkar . . . ." (Q.S. At-Taubah 71).

Dan sabda Rasulullah SAW :

Artinya :

”Semua kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atasyang dipimpin."

Dengan demikian jelaslah bahwa tanggung jawab dalam Islam bersifatperseorangan dan sosial sekaligus. Selanjutnya siapa yang memiliki syarat-syarattanggung jawab ini tidak hanya bertanggung jawab teriiadap perbuatannya danperbaikan dirinya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap perbuatan orang-orangyang berada di bawah perintah, pengawasan, tanggungannya dan perbaikan masya-rakatnya. Ini berlaku atas diri pribadi, istri, bapak, guru, golongan, lembaga-lembagapendidikan dan pemerintah.

47

Page 49: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

KEMUNGKINAN DAN KETERBATASAN PENDIDIKAN

A. BATAS PENDIDIKAN

Jika kita mempersoalkan batas-batas pendidikan, maka yang dimaksudkanadalah pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Apakahpendidikan itu berlangsung seumur hidup? Jika tidak demikian, kapan pendidikan itudimulai dan kapan pula berakhir ?

1. Bagaimana Pendidikan itu Dimulai ?

Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arahpendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan,sedangkan pendidikan yang sesungguhnya baru terjadi kemudian. Pendidikan dalambentuk pemeliharaan adalah bersifat ”dresur” belum bersifat mumi. Sebab padapendidikan mumi diperlukan adanya kesadaran mental dari si terdidik.

Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa iaharus memahami apa yang dikehendaki oleh pemegang kewibawaan dan menyadaribahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwaciri utama dari

BAB 6

Page 50: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

pendidikan yang sesungguhnya ialah adanya kesiapan interaksi edukatif antarapendidik dan terdidik.

Dari segi psikologi, usia 3 - 4 tahun dikenal sebagai ”masa pembangkang”atau ”masa krisis”. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluangketidakpatuhan yang sekaligus merupakan landasan untuk menegakkan kepatuhanyang sesungguhnya. Artinya, di saat itulah terbuka peluang ke arah kesediaanmenerima yang sesungguhnya. Setelah itu anak mulai memiliki ”kesadaran batin”atau motivasi dalam perilakunya. Di sinilah pula mulai terbuka penyelenggaraanpendidikan, artinya sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkanmotivasi anak dalam perilakunya ke arah tujuan-tujuan pendidikan.

2. Bila Pendidikan Itu Berakhir ?

Sebagaimana sulitnya menetapkan kapan sesungguhnya pendidikan anakberlangsung untuk pertama kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapanpendidikan itu berlangsung untuk terakhir kalinya. Kesulitan tersebut berkait eratdengan kesukaran menentukan masa kematangan. Seorang anak dalam hal-haltertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal lain kadang-kadangmasih tetap menunjukkan sikap ke kanak-kanakaa Misalnya, dalam bidang ke-terampilan tertentu seseorang anak telah memiliki pandangan-pandangan yangmandiri, tetapi dalam bidang sikap kedewasaannya sama sekali tidak tampak.

Di samping itu masih dapat ditambahkan pula bahwa lingkungan dankeadaan kehidupan seseorang turut mempengaruhi percepatan atau tempo proseskematangannya. Misalnya, pada umumnya anak yang sedang belajar tidakmendesak untuk segera dihadapkan dengan pemikiran-pemikiran untukmemecahkan masalah-masalah praktis yang dijumpai, sebagaimana yang dialamianak-anak sebanyak yang telah terjun ke dalam dunia pekerjaan. Kenyataan-kenyataan itu tidak memberi peluang untuk dapat menentukan pada umur berapapendidikan manusia harus berakhir.

Sehubungan dengan itu, perlulah suatu kehati-hatian kalau juga mgin mengatakanbahwa sepanjang tatanan yang berlaku proses

49

Page 51: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

pendidikan itu mempunyai titik akhir yang bersifat alamiah. Titik akhir bersifatprinsipal dan tercapai bila seorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secaramantap mengembangkan serta melaksanakan rencana sesuai dengan pandanganhidupnya. Ia telah memiliki kepahaman terhadap segala pengaruh yang menerpakehidupan batiniahnya dengan berpegang dan mengembalikannya kepada dasar-dasar pedoman dan pegangan hidup yang kokoh. Dan ia tampak telah memilikiwatak yang rtlatif tetap dalam bangunan kepribadiannya. Kenyataankedewasaannya terutama menunjuk kepada kemampuannya untuk menguasai diri,senantiasa menjadi ”tuan” bagi dirinya sendiri, memimpin dan memperbaiki dirisendiri atau dengan kata lain, mampu mendidik diri sendiri.

Pada kondisi yang disebutkan di atas itu, pendidikan sudah tidak menjadimasalah lagi. Ia telah dapat mendidik dirinya sendiri. Tetapi tidaklah dapatdisangkal bahwa mungkin juga diperlukan (dirasa perlu) untuk tetap menerimaajaran dalam bidang-bidang tertentu dalam memajukan kehidupannya Misalnya,melalui kursus-kursus, latihan- latihan dan penataran-penataran, pendidikan bidangkeahlian tertentu untuk suatu jabatan tertentu pula, dan sebagainya. Bantuanpendidikan yang demikian itu disebut "pembentukan bagi orang dewasa” (adulteducation).

B. KEMUNGKINAN KEBERHASILAN PENDIDIKAN

Sejauh manakah kemungkinan yang dapat dicapai oleh pendidikan pada diriseseorang tidak dapat dinyatakan secara jelas. Kita hanya mungkin membicarakantentang kemungkinan-kemungkinan pendidikan secara umum, yang berusahamemberi jawab terhadap pertanyaan-pertanyaan: Apakah manusia mungkin atautidak mungkin menerima pengaruh yang bersifat mendidik? Apakah kita sebagaipendidik mempunyai peluang untuk menanamkan didikan? Dapatkah kita dengansegala alat pendidikan yang kita miliki mencapai suatu hasil pendidikan? Apakahyang dapat kita capai dengan pendidikan? Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan itulah yang kita coba bahas di bawah ini.

50

Page 52: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

1. Dua Aliran yang Ekstrim.

Secara .sederhana dapat dikatakan bahwa usaha pendidikan telah dapatmencapai sesuatu. Dalam kenyataan anak-anak terlantar yang tidak pemahmenerima didikan senantiasa berbeda dari anak-anak yang telah mendapat didikan.Tetapi jawaban yang mendasar dapat dilihat dari dua aliran yang bertolak belakangdalam memberi jawaban apa yang dapat dicapai oleh pendidikan.

a. Aliran Pesimisme dalam Pendidikan.

Beberapa ahli biologi dan psikologi berpendapat bahwa peluang bagi parapendidik untuk memperoleh hasil pendidikan amat sedikit, untuk tidakmengatakan tidak ada sama sekali. Boleh dikatakan tidak ada peluang untukmendidik (anak) manusia. Mereka memandang bahwa evolusi (perkembangankejadian) anak seluruhnya ditentukan oleh hukum-hukum pewarisan. Sifat-sifatdan pern- bawaan_orang tua dan nenek moyang mengalir sepanjang perkem-bangan dan membentuk kemandirian seseorang sehingga kecil sekalikemungkinannya untuk dapat diubah melalui pendidikan. Anak ini memangdilahirkan untuk menjadi orang jahat, anak itu untuk menjadi orang baik, sedanganak lainnya untuk menjadi seniman, dan sebagainya. Yang tampak amatmenentukan bagi seseorang untuk menjadi apa ia adalah pengaruh yang kuatdari bakat dan pembawaan yang dibawa sejak lahir. Pandangan yang demikianini, mewakili suatu aliran yang disebut "Nativisme”.Psikologi Austria, H. Rohrachers) mengemukakan : . manusiahanyalah produk dari hukum proses alamiah yang berlangsung sebelumnyayang bukan buah dari pekeijaannya dan bukan pula menurut keinginannya”.L. Szondi menambahkan lebih jauh bahwa dorongan maupun tingkah lakusosial dan intelektual ditentukan sepenuhnya oleh faktor-faktor yang diturunkan(warisan), sebagai ”nasib” yang menentukan seseorang.

U Gielen dan Strasser, Lserboek ener Opvoedkoende, vaor de derdc leerkring, vijfdc druk, LC.G.Malmberg’a - Heitogenbosch, Nijmsgsn. 1967, ’dz. 42.

51

Page 53: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

52

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan sama sekali tidakmempunyai kekuatan. Pendidikan hanyalah semata- mata mengubah lapispermukaan atau kulit dari watak anak didik sedang lapis yang lebih dalam darikepribadian anak tidak perlu ditentukan. Singkatnya, apa yang patut dihargaidari pendidikan atau manfaat yang dapat diberikan oleh pendidikan tidak lebihdari sekedar memoles lapis permukaan peradaban dan tingkah laku sosial.Pandangan dengan corak demikian disebut "pendidikan pesimis” (pedagogischpesimisme).

Pendidikan pesimis dapat beijalan seiring dengan pandangan optimismealamiah (naturalistisch optimisme), artinya membiarkan anak terdidik secaraalami yang sejalan atau senada dengan proses alam. Memang benar bahwamanusia itu tidak dapat dididik karena memang pada dasarnya manusia itutidak memerlukan pendidikan, sebab sesungguhnya sifat asli manusia adalahbaik. Dari titik tolak itu, hukum perkembangan proses alami akan berlangsungsewajarnya. Bukan orang tua, guru maupun para ulama, melainkan alam, hidupdan pengalamannya sendirilah yang akan memimpin dan membimbingseseorang ke arah kedewasaan.

b. Aliran Optimisme dalam Pendidikan.

Di pihak lain terdapat para ahli yang dengan bersemangat dan optimismenunggu hasil-hasil yang pasti dari upaya pendidikan. Mereka sama sekalitidak mempertimbangkan adanya pengaruh warisan bakat dan pembawaan danberpendapat bahwa manusia dapat dibentuk melalui pemilihan lingkungan yangtepat, perbaikan keadaan kehidupan sosial dan pengaruh-pengaruh yang bersifatmendidik.

Pertanyaan mendasar yang dicari jawabannya oleh kelompok ini telahdirumuskan oleh daude Adrien Helvetius (1715 - 1771), salah seorang pemikirzaman ”Aufklarung”, yaitu: "Bagaimana bisa teijadi agar manusia ’liar” itumenjadi manusia yang kuat dan terampil, beradab serta kaya akan ilmupengetahuan dan gagasan- gagasan?” Ketika itu manusia seolah-olah beikelas-kelas. Di satu pihak dididik sebagai pemburu dan di pihak lain memperoleh

Page 54: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

didikan kecerdasan. Kehidupan batin mereka berbeda sebagai akibat perbedaantingkat sosial dan macam-macam didikan. Mereka membangkitkan kepercayaanbahwa lingkungan dan pendidikan dapat membentuk manusia ke arah mana sajayang dikehendaki pendidik.

Seorang ahli filsafat Inggris, John Locke (abad ke 17)mengumpamakan jiwa seseorang anak sebagai sehelai kertas putih yang belum

bertulis. Kertas itu dapat kita tulisi sekehendak hati kita. Dengan ini Locke hendakmengatakan bahwa perkembangan jiwa anak semata-mata bergantung kepadapendidikan.

Teori Konvergensi

Masih ada aliran yang disebut teori konvergensi, yang berpendapat bahwapembawaan dan lingkungan sama pentingnya, kedua- duanya sama berpengaruh.Untuk menjelaskan hal ini perlu contoh dari alam tumbuh-tumbuhan. Ambillah duabibit kelapa, dari pohon yang kurang baik buahnya. Yang sebuah ditanam di tanahyang subur di antaranya rendah dan yang sebuah lagi di dataran tinggi dipegunungan. Apa yang terjadi? Meskipun dipelihara sebaik-baiknya tetapi tum-buhnya tak juga sempurna. Kedua bibit itu diambil dari pohon yang kurang baik.Pembawaannya tidak baik.

Sekarang ambillah dua buah bibit kelapa yang "berpembawaan” baik.Apakah yang terjadi? Bibit yang ditanamkan di dataran rendah tumbuh menjadipohon yang besar dan banyak menghasilkan buah yang besar-besar, sedangkanpohon yang di dataran tinggi di pegunungan yang tidak besar dan tidak berbuahatau kurang sempurna buahnya. Kesimpulan dari contoh-contoh ini ialah bahwalingkungan menyebabkan perbedaan-perbedaan yang besar.

Pada manusia meski dalam keadaan pembawaan yang sama, pengaruhlingkungan itu dapat dibuktikan. Beberapa orang kembar yang ketika lahirnyasudah dapat ditentukan oleh tabib-tabib atau dokter bahwa pembawaan merekasama, jika dibesarkan dalam lingkungan yang berlainan, maka akan berlainan pulaperkembangan jiwanya.

53

Page 55: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

William Stem, seorang ahli jiwa bangsa Jerman, menyusunsebuah teori berdasarkan pendapat ini, yang dinamakan teori konver-gensi. Ia mengatakan bahwa pembawaan dan lingkungan sebetulnyamerupakan dua garis konvergensi (garis mengumpul). Pembawaan danlingkungan saling menghampiri. Kedua-duanya sangat penting bagiperkembangan.

Pembawaan

Pembawaan, kecakapan dan kepandaian orang tidak sama. Tidak setiaporang mempunyai kecakapan menari di atas tali, menjadi ahli masak, ahli agama,pelukis, atau ahli penyelidik ilmu pengetahuan. Akan tetapi lingkungan ituberpengaruh pada kadar atau batas perkembangan sifat-sifat pembawaan.

Kemungkinan juga seorang anak desa yang bersahaja mempunyaikecakapan untuk bermain film, musik, ilmu pasti atau matematika, akan tetapi jikaia selalu saja diam di desanya dan tidak bersekolah, kecakapan-kecakapan tadi tidakakan memperoleh kesempatan untuk berkembang. Anak itu tidak mendapatpengaruh lingkungan yang diperlukan, pembawaan dan lingkungannya tidakpengaruh mempengaruhi. Seandainya ia dididik dalam lingkungan yang sesuaidengan pembawaannya, tentu kecakapan-kecakapan tadi akan berkembang dengansemestinya.

C. PANDANGAN ISLAM TENTANG PENGARUH FAKTOR WARISANDAN LINGKUNGAN SERTA YANG DAPAT DICAPAI MANUSIAMELALUI PENDIDIKAN.

Pandangan Islam mengenai faktor warisan dan lingkungan dalam kaitannyadengan keterbatasan dan kemungkinan pendidikan dapat dilihat dari buku-bukuFalsafat Pendidikan Islam. Salah satu daripadanya adalah karangan OmarMohammad Al-Toumy Al- Syaibany, yang menjelaskan antara lain sebagaiberikut:

Lingkungan

Pendidikan

54

Page 56: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

1. Warisan dan Lingkungan

Insan dengan seluruh perwatakan dan ciri pertumbuhannya adalahperwujudan dua faktor, yaitu faktor warisan dan lingkungan. Kedua faktor inimempengaruhi insan dan berinteraksi dengannya sejak hari pertama ia menjadiembrio hingga ke akhir hayatnya. Oleh karena kuat dan bercampur aduknyaperanan kedua faktor ini, maka sukar sekali untuk merujuk perkembangan tubuhatau tingkah laku insan secara pasti kepada salah satu dari kedua faktor tersebut

Dalam beberapa bagian, pertumbuhan jasmani itu dapat dirujuk kepadafaktor keturunan, umpamanya warna rambut, mata, roman muka, beberapapertumbuhan kepribadian dan sosial dapat dirujuk kepada faktor lingkungan.Namun demikian pertumbuhan jasmani tidak semestinya senantiasa dipengaruhioleh faktor keturunan. Demikian pula pertumbuhan kepribadian dankecenderungan sosial. Kadangkala pertumbuhan jasmani dipengaruhi oleh faktorlingkungan, baik yang berbentuk alamiah seperti iklim, perubahan musim dan sifattanah, maupun yang bersifat sosio budaya seperti cara makan, cara memeliharabadan dari penyakit dan rawatan.

Di samping itu banyak pula kita dapati fenomena akhlak dan sosialdipengaruhi oleh kadar hormon yang dipancarkan oleh kelenjar, keadaan syaraf,kelancaran peredaran darah dan sebagainya. Dengan demikian dapatlah dikatakanbahwa pertumbuhan akal dan emosi juga dipengaruhi oleh faktor keturunan danlingkungan, umpamanya kecerdasan. Lingkungan dapat memainkan perananpendorong dan penolong terhadap perkembangan kecerdasan ini, sehingga insandapat mencapai taraf yang setinggi-tingginya. Sebaliknya juga dapat merupakanpenghambat yang menyekat perkembangan, sehingga seseorang tidak dapatmengambil manfaat dari kesediaan kecerdasan yang diwarisinya.

Kadar pengaruh keturunan dan lingkungan terhadap insan berbeda sesuaidengan segi-segi pertumbuhan kepribadian insan. Kadar Pengaruh kedua faktor inijuga berbeda sesuai dengan umur dan fase pertumbuhan yang dilalui. Faktorketurunan umumnya lebih kuat Pengaruhnya pada tingkat bayi, yakni sebelumterjalinnya hubungan

Page 57: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

56

sosial dan perkembangan pengalaman. Sebaliknya pengaruh lingkungan lebih besarapabila insan mulai meningkat dewasa. Ketika itu hubungan dengan lingkunganalam dan manusia serta ruang geraknya sudah semakin luas.

Yang dimaksud dengan lingkungan ialah ruang lingkup luar yangberinteraksi dengan insan, yang dapat berujud benda-benda seperti air, udara, bumi,langit, matahari dan sebagainya, dan berbentuk bukan benda seperti insan pribadi,kelompok, institusi, sistem, undang- undang, adat kebiasaan, dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan keturunan ialah ciri dan sifat yang diwarisi daribapak, kakek dengan kadar yang berlainan. Umumnya, sebagiannya diwarisi darisifat-sifat bapak, seperempat dari datuk tingkat pertama dan seperenam belas daridatuk tingkat ketiga, dan seterusnya.

Dalam membicarakan soal keturunan ini terdapat perbedaan pendapatPendapat yang tampak lebih tepat ialah walaupun fakta keturunan banyakmempengaruhi bentuk tubuh dan akal, namun ia sedikit banyak mempengaruhi jugapertumbuhan akhlak dan kebiasaan ' sosial. Tetapi faktor keturunan tersebut tidaklahmerupakan suatu yang tidak bisa dipengaruhi. Malah ia bisa dilentur dalam batastertentu. Alat untuk melentur itu ialah lingkungan dengan segala unsurnya sekarang.Lingkungan sekitar adalah faktor pendidikan yang terpenting.

Ajaran Islam seperti yang tertera dalam ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits Nabidan pendapat para ahli meskipun tidak menentukan tentang faktor lingkungan danketurunan sebagai faktor pokok yang mempengaruhi pertumbuhan insan, namuntidak kurang sumber-sumber yang menerangkan serta mengakui akan pengaruh duafaktor ini dalam pertumbuhan watak dan tingkah laku. Dalam kalangan ilmuwan-ilmuwan muslim terdapat kelompok aliran yang menyetujui pengertian keturunansecara luas. Aliran itu membagi sifat-sifat warisan kepada tiga jenis, yaitu sifat-sifattubuh, sifat-sifat akal dan sifat-sifat akhlak dan kemasyarakatan.

Sifat-sifat tubuh ialah warna kulit tinggi atau pendek, warna

Page 58: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

mata, warna rambut, bentuk kepala, wajah dan lain-lain. Juga sifat-sifat seperticerdas atau bebal dan sebagainya. Sifat-sifat akhlak seperti cenderung baik ataubejat, sabar atau bengis, takwa atau maksiat dan sebagainya.

Di samping itu pengaruh warisan dalam pengertiannya yang luas dapatdibagi menjadi dua bagian pokok :

a. Warisan alami atau fitrah (internal) yang dipindahkan oleh jaringan- jaringanbenih.

b. Warisan sosial (extemal) yang dipindahkan oleh faktor di luar diri (unit-unitsosial) terutama keluarga. Media yang berperan dalam bagian ini adalahpancaindera, akal, tradisi, serta jenis interaksi sosial yang beraneka ragam.

Di antara ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menjadi dasarpendapat adalah :

Artinya :

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidakmengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatandan hati, agar kamu bersykur.” (Q.S. An- Nahl 78).

Artinya :

"(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurutfitrah itu. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidakmengetahui.” (Q.S. Ar-Rum 30).

Page 59: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes maniyang bercampur yang hendak Kami uji (dengan perintah dan larangan), karenaitu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telahmenunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.”(Q.S. Al-Insan 2 - 3).

Artinya :

"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya) maka Allahmengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasihan dan \ ketakwaannya.Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dansesungguhnya rugilah orang yang mengotorinya." (Q.S. Asy- Syams 7 - 10).

Sabda Rasulullah :

Artinya :

"Pilihlah (tempat yang sesuai) untuk benih (mani)mu karena keturunanbisa mengelirukan.

Sabda Rasul :

58

Page 60: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

”Hati-hatilah dengan hudlara uddiman. (yang dimaksudkan ialah wanitayang cantik tetapi menerima pendidikan yang buruk)"

Sabda Rasul yang artinya

”Abi Jafar meriwayatkan : Seorang lelaki datang mengadu kepadaRasulullah dan berkata: ” Wanita ini anak paman saya dan istri saya. Yangsaya tahu tentang beliau ialah baik orangnya. Tetapi ia telah melahirkan untuksaya anak yang amat hitam, lebar dan pesek hidungnya. Tidak ada paman-paman sebelah ibu saya atau datuk saya yang serupa dengannya”. Mendengarpengaduan itu Rasulullah pun bertanya kepada wanita tersebut : "Apakatamu?" Wanita tersebut menjawab : "Demi yang mengutus dengan kebenaransejak beliau ini memiliki diri saya belum pernah saya izinkan siapapunmenduduki tempat (disisi saya) kecuali dia”.

Abi Jafari mengatakan, Rasulullah pun menundukkan kepalanyasebentar. Kemudian beliau mengangkat pandangan ke langit. Beliau kemudianberpaling kepada laki-laki itu dan berkata : ”Saudara, tiap orang pasti adahubungan bakanya dengan Adam, yaitu sembilan puluh sembilan urat yangsemuanya terpendam dalam nasab keturunan. Apabila mani dicurahkan dalamrahim, maka bergetarlah urat-urat itu meminta kepada Allah akanpenyerupaannya. Jadinya (anak) ini adalah antara urat-urat (rupa baka) yangtidak menurun kepada datuk dan datuk-datukmu. ambillah (bawa balik)anakmu”. Perempuan itupun berkata : " Wahai Rasulullah (syukur) engkautelah menyelesaikan masalahku”.

Hikmah mengutamakan kawin dengan bukan kerabat dekat adalah untukmengelakkan kemungkinan mendapat keturunan yang dhaif. Sabda beliau : ”Kawinjauhlah”, maksudnya jangan sampai menghasilkan anak yang lemah.

Sabda Rasul :

59

Page 61: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

"Tiap bayi dilahirkan dengan fitrah, ibu bapaknyalah yang meyahudikanatau mengkristenkannya.

Banyak lagi ayat-ayat dan hadits-hadits lain yang mengisyaratkan tentangpengaruh faktor warisan dan lingkungan terhadap pembentukan insan termasukpembentukan adat kebiasaan, sikap dan akhlaknya.

2. Perubahan pada Manusia.

Manusia dapat berubah karena wataknya yang luwes dan lentur (fleksible),artinya watak insan itu boleh dilentur, dibentuk dan diubah. Ia mampu menguasaiilmu pengetahuan adat-istiadat, nilai, tendensi atau aliran baru. Demikian pula iadapat meninggalkan adat, nilai dan aliran lama karena interaksi sosial, baik denganlingkungan yang bersifat alam maupun kebudayaan. Proses pembentukan identitas,sifat dan watak atau memupuk dan memajukan ciri-cirinya yang unik dinamakansosialisasi, atau proses "pemasyarakatan”. Mudah atau susahnya proses inibergantung kepada usia dan cara yang digunakan.

Fleksibilitas tersebut dapat ditinjau dari segi fisiologi, ialah hasil dari jaringanurat syaraf dan sel-sel otak. Syaraf dapat dipengaruhi oleh perulangan latihan yangmenghasilkan kebiasaan. Berulang-ulang melakukan suatu pekerjaan dapatmenambah minat dan kecenderungan kepada pekeijaan itu. Kecenderungan iniakhirnya berubah menjadi adat, lalu adat membentuk kelakuan manusia. Dapatdipastikan bahwa 99 persen dari perbuatan yang dilakukan oleh manusia merupakankelakuan yang otomatik. Sebab itu para cerdik pandai mengatakan bahwa ”adat ituadalah tabiat yang kedua”. Namun, betapapun adat itu terserap dalam diri, ia masihdapat diubah. Tetapi tidaklah mudah lagi jika ia sudah mencapai taraf keterampilan.

Mereka yang mendalami Qur’an, Sunnah dan khazanah pemikiran Islamakan menemukan banyak dalil dan pendapat yang

60

Page 62: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

menunjukkan bahwa Islam menerima prinsip bahwa watak manusia luwes danlentur. Menurut Islam kelakuan, kebiasaan, keahlian, kemahiran dan pikiranmanusia dapat berubah. Malah dalam beberapa hal mesti berubah. Perubahan itutidak teijadi otomatis atau lantaran motivasi kebendaan atau kesan dariperkembangan evolusi seperti yang diungkapkan oleh pengikut teori evolusi, tetapioleh proses pengajaran yang dilalui sejak bayi sampai akhir hayatnya. Atau iaadalah hasil dari interaksi yang bebas antara unsur intern manusia dan faktorbudaya, peradaban dan lingkungan yang dihayatinya. Yang mengarahkan jalanuntuk perubahan itu ialah'kekuasaan yang tertinggi, yaitu Allah SWT. Di sampingitu dibantu oleh tabiat dan perwatakan yang mudah dilentur. Dalam hubuhgan iniAllah berfirman :

Artinya :

”Kami akan menunjukkan dia jalan (hidayah), apakah ia bersyukur ataukufur." (Q.S. Al-Insan 3).

Firman Allah SWT

Artinya :

”Dan jiwa serta penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkankefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yangmensucikan jiwa itu dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”(Q.S. Asy-Syams 7).

Rasulullah bersabda :

61

Page 63: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Artinya :

"Tiap bayi dilahirkan dalam fitrah. Ibu dan Bapaknyalah yangmeyahudikan, menasranikan atau memajusikannya. ”

Sayidina Ali berkata kepada Hasan anaknya :

Hati anak kecil umpama tanah yang belum lagi bertanaman. Apa saja yangdisemaikan akan diterima olehnya. Karena itu aku memulai mendidik denganakhlak baik, sebelum hatimu menjadi keras dan pikiranmu sibuk.

Dalil yang paling kuat yang membuktikan tentang mungkinnya keyakinan,akhlak atau kebiasaan manusia berubah ialah pengutusan Rasul dan Nabi. Islamtelah dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam pribadi orang-orang Arab.Dari penyembah berhala menjadi insan muwahiddin. Beriman dan menyembahAllah yang Maha Esa. Dari insan yang asyik memikir dan mengusahakankesenangan dunia semata kepada insan yang berusaha untuk mencapai keredhaanAliah dan ganjaran di akhirat. Dari kecenderungan menyelesaikan masalah denganpedang kepada insan yang cendemng damai.

Tetapi pengubahan perilaku tidak dapat dilakukan terhadap beberapa ciri tetapmanusia yang dibawa sejak lahir, seperti naluri cinta I hidup, takut, tunduk, menentangdan sebagainya. Apa yang boleh I dibuat terhadap naluri-naluri ini ialah meningkatkanatau mendidiknya, ke arah yang lebih baik. Cara untuk itu ialah dengan membinakecintaan I kepada keutamaan dan idealisme. Kecintaan seperti ini yang paling I kuatpengaruhnya ialah kecintaan kepada keutamaan dan idealisme. Kecintaan seperti iniyang paling kuat pengaruhnya ialah kecintaan I keagamaan. Jika kecintaan telahtumbuh dalam hati seseorang, akan I kita dapati beberapa perubahan. Misalnya, apayang ditakuti oleh orang I awam tidak lagi menakutkannya. Yang ditakuti hanyalahkemurkaan I Allah SWT.

Naluri marah umpamanya tidak hapus dan tidak padam, tetapi realisasinyatelah berubah bentuk. Marah tidak lagi disebabkan oleh diri, harta dan anak-anaktetapi karena hak yang diperkosa dan seruan I ke arah agama ditentang.

62

Page 64: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

BAB 7

LINGKUNGAN PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN LINGKUNGAN

Dalam kegiatan pendidikan, kita melihat adanya unsur pergaulan dan unsurlingkungan yang keduanya tidak terpisahkan tetapi dapat dibedakan. Dalampergaulan tidak selalu berlangsung pendidikan walaupun di dalamnya terdapatfaktor-faktor yang berdaya guna untuk mendidik. Pergaulan merupakan unsurlingkungan yang turut serta mendidik seseorang. Pergaulan semacam itu dapatterjadi dalam :

1. Hidup bersama orang tua, nenek, kakek atau adik dan saudara- saudara lainnyadalam suatu keluarga.

2. Berkumpul dengan teman-teman sebaya.

3. Bertempat tinggal dalam suatu lingkungan kebersamaan di kota, di desa ataudi mana saja.

Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempattinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lainlingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupanyang senantiasa berkembang. Ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupunbenda buatan manusia, atau

63

Page 65: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yangmempunyai hubungan dengan seseorang. Sejauh manakah seseorang berhubungandengan lingkungannya, sejauh itu pula terbuka peluang masuknya pengaruhpendidikan kepadanya. Tetapi keadaan- keadaan itu tidak selamanya bernilaipendidikan, artinya mempunyai nilai positif bagi perkembangan seseorang, karenabisa saja malah merusak perkembangannya.

Di samping itu dapat pula dikemukakan bahwa "lingkungan pribadi” yangmembentuk suasana diri, suatu suasana yang lebih bersifat pribadi. Suasana pribadiini tampak pada diri seseorang sekalipun tanpa bergaul. Kita dapat mendugapribadi seseorang yang kita nyatakan dengan kata-kata : tenang, hati-hati, cermat,lembut, kasar. Pernyataan itu mungkin lahir karena kita merasakan demikianadanya, meskipun tidak bergaul dengannya. )

Dalam membentuk pribadi yang kemdclian dapat dikembangkan ke dalamsuasana kelas, peranan dan pengaruh guru amat besar. Untuk itu, guruumumnya^menggunakan alat-alat pendidikan. Di sini guru membentuk suatulingkungan yang bersuasana tenang menggairahkan sehingga memungkinkanketerbukaan hati anak untuk menerima pengaruh didikan. Di samping itu terdapatlingkungan yang hanya dengan susah payah baru dapat diubah atau memang samasekali tidak dapat diubah maupun dipengaruhi guru. Misalnya, iklim, tempattinggal, pakaian dan status orang tua anak didik. Tetapi dengan kemajuan ilmupengetahuan beberapa lingkungan dapat secara ber- angsur-angsur diubah menjadilebih baik sehingga lebih memudahkan guru dalam menanamkan pengaruh didikanpada anak. Misalnya, keadaan orang tua yang semakin bertambah pengetahuan danpengalamannya, rumah-rumah tempat tinggal yang semakin baik, pendapatanorang tua yang lebih besar, kesehatan yang lebih maju dan sebagainya. Seberapajauh kemajuan-kemajuan masyarakat itu memudahkan upaya guru untukmengubah lingkungan anak bergantung kepada kreatifitas dan inisiatif guru itusendiri atau bahkan mungkin sebaliknya, kemajuan-kemajuan itu akanmelumpuhkan pengaruhi dididikan guru karena pengaruh lingkungan luar yangnegatif jauh lebih besar.

64

Page 66: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Pengaruh negatif ini khususnya karena adanya masa transisi danpergeseran nilai-nilai yang mempengaruhi, baik orang tua maupun para gurusebagai akibat dari kemajuan-kemajuan tersebut. Keberhasilan orang tua danguru dalam menyampaikan nilai-nilai itu akan terwujud pada tingkah lakuremaja yang sadar dan bertanggung jawab yang teijadi karena adanyapegangan berdasarkan nilai-nilai yang ditanamkan kepada mereka. Usahapenanaman nilai kepada anak ini erat kaitannya dengan wibawa yang dimilikiorang tua maupun guru. Tanpa wibawa, agaknya usaha ini akan menjadi sia-sia.

Apakah yang harus diperhitungkan dan dipertimbangkan guru sekitarmasalah lingkungan? Para ahli pendidikan sosial umumnya berpendapatbahwa perbaikan lingkungan merupakan syarat mutlak untuk mewujudkantujuan-tujuan pendidikan. Sebagian dari mereka memberikan keterangansebagai berikut : Pertama-tama para guru harus menyadari bahwaperkembangan anak itu kadang-kadang teijadi secara beraturan dan kadang-kadang secara tiba-tiba. Pada tahun-tahun pertama dari kelahiran anak,lingkungannya masih amat terbatas : bayi itu terikat pada tempat yang tetapdan belum menyadari hubungannya dengan lingkungan. Begitu mereka dapatbeijalan maka lingkungannya meluas ke seluruh rumah, kebun, jalanan danpara tetangga. Kemudian dimasukinya lingkungan sekolah dan masjid,tempat-tempat ibadah atau lingkungan keagamaan. Mulai saat itu ia mengenalperbedaan aturan dan kebiasaan dari apa yang berlaku di Pomah sehinggamenimbulkan berbagai gejolak batin.

Di sinilah, khususnya pada tahun-tahun pertama masuk sekolah, guruperlu segera berhubungan dengan orang tua murid untuk mengenal darilingkungan pendidikan macam apa anak-anak itu telah tumbuh danberkembang. Patut pula diingat oleh guru bahwa lingkungan itu bukansemata-mata dibangun atas dasar hubungan obyektif dan lugas atau bersifatperseorangan. Pengertian demikian itu penting terutama bagi memahamilingkungan budaya dan agama anak, karena kekurangan pengertian guru akanhal ini akan menyebabkan anak tidak merasa betah di sekolah dan di balik ituguru tidak dapat membentuk Jingkungan yang menyenangkan anak sehinggaakasi tertutup hatinya untuk menerima pengaruh didikan guru.

65

Page 67: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Pengetahuan tentang lingkungan, bagi para pendidik merupakan alat untukdapat mengerti, memberikan penjelasan dan mempengaruhi anak secara lebih baik.Misalnya, anak manja biasanya berasal dari lingkungan keluarga yang anaknyatunggal atau anak yang nakal di sekolah umumnya di rumah mendapat didikan yangkeras atau kurang kasih sayang dan mungkin juga karena kurang mendapatperhatian gurunya.

B. BEBERAPA LINGKUNGAN PENDIDIKAN DI LUAR SEKOLAH

Di luar lingkungan sekolah terdapat lingkungan keluarga sebagailingkungan pendidikan pertama dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikanketiga. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan akan dibicarakan dalam pasaltersendiri. Di bawah ini akan dibicarakan secara singkat lingkungan keluarga danbeberapa lingkungan pendidikan lainnya yang terdapat di dalam masyarakat.

1. Keluarga

Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan di antaraanggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terietak dasar- dasar pendidikan. Disini pendidikan berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulanyang berlaku di dalamnya, artinya tanpa harus diumumkan atau dituliskan terlebihdahulu agar diketahui dan diikuti oleh seluruh anggota keluarga. Di sini diletakkandasar- dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhanakan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Justru karena pergaulan yang demikianitu berlangsung dalam hubungan yang bersifat pribadi dan wajar, maka penghayatanterhadapnya mempunyai arti yang amat penting.

Pengetahuan mengenai bentuk-bentuk lingkungan keluarga anak didik amatperlu diketahui oleh para guru, karena dengan itu ia akan lebih dapat memahamianak yang bersangkutan. Pengetahuan itu akan membawa guru untuk melakukanpilihan yang tepat terhadap alat-alat pendidikan yang seharusnya ia gunakan dalammembimbing perkembangan anak, lahir maupun batin. Adalah jelas bahwaseringkah harus

66

Page 68: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

dilakukan perlakuan maupun didikan yang berbeda terhadap anak yang dalamkeluarganya memperoleh didikan keras atau lemah terhadap anak yangditerlantaikan, anak yang a sosial dan anak dari keluarga yang harmonis.Kemiskinan juga sering menjadi sebab keterlantaran anak dalam berbagai aspek :jasmaniah, sosial, mental dan hidup keagamaan.

Anak-anak modem, khususnya yang hidup di kota-kota besar seringterlampau cepat mempelajari atau mengetahui sesuatu yang sebenarnya tidak cocokatau belum sesuai dengan dirinya. Keadaan itu terutama dipacu oleh siaran-siaranradio dan televisi yang didengar dan dilihatnya, koran yang dibacanya, film yangditontonnya dan pemanfaatan masa libur dan masa senggang yang diperlihatkanoleh orang- orang dewasa. Namun demikian, terlepas dari "keuntungan dankerugian” yang mungkin ditimbulkan oleh kemajuan dan citra baru mengenai"keluarga bahagia”, unsur utama yang menjadi landasan pokok dalam pendidikan dilingkungan keluarga manapun adalah tetap, yaitu adanya rasa kasih sayang danterselenggaranya kehidupan beragama yang mewarnai kehidupan pribadi ataukeluarga.

Suatu kehidupan keluarga yang baik, sesuai dan tetap menjalankan agamayang dianutnya merupakan persiapan yang baik untuk memasuki pendidikansekolah, oleh karena melalui suasana keluarga yang demikian itu tumbuhperkembangan efektif anak secara "benar” sehingga ia dapat tumbuh danberkembang secara wajar. Keserasian yang pokok harus terbina adalah keserasianantara ibu dan ayali, yang merupakan komponen pokok dalam setiap keluarga.Seorang ibu secara intuisi mengetahui alat-alat pendidikan apa yang baik dan dapatdigunakan. Sifatnya yang lebih halus dan perasa itu merupakan imbangan terhadapsifat seorang ayah. Keduanya merupakan unsur yang saling melengkapi dan isimengisi yang membentuk suatu keserasian dan keseimbangan dalam kehidupansuatu keluarga.

2. Asrama

Asrama sebagai lingkungan pendidikan memiliki ciri-ciri antara lain:sewaktu-waktu atau dalam waktu tertentu hubungan anak dengan keluarganyamenjadi terputus atau dengan sengaja diputuskan dan

67

Page 69: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

untuk waktu tertentu pula anak-anak itu hidup bersama anak-anak sebayanya.Setiap asrama mempunyai suasana tersendiri yang amat diwarnai oleh parapendidik atau pemimpinnya dan oleh sebagian besar anggota kelompok darimana mereka berasal. Demikian pula tatanan dan cara hidup kebersamaan sertajenis kelamin dari penghuninya turut membentuk suasana asrama yangbersangkutan.

Jenis dan bentuk asrama itu bermacam-macam sesuai dengan kepentingandan tujuan dari pengadaannya sebagai suatu bentuk lingkungan pendidikan.Misalnya :

a. Asrama santunan yatim piatu sebagai tempat untuk menampung anak-anakyang salah satu atau kedua orang tuanya meninggal. Kadang-kadang rumahyatim piatu merupakan tempat tinggal yang tetap sehingga hubungan dengankeluarga terputus.

b. Asrama tampungan di mana anak-anak dididik oleh orang tua angkat, karenaorang tuanya sendiri tidak mampu atau karena orang tuanya menitipkanpendidikan dan pemeliharaan anak kepadanya.

c. Asrama untuk anak-anak nakal atau mempunyai kelainan fisik atau mental,maupun kedua-duanya, sehingga membutuhkan pendidikan khusus ataupendidikan luar biasa.

d. Asrama yang didirikan untuk tujuan-tujuan tertentu yang tidak mungkindapat dilakukan dalam pendidikan rumah maupun sekolah.

e. Asrama yang dibutuhkan untuk menunjang ketercapaian tujuan pendidikansuatu jabatan, yang tanpa itu tidak mungkin dihasilkan pejabat-pejabat yangdapat memikul tanggung jawab dan melaksanakan tugas-tugas yangbersangkutan.

Setiap asrama tersebut, masing-masing merupakan lingkunganpendidikan yang dibina sedemikian rupa sesuai dengan tujuannya dalam rangkamembantu perkembangan kepribadian anak. Cara-cara pendidikan dan alat-alatpendidikan yang digunakan dalam sarana itu berlain-lainan sesuai dengan sifat,kepentingan dan tujuannya. Meskipun demikian, sedapat mungkin senantiasadiusahakan untuk mewujudkan suasana "kehidupan keluarga” di mana rasa kasihsayang dan kehidupan keagamaan dapat diwujudkan secara wajar. Hal ini

68

Page 70: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

penting agar mereka merasa bersuasana seperti berada di rumahnya sendiri dandalam lingkungan perlakuan yang wajar laksana perlakuan orang tua merekasendiri. Segala-galanya secara ”di rumah”. Meskipun membentuk suasana secaraini cukup sulit atau bahkan hampir tidak mungkin secara sempurna, namun upayake arah itu hendaknya diusahakan. Untuk itulah, sering kita mendapatkanbangunan asrama, tahanan, manajemen dan tata kehidupan di dalamnya diaturmenurut pola kehidupan suatu keluarga.

Di samping kekurangan-kekurangan tersebut, terdapat hal-hal yangmenguntungkan, yaitu pengalaman bergaul dengan teman-teman sebaya yangsecara emosional dan intelektual setaraf, dapat memajukan danmemperkembangkan hidup bermasyarakat di antara sesamanya. Pengalamansosial yang demikian itu akan dapat menegakkan keteraturan dan kemandiriansehingga mempermudah terwujudnya "penguasaan diri”.

3. Perkumpulan Remaja.

Pada umumnya anak-anak di atas umur 12 tahun membutuhkan kumpulan-kumpulan atau organisasi-organisasi yang dapat menyalurkan hasrat dan kegiatanyang meluap-luap dalam diri mereka. Sampai kira-kira umur 12 tahun pendidikananak dapat terselenggara sepenuhnya oleh dan dalam lingkungan keluarga,keagamaan (diniyah) dan sekolah. Menjelang umur tiga belasan anak beradadalam fase puber, yang mulai menampakkan perubahan-perubahan dalam bentukfisiknya dan menunjukkan tanda-tanda keresahan atau kegelisahan dalamkehidupan mental atau batinnya. Ia mulai meningkat remaja dan merasakanadanya kebutuhannya untuk menjadi seorang manusia dewasa, yang dapat berdirisendiri, menemukan sendiri nilai-nilai dan membentuk cita-cita sendiri bersama-sama dengan remaja lainnya.

Pada masa ini gambaran tentang orang tua (ayah dan ibu), guru, ulama ataupemimpin-pemimpin masyarakat lainnya amat besar artinya bagi mereka. Tokohitu mungkin dapat dijadikan sebagai "idola”, tokoh identifikasi yang akan merekateladani. Tokoh identifikasi itu bisa ayah, ibu, guru atau meluas kepada tokoh-tokoh lain yang menonjol dalam masyarakat. Identifikasi ini merupakan sebuahproses yang

69

Page 71: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

cukup bermakna bagi perkembangan sosial anak. Melalui proses identifikasi itulahseorang anak mengembangkan kepribadiannya, yang kemudian menjadiperwatakan khas yang dimilikinya.

Keluarga, masjid dan sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan kadang-kadang kurang memberikan peluang terhadap dorongan anak untukmengembangkan diri secara sendiri atau ke arah berdiri sendiri. Anak-anak mudaitu ingin memperlihatkan kejantanannya, membuktikan kemampuan danmenjelajahi serta mencoba segala sesuatu untuk membuktikan kebolehannyadengan cara-cara dan pandangannya sendiri atau kelompoknya. Berkenan denganitu, dalam suatu lingkungan sering teijadi "perbenturan” antara mereka denganpandangan serta tatanan masyarakat ”kolot” atau pandangan atau tatanan yang telahmapan dalam lingkungannya. Benturan-benturan itu tidak mengurangikebutuhannya untuk dapat berdiri sendiri secara wajar dan upayanya untuk tetapmelaksanakan segala rencana dan angan-angannya, bahkan mungkin menjadi lebihbersemangat lagi untuk melakukan percobaan-percobaan.

Di sinilah terletak kesempatan yang baik bagi perkumpulan- perkumpulanremaja untuk mengorganisir dirinya dan menyalurkan segala kehendak hati,keinginan dan angan-angan sebagai pembuktian bahwa merekapun patut"mendapat pengakuan masyarakat lingkungannya”. Melalui perkumpulan-perkumpulan itu mereka memperoleh kesempatan dan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang mematangkan diri mereka. Melalui pengalaman-pengalaman itumereka menemukan dirinya sendiri, menyadari batas-batas kemampuan dan upaya-upaya yang dapat disumbangkannya, dan terjadilah saling didik mendidik di antarasesamanya. Sudah barang tentu dalam segala kegiatannya mereka senantiasa harusbekeija sama dengan keluarga atau orang tua, pemimpin keagamaan dan pemimpinsekolah atau para guru. Yang beragama Islam membentuk atau memasukiperkumpulan- perkumpulan remaja yang berdasarkan Islam sehinggamemungkinkan mereka untuk menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agamaIslam dalam lingkungannya secara aktual.

70

Page 72: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

3. Lingkungan Kerja.

Peralihan dari lingkungan keluarga dan sekolah ke lingkungan keijamemakan waktu yang lama. Lingkungan keija merupakan suatu lingkungan baruyarig menuntut berbagai penyesuaian. Dalam lingkung an itu mereka bergauldengan orang-orang dewasa lain yang berbeda dari yang pernah mereka alami. Kinimereka bergaul dengan orang- orang dewasa yang ”asing” dan telahberpengalaman dalam lapangan nya.

Dalam pergaulan dengan orang-orang yang sama-sama berada dalamlingkungan keija terbuka kesempatan untuk saling pengaruh mempengaruhi,karenanya segala tingkah laku orang dewasa di ling kungan keija itu dapatberpengaruh besar atas perkembangan tersebut. Di samping pengaruh-pengaruhyang positif terdapat pula pengaruh pengaruh yang negatif. Bagi anak-anak mudayang tadinya mengalami perkembangan yang wajar dan agamis, ketika masa puber,pengaruh negatif itu dapat lebih mudah mereka atasi.

Kehidupan modem dewasa ini menuntut lebih banyak ketahanan fisikmaupun mental. Di atas pundak mereka terpikul kewajiban- kewajiban yang lebihberat. Itulah sebabnya maka masa pendidikan untuk mereka lebih lama dan lebihberbobot dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Tuntutan mutu pendidikanyang lebih berbobot tersebut meliputi segi pengetahuan, akhlak dan bermacam-macam keterampilan.

C. SEKOLAH SEBAGAI LINGKUNGAN PENDIDIKAN.

Di sekolah berkumpul anak-anak dengan umur yang hampir sama, dengantaraf pengetahuan yang kurang lebih sederajat dan secara sekaligus menerimapelajaran yang sama.

1. Perbedaan Antara Rumah dengan Sekolah

Ada perbedaan antara rumah dengan sekolah, baik dari segi suasana,tanggung jawab maupun kebebasan dan pergaulan.

71

Page 73: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

a. Suasana

Rumah adalah tempat anak lahir dan langsung menjadi anggota baru dalamrumah tangga. Kelahirannya disambut oleh orang tuanya dengan gembira danmalahan kerapkali dirayakan dengan mengadakan selam atan/tasyakuran. Dirumah anak diasuh oleh orang tuanya dengan penuh kasih sayang, yangmendorong orang tua mengatasi segala macam kesukaran. Sebaliknya anakmencurahkan segala kepercayaannya kepada orang tuanya.

Sekolah adalah tempat anak belajar. Ia berhadapan dengan guru yang tidakdikenalnya. Guru itu selalu berganti-ganti. Kasih guru kepada murid tidakmendalam seperti kasih sayang orang tua kepada anaknya, sebab guru danmurid tidak terikat oleh tali kekeluargaan. Guru tak mungkin dapatmenyelami jiwa anak itu sedalam- dalamnya. Ia tak mungkin dapatmencurahkan perhatiannya kepada seorang anak saja. Baginya anak itu taklain daripada seorang murid di antara sekian banyak murid yang lain, yangdiserahkan kepadanya. Ia mengajarnya dalam satu atau beberapa tahun, danmuridnya itupun selalu berganti-ganti dari tahun ke tahun.

b. Tanggung Jawab

Di rumah anak dibiasakan berbuat baik dan menjauhi perbuatan- perbuatanburuk. Dalam pembentukan rohani dan keagamaan orang tua menjadi teladanbagi anak. Sifat-sifat yang baik yang diwujudkan orang tua dalam perkataan,perbuatan dan tingkah lakunya diusahakan supaya ditiru oleh anaknya.Tanggung jawab atas pendidikan anak tidak dapat dielakkan oleh orang tua.Jika ternyata bahwa perangai guru menimbulkan pengaruh yang tidak baikpada anak, orang tua setiap waktu berhak memindahkan anaknya ke sekolahlain.

Di sekolah guru merasa bertanggung jawab terutama terhadap pendidikanotak murid-muridnya. Ia merasa telah memenuhi kewajibannya dan mendapatnama baik, jika murid-muridnya sebagian besar naik kelas atau lulus dalamujian. Akan tetapi ajaran Islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanyamengajar, tetapi juga mendidik. Ia sendiri harus memberi contoh dan menjaditeladan bagi

72

Page 74: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

murid-muridnya dan dalam segala mata pelajaran ia dapat menanamkan rasakeimanan dan akhlak sesuai dengan ajaran Islam. Malahan di luar sekolahpunia harus bertindak sebagai pendidik.

a. Kebebasan.

Di rumah anak bebas dalam gerak-geriknya, ia boleh makan apabila lapar, tidurapabila mengantuk. Ia boleh bermain. Ia tidak dilarang mengeluarkan isihatinya selama tidak melanggar kesopanan.

Di sekolah suasana bebas seperti itu tidak terdapat. Di sana ada aturan-aturanyang tertentu. Sekolah dimulai pada waktu yang ditentukan, dan ia harus dudukselama waktu itu pada tempat yang ditentukan pula. Ia tidak bolehmeninggalkan atau menukar tempat, kecuali seizin gurunya. Pendeknya iaharus menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.

b. Pergaulan

Di rumah pergaulan diliputi oleh suasana kasih sayang, saling mengerti dansaling bantu membantu. Meskipun di dalam rumah kadang-kadang terjadiperkelahian kakak adik, tetapi di luar rumah kakak senantiasa mempertahankanadiknya, anak menjaga nama baik orang tuanya.

Di sekolah pergaulan antara murid dengan murid acapkali lebih ’lues”(zakelijk). Mereka harus menghormati hak dan kepentingan masing-masing.

Hal-hal tersebut di atas, memperlihatkan perbedaan asasi antara rumah dansekolah. Rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya. Pemeliharaanorang tua teihadap anak bukan diperolehnya dari pengalaman, akan tetapimerupakan naluri tiap-tiap manusia.

Sekolah dibuat oleh manusia, karena semakin tinggi tingkat kebudayaan, makatuntutan-tuntutan masyarakat bertambah pula. Rumah tangga tidak mampu lagimendidik anak-anak. Oleh karena itu masyarakat mendirikan sekolah-sekolah,di mana dilaksanakan pendidikan anak dan tentu saja dengan peraturan-peraturan tertentu.

Page 75: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

2. Pengaruh Rumah Terhadap Sekolah'

Keadaan rumah tangga yang berbeda-beda, cukup berpengaruh terhadapsekolah. Perumahan di kota-kota besar, misalnya, di mana dalam satu rumahtinggal beberapa keluarga, membuat suasana yang sering tidak menguntungkan.Hal-hal yang kecil-kecil dapat menimbulkan perselisihan dan orang tua tak dapatmengatur rumah tangga menurut kehendaknya serta sering tidak ada ruangan untukberkumpul dengan anaknya dalam suasana santai dan ramah tamah. Dalamkeadaan tidak tenang dan membisingkan itu tentu anak tidak dapat belajarsebagaimana mestinya. Hal yang demikian tentu saja berpengaruh terhadapsekolah. Dalam kondisi semacam itu guru harus memikirkan cara-cara mengajardan cara-cara memberi pekerjaan rumah.

Suasana dalam rumah termasuk faktor yang lebih penting lagi dalamkaitannya dengan pendidikan anak. Buruk baiknya suasana rumah tangga sebagianbesar bergantung kepada hubungan antara ibu dan bapak. Kerukunan antara ibudan bapak besar pengaruhnya terhadap anak. Kerapkali kemunduran anak disekolah disebabkan oleh keadaan dalam rumah tangga. Perceraian orang tua,kematian ibu atau bapak dapat mempengaruhi belajar anak di sekolah. Sebab ituguru hendaknya memandang anak tidak sebagai murid semata-mata, tetapi jugasebagai anak dalam satu rumah tangga.

3. Apa yang Dapat Diharapkan Keluarga dan Masyarakat Ber - agamadari Sekolah.

Pada dasarnya sekolah harus merupakan suatu lembaga yang membantubagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya masyarakat Islam,dalam bidang pengajaran yang tidak dapat secara sempurna dilakukan dalamrumah dan masjid. Bagi umat Islam, lembaga pendidikan yang dapat memenuhiharapan ialah lembaga pendidikan Islam, artinya bukan sekedar lembaga yang didalamnya diajarkan pelajaran agama Islam, melainkan suatu lembaga pendidikanyang secara keseluruhannya bernapaskan Islam. Hal itu hanya mungkin terwujudjika terdapat keserasian antara rumah dan sekolah dalam pandangan keagamaan.

74

Page 76: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Anak-anak dari keluarga Muslim yang bersekolah sesungguhnya secaraserempak hidup dalam tiga lingkungan, yaitu keluarga, masjid dan sekolah.

Ketiga unsur itu harus serasi dan saling mengisi dalam membentukkepribadian anak didik. Prof. Dr. Ahmad Sjalabi dalam bukunya SejarahPendidikan Islam, menjelaskan antara lain : 1}

"Sejarah pendidikan Islam amat erat pertaliannya dengan masjid. Karena ituapabila kita membicarakan masjid adalah berarti bahwa kita membicarakansuatu lembaga yang dipandang sebagai tempat yang asasi untuk menyiarkanilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Lingkaran-lingkaran pelajarantelah diadakan di masjid semenjak masjid didirikan dan keadaan ini berjalanterus sepanjang tahun dengan tidak putus-putusnya di seluruh negeri Islam.

Fungsi masjid menurut paham kaum muslimin di masa-masa permulaanIslam adalah amat luas. Mereka telah menjadikan masjid untuk tempat beribadat,memberi pelajaran, tempat peradilan, tentara berkumpul dan menerima duta-dutadari luar negeri. Di antara yang mendorong mereka untuk mendirikan masjid ialahkeyakinan bahwa rumah mereka tidak cukup luas untuk beribadat bersama danmengadakan pertemuan-pertemuan.

Pelajaran-pelajaran Islam semakin menarik perhatian umat Islam.Lingkaran-lingkaran belajar di masjid semakin bertambah besar dan bertambahbanyak. Dari masing-masing lingkaran itu kedengaran suara guru memberipelajaran dan suara pelajar-pelajar bertanya dan bersoal jawab, sehinggamenimbulkan semacam keributan yang banyak sedikitnya mengganggu orang-orang yang sedang beribadat

Di samping itu, ilmu pengetahuan berkembang sesuai dengan perubahanzaman. Di antara pengetahuan itu ada yang memerlukan soal jawab, perdebatandan pertukaran pikiran. Cara ini tidak serasi dengan ketenangan dan keagunganmasjid. Hal ini menyebabkan terdorongnya

1) Prof. Dr. Ahmad Sjalabi, Sejarah Pendidikan Islam, alih bahasa Prof. Dr. Muchtar Jahja dan Drs. M.Sanusi Latief, Bulan Bintang, Jakarta, Tahan 1987, hal. 93 - 94/106.

75

Page 77: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

umat Islam mendirikan sekolah-sekolah khusus yang menjamin lancarnyapendidikan dan teijaminnya keperluan-keperluan hidup guru sehari-hari.

4. Membina Hubungan Antara Rumah dan Sekolah.

Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah hubungan antararumah dan sekolah. Pengaruh sekolah segera terasa di rumah. Orang tua harusmelepaskan anaknya beberapa jam lamanya dan menyerahkannya kepadapimpinan guru. Ibu harus menyesuaikan waktu dengan keperluan anaknya, agaranaknya jangan terlambat sampai ke sekolah. Ia harus menyediakan pakaian yangbaik, supaya anaknya tidak malu terhadap anak lain. Sekembalinya dari sekolahanak itu bercerita tentang ibu guru, kawan-kawannya, sekolahnya. Anakmembawa suasana sekolah ke dalam rumahnya. Antara rumah dan sekolahtercipta hubungan, karena antara kedua lingkungan itu terdapat obyek dan tujuanyang sama, yakni mendidik anak-anak.

Dapat dimengerti betapa pentingnya keija sama antara kedua lingkunganitu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal.Orang tua harus mengenal anaknya, sekolah dan guru. Keadaan anak biasanyadiketahui orang tua dari (a) daftar nilai, (b) surat peringatan, (c) kunjungan kepadaguru di sekolah, (d) pertemuan dengan orang tua murid dan (e) guru memahamimurid- murid.

a. Daftar Nilai

Daftar nilai sebenarnya laporan guru kepada orang tua tentang kemajuananaknya mengenai pelajaran, kelakuan dan kerajinannya. Laporan itu tidakdiberikan dalam bentuk kata-kata, akan tetapi berupa angka-angka. Dariangka-angka itu orang tua dapat mengetahui dalam pelajaran mana anaknyapandai dan dalam mata pelajaran mana anaknya ketinggalan. Angka kurangmisalnya memberi peringatan kepada anak supaya ia lebih giat bekeija.Sebaliknya angka itu memperingatkan orang tua agar lebih memperhatikananak itu dalam hal belajar.

Sikap anak terhadap daftar nilai berbeda-beda, bergantung kepada

76

Page 78: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

umurnya. Anak kelas satu kebanyakan belum tahu akan arti angka- angka yangditerimanya. Anak umur 6 - 8 tahun menyangka, bahwa guru sesuka hati sajamemberi angka itu. Anak-anak umur 9 - 1 3 tahun menganggap nilai itusebagai ukuran kepandaiannya.

Daftar nilai berpengaruh terhadap anak. Daftar nilai yang baik umumnyamenggiatkan semangat belajar., sebab hasil baik memperbesar kepercayaankepada diri sendiri. Daftar nilai yang bu- rukpun kadang-kadang merupakanpendorong untuk mencapai angka-angka yang lebih baik, akan tetapi bisa jugamelemahkan semangat belajar. Sebab itu baiklah guru-guru berhati-hatimemberi angka. Jangan mempergunakan angka itu untuk menakut-nakuti atauhukuman.

b. Surai peringatan

Daftar nilai yang buruk kadang-kadang disertai dengan surat peringatan yangmengandung "ancaman”, bahwa anak yang bersangkutan mungkin tidak akannaik kelas, atau lainnya. Surat itu harus ditandatangani oleh orang tua untukkemudian dikembalikan kepada guru. Maksudnya supaya orang tua janganterkejut, jika anak itu kelak tidak naik kelas. Dengan demikian orang tua akanlebih memperhatikan pelajaran anaknya. Mungkin anak itu selama ini tidaksempat belajar, karena terlampau banyak pekerjaan lain, atau karena tidak adalampu dan buku atau karena anak itu terpengaruh oleh anak yang berperangaiburuk.

Hai lain yang mengharuskan sekolah mengirimkan surat kepada orang tuaialah apabila seorang anak bolos, nakal dan sebagainya. Orang tua harusmemberitahukan, apabila anaknya sakit atau tidak dapat bersekolah karenasesuatu hal yang penting. Akan tetapi ada kalanya orang tua tidak tahu bahwaanaknya tidak masuk sekolah.

c. Kunjungan Kepada Guru

Sekolah tidak dapat mengharap banyak dari orang tua untuk datangmengunjunginya. Barulah orang tua mengunjungi sekolah, jika mereka perlu,misalnya meminta tempat untuk anaknya atau berusaha agar anaknya yangtinggal kelas dinaikkan. Sebenarnya orang tua harus tahu, bahwa kepalasekolah atau guru kelas (wali

77

Page 79: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

kelas) bersedia menerimanya untuk membicarakan kesulitan-kesu- litanmengenai pendidikan anaknya. Guru mungkin dapat mencarikan jalan untukmengatasi kesulitan itu dan di sekolah anaknya itu akan lebih diperhatikan.

d. Pertemuan Guru-guru dengan Orang Tua Murid.

Kebanyakan orang tua, lebih-lebih di kota, jarang sekali mengunjungi sekolah.Mungkin ia pernah melihat sekolah itu dari luar, tetapi itu belum cukup. Iaharus juga mengenal gedung itu dari dalam, seperti ruangan sekolah tempatanaknya belajar bertahun- tahun, guru-guru dan sarana-sarana belajar lainnya.

Tujuan pertama pertemuan ialah memperkenalkan sekolah kepada orang tua,memperlihatkan kepadanya apa yang terjadi di dalam sekolah, agar tercapaihubungan yang erat antara orang tua dengan guru-guru. Kerja sama dalammendidik anak memerlukan sikap kenal mengenal antara guru dengan orangtua.

Banyak hal yang dapat diperlihatkan, selain gedung dan ruangan serta alat-alat perlengkapan yang ada di sekolah, dapat pula dilakukan pameran mengenaihasil-hasil pekeijaan anak-anak melalui pengalaman belajar dan kebolehanmereka melalui pertunjukan- pertunjukan yang diselenggarakan oleh murid-murid sendiri.

Banyak hal yang dapat dibicarakan tentang perkembangan dan kemajuan yangtelah dicapai, kesulitan-kesulitan yang dialami serta cara-cara mengatasinya danhal-hal yang patut dilakukan orang tua berkenaan dengan bakat ataukemampuan anaknya dan sebagainya.

Di antara keuntungan-keuntungan yang mungkin diperoleh dari pertemuan ituadalah :

1) Orang tua dan para guru saling kenal mengenal.

2) Orang tua mengenal Lingkungan dan suasana tempat anaknya belajar.

3) Minat orang tua terhadap pelajaran anaknya bertambah besar.

4) Orang tua mendapat penerangan tentang soal-soal pendidikan, khususnyamengenai masalah-masalah yang menyangkut anaknya sendiri.

78

Page 80: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

1

1) Perselisihan antara rumah dengan sekolah, jika ada, dapat diatasi dandiselesaikan dengan penuh pengertian.

2) Semangat orang tua dapat dibangkitkan untuk menyumbangkan tenaganyadalam pembangunan dan kemajuan sekolah sesuai dengan rencana bersamademi kepentingan anak-anak.

a. Memahami Murid-muridGuru akan semakin mudah mendidik anak-anak di sekolah, apabila pribadianak itu dipahaminya benar-benar. Oleh karena itu baik sekali apabila iamengunjungi setiap orang tua muridnya, setidak- tidaknya orang tua muridyang anaknya menimbulkan kesukaran dalam pendidikan, misalnya yangberkelakuan buruk, malas, mundur pelajarannya, keras kepala dan sebagainya.

Kunjungan itu banyak faedahnya, antara lain :1) Dalam percakapan dengan orang tua banyak diperoleh keterangan-

keterangan tentang anak itu.

2) Guru berkenalan dengan orang tua. Kelakuan anak kerapkalimembayangkan pribadi orang tua.

3) Orang tua menghargai perbuatan guru terhadap pendidikan anaknya. Mmempererat hubungan orang tua dengan sekolah.

4) Guru mengenal keadaan dan suasana dalam rumah tangga anak itu.Lingkungan rumah besar pengaruhnya terhadap kelakuan seorang anak.

5) Guru dapat memberi pe tunjuk-petunjuk untuk memperbaiki kelakuananak-anak. Ini harus dilakukan dengan bijaksana, jangan sampaimenyinggung hati orang tua.

Pandangan guru dan pendapat orang tua tentang seorang anak kadang-kadang berlainan. Kelakuan anak di rumah acapkali jauh berbeda dengan disekolah. Di ramah ia malas, keras kepala, di sekolah ia rajin dan patuh,kelakuannya baik pula, atau sebaliknya.

79

Page 81: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

D. ALAT PENDIDIKAN

Untuk mencapai tujuan pendidikan memerlukan berbagai alat dan metode.Istilah lain dari alat pendidikan yang dikenal hingga saat ini adalah mediapendidikan, Audio Visual Aids (AVA), alat peraga, sarana dan prasaranapendidikan dan sebagainya.

Definisi-definisi yang pernah dikemukakan tentang alat pendi- dikan adalahsebagai berikut :

Roestiyah Nk. dkk.: ”media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yangdigunakan dalam rangka meningkatkan efektivitas komu- nikasi dan interaksiedukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.”19

Vemon S. Gerlach dan Donald P. Ely : ”media adalah sumber belajar.Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda ataupun peristiwa yangmembuat kondisi siswa mungkin memperoleh pengetahuan, keterampilan atausikap”. 20

Inti dari pendapat di atas adalah bahwa alat atau media pendidikan meliputisegala sesuatu yang dapat membantu proses pencapaian tujuan pendidikan. Olehkarena pendidikan Islam mengutamakan pengajaran ilmu dan pembentukan akhlak,maka aiat untuk mencapai ilmu adalah alat-alat pendidikan ilmu sedangkan alatuntuk pembentukan akhlak adalah pergaulan. Dalam pergaulan edukatif, guru dapatmenyumh atau melarang murid mengeijakan sesuatu. Ia dapat menghukum anaksebagai koreksi terhadap tingkah lakunya yang salah dan memberi hadiah sebagaipendorong untuk berbuat yang lebih baik lagi. Hukuman berupa pukulanumpamanya dapat digunakan bagi anak umur sepuluh tahun ke atas bila iameninggalkan sembahyang.

Dalam pergaulan tersebut contoh teladan utama dari pihak pemimpinsekolah, guru-guru dan staf lebih banyak mempengaruhi murid untuk menjadimanusia yang baik. Oleh sebab itu mereka harus membina suatu masyarakatsekolah yang baik yang membantu pembinaan suasana agama di sekolah.Pendidikan agama tidak mungkin berhasil dengan baik bila hanya dibebankankepada guru

80

Page 82: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

agama saja tanpa didukung oleh pemimpin sekolah dan guru-guru yang lain.

Selain pergaulan, masih banyak alat pendidikan yang dapat digunakanuntuk pendidikan agama di sekolah. Misalnya :

1) Media tulis atau cetak seperti Al-Qur’an, Hadits, Tauhid, Fiqh, Sejarah dansebagainya.

2) Benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, zatpadat, zat cair, zat gas dan sebagainya.

3) Gambar-gambar, lukisan, diagram, peta dan grafik. Alat ini dapat dibuat dalamukuran besar dan dapat pula dipakai dalam buku-buku teks atau bahan bacaanlain.

4) Gambar yang dapat diproyeksi, baik dengan alat atau tanpa suara seperti foto,slide, film strip, televisi, video dan sebagainya.

5) Audio recording (alat untuk didengar) seperti kaset tape, radio, piringan hitamdan lain-lain yang semuanya diwarnai dengan ajaran agama.

Pembicaraan selanjutnya ialah bagaimana memilih alat atau mediapendidikan itu untuk kepentingan pendidikan agama. Hal-hal yang perludiperhatikan dalam menyeleksi alat tersebut adalah :

1) Pentingnya alat itu untuk mencapai tujuan atau kesesuaian alat itu dengantujuan pengajaran. Kalau tujuan pengajaran hanya menyangkut bidangcognitive (pengetahuan) misalnya siswa dapat membedakan rukun dan sunnatsembahyang jum’at, dapat menyebutkan ayat berhubungan dengan salat jum’at,menyebutkan orang-orang yang dibolehkan tidak sembahyang jum’at dan se-bagainya, maka alat yang dipilih adalah buku teks, Qur!an dan skema.

Bila tujuan itu menyangkut bidang psikomotor, misalnya siswa dapatmelakukan gerakan-gerakan dalam sembahyang dengan baik, maka alat ataumedianya adalah film, gambar orang sembahyang atau demonstrasi oleh gurusendiri.

Bila tujuan itu menyangkut bidang affektive, misalnya siswa

81

Page 83: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

menyayangi fakir miskin, maka medianya adalah melaksanakan kegiatan sosialkeagamaan, mengadakan pengamatan langsung terhadap kehidupan fakir miskin(kalau perlu observasi partisipant), menyaksikan film tentang penyantunan fakirmiskin.

2) Media itu harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Anak sekolah menengahsudah memiliki kemampuan untuk berfikir kritis dan kemampuan untuk mencaridan menemukan sendiri, maka alat pendidikan yang dipakai sudah harus agaksofisticated, seperti modul, drama film dan film yang menyangkut berbagaikejadian alam.

3) Harus diperhatikan keadaan dan kondisi sekolah. Tidak semua sekolah memilikialat yang cukup, aliran listrik mungkin tidak ada dan juga kemampuan gurumenggunakan alat.

4) Hendaknya diperhatikan soal waktu yang tersedia untuk mempersiapkan alat danpenggunaannya di kelas.

5) Harga atau biaya alat itu hendaknya sesuai dengan efektivitas alat.

Walaupun alat pendidikan itu telah kita seleksi sedemikian rupasehingga persyaratan di atas terpenuhi, namun belum menjamin

efektivitas penggunaannya. Ada beberapa prinsip umum yang harusdiperhatikan di dalam penggunaan alat pendidikan, antara lain :

1) Penggunaan setiap jenis harus dengan tujuan tertentu.

2) Alat harus digunakan untuk membantu menimbulkan tanggapan terhadap materiyang dipelajari.

3) Alat tidak peiiu digunakan bila murid sudah memiliki pengalaman yang cukupuntuk menanggapi dan menginterpretasi materi pelajaran.

4) Alat harus digunakan bila alat itu merangsang timbulnya minat dan perhatian barudan memusatkan perhatian terhadap persoalan yang dipecahkan,

5) Beberapa alat tertentu sangat berguna untuk membuat ringkasan pelajaran danmemberikan perspektif tentang hubungan-hubungan

82

Page 84: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

tertentu dalam pelajaran.

1) Murid harus diajar menggunakan alat. Mereka harus tahu apa yang dicaridengan alat itu dan menginterpretasinya.

2) Setiap menggunakan alat, harus dicek apakah tujuan yang diha- rapkan tercapaidan memberikan koreksi teiiiadap kesalahan tanggap yang terjadi.

Perkembangan teknologi yang cepat dewasa ini sangat mem- bantumenciptakan berbagai macam alat pendidikan mulai dari alat yang sederhanasampai kepada yang kompleks. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap guruagama adalah jangan membuat atau menggunakan alat baik berupa gambar, filmdan lainnya tentang Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.

83

Page 85: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

BAB 8

Bagian ini hendak mengemukakan beberapa unsur pendidikan yang didalamnya (implisit) terkandung citra dan cita Islam. Unsur- unsur pendidikan yangdimaksudkan di sini adalah (1) institusi, (2) kurikulum, (3) administrasi dansupervisi, (4) bimbingan dan penyuluhan, dan (5) evaluasi.

Pembahasannya tidak berpretensi bahwa demikianlah pendidikan Islamyang diimplikasikan ke dalam unsur-unsur dimaksud, melainkan suatu gambarandari unsur-unsur itu, khususnya berlaku dalam pendidikan di Indonesia, yang didalamnya terkandung sesuatu yang dapat ditelusuri sumbernya dari ajaran agamaIslam. Dalam kaitan ini kita mencoba menjajaki sejauh mana pendidikan agamaIslam sebagai suatu sub sistem dari pendidikan nasional dapat mengemban citadan citra Islam.

Tujuan utama dari pembahasan ini adalah memberikan gambaran tentangunsur-unsur pendidikan dimaksud dan dari gambaran itu diharapkan terlihatdampak positif teihadap pengembangan pendidikan Islam dalam kerangka sistempendidikan nasional.

84

IMPLIKASI

Page 86: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

A. INSTITUSI.

Institusi berarti lembaga, yang dalam hal ini adalah lembaga pendidikan.Ada beberapa lembaga pendidikan yang sudah lazim kita kenal, antara lain,keluarga, sekolah (formal) dan badan-badan masyarakat (non formal), sepertiinstansi-instansi pemerintah, kursus- kursus, rumah-rumah ibadah dan badan-badanmasyarakat lainnya serta beberapa .media massa.

Dalam pembahasan ini uraian kita lebih ditujukan kepada lembaga-lembagapendidikan formal, baik yang menyelenggarakan "pengajaran” agama Islammaupun yang menyelenggarakan "pendidikan” Islam. Pengajaran agama Islamdiselenggarakan di sekolah-sekolah umum dengan ”pendidikan agama Islam”sebagai sebuah bidang studi. Sedangkan pendidikan Islam diselenggarakan padasekolah-sekolah atau perguruan agama, termasuk pesantren, yang hanya dikunjungioleh anak-anak kaum muslimin.

Dengan menunjukkan pembahasan pada lembaga-lembaga pendidikanformal saja, jangan diartikan bahwa lembaga-lembaga pendidikan lainnya kurangpenting dalam rangka pembinaan dan pengembangan pendidikan Islam. Hal inisemata-mata karena sekolah- sekolah dianggap sebagai lembaga yang palingbernilai strategis ketimbang lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Secara garis besar lingkup penyelenggaraan pendidikan (agama) Islam diIndonesia, adalah (a) pendidikan agama Islam pada lembaga pendidikan umum,mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi dan (b) lembagapendidikan/perguruan agama mulai tingkat rendah sampai tinggi.

Pendidikan Agama Islam Pada Lembaga Pendidikan Umum

Yang dimaksud dengan Lembaga Pendidikan Umum adalah sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Departemen P dan K, yang di dalam strukturprogramnya menempatkan pendidikan agama sebagai sebuah Bidang Studi. Untukmemperoleh gambaran tentang penyenggaraan pendidikan agama Islam padasekolah-sekolah umum tersebut, di bawah ini dikemukakan secara umum (a)pengertian

85

Page 87: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

pendidikan agama Isiam, (b) tujuan pendidikan agama Islam, di sekolah umum,dan (c) kedudukan pendidikan agama di sekolah umum.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Untuk memperoleh wawasan yang agak lengkap maka ke dalampembahasan ini dibicarakan (1) pengertian pendidikan agama Islam, (2) pengertianpendidikan agama menurut Komite Pembaharuan Pendidikan Nasional (KPPN),dan (3) pengertian pendidikan agama Islam menurut Direktorat PembinaanPendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum Negeri (Ditbinpaisun).

Dari uraian dalam bab 2 mengenai pengertian pendidikan Islam dapatdisimpulkan sebagai berikut :

a. Pendidikan agamajslam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadapanak' didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami danmengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandanganhidup (way of life).

b. Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasar ajaranIslam.

c Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran- ajaran agamaIslam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinyasetelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati danmengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secaramenyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandanganhidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun diakhirat kelak.

Pengertian Pendidikan Agama Islam di Indonesia.

1) Pengertian pendidikan agama menurut KPPN (Komisi PembaharuanPendidikan Nasional).

Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia Pancasilasebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alatpengembangan dan pengendalian

86

Page 88: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami,dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasarkepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.

Agama mengatur hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan dam, danhubungan manusia dengan dirinya yang dapat menjamin keselarasan,keseimbangan, dan keserasian dalam hidup manusia, baik sebagai pribadimaupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai kemajuan lahiriyahdan kebahagiaan rohaniyah.

Oleh karena agama sebagai dasar tata nilai merupakan penentu dalamperkembangan dan pembinaan rasa kemanusiaan yang adil dan beradab,maka pemahaman dan pengalamannya dengan tepat dan benar diperlukanuntuk menciptakan kesatuan bangsa. Bahan pendidikan agama bagi masing-masing pemeluknya berasal dari sumber-sumber agamanya masing-masing.Pelaksanaan pendidikan agama dilakukan oleh pengajar yang meyakini,mengamalkan, dan menguasai bahan agama tersebut. Dan salah satu tujuanpendidikan nasional adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan YangMaha Esa. Untuk mencapai tujuan itu, pendidikan agama perlu diberikanpada semua jenjang dan jenis sekolah dan dimasukkan ke dalam kurikulumsekolah tingkat dasar sampai dengan tingkat tinggi.

Pendidikan agama merupakan bagian pendidikan yang amat penting yangberkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai, antara lain akhlak dankeagamaan. Oleh karena itu pendidikan agama juga menjadi tanggungjawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Untuk menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional, dalam pendidikanagama diperlukan (a) paket-paket minimal bahan pendidikan agama darimasing-masing agama yang dianut dengan mempertimbangkanperkembangan jiwa anak didik; (b) guru agama yang cukup dan memenuhisyarat; (c) prasarana dan sarana pendidikan agama yang cukup dan.memenuhi syarat; (d) lingkungan yang mendorong tercapainya tujuanpendidikan agama, di antaranya situasi sekolah, masyarakat dan peraturanpenmdang-undangan.

87

Page 89: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Pendidikan agama dan pendidikan penghayatan dan pengamalan Pancasilaharus saling menunjang karena sama-sama menyentuh bidang sikap dan nilaidalam rangka pengembangan bangsa. Meskipun demikian, perlu diadakanpembedaan yang jelas antara keduanya karena adanya perbedaan bahan danpeserta didik.

2) Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Ditbinpaisun.

Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadapanak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apayang terkandung di dalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna danmaksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya sertamenjadikan ajaran- ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagaipandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia danakhiratnya kelak.

Berkaitan dengan pendidikan maka Islam telah memerintahkan menuntut ilmusejak dari kandungan sampai ke liang kubur. Artinya sejak anak dalamkandungan sikap ibu, amal perbuatan ibu akan dapat mempengaruhi anak yangdikandungnya. Setelah lahir ibulah yang pertama-tama mendidiknya,mengajarnya berbicara, bersikap sopan santun yang baik. Jadi rumah tanggaadalah lembaga pendidikan pertama, yang kedua lingkungan dan yang ketigaadalah masyarakat.

3) Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum.

Di dalam GBHN tujuan Pendidikan Nasional dikemukakan dengan jelas,bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan untukmeningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian danmempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusiapembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-samabertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Tujuan Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila juga merupakantujuan Pendidikan Agama Islam, karena peningkatan ketakwaan kepada TuhanYang Maha Esa sebagaimana yang

88

Page 90: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

dimaksudkan oleh GBHN, hanya dapat dibina melalui pendidikan Agamayang intensif dan efektif. Untuk mencapai hal tersebut di atas makapelaksanaannya dapat ditempuh dengan cara :

a) Membina manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agamaIslam dengan baik dan sempurna sehingga mencerminkan sikap dantindakan dalam seluruh kehidupannya.

b) Mendorong manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia danakhirat.

c) Mendidik ahli-ahli agama yang cukup trampil.

Pendidikan agama mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek,yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang pada dasarnya berisi :

(1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuksikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalampelbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan menjadimanusia yang bertakwa kepada Allah SWT taat kepada perintahAllah SWT dan Rasul-Nya.

Memang untuk mencapai tujuan ini agak sulit dan memerlukanbanyak kesabaran, karena hasilnya tidak segera tampakmengingat hal tersebut menyangkut masalah pendidikan mentaldan kepribadian. Dari Sikap yang demikian itulah justru kadarkeimanan dapat ”diukur” dan dengan keimanan itu pulalahnantinya anak akan menjadi manusia dewasa yang dalamhidupnya mengindahkan dan memuliakan agama sehinggamemungkinkan dirinya terjauh dari berbagai godaan dunia yangbertentangan dengan ajaran agamanya serta bertanggung jawabterhadap baik buruknya suatu masyarakat dan negara di mana iaberada.

(2) Ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakanmotivasi intrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuanyang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnyaagama dan ilmu pengetahuan (agama dan

89

Page 91: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hambaAllah yang beriman dan berilmu pengetahuan. Karenanya, iatidakpernah mengenal henti untuk mengejar ilmu dan teknologi barudalam rangka mencari keridaan Allah SWT. Dengan iman dan ilmuitu semakin hari semakin menjadi lebih bertakwa kepada AllahSWT sesuai dengan tuntunan Islam.

Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah pengembanganpengetahuan agama, yang dengan pengetahuan itu dimungkinkanpembentukan pribadi yang berakhlak mulia, yang bertakwa kepadaAllah SWT, sesuai dengan ajaran agama Islam dan mempunyaikeyakinan yang mantap kepada Allah SWT.

(3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semualapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami danmenghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan bersifatmenyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup,baik dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT melalui ibadatsalat um-pamanya dan dalam hubungannya dengan sesama ma-nusia yang tercermin dalam akhlak perbuatan serta dalam hubungandirinya dengan alam sekitar melalui cara pemeliharaan danpengolahan alam serta pemanfaatan hasil usahanya.

4) Kedudukan Pendidikan Agama di Sekolah Umum.

Pendidikan agama di negara kita sebenarnya sudah ada jauh sebelumkemerdekaan. Namun oleh karena politik pendidikan pemerintah penjajah(Belanda), maka di sekolah-sekolah negeri tidak diberikan pendidikan agama.Politik pendidikan demikian dikatakan ”neu- traal”, artinya pihak pemerintahtidak mencampuri masalah pendidikan agama, sebab agama dianggap menjaditanggung jawab keluarga. Usul wakil-wakil rakyat pribumi di Voiksraad yangmemohon agar pelajaran agama Islam dimasukkan sebagai mata pelajaran diperguruan umum selalu ditolak oleh Pemerintah Hindia Belanda. Karenanya,hanya pada sekolah-sekolah Partikulir (Swasta)

90

Page 92: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

yang berdasar keagamaanlah pendidikan agama diberikan.

Setelah Indonesia merdeka, para pemimpin dan perintis kemer- dekaanmenyadari betapa pentingnya pendidikan agama. Ki Hajar Dewantara selakuMenteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan pada kabinet pertamamenyatakan dengan tegas bahwa Pendidikan Agama perlu dijalankan disekolah-sekolah negeri.

Dalam pada itu dengan penetapan Pemerintah No. l/SD tanggal 3 Januari 1946didirikanlah Kementerian Agama. Menteri Agama dengan keputusannya No.1185/K.J. tanggal 20 - 11 - 1946 menyempurnakan organisasi KementerianAgama dan mengadakan Bagian C yang bertugas melaksanakan kewajiban-kewajiban antara lain :

(a) Urusan pelajaran dan pendidikan agama Islam dan Kristen.(b) Urusan pengangkatan guru agama.(c) Urusan pengawasan pelajaran agama.

Untuk merealisasikan hasil di bidang pendidikan agama, maka MenteriPP & K dan Menteri Agama menerbitkan Peraturan Bersama No. 1142/Bhg. A(Pengajaran)/No. 1285/K.J. (Agama) tanggal 2 - 12 - 1946/2 - 12 - 1946, yangmenentukan adanya pelajaran agama di Sekolah Rakyat sejak kelas IV danberlaku efektif mulai 1 - 1 - 1947. Dengan demikian tanggal 1 - 1 - 1946 adalahtonggak sejarah dimulainya penyelenggaraan pendidikan agama di sekolahnegeri.

Kemudian lahirlah Undang-undang No. 4/1950 Jo. No. 12/ 1954 tentangDasar-dasar pendidikan dan Pengajaran di sekolah, yang pada Bab 12(Pengajaran Agama di sekolah-sekolah negeri), pasal 20 menyatakan : j

(a) Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama; orang tuamurid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut.

(b) Cara penyelenggaraan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeridiatur dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan,pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama dengan Menteri Agama.

91

Page 93: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Untuk menciptakan keseragaman dan memberi pedomanpenyelenggaraan pendidikan agama bagi seluruh Indonesia dikeluarkanPeraturan Bersama Menteri PP & K dan Menteri Agama No. 17678/Ka.tanggal 16 Juli 1951 (Pendidikan)/No. KI/ 1980 tanggal 16 Juli 1951 (Agama),yang merupakan realisasi pasal 20 UU No. 4/1950.

Isi Peraturan Bersama itu antara lain :

(a) Lamanya pendidikan agama menyebutkan :

Di SR (Sekolah Rakyat) sejak kelas 4, dua jam setiap minggu.

= Untuk lingkungan istimewa sejak kelas I dan jumlah jam dapatsampai 4 jam tiap minggu;

= Untuk SMP dan SLA dua jam setiap minggu.

(b) Pengangkatan dan pembiayaan :

(1) Guru agama diangkat, diberhentikan dan seterusnya olehMenteri Agama.

(2) Biaya pendidikan agama atas tanggung jawab kemen- terianAgama.

(c) Rencana pelajaran agama : ditetapkan oleh Kementerian Agamasesudah disetujui oleh Kementerian PP & K.

(d) Pendidikan Agama di Sekolah Partikelir.Peraturan bersama itu berlaku pula bagi sekolah-sekolah partikelirapabila pengurus yang bersangkutan menghendakinya atau apabilaorang tua murid-murid yang beijumlah sekurang-kurangnya 10 orangyang menganut suatu agama memintanya, dengan pengertian bahwapendidikan agama dapat diberikan di luar gedung sekolah tersebut.

Untuk menyempurnakan UU No. 4/1950 telah dibentuk komisi Katopo(ketua komisi) tetapi mengalami kegagalan. Pada tahun 1963 oleh Menteri Pdan K, Dr. Priyono dibentuk Majelis Pendidikan Nasional, juga belum sempatmerumuskan hasil-hasil musyawarah

92

Page 94: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Adapun pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan agama tetapberpedoman pada peraturan bersama Menteri PP & K dan Menteri Agamatanggal 16 Mi 1951 yang dalam perjalanan sejarahnya hampir seluruh daerahmenjadikan daerahnya menjadi daerah istimewa dalam penyelenggaraanpendidikan agama.

Mulai dengan hasil TAP MPRS No. II/MPRS/1960, pendidikan agamamenjadi pelajaran di sekolah-sekolah sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampaidengan Universitas Negeri (PT). Ketentuan yang demikian itu, tetap berlakusampai TAP-TAP MPR berikutnya hingga dewasa ini (TAP MPR No. II tahun1983).

C. KEDUDUKAN BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Bidang Studi Pendidikan Agama Islam adalah istilah Kurikulum 1975 (diSekolah Umum) dan Kurikulum 1976 (di Sekolah Kejuruan).

Sebagai tindak lanjut dari peraturan bersama Menteri PP & K dan MenteriAgama, tanggal 16 Juli 1961 dibentuk Panitia Perencana Pendidikan Agama Islamdi sekolah-sekolah Negeri yang berkedudukan di Yogyakarta dalam rangkamenyusun Rencana Pelajaran Agama Islam di SR kurikulum pelajaran AgamaIslam Sekolah Rakyat). Pada akhir Juli 1951 panitia berhasil menyusun PedomanMinimum Pendidikan Agama Islam di SR Negeri.

Menurut pedoman tersebut pembagian pelajaran untuk berbagai kelasdalam satu tahun adalah 160 jam (40 x 4 jam), dengan pembagian sebagai berikut :

93

Page 95: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Jumlah Jam Pelajaran Agama Islam di Sekolah Rakyat.

No. B a g i a nK e 1

a s

I I I I II I V V V

4 jam 1 mingguI. Keimanan 80 80 80 40 40 40n. Akhlak 40 40 40m. Ibadat 80 80 80 40 40 40IV. Ai-Qur’an 40 40 40

3 jam 1 minggui. Keimanan 40 40 40 40 40 40II. Akhlak 40 40 40 40 40 40III. Ibadat 80 80 80 40 40 40IV. Al-Qur’an 40 40 40

2 jam 1 mingguI. Keimanan 40 40 40 20 20 20II. Akhlak 20 20 20III. Ibadat 40 40 40 20 20 20IV. Al-Qur’an 20 20 20

Catatan: 80 jam berani 2 jam dalam 1 minggu 40 jamberarti 1 jam dalam 1 minggu 20 jam berarti 1jam dalam 2 minggu

Baik Sekolah Rakyat dengan jam pelajaran maksimum 4 jam maupunSekolah Rakyat dengan minimum 2 jam 1 minggu tiap-tiap kelas dapatmenggunakan rencana pelajaran agama menurut susunan di atas.

Rencana pelajaran di atas kemudian disempurnakan lebih lanjut oleh PanitiaPerencana Pendidikan Agama Islam dan agar terdapat keseragaman dalam matapelajaran Agama Islam di Sekolah Rakyat di

94

Page 96: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

seluruh Indonesia hasil karya Panitia ini akhirnya dituangkan dalam bentukPenetapan Menteri Agama No. 21/1952.

Penetapan yang diundangkan pada tanggal 13 Oktober 1952 ini berisi tigahal, yaitu (1) Rencana Pokok Pengajaran Agama Islam di Sekolah-sekolah Rakyatdi seluruh Negara Republik Indonesia, (2) Rencana Pengajaran Agama Islam diSekolah-sekolah Rakyat dari kelas IV sampai dengan kelas VI di seluruh NegaraRepublik Indonesia, dan (3) Rencana Pengajaran Agama Islam di Sekolah-sekolahRakyat dari kelas I sampai dengan kelas IV di seluruh Negara Republik Indonesia.

Adapun jam pelajaran Agama untuk SLP dan SLA 2 jam pelajaran 1minggu.

Hasil pelajaran atau hasil belajar bidang studi agama Islam dinilai guruyang bersangkutan dan dimasukkan ke dalam rapor dengan predikat baik, sedangdan kurang tetapi tidak mempengaruhi kenaikan kelas. Hal ini berlaku baik di SR,SLP dan SLA.

Dengan kebijaksanaan ini masyarakat kurang puas. Dengan nilai pelajaranAgama yang tidak menentukan kenaikan kelas murid akan kurang perhatiannyaterhadap pelajaran Agama. Padahal umumnya pendidikan ini pada sekolah umum(SR, SLP dan SLA) dapat dibina, baik ilmu pengetahuan umum, agama dan akhlakserta keterampilan,

Setelah pemberontakan G.30S/PKI berhasil ditumpas, pemerintah danmasyarakat menjadi sadar akan peranan pendidikan agama, antara lain gunamembendung bahaya laten ajaran komunisme. Maka dalam kurikulum 1968jumlah jam pelajaran agama di SLP dan SLA ditambah menjadi 4 jam pelajarandalam 1 minggu, sedangkan di SD (sejak tahun 1964 nama SR diubah menjadi SDatau Sekolah Dasar), menjadi 2 jam pelajaran seminggu untuk kelas I dan II, 3 jampelajaran seminggu untuk kelas III, dan 4 jam pelajaran seminggu untuk kelas IV,V dan VI. Hasil belajar dinilai dengan angka menentukan kenaikan kelas.

Pada tahun ajaran 1976 diberlakukan kurikulum 1975 untuk SD. SMP danSMA dengan surat Keputusan Menteri P & K No. 008/C/U/ 1975, No.008/D/U/1975 dan No. 008/E/U/1975 tanggal 17-1-1975.

95

Page 97: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Kini kedudukan bidang studi agama menempati tempat utama dalamprogram pendidikan umum setara dengan PMP dan Bahasa Indonesia, tetapi jumlahjam pelajarannya menjadi berkurang dibandingkan dengan kurikulum 1968.

Bagi SD menjadi masing-masing 2 jam pelajaran untuk kelas I, II dan IIIdan masing-masing 3 jam pelajaran untuk kelas IV, V dan VI. Sedangkan untukSMP dan SMA jam pelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam adalah 2 jamdalam seminggu, baik untuk kelas I semester 1 dan 2, untuk kelas II semester 3 dan4 maupun untuk kelas III semester 5 dan 6.

Demikian pula untuk sekolah-sekolah kejuruan pada umumnyadiberlakukan kurikulum 1976. Dengan kata lain, perubahan kurikulum untuksekolah-sekolah kejuruan mulai berlaku pada tahun 1976. Alokasi waktu untukBidang Studi Pendidikan Agama Islam untuk berbagai sekolah kejuruan bervariasi.

Untuk SMEA Pembina dengan program 4 tahun, bidang studi pendidikanagama diberikan masing-masing 2 jam pelajaran dalam seminggu dari semester 1sampai dengan 6 dan di semester 7 dan 8 masing-masing 1 jam pelajaran dalamseminggu. Untuk SMT/STM dengan program 4 tahun, bagi semua jurusannya,pendidikan agama diberikan 2 jam pelajaran seminggu pada setiap semester, kecualiSTM Pembangunan hanya mengajarkan pendidikan agama sampai dengan semester6. Untuk SPG, jurusan TK/SD, masing-masing 3 jam pelajaran dalam seminggupada semester 1 sampai dengan 3 dan dari semester 4 sampai dengan 6 diberikanmasing-masing 2 jam pelajaran dalam seminggu. Untuk SPK (Sekolah PerawatanKesehatan) hanya diajarkan pada semester 1 sampai dengan 4 dengan jumlah jampelajaran masing-masing 3 jam pelajaran seminggu.

C. LEMBAGA-LEMBAGA PERGURUAN AGAMA ISLAM

Lingkup pendidikan agama pada lembaga pendidikan atau perguruan agamameliputi Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsana- wiyah, Madrasah Aliyah,Madrasah Diniyah, Pendidikan Guru Agama, Pesantren dan Perguruan TinggiAgama Islam baik negeri maupunswasta.

96

Page 98: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Sebagian terbesar lembaga pendidikan agama berstatus swasta. Hanya0,37% dari seluruh sekolah agama berstatus negeri dan hanya 4,5% dari murid-murid berada pada sekolah negeri. Ini berarti bahwa pada satu segi kehadiransekolah-sekolah agama berurat berakar pada hasrat masyarakat sendiri dan padasegi lain sekolah-sekolah agama negeri harus mempunyai fungsi keteladananterhadap sekolah-sekolah agama swasta.

Salah satu hal penting dan perlu disimak dalam sejarah perkembanganpenyelenggaraan sekolah-sekolah agama ialah lahirnya Keppres No. 34 tahun1974 tentang Tanggung Jawab fungsional pendidikan dan latihan serta Inpres No.15 tahun 1974 tentang pelaksanaan Keppres No. 34 tahun 1974. Di dalamnyadinyatakan antara lain sebagai berikut :

a. Pembinaan Pendidikan Umum adalah tanggung jawab Menteri P & K sedangPendidikan Agama menjadi tanggung jawab Menteri Agama.

b. Untuk melaksanakan Keppres No. 34 dan Inpres No. 15 tahun 1974 dengansebaik-baiknya perlu ada keija sama antara Departemen P & K, DepartemenDalam Negeri dan Departemen Agama.

Sebagai pelaksanaan dari Keppres tersebut maka lahiriah KeputusanBersama Tiga Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri P & K dan Menteri DalamNegeri tahun 1974 tentang peningkatan Mutu Pendidikan pada Madrasah.

Maksud dan tujuan meningkatkan mutu pendidikan pada madrasah adalahagar tingkat mata pelajaran umum dari madrasah dapat mencapai tingkat yangsama dengan tingkat mata pelajaran, umum di sekolah umum yang setingkat,sehingga :

1) Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazahSekolah Umum yang setingkat.

2) Lulusan Madrasah dapat melanjutkan ke Sekolah Umum setingkat lebih atas.

(3) Siswa Madrasah dapat berpindah ke Sekolah Umum yang setingkat.

97

Page 99: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Sejalan dengan Keputusan Bersama Tiga Menteri tersebut di atas maka padakurikulum Madrasah terjadilah penyesuaian, khususnya pada Madrasah Ibtidaiyah,Tsanawiyah dan Aliyah Negeri, yang juga diikuti oleh sekolah-sekolah agamaswasta yang sejenis.

Pada pembahasan bagian ini hendak diutarakan gambaran umum mengenaipengertian dan tujuan sekolah-sekolah agama dan dibatasi hingga Pendidikan GuruAgama saja. Adapun mengenai pesantren dan perguruan tinggi Islam kita kutipkanceramah Menteri Agama RI (H. Munawir Sjadzali) pada Seminar Islam danPendidikan Nasional, tanggal 25 April 1983, sebagai berikut :

"Khusus mengenai pondok pesantren, saya ingin menegaskan bahwa secaraumum tujuan pembinaan dan pengembangan pondok pesantren adalah untuk :

a. Meningkatkan dan membantu pondok pesantren dalam rangka membina danmendinamisir pondok pesantren di seluruh Indonesia sehingga mampu mencetakmanusia muslim selaku kader-kader penyuluh pembangunan (Agent ofdevelopment) yang bertakwa, cakap, berbudi luhur dan terampil bekerja untukmembangun diri dan keluarganya serta bersama-sama bertanggung jawab ataspembangunan dan keselamatan bangsa.

b. Menetapkan pondok pesantren dalam mata rantai ke seluruh sistem pendidikannasional, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal dalam rangkamembangun manusia seutuhnya dan perencanaan ketenagakerjaan yangmenghasilkan anggota-anggota masyarakat yang memiliki kecakapan sebagaitenaga pembangunan

c. Membina warga negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segikehidupannya serta menjadikannya sebagai orang berguna bagi agama,masyarakat dan negara.

Secara khusus, tujuan pembinaan dan pengembangan pondok pesantren itudiarahkan untuk :

a. Mendidik siswa/santri untuk menjadi anggota masyarakat, seorang muslim yangbertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, me

98

Page 100: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

miliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negarayang ber Pancasila.

a. Mendidik siswa/santri menjadi manusia muslim dan kader ulama sertamubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tanggung, memilih semangat wiraswastaserta mengamalkan syari’ah Islam secara utuh dan dinamis.

b. Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebalsemangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia- manusiapembangunan bangsa dan negara.

c. Mendidik para santri agar dapat menjadi tenaga-tenaga penyuluh pembangunanmacro (keluar), regional (pedesaan/masyarakat lingkungan) serta nasional.

d. Mendidik para santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap serta terampildalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental spiritual.

e. Mendidik para santri agar dapat memberi bantuan untuk meningkatkankesejahteraan masyarakatnya dalam rangka usaha pembangunan masyarakatIndonesia. . '

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas maka komponen-komponen yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Pengajian dan pendidikan Agama.

Pengajian dan pendidikan agama adalah kegiatan pendidikan keagamaan yangsegi penyelenggaraannya diserahkan sepenuhnya pada kebijaksanaan BapakKiyai/Pimpinan Pondok pesantren. Demikian pula sistem pendekatan yang biasadigunakan, seperti wetonan, bandungan, sorogan dan bentuk-bentuk sejenis.Maksud kegiatan ini terutama untuk mendalami ajaran agama, sehinggaterpelihara kelasterian pendidikan keagamaan untuk melahirkan calon ulama.

2. Pendidikan Formal.

Pendidikan formal diselenggarakan dalam bentuk madrasah atau SekolahUmum serta sejenis sekolah kejuruan lainnya. Dengan

Page 101: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

membina dan mengembangkan pendidikan formal di pondok pesantren,diharapkan lulusan pondok pesantren akan memiliki pengetahuan akademisdan keterampilan praktis yang bermanfaat bagi kehidupan di kemudian hari.

Sejalan dengan GBHN, yang menitikberatkan kepada perluasan PendidikanDasar dalam rangka mewujudkan wajib belajar, Pondok Pesantren dirasa perlumenyelenggarakan pendidikan formal sejalan dengan SKB Tiga Menteritentang peningkatan mutu pendidikan madrasah

3. Pendidikan Kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan untuk menjadi warga negara yangsetia pada pemerintah, negara, falsafah negara Pancasila dan UUD 1945.Pendidikan kewarganegaraan ini diintegrasikan ke dalam program kegiatan-kegiatan yang relevan dan pada pendidikan formal di Pondok Pesantrenmelalui bidang studi Pendidikan Moral Pancasila.

4. Pendidikan Kesenian.

Pendidikan kesenian dimaksudkan untuk lebih meningkatkan ap- presiasi parasantri terhadap macam-macam bentuk kesenian. Selama ini di kalanganpondok pesantren sudah berkembang seni berzanji, rebana, gambus, kasidah,pencak silat dan lainnya. Dengan pendidikan kesenian ini diharapkan parasantri mempunyai orientasi yang lebih luas dalam kegiatan kesenian, tidak sajapada jenis kesenian padang pasir, akan tetapi juga kesenian yang bersifat na-sional dan universal, namun tetap dalam batas-batas ajaran agama Islam.

Dalam hubungan ini diharapkan dari pondok pesantren lahir sajak- sajak, karya-karya tulis, juga drama pentas (teater) yang bernapaskan agama.

5. Pendidikan Kepramukaan

Pendidikan kepramukaan adalah suatu sistem pendidikan di luar pendidikanrumah tangga dan di luar sekolah yang terbaik. Dengan pendidikankepramukaan ini, pendidikan agama dapat dimasukkan

100

Page 102: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

melalui disiplin pramuka, sehingga dapat dihasilkan manusia- manusia muslimyang kreatif dan dinamis serta penuh disiplin.

3. Pendidikan Olahraga dan Kesehatan.

Pendidikan olah raga dan kesehatan ini besar sekali manfaatnya untuk menjagakesehatan badan para santri. Santri yang sehat menghasilkan warga negara yangsehat pula. Dalam hubungan ini pula akan dapat diciptakan sanitasi dilingkungan pondok pesantren yang bersih dan sehat. Di samping itu dengankesehatan jasmani dan lingkungan hidup ini akan mewujudkan kesehatanrohaniyah dan keluasan pandangan yang terbuka.

4. Pendidikan Keterampilan Kejuruan.

Pendidikan keterampilan kejuruan dikembangkan di pondok pesantren untukkeperluan santri sebagai modal untuk menjadi manusia yang bersemangatwiraswasta dan sekaligus untuk menunjang pembangunan masyarakat sekitar.Di samping itu pendidikan keterampilan ini diperlukan dalam rangkakeseimbangan otak, hati dan keterampilan tangan yang secara integralmerupakan pengembangan pada diri anak.

5. Pengembangan Masyarakat Lingkungan.

Pengembangan masyarakat lingkungan diselenggarakan mengingat potensi danpengaruh pondok pesantren yang luas di dalam masyarakat, terutama di dalamkalangan masyarakat pedesaan. Sehubungan dengan hal itu maka pondokpesantren sangat baik untuk dimanfaatkan dalam pengembangan danpembangunan masyarakat lingkungan pondok pesantren, sehingga dengandemikian melalui pondok pesantren dapat dikomunikasikan arah pembangunanmelalui bahasa agama.

Di dalam kenyataan, kegiatan pengembangan pondok pesantren seringkalijuga lebih luas dari lingkup komponen-komponen tersebut di atas. Koperasimisalnya, sekalipun bisa termasuk ke dalam komponen keterampilan tetapi jugalebih bersifat kegiatan ekonomis pada umum- nya. Demikian pula kegiatantransmigrasi, meskipun tidak secara langsung termasuk ke dalam salah satukomponen tersebut di atas, tetapi

101

Page 103: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

telah merupakan kegiatan nyata di pesantren tertentu seperti pesantren Takeran.

Tetapi perlu saya tegaskan di sini bahwa semua itu dilakukan dengan tetapmempertahankan fungsi pesantren sebagai tempat menuntut ilmu agama Islam.

Tentang pembinaan lembaga pendidikan tinggi agama Islam, lingkuppermasalahannya, dapat disederhanakan menjadi masalah pengembangan IAIN danPerguruan Tinggi Agama Islam Swasta (PTAIS). Pada tahun 1980/1981, tercatatterdapat 14 buah IAIN di seluruh Indonesia, dengan 114 fakultas, 1900 orangtenaga pengajar tetap, 1909 tenaga pengajar tidak tetap dan 29718 orangmahasiswa. Pada tahun yang sama, jumlah PTAIS adalah 76 buah dengan 58fakultas berstatus terdaftar dan 71 fakultas berstatus diakui, 2562 tenaga dosentetap/tidak tetap dan 10908 orang mahasiswa.

Di samping masalah pembiayaan, pengelolaan dan sarana, beberapamasalah institusional yang muncul antara lain adalah kedudukan dan fungsilembaga bahasa, belum adanya laboratorium school untuk fakultas tarbiyah danmasalah peningkatan kualitas dosen. Kaitannya dengan kurikulum adalah belummantapnya pembinaan ilmu agama Islam yang diajarkan di IAIN. Pada satu segi inimenyangkut ilmu agama sebagai disiplin ilmu dan pada segi lain menyangkutmateri ajaran Islam mana yang relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia dankarenanya perlu terus dikembangkan.

Mengenai kurikulum IAIN, sejak tahun 1979 telah dilakukan peninjauanmelalui beberapa kali lokakarya, diskusi-diskusi, alham- dulillah telah selesai padatahun 1982 dan telah ditetapkan berlakunya dengan Keputusan Menteri Agama No.97 tahun 1982, tanggal 28 Oktober 1982. Dalam kaitan ini juga telah dilakukanpembukaan jurusan Tadris pada beberapa fakultas Tarbiyah untuk memenuhikeperluan madrasah dan PGA, akan guru-guru umum, sub-sub jurusannya adalahIPA. IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Terdapat pada 11fakultas Tarbiyah. Tahun 1983 ini akan mulai mengeluarkan lulusan tingkatSarjana Mudanya.

Tentang pembidangan ilmu agama Islam, usaha-usaha ke arah

102

Page 104: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

itu telah dimulai sejak tahun 1979 melalui lokakarya, diskusi-diskusi yang dihadirioleh para ulama, cendekiawan muslim, para Rektor IAIN dan pejabat DepartemenAgama dan terakhir konsultasi dengan pihak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI) pada tanggal 22 Oktober 1982. Kemudian hasil final dari semua usaha yangberjalan hampir empat tahun itu, dikukuhkan dengan ditetapkannya PembidanganIlmu Agama Islam dalam lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam denganKeputusan Menteri Agama No. 110 tahun 1982 tanggal 14 Desember 1982.

Dalam keputusan Menteri Agama tersebut telah ditetapkan Bidang (8),Disiplin (20) dan Sub Disiplin (55). Dengan ditetapkannya keputusan MenteriAgama tersebut, terbukalah dengan luas bidang keahlian yang ingin dijangkau olehdosen-dosen pada Perguruan Tinggi Agama Islam dan terbukalah banyak kursiGuru Besar bagi para dosen yang menghendakinya. Di samping akan dilaksanakanpenempatan atau penyesuaian keahlian dosen dengan bidang atau disiplin yangdiasuhnya.

Sekarang marilah kita ikuti gambaran tentang penyelenggaraan sekolah-sekolah agama lainnya, yaitu Madrasah Ibtidaiyah, Tsana- wiyah, Aliyah, Diniyahdan Pendidikan Guru Agama. Seperti telah dikemukakan di atas bahwapembahasannya disusun dengan sistematika urutan berikut, yaitu pengertian dantujuan institusional. Susunan ini dibuat agar memudahkan untuk membuatperbandingan di antara kelima lembaga pendidikan agama tersebut di atas. Bahanyang dipergunakan untuk uraian ini adalah kurikulum masing-masing lembagaberdasarkan Keputusan Menteri Agama tentang hal tersebut

a. Pengertian

Dengan pengertian di sini hendak menerangkan apa yang dimaksud denganMadrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, MadrasahDiniyah dan Pendidikan Guru Agama, seperti yang termaktub dalam KeputusanMenteri Agama tentang kurikulum lembaga pendidikan tersebut, yang masing-masing dengan No. 74 Tahun 1976, No. 74 Tahun 1976, No. 75 Tahun 1976,No. 3 Tahun 1983 dan No. 48 Tahun 1978.

Page 105: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

1) Madrasah Ibtidaiyah ialah lembaga pendidikan yang memberi kanpendidikan dan pengajaran rendah serta menjadikan mata pelajaran AgamaIslam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30% disamping mata pelajaran umum.

2) Madrasah Tsanawiyah ialah lembaga pendidikan yang memberi kanpendidikan dan pengajaran tingkat menengah pertama dan menjadikan matapelajaran Agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.

3) Madrasah Aliyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikandan pengajaran tingkat menengah atas dan menjadikan mata pelajaranAgama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30%di samping mata pelajaran umum.

4) Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan dan pengajaran Agama Islam,yang berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orang tua agar anak-anaknya lebih banyak mendapat Pendidikan Agama Islam.

Madrasah Diniyah ini terdiri dari tiga tingkat :

a. Madrasah Diniyah Awaliyah ialah Madrasah Diniyah tingkatpermulaan dengan masa belajar 4 (empat) tahun dari kelas I sampaidengan IV dengan jumlah jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalamseminggu.

b. Madrasah Diniyah Wustha ialah Madrasah Diniyah tingkat menengahpertama dengan masa belajar 2 (dua) tahun dari kelas I sampai denganII dengan jumlah jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalamseminggu.

c. Madrasah Diniyah ’Ulya ialah Madrasah Diniyah tingkat menengahatas dengan masa belajar 2 (dua) tahun dari kelas I sampai dengan IIdengan jumlah jam belajar sebanyak 18 jam pelajaran dalam seminggu.

5) Pendidikan Guru Agama Negeri untuk selanjutnya disingkat PGAN ialahlembaga pendidikan sebagai sambungan dari

104

Page 106: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Madrasah Tsanawiyah/sederajat yang mempersiapkan siswanya untukmenjadi Guru Agama pada Sekolah Dasar, Sekolah Luar Biasa, GuruAgama/Guru pada Madrasah Ibtidaiyah, Raudhatul Athfal/BustanulAthfal/Taman Kanak-kanak.

Maksud perkataan 30% mata pelajaran agama Islam, pada MadrasahIbtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah dan Aliyah, bukanlah ditujukan kepada isimata pelajaran agama Islam itu sendiri, tetapi jumlah waktu yang diberikanuntuk mata palajaran agama 30% dari jumlah waktu yang tersedia di masing-masing Madrasah tersebut. Dengan kata lain, isi mata pelajaran agama tetap100% diberikan sebagaimana yang sudah biasa dilaksanakan selama ini, hanyawaktu yang disediakan untuk menyajikan mata pelajaran agama tersebut 30%dari jumlah keseluruhan waktu/jam pelajaran yang ada di masing-masingMadrasah tersebut.

Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah terdiri dari MadrasahNegeri dan Swasta, yang lama belajarnya masing-masing 6 (enam), 3 (tiga) dan3 (tiga) tahun dengan menggunakan sistem catur wulan bagi Ibtidaiyah dansemester bagi Tsanawiyah dan Aliyah. Demikian pula Madrasah Diniyahdengan masa belajar seperti yang telah dikemukakandi atas. SedangkanPendidikan Guru agama Negeri memang semuanya dewasa ini tidak ada yangberstatus swasta, yang lama belajarnya 3 (tiga) tahun dengan menggunakansistem semester.

b. Tujuan

Yang dimaksud dengan tujuan di sini adalah tujuan institusional dari :

1. Madrasah Ibtidaiyah.

a. Tujuan Institusional Umum Madrasah Ibtidaiyah ialah AgarMurid :

1) Memiliki sikap dasar sebagai seorang muslim yang bertakwa danberakhlak mulia.

2) Memiliki sikap dasar sebagai warna negara yang baik.

105

Page 107: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

3) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, percaya pada dirisendiri, sehat jasmani dan rohani.

4) Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap dasaryang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran ke MadrasahTsanawiyah atau Sekolah Lanjutan Pertama lainnya.

5) Memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan tugas hidupnyadalam masyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa gunamencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Tujuan Institusional Khusus Madrasah Ibtidaiyah ialah AgarMurid :

1) Dalam bidang pengetahuan:

- Memiliki pengetahuan dasar tentang ilmu agama Islam dansejarah kebudayaan Islam.

- Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kewargane- garaandan pemerintahan sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang kesehatan, kesejahteraankeluarga dan kependudukan.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Indonesia sebagaibahasa Nasional.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alatuntuk memahami ajaran agama Islam.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang matematika dan ilmupengetahuan alam.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang ilmu pengetahuan sosial.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang berbagai unsurkebudayaan Nasional.

106

Page 108: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

2) Dalam bidang keterampilan.

- Dapat mengamalkan pokok-pokok ajaran agama Islam

- Dapat belajar dengan cara yang baik.

- Dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, baik lisanmaupun tulisan.

- Dapat membuat pola dasar kalimat dalam bahasa Arab.

- Dapat memecahkan masalah sederhana berdasarkanpengalaman dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang telahdikuasai.

- Dapat bekeija sama dengan orang lain dan dapat mengambilbagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat

- Memiliki keterampilan dasar dalam memelihara kesehatan dankeluarga sejahtera menurut ajaran Islam.

- Memiliki keterampilan dasar tentang olah raga dan seni budaya.

3) Dalam bidang nilai dan sikap.

- Cinta terhadap ajaran agama Islam dan berkeinginan untukmengenalkannya.

- Menerima dan mau melaksanakan Pancasila dan UUD 1945.

- Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintaisesama manusia, bangsa serta lingkungan sekitarnya.

- Menghargai tradisi kebudayaan Nasional.

- Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

- Mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku.

- Berinisiatif, berdaya kreatif dan bersikap makarya.

107

Page 109: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Berminat dan bersikap positif serta konstruktif terhadapkegiatan olahraga dan kehidupan yang sehat.

- Menghargai setiap jenis pekeijaan dan usaha yang halal.

- Menghargai waktu, hemat dan produktif.

2. Madrasah Tsanawiyah.

a. Tujuan Institusional Umum Madrasah Tsanawiyah ialahAgar Siswa :

1) Menjadi seorang muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia,menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya.

2) Menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadapkesejahteraan masyarakat.

3) Menjadi manusia yang berkepribadian yang bulat dan utuh, percayapada diri sendiri, sehat jasmani dan rohani.

4) Memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang lebihluas serta sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran keMadrasah Aliyah atau ke Sekolah Lanjutan Atas lainnya, atau untukdapat bekerja dalam masyarakat sambil mengembangkan diri gunamencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

5) Memiliki ilmu pengetahuan agama dan umum yang luas sertapengalaman, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untukmelanjutkan pelajaran ke Madrasah Aliyah atau Sekolah LanjutanAtas lainnya.

6) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalammasyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa gunamencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Tujuan Institusional Khusus Madrasah Tsanawiyah ialahAgar Siswa :

1) Dalam bidang pengetahuan.

Page 110: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Memiliki ilmu pengetahuan agama Islam yang lebih luas dansejarah kebudayaan Islam.

- Memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang kewar-ganegaraan dan pemerintahan sesuai dengan Pancasila dan UUD1945.

- Memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang kesehatan,kesejahteraan keluarga dan kependudukan.

- Memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang bahasa Arabsebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Inggris.

- Memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang matematika danilmu pengetahuan alam.

- Memiliki pengetahuan yang lebih luas dalam ilmu pengetahuansosial.

- Memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang unsurkebudayaan Nasional.

- Memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang berbagai corakusaha dan kegiatan yang halal dalam masyarakat.

2) Dalam bidang keterampilan.

- Dapat mengamalkan ajaran agama Islam.

- Dapat belajar dengan baik.

- Dapat mempergunakan bahasa Indonesia dengan cara baik, baiklisan maupun tulisan.

- Dapat membuat pola dasar kalimat dalam bahasa Inggris.

- Dapat memecahkan masalah secara sistematis berdasarkanpengalaman dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang telahdikuasai.

109

Page 111: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Dapat bekeija sama dengan orang lain dan dapatmengambil bagian secara aktif dalam kegiatan masyarakat.

- Memiliki keterampilan beberapa cabang olahraga, seni budayaNasional dan kesenian yang bernafaskan Islam.

- Memiliki keterampilan-keterampilan dalam memeliharakesehatan dan keluarga sejahtera menurut ajaran Islam.

- Memiliki keterampilan sederhana dalam bidang administrasidan kepemimpinan.

3) Dalam bidang nilai dan sikap.

- Menyadari dan mau mengamalkan ajaran agama Islam

- Mau mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.

- Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, mencintai sesamamanusia, bangsa dan lingkungannya.

- Menghargai tradisi kebudayaan Nasional.

- Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

- Mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku.

- Berinisiatif, berdaya kreatif, bersifat rasional dan kritis sertaobyektif dalam memecahkan persoalan.

- Berminat dan bersikap positif serta konstruktif terhadapkegiatan olahraga dan kehidupan yang sehat.

- Menghargai setiap jenis pekeijaan dan usaha yang halal.

- Menghargai waktu, hemat dan produktif.

3. Madrasah Aliyah

a. Tujuan Institusional Umum Madrasah Aliyah ialah agar siswa :

Page 112: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

1) Menjadi seorang muslim yang bertakwa, berakhlak mulia,menghayati dan mengamalkan ajaran Islam yang benar.'

2) Menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawabterhadap kesejahteraan masyarakat bangsa dan tanah air.

3) Menjadi manusia yang berkepribadian bulat dan utuh, percayapada diri sendiri, sehat rohani dan jasmani.

4) Memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yanglebih luas serta sikap yang diperlukan untuk melanjutkanpelajaran ke perguruan tinggi atau untuk bekeija dalammasyarakat sambil mengembangkan diri untuk mencapaikebahagiaan dunia dan akhirat.

5) Memiliki ilmu pengetahuan agama dan umum yang lebih luasdan mendalam serta pengalaman, keterampilan dankemampuan yang diperlukan untuk melanjutkan ke perguruantinggi.

6) Mampu melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat danberbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa guna mencapaikebahagiaan dunia dan akhirat.

b. Tujuan Institusional Khusus Madrasah Aliyah ialah agar siswa :

1) Dalam bidang pengetahuan.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentangagama Islam, pengetahuan hukum, Sejarah dan kebudayaanIslam.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentangkewarganegaraan dan pemerintah sesuai dengan Pancasiladan UUD 1945.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentangkesehatan, kesejahteraan keluarga dan kependudukan.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentangbahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.

Page 113: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang bahasaArab sebagai alat untuk memahami dan mendalami ajaranagama Islam.

- Memiliki pengetahuan bahasa Inggris yang lebih luas danbahasa Asing pilihan.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentangmatematika dan ilmu pengetahuan alam.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang ilmupengathuan sosial.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang unsurkebudayaan Nasional.

- Memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang berbagaicorak usaha dan kegiatan yang halal dalam masyarakat.

- Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dankejadian penting yang aktual baik lokal, regional, nasionalmaupun internasional.

2) Dalam bidang keterampilan.

- Dapat mengamalkan ajaran agama Islam dengan sungguh-sungguh.

- Dapat belajar dengan cara yang baik.

- Dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, baik lisanmaupun tulisan.

- Dapat menggunakan bahasa Arab baik lisan maupun tulisan.

- Dapat menggunakan bahasa Inggris baik lisan maupun tulisan.

- Dapat menganalisa dan memecahkan masalah secara sistematisberdasarkan pengalaman dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuanyang telah dikuasai.

Page 114: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Dapat bekeija sama dengan orang lain dan dapat mengambilbagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatanmasyarakat,

- Memiliki keterampilan beberapa cabang olahraga, seni budayanasional dan kesenian yang bernapaskan Islam.

- Memiliki keterampilan dalam bidang administrasi dankepemimpinan

- Menguasai sekurang-kurangnya satu jenis keterampilan untukbekerja sesuai dengan minat dan kebutuhan lingkungan.

3) Dalam bidang nilai dan sikap.

- Menyadari, menjunjungi tinggi dan mentaati ajaran agamaIslam.

- Menghayati dan mau mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

- Memiliki sikap demokrasi, tenggang rasa dan mencintai sesamamanusia, bangsa dan lingkungan sekitarnya serta memiliki rasatanggung jawab terhadap tugas dan kesejahteraan masyarakat.

- Menghargai segala aspek tradisi kebudayaan Nasional.

- Berminat dan bersikap positif terhadap perkembangan ilmupengetahuan yang lebih luas dan disiplin pada peraturan yangberlaku dengan penuh tanggung jawab.

- Menyadari dan mematuhi disiplin dan peraturan yang berlakudengan penuh tanggung jawab.

- Berinisiatif, berdaya kreatif, bersikap rasional dan kritis sertaobyektif dalam memecahkan persoalan.

- Berminat dan bersikap positif serta konstruktif terhadapkegiatan olahraga dan kehidupan yang sehat.

- Menghargai setiap jenis pekerjaan dan usaha yang halal.

113

Page 115: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Menghargai waktu, hemat dan produktif.

Madrasah Diniyah.

a. Madrasah Diniyah Awaliyah.

Tujuan institusional Umum Madrasah Diniyah Awaliyah ialah agar paramurid :

1) Memiliki sikap sebagai seorang muslim dan berakhlak yang mulia.

2) Memiliki sikap sebagai warga negara Indonesia yang baik.

3) Memiliki kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat jasmani danrohani.

4) Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah dansikap terpuji yang berguna bagi pengembangan pribadinya.

Tujuan Institusional Khusus Madrasah Diniyah Awaliyah ialahAgar Murid :

1) Dalam bidang pengetahuan :

- Memiliki pengetahuan dasar tentang agama Islam.

- Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab sebagai alatuntuk memahami ajaran agama Islam.

2) Dalam bidang pengamalan :

- Dapat mengamalkan ajaran agama Islam.

- Dapat belajar dengan cara yang baik.- Dapat bekeija sama dengan orang lain dan dapat mengambil

bagian dalam kegiatan-kegiatan masyarakat

- Dapat menggunakan dasar-dasar bahasa Arab.

3) Dalam bidang nilai dan sikap.

- Cinta terhadap agama Islam dan berkeinginan untuk melakukanibadah shalat dan ibadah lainnya.

Page 116: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

- Mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku.

- Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lain yangtidak bertentangan dengan ajaran Islam.

- Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintai sesamamanusia dan lingkungan sekitarnya.

- Menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang halal.

- Menghargai waktu, hemat dan produktif.

b. Madrasah Diniyah Wustha.

Tujuan Institusional Umum Madrasah Diniyah Wustha ialahagar para siswa :

1) Memiliki sikap sebagai seorang muslim yang bertakwa danberakhlak mulia.

2) Memiliki sikap sebagai warga negara yang baik.

3) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, percaya pada diri sendiri,sehat jasmani dan rohani.

4) Memiliki pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah dansikap terpuji yang berguna bagi pengembangan kepribadiannya.

5) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalammasyarakat dan berbakti keapda Tuhan Yang Maha Esa gunamencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tujuan Institusional Khusus Madrasah Diniyah Wustha ialahagar siswa :

1) Dalam bidang pengetahuan :

- Memiliki pengetahuan tentang Agama Islam secara lebihmendalam dan luas.

115

Page 117: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab sebagai alat untukmemahami ajaran agama Islam.

2) Dalam bidang pengamalan :

- Dapat mengamalkan ajaran agama Islam.

- Dapat belajar dengan cara yang baik.

- Dapat bekeija sama dengan orang lain dan dapat mengambilbagian secara aktif dalam kegiatan-kegia- tan masyarakat.

- Dapat menggunakan bahasa Arab.

- Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman danprinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang telah dikuasaiberdasarkan ajaran agama Islam.

3) Dalam bidang nilai dan sikap :

- Cinta dan taat terhadap agama Islam dan berkeinginan untukmenyebarluaskannya.

- Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lain yangtidak bertentangan dengan ajaran Islam.

- Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintaisesama manusia, bangsa serta lingkungan sekitarnya.

- Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.

- Mematuhi disiplin dan peraturan yang berlaku.

- Menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang halal.

- Menghargai waktu, hemat dan produktif.

Madrasah Diniyah ’Ulya.Tujuan Institusional Umum Madrasah Diniyah ’Ulya

ialah agar siswa:

Page 118: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

1) Memiliki sikap sebagai seorang muslim yang bertaqwa danberakhlak mulia.

2) Memiliki sikap sebagai seorang warga negara yang baik.3) Memiliki kepribadian yang bulat dan utuh, percaya pada diri sendiri,

sehat jasmani dan rohani.4) Memiliki pengalaman; pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi

pengembangan kepribadiannya.5) Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam

masyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa gunamencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tujuan Institusional Khusus Madrasah Diniyah ’Ulyaialah agar siswa:1) Dalam bidang pengetahuan :

Memiliki pengetahuan tentang Agama Islam secara lebih luas danmendalam.Memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab secara lebih mendalamdan luas sebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam.

2) Dalam bidang pengamalan:Dapat mengamalkan ajaran Islam.- Dapat belaj ar dengan cara yang baik.- Dapat bekeija sama dengan orang lain dan dapat mengambil

bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat.- Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik serta dapat

membaca dan memahami kitab berbahasa Arab.- Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik serta dapat

membaca dan memahami kitab berbahasa Arab.- Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan

prinsip-prinsip pengetahuan yang telah dikuasai berdasarkanajaran agama Islam.

3) Dalam bidang nilai dan sikap :- Cinta dan taat teihadap agama Islam dan berkeinginan untuk

menyebarluaskannya.

117

Page 119: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan lainyang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

- Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan mencintaisesama manusia, bangsa serta lingkungan sekitarnya.

- Berminat serta bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan.- Mematuhi disiplin serta peraturan yang berlaku.- Menghargai setiap jenis pekeijaan dan usaha yang

halal.- Menghargai waktu, hemat dan produktif.

5. Pendidikan Guru Agama Negeri.

Tujuan Institusional Umum Pendidikan Guru Agama Negeriialah agar para siswa :

a. Menjadi seorang muslim yang bertakwa berakhlak mulia danmenghayati serta mengamalkan ajaran agamanya.

b. Menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab terhadapkesejahteraan masyarakat dan tanah airnya.

c. Sehat jasmani dan rohaninya,

d. Memiliki kemampuan melaksanakan tugas hidupnya untukmencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

e. Memiliki pengetahuan yang luas, keterampilan serta nilai dansikap yang diperlukan untuk :

1) Menjalankan tugasnya secara efisien dan efektif sebagai guruagama pada SD, Sekolah Luar Biasa, Guru Agama/ guru padaMadrasah Ibtidaiyah, Roudhatul Athfal/Bust- hanulAthfal/Taman Kanak-kanak.

2) Mengamalkan dan mengembangkan profesinya sebagai guruagama yang bertakwa.

3) Melaksanakan prinsip pendidikan seumur hidup baik di dalammaupun di luar sekolah, sebagai alat dan cara untukmemperoleh kemajuan pribadi dan masyarakat.

4) Mengamalkan asas kehidupan muslim yang berkeseiffl-

118

Page 120: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

bangan antara kehidupan rohaniah dan jasmaniah yang dijiwai olehfalsafah Pancasila.

1) Membina dan mengembangkan kemampuan serta sifatkepemimpinan yang bertanggung jawab dalam semua lingkunganpergaulan hidup.

2) Membina dan mengembangkan keserasian lingkungan hidup.

Tujuan Institusional Khusus Pendidikan Guru Agama Negeri ialahagar siswa :

a. Dalam bidang pengetahuan :

1) Memiliki pengetahuan tentang agama Islam dan peng-amalannya.

2) Memiliki pengetahuan tentang dasar negara RepublikIndonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

3) Memiliki pengetahuan tentang bahasa Arab untuk memahamiisi Al Qur’an dan Hadits sebagai sumber ajaran agama Islam.

4) Memiliki pengetahuan tentang perkembangan dan perjuanganbangsa Indonesia, agama dan bangsa-bangsa di dunia padaumumnya.

5) Memiliki pengetahuan tentang bahasa Indonesia yangbaik.

6) Memiliki pengetahuan tentang olahraga, kesehatan dankepariwisataan.

7) Memiliki pengetahuan tentang bahasa Inggris untuk menunjangprofesinya.

8) Memiliki pengetahuan tentang matematika, ilmu pengetahuanalam dan ilmu pengetahuan sosial.

9) Memiliki pengetahuan tentang bidang keguruan yang meliputi :

119

Page 121: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

- ilmu dan sejarah pendidikan.

- Psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan.

- Bimbingan dan penyuluhan serta proses belajar mengajardan teknik evaluasi.

- Metodik khusus dan pengelolaan kelas.

- Alat bantu dan teknik komunikasi pendidikan.

10) Memiliki pengetahuan tentang bahasa daerah sesuai denganyang diperlukan.

11) Memiliki pengetahuan tentang kesenian yang meliputi senirupa, seni musik, seni drama dan seni tari.

12) Memiliki pengetahuan tentang lingkungan dan kepen- dudukan.

13) Memiliki pengetahuan tentang kurikulum, b. Dalam

bidang keterampilan :

1) Mengajarkan agama Islam dan mengamalkannya.

2) Menunaikan kewajiban sebagai warga negara Indonesia dalam,tata kehidupan demokrasi Pancasila.

3) Merencanakan dan melaksanakan interaksi edukatif denganmurid yang meliputi :- Kemampuan menjabarkan program pengajaran.

- Kemampuan mengevaluasi hasil dan proses belajarmengajar yang telah dilaksanakan.

- Kemampuan melaksanakan program yang telah ditetapkan.- Kemampuan membina dan mengembangkan hidup

beragama Islam.- Kemampuan mengembangkan alat dan bahan pengajaran.- Kemampuan mengidentifikasikan masalah dan

membimbing murid dalam memecahkan masalah.

120

Page 122: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

4) Memimpin dan melaksanakan tugas administrasi sekolah.

5) Berkomunikasi dengan masyarakat dan mampu meng-komunikasikan gagasan, ide secara lisan atau tulisan yangbersifat keagamaan maupun umum.

6) Memanfaatkan sumber-sumber lingkungan.

7) - Mengadakan penelitian sederhana (observasi, identifikasimasalah bersama, membuat laporan, tulisan ilmiyah,memecahkan masalah yang dihadapi secara praktis/sistimatis).

8) Olahraga, kesehatan dan kepariwisataan.

9) Kesenian.

10) Kerajinan dan kegiatan nyata, c. Dalam

bidang nilai dan sikap :

1) Menyadari, menjunjung tinggi dan mentaati ajaran agama Islam.

2) Menerima, menghayati, mengamalkan dan mengamankanPancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

3) Demokratis, teladan bagi anak didik, cinta kepada lingkungan, sertamemiliki kesediaan untuk menyesuaikan diri.

4) Menghargai seni budaya bangsa sendiri dan selektif terhadappengaruh kebudayaan asing serta inovasi dalam masyarakat.

5) Berakhlakul karimah.

6) Bercita-cita untuk maju, bersedia sebagai perintis kemajuan,percaya kepada diri sendiri, terbuka serta kritis terhadap kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang berhubungandengan profesi keguruan dan pendidikan.

121

Page 123: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

7) Bertanggung jawab teihadap tugas, disiplin, dedikasi, loyal,mengutamakan prestasi serta kreatif, makarya dan efisien.

8) Hidup sehat.

9) Kesadaran menambah ilmu pengetahuan melalui kebiasaanmembaca dan belajar dengan baik.

E. KURIKULUM.

1. Pengertian.

Kurikulum dapat dipandang sebagai "suatu program pendidikan yangdirencanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan- tujuan pendidikantertentu”.

Batasan ini mencerminkan hal-hal sebagai berikut :

Pertama, pendidikan itu adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan. Kedua, didalam kegiatan pendidikan itu terdapat suatu rencana yang disusun atau diatur.Ketiga, rencana tersebut dilaksanakan di sekolah melalui cara-cara yang telahditetapkan.

Fungsi kurikulum dapat dilihat dari tiga sudut: (1) bagi sekolah yangbersangkutan, (2) bagi sekolah pada tingkatan di atasnya dan (3) bagimasyarakat/pemakai lulusan sekolah tersebut.

Untuk sekolah yang bersangkutan, kurikulum sekurang-kurangnyamemiliki dua fungsi :

(a) Sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan;

(b) Sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan sehari- hari.

2. Komponen Kurikulum.

Kurikulum suatu sekolah mengandung tiga komponen, yaitu tujuan, isi, danorganisasi/strategi.

122

Page 124: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Tujuan kurikulum.

Seperti telah dikemukakan di atas, kurikulum merupakan suatu programuntuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, dalamkurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan- tujuan pendidikan yang ingindicapai melalui sekolah yang bersangkutan.

Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah.

a. Tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan.---------------

Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yangingin dicapainya (tujuan lembaga pendidikan atau tujuan institusional).

Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan,keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid-siswa setelahmereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.

b. Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi.

Setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlahtujuan yang ingin dicapainya. Tujuan inipun digambarkan dalam bentukpengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dapat dimilikimurid/siswa setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu.

Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum itu ada yang disebut tujuankurikuler dan ada pula yang disebut tujuan instruksional, di mana tujuaninstruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler.

Isi Kurikulum.

Isi program kurikulum dari suatu sekolah dapat dibedakan atas dua hal, yaitu:

1) Jenis-jenis bidang studi yang diajarkan.

Jenis-jenis tersebut dapat digolongkan ke dalam isi kurikulum dan

123

Page 125: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

ditetapkan atas dasar tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah yang bersangkutan,yaitu tujuan institusional.

1) Isi program setiap bidang studi.

Bahan pengajaran dari setiap bidang studi termasuk ke dalam pengertian isikurikulum, yang biasanya diuraikan dalam bentuk pokok bahasan (topik) yangdilengkapi dengan sub pokok bahasan.

Bahan pengajaran ini ditetapkan atas dasar tujuan-tujuan kurikuler dantujuan instruksional.

Organisasi dan strategi kurikulum.

1) Organisasi.

Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenal apa yang disebutstruktur horizontal dan struktur vertikal.

Struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulumitu diorganisasikan dalam bentuk :

a. Mata-mata pelajaran secara terpisah (separate subject); atau

b. Kelompok-kelompok mata pelajaran yang disebut dengan bidang studi(broadfields); atau

c. Kesatuan program tanpa mengenal mata pelajaran maupun bidang studi(integrated program).

Selanjutnya, dalam struktur horizontal ini tercakup pula jenis- jenis programyang dikembangkan dalam kurikulum tersebut

Struktur vertikal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulumtersebut dilaksanakan melalui :

a. Sistem kelas, di mana kenaikan kelas diadakan disetiap tahun secara serempak;atau

b. Sistem tanpa kelas, di mana perpindahan dari suatu tingkat program ke tingkatprogram yang berikutnya dapat dilakukan pada setiap waktu tanpa harusmenunggu teman-teman yang lain; atau

c. Kombinasi antara sistem kelas dan tanpa kelas.

124

Page 126: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Selanjutnya, dalam struktur program ini tercakup pula sistem unit waktuyang digunakan, misalnya apakah sistem semester atau catur wulan.

Akhirnya, struktur program ini menyangkut pula masalah penjadwalan danpembagian waktu untuk masing-masing bidang studi/ isi kurikulum pada setiaptingkat atau kelas.

Strategi.

Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh didalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam mengadakan penilaian, cara didalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara di dalam mengaturkegiatan sekolah secara keseluruhan.

Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup baik cara yang berlakusecara umum, maupun cara yang berlaku dalam menyajikan setiap bidang studi,termasuk metoda mengajar dan alat pelajaran yang digunakan.

Prinsip-prinsip dasar pengembangan Kurikulum.

Dalam usaha mengembangkan kurikulum, ada beberapa prinsip dasar yangharus diperhatikan yaitu :

a. prinsip Relevansi.

Secara umum, istilah relevansi pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaianatau keserasian pendidikan dengan tuntutan kehidupan.

Masalah relevansi pendidikan dengan kehidupan dapat ditinjau dari tiga segi,yaitu :

1) Relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup murid.

Dalam menetapkan bahan pendidikan yang akan diajarkan, hendaknyadipertimbangkan sejauh mana bahan tersebut sesuai dengan kehidupannyata yang ada di sekitar murid.

2) Relevansi dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yangakan datang.

Page 127: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Di samping mempertimbangkan lingkungan hidup murid, perludiperhatikan pula perkembangan yang terjadi dalam kehidupan di masasekarang maupun di masa yang akan datang.

3) Relevansi dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.Di samping relevansi dari segi isi pendidikan, tidak kalah pentingnya jugaadalah relevansi dari „segi kegiatan belajar. Kurangnya relevansi dari segikegiatan belajar ini sering mengakibatkan sukarnya lulusan dalammenghadapi tuntutan dari dunia pekerjaan.

b. Prinsip Efektifitas

Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana sesuatu yangdirencanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai.

Di dalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat kita tinjau dari dua segi, yaitu:

1) Efektifitas mengajar guru, terutama menyangkut sejauh mana jenis-jeniskegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan denganbaik.

2) Efektifitas belajar murid, terutama menyangkut sejauh mana tujuan-tujuanpelajaran yang diinginkan telah dapat dicapai melalui kegiatan belajarmengajar yang ditempuh.

c. Prinsip Efissiensi.

Efesiensi suatu usaha pada dasarnya merupakan perbandingan antara hasil yangdicapai (output) dan usaha yang telah dikeluarkan (input).

Dalam pengembangan kurikulum dan pendidikan pada umumnya, prinsipefisiensi ini perlu sekali diperhatikan, baik efesiensi dalam segi waktu, tenaga,peralatan, yang tentunya akan menghasilkan efesiensi dalam segi biaya.

d. Prinsip Kesinambungan.

Dengan kesinambungan di sini dimaksudkan adalah saling hubun-

126

Page 128: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

gan atau jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis programpendidikan.

1) Kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah.Bahan-bahan pelajaran yang diperlukan untuk belajar lebih lanjutpada tingkat sekolah yang berikutnya hendaknya sudah diajarkanpada tingkat sekolah yang sebelumnya.

-Bahan-bahan pelajaran yang sudah diajarkan, pada tingkat sekolahyang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi pada tingkat sekolahyang lebih tinggi.

2) Kesinambungan antara berbagai bidang studi.Bahan yang diajarkan dalam berbagai bidang studi sering mempunyaihubungan satu sama lainnya. Sehubungan dengan hal itu urutandalam penyajian berbagai bidang studi hendaknya diusahakansedemikian rupa agar hubungan tersebut dapat terjalin dengan baik.

Prinsip Fleksibilitas.

Fleksibilitas di sini dimaksudkan adalah tidak kaku, artinya adasemacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalambertindak. Fleksibilitas di sini meliputi dua hal, yaitu :

1) Fleksibilitas dalam memilih program pendidikan.

Fleksibilitas ini dapat diwiujudkan dalam bentuk pengadaan pro-gram-program pilihan yang dapat berbentuk jurusan, programspesialisasi, ataupun program-program pendidikan keterampilan yangdapat dipilih murid atas dasar kemampuan dan minatnya.

2) Fleksibilitas dalam mengembangkan program pengajaran.Fleksibilitas ini dapat diwujudkan antara lain dalam bentukmemberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkansendiri program-program pengajaran dengan berpegang pada tujuandan bahan pengajaran di dalam kurikulum yang masih agak bersifatumum.

3) Tahap-tahap pengembangan kurikulum.Terdapat tiga tahap pengembangan kurikulum, yaitu tahap

127

Page 129: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

pertama adalah tahap yang disebut pengembangan program pada tingkatlembaga, kedua adalah tahap pengembangan program setiap bidang studidan ketiga adalah tahap pengembangan program pengajaran di kelas.

Pengembangan program tingkat lembaga.

Pengembangan program ini mencakup tiga kegiatan :

1) Perumusan tujuan institusional.

Tujuan institusional dirumuskan dengan mempertimbangkan :

a. Sumber yang digunakan :- Tujuan pendidikan nasional.- Harapan masyarakat.- Harapan sekolah yang lebih tinggi.

b. Ciri-ciri tujuan institusional.

- Kategori, tujuan institusional meliputi dua kategori, yaitu tujuaninstitusional umum dan khusus. Tujuan institusional umum dankhusus. Tujuan instutisional khusus merupakan penjabaran daritujuan institusional umum.

- Aspek yang dicakup, rumusan tujuan institusional biasanyamencakup aspek pengetahuan, keterampilan serta nilai dan sikap.

c. Tingkat kekhususan.

Tujuan institusional sifatnya lebih khusus dari tujuan pendidikannasional tetapi belum sekhusus tujuan setiap bidang studi (tujuankurikuler dan tujuan instruksional).

2) Penetapan isi dan struktur program.

Setelah selesai merumuskan tujuan-tujuan institusional, kegiatan selanjurnyaadalah menetapkan isi dan struktur program kurikulum yang diharapkandapat menunjang ketercapaian tujuan yang telah dirumuskan.

Penetapan struktur program mencakup penetapan :

a. Jenis-jenis program pendidikan.

128

Page 130: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

b. Sistem/jumlah kelas/tingkat dan unit waktu yang digunakanc. Jumlah bidang studi yang diajarkan pada setiap unit waktu/ kelas.

d. Jumlah jam pelajaran untuk setiap bidang studi dalam setiapminggu.

3) Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum.

Atas dasar tujuan institusional, isi kurikulum dan struktur programyang telah ditetapkan, kini perlu disusun strategi pelaksanaankurikulum secara keseluruhan yang dituangkan ke dalam pedomanpelaksanaan kurikulum.

Ini mencakup strategi atau cara dalam : a.Melaksanakan strategi atau cara dalam :

a. Melaksanakan pengajaran (pedoman khusus).b. Melaksanakan penilaian (pedoman penilaian).c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan (pedoman bimbingan

dan penyuluhan).d. Melaksanakan administrasi dan supervisi (pedoman administrasi

dan supervisi).

2) Pengembangan program setiap bidang studi.

Pengembangan program setiap bidang studi dilaksanakan denganmenempuh langkah-langkah :

a. Merumuskan tujuan kurikuler.

Dengan tujuan kurikuler di sini dimaksudkan adalah rumusanpengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diharapkandimiliki murid dalam setiap bidang studi setelah merekamenyelesaikan keseluruhan program pada sekolah tertentu.

Tujuan kurikuler ini lebih khusus dari tujuan institusional dansudah terbatas di dalam suatu bidang studi tertentu.

b. Merumuskan tujuan instruksional.

Dengan tujuan instruksional di sini dimaksudkan adalah rumusanpengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang merupakanperincian/penjabaran dari tujuan kurikuler, se

129

Page 131: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

bagai dasar untuk menetapkan bahan pengajaran (pokok/sub pokokbahasan dalam setiap bidang studi).

Sekalipun lebih khusus dari tujuan kurikuer, tujuan instruksional di sinimasih agak umum sifatnya, sehingga sering disebut juga tujuaninstruksional umum.

c. Menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan.

Atas dasar tujuan instruksional di atas; dalam langkah ini ditetapkanpokok bahasan dan sub pokok bahasan untuk setiap bidang studi yangnantinya merupakan bahan pengajaran.

d. Menyusuri garis-garis besar program pengajaran.

1. Atas dasar tujuan kurikuler, tujuan instruksional dan pokok/subpokok bahasan di atas, kini dapatlah disusun garis-garis besarprogram pengajaran (GBPP) yang berisikan tujuan dan bahanpengajaran yang telah disusun per kelas dan semester/catur wulandengan disertai keterangan tentang jumlah jam dan sumber bahanyang dapat digunakan.

2. Setelah GBPP setiap bidang studi selesai disusun, maka dibuadahpedoman khusus untuk melaksanakan pengajaran masing-masingbidang studi, yang antara lain berisi uraian tentangpendekatan/metode mengajar yang digunakan, alat perlengkapanyang diperlukan dan cara menilai hasil yang dicapai di dalampengajaran.

3) Pengembangan program pengajaran di kelas.

Untuk pengembangan program-program pengajaran di kelas, isi GBPPsetiap bidang studi perlu diolah lagi untuk menentukan satuan-satuanbahasan. Setiap satuan bahasan itu dikembangkan dalam bentuk programpengajaran melalui pendekatan PPSI (prosedur pengembangan sisteminstruksional), yang nantinya akan dilaksanakan di kelas.

Jadi, tugas guru di sekolah dalam hubungan dengan pengembangan programini adalah ;

130

Page 132: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

a. Menetapkan satuan-satuan bahasan dari bahan pengajaran yangtelah tercantum dalam GBPP dan waktu (jumlah jam pelajaran)yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap satuan bahasantersebut.

b. Mengembangkan program pengajaran untuk masing-masing satuanbahasan yang nantinya akan dilaksanakan di kelas.

a. Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam pada sekolah- sekolahumum.

Dewasa ini kurikulum pendidikan agama Islam yang berlaku padasekolah-sekolah umum adalah kurikulum 1975. Sebelumnya, berlakukurikulum 1971.

Di bawah ini akan dikemukakan : (1) faktor-faktor yang menuntutdilakukannya peninjauan kembali terhadap kurikulum pendidikan agamaIslam tahun 1971, (2) langkah-langkah penggarapan untuk penyempurnaankurikulum, dan (3) pokok-pokok materi kurikulum pendidikan agamaIslam.

1) Faktor-faktor yang menuntut peninjauan.

Ada beberapa faktor yang menuntut dilakukannya peninajauan kembaliterhadap kurikulum pendidikan agama Islam yang sedang beijalan,antara lain :

a. Kurikulum pendidikan agama Islam tahun 1971 yang berjalan itudisusun masih berdasarkan subject matter curriculum, artinyamasih terdiri atas mata-mata pelajaran yang terpisah- pisah, sepertiibadat, keimanan, akhlak dan sejarah Islam.

b. Karenanya, sukar untuk memperoleh korelasi dengan ilmupengetahuan lainnya yang sedang dipelajari anak didik pada suatujenjang sekolah. Di samping itu, kurang dapat menjawab problema-problema yang sedang dihadapi anak didik dalam hidupnya.

c. Dalam kurikulum pendidikan agama Islam yang telah berlaku itu,belum disinggung sama sekali masalah yang menyangkut tentanghubungan manusia dengan alam. Padahal agama

131

Page 133: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Islam banyak sekali memberi petunjuk tentang bagaimanakeadaan alam sekitar, sejak dari tumbuh-tumbuhan, binatang,barang tambang, ikan di lautan sampai kepada ruang angkasa.Manusia diberi hak wewenang oleh Allah SWT untuk meng-gunakan dan mengelola alam sekitar tersebut.

d. Sejak Pelita I, dalam lingkungan Departemen P dan K telahdiadakan percobaan sekolah pembangunan dengan dise-lenggarakannya Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) di8 IKIP pada berbagai kota di Indonesia. Dalam proyek inipendidikan agama ikut mendapat perhatian, sehingga selain telahdikembangkannya kurikulum bidang- bidang studi lainnya,dikembangkan pula kurikulum pendidikan agama.

e. Dalam tahun 1972 Departemen Agama cq Direktorat PendidikanAgama, beberapa kali diundang oleh Departemen P dan K untukmenyusun kurikulum pendidikan agama bagi SekolahPembangunan. Kurikulum Sekolah Pembangunan ini disusundengan berorientasi kepada tujuan pendidikan dan dengandemikian direncanakan dan diorganisasikan sesuai dengan tujuanpendidikan yang hendak dicapai. Oleh karena itu, perludipergunakan sistematika baru yang berlainan dengansistematika seperti yang sudah-sudah. Demikian pula terhadappengelompokan beberapa mata pelajaran menjadi satu bidangstudi. Sudah sewajarnya pula kalau pengelompokan dansistematika pendidikan agama mengalami perubahan pula.

2) Langkah-langkah penggarapan penyempurnaan kurikulum.

a. Langkah-langkah penggarapan untuk menyempurnakankurikulum pendidikan agama ini dapat dikemukakan sebagaiberikut: Pada rapat kerja ke 1 tanggal 17 s/d 20 April 1973 diCibogo, tenaga-tenaga/pejabat-pejabat Ditpenda dengan dibantuoleh beberapa orang guru agama yang cukup berpengalamanmenyusun konsep kurikulum pendidikan agama sedemikian rupa,sehingga pokok-pokok ajaran Islam ter-

132

Page 134: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

cakup merata dan bersifat menyeluruh dalam kesatuan totalitas.Dengan demikian bahan pelajaran tidak terbagi-bagi atas matapelajaran mata pelajaran seperti kurikulum yang lalu.

Pokok-pokok ajaran Islam yang dijabarkan dalam kurikulum tersebutadalah mengenai (1) hubungan manusia dengan manusia, (2)hubungan manusia dengan Allah SWT, dan (3) hubungan manusiadengan alam.

b. Pada rapat kerja kedua, tanggal 8 s/d 11 Februari 1974 di Cibogo, danke 3 tanggal 21 s/d 26 Juli 1974 di Cibogo juga, yang dihadiri olehpejabat-pejabat dan tenaga-tenaga ahli dari Departemen Agama danDepartemen P dan K, oleh Ditpenda disampaikan konsep tersebutagar didiskusikan dan dipikirkan. Hasil diskusi dan pemikiran iniditampung selengkapnya. Dengan demikian konsep yang telahdiajukan Ditpenda tersebut dapat disempurnakan sesuai dengan sis-tematika penyusunan kurikulum baru. Hasil rapat kerja ke 2 dan ke 3,disusun dan diperbanyak seperlunya, untuk selanjutnya dalam rapatkeija ke 4 tanggal 2 s/d 5 September 1974 di Tugu disempurnakanlagi dengan melengkapi materi kurikulum dengan dalil-dalil naqli danmenentukan urutan penyajian materi kurikulum tersebut sesuaidengan umur anak. Demikian pula dalam rangka memberikanpetunjuk- petunjuk kepada guru dalam kegiatan mengajarnya.

Tanggal 22 s/d 25 Oktober 1974 di Jakarta dilangsungkan rapat keijake 5 (terakhir) untuk sanctioning terhadap seluruh hasil-hasil yangtelah dicapai sejak rapat keija ke 1 s/d ke 4.

Rapat keija terakhir ini dihadiri oleh tenaga ahli dan tenaga senior darilingkungan Departemen Agama dan Departemen P dan K setelahmendapat persetujuan dari seluruh peserta, disepakati konsepkurikulum pendidikan agama Islam yang baru.

Akhirnya dengan keputusan Menteri Agama No. 68 tanggal 31Oktober 1974 ditetapkan kurikulum pendidikan Agama

133

Page 135: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Islam untuk SD, SLP dan SLA, hasil dari rapat kerja ke 5 kalitersebut.

Hasil keputusan ini, kemudian dibawa oleh Dirpenda sebagaikonsep untuk dipadukan dalam suatu kesatuan dengan kurikulumSD, SMP dan SMA di lingkungan Departemen P dan K dilakukanmelalui lokakarya-lokakarya bersama-sama dengan bidang studilainnya, di mana pada kesempatan itu Dirpenda selalu diundangdan hadir.

2) Pokok-pokok materi kurikulum pendidikan agama Islam.

a. Hubungan, manusia dengan Allah SWT.

Hubungan vertikal antara insan dengan Khaliknya mendapatkanprioritas pertama dalam penyusunan kurikulum ini, karena pokokajaran inilah yang pertama-tama perlu ditanamkan pada anak didik.Tujuan kurikuler yang hendak dicapai dalam hubungan manusiadengan Allah ini mencakup segi keimanan, rukun Islam dan Ihsan.Termasuk ke dalamnya membaca Al Qur’an dan menulis huruf AlQur’an.Untuk tingkat SD aspek tersebut diberikan secara sederhana sesuaidengan kemampuan daya berpikir murid, sehingga aspek yangbanyak berhubungan dengan masalah gaib ini dapat dipahami,diresapi oleh anak didik dan selanjutnya dapat mewarnai tingkahlakunya sehari-hari. *

Pada tingkat SMP aspek ini diperluas pengertiannya denganmengemukakan alasan-alasan/dalil-dalil baik naqli maupun aqli,sehingga anak didik yang telah meningkat remaja itu dapatmenyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalampikirannya mengenai segi-segi gaib. Selanjutnya dapat memahamialasan-alasan terhadap apa yang telah diyakininya selama ini.

Selanjutnya pada tingkat SMA, tiap aspek dikemukakan kepadaanak didik dilengkapi dengan faedah atau arti dari aspek ajarantersebut, sehingga dengan demikian mereka dapat meningkatkanpengertiannya terhadap aspek yang

Page 136: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

sedang dipelajari setelah mendapat penjelasan tentang faedah atauartinya.

Di samping itu dapat menolong untuk menentramkan jiwanyadalam menghadapi banyak kegelisahan yang timbul dalam jiwamudanya.

b. Hubungan manusia dengan manusia.

Aspek pergaulan hidup manusia dengan sesamanya sebagai pokokajaran agama Islam yang penting ditempatkan pada prioritas keduadalam urutan kurikulum ini. Tujuan kurikuler yang hendak dicapaidengan kurikulum ini mencakup segi kewajiban dan larangandalam hubungan dengan sesama manusia, segi hak dan kewajibandi dalam bidang pemilikan dan jasa, kebiasaan hidup bersih dansehat jasmaniah dan rohaniah, dan sifat-sifat kepribadian yangbaik.

Untuk tingkat SD aspek tersebut disajikan secara sederhana,sehingga anak didik dapat memahami secara praktis dan dapatdigunakannya dalam pergaulan sehari-hari baik dengan lingkungankeluarganya maupun dengan kawan-kawan dan tetangganya. Disamping itu dapat pula memahami sesuai dengan aiam pikiranmereka tentang hak kewajiban dalam pemilikan dan jasa, tentangbagaimana tingkah laku dalam pergaulan hidup.

Penyajian untuk murid tingkat SMP dilengkapi dengan dalil naqlidan aqli sehingga dengan demikian aspek-aspek yang diajarkanmengenai pergaulan hidup dapat dilaksanakan dengan kesadaranbukan hanya sekedar ikut-ikutan. Sedangkan pada tingkat SMAsudah bertambah banyak problem yang timbul dalam diri anakdidik tentang arti dan kegunaan pokok-pokok ajaran agama Islamdalam pergaulan hidup.

Karena itu pada tingkat SMA disajikan faedah dan arti dari tiapaspek hubungan manusia dengan manusia.

c. Hubungan manusia dengan alam.

Agama Islam banyak mengajarkan tentang alam sekitar, dan

135

Page 137: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Manusia diberi mandat oleh Allah SWT sebagai khalifah di muka bumi.Manusia boleh menggunakan dan mengambil manfaat dari alammenurut garis-garis yang telah ditentukan Allah.

Aspek hubungan manusia dengan alam mempunyai dua arti untukkehidupan anak didik :

(1) Mendorong anak didik untuk mengenal alam. Selanjurnyamencintai dan mengambil manfaat seba- nyak-banyaknya. Tentudengan demikian secara tidak langsung mendorong mereka ikutambil bagian dalam pembangunan, baik untuk dirinya maupununtuk masyarakat dan negara.

(2) Dengan mengenal alam dan mencintainya, anak didik akanmengetahui keindahan dan kehebatan alam semesta. Hal yangdemikian akan menambah iman mereka kepada Allah SWTsebagai Maha Pencipta.

Tujuan kurikuler yang hendak dicapai mencakup segi cinta alam danturut serta untuk memelihara, mengolah dan memanfaatkan alamsekitar, sikap syukur terhadap nikmat Allah SWT, mengenal hukum-hukum agama tentang makanan dan minuman.

Untuk anak didik tingkat SD disajikan dan ditumbuhkan kebiasaanuntuk menyayangi tumbuh-tumbuhan, hewan dan lingkungannya sertaikut memeliharanya. Menanamkan rasa syukur atas segala nikmat AllahSWT, menjelaskan mana makanan minuman yang dibolehkan dan manayang tidak dibolehkan oleh Allah SWT. Pada tingkat SMP penyajianmateri tersebut dilengkapi dengan dalil naqli dan aqli, sehingga anakdidik memahami bahwa apa yang diajarkan guru agamanya itu bukanlahpendapat mereka sendiri, melainkan bersumber kepada Al Qur’an danHadits Nabi SAW.

Selanjutnya di tingkat SMA penyajian diperluas lagi denganmemperlengkapi dengan faedah dan arti dari tiap aspek yang

136

Page 138: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

diajarkan. Dengan demikian akan tertanamlah dalam sanubari anakdidik suatu kesadaran dan dorongan untuk mengolah alam danmengambil dari padanya, karena dengan mengolah alam untukkemakmuran bukan hanya sekedar aspek duniawi saja tetapi jugaberarti menjalankan petunjuk dan perintah Ilahi. Dalam kurikulumini untuk semua jenjang sekolah juga disajikan sejarah Islam(Tarikh Islam) baik mengenai perkembangan Islam pada umumnyamaupun perkembangan Islam di Indonesia.

b. Pengembangan kurikulum Perguruan Agama Islam.

Guna memenuhi tuntutan SKB 3 Menteri, seperti yang telah disebutkanpada bagian pertama, perlu diadakan pembinaan serta pembaharuankurikulum secara menyeluruh.

Untuk itu telah diadakan berbagai usaha, antara lain diadakannyapenelitian terhadap kurikulum 1973 yang sedang berjalan, penyusunanmetoda mengajar, standarisasi buku-buku madrasah dan alat- alatpelajaran.

Di bawah ini akan dikemukakan langkah-langkah pokok pengembangan,strategi penyusunan dan susunan kurikulum madrasah.

1) Langkah-langkah pokok.

Langkah-langkah pokok yang ditempuh dalam pengembangankurikulum perguruan agama Islam (madrasah-madrasah) adalah :

a. Perumusan tujuan-tujuan institusional.

b. Penentuan struktur program kurikulum.

c. Penyusunan garis-garis besar program pengajaran, masing-masing dari setiap bidang studi, perumusan tujuan-tujuaninstruksional dan identifikasi pokok-pokok bahasan yang dijadikanprogram pengajaran.

d. Penyusunan dan penggunaan satuan pelajaran, program penilaian(evaluasi), program bimbingan dan penyuluhan, programadministrasi serta supervisi.

137

Page 139: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

Langkah-langkah tersebut tadi telah mendasari sifat-sifat dalam rangkapengembangan dan pembaharuan pendidikan yang selaras dengansistem pendidikan nasional.

Untuk itu telah dirumuskan pedoman yang dijadikan titik tolak bagipelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yaitu mencakup :

a. Pengertian pendidikan seperti tercantum dalam bab 22 bukuRepelita II.

b. Tujuan pendidikan nasional seperti tercantum dalam GBHN danbuku Repelita II.

c. Tujuan instutisional umum dan tujuan institusional khusus yangingin dicapai oleh lembaga pendidikan/madrasah.

d. Kerangka struktur program kurikulum.

Masalah-masalah pokok yang dihadapi dalam pengembangandan pembinaan kurikulum madrasah secara nasional agar madrasahdapat menjalankan SKB 3 Menteri dan mencapai cita- cita agamaIslam dalam pembentukan insan yang berkepribadian Muslim, perludijawab masalah-masalah sebagai berikut :

a. Kualifikasi-kualifikasi umum apa yang dapat diharapkan darilulusan madrasah sebagai umat Islam warga negara Indonesia.

b. Kompetensi-kompetensi apakah yang diharapkan dari lulusanmadrasah sebagai anggota masyarakat di mana ia tinggal.

c. Jenis-jenis program apakah yang perlu disediakan pada madrasah-madrasah tersebut sesuai dengan pendidikannya.

d. Perlukah madrasah mempersiapkan anak didik agar sanggupmenyesuaikan diri dalam masyarakat, sesuai dengan tingkatanpendidikannya serta dapat melanjutkan sekolahnya setingkat lebihatas.

e. Bidang-bidang studi apakah yang diberikan pada madrasah-madrasah.

f. Berapa lama pendidikan yang ditempuh anak didik pada suatu

138

Page 140: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

tingkatan madrasah tersebut.

g. Bagaimanakah struktur vertikal dan horizontal dari sistem danprogramnya.

h. Bagaimanakah cara membanding-bandingkan bobot setiap jenis bidangstudi dalam kurikulum.

2) . Strategi penyusunan kurikulum.

Di dalam rumusan dan penyusunan kurikulum madrasah berdasarkan SKB3 Menteri digunakan dua macam cara/strategi, yaitu strategi umum danstrategi khusus sebagai dasar pikiran dan rasionalnya.

a. Strategi umum.

Gagasan pokok yang dijadikan dasar di dalam pengembangan danpembaharuan kurikulum, yaitu lulusan harus merupakan seorangMuslim warga negara yang baik, sanggup menyesuaikan diri di dalammasyarakat, bertanggung jawab memiliki keterampilan, kemampuan,pengetahuan umum agar anak didik mencapai kebahagiaan dunia danakhirat.

Gagasan pokok inilah yang dapat menunjukkan ciri khas antara warganegara yang memperoleh pendidikan di Madrasah dibandingkan denganSekolah atau Lembaga lainnya yang tidak sama dengan Madrasah.

Gagasan pokok tersebut membawa akibat adanya klasifikasi aspek-aspek pada pendidikan di madrasah :

1. Aspek pendidikan umum/dasar.

Aspek-aspek ini dimaksudkan untuk membina siswa sebagai muslimwarga negara yang baik, sesuai dengan pedoman penghayatan danpengamalan Pancasila, serta agar memiliki kecakapan, keterampilan,pengetahuan dan kemampuan sesuai dengan tingkat pendidikannya.

2. Aspek pendidikan khusus.

Aspek ini dimaksudkan agar siswa sebagai muslim warga

139

Page 141: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

negara yang baik, bertakwa kepada Allah SWT dan mengamalkanajaran agamanya secara teguh agar tercapai kebahagiaan dunia danakhirat.

a. Strategi khusus, dasar pikiran dan rasionalnya.

1. Sebagai konsekuensi dari pembinaan sistem pendidikan nasionaldan pelaksanaan SKB 3 Menteri serta tuntutan kualifikasi darilulusan madrasah dalam rangka peningkatan mutu, diperlukanpembinaan sarana dan perlengkapan, termasuk di antaranya strukturkurikulum dan tenaga pengajar sebagai personal pelaksanaannya.

Kurikulum madrasah perlu diorientasikan kepada kepentinganpembinaan dan pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

2. Kegiatan Belajar yang dikehendaki sekarang bukanlah sekedarmenekankan pencapaian kemampuan teoritis, melainkanpengetahuan, kecerdasan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Yangkeseluruhannya tampak dalam bentuk perubahan tingkah laku anakdidik. Dengan demikian madrasah perlu menyediakan rangkaianpengalaman belajar untuk itu.

3. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan ialah bagaimana caranya agarpengetahuan yang diberikan di madrasah dapat mencapai maksudSKB 3 Menteri tanpa mengurangi mutu pendidikan agama, yangakan menjadikan anak didik sebagai Muslim warga negara yangbaik, sehat jasmani dan rohani serta tercapai kebahagiaan dunia danakhirat.

1. Administrasi dan Supervisi

a. Prinsip Umum

1) Administrasi dan supervisi harus bersifat praktis, dapat dikerjakan(workable), yang berarti mempertimbangkan kondisi dan situasi riil disekolah/madrasah.

2) Administrasi dan supervisi harus berfungsi sebagai sumber in

140

Page 142: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

formasi bagi pengembangan management pendidikan dan peningkatanproses belajar mengajar.

3) Administrasi dan supervisi dilaksanakan melalui suatu sistem danmekanisme keija yang menunjang realisasi kurikulum sekolah/madrasah.

b. Administrasi

1) Pengertian

Yang dimaksud dengan administrasi ialah segala usaha bersama untukmendayagunakan semua sumber-sumber (personal material, dan spiritual)secara efektif dan efesien untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikanyang telah ditetapkan (tujuan institusional).

Berdasarkan batasan administrasi tersebut di atas maka administrasisekurang-kurangnya dapat dilihat dari tiga segi sudut pandangan :

a. Administrasi dilihat sebagai suatu gugusan substansi (wujud) problema-problema tertentu.

Pada umumnya administrasi pendidikan (yang secara mikro)dilaksanakan di sekolah/madrasah meliputi substansi-substansi berikut :

1. Pengajaran (kurikulum)2. Kesiswaan.3. Personalia, (ketenagaan).4. Keuangan (pembiayaan).5. Peralatan pengajaran.6. Gedung dan perlengkapan sekolah/madrasah.7. Hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat.

b. Administrasi dilihat sebagai proses kegiatan management

Sebagai proses kegiatan dapat dibedakan: Kegiatan pimpinan (kegiatanmanager) dan kegiatan pelaksana.

Proses kegiatan pimpinan (menurut Henry Fayol) beijalan melalui tahapkegiatan sebagai berikut : perencanaan (pla-

Page 143: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

ning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing),pengkordinasian (coordinating) dan pengawasan (control- ling).

L. Gulick mengemukakan lebih banyak kegiatan-kegiatan, yaitu 7tahap kegiatan yang disingkat menjadi POSDCORB, sebagaikepanjangan dari : Planing, Organizing, Staffing, Directing,Coordinating, Reporting dan Budgeting.

Kedua pengelompokan tidak jauh berbeda. Yang dimaksudkanoleh Fayol dengan organisasi, oleh Gulick lebih diperinci lagimenjadi organizing dan staffing. Dan yang dimaksudkan olehFayol dengan pengawasan, oleh Gulick tidak disebut pengawasan,melainkan dimasukkan ke dalam reporting dan recording ataucatatan dan laporan.

2) Tujuan program administrasi pendidikan di madrasah/sekolah.

a. Secara umum program administrasi di sekolah/madrasah bertujuantersusunnya suatu sistem pengelolaan bidang- bidang administrasisekolah/madrasah, sehingga pengelolaan bidang-bidang tersebutdapat menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yangrelevan, efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuanpendidikan yang ditetapkan.

b. Secara khusus program administrasi sekolah/madrasah tersebutditujukan ke arah terlaksananya masing-masing penge lolaan :

1. administrasi dan organisasi kurikulum;2. ketenagaan;3. sarana dan prasarana pendidikan;4. pembiayaan; dan5. hubungan sekolah/madrasah dengan masyarakat

c. Program administrasi sekolah/madrasah yang relevan, efektif danefisien dapat dilaksanakan dan mencapai sasaran dengan :

1. Adanya suatu pola struktur organisasi madrasah.

2. Adanya suatu pembagian tugas dan tanggung jawab yang

142

Page 144: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

jelas antara :

Kepala Sekolah/Madrasah, Wakil Kepala Sekolah/Madrasah, Ketuajurusan/urusan-urusan, Wakil Guru-guru, Tenaga Perpustakaan,Tenaga Bimbingan dan Penyuluhan, Tenaga Pelaksana TataUsaha/Administrasi Sekolah/Madrasah.

3. Adanya kelancaran pelaksanaan pengelolaan administrasisekolah/madrasah secara menyeluruh,

4. Terlaksananya proses belajar mengajar dengan pendekatan melaluisistem PPSI dalam bentuk satuan pelajaran.

3) Fungsi administrasi Pendidikan.

a. perencanaan.

Yang dimaksud dengan perencanaan di sini adalah tindakan ataukegiatan menentukan hal-hal yang harus dikerjakan dalam rangkamencapai tujuan yang telah ditentukan serta cara-cara mencapaimengeijakannya. Dalam proses belajar mengajar fungsi perencanaanmencakup berbagai kegiatan, seperti : menentukan kebutuhan kemudiandiikuti oleh penentuan strategi pencapaian tujuan, seterusnya penentuanprogram guna melaksanakan strategi pencapaian tersebut.

Adanya langkah-langkah kegiatan dalam proses penyusunan rencanaantara lain :

1. Menjangkau ke depan untuk memperkirakan keadaan dankebutuhan pada kemudian hari.

2. Menentukan tujuan yang hendak dicapai.

3. Menentukan kebijaksanaan yang ditempuh sehubungan dengantujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Menyusun program, yang mencakup pendekatan yang ditempuh,jenis dan urut-urutan kegiatan.

5. Menentukan biaya yang merupakan perkiraan jumlah biaya yangdiperlukan.

143

Page 145: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

6. Menentukan jadwal dan prosedur keija yang ditempuh,

b. Organisasi.

Fungsi organisasi meliputi pengelolaan personal, sarana danprasarana, distribusi tugas dan tanggung jawab, yang berwujudsebagai suatu badan pengelola yang integral.

Fungsi tersebut antara lain meliputi :

1. Mengidentifikasikan serta menggolong-golongkan jenistugas/jabatan dan tanggung jawab.

2. Menentukan dan membagi-bagi tugas, tanggung jawab dankewenangannya.

3. Merumuskan aturan-aturan dan hubungan kerjanya.

' c. Koordinasi.

Koordinasi merupakan fungsi pimpinan sebagai stabilisator antaraberbagai tugas, tanggung jawab dan kewenangannya. Koordinasimenjamin tercapainya relevansi, efesiensi dan efektifitas programkerja yang dilaksanakan. Dengan koordinasi ini tercegahpertentangan, kesamaan, kekembaran dan lain sebagainya.

d. Motivasi.

Fungsi motivasi ini terutama untuk mempengaruhi dan ditujukankhususnya dalam rangka meningkatkan efesiensi prosespelaksanaan dan efektifitas hasil keija.

e. Pengawasan

Fungsi pengawasan ini meliputi pengamatan proses pengelolaansecara menyeluruh, sehingga tercapailah hasil sesuai denganprogram keija.

Fungsi tersebut mencakup antara lain :

1. Mencegah terjadinya penyimpangan program keija, sertameluruskan kembali penyimpangan-penyimpangan tersebut.

144

Page 146: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

2. Membimbing dalam rangka peningkatan kemampuan keija.

3. Memperoleh umpan balik tentang hasil pelaksanaan programkeija.

4. Melaksanakan pengawasan dilakukan secara langsung maupun taklangsung.

5. Pelaksanaan pengawasan hendaknya efesien untuk menjamintercapainya relevansi dan efektifitas program.

6. Fungsi penilaian yang bertujuan untuk mengukur sampai di manadan sampai berapa jauh tujuan/sasaran telah tercapainya. Penilaianini juga berguna sebagai umpan balik bagi perbaikan programkegiatan selanjutnya.

4) Ruang lingkup administrasi pendidikan.

Ruang lingkup program-program administrasi pendidikan pada suatusekolah/madrasah meliputi berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi-fungsiperencanaan, organisasi, pengawasan dan penilaian dan mencakup bidang-bidang :

a. Bidang kurikulum, meliputi :1. Organisasi dan administrasi kurikulum.2. Metode/cara penyampaian pelajaran.3. Bimbingan dan penyuluhan.4. Sistem evaluasi.

b. Bidang ketenagaan, meliputi :1. Pimpinan sekolah/madrasah.2. Tenaga guru.3. Tenaga bimbingan dan penyuluhan.4. Tenaga perpustakaan.5. Tenaga laboratorium.6. Tenaga perbengkelan, keterampilan lainnya.7. Tenaga pelaksana administrasi/ketatausahaan sekolah/ madrasah.

c. Bidang kesiswaan.

145

Page 147: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

a. Bidang pembiayaanb. Bidang ketatausahaan.c. Bidang sarana dan prasarana pendidikan.d. Bidang hubungan sekolali/madrasah dan masyarakat.

b. Supervisi.

1) Pengertian

Supervisi ialah pembinaan yang diberikan kepada seluruh stafsekolah/madrasah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untukmengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.

2) Tujuan dan sasaran supervisi.

Tujuan supervisi ialah mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebihbaik melalui pembinaan dan peningkatan mengajar yang lebih baik melaluipembinaan dan peningkatan profesi mengajar.

Supervisi ditujukan kepada situasi belajar mengajar yang memungkinkantercapainya tujuan pendidikan secara optimal. Yang dimaksud dengansituasi belajar mengajar, sebagai sarana supervisi, ialah situasi di manateijadi proses interaksi antar guru dengan murid dalam peristiwa belajarmengajar.

Bila proses interaksi itu diuraikan (dianalisa) maka terdapat segi- segi, yangjuga merupakan sasaran super/isi, sebagai berikut:a. Tujuan khusus belajar mengajar (tujuan instruksional khusus atau TIK).

b. Materi dan kegiatan belajar mengajar.

c. Metode (cara mengorganisir kegiatan belajar murid).

d. Cara menggunakan alat-alat pelajaran (media pelajaran).

e. Cara mengevaluasi (menilai) proses dan hasil belajar murid.f. Cara membimbing dan melayani murid yang mengalami kesulitan

dalam belajar.

g. ”Reaksi mental” guru-guru terhadap tugas mereka.

146

Page 148: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

3) Fungsi supervisi pendidikan.

Fungsi kepala sekolah/madrasah sebagai supervisor dalam memberikansupervisi mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Fungsi kepemimpinan.

Dengan fungsi kepemimpinan ini kepala sekolah/madrasah bertindaksebagai :

1. Pencipta hubungan yang harmonis di kalangan guru dan karyawan.

2. Pendorong bagi perkembangan kepribadian guru dan karyawan,termasuk di dalamnya pengembangan sifat- sifat kepemimpinan danpemupukan tanggung jawab, pengembangan yang menyangkutsegi-segi pribadi, kebiasaan pribadi, profesi maupun disiplin.

3. Pelaksanaan pengelola proses kegiatan belajar.

4. Pelaksana dalam pengawasan.

5. Pelaksana dalam penempatan atau pemberian tugas dan tanggungjawab terhadap guru dan karyawan.

b. Fungsi pembinaan.

Dengan pembinaan ini berarti kepala sekolah/madrasah meningkatkankemampuan profesi guru dalam bidang-bidang :

1. Bidang pengajaran.

2. Bidang bimbingan dan penyuluhan atau peningkatan teknis lainnya.

3. Bidang pengelolaan sekolah/madrasah.

c. Fungsi pengawasan.

Supervisi juga berfungsi sebagai pengawasan. Pengawasan di sinibukan berarti pengawasan sepihak yang otoriter dan mencari-carikesalahan, melainkan pengawasan yang diartikan sebagai membinapengertian melalui komunikasi dua arah lebih menjamin terlaksananyakegiatan sesuai dengan program kerja.

147A

Page 149: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

4) Prinsip-prinsip supervisi.

Supervisi hendaknya dilaksanakan secara :

a. Ilmiah (scientific) berarti :1. Sistimatis, yang dilaksanakan secara teratur berprogram dan

berkesinambungan.

2. Obyektif, berdasar pada data informasi.

3. Menggunakan instrumen (alat) yang dapat memberi data/ informasisebagai bahan untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajarmengajar.

b. Demokratis.

Menjunjung tinggi asas musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yangkuat serta sanggup menerima pendapat orang lain.

c. Kooperatif.

Mengembangkan usaha bersama untuk "menciptakan” situasi belajarmengajar yang lebih baik.

d. Konstruktif dan kreatif.

Membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk Aktif dalam"menciptakan” situasi belajar mengajar yang lebih baik.

5) Teknik-teknik supervisi.

Ada bermacam-macam teknik supervisi yang dikenal. Dalam kondisidewasa ini yang dapat dilaksanakan di antaranya :

a. Kunjungan kelas (class room visitation).

1. Kunjungan dengan memberitahukan terlebih dahulu.

2. Kunjungan tanpa diberitahukan terlebih dahulu.

3. Kunjungan atas undangan guru.

b. Observasi kelas (class room observation).1. Yang diobservasi ialah usaha serta kegiatan murid dan

148

Page 150: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

guru dalam proses mengajar belajar.

2. Cara menggunakan media pengajaran agar tujuan pelajarandapat tercapai.

3. Cara mengorganisasi kegiatan belajar mengajar, metodamengajar dan faktor-faktor penunjang lainnya.

c. Percakapan pribadi (individual conference).

Percakapan pribadi bertujuan :

• 1. Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru.

2. Mendorong guru mengatasi segi-segi kelemahannya dalammengajar di kelas.

3. Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi masalah-masalah pada waktu mengajar.

d. Saling kunjung mengunjngi (intervisitation).1. Seorang guru mengunjungi rekan lain yang mengajar untuk

menambah pengalaman mengajarnya.

2. Seorang atau beberapa orang guru mengikuti rekan yang lainyang sedang memberi pelajaran contoh.

e. Musyaw arah, rapat, lokakarya, dan karyawisata dengan guru-guru.

f. Brosur, pengumuman, edaran dan memanfaatkan mass media(surat kabar, majalah, RRI, dan TVRI).

g. Perpustakaan jabatan untuk guru, yang terdiri dari bermacam-macam sumber bacaan.

h. Menyediakan ruang khusus yang merupakan sumber materikurikulum, misalnya buku-buku, bagian-bagian, contohkurikulum, model satuan pelajaran, bentuk-bentuk tes dan cara-cara menganalisa hasil tes. Teknik ini yang disebut curriculumlaboratory (curriculum library).

i. Menilai diri guru sendiri.

149

Page 151: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Al Qur’an al Karim

2. Ahwani, Ahmad Fuad. Dr, Al Tarbiyah fi al Islam, Dar al Maarif. Mesir,t.t.

3. Jamali, Muhammad Fadhil, Dr., Al Falsafah al Tarbawiyah fi Al-Qur’an, Dar al Kitab al Jadid, Libanon, 1.1

4. Abrasyi, Muhammad Athiyah, Prof. Dr., Dasar-dasar Pokok PendidikanIslam, teij. H. Bustamin A. Gani dan Johar Bakri, Bulan Bintang Jakarta,1974.

5. Ismail Ali, Sayid, Dr.; Nasy-atu al Tarbiyah al Islamiyah, Alim al-KutubKairo, 1978.

6. Marimba, Ahmad D., Drs., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, AlMa’arif Banding, 1962.

7. Qutub, Muhammad, Manhaj al Tarbiyah al Islamiyah, Dar al Qalam,Mesir, t.t.

8. Syaibani, Omar Muhammad al Toumy, Prof. Dr.; Falsafah PendidikanIslam, Teijm. Dr. Hasan Langgulung dan Dr. A.S. Broto, Bulan BintangJakarta, 1979.

9. Nashir Ali, Dasar Ilmu Mendidik, Mutiara Jakarta, 1979 hal. 152.

10. Langeveld, M.J. Beknopte teoriteische padeagogiek, teijemahanIndonesia oleh IP. Simanjuntak, FKIP Jakarta, hal. 72.

11. Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jem- mars.Bandung, hal. 11.

151

Page 152: ILMU Pendidikan Islam - difarepositories.uin-suka.ac.iddifarepositories.uin-suka.ac.id/22/1/Fileee 1.pdf · Pembahasan tentang Ilmu Pendidikan tidak mungkin terbebaskan dari obyek

14. Al-Quran, Surat Ash Shaff ayat dua dan tiga.

15. Jones Arthur J, Principles of Guidance, Mc. Graw-Hill Company,New York, 1963, hal. 8. •

16. Nicholls Audrey, Developing a Curriculum, George Allen Ltd,London, 1976, hal. 33.

17. TAP MPR no. IV/MPR/1978 hal. III.

18. Kurikulum Madrasah Tsanawiyah buku dua hal. 17 pp.

19. Vemon S. Gerlach and Donald P. Ely, A Systimatic App toInstruction, di Indonesiakan oleh Mudhoffir, hal. 6,

20. Highet Gilbert, Seni Mendidik, Pembangunan, 1957, hal.

21. Mohd. ’Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidu Islam,Bulan Bintang Jakarta, 1970, hal. 48.

22. Crow & Crow, Educational Psychology, ABC New-York, 1956 hal. 26.

23. Rustiyah NK. Cs, Kompetensi mengajar dan guru, Nasco Jakarta, tahun1979, hal. 6.

24. Mhd. ’Athiyah Al-Abrasyi, Op. cit, hal. 38.

25. Muhammad Al-Naquib Al Atas, Islam dan sekularisme, PustakaBandung, 1981, hal. 214.

26. Muhammad Al-Naquib Al-Attas, ibid, hal. 38.

27. Rostiyah Cs. Op cit, hal. 47.

28. Vemon S. Gerlach and Donald P. Ely, Op cit, hal. 21.

29. Cheschire Education Committee, Patterns for Religious Educa- tion,Edward Amold, London, 1978, hal. 23.

152