188
IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA: Analisa Ikhtiar sebagai Prinsip Pembangunan Harkat Hidup Manusia Tesis Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Magister dalam keilmuan Filsafat Agama di Fakultas Ushuluddin Oleh: Khumaidi NIM: 2113033100002 Konsentrasi Kalam, Jurusan Filsafat Agama Program Magister Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2017

IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA:

Analisa Ikhtiar sebagai Prinsip Pembangunan Harkat Hidup Manusia

Tesis

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar

Magister

dalam keilmuan Filsafat Agama di Fakultas Ushuluddin

Oleh:

Khumaidi

NIM: 2113033100002

Konsentrasi Kalam, Jurusan Filsafat Agama

Program Magister Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

2017

Page 2: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam
Page 3: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam
Page 4: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

ABSTRAK

Pemikiran kalam di nusantara nota bene berprinsip pada faham

Asy’ariyah. Di faham Asy’ariyah, persoalan kebebasan manusia dalam

berkehendak (free will), yang berhubungan dengan ikhtiar, dan kehendak mutlak

Tuhan (predestination), yang disebut juga dengan takdir, seakan memiliki

dimensi wewenang yang tidak selaras. Dimana ikhtiar tidak memiliki potensi

yang siginifikan karena semua kehendak Tuhan. Ikhtiar manusia seolah memiliki

potensi abu-abu. Hamka datang dengan paradigma pemikiran kalam yang agak

berbeda, yakni membawa perbedaan pemikiran yang moderat. Sebagai ulama

nusantara, Hamka menyuguhkan pandangan tentang ikhtiar yang memiliki

potensi dapat merubah kehidupan manusia menjadi berharkat, baik di dunia

maupun di akhirat, dengan tetap berpegang pada kekuatan takdir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Hamka tentang

ikhtiar secara jelas. Diharapkan dengan terungkapnya pemikiran tentang ikhtiar

Hamka itu dapat memunculkan karya ulama nusantara yang dapat dikonsumsi

oleh masyarakat dan bisa sebagai kontribusi ilmiah dalam khazanah keilmuan

Islam. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan kajian pustaka

dengan pendekatan hermeneutik sebagai usaha interprestasi pokok pikiran atau

ide tokoh, tanpa mengurangi keotentikan makna teks. Sebagai proses telaah

digunakan pendekatan idealisasi untuk memadukan teks dengan realitas.

Tesis ini menyimpulkan bahwa ikhtiar menurut Hamka adalah berusaha

dan bekerja mencapai kemanusiaan dengan sepenuh daya upaya yang dilakukan

sesuai tuntunan syariat dengan niat dan dilakukan dengan ikhlas. Namun ruang

gerak ikhtiar manusia terbatasi oleh aturan hukum Tuhan yaitu takdir. Tetapi,

Ikhtiar dan takdir itu seiring-sejalan. Seberapa besar ikhtiar manusia, disitu akan

mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

pemikiran kalam Hamka dapat menjadi prinsip pembangunan hidup manusia

yang berharkat, baik manusia sebagai makhluk Tuhan, sebagai makhluk individu,

maupun sebagai makhluk sosial.

Kata kunci: Ikhtiar, takdir, harkat.

Page 5: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

ABSTRACT

Thought of Islamic theology (kalam) in archipelago is postscript

principled on Asy'ariyah schools. In Asy'ariyah schools, the issue of human

freedom in wills (free will), which is associated with the initiative, and the power

and the absolute will of God (predestination), also called fate, given the

dimensions of authority that is not aligned. Where is free will have not a

significant potential for all up to fate or God's will. Human endeavor has the

potential of gray only. Hamka comes with a pen thinking paradigm somewhat

different, ie a difference of thought that moderates. As scholars archipelago,

Hamka inside view of endeavor that has the potential to transform human life

into quality, both globally and in the hereafter, by sticking to the power of fate

(God's will).

This study aims to determine Hamka thinking more clearly about the

endevador. Expected with the unfolding endeavors Hamka thinking about it can

bring the work of scholars archipelago which can be consumed by the public and

can be as scientific contributions in the treasures of Islamic scholarship. In

conducting this study the author uses literature review with a hermeneutic

approach as fundamental interpretation of business leaders thought or idea to

carry out the internal meaning of the text, without compromising the

authenticity of the text's meaning. As the review process used idealization

approach to combine text with reality.

This thesis concludes that the endeavor according to Hamka is to try

and work to achieve humanity with all the efforts that are done according to

Shariat guidance with the intention and done with sincerity. But the space of

human endeavor is limited by the rule of God called fate. But, the endeavor and

destiny are in tandem. How big human endeavor, there will get his destiny. Thus,

the endeavor in Hamka's kalam thought can be the principle of development of

glorious human life (quality life), both human being as God's creatures,

individual beings, as well as social beings.

Page 6: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

ملخص البحث

حرية بني . و يف ىذا املذىب, مبذىب أشعريةبنوع التقليدية ر الكالم يف نوسنتاراافكتنوعت أطلقة وتسميها بالقدر كأن هلما حتكم غري اهلل امل اإلنسان يف اإلرادة اليت تتعلق باإلختيار و إرادة

شيئ من ألن كل بريةاإلختيار ال ميلك النفوذ الك وأما األسباب من تلك املشكلة ىي أنمعتدل. نماذج النفوذ الصريح لكن املبهم. مث جاء محك بختيار اإلنسان ال ميلك إخلق اهلل وإرادتو. وأما

يقدمنتارا . محك ىو من أحد علماء يف نوسةتوسطأفكاره م غريه ألنعن املختلفةو ر كالمافكأمتسك و القيمة يف الدنيا كان أم يف األخرة, ستكون هلا أن يغري حياة اإلنسان ميكن اإلختيار الذي

. اهلل قدربقوة محك أيضا اختيار الباحث مبعرفة أملوي .اصرحير محك عن اإلختيار افكأعلم تل ىيمن ىذا البحث أىداف وأما

با كون كتتاجملتمع و وسيعمل قرأسينوسنتارا اليت يف علماء الن يطلع كتب ختيار محك يستطيع أإليفسر تلك ىذا البحث من البحث املكتبوي باستعمال اهلريمينوطيقا علميا يف عامل اإلسالم.

يستعمل الباحث كذلك . و فكار بالواقعاألويستعمل الباحث املعىن العامة لعملية متجيد .ألفكاراأصول دين اإلسالم لتحليلها. هنج

حتت خالصة ىذا البحث ىو االختيار عند محك مبعن اجلهد والعمل للحصول اىل دراجة االنسانية كم هلل وىو القدرة. الن القدرة رعاية شريعة اهلل اخالص هلل تعاىل. واالختيار عند محك حمدود حب

واالختيار عنده متسويان. لذالك, قدرة اهلل على الناس حبسب اختياره. واخريا, االختيار عند كالم يستطيع ان يكون بناء على جمد احلياة البشرية, البشرية كمخلوقات اهلل او فردية او اجتماعية.محك

Page 7: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan segala

karunia, rahmat, dan nikmat-Nya, khususnya nikmat Islam, Iman, dan sehat lahir-

bathin, sehingga saya masih dapat berfikir sehat dan berbuat dengan baik serta

mampu menggerakkan jari-jemari untuk merangkai kata demi kata dalam

menyelesaikan tugas tesis ini. Shalawat dan salam saya haturkan kepada baginda

nabi besar Muhammad Rasulullah Saw, yang telah menyalakan cahaya

peradaban, sehingga kita semua dapat menikmati keterangbenderangan

peradaban hingga saat ini.

Rasa geram dan kalut menyelimuti selama satu setengah tahun berjalan.

Diri ini begitu bersalah karena tidak dapat mengelola waktu yang sangat

berharga untuk menyelesaikan studi. Antara keinginan cepat selesai dan

susahnya mengatur waktu untuk menyelesaikan studi kadang membuat galau dan

resah. Setelah sekian lama terseok-seok, akhirnya, berkat lambaian harapan dan

lecutan ‚cambuk‛ semangat dari ibu tercinta dan tersayang, saya mendedikasikan

untuk fokus memporsikan waktu dalam menyelesaikan tugas tesis ini dengan

waktu yang terukur. Alhamdulillah, dengan konsistensi waktu dan konsentrasi,

tesis ini dapat saya selesaikan sesuai target.

Terima kasih saya sampaikan kepada bapak Prof Dr. Masrie Mansoer,

MA yang telah bersedia membimbing saya dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Atiyatul Ulya, MA, selaku

ketua program magister Fakultas Ushuluddin, dan bapak Maulana, M.Ag, selaku

sekretaris program magister Fakultas Ushuluddin, atas waktu dan kesempatan

yang selalu mengingatkan agar segera menyelesaikan studi dan memberikan

motivasi dan solusi. Tak lupa terima kasih saya sampaikan pula kepada bapak

Prof. Dr. Masrie Mansoer, MA, selaku penguji proposal tesis yang telah

memberikan nilai spesial karena tanpa tatap muka, dan kepada bapak Dr. Media

Zainul Bahri, MA, juga selaku penguji proposal tesis yang memberikan

Page 8: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam
Page 9: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

DAFTAR SINGKATAN

Cet = Cetakan

dkk. = Dan kawan-kawan

Ed. = Editor

H. = Tahun Hijriah

M. = Tahun Masehi

No. = Nomor

QS. = Qur‘a>n, Surat

Saw. = S{alla> Alla>h ‘alaihi> wa Sallam

Swt. = Subh}a>nahu wa Ta’a>la>

t.th = Tanpa tahun

t.tp = Tanpa tempat

tp. = Tanpa penerbit

terj. = Terjemahan

Vol. = Volume

W. = Wafat

Page 10: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ALA-LC ROMANIZATION tables, yaitu sebagai berikut:

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

}D ض A ا

}T ط B ب

}Z ظ T ت

’ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه، ة S س

W و Sy ش

Y ي }S ص

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fath}ah} A A

Kasrah I I

D{ammah U U

Page 11: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

2. Vokal Rangkap

Tanda Nama Gabungan Nama

... ي Fath}ah} dan Ya Ai A dan I

... و Fath}ah} dan

Waw Au A dan U

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan Nama

ـا <Fath}ah dan alif a ــ a dan garis di

atas

ـي <Kasrah dan ya i ــ i dan garis di

atas

ــو ـ ـD{ammah dan

waw u>

u dan garis di

atas

D. Kata Sandang (Alif+Lam)

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan

dengan huruf (ال) dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rija>l bukan ar-rija>l, al-

diwa>n bukan ad-diwa>n.

E. Syaddah (Tasydi>d)

Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda ( ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu.

Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-daru>rah melainkan al-

daru>rah, demikian seterusnya.

Page 12: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

F. Ta’ Marbu>t}ah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta’ marbu>t}ah (ة) terdapat

pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku

jika ta’ marbu>t}ah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2).

Namun, jika huruf ta’ marbu>t}ah tersebut diikuti kata benda (isim), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

Tari>qah طريقة 1

اإلسالميةالجامعة 2 al-ja>mi’ah al-isla>miyyah

Wah}dat al-wuju>d وحدة الوجود 3

(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab yang sudah

diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti shalat, zakat, dan sebagainya,

kecuali dikehendaki lafaz aslinya)

G. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,

dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan

mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan

(EYD) bahasa Indonesia, antara lain nama bulan, nama diri, dan lain-lain.

penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka

yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut,

bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abu> H{a>mid al-Ghaza>li>

bukan Abu> H{a>mid Al-Ghaza>li>, al-Kindi> bukan Al-Kindi>).

Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat

diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf

cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul

buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dengan alih

aksaranya. Demikian seterusnya.

Page 13: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan

meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis

Abdussamad al-Palimbani, tidak ditulis ‘Abd al-S{amad al-Palimba>ni>,

Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nu>r al-Di>n al-Ra>ni>ri>.

H. Cara Penulisan kata

Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf

(h}arf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara

atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada

ketentuan-ketentuan di atas:

Kata Arab Alih Aksara

dhahaba al-usta>dhu ذهب األستاذ

thabata al-ajru ثبت األجر

al-h}arakah al’as}riyyah الحركة العصرية

ashhadu an la> ila> ha illa> Alla>h أشهد أن ال إله إال هللا

Maula>na> Malik al-S{a>lih} موالنا ملك الصالح

yu‘aththirukum Alla>h يؤثركم هللا

al-maz}a>hir al-‘aqliyyah المظاهر العقليه

al-a>ya>t al-kauniyyah اآليات الكونية

Al-d}aru>rat tubi>h}u al-mah}z}u>ra>t الضرورة تبيح المحظورات

Page 14: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................

Persetujuan Pembimbing ......................................................................................

Surat Pernyataan Bebas Plagiasi ....................................................................... iii

Abstrak .............................................................................................................. iv

Kata Pengantar ................................................................................................. vii

Daftar Singkatan ............................................................................................. viii

Pedoman Translitrasi ......................................................................................... ix

Daftar Isi ........................................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah ................................................................................. 11

C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................. 12

E. Kajian Pustaka ........................................................................................... 12

F. Metode Penelitian ..................................................................................... 15

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 18

BAB II. KAJIAN TEORI: IKHTIAR DAN HARKAT HIDUP ..................... 20

A. Ikhtiar dalam Ilmu Kalam ......................................................................... 24

B. Hidup dan Tujuan Hidup ........................................................................... 38

1. Hidup dan Makna Hidup ................................................................... 38

2. Tujuan Hidup ...................................................................................... 45

C. Harkat Hidup Manusia .............................................................................. 49

BAB III. HAMKA DAN IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAMNYA. 57

A. Sejarah Sosial-Intelektual Haji Abdul Malik bin Abdul Karim

Amrullah (HAMKA) ................................................................................. 57

1. Biografi Hamka .................................................................................. 57

2. Pendidikan dan Karir Pekerjaan ......................................................... 68

3. Identifikasi Karya Intelektual ............................................................ 72

B. Ikhtiar dalam Pemikiran Kalam Hamka .................................................... 77

1. Konsep Ikhtiar .................................................................................... 77

2. Ikhtiar dan Takdir ............................................................................... 91

3. Ikhtiar sebagai Prinsip Hidup: Taklif Kewajiban dan Hak .............. 102

4. Ikhtiar Berorientasi pada Ibadah dan Keutamaan........................... .108

a. Allah sebagai Orientasi Utama............................................ ...... 108

Page 15: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

b. Amar Ma’ruf Nahi Munkar................................ ........................ 113

c. Keutamaan Budi sebagai Tujuan Kemanusiaan ........................ 118

BAB IV. IKHTIAR DAN MEMBANGUN HIDUP BERHARKAT:

MANUSIA YANG BERKUALITAS ............................................ 126

A. Manusia sebagai Makhluk Tuhan ........................................................... 126

B. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial....................................... 131

C. Kemuliaan Hidup Manusia ...................................................................... 151

BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 161

A. Kesimpulan .............................................................................................. 161

B. Saran ........................................................................................................ 162

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................164

Page 16: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembicaraan pemikiran Islam tentang kalam sudah ada benih-benih

kemunculannya sejak khalifah Umar bin Khattab. Perbincangan tersebut mulai

merambah luas sejak khalifah Utsman wafat dan pada masa kekhalifan Ali bin

Abi Thalib, yang ditandai dengan pertikaian politik antar kelompok soal

pemimpin atau kekhalifahan. Dalam sejarah Islam dikatakan bahwa pertikaian

yang kemudian melahirkan berkembangan pemikiran masyarakat di berbagai

disiplin adalah fithnah al-kubra1 pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan.

Pemikiran kalam menjadi bagian yang lahir dan berkembang dari adanya al-kubra

itu.2 Khawarij adalah kelompok yang terbentuk karena peristiwa itu.

Berkembangnya pemikiran kalam dalam Islam yang disebabkan oleh

peristiwa tragis itu kemudian pada tahap selanjutnya melahirkan perbedaan

pemikiran dengan terbentuknya berbagai faham/aliran dalam Islam.

Terbentuknya faham tersebut lebih dilatari oleh dua perbedaan prinsip, yakni

karena persoalan politik dan aqidah atau teologi.3

Kondisi tersebut mengalir hingga kini dengan adanya berbagai sekte,

aliran, dan pemahaman yang dengan mudah terbentuk karena ketidakadanya

1Fitnah yang keji datang dari Mesir berupa tuduhan-tuduhan palsu yang dibawa oleh

orang-orang yang datang hendak umrah pada bulan Rajab. Fitnah tersebut ditujukan kepada

khalifah Utsman tentang beberapa kebijakan yang dilakukan. 2Syafieh, Sejarah Munculnya Ilmu Kalam dan Kerangka Berfikir Aliran Kalam, Papper,

2013, h. 1 3Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam, terjemahan dari

Tarikh al-Madzhahib al-Islamiyah oleh Abd. Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, (Jakarta: Logos,

1996), h. vi-vii. Lihat juga Fazlur Rahman, Islam, terjemahan Ahsin Muhammad (Bandung:

Pustaka Salman, 1990), hal. 349

Page 17: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

2

kesepakatan. Bahkan perbedaan kesepakatan dalam satu forum yang sama juga

dapat memunculkan potensi terbelahnya forum tersebut. Baik itu dalam ranah

teologis maupun organisatoris. Begitu pun dalam bidang kehidupan lainnya

seperti ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, dan lainnya yang tercipta dari

inovasi pemikiran dan material fisik.

Tatanan kehidupan manusia tidak luput dari peran akal yang

dianugerahkan Tuhan padanya. Akan tetapi masih ada yang belum memahami

sepenuhnya tentang potensi akal itu dan wilayah kegunaannya yang sesuai

dengan prosedur dan hukum yang ditentukan dalam wahyu. Sehingga perbedaan

pemahaman dalam menggunakan potensi akal itu menjadikan kondisi

ketimpangan prestasi dalam kehidupan secara riil terlihat jelas. Misalkan kasus

sama-sama menjadi marketing, karena beda usahanya (bentuk dan cara ikhtiar)

tentu menciptakan prestasi yang berbeda pada para marketing itu. Begitu pula

misalkan sama-sama belajar tentang suatu hal yang sama, bisa terjadi perbedaan

dalam pemahaman. Semua kondisi tersebut merupakan sebagai bentuk akibat

dari efek prilaku yang diusahakan.

Tuhan menganugerahkan berupa akal kepada manusia memiliki maksud

dan tujuan yang istimewa. Anugerah akal merupakan karunia kenikmatan yang

tiada tara dan memiliki potensi kegunaan yang istimewa pula. Dengan akal itu

manusia menjadi makhluk yang istimewa dibanding dengan makhluk ciptaan

Allah lainnya. Dengan akal manusia dapat berfikir dan bernalar, berkeinginan,

dan berkemauan. Seolah manusia dapat melakukan apa saja –bahkan yang

terburuk sekali pun- dan dapat menentukan pilihan sesuai kehendaknya.

Page 18: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

3

Di zaman yang dikatakan penuh dengan inovasi dan kreasi ini dapat

menjadi inspirasi dan pertanda bahwa pada kenyataannya akal memang memiliki

potensi untuk melakukan yang dikehendaki manusia, bahkan menjadi seorang

atheis. Berbagai produk dan material dapat tercipta berkat peran potensi akal.

Sarana dan prasarana manusia terpenuhi juga karena tergunanya akal.

Namun disisi lain masih sering didengar kata nasib, yakni sebuah kata

yang diejawantahkan sebagai sebuah deskripsi kondisi kehidupan.4 Nasib, term

yang terungkap bagi siapa saja yang merasa mendapat keadaan hidup yang dirasa

baik oleh orang lain atau pun dirasa jelek oleh dirinya sendiri –walaupun ini

mengandung kesan subyektif, masih menjadi kata yang pantas diucapkan untuk

mewakili kondisi kehidupan. ‚Sudah begini mau gimana lagi....‛, atau ‚semua

orang memiliki nasibnya sendiri-sendiri...‛, merupakan redaksi yang kadang kita

sering dengar dari seseorang sebagai refleksi dari sebuah kondisi kehidupannya.

Dalam pemikiran teologi, kata yang menyangkut iradah manusia dalam

melakukan perbuatan dan kebebasan berusaha hanya dikenal kata ikhtiar,

sunatullah, qadla, dan takdir. Secara umum, nasib sebagai kata yang diserupakan

maknanya dengan takdir. Walaupun ungkapan itu dianggap kurang tepat.5

Waktu saya kecil ada stigma dan doktrin yang ekstrim. Bahwa setiap

kehidupan seseorang akan selalu mengikuti kondisi orang tua atau keturunannya.

Orang yang pandai dan berposisi prestisius anaknya juga akan menjadi orang

yang pandai dan kaya pula. Sedangkan orang yang lahir dari orang biasa, petani

4Nasib diantaranya diartikan sebagai sebuah proses sebab akibat yang terjadi karena

adanya program pikiran (sebab) tertentu yang menghadirkan prilaku, emosi, dan atau kejadian-

kejadian yang datang (akibat) sebagai bentuk yang personal dan subyekktif yang akhrnya menjadi

sebuah ‚dunia‛ tersendiri yang dialami oleh subyek yang bersangkutan. –see more at:

http://coacchandrewpeterson.com/nasib-takdir/ 5Za’ba, Falsafah Takdir, penyunting Hamdan Hassan (Pahang-Malaysia: Syarikat

Percitakan Inderapura, 1980), h. 33

Page 19: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

4

atau buruh dan atau setara lainnya, maka anaknya pun akan memiliki hidup yang

serupa dengan kondisi orang tuanya. Namun doktrin dan stigma itu sudah luntur

dan pudar sesuai perkembangan zaman. Saat ini semua orang sudah tertanam

pengetahuan dan pengalaman bahwa kondisi kehidupan tidaklah statis. Secara

umum orang sudah mengetahui bahwa keinginan memiliki kehidupan yang

berubah dan yang lebih baik bisa dilakukan oleh setiap orang. Walaupun masih

ada sebagian masyarakat pinggiran (terpencil) yang menganggap perubahan atau

kemajuan kondisi kehidupan itu adalah nasib.

Ada pula persepsi yang mengatakan bahwa rejeki itu sudah diplot oleh

Allah, dan bahkan jodoh dan mati juga sudah ditentukan oleh Allah. Sehingga

sekeras dan sekuat apapun usaha atau ikhtiar yang dilakukan belum tentu

mendapatkan sesuai kadar yang diinginkan. Bahkan bisa jadi apa yang

didapatkan tidak sesuai rencana dan usaha yang dilakukan. Karena semua telah

ditentukan oleh kehendak-Nya. Allah mengetahui tentang keadaan makhluknya

sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah

kebahagiaan dan kecelakaan. Sebuah hadits menyatakan:

ث نا رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم عن أب عبد الرحن عبد اهلل بن مسعود رضي اهلل عنه قال : حديكون علقة وهو الصادق المصدوق : إن أحدكم يمع خلقه ف بطن أمه أربعي ي وما نطفة، ث

فخ فيه الروح، وي ؤمر بأ مثل ربع ذلك، ث يكون مضغة مثل ذلك، ث ي رسل إليه الملك ف ي ن ر إن أحدكم لي عمل ف و اهلل الذي ل أو سعيد. وشقي كلمات: بكتب رزقه وأجله وعمله إله يي

ن ها إل ذراع ف يسبق عليه الكتاب ف ي عمل نه وب ي بعمل أهل النار بعمل أهل النة حت ما يكون ب ي ن ها إل ذراع ف يسبق عليه ف يدخلها، وإن أحدكم لي عمل بعمل أهل نه وب ي النار حت ما يكون ب ي

6 )روا البخاري ومسلم (النة ف يدخلها هل الكتاب ف ي عمل بعمل أ

6Abi Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab Bad’u al-

Khalq, Bab Zikr al-Malaikah, Nomor Hadits 3208, (Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyah, 1998), h.

Page 20: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

5

‚Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra, beliau berkata :

Rasulullah Saw. menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang

yang benar dan dibenarkan: Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan

penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh

hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari,

kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian

diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia

diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya,

ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang

tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang

melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga

tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia

melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka.

sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka

hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah

ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga maka

masuklah dia ke dalam surga.” (Riwayat Bukhori dan Muslim).

Manusia dikatakan makhluk yang bebas dalam berikhtiar, karena ia

melakukan segala tindakannya atas dasar akal dan kehendaknya. Menurut

Thomas Aquinas7, manusia menuntun dirinya sendiri, berkemauan dan

berkehendak mengikuti akal fikiran yang dikaruniakan Tuhan.8 Berbeda dengan

makhluk lain, pekerjaan manusia berangkat dari ilmu dan kehendak. Pertama-

tama ia mempertimbangkan keuntungan dan kerugian suatu pekerjaan yang

hendak ia lakukan, kemudian memutuskan untuk melakukannya atau

617. Abi all-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab al-

Qadr, Bab Kaifiyyah al-Khalq al-Adami fi Bathni Ummmihi, Nomor Hadits 2643, (Beirut: Dar

al-Fikr, 2003), h. 1301. 7Filosof terkemuka nasrani dan murid dari seorang filosof bernama Agustinus.

8Abbas Mahmud al-Aqqad, Filsafat Qur’an: Filsafat, Spiritual, dan Sosial dalam Isyarat

Qur’an, cet. II, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h. 231

Page 21: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

6

meninggalkannya. Ia memiliki kebebasan dan ikhtiar. Sebab itu, ia berpikir dan

mencari kemaslahatan dirinya.9

Salah satu bukti bahwa manusia memiliki ikhtiar adalah pujian dan celaan

orang-orang berakal. Bentuknya dengan menyebut baik sebagian pekerjaan dan

memuji pelakunya dan menganggap buruk sebagian lainnya serta mengecam

pelakunya. Kalau bukan karena ikhtiar, pujian dan kecaman itu tidak ada artinya.

Islam juga menganggap manusia bebas dan mempunyai ikhtiar. Ada banyak

ayat yang berbicara seputar masalah ini, yang diantaranya yakni:

يعا بصريا نسان من نطفة أمشاج ن بتليه فجعلنا س إنا هدي نا السبيل إما شاكرا (2)إنا خلقنا ال

10 (3)وإما كفورا‚Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur untuk Kami uji.

Kami jadikan mendengar dan melihat. Kami tunjukkan jalan lurus

kepadanya, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.‛

ه ها ومن يرد ث واب الخرة ن ؤته من ن يا ن ؤته من 11 وسنجزي الشاكرين ا ومن يرد ث واب الد‚...barang siapa yang menginginkan pahala dunia, maka Kami akan

memberinya dan barang siapa yang menghendaki pahala akhirat, maka

Kami akan memberinya. Kami akan memberi ganjaran kepada orang-orang

yang bersyukur.‛

فمن شاء ف لي ؤمن ومن شاء ف ليكفر لق من ربكم وقل ا12

‚Katakanlah, ‚Kebenaran berasal dari Tuhan kalian. Barang siapa yang

menginginkannya hendaknya ia beriman, dan barang siapa yang tidak

menginginkannya hendaknya ia kafir.‛

9 Rofa’ah, Akhlak, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 183

10 QS. al-Insan:2-3.

11 QS. Ali Imran: 145

12 QS. al-Kahfi:29.

Page 22: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

7

13ا أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم وي عفو عن كثري وم ‚Bila musibah menimpa kalian, maka itu disebabkan perbuatan kalian

sendiri. Allah mengampuni banyak dosa (yang dilakukan manusia).‛

14 وما أصابك من سيئة فمن ن فسك ما أصابك من حسنة فمن الله

Apa pun yang kamu peroleh berupa kebaikan, maka itu dari Allah (karena

karunia dan kemurahan-Nya), dan apa pun yang menimpamu berupa

keburukan, maka itu dari dirimu sendiri.

15ر والبحر با كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض الذي عملوا لعلهم ي رجعون ظهر الفساد ف الب ‚Telah tampak kerusakan di darat dan laut karena disebabkan oleh

perbuatan manusia supaya Allah mereka merasakan akibat kepada mereka

sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, supaya mereka mau kembali (ke

jalan yang lurus).‛

ها ما اكت ل يكلف الله ن فسا إل وسعها 16 سبت لا ما كسبت وعلي ‚Allah tidak memberi beban kepada seorangpun kecuali sesuai dengan

kemampuannya. Manfaat amal baik yang ia lakukan akan kembali

kepadanya dan akibat amal buruk juga kembali kepadanya.‛

نا ر أم من يأت آمنا ي وم القيام إن الذين ي لحدون ف آياتنا ل يفون علي ة أفمن ي لقى ف النار خي

17إنه با ت عملون بصري اعملوا ما شئتم

‚Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, maka

tidak tersembunyi bagi Kami. Maka apakah orang yang dilempar ke neraka

itu lebih baik atau orang yang datang di hari kiamat dengan tenang dan

aman? Lakukanlah apa yang kalian inginkan, sesungguhnya Allah Maha

Melihat apa yang kalian perbuat.‛

13

QS. asy-Syura [42]: 30 14

QS. an-Nisaa [4]: 79 15

QS. ar-Rum [30]:41 16

QS. al-Baqarah [2]: 286 17

QS. Fushilat [41]: 40

Page 23: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

8

18إن الله ل ي غي ر ما بقوم حت ي غي روا ما بأن فسهم ‚…sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum

sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri‛

Beberapa ayat di atas menisbahkan semua perbuatan manusia kepada

mereka sendiri dan menyatakan bahwa yang menimpa mereka adalah hasil

perbuatan mereka. Atas dasar ini, manusia dalam pandangan Al-Qur’an adalah

makhluk bebas dan berikhtiar. Ayat-ayat Al-Quran tersebut di atas seolah

berseberangan dengan hadits riwayat Bukhori dan Muslim di atas. Dimana Tuhan

telah menetapkan rizki, ajal, amal, dan bahagia atau duka kepada manusia.

Empat hal itu sudah diplot secara rinci kah atau masih bersifat global dan umum?

Yusuf Ali19

mengatakan bahwa manusia benar-benar merupakan

penciptaan yang sempurna (ahsani takwim). Dimana dalam penciptaan-Nya

manusia dibekali dengan sifat serba menyeluruh Ilahiyyah, yang karenanya

manusia pantas menjadi khalifah di bumi. Dan salah satu kualitas unggulan yang

tidak dimiliki oleh makhluk lainnya (pengecualian jin dalam kosmologi spiritual)

adalah kehendak bebas (free will). Dari perspektif persamaan Allah dengan

ciptaan-Nya, menurutnya bahwa kehendak bebas manusia adalah cerminan dari

kehendak bebas Allah. Menurutnya, kehendak bebas manusia adalah anugerah

Allah –sehingga tidaklah sama dengan kehendak Allah, dan oleh karenanya

kehendak bebas manusia memiliki kebebasan yang terbatas (limited free will).

Namun demikian, kehendak bebas manusia dapat melahirkan bentuk kebebasan

18

Qs. al-Ra’du [13]: 11 19

Cendekiawan asal India dengan karya tafsir fenomenalnya yang berjudul The Holy Quran.

Page 24: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

9

asasi, sebuah center of power dalam kepribadian atau jiwa manusia.20

Pada

perspektif yang lain juga dikatakan bahwa kehendak bebas manusia yang limited

free will hanyalah sekedar sebuah kemampuan atau kekuatan,21

yang

substansinya menempatkannya sebagai pusat tanggung jawab dan lokus ujian

Allah atas manusia. Sehingga apapun pilihan perbuatannya, prilaku baik atau

buruk, akan menjadi tanggung jawabnya sendiri.

Apakah benar bahwa manusia bebas memilih dan menentukan

sepenuhnya pada perbuatannya? Dan apakah manusia juga memiliki potensi

kebebasan inovatif dalam melaksanakan keputusan dan tuntunan agama Islam?

Dalam pandangan yang lain dikatakan bahwa Al-Qur’an dengan terang

menjelaskan tentang masalah kebebasan manusia. Bahwa manusia diberikan hak

sendiri dengan leluasa menentukan pilihan perbuatan dan kehendaknya diantara

yang baik dan yang buruk. Manusia bahkan dikatakan di-back up sepenuhnya

oleh Al-Qur’an dalam kebebasan memilih apa yang menjadi suka hatinya.22

Di sisi lain terdapat pendapat yang berbeda. Kebebasan manusia

dikatakan tidak ada, dan hanya kiasan belaka. Karena iradah yang dimiliki

manusia merupakan anugrah yang tanpa fungsi bila tidak ada kehendak dari

Allah. Segala perbuatan dan rencana manusia tidak akan terwujud bila tanpa izin

dan ridla dari Allah. Pelaku sebenarnya adalah Allah, Allah-lah yang berkuasa

penuh (QS. Asy-Shaffat: 96), sedangkan manusia hanyalah merealisasikan

kehendak Allah. Perbuatan baik datangnya dari Allah, sedangkan perbuatan

20

M. Samsul Hady, M. Ag, Islam Spiritual: Cetak Biru Keserasian Eksistensi, (Malang:

UIN-Malang Pess, 2007), h. 244-245. 21

Ahmad Amin, Al-Akhlaq (tp, tt), terjemahan Indonesia oleh KH. Farid Ma’ruf, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 46

22Za’ba, Falsafah Takdir, h. 80

Page 25: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

10

buruk datangnya dari manusia itu sendiri. Perbuatan baik akan diganjar dengan

pahala, dan perbuatan jahat akan diganjar dengan siksa (dosa).23

Pendapat ini

terkesan membingungkan, karena apabila terlaksana dan wujudnya perbuatan itu

atas izin-Nya, mengapa ada perbuatan buruk dan ganjaran siksa?

Perdebatan tentang teologi Islam selama ini seolah selalu berkutat pada

‚persoalan langit‛. Padahal seharusnya diskusi dan perdebatan tentang teologi

Islam itu juga memperbincangkan persoalan yang dapat menyentuh dan

memberikan konstribusi terhadap ‚persoalan bumi‛, yakni menjadi sugesti positif

dan solusi yang baik terhadap kehidupan manusia. Untuk itu, dalam tesis ini akan

mengkaji lebih lanjut tentang ikhtiar yang konstributif, yakni bagaimana ikhtiar

mampu memberikan konstribusi terhadap pola hidup manusia yang lebih indah,

harmonis, dan membahagiakan bagi manusia. Baik itu secara pribadi, sosial,

maupun sebagai makhluk Tuhan.

Sugesti, tuntunan, aturan, dan panutan tentang tata cara hidup sudah

disyiarkan oleh para ustadz, ulama, dan mutakallimin. Baik berupa kitab,

khutbah, maupun tabligh yang corak dan nuansanya Islam Nusantara. Dimana

telah kita ketahui bersama bahwa corak dan karakter untuk Islam nusantara

adalah bermadzhab Syafi’i, berteologi Asy’ari, dan bertasawuf Al-Ghazali.

Salah seorang ulama mutakallimin Indonesia yang memiliki citra cukup

terpandang akan pemikiran kalam dan corak tablighnya yang moderat adalah

Hamka. Hamka dianggap memiliki konsep pemikiran tentang kalam modern

yang cukup berbeda dengan lainya semisal Prof. Dr. Harun Nasution, KH. Agus

23

Fethullah Gulen, Qadar: Di Tangan Siapakah Takdir atas Diri Kita?, cet. III, edisi

terjemahan dari judul asli al-Qadaru fi Dhau-i al-Kitab wa al-Sunnah, (Jakarta, Republika Press,

2005), h. 28-31

Page 26: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

11

Salim, dan HM. Rasjidi, walaupun sisi rasionalitasnya tidak jauh beda. Sosok

cendekiawan muslim yang telah mendapatkan tempat yang cukup besar di hati

para pemerhati dan pengkaji epistemologi di nusantara.

Hamka adalah seorang dari mutakallimin nusantara yang corak dan

karakter pemikirannya dipersepsikan moderat. Padahal Islam nusantara memiliki

karakter teologi Asy’ariyah. Dengan alasan inilah penulis mengangkat karya

kalam Hamka untuk dianalisa lebih lanjut mengenai persoalan ikhtiar yang

berhubungan dengan bagaimana ikhtiar mampu menjadi prinsip dalam tata

laksana kehidupan manusia yang harmonis dan bahagia.

B. Pembatasan Masalah

Dari pemaparan latar belakang tersebut, penulis membatasi permasalahan

dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Studi ini melakukan kajian tentang ikhtiar dalam ilmu kalam. Studi ini

akan mengidentifikasi hubungan ikhtiar dengan takdir dan urgensi ikhtiar

terhadap kehidupan manusia secara komperhensip, baik secara pribadi,

sosial, dan sebagai makhluk Tuhan.

2. Pengkajian pemikiran ikhtiar ini dilakukan pada salah satu tokoh, yakni

Hamka.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

Page 27: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

12

1. Bagaimana ikhtiar dalam pemikiran kalam Hamka? Apakah ikhtiar itu

sebagai manifestasi takdir, seiring-sejalan, atau sisi mata uang? Dan

bagaimana urgensi ikhtiar bagi manusia?

2. Apakah pemikiran ikhtiar dalam pemikiran kalam Hamka dapat menjadi

prinsip pembangun harkat hidup manusia, berkaitan dengan manusia

sebagai makhluk individu, sosial, dan sebagai makhluk Tuhan.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menggali pemikiran Hamka tentang ikhtiar manusia dan urgensinya.

2. Memunculkan pemikiran tentang relasi ikhtiar dengan kehidupan manusia

menurut Hamka, berkaitan dengan manusia sebagai makhluk pribadi,

sosial, dan sebagai makhluk Tuhan.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, memunculkan karya ulama nusantara dalam ranah kalam

yang mudah dikonsumsi oleh masyarakat dan implementatif serta sebagai

kontribusi ilmiah dalam rangka memperkaya khazanah keilmuan Islam.

Kemudian tergalinya pemikiran kalam Hamka yang berkaitan dengan

ikhtiar manusia dan korelasinya terhadap harkat hidup manusia.

2. Secara praksis, sebagai sebuah upaya penyadaran tentang ikhtiar yang

dapat menjadi prinsip untuk membangun kehidupan manusia yang

berharkat, baik di dunia maupun di akhirat.

E. Kajian Pustaka

Page 28: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

13

Hamka merupakan tokoh yang hadir pada dua dekade, yaitu dekade pra

kemerdekaan dan pasca kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Sebagai

tokoh yang memiliki latar belakang pembelajaran yang islami dan karakter

pengetahuan yang multi prinsipil, menjadikan seorang Hamka tampil menjadi

sosok yang dikenal masyarakat sebagai ulama, politikus, sastrawan, dan juga

pemikir Islam yang moderat. Dengan persona pribadi dan keilmuanya, banyak

kalangan akademisi yang mengkaji pemikirannya dan dijadikan sebagai karya

ilmiah. Tulisan karya Hamka meliputi keislaman, politik, sastra, hak asasi

manusia, perempuan dalam Islam, pendidikan, kalam, sosial, dan pluralisme.

Kupasan pemikiran Hamka dalam bentuk skripsi yang terbaru antara lain

berjudul ‚Tuhan dalam Pandangan Hamka‛, oleh Mochammad Fadli,

‚Tasawuf sebagai Metode Terapi Krisis Manusia Modern Menurut Hamka‛

oleh Husnul Khotimah, kemudian ada ‚Konsep Bahagia menurut Pandangan

Hamka‛ oleh Dwi Astrianingsih. Ketiganya dari Fakultas Ushuluddin UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang pertama mengupas tentang pemikiran

kalam Hamka yaitu tentang hakekat dan sifat Tuhan, kemudian karya kedua

dan ketiga merupakan galian pemikiran dari tasawuf Hamka. Karya skripsi

lain yang banyak terkupas dari pemikiran Hamka sangat variatif, khususnya

tentang dunia pendidikan Islam.

Dalam bentuk tesis antara lain berjudul ‚Kajian terhadap Penafsiran

Hamka tentang Kedudukan Perempuan dalam Al-Qur’an‛ karya Nurul

Qomariyah, dan ‚Hati dalam Tafsir Al-Azhar Hamka‛ karya Jejen, keduanya

dari FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kemudian tesis yang berjudul

‚Buya Hamka: Antara Kelurusan ‘Aqidah dan Pluralisme‛ yang ditulis oleh

Page 29: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

14

Akmal Sjafril dari Universitas Ibnu Khaldun Bogor. Dalam tesis tersebut

mengupas tentang beberapa ayat dalam tafsir al-azhar Hamka. Kandungan isi

tesis antara lain tentang janji keadilan dari Tuhan kepada seluruh manusia.

Selain itu juga menjelaskan tentang toleransi dan pluralisme dalam agama.

Dari ketiga tesis tersebut hanya tesis karya Akmal Syafril yang berbicara

tentang kalam.

Kemudian dalam bentuk disertasi adalah karya ilmiah Prof. Dr. Yunan

Yusuf yang yang berjudul ‚Corak Pemikiran Kalam Hamka dalam Tafsir Al-

Azhar: Sebuah Telaah atas Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam .‛ Dalam

disertasi tersebut mengupas dan menguraikan pokok-pokok pikiran kalam

Hamka yang terkandung dalam Tafsir Al-Azhar dan kemudian menentukan

corak pemikirannya. Dan masih banyak lagi tulisan karya ilmiah yang tersebar

dalam bentuk skripsi, tesis, maupun disertasi dengan berbagai judul dan

bahasannya yang tersebar di seluruh perguruan tinggi di Nusantara. Namun

sejauh pengamatan penulis, tulisan yang mengkaji kalam Hamka dalam

bentuk tesis masih sepi di rak-rak perpustakaan. Apalagi tesis yang

bersinggungan dengan judul yang penulis angkat dalam proposal kali ini. Oleh

karena itu, sangat penting mengkaji pemikiran kalam Hamka, sebagai ulama

nusantara, untuk ditampilkan sebagai satu pengetahuan yang kontributif dan

informasi alternatif sebagai sebuah prinsip dalam membangun hidup manusia.

Varian karya ilmiah yang tercipta dari para akademisi mengindikasikan

betapa luasnya keilmuan yang dimiliki seorang Buya Hamka. Namun

demikian masih banyak pula pokok pikiran Hamka yang masih belum terkaji

secara komperhensif. Antara lain tentang kalam, khususnya tentang ikhtiar

Page 30: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

15

manusia. Walaupun dalam disertasi Prof. Dr. Yunan Yusuf telah menguraikan

dengan baik semua pokok pikiran kalam Hamka, begitu pun soal ikhtiar yang

juga tersebutkan dengan baik dalam karya tersebut, namun penulis tidak

mendapatkan penjelasan secara komperhensifnya. Untuk itu, penulis

mengangkat tentang pemikiran kalam Hamka dengan spesifikasi pembahasan

tentang Ikhtiar yang kemudian dilakukan penelaahan tentang bagaimana

urgensinya sebagai sarana pembangun kemuliaan hidup manusia. Hal ini

penting untuk mempersembahkan satu pengetahuan tentang kalam yang

kontributif dan membumi.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat teoritis. Jenis penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan (liberary research), yakni data-data yang menjadi

objek penelitian terdiri-dari bahan-bahan kepustakaan.24

Metode yang

digunakan adalah metode kualitatif, yaitu sebuah metode yang secara

umum didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang hasil data

deskriptifnya berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang

atau prilaku yang dapat diamati.25

2. Sumber Data

Data-data penelitian ini secara umum ada dua kategori, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer berupa buku-buku karangan

24

Kaelan, Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner, (Yogyakarta: Paradigma,

2010), h. 134 25

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2013), h. 4

Page 31: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

16

Hamka yang berkenaan dengan objek penelitian, kemudian untuk data

sekunder berupa data pendukung yang memberikan informasi atau

keterangan terhadap data primer. Data sekunder dapat berupa literatur-

literatur buku, jurnal, bulletin, serta sumber lain yang mendukung

terhadap data primer.

Data primer dalam penelitian ini adalah buku-buku pokok yang

berhubungan tema penelitian yang ditulis oleh Hamka. Buku-buku yang

dijadikan sumber data primer yaitu Pelajaran Agama Islam (PAI),

Falsafah Hidup, Pandangan Hidup Muslim, Lembaga Hidup, Lembaga

Budi, Tasawuf Modern, Dari Lembah Cita-cita, Pribadi Hebat, Ayahku,

dan Tafsir Al-Azhar. Untuk buku Tafsir Al-Azhar, penulis hanya

menggali informasi ayat dan keterangannya yang berkaitan dengan objek

penelitian. Sehingga hanya sebagian juz saja yang penulis jadikan acuan

data. Sedangkan untuk sumber data sekunder berupa literatur yang berisi

tentang studi Islam dan teologi Islam.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan. Untuk itu

dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik dokumentasi,26

yakni teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai dokumen

kepustakaan yang terkait dengan objek penelitian. Dokumen dalam hal

ini berupa data yang didasarkan atas jenis sumber tulisan dan gambaran.

26

Dalam penelitian kualitatif, teknik dalam pengumpulan data dapat dilakukan dengan

cara observasi, interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan triangulasi

(gabungan). Lihat, Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2008),

h. 240

Page 32: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

17

Penggunaan teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi

ini dilakukan terhadap semua sumber data, baik primer maupun

sekunder. Untuk data sekunder, teknik pengumpulan datanya diambil

sesuai dengan kebutuhan terhadap obyek penelitian. Dalam hal data teks

keagamaan berupa dalil naqli (ayat Al-Qur’an dan Hadits), dilakukan

dengan cara menggunakannya sebagai dasar penguat argumentasi, teori,

maupun interpretasi.

4. Metode Analisis Data

Setiap teks dapat dipastikan ada yang menciptakannya atau

membuatnya. Sehingga teks dianggap sebagai cerminan dari pemahaman

jiwa atau pikiran pembuatnya. Sebuah pembacaan yang dilakukan oleh

pembaca dengan upaya pemahamannya diarahkan kepada memahami

pikiran atau jiwa pembuat teks, yakni memahami adalah mengerti

pikiran atau jiwa pembuatnya, maka upaya pemahaman itu merupakan

upaya rekonstruksi atau reproduksi (pemahaman).27

Objek penelitian ini berupa pemikiran tokoh. Dalam mengkaji

pemikiran tokoh yang tertuang dalam dokumen-dokumen tertulis, maka

diperlukan pendekatan pemahaman. Pendekatan pemahaman ini penulis

menggunakan cara memahami pokok pikiran atau maksud gagasan tokoh

dan memahami kehidupan tokoh, yang tertuang dalam biografi, saat

27

Faris Pari, Hermeneutika Paul Ricoeur untuk Penelitian Keagamaan: Kajian Metodologi dan Terapan terhadap Kebudayaan Shalat dan Makam Sunan Rahmat Garut,

Disertasi, 2005, h. 60

Page 33: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

18

penuangan gagasan yang dimaksud. Dalam proses memahami ini, penulis

menggunakan hermeneutika yang dikembangkan oleh Wilhelm Dilthey.28

Dalam proses hermeneutik setidaknya ada tiga unsur, yakni teks

(yang akan dipahami), pemahaman, dan interpretasi.29

Dari data teks

primer kemudian dilakukan upaya pemahaman teks dengan mengacu

pada biografi pembuat teks, kondisi sosial pembuat teks, dan aktifitas

pembuat teks. Dari upaya pemahaman tersebut kemudian penulis

melakukan interpretasi, teks terhadap kondisi sosial, yang berlandaskan

pada teks primer dan sekunder sebagai pendukung untuk mencapai hasil

sesuai obyek penelitian.

Aplikasi proses memahami maksud gagasan ini penulis paparkan

pada bab III. Sedangkan hasil dari proses memahami (makna universal)

penulis gunakan untuk sinkronisasi atau harmonisasi pokok pikiran atau

maksud gagasan tokoh dengan realitas hidup manusia. Implementasinya

terpaparkan pada bab IV.

Penulis menggunakan analisa deskriptif terhadap pemikiran kalam

Hamka, yang dalam prosesnya mencakup klarifikasi dan prediksi

kandungan (pokok pikiran). Sedangkan pendekatan analisanya adalah

pendekatan teologi Islam.30

28

E. Sumaryono, Hermeneutika sebagai Metode Filsafat, (Yogyakarta: Penerbit

Kanisius, 1993), h. 57 29

Faris Pari, Hermeneutika Paul Ricoeur untuk Penelitian Keagamaan: Kajian Metodologi dan Terapan terhadap Kebudayaan Shalat dan Makam Sunan Rahmat Garut,.....,h. 59

30Teologi Islam secara pengertian adalah ilmu yang secara sistematis membicarakan

tentang persoalan ketuhanan dan alam semesta, diantaranya tentang hidup manusia, menurut

perspektiif Islam yang harus diimani, dan hal-hal yang terkait dengan ajaran Islam yang harus

diamalkan, guna mendapatkan keselamatan hidup (dunia dan akhirat). Lihat, Atika Halim,

Teologi Islam, Papper, 2012, h. 1

Page 34: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

19

G. Sistematika Penulisan

Pembahasan tesis ini dibagi dalam 5 (lima) bab, yang masing-masing

dilengkapi dengan sub bab-sub bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang

berisi tentang pembukaan, sekilas informasi tentang Hamka, urgensi ikhtiar,

diskursus keilmuan kalam, mapping penelitian dan metode pembahasan, dan

garis besar sistematika penulisan.

Bab kedua berisi kajian teori. Dalam bab ini dipaparkan pokok bahasan

tentang ikhtiar dan penjelasannya menurut pandangan teologi Islam, tentang

hidup dan tujuan hidup manusia, harkat dan signifikansinya bagi kehidupan

manusia. Bab ketiga memaparkan tentang sosok Buya Hamka yang meliputi

biografi, pendidikan, arkeologi pemikiran, karir, dan karya-karyanya. Pada bab

ini pula akan dibahas tentang ikhtiar dalam pemikiran kalam Hamka dan

standarnya. Sedangkan pembahasan tentang telaah ikhtiar dalam pemikiran

kalam Hamka sebagai prinsip pembangun harkat hidup manusia akan

dipaparkan dalam bab keempat.

Dan sebagai penutup adalah bab kelima, yang memuat kesimpulan yang

ditarik dari pembahasan-pembahasan dalam bab-bab sebelumnya dan saran-

saran konstruktif.

Page 35: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

20

BAB II

KAJIAN TEORI:

IKHTIAR DAN HARKAT HIDUP

Ikhtiar1 ( secara etimologis berasal dari kata kerja dalam bahasa (إختيار

Arab يختار-اختار yang berarti memilih, satu akar kata dengan kata خير

yang berarti baik. Berdasar pada asal kata tersebut, ikhtiar diartikan

memilih mana yang lebih baik diantara yang ada, atau mencari hasil yang

lebih baik.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ikhtiar diartikan

pilihan (pertimbangan, kehendak, pendapat, dan lainya) bebas.3 Ikhtiar

dimaknai sebagai usaha atau suatu yang dikerjakan seseorang.4

Secara terminologis ikhtiar adalah upaya yang dilakukan agar segala

sesuatu yang berkenaan dengan hajat hidup bisa tercapai.5 Ikhtiar

merupakan usaha yang ditentukan sendiri, dimana manusia berbuat sebagai

pribadi dan tidak diperbudak oleh sesuatu yang lain kecuali oleh keinginan

sendiri dan kecintaannya pada kebaikan.6 Atau, ikhtiar adalah usaha yang

1Ikhtiar adalah wujud ejawantah dari takdir Tuhan yang berkaitan dengan akal fikiran,

kemauan, kemampuan, dan kebebasan manusia dalam berbuat. Lihat Sudirman Tebba,

Nikmatnya Iman: Menenangkan Hati dan Pikiran, (Tangerang: Pustaka irVan, 2007), h. 141 2Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, ketua penyusun:

Prof. Dr. H. Harun Nasution, (Jakarta: IAIN Press, 1992), h. 110 3Kebebasan dalam Islam terdapat dalam salah satu istilah syariat; ikhtiar yakni memilih

yang baik. Kebebasan yang berlandaskan pada aturan agama, yakni kebebasan yang terbatas dan

terikat oleh kehendak Allah. Lihat Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al Attas, (Bandung: Mizan, 2003), h. 102. Lihat juga Hamka Haq, Al-Syatibi: Aspek Teologis Konsep Maslahah dalam Kitab Al-Muwafaqat, (Jakarta: Erlangga,

2007), h. 193 4Azuar Juliandi, Parameter Prestasi Kerja dalam Perspektif Islam, Jurnal Manajemen dan

Bisnis, Vol.14, No.1, 2014, h. 43 5Aries Fatma, Cara Cepat Meraih Prestasi Diri, (Jakarta: LPDS, t.th.), h. 34

6Solichin, HMI Candradimuka Mahasiswa, (Jakarta: Sinergi Persadatama Foundation,

2010), h. 252

Page 36: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

21

sungguh-sungguh7 dan sepenuh hati untuk memenuhi kebutuhan dalam

hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar

tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Dapat

dikatakan bahwa ikhtiar adalah berusaha dengan mengerahkan segala

kemampuan untuk mendapatkan hasil dan menggapai cita-cita yang

diinginkan sesuai dengan tuntunan Islam.

Melihat pengertian tersebut, maka unsur kebaikan dalam ikhtiar

menjadi signifikan, bahkan keniscayaan. Kebaikan yang dimaksud tentunya

menurut syari’at Islam, bukan semata akal, adat, atau pendapat umum.

Dengan demikian, ikhtiar lebih tepat diartikan sebagai ‚memilih yang

baik‛, yakni melakukan segala sesuatu yang selaras dengan tuntunan Allah

dan Rasul-Nya.8 Orang yang berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan

atau perbuatan, kemudian dia melakukannya dengan sungguh-sungguh

sesuai syariat agar dapat berhasil dan sukses sesuai yang dikehendaki.

Dari terminologi di atas ikhtiar adalah bentuk usaha yang sungguh-

sungguh dalam meraih kehendak yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu

yang berlaku dalam bidang yang diusahakan9, dan sesuai kaidah Islam,

dengan disertai doa kepada Allah agar usahanya berhasil dengan baik.

7‚Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju

Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.‛ (Q.S. Al-Insyiqaq [84]:6). ‚Maka apabila kamu

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.‛

(Q.S. Al-Insyirah [94]:7). Sungguh-sungguh merupakan bukti kesadaran manusia yang beriman

dan berkehendak untuk prestasi, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk itu, sungguh-sungguh

dalam usaha (ikhtiar) merupakan bentuk ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Swt. Lihat Azuar

Juliandi, ‚Parameter Prestasi Kerja dalam Perspektif Islam‛,....., h. 41. 8Wan Mohd. Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al

Attas, ....., h. 102 9Bidang yang dimaksud berupa disiplin keilmuan, baik teologi, filsafat, tasawuf,

ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lainya, yang dikategorikan dalam pengetahuan untuk

kemaslahatan umat.

Page 37: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

22

Dengan demikian dalam ikhtiar terkandung pesan taqwa,10

yakni

bagaimana menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan pertama-

tama apa yang baik menurut Islam, dan kemudian menjadikannya sebagai

pilihan, untuk kemaslahatan umat dan mencari ridha-Nya.

Selain dari pada itu, ikhtiar mengandung nilai-nilai kreativitas, inovasi,

inisiatif dalam melakukan pekerjaan dalam koridor Islam.11

Karena ikhtiar

bermakna memilih dan menentukan mana yang baik untuk dilaksanakan.

Pemilihan dan penentuan ide, gagasan, dan cara yang baik, maka akan

mendapatkan hasil kerja yang baik atau berprestasi tinggi. Allah

menghendaki manusia untuk berusaha, dan manusia akan dibalas oleh Allah

dari apa yang diusahakannya.12

10

Berusaha yang dilakukan dengan pertimbangan sesuai kaidah Islam dan didahului niat

dan disertai doa, maka usaha itu bernilai ibadah. Dilakukan dengan waspada dan hanya mencari

ridha-Nya. Itu adalah asas hidup yang benar yang sesuai asas takwa. Nurcholis Madjid, Asas Hidup Takwa, penyunting: Asrori S. Karni & Lina Sellin, (Jakarta: Noura Books, 2015), h. 18

11Ikhtiar itu usaha yang dilakukan dengan penuh semangat, giat bekerja, dan optimis.

Dilakukan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki. Ikhtiar adalah lawan dari kelemahan,

kemalasan, dan bahil. Supriyanto, Tawakal bukan Pasrah, (Jakarta, Qultum Media, 2010), h. 16 12

Ayat-ayat mengenai ikhtiar ini banyak dijumpai di dalam Al-Qur’an yang dapat

menjadi pedoman bagi setiap manusia untuk selalu berusaha dalam kehidupan di dunia ini. ‚Dan

dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi diri mu,

tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-

apa yang kamu kerjakan.‛ (QS. Al-Baqarah [2]:110). ‚Itu adalah umat yang lalu; baginya apa

yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan

diminta pertanggungan jawab tentang apa yang telah mereka kerjakan.‛ (Q.S. Al-Baqarah

[2]:134). ‚Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikurniakan Allah kepada sebahagian

kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian daripada

apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka

usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui segala sesuatu.‛ (Q.S. An-Nisa [4]:32). ‚Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di

langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan

dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.‛ (Q.S. Al-An’am [6]:3). ‚Itulah orang-orang

yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah

mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan?‛ (Q.S. Huud [11]:16).

‚Agar Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan.

Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya.‛ (Q.S. Ibrahim [14]:51). ‚Dan barang siapa yang

menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia

adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.‛ (Q.S.

Al-Isra’ [17]:19). ‚Berbuatlah (dan bergeraklah), karena Allah, rasul, dan orang-orang beriman

akan menjadi saksi atas perbuatan kita." (QS At-Taubah [9]: 105). ‚Dan Allah tidak akan

menyia-nyiakan apa pun yang telah kita lakukan, kecuali selalu ada nilai di hadapan-Nya.‛ (QS

Page 38: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

23

Segala kebutuhan, keinginan, cita-cita, dan harapan dapat dicapai

dengan cara usaha. Diam hanya akan melahirkan kekecewaan, kegagalan,

dan kesialan. Tidak ada keberuntungan diraih dengan berpangku tangan

( توك لس بااح جالن تسيل ). Tidak mungkin emas jatuh tiba-tiba dari langit.

Semuanya ada proses dan waktu. Di situlah sesungguhnya peran ikhtiar

kita. Tidak bergerak dan berproses berarti berhentinya roda kehidupan.

Memilih sesuatu yang terbaik adalah kebebasan yang sejati, dan untuk

melakukannya seseorang dituntut untuk mengetahui mana yang baik dan

mana yang buruk.13

Sedangkan memilih sesuatu yang buruk adalah pilihan

yang jelas berdasarkan kejahilan dan bersumber dari aspek-aspek tercela

nafsu hewani.14

Jadi, berikhtiar berarti kebebasan untuk melakukan upaya

memilih sesuatu yang terbaik, atau bebas berusaha meraih yang terbaik

diantara berbagai macam kebaikan. Kebebasan yang tidak mengandung

kebaikan, tidak selaras dengan ide kebebasan dalam Islam.15

Karena

kebebasan dalam Islam berlandaskan pada aturan agama.

Ali Imran [3]: 191). ‚…sesungguhnya allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.‛ Qs. al-Ra’du [13]: 11. ‚Apabila

telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia allah dan

ingatlah allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.‛ Qs. al-Jumua’’ah [62]: 10. Dalam hadits

juga disebutkan antara lain: ‚Sesungguhnya nilai amal itu tergantung niatnya, dan setiap

pekerjaan akan mendapat (pahala) dari apa yang ia niatkan.‛ (HR. Abu Dawud). ‚Dari Zabir bin

‘Awam, bahwa Nabi Saw. berkata: sungguh jika sekiranya salah seorang di antara kamu

membawa talinya (untuk mencari kayu bakar) kemudian ia kembali dengan membawa seikat kayu

di punggungnya lalu ia menjualnya sehingga Allah mencukupi kebutuhanya (dengan hasil itu)

adalah lebih baik daripada ia meminta-minta kepada manusia, baik mereka memberi atau mereka

menolak.‛ (HR. Bukhari). Lihat Azuar Juliandi, ‚Parameter Prestasi Kerja dalam Perspektif

Islam‛, ....., h. 43-44 13

Nilai baik-buruk dalam Islam terkonsep dalam akhlak, yang ukurannya adalah wahyu

Allah yang universal. Lihat Wahyuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Grasindo, 2009) h. 52

14Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al

Attas, ....., h. 102 15

Muhim Kamaluddin, ‚Kebebasan dalam Pandangan Islam‛, InPAS: Institut Pemikiran dan Peradaban Islam, Desember 2013.

Page 39: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

24

Unsur yang prinsipil berkaitan dengan ikhtiar adalah niat. Eksistensi

niat menjadi pengaruh penting terhadap kualitas ikhtiar. Ikhtiar akan

memiliki nilai ibadah apabila diawali dengan niat tulus karena Allah.

Karena niat merupakan lokomotif yang akan menentukan sebuah hasil, baik

atau tidak, bernilai ibadah atau tidak.16

A. Ikhtiar dalam Ilmu Kalam

Islam memberikan keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan.

Ketinggian, keutamaan, dan kelebihan yang dimiliki manusia yang

membuatnya berbeda dengan makhluk Tuhan lainnya terletak pada akal

yang dianugerahkan kepadanya. Akal merupakan karunia kenikmatan yang

tiada tara dan dapat dipastikan memiliki potensi kegunaan yang istimewa

pula. Kebudayaan dan peradaban yang diciptakan dan disemai manusia

adalah karena akal yang dimilikinya. Adanya ilmu pengetahuan dan

teknologi yang terwujud juga karena akal.

Dalam pandangan filsafat manusia, manusia yang berakal ini disebut

al-hayawan al-nathiq17, hewan yang berbicara atau berfikir.

18 Dengan akal

manusia mampu berfikir, memahami, mengetahui, dan mencipta. Gerakan

16

Asep Yudi dan Yana Suryana, Muslim Kaya, Pintu Surga Terbuka, (Bandung: Ruang

Kata, 2013), h. 43 17

Banyak ayat Al-Qur’an yang diakhiri dengan kata ta’qilun, tatafakkarun, tubshirun, yafqahun, dan tatadzakkarun. Kata-kata tersebut konotasinya adalah akal (merenung, berfikir,

dan mengerti). Kata al-hayawan al-nathiq adalah istilah dalam ilmu mantiq, lihat Jalaluddin &

Abdullah Idi, M. Ed, Filasfat Pendidikan: Manusia, Filsafat, dan Pendidikan, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2014), h. 132-133 18

Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran, (Bandung: Mizan, 2000),

Cet. VI, h. 139.

Page 40: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

25

berfikir yang kemudian dapat mewujudkan pengetahuan dan peradaban,

dan itu bentuk dari ikhtiar.19

Manusia dalam Islam disebutkan berasal dari kata insan dan basyar.

Insan berasal dari kata nasiya (yang suka lupa) dan kata anasa yang

memiliki arti abshara (melihat), ‘alima (mengetahui), dan isti’dzana

(meminta izin).20

Pengertian ini mengisyaratkan bahwa manusia memiliki

kemampuan menalar. Menalar dari apa-apa yang dilihatnya dan mengetahui

mana yang benar atau salah. Dengan kata insan menunjukkan manusia

memiliki kualitas pemikiran dan kesadaran. Sedangkan kata abshara

memiliki arti makhluk dalam tinjauan biologis, yang menunjukkan dimensi

alamiah yang menjadi ciri pokok manusia pada umumnya, yakni makan,

minum, tidur, berkembang biak, dan sebagaianya.21

Munculnya pemikiran dalam Islam, salah satunya ilmu kalam,

merupakan upaya sungguh-sungguh para pakar Islam memikirkan dan

memahami dengan benar dan tepat isi dan makna kandungan Al-Qur’an.

Masalah yang muncul diselesaikan dengan melandaskan pada ayat-ayat Al-

Qur’an. Ini berarti bahwa pemikiran dalam Islam selalu bertolak dari Al-

Qur’an22

, begitu pun pembahasan tentang manusia.

Pemikiran dalam Islam yang memperbincangkan tentang kalam

teridentifikasi ada sembilan masalah yang menjadi kajian para teolog.

19

Dalam filsafat manusia, dengan daya tahu yang ada pada manusia, karena berakal,

membuat manusia selalu berusaha dan menyelidiki segalanya. Lihat Poedjawijatna, Manusia dengan Alamnya (Filsafat Manusia), (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1983), Cet. III, h. 50.

20Ibnu Mandzhur, Lisan al-‘Arab, (Baerut: Dar al-Ihya al-Turats al-Arabi, 1988), h. 306

21Syahrin Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, cet. I, (Yogyakarta:

PT. Tiara Wacana, 1999), h. 4-5. 22

Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar; Sebuah Telaah dalam Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h. 56

Page 41: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

26

Kategori kelompok masalah yang menjadi basis kajian dalam pemikiran

kalam yaitu akal dan wahyu, fungsi wahyu, free will dan predestination23,

iman dan kufur, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, keadilan Tuhan,

dzat dan sifat Tuhan, perbuatan Tuhan, dan hari kiamat.24

Pembahasan persoalan kalam yang lain seperti takdir, qadla, qadar, dan

sunnatullah biasanya terkupas dalam rangkaian pembicaraan persoalan

tentang free will dan predestination dan keadilan Tuhan. Dimana persoalan

tentang ikhtiar juga secara implisit tersebutkan dalam masalah free will

dan predestination dan keadilan Tuhan. Namun, perbincangan tentang

ikhtiar tidak sekentara pembahasan tentang takdir, qadla, qadar, maupun

sunnatullah. Ikhtiar menjadi pembahasan secara implisit ketika

membicarakan persoalan-persoalan tersebut. Ketika membicarakan tentang

ikhtiar, secara eksplisit membicarakan free will dan predestination dan

keadilan Tuhan.25

23Free will adalah perbuatan yang dimulai dengan niat, rencana, pilihan, sampai hasil

akhir. Perbuatan itu merupakan tanggung jawab penuh manusia yang akan diminta

pertanggungjawabannya oleh Allah. Dikenal dalam bahasa yang lain dengan kebebasan

berkehendak (iradah), dimana ikhtiar adalah bentuk dari kebebasan dalam berkehendak. Lihat

Muhammad Mahdi Al-Asyifi, Mencerdaskan Hawa Nafsu, (Jakarta: Misbah, 2004), h. 42.

Sedangkan predestination adalah kekuasaan Tuhan atau kehendak mutlak Tuhan, yang dalam

Islam disebut dengan qodho wa qadar. Dalam istilah umum indonesia disebut dengan takdir. Lihat W. Montgomery Watt, dkk, Studi Islam Klasik: Wacana Kritik Sejarah, (Jakarta: Tiara

Wacana, 1999), h. 109. Lihat juga TH. Lathief Rousydiy, Agama dalam Kehidupan Manusia,

(Jakarta: Rimbow, 1986), h. 252. 24

Pengkategorian persoalan yang menjadi kajian para mutakallimin dalam kalam

disarikan dari beberapa literatur, diantaranya yaitu Tsuroya Kiswati, Al-Juwaini Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. ix-x, A. Athailah, Rashid Ridha; Konsep Teologi Rasional dalam Tafsir Al-Manar, (Jakarta, Erlangga, 2006), x-xi, Hamka Haq,

Al-Syatibi; Aspek Teologis Konsep Maslahah dalam Kitab Al-Muwafaqat, (Jakarta: Erlangga,

2007), h. viii-ix, Tim Penulis, Sejarah Pemikiran dalam Islam, pengantar: Harun Nasution,

(Jakarta: Pustaka Antara-LSIK, 1996), h. III, Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar; Sebuah Telaah Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam,..., h. xii-xiii, Harun Nasution,

Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986), cet. V, h.

iii. 25

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam

Page 42: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

27

Setiap bergerak, manusia melakukan 2 (dua) hal, terciptanya rasa ingin

dan upaya untuk mewujudkan keinginan itu. Untuk itu, manusia yang

hidup dan menghendaki keberlangsungan hidupnya harus bergerak dan

berusaha untuk mewujudkan kehidupan yang diharapkan. Menurut

Muhammad Abduh (1849-1905 M.), untuk mewujudkan kehidupan yang

diharapkan itu manusia harus berikhtiar.26

Karena manusia mempunyai

kebebasan dalam kemauan dan perbuatan (free will dan free act atau

qadariyah). Manusia diciptakan dengan memiliki kemampuan memilih dan

kemampuan daya untuk mewujudkan pilihan. Dengan alasan itulah bahwa

balasan di akhirat sangat berkaitan erat dengan amal perbuatan yang

dilakukan seseorang di dunia. Untuk itu manusia harus mewujudkan

perbuatannya dengan kemauan dan usahanya sendiri, dengan tidak

melupakan bahwa di atasnya masih ada kekuatan dan kekuasaan yang lebih

tinggi.27

Manusia merupakan makhluk yang berpikir dan berikhtiar dalam amal

perbuatan sesuai dengan pemikirannya. Manusia memiliki kehendak bebas

karena ia memiliki pikiran untuk menentukan pilihan dalam perbuatannya,

26

. Pemikiran Muhammad Abduh, filosof Islam dan teolog modern dari Mesir, guru dari

Muhammad Rasyid Ridha, tentang kebebasan manusia senada dengan tokoh pemikir teologi

lainya, yakni seorang pemimpin dan ahli hukum India yaitu Amir Ali (1849-1928 M). Yang

berpendapat bahwa manuisa memiliki kekuasaan atas tingkah laku dan perbuatannya disertai

tanggung jawab atas perbuatannya itu. Amir Ali juga menyatakan bahwa kemajuan umat Islam

dan berkibarnya panji-panji ilmu pengetahuan tergantung pada optimalisasi ide-ide rasional dan

kebebasan berusaha/berkehendak. Lihat Amir Ali, The Spirit of Islam, (New Delhi: Low Price

Publications, 1995), h. 403-405. 27

Muhammad al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986), Cet.

I, h. 78. Lihat juga Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 66. Lihat juga Anisatul Mardiyah, Pemikiran Teologi Islam Modern, (Palembang: IAIN Raden Fatah Press, 2006), h. 18

Page 43: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

28

bebas menentukan nasibnya sendiri.28

Menurut Muhammad Abduh, tidak

ada paksaan bagi manusia untuk beramal dan penentuan pilihan perbuatan.

Manusia diberikan akal untuk dapat mengetahui mana yang baik dan mana

yang buruk. Sehingga pilihan perbuatan yang dilakukan manusia akan

menimbulkan konsekuensi, yakni jika perbuatan itu baik akan diberi

pahala, jika perbuatan itu jahat maka pelakunya akan memperoleh siksa.29

Dalam perbincangan persoalan kalam, ada tiga corak mainset yang

selalu menjadi pijakan pemikiran, yakni rasional, moderat, dan tradisional.

Kelompok rasional diwakili oleh Qadariyah dan Mu’tazilah, moderat

diwakili oleh Maturidiyah Samarkand, dan tradisional diwakili oleh

Jabariah, Asy’ariyah, dan Maturidiyah Bukhara. Walaupun sampai zaman

kontemporer terlahir pemikir-pemikir teologi Islam, namun ketiga

kelompok faham klasik tersebut tetap menjadi kiblat dan pijakan utama.

Karena para pemikir teologi Islam modern dan kontemporer selain kutub

arah pijakannya masih ke arah ketiga corak faham tersebut juga

pemikirannya tidak memiliki keabsahan pengikut dan menjadi sebuah

faham.

Untuk itu, sebagai perwakilan pembahasan, dalam uraian selanjutnya

akan dipaparkan pemikiran tentang ikhtiar menurut Mu’tazilah,

Maturidiyah Samarkand, dan Asy’ariyah.

Problematika kebebasan manusia dalam berkehendak menurut aliran

Mu’tazilah berkaitan erat dengan Keadilan Tuhan. Mu’tazilah berprinsip

28

Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1999), h. 2 29

Muhammad al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern,.........., h. 79. Lihat juga Harun

Nasution, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, (Jakarta: UI Press, 1987), h. 53.

Page 44: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

29

bahwa Tuhan itu adil dan tidak mungkin berbuat zalim dengan

memaksakan kehendak kepada hamba-Nya kemudian mengharuskan

hamba-Nya itu untuk menanggung akibat perbuatannya. Tuhan

berkewajiban melakukan yang baik dan terbaik untuk hamba-Nya (al-

shalah wa al-ashlah).30

Manusia mempunyai kebebasan untuk melakukan

perbuatannya tanpa ada paksaan sedikit pun dari Tuhan, dan manusia juga

bertanggung jawab atas segala perbuatannya itu. Manusia bebas melakukan

perbuatannya dan menentukan pilihan dalam berbuat sesuai kemampuan

(daya) yang dimiliki.31

Hal ini karena menurut pandangan Mu’tazilah

bahwa perbuatan manusia bukan diciptakan oleh Allah, akan tetapi

diwujudkan oleh manusia dengan daya yang dimiliki.32

Tidaklah adil jika

Tuhan memberi pahala atau siksa kepada hamba-Nya tanpa mengiringinya

dengan memberikan kebebasan terlebih dahulu.33

Mereka memandang

bahwa keadilan Allah menjadi hilang jika seorang dituntut harus

mempertanggungjawabkan perbuatan yang tidak ia kerjakan, atau jika ia

dihisab tentang perbuatan yang tidak ia kehendaki.34

Namun kebebasan kehendak tidak terbatas pada prinsip keadilan saja,

tetapi juga berkaitan dengan prinsip tauhid. Manusia diberikan daya

(qudrah), kasb, iradah, dan kebebasan oleh Yang Maha Berkehendak.

Berarti kekuasaan manusia bersifat temporal (al-haditsah) yang bersumber

dari kekuasaan yang eternal (qadim). Dimana perbuatan manusia tidak

30

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, ....., h. 48 31

Abdul Jabbar bin Ahmad, Syarah Ushulul Khamsah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1965),

h. 367 32

Abdul Jabbar bin Ahmad, Syarah Ushulul Khamsah, ....., h. 323-324 33

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 182 34

Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.

161

Page 45: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

30

akan bisa melampaui perbuatan Allah. Apa yang dilakukan oleh manusia

berada dalam kekuasaan dan kehendak Allah, sebuah hukum alam semesta

yang bernama sunnatullah.35

Dengan alasan kasb dan kebebasan

berkehendak itulah manusia bertanggung jawab terhadap segala

perbuatannya, perbuatan yang beresiko pahala atau dosa.36

Mu’tazilah membagi perbuatan manusia menjadi dua klasifikasi,

yaitu ikhtiariah dan idtirariyah. Perbuatan-perbuatan ikhtiariah adalah

tindakan-tindakan yang aqliyah dengan berdasarkan pada pengetahuan dan

kehendak. Perbuatan-perbuatan jenis ini termasuk diantaranya seperti

shalat dan puasa. Sedangkan perbuatan-perbuatan idtirariyah adalah

perbuatan-perbuatan yang terjadi secara alami, tanpa ada campur tangan

dari kehendak manusia, seperti api membakar, es itu dingin, dan menggigil

ketika dingin, dan lainya. Pengaitan perbuatan idtirariyah itu kepada

manusia kadang-kadang secara allegoris (majaz) karena perbuatan itu

terjadi di tangannya.

Mayoritas kaum mu’tazilah berpegang teguh dengan pendapat bahwa

perbuatan manusia itu berasal dari manusia itu sendiri. Allah telah

mengutus para rasul dan memberi berbagai taklif (tugas-tugas keagamaan)

35

Muhammad Abduh memberikan arti sunnatullah adalah hukum alam ciptaan Allah

yang tersistem dan terukur. Menurutnya, di dalam Al-Qur’an tersebutkan sunnatullah berlaku

tetap dan tidak pernah berubah. Rasyid Ridha, murid Muhammad Abduh, juga mempercayai

hukum sebab-akibat ini (sunatullah). Menurut aliran Mu’tazilah, dengan adanya sunnatullah itu

kekuasaan Allah menjadi tidak mutlak lagi. Dengan sunnatullah itulah Allah memberlakukan

Maha Adil-Nya. Lihat Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam,......, h. 182-183. Lihat juga

Anisatul Mardiyah, Pemikiran Teologi Islam Modern,...., h. 17-24. Dalam surah al-Ahzab ayat 62

disebutkan ‚dan tidak akan engkau jumpai perubahan pada Sunnah Allah‛ (ولن جتد لسنة اهلل تبديال ( 36

Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam,.........., h. 162-163

Page 46: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

31

dan menyampaikan bahwa keadilan tidak mungkin menghisab kecuali

terhadap apa yang mereka perbuat.37

Kaum Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan berbuat sesuatu semata-

mata karena kekuasaan kehendak mutlak-Nya dan bukan karena

kepentingan manusia atau tujuan yang lainnya. Mereka mengartikan

keadilan dengan menempatkan sesuatu pada tempat yang sebenarnya, yaitu

mempunyai kekuasaan mutlak terhadap yang dimiliki serta

mempergunakannya sesuai dengan kehendak-Nya. Allah melakukan apa

saja yang dikehendaki, dan semua peristiwa yang terjadi adalah kehendak

Allah (أنياشاءهللا .(وماتشاءونالا38

Bagi kaum Asy’ariyah Tuhan tidak terikat terhadap apapun, janji-janji,

maupun norma-norma keadilan. Tuhan juga tidak memiliki kewajiban-

kewajiban terhadap manusia dan terikat terhadap kewajiban itu. Tuhan

tidak tunduk kepada siapa pun.39

Dengan demikian, keadilan Tuhan

mengandung arti bahwa Tuhan memiliki kekuasaan mutlak terhadap

makhluk-Nya dan dapat berbuat sekehendak-Nya. Tuhan dapat memberi

pahala kepada hamba-Nya atau memberi siksa dengan sekehendak-Nya.

Begitu pula Tuhan dapat menghendaki baik atau buruk bagi manusia

karena tidak ada aturan yang mengikat-Nya.40

37

Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam,..........., h. 163-165 38

Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari, Kitab Al-Luma’: Arrod ‘ala Ahl al-Zig wa al-Bada’, (Mesir: Matba’ah al-Munir, t.th), h. 46-47

39Zainal Arifin Purba, ‚Kehendak Mutlak Tuhan dan Keadilannya: Analisa Perbandingan

antar Aliran‛, Jurnal IAIN Padang Sidimpuan, Vol. 2, No. 1, 2016, h. 86 40

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, ......, h. 184. Lihat Abu Al-Hasan Ali

Ibn Isma’il al-Asy’ary, Al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah, (Madinah: Markaz Syu’un al-Da’wah,

1410 H), h. 168

Page 47: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

32

Asy’ariyah berpendapat bahwa Tuhan menciptakan manusia dan

perbuatannya (تعملون وما خلقكم dan menciptakan apa-apa yang tidak ,(وهللا

diketahui oleh manusia ) (خلقكموماتعملون .41

Walaupun demikian, ada peran

manusia dalam perbuatannya. Manusia diberikan daya dan kehendak oleh

Tuhan dalam melakukan perbuatannya, karenanya manusia dimintai

pertanggungjawaban dalam segala hal yang timbul dalam dirinya. Menurut

mereka, pertanggungjawaban itu terkait erat dengan kasb dan usaha dari

manusia. Kasb bagi Al-Asy’ary diartikan bahwa yang mewujudkan

perbuatan manusia adalah Allah, namun manusia diberi daya dan pilihan

untuk melaksanakan perbuatan atas kehendak Allah. Daya yang diciptakan

Tuhan untuk menusia itu adalah perantara timbulnya peristiwa (al-iktisab).

Untuk itu, manusia bukanlah fa’il, tetapi kasib.42

Ini mengandung arti

Tuhan menciptakan kuasa bersifat sementara yang berkaitan perbuatan

pada manusia, dan kuasa itu tidak memiliki pengaruh yang hakiki dalam

mewujudkannya, hanya kuasa Allah-lah yang memberikan pengaruh yang

sebenarnya.43

Dapat dipahami tentang konsep kasb Al-Asy’ariyah tersebut bahwa

Tuhan adalah pengantar dari segala kehendak manusia dalam perbuatannya.

Dengan sarana kehendak yang telah Tuhan berikan kepada manusia,

manusia memiliki kemauan atau kehendak untuk melaksanakan

41Kitab Al-Luma’: Arrod ‘ala Ahl al-Zig wa al-Bada’,....., h. 69 42

Abu al-Hasan ‘Ali ibn Isma’il al-Asy’ary, Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-

Musallin. al-(Qahirah: Maktabat al-Nahdah al-Misriyyah, 1950), Jilid I, h. 315 dan Jilid II, h. 221.

Lihat juga Abu al-Hasan ‘Ali ibn Isma’il al-Asy’ary, Kitab Al-Luma’: Arrod ‘ala Ahl al-Zig wa

al-Bada’,....., h. 76 43

Muhammad Syarif Hasyim, ‚Al-Asy’ariyah: Studi tentang Pemikiran Al-Baqillani,

Al-Juwaini, Al-Ghazali‛, Jurnal Hunafa, Vol. 2, No. 3, Desember 2005, h. 6

Page 48: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

33

perbuatannya. Namun semua pelaksanaan perbuatan itu akan menjadi

kenyataan hanya dengan kuasa Tuhan.44

Al-Baqillani45

dan al-Juwaini46

berpendapat agak rasional atau berpola

pikir kreatif-inovatif. Menurut mereka, dengan daya atau qudrah yang

diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia mempunyai kebebasan

dalam perbuatannya. Manusia bebas mengarahkan daya yang diciptakan

Tuhan itu untuk mewujudkan perbuatan sesuai kehendak dan keinginan.

Manusia mempunyai peranan efektif dalam mengarahkan daya dan

mewujudkan perbuatannya. Namun, perbuatan manusia tetap ciptaan

Tuhan. Karena pada hakekatnya manusia tidak mampu berbuat apa-apa

tanpa adanya daya Tuhan.47

Jadi, perbuatan manusia harus dipertanggungjawabkan walaupun

bukan manusia yang menciptakannya. Sulit untuk dibantah bahwa

Tuhanlah yang menentukan berhasil atau tidaknya, atau seberapa jauh hasil

44

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, ....., h. 106 45

Tokoh penerus Al-Asy’ariyah dan purifikatif terhadap pemikiran gurunya Al-Asy’ari

ini memiliki nama Al-Qadi Abu Bakar Muhammad ibnu al-Tayyib ibn Muhammad ibn Ja’far ibn

al-Qasim Abu Bakar al-Baqillani. Lihat Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi tentang Persamaan dan Perbedaaannya dengan Al-Asy’ari, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Yogya, 1997), h. 13 46

Salah satu tokoh faham Asy’ariyah setelah Al-Baqillani ini memiliki nama Abul

Ma’ali ‘Abdul Malik bin ‘Abdullah bin Yusuf bin Muhammad bin ‘Abdillah bin Hayyuwiyyah

Al-Juwaini An-Nisaburi, guru dari Imam Al-Ghazali. Lihat Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,

Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Van Hoeve, 1997), cet. VII, h. 328. Dan lihat Muhammad Al-

Zuahili, Imam Al-Juwaini, (Damaskus: Darul Qalam, 2002), h. 79-81 47

Abu al-Ma’ali ‘Abd al-Malik ibn al-Shaykh Abi Muhammad Al-Juwayni, al-‘Aqidah al-Nizamiyyah, (al-Qahirah: Maktabat al-Kulliyyah al-Azhariyyah,1979), h. 34. Al-Qadi Abu

Bakr Al-Baqillani, Kitab al-Tamhil al-Awa’il wa Talkhis al-Dala’il, (Bayrut: al-Maktabah al-

Sharqiyyah, 1957), h. 347. Al-Shahrastani, Al-Milal wa al-Nihal, (Bairut: Dar al-Fikr, t.th), h. 97-

98.

Page 49: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

34

usaha manusia tersebut.48

Padahal, kekuasaan dan kehendak mutlak hanya

pada Tuhan, dan itu berlaku semutlak-mutlaknya.49

Perbedaan antara Asy’ariyah dan Jabariyah ialah, menurut Jabariyah

tidak ada qudrat bagi manusia, dan tidak ada pula iradah dan tidak ada

perbuatan. Sebaliknya menurut Asy’ariyah, manusia punya qudrat dan

memiliki perbuatan serta punya iradah, dimana perbuatannya bersandar

kepadanya. Walaupun semuanya diciptakan Tuhan, namun manusia bisa

dikatakan punya pilihan dalam perbuatannya.

Dalam memahami agama, Asy’ariyah tidak setuju hanya dengan

berpegang kepada nash semata, karena menurutnya hal itu akan membawa

Islam kepada jumud dan mundur. Sebaliknya ia juga tidak setuju dengan

terlalu mengagungkan ‘aql, yang menurutnya akan membawa Islam kepada

kehancuran (al-dimar).50

Al-Maturidi51

juga memiliki pemikiran yang sama dengan Al-Asy’ary

bahwa manusia dan perbuatannya adalah ciptaan Allah. Akan tetapi dalam

penjelasannya al-Maturidi memiliki penafsiran yang berbeda. Menurutnya,

Allah menciptakan dan memberikan daya (qudrah) dan kasb kepada

manusia, dan manusia diberikan kebebasan untuk berusaha (ikhtiar)

melakukan dan membuat perbuatannya sesuai taklif-nya. Allah juga

48

Nukman Abbas, Al-Asy’ari: Misteri Perbuatan Manusia dan Takdir Tuhan, (Jakarta:

Erlangga, 2002), h. 236. 49

Ahmad Hanafi, Theology Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), h. 141. 50

Nukman Abbas, Al-Asy’ari: Misteri Perbuatan Manusia dan Takdir Tuhan, ......, h.

237-238. Lihat juga Ahmad Hanafi, Theology Islam (Ilmu Kalam), ....., h. 60 51

Nama lengkapnya Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Abu Mansur Al-Maturidi,

ia dilahirkan di sebuah kota yang bernama Maturid, Samarkand (Uzbekistan), Asia Tengah. Ia

lahir sekitar pertengahan abad ke-3 hijriyah pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mutawakkil

dinasti Bani Abbasiyah (232-274 H/847-861 M). Lihat Ahmad Hanafi, Theology Islam (Ilmu Kalam), ....., h.70. Lihat juga Lajnah Ta’lif wa al-Nasyr (LTN) NU Jawa Timur, Aswaja an-Nahdliyah, (Surabaya: Khalista, 2007), cet. II, h. 12.

Page 50: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

35

menciptakan takdir perbuatan dari yang dikehendaki dan dilakukan oleh

manusia. Dengan kasb, manusia adalah pelaku atas perbuatannya, dan

mendapatkan takdir dari apa yang telah dilakukannya itu. Perbuatan

manusia bukan perbuatan Tuhan tetapi perbuatan manusia sendiri.

Manusia diberikan hukum dan upah atas perbuatan yang dikehendaki dan

dilakukannya dengan kebebebasan ikhtiar yang diberikan Tuhan, bukan

karena keterpaksaan.52

Ini menyangkut perbuatan manusia yang

ikhtiariyah. Sedangkan perbuatan idtirariyah menurut al-Maturidi berasal

dari Allah semata.

Pendapat al-Maturidi tentang perbuatan manusia mirip dengan

pendapat Mu’tazilah. Manusia memiliki kebebasan berikhtiar tetapi

dibatasi oleh kekuasaan Allah berupa hukum alam (sunatullah) yang

diciptakan oleh Allah. Perbedaan keduanya hanya pada waktu pemberian

daya dari Allah ke manusia. Dimana al-Maturidi berpendapat bahwa daya

diberikan kepada manusia sebelum perbuatan dilaksanakan atau saat

manusia akan berkehendak untuk berbuat.53

Namun pada dasarnya ketika

manusia berkehendak dan perbuatan dilakukan, iradah, daya, dan perbuatan

memiliki kesamaan, yakni semua berasal dari manusia.54

Lebih lanjut al-Maturidi berpendapat bahwa manusia, daya, dan takdir

dari perbuatannya diciptakan oleh Allah. Daya diberikan Allah saat

52

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, ......., h.

127 53

Pemikiran tentang waktu pemberian daya dari Allah ke manusia dalam konteks

pelaksanaan perbuatan ini sama dengan pemikiran al-Juwaini. Pengikut al-Asy’ary ini memiliki

pemikiran yang agak rasional dibanding al-Asy-ary dan al-Baqillani. Al-Juwaini mengatakan

bahwa manusia memiliki sumbangan yang efektif terhadap perbuatannya. Lihat Syafeih, ‚Konsep

Al-Kasb Al-Asy’ariyah dan Modernisasi dalam Islam‛, Papper, 2014. 54

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, ......., h.

113-116

Page 51: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

36

manusia melakukan iradah-nya, bersama-sama dengan perbuatannya.

Dengan daya itu manusia bebas ber-iradah dan berikhtiar, tetapi manusia

tidak bebas dan lepas kendali dari Allah.55

Manusia tersusun dari materi,

dimana materi adalah terbatas, dan manusia hidup di lingkungan hukum

alam yang diciptakan Allah, juga manusia adalah makhluk yang diciptakan

Allah yang harus tunduk dan ibadah kepada-Nya. Oleh karenanya, manusia

menurut al-Maturidi tidak memiliki kemerdekaan semerdeka seperti

pendapat Mu’tazilah. Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah, maka

manusia harus berhajat kepada Allah.56

Dengan pendapatnya ini al-

Maturidi dianggap berposisi diantara al-Asy’ary dan Mu’tazilah.

Berdasarkan penalaran demikian, al-Maturidi berpendapat bahwa

qudrah Allah dan qudrah manusia tidak bertentangan. Qudrah Allah itu

mencipta sedangkan qudrah manusia men-kasb. Seseorang berniat

melakukan perbuatan yang baik, maka Allah pun menciptakan qudrah pada

dirinya agar bisa melakukannya, dan berhak menerima pahala karena

niatnya itu. Atau, ia berniat melakukan perbuatan yang jelek, maka Allah

pun menciptakan qudrah pada dirinya agar bisa melakukannya, dan ia

berdosa akan niatnya itu. Tuhan akan memberikan upah dan hukuman

(pahala dan dosa) kepada manusia sesuai perbuatannya.57

Kasb menurut al-Maturidi adalah proses kesengajaan (al-qasd), dan

kesengajaan itu murni merupakan amal manusia, karena perbuatan berawal

55

Muh. Najih Maimoen, Ahlussunnah wal Jama’ah: Aqidah, Syariah, Amaliah, (Sarang,

Toko Kitab Al-Anwar, t.th), h. 16-17 56

Harun Nasution, Teologi Islam; Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, ......., h.

106 57

Abdul Rojak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), cet.

III, h. 166. Lihat juga Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran aliran Sejarah Perbandingan, (Jakarta, UI Press, 1972), 24-25

Page 52: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

37

dari niat. Al-qasd dikatakan sebagai amal hati tetapi mengakibatkan

pengaruh-pengaruh eksternal. Untuk itu, perbuatan itu sendiri tidak

mengkonsekuensikan pahala dan dosa bila orang itu sedang tidak memiliki

al-qasd, seperti anak kecil dan orang yang sedang tidur. Perbuatan itu

sendiri berefek baik atau buruk, tergantung maksud melakukannya.58

Untuk mempertegas pandangannya, al-Maturidi membawa

teori masyiah dan ridha ke dalam masalah ini. Manusia melakukan segala

perbuatan baik dan buruk atas kehendak (masyi’ah) Tuhan. Tetapi, tidak

semuanya dengan kerelaan Tuhan, karena Tuhan tidak suka manusia

berbuat jahat. Dengan begitu, manusia berbuat baik atas kehendak

kerelaanNya. Sebaiknya, manusia berbuat buruk juga atas kehendak Tuhan

tetapi tidak atas kerelaan-Nya.59

Dari uraian di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut:60

Aliran Daya Kehendak Kasb61 Ikhtiar Perbuatan Hasil

Mu’tazilah Tuhan Manusia Manusia Manusia Manusia Manusia

Al-Asy’ariyah

Tuhan

(sebenarnya),

manusia (kiasan)

Tuhan (Pemberi

sarana), manusia

berkemauan

Tuhan pencipta,

manusia yang

mengusahakan

Manusia

Tuhan

(sebenarnya),

Manusia (kiasan)

Tuhan

Al-Matudiyah

Samarkand Tuhan Manusia Manusia (al-Qasd) Manusia Manusia Tuhan

Hamka Tuhan Manusia Manusia Manusia Manusia Tuhan

(Takdir)

58

Ibrahim Madkour, Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.

195 59

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawwuf, (Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada, 1995), cet. III, h. 73 60

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, ....., h.

116, Supriadin, ‚Al-Asy’ariyah: Sejarah, Abu Al-Hasan Al-Asy’ari, dan Doktrin-doktrin

Teologinya‛, Sulesana, Volume 9, Nomor 2, Tahun 2014, h. 69, Syarif Hasyim, ‚Al-Asy’ariyah:

Studi tentang Pemikiran Al-Baqillani, Al-Juwaini, Al-Ghazali‛, Jurnal Hunafa, Vol. 2, No. 3,

Desember 2005, h. 6. Urutan dari daya - hasil merupakan analisa penulis setelah menganalisa

pemikiran aliran tentang konsep perbuatan manusia. 61

Kasb bermakna dasar menginginkan, mencari, dan memperoleh. Diartikan sebagai

suatu perbuatan yang timbul dari manusia dengan perantaraan daya yang diciptakan oleh Allah.

Lihat Supriadin, ‚Al-Asy’ariyah: Sejarah, Abu Al-Hasan Al-Asy’ari, dan Doktrin-doktrin

Teologinya‛, ....., h. 69

Page 53: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

38

Daya merupakan potensi pertama yang diberikan Allah kepada

manusia yang kemudian memunculkan kehendak. Dari kehendak

selanjutnya manusia dapat berusaha (kasb). Usaha itu kemudian

memunculkan ikhtiar, yakni proses memilih dan menjalankan usaha dengan

baik dan sungguh-sungguh, yang lantas secara eksplisit menciptakan suatu

perbuatan. Dari perbuatan itu kemudian lahirlah satu hasil yang diinginkan.

B. Hidup dan Tujuan Hidup

1. Makna Hidup

Keberadaan berbagai macam makhluk, baik manusia, binatang,

tumbuhan, yang bergerak di bumi memberikan isyarat dan tanda bahwa

mereka semua itu hidup. Hidup dan geraknya manusia dan makhluk lainnya

tiada lain karena adanya unsur wujud jasmani dan ruh. Manusia tidak

mungkin hidup hanya dengan jasmani saja. Untuk itu, hidup pada

hakekatnya adalah ruh. Tiada adanya ruh, jasmani atau raga tiada guna.62

Ruh lah yang membuat makhluk menjadi bergerak, berprilaku, dan

memberi warna corak dan rona kehidupan. Ruh membuat makhluk,

khususnya manusia, bergerak dan bereksistensi.

Secara etimologis, makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari

suatu kata, benda, atau keadaan.63

Makna dalam istilah bahasa arab adalah

jaudah, yang artinya kualitas, kadar, atau tingkat baik-buruknya sesuatu.64

62

Ahmad Chodjim, Annas: Segarkan Jiwa dengan Surah Manusia, (Jakarta: Serambi,

2004), h. 168 63

Bambang Thiptadi, Tata Bahasa Indonesia, cet. II, (Jakarta: Yudistira, 1984), h. 19. 64

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2002), h. 603.

Page 54: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

39

Hidup diartikan keadaan suatu benda65

yang karena kekuatan Zat yang

Maha Kuasa benda itu dapat bernafas. Arti yang lain disebutkan hidup

adalah pertalian antara roh dan badan serta hubungan interaksi antar

keduanya. Hidup juga dapat diartikan sesuatu sifat yang dengan sifat itu

sesuatu menjadi berpengetahuan dan memiliki kekuatan.66

Jadi kata

"hidup" bukan lawannya "mati", karena "mati" adalah lawannya "lahir".

Lahir adalah awal kehidupan dan mati adalah akhir kehidupan.67

Makna

hidup adalah arti atau maksud dari hidup itu sendiri, yakni suatu yang

dianggap penting, benar, dirasakan berharga, dan memberikan nilai, serta

dapat dijadikan sebagai tujuan hidup. Hakekatnya relatif karena makna dari

sebuah hidup manusia tergantung dari cara pandang dan penilaian masing-

masing terhadap apa yang dilakukan dan hendak dilakukan.68

Kehidupan adalah serba-serbi dari pada hidup itu sendiri, mulai dari

makhluk itu lahir sampai dengan mati. Hidup akan berarti atau bermakna

apabila dapat dimotivasi dengan baik.69

Motivasi orang untuk hidup

bermacam-macam, dan puncak tertingginya disebut cinta, yaitu keinginan

untuk bersedia didominasi dan untuk mencapainya diperlukan

pengorbanan, dimana setelah mencapainya menimbulkan kebahagiaan.

65

Yang dimaksud dengan keadaan benda itu adalah fungsi paru-paru dan peredaran darah

bagi manusia dan binatang, atau insang bagi sebagian ikan, atau kulit dan daun bagi sebagian

tumbuh-tumbuhan. 66

Didiek Ahmad Soepadi, dkk, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h.

183 67

Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 3 68

Komarudin Hidayat, Psikologi Kebahagiaan: Merawat Bahagia Tiada Akhir, (Jakarta:

Naura Books, 2013), h. 118-119 69

Dengan menghayati pekerjaan atau kegiatan sebaik mungkin, seorang akan

mendapatkan kebahagiaan sebagai efek sampingnya. Untuk menemukan makna hidup, orang

harus menghayati bahwa pekerjaan atau aktifitas adalah amanah, rahmah, dan ibadah. Kebaikan,

kebenaran, dan keindahan akan dapat ditemukan saat interaksi dilakukan dengan orang lain atau

sesuatu yang lain. Lihat JB. Suharjo B. Cahyono, Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang Tak Terbatas, (Jakarta: Gramedia, 2011), h. 209 & 212.

Page 55: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

40

Misalnya cinta anak, cinta harta, cinta pangkat dan sebagainya. Tetapi

yang kekal dan abadi adalah cinta secara sepiritual, yaitu cinta kepada

Tuhan.70

Sebuah penelitian psikologi sosial menyebutkan bahwa ada tiga zona

utama untuk membuat kehidupan bahagia, yaitu memiliki keluarga yang

baik, kerja dan karir yang baik, dan teman dan komunitas yang baik. Dari

ketiga zona tersebut dikatakan bahwa zona keluarga yang baik adalah yang

paling mendasar. Secara emosional keluarga memiliki daya grafitasi paling

besar bagi kehidupan seseorang. Kemana pun seorang pergi, dan apapun

yang dilakukan seorang di luar rumah, pada akhirnya akan kembali dan

berlabuh ke rumah.71

Hidup pasti bermakna. Hidup akan berarti terus-menerus dan dapat

mengubah semua keadaan dan semua yang kita temui menjadi cahaya dan

nyala. Setiap orang selalu ingin menangkap nilai dan perspektif dari hal-

hal yang bersifat sementara, dan melepaskan diri dari putaran arus

kehidupan sehari-hari.72

Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar, dan

didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup -

bila berhasil dicapai- akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian

berarti dan berharga. Dan pada akhirnya akan menimbulkan penghayatan

70

Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan,...,h. 3-4 71

Komarudin Hidayat, Psikologi Kebahagiaan: Merawat Bahagia Tiada Akhir, ....., h.

116 72

Jalaluddin Rakhmat, Kata Pengantar dalam Homo Philipus l\ile (Ed.), Kamus Filsafat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. v.

Page 56: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

41

bahagia (happieness) sebagai akibatnya.73

Untuk mencapainya seorang

harus melakukan sesuatu dalam hidupnya, yakni berusaha dengan

maksimal. Karena seberapa besar makna hidup yang membanggakan dan

membahagiakan seseorang berkaitan erat dengan seberapa besar perjuangan

dan pengorbanan yang dilakukan.74

Ada tiga karakteristik makna hidup.75

Pertama, makna hidup itu

sifatnya unik dan personal. Artinya, apa yang dianggap berarti oleh

seseorang belum tentu berarti bagi orang lain. Bahkan mungkin, apa yang

dianggap penting dan bermakna pada saat ini oleh seseorang belum tentu

sama bermaknanya bagi orang itu pada saat lain. Dalam hal ini, makna

hidup seseorang dan apa yang bermakna baginya biasanya bersifat khusus,

berbeda dengan orang lain, dan mungkin dari waktu ke waktu berubah pula.

Kedua, makna hidup itu spesiflk dan konkrit. Artinya, dapat ditemukan

dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari dan tidak selalu harus

dikaitkan dengan tujuan-tujuan idealitas, prestasi-prestasi akademis yang

tinggi, atau hasil-hasil renungan filosofis yang kreatif. Mengagumi

merekahnya ufuk timur pada saat terbit fajar, memandang dengan penuh

kepuasan tumbuhnya putik-putik bunga hasil tanaman sendiri, turut

tersenyum melihat senyuman bayi montok, menghayati perasaan kasih dan

haru, menyaksikan anak sendiri terbaring sakit, bersemangat mengerjakan

tugas yang disenangi, melakukan perbuatan ibadah yang diinginkan dan

73

Hanna Djumhana Bastaman, Meraih Hidup Bermakna, (Jakarta: Paramadina, 1998), h.

14. 74

Komarudin Hidayat, Psikologi Kebahagiaan: Merawat Bahagia Tiada Akhir, ....., h.

124

75

Andewi Suhartini, ‚Agama dan Problem Makna Hidup‛, Hermeneia, Jurnal Kajian

Islam Interdisipliner Vol. 2 No. 1, Januari- Juni 2003, h. 143.

Page 57: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

42

sesuai syariat, merupakan contoh peristiwa sehari-hari yang bermakna bagi

seseorang.

Ketiga, sifat lain makna hidup adalah memberi pedoman dan arah

terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-

akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk

memenuhinya. Begitu makna hidup ditemukan dan tujuan hidup

ditentukan, maka seseorang seakan-akan terpanggil untuk melaksanakan

dan memenuhinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya pun menjadi

lebih terarah.

Mengingat keunikan dan kekhususan ini, makna hidup tidak dapat

diberikan oleh siapa pun, melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri.

Orang lain, termasuk pakar Logoterapi, hanya dapat menunjukkan segala

sesuatu yang secara potensial bermakna, namun untuk menentukan apa-apa

yang dianggap bermakna pada akhirnya terpulang pada orang yang diberi

petunjnk itu sendiri. Seorang konselor hanya berfungsi membantu

memperluas cakrawala pandangan mengenai kemungkinan-kemungkinan

dan cara-cara menemukan makna hidup. Selain itu, ia juga menunjukkan

sumber-sumber makna hidup, dan membantu untuk lebih menyadari

tanggung jawab pribadi dalam memenuhi tujuan-tujuan yang harus dicapai

serta kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan.76

Di samping makna hidup yang sifatnya unik, personal, temporer, dan

spesifik itu, ada juga makna hidup yang mutlak (absolud), semesta

(universal), dan paripurna (ultimate) sifatnya. Bagi kalangan yang tidak

76

JB. Suharjo B. Cahyono, Meraih Kekuatan Penyembuhan Diri yang Tak Terbatas,.....,

h. 213

Page 58: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

43

beragama atau kurang menghargai nilai-nilai keagamaan, mungkin saja

beranggapan bahwa alam semesta, ekosistem, pandangan filsafat, dan

ideologi tertentu memiliki nilai universal dan paripurna. Atas dasar ini,

kalangan tersebut menjadikannya sebagai landasan dan sumber makna

hidup. Sedangkan bagi kalangan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

keagamaan, maka ketuhanan dan agama merupakan sumber makna hidup

paripurna masing-masing pribadi. Dalam hal ini, alam semesta sebagai eko

sistem yang tertib, teratur, dan tunduk pada hukum-hukum alam yang serba

eksak dianggap sebagai ciptaan dan pengejawantahan keagungan Tuhan.

Makna hidup (the meaning of life) merupakan motivasi utama manusia

untuk meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningfutt life).77

Upaya manusia untuk meraih taraf kehidupan bermakna itu pada

dasarnya adalah respon manifestasi dari makna kehidupan. Ada beberapa

kecenderungan yang melahirkan makna kehidupan.78

Pertama,

kecenderungan material. Kecenderungan ini memberi makna kehidupan di

dunia untuk dinikmati sepuas-pusanya, karena hanya dialami sekali, mati

merupakan sesuatu yang tidak perlu dipersoalkan sekarang. Kecenderungan

ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya

uang, bahkan tidak perlu dibagi dengan orang lain.

Kedua, kecenderungan psikologis. Kecenderungan ini memberi makna

kehidupan untuk meemperoleh ketenangan psikologis. Sehingga usaha

mengejar kesejahteraan material dilakuakn secukupnya, dengan dibatasi

77

Hanna Djumhana Bastaman, Meraih Hidup Bermakna,....., h. 12-15. 78

Hadari Nawawi & Mimi Martini, Manusia Berkualitas, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1994), h. 41-44

Page 59: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

44

hanya mengejar yang tidak menimbulkan rasa gelisah dan tak aman.

Ketiga, kecenderungan spiritual, yakni kecenderungan yang memberikan

makna kehidupan di dunia sekedar menumpang lewat untuk memasuki

kehidupan abadi di akhirat. Hidup dalam konteks ini kehidupan diisi

dengan beribadat dan beramal dengan seluruh harta kekayaan, tenaga, dan

pikiran yang dimilikinya untuk mempersiapkan diri menuju kehidupan yang

abadi. Bahkan –yang ekstrim- urusan material untuk kehidupan sehari-hari

diserahkan kepada Tuhan, yang akan memberikan rezki melalui jalan yang

tidak terduga.

Dan keempat, kecenderungan berupa keseimbangan antara material,

psikologis, dan spiritual. Orang yang memiliki kecenderungan ini berusaha

untuk mengejar kesejahteraan material dilakukan dengan gigih. Dengan

keberhasilan itu dalam setiap kesempatan, kemampuannya itu

dipergunakan untuk membantu dan menolong orang lain sebagai wujud

kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi. Bersamaan dengan itu,

kehidupannya pun dipenuhi dengan kesungguhan dan ketekunan

menjalankan ibadah kepada Tuhan.

Realitas empat kecenderungan di atas menunjukkan bahwa makna

hidup tidak memiliki makna tunggal, dan mengindikasikan betapa

variasinya makna hidup itu. Setiap pekerjaan dan aktifitas menyiratkan

makna.79

79

Karl Britton, Filsafat Kehidupan: Dekonstruksi atas Makna Kehidupan, Terj. Inyiak

Ridwan Muzyir, (Yogyakarta: Ar-Ruz, 2002), h. 167

Page 60: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

45

2. Tujuan Hidup

Agama merupakan simbol keyakinan yang melibatkan emosi-emosi

dan pemikiran-pemikiran yang bersifat pribadi dan diwujudkan dalam

tindakan-tindakan keagamaan. Setiap agama memiliki nilai-nilai esoterik

yang diyakini secara ruhaniyah oleh para penganutnya sebagai kebenaran

paling otentik dan mulak yang dapat menyelamatkannya dari segala

penderitaan lahir-batin. Melalui agama, manusia yang beriman akan

senantiasa merasakan manisnya iman (kalawah al-iman) dan ketenangan

jiwa (al-sakinah) serta kebahagiaan (al-sa'adah) karena terpenuhinya

"fttrah" essensial ruhaniyah manusia dalam mengakui adanya kekuasaan

yang Maha Kuasa di luar dirinya.

Manisnya iman, kebahagiaan, dan ketenangan jiwa tidak akan

diperoleh kecuali oleh orang-orang yang benar-benar menghayati dan

mengamalkan ajaran-ajaran agamanya secara murni dan konsekuen.

Walaupun kebenaran yang ditawarkan oleh orang lain, pada akhirnya, akan

dianggap salah dan bukan merupakan kebenaran dan keselamatan, yang

dalam bahasa agamanya disebut kafir, musyrik, dan kegelapan. 80

Pada dasarnya agama merupakan sumber nilai positif yang digunakan

sebagai petunjuk masyarakat dalam mengatur kehidupannya. Agama adalah

pandangan umum bagi umat manusia.81

Keyakinan dan kepercayaan

terhadap Tuhan tidak dapat dibendung oleh kekuatan apa pun di dunia ini.

Karena manusia adalah makhluk spiritual dan memiliki fitrah ruhaniyah,

80

Andewi Suhartini, ‚Agama dan Problem Makna Hidup‛, Hermeneia,....., h. 155 81

Frithjof Schuon, Islam and The Perrenial Philosophy, terj. Rahmani Astuti,

(Bandung: Mizan, 1988), h. 17

Page 61: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

46

maka jika mereka meninggalkan agama, pada hakikatnya selalu risau dan

rindu untuk bertemu dengan penguasa manusia, yakni Tuhan Yang Maha

Kuasa.82

Untuk itu, manusia yang hidup di dunia ini harus mempunyai tujuan.

Tujuan hidup, baik jangka pendek maupun jangka panjang, adalah kondisi

yang ingin dicapai berkenaan dengan makna hidup yang diinginkan.

Manusia petualang yang meraba-raba dalam perjalanan hidupnya tanpa

memiliki tujuan pasti akan ‚kandas‛ dan terombang-ambing di lautan

hidup ini; mendatangkan kerugian buat dirinya dan orang lain. Karena

tujuan hidup merupakan soal yang essensial dalam hidup dan kehidupan.

Allah menciptakan manusia dengan tujuan mulia, dan sama sekali bukan

untuk main-main. Sebagai makhluk spiritual, manusia mempunyai tujuan

hidup berbakti kepada yang menjadikannya, yaitu Tuhan.83

Di dalam Al-

Qur’an dinyatakan:

نس إل لي عبدون وما خلقت الن وال

‚Dan tidak Aku (Allah) menjadikan jin dan manusia melainkan supaya

mereka menyembah (berbakti) kepada-Ku.‛84

Agama merupakan sistem pandangan hidup yang menawarkan makna

dan tujuan hidup yang benar dan baik. Argumen yang diberikan agama

tentang hal ini adalah:

1. Sudah tegas bahwa hidup ini bermakna secara intrinsik, artinya ia

berharga karena dirinya sendiri. Karena itu, tidak relevan untuk

82

Andewi Suhartini, ‚Agama dan Problem Makna Hidup‛, Hermeneia,....., h. 157 83

M. Yunan Nasution, Dinamika Hidup, (Jakarta: Bulan Bintang, 1966), h. 7-8. Lihat

juga Didiek Ahmad Soepadi, dkk, Pengantar Studi Islam, ....., h. 184 84

Qs. al-Dzariyat [51]: 56

Page 62: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

47

menanyakan apakah hidup lebih baik dari pada mati, sebab pertanyaan

seperti itu mengisyaratkan komparasi antara kehidupan dan kematian -

suatu yang mustahil, karena tak seorang pun hidup yang pernah "secara

sadar" mengalami kematian untuk menjadi bahan perbandingan dengan

hidupnya itu sendiri. Hidup yang terwujud harus dilindungi dan

dihormati serta dimaknai sebaik mungkin.

2. Hidup ini berpangkal dari sesuatu dan berujung kepada sesuatu, yaitu

Tuhan, Pencipta dan Pemberi Kehidupan. Karena tujuan hidup itu ialah

Tuhan, maka arti dan makna hidup ditemukan dalam usaha kita

"bertemu" dan "mencari" Tuhan, dengan harapan memperoleh ridla

(perkenan)-Nya. Hidup bertujuan perkenaan atau ridla Tuhan

membentuk makna kosmis hidup itu, sedangkan wujud nyata usaha

manusia dalam hidup di dunia untuk mencapai tujuan ridla Tuhan itu

merupakan makna terrestrial hidup itu. Justru untuk memperoleh

kesejatiannya, sebagaimana dijabarkan dalam deretan argumen diatas,

suatu makna hidup terrestrial harus dikaitkan dengan makna hidup

kosmis. Jika tidak, maka seseorang akan mudah terjerembab dalam

lembah pesimisme mengingkari adanya makna dan tujuan hidup,

sehingga hidup itu menjadi tidak tertahankan dan bebannya tak

terpikulkan. Dengan kata lain, hilangnya dimensi kosmis dari hidup

akan membuat goyahnya dimensi terrestrial, yang kegoyahan itu akan

berakhir dengan hilangnya rasa makna hidup secara keseluruhan.85

85

Nurcholish Madjid, Islam, Dokrin, dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 2000), h. 26-

28

Page 63: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

48

Karena kematian bukanlah akhir segala-galanya, khususnya bukan

akhir pengalaman manusia tentang kebahagiaan dan kesengsaraan, maka

kematian adalah suatu peristiwa peralihan (transitory), yang mengawali

pengalaman akan kebahagiaan atau kesengsaraan yang hakiki.86

Untuk

lebih memperjelas nilai ketuhanan sebagai tujuan hidup perlu dikaji bahwa,

karena kenyataan hampir tidak ada orang yang tidak memiliki suatu makna

hidup, dan makna hidup itu dapat berbeda dari satu orang atau kelompok ke

orang atau kelompok lain, maka berarti ada masalah tentang makna hidup

yang benar dan makna hidup yang salah.

Oleh karena itu, persoalan selanjutnya adalah bagaimana menguji

kebenaran suatu tujuan hidup dan maknanya? Dalam menjawab pertanyaan

ini, Paul Edwards menawarkan jawaban, bahwa kita barangkali harus

membedakan antara makna dan tujuan hidup yang dapat disepakati oleh

umat manusia secara rasional dan dengan ketulusan pengertian, dan makna

serta tujuan hidup yang hanya secara sepintas saja tampak seperti rasional

dan penuh pengertian. Sepanjang persoalan makna dan tujuan hidup

manusia, taruhan yang amat menentukan ialah suara hati nurani. Makna

dan tujuan hidup yang benar ialah yang ditopang oleh pertimbangan hati

nurani yang tulus.87

Untuk itu, tujuan hidup manusia secara garis besarnya terbagi dua.

Pertama, tujuan hidup yang berdasarkan idealisme (cita-cita murni), yang

mencakup kepentingan bersama dan universal. Tujuan hidup yang demikian

hanya dapat dilihat dengan mata hati (bashariyah) dan dinikmati oleh jiwa.

86

Nurcholish Madjid, Islam, Dokrin, dan Peradaban, ....., h. 27-29 87

Nurcholish Madjid, Islam, Dokrin, dan Peradaban, ....., h. 31-33

Page 64: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

49

Kedua, tujuan hidup yang berdasarkan materialisme (kebendaan), dimana

yang demikian dapat dirasakan oleh indera dan jasmani manusia.88

Tujuan hidup yang pertama bersendikan pada pri kemanusiaan, bahwa

fungsi manusia hidup di dunia ini ialah untuk berbuat baik terhadap sesama

(hablum min al-nas ). Bagi orang-orang yang menjadikan yang pertama ini

menjadi tujuan hidup, mereka menganggap bahwa kehidupan di dunia

bukanlah tujuan, tetapi hanya sekedar alat untuk mencapai tujuan yang

lebih tinggi, yaitu kenikmatan batin atau ruhani. Sedangkan tujuan hidup

yang kedua membentuk manusia menjadi orang yang mengutamakan

kepentingan diri sendiri, tidak peduli terhadap kepentingan orang lain. Bagi

kelompok manusia yang menjadikan tujuan yang kedua ini, terpenuhinya

segala kehendak dan keinginan adalah puncak kebahagiaan.89

C. Harkat Hidup Manusia

1. Pengertian Harkat

Harkat memiliki arti mulia, kualitas, nilai, dan kekuatan.90

Arti

kata harkat ini sudah mafhum dipergunakan dalam banyak literatur

yang membahas tentang hakekat manusia dan hak asasinya. Tidak ada

perbedaan dalam menyikapi arti dari kata harkat ini. Secara umum

88

Perspektik terbentuknya tujuan hidup manusia ini memang rasional. Berkenaan dengan

terbentuknya wujud manusia itu sendiri yang dalam perspektif filsafat diyakini terdiri dari dua

unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur ruhani. Unsur jasmani manusia berasal dari tanah (materi),

dan unsur ruhani berasal dari ruh dan qalbu (akal dan jiwa). Lihat Syahrin Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan,....., h. 9.

89 M. Yunan Nasution, Dinamika Hidup,....., h. 8-9

90Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1988), h. 299. Dalam literatur yang lain dikatakan harkat adalah kepribadaian

yang baik, yang antara lain ada sifat jujur, setia, amanah, suci, teguh pendirian, dan lainnya. Lihat

M. Yunan Nasution, Dinamika Hidup, ....., h. 29. Bisa dikatakan bahwa harkat yang juga disebut

sebagai kepribadian yang baik itu adalah akhlak mahmudah.

Page 65: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

50

harkat diberikan arti kualitas diri dan kemuliaan. Secara pengertian

dapat dikatakan bahwa harkat adalah nilai manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali daya cipta, rasa, dan karsa, serta

hak dan kewajiban asasi. Harkat dapat dicapai bila manusia memiliki

daya tersebut dan mampu mengamalkannya dengan baik.91

Dengan

harkat inilah manusia menjadi berbeda dengan makhluk lain ciptaan

Tuhan di alam semesta. Harkat dapat dicapai hanya dengan jalan usaha

mengamalkan nilai-nilai dalam Al-Qur’an.92

Berkaitan dengan harkat itu, hakekat manusia memiliki dimensi-

dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan tersebut yaitu dimensi

kefitrahan, dimensi keindividulan, dimensi kesosialan, dimensi

kesusilaan, dan dimensi keberagamaan (ketuhanan). Kata kunci dimensi

kefitrahan adalah kejujuran dan kebenaran, dimensi keindividualan

adalah potensi dan perbedaan, dimensi kesosialan adalah komunikasi

dan kebersamaan, dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral (akhlak),

dan dimensi keagamaan (ketuhanan) adalah iman dan takwa.93

Kelima dimensi kemanusiaan tersebut merupakan satu kesatuan,

saling terkait dan berpengaruh. Pada dasarnya menyatu, berdinamika,

dan bersinergi sejak awal kejadian individu sampai akhir kehidupannya.

91

Daya cipta atau fikir menimbulkan keberanian menentang yang munkar, daya karsa

membuat manusia berani menjadi pelaksana dan penyuruh perbuatan yang ma’ruf, dan dengan

daya rasa manusia memiliki jiwa yang terlepas dari rantai dan belenggu benda, dan hanya tertuju

ke satu tujuan yaitu Sang Pencipta benda. Lihat Hamka, Pandangan Hidup Muslim, ....., h. 64-66. 92

Maman Imanulhaq Faqih, Zikir Cinta Menggapai Kebahagiaan, (Jakarta: Kompas,

2008), h. 117 93

Rodi Harono, ‚Harkat dan Martabat Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan‛,

Papper, 2009. Lihat juga Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan (Jakarta: PP Gramedia

Widiasarana Indonesia, 2008), h. 15

Page 66: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

51

Kelima dimensi itu menuju kepada perkembangan individu menjadi

manusia seutuhnya.

Untuk memungkinkan perkembangan individu ke arah yang

dimaksud itu, dan dimensi kemanusiaannya berkembang dengan baik,

manusia dikaruniai Tuhan lima jenis potensi yang dalam hal ini

disebut panca daya, yaitu: daya takwa, daya cipta, daya rasa, daya karsa,

dan daya karya. Kelima daya tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:94

- Daya takwa, merupakan basis dan kekuatan pengembangan yang

secara hakiki ada pada diri manusia (masing-masing individu) untuk

mengimani dan mengikuti perintah dan larangan dari Tuhan Yang

Maha Esa.

- Daya cipta, bersangkut paut dengan kemampuan akal, pikiran, fungsi

kecerdasan, dan fungsi otak.

- Daya rasa, mengacu kepada kekuatan perasaan atau emosi dan sering

disebut dengan unsur afektif. Hal-hal terkait dengan suasana hati dan

penyikapan termasuk ke dalam daya rasa.

- Daya karsa, merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk

melakukan sesuatu, secara dinamis begerak dari satu posisi ke posisi

lain, baik adalam arti psikis maupun keseluruhan diri. Kemampuan

atau keinginan berbuat atau will, dan semangat termasuk

didalamnya prakarsa merupakan isi daya karsa.

- Daya karya, mengarah kepada dihasilkannya produk-produk nyata,

yang secara langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan baik oleh

94

Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, ....., h. 18-19.

Page 67: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

52

diri sendiri, orang lain, dan/atau lingkungan.

Panca daya tersebut menjadi sisi hakiki dari keseluruhan dimensi

kemanusiaan. Dalam kajian, panca daya dimanifestasikan sebagai

intelegensi spiritual, intelegensi rasional, intelegensi emosional,

intelegensi sosial, dan, intelegensi instrumental.95

Manusia dianggap ada karena bergerak. Harkat manusia tercermin

dari setiap gerakan dalam kegiatan kehidupan yang menghadirkan hasil,

baik itu cinta, kasih-sayang, belajar, simpati, sosial, ibadah keagamaan,

melakukan kewajiban pemenuhan kebutuhan hidup, dan lain-lain.

Kualitas, kemuliaan, atau nilai diri manusia, baik subyektif maupun

obyektif96

, adalah yang menuju ke wilayah kebaikan dan keluhuran.97

Sebab, kebenaran dan keluhuran ialah harkat itu sendiri, dan harkat

adalah apresiasi dari kreatifitas positif.

2. Signifikansi Harkat dalam Kehidupan Manusia

Unsur perwujudan manusia terdari dari jasad yang materi dan roh

yang kosmos. Tentunya, bahagia yang diinginkan manusia diniscayakan

berorientasi pada kedua unsur itu, yakni materi atau kosmos.

Kebahagiaan yang diinginkan dapat berupa karena berlimpahnya materi,

95

Rodi Harono, ‚Harkat dan Martabat Manusia dan Implikasinya terhadap Pendidikan‛,

Papper, 2009. 96

Burbecher membedakan nilai menjadi dua bagian, yaitu intrinsik dan instrumental.

Intrinsik adalah nilai yang dianggap baik, tidak untuk suatu yang lain, melainkan di dalam diri

sendiri. Sedangkan instrumental adalah nilai yang diangggap baik karena bernilai untuk yang lain.

Lihat H. Jalaluddin dan H. Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia , Filsafat, dan Pendidikan, cet. IV, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), h. 137

97Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia , Filsafat, dan Pendidikan,

....., h. 136-138

Page 68: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

53

terwujudnya kasih-sayang, atau juga dapat berupa rasa dekat dengan

Sang Pencipta alam semesta, berupa ibadah dan rasa syukur.98

Manusia hidup memiliki kehidupan dan bertindak dalam

kehidupannya. Dia memiliki akal budi, tujuan hidup, kemauan, dan cita-

cita. Dia adalah makhluk yang berusaha di dalam kehidupannya. Dan

setiap manusia memiliki rekam jejak perjalanan hidup dan usahanya.

Berarti-tidaknya dan berharga-tidaknya diri seseorang sangat

ditentukan dari tindak-tanduknya, pola pikir, kemauan, tujuan hidup,

dan apa yang dicita-citakan. Dari situlah seorang manusia berbeda harga

kemanusiaannya dengan yang lainnya.99

Setiap kehendak dan perbuatan yang dilakukan sangat ditentukan

oleh apa yang diniatkan. Dalam satu hadits disebutkan:

يات , ولكل امرء ما ن وى )رواه ابودوود( العمال بالن ا ن‚Sesungguhnya nilai amal itu tergantung niatnya, dan setiap pekerjaan

pasti mendapatkan (imbalan) dari apa yang ia niatkan.‛

Dari hadits di atas mengisyaratkan bahwa baik-buruknya tindakan, efek

yang ditimbulkan, dan imbalan yang diberikan oleh Tuhan sangat

ditentukan oleh niat. Niat menjadi ruh dan pimpinan yang mendominasi

prilaku selama melakukan tindakan atau perbuatan. Niat baik atau buruk

dapat terlihat dari bagaimana dan seperti apa tindakan atau perbuatan

itu dilakukan, dari awal hingga akhir.

98

Komarudin Hidayat, Psikologi Kebahagiaan: Merawat Bahagia Tiada Akhir, ....., h.113 99

Kumpulan sifat akal budi, kemauan, cita-cita, bentuk tubuh, kelebihan dan kekurangan,

berarti atau tidaknya seseorang, Hamka mengartikannya sebagai pribadi. Kemuliaan atau

tidaknya diri seseorang dapat dideteksi dari hal-hal tersebut. Mengutip perkataan Socrates,

Hamka mengatakan bahwa manusia yang bahagia dan mulia adalah yang mau dan mampu

mengenali diri atau pribadinya. Karena positif dan negatifnya diri pribadi seseorang dapat

dipahami oleh diri sendiri. Lihat Hamka, Pribadi Hebat, ....., h. 2-5.

Page 69: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

54

Manusia adalah makhluk yang beragama.100

Sebagai makhluk

spiritual, manusia berkehendak dan berusaha untuk melakukan

perbuatan yang terbaik bagi dirinya. Sifat, perkataan, perbuatan, dan

prilaku ibadah diusahakan berkualitas dan berharap mendapat tanggapan

imbalan baik (pahala) dari Tuhan, bahagia, dan berhadiah surga

nantinya. Manusia juga berdimensi sosial. Dengan dimensi sosial ini

manusia memiliki kehendak untuk hidup yang butuh bantuan orang lain,

hidup berdampingan bersama, bermasyarakat, dan saling tolong-

menolong. Perbuatan yang sesuai dengan kehendak dan keridlaan-Nya,

yakni yang berprinsip pada ‘amar ma’ruf nahi munkar.101

Dari dua dimensi itu mengisyaratkan bahwa manusia tidak bisa

hidup sendiri dan menyendiri. Kalaupun bisa, eksistensinya kurang

mulia dihadapan Tuhan, karena hanya mementingkan diri sendiri.

Karena dari dua dimensi tersebut mengindikasikan bahwa manusia

membutuh Tuhan dan beribadah kepada Tuhan. Selain itu manusia juga

butuh bertetangga, bergaul, dan memasyarakat مه وحبل هللا مه )حبل

Orang yang baik bukan hanya konsentrasi untuk tujuan ukhrowi .الن اس(

saja, tapi juga harus bermanfaat dan memberi manfaat bagi orang lain

للن اس( مهينفع الن اس 102.)خير

100

Dimensi pembawaan dari kehidupan manusia sejak diciptakan, atau dengan istilah lain

disebut dengan fitrah. Muhaimin, dkk, Dimensi-dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya

Abditama, 1994), h. 28. Lihat juga Usep Usman Ismail, Pengembangan Diri menjadi Pribadi Mulia, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2011), h. 126.

101Didiek Ahmad Soepadi, dkk, Pengantar Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011),

h. 143 102

Usep Usman Ismail, Pengembangan Diri menjadi Pribadi Mulia,....., h. 227

Page 70: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

55

Untuk menjadi manusia yang berpribadi baik tentunya seorang

harus semangat bergerak, berusaha, berilmu pengetahuan, berkarya,

beribadah, dan bersosial. Karena dari hal-hal tersebutlah manusia dapat

memiliki nilai, kualitas, dan strong. Kehendak akan memiliki nilai,

bermakna atau berharkat, bila dilakukan dengan cara sesuai dengan

aturan agama.

Al-Qur’an dan Hadits sebagai panduan utama dalam kehidupan

manusia (muslim) memberikan arahan komperhensif tatanan prilaku

yang harus dilakukan. Sayyed Hossein Nasr mengatakan bahwa seluruh

aspek kehidupan manusia dipengaruhi oleh panduan-panduan etika,

dimana panduan etika itu dapat dijumpai dalam Al-Qur’an dan

Hadits.103

Usaha beragama setiap manusia akan menghasilkan praktek

prilaku, dan prilaku dapat menjadi indikator penilai terhadap kualitas

beragama. Semakin baik beragama seseorang, maka akan semakin baik

pula tata laksana perilaku yang dilakukan. Karena setiap orang yang

beragama akan selalu berusaha untuk mencari dan mendapatkan yang

benar, yang baik, dan yang indah.104

Tindakan dan ibadah yang sesuai

dengan hukum yang benar, baik dalam akhlak, dan indah dalam tata laku

dan interaksi sosial yang terpandu oleh akal. Usaha yang merupakan

cerminan dalam rangka mencari dan mendapatkan hidup yang mulia.105

103

Sayyed Hossein Nasr, Islam Agama, Sejarah, dan Peradaban, Terj. Koes

Adiwidjajanto, (Surabaya: Risalah Gusti, 2003), h. 115 104

Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudlu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2001), h. 377.

105Kemuliaan (harkat) hidup manusia sangat ditentukan oleh kemampuan dan kapasitas

potensi akal. Karena akal memiliki potensi memilah dan memilih mana yang benar, baik, dan

indah, sesuai dalam panduan Al-Qur’an dan Hadits. Lihat, Sunardi, Falsafah Ibadah, (Bandung:

Pustaka Al-Kasyaf, 2013), h. 54. Manusia secara fitrah diciptakan Tuhan dengan bentuk yang

Page 71: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

56

Menurut Nurcholis Madjid, manusia bisa menjadi utuh (kamil) dan

mulia apabila dalam dirinya tercerminkan nama-nama Allah dan selalu

memenuhi perintah-Nya dalam tata hidupnya, yang diimplementasikan

dalam bentuk takwa.106

Manusia, melalui kehendaknya, bertumpu pada kemuliaan zatnya,

dapat meraih kemuliaan ikhtiari yang menjadi ukuran nilai kemanusiaan

dan kedekatannya terhadap Allah. Dengan kemuliaan ikhtiari ini,

manusia bisa menjadi lebih baik dan beda dengan manusia yang lain,

karena bertumpukan pada takwa. Sebuah kemuliaan yang bernanung

pada iman dan amal shalih.107

Dalam Al-Qur’an ditegaskan:

108 إن أكرمكم عند اللو أت قاكم ‚sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling bertakwa.‛

Kemuliaan hidup manusia akan dapat diraih dengan selalu

komitmen berinteraksi dengan Al-Qur’an dan Hadits. Kitab suci

termaktub berbagai aturan dan prinsip-prinsip agama serta kisah-kisah

yang penuh ibrah dengan tujuan untuk membimbing manusia pada jalan

hidayah dan menghadiahkan kesempurnaan dan kemuliaan kepada

semua mukmin. Aturan dan prinsip itu antara lain tentang iman, takwa,

sempurna, dan manusia menjadi mulia disebabkan diberikannya akal oleh Tuhan. Lihat, Ali

Asgari Yazdi, Kemuliaan Manusia dalam Pandangan Islam, Bayan: Jurnal Ilmu-ilmu Islam, Vo. 6

No. 1, 2016, h. 37. Sejauh akal digunakan dalam memahami kebenaran yang berpedoman pada Al-Qur’an

dan Sunnah, maka kebenaran akal dapat dijadikan pegangan dalam meraih kemuliaan dan kemajuan hidup.

Lihat, Muhammad Sholikhin, Filsafat dan Metafisika dalam Islam: Sebuah Perjalanan Nalar, Pengalaman Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula Gusti, (Yogyakarta: Narasi, 2008), h. 147

106Al-Qur’’an adalah wahyu yang mengandung pesan keagamaan berupa takwa kepada

Allah. Takwa yang bermakna hablun min Allah dan hablun min al-naas. Budhy Munawar

Rachman, Membaca Nurcholis Madjid: Islam dan Pluralisme, (Jakarta: Democracy Project

Yayasan Abad Demokrasi, 2011), h. 53-55 107

Ali Asgari Yazdi, Kemuliaan Manusia dalam Pandangan Islam, ....., h. 40-41. 108

QS. Al-Hujarat [49]: 13.

Page 72: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

57

sayang dan hormat serta bakti pada orang tua, syukur, akhlak, halal-

haram, menghormati dan menghargai kepada sesama, dan ghirah dalam

kehidupan dan usaha (ikhtiar).109

109

Ahmad Badar, Cara Hidup untuk Mendapatkan Kemuliaan, Paper, Academia Edu,

2015.

Page 73: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

58

BAB III.

HAMKA DAN IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAMNYA

A. Sejarah Sosial-Intelektual Haji Abdul Malik Bin Abdul Karim Amrullah

(HAMKA)

1. Biografi HAMKA

HAMKA (tahun 1908 - 1981 M.), adalah akronim dari nama Haji Abdul

Malik Karim Amrullah.1 Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik,

pejuang, dan penulis Indonesia yang terkenal di Nusantara. Beliau lahir pada

tanggal 16 Februari 1908 M./13 Muharram 1362 H. di kampung Molek desa

Tanah Sirah, Sungai Batang, di tepi Danau Maninjau, Agam, Sumatera

Barat.2 Hamka adalah putra pertama pasangan dari Abdul Karim bin

Amrullah, atau dikenali sebagai Haji Rasul, dan Siti Shaffiah Tanjung binti

H. Zakaria, putri keturunan seniman Minang dari Gelanggang Bagindo nan

Batuah.3 Ayahnya meninggal pada tanggal 21 Juni 1945, sedangkan ibunya

meninggal pada tahun 1934.4 Hamka mewarisi darah ulama dan pejuang yang

kokoh pada pendirian dari ayahnya yang dikenal sebagai seorang pelopor

Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, dan salah satu tokoh utama dari

1Penulisan selanjutnya akan ditulis dengan singkatan ‚Hamka‛. Nama Hamka dilekatkan

kepadanya setelah beliau pulang dari haji pada tahun 1927. Lihat Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh pada abad 20, (Jakarta: Gema Insani Press, 2006), h. 60

2Didi Junaedi, Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, (Yogyakarta: Indonesia

Tera, 2014), h. 16. 3M. Yunan Yusuf, dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada dan

MP Dikdasmen PP Muhammadiyah, 2005), h. 134. 4Titiek W.S, ‚Nama Saya Hamka‛, dalam Nasir Tamara, dkk, HAMKA Dimata Hati Umat,

(Jakarta: Sinar Harapan, 1983), h. 51. Lihat juga Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Inteletual dan Pemikiran HAMKA tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 15-18.

Page 74: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

59

gerakan pembaharuan kaum muda yang membawa reformasi Islam di Padang

Panjang Sumatera Barat.5

Nama Abdul Malik adalah nama do’a harapan ayahnya. Abdul Malik

adalah nama yang diberikan ayahnya kepada Hamka untuk mengenang nama

anak gurunya, Syekh Ahmad Khatib di Makkah. Abdul Malik bin Syekh

Ahmad Khathib ini pada zaman pemerintahan Syarif Husain di Mekkah

pernah menjadi Duta Besar Kerajaan Hasyimiyah di Mesir. Diharapkan, nama

Abdul Malik dapat menjadi keberkahan dan kemasyhuran, dan kelak menjadi

ulama yang didambakan umat.6

Ketika Hamka berusia 10 tahun, ayahnya mendidiknya di madrasah

thawalib, sekolah yang didirikan ayahnya di Jembatan Besi Padang Panjang.

Tujuan ayahnya mendidik di madrasah thawalib, harapan dari nama Abdul

Malik yang diberikan, adalah agar Hamka kelak menjadi ulama.7 Untuk itu,

di madrasah thawalib Hamka dididik pelajaran agama dan bahasa Arab.

Hamka juga mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan

oleh ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid,

Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto, dan Ki Bagus Hadikusumo. Namun sistem

pembelajaran yang diterapkan di madrasah thawalib tidak membuat Hamka

puas dan merasa bebas berekspresi. Sistem menghafal dalam pembelajaran

yang diterapkan membuat Hamka bosan dan jenuh. Kemudian Hamka

5Haji Abdul Karim Amrullah di kalangan masyarakat Minangkabau dikenal dengan sebutan

inyik deer (kakek doktor) dan dikenal sebagai ulama besar yang menyuarakan paham pembaruan

Islam di daerah Minangkabau pada penghujung abad ke-19 dan awal abad ke-20. Lihat Murodi,

‚Hamka: Potret Ulama-Pujangga‛, Academia, Vol. 21 No. 2, 2014. Lihat juga Hamka, Dari Lembah Cita-cita, (Jakarta: Gema Insani Press, 2016), h. 97.

6Mohammad Damami, Tasawuf Positif dalam Pemikiran HAMKA, (Yogyakarta: Fajar

Pustaka Baru, 2000), h. 28 7Leon Agusta, ‚Di Akhir Pementasan yang Rampung‛, dalam Hamka di Mata Hati Umat, (

Jakarta: Sinar Harapan, 1983). hlm. 71-97.

Page 75: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

60

melampiaskan pelariannya ke perpustakaan umum milik Zainuddin Labai El-

Yunusi dan Bagindo Sinaro yang banyak menyediakan buku-buku cerita dan

sejarah serta mudah dicerna. Dari perpustakaan iniah Hamka menemukan

banyak pengetahuan baru yang kemudian memacu gairah semangat

keilmuannya.8

Hamka menggali pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,

seperti falsafah, kesusasteraan, sejarah, sosiologi, dan politik, baik bernuansa

Islam ataupun Barat. Dengan berbahasa arabnya yang baik setelah dari Mesir,

beliau dapat mempelajari karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah

seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-'Aqqad, Mustafa Luthfi al-

Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau mampu

membaca karya sarjana Perancis, Inggris, dan Jerman seperti Albert Camus,

William James, Freud, Arnold Toynbee, Jean Sartre, Karl Marx, dan Pierre

Loti.9

Pada tahun 1924, dalam usia 16 tahun, ia pergi ke Jawa. Berkat Ja’far

Amrullah, pamannya, beliau mendapatkan peluang kursus mempelajari seluk-

beluk gerakan Islam modern dan mengasah bakat berpidatonya. Di

Yogyakarta beliau menggali pengetahuan dari H. Oemar Said Tjokroaminoto,

Ki Bagus Hadikusumo (ketua Muhammadiyah 1944-1952), Raden Mas

Soerjopranoto (1871-1959), dan KH. Fakhfuddin (ayah KH. Abdur Rozzaq

8M.Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: Sebuah Telaah Atas Pemikiran

Hamka dalam Teologi Islam, (Jakarta: Penamadani, 2003) , Cet. II, hal. 42. 9Azyumardi Azra,‚Prof. Dr. Hamka: Pribadi Institusi MUI‛, dalam Tokoh dan Pemimpin

Agama: Biografi Sosial Intelektual,(ed), Azyumardi Azra dan Saiful Umam, ( Jakarta: Litbang

Depag dan PPIM IAIN Jakarta, 1998), h. 8

Page 76: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

61

Fakhruddin), dan Syamsu Rijal, tokoh Jong Islamieten Bond (JIB).10

Dari Ki

Bagus Hadikusumo, Hamka mendapatkan pelajaran tafsir Al-Qur’an. Kursus-

kursus pergerakan itu diadakan di Gedung Abdi Dharmo, Pakualaman,

Yogyakarta. Setelah beberapa lama di sana, ia berangkat ke Pekalongan dan

menemui kakak ipamya, AR. Sutan Mansur, yang waktu itu menjadi ketua

Muhammadiyah cabang Pekalongan. Di kota ini ia berkenalan dengan tokoh-

tokoh ulama setempat. Menimba ilmu selama setahun di Jawa membuat

Hamka mulai berpidato di mana-mana dengan jiwa dan semangat kesadaran

sebagai seorang pengajar dan penyiar Islam.11

Pada bulan Juli tahun 1925, ia kembali ke rumah ayahnya di Gatangan,

Padang Panjang. Sejak tahun 1925, sepulang dari Jawa, beliau memulai

kiprahnya dalam organisasi Muhammadiyah. Di tahun itu pula beliau sudah

menjadi utusan organisasi untuk tujuan dakwah dalam bentuk menentang

khurafat, bidaah, tarekat, dan kebatinan sesat di Padang Panjang.12

Namun

pidato Hamka mendapat cemoohan dari ulama Minangkabau. Ia dicemooh

sebagai mubaligh yang tidak memahami bahasa Arab. Sindiran ini menjadi

cambukan bagi Hamka yang sudah merantau jauh ke tanah Jawa menimba

ilmu agama. Dalam kondisi itu, pada tahun 1927, beliau berangkat ke

Makkah sembari menunaikan ibadah haji.13

Di Makkah ia sempat mendirikan

Persatuan Hindia Timur, sebuah organisasi yang memberikan pelajaran

10

M.Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: Sebuah Telaah Atas Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, ... h, 43

11Hamka, Kenang-kenangan Hidup, (Jakarta:Bulan Bintang, 1990) Jilid I, hlm.. 37

12Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Qur’an dan

Hadits, (Jakarta: Republika Penerbit, 2015), Cet. III, h. viii-ix. Lihat juga M. Yunan Yusuf, dkk,

Ensiklopedi Muhammadiyah, ...... h. 135 13

Azyumardi Azra,‚Prof. Dr. Hamka: Pribadi Institusi MUI‛, dalam Tokoh dan Pemimpin Agama: Biografi Sosial Intelektual,(ed), .... h. 9

Page 77: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

62

manasik haji bagi orang-orang Indonesia yang berkunjung ke Makkah untuk

melaksanakan ibadah haji.

Tidak lama Hamka di Tanah Suci, enam bulan kemudian beliau kembali

ke ranah Minang dengan membawa kemampuan berbahasa Arab selama

berada di Makkah. Hamka kembali ke tanah air dengan tujuan kota Medan.

Di Medan ia menjadi guru agama pada sebuah perkebunan selama beberapa

bulan. Pada akhir tahun 1927, ia kembali ke kampung halamannya. Dengan

kemampuan berbahasa Arab yang semakin lancar itu kemudian beliau

kembali melakukan syiar Islam melalui Muhammadiyah cabang Padang

Panjang. Karena ketekunannya menyampaikan ajaran agama Islam melalui

Muhammadiyah, maka pada tahun 1934 beliau diangkat menjadi anggota

tetap Majelis Konsul Muhammadiyah Sumatera Tengah.14

Sejak masuk organisasi Muhammadiyah tahun 192515

, beliau selalu

mengikuti pertumbuhan Muhammadiyah. Karir organisasi Hamka makin

berkembang. Pada tahun 1928 beliau terpilih menjadi ketua Cabang

Muhammadiyah di Padang Panjang. Dengan posisinya itu, Hamka menjadi

peserta Muktamar Muhammadiyah di Solo. Setahun kemudian beliau

mendirikan pusat latihan dakwah Muhammadiyah, dan pada tahun 1930 ia

mendapat misi untuk mendirikan Muhammadiyah di Bengkalis. Kemudian

pada tahun 1931, beliau diutus oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah ke

Ujung Pandang untuk menjadi mubaligh Muhammadiyah dalam rangka

menggerakkan semangat menyambut Muktamar Muhammadiyah ke-21.

14

M. Yunan Yusuf, dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, ( Jakarta: Rajagrafindo Persada dan

MP Dikdasmen PP Muhammadiyah, 2005), h. 134 15

Hamka saat itu baru berusia 17 tahun. Di tahun ini pula Hamka mulai ikut serta dalam

kegiatan politik sebagai anggota di Partai Sarekat Islam.

Page 78: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

63

Hingga pada akhirnya beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan

Muhammadiyah di Padang Panjang Sumatera Barat oleh Konferensi

Muhammadiyah, menggantikan S. Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946.

Dengan posisinya yang semakin strategis di oganisasi, beliau semakin gencar

dan semangat melakukan aktifitas gerakan dakwah Islam, khususnya di

Sumatera Barat.16

Aktifitas Hamka begitu padat. Selain aktif dalam perjuangan membela

tanah air dalam upaya kemerdekaan bangsa, juga aktif di dunia organisasi. Di

usia beliau yang masih muda, waktunya hampir sepenuhnya dihabiskan untuk

berjuang, berorganisasi, dan juga menulis, serta sebagai jurnalis.

Dalam karirnya menjadi pejuang17

, pada tahun 1947 Hamka diberikan

mandat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional Indonesia. Keaktifannya

dalam perjuangan membela tanah air tidak membuat surut tekadnya dalam

berorganisasi. Tekad membangun Muhammadiyah terus membara. Hingga

dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950, beliau

terpilih menjadi ketua. Pada tahun ini pula Hamka mengajak keluarganya

hijrah ke Jakarta18

untuk memulai karirnya menjadi pegawai negeri di

Departemen Agama yang saat itu dipimpin oleh KH. Abdul Wahid

Hasyim.19

Dalam kapasitasnya sebagai pegawai negeri di Departemen Agama

(sekarang Kementerian Agama RI), Hamka diberi tugas untuk memberikan

16

Murodi, ‚Hamka: Potret Ulama-Pujangga‛, Academia Vol. 21 No. 2, 2014. 17

Saat menjadi pejuang, Hamka membantu melakukan penentangan usaha kembalinya

penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan.

Kegigihan beliau dalam ikut menjadi pejuang kemudian diberikan mandat menjadi ketua Barisan

Pertahanan Nasional Indonesia pada tahun 1947. 18

Pindah ke Jakarta, Hamka dan keluarganya tinggal di rumah sewaan milik orang

keturunan arab di gang buntu jalan Toa Hong II Kebun Jaruk Taman Sari Jakarta Barat. Lihat

Irfan Hamka, Ayahku: Kisah Buya Hamka, (Jakarta: Republika Penerbit, 2013), h. 35. 19

M. Yunan Yusuf, dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah,... h. 135

Page 79: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

64

materi kuliah di beberapa Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di

Yogyakarta, dan beberapa Perguruan Tinggi Agama Islam lainnya. Selang 5

tahun kemudian beliau meletakkan jabatan karena masalah prinsip.

Di tengah kesibukannya menjadi pegawai di departemen agama, beliau

menunaikan ibadah haji yang kedua. Setelah selesai menunaikan ibadah haji,

di sana beliau melakukan lawatan ke beberapa negara Arab. Dalam lawatan

tersebut, ia sempat bertemu dengan beberapa intelektual Mesir yang

dikenalnya, seperti Thaha Husein, dan Fikri Abadah. Hamka selalu membawa

kenangan dalam setiap perjalanannya. Sepulang dari lawatan itu beliau

menorehkan kenangan tersebut menjadi beberapa buku roman, yaitu Mandi

Cahaya di Tanah Suci, Di Lembah Sungai Nil, dan Di Tepi Sungai Daljah.20

Kemudian pada tahun 1952 Pemerintah Orde Lama (Orla) yang dipimpin

Soekarno mengangkat beliau sebagai anggota Badan Pertimbangan

Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang

Kemendiknas). Selain itu, ia juga menjadi penasihat pada Kementrian Agama

RI. Sedangkan pada bidang keilmuwan ia juga menjadi Guru Besar pada Per-

guruan Tinggi Islam dan Universitas Islam di Makassar.21

Pada tahun 1953, karena kepiawaian dan komitmennya, Hamka juga

dipilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kegigihannya

sebagai anggota Partai Masyumi dan pemidato handal dalam kampanye, pada

tahun 1955 saat Pemilihan Umum (Pemilu) pertama dilaksanakan, Hamka

20

Disela-sela kesibukannya, Hamka juga menorehkan karya sastranya. Antara waktu tahun

1938 sampai tahun 1949, Hamka menulis roman berjudul Di Bawah Naungan Ka’bah (1938),

Tenggelamrrya Kapal Van Der Wijk (1939), Merantau ke Deli (1940), Di Dalam Lembah

Kehidupan (1940), dan biografi orang tuanya berjudul Ayahku (1949). Lihat M. Yunan Yusuf,

dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, .... hlm. 135-136 21

M. Yunan Yusuf, dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, .... h. 136

Page 80: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

65

mendapatkan mandat menjadi anggota konstituante dari Partai Masyumi

perwakilan dari Muhammdiyah untuk daerah pemilihan Masyumi di Jawa

Tengah.22

Meskipun beliau aktif dalam wilayah politik dan organisasi, tetapi

profesi aktifitas menulisnya tidak ditanggalkan. Di lembaga konstituante

beliau gigih menyuarakan dakwah islamiyah dan memperjuangkan

kepentingan Islam. Di berberapa media beliau juga tetap melakukan aktifitas

menulis. Karakter pendakwah dan jiwa besarnya tidak lantas luntur dengan

kedudukan yang diberikannya.23

Keaktifan Hamka di partai terhenti dengan dibekukannya Masyumi oleh

presiden Soekarno tahun 1960. Sebagai mantan politikus Partai Masyumi

yang handal dalam berpidato, organisatoris Muhammadiyah, dan komitmen

di jalan dakwah, penulis yang tidak kenal lelah, Hamka kemudian menjadi

perhatian serius oleh Partai Komunis Indonesia. Dengan berbagai tipu

muslihat dan strategi negatif, PKI sebagai partai besar dan dekat dengan

Soekarno, melakukan tindakan pemfitnahan kepada Hamka. Atas usulan PKI,

pada tahun 1964 hingga tahun 1966 Hamka dipenjarakan oleh Presiden

Sukarno karena tuduhan yang kejam, yakni dianggap melanggar Undang-

undang Anti Subversif Pempres No. 11, yaitu merencanakan pembunuhan

Presiden Soekarno. Penentangan Hamka terhadap sistem demokrasi

terpimpin yang akan dicanangkan Soekarno juga menjadi satu pemicu

22

M. Yunan Yusuf, dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, ....h. 136. Inilah alasan mengapa

presiden Soekarno mengajukan dua opsi kepada Hamka saat menjadi pegawai tinggi agama.

Menjadi pegawai negeri atau politikus di Masyumi. Lihat juga Prof. Dr. Hamka, Dari Lembah Cita-cita,....h. 100

23Nur Hamim, Manusia dan Pendidikan Elaborasi Pemikiran HAMKA, (Sidoarjo: Qisthos,

2009), h. 29

Page 81: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

66

penangkapannya. Karena dengan penentangan itu Hamka dianggap pro

Malaysia. Tidak hanya itu, ketika Hamka dipenjarakan, buku-buku beliau pun

dilarang beredar dan dilarang untuk diterbitkan.24

Penangkapannya sama sekali tidak pernah terpikir dan terbesit dalam

pemikiran seorang Hamka. Pada saat inilah cobaan yang tak terperikan

dirasakan oleh keluarga Hamka. Setelah mundur dari pegawai kementerian

agama, beliau kemudian difitnah dan dipenjarakan, serta buku-buku

tulisannya di-beslah25 oleh para pemuda PKI.

26 Seluruh sumber pendapatan

keuangan Hamka seakan ditutup oleh orang-orang PKI.

Tidak ada kesan putus asa atau pun marah terlihat pada sosok Hamka.

Dimana pun beliau berada selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-

baiknya untuk menulis dan tujuan dakwah. Begitu pula saat di dalam penjara.

Semasa dipenjarakan beliau menulis Tafsir al-Azhar yang merupakan karya

ilmiah yang fenomenal sampai saat ini. Setelah keluar dari penjara, Hamka

diangkat sebagai anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional Indonesia,

anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia, dan anggota Lembaga

Kebudayaan Nasional Indonesia.

24

Irfan Hamka, Ayahku: Kisah Buya Hamka, ... h. 255. Lihat juga Hamka, Dari Lembah Cita-cita,....h. 101. Ada sumber yang menyatakan bahwa Perkembangan situasi politik Indonesia

pada era 50-an saat itu mengarah ke aliran komunisme. Situasi politik seperti ini sangat tidak

menguntungkan bagi perkembangan karir Hamka. Karena kaum intelektual maupun kalangan

agamawan yang tidak sealiran dengan paham Komunis (partai politik yang cukup dominan saat

itu) mendapatkan ancaman dan tekanan politik. Ceramah-ceramah Hamka yang bercorak moderat

menggiringnya menjadi target musuh. Partai Komunis menganggap Hamka sebagai ‚Neo Ma-

syumi‛ yang merongrong paham-paham komunisme. Lihat Azyumardi Azra,‚Prof. Dr. Hamka:

Pribadi Institusi MUI‛, dalam Tokoh dan Pemimpin Agama: Biografi Sosial Intelektual,...h. 12,

dan lihat Tafsir al-Azhar Juz I, (Jakarta: PT. Pustaka Panjimas 2005), h. 66 25Beslah menurut Irfan Hamka dalam bukunya ‚Ayahku‛ memiliki arti pembredelan,

penyitaan, pemusnahan, dan pelarangan terbit dan beredar. 26

Irfan Hamka, Ayahku: Kisah Buya Hamka, ... h. 202

Page 82: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

67

Berkat ketokohan dan pengalamannya di organisasi dan

keintelektualannya dalam bidang agama yang dimiliki Hamka, pada 26 Juli

1977, Menteri Agama Indonesia, yaitu Mukti Ali, kemudian meminta dan

melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia (MUI). Empat

tahun berselang beliau menjabat, pada tahun 1981 kemudian beliau

meletakkan jabatan sebagai ketua MUI. Alasan yang paling mendasar adalah

karena nasehat-nasehatnya tidak diindahkan lagi oleh pemerinta Indonesia,

terutama fatwa MUI tentang pelarangan umat Islam untuk melakukan

perayaan Natal bersama.27

Tidak lama berselang setelah mundur dari MUI,

Hamka mangkat ke hadirat Illahi Robbi.

Selain aktif dalam politik, dakwah, dan organisasi, sejak tahun 1920

Hamka juga gigih melakukan gerakan pembaruan dan syiar Islam lewat

media masa. Pada usia yang masih muda, Hamka sudah menjadi wartawan di

beberapa media massa, diantaranya seperti Pelita Andalas, Seruan Islam,

Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Di samping itu, Buya Hamka

pada tahun 1928 juga pernah menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat.

Kemudian pada tahun 1932, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah

al-Mahdi di Makasar. Pada tahun 1936, Hamka mendirikan majalah Pedoman

bersama Zainal Abidin Ahmad dan M. Yunan Nasution. Selain itu beliau juga

menjadi koresponden di beberapa media, yakni harian Merdeka dan

Pemandangan. Hamka juga pernah menjadi editor dan pendiri majalah Pe-

doman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam pada tahun 1959

27

M. Yunan Yusuf, dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, .... h. 135

Page 83: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

68

hingga 1962.28

Pada rentang usianya, dari 18 tahun sampai 54 tahun, Hamka

menyi\bukkan diri dalam dunia media sebagai sarana saluran dakwahnya.

Di setiap waktu selalu menjadi kesempatan emas bagi Hamka.

Kesibukan beliau di segala bidang tidak membuatnya lelah untuk selalu

menorehkan tinta hitam di kertas-kertas putih. Sehingga tidak terasa banyak

karya yang dihasilkan dari tangan dan pikiran seorang Hamka. Hamka telah

menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen.

Karya ilmiah terbesarnya ialah ‚Tafsir al-Azhar‛, dan di antara novel-

novelnya yang mendapat perhatian umum dan menjadi buku teks sastera di

Malaysia dan Singapura yaitu ‚Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck‛, ‚Di

Bawah Lindungan Ka’bah‛ dan ‚Merantau ke Deli‛.29

Prof. Dr. Andries

Teew, seorang guru besar Universitas Leiden dalam bukunya yang berjudul

Modern Indonesian Literature I, mengatakan bahwa Hamka sebagai

pengarang juga penulis yang paling banyak tulisannya, yaitu tulisan yang

bernafaskan Islam berbentuk sastra.30

Kualitas intelektual yang dimiliki Hamka membawanya ke tingkat

kehormatan dalam dunia akademis. Beliau mendapatkan anugerah

kehormatan Doctor Honoris Causa dari Universitas al-Azhar Kairo pada

tahun 1959, Doktor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia

28

Majalah ini dibuat tidak hanya untuk kepentingan kelompok reformis atau pembaharu

muslim di Indonesia, tapi juga diperuntukkan bagi penyebaran ide-ide atau gagasan tentang Islam

perlunya menghentikan pertikaian internal umat Islam Indonesia mengenai masalah-masalah

khilafiyah yang sering terjadi. Bahkan dalam konteks ini, Hamka memutuskan untuk menyebarkan

pesan-pesan KH. Hasyim Asy’ari dalam majalah Panji Masyarakat, pesan-pesan yang kemudian

diserukan kepada kelompok reformis (pembaharu) maupun tradisionalis untuk menghentikan

perselisihan. Lihat Thoha Hamim, Paham Keagamaan Kaum Reformis, (Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2000), h. 44-45. 29

Murodi, ‚Hamka: Potret Ulama-Pujangga‛, Academia Vol. 21 No. 2, 2014. 30

Andries Teew dalam Sides Sudyarto DS, ‚Hamka, Realisme Religius‛, dalam Hamka di Mata Hati Umat, (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), h. 139

Page 84: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

69

tahun 1974, dan mendapat gelar Profesor dari Universitas Prof. Dr.

Moestopo.31

Kemudian Hamka juga mendapatkan kehormatan gelar Datuk

Indono dan Pengeran Wiroguno dari pemerintah Indonesia.

Hamka dinikahkan dengan putri mamaknya yang bernama Siti Rahan

binti Endah Sutan pada tahun 1929. Pernikahan yang tergolong usia muda,

karena Hamka saat itu baru berusia 21 tahun. Pernikahannya dengan Siti

Rahan dikaruniai 11 anak. Pernikahan dengan Siti Rahan adalah pernikahan

pertamanya. Sepeninggal Siti Rahan, berselang 1 tahun 8 bulan, Hamka

menikah lagi dengan perempuan berdarah Jawa asal Cirebon Jawa Barat,

yang bernama Siti Khadijah. Pernikahan yang kedua ini Hamka tidak

dikaruniai anak.32

Hamka telah pulang ke rahmatullah pada tanggal 24 Juli 1981, namun

jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan

agama Islam. Beliau bukan saja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan

sastrawan, akan tetapi jasa dan karya intelektualnyanya di seluruh alam

Nusantara turut dihargai, termasuk di Malaysia dan di Singapura.

2. Pengalaman Pendidikan dan Karir

Karir akademik Hamka tidaklah tinggi, hanya taraf sederhana. Beliau

tidak pernah mengenyam pendidikan formal hingga perguruan tinggi. Dengan

status akademik yang beliau dapatkan, yakni Prof. Dr., bukan suatu bukti

31

Herry Muhammad dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh pada Abad 20, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2006), h. 65. Lihat juga Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1987), h. XIX. 32

Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka tentang Pendidikan Islam, ....., h. 29. Lihat juga Titiek W.S, Nama saya Hamka, dalam Nasir Tamara, dkk,

Hamka dimata Hati Umat,....., h. 52.

Page 85: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

70

bahwa beliau telah menempuh pendidikan sampai jenjang doktoral. Beliau

menempuh pendidikan formal hanya sampai kelas 2 (dua) Sekolah Dasar

Maninjau. Setelah usianya menginjak 10 tahun, Hamka kemudian beralih

tekun belajar mendalami ilmu agama di Sumatra Thawalib33

di Padang

Panjang, sekolah yang didirikan oleh ayahnya tahun 1906. Di Sumatra

Thawalib inilah Hamka menekuni ilmu agama dan bahasa arab. Selain di

madrasah thawalib, ilmu agamanya juga diperoleh lewat pembelajaran yang

dilakukan di surau dan masjid-masjid.

Selepas keluar dari madrasah thawalib, Hamka belajar sendiri secara

otodidak dengan membaca buku-buku di perpustakaan. Pengetahuan lain

beliau peroleh lewat rihlah belajar dari para pemimpin pergerakan Islam

Indonesia di Jawa. Belajar tentang sosialisme dan Islam dari H. Oemar Said

Tjokroaminoto, tentang agama Islam dalam tafsiran modern dari H.

Fakhrudin, tentang Sosiologi dari RM. Suryopranoto. Kemudian rihlah

belajar selanjutnya juga didapatkan dari Mirza Wali Ahmad Baig, A. Hasan

Bandung, Muhammad Natsir, dan juga pada saudara iparnya sendiri, yakni A.

Rashid Sultan Mansur.34

Rihlah ilmiah yang dilakukan Hamka ke pulau Jawa selama kurang lebih

setahun cukup mewarnai wawasannya tentang dinamika dan universalitas

Islam. Dengan bekal tersebut, Hamka kembali pulang ke Maninjau (pada

33

Sumatera Thawalib adalah sebuah organisasi atau perkumpulan murid-murid atau pelajar

mengaji di Surau Jembatan Besi Padang Panjang dan surau Parabek Bukittinggi, Sumatera Barat.

Namun dalam perkembangannya, Sumatera Thawalib kemudian bergerak dalam bidang

pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perguruan yang mengubah pengajian surau menjadi

sekolah dengan sistem kelas. 34

Hamka, Dari Lembah Cita-cita, h. 98. Lihat juga M. Dawam Rahardjo, Intelektual Inteligensi dan Perilaku Politik Bangsa, (Bandung: Mizan, 1993), h. 201-202. Disampaikan bahwa

dengan AR. St. Mansur di Pekalongan inilah Hamka mendapatkan titisan ilmu-ilmu inti

keislaman, yang diistilahkan oleh orang Padang Panjang dengan nama ‚Baguru‛.

Page 86: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

71

tahun 1925) dengan membawa semangat baru tentang Islam.35

Ia kembali ke

Sumatera Barat bersama AR. St. Mansur. Di tempat tersebut, AR. St.

Mansur menjadi mubaligh dan penyebar Muhammadiyah, sejak saat itu

Hamka menjadi pengiringnya dalam setiap kegiatan kemuhammadiyahan.36

Rihlah belajar Hamka selanjutnya yaitu belajar bahasa arab di Makkah

yang dilakukannya selama 6 bulan.37

Walaupun keberangkatan ke Makkah itu

dianggap sebagai rasa malu, semangat belajar, dan rasa ingin menebus

kekalahan, namun dengan kepandaian berbahasa arab yang dipelajari dari

Makkah menjadikan beliau memiliki kemampuan menelaah kitab dan buku

intelektual klasik dari berbagai ragam keilmuan. Diantaranya filsafat,

sosiologi, sastra, sejarah Islam, politik, dan lainya.

Berkat karya-karya ilmiah keislaman dan karya-karya kreatif berupa

sastra yang ditulisnya, dan berbagai dakwah yang disampaikannya, baik di

media maupun di masjid atau surau, secara implisit menjadi penilaian

terangkatnya beliau mendapat kehormatan dan penghargaan akademis.

Hamka cerdas, piawai, dan pandai karena belajar secara autodidactik, bukan

karena belajar secara akademik tersistematis yang dilakukan secara

berjenjang dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Berkat karya dan

intelektualnya, Hamka tidak hanya dikenal di negaranya sendiri. Malaysia

dan Singapura juga mengakui dan menghormati karya-karyanya.

Mengenai karirnya, Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama Islam

di Perkebunan Tebing Tinggi Medan pada tahun 1927 dan guru agama di

35

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), Cet. 1, h. 101 36

H. Rusydi, Pribadi dan Martabat Buya Prof. DR. Hamka, (Jakarta: Pustaka Panjimas,

1983), Cet. II, h. 2 37

Mohammad Damami, Tasawuf Positif (dalam pemikiran HAMKA), ... h. 47

Page 87: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

72

Padang Panjang pada tahun 1929. Pada akhir tahun 1935, ditengah-tengah

kesukaran ekonomi keluarganya, Hamka mendapat tawaran menjadi

hoofdredacteur dari majalah mingguan ‚Pedoman Masyarakat‛ pimpinan H.

Asbiran Ya’cub.38

Pada tahun 1949 Hamka hijrah ke Jakarta. Di Jakarta

beliau diterima menjadi anggota koresponden di surat kabar ‚Merdeka‛ dan

‚Pembangunan‛. Pada tahun 1951 hingga tahun 1960, dengan keulamaan dan

wawasan keislaman yang beliau miliki, Menteri Agama Indonesia

memberikan kesempatan kepada Hamka untuk menjadi Pegawai Tinggi

Agama.39

Namun pada tahun 1960 Hamka meletakkan jabatan itu karena

memilih bergiat dalam politik di Majlis Syura Muslimin Indonesia

(Masyumi).40

Tahun 1955, saat pemilu raya pertama kali dilaksanakan, Hamka dipilih

untuk menjadi anggota konstituante dari Partai Masyumi perwakilan wilayah

Jawa Tengah. Pada tahun 1957 Hamka dilantik sebagai dosen di Universitas

Islam Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Padang Panjang hingga tahun

1958. Setelah itu, beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam

Jakarta dan Universitas Profesor Mustopo Jakarta.

Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Pemerintah Indonesia, Prof. Dr.

Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia

38

Mohammad Damami, Tasawuf Positif (dalam pemikiran HAMKA), ... h. 55 39

Mohammad Damami, Tasawuf Positif (dalam pemikiran HAMKA), ... h. 30 40

Saat dipilih menjadi pegawai tinggai agama, Hamka sedang aktif di organisasi politik

Masyumi. Dan Hamka dikatakan sangat gemar berorganisasi, berpolitik, dan gerakan keislaman.

Keaktifan Hamka di Masyumi ternyata membuat presiden Soekarno tidak suka. Dalam situasi

tersebut, tahun 1960, Presiden Soekarno menghendaki Hamka untuk memilih salah satu diantara

dua posisi itu, menjadi pegawai tinggi agama atau di Masyumi. Dimana presiden Soekarno saat

itu memang tidak berkenan dengan Masyumi karena dianggap menentang dan sebagai kubu

berseberangan dengan Partai Komunis Indonesia, yang Soekarno ada di dalamnya.

Page 88: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

73

(MUI).41

Setelah beberapa tahun menjabat, Hamka kemudian meletakkan

jabatan itu pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak dipedulikan oleh

pemerintah Indonesia.42

Selang beberapa bulan setelah mundur dari MUI dan

aktif di kampus, Hamka kembali ke Rahmatullah. Beliau disemayamkan di

pemakaman umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

3. Identifikasi Karya Intelektual

Dalam setiap kesempatan dan kondisi, Hamka selalu menyempatkan

untuk menorehkan tinta pena. Seluruh seluk-beluk kehidupan umat Islam,

fenomena, dan perjalanan hidupnya, seolah seluruhnya menjadi perhatian

detail yang tertorehkan dalam kertas-kertas putih. Lewat membaca buku-

buku karyanya saja sudah dapat mengetahui siapa sosok Hamka sebenarnya,

sosok yang telah mendapat anugerah sebagai Pahlawan Nasional dari

pemerintah pada tahun 2011.43

Keintelektualannya yang terasah indah dari

literatur-literatur karya orang-orang ternama, barat dan timur, membawanya

masuk ke dunia mimbar dan media sebagai pendakwah dan penulis handal.

41

Pertemuan para ulama dan pemerintah menghasilkan dibentuknya Majelis Ulama

Indonesia (MUI). Hamka adalah ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama yang

terpilih melalui kesepakatan anggota majelis. Lihat Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,

Ensiklopedi Islam 3, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,1994), h. 123 42

Kemunduran Hamka dari kursi ketua umum MUI dikatakan karena bertentangan dengan

fatwa yang dikeluarkan oleh Menteri Agama saat itu, yaitu Alamsyah Ratu Prawiranegara.

Menteri agama mengeluarkan fatwa yang membolehkan umat muslim untuk ikut merayakan hari

besar umat Kristen, yaitu Natal, dengan alasan kerukunan umat beragama. Selain alasan tersebut,

dikatakan bahwa Hamka lebih memilih untuk fokus mengajar di kampus, yang saat itu beliau

mengajar di Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhammadiyah Padang Panjang. Lihat

Mirnawati, Kumpulan Pahlawan Nasional Terlengkap, (Depok: Penebar Swadaya Grup, 2012)

Cet. I, h. 294-295. 43

Penganugerahan gelar pahlawan termaktub dalam Kepres Nomor 113/TK/2011, tanggal 7

November 2011. Lihat Mirnawati, Kumpulan Pahlawan Nasional Terlengkap, ...., h. 294-295, dan

Didi Junaedi, Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, ........ h. 17.

Page 89: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

74

Daftar karya Hamka terbagi menjadi 5 disiplin keilmuan; keislaman,

sastra, sejarah, pendidikan Islam, dan politik. Berikut daftar karya intelektual

Hamka44

:

No. Judul Buku Tahun Kategori

1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3 (bahasa arab) 1925 Keislaman

2. Si Sabariah 1926 Sastra

3. Pembela Islam (Tarikh Abu Bakar Shiddiq) 1929 Sejarah Islam

4. Adat dan Islam 1929 Keislaman

5. Ringkasan Tarikh Umat Islam 1929 Sejarah Islam

6. Kepentingan Melakukan Tabligh 1929 Keislaman

7. Hikmah Isra' dan Mikraj 1930 Keislaman

8. Arkanul Islam 1932 Keislaman

9. Laila Majnun 1932 Sastra

10. Mati Mengandung Malu (Salinan Al-

Manfaluthi)

1934 Keislaman

11. Di Bawah Lindungan Ka'bah 1936 Sastra

12. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck 1937 Sastra

13. Di Dalam Lembah Kehidupan 1939 Sastra

14. Dijemput Mamaknya 1939 Sastra

15. Tasawuf Modern 1939 Keislaman

16. Falsafah Hidup 1939 Keislaman

17. Agama dan Perempuan 1939 Keislaman

18. Salahnya Sendiri 1939 Sastra

19. Bohong di Dunia 1939 Sastra

20. Merantau ke Deli 1940 Sastra

21. Margaretta Gauthier (terjemahan) 1940 Sastra

22. Keadilan Ilahi 1940 Keislaman

23. Lembaga Hidup 1941 Keislaman

24. Lembaga Budi 1941 Keislaman

25. Pedoman Mubaligh Islam 1941 Keislaman

26. Negara Islam 1946 Politik

44

Dari beberapa sumber literatur.

Page 90: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

75

No. Judul Buku Tahun Kategori

27. Islam dan Demokrasi 1946 Politik

28. Revolusi Pikiran 1946 Keislaman

29. Revolusi Agama 1946 Keislaman

30. Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi 1946 Politik

31. Dibantingkan Ombak Masyarakat 1946 Sastra

32. Dari Lembah Cita-cita 1946 Keislaman

33. Muhammadiyah melalui 3 Zaman 1946 Keislaman

34. Sesudah Naskah Renville 1947 Politik

35. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret 1947 Politik

36. Menunggu Beduk berbunyi 1949 Sastra

37. Tinjauan Islam Ir. Soekarno 1949 Politik

38. Angkatan Baru 1949 Sastra

39. Ayahku 1950 Biografi

40. Mandi Cahaya di Tanah Suci 1950 Sastra

41 Mengembara Dilembah Nyl 1950 Sastra

42. Ditepi Sungai Dajlah 1950 Sastra

43. Pribadi 1950 Keislaman

44. 1001 Soal Hidup (Kumpulan tulisan dari

Pedoman Masyarakat) 1950 Keislaman

45. Falsafah Ideologi Islam 1950 Keislaman

46. Keadilan Sosial dalam Islam 1950 Keislaman

47. Cahaya Baru 1950 Sastra

48. Terusir 1950 Sastra

49. Sejarah Islam di Sumatera 1950 Sejarah

50. Urat Tunggang Pancasila 1951 Politik

51.

Kenangan-kenangan Hidup 1-4, autobiografi

dari tahun1908-1950 1951 Sejarah

52. Sejarah Ummat Islam Jilid 1-4 1951 Keislaman

53. Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad 1952 Keislaman

54. K.H. Ahmad Dahlan 1952 Biografi

55. Empat Bulan di Amerika, Jilid 1-2 1953 Sastra

56. Lembaga Hikmat 1953 Keislaman

Page 91: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

76

No. Judul Buku Tahun Kategori

57. Pelajaran Agama Islam 1956 Keislaman

58. Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di

Indonesia (Pidato Doktoral di Al-Azhar

Kairo) 1958 Keislaman

59. Tanya Jawab (kumpulan tulisan dari majalah

Gema Islam) 1960 Keislaman

60. Pandangan Hidup Muslim 1961 Keislaman

61. Cermin Kehidupan 1962 Sastra

62. Dari Perbendaharaan Lama 1963 Sastra

63. Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri) 1963 Keislaman

64. Islam dan Adat Minangkabau 1963 Keislaman

65. Sayid Jamaluddin Al-Afghani 1965 Keislaman

66. Hak Asasi Manusia Dipandang dari Segi

Islam

1968 Keislaman

67. Fakta dan Khayal Tuanku Rao 1970 Sastra

68. Islam dan Kebatinan 1972 Keislaman

69. Studi Islam 1973 Keislaman

70. Kedudukan Perempuan dalam Islam 1973 Keislaman

71. Doa-doa Rasulullah Saw. 1974 Keislaman

72. Muhammadiyah di Minangkabau 1975 Keislaman

73. Tanya Jawab Islam, Jilid I dan II 1975 Keislaman

74. Studi Islam: Aqidah, Syari’ah, dan Ibadah 1976 Keislaman

75. Perkembangan Kebatinan di Indonesia 1976 Keislaman

76. Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya 1980 Keislaman

77. Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam 1982 Keislaman

78. Doktrin Islam yang Menimbulkan

Kemerdekaan dan Keberanian

1983 Keislaman

79. Islam: Revolusi Ideologi dan Keadilan Sosial 1984 Keislaman

80. Iman dan Amal Shaleh 1984 Keislaman

81. Sullam al-Wushul; Pengantar Ushul Fiqih

(terjemahan karya Dr. H. Abdul Karim

Amrullah)

1984

Keislaman

Page 92: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

77

No. Judul Buku Tahun Kategori

82. Renungan Tasawuf 1985 Keislaman

83. Filsafat Ketuhanan 1985 Keislaman

84. Keadilan Sosial dalam Islam 1985 Keislaman

85. Tafsir Al-Azhar, Juz 1-30 1986 Keislaman

86. Al-Akhlaqul Karimah 1989 Pendidikan Islam

87. Prinsip-prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah

Islam

1990 Keislaman

88. Tuntunan Puasa, Tarawih, dan Idul Fitri 1995 Keislaman

Dari daftar karya tersebut semuanya adalah berupa buku. Bila dilihat dari

tahun penerbitannya dapat dipersepsikan bahwa Hamka secara konsisten menulis

dari tahun ke tahun, bahkan dari bulan ke bulan. Sedangkan karya lain di bidang

media berupa pembuatan majalah-majalah, yakni ‚Tentera‛, ‚Al-Mahdi‛,

‚Semangat Islam‛, ‚Menara’, dan ‚Panji Masyarakat‛. Selain menulis karya yang

terkemas dalam buku, tulisan HAMKA juga tersebar dalam berbagai jurnal,

bulletin, dan media massa.

B. Ikhtiar dalam Pemikiran Kalam HAMKA

1. Konsep Ikhtiar

Dalam ilmu mantiq manusia dikonsepkan sebagai hewan yang berfikir

(al-hayawan al-natiq). Daya berfikir, yang dalam falsafat Islam dikatakan

sebagai salah satu daya yang dipunyai jiwa, disebut dengan akal.45

Akal

dipandang sebagai esensi manusia. Dalam Islam, akal memiliki peran

45

Kata akal berasal dari bahasa Arab al-‘aql. Kata akal dalam kata benda tidak dijumpai

dalam Al-Quran. Kata akal dalam Al-Quran dijumpai berbentuk kata kerja, yaitu ‘aqilun, ta’qilun, na’qil, ya’qiluha, ya’qilun. Lihat Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam, (Jakarta: UI

Press, 1985), h. 5. Hamka memberikan arti akal dengan ikatan. Ibarat tali yang mengikat hewan

semisal unta, akal adalah ikat yang mengikat manusia. Lihat Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,....., h.. 16

Page 93: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

78

penting karena menjadi dasar syarat seseorang menjadi mukallaf (orang

yang sudah layak dibebani kewajiban-kewajiban agama).46

Dengan akal

pula seorang mendapat tuntutan untuk berfikir, berusaha, dan bersyukur.

Akal menurut Hamka ialah anugerah Tuhan yang diberikan kepada

makhluk pilihan, yakni manusia, sebagai dasar pembeda terhadap makhluk

ciptaan Tuhan yang lain. Akal bagi manusia yang terpenting berfungsi

untuk mencari rahasia yang tersembunyi di alam ini. Selain itu, guna

membedakan dan memilih diantara yang baik dan yang buruk, karena

kemajuan hidup manusia tergantung dari pada kemajuan dalam

mempertimbangkan baik-buruk dan indah-jelek, juga untuk melakukan

perenungan dan penelitian terhadap semua fenomena alam semesta.47

Hamka mengatakan:

‚Keutamaanmu ialah karena akal itu. Karena akal, engkau sadar bahwa

engkau ada. Engkau sadar bahwa adamu jauh berbeda dengan adanya

makhluk yang lain.‛48

Akal diberikan kebebasan mencari, kemerdekaan berikhtiar, tetapi

wilayah jangkauan kerja akal terbatas. Keterbatasan gerak akal itu mutlak,

tetapi kemampuan akal yang dapat cerdas mampu melaksanakan

perbuatan manusia sehari-hari.49

Eksistensi akal yang tidak mutlak itu

karena aktualisasi ekesistensinya terbentengi oleh kekuasaan dan

46

Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: sebuah Telaah tentang Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h. 101

47Hamka, Pelajaran Agama Islam, cet. 11, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 182-183

48Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 342

49Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 185

Page 94: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

79

ketentuan Tuhan.50

Akal diciptakan dengan potensi yang terbatas, hanya

bergerak di wilayah keterbatasannya, dan tidak mungkin mencerna dan

menguasai perkara atau masalah yang tiada batas (transendental).51

Ibarat warga suatu negara, keberadaannya bebas melakukan apa saja.

Namun, kebabasan dan tata laksana serta cara hidupnya harus sesuai

dengan peraturan dan undang-undang yang disahkan. Demikian juga

halnya orang yang hidup dalam lingkungan suku atau kelompok

masyarakat tertentu yang juga harus selaras dengan aturan adat. Potensi

akal manusia karunia Tuhan yang dimilikinya itu, menurut Hamka,

membuat manusia memiliki kebebasan berkehendak dalam melakukan

perbuatannya. Akan tetapi, kebebasan kehendaknya itu terbatasi dengan

‚undang-undang‛ Tuhan.52

Hamka menuliskan:

‚Ingatlah bahwasanya segala soal yang pelik-pelik ini telah terbit

karena pada kita ada akal. Dengan melihat ayat ikhtiar itu kita merasa

bahwa pada kita ada kebebasan. Dan dengan melihat ayat-ayat takdir

tidaklah kita lupa daratan, bahwasanya kebebasan itu terbatas.

Laksana seorang warga negara dalam satu negara. Dia bebas dalam

lingkungan undang-undang. Sebab itu, maka pada hakekatnya

tidaklah bebas.‛53

Dalam tulisan yang lain:

‚Baiklah! Susunlah segala anasir itu menurut ukuran yang tertentu,

namun sarjana itu tak juga dapat memberinya hidup. Tuhan

50

Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: sebuah Telaah tentang Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, ....., h. 102. Lihat juga Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 341-

342. 51

Hamka, Pandangan Hidup Muslim, cet. IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 73. 52

Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: sebuah Telaah tentang Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, ....., h. 124. Lihat juga Hamka, Tafsir Al-Azhar, XIII-XIV, h. 71.

53Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 345

Page 95: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

80

mengambil misal di dalam Al-Qur’an tentang binatang yang hanya

kecil saja, dan dirasa tidak penting, yaitu lengau dan lalat.‛54

Kondisi ikhtiar manusia yang bebas dalam ketidakbebasan itu bukan

berarti bahwa hidup manusia disetir oleh Tuhan. Hamka mengatakan

bahwa kondisi yang demikian memiliki tujuan agar manusia tidak lupa

daratan.55

Dengan diatur kehidupannya, diharapkan manusia memiliki

hidup yang teratur, terencana dengan baik, berpandangan hidup yang baik,

memiliki target dan tujuan hidup yang baik pula.

Manusia hidup membutuhkan usaha. Makan, minum, berjalan ke arah

yang dituju, dan mencari rejeki, semua membutuhkan usaha. Tanpa usaha,

manusia bak makhluk yang mati. Seperti halnya agama tanpa ijtihad,

maka agama itu menjadi mati. Karena tidak bergerak, berkembang, dan

tidak maju. Untuk itu, manusia harus berikhtiar untuk hidup dan

kehidupannya, agar berkarya, berbudaya, bekerja, dan menunaikan taklif

yang dibebankan dengan sebaik-baiknya. Karena manusia harus punya

pendirian, cita-cita, dan berpedoman hidup.56

Hamka mengatakan,

‚Hidup yang hanya sekejab bak singgah sejenak ini harus punya

lembaga yang dituangi cita-cita dan harapan. Kita harus berikhtiar,

dan semata-mata berikhtiar, untuk menuangi lembaga itu sepenuh-

penuhnya dengan benar supaya sesuai cetakan yang kita harapkan.‛57

54

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 15 55

Tidak lupa daratan ini maksudnya adalah manusia supaya berfikir dan bertindak sesuai

aturan dan ketentuan undang-undang dunia dan akhirat yang telah ditentukan. Peraturan dan

undang-undang dunia berasal dari pemimpin atau pemerintah, sedangkan undang-undang akhirat

berupa aturan yang terkemas dalam syariat agama Islam. Karena ikhtiar manusia harus berjalan

dalam koridor keislaman. Lihat juga HAMKA, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 345 56

HAMKA, Dari Lembah Cita-cita, ....., h. 73 & 86. 57

HAMKA, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi, (Jakarta: Republika Penerbit, 2015), h. vi-viii

Page 96: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

81

Pandangan hidup atau cita-cita yang utama muslim adalah mencapai

kesempurnaan dan menggapai surganya Allah. Manusia hidup di dunia

berjuang mencapai hidup yang sebenarnya, di tengah rintangan, kesulitan,

dan penuh resiko. Usaha saja tanpa dibarengi kesungguhan dan aturan

syariat Islam hanya membuahkan hasil satu sisi mata uang belaka. Bahkan

tanpa keberanian dan pendirian, orang bak ‚hidup yang mati‛.58

Ada hasil

tapi tidak berlaku dihadapan Allah. Mendapatkan hasil tetapi tidak

mendapatkan pahala. Dalam hal ini, memungkinkan ikhtiar sangat penting

kehadirannya dalam menghantarkan hasil perbuatan dan tindakan manusia

mendapatkan imbalan pahala, selain hasil yang semestinya59

. Menjadikan

orang hidup lebih hidup walau telah meninggalkan dunia.60

Orang hidup tidak harus hanya sekedar hidup. Hidup tidak semata-

mata hanya makan, minum, kawin, dan tidur. Orang harus sadar akan

beragama dan aturan-aturanya agar hidup tidak percuma, tersesat, dan

hilang makna.61

Jalan ke ke surga dan ke neraka telah dijelaskan oleh

wahyu lewat nabi. Memperbaiki jalan hidup bukanlah nanti, tapi sekarang

saat masih hidup di dunia. Pilihan jalan ke surga dan ke neraka adalah

hasil pilihan manusia sendiri.

58

HAMKA, Dari Lembah Cita-cita, ....., h. 87-88 59

Hasil riil dari apa yang telah diusahakan. Dapat dinikmati oleh diri sendiri maupun oleh

orang lain, dan dapat memberi manfaat kepada keluarga dan orang lain. Misalkan orang berusaha

dalam hal belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Hasilnya dapat menghantarkannya

untuk menjadi guru, guru bagi keluarga, anak-istri, maupun bagi orang lain. 60

HAMKA, Dari Lembah Cita-cita, ....., h. 87 61

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Surabaya: Pustaka Islam: 1984), Juz XII, h. 36, dan Juz VII, h.

129.

Page 97: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

82

Dari paparan-paparan di atas dapat dipahami bahwa ikhtiar bagi

Hamka adalah berusaha dan bekerja mencapai kemanusiaan dengan

sepenuh daya upaya yang dilakukan sesuai tuntunan syariat. Karena akal

merupakan pokok semua gerak dan kemajuan di dalam perikemanusiaan.62

Dalam istilah lain yaitu berusaha sekuat daya yang ada pada diri manusia,

baik pikir maupun tenaga, terhadap apa yang dipilihnya sebagai yang baik,

bermanfaat, yang memberikan nilai hidup, dengan penuh tawakal. Nasib

harus dikejar sesuai yang diharapkan, bukan berdiam diri menunggu nasib

apa adanya.63

Setiap usaha harus ada niat sebagai komitmen terhadap

perkataan dan perbuatan.64

Manusia hidup harus bergerak, dan bergerak

itu harus ikhtiar, karena dengan bekal akal yang dianugerahkan Allah

kepadanya, maka manusia dapat menimbang dan berkehendak.

Bekal akal yang dianugerahkan Allah kepada manusia itu merupakan

bentuk kehendak Allah bahwa manusia dalam hidup tidak boleh berdiam

diri, bak kapas yang entah diterbangkan kemana. Dalam menentukan dan

memilih jalan hidupnya, yang nantinya akan menentukan jalan selanjutnya

ke surga atau ke neraka, manusia harus berbuat atau berkehendak. Dengan

adanya ikhtiar yang diwewenangkan Tuhan kepada manusia, menunjukkan

bahwa manusia agar menentukan nasibnya sendiri untuk kepentingan

62

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi, ( Jakarta: Republika Penerbit, 2015), h. 45

63Hamka, Pelajaran Agama Islam, Cet. ke-11, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 342, 350-

354. Ikhtiar menurut beberapa literatur memiliki pengertian yang sama. Pada dasarnya ikhtiar

diberikan pengertian usaha atau bekerja secara maksimal atau dengan syarat-syarat maksimal

disertai tawakal dan doa. Lihat 63

Didiek Ahmad Supadie dkk., Pengantar Studi Islam, edisi revisi,

cet. III, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), h. 208 64

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi, ....., h. 197

Page 98: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

83

hidupnya, walaupun dalam lingkaran sunatullah.65

Hamka

menggarisbawahi bahwa manusia sayogyanya melakukan ikhtiar sesuai

kapasitas potensi daya yang dimiliki, tidak berlebihan atau memaksakan di

luar kemampuannya. Jangan sampai memakai pakaian yang tidak sesuai

atau yang bukan ukurannya, apalagi bukan pakaiannya.66

Kepentingan dan hajat hidup manusia beraneka ragam. Baik berupa

materi maupun non materi. Selama manusia hidup di dunia selalu dipenuhi

berbagai kepentingan dan kebutuhan. Berbagai keinginan yang menjadi

harapan merupakan bukti bahwa manusia memiliki rasa untuk bahagia.

Rasa bahagia muncul secara seketika atau tiba-tiba ketika bersentuhan

dengan tibanya harapan yang sesuai keinginan, atau didapatkanya suatu

hal, atau dapat melakukan dengan baik apa yang diinginkan.

Kebahagiaan adalah harapan atau tujuan setiap orang.67

Hamka

mengatakan bahwa hal pokok untuk mencapai kebahagiaan adalah dengan

memberdayakan akal. Akal menurutnya akan menentukan peringkat

bahagia yang dapat dicapai manusia. Hal ini karena akal mampu

membedakan yang baik dan yang buruk, menjadi penimbang dan

65

Sunatullah adalah batas-batas ketentuan yang diciptakan Allah yang berlaku tetap namun

teratur atau tersistematis. HAMKA mempersepsikan sunatullah seperti air yang mengalir teratur

sesuai alur jalannya. Ketika cekung air itu akan memenuhi cekungan itu, ketika penuh kemudian

air itu akan tumpah dan mengalir lagi ke tempat yang lebih rendah. Lihat M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990), h. 124-125.

66Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Qur’an dan

Hadits,...., h. 10 67

Dalam perspektif filsafat, kebahagiaan menjadi puncak pencapaian moral atau akhlak.

Menurut Hamka bahagia adalah qana’ah dan qana’ah ialah bahagia. Sebab tujuan

utama qana’ah adalah menanamkan dalam hati sendiri perasaan thuma’ninah, perasaan tenteram

dan damai, baik di waktu duka atau suka, susah atau senang, kaya atau miskin. Lantaran yang

dituntut qana’ah adalah ketenteraman, ketenteraman itu pula yang menciptakan bahagia, dan

tidak ada bahagia kalau tidak ada qana’ah. Qana’ah dan bahagia adalah satu. Lihat M. Alfan

Alfian, Hamka dan Bahagia: Reaktualisasi Tasauf Modern di Zaman Kita, (Jakarta: Penjuru Ilmu,

2014), h. 211

Page 99: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

84

penyelidik hakikat dan kejadian segala sesuatu. Jika akal semakin

sempurna, indah dan murni, maka semakin tinggi pulalah peringkat

bahagia yang dicapai manusia. Karena itu, menurut Hamka, kesempurnaan

kebahagiaan tergantung kepada kesempurnaan akal.68

Menurut Hamka, tingkatan kebahagiaan yang dicapai oleh seseorang

tergantung kepada tingkat kesempurnaan akal. Jika akal bertambah

sempurna, indah dan murni, maka bertambah tinggi pula tingkat

kebahagiaan yang diperoleh. Akal yang tinggi akan menggiring kehendak

mencapai kebahagiaan yang tinggi pula, sebaliknya akal yang rendah

hanya mampu mempersepsi tingkat kebahagiaan yang rendah, sekaligus

mendorong kehendak untuk mencapai persepsi kebahagiaan yang rendah

itu. Hamka mengatakan,

‚Bertambah luas akal, bertambah luaslah hidup, bertambah datanglah

bahagia. Bertambah sempit akal, bertambah sempit pula hidup,

bertambah datanglah celaka.‛69

Oleh karena itu, sejak dini akal harus dibimbing dan di asah. Akal

tidak boleh dibiarkan statis. Karena itu harus senantiasa belajar untuk

menambah ilmu dan memperhalus timbangan akal. Jika timbangan akal

bertambah tinggi, maka bertambah tinggi pula martabat seseorang dalam

pergaulan hidup.70

Orang yang akalnya semakin halus, maka ia senantiasa

terhindar dari pikiran sempit dan picik, sebaliknya ia akan berpandangan

luas, pandai menginstrospeksi (meng-ihtisab) diri, mengekang dan

68

Hamka, Tasauf Modern, Cet. XII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1988), h. 15 69

Hamka, Tasauf Modern,......, h. 16 70

Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,...., h. 35-37

Page 100: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

85

mengendalikan hawa nafsu, senantiasa mencontoh budi pekerti yang baik,

sabar dan tawakkal, serta bersahabat dengan orang-orang yang

berakal.71

Karena kebahagiaan terukur dari sejauh mana manusia

memaknai dan menghargai kehendak untuk dunia ini. Hal ini yang

menyebabkan kebahagiaan setiap orang berbeda-beda.

Kebahagiaan dapat tergapai hanya dengan ikhtiar. Menurut Hamka,

jalan yang mudah mencapai kebahagiaan adalah jalan yang direntangkan

oleh agama. Agama (baca: Islam) menurut Hamka, akan mengantarkan

orang kepada kebahagiaan jika seorang muslim memenuhi empat hal, yaitu

iktikad yang bersih, yakin, iman72

, dan agama73

. Ikhtiar yang dibarengi

iradah untuk hasil yang baik akan mendapatkan sambutan kebahagiaan

yang diharapkan dari apa yang dikerjakan.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa akal adalah nahkoda atau

lokomotif dari semua gerak manusia. Akal adalah daya yang

menggerakkan kehendak dan perbuatan manusia. Sehingga, dalam ikhtiar

ini manusia memiliki peran aktif dalam kehendak dan perbuatannya.74

Hamka mengatakan:

71

Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits,...., h. 43-44

72Iman disamping suatu kepercayaan ketuhanan juga termasuk aktivitas perkataan dan

perbuatan yang bermakna dan bertujuan pengabdian kepada Tuhan. Menurut Hamka, iman

menghasilkan amal saleh. Lihat Hamka, Tasauf Modern, ....., h. 41-42 73

Menurut Hamka, agama ialah buah atau hasil kepercayaan yang tertanam dalam hati,

yaitu ibadah yang lahir karena telah memiliki iktikad, dan lalu menurut dan patuh karena iman.

Lihat Hamka, Tasauf Modern,....., h. 53 74

Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar, ....., h. 116-117

Page 101: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

86

‚Maka janganlah lembaga tinggal lembaga dan kita tidak berusaha

menuanginya. Marilah berusaha, moga-moga sesuailah usaha kita

dengan ketentuan yang telah diisediakan Tuhan buat kita.‛75

Hamka menekankan bahwa ikhtiar harus dilakukan untuk seluruh

kegiatan manusia, baik yang tergolong ibadah wajib maupun non wajib.

Islam juga sangat menganjurkan bahkan mewajibkan setiap orang untuk

bersunggguh-sungguh dalam berusaha (ikhtiar) dalam menggapai

kehidupan dunia dan akhirat. Dalam pepatah Hamka menuliskan:

‚Hidup bukan buat berpesta dan bukan untuk meratap. Hidup adalah

buat bekerja.‛76

Dengan berikhtiar diharapkan hasil sesuai ketentuan yang

dikehendaki Tuhan, yakni yang bermanfaat dan bermaslahat. Untuk itu,

ikhtiar diperlukan niat suci agar hasilnya sesuai yang diharapkan. Karena

dengan niat suci orang akan berkomitmen untuk amanah sesuai perkataan

dan kehendaknya. Hamka mengatakan:

‚orang-orang yang mempunyai niat suci ialah orang yang takluk

kepada perkataannya dan janjinya sendiri. Karena segala pekerjaan

yang akan dilakukannya timbul dari niatnya yang suci dan

timbangannya yang sempurna.‛77

Masalah ikhtiar ini menjadi bagian pembahasan secara resmi

berupa buku oleh Hamka sejak beliau berusia 31 tahun. Hingga berusia 38

75

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi, ....., h. vii

76Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup

sesuai Ketetapan Illahi, ....., h. 336 77

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi, ....., h. 197

Page 102: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

87

tahun beliau aktif sebagai seorang aktivis organisasi, wartawan, jurnalis,

dan penggiat kegiatan kursus mubalig. Hamka juga aktif dalam pidato

keagamaan yang dilakukan di masyarakat dan di surau-surau. Pengalaman

retorika, kebebasan berfikir Hamka muda, dan sosok pendakwah,

menghiasi pemikiran Hamka dalam soal ikhtiar ini.

Manusia memang memiliki ikhtiar, dan memiliki kemampuan

untuk menggunakannya. Sebagai seorang mu’min dan sopan-santun serta

hormat dan tunduk terhadap Allah, selayaknya tetap berprinsip bahwa

semua karena Tuhan sebagai pemilik dan pencipta alam ini. Hamka

menuliskan:

‚Sehabis-habis ikhtiar yang ada pada kita, kita pergunakan. Dengan

sekali-kali tidak lupa bahwa alam ini ber-Tuhan. Meskipun segala

sesuatu telah beres, sesuai dengan apa yang kita kehendaki, namun

sebagai seorang mu’min tidak juga kita berani mengatakan bahwa itu

adalah ‘hasil tanganku’‛.78

Hamka juga menuliskan:

‚Umat Islam sekarang ini adalah laksana seorang yang hampir

tenggelam dilamun ombak. Jangan berfikir juga, apakah ada pada saya

ikhtiar untuk melepaskan diri dari dalam gelombang ini, atau semua

initerserah kepada taqdir Allah Ta’ala? Lekaslah berenang ke tepi dan

lepaskanlah diri dari bahaya tenggelam. Tak usah berfikir lagi

siapakah punya taqdir dan adakah ikhtiarku? Dan bersyukurlah kepada

Tuhan karena usahamu melepaskan diri berhasil!‛79

78

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 354 79

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 354-355

Page 103: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

88

Dapat dipahami bahwa, bagi Hamka, manusia jangan menyerah kepada

nasib. Manusia diberikan kemampuan untuk berikhtiar, dan dapat meraih

apa yang dikehendaki. Akan tetapi manusia juga harus memahami bahwa

kemampuan berikhtiar dan hasil apapun yang terjadi adalah bukan atas

kuasa penuh dari tanganya.

Pemikiran Hamka tentang ikhtiar dapat dikatakan bersifat

pembaharuan terhadap kondisi pemahaman agama masyarakat di

lingkungan tempat Hamka dilahirkan, yakni di desa Tanah Sirah, Sungai

Batang, Agam, Sumatera Barat. Tidak mengherankan karena Hamka

mewarisi darah ulama dan pejuang yang kokoh pada pendirian dari

ayahnya yang dikenal sebagai seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di

Minangkabau, dan salah satu tokoh utama dari gerakan pembaharuan

kaum muda yang membawa reformasi Islam di Padang Panjang Sumatera

Barat.80

Selain mewarisi darah pembaharu, semangat gerak juang pikir dan

dakwah seorang Hamka termotivasi dari hasil perantauannya di Jawa,

khususnya di Solo dan Pekalongan. Pertemuannya dengan KI Bagus

Hadikusumo, HOS. Tjokroaminoto, RM. Soeryopranoto, dan Ahmad

Rasyid Sutan Mansur, Hamka mengenal tentang Islam lebih dalam dan

memiliki pemahaman bahwa Islam sebagai suatu yang hidup, dinamis, dan

suatu perjuangan. Islam yang dikenal sebagai agama yang

memperjuangkan untuk kemajan umat dari ketertindasan dan

keterbelakangan. Pertemuannya dengan organisasi Muammadiyah juga

80

Murodi, ‚Hamka: Potret Ulama-Pujangga‛, Academia, Vol. 21 No. 2, 2014. Lihat juga

Hamka, Dari Lembah Cita-cita, ....., h. 97.

Page 104: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

89

membuat Hamka memiliki sikap juang dakwah dan syiar Islam, baik lisan

maupun tulisan.

Tidak mengherankan jika sekembalinya Hamka ke kampung

halamannya membawa ‚oleh-oleh‛ pemikiran dan gerakan yang

membangunkan pemahaman Masyarakat Padang Panjang. Di mana

masyarakat Padang Panjang saat itu masih memiliki pemahaman agama

yang melakukan ritual yang tergolong khurafat, bidah dan tahayul. Hamka

mendirikan kursus mubalig, sekolah, dan media massa sebagai sarana syiar

pemikiran dan gerakannya. Orientasi gerakan dan pemikiran Hamka itu,

bila dilihat dari literatur tentang Hamka dan buku-buku karangan Hamka,

bertujuan untuk membangun manusia agar memiliki sosok pribadi yang

hebat, berbudi, beribadah, dan memiliki cita-cita luhur. Orientasi

pemikiran yang membangun kehidupan manusia yang lebih baik dan

mulia, baik di dunia maupun akhirat.

Deskripsi tentang ikhtiar yag dimaksudkan Hamka itu dapat

penulis pahami dan ilustrasikan kembali sebagai berikut:

Rekonstruksi ikhtiar Hamka

Niat: i’tikad baik dan ikhlas untuk melakukan kehendak

Usaha: tindakan fisik dan psikis (doa dan dzikir)

Tujuan: suatu yang akan dicapai

Kebaikan: sesuai syariat agama

Hasil (Takdir)

Kebutuhan, keinginan, cita-

cita, harapan, kehendak

kemanusiaan: kebahagiaan

dan kesentosaan bersama

(keluarga & masyarakat),

dan kebahagiaan akhirat.

Page 105: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

90

Bagan di atas dapat dijelaskan bahwa dalam setiap ikhtar harus didahului

dengan maksud atau i’tikad dan niat yang baik dan ihkhlas. Setiap

kehendak yang didahului dengan i‘tikad dan niat yang baik diharapkan

akan memberikan efek positif terhadap proses dan capaian hasil yang

dikehendaki. I’tikad dan niat baik itu kemudian diimplementasikan berupa

usaha yang sungguh-sungguh dengan berbagai cara, baik dilakukan dengan

bentuk fisik dan psikis berupa doa, zikir, dan amal ibadah lainya.

Usaha yang sunggh-sungguh itu prosesnya harus sinkron dengan

tujuan yang dimaksudkan. Misal: maksud ingin pandai, maka secara fisik

yang dilakukan adalah belajar kepada guru dan baca buku dengan

sungguh-sungguh, dan secara psikis berupa doa yang isinya terkandung

permohonan kelancaran dan kesuksesan mendapatkan kepandaian yang

dimaksudkan. Tujuan ini mengandung dua maksud, yaitu hasil capaian dan

efek dari hasil capain dari maksud yang diniatkan dan dari usaha yang

dilakukan. Untuk itu, usaha dan tujuan yang dimaksudkan harus sesuai

dengan koridor kebaikan yang tergariskan dalam syariat.

Hasil capaian yang dimaksudkan ini sangat terkait erat dengan

kehendak Allah (takdir). Jadi, segala usaha yang dilakukan setiap orang

dalam iktiarnya, kebijaksanaan hasilnya ditentukan oleh Allah sesuai

dengan prosesnya. Penulis memahami bahwa gerak lahir (fisik) dan batin

(hati kecil dan pikiran) memiliki pengaruh yang siginifikan dalam

memperoleh hasil capaian. Lebih praktisnya, dari awal proses sampai akhir

proses dalam ikhtiar harus dibalut dengan cara-cara yang baik dan pikiran

yang baik pula. Dengan ikhtiar ini secara implisit setiap orang terikat

Page 106: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

91

dengan prinsip, janji, komitmen, konsistensi, dan teguh pendirian. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa ikhtiar dapat menjadikan kehidupan dan

pola hidup setiap orang menjadi baik.

2. Ikhtiar dan Takdir

Arti ikhtiar secara etimologis dan terminologis telah dipaparkan pada

kajian umum pada bab II. Sebagai pengayaan, Al-Allamah Al-Imam Ibnu

Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan bahwa ikhtiar memiliki arti pilihan,

yaitu pilihan dari yang terbaik.81

Murtadha Muthahari juga berpandangan

sama, bahwa ikhtiar diartikan memilih, yakni memilih perilaku atau

perbuatan yang dikehendaki.82

Tidak banyak para ulama, kaum cendekia,

intelektual, dan tokoh ilmuan yang memberikan penjelasan atau pendapat

tentang arti ikhtiar ini.

Sedangkan takdir berasal dari akar kata qadara yang artinya ketentuan.

Ketetuan ini menyangkut ke-Maha Kuasa-an Allah Swt, bahwa Allah Swt

telah menentukan suatu perkara atas kehendak-Nya. Kata takdir dengan

tambahan huruf ta dan ya mempunyai arti bahwa Allah Swt telah

menentukan sesuatu.83

Menurut M. Quraish Shihab, takdir diartikan

mengukur, memberi kadar atau ukuran.84

Kadar dan ukuran ini

menyangkut segala keputusan yang menyangkut alam semesta, khususnya

81

Al-Allamah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Jalan Orang Shalih Menuju Surga, penerjemah: Masturi dan Mujiburrahman dari kitab ‚Tariq al-Hijratain‛ (Jakarta: Akbarmedia,

2015), h. 9-10 82

Mawardi Ahmad, ‚Pemikiran Murtadha Muthahhari tentang Keadilan Illahi‛, Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 5 No. 2, Juli-Desember 2006, h. 300

83Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 332

84M. Qurais Shihab, Wawasan Al-Qua’an (Bandung: Mizan, 1996), h. 61

Page 107: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

92

hidup dan kehidupan manusia, yang dalam hal ini berhubungan dengan

ikhtiar. Firman Allah dalam Al-Qur’an:

ء عنده بمقدار وك ش85

‚Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya‛

Menurut Nurcholis Madjid, qadar atau takdir diartikan ukuran yang

pasti atau yang dibuat pasti.86

Menurut Fethullah Gullen, takdir secara

bahasa diartikan menetapkan segala sesuatu, yakni menilai sesuatu atas

penilaian tertentu, atau memperkirakan sesuatu atas perkiraan atasnya.87

Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa takdir adalah segala sesuatu yang

terjadi karena sebab-akibat.88

Sedangkan Abu Hasan Al-Asy’ari

memberikan penjelasan tentang takdir ini bahwa takdir merupakan

perwujudan kehendak Allah Swt terhadap makhluk-Nya.89

Secara istilah, takdir (qadar) diartikan segala yang akan terjadi dan

sedang terjadi telah ditentukan oleh Allah Swt, baik itu sesuatu yang baik

maupun yang buruk.90

Atau takdir adalah ilmu Allah Swt yang meliputi

segala yang terjadi dan yang berhubungan dengan hal yang terjadi kelak

sesuai dengan apa yang telah ditentukan sejak semula oleh Allah Swt.

Jadi, ketentuan segala sesuatu yang akan terjadi dan ketentuan ukuran

85

QS. Al-Ra’du [13]: 8 86

Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan Peradaban (Jakarta: Paramadina, 1995), h. 291 87

Fethullah Gullen, Qadar: Di Tangan Siapakah Takdir atas Diri Kita? (Jakarta: Republika,

2011), h. 1 88

Ahmad Ibnu Taimiyah, Qada dan Qadar (Beirut: Dar al-Kutub, 2001), h. 9 89

M. Taib Tahir Abdul Muin, Risalah Qada dan Qadar (Yogyakarta: Sumbangsih, 1964), h.

7 90

A. Munir, Sudarsono, Dasar-dasar Agama Islam (Jakara: Rineka Cipta, 2013), . 38

Page 108: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

93

atau batas-batasnya dan segala akibat-akibatnya telah ada pada ilmu Allah

Swt.91

Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd memiliki pengertian yang

sama tentang qadar ini. Menurutnya, qadar adalah ilmu Allah, catatan-Nya

terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya, dan penciptaan-Nya terhadap

segala sesuatu tersebut.92

Jika demikian berarti bahwa segala sesuatu

ketentuannya adalah atas kehendak-Nya, sedangkan manusia hanya

diberikan hak kuasa untuk berusaha. Ini senada dengan Muhammad Abduh

bahwa manusia –dengan anugerahnya berupa akal- dalam takdir itu

memiliki hak usaha yang bebas dengan kemauan dan kehendaknya untuk

mencari jalan yang dapat membawanya ke kebahagiaan dan kudrat

Allah.93

Qadha berasal dari bahasa arab قضاء‎, yang berarti kehendak.94

Dalam

kamus Lisan al-Arab, qadha’ adalah bentuk masdar dari fi’il madhi yaitu

qadha, yaqdhi, qadha’an, yang secara etimologi bermakna keputusan,

takdir, ketentuan, rampung, wasiat, penyelesaian, melaksanakan,

penyempurnaan dan kematian.95

91

M. Amin Syukur dkk, Teologi Islam Terapan: Upaya Antisipatif terhadapt Jedonisme Kehidupan Modern (Semarang: Tiga Serangkai, 2003), h. 109

92Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, al-Iman bi al-Qadha wa al-Qadar, edisi

terjemahan oleh Ahmad Syaikhu dengan judul Kupus Tuntas Masalah Takdir (Bogor: Pustaka

Ibnu Katsir, 2005), h. 25 93

M. Amin Syukur dkk, Teologi Islam Terapan: Upaya Antisipatif terhadapt Hedonisme Kehidupan Modern, ....., h. 108. Lihat juga Syekh Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, cet.VIII

(Jakarta: Bulan Bintang, 1989), h.48 94

Abdul Hadi Awang, Beriman kepada Qadak dan Qadar (Selangor, Malaysia: PTS

Islamika, 2008), h. 13 95

Khairunnisa Rajab & Wan Muhammad Fariq, ‚Psikologi Qada’ dan Qadar‛, Jurnal Hadari, Vo. 6 No. 1, 2011, h. 15

Page 109: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

94

Secara istilah, Syekh Ahmad Izzudin al-Bayanuni memberikan

pengertian bahwa qadha adalah pelaksanan dari qadar yang telah

ditentukan oleh Allah.96

Menurut Fethullah Gullen, qadha adalah

pelaksanaan atas segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt

sesuai dengan takdir-Nya.97

Ini berarti, qadha adalah ketentuan yang telah

ditetapkan, atau merupakan pelaksanaan dari takdir (qadar). Sedangkan

takdir atau qadar adalah hukum Allah yang ditetapkan atas segala

makhluknya. Hal ini bisa dikatakan bahwa takdir (qadar) lebih umum

daripada qadha, karena qadha merupakan pelaksanaan dari qadar.98

Dengan demikian, setiap gerak dan usaha manusia selalu akan

mendapatkan hasil, apapun bentuk dan kadarnya, sesuai dengan kapasitas

gerakan yang dilakukan. Salah satu faktor yang menentukan hasil adalah

akal. Manusia telah diberi akal berfungsi untuk menimbang mana yang

baik dan mana yang buruk, mana yang mudharat dan mana yang manfaat.

Manusia diberikan wewenang dalam bebas berkehendak dan berbuat.

Manusia memiliki kebebasan memilih apapun yang dikehendaki dan

diperbuat. Mau jadi mukmin silahkan, mau jadi kafir pun silahkan.99

Dengan adanya akal yang telah diberikan yang berfungsi sebagai alat fikir,

adanya aturan budi pekerti, dan wahyu sebagai penuntunya, manusia

menjadi makhluk budaya yang bebas menentukan karya dan ciptanya.

96

Hafiz Firdaus Abdullah, 47 Persoalan Qadar dan Qadha, (Johor, Malaysia: Perniagaam

Jahabersa, 2011), h. 23 97

Fethullah Gullen, Qadar: Di Tangan Siapakah Takdir atas Diri Kita? , ....., h. 3 98

A. Khoiron Mustafiet , Takdir 13 Skala Righter: Mempertanyakan Takdir Tuhan (Depok:

Qultummedia, 2009), h. 76 99

M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: sebuah Telaah tentang Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, ....., h. 116-120

Page 110: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

95

Namun, setiap orang mukmin dituntut untuk menenpuh jalan yang telah

dibentangkan dalam wahyu bila hidupnya tidak mau tersesat.100

Nurcholis Madjid mengatakan bahwa takdir ialah ajaran agar manusia

mengembalikan segala sesuatu kepada Allah Swt. Hal ini bukan berarti

fatalistik. Menurutnya, takdir adalah hukum ketentuan yang telah

ditetapkan oleh Allah untuk mengatur pola perjalanan dan tingkah laku

alam ciptaan-Nya. Untuk itu, untuk menuai kesuksesan, manusia dituntut

untuk memahami hukum alam ketentuan Allah itu dengan jalan ikhtiar.101

Dari pengertian dan devinisi tentang takdir tersebut, dapat dipahami

bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan perbuatannya.

Fenomena perkembangan budaya dan peradaban dan varian pengetahuan

dan ilmu yang tercipta menunjukkan bahwa manusia diberikan potensi

untuk berikhtiar menggapai takdir. Proses tidak mungkin terjadi bila tidak

ada gerakan, kehendak, dan kemauan. Tidak ada yang terjadi secara ujug-

ujug tanpa sebab apapun. Juga tidak ada akibat yang terjadi begitu saja

tanpa ada sebabnya sama sekali.

Alam yang terhampar luas ini bergerak secara teratur. Tuhan

menurunkan hujan lalu tumbuhlah berbagai macam tumbuhan. Dengan air

hujan itu pohon-pohon di hutan menyimpan dan menggalirkan air ke tanah

lalu terjadilah sungai-sungai kecil. Dari sungai itu ada tumbuhlah berbagai

macam binatang, diantaranya adalah ikan. Semua terjadi begitu teratur.

100

M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: sebuah Telaah tentang Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, ....., h. 122-123

101 Afif Anshori, ‚Pemikiran Kalam Nurcholis Madjid‛, Papper, Oktober 2013.

Page 111: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

96

Itulah sekilas takdir yang terjadi karena proses kausalitas. Hamka

menuliskan:

‚Perjalanan matahari, bulan, bumi, dan bintang-bintang. Perjalanan

cahaya dan ukuranya untuk bilangan tahun, semuanya menurut taqdir.

Biji kelapa menembus tempurung dan sabut, yang keras dan tebal,

sehingga dapat hidup demikiran, adalah menjalani taqdir tertentu.‛102

Setiap kejadian dan fenomena –takdir- mengandung kualitas dan

hikmah. Dalam hidup setiap orang memiliki tujuan, apapun itu, dan ada

sebab dan akibat di samping tujuan itu. Seperti orang ingin berniaga.

Keinginan itu dapat terwujud bila ada kehendak untuk mewujudkan.

Kehendak itu dapat mewujudkan keinginan itu bila ada ikhtiar. Dari sini

dapat dicermati bahwa proses mulai adanya keinginan sampai terwujudnya

keinginan itu ada peran kausalitas. Seperti halnya orang ingin pintar, maka

dia harus belajar. Ingin menjadi sarjana, maka harus melalui jenjang

belajar di perguruan tinggi. Cita-cita dan kenginan yang berhasil terwujud

tanpa ikhtiar, atau berhasil hanya dengan modal khayal dan bermalas-

malasan adalah mustahil.103

Proses hukum sebab dan akibat ini sering disebut dengan sunatullah,

atau sebaliknya, apa yang dikenal dengan sunatullah adalah sebab dan

akibat.104

Orang menanam pohon cabe, maka tumbuhlah pohon cabai dan

berbuah cabai. Orang menanam pohon jeruk tumbuhlah pohon jeruk dan

berbuah jeruk. Lalu datanglah hewan dan binatang pemakan daun cabai

102

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 357 103

Didiek Ahmad Supadie dkk., Pengantar Studi Islam, ....., h. 206 104

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 339.

Page 112: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

97

atau jeruk, lalu rusaklah tanaman. Manusia lalu berfikir dan mempelajari

bagaimana cara supaya binatang penghama tanaman itu hilang tidak

menganggu lagi. Kemudian ditemukan obat untuk membasmi hama itu.

Semua akibat karena tersebab dari usaha dan ikhtiar manusia. Itulah

kenikmatan, dan kenikmatan diperoleh dari usaha dan ikhtiar. Tuhan

memang menyuruh manusia untuk berusaha dan melarang berputus asa

serta bermalas-malasan.105

106

..لم نصيب ما كسب وا....

‚...bagi mereka nikmat anugerah, tersebab usaha mereka...‛

Hamparan bumi yang subur dan lautan yang menghampar penuh

rahasia nikmat bukanlah suatu hiasan, tetapi tersimpan tuntutan Tuhan

kepada manusia untuk menggali dan memanfaatkan potensi rahasia yang

ada di dalamnya. Karena manusia telah dianugerahi alat yang sejati berupa

akal yang harus dipergunakan untuk berfikir.

رون . 107..أفل ت ت فك

‚...apakah tidak engkau pikirkan?‛

108...أفل ت عقلون ‚...apakah tidak engkau akali?‛

Dan anugerah lainya berupa indera, yakni mata untuk melihat, telinga

untuk mendengar, hati untuk merenung. Semua anugerah tersebut guna

105

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 352-353 106

QS. Al-Baqarah [2]: 202 107

QS. Al-An’am [6]: 50 108

QS. Al-Baqarah [2]: 44

Page 113: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

98

agar manusia mendapatkan kemajuan hidup prikemanusiaan.109

Hamka

menuliskan:

‚Tidaklah engkau diberi mata buat melihat, telinga buat mendengar,

hati buat merenung. Itupun semuanya adalah anugerah Illahi

kepadamu. Engkau diberi keyakinan dan petunjuk supaya percaya

kepada takdir. Gunanya bukanlah supaya engkau menyerah bermanja-

manja kepada Tuhan laksana anak kecil yang masih dalam pangkuan.

Khasiat akal yang diberikan kepadamu itu pun menyatakan bahwa

tidaklah demikian pantasnya.‛110

Setiap hasil dan perubahan kondisi kehidupan seseorang tergantung

pada diri orang itu sendiri. Nasibnya sangat ditentukan oleh ikhtiar yang

dilakukannya.

روا ما بأن فسهم. رما بقوم حت ي غي 111...ان اهلل ل ي غي ‚Sesungguhnya Allah tidaklah akan merubah apa yang ada pada suatu

kaum sebelum mereka merubah apa yang ada pada diri mereka.‛

Surat al-Ra’du ayat 11 merupakan salah satu ayat yang terdaftar dalam

ayat-ayat ikhtiar Hamka. Ayat-ayat lain yang masuk kelompok ayat

ikhtiar menurut Hamka yaitu:112

ا كفورا ا شاكرا وإم بيل إم إنا ىدي ناه الس‚Sesungguhnya Kami telah memberikan jalan, kadang-kadang dia

bersyukur kadang-kadang dia kafir.‛ (QS. Al-Insan [76]: 3)

109

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 346-347 110

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 347 111

QS. Al-Ra’du [13]: 11. Lihat Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 345 112

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 344

Page 114: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

99

ذا صراطي مستقيما فاتبعوه بل ف ت فرق بكم عن سبيلو وأن ى لكم ول ت تبعوا الس ذ

قون وصاكم بو لعلكم ت ت ‚Inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah oleh kamu akan dia. Dan

janganlah mengikuti jalan lain, niscaya terpecah-belahlah kamu pada

jalan-Nya. Demikianlah diwasiatkan-Nya kepadamu supaya kamu

taqwa.‛ (QS. Al-An’am [6]: 153)

فمن شاء ف لي ؤمن ومن شاء ف ليكفر ‚Maka barang siapa berkehendak maka hendaklah dia percaya, dan

barang siapa yang berkehendak maka kafirlah.‛ (QS. Al-Kahfi [18]:

29)

د اللو غفورا رحيما. ومن يكسب إث اومن ي عمل سوءا أو يظلم ن فسو ث يست غفر اللو ي

ا ي وكان اللو عليما حكيما كسبو على ن فسو فإن ‚Dan barang siapa yang mengamalkan akan yang jahat atau

menganiaya akan dirinya, kemudian itu memohon ampun dia kepada

Allah, akan didapatinya Allah itu Pemberi Ampun dan Penyayang.

Dan barang siapa yang mengusahakan dosa, maka usahanya itu adalah

dosa atas dirinya sendiri. Dia adalah Allah Maha Tahu dan

Bijaksana.‛ (QS. An-Nisa’[4]: 110-111)

Adanya ayat-ayat ikhtiar tersebut bukan berarti manusia mendapatkan

ruang tanpa batas dan terninabobokkan dengan fasilitas dan kemampuan

yang diberikan Tuhan kepadanya. Dapat dipahami bahwa ayat-ayat ikhtiar

tersebut sebagai fasilitas Tuhan kepada manusia untuk berkehendak.

Namun perlu diingat bahwa di ruang bebas berkehendak manusia itu ada

batas dasar hukum yang telah berlaku tetap bagi tiap kehendak dan

ikhtiar. Dasar hukum itu adalah aturan besar yang tidak dapat diatasi oleh

manusia. Aturan besar itu adalah takdir. Setiap ikhtiar yang dilakukan

Page 115: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

100

manusia akan mendapatkan takdirnya. Untuk itu, Hamka mengatakan,

bahwa takdir tidak bisa dielakkan, tetapi harus dikejar.113

Karena setiap

kehendak dan ikhtiar akan mendapat takdir. Hamka menuliskan:

‚Taqdir dikejar, bukan dielakkan. Menyerbu ke dalam taqdir, bukan

lari daripada taqdir! Seorang muslim dilarang keras datang kepada

tukang tenun dan tukan ramal, yang katanya pandai menilik nasib.

Pandai mengetahui buruk atau baik yang akan menimpa di belakang

hari. Dilarang menanyakan nasib kepada tukan tenun itu, karena yang

demikian mengurangi kepercayaan kepada Tuhan.‛114

Untuk itu, Takdir115

menurut Hamka adalah hinggaan atau jangkauan.

Menurutnya, tidak ada satu pun ikhtiar manusia yang dapat keluar dari

hinggaan atau jangkauan itu. Manusia yang berikhtiar akan memperoleh

nikmat. Manusia yang menanam padi tidak akan tumbuh ilalang. Dengan

irigasi yang baik tentu akan tumbuh padi yang subur. Dengan bumbu yang

pas dan sesuai ketentuan maka akan menghasilkan masakah yang enak

rasanya.116

Ayat-ayat takdir yang mengikat ikhtiar manusia menurut

Hamka adalah sebagai berikut:117

ولم عذاب عظيم وعلى أبصارىم غشاوة تم اللو على ق لوبم وعلى سعهم خ

113

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 349 114

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 349-350 115

Hamka menyebut takdir juga dengan istilah hukum alam atau sunatullah, yaitu peraturan

yang teguh dan tidak berubah lagi. Hukum yang tua dari segala hukum, yang dahulu dari segala

agama. Hukum agama juga terlahir dari hukum alam ini. Hukum yang datang dari Tuhan yang

cocok dengan segala zaman, peraturanya sesuai, adil, dan tidak pernah berat sebelah. Dan dengan

anugerah akal, manusia dalam menentukan baik dan buruk juga dari hukum alam. Hukum alam ini

akan dijalani manusia sejak dia datang ke dunia; lahir, sampai pada masa meninggalkan dunia;

wafat, menjadi penuntun dalam memperoleh kebahagiaan dan kesempurnaan. Seluruh yang ada di

langit dan di bumi seisinya semuanya berjalan sesuai dengan hukum alam. Lihat Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah, ......, h. 73-76

116Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 355. Liha juga M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran

Kalam Tafsir Al-Azhar: sebuah Telaah tentang Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, ....., h.127 117

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 343-344

Page 116: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

101

‚Telah menutup Allah atas hati mereka dan atas pendengaran mereka

ada pelumuran. Dan bagi mereka adzab yang besar.‛ (QS. Al-Baqarah

[2]: 7)

ىو ربكم ل ينفعكم نصحي إن أردت أن أنصح لكم إن كان اللو يريد أن ي غويكم و

وإليو ت رجعون ‚Dan tidaklah akan memberi manfaat kepada kamu nasehat-nasehatku

jika aku mau memberi nasehat kepada kamu jika Allah Ta’ala

berkehendak menyesatkan kamu. Dialah Tuhan kamu dan kepada-

Nyalah kamu akan kembali semuanya.‛ (QS. Hud [11]: 34)

أفمن حق عليو كلمة العذاب أفأنت تنقذ من ف النار ‚Apakah orang-orang yang telah pasti atasnya kalimat siksa? Apakah

engkau akan mengeluarkan orang yang telah dalam neraka?‛ (QS. Al-

Zumar [39]: 19)

ة رسول أن اعبدوا اللو واجتنبوا الطاغوت ن ىدى اللو ولقد ب عث نا ف كل أم هم م فمن

ت عليو ن حق هم م الضللة ومن ‚Dan sesungguhnya telah mengutus kami pada tiap-tiap umat akan

utusan supaya menyembah mereka akan Allah dan menjauhi mereka

akan thaghut. Maka ada di antara mereka itu yang diberi hidayat

Allah dan di antara mereka ada pula orang yang telah pasti atas

kesesatan.‛ (QS. Al-Nahl [16]: 36)

Ayat-ayat ikhtiar dan ayat-ayat takdir tersebut di atas adalah seiring

sejalan, bukan berlawanan. Dengan melihat ayat-ayat ikhtiar menandakan

bahwa pada diri kita ada kebebasan berkehendak. Dan dengan melihat

ayat-ayat takdir tersebut menjadikan kita tidak lupa daratan, bahwa

kebebasan itu terbatas, terbatas dalam lingkup dasar hukum (takdir) Allah.

Page 117: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

102

Ibarat kebebasan seseorang sebagai warga yang hidup di sebuah negara,

dia bebas dalam lingkungan undang-undang negara itu.118

Secara konseptual tentang ikhtiar dan takdir tersebut dapat penulis

rekonstruksi deskripsinya sebagai berikut:

Penjelasan:

Bulat biru adalah titik manusia dalam posisi diam atau belum

bergerak dan niat akan melakukan aktifitas atau ikhtiar.

Lingkaran-lingkaran merah adalah jangkauan tujuan. Kemana pun

tujuan yang diinginkan, di situ akan mendapatkan takdirnya.

Panah yang mengarah ke segala arah menunjukkan arah ikhtiar

manusia dan tuntunan atau aturan syariat. Kemana pun arah ikhtiar,

apapun bentuk ikhtiar, semua ada aturannya dalam syariat.

Warna hijau yang mewarnai seluruh lingkaran menujukkan bahwa

hidup manusia dipenuhi dengan takdir Tuhan. Kemana pun arah

ikhtiar dan tujuan yang ingin dicapai, maka akan mendapatkan

takdirnya sesuai kekuatan ikhtiar yang dilakukan.

3. Ikhtiar sebagai Prinsip Hidup: Taklif Kewajiban dan Hak

Kehidupan manusia tidak terlepas dari beragam aktifitas, antara

lain pekerjaan. Beragam jenis pekerjaan manusia tentunya beragam pula

118

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 345

Manusia, titik awal, niat

- Syariat/ketentuan agama

- Arah usaha

Tujuan

Takdir

Page 118: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

103

kewajiban masing-masing. Setiap pilihan pekerjaan terdapat taklif dan

resiko. Seperti tukang penjual roti berbeda dengan tukang penjual sayur.

Pegawai di perusahaan tambang juga berbeda taklif kerjanya dengan

pegawai di perusahaan produk makanan. Begitu pula guru berbeda taklif

kerjanya dengan peternak.

Pilihan adalah ikatan. Kita semua yang telah mentukan pilihan

dalam beragama pada Islam pasti terikat kontrak dengan taklif tanggung

jawab dan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan. Begitu pun setiap

orang yang telah menentukan pilihan terhadap pekerjaan yang

dikehendaki, maka serta merta terikat dengan pekerjaan yang dipilihnya

itu. Baik pekerjaan itu berupa bekerja kepada orang lain di sebuah

perusahaan, bekerja sama dengan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan

tertentu, maupun bekerja sendiri dalam mengelola perusahaannya.

Ataupun juga pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan

keagamaan.

Berat atau ringannya beban pekerjaan yang diwajibkan untuk

dikerjakan tidak ditentukan oleh tingkat jabatan, posisi, atau status

pekerjaan. Ukuran berat atau ringan pekerjaan secara riil terlihat pada

sejauh mana kemampuan atau kesanggupan orang itu memikul beban

tanggung jawab atas pekerjaan itu sesuai ukurannya masing-masing.

Karena setiap pekerjaan memiliki taklif tanggung jawab dan kewajiban

yang sama bobotnya sesuai pekerjaan yang harus ditunaikan. Pantas dan

terpujinya kemanusiaan seseorang tergantung pada taklif kewajiban tu

Page 119: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

104

ditunaikan, dan tinggi-mulianya pembayaran kewajiban ialah yang

dikerjakan atas perintah hati nurani.119

Hamka mengatakan, kelalaian dalam memikul kewajiban pekerjaan

adalah penyakit masyarakat. Orang-orang yang bekerja dalam satu kantor

di perusahaan yang sama adalah ibarat satu tubuh. Jika ada salah satu

pegawai melakukan kewajiban pekerjaannya tidak sesuai yang ditaklifkan,

atau lalai, maka akan terjadi kekurangnyamanan, akan terjadi hubungan

kurang sehat antar pegawai, dan terganggunya proses sirkulasi taklif

pekerjaan pegawai yang lain, sehingga akan mengakibatkan kondisi tidak

fit. Beban tanggung jawab kewajiban itu ada hubungannya satu sama lain.

Ketika terjadi kelalaian di satu pihak, maka akan terjadi gangguan pada

yang lainnya. Untuk itu, teguh membayar kewajiban adalah pokok

keutamaan. Karena keteguhan dalam mengemban beban tanggung jawab

kewajiban itu menyebabkan keharmonisan hubungan antar sesama, kuat,

dan sehatnya masyarakat itu.

Membayar kewajiban itu adalah suatu yang sangat penting dan

besar. Membutuhkan hati yang kuat dan kemauan yang keras, yang harus

diniatkan dengan baik dan terus dikembangkan. Sebab, dalam proses

pengerjaan wajib itu terjadi perjuangan antara hati yang suci dengan

nafsu. Siapa saja yang tidak mempunyai kekuatan menangkis dorongan

nafsu, maka akan terbengkalai pekerjaan kewajiban itu, yang akan

119

Atas perintah hati nurani maksudnya adalah mengerjakan kewajiban dengan

pertimbangan bahwa perkara itu dikerjakan karena wajib dikerjakan sesuai taklif, bukan karena

pujian, dipaksa keadaan sehingga timbul rasa takut, atau harapan pada suatu hal (benda atau

materi). Lihat Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi, cet. II, (Jakarta: Repbulika Penerbit, 2015), h. 3-4

Page 120: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

105

membuat diri seseorang menjadi jatuh derajatnya. Hal ini disebabkan

karena setiap orang merupakan bagian dari masyarakat, dimana dalam

berbuat dan beraktifitas maupun menunaikan taklif dalam pekerjaan harus

sesuai aturan, menjaga sopan-santun, dan sesuai kepentingan masyarakat.

Jika dia memisahkan diri dengan khalayak, maka fanalah diri dan tidak

ada harganya. Ini disebabkan karena kemanusiaaan, bahkan kepribadian

manusia, tidak akan tumbuh sempurna dengan hidup menyendiri.120

Karena hidup tidak bisa dengan seorang diri. Keberadaan setiap

orang di dunia ini tidak ujug-ujug tercipta begitu saja. Kita lahir tidak dari

seonggok batu. Kita lahir berkat kedua orang tua, di lingkungan sosial,

dan berkembang besar dalam binaan aturan masyarakat. Maka dari itu,

kesempurnaan hidup harus membaur dan bersama-sama membangun

masyarakat. Sebab, setiap diri membutuhkan orang lain dalam

berkehendak menunaikan kewajiban jasmaninya, yakni makan, minum,

tempat tinggal, pakaian, dan segala persiapan kepentingan dirinya. Begitu

pula berkehendak dalam menunaikan kewajiban ruhaninya yang berupa

pengetahuan, kebebasan berfikir dan bertindak, dan berperasaan; sabar dan

qana’ah.121

Dimana pun kita berpijak, hidup, berkumpul, berkegiatan, dan

melangsungkan prosesi pemenuhan segala kepentingan dan kebutuhan

hidup selalu bersinggungan dengan taklif. Apa yang menjadi kewajiban

120

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 6. Lihat juga Hamka, Studi Islam, (Jakarta, Pustaka

Panjimas, tt), h. 76 121

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, Cet. II, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa,

1994), h. 169

Page 121: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

106

yang harus ditunaikan, dan apa yang menjadi hak yang harus kita

dapatkan. Hubungan diantara tiap-tiap diri dengan masyarakat itu

mempunyai undang-undang yang harus ditimbang terima. Seorang

membayar kepada mayarakat, dan masyarakat juga membayar kepada

seorang itu. Orang wajib berjuang berkorban untuk kepentingan

masyarakat, dan masyarakat melindungi orang itu.

Setiap orang yang lahir ke dunia ini mendapatkan hak dari

masyarakat, diakui hak itu oleh undang-undang, dan dihormati oleh

hukum. Hak yang didapatkannya ialah hak kemerdekaan diri; meliputi hak

hidup, hak menentukan keyakinan dan kepercayaan, hak menentukan

pilihan atau hak politik, hak budi, dan hak berfikir, kemerdekaan hak

milik, kemerdekaan membela diri atau menangkis serangan, dan

kemerdekaan mencari nafkah.122

Hak atau kebenaran ini mesti adanya,

tidak akan berubah walau waktu berubah dan tempat berlainan. Hak ini

mesti ada pada setiap manusia yang berakal, dan keberadaannya wajib

dihormati.123

Hak dan kewajiban ini mutlak adanya. Diri pribadi dengan

masyarakat di lingkungan tempat tinggal maupun di lingkungan kerja,

masyarakat tertentu dengan masyarakat lainnya, maupun masyarakat

dengan pemerintahnya. Semua ada aturan dan undang-undang yang harus

diikhtiarkan untuk dijalankan dan dijaga bersama. Ini adalah prinsip pokok

122

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 9-10

123Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk

Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 132

Page 122: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

107

berperikehidupan agar terjamin format kehidupan yang diharapkan

bersama.

Selain kewajiban yang harus dipikul oleh diri di atas, yang paling

utama dan terprioritas taklif manusia sebagai makhluk Tuhan yang

sempurna dan mulia yang dijadikan sebagai khalifah124

adalah kewajiban

terhadap Yang Maha Mencipta, yakni Allah Swt. Manusia sebagai

makhluk yang terhormat dan sebaik-baik makhluk ciptaan –malaikat pun

bersujud kepadanya, memiliki kewajiban untuk menggunakan segala

potensi dan pengetahuannya hanya berorientasi pada kebaikan, yakni

ibadah atau pengabdian kepada Allah Swt. Taklif terhadap diri, terhadap

sosial, dan terhadap alam sekitar harus dikerucutkan pada satu arah, yakni

untuk beribadah kepada Allah Swt.125

Sebagai khalifah, manusia harus

menjaga diri, keluarga, dan keturunanyan dengan sebaik-baiknya agar

tidak merosot turun martabatnya sehingga jatuh menjadi binatang.126

Itu prinsip, karena hidup di dunia ini meliputi segala segi dan

aspeknya. Sejak dari hidup sendiri, sampai pertalian pribadi ibu-bapak,

suami-istri, orang tua dan anak, lingkungan tempat tinggal, masyarakat

yang lebih luas lainnya, dan negara. Sejak dari mengurus sesuap nasi yang

akan dimakan sampai dengan urusan perekonomian yang lebih luas.

Hubungan diri dengan orang lain, masyarakat dengan masyarakat, sampai

124

Hamka mengatakan bahwa jabatan khalifah yang begitu tinggi hanya dilaksanakan

oleh orang yang merasa selalu ada rasa takut kepada Allah. Orang yang senantiasa memahami

bahwa semua orang adalah sama dihadapan Allah. Lihat Hamka, Studi Islam, ....., h. 32-33 125

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, ....., h. 164-165 126

Hamka, Studi Islam, (Jakarta, Pustaka Panjimas, tt), h. 7

Page 123: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

108

dengan negara dengan negara.127

Itulah urusan hidup yang harus diemban

oleh manusia, dan itu prinsip yang tidak bisa diganggu gugat.

4. Ikhtiar Berorientasi pada Ibadah dan Keutamaan

1. Allah sebagai Orientasi Utama

Pusat akidah atau prinsip ajaran Islam yaitu bahwa pencipta

(Khaliq) itu hanya satu, Allah adalah Esa. Akal yang berfikir sehat

harus sampai kepada akidah yang satu itu. Al-Quran telah memberikan

berbagai perumpamaan yang jelas tentang ajakan untuk berfikir yang

teratur perihal Allah Yang Maha Pencipta.128

Akal yang

dianugerahkan Allah kepada manusia memiliki salah satu pekerjaan

yaitu mencari ilmu, pengetahuan, dan rahasia alam yang diciptakan

oleh Allah. Manusia harus melakukannya, menggunakan semaksimal

mungkin potensi akal yang dimilikinya. Tujuan dari pada itu adalah

manusia akan menemukan otentisitas bukti faktual secara empiris dari

alam yang indah, penuh seni, dan teratur sebagai bukti ke-Maha

Pencipta-an Allah Swt, suatu rahasia yang beyond dan tersembunyi

yang sebelumnya dia belum ketahui.129

Bertambah luas ilmu pengetahuan dan hasil penyelidikan serta

tambah bersih cara berfikir, maka akan menghasilkan ilmu yang yakin

127

Hamka, Studi Islam,....., h. 30 128

Salah satunya bisa dilihat pada QS. Al-Hajj [22] ayat 73, yang berbicara soal

keyakinan yang menyekutukan Allah, yakni memilih sesembahan selain Allah. 129

Hamka, Studi Islam, ....., h. 7, lihat juga Hamka, Pandangan Hidup Muslim, cet. IV,

(Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 9

Page 124: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

109

dan bertambah terbuka pula jalan kepada tauhid, asbabul asbab.130

Sebuah akhir perjalanan akal yang diiringi dengan jiwa yang suci,

walaupun dari mana pangkal memulainya. Tauhid menjadikan manusia

memiliki keyakinan teguh terhadap eksistensi Tuhan, sebagai Yang

Maha Kuasa dan Yang Maha Pencipta.131

Allah, nama Yang Maha Mulia dari dzat Yang Maha Suci, adalah

yang kita percayai dan karena-Nya kita beribadah, beramal, dan

berusaha. Dari pada-Nya kita hidup, dan dari pada-Nya pula kita

kembali. Amat sucilah Dia, dan kepada-Nya terhimpun pujian-pujian.

Yang menciptakan dunia bagai istana megah dan mengatur alam

sesisinya dengan keteraturan yang indah dan penuh seni.132

Itulah buah

dari tauhid.

Ketika kepercayaan dan keyakinan itu telah teguh kokoh tertancap

dalam diri kita, maka secara implisit terpinanglah kita dalam satu

ikatan yang bernama akidah, yaitu mengikat hati dan perasaan dengan

satu kepercayaan yang selalu dipegang teguh, yakni bahwa Allah

adalah Maha Esa, Maha Pencipta, dan Maha Kuasa atas segala yang

diciptakan, Yang Maha Hakim133

dari setiap perbuatan manusia. Jiwa

130

Hamka, Pelajaran Agama Islam, cet. XI, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 34. Lihat

juga Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 140

131 Dia-lah Tuhan, baik di langit dan di bumi, lautan dan daratan, yang gaib dan yang

nyata. Semua terjadi atas kehendaknya, dia yang menjadikan, dan Dia mutlak berkuasa atas segala

yang ada. Lihat Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 23 132

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 27 & 60. Lihat juga Hamka, Pandangan Hidup Muslim, ....., h. 9

133Yang Maha Hakim maksudnya adalah bijaksana dalam memberikan keputusan yang

terbaik dalam segala perbuatan manusia. Memberi pahala kepada manusia yang berbuat baik dan

menjatuhkan hukuman bagi manusia yang berbuat jahat. Lihat Hamka, Studi Islam, ....., h. 96

Page 125: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

110

raga dan pandangan hidup kita terikat oleh akidah, dan dengan akidah

itu kita menentukan jalan hidup.

Hamka mengatakan, bahwa akidah ibarat battery (accu) pada

kendaraan atau mesin generator. Dengan akal yang murni dan perasaan

yang halus, maka senantiasa akidah menjadi power yang selalu fit

setiap saat. Sehingga akan selalu ready menggerakkan semangat

kehendak dalam perjalanan hidup manusia, bergerak dan berputar

menuju yang lebih baik.134

Seorang penganut akidah tauhid tidak akan mau jadi hamba

sahaya dari siapapun, begitu pun kepada benda-benda lainnya. Sebagai

insan penganut tauhid akan merasa dirinya bebas dan merdeka –dari

syahwat, ragu, takut, dan syakwasangka- di dalam alam ini. Karena

daulat yang dipertuhankan bagi seluruh alam ini hanyalah Dia, Allah

semata. Seluruh jiwa raganya hanya bersedia tunduk kepada Allah,

menyembah, beribadah, dan memohon hanya kepada-Nya ( إياك نعبد

135.(وإياك نستعين Kemudian prinsip itu menjadi pegangan hidup dalam

mengarungi bahtera kehidupan di dunia, dan demi untuk kehidupan

akhirat nantinya.

Akidah atau pegangan hidup tersebut, atau kepercayaan, disebut

sebagai iman. Iman mesti diikuti dengan amal, karena amal adalah

buah dari iman. Akidah atau iman bersifat pasang surut, bisa

bertambah kuat dan bisa melemah. Kekuatan dan kelemahan akidah

134

Hamka, Studi Islam, ....., h. 76 & 82 135

Hamka, Studi Islam, ....., h. 97-98

Page 126: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

111

seseorang tergantung sejauh mana menggunakan kekuatan potensi akal

pikir, hati nurani bersihnya, dan jiwa sucinya untuk meyakini

eksistensi ke-Maha-an Allah Swt. Semakin tinggi pengetahuan yang

diperoleh dari penelitiannya terhadap alam ini tentang Yang Maha

Pencipta, maka akan semakin kuat keimanan seseorang.

Amal sangat berkait kelindan dengan iman. Semakin baik kadar

keimanan seseorang, maka akan membuahkan kerja, usaha, dan

kegiatan hidup yang baik pula (amal shaleh).136

Seorang yang memiliki

keimanan yang baik akan senantiasa memperhatikan dengan penuh

waspada apa saja perbuatan yang mendapatkan ridha Allah dan apa

saja perbuatan yang mendatangkan murka Allah (muraqabah). Iman

yang baik akan membuat hati menjadi bersih. Hati yang bersih

membuahkan amal yang baik. Karena amal merupakan pernyataan dari

sikap hati, dan karena iman mendorong orang menjadi merasa wajib

untuk berbuat baik.137

Sehingga dapat dipersepsikan bahwa amal yang

baik hanya akan tercipta dari oang yang beriman baik. Atau, orang

yang memiliki iman yang baik pasti akan selalu melahirkan amal yang

baik.

Untuk itu, segala amal ibadah, معاملة مع هللا أو معاملة مع الناس, yang

didasari oleh akidah atau iman yang kuat, maka akan menghasilkan

amal-amal ibadah yang berorientasi hanya untuk Allah semata.138

Niat

136

Hamka, Studi Islam, ....., h. 197 137

Hamka, Studi Islam, ....., h. 122. Lihat juga Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, .....,

h. 144 138

Hamka, Studi Islam, ....., h. 133

Page 127: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

112

dan proses amal dilakukan hanya untuk meraih ridha dan dilakukan

dengan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah lewat wahyu.

Wahyu illahi yang disampaikan dan ditunjukkan lewat rasul-Nya,

yakni Nabi Muhammad Saw, menyampaikan bahwa hidup kita di

dunia ini memang hanyalah untuk beribadah kepada Allah, atau

mengabdi kepada Allah. Semua amal ibadah dan kehendak selalu

berlandaskan pada ketentuan dan aturan yang telah digariskan dalam

syariatnya.139

Dalam firman-Nya di sampaikan:

نس إل لي عبدون 140وما خلقت الن وال

‚Dan tiadalah Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk

beribadah kepada-Ku.‛

Hidup dan kehidupan ini bergerak berkembang dan berubah karena

manusia selalu bergerak, berkehendak, dan berikhtiar. Aneka hiruk-

pikuk dan ragam pekerjaan dari berbagai profesi menghampar

dilakukan manusia. Berusaha, bekerja, mencari makan, adalah

kewajiban agama.141

Untuk itu, harus dilaksanakan dengan seksama

dengan tata cara sesuai syariat atau dasar hukum yang terpatri dalam

akidah. Islam mewajibkan bagi umatnya untuk menegakkan dan

memperjuangkan syariat berjalan dan berlaku kuat dalam berbagai

139

Hamka, Studi Islam, ....., h. 167 140

QS. Ad-Dzariyat [51]: 56 141

Banyak ayat yang menerangkan tentang tentang berusaha, bekerja, dan mencari

makan. Antara lain QS. Al-Baqarah ayat 60, Al-Baqarah ayat 168, Al-Maidah ayat 88, Al-An’am

ayat 142, At-Thur ayat 19, dan Al-Mulk ayat 15. Lihat Hamka, Studi Islam, ....., h. 175-176

Page 128: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

113

kehidupan. Baik dalam diri sendiri, rumah tangga, masyarakat,

maupun negara.142

Meyakini dan mempercayai ada-Nya, bahwa Allah itu Esa, maka

konsekuensinya adalah wajib mentaati perintah dan peraturannya.

Dengan demikian, maka segala amal dan ibadah memiliki tujuan

utama, yakni hanya untuk mengabdi kepada Allah Swt. Bercita-cita

dan berikhtiar membentuk hidup yang hanya menurut ajaran yang

diyakini. Hamka mengatakan, ikhtiar yang dilakukan terus menerus

tiada putus sesuai ajaran itu disebut sebagai muslim yang bercita-cita

menuju kesempurnaan (insan kamil).143

2. Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Hidup tidak lah hanya sekedar hidup. Dari kelompok terkecil,

yakni keluarga, kemudian masyarakat sampai kelompok yang besar,

yakni pemerintah, memiliki aturan atau undang-undang yang mengatur

tentang tata cara hidup yang baik. Aturan tersebut ada yang tidak

tertulis, yang berupa aturan adat atau tradisi yang turun temurun, ada

juga yang tertulis dengan pasal-pasal yang jelas. Aturan itu tumbuh

dan terkemas secara alami sesuai kebutuhan dan perkembangan hidup.

Dimana yang dikatakan baik adalah yang diterima dan disukai, dan

yang dikatakan buruk adalah yang ditolak atau tidak diterima.144

142

Hamka, Studi Islam, ....., h. 203 143

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 219

144Hamka, Studi Islam, ....., h. 79 & 81

Page 129: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

114

Setelah mengikrarkan diri percaya kepada Allah dan meyakini

Allah itu Esa, maka manusia kemudian memiliki tanggung jawab

hidup sebagai konsekuensi terhadap apa yang dipercayai. Bentuknya

adalah berupa pelaksanaan aturan yang terkemas dalam syariat yang

kemudian dimanifestasikan ke semua kegiatan hidup, baik ibadah

maupun amal perbuatan. Tata nilai tradisi yang telah dipegang turun-

temurun dari nenek moyang kemudian harus diselaraskan dan

diharmonikan dengan syariat. Sehingga pedoman aturan nilai yang

menjadi pegangan pokok adalah yang termaktub dalam syariat.

Bentuk realisasi sebagai manifestasi syariat adalah menggerakkan

diri untuk selalu berjalan dalam koridor kebenaran dan kebaikan

(ma’ruf), dan sekuat tenaga untuk menghindarkan diri dari hal yang

salah dan buruk (munkar).145

Itu merupakan tugas hidup yang paling

rendah. Pada tahap selanjutnya, jika tahap paling rendah itu mampu

dilakukan dengan baik, maka tugas selanjutnya adalah melakukannya

di lingkungan keluarga kemudian masyarakat. Hamka mengatakan,

bahwa sebaik-baik umat adalah yang berani melakukan dan menyuruh

yang ma’ruf atau haq, dan berani menolak dan melarang yang munkar

atau bathil.146

145

Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang lain untuk

bertahuid kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama

manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan kemaslahatan. Atau makruf adalah setiap pekerjaan

(urusan) yang diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Termasuk segala

yang wajib dan yang mandub. Ma’ruf juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan, dan

lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lainnya. Sedangkan munkar adalah sebaliknya. Lihat

Ahmad Iwudh Abduh, Mutiara Hadis Qudsi, (Bandung: Mizan Pustaka, 2006), h. 224 146

Hamka, Pandangan Hidup Muslim,....., h. 67-68.

Page 130: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

115

Untuk dapat melaksanakan yang ma’ruf dan yang munkar

diperlukan kemauan (iradah). Kuat lemahnya kemauan –berani atau

tidak berani- sangat tergantung pada tingkat keimanan atau

akidahnya. Selain itu juga dibutuhkan kebebasan berfikir dan

menyatakan fikiran itu. Karena kemauan tanpa dibarengi dengan

kebebasan berfikir tidak akan teralisasi dengan baik. Namun, realisasi

keberanian menyatakan yang ma’ruf dan yang munkar ini dapat

berjalan dengan baik bila jiwanya bebas atau terlepas dari rantai dan

belenggu kebendaan.

Hamka menyatakan bahwa umat Muhammad akan tetap menjadi

sebaik-baik umat selama mempunyai tiga sifat keutamaan, yakni

percaya kepada Allah, berani menyuruh perbuatan yang ma’ruf dan

melarang perbuatan yang munkar.147

Ayat Al-Qur’an yang menjadi

pedoman Hamka dalam pernyataannya adalah berikut ini:

ة أخرجت للناس ثأمرون بلمعروف وتنون عن المنكر وثؤمنون بلل كنت خي أم

‚Kamu adalah sebai-baik umat yang dikeluarkan diantara manusia,

kamu menyuruh dengan yang ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar, dan kamu semua beriman kepada Allah‛

Pengabdian atau ibadah seorang hamba kepada Allah mengandung

dua makna, yakni kehambaan (hamblum min allah) dan kemanusiaan

(hablum min al-nas). Dengan percaya (beriman) kepada Allah, seorang

secara spontanitas akan melaksanakan ibadah sebagai bentuk

kehambaaannya sesuai yang termaktub dalam rukun Islam. Dengan

147

Hamka, Pandangan Hidup Muslim,....., h. 64-66.

Page 131: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

116

menyadari eksistensi kemanusiaannya (hamba Allah), seorang yang

tekun beribadah seharusnya menjadi pendorong terhadap pengabdian,

pelayanan, dan pengharhargaannya terhadap sesama manusia. Sebagai

bentuk ibadah kemanusiaan dan hubungan antar sesama manusia,

adalah berupa melaksanakan dan menyuruh perbuatan ma’ruf,

menghindari dan melarang perbuatan munkar. Secara fitrah (kejadian

dan agama yang benar[Islam]), manusia membutuhkan Allah dan

mengabdi kepada Allah.148

Hanya umat yang melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar

yang dikatakan Allah sebagai umat yang beruntung dan mendapat

pujian dari Allah sebagai sebaik-baik umat yang beruntung atau

bahagia. Karena ini adalah tugas mulia dan merupakan bagian dari

syiar Islam dan sarana untuk memelihara kehormatan agama.149

Setiap

orang wajib melaksanakan tugas ini walau hanya sekedar dengan hati.

Sebuah hadits nabi:

ع ت رسول اهلل صلى اهلل عليو عن أب سعيد الدري رضي اهلل عنو قال : سره بيده، فإن ل يستطع فبلسانو، فإن ل وسلم ي قول : من رأى منكم منكرا ف لي غي

()رواه مسلم يستطع فبقلبو وذلك أضعف اليان 150

‚Dari Abu Sa’id Al-Khudri radiallahu ‘anhu berkata: ‚Saya

mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya,

148

Asep Usman Ismail, Pengembangan Diri Menjadi Pribadi Mulia, (Jakarta: PT. Elex

Media Komputindo, 2011), h. 71-73 & 129-132 149

Abdullah Al-Mushliih dan Shalah Ash-Shawiy, Prinsip-Prinsip Islam untuk Kehidupan, Penerjemah: M. Ridwan Yahya, Harjani Hifni, M. Hidayat Nurwahid, cet. I, (Jakarta: Bina Rena

Pariwara, 1999), h. 201 150

Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin (Taman Orang-Orang Shalih), BAB 23, h. 144-145.

Page 132: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

117

jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak

mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah

selemah-lemahnya iman.‛ (Riwayat Muslim)

Hukum wajib pada pelaksanaan amar ma’ruf dan nahi munkar

adalah kifayah151

. Untuk itu, Allah memberikan kenikmatan

kebahagiaan bagi yang melaksanakannya. Firman Allah:

هون عن المنكر نكم أمة يدعون إل الي ويأمرون بالمعروف وي ن ولتكن م152وأولئك ىم المفلحون

‚Hendaklah ada di antara kamu satu golongan yang menyeru

kepada kebaikan dan menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang

dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.‛

Begitu pentingnya tugas itu sehingga Hamka menganggap sebagai

keutamaan, dan dikarenakan pada surat Ali-Imron ayat 104 di atas

mengandung suruhan yang wajib bagi muslimin untuk

melaksanakannya.153

Oleh karenanya Hamka mengatakan bahwa

ketiganya –beriman kepada Allah, melakukan dan menyuruh yang

ma’ruf, menghindari dan melarang yang munkar- adalah keutamaan,

disebabkan ketiganya sebagai bentuk pengabdian yang ikhlas kepada

Allah dan beragama yang hanya untuk Allah semata. Dalam sebuah

firman-Nya dinyatakan:

151

Kifayah disini sama dengan hukum wajib kifayah yang dikenakan pada hukum

berkurban, sholat janazah, dan mencari ilmu. Setiap orang dikenakan taklif, tapi ketika ada

sebagian atau seseorang yang telah menjalankannya, maka batallah taklif setiap orang itu. Lihat

Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh Keutamaan: Keutamaan seorang Muslim (Selangor: PTS Islamika

SDN. BHD, 2014), h. 143 152

QS. Ali Imron [3]: 104 153

Hamka, Studi Islam, ....., h. 80

Page 133: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

118

ين وما أمروا إل لي عبدوا اللو ملصني لو الد

‚Dan tidaklah mereka itu disuruh melainkan supaya mereka

mengabdi kepada Allah dalam keadaan ikhlas kepada-Nya,

beragama untuk Allah semata‛

Ayat di atas lebih menjelaskan bahwa segala gerak-gerik hidup kita

hendaklah hanya untuk ibadah kepada Allah semata. Dengan kata

lain, hidup yang hanya sementara ini hendaklah ada harganya, selalu

berikhtiar supaya usia tidak terbuang percuma.154

3. Keutamaan Budi sebagai Tujuan Kemanusiaan

Manusia dilahirkan dalan kondisi suci. Secara fitrah (kejadiannya)

berarti manusia itu eksistensinya baik dan tanpa cela.155

Tuhan

memberikan akal kepada manusia sebagai alat berfikir dan

menimbang. Itulah kelebihan dan perbedaan manusia dengan makhluk

ciptaan Tuhan yang lain, yaitu gerak-gerik hidupnya timbul dari

dalam. Segala ikhtiar yang dilangkahkan semuanya timbul dari suatu

maksud tertentu dan datang dari perasaan yang tinggi, yang

mempunyai kekuasaan dalam dirinya. Segala ikhtiar manusia timbul

dari pertimbangan akalnya. Setiap ikhtiar pikirannya

mempertimbangkan runtutan pekerjaan sampai akhirnya. Apa

154

Hamka, Studi Islam, ....., h. 170 155

Rasulullah bersabda: ‚Allah Swt berfirman, Sesungguhnya Aku telah menciptakan

hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (fitrah), lalu mereka didatangi oleh syetan yang

menyesatkan mereka dari ajaran agama mereka, dan (syetan tersebut) mengharamkan kepada

mereka apa yang Aku halalkan‛. (HR. Muslim). Lihat Abdullah Al-Mushliih dan Shalah Ash-

Shawiy, Prinsip-Prinsip Islam untuk Kehidupan, ....., h. 5

Page 134: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

119

tujuannya, bagaimana mencapai tujuannya, dan apa akibat yang

ditimbulkan apabila pekerjaan itu dilakukan.156

Akal yang diberikan Tuhan kepada manusia menjadi senjata paling

ampuh bagi manusia. Dengan akalnya manusia mampu melakukan apa

saja dan menciptakan apa saja yang menjadi kemauan dan tujuannya,

kepuasan hati dan tercapai maksud. Berbagai ilmu, pengetahuan, dan

hasil teknologi merupakan bentuk nyata keampuhan akal. Dengan akal

manusia bisa dipandang baik akal dan budinya, dan dengan akal pula

manusia bisa dipandang rendah akal dan budi serta kemanusiaannya.

Karena menurut Hamka, ada tiga sifat asli yangada pada diri manusia,

yaitu kecenderungan hewaniyah, marah, dan mementingkan diri

sendiri.157

Untuk itu, kesenangan diri tidak boleh melampaui segala-galanya.

Setiap manusia hidup bersama dengan yang lainnya, berbaur, bersama,

dan bersosial. Setiap orang harus menjaga diri, jaga ucapan, jaga

indera, dan jaga prilaku agar selalu dalam koridor tata aturan adab dan

kesopanan yang berlaku. Saling menghormati dan menghargai, saling

mengerti akan hak dan kewajiban masing-masing.

Hidup berbudi harus menjadi prinsip pokok dalam merintis cita-

cita dan menggapai segala tujuan. Setiap perbuatan dan pekerjaan

156

Hamka, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati diri, Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, (Jakarta: Republika Penerbit, 2016), h. 1

157Bila akal manusia dikuasai oleh kecenderungan kebinatangannya, maka dia akan tamak

dan rakus, bila dikuasai oleh marah maka manusia akan menjadi ganas, sedangkan bila dikuasai

oleh sifat mementingkan diri sendiri dia akan menjadi orang yang licik, sombong, penipu, dan

penindas, bak setan bertubuh manusia. Lihat Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, (Jakarta: Republika Penerbit, 2015),

h. 112

Page 135: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

120

yang dilakukan, di samping kesenangan diri, harus mempertimbangkan

kesenangan dan kesentosaan bersama. Sebab, hakekat diri tidaklah ada

jika sekiranya hidup bersama belum senang.158

Setiap kelompok masyarakat ada adat, setiap adat ada tradisi, dan

setiap tradisi termaktub aturan adab atau sopan-santun. Tiap-tiap

daerah dan negeri berdiri dengan kesopannanya masing-masing, sesuai

kemajuan lahir dan bathin kehidupannya.159

Untuk itulah segala

langkah hidup harus dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya untuk

tujuan di masa yang akan datang.

Hidup berbudi harus menjadi tujuan dan prinsip dari segala gerak-

gerik perilaku dan perbuatan, baik terhadap makhluk, sesama manusia,

dan khususnya kepada Tuhan. Dalam sebuah pantun Hamka

menyampaikan:

Diribut runduklah padi, dicupak datuk temanggung.

Hidup kalau tidak berbudi, duduk tegak ke mari canggung.

Pantun tersebut selaras dengan sebuah syair arab gubahan Syauqi Bey

berikut ini:

Suatu bangsa terkenal ialah lantaran dengan budinya

Kalau budinya telah habis, nama bangsa itu pun hilanglah.

Hamka mengatakan, bahwa tegaknya tujuan suci, yakni hidup

berbudi, dapat tercapai sempurna bila kita insaf, ingat, dan ikhlas.

Insaf dari perkara yang terlarang dan membahayakan bagi harmoni

158

Hamka, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati diri, Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, ....., h. 2-3

159Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-

Qur’an dan As-Sunnah, ....., h. 110

Page 136: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

121

kehidupan yang telah dilakukan, kemudian berniat untuk tidak

menuruti kehendak nafsu yang mengajak kepada keburukan dan lalai

kepada kebaikan. Mencari amalan yang disukai Allah, menghindari

amalan yang mengharapkan penghargaan dan pujian manusia. Insaf

akan segala kekurangan dan keterbatasan pada diri, dan mengakui akan

adanya kekuatan Yang Maha Dahsyat.160

Ingat dalam hal menempuh

jalan yang benar dan menjauhi kehendak yang jahat, sesuai tuntutan

dalam syariat. Ingat bahwa hidup hanyalah sebentar, bak mampir

ngombe161. Keseimbangan pemenuhan hajat hidup antara kebutuhan

dunia dan akhirat harus diseimbangkan, seperti yang diamanahkan

dalam firman-Nya di surat al-Qashash (28) ayat 77162

.

Kemudian ikhlas dalam melakukan segala kehendak dan perbuatan.

Ikhlas artinya suci bersih terhadap Allah. Bisa diartikan dengan jujur

atau murni. Ikhlas menjadi nyawanya pribadi. Pribadi yang tidak

memiliki keikhlasan adalah pribadi yang mati. Meskipun ia bernyawa,

arti hidupnya tidak ada.163

Ikhlas ada dua tingkatan, ikhlas terhadap manusia dan ikhlas

karena Allah. Ikhlas hubungannya dengan manusia artinya adalah di

dalam segala amal kebajikan yang dikerjakan tidak mengharapkan

160

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 96. Lihat juga Abdul Rahman Abduk Aziz,

‚Nilai Mencapai Kehidupan Sejahtera: Pandangan Hamka‛, Malim, Bil 10, 2002, h. 137 161Mampir ngombe merupakan ibarat dalam falsafah Jawa yang diartikan bahwa hidup ini

hanyalah sebentar saja. Waktu yang hanya sebentar itu diibaratkan seperti orang yang sedang

kehausan dan mampir ke warung untuk minum sejenak sekedar menghilangkan dahaga. Dan

setelah minum air yang diinginkan dan setelah hilang dahaga, maka perjalanan pun dilanjutkan

kembali. 162

نيا ار الخرة ول تنس نصيبك من الد الده Artinya: ‚Dan carilah pada apa yang .وابتغ فيما آتاك للاهtelah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.‛

163Hamka, Pribadi Hebat, (Jakarta: Gema Insani Press, 2014), h. 140-141

Page 137: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

122

puji-sanjung dari manusia, tidak mengharap supaya namanya ditulis

orang dengan tinta emas, dan tidak mengharap untuk dibicarakan

kebaikannya oleh khalayak ramai. Karena bila tidak demikian itu

dinamakan riya’, dan riya’ amalannya tidak akan diterima oleh

Allah.164

Ikhlas karena Allah adalah menitahkan diri untuk bekerja sebaik

mungkin demi kemaslahatan diri sebagai hamba yang mengabdi. Tidak

mengharap upah, karena hubungan manusia dengan tuhan bukan

hubungan buruh dengan majikan. Bukan karena mengharap surga dan

takut akan neraka. Bukan pula mengharap imbalan pahala dari budi

yang terlaksana. Hamba yang ikhlas itu mengikuti perintah Tuhan

lantaran insaf bahwa dia hamba Tuhan.

Akal sehat kita menghendaki bahwa sebagai hamba harus

mengabdi dan beribadah kepada-Nya, berbuat baik karena memang itu

baik dan menjauhi kejahatan karena memang itu jahat. Itulah iman

yang khalis kepada Allah,165

sebagaimana yang tersurat dalam firman

Allah surat al-Bayyinah ayat 5:

ين وما أمروا إل لي عبدوا اللو ملصني لو الد

‚Dan tidaklah mereka itu disuruh melainkan supaya mereka

mengabdi kepada Allah dalam keadaan ikhlas kepada-Nya,

beragama untuk Allah semata‛.

164

Hamka, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati diri, Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, ....., h. 4-5

165Hamka, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati diri, Berdasarkan

Tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, ....., h. 6-8

Page 138: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

123

Paradigma166

berfkir Hamka dalam memperbaiki kehidupan

beragama umat Islam adalah syiar atau dakwah dan gerakan. Dengan

berpidato atau berceramah di majlis taklim dan radio, mendirikan

kursus muballigh –diharapkan lahir para muballigh- dan media masa

Islam berbentuk majalah yang berisikan tema-tema keislaman bisa

dipahami bahwa Hamka menghendaki sebuah perubahan dalam

tatanan bangunan kehidupan manusia saat itu, baik di dunia maupun

akhirat.

Media syiar dan dakwah selain ceramah berupa oral di majlis

taklim, radio, dan di mimbar gerakan dalam organisasi –

Muhammadiyah- dan berupa tulisan di media massa, juga berupa

kebijakan dan himbauan saat beliau menjadi pegawai dan pejabat di

instansi pemerintah dan di panggung politik –di partai Masyumi dan

dewan konstituante. Dimana pun Hamka berada, aktifitas maintenance

umat selalu dijalankan. Kuatnya misi itu sehingga terbit berbagai buku

beliau yang bertemakan tentang keislaman, ketauhidan, dan motivasi

tentang bagaimana hidup ala Islam yang seharusnya.167

Hamka seolah

166

Paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Khun dalam karya bukunya

berjudul The Stucture of Scientific Revolution (1962) yang kemudian dikembangkan dan

dipopulerkan oleh Robert Friedrichs, Materman, George Rotzer, dll. Menurut Rotzer, paradigma

adalah pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menajdi pokok persoalan yang

semestinya dipelajari oleh satu cabang ilmu pengetahuan. Adapun rumusan dari Friedrichs,

paradigma adalah suatu pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi

pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajari. Paradigma membantu merumuskan

tentang apa yang harus dipelajari, persoalan apa yang harus dijawab, bagaimana cara

menjawabnya, dan aturan apa yang digunakan dalam menginterpretasikan informasi dalam rangka

menjawab persoalan itu. Lihat Aam Abdussalam, ‚Paradigma Tauhid: Kajian Paradigma

Alternatif dalam Pengembangan Ilmu dan Pembelajaran‛, Ta’lim (Jurnal Pendidikan Agama Islam), Vol. 9, No. 2, 2011, h. 115-116

167Buku-buku tesebut antara lain Lembaga Budi, Lembaga Hidup, Dari Lembah Cita-cita,

Pandangan Hidup Muslim, Pelajaran Agama Islam, Pribadi Hebat, Falsafah Hidup, Membahas

Soal-soal Islam, dll.

Page 139: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

124

hendak membangunkan ketidaksadaran kekeliruan pemahaman

keberagamaan dan berperikehidupan umat dan menghendaki adanya

upgrade aktivasi pemahaman kegamaan dan gerakan hidup umat.

Dari paparan deskripsi Hamka tentang bangunan kemuliaan hidup

manusia, penulis memahami dan membangun kembali bagaimana

ikhtiar Hamka dapat menjadi solusi alternatif yang baik dan menjadi

prinsip dalam membangun manusia berkualitas yang memiliki

kehidupan mulia, baik di dunia maupun akhirat kelak. Menurut

pemahaman penulis, ikhtiar yang dapat menjadi pembangun harkat

hidup manusia terkonsepsikan pada bagan di bawah ini.

Page 140: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

125

Bagan Konseptual Ikhtiar sebagai Pembangun Harkat Hidup Manusia

Ikhtiar

Unsur-unsur Ikhtiar dalam Kalam Indikator

- Daya upaya

- Memilih

- Kebaikan

- Manusia dalam bekerja dan aktifitas lainya

membutuhkan daya upaya.

- Manusia makan dan minum, membeli barang,

dan lainya sesuai pilihan dan keinginan.

- Perbuatan yang dilakukan secara proses dan

hasil bersandarkan pada kebaikan.

Hidup berharkat / yang

mulia Unsur-unsur Indikator

- Iman

- Takwa

- Teruji (mutu)

- Terpuji

- Beribadah, berdoa, dan berharap

hanya kepada Allah.

- Bekerja keras/usaha yang sungguh-

sungguh dengan niat baik dan ikhlas.

- Mencari rizki dan makanan yang halal.

- Baik bagi keluarga dan masyarakat.

- Melakukan yang baik dan meghindar

dari yang buruk.

Manusia sebagai makhluk

Sosial

Manusia sebagai

makhluk Individu

Manusia sebagai makhluk

Tuhan

Unsur-unsur:

- Jasad/raga/fisik

- Ruh/jiwa/psikis

- Kebutuhandan kewajiban

Unsur-unsur:

- Butuh orang lain

- Hidup di lingkungan sosial

- Berinteraksi

- Berkomunikasi

Unsur-unsur:

- Taat dan patuh

- Beriman dan bertakwa

Indikator:

- Mempertahankan hidup dan

keturunan

- Berkehendak, berfikir, dan

berusaha.

- Memiliki bakat dan

kemampuan (petani, teknisi,

nelayan, akuntan, dll.)

- Bekerja mencari nafkah dan

berkarya

- Memelihara kesehatan

dengan mandi, berpakaian,

makan, minum, tidur, dan

bertempat tinggal.

Indikator:

- Berbudi luhur dan bertindak

sesuai aturan (norma sosial),

karena manusia butuh bantunan

orang lain dalam memenuhi

kebutuhannya.

- Rukun dan damai dengan

tetangga, teman, kerabat, dan

lingkungan sekitar.

- Berkembang biak, berbagi rasa,

dan bertukar pikiran bersama

dengan orang lain.

- Tolong-menolong/saling

membantu terhadap sesama

Indikator:

- Beribadah (wajib / non wajib)

- Melakukan amal sholih

- Melaksanakan perbuatan

baik (akhlak mulia)

- Menuntut ilmu untuk

kemaslahatan umat

- Menjalin tali silaturahmi dan

persahabatan.

Standar/ukuran:

Islam

- Berorientasi kepada Allah

- Amar ma’ruf & nahi munkar

- Keutamaan (kemanusiaan)

Page 141: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

126

BAB IV.

IKHTIAR DAN MEMBANGUN HIDUP YANG BERHARKAT:

MANUSIA YANG BERKUALITAS

A. Manusia sebagai Makhluk Tuhan

Dalam pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan

terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat

baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang

diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an menurut sunah rasul. Dengan ilmu

manusia mampu berbudaya.1 Firman Allah dalam Al-Qur’an:

نسان ف أحسن ت قوي 2لقد خلقنا ال

‚Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya‛

Ayat tersebut menyampaikan bahwa manusia diciptakan Allah dalam

struktur yang paling baik diantara makhluk Allah yang lain. Manusia juga

makhluk yang istimewa karena manusia dikaruniai akal. Keistimewaan

manusia juga dikarenakan manusia memiliki potensi yang dikenal dengan

istilah fitrah3. Fitrah adalah kekuatan terpendam yang ada dalam diri

manusia, dibawa semenjak lahir dan akan menjadi daya pendorong bagi

kepribadianya.4

1Sudono Syueb, Buku Pintar Agama Islam, (Jakarta: Delta Media, 2011), h. 86

2QS. Al-Tiin [5]: 4

3Struktur manusia terdiri atas unsur jasmaniah (fisiologis) dan ruhaniah (psikologis).

Dalam unsur ini Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan,

dalam psikologi disebut potensialitas atau disposisi, yang menurut pandangan Islam dinamakan

‚Fitrah‛. Lihat M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991), h. 42 4 Fitrah dikatakan bahwa sejak awal kejadiannya memiliki komitmen terhadap nilai-nilai

keimanan kepada Allah dan cenderung kepada kebenaran (hanif). Lihat Muhaimin dkk,

Page 142: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

127

Dengan akal yang memiliki potensi fikir dan jiwa yang yang

mengarah pada satu tujuan, yakni Tuhan, membuat manusia juga makhluk

yang mulia dari segenap makhluk yang ada di alam raya ini, yang menjadi

berbeda dengan makhluk yang lainnya.

Menurut Ibnu Katsir, manusia sejak awal diciptakan Allah dalam

keadaan Tauhid, beragama Islam, dan berpembawaan baik dan benar.5

Sejalan dengan pendapat Ibnu Kasir, al-Maragi berpendapat bahwa Allah

menciptakan fitrah dalam diri manusia yang selalu cenderung kepada

ajaran tauhid dan meyakininya. Hal itu karena ajaran tauhid itu sesuai

dengan apa yang ditunjukkan oleh akal dan yang membimbing kepadanya

pemikirannya yang sehat.6 Hamka menafsirkan fitrah sebagai rasa asli

murni dalam jiwa manusia yang belum kemasukan pengaruh dari yang

lain, yaitu pengakuan adanya kekuasaan tertinggi dalam alam ini, Yang

Maha Kuasa, Maha Perkasa, Maha Raya, mengagumkan, penuh kasih

sayang, indah dan elok.7 Berarti secara kodrati dan asal permulaan

penciptaannya, manusia adalah bersih dan murni (hanif), yang memiliki

potensi jasmani dan akal yang menjadi daya untuk mengemban amanat8

yang ditaklifkan Allah kepada manusia.

Paradigma Pendidikan lslam: Upaya Mengefektifikan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 16

5Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur'an al-Karim, jilid 5, (Beirut: Dar al-Ankas, tt), h. 358.

6Al-Maragi, Tafsir al-Maragi, alih bahasa: Bahrun Abubakar dkk, (Semarang: PT Karya

Toha Putra, 1992), h. 83 7Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz 21, ( Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 78.

8Amanat yang dibebankan Tuhan kepada manusia adalah taklif khalifah, yang

diantaranya adalah tugas untuk beribadah, memperindah diri dan lingkungannya, mengelola dan

memakmurkan alam, dan sebagai stabilator alam. Sehingga dengan fitrah manusia itu kehidupan

antar manusia dan manusia dengan lingkungannya menjadi harmoni dan indah.

Page 143: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

128

Jadi, manusia diciptakan di bumi agar manusia bertauhid dan

beribadah kepada-Nya. Sesuai dengan firman Allah Swt:

دنن 9 نس إل ل نما خلقت الن نال

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku".

Ibadah dalam arti luas ialah setiap sikap, pandangan, ucapan dan

perbuatan yang bertitik tolak ikhlas dan bertujuan vertikal mencari

keridhaan Allah, serta bertujuan horizontal mencapai kebahagian di dunia

dan di akhirat. Disamping itu manusia diciptakan untuk menjadi rahmat

bagi segenap alam sekelilingnya.10

Dengan demikian, beribadah disini

bukan hanya dalam upacara ritual seperti shalat, haji, dan puasa, akan

tetapi ibadah dalam pengertian luas, yang meliputi gerak-gerik atau

tingkah laku.

Dalam Islam terdapat keyakinan bahwa iman adalah syarat

diterima sahnya ibadah. Seperti halnya shalat akan diterima bila dalam

kondisi bersuci (berwudlu), begitu pun ibadah yang akan diterima ketika

seseorang itu dalam kondisi iman.11

Firman Allah Swt:

ن ذكر أن أنثى نىو مؤمن ف لنح نو حاة طة هم من عمل صالا م نلنجزي ن

9QS. al-Dhariyat [51]: 56

10Endang Saefuddin Anshari, Iqra’ sebagai Mabda’ (Ke arah Islamic Fundamental

Values and Norms dan Pengantar Filsafat Islam tentang Tuhan, Alam dan Manusia tentang Hidup, tentang Ilmu, dan tentang pendidikan), Reformulasi Filsafat Pendidkan Islam, ed. Chabib

Thoha, F Syukur, dan Priyono (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 94 11

Abdullah Al-Mushlih dan Shalah Ash-Shawiy, Prinsip-Prinsip Islam untuk Kehidupan, ....., h. 10

Page 144: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

129

ملون أجرىم بأحسن ما ك 12انوا ي

‚Barang siapa yang mengerjakan amal solih baik laki-laki maupun

perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan

Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya

akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih

baik dari apa yang telah mereka kerjakan‛

Untuk itu, keimanan merupakan kemutlakan dalam beragama, walaupun

kadar dan tingkat kualitasnya berbeda satu sama lain. Bertambahnya

kaulitas keimanan salah satunya dipengaruhi oleh semakin bertambahnya

ilmu pengetahuan dan hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap ciptaan

Tuhan.13

Nurcholis Madjid mengatakan bahwa ilmu terhadap iman

memiliki substansi yang penting karena menjadi faktor pelengkap

terhadap iman. Iman akan semakin cakap dalam realisasi teknisnya bila

dilengkapi dengan ilmu.14

Namun, iman tanpa realisasi ketaatan dan aksi

ibadah akan menjadi sia-sia.

Nurcholis Madjid menambahkan bahwa sebagai manusia yang ber-

Tuhan, kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan harus disandarkan

sepenuhnya dalam diri dan dipahami dengan sedalam-dalamnya agar iman

teguh dan tegak. Tidak hanya sekedar ucapan, tapi harus mempercayai

dalam hati bahwa Tuhan dalam kualitas-Nya hanya sebagai satu-satunya

yang bersifat keilahian, dan tidak ada kualitas ketuhanan serupa yang

lain. Sebagai konsekuensinya, kita harus bersandar sepenuhnya kepada-

12

QS. An-Nahl [16]: 97 13

Hamka, Pelajaran Agama Islam, ....., h. 34 14

Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, cet. VI, (Jakarta: Paramadina Press,

2002), h. 8

Page 145: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

130

Nya, berpandangan positif kepada-Nya, bahwa kepada-Nya lah kita

berdoa dan hanya Dia-lah tempat menggantungkan harapan.15

Untuk itu

Hamka menyerukan kepada setiap orang untuk selalu berikhtiar dan

menata hati sepenuhnya bahwa tiada Tuhan selain Allah, yang keilahian-

Nya tiada duanya, dan hanya kepada-Nya mengabdikan diri dengan

seikhlas-ikhlasnya, serta beribadah dengan sebaik-baiknya. Ibadah dan

hidup-mati hanya untuk Allah dan hanya untuk meraih ridha-Nya, karena

semua dari Allah dan Dia-lah yang memerintahkan.16

Itulah fenomena kemakhlukan, dimana selain dianugerahi fitrah

yang memiliki potensi khusus, manusia adalah makhluk yang memiliki

keterbatasan dan ketidakberdayaan dibandingkan dengan Tuhan. Manusia

adalah fana, serba tidak tahu, dan butuh kasih sayang Tuhannya.

Sedangkan Tuhan adalah luhur, suci, dan kuasa dalam segala hal17

.

Fenomena kemakhlukan inilah yang kemudian berimplikasi menggugah

kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada-Nya, berdoa

dan berharap kepada-Nya.

Hamka mengatakan bawa manusia tauhid itu mempunyai cita-cita

yang besar, yakni berbakti dan berkhidmat, beriman, dan beramal shaleh.

Kesaksian yang sungguh-sungguh itu akan menghilangkan getar, rasa

takut menghadapi halangan dan rintangan, dan memerdekakan dari segala

15

Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, ....., h. 4-5 16

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 223

17Alam ini tidak terjadi dengan tiba-tiba, tapi tercipta yang teratur rapi luar biasa. Ada

satu kekuatan, satu kekuasaan, satu iradah, dan satu kodrat yang mengaturnya. Lihat Hamka,

Dari lembah Cita-cita, (Jakarta: Gema Insani Press, 2016), h. 21

Page 146: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

131

pengaruh.18

Dengan kepentingan itulah kemudian manusia memiliki rasa

tanggung jawab terhadap segala perbuatan dan ikhtiar serta akibat yang

ditimbulkannya. Tanggung jawab itu sebagai bentuk kesadaran akan

kewajiban-kewajiban yang ditaklifkan kepadanya, sebagai konsekuensi

makhluk yang ber-Tuhan.

Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan antara lain yaitu

mengabdikan diri kepada Tuhan dengan beriman sepenuh hati dan

beribadah serta melakukan amal sholeh sesuai syariat yang ditetapkan.

Kemudian mensyukuri nikmat-nikmat yang dikaruniakan-Nya, amar

ma’ruf nahi munkar, memenuhi segala kebutuhan dan kepentingan hidup,

dan menuntut ilmu yang digunakan untuk kebajikan (kemaslahatan) umat

dan keharmonisan alam19

. Realiasi tanggung jawab tersebut yang

diimplementasikan secara sungguh-sungguh dengan niat ikhlas dan

dengan pertimbangan akal sehat adalah bentuk perwujudan manusia yang

berkualitas sebagai makhluk Tuhan.

B. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial

Manusia yang unggul akan senantiasa berjaya melaksanakan

amanah dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya dan sentiasa dapat

memenuhi tuntutan-tuntutan rohani dan jasmaninya dengan terkawal.

Aspek-aspek rohani dan jasmani manuisa yang terdiri dari empat perkara

18

Hamka, Dari lembah Cita-cita, ....., h. 23-24 19

Alam seisinya (langit dan bumi) yang dijadikan Allah harus dikelola, dijaga, dan

dipelihara keselamatannya. Seperti yang dimaksudkan dalam firman Allah dalam surat Al-

Baqarah: 29, An-Nahl: 14, dan Ibrahim: 33. Lihat NA. Rasyid Dt. Mangkudun, Manusia dalam Konsepsi Islam, cet. II, (tt: CV. Karya Indah, 1983), h. 45-46

Page 147: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

132

asas, yaitu akal fikiran, roh, jasad, dan syahwat, akan dapat dididik dan

dipandu berdasarkan fitrah berdasarkan fungsi kejadian manusia itu

sendiri sebagai makhluk istimewa dan khalifah Allah yang diamanahkan

untuk memakmurkan bumi ini.

Akal fikiran yang diciptakan Allah Swt merupakan mahkota

berharga yang menampilkan image manusia. Ia berupaya menerima ilmu,

berfikir, membedakan yang baik dan buruk, memiliki potensi untuk diajar

dan dididik serta menyampaikannya kepada orang lain. Melalui akal,

seseorang bisa mendapat hidayah dan petunjuk dari Allah Swt, meneliti,

memperhatikan dan melakukan penghayatan terhadap kejadian-kejadian

alam dan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh orang lain. Dengan akalnya

manusia dapat menjadi humanis dan memanusiakan manusia.20

Perhatian dan pengkajian ini mempunyai faedah yang sangat besar,

yaitu memenuhi dan meningkatkan kemajuan hidup untuk kepentingan

bersama dengan dasar asas kemanusiaan. Selaku makhluk yang

mempunyai daya akal dan kehendak yang berasal dari Tuhan, manusia

memiliki kecenderungan akan tunduk patuh kepada kekuasaan Tuhan

dengan penuh kesadaran dan akan melaksanakan kehidupan ini dalam

situasi yang betul dan menuju keridhaan-Nya. Insyaf terhadap segala

kekurangan lalu berusaha meniti menuju ke kesempurnaan, menggapai

cita-cita menjadi insan kamil.21

20

Nur Kholis, Humanisme sebagai Filsafat Hukum Islam, ISTI’DAL: Jurnal Studi Hukum Islam, Vol. 1, No. 1, 2014, h. 58

21Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk

Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 223

Page 148: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

133

1. Manusia sebagai Makhluk Individu

Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum artinya

yang tak terbagi. Dalam bahasa inggris individu berasal dari kata in

dan divided. Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak,

sedangkan divided artinya terbagi. Manusia dikatakan sebagai individu

diartikan sebagai perorangan atau diri pribadi. Dikatakan sebagai

individu apabila adanya keterpaduan antara jiwa dan raganya. Individu

merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani. Kegiatan fisik yang

dilakukan manusia merupakan kegiatan manifestasi dari kegiatan

psikisnya. Dengan kemampuan rohaninya individu dapat berhubungan

dan berfikir, dan dengan pikirannya itu mengendalikan dan memimpin

kesanggupan akali dan kesanggupan budi untuk mengatasi segala

masalah dan kenyataan yang dialaminya. Individu adalah essensi yang

tidak terbagi, atau satu kesatuan antara jasmani dan ruhani.22

Manusia telahir dan tercipta dengan latar belakang kehidupan,

lingkungan, dan keluarga yang berbeda. Kondisi yang demikian –dalam

perkembangan dan pertumbuhannya- tentunya akan melahirkan pula

manusia yang beraneka ragam kehidupan dan pekerjaan.23

Beragam

jenis manusia dan pekerjaannya itu tentunya beragam pula kewajiban

masing-masing. Ukuran kewajiban yang sesuai dengan kapasitas

pekerjaan yang dipilihnya. Walaupun berbeda manusia dan beban

22

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006),

h. 59-60. 23

Beraneka kehidupan dan pekerjaan itu antara lain ada pekerja keras ada yang

menganggur, ada tani ada yang wiraswasta, ada nelayan dan ada pula pelayan (kuli), ada yang

guru ada pula hakim, ada kyai ada pula santri, dan lain-lainya. Lihat Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 3

Page 149: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

134

tanggung jawabnya, yang pasti wujud manusia dapat dilihat hanya

satu, dengan paradigma yang sama, yakni yang pantas dianggap

sebagai manusia adalah yang menunaikan beban pikulan kewajibannya

dengan baik. Manusia yang terpuji dan kemanusiaanya baik adalah

yang sanggup memikul dan mengerjakan beban tanggung jawabnya.

Dan pembayaran kewajiban yang paling tinggi dan mulia adalah yang

dikerjakan atas perintah hati nurani24

, bukan karena mengikuti perintah

orang lain, paksaan, atau karena pujian, walau dicela dan dimaki.25

Teguh dalam menunaikan kewajiban itu adalah keutamaan. Karena

dengan kewajiban yang tertunaikan dengan baik, maka orang lain pun

akan menunaikan kewajiban yang berhubungan kita dengan baik pula.

Dengan saling kepengertian dalam menunaikan kewajiban, maka tidak

akan terjadi aniaya dan keluhan. Untuk itulah membayar kewajiban

adalah perkara yang sangat penting, menghendaki hati yang kuat, dan

butuh kemauan ikhtiar yang kuat. Karena dalam proses menunaikan

kewajiban itu terjadi perjuangan diantara perasaan hati yang suci

dengan dorongan nafsu syahwat.26

Jangan sampai diri menjadi rendah

karena lalai, memperturutkan hawa nafsu, dan tidak peduli dengan

beban tanggung jawab.27

24

Mengerjakan kebaikan karena lantaran memang wajib bahwa yang baik itu untuk

ditunaikan dan tidak mengerjakan yang jahat, tercela, atau buruk karena lantaran memang

kejahatan itu tidak pantas untuk dikerjakan. 25

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 3

26Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk

Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 5 27

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 81

Page 150: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

135

Menjadi manusia yang termanusiakan dalam menunaikan

kewajiban dalam kaitan profesi pekerjaan yang beragam, menjadi

berpribadi adalah prinsip penting. Karena nilai seseorang adalah

pribadinya. Menurut Jung, pribadi adalah yang mencakup keseluruhan

fikiran, perasaan, dan tingkah laku, baik sadar mapun tidak sadar.

Untuk membangun kepribadian, setiap orang harus mengelola harmoni

diri agar selalu selaras dengan lingkungan dimaa pun berada. Menurut

Atkinson pribai adalah sebagai pola prilaku dan cara berfikir yang khas

atau karakteristik yang menyesuaikan diri atau memberikan

konsistensi terhadap lingkungan. Sehingga kepribadian akan

memberikan deskripsi dan tolok ukur terhadap diri seseorang.28

Dilihat dari sisi kepribadian manusia dalam perspektif psikologi

Islam, pribadi seseorang sangat dipengaruhi oleh nafs-nya. Aspek

nafsiyah memiliki potensi bawaan yang ada pada psikofisik manusia

yang dibawa sejak lahir yang akan menjadi pendorong serta penentu

bagi tingkah lakunya, baik berupa perbuatan, sikap, ucapan, dan

lainya.29

Aspek nafsiyah itu mengandung 3 (tiga) dimensi, yakni kalbu

(al-qalb), akal (al-aql), dan nafsu (al-nafs). Kalbu merupakan hakekat

manusia, yang menyangkut jiwa yang halus, ruhaniah, dan

ketuhanan.30

Secara fitrah kalbu memiliki natur ilahiyah dan

robbaniyah. Dengan natur ini manusia tidak hanya mengenal

28

Wahyu Rahmat, ‚Pengaruh Tipe Kepribadian dan Kualitas Persahabatan dengan

Kepercayaan pada Remaja Akhir‛, eJournal Psikologi, 2 (2), 2014, h. 210 29

Septi Gumiandari, ‚Kepribadian Manusia dalam Perspektif Psikologi Islam: Telaah

Kritis atas Psikologi Kepribadian Modern‛, Holistik, Vol. 12 Nomor 01, Juni 2011, h. 280 30

Yasir Nasution, Manusia menurut Al-Ghazali (Jakarta: Rajawali Press, 1988), h. 89

Page 151: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

136

lingkungan fisiknya, tetapi juga mempu mengenal lingkungan spiritual,

keagamaan, dan ketuhanan.31

Akal merupakan dimensi dari aspek

nafsiyah yang berfungsi untuk berfikir dengan aktifitas

memperhatikan, memahami, merenungkan, memikirkan, dan

mengingat. Sedangkan dimensi nafsu memiliki potensi berkehendak,

berbuat, berusaha, berkemauan, dan bereaksi. Dimensi kalbu

dikatakan sebagai fitrah ketuhanan, dimensi akal sebagai fitrah

kemanusiaan, dan dimensi nafsu sebagai fitrah kebinatangan.

Kepribadian manusia terpola dan tercipta dari intgrasi ketiga dimensi

tersebut.32

Menurut Hamka, aspek yang menentukan pribadi seseorang

adalah: 33

1. Daya tarik

Daya tarik yang dapat menyebabkan jiwa orang yang dekat makin

dekat tanpa dipaksakan. Daya tarik dapat dibangun dengan budi

yang tinggi, kesopanan, ilmu pengetahuan yang luas, sanggup

menahan diri, cerdas, pandai menjaga perasaan orang lain, lugas,

dan cekatan.

2. Cerdik dan cepat berfikir

Banyak orang yang berpengetahuan luas dan buah pikiranya, tetapi

tidak memiliki kecakapan dalam cepat merespon pikiran dan

31

Robert Frager, Heart, Self, & Soul: The Sufi Psychology of Grouth, Balance and

Harmony. Wheaton, USA : Theological Publ. House, 1999. Edisi terjemahan Indonesia oleh

Hasymiyah Rauf, Psikologi Sufi untuk Transformasi: Hati Diri, dan Jiwa (Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta, 2002), h. 129. 32

Septi Gumiandari, Kepribadian Manusia dalam Perspektif Psikologi Islam: Telaah

Kritis atas Psikologi Kepribadian Modern,....., h. 282-288 33

Hamka, Pribadi Hebat, ....., h. 11-64

Page 152: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

137

tujuan orang lain. orang yang cerdik dan cepat berfikir lebih

diutamakan dalam pergaulan hidup.

3. Menimbang rasa (empati)

Orang yang memiliki empati hatinya akan bersinar sehingga

mendorong diri untuk bersedia memberi dan menerima dalam

perbedaan dengan penuh pengertian. Tidak merasa benar sendiri

dan pemaaf.

4. Berani

Berani maksudnya adalah kesanggupan menghadapi segala

kesulitan dan bahaya hidup dengan akal sehat. Melakukan

tindakan dengan pertimbangan siap menerima atau menghadapi

segala resiko yang terjadi. Keberanian yang benar adalah dengan

ilmu, bukan asal-asalan. ‚Jika kail panjang sejengkal tentu tidak

berupaya menduga laut‛. Orang yang berani adalah berpendirian

karena benar dan mengabdi pada kebenaran.34

Melakukan sesuai

kapasitas kemampuan dan selalu memperbaiki kekurangan.

5. Bijaksana

Bijaksana adalah meletakkan sesuatu sesuai tempatnya. Benar

atau salah, patut atau tidak patut. Adil, cakap dalam berfikir, dan

logis.

6. Berpandangan baik (positif thinking)

Setiap orang memiliki kekurangan. Orang yang berpandangan baik

akan selalu berikhtiar untuk selalu membangun dan memperbaiki

34

Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, ....., h. 252

Page 153: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

138

diri, selalu optimis dalam menapaki tujuan hidup, selalu memberi

arti hidup dan bermanfaat bagi hidup.

7. Tahu diri (tawadhu’)

Sepopuler apapun, setiap orang bisa dipastikan tidak akan tahu

dalam segala hal. Untuk itu, tiap diri hendaknya tau posisi,

kapasitas dan kualitas diri, kelebihan dan kekurangan, dan

mengerjakan sesuai kesanggupannya pada profesi dan keahlian

masing-masing.

8. Sehat tubuh

Tubuh yang sehat akan mencerminkan pikiran yang sehat dan

menjadikan hati gembira. Tubuh yang sehat akan menimbulkan

iradah yang kuat yang dapat menghidupkan kehidupan.

9. Bijak dalam berbicara

Orang yang bijak dalam berbicara adalah yang halus perasaaannya,

fasih dalam berbicara, dan kaya bahasa. Kefasihan mencerminkan

jiwa yang baik. Karena lidah yang fasih adalah pandu ilmu, ilmu

adalah pandu akal, sedangkan akal adalah pandu jiwa.

10. Percaya diri sendiri

Manusia telah dibekali perasaan, akal, kekuatan, dan kemauan.

Percaya diri sendiri adalah gambaran orang yang merdeka. Karena

jiwanya yang bebas akan selalu mengejar kebenaran. Untuk itu,

orang yang percaya diri akan memiliki kekuatan, keteguhan tabiat,

dan akhlak.

Page 154: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

139

Untuk menjadi pribadi yang kuat, seorang harus memiliki tujuan

dalam hidup yang selalu diikhtiarkan dengan segenap upaya dan

kemauan yang keras. Selain itu juga harus memiliki rasa wajib dalam

mengerjakan beban tanggung jawab dan tentunya memiliki keimanan

yang kuat; rajin sholat dan ibadah lainya. Seorang yang berpribadi

secara implisit tercermin dalam dirinya kemuliaan budi.

2. Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia tidak akan terlepas dari pengaruh masyarakat dan orang

lain, baik di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar.

Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu

makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari

pengaruh manusia lainnya.35

Dalam kehidupan semacam ini akan

terjadi kegiatan interaksi atau komunikasi.

Sigmund Freud mengungkapkan bahwa hati nurani, norma-norma,

dan cita-cita pribadi setiap manusia akan terbentuk dan berkembang

jika bergaul dengan manusia lainnya.36

Lingkungan kelompok sosial

yang menjadi area kegiatan interaksi dan komunikasi manusia adalah

keluarga, pertemanan, kelompok pekerja, dan masyarakat secara luas.37

Sebagai makhluk sosial, manusia harus menempatkan diri dan berperan

sesuai dengan statusnya dalam masyarakat dan lingkungan tempat ia

35

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006),

h. 63 36

W. A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung: Eresco, 1996), h. 25 37

Herimanto dan Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

h. 45

Page 155: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

140

berada. Di setiap lingkungan ada tata aturan masing-masing yang harus

dipenuhi agar dalam hubungan antar individu dengan kelompok

lingkungannya terjalin hubungan yang baik, lancar dan harmonis.38

Karena manusia sebagai makhluk sosial, dimanapun dia berada,

tidak terlepas dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dimana pun

manusia berada, dia pasti berkumpul, berkelompok, berserikat,

berteman, berkomunikasi antar sesama, bekerja bersama, dan

bertetangga. Menurut Hamka, manusia sebagai makhluk sosial hidup

di 2 (dua) lingkungan, yakni keluarga dan masyarakat.

a. Hidup dalam Keluarga

Keluarga atau rumah tangga adalah pusat persatuan terkecil.

Rumah tangga adalah tempat mengasuh, tempat kembali, dan

tempat mengumpulkan kekuatan untuk menyambung perjuangan

hidup. Dalam keluarga itulah pokok dan dasar pergaulan hidup dan

masyarakat pertama dipelajari.39

Laki-laki atau perempuan semua memiliki hasrat untuk

memiliki pasangan. Pada saat cukup usianya, semua orang, baik

laki-laki atau perempuan, pasti menghendaki untuk menikah,

berpasangan secara sah. Ketika itu pula keduanya memiliki taklif

dan tanggung jawab baru terhadap kewajiban yang menjemputnya,

yakni sebagai keluarga. Keduanya tidak lagi hidup sendiri, harus

saling menjaga, saling asah-asuh, menghormati-menghargai, dan

38

H. Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 42 39

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 244-245

Page 156: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

141

bersama meniti bahtera hidup dengan rukun dan damai. Sabda

Nabi Saw:

ر راع، نالرجل راع على أىل كلكم راع، نكلكم مسؤنل عن رعتو، ناألم نالمرأة راعة على ب ت زنجها ننلده، فكلكم راع، نكلكم مسؤنل عن رعتوب تو،

40()رناه خباري

‚Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian

bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang

amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin

atas keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi rumah

suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin

dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas

kepemimpinannya.‛

i. Sebagai orang tua

Sebagai suami-istri, yang menjadi dasar paling teguh

dan asli ialah amanah, yakni saling mempercayai. Karena

amanah adalah pokok keberuntungan rumah tangga yang

sejati, pangkal kasih-sayang, cinta, dan rahmat. Semua yang

berat akan terasa nikmat, hati senang dan jiwa pun bahagia.41

Masing-masing mengerti dan memahami beban dan tanggung

jawab yang harus diikhtiarkan untuk menunaikan kewajiban-

kewajibannya.

Kewajiban yang pertama yang harus dikhtiarkan sebagai

pasangan keluarga setelah seorang (anak) lahir dari

40Hadits shahih diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 893, 5188, 5200), Muslim (no. 1829),

Ahmad (II/5, 54, 111) dari Ibnu ‘Umar ra. Lafazh hadits ini milik al-Bukhari. 41

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 250

Page 157: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

142

pernikahannya adalah menjaga dan memimpin sampai anak itu

tegak berdiri sendiri. Menyusui dan memberikan makanan

yang sehat dan halal42

, memberikan pendidikan dan mendidik

dengan tauladan yang baik (akhlak) ketika akalnya mulai

tumbuh43

, dan setelah beranjak remaja harus diberikan arahan

dan menjaga kemana haluan yang dituju.

Anak adalah bunga hidup, harum-haruman rumah

tangga. Anak adalah tempat menggantungkan harapan

keluarga di kemudian hari dan cita-cita dalam segenap

kepayahan. Dia adalah kekuatan umat yang akan datang yang

meneruskan perjuangan hidup. Orang tua wajib memimpin

kenakalan anaknya supaya berguna di waktu besarnya. Diasuh

dalam kasih-sayang yang diletakkan dalam pelupuk hati.

Berikhtiar untuk memeliharanya lahir dan bathin44

, supaya

bermanfaat, berfaedah, dan berguna. Sehingga ketika suatu

saat anak jauh dari rumah, bekerja atau berumah tangga,

walau jauh dari pelupuk mata tapi akan selalu di hati, akan

selalu terikat, tak terseraikan barang sesaat.45

42

Pendapat Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Hamka mengatakan bahwa halal-

haramnya makanan dan minuman yang kita makan sangat berpengaruh terhadap darah yang

mengalir dalam tubuh anak. Makanan, minuman, dan pakaian yang dihasilkan dari yang harap

akan mengakibatkan terhadap diijabahnya doa olah Allah. Lihat Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 234

43Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, ‚tidak ada pemberian yang lebih utama dari

seorang ayah kepada anaknya daripada pendidikan yang baik (mengajarkan adab yang baik).‛

(HR. Tirmidzi dan al-Hakim dari Amru bin Sa’id bin Ash). 44

Hamka juga mengistilahkannya dengan ‚tangan dingin‛. Proses pembimbingan

terhadap anak yang berdasar pada kebaikan dan kebenaran sesuai kaidah-kaidah yang terdapat

dalam Islam. 45

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 233-237 & 262-266. Dalam sebuah hadits Rasulullah

Page 158: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

143

ii. Sebagai anak

Anak yang telah beranjak remaja dan dewasa, yang telah

dididik dan disuh dengan hati, kemudian menjadi tahu

bagaimana dia harus mengenang jasa dan membalas budi atas

perjuangan orang tuanya selama mengasuhnya. Menghormati

dan menyayangi serta membahagiakannya dengan sepenuh

hati. Berikhtiar berjuang memberikan yang terbaik untuk

orang tuanya, yang dapat membuatnya tersenyum dan

bahagia. Itulah beban dan tanggung jawab anak kepada orang

tua, tanpa melihat kondisi ekonomi dan materi. Tanpa me-

review masa lalu akan kekurangan dan kelemahan orang tua

saat mengasuh kita. Karena kekurangan dan kelemahan

kehidupan masa lalu adalah histori yang perlu dibenahi, bukan

dicaci atau di-copy.

Prilaku anak yang dapat membuat orang tua tersenyum

dan bahagia akan membuat orang tua senang dan ridho.

Dengan keridhoannya, maka Allah pun ridho.46

Orang tua

akan mendoakan hidup anaknya, dan doa seorang anak

diijabah oleh Allah karena ridhonya kedua orang tuanya.

bersabda, ‚Peliharalah anak-anakmu dan perbaikilah budi pekerti mereka. Sesungguhnya anak-anak itu adalah hadiah Allah kepadamu.‛ (HR. Bukhari)

46Rasulullah bersabda,‛Keridhaan Tuhan tergantung atas keridhaan dua orang ibu dan

bapak. Kemarahan Tuhan pun bergantung atas keridhaan dua orang ibu dan bapak. Kemarahan Tuhan pun tergantung pula atas kemarahan keduanya.‛ (HR. Thabrani dan Ibnu Umar). Lihat

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 268

Page 159: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

144

Membalas jasa dan budi baik orang tua yang telah

membesarkannya bukan semata dengan uang. Yang terpenting

dan menjadi jiwa pertalian anak dengan orang tua adalah

cinta, bakti, hormat, dan taat.47

iii. Sebagai saudara

Setiap orang dalam keluarga pasti memiliki saudara,

baik kandung maupun sepupu. Hendaknya hubungan antar

saudara dijunjung tinggi kemuliaannya. Saling menolong,

saling membantu, dan saling menopang, saling peduli dalam

senang dan susah. Yang lebih tua menghargai dan memimpin

yang lebih muda, dan yang muda menghormati yang lebih tua.

Ketersambungan tali silaturahmi hanya bisa diandalkan

dengan ikhtiar selalu lemah lembut prilaku perbuatan dan

manis mulut.

Untuk menetapkan perhubungan silaturahmi diantara

sesama saudara hendaklah mereka sama-sama tahu kewajiban

dan hak masing-masing. Yang kuat membantu yang lemah

hingga bisa tegak berdiri, tidak sombong dan angkuh. Dan

yang lemah hendaknya insaf untuk mengerti dan memperbaiki

diri akan kekurangan dan kelemahannya, tidak berpangku

memperberat beban saudaranya. Tidak menjadi benalu pada

47

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 238

Page 160: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

145

yang kuat. Selalu berikhtiar untuk tegak di atas kaki sendiri,

meskipun hanya seorang kuli.

Kelemahan manusia adalah lepasnya kontrol nafsu,

hingga emosi tidak terkendali. Hingga membuat tatanan

kemanusiaan porak-poranda bercerai-berai. Biasanya harta

dan warisan adalah penyebab pokoknya, selain pangkat,

derajat, dan uang. Untuk itu perlu tanamkan bibit kasih

sayang, cinta, dan nilai-nilai agama (akhlak) dalam keluarga.

Selain orang tua, saudara tua memiliki beban dan tanggung

jawab soal kewajiban ini. Keberuntungan keluarga –damai,

rukun, dan bahagia, akan terjaga bila ditopang saling

kepengertian antar sesama saudara. Itulah kewajiban terhadap

saudara.48

b. Hidup dalam Masyarakat

Kewajiban manusia terhadap sesama adalah merupakan

kehendak keadilan. Tiap manusia wajib memenuhi kewajiban

kepada sesamanya lantaran asal-usulnya adalah satu, satu

turunan dan satu tabiat yaitu kemanusaian, dan satu tujuan

yaitu kemuliaan. Semua manusia sama-sama dianugerahi akal

buat berfikir dan menimbang, dan hati nurani untuk merasa.

Manusia mempunyai kemerdekaan dalam berbuat dan

bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang dikerjakan.

48

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 239-248

Page 161: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

146

Setiap orang tidak bisa menunaikan kewajibannya jika

dia hanya tegak hidup sendiri. Keberlangsungan hidup setiap

orang membutuhkan pertolongan dan bantuan orang lain. Untuk

itu, dalam mencapai kesentosaan kebersamaan dalam

masyarakat setiap orang harus mengikuti peraturan, yaitu

peraturan budi. Keteguhan hubungan antar sesama dalam

masyarakat dengan peraturan budi itu disebut dengan

kemuliaan.

Peraturan budi yang harus diketahui dan diikuti yaitu

saling menghormati dan menghargai, saling tolong-menolong,

dan sama-sama memikul dan menjaga hak individu dalam

masyarakat. Hak tersebut meliputi, pertama, hak hidup, yaitu

hak asasi yang pertama di atas hak yang lain. Karena segala hak

seseorang tidak akan tertunaikan bila dia tidak hidup. Sebab

itu, setiap orang warga masyarakat harus menghormati,

melindungi, dan menjaga hak hidup manusia karena kehidupan

adalah wasilah paling utama dalam mencapai segala cita-cita.

Semua orang harus menjaga dan peduli terhadap hak hidup

orang lain selama di posisi yang benar dan berbuat kebenaran.49

Untuk itu, tidak boleh menghilangkan nyawa, baik oleh diri

sendiri atau orang lain, tanpa sebab perkara dan hukum yang

jelas. Islam pun melarang perbuatan penghilangan nyawa tanpa

49

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 157-158

Page 162: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

147

sebab yang hak.50

Menghilangkan nyawa (bunuh diri) karena

terdesak ekonomi atau putus asa terhadap masalah hidup adalah

pengecut.51

Kedua, hak mencari rezeki. Setiap orang bebas

menjelankan pekerjaannya sesuai profesi tanpa intimidasi.52

Kecuali pekerjaan itu melanggar hak dan aturan hukum undang-

undang yang ada di masyarakat, khususnya Islam. Ketiga, hak

milik dan rasa aman. Setelah setiap orang menjalankan

pekerjaan dalam rangka mencari rezeki, maka padanya ada hak

hasil atas usahanya. Hak milik itu boleh dibelanjakan sesuka

hatinya asal tidak membahayakan masyarakat. Seluruh anggota

masyarakat wajib menjaga hak milik setiap orang agar rasa

aman, nyaman, dan tentram, mewarnai hiruk-pikuk perjalanan

kehidupan.

Keempat, pengajaran dan pendidikan. Tiap orang

mempunyai hak untuk menuntut ilmu dengan segala tenaga,

usaha, dan kecakapannya. Karena ilmu dapat memberikan

pemahaman akan hak dan aturan serta akan memiliki naluri

memikul beban lebih baik.53

Kurangnya ilmu pada setiap orang

dapat mengakibatkan orang tersesat, lalu berbuat dosa dan

فس الت حرم اللو إل بالق 50 (33)السرى: ل ت قت لوا الن

51Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk

Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 49 52

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 23

53Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk

Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 43

Page 163: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

148

kejahatan, karena sempitnya jangkauan pandangan. Untuk

itulah pendidikan dapat membukakan mata setiap orang agar

memiliki penglihatan yang lebih luas dan jauh. 54

Kelima, hak persamaan dan kemerdekaan, yaitu semua

memiliki hak dan petut mendapatkan hak, juga memiliki

kebebasan dalam menentukan kehendak asalkan sesuai undang-

undang masyarakat. Semua sama-sama berhak sepantasnya

sesuai kapasitas. Dalam sebuah pepatah ‚duduk sama rendah

tegak sama tinggi‛. Dalam syariat Islam terdapat pelajaran

tentang persamaan yang sangat jelas, yakni semua manusia

memiliki kedudukan sama dihadapan Tuhan. Kemualiaan dapat

diperoleh bagi mereka yang bertaqwa.55

Keenam, hak kepercayaan dan keyakinan (hak

penyatakan pendapat dan pendirian). Orang mempunyai hak

kemerdekaan berfikir dan berpendapat menurut keyakinannya

sendiri-sendiri. Setiap orang bebas menyatakan pendirian atau

kepercayaannya, akan tetapi tidak boleh mengganggu

ketentraman umum, harus sesuai undang-undang kesopanan

umum yang disepakati menjadi budi pekerti yang tinggi. Tidak

layak menyinggung perasaan orang lain, menghina, mengejek,

atau dengan perkataan kasar di luar batas keadilan dan

54

Hamka, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri Berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, ....., h. 139

55Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk

Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 21-22

Page 164: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

149

keinsafan kehormatan sesama manusia.56

Di samping itu, setiap

warga masyarakat dalam menyatakan pendapat dan fikiran

hendaknya mempertimbangkan perasaan hati. Karena kecil itu

tidak pernah berdusta.57

Kemerdekaan menyatakan fikiran dan pendapat

merupakan hal yang penting. Karena kemajuan suatu

masyarakat menuju yang lebih mulia merupakan hasil dari

pembaruan yang berasal dari kemerdekaan menyatakan fikiran

dan pendapat. Sebab, proses pembaruan dapat mengeliminasi

tahayul, kurafat, dan pembodohan yang mengakibatkan

kemunduran masyarakat.58

Ketujuh, hak politik. Setelah memperoleh hak

persamaan, setiap orang mesti dapat hak politik, yakni hak

berpartisipasi dalam kancah memilih dan dipilih, baik dalam

wilayah pemerintahan atau lembaga masyarakat.

Implementasi budi pekerti hubungan sesama dalam

masyarakat dapat tercipta bila tabiat kemanusiaan terterapkan

dengan baik. Karena kewajiban yang diperintahkan oleh hati

adalah hasil dari tabiat kemanusiaan.

Semua orang memikul tanggung jawab dalam

masyarakat. Ayah terhadap anaknya, suami terhadap istrii dan

56

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h.185

57Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk

Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 165-166 58

Hamka, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi,....., h. 41-42

Page 165: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

150

sebaliknya, guru terhadap murid, imam terhadap makmum,

tokoh masyarakat terhadap warganya, pemerintah terhadap

rakyat, dan warga dengan warga sekitarnya. Tuntutan tanggung

jawabnya adalah menjaga kehidupan maju bersama hidup

berbudi.59

Manis bersama dan pahit bersama, tidak nafsi-nafsi

menuruti kehendak sendiri-sendiri. Dalam bahasa jawa dikenal

dengan istilah ‚ojo sak kepenake dewe‛.

Tabiat kemanusiaan yang mencerminkan budi pekerti

sebagai tujuan hidup dapat terimplementasi dengan baik jika

setiap orang dalam masyarakat ada keberanian dalam

menyatakan kebenaran, baik tindakan maupun ucapan.

Keberanian budi ini dalam Islam dinamakan amar ma’ruf nahi

munkar. Watak berani dalam kebenaran inilah yang menjadi

jiwa tegaknya masyarakat, masyarakat yang berharkat.60

Keberanian itu bisa muncul dan menjadi nyata bila ada

kebebasan. Intisari kebebasan itu ada 3 (tiga), yakni kebebasan

kemauan (iradah), kebebasan fikiran, dan kebebasan jiwa.

Kebebasan kemauan meniscayakan seseorang, pemimpin atau

warga, berani menjadi pelaksana dan penyuruh perbuatan yang

ma’ruf. Kebebasan berfikir menimbulkan keberanian

menentang yang munkar, dan kebebasan jiwa dapat membuat

59

Hamka, Pandangan Hidup Muslim, ....., h. 65 dan Hamka, Lembaga Budi: Menegakkan Budi, Membangun Jati Diri Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, ....., h. 2-4.

60Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-

Qur’an dan As-Sunnah, ....., h. 252-253

Page 166: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

151

orang bebas dari segala belenggu dan hanya tertuju pada Yang

Maha Pencipta, Allah Swt.

Kebebasan jiwa menjadi dinamo dan spirit utama dalam

menggerakkan kebebasan yang lainnya. Karena dengan jiwa

yang bebas dari belenggu dunia, iradah dan fikir memiliki

tenaga dan petunjuk dalam mengetahui mana yang benar dan

salah, hak dan bathil, mana yang ma’ruf dan yang munkar.61

Semua perjalanan hidup manusia tidak ingin rusak dan

binasa, semua ingin selamat, sehat, punya arti, dan bahagia.

Supaya keinginan itu tercapai dan tujuan perjalanan hidup itu

lurus, hendaklah berpegang teguh pada syariat-Nya dengan

mengadakan aturan yang tertuju pada syariat yang diturunkan

Allah melalui perantara nabi-nabi-Nya. Dengan demikian akan

tercapai keselamatan hidup yang fana dan yang baka, hidup

dunia dan akhirat. Syariat adalah laksana jembatan yang

menghantarkan sampai ke seberang.62

3. Kemuliaan Hidup Manusia (Manusia Berkualitas)

Sebagian pandangan mengatakan bahwa orang yang patut disebut

mulia adalah orang yang memiliki rumah megah, mobil mewah, dan uang

yang berlimpah. Ada juga yang berpandangan bahwa orang yang mulia

adalah yang berpangkat atau bertitel dan memiliki gelar. Disegani,

61

Hamka, Pandangan Hidup Muslim, ....., h. 65-66 62

Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, ....., h. 402-403

Page 167: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

152

dikagumi, dan dihormati, diagungkan setiap orang. Setiap orang

cenderung ingin dimuliakan, disegani, dihormati, dan dibanggakan.

Masyarakat di dunia sekarang ini telah memasuki abad global

dengan kemajuan lmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang.

Dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dipastikan

memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positifnya bisa

dilihat dengan berkembangnya pembangunan fisik dan kemudahan akses

informasi serta pertumbuhan di sektor ekonomi. Sisi negatifnya tercermin

dari prilaku masyarakat yang berubah economic oriented, materi menjadi

ukuran, kualitas tergerus dengan kuantitas, dan yang paling terlihat

ekstrim adalah ideologi agama secara perlahan yang mengalami erosi oleh

ilmu pengetahuan.63

Dari dampak globalisasi dan perkembangan ilmu

pengetahuan itu, pribadi insan ideal, yang berkualitas, yang mulia, atau

berharkat, sangat diperlukan untuk mewujudkan pembangunan ilmu

pengetahuan yang lebih manusiawi dan mengarah pada kemaslahatan

manusia.64

Menurut Al-Ghazali65

, untuk menjadi mulia, manusia harus

menitikberatkan pandangannya pada kehidupan akhirat.66

Manusia harus

memiliki tujuan ma’rifat, yaitu paduan ilmu dan amal dengan dengan

memfungsikan keutamaan-keutamaan di dunia. Aktualisasinya berupa

63

Tengku Jacob, Manusia, Ilmu, dan Teknologi: Pergumulan Abadi dalam Perang dan Damai (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 9

64Elfi dan Damardjati Supadjar, ‚Konsep Manusia Ideal dalam Pemikiran Hamka‛,

HUMANIKA, 17 (2), 2004, h. 280. 65

Bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-

Syafi'i. Seorang teolog dan filosof muslim dari Persia. Nama al-Thusi adalah identitas tempat

kelahirannya, sedangkan asy-Syafi’i adalah identitas kemadzhabannya, karena Al-Ghazali

merupakan salah satu penerus dari Asy-Syafi’i. 66

Yasir Nasution, Manusia menurut Al-Ghazali, ....., h. 186.

Page 168: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

153

menjalankan syariat Islam secara kaffah yang menjadikan ibadah sebagai

parameter setiap gerak laku kehidupan.67

Kemuliaan dan bentuk kesempurnaan manusia sebagai makhluk

mayoritas diungkapkan dengan jalur tasawuf. Seperti Al-Raniry yang

menyatakan bahwa manusia mulia, ideal, atau insan kamil adalah nur

Muhammad, yakni yang memiliki penjelmaan karakter dan sifat-sifat

Nabi Muhammad Saw. Jasadnya menjadi khalifah di alam, sedangkan

ruhnya bermunajat kepada Alla Swt.68

Karakternya dipenuhi sifat-sifat

kenabian dan prilakunya selalu berorientasi ibadah. Kehadiranya di

tengah-tengah umat dan lingkungan hidupya selalu menjadi penyelamat

dan membahagiakan.

Sejalan dengan Al-Gazali, Hamzah Fansuri menyatakan bahwa

manusia ideal, mulia, dan sempurna adalah manusia yang esensinya telah

mencapai tingkat ma’rifat. Sebuah tingkatan spiritual yang dicapai

setelah melewati praktek spiritual tahap sebelumnya yakni syariat dan

tarikat. Syariat adalah aspek awal yang berupa amalan lahiriah yang

terangkum dalam rukun Islam yang didasari oleh keyakinan dan

kepercayaan bahwa Nabu Muhammad Saw adalah utusan Allah Swt.

Kemudian tahapan selanjutnya adalah tarikat, yakni upaya amalan yang

secara ruhaniyah menuju Tuhan. Pada tahap ini manusia diminta untuk

taubat nasuha, menjauhi segala larangan, dzikrullah, dan melakukan

67

Al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din (Beirut: Dar al-Fikr VIII, 1980), h. 119 & 135 68

M. Dawam Raharjo, Insan Kamil: Konsepsi Manusia menurut Islam (Jakarta: Grafiti

Pers, 1987), h. 104

Page 169: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

154

amalan-amalan sunnah.69

Hamzah Fansuri mengatakan manusia yang

telah mencapai tahap ma’rifat disebut dengan ‘arifin atau ahl al-tamam,

yang diilustrasikan ibarat burung emas nan elok rupanya.70

Menurut Ali Syariati, manusia yang ideal adalah manusia

theomorfis, yaitu manusia yang dalam dirinya memiliki sifat-sifat

ketuhanan. Aktifitasnya selalu bergerak maju menuju sasaran, yaitu Yang

Mutlak. Bergerak dalam alam dan di tengah-tengah masyarakat dengan

selalu memahami Allah. Peduli dan memperjuangkan alam dan umat

manusia dalam rangka menemui Allah Swt.71

Sebuah konsep yang

mencerminkan keharmonisan hubungan hidup spiritual manusia secara

vertikal dan horisontal.

Hamka berpendapat bahwa kemuliaan itu ialah kemuliaan jiwa.

Jiwa yang selalu menggeliat untuk selalu mencari dan melakukan

pekerjaan yang berguna, baik untuk diri maupun orang lain. Sebuah usaha

melawan dan menghadapi nafsu yang jahat dan menegakkan budi pekerti

yang mulia (al-akhlaq al-karim). Membangun umat yang telah binasa dan

lalai, membuka selubung kebodohan, memberi peringatan menuntut hak

yang terampas, menyadarkan dari kelengahan, dan memberi semangat

69

Abdul Hadi WM, Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf dan Puisi-puisinya, (Bandung:

Mizan, 1995), h. 65. Lihat juga Sangidu, Wahdatul Wujud: Polemik Pemikiran Sufistik antara Hamzah Fansuri dan Syamsuddin As-Sumatrani dengan Nuruddin Ar-Raini (Yogyakarta: Gama

Media, 2003), h. 47-54. 70

M. Afif Anshori, Tasawuf Falsafi Syaikh Hamzah Fansuri, (Yogyakarta: Gelombang

Pasang, 2004), h. 164 71

Ali Syari’ati, Tentang Sosiologi Islam, terj. Saifullah Mahyudin, (Yogyakarta: Ananda,

1982), h. 161-162

Page 170: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

155

hidup. Kemuliaan yang tercatat karena perilaku yang bernaung pada

akhlak mulia dan berhiaskan amal shaleh.72

Jiwa adalah tempatnya rasa, yang memiliki posisi tinggi dari

urusan kebendaan dan ilmu, yang fungsinya untuk menangkap keindahan

alam yang terbentang. Halusnya rasa harus diasah dan diasuh, dan itu

sangat tergantung pada sejauh mana orang memandang hidup dan alam

sekitarnya. Bila hidup hanya sekedar menumpuk harta, tekun mencari

makan, berangkat petang pagi pulang malam hari, hanya menghitung-

membilang, maka hidup akan terasa gersang. Hamka mengatakan,

kekayaan manusia bukan berkutat pada urusan gedung dan mobil dan

tumpukan ilmu. Nilai umur dan nilai hidup manusia ditentukan oleh

halus-kasarnya perasaan melihat keindahan yang terbentang di alam.

Dimana di belakang alam yang membentang indah ada keindahan yang

mutlak, yang abadi, yang azali, yakni Yang Maha Indah.73

Jiwa juga harus kuat dan besar. Kuat dalam konsistensi dan

komitmen terhadap bakat keahlian dan pekerjaan, sesuai ukuran

kemampuan dan tidak berlebihan. Besar akan konsekuen terhadap bakat

keahlian dan pekerjaan itu. Karena hidup yang dipaksakan melebihi

kapasitas kemampuan dan kesanggupan hanyalah menggelisahkan jiwa.

Menurut Hamka, sendi-sendi yang dapat membuat kebesaran jiwa

itu ada 3 (tiga), yakni yang pertama yaitu tenang dan tidak gelisah. Tidak

mudah takut, cemas, cemburu, hasud, dan dengki. Kedua yaitu rela atau

72

Hamka, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, ....., h.275-277

73Hamka, Pandangan Hidup Muslim, ....., h. 78-80

Page 171: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

156

ikhlas menerima hidup dan berusaha. Rela menerima hidup bukan

menyerah menerima apa adanya tanpa berusaha. Rela di sini adalah

menyempurnakan pekerjaan sendiri dan mempertinggi kualitasnya. Berani

membantah yang salah dan menegur yang tidak adil dan dhalim. Hamka

mengatakan, bahwa rela menerima apa adanya tanpa bereaksi bak hidup

yang mati. Sedangkan berusaha adalah untuk mencapai kemajuan dan

menuntut yang lebih baik dan sempurna. Sendi yang ketiga adalah

bermuka jernih. Muka yang jernih mendatangkan simpati dan sebagai tali

penyambung pada sesama. Sehingga dengan jernih muka akan

mendatangkan banyak teman dan sahabat. Pergaulan dan interaksi pada

sesama menjadi harmonis. Muka yang jernih merupakan cerminan dari

jiwa yang jernih.74

Itulah yang membuat hidup seseorang menjadi bernilai

dan menuai kebahagiaan.

Praktik tasawuf modern dalam bukunya Tasawuf Modern, Hamka

menghendaki kaum muslim pro aktif dalam usaha menggapai

kebahagiaan dunia dengan langkah yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan

Hadits. Meninggalkan kemalasan dan kebodohan dan menggunakan

waktu dengan sebaik-baiknya untuk tujuan yang bermanfaat. Hamka

menekankan agar kaum muslim dalam menjalankan tugas-tugas

keduniaan sayogyanya untuk pemenuhan spiritual. Membaur dalam

masyarakat, berinteraksi, menolong sesama, dan menyeru kepada

kebaikan dan mencegah kemungkaran. Aktifitas intelektual dan spriritual

74

Hamka, Pribadi Hebat, ....., h. 100-110

Page 172: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

157

semacam itulah yang diharapkan dapat menjalankan esensi Islam yang

kaffah dan dapat membentuk jiwa yang sempurna (insan kamil).75

Dua bentuk aktifitas tersebut memberikan pengertian bahwa

untuk memiliki hidup yang mulia setiap orang sayogyanya senantiasa

menjaga diri pada setiap aktifitasnya agar selalu bernilai ibadah dan

kemanusiaan (keutamaan). Begitu juga dalam menjalani perjalanan hidup

tidak lepas untuk senantiasa menyerukan kebaikan dan menghindar atau

mencegah segala yang bernilai kemunkaran.

Tidak dapat dipungkiri bahwa semua orang dalam kehidupannya

menghendaki akan kebahagiaan. Semua ikhtiar yang dilakukan

didambakan dapat menuai kebahagiaan dan kesuksesan. Kebahagiaan itu

biasanya terdiri dari kebahagiaan agama berupa ibadah, kebahagiaan budi

pekerti, dan kebahagiaan harta-benda. Untuk dapat meraih rasa

kebahagiaan itu, Hamka menawarkan 3 (tiga) prinsip yang harus dipegang

teguh. Ketiga prinsip itu yaitu melakukan introspeksi (muhasabah), baik

kaitanya dengan hubungan vertikal maupun horizontal. Prinsip kedua

yaitu belajar dan melatih diri untuk membersihkan atau mengosongkan

dan membuang sifat tercela. Kemudian prinsip ketiga yaitu menghiasi diri

dengan sifat terpuji (mulia).76

Demikain lah yang membuat jiwa menjadi

halus dan kuat, dan membuat manusia menjadi memiliki nilai atau ideal.

Pemikiran tokoh tentang kemuliaan manusia atau manusia yang

ideal tersebut pada prinsipnya memiliki maksud yang sama. Semua

75

Susilawati, Pemikiran Tasawuf Hamka dalam Kehidupan Modern, Annida’: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 40, No. 2, 2015, h. 120-121

76Susilawati, Pemikiran Tasawuf Hamka dalam Kehidupan Modern, ....., h. 123

Page 173: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

158

mengungkapkan bahwasanya manusia yang mulia atau ideal adalah

manusia yang hatinya selalu terpaku pada Allah (spiritual oriented),

dimana hidupnya dipenuhi dengan ibadah, baik itu hablum minallah

maupun hablum minannas. Dimulai dengan proses penyucian diri dari

sifat tercela dan segala dosa, baik lahir maupun batin (takhalli), kemudian

mengisi dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan amal-amal sholih

(tahalli), kemudian melalui proses pelatihan dan usaha yang sungguh-

sungguh manusia akan terpaku kehadirat Allah dalam segala gerak prilaku

dan ibadah (tajalli). Sehingga kebaikan menjadi karakternya.77

Dalam Islam, konsepsi manusia yang mulia, berkualitas, ideal,

atau kamil secara singkat dapat dipahami sebagai manusia yang

istikomah dalam takwa78

yang selalu memperbaiki dan menghiasi diri

dengan akhlak yang baik (akhlaq al-karim), baik dalam tataran vertikal

maupun horizontal. Dimana kedua tataran akhlak itu dimplementasikan

dan dijalin dengan baik secara seimbang dan harmonis.79

Takwa menjadi

standar khusus dan fundamental bagi kemuliaan manusia dikarenakan

dalam Islam ditegaskan bahwa nilai manusia dihadapan Allah karena

ketakwaannya. Dalam Al-Quran Allah berfirman:

77

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers,

2014), 191-193 78

Pengertian takwa dalam satu literatur adalah keinsyafan mengikuti dengan kepatuhan

dan ketaatan, melaksanakan perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Pius

A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 735.

Menurut Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani, orang yang bertakwa adalah orang yang tidak lepas dari

perbuatan mensucikan diri; orang yang selalu berusaha membenamkan dirinya dalam semua hal

yang diridhai Allah serta menjauhkan diri dari semua perbuatan yang dimurkai Allah. Lihat

Syeikh Abdul Qadir al Jailani, Rahasia Sufi, Terjemahan kitab Ar-Risalatul as-Sufiyyah,

penerjemah Abdul Majid dan Khatib (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002), Cet.3, h. 51. 79

Marzuki, Pembinaan Akhlak Mulia dalam Berhubungan antar Sesama Manusia dalam

Perspektif Islam, HUMANIKA, Vol. 9 No. 1, Maret 2009, h. 30

Page 174: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

159

ن أ ن ذكر وأنث وجعلناك شعوبا وقبائل لتعارفوا ا ن خلقناك م

ا الناس ا أتقاك ي أيه كرمك عند الل

علمي خبي ن اللا

80

‚Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.‛

Pada dasarnya pemikiran Hamka dengan tokoh yang lain tentang

kemuliaan manusia ini terletak pada tataran implementasi penyampaian.

Semua berlandaskan pada fundamen pokok dalam Islam, yakni Al-Qur’an

dan Hadits, dan pada koridor sufistik dalam menjelaskannya. Namun bila

dicermati, Hamka dalam menyampaikan pemikiranya lebih praktis,

aplikatif, dan rasional. Tidak mengawang-awang, menggunakan bahasa

yang ringan, dan penjelasanya lebih rinci.

Apa yang ditawarkan oleh Hamka tersebut, dalam kajian studi

semantik Al-Qur’an dikatakan bahwa manusia ideal disebut dengan ulul

albab. Dideskripsikan bahwa ulul albab adalah manusia yang memiliki

keshalihan individu, keshalihan sosial, kedalaman spiritual, dan kepekaan

emosional. Keshalihan pribadi terwujud dengan keteguhan beribadah dan

mencari ridha-Nya. Keshalihan sosial tercermin dari upaya selalu

melakukan perilaku terpuji dan menghindarkan diri dari pebuatan tercela

yang dapat memicu bara permusuhan. Sedangkan keshalihan spiritual

adalah kesadaran yang terhujam dalam diri bahwa Allah Swt senantiasa

80

QS. Al-Hujarat [49]: 13

Page 175: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

160

mengawasi setiap gerak prilaku, baik pikiran, ucapan maupun perbuatan,

baik itu yang baik maupun yang buruk.81

Bagan Kemuliaan Manusia

81

Ainol Yaqin, Ulul Albab sebagai Potret Manusia Ideal (Studi Semantik Al-Quran),

OKARA, Vol. 1, Tahun X, Mei 2015, h. 20

Bertakwa (hablum minallah dan

hablum minannas) dan berakhlakul

karimah.

Hamka Tokoh Lain

Manusia

Berorientasi ibadah, keutamaan (Allah

sebagai orientasi utama, amar ma’ruf

nahi munkar, dan kemanusiaan), ikhlas,

dan optimalisasi akal.

Berharkat / Mulia

Bernilai / Berkualitas

Page 176: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

161

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama Islam menyerukan untuk menghardik dan menghasung

supaya umatnya rajin berusaha, bersungguh-sungguh dalam berusaha dan

bekerja. Karena berusaha dan bekerja adalah pangkal kemuliaan dan

ketinggian martabat. Takdir Tuhan merupakan prinsip kebijaksanaan

yang berupa ketentuan-ketentuan, tapi bukan berarti mematikan

kehendak manusia. Akal yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia

adalah amunisi untuk berjuang menjadi makhluk yang mulia, yang

memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Untuk itulah ikhtiar penting

dalam Islam. Hamka juga mengharuskan setiap orang untuk berikhtiar

dalam segala hal yang baik. Tesis ini menyimpulkan bahwa:

1. Ikhtiar bagi Hamka adalah berusaha dan bekerja mencapai

kemanusiaan dengan sepenuh daya upaya yang dilakukan sesuai

tuntunan syariat dengan niat dan dilakukan dengan ikhlas. Ikhtiar

merupakan bentuk aksi untuk memenuhi keinginan dan kehendak

sesuai harapan, yakni sesuai takdir Tuhan. Ikhtiar adalah fasilitas

potensi dari Tuhan kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan dan

segala taklif kewajiban sesuai ketetapan illahi. Namun ruang gerak

ikhtiar manusia terbatasi oleh aturan hukum Tuhan yang bernama

takdir. Ikhtiar dan takdir itu seiring-sejalan. Takdir menurut Hamka

adalah hinggaan atau jangkauan. Setiap ikhtiar akan mendapatkan

Page 177: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

162

hasil sesuai jangkauannya. Takdir adalah hukum penentu nasib atau

takaran hasil dari setiap kehendak yang dilakukan manusia. Seberapa

besar ikhtiar manusia, disitu akan mendapatkan takdir sesuai yang

diusahakan. Namun demikian, manusia diberikan potensi kebebasan

dalam berkehendak untuk menggapai cita-citanya. Bagi Hamka,

kemauan adalah inti eksistensi manusia. Manusia hidup harus punya

kemauan. Untuk itulah Hamka mengharuskan setiap orang untuk

berikhtiar dalam setiap kemauan, kebutuhan, taklif ibadah, dan

kegiatan yang baik.

2. Ikhtiar bagi Hamka menunjukkan gerak yang selalu mengarahkan

pada kebaikan dan kebenaran. Bertitik tolak pada niat yang baik dan

untuk meraih hasil yang baik pula. Mengarahkan manusia untuk lebih

berprikemanusiaan, dan supaya manusia memiliki hidup yang mulia

(berharkat), baik di dunia maupun di akhirat nanti. Hidup yang mulia

dalam wilayah manusia sebagai makhluk Tuhan, individu, dan sosial.

Karena ikhtiar menurut Hamka yang paling utama adalah mampu

menuntaskan tugas hidup sebagai manusia, yakni amar ma’ruf nahi

munkar dalam segala bidang kehidupan. Dengan demikian, pemikiran

ikhtiar Hamka dapat dijadikan sebagai prinsip hidup, untuk hidup

yang berharkat (mulia, bernilai, berkualitas).

B. Saran

Setiap manusia adalah lemah dan selalu ada kelemahan dalam

setiap tindakannya. Apapun paradigma yang dilakukan seseorang

Page 178: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

163

terhadap orang lain pasti memberikan kesan ada kekurangan terhadap apa

yang dipandangnya. Begitu pula dalam proses penulisan riset ini. Apapun

kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada hasil riset ini semoga

dapat menjadi inpsirasi dan masukan terhadap motivasi kehendak setiap

orang dalam hidupnya, supaya lebih baik dan mulia.

Penulis mengakui bahwa penelitian ini masih sangat mendasar dan

banyak kelemahan yang perlu dilakukan penyempurnaan. Oleh karena itu,

hasil dari riset ini dapat menjadi titik tolak terhadap penelitian

selanjutnya untuk mendapatkan hasil riset yang lebih baik dan ilmiah.

Page 179: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

164

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Al-Qur’an Al-Karim

A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2009

Abbas, Nukman, Al-Asy’ari: Misteri Perbuatan Manusia dan Takdir Tuhan,

Jakarta: Erlangga, 2002

Abdullah, Amin, ‚Kajian Ilmu Kalam‛ dalam Komaruddin Hidayat dan Hendro

Prasetyo (ed.), Problem dan Prospek IAIN: Antologi Pendidikan Tinggi

Islam, Jakarta: Dirjen Binbaga Islam Depag RI, 2000

Abdul Muin, M. Taib Tahir, Risalah Qada dan Qadar , Yogyakarta: Sumbangsih,

1964

Abdullah, Hafiz Firdaus, 47 Persoalan Qadar dan Qadha, Johor, Malaysia:

Perniagaam Jahabersa, 2011

Abu Zahrah, Imam Muhammad, Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam,

terjemahan dari judul asli Tarikh al-Madzhahib al-Islamiyah oleh Abd.

Rahman Dahlan dan Ahmad Qarib, Jakarta: Logos, 1996

Ahmad Supadie, Didiek dkk., Pengantar Studi Islam, edisi revisi, cet. III, Jakarta:

Rajawali Press, 2015

Aqqad, Abbas Mahmud, Filsafat Qur’an: Filsafat, Spiritual, dan Sosial dalam

Isyarat Qur’an, cet. II, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996

Al-Asy’ari, Imam Abu Al-Hasan, Kitab Al-Luma’: Arrod ‘ala Ahl al-Zig wa al-

Bada’, Mesir: Matba’ah al-Munir, t.th.

___________________________, Al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah, Madinah:

Markaz Syu’un al-Da’wah, 1410 H.

___________________________, Maqalat al-Islamiyyin wa Ikhtilaf al-

Musallin, al-Qahirah: Maktabat al-Nahdah al-Misriyyah, 1950, jilid I dan

II

Al-Bahiy, Muhammad, Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas,

1986

Page 180: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

165

Alfian, M. Alfan, Hamka dan Bahagia: Reaktualisasi Tasauf Modern di Zaman

Kita, Jakarta: Penjuru Ilmu, 2014.

al-Hamd, Syekh Muhammad bin Ibrahim, al-Iman bi al-Qadha wa al-Qadar, edisi

terjemahan oleh Ahmad Syaikhu dengan judul Kupus Tuntas Masalah

Takdir, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005

Ali Engineer, Asghar, Islam dan Teologi Pembebasan, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1999

Ali, Amir, The Spirit of Islam, New Delhi: Low Price Publications, 1995

Al-Juwayni, Abu al-Ma’ali ‘Abd al-Malik ibn al-Shaykh Abi Muhammad, al-

‘Aqidah al-Nizamiyyah, al-Qahirah: Maktabat al-Kulliyyahal Azhariyyah,

1979.

Al-Zuahili, Muhammad, Imam Al-Juwaini, Damaskus: Darul Qalam, 2002.

Al-Mushlih, Abdullah dan Ash-Shawiy, Shalah, Prinsip-Prinsip Islam untuk

Kehidupan, Penerjemah: M. Ridwan Yahya, Harjani Hifni, M. Hidayat

Nurwahid, cet. I, Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1999

Amin, Ahmad, Al-Akhlaq, terjemahan Indonesia oleh KH. Farid Ma’ruf, Etika

(Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang, 1995

Anshori, M. Afif, Tasawuf Falsafi Syaikh Hamzah Fansuri, Yogyakarta:

Gelombang Pasang, 2004

Anwar, Rosihon dan Rozak, Abdul, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003

Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991.

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, Cet. II, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Perkasa, 1994

As-Sukandani, Ibnu Atho’ilah, Samudera Ma’rifat, Surabaya: Bintang Usaha

Jaya, 2005

Awang, Abdul Hadi, Beriman kepada Qadak dan Qadar, Selangor, Malaysia: PTS

Islamika, 2008

Page 181: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

166

Azra, Azyumardi, ‚Prof. Dr. Hamka: Pribadi Institusi MUI‛, dalam Tokoh dan

Pemimpin Agama: Biografi Sosial Intelektual,(ed), Azyumardi Azra dan

Saiful Umam, Jakarta: Litbang Depag dan PPIM IAIN Jakarta, 1998

Bakhtiar, Amsal, Tema-tema Filsafat Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005

Bastaman, Hanna Djumhana, Meraih Hidup Bermakna, Jakarta: Paramadina,

1998

Britton, Karl, Filsafat Kehidupan: Dekonstruksi atas Makna Kehidupan, Terj.

Inyiak Ridwan Muzyir, Yogyakarta: Ar-Ruz, 2002

Damami, Mohammad, Tasawuf Positif dalam Pemikiran HAMKA, Yogyakarta:

Fajar Pustaka Baru, 2000

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1988

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam 3, Jakarta: PT. Ichtiar Baru

Van Hoeve,1994

Dt. Mangkudun, NA. Rasyid, Manusia dalam Konsepsi Islam, cet. II, tt: CV.

Karya Indah, 1983

Fatma, Aries, Cara Cepat Meraih Prestasi Diri, Jakarta: LPDS, t.th.

Fethullah Gulen, Muhammad, Tasawuf untuk Kita Semua, penerjemah Fuad

Syaifudin Nur, Jakarta: Republika Penerbit, 2013

Frager, Robert dkk, The Sufi Psychology of Grouth, Balance and Harmony.

Wheaton, USA : Theological Publ. House, 1999. Edisi terjemahan

Indonesia oleh Hasymiyah Rauf, Psikologi Sufi untuk Transformasi: Hati

Diri, dan Jiwa, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2002

Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din, Beirut: Dar al-Fikr VIII, 1980

Gulen, Fethullah, Qadar: Di Tangan Siapakah Takdir atas Diri Kita?, cet. III,

edisi terjemahan dari judul asli al-Qadaru fi Dhau-i al-Kitab wa al-

Sunnah, Jakarta, Republika Press, 2005

Hadi WM, Abdul, Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf dan Puisi-puisinya,

Bandung: Mizan, 1995

Page 182: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

167

Hady, M. Samsul, Islam Spiritual: Cetak Biru Keserasian Eksistensi, Malang:

UIN-Malang Pess, 2007

Hamim, Nur, Manusia dan Pendidikan Elaborasi Pemikiran HAMKA, Sidoarjo:

Qisthos, 2009

Hamim, Thoha, Paham Keagamaan Kaum Reformis, Yogyakarta: Tiara Wacana,

2000

Hamka, Dari Lembah Cita-cita, Jakarta: Gema Insani Press, 2016

______, Falsafah Hidup: Memecahkan Rahasia Kehidupan Berdasarkan

Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, Cet. III, Jakarta: Republika

Penerbit, 2015

______, Iman dan Amal Sholeh, Jakarta: Gema Insani Press, 2015

______, Kenang-kenangan Hidup, Jakarta:Bulan Bintang, 1990, Jilid I

______, Lembaga Hidup: Ikhtiar Sepenuh Hati Memenuhi Ragam Kewajiban

untuk Hidup sesuai Ketetapan Illahi, Jakarta: Republika Penerbit, 2015

______, Pandangan Hidup Muslim, cet. IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1992

______, Pelajaran Agama Islam, cet. 11, Jakarta: Bulan Bintang, 1992

______, Pribadi Hebat, Jakarta: Gema Insani Press, 2014

______, Studi Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, tt

______, Tafsir al-Azhar, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984, Juz I, VI, IX, XI, XIII-

XIV, XXI.

______, Tasauf Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987

Hamka, Irfan, Ayahku: Kisah Buya Hamka, Jakarta: Republika Penerbit, 2013

Hanafi, Ahmad, Theology Islam (Ilmu Kalam), Jakarta: Bulan Bintang, 1974

Herimanto & Winarno, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara,

2008

Ibnu Kasir, Tafsir al-Qur'an al-Karim, jilid 5, Beirut: Dar al-Ankas, tt

Page 183: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

168

Ibrahamov, Binyamin, Islamic Theology; Tradisionalism and Rasionalism,

Edinburgh University Pers: Edinburgh, 1998

Ilhamuddin, Pemikiran Kalam Al-Baqillani: Studi tentang Persamaan dan

Perbedaaannya dengan Al-Asy’ari, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana

Yogya, 1997.

Iwudh Abduh, Ahmad, Mutiara Hadis Qudsi, Bandung: Mizan Pustaka, 2006

Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia , Filsafat, dan

Pendidikan, cet. IV, Jakarta: Rajawali Press, 2014

Jacob, Tengku, Manusia, Ilmu, dan Teknologi: Pergumulan Abadi dalam Perang

dan Damai, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993

Jalaluddin H., Teologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001

Junaedi, Didi, Pahlawan-pahlawan Indonesia Sepanjang Masa, Yogyakarta:

Indonesia Tera, 2014

Lajnah Ta’lif wa al-Nasyr (LTN) NU Jawa Timur, Aswaja an-

Nahdliyah, Surabaya: Khalista, 2007

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1991

Madjid, Nurcholis, Islam, Dokrin, dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2000

_______________, Pintu-pintu Menuju Tuhan, cet. VI, Jakarta: Paramadina

Press, 2002

Madkour, Ibrahim, Aliran dan Teori Filsafat Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Maragi, Tafsir al-Maragi, alih bahasa: Bahrun Abubakar dkk, Semarang: PT

Karya Toha Putra, 1992

Mardiyah, Anisatul, Pemikiran Teologi Islam Modern, Palembang: IAIN Raden

Fatah Press, 2006

Mirnawati, Kumpulan Pahlawan Nasional Terlengkap, Depok: Penebar Swadaya

Grup, 2012

Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan lslam: Upaya Mengefektifikan

Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004

Page 184: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

169

Muhammad, Herry, dkk, Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh pada Abad 20,

Jakarta: Gema Insani Press, 2006

Mustafiet, A. Khoiron, Takdir 13 Skala Righter: Mempertanyakan Takdir Tuhan,

Depok: Qultummedia, 2009

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu dalam Islam, cet. II, Jakarta: UI-Press, 1986

_____________, Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah, Jakarta:

UI Press, 1987

_____________, Pembaharuan dalam Islam: sejarah Pemikiran dan Gerakan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1975

_____________, Teologi Islam; Aliran-aliran, Sejarah, Analisa Perbandingan, UI

Pres: Jakarta, 1978

Nasution, M. Yunan, Dinamika Hidup, Jakarta: Bulan Bintang, 1966

Nasution, Yasir, Manusia menurut Al-Ghazali, Jakarta: Rajawali Press, 1988

Nawawi, Hadari & Martini, Mimi, Manusia Berkualitas, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 1994

Nawawi, Imam, Riyadhus Shalihin (Taman Orang-Orang Shalih), BAB 23

Nizar, Samsul, Memperbincangkan Dinamika Inteletual dan Pemikiran HAMKA

tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008

Nor Wan Daud, Wan Mohd, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.

Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan, 2003

Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan, Jakarta: PP Gramedia Widiasarana

Indonesia, 2008

Rahman, Fazlur, Islam, terjemahan Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka

Salman, 1990

Raharjo, M. Dawam, Insan Kamil: Konsepsi Manusia menurut Islam,

Jakarta: Grafiti Pers, 1987

Rakhmat, Jalaluddin, Kata Pengantar dalam Homo Philipus l\ile (Ed.), Kamus

Filsafat, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995

Page 185: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

170

Rusydi, Pribadi dan Martabat Buya Prof. DR. Hamka, Jakarta: Pustaka Panjimas,

1983, Cet. II

Saefuddin Anshari, Endang, Iqra’ sebagai Mabda’ (Ke arah Islamic Fundamental

Values and Norms dan Pengantar Filsafat Islam tentang Tuhan, Alam dan

Manusia tentang Hidup, tentang Ilmu, dan tentang pendidikan),

Reformulasi Filsafat Pendidkan Islam, ed. Chabib Thoha, F Syukur, dan

Priyono, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996

Sangidu, Wahdatul Wujud: Polemik Pemikiran Sufistik antara Hamzah Fansuri

dan Syamsuddin As-Sumatrani dengan Nuruddin Ar-Raini, Yogyakarta:

Gama Media, 2003

Setiadi, Ellly M, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Prenada Media Group,

2006.

Shahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal, Bairut: Dar al-Fikr, t.th

Schuon, Frithjof, Islam and The Perrenial Philosophy, terj. Rahmani Astuti,

Bandung: Mizan, 1988

Siraj, Said Agil, Tasawuf sebagai Kritik Sosial: Mengedepankan Islam sebagai

Inspirasi bukan Aspirasi, Bandung: Mizan dan Yayasan Khas, 2006

Soleh, HA. Khudori, Filsafat Islam dari Klasik hingga Kontemporer, Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2013

Shihab, M. Qurais, Wawasan Al-Qua’an, Bandung: Mizan, 1996

Syafiie, Kencana, Filsafat Kehidupan, Jakarta: Bumi Aksara, 1998

Syueb, Sudono, Buku Pintar Agama Islam, Jakarta: Delta Media, 2011.

Syari’ati, Ali, Tentang Sosiologi Islam, terj. Saifullah Mahyudin, Yogyakarta:

Ananda, 1982

Syukur, M. Amin dkk, Teologi Islam Terapan: Upaya Antisipatif terhadapt

Jedonisme Kehidupan Modern, Semarang: Tiga Serangkai, 2003

Teew, Andries dalam Sides Sudyarto DS, ‚Hamka, Realisme Religius‛, dalam

Hamka di Mata Hati Umat, Jakarta: Sinar Harapan, 1984

Tim Penyusun IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, ketua

penyusun: Prof. Dr. H. Harun Nasution, Jakarta: IAIN Press, 1992

Page 186: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

171

Titiek W.S, ‚Nama Saya Hamka‛, dalam Nasir Tamara, dkk, HAMKA Dimata

Hati Umat, Jakarta: Sinar Harapan, 1983

Usman Ismail, Asep, Pengembangan Diri Menjadi Pribadi Mulia, Jakarta: PT.

Elex Media Komputindo, 2011

Wahyuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, Jakarta:

Grasindo, 2009

Yahya, Zurkani, Teologi al-Ghazali: Pendekatan Metodologi, cet. I, Pustaka

Pelajar: Yogyakarta, 1996

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990

Yusuf, M. Yunan dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah, Jakarta: Rajagrafindo

Persada dan MP Dikdasmen PP Muhammadiyah, 2005

Yusuf, Yunan, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar; Sebuah Telaah dalam

Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990

Za’ba, Falsafah Takdir, penyunting Hamdan Hassan, Pahang-Malaysia: Syarikat

Percitakan Inderapura, 1980

Jurnal, Papper, dan Karya Ilmiah

Abduk Aziz, Abdul Rahman, ‚Nilai Mencapai Kehidupan Sejahtera: Pandangan

Hamka‛, Malim, Bil 10, 2002

Ahmad, Mawardi, ‚Pemikiran Murtadha Muthahhari tentang Keadilan Illahi‛,

Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 5 No. 2, Juli-Desember 2006

Elfi & Damardjati Supadjar, ‚Konsep Manusia Ideal dalam Pemikiran Hamka‛,

HUMANIKA, 17 (2), 2004

Gumiandari, Septi, ‚Kepribadian Manusia dalam Perspektif Psikologi Islam:

Telaah Kritis atas Psikologi Kepribadian Modern‛, Holistik, Vol. 12

Nomor 01, Juni 2011

Harono, Rodi, ‚Harkat dan Martabat Manusia dan Implikasinya terhadap

Pendidikan‛, Papper, 2009.

Page 187: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

172

Juliandi, Azuar, ‚Parameter Prestasi Kerja dalam Perspektif Islam‛, Jurnal

Manajemen dan Bisnis, Vol. 14, No. 1, 2014

Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, Vol. 2, No. 1, Januari- Juni 2003

Kamaluddin, Muhim, ‚Kebebasan dalam Pandangan Islam‛, InPAS: Institut

Pemikiran dan Peradaban Islam, Desember 2013.

Kholis, Nur, ‚Humanisme sebagai Filsafat Hukum Islam‛, Isti’dal, Jurnal Studi

Hukum Islam, Vol. I, No. 1, Tahun 2014

Mufid, Fathul, ‚Menimbang Pokok-pokok Pikiran Teologi Imam Asy’ariyah dan

Maturidiyah‛, Fikroh, Vol. I, No. 2, 2013.

Murodi, ‚Hamka: Potret Ulama-Pujangga‛, Academia, Vol. 21 No. 2, 2014.

Purba, Zainal Arifin, ‚Kehendak Mutlak Tuhan dan Keadilan-Nya: Analisa

Perbandingan antar Aliran‛, Jurnal IAIN Padang Sidimpuan, Vol. 2, No.

1, 2016

Rahmat, Wahyu, ‚Pengaruh Tipe Kepribadian dan Kualitas Persahabatan dengan

Kepercayaan pada Remaja Akhir‛, eJournal Psikologi, 2 (2), 2014

Rajab, Khairunnisa & Fariq, Wan Muhammad, ‚Psikologi Qada’ dan Qadar‛,

Jurnal Hadari, Vo. 6 No. 1, 2011

Rusli, Muhammad, ‚Reorientasi Kajian Teologi Islam: Ikhtiar Kontributif Atasi

Masalah Kekinian‛, Ulumuna (Jurnal Studi Keislaman), Vol. 16, No. 2,

2012

Suhartini, Andewi, ‚Agama dan Problem Makna Hidup‛, Hermeneia, 2013

Susilawati, Pemikiran Tasawuf Hamka dalam Kehidupan Modern, Annida’:

Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 40, No. 2, 2015

Syafeih, ‚Konsep Al-Kasb Al-Asy’ariyah dan Modernisasi dalam Islam‛, Papper,

2014

______, ‚Sejarah Munculnya Ilmu Kalam dan Kerangka Berfikir Aliran Kalam‛,

Papper, 2013

______, ‚Ahlussunnah Wal Jamaah Al-Asy’ariyah dan Al-Maturidiyah‛, Papper,

2013

Page 188: IKHTIAR DALAM PEMIKIRAN KALAM HAMKA - …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36414/1/... · mendapatkan takdir sesuai yang diusahakan. Dengan demikian, ikhtiar dalam

173

Tahqiq, Nanang, ‚Kajian dan Pustaka Falsafat Islam di Indonesia‛, Ilmu

Ushuluddin (Jurnal Himpunan Peminat Ilmu-ilmu Ushuluddin), Vol. 1,

No. 6, 2013

Zulkifli, ‚Mewujudkan Generasi Optimis: Perspektif Islam‛, Papper, 2016