Upload
leliem
View
219
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Termodinamika untuk melakukan
percobaan dan pengambilan data. Selain itu Laboratorium Teknologi Mekanik
dan bengkel mekanik untuk melakukan beberapa fabrikasi yang tidak dapat
dilakukan pada laboratorium Terpadu Teknik Mesin Universitas Lampung.
Sedangkan jadwal kegiatan penelitian tersusun pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian
Kegiatan
Juli Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Perancangan & Simulasi `
3 Pembelian alat dan bahan
4
Pembuatan Heat
Exchanger
5 Eksperimen
6 Pembuatan laporan akhir
29
3.2. Tahapan Pelaksanaan
Adapun tahapan pelaksanaan yang dilakukan dalam tugas akhir ini dapat dilihat
dibawah ini:
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk memahami teori dasar yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas akhir khususnya dalam perancangan dan pembuatan heat
exchanger. Penulis melakukan studi litertur tentang perhitungan dan
perancangan untuk menentukan dimensi heat exchanger tipe compact selain itu
juga melakukan studi literatur mengenai metode dan karakteristik dalam
pengeringan buah kopi. Adapun literatur tersebut diperoleh dari sumber buku,
referensi serta browsing.
2. Perancangan Data
Perancangan data dilakukan untuk memenuhi proses perhitungan desain
dimensi heat exchanger tipe compact. Data perancangan awal meliputi
temperatur air geothermal, temperatur udara, temperatur ideal pengeringan biji
kopi, laju aliran air geothermal, dan data lain yang diperoleh dari literatur yang
telah dipelajari. Sehingga akan memenuhi dalam perancangan dimensi dari
heat exchanger yang dibutuhkan.
3. Perhitungan dimensi heat exchanger
Perhitungan ini dilakukan untuk memperoleh dimensi heat exchanger yang
dibutuhkan untuk menghasilkan udara panas yang sesuai dengan udara yang
dibutuhkan untuk mengeringkan biji kopi. Adapun dalam perhitungan yaitu
menentukan berapa panjang tube, jumlah tube, ukuran plat (fin), dan juga
jumlah pelat yang dibutuhkan dalam heat exchanger.
30
4. Detail drawing
Menggambar secara detail hasil dari perancangan heat exchanger
menggunakan software Autodesk Invetor 2013 Profesional. Untuk
mempermudah dalam pemahaman rancangan yang telah dibuat. Lalu
dilanjutkan dengan proses simulasi aliran fluida pemanas menggunakan
software Autodesk Simulation CFD 2014, untuk memperoleh mekanisme aliran
yang paling efektif.
5. Pembuatan dan fabrikasi heat exchanger
Setelah diperoleh hasil rancangan yang paling efektif dari heat exchanger maka
dapat dilakukan pembuatan dan fabrikasi sesuai dengan rancangan yang telah
diperoleh sebelumnya.
6. Pengujian heat exchanger
Pengujian heat exchanger dilakukan untuk mengetahui performa dari heat
exchanger yang telah dibuat. Pengujian meliputi mengukur temperatur udara
keluaran dari heat exchanger apakah sudah sesuai dengan temperatur yang
dibutuhkan untuk mengeringkan buah kopi.
7. Pembahasan dan kesimpulan
Membahas hasil dari performa heat exchanger yang telah dibuat serta
memberikan kesimpulan terhadap perencanaan awal heat exchanger dan hasil
dari performa heat exchanger yang telah selesai dibuat.
31
3.3 Alur Penelitian
Secara garis besar alur pelaksanaan penelitian ini dijelaskan pada flowchart di
bawah :
Gambar 3.1 Flowchart penelitian
Apakah
Fabrikasi
sudah selesai?
Apakah
rancangan
sudah benar?
Start
Perancangan heat exchanger :
1. Dimensi dari komponen penyusun heat exchanger.
2. Perancangan simulasi
aliran fluida.
vvbdfffgnbgS
udi
Studi literature 1. Jurnal
2. Text book
Belum
Sudah
Fabrikasi :
1. Fin heat exchanger 2. Tube heat exchanger
3. Head heat exchanger
Belum
Sudah
A
32
Gambar 3.2 Flowchart penelitian (lanjutan)
Apakah data
mencukupi ?
A
Kalibrasi perlengkapan heat exchanger meliputi
laju aliran udara masuk heat exchanger dengan memvariasikan tegangan arus kipas (fan) pada
regulator 0-250V
Pencatatan data
1. Debit/laju aliran air
2. Laju aliran udara masuk heat exchanger
Belum
Sudah
Pengambilan data untuk satu kali pengoperasian
heat exchanger untuk pengeringan kopi meliputi :
1. Temperatur air panas keluar dan masuk pada heat exchanger
2. Temperatur udara keluar dan masuk pada
heat exchanger 3. Rentan waktu pengoperasian heat exchanger
hingga mencapai temperatur udara keluaran
yang stabil
Apakah data
mencukupi ? Belum
Sudah
Pencatatan data meliputi :
1. Temperatur air panas keluar dan masuk pada heat exchanger
2. Temperatur udara masuk dan
keluar heat exchanger 3. Waktu pengoperasian heat
exchanger hingga temperatur
udara keluar stabil
B
B
Pengolahan data menjadi grafik
Grafik 1.Laju aliran udara masuk
terhadap waktu operasi dan
temperatur yang dicapai
2.Laju aliran udara masuk
terhadap temperatur
maksimal yang dicapai 3.Laju aliran udara masuk
terhadap efektifitas heat
exchanger
Analisa grafik yang telah dibuat
Kesimpulan dari penelitian
End
33
3.4. Metode Perancangan Heat Exchanger
Dalam melakukan perancangan heat exchanger dibutuhkan beberapa metode dan
tahapan-tahapan untuk memperoleh hasil dimensi rancangan yang sesuai sebelum
dilakukannya fabrikasi berikut ini metode-metode perhitungan yang dilakukan :
3.4.1 Perencanaan Heat Exchanger tipe compact
Dalam tahapan perencanaan heat exchanger ini dibutuhkan data-data perancangan
awal untuk mempermudah dalam perhitungan, seperti yang ditunjukkan pada
table 3.2 Data perancangan berikut ini :
Tabel 3.2. Data Perancangan
Dari data perancangan yang ditunjukkan pada tabel 3.2 maka dilakukan pencarian
spesifikasi dari kedua fluida tersebut pada literature yang nantinya akan
digunakan dalam perhitungan perancangan heat exchanger.
Fluida yang dipanaskan (udara)
Temperature masuk 305 K
Temperatur keluar 333 K
Laju udara 0,22662 kg/s
Fluida pemanas (Air geothermal)
Temperature masuk 373 K
Debit Air 4 liter / menit
Laju aliran air 0,066467 kg/s
34
Tabel 3.3. Property yang digunakan
Dari tabel 3.3 di atas debit pompa yang digunakan untuk mengalirkan fluida
adalah sebesar 4 liter/menit diperoleh dari jenis pompa yang digunakan, dan
berdasarkan literature dapat digunakan untuk menentukan laju aliran massa fluida
yang mengalir pada tube heat exchanger adalah sebagai berikut :
m = 4 liter/menit . air
= 0,06667 x 10-3
m3/s . 997 kg/m
3
= 0,066467 kg/s
Selanjutnya dalam tabel 3.3 data perancangan telah diketahui temperatur masuk
dan temperatur keluar dari udara, dan besar laju udara yang mengalir pada heat
exchanger sebesar 0,22662 kg/s yang diperoleh berdasarkan jenis kipas yang
digunakan, maka nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk menentukan transfer
Almunium alloy (Tabel A-1)
Thermophysical Properties of Selected Metallic Solidsa
Konduktifitas termal 177 W/mK
Air (Tabel A-6) @ T air : 373 K
Thermophysical Properties of Gases at Atmospheric Pressure
Cp 4,217 kJ/kg K
-6
N s / m2
Pr 1,76
k 680 . 10 -3
W/m K
Udara (Tabel A-4) @ T rata-rata : 319 K
Thermophysical Properties of Saturated Water
Cp 1,0077 kJ/kg K
Pr 0,070434
1,93 . 10-5
N s / m2
k 0,027206 W/m K
35
energy ( udaraq ) pada udara yang mengacu pada tabel 3.3 serta literature adalah
sebagai berikut :
kW
KKkgkJskg
TCmq ffpfudara
3954,6
)305333(./0077,1./22662,0
.. ,
Dengan didapatkan nilai udaraq maka temperatur keluar dari pemanas (air
geothermal) dapat dicari menggunakan persamaan yang mengasumsikan besar
perpindahan panas yang diterima fluida yang diapanaskan (udara) akan sama
dengan besar perpindahan panas yang di pindahkan fluida pemanas (air
geothermal) airudara qq sebagai berikut :
airudara qq
6,3954 Kw = airairpair TCm
.. ,
6,3954 Kw = 0,06646 kg/s . 4,217 kJ/kg K . (373–Thout) K
Thout = 350,18 K
Setelah data-data tersebut telah diketahui maka langkah selanjutnya adalah
mencari dimensi Heat Exchanger type compact yang sesuai untuk memanaskan
udara luar dari temperatur 305 K sampai 333 K yang nantinya digunakan untuk
memanaskan biji kopi, susunan tube dan jarak fin untuk heat exchanger ini
menggunakan tabel pada buku “Compact Heat Exchanger” Kays and London
dengan tipe “surface tipe 7.75 – 5 / 8T” yang telah ditunjukan pada tabel 3.4
Compact Heat Exchanger surface tipe 7.75 – 5 / 8T berikut ini :
36
Tabel 3.4 Compact Heat Exchanger Surface Tipe 7.75 – 5 / 8T
No Nama Area Simbol Besaran Satuan Besaran Satuan
(SI)
1 Diameter luar tube Do 0,676 Inchi 17,1704 mm
2 Jarak sirip 7,75 per inchi
3 Flow passage hydraulic diameter Dh 0,0114 Ft 0,00347 m
4 Tebal Sirip T 0,016 Inchi 0,4064 mm
5 Free flow area / frontal area 0,481
6 Heat transfer area / total volume Α 169 ft2 / ft
3 554,46 m
2/m
3
7 Fin Area / total Area Af/Ah 0,95
8 Jarak Tube horizontal SL 1,75 Inchi 0,04445 m
9 Diameter dalam tube Di 0,625 Inchi 15,875 mm
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.3 Compact Heat Exchanger
Surface tipe 7.75 – 5 / 8T dibawah ini :
Gambar 3.3 Compact Heat Exchanger Surface tipe 7.75 – 5 / 8T
Beberapa besaran telah ditentukan pada tabel 3.3 Compact Heat Exchanger
Surface tipe 7.75 – 5 / 8T, selanjutnya untuk luas permukaan depan dari heat
exchanger di sesuaikan dengan dimensi ruang pengering yaitu dengan ukuran
0,3m x 0,3m sehingga luas permukaan sisi depan (Afr) sebesar 0,09 m2
.
37
Untuk mengetahui dimensi Heat Exchanger langkah pertama yang dilakukan
adalah mengetahui koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) yang terjadi pada
Heat Exchanger tersebut menggunakan persamaan sebagai berikut :
Langkah pertama yaitu mengetahui besar nilai Ah/Ac yaitu perbandingan luas
permukaan fluida panas dengan luas permukaan fluida dingin menggunakan
persamaan sebagai berikut :
Setelah diperoleh perbandingan luas permukaan fluida panas dengan luas
permukaan fluida dingin maka dapat mencari besar resistansi konduksi untuk jenis
material menggunakan persamaan berikut ini :
(
)
(
)
1,625 . 10-7
m2 K/W
38
Untuk memperoleh bilangan Reynold pada jenis compact heat exchanger maka
perlu menentukan besar kecepatan massa udara (G) terlabih dahulu dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
5,2358 kg/s m2
Setelah diperoleh besar dari kecepatan massa udara (G), maka besar bilangan
Reynold dapat dicari menggunakan persamaan berikut ini :
Re
Re
Re = 938,614
Dengan besar bilangan Reynold 938,614 maka dari grafik jenis HE tipe surface
7.75 – 5/8T diperoleh nilai faktor colburn j untuk perpindahan panas (JH = St . Pr
2/3)
39
Gambar 3.4 Grafik Compact Heat Exchanger Surface tipe 7.75-5/8T
Diperoleh besar nilai faktor colburn j untuk perpindahan panas
(JH)
Selanjutnya mencari nilai koefisien konveksi fluida panas ( ) dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut ini :
Selanjutnya mencari nilai koefisien konveksi fluida dingin (hc) dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut ini
:
40
Untuk itu perlu di ketahui besar bilangan Nuselt terlebih dahulu, dimana untuk
besar bilangan Reynold 938,614 maka diperoleh
Tabel 3.5 Konstanta untuk pipa silinder pada aliran menyilang
ReD C M
0.4 – 4 0.989 0.330
4 – 40 0.911 0.385
40 – 4000 0.683 0.466
4000 – 40000 0.193 0.618
40000 – 400000 0.027 0.805
Nu = C.Rem
.Pr1/3
Nu = 0.683.Re0.466
.Pr0.33
Nu = 14,796
Sehingga besar koefisien konveksi fluida dingin:
W/m2K
Untuk menghitung besar nilai koefisien perpindahan panas menyeluruh
dibutuhkan besar nilai efisiensi fin (µf) dengan meggunak persamaan (2.6)
Lcm
LcmTanh
.
.µf
41
dengan
)2/(tLLc dan tkhcm ./.2
Dimana dari jenis surface heat exchanger 7.75-5/8T diperoleh lebar fin dari tube
(L) = 0,875 inchi , tebal fin (t) = 0,016 inchi. Kemudian menghitung nilai lebar
fin untuk jenis plat fin datar (Lc)
Lc = L + (t/2)
Lc = 0,0875 +(0,016/2)
Lc = 0,883 inchi 0,02242 m
Selanjutnya menghitung besar (m)
1
4
2
74,25
10.064,4./177
/83,23.2
./.2
mm
mmKW
KmWm
tkhcm
Maka efisiensi fin yang terjadi sebesar
90,0µf
02242,0.74,25
02242,0.74,25µf
.
.µf
1
1
mm
mmTanh
Lcm
LcmTanh
42
Selanjutnya besar nilai efektifitas sirip (µ0,h) dapat diperoleh menggunakan
persamaan berikut ini :
µ0,h = 1- Af/A (1- µf)
µ0,h = 1- 0,95 ( 1- 0,90)
µ0,h = 0,906
Setelah diperoleh semua besar nilai koefisien konveksi fluida panas dan koefisien
konveksi fluida dingin maka dapat dihitung besar nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruh menggunakan persamaan berikut ini :
Selanjutnya menghitung besar nilai efektifitas ( ) dari heat exchanger dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
43
Dimana besar nilai nilai perpindahan panas aktual
kg/s . 1,0077 kJ/kg K (333-305) K
Sedangkan besar nilai perpindahan panas maksimum (qmax) :
kg/s . 1,0077 kJ/kg K (373-305) K
Maka nilai efektifitas heat exchanger sebesar :
Setelah diperoleh besar nilai efektifitas dari heat exchanger maka nilai NTU dapat
di ketahui menggunakan grafik berikut ini :
44
Gambar 3.5 Grafik crossflow, single pass, unmix fluid
Dimana nilai dari Cmin/Cmax
Dengan besar nilai Cmin/Cmax dan nilai efektifitas ( ) di atas maka pada pada
gambar grafik 3.11 diperoleh nilai NTU
NTU = 0,85
Selanjutnya setelah diketahui besar NTU dan koefisien perpindahan panas
menyeluruh (U) maka luas permukaan perpindahan panas dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut ini :
45
Sehingga volume dari heat exchanger yang dibutuhkan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut ini :
Dengan besar volume dari heat exchanger adalah 0,0259 m3
maka panjang heat
exchanger yang dibutuhkan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut ini :
Selanjutnya banyak baris tube (NL) yang dibutuhkan dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut :
46
Dari persamaan-persamaan yang digunakan maka diperolehlah data perancangan
dimensi heat exchanger dengan panjang dalam perhitungan yaitu sebesar 22,25cm
namun dalam realisasinya panjang heat exchanger dibuat menjadi 30cm karena
untuk meminimalisir terjadinya rugi-rugi. Sehingga dimensi heat exchanger yang
akan dibuat sebagai berikut spesifikasi fin atau sirip penyusun compact heat
exchanger memiliki: panjang fin = 300 mm; lebar fin = 300 mm; tebal fin = 0,4
mm; jumlah fin yang dibutuhkan = 88 fin; penyusunan jarak antar fin = 3 mm.
Sedangkan spesifikasi untuk tube sebagai berikut: panjang tube = 300 mm; jumlah
tube yang dibutuhkan = 52 tube; dia.tube = 0,158 mm, kemudian tahap
selanjutnya adalah visualisasi detail drawing dari heat exchanger. Bentuk dan
dimensi dari heat exchanger ditunjukan pada gambar dibawah ini
50
3.5. Proses Simulasi Aliran Air Panas
Proses perancangan compact heat exchanger telah selesai dirancang, sehingga
diperoleh dimensi dan detail drawing dari heat exchanger yang akan dibuat.
Selanjutnya adalah melakukan proses simulasi aliran, dimana untuk compact heat
exchanger tersusun dari beberapa tube yang cukup banyak nantinya tube-tube
tersebut akan dialiri oleh fluida pemanas berupa air, untuk memudahkan dalam
memastikan air tersebut akan mengisi mengalir pada semua tube maka dapat
dilakukan simulasi menggunkan software Autodesk Simulation CFD 2014
sehingga akan memperoleh mekanisme rancangan heat exchanger yang optimal.
Dalam proses simulasi parameter yang di input adalah sebagai berikut dimensi
serta bentuk dari heat exchanger yang ditentukan dari hasil perancangan,
kemudian menentukan bidang arah aliran fluida air masuk dan keluar, jenis fluida
yang mengalir yaitu air, jenis material yang digunakan juga harus ditentukan yaitu
alumunium, selanjutnya kecepatan aliran air 0,08 m/s, dan tekanan 1atm juga di
input. Untuk setiap proses simulasi komponen yang divariasikan pada komponen
head heat exchanger pada peletakan bagian pipa input dan pipa output dan juga
pengaruh pemberian baffle, terdapat tiga variasi bentuk head heat exchanger, dan
hasil proses simulasinya sebagai berikut :
3.5.1. Pipa Input dan Output Terletak di Tengah Head
Untuk variasi yang pertama yaitu meletakkan saluran masuk dan saluran keluar
air panas terletak pada bagian tengah dari head heat exchanger. Hasil simulasi
aliran untuk kondisi ini terlihat dalam gambar 3.9 dibawah ini
51
Gambar 3.9 Simulasi untuk pipa input dan output di bagian tengah
Dalam gambar 3.9 merupakan gambar hasil simulai aliran air untuk jenis variasi
pipa input dan output terletak di tengah head heat exchanger, gambar a
merupakan bentuk dari heat exchanger dengan pipa input dan output dibagian
tengah sedangkan gambar b merupakan hasil simulasi aliran air panas ditunjukkan
bahwa air panas mengalir secara vertikal di karenakan penempatan heat
exchanger di ruang pengering juga vertikal.
Dalam hasil simulasi ditunjukkan bahwa air mengalir memenuhi pipa-pipa
alumunium terkonsentrasi hanya di bagian tengah saja sedangkan untuk pipa yang
terletak di pinggir tidak terisi air panas. Hal ini dapat mengurangi kemampuan
dari heat exchanger dalam menukarkan panas dari air panas ke udara sehingga
untuk kondisi head dengan pipa input dan output dibagian tengah terjadi proses
aliran air panas yang kurang baik.
a b
52
3.5.2. Pipa Input dan Output Terletak di Atas dan Bawah Head
Untuk variasi yang kedua yaitu meletakkan saluran masuk dan saluran keluar air
panas terletak pada bagian atas dan bawah dari head heat exchanger. Dari jenis
variasi sebelumnya terlihat bahwa air panas mengalir kurang baik karena masih
terdapat beberapa pipa alumunium yang belum terisi sepenuhnya oleh air panas
sehingga untuk variasi kedua saluran input air panas diubah dibagian atas dengan
tujuan agar air panas dapat mengalir denga sendirinya menuju pipa output
dibagian bawah. Hasil simulasi aliran untuk kondisi ini terlihat dalam gambar
3.10 di bawah ini
Gambar 3.10 Simulasi untuk pipa input dan output di bagian atas dan bawah
Dalam gambar 3.10 merupakan gambar hasil simulai aliran air untuk jenis variasi
pipa input dan output terletak di bagian atas dan bawah dari head heat exchanger.
Gambar a merupakan bentuk dari heat exchanger dengan pipa input dan output
a b
53
dibagian atas dan bawah sedangkan gambar b merupakan hasil simulasi aliran air
panas. Heat exchanger ditempatkan secara vertikal pada ruang pengering seperti
yang digambarkan pada gambar 3.10. Dalam simulasi aliran air panas masuk
melalui bagian atas dari head heat exchanger kemudian air tersebut mengalir
sedikit berputar untuk memenuhi bidang head dan mengalir memenuhi pipa-pipa
alumunium.
Dari hasil simulasi ditunjukkan bahwa aliran air panas cukup baik jika
dibandingkan dengan kondisi simulasi pertama, karena pipa-pipa alumunium yang
terisi air panas terlihat cukup banyak namun pada salah satu bagian terdapat pipa-
pipa yang tidak terisi air panas seperti yang ditunjukkan pada lingkaran hitam
pada gambar 3.10 b dalam bagian tersebut masih terjadi kekosongan aliran air
sehingga kemampuan heat exchanger untuk menukar panas akan kembali belum
maksimal.
3.5.3. Penambahan Baffle Pada Head Heat Exchanger
Untuk variasi yang ketiga yaitu dengan menambahkan baffle atau sekat pada
bagian head heat exchanger. Tujuan dari ditambahkannya baffle disini adalah
sebagai penyekat untuk mengarahkan fluida air panas agar mengalir memenuhi
semua pipa alumunium, karena dari kedua jenis variasi sebelumnya terlihat bahwa
air panas mengalir kurang sempurna masih terdapat beberapa pipa alumunium
yang belum terisi sepenuhnya. Hasil simulasi aliran untuk kondisi ini terlihat
dalam gambar 3.11 di bawah ini
54
Gambar 3.11 Simulasi untuk jenis head menggunakan baffle
Pada gambar 3.11 di atas merupakan hasil simulasi dari kondisi head heat
exchanger yang ditambahkan baffle atau sekat sebagai pengarah aliran air panas
agar memenuhi pipa-pipa alumunium. Dari hasil simulasi menunjukkan bahwa
hasilnya cukup baik seperti yang terlihat pada gambar 3.11 a. Gambar tersebut
merupakan hasil simulasi untuk tampak dari depan terlihat bawa arah aliran air
tidak hanya terjadi satu kali melainkan aliran air akan terbagi manjadi empat kali
dikarenakan terdapat penyekat pada head heat exchanger sehingga air sepenuhnya
akan memenuhi semua pipa-pipa yang terdapat pada heat exchanger seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.11 b dimana semua pipa alumunium terisi secara
penuh dengan air panas yang mengalir, dengan demikian kinerja dari heat
exchanger akan maksimal.
Berdasarkan ketiga simulasi jenis variasi head pada heat exchanger terdapat
beberapa perbedaan pada proses aliran air yang terjadi dan proses aliran air yang
a b
55
baik yaitu memenuhi semua pipa alumunium yeng terdapat pada heat exchanger
terjadi pada variasi ketiga yaitu dengan penambahan baffle atau penyekat
sehingga dalam proses fabrikasi menggunakan jenis head yang ketiga yaitu
dengan penambahan baffle.
3.6. Alat dan Bahan
Alat pendukung yang digunakan dalam proses pembuatan heat exchanger adalah
sebagai berikut :
a. Digital Thermometer
Digital thermometer ini digunakan untuk mengukur suhu input dan output dari
fluida pemanas (air panas) dan fluida yang dipanaskan (udara). Alat ini dipilih
karena paling fleksibel dan memiliki tingkat keakuratan tinggi.
Gambar 3.12 Thermocouple
56
b. Pipa Alumunium
Pipa alumunium ini digunakan sebagai media penampang pada heat exchanger
dalam pemanasan udara yang nantinya akan digunakan untuk mengeringkan buah
kopi, pada pipa aluminium tersebut akan mengalir media pemanas berupa air
panas. Pemilihinan material alumunium karena selain memiliki titik melting yang
tinggi aluminium juga mudah untuk didapat dan harganya relatif lebih murah.
Gambar 3.13 Pipa aluminium
c. Pelat Alumunium
Tipe heat exchanger yang akan dibuat adalah heat exchanger tipe compact. Untuk
tipe heat exchanger ini merupakan heat exchanger yang tersusun dari sirip-sirip
untuk memperluas bidang kontak panas dari media pemanas yang ada di dalam
pipa aluminium. Pemilihan pelat dengan material alumunium karena pelat yang
dibutuhkan dalam perancangan memiliki ketebalan yang tipis yaitu 0.4 mm dan
nantinya akan dilubangi sebagai jalan dari pipa-pipa pemanas, sehingga
memerlukan material yang mudah untuk di bentuk.
57
Gambar 3.14 Plat Alumunium
d. Kipas Angin (fan)
Kipas angin atau fan digunakan sebagai penggerak atau penyuplai udara pada
heat exchanger. Udara tersebut yang nantinya akan dipanaskan lalu akan menuju
ruang pengering sebagai media untuk mengeringkan buah kopi, jenis kipas yang
digunakan seperti yang dijunjukan pada gambar 3.15.
Gambar 3.15. Kipas (Fan)
58
e. Pompa Air
Untuk mengalirkan air pada heat exchanger dibutuhkan pompa sebagai pengalir
paksa air. Pada penelitian ini pompa yang digunakan adalah pompa sanyo
berdaya listrik 125 watt, daya hisap dan daya dorong masing-masing 9 m, dengan
kapasitas maksimum 32 liter/menit.
Pada penelitian ini pompa digunakan untuk mengalirkan air menuju boiler
selanjutnya aliran air keluaran boiler ini nantinya akan langsung masuk kedalam
heat exchanger . Pompa ini terhubung dengan regulator untuk memvariasikan
tegangan pompa agar debit dan laju pompa dapat diatur sesui dengan
perancangan. Untuk lebih jelas bentuk dari pompa yang digunakan pada
penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 3.16 berikut.
Gambar 3.16 Pompa
59
3.7. Fabrikasi Compact Heat Exchanger
Dalam fabrikasi compact heat exchanger terbagi dalam beberapa tahapan proses
manufaktur antara lain :
1. Cutting (Pemotongan material dengan gerinda potong)
2. Drilling (Pengeboran lubang-lubang fin dan lubang baut)
3. Welding (Penyambungan komponen plat dengan las alumunium)
4. Rivet Join (Penyambungan tube dengan penutup head)
5. Grinding (Penghalusan permukaan komponen)
6. Painting (Pengecatan komponen untuk menghindari korosi)
Tahap pertama yaitu pembuatan komponen head pada heat exchanger.
Pembuatan menggunakan proses cutting atau proses pemotongan dalam proses ini
dilakukan pemotongan terhadap plat alumunium dengan tebal 2 mm
menggunakan alat potong gerinda, dengan bentuk dan ukuran seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.17. pemilihan material dengan tebal 2 mm bertujuan
agar dalam proses pengelasan nanti material tidak terbakar atau berlubang.
Selanjutnya hasil potongan tersebut untuk masing-masing sisinya dilakukan
penekukkan sehingga akan membentuk sebuah kotak seperti yang ditunjukkan
pada gambar 3.17. Setelah itu untuk keempat sudutnya dilakukan penyambungan
dengan proses pengelasan alumunium hingga tidak terjadi kebocoran saat diisi
dengan air.
60
Setelah terbentuk kotak maka dilakukan proses pengeboran dengan ukuran ϕ 5/8
inch pada kedua sisinya yaitu sisi atas dan sisi bawah yang bertujuan untuk
penempatan pipa input air dan pipa output air. Untuk masing-masing sisinya
dilakukan pengeboran dengan ukuran ϕ 8 mm sebanyak 20 lubang sebagai tempat
masukuknya baut untuk penyambungan dengan sisi yang lain. Pemilihan
sebanyak 20 lubang baut karena pada sisi ini kemungkinan terjadi kebocoran
sangat tinggi sehingga membutuhkan lebih banyak baut agar dalam proses
penyambungan akan lebih rapat.
Selanjutnya dilakukan proses pemasangan baffle seperti dalam perancangan awal
yang ditunjukkan pada gambar 3.17. Fungsi dari baffle disini adalah sebagai
penyekat untuk mengarahkan fluida air panas agar mengalir memenuhi semua
pipa alumunium, baffle terbuat dari potongan plat alumunium dengan ketebalan
yang sama yaitu 2 mm dengan ukuran panjang 300 mm dan lebar 50 mm.
Gambar 3.17 Proses pembuatan head pada heat exchanger
Keterangan gambar
a. Proses pembuatan skema
head pada HE
b. Proses pembentukan kotak
untuk head HE
c. Proses pemasangan baffle
pada head HE
a
b
c
61
Tahapan kedua yaitu pembuatan komponen fin, komponen fin ini terbuat dari
material berupa alumunium lembaran dengan tebal sesuai perancangan yaitu 0,4
mm. Proses pertama yaitu melakukan proses cutting atau pemotongan lembaran
alumunium menjadi ukuran 300 mm x 300 mm. Heat exchanger yang dirancang
membutuhkan sebanyak 88 lembar fin, kemudian semua fin tersebut ditumpuk
menjadi satu dan dilakukan proses pengeboran secara bersamaan dengan pola
seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.18 dengan menggunakan mata bor
ukuran ϕ 5/8 inch sehingga menghasilkan lubang yang sesuai dengan diameter
pipa yang akan digunakan. Pipa yang digunakan terbuat dari bahan alumunium
dengan ukuran ϕ 5/8 inch, pipa alumunium tersebut dilakukan proses pemotongan
dengan ukuran panjang 300 mm sebanyak 52 pipa.
Gambar 3.18. Proses pembuatan fin dan tube
Setelah semua komponen telah selesai dibuat maka proses selanjutnya yaitu
proses assembly atau proses penggabungan. Langkah pertama yaitu dengan
memasang semua pipa alumunium kedalam lubang-lubang fin yang masih
tertumpuk menjadi satu tadi sehingga proses pemasangan menjadi lebih mudah.
Keterangan gambar
a. Proses pemotongan tube
b. Proses pengeboran fin
b a
62
Pada bagian ujung pipa dipasangkan fin alumunium yang memiliki tebal 2 mm,
fin pada bagian tengah memilki jarak 3 mm disusun menggunkan alat bantu
berupa besi yang berbentuk plat strip dengan ketebalan 3 mm juga sehingga jarak
antar fin 3 mm dapat terpenuhi.
Langkah selanjutnya yaitu proses penyambungan dengan metode rivet join
dikarenakan pipa alumunium memiliki ketebalan hanya 1mm makan sulit untuk
dilakukan proses pengelasan pada bagian head. Sehingga dilakukan proses rivet
join antara pipa dengan plat penutup head pada heat exchanger agar air panas
yang mengalir didalam heat exchanger tidak mengalami kebocoran. Setelah
semua pipa telah terhubung maka dilakukan proses pemasangan head dari heat
exchanger dengan terlebih dahulu melapisi bagian luar dari sisi yang akan
menempel menggunkan red silicone yang memiliki ketahanan panas mencapai
343 0C lalu dilakukan proses pembautan dengan tujuan agar kedua komponen
melekat dengan rapat. Proses penyambungan komponen menggunakan baut
dikarenakan jika saat terjadi kerusakan pada heat exchanger maka heat exchanger
dapat dilepas dengan mudah.
Gambar 3.19 Proses pembuatan tahap akhir pada heat exchanger
Keterangan gambar
a. Proses pemasangan fin
dengan tube.
b. Proses pengambungan tube
dengan plat head
c. Proses pengecatan dan
pemasangan tutup HE
a
b
c
63
Proses yang terakhir yaitu pemasangan tutup pada kedua sisi heat exchanger dan
proses pengecatan, perlu diberikan penutup sisi karena bertujuan agar udara yang
mengalir pada heat exchanger dapat terarah tidak menyebar.
3.8. Instalasi Peralatan
Setelah fabrikasi selesai dilanjutkan ke tahap instalasi peralatan. Dalam tahapan
ini semua komponen pendukung pada alat pengering kopi energi panas bumi yang
terdiri dari boiler,heat exchanger,ruang pengering, dan sistem kontrol temperatur
semua dipasang menjadi satu kesatuan seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut.
Gambar 3.20 Skematik instalasi alat pengering kopi
64
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses instalasi alat heat exchanger antara
lain :
1. Perakitan dan penyambungan komponen penyusun alat pengering kopi energi
panas bumi yaitu berupa menempatkan heat exchanger pada bagian bawah
dari ruang pengering dimana dari bawah heat exchanger diletakkan fan
sebagai penghasil udara yang nantinya akan dipanaskan, kemudian
menghubungkan selang input menuju heat exchanger ke bagian output pada
boiler yang nantinya akan mengalir air panas yang telah dipanaskan pada
mesin boiler dan memasang selang output dari heat exchanger menuju
penampungan air.
2. Pada fan dihubungkan dengan voltage regulator untuk memvariasikan
flowrate udara yang mengalir.
3. Sensor termokopel diletakkan pada pipa input dan pipa output air panas dari
heat exchanger dan juga diletakkan pada bagian udara masuk dan bagian
udara keluaran dari heat exchanger untuk mengukur temperatur yang
tercapai.
Gambar 3.21 Penempatan sensor suhu pada heat exchanger
Keterangan gambar
a. Penematan sensor suhu
udara keluar pada HE
b. Penematan sensor suhu
air masuk pada HE
c. Peletakan HE di dalam
ruang pengering
a
b
c
65
3.9. Persiapan Awal
Dalam persiapan awal merupakan proses persiapan sistem awal pada alat bantu
pompa dan kipas sebagai penggerak aliran air dan aliran udara untuk mengetahui
berapa debit air dan kecepatan udara menggunakan instrumentasi pengukuran.
Fenomena yang perlu diukur sebelum pengujian adalah debit air pada pompa,
serta laju aliran udara dari fan.
3.9.1. Laju Aliran Air / Debit Air
Debit air yang mengalir pada pipa input dari heat exchanger diukur menggunakan
sensor ukur flow meter dengan metode pengujiannya pompa dihidupkan dan air
yang mengalir akan melewati alat ukur tersebut, selanjutnya alat ukur yang telah
terhubung dengan komputer akan menunjukkan display debit air yang terukur.
Besarnya tegangan pada pompa divariasikan menggunakan regulator guna
mendapatkan debit air optimal sesuai perancangn awal. Hasil pengukuran
disajikan pada Tabel 3.5 dibawah ini :
Gambar 3.22. Pengukuran debit aliran air
Keterangan gambar
a. Sensor flow meter
b. Voltage regulator
c. Proses pengujian debit air
a
b
c
66
Tabel 3.6. Pengukuran Debit Air
No. Beda Potensial blower
(V)
Debit (lt/min)
1 75 3
2 80 4
3 90 6
4 100 7
5 125 10
6 150 11
7 175 12
8 200 13
3.9.2. Laju Aliran Udara
Pengukuran laju aliran udara dari fan dilaksanakan sebelum pengujian dimulai,
anemometer jenis AM-4200 Lutron digunakan untuk mengukur kecepatan udara
tersebut. Mengacu buku petunjuk alat, satuan kecepatan pada anemometer dapat
dapat ditentukan yaitu m/s. Selain itu range kecepatan aliran yang dapat diukur
adalah 0,8-30 m/s, besarnya tegangan pada fan divariasikan menggunakan
regulator guna mendapatkan laju aliran udara optimal sesuai perancangn awal.
Berikut adalah hasil pengukuran kecepatan udara dari fan
Gambar 3.23 Kalibrasi flowrate udara fan
Keterangan gambar
a. Annemometer
b. Instalasi pengujian
kecepatan udara keluarn HE
c. Proses pegukuran kecepatan
udara masuk dari fan
a
b
c
67
Tabel 3.7 Pengukuran kecepatan udara pada fan
No. Beda Potensial
blower (V)
Kecepatan
aliran (m/s)
Laju aliran massa
udara (kg/s)
1 100 - - 2 125 2,2 0,226662 3 150 3,7 0,381205 4 175 4,4 0,453325 5 200 4,8 0,494536
Nb : Luas penampang HE yaitu 0,09 m2 dan massa jenis udara pada Patm T=32oC yaitu 1,144 kg/m3
Pada pengujian laju aliran udara diatas menggunakan alat ukur anemometer jenis
AM-4200 Lutron, metode pengukurannya cukup sederhana hanya dengan
meletakkan anemometer tersebut secara tegak lurus pada biadang fan yang
mengembuskan udara maka pada LCD dari anemometer tersebut akan
menunjukkan besar kecepatan udara yang terukur seperti ditunjukkan pada tabel
3.6. Kemudian setelah dikalikan dengan luas penampang heat exchanger dan
massa jenis udara maka diperoleh laju aliran massa udara.