Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
32
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Jati Agung yang beralamat di Jalan
Raya Karang Anyar Komplek Perum Permata Asri Kecamatan Jati Agung
Kabupaten Lampung Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung semester genap tahun pelajaran 2014/2015
yang terdistribusi dalam lima kelas yaitu kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC, VIIID, dan
VIIIE. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive Random Sampling,
yaitu dengan mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata nilai ujian mid
semester ganjil yang mendekati rata-rata nilai mid semester seluruh kelas. Berikut
disajikan rata-rata nilai ujian mid semester ganjil kelas VIII SMP Negeri 3 Jati
Agung Tahun Pelajaran 2014/2015.
Tabel 3.1. Rata-Rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil TP. 2014/2015
No. Kelas Banyak Siswa Rata-Rata
1. VIII A 35 62,78
2. VIII B 34 63,34
3. VIII C 34 63,15
4. VIII D 36 63,70
5. VIII E 33 64,05
Rata-Rata 63,40
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, terdapat tiga kelas yang memiliki rata-rata nilai
yang mendekati rata-rata nilai seluruh kelas, yaitu kelas VIIIB, VIIIC, dan VIIID.
33
Dari tiga kelas tersebut kemudian diundi dua kelas yang dijadikan sampel.
Dengan cara tersebut maka terpilih kelas VIII B yang terdiri dari 34 siswa sebagai
kelas eksperimen dan kelas VIII C yang terdiri dari 34 siswa sebagai kelas
kontrol.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-test – Post-test Control
Group Design . Desain penelitian tersebut dimodifikasi dari Ary (1982:356)
sebagai berikut.
Tabel 3.2. Pre-test Post-test Control Group Design
Kelas Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen Y1 X Y2
Kontrol Y1 C Y2
Keterangan :
Y1 = tes kemampuan awal (pre-test)
Y2 = tes kemampuan akhir (post-test)
X = model pembelajaran kooperatif tipe TTW
C = model pembelajaran konvensional
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang terdiri dari 1) data awal
berupa skor yang diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis awal
sebelum perlakuan; 2) data akhir berupa skor yang diperoleh melalui tes
kemampuan komunikasi matematis akhir yang dilakukan setelah perlakuan; dan
3) data skor peningkatan (gain).
34
D. Teknik Pengumpulan Data
Data kemampuan komunikasi matematis dalam penelitian ini dikumpulkan
dengan teknik tes. Terdapat dua jenis tes, yaitu tes kemampuan awal dan tes
kemampuan akhir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe TTW dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes tertulis
bentuk uraian yang terdiri dari lima butir soal. Setiap butir soal memiliki lebih
dari satu indikator kemampuan komunikasi matematis.
Adapun langkah-langkah penyusunan instrumen tes sebagai berikut.
a. Melakukan pembatasan materi yang diujikan, yaitu pokok bahasan teorema
Pythagoras untuk tes kemampuan awal dan pokok bahasan lingkaran untuk
tes kemampuan akhir;
b. Menentukan tipe soal, yaitu soal uraian;
c. Menentukan jumlah soal, yaitu lima butir soal;
d. Menentukan waktu pengerjaan soal, yaitu 80 menit;
e. Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin
dicapai (Lampiran B.1 dan B.2 halaman 210-215);
f. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban, dan pedoman
penyekoran;
g. Menyusun butir soal;
35
h. Mengonsultasikan soal yang dibuat kepada pembimbing dan guru mitra
untuk menentukan validitas isi butir soal;
i. Mengujicobakan instrumen;
j. Menganalisis reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda; dan
k. Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang dilakukan.
Pedoman penyekoran yang digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi
matematis dalam penelitian ini sebagai berikut.
Tabel 3.3. Pedoman Penyekoran Komunikasi Matematis
No Indikator Kemampuan
Komunikasi Matematis Rubrik Penyekoran Skor
1. Menjelaskan
gagasan/ide, situasi, dan
hubungan secara
matematik dengan tulisan
Tidak menjawab, kalupun ada hanya
memperlihatkan tidak memahami
konsep sehingga informasi yang
diberikan tidak memiliki arti
0
Hanya sedikit dari penjelasan yang
benar 1
Penjelasan secara matematis masuk
akal namun hanya sebagian yang
lengkap dan benar
2
Penjelasan secara matematis tidak
tersusun secara logis atau terdapat
sedikit kesalahan bahasa
3
Penjelasan secara matematis masuk
akal dan jelas serta tersusun secara
sistematis
4
2. Menggunakan bahasa
metematika dan simbol
dengan tepat
Tidak menjawab, kalupun ada hanya
memperlihatkan tidak memahami
konsep sehingga informasi yang
diberikan tidak memiliki arti
0
Hanya sedikit dari pendekatan
matema-tika yang benar 1
Membuat pendekatan matematika
dengan benar, namun salah dalam
mendapatkan solusi
2
Membuat pendekatan matematika
dengan benar, kemudian melakukan
perhitungan atau mendapatkan solusi
secara lengkap dan benar
3
36
Tabel 3.3. Lanjutan
3. Menggambarkan situasi
masalah dan
menyatakannya
menggunakan gambar,
bagan, tabel, dan secara
aljabar
Tidak menjawab, kalupun ada hanya
memperlihatkan tidak memahami
konsep sehingga informasi yang
diberikan tidak memiliki arti
0
Hanya sedikit dari gambar, tabel, atau
diagram yang benar 1
Membuat tabel, diagram, atau gambar
namun kurang lengkap dan benar 2
Membuat gambar, diagram, atau tabel
secara lengkap dan benar 3
4. Menyusun bukti,
memberikan alasan/bukti
terhadap kebenaran
solusi untuk
menyelesaikan masalah
Tidak menjawab, kalupun ada hanya
memperlihatkan tidak memahami
konsep sehingga informasi yang
diberikan tidak memiliki arti
0
Hanya sedikit alasan/bukti yang benar 1
Memberikan alasan/bukti namun
kurang tepat dan benar 2
Memberikan alasan/bukti yang tepat
namun solusi yang diberikan salah 3
Memberikan alasan/bukti yang tepat
dan solusi yang diberikan benar 4
1. Validitas Isi
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Menurut
Sudijono (2008:164), validitas isi dari suatu tes hasil belajar adalah validitas yang
diperoleh setelah dilakukan penganalisisan, penelusuran atau pengujian terhadap
isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Validitas isi dari tes kemam-
puan komunikasi matematis dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang
terkandung dalam tes kemampuan komunikasi matematis dengan indikator
kemampuan komunikasi matematis dan indikator pembelajaran yang telah
ditentukan. Penentuan validitas isi dari segi indikator kemampuan komunikasi
matematis dikonsultasikan pada dosen pembimbing. Sedangkan penentuan
validitas isi dari segi indikator pembelajaran dilakukan dengan cara berkonsultasi
dengan guru mitra yaitu guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 3
37
Jati Agung. Dengan asumsi bahwa guru mitra mengetahui dengan benar kuri-
kulum matematika untuk SMP maka validitas isi instrumen ini didasarkan pada
penilaian guru mitra. Penilaian kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang
diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan
bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh guru mitra. Hasil
penilaian terhadap instrumen yang dibuat yaitu semua soal dinyatakan valid
berdasarkan penilaian guru mitra (Lampiran B.7 dan B.8 halaman 230-233).
2. Reliabilitas
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki
reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data
yang reliabel. Dalam rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk uraian
yang disusun telah memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi atau belum, pada
umumnya digunakan sebuah rumus yang dikenal dengan nama Rumus Alpha.
Adapun rumus alpha dimaksud adalah :
r11 = 𝑛
(𝑛−1) ( 1 −
𝜎𝑖2
𝜎𝑡2 )
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas
𝜎𝑖2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
𝜎𝑡2 = varians total
N = banyaknya item
Dengan,
𝜎2 = 𝑋𝑖 − 𝑋 2
𝑁 dan 𝜎𝑡 =
𝑋𝑡2
𝑁−
𝑋𝑡𝑁
2
Keterangan :
𝑥𝑖2 = jumlah kuadrat skor item
38
𝑥𝑖 2 = jumlah skor tiap item dikuadratkan
𝑥𝑡2 = jumlah kuadrat skor total
𝑥𝑡 2 = jumlah skor total dikuadratkan
N = jumlah siswa
(Sudijono, 2011:208-209).
Pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes (r11) menurut Sudijono
(2008:209), pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut :
a. Apabila r11 sama dengan atau lebih dari atau sama dengan 0,70 berarti tes
hasil belajar yang sedang diuji reliabilitasnya dinyatakan reliable.
b. Apabila r11 kurang dari 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar yang sedang
diuji reliabilitasnya dinyatakan unreliable.
Berdasarkan hasil uji coba tes yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien
reliabilitas untuk tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir telah memenuhi
kriteria reliabilitas yang ditetapkan sebelumnya yaitu lebih dari atau sama dengan
0,70. Oleh karena itu instrumen tes kemampuan komunikasi matematis sudah
layak digunakan untuk mengumpulkan data. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran C.1 halaman 234-235.
3. Tingkat Kesukaran
Saat penyusunan butir soal, hal lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat
kesukaran butir soal. Tingkat kesukaran butir soal diinterpretasikan melalui
indeksnya. Menurut Sudijono (2008:372) indeks kesukaran pada masing-masing
butir soal dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑇𝐾 = 𝐽𝑇𝐼𝑇
39
Keterangan :
TK = indeks tingkat kesukaran butir soal
JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal
IT = jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada butir soal
Kemudian untuk menginterpretasikan indeks tingkat kesukaran tiap butir soal
dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran
Indeks Tingkat Kesukaran Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,15 Sangat sukar
0,16 ≤ 𝑇𝐾 ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ T𝐾 ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ T𝐾 ≤ 0,85 Mudah
0,86 ≤ 𝑇𝐾 ≤ 1,00 Sangat mudah
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh indeks tingkat kesukaran butir soal telah
memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu mudah, sedang, dan sukar. Adapun per-
hitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 236-237.
4. Daya Pembeda
Jika telah diketahui tingkat kesukaran butir soal yang dibuat, langkah selanjutnya
adalah menentukan daya pembeda. Untuk mengitung indeks daya pembeda butir
soal, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai terendah sampai
siswa yang memperoleh nilai tertinggi. Kemudian diambil 20% siswa yang
memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 20% siswa yang
memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Sudijono (2008:389-390)
mengungkapkan menghitung indeks daya pembeda digunakan rumus :
𝐷𝑃 = 𝐽𝐴 − 𝐽𝐵𝐼𝐴
40
Keterangan :
DP = indeks daya pembeda butir soal
JA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
JB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang dolah
IA = jumlah skor maksimum butir soal yang diolah
Adapun interpretasi indeks daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Interpretasi Indeks Daya Pembeda.
Indeks Daya Pembeda Interpretasi
−1,00 ≤ DP < 0,00 Buruk Sekali
0,00 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Buruk
0,21 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 0,30 Sedang
0,31 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik
0,71 ≤ 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat baik
Berdasarkan hasil uji coba tes kemampuan komunikasi matematis awal dan akhir
diperoleh hasil bahwa kedua tes telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu
minimal sedang. Perhitungan mengenai daya pembeda dapat dilihat pada
Lampiran C.2 halaman 236-237.
F. Prosedur Penelitian
Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, diantaranya tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap analisis data. Penjelasan dari tahap-tahap tersebut sebagai
berikut.
1. Tahap Persiapan
Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah yang diteliti;
b. Melakukan penelitian pendahuluan;
c. Menetapkan materi pelajaran;
41
d. Menyusun instrumen penelitian;
e. Melakukan validasi instrumen;
f. Melakukan uji coba tes yang telah dibuat pada kelas selain kelas
eksperimen; dan
g. Melakukan perbaikan instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Adapun langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan sebagai berikut :
a. Memberikan tes kemampuan komunikasi matematis awal pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol;
b. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TTW pada kelas
eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TTW yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) serta menjelaskan
petunjuk dan prosedur pengerjaan;
2) Siswa membaca LKK yang dibagikan secara individu dan memikirkan
kemungkinan-kemungkinan jawaban serta hal-hal yang belum
dipahami dalam catatan kecil (tahap think);
3) Siswa berdiskusi untuk membahas catatan kecil serta menyelesaikan
masalah yang diberikan (tahap talk);
4) Guru sebagai motivator dan fasilitator memantau jalannya diskusi agar
suasana kelas tetap kondusif;
5) Siswa menuliskan apa yang telah diperoleh dari hasil diskusi secara
individu dengan bahasanya sendiri (tahap write);
42
6) Hasil diskusi kemudian dipresentasikan di depan kelas oleh salah satu
kelompok dan kelompok yang lain menanggapi; dan
7) Guru melakukan evaluasi dan penguatan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran.;
c. Memberikan tes kemampuan komunikasi matematis akhir pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Analisis Data
Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis data sebagai berikut.
a. Mengumpulkan data penelitian;
b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh untuk menjawab rumusan
masalah;
c. Membuat kesimpulan berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan; dan
d. Menyusun laporan.
G. Analisis Data
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk men-
dapatkan skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa pada
kelas TTW dan kelas konvensional. Menurut Hake(1999:1) besarnya peningkatan
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu :
𝑔 = 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑝𝑜𝑠𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒 − 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒
43
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan (Hake, 1999:1) sebagai
berikut.
Tabel 3.6. Interpretasi Hasil Perhitungan Gain
Besarnya Gain Interpretasi
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedang
g ≤ 0,3 Rendah
Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi metematis selengkapanya
disajikan pada Lampiran C.5 dan C.6 halaman 242-243. Sebelum melakukan
pengujian hipotesis data kemampuan komunikasi matematis siswa, terlebih
dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hal ini
dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan digunakan dalam pengujian
hipotesis. Adapun prosedur uji normalitas dan uji homogenitas sebagai berikut.
1. Uji Normalitas
Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data gain yang
diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dalam penelitian ini yaitu :
a. Hipotesis :
H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
b. Taraf signifikan :
= 0,05
c. Statistik uji :
44
𝑥ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 =
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖)2
𝐸𝑖
𝑘
𝑖=1
Keterangan :
x2 = harga Chi-Kuadrat
Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas interval
Sudjana (2005:273)
d. Kriteria uji :
Terima H0 jika 𝑥2 < 𝑥 1−𝛼 (𝑘−3)2 dan tolak H0 dalam hal lainnya, (Sudjana,
2005:273).
Rekapitulasi uji normalitas data gain kemampuan komunikasi matematis dapat
dilihat pada Tabel 3.7. Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran C.11
dan C.12 halaman 256-263.
Tabel 3.7. Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Komunikasi
Matematis
Kelas 𝒙𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈𝟐 𝒙𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍
𝟐 Keputusan Uji Keterangan
TTW 6,203 7,81 H0 diterima Normal
Konvensional 5,034 7,81 H0 diterima Normal
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa data gain pada kelas TTW dan
kelas konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Jika data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka dilanjutkan
dengan uji homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
kedua kelompok data memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas
dalam penelitian ini sebagai berikut.
45
a. Hipotesis :
H0 : 𝜎12 = 𝜎2
2 (kedua kelompok data memiliki varians yang sama)
H1 : 𝜎12 ≠ 𝜎2
2 (kedua kelompok data memiliki varians yang tidak sama)
b. Taraf signifikan :
= 0,05
c. Statistik uji :
𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Sudjana (2005:250)
d. Kriteria uji :
Terima H0 jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹1/2𝛼(𝑣1 ,𝑣2) dengan 𝐹1/2𝛼(𝑣1 ,𝑣2) diperoleh dari
daftar distribusi F dengan peluang 1/2 sedangkan derajat kebebasan v1 dan
v2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut. Dalam hal
lainnya H0 ditolak, (Sudjana, 2005:250).
Tabel 3.8 menunjukkan rekapitulasi perhitungan uji homogenitas varians gain
antara kelas TTW dan kelas konvensional. Untuk perhitungan selengkapnya
disajikan pada Lampiran C.13 halaman 264-265.
Tabel 3.8. Rekapitulasi Uji Homogenitas Varians Data Gain
Kelas Varians 𝑭𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 𝑭𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Keputusan Uji Keterangan
TTW 0,035 1,426 1,74 H0 diterima Homogen
Konvensional 0,025
Berdasarkan Tabel 3.8 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data memiliki
varians yang sama.
46
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis.
Dari hasil uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data gain berasal dari
populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Oleh karena
itu uji hipotesis yang digunakan yaitu uji kesamaan dua rata-rata untuk hipotesis 1
dan uji proporsi untuk hipotesis 2. Adapun penjelasan dari masing-masing uji
hipotesis sebagai berikut.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji t sebagai
berikut.
1) Hipotesis :
H0 : 𝜇1 = 𝜇2 (tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas TTW
dengan rata-rata skor peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa pada kelas konvensional)
H1 : 𝜇1 > 𝜇2 (rata-rata skor peningkatan kemampuan komunikasi mate-
matis siswa pada kelas TTW lebih tinggi daripada rata-rata
skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa pada kelas konvensional)
2) Taraf signifikan :
= 0,05
3) Statistik uji :
𝑡 = 𝑥1 − 𝑥2
𝑠 1𝑛1
+1𝑛2
47
Dengan,
𝑠2 = 𝑛1 − 1 𝑠1
2 + (𝑛2 − 1)𝑠22
𝑛1 + 𝑛2 − 2
Keterangan :
𝑥1 = rata-rata skor gain dari kelas TTW
𝑥2 = rata-rata skor gain dari kelas konvensional
𝑛1 = banyaknya siswa kelas TTW
𝑛2 = banyaknya siswa kelas konvensional
𝑠12 = varians kelompok TTW
𝑠22 = varians kelompok konvensional
𝑠2 = varians gabungan
Sudjana (2005:243)
4) Kriteria uji :
Terima H0 jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan derajat kebebasan dk = (n1+n2–2)
dan peluang (1 – ). Untuk harga t lainnya H0 ditolak, (Sudjana, 2005:243).
b. Uji Proporsi
Uji proporsi π dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Hipotesis :
H0 : π = 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis yang baik akibat model pembelajaran kooperatif
tipe TTW tidak mencapai 60%)
H1 : π > 0,6 (proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis yang baik akibat model pembelajaran kooperatif
tipe TTW lebih dari 60%)
2) Taraf signifikan :
= 0,05
48
3) Statistik uji :
Rumus yang digunakan yaitu :
𝑧 =
𝑥𝑛 − 𝜋0
𝜋0(1 − 𝜋0)𝑛
Keterangan :
𝑥 = banyaknya siswa peserta tes yang mencapai nilai ≥ 65
𝜋0 = presentase siswa yang diharapkan lulus
𝑛 = jumlah siswa peserta tes
Sudjana (2005:234)
4) Kriteria uji :
Terima H0 jika 𝑧 < 𝑧0,5−𝛼 , dimana 𝑧0,5−𝛼 didapat dari daftar normal baku
dengan peluang (0,5 – ). Dalam hal lainnya H0 ditolak, (Sudjana,
2005:234).