Upload
dangnhan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
19
III METODE PENCIPTAAN
A Implementasi Teoritik
1 Tematik
a Sejarah Minuman Teh di Jepang
Sepanjang sejarah Jepang telah banyak menyerap gagasan-
gagasan dari berbagai negara lain seperti teknologi adat-istiadat dan
kebudayaan lainnya begitu pula kebiasaan meminum teh yang
dipercaya berasal dari China yang kemudian diserap oleh Jepang
Pada kajian wawancara pada tanggal 2 Maret 2016 dengan Gema
Budiarto menjelasakan bahwa terdapat dua keyakinan mengenai asal
usul tradisi menyeduh teh ini pertama masayarakat meyakini bahwa
tradisi meminum teh berasal dari Rahib Budda China yang datang ke
Jepang Kedua masyarakat meyakini asal usul tradisi meminum teh
ini berasal dari rahib Buddha Jepang yang datang ke negeri China dan
membawa kebiasaan meminum teh tersebut sampai ke Jepang
Dengan kata lain rahib Buddha Jepang mempelajari dan menyerap
kebudayaan China yang kemudian diterapkan di Jepang yang pada
awalnya hanya untuk keperluan medis kemudian berkembang sebagai
kegemaran di kalangan bangsawan dan samurai
Buku berjudul ldquoPedang dan Sempoa (Suatu Analisa Kultural
ldquoPerasaan Kepribadianldquo Orang jepang)rdquo yang ditulis Mattulada
mengungkapkan bahwa setelah tradisi meminum teh ini menjadi
20
kebiasaan para bangsawan dan samurai untuk menjamu para tamunya
tata cara meminum teh menjadi tidak teratur dan mengalami
penurunan karena seperti dijadikan pesta dengan sake sebagai
minuman pendamping selain teh Oleh karena itu Murata Juko
mencoba menata kembali tatanan tradisi meminum teh sehingga
menjadi religius dan penuh makna Setelah itu tradisi meminum teh
disempurnakan oleh Sen no Rikyu dan diangkat sebagai sebuah
kesenian
Pakar upacara minum teh di Jepang yang melanjutkan tradisi
sadō mempunyai keturunan dan murid Mereka kemudian mendirikan
berbagai aliran dan mengabdikan diri pada para bangsawan maupun
kalangan biasa seperti pada film berjudul Ask This of Rikyu tahun
2013 Film tersebut mengisahkan Rikyu seorang pakar teh yang
mengabdikan dirinya pada seorang bangsawan Rikyu seringkali
mendapatkan permintaan untuk mengadakan ritual sadō Tentu Rikyu
menyiapkan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh dan teliti
mengenai perasaan tamu yang dijamunya mulai dari tulisan kaligrafi
yang menempel di dinding ruangan khusus upacara minum teh yang
disesuaikan situasi dan kondisi tamunya Hanya dengan menyeduh teh
tanpa percakapan dan beberapa syair puitis yang dilontarkan Rikyu
pada tamunya dapat menyentuh hati sehingga tamu sampai bercucuran
air mata inilah yang menarik karena tanpa mencurahkan seluruh
masalahnya hanya dengan melakukan upacara minum teh yang
21
suasananya disesuaikan dengan kondisi mental dan perasaan tamu
dapat meringankan beban dan masalah tamu yang datang Gaya Rikyu
dalam menyajikan teh ini kemudian diteruskan dan diteladani oleh
putranya yang bernama Soan (1578-1658) yang dikenal karena
kesederhanaannya dan kepekaannya Putra-putra Soan kemudian
mendirikan aliran sendiri-sendiri yaitu Ura Sanke Omote Sanke dan
Mushanokoji Sanke Ura Sanke ialah wakil dari seni upacara teh dari
kalangan bangsawan yang dewasa ini merupakan aliran yang paling
terkemuka (Danandjaja 1997 279- 281)
Menurut Danandjaja dalam buku berjudul ldquoFoklor Jepang
Dilihat dari Kacamata Indonesiardquo Menjelaskan bahwa selama 500
tahun sejak teh diperkenalkan di Jepang teh hanya dipergunakan
dalam bentuk serbuk (mecha) saja Baru pada abad ke-16 metode
pemprosesan secha diciptakan Sedangkan metode penanaman untuk
teh jenis gyokuro dikembangkan pada abad ke-19 sebelum periode
Edo (1600-1868) konsumsi teh hanya terbatas pada kalangan elit saja
seperti para bangsawan dan samurai baru pada permulaan abad ke-20
minuman ini merakyat ke seluruh masyarakat Jepang dengan
ditemukannya sistem produksi masal (Danandjaja 1997 278- 279)
Tata cara minum teh sampai saat ini tetap sama seperti ajaran
Sen no Rikyu namun terpecah menjadi banyak aliran upacara minum
teh perbedaan aliran-aliran tersebut seperti pada tata cara memutar
22
mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau
membersihkan mangkuk teh dan sebagainya
Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō
sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang
(casual)
1 Sadō sebagai ritual
Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh
yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-
simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus
dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang
terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan
Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh
penghormatan
Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api
mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut
mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar
yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh
disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang
digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik
kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi
Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga
empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan
dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka
23
lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut
dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang
sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum
teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat
awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan
mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di
ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air
Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di
dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen
berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu
tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan
tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah
meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali
dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku
(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup
ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)
Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan
sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu
mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan
menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan
ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku
diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh
24
dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan
menggunakan chakin
Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan
menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh
yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan
dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air
tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi
cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan
dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan
mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu
sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan
berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh
tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan
membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat
keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang
terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai
wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang
diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu
selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu
utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut
mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas
Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para
tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh
25
Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe
V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)
2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)
Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala
Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival
kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival
kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang
khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan
di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada
festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang
karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia
tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya
pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh
secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh
secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai
pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari
upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan
bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan
penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di
Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan
visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang
sesungguhnya
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
20
kebiasaan para bangsawan dan samurai untuk menjamu para tamunya
tata cara meminum teh menjadi tidak teratur dan mengalami
penurunan karena seperti dijadikan pesta dengan sake sebagai
minuman pendamping selain teh Oleh karena itu Murata Juko
mencoba menata kembali tatanan tradisi meminum teh sehingga
menjadi religius dan penuh makna Setelah itu tradisi meminum teh
disempurnakan oleh Sen no Rikyu dan diangkat sebagai sebuah
kesenian
Pakar upacara minum teh di Jepang yang melanjutkan tradisi
sadō mempunyai keturunan dan murid Mereka kemudian mendirikan
berbagai aliran dan mengabdikan diri pada para bangsawan maupun
kalangan biasa seperti pada film berjudul Ask This of Rikyu tahun
2013 Film tersebut mengisahkan Rikyu seorang pakar teh yang
mengabdikan dirinya pada seorang bangsawan Rikyu seringkali
mendapatkan permintaan untuk mengadakan ritual sadō Tentu Rikyu
menyiapkan segala sesuatunya dengan sungguh-sungguh dan teliti
mengenai perasaan tamu yang dijamunya mulai dari tulisan kaligrafi
yang menempel di dinding ruangan khusus upacara minum teh yang
disesuaikan situasi dan kondisi tamunya Hanya dengan menyeduh teh
tanpa percakapan dan beberapa syair puitis yang dilontarkan Rikyu
pada tamunya dapat menyentuh hati sehingga tamu sampai bercucuran
air mata inilah yang menarik karena tanpa mencurahkan seluruh
masalahnya hanya dengan melakukan upacara minum teh yang
21
suasananya disesuaikan dengan kondisi mental dan perasaan tamu
dapat meringankan beban dan masalah tamu yang datang Gaya Rikyu
dalam menyajikan teh ini kemudian diteruskan dan diteladani oleh
putranya yang bernama Soan (1578-1658) yang dikenal karena
kesederhanaannya dan kepekaannya Putra-putra Soan kemudian
mendirikan aliran sendiri-sendiri yaitu Ura Sanke Omote Sanke dan
Mushanokoji Sanke Ura Sanke ialah wakil dari seni upacara teh dari
kalangan bangsawan yang dewasa ini merupakan aliran yang paling
terkemuka (Danandjaja 1997 279- 281)
Menurut Danandjaja dalam buku berjudul ldquoFoklor Jepang
Dilihat dari Kacamata Indonesiardquo Menjelaskan bahwa selama 500
tahun sejak teh diperkenalkan di Jepang teh hanya dipergunakan
dalam bentuk serbuk (mecha) saja Baru pada abad ke-16 metode
pemprosesan secha diciptakan Sedangkan metode penanaman untuk
teh jenis gyokuro dikembangkan pada abad ke-19 sebelum periode
Edo (1600-1868) konsumsi teh hanya terbatas pada kalangan elit saja
seperti para bangsawan dan samurai baru pada permulaan abad ke-20
minuman ini merakyat ke seluruh masyarakat Jepang dengan
ditemukannya sistem produksi masal (Danandjaja 1997 278- 279)
Tata cara minum teh sampai saat ini tetap sama seperti ajaran
Sen no Rikyu namun terpecah menjadi banyak aliran upacara minum
teh perbedaan aliran-aliran tersebut seperti pada tata cara memutar
22
mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau
membersihkan mangkuk teh dan sebagainya
Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō
sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang
(casual)
1 Sadō sebagai ritual
Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh
yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-
simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus
dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang
terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan
Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh
penghormatan
Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api
mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut
mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar
yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh
disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang
digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik
kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi
Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga
empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan
dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka
23
lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut
dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang
sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum
teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat
awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan
mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di
ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air
Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di
dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen
berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu
tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan
tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah
meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali
dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku
(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup
ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)
Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan
sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu
mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan
menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan
ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku
diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh
24
dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan
menggunakan chakin
Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan
menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh
yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan
dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air
tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi
cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan
dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan
mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu
sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan
berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh
tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan
membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat
keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang
terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai
wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang
diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu
selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu
utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut
mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas
Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para
tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh
25
Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe
V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)
2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)
Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala
Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival
kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival
kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang
khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan
di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada
festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang
karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia
tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya
pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh
secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh
secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai
pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari
upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan
bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan
penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di
Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan
visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang
sesungguhnya
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
21
suasananya disesuaikan dengan kondisi mental dan perasaan tamu
dapat meringankan beban dan masalah tamu yang datang Gaya Rikyu
dalam menyajikan teh ini kemudian diteruskan dan diteladani oleh
putranya yang bernama Soan (1578-1658) yang dikenal karena
kesederhanaannya dan kepekaannya Putra-putra Soan kemudian
mendirikan aliran sendiri-sendiri yaitu Ura Sanke Omote Sanke dan
Mushanokoji Sanke Ura Sanke ialah wakil dari seni upacara teh dari
kalangan bangsawan yang dewasa ini merupakan aliran yang paling
terkemuka (Danandjaja 1997 279- 281)
Menurut Danandjaja dalam buku berjudul ldquoFoklor Jepang
Dilihat dari Kacamata Indonesiardquo Menjelaskan bahwa selama 500
tahun sejak teh diperkenalkan di Jepang teh hanya dipergunakan
dalam bentuk serbuk (mecha) saja Baru pada abad ke-16 metode
pemprosesan secha diciptakan Sedangkan metode penanaman untuk
teh jenis gyokuro dikembangkan pada abad ke-19 sebelum periode
Edo (1600-1868) konsumsi teh hanya terbatas pada kalangan elit saja
seperti para bangsawan dan samurai baru pada permulaan abad ke-20
minuman ini merakyat ke seluruh masyarakat Jepang dengan
ditemukannya sistem produksi masal (Danandjaja 1997 278- 279)
Tata cara minum teh sampai saat ini tetap sama seperti ajaran
Sen no Rikyu namun terpecah menjadi banyak aliran upacara minum
teh perbedaan aliran-aliran tersebut seperti pada tata cara memutar
22
mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau
membersihkan mangkuk teh dan sebagainya
Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō
sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang
(casual)
1 Sadō sebagai ritual
Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh
yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-
simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus
dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang
terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan
Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh
penghormatan
Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api
mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut
mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar
yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh
disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang
digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik
kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi
Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga
empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan
dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka
23
lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut
dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang
sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum
teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat
awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan
mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di
ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air
Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di
dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen
berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu
tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan
tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah
meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali
dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku
(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup
ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)
Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan
sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu
mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan
menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan
ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku
diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh
24
dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan
menggunakan chakin
Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan
menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh
yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan
dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air
tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi
cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan
dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan
mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu
sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan
berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh
tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan
membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat
keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang
terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai
wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang
diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu
selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu
utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut
mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas
Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para
tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh
25
Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe
V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)
2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)
Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala
Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival
kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival
kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang
khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan
di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada
festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang
karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia
tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya
pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh
secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh
secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai
pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari
upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan
bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan
penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di
Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan
visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang
sesungguhnya
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
22
mangkuk teh ketika hendak menyeduh cara menyeka atau
membersihkan mangkuk teh dan sebagainya
Dilihat dari segi fungsinya sadō terbagi menjadi dua yaitu sadō
sebagai ritual (formal) dan sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang
(casual)
1 Sadō sebagai ritual
Sadō sebagai ritual yaitu pelaksanaan upacara minum teh
yang dilakukan secara sungguh-sungguh penuh makna dan simbol-
simbol tertentu Tata krama selama menjalankan upacara ini harus
dipatuhi Biasanya diadakan untuk penyambutan tamu semua yang
terlibat dalam upacara ini harus mempelajari aturan dan kebiasaan
Dari awal hingga akhir upacara dilakukan dengan penuh
penghormatan
Pada upacara minum teh ini air mewakili yin dan api
mewakili yang Air ditampung dengan sebuah guci yang disebut
mizusashi Guci yang terbuat dari batu tersebut berisi air tawar
yang melambangkan kemurnian atau kesucian dan hanya boleh
disentuh oleh tuan rumah Matcha yaitu bubuk teh hijau yang
digiling halus disimpan dalam sebuah tempat terbuat dari keramik
kecil yang disebut chaire yang diletakkan di depan mizusashi
Proses pelaksanaan Sadō secara formal ini dilakukan hingga
empat jam Jika teh disajikan di siang hari maka sebuah gong akan
dibunyikan sedangkan jika dilangsungkan pada malam hari maka
23
lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut
dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang
sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum
teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat
awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan
mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di
ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air
Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di
dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen
berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu
tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan
tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah
meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali
dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku
(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup
ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)
Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan
sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu
mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan
menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan
ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku
diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh
24
dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan
menggunakan chakin
Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan
menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh
yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan
dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air
tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi
cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan
dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan
mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu
sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan
berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh
tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan
membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat
keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang
terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai
wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang
diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu
selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu
utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut
mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas
Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para
tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh
25
Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe
V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)
2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)
Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala
Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival
kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival
kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang
khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan
di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada
festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang
karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia
tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya
pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh
secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh
secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai
pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari
upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan
bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan
penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di
Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan
visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang
sesungguhnya
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
23
lonceng yang dibunyikan Biasanya gong atau lonceng tersebut
dipukul 5-7 kali yang digunakan untuk memanggil para tamu yang
sedang istirahat sejenak agar kembali ke ruangan upacara minum
teh Penyucian tangan dan mulut dilakukan kembali seperti saat
awal memasuki ruangan upacara minum teh Para tamu akan
mengamati ikebana atau rangkaian bunga yang di pasang di
ruangan upacara minum teh perapian mangkuk teh da tempat air
Tuan rumah masuk ke ruangan dengan membawa mangkuk yang di
dalam nya terdapat chasen (pengaduk teh) chakin (kain linen
berwarna putih) dan chasaku (sendok teh yang terbuat dari bambu
tipis) yang digunakan untuk menyendok metcha Semua peralatan
tersebut diatur sedemikian rupa disisi guci air Setelah
meninggalkan ruangan persiapan upacara tuan rumah kembali
dengan membawa kensui (mangkuk untuk air sisa) hisahaku
(penciduk air terbuat dari bambu) dan futoki (bambu hijau penutup
ceret) dengan menggunakan fukusa (kain sutra yang sangat halus)
Selanjutnya tuan rumah membersihkan tempat teh dan
sendok teh ini dilakukan dengan keseksamaan yang begitu
mendalam terlihat bagaimana tuan rumah memeriksa melipat dan
menggunakan fukusa yang memerlukan konsentrasi dan
ketenangan yang luar biasa Kemudian air panas diatas tungku
diciduk dan dituangkan ke dalam mangkuk teh pengaduk teh
24
dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan
menggunakan chakin
Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan
menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh
yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan
dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air
tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi
cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan
dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan
mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu
sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan
berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh
tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan
membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat
keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang
terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai
wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang
diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu
selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu
utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut
mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas
Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para
tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh
25
Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe
V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)
2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)
Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala
Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival
kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival
kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang
khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan
di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada
festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang
karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia
tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya
pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh
secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh
secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai
pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari
upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan
bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan
penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di
Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan
visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang
sesungguhnya
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
24
dibilas mangkuk teh dikosongkan dan diusap dengan
menggunakan chakin
Tahap selanjutnya yaitu tuan rumah mengangkat dan
menyendok bubuk teh untuk dituangkan kedalam mangkuk teh
yang disiapkan untuk para tamu air panas diciduk dari ceret dan
dimasukkan dalam mangkuk teh dengan jumlah secukupnya Air
tambahan dimasukkan sehingga seduhan dapat diaduk menjadi
cairan kental seperti sup Air yang tidak terpakai dikembalikan
dalam ceret Apabila jumlah tamu banyak tuan rumah akan
mengaduk teh dengen cepat namun berirama sedangkan bila tamu
sedikit tuan rumah akan mengaduk teh dengan perlahan dan
berirama Setelah itu tuan rumah akan memberikan mangkuk teh
tersebut kepada tamu utama yang menerimanya dengan
membungkuk sebagai tanda hormat Mangkuk tersebut diangkat
keatas dan kemudian diputar-putar dengan tangan dan motif yang
terdapat pada mangkok harus menghadap ke tuan rumah sebagai
wujud rasa hormat Tamu tersebut selanjutnya meminum teh yang
diberikan itu mengusap bibir mangkuk dan memberikan ke tamu
selanjutnya yang akan melakukan hal yang sama seperti tamu
utama Setelah semua tamu menikmati teh dalam mangkuk tersebut
mangkuk dikembalikan kepada tuan rumah dan akan dibilas
Pengaduk sendok tempat teh dibersihkan juga Setelah itu para
tamu berdiskusi sesuai bahan pembicaraan mereka (Kukuh
25
Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe
V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)
2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)
Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala
Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival
kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival
kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang
khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan
di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada
festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang
karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia
tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya
pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh
secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh
secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai
pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari
upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan
bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan
penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di
Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan
visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang
sesungguhnya
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
25
Trawoco dalam httppowermindedblogspotcoidsearchlabelthe
V5F5B9J97IX diakses Jumat 22 Juli 2016 pukul 0900 WIB)
2 Sadō sebagai komoditas pariwisata Jepang (casual)
Di negara lain seperti Indonesia upacara minum teh ala
Jepang ini dipelajari secara formal dan diadaptasi dalam festival
kebudayaan Jepang di kota-kota besar di Indonesia Dalam festival
kebudayaan Jepang tersebut upacara minum teh tidaklah setenang
khidmat dan religius seperti upacara meminum teh yang diadakan
di Jepang karena tujuan diselenggarakan upacara minum teh pada
festival tersebut yaitu memperkenalkan kepada masyarakat
Indonesia bahwa seperti itulah tata cara meminum teh ala Jepang
karenanya pada festival-festival yang diadakan di Indonesia
tidaklah menggambarkan suasana ketenangan yang sebenarnya
pakaian yang dikenakan pun bebas sedangkan upacara minum teh
secara resmi harus mengenakan kimono namun upacara minum teh
secara casual ini tetap melalui tahapan persiapan sampai
pelaksanaan yang sama Properti yang digunakan pun berbeda dari
upacara minum teh secara formal dari segi harga dan keunikan
bentuk mangkuk misalnya Begitu pula karya yang disajikan
penulis ini tidaklah seformal upacara minum teh yang diadakal di
Jepang karena pada karya penulis mengenakan yukata dan
visualisasinya telah digayakan berbeda dari upacara yang
sesungguhnya
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
26
b Peralatan Upacara Minum Teh
Awalnya peralatan upacara minum teh menggunakan peralatan-
peralatan sederhana yang di datangkan dari China namun setelah
upacara minum teh ini mendapatkan perhatian di kalangan bangsawan
dan samurai di Jepang mereka mulai menggunakan peralatan yang
lebih rumit dan mahal hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa
hormat tuan rumah kepada tamunya Berikut adalah komponen-
komponen penting yang diperluhkan ketika melaksanakan Sadō
Gambar 14Peralatan Upacara Minum Teh
(Sumberhttpekladatacom9PuAQqv0ySSg2ipUHIz9fY4QYs638x501jpg)
a Kama
Kama berarti pot logam panci besi atau ketel Dalam upacara
minum teh kama memiliki istilah khusus yaitu chagama Kama
biasanya terbuat dari besi digunakan untuk memanaskan air yang
akan digunakan untuk membuat teh (lihat Gambar 15 halaman 27)
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
27
Umumnya kama berbentuk bulat atau silinder seperti tabung gas
kecil
Gambar 15 Kama
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogokamajpg)
b Furo
Furo atau tungku portabel biasanya terbuat dari gerabah perunggu
besi kayu dan bahan keramik lain (lihat Gambar 16) Tungku ini
dapat diletakkan dalam ruangan upacara minum teh fungsinya
adalah sebagai tempat perapian dan memanaskan kama
Gambar 16Furo
(Sumber httpwwwpetrierogerscomitems170747picture1jpg)
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
28
c Futaoki
Futaoki berfungsi seperti tatakan untuk menyangga tutup panci
maupun sendok air agar tetap bersih Futaoki biasanya terbuat dari
bambu keramik atau logam dengan bermacam gaya dan bentuk
(lihat Gambar 17)
Gambar 17Futaoki
(Sumberhttpwwwtablinstoreinfodatatablin_70726f647563742f32303134
303430345f6563386133612e4a5047003230300000660066jpg)
d Kensui
Kensui adalah tempat bilasan air yang biasanya terbuat dari logam
atau keramik (lihat Gambar 18) Biasanya air kotor bekas untuk
membersihkan chawan dimasukkan ke dalam kensui
Gambar 18Kensui
(Sumber httpteagradcomwp-contentuploads201101Kensuijpg)
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
29
e Hishaku
Hishaku adalah sendok yang terbuat dari bambu dengan pegangan
panjang (lihat Gambar 19) fungsinya adalah untuk mengambil air
panas maupun dingin selama proses upacara minum teh
Gambar 19Hisaku
(Sumberhttpswwwomotesenkejpenglishchanoyupyogohishakujpg)
f Mizusashi
Mizusazhi merupakan wadah air untuk di isikan ke kama dan
digunakan untuk mengatur suhu air apabila terlalu panas serta air
untuk mencuci chawan Biasanya Mizusashi terbuat dari keramik
dan kayu (lihat Gambar 20)
Gambar 20 Mizusashi
(Sumberhttp33mediatumblrcom87ea6050430354a55563d7387b
8622a5tumblrinlinenalf0yd2tO1rnetfwjpg)
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
30
g Chawan
Chawan adalah mangkuk teh dengan berbagai motif dan bentuk
menyesuaikan musim (lihat Gambar 21) seperti ketika musim
dingin maka chawan yang digunakan lebih tipis dibanding chawan
yang digunakan saat musim panas ini bertujuan untuk
menghangatkan telapak tangan ketika musim dingin Gambar motif
pada chawan biasanya hanya ada pada satu sisi saja Dalam
prakteknya ketika meminum teh tamu memutar motif yang
terdapat pada chawan tersebut menghadap ke tuan rumah serta agar
motif tersebut tidak tersentuh oleh bibir ini mencerminkan
penghormatan kepada tuan rumah
Gambar 21 Chawan
(Sumber httpmatchasourcecomwpcontentuploads201501
matcha_onshino_bowl-594x415jpg)
h Fukusa
Fukusa adalah saputangan khusus untuk membersihkan natsume
dan sendok untuk mengambil teh bagi wanita biasanya fukusa
digunakan juga untuk melapisi tutup ketel yang panas agar kulit
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
31
tidak melepuh Biasanya wanita menggunakan warna merah atau
oranye Sedang untuk pria menggunakan warna ungu gelap (lihat
Gambar 22)
Gambar 22 Fukusa
(Sumberhttp3bpblogspotcombxsqscoaFsUcPAKKIQABIAAAAAA
AAAPAmwBSxqdXQs1600fukusajpg)
i Chakin
Chakin digunakan untuk membersihkan atau menyeka mangkuk
teh sebelum mangkuk dituangi bubuk teh Chakin biasanya terbuat
dari kain katun putih (lihat Gambar 23)
Gambar 23 Chakin
(Sumber httpwwwomotesenkejpenglishchanoyupyogochakinjpg)
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
32
j Chasen
Chasen merupakan alat untuk mengocok dan mencampur bubuk
teh dengan air Chasen biasanya terbuat dari bambu (lihat Gambar
24)
Gambar 24 Chasen
(Sumber httpnifteacomimagesteamatchawhiskjpg)
k Chasaku
Chasaku atau sendok teh saat upacara minum teh berlangsung
digunakan untuk menuangkan bubuk teh ke dalam chawan
Chasaku terbuat dari potongan bambu tipis (lihat Gambar 25) ada
juga yang terbuat dari kayu Chasaku umumnya memiliki panjang
18 cm
Gambar 25 Chasaku
(Sumber httpwwwilovematchateacoukwp
contentuploads201509matcha-spoon_largejpg)
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
33
l Natsume
Natsume adalah toples kecil terbuat dari kayu yang berfungsi
sebagai tempat penyimpanan bubuk teh selama proses upacara
Gambar 26 Natsume
(Sumber httpslostinchadofileswordpresscom201111natsume1jpg)
c Pakaian Tradisional Jepang
Di Jepang pakaian yang dikenakan ketika melaksanakan sadō
secara formal adalah kimono sedangkan pada festival-festival
kebudayaan Jepang yang diadakan di kota-kota besar di Indonesia
seringkali mengenakan yukata karena bukanlah pelaksanaan upacara
minum teh ala Jepang secara formal dan bertujuan memperkenalkan
tradisi Jepang dalam menyiapkan dan meminum teh Banyak yang
belum mengetahui perbedaan kimono dan yukata karena terlihat
serupa coba perhatikan Gambar 27 untuk mengetahui perbedaannya
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
34
Gambar 27 Perbedaan Kimono dan Yukata
(Sumber httppm1narviicom58221f243a40dabc452829674674
bc3c90beaa4c7409_hqjpg)
Kimono hanya dipakai pada acara-acara formal seperti
pernikahan upacara masuk sekolah serta upacara kedewasaan tahun
baru Sedangkan Yukata dipakai untuk kesempatan santai seperti pesta
kembang api dan festival-festival lain yang diselenggarakan di Jepang
Dari segi hargapun berbeda kimono biasanya berharga sangat mahal
sedangkan yukata terjangkau disemua kalangan Status seorang wanita
lajang maupun wanita yang sudah menikah dapat diketahui dari lebar
lengan pada kimono sedangkan pada yukata dapat dipakai oleh semua
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
35
kalangan tanpa mengenal status Kimono bisanya dipakai dengan dua
lapisan lapisan dalam biasanya berwarna putih dan lapisan luar yang
bermotif sedangkan yukata hanya dipakai dengan satu lapisan saja
Untuk bentuh obi pada kimono dan yukata berbeda biasanya kimono
memiliki bentuk obi kotak sedangkan yukata memiliki obi berbentuk
pita
Pada karya yang disajikan penulis mengambil pakaian
tradisional berupa yukata karena pada acara festival kebudayaan
Jepang di Indonesia seringkali mengenakan yukata bentuk yukata
pada karya penulis disajikan dengan bentuk berbeda karena telah
dirubah menyesuaikan gaya lukisan yang digunakan
3 Konsepsi
A Corak lukisan
Menggunakan corak dekoratif yaitu aliran dalam seni lukis yang
cara menggambarkan seakan-akan merupakan gambar dekor atau
pelataran Lukisan dekoratif lebih mengutamakan nilai menghias
Bentuk visual di buat dengan datar tanpa memperhatikan volume
ruang maupun perspektif Selain itu merupakan gaya penampilan
karya yang lebih mengutamakan keindahan garis bidang warna
Warna pada bidang tidak memiliki kesan terang gelap tetapi rata atau
datar saja Garis diusahakan lancar rapi Bentuk tidak menuruti benda
aslinya tetapi direkayasa demi keindahan (lihat Gambar 28)
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
36
Gambar 28 Contoh lukisan dekoratif karya Kartono Yudhokusumo
(Sumber httpsayups87wordpresscomtagtokoh-seni)
B Perubahan Bentuk Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai
dengan konsep tema dan latar belakang seniman Perubahan susunan
yang dilakukan dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan
hal yang baru sehingga menghasilkan bentuk semula atau yang
sebenarnya yang seperti ini biasa disebut dengan istilah deformasi
Adapun cara pengubahan bentuk antara lain seperti simplikasi atau
penyederhanaan distorsi atau pembiasan destruksi atau perusakan stilasi
atau penggayaan dan kombinasi semua susunan bentuk terebut (Susanto
2011 98)
Perubahan yang dibuat penulis dalam karyanya adalah penggayaan
bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental
yang disebut stilasi Perubahan bentuk yang tidak alami pada lukisan
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
37
penulis terdapat pada bentuk rambut yang terkesan kaku dan lebat bentuk
lekukan kain yang di liuk kan berbeda dari bentuk asli serta bentuk alis
telinga dan bulu mata yang telah dirubah menjauhi bentuk aslinya
Perubahan bentuk yang diterapkan dalam karya yaitu stilasi yang
penampilan objek dengan menggayakan atau membuat indah dengan garis
meliuk-liuk melingkar-lingkar agar tampak indah (dalam hal ini stilasi
dapat dipandang bagian dari dekorasi) Gaya stilasi lazim dibuat pada
hiasan atau ornamen seni hias Indonesia klasik (Sudrajat dalam
httpsasepsudwordpresscom20101016bentuk-dan-jenis-karya-seni-
rupa diakses pada Kamis 12 November 2015 pukul 1252 WIB)
C Unsur-Unsur Visual
a Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar
Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah bisa panjang
pendek halus tebal berombak melengkung serta lurus Hal inilah
yang menjadi ukuran garis Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi
yakni ukuran yang panjang-pendek tinggi-rendah besar-kecil tebal-
tipis Sedangkan arah garis ada tiga horizontal vertikal diagonal
meskipun garis bisa melengkung bergerigi maupun acak (Susanto
2011 148)
Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-
garis nyata dan semu berupa lengkungan yang membentuk suatu
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
38
objek terdapat pula garis-garis halus yang dapat menimbulkan kesan
kalem dan lembut Ada pula garis lengkung yang dipertebal pada
lengkungan tengah ini bertujuan untuk memperjelas dan menguatkan
bentuk objek yang dibuat
b Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang
ditampilkan pada sebuah karya Berdasarkan macamnya tekstur dibagi
menjadi dua yaitu tekstur nyata nilai permukaan yang sama secara
visual mata dengan rabanya Tekstur semu nilai permukaan yang
berbeda secara visual mata dengan rabanya (Bahari 2008 101)
Tekstur dalam karya penulis adalah semu Tekstur tersebut
terjadi karena penulis menggunakan teknik nonkonvesional pada
bagian tertentu bidang gambar seperti pada kelopak bunga dan
ranting serta rambut yang dipertegas dengan menggunakan teknik ini
c Warna
Proses pewarnaan tanpa adanya cahaya maka tidak akan
terjadi warna itu pun berlaku pada karya seni tanpa adanya cahaya
maka karya tersebut tidak akan menampakkan warna Warna
merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi terlihat karena adanya
cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sunyoto 2009 12)
Warna dalam karya penulis adalah menggunakan warna-
warna cerah dan kalem perpaduan warna-warna primer dan sekunder
membentuk warna-warna yang harmonis dan segar
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
39
d Bidang
Shape (bidang) dapat didefinisikan sebagai bidang dari value
warna garis atau ketiga-tiganya dan mempunyai dimensi yang terukur
Dalam karya seni shape dikenal sebagai penggambaran suatu obyek-
obyek yang bersifat subyektif berasal dari feeling seniman Hal ini
menjadi ekspresi individu yang dapat digambarkan sebagai obyek
visual Shape dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu shape
geometric dan shape biomorphic Shape geometric merupakan bentuk
yang ada standar (ukuran aturan barisan) dalam sifat dan berasal dari
ilmu ukur Shape tersebut misalnya lingkaran persegi panjang
segitiga dan lain-lain Sedangkan shape biomorphic merupakan suatu
bentuk yang tidak beraturan atau bentuk-bentuk bebas organik (Arsad
Hakim 2000 56)
Dalam karya ini penulis mengambil bidang gambar miring
atau tidur dan berdiri dengan tujuan dalam membuat karya
memerlukan bidang yang lebih lebar kesamping dan keatas
menyesuaikan figur yang digambar dengan pertimbangan estetis agar
pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai
e Value
Value merupakan efek gelap terang dari masa atau pada
sebuah benda yang terdapat penyinaran cahaya Pembatasan value
sebagai berikut value adalah dari suatu bagian detail di dalam sebuah
gambar dengan yang lainnya hanya dalam hal yang dihubungkan
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
40
dengan kecerahan atau kegelapan Penilaian value sering melibatkan
ekspresi psikologis emosi pada penghayat ini disebabkan oleh adanya
karakter value yang berbeda (Suradjijo 1985 5)
Pada karya penulis terdapat value pada bagian kulit kain dan
obyek lainnya yang memang memerlukan gelap terang agar
menimbulkan kesan memiliki massa
B Implementasi Rupa
1 Media
Karya berupa dua dimensi (dwimatra) yang dilukiskan pada kanvas
berukuran 100 x 90 cm sebanyak 9 buah kanvas dan sebuah kanvas
berukuran 80 x 60 cm Dengan menggunakan cat minyak yang dicampur
dengan thiner untuk membentuk tekstur dengan teknik non konvensional
2 Proses
Mulanya penulis mencari referensi-referensi mengenai seniman-seniman
yang telah mengambil tema serupa setelah itu mencari celah-celah yang
belum terisi untuk kemudian dikembangkan dengan membuat sketsa kasar
kemudian dari sketsa-sketsa yang telah dibuat dipilih 10 judul terbaik
Proses selanjutnya yaitu pewarnaan pada background kanvas disini penulis
langsung mewarnai 10 kanvas dengan campuran cat minyak dan thiner
thiner ini mampu mempercepat proses pengeringan cat serta mampu
mencegah timbulnya jamur pada permukaan kanvas Setelah di diamkan
beberapa hari hingga kering sketsa mulai dibuat pada kanvas dengan
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
41
menggunakan warna sejenis dengan warna background namun agak cerah
untuk menghindari timbulnya warna yang tidak diinginkan Tahap
selanjutnya mewarnai hingga detail lalu di diamkan hingga kering dan
dilapisi varnish Sebagai tahap akhir yaitu pemasangan bingkai yang
disesuaikan dengan warna background
3 Penyajian
Di dalam pembuatan karya seni lukis yang bertemakan tentang sadō
atau chanoyu ini penulis memperhatikan beberapa hal diantaranya
a Information (pesan)
Bahwa karya seni lukis tersebut diciptakan sebagai wujud
simbolisasi dan visualisasi dorongan untuk terus berkarya Dalam seni
upacara minum teh terdapat banyak pesan tersirat tradisi ini
mengajarkan pentingnya tata krama kelembutan dan kesabaran
Bahwa ketika kita diterpa berbagai masalah duniawi kita harus tetap
menyelesaikan dengan kepala dingin dan tetap tenang menjaga
keseimbangan emosi Selain itu tata krama dalam upacara minum teh
menunjukkan keanggunan dan keindahan tahap-tahap pelaksanaannya
yang menenangkan seperti meditasi dan menghilangkan berbagai
permasalahan duniawi
b Emotion (perasaan)
Dari segi emosional tentu saja diharapkan karya tersebut dapat
menggambarkan suasana harmonis tentram dan suasana
penghormatan ketika upacara minum teh berlangsung Suasana santai
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
42
seperti berada di alam terbuka dan bebas dari berbagai beban
kehidupan
c Image (citra)
Aspek visual seni rupa yang akan dibuat penulis adalah lukisan
berlatar belakang di alam terbuka dengan figur seorang peramu teh
yang divisualisasikan dalam bentuk berbeda dan tidak seperti
umumnya
Citra yang ingin dibangun adalah memberitahukan bahwa
upacara minum teh (sadō) bukanlah sekedar meminum teh biasa
seperti pada umumnya namun upacara minum teh ini adalah suatu
seni yang penuh dengan suasana penghormatan dan simbol-simbol
yang haruslah tetap diteruskan dan diperkenalkan kepada masyarakat
Selain itu penulis ingin mengungkapkan keindahan dan suasana yang
dirasakan ketika menyaksikan pelaksanaan sadō dengan tampilan
berbeda
Karya seni lukis bertemakan Upacara minum teh (Sadō) ini
mengandung makna visual diantaranya sebagai berikut
1 Jari lentik saat memegang peralatan membuat teh menggambarkan
kemurnian dan kelembutan si peramu teh dan penghormatannya
kepada tamu
2 Helaian rambut peramu teh menggambarkan kelembutan dan
keluwesan peramu ketika menyajikan teh untuk tamu
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat
43
3 Yukata yang dikenakan melambangkan keindahan serta simbol
keanggunan para wanita Jepang
4 Pohon sakura menggambarkan suasana musim semi yang hangat
serta simbol keindahan gerakan yang halus dan sabar dari peramu
teh
5 Motif pada mangkuk teh yang selalu menghadap ke arah depan
menggambarkan suatu penghormatan
6 Warna-warna yang dipakai adalah warna-warna kalem warna
primer memiliki unsur yang tidak dapat diciptakan dengan
penggabungan warna yang lain dengan kata lain warna yang dapat
berdiri sendiri Ada garis semu dari percampuran warna sekunder
yang menghasilkan warna-warna tersier Warna-warna yang dipilih
diharapkan mampu memberikan kesan puitis khidmat religius
serta warna tersebut diterapkan dirasa akan menciptakan nuansa
yang baru dan unik serta dapat menghindari kebosanan terhadap
warna-warna yang biasa dilihat