Upload
trannhi
View
229
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
III. GAMBARAN UMUM WILAYAH
3.1. Letak Geografis
Kawasan Wisata Tanjungkarang-Pusentasi merupakan bagian dari
wilayah Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.
Kecamatan Banawa adalah salahsatu dari 19 kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Donggala. Wilayah ini membentang di sepanjang pesisir pantai mulai
dari bagian barat Teluk Palu hingga Selat Makassar yang membentang dari arah
utara ke selatan dengan panjang pantai ± 35 kilometer.
Kecamatan Banawa, yang saat ini merupakan ibukota Kabupaten
Donggala, terletak antara 0°9´-0°1´ LS dan 119°34´-119°10´ BT dengan batas
fisik wilayah yaitu :
- Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Palu,
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banawa Selatan,
- Sebelah timur berbatasan dengan Kota Palu, dan
- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Kecamatan Banawa memiliki luas 213,39 km², yang terdiri dari 17 desa
dan kelurahan. Semua desa dan kelurahan dapat dilalui dengan kendaraan roda
empat, sehingga mempermudah hubungan antara satu desa/kelurahan ke ibukota
kecamatan dan dengan desa/kelurahan lainnya.
Secara khusus, Kawasan Wisata Tanjung Karang-Pusentasi mencakup
dua wilayah Kelurahan dan dua Desa yaitu Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan
Boneoge, Desa Limboro, dan Desa Tovale. Meskipun demikian, fokus kegiatan
pariwisata hanya terdapat pada lokasi Tanjung Karang yang merupakan bagian
dari wilayah Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, dan Dusun Kaluku
yang merupakan bagian dari wilayah Desa Limboro, serta salah satu lokasi yang
dikenal dengan nama Pusentasi terletak diujung Desa Tovale dan tidak dihuni
oleh masyarakat. Kawasan ini berada pada ujung barat Teluk Palu, yang
memanjang dari utara ke selatan sepanjang ± 10 kilometer dan sebagian besar
terletak di Selat Makassar.
18
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
3.2. Iklim dan Curah hujan
Sebagaimana dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten
Donggala memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim
panas terjadi antara bulan April sampai September, sedangkan musim hujan pada
bulan Oktober sampai Maret.
Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu pada tahun
2005 bahwa suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Juli (34,0° C)
dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Nopember (31,6° C).
Sementara suhu rata-rata minimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu
23,8° C, sedangkan suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan Juni yang
mencapai 22,1° C (Badan Meteorologi dan Geofisika Palu, 2006).
Kelembaban udara yang tercatat pada stasiun yang sama berkisar antara
73 – 82 persen. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Pebruari
yang mencapai 82 persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah terjadi
Pusentasi
19
pada bulan Juli dan Agustus yaitu 73 persen. Curah hujan pada tahun 2005 yaitu
antara 27-281 mm perbulan atau rata-rata 148,08 mm perbulan, sementara jumlah
hari hujan berkisar anatara 4-13 hari perbulan atau rata-rata 8,25 hari perbulan.
Penyinaran matahari rata-rata 69%, dan penguapan rata-rata 6,14 mm/hari.
Tabel 2. Keadaan curah hujan di Kecamatan Banawa tahun 2006
Lokasi pengukuran Bulan Hari hujan Curah hujan (mm)
Banawa Januari 12 281
Pebruari 8 125
Maret 11 200
April 9 183
Mei 7 265
Juni 5 81
Juli 13 177
Agustus 4 27
September 6 35
Oktober 4 29
Nopember 11 202
Desember 9 172
Sumber : Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006
3.3. Kondisi hidrologi
Secara umum, keadaan hidrologi di Kecamatan Banawa sama dengan
kecamatan lainnya di Kabupaten Donggala. Di Kecamatan Banawa terdapat
beberapa buah sungai yang keadaan airnya sangat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya curah hujan. Sungai-sungai tersebut masing-masing terdapat di Desa
Loli Oge, Loli Tasiburi, Kabonga Besar, Limboro dan Tovale, serta satu buah
sungai yang membelah kota Donggala.
Khusus untuk ketiga lokasi yang masuk kedalam kawasan wisata yaitu
Tanjung Karang, Boneoge dan Dusun Kaluku tidak terdapat sungai. Selain
Tanjung Karang, kedua lokasi tersebut memiliki sumber air tanah yang
dimanfaatkan oleh penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan menggali
sumur di sekitar pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan
wilayah daratan yang menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relatif
sempit dan tidak memiliki sumber air tawar berupa air tanah seperti yang dimiliki
oleh kedua lokasi lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi warga dan
wisatawan sangat tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air Mimum
(PDAM) di Donggala.
20
3.4. Geologi dan Topografi
Kawasan Kecamatan Banawa merupakan bagian dari wilayah Dataran
Bambamua-Tanah Mea, yang secara geologi terdiri dari endapan-endapan pantai
dan alluvial baru yang berasal dari sedimen yang lebih tua. Tanahnya bertekstur
sedang dengan drainase dari lambat sampai agak baik. Topografi dari datar
sampai bergelombang. Dataran-dataran yang lebih sempit/kecil terdapat di
wilayah pesisir pantai.
Kawasan pesisir kecamatan Banawa merupakan dataran yang berbatasan
dengan laut, dengan ketinggian antara 0 - 100 meter dari permukaaan laut.
Topografi relatif sedang dengan kemiringan tanah 2 – 15 %. Disepanjang pantai
membentang pasir putih dan rataan terumbu karang (reef flat), yang merupakan
habitat beberapa jenis ikan karang (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi
Sulawesi Tengah, 2003). Keadaan topografi wilayah di kawsan wisata Tanjung
Karang Pusentasi tersebut dikemukakan pada Tabel berikut.
Tabel 3. Luas wilayah dan keadaan topografi di wilayah penelitian
Desa/Kelurahan Luas
(km²)
Bentuk permukaan tanah (%) Ketinggian
dari
permukaan
laut (meter) Dataran Perbukitan Pegunungan
Boneoge 5,50 40 60 - 0 – 250
Labuan Bajo 5,50 50 50 - 0 – 250
Limboro 23,46 60 40 - 0 – 200
Sumber: Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006
3.5. Tipologi dan Ekosistem Pantai
Kawasan pantai Tanjung Karang - Pusentasi sebagian didominasi oleh
jenis batuan lepas (rawan longsor) dan karang pantai seperti yang terdapat pada
bagian ujung selatan Boneoge sampai Dusun Kaluku, Limboro, sedangkan pantai
yang landai dan berpasir sebagian besar terdapat pada bagian tengah hingga utara
Desa Boneoge dan Tanjung Karang.
Di bagian utara kawasan ini terdapat terumbu pantai yang relatif sempit,
dan rataan tengah yang relatif lebar. Disamping itu terdapat pula suatu patch reef
(gosong) dengan lebar sekitar 100 meter dan kedalaman antara 1 – 2 meter pada
saat air surut. Gosong tersebut memanjang dari Tanjung Karang ke Wilayah
21
Boneoge. Di kawasan ini, khususnya di Boneoge dan Dusun Kaluku (Limboro)
sebagian ditumbuhi oleh lamun dari jenis Enhallus acoroides, Thalassia
hemprichii, dan Syringgoinium sp. Berdasarkan laporan Dinas Perikanan dan
Kelautan Sulawesi Tengah (2003) pada beberapa tempat telah terjadi kerusakan
karang yang disebabkan oleh aktifitas manusia berupa pengambilan batu karang
untuk bahan bangunan dan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan
peledak dan potasium. Disamping itu kerusakan yang terjadi juga disebabkan
oleh organisme pemangsanya yaitu bintang laut bermahkota duri atau
Acanthaster plancii.
Pantai di kawasan ini umumnya ditumbuhi oleh vegetasi hutan pantai
seperti jenis Ketapang (Terminalia catappa), Beringin (Ficus benyamina), dan
Bayam (Intsia bijuga). Pada bagian lain sebagian besar ditumbuhi oleh pohon
kelapa milik masyarakat. Disamping itu juga terdapat beberapa jenis burung
seperti burung Gosong (Megapodius bernsteinee), Dara Laut (Sterna hirundo),
Elang Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), dan Nuri atau Betet kelapa punggung
biru (Tanygnathus sumatranus). Sedangkan jenis fauna yang lainnya adalah
Biawak (Varanus sp.), Musang Sulawesi (Macrogalidea Musschenbroeki), dan
Penyu (Celonia sp.) (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tengah, 2003).
3.6. Sosial Ekonomi dan Budaya
3.6.1. Penduduk
Secara keseluruhan penduduk yang mendiami kelurahan dan desa di
kawasan wisata ini berjumlah 1424 KK atau 6799 jiwa. Jumlah penduduk pada
masing-masing kelurahan/desa diwilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan rata-rata
per rumah tangga
Desa/Kelurahan Luas
wilayah
(km²)
Rumah
tangga Penduduk
Rata-rata
per Rumah
Tangga
Rata-rata
per km²
Limboro 5,50 366 1.565 4 521
Labuan Bajo 5,50 394 2.371 6 431
Boneoge 23,46 663 2.863 4 67
Jumlah 1.423 6.799
Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006
22
Jika dilihat jumlah penduduk sebanyak 6.799 jiwa dan dibandingkan
dengan luas wilayah (37,94 km²), secara geografis kepadatan penduduk pada
kawasan ini adalah 179,20 jiwa per km². Penduduk yang bermukim di wilayah
ini memiliki mata pencaharian yang beragam, tetapi sebagaian besar diantara
mereka bekerja sebagai nelayan. Gambaran tentang keragaman mata pencaharian
penduduk disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Mata pencaharian penduduk di Kawasan Tanjung Karang Pusentasi
Desa/Kelurahan
Mata pencaharian
Petani Peternak Nelayan Dagang Buruh dan
lainnya
Limboro 177 6 5 25 110
Labuan Bajo 21 5 195 45 400
Boneoge 125 10 132 12 247
Jumlah 323 21 332 82 757
Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006
Bila dilihat pada tabel tersebut, sebagian besar masyarakat di kawasan ini
menggantungkan hidupnya sebagai buruh dan lainnya yang terdiri dari kegiatan-
kegiatan sebagai buruh baik di pelabuhan Donggala maupun sebagai buruh
bangunan, pegawai negeri, sopir, serta beberapa kegiatan jasa baik sebagai sopir
angkutan maupun sebagai ojek. Namun jika dicermati maka pekerjaan sebagai
nelayan menempati posisi yang tertinggi disusul oleh pekerjaan sebagai petani,
dan peternak.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat di wilayah
penelitian, sebagian penduduk memiliki pekerjaan ganda seperti nelayan dan
peternak, nelayan dan petani, ataupun nelayan dan sesekali bekerja sebagai buruh
pelabuhan atau bangunan dan beberapa pekerjaan lainnya untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Hal tersebut terutama dilakukan pada saat musim tertentu
yaitu musim barat ketika mereka tidak dapat melaut karena cuaca yang tidak
memungkinkan. Keadaan tersebut dapat berlangsung selama kurang lebih tiga
bulan yaitu pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari.
23
3.6.2. Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan dan kesehatan merupakan prasyarat bagi terciptanya
masyarakat yang sejahtera, disamping aspek-aspek yang lainnya. Di wilayah ini,
fasilitas pendidikan dan kesehatan terdapat pada semua desa dan kelurahan
meskipun tingkatnya disesuaikan dengan kondisi dan status wilayahnya. Keadaan
sarana pendidikan dan kesehatan di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sarana pendidikan dan kesehatan di Kawasan Tanjung Karang
Pusentasi
Desa/Kelurahan
Tingkat pendidikan Sarana kesehatan
TK SD SLTP SMA Pustu/
Polindes Pos KB
Limboro 1 1 1 - 1 1
Labuan Bajo 2 4 - - 1 1
Boneoge 1 2 1 - 1 1
Sumber : Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006
Bila dilihat dari sarana pendidikan yang ada maka peluang masyarakat
untuk mendapatkan pendidikan sampai pada tingkat menengah cukup besar.
Dengan demikian, sebagian penduduk di wilayah ini setidaknya memiliki tingkat
pendidikan yang setara dengan sekolah lanjutan pertama dan selanjutan tingkat
atas. Keadaan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan rinci karena saat ini tidak
tersedia data yang menerangkan tentang tingkat pendidikan penduduk secara
keseluruhan baik pada ketiga desa/kelurahan di kawasan wisata ini maupu
Kecamatan Banawa secara keseluruhan.
Sedangkan yang berkaitan dengan sarana kesehatan, yang tersedia baru
berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) masing-masing di desa Limboro, kelurahan
Labuan Bajo dan Boneoge. Hal ini dikarenakan jarak yang tidak terlalu jauh
(hanya sekitar 3 – 9 km) dari Kota Donggala yang memiliki sarana kesehatan
yang lebih lengkap, sehingga masih memungkinkan bagi masyarakat untuk
menjangkau dalam waktu yang tidak terlalu lama. Meskipun demikian, jika
dilihat dari kepentingan wilayah ini sebagai suatu kawasan wisata yang banyak
dikunjung orang dan memiliki peluang untuk menghadapi resiko didalam
aktifitasnya maka sarana kesehatan yang lebih baik tentu sangat dibutuhkan.
24
3.6.3. Kelompok Etnis
Masyarakat yang bermukim di wilayah Kecamatan Banawa terdiri dari
berbagai etnis, meskipun didominasi oleh Suku Kaili sebagai kelompok etnis asli.
Kelompok etnik lainnya yang terdapat di wilayah ini adalah Bugis, Jawa,
Minahasa, dan kelompok etnik lainnya meskipun dalam jumlah yang kecil.
Kehidupan antara etnis berlangsung rukun dan damai, dan terjalin interaksi yang
baik antar mereka.
Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari
dalam pemerintahan, komunikasi antar etnis, pendidikan, dan bahasa pergaulan
sehari-hari. Bahasa daerah biasanya hanya digunakan untuk berkomunikasi
secara internal pada masing-masing kelompok etnis.
3.7. Kegiatan Pariwisata di Kecamatan Banawa
Kegiatan kepariwisataan di wilayah ini sebenarnya telah berlangsung
sejak lama sebelum pemerintah menetapkannya sebagai salahsatu sektor prioritas.
Hal ini dimungkinkan karena Kecamatan Banawa memiliki beberapa lokasi
wisata yang dikenal dan merupakan tempat yang banyak dikunjungi oleh
masyarakat baik yang bermukim di Kabupaten Donggala maupun Kota Palu dan
sekitarnya. Lokasi wisata tersebut diantaranya Pemandian Loli yang terletak di
Desa Loli Oge, Air terjun Loto yang terletak di Desa Loli Tasiburi, pantai pasir
putih Tanjung Karang yang terletak di Kelurahan Labuan Bajo, Pantai Pasir Putih
Boneoge di Kelurahan Boneoge, Pantai Pasir Putih Kaluku yang terletak di
Dusun Kaluku Desa Limboro, dan Pantai Pusentasi di Desa Tovale.
Pada dekade 1990an Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala, mulai
memberikan perhatian kepada wilayah ini karena memiliki potensi yang cukup
besar bagi pembangunan daerah. Disamping kebijakan pemerintah pusat yang
menetapkan pariwisata sebagai salahsatu sektor yang terus didorong
perkembangannya, juga karena kunjungan wisatawan lokal yang tetap stabil pada
lokasi-lokasi tersebut serta mengalirnya kunjungan wisatawan mancanegara ke
Tanjung Karang merupakan dorongan bagi pemerintah daerah untuk lebih serius
dalam memberikan perhatiannya. Bukti keseriusan pemerintah daerah tersebut
adalah dengan menjadikan sektor pariwisata sebagai salahsatu unggulan dan
kemudian berdasarkan PERDA Nomor 6 Tahun 1995 dibentuk Dinas Pariwisata
25
di Kabupaten Donggala, yang selanjutnya berdasarkan PERDA Nomor 6 Tahun
2001 berubah menjadi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Disparsenibud
Donggala, 2002).
Pada Kawasan Wisata Tanjung Karang Pusentasi terdapat beberapa
lokasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan yaitu Tanjung Karang, Boneoge,
Kaluku, dan Pusentasi. Tanjung Karang merupakan lokasi yang merupakan
sebuah tanjung diujung Teluk Palu dimana salahsatu sisi pantainya menghadap
ke teluk sementara sisi yang lainnya menghadap ke Selat Makassar. Lokasi ini
memiliki pantai pasir putih yang indah serta memiliki gugusan terumbu karang
yang dekat dari pantai. Hal ini menyebabkan Tanjung Karang menjadi lokasi
yang paling dikenal dan disukai oleh wisatawan dibanding lokasi lainnya di
kawasan ini. Berdasarkan informasi yang dikemukakan oleh pengelola pintu
masuk, lokasi ini dikunjungi oleh sekitar 200 – 700 orang wisatawan lokal setiap
minggu (dihitung berdasarkan jumlah karcis pintu masuk yang terjual).
Disamping wisatawan lokal yang biasanya berkunjung pada setiap hari Minggu,
terutama minggu pertama dan kedua, lokasi ini juga banyak dikunjunhg oleh
wisatawan mancanegara.
Gambar 3. Lokasi wisata Tanjung Karang dilihat dari salahsatu sisi
Lokasi Wisata Boneoge yang terletak sekitar 1 kilometer sebelah barat
Tanjung Karang merupakan sebuah kelurahan yang memanjang dari arah timur
ke barat dan memiliki pantai pasir putih membentang hampir disepanjang
wilayahnya. Namun demikian, kondisi pantainya nampak tidak terurus karena
sebagian besar dipenuhi oleh sampah yang sebagian besar terbawa oleh air laut
26
pada saat pasang, kecuali pada ujung bagian barat dimana terdapat pondok
peristrahatan/penginapan yang dimiliki oleh Pemda Kabupaten Donggala.
Dibandingkan dengan Tanjung Karang, lokasi ini agak jarang dikunjungi oleh
wisatawan. Meskipun demikian, wisatawan lokal yang berkunjung ke Tanjung
Karang sering melanjutkan perjalanan ke Boneoge untuk membeli ikan segar
yang dijual oleh nelayan yang baru tiba melaut.
Gambar 4. Sebagian Pantai Boneoge yang belum terurus (kiri), dan sumur laut
yang terdapat di Lokasi Pusentasi (kanan).
Lokasi Wisata Pantai Kaluku yang terletak di Desa Limboro merupakan
lokasi yang memiliki pantai yang landai dengan pasir putih yang indah serta
memiliki gugusan terumbu karang yang merupakan salahsatu sumber mata
pencaharian nelayan. Pada bagian lain dari lokasi ini terdapat sebuah batu karang
berukuran besar terletak agak menjorok kelaut yang oleh masyarakat disebut
dengan vatu nolanto (batu mengapung) yang sering digunakan untuk melakukan
pesta adat untuk mendapatkan keselamatan dalam melakukan aktifitas melaut.
Pada lokasi ini terdapat 5 buah pondok penginapan yang dimiliki oleh pengusaha
27
dari Palu, namun karena pengelolaan yang kurang baik lokasi ini sangat jarang
dikunjungi.
Lokasi yang terakhir adalah Pusentasi yang berjarang sekitar 500 meter
dari Kaluku. Di lokasi ini terdapat sebuah sumur air laut yang terletak ± 75 meter
dari bibir pantai yang oleh masyarakat disebut dengan pusentasi atau pusat laut.
Pusentasi merupakan lokasi yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
Kabupaten Donggala dan sering dijadikan sebagai lokasi festival budaya yang
dilakukan oleh pemerintah. Di lokasi ini terdapat beberapa bangunan sebagai
tempat peristrahatan bagi pengunjung dan sering pula digunakan sebagai ruang
pameran dan berbagai aktifitas lainnya. Setiap minggu lokasi ini ramai
dikunjungi oleh wisatawan lokal baik yang berasal dari Kota Palu maupun
Donggala, tetapi tidak diperoleh catatan tentang jumlah pengunjung yang
mendatangi lokasi ini.
Berkaitan dengan potensi pariwisata baik alam maupun budaya yang
tersedia, pemerintah daerah Kabupaten Donggala menjadikan lokasi-lokasi yang
terdapat di kawasan ini sebagai bagian dari prioritas pengembangan pariwisata
(Bappeda Kabupaten Donggala, 1999). Berdasarkan rencana strategi
pengembangan kepariwisataan Kabupaten Donggala, aspek-aspek yang perlu
mendapat perhatian adalah dalam hal pengembangan produk yang khas dan
memiliki daya tarik, promosi, peningkatan keterampilan pengelola, dan
pengembangan kelembagaan (Disparsenibud Donggala, 2002).
3.8. Tipologi wisatawan
Wisatawan yang berkunjung di Kawasan Wisata Tanjung Karang
Pusentasiterdiri dari wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara, dan
wisatawan lokal. Wisatawan mancanegara berasal dari berbagai negara seperti
Amerika Serikat, Australia, negara-negara Eropa, dan Asia. Berdasarkan catatan
kunjungan wisatawan mancanegara yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata Seni dan
Budaya Kabupaten Donggala terlihat bahwa pada tahun 2005 berjumlah 254
wisatawan. Sebagaian besar diantaranya berasal dari Jerman sejumlah 100 orang,
selebihnya berasal dari Perancis 53 orang, Belanda 39 orang, Australia 13 orang,
Austria 11 orang, Amerika Serikat 15 orang, Inggris 9 orang, Swiss 6 orang,
28
Selandia Baru 3 orang, Ukraina 2 orang, serta Belgia, Italia, dan Thailand
masing-masing 1 orang, dengan waktu tinggal selama 5 – 21 hari.
Sebagian besar wisatawan mancanegara yang berkunjung merupakan
wisatawan yang melakukan perjalanan dengan inisiatif sendiri karena telah
mengetahui informasi tentang lokasi ini melalui informasi perorangan.
Berdasarkan wawancara dengan pemilik dan pengelola salahsatu cottage, seorang
yang berkebangsaan Jerman, bahwa informasi tentang lokasi wisata Tanjung
Karang beredar melalui kawan-kawan dan keluarga beliau yang pernah
berkunjung ke lokasi ini. Sementara itu, wisatawan yang berkunjung sebagian
besar merupakan wisatawan yang berasal dari kelas menengah. Meskipun
demikian, tidak diperoleh data yang lengkap tentang tipologi wisatawan secara
rinci baik pada lokasi wisata maupun pada instansi pemerintah di daerah ini.
Wisatawan lokal yang berkunjung terutama berasal dari kota Palu yang
terdiri atas pelajar, mahasiswa, dan pegawai negeri dan swasta yang berkunjung
secara perorangan maupun berkelompok. Mereka memanfaatkan hari-hari libur
untuk berkunjung ke beberapa lokasi wisata di Kawasan Tanjung Karang
Pusentasi. Diantaranya ada pula yang menggunakan sarana penginapan/cottage
baik yang disediakan oleh pemerintah, pengusaha wisata, maupun masyarakat
lokal untuk bermalam di lokasi wisata. Sementara itu, wisatawan nusantara yang
berkunjung sebagian besar adalah warga masyarakat dari luar daerah baik dari
bwebagai wilayah di Sulawesi maupun dari daerah lainnya yang kebetulan
memiliki kegiatan baik di Palu maupun Donggala.