61
BAB II PROFIL EMPAT ORGANISASI WANITA DI INDONESIA (FATAYAT, AISYIAH, MATLA’UL ANWAR, DAN WANITA ISLAM) Adapun profil empat organisasi wanita di Indonesia adalah sebagai berikut : A.......................................................F 1. Sejarah Fatayat NU Lambang Fatayat NU Berdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) 21

repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

BAB II

PROFIL EMPAT ORGANISASI WANITA DI INDONESIA

(FATAYAT, AISYIAH, MATLA’UL ANWAR,

DAN WANITA ISLAM)

Adapun profil empat organisasi wanita di Indonesia adalah

sebagai berikut :

A. Fatayat NU

1. Sejarah Fatayat NU

Lambang Fatayat NU

Berdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah

berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi induknya, dan

sejarah Indonesia sebagai tanah airnya. Penjajahan selama bertahun-

tahun telah menyebabkan bangsa Indonesia terpuruk. Perjuangan

melawan keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, dan keterpurukan

21

Page 2: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

akibat penjajahan ini kemudian mengkristal dan melahirkan semangat

kebangkitan di seantero negeri hingga mencapai puncaknya pada tahun

1908 yang dikenal sebagai tahun Kebangkitan Nasional. Kalangan

pesantren merespon spirit ini dengan membentuk berbagai organisasi

pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada

tahun 1916, Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri

(Kebangkitan Pemikiran) pada 1918 yang bergerak di bidang

pendidikan sosial politik, Nahdlatut Tujjar (Kebangkitan Kaum

Saudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian

rakyat.1

Lahirnya organisasi Fatayat NU di awali dari acara Muktamar

NU ke XV di Surabaya pada tahun 1940. Pada kesempatan tersebut

dihadiri dan dimeriahkan oleh puteri-puteri Nahdlatul Ulama dari

pelajar-pelajar puteri Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Ulama di

Surabaya dibawah asuhan Ibu Hindun, seorang tokoh Nahdlatul Ulama

Muslimat (NUM) yang amat gigih dan tekun dalam mendorong kaum

muslimat untuk maju dan mengambil peranan di tengah masyarakat.

1 http://fatayat-nu.blogspot.co.id/2011/05/sejarah-kelahiran-fatayat-nu.html/ dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 21:56 WIB

22

Page 3: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Puteri-puteri Nahdlatul Ulama yang berusia muda belia tersebut

menyebut dirinya Fatayat, Pemudi NUM dan Puteri NU.2

Dalam perjalanan berikutnya, puteri-puteri Nahdlatul Ulama

tersebut melakukan pendekatan kepada PBNU untuk membentuk

organisasi tersendiri. Akhirnya, PBNU mengundang tiga aktifis

perempuan NU yaitu Murthasijah dari Surabaya, Chuzaimah Mansur

dari Gresik dan Aminah Mansur dari Sidoarjo dalam rapat PBNU yang

menghasilkan terbentuknya Dewan Pimpinan Fatayat NU sementara

menjelang Muktamar NU ke-18 di Jakarta melalui SK PBNU Nomor

574/U Februari tanggal 26 Robius tsani 1369 atau 14 Februari 1950.3

Pengesahan PBNU ini memberikan motivasi bagi Fatayat NU

untuk melakukan pemberdayaan perempuan yang dimulai dengan

beberapa hal. Antara lain: pertama, melakukan pembentukan banyak

cabang dan Ranting Fatayat NU di semua provinsi Indonesia. Kedua,

Fatayat NU juga melakukan pengembangan usaha ekonomi sebagai

modal dana operasional organisasi melalui penjualan seragam dan

lencana organisasi pada anggota Fatayat NU. Yang ketiga, upaya

peningkatan SDM Fatayat NU di bidang keilmuan dan peningkatan

2 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan, (Jakarta: Pucuk Pimpinan Fatayat Nahdlatul Ulama, 2005) h. 1

3 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 1

23

Page 4: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

wawasan, Fatayat NU menerbitkan Majalah “Melati” yang mengupas

tentang seputar pemberdayaan perempuan. Ini merupakan salah satu

pendorong pesatnya perkembangan Fatayat NU. Keempat, Fatayat NU

juga selalu memberikan sikap terhadap isu-isu yang berkembang.4

Fatayat NU lahir tidak terlepas dari etos nasionalisme dari kaum

santri pada masa itu, diantaranya adalah memberdayakan perempuan.

Hal tersesbut sangat beralasan, karena kondisi sosial serta struktur

budaya dan politik saat itu masih diskriminatif, dan tidak cukup

menguntungkan bagi pengembangan potensi perempuan. Diantara

dampak dari kelahiran NU pada tahun 1926 bagi pengembangan

potensi dan gerakan perempuan, dibentuklah organisasi perempuan di

bawah NU untuk mewadahi berbagai program dan kegiatan yang

berkaitan dengan kepentingan perempuan, seperti: Muslimat NU,

Fatayat NU, dan IPPNU. Fatayat NU dengan struktur kelembagaan

yang otonom, memiliki keleluasaan dalam mewujudkan berbagai

gagasan dan menjalankan aktifitasnya.5

NU memang dikenal sebagai organisasi Muslim tradisional dan

sejak awal anggotanya adalah laki-laki. Namun demikian, pemimpin

4 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 2

5 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 2

24

Page 5: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

NU sejak awal telah merespon isu-isu perempuan secara progresif. KH.

Wahid Hasyim yang merupakan putera KH. Hasyim Asy'ari misalnya

pernah membolehkan perempuan menjadi seorang hakim. Isu

perempuan semakin mendapatkan perhatian ketika Kiai Dahlan

mengusulkan berdirinya organisasi perempuan NU di Kongres NU ke

XIII di Menes Banten pada tanggal 11-16 Juni 1938. Kongres ini

sangat penting karena mulai membicarakan tentang perlunya

perempuan mendapatkan kesamaan hak untuk mendapatkan didikan

agama melalui NU. Ketika itu kongres baru menyetujui perempuan

untuk menjadi anggota NU yang hanya bisa menjadi pendengar dan

pengikut dan tidak boleh duduk dalam kepengurusan.6

2. Visi misi dan program kerja fatayat NU

Visi :

Penghapusan segala bentuk kekerasan, ketidakadilan dan

kemiskinan dalam masyarakat dengan mengembangkan

wacana kehidupan sosial yang konstruktif, demokratis

dan berkeadilan jender.7 

6 http://fatayatbanjarnegara.blogspot.co.id/2017/11/arti-lambang-fatayat-nu-dasar-tujuan.html/ dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 22:04 WIB

7 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 3

25

Page 6: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Misi :

Membangun kesadaran kritis perempuan untuk

mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender, Fatayat NU

mempunyai keinginan untuk melakukan penguatan

sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat.8

Program kerja Fatayat NU :

a. Fikrah Tawassuthiyyah (pola pikir moderat) artinya,

senantiasa bersikap tawazun (seimbang) dan i’tidal

(moderat) dalam menyikapi berbagai persoalan.

Nahdlatul Ulama tidak Tafrithatau ifrath.

b. Fikrah Tasamuhiyyah (pola pikir toleran), artinya

dapat hidup berdampingan secara damai dengan

pihak lain walupun aqidah, cara pikir, dan budayanya

berbeda.

c. Fikrah Ishlahiyyah (pola pikir reformatif), artinya

senantiasa mengupayakan perbaikan menuju ke arah

yang lebih baik (al-ishlah ila ila ma hua al-ashlah).

8 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 3

26

Page 7: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

d. Fikrah Tathowwuriyah (pola pikir dinamis), artinya

ulama senantiasa melakukan kontekstualisasi dalam

merespon berbagai persoalan.

e. Fikrah Manhajiyah (pola pikir metodologis), artinya

senantiasa menggunakan kerangka berpikir yang

mengacu kepada manhaj yang telah ditetapkan oleh

Nahdlatul Ulama.

3. Kondisi Fatayat NU kota Serang

Fatayat NU di Kota Serang adalah organisasi wanita yang masih

bersinergi untuk melanjutkan tugas-tugas tujuan Fatayat NU,

diantaranya:

1. Terbentuknya pemudi atau perempuan muda Islam yang

bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq al-karimah,

beramal, cakap, bertanggung jawab, berguna bagi nusa

dan bangsa;

2. Terwujudnya rasa kesetiaan terhadap asas, aqidah dan

tujuan Nahdlatul Ulama dalam menegakkan syariat

Islam;

27

Page 8: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

3. Terwujudnya masyarakat yang adil, makmur yang

merata serta diridhai Allah SWT.9

Fatayat NU berupaya agar visi, misi serta tujuan tersebut dapat

tercapai, maka dengan adanya pengkaderan diharapkan akan tercipta

perbaikan atas kondisi perempuan, yang seringkali ditindas dan jauh

dari perlakuan yang adil.

Berbagai program dicanangkan, akan tetapi sebagian program

kegiatan Fatayat NU masih berkisar pada pemenuhan kebutuhan praktis

perempuan jangka pendek, belum sampai pada program yang ditujukan

untuk kepentingan strategis perempuan, seperti: pemampuan,

penyadaran, perubahan kedudukan dan status perempuan, dan

sebagainya.

Untuk mengatasi masalah ini, lazim dikenal dua pendekatan:

pendekatan fungsional dan struktural. Pendekatan fungsional

mengasumsikan bahwa suatu masyarakat telah ditata melalui fungsi-

fungsi yang sudah baku, dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Yang

dilakukan kemudian adalah mengoptimalkan peran fungsi-fungsi

tersebut. Kelemahan dari pendekatan ini adalah ketidakmampuannya

menggugat status quo. Sementara pendekatan struktural berdasarkan

9 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 4

28

Page 9: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

pada asumsi masyarakat terdiri atas kepentingan-kepentingan yang

saling tarik menarik, dimana yang berkuasa akan mendominasi

pengambilan keputusan, sedangkan pihak yang lemah, akan kalah dan

menjadi marginal. Pendekatan ini dimaksudkan memberi pertimbangan

kekuatan dengan cara memperkuat pihak-pihak yang lemah dan

marginal. Bentuk kegiatan ini biasanya berupa pembongkaran

kesadaran yang dibarengi dengan penguatan akses ekonomi dan politik

perempuan agar mereka dapat mandiri.10

Fatayat NU sebenarnya telah melakukan kedua pendekatan

tersebut, aksi dan advokasi. Akan tetapi dalam pelaksanaannya muncul

kendala-kendala, baik intern maunpun ekstern. Hal ini juga tidak

terlepas dari situasi lokal, nasional maupun global. Situasi tersebut

dapat dijadikan sebagai peluang sekaligus sebagai tantangan bagi

pengembangan organisasi Fatayat NU.11

10 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 4

11 Sistem Pengkaderan Fatayat Nahdlatul Ulama, Pengkaderan Untuk Pemberdayaan,..., h. 4

29

Page 10: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

B. Aisyiah

1. Sejarah Aisyiah

Lambang Aisyiah

Persyarikatan Muhammadiyah adalah Kiyai Haji Ahmad

Dahlan. Kiyai Dahlan, begitu ia biasa dipanggil, adalah salah seorang

Ketib di Masjid Agung Yogyakarta. Ia mendapat julukan sebagai Ketib

Amin. Kiyai Dahlan berkesempatan menunaikan ibadah Haji dua kali,

yang terakhir pada tahun 1902. Di samping beribadah Haji, ia juga

bermukim di Makkah untuk mempelajari agama Islam. Di sana, Kiyai

Dahlan mengkaji lebih dalam ajaran agama Islam dari berbagai sumber,

diantaranya adalah karya para pembaru Mesir, seperti Syaikh

Muhammad Abduh.12

12 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman (Menguak Identitas Kampung Muhammadiyah), (Yogyakarta: SURYA SARANA GRAFIKA, 2010), h. 34

30

Page 11: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Sejak tahun 1905, Kiyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak

melakukan da’wah dan pengajian-pengajian yang berisi faham baru

dalam Islam, yang menitik beratkan pada amaliyah. Baginya, Islam

adalah agama amal, suatu agama yang mendorong umatnya untuk

banyak melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan

bekal pendalaman beliau terhadap Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, sampai

pada pendirian dan tindakan yang banyak bersifat pengalaman Islam

dalam kehidupan. Dan sepanjang kaji Ahmad Dahlan, kenapa banyak

gerakan-gerakan Islam yang tidak berhasil dalam usahanya, tidak lain

disebabkan banyak orang yang bergerak dan berjuang tetapi tidak

berilmu luas serta sebaliknya banyak orang yang berilmu akan tetapi

tidak mau mengamalkan ilmunya.13

Atas dasar keyakinan itulah, Kiyai Haji Ahmad Dahlan, pada

tahun 1911 mendirikan “Sekolah Muhammadiyah” yang menempati

sebuah ruangan dengan meja dan papan tulis. Dalam sekolah tersebut,

dimasukkan pula beberapa pelajaran yang lazim diajarkan di sekolah-

sekolah Belanda, seperti ilmu bumi, ilmu alam, ilmu hayat, dan

sebagainya. Begitu pula diperkenalkan cara-cara baru dalam pengajaran

ilmu-ilmu keagamaan sehingga lebih menarik dan lebih meresap.

13 Musthafa Kamal, Chusnan Yusuf, A. Rosyad Sholeh, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, (Yogyakarta: Persatuan Yogyakarta, 1976), h. 23

31

Page 12: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Dengan murid yang tidak begitu banyak, jadilah sekolah

Muhammadiyah sebagai tempat persemaian bibit-bibit pembaharuan

dalam Islam di Indonesia yang pada kemudian harinya sangat

berpengaruh, besar dan rapi organisasinya.14

Setelah Kiyai Haji Ahmad Dahlan bermukim di Makkah dan

mengkaji karya para pembaru Mesir, salah satunya Syaikh Muhammad

Abduh, ternyata bacaan tersebut banyak mempengaruhi pemikiran dan

pribadi Kiyai Dahlan, sehingga setelah pulang ke Kauman, kitab-kitab

tersebut diajarkan kepada murid-muridnya di Langgar Kidul. Di

samping memberikan pelajaran mengenai kitab-kitab tersebut, K.H

Ahmad Dahlan mulai merintis pembaruan pemahaman dan kehidupan

dalam Islam. Komunikasi dalam hal cita-cita reformasi Islam antara

K.H. Ahmad Dahlan dengan dunia Timur Tengah dilakukan melalui

majalah Al-Manar terbitan Kairo, Mesir. Dengan demikian,

transformasi ide reformasi tetap berjalan ketika K.H. Ahmad Dahlan di

Indonesia. Berita-berita tentang perkembangan gerakan reformasi di

dunia dapat dibaca melalui majalah Al-Manar tersebut. Di samping

majalah Al-Manar, kemudian masuk pula majalah-majalah aliran

reformis lainnya, seperti Al-Mu’ayyad, Al-Siyasah, Al-Liwa, dan Al-

Adl, yang semuanya berasal dari Mesir. Selain itu, ada majalah-majalah 14 Musthafa Kamal, dkk., Muhammadiyah Sebagai..., h. 24

32

Page 13: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

yang datang dari Beirut, ialah Tsamarat, Al-Funun, Al-Qistas, dan Al-

Mustaqim. Beberapa diantara majalah tersebut, kadang-kadang sulit

masuk ke Indonesia. Yang lancar masuk ke Indonesia ialah majalah Al-

Urwah Al-Wutsqa dan Al-Manar secara sembunyi-sembunyi.15

Dan berdirinya gerakan Muhammadiyah pada tanggal 8

Dzulhijah 1330 yang bertepatan dengan tanggal 18 November 1912,

yang menurut Anggaran Dasar yang pertama kali bertujuan:

“Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Kepada

penduduk bumi-putera, di dalam residensi Yogyakarta” serta

“Memajukan hal agama Islam kepada sekutu-kutunya.16

K.H. Ahmad Dahlan di samping memikirkan bidang agama,

kemasyarakatan, dan pendidikan, tidak ketinggalan menampilkan ayat-

ayat Al-Qur’an yang menerangkan peranan wanita di dalam Islam. Di

dalam Islam, kedudukan laki-laki dan wanita adalah sama. Persamaan

kedudukan tersebut diterangkan K.H. Ahmad Dahlan dalam ceramah-

ceramah, pengajian dan dialog dengan para Ulama.17

Sebelum ada penerangan dari K.H. Ahmad Dahlan, kedudukan

wanita di Kauman masih belum sesuai dengan ajaran Islam. Di dalam

masyarakat masih banyak dijumpai penyimpangan terhadap hak-hak

15 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman..., h. 3416 Musthafa Kamal, dkk., Muhammadiyah Sebagai..., h. 24 17 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman..., h. 53

33

Page 14: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

kaum wanita. Kehidupan wanita yang demikian itulah yang ingin

diubah oleh K.H. Ahmad Dahlan melalui gerakan Muhammadiyah.

Mengubah pendapat lama bahwa wanita itu, ”neroko katut suwargo

nunut”, menjadi wanita yang dapat beramal sendiri dan tidak

tergantung laki-laki. Oleh karena itu, wanita juga mempunyai

kewajiban untuk mendidik dan memelihara agama serta akhlak seluruh

keluarganya, tidak sekedar nunut dan katut kepada laki-laki.18

Untuk memajukan kaum wanita, K.H. Ahmad Dahlan

menganjurkan para sahabatnya agar menyekolahkan anak perempuan

mereka, sebagian ke sekolah umum dan sebagian ke sekolah agama

untuk dididik menjadi wanita yang alim. Mereka yang pergi ke sekolah

umum diharapkan dapat mencapai kemajuan. Pada tahun 1913, tiga

gadis Kauman untuk pertama kali disekolahkan di sekolah umum, yaitu

Neutraal Meisjes School di Ngupasan. Ketiga gadis tersebut ialah Siti

Wadingah, Siti Dawimah, dan Siti Barijah. Di samping memasukkan

tiga gadis ke sekolah umum, dua gadis Kauman yang lain, yaitu Siti

Umnijah dan Siti Mundjiah disekolahkan ke sekolah agama. 19

Kedua macam pendidikan itu, ternyata dapat memadukan

kemajuan kelima gadis Kauman tersebut. Maka, bertambahlah putri-

18 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman....., h. 5419 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman....., h. 54

34

Page 15: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

putri ulama pendukung Muhammadiyah yang dimasukkan di sekolah

umum, diantaranya ialah Siti Zaenab, Siti Aisjah (putri K.H. Ahmad

Dahlan), Siti Badilah, Siti Dauchah, Siti Dalalah, Siti Busjro, dan Siti

Hajinah.20

Pada tahun 1917, diadakan pertemuan antara pengurus

Muhammadiyah dengan kelima wanita yang mencetuskan inisiatif

tersebut. Pengurus Muhammadiyah yang hadir ialah K.H. Ahmad

Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H Mochtar, dan Ki Bagus Hadikusuma,

sedangkan kelima gadis itu ialah Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti

Busjro, Siti Wadingah dan siti Baadilah. Dalam pertemuan tersebut

diputuskanlah berdirinya organisasi wanita di dalam Muhammadiyah.

Usul dari peserta rapat mengajukan nama “Fatimah”, tetapi beberapa

pengurus Muhammadiyah belum sepakat dengan nama itu. Kemudian

Kiyai Fachrodin, menngusulkan nama “Aisijjah” (Aisyiyah), dengan

argumentasi mengambil nama dari istri Nabi Muhammad saw.

Bernama Siti Aisyah. Pengikut Siti Aisyah disebut ”Aisiyah”. Dengan

nama tersebut , diharapkan agar organisasi wanita Aisiyah dapat

berdampingan berjuang bersama Muhammadiyah. Juga meneladani Siti

Aisyah.21

20 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman....., h. 5621Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman....., h. 57

35

Page 16: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Organisasi Aisijjah secara resmi didirikan pada 22 April 1917.

Adanya organisasi wanita tersebut mendorong kaum wanita Kauman

untuk ikut ambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, gerakan

dakwah, dan pendidikan. Di samping tugas di dapur dan menjahit serta

membatik di rumah, para wanita juga diberi kesempatan untuk keluar

dan tampil di dalam masyarakat.22

2. Visi misi dan program kerja Aisyiah

Visi :

Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam

yang sebenar-benarnya.Visi Pengembangan Tercapainya

usaha-usaba Aisyiyah yang mengarah pada penguatan

dan  pengembangan  dakwah amar makruf nahi mungkar

secara lebih berkualitas menuju masyarakat madani, yakni

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

  Misi :

Misi Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha,

program dan kegiatan meliputi:   

1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan

memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan 22 Ahmad Adaby Darban, Sejarah Kauman....., h. 57

36

Page 17: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek

kehidupan.

2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum  wanita sesuai

dengan ajaran Islam.

3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkaian

terhadap ajaran Islam.

4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan

ibadah, serta mempertinggi akhlak.

5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad zakat, infaq,

shodaqoh, wakaf, hibah, serta membangun dan

memelihara tempat ibadah, dan amal usaha yang lain.

6. Membina AMM Puteri untuk menjadi pelopor,

pelangsung, dan penyempurna gerakan    Aisyiyah.

7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan

kebudayaan, mempertuas ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta menggairahkan penelitian.

8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah

perbaikan hidup yang berkualitas.

37

Page 18: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam

bidang-bidang sosial, kesejahteraan    masyarakat,

kesehatan, dan lingkungan hidup

10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum,

keadilan, dan kebenaran serta memupuk    semangat

kesatuan dan persatuan bangsa.

11. Meningkatkan komunikasi,ukhuwah, kerjasama di

berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam dan

luar negeri.

12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud  dan

tujuan organisasi.23

Program Nasional Aisyiyah menapaki abad kedua pada periode

2015-2020, sebagai kelanjutan dan pengembangan program periode

2010-2015 yang berlaku secara umum di seluruh wilayah Indonesia.

Program Nasional 2010-2015 merupakan program jangka lima tahun

yang menjadi acuan dan pedoman umum bagi perumusan dan

pelaksanaan program di tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang, dan

23http://iandadonara.blogspot.co.id/2014/10/sejarah-berdirinya-aisyiyah-muhammadiyah.html/ dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 22:21WIB

38

Page 19: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Ranting yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta

kepentingan di tingkatan masing-masing.24

Program Nasional meliputi Program Umum dan Program

Bidang. Adapun Program Umum meliputi :

Konsolidasi Ideologi

Konsolidasi Gerakan

Konsolidasi Kepemimpinan

Manajemen Gerakan

Penguatan Cabang dan Ranting

Penguatan Amal Usaha

Sedangkan program Bidang meliputi :

Program Bidang Pembinaan Keluarga

Program Bidang Pengkaderan

Program Bidang Tabligh

Program Bidang Pendidikan

Program Bidang Kesehatan

Program Bidang Kesejahteraan Sosial

Program Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan

Program Bidang Pendidikan Politik

24 Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tanfidz Keputusan Muktamar Aisyiyah ke-47, (Yogyakarta: Pimpinan Pusat Aisyiyah, 2015), h. 88

39

Page 20: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Program Bidang Pengembangan Organisasi

Program Bidang hukum dan HAM

Program Bidang Lingkungan Hidup

Program Bidang Kebudayaan25

3. Kondisi Aisyiah di Kota Serang

Organisasi wanita Aisyiah tergolong organisasi aktif di Kota

Serang. Dengan pengajian rutin dan proses membangun TK di

kecamatan-kecamatan lainya yang dikelola oleh majlis Dikdasmen,

Majlis Kesehatan yang diberi kepercayaan dari pusat untuk mengobati

TBC dan BMO (Bimbingan Memberi Obat), Majlis Kessos

(kesejahteraan Sosial) mengadakan bantuan sosial pada masyarakat

yang terkena bencana, dan program baru yang bernama Grilansia,

program khusus untuk masyarakat lanjut usia yang masih harus

diperhatikan.26

Dengan tujuan konsolidasi Ideologi Aisyiah adalah: tertanamnya

nilai-nilai fundamental gerakan berupa komitmen, solidaritas /

ukhuwah, militansi, daya juang yang berbasis pada misi gerakan

25 Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tanfidz Keputusan,....., h. 8826 Pipin Supinah, ketua Aisyiah Kota Serang, “kondisi Aisyiah di Kota

Serang” wawancara oleh Naifa Riadina, Tape Recording, Kaujon Baru Kota Serang, 31 Januari 2018.

40

Page 21: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Muhammadiyah / Aisyiah yang menjiwai seluruh perilaku anggota,

kader, dan pimpinan Aisyiah.27

C. Matlaul Anwar

1. Sejarah Matla’ul Anwar

Lambang Matla’ul Anwar

Sejak dihancurkannya kesultanan Banten pada tahun 1813 oleh

Gubernur Jenderal Deandeles, praktis Banten dinyatakan daerah

jajahan Belanda. Kekuatan Belanda di Banten memaksa perubahan, dan

sejak itu seluruh daerah di Banten mengalami guncangan. Sebab ketika

penetrasi kolonial secara intensif menyentuh kehidupan sehari-hari

rakyat melalui pajak yang berat, pengerahan tenaga buruh yang

berlebihan, dan peraturan yang menindas,  serta tekanan militer yang

represif, jelas realitas sosial-politik di Banten dirasakan sebagai

kenyataan yang jauh dari apa yang mereka harapkan.

27 Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tanfidz Keputusan,....., h. 89

41

Page 22: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Kolonialisme sebagai bentuk penguasaan wilyah memiliki

system administrasi yang sistematis dengan mengatur segala

kewenangan organisasi sosial-politik di kawasan kolonial sesuai

dengan keperluan negara jajahan. Sistem itu bertentangan dengan apa

yang diharapkan dalam bentuk harmoni sosial.

Lebih dari itu kehadiran kolonialisme Belanda bukan hanya

menghancurkan tata-niaga masyarakat pribumi, system ekonomi  dan

politik tradisional, tetapi juga menghancurkan system idiologi negara

sebagai pemersatu bangsa, sehingga kesa tuan rakyat di negara jajahan

bercerai berai, yang juga mengakibatkan terjadinya koflik dan

peperangan antar golongan dalam kebangkrutan politik tersebut.

Demikianlah politik adu domba yang dilancarkan Belanda

menyebabkan terjadinya perselisihan dan sengketa politik antar elite

dan pewaris kesultanan yang tak jarang melahirkan peperangan local.

Perpecahan politik ini melengkapi kemunduran structural sosial

masyarakat Banten. Kekacauan politik yang juga diikuti oleh

kemerosotan ekonomi, sekaligus disertai dengan marginalisasi

masyarakat. Sebagian penduduk kembali ke daerah-daerah pelosok

pedesaan dan di sinilah pendidikan agama Islam dikembangkan dengan

42

Page 23: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

fasilitas yang seadanya dan dengan orientasi yang teramat anti-

kolonialisme.

Ketika tata kehidupan tradisional yang membentuk harmoni

sosial masyarakat mengalami penghancuran, sebagian mereka 

membentuk pandangan-pandangan baru dan tumbuhnya mitologi

keagamaan yang kian mengental dalam kehidupan masyarakat.

Demikian ini sebagian besar yang mayoritas petani kembali ke alam

pikiran masa lalunya, semacam restorasi tradisi, dengan mencari tulang

punggung ketenangan dan ketenteraman teologis yang pernah dirasakan

sebelumnya.

Idiolegi keagamaan semacam itu menimbulkan rasa kebencian

yang dalam terhadap kolonialisme. Sehingga sebagian dari elte agama

membentuk fron perlawanan terhadap penjajahan Belanda tanpa henti.

Guru agama/kyai tidak hanya mengambil jarak dengan pemerintah

kolonial, tapi juga menjadikan kegiatan-kegiatan sosial-keagamaan itu

dinyatakan sebagai jalan jihad melawan kolonialisme Belanda. Mereka

memilih menjadi buronan yang selalu diawasi dan dikejar-kejar oleh

pemerintah. Karena itu sering terjadi pemberontakan dan perlawanan

walau banyak di antara para tokoh dan pimpinan agama Islam di

Banten yang tertangkap dan kemudian dibuang ke negeri orang.

43

Page 24: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Juga tak sedikit para kyai/Guru Agama yang ‘uzlah

meninggalkan keramaian kota dan masuk ke pedalaman. Kelompok ini

membuka lembaran baru dengan cara bertani sambil mengajarkan ilmu

agama Islam secara mandiri.  Dengan demikian bahkan mereka tetap

mempunyai akar yang kuat dan mendapat tempat terhormat di kalangan

masyarakat.

Pada zaman ini muncul kembali kepercayaan-kepercayaan

tradisional sebagai bentuk simbolisme harmoni hubungan manusia

dengan lingkungan alamnya. Masyarakat petani yang walaupun sudah

memluk agama Islam, jika memulai menuai padi, terlebih dahulu akan

mengadakan upacara “mipit”.  Upacara ini adalah membuat sesajian

untuk menyuguh Dewi Sri atau Sri Pohaci yang dipercaya sebagai dewi

padi yang berwenang untuk memberkahi padi.  Suatu jangjawokan

(mantera dalam bahasa Sunda) yang sudah menjadi aksioma adalah

“mipit” amit ngala menta”.  Artinya, mengambil apa pun dari suatu

tempat, berupa apa saja, harus izin terlebih dahulu kepada roh halus

yang menguasai tempat tersebut.  Kalau setelah melakukan sesuatu

kemudian mendapat musibah, seperti sakit kepala atau demam, atau

tersandung apa saja, kemudian akan dihubung-hubungkan dengan

perbuatan yang dianggap sembrono (sembarangan).  Yaitu tidak minta

44

Page 25: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

izin kepada yang membahurekso(bahasa Jawa) atau nu

ngageugeuh (bahasa Sunda). Untuk itu kemu-dian masyarakat akan

menanya kepada orang yang dianggap tua dan mengerti tentang yang

gaib, yang biasanya berupa seorang dukun. Sang dukun kemudian akan

memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan sebagai

langkah penebusanatas kesalahannya.

Pada upacara walimah (pernikahan/khitanan), sang pengantin

pria/wanita sebelum melaksaakan akad nikah atau pada saat si anak

dikhitan, mereka harus terlebih dahulu mengunjungi leluhurnya untuk

memohon do’a restunya, agar tidak terjadi sesuatu bencana aral

melintang yang mungkin mengganggu jalannya upacara tersebut.

Setiap orang yang melewati tempat yang dianggap angker harus

mengucapkan mantera minta izin kanu ngageugeuh (yang

membahurekso), yaitu roh halus yang menempati tempat itu. Misalnya

saja dengan kalimat “ampun paralun kanu luhung”, “sang karuhun anu

ngageugeuh, danginang anu nga-wisesa, ulah ganggu gunasita, kami

incu buyut ki………..” (biasanya dengan menyebutkan nama

leluhurnya).  Misalnya ki buyut Ance, ki buyut Sawi, ki Jaminun dan

sebagainya.

45

Page 26: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Pengalaman-pengalaman budaya seperti itu  merupakan bentuk

sumbolisme atas harapan adanya ketenangan dan ketentraman

kehidupan, yang pada saat itu tak pernah dirasakan karena kuatnya

tekanan koloni Belanda. Idiologi tradisionalisme itu juga merupakan

respon atas hancurnya idiologi politik dan agama yang mereka anut,

setalah kedudukan dan struktur sosial terganggu dan hancur.

Dalam pada itu tingkat kejahatan merajalela Perampokan,

pembunuhan, perkelahian terjadi hampir setiap saat. Sedangkan usaha

penanggulangan oleh pemerintah Belanda hanya cukup dengan

mendirikan rumah-rumah penjara mulai dari kota besar sampai kota

kecil.  Rumah tahanan atau penjara di bangun di kota-kota kewadanaan

seperti Menes, Labuan, Malingping, Balaraja, Mauk dan tempat-tempat

lain yang sederajat.  Akibatnya, para bekas narapidana semakin

mematangkan diri dalam melakukan aksi kejahatannya, karena selama

di dalam penjara, bukannya semakin baik dan jera, tetapi semakin

matang dan kian semakin menambah kualitasnya.

Walaupun demikian, sebenarnya, kejahatan-kejahatan itu

dilakukan hanya dengan menggunakan senjata tajam tradisional seperti

golok, pisau, dan lain-lain.  Hal itu ada kepercayaan atas benda-benda

tajam itu yang dianggapnya mengandung kekuatan gaib.

46

Page 27: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Berdirinya Mathla’ul Anwar

Guna mencari pemecahan masalah tersebut, para kyai

mengadakan musyawarah di bawah pimpinan KH. Entol Mohamad

Yasin dan KH. Tb. Mohamad Sholeh serta para ulama yang ada di

sekitar Menes, bertempat di kampung Kananga.  Akhirnya, setelah

mendapatkan masukan dari para peserta, musyawarah mengambil

keputusan untuk memanggil pulang seorang pemuda yang sedang

belajar di Makkah al Mukarramah.  Ia tengah menimba ilmu Islam di

tempat asal kelahiran agama Islam kepada seorang guru besar yang

juga berasal dari Banten, yaitu Syekh Mohammad Nawawi al Bantani.

Ulama besar ini diakui oleh seluruh dunia Islam tentang

kebesarannya sebagai seorang fakih, dengan karya-karya tulisnya

dalam berbagai cabang ilmu Islam.  Pemuda itu adalah KH. Mas

Abdurrahman bin Mas Jamal, yang lahir pada tahun 1868, di kampung

Janaka, Kecamatan Jiput, Kawedanaan Caringin, Kabupaten

Pandeglang, Karesidenan Banten.

Mas Abdurrahman bin KH. Mas Jamal kembali dari tanah suci

sekitar tahun 1910 M. Dengan kehadiran seorang muda yang penuh

semangat untuk berjuang mengadakan pembaharuan semangat Islam,

bersama kyai-kyai sepuh, dapatlah diharapkan untuk membawa umat

47

Page 28: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Islam keluar dari alam gelap gulita ke jalan hidup yang terang

benderang, sesuai ayat al-Qur’an “Yukhriju hum min al dzulumati ila al

nur”.

Pada tanggal 10 bulan ramadhan 1334 H, bersamaan dengan

tanggal 10 Juli 1916 M, para Kyai mengadakan suatu musyawarah

untuk membuka sebuah perguruan Islam dalam bentuk madrasah yang

akan dimulai kegiatan belajar mengajarnya pada tanggal 10 Syawwal

1334 H/9 Agustus 1916 M.  Sebagai Mudir atau direktur adalah KH.

Mas Abdurrahman bin KH. Mas Jamal dan Presiden Bistirnya KH.E.

Moh Yasin dari kampung Kaduhawuk, Menes, serta dibantu oleh

sejumlah kyai dan tokoh masyarakat di sekitar Menes.

Adapun tujuan didirikannya Mathla’ul Anwar ini adalah agar

ajaran Islam menjadi dasar kehidupan bagi individu dan masyarakat. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka disepakati untuk menghumpun

tenaga-tenaga pengajar agama Islam, mendirikan madrasah,

memelihara pondok pesantren dan menyelenggarakan tablig ke

berbagai penjuru tanah air yang pada saat itu masih dikuasai oleh

pemerintah jajahan Belanda.  Pemerintah kolonial telah membiarkan

rakyat bumi putra hidup dalam kebodohan dan kemiskinan.28

28 http://mathlaulanwar.or.id/sejarah//dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 22:34WIB

48

Page 29: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

2. Visi misi dan program kerja Muslimat Matla’ul Anwar

Visi :

Mencerdaskan kehidupan bangsa melalui kegiatan pendidikan,

dakwah dan sosial keagamaan sepanjang tuntunan Ahlussunnah

Wal Jama’ah dan berfalsafahkan Pancasila.

Misi :

1. Mengembangkan jaringan pendidikan Islam yang rahmatan

lil alamin di seluruh Indonesia.

2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keislaman.

3. Meningkatkan jumlah mubaligh dan mubalighoh di

Indonesia.

4. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara sesuai

amanah Pancasila.

5. Meningkatkan kesejahteraan umat.

6. Membangun kerjasama dengan pemerintah dan lembaga

terkait dalam rangka membangun bangsa29

3. Kondisi Muslimat Matla’ul Anwar di Kota Serang

Mathla’ul Anwar didirikan 10 Ramadhan 1334 Hijriah atau 10

Juli 1916 oleh KH E Mohammad Yasin, KH Tb Mohammad Sholeh,

29 http://mathlaulanwar.or.id/visi-misi/dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 22:34WIB.

49

Page 30: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

dan KH Mas Abdurrahman serta dibantu oleh sejumlah ulama dan

tokoh masyarakat di daerah Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Sebagian di antara pendiri sebelumnya telah mendapatkan pendidikan

di Timur Tengah.

Mathla’ul Anwar didirikan berselang empat tahun setelah

berdirinya Muhammadiyah serta sepuluh tahun lebih awal dibanding

NU. Muhammadiyah dirikan pada 18 Nopember 1912 di Kauman

Yogyakarta oleh KH Ahmad Dahlan dan NU pada 31 Januari 1926 di

Surabaya Jawa Timur oleh KH Hasyim Asy’ari.

Dilihat dari sisi kalender Islam (Hijriyah), Ormas Islam tersebut

sampai saat ini sudah berusia lebih dari satu abad (1334-1435 H),

sedangkan menurut kalender Masehi belum mencapai seratus tahun

(1916-2014). Ormas Islam yang didirikan tahun 1916 itu kini sudah

memiliki perwakilan di 24 provinsi. Kehadiran perwakilan di beberapa

provinsi lainnya akan terus diusahakan seperti di Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT), Gorontalo, dan di seluruh Papua.

Mathla’ul Anwar selama ini mengelola ratusan lembaga

pendidikan dari tingkat dasar, menengah, hingga perguruan tinggi.

50

Page 31: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Adapun perguruan tinggi yang dikelolanya adalah Universitas

Mathla’ul Anwar (UNMA). Kampus UNMA terletak di bagian barat

Kota Pandeglang, tepatnya daerah Cikaliung, Pandeglang, Banten.

UNMA yang didirikan tahun 2001 sebagai manifestasi dari misi

organisasi Pengurus Besar (PB) Mathla’ul Anwar di bidang pendidikan

itu saat ini menjadi universitas swasta bergengsi yang memiliki

program studi dan fakultas terlengkap di Provinsi Banten. Kini UNMA

yang memiliki komitmen menyediakan pendidikan bermutu dengan

biaya terjangkau itu mengelola 10 fakultas dan 21 program studi bidang

eksakta dan sosial yang telah memiliki legalitas dengan mahasiswa

aktif sebanyak 6.429 orang dan alumni 8202 orang. Terkait dengan

kerjasama luar negeri, Mathla’ul Anwar juga sudah memulai kerjasama

di bidang pendidikan yang intensif dengan lembaga pendidikan di

beberapa negara, yakni Singapura, Malaysia, dan Turki.30

Pengurus Wilayah Mathla’ul Anwar Provinsi Banten memulai

pembangunan pondok pesantren di Kota Serang, pada hari Rabu

tanggal 30 desember 2015. Peletakan batu pertama Pondok Pesantren

30 http://mathlaulanwarbanten.or.id/kolom-opini/mathlaul-anwar-dari-banten-untuk-indonesia/ dikutip pada tanggal 18.07.2018 pada pukul 06.15 WIB

51

Page 32: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Mathla’ul Anwar Al-Bantani  berlangsung di Kampung Pakel Pudak,

Kelurahan Gelam, Kecamatan Cipocok Jaya. Ketua Yayasan Pesantren

Mathla’ul Anwar Al-Bantani Zaenal Abidin Suja’i dalam sambutannya

mengatakan, pembangunan yayasan ini tidak lain dalam berpartisipasi

membangun dunia pendidikan di Kota Serang. Sekolah 3 lokal, asrama

putra 3 lokal, dan 3 lokal asrama perempuan dan sekolah, selain itu ada

gedung pertemuan dan mesjid.

Walikota Serang Tubagus Haerul Jaman mengatakan,

keberadaan pondok pasantren MA ini, sebagai pondasi dan

penunjangan pembangunan generasi muda di Kota Serang. Kita sebagai

masyarakat dan pemerintah mengapresiasi langkah MA ini, karena

pendirian pondok pesantren ini sinergi dengan visi dan misi kota

Serang.31

D. Wanita Islam

1. Sejarah Wanita Islam

31 https://www.radarbanten.co.id/mathlaul-anwar-bangun-pesantren-di-kota-serang/ dikutip pada tangggal 18.07.2018 pukul 06.13 WIB

52

Page 33: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Lambang Wanita Islam

Wanita Islam lahir di Yogyakarta pada tanggal 29 April 1962,

bertepatan dengan 22 Zulkaidah 1382 H, sebagai organisasi yang

mandiri (independen) pada masa Demokrasi Terpimpin yang

mendukung ideologi NasAKom (Nasionalis Agama Komunis). Sebagai

pemrakarsa adalah ibu-ibu mantan pengurus Muslimat Masyumi.

Landasan QS. As-Shaff 61:4 “Sesugguhnya Allah mencintai orang-

orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur,

mereka seakan-akan seperti bangunan yang tersususn kokoh”. Dari Ali

bin Abi Thalib RA; “Kebenaran itu harus diperjuangkan dengan

barisan teratur, kebatilan yang terorganisir dengan baik akan

mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir dengan baik”.32

Pergerakan wanita yang muncul di Indonesia terutama Wanita

Islam ini, tidak sama dengan di Barat, yang memperjuangkan hak

32 Pengurus Pusat Wanita Islam, 54 Tahun Wanita Islam Berkiprah Untuk Negeri, (Jakarta: Sekretariat Pusat Wanita Islam, 2016), h. 1

53

Page 34: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

wanita/feminism. Di Indonesia pergerakan wanita lahir untuk

memperjuangkan kemerdekaan dan untuk memberi ruang bagi wanita

untuk menyumbangkan perannya.33

Setelah partai Masyumi membubarkan diri, maka para mantan

pengurus Muslimat Masyumi meneruskan perjuangan dengan

membentuk perkumpulan-perkumpulan lokal. Mereka melanjutkan

kegiatan dalam berbagai bidang seperti bidang keagamaan, sosial dan

ekonomi, melalui pengajian, usaha keterampilan dan usaha koperasi.34

Kemudian di daerah-daerah sekitar Bantul, Sleman,

Kulonprogo, Gunung Kidul, Klaten, Gombong, Bondowoso, Pemalang,

Purbolinggo, Purwokerto, Sukaharjo, Purworejo, Wonosobo, Kudus,

Surabaya, Jember, Pasuruan, Madiun, Tasikmalaya, dan lain-lain, lahir

pulalah perkumpulan-perkumpulan yang ditangani para muslimah

dengan berbagai nama seperti Kesejahteraan Wanita Islam, Persatuan

Wanita Islam dan Badan Kesejahteraan Wanita Islam dan lain-lain.35

Perkumpulan-perkumpulan ini tumbuh di tengah-tengah

masyarakat Islam yang sudah menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan

As-Sunah, banyak diliputi takhyul, bid’ah dan kemusyrikan. Selain itu

lahirnya “NasaKom” dengan segala akibat yang diciptakannya yang

33 Pengurus Pusat Wanita Islam, 54 Tahun Wanita Islam,..., h. 134 Pengurus Pusat Wanita Islam, 54 Tahun Wanita Islam,..., h. 135 Pengurus Pusat Wanita Islam, 54 Tahun Wanita Islam,..., h. 1

54

Page 35: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

memecah belah dengan konsekwensi yang besar terhadap pergaulan

dan pendidikan anak-anak yang anti agama dan merusak, terutama oleh

usaha anask organisasinya, Gerwani.36

Pada tanggal 27 s/d 29 April 1962 Badan Kesejahteraan Wanita

Islam Indonesia Jakarta, Yogyakarta dan Solo, mengundang

perkumpulan ibu-ibu muslimah yang mempunyai kegiatan, visi, misi

yang sama yang ada diberbagai tempat seperti yang disebutkan di atas,

dari Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Madura, Kalimantan dan

Sumatera. Berkumpul dalam sebuah musyawarah untuk menyatukan

pendapat serta mencetuskan suatu wadah bagi kumpulan organisasi-

organisasi tersebut.37

Musyawarah atau konferensi tersebut mendapat izin yang

berwajib/ izin pemerintah No. 17/id.R/Pedar/Sipda/1962, bertempat di

Gedung Akademi Tabligh Muhammadiyah. Dan kantor panitia berada

di depannya yaitu di rumah Ibu Darojah, jln. K.H Ahmad Dahlan,

Yogyakarta.38

2. Visi misi dan program kerja Wanita Islam

Visi :

36 Pengurus Pusat Wanita Islam, 54 Tahun Wanita Islam,..., h. 237 Pengurus Pusat Wanita Islam, 54 Tahun Wanita Islam,..., h. 238 Pengurus Pusat Wanita Islam, 54 Tahun Wanita Islam,..., h. 2

55

Page 36: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Wanita Islam sebagai organisasi muslimah yang independen,

professional dan unggul dalam pengabdian di berbagai bidang

kehidupan serts memiliki peran strategis dalam mengatasi

tantangan dan permasalahan muslimah ditingkat nasional

maupun regional.39

Misi :

a. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan, keilmuan,

keterampilan, serta kemampuan berorganisasi anggota.

b. Meningkatkan wawasan dan kepekaan serta kemampuan

anggota dalam menghadapi tantangan dan permasalahandi

berbagai bidang kehdupan umat, terutama muslimah baik di

tingkat nasional maupun regional.

c. Mengembangkan kemandirian organisasi yang bebas dari

ketergantungan dan keberpihakan terhadap individu

maupun di lembaga di luar Negeri.

d. Mengembangkan jaringan, kerjasama dengan instansi

pemerintah dan non pemerintah di tingkat nasional maupun

regional terutama organisasi Islam.40

39 http://kowani.or.id/wanita-islam/ dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 22:34WIB.

40 http://kowani.or.id/wanita-islam/ dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 22:34WIB.

56

Page 37: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

Program Wanita Islam kota Serang :

1. Bidang Dakwah

2. Bidang Pendidikan

3. Bidang Politik

4. Bidang Kesehatan

5. Bidang Sosial41

3. Kondisi Wanita Islam di Kota Serang

Sejarah Wanita Islam yang didirikan oleh para aktivis muslimah

tahun 1962, tidak terlepas dari kondisi masyarakat, bangsa dan negara

Republik Indonesia pada saat itu.42

Musyawarah tokoh-tokoh muslimah yang tergabung dalam

Badan Kesejahteraan Wanita Islam diselenggarakan pada saat politik

negara sedang guncang karena Partai Komunis Indonesia ingin

menguasai Indonesia. Tokoh-tokoh aktivis muslimah, terutama para

isteri tokoh Masyumi, bersama komponen wanita muslimah pejuang

lainnya, bergerak untuk membendung gerakan komunis tersebut. Para

muslimah tersebut berasal dari Yogyakarta, Solo dan Jakarta. Mereka

berkumpul dan mengadakan Musyawarah Besar di Yogyakarta pada

41 http://kowani.or.id/wanita-islam/ dikutip pada tanggal 16.01.2018 pukul. 22:34WIB.

42 Pengurus Pusat Wanita Islam, Syarah (penjelasan) Panca Dharma Wanita Islam dan Panduan Praktisnya Dalam Adab Aktivis Wanita Islam, (Jakarta: Sekretariat Pusat Wanita Islam, 2016), h. 1

57

Page 38: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

tanggal 22 Dzulqaidah 1382 H, bertepatan tanggal 29 April 1962, yang

akhirnya bersepakat mendirikan organisasi Wanita Islam. Kelahiran

Wanita Islam tersebut terutama didorong oleh keinginan untuk turut

memberikan darma bakti kepada masyarakat, mengembangkan serta

memantapkan jiwa agama bagi anggota pada khususnya dan

masyarakat luas pada umumnya.43

Organisasi ini menggariskan Khithah Perjuangan yang disebut

dengan Panca Darma Wanita Islam. Ia menjadi landasan perjuangan

organisasi yang perlu dipahami, dihayati dan menjadi motivasi dalam

menjaga ke-istiqomah-an bagi seluruh keluarga besar Wanita Islam,

utamanya jajaran pengurus dari tingkat Pengurus Pusat, Pengurus

Wilayah, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang maupun pengurus

Ranting. Diharapkan Panca Darma Wanita Islam dapat

diimplementasikan dalam melaksanakan gerakan dan kegiatan

organisasi serta menjadi tolok ukur langkah perjuangannya.44

Dalam usianya yang sudah mencapai 54 tahun, organisasi ini

telah berkembang ke seluruh provinsi yang ada di Indonesia (34

Provinsi). Untuk melestarikan nilai-nilai perjuangan dan semangat

43 Pengurus Pusat Wanita Islam, Syarah (penjelasan),..., h. 144 Pengurus Pusat Wanita Islam, Syarah (penjelasan),..., h. 2

58

Page 39: repository.uinbanten.ac.idrepository.uinbanten.ac.id/2674/4/BAB II.docx · Web viewBerdirinya Fatayat NU tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai

tokoh aktivis muslimah para pendiri Wanita Islam yang sekarang telah

kembali kehariban Allah SWT, serta menyamakan gerak langkah

organisasi, maka diperlukan penjelasan (syarah) tentang Panca Darma

Wanita Islam, sehingga ada keseragaman pemahaman dan

kesinambungan semangat dari para tokoh muslimah pendiri sampai

dengan para pengurus di semua tingkatan, bahkan anggota yang

bergabung di dalamnya.45

Wanita Islam sudah membangun beberapa sekolah paud seperti

di Baros, Rumah Tahfidz, membantu masyarakat yang terkena musibah

seperti Rohingya, memberi pelajaran bagaimana menjadi guru yang

benar dan Rumah Pintar layaknya perpustakaan. Organisasi Wanita

Islam berencana membangun Sekretariat di Kota serang.46

45 Pengurus Pusat Wanita Islam, Syarah (penjelasan),..., h. 246 Eka Julaeha, Pengurus Pusat Wanita Islam, “kondisi Wanita Islam di Kota

Serang” wawancara oleh Naifa Riadina, Tape Recording, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 3 Februari 2018

59