19
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut Menurut Aziz et.al., (1998), sumberdaya ikan laut Indonesia pada dasarnya dikelompokkan berdasarkan taksonomi, yaitu ikan (pisces) dan non-ikan (moluska, krustasea, holoturaeda, reptilia dan mamalia). Kelompok ikan berdasarkan habitatnya dibagi menjadi 3 kelompok, yakni; a) Ikan pelagis, yaitu ikan yang sebagian besar masa hidupnya berada di kolom air terutama dekat permukaan; b) Ikan demersal, yaitu ikan yang sebagian besar masa hidupnya berada pada atau di dekat dasar perairan; c) Ikan karang, yaitu ikan kehidupannya terikat dengan perairan karang. Menurut Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang dimaksud dengan : a) Ikan merupakan segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. b) Sumberdaya ikan adalah semua jenis ikan. c) Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilakukan dalam suatu bisnis perikanan. d) Penangkapan ikan adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan. e) Usaha penangkapan adalah semua usaha perorangan atau berbadan hukum untuk menangkap ikan atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.

II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

  • Upload
    vokiet

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut

Menurut Aziz et.al., (1998), sumberdaya ikan laut Indonesia pada dasarnya

dikelompokkan berdasarkan taksonomi, yaitu ikan (pisces) dan non-ikan (moluska,

krustasea, holoturaeda, reptilia dan mamalia). Kelompok ikan berdasarkan

habitatnya dibagi menjadi 3 kelompok, yakni;

a) Ikan pelagis, yaitu ikan yang sebagian besar masa hidupnya berada di kolom air

terutama dekat permukaan;

b) Ikan demersal, yaitu ikan yang sebagian besar masa hidupnya berada pada atau di

dekat dasar perairan;

c) Ikan karang, yaitu ikan kehidupannya terikat dengan perairan karang.

Menurut Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, yang

dimaksud dengan :

a) Ikan merupakan segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus

hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.

b) Sumberdaya ikan adalah semua jenis ikan.

c) Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,

pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilakukan dalam suatu bisnis

perikanan.

d) Penangkapan ikan adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di

perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun,

termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,

menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkan.

e) Usaha penangkapan adalah semua usaha perorangan atau berbadan hukum untuk

menangkap ikan atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan,

mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

7

Menurut lokasi kegiatannya, perikanan tangkap di Indonesia dikelompokkan

dalam 3 kelompok, yaitu (1) perikanan lepas pantai (offshore fisheries);

(2) perikanan pantai (coastal fisheries) dan (3) perikanan darat (inland fisheries).

Kegiatan perikanan pantai dan perikanan darat sangat erat kaitannya dengan

pengelolaan lingkungan pesisir. Perikanan pantai (coastal fisheries) ialah kegiatan

menangkap populasi hewan air (ikan, udang, kerang-kerangan) dan memanen tumbuhan

air (ganggang, rumput laut) yang hidup liar di perairan sekitar pantai. Masalah utama

yang dihadapi perikanan tangkap pada umumnya adalah menurunnya hasil tangkap

yang disebabkan oleh : 1) eksploitasi berlebihan (overfishing) terhadap sumberdaya

perikanan; dan 2) degradasi kualitas fisik, kimia dan biologi lingkungan perairan.

(Dahuri et.al., 2002).

2.2 Sumberdaya Ikan Pelagis

Menurut Nybakken (1988), ikan pelagis merupakan organisme yang mempunyai

kemampuan untuk bergerak sehingga mereka tidak tergantung pada arus laut atau

gerakan air yang disebabkan oleh angin. Menurut Gunarso dan Bahar (1990) ikan

pelagis merupakan ikan yang tidak terikat pada pantai atau perairan pantai sebagai

persyaratan hidupnya, dapat menyebar luas pada daerah-daerah dengan kondisi

lingkungan yang sesuai dalam usaha pencarian dan penemuan makanan. Ikan pelagis

merupakan ikan yang hidup atau menghuni perairan lapisan permukaan sampai lapisan

tengah (mid layer). Pada daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan massa air

(upwelling) sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar. Ikan pelagis

umumnya senang bergerombol, baik dengan kelompoknya maupun dengan jenis ikan

lainnya namum terdapat kecenderungan ikan pelagis bergerombol besarkan kelompok

ukurannya.

Daerah yang paling banyak diminati ikan pelagis yaitu daerah yang masih

mendapatkan cahaya matahari yang dikenal dengan daerah fotik, yaitu bagian dari

kawasan pelagik yang masih mendapatkan cahaya matahari. Suhu optimal bagi ikan

pelagis berkisar antara 28-30 °C. Perbatasan bawahnya adalah batas tembusnya cahaya

matahari dan kedalamannya bervariasi tergantung kejernihan air. Pada umumnya

perbatasan bawah terletak pada kedalaman 100-150 m (Nybakken, 1988).

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

8

Ikan pelagis pada umumnya mempunyai kebiasaan makan pada waktu matahari

terbit dan pada saat matahari terbenam. Secara umum kebanyakan ikan-ikan pelagis ke

permukaan sebelum matahari terbenam biasanya di perairan dangkal. Setelah matahari

terbenam mereka menyebar kedalam kolom air dan menuju lapisan yang lebih dalam

saat matahari terbit. Letak kedalaman dari kelompok ikan pelagis sangat tergantung dari

struktur suhu vertikal dengan pengertian ikan pelagis akan berenang sedikit lebih

kedalam pada waktu suhu permukaan meningkat dari biasanya (Laevastu dan Hayes,

1981). Lebih lanjut Laevastu dan Hayes (1981), menjelaskan bahwa migrasi vertical

diurnal dari ikan yang hidup di laut dibagi dalam 5 kelompok yaitu :

1. Spesies pelagis yang berada pada atas lapisan termoklin; mengadakan migrasi ke

lapisan permukaan pada saat matahari terbenam; tersebar pada layer diantara

permukaan dengan termoklin pada waktu malam hari; menyelam dan berada di atas

termoklin bersamaan dengan terbitnya matahari.

2. Spesies pelagis yang ada pada siang hari berada pada lapisan di bawah termoklin;

mengadakan migrasi dengan menembus lapisan termoklin ke lapisan permukaan

selama matahari terbenam; tersebar diantara permukaan dengan dasar pada waktu

malam hari, dengan jumlah waktu terbanyak pada malam hari di atas lapisan

termoklin; menembus lapisan termoklin menuju ke lapisan yang lebih dalam bila

matahari terbit.

3. Spesies pelagis yang pada siang hari berada pada lapisan di bawah termoklin;

mengadakan migrasi di bawah lapisan termoklin selama matahari terbenam; tersebar

diantara termoklin dengan dasar pada waktu malam hari; turun ke lapisan yang lebih

dalam selama matahri terbit.

4. Spesies demersal pada waktu siang hari berada di atas atau pada dasar perairan;

mengadakan migrasi dan tersebar di dalam massa air di bawah (dan kadang-kadang

di atas) termoklin pada saat matahari terbenam; menuju ke dasar pada saat matahari

terbenam; menuju ke dasar perairan pada saat matahari terbit.

5. Spesies yang tersebar di seluruh kolom perairan pada waktu siang hari tetapi akan

turun ke dasar selama malam hari.

Yami, B (1987) dalam Hermadi (2001) berpendapat bahwa kondisi perairan dapat

membantu gerombolan ikan untuk berkumpul terutama gerombolan ikan pelagis yang

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

9

terbentuk pada permukaan air, mungkin terdapat pada daerah yang kondisi perairannya

sebagai berikut:

1. Terjadi pertemuan massa air yang berbeda suhunya, kemudian bercampur dan

bersama-sama membentuk suhu permukaan dengan lapisan permukaan yang

dangkal.

2. Perairannya kaya akan sumber hara yang terbawa dari ke dalam air ke atas

permukaan melalui proses upwelling.

3. Perairan lokalnya mengalami proses peradukan yang terjadi di sekitar kepulauan,

semenanjung, lereng curam, dan bentuk topografi lainnya.

Penyebaran ikan pelagis secara horizontal banyak dipengaruhi oleh daratan,

sehingga ikan-ikan ditemukan pada daerah neritik yaitu daerah yang mencakup massa

air yang terletak di paparan benua. Daerah ini banyak mendapatkan makanan dari

daratan yang disukai oleh ikan-ikan pelagis, selain itu juga daerah ini tidak terlalu dalam

sehingga perairannya cenderung selalu hangat.

2.3 Migrasi dan Penyebaran Ikan Cakalang dan Tongkol

Ikan pelagis termasuk dalam kelompok ikan perenang cepat, beruaya cukup jauh dan

sifatnya bergerombol/mengelompok. Salah satu sifat ikan pelagis yaitu suka bergerombol

merupakan faktor penting bagi pemanfaatan usaha perikanan komersial. Adanya sifat suka

bergerombol ini, menyebabkan ikan dapat ditangkap dalam jumlah besar (Gunarso, 1985).

Tingkah laku berkelompok pada ikan pelagis juga didasarkan atas jenis dan ukuran yang

berbeda pula, dimana hal ini akan mempengaruhi pola tingkah laku mengelompok pada

suatu gerombolan ikan (Laevastu dan Hayes, 1981).

Gunarso (1985) menyebutkan ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan pelagis

membentuk kelompok/bergerombol, yaitu : a) sebagai perlindungan diri dari pemangsa

(predator), b) mencari dan menangkap mangsa untuk tujuan pemijahan, c) bertahan pada

musim dingin dan d) untuk melakukan ruaya dan pergerakan serta karena adanya

pengaruh faktor yang ada disekitarnya. Menurut Efendie (2002) ruaya merupakan satu

mata rantai daur hidup yang tidak dapat dipisahkan dengan mata rantai sebelum dan

sesudahnya. Ikan melakukan ruaya ke daerah-daerah dimana mereka menemukan kondisi

yang diperlukan oleh fase tertentu dari daur hidupnya. Ikan beruaya ada dalam habitat tadi

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

10

untuk tujuan tertentu seperti berpijah, mencari makan dan lain-lain.

Secara global penyebaran ikan cakalang dibagi menjadi dua batas area, yaitu : utara

dan selatan. Kedua batas area berubah secara musiman dan tahunan sebagai akibat dari

respon ikan cakalang terhadap perubahan musiman lingkungan. Batas-batas tersebut

biasanya bergerak menuju arah kutub pada saat musim panas (summer) dan musim

gugur (fall) pada saat perairan lintang tinggi mengalami pemanasan. Pada saat musim

lainnya, batas-batas area tersebut bergerak menuju arah khatulistiwa. Meskipun demikian,

batas utara dan selatan tidak mengalami pergeseran secara uniform satu sama lainnya dan

pergeseran batas-batas tersebut terjadi tidak secara bersamaan di seluruh samudera, karena

berbagai pengaruh arus-arus dingin dan panas diberbagai samudera (Matsumoto et.al.,

1984).

Selanjutnya Sumadiharga (1985) menyatakan bahwa sifat migrasi ikan cakalang ada

dua macam, yaitu migrasi pasif dan migrasi aktif. Migrasi pasif adalah migrasi yang

dilakukan ikan cakalang dalam suatu habitat tertentu sebagai akibat perubahan kondisi

lingkungan dalam habitat itu. Migrasi aktif adalah perpindahan dari suatu habitat ke

habitat lainnya karena perubahan fisiologi dan ekologis yang diperlukan ikan cakalang

tersebut. Sedangkan menurut FAO (1994) bahwa migrasi ikan cakalang berbeda untuk

suatu perairan dengan perairan lainnya. Di perairan Pasifik Barat, ikan cakalang akan

bermigrasi pada musim semi dan musim panas ke perairan yang terdapat arus ekuatorial

utara. Ada juga yang bermigrasi ke utara dan ke selatan dalam sistem arus Kuroshio yaitu

arus panas dengan arah ke utara Jepang. Menurut Karney (1978) penyebaran cakalang di

Samudera Pasifik terdapat di seluruh daerah tropis, sub tropis dengan batas garis lintang

40o tetapi kepadatan yang memungkinkan diadakan penangkapan dibatasi oleh isoterm

20 o C. Waldron (1963) yang diacu dalam Nursalam (1982) menyatakan bahwa ikan

cakalang masih terdapat pada 40o LS dengan suhu 15 o C, sedangkan penyebaran tropikal

terletak antara 30 o LU sampai 20 o LS, akan tetapi fishing ground terbesar berada

sepanjang katulistiwa 10 o LS dan 10 o LS.

Jenis tuna dan cakalang menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis.

Penyebaran jenis-jenis tuna dan cakalang tidak dipengaruhi oleh perbedaan garis bujur

(longitude) tetapi dipengaruhi oleh perbedaan garis lintang (latitude). Di Samudera

Hindia dan Samudera Atlantik menyebar di antara 40ºLU dan 40ºLS (Collete dan

Nauen, 1983).

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

11

Yami, B (1987) menjelaskan bahwa ikan cakalang mulai memijah pada saat

berumur diperkirakan 1 tahun dengan menghasilkan kurang lebih 100.000 telur setiap

tahunnya dan bertambah sampai 2 juta telur setiap memijah. Telur-telur tersebut

menetas diperkirakan 4 hari setelah fertilisasi. Larvanya dapat ditemukan di seluruh

wilayah Samudra Hindia, Pasifik dan Atlantik. Setelah berumur 4 tahun atau lebih

cakalang kembali ke katulistiwa untuk memijah.

2.4 Deskripsi Ikan Cakalang dan Tongkol

Menurut Matsumoto et.al., (1981) secara taksonomi ikan cakalang termasuk

dalam kekerabatan sebagai berikut :

Phylum : Vertebrata Subphylum : Chraniata

Series : Pisces Superclass : Gnathostomata

Subclass : Actinopterygii Ordo : Perciformes Sub Ordo : Scombroidei Family : Scombridae

Sub Famili : Scombrinae Tribe : Thunnini

Genus : Katsuwonus Species : pelamis

Menurut Collette dan Nauen (1983) ikan cakalang termasuk kedalam family

Scobridae, bergenus Katsuwonus dan spesiesnya Katsuwonus pelamis. Ikan cakalang

biasa disebut juga skipjack tuna dan memilki ciri-ciri morfologi sebagai berikut :

1) Bentuk tubuh memanjang seperti bentuk cerutu dan agak membulat simetris, gigi

kecil-kecil runcing yang tersusun secara seri.

2) Pada helai insang pertama gill rackers sebanyak 53-63 helai.

3) Mempunyai dua sirip dorsal yang terpisah, sirip yang pertama mempunyai 14-16

jari-jari keras sedangkan sirip kedua diikuti dengan 7-9 finlets dan 7 finlets di

belakang sirip dubur.

4) Pada bagaian ekor terdapat 2 keel yang keras.

5) Badan tidak bersisik pada bagian dada dan garis sisi (Lateral line).

6) Bagian punggung berwarna biru kehitaman, bagian perut abu-abu dengan 4-6 garis

hitam yang membujur.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

12

Menurut Wade diacu dalam Widana (1991) panjang ikan cakalang pada umur satu

tahun kurang lebih 37 cm, pada tahun kedua dapat mencapai 46 cm, pada tahun ketiga

55 cm, tahun keempat 64 cm, tahun kelima 72 cm, bahkan cakalang dapat mencapai

1 meter pada umur lebih 7 tahun dengan berat diperkirakan 25 kg. Pada umumnya ikan

cakalang yang tertangkap berukuran panjang 40-60 cm. Barkley e.t al., (FAO, 1994)

mengemukakan bahwa ikan cakalang yang berada pada permukaan perairan tropis

adalah cakalang yang kecil (kurang dari 4 kg). Sedangkan cakalang besar (lebih dari 6,5

kg) berhabitat di perbatasan termoklin dan beradaptasi dengan perairan sejuk.

Katsuwonus pelamis

Gambar 1. Ikan Cakalang

Hasil wawancara dengan petugas statistik perikanan PPN Palabuhanratu, ikan

tongkol yang tercatat pada data hasil produksi adalah merupakan campuran dari species

Auxis thazard dan Euthyunnus affinis, dimana masyarakat nelayan setempat lebih

mengenal dengan nama tongkol abu-abu dan tongkol komo. Dengan mempertimbangkan

belum tersedianya data produksi yang disajikan secara terpisah berdasarkan masing-

masing species tongkol tersebut, maka pengertian ikan tongkol dalam analisis selanjutnya

adalah merupakan campuran dari keduanya.

Menurut Saanin (1984), taksonomi ikan tongkol diklasifikasikan sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Subphylum: Vertebrata

Kelas: Pisces

Sub Kelas: Teleostei

Ordo: Percomorphi

Sub Ordo: Scombroidea Famili:

Scombridae

Genus : Auxis;

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

13

Species: Auxis thazard;

Genus : Euthynus

Species : Euthynnus affinis

Ciri-ciri morfologis ikan tongkol (Auxis thazard) adalah : badan memanjang,

kaku, bulat seperti cerutu. Ikan ini memiliki dua sirip pungggung, yaitu sirip punggung

pertama berjari-jari keras 10 dan sirip punggung kedua berjari-jari keras 11, diikuti 6-9

jari-jari sirip tambahan. Sirip dubur berjari-,jari lemah 14, diikuti 6-8 jari-jari

tambahan dan terdapat satu lidah/cuping (interpelvic process) diantara sirip perutnya.

Badan tanpa sisik,kecuali pada bagian korselet yang tumbuh sempurna dan mengecil

di bagian belakangnya. Pada dasar sirip ekornya, terdapat satu lunas kual yang diapit

dua lunas kecil. Ukuran dapat mencapai panjang 50 cm, tetapi umumnya antara 25-40

cm. Tubuh bagian atas berwarna hitam kebiruan serta berwarna putih dan perak dibagian

bawahnya. Selain itu pada jenis ini, terdapat ban-ban hitam yang menyerong dan

bergelombang, pada bagian atas garis rusuk. Tongkol ini tergolong ikan pelagis besar

dan perenang cepat dengan daerah penyebaran hampir terdapat di seluruh daerah pantai,

lepas pantai perairan Indonesia dan seluruh perairan Indo-Pasifik (Direktorat

Jenderal Perikanan 1979).

Auxis thazard

Euthynnus affinis

Gambar 2. Ikan Tongkol

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

14

Ciri-ciri morfologis ikan tongkol (Euthynnus affinis) adalah : badan

memanjang, seperti cerutu atau terpedo. Ikan ini memiliki dua sirip punggung, yaitu

sirip punggung pertama berjari-jari keras 15 dan sirip punggung kedua berjari-jari lemah

13, diikuti 8-10 jari-jari sirip tambahan. Sirip dubur berjari-,jari lemah 14, diikuti 6-8

jari-jari tambahan dan terdapat dua lidah/cuping (interpelvic process) diantara sirip

perutnya. Badan tanpa sisik, kecuali pada bagian korselet dan bagian rusuknya. Pada

batang ekornya, terdapat satu lunas kuat yang diapit dua lunas kecil. Ukuran dapat

mencapai panjang 100 cm, tetapi umumnya antara 50-60 cm. Tubuh bagian atas

berwarna biru kehitaman serta berwarna putih dan perak dibagian bawahnya. Selain itu

pada jenis ini, terdapat ban-ban hitam yang menyerong dan bergelombang, pada

bagian atas garis rusuknya, serta noktah-noktah hitam diantara sirip dada dan perut.

2.5 Rumpon

Rumpon adalah suatu kontruksi bangunan yang dipasang di dalam air dengan

tujuan untuk memikat ikan agar berasosiasi dengannya sehingga memudahkan

penangkapan ikan tersebut (Monintja dan Zulkarnain, 1995). Sedangkan menurut

Diniah, et.al., (2006) rumpon merupakan bangunan atau benda yang menyerupai

pepohonan yang dipasang atau ditanam di tengah laut yang berfungsi untuk

mendapatkan dan mengumpulkan kawanan ikan sebelum operasi penangkapan ikan

dilakukan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sudirman dan Mallawa,A (2000) rumpon biasa

juga disebut dengan fish agregation device (FAD) yaitu suatu alat bantu penangkapan

yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul dalam suatu catchable area. Ada

beberapa prediksi mengapa ikan senang berada disekitar rumpon : a) rumpon tempat

berkumpulnya planton dan ikan-ikan kecil lainnya sehingga mengundang ikan-ikan

yang lebih besar untuk tujuan feeding dan b) merupakan suatu tingkah laku dari

berbagai jenis ikan untuk berkelompok di sekitar kayu terapung (seperti jenis-jenis tuna

dan cakalang). Dengan demikian, tingkah laku ikan ini dimanfaatkan untuk tujuan

penangkapan.

Rumpon telah lama dikenal di Indonesia maupun di negara-negara seperti

Philipina dan negara-negara Pasifik Barat. Penggunaan rumpon secara tradisional di

Indonesia telah lama dilakukan terutama oleh para nelayan di Mamuju, Sulawesi Barat

dan Jawa Timur, sedangkan penggunaan rumpon secara modern baru dimulai pada

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

15

tahun 1980 oleh Lembaga Penelitian Perikanan Laut (Monintja dan Zulkarnain, 1995

diacu dalam Sudirman dan Mallawa, A 2000).

Di Indonesia ada dua jenis rumpon, yaitu : a) rumpon laut dangkal, yang dipasang

pada kedalaman kurang dari 100 meter dan biasanya untuk perikanan pelagis kecil, dan

b) rumpon laut dalam, yang dipasang pada kedalaman lebih dari 600 meter (Monintja

dan Zulkarnain, 1995; Baskoro, M.S dan Effendy, A, 2005). Sedangkan menurut Surat

Keputusan Menteri Pertanian No. 51/Pkts/IK.250/I/1997, rumpon didefinisikan sebagai

alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut.

Berdasarkan tempat pemasangan dan pemanfaatan rumpon, dikatagorikan ada 3 jenis

rumpon, yaitu : a) rumpon perairan dasar adalah alat bantu penangkapan ikan yang

dipasang dan ditempatkan pada dasar perairan laut, b) rumpon perairan dangkal adalah

alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan

kedalam sampai 200 meter dan c) rumpon perairan dalam adalah alat bantu

penangkapan ikan yang dipasang dan ditempatkan pada perairan laut lebih dari 200

meter.

Menurut Simbolon, D (2006) rumpon berfungsi sebagai attraktor untuk menarik

perhatian ikan agar datang berkumpul dan lebih terkosentrasi di sekitar pemasangan

rumpon. Dengan keberadaan rumpon tersebut, maka dengan sendirinya telah terbentuk

daerah peangkapan ikan potensial. Lebih lanjut dijelaskan oleh Baskoro, M.S dan

Effendy, A (2005) atraktor merupakan salah satu komponen utama pada rumpon.

Atraktor berfungsi sebagai alat pemikat atau pengumpul ikan sesungguhnya. Ikan-ikan

yang terdapat di atraktor yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia jenis ikan pelagis. Adapun persyaratan umum dari atraktor, adalah :a)

mempunyai daya pemikat yang baik terhadap ikan, b) tahan lama, c) mempunyai bentuk

seperti posisi potongan vertikal, d) melindungi ikan-ikan kecil, e) bentuknya silinder

dengan posisi arah ke bawah, f) terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah.

Penggunaan rumpon yang tepat, akan mempersingkat waktu operasi, dapat

meningkatkan hasil tangkapan, penghematan bahan bakar minyak dan penghematan

umpan pada perikanan huhate (Monintja dan Zulkarnain, 1995). Namun dengan

semakin padatnya pemasangan rumpon, maka akan menyebabkan menurunnya hasil

tangkapan per satuan upaya, yang dimulai dengan tanda-tanda ukuran rata-rata ikan

yang tertangkap memperlihatkan kecendrungan mengecil di bandingkan tahun

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

16

sebelumnya (Monintja dan Zulkarnain, 1995; Diniah et. al. 2006).

Ikan–ikan yang berkumpul disekitar rumpon menggunakan rumpon sebagai tempat

berlindung juga untuk makan dalam arti luas, tetapi tidak memakan daun-daun rumpon

tersebut. Ikan-ikan tertentu yang berada disekitar rumpon berenang pada sisi depan atau

belakang atraktor di lihat dari arah arus. Kadang-kadang mereka bergerak ke kiri dan ke

kanan tetapi selalu kembali ke tempat semula demikian juga terhadap arus (sifat ikan

umumnya berenang menentang arus) ( Subani 1986, diacu dalam Baskoro, M.S dan

Effendy, A, 2005).

Ada beberapa pendapat tentang keberadaan ikan di sekitar rumpon seperti yang

dikemukan oleh Samples dan Sproul (1985) sebagai berikut :

a) Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu;

b) Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikan tertentu;

c) Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu;

d) Rumpon sebagai titik acuan navigasi (reference point) bagi ikan-ikan tertentu yang

beruaya.

2.6 Pendugaan Produksi Perikanan

Menurut Gulland (1961) yang diacu dalam Tinungki (2005), pengelolaan

sumberdaya perikanan banyak didasarkan pada faktor biologi yaitu tangkapan

maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield /MSY) yang mengasumsikan setiap

spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas

produksinya (surplus). Sehingga apabila surplus tersebut dipanen, maka stok akan

mampu bertahan secara berkesinambungan (sustainable).

Menurut Gulland (1983) dalam Tinungki (2005), masalah dasar diilustrasikan

pada prinsip-prinsip yang disajikan pada Gambar 3, yang memperlihatkan perubahan

biomass menurut waktu, dalam suatu populasi ikan hipotetik pada berbagai sistem

pengaturan panen. Setelah panen diambil pada waktu A, dengan berjalannya

waktu biomass tumbuh kembali hingga tingkat equilibrium sepanjang kurva

berbentuk S dengan tipe yang dikenal para ahli biologi populasi. Bentuk yang

tepat, dari kurva yang berbentuk S tidaklah penting pada tahap ini, meskipun kurva

logistik yang biasa dipertimbangkan sering dianggap sesuai. Pada tingkat stok

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

17

rendah, tingkat pertumbuhan biomass meningkat dengan ukuran stok, namun

setelah mencapai maksimum, tingkat tersebut mulai berkurang lagi ketika daya

dukung yang digambarkan oleh batas atas biomass K (daya dukung lingkungan)

secara perlahan dicapai. Pada prakteknya baik tingkat pertumbuhan maupun daya

dukung lingkungan akan bervariasi dengan waktu.

Gambar 3. Biomass yang diplotkan terhadap waktu

(Gulland, 1983 dalam Tinungki, 2005)

Gambar 3 memperlihatkan regenerasi biomass yang terjadi pada tingkat yang

lebih lamban di sepanjang bagian atas kurva S setelah dipanen dalam jumlah yang

lebih sedikit diambil pada waktu B. Pada waktu C, diperlihatkan suatu contoh

serangkaian panen reguler biomass yang bergerak di antara tingkat-tingkat yang

ditunjukkan dengan garis titik-titik. Perlu dicatat bahwa system pengaturan panen C

mengeksploitasi bagian dari kurva S yang memberikan tingkat maksimum dari

regenerasi biomass. Setelah waktu D, panen terlalu sering diambil untuk pergantian

biomass dan akhirnya populasi berkurang hingga ke tingkat yang tidak dapat hidup

terus.

Gulland (1983) dalam Tinungki (2005) menyatakan K mewakili daya dukung

lingkungan dari sudut pandang ahli biologi. Strategi penangkapan ikan yang benar

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

18

adalah strategi yang memberikan tangkapan maksimum lestari (MSY) dari ikan,

sehingga sebagai pilihan adalah kurva C pada Gambar 3. Namun, kemudian para

pengelola perikanan kini harus mempertimbangkan lebih banyak faktor biologi,

ekonomi, dan sosial dalam menduga strategi penangkapan optimal untuk industri

perikanan. Bagaimanapun bila para ahli perikanan di masa lalu memang terlalu naif

dalam mempertimbangkan MSY tetap merupakan konsep yang bermanfaat. Hal

ini dikarenakan ada dua alasan:

a) Pengelolaan perikanan yang bertujuan terutama pada MSY memang masih terdapat

ketidakcukupan pada para pembuat keputusan, namun memaksimumkan hasil

tangkapan lestari jangka panjang masih menjadi tujuan pengelolaan bagi sejumlah

perikanan.

b) MSY harus merupakan satu faktor dalam setiap rencana pengelolaan, meskipun ada

kelemahanya. Setidaknya MSY menetapkan batas ukuran hasil tangkapan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga potensi sumberdaya

perikanan (Gulland, 1983 dalam Tinungki, 2005, Laevastu dan Favourite, 1988 dalam

Suyedi, 2001) yaitu :

1. Pendugaan secara langsung, pendugaan yang didasarkan pada penangkapan ikan

secara langsung dengan menggunakan alat tertentu seperti trawl survey, longline,

dan trap surveys, telur dan larva serta young fish survey.

2. Accoustic survey, survei yang menggunakan peralatan akustik. Dengan metode ini

dapat dilakukan pengamatan terhadap potensi ikan dalam areal yang lebih luas

namun terbatas.

3. Virtual population analysis (VPA), analisis yang didasarkan pada perhitungan

pendugaan fishing mortality. Metode ini digunakan bersama dengan cara

kelimpahan dari hasil analisis trawl survey atau survei akustik dan rangkaian CPUE.

4. Ecosystem simulation and multispecies models, metode yang digunakan melalui

pembentukan model yang dapat menirukan situasi ikan yang sebenarnya ketika hidup

di alam.

5. Surplus production model, metode yang didasarkan atas data produksi tahunan dan

penangkapan.

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

19

Model awal dan paling sederhana dalam dinamika populasi perikanan adalah model

surplus produksi (Fauzi, 2004). Model surplus produksi tergolong mudah dimengerti dan

didasari oleh pengertian matematika yang sederhana. Model surplus produksi

melalui penggunaan hasil tangkapan yang mengandung satu variabel data

sederhana (Yt dalam ton/tahun) sebagai peubah tak bebas dan upaya

penangkapan (Et, dalam trip/tahun) sebagai peubah bebas. Dari kedua data time

series ini dapat diperoleh tiga parameter melalui salah satu model suplus produksi

yaitu tingkat pertumbuhan intrinsik (r), daya dukung lingkungan (K), dan koefisien

penangkapan (q). Model surplus produksi memungkinkan dilakukan suatu analisis

bilamana hanya sedikit informasi, terutama mengenai hasil, kelimpahan stok, dan

upaya penangkapan ikan yang tersedia.

Syarat yang harus dipenuhi dalam menganalisis model surplus produksi

adalah (Gulland, 1983 dan Spare, 1989 diacu dalam Tinungki, 2005) :

1. Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya tangkap

relatif;

2. Distribusi ikan menyebar rata;

3. Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan

tangkap yang seragam.

Beberapa model surplus produksi diacu dalam Tinungki (2005) untuk

mengetahui parameter-parameter dari fungsi produksi antara lain : Schaefer (1954),

Gulland (1961), Pella-Tomlinson (1969), Fox (1970), Walter-Hilborn ;1976), Schnute

(1977), Clark-Yoshimoto-Polley (1992), dan Cushing (2001).

2.7. Model Statik Bioekonomi Gordon-Schaefer

Pengelolaan atau pengusahaan sumberdaya ikan, pada mulanya didasarkan pada

faktor biologis, dengan pendekatan tangkapan maksimum yang lestari Maximum

Sustainable Yield (MSY). Pengembangan model pengelolaan perikanan selanjutnya

dilakukan oleh Gordon (1954) yang kemudian membuat model bionomics Gordon-

Schaefer (1954). Model ini mengintroduksi parameter harga (p) dan biaya per unit

upaya (c) ke dalam model yang telah dikembangkan Schaefer (1954). Model Gordon-

Schaefer ini dikembangkan dengan beberapa asumsi (Fauzi, 2004) :

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

20

a) Harga per satuan output (p), diasumsikan konstan atau kurva permintaan

diasumsikan elastis sempurna.

b) Biaya per satuan upaya (c) diangggap konstan.

c) Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal (single species).

d) Struktur pasar bersifat kompetitif.

e) Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan (tidak termasuk faktor pasca panen

dan lain sebagainya).

Pada dasarnya, model biologi-ekonomi (bionomics model) dikembangkan dari

hasil pemikiran Schaefer (1954) yang menyebutkan bahwa stok biomass antar waktu

secara alami sama dengan fungsi pertumbuhan ikan itu sendiri :

( )xftxx =∂∂

=.

...................................................................................................... (1)

Pertumbuhan alami tersebut akan terganggu jika dilakukan pemanfaatan yang secara

matematis ditunjukkan oleh persamaan berikut:

( ) thxftxx −=∂∂

=.

............................................................................................... (2)

dimana th merupakan fungsi harvest yang dipengaruhi oleh q (koefisien alat tangkap),

tingkat upaya (E) dan biomass itu sendiri (x). Fungsi pertumbuhan yang biasanya

digunakan adalah fungsi pertumbuhan logistik yang dikembangkan Schaefer, sehingga

persamaan (2) di atas dapat dinotasikan sebagai:

qExKxrx

tx

−⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −=

∂∂ 1 ......................................................................................... (3)

Persamaan (3) tersebut juga menunjukkan bahwa jika tidak ada upaya penangkapan,

maka stok ikan di alam akan sebanding dengan fungsi pertumbuhan dari ikan tersebut.

Fungsi manfaat ekonomi dari model bioekonomi ini dirumuskan melalui

persamaan berikut:

cEpqExcEphTCTR −=−=−=π .................................................................. (4)

Pada kondisi open access, keuntungan yang dapat diterima sama dengan nol atau

dengan kata lain bahwa penerimaan total (TR) sama dengan biaya total (TC).

Sedangkan pada kondisi pemilik tunggal (sole owner) dapat diperoleh keuntungan

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

21

maksimal hanya jika .0=∂∂

xπ Keseimbangan statik model Gordon Schaefer dapat

ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Model Bioeconomis Gordon Schaefer

2.8 Model Dinamis Ekonomi Perikanan

Fauzi (2004) menyebutkan bahwa pengembangan model dinamis dari pengelolaan

sumberdaya ikan sudah dimulai sejak awal tahun 1970-an dan baru berkembang

sepenuhnya setelah publikasi artikel Clark dan Munro (1975). Clark dan Munro (1975)

dalam Fauzi (2004) menggunakan pendekatan kapital untuk memahami aspek

intertemporal dari pengelolaan sumberdaya ikan, dimana sumberdaya ikan dianggap

sebagai stok kapital dengan fitur tambahan bahwa stok ikan dapat tumbuh melalui

proses reproduksi alamiah .

Dalam model dinamis, sumberdaya ikan diasumsikan dikelola secara privat

(pemerintah maupun komunal atau individu) yang bertujuan memaksimumkan manfaat

ekonomi dari sumberdaya ikan tersebut. Secara matematis, menurut Fauzi (2004)

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

22

pengelolaan sumberdaya ikan dalam kontek dinamis, dalam bentuk fungsi diskrit dapat

ditulis sebagai:

),()1(

max00

tttt

ttt

t hxπρδ

ππ ∑∑∞

=

=

=+

= , ........................................................(5)

dengan kendala:

( ) tttt hxFxx −=−+1 ………………………..................................……….(6)

Sedangkan dalam bentuk fungsi kontinyu ditulis sebagai :

( )( )∫∞

=

−=0

),(maxt

t dtethtx δππ , ...................................................................... (7)

dengan kendala:

( ) ( )

)9..(................................................................................)(0,0)(

)8...(................................................................................)(

max

.

hthtx

thtxFxtx

≤≤≥

−==∂∂

Pemecahan model diskrit dapat dilakukan dengan teknik Lagrangian, sementara

model kontinyu dilakukan dengan teknik Hamiltonian. Menurut Fauzi (2004), pada

prinsipnya pemecahan kedua versi dinamik di atas akan menghasilkan golden rule

untuk pengelolaan sumberdaya ikan dalam bentuk :

δππ

=∂∂∂∂

+∂∂

hx

xF

// ...... ..................................... ……………………… (10)

( ) hxF = ...... ........................................................................................... (11)

dimana : δ adalah tingkat diskon yang diberikan untuk mengekstraksi sumberdaya ikan.

Solusi analisis dalam persamaan (10) tersebut di atas dapat menghasilkan tingkat

biomass optimum (x*), tingkat harvest optimum (h*) dan tingkat upaya optimum (E*)

sebagai berkut :

⎟⎠⎞

⎜⎝⎛ −−−=

Kxrxpqxx

ch 21)((1* δ ...... ....................................................... (12)

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

23

⎥⎥

⎢⎢

⎡+⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−++⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛−+=

pqKrc

rpqKc

rpqKcKx δδδ 811

4

2* ......................... (13)

*

**

qxhE = ...... .......................................................................................... (14)

2.9. Analisis Dinamik Pengelolaan Perikanan

Menurut Fauzi (2002) dalam Fauzi dan Anna (2005), masuk dan keluarnya

effort pada industri perikanan tidak bersifat statis, ia akan bergerak dinamis mengikuti

perubahan-perubahan yang tejadi pada sumberdaya dan faktor eksternal lainnya.

Disinilah urgensi dari aspek analisa dinamik dalam pengelolaan sumberdaya perikanan,

yaitu bagaimana kita mencoba menggambarkan dan memodelkan perilaku dari populasi

alamiah sumberdaya perikanan untuk mencapai pengelolaan yang optimal.

Holling (1973) dalam dalam Fauzi dan Anna (2005) menyatakan bahwa hampir

semua sistem alam mempunyai karakteristik berubah sepanjang waktu dan bahwa jika

manusai mencoba menstabilkan alam untuk kepentingannya, akan menyebabkan

kondisi stabil pada jangka pendek dan malapetaka pada jangka panjang. Menurut

Hilborn dan Walters (1992) beberapa konsep dasar dari analisis dinamik dan perikanan

adalah menyangkut stabilitas, siklus (ryclicity) dan ketahanan (resicience). Sistem

dikatakan stabil jika perturbasinya akan sampai pada ekulibrium. Hampir semua model

populasi dianggap stabil (jika ikan ditangkap, biomass akan menurun, namun jika

penangkapan berhenti maka stok akan kembali pada kondisi semula). Sistem siklik

tidak pernah berada dalam kondisi steady state yang benar, tetapi selalu berubah.

Ketahanan (resilience) adalah kemampuan dari sistem untuk menggunakan,

mendapatkan keuntungan dari mengekstraksi dan mengabsorpsi variasi alam.

Menurut Fauzi dan Anna (2005), secara matematis, ciri dasar dari model dinamik

adalah persamaan ODE (Ordinary Differential Equation) yang memiliki karakteristik :

• Variabel yang tak diketahui merupakan sebuah fungsi

• Persamaan ini menyangkut satu atau lebih turunan derivatif.

Bentuk paling sederhana dari persamaan ODE seperti tertulis pada persamaan

berikut :

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · ... yang dimaksud dengan : a) Ikan ... Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan ... sumberdaya ini dapat membentuk

24

( )tfxtx

==∂∂ .

……………………………………………………………(15)

yang kemudian dapat dipecahkan melalui integral biasa, dengan menggunakan

manipulasi aljabar

( )dttfx =∂ .............................................................................................(16)

sehingga dari persamaan tersebut diperoleh solusi dalam x yang merupakan solusi

dari persamaan ( )∫ += Cdttfx ……….…………………………..... (17)

dimana C adalah konstanta integral

Secara umum, menurut Fauzi dan Anna (2005) persamaan differensial biasa

dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu :

• Persamaan differensial dengan koefisien konstan (autonomous)

• Persamaan differensial dengan koefisien non konstan (non autonomous)

Konsep dinamik yang dijelaskan di atas melalui persamaan ODE adalah konsep

dinamis yang disebut single ODE, dimana variabel yang bergerak dinamis hanya satu

variabel (dalam contoh diatas adalah variabel x). Didalam analisis sumberdaya alam,

seperti halnya perikanan, variabel yang bergerak dinamis sering tidak hanya

menyangkut satu variabel, namun dapat saja beberapa variabel, misalnya saja effort,

penduduk, biomass bergerak dinamik. Contoh dari sistem dinamik seperti itu adalah

seperti persamaan dibawah ini :

dycxyty

byaxxtx

+==∂∂

+==∂∂

.

.

………………………………………………...............(18)

Persamaan di atas adalah tipikal persamaan sistem dinamik yang menggambarkan

keterkaitan antara variabel x dan y. Sistem dinamik diatas adalah juga merupakan

sistem dinamik yang linier yang ditunjukkan dengan konstanta a,b,c, dan d yang

berinteraksi secara linier terhadap x dan y. Solusi dari sistem dinamik diatas, baik

persamaan autonomus maupun non autonomous akan menghasilkan berbagai perilaku

yang mengarah pada equilibrium maupun ketidak seimbangan, tergantung dari

characteristic roots (λ1 dan λ2) dari persamaan diatas (eigenvalues). Besaran dari

characteristic roots ini menentukan sifat-sifat trajektori ke arah keseimbangan.