27
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif (Robbins, 2006). Menurut Bimo Walgito (2002), proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses pembentukan persepsi juga merupakan pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimulus. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi, proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak penting. 2.1.1 Faktor eksternal Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Salah satunya faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, seperti kontras dari objek, perubahan intensitas, pengulangan, sesuatu yang baru. 1. Kontras Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan. Perubahan intensitas Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

II. TINJAUAN PUSTAKA Persepsi - sinta.unud.ac.id. BAB II.pdf · pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses ... difusi inovasi terdapat empat elemen pokok,

Embed Size (px)

Citation preview

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan

kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka.

Meski demikian apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan

yang obyektif (Robbins, 2006).

Menurut Bimo Walgito (2002), proses terjadinya persepsi tergantung dari

pengalaman masa lalu dan pendidikan yang diperoleh individu. Proses

pembentukan persepsi juga merupakan pemaknaan hasil pengamatan yang diawali

dengan adanya stimulus. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi

seleksi, proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka

akan berlangsung proses penyeleksian pesan yang dianggap penting dan tidak

penting.

2.1.1 Faktor eksternal

Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan

stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Salah satunya faktor eksternal.

Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, seperti kontras dari

objek, perubahan intensitas, pengulangan, sesuatu yang baru.

1. Kontras

Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik

warna, ukuran, bentuk atau gerakan. Perubahan intensitas

Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan

intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

8

1. Pengulangan (repetition)

Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak termasuk

dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita.

2. Sesuatu yang baru (novelty)

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu

yang telah kita ketahui.

5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak Suatu stimulus yang menjadi

perhatian orang banyak akan menarik perhatianseseorang.

2.1.2 Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang

mempersepsikan stimulus tersebut, seperti pengalaman atau pengetahuan yang

dimiliki oarang tersebut, harapan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan budaya yang

melekat pada seseorang.

1. Pengalaman atau pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang

sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.

Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan

terjadinya perbedaan interpretasi.

2. Harapan (expectation)

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

3. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara

berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25 juta akan

9

merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi ia akan

merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.

4. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasi

untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu

yang negatif.

5. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada.

Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya

serba indah.

6. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan

orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan

orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.

2.2 Pengertian Difusi dan Inovasi

Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan inovasi. Rogers

(1995, dalam Sciffman dan Kanuk, 2010) mendefinisikan difusi sebagai (the

process by which an innovation is communicated through certain channels

overtime among the members of a social system), proses dimana suatu inovasi

dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara

para anggot. Difusi juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu

suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Difusi

inovasi adalah perembesan atau penyebaran adopsi inovasi dari satu individu yang

10

telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat sasaran

penyuluhan yang sama.

Pengertian difusi inovasi hampir sama dengan inovasi. Perbedaannya adalah

jika dalam proses adopsi pembawa inovasi berasal dan luar sistem lokal masyarakat

sasaran, sedang dalam proses difusi, sumber informasi berasal dan dalam (orang)

sistem sosial masyarakat itu sendiri.

Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa

baru oleh individu atau kelompok masyarakat. Ungkapan dianggap atau dirasa baru

terhadap suatu ide, praktik atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada

sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh individu atau

kelompok terhadap ide, praktik atau benda tersebut.

Berdasarkan kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah suatu

proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam upaya untuk merubah

suatu masyarakat yang terjadi secara terus menerus dari suatu tempat ke tempat

yang lain, dari suatu kurun waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang

tertentu ke bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pemdamping dalam mempercepat proses

baik difusi maupun adopsi adalah sebagai benikut:

1. Melakukan diagnosa terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh

masyarakat sasaran;

2. Membuat masyarakat sasaran menjadi tidak puas dengan kondisi yang

dialaminya, dengan cara menunjukkan kelemahan mereka, masalah-masalah

mereka, adanya kebutuhan-kebutuhan baru atau tuntutan zaman yang selalu

11

berkembang dan membandingkan dengan suatu sistem sosial masyarakat lain

yang dapat berhasil meningkatkan kualitas kehidupannya;

3. Menjalin hubungan yang erat dengan kelompok sasaran menunjukkan

kesiapannya untuk membantu masyarakat sasaran;

4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran dalam mencapai keinginan-

keinginan melakukan perubahan menuju pada kondisi yang lebih baik;

5. Pada akhirnya melepaskan masyarakat sasaran berswakarsa dan berswadaya.

Menurut Rogers (1995, dalam Sciffman dan Kanuk, 2010), bahwa proses

difusi inovasi terdapat empat elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan

melalui saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara

anggota-anggota suatu sistem sosial.

1. Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh

seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut

pandangan individu yang menerimanya.

2. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari

sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk

memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar

luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien. Tetapi jika

komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara

personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran

interpersonal.

3. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai seseorang

mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya.

Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu.

12

Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses pengambilan keputusan

inovasi, keinovatifan seseorang relatif lebih awal atau lebih lambat dalam

menerima inovasi, dan kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

4. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan

terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai

tujuan bersama.

Inovasi adalah sesuatu ide, perilaku, produk, informasi, dan praktik-praktik

baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan,

dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu,

yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala

aspek kehidupan masyarakat demi selalu terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu

hidup setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan

(Mardikanto, 1993).

Van den Ban dan Hawkins (1999) mendefinisikan inovasi adalah suatu

gagasan, metode, atau objek yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi

tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Inovasi sering berkembang

dari penelitian dan juga dari petani. Mosher (1978) menyebutkan inovasi adalah

cara baru dalam mengerjakan sesuatu. Sejauh dalam penyuluhan pertanian, inovasi

merupakan sesuatu yang dapat mengubah kebiasaan. Ide, cara-cara baru, atau obyek

yang dioperasikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru adalah inovasi. Baru

di sini tidaklah semata-mata dalam ukuran waktu sejak ditemukannya atau pertama

kali digunakannya inovasi tersebut. Hal yang penting adalah kebaruan dalam

persepsi, atau kebaruan subjektif hal yang dimaksud bagi seseorang, yang

menetukan reaksinya terhadap inovasi tersebut. Dengan kata lain, jika sesuatu

13

dipandang baru bagi seseorang, maka hal tersebut merupakan inovasi (Nasution,

2004).

2.3 Karakteristik Inovasi

Semua produk tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk di diterima

oleh konsumen, beberapa produk bisa menjadi populer hanya dalam waktu satu

malam sedangkan yang lainnya memerlukan waktu yang sangat panjang untuk di

terima atau bahkan tidak pernah diterima secara luas oleh konsumen. Karakteristik

produk menentukan kecepatan terjadinya proses adopsi inovasi ditingkat petani

sebagai pengguna teknologi pertanian. Dalam kecepatan proses adopsi inovasi

ditentukan oleh beberapa faktor seperti: saluran komunikasi, ciri ciri sistem sosial,

kegiatan promosi dan peran komunikator. Menurut Schiffman dan Kanuk (2010),

ada lima karakteristik produk yang dapat digunakan sebagai indikator dalam

mengukur persepsi antara lain:

1. Keuntungan relatif (relative advantages), merupakan tingkatan dimana suatu

ide dianggap sesuatu yang lebih baik dari pada ide-ide yang ada sebelumnya,

dan secara ekonomis menguntungkan.

2. Kesesuaian (compability), adalah sejauh mana masa lalu suatu inovasi

dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan

kebutuhan adopter (penerima). Oleh karena itu inovasi yang tidak kompatibel

dengan ciri-ciri sistem sosial yang menonjol akan tidak diadopsi secepat ide

yang kompatibel.

3. Kerumitan (complexity), adalah suatu tingkatan dimana suatu inovasi dianggap

relatif sulit dimengerti dan digunakan. Kesulitan untuk dimengerti dan

digunakan, merupakan hambatan bagi proses kecepatan adopsi inovasi.

14

4. Kemungkinan untuk dicoba (trialibility), adalah suatu tingkat dimana suatu

inovasi dalam skala kecil. Ide baru yang dapat dicoba dalam skala kecil

biasanya diadopsi lebih cepat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih

dahulu.

5. Mudah diamati (observability), adalah suatu tingkat hasil-hasil suatu inovasi

dapat dengan mudah dilihat sebagai keuntungan teknis ekonomis, sehingga

mempercepat proses adopsi. Calon-calon pengadopsi lainnya tidak perlu lagi

menjalani tahap percobaan, dapat terus ke tahap adopsi.

2.4 Saluran Komunikasi

Kecepatan penyebaran inovasi keseluruh pasar tergantung pada banyaknya

komunikasi antara pemasar dan konsumen, maupun komunikasi antara konsumen

(Schiffman dan Kanuk, 2010). Mardikanto (1988) menyatakan bahwa saluran

komunikasi sebagai sesuatu melalui mana pesan dapat disampaikan dari sumber

kepada penerimanya. Saluran komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran

interpersonal dan media massa. Cangara (2009) menyebutkan, saluran komunikasi

antar pribadi ialah saluran yang melibatkan dua orang atau lebih secara tatap muka.

Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa saluran antar pribadi merupakan

segala bentuk hubungan atau perukaran pesan antar dua orang atau lebih secara

langsung tatap muka, dengan atau tanpa alat bantu yang memungkinkan semua

pihak yang berkomunikasi dapat memberikan respons atau umpan balik secara

langsung.

Sumber dan saluran komunikasi memberi rangsangan informasi kepada

seseorang selama proses keputusan inovasi berlangsung. Seseorang pertama kali

mengenal dan mengetahui inovasi terutama dari saluran media massa. Pada tahap

15

persuasi, seseorang membentuk persepsinya terhadap inovasi dari saluran yang

lebih dekat dan antar pribadi. Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima

inovasi pada tahap keputusan ada kemungkinan untuk meneruskan atau

menghentikan penggunaannya (Hanafi, 1987).

Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sejak lahir dan

selama proses kehidupannya. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai

konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individu, diantara

dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, dan organisasi. Menurut Rogers dan

Kincaid (1981) bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana partisipan

membuat dan berbagi informasi satu sama lain dalam upaya mencapai saling

pengertian.

Djuarsa (2005) menjelaskan bahwa komunikasi memiliki beberapa

karakteristik yaitu komunikasi sebagai suatu proses, komunikasi sebagai upaya

yang disengaja serta mempunyai tujuan, komunikasi menuntut adanya partisipasi

dan kejasama dari pelaku yang terlibat, komunikasi bersifat simbolis, komunikasi

bersifat transaksional dan komunikasi menembus faktor ruang dan waktu.

Perkembangan pemanfaatan ilmu komunikasi, telah banyak digunakan

dalam bidang pertanian. Menurut Soekartawi (2005) komunikasi pertanian adalah

suatu pernyataan antar manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang

pertanian, baik perorangan maupun secara berkelompok yang sifatnya umum

dengan menggunakan lambang-lambang tertentu seperti yang sering dijumpai pada

metode penyuluhan. Kemajuan teknologi dalam masyarakat modern sangat

dipengaruhi oleh lingkungan, interaksi antar perorangan maupun antar kelompok

16

menjadi faktor penting untuk menentukan keberhasilan penyampaian informasi

dalam komunikasi.

2.5 Faktor- Faktor Difusi Inovasi Penyuluhan Pertanian

Mardikanto (1993) menyatakan bahwa kecepatan difusi dipengaruhi oleh

banyak faktor, yaitu: (a) Sifat inovasinya sendiri, baik sifat intrinsik (yang melekat

pada inovasinya sendiri) maupun sifat ekstrinsik (menurut atau dipengaruhi oleh

keadaan lingkungan), (b) Sifat sasarannya, (c) Cara pengambilan keputusan, (d)

Saluran komunikasi yang digunakan, (e) Keadaan penyuluh yang berkaitan dengan

kemampuan penyuluh untuk berkomunikasi, perlu juga diperhatikan kemampuan

berempati atau kemampuan untuk merasakan keadaan yang sedang dialami atau

perasaan orang lain, dan (f) Ragam sumber informasi.

Menurut Berlo (1996, dalam Yuhana, 2008), dalam berkomunikasi faktor

yang mempengaruhi keefektifan komunikasi masing-masing ditinjau dari sumber

ketrampilan berkomunikasi, sikap mental, tingkat pengetahuan, dan posisi didalam

sistem sosial budaya. Faktor penerima pesan seperti ketrampilan berkomunikasi,

sikap mental, tingkat pengetahuan, dan sistem sosial budaya. Faktor pesan anatara

lain: kode pesan, isi pesan, perlakuan terhadap pesan, serta faktor saluran yang

mempunyai kemampuan tertenntu dalam menimbulkan pengaruh (effect) kepada

penerima. Selanjutnya Yuhana (2008) menyatakan bahwa dalam komunikasi ada

empat faktor yang ada pada sumber untuk meningkatkan ketepatan komunikasi

yaitu:

1. Ketrampilan berkomunikasi

2. Sikap mental

3. Tingkat pengetahuan

17

4. Posisi dalam sistem budaya.

Menurut Soekartawi (2008), dalam praktik berkomunikasi komunikator

yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam melakukan pertanian sering ditentukan

oleh berbagai faktor:

1. Latar belakang pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.

2. Karakter yang dipunyai.

3. Cinta dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan

dalam melakukan pekerjaan.

4. Kepribadian yang ia miliki.

5. Tujuan melakukan komunikasi.

6. Cara penyampaian informasi.

Faktor lain yang mempengaruhi percepatan adopsi dan difusi inovasi adalah

tepat tidaknya dalam menggunakan metode penyuluhan. Penggunaan metode yang

efektif akan mempermudah untuk dipahami oleh petani. Sering sebagian orang

menamakan istilah komunikasi pertanian dengan penyuluhan pertanian, padahal

keduanya berbeda satu sama lain. Perbedaan keduanya disampaikan oleh

Soekartawi (1988) bahwa komunikasi pertanian adalah suatu pernyataan antar

manusia yang berkaitan dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara

perorangan maupun kelompok, yang sifatnya umum dengan menggunakan

lambang-lambang tertentu; sedangkan penyuluhan pertanian adalah sistem

pendidikan di luar sekolah (informal) yang diberikan kepada petani dan

keluarganya dengan maksud agar mereka mampu, sanggup, dan berswadaya

memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya atau bila

memungkinkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekelilingnya.

18

Komunikasi mempunyai pengertian yang lebih luas dibanding penyuluhan,

dengan kata lain dalam penyuluhan selalu ada unsur komunikasi, akan tetapi dalam

komunikasi belum tentu ada unsur penyuluhan. Ditambahkan oleh Soetriono (2003)

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap usaha tani itu dapat digolongkan

dalam dua golongan, yaitu:

1. Faktor dari dalam (internal) usaha peternakan.

a. Tingkat teknologi yang digunakan dalam usaha peternakan

b. Petani peternak pengelolah (Individu petani peternak)

c. Tanah/padang pengembalan dimana usaha peternakan diusahakan

d. Kemampuan petani peternakdalam mengalokasikan penerimaan keluarga

e. Jumlah anggota keluarga

2. Faktor luar (eksternal) dalam usaha peternak

a. Sarana penyuluhan bagi petani peternak.

b. Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi

c. Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil peternakan dan bahan

usahapeternakan.

2.6 Kompetensi

Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

menghadapi situasi dan keadaan di dalam pekerjaannya. Kompetensi seseorang

dapat dilihat dari tingkat kreativitas yang dimilikinya serta inovasi yang diciptakan.

Catano (1998) menjelaskan pengertian kompetensi dari berbagai sumber. Beberapa

diantaranya adalah:

1. Kompetensi adalah kombinasi dari motif, sifat, keterampilan, aspek citra diri

seseorang atau peran sosial, atau suatu bagian dari pengetahuan yang relevan.

19

Dengan kata lain, kompetensi adalah setiap karakteristik individu yang mungkin

terkait dengan kesuksesan.

2. Pola karakteristik dan pengukuran pengetahuan, keterampilan, perilaku,

keyakinan,nilai-nilai, sifat dan motif yang mendasari, serta kemampuan kerja

yang cepat dalam mengaplikasikan pekerjaan.

3. Keterampilan dan sifat-sifat yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menjadi

efektif dalam pekerjaan.

4. Keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan untuk

terlaksananya tugas pekerjaan.

5. Perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dasar dan untuk

meningkatkan prestasi kerja lebih tinggi.

6. Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari individu yang kausal berkaitan

dengan kinerja yang efektif dan superior kriteria direferensikan dalam pekerjaan

atau situas.

Definisi lain dinyatakan oleh Cracklin dan Carroll (1998) kompetensi

sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang menjadi karakteristik

dari performance yang berhasil dalam konteks yang spesifik. Kompetensi

merupakan aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia

untuk mencapai kinerja yang superior (LOMA.s Dictionary, 1998). Dari definisi

tersebut, terdapat tiga hal pokok yang tercakup dalam pengertian kompetensi, yaitu:

1. Kompetensi merupakan gabungan berbagai karakteristik individu. Kompetensi

tidak terdiri dari satu karakteristik saja. Kompetensi merupakan gabungan dari

pengetahuan, keterampilan, sikap, dan karakteristik dasar lainnya dari individu.

20

2. Kompetensi selalu berkaitan dengan kinerja atau perilaku. Kompetensi tampil

dalam bentuk kinerja atau perilaku yang dapat diobservasi dan diukur

(measurable). Jika potensi yang belum ditampilkan dalam bentuk perilaku yang

dapat observasi atau diukur tidak dapat dikategorikan sebagai kompetensi.

3. Kompetensi merupakan kriteria yang mampu membedakan mereka yang

memiliki kinerja yang unggul dan yang rata-rata. Kompetensi bukan sekedar

aspek-aspek yang menjadi prasyarat suatu jabatan, tetapi merupakan aspek-

aspek yang menentukan optimalitas keberhasilan kinerja. Hanya karakteristik-

karakteristik yang mendasari kinerja yang berhasil atau efektif yang dapat

dikategorikan sebagai kompetensi. Demikian karakteristik yang mendasari

kinerja yang tidak efektif juga tidak dapat dikategorikan kedalam kompetensi

Inovasi menjadi sebuah kata kunci dalam dunia kompetitif seperti sekarang.

Kemampuan dalam menciptakan dan membuat suatu inovasi merupakan salah satu

kemampuan seseorang dalam mengimplementasikan impian dan meyakinkan ide-

ide yang ada pada diri mereka terhadap orang lain. Kompetensi terkait dengan

segala yang diketahui manusia tentang dirinya maupun lingkungannya. Hal ini

diperoleh manusia melalui panca indra melalui rangkaian-rangkaian pengalaman

manusia itu sendiri. Asumantri (1990) berpendapat bahwa kompetensi merupakan

khazanah kekayaan mental yang secaralangsung atau tidak langsung dapat

memperkaya kehidupan manusia. Dengan kompetensi manusia dapat memecahkan

berbagai macam permasalahan yang dihadapinya sehingga kompetensi itu memiliki

arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini relevan dengan pendapat

pakar di atas yang mengatakan bahwa kompetensi sangat penting dalam kehidupan

manusia karena kompetensi pada hakikatnya merupakan produk kegiatan berpikir,

21

artinya kompetensi yang diwujudkan dalam pikiran manusia merupakan hasil

kegiatan berpikir, tentang informasi yang diterima (Asumantri, 1990).

Kompetensi adalah sumber perubahan yang memiliki keterkaitan yang

sangaterat dengan perubahan sosial kemasyarakatan. Jika kondisi sosial

kemasyarakatan berubah, maka kompetensi juga akan mengalami perubahan;

demikian juga sebaliknya, jika kompetensi masyarakat meningkat, maka akan

berdampak terhadap perubahan kondisi sosial masyarakat (Ornstein dan Hunkins,

1988).

Kompetensi dapat diperoleh melalui belajar. Kegiatan belajar

memungkinkan individu memperoleh berbagai pengertian, kecakapan,

keterampilan, serta sikap dan perilaku. Bagi masyarakat, belajar memainkan

peranan penting,terutama dalam meneruskan kompetensi dan kebudayaan pada

generasi penerus. Lingkungan dapat menjadi sumber kompetensi yang sangat luas

bagi individuselama individu tersebut mau memanfaatkan energi pikirannya

terhadap hal-hal yangditemui di lingkungan. Dengan demikian pada dasarnya

kompetensi itu muncul dan berkembang melalui proses belajar (learning process)

dan melibatkan tiga domain yaitu: domain kognitif, domain afektif, dan domain

psikomotor. Kompetensi itu sendiri termasuk dalam domain kognitif (Bloom,

2003).

Bloom mengemukakan bahwa kompetensi sebagai hasil belajar termasuk

kedalam arah kognitif yang aspeknya terdiri dari:

1. Pengertian, dapat diartikan sebagai kegiatan mengingat:

a. Fakta-fakta dan istilah-istilah,

b. Cara atau alat yang digunakan untuk membuat spesifikasi, dan

22

c. Melakukan abstraksi melalui pembuatan prinsip-prinsip, generalisasi,

teori,dan struktur.

2. Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengerti lebih dalam

mengenai materi yang telah dipelajari melalui kegiatan:

a. Menterjemahkan,

b. Menafsirkan,

c. Mengekstrapolasi informasi.

3. Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari dalam situasi tertentu.

4. Analisis, didefinisikan sebagai kemampuan merinci materi yang ada ke dalam

bagian-bagian dan membedakan:

a. Elemen-elemennya,

b. Hubungan-hubungannya, dan

c. Prinsip-prinsip organisasinya.

5. Sintesis, didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggabungkan

beberapabagian menjadi satu kesatuan yang baru dalam bentuk:

a. Komunikasi yang unik,

b. Rencana operasi, dan

c. Seperangkat hubungan-hubungan yang abstrak.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi adalah

suatu kemampuan yang berhubungan dengan kegiatan mental, kegiatan berpikir

dan sumber perubahan yang dilaksanakan dalam pemecahan masalah, perubahan

sosialdan penggerak untuk berbuat yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas kerja.

23

2.6.1 Teori tentang kompetensi teknis

Menurut Walsh (2001) bahwa kompetensi dasar merupakan

keterampilanyang luas tentang produksi dan teknologi korporasi yang mendukung

organisasiuntuk beradaptasi dengan cepat terhadap peluang-peluang yang timbul.

2.6.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi teknis

Selanjutnya perusahaan mengidentifikasi kompetensi-kompetensi apa yang

relevan pada industri tertentu. Indikator dari kompetensi teknis adalah:

1. Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan persyaratan tingkat pendidikan yang dibutuhkan dalam

memegang jabatan dan biasanya berkaitan dengan tingkat intelektual, serta

tingkat pengetahuan yang diperlukan. Pendidikan yang menjadi persyaratan

minimal di dalam sebuah organisasi atau perusahaan.

2. Pengalaman kerja

Pengalaman kerja adalah lama seseorang dalam menangani suatu peran atau

jabatan tertentu dan melaksanakannya dengan hasil yang baik.

3. Kemampuan menganalisis

Kemampuan untuk memehami situasi dengan memecahkannya menjadi bagian-

bagian yang lebih kecil, atau mengamati implikasi suatu keadaan tahap

demitahap berdasarkan pengalaman masa lalu.

Menurut Fredric Jabin (dalam Fuad Mas’Ud, 2004) menyatakan bahwa

indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kompetensi secara

teknis dapat dilihat dari :

24

1. Memberi informasi

2. Mempraktikkan

3. Mengurangi ketidakpastian

Kompetensi yang harus dicapai oleh seorang pendamping pada dasarnya

sama dengan kompetensi yang harus dicapai oleh seorang penyuluh. Penyuluh dan

pendamping mempunyai tugas dan kewajiban yang hampir sama walau dalam

praktiknya mempunyai porsi tugas yang berbeda. Menurut Suhardiyono (1992)

penyuluh haruslah dapat beperan sebagai pembimbing, organisator, dinamisator,

pelatih, teknisi, dan jembatan penghubung antara masyarakat sasaran dan lembaga

yang diwakilinya seperti juga yang harus dilakukan dan dimiliki oleh seorang

pendamping. Penyuluhpun diharapkan dapat membantu sasaran mengenal masalah-

masalah yang dihadapi dan membantu memberikan jalan keluar yang diperlukan.

Oleh karenanya, agar penyuluh atau pendamping mampu berperan di dalam

menfasilitasi pembelajaran, haruslah memiliki kompetensi professional yang

dibutuhkan, yaitu kompetensi yang mengacu kepada satu bidang pekerjaan sesuai

dengan tugas pokok, fungsi dan peranannya. Kompetensi teknis yang harus

dimiliki seorang penyuluh seperti :

1. Perencanaan penyuluhan

2. Pelaksanaan penyuluhan

3. Pengembangan profesi penyuluhan

4. Komunikasi penyuluh

25

2.6.2 Teori tentang kompetensi non teknis

Kompetensi non teknis mengacu pada kemampuan untuk mengendalikan

diri dan memacu diri dalam bekerja (Nefina, 2005). Kompetensi non teknis meliputi

karakteristik individual seperti motivasi, tingkah laku dan kepribadian seseorang.

Kompetensi ini tidak banyak melibatkan karyawan yang berhubungan dengan

program-program maupun berkaitan dengan masalah teknis.

2.6.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi non teknis

Indikator dari kompetensi non teknis menurut Hutapea dan Nurianna Thoha

(2008) yaitu:

1. Pengendalian diri (self control)

Kemampuan untuk mengendalikan emosi diri agar terhindar dari berbuat sesuatu

yang negatif saat situasi tidak sesuai harapan atau saat berada di bawah tekanan.

2. Kepercayaan diri (self confidence)

Tingkat kepercayaan yang dimilikinya dalam menyelesaikan suatu masalah yang

dihadapi.

3. Fleksibilitas (flexibility)

Kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja secara efektif dalam berbagai

situasi,orang atau kelompok.

4. Membangun hubungan (relationship building)

Kemampuan bekerja untuk membangun atau memelihara keramahan, hubungan

yang hangat atau komunikasi jaringan kerja dengan seseorang, atau mungkin

suatu hari berguna dalam mencapai tujuan kerja.

26

2.7 Sistem Pertanian Terintegrasi

Sistem Pertanian Terintegritas, atau lebih dikenal dengan sebutan Simantri

memiliki arti yaitu upaya terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian

karena merupakan pengembangan model percontohan dalam percepatan alih

teknologi kepada masyarakat pedesaan. Program Simantri ini mengintegrasikan

kegiatan sektor pertanian dengan sektor pendukung baik secara vertikal maupun

horizontal. Khususnya di sektor perkebunan, sektor industri dan lainnya sesuai

potensi masing-masing wilayah yang akan menerapkan program Simantri ( Distan

Bali, 2012).

Kegiatan integrasi yang dilaksanakan juga berorientasi pada usaha pertanian

tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F (food, feed, fertilizer dan fuel).

Kegiatan utamanya adalah mengintegrasikan usaha budidaya tanaman dan ternak,

dimana limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim

kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi bio gas, bio urine, pupuk

organik dan bio pestisida ( Distan Bali, 2012).

Tujuan kegiatan Simantri :

1. Mendukung berkembangnya diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan

berwawasan agribisnis.

2. Sebagai salah satu upaya pengentasan kemiskinan, pengurangan pengangguran,

mendukung pembangunan ramah lingkungan, Bali bersih dan hijau (clean and

green) serta program Bali Organik menuju Bali Mandara.

3. Kegiatan utama adalah integrasi tanaman dan ternak dengan kelengkapan : unit

pengolah kompos, pengolah pakan, instalasi bio urine dan biogas .

27

4. Dilaksanakan secara bertahap dan berkelanjutan dengan target peningkatan

pendapatan petani pelaksana

Dengan pengembangan Simantri antara sektor pertanian dengan sektor

peternakan dengan kompreherensif, prinsip ramah lingkungan dan berbasis pada

sumber daya lokal, diharapkan potensi lokal yang selama ini belum dimanfaatkan

secara optimal akan bisa termanfaatkan dengan maksimal. Sehingga pada akhirnya

akan tercipta pola pertanian yang mandiri, komprehensif, ramah lingkungan,

berbasis pada sumber daya lokal, melembaga dan berkesinambungan. Hal tersebut

selaras dengan meningkatnya pendapatan perekonomian petani dan peningkatan

kesejahteraan petani (Distan Bali, 2012).

Pengertian diversifikasi usahatani :

1. Diversifikasi usahatani secara horizontal ; mengusahakan beberapa komoditi

secara terpadu yaitu tumpang sari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

peternakan, perikanan dan bahkan kehutanan (agroforestry).

2. Diversifikasi usahatani secara vertikal ; mengembangkan unit pelayanan sarana

produksi dan lembaga keuangan mikro, melaksanakan intensifikasi dan

ekstensifikasi usahatani, kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil dan

pengolahan atau pemanfaatan hasil ikutan (bio urine, bio gas, kompos, pakan,

bio arang, asap cair, jamur, lebah madu, susu, sabun dari susu dll).

a. Sasaran dari Simantri

1. Peningkatan luas tanam, populasi ternak, perikanan dan kualitas hasil

2. Tersedianya Pakan Ternak Sepanjang Musim.

3. Tersedianya pupuk dan pestisida organik serta biogas

28

4. Berkembangnya diversifikasi usaha, lembaga usaha ekonomi, dan

infrastruktur di pedesaan

b. Sasaran kegiatan Simantri adalah gabungan kelompok tani (anggota kelompok)

pada satu wilayah desa, dengan kriteria:

1. Desa yang memiliki potensi pertanian dan terdapat komoditi unggulan

sebagai titik ungkit.

2. Terdapat anggota kelompok yang mau dan mampu melaksanakan kegiatan

terintegrasi.

3. Prioritas pada desa dengan rumah tangga miskin (RTM) > 35%.

c. Indikator Keberhasilan Simantri

Beberapa indikator keberhasilan Simantri yang diharapkan dapat terwujud

dalam jangka pendek (3-4 tahun) antara lain :

1. Berkembangnya kelembagaan dan SDM baik petugas pertanian maupun

petani.

2. Terciptanya lapangan kerja melalui pengembangan diversifikasi usaha

pertanian dan industri rumah tangga.

3. Berkembangnya intensifikasi dan ekstensifikasi usaha tani.

4. Meningkatnya insentif berusaha tani melalui peningkatan produksi dan

efisiensi usaha tani (pupuk, pakan, bio gas, bio urine, bio pestisida diproduksi

sendiri.

5. Tercipta dan berkembangnya pertanian organik (green economic).

6. Berkembangnya lembaga usaha ekonomi perdesaan.

7. Peningkatan pendapatan petani (minimal 2 kali lipat).

29

2.8 Teknologi Trichoderma

Trichoderma sp merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk

pengendalian hayati. Mekanisme pengendalian trichoderma sp. yang bersifat

spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari

serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan

hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati.

Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung. Selain itu trichoderma sp

sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara massal dan mudah disimpan dalam

waktu lama (Arwiyanto, 2003).

Trichoderma merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi

Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo moniliaceae. Konidiofor tegak,

bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada

umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau

(Cook and Baker, 1989). Spesies dalam satu kelompok yang sama dari trichoderma

dapat menunjukkan spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini

dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari trichoderma,

sebagai contoh misalnya pada T. harzianum dapat menunjukkan enam perbedaan

bentuk seksual yang masing-masing bentuk ini menunjukkan anamorf yang berbeda

(Chet, 1987). Pembiakan masal trichoderma dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Bahan:

a. Sekam 2 kg / meniran jagung

b. Dedak 1 kg / beras

c. Air akuades 0,5 L

d. Air sumur 10 L

30

e. Isolat / stater trichoderma sp., 1 testup

f. Alcohol 90 %

2. Alat:

a. Kantong plastik

b. Tabung reaksi / stater trichoderma sp.,

c. Jet spraiyer

d. Staples

e. Corong

f. Meja / tempat pempiakan

g. Masker

h. Kompor

i. Dandang pengaduk

3. Cara membuat:

a. Timbang sekam dan dedak sesuai ukuran.

b. Campur sekam dan dedak hingga merata berilah air dingin secukupnya

hingga keadaan bahan memal atau dikepal dan dilepaskan dapat pecah.

c. Masukan bahan kedalan kantong plastik kira-kira 1kg / kantong

d. Tutup kantong plastik dengan kancing staples

e. Tanak bahan tersebut kedalam dandang selama 3 jam dimulai dari

mendidihnya air

f. Tiriskan hingga dingin

g. Sebelumnya seterilkan / semprot alas plastik diatas meja dengan alkohol pada

jet spraiyer

h. Inokulasikan / campurkan stater Trichoderma sp., ke media hingga rata

31

i. Tuangkan bahan tersebut diatas meja denga alas plastik diatasnya

j. Ratakan hingga ketebalan 2 cm dan tutuplah denga plastik yang steril 5

sampai 7 hari cendawan sudah jadi. Dengan warna kebiru-biruan

4. Cara aplikasi pada kompos

a. Campurkan Tricho 500 gram kedalam 50 kg kompos yang sudah jadi.

b. Aduk hingga rata

c. Basahi bila kompos dalam keadaan kering hingga memal.

d. Tutup dengan plastik atau masukan ke dalam karung bekas pupuk kimia

e. Biarkan hingga 3x24 jam

f. Kompos fermentasi plus sudah jadi

2.9 Kerangka Pemikiran

Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi adalah sebuah proyek unggulan

Pemerintah Provinsi Bali dalam rangka mempercepat difusi teknologi pertanian

yang merupakan pengembangan model percontohan dalam rangka alih teknologi

kepada masyarakat pedesaan. Petani merupakan obyek utama yang menentukan

produktivitas usaha pertanian yang dikelola. Secara naluri petani menginginkan

usaha ternaknya memberikan manfaat yang tertinggi dari sumber yang dikelolah,

tentunya produktivitas sumberdaya usaha pertanian tergantung pada teknologi

yang diterapkan. Kemampuan dan kemauan petani dalam menerima inovasi

merupakan syarat yang mutlak tercapainya upaya pengembangan pertanian disuatu

daerah. Proses mentransfer ilmu tentang inovasi teknologi kepada petani akan

mudah ketika pendamping Simantri mampu merubah perilaku petani dari yang

tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa dan juga menjembatani

32

antara praktik atau kegiatan yang dijalankan petani dengan pengetahuan dan

teknologi yang selalu berkembang dan senantiasa dibutuhkan oleh petani.

Penelitian mengenai kompetensi pendamping Simantri baik secara teknis

maupun non teknis didalam mendifusikan inovasi teknologi trichoderma dan

sekaligus akan dijadikan variabel yang akan dinilai melalui persepsi petani Simantri

376 Kelompok Tani Sri Uma Desa Takmung. Kompetensi pendamping baik dari

segi teknis maupun non teknis akan dapat dilihat keberhasilan dalam mentransfer

inovasi teknologi yang diberikan. Hasil dari proses difusi inovasi teknologi

trichoderma akan membentuk persepsi petani terhadap kompetensi pendamping

dalam mentransfer ilmu yang diberikan. Kesesuaian inovasi pertanian yang

dideseminasikan dengan potensi atau permasalahan lapang merupakan salah satu

penentu apakah inovasi tersebut akan didifusikan dengan baik kepada petani atau

tidak. Pendamping harus memenuhi indikator kompetensi yang telah ditentukan

guna mencapai sesuatu yang diharapkan dan juga mampu mengintroduksi inovasi

yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani.

Kompetensi pendamping Simantri dalam proses difusi inovasi teknologi

trichoderma pada Simantri 376 Kelompok Tani Sri Uma Desa Takmung

Klungkung Provinsi Bali maka analisis yang dipergunakan adalah analisis

deskriptif. Untuk lebih jelasnya, kerangka pemikiran dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

33

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian Kompetensi Pendamping Simantri dalam Difusi Inovasi Teknologi Trichoderma pada Kelompok Tani Sri Uma

di Desa Takmung Klungkung

Pendamping

Kompetensi pendamping

Non teknis

1. Memberi informasi 2. Mempraktikkan 3. Mengurangi

ketidakpastian 4. Perencanaan

pendampingan 5. Pelaksanaan

penyuluhan 6. kemampuan dalam

evaluasi dan pelaporan

1.Pengendalian diri (self control)

2. Kepercayaan diri (self confidence)

3.Fleksibilitas (Flexibility)

4. Membangun hubungan (relationship building)

Persepsi petani

Kesimpulan/ rekomendasi

Teknis