22
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penge rtian Rumahtangga P etani Pada dasarnya arus pemikiran tentang rumahtangga petani adalah untuk menguji pengaruh faktor-faktor ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan kondisi dalam rumahtangga dalam rangka pengambilan keputusan di tingkat rumahtangga.Bukti yang dikemukakan oleh Haddad et.al.(1994) adalah tentang kasus konsumsi kalori dan pengeluaran energi di Philipina.Rumahtangga sebagai suatu unit keluarga mempunyai anggota keluarga yang menyumbang pendapatan dan hidup secara bersama dalam satu atap rumah. Berarti, anggota keluarga melakukan fungsi produksi, konsumsi, dan kepemilikan, yang berhubungan antar anggota keluarganya, baik suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain, dengan berbagai tingkatan umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dan keahlian serta peranan yang berbeda dalam keluarga. Hal ini dikemukakan oleh Schultz (1999) tentang peranan wanita dalam rumahtangga yang mempunyai posisi tawar tertent u. Rumahtangga sebagai suatu organisasi ekonomi, mempunyai perilaku dan tujuan sesuai sumberdaya, aktivitas, dan kepuasan yang dimilikinya.Sumberdaya manusia dan sumberdaya fisik termasuk finansial, berusaha dimaksimumkan pendapatan dan kepuasannya agar diperoleh kesejahteraan yang maksimal, dengan kendala sumberdaya ekonomi, teknis, sosial budaya, dan hokum, termasuk budaya lokal yang spesifik dalam rumahtangga. Alokasi sumberdaya dan pengambilan keputusan rumahtangga dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut. Perilaku ekonomi rumahtangga direpresentasikan dalam model pembuatan keputusan rumahtangga.Dalam model ekonomi pelaku tunggal, rumahtangga dianggap sebagai produsen atau konsumen saja, sedangkan dalam model ekonomi uniter atau unifikasi maka rumahtangga berperan ganda sebagai produsen maupun konsumen sekaligus, dengan fungsi utilitas tunggal, kemudian berkembang kearah model kolektif (Hendratno, 2006). Penyederhanaan pada rumahtangga berperan tunggal adalah tidak realistis, karena rumahtangga petani umumnya berperan ganda sebagai produsen dan

II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · Dalam hal pengambilan keputusan produksi, konsumsi, dan alokasi tenaga ... tentang teori alokasi waktu, dan pendapat Becker (1979) tentang

Embed Size (px)

Citation preview

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Rumahtangga Petani

Pada dasarnya arus pemikiran tentang rumahtangga petani adalah untuk

menguji pengaruh faktor- faktor ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan kondisi

dalam rumahtangga dalam rangka pengambilan keputusan di tingkat

rumahtangga.Bukti yang dikemukakan oleh Haddad et.al.(1994) adalah tentang

kasus konsumsi kalori dan pengeluaran energi di Philipina.Rumahtangga sebagai

suatu unit ke luarga mempunyai anggota keluarga yang menyumbang pendapatan

dan hidup secara bersama dalam satu atap rumah. Berarti, anggota keluarga

melakukan fungsi produksi, konsumsi, dan kepemilikan, yang berhubungan antar

anggota keluarganya, baik suami, istri, anak, dan anggota keluarga lain, dengan

berbagai tingkatan umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman dan keahlian

serta peranan yang berbeda dalam keluarga. Hal ini dikemukakan oleh Schultz

(1999) tentang peranan wanita dalam rumahtangga yang mempunyai posisi tawar

tertentu.

Rumahtangga sebagai suatu organisasi ekonomi, mempunyai perilaku dan

tujuan sesuai sumberdaya, aktivitas, dan kepuasan yang dimilikinya.Sumberdaya

manusia dan sumberdaya fisik termasuk finansial, berusaha dimaksimumkan

pendapatan dan kepuasannya agar diperoleh kesejahteraan yang maksimal, dengan

kendala sumberdaya ekonomi, teknis, sosial budaya, dan hokum, termasuk budaya

lokal yang spesifik dalam rumahtangga.

Alokasi sumberdaya dan pengambilan keputusan rumahtangga dipengaruhi

oleh berbagai faktor tersebut. Perilaku ekonomi rumahtangga direpresentasikan

dalam model pembuatan keputusan rumahtangga.Dalam model ekonomi pelaku

tunggal, rumahtangga dianggap sebagai produsen atau konsumen saja, sedangkan

dalam model ekonomi uniter atau unifikasi maka rumahtangga berperan ganda

sebagai produsen maupun konsumen sekaligus, dengan fungsi utilitas tunggal,

kemudian berkembang kearah model kolektif (Hendratno, 2006).

Penyederhanaan pada rumahtangga berperan tunggal adalah tidak realistis,

karena rumahtangga petani umumnya berperan ganda sebagai produsen dan

18

konsumen sekaligus, dan terdiri dari banyak anggota keluarga yang mempunyai

preferensi berbeda, dimana rumahtangga sebagai sebuah organisasi ekonomi.

Perilaku ekonomi rumahtangga uniter atau unifikasi dalam pengambilan

keputusan rumahtangga dilakukan oleh kepala rumahtangga tunggal, yang dikenal

sebagai model Becker (1979) tentang pendekatan ekonomi untuk perilaku

manusia, dan menjadi model dasar untuk teori, bukti empiris, dan kebijakan,

dalam model ekonomi rumahtangga pertanian (Singh et.al., 1986).

Model tersebut kemudian dimodifikasi oleh Iqbal (1986) dalam penawaran

dan permintaan modal diantara rumahtangga pertanian di India, dengan

memasukkan perilaku meminjam atau kredit pertanian, serta ditambahkan oleh

Roe dan Tomasi (1986) mengenai resiko penghasilan dalam model dinamis

rumahtangga pertanian. Untuk negara sedang berkembang, analisis konsumsi dan

penawaran tenaga kerja dalam rumahtangga serta permintaan tenaga kerja upahan,

dimodifikasi oleh Benjamin (1992) dalam kasus komposisi rumahtangga, pasar

tenaga kerja, dan permintaan tenaga kerja, kemudian oleh Jacoby (1993) dalam

kasus upah bayangan dan penawaran tenaga kerja keluarga petani, dan

diaplikasikan dalam model ekonometrika kasus Peruvian-Sierra. Sedangkan

untuk negara dengan perekonomian transisi dianalisis oleh Lopez (1986) dalam

kasus model struktural rumahtangga pertanian dengan mengikuti utilitas

independen dan keputusan maks imisasi profit, yang kemudian oleh Huffman dan

Lange (1989) ditambahkan aspek keputusan bekerja di luar pertanian bagi suami

dan istri dalam pembuatan keputusan secara bersama.

Model ekonomi yang kemudian berkembang adalah menitik-beratkan pada

fungsi utilitas rumahtangga, dengan preferensi individu anggota keluarga yang

berbeda, dan mengasumsikan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan Pareto

optimal atau Pareto efisien, seperti yang dikembangkan oleh Chiappori (1988)

tentang penawaran tenaga kerja rumahtangga yang rasional, dan penawaran

tenaga kerja kolektif serta kesejahteraan keluarga, dimana terdapat peran yang

berbeda dalam distribusi dan alokasi sumberdaya (Chiappori, 1992). Model

kolektif yang dikembangkan Pitt et.al.(1990) adalah dengan menganalisis

produktivitas, kesehatan, dan ketidak-samaan distribusi pa ngan dalam

rumahtangga di negara berpendapatan rendah, yang kemudian oleh Haddad

19

et.al.(1997) ditambahkan tentang alokasi sumberdaya pada rumahtangga di negara

sedang berkembang, sebagai model, metode dan kebijakan yang berdampak

luas.Pokok bahasannya juga memasukkan analisis tentang komposisi gender dan

umur petani.

2.2. Kajian Model Ekonomi Rumahtangga

Dalam hal pengambilan keputusan produksi, konsumsi, dan alokasi tenaga

kerja, model ekonomi rumahtangga dapat dilakukan pembahasan secara simultan,

dimana pembahasannya tidak dipisahkan atau non-separable, merupakan model

non-rekursif, sebaliknya jika pembahasannya dapat dipisahkan atau separable,

merupakan model rekursif. Dengan adanya asumsi pasar yang bersaing sebagai

syarat kecukupan (sufficient) untuk semua output dan semua faktor produksi,

dimana harga-harga ada lah eksogen, maka biaya transaks i ada lah nol, dan biaya

imbangan (opportunity cost) beberapa output atau faktor input adalah harga pasar

itu sendiri, sehingga dapat digunakan model rekursif. Separabilitas berimplikasi

pada pengambilan keputusan produksi dari rumahtangga yang tidak dipengaruhi

oleh keputusan konsumsi, sementara itu keputusan konsumsi bergantung pada

keputusan produksi.Keputusan produksi dengan memaksimumkan keuntungan

ditentukan pada tahap pertama, sedangkan keputusan konsumsi dengan

memaksimumkan utilitas dengan kendala produksi, pendapatan, dan waktu,

dipecahkan pada tahap kedua.

Secara teoritis, model ekonomi rumahtangga pertanian mempunyai

kekhususan pada hubungan antara keputusan produks i dan keputusan konsumsi.

Secara empiris, analisis hubungan antara produksi dan konsumsi dilakukan secara

simultan menggunakan teori ekonomika dengan model ekonometrika serta uji

statistika. Rumahtangga pertanian diperlakukan sebagai perusahaan, yaitu

bertujuan memaksimumkan keuntungan. Analisis Kusnadi (2005), membedakan

antara pengertian model rekursif dan model non-rekursif, serta model separable

dan model non-separable. Model rekursif menunjukkan hubungan simultan satu

arah, dari produksi ke konsumsi, dan tidak sebaliknya, sedangkan model non-

rekursif adalah hubungan simultan timbal balik antara keputusan produksi dan

keputusan konsumsi, dengan asumsi pasar yang dilonggarkan yaitu pada pasar

20

persaingan tidak sempurna. Kebanyakan model penelitian ekonomi rumahtangga

pertanian, kajiannya menggunakan persamaan tunggal dengan segala

kesederhanaannya, sehingga perlu metode pendugaan yang lebih kompleks untuk

memecahkan hubunga n antar peubah yang semakin kompleks.

Awal penelitian ekonomi rumahtangga adalah pada pendapat Becker (1965)

tentang teori alokasi waktu, dan pendapat Becker (1979) tentang pendekatan

ekonomi perilaku manusia.Becker (1994) juga membuat pendekatan linear

programming untuk teori keseimbangan subyektif pada pertanian masyarakat

tradisional di Mali. Teori Becker (1965) kemudian dikembangkan oleh Gronau

(1980) tentang waktu santai, produksi rumahtangga, dan waktu bekerja, sebagai

sebuah teori alokasi waktu, dimana dipelajari alokasi waktu rumahtangga

(wanita) yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, dan upah (laki- laki), karakter

anak, dan karakter rumahtangga lain. Strauss (1984) meneliti surplus pasar

komoditas pangan pada rumahtangga pertanian di Siera Leone – Afrika, yang

merupakan bagian produk atau tenaga kerja yang dijual kepasar setelah dikurangi

konsumsi rumahtangga. Elastisitasnya positif terhadap harga sendiri, dimana

karakteristik rumahtangga dan pilihan terhadap teknologi produksi menyebabkan

perbedaan surplus pasar, yang merupakan ciri khas perilaku rasional rumahtangga.

Strauss (1986) membuat pendekatan umum model ekonomi rumahtangga secara

teoritis dan komparatif statis. Strauss (1986) juga mencoba mengestimasi

determinan dari konsumsi pangan dan ketersediaan kalori di pedesaan Sierra-

Leone.

Model Gronau (1980) dan Strauss (1984) menempatkan peubah harga atau

upah sebagai peubah kebijakan (eksogen), dengan asumsi subs titusi yang

sempurna dalam alokasi waktu. Analisis komparatif statisnya bersifat rekursif atau

separable. Elastisitas surplus pasar diambil dari parameter dugaan dari fungsi

produksi dan fungsi permintaan. Analisis Hardaker et.al. (1985) tentang model

ekonomi rumahtangga petani padi di Jawa Tengah, melihat sisi produksi dengan

fungsi produksi Cobb-Douglass, dan sisi konsumsi dengan sistem pengeluaran

linear, yang merupakan modifikasi dari pendekatan Barnum dan Squire (1979),

yaitu untuk teori ekonomi rumahtangga pertanian dengan aplikasi ekonometrika

dalam kasus rumahtangga petani padi di Jawa Barat.

21

Penelitian lebih kompleks dilakukan oleh Sawit (1993), dengan membangun

model ekonomi rumahtangga petani padi dan palawija di pedesaan Jawa Barat,

dengan penekanan pada model multi- input dan multi-output, sehingga merupakan

model rekursif yang terpisah. Sisi produksi didekati dengan fungsi keuntungan,

sisi konsumsi didekati dengan AIDS (Almost Ideal Demand System)

menggunakan model SUR (Seemingly Unrelated Regression). Sawit (1993)

membandingkan perilaku ekonomi rumahtangga dengan pendekatan

konvensional, dimana sisi produksi dan sisi konsumsi dianalisis terpisah.

Perbedaan besaran dan tanda pada parameter dugaannya menghasilkan implikasi

kebijakan yang berbeda. Sawit dan O’Brien (1991) sebelumnya melakukan

aplikasi teori ekonomi rumahtangga pertanian untuk menganalisis pendapatan dan

kesempatan kerja di pedesaan Jawa.

Penggunaan model persamaan simultan pada penelitian ekonomi

rumahtangga, memungkinkan adanya keterkaitan berbagai perilaku ekonomi

rumahtangga, yaitu dengan menganalisis dampak perubahan secara makro

terhadap perilaku ekonomi rumahtangga di tingkat mikro melalui simulasi

kebijakan. Hanya saja, peubah harga ba ik harga input maupun harga output

diperlakukan sebagai peubah eksogen. Sisi produks i dan sisi konsumsi masih

terpisah (separable), sehingga termasuk dalam model rekursif. Peubah eksogen

sebagai peubah kebijakannya adalah dengan kenaikan harga gabah/padi, harga

pupuk, upah tenaga kerja, dan harga input usahatani.

Model ekonomi rumahtangga non-rekursif mencoba memasukkan peubah

harga input menjadi peubah endogen, dimana harga input tidak diukur dengan

harga pasar sebagai peubah eksogen, tetapi menggunakan harga implisit seperti

nilai produk marjinal atau harga bayangan. Penelitian ini antara lain dilakukan

oleh Kusnadi (2005) tentang perilaku ekonomi rumahtangga petani dalam pasar

persaingan tidak sempurna di Indonesia.

Penelitian Sonoda dan Maruyama (1999) tentang dampak upah tenaga kerja

internal pada penawaran output, mengestimasi secara struktural petani padi di

Jepang. Penelitian Sadoulet et.al. (1996) tentang perilaku rumahtangga dengan

pasar tenaga kerja yang tidak sempurna, dan juga Lambert dan Magnac (1994)

tentang pengukuran harga implisit tenaga kerja dalam keluarga sektor pertanian,

22

diaplikasikan di Pantai Gading. Penelitian Skoufias (1994) tentang penggunaan

upah tenaga kerja bayangan, adalah untuk mengestimasi penawaran tenaga kerja

rumahtangga pertanian, dengan mengukur utilitas tenaga kerja musiman dalam

pertanian untuk pembuktian teoritis tentang ekonomi rumahtangga agraris di India

(Skoufias, 1993). Penelitian Lopez (1986) tentang model struktural ekonomi

rumahtangga pertanian adalah dengan mengikuti pengambilan keputusan tentang

inter-dependensi utilitas maksimisasi profit.

Sonoda dan Maruyama (1999) menyatakan adanya kendala upah tenaga

kerja, dimana upah yang dibayarkan lebih rendah dari upah yang diminta tenaga

kerja keluarga, sehingga jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih kecil dari

yang seharusnya. Hasilnya, respon penawaran padi terhadap harga sendiri secara

total negatif, sedangkan efek langsungnya positif dan efek tidak langsungnya

negatif.

Sadoulet et.al. (1994) menganalisis biaya transaksi untuk tenaga kerja

dengan perbedaan upah yang diterima dan upah yang dibayarkan, sehingga tenaga

kerja dikelompokkan berdasarkan pasar tenaga kerja, yaitu rumahtangga pertanian

yang menjual tenaga kerja, yang menyewa tenaga kerja, dan yang swasembada

tenaga kerja. Model yang digunakan adalah non-rekursif, dimana opportunity-

cost tenaga kerja keluarga diukur dengan tingkat upah internal. Perilaku

rumahtangga pertanian di Meksiko, ternyata mengalokasikan tenaga kerjanya

berdasarkan posisi asset usahataninya, keterampilan tenaga kerja, dan komoditas

atau teknologi produksi yang digunakan.

Lambert dan Magnac (1994) menggunakan bentuk umum fungsi produksi

Leontief unt uk menduga harga implisit, dimana respon tenaga kerja lebih baik

hasilnya untuk negara sedang berkembang. Skoufias (1994) menyatakan bahwa

dalam model ekonomi rumahtangga tidak semua tenaga kerja bekerja di luar

usahatani, sehingga opportunity-cost tenaga kerja keluarga tidak bisa diukur

dengan upah yang berlaku di pasar, tetapi dengan produktivitas tenaga kerja.

Perbedaan parameter dugaan dalam tanda dan besaran menjadi penting untuk

menentukan mode l rekursif dan mode l non-rekursif. Lopez (1986) membuat

model yang saling bergantung antara sisi produksi (maksimisasi profit) dan sisi

konsumsi (maksimisasi utilitas). Dalam model non-rekursif dan non-

23

separabledengan pendekatan dualitas, adalah dengan membuat spesifikasi model

rumahtangga pertanian dengan restriksi peubah kredit pertanian, resiko, dan

model dinamis, seperti kasus Kanada (Coyle, 1994).

Jadi model ekonomi rumahtangga non-rekursif diperlukan bila tidak ada

tenaga kerja keluarga yang bekerja di luar usahatani, sehingga penggunaan tenaga

kerja keluarga tidak terkait langsung dengan tingkat upah tenaga kerja yang

berlaku di pasar, dan harga pasar tidak diperlakukan sebagai peubah eksogen

(kebijakan). Pada model rekursif atau separable, tenaga kerja dalam dan luar

ke luarga ada lah homogen dan dapat bersubstitusi secara sempurna, dimana da lam

persamaan tunggal maka perilaku rumahtangga dapat diturunkan dari model

ekonomi rumahtangga pertanian, seperti gagasan Singh et.al. (1986). Model yang

sama dianalisis oleh Strauss (1986) dalam teori komparatif statis model

rumahtangga pertanian, yaitu dengan mengestimasi determinan dari konsumsi

pangan dan ketersediaan kalori di pedesaan Sierra-Leone. Strauss (1986) juga

menganalisis surplus pasar untuk rumahtangga pertanian. Kompleksitas

permasalahan membuat analisis simulasi model dalam persamaan simultan

menjadi pilihan dalam model ekonomi rumahtangga pertanian, seperti dalam

penelitian ini.

2.3. Penerapan Model Ekonomi Rumahtangga

Dalam sistem usahatani maka produksi, pendapatan dan konsumsi hanya

merupakan salah satu bagian dari suatu sistem yang kompleks. Produksi dapat

ditentukan oleh faktor internal, eksternal, dan lingkungan alami. Faktor internal

terdiri dari ketersediaan sumberdaya lahan, tenaga kerja, dan modal. Faktor

eksternal berupa struktur masyarakat, kelembagaan (pasar, kredit, penyuluhan),

dan sarana / prasarana (irigasi, transportasi). Faktor alami adalah lingkungan fisik

(lahan, ketinggian, radiasi, curah hujan, topografi), dan lingkungan biologi

(varietas, hama-penyakit, gulma). Semua faktor tersebut menghasilkan output

berupa produksi dan pendapatan, yang hasilnya dikonsumsi masyarakat luas di

pasar bebas. Faktor- faktor ini akan berpengaruh pada produksi dan konsumsi.

Dalam era milenium, berkembang teori ekonomi rumahtangga yang

mempelajari perilaku rumahtangga sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan

24

produksi dan konsumsi yang berhubungan dengan alokasi waktu dan pendapatan,

dan dianalisis dengan model persamaan simultan. Peubah penting dalam ekonomi

rumahtangga seperti input teknologi produksi usahatani, harga input, harga output,

dan konsumsi barang, jasa dan waktu, dapat diformulasikan dalam sistem

persamaan simultan, seperti gagasan Bagi dan Singh (1974) dalam model

ekonomi mikro untuk pengambilan keputusan pertanian di negara berkembang,

dengan pendekatan persamaan simultan.

Model ekonomi rumahtangga digagas pertama kali oleh Becker (1965)

dalam teori alokasi waktu, dengan menyatakan bahwa ada dua proses dalam

perilaku rumahtangga, yaitu proses produksi yang digambarkan oleh fungsi

produksi, dan proses konsumsi untuk memiliki barang dan waktu santai yang

dikonsumsi. Becker (1979) melakukan pendekatan ekonomi untuk

mengembangkan teorinya tentang perilaku manusia. Rumahtangga dipandang

sebagai pengambil keputusan dalam aktivitas produksi dan konsumsi, serta

berhubungan dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga, dan dianalisis

secara simultan. Asumsi yang digunakan adalah, dalam mengkonsumsi maka

kepuasan rumahtangga bukan hanya dari barang dan jasa yang diperoleh di pasar,

tetapi juga dari berbagai komoditas yang dihasilkan rumahtangga. Beberapa

asumsi-nya antara lain: (1) waktu dan barang atau jasa merupakan uns ur

kepuasan, (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai input dalam fungsi

produksi rumahtangga, dan (3) rumahtangga bertindak sebagai produsen dan

sebagai konsumen.

Kemudian Bagi dan Singh (1974) merumuskannya dalam model ekonomi

mikro tentang pengambilan keputusan di negara sedang berkembang dengan

pendekatan persamaan simultan. Bentuk pengambilan keputusan oleh

rumahtangga petani, terbagi atas keputusan produksi, konsumsi, marketed-

surplus, penggunaan tenaga kerja dalam dan luar keluarga, investasi, dan

finansial. Teori Bagi dan Singh (1974) kemudian diuji secara empiris oleh

Evenson (1978) dalam ekonomi rumahtangga baru atau New Household

Economics.

Dalam Agricultural Household Model, sebagai perluasan teori, aplikasi, dan

kebijakan, dapat diturunkan dari teori perilaku konsumen. Singh et.al. (1986)

25

mencoba membuat model dasar secara teoritis, kemudian menguji hasilnya secara

empiris, dan mengaplikasikannya, dan keluar dengan seperangkat kebijakan.

Teori perilaku rumahtangga yang berkembang adalah berhubungan dengan

kegiatan produksi dan konsumsi yang tidak terpisahkan di antara keduanya. Singh

dan Subramanian (1986) kemudian menganalisis model ekonomi rumahtangga

pertanian untuk lingkungan tanaman tumpangsari di Korea dan Nigeria.

Dalam teori Farm-Household, Barnum dan Squire (1978) mengaplikasikan

teorinya menggunakan analisis ekonometrika, sedangkan Bagi dan Singh (1974)

menggunakan pendekatan persamaan simultan, dan membuat model ekonomi

mikro tentang Farm-Decisions di negara sedang berkembang, melalui

pengambilan keputusan produksi, konsumsi, pemasaran, tenaga kerja dalam dan

luar keluarga, investasi, dan finansial (kredit), serta surplus pasar. Model analisis

simultannya dengan mengasumsikan rumahtangga petani akan memaksimumkan

utilitas dengan kendala produksi, pendapatan, dan waktu.

Yotopoulos dan Lau (1974) dalam membuat model di sektor pertanian

negara sedang berkembang, mencoba mengintegrasikan antara pendekatan

ekonomi mikro dan makro, dengan menganalisis sisi produksi dan sisi konsumsi

menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, dengan asumsi: (1) rumahtangga

sebagai konsumen akan memaksimumkan kepuasannya, yang merupakan fungsi

waktu santai dan konsumsi komoditas lain dengan kendala sumberdaya, (2)

rumahtangga sebagai produsen akan memaksimumkan keuntungan dengan

kendala teknologi, sumberdaya, dan harga sarana produksi, (3) tenaga kerja dalam

dan luar keluarga bersubstitusi sempurna, dan (4) rumahtangga berpartisipasi

dalam pasar tenaga kerja.

Pendekatan Yotopoulos dan Lau (1974) mirip dengan pendekatan Singh

et.al. (1986), yaitu dengan menekankan pada keseimbangan produksi dan

konsumsi sektor pertanian, dimana peubah yang diamati adalah tenaga kerja,

modal, areal tanam, upah tenaga kerja, dan harga. Keputusan produksi, konsumsi,

surplus pasar, tenaga kerja, upah, investasi, dan finansial, saling terkait dan terjadi

di negara sedang berkembang.

Integrasi model ekonomi mikro dan makro mempunyai konsekuensi sebagai

berikut: (1) perlu adanya parameter lahan, obligasi tetap, jumlah keluarga, dan

26

komposisi analisis komparatif statis, (2) model ekonomi mikro rumahtangga

sebagai blok rekursif, yaitu keputusan produksi yang optimal terpisah dengan

keputusan konsumsi yang optimal, (3) tingkat upah keseimbangan merupakan

asumsi yang mengganggu untuk negara sedang berkembang, dan (4) dalam

rangka analisis komparatif statis, dapat dilakukan analisis simulasi model dinamis.

Barnum dan Squire (1978) dalam teori ekonomi rumahtangga pertanian

yang diaplikasikan secara ekonometrika, menganalisis perilaku produksi,

konsumsi, dan penawaran tenaga kerja untuk pertanian semi-komersial di pasar

tenaga kerja yang bersaing sempurna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat keterkaitan erat antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi

dalam rumahtangga petani.

Dari sisi produksi, petani sebagai perusahaan akan memaksimumkan

keuntungan dengan menggunakan teknologi, sumberdaya, dan harga input

tertentu. Untuk menerapkan fungsi produksi, digunakan bentuk persamaan Cobb-

Douglas. Dari sisi konsumsi, rumahtangga petani berusaha memaksimumkan

kepuasan, yang merupakan fungsi dari waktu bekerja dan waktu luang, dimana

konsumsi komoditas pertanian dan non-pertanian tergantung tingkat harga,

kendala sumberdaya, dan teknologi.

Penelitian Barnum dan Squire (1978) mencoba mengkaitkan antara perilaku

produksi, konsumsi, dan penawaran tenaga kerja, untuk menelaah usahatani padi

semi komersial di Malaysia, untuk kasus pasar tenaga kerja yang bersaing. Fungsi

produksi Cobb-Douglass dan penurunan fungsi keuntungan, digunakan untuk

menganalisis sisi produksi, sedangkan linear expenditure system digunakan pada

sisi konsumsi. Tujuannya adalah untuk menganalisis dampak migrasi, intervensi

harga, dan perubahan teknologi sektor pertanian. Kebijakan kenaikan harga

output pertanian tidak efektif dalam meningkatkan jumlah produksi, karena

terdistribusi pada upah tenaga kerja. Jika pendapatan petani naik, suplai tenaga

kerja turun, dan permintaan tenaga kerja naik.

Penelitian Smith dan Strauss (1986), mencoba mensimulasikan

perekonomian di pedesaan Sierra-Leone pada lingkungan subsisten, kemudian

mengestimasi determinan konsumsi pangan dan ketersediaan kalori, dengan

menunjukkan kebijakan kenaikan harga padi dapat meniadakan perbaikan gizi

27

penduduk pedesaan secara keseluruhan, tetapi berdampak positif pada

rumahtangga petani miskin, karena persediaan jumlah padinya lebih banyak dijual

untuk mendapatkan keuntungan. Hal ini untuk menutupi kenaikan harga pangan

lain, sehingga konsumsi pangan atau status gizi bertambah baik. Strauss (1984)

mencoba pula untuk menganalisis surplus pasar rumahtangga pertanian di lokasi

yang sama.

Pradhan dan Quilkey (1985) mencatat beberapa implikasi kebijakan dari

pembuatan model keputusan rumahtangga pertanian untuk petani padi di Orissa–

India, dengan mengadopsi teknologi baru dalam simulasi model. Analisis Iqbal

(1986) tentang permintaan dan penawaran modal diantara rumahtangga pertanian

di India, juga menunjukkan tingkat bunga yang berpengaruh terhadap jumlah

pinjaman, dan akan mempengaruhi hutang rumahtangga petani. Penggunaan

model rumahtangga pertanian untuk menganalisis alokasi tenaga kerja pada

pertanian kolektif di Cina dilakukan oleh Sicular (1986). Analisis multi-pasar

tentang kebijakan harga pertanian di Senegal dilakukan oleh Braverman dan

Hammer (1986). Sedangkan resiko hasilnya dalam model dinamis pada

rumahtangga pertanian dianalisis oleh Roe dan Tomasi (1986). Singh dan

Subramanian (1986) membuat model rumahtangga pertanian di lingkungan

tanaman tumpangsari, dengan studi kasus di Korea dan Nigeria. Lopez (1986)

mencoba membangun model struktural untuk rumahtangga pertanian dengan

mengikuti pengambilan keputusan atas dasar interdependensi utilitas dan

maksimisasi profit. Ellis (1988 ) menganalisis tentang ekonomi peasant (petani

gurem) pada rumahtangga dan pembangunan pertanian di pedesaan.

Pembuatan model rumahtangga pertanian dan ekonomi keluarga dilakukan

oleh Caillavet et.al. (1994), termasuk gagasan Caillavet (1994) dalam pendekatan

metodologis perilaku negosiasi dan akumulasi modal dalam rumahtangga.

Sedangkan Lifran (1994) membuktikan teorinya secara empiris di Perancis

dengan kendala kredit, pada model daur ulang kehidupan dan kesempatan kerja

mandiri. Benjamin dan Guyomard (1994) menganalisis keputusan bekerja di luar

pertanian untuk rumahtangga pertanian di Perancis. Barry (1994) membuat model

dan riset empiris tentang manajemen finansial untuk pertanian keluarga,

sedangkan Barthez (1994) membuat teori permainan ganda pada hubungan bisnis

28

keluarga dalam pertanian. Becker (1994) melakukan pendekatan linear

programming dalam teori keseimbangan subyektif untuk rumahtangga pertanian

pada masyarakat pertanian tradisional di Mali. Bourguignon dan Chippori (1994)

membuat model kolektif untuk perilaku rumahtangga, sedangkan Brossollet

(1994) membuat pendekatan rasionalitas strategis untuk rumahtangga dalam

pengambilan keputusan tenaga kerja. Corsi (1994) menganalisis pasar tenaga

kerja yang tidak sempurna, dengan preferensi, dan pendapatan minimum sebagai

determinan dari pilihan aktivitas yang majemuk. Coyle (1994) melakukan

pendekatan dualitas untuk membuat spesifikasi model rumahtangga pertanian.

Haddad et.al. (1994) menganalisis ketidak-samaan antar rumahtangga pada

rumahtangga yang baik, dengan pembuktian pada konsumsi kalori dan

pengeluaran energi di Philipina. Hill (1994 ) membuat konsep tentang

rumahtangga pertanian dan pengukuran pendapatan rumahtangga, dengan

mengaplikasikan kebijakan umum dibidang pertanian. Lambert dan Magnac

(1994) mengukur harga implisit dari tenaga kerja keluarga dalam pertanian, dan

diaplikasikannya di Pantai Gading. Muller (1994) melihat peranan pengambilan

keputusan produksi dalam membuat model konsumsi rumahtangga di pedesaan.

Phimister (1994) menganalisis dampak dari mekanisme pemindahan aset

pertanian antar-generasi, sebagai aplikasi model daur ulang kehidupan dengan

kendala yang mengikuti serta penyesuaian biayanya.

Penggunaan model ekonomi rumahtangga dilakukan oleh Elad et.al. (1998),

dengan menganalisis produktivitas tenaga kerja rumahtangga pertanian di Afrika.

Sonoda dan Maruyama (1999) melihat adanya dampak upah internal pada

penawaran output sebagai sebuah estimasi struktural untuk petani padi di Jepang.

Peranan wanita dalam rumahtangga pertanian sebagai penawaran dan modal

manusia, dianalisis oleh Schultz (1999). Yoo dan Giles (2002) menganalisis

penyebab perilaku dan konsumsi rumahtangga serta pengambilan keputusan

menabung, sebagai analisis empiris dengan menggunakan data panel rumahtangga

di pedesaan Cina. Taylor dan Adelman (2002) juga membuat model ekonomi

rumahtangga pertanian. Edmiades et.al. (2004) melihat adanya permintaan yang

bervariasi dalam model rumahtangga pertanian yang berciri khas, yaitu untuk

kasus tanaman pisang di Uganda.

29

Beberapa studi yang menggunakan model ekonomi rumahtangga petani di

Indonesia dilakukan antara lain oleh Hardaker et.al. (1985), dengan membuat

model tentang rumahtangga pertanian padi di Jawa Tengah. Analisis yang

dilakukan adalah dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk

menganalisis perilaku produksi, dan menggunakan Linear Expenditure System

untuk menganalisis perilaku konsumsi rumahtangga petani padi. Sebelumnya,

Kuntjoro (1983) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran

kembali kredit Bimas Padi, dengan kasus di kabupaten Subang – Jawa Barat. Pitt

dan Rosenzwig (1986) menganalisis tentang harga pertanian, konsumsi makanan,

serta kesehatan dan produktivitas petani di Indonesia. Kesamaan implikasi

perubahan teknologi dan kebijakan pemerintah dalam ekonomi perberasan di

Indonesia dilakukan oleh Jatileksono (1986), sedangkan Tabor (1988)

menganalisis dari sisi penawaran dan permintaan tanaman pangan di Indonesia.

Kuntjoro et.al. (1989) menganalisis secara spesifik mengenai permintaan jagung,

singkong, dan kedelai sebagai konsumsi rumahtangga.

Penerapan teori rumahtangga pertanian untuk menganalisis pendapatan dan

kesempatan kerja dilakukan oleh Sawit dan O’Brien (1991), yaitu di daerah

lembah sungai Cimanuk - Jawa Barat. Keputusan produksi dan konsumsi

rumahtangga dianalisis secara terpisah, kemudian perilakunya diintegrasikan

dalam model rumahtangga. Model fungsi keuntungan digunakan untuk menguji

perilaku maksimisasi profit, sedangkan pendekatan sistem permintaan (Linear

Expenditure System) digunakan untuk menguji perilaku maksimisasi utilitas.

Tujuannya adalah untuk mengevaluasi pengaruh alternatif kebijakan harga input

dan output terhadap pilihan rumahtangga untuk leisure-income, suplai tenaga

kerja, permintaan rumahtangga pertanian, dan surplus pasar. Penelitian ini juga

menganalisis respon suplai model multi-output dan multi- input. Pada panen padi

musim kering (MK) dan musim hujan (MH), dengan dua komoditas, digunakan

model fungsi keuntungan fleksibel translog. Kesimpulan hasil penelitian ini

adalah: (1) suplai padi tidak sensitif terhadap kenaikan harga pupuk, karena

dihapuskannya subsidi pupuk, (2) dampak kebijakan harga padi dalam menyerap

tenaga kerja cukup besar, dan (3) kebijakan harga padi lebih efektif daripada

kebijakan subsidi pupuk.

30

Aryani (1994) menganalisis curahan kerja dari kontribusinya terhadap

penerimaan keluarga nelayan dalam kegiatan ekonomi di desa pantai di

Sukabumi–Jawa Barat. Kajian alokasi waktu dan kontribusi kerja anggota

keluarga dalam kegiatan ekonomi rumahtangga di dua tipe desa di lokasi yang

sama, diteliti oleh Mangkuprawira (1985). Faktor imbalan kerja, pendapatan

rumahtangga, dan jumlah anggota keluarga, berpengaruh pada alokasi waktu

suami dan istri (respon positif), dimana semakin rendah lapisan ekonomi

rumahtangga semakin tinggi respon suami istri dalam mencari nafkah. Pendapat

Mangkuprawira (1985) berbeda dengan penelitian Aryani (1994), yaitu semakin

baik kondisi ekonomi rumahtangga semakin tinggi partisipasi kerja istri dan

anggota keluarga, sedangkan partisipasi kerja suami semakin menurun. Faktor-

faktor yang berpengaruh dominan adalah luas lahan pertanian, jumlah angkatan

kerja, pendidikan, umur, perbedaan agro-ekologi daerah, dan lingkungan produksi

(lahan).

Analisis permintaan kredit pada industri kecil di Jawa Barat dan Jawa Timur

diteliti oleh Rachmina (1994), sedangkan Pakasi (1998) menganalisis ekonomi

rumahtangga dan pengembangan industri kecil alkohol nira aren di kabupaten

Minahasa, dimana komoditasnya lebih dari satu (multi komoditas), sehingga

terjadi interaksi antar komoditas saat dilakukan simulasi. Keputusan produksi

terkait erat dengan keputusan konsumsi dan pendapatan, sehingga penerapan

kebijakan untuk meningkatkan produksi adalah dengan meningkatkan harga input

dan harga output produksi serta kombinasi keduanya. Penelitian Reniati (1998)

manganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi keterkaitan antara keputusan

bekerja, produksi, dan pengeluaran rumahtangga nelayan.

Dalam rangka membuat simulasi model, Ananto (1990) mengevaluasi

penerapan teknologi mekanis pada sistem produksi padi sawah di kabupaten

Krawang–Jawa Barat. Basit (1995) menganalisis penerapan teknologi usahatani

konservasi pada lahan kering berlereng di wilayah hulu DAS Jratunseluna–Jawa

Tengah, dimana faktor yang menentukan keragaan usahatani konservasi ada lah

pendapatan luar usahatani, harga output, dan upah tenaga kerja, sebagai faktor

yang ditentukan di luar sistem usahatani, sedangkan kualitas penerapan teknologi

lebih banyak ditentukan dari dalam sistem usahatani. Mulyana (1998)

31

menggunakan analisis simulasi untuk meneliti keragaan penawaran dan

permintaan beras Indonesia dengan melihat prospek swasembada di era

perdagangan bebas.

Studi ekonomi dan sistem komoditas kedelai di Indonesia dilakukan oleh

beberapa peneliti antara lain, Arsyad dan Syam (1998) tentang kedelai sebagai

sumber pertumbuhan produksi dan teknik budidaya, kemudian Adisarwanto dan

Suyamto (1997) tentang penelitian pengembangan teknologi produksi kedelai,

serta Adnyana dan Kariyasa (1997) berdasarkan pengalamannya tentang

penelitian pengembangan kedelai di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Lampung.

Disamping itu, Kuntjoro (1997) membuat strategi tentang pengembangan kedelai

menuju swasembada kedelai, dan Lim (1997) melihat dari sisi pola kemitraannya,

sedangkan Nugraha et.al. (1997) melihat dari sistem perbenihan kedelai yang

bebas virus. Penelitian lain dilakukan Amang et.al. (1996) tentang ekonomi

kede lai di Indo nesia, kemudian Sumarno et.al. (1989) tentang analisis

kesenjangan hasil kedelai di Jawa, lalu Somaatmadja (1985) tentang kedelai, serta

ESCAP-CGPRT (1985) tentang sistem komoditas kedelai di Indonesia.

Analisis dampak alternatif kebijakan terhadap produksi, pendapatan, dan

konsumsi rumahtangga petani kedelai di Subang – Jawa Barat pernah diteliti oleh

Susetyanto (1994) dari sisi mikro ekonomi, sedangkan Anderson (1994)

menganalisis dampak kebijakan ekonomi terhadap industri komoditi kedelai di

Indonesia, dari sisi makro ekonomi, serta Daris (1993) dari sisi penawaran dan

permintaan kedelai di Indonesia. Disamping itu, Salman (1993 ) melakukan

analisis ekonomi komoditas kapas Indonesia dengan pendekatan simulasi

kebijakan menggunakan model ekonometrika. Keunggulan komparatif dan

dampak kebijakan pada produksi kedelai, jagung, dan ubikayu di propinsi

Lampung, dicoba dianalisis oleh Haryono (1991).

Muhammad (2002) menganalisis keterkaitan antar peubah dan sistem

persamaan produksi, curahan kerja, pendapatan daan konsumsi, dengan model

ekonometrika menggunakan persamaan simultan. Dalam analisisnya, peubah

harga output dan harga input merupakan peubah eksogen. Secara teori,

pemecahan masalah dilakukan secara rekursif dengan dua tahap, yaitu tahap

32

produksi dan baru kemudian melalui tahap konsumsi, atau dengan memisahkan

antara keputusan produksi dan konsumsi (separabel).

Analisis menggunakan model ekonomi rumahtangga dilakukan oleh

Asmarantaka (2006), dengan menganalisis perilaku ekonomi rumahtangga petani

di tiga desa pangan dan perkebunan di propinsi Lampung. Kemudian Hendratno

(2006) mencoba mengkompromikan secara kooperatif untuk alokasi sumberdaya

intra rumahtangga petani karet di Sumatera Selatan. Kusnadi (2005) menganalisis

perilaku ekonomi rumahtangga petani dalam pasar persaingan tidak sempurna di

beberapa propinsi di Indonesia, dengan memasukkan harga input sebagai harga

bayangan pada pasar yang tidak sempurna, yang nilainya diturunkan dari fungsi

produksi usahatani. Secara teotitis, analisis simultan separabel mengasumsikan

pasar output dan input bersaing sempurna, sehingga rumahtangga adalah price-

taker. Kinerja PIR kelapa-sawit di Sumatera Selatan yang dilakukan oleh Bakir

(2007), adalah dengan menganalisis pola kemitraan dan pengaruhnya terhadap

ekonomi rumahtangga petani. Perilaku ekonomi rumahtangga petani sayuran

dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di kabupaten Bandung yang

dianalisis oleh Fariyanti (2007), juga menggunakan analisis model ekonomi

rumahtangga dengan persamaan simultan..

Sebagian besar penelitian ekonomi rumahtangga yang telah dikaji,

menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model persamaan simultan

dengan pemecahan secara rekursif dan separabel, seperti pada kasus tanaman

kakao di Sulawesi Tenggara (Ambarsari, 2005); respon produksi dan konsumsi

pangan (Anwar, 2005); usaha industri kecil tenun sutera di Sulawesi Selatan

(Elistiawaty, 2005) ; usahatani padi di Jawa Barat (Andriati, 2003); industri formal

berdasarkan gender (Ariyanto, 2003); dan industri gerabah di Bantul-DIY

(Negoro, 2003). Penelitian oleh Chavas, et.al. (2004) adalah dengan menganalisis

tingkat aktivitas off-farm menggunakan model Tobit.

Penelitian Susetyanto (1994) tentang analisis dampak alternatif kebijakan

terhadap produksi, pendapatan, dan konsumsi rumahtangga petani kedelai, juga

menggunakan pendekatan ekonometrika dengan model persamaan simultan.

Perilaku rumahtangga petani kedelai dalam luas areal panen, produktivitas, tenaga

kerja dalam dan luar keluarga, dan konsumsi kedelai benih, tidak responsif

33

terhadap perubahan harga output, sedangkan konsumsi kedelai pangan responsif

terhadap perubahan harga kedelai. Kebijakan kenaikan harga kedelai, kombinasi

harga kedelai dan pupuk, harga kedelai dan saprotan, berdampak meningkatkan

tenaga kerja, produksi, dan pendapatan rumahtangga petani. Kebijakan

pemerintah dalam penentuan harga dasar padi dan palawija serta penghapusan

subs idi pupuk, sesuai dengan harapan untuk menyerap tenaga kerja, menaikkan

produksi dan pendapatan petani. Dalam disertasi ini, analisis simultan dilakukan

secara non-rekursif dan non-separabel, keputusan produksi dan konsumsi

dilakukan secara bersamaan, menggunakan metode analisis ekonometrika 2SLS

solusi Newton dan data cross-section pada secondary-crops tanaman kedelai. Hal

yang sama juga dilakukan dalam penelitian Asmarantaka (2007) mengenai pangan

dan perkebunan di Lampung, dan penelitian Bakir (2007) mengenai PIR kelapa

sawit di Sumatera Selatan, atau berbeda komoditasnya yaitu tanaman pangan dan

perkebunan.

2.4. Model Empiris pada Pengambilan Keputusan Rumahtangga Petani

Perkembangan teori ekonomi rumahtangga petani dan hasil studi empiris

para penelitinya, terlihat pada pengambilan keputusan rumahtangga petani dengan

model peran tunggal atau model konvensional, dan model peran ganda atau model

farm-household. Peran ganda dapat dibagi menjadi model uniter sesuai konsep

tradisional, dan model kolektif sesuai konsep ekonomi keluarga, serta model

keseimbangan umum. Dalam model pengambilan keputusan rumahtangga petani

dengan model ekonomi rumahtangga petani berperan tunggal, dengan pokok

bahasan pada rumahtangga produsen, antara lain dianalisis oleh:

Chavas, JP., R.Petrie, dan M.Roth (2005)

RT.Produsen (Gambia)

Efisiensi Produksi RTP

Key, N., E.Sadoulet, dan A.Janvry (2000)

RT.Produsen Biaya Transaksi Terhadap Respon Penawaran RTP

Elad, RL., JE.Houston, A.Keeler, dan D.Baker (1998)

RT.Produsen (Afrika)

Produktivitas TK pada RTP di Afrika.

Bernet, B.(1997) RT.Produsen Susu (Indonesia)

Model Optimasi RT: Keuntungan Produsen Susu di 3 Wilayah Ekologis Agronomis

Yang, DT.(1997)

RT.Produsen (Cina)

Kualitas dan Manajemen TK Trhd

34

Efisiensi Usahatani (Pendidikan dlmProduksi)

Rong, WJ., EJ.Wailes, dan GL.Cramer(1996)

RT.Produsen (Cina) Shadow Price Frontier:Pengaruh Kharakteristik RT Trhd Efisiensi Profit

Bagi, FS., dan IJ.Singh. (1974)

RT.Produsen Model Mikroekonomi pada Keputusan RTP di Negara Sedang Berkembang

Dalam model pengambilan keputusan rumahtangga petani dengan model

ekonomi rumahtangga petani berperan tunggal, dengan pokok bahasan pada

rumahtangga konsumen, antara lain dianalisis oleh:

Edmeades,S., M.Smale,M.Renkov, danD.Phaneuf (2004)

RT.Konsumen (Pisang - Uganda)

Permintaan yg Bervariasi dlm Kerangka Model ERTP dng Atribut (Kasus Pisang)

Yoo, K., danJ.Giles (2002)

RT.Konsumen (Pedesaan - Cina)

Perilaku Ke-hati2-an dlm Kptsn Konsumsi & Menabung. Constant Relative Risk Aversion Model (dng Data Panel RT)

Sheng, DD., JS. Shonkwiler, dan OJ.Capps (1998)

RT.Konsumen Estimasi Fungsi Permintaan RT (dng Data Cross-section RT)

Fen, SE.,J.Wailes, danGL.Cramer(1995)

RT.Konsumen (Pedesaan - Cina)

Permintaan RT d i Pedesaan (dng Two Stage LES-AIDS)

Halbrendt,C.,F.Tuan, C.Gempesaw, dan ED.Dolk (1994)

RT.Konsumen (Pedesaan - Cina)

Permintaan RT d i Pedesaan (dng AIDS Model)

Hopkin, J.,C.Levin, danL.Haddad (1994)

RT.Konsumen (Nigeria)

Pendapatan Wanita dan Pola Pengeluaran RT a/d Gender atau Aliran Kas (Model RT. Konsumsi Terpisah)

Lee, JY.,MG.Brown, danJL.Seale (1994)

RT.Konsumen (Taiwan)

Pilihan Model pada Analisis Konsumen (Kombinasi Model Rotterdam)

Saha, A., dan J.Stroud (1994)

RT.Konsumen Model RTP untuk Penyimpanan Pangan dng Resiko Harga (TK dan Tabungan)

Pitt, MM., dan MR.Roswnzweigh (1986)

RT.Konsumen (Indonesia)

Harga2 Pertanian, Konsumsi Pangan, Kesehatan, dan Produktivitas Petani (Keuntungan Usahatani)

Mangkuprawiro, S. (1985)

RT.Konsumen (Sukabumi)

Alokasi Waktu dan Kontribusi Kerja Anggota Keluarga dalam Kegiatan Ekonomi RT Pedesaan

Hyun, KN.,DW.Adams, dan LJ.Hushak (1979)

RT.Konsumen (Korea Selatan)

Perilaku Tabungan RT Pedesaan

Lluch, C.,AA.Powell, danRA.Williams (1977)

RT.Konsumen Pola Permintaan dan Tabungan RTP

Model pengambilan keputusan rumahtangga petani dengan model ekonomi

rumahtangga petani berperan ganda atau farm-household model, dengan pokok

bahasan fungsi utilitas secara agregat, sesuai konsep tradisional ekonomi

rumahtangga petani atau model uniter, antara lain dianalisis oleh:

35

Taylor, JE., dan I.Adelman (2002)

Model RTP Model RTP: Dasar, Evo lusi, dan Keberadaannya.

Chaillavet, F., H.Guyomard, dan R.Lifran (1994)

Keputusan Kepala.RT: Tunggal (Model Tradisional) Rekursif – Separable

Model RTP dan Ekonomi Keluarga (Chicago-School:ModelBecker) Maksimisasi Profit Thdp Harga Produk

Ellis, F. (1988) Ekonomi Peasant (Petani Gurem)

RTP dan Pembangunan Pertanian

.Iqbal, F. (1986) Model RTP: NRekursif -NSeparab le

Permintaan dan Penawaran Dana Antar RTP (India)

Lopez, RE. (1986) Utilitas Inter-dependen & Maksimisasi Profit NRekursif -NSeparab le

Model Struktural RTP Mengikuti Ut ilitas Inter-dependen dan Maksimisasi Profit

Roe, T., dan TG.Tomasi (1986)

Model RTP Resiko Penghasilan dan Model Dinamis RTP

Pitt, MM., dan MR.Rosenzwig (1986)

Model RTP Rekursif - Separab le

Harga Pertanian, Konsumsi Pangan dan Produktivitas, serta Kesehatan Petani (Indonesia)

Singh, I., L.Squire, dan J.Strauss (1986)

Model RTP: Rekursif - Separab le

Model RTP: Keberadaan, Aplikasi dan Kebijakan Model Dasar: Teori, Hasil Studi, dan Kebijakan

Singh, I., dan J.Subramanian(1986)

Model RTP: Rekursif – Separable (Korea dan Nigeria)

Modeling RTP pada Lingkungan Multi Tanaman(Tumpangsari) ProgramLinear Produksi untuk Kajian Faktor A lokasi Sumberdaya

Strauss, J. (1986) Model RTP: Teori Perbandingan Statik NRekursif -NSeparab le

EstimasiDeterminanKonsumsi Pangan dan Kebutuhan Kalori RT Pedesaan

Strauss, J. (1984) Model RTP: Surp lus Pasar (Sierra-Leone)

Surplus Pasar pada RTP

Gronau, R. (1980) Teori A lokasi Waktu Waktu Santai, Produksi RT dan Bekerja: Teori A lokasi Waktu

Barnum, HW., dan L.Squire (1978)

Model RTP Aplikasi Ekonometrika pada Teori RTP

Evenson, RE. (1978) Ekonomi RTP Baru Ekonomi RTP Baru

Model pengambilan keputusan rumahtangga petani dengan model ekonomi

rumahtangga petani berperan ganda atau farm-household model, dengan pokok

bahasan pada fungsi utilitas secara individu, sesuai konsep ekonomi keluarga atau

model kolektif rumahtangga petani, antara lain dianalisis oleh:

Schultz, TP. (1999) Peranan TK Wanita Peranan TK Wanita pada RTP: Posisi

Tawar dan Modal TK Caiumi, A., dan F.Perali (1997)

Angkatan Kerja Wanita (Italia)

Partisipasi TK Wanita (Perbandingan Keluarga Perkotaan dan Pedesaan)

Barry, PJ. (1994) Model RTP dan Ekonomi Keluarga

Manajemen Keuangan Perusahaan Keluarga: Riset Empiris dan Pemodelan

36

Barthez, A. (1994) Model RTP dan Ekonomi Keluarga

Hubungan Bisnis Keluarga dlm Pertanian:Teori Main Ganda

Bourguignon,F.,dan PA.Chiappori(1994)

Fs.Utilitas Individu: Non-Agregat (Nash Bargaining)

Model Kolektif Perilaku RT Alokasi Intra RT, Analisis: Konsumsi, Kemakmuran / Kesejahteraan Anggota RT (Efisiensi Pareto)

Brossollet, C. (1994) Perilaku Penawaran TK dalam RTP

Keputusan TK dan Rasionalitas RT (Strategi yg Rasional)

Chaillavet, F. (1994) Model RTP dan Ekonomi Keluarga

Perilaku Negosiasi dan Akumulasi dlm RTP

Lambert , S., dan T.Magnac (1994)

Model RTP dan Ekonomi Keluarga (Pantai-Gading)

Pengukuran Harga Implisit pada TK Keluarga d lm Pertanian

Lifran, R. (1994) Model Siklus Hidup & TK Sendiri (Perancis)

Kendala Kredit pada Model Siklus Hidup TK Keluarga Sendiri

Phimister, E. (1994) Model RTP dan Ekonomi Keluarga

Dampak Mekanis me Transfer Asset Pertanian Antar Generasi: Model Siklus Hidup dng Kendala Pinjaman dan Penyesuaian Harga

Sicular, T. (1986) Model RTP dan Pertanian Kolektif NRekursif; NSeparable

Penggunaan Model RTP untuk Analisis Alokasi TK pada Pertanian Kolekt if (Cina)

Model pengambilan keputusan rumahtangga petani dengan model ekonomi

rumahtangga petani berperan ganda atau farm-household model, dengan pokok

bahasan pada keseimbangan umum rumahtangga petani, antara lain dianalisis

oleh: Brown, DR.(2004) Analisis Waktu/Tempat

NRekursif - NSeparable Model Spatio Temporal pada Penanaman Berpindah dan Dinamika Sumberdaya Hutan

Vakis, R., E.Sadoulet, A.de Janvry, dan C.Cafiero (2004)

Model Campuran RTP Rekursif-Separable

Uji Separabilitas dalam Model RTPdng Perilaku Heterogen: Pendekatan Model Campuran

Offut, S. (2003) Analisis Kebijakan Analisis Kebijakan Pertanian Global Minot, N., dan F.Gollet i (1998)

Keseimbangan Harga Pasar (Beras-Vietnam)

Kesejahteraan RT: Liberalisasi Ekspor

Sadoulet, E., dan A.Janvry (1995)

Analisis Kebijakan NRekursif – Nseparable

Analisis Kebijakan RTP

Becker, H.(1994) Model Prod/Kons. a/d Teori RTP: Keseimbangan Klasik (Masyarakat Tani Tradisional - Mali)

Analisis Keputusan RTP. Penggunaan Faktor Input RTP Subsisten dan Beresiko (Pedesaan) Teori Keseimbangan Subyektif dng Program Linear pada RTP dalam Masyarakat Tani Tradisional

Benjamin, C., dan H.Guyomard (1994)

Model Keputusan Kerja Keseimbangan Subyektif (Perancis)

Keputusan Kerja Luar Pertanian pada RTP

Corsi, A. (1994) Keseimbangan pada Pasar TK yg Tidak Sempurna

Pasar TK Tidak Sempurna: Preferensi&Pendapatan Minimum sbg Determinan Aktivitas Pilihan Ganda

Coyle, BT. (1994) Pendekatan Dualitas NRekursif - NSeparable

Pendekatan Dualitas pada Spesifikasi Model RTP

Haddad, L., Analisis Pengeluaran Ketidaksamaan Intra RT:

37

R.Kanbur, dan H.Bouis (1994)

Energ i dan Kebutuhan Kalori (Filip ina)

Rata-rata RT yg Sehat

Hill, B. (1994) Analisis Kebijakan Pertanian Secara Umum

Konsep RTP dan Pengukuran Pendapatan RT

Muller, C. (1994) Keputusan Poduksi pd Model Pola Konsumsi NRekursif-NSeparable

Peranan Keputusan Produksipada Model PolaKonsumsi RT Pedesaan

Skoufias, E.(1993) Model Campuran RTP NRekursif - NSeparable

Utilitas TK Musiman dlm Pertanian RTP India

Sawit, MH., dan DT.O'Brien (1991)

Analisis Pendapatan dan Kesempatan Kerja

Penerapan Teori RTP untuk Analisis Pendapatan dan Kesempatan Kerja

Braverman,A.,dan JS.Hammer (1986)

Keseimbangan Harga Pasar (Market Clearing Prices

Analisis Multi Pasar pada Kebijakan Harga Pertanian

di Senegal) Nakajima, C. (1986)

Keseimbangan Subyektif NRekursif; NSeparable

Teori Keseimbangan Subyektif pada RTP

Smith, VE., dan J.Strauss (1986)

Analisis SimulasiKebijakan (Sierra-Leone)

Simulasi Ekonomi Pedesaan pada Lingkungan Subsistem

Hardaker, JB., Analisis Kebijakan Pert. Model RTP Pad i TG.McAulay, (Jawa Tengah) M.Soedjono, dan CKG.Darkey(1985) Pradhan, J., dan JJ.Quilkey (1985)

Analisis Kebijakan (India)

Implikasi Keb ijakan dari Model RT Petani Padi

Model pengambilan keputusan rumahtangga petani dengan model ekonomi

rumahtangga petani berperan ganda atau farm-household model, dengan pokok

bahasan pada simulasi model atau simulasi kebijakan rumahtangga petani, antara

lain dianalisis oleh:

Elly, FH. (2008) Analisis Kebijakan

(Sulawesi Utara) Pengaruh BiayaTransaksi Trhd Perilaku Ekonomi RT Peternak Sapi

Bakir, LH. (2007) Analisis Kebijakan (PIR KelapaSawit - SumSel)

Kinerja PIR Kelapa Sawit : Analisis Kemitraan dan Ekonomi RTP

Fariyanti, A. (2007)

Analisis Kebijakan (Pengalengan-Bdng)

Perilaku Ekonomi RTP dlm Menghadapi Resiko Produksi dan Harga Produk

Priyanti, A.(2007) Analisis Kebijakan Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak Terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan, dan Pengeluaran RTP

Asmarantaka,RW (2006)

Analisis Kebijakan (Lampung)

Analisis Kebijakan pada Tanaman Pangan dan Perkebunan

Hendratno, S. (2006)

Analisis Kebijakan (Sumatera Selatan)

Kompromi Kooperatif dan Alokasi Sumberdaya

Kusnadi,N.(2005) Analisis Kebijakan Harga Bayangan NRekursif-NSeparable

Perilaku Ekonomi RTP pada Pasar Persaingan Tidak Sempurna (Tanaman Pangan Indonesia)

Muhammad, S. (2002)

Analisis Simulasi Kebijakan (JaTim)

Ekonomi RT Nelayan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Mulyana, A.(1998)

Analisis Simulasi Keragaan Penawaran dan Permintaan Beras Indonesia

38

Susetyanto.(1994) Analisis Kebijakan (Kedelai-Subang)

Analisis Kebijakan Terhadap Produksi, Pendapatan dan Konsumsi RTP Kedelai

Sawit, MH.(1993) Analisis Kebijakan (Padi – JawaBarat)

Model RTP untuk RT Pedesaan

Ananto, EE. (1990)

Analisis Simulasi Model (Krawang-Jabar)

Simulasi Model untuk Evaluasi Penerapan Teknologi Mekanis pada Sistem Produksi Padi Sawah

Sinaga, BM. (1989)

Analisis Simulasi Kebijakan

Model Ekonometrika Industri Produk Kayu Indonesia

Penelitian dan disertasi ini dapat dikelompokkan pada pokok bahasan model

berperan ganda dengan analisis simulasi kebijakan pada rumahtangga petani

kedelai, dengan model ekonometrika menggunakan persamaan simultan metode

2SLS solusi Newton, dan menganalisis dampak perubahan harga terhadap tenaga

kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani kedelai di Indonesia.