18
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman semusim yang sangat mudah ditemukan terutama di daerah pedesaan. Tanaman padi merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri. Tanaman ini termasuk genus Oryza L. Menurut (USDA, 2020) klasifikasi tanaman padi secara lengkap yaitu: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Liliopsida Subclass : Commelinidae Order : Cyperales Family : Poaceae/Gramineae Genus : Oryza L. Species : Oryza sativa L. Padi termasuk dalam genus Oryza yang memiliki 22 spesies, dengan jumlah kromosom (2n): 24 dan 48. Spesies dari genus Oryza tersebut dikenal sebagai kerabat liar dari padi budidaya. Jumlah spesies padi liar (Oryza spp.) tercatat 87 spesies, namun yang baru diketahui genomnya sebanyak 22 spesies. Grup spesies, jumlah kromosom, genom dan distribusi padi liar (Suhartini & Sutoro, 2007) dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman semusim yang sangat mudah

ditemukan terutama di daerah pedesaan. Tanaman padi merupakan tanaman yang

melakukan penyerbukan sendiri. Tanaman ini termasuk genus Oryza L. Menurut

(USDA, 2020) klasifikasi tanaman padi secara lengkap yaitu:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Subclass : Commelinidae

Order : Cyperales

Family : Poaceae/Gramineae

Genus : Oryza L.

Species : Oryza sativa L.

Padi termasuk dalam genus Oryza yang memiliki 22 spesies, dengan jumlah

kromosom (2n): 24 dan 48. Spesies dari genus Oryza tersebut dikenal sebagai

kerabat liar dari padi budidaya. Jumlah spesies padi liar (Oryza spp.) tercatat 87

spesies, namun yang baru diketahui genomnya sebanyak 22 spesies.

Grup spesies, jumlah kromosom, genom dan distribusi padi liar (Suhartini &

Sutoro, 2007) dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

7

Gambar 1. Grup Spesies, Jumlah Kromosom, Genom dan Distribusi Padi Liar

Morfologi suatu tanaman sangat berpengaruh terhadap produksinya.

Contohnya yaitu efektivitas menangkap cahaya matahari, suhu mikro tajuk

tanaman, ketersediaan air yang perakaran dan penyebarannya berbeda. Morfologi

tanaman padi terdiri dari gabah, daun, tajuk, akar, bunga, batang serta malai (A.

Karim Makarim & Suhartatik, 2009).

Gabah terdiri dari biji yang terbungkus sekam. Biji yang dikenal dengan nama

beras pecah kulit merupakan karyopsis yang terdiri dari embrio dan endosperma

yang diselimuti lapisan aleuron, kemudian tegmen dan lapisan terluar disebut

perikarb (A. Karim Makarim & Suhartatik, 2009).

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

8

Akar tanaman padi tergolong akar serabut, akar primer (radikula) yang tumbuh

sewaktu berkecambah bersama akar lain yang muncul dari embrio dekat bagian

buku skutellum biasa disebut dengan akar seminal, yang jumlahnya berkisar antara

1-7. Pertumbuhan akar seminal akan lebih cepat apabila terjadi gangguan fisik pada

akar primer. Kemudian, akar seminal digantikan oleh akar sekunder yang tumbuh

dari buku paling bawah dari batang tanaman. Akar ini disebut dengan akar adventif

karena tumbuh dari bagian tanaman (bukan dari embrio atau bukan dari akar

sebelumnya). Selain berperan secara fisik, akar padi juga memiliki peran penting

pada proses biokimia, kimia serta biologi di lingkungan tumbuhnya. Saat

penyerapan hara, akar dari verietas tertentu menyerap hara yang berisi kation

(muatan +) lebih banyak dibandingkan anion (muatan -) serta melepas ino H+ ke

dalam media. Akar tanaman padi dapat melepas eksudat (senyawa organik)

kedalam tanah. Senyawa ini dapat memberikan pengaruh baik dan buruk, yaitu 1.

memberi energi serta substrat bagi mikroorganisme tanah (bakteri penambat N,

pelarut P, namun juga bakteri pelepas gas metan). 2. Memperbaiki struktur tanah

(perekat dan penyekat antarfraksi tanah). Akar padi juga mempunyai kekuatan

mengoksidasi. Kemampuan ini membuat akar padi toleran terhadap keracunan zat

besi (A. Karim Makarim & Suhartatik, 2009).

Daun tanaman padi tumbuh di batang dengan susunan yang berselag seling

satu daun tiap buku. Daun padi terdiri atas helai daun, pelepah daun, telinga daun

serta lidah daun. Daun paling atas disebut daun bendera yang memiliki posisi serta

ukuran yang berbeda dengan daun yang lain. Satu daun pada awal fase tumbuh

membutuhkan waktu 4-5 untuk tumbuh secara penuh, fase tumbuh selanjutnya

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

9

memerlukan waktu 8-9 hari. Jumlah daun pada tiap tanaman berbeda tergantung

pada varietas. varietas terbaru di tropik memiliki 14-18 daun pada batang utama.

Suatu varietas 14 daun, maka daun ke 4 yang dihitung dari daun bendera merupakan

daun terpanjang yang terbentuk sebelum inisiasi malai. Sifat-sifat daun padi yang

dikehendaki yaitu tumbuhnya tegak, tebal, kecil serta pendek. Tajuk merupakan

kumpulan daun dengan bentuk, orientasi, dan besarnya tertentu antar varietas

sangat beragam dan rapi (A. Karim Makarim & Suhartatik, 2009).

Batang terdiri dari beberapa ruas yang dibatasi buku. Daun dan tunas tumbuh

pada buku. Permukaan stadia tumbuh batang terdiri dari pelepah daun dan ruas-ruas

yang tertumpuk. Ruas tersebut lalu memanjang dan berongga setelah memasuki

stadia reproduktif. Jumlah buku sama dengan jumlah daun yang ditambahkan dua,

yaitu buku untuk koleoptil dan buku yang menjadi dasar malai. Ruas teratas adalah

ruas terpanjang dan panjangnya akan menurun hingga ruas terbawah dekat

permukaan tanah. Perpanjangan ruas tersebut pada varietas berumur genjah mulai

saat inisiasi primordia malai. Sedangkan, varietas berumur dalam dimulai sebelum

inisiasi primordia. Batang yang dikehendaki pada pengembangan varietas unggul

tanaman padi yaitu pendek dan kaku karena tahan rebah (A. Karim Makarim &

Suhartatik, 2009).

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap bagian bunga pada malai

disebut spikelet (tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, benang sari serta organ

lain yang bersifat inferior. Tiap unit bunga merupakan floret yang terdiri dari satu

bunga. Satu floret berisi satu bunga (satu pistil dan satu stamen). Terdapat dua

struktur transparan (lodikula) di dasar bunga dekat palea yaitu lodikula yang

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

10

menembus lemma dan palea yang terpisah sewaktu pembungaan dan lodikula yang

lemma dan palea tertutup setelah kepala sari menyerbukkan tepung sarinya (A.

Karim Makarim & Suhartatik, 2009).

Malai padi terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang primer yang

selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel) tumbuh dari

buku cabang primer ataupun sekunder. Hanya akan tumbuh satu cabang primer

pada buku pangkal malai, tapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat

menghasilkan 2-3 cabang primer. Malai yang tersebut disebut malai betina (A.

Karim Makarim & Suhartatik, 2009).

2.2 Syarat Tumbuh Padi

Syarat tumbuh tanaman padi sebagai berikut : pada lahan basah atau sawah

irigasi, curah hujan bukanlah faktor pembatas tanaman padi, tetapi pada lahan

kering tanaman padi memerlukan curah hujan yang optimum sebesar >1.600

mm/tahun. Padi gogo memerlukan bulan basah (bulan yang mempunyai curah

hujan >200 mm dan tersebar secara normal atau setiap minggu ada turun hujan

sehingga tidak menyebabkan tanaman stress karena kekeringan) yang berurutan

minimal selama 4 bulan. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan tanaman padi yang

baik berkisar antara 24 – 29 oC. Padi gogo biasanya ditanam pada lahan kering di

dataran rendah. Tanaman padi dapat tumbuh pada beragam tipe tanah. pH optimum

untuk pertumbuhan tanaman padi berkisar antara 5,5-7,5. Permeabilitas pada sub

horison kurang dari 0,5 cm/jam (BPTP, 2009).

Kriteria kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman padi sawah menurut (BPTP,

2009) dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

11

Gambar 2. Kesesuaian Lahan dan Iklim untuk Tanaman Padi Sawah

Keterangan : S1 = sangat sesuai, S2 = cukup sesuai, S3 = sesuai marginal, N = Tidak sesuai,

h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar, k = kasar.

Cara pengelolaan tanaman juga mempengaruhi keberlanjutan agribisnis padi.

Penerapan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) sebagai upaya keberlanjutan

agribisnis padi. Saat ini hampir seluruh teknologi budidaya tanaman menggunakan

konsep PTT, termasuk budidaya padi sawah dan padi gogo (BPTP, 2009).

2.3 Fase Pertumbuhan Tanaman Padi

Tiga fase pertumbuhan pada tanaman padi menurut (A. Karim Makarim &

Suhartatik, 2009) antara lain :

a. Fase Vegetatif

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

12

Fase pertumbuhan organ-organ vegetatif disebut juga fase vegetatif. Organ-

organ vegetatif tersebut antara lain jumlah anakan, tinggi tanaman, bobot kering

tanaman serta luas daun .

b. Fase Reproduktif dan Fase Pematangan

Organ-organ tanaman padi yang menjadi penanda terjadinya fase reproduksi

antara lain memanjangnya ruas paling atas pada batang tanaman padi, berkurangnya

jumlah anakan dikarenakan anakan tidak produktif mati, tumbuhnya daun bendera,

bunting serta terjadinya pembungaan. Kebanyakan tanaman padi di daerah tropik,

lama fase reproduksi umumnya 35 hari dan fase pematangan 30 hari.

2.4 Mutasi Induksi Padi dengan Radiasi Sinar Gamma

Teknologi perbaikan tanaman padi menggunakan mutasi induksi dengan

iradiasi sinar gamma dapat menghasilkan mutan yang berumur genjah, tahan akan

serangan patogen, kekeringan, serta menghasilkan benih berkualitas yang disukai

konsumen (Fauziah, 2020). Iradiasi sinar gamma sering digunakan dalam usaha

pemuliaan tanaman karena dapat meningkatkan variabilitas, sehingga dapat

menghasilkan mutan (Boceng et al., 2017). Keuntungan mutasi menggunakan

teknik radiasi yaitu prosesnya lebih cepat, dapat memperbaiki satu atau dua sifat

tanaman hingga memunculkan sifat baru sehingga pemulia dapat memperoleh

varietas unggul baru berbasis varietas lokal (Fauziah, 2020).

Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang bergerak dengan

kecepatan sangat tinggi, hampir menyamai kecepatan cahaya. Arahnya tidak

dipengaruhi medan magnet dan mempunyai daya ionisasi kecil serta daya tembus

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

13

yang tinggi serta mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek daripada sinar-

X sehingga mempunyai energi yang lebih tinggi (Boceng et al., 2017).

Dosis irradiasi yang diberikan untuk memperoleh mutan tergantung pada jenis

tanaman, fase pertumbuhan, ukuran, kekerasan serta bahan yang akan di mutasi

(Prastini & Damanhuri, 2017). Banyaknya penggunaan sinar gamma pada mutasi

dikarenakan keunggulannya yaitu memiliki energi iradiasi tinggi, yaitu di atas

10 MeV (Megaelektronvolt) sehingga mempunyai daya penetrasi yang kuat ke

dalam jaringan dan mampu mengionisasi atom-atom dari molekul yang

dilewatinya (Maharani et al., 2015).

Induksi mutasi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu fisik dan kimiawi.

Mutasi fisik dengan iradiasi lebih baik dikarenakan kebanyakan bahan kimia

(mutagen kimia) bersifat karsogenik yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Sedangkan secara fisik menggunakan alat relatif lebih aman. Mutasi dapat

menyebabkan timbulnya keragaman, akan tetapi tidak menutup kemungkinan juga

menimbulkan keragaman yang tidak dikehendaki (Oktavinas, 2011).

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya mutan adalah dosis dari perlakuan

iradiasi. Apabila dosis terlalu tinggi dapat menyebabkan materi tanaman mati dan

sterilitas, sedangkan apabila dosis rendah tanaman masih ada kemungkinan untuk

pulih, kerusakan fisologisnya juga rendah serta tidak menyebabkan kematian untuk

materi genetik yang akan dimutasi (Soedjono, 2003).

2.6 Mutasi Tanaman

Mutasi dapat didefinisikan sebagai perubahan mendadak materi genetik yang

diwariskan pada generasi berikutnya serta perubahan tersebut bukan disebabkan

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

14

oleh fenomena umum dari segregasi atau rekombinasi genetik (Syafi’ie &

Damanhuri, 2018). Pemuliaan mutasi sangat bermanfaat untuk perbaikan beberapa

sifat saja dengan tidak merubah sebagian besar sifat tanaman aslinya yang sudah

disukai (Warman et al., 2015). Sumbangan mutasi pada budidaya tanaman,

khususnya tanaman pangan, sudah mulai dirasakan manfaatnya jauh sebelum ilmu

pemuliaan tanaman dipahami manusia (Sobrizal & Ismachin, 2006).

Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang dimutasi.

Hal itu ditunjukkan misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi dan

penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia atau orang yang

bekerja untuk merakit kultivar unggul, semakin besar peluang untuk memilih

tanaman yang dikehendaki (Boceng et al., 2017).

2.7 Perbedaan Mutasi dengan Persilangan pada Tanaman Padi

Secara konvensional, persilangan untuk memperbaiki sifat dilakukan antar

spesies, varietas, genera atau kerabat yang memiliki sifat yang diinginkan.

Persilangan dapat diterapkan pada tanaman yang berbunga, berbuah, berbiji serta

berkembang untuk melanjutkan keturunannya (Prastini & Damanhuri, 2017).

Tanaman padi tergolong tanaman hermaprodit (penyerbukan sendiri) serta

memiliki putik dan benang sari dalam satu bunga. Masa anthesis benang sari dan

masa reseptif putik pada bunga padi terjadi secara bersamaan yaitu pada saat bunga

mekar. Persilangan silang pada tanaman padi dapat dilakukan, akan tetapi harus

melakukam emaskulasi agar penyerbukan secara alami tidak terjadi. Emaskulasi

ialah kegiatan pembuangan benang sari dengan menggunakan alat pinset yang

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

15

dilakukan sebelum bunga padi mekar yang umumnya dilakukan satu hari sebelum

bunga mekar sekitar pukul 06.00 WIB pagi (Prastini & Damanhuri, 2017).

Perbaikan sifat melalui mutasi induksi yang disebut mutasi spontan atau mutasi

imbas dapat digunakan untuk tanaman yang tidak dapat diperbaiki melalui

persilangan. Perubahan sifat karena pengaruh alam disebut mutasi spontan.

Mulanya, para pemulia tanaman menganggap mutasi induksi merupakan teknik

pemuliaan yang kurang meyakinkan. Namun, dengan perkembangan teknologi,

keberhasilan melalui teori totipotensi dan terbentuknya variasi somaklonal, mutasi

induksi merupakan terobosan dalam pemuliaan yang sangat berpotensi. Teknik

tersebut dapat menunjang perolehan varietas unggul bagi perkembangan dunia

(Prastini & Damanhuri, 2017). Mutasi adalah perubahan pada materi genetik (DNA

maupun RNA) suatu makhluk yang terjadi secara tiba-tiba dan acak serta

merupakan dasar bagi sumber variasi makhluk hidup yang bersifat terwariskan

(heritable) (Soeranto, 2003). Jadi, pada intinya persilangan adalah perkawinan dari

spesies yang sama, sedangkan, mutasi adalah perubahan pada bahan genetik (DNA

dan RNA).

Sulit membedakan hasil persilangan dengan hasil mutasi. Mutasi hanya dapat

diketahui dari sejarahnya (silsilah), salah satu metode yang dapat digunakan yaitu

dengan menggunakan metode pedegree. Metode pedigree merupakan metode yang

tergeolong ekonomis dan relatif mudah untuk menyeleksi genotipe tetua dan telah

banyak dipergunakan untuk mengetahui perkiraan jarak genetik. Informasi pedigree

dapat diperoleh dengan cara menghubungi pemulia dari tanaman tersebut secara

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

16

langsung untuk mendapatkan informasi detail atas genotipe yang disilangkan,

karena informasi tersebut tidak tersedia untuk umum (Dewi, 2016).

2.8 Tipe – Tipe Mutasi

Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam (spontaneous mutation) dan dapat

juga terjadi melalui induksi (induced mutation). Tipe mutasi berdasarkan bahan

mutagen yang sering digunakan dalam penelitian pemuliaan tanaman digolongkan

menjadi dua kelompok yaitu:

a. Mutagen kimia (chemical mutagen) dan mutagen fisika (physical

mutagen). Mutagen kimia pada umumnya berasal dari senyawa alkyl

(allcylating agents) contohnya ethyl methane sulphonate (EMS), diethyl

sulphate (dES), methyl methane sulphonate (MMS) dan lain-lain

(Soeranto, 2003).

b. Mutagen fisika bersifat sebagai radiasi pengion (ionizing radiation) dan

termasuk diantaranya adalah sinar-X, radiasi Gamma, radiasi beta,

neutrons, dan partikel dari aseleratorsnya (Soeranto, 2003).

Mutagen kimia maupun mutagen fisika memiliki energi nuklir yang dapat

merubah struktur materi genetik tanaman. Proses mutasi dapat menimbulkan

perubahan pada sifat-sifat genetik tanaman baik ke arah positif maupun negatif, dan

kemungkinan mutasi yang terjadi dapat juga menjadi normal kembali. Mutasi yang

terjadi ke arah positif dan terwariskan (heritable) ke generasi-generasi berikutnya

merupakan mutasi yang dikehendaki oleh pemulia tanaman pada umumnya

(Soeranto, 2003).

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

17

2.9 Heritabilitas

Perbandingan keragaman genetik dengan keragaman fenotipe digunakan untuk

menganalisis nilai heritabilitas (Ishak, 2012). Rasio keragaman genetik di dalam

suatu populasi yang diwariskan dari tetua kepada turunannya disebut dengan

heritabilitas. Nilai heritabilitas memberikan informasi dari suatu sifat yang muncul

atau tampak lebih dipengaruhi oleh faktor genetik atau lingkungan. Tingginya

faktor genetik dapat ditunjukkan dari nilai heritabilitas yang tinggi dan tingginya

faktor lingkungan dapat dilihat dari rendahnya nilai heritabilitas itu sendiri

(Suprapto & Kairudin, 2007). Terdapat dua jenis heritabilitas antara lain :

a. Heritabilitas arti luas (broad-sense heritability)

Heritabilitas arti luas yang mempertimbangkan semua kemungkinan yang

disebabkan oleh faktor genetik terhadap keragaman fenotipe dari suatu

tanaman. Sifat-sifat tanaman yang banyak dikendalikan oleh faktor genetik

dapat ditunjukkan dari nilai heritabilitas arti luas yang tinggi (Suprapto &

Kairudin, 2007).

b. Heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability)

Perbandingan keragaman genetik aditif terhadap keragaman fenotipe

menunjukkan heritabilitas arti sempit. Adanya keragaman alel indidividu yang

merupakan efek dari suatu gen merupakan penyebab keragaman genetik aditif.

Dasar untuk melakukan seleksi agar mendapatkan alel terbaik pada tanaman

padi dengan sifat-sifat yang diharapkan seperti toleran kekeringan, umur

genjah, dan tahan terhadap penyakit adalah keragaman genetik (Ishak, 2012).

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

18

Sifat yang muncul dan dikendalikan oleh gen aditif dapat ditunjukkan dari nilai

heritabilitas arti sempit yang tinggi (Suprapto & Kairudin, 2007).

Penelitian yang dilakukan (R. A. Hadi & Budiasih, 2015) menunjukkan

terdapat perbedaan nilai heritabilitas pada karakter-karakter penting padi

sawah yang mengalami cekaman salinitas tinggi. Karakter dengan nilai

heritabilitas tinggi yaitu umur panen 0,52, jumlah anakan produktif 0,95, bobot

100 butir sebesar 0,81. Karakter yang memiliki nilai heritabilitas sedang yaitu

tinggi tanaman sebesar 0,31 dan umur bunga sebesar 0,42. Karakter yang

memiliki nilai heritabilitas rendah yaitu bobot gabah per rumpun sebesar 0,11.

Penelitian ini menggunakan heritabilitas dalam arti luas. Heritabilitas arti

luas yang artinya perbandingan variasi genotipe total dan variasi fenotipe (Sari

et al., 2014). Nilai heritabilitas dapat dihitung jika nilai ragam genotipe dan

ragam fenotipe diketahui, nilai keragaman genotipe dan fenotipe dapat

diketahui dari hasil analisis ragam. Ragam genotipe dapat dihitung dengan

menggunakan rumus σ2g =KTg−KTε

r, Sedangkan rumus ragam fenotipe yaitu

σ2p = KTg + ε/r, Setelah itu menghitung nilai heritabilitas dengan rumus h2

=σ2g

σ2p (Priyanto et al., 2018).

Keterangan :

a. H2 : heritabilitas

b. σ2g : ragam genotipe

c. σ2p : ragam fenotipe

d. KTg : kuadrat tengah genotipe

e. KTε : kuadrat tengah galat

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

19

f. r: ulangan

Kriteria heritabilitas antara lain tergolong tinggi jika nilai heritabilitas lebih

dari 0,50, sedang jika nilai heritabilitasnya sama dengan 0,20 hingga kurang

dari 0,50, rendah jika nilai heritabilitasnya kurang dari 0,2 (Kurniawan et al.,

2018).

2.10 Padi MSP13

Padi MSP13 sudah lama dibudidayakan di beberapa daerah di Indonesia

terutama di Provinsi Lampung (Danu, 2018). Pengembang dari galur MSP13 ini

bernama Surono Danu (Sutikno, 2018). Galur padi MSP13 adalah galur padi yang

diperoleh dari hasil persilangan Sirendah Sekam Kuning X Sirendah Sekam Putih

X Dayang Rindu (Saputra, 2019).

Galur MSP13 memiliki potensi produksi yang tinggi yaitu sebanyak 12 ton per

ha. Padi ini mempunyai luas daun lebar, batang yang kuat, rata-rata jumlah anakan

sebanyak 60-70, panjang malai tidak terlalu pendek dan tidak pula terlalu panjang,

jumlah bulir padi pada tanaman ini sebanyak 200-350 bulir padi, bulir tanaman ini

juga tahan rontok serta memiliki tekstur yang pulen. Padi ini tergolong padi yang

toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik, misalnya; hama wereng coklat, walang

sangit, pH yang rendah, cekaman kekeringan serta bisa dibudidayakan pada dataran

rendah hinga sedang yaitu 100 -500 mdpl (Sutikno, 2018).

2.11 Deskripsi Varietas IR64 dan Ciherang

a. Deskripsi Varietas IR64

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

20

Varietas IR64 pertama kali dilounching tahun 1986, varietas ini sangat

digemari oleh para petani dan konsumen. Hal ini dapat terlihat dari masih

banyaknya petani memakai varietas ini untuk ditanam. Varietas ini disukai

karena rasa nasinya yang enak, mutu giling yang bagus, responsif terhadap

pemupukan, umur tanamannya genjah yaitu 110-120 hari, tahan hama dan

penyakit serta potensi hasil yang cukup tinggi yaitu sebesar 6 ton/ha. Varietas

IR64 merupakan varietas yang paling banyak digunakan petani karena memiliki

sifat yang adaptif dan mudah dibudidayakan di Indonesia (S. Hadi et al., 2005).

Padi IR64 memiliki kekurangan karena tidak dapat tumbuh dengan baik jika

ditanam pada lahan dengan kandungan Fe tinggi (Maharani et al., 2015).

Deskripsi IR64 menurut (Suprihatno et al., 2009) adalah sebagai berikut :

Nomor seleksi : IR18348-36-3-3

Asal persilangan : IR5657/IR2061

Golongan : Cere

Umur tanaman : 110 – 120 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 115 – 126 cm

Anakan produktif : 20 – 35 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

21

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping, panjang

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Tahan

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Indeks Glikemik : 70

Bobot 1000 butir : 24,1 g

Rata-rata hasil : 5,0 t/ha

Potensi hasil : 6,0 t/ha

Ketahanan terhadap

Hama Penyakit • Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak

tahan wereng coklat biotipe 3

• Agak tahan hawar daun bakteri strain IV

• Tahan virus kerdil rumput

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran

rendah sampai sedang

Pemulia : Introduksi dari IRRI

Dilepas tahun : 1986

b. Deskripsi Varietas Ciherang

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

22

Kelebihan dari padi Ciherang yaitu memiliki nasi dengan tekstur pulen, tahan

terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 dan tahan terhadap

hawar daun bakteri strain III dan IV dengan rata-rata hasil sebesar 6,0 t/ha dan

potensi hasil sebesar 8,5 t/ha (Suprihatno et al., 2009). Deskripsi varietas Ciherang

adalah sebagai berikut:

Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1- 3//4

*IR64

Golongan : Cere

Umur tanaman : 116-125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 107-115 cm

Anakan produktif : 14-17 batang

Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Padi

23

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Indeks Glikemik : 54

Bobot 1000 butir : 28 g

Rata-rata hasil : 6,0 t/ha

Potensi hasil : 8,5 t/ha

Ketahanan terhadap

Hama Penyakit • Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2

dan agak tahan biotipe 3

• Tahan terhadap hawar daun bakteri strain

III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran

rendah sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan

Aan A. Daradjat

Dilepas tahun : 2000