33
i

ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

i

Page 2: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan sehingga buku Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Sayuran ini dapat diterbitkan. Dengan penerbitan buku ini akan menambah wawasan petani dan penyuluh sebagai pelaku agribisnis sayuran di tingkat hulu untuk mewujudkan usaha menuju produk sayuran yang bermutu dengan proses produksi yang efisien.

Buku ini dilengkapi dengan pengenalan dan cara pengendalian hama dan penyakit utama pada beberapa tanaman sayuran sehingga petani dapat mengendalikan hama penyakit yang menyerang sayuran dengan 5 tepat (tepat sasaran, tepat produk, tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara).

Diharapkan buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak untuk mengadvokasi para petani sayuran dalam menyediakan sayuran bermutu bagi konsumen sayuran khususnya di kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) di Lampung.

Bandar Lampung, Oktober 2012

Dewi Rumbaina Mustikawati

Page 3: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

iii

Page 4: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………………………………………… 1

DAFTAR ISI…………………………………………………… 2

PENDAHULUAN……………………………………………. 3

HAMA-HAMA PENTING SAYUR-SAYURAN……….. 3

A. Kutu Daun (Aphis gossypii Glover)……………. 3

B. Thrips (Thrips parvispinus Karny)…………… 5

C. Lalat Buah (Bactrocera sp.)……………………... 8

D. Lalat Buah (Bactrocera sp.)…………………….. 10

E. Ulat Buah (Helicoverpa spp.)…………………… 12

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING

SAYUR-SAYURAN……………………………………….. 14

A. Antraknose ……………………………………………………. 14

B. Bercak Daun…………………………………………. 16

C. Layu Bakteri …………………………………………. 17

D. Busuk Buah ………………………………………….. 18

BAHAN BACAAN………………………………............ 19

Page 5: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

1

I. PENDAHULUAN

Salah satu masalah dalam membudidayakan tanaman

khususnya sayuran, adalah adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT) yaitu serangan hama dan

penyakit. Beberapa jenis hama potensial yang sering

ditemukan pada tanaman sayuran adalah hama perusak

daun (ulat grayak, ulat jengkal dan ulat penggorok daun)

serta hama perusak buah yaitu lalat buah dan ulat buah.

Beberapa jenis penyakit pada tanaman sayuran disebabkan

oleh jamur dan bakteri.

Langkah pengendalian hanya bisa dilakukan bila para

petani mengenal dengan baik gejala serangan atau

penyakit yang ditimbulkan masing-masing organisme

penyebabnya. Budidaya tanaman tumbuhan seperti

sayuran daun, bunga, buah maupun umbi memerlukan

pengamatan yang cermat. Dengan begitu, serangan hama

maupun organisme penyebab penyakit dapat segera

dikendalikan.

Page 6: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

2

II. HAMA-HAMA PENTING SAYUR-SAYURAN

II.1 Kutu Daun (Aphis gossypii Glover)

Gambar 1. Kelompok Aphis sp. pada daun

Biologi:

Kutu Aphis berukuran 0,8 mm. Distribusinya berupa

kosmopolit. Perkembangannya secara parthenogenesis

(tanpa kawin dulu). Hama ini berbentuk seperti pear,

warnanya bervariasi dari hijau muda sampai hitam dan

kuning. Mempunyai kornikel pada bagian ujung abdomen.

Page 7: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

3

Imago dapat hidup selama 28 hari. Satu ekor imago betina

dapat menghasilkan 2-35 nimfa/hari. Siklus hidup dari

nimfa sampai imago 5-7 hari. Selama satu tahun dapat

menghasilkan 16-47 generasi.

Tanaman yang diserang/inang:

Hama bersifat polifag, artinya dapat menyerang

banyak tanaman baik tanaman perkebunan, tanaman

pangan dan sayuran. Pada tanaman sayuran seperti

asparagus, mentimun, terung, tomat, cabai, bayam,

papaya, semangka, kacang panjang, katuk, selada dll.

Gejala serangan:

Serangan berat biasanya terjadi pada musim

kemarau. Bagian tanaman yang diserang oleh nimfa dan

imago biasanya pucuk tanaman dan daun muda. Daun

yang diserang akan mengkerut, pucuk mengeriting dan

melingkar sehingga pertumbuhan tanaman terhambat atau

tanaman kerdil. Hama ini juga mengeluarkan cairan manis

seperti madu sehingga menarik datangnya semut yang

menyebabkan adanya cendawan jelaga berwarna hitam.

Adanya cendawan pada buah dapat menurunkan kualitas

buah. Aphid juga dapat berperan sebagai vektor virus

penyakit tanaman seperti Papaya Ringspot Virus,

Watermelon Mosaic Virus , Cucumber Mosaic Virus (CMV).

Page 8: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

4

Cara Pengendalian:

Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara:

a) Mengatur waktu tanam.

b) Pergiliran tanaman.

c) Mengurangi pemupukan N.

d) Penggunaan musuh alami seperti parasitoid

Aphelinus gossypi (Timberlake), Lysiphlebus

testaceipes (Cresson). Predator Coccinella

transversalis dan Cendawan entomopatogen

Neozygites fresenii, Beuferia bassiana.

e) Dengan insektisida kimia yang berbahan aktif antara

lain monokrotophos, profenofos,

methidathion,malathion,phosphamidon dll secara

spot spray pada tunas-tunas yang terserang.

Pengendalian dilakukan segera setelah koloni kutu

terlihat.

f) Dengan insektisida nabati seperti tembakau,

berenuk (Crescentia cujete L.), gadung (Dioscorea

hispida Dennst, daun mindi (Melia azedarah L.),

daun srikaya (Annona squamosa), daun suren

(Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium

edule).

Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun

nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau

di atas ambang kendali, agar pembasmiannya tidak

Page 9: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

5

berlebihan dan tepat sasaran. Ambang ekonomi kutu

lebih besar dari 10 % tanaman dijumpai koloni kutu

(setiap koloni sekitar 50 ekor kutu).

Pada semua tanaman sayuran penggunaan

insektisida kimia sebaiknya dihindari, karena

umumnya tanaman sayuran dikonsumsi langsung.

II.2 Thrips (Thrips parvispinus Karny).

Gambar 2. Gejala Thrip pada tanaman cabai dan Imago

Thrip (http://www.google.co.id/)

Biologi:

Distribusinya berupa kosmopolit. Imago berukuran

sangat kecil sekitar 1 mm, berwarna kuning sampai coklat

kehitam-hitaman. Imago yang sudah tua berwarna agak

kehitaman, berbercak- bercak merah atau bergaris-garis.

Imago betina mempunyai 2 pasang sayap yang halus dan

Page 10: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

6

berumbai/jumbai seperti sisir bersisi dua. Pada musim

kemarau populasi lebih tinggi dan akan berkurang bila

terjadi hujan lebat. Umur stadium serangga dewasa dapat

mencapai 20 hari.

Telur berbentuk oval/seperti ginjal rata-rata 80 butir

per induk, diletakkan di permukaan bawah daun dalam

jaringan epidhermal tanaman secara tunggal atau

berkelompok, akan menetas setelah 3 – 8 hari.

Nimfa berwarna pucat, keputihan/kekuningan, instar

1 dan 2 aktif dan tidak bersayap. Nimfa yang tidak aktif

(pupa) terbungkus kokon, terdapat di permukaan bawah

daun dan di permukaan tanah sekitar tanaman.

Perkembangan pupa menjadi trips muda meningkat pada

kelembaban relatif rendah dan suhu relatif tinggi. Daur

hidup mulai telur hingga dewasa sekitar 20 hari. Siklus

hidup sekitar 35-40 hari.

Tanaman yang diserang/inang:

Hama ini bersifat polifag dengan tanaman inang

utama selain cabai yaitu bawang merah, bawang daun dan

jenis bawang lainnya, dan tomat. Tanaman inang lain yaitu

tembakau, kopi, ubi jalar, waluh, bayam, kentang, kapas,

tanaman dari famili crusiferae, crotalaria, terung dan

kacang-kacangan tetapi tidak dijumpai pada gulma.

Gejala serangan:

Page 11: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

7

Cara makan thrip yaitu menusuk dan menghisap

cairan tanaman. Gejala pada tanaman bawang yaitu

sepanjang daun terlihat noktah-noktah yang berwarna

putih mengkilat dan bila gejala ini telah komplikasi dengan

penyakit akan berwarna coklat.

Pada tanaman cabai gejala thrips hampir mirip

dengan gejala pada tanaman terung dan kentang, gejala

awal daun bertatto dan berwarna keperakan mengkilat,

kemudian pada serangan lanjut daun akan berwarna coklat,

hingga proses metabolisme akan terganggu. Selanjutnya

pada cabai daun akan menjadi keriting atau keriput.

Serangan berat pada tanaman cabai dan terung,

daun, pucuk serta tunas menggulung ke dalam dan timbul

benjolan seperti tumor dan pertumbuhan tanaman

terhambat, kerdil bahkan pucuk mati. Mula-mula daun yang

terserang memperlihatkan gejala noda berwarna keperakan

yang tidak beraturan, akibat adanya luka dari cara makan

serangga tersebut. Setelah beberapa waktu, noda

keperakan tersebut berubah menjadi cokelat tembaga.

Daun-daun mengeriting keatas jika terjadi komplikasi

dengan vieus. Secara tidak langsung: trips merupakan

vektor penyakit virus mosaik dan virus keriting.

Cara Pengendalian:

Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Pengendalian secara fisik:

Page 12: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

8

a) Penggunaan mulsa plastik perak maupun plastik

transparan biasa. Secara prinsip, penggunaan

mulsa ini mampu untuk mengurangi tingkat

serangan thrips.

b) Penggunaan perangkap rekat, dengan

kecenderungan warna kuning.

c) Dengan penanaman tanaman penghalang

misalnya tanaman jagung.

2. Pengendalian secara hayati:

a) Penggunaan mikroorganisme yaitu Beauveria

bassiana dan Verticillium lecani.

Gambar 3. Cara Beuveria sp. menyerang thrips (http://www.google.co.id/)

b) Penggunaan pestisida alami yaitu campuran

AGONAL 8:6:6 (bahan nimba/Azadirachta :

Andropogon : sereh wangi/Alpinia galangal).

Page 13: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

9

c) Penggunaan predator seperti Coccinella

transversallis (Gambar 4).

Gambar 4. Predator thrips Coccinella transversallis (http://www.google.co.id/)

3. Pengendalian secara kimia.

Yang dimaksud dengan pengendalian cara

kimia adalah bahan yang digunakan sebagai

pengendali merupakan senyawa kimia yang bersifat

sintetis termasuk insektisida sintetis. Beberapa jenis

bahan agrokimia sintetik yang dapat digunakan

untuk pengendalian thrips adalah jenis :

- Sintetik pirethroid

- Fosfat organik yang lunak

- Insektisida IGR (insect growth regulator)

- Jenis mercaptodimethur

- Jenis thripstick

Page 14: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

10

Kisaran konsentrasi formulasi yang digunakan

adalah 0.10%-0.20%, tergantung pada tingkat serangan

yang ditimbulkan thrips. Pedoman pengendalian secara

kimia dilakukan berdasarkan nilai ambang kendali thrips,

artinya baru dilakukan aplikasi insektisida bilamana nilai

kerusakan total 15% atau kerusakan kanopi tanaman 10-

15%.

II.3 Lalat Buah (Bactrocera sp.)

Gambar 5. Imago lalat buah (http://www.google.co.id/)

Lalat buah (Bactrocera sp.) adalah hama yang

banyak menyerang buah-buahan dan sayuran,

termasuk tanaman cabai.

Biologi:

Lalat buah dewasa ukurannya sedang dan berwarna

kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada

bercak-bercak coklat kekuningan. Abdomennya ada

Page 15: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

11

pita-pita hitam, sedangkan thoraxnya ada bercak-

bercak kekuningan. Ovipositornya terdiri dari tiga ruas

dengan bahan seperti tanduk yang keras.

Jumlah telur sekitar 100-120 butir. Setelah 2-3 hari,

telur akan menetas dan menjadi berenga (belatung).

―Berenga‖ tersebut akan membuat terowongan di dalam

buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2

minggu. ―Berenga‖ yang telah dewasa meninggalkan buah

dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat terowongan 2-

5 cm dan menjadi pupa. Lama masa pupa 7-8 hari. Total

daur hidupnya antara 23-34 hari, tergantung keadaan

udara. Dalam satu tahun lalat ini menghasilkan 8-10

generasi.

Tanaman yang diserang/inang:

Tanaman yang biasa diserang lalat buah adalah

tomat, cabai, pepaya, mentimun, paria, nangka, belimbing,

melon, lengkeng dll.

Gejala serangan:

Lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan

meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Pada waktu

menetas, larvanya akan memakan daging buah hingga

warna buah menjadi jelek dan tidak dapat dimakan.

Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain. Telur kadang

diletakkan tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada

Page 16: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

12

bunga dan batang. Batang yang terserang akan menjadi

bisul, sedangkan buahnya akan menjadi kecil dan berwarna

kuning.

Gejala serangan pada tanaman cabai, kulit buahnya

menjadi hitam mengeras, busuk, buah gugur sebelum

waktunya sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil

produksinya.

Cara Pengendalian:

Pengendalian lalat buah dapat dilakukan dengan beberapa

cara:

1) Dengan botol/kotak perangkap yang di dalamnya

diletakkan bahan pemikat.

Pengendalian lalat buah (Bactrocera sp.) dapat dilakukan

dengan menggunakan atraktan/perangkap menggunakan

daun selasih. Daun selasih memiliki beberapa kandungan

yang dapat memikat lalat buah dari aroma yang

dikeluarkan. Daun selasih 10—20 helai diremas-remas atau

dicincang dengan pisau 2-3 cm, selanjutnya dibungkus kain

strimin dimasukkan ke alat perangkap. Alat perangkap bisa

menggunakan botol plastik yang diberi air kira-kira

sepertiga isi botol.

2) Secara Biologi

Memanfaatkan musuh alami yaitu parasitoid dan predator.

Semut merupakan predator lalat buah.

3) Cara Mekanis.

Page 17: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

13

Mengumpulkan buah yang busuk atau sudah terserang

kemudian dibenamkan ke dalam tanah atau dibakar.

4) Pengasapan.

Tujuan pengasapan adalah untuk mengusir lalat buah dari

kebun. Pengasapan dilakukan disekitar pohon dengan

membakar serasah atau jerami sampai menjadi bara yang

cukup besar, kemudian bara dimatikan. Pengasapan selama

13 jam dapat mematikan lalat buah yang tidak sempat

menghindar.

II.4 Ulat grayak (Spodoptera sp.)

Gambar 6. Ulat grayak instar 1

Gambar 7. Ulat grayak instar 3 atau 4

Page 18: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

14

Biologi:

Serangga dewasa berupa ngengat berwarna abu-abu.

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasar melekat

pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis), berwarna

coklat kekuningan, diletakkan berkelompok masing-masing

25−500 butir. Telur diletakkan pada bagian daun atau

bagian tanaman lainnya, baik pada tanaman inang maupun

bukan inang. Bentuk telur bervariasi. Kelompok telur

tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu

tubuh bagian ujung ngengat betina, berwarna kuning

kecoklatan.

Larva mempunyai warna yang bervariasi memiliki

kalung (bulan sabit) berwarna hitam pada segmen

abdomen. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,

hidup berkelompok. Pada siang hari larva hidup di dalam

tanah atau tempat yang lembab dan menyerang tanaman

pada malam hari atau saat intensitas cahaya matahari yang

rendah.

Ulat erkepompong di dalam tanah, membentuk pupa

tanpa rumah pupa (kokon), berwarna coklat kemerahan

dengan panjang sekitar 1,60 cm. Siklus hidup berkisar

antara 30−60 hari (lama stadium telur 2−4 hari). Stadium

larva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20−46

hari. Lama stadium pupa 8−11 hari. Seekor ngengat betina

dapat meletakkan 2.000−3.000 telur.

Page 19: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

15

Tanaman yang diserang/inang:

Tanaman yang biasa diserang ulat grayak adalah

cabai, kubis, padi, jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk,

tembakau, bawang merah, terung, kentang,

kacangkacangan (kedelai, kacang tanah), kangkung,

bayam, pisang, dan tanaman hias. Ulat grayak juga

menyerang berbagai gulma, seperti Limnocharis sp.,

Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp.,

Clibadium sp., dan Trema sp.

Gejala serangan:

Larva yang masih muda merusak daun dengan

meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas (transparan)

dan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulang daun

dan kadang-kadang menyerang polong. Biasanya larva

berada di permukaan bawah daun dan menyerang secara

serentak dan berkelompok. Serangan berat menyebabkan

tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat.

Serangan berat pada umumnya terjadi pada musim

kemarau, dan menyebabkan defoliasi daun yang sangat

berat.

Cara Pengendalian:

Pengendalian ulat grayak dapat dilakukan dengan beberapa

cara:

1) Secara fisik dan mekanik: Pengurangan populasi

hama dapat dilakukan dengan mengambil kelompok

Page 20: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

16

telur, membunuh larva dan imago atau mencabut

tanaman yang sakit.

2) Penggunaan agens hayati: Pemanfaatan musuh

alami seperti predator dan parasitoid.

3) Penggunaan insektisida nabati: Serbuk biji Nimba

efektif mengendalikan ulat grayak.

II.5 Ulat Buah (Helicoverpa spp.)

Gambar 8. Imago dan ulat buah (Helicoverpa spp.)

(http://www.google.co.id/)

Biologi:

Telur berbentuk hampir bulat dan datar, pada

bagian bawahnya berwarna bening dan berubah menjadi

kuning-keputihan lalu menjadi coklat gelap sebelum

menetas. Ukuran telur bervariasi antara 0.4-0.55 mm. Telur

diletakkan pada malam hari tepatnya akhir malam dan

umumnya sesudah pukul 21.00 WIB. Pada beberapa

tanaman, telur diletakkan satu per satu pada bagian bawah

Page 21: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

17

daun sepanjang tulang daun. Lama stadia telur bergantung

pada kondisi suhu, pada suhu 18-28 0C telur H. armigera

dapat menetas dalam kurun waktu 10-18 hari setelah

peletakan telur, akan tetapi bila suhu rata-rata mencapai

270C, penetasan dapat berlangsung lebih cepat yakni

antara 3-4 hari setelah peletakan telur.

Larva yang baru menetas berwarna kekuning-

kuningan dengan garis longitudinal berwarna kuning

orange. Kepala, torak, anal dan kaki berwarna coklat. Larva

yang tumbuh sempurna berukuran panjang 3,5-4,4 cm

dengan warna tubuh secara menyeluruh hijau pucat

dengan garis patah pada sisi badanya dan membujur lurus

pada bagian atas.

Panjang pupa adalah antara 14-18 mm, pupa

berwarna kekuning-kuningan, kemudian akan berubah

menjadi kuning-kecoklatan dan berwarna coklat menjelang

pupa akan berubah menjadi serangga dewasa. Pupa yang

jantan secara morfologis berbeda dari yang betina, yakni

ditandai dengan adanya celah segitiga pada ruas abdomen

terakhir (untuk pupa betina) dan adanya celah membulat

pada yang jantan. Kepompong dibentuk di dalam tanah,

lama masa kepompong 12-14 hari. Stadia larva bervariasi

antara 15 - 21 hari.

Tanaman yang diserang/inang:

Cabai, tomat, brokoli, sawi, anggur, alpukat kedelai,

kacang tanah, jagung

Page 22: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

18

Gejala Serangan:

Ulat Buah Helicoverpa spp HSN ini dulunya dikenal

dengan nama Ulat Buah Heliothis spp. Bersifat polifag,

menyerang buah dengan cara menggigit dan

melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan

mudah terserang penyakit busuk buah.

Pada tanaman cabai ulat buah ini biasanya akan

menyerang cabai mulai cabai masih berwarna hijau hingga

pada saat cabai masak. Ulat menyerang cabai dengan cara

mengebor dan masuk ke dalam buah cabai (Gambar 9).

Akibat serangan ulat ini cabai menjadi rusak sehingga tidak

bisa dijual ke pasar.

Pada buah tomat, ulat ini masuk kedalam buah

dengan cara melubangi buah, setelah itu memakan bagian

dalam buah. Kerusakan yang ditimbulkannya pada buah

tomat cukup berat, yaitu buah yang terserang akan rusak,

lama-lama rontok dan menjadi busuk basah setelah

penyakit sekunder ikut masuk dalam buah.

Page 23: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

19

Gambar 9. Serangan Helicoverpa spp. pada cabai dan tomat

Pengendalian Ulat Buah Helicoverpa spp. dengan

beberapa cara, antara lain :

1. Secara kultur teknis, dengan cara menanam tanaman

pada lahan yang sebelumnya bukan ditanami dengan

tanaman cabai atau tomat.

2. Secara mekanis. Ulat buah dapat dikendalikan dengan

cara mengumpulkan buah-buahan yang terserang ulat

dan memusnahkanya dengan cara menguburnya di

dalam tanah atau di bakar.

3. Secara sanitasi, dengan cara membersihkan gulma atau

rerumputan di sekitar pertanaman. Gulma atau

rerumputan merupakan tempat hidup bagi ulat, dengan

pembersihan gulma berarti akan menekan populasi ulat.

4. Secara kimiawi. Pengendalian ulat buah dilakukan

dengan cara penyemprotan dengan bahan kimia

Page 24: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

20

pestisida secara bijak sesuai dengan anjuran setempat.

Pestisida yang biasa dipakai adalah pestisida berbahan

aktif enamektin benzoat 5% dan lamda sihalotrin 25 g/l.

Sebelum mengaplikasikan pestisida ini alangkah baiknya

berkonsultasi terlebih dulu dengan petugas teknis,

penyuluh pertanian atau pengamat OPT yang terdekat.

Penyemprotan pestisida ini sebaiknya dilakukan

pada malam hari, sebab ulat buah Helicoverpa ini biasanya

aktif pada malam hari. Untuk menambah daya rekatnya,

saat penyemprotan pestisida dapat ditambah dengan

perekat perata dengan dosis sesuai anjuran atau label

sehingga penyemprotan pestisida menjadi lebih efektif.

Bahan perekat perata untuk pestisida sudah banyak dijual

di pasar. Sebaiknya untuk mengendalikan ulat buah

Helicoverpa ini dilakukan secara terpadu dengan

menggabungkan berapa teknik pengendalian hama yang

memungkinkan. Keberhasilan teknik pengendalian ini sejak

awal akan dapat mengurangi serangan ulat buah

Helicoverpa ini. Ambang kendali Helicoverpa jika

ditemukan 2 ekor ulat per rumpun/batang saat umur

tanaman lebih dari 45 HST.

Page 25: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

21

III. PENYAKIT-PENYAKIT PENTING SAYUR-

SAYURAN

III.1 Antraknose

Penyakit antraknosa disebabkan oleh Cendawan

Colletotrichum sp.

Gambar 10. Buah cabai terserang Antraknosa

(http://asamgaling.blogspot.com)

Tanaman yang diserang/inang:

Cabai, Tomat, kentang, terong, papaya, mangga,

semangka, alpukat, oyong dll.

Gejala:

Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah

lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam.

Pada cabai biasanya gejala serangan penyakit antraknosa

atau patek pada buah ditandai buah busuk berwarna

kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh

busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna

hitam. Sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan

Page 26: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

22

berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat

menimbulkan rebah kecambah. Pada tanaman dewasa

dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian

lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan

busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman.

Pengendalian Penyakit Antraknosa atau Patek:

1. Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar

55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan

dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole

dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau

menggunakan agen hayati.

2. Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat

pada umur 5 hari sebelum pindah tanam.

3. Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi,

namun perlu diperhatikan saat melakukan

pemusnahan, tangan yang telah menyentuh

(sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada

tanaman, tidak menyentuh tanaman/buah yang

sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang

sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan

dengan tanaman/buah yang masih sehat.

4. Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain

yang bukan famili solanaceae (terong, tomat dll)

atau tanaman inang lainnya misalnya, papaya,

karena berdasarkan penelitian IPB patogen

Page 27: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

23

antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai

pada pertanaman.

5. Penggunaan fungisida fenarimol, triazole,

klorotalonil, dll. khususnya pada periode

pematangan buah dan terutama saat curah hujan

cukup tinggi. Fungisida diberikan secara bergilir

untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan

berikutnya, baik yang menggunakan fungisida

sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan

keduanya.

6. Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan

menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari

dapat dipantulkan pada bagian bawah permukaan

daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu

tinggi.

7. Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar

65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam

secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi

kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena

jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain

buah akan tumbuh lebih besar.

8. Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi,

misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan

kandungan N yang tinggi.

9. Penyiangan gulma atau rumput-rumputan agar

kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat.

Page 28: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

24

10. Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman

cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh

antraknosa, ataupun tanaman inang lain yang telah

terinfeksi.

11. Pengelolaan drainase yang baik di musim

penghujan.

Agen hayati yang sering digunakan dalam

pengendalian antraknosa adalah Actinoplanes sp,

Alcaligenes sp, Agrobacterium Amorphospongarium sp,

athrobacter sp dan lain-lain. Biasanya diperoleh di balai

perlindungan tanaman Kementerian Pertanian. Namun

perlu diperhatikan bila kita menggunakan agen hayati

sebaiknya kita tidak menggunakan pestisida kimia, karena

akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut.

III.2 Bercak Daun

Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani,

Botrytis cinerea .

Gambar 11. Gejala bercak daun pada cabai dan papaya

(http://asamgaling.blogspot.com)

Page 29: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

25

Tanaman yang diserang/inang :

Kacang panjang, cabai, terong, kapri, kubis, paria,

petsai, saledri, wortel dan lain-lain.

Gejala:

Pada daun terdapat bercak bulat menyerupai mata

katak, dengan pusat putih keabu-abuan dan tepi kecoklatan

atau hitam pada daun. Pada serangan berat, gejala dapat

terjadi pada batang, tangkai daun dan bunga.

Cara Pengendalian:

Dengan sanitasi, pemupukan berimbang, mencabut

tanaman yang terserang dan menggunakan fungisida

selektif dengan bahan aktif difenoconazol.

III.3 Layu Bakteri

Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum /

Ralstonia solanacearum. Bisa hidup lama dalam tanah.

Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi.

Gambar 12. Layu bakteri pada tanaman cabai

Tanaman yang diserang/inang:

Page 30: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

26

Tomat, cabai, kentang, Nilam.

Gejala.

Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman

secara mendadak. Gejala khas, daun menguning dan

menggulung dimulai dari daun tua dan diikuti daun muda.

Gejala daun menguning dimulai dari pinggir daun,

kemudian menyebar ke seluruh helai daun. Tanaman akan

layu, mengering, dan mati.

Cara Pengendalian:

1. Penggunaan bibit yang sehat. Bibit yang sakit

tidak boleh digunakan, karena penggunaan bibit

yang sakit dapat meningkatkan kematian tanaman

lebih dari 30%.

2. Desinfeksi air siraman. Bakteri ini dapat terbawa

oleh air siraman, sehingga sebaiknya air siraman

yang digunakan didesinfeksi dengan Kalium

permanganat lebih kurang 50 gram per 1 m3 air.

3. Pergiliran tanaman. Mengusahakan agar selama

tidak ditanami, lahan tidak ditumbuhi oleh tanaman

yang rentan penyakit ini. Penggunaan tanaman

yang tidak rentan seperti Mimosa invisa cukup

efektif dalam menangani penyakit ini, karena

penanaman Mimosa invisa dalam jangka waktu

tertentu (selama 1 tahun sebelum tanaman pokok),

dapat memaksa bakteri hidup di luar tanaman

Page 31: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

27

inang, sehingga bakteri akan mati atau menjadi

lemah. Selain itu Mimosa invisa ini dapat

memperbaiki struktur tanah dan menjadi sumber

nitrogen.

4. Penggarapan tanah. Dengan mengadakan

penggarapan tanah yang baik, tepat dan intensif.

5. Pemupukan berimbang.

IV.4 Busuk Buah

Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis

vexans, Phytium sp.

Tanaman yang diserang/inang: Cabai, Tomat,

Gambar 13. Buah cabai dan tomat terserang Pythopthora spp.

(http://kliniktanaman.blogspot.com/2008/4/)

Gejala :

Serangan adanya bercak- bercak coklat kebasahan

pada buah sehingga buah busuk. Buah mengering dengan

Page 32: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

28

cepat dan menjadi mummi. Biji terserang, menjadi coklat

dan keriput.

Cara Pengendalian:

Eradikasi/pemusnahan tanaman terserang Semua

tanaman terserang dibakar untuk menghilangkan sumber

inokulum Phytophthora.

Penutup

BAHAN BACAAN

Pertanian. 2012. Hama dan Penyakit pada tanaman Terung.

http://diary-

monic.blogspot.com/2012/04/hama-dan-

penyakit-pada-tanaman-terung.html. 08-04-

2012.

Dibiyantoro, A.L.H. 1998. Thrips Pada Tanaman Sayuran.

Monograf No. 11. Balai Penelitian Tanaman

Sayuran. Puslitbang Hortikultura. Badan

Litbang Pertanian. 32p.

Gerbang Pertanian. 2011. Tips Jitu Mengendalikan Lalat

Buah (Tephritidae).

http://www.gerbangpertanian.com/2011/11/ti

ps-jitu-mengendalikan-lalat-buah.html.

Page 33: ii · 2016. 4. 5. · (Toona sureni Merr), buah/daun picung (Pangium edule). Pengendalian dengan insektisida baik kimia maupun nabati dilakukan setelah populasi hama berada atau di

29

Marwoto dan Suharsono. 2008. Strategi dan Komponen

Teknologi Pengendalian Ulat grayak

(Spodoptera litura Fabricius) Pada Tanaman

Kedelai. Jurnal Litbang Pertanian, 27(4), 2008.

Sequeira, R.V., J.L. Mc. Donald, A.D. Moore, G.A. Wright

and L.C. Wright. 2001. Host Plant Selection by

Helociverpa spp. in Chickpea-Companion

Cropping System. Entomologia Experimentalis

et Applicata 101: 1–7.