16
1 Jurnal Ketransmigrasian Vol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14 Sonny Harry B Harmadi dan Endang Antarwati Lembaga Demografi, Universitas Indonesia Gedung Nathanael Iskandar Lt.2 & 3 Kampus UI Depok 16424 Telp/Faks (021) 7872911/ (021) 7872909 Email: [email protected] Tanggal diterima 1 Juli 2014, direvisi 30 September 2014, disetujui terbit Oktober 2014 IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK MIGRAN DI INDONESIA IDENTIFICATION OF TRANSMIGRANT POTENCY BASED ON MIGRANT CHARACTERISTICS IN INDONESIA Abstrak Meskipun tidak melibatkan transmigran dalam jumlah besar, program transmigrasi dianggap masih memiliki peran penting dalam kebijakan pengembangan wilayah dan persebaran penduduk yang lebih merata. Di masa mendatang, kebijakan transmigrasi perlu ditingkatkan dalam skala yang lebih besar, karena bisa memberi manfaat dalam mengurangi tekanan penduduk di daerah padat, dan menyediakan tenaga kerja bagi daerah berpenduduk sedikit. Kebijakan ini menjadi lebih optimal jika pemerintah mampu mengidentifikasi karakteristik individu yang memiliki peluang paling besar untuk melakukan migrasi. Berdasarkan hasil pengolahan Susenas 2012, individu yang tergolong sebagai migran sebanyak 7.452.361 orang dengan komposisi 49,37 persen bermigrasi antarkabupaten/kota dalam provinsi, 31,97 persen bermigrasi antarprovinsi dalam pulau dan 18,67 persen lainnya bermigrasi antarprovinsi antarpulau. Salah satu temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok laki-laki, berusia produktif (15 – 50 tahun), berpendidikan rendah (SD ke bawah), tidak/belum kawin yang berasal dari Pulau Jawa memiliki probabilitas (peluang) yang paling besar untuk melakukan migrasi antarpulau dengan tujuan bekerja dan tinggal di daerah perdesaan. Kelompok ini dapat diidentifikasi sebagai kelompok yang berpotensi besar menjadi transmigran penduduk asal. Kata Kunci: migrasi, transmigrasi, demografi, pembangunan Abstract Transmigration program is considered as having significant roles in regional development and population distribution. In the future, the program coverage shall be increased due to its benefits in decreasing population pressure on over populated areas and providing workforce for less densely areas. The policy would be optimum if the government is able to identify individual characteristics with the highest probability to migrate. Based on the processing of Susenas 2012 data, the number of individual migrants is 7,452,361 people, comprises of 49.37 percent as interdistrict/intercity within province migration, 31.97 percent as interprovincial within island migration, and 18.67 percent as interprovincial among islands migration. The study shows that the male group of productive age (15 to 50 years), with low education (elementary school and below), single, from Java island has the highest probability to migrate inter-island to work and live in rural areas. This group can be identified as a group of high potential to be transmigrants from origin areas. Keywords: migration, transmigration, demography, development I. PENDAHULUAN Dengan kepadatan penduduk sekitar 124 jiwa per km 2 , Indonesia bukan termasuk negara berpenduduk terlalu padat. Akan tetapi, masalah utama yang dihadapi adalah persebaran penduduk yang tidak seimbang. Pulau Jawa, yang memiliki luas 6,77 persen dari keseluruhan luas Indonesia dihuni oleh 57,49 persen penduduk. Sementara itu, Pulau Kalimantan yang luasnya 28,48 persen hanya

IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

1

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

Sonny Harry B Harmadi dan Endang Antarwati

Lembaga Demografi, Universitas IndonesiaGedung Nathanael Iskandar Lt.2 & 3 Kampus UI Depok 16424

Telp/Faks (021) 7872911/ (021) 7872909Email: [email protected]

Tanggal diterima 1 Juli 2014, direvisi 30 September 2014, disetujui terbit Oktober 2014

IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKANKARAKTERISTIK MIGRAN DI INDONESIA

IDENTIFICATION OF TRANSMIGRANT POTENCY BASED ONMIGRANT CHARACTERISTICS IN INDONESIA

AbstrakMeskipun tidak melibatkan transmigran dalam jumlah besar, program transmigrasi dianggap masih memiliki peran

penting dalam kebijakan pengembangan wilayah dan persebaran penduduk yang lebih merata. Di masa mendatang,kebijakan transmigrasi perlu ditingkatkan dalam skala yang lebih besar, karena bisa memberi manfaat dalam mengurangitekanan penduduk di daerah padat, dan menyediakan tenaga kerja bagi daerah berpenduduk sedikit. Kebijakan inimenjadi lebih optimal jika pemerintah mampu mengidentifikasi karakteristik individu yang memiliki peluang palingbesar untuk melakukan migrasi. Berdasarkan hasil pengolahan Susenas 2012, individu yang tergolong sebagai migransebanyak 7.452.361 orang dengan komposisi 49,37 persen bermigrasi antarkabupaten/kota dalam provinsi, 31,97 persenbermigrasi antarprovinsi dalam pulau dan 18,67 persen lainnya bermigrasi antarprovinsi antarpulau. Salah satu temuanpenelitian ini menunjukkan bahwa kelompok laki-laki, berusia produktif (15 – 50 tahun), berpendidikan rendah (SD kebawah), tidak/belum kawin yang berasal dari Pulau Jawa memiliki probabilitas (peluang) yang paling besar untukmelakukan migrasi antarpulau dengan tujuan bekerja dan tinggal di daerah perdesaan. Kelompok ini dapat diidentifikasisebagai kelompok yang berpotensi besar menjadi transmigran penduduk asal.

Kata Kunci: migrasi, transmigrasi, demografi, pembangunan

AbstractTransmigration program is considered as having significant roles in regional development and population

distribution. In the future, the program coverage shall be increased due to its benefits in decreasing populationpressure on over populated areas and providing workforce for less densely areas. The policy would be optimum ifthe government is able to identify individual characteristics with the highest probability to migrate. Based on theprocessing of Susenas 2012 data, the number of individual migrants is 7,452,361 people, comprises of 49.37 percentas interdistrict/intercity within province migration, 31.97 percent as interprovincial within island migration, and18.67 percent as interprovincial among islands migration. The study shows that the male group of productive age(15 to 50 years), with low education (elementary school and below), single, from Java island has the highestprobability to migrate inter-island to work and live in rural areas. This group can be identified as a group of highpotential to be transmigrants from origin areas.

Keywords: migration, transmigration, demography, development

I. PENDAHULUAN

Dengan kepadatan penduduk sekitar 124 jiwaper km2, Indonesia bukan termasuk negaraberpenduduk terlalu padat. Akan tetapi, masalah

utama yang dihadapi adalah persebaran pendudukyang tidak seimbang. Pulau Jawa, yang memilikiluas 6,77 persen dari keseluruhan luas Indonesiadihuni oleh 57,49 persen penduduk. Sementara itu,Pulau Kalimantan yang luasnya 28,48 persen hanya

Page 2: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

2

Secara konseptual, transmigrasi merupakanbagian dari kebijakan pengendalian penduduk1,karena merupakan salah satu bentuk migrasi yangberpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk.Namun demikian, berdasarkan sejarahnya,transmigrasi yang didesain sejak jaman penjajahanBelanda (dulu disebut dengan istilah kolonisasi) tidakhanya bertujuan untuk meredistribusi pendudukantarpulau saja, melainkan juga untuk memperbaikikesejahteraan penduduk.

Sejarah transmigrasi di Indonesia selamaperiode 1905-1942 telah memindahkan hampir 232ribu jiwa yang mencakup sekitar 60 ribu KK.Sepanjang periode tersebut, fakta menunjukkanbahwa perpindahan migran umumnya terjadiantarpulau, dimana sebagian besar migran berasaldari Pulau Jawa berpindah ke beberapa pulaulainnya terutama Sumatera, dan Sulawesi, sertasebagian kecil ke Kalimantan.

dihuni oleh 5,8 persen penduduk saja. Demikian pulahalnya dengan Kepulauan Maluku-Papua yangmemiliki luas 25,9 persen tetapi hanya dihuni oleh2,59 persen penduduk saja. Informasi yang ada padaTabel 1 menunjukkan bahwa Pulau Jawa adalahpulau dengan jumlah penduduk terbanyak, diikutidengan Pulau Sumatera yang penduduknyamencapai 21,31 persen.

Selain menghadapi masalah persebaranpenduduk yang tidak merata, Indonesia jugadihadapkan pada masalah ketimpangan pendapatan.Informasi yang ada pada Tabel 2 memperlihatkanbahwa Pulau Jawa merupakan pusat perekonomiandan menyumbang 57,63 persen pendapatan nasional.Sementara itu, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi,Kepulauan Bali-Nusa Tenggara dan KepulauanMaluku-Papua secara keseluruhan hanyamenyumbang tidak lebih dari 20 persen pendapatannasional. Berhadapan dengan dua masalah tersebut,

transmigrasi menjadi relevan sebagai alatpembangunan di masa depan. Transmigrasi dapatmenjadi media untuk pemerataan persebaranpenduduk sesuai dengan daya dukung dan dayatampung lingkungan sekaligus sebagai saranapemerataan pembangunan ekonomi.

Pulau Besar Luas (km2)

Persentase terhadap Luas

Indonesia

Jumlah Penduduk

Persentase terhadap Jumlah

Penduduk Indonesia

Kepadatan Penduduk per

km2

Sumatera 480.793,28 25,16 50.630.931 21,31 105,31 Jawa 129.438,28 6,77 136.610.590 57,49 1.055,41 Kalimantan 544.150,07 28,48 13.787.831 5,80 25,34 Sulawesi 188.522,36 9,87 17.371.782 7,31 92,15 Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku-Papua 494.956,85 25,90 6.165.396 2,59 12,46 Indonesia 1.910.931,32 100,00 237.641.326 100,00

Sumber: BPS (2014a), diolah

Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Distribusi Penduduk Indonesia, 2010

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto dan Persentase terhadap PDBatas Dasar Harga Berlaku, Tahun 2011*

Pulau Besar PDRB (Rp triliun) Persentase terhadap PDB

Sumatera 1.417,20 23,54 Jawa 3.470,20 57,63 Kalimantan 509,50 8,46 Sulawesi 306,50 5,09 Bali-NTB-NTT 189,40 3,15 Maluku-Papua 128,30 2,13 Indonesia 6.021,10 100,00

Catatan: * angka sangat sementara Sumber: BPS (2011), diolah

1 Kebijakan pengendalian penduduk didefinisikan sebagaitindakan-tindakan pemerintah berupa hukum-hukum,aturan-aturan dan program-program yangmempengaruhi tiga komponen utama pertumbuhanpenduduk yaitu kelahiran, kematian dan migrasi.Kebijakan pengendalian penduduk tentunya diharapkandapat mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi,baik secara nasional maupun daerah.

Page 3: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

3

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

Fungsi pembangunan transmigrasi relevandengan program pengembangan wilayah dalamrangka mengurangi kesenjangan pembangunanantarwilayah melalui pembangunan kawasanpermukiman transmigrasi, baik yang terkonsentrasimaupun yang tidak terkonsentrasi, baik yangdibangun untuk tujuan pengembangan wilayah(kawasan), baik wilayah itu sendiri maupun untukmenopang wilayah lain. Dengan kata lain,pembangunan kawasan dalam kerangkatransmigrasi masih relevan sebagai penopangpertumbuhan kawasan yang lebih besar.Pembangunan kawasan baru untuk transmigrasidilakukan secara selektif dan dilaksanakan dengantetap mempertimbangkan pendekatan kewilayahan,yaitu mempercepat proses pembangunan daerahdengan terbentuknya pusat pertumbuhan ekonomi.

Pada masa lalu, penyelenggaraan transmigrasilebih mempertimbangkan untuk mengisi kawasankosong penduduk dengan memindahkan pendudukdari daerah padat. Kini, sesuai dengan tuntutankebutuhan hidup yang lebih mengedepankanpemberdayaan masyarakat, paradigmapenyelenggaraan transmigrasi pun bergeser, daridistribusi penduduk menjadi berorientasi kepadakesejahteraan rakyat yang berimplikasi padapembangunan regional. Dengan bergesernya

Pasca kemerdekaan RI, khususnya masa OrdeBaru, jumlah transmigran yang ditempatkan di daerahbaru mengalami kenaikan. Pada Pelita I (1969-1974),sebanyak lebih dari 46 ribu KK menjadi transmigrandengan daerah penempatan terbesar meliputiLampung, Sumsel, dan Sulsel. Selama Pelita II (1974-1979), jumlah transmigran naik menjadi hampir 83ribu KK dengan daerah tujuan penerima palingbanyak diantaranya Jambi, Sumsel, dan Sulteng.Jumlah transmigran terus meningkat menjadi lebihdari 371 ribu KK pada Pelita III (1979-1984), dimanaSumatera menjadi daerah penempatan terbesar. DiPelita IV (1984-1989), jumlah transmigran mencapairekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, lebih dari750 ribu KK menjadi transmigran dan 521 ribudiantaranya adalah transmigran swakarsa. Lebihlanjut, data Pusdatintrans (Kemenakertrans, 2014b)menunjukkan di tahun 2012 lalu terdapat sekitar 3.101KK yang menjadi transmigran. Dengan begitu,kebijakan transmigrasi berkembang sehinggamendukung kebijakan pengembangan wilayah danintegrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yangsangat beragam di Indonesia. Hingga tahun 2013,sebagian besar kawasan transmigrasi tersebarterutama di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan,Pulau Sulawesi dan sebagian kecil di Papua, sepertiyang diilustrasikan oleh gambar berikut.

Sumber: Direktorat Jenderal P2KTrans, 2014

Gambar 1. Peta Sebaran Kawasan Transmigrasi Seluruh Indonesia

Page 4: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

4

Dengan definisi di atas, maka transmigrasibukan sekedar perpindahan antarpulau, yangdipahami oleh kebanyakan orang. Bahkantransmigrasi tidak lagi merupakan programpemindahan penduduk, melainkan upaya untukpengembangan wilayah. Metodenya tidak lagibersifat sentralistik dan top down dari Jakarta,melainkan berdasarkan Kerjasama Antar Daerahpengirim transmigran dengan daerah tujuantransmigrasi. Penduduk setempat semakin diberikesempatan besar untuk menjadi transmigranpenduduk setempat (TPS), proporsinya hinggamencapai 68:32 dengan transmigran penduduk asal(TPA) pada tahun 2013. Namun begitu, di antaratransmigran penduduk asal, lebih dari 85 persenberasal dari Pulau Jawa.

Hasil Sensus Penduduk 2010 mencatatterdapat 5.396.419 orang atau sekitar 2,5 persenpenduduk merupakan migran masuk risenantarprovinsi. Persentase migran risen di daerahperkotaan tiga kali lipat lebih besar migran risen didaerah perdesaan, masing-masing sebesar 3,8 dan1,2 persen. Menurut jenis kelamin, jumlah migranlaki-laki lebih banyak daripada migran perempuan,2.830.114 berbanding 2.566.305 orang. Seks rasiomigran risen adalah 110,3. Data tersebut menunjangteori bahwa migrasi lebih banyak menuju daerahperkotaan dan sebagian besar dilakukan oleh laki-laki. Beberapa provinsi yang merupakan daerahtujuan migran antara lain adalah Kepulauan Riau,Papua Barat, dan DI Yogyakarta. Daerah-daerahini mempunyai daya tarik tersendiri bagi migran.Pada umumnya, alasan utama para migran ini pindahadalah karena pekerjaan, mencari pekerjaan, atausekolah (BPS, 2014a).

Seperti yang diungkapkan oleh SiswonoYudohusodo (1998) dalam Sardjadidjaja (2005),pelaksanaan transmigrasi tidak mudah, mengingatpenduduk berpindah dari daerah yang lebih maju(khususnya Jawa) ke daerah lain yang justru belumberkembang. Padahal, migrasi secara spontan justrumemiliki kecenderungan penduduk berpindah daridaerah yang kurang maju ke daerah yang lebih maju.

orientasi tersebut, maka aspek demografismerupakan aspek penting yang harus diperhatikan.

Dalam suasana politik nasional yang seringtidak stabil dan disertai dengan berbagai gejolaksosial dan pertikaian etnik di berbagai wilayah,transmigrasi kemudian secara pragmatis digunakanuntuk menangani korban-korban sosial. Saleh(2005) menyebutkan bahwa sejak awalkemerdekaan hingga kini, paling tidak sisi pragmatistransmigrasi dapat dibedakan menjadi tiga kategori.Pertama, model pengembangan wilayah. Model inibersifat induced migration. Kedua, model resettle-ment, yang membuahkan forced migration.Ketiga, model transmigrasi swakarsa atau dikenaldengan spontanouse migration.

Produk hukum terkini yang mengatur tentangtransmigrasi adalah Undang-Undang Nomor 29Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3Tahun 2014. Menurut UU Nomor 29 Tahun 2009Pasal 1 Ayat 2, transmigrasi didefinisikan sebagaiperpindahan penduduk secara sukarela untukmeningkatkan kesejahteraan dan menetap dikawasan transmigrasi yang diselenggarakanpemerintah. Sementara itu, pada Pasal 1 Ayat 4,kawasan transmigrasi didefinisikan sebagai kawasanbudidaya yang memiliki fungsi sebagai permukimandan tempat usaha masyarakat dalam satu sistempengembangan berupa wilayah pengembangantransmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi.

Dua produk hukum ini mengubah peraturansebelumnya yang tertuang dalam Undang-UndangNomor 15 Tahun 1997 dan Peraturan PemerintahNomor 2 Tahun 1999. Pada UU Nomor 15 Tahun1997 Pasal 1 Ayat 2, transmigrasi diartikan sebagaiperpindahan penduduk secara sukarela untukpeningkatan kesejahteraan dan menetap di WilayahPengembangan Transmigrasi (WPT) atau LokasiPermukiman Transmigrasi (LPT). Dalam definisitersebut, WPT dan LPT merupakan tempat-tempattujuan transmigrasi yang secara khusus dirancang,disediakan dan atau “dibangun” oleh pemerintah(Saleh, 2005).

Tabel 3. Proporsi Transmigran Penduduk Setempat (TPS)dan Transmigran Penduduk Asal (TPA), 2010-2013

Tahun TPS TPA TPS + TPA Tahun TPA Jawa TPA Non Jawa Total TPA 2010 61,9 38,1 7.346 2010 84,9 15,1 2.802 2011 60,6 39,4 7.274 2011 87,9 12,1 2.868 2012 64,5 35,5 7.546 2012 86,4 13,6 2.679 2013 67,8 32,2 6.487 2013 88,3 11,7 2.088

Sumber: Kemenakertrans (2014a, 2014b, 2014c)

Page 5: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

5

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

Dengan begitu, maka pemahaman mengenai poladan bagaimana keputusan bermigrasi diperlukanuntuk memberikan insight bagaimana keputusantransmigrasi dilakukan, terutama di Indonesia.

Penasehat khusus Sekretaris JenderalPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jeffrey Sach,mengungkapkan bahwa pertumbuhan pendudukyang tinggi pada negara-negara berkembang akanberdampak pada dunia secara keseluruhan,terutama meningkatnya arus migrasi dankecenderungan konflik akibat migrasi tersebut.Peningkatan arus migrasi menunjukkan gejalaadanya revolusi mobilitas. Paling tidak, ada duaalasan yang mendorong terjadinya revolusi mobilitasdi Indonesia. Pertama, akibat adanya penurunanangka kelahiran. Dengan penurunan angkakelahiran, jumlah anak dalam keluarga berkurang,dan orang tua memiliki waktu luang yang lebihbanyak, sehingga pengambilan keputusan migrasimenjadi lebih mudah. Kedua, akibat adanyaperbaikan sarana dan prasarana transportasidaerah. Saat ini begitu banyak angkutan berbiayamurah (low cost carrier) yang memudahkanmobilitas penduduk antardaerah. Ketiga,meningkatnya teknologi informasi dan komunikasimemudahkan penduduk untuk memperolehinformasi tentang peluang di daerah lain.

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengantujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempatlain melewati batas administratif (migrasi internal)atau batas politik/negara (migrasi internasional).Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagaiperpindahan yang relatif permanen dari suatudaerah (negara) ke daerah (negara) lain. Ada duadimensi penting dalam penalaahan migrasi, yaitudimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.Digunakan batasan waktu untuk migran karenaseseorang dikatakan migran, jika dia tinggal ditempat yang baru atau berniat tinggal di tempatyang baru itu paling sedikit 6 bulan lamanya.

Migrasi sebagai bentuk perpindahan, baiksementara maupun permanen, yang dilakukanindividu atau kelompok dari satu wilayah ke wilayahlain karena berbagai macam alasan, mulai darimencari kesempatan pekerjaan yang lebih baiksampai karena diskriminasi. Secara formal, migrasididefinisikan sebagai perpindahan penduduk dengantujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempatlain yang melampaui batas politik/negara ataupunbatas administrasi/batas bagian suatu negara. Jikamelampaui batas negara maka disebut denganmigrasi internasional. Sementara itu, jikaperpindahan terjadi dalam batas wilayah suatu

negara, baik antardaerah maupun antarprovinsidisebut dengan migrasi internal. Dengan begitu,migrasi sering diartikan sebagai perpindahan yangrelatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain.Pindahnya penduduk ke suatu daerah tujuan disebutdengan migrasi masuk sedangkan perpindahanpenduduk ke luar daerah disebut dengan migrasikeluar (Depnaker, 1995 dalam Safrida, 2008).

Meskipun aktivitas migrasi sama tuanya denganperadaban itu sendiri, akan tetapi teori migrasiadalah hal yang relatif baru. Salah satu penulispertama tentang migrasi modern adalah E. G.Ravenstein, yang melalui tiga artikelnyamerumuskan “sebelas hukum migrasi” (atau lebihtepatnya hipotesis) berdasarkan hasil penelitianempirisnya. Grigg (1977) merangkumnya sebagaiberikut. Pertama, sebagian besar migran berpindahdalam jarak yang dekat. Kedua, migrasi dilakukansecara bertahap, dari desa ke kota kecil kemudianke kota besar. Ketiga, migrasi jarak jauh umumnyadilakukan jika daerah yang dituju adalah pusatperdagangan atau industri. Keempat, setiap arusmigrasi menimbulkan arus migrasi penggantinya.Kelima, penduduk perkotaan cenderung tidakbermigrasi dibandingkan dengan pendudukpedesaan. Keenam, sebagian besar perempuanmelakukan migrasi dalam jarak pendek sedangkanlaki-laki dalam jarak yang lebih jauh. Ketujuh,sebagian besar migran adalah individu dewasa,jarang sekali satu keluarga utuh bermigrasi keluardari tempat lahir. Kedelapan, sebagian besar kotaberkembang karena migrasi, bukan karenaperubahan penduduk yang alami. Kesembilan, vol-ume migrasi bertambah seiring denganberkembangnya industri, perdagangan dantransportasi. Kesepuluh, arah migrasi yang utamaadalah dari daerah agrikultural ke pusat industri danperdagangan. Kesebelas, faktor ekonomi adalahpenyebab utama migrasi.

Model migrasi awal (seperti Zipf, 1946)menggunakan konsep fisik dari gravitasi danmenjelaskan migrasi sebagai fungsi dari ukuranpopulasi di daerah asal dan daerah tujuan, dandiperkirakan berhubungan terbalik dengan jarak.Model migrasi tahun 1950an bergeser dari modelyang sepenuhnya mekanis ke teori yang lebihcanggih. Teori yang memprediksi arus migrasipertama kali diperkenalkan dalam model dual-economy Lewis pada tahun 1950-1960an, yangmenurutnya, migrasi terjadi akibat perbedaanpenawaran dan permintaan tenaga kerja antaradaerah kota dan desa. Model Harris-Todaro ditahun 1970-1980an mengembangkan model ini

Page 6: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

6

Menurut Lee (1966) terdapat empat faktoryang perlu diperhatikan dalam studi migrasipenduduk, yaitu: (i) faktor-faktor daerah asal; (ii)faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan; (iii)rintangan-rintangan yang menghambat (rintanganantara); dan (iv) faktor-faktor individual. Ketigafaktor pertama dapat diilustrasikan oleh gambar 2berikut.

Di setiap daerah terdapat faktor-faktor yangmenahan seseorang untuk tidak meninggalkandaerahnya atau justru menarik orang untuk pindahke daerah tersebut (pull factors yang digambarkandengan simbol +), dan ada pula faktor-faktor yangmendorong seseorang untuk meninggalkan daerahtersebut (push factors yang digambarkan dengansimbol -). Selain itu ada pula faktor-faktor yang tidakberpengaruh terhadap keputusan bermigrasi(digambarkan dengan simbol 0). Rintangan antaramerupakan faktor yang menghalangi seseoranguntuk bermigrasi, seperti undang-undang migrasidan biaya transportasi. Rintangan migrasi memilikipengaruh yang berbeda pada orang-orang yangmempertimbangkan untuk pindah. Sebagian orangmemandang rintangan tersebut sebagai hal yangmudah untuk diatasi, sementara sebagian lainmungkin memandang sebaliknya.

Dibandingkan dengan ketiga faktor di atas,faktor individu adalah faktor yang sangatmenentukan keputusan bermigrasi. Faktor-faktorindividu bukanlah faktor nyata yang terdapat didaerah asal maupun di daerah tujuan, akan tetapiini merupakan persepsi seseorang terhadap faktor-faktor tersebut. Kepekaan pribadi, kecerdasan,serta kesadaran akan kondisi di tempat lain dapatmempengaruhi evaluasi seseorang mengenai

sehingga menjadi model migrasi yang sangatspesifik.

Sementara studi migrasi terdahulumenggunakan data agregat dan melihat migrasisebagai mekanisme ekuilibrium, sejak tahun1980an, fokus studi migrasi justru berkembangmenjadi model mikroekonomi. Model inimenganalisis motivasi individu untuk bermigrasidengan mempertimbangkan faktor strukturkomunitas (misalnya kemiskinan). Model ini jugaberkontribusi dalam membedakan penyebab dankontinuitas migrasi. The New Economics ofLabour Migration bahkan melihat migrasi sebagaikeputusan rumahtangga dan menambahkanberbagai faktor penjelas migrasi lainnya (Hagen-Zanker, 2008).

Secara umum, faktor-faktor yangmenyebabkan seseorang melakukan migrasi dapatdikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor-faktorpendorong (push factors) dan faktor-faktor penarik(pull factors). Yang termasuk dalam faktor-faktorpendorong antara lain adalah (i) makinberkurangnya sumber-sumber kehidupan, sepertimenurunnya daya dukung lingkungan danmenurunnya sumber daya alam; (ii) makinsempitnya kesempatan kerja; (iii) adanya tekananpolitik, agama, suku dan ras; (iv) alasan pendidikan,pekerjaan, dan perkawinan; dan (v) bencana alam.Sementara itu, yang termasuk dalam faktor-faktorpenarik antara lain adalah (i) harapan memperolehkesempatan memperbaiki kehidupan; (ii)kesempatan memperoleh pendidikan yang lebihbaik; (iii) lingkungan dan kehidupan yangmenyenangkan; dan (iv) aktivitas kota besar yangmenarik (Munir, 2011).

Gambar 2. Faktor-Faktor di Daerah Asal dan Daerah Tujuan, serta Faktor Penghambat dalam Bermigrasi

Sumber: Lee (1966)

Page 7: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

7

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

keadaan di daerah asal. Pengetahuan tentangtempat tujuan bergantung pada sumber informasidan jaringan yang tersedia. Untuk sebagian orang,perlu ada alasan yang benar-benar memaksasehingga ia mau pindah. Akan tetapi, untuk sebagianorang yang lain, sedikit dorongan saja cukup menjadialasan baginya untuk pindah (Lee, 1966).

Menurut Ravenstein dalam Grigg (1977),meskipun terdapat beragam motivasi untukmelakukan migrasi, namun alasan ekonomi selalulebih dominan dibandingkan alasan lainnya. Migrasijuga memiliki asosiasi dengan jarak, dimana tingkatmigrasi antardua titik akan berhubungan terbalikdengan jarak di antara kedua titik tersebut2. Paramigran yang bersedia untuk migrasi jarak jauhumumnya menuju pusat-pusat industri.

Todaro (1998) menyatakan bahwa migrasimerupakan keputusan yang sangat selektif,tergantung kepada karakteristik individu.Karakteristik migran dapat dibedakan menjadi tigakategori. Pertama, karakteristik demografi.Berdasarkan karakteristik demografi, umumnyamigran di negara berkembang adalah pemuda usia15 – 24 tahun. Migran perempuan dapatdikelompokkan menjadi dua, yaitu (i) migranpengikut, ini terdiri dari para istri dan anak-anakperempuan yang mengikuti suami atau ayah; dan(ii) migran solo, yaitu perempuan yang bermigrasitanpa disertai siapa pun. Kelompok yang terakhirini diperkirakan jumlahnya semakin bertambahpesat.

Kedua, karakteristik pendidikan. Beberapahasil penelitian menunjukkan bahwa terdapatkorelasi yang nyata antara jenjang pendidikan yangditamatkan dengan kemungkinan atau doronganuntuk bermigrasi (propensity to migrate).Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi memilikikemungkinan yang lebih besar untuk bermigrasi.Hal ini disebabkan karena kesempatan kerja sangatditentukan oleh tingkat pendidikan. Dengan begitu,semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin besarkeinginan memperoleh pekerjaan, dan karenanyasemakin besar kemungkinan untuk bermigrasi.

Ketiga, karakteristik ekonomi. Berbagai hasilpenelitian menunjukkan bahwa persentase migranterbesar adalah mereka yang miskin, tidak memilikitanah, tidak memiliki keahlian dan yang tidakmemiliki kesempatan untuk maju di daerah asalnya.Para migran dari daerah pedesaan, yang mayoritasberasal dari golongan miskin, sengaja pindah secara

permanen untuk mencari kehidupan yang lebih baikdan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan didaerah pedesaan. Menurut teori investasi sumberdaya manusia, keputusan seseorang untukbermigrasi dalam rangka memperoleh penghasilanyang lebih tinggi dan kehidupan yang baikmerupakan tindakan investasi.

Penelitian mengenai migrasi umumnyadilakukan dalam skala mikro dan spasial/wilayah.Safrida (2008) mengemukakan beberapa temuanempiris peneliti terdahulu berkaitan dengan pola dankecenderungan migrasi di Indonesia. Dalam analisisAnanta et. al. (1999) dalam Safrida (2008) diketahuibahwa peristiwa migrasi terjadi lebih banyak padasaat usia anak-anak dan usia tua. Di antara keduamasa tersebut, individu lebih banyak menjadi mover.Anak-anak umumnya mengikuti orang tua sehinggapada usia ini, migran lebih banyak daripada mover.Selepas usia anak-anak (usia muda), sebagian besarindividu mencari dan atau bekerja untuk memenuhikebutuhan hidup hingga ke luar tempat tinggal.Dengan begitu, di usia ini, lebih banyak migran.Ketika memasuki usia tua, mereka lebih senangbekerja di tempat tinggal sendiri, menjadikan jumlahmigran di usia ini menurun. Pada studi yang samajuga ditemukan bahwa faktor-faktor pendorongmemiliki pengaruh dominan terhadap keputusanmigrasi.

Adriani (2000) dalam Safrida (2008)menyimpulkan bahwa penurunan jumlah angkatankerja di pedesaan dipengaruhi oleh migrasi dari desake kota. Hal ini mengindikasikan bahwapeningkatan migrasi desa-kota secara besar-besaran akan mengakibatkan kelangkaan angkatankerja di pedesaan, dan sebaliknya menimbulkanexcess angkatan kerja di perkotaan. Hasil analisismenunjukkan bahwa upah riil di luar Pulau Jawalebih tinggi dibandingkan upah riil di Pulau Jawa.Oleh karena uapah merupakan salah satu faktoryang mendorong orang untuk bermigrasi, makaperbedaan upah riil ini diperkirakan akan mendorongterjadinya arus migrasi dari dan ke luar Pulau Jawa.

Dalam analisisnya, Suprihadi (2002) dalamSafrida (2008) menyimpulkan bahwa migrasi desa-kota lebih responsif terhadap perubahan upah riil disektor industri. Sementara itu, migrasi kota-desaresponsif terhadap perubahan jumlah penduduk laki-laki usia produktif di perkotaan. Hal ini menunjukkanbahwa keputusan migrasi desa-kota dipicu olehfaktor penarik. Sementara migrasi kota-desadisebabkan oleh faktor pendorong.

Dalam studinya, Desiar (2003) dalam Safrida(2008) menyatakan bahwa arus migrasi masuk ke2 Mengembangkan hipotesis yang dibuat oleh Zipf (1946)

Page 8: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

8

Umur dan pendidikan memegang peran pentingdalam keputusan migrasi. Plain dan Heins (2003)dalam Arbex dan Freguglia (undated) menemukanbahwa propensity to migrate menurun seiringdengan bertambahnya umur migran. Semakin tuaumur migran, semakin rendah tingkat pengembalian(rate or returns) investasi sumber daya manusia(human capital) karena migrasi. Menurut Lucas(1997), hal ini konsisten dengan model investasisumber daya manusia melalui migrasi.

Jenjang pendidikan yang tinggi mendorongprobabilitas migrasi keluar dari suatu wilayah yangtingkat industrialisasinya rendah. Sejalan dengan itu,jenjang pendidikan mendorong terjadinya migrasiantarwilayah menuju wilayah yang tumbuh denganpesat. Perubahan struktur ekonomi jugaberpengaruh terhadap perubahan bentuk jejaringsosial, yang turut menentukan keputusan individuuntuk bermigrasi. Dengan begitu, maka keputusanbermigrasi dari satu wilayah ke wilayah lainnyasebagian ditentukan oleh perubahan kondisimakroekonomi tersebut (Jacobs, 2012).

Pendidikan berkaitan erat dengan marketableskills yang memungkinkan dilakukannya migrasi.Dengan begitu, individu yang memiliki keterampilanyang rendah memiliki kecenderungan bermigrasiyang rendah pula karena keterampilannya tidakdapat diaplikasikan ke dalam perekonomian(Pennell, 2007 dalam Jacobs, 2012). Denganketerbatasan keterampilan, maka kesempatan kerjamenjadi terbatas pula bagi individu yangbersangkutan. Dan karenanya, menurunkankemampuan untuk bermigrasi (Jacobs, 2012). Akantetapi, dalam studinya di Brazil, Arbex dan Freguglia(undated) menemukan bahwa pekerja denganpendidikan rendah justru memiliki kecenderunganyang lebih besar untuk bermigrasi dan kemudianbekerja di sektor informal.

Persentase laki-laki yang bermigrasimengalami penurunan sedikit demi sedikit,sementara persentase migran perempuan justrusedikit demi sedikit mengalami peningkatan. Hal inimenunjukkan adanya tren migrasi yang divergenmenurut gender (Finnie, 2004). Ukuran rumahtangga adalah faktor lain yang berpengaruhterhadap migrasi. Rumah tangga dengan ukuranyang lebih besar memiliki kecenderungan yang lebihrendah untuk bermigrasi, kecuali ada faktoreksternal yang memaksa, yang menyebabkanprobabilitas rumah tangga bermigrasi meningkatlebih besar (Odland dan Ellis, 1988 dalam Jacobs,2012). Faktor eksternal yang dimaksud antara lainadalah bencana dan kerusuhan sosial-politik.

Kota Jakarta meningkatkan pengangguran danberkembangnya sektor informal dari tahun ke tahun.Faktor utama yang mempengaruhi migrasi iniadalah karena sulitnya mendapatkan pekerjaan didaerah asal. Walaupun berskala kecil, sulitmengakses lembaga keuangan formal, dan tidakdilindungi pemerintah, akan tetapi sektor informaltetap diminati oleh para migran. Ini disebabkankarena untuk masuk ke sektor ini cukup mudah,tidak memerlukan izin usaha, tidak memerlukanpendidikan tinggi dan tidak membutuhkan modalbesar.

Dalam penelitiannya, Tarigan (2004) dalamSafrida (2008) menemukan bahwa alasan ekonomidan alasan sosial merupakan faktor pendorongsekaligus faktor penarik terjadinya migrasi desa-kota yang identik dengan transformasi kegiatanekonomi pertanian-industri. Proses adaptasi migransirkuler dipercepat oleh aksi migran terdahulu. Caraadaptasi yang paling dominan dilakukan oleh paramigran adalah dengan menerapkan bentukkehidupan desa, yaitu dengan membentuk komunitasdari daerah asal dan menggunakan bahasa daerahuntuk berkomunikasi. Cara ini dianggap dapatmenetralisir kegugupan sosial dan menghadirkanrasa aman secara psikologis. Migran cenderungmemiliki budaya transisi dengan menjadi masyarakatmodern di daerah asal akan tetapi menjadi manusiatradisional di daerah tujuan.

Pengalaman hidup seorang individu sebelummelakukan migrasi mendorong individu tersebutmelakukan migrasi. Agregasi dari keputusanindividu, di bawah pengaruh variabel kontekstualseperti jejaring sosial dan ekonomi, menentukanarus migrasi populasi (Barker, 2010). Migrasiantarwilayah dapat disebabkan karena populasi diwilayah asal begitu besar (Zipf, 1946), yangdiasumsikan merefleksikan kondisi ekonomi lokalyang sulit dan efek dari skala pasar kerja (Finnie,2004).

Migrasi antarwilayah yang memilikikesenjangan ekonomi dianggap lebih berat karenapertimbangan rasional yang diputuskan oleh individudalam bermigrasi adalah untuk memaksimumkankondisi ekonominya (Lim, 2011 dalam Jacobs, 2012).Oleh karena itu, migrasi dalam jarak yang jauhcenderung dilakukan oleh migran mudaberpendidikan tinggi (Kodryzycki, 2001). Dalamstudinya di Kanada, Finnie (2004) menemukanbahwa umur berpengaruh negatif terhadapkeputusan bermigrasi. Hal ini membuat perbedaanumur menjadi faktor penting yang perlu diperhatikandalam mempelajari migrasi (Jacobs, 2012).

Page 9: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

9

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

Bagaimanapun juga, pasca reformasi, Indone-sia tidak memiliki desain yang kuat mengenaikebijakan transmigrasi. Persebaran pendudukantardaerah dan antarpulau yang tidak meratasetidaknya dapat dikurangi melalui programtransmigrasi. Sementara itu, investasi cenderungmendekati daerah yang memiliki pasar (penduduk)besar sehingga argumen aglomerasi menjadipertimbangan utama investor dalam penentuanlokasi perusahaan. Tanpa kebijakan distribusipenduduk yang lebih baik, investasi akan cenderungterus terkonsentrasi di wilayah berpenduduk besar.Meskipun argumen people follow jobs seringdigunakan, namun kenyataannya jobs seringkaliyang mengikuti keberadaan people.

Aglomerasi secara konseptual memilikimanfaat baik dari sisi produksi maupun konsumsi.Dengan lokasi yang saling berdekatan, perusahaanakan menikmati manfaat skala produksi (econo-mies of scale) yang lebih besar, limpahanpengetahuan (knowledge spillover), pengumpulantenaga kerja (labor pooling), dan kesesuaiantenaga kerja yang dibutuhkan (labor matching).Selain itu, aglomerasi menciptakan shopping ex-ternalities yang memanfaatkan besarnyakonsumen di wilayah aglomerasi tersebut. Olehkarenanya, berkumpulnya tenaga kerja yangtercermin dari besarnya jumlah penduduk sangatberperan dalam pembangunan daerah. Migrasitenaga kerja (penduduk) ke suatu daerah akanmemberikan manfaat aglomerasi bagi daerahtersebut, sehingga kebijakan transmigrasi relevandikaitkan dengan pembangunan daerah.

Oleh karenanya, dengan mempertimbangkanteori dasar migrasi dan fakta di lapangan,pelaksanaan transmigrasi menghadapi berbagaikendala yang cukup sulit. Agar kebijakantransmigrasi dapat berjalan efektif dan memberikandampak yang optimal terhadap tujuannya, makasetidaknya pemerintah perlu memperhatikan duahal penting. Pertama, memahami pola dankarakteristik sosial demografi migran yangmelakukan migrasi. Setiap individu tentu memilikipreferensi yang berbeda dalam melakukan migrasi.Ada yang melakukan migrasi antarkabupaten/kotadalam provinsi yang sama, ada yang bermigrasiantarkabupaten/kota antarprovinsi, dan ada pulayang bermigrasi antarprovinsi antarpulau. Hal keduaialah mengetahui karakteristik sosial demografipenduduk daerah penerima migran (penduduklokal). Kelompok ini juga memiliki persepsi yangberbeda dalam menerima pendatang. Sebagiancenderung memiliki persepsi/sikap positif terhadap

Meskipun isu status ekonomi penting untukdipertimbangkan, namun variabel ini bervariasimenurut umur, dimana pertimbangan migran berusiamuda terhadap peluang ekonomi lebih tinggidibandingkan dengan migran berusia tua (Morgandan Robb, 1981 dalam Jacobs, 2012).

Arus migrasi umumnya terjadi dari wilayahyang perekonomiannya bergerak di bidang non-industri ke wilayah yang perekonomiannya tumbuhdan berkembang di bidang industri (Jacobs, 2012).Secara umum, arus migrasi terlihat dari wilayahyang pendapatan per kapitanya rendah ke wilayahyang pendapatan per kapitanya tinggi (Arbex danFreguglia, undated).

Menurut studinya, Finnie (2004) menyatakanbahwa kecenderungan migrasi antarprovinsiumumnya dilakukan oleh individu yang berasal dariwilayah atau kota kecil, terutama daerah pedesaan.Status perkawinan dan adanya balita berpengaruhnegatif terhadap keputusan bermigrasi, baik bagilaki-laki maupun perempuan (Finnie, 2004).

Sejak tulisan Sjaastad (1962), teori migrasiawal menyatakan bahwa keputusan migrasiterutama didasarkan atas ekspektasi pendapatandi daerah tujuan, relatif terhadap pendapatan didaerah asal, dengan mempertimbangkan biayamigrasi (Borjas, 1999). Lebih jauh lagi, keputusanmigrasi tenaga kerja juga turut memperhitungkanfaktor lainnya, seperti atribut yang melekat padaindividu secara personal dan karakteristik lokasi.Karakteristik-karakteristik ini secara intrinsikberkaitan dengan propensity to migrate dariseorang individu (Greenwood, 1975 dalam Arbexdan Freguglia, undated).

Migrasi dalam jarak yang dekat umumnyadianggap less costly dibandingkan dengan migrasijarak jauh, bukan hanya berkaitan dengan biayatransportasi saja, tetapi juga berkaitan denganseberapa banyak prior information yang dimilikisebelum individu memutuskan untuk pindah.Informasi spesifik mengenai wilayah yang dekatdengan tempat asal lebih mudah untuk dikumpulkandaripada wilayah yang jaraknya jauh. Misalnya saja,akan lebih mudah bagi individu untuk mengetahuidan memahami kondisi sosial ekonomi di wilayahlain yang berdekatan dengan tempat asalnya.Dengan begitu, migrasi jarak dekat menjadi pilihanyang utama, apalagi jika transportasi yanginfrastruktur pendukung lainnya yang tersediamemudahkan individu untuk pindah. Migrasi jarakjauh menjadi pilihan jika di tempat tujuan sudah adajejaring sosial ekonomi yang dapat “menjamin”keberlangsungan hidup migran.

Page 10: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

10

pendatang, sedangkan sebagian lainnya justrucenderung menolak dan bersikap negatif terhadappendatang. Pengetahuan ini dibutuhkan untukmengurangi kemungkinan adanya konflik sosial dankomunal akibat benturan antara migran denganpenduduk setempat.

Tulisan ini mencoba fokus pada hal pertama,yaitu mengetahui karakteristik sosial demografiindividu yang memiliki peluang (probabilitas) besaruntuk melakukan migrasi. Dengan mengetahui haltersebut, diharapkan agar promosi programtransmigrasi dapat ditargetkan secara khususkepada kelompok-kelompok yang memiliki peluangbesar untuk migrasi.

II. METODE

Fokus dalam tulisan ini ialah mengestimasiprobabilitas migrasi antarwilayah berdasarkan padakarakteristik individu saja, tanpa mempertimbangkanlebih jauh terhadap faktor moneter (pendapatan)dan kondisi wilayah. Hal ini terutama dikarenakanketerbatasan set data, di mana tidak terdapatinformasi mengenai pendapatan di daerah asal. Jadi,para migran diobservasi setelah migrasi dilakukan.Karena itu, asumsi yang digunakan dalam studi iniadalah bahwa para migran tidak memiliki informasi(yang lengkap) mengenai distribusi pendapatan didaerah tujuan.

Dalam tulisan ini, migrasi didefiniskan sebagaiperpindahan tempat tinggal secara permanen yangdilakukan lima tahun sebelum data dikumpulkan.Dengan kata lain, migrasi yang dimaksud adalahmigrasi risen. Berdasarkan daerah perpindahannya,migrasi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu (a)migrasi antarkabupaten/kota dalam satu provinsi(MIG1); (b) migrasi antarprovinsi dalam satu pulau(MIG2); dan (c) migrasi antarprovinsi antarpulau(MIG3). Disagregasi berdasarkan pulau-pulaubesar dilakukan agar terlihat perilaku migrasimasing-masing pulau. Adapun pulau-pulau di Indo-nesia dikelompokkan menjadi enam kelompokbesar, yaitu (i) Sumatera; (ii) Jawa; (iii) Kalimantan;(iv) Sulawesi; (v) Bali-Nusa Tenggara; dan (vi)Maluku-Papua. Individu yang melakukan migrasidalam lima tahun sebelum data dikumpulkan disebutdengan migran risen. Untuk selanjutnya dalamtulisan ini, migran (migrasi) risen cukup disebutdengan migran (migrasi) saja.

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulismenggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional(Susenas) tahun 2012 triwulan III. Data Susenas2012 mencakup 300.000 rumah tangga sampel yang

tersebar di seluruh provinsi dan 497 kabupaten/kotadi Indonesia, setiap triwulan didistribusikansebanyak 7.500 blok sensus atau 75.000 rumahtangga. Susenas menyediakan berbagai informasimengenai indikator kependudukan, kesehatan,pendidikan, perumahan, sosial, ekonomi dan lainnyayang dikumpulkan melalui wawancara langsungdengan rumah tangga dan anggota rumah tangga(BPS, 2014b).

Regresi multinomial logistik digunakan untukmendapatkan faktor-faktor yang berasosiasi dengankecenderungan (odds) jenis migrasi, apakah itumigrasi antarkabupaten/kota dalam provinsi(MIG1), migrasi antarprovinsi dalam pulau (MIG2)atau migrasi antarprovinsi antarpulau (MIG3).Keputusan migrasi ini bersifat mutually exclusivesehingga keputusan atas satu jenis migrasi tidakmungkin dibarengi dengan jenis migrasi lainnya.Karena ketiga jenis migrasi ini tidak berjenjang,maka data dianalisis dengan model regresi multi-nomial logistik3.

Kecenderungan bermigrasi menurutkarakteristik migran dianalisis menggunakan metodemultinomial logistik dengan migrasi antarkabupatendalam provinsi (MIG1) sebagai basisnya. Secaramatematis, keputusan migrasi dapat dituliskanmenjadi persamaan berikut.

(1)

(2)

dengan= karakteristik demografi migran= karakteristik pendidikan migran= karakteristik ekonomi migran

Persamaan (1) memperlihatkan kecenderunganterjadinya migrasi antarkabupaten antarprovinsi(MIG2) relatif terhadap terjadinya migrasiantarkabupaten dalam provinsi (MIG1). Sementaraitu, persamaan (2) memperlihatkan kecenderunganterjadinya migrasi antarprovinsi antarpulau (MIG3)relatif terhadap migrasi antarkabupaten dalamprovinsi (MIG1).

Variabel dependen jenis migrasi diukur denganmembandingkan informasi tempat tinggal saat

3 Pembahasan mengenai model multinomial logit yangkomprehensif dapat dilihat di Greene (2008) p. 843-845dan Wooldrige (2010). Teknik estimasi multinomial logitmenggunakan software statistik Stata dibahas secaramendetail pada Hamilton (2003) StataCorp (2009) danCameron dan Triverdi (2009).

Page 11: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

11

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

disurvei dengan informasi tempat tinggal lima tahunsebelumnya. Karena tidak ada informasi yang pastikapan migrasi dilakukan, maka diasumsikan bahwamigrasi terjadi dalam kurun waktu lima tahunsebelum survei dilakukan. Individu yang memilikikedua informasi ini adalah individu yang pada saatdisurvei berusia lima tahun ke atas. Migrasiantarkabupaten/kota dalam provinsi (MIG1)teridentifikasi ketika individu menyatakan bahwakabupaten/kota tempat tinggal saat ini berbedadengan lima tahun sebelumnya, akan tetapiprovinsinya sama. Migrasi antarprovinsi dalampulau (MIG2) teridentifikasi ketika individumenyatakan bahwa provinsi tempat tinggal saatdisurvei berbeda dengan lima tahun sebelumnyaakan tetapi masih di pulau yang sama. Sementaraitu, migrasi antarprovinsi antarpulau (MIG3) terjadijika baik provinsi maupun pulau tempat tinggal saatdisurvei berbeda dengan lima tahun sebelumnya.

Variabel bebas yang berkaitan dengan jenismigrasi terdiri dari tiga komponen. Pertama,karakteristik sosial demografi seperti umur individulima tahun sebelum disurvei, jenis kelamin, statuskawin, daerah tempat tinggal saat disurvei, statuskepala keluarga, dan jumlah anggota rumah tanggalima tahun sebelum disurvei. Status kawin dan sta-tus kepala keluarga diasumsikan tidak berubahsebelum dan setelah bermigrasi, dikontrol denganumur anak termuda yang pada saat disurvei berusialima tahun ke atas. Umur individu dan jumlahanggota rumah tangga berdasarkan informasi padalima tahun sebelum survei (dan bukannya pada saatsurvei) dianggap lebih tepat sebagai faktor yangmempengaruhi keputusan untuk bermigrasi.

Kedua, karakteristik pendidikan, yaitu jenjangpendidikan yang ditamatkan individu. Jenjangpendidikan (dan bukannya lama sekolah/years ofschooling) dipilih karena ini dapat digunakansebagai “jembatan” untuk memperbaikikesejahteraan hidup di tempat tujuan melaluibekerja. Seperti yang diketahui, jenjang pendidikanyang ditamatkan (dan karenanya ijazah yangdimiliki) merupakan sinyal yang paling jelas yangdapat digunakan individu agar diterima di pasar

kerja. Ijazah tersebut diharapkan mewakiliproduktivitas individu kepada pemberi kerja, walauproduktivitas sesungguhnya hanya akanterobservasi setelah bekerja (Antarwati, 2012).Pendidikan dikelompokkan menjadi tiga: (i)pendidikan dikategorikan rendah jika individu hanyatamatan SD atau yang lebih rendah; (ii) pendidikandikategorikan menengah jika individu berhasilmenamatkan jenjang SMP atau SMA; dan (iii)pendidikan dikategorikan tinggi jika individu tamatjenjang pendidikan lebih tinggi dari SMA. Ketiga,karakteristik ekonomi diwakilkan oleh statusbekerja.

Pembahasan juga diperkaya dengan analisisdeskriptif yang memperlihatkan hubungan antaraberbagai faktor demografi, pendidikan dan ekonomiyang berkaitan dengan tiga jenis migrasi, yangsignifikansinya dijelaskan melalui uji (chi-square). Perangkat statistik Stata digunakan untukmengolah data. Dalam analisis deskriptif maupunanalisis multinomial logistik, faktor penimbangdiaplikasikan terhadap semua observasi sehinggamengikuti desain sampel Susenas 2012.Pembahasan dilakukan menurut jenis migrasi dankarakteristik demografi yang berpengaruhterhadapnya.

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Susenas tahun 2012, individu yangtergolong sebagai migran sebanyak 7.452.361 or-ang dimana 49,37 persen bermigrasiantarkabupaten/kota dalam provinsi, 31,97 persenbermigrasi antarprovinsi dalam pulau dan 18,67persen lainnya bermigrasi antarprovinsi antarpulau.Hal ini sesuai dengan temuan penelitian-penelitianlainnya bahwa migrasi cenderung dilakukan dalamjarak dekat. Hal ini didukung dengan infrastrukturdan transportasi yang baik, yang memudahkanindividu dalam melakukan mobilitas. Semakin jauhjarak menuju daerah tujuan, semakin kecilkecenderungan untuk bermigrasi, kecuali adajejaring sosial ekonomi yang dapat menjaminkeberlangsungan hidup migran di daerah tujuan.

Tabel 4. Distribusi Migran Menurut Jenis MigrasiJenis Migrasi Persentase Jumlah Migran

Migrasi antarkabupaten/kota dalam provinsi 49,37 3.678.891 Migrasi antarkabupaten/kota antarprovinsi 31,96 2.382.383 Migrasi antarprovinsi antarpulau 18,67 1.391.087 Total 100,00 7.452.361

Sumber: BPS, 2012 b

Page 12: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

12

Secara umum, Susenas tahun 2012 jugamenunjukkan bahwa jumlah migran laki-laki lebihsedikit dari migran perempuan dengan rasio 94,93.Persentase migran risen di perkotaan 3 kali lebihbesar dari migran di pedesaan, masing-masingsebesar 67,71 persen dan 32,29 persen. Temuanini mendukung teori migrasi yang menyatakanbahwa migrasi cenderung dilakukan ke daerahperkotaan. Migran terdistribusi dalam berbagai latarbelakang pendidikan. Secara umum, kelompokmigran terbesar adalah lulusan SMP-SMA (53,55persen) dan lulusan SD ke bawah (35,59 persen).Selain itu, tercatat pula 10,86 persen migran yanglulusan akademi/perguruan tinggi. Jawa Barat, JawaTengah dan Jawa Timur adalah provinsi yang

persentase migran risennya paling besar, masing-masing sebesar 14,93 persen, 11,54 persen dan 10,16persen. Selain ketiga provinsi tersebut, DKI Jakarta(6,28 persen), Banten (5,36 persen), SumateraUtara (5,23 persen), dan Riau (4,33 persen) adalahprovinsi berikutnya yang diminati migran risen (BPS,2014b).

Tabel 5, memperlihatkan deskripsi migranmenurut karakteristik dan jenis migrasi. Untukmigrasi antarkabupaten/kota dalam provinsi,proporsi migran perempuan relatif lebih banyakdaripada migran laki-laki, masing-masing sebesar52,77 persen dan 47,23 persen. Sebagian besarmigran yang melakukan migrasi jenis ini adalahmereka yang berumur 15-50 tahun (69,18 persen)

Tabel 5. Distribusi Migran Menurut Karakteristik dan Jenis Migrasi

Karakteristik

Jenis Migrasi Jumlah Migran

Migrasi Antarkab/kot dalam

Provinsi

Migrasi Antarkab/kot Antarprovinsi

Migrasi Antarprovinsi

Antarpulau Jenis Kelamin ***

Laki-laki 47,23 49,02 52,04 3.629.231

Perempuan 52,77 50,98 47,96 3.823.131

Umur saat migrasi*** < 15 tahun 26,18 25,56 25,75 1.930.413

15 - 50 tahun 69,18 70,39 71,01 5.209.707 > 50 tahun 4,64 4,04 3,24 312.241

Tempat tinggal saat ini***

Perkotaan 67,31 71,43 62,40 5.046.243 Perdesaan 32,69 28,57 37,60 2.406.118

Pendidikan*** <= SD 35,33 35,29 36,78 2.652.231

SMP - SMA 53,53 54,22 52,48 3.991.017

> SMA 11,14 10,48 10,74 809.114

Status ketenagakerjaan*** Bukan Angkatan Kerja 44,63 40,58 40,73 3.175.185 Bekerja 53,36 57,46 57,09 4.126.366

Pengangguran Terbuka 2,01 1,96 2,18 150.811

Status bekerja*** tidak bekerja 46,64 42,54 42,91 3.325.995

bekerja 53,36 57,46 57,09 4.126.366 Status kawin

tdk/blm kawin 44,95 46,84 48,46 3.443.909

kawin 55,05 53,16 51,54 4.008.453

Status Kepala Rumahtangga** KRT 28,64 27,67 29,04 5.335.405 Bukan KRT 71,36 72,33 70,96 2.116.956

Pulau Asal***

Jawa 48,85 67,15 50,6 4.100.762 Bukan Jawa 51,15 32,85 49,4 3.351.599

Total 49,37 31,97 18,67 100,00 3.678.891 2.382.383 1.391.087 7.452.361 *** Uji Chi Square signifikan pada p < 0,001 ** Uji Chi Square signifikan pada p < 0,05

Sumber: BPS (Susenas 2012), diolah

Page 13: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

13

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

dan saat ini tinggal di perkotaan (67,31 persen).Lebih dari separuh migran (53,53 persen)berpendidikan SMP-SMA, bekerja di daerah tujuan(53,36 persen). Proporsi migran yang melakukanmigrasi antarkabupaten/kota cukup berimbangantara migran yang berada di Pulau Jawa maupunluar Pulau Jawa. Migrasi antarkabupaten/kotaantarprovinsi sebagian besar dilakukan olehmigran berumur 15-50 tahun (70,39 persen), menujuperkotaan (71,43 persen), berpendidikan SMP-SMA (54,22 persen) untuk bekerja di daerah tujuan(57,46 persen). Sebagian besar dari kelompokmigran ini bukan kepala rumah tangga (72,33persen) dan berada di Pulau Jawa. Sementara itu,migrasi antarprovinsi antarpulau sebagian besardilakukan oleh migran laki-laki (52,04 persen),berumur 15-50 tahun (71,01 persen) menujuperkotaan (62,40 persen) untuk bekerja (57,09)dengan pendidikan SMP-SMA (52,48 persen).Migrasi ini juga sebagian besar dilakukan olehmigran yang bukan kepala rumah tangga.

Dengan melihat karakteristik migran di ketigajenis migrasi tersebut, dapat disimpulkan secaraumum bahwa kecenderungan migrasi terlihat padaindividu yang berumur 15-50 tahun, berpendidikanSMP-SMA, dan bukan kepala rumah tangga menujuperkotaan untuk bekerja. Kesemua variabeldemografi, pendidikan dan ekonomi berpengaruhsignifikan terhadap masing-masing jenis migrasikecuali status kawin. Hal ini ditunjukkan oleh ujichi square yang signifikan pada tingkatkepercayaan kurang dari satu persen (kecuali sta-tus kepala rumah tangga yang signifikan pada tingkatkepercayaan kurang dari lima persen).

Hasil estimasi multinomial logistik diperlihatkanoleh Tabel 6 berikut. Reference base yangdigunakan dalam estimasi ini adalah migrasiantarkabupaten/kota dalam provinsi. Dengan begitu,interpretasi terhadap hasil estimasi untuk keduajenis migrasi lainnya dibandingkan dengan refer-ence base ini.

Migrasi antarkabupaten/kotaantarprovinsi. Dibandingkan dengan migrasiantarkabupaten/kota dalam provinsi (MIG1),kecenderungan laki-laki untuk melakukan migrasiantarkabupaten/kota antarprovinsi lebih tinggidaripada perempuan, walaupun perbedaannya tidakbesar. Menurut kelompok umur, individu berumur15-50 tahun memiliki kecenderungan 1,16 kali lebihbesar untuk melakukan migrasi jenis ini daripadamereka yang umurnya di atas 50 tahun.Kecenderungan kelompok umur ini untukbermigrasi jenis kedua juga lebih tinggi dibandingkan

kelompok umur 15 tahun ke bawah.Kecenderungan lebih kecil ditunjukkan oleh migranyang menuju daerah perdesaan. Dengan kata lain,kecenderungan migrasi ke perkotaanlah yang lebihbesar dibandingkan dengan yang menuju keperdesaan. Individu dengan pendidikan SD kebawah memiliki kecenderungan yang lebih besaruntuk bermigrasi, lebih besar daripada yangberpendidikan SMP-SMA. Individu yang bermigrasijuga memiliki kecenderungan yang lebih besar untukbekerja di daerah tujuan. Individu yang berperansebagai kepala rumah tangga justru memilikikecenderungan yang kecil untuk melakukan migrasi.Menurut daerah asal, migran yang berasal dariPulau Jawa, memiliki peluang 2,11 kali lebih besaruntuk melakukan migrasi jenis kedua ini (Tabel 6).

Migrasi antarprovinsi antarpulau.Dibandingkan dengan migrasi antarkabupaten/kotadalam provinsi (MIG1), migran laki-laki 1,18 kalilebih cenderung untuk bermigrasi jenis ini daripadaperempuan. Migran berumur 15-50 tahun memilikipeluang bermigrasi 1,47 kali lebih besar daripadamigran berumur 50 tahun ke atas. Begitu pulahalnya dengan migran berumur kurang dari 15 tahunyang memiliki kecenderungan 1,19 kali.Kecenderungan migrasi jenis ketiga ini terlihat lebihbesar pada individu yang menuju perdesaan. Halini tidak sesuai dengan pola migrasi pada umumnyayang menuju perkotaan. Akan tetapi sejalan denganprogram transmigrasi yang umumnya menujudaerah perdesaan sebagai upaya untukmengembangkan wilayah. Menurut pendidikan,kecenderungan individu bermigrasi terlihat lebihbesar bagi mereka yang pendidikannya SMA kebawah. Individu yang belum kawin dan bukankepala rumah tangga juga menunjukkankecenderungan bermigrasi yang lebih besar.Demikian pula halnya dengan migran yang berasaldari Pulau Jawa. Temuan juga menunjukkan bahwaindividu yang bermigrasi cenderung bekerja didaerah tujuan.

Berdasarkan hasil estimasi multinomial logistikuntuk masing-masing jenis migrasi di atas terdapatbeberapa kesamaan karakteristik migran. Laki-lakimemiliki risiko bermigrasi yang lebih tinggi dariperempuan. Temuan ini sejalan dengan hipotesisRavenstein (Grigg, 1977) bahwa laki-laki cenderungmelakukan migrasi dalam jarak yang lebih jauhdibandingkan dengan perempuan. Adalah kelompokumur 15 – 50 tahunlah yang memiliki risiko palingbesar untuk bermigrasi. Hal ini tentu sangat masukakal mengingat kelompok ini merupakan pendudukusia produktif yang kegiatan utamanya adalah

Page 14: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

14

bekerja. Migrasi adalah salah satu media untukmendapatkan pekerjaan yang diharapkannya.

Adalah kelompok berpendidikan rendah (SD kebawah) yang memiliki risiko terbesar untukbermigrasi. Kelompok ini adalah kelompok yangpaling fleksibel untuk keluar masuk pasar kerja.Karena pengetahuan dan keterampilannya yangterbatas, kelompok ini mudah sekali keluar masukpekerjaan yang sifatnya informal. Oleh karenanya,ketika keluar dari pekerjaan di suatu tempat, ia punyafleksibilitas tinggi untuk pindah ke tempat lain. Sta-tus bekerja setelah pindah tempat tinggal memilikihubungan positif dengan migrasi. Hal inimengindikasikan bahwa ketika individu memutuskanuntuk bermigrasi, ada ekspektasi untuk mendapatkanpekerjaan di daerah tujuan yang kemungkinan terjadikarena terbatasnya kesempatan kerja di daerah asal.Keberhasilan migran memperoleh pekerjaan didaerah tujuan merupakan indikator bahwa ekspektasiekonominya tercapai.

Individu yang tidak/belum kawin memilikikecenderungan lebih tinggi untuk bermigrasi.Bahkan risikonya untuk bermigrasi antarpulau lebihbesar. Status kepala rumah tangga dan jumlahanggota rumah tangga berhubungan negatif denganterjadinya migrasi. Ini berarti bahwa seorang kepalarumah tangga cenderung untuk tidak melakukanmigrasi. Demikian pula halnya dengan semakinbanyaknya jumlah anggota dalam rumah tangga,individu cenderung memilih untuk tidak bermigrasi.Individu yang berasal dari Pulau Jawa memilikirisiko dua kali lebih besar untuk melakukan migrasiantarprovinsi dibandingkan dengan yang bukanberasal dari Pulau Jawa. Risiko ini mengecil padamigrasi antarpulau.

IV. KESIMPULAN

Sejauh ini, program transmigrasi menjadi me-dia pemerataan persebaran penduduk Indonesia

Variabel Bebas Migrasi Antarkab/kot Antarprovinsi Migrasi Antarprovinsi Antarpulau Koefisien RRR Koefisien RRR

Jenis Kelamin Perempuan - - - - Laki-laki 0,0693 1,0718 *** 0,1691 1,1842 ***

Umur saat migrasi < 15 tahun 0,0656 1,0678 *** 0,1763 1,1927 *** 15 - 50 tahun 0,1539 1,1663 *** 0,3831 1,4668 *** > 50 tahun - - - -

Daerah tempat tinggal saat ini Perkotaan - - - - Perdesaan -0,0603 0,9415 *** 0,2638 1,3018 ***

Pendidikan <= SD 0,1550 1,1676 *** 0,0689 1,0713 *** SMP - SMA 0,0999 1,1051 *** 0,0023 1,0023 > SMA - - - -

Status bekerja tidak bekerja - - - - bekerja 0,1420 1,1526 *** 0,1317 1,1407 ***

Status kawin tdk/blm kawin 0,1435 1,1543 *** 0,2914 1,3383 *** kawin - - - -

Status Kepala Rumahtangga KRT -0,1202 0,8868 *** -0,1011 0,9038 *** Bukan KRT - - - -

Pulau Asal Jawa 0,7479 2,1126 *** 0,1111 1,1175 *** Bukan Jawa - - - -

Jumlah ART -0,0033 0,9967 *** -0,0230 0,9772 *** RRR adalah Relative Risk Ratio. RRR menunjukkan besarnya risiko atau kecenderungan terjadinya variabel dependen untuk setiap kovariat. RRR yang lebih besar dari 1 menunjukkan hubungan positif antara variabel dependen dengan variabel bebas. Sementara RRR yang kurang dari 1 menunjukkan hubungan negatif antara variabel dependen dengan variabel bebas. *** Signifikan pada p < 0,001 Sumber: Susenas 2012, diolah

Tabel 6. Hasil Estimasi Multinomial Logit

Page 15: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

15

Jurnal KetransmigrasianVol. 31 No. 2 Desember 2014. 1-14

yang sesuai dengan daya dukung alam dan dayadukung lingkungan, serta menjamin terjadinyapembauran nilai budaya dan adat istiadat yangberlaku di masyarakat untuk memperkokohpersatuan dan kesatuan bangsa. Programtransmigrasi juga dimanfaatkan untuk mendorongpemerataan pembangunan daerah karenatransmigrasi dapat berfungsi sebagai fasilitaspenyedia, pengatur dan pengarah tenaga kerjaproduktif. Program transmigrasi juga bermanfaatuntuk mengarahkan pengelolaan sumber dayawilayah-wilayah potensial yang kekurangan sumberdaya manusia. Transmigrasi juga dapat berperandalam menciptakan lapangan pekerjaan sertamengurangi angka kemiskinan.

Mengingat pentingnya peran dan tujuantransmigrasi, tulisan ini bermaksud untukmengidentifikasi potensi transmigrasi di Indonesiadan karenanya, berusaha mengidentifikasi kelompokindividu yang berpotensi melakukan transmigrasi.Karena data mutakhir yang berkaitan dengantransmigrasi sangat terbatas, maka kelompok yangberpotensi menjadi transmigran di-proxy melaluiidentifikasi terhadap kelompok yang memilikikecenderungan bermigrasi, yaitu migrasiantarkabupaten/kota dalam satu provinsi, migrasiantarkabupaten/kota antarprovinsi, dan migrasiantarprovinsi antarpulau.

Temuan menunjukkan bahwa individu berjeniskelamin laki-laki, berusia produktif (15 – 50 tahun),berpendidikan rendah (SD ke bawah), tidak/belumkawin dan bukan kepala rumah tangga yang berasaldari Pulau Jawa memiliki kecenderungan yang tinggiuntuk bekerja dan tinggal di daerah perkotaanmelalui migrasi antarprovinsi. Sementara itu, laki-laki, berusia produktif (15 – 50 tahun), berpendidikanrendah (SD ke bawah), tidak/belum kawin danbukan kepala rumah tangga yang berasal dari PulauJawa memiliki kecenderungan yang tinggi untukbekerja dan tinggal di daerah perdesaan melaluimigrasi antarpulau. Kelompok kedua inilah yangmemiliki peluang dan berpotensi besar menjaditransmigran penduduk asal, mengingat sekitar 30persen transmigran merupakan transmigranpenduduk asal yang 85 persen berasal dari PulauJawa.

Dengan temuan ini, Kementerian Tenaga Kerjadan Transmigrasi setidaknya dapat memilikigambaran bahwa sasaran terbesar pesertatransmigrasi sesuai dengan karakteristik di atas,meskipun tidak menutup kemungkinan adanyatransmigran di luar kelompok di atas. Motifperbaikan kesejahteraan (ekonomi) menjadi tujuan

dari bermigrasi kelompok di atas. Diduga karenaadanya keterbatasan kesempatan kerja dankepemilikan asset menjadi pendorong mereka untukberpeluang besar menjadi transmigran. Dalampemanfaatan bonus demografi, kelompok usia 15hingga 50 tahun di Indonesia yang berpendidikanrendah perlu mendapat peluang menjaditransmigran. Dengan identifikasi ini, diharapkan dimasa depan, Pemerintah dapat fokus padapengarahan mobilitas penduduk melalui programtransmigrasi untuk kelompok individu dengankarakteristik hasil temuan.

DAFTAR PUSTAKA

Antarwati, Endang. (2012). TingkatPengembalian Investasi PendidikanAngkatan Kerja Perempuan di Indonesia:Upaya untuk Mengontrol KarakteristikRumah Tangga. Tesis. ProgramPascasarjana Ilmu Ekonomi, FakultasEkonomi. Depok: Universitas Indonesia.

Arbex, Marcelo dan Freguglia, Ricardo. (n.d.).Individual Characteristics and Probabilityof Migration of Brazilian InformalWorkers.

Badan Pusat Statistik, (2014b). Survei SosialEkonomi Nasional (SUSENAS) ModulSosial, Budaya dan Pendidikan. Diaksespada 23 Mei 2014 dari http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=sd/detail&kd=2488&th=2012

Badan Pusat Statistik. (2011). Produk DomestikRegional Bruto Provinsi-Provinsi diIndonesia Menurut Lapangan Usaha.Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. (2012a). PerkembanganBeberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. (2012b). Survei SosialEkonomi Nasional 2012. Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. (2014a). Sensus Penduduk2010. Diakses pada 11 Mei 2014 dari http://sp2010.bps.go.id

Barker, Alexandra S. V. (2010). RelativeSocioeconomic Status and The Probabilityof Migration: A Study of The Effects ofRelative Socioeconomic Status on TheDecision to Migrate to The United States.Tesis yang diajukan kepada Office ofGraduate Studies. Boston: University ofMassachusets Boston.

Borjas, George J. (1999). Labor Economics. NewYork: Cambridge University Press.

Page 16: IDENTIFIKASI POTENSI TRANSMIGRAN BERDASARKAN …...Bali-NTB-NTT 73.070,48 3,82 13.074.796 5,50 178,93 Maluku ... integrasi nasional melalui pembauran etnis/suku yang sangat beragam

Identifikasi Potensi Transmigran Berdasarkan Karakteristik Migran di Indonesia(Sonny Harry B. Harmadi dan Endang Antarwati)

16

Cameron A. C. and Triverdi, P. K. (2009).Microeconomics Using Stata. Texas: StataCorp LP.

Direktorat Jenderal P2KTrans. (2014). PetaSebaran Kawasan Transmigrasi SeluruhIndonesia. Diakses pada 28 Agustus 2014dari http://p2ktrans.depnakertrans.go.id/peta.html

Finnie, Ross. (2004). Who Moves? A Logit ModelAnalysis of Inter-Provincial Migration inCanada. Applied Economics. Vol 36. pp.1759-1779.

Grigg, D. B. (1977). E. G. Ravenstein and TheLaws of Migration. Journal of HistoricalGeography. 3. 1 (1977). pp. 41-54.

Hagen-Zanker, Jessica. (2008). Why Do PeopleMigrate? A Review of The TheoriticalLiterature. MPRA PaperNo. 28197.Maastricht Graduate School of Governance,Maastricht University: The Netherland.

Hamilton, Lawrence C. (2003). Statistic with Stata.Updated for Version 7. University of NewHampshire.

Jacobs, Paul. (2012). The Role of EducationalAttainment in Migration Probability andDestination Choice for the Metropolitan RustBelt, 1970-2000. All Graduate Theses andDissertations. Paper 1301. Utah StateUniversity.

Kemenakertrans. 2014a (29 Agustus).Perpindahan dan PenempatanBerdasarkan Daerah Asal dan DaerahPenempatan Tahun 2011. Diakses pada 29Agustus 2014 dari http://w w w . d e p n a k e r t r a n s . g o . i d /pusdatin.html,6,505,ptrans

Kemenakertrans. 2014b (29 Agustus).Perpindahan dan PenempatanBerdasarkan Daerah Asal dan DaerahPenempatan Tahun 2012. Diakses pada 29Agustus 2014 dari http://w w w . d e p n a k e r t r a n s . g o . i d /pusdatin.html,6,517,ptrans

Kemenakertrans. 2014c (29 Agustus).Perpindahan dan PenempatanBerdasarkan Daerah Asal dan DaerahPenempatan Tahun 2013. Diakses pada 29Agustus 2014 dari http://w w w . d e p n a k e r t r a n s . g o . i d /pusdatin.html,6,529,ptrans

Kodrzycki, Yolanda K. (2001) . Migration of RecentCollege Graduates: Evidence from The

National Longitudinal Survey of Youth. NewEngland Economic Review pp 13-34.

Lee, Everett S. (1966). A Theory of Migration.Demography, Vol. 3, No. 1. pp. 47-57.

Lucas, R. (1997). Internal Migration in DevelopingCountries. Chapter 13 in Rosenzweig M andO Stark (eds) Handbook of Populationand Family Economics Vol. 1B, ElsevierScience B. V.

Munir, Rozy. (2011). Migrasi. Dalam Adioetomo,Sri Moertiningsih. Dasar-Dasar Demografi.Edisi2. Jakarta: Salemba Empat.

Safrida. (2008). Dampak Kebijakan MigrasiTerhadap Pasar Kerja dan PerekonomianIndonesia. Disertasi. Sekolah Pascasarjana.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Saleh, Harry H. (2005). Transmigrasi: AntaraKebutuhan Masyarakat dan KepentinganPemerintah. Jakarta: Pustaka SinarHarapan.

Sardjadidjaja, Rukman. (2005). Transmigrasi:Pembauran dan Integrasi Nasional.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sjaastad, Larry A. (1962). Investment in HumanBeings. The Journal of Political Economy,Vol. 70, No. 5, 80-93.

StataCorp. (2009). Stata: Release 11. StatisticalSoftware. College Station, Texas: StataCorpLP.

Todaro, Michael P. (1976). Internal Migration inDeveloping Countries a Review of Theory,Evidence, Methodology and ResearchPriorities. Geneva: International LabourOffice.

Todaro, Michael P. (1998). PembangunanEkonomi di Dunia Ketiga. Edisi 6. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentangKetransmigrasian.

Wooldrigde, Jeffrey W. (2009). IntroductoryEconometrics. Canada: South-WesternCencage Learning.

Zipf, George Kingsley. (1946). The P1 P2/DHypothesis: On the Intercity Movement ofPersons. American Sociological Review,vol. 11, Dec, pp. 677.