Upload
dian-eka-nugraha
View
146
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
Tanggal praktikum;
Selasa 31 Maret 2015
Tujuan praktikum:
Untuk mengetahui cara identifikasi secara kuantitatif isoniazid (INH)
Untuk menetahui metode apa saja yang dapat digunakan untuk sanalisis
kuantitatif isoniazid (INH)
Untuk mengetahui berapa kadar isoniazid (INH) dalam sampel
A. Dasar Teori
1. Pengertian Kolorimetri
Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektormata. Metoda ini
didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasilainnya oleh suatu
larutan. Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna
ataupun komponen yang belum bewarna, namun dengan menggunakan reagen
pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa bewarna yang merupakan
fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti
jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah
sama dan ini dijadikan dasar perhitungan. Contohnya adalah larutan nitrit dibuat
berwarna dengan pereaksi sulfanilamida dan N-(1-naftil)-etilendiamin.
Jumlah radiasi yang diserap berbanding lurus dengan konsentrasi zat
penyerap dalam larutan. Absorbsi sinar UV atau sinar tampak oleh suatu molekul
umumnya menghasilkan eksitasi elektron bonding, akibatnya panjang gelombang
absorbs maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada pada
molekul yang sedang diselidiki. Oleh karena itu spektroskopi serapan molekul
berharga untuk mengindentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu
molekul. Akantetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi serapan
ultra violet dan sinar tampak untuk penentuan kuantitatif senyawa-senyawa yang
mengandung gugus-gugus pengabsorbsi.
Sehingga kolorimetri terbagi atas 2 metoda, yaitu :
a. Kolorimetri visual, menggunakan mata sebagai detector
b. Fotometri, menggunakan fotosel sebagai detektornya.
Metoda kolorimetri visual merupakan metoda yang konvensional dan sudah
jarang digunakan karena tidak akurat.Hal ini disebabkan karena mata hanya
sebagai detektor untuk melihat kesamaan warna, bukan sebagai alat ukur
intensitas absorbsi.
Metoda analisa kolorimetri visual ada 4 macam yaitu :
a. Metoda standar seri (metoda nesler) : pada metoda ini dibuat sederetan
larutan standar dalam tabung yang berukuran sama dengan jenis yang
samapula.
b. Metoda keseimbangan : pada metoda ini dilakukan dengan cara
membandingkan larutan sampel dengan larutan standar yang didasarkan
pada ketebalan larutan standar yang divariasikan.
Metoda tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) sistem slinder hechner,
2) bajerum comperator,
3) dubosq colorimetric
c. Metoda pengenceran : menggunakan satu zat standar dan sejumlah
buret yang berisi blanko. Kosentrasi standar diencerkan dengan blanko
sampai terjadi kesamaan warna.
d. Metoda standar sintesis : zat yang diselidiki diperoleh dengan cara
penambahan sejumlah komponen standar terhadap suatu larutan
blankosampai terjadi kesamaan warna.
Syarat-syarat menentukan kosentrasi dengan metoda kolorimetri visual adalah
sebagai berikut :
a. Tinggi larutan konstan (Constant Depht Methods) terbagi menjadi dua
metoda :
1) Tabung Nessler
Pada metoda ini digunakan beberapa tabung reaksi berbentuk silinder.
Masing-masing tabung diisi dengan larutan standar dengan konsentrasi
terukur dan bervariasi dengan tinggi larutan yang sama.Tabung ini disusun
pada rak tabung bercat hitam yang tidak mengkilat, agar tidak memantulkan
sinar yang datang pada tabung. Kemudian larutan sampel dengan tinggi
yang sama diletakkan di sela tabung-tabung tersebut dan bandingkan warna
larutan standar dan sampel dengan melihat dari atas tabung (vertikal). Jika
ada warna larutan standar yang sama dengan sampel, berarti konsentrasi
sampel sama dengan larutan standar tersebut. Atau jika warnanya berada
diantara 2warna larutan standar yang berdekatan, berarti konsentrasi sampel
berada dalam range dari konsentrasi kedua larutan tersebut.
2) Bajerum Comparator
Pada alat ini, untuk mencapai kesamaan warna antara larutan sampel
dengan larutan standar dilakukan dengan cara menggeser larutan sampel
disepanjang skala yang berada di atas bajerum. Bajerum comparator ini
merupakan suatu kotak transparan persegi panjang yang dibagi dua menurut
diagonal bidangnya. Bagian depan dimana skala tertera, diisi dengan larutan
standar dan bagian lainnya diisi dengan blanko. Pengamatan dialakukan dari
bagian depan (horizontal).
b. Tinggi larutan berbeda (Variable Depth Methods), terbagi menjadi dua
metoda :
1) Tabung Herner
Tabung Herner berupa sepasang silinder dengan keran
untuk mengeluarkan larutan dari dalam silinder yang warna larutannya lebih
pekat sehingga tingginya berubah, agar didapatkan warna yang sama pada
kedua silinder.
2) Kolorimeter Dubosq
Pada alat ini kesamaan warna didapatkan dengan cara mengatur tinggi
rendahnya pemberat (plunger), agar tinggi larutan dalam bejana berubah
sehingga didapatkan intensitas warna yang sama pada spiltfield.
Syarat metoda kolorimetri adalah larutan harus bewarna. Jika larutan tidak
bewarna maka dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen
pewarna. Sedangkan syarat pewarnaan ini antara lain:
a. warna yang terbentuk harus stabil
b. reaksi pewarnaan harus selektif
c. larutan harus transparan
d. kesensitifannya tinggi
e. ketepatan ulang tinggi
f. warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi.
2. Sifat fisiko kimia Isoniazid (INH)
Nama Dagang : Isoniazid
Nama lain : Asam isonikotinat hidrazida
Rumus kimia : C6H7N3O
Berat molekul : 160,14
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih atau tidak berwarna,
tidak berbau, perlahan – lahan dipengaruhi oleh udara dan
cahaya.
Sifat fisik dan kimia
Sifat Fisik
Penampilan : Hablur atau serbuk hablur, putih atau tidak berwarna,
tidak berbau, perlahan – lahan dipengaruhi oleh udara dan
cahaya.
EINECS nomor : 200-214-6
Titik lebur (℃) : 170 - 173
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol,
sukar larut dalam klorofrom dan eter.
pH : 6.0 – 7.5
Bentuk Sediaan : Injeksi
Tablet
Kegunaan : Obat Tuberkulosis
(dalam farmasi)
B. Alat Dan Bahan
Alat Bahan
Spektrofotometer
Tabung centrifugasi
kuvet
Gelas kimia
Gelas ukur
Labu ukur (10, 25, 50, 100)ml
Pipet ukur (1, 10)ml
Pipet volume 5 ml
Bulp pipet
Pipet tetes
Sampel (Isoniazid)
Aquadestilata
H2SO4
Vanillin
Etanol
Pembanding (Isoniazid)
C. Prosedur Kerja
A. Isolasi sampel
Tablet
Digerus
Vortex
Centrifugasi
Sentrat Filtrat
(uji dengan Nessler)
centrifugasi kuning coklat (positif)
Sentrat filtrat
(diuji positif centriugasi lagi)
Centrifugasi
Sentrat Filtrat
B. Derivatisasi
/
C. Pencarian panjang gelombang maksimal
D. Penentuan kadar sampel
E. Data Hasil pengamatan dan Perhitungan
a. Data pengamatan isoniazid pro analisis
b. Kurva kalibrasi isoniazid pro analisis
c. Data pengamatan sampel isoniazid
d. Perhitungan
Konsentrasi (ppm) x factor pengenceran
Berat sampel =
F. Pembahasan
Pada praktikum kali ini adalah analisis secara kuantitatif untuk senyawa
golongan obat-obatan untuk anti tuberkolosis (TBC), dan kelompok 5
mendapatkan sampel Isoniazid yang harus ditentukan kadarnya, sebelum
menentukan metode apa yang akan digunakan untuk analisis ini terlebih dahulu
haruslah dilakukan analisis secara struktur dari isoniazid sendiri.
Isoniazid memiliki gugus amin alifatik primer, dengan rumus molekul
C6H7N3O. Nama IUPAC dari Isoniazid adalah 4-Pyridinecarboxylic, acid
hydrazide, pyridine-4-carboxyhydrazide,pyridine- y-carboxylic acid hydrazide..
Nama generik Isoniazid atau INH. Nama kimia dari isoniazid adalah asam
Isoniazid, Isonicotinic Acid Hydrazide, INH, Isonicotinoylhydrazine, Isonicotinyl
hydrazide, Isonicotinylhydrazine, Tubazid, Isoniazidum . Adapun struktur kimia
dari aspirin adalah sebagai berikut :
Jika dianalisis dari strukturnya memiliki gugus benzene yaitu memiliki
ikatan rangkap terkonjugasi dapat dianalisis dengan metode spektrofotometri
karena adanya gugus kromofor dan ikatan rangkap terkonjugasi antara ikatan
sigma dan ikatan phie ikatan phie lah yang akan berikatan dengan REM (radio
elektro magnetik) yang berada dalam spektrofotometer, selain itu dapat degan
metode gravimetric karena memiliki gugus N heterisoklik dan termasuk pada
turunan alkaloid, gravimetri dapat diendapkan dengan asam pikrat, pikronoat,
silikotungstat, tetrapenil boron, dan garam hidrohalid, prinsip dari metode
gravimetri adalah “metode analisis kuantitatif unsur atau senyawa berdasaran
bobotnya yang diawali dengan pengendapan dan diikuti dengan pemisahan,
pemanasan, endapan, dan diakhiri dengan penimbangan”. Kemudian dapat dengan
metode flourimetri, yaitu karena isoniazid memiliki kemampuan untuk
berflorousensi, dan dapat dengan metode colorimetri, yaitu perinsipnya adalah
analisis untuk senyawa- senyawa yang berwarna atau senyawa yang diderivatisasi
menjadi berwarna, karena yang diukur oleh spektrofotometer adalah intensitas
warna yang ditimbulkan oleh sampel bukan lagi interaksi antara REM (Radio
Elektro Magnetik) dengan ikatan phie pada ikatan rangkap terkonjugasi. Sehingga
absorbansi yang dihasilkan itu adalah hasil dari intensitas warna yang tertangkap,
sehingga bekround yang akan terbaca oleh spectrum..
Pada praktikum kai ini kelompok 5 memilih metode colorimetri untuk
analisis kuantitatif seyawa isoniazid. Pertama sebelum dilakukan analisis
dilakukan terlebih dahudulu isolasi yaitu dengan cara, menggerus tablet isoniazid
yang bertujuan untuk memperkecil molekul dan mempeluas permukaan molekul,
dan untuk menghomogenkan sampel, setelah itu dilakukan ekstraksi dengan cara
di larutkan oleh aquadest karena isoniazid sangat mudah larut dalam air dengn
perbandingan kelarutan 1 gram dalam 8 ml air. setelah itu divortex agar
mempercepat proses ektraksi, dan dilakukan centrifugasi yaitu pemisahan antara
cairan dan padatan. Setelah didapat filtrate diuji dengan pereaksi ninhidrin yang
akan menjadi kuning kecoklatan jika (+) isoniazid, jika masih positif lakukan
kembali ektraksi sampai tidak ada lag isoniazid dalam sampel.
Setelah didapat filtrate di add 100 ml aguadest dan barulah dilakukan proses
derivatisasi dengan vanillin, vanillin dilarutkan terlebih dahulu pada H2SO4 agar
vanilinnya dapat larut sempurna, dan akan berubah menjadi warna kuning, warna
kuning ini timbul krena pembentukan komplek antar vanillin dan isoniazid daan 1
mol isoniazid membutuhkan 2 mol vanillin. agar seimbang, setelah itulah barulah
di akukan analisis dengan spectrophotometer pada panjang gelombang 370 nm,
dan yang harus diperhatikan adalah pH jangan sampai menjadi pH basa karena
isoniazid tidak stabil pada pH basa akan berubah menjadi asam nikotinat. Dari
gasil praktikum kali ini didapat hasil kadar isoniazid pada sampel adalah 6,9444%
G. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini analisis kuantitatif Isoniazid dapat dianalisis
dengan beberapa metode yaitu: spektrofotometer UV-Vis karena memiliki ikatan
rangkap terkonjugasi, dengan metode gravimetri karena memiliki gugus N
heterosiklik dan dapat diendapkan kemudian tahan terhadap pemanaan. Dan
metode colorimetric yang di derivatisasi salah satunya dengan vanillin
membentuk komplek berwarna kuning, di uji pada panjang gelombang 370 nm.
Dan kadar isoniazid yang didapatkan adalah 6,9444%.
H. Daftar pustaka
Day, R. A., dan A. L. Underwood. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga,
Jakarta.
Harjadi, W. 1986. Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro,
diterjemahkan oleh Dr. A Hadyana Pudjaatmaka, edisi kelima. Jilid Dua.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka.
Syukri. 1999. Kimia Dasar. Jilid Dua. Bandung: ITB.