Upload
phamphuc
View
276
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
IDENTIFIKASI EFEK SAMPING PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSIIMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARITAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat MenyelesaikanPendidikan Pada Diploma III Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
Disusun Oleh :
HARIYATINIM. P00324013046
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANPROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2016
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Hariyati
NIM : P00324013046
Program Studi : Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan
Judul KTI : Identifikasi efek samping pemakaian alat kontrasepsi implan pada PUS di wilayah kerja PuskesmasPoasia Kota Kendari tahun 2016
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasik karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, Juli 2016
Yang membuat pernyataan,
HariyatiP00324013046
v
ABSTRAK
Identifikasi Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implan padaPasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
KendariTahun 2016
Hariyati 1, Sitti Aisa2, Heyrani 3
Latar belakang : Efek samping pemakaian kontrasepsi implan menjadi alasan ibu memilih kontrasepsi yang lain. Efek samping utama dari implanadalah perubahan pola haid yang terjadi kira – kira 60 % akseptor.Tujuan penelitian : Untuk mengidentifikasi efek samping pemakaian alat kontrasepsi implan pada Pasangan Usia Subur di Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2016.
Metode penelitian : Jenis penelitian penelitian deskriptif dengan populasi sebanyak 43 orang. Sampel penelitian diambil secara total sampling yaitu 43 orang. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder.Hasil penelitian : Efek samping pemakaian alat kontrasepsi Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari berupa perubahan pola haid 32,6%, perubahan berat badan 27,9%, pusing 23,3%, keputihan 7%, jerawat 4,6% dan penurunan libido 4,6%. Dari 43 sampel ibu pengguna kontrasepsi implan yang mengalami efek samping, tertinggi pada kelompok ibu dengan umur 20 – 35 tahun (79,1%), kelompok multiparitas (79,1%), dan kelompok ibu pendidikan tinggi (86%)Kesimpulan dan saran : Efek samping pemakaian alat kontrasepsi Implan tertinggi berupa perubahan pola haid sehingga Pihak Puskesmas Poasiadiharapkan lebih giat memberikan informasi tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi dan penjelasan tentang efek samping pemakaian.
Kata Kunci: Efek Samping, KB Implan
1. Mahasiswa DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari2. Dosen Pembimbing I3. Dosen Pembimbing II
vi
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
Nama : Hariyati
Tempat Tanggal Lahir : Sambahule, 08 September 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia
Alamat : Desa Amasara Kec. Baito Kab. Konsel
B. Pendidikan
1. SDN 1 Alengge Agung : Tamat tahun 2007
2. SMPN 2 Palangga : Tamat tahun 2010
3. SMAN 15 Konsel : Tamat tahun 2013
4. Terdaftar sebagai mahasiswi Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan Tahun 2013 sampai sekarang
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena berkat limpahan Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Ahlimadya Kebidanan di Politeknik
Kesehatan Kendari.
Selama persiapan, pelaksanaan, penyusunan sampai penyelesaian
karya tulis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan dan
motivasi dari berbagai pihak secara moril dan materil. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setingginya-tingginya khususnya kepada Ibu Sitti Aisa, AM.Keb, S.Pd,
M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Heyrani, S.Si.T, M.Kes selaku
pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan selama proses penyusunan karya tulis ini hingga
dapat diselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan.
3. dr. H. Juriadi Paddo, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Poasia Kota
Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
4. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, ibu Hj. Sitti Zaenab, SKM, SST, M.Keb,
dan ibu Fitriyanti, SST, M.Keb selaku penguji karya tulis ilmiah.
viii
5. Para Dosen Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Kebidanan yang
telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama
dibangku kuliah dan seluruh staf dan tata usaha yang memberikan
pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda Jupri dan Ibunda
Sukma serta adik-adikku Hasdar, Ismail yang telah memberikan
pengorbanan, dorongan dan do’a restu serta kasih sayang demi
keberhasilan studi penulis.
7. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun karya
tulis ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Harapan penulis semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
Rahmat-Nya kepada kita semua Amin. Akhir kata semoga karya tulis ini
dapat berguna bagi yang membutuhkan.
Kendari, Juli 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................... v
RIWAYAT HIDUP................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ................................................................... 6
B. Kerangka Konsep ............................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................ 26
B. Lokasi dan waktu Penelitian .............................................. 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................... 26
D. Variabel Penelitian ............................................................ 28
E. Definisi Operasional .......................................................... 28
F. Instrumen Penelitian.......................................................... 29
G. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data ........................... 29
H. Pengolahan Data............................................................... 30
I. Analisa Data ...................................................................... 31
J. Penyajian Data ................................................................. 31
x
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................. 32
B. Hasil Penelitian ................................................................. 34
C. Pembahasan..................................................................... 37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................ 41
B. Saran ............................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Sarana dan Prasarana Puskesmas Poasia Tahun 2016…………………………………………........................ 34
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016……………….…………............................................. 35
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Umur Responden Yang mengalami Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016………………………………………………………….. 36
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Paritas Responden Yang mengalami Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016……………………..................................................... 36
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin pengambilan data awal
Lampiran 2 Surat izin penelitian
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
Lampiran 4 Master tabel penelitian
Lampiran 5 Surat keterangan telah meneliti
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan.Upaya ini
dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen.Kontrasepsi berupa
kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non hormonal.Dewasa ini alat
kontrasepsi yang sudah dikenal secara luas yaitu kontrasepsi non
hormonal seperti kondom, diafragma, koitus interuptus,KB alami dan
spermicida.Kontrasepsi hormonal seperti suntik, IUD, Pil (Manuaba,2012).
Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di
bawah kulit. Implan terdiri dari 6 batang, 4 batang bahkan satu batang
kapsul silatik, dimana setiap kapsulnya berisi levonorgestrel sebanyak 36
mg. Banyak alasan mengapa sebagian para ibu tidak memilih
menggunakan alat kontrasepsi implan seperti rasa perih pada kulit di
sekitar implan dipasangkan, nyeri, bengkak, serta tidak cocok untuk orang
tertentu seperti orang-orang yang mengidap diabetes, sirosis, gangguan
hati, migran, dan osteoporosis, sehingga masih banyak ibu-ibu memilih
jenis kontrasepsi lain seperti pil dan suntik (Hartanto, 2014).
Efek samping pemakaian kontrasepsi implan menjadi alasan ibu
memilih kontrasepsi yang lain. Efek samping utama dari implan adalah
perubahan pola haid yang terjadi kira – kira 60 % akseptor dalam tahun
pertama setelah insersi. Amennorea selama akseptor mengikuti KB selam
tiga bulan berturut-turut atau lebih. Spoting atau bercak-bercak
2
perdarahan di luar haid yang terjadi selama akseptor mengikuti KB
implan.Selain itu dampak sering terjadi pada pengguna KB Implan adalah
depresi, berjerawat, penurunan libido serta perubahan berat badan.Faktor
umur dan paritas, berpengaruh terhadap penerimaan efek samping
penggunaan KB implan (Winkjosastro, 2012).
Berdasarkan data dari BKKBN (2015) diketahui, bahwa di
Indonesia yang menggunakan metode kontrasepsi dengan suntik
sebanyak 58,25% akseptor, pil sebanyak 24,37% akseptor, Intra Uterine
Devices (IUD) sebanyak 7,23%, implan sebanyak 4,16% akseptor, Metode
Operatif Wanita (MOW) sebanyak 3,13 %,Metode Operatif Pria (MOP)
sebanyak 1,03%, kondom sebanyak0,68%, intravaginal tissue sebanyak
0,11% dan metode tradisional sebanyak 1,04%.
Pada tahun 2010 sampai 2014 peserta KB aktif di Sulawesi
Tenggara mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2010 67,6%, 52,97%,
69,91%, 77,92% dan tahun 2014 yaitu 77,54%.yang terdiri dari pengguna
alat kontrasepsi pil sebanyak 145.002 (44,2%), suntik sebanyak
134.597(41,%), implansebanyak 21.157 (6,4%), kondom sebanyak 16.423
(5%), dan IUD sebanyak7.750 (2,4%), MOW sebanyak 2.889 (0,9%), dan
MOP sebanyak 585 (0,2%).(Profil Kesehatan kab/kota dan Laporan
Tahunan Program KIA 2015).
Umur seorang wanita menjadi indikator dalam masa reproduksi
terutama dalam menentukan/mengatur kehamilannya. Umur ibu pada saat
hamil merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan
3
kehamilan sampai proses persalinan. Ini dapat dilihat dari faktor-faktor
resiko suatu kehamilan antara umur < 20 tahun > 35 tahun, wanita yang
hamil dan melahirkan adalah umur 20-35 tahun. Wanita yang hamil dan
melahirkan pada umur < 20 tahun mempunyai resiko terhadap kejadian-
kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayinya, hal ini
karena belum sempurnanya perkembangan alat-alat reproduksi. Untuk itu
dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi untuk mencegah/
menunda kehamilan (Saifuddin, 2013)
Paritas adalah banyaknya bayi yang telah dilahirkan oleh seorang
ibu baik dalam keadaan hidup atau lahir mati.Pada umumnya paritas yang
tinggi (>3 kali) merupakan faktor resiko bagi wanita/ibu untuk hamil dan
melahirkan. Hal ini dijelaskan bahwa setiap kehamilan akan menyebabkan
kelainan pada uterus. Dan ideal seorang wanita /ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah dua kali selama hidupnya karena masa tersebut secara
biologis dan pisikologis dalam keadaan sehat unutk menjalani proses
kehamilan/persalianan. (Wiknjosastro, 2012)
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di
Puskesmas Poasia di dapatkan data pada tahun 2015, jumlah PUS
sebanyak 5273 dan sebanyak803 yang menjadi peserta KB aktif dimana
kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik325, pil 315,
implan75 orang kondom 20 orang, IUD 49 orang. Data tersebut
menunjukkan bahwa program KB cukup berhasil diterima masyarakat, hal
ini sesuai dengan harapan pemerintah untuk senantiasa meningkatkan
4
inisiatif dan partisipasi masyarakat dalam mensukseskan program KB
(Profil Puskesmas). Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang“Identifikasi efek samping pemakaian alat kontrasepsiKB
implanpada PUS di wilayah kerja PuskesmasPoasia Kota Kendari tahun
2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah tersebut diatas, maka
dapat dirumuskan masalah penelitian yakni “bagaimana identifikasi efek
samping pemakaian alat kontrasepsiKB implanpada PUS di wilayah kerja
PuskesmasPoasia Kota Kendari?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi efek samping pemakaian alat
kontrasepsi KB implan pada Pasangan Usia Subur
diPuskesmasPoasia Kota Kendari tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi umur ibu yang mengalami efek samping
pemakaian alat kontrasepsi KB implan pada Pasangan Usia Subur
diPuskesmasPoasia Kota Kendari tahun 2016.
b. Untuk mengidentifikasi paritas ibu yang mengalami efek samping
pemakaian alat kontrasepsi KB implan pada Pasangan Usia Subur
diPuskesmasPoasia Kota Kendari tahun 2016.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti terutama
untuk menambah wawasan dalam hal mengetahui bagaimana
mengidentifikasi Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi KB
Implan pada PUS diPuskesmasPoasia Kota Kendari Tahun 2015 serta
menjadi suatu kesempatan yang berharga bagi peneliti untuk dapat
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama masa kuliah.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penilitian diharapkan sebagai masukan bagi pengelolah
pelayanan KB khususnya di Puskesmas Poasia Kota Kendari.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dokumnetasi pada
perpustakaan Poltekes Kemenkes Kota Kendari serta dapat
dikembangkan lebih luas dalam penelitian selanjutnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan Umum Tentang KB
Keluarga Berencana adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan jalan memberikan nasehat perkawinan,
pengobatan kemandulan dan menjarangkan kelahiran (BKKBN, 2015).
Tujuan umum KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Hartanto, 2014).
Dengan adanya penambahan paradigma kependudukan dan
pembangunan dari pengendalian populasi dan penurunan fertilitas dan
kependekan kesehatan reproduksi. Program KB di Indonesia juga
mengalami perubahan orientasi dari nuansa demografis ke nuansa
kesehatan reproduksi yang didalamnya terkandung pengertian bahwa
program KB adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
membantu pasangan atau perorangan dalam mencapai tujuan
reproduksinya (BKKBN, 2015).
Pada umumnya cara/metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi :
1. Metode sederhana yaitu, cara yang dapat dikerjakannya sendiri
oleh para peserta KB, tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu.
7
a. Tanpa alat/obat
1) Senggamaan terputus yaitu senggamaan dijalankan
sebagaimana biasa tetapi pada puncak senggamaan alat
kemaluan pria (Zakar) dikeluarkan dari vagina sehingga
mani keluar di luar vagina.
2) Pantang berkala yaitu melakukan senggamaan pada masa
subur seorang wanita sekitar waktu terjadi ovulasi.
b. Dengan alat/obat :
1) Kondoni yaitu suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak
berwarna dipakai untuk menutupi zakar yang ereksi sebelum
dimasukkan kedalam vagina sehingga mani tertampung di
dalamnya dan tidak masuk ke dalam vagina dengan
demikian mencegah terjadinya pembuaha.
2) Digfarma atau cap adalah suatu alat kontrasepsi yang
berupa mangkok karet yang dimasukkan ke dalam vagina
untuk rnenutup mulut rahim (serviks uteri) sehingga
mencegah masuknya mani ke dalam serviks.
3) Cream, jelli dan cairan berbusa disebut juga sprematisida
adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau
melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina.
4) Intravag (tisu KB) adalah alat kontrasepsi wanita yang
digunakan dalam vagina sebelum bersenggama yang
berbentuk kertas tipis dan mengandung obat spermatisida
8
2. Metode efektif yaitu penggunaan obat, suntikan atau alat yang
mengakibatkan pencegahan efektif terhadap kemungkinan
timbulnya kehamilan yang dalam penggunaannya memerlukan
pemeriksaan medis.
a. Suntikan KB adalah alat kontrasepsi wanita yang diberikan
melalui suntikan yang hanya mengandung hormon progestin.
b. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD yaitu alat
kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral
(Lippes Loop) atau berbentuk lain (CuT 380 A / ML Cu 250)
yang dipasang di dalam rahim dengan memakai alat khusus
oleh dokter atau bidan dan para medis lain yang terlatih
(Kemenkes RI, 2014).
c. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) / susuk KB terdiri dari
1. Implan/Norplant
2. Implanon yaitu susuk KB tunggal baru yang terdiri dari 2
komponen yaitu bubuk micro etanogestrel dan polimer EVA
(Etinil Vinil Acetat) yang terpasang dalam jarum suntik sekali
pakai dan telah disterilkan Implanonmemberikan
perlindungan terhadap kehamilan selama3 tahun dengan
menghambat pelepasan sel telur (evolusi) dan memetkan
cairan leher rahim (serviks).
3. Metode mantap dengan cara operasi (Kontrasepsi Mantap)
yaitu suatu metode operasi yang dapat dilakukan pada
9
wanita (tubektomi) dan pada pria (vasektomi) dengan
maksud untuk menghalangi pertemuan sel sperma dan sel
telur dengan memotong saluran kelamin(BKKBN, 2015).
a. Pada wanita (Tubektomi)
Yaitu suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan
dengan cara melakukan tindakan pemotongan /
pengikatan pada kedua saluran telur sehingga
mengalami pertemuan set telur (ovum) dengan sel mani
(sperma) (Hartanto, 2014).
b. Pada pria (Vasektomi)
Yaitu suatu tindakan pemotongan vas deferens
(ductus deferens) dengan maksud memutuskan
kontinuitas transportasi sperma dari testis keluar
sehingga terjadi azoospermi pada pria. (BKKBN, 2014)
2. Tinjauan Khusus Tentang Kontrasepsi Implan.
a. Pengertian
Kontrasepsi implan merupakan salah satu kontrasepsi dengan
memasukkan norplant yang mengandung hormon untuk mencegah
kehamilan kepada wanita yang masih subur (Kemenkes, 2014).
Metode KBimplan telah menjadi bagian gerakan keluarga
berencana nasional KB implan karena aman, sederhana, efektif,
tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca
persalinan (Manuaba, 2011).
10
Kontrasepsi implan di Indonesia merupakan kontrasepsi yang
mempergunakan efektivitas progestin. Efektivitas progestin sebagai
kontrasepsi dapat diperpanjang dengan cara memasukkan progestin
tersebut kesuatu delivery system. Ada beberapa macam delivery
sistem antara lain cincin vagina, implan dan mikrokapsul. Satu-
satunya kontrasepsiimplan yang beredar dipasaran adalah Norplant
(Sulistyawati, 2014)
b. Mekanisme Kerja Implan
Mekanisme kerja Norplant sebagai bentuk kontrasepsi implan,
seperti kontrasepsi lain yang hanya berisi progesterone saja. Maka
Norplant tampaknya mencegah kehamilan melalui beberapa cara:
1) Menghalangi terjadinya ovulasi .
Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan LH
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan
luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun
hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
2) Perubahan lendir serviks menjadi kental dan sedikit .
Mengentalkan lendir serviks, kadar levonorgestrel yang konstan
mempunyai efek nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus
tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk
sawar untuk penetrasi sperma.
3) Menghambat perkembangan siklis dari endometrium
11
Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implanasi.Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap
maturasi siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan
akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implanasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak
ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada
pengguna implan.
4) Mengurangi transportasi sperma.
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit,
sehingga menghambat pergerakan sperma. (Sulistyawati, 2014)
c. Macam-Macam Kontrasepsi Implan
1. Non-Biodegradable implan
a) Nortrplant (6 kapsul) berisi hormon levonorgestrel, daya kerja
5 tahun
b) Nortplant 2 (2 batang), isi sama norplant 6 kapsul, daya
kerja 3 tahun
c) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun
d) Satu batang, berisi hormon 3- ketodesogestrel, daya kerja
2,5 – 4 tahun
2. Biodegradabel implan
Capronor : suatu “kapsul” polimer hormone levonorgestrel
dengan daya kerja 18 bulan
12
Pellets : berisi norethindrone dan sejumlah kecil kolestrol, daya
kerja 1 tahun (Hartanto, 2014)
d. Efektifitas
1) Angka kegagalan norplant < 1 per 100 wanita pertahun dalam 5
tahun pertama.
2) Efektiftas norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun dan pada
tahun ke 6 kira-kira 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil.
3) Norplant-2 sama efektifnya dengan norplant untuk jangka waktu
3 tahun pertama (Hartanto, 2014).
e. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan implan :
1). Efektifitas tinggi
2). Setelah dipasang, tidak perlu melakukan apa-apa lagi sampai
saat pengeluaran implannya.
3). Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun.
4). Tidak mengandung estrogen, sehingga tidak ada efek samping
yang disebabkan estrogen.
5). Efek kontrasepsi segera berakhir setelah implannya
dikeluarkan.
6). Norplant dapat mencegah terjadinya anemia (Hartanto, 2014).
Kerugian implan :
1). Implan harus dipasang dan diangkat oleg petugas kesehatan
yang terlatih.
13
2). Implan lebih mahal dari KB dan cara KB untuk jangka pendek
lainnya.
3). Implan sering mengubah pola haid.
4). Wanita tidsak dapat menghentikan pemakaiannya sendiri.
5). Wanita mungkin enggan menggunakan cara ini karena belum
mengenalnya.
6). Implan kadang-kadang dapat terlihat di bawah sehingga dapat
dilihat orang lain.
7). Lebih mahal.
8). Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi
dan pengangkatan implan (Hartanto, 2014).
f. Indikasi
1) Wanita-wanita ingin memakai kontrasepsi untuk waktu yang
lama tetapi tidak bersedia menjalani kontak atau menggunakan
AKDR.
2) Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang
menggunakan estrogen (Rustam, 2015).
g. Kontra Indikasi
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
3) Tumor/keganasan
4) Penyakit jantung, haid, darah tinggi, kencing manis (BKKBN,
2015).
14
h. Efek Samping
Efek samping implan adalah efek menyertai suatu tindakan yang
tidak diharapkan dan biasanya timbul bersama-sama dengan efek
yang diinginkan. Beberapa efek samping yang sering didapat pada
alat KB implan yaitu :
1) Perubahanpola haid : efek samping seperti ini sering
didapatkan pada pemakainan kontrasepsi hormonal jangka
panjang seperti norplant atau suntikan. Biasanya haid tidak
datang atau terlambat datang dan bahkan kadang-kadang
terlalu banyak dan tidak berhenti.Pada kebanyakan klien dapat
menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
(spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah
haid, serta amenorea.Sejumlah perubahan pola haid akan
terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80%
pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada
interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta
spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan
amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10%
setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan
memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun
terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah
perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
15
2) Depresi, sebabnya belum dapat diketahui. Biasanya rasa takut
dan tertekan akibat kurangnya konseling atau bimbingan
sebelum pemasangan implan sehingga menjadi ragu-ragu dan
tertekan.
3) Jerawat : timbulnya benjolan kecil berisi lemak di muka peserta
KB implan.Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi
minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di antara
pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas androgenik
levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan
juga menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat
hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin),
menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik
levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan
kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung levonorgestrel,
yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan)
menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak
berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup
pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik dengan
menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan pemberian
antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%, atau
reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal membantu
sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan.
16
4) Perubahan berat badan : peserta menjadi kurus atau gemuk.
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan
peningkatan berat badan dibandingkan penurunan berat badan.
Penilaian perubahan berat badan pada pengguna implan
dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan penuaan.
Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan
dengan aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah
implan agaknya tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang
jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang
menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya
peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada
hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat
badan).
5) Perubahan libido : menurunnya atau meningkatnya libido
akseptor, hal ini bersifat subyektif dan sulit dinilai.
6) Hematoma : warna biru dan rasanya nyeri pada daerah
pemasangan atau pencabutan implan akibat perdarahan
dibawah kulit
7) Keputihan (BKKBN, 2015).
i. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada bekas luka sayatan :
1) Infeksi atau abses, disebabkan oleh pemakaian alat-alat yang
tidak steril.
17
2) Hematoma
3) Expulsi kapsul
4) Migrasi Kapsul (BKKBN, 2015).
j. Kontra Indikasi
Kehamilan/diduga hamil, pendarahan traktus genitalia yang tidak
diketahui penyebabnya, Tromboflebitis aktif atau penyakit trombo-
emboli, penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas , karsinoma
payudara atau tersangka karsinoma payudara, tumor/neoplasma
ginekologik, penyakit jantung, hipertensi dan diabetes mellitus
(Hartanto, 2014)
k. Pemasangan Implan
Pemasangan dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau
lengan bawah, kira-kira 6-8 cm diatas atau dibawah siku, melalui
insisi tunggal, dalam bentuk kipas, dan dimasukkan tepat dibawah
kulit. Langkah-langkah pemasangan sebagai berikut :
Infon tidak mengalami kontra indikasi, pastikan tidak mengalami
kontra indikasi, cuci daerah insersi, lakukan tindakan dan
antisepsis, dan tutup sekitar daerah insersi dengan kain stiel,
lakukan anestasi lokal (lidocaine 1%) pada daerah insersi, mula-
mula disuntikkan sejumlah kecil anestasi pada daerah insensi,
kemudian anestasi diperluas keenam atau kedua daerah sepanjang
4- 4,4 cm, penyuntikkan anestasi dilakukan tepat dibah kulit,
sehingga lapisan luar kulit akan terangkat dari lapisan bawahnya
18
dan memudahkan insersi. Dengan pisau scapel dibuat insisi 2 mili
meter sejajar dengan lekung siku, masukkan ujung trocar melalui
insisi. Terdapat dua garis tanda batas pada trocar, satu dekat ujung
trocar, lainnya dekat panggal trocar, dengan perlahan-lahan trocar
dimasukkan mencapai garis batas dekat panggal trocar, kurang dari
4 – 4,5 cm. Trocar dimasukkan sambil melakukan tekanan keatas
tanpa merubah sudut pemasukannya. Masukkan implan kedalam
trocarnya dengan batang pendorong, implan didorong perlahan-
lahan keujung trocar sampai terasa adanya tahanan. Dengan
batang pendorong tetap stationer, trocar perlahan-lahan ditarik
kembali sampai garis batas dekat ujung trocar terlihat insisi dan
terasa implannya meloncat keluardari trocarnya.Jangan keluarkan
trocarnya. Raba lenngan dengan jari untuk memastikan implan
sudah berada pada tempatnya dengan baik, ubah arah trocar
sehingga implan berikutnya berada 15 dari implan sebelumnya
letakkan jari tangan pada implan sebelumnya. Masukkan kembali
trocar sepanjang pinggir jari tangan sampai kegaris batas dekat
panggal trocar, masukkan implan kedalam trocar,. Selanjutnya
seperti pada butir E ulangi lagi prosedur tersebut sampai semua
implan telah terpasang. Setelah semua implan terpasang, lakukan
penekanan pada tempat luka insisi dengan keras steril untuk
mengurangi pendarahan lalu kedua pinggir insisi ditekan sampai
berdekatan dan ditutup dengan plaster kupu-kupu tidak dilakukan
19
penjahitan luka insisi, luka insisi ditutup dengan kompres kering lalu
lengan dibalut dengan kasa untuk mencegah pendarahan. Daerah
insersi dibiarkan kering dan tetap bersih selama 4 hari (Hartanto,
2009).
Penanganan Post pemasangan implan, kontra indikasi sama
dengan pil KB, pemasangan dapat dilakukan setiap waktu asalkan
tidak ada kontra indikasi, norplant dapat pula dipasang 40 hari
pasca persalinan dan segera setelah keguguran
(Wiknjosastro,2012)
2. Tinjauan Tentang Variabel Yang Diteliti
a. Umur
Kontrasepsi implan yang merupakan salah satu dari
beberapa jenis kontrasepsi hormonal pada saat ini mulai diminati
oleh Pasangan Usia Subur (PUS) dalam hal mencegah /
mengatur kehamilan, di mana jumlah akseptor KB implan mulai
meningkat dari tahun ke tahun. Ada beberapa yang dapat
berpengaruh pada penggunaan kontrasepsi implanyaitu :
1. Masa menunda kehamilan bagi pasangan usia subur dengan
istri berumur 20 tahun ke bawah, dianjurkan untuk menunda
kehamilannya.
2. Masa menjarangkan kehamilan bagi pasangan usia subur
dengan istri berumur 20-35 tahun yang merupakan masa usia
20
paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang dan
jarak kelahiran antara 2-4 tahun.
3. Masa mengakhiri kehamilan bagi pasangan usia subur
dengan istri berumur 35 tahun ke atas, dianjurkan untuk
mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak.
Umur atau usia adalah keadaan yang menunjukkan
lamanya hidup seseorang yang biasanya dihitung sejak hari
lahirnya yang dinyatakan dalam tahun (departemen pendidikan
dan kebudayaan). Umur seorang wanita menjadi indikator penting
dalam masa reproduksinya terutama dalam upaya untuk
menentukan dan mengatur kapan mereka ingin hamil dan
melahirkan. Karena menurut Wiknjosastro Hanifa tahun 2005,
umur ibu pada saat hamil merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelangsungan kehamilan sampai proses
persalinan. Ini dapat dilihat dari faktor-faktor resiko kehamilan
antara umur <20 tahun atau >35 tahun.
Dalam kehidupan wanita dapat dikelompokkan atas 3
kelompok berdasarkan masa reproduksi :
a. Masa reproduksi muda yaitu umur <20 tahun.
b. Masa reproduksi sehat yaitu umur 20-35 tahun.
c. Masa reproduksi tua yaitu umur >35 tahun.
Dalam program KB Nasional untuk menyelamatkan ibu dan
anak akan melahirkan pada usia muda dan melahirkan pada usia
21
tua, maka ditempuh kebijaksanaan yang dikategorikan dalam 3
fase yaitu (Hartanto, 2012) :
a. Fase menunda atau mencegah kahamilan bagi pasangan
usia subur dengan istri berumur < 20 tahun, dianjurkan untuk
menunda kehamilannya.
b. Fase menjarangkan kehamilannya bagi pasangan usia subur
dengan istri berumur 20 – 35 tahun yang merupakan masa
paling baik untuk melahirkan dengan jumlah anak 2 orang
dan jarak kelahiran antara 2 sampai 4 tahun.
c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan bagi pasangan
usia subur dengan istri berumur >35 tahun, dianjurkan untuk
mengakhiri kehamilan setelah mempunyai 2 orang anak.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para
peneliti di Indonesia dapat disimpulkan bahwa usia terbaik dan
paling aman bagi ibu untuk hamil dan melahirkan adalah umur
20 – 35 tahun. Wanita yang hamil dan melahirkan pada umur <
20 tahun mempunyai resiko yang tinggi terhadap terjadinya
kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu
dan bayi, hal ini disebabkan karena belum sempurnanya
perkembangan alat-alat reproduksi sebagai organ vital dalam
kehamilan dan persalinan. Untuk itu bagi PUS dengan istri
berumur <20 tahn dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi
untuk menunda/mencgah kehamilannya.
22
Pada umur 20-35 tahun yang merupakan masa usia
yang terbaik dan yang paling aman bagi seorang wanita untuk
hamil dan melahirkan,karena pada umur tersebut seorang
wanita sudah siap baik secara biologis dan psikologis, dimana
alat-alat reproduksi sudah berkembang secara sempurna
sehingga sangat kecil kemungkinan mengalami kejadian-
kejadian yang dapat membahayakan keselamatan bayi.
Bagi PUS dengan istri berumur 20-35 tahun,
penggunaan kontrasepsi lebih bertujuan agar dapat mengatur
dan merencanakan dengan baik kapan harus hamil dan
melahirkan serta jumlah keluarga (anak ) yang di inginkan.
Sama halnya dengan ibu umur < 20 tahun, pada ibu
umur >35 tahun juga mempunyai resiko tinggi terhadap
kejadian-kejadian yang dapat membahayakan keselamatan ibu
dan bayi bila hamil dan melahirkan, karena alat-alat
reproduksinya sudah mengalami kemunduran dan melahirkan
yang telah di alamiya serta problem kesehatan lain yang
mungkin diderita . Untuk itu bagi PUS dengan istri berumur > 35
tahun penggunaan kontrasepsi bertujuan agar seorang
wanita/ibu untuk tidak hamil dan melahirkan lagi setelah
mempunyai 2 orang anak, hal ini untuk mencegah terjadinya
serta meningkatnya angka kesakitan pada ibu dan bayi.
23
b. Paritas
Paritas adalah jumlah kelahiran bayi yang aterm yaitu umur
kehamilan > 37 mg (bayi tunggal atau kembar) yang dianggap
telah mampu bertahan hidup (viable) di luar kandungan yang
pernah dialami. Dengan kata lain paritas adalah banyaknya bayi
yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik dalam keadaan hidup
atau lahir mati. (Wiknjosastro, 2015).
Indeks kehamilan resiko tinggi untuk paritas adalah sebagai
berikut (Rustam, 2005) :
1. Primipara adalah seorang wanita hamil yang pernah
melahirkan bayi hidup untuk pertama kalinya.
2. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup
beberapa kali
3. Grandemultipara adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan 6 kali atau lebih, bayi hidup atau mati.
Pada umumnya paritas yang tinggi (> 3 kali ) merupakan
salah satu faktor resiko bagi seorang wanita/ibu untuk hamil dan
melahirkan. Hal tersebut di jelaskan bahwa setiap kehamilan
akan menyebabkan kelainan-kelainan pada uterus. Kehamilan
berulang-ulang (> 3 kali) dapat menyebabkan perubahan
pembuluh darah pada tempat inplantasi sehingga mengganggu
aliran darah ke endomentrium, serta kelainan yang lain yang
dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi.
24
Idealnya seorang wanita atau ibu untuk hamil dan
melahirkan adalah 2 kali selama hidupnya khususnya pada usia
reproduksi sehat karena pada masa tersebut seorang wanita/ibu
secara biologis dan psikologis dalam keadaan sehat dan optimal
untuk menjalani proses kehamilan dan persalinan. Hal ini seiring
dengan program pemerintah dalam mensukseskan tujuan KB
nasional untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
yang berorientasi pada catur warga (ayah,ibu dan 2 orang anak).
25
B. Kerangka Konsep
Keterangan
Variabel independen : Umur dan Paritas
Variabel dependen : Efek Samping Alat Kontrasepsi KBImplan
Umur
Efek Samping Alat Kontrasepsi KB Implan
Paritas
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan
deskriptifyakni untuk mengindetifikasi efek samping pemakaian alat
kontrasepsiKB Implant pada Pasangan Usia Subur di Puskesmas Poasia
Kota Kendari Tahun 2016.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Poasia Kota Kendari dan
telah dilaksanakan pada tanggal 12 s/d 25 Juli 2016.
A. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah semua ibu pengguna KB implantdi posyandu
wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2015yang
berjumlah75 orang.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah
populasi yang diteliti. Besar sampel yang dibutuhkan ditetapkan dengan
menggunakan rumus menurut Notoatmojo, yaitu :
27
Keterangan :
n : Besar Sampel
N : Besar Populasi
d : Kelonggoran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang dapat ditolerir (± 10%)
Maka ukuran sampel yaitu :
Jadi, besarnya sampel pada penelitian ini adalah 43 orang.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Sampel dalam penelitian ini yaitu pengguna KB
implantyang mengalami efek samping di Poli KIA/KB dan posyandu
(Posyandu Manula/Anggoeya, Posyandu Mawar Putih /Rahandouna,
Posyandu Ranoha/Anduonohu, Posyandu Matabubu, Posyandu
Kamboja/Anggoeya, Posyandu Manula/Anduonohu, Posyandu
Kampong baru/Anduonohu dan Posyandu Beringin Anggoeya) wilayah
kerja Puskesmas Poasiatahun 2016yang berjumlah 43 orang.
28
B. Variabel Penelitian
1. Variabel dependent (variabel bebas) adalah variabel yang menjadi
sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Adapun variabel
bebas yang akan dilakukan pada penelitian ini terdiri atas umurdan
paritas akseptor kontrasepsi KB implant.
2. Variabel indevendent (variabel terikat) adalah variabel yang di
pengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun
variabel terikat yang akan dilakukan yaitu akseptor kontrasepsi implant
yang mengalami efek samping.
E. Definisi Operasional
1. Efek samping penggunaan KB Implant
Efek samping penggunaan KB implantadalah suatu dampak atau
pengaruh yang merugikan dan tidak diinginkan, yang timbul dari
penggunaan alat kontrasepsi KB implant meliputi perubahan pola haid,
perubahan berat badan, jerawat, depresi, keputihan, hematoma,
penurunan libido.
2. Umur
Umur adalah keadaan yang menunjukkan lamanya hidup
seseorang yang biasanya dihitung sejak hari lahirnya yang dinyatakan
dalam tahun. Dalam kehidupan wanitandapat dikelompokkan atas 3
kelompok berdasarkan masa reproduksi:
29
a. Umur <20 tahun.
b. Umur 20 – 35 tahun
c. Umur > 35 Tahun
3. Paritas
Paritas adalah jumlah atau frekuensi persalinan yang pernah
dialami oleh pasangan usia subur yang menggunakan akseptor KB
implant yang dibagi dalam :
a. Primipara
b. Multipara
c. Grandemultipara
(Manuaba, 2012).
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
yaitu dengan menggunakan master tabel penelitian yang akan diisi oleh
peneliti.
G. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data
1. Jenis Data
a. Data primer
Diperolah melalui kunjungan langsung ke puskesmas Poasia dan
posyandu di wilayah kerja poasia dengan menggunakan lembar
kuesioner secara terstruktur untuk diisi oleh responden
30
b. Data Sekunder diperoleh dari register yang tersedia dan dari
dokumen–dokumen yang diperoleh dari puskesmas poasia.
2. Prosedur Pengumpulan Data
Penggumpulan data dengan menggunakan data primer yang
diambillangsung dari sampel.
Cara pengumpulan sampel dilakukan melalui pendekatan
dokumentasi yaitu dari data yang ada dipuskesmas Poasia.
H. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan dari responden kemudian akan diolah
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Merupakan proses pengecekan dan penyusaian yang diperoleh
terhadap data dari respondenpada kuesioner yang telah diisi.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian tanda berupa angka pada
jawaban dari master tabel untuk kemudian dikelompokkan ke dalam
kategori yang sama. Tujuannya adalah menyederhanakan jawaban.
3. Scoring
Scoring adalah memberi nilai skor pada setiap item jawaban
responden.
31
4. Tabulating
Tabulating yaitu melakukan pengelompokkan data dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi.
I. Analisa data
Data yang telah diolah selanjutnya dianalisa secara deskriptif dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
X : jumlah persentase variabel yang diteliti
f : jumlah responden berdasarkan variabel
n : jumlah sampel penelitian
k : konstanta, (Sugiyono, 2013)
J. Penyajian Data
Penyajian dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang
kemudian dinarasikan secara deskriptif (memaparkan variabel yang
diteliti).
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Ganbaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Poasia terletak di Kelurahan Rahandouna Kecamatan
Poasia Kota Kendari dengan wilayah kerja 4 Kelurahan Anduonohu,
Kelurahan Rahandouna, Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Matabubu
jarak antara puskesmas dengan Kota Kendari ± 15 km.
Adapun batas-batas Puskesmas Poasia adalah:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kendari Barat
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu
Puskesmas Poasia didirikan sejak pelita pertama tahun 1963/1970
dengan kegiatan pokok meliputi :
1. KIA/KB
2. Usaha kesehatan gigi
3. Kesehatan lingkungan
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
5. Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
terdiri dari rawat inap dan dan rawat jalan.
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Kesehatan gigi dan mulut
33
8. Kesehatan mata
9. Laboratorium sederhana
10. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi
kesehatan
11. Kesehatan usia lanjut
Puskesmas Poasia memiliki ruangan kebidanan yang berupa ruang
rawat inap bagi ibu yang akan melahirkan dalam keadaan normal,
sedangkan bagi ibu yang akan melahirkan dalam keadaan abnormal
dirujuk ditempat yang memiiki fasilitas pelayanan kebidanan yang
memadai yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sultra.
Pelaksanaan kegiatan pokok salah satunya diarahkan pada
Kesehatan Ibu dan Anak(KIA).Pelayanan ibu hamil diberikan melalui
poli umum Puskesmas Poasia, sedangkan pelayanan anak bayi dan
balita diberikan diposyandu masing-masing Kelurahan Kecamatan
Poasia.Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Poasia terdiri dari:
Posyandu Manula/Anggoeya, Posyandu Mawar Putih /Rahandouna,
Posyandu Ranoha/Anduonohu, Posyandu Matabubu, Posyandu
Kamboja /Anggoeya, Posyandu Manula/Anduonohu, Posyandu
Kampung baru/Anduonohu, Posyandu Beringin/Anggoeya, Posyandu
Lamasa/Matabubu, Posyandu Wirabuana/ Anduonohu, Posyandu
Melati/Anggoeya, Posyandu Akasia/Anduonohu, Posyandu
Batumarupa/Rahandouna, Posyandu Bangun Praja/Anduonohu,
Posyandu Mekar Jaya/Rahandouna, Posyandu Mawar/Anggoeya,
34
Posyandu MKGR/Rahandouna, Posyandu Manula/Matabubu,
Posyandu Multi Graha/Rahandouna dan Posyandu Manula/Matabubu.
Tabel 1:Sarana dan Prasarana Puskesmas Poasia Tahun 2016
Sarana dan Prasarana Jumlah 1. Tenaga kesehatan
Dokter Umum 1Dokter Gigi 1D-III Keperawatan 21Perawat Gigi 2Sarjana Kebidanan 8D-III Kebidanan 13AkademiTeknisi Gizi 5SPAG 2AKL 2SMF 1Ahli Madya Analisis Kesehatan 1Tenaga Prakarya 3Sopir 1Petugas Kebersihan 1Jumlah Tenaga 54
2. PoliklinikPoli KIA/KB 1Poli Anak 1Poli Umum 1Poli Gigi dan Mulut 1Poli MTBS 1
3. Tempat TidurRuang Perawatan 8Ruang Kebidanan 4Jumlah Tempat Tidur 12
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Poasia terdapat 43akseptor yang mengalami efek samping
pemakaian KB implant.Dari 43 akseptor tersebut semuanya dijadikan
sampel dalam penelitian ini. Setelah data tersebut dikumpulkan,
35
kemudian dilakukan pengolahan sesuai tujuan penelitian, selanjutnya
dibahas dalam bentuk tabel disertai penjelasan, sebagai berikut :
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implantdi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016
Efek Samping Frekuensi ( f ) Persentase %
Perubahan Pola Haid 14 32,6
Perubahan Berat Badan 12 27,9
Pusing 10 23,3
Keputihan 3 7
Jerawat 2 4,6
Penurunan libido 2 4,6
Jumlah 43 100
Sumber: Data Primer, 2016
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 43 orang ibu pengguna
kontrasepsi implant yang dijadikan sampel, mengalami efek samping
pemakaian alat kontrasepsi berupa perubahan pola haid sebanyak 14
orang atau 32,6%, perubahan berat badan sebanyak 12 orang atau
27,9%, pusing sebanyak 10 orang atau 23,3%, keputihan sebanyak 3
orang atau 7%, jerawat sebanyak 2 orang atau 4,6% dan penurunan
libido sebanyak 2 orang atau 4,6%.
36
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Umur Responden Yang mengalami Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implantdi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016
Umur (tahun) Frekuensi (f ) Persentase %
< 20 0 0
20 – 35 34 79,1
> 35 9 20,9
Jumlah 43 100
Sumber: Data primer, 2016
Tabel 3menunjukkan bahwa dari 43 orang ibu pengguna
kontrasepsi implant yang mengalami efek sampling, tertinggi pada
kelompok ibu dengan umur 20 – 35 tahun yaitu 34 orang atau 79,1%
dan terendah pada kelompok ibu dengan umur < 20 tahun yaitu 0.
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Paritas Responden Yang mengalami Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implantdi Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016
Paritas Frekuensi ( f ) Persentase %
Primipara 8 18,6
Multipara 34 79,1
Grandemultipara 1 2,3
Jumlah 43 100
Sumber: Data Primer, 2016
Tabel 4menunjukkan bahwa dari 43 orang ibu pengguna
kontrasepsi implant yang mengalami efek samping, tertinggi pada
37
kelompok ibu dengan multipara yaitu 34 orang atau 79,1% dan
terendah pada kelompok ibu dengan grandemultiparayaitu 1 orang
atau 2,3%.
C. Pembahasan
Setelah melakukan pengolahan data sesuai dengan penelitian
yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Poasia, maka secara
terperinci hasil penelitian tersebut dapat dibahas berdasarkan variabel
berikut :
1. Efek Samping Pemakaian Alat Kontrasepsi Implant
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, didapatkan
bahwa dari43responden pengguna kontrasepsi implant, mengalami
efek samping pemakaian alat kontrasepsi berupa perubahan pola
haid sebanyak 14 orang atau 32,6%, perubahan berat badan
sebanyak 12 orang atau 27,9%, pusing sebanyak 10 orang atau
23,3%, keputihan sebanyak 3 orang atau 7%, jerawat sebanyak 2
orang atau 4,6% dan penurunan libido sebanyak 2 orang atau
4,6%. Dengan melihat fakta yang ada pada data tersebut diketahui
bahwa perubahan pola haid paling banyak dialami ibu yang
menggunakan kontrasepsi implant. Perubahan pola haid terjadi
karena adanya hormone progesterone yang terkandung
didalamnya yang berpengaruh pada metabolism tubuh sehingga
tidak jarang pengguina implant yang tidak cocok akan mengalami
masa menstruasi berbeda-beda.
38
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau
meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea. Wanita yang
meggunakan implant lebih sering mengeluhkan peningkatan berat
badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan
berat badan pada pengguna implant dikacaukan oleh perubahan
olahraga, diet, dan penuaan. Pusing merupakan efek samping yang
dialami oleh pengguna alat kontrasepsi implantdan kira 20%
wanita menghentikan penggunaan karena pusing. Efek samping
penggunaan implant yang lain adalah jerawat, dengan atau tanpa
peningkatan produksi minyak merupakan keluhan kulit yang paling
umum di antara pengguna implant. Selain itu pula keputihan dan
penurunan libido merukan efek samping yang dialami pengguna
implant.
2. Umur Ibu
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, didapatkan
bahwa dari 43responden pengguna kontrasepsi implant yang
mengalami efek samping pemakaian, tertinggi pada kelompok ibu
dengan umur 20 – 35 tahun yaitu 34 orang (79,1%) dan tidak ada
responden dengan umur < 20 tahun. Dengan melihat fakta yang
ada pada data tersebut diketahui bahwa umur 20 – 35 tahun paling
banyak ibu menggunakan kontrasepsi implant sehingga banyak
yang mengalami efek samping, hal ini disebabkan karena umur 20
39
– 35 tahun merupakan masa yang paling baik untuk melahirkan
sehingga pada wanita yang mempunyai keinginan untuk menunda
kehamilan termotifasi untuk menggunakan kontrasepsi implant
dibandingkan dengan ibu pada kelompok umur < 20 tahun.
Hal ini didukung oleh teori yang menyebutkan bahwa dalam
kesehatan reproduksi, umur yang baik untuk menggunakan alat
kontrasepsi khususnya kontrasepsi yang mengandung hormonal
(kontrasepsi implant) yaitu pada umur 20 – 35 tahun. Dimana usia
tersebut pada akseptor yang masih ingin hamil memilih alat
kontrasepsi dengan jangka panjang dalam hal ini kontrasepsi
implant.
Selain itu faktor umur mempunyai kaitan dengan tingkat
pemahaman seseorang mengenai suatu informasi khususnya
masalah kesehatan mengenai kontrasepsi implant, selain itu juga
umur mempengaruhi seseorang dalam penerimaan serta
pelaksanaan suatu yang diinformasikan baik itu berupa saran,
penyampaian, pengumuman maupun penyuluhan. Biasanya umur
yang sudah dikategorikan dewasa lebih mudah menerima dan
memahami informasi yang disampaikan dari sumber apapun,
apalagi yang sifatnya pengetahuan dibandingkan dengan umur
yang masih relatif muda, dimana proses daya tangkap yang mereka
miliki masih rendah, sedangkan umur yang sudah tua sulit untuk
menerima dan menyerap informasi khususnya mengenai alat
40
kontrasepsi implant yang diberikan dikarenakan fungsi dan kerja
otak yang sudah berkurang (Manuaba, 2012).
3. Paritas
Dari 43responden pengguna kontrasepsi implant yang
mengalami efek samping, tertinggi pada kelompok multiparitas yaitu
34 orang atau 79,1% dan terendah pada kelompok ibu dengan
grandemultipara yaitu 1 orang atau 2,3%.Berdasarkan hasil diatas
didapatkan bahwa yang paling banyak menggunakan kontrasepsi
implant yakni pada ibu dengan multiparitas, hal ini disebabkan
karena pada ibu dengan multiparitas menyadari bahwa jumlah anak
yang banyak menyebabkan beban keluarga semakin besar dan
status ekonomi keluarga dipengaruhi oleh kualitas dari anggota
keluarga bahkan dari jumlah anggota keluarga sehinggatermotifasi
untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang yang salah
satunya adalah implant dibandingkan dengan ibu dengan paritas I,
sehingga efek samping pemakaian alat kontrasepsi tersebut akan
didominasi oleh ibu yang banyak menggunakan metode tersebut
yaitu kelompok multiparitas. Hal ini didukung oleh teori yang
menjelaskan bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant paling
baik pada ibu multiparitas mengingat bahwa pada paritas
tersebutmerupakan waktu yang baik untuk menjarangkan
kehamilan(Saifuddin, 2013).
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, “Identifikasi Efek Samping Pemakaian
Alat Kontrasepsi KB Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
KendariTahun 2016”, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
1. Umur ibu yang menggunakan kontrasepsi KB implant yang
mengalami efek samping terbanyak pada kelompok ibu dengan umur
20 – 35 tahun yaitu 34 orang (79,1%).
2. Paritas ibu yang meenggunakan kontrasepsi KB implant yang
mengalami efek samping terbanyak pada kelompok multiparitas yaitu
34 orang atau 79,1%.
B. Saran
1. Bagi pihak Puskesmas Poasia untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan KB dan memberikan informasi yang cukup kepada
masyarakat tentang pentingnya penggunaan alat kontrasepsi agar
termotivasi untuk menggunakan alat kontrasepsi khususnya implant
dan memberikan penjelasan tentang efek samping pemakaian.
42
2. Bagi masyarakat khususnya PUS agar berusaha semaksimal mungkin
untuk mencegah terjadinya kehamilan pada usia< 20 tahun dan usia >
35 tahun dan tidak hamil pada paritas tinggi (> 2 anak) atau mengatur
jarak kehamilan dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, bahagia
dan sejahtera dan memilih KB jenis lain.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN. 2015. Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN
_______. 2015. Metode Pelajaran Kontrasepsi Terpilih. Jakarta : BKKBN
BKKBN. 2015.Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
Hartanto, H., 2014, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: PustakaSinar Harapan: 212-213.
Manuaba, I. G. B. 2011. Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC
_____________. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta : EGC
Notoatmodjo, S., 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.
Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC
Saifuddin A, dkk, 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta.
Sulistyawati, A, 2014, Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta: SalembaMedika
Wiknjosastro, H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina PustakaSarwono Prawirohardjo
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
IDENTIFIKASI EFEK SAMPING PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KB IMPLANT PADA PASANGAN USIA(PUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI
TAHUN 2016
No. responden :
Nama responden :
Umur :
Paritas :
Alamat :
Efek samping apakah yang dirasakan ibu selama menggunakan alat kontrasepsi implant?
Perubahan pola haid
Perubahan berat badan
Pusing Jerawat Penurunan Libido
Keputihan Hematoma
Lampiran 4
MASTER TABEL PENELITIAN
Identifikasi Efek samping Pemakaian Alat Kontrasepsi KB Implant
Pada Pasangan Usia Subur (PUS) Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2016
No.Nama
RespondenEfek Samping
KB Implant
Umur (Tahun) Paritas
< 2020-35
>35Primi para
Multi para
Grande multipara
1 Ny. P Perubahan Pola haid 24 a 1 a
2 Ny.S Perubahan Berat Badan 38 a 4 a
3 Ny.R Keputihan 28 a 2 a
4 Ny.S Pusing 28 a 2 a
5 Ny.J Perubahan Pola haid 34 a 2 a
6 Ny.F Pusing 24 a 2 a
7 Ny.M Pusing 49 a 4 a
8 Ny.S Keputihan 21 a 1 a
9 Ny.R Penurunan libido 41 6 a
10 Ny.J Pusing 34 a 4 a
11 Ny.S Pusing 41 5 a
12 Ny.S Penurunan libido 40 a 4 a
13 Ny.N Perubahan Pola haid 30 a 2 a
14 Ny.L Perubahan Pola haid 26 a 4 a
15 Ny.M Jerawat 36 a 2 a
16 Ny.I Perubahan Pola haid 21 a 2 a
17 Ny.D Perubahan Berat Badan 32 a 2 a
18 Ny.Y Pusing 29 a 1 a
19 Ny.M Pusing 31 a 1 a
20 Ny.N Pusing 33 a 1 a
21 Ny.N Perubahan Pola haid 43 a 2 a
22 Ny.R Pusing 31 a 3 a
23 Ny.R Perubahan Berat Badan 34 a 5 a
24 Ny.S Perubahan Berat Badan 40 a 4 a
25 Ny.A Perubahan Berat Badan 38 a 3 a
26 Ny.M Pusing 34 a 3 a
27 Ny.G Perubahan Berat Badan 28 a 1 a
28 YNy. Perubahan Pola haid 23 a 1 a
29 Ny.N Perubahan Pola haid 30 a 3 a
30 Ny.S Perubahan Berat Badan 35 a 4 a
31 Ny.S Perubahan Berat Badan 25 a 1 a
32 Ny.R Perubahan Pola haid 31 a 3 a
33 Ny.W Keputihan 26 a 2 a
34 Ny.R Perubahan Berat Badan 26 a 2 a
35 Ny.A Perubahan Berat Badan 31 a 3 a
36 Ny.W Perubahan Pola haid 38 a 2 a
37 Ny.D Perubahan Pola haid 30 a 3 a
38 Ny.M Perubahan Pola haid 26 a 3 a
39 Ny.F Perubahan Berat Badan 24 a 2 a
40 Ny.K Perubahan Pola haid 24 a 1 a
41 Ny.H Jerawat 33 a 3 a
42 Ny.C Perubahan Berat Badan 28 a 2 a
43 Ny.A Perubahan Pola haid 26 a 3 a
Sumber : Data Primer Tahun 2016
Lampiran 5