7
Husnuzan artinya berbaik sangka, lawan katanya adalah suuzan yang artinya berburuk sangka. Berbaik sangka dan berburuk sangka merupakan bisikan jiwa, yang dapat diwujudkan melalui perilaku yakni ucapan dan perbuatan. Perilaku husnuzan termasuk akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Sedangkan perilaku suuzan termasuk akhlak tercela karena akan mendatangkan kerugian. Sungguh tepat jika Allah SWT dan rasul-Nya melarang perilaku buruk sangka. Sesuai dengan firman-Nya padasurat Al-Hujurat ayat 49 yang artinya: Jauhkanlah dirimu dari berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jaukan dirimu dari sesorang berdasarkan sangkaan saja).” (H.R BUKHARI DAN MUSLIM) B. CONTOH PERILAKU HUSNUZAN I . Husnuzan tehadap Allah SWT Husnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat dengan segala sifat kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan. Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu tanda beriman kepada-Nya. Di antara sikap perlaku terpuji, yang akan dilakukan oleh orang yang berbaik sangka pada Allah SWT ialah syukur dan sabar. 1 Syukur Menurut pengertian bahasa, kata syukur berasal bahasa Arab, yang artinya terima kasih. Menurut istilah, syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWTdan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia- Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan. Nikmat karunia Allah SWT sangat banyak dan bermacam-macam. Ada

Husnuzan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Husnuzan

Husnuzan artinya berbaik sangka, lawan katanya adalah suuzan yang artinya berburuk

sangka. Berbaik sangka dan berburuk sangka merupakan bisikan jiwa, yang dapat

diwujudkan melalui perilaku yakni ucapan dan perbuatan. Perilaku husnuzan termasuk

akhlak terpuji karena akan mendatangkan manfaat. Sedangkan perilaku suuzan termasuk

akhlak tercela karena akan mendatangkan kerugian.

Sungguh tepat jika Allah SWT dan rasul-Nya melarang perilaku buruk sangka. Sesuai

dengan firman-Nya padasurat Al-Hujurat ayat 49 yang artinya:

“Jauhkanlah dirimu dari berprasangka buruk, karena berprasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan (yakni jaukan dirimu dari sesorang berdasarkan sangkaan saja).” (H.R BUKHARI DAN MUSLIM)

B. CONTOH PERILAKU HUSNUZAN

I. Husnuzan tehadap Allah SWT

Husnuzan terhadap Allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan Yang Maha

Esa, pencipta alam semesta dan segala isinya yang bersifat dengan segala sifat

kesempurnaan serta bersih dari segala sifat kekurangan.

Husnuzan terhadap Allah SWT merupakan sikap mental dan termasuk salah satu tanda

beriman kepada-Nya.

Di antara sikap perlaku terpuji, yang akan dilakukan oleh orang yang berbaik sangka pada

Allah SWT ialah syukur dan sabar.

1 Syukur

Menurut pengertian bahasa, kata syukur berasal bahasa Arab, yang artinya terima kasih.

Menurut istilah, syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWTdan pengakuan yang tulus

atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap, dan perbuatan.

Nikmat karunia Allah SWT sangat banyak dan bermacam-macam. Ada nikmat yang terdapat

dalam diri manusia itu sendiri, dan ada pula yang berasal dai luar diri manusia, ada nkmat

yang besifat jasmani dan ada pula yang bersifat rohani.

Page 2: Husnuzan

o Nikmat karunia Allah yang bersifat jasmani dan terdapat dalam diri manusia, seperti pancaindra, bentuk, dan susunan tubuh manusia yang lebih sempuna dari hewan sehingga manusia bisa berlari cepat seperti kijang, memanjat seperti kera, dan berenang seperti ikan. Sungguh tepat apa yang telah difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an:

o Nikmat Allah yang bersifat rohani, sebagai anugerah Allah SWT yang tidak ternilai harganya, antara lain roh, akal, kalbu, dan nafsu.

o Demikian juga nikmat-nikmat karunia Allah SWT yang terdapat di luar diri manusia sungguh sangat banyak dan tidak ternilai harganya. Nikmat-nikmat misalnya air, api, berbagai jenis makanan dan buah-buahan, aneka macam barang tambang, daratan, lautan, dan angkasa raya. Itu semua memang disediakan Allah SWT untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia.

o Jika umat manusia menghitung-hitung nikmat karunia Allah SWT, tentu tidak akan mampu menghitungnya (lihat dan pelajari Q.S Ibrahim, 14: 34 dan Q.S Al-Baqarah, 2: 152).

o Cara bersyukur kepada Allah SWT ialah dengan menggunakan segala nikmat karunia Allah SWT untuk hal-hal yang diridai-Nya, yaitu:

o Bersyukur dengan hati ialah mengakui dan menyadar bahwa segala nikmat yang diperoleh manusia, merupakan karuni Allah SWT semata dan tidak ada selain Allah SWT yang dapat memberikan nikmat-nkmat itu.

o Bersyukur dengan lidah seperti membacaAlhamdulillah (segala puji bagi Allah), mengucapkan lafal-lafal zkir lannya,

Page 3: Husnuzan

membaca Al-Qur’an, dan melaksanakan akmar makuf nahi mungkar.

o Bersyukur dengan amal perbuatan, misalnya mengerjakan salat, menunaikan ibadah haji jika mampu, berbakti kepada kedua orang tua, dan berbuat baik pada sesama manusia.

o Bersyukur dengan harta benda, misalnya dengan jalan membelanjakan harta benda itu untuk hal-hal yang bemanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat.

2 Sabar

Manusia dalam hidupnya di dunia ini silih berganti berada dalam dua situasi, yaitu situasi

yang senang karena memperoleh nikmat dan situasi sedih atau susah karena mengalami

musibah. Apabila manusia itu berada dalam situasi senang hendaknya ia bersyukur, dan bila

berada dalam situasi susah hendaklah ia bersabar.

Setiap Muslim/Muslimah yang beprasangka baik pada Allah SWT, apabila dikenai suatu

musibah seperti sakit, bencana alam dan gagal dalam suatu usaha, tentu akan bersabar. Ia

tidak akan gelisah dan berkeluh kesah apalagi beputus asa, karena ia menyadari bahwa

musibah-musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT. (Lihat dan pelajari Q.S. Al-Baqarah, 2:

155-157 dan Q.S. Yusuf, 12: 871)

Seseorang dianggap suuzan terhadap Allah SWT, misalnya tatkala ia mengalami kegagalan

dalam suatu usaha, ia menduga Allahlah penyebab kegagalannya, Allah mendengar doanya,

Allah itu kikir, Allah tidak adil, dan lain-lain dugaan yang negatif terhadap Allah SWT. Padahal

Allah SWT itu Maha Mendengar, Mahadermawan, Mahaadil. Allah SWT tidak menyuruh

hamba-Nya untu gagal dalam suatu usaha. Oleh karena itu, jika seseorang gagal dalam

suatu usaha, ia tidak boleh menyalahkan Allah SWT. Ia harus mengntrospeksi diri, mungkin

kegagalan itu karena usahanya belum dilakukan secara sungguh-sungguh. Kegagalan

dalam suatu usaha, hendaknya dijadikan pelajaran, agar pada masa mendatang tidak

mengalami hal serupa.

II. Husnuzan terhadap Diri Sendiri

Perilaku terpuji terhadap diri sendiri yaitu percaya diri, gigih dan berinisiatif.

Page 4: Husnuzan

1. Percaya Diri

Percaya diri termasuk sikap dan perilaku terpuji yang harus dimiliki oleh setiap

Muslim/Muslimah karena seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap

kemampuan dirinya, sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan

suatu tindakan. Muslim/Muslimah yang berilmu pengetahuan tinggi dan memiliki

keterampilan yang bermanfaat apabila ia percaya diri, tentu ia akan memperoleh

keberhasilan dalam hidup.

Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan apabila tidak percaya diri

tentu akan memperoleh kerugian dan mungkin bencana. Muslim/Muslimah yang percaya diri

akan melaksanakan kewajiban terhadap dirinya sendiri, misalnya menjaga kesehatan

jasmani dan rohani serta memelihara diri agar tidak dikenai suatu bencana.

2. Gigih

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa katagigih bahasa Minangkabau yang

artinya berkeras hati, tabah, dan rajin. Gigih juga dapat diartikan bersungguh-sungguh dalam

meraih sesuatu. Sikap dan perilaku gigihdalam meraih yang positif termasuk sikap

mahmudah (sikap terpuji) dan akhlakul karimah. Setiap muslim dan muslimah wajib

memiliki sikap gigih. Sikap gigih hendaknya diterapkan dalam kehidupan antara lain dalam

hal berikut:

1) Ibadah

2) Menuntut ilmu

Ilmu pengetahuan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu pengetahuan tentang agama

Islam (‘ilm hal) dan ilmu pengetahuan umum (‘ilm gairu hal). Ilmu pengetahuan tentang

agama Islam memberikan pedoman hidup kepada umat manusia.

Ilmu pengetahuan umum bertujuan agar umat manusia dapat memanfaatkan, menggali, dan

mengolah kekayaan alam, baik yang ada di darat dan di laut maupun yang ada di angkasa

raya.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:“Kebaikan/kebahagiaan di dunia dan di akhirat beserta ilmu dan keburukan/bencana di dunia dan di akhirat

Page 5: Husnuzan

beserta kebodohan.” (H.R Bukhari)

3. Bekerja mencari rezeki yang halal

Bekerja mencari rezeki yang halal dapat dilakukan melalui berbagai bidang usaha, misalnya

pertanian, peternakan, dan perdagangan. Bekerja dalam bidang apa pun hendaknya

dilakukan dengan gigih dan sungguh-sungguh dengan dilandasi niat ikhlas karena Allah

SWT, untuk memperoleh rida dan rahmat-Nya. Dengan cara seperti itu maka akan diperoleh

hasil kerja yang optimal. Islam melarang umat-Nya bermalas-malasan dan menjadi beban

orang lain.

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Bekerja mencari rezeki yang halal itu wajib bagi setiap Muslim.” (H.R. Tabrani)

4. Berinisiatif

Kata inisiatif berasal dari bahasa Belanda yang berarti prakarsa atau langkah pertama.

Inisiatif juga berarti berbuat yang sifatnya produktif ( memiliki etos kerja yang tinggi) dan

tidak tergantung kepada orang lain. Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki etos kerja

yang tingi. Seseorang yang memiliki inisiatif disebut inisiator.

Inisiatif dalam hal positif merupakan sifat terpuji yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim

dan muslimah. Muslim/Muslimah yang berprasangka baik terhadap dirinya, tentu akan

berkeyakinan bahwa dirinya mampu berinisiatif yang positif dalam bidang yang ditekuninya

dan sesuai dengan keahliannya.

Firman Allah swt:

Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (Q.S. An Najm[53]: 39

III. Husnuzan terhadap sesama Manusia

Husnuzan merupakan sikap mental terpuji, yang mendiring pemiliknya untuk bersikap,

bertutur kata, dan berbuat yang baik dan bermanfaat.

Page 6: Husnuzan

Perwujudan dari husnuzan itu hendaknya diterapkan dalam kehidupan berkeluarga,

bertetangga dan bermasyarakat.

3 Kehidupan berkeluarga

Untuk mewujudkan rumah tangga yang memperoleh rida dan rahmat Allah swt , bahagia dan

sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.

Ø Pasangan suami-istri hendaknya saling berprasangka baik dan tidak saling curiga, saling memenuhi hak dan melaksanakan kewajiban masing-masing dengan sebaik-baiknya.

Ø Hubungan anak-anak dan orang tua dilandasi dengan prasangka baik dan saling pengertian.

Ø Anak-anak berbakti dan menyenangkan hati orang tua.

Ø Orang tua memberi kepercayaan diri pada anak agar anak bisa mengembangkan diri dan melakukan hal-hal yang bermanfaat.

4 Kehidupan bertetangga

Saling menghormati dan menghargai, baik secara sikap, ucapan lisan dan perbuatan.

Menghormati tetangga merupakan tanda-tanda dari manusia beriman:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya menghormati tetangganya.” (H.R. Muslim)

“Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguan-gangguannya.”(H.R. Muslim)

Setiap Muslim/Muslimah, hendaknya membiasakn diri dengan berperilaku husnuzan

terhadap Allah SWT, terhadap diri sendiri maupun terhadap sesama manusia.

Seorang Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap Allah SWT, tentu akan

Page 7: Husnuzan

senantiasa bertakwa kepadanya, di mana pun dan kapan pun dia berada.Ia akan selalu

bersyukur pada Allah SWT bila berada dalam situasi yang menyenangkan dan akan

senantiasa bersabar bila berada dalam keadaan yang menyusahkan.

Seorang Muslim/Muslimah yang berperilaku husnuzan terhadap dirinya sendiri, tentu akan

membiasakan diri dengan bersikap dan berperilaku terpuji yang bermanfaat bagi dirinya,

seperti percaya diri, gigih, dan banyak berinisiatif yang positif.

Demikian juga, setiap Muslim/Muslimah hendaknya membiasakan diri untuk berperilaku

husnuzan terhadap manusia,baik dalam kehidupan berkeluarga dan bertetangga, maupun

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Insya Allah, jika setiap Muslim/Muslimah dan setiap anggota masyarakat, telah

membiasakan diri untuk berperilaku husnuzan dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan

memperoleh kebaikan-kebaikan yang banyak.