Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    1/8

    Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh (Talak Tiga Sekaligus)

    MUKADDIMAH

    Fenomena perceraian sangat marak dewasa ini dan amat memprihatinkan. Kata Talak (cerai)

    dengan mudah diucapkan dan keluar dari mulut sang suami bahkan dari sang isteri padahalsebenarnya menurut syariat bukan menjadi hak-nya, apalagi bila dikaitkan dengan kehidupan

    kalangan tertentu yang menjadikan kasus-kasus seperti ini yang terjadi pada diri mereka sebagaibahan komersil.

    Selaku umat Islam, kita sangat terpukul karena ini menandakan bahwa sangat sedikit sekali

    kalangan umat ini yang memahami benar arti sebuah pernikahan dan makna talak itu sendiri.

    Terkait dengan masalah talak ini, kita sering mendengar ucapan talak tiga dengan begitu ringankeluar dari mulut sang suami apalagi bila dalam kondisi emosi. Ucapan ini keluar tanpa

    mempertimbangkan syariat dan implikasinya di mana salah satu pihak yang pasti akan

    menderita adalah anak (bila telah dikaruniai anak). Manakala sang isteri yang diceraikan bisasaja akan mendapatkan pengganti setelah itu, tetapi akankah anak demikian.?Inilah yang perludipertimbangkan dengan matang dan secara seksama agar tidak ada penyesalan di kemudian

    hari.

    Benar, bahwa talak itu merupakan tindakan terakhir yang disediakan syariat dalam mengatasi

    lika-liku rumah tangga apabila memang tidak ada lagi kecocokan, tetapi hendaknya tidakmenyerah dengan dalih seperti itu.Perlu ada upaya-upaya dan langkah-langkah guna menjadikan

    rumah tangga tetap harmonis dan terhindar dari keretakan.

    Pada masa akhir khalifah Umar, tindakan main talak tiga begitu trendi sehingga membuat

    Umar menjalankan ijtihad sekaligus memberikan pelajaran kepada mereka yang denganseenaknya mengeluarkan ucapan yang berbahaya itu.

    Nah, dalam kajian kali ini, diketengahkan seputar permasalahan tersebut, semoga bermanfaat.

    NASKAH HADITS

    Hadits Pertama:

    Dari Ibn Abbas, dia berkata, Pada masa Rasulullah SAW, Abu Bakar dan 2 tahun pertama masakekhilafahan Umar talak tiga (sekaligus dengan satu lafazh) terhitung satu kali talak. Maka

    berkatalah Umar bin al-Khaththab, Orang-orang terlalu terburu-buru dalam urusan (menalaktiga sekaligus dalam satu lafazh) mereka yang dulu masih ada tempo waktunya.Andaikatan kami

    jalankan apa yang mereka lakukan dengan terburu-buru itu (bahwa talak tiga dalam satu kata(lafazh) itu jatuh talak tiga) niscaya hal itu dapat mencegah dilakukannya talak secara berturut-

    turut (seperti yang mereka lakukan itu). Lalu ia memberlakukan hal itu terhadap mereka.(HR.Muslim).

    Hadits Ke-dua:

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    2/8

    Dari Mahmud bin Labid, ia berkata, saat Rasulullah SAW diberitahu mengenai seorang laki-lakiyang menalak isterinya dengan talak tiga sekaligus, maka berdirilah ia dalam kondisi marah,

    kemudian berkata, Apakah ia ingin bermain-main dengan Kitabullah padahal aku masih ada ditengah kalian.? Ketika itu ada seorang laki-laki berdiri seraya berkata, Wahai Rasulullah,

    bolehkah aku membunuhnya.? (HR.an-Nasaiy, dan para periwayatnya adalah para periwayat

    Tsiqat).

    Kualitas hadits kedua ini adalah shahih.

    Hadits Ke-tiga:

    Dari Ibn Abbas, ia berkata, Abu Rukanah telah menalak Ummu Rukanah, lalu Rasulullah SAWberkata kepadanya, Rujuklah isterimu itu. Lalu ia menjawab, Sudah aku talak tiga ia. Beliau

    berkata, Aku sudah tahu, rujuklah ia. (HR.Abu Daud)

    Dalam riwayat Ahmad terdapat teks:

    Abu Rukanah menalak isterinya dengan talak tiga dalam satu majlis (sekaligus), maka ia punmenyesali kejadian itu (bersedih atasnya), maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya, Ia hanya

    (terhitung) satu kali.Tetapi dalam sanad ini terdapat Ibn Ishaq yang perlu diberi catatan.

    Abu Daud meriwayatkan dari jalur lainnya dengan riwayat yang lebih baik:

    Bahwa Abu Rukanah telah menalak isterinya, Suhaimah dengan pasti (sekaligus dan langsung

    talak tiga-red), lalu ia memberitahu Nabi SAW mengenai hal itu, lantas beliau berkata, DemiAllah, kamu tidak menginginkan kecuali hanya satu kali saja.? Maka, Rasululullah SAW

    mengembalikan isterinya kepadanya.

    Kualitas Hadits

    Para ulama berbeda pendapat mengenai hadits ini; ada yang menilainya shahih dan

    menjadikannya sebagai hujjah dan ada pula yang menilainya lemah (Dlaif) dan berhujjahdengan hadits yang bertentangan dengannya.Dari perbedaan ini timbul perbedaan para ulama

    mengenai hukum masalah yang ada di dalam hadits ini.

    Bagi para ulama yang menilainya shahih, mereka berargumentasi: Abu Daud berkata, Hadits inimerupakan hadits yang paling shahih dari hadits Ibn Juraij yang didalamnya berbunyi,

    Sesungguhnya Rukanah telah menalak isterinya dengan talak tiga (sekaligus).

    Ibn Majah berkata, Aku mendengar ath-Thanaafisi berkata, Alangkah mulianya hadits ini.Inimenjelaskan betapa sanadnya begitu mulia dan banyak faedahnya.

    Sementara para ulama yang menilainya lemah, termasuk di antaranya Ibn al-Qayyimberargumentasi: hadits tersebut dinilai lemah oleh Imam Ahmad. Syaikh kami (maksudnya, Ibn

    Taimiyyah-red) berkata, Para ulama tokoh dan besar yang sangat mengenali illat-illat haditsseperti Imam Ahmad, al-Bukhary, Ibn Uyainah dan ulama lainnya menilai lemah hadits

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    3/8

    Rukanah tersebut. Demikian juga, Ibn Hazm.Mereka mengetakan, Para periwayatnya adalahsekelompok orang yang masih anonim (tidak diketahui), tidak dikenal keadilan dan kekuatan

    hafalan mereka.Imam Ahmad berkata, Hadits Rukanah tidak valid.

    Imam at-Turmudzy berkata, Hadits ini tidak dikenal kecuali dari jalur ini saja. Aku pernah

    menanyakan kepada al-Bukhari mengenainya, maka ia berkata, Itu hadits Muththarib. (bagiandari hadits Dlaif/lemah-red).

    Syaikh al-Albani berkata, Alhasil, hadits tersebut Dlaif sedangkan hadits Ibn Abbas lainnyayang bertentangan dengan makna hadits tersebut lebih kuat darinya, wallahu alam.

    Tarjamah (Biografi) Singkat Abu Rukanah Dan Ummu Rukanah

    Sesuai dengan yang dikenal dalam buku-buku Taraajum, buku hadits dan lainnya, bahwa AbuRukanah adalah Rukanah bin Abdu Yazid bin Hasyim bin la-Muththalib, al-Qurasyi al-

    Muththalibi.

    Syaikh al-Bassam, pengarang buku syarah Bulughul Maram yang kita bahas ini mengomentari:Demikian tertera namanya (Abu Rukanah) seperti yang saya dapatkan di dalam kitab Bulughul

    MaramSaya juga merujuk beberapa kitab induk, termasuk di antaranya kitab al-Ishabah karyapengarang sendiri (yakni pengarang bulugh al-Maram, Ibn Hajar-red), saya hanya menemukan

    kata Rukanah (tanpa Abu-red). Menurut saya adanya tambahan Abu ini hanya kerjaanNussaakh (para penyalin tulisan dari teks asli ke buku berikutnya, dalam istilah sekarang: tukang

    Copy red)

    Sedangkan Suhaimah adalah Suhaimah binti Umair al-Muzainah dari Bani Muzainah, sebuahkabilah Mudlar, sekarang bersekutu dengan kabilah Harb dan mendiami bagian barat kawasan

    al-Qashim (Arab Saudi-red).

    PESAN-PESAN HADITS

    1. Hadits pertama menginformasikan bahwa tiga kali talak dengan satu kalimat (lafazh) tidak

    dihitung (dinilai) selain sebagai satu kali talak saja; jika ia bukan merupakan talak yang ketiga(terakhir), maka masih boleh rujuk. Hadits ini merupakan rujukan inti bagi pendapat yang

    mengatakan demikian.

    2. Hadits ke-dua menunjukkan bahwa tiga kali talak yang tidak diiringi rujuk dan nikah(langsung talak tiga sekaligus-red), maka ia merupakan talak bidah yang diharamkan.

    3. Bahwa bermain-main dengan hukum-hukum Allah dan melanggar aturan-Nya termasuk dosa

    besar sebab Nabi SAW tidak marah kecuali terhadap kemaksiatan yang besar.

    4. Bermain-main dengan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya adalah haram sekali pun dilakukan

    sepeninggal Rasulullah SAW. Beliau mengucapkan kata-kata seperti itu tidak lain karena merasaaneh dengan sangat cepatnya perubahan yang melanda berbagai perkara.

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    4/8

    5. Indikasi dua riwayat Abu Daud dan Ahmad pada hadits ketiga adalah sama dengan hadits pertama dari sisi penilaian bahwa tiga kali talak itu terhitung satu kali talak saja dan bahwa

    seorang suami yang menalak isterinya boleh rujuk kepada isterinya selama talak itu bukanmerupakan akhir dari angka talak yang masih dimilikinya (talak ini bukan terhitung yang ketiga

    kalinya dari talak yang pernah dilakukannya).

    6. Sementara riwayat kedua dari Abu Daud di atas menunjukkan bahwa talak tiga sekaligusberlaku sesuai dengan niat orang yang menalak; jika ia meniatkan tiga, maka ia jadi tiga dan jika

    ia meniatkan hanya satu, maka ia jadi satu, yang memungkinkan untuk rujuk.

    7. Riwayat talak tiga sekaligus dalam hadits Rukanah merupakan dalil Jumhur bahwa tiga talakitu merupakan ucapan talakBain Bainuunah Kubro yang tidak bisa lagi dirujuk kecuali setelah

    si isteri yang ditalak itu menikah lagi dengan laki-laki lain (lalu bercerai lagi-red.).

    Perbedaan Pendapat Para Ulama

    Para ulama berbeda pendapat mengenai orang yang menalak dengan talak tiga sekaligus ataumengucapkannya dengan tanpa diselingi rujuk dan nikah.

    Artinya, apakah talak tiga itu harus dikomitmeninya sehingga isterinya menjadi tidak halal lagibaginya kecuali setelah ia menikah lagi dengan laki-laki lain (lalu bercerai) dan menjalani masa

    iddah darinya? Atau kah ia hanya terhitung satu kali talak saja sehingga ia boleh rujuk denganisterinya selama masih dalam iddah, lalu setelah iddah ia melakukan aqad baru sekali pun

    isterinya tersebut belum lagi menikah dengan laki-laki lain.?

    Masalah ini menjadi ajang perdebatan panjang para ulama, bahkan gara-gara mengatakan bolehrujuk (dengan talak tiga sekaligus karena mengganggapnya terhitung satu kali talak-red) ada

    beberapa ulama yang disiksa, di antaranya Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah dan para pengikutnya.

    Ringkasan Dari Perselisihan Dan Perdebatan Panjang Itu Adalah:

    1. Jumhur Ulama, di antaranya empat imam madzhab, jumhur shahabat dan tabiinberpendapat bahwa tiga talak dengan satu kata (lafazh) adalah berlaku bila seorang suamiberkata, Kamu saya talak (tiga kali)! dan semisalnya atau dengan beberapa kata (kamu

    saya talak, kemudian mengatakan lagi, kamu saya talak, kemudian mengatakan lagi,kamu saya talak) sekali pun sebelumnya belum terjadi rujuk dan nikah.

    Dalil

    a. Hadits Rukanah bin Abdullah bahwasanya ia telah menalak isterinya secara pasti (talak tiga

    sekaligus), lalu ia memberitahukan hal itu kepada Nabi SAW, lantas beliau berkata, DemiAllah, kamu tidak menginginkan kecuali hanya satu kali saja.?

    Hadits ini dikeluarkan oleh asy-Syafii, Abu Daud, at-Turmudzy, Ibn Hibban (dia menilainyashahih) dan al-Hakim.

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    5/8

    Sisi Pendalilan

    Di dalam hadits tersebut, Rasulullah meminta kepada suami yang menceraikan itu agar bersumpah bahwa ia tidak menginginkan dari ucapannya putus (talak tiga) tersebut kecuali

    hanya satu kali saja. Ini menandakan bahwa seandainya ia (suami) menghendaki lebih banyak

    dari itu (lebih dari satu kali) niscaya terjadilah apa yang diinginkannya.

    b. Amalan para shahabat, di antaranya Umar bin al-Khaththab RA yang menilai talak tiga dalam

    satu kata (lafazh) berlaku tiga seperti yang diucapkan suami yang menalak. Tentunya, merekacukup sebagai panutan.

    Selain dalil di atas, masih banyak lagi dalil yang dikemukakan pendapat ini namun apa yang

    kami sebutkan tersebut merupakan dalil yang lebih jelas dan secara terang-terangan.

    2. Sekelompok ulama berpendapat tiga talak dalam satu kata (lafazh), atau tiga talak dalambeberapa kata yang tidak diiringi rujuk dan nikah, tidak jatuh kecuali hanya satu kali saja

    (satu talak). Pendapat ini didukung oleh riwayat dari beberapa shahabat, tabiin dan paratokoh madzhab. Dari kalangan shahabat terdapat Abu Musa al-Asyari, Ibnu Abbas, IbnMasud, Ali, Abdurrahman bin Auf dan az-Zubair bin al-Awwam. Dari kalangan

    tabiin terdapat Thawus, Atha, Jabir bin Zaid dan mayoritas pengikut Ibn Abbas,Abdullah bin Musa dan Muhammad bin Ishaq. Dan dari kalangan para tokoh madzhab

    terdapat Daud azh-Zhahiri dan kebanyakan sahabatnya, sebagian sahabat Abu Hanifah,sebagian sahabat Imam Malik, sebagian sahabat Imam Ahmad seperti al-Majd bin

    Abdussalam bin Taimiyyah yang memfatwakan hal itu secara sembunyi-sembunyi dancucunya, Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah yang memfatwakannya secara terang-terangan

    dengan memfatwakannya di majlis-majlisnya serta kebanyakan pengikutnya, di antaranyaIbn al-Qayyim yang membela mati-matian pendapat ini di dalam kitabnya al-Hadyu dan

    Ighaatsah al-Lahafaan. Di dalam kedua kitabnya tersebut, beliau memaparkannya secarapanjang lebar, menukil berbagai nash-nash dan membantah pendapat para penentangnya

    dengan bantahan yang cukup dan memuaskan.

    Dalil

    Dalil pendapat ini terdiri dari nash-nash dan qiyas.

    Dari nash, di antaranya:

    Hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwasanya Abu ash-Shahba berkata kepada Ibn Abbas,

    Tahukah kamu bahwa yang tiga itu dulu dijadikan satu talak saja pada masa Rasulullah SAW,Abu Bakar dan permulaan masa Umar.?Ia menjawab, Ya. Di dalam lafazh yang lain,

    dikembalikan kepada satu talak.?, ia mejawab, Ya.

    Ini merupakan nash yang shahih dan sangat jelas sekali, tidak bisa ditakwil-takwil atau pundirubah.

    Sedangkan dari Qiyas:

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    6/8

    Mengumpulkan tiga sekaligus adalah diharamkan dan merupakan bidah sebab Nabi SAWbersabda, Barangsiapa yangmelakukan suatu amalan (dalam agama) yang bukan berasal dari

    kami, maka ia tertolak.Jadi, menjatuhkan (talak) tiga sekaligus bukan termasuk perkara yangberasal dari Rasulullah SAW sehingga ia tertolak.

    Bantahan Terhadap Pendapat Perta

    ma

    Pendapat ke-dua ini membantah dalil-dalil pendapat pertama sbb:

    Mengenai hadits Rukanah; di dalam sebagian lafazhnya terdapat, Ia menalaknya tiga kali. Dandi dalam lafazh yang lain, Satu kali. Sementara di dalam riwayat lain lagi terdapat lafazh, al-

    Battah. (putus). Oleh karena itu, al-Bukhari berkata mengenainya, Ia hadits Muththarib.(merupakan jenis hadits Dlaif/lemah-red)

    Imam Ahmad mengatakan, semua jalur periwayatannya lemah.Sebagian mereka (ulama)

    mengatakan, di dalam sanadnya terdapat periwayat yang tidak dikenal (majhul), di dalamnya

    terdapat orang yang lemah dan ditinggalkan (periwayatannya tidak digubris).

    Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah berkata, Kualitas hadits Rukanah menurut para imam hadits,

    lemah. Dinilai lemah oleh Ahmad, al-Bukhari, Abu Ubaid dan Ibn Hazm sebab para periwayatnya bukanlah orang-orang yang dikenal sebagai orang-orang yang adil dan kuat

    hafalannya (Dhabith).

    Sedangkan hadits Aisyah RHA tidak tepat untuk dijadikan dasar berdalil sebab bisa jadi yang

    dimaksud dengan tiga tersebut adalah urutan terakhir bagi seorang suami yang manalak, dari tigatalak yang dimilikinya.Manakala ada kemungkinan seperti itu, maka berdalil dengannya pun

    menjadi batal.Hadits itu masih bersifat global (mujmal) sehingga dapat diarahkan kepada hadits

    Ibn Abbas yang sudah dijelaskan (mubayyan) sebagaimana yang berlaku dalam ilmu ushulfiqih.

    Adapun berdalil dengan amalan para shahabat, maka perlu dipertanyakan; siapa di antara merekayang patut dan lebih utama untuk diikuti?

    Kami katakan: bahwa jumlah mereka itu (para shahabat) lebih dari ratusan ribu. Bilangan orang

    yang banyak ini di mana orang nomor satu mereka adalah nabi mereka sendiri, yakni RasulullahSAW menilai tiga talak tersebut sebagai jatuh satu kali. Hingga akhir hayat Rasulullah,

    kondisinya tetap seperti itu; khalifah beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq RA memberlakukan hal ituhingga wafat, lalu ia digantikan khalifah Umar RA. Di awal pemerintahannya, kondisi tersebut

    pun masih berlaku sebagai yang berlaku pada masa Rasulullah SAW.Setelah itu lah baru tigatalak itu dijadikan tiga seperti angkanya sebagaimana telah kami jelaskan sebabnya.

    Jadi, mayoritas shahabat yang wafat sebelum kekhalifahan Umar tetap menjalankan dan

    memberlakukan tiga talak itu dianggap satu kali saja.

    Dengan begitu, kita ketahui bahwa berdalil dengan amalan para shahabat RA telah dibatalkan

    dengan semi ijma mereka (para shahabat) pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq RA.

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    7/8

    Tentunya, Umar bin al-Khaththab amat jauh dari melakukan suatu amalan yang bertentangandengan amalan yang pernah dilakukan pada masa Rasulullah SAW. Yang ia lakukan, bahwa ia

    melihat banyak orang yang terburu-buru dan sering sekali melakukan talak tiga padahal inimerupakan perbuatan bidah yang diharamkan. Karena itu, ia melihat perlunya memberikan

    pelajaran atas ucapan mereka tersebut sekaligus sebagai sanksi atas dosa yang mereka lakukan.

    Demikian pula, atas tindakan mereka yang sengaja ingin menyulitkan diri sendiri padahal sudahmendapat kelapangan dan toleransi yang tinggi.Apa yang dilakukan Umar ini semata adalahsebuah ijtihad layaknya ijtihad yang dilakukan para ulama tokoh di mana bisa berbeda seiring

    dengan perbedaan zaman dan tidak akan tetap sebagai sebuah produk syariat yang mengikat,yang tidak dapat berubah. Yang tetap dan mengikat itu hanya syariat pokok dari masalah ini

    (masalah talak-red).

    Syaikhul Islam, Ibn Taimiyyah RAH berkata, Jika ia (suami) menalaknya (isterinya) dengantalak tiga dalam masa suci baik satu kata atau beberapa kata seperti Kamu ditalak, kamu ditalak,

    kamu ditalak atau kamu ditalak kemudian berkata lagi, kamu ditalak, kemudian berkata lagi,kamu ditalak, menurut para ulama baik Salaf mau pun khalaf terdapat tiga pendapat dalam hal

    ini, baik wanita yang ditalak itu sudah disetubuhi mau pun belum:

    Pertama, Bahwa hal itu merupakan talak yang dibolehkan dan mengikat; ini adalah pendapat asy-Syafii dan Ahmad dalam satu riwayat lamanya (dipilih oleh al-Kharqy)

    Ke-dua, Bahwa hal itu merupakan talak yang diharamkan dan mengikat; ini adalah pendapatMalik, Abu Hanifah dan Ahmad (yang dipilih oleh kebanyakan sahabatnya).Pendapat ini juga

    dinukil dari kebanyakan ulama Salaf dan Khalaf dari kalangan para shahabat dan Tabiin.

    Ke-tiga, Bahwa ia merupakan talak yang diharamkan dan hanya berlaku satu kali talak saja; ini pendapat yang dinukil dari sekelompok ulama Salaf dan Khalaf dari kalangan para shahabat.

    Pendapat ini juga diambil kebanyakan Tabiin dan generasi setelah mereka.Juga, merupakanpendapat sebagian sahabat Abu Hanifah, Malik dan Ahmad.

    Tarjih

    Pendapat ke-tiga inilah yang didukung oleh Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW.Di dalam

    Kitabullah atau pun as-Sunnah tidak terdapat hal yang mengharuskan berlakunya talak tiga bagiorang yang menjatuhkannya sekaligus baik dalam satu kata atau beberapa kata tanpa diiringi

    dengan rujuk atau pun akad.

    Bahkan, di dalam Kitabullah dan as-Sunnah keharusan itu hanya berlaku bagi suami yang

    menalak hal yang dibolehkan Allah dan Rasul-Nya.Ini didukung oleh Qiyas dan penilaiandengan seluruh prinsip-prinsip syariat.

    Tidak terjadi pertentangan di kalangan kaum Muslimin bahwa Rasulullah SAW adalah orang

    yang terjaga dari kesalahan (mashum) dalam apa yang disampaikannya dari Allah (wahyu).Beliau mashum dalam hal yang disyariatkannya kepada umatnya menurut ijma kaum

    Muslimin.Demikian pula, umat Islam terjaga dari berkumpul di dalam kesesatan.

  • 8/9/2019 Hukum Talak Tiga Dalam Satu Lafazh

    8/8

    Ada pun masalah bersumpah dengan talak, Ibn Taimiyyah berkata, Perbedaan antara talak dan bersumpah dengannya amat kentara, juga antara nadzar dan bersumpah dengan nadzar. Bila

    seseorang meminta hajat kepada Allah seraya berkata, Jika Allah menyembuhkan penyakitku,melunasi hutangku atau menyelamatkanku dari kesulitan ini, maka aku bersumpah demi Allah

    akan bersedekah sebanyak seribu dirham, atau berpuasa selama sebulan atau membebaskan

    budak.Ini adalah mengaitkan nadzar (mensyaratkannya) di mana wajib menepatinyaberdasarkan Kitabullah, as-Sunnah dan Ijma.

    Bila seseorang mengaitkan (mensyaratkan) nadzar dalam redaksi sumpah, dengan tujuan untukmenganjurkan atau melarang, seperti Jika aku bepergian bersama kalian, atau jika aku

    mengawini si fulan, maka aku akan berhaji, atau hartaku akan aku sedekahkan; kondisi orangtersebut menurut para shahabat dan jumhur ulama adalah sebagai seorang yang bersumpah

    dengan nadzar bukan hanya sebagai orang yang bernadzar. Bila ia tidak menepati apa yang telahdikomitmeninya, maka boleh ia menggantikannya dengan kafarat (tebusan) sumpah.

    WALLAHU ALAM

    KEPUTUSAN

    MAJELIS KIBAR ULAMA

    (DEWAN ULAMA-ULAMA BESAR)

    Mengenai Masalah Talak Tiga Sekaligus (Dengan satu lafazh)

    No.18, tanggal 12-11-1393 H

    Majelis Haiah Kibar ulama mengatakan: Pembahasan masalah talak tiga dengan satu lafazh.Setelah melakukan pengkajian, urun rembug dan pemaparan pendapat-pendapat yang berbicara

    tentang hal itu serta mendiskusikan setiap pendapat tersebut; dengan mayoritas suara, majelis

    memilih pendapat yang menyatakan jatuhnya talak tiga dengan satu lafazh sebagai talak tiga.Ada pun para anggota yang berbeda pendapat mengenai hal ini ada 5 orang, yaitu:

    1. Syaikh Abdul Aziz bin Baz2. Syaikh Abdurrazzaq Afifi3. Syaikh Abdullah Khayyath4. Syaikh Rasyid bin Hanin5. Syaikh Muhammad bin Jubair

    Mereka berlima memiliki pandangan lain, redaksinya sebagai berikut:

    Alhamdulillah, shalawat dan salam atas Rasul-Nya dan keluarga besarnya, wa badu:Kami memandang bahwa talak tiga dengan satu lafazh berlaku hanya satu kali talak saja.

    (masing-masing dari kedua belah pihak ini mengemukakan dalil-dalil yang mendukungpandangan-pandangan mereka.