12
Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum Privat. Hukum pidana merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana masyarakat itu benar-benar memerlukan. Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi Hukum Publik, dimana pelaksanaannya sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan sedikit pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan (klacht-delicht). Yang memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang dirugikan agar negara dapat menerapkannya. Maka Hukum Pidana pada saat sekarang melihat kepentingan khusus para individu bukanlah masalah utama, dengan perkataan laintitik berat Hukum Pidana ialah kepentingan umum/masyarakat. Hubungan antara si tersalah dengan korban bukanlah hubungan antara yang dirugikan dengan yang merugikan sebagaimana dalam Hukum Perdata, namun hubungan itu ialah antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas menjamin kepentingan umum atau kepentingan masyarakat sebagaimana ciri dari Hukum Publik. Contoh Hukum Privat (Hukum Sipil) Hukum sipil dalam arti luas (Hukum perdata dan hukum dagang) Hukum sipil dalam arti sempit (Hukum perdata saja) Dalam bahasa asing diartikan : a) Hukum sipil : Privatatrecht atau Civilrecht b) Hukum perdata : Burgerlijkerecht c) Hukum dagang : Handelsrecht Contoh hukum Hukum Publik Hukum Tata Negara Yaitu mengatur bentuk dan susunan suatu negara serta hubungan kekuasaan anatara lat-alat perlengkapan negara

Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

Embed Size (px)

DESCRIPTION

...

Citation preview

Page 1: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum Privat. Hukum pidana merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan antara para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana masyarakat itu benar-benar memerlukan.

Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi Hukum Publik, dimana pelaksanaannya sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan sedikit pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan (klacht-delicht). Yang memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang dirugikan agar negara dapat menerapkannya.

Maka Hukum Pidana pada saat sekarang melihat kepentingan khusus para individu bukanlah masalah utama, dengan perkataan laintitik berat Hukum Pidana ialah kepentingan umum/masyarakat. Hubungan antara si tersalah dengan korban bukanlah hubungan antara yang dirugikan dengan yang merugikan sebagaimana dalam Hukum Perdata, namun hubungan itu ialah antara orang yang bersalah dengan Pemerintah yang bertugas menjamin kepentingan umum atau kepentingan masyarakat sebagaimana ciri dari Hukum Publik.

Contoh Hukum Privat (Hukum Sipil)

Hukum sipil dalam arti luas (Hukum perdata dan hukum dagang) Hukum sipil dalam arti sempit (Hukum perdata saja) Dalam bahasa asing diartikan :

a)    Hukum sipil : Privatatrecht atau Civilrecht

b)    Hukum perdata : Burgerlijkerecht

c)    Hukum dagang : Handelsrecht

Contoh hukum Hukum Publik

Hukum Tata Negara Yaitu mengatur bentuk dan susunan suatu negara serta hubungan kekuasaan anatara

lat-alat perlengkapan negara satu sama lain dan hubungan pemerintah pusat dengan daerah (pemda)

Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Usaha Negara), mengatur cara menjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari kekuasaan alat

perlengkapan negara; Hukum Pidana, mengatur perbuatan yang dilarang dan memberikan pidana kepada siapa saja yang

melanggar dan mengatur bagaimana cara mengajukan perkara ke muka pengadilan (pidana dilmaksud disini termasuk hukum acaranya juga). Paul Schlten dan Logemann menganggap hukum pidana bukan hukum publik.

Hukum Internasional (Perdata dan Publik)

Page 2: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

Macam-macam Pembagian Hukum

1.Menurut sumbernya :

Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan. Hukum adat, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan. Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara-negara suatu dalam

perjanjian Negara. Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena putusan hakim. Hukum doktrin, yaitu hukum yang terbentuk dari pendapat seseorang atau beberapa

orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.

2.Menurut bentuknya :

Hukum tertulis, yaitu hukum yang dicantumkan pada berbagai perundangan Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu hukum yang masih hidup dalam

keyakinan masyarakat, tapi tidak tertulis, namun berlakunya ditaati seperti suatu peraturan perundangan.

3.Menurut tempat berlakunya :

Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu Negara. Hukum internasional, yaitu yang mengatur hubungan hubungan hukum dalam dunia

internasional.

4.Menurut waktu berlakunya :

Ius constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

Ius constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada masa yang akan datang.

Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia.

5. Menurut cara mempertahankannya :

Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan yang berwujud perintah-perintah dan larangan.

Hukum formal, yaitu hukum yang memuat peraturan yang mengatur tentang bagaimana cara melaksanakan hukum material

6. Menurut sifatnya :

Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun mempunyai paksaan mutlak.

Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri.

7.Menurut wujudnya :

Page 3: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

Hukum obyektif, yaitu hukum dalam suatu Negara berlaku umum. Hukum subyektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum obyektif dan berlaku pada

orang tertentu atau lebih. Disebut juga hak.

8.Menurut isinya :

Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan.

Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara Negara dengan alat kelengkapannya ata hubungan antara Negara dengan warganegara.

Page 4: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

II

Kebenaran Ariya tentang Dukkha (Dukkha Ariya Sacca)

Definisi

Kata ”dukkha” yang berasal dari bahasa Pali, sukar sekali untuk diwakilkan secara tepat oleh satu kata dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris karena memiliki makna yang dalam. Secara etimologi berasal dari kata ”du” yang berarti sukar dan kata ”kha” yang berarti dipikul, ditahan. Jadi kata ”du-kha” berarti sesuatu atau beban yang sukar untuk dipikul. Pada umumnya dukkha dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai penderitaan, ketidakpuasan, beban. Tiga Bentuk Dukkha

Dalam Dukkhä Sutta; Samyutta 38.14 {S 4.259}, Y.A Sariputta menjelaskan adanya tiga bentuk dukkha kepada Jambukhadika, “ Ada tiga bentuk dari dukkha, sahabatKu, yaitu : dukkha-dukkhä, viparinäma-dukkhä, sankhärä-dukkhä. Inilah tiga bentuk dukkha.”

dukkha-dukkhäadalah ketidakpuasan atau penderitaan yang alami dan dirasakan tubuh dan bathin, seperti sakit jantung, sakit kepala, perasaan sedih karena berpisah dengan yang dicintai, kegagalan dalam usaha, sebagainya.

viparinäma-dukkhä adalah ketidakpuasan atau penderitaan yang tidak lepas dari adanya perubahan, seperti kondisi perasaan bahagia, yang dirasakan cepat atau lambat akan mengalami perubahan. sankhärä-dukkhäadalah ketidakpuasan atau penderitaan yang berhubungan dengan Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda), seperti perasaan susah karena tidak dapat menikmati makanan enak yang dipicu karena adanya indera pengecap yang merupakan salah satu dari Lima Kelompok Kemelekatan (Panca Khanda).

II Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha

(Dukkha Samudaya Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha, yaitu : Ketagihan (tanhâ) yang menyebabkan tumimbal lahir, disertai dengan hawa nafsu untuk menemukan kesenangan di sana sini, yaitu kamatanhâ : ketagihan akan kesenangan indria, bhavatanhâ : ketagihan akan penjelmaan, vibhavâtanhâ : ketagihan untuk memusnahkan diri.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa sumber dari dukkha atau penderitaan adalah tanhâ, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Tanha dapat diibaratkan seperti candu atau opium yang menimbulkan dampak ketagihan bagi yang memakainya terus-menerus, dan

Page 5: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

semakin lama akan merusak fisik maupun mental si pemakai. Tanha juga dapat diibaratkan seperti air laut yang asin yang jika diminum untuk menghilangkan haus justru rasa haus tersebut semakin bertambah.

Ada tiga bentuk tanhä, yaitu :

1.Kämatanhä : adalah ketagihan akan kesenangan indriya, ialah ketagihan akan :a. bentuk-bentuk (indah) b. suara-suara (merdu) c. wangi-wangian d. rasa-rasa (nikmat) e. sentuhan-sentuhan (lembut) f. bentuk-bentuk pikiran

2.Bhavatanhä : adalah ketagihan untuk lahir kembali sebagai manusia yang berdasarkan pada kepercayaan yang mengatakan tentang adanya "atma (roh) yang kekal dan terpisah" (attavada).

3.Vibhavatanhä : adalah ketagihan untuk memusnahkan diri, yang berdasarkan kepercayaan yang mengatakan bahwa setelah manusia meninggal maka berakhirlah segala riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).

IIIKebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha

(Dukkha Nirodha Ariya Sacca)

Guru Buddha bersabda, “Sekarang, O, para bhikkhu, Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha, yaitu : terhentinya semua hawa nafsu tanpa sisa, melepaskannya, bebas, terpisah sama sekali dari ketagihan tersebut.”

Pada bagian ini Guru Buddha menjelaskan bahwa dukkha bisa dihentikan yaitu dengan cara menyingkirkan tanhä sebagai penyebab dukkha. Ketika tanhä telah disingkirkan, maka kita akan terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.

Dalam Itivuttaka 44; Khuddaka Nikaya, Guru Buddha menjelaskan bahwa terdapat 2 elemen/jenis  Nibbana, yaitu :

Sa-upadisesa-NibbanaNibbana masih bersisa. Yang dimaksud dengan bersisa di sini adalah masih adanya Lima Khanda. Ketika Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha, Beliau dikatakan telah dapat mencapai Sa-upadisesa-Nibbana tetapi masih memiliki Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan). Sa-upadisesa-Nibbana juga dapat dikatakan sebagai kondisi batin (state of mind) yang murni, tenang, dan seimbang.

An-upadisesa-NibbanaNibbana tanpa sisa. Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan Pari-Nibbana, dimana tidak ada lagi Lima Khanda (jasmani, kesadaran, bentuk pikiran, pencerapan dan perasaan), tidak ada lagi sisa-sisa dan sebab-

Page 6: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

sebab dari suatu bentuk kemunculan. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Hal ini dapat diumpamakan dengan padamnya api dari sebuah pelita, kemanakah api itu pergi ? Hanya satu jawaban yang tepat, yaitu ‘tidak tahu’. Ketika Guru Buddha mangkat/wafat, Beliau dikatakan telah mencapai anupadisesa-nibbana.

II  Pembagian Kamma

Kamma dibagi dalam empat golongan besar yaitu:1.      Menurut jangka waktunya (Pakakala Catuka) golongan dari Kamma ini dapat dibagi dalam

empat jenis:                          i.      Dittha Dhammavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau membuahkan hasil

dalam kehidupan sekarang ini. Disebabkan oleh kehendak impuls (kehendak yang mudah digerakkan dengan dorongan hati) atau dalam bahasa Palinya disebut Javana Cetana yang baik maupun yang buruk. Javana Cetana mi menimbulkan Kamma yang berbuah dalam kehidupan ini juga. Dittha Dhammavedaniya-kamma terbagi dua macam, yaitu:

a)      Paripakka Dittha Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang memberikan hasil/akibat dalam waktu 7 (tujuh) hari dengan pasti.

b) Aparipakka Dittha Dhammavedaniya-Kamma adalah Kamma yang memberikan hasil/akibat setelah lewat 7 (tujuh) hari.

c)      Uppajjavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau memberikan hasil dalam kehidupan yang akan datang, dalam kehidupan ke 2 (dua).

d)     Aparaparavedaniya-Kamma: Kamma yang masak atau memberikan hasil /akibat dalam kehidupan berikutnya berturut-turut, yaitu dalam kehidupan yang ke 3 (tiga) dan seterusnya.

e)      Ahosi-Kamma: Kamma yang lelah hahis.

  Menurut sifat bekerjanya (Kicca catukka) golongan dari Kamma ini dapat dibagi dalam 4 (empat) jenis, yaitu:

                          i.      Janaka Kamma adalah Kamma yang menyebabkan timbulnya syarat-syarat untuk terlahimya kembali suatu makhluk. Kamma ini menimbulkan Nama Khandha (kelompok batin) dan Kamma-rupa (materi/jasmani). Kamma ini disebut Janaka Kamma, yaitu Akusala-Kamma 12 dan Lokiyakusala-Kamma 17, Kammavacarakusala-Kamma 8, Rupavacarakusala-Kamma 5, dan Arupavacarakusala-Kamma 4. Janaka-Kamma ini adalah bertugas melahirkan makhluk-makhluk di dalam 31 alam kehidupan.

  ii.      Upatthambhaka-Kamma Adalah Hukum kekuatan yang mendorong terpeliharanya satu akibat dari pada sebab (kamma) yang telah timbul. Kamma ini adalah membantu Janaka-Kamma, yaitu:

a) Membantu Janaka-Kamma yang belum mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan waktu menimbulkan hasil/akibat.

Page 7: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

b)      Membantu Janaka-Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.

Upatthambhaka-Kamma yang membantu Janaka-Kamma yang sedang mempunyai waktu menimbulkan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna, dibagi menjadi 10 bagian:(1)   Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan yang lampau, yang sedang mempunyai waklu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.

(2) Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan sempurna.(2) Kusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan sempurna.(4) Akusala yang timbul sewaktu menghadapi kematian, membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.(5) Kusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu kepada Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat. mamberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akihal. secara sempurna.(6) Kusala yang timbul dalam waktu sekarang. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara langsung.(7) Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan lampau yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.(8) Akusala yang timbul dalam waktu sekarang, membantu Akusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.(9) Kusala yang timbul dalam keehidupan lampau. membantu Kusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang mi yang sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbuikan hasil/akibat secara sempurna.(10) Akusala yang timbul dalam kehidupan lampau. membantu AKusala-Janaka-Kamma dalam kehidupan sekarang ini sedang mempunyai waktu memberikan hasil/akibat, memberikan kekuatan untuk menimbulkan hasil/akibat secara sempurna.

c)      Membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Janaka-Kamma menjadi maju dan bertahan lama.Upathambhaka-Kamma yang membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Janaka-Kamma menjadi maju bertahan lama, dibagi menjadi 7 bagian, yaitu:(1) Kusala yang pernah dibuat dalam kehidupan lampau. membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan bertahan lama. (2) Kusala yang pernah diperbuat dalam kehidupan sekarang ini, membantu Nama-Rupa (batin-jasmani) yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memberikan kemajuan dan hertahan lama.(3) Akusala yang pernah perbuat dalam kehidupan lampau, membantu Nama-Rupa yang dilahirkan AKusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan bertahan lama.(4) Akusala yang timbul dalam kehidupan sekarang ini, membantu Nama-Rupa yang dihasilkan AKusala-Janaka-Kamma memberi kemajuan dan bertahan lama.(5) Kusala yang pernah diperbuat dalam kehidupan Jampau, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Akusala-Janaka-K.amma memberi kemajuan dan bertahan lama.(6) Kusala yang pernah diperbuat dalam kehidupan sekarang ini, membantu kepada Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan berlahan lama.

Page 8: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

(7) Akusala yang pernah diperhuat dalam kehidupan sekarang ini, membanlu Nama-Rupa yang dilahirkan Kusala-Janaka-Kamma memherikan kemajuan dan bertahan lama.

iii.      Upapilaka Kamma: hukum yang menekan, mengolah, menyelaraskan satu akibat dari pada sebab. Upapilaka Kamma adalah Kamma yang menekan. yaitu:

a) Menekan Janaka-Kamma yang mempunyai keadaan bertentanganb) Menekan Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma.

iv. Upaghataka Kamma; Hukum yang meniadakan kekuatan dan akibat dari satu sebab yang telah terjadi dan sebaliknya menyuburkan berkembangnya Karma baru. Jadi Upaghataka Kamma adalah Kamma yang memotong Kamma lainnya dan hasil dari Kamma lainnya secara menyeluruh. Pemotongan dari Upaghataka Kamma ada 2 macam, yaitu:a) Upaghataka-Kamma memotong Janaka-Kamma supaya tidak ada waktu menimbulkan hasil/akihat untuk selamanya (Kammantara- Upaghataka)b) Upaghata-Kamma memotong Nama-Rupa yang dilahirkan Janaka-Kamma sampai rusak. (kammanibbatta-khandhasantana-Upaghataka)

III

Tilakkhana atau tiga corak umum adalah tiga keadaan yang mencengkeram segala sesuatu dalam semesta alam ini. Tidak ada suatu bentuk apapun yang bebas dari ketiga corak tersebut. Oleh karena itu, Tilakkhana merupakan corak yang universal.

Adapun ketiga corak umum itu terdiri dari:

1. Anicca-lakkhana: corak berubah-ubah.2. Dukkha-lakkhana: corak penderitaan 3. Anatta-lakkhana: corak tanpa aku.

 

1. Anicca-lakkhanaAnicca-lakkhana atau corak yang selalu berubah-ubah adalah corak yang khas dari keadaan Viparinama dan Annathabava. Viparinama berarti metafisika, yaitu suatu perubahan yang radikal di alam semesta, yang merupakan perubahan yang disebut dari bentuk yang ada ke keadaan yang tiada. Sedangkan Annathabava berarti perubahan yang mengikuti suatu keadaan sedikit demi sedikit.

2. Dukkha-lakkhanaDukkha-lakkhana adalah corak yang menjelaskan mengenai penderitaan, yang tidak menyenangkan, nyata, dan selalu ada dalam kehidupan sehari-hari di dunia ini. Kehidupan dari semua mahluk yang tampak maupun tak tampak, yang besar maupun kecil, sebenarnya merupakan dukkha yang nyata. Terdapat 12 macam dukkha, yaitu:

1. Jati-dukkha: penderitaan dari kelahiran.2. Jara-dukkha: penderitaan dari ketuaan.3. Byadhi-dukkha: penderitaan dari kesakitan.

Page 9: Hukum Secara Umum Dapat Dibagi Menjadi Dua

4. Marana-dukkha: penderitaan dari kematian.5. Soka-dukkha: penderitaan dari kesedihan.6. Parideva-dukkha: penderitaan dari ratap tangis.7. Kayika-dukkha: penderitaan dari jasmani.8. Domanassa-dukkha: penderitaan dari batin.9. Upayasa-dukkha: penderitaan dari putus asa.10. Appiyehisampayoga-dukkha: penderitaan karena berkumpul dengan

orangyang tidak disenangi atau dengan musuh.11. Piyehivippayoga-dukkha: penderitaan karena berpisah dengan sesuatu /

seseorang yang dicinta.12. Yampicchannaladhi-dukkha: penderitaan karena tidak tercapai apa yang

dicita-citakan.

3. Anatta-lakkhanaAnatta-lakkhana adalah corak yang menimbulkan pengertian bahwa bentuk-bentuk materi dan batin itu sebagai sesuatu yang "tanpa aku yang kekal".

Sang Buddha mengatakan bahwa apa yang kita anggap sebagai sesuatu yang abadi dalam diri kita adalah merupakan kombinasi dari kumpulan unsur fisik dan mental (pancakkhanda), yang terdiri dari jasmani (rupakkhanda), perasaan (vedanakkhanda), persepsi (sannakkhanda), pikiran (samkharakkhanda), dan kesadaran (vinnanakkhanda). Semua unsur ini bekerja bersama dalam sebuah perubahan secara terus menerus yang tidak pernah sama antara satu momen dengan momen lainnya.

Dalam Anatta-lakkhana Sutta, Sang Buddha bersabda, "Jasmani, o para Bhikkhu, bukanlah Sang Aku. Perasaan bukanlah Sang Aku. Persepsi bukanlah Sang Aku. Pikiran bukanlah Sang Aku. Demikian juga kesadaran. Dengan memahami hal tersebut, O para Bhikkhu, sang murid tidak lagi terikat pada jasmani, atau pada perasaan, atau pada persepsi, atau pada pikiran, atau pada kesadaran. Dengan tidak terikat pada semua unsur itu, ia menjadi terbebaskan dari hawa nafsu. Pengertian mengenai kekebasan berkembang dalam dirinya. Dan kemudian ia tahu bahwa apa yang telah ia lakukan adalah apa yang harus dilalukan, ia hidup dalam kehidupan suci, ia tidak lagi akan menjadi ini atau itu, dan alur kelahirannya telah terputuskan."