Upload
fachry-muhammad
View
266
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Makalah
Analisis Ateisme di Indonesia Berdasarkan
Sila Pertama Pancasila
Disusun untuk memenuhi tugas membuat makalah pelajaran
Bahasa Indonesia semester 5 tahun ajaran 2014/2015 yang di
bimbing oleh Bapak H. Ucu Jamaludin A., M. Pd.
Disusun oleh:
1. Abednego Julian Wicakson NIS 12131065
2. Dani Ari Sandi NIS 12131102
3. Muhamad Huda Prayoga NIS 12131043
KELAS XII ILMU PENGETAHUAN ALAM 7
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KARAWANG
2014
1
ABSTRAK ABSTRACT
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Dalam hal bermasyarakat manusia membutuhkan agama sebagai kebutuhan hidup. Agama selalu bisa menjadi panduan hidup dan ideologi bagi seseorang atau sekelompok orang. Dan sekarang, manusia juga tak lepas dari perubahan mendasar dari masyarakat yang dapat mengubah mereka menjadi seorang ateis. Ateisme adalah filosofi yang tidak percaya adanya Tuhan atau penolakan terhadap teisme. Menurut prinsip pertama dari Pancasila, setiap warga negara harus ber-Tuhan Yang Maha Esa. Warga Negara yang tidak percaya pada Tuhan (ateis), akan bermasalah dengan hukum. Indonesia hanya mengakui enam agama dan ateisme dilarang karena Atheis dianggap memiliki dampak negatif. Indonesia adalah negara Pancasila yang didasarkan pada prinsip Ketuhanan. Namun tidak mungkin jika semua orang di sebuah Negara harus memiliki pilihan tertentu dari agama-agama yang ada. Percaya akan keberadaan Tuhan tidak bisa dipaksa. Keberadaan Atheis di Indonesia sudah marak dan dikenal banyak orang. Banyak orang yang mengaku
Human is social creature who life in society. In terms of society human need religions as a necessity of life. Religions always can be guide of life and ideology for a person or group of people. And now, the human is also inseparable from the fundamental change of society that can transform them into an atheist. Atheism is a philosophy that does not believe in the existence of God or the rejection of theism. According to the first principle of Pancasila, every citizen must have a God Almighty. Citizen who do not believe in God (Atheist), will be problematic with the law. Indonesia recognizes only six religions and ateism is prohibited because Atheists considered to have a negative impact. Indonesia is a Pancasila country that is based on the principle of Godhead. However impossible if all the people in the country should have a particular choice of the existing religions. Believe in the existence of God can not be forced. The existence of Atheism in Indonesia was rife and known to many people. Many people who claim to have a religion but in fact they are atheists.
i
beragama tetapi sebenarnya mereka adalah ateis.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
MAKALAH
Analisis Ateisme di Indonesia Berdasarkan
Sila Pertama Pancasila
TIM PENYUSUN
1. Abednego Julian
Wicaksono
NIS
12131065 __________________
2. Dani Ari Sandi
NIS
12131102 __________________
3. Muhamad Huda
Prayoga
NIS
12131043 __________________
Karawang, Maret 2015
Mengetahui, Disahkan oleh,
WAKASEK KURIKULUM
Drs. H. Salim Munajat, M.Pd.NIP. 19710608 199402 1 002
GURU PEMBIMBING
H. Ucu Jamaludin A., M.Pd.NIP. 19650618 199802 1 001
Disetujui oleh,
KEPALA SMA NEGERI 1 KARAWANG
Drs. Padiana Oktaviana, ST. M.Pd.NIP. 19610601 198602 1 001
iii
iv
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“Analisis Ateisme di Indonesia Berdasarkan Sila Pertama
Pancasila”
Adapun maksud dilaksanakannya penyusunan makalah ini
tidak lain adalah untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang
ditugaskan kepada kami. Makalah ini disusun berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan
berita.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan
yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan, sehingga kendala-kendala
yang penulis hadapi teratasi.
Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada:
Bapak Padiana Oktaviana ST. M.Pd. selaku kepala SMA
Negeri 1 Karawang
Bapak H. Salim Munajat M.Pd. selaku wakil kepala
sekolah bagian kurikulum
Bapak H. Ucu Jamaludin S.Pd. selaku guru pembimbing,
serta
Teman-teman dan semua pihak yang sudah memberi
konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca untuk
memberikan masukan dan saran sehingga isi makalah ini dapat
lebih sempurna. Dan sebelumnya kami memohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada kesalahan cetak atau bahasa yang
kurang baku di dalam makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang
memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang.
Karawang, Maret 2015
v
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Abstrak.........................................................................................i
Lembar Pengesahan....................................................................ii
Kata Pengantar............................................................................iii
Daftar Isi......................................................................................iv
Bab 1 Pendahuluan......................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................2
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................2
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................3
1.5. Landasan Teori...................................................................3
1.5.1. Hasil analisis pihak Pemerintah terhadap
pertumbuhan Ateis di Indonesia berdasarkan sila
pertama Pancasila..............................................................3
1.5.2. Tindakan pihak Pemerintahan dalam menghilangkan
Ateis...................................................................................4
1.6. Sistematika Penelitian........................................................5
Bab 2 Tinjauan Pustaka................................................................7
2.1. Pengertian Ateis.................................................................7
2.2. Interpreetasi Sila Pertama Pancasila..................................9
2.3. Tumbuhnya Ateis di Indonesia...........................................10
2.4. Hukum di Indonesia Mengenai Ateisme.............................13
Bab 3 Metode Penelitian..............................................................18
3.1. Berita Utama......................................................................18
3.1.1. Sebab.................................................................................19
3.1.2. Akibat.................................................................................19
Bab 4 Penyelesaian......................................................................21
4.1. Penyelesaian......................................................................21
Bab 5 Penutup.............................................................................23
5.1. Kesimpulan........................................................................23
5.2. Saran..................................................................................24
Daftar Pustaka.............................................................................v
vii
Lampiran......................................................................................vi
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dengan cara
bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari adapun aturan-
aturan dalam bermasyarakat. Aturan-aturan itu tak lepas dari
norma-norma yang ada, seperti norma kesopanan, norma
kesusilaan, norma hukum, dan terutama norma agama. Dalam
hal ini masyarakat membutuhkan agama sebagai kebutuhan
hidup.
Agama selalu dapat menjadi pedoman hidup dan ideologi
bagi seseorang maupun sekelompok masyarakat. Tetapi
kemudian, masyarakat yang hidup itu senantiasa berubah dan
memperbarui diri dan ideologi, yang tentunya dengan
dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosial dan
akademiknya.
Dan kini, seseorang tak lepas pula dari perubahan
mendasar dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak kini
masyarakat yang merubah keyakinan agama dengan mengaku
2
sebagai Ateis. Mereka semakin percaya diri dengan kemampuan
mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup tanpa beragama,
tanpa aturan-aturan agama yang merepotkan mereka.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berniat untuk
mengadakan penelitian terhadap pengaruh pertumbuhan
Ateisme di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Dari gambaran latar belakang makalah ini maka diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil analisis pihak Pemerintah Indonesia
terhadap pertumbuhan Ateis di Indonesia berdasarkan
sila pertama Pancasila?
2. Bagaimana tindakan pihak Pemerintah Indonesia dalam
menghilangkan Ateis berdasarkan hasil analisis terbukti
adanya pertumbuhan Ateis di Indonesia bertolak
belakang dengan sila pertama Pancasila?
1.3. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang ada maka diperoleh tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan hasil analisis pihak Pemerintah
Indonesia terhadap pertumbuhan Ateis Indonesia
berdasarkan sila pertama Pancasila.
3
2. Untuk mendeskripsikan tindakan pihak Pemerintah
Indonesia dalam menghilangkan Ateis berdasarkan hasil
analisis terbukti adanya pertumbuhan Ateis di
Indonesia yang bertolak belakang dengan sila pertama
Pancasila.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi penulis dan pembaca; menambah wawasan
tentang ateisme di Indonesia, mengetahui hukum di
Indonesia mengenai Ateis, agar dapat mewaspadai
segala hal yang berhubungan dengan ateis, serta agar
tidak terjerumus kedalam Ateisme.
2. Bagi Pemerintah; agar dapat menghilangkan ateis, agar
dapat mencegah masyarakat yang akan terjerumus
kedalam Ateisme, serta dapat lebih mempertegas
hukum mengenai Ateisme.
1.5. Landasan Teori
1.5.1.Hasil Analisis Pihak Pemerintah Indonesia Terhadap
Petumbuhan Ateis Indonesia Berdasarkan Sila Pertama
Pancasila
4
Pemerintah menganalisis pertumbuhan ateis di Indonesia.
Ada data yang menjukan bahwa Atheis adalah tidak baik, bahkan
buruk karena tidak sesuai dengan interpretasi sila pertama
Pancasila. Atheis dipandang buruk disebabkan karena dalam
propaganda kaum Atheis ada suatu anggapan bahwa agama-
agama itu merupakan rintangan terbesar dalam penyebaran
ajaran-ajaran Atheisme. Disamping itu dalam penjajahan yang
dilakukan kaum Atheis mereka mengharapkan para jajahannya
menerima begitu saja propaganda-propaganda sesat yang
dilakukan oleh mereka. Contohnya, kaum Atheis memberikan
doktrin-doktrin palsu kepada penduduk jajahannya, seperti
“Alam semesta ini terjadi begitu saja, tanpa ada yang
menciptakan. Para pemimpin komunis itu orang-orang yang tidak
punya dosa. Oleh karena itu, mereka pantas untuk membuat
syariat dan Undang-undang yang lebih baik dari syariat dan
Undang-undang Tuhan semesta alam. Sudah waktunya bila
tempat-tempat ibadah itu dihancurkan dan kitab-kitab agama
dimusnahkan.”
Atheisme terbukti ada di Indonesia dengan salah satu
contoh adalah Alexander Aan yang mengaku sebagai seorang
Atheis.
1.5.2.Tindakan Pihak Pemerintah dalam Menghilangkan Ateis
5
Atheisme di Indonesia tidak dilarang oleh hukum,
setidaknya secara tersurat. Menurut prinsip-prinsip Pancasila,
Indonesia tetap menjadi negara yang berbasis agama. Oleh
sebab itu, Pancasila sebagai landasan ideologis Negara yang
pada sila pertama menyatakan bahwa Indonesia berlandaskan
pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain itu, dalam butir pertama
sila pertama Pancasila dinyatakan: Percaya dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Dengan kata lain, secara ideologi setiap warga negara
Indonesia diwajibkan untuk percaya dan takwa
kepada Tuhan dan memeluk suatu agama.
Meskipun seseorang tidak dikenakan sanksi atau hukuman
karena menjadi seorang Atheis, penyebar Atheisme di Indonesia
dapat dikenakan sanksi pidana, sesuai dengan Pasal 156a Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, yang menyebutkan: “Dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barangsiapa
dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau
melakukan perbuatan: a. Yang pada pokoknya bersifat
permusuhan, penyalah-gunaan atau penodaan terhadap suatu
agama yang dianut di Indonesia; b. Dengan maksud agar supaya
orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan ke-
Tuhanan Yang Maha Esa."
6
Untuk menghilangkan Ateisme, sejauh ini Pemerintah
hanya dapat memberikan hukuman penjara dan/atau denda
pada orang yang melakukan permusuhan terhadap agama yang
ada (Ateisme). Namun tindakan seperti itu masih kurang untuk
membuat jera para Ateisme.
1.6. Sistematika Penelitian
Bab 1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian
1.5. Landasan Teori
1.5.1.Hasil Analisis Pihak Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ateis di Indonesia Berdasarkan Sila
Pertama Pancasila
1.5.2.Tindakan pihak Pemerintah dalam menghilangkan
Ateis
1.6. Sistematika Penelitian
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Ateis
2.2. Interpretasi Sila Pertama Pancasila
2.3. Tumbuhnya Ateis di Indonesia
2.4. Hukum di Indonesia yang Mengenai Ateisme
7
Bab 3 Metode Penelitian
3.1. Berita Utama
3.2. Sebab
3.3. Akibat
Bab 4 Penyelesian
4.1. Penyelesaian
Bab 5 Penutup
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Ateis
Ateisme adalah sebuah pandangan filosofi yang tidak
mempercayai keberadaan Tuhan dan dewa–dewi, ataupun
penolakan terhadap theisme. Istilah Ateisme berasal dari bahasa
Yunani “atheos” yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk
pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan
agama atau kepercayaan yang sudah mapan di lingkungannya.
Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah
dan kritikan terhadap agama, istilah Ateis mulai di spesifikasi
untuk merujuk kepada mereka yang tidak percaya kepada
Tuhan. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia
mengaku sebagai Ateisme, manakala 11,9% mengaku sebagai
nontheis. Sekitar 65 % orang Jepang mengaku sebagai Ateisme,
agnostik, ataupun orang yang tidak beragama dan sekitar 48%
nya di Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa
berkisar antara 6% (Itali) sampai 85% (Swedia).Banyak Ateis
bersikap skeptis kepada keberadaan fenomena paranormal
8
karena kurangnya bukti empiris. Yang lain memberikan argumen
dengan dasar filosofis, sosial atau sejarah.
Pada zaman Yunani kuno, atheos berarti tak bertuhan. Kata
ini mulai merujuk pada penolakan tuhan yang disengajakan dan
aktif pada abad ke-5 SM, dengan definisi memutuskan hubungan
dengan tuhan atau dewa, atau menolak tuhan atau dewa.
Terjemahan modern pada teks-teks klasik kadang-kadang
menerjemahkan atheos sebagai Ateistik. Sebagai nomina
abstrak, terdapat pula atheotes yang berarti Ateisme.
Cicero mentransliterasi kata Yunani tersebut ke dalam
bahasa latin atheos. Istilah ini sering digunakan pada perdebatan
antara umat kristen awal dengan para pengikut agama Yunani
kuno (Helenis), yang mana masing-masing pihak menyebut satu
sama lainnya sebagai Ateis secara peyoratif.
Ateisme pertama kali digunakan untuk merujuk pada
kepercayaan tersendiri pada akhir abad ke-18 di Erapa,
utamanya merujuk pada ketidakpercayaan pada Tuhan
monoteis. Pada abad ke-20 globalisasi memperluas definisi
istilah ini untuk merujuk pada ketidakpercayaan pada semua
tuhan atau dewa, walaupun masih umum untuk merujuk Ateisme
sebagai ketidakpercayaan kepada tuhan monoteis. Akhir – akhir
ini, terdapat suatu desakan di dalam kelompok filosofi tertentu
untuk mendefinisikan ulang Ateisme sebagai ketiadaan
kepercayaan pada dewa dewi, daripada Ateisme sebagai
9
kepercayaan itu sendiri. Definisi ini sangat populer di antara
komunitas Ateis walaupun penggunaannya masih sangat
terbatas.
2.2. Interpretasi Sila Pertama Pancasila
Sila berarti prinsip atau asas. Dan jika kita letakkan sila
“ke-Tuhan-an Yang Maha Esa’’ ke dalam diri bangsa Indonesia,
maka adalah bangsa Indonesia berjati diri, bersaripati, dan
mengandung nilai ke-Tuhan-an, bangsa Indonesia adalah bangsa
berprinsip ke-Tuhan-an. Nilai-nilai religi terpaut erat dalam
pribadi bangsa. Setiap warga Negara harus berhasil
menginterpretasi dan menginternalisasi nilai luhur asas itu. Dan
kemudian dalam setiap segi kehidupannya, bangsa Indonesia
haruslah secara praktis berciri nilai-nilai religi. Dan menurut
instruksi Pancasila tersebut, setiap warga Negara wajib ber-
Tuhan Yang Esa. Warga Negara yang tidak mempercayai Tuhan
(Ateis), akan bermasalah secara hukum. Dan apakah bentuk-
bentuk ini kemudian merupakan pelanggaran terhadap hak asasi
dalam memiliki “keyakinan”?
Dalam sila pertama terkandung nilai-nilai keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing, saling menghormati pemeluk agama dan/atau
kepercayaan lain, saling menghormati ritual dan ibadah agama
yang berbeda dan saling menjaga ketertiban, dan terkandung
10
nilai kebebasan memeluk agama dan/atau kepercayaan masing-
masing.
Bawasanya sila pertama menjelaskan kepada dunia
mengenai ciri jiwa bangsa Indonesia. Bahwa setiap warga Negara
mempunyai kewajiban dari Negara membawa nilai-nilai luhur
religius.
2.3. Tumbuhnya Ateis di Indonesia
Jumlah penduduk Bumi dewasa ini sekitar 6,5 milyar
manusia. Menurut Survey Encyclopedia Britanica tahun 2005,
hampir 12 persen di antranya adalah orang yang tidak
beragama. Dan 2,3 persennya lagi Ateis alias tidak ber-Tuhan.
Saat ini, Ateisme tidak hanya berkembang di luar negeri.
Banyak anak muda terdidik Indonesia mulai “terjangkiti”
pemikiran Ateis. Ateisme di Indonesia tumbuh mulai dari
kalangan muda yang pada dasarnya minat mempelajari apapun,
termasuk aliran-aliran pemikiran tertentu sangat tinggi, tidak
hanya mereka yang sedang kuliah di luar negeri, di kampus
dalam negeri bahkan kampus-kampus berlatar belakang agama
Islam misalnya, mulai muncul orang Ateis. Banyak kelompok-
kelompok kajian yang mereka bentuk di dunia maya. Karena di
dunia maya mereka lebih merasa bebas untuk mengutarakan
pemkiran Ateisme-nya, mereka dapat berdiskusi dan bertukar
pikiran dengan bebas tanpa rasa takut.
11
Di dunia maya para Ateis dapat memakai identitas palsu,
sehingga mereka merasa bebas beradu argumenasi “melawan”
agama dan tanpa perlu takut terhadap ancaman diskriminasi dan
kekerasan fisik. Karena apabila di dunia nyata mereka diketahui
identitasnya dapat mengancam hubungan sosialnya, misalnya
mereka dapat dijauhi oleh teman-temannya, ditinggalkan oleh
keluarganya, atau bahkan mendapat cemoohan sampai bisa jadi
mendapat kekerasan fisik. Hal ini karena memang di Indonesia,
nilai religious masih begitu kuat menyelimuti segala aspek
budaya, mulai dari yang bersifat pribadi sampai pada kehidupan
ekonomi, politik, dan sosial, yang di dalam segala aspek tersebut
termuat nilai-nilai religious. Sehingga orang Ateis di Indonesia
adalah minoritas. Berbeda dengan yang ada di Barat misalnya,
yang keberadaan orang-orang Ateis di sana merupakan hal yang
lumrah dan merupakan bagian dari HAM yang dihormati dan
setiap individu diberi kebebasan berkeyakinan.
Kemudian apa yang sebenarnya menjadi indikator
penyebab tumbuh dan berkembangnya pemikiran Ateis di
Indonesia? Dewasa ini, teknologi telah memfasilitasi manusia
dengan luar biasa, segala aspek kehidupan dapat dipermudah
dengan bantuan teknologi. Teknologi informasi adalah salah satu
prestasi manusia dalam bidang teknologi.
Kebebasan berekspresi, mengungkapkan ide, pendapat, dan
gagasan kini begitu terjamin di dunia maya. Setiap individu
12
mempunyai kesempatan melihat, menunjukan, dan mengkritisi
setiap kejadian yang baru terjadi. Apalagi kondisi politik dan
ekonomi, setiap orang di setiap ruang dunia maya bebas
mengungkapkan argumen kritis terhadapnya. Masalah korupsi,
yang kini kian menjadi topik yang menarik.
Kondisi Negara saat ini saya kira bisa jadi salah satu faktor
tumbuhnya Ateisme di Indonesia. Bobroknya system
Pemerintahan yang didasarkan pada nilai agama membuat
sebagian masyarakat indonesia mempertanyakan kembali peran
agama dalam mempengaruhi baiknya tingkatan individu,
kemudian masyarakat perlahan skeptic terhadap keberhasilan
agama membentuk karakter bangsa yang bermoral. Beberapa
waktu lalu deras berita tentang institusi Negara berdasarkan nilai
agama terlilt korupsi. Kondisi ini semakin membuat kaum Ateis
Indonesia bersemangat mengkritisi posisi agama dalam
kehidupan dan berusaha menunjukan dirinya dengan membawa
nilai-nilai Ateis. Ateis di Indonesia kini mengajak masyarakat
untuk melihat kembali penting dan tidaknya agama dalam
membentuk Negara yang ideal. Kegagalan moralitas agama
dalam menciptakan suasana yang kondusif Negara menjadi
dasar argumen Ateis untuk mengajak masyarakat Indonesia
mencoba formulasi baru tatatnan sosial-politik, yaitu tatanan
yang berdasarkan nilai-nilai sekuler dan materialis.
13
Kemudian yang sekarang kita rasakan adalah tidak adanya
batas wilayah penyebaran pemikiran. Segala konsep pemikiran
dan ideology bebas menyebar kemana-mana, ke setiap pojok
Negara. Pemikiran Negara lain dengan mudah masuk dalam
setiap lingkungan akademis mahasiswa, yang kemudian
mahasiswa bebas mempelajari pemikiran bercorak secular,
materialis, dan liberal ala Barat, yang merupakan cikal bakal
lahirnya pemikiran Ateis.
Kondisi ini memunculkan banyak diskusi membahas sila
pertama Pancasila. Contohnya diskusi yang terjadi di website-nya
Ateis di Indonesia, yaitu ABAM (Anda Bertanya Ateis Menjawab):
”Tidak ada satu sila pun dalam Pancasila yang melarang seorang
warga negara Indonesia untuk menjadi Ateis, bahkan sila
pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa.” Butir 7 sila pertama
Pancasila sebagai salah satu tafsir berbunyi “Tidak memaksakan
suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.” Butir ini justru melarang memaksakan
agama dan kepercayaannya kepada siapa saja, artinya, juga
kepada Ateis. Ini berarti bahwa Ateis tidak boleh dipaksa,
diharuskan, atau diwajibkan bertuhan atau beragama.”
Ateis Indonesia menmpertanyakan tafsir Sila Pertama
Pancasila yang berbunyi “ketuhanan”, dalam diskusi tersebut
mereka menyebutkan bahwa sila pertama Pancasila bukan
memberi arti bahwa warga Negara Indonesia harus beragam.
14
Ateis di Indonesia beberapa kali mengulang kalimat bahwa tidak
ada undang-undang atau peraturan yang melarang warga
Negara Indonesia menjadi Ateis.
2.4. Hukum di Indonesia Mengenai Ateisme
Undang-undang Pencegahan Penodaan Agama
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan kepada
masyarakat dalam rangka menjaga ketenteraman dan
keharmonisan hubungan antar dan intra umat beragama.
“Undang-Undang Pencegahan Penodaan Agama bukan
dimaksudkan untuk mengekang kebebasan beragama,
melainkan untuk memberikan rambu-rambu tentang
pencegahan, penyalahgunaan, dan atau penodaan agama.”
Pernyataan disampaikan oleh Prof. Dr. Abdul Djamil, MA, Dirjen
Bimas Islam Kementerian Agama, saat menyampaikan
keterangan Pemerintah dalam sidang di Mahkamah Konstitusi,
Selasa (18/12/2012).
Sidang Nomor 84/PUU-X/2012 dengan pokok perkara
pengujian Pasal 156a Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 1/PNPS Tahun
1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama, ini diajukan oleh Tajul Muluk alias H. Ali Murtadha,
Hassan Alaydrus, Ahmad Hidayat, Umar Shahab, dan Sebastian
Joe. Pasal 156a KUHP menyatakan, “Dipidana dengan pidana
15
penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan
sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan
perbuatan: a. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan,
penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang
dianut di Indonesia; b. Dengan maksud agar supaya orang tidak
menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan
Yang Maha Esa.”. Pasal 4 Undang-undang Pencegahan Penodaan
Agama menyatakan: “Pada Kitab Undang-undang Hukum Pidana
diadakan pasal baru yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 156a:
“Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun
barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan: a. Yang pada pokoknya
bersifat permusuhan, penyalah-gunaan atau penodaan terhadap
suatu agama yang dianut di Indonesia; b. Dengan maksud agar
supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang
bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.””
Abdul Djamil melanjutkan, “Pemerintah menghawatirkan
jika permohonan Tajul Muluk alias H. Ali Murtadha, Hassan
Alaydrus, Ahmad Hidayat, Umar Shahab, dan Sebastian Joe
dikabulkan, karena menurut Pemerintah justru dapat
menimbulkan kekacauan dan kekosongan hukum. Sehingga
dapat menimbulkan kecemasan, ketegangan, ketidakharmonisan
yang mengarah pada konflik horizontal antar umat beragama,
bahkan dapat menimbulkan bibit-bibit disintegrasi bangsa.”
16
Terkait ketentuan Pasal 4 Undang-undang Pencegahan
Penodaan Agama, Pemerintah menyatakan sependapat dengan
Dr. Mudzakir yang termuat dalam pertimbangan Mahkamah
dalam Putusan Nomor 140/PUU-VII/2009 menyatakan bahwa
ketentuan Pasal 4 Undang-undang Pencegahan Penodaan Agama
adalah bentuk amandemen KUHP, yakni menambah Pasal 156a.
Norma hukum pidana dalam Pasal 156a pada huruf a adalah
norma hukum yang menentukan sanksi bagi perbuatan jahat,
yang karena sifat jahatnya melekat pada perbuatan yang
dilarang. Sedangkan sifat kriminalnya muncul karena memang
perbuatan itu adalah jahat. Adapun sifat jahatnya itu adalah
permusuhan, penyalahgunaan, dan/atau penodaan terhadap
agama.
Pemerintah menanggapi dalil Para Pemohon yang
menyatakan frasa “di muka umum” sangatlah bersifat subjektif
dan tidak dapat diukur. Menurut Pemerintah, unsur “di muka
umum” pada Pasal 156a KUHP banyak termuat dalam Pasal-
Pasal lain dalam KUHP, diantaranya Pasal 156 KUHP, Pasal 157
ayat (1) KUHP, Pasal 160 KUHP. Pemerintah mengutip R. Susilo
dalam bukunya “Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta
Komentar-Komentarnya,” yang dimaksud “di muka umum”
adalah perbuatan yang dilkukan di tempat yang dapat dilihat dan
dikunjungi oleh banyak orang atau di tempat umum (halaman
132); tempat yang didatangi publik atau di mana publik dapat
17
mendengar (halaman 136); di tempat umum dan ada orang
banyak atau khalayak ramai (halaman 138); di tempat publik
dapat melihatnya (halaman 146).
“Berdasarkan batasan-batasan tersebut di atas, maka
menurut Pemerintah pengertian di muka umum dalam Pasal
156A KUHP juncto Pasal 4 Undang-undang Pencegahan
Penodaan Agama adalah jelas dan tidak bersifat multitafsir,”
papar Abdul Djamil.
Kemudian Pemerintah menanggapi dalil Para Pemohon
yang menyatakan unsur mengeluarkan perasaan atau
melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan atau
penyalahgunaan dan/atau penodaan terhadap suatu agama yang
dianggap bersifat multitafsir dan tidak jelas tolak ukurnya.
Pemerintah dalam hal ini menjelaskan, unsur mengeluarkan
perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan
terhadap suatu agama dapat dipahami sebagai menyatakan atau
menunjukan dengan perbuatan yang dapat dinilai sebagai
memusuhi, membenci, menghina, atau merendahkan, yang
dapat memicu pertikaian, pertengkaran, perkelahian, keributan,
bahkan pertempuran antar kelompok umat beragama.
Penafsiran terhadap suatu ajaran agama yang dilakukan
oleh orang atau sekelompok orang yang tidak memiliki kapasitas
keilmuan dapat menghasilkan penafsiran yang menyimpang dan
dapat menimbulkan permusuhan, penyalahgunaan, atau
18
penodaan terhadap suatu agama. “Karena itu, negara tidak
dapat membiarkan keadaan tersebut, karena dapat mengganggu
keamanan dan ketertiban di dalam masyarakat,” tandas Abdul
Djamil. (Nur Rosihin Ana/mh)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Berita Utama
Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) Indonesia dijebloskan
ke penjara karena ia menulis di facebook bahwa “God does not
exist”. Ia bisa dijatuhi hukuman penjara lima tahun. Alexander
Aan (31 tahun) ditangkap polisi Jumat lalu menyusul kegemparan
di Sumatra Barat gara-gara berita yang dimuat di facebook
tersebut. Di perjalanan menuju kantornya Alexander diserang
masa yang marah-marah.
Indonesia, negara yang berpenduduk mayoritas muslim itu,
hanya mengakui enam agama dan ateisme dilarang. Sang PNS
ditahan karena ia menggunakan jejaring sosial untuk
menyebarkan keyakinan ilegal, selain dituduh melakukan
pelecehan agama, Alexander juga dituduh menyulut keresahan
di kalangan warga. Jumat lalu jumlah fans halaman facebook
“Ateis Minang” milik Alexander Aan mencapai 1293.
Di kartu tanda penduduk Alexander terulis Islam sebagai
agama. Di dokumen resmi, agama harus ditulis. Pilihannya terdiri
20
dari enam agama yaitu Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu
dan Konghucu. Warga yang mencantumkan agama lain, tidak
bisa menjadi PNS.
Orang Indonesia tampaknya semakin banyak yang ateis,
terutama yang tinggal di luar negeri. Malah sudah ada semacam
gerakan dan pengikutnya bertambah banyak. Mereka
menginginkan agar Indonesia sebaiknya menjadi negara sekuler
saja. “Banyak orang support terhadap grup kami dan banyak
yang mendukung pula agar Indonesia lebih ke arah sekuler”
demikian ditegaskan Karl Karnadi dari kelompok Indonesia Ateist.
3.1.1.........................................................................Seb
ab
Ateis tidak dapat diterima di indonesia dan ini bukan hanya
tentang Ateis tapi juga tentang menghina agama secara
langsung maupun tidak langsung. Seandainya yang Ateis diam
saja, ya tidak masalah tapi kenyataannya mereka dengan
sengaja ingin menunjukkan diri dengan menghina agama lain.
Poinnya adalah ketika masyarakat merasa agamanya dihina
maka tentu akan menjadi masalah bagi kaum Ateis.
3.1.2.........................................................................Aki
bat
21
Yang berbahaya mengenai komunitas mereka bukan
masalah kebobrokan moral mereka. Setiap masalah kasus
pelecehan seksual, drug addiction dan depresi yang mereka
alami justru adalah amunisi terbaik kita umat beragama untuk
menghakimi dan melakukan pembenaran. Namun yang
berbahaya adalah karena dalam realita, mereka bisa bersaing
dengan orang beragama. Mereka bisa mempunyai keluarga yang
harmonis. Mereka bisa hidup sukses dan diberkati. Setiap berita
baik mengenai mereka adalah pengikis fondasi pandangan religi
bahwa ternyata orang yang tak ber-Tuhan pun hidupnya bahkan
lebih baik ketimbang mereka yang beragama. Ketika kita berpikir
orang yang tidak percaya adanya surga, akan menjalankan hidup
semaunya, ada saja orang yang justru dapat mengapresiasi
hidup mereka lebih maksimal dari mereka yang percaya adanya
surga.
BAB 4
PENYELESAIAN
4.1. Penyelesaian
Memang Indonesia adalah negara Pancasila yang
berasaskan Ketuhanan. Namun mustahil jika semua rakyat
dalam negara ini harus memiliki satu pilihan tertentu dari
agama-agama yang ada. Mengimani adanya Tuhan tidak bisa
dipaksakan, apalagi dengan menghukum mereka yang terang-
terangan tidak percaya. Secara hukum Indonesia, Ateis itu salah
namun jika berkaitan dengan hati seseorang, tak ada yang bisa
memaksakan, juga tidak hukum. Beragama tak menjamin
seseorang lebih baik, karena saat ini makin banyak orang yang
beragama hanya karena 'status' dan 'KTP' saja. Dalamnya laut
dapat diukur, hati manusia siapa yang tahu?
Menulis di Facebook hanya ungkapan perasaan saja. Saat
orang sedang frustasi kadang timbul ekspresi seperti itu. Bila hal
ini dianggap sebagai tindak pidana maka perlu ditinjau kembali
karena hal yang terkait kepercayaan, keyakinan, iman tidak
untuk diadili oleh sesama manusia. Keyakinan berhubungan
23
dengan hati, rasa, dan jiwa. Terkait hal ini mungkin lebih tepat
jika tidak diproses secara pidana tapi melalui pendekatan
personal psikologis untuk didalami atau diluruskan.
Pada dasarnya Indonesia adalah negara hukum yang akan
menghukum warga negaranya yang terbukti melakukan
kesalahan. Pengadilan Negeri Muaro, Kabupaten Sijunjung,
Sumatra Barat menjatuhkan vonis terhadap Alexander Aan, yaitu
hukuman penjara 2 tahun 6 bulan dan denda sebesar seratus
juta rupiah.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dengan keberadaan Ateis di Indonesia, lebih banyak ke
dampak negatif nya salah satunya yaitu mereka (orang Ateis di
indonesia) berusaha unjuk gigi atau seolah menunjukan dirinya
sebagai Ateis contohnya dalam kasus Alexander Aan di atas,
sebenarnya masalah keimanan dan kepercayaan adalah hak
asasi manusia tetapi dalam kasus alexander disini ia
menyebutkan “Tuhan tidak ada” dalam jejaring sosialnya, itu
membuat umat beragama lain resah dan akhirnya alexander
ditahan oleh kepolisian setempat.
Kasus Alexander ini adalah sebagian kecil dari peristiwa
Ateisme di Indonesia, sebenarnya keberadaan Ateis di Indonesia
sudah marak dan diketahui banyak orang. Bahkan warga negara
Indonesia yang dalam kolom KTPnya beragama bisa jadi dia
seorang Ateis. Selain kasus Alexander Aan masih banyak lagi
kasus Ateisme yang belum terungkap di Indonesia.
25
5.2. Saran
Sebaiknya Pemerintah Indonesia memperbaiki hukum
keagamaan yang berlaku di Indonesia agar lebih jelas dan tegas
menanggapi kasus tentang keagamaan di Indonesia seperti
Ateisme .
Sebaiknya Ateis di Indonesia ditiadakan karena bisa
merusak kerukunan antar agama yang ada di Indonesia, Ateis di
Indonesia termasuk minoritas sehingga mereka akan melakukan
segala cara agar mereka diakui walaupun dengan cara yang
salah dan tidak sesuai norma yang berlaku. Dengan
dihilangkannya Ateis makan tidak ada lagi keresahan umat
beragama terhadap Ateisme.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Zainal Arifin.1984. Perkembangan Pikiran Terhadap
Agama. Jakarta: Pustaka Al Husna
Alamuddin, Muhammad.2002. Manisnya Iman. Jakarta: Pustaka
Azzam
________. 2011. Makalah Filsafat Atheisme. (Online). Tersedia:
http://blogzainjuliapasa.blogspot.com/2011/04/makalah-
filsafat-atheisme.html [28 September 2014]
________. 2010. Atheisme. (Online). Tersedia:
http://kajianislam.wordpress.com/2010/09/27/atheisme/
[28 September 2014]
________. 2011. Mengakui Atheis di Facebook Seorang Pria di
Sumatra dipenjara. (Online). Tersedia:
http://www.voaindonesia.com/content/mengakui-atheis-di-
facebook-seorang-pria-di-sumatera-dipenjara/
1211772.html [10 September 2014]
________. 2012. Atheisme Bolehkah Hidup di Indonesia? (Online).
Tersedia:
http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/12/atheisme-
bolehkah-hidup-di-indonesia-476418.html [10 September
2014]
________. 2011. Tokoh Atheis AS Tantang Islam Buktikan Allah.
(Online). Tersedia: http://www.suaramedia.com/dunia-
v
islam/2011/05/18/tokoh-atheis-as-tantang-islam-buktikan-
allah [10 September 2014]
LAMPIRAN
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
1. Nama : Abednego Julian Wicaksono
Tempat, Tanggal Lahir : Sleman, 30 Juli 1997
Domisili : Karawang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri Nagasari 1 Karawang Barat
SMP Negeri 1 Karawang Barat
SMA Negeri 1 Karawang
2. Nama : Dani Ari Sandi
Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 3 Maret 1997
Domisili : Karawang
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri Nagasari 6 Karawang Barat
SMP Negeri 1 Karawang Barat
SMA Negeri 1 Karawang
3. Nama : Muhamad Huda Prayoga
Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 09 April 1997
Domisili : Cikampek
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri Dawuan Tengah 5
SMP Pupuk Kujang
SMA Negeri 1 Karawang