24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Thaharah Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah SWT. Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak di tentukan tata cara dan bersifat umum. Pada pembahasan tentang ibadah khususnya shalat – thaharah menempati posisi yang sangat penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat mutlak sah dan tidaknya shalat yang dilaksanakan oleh seorang muslim. Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran baik yang bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti aib. Adapun secara syar’I thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi kotoran berupa hadast atau najis dengan menggunakan air dan sebagainya sedangkan untuk mengangkat najis harus dengan tanah. 2. Shalat Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti do’a. secara terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan, yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan. 3. Puasa Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut syariat ialah menahan dengan niat ibadah dari

Hubungan tahara dengan shalat 2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan tahara dengan shalat 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

1. Thaharah

Setiap sendi kehidupan yang dijalani manusia mempunyai muatan ibadah di sisi Allah SWT.

Di dalam terminologi fiqih. Ibadah di bedakan menjadi dua macam yaitu ibadah mahdhah

dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah yang mempunyai tata cara tertentu dan

aturan-aturan yang tertentu pula. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang tidak

di tentukan tata cara dan bersifat umum.

Pada pembahasan tentang ibadah khususnya shalat – thaharah menempati posisi yang sangat

penting dalam pelaksanaannya karena thaharah adalah syarat mutlak sah dan tidaknya shalat

yang dilaksanakan oleh seorang muslim.

Thaharah secara bahasa berarti nazhafah (kebersihan) atau bersih dari kotoran baik yang

bersifat nyata seperti najis maupun yang bersifat maknawiyah seperti aib.

Adapun secara syar’I thaharah adalah menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi

kotoran berupa hadast atau najis dengan menggunakan air dan sebagainya sedangkan untuk

mengangkat najis harus dengan tanah.

2. Shalat

Shalat secara etimologi kata shalat berasal dari bahasa arab yang berarti do’a. secara

terminologi shalat adalah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan, yang dimulai

dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun-rukun yang telah

ditetapkan.

3. Puasa

Menurut bahasa puasa berarti imsak atau menahan, sedangkan puasa menurut syariat ialah

menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri dan semua hal-

hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenam matahari.

B. Rumusan Masalah

1. Thaharah

Menurut tradisi kitab-kitab fiqih pembahasan thaharah selalu ditempatkan pada poin yang

pertama karena thaharah termasuk ibadah pokok yang diwajibkan sebagaimana halnya

ibadah-ibadah pokok lainnya seperti shalat, puasa dan zakat.

Di antara bersuci yang diperintahkan ialah wudhu, mandi dan membersihkan najis dari badan

dan pakaian dan semua itu inti dari bersuci.

2. Shalat

Shalat dalam agama islam merupakan ibadah yang paling utama karena demikian utamanya,

maka shalat menjadi pembeda antara orang yang beriman dengan yang tidak beriman.

Page 2: Hubungan tahara dengan shalat 2

Rasulullah SAW menyatakan dalam hadistnya : barangsiapa yang meninggalkan shalat

fardhu dengan sengaja, maka ia telah kafir yang nyata (H.R Tabrani)

Kemudian Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat merupakan tiang agama.

3. Puasa

Puasa di bulan Ramadhan adalah rukun Islam yang keempat. Hukumnya fardu ain atas setiap

muslim yang sudah baligh. Puasa diisyaratkan pada tahun kedua Hijriah sesudah turunnya

perintah shalat dan zakat.

Puasa sudah bermula sejak awal manusia diciptakan di tandai dengan peristiwa pelarangan

Allah SWT kepada nenek kita Adam dan Hawa pada saat memakan buah khuldi di surga.

Page 3: Hubungan tahara dengan shalat 2

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN IBADAH

Secara etimologi, kata ibadah berasal dari bahasa Arab, dari kata abdun   artinya hamba (abdi),

ibadah artinya pengabdian. Jadi, ibadah dimaksudkan sebagai sarana pengabdian atau

penyembahan kepada Allah.

Secara termonologi, pengertian ibadah banyak ragamnya sesuai dengan sudut pandang

masing-masing ulama, antara lain sebagai berikut :

A. Pengertian umum ibadah ialah : sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan

melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya

B. Menurut - ulama Tauhid, ibadah ialah : mengesakan Allah, membesarkan-Nya dengan

sepenuh-penuhnya, serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya.

Ulama tauhid menyamakan ibadah dengan Tauhid, sesuai dengan Q.S. al-Nisa (4) : 36.

C. Menurut ulama tasawwuf, ibadah ialah : perbuatan seorang mukallaf yang berlawanan

dengan kehendak hawa nafsunya dalam rangka mengagungkan Tuhannya. Menurut

ulama tasawwuf, ibadah itu mempunyai tiga bentuk, yaitu :

Mengharapkan pahala dan terhindar dari siksa-Nya.

Karena memandang bahwa Allah berhak untuk di sembah tanpa memperdulikan

apakah yang akan diperoleh daripada-Nya.

Karena Allah sangat dicintainya, sehingga senantiasa berusaha untuk dekat dengan-

Nya.

Menurut ulama - fiqhi, ibadah ialah : segala yang dikerjakan untuk memperoleh ridha

Allah dan mengharapkan pahala di akhirat.

Menurut ulama akhlak, ibadah ialah : melaksanakan dengan ketaatan badaniya, dan

menyelenggarakan segala ketentuan syariat.

2. HUBUNGAN THAHARAH, SHALAT, DAN PUASA

1. Faedah Thaharah

Thaharah artinya bersuci. Thaharah menurut syara' ialah suci dari hadats dan najis.

Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudhu, mandi dan tayammum. .

Suci dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.

A. Macam-macam Air

Air yang dapat dipakai bersuci ialah air yang bersih (suci dan mensucikan) yaitu air yang

turun dari langit atau keluar dari bumi yang belum dipakai untuk bersuci.

B. Pembagian Air

Ditinjau dari segi hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian :

Page 4: Hubungan tahara dengan shalat 2

1. Air suci dan mensucikan, yaitu air mutlak artinya air yang masih murni, dapat digunakan

untuk bersuci dengan tidak makruh, (air mutlak artinya air yang sewajarnya.

2. Air suci dan dapat mensucikan, tetapi rnakruh digunakan, yaitu air musyammas (air yang

dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan emas.

3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti: Air musta'mal (telah digunakan untuk

bersuci) menghilangkan hadats. Atau menghilangkan najis walaupun tidak berubah

rupanya, rasanya dan baunya

4. Air mutanajis yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang jumlahnya kurang dari

dua kullah, maka air yang semacam ini tidak suci dan tidak dapat mensucikan. Jika lebih

dari dua kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.

2. Faedah Shalat

1. Definisi & Pengertian Sholat Fardhu / Wajib Lima Waktu

Menurut bahasa shalat artinya adalah berdoa, sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu

perbuatan serta perkataan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai

dengan persyaratan yang ada.

2. Hukum, Tujuan dan Syarat Solat Wajib Fardhu 'Ain

Hukum sholat fardhu lima kali sehari adalah wajib bagi semua orang yang telah dewasa atau

akil baligh serta normal tidak gila. Tujuan shalat adalah untuk mencegah perbuatan keji dan

munkar.

Untuk melakukan shalat ada syarat-syarat yang harus dipenuhi dulu, yaitu :

1. Beragama Islam

2. Memiliki akal yang waras alias tidak gila atau autis

3. Berusia cukup dewasa

4. Telah sampai dakwah islam kepadanya

5. Bersih dan suci dari najis, haid, nifas, dan lain sebagainya

6. Sadar atau tidak sedang tidur

Syarat sah pelaksanaan sholat adalah sebagai berikut ini :

1. Masuk waktu sholat

2. Menghadap ke kiblat

3. Suci dari najis baik hadas kecil maupun besar

4. Menutup aurat

3. Rukun Shalat

Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :

1. Niat

2. Posisis berdiri bagi yang mampu

3. Takbiratul ihram

Page 5: Hubungan tahara dengan shalat 2

4. Membaca surat al-fatihah

5. Ruku / rukuk yang tumakninah

6. I'tidal yang tuma'ninah

7. Sujud yang tumaninah

8. Duduk di antara dua sujud yang tuma'ninah

9. Sujud kedua yang tuma'ninah

10. Tasyahud

11. Membaca salawat Nabi Muhammad SAW

12. Salam ke kanan lalu ke kiri

4. Yang Membatalkan Aktivitas Sholat Kita

Dalam melaksanakan ibadah shalat, sebaiknya kita memperhatikan hal-hal yang mampu

membatalkan shalat kita, contohnya seperti :

1. Menjadi hadas / najis baik pada tubuh, pakaian maupun lokasi

2. Berkata-kata kotor

3. Melakukan banyak gerakan di luar sholat bukan darurat

4. Gerakan sholat tidak sesuai rukun shalat dan gerakan yang tidak tuma'ninah.

3. Faedah Puasa

Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk

aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa

nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari / fajar / subuh

hingga matahari terbenam / maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.

Puasa mempunyai banyak faedah bagi rohani dan jasmani kita, antara lain:

1. Puasa adalah ketundukan, kepatuhan, dan keta'atan kepada Allah swt., maka tiada balasan

bagi orang yang mengerjakannya kecuali pahala yang melimpah-ruah dan baginya hak

masuk surga melalui pintu khusus bernama 'Ar-Rayyan'. Orang yang berpuasa juga

dijauhkan dari azab pedih serta dihapuskan seluruh dosa-dosa yang terdahulu. Patuh

kepada Allah Swt berarti meyakini dimudahkan dari segala urusannya karena dengan

puasa secara tidak langsung kita dituntun untuk bertakwa, yaitu mengerjakan segala

perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebagaimana yang terdapat pada surat Al-

Baqarah: 183, yang berbunyi ; "Hai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kamu

untuk berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu, supaya kamu bertakwa".

2. Berpuasa juga merupakan sarana untuk melatih diri dalam berbagai masalah seperti jihad

nafsi, melawan gangguan setan, bersabar atas malapetaka yang menimpa. Bila mencium

aroma masakan yang mengundang nafsu atau melihat air segar yang menggiurkan kita

harus menahan diri sampai waktu berbuka. Kita juga diajarkan untuk memegang teguh

amanah Allah swt, lahir dan batin, karena tiada seorangpun yang sanggup mengawasi kita

kecuali Ilahi Rabbi. 

Adapun puasa melatih menahan dari berbagai gemerlapnya surga duniawi, mengajarkan

Page 6: Hubungan tahara dengan shalat 2

sifat sabar dalam menghadapi segalaa sesuatu, mengarahkan cara berfikir sehat serta

menajamkan pikiran (cerdas) karena secara otomatis mengistirahatkan roda perjalanan

anggota tubuh. Lukman berwasiat kepada anaknya :"Wahai anakku, apabila lambung

penuh, otak akan diam maka seluruh anggota badan akan malas beribadah".

3. Dengan puasa kita diajarkan untuk hidup teratur, karena menuntun kapan waktu buat

menentukan waktu menghidangkan sahur dan berbuka. Bahwa berpuasa hanya dirasakan

oleh umat Islam dari munculnya warna kemerah-merahan di ufuk timur hingga lenyapnya

di sebelah barat. Seluruh umat muslim sahur dan berbuka pada waktu yang telah

ditentukan karena agama dan Tuhan yang satu.

4. Begitupun juga menumbuhkan bagi setiap individu rasa persaudaraan serta menimbulkan

perasaan untuk saling menolong antar sesama. Saling membahu dalam menghadapi rasa

lapar, dahaga dan sakit. Disamping itu mengistirahatkan lambung agar terlepas dari

bahaya penyakit menular misalnya. Rasulullah Saw bersabda, "Berpuasalah kamu supaya

sehat". Seorang tabib Arab yang terkenal pada zamannya yaitu Harist bin Kaldah

mengatakan bahwa lambung merupakan sumber timbulnya penyakit dan sumber obat

penyembuh".

Hari-hari yang dilarang untuk puasa, yaitu :

saat lebaran idul fitri 1 syawal dan idul adha 10 dzulhijjah

Hari tasyriq : 11, 12, dan 13 zulhijjah

Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu,

sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan

juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.

Orang yang diperbolehkan untuk berbuka puasa sebelum waktunya adalah :

Dalam perjalanan jauh 80,640 km (wajib qodo puasa)

Sedang sakit dan tidak dapat berpuasa (wajib qodo puasa)

Sedang hamil atau menyusui (wajib qada puasa dan membayar fidyah)

Sudah tua renta atau sakit yang tidak sembuh-sembuh (wajib membayar fidyah ¾ liter

beras atau bahan makanan lain)

1. Puasa Ramadhan

Puasa Ramadhan hukumnya adalah wajib bagi orang yang sehat. Sedangkan bagi yang sakit

atau mendapat halangan dapat membayar puasa ramadhan di lain hari selain bulan ramadan.

Puasa ramadhan dilakukan selama satu bulan penuh di bulan romadhon kalender hijriah /

islam. Puasa ramadhan diakhiri dengan datangnya bulan syawal di mana dirayakan dengan

lebaran ied / idul fitri.

2. Puasa Senin Kamis

Puasa senin kamis hukumnya adalah sunah / sunat di mana tidak ada kewajiban dan paksaan

untuk menjalankannya. Pelaksanaan puasa senin kamis mirip dengan puasa lainnya hanya

saja dilakukannya harus pada hari kamis dan senin saja, tidak boleh di hari lain.

Page 7: Hubungan tahara dengan shalat 2

3. Puasa Nazar

Untuk puasa nazar hukumnya wajib jika sudah niat akan puasa nazar. Jika puasa nazar tidak

dapat dilakukan maka dapat diganti dengan memerdekakan budak / hamba sahaya atau

memberi makan / pakaian pada sepuluh orang miskin. Puasa nazar biasanya dilakukan jika

ada sebabnya yang telah diniatkan sebelum sebab itu terjadi. Nazar dilakukan jika

mendapatkan suatu nikmat / keberhasilan atau terbebas dari musibah / malapetaka. Puasa

nazar dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah SWT atas ni'mat dan rizki yang telah

diberikan.

4. Puasa Bulan Syaban / Nisfu Sya'ban

Puasa nisfu sya'ban adalah puasa yang dilakukan pada awal pertengahan di bulan syaban.

Pelaksanaan puasa syaban ini mirip dengan puasa lainnya.

5. Puasa Pertengahan Bulan

Puasa pertengahan bulan adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap

bulan sesuai tanggalan hijriah. Pelaksanaan puasa pertengahan bulan mirip dengan puasa

lainnya.

6. Puasa Asyura

Puasa asyura adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 10 di bulan muharam / muharram.

Pelaksanaan puasa assyura mirip dengan puasa lainnya.

7. Puasa Arafah

Puasa arafah adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 9 di bulan zulhijah untuk orang-

orang yang tidak menjalankan ibadah pergi haji. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa

lainnya.

8. Puasa Syawal

Puasa syawal dikerjakan pada 6 hari di bulan syawal. Puasa syawal boleh dilakukan pada 6

hari berturut-turut setelah lebaran idul fitri. Pelaksanaan arafah mirip dengan puasa lainnya.

3. HUBUNGAN ANTARA SHALAT DENGAN PUASA

Dalam agama Islam, kita mengenal istilah Rukun Islam, yang terdiri dari lima perkara yaitu :

syahadat, shalat, puasa. zakat dan haji. Kelima perkara itu merupakan satu kesatuan yang

utuh dan tidak dapat dipisahkan, makanya perkara tersebut dinamakan rukun, yang artinya

satu kesatuan atau tidak terpisah. Sebenarnya kata “rukun” berasal dari serapan bahasa Arab,

yaitu ruku’ yang artinya sudut atau siku. Sedangkan Islam berarti damai. Berdasarkan arti ini,

dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai kedamaian (Islam) dapat ditempuh dengan lima

sudut jalan dimana kelima sudut tersebut saling berhubungan. Kelima sudut Islam tersebut,

dapat diumpamakan gambar segi empat : Berdasarkan gambar segiempat, terlihat bahwa

sudut puasa merupakan pusat dari empat sudut rukun Islam lainnya. Kalau dikaitkan dengan

jari tangan kita, rukun Islam dapat diumpamakan jari tengah adalah simbol puasa, sedangkan

jari jempol simbol dari syahadat, jari telunjuk simbol dari shalat, jari manis simbol dari zakat

Page 8: Hubungan tahara dengan shalat 2

dan jari kelingking simbol dari haji. Kelima jari tangan kita merupakan satu kesatuan yang

utuh dan sempurna. Mengapa ibadah puasa menjadi pusat dari rukun Islam ? Inilah misteri

yang akan kita bahas. Kita sudah mengetahui bahwa hanya ibadah puasalah yang bersifat

sangat rahasia kerena untuk mengetahui seseorang itu berpuasa atau tidak hanya dirinya dan

Allah-lah yang mengetahuinya. Sehingga ibadah puasa menjadi rahasia bagi seorang hamba

dengan Tuhannya. “Setiap amal anak Adam adalah untuk anak Adam itu sendiri, kecuali

puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan Akulah yang akan memberi ganjaran atas

puasanya itu”. (HR Bukhari)  Dari Hadits tersebut, ternyata hanya ibadah puasalah yang

amalnya diperuntukkan Allah. Kemudian hanya Allah yang berhak memberi ganjaran atas

puasanya itu. Apakah ganjaran bagi orang yang berpuasa itu ? terlihat dengan jelas bahwa

ganjaran bagi orang yang berpuasa adalah kegembiraan ketika berbuka dan bertemu dengan

Allah. Selama ini kita sudah berpuasa sekian tahun, akan tetapi, sudahkah kita mendapat

pengalaman spiritual yang sangat mengembirakan yaitu bertemu dengan Allah Yang Maha

Indah ? Kalau kita sudah berpuasa tapi belum pernah bertemu dengan Allah, lalu bagaimana

caranya agar puasa kita dapat mengantarkan diri kita mencapai pengalaman bertemu dengan

Allah ?  Intisari dari amal ibadah puasa adalah menahan, mengekang dan mengendalikan diri

kita dari makan dan minum serta dorongan hawa nafsu kita yang keluar dari sembilan lubang

kehidupan yang ada dikepala dan tubuh kita. Proses menahan aktivitas inderawi ini,

sebenarnya sudah pernah kita alami dan lakukan, tetapi sayangnya kita telah melupakan

peristiwa tersebut. Pengalaman berpuasa itu adalah ketika diri kita masih berupa janin bayi

yang berada dalam kandungan seorang ibu. Di dalam kandungan tersebut, kita sebagai bayi,

tidak melakukan aktivitas inderawi, karena kita sedang berendam dalam air ketuban yang

mengalir dan bersirkulasi. Dengan kata lain, saat itu kita tidak makan dan minum melalui

lubang mulut, kita juga tidak melakukan buang air besar dan kecil, tidak berbicara kotor,

tidak melihat dan mendengar hal-hal yang berbau maksiat. Singkatnya kita memang sedang

melakukan ibadah puasa secara kafah atau total selama sembilan bulan. Saat itulah kita

sedang menerima dan menikmati kegembiraan yang luar biasa, yaitu kita sedang mendapat

curahan kasih dan sayang dari Allah di alam rahim. Kita saat itu tidak merasakan bahagia

atau sedih, panas atau dingin, manis atau pahit dan sebagainya. Mengapa hal itu bisa kita

alami ? karena kita saat itu sedang bertatap muka (tawajuh) dengan Allah di alam rahim-Nya.

Sesuai dengan firman-Nya : “Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Wajah Allah,

yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kehanifan dan aku tidak termasuk orang

musyrik” (QS Al An’am 6 :179) Setelah lahir, pintu indera jasmani kita terbuka dan mulai

menikmati keindahan duniawi, disisi lain pintu-pintu indera batin kita perlahan mulai

tertutup, sehingga lambat laun kita melupakan pengalaman bertemu dengan Allah ketika

berpuasa di dalam kandungan tersebut. 

Untuk mendapatkan kembali pengalaman bertemu dengan Allah itu dengan berpuasa, di

utuslah para Nabi dan Rasul dengan membawa Kitab-Kitab Suci-Nya, yang isinya adalah

Page 9: Hubungan tahara dengan shalat 2

Peringatan (Adz Dzikra) yang mengingatkan kita, karena kita telah lupa ingatan terhadap asal

mula kejadian kita dalam kandungan. Para Juru Ingat tersebut menyeru dengan satu seruan

agar kita kembali menghadap dan menemui asal kita yaitu Allah dengan cara mengulang

kembali ke awal mula kejadian diri kita dahulu. Seruan itu di isyaratkan dalam Al Qur’an dan

Injil : “Katakanlah : “Sesungguhnya aku mengajarkan kepada kamu dengan satu ajaran saja,

yaitu bahwa kamu harus bangkit untuk menghadap Allah , berdua-dua atau sendiri-sendiri,

kemudian hendaklah kamu pikirkan , tiadalah sahabat kamu itu gila, dia tiada lain hanyalah

pemberi Peringatan kepada kamu, sebelum datang azab yang sangat keras”. ( QS Saba’ 34 :

46) “Sesungguhnya kamu akan datang kembali menemui Kami dengan sendiran seperti kamu

Kami ciptakan pada awal mula penciptaan, dan pada saat itu kamu akan meninggalkan

dibelakangmu semua apa yang dianugerahkan Allah kepadamu.........”. (QS Al An’am 6 : 94)

“Yesus berkata : Sesungguhnya aku berkata kepadamu, Jika kamu tidak kembali seperti bayi

dalamkandungan, sekali-kali kamu tidak dapat masuk ke dalam kerajan Allah”. (Injil, Matius

18 : 3) Jika kita ingin bertemu dengan Allah, kita harus menggingat dan mengulang kembali

perjalanan dan pengalaman diri kita, ketika diciptakan oleh Allah pada pertama kali, yaitu

ketika diri kita terendam dalam air ketuban dan ketika inderawi kita sedang tidak berfungsi. 

Untuk mengulang kembali peristiwa itu Allah memerintahkan kita untuk melakukan ibadah

puasa seperti yang pernah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Inilah perintah

puasa yang diisyaratkan oleh Allah dalam Al Qur’an :

“Wahai orang-orang yang beriman, telah ditetapkan atas kamu berpuasa seperti telah

ditetapkan kepada orang-orang terdahulu dari kamu supaya kamu terpelihara”. (QS Al

Baqarah 2 : 183) Berdasarkan ayat tersebut, Allah memerintahkan agar kita berpuasa kembali

seperti puasa yang per nah kita lakukan dahulu dalam kandungan seorang ibu. Mungkin

timbul pertanyaan dalam diri kita, bagaimana caranya kita kembali ke dalam kandungan atau

alam rahim ?

Kita sering tidak menyadari arti kata “kamaa”. Dalam ayat-ayat diatas. Dalam bahasa Arab,

kata “kamaa” artinya adalah “seperti, sebagaimana atau bagaikan”. Dari arti ini dapat

disimpulkan bahwa perintah untuk kembali ke awal kejadian adalah bukan dalam arti

sesungguhnya, tetapi mirip dengan kejadian awal. Jadi kita harus mengkondisikan diri kita

seperti kondisi yang mirip dengan suasana di dalam kandungan. Suasana dalam kandungan

adalah penuh kedamaian, karena indera kita sedang tidak berfungsi. Begitupula jika kita

melakukan ibadah puasa, kita bukan saja manahan diri dari makan dan minum saja tetapi juga

harus menahan diri dari mendengar, melihat, dan mencium aroma yang ada di luar diri kita.

Pada saat itu yang kita lakukan hanyalah berdzikrullah sampai kita bertemu dengan Allah,

yang dikiaskan dengan munculnya “Asy Syamsu”(matahari) atau “Asy Syahru” (bulan).

“....Barang siapa diantara kamu menyaksikan “syahra”, maka hendaklah ia berpuasa....”.(QS

Al Baqarah 2 : 185)

Kata “syahra” merupakan kata simbolis dari Nur Allah yang tajalli dalam diri orang yang

Page 10: Hubungan tahara dengan shalat 2

berpuasa. Pada saat Nur Allah tajalli dalam diri dan tersaksikan, maka orang tersebut harus

berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum, mendengar, melihat, berbicara dan

berfikir yang negatif. Inilah yang dikatakan dalam bahasa agama, bahwa kita mengawali

berpuasa dengan sistem ru’yat. Apakah yang diru’yat oleh orang yang berpuasa ? tentunya

adalah Ru’yatullah (melihat Allah). 

Ada juga yang melakukan ibadah puasa dahulu baru kemudian nanti melihat “syahra”, inilah

yang disebut dengan mengawali puasa dengan sistem “hisab”. Artinya seseorang menahan

diri dulu dari aktifitas inderawi, baru kemudian secara perlahan dia akan melihat “syahra”

atau Nur Allah.

Berapa lama kita melakukan ibadah puasa, tergantung dari seberapa lama “Asy Syamsu”

tersaksikan oleh pelaku puasa. Dengan kata lain lamanya puasa kita tergantung dari seberapa

lama Nur Allah yang tajalli dan tersaksikan oleh mata batin kita. Inilah, yang dalam bahasa

syariat, bahwa orang berpuasa dimulai dari terbitnya sinar matahari sampai terbenamnya

sinar matahari. Peristiwa inilah yang diisyaratkan dalam Al Qur’an. 

“Apakah engkau mengira sesungguhnya penghuni gua dan raqim itu adalah termasuk tanda-

tanda Kami yang mengagumkan? Ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu

mereka berkata : “ Ya Tuhan kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan siapkanlah petunjuk

dalam urusan kami”. Lalu Kami menutup telinga mereka di dalam gua itu bertahun-tahun

lamanya. Kemudian Kami bangunkan mereka untuk Kami buktikan siapa yang lebih dapat

menghitung masa mereka tinggal”. (QS Al Kahfi 18 : 9-12)

“Dan engkau mengira mereka bangun padahal mereka tidur. Kami balikkan mereka ke kanan

dan ke kiri sedang anjing mereka terbentang kedua lengannya di muka pintu gua...”. (QS Al

Kahfi 18 : 18) 

Secara simbolis, ayat tersebut diatas sebenarnya mengisahkan peristiwa seorang yang sedang

melakukan puasa dalam rangka bertemu dengan Allah, yang dilakukan oleh “ tujuh penghuni

gua”. 

Ash Habul Kahfi artinya penghuni gua yang berjumlah tujuh. Ini adalah simbol dari tujuh

rasa kesadaran yang menghuni tujuh lubang inderawi yang ada di kepala manusia. Sedang

raqim (batu tulis) adalah simbol dari petunjuk yang telah ditanamkan dengan kuat dalam

qalbu penghuni gua. Sedangkan anjing simbol dari struktur bangunan tubuh manusia. 

Ketika pengaruh kenikmatan duniawi yang tercerap oleh tujuh lubang inderawi kita, sudah

sedemikian kuat. Maka kita harus secepatnya melindungi diri kita dari pengaruh kenikmatan

duniawi tersebut dengan cara “berpuasa” menahan aliran kesadaran yang mengarah keluar

menjadi ke arah dalam diri dengan cara menutup “pintu gua inderawi”. Setelah pintu gua

inderawi tertutup, maka kita bermohon kepada Allah agar diberikan Rahmat dan Rahim serta

Nur Hidayah. Munculnya Rahmat dan Hidayah ini dikiaskan dengan terlihatnya sinar

matahari yang terbit dari kanan gua ke arah kiri gua. Dengan munculnya Nur Allah yang

dikiaskan dengan “Sinar matahari” yang tersaksikan oleh mata batin kita, maka lambat laun

Page 11: Hubungan tahara dengan shalat 2

kesadaran jasmani kita akan menghilang secara berangsur-angsur, sehingga kita tidak lagi

mengingat lintasan peristiwa yang terjadi diluar diri kita, sampai kita terbangun kembali

dengan kesadaran yang baru.

4. HUBUNGAN ANTARA TAHARA DENGAN SHALAT

Allah SWT adalah Dzat yang suci menciptakan manusia dari suatu zat yang suci. Dan

sesuatu yang berawal dari yang suci maka akan kembali dan diterima apabila dia telah

suci. Didalam diri manusia terdapat dzat yang suci yang berasal dari tuhan mu, Tapi

apakah yang dapat membedakan hamba dengan tuhannya?ternyata shalat lima waktulah

yang dapat menjawabnya

Shalat adalah media yang dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW, dan shalat

pula lah yang dapat membedakan antara hamba dan tuhannya. Dimana posisi hamba

adalah menyembah tuhannya. Shalat adalah wajib dikerjakan bagi hambanya.

Didalam tubuh manusia terdapat zat yang berasal dari tuhannya, namun tidak pulalah

seorang hamba mengangkat dirinya sebagai tuhan, karna berpatokan bahwa tuhan adalah

aku dan aku adalah tuhan dengan mengikut sertakan pemikiran bahwa dia berasal dari dzat

yang suci sama dengan tuhan.

Islam itu agama mudah untuk dipahami, tapi jangan untuk dimudah-mudahkan. Inti islam

adalah shalat serta Thaharah(kesucian). Shalat berguna untuk mendekatkan diri dengan

tuhanyna, serta membedakan antara hamba dengan tuhannya. Thaharah (kesucian) itu

terdapat pada tingkah laku mulai dari :

1. Kesucian Pikiran

2. Kesucian Hati

3. Kesucian Pandangan(penglihatan)

4. Kesucian Pendengaran

5. Kesucian Perkataan

6. Kesucian/Kebersihan tubuh dari nazis

7. Kesucian/Kebersihan pakaian dari najis

8. Kesucian makan dan minuman yang dikonsumsi

9. Kesucian harta yang dimiliki

Page 12: Hubungan tahara dengan shalat 2

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Thaharah adalah bersih dari kotoran atau mensucikan diri

2. Shalat adalah ibadah yang terdiri atas beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai

dengan takbir yang diakhiri dengan salam

3. Puasa adalah menahan dengan niat ibadah dari makanan, minuman, hubungan suami istri

dan semua hal yang membatalkan puasa

B. SARAN

Agama Islam sangat memperhatikan masalah thararah karena dalam ilmu fiqih poin pertama

yang dijumpai adalah masalah thaharah. Shalat, adalah tiang agama karena tanpa shalat

berarti kita sama saja meruntuhkan agama. Ibarat rumah, kalau tidak ada tiangnya tentu akan

runtuh. Puasa adalah menahan nafsu. Islam mengajak kita berpuasa agar menahan nafsu.

Page 13: Hubungan tahara dengan shalat 2

DAFTAR PUSTAKA

Al-Jazairi Abu Bakr Jabir. 2000. Ensiklopedi Muslim Minhajul Muslim. Darul Falah.

Jakarta.

Rifa’I Muh. 1976. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. PT. Karya Toha Putra.

Semarang

Sakka Ambo. 1996. Modul Pendidikan Agama Islam. MKU Universitas Hasanuddin.

Makassar

Sumaji Muh Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Tiga Serangkai. Solo

www.google.com. Diakses 17 September 2009

www.imajinasipendidikan.blogspot.com. Diakses 17 September 2009

www.wikipedia.com. Diakses 17 September 2009

Page 14: Hubungan tahara dengan shalat 2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil ‘Alamin segala Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kepada Allah SWT 

yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum dapat dikatakan

sempurna karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan. Shalawat serta salam semoga

selalu dilimpahkan kepada junjunan kita semua habibana wanabiana Muhammad SAW,

kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selaku

umatnya.

makalah ini penulis membahas mengenai “HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT

DAN HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA”, dengan makalah ini penulis

mengharapkan agar dapat membantu sistem pembelajaran. Penulis ucapkan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih atas segala perhatiannya.

Raha, Juli 2013

Penyusun

Page 15: Hubungan tahara dengan shalat 2

DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................... i   

Daftar isi.................................................................................................................... ii            

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................... 2

BAB II  PEMBAHASAN........................................................................................ 2

1. Pengertian Ibadah ............................................................................................... 2

2. Hubungan Tahara, Shalat, dan Puasa.................................................................... 3

BAB III PENUTUP................................................................................................. 12

3.1. Kesimpulan......................................................................................................... 12

3.2. Saran.................................................................................................................  12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13

Page 16: Hubungan tahara dengan shalat 2

HUBUNGAN TAHARA DENGAN SHALAT DAN

HUBUNGAN SHALAT DENGAN PUASA

DISUSUN OLEH :

NAMA : WA ODE RINA

JURUSAN : PAUD

SEMESTER : II

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KELAS RAHA

2013