83
i HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA KENDARI TAHUN 2017 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH KOMANG INDRAWATI P00324014017 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEBIDANAN KENDARI 2017

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI ......di Klaten menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin tentang IMD dengan praktik IMD di Bidan Praktik Swasta Benis

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT

    UMUM DEWI SARTIKA KENDARI

    TAHUN 2017

    KARYA TULIS ILMIAH

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III Kebidanan

    Politeknik Kesehatan Kendari

    OLEH

    KOMANG INDRAWATI

    P00324014017

    KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEBIDANAN KENDARI

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

    RIWAYAT HIDUP

    A. IdentitasDiri

    Nama : Komang Indrawati

    Nim : P00324014017

    TempatTanggalLahir : Lamoare, 07 Desember 1996

    Suku : Bali

    JenisKelamin : Perempuan

    Agama : Hindu

    Alamat : Anduonohu

    B. Pendidikan

    1. SDN 1 Lamoare Kab. Kolaka Timur Sulawesi Tenggara tamat

    tahun 2008.

    2. SMP Negeri 1 Loea Kab. Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara tamat

    tahun 2011.

    3. SMA Negeri 1 Tirawuta Kab. Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara

    tamat tahun 2014.

    4. Sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan di Politeknik Kesehatan

    Kendari sampai sekarang.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

    limpahan rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan

    pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dengan praktik inisiasi

    menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017”.

    Dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini ada banyak pihak

    yang membantu, oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan dan

    keikhlasan hati mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya

    terutama kepada Ibu Dr. Nurmiaty, S.Si.T, MPH selaku Pembimbing I dan

    Ibu Fitriyanti, SST, M.Keb selaku Pembimbing II yang telah banyak

    membimbing sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan tepat pada

    waktunya. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima

    kasih kepada:

    1. Bapak Petrus, SKM. M.Kes sebagai Direktur Poltekkes Kendari.

    2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

    Kendari.

    3. Direktur Rumah Sakit Umum Dewi Sartika kendari.

    4. Ibu Dr. Kartini, S.Si.T, M.Kes, Ibu Hasmia Naningsi, SST, M.Keb, Ibu

    Wahida, S.Si.T, M.Keb selaku penguji dalam proposal karya tulis

    ilmiah ini.

    5. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kendari

    Jurusan Kebidanan yang telah mengarahkan dan memberikan ilmu

    pengetahuan selama mengikuti pendidikan yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan.

  • vi

    6. Terima kasih kepada kedua orang tua tercinta Nyoman Juwita dan

    Wayan Rumiasih yang selalu memberikan dukungan serta kakak-

    kakak tersayang I Luh Kompyang Wiratni dan Made Julianti, serta

    seluruh anggota keluarga atas bantuan, doa restu, dorongan dan kasih

    sayang yang begitu besar yang telah di berikan selama penulis

    menempuh pendidikan dan dalam menyelesaikan karya tulis ini.

    7. Seluruh teman-teman D-III Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

    Kendari, yang senantiasa memberikan bimbingan, dorongan,

    pengorbanan, motivasi, kasih sayang serta doa yang tulus dan ikhlas

    selama penulis menempuh pendidikan terkhusus teman seperjuangan

    Rani dan Wati yang selalu menemani penulis dalam suka maupun

    duka, yang selalu memberi saran, kasih sayang, serta semangat

    kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari

    sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun

    sangat penulis harapkan dalam penyempurnaan karya tulis ilmiah ini serta

    sebagai bahan pembelajaran dalam penyusunan karya tulis ilmiah

    selanjutnya.

    Kendari, Juli 2017

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL........................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................

    LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………..

    ii

    iii

    BIODATA.......................................................................................... iv

    KATA PENGANTAR......................................................................... v

    DAFTAR ISI...................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL............................................................................... ix

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ x

    Abstrak............................................................................................. xi

    BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

    A. Latar Belakang.......................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah.................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5

    D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6

    E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 8

    A. Telaah Pustaka.......................................................................... 8

    B. Landasan Teori.......................................................................... 28

    C. Kerangka Teori.......................................................................... 29

    D. Kerangka Konsep...................................................................... 30

    E. Hipotesis Penelitian................................................................... 30

    BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 31

    A. Jenis Penelitian......................................................................... 31

    B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 31

    C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 31

    D. Variabel Penelitian..................................................................... 32

    E. Definisi Operasional.................................................................. 32

    F. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 33

    G. Instrumen Penelitian.................................................................. 33

  • viii

    H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 33

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 36

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 36

    B. Hasil Penelitian.......................................................................... 43

    C. Pembahasan............................................................................. 48

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 55

    A. Kesimpulan................................................................................ 55

    B. Saran......................................................................................... 55

    DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 65

    LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun

    2016....................................................................................

    40

    Tabel 2. Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016............... 42

    Tabel 3. Karakteristik Responden..................................................... 44

    Tabel 4. Distribusi Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun

    2017....................................................................................

    45

    Tabel 5. Distribusi Pengetahuan tentang IMD di RSU Dewi Sartika

    Tahun 2017..............................................................................

    46

    Tabel 6. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi Menyusu

    Dini (IMD) Dengan Praktik Inisisasi Menyusu Dini di

    RSUSartika Kendari Tahun 2017........................................

    47

  • x

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Surat izin pengambilan data awal dari Poltekkes

    Kemenkes kendari

    Lampiran 2. Formulir persetujuan menjadi responden penelitian

    Lampiran 3. Kuesioner

    Lampiran 4. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra

    Lampiran 5. Surat keterangan melakukan penelitian dari RSU Dewi

    Sartika Kota Kendari

    Lampiran 6. Master tabel

    Lampiran 7. Output analisis data

    Lampiran 8. Dokumentasi penelitian

  • xi

    ABSTRAK

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT

    UMUM DEWI SARTIKA KENDARI TAHUN 2017

    Komang Indrawati 1 Nurmiaty2 Fitriyanti2

    Latar belakang: Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu upaya dalam mencegah kematian bayi baru lahir dan mengoptimalkan pemberian asi susu ibu (ASI) secara eksklusif, sehingga perlu disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan

    ibu tentang IMD dengan praktik IMD di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan ialah analitik dengan

    rancangan cross sectional. Sampel penelitian adalah ibu bersalin bulan April sampai dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner IMD dan lembar observasi praktik IMD. Data dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Praktik IMD pada ibu bersalin di

    RSU Dewi Sartika Kendari dalam kategori tidak optimal (70,0%). Pengetahuan ibu bersalin tentang IMD di RSU Dewi Sartika Kendari dalam kategori baik (58,4%). Ada hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dengan praktik IMD.

    Kata kunci : pengetahuan, praktik IMD

    1 Mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kendari

    2 Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kecerdasan bayi dan anak erat kaitannya dengan pertumbuhan

    otak. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah

    nutrisi. Pemberian nutrisi pada bayi dapat melalui proses menyusui.

    Menyusui merupakan suatu cara yang paling ideal bagi pertumbuhan bayi

    serta mempunyai pengaruh biologis dan psikologis terhadap kesehatan

    ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu

    melindungi bayi dari penyakit infeksi. Masa laktasi mempunyai tujuan

    meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan pemberian ASI

    sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar.

    Pemberian air susu ibu (ASI) sejak dini dapat memberikan efek

    perlindungan pada bayi dan balita dari penyakit infeksi, sehingga

    disarankan untuk memberi ASI sesegera mungkin dalam waktu 1 jam

    setelah lahir dengan dilakukannya inisisasi menyusu dini. Inisiasi menyusu

    dini akhir-akhir ini banyak diperbincangkan baik di dunia maupun di

    Indonesia. Inisiasi menyusu dini merupakan salah satu upaya dalam

    mencegah kematian bayi baru lahir dan mengoptimalkan pemberian ASI

    secara eksklusif, sehingga perlu disosialisasikan kepada seluruh

    masyarakat.

    11

  • 2

    Inisiasi menyusu dini diperkirakan dapat menekan angka kematian

    bayi (AKB) baru lahir sebesar 22% pada 18 hari pertama kehidupan

    (Edmond et al, 2006), berpengaruh terhadap durasi menyusui, perilaku ibu

    dan fungsi fisiologis bayi (Moore et al, 2015) dan dapat menyelamatkan

    sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal pada bulan

    pertama kelahiran (Roesli, 2014).

    Kenyataan yang terjadi hampir sama di seluruh dunia, kesehatan

    bayi cenderung kurang mendapat perhatian sehingga kematian neonatal

    dini banyak terjadi pada hari pertama kelahirannya (WHO, 2015). Hal ini

    dapat meningkatkan angka kematian bayi. Angka kematian bayi (AKB) di

    Indonesia menurut hasil survei demografi dan kesehatan (SDKI) tahun

    2012 menjelaskan bahwa AKB walaupun mengalami penurunan namun

    penurunan tak berbeda jauh dengan hasil SDKI 2007, yaitu masing-

    masing 32 dan 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013).

    Oleh karena itu diperlukan upaya dalam menekan AKB, salah

    satunya melalui program IMD. Hasil penelitian di Ghana tahun 2004

    menunjukkan bahwa menunda IMD dapat meningkatkan kematian bayi.

    Bayi yang diberi kesempatan IMD dapat menurunkan 22% kematian

    neonatal dini (Roesli, 2014).

    Inisisasi menyusu dini dapat menjalin ikatan yang kuat dan rasa

    nyaman antara ibu dan bayinya. Data riskesdas menunjukkan terjadi

    peningkatan tentang persentasi pelaksaan IMD. Pada tahun 2010 sebesar

    29,3% meningkat menjadi 34,5% pada tahun 2013. Dari data tersebut

  • 3

    dapat dilihat, bahwa walaupun mengalami peningkatan persentasi

    pelaksanaan IMD namun peningkatannya belum mencapai 50% keatas.

    Produksi ASI yang kurang dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

    tentang proses normal menyusui sehingga diperlukan bimbingan yang

    tepat dari tenaga kesehatan (Toning dkk, 2013). Menurut Green bahwa

    pelaksanaan IMD dan edukasi ASI Eksklusif dipengaruhi oleh beberapa

    faktor antara lain pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan

    (Labbok et al, 2013; Roesli, 2014).

    Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan

    penginderaan melalui panca indera. Sebagian pengetahuan diperoleh

    melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu yang mampu

    mengetahui hingga mengevaluasi informasi yang diperoleh maka

    pengetahuannya akan baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu

    untuk melakukan IMD.

    Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian Wahyuningsih (2014)

    di Klaten menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu

    bersalin tentang IMD dengan praktik IMD di Bidan Praktik Swasta Benis

    Jayanto Kalten. Hasil penelitian Zainal dkk (2014) juga menunjukan hal

    yang sama bahwa ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan,

    sikap dan pelaksanaan IMD. Inisisasi menyusu dini dalam 1 jam pertama

    dapat memberikan peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan

    pemberian ASI Eklsklusif (Fikawati dan Syafiq, 2013). Selain pengetahuan

  • 4

    dan sikap ibu, perilaku tenaga kesehatan khususnya bidan sangat

    mempengaruhi pelaksanaan IMD.

    Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan wajib melaksanakan

    IMD dan konseling ASI Eksklusif, hal ini sesuai dengan Permenkes

    1464/Menkes/Per/X/2010 bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya

    berwenang untuk melaksanakan pelayanan menyusui dengan

    memberikan bimbingan IMD dan promosi ASI Eksklusif (Kemenkes,

    2010). Tenaga kesehatan wajib melaksanakan IMD paling singkat selama

    1 jam dan wajib memberikan informasi tentang ASI Eksklusif kepada ibu

    dan anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan

    kehamilan hingga pemberian ASI Eksklusif selesai (Permenkes, 2012).

    Studi awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Dewi

    Sartika pada bulan Januari 2017 bahwa jumlah ibu bersalin mengalami

    peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2014 jumlah ibu bersalin

    sebanyak 356 orang, tahun 2015 sebanyak 497 orang dan pada tahun

    2016 sebanyak 1288 orang. Hasil wawancara pada 10 ibu bersalin,

    didapatkan hasil bahwa dari 10 ibu bersalin, 8 ibu bersalin belum

    mengetahui secara benar tentang IMD terutama langkah-langkah dalam

    IMD dan lamanya melakukan IMD.

    Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik untuk

    meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang IMD dengan praktik

    inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari.

  • 5

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian

    adalah apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu

    dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi

    Sartika Kendari tahun 2017?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi

    menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah

    Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui distribusi frekuensi praktik inisisasi menyusu dini

    di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.

    b. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang

    inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

    Kendari tahun 2017.

    c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi

    menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini di Rumah

    Sakit Umum Dewi Sartika Kendari tahun 2017.

  • 6

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat bagi Ibu bersalin dan menyusui

    Untuk menambah wawasan ibu tentang inisiasi menyusu dini

    sehingga keberhasilan menyusui dapat tercapai.

    2. Manfaat bagi Rumah Sakit

    Dapat mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi

    menyusu dini dengan praktik inisisasi menyusu dini sehingga IMD

    bisa berhasil dilaksanakan.

    3. Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya

    Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

    perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

    E. Keaslian Penelitian

    Penelitian yang dilakukan oleh Agustiningrum dkk (2015) yang

    berjudul hubungan pengetahuan dan sikap dengan pelaksanaan IMD di

    Rumah Sakit Sariningsih Kota Bandung. Jenis penelitian yang digunakan

    adalah deskritif korelatif. Sampel penelitian adalah ibu bersalin. Hasil

    penelitian menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dan sikap

    dengan pelasanaan IMD. Perbedaan penelitian Agustiningrum dengan

    penelitian ini adalah jumlah sampel, variabel penelitian dan lokasi

    penelitian.

    Jumlah sampel pada penelitian Agustiningrum sebanyak 59

    responden, variabel penelitian adalah pengetahuan, sikap, pelaksanaan

    IMD, lokasi penelitian di bandung. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu

  • 7

    jumlah sampel sebanyak 60 responden, variable penelitian adalah

    pengetahuan tentang IMD dan praktik IMD, lokasi penelitian di Rumah

    Sakit Dewi Sartika Kendari.

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan tentang Praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

    1. Pengertian

    Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut

    early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

    menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

    (Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada

    ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)

    merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh

    karena rangsangan sentuhan ibu, bayi akan bergerak di atas perut ibu

    dan menjangkau payudara.

    Gupta (2015), menyatakan inisiasi menyusu dini disebut sebagai

    tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam

    setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap

    setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak

    dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan

    bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu

    dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar.

    Inisiasi menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui

    yang merupakan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan

    8

  • 9

    program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

    menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013).

    Setelah lahir bayi belum menujukkan kesiapannya untuk

    menyusu (Gupta, 2015). Reflek menghisap bayi timbul setelah 20-30

    menit setelah lahir. Roesli (2014), menyatakan bayi menunjukan kesiapan

    untuk menyusu 30-40 menit setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai

    pengertian di atas, inisiasi menyusu dini adalah suatu rangkaian

    kegiatan dimana bayi segera setelah lahir yang sudah terpotong tali

    pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri

    dengan menemukan puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam

    pertama kelahiran.

    2. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)

    Prinsip dasar inisiasi menyusui dini adalah tanpa harus

    dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap

    dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis (Markum, 2014),

    sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara

    ibu dan mulai menyusu. Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus

    dibersihkan terlebih dahulu, bayi diletakkan di dada ibunya dan secara

    naluriah bayi akan mencari payudara ibu, kemudian mulai menyusu

    (Rosita, 2014).

    Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup

    mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir dengan kain atau handuk tanpa

    harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian

  • 10

    meletakkannya ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada

    kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri kesempatan bayi untuk

    menyusu sendiri pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

    3. Manfaat inisiasi menyusu dini (IMD)

    Rosita (2013), menyatakan bahwa IMD bermanfaat bagi ibu dan

    bayi baik secara fisiologis maupun psikologis yaitu sebagai berikut :

    1). Ibu

    Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya

    oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus sehingga

    membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan. Oksitoksin

    juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan ibu

    merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan cancer.

    2). Bayi

    Bersentuhan dengan ibu memberikan kehangatan,

    ketenangan sehingga napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.

    Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan

    merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga

    mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi

    berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab

    alergi lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi.

    4. Langkah–langkah pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD)

    Rosita (2013), menyatakan ada 10 langkah yang harus dilakukan

    untuk terlaksananya IMD yaitu :

  • 11

    1) Ibu perlu ditemani seseorang yang dapat memberikan rasa nyaman

    dan aman saat melahirkan, baik itu suami, ibu, teman atau saudara

    yang lain.

    2) Membantu proses kelahiran dengan upaya-upaya di luar obat

    seperti pijatan, aromaterapi dan lain-lain kecuali jika dokter sudah

    memutuskan untuk menggunakan obat atau alat pemicu.

    3) Memberikan posisi yang nyaman bagi ibu saat proses persalinan

    atau memberikan posisi melahirkan sesuai keinginan ibu, karena

    tidak semua ibu merasa nyaman dengan posisi terlentang.

    4) Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk halus segera setelah

    lahir tanpa dimandikan terlebih dahulu, biarkan cairan alami yang

    menyelimuti kulit bayi.

    5) Meletakkan bayi di dada ibu dalam posisi tengkurap.

    6) Membiarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu hingga bayi

    menemukan puting susu ibu kemudian menyusunya.

    7) Membiarkan bayi bergerak secara alami mencari payudara ibu

    jangan arahkan menuju salah satu puting tetapi pastikan bayi

    dalam posisi nyaman untuk mencari puting susu ibu.

    8) Ibu yang melahirkan dengan secio caesar juga harus segera

    bersentuhan dengan bayinya setelah melahirkan yang tentu

    prosesnya membutuhkan perjuangan yang lebih.

  • 12

    9) Kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu kenyamanan bayi seperti

    menimbang dan mengukur harus dilakukan setelah bayi bisa

    melakukan inisiasi menyusu dini.

    10) Jangan memberikan cairan atau makanan lain pada bayi kecuali

    ada indikasi medis.

    5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD.

    a. Faktor-faktor pendukung.

    Terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan,

    sikap, pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal

    sedangkan fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan,

    keluarga dan orang terdekat serta lingkungan merupakan faktor

    eksternal.

    b. Faktor-faktor penghambat.

    Roesli (2014), menyatakan faktor-faktor penghambat Inisiasi

    Menyusu Dini adalah adanya pendapat atau persepsi ibu,

    masyarakat dan petugas kesehatan yang salah atau tidak benar

    tentang hal ini, yaitu sebagai berikut :

    1) Bayi akan kedinginan

    Bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan

    kontak kulit dengan sang ibu, suhu payudara ibu akan

    meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di

    dada ibu. Berdasarkan hasil penelitian Bergman (2015)

    ditemukan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan menjadi

  • 13

    1°C lebih panas dari suhu dada ibu yang tidak melahirkan.

    Jika bayi yang diletakkan di dada ibu ini kepanasan, suhu

    dada ibu akan turun 1°C. Jika bayi kedinginan, suhu dada

    ibu akan meningkat 2°C untuk menghangatkan bayi. Jadi

    dada ibu merupakan tempat yang terbaik bagi bayi yang

    baru lahir dibandingkan tempat tidur yang canggih dan mahal.

    2) Ibu kelelahan

    Memeluk bayinya segera setelah lahir membuat ibu

    merasa senang dan keluarnya oksitoksin saat kontak kulit ke

    kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan

    ibu.

    3) Tenaga kesehatan kurang tersedia.

    Penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya

    sementara bayi masih didada ibu dan menemukan sendiri

    payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk

    menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

    4) Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.

    Ibu dapat dipindahkan keruang pulih atau kamar

    perawatan dengan bayi masih didada ibu, berikan kesempatan

    pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara

    dan menyusu dini.

  • 14

    5) Ibu harus di jahit.

    Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area

    payudara dan lokasi yang dijahit adalah bagian bawah ibu.

    6) Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit

    gonore harus segera diberikan setelah lahir. Menurut

    American college of obstetrics and Gynecology dan

    Academy Breastfeeding Medicine (2014), tindakan

    pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam

    sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

    7) Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan

    diukur. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan

    hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix

    meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih

    besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir.

    Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai

    menyusu awal selesai.

    8) Bayi kurang siaga.

    Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga.

    Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi

    mengantuk akibatnya obat yang diasup oleh ibu, kontak

    kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan

    bantuan lebih untuk bonding.

  • 15

    9) Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak

    memadai sehingga diperlukan cairan lain. Kolostrom cukup

    dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan

    .dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai

    pada saat itu.

    10) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi

    Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi.

    Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning

    pada bayi baru lahir, kolostrom melindungi dan

    mematangkan dinding usus yang masih muda. Selain faktor-

    faktor penghambat di atas menurut Kristiyansari, (2013)

    ada beberapa mitos yang menjadi penghambat

    pelaksanaan IMD yaitu: Kolostrom tidak baik dan berbahaya

    bagi bayi, bayi memerlukan cairan lain sebelum menyusu,

    kolostrom dan ASI saja tidak mencukupi kebutuhan minum

    bayi, bayi akan kedinginan saat dilakukan IMD, setelah

    melahirkan ibu terlalu lelah untuk menyusui bayi, IMD

    merupakan prosedur yang merepotkan bagi petugas

    kesehatan dokter, perawat, bidan.

  • 16

    B. Tinjauan tentang Pengetahuan

    1. Definisi Pengetahuan

    Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

    terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran,

    penciuman, rasa dan raba (Notoatmojo, 2012).

    Penelitian mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

    perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,

    yaitu :

    a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

    mengetahiu terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

    b. Internst (merasa tertarik) terhadap stimulus/objek tertentu di sini sikap

    subjek sudah mulai timbul.

    c. Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya terhadap

    stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

    tidak baik lagi.

    d. Trial, dimana subjek sudah mulai melakukan sesuatu dengan apa yang

    dikehendaki.

    e. Adopsi, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai denagn

    pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

    2. Tingkatan Pengetahuan

    Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan yang dicakup dalam

    daerah kognitif mempunyai 6 tingkatan.

  • 17

    1) Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari

    antara lain dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

    menyatakan.

    2) Memahami (comprehension) adalah kemampuan untuk memehami

    secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

    menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

    3) Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

    4) Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu

    struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama

    lainnya.

    5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk meletakkan atau

    menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

    yang baru.

    6) Evaluasi (evaluation) adalah kemempuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi objek.

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

    Menurut Wawan & Dewi (2012), beberapa faktor yang

    mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

    1) Faktor internal

    a). Pendidikan

  • 18

    Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

    terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

    tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan mengisi

    kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.

    Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

    perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi

    untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya

    makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

    informasi.

    Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,

    misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

    meningkatkan kualitas hidup khususnya bagi ibu dalam

    memperoleh informasi tentang menstruasi. Oleh sebab itu, makin

    tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah

    menerima informasi dalam memperoleh informasi mengenai

    menstruasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan

    semakin mudah menerima informasi.

    b). Pekerjaan

    Pekerjaan dalam arti luas aktifitas utama yang dilakukan

    manusia dalam arti sempit istilah pekerjaan digunakan untuk suatu

    kerja menghasilkan uang bagi seseorang dalam pembicaraan

    sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.jadi

    dapat diartikan sebagai sesuatu yang dikelurkan oleh seseorang

  • 19

    sebagai profesi sengaja dilakukan untuk mendapatkan

    penghasilan.

    Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita

    waktu. Seorang remaja yang dalam masa pendidikannya juga

    harus bekerja untuk dapat membiayai studinya sehingga para

    remaja mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk

    mendapatkan informasi yang bermanfaat bagi derajat

    kesehatannya khususnya tentang menstruasi. Hal ini dikarenakan

    waktu luang yang ada dimanfaatkan untuk bekerja dan beristirahat.

    c). Umur

    Menurut Elizabeth yang dikutip Nursalam (2013), usia

    adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

    berulang tahun. (Hucklock 2014) semakin cukup umur, tingkat

    kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

    berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur seorang

    semakin matang pula pemikirannya tentang IMD.

    2) Faktor eksternal

    a).Faktor lingkungan

    Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar,

    manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

    perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan bisa

    membuat pola pikir menjadi sesuatu yang menakutkan, tergantung

    bagaimana lingkungan memperlakukan.

  • 20

    b). Sosial budaya

    Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

    mempengaruhi dari sikap dalam menerima kelompok. Begitu pula

    tentang praktik IMD masih banyak masyarakat yang menganggap

    bawah IMD itu sesuatu yang tabuh untuk di bicarakan khususnya

    pada masyarakat yang adat istiadatnya masih kental sehingga

    banyak mitos-mitos yang bermunculan sehingga ibu merasa cemas

    untuk melakukan IMD.

    4. Perkembangan Pengetahuan

    Ilmu pengetahuan manusia mengalami beberapa periode

    perkembangan dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan manusia di

    permukaan bumi ini. Proses yang terjadi mengikuti kemajuan peradaban

    manusia dari zaman batu sampai zaman modern dan sering disebut

    sebagai “The Ways Of Thinking”. Proses tahapan yaitu :

    a. Periode trial and error. Manusia melihat dan mendengar sesuatu, lalu

    mulai berfikir dan timbul keinginan untuk mencoba, tetapi gagal,

    kemudian mencoba lagi berkali-kali dan akhirnya berhasil.

    b. Periode authority and tradition. Semua pemikiran dan pendapat

    dijadikan norma-norma dan tradisi yang harus dilaksanakan oleh

    setiap orang. Bila seseorang melanggarnya, akan dikenakan sanksi

    hukuman, baik moral maupun fisik.

  • 21

    c. Periode speculation and argumentation. Setiap pemikiran dan

    pendapat mulai dibahas kebenarannya melalui spekulasi dan adu

    argumentasi.

    Periode hyphothesis and experimentation. Semua pemikiran dan

    pendapat harus dianalisis, diteliti, serta diuji kebenarannya secara ilmiah

    (Chandra, 2012).

    5. Pengukuran pengetahuan

    Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara

    wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

    akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman

    pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

    sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Nursalam, 2013) :

    Tingkat pengetahuan baik bila skor >75%-100%

    Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56%-75%

    Tingkat pengetahuan kurang bila skor

  • 22

    sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan puting

    susu, terbentuklah prolaktin dari hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin

    lancar. Dua reflek yang sangat penting dalam proses laktasi adalah

    reflek prolaktin dan reflek aliran (let down reflex).

    1) Reflek prolaktin

    Pada saat bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat

    pada puting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent

    dibawa ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk

    mengeluarkan prolaktin ke dalam darah, melalui sirkulasi prolaktin

    memacu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah

    prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan

    dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi

    menghisap.

    b. Reflek aliran (let down reflex)

    Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain

    mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga

    mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitoksin.

    Dimana setelah oksitoksin dilepas ke dalam darah akan memacu otot

    polos yang mengelilingi alveoli dan ducktus untuk berkontraksi, sehingga

    memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting

    susu. Let down reflex dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau

    dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda- tanda lain dari let

    down reflex adalah tetesan pada payudara lain yang tidak sedang

  • 23

    dihisap oleh bayi, reflek ini dipengaruhi oleh kejiwaan ibu (Kristiyansari,

    2012).

    2. Komposisi ASI

    ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan

    garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara

    ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak sama dari

    waktu-kewaktu, hal ini berdasar stadium laktasi. Komposisi ASI menurut

    Kristiyansari (2012) dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

    a. Kolostrum

    ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga

    setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental

    berwarna kekuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI mature,

    bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan

    sel-sel epitel, dengan khasiat sebagai berikut :

    1) sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir

    sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

    2) mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama

    globulin, sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh

    terhadap infeksi.

    3) mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh

    bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai

    dengan 6 bulan.

  • 24

    b. ASI masa transisi. ASI yang dihasilkan mulai hari ke empat sampai

    hari ke sepuluh.

    c. ASI mature. ASI yang dihasilkan mulai hari ke sepuluh sampai

    seterusnya.

    3. Manfaat ASI

    Kristiyansari (2012), menyatakan bahwa ASI mempunyai

    manfaat yang cukup besar bagi bayi, ibu, keluarga maupun negara yaitu

    sebagai berikut :

    a. Bayi

    1) Membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik, bayi yang

    mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik

    setelah lahir, pertumbuhan setelah perinatal baik, dan

    mengurangi kemungkinan obesitas.

    2) Mendapatkan antibodi.

    3) Memberikan rasa nyaman dan aman bagi bayi dengan adanya

    proses menyusui oleh ibu.

    4) Terhindar dari alergi.

    5) Meningkatkan kecerdasan bayi.

    6) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan

    gigi.

    b. Ibu

    1) Menjarangkan kehamilan atau sebagai alat kontrasepsi.

  • 25

    2) Mencegah terjadinya perdarahan pasca pesalinan, anemia dan

    mencegah terjadinya kanker payudara dan ovarium.

    3) Menurunkan berat badan.

    4) Menumbuhkan rasa bangga karena merasa diperlukan oleh

    semua manusia.

    c. Keluarga

    1) Penghematan atau ekonomis

    2) Kebahagian keluarga bertambah karena kelahiran yang jarang

    sehingga mendekatkan hubungan bayi dan keluarga.

    3) Praktis karena tidak perlu repot menyiapkan alat-alat menyusui

    yang dapat diberikan dimana saja kapan saja.

    d. Negara

    1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

    2) Menghemat devisa Negara.

    3) Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit.

    4) Meningkatakan kualitas generasi penerus.

    D. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang IMD dengan Praktik IMD

    Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut

    early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir

    untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

    (Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada

    ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)

    merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi

  • 26

    oleh karena rangsangan sentuhan ibu, b a y i akan bergerak di

    atas perut ibu dan menjangkau payudara.

    Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan

    menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini

    bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

    menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi

    belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek

    menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),

    menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit

    setelah lahir.

    Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi menyusu

    dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera setelah lahir

    yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan aktivitas-

    aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu kemudian

    menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

    Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

    terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,

    pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan

    fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang

    terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal. Menurut Green

    bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

    pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan (Labbok et al,

    2013; Roesli, 2014).

  • 27

    Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang melakukan

    penginderaan melalui panca indera. Sebagian pengetahuan diperoleh

    melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu yang mampu

    mengetahui hingga mengevaluasi informasi yang diperoleh maka

    pengetahuannya akan baik sehingga dapat meningkatkan kesadaran ibu

    untuk melakukan IMD. Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu adanya

    pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang

    salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).

  • 28

    E. Landasan Teori

    Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan

    menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini

    bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

    menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi

    belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek

    menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),

    menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit

    setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi

    menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera

    setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan

    aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu

    kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

    Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

    terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,

    pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan

    fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang

    terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal. Menurut Green

    bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain

    pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas kesehatan (Labbok et al,

    2013; Roesli, 2014). Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu adanya

    pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan yang

    salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).

  • 29

    F. Kerangka Teori

    Faktor pendukung

    1. Faktor Internal

    a. Pengetahuan b. Sikap

    c. Pengalaman d. Persepsi

    2. Faktor Eksternal

    a. Fasilitas Kesehatan b. Penolong

    Persalinan c. Keluarga d. Orang Terdekat

    Faktor penghambat

    a. Persepsi ibu yang

    salah b. Persepsi masyarakat

    yang salah c. Persepsi petugas

    kesehatan yang salah

    Praktik IMD

    Gambar 1. Kerangka Teori dimodifikasi dari Alfian dkk, ( 2013); Labbok et al, (2013); Roesli (2014)

  • 30

    G..Kerangka konsep

    Keterangan

    Variabel bebas: pengetahuan tentang IMD

    Variable terikat: praktik IMD

    H. Hipotesis Penelitian

    Ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini

    (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini.

    Pengetahuan tentang IMD Praktik IMD

  • 31

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian adalah analitik, yaitu jenis penelitian untuk

    mengetahui hubungan antara faktor risiko dan kejadian penyakit.

    Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional Study,

    yaitu rancangan penelitian yang dilakukan pada satu waktu bersamaan

    antara variavel bebas dan terikat (Nursalam, 2013).

    Gambar 3. Skema Rancangan Cross Sectional

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dewi

    Sartika Kendari pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2017.

    Ibu Besalin

    Pengetahuan

    Tentang IMD

    Pengetahuan

    Tentang IMD

    Melakukan IMD

    optimal

    Melakukan IMD tidak

    optimal

    Pengetahuan

    Tentang IMD

    Melakukan IMD tidak optimal

    Melakukan IMD tidak

    optimal

    Melakukan IMD

    optimal

    Melakukan IMD

    optimal

    31

  • 32

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal di

    ruang kamar bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari

    bulan April sampai dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 ibu.

    2. Sampel dalam penelitian adalah ibu bersalin bulan April sampai

    dengan Mei tahun 2017 yang berjumlah 60 orang. Pengambilan

    sampel menggunakan tehnik total sampling yaitu semua populasi

    dijadikan sebagai sampel penelitian.

    D. Variabel Penelitian

    1. Variabel terikat (dependent) yaitu praktik IMD.

    2. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan tentang IMD.

    E. Definisi Operasional

    1. Praktik IMD adalah proses bayi menyusu setelah dilahirkan,

    dimana bayi diletakkan tengkurap diperut ibu dengan kontak

    langsung kulit ibu dan kulit bayi sampai bayi dapat menyusu

    sendiri. Skala ukur adalah ordinal.

    Kriteria objektif

    a. Melakukan IMD tapi tidak optimal: waktu IMD < 30 menit

    c. Melakukan IMD secara optimal: waktu IMD 30–60 menit

    (Unicef, 2012)

    2. Pengetahuan tentang IMD adalah kemampuan responden untuk

    mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan

    dengan inisiasi menyusu dini. Skala ukur adalah ordinal.

  • 33

    Kriteria objektif

    a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 16–20.

    b. Pengetahuan cukup: jika skor jawaban benar 12-15

    c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar ≤11.

    (Nursalam, 2013)

    F. Jenis dan Sumber Data Penelitian

    Jenis data adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner yang

    dibagikan pada ibu sebelum bersalin di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

    Kendari.

    [

    G. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

    checklist tentang praktik IMD dan kuesioner tentang pengetahuan IMD.

    Kuesioner pengetahuan terdiri dari 20 pertanyaan yaitu 10 pertanyaan

    favorable dan 10 unfavorable dengan pilihan jawaban benar atau salah.

    Jawaban benar untuk pertanyaan favorable diberi nilai 1 dan jawaban

    salah diberi nilai 0. Jawaban benar untuk pertanyaan unfavorable diberi

    nilai 0 dan jawaban salah diberi nilai 1. Skor jawaban tertinggi adalah 20,

    terendah adalah 0. Jawaban benar responden dihitung dan

    dikelompokkan berdasarkan kreiteria objektif.

  • 34

    H. Pengolahan dan Analisis Data

    a. Pengolahan Data

    Data yang telah dikumpul, diolah dengan cara manual dengan

    langkah-langkah sebagai berikut :

    1. Editing

    Dilakukan pemeriksaan/pengecekan kelengkapan data yang

    telah terkumpul, bila terdapat kesalahan atau berkurang dalam

    pengumpulan data tersebut diperiksa kembali.

    2. Coding

    Hasil jawaban dari setiap pertanyaan diberi kode angka sesuai

    dengan petunjuk.

    3. Tabulating

    Untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta

    pengambilan kesimpulan data dimasukkan ke dalam bentuk

    tabel distribusi.

    b. Analisis data

    1. Univariabel

    Data diolah dan disajikan kemudian dipresentasikan dan

    uraikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:

    Keterangan :

    f : variabel yang diteliti

    n : jumlah sampel penelitian

    Kxn

    fX

  • 35

    K: konstanta (100%)

    X : Persentase hasil yang dicapai

    2. Bivariabel

    Untuk mendeskripsikan hubungan antara independent variable dan

    dependent variable. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square.

    Adapun rumus yang digunakan untuk Chi-Square adalah :

    X2 =

    fe

    fefo 2

    Keterangan :

    Σ : Jumlah

    X2 : Statistik Shi-Square hitung

    fo : Nilai frekuensi yang diobservasi

    fe : Nilai frekuensi yang diharapkan

    Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah ada

    hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p value >

    0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang

    berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka H0 diterima dan

    H1 ditolak yang berarti tidak ada hubungan.

  • 36

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    1. Letak Geografis

    RSU Dewi Sartika Kendari terletak di Jalan Kapten Piere

    Tendean No.118 Kecamatan Baruga Kota Kendari Ibu Kota

    Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat strategis karena

    berada ditengah-tengah lingkungan pemukiman penduduk dan

    mudah dijangkau dengan kendaraan umum karena berada disisi

    jalan raya dengan batas-batas sebagai berikut :

    a. Sebelah utara : Perumahan penduduk

    b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tendean

    c. Sebelah timur : Perumahan penduduk

    d. Sebelah barat : Perumahan penduduk

    2. Lingkungan fisik

    RSU Dewi Sartika Kendari berdiri diatas tanah seluas 1.624

    m² dengan luas bangunan 957,90 m². RSU Dewi Sartika Kendari

    selama kurun waktu 7 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai

    dengan tahun 2016 telah melakukan pengembangan fisik

    bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan

    memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya

    masyarakat Kota Kendari.

    35

  • 37

    3. Status

    RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun /didirikan

    tahun 2009 dengan izin operasional sementara dari walikota

    Kendari No.56/IZN/XI/2010/001 tanggal 5 november 2010, maka

    rumah sakit ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan

    dibawah naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang

    sekaligus sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari

    telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah

    sakit type D.

    4. Organisasi dan Manajemen

    Pemimpin RSU Dewi Sartika Kendari disebut Direktur.

    Direktur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab penuh

    kepada pemilik rumah sakit dalam hal ini ketua Yayasan Widya

    Ananda Nugraha dan dibantu oleh Kepala Tata Usaha dan 4

    (empat) orang Kepala Bidang yakni ; Kepala Bidang Keuangan dan

    Klaim, Kepala Bidang Pelayanan Medik, Kepala Bidang Penunjang

    Medik, dan Kepala Bidang Perlengkapan dan sanitasi.

    a. Kepala Bidang Keuangan dan Klaim

    1) Kasir/Juru Bayar

    2) Administrasi Klaim

    b. Kepala Bidang Pelayanan Medik

    1) Instalasi Gawat Darurat

  • 38

    2) Instalasi Rawat Jalan (IRJ)

    3) Instalasi Rawat Inap (IRNA)

    4) Instalasi Gizi

    5) Instalasi Farmasi

    6) Kamar Operasi

    7) Rekam Medik

    8) HCU

    9) Ruang Sterilisasi, dll

    c. Kepala Bidang Penunjang Medis

    1) Laboratorium

    2) Radiologi

    d. Kepala Bidang Perlengkapan dan Sanitasi

    1) Perlengkapan

    2) Keamanan

    3) Kebersihan

    Selain pengorganisasian tersebut diatas terdapat 2 (dua) kelompok yang

    sifatnya kemitraan yakni :

    a. Komite Medik, dan

    b. Satuan Pengawasan Intern

    5. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit Umum Dewi Sartika

    Kendari

    Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan

    upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan

  • 39

    penyembuhan dan pemulihanyang dilaksanakan secara serasi dan

    terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta

    melaksanakan upaya rujukan.

    Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut

    diatas RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi :

    a. Menyelenggarakan pelayanan medik

    b. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

    c. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik

    d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan

    e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

    f. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan

    6. Sarana dan Prasarana

    Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah sebagai

    berikut :

    a. IGD, Poliklinik Spesialis, Ruangan perawatan Kelas I, Kelas II,

    Kelas 3 dengan fasilitasnya

    b. Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset

    sebagai cadangan

    c. Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur

    bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.

    d. Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan

    fasilitas Internet (Wi Fi)

    e. Alat Pemadam kebakaran

  • 40

    f. Pembuangan limbah

    g. Untuk sampah disediakan tempat sampah disetiap ruangan dan

    juga diluar ruangan, sampah akhirnya dibuang ketempat

    pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh

    mobil pengangkut sampah.

    h. Untuk limbah cair ditiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi

    dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah.

    i. Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.

    7. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika

    Kendari adalah sebagai berikut :

    a. Pelayanan medis

    1) Instalasi Gawat Darurat

    2) Instalasi Rawat Jalan, yaitu Poliklinik Obsgyn, Poliklinik

    Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata, Poliklinik

    Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik Radiologi,

    Poliklinik Jantung, Poliklinik Gigi Anak.

    3) Instalasi Rawat Inap

    a) Dewasa/Anak/Umum

    b) Persalinan

    4) Kamar Operasi

    a) Operasi Obsgyn

    b) Bedah umum

  • 41

    5) HCU

    b. Pelayanan penunjang medis, yaitu instalasi farmasi, radiologi,

    laboratorium, instalasi gizi, ambulance

    c. Pelayanan Non Medis, yaitu sterilisasi dan laundry

    8. Fasilitas Tempat Tidur

    Jumlah Tempat Tidur yang ada di RSU Dewi Sartika Kendari

    adalah sebanyak 91 buah tempat tidur yang terbagi dalam beberapa

    kelas perawatan yakni sebagai berikut

    Tabel 1.

    Jumlah Tempat Tidur RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Jenis Ruangan Jumlah

    VIP

    Kelas I

    Kelas II

    Kelas III/Bangsal/Intenal

    UGD

    Ruang Bersalin

    14

    10

    12

    37

    11

    7

    Jumlah 91

    Sumber : Data Primer

    9. Sumber Daya Manusia (SDM)

    Sumber Daya Manusia di RSU Dewi Sartika Kendari berjumlah 160

    terdiri dari (17: Part Time, 143: Full Time) dengan spesifikasi pendidikan

    sebagai berikut

  • 42

    Tabel 2

    Jumlah SDM RSU Dewi Sartika Kendari Tahun 2016

    Jenis Tenaga Status Ketenagaan Jenis Kelamin

    Tetap Tidak Tetap L P

    Tenaga Medis Dokter Spesialis Obgyn

    1

    1

    2

    -

    Dokter Spesialis Bedah - 1 1 -

    Dokter Spesialis Interna - 1 1 -

    Dokter Spesialis Anastesi - 1 1 -

    Dokter Spesialis PK - 1 - 1

    Dokter Spesialis Anak - 1 - 1

    Dokter Spesialis Radiologi - 1 1 -

    Dokter Spesialis THT - 1 - 1

    Dokter Spesialis Mata - 1 1 -

    Dokter Spesialis Jantung - 1 1 -

    Dokter Gigi Anak - 1 - 1

    Dokter Umum - 3 3 -

    Paramedis 1. S1 Keperawatan/Nurse

    2. D IV Kebidanan 3. D III Bidan 4. D III Keperawatan

    26

    5 43 56

    -

    2 - -

    10

    - - 11

    16

    7 43 45

    Tenaga Kesehatan Lainnya 1. Master Kesehatan 2. SKM

    3. Apoteker 4. D III Farmasi

    5. S 1 Gizi 6. D III Analis Kesehatan

    - 1 1

    1 1

    3

    - 1

    2 1

    - -

    - 1

    1 -

    - 1

    - 1

    1 2

    1 2

    Non Medis 1. DII/Keuangan

    2. Diploma Komputer 3. SLTA/SMA/SMU

    1 1 11

    - -

    -

    - -

    2

    1 1

    9

    Jumlah 67 19 24 60

    Sumber : Data Primer

    10. Sumber Pembiayaan

    Sumber pembiayaan RSU Dewi Sartika Kendari berasal dari :

    a. Pengelolaan Rumah Sakit

  • 43

    b. Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari

    B. Hasil Penelitian

    Penelitian hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu

    dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini telah dilaksanakan di

    Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari pada bulan April hingga

    Mei tahun 2017. Sampel penelitian adalah ibu bersalin di ruang kamar

    bersalin Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari berjumlah 60 ibu.

    Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis menggunakan SPSS versi

    24.

    Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel yang

    disertai penjelasan. Hasil penelitian terdiri dari analisis univariabel dan

    bivariabel. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut

    1. Analisis Univariabel

    Analisis univariabel adalah analisis setiap variabel untuk memperoleh

    gambaran setiap variabel dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariabel

    pada penelitian ini, yaitu analisis karakteristik responden, pengetahuan tentang

    IMD, praktik IMD. Hasil analisis univariabel sebagai berikut:

    a. Karakteristik Responden

    Karakteristik merupakan ciri atau tanda khas yang melekat pada diri

    responden yang membedakan antara responden yang satu dengan yang

    lainnya. Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari umur

  • 44

    responden, pendidikan, gravida. Karakteristik responden dapat dilihat

    pada tabel 3.

    Tabel 3

    Karakteristik Responden

    Karakteristik Jumlah

    N %

    Umur

    35 tahun

    7

    44

    9

    11,7

    73,3

    15,0

    Pendidikan

    SD

    SMP

    SMU

    PT

    1

    8

    44

    7

    1,7

    13,3

    73,3

    11,7

    Graviditas

    Primigravida

    Multigravida

    Grande Multigravida

    20

    32

    8

    33,3

    53,4

    13,3

    Sumber: Data Primer

    Data yang diperoleh tentang karakteristik responden pada

    penelitian ini adalah umur responden yang terbanyak adalah berumur 20-

    35 tahun sebanyak 44 ibu (73,3%), berpendidikan SMU sebanyak 44 ibu

    (73,7%) dan multipara sebanyak 32 ibu (53,3%).

    Kesimpulan yang diperoleh dari karakteristik responden yaitu

    sebagian besar usia responden dalam usia reproduksi sehat,

    berpendidikan SMU, dan pernah melahirkan sebelumnya.

  • 45

    b. Praktik IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017

    Praktik IMD adalah proses bayi menyusu setelah dilahirkan, dimana

    bayi diletakkan tengkurap diperut ibu dengan kontak langsung kulit ibu

    dan kulit bayi sampai bayi dapat menyusu sendiri. Praktik IMD dalam

    penelitian ini dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu tidak IMD, melakukan

    IMD tapi tidak optimal (waktu IMD

  • 46

    c. Pengetahuan Tentang IMD di RSU Dewi Sartika Tahun 2017

    Pengetahuan tentang IMD adalah kemampuan responden untuk

    mengetahui dan memahami sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan

    inisiasi menyusu dini. Pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori yaitu

    pengetahuan baik (skor 76–100%), pengetahuan cukup (skor 56-75%),

    pengetahuan kurang (skor

  • 47

    hubungan antara variabel independen (kategorik) dengan variabel

    independen (kategorik) dapat digunakan Uji Kai Kuadrat atau Chi Square.

    Analisis bivariabel pada penelitian ini yaitu analisis hubungan

    pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik

    inisisasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kendari. Hasil

    analisis dapat dilihat pada tabel 7.

    Tabel 7

    Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisisasi Menyusu Dini (IMD) Dengan Praktik Inisisasi Menyusu Dini di RSU Sartika Kendari

    Tahun 2017

    Pengetahuan tentang IMD

    Praktik IMD X2 (p-value)

    Optimal Tidak optimal n %

    n % n %

    Baik 12 66,7 11 26,2 23 38,3 9,9

    (0,007) Cukup 1 5,6 1 2,4 2 3,3 Kurang 5 27,7 30 71,4 35 58,4 Total 18 100 42 100 60 100

    Sumber: Data Primer

    p

  • 48

    C. Pembahasan

    Penelitian tentang hubungan hubungan pengetahuan ibu tentang

    inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini di RS

    Dewi Sartika telah dilaksanakan pada bulan April hingga Mei tahun 2017.

    Hasil penelitian menyatakan bahwa ada antara hubungan pengetahuan

    ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu

    dini.

    Hasil penelitian ini sesuai dengan Wahyuningsih (2014) di Klaten

    menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu bersalin

    tentang IMD dengan IMD di Bidan Praktik Swasta Benis Jayanto Kalten.

    Hasil penelitian Zainal dkk (2014) juga menyatakan hal yang sama bahwa

    ada korelasi yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan pelaksanaan

    IMD. Inisisasi menyusu dini dalam 1 jam pertama dapat memberikan

    peluang delapan kali lebih besar untuk keberhasilan pemberian ASI

    Eklsklusif (Fikawati dan Syafiq, 2013).

    Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering disebut

    early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

    menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

    (Roesli, 2014). Ketika bayi sehat di letakkan di atas perut atau dada

    ibu segera setelah lahir dan terjadi kontak kulit (skin to skin contact)

    merupakan pertunjukan yang menakjubkan, bayi akan bereaksi oleh

    karena rangsangan sentuhan ibu, bayi akan bergerak di atas perut ibu

    dan menjangkau payudara.

  • 49

    Gupta (2015) menyatakan inisiasi menyusu dini disebut sebagai

    tahap ke empat persalinan yaitu tepat setelah persalinan sampai satu jam

    setelah persalinan, meletakkan bayi baru lahir dengan posisi tengkurap

    setelah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan, tidak

    dibungkus di dada ibunya segera setelah persalinan dan memastikan

    bayi mendapat kontak kulit dengan ibunya, menemukan puting susu

    dan mendapatkan kolostrom atau ASI yang pertama kali keluar. Inisiasi

    menyusu dini adalah proses menyusu bukan menyusui yang merupakan

    gambaran bahwa inisiasi menyusu dini bukan program ibu menyusui

    bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri menemukan putting susu ibu

    (Alfian, dkk, 2013).

    Inisiasi menyusu dini merupakan proses menyusu bukan

    menyusui yang memberikan gambaran bahwa inisiasi menyusu dini

    bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif sendiri

    menemukan putting susu ibu (Alfian, dkk, 2013). Setelah lahir bayi

    belum menujukkan kesiapannya untuk menyusu (Gupta, 2015). Reflek

    menghisap bayi timbul setelah 20-30 menit setelah lahir. Roesli (2014),

    menyatakan bayi menunjukan kesiapan untuk menyusu 30-40 menit

    setelah lahir. Kesimpulan dari berbagai pengertian di atas, inisiasi

    menyusu dini adalah suatu rangkaian kegiatan dimana bayi segera

    setelah lahir yang sudah terpotong tali pusatnya secara naluri melakukan

    aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan puting susu ibu

    kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

  • 50

    Inisiasi menyusu dini bermanfaat bagi ibu dan bayi baik secara

    fisiologis maupun psikologis. Bagi ibu bermanfaat untuk mendorong

    keluarnya oksitoksin. Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada uterus

    sehingga membantu keluarnya plasenta dan mencegah perdarahan.

    Oksitoksin juga menstimulasi hormon-hormon lain yang menyebabkan

    ibu merasa aman dan nyaman, sehingga ASI keluar dengan cancer.

    Bagi bayi bermanfaat memberikan kehangatan, ketenangan sehingga

    napas dan denyut jantung bayi menjadi teratur.

    Bayi memperoleh kolostrom yang mengandung antibodi dan

    merupakan imunisasi pertama. Di samping itu, kolostrom juga

    mengandung faktor pertumbuhan yang membantu usus bayi

    berfungsi secara efektif, sehingga mikroorganisme dan penyebab alergi

    lain lebih sulit masuk ke dalam tubuh bayi (Rosita, 2013).

    Beberapa faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan IMD

    terdiri dari faktor internal dan eksternal. Pengetahuan, sikap,

    pengalaman dan persepsi ibu merupakan faktor internal sedangkan

    fasilitas kesehatan, petugas penolong persalinan, keluarga dan orang

    terdekat serta lingkungan merupakan faktor eksternal (Labbok et al,

    2013). Menurut Green bahwa pelaksanaan IMD dipengaruhi oleh

    beberapa faktor antara lain pengetahuan ibu, sikap ibu, perilaku petugas

    kesehatan (Roesli, 2014). Faktor penghambat pelaksanaan IMD yaitu

    adanya pendapat atau persepsi ibu, masyarakat dan petugas kesehatan

    yang salah atau tidak benar tentang (Roesli, 2014).

  • 51

    Hasil penelitian menyatakan bahwa semua ibu bersalin telah

    melakukan inisiasi menyusu dini namun sebagian besar belum optimal

    melakukan IMD. Ibu bersalin yang optimal melakukan IMD, sebagian

    besar pengetahuannya dala kategori baik sedangkan ibu bersalin yang

    tidak optimal melakukan IMD, sebagian besar pengetahuannya dalam

    kategori kurang. Hal ini menyatakan bahwa Semakin baik pengetahuan

    ibu tentang inisisasi menyusu dini (IMD) maka semakin optimal praktik

    inisisasi menyusu dini. Hal ini menyatakan bahwa ibu bersalin di RSU

    Dewi sartika telah memiliki pengetahuan tentang IMD namun,

    pengetahuan yang dimilikinya belum sepenuhnya benar tentang IMD

    sehingga ibu bersalin belum optimal dalam melakukan IMD.

    Menurut Notoatmojo (2012) bahwa dasar dari seseorang akan

    bertindak adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil tahu y ang

    terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

    tertentu. Penginderaan terjadi melalui p anca indera manusia yang terdiri

    dari indera p englihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

    diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan merupakan

    domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang

    (Notoatmodjo, 2012).

    Pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku ibu

    bersalin dalam melakukan IMD, sehingga pengetahuan sangat penting

    untuk membentuk perilaku seseorang. Tingkat pengetahuan dikategorikan

  • 52

    baik apabila ibu bersalin mengetahui dengan benar praktik IMD

    sehingga praktik IMD dapat optimal dilaksanakan.

    Semakin baik pengetahuan ibu bersalin tentang, maka perilaku yang

    ditunjukkan untuk melakukan IMD juga semakin optimal. Pengetahuan

    yang baik akan mempengaruhi sikap ibu bersalin untuk melakukan IMD

    secara optimal. Menurut Azwar (2013), hal tersebut karena pengetahuan

    seseorang tentang sesuatu hal akan mempengaruhi sikapnya. Sikap

    positif maupun negatif tergantung dari pemahaman individu tentang suatu

    hal tersebut, sehingga sikap ini selanjutnya akan mendorong individu

    melakukan perilaku tertentu pada saat dibutuhkan, tetapi kalau sikapnya

    negative, justru akan menghindari untuk melakukan perilaku tersebut.

    Individu mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait.

    Pengetahuan ibu bersalin dipengaruhi oleh usia, tingkat

    pendidikan, pengalaman melahirkan sebelumnya. Menurut Sulistina

    (2014) bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

    pendidikan seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima informasi.

    Pada hasil penelitian diketahui bahwa sebagian pendidikan ibu bersalin

    adalah SMU, hal berarti pendidikan ibu bersalin masih dalam dalam

    kategori pendidikan menengah sehingga mempengaruhi pengetahuan

    yang dimilikinya dan praktik IMD.

    Umur dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Menurut

    Nursalam (2013), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

    dilahirkan sampai berulang tahun. Menurut Hucklock (2014) semakin

  • 53

    cukup umur, tingkat kemantangan dan kekuatan seseorang akan lebih

    matang dalam berpikir dan bekerja jadi semakin matangnya umur seorang

    semakin matang pula pemikirannya tentang IMD. Umur ibu bersalin di

    RSU Dewi sartika sebagian besar dalam kategori reproduksi sehat (20-35

    tahun), dalam hal ini umur ibu sudah mendukung dalam hal pengetahuan

    dan praktik IMD.

    Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan seseorang.

    Pengalaman yang pernah dialami seseorang akan menambah

    pengetahuan orang tersebut dan dap at menjadi sumber pengetahuan

    yang bersifat informal (Nursalam, 2013). Hasil penelitian menyatakan

    bahwa sebagian besar ibu bersalin pernah melahirkan sebelumnya,

    namun ada juga yang baru melahirkan anak pertama. Hasil penelitian ini

    sesuai dengan teori bahwa pengalaman mempengaruhi pengetahuan dan

    praktik IMD. Ibu bersalin yang pernah melahirkan sebelumnya akan

    memiliki pengetahuan yang baik tentang IMD dan melakukan IMD secara

    optimal dibandingkan dengan baru pertama kali melahirkan.

    Ibu bersalin yang memiliki pengetahuan yang kurang akan

    cenderung mengabaikan kesehatan dan pada akhirnya akan memiliki

    tindakan yang akan membahayakan bagi dirinya sendiri. Ibu bersalin yang

    memiliki pengetahuan kurang tentang IMD akan memilih perilaku yang

    kurang tepat tentang IMD (Indriastuti,2014). Kurangnya pengetahuan

    dapat diperparah dengan kurangnya informasi karena adanya anggapan

    atau persepsi yang salah tentang IMD dan hal-hal yang menyertainya.

  • 54

    Informasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

    pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2012). Informasi dapat

    menstimulus seseorang, sumber informasi dapat diperoleh dari media

    cetak (surat kabar, leaflet, p oster), media elektronik (televisi, radio,

    video), keluarga, dan sumber informasi lainny a (Sariyati, 2015). Setelah

    seseorang memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber informasi

    maka akan menimbulkan sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2012).

  • 55

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Praktik IMD pada ibu bersalin di RSU Dewi Sartika Kendari dalam

    kategori tidak optimal (70,0%).

    2. Pengetahuan ibu bersalin tentang IMD di RSU Dewi Sartika

    Kendari dalam kategori baik (58,4%).

    3. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang inisisasi menyusu dini

    (IMD) dengan praktik inisisasi menyusu dini.

    B. Saran

    1. Petugas kesehatan khususnya di Rumah Sakit diharapkan selalu

    menginformasikan kepada ibu bersalin tentang IMD dan lamanya

    waktu melakukan IMD.

    2. Ibu hamil dan bersalin diharapkan selalu mencari informasi tentang

    IMD dan manfaat IMD.

    55

  • 56

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik, Kantor Menteri Negara Kependudukan/Badan

    Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen

    Kesehatan, & Macro International Inc. (2013). Survei Demografi

    dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

    Dewi, Wawan, A. ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap

    dan Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

    Fikawati, Syafiq, (2013) Hubungan antara menyusui segera (immediate

    breastfeeding) dan pemberian ASI eksklusif sampai dengan empat

    bulan. J Kedokter Trisakti: Vol.22 No.2.

    Kemenkes RI. ( 2010) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Perkumpulan

    Obstetrik dan Ginekologi Indonesia.

    Kristiyansari, W., (2009) ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha

    Medika.

    Kusumawardani (2010). ASI Bikin Anak Cerdas. Jakarta:Penerbit

    Djambatan.

    Labbok, M., Cooney, K. dan Coly, S. (2013) Guidelines: breastfeeding,

    family planning and the lactational amenorrhea methods-LAM.

    Washington, DC: Institute for Reproductive Health.

    Notoatmodjo, S., (2010) Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

    Rineka Cipta

    Nursalam, (2019) Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.

    Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

    Riordan, J., Wambach, K. (2010) Breastfeeding and Human

    Lactation 4th. Edition. Massachusetts : Jones and Bartlett Publisher.

    Roesli U. (2014) Inisiasi Menyusu Dini Plus Asi Ekslusif. Jakarta:

    Pustaka Bunda.

    Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, (2016) Laporan Tahunan Rumah Sakit

    tahun 2014 s/d periode Januari sd. September 2016. Kendari:

    RSU Dewi Sartika.

  • 57

    Sugiono (2012) Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabet.

    Wahyuningsih, Heni, P. (2009) Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat

    dalam Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

    Wawan, Dewi, ( 2010) Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

    Perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

    World Health Organization. (2015) Promoting Proper Feeding For Infants

    and Young Children. Geneva: WHO.

    Zaenal, E., Suteja, E., Madjid, T.H., (2014) hubungan pengetahuan, sikap

    ibu menyusui, IMD dan peran bidan dengan pelaksanaan ASI

    eksklusif dan untuk mengetahui faktor apa yang memengaruhi

    peran bidan dalam pelaksanaan IMD dan ASI ekskusif di wilayah

    kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu. Tesis. Unpad.

  • 58

    LAMPIRAN

  • 59

  • 60

  • 61

    LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

    Kepada

    YTH

    Bapak / ibu / saudara responden

    Di RSU Dewi Sartika

    Nama saya K omang Ind rawa ti , mahasiswa Program D-III

    Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan. Saat

    ini saya sedang melakukan penelitian yang bertujuan mengetahui

    hubungan pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini dengan

    praktik inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika yang

    mana penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam

    menyelesaikan tugas akhir di Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan

    Kebidanan.

    Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk

    berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu

    dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak

    yang membahayakan. Jika ibu bersedia, saya akan memberikan

    lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang telah disediakan untuk

    diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin

    kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan

    digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini.

    Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan

    partisipasinya disampaikan terima kasih.

    Kendari, 2017

    Responden Peneliti

    ……………. (Komang Indrawati)

  • i

    KUESIONER PENELITIAN

    HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

    DENGAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT UMUM

    DEWI SARTIKA KENDARI

    TAHUN 2017

    No. Responden :…………… Diisi oleh peneliti

    Karakteristik Responden

    1. Umur :

    2. Pendidikan Terakhir :

    a. SD

    b. SMP

    c. SMU

    d. PERGURUAN TINGGI

    3. Anak Ke

    :

    PENGETAHUAN TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

    Pilihlah Salah Satu Jawaban Dengan Memberikan Tanda (√)

    PERTANYAAN BENAR SALAH

    1. Inisiasi menyusu dini (IMD) adalah memberi

    kesempatan pada bayi baru lahir untuk

    menyusu sendiri pada ibunya dalam 1 jam

    pertama

    2. Inisiasi menyusu dini (IMD) dimulai setelah 1

    jam persalinan

  • 3. Inisiasi menyusu dini (IMD) dimulai

    meletakkan bayi baru lahir dengan

    menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan

    tubuhnya namun belum dibersihkan dan tidak

    dibungkus di dada ibunya segera setelah

    persalinan

    4. Dalam Inisiasi menyusu dini (IMD) bayi

    menemukan putting susu ibunya

    5. Dalam Inisiasi menyusu dini (IMD) bayi

    mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI

    keluar

    6. Inisiasi menyusu dini (IMD) mengurangi

    produksi hormon ibu

    7. Inisiasi menyusu dini (IMD) dapat menjalin

    rasa kasih sayang ibu dan bayi

    8. Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam

    mengagalkan keberhasilan ASI eksklusif

    9. Kolostrum kaya akan vitamin A yang akan

    membantu menjaga kesehatan mata dan

    mencegah infeksi

    10. Inisiasi Menyusu Dini dapat menurunkan

    kekebalan tubuh bayi

    11. Inisiasi Menyusu Dini dapat menurunkan

    kejadian kesakitan pada bayi

  • 12 Inisiasi Menyusu Dini menurunkan refleks

    menyusu bayi secara optimal

    13 Menunda permulaan menyusu dan kontak

    kulit dapat menyebabkan kesukaran dalam

    menyusu dan meningkatkan kematian bayi

    14 Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan

    respon bayi melekat pada payudara

    15 Bayi yang dipisahkan dari ibunya sangat

    bermanfaat untuk mendukung program ASI

    16 Memaksakan bayi untuk menyusu sebelum

    dia siap untuk disusukan dapat

    menyebabkan bayi menolak menyusui

    17 Dalam inisiasi menyusu dini bayi bukan

    menyusu melainkan disusui ibunya

    18 Dalam inisiasi menyusu dini bayi baru lahir

    biasanya sudah dibungkus sebelum diletakan

    di dada ibu sehingga tidak terjadi kontak kulit

    19 Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini

    dengan cara merangkak mencari parudara

    20 Dalam inisiasi menyusu dini dimulai dengan

    penciuman, emutan dan jilatan lidah bayi pada

    puting susu, akhirnya bayi akan meraih

    payudara dan meminumnya

  • PRAKTIK MENYUSU DINI

    1. Tidak dilakukan IMD

    2. Melakukan IMD

  • MASTER TABEL

    NO NAMA UMUR GPA PENDIDIKAN PENGETAHUAN

    PRAKTIK IMD

    SKOR NILAI KAT KATEGORI KATEGORI

    1. NY. M 26

    Tahun GI P0 A0 SMU 95 19 0

    BAIK OPTIMAL

    2. NY. A 41

    Tahun

    GIV PIII

    A0 SMU 90 18 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    3. NY. M 36

    Tahun GIII PI AI SMU 80 16 0

    BAIK OPTIMAL

    4. NY. R 34

    Tahun

    GV PI

    AIII SMU 80 16 0

    BAIK OPTIMAL

    5. NY. A 21

    Tahun GII PI A0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    6. NY. D 24

    Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2

    KURANG OPTIMAL

    7. NY. S 25

    Tahun

    GIII PII

    A0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    8. NY. D 30

    Tahun

    GIII PII

    A0 SMU 60 12 1

    KURANG OPTIMAL

    9. NY. S 33 Tahun

    GII PI A0 SMU 75 15 1 KURANG

    OPTIMAL

    10. NY. R 18

    Tahun GI P0 A0 SMP 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    11. NY. A 35

    Tahun

    GIII PII

    A0 SMU 60 12 1

    KURANG OPTIMAL

    12. NY. M 24

    Tahun GI P0 A0 SMU 50 10 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    13. NY. N 18

    Tahun GI P0 A0 SMP 45 9 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    14. NY. N 17

    Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

  • 15. NY. N 24

    Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    16. NY. M 30

    Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    17. NY. S 26

    Tahun GI P0 A0 SMU 70 14 1

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    18. NY. M 28

    Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    19. NY. R 22

    Tahun GII PI A0 SMU 50 10 2

    KURANG OPTIMAL

    20. NY.N 30

    Tahun GII PI A0 SMU 90 18 0

    BAIK OPTIMAL

    21. NY. S 38 Tahun

    GIII PII A0

    SMU 45 9 2 KURANG

    OPTIMAL

    22. NY. R 16

    Tahun GI P0 A0 SD 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    23. NY. A 21

    Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    24. NY.W 41

    Tahun

    GIII PII

    A0

    Perguruanting

    gi 80 16 0

    BAIK OPTIMAL

    25. NY. H 19 Tahun

    GI P0 A0 SMP 60 12 1 KURANG

    TIDAK OPTIMAL

    26. NY.S 29

    Tahun GII PI A0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    27. NY. Y 27

    Tahun GIII PI AI SMU 45 9 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    28. NY. A 36

    Tahun

    GIII PII

    A0

    Perguruanting

    gi 90 18 0

    BAIK OPTIMAL

    29. NY. N 32

    Tahun GII PI A0 Perguruanting

    gi 90 18 0

    BAIK OPTIMAL

    30. NY. M 31

    Tahun GII PI A0 SMU 80 16 0

    BAIK OPTIMAL

    31. NY. S 32

    Tahun GIII PI AI SMU 85 17 0

    BAIK OPTIMAL

    32. NY. S 26 GI P0 A0 SMU 50 10 2 KURANG TIDAK

  • Tahun OPTIMAL

    33. NY. O 39

    Tahun

    GIV PII

    AI SMU 50 10 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    34. NY. M 27 Tahun

    GII PI A0 SMU 90 18 0 BAIK

    OPTIMAL

    35. NY. R 47

    Tahun

    GXI PX

    AI SMP 50 10 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    36. NY. R 18

    Tahun GI P0 A0 SMP 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    37. NY. H 22

    Tahun GI P0 A0 SMU 85 17 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    38. NY. N 35 Tahun

    GIII PII A0

    SMU 45 9 2 KURANG

    TIDAK OPTIMAL

    39. NY. L 31

    Tahun

    GIII PII

    A0 SMU 50 10 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    40. NY. N 24

    Tahun GI P0 A0 SMU 45 9 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    41. NY. N 33

    Tahun

    GIII PII

    A0 SMU 85 17 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    42. NY. S 34

    Tahun GI P0 A0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    43. NY. S 23

    Tahun GII PI A0 SMU 85 17 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    44. NY. S 31

    Tahun GIII PI AI SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    45. NY. U 25 Tahun

    GIII PII A0

    SMU 60 12 1 KURANG

    TIDAK OPTIMAL

    46. NY. S 28

    Tahun

    GIII PII

    A0

    Perguruanting

    gi 90 18 0

    BAIK OPTIMAL

    47. NY. B 25

    Tahun GI P0 A0 Perguruanting

    gi 90 18 0

    BAIK OPTIMAL

    48. NY. E 26

    Tahun

    GIII PII

    A0

    Perguruanting

    gi 45 9 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    49. NY. M 32 Tahun

    GIII PII A0

    SMU 85 17 0 BAIK

    TIDAK OPTIMAL

  • 50. NY. S 26

    Tahun

    GIII PII

    A0 SMU 85 17 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    51. NY. N 18

    Tahun GI P0 A0 SMP 45 9 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    52. NY. L 28

    Tahun GI P0 A0 Perguruanting

    gi 80 16 0

    BAIK OPTIMAL

    53. NY. L 27

    Tahun GII PIA0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    54. NY. Y 35

    Tahun

    GIV PII

    AI SMU 90 18 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    55. NY. W 27

    Tahun

    GIII PII

    A0 SMU 50 10 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    56. NY. P 37 Tahun

    GVII PV AI

    SMU 50 10 2 KURANG

    TIDAK OPTIMAL

    57. NY. R 35

    Tahun GIII PI AI SMU 90 18 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    58. NY. Y 36

    Tahun

    GIV PIII

    A0 SMU 55 11 2

    KURANG TIDAK

    OPTIMAL

    59. NY. S 31

    Tahun GI P0 A0 SMU 85 17 0

    BAIK TIDAK

    OPTIMAL

    60. NY.W 29 Tahun

    GIV PIII A0

    SMU 85 17 0 BAIK

    TIDAK OPTIMAL

  • PENDOKUMENTASIAN PENELITIAN