15
1 HUBUNGAN METODE EDUKASI GIZI TENTANG DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP ( POSTPRANDIAL) PA DA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG dr. Siswanto*, Fuadiy ah Nila Kurniasari* *, Ire ka Rizka Day ana** Abstrak Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai kadar glukosa darah melebihi nilai normal. Prevalensi DM Tipe 2 menurut Departemen Kesehatan (2008) sebesar 12,8% dan menurut Dinas Kesehatan Kota Malang (2011) sebesar 30,97%. Upaya pencegahan dan penanganan penyakit degeneratif ini dengan merubah pola hidup dan pola makan masyarakat. Perubahan ini bisa dilakukan melalui edukasi gizi berupa konseling atau pemberian leaflet . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara metode edukasi gizi terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp (  postpran dial ) pada pasien DM tipe 2. Studi true experiment menggunakan  pretest posttest w ith control group design terhadap penderita DM tipe 2. Sampel dipilih dengan cara randomisasi dimana satu kelompok mendapat konseling dan kelompok lain mendapat leaflet . Besar sampel masing- masing kelompok 21 orang. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode konseling dengan metode pemberian leaflet terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp responden (Independent t-test, 213,95±80,51 vs. 218,38±73,73, p=0,519), namun terdapat perbedaan rerata kadar glukosa darah 2 jam pp yang bermakna sebelum dan sesudah konseling atau pemberian leaflet (Paired t-test, p<0,05). Baik metode konseling maupun metode pemberian leaflet tidak menunjukkan perbedaan terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp responden. Kata kunci : DM tipe 2, metode edukasi gizi, kadar glukosa darah 2 jam pp (  postpran dial ) Abstract Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that characterized blood glucose levels to an exceeded normal value. The prevalence of type 2 diabetes is 12,8% and 30,97% based on data from Department of Health (2008) and Malang City Health Department (2011) respectively. Changing lifestyle and eating habits could be used for preventing and treating degenerative disease. These change can be done through nutrition education by counseling or giving leaflets. The aim to determine the correlation of nutrition education method to the changes in 2 hours postprandial blood glucos e levels in patients with type 2 diabetes. The study us ed a pretest-posttest true exp erimental control g roup de sign. Samples were s elected by randomization in which one group received counseling and the other group received the leaflet. The sample size of each group is 21 people. No significant differences between counseling and giving leaflets to change 2 hour postprandial blood glucose levels ’s respondent (Independent t-test, 213,95±80.51 vs. 218,38±73,73, p= 0,519), but there are significantly different in 2 hour postprandial blood glucose levels before and after either counseling or giving leaflets (Paired t-test, p<0,05). Conclusion: Both methods of c ounseling and giving leaflet have no differences on changes in 2 hour postprandial blood glucose levels respondents. Keyword: Type 2 diabetes, nutrition education method, 2 hour postprandial blood glucose levels * Program Studi Pendidikan Dokter FKUB ** Program Studi Ilmu Gizi FKUB

Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 1/15

1

HUBUNGAN METODE EDUKASI GIZI TENTANG DIABETES MELITUS TIPE 2TERHADAP PERUBAHAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM PP (POSTPRANDIAL)

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2DI PUSKESMAS KEDUNGKANDANG KOTA MALANG

dr. Siswanto*, Fuadiyah Nila Kurniasari**, Ireka Rizka Dayana**

Abstrak

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai kadar glukosa darahmelebihi nilai normal. Prevalensi DM Tipe 2 menurut Departemen Kesehatan (2008) sebesar 12,8% dan menurut Dinas Kesehatan Kota Malang (2011) sebesar 30,97%. Upayapencegahan dan penanganan penyakit degeneratif ini dengan merubah pola hidup dan polamakan masyarakat. Perubahan ini bisa dilakukan melalui edukasi gizi berupa konseling ataupemberian leaflet . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara metodeedukasi gizi terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp ( postprandial ) pada pasienDM tipe 2. Studi true experiment  menggunakan  pretest posttest with control group design 

terhadap penderita DM tipe 2. Sampel dipilih dengan cara randomisasi dimana satukelompok mendapat konseling dan kelompok lain mendapat leaflet . Besar sampel masing-masing kelompok 21 orang. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode konselingdengan metode pemberian leaflet  terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam ppresponden (Independent t-test, 213,95±80,51 vs. 218,38±73,73, p=0,519), namun terdapatperbedaan rerata kadar glukosa darah 2 jam pp yang bermakna sebelum dan sesudahkonseling atau pemberian leaflet  (Paired t-test, p<0,05). Baik metode konseling maupunmetode pemberian leaflet  tidak menunjukkan perbedaan terhadap perubahan kadar glukosadarah 2 jam pp responden.

Kata kunci: DM tipe 2, metode edukasi gizi, kadar glukosa darah 2 jam pp ( postprandial )

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease that characterized blood glucose levels to anexceeded normal value. The prevalence of type 2 diabetes is 12,8% and 30,97% based ondata from Department of Health (2008) and Malang City Health Department (2011)respectively. Changing lifestyle and eating habits could be used for preventing and treatingdegenerative disease. These change can be done through nutrition education by counselingor giving leaflets. The aim to determine the correlation of nutrition education method to thechanges in 2 hours postprandial blood glucose levels in patients with type 2 diabetes. Thestudy used a pretest-posttest true experimental control group design. Samples were selectedby randomization in which one group received counseling and the other group received the

leaflet. The sample size of each group is 21 people. No significant differences betweencounseling and giving leaflets to change 2 hour postprandial blood glucose levels ’srespondent (Independent t-test, 213,95±80.51 vs. 218,38±73,73, p= 0,519), but there aresignificantly different in 2 hour postprandial blood glucose levels before and after either counseling or giving leaflets (Paired t-test, p<0,05). Conclusion: Both methods of counseling

and giving leaflet have no differences on changes in 2 hour postprandial blood glucose levelsrespondents.

Keyword: Type 2 diabetes, nutrition education method, 2 hour postprandial blood glucose

levels

* Program Studi Pendidikan Dokter FKUB

** Program Studi Ilmu Gizi FKUB

Page 2: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 2/15

2

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus  (DM)merupakan penyakit kelainanmetabolisme yang disebabkan

kurangnya produksi insulin ataugangguan pada fungsi insulin,meskipun jumlahnya normal. Hal inidisebabkan karena terjadi kerusakanpada sebagian atau seluruh sel-selkelenjar pankreas (sel beta). Kondisi inimenyebabkan gula (dalam bentukglukosa) yang dikonsumsi tidak dapatdiproses secara sempurna. Akibatnya,kadar gula dalam darah meningkat(Utami, 2009).

Berdasarkan survei yang

dilakukan Badan Kesehatan Dunia atauWorld Health Organization (WHO)tahun 2011 jumlah penderita diabetesmelitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesiamenempati urutan keempat terbesar dalam jumlah penderita diabetesmelitus di dunia setelah India, Cina,dan Amerika Serikat. Pada tahun 2011,terdapat sekitar 5,6 juta pendudukIndonesia yang mengidap diabetesmelitus. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menyatakanbahwa prevalensi nasional penyakit DMdi Indonesia sebanyak 5,7%. Dari 17provinsi di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yangmempunyai prevalensi penyakit DMdiatas prevalensi nasional, yaitusebanyak 6,8%. Penelitian oleh BadanPenelitian dan Pengembangan Depkes2001, menunjukkan bahwa prevalensiDM tipe 2 terbesar pada usia 25-64tahun yaitu sebesar 12,8% (Depkes,

2008). Berdasarkan data dari DinasKesehatan Kota Malang dan BadanPusat Statistik Kota Malang (2011),prevalensi tertinggi DM tipe 2 padatahun 2011 berdasarkan kelompokumur 40-64 tahun terdapat diPuskesmas Kedungkandang yaitusebesar 30,97%. Hal tersebutmenggambarkan tingginya kejadian DMtipe 2 di Puskesmas KedungkandangKota Malang.

Peningkatan prevalensi DM

dihubungkan dengan gaya hidup dan

diet. Gaya hidup yang saat ini banyakdianut adalah gaya hidup kebarat-baratan yang dicirikan dengankurangnya aktifitas fisik dan pemilihanmakanan yang tidak sehat yangmerupakan pencetus terjadinya DM tipe2 (Pusthika, 2011).

Menurut Karyadi (2002), suatulangkah yang bisa diambil sebagaiupaya pencegahan dan penangananpenyakit degeneratif ini adalah denganmerubah perilaku hidup masyarakatterutama dalam memilih makanansehari-hari. Perubahan ini bisadilakukan melalui pendidikan kesehatanyaitu edukasi gizi (nutrition education)

berupa penyuluhan dan konsultasi gizi.Edukasi gizi merupakan usahadi bidang kesehatan untuk membantuindividu, kelompok atau masyarakatdalam meningkatkan pengetahuan dankemampuan responden menujukonsumsi pangan yang sehat danbergizi sesuai dengan kebutuhan tubuh(Widhayati, 2009). Metode dalamedukasi gizi dibedakan menjadi metodeberdasarkan teknik komunikasi yaitumetode penyuluhan langsung dengan

cara konseling gizi dan metodepenyuluhan tidak langsung dengancara membaca leaflet (Stang dan Story,2005).

Tujuan umum dari penelitian iniadalah mengetahui hubungan metodeedukasi gizi tentang diabetes melitus(DM) tipe 2 terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp  ( postprandial )pada pasien diabetes melitus tipe 2 diPuskesmas Kedungkandang KotaMalang. Tujuan khusus penelitian ini

antara lain (1) Mengkaji perbedaanrerata nilai pengetahuan respondenterkait DM tipe 2 sebelum dan sesudahkonseling gizi maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . (2)Mengkaji perbedaan rerata nilai sikapresponden terkait DM tipe 2 sebelumdan sesudah konseling gizi maupunsebelum dan sesudah pemberianleaflet . (3) Mengkaji perbedaan rerataasupan energi, protein, lemak, dankarbohidrat responden DM tipe 2sebelum dan sesudah konseling gizi

Page 3: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 3/15

3

maupun sebelum dan sesudahpemberian leaflet . (4) Mengkajiperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp (postprandial) responden DMtipe 2 antara yang diberi konseling gizidengan pemberian leaflet . (5) Mengkajiperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp (postprandial) responden DMtipe 2 sebelum dan sesudah konselinggizi maupun sebelum dan sesudahpemberian leaflet .

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunkanrancangan True Experiment  denganmenggunakan rancangan Pretest 

Posttest with Control Group. Dalamrancangan ini dilakukan randomisasi(R), dimana intervensi pada setiapsampel yang terpilih dari populasi(subjek) dilakukan berdasarkan acakatau random. Kemudian dilakukan

 pretest  (O1), diikuti intervensi (X1 danX2), setelah beberapa waktu dilakukan

 posttest (O2) (Notoatmodjo, 2010).Populasi dalam penelitian ini

adalah penderita diabetes melitus tipe 2dengan kadar glukosa darah 2 jam pp( postprandial ) ≥200 mg/dl yangmenjadi pasien di PuskesmasKedungkandang Kota Malang. Sampelpenelitian yang diambil adalah sampelyang memenuhi kriteria inklusi(Notoadmodjo, 2010), sebagai berikut:(1) Pasien di PuskesmasKedungkandang Kota Malang. (2)Pasien menderita DM tipe 2. (3) Usia>40 sampai kurang dari 65 tahun danmasih melakukan aktifitas fisik. (4)

Menggunakan obat metformin atauglibenklamid atau kombinasi metformindan glibenklamid. Obat yangdikonsumsi responden harus homogensupaya tidak menjadi confounding factor . (5) Bersedia menjadi sampelpenelitian dan mau menandatangani informed consent. Adapun kriteriaeksklusinya, sebagai berikut: (1)Menggunakan diet tertentu. (2) Pasienmenderita komplikasi jantung. (3)Responden pindah ke kota lain ketika

masih dalam penelitian.

 Analisis data yang digunakanuntuk mengetahui hubungan metodeedukasi gizi tentang diabetes melitustipe 2 terhadap perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp  ( postprandial )pada pasien diabetes melitus tipe 2,diolah dengan menggunakan softwareSPSS 16.0 for Window , dengan ujiparametrik Independent t-test . Untukmengetahui perubahan tingkatpengetahuan, sikap, pola makan(asupan energi, protein, lemak, dankarbohidrat), dan perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp pada pasiendiabetes melitus tipe 2 antara sebelumdan sesudah konseling atau pemberian

leaflet  diuji dengan menggunakan ujiPaired t-test , apabila tidak memenuhisyarat (distribusi data tidak normal),maka menggunakan uji non parametrikWilcoxon signed-rank test  (Dahlan,2011).

HASIL PENELITIAN DAN ANALISISDATA

Pengetahuan

Pengetahuan responden diuji dengan

menggunakan  pretest  kemudianresponden diberi konseling atau leaflet ,dua minggu kemudian dilakukan

 posttest . Perbedaan rerata nilaipengetahuan responden sebelum dansesudah konseling maupun pemberianleaflet disajikan pada Tabel 1. 

Tabel 1. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Wilcoxondengan IK 95% diperoleh nilai p-valuepengetahuan pada metode konseling

adalah 0,001 (p<0,05), dan nilai p-valuepengetahuan pada metode pemberianleaflet  adalah 0,003 (p<0,05), artinyaterdapat perbedaan rerata nilaipengetahuan yang bermakna sebelumdan sesudah konseling maupunsebelum dan sesudah pemberianleaflet . Dengan kata lain, terjadiperubahan nilai pengetahuanresponden setelah diberi konselingmaupun diberi leaflet .

Page 4: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 4/15

4

Tabel 1.Perbedaan Rerata Nilai Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Konseling

maupun Pemberian Leaflet 

Pengetahuan Mean Rank Sig*

Sebelum dan sesudahkonseling

Negative ranks 1a 18,00

0,001Positive ranks 19b 10,11Ties 1c

Total 21

Sebelum dan sesudahpemberian leaflet 

Negative ranks 3a 6,00

0,003Positive ranks 15b 10,20Ties 3c

Total 21*Uji Wilcoxon

Keterangan: a. Pengetahuan setelah intervensi < pengetahuan sebelum intervensi

b. Pengetahuan setelah intervensi > pengetahuan sebelum intervensi

c. Pengetahuan setelah intervensi = pengetahuan sebelum intervensi

Pada metode konseling terdapat19 orang dengan hasil nilaipengetahuan setelah konseling lebihbaik daripada sebelum konseling,sedangkan pada metode pemberianleaflet  terdapat  15 orang dengan hasilpengetahuan setelah pemberian leaflet  lebih baik daripada sebelum pemberianleaflet . Dapat disimpulkan bahwa

metode konseling lebih baik daripadametode pemberian leaflet  dalammeningkatkan nilai pengetahuanresponden.

Sikap

Sikap responden diuji denganmenggunakan  pretest  kemudianresponden diberi konseling atau leaflet ,dua minggu kemudian dilakukan

 posttest . Perbedaan rerata nilai sikapresponden sebelum dan sesudahkonseling maupun pemberian leaflet  disajikan pada Tabel 2. 

Tabel 2.Perbedaan Rerata Nilai Sikap Responden Sebelum dan Sesudah Konseling maupun

Pemberian Leaflet 

Sikap Mean Rank Sig*

Sebelum dan sesudah

konseling

Negative ranks 0a 0,00

0,001

Positive ranks 14b 7,50

Ties 7c

Total 21

Sebelum dan sesudahpemberian leaflet 

Negative ranks 5a 9,10

0,042Positive ranks 14

b10,32

Ties 2c

Total 21*Uji Wilcoxon

Keterangan: a. Sikap setelah intervensi < s ikap sebelum inte rvensi

b. Sikap setelah intervensi > s ikap sebelum intervensi

c. Sikap setelah intervensi = sikap sebelum intervensi

Page 5: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 5/15

5

Tabel 2. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Wilcoxon dengan IK 95% diperoleh nilai p-valuesikap pada metode konseling adalah0,001 (p<0,05), dan nilai p-value sikappada metode pemberian leaflet  adalah0,042 (p<0,05), artinya terdapatperbedaan rerata nilai sikap yangbermakna sebelum dan sesudahkonseling maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . Dengankata lain, terjadi perubahan nilai sikapresponden setelah diberi konselingmaupun diberi leaflet .

Pada metode konselingmenunjukkan bahwa tidak ada

responden dengan hasil nilai sikapsetelah konseling lebih buruk daripadasebelum konseling, sedangkan padametode pemberian leaflet  terdapat 5orang dengan hasil nilai perubahansikap setelah pemberian leaflet  lebih

buruk daripada sebelum pemberianleaflet . Dapat disimpulkan bahwametode konseling lebih baik daripadametode pemberian leaflet  dalammerubah nilai sikap responden.

Pola Makan berdasarkan AsupanEnergi dan Zat Gizi (Protein, Lemak,dan Karbohidrat) dari Hasil Recall 24Jam

Perubahan pola makanberdasarkan asupan energi, protein,lemak, dan karbohidrat) respondendilihat dengan metode recall 24 jamkemudian responden diberi konselingatau leaflet , setelah dua minggu

dilakukan recall 24 jam  kembali.Perbedaan rerata asupan energi danzat gizi responden sebelum dansesudah konseling maupun pemberianleaflet disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.Perbedaan Rerata Asupan Energi, Protein, Lemak, dan Karbohidrat Responden

Sebelum dan Sesudah Konseling maupun Pemberian Leaflet 

Metode Edukasi Asupan Mean ± SD  Δ Mean Sig*

Konseling

SebelumEnergi

1245,84 ± 275,04-95,89 0,003

Sesudah 1341,72 ± 293,89Sebelum

Protein38,19 ± 10,58

-12,01 0,001Sesudah 50,20 ± 10,36Sebelum

Lemak38,64 ± 11,65

-9,6 0,004Sesudah 48,25 ± 9,47Sebelum

Karbohidrat207,34 ± 39,05

-87,6 0,000Sesudah 294,97 ± 60,21

PemberianLeaflet 

SebelumEnergi

1264,56 ± 401,48-127,14 0,001

Sesudah 1391,70 ± 306,99Sebelum

Protein

43,18 ± 8,12

-7,43 0,016Sesudah 50,61 ± 8,93Sebelum

Lemak38,10 ± 14,24

-10,48 0,005Sesudah 48,58 ± 8,80Sebelum

Karbohidrat184,27 ± 63,55

-80,74 0,000Sesudah 265,00 ± 64,82

*Uji Paired t-test 

Tabel 3. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Paired t-test dengan IK 95% diperoleh nilai p-valueasupan energi, protein, lemak, dankarbohidrat pada metode konseling

berturut-turut adalah 0,003; 0,001;

0,004; 0,000 (p<0,05), artinya terdapatperbedaan rerata asupan energi,protein, lemak, dan karbohidrat yangbermakna sebelum dan sesudahkonseling gizi. Nilai p-value asupan

energi, protein, lemak, dan karbohidrat

Page 6: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 6/15

6

pada metode pemberian leaflet  berturut-turut adalah 0,001; 0,016;0,005; 0,000 (p<0,05), artinya terdapatperbedaan rerata asupan energi,protein, lemak, dan karbohidrat yangbermakna sebelum dan sesudahpemberian leaflet . Dengan kata lain,terjadi perubahan asupan energi,protein, lemak, dan karbohidratresponden sesudah diberi konselingmaupun diberi leaflet  

Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP(Postprandial )

Perbedaan rerata kadar glukosadarah 2 jam pp ( postprandial ) dilihat

dengan menggunakan dua metodeedukasi gizi, yaitu metode konselingdan metode pemberian leaflet .

Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial )Responden yang Diberi Konselingdengan Pemberian Leaflet pada Awaldan Akhir Penelitian

Perbedaan rerata kadar glukosadarah 2 jam pp ( postprandial )responden antara yang diberi konselingdengan pemberian leaflet  disajikanpada Tabel 4. 

Tabel 4.Perbedaan Rerata Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP (Postprandial ) Responden

yang Diberi Konseling dengan Pemberian Leaflet pada Awal dan Akhir Penelitian

Kadar Glukosa Darah 2JPP

WaktuPenelitian 

Metode Edukasi n Mean ± SD Sig*

 AwalKonseling

21289,95 ± 79,17

0,931Leaflet  306,95 ± 77,99

 Akhir Konseling

21213,95 ± 80,51

0,519Leaflet  218,38 ± 73,73

*Uji Independent t-test 

Tabel 4. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Independent t-test  dengan IK 95% diperoleh rerata kadar glukosa darah 2 jam ppresponden pada awal penelitian antarametode konseling dengan metodepemberian leaflet  adalah 289,95±79,17vs. 306,95±77,99, p=0,931, sedangkanpada akhir penelitian adalah213,95±80,51 vs. 218,38±73,73,

p=0,519, artinya tidak ada perbedaanyang signifikan antara metodekonseling dengan metode pemberianleaflet  terhadap kadar glukosa darah 2

 jam pp responden pada akhir penelitian.

Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial )Responden Sebelum dan SesudahKonseling maupun Pemberian

Leaflet  

Pada penelitian ini, kadar glukosa darah 2 jam pp respondendiperiksa kemudian responden diberikonseling atau leaflet , setelah duaminggu dilakukan pemeriksaan kadar 

glukosa darah 2 jam pp responden kembali. Perbedaan rerata kadar glukosa darah 2 jam pp respondensebelum dan sesudah konselingmaupun pemberian leaflet  disajikanpada Tabel 5.

Page 7: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 7/15

7

Tabel 5.Perbedaan Rerata Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP Responden Sebelum dan Sesudah

Konseling maupun Pemberian Leaflet 

Kadar Glukosa Darah 2JPP n Mean ± SD  Δ Mean Sig*

Metode KonselingSebelum

21289,95 ± 79,17

76,00 0,000Sesudah 213,95 ± 80,51

Metode Pemberian

Leaflet  

Sebelum21

306,95 ± 77,9988,57 0,000

Sesudah 218,38 ± 73,73

*Uji Paired t-test 

Tabel 5. menunjukkan bahwaanalisis statistik dengan uji Paired t-test dengan IK 95% diperoleh nilai p-value

kadar glukosa darah 2 jam pp padametode konseling adalah 0,000(p<0,05), dan nilai p-value kadar glukosa darah 2 jam pp pada metodepemberian leaflet  adalah 0,000(p<0,05), artinya terdapat perbedaanrerata kadar glukosa darah 2 jam ppyang bermakna sebelum dan sesudahkonseling maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . Dengankata lain, terjadi perubahan kadar glukosa darah 2 jam pp responden

setelah diberi konseling maupun diberileaflet .

PEMBAHASAN

PengetahuanPerbedaan rerata nilai

pengetahuan responden dilihat denganmenggunakan dua metode, yaitumetode konseling dan metodepemberian leaflet .

Perbedaan Rerata Nilai PengetahuanResponden Sebelum dan SesudahKonseling

Hasil analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,001(<0,05), artinya ada perbedaan nilaipengetahuan yang bermakna antarasebelum konseling dengan sesudahkonseling. Dapat disimpulkan bahwaterjadi perubahan nilai pengetahuanresponden sesudah konseling.Peningkatan nilai pengetahuan yang

terjadi setelah konseling menunjukkan

bahwa tujuan konseling tercapai danmenunjukkan bahwa konselingmerupakan metode yang sesuai untuk

meningkatkan pengetahuan, sesuaidengan teori yang menyatakan bahwauntuk meningkatkan pengetahuanseseorang dapat digunakan dengancara ceramah, membaca, dankonseling (Rantucci, 2007).

Hasil penelitian ini sama denganhasil penelitian lain, diantaranyapenelitian yang dilakukan oleh Hiswanidan Bahri (2005) yang menyatakanbahwa pendidikan kesehatan denganmetode diskusi bisa meningkatkan

pengetahuan, sikap dan dapatmenurunkan kadar gula darah pasienDM tipe 2. Penelitian oleh Magdalena(2005) juga menyatakan bahwa metodekonseling gizi dapat meningkatkanpengetahuan pasien DM tipe 2. Selainitu, hasil penelitian Milne et al. (1994),menunjukkan bahwa terjadipeningkatan pengetahuan,pemahaman, kesadaran pasien jugaterjadi perbaikan yang signifikan kontrolglukosa darah setelah konseling gizi.

Penelitian-penelitian inidiperkuat dengan teori yang dinyatakanoleh Soegondo (2002), bahwapenyuluhan gizi diperlukan agar pasienyang mempunyai pengetahuan yangcukup tentang diabetes, kemudianselanjutnya akan mengubah sikap danperilakunya dan dapat mengendalikankondisi penyakitnya sehingga ia dapathidup lebih lama. Sukmaniah (2000)menambahkan, pasien DM yangmemiliki pengetahuan, sikap danketerampilan yang memadai tentang

Page 8: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 8/15

8

standar diet yang tepat sertamengaplikasikannya dalam diet sehari-hari, diharapkan berat badan dan kadar glukosa darahnya dapat dikendalikandengan baik, sehingga dapat dicegahterjadinya komplikasi lebih lanjut.

Perbedaan Rerata Nilai PengetahuanResponden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet  

Hasil analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,003(<0,05), artinya ada perbedaan nilaipengetahuan yang bermakna antarasebelum pemberian leaflet  dengansesudah pemberian leaflet . Dapat

disimpulkan bahwa terjadi perubahannilai pengetahuan responden sesudahpemberian leaflet .

Hasil penelitian lain yangmendukung penelitian ini adalahpenelitan yang dilakukan oleh Pulungan(2008) yang menyatakan bahwa hasilpenyuluhan dengan menggunakanmetode pemberian leaflet  terbukti dapatmeningkatkan pengetahuan respondendari 86,7% menjadi 100%. Faktor metode penyuluhan merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhitercapainya suatu hasil penyuluhansecara optimal. Bentuk penyuluhan inibisa disampaikan baik melaluiceramah, diskusi, maupun denganbantuan media seperti poster, brosur,pamflet dan leaflet . Penyuluhan dapatdibantu oleh beberapa media yangmengutamakan pesan visual sepertiposter, brosur, majalah, lembar balik,pamflet, stiker, dan leaflet . Kelebihanmedia cetak ini antara lain tahan lama,

mencakup banyak orang, biaya rendah,dapat dibawa kemana-mana, tidakperlu listrik, mempermudahpemahaman dan dapat meningkatkangairah belajar. Tetapi media ini jugamemiliki kelemahan yaitu tidak dapatmenstimulur efek gerak dan efek suara,dan mudah terlipat (Notoadmodjo,2010). 

Sikap

Perbedaan rerata nilai sikapresponden dilihat dengan

menggunakan dua metode, yaitumetode konseling dan metodepemberian leaflet .

Perbedaan Rerata Nilai SikapResponden Sebelum dan SesudahKonseling

 Analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,001(<0,05), artinya ada perbedaan nilaisikap yang bermakna antara sebelumkonseling dengan sesudah konseling.Dapat disimpulkan bahwa terjadiperubahan nilai sikap respondensesudah konseling.

Untuk terwujudnya sikap agar 

menjadi suatu perbuatan nyata,diperlukan faktor pendukung atau suatukondisi yang memungkinkan, antaralain adalah fasilitas. Sebagai contohseorang pasien yang telah mempunyaipengetahuan dan sikap yang baikterhadap keteraturan berolahraga,mungkin tidak dapat menjalankanperilaku tersebut karena keterbatasanwaktu (Basuki, 2009).

Penelitian yang dilakukan olehWijayanti (2010) menyatakan bahwa

konseling mampu menghasilkanperbaikan sikap dan perilaku ke arahyang lebih baik (p<0,001). Penelitianlain yang juga mendukung penelitian iniadalah penelitian oleh Kurniawan(2010) yang menyatakan bahwakonseling dapat meningkatkan sikapsecara signifikan dengan nilai t=71,001dan nilai signifikansi p = 0,000. Hasilpenelitian-penelitian tersebut diperkuatdengan teori oleh Niven (2002), yangmenyatakan bahwa sikap seseorang

adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku kesehatannya, yangkemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung antara sikap danperilaku seseorang. Sikap terbentukdari 3 komponen utama yaitu: (1)komponen afektif, berhubungan dengan perasaan dan emosi tentang seseorangatau sesuatu, (2) komponen kognitif,berhubungan dengan kepercayaantentang sesorang atau sesuatu objek,(3) komponen perilaku, sikap terbentukdari tingkah laku atau perilaku. Untuk

Page 9: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 9/15

9

mendapatkan sikap yang diinginkanmaka pasien harus melewati 3komponen tersebut. Jadi, pengaruhkonseling terhadap perubahan sikap

 juga dipengaruhi oleh sikap respondenitu sendiri. 

Perbedaan Rerata Nilai SikapResponden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet  

Hasil analisis statistik dengan ujiWilcoxon diperoleh nilai p=0,042(<0,05), artinya ada perbedaan nilaisikap yang bermakna antara sebelumpemberian leaflet  dengan sesudahpemberian leaflet . Dapat disimpulkan

bahwa terjadi perubahan nilai sikapresponden sesudah pemberian leaflet .Penelitian lain yang

menjelaskan tentang efek pemberianleaflet  terhadap sikap yaitu penelitianyang dilakukan oleh  Sukardjo (2007)yang menyatakan bahwa pendidikankesehatan yang dilakukan denganmenggunakan media seperti leaflet  dapat memberikan perubahan sikapresponden, namun perubahan ini terjadisetelah responden diberi intervensi.

Penelitian lain oleh Pulungan (2008)yang menyatakan bahwa hasilpenyuluhan dengan menggunakanmetode pemberian leaflet  terbukti dapatmeningkatkan sikap responden dari48,3% menjadi 98,3%.  Penelitian inidiperkuat dengan teori oleh   Azwar (2005) yang menyebutkan bahwa sikapmerupakan semacam kesiapan untukbereaksi terhadap suatu objek dengancara-cara tertentu. Melalui sikap yangpositif serta pro aktif, pasien DM bisa

hidup normal seperti orang sehat sertabisa produktif. Memang hal ini sulitdipraktekkan dalam keseharian, tetapikondisi tersebut merupakan tantanganbagi penderita DM untuk tetap bisamendapatkan kondisi yang fit serta bisamelakukan aktifitas sehari-hari dengannormal. Notoatmodjo (2003)menambahkan bahwa penyuluhankesehatan tidak dapat lepas dari media,pesan-pesan disampaikan denganmudah dipahami, dan lebih menarik.Media juga dapat menghindari

kesalahan persepsi, memperjelasinformasi, mempermudah pengertian,dapat mengurangi komunikasi yangverbalistik, dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian, sasarandapat mempelajari pesan tersebut danmampu memutuskan mengadopsiperilaku sesuai dengan pesan-pesanyang disampaikan.

Pola Makan berdasarkan AsupanEnergi dan Zat Gizi (Protein, Lemak,dan Karbohidrat) dari Hasil Recall 24Jam

Perubahan pola makanresponden berdasarkan asupan energi,

protein, lemak, dan karbohidratdiperoleh melalui hasil recall 24 jamyang diambil sebanyak dua kali.Perubahan ini dapat dilihat denganmenggunakan dua metode, yaitumetode konseling dan metodepemberian leaflet .

Perbedaan Rerata Asupan Energi,Protein, Lemak, dan KarbohidratResponden Sebelum dan SesudahKonseling

Hasil analisis statistik dengan ujiPaired t-test  menunjukkan bahwaterdapat perbedaan rerata asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratyang bermakna sebelum dan sesudahkonseling gizi. Dapat disimpulkan

bahwa terjadi perubahan asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratresponden sesudah konseling.

Penelitian ini sejalan denganpenelitian Salman (2002) yangmenyatakan bahwa konsultasi gizi

dengan standar diet dapatmempengaruhi pengendalian asupanzat gizi. Hasil penelitian ini diperkuatoleh teori yang dinyatakan olehCallabero et al. (2003), bahwapengetahuan mengenai jenis makananmempengaruhi pemilihan makananyang akan dikonsumsi yang padaakhirnya akan berdampak pada asupanmakanan yang dikonsumsi. MenurutPodojoyo, dkk. (2007), konseling gizidapat memberikan perubahan konsepdan perilaku responden yang

Page 10: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 10/15

10

overweight dan obesitas untukmengubah pola makan yaitu denganmengurangi konsumsi energi daribiasanya dan meningkatkan aktivitasfisik. Hasil penelitian ini diperkuat olehteori menurut Suhardjo (2003) yangmenyatakan bahwa penyuluhan giziadalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individuatau masyarakat yang diperlukandalam peningkatan danmempertahankan gizi yang baik.

Perubahan asupan energi danzat gizi reponden pada akhir penelitianmenunjukkan peningkatan, namunpeningkatan tersebut masih dalam

batas normal (tidak melebihikebutuhan). Jika dilihat dari hasilanalisis data diketahui bahwa sebagianbesar responden mempunyai status gizioverweight  (52,4%) dan sebesar 23,8%responden dengan status gizi obesitasdimana seharusnya terjadi penurunanasupan makanan setelah intervensiuntuk membantu responden mencapaiberat badan ideal dan menurunkankadar glukosa darah yang tinggi. Hal inidapat terjadi karena pada akhir 

penelitian (2 minggu setelah penelitanawal) peneliti tidak menggunakan alatbantu food model  atau gambar modelbahan makanan pada saat melakukanrecall 24 jam, sehingga menyebabkanadanya kemungkinan perbedaanpersepsi ukuran atau porsi bahanmakanan antara peneliti denganresponden yang menyebabkan hasilperhitungan asupan energi dan zat gizimenjadi tidak akurat.

Hal lain yang dapat

menyebabkan terjadinya peningkatanasupan responden sesuai dengan teoriyang menyatakan bahwa seorangpasien yang telah berniat untuk makansesuai dengan pola diet makanan yangtelah dianjurkan ahli gizi, kadang-kadang keluar dari jalur tersebut karenasituasi di rumah atau di kantor yangtidak mendukung, seperti sedang adapesta atau perayaan (Basuki, 2009).

Perbedaan Rerata Asupan EnergiProtein, Lemak, dan Karbohidrat

Responden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet  

Hasil analisis statistik dengan ujiIndependent t-test menunjukkan bahwaterdapat perbedaan rerata asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratyang bermakna sebelum dan sesudahpemberian leaflet . Dapat disimpulkan

bahwa terjadi perubahan asupanenergi, protein, lemak, dan karbohidratresponden sesudah pemberian leaflet .

Penelitian ini sejalan denganpenelitian Farudin (2011) yangmenyatakan bahwa metode edukasigizi dengan pemberian booklet maupunleaflet  mempunyai pengaruh positif 

terhadap perubahan asupan energipenderita DM, dengan hasil analisisyang menyatakan bahwa tidak adaperbedaan efektifitas terhadap asupanenergi antara pemakaian leaflet  danbooklet . Hasil penelitian ini diperkuatoleh teori yang dinyatakan olehWidhayati (2009), bahwa edukasi gizibertujuan untuk membantu individu,kelompok atau masyarakat dalammeningkatkan pengetahuan dankemampuan responden menuju

konsumsi pangan yang sehat danbergizi sesuai dengan kebutuhantubuh.

Kadar Glukosa Darah 2 Jam PP(Postprandial )

Perbedaan rerata kadar glukosadarah 2 jam pp ( postprandial ) dilihatdengan menggunakan dua metodeedukasi gizi, yaitu metode konselingdan metode pemberian leaflet .

Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial )Responden yang Diberi Konselingdengan Pemberian Leaflet  padaAkhir Penelitian

Hasil analisis statistik dengan ujiIndependent t-test menunjukkan bahwatidak ada perbedaan yang signifikan(p>0,05) antara metode konselingdengan metode pemberian leaflet  terhadap perubahan kadar glukosadarah 2 jam pp pada akhir penelitian,artinya baik metode konseling maupun

Page 11: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 11/15

11

metode pemberian leaflet  keduanyatidak berbeda secara signifikanterhadap kadar glukosa darah 2 jam ppresponden. Tidak adanya perbedaantersebut dapat terjadi karena beberapafaktor berikut, seperti peluangterjadinya pertukaran informasi antar responden sangat besar karenarespoden berada pada satu daerahatau satu wilayah yang sama. Selainitu, adanya kemungkinan pemberianinformasi berlebih dari peneliti kepadaresponden yang memperoleh intervensipemberian leaflet, sehinggamenyebabkan tidak ada perbedaanantara responden yang diberi konseling

maupun yang diberi leaflet .Hasil penelitian yang dilakukanpada awal penelitian sejalan denganpenelitian yang dilakukan olehPulungan (2008) yang menyatakanbahwa sebelum dilakukan penyuluhanresponden mempunyai karakteristikpengetahuan dan sikap yang hampir sama (tidak ada perbedaan). Keadaanini diperkuat dengan teori yangdinyakatan oleh Arikunto (2006) bahwasalah satu persyaratan penelitian

eksperimen adalah mengusahakankedua kelompok responden dalamkondisi yang sama (tanpa intervensi),sehingga paparan tentang hasil akhir dapat betul-betul merupakan hasil adadan tidaknya perlakuan.

Namun, hasil penelitian yangdilakukan pada akhir penelitian bertolakbelakang dengan hasil penelitianPulungan (2008) yang menyatakanbahwa sesudah pemberian penyuluhanbaik dengan metode ceramah dan

leaflet  maupun dengan metodeceramah dan film dapat meningkatkanpengetahuan dan sikap respondenmenjadi baik, sehingga dapatdisimpulkan bahwa kedua metodedapat memberikan efek positif terhadapperubahan pengetahuan dan sikapresponden. Perbedaan ini dapat terjadikarena pada penelitian ini, metodeedukasi yang digunakan oleh penelititerbatas pada media visual, yaitudengan metode konseling danpemberian leaflet , sedangkan pada

penelitian Pulungan (2008),menggunakan media audio visual yaitumetode ceramah dan leaflet  denganmetode ceramah dan film. Dimanamedia ini memiliki kelebihan yang tidakdimiliki oleh media visual, seperti lebihmudah dipahami, sudah dikenalmasyarakat, mengikutsertakan seluruhpanca indera, penyajiannya dapatdikendalikan dan diulang-ulang, danlebih menarik karena film menyuguhkangerak, gambar, warna dan suara(WHO, 1992), sehingga akan lebihefektif untuk memberikan perubahanpositif dari intervensi yang telahdilakukan.

Perbedaan hasil penelitian inidengan hasil penelitian Pulungan(2008) adalah penelitian ini hanyamenggunakan media visual sedangkanpada penelitian Pulungan,menggunakan metode audio visual.Dimana media visual memilikikelemahan dibandingkan media audiovisual seperti tidak dapat menstimulur efek gerak dan efek suara, dan mudahterlipat, sehingga daya terimaresponden cenderung lebih sulit

dibandingkan dengan menggunakanmedia audio visual.

Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial)Responden Sebelum dan SesudahKonseling

Hasil analisis statistik dengan ujiPaired t-test  menunjukkan terdapatperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp ( postprandial ) yang bermaknayaitu p=0,000 (p<0,05) sebelum dan

sesudah konseling gizi. Selainkonseling, penurunan kadar glukosadarah 2 jam pp respoden juga dapatdipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola makan yang baik dankonsumsi obat anti diabetes (OAD)yang teratur, dimana seluruhresponden pada penelitian inimengkonsumsi OAD jenis glibenklamiddan metformin.

Hasil penelitian ini sama denganhasil penelitian lain yang dilakukan olehSalman (2002) yang menyatakan

Page 12: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 12/15

12

bahwa konsultasi gizi dengan standar diet mempengaruhi pengendalian asupan zat gizi, berat badan dan kadar gula darah pasien DM tipe 2. Penelitianlain oleh Mona, dkk. (2012),menyatakan bahwa ada hubunganfrekuensi pemberian konsultasi gizidengan kepatuhan diit pasien (p =0,045) dan ada hubungan kepatuhandiit dengan kadar glukosa darahresponden (p = 0,001), sehingga dapatdisimpulkan bahwa ada hubungankonsultasi gizi terhadap perubahankadar glukosa darah responden. 

Penelitian ini diperkuat olehteori tentang peran konseling gizi

terhadap pengendalian kadar glukosadarah. Diabetes melitus adalahpenyakit metabolik yang ditandaidengan peningkatan kadar gula darah.Pengendalian gula darah merupakanupaya yang harus dilakukan untukmenghindari terjadinya komplikasi.Upaya pengendalian gula darah pasienDM dilakukan dengan cara pemberianedukasi gizi, perencanaan menu,kegiatan jasmani, dan pemberian obathipoglikemik (Farudin, 2011).

Perbedaan Rerata Kadar GlukosaDarah 2 Jam PP (Postprandial)Responden Sebelum dan SesudahPemberian Leaflet  

Hasil analisis statistik dengan ujiPaired t-test  menunjukkan terdapatperbedaan rerata kadar glukosa darah2 jam pp ( postprandial ) yang bermaknayaitu p=0,000 (<0,05) antara sebelumdan sesudah pemberian leaflet . Selainpemberian leaflet , penurunan kadar 

glukosa darah 2 jam pp respoden jugadapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pola makan yang baik dankonsumsi obat anti diabetes (OAD)yang teratur, dimana seluruhresponden pada penelitian inimengkonsumsi OAD jenis glibenklamiddan metformin.

Hasil penelitian lain yangmendukung penelitian ini adalahpenelitian oleh Hiswani (2001) bahwapendidikan kesehatan denganmenggunakan media cetak dapat

meningkatkan pengetahuan, sikap dandapat menurunkan kadar gula darahpasien DM tipe 2. Jazilah (2002)menambahkan bahwa penderita DMyang mempunyai pengetahuan tinggi,sikap positif dan praktik yang baikkadar glukosa darahnya cenderunglebih terkendali.  Berbeda denganpenelitian Farudin (2011) yangmenyatakan bahwa metode edukasigizi dengan pemberian booklet  lebihefektif untuk meningkatkan skor pengetahuan dan mengendalikan kadar gula darah dibandingkan leaflet , dantidak ada perbedaan efektifitasterhadap asupan energi antara

pemakaian leaflet dan booklet .Proses perubahan perilaku akanmenyangkut aspek pengetahuan,keterampilan dan sikap mentalsehingga seseorang tahu, mau, danmampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demitercapainya perbaikan kesejahteraankeluarga yang ingin dicapai melaluipembangunan kesehatan, sehinggadengan pemberian metode edukasi gizidapat meningkatkan pengetahuan,

dimana saat pengetahuan seseorangmeningkat diharapkan terjadiperubahan sikap dan perilaku yangteraplikasi pada perbaikan pola makan,sehingga dapat mempengaruhipenurunan kadar glukosa darahresponden.

Dari beberapa perbedaantersebut dapat disimpulkan bahwaapapun bentuk edukasi gizi yangdiberikan baik melalui ceramah,konseling ataupun dengan bantuan

leaflet  atau booklet dapat menurunkankadar glukosa darah responden.

KESIMPULAN

1. Terdapat perbedaan rerata nilaipengetahuan yang bermakna(p<0,05) sebelum dan sesudahkonseling maupun sebelum dansesudah pemberian leaflet . Dengankata lain, terjadi perubahan nilaipengetahuan responden setelah

Page 13: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 13/15

13

diberi konseling maupun diberileaflet .

2. Terdapat perbedaan rerata nilaisikap yang bermakna (p<0,05)sebelum dan sesudah konselingatau sebelum dan sesudahpemberian leaflet . Dengan kata lain,terjadi perubahan sikap respondensetelah diberi konseling maupundiberi leaflet .

3. Terdapat perbedaan rerata asupanenergi, protein, lemak, dankarbohidrat yang bermakna(p<0,05) sebelum dan sesudahkonseling atau sebelum dansesudah pemberian leaflet. Dengan

kata lain, terjadi perubahan asupanenergi, protein, lemak, dankarbohidrat responden setelahdiberi konseling maupun diberileaflet .

4. Tidak terdapat perbedaan yangsignifikan (p>0,05) antara metodekonseling dengan metodepemberian leaflet  terhadap kadar glukosa darah 2 jam pp respondenpada akhir penelitian.

5. Terdapat perbedaan rerata kadar 

glukosa darah 2 jam pp yangbermakna (p<0,05) sebelum dansesudah konseling atau sebelumdan sesudah pemberian leaflet .Dengan kata lain, terjadi perubahankadar glukosa darah 2 jam ppresponden setelah diberi konselingmaupun diberi leaflet .

SARAN

1. Dilihat dari segi usia responden

yang sebagian besar adalah lansia(51-64 tahun), menjadi salah satukendala dalam melakukan recall 24

 jam karena keterbatasan dayaingat responden. Sebaiknya, padapenelitian selanjutnya melibatkanserta melakukan pendekatan lebihdalam kepada anggota keluargaresponden supaya memperolehdata seobyektif mungkin.

2. Perlu pemakaian food model  ataugambar model bahan makanan

pada saat melakukan recall 24 jam

selama penelitian berlangsung,supaya data yang digali dapatdikonversikan ke dalam nutrisurveidengan jumlah porsi yang tepat.

3. Untuk penelitian selanjutnya,seharusnya ada satu kelompok lagiyang tidak diberi perlakuan yaitukelompok kontrol, sehinggapenurunan kadar glukosa darah 2

 jam  postprandial  pasien dapatdilihat secara obyektif karenapengaruh intervensi atau karenaobat anti diabetes yang dikonsumsiresponden.

4. Secara teoritis, banyak faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap

tindakan seseorang atau individuagar mempunyai perilaku yangpositif, diantaranya pengetahuan,sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan dan lain-lain yang dapatmempengaruhi terjadinya penyakitDM. Untuk membuktikan apakahvariabel-variabel tersebut benar-benar berhubungan, perludilakukan penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

 Arikunto, S. 2006. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta

 Azwar, S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 

Badan Pusat Statistik (BPS) KotaMalang. 2011. Malang dalam

 Angka 2011 (Malang City in

Figures 2011). Hal. 23-27.(http://sjamsiarfiaub.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/MDA_11.pdf.Diakses pada 8 Juli 2012 pukul21.29 WIB)

Basuki, E. 2009. Konseling Medik:Kunci Menuju KepatuhanPasien. Majalah KedokteranIndonesia, Volume 59, Nomor 2,Februari

Page 14: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 14/15

14

Dahlan, MS. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta: Salemba Medika

Depkes RI. 2008. Pedoman PenemuanDan Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus, DITJEN PP dan Pl . Jakarta, hal. 1

Farudin, A. 2011. Perbedaan Efek Konseling Gizi dengan MediaLeaflet dan Booklet terhadapTingkat Pengetahuan, Asupanenergi dan Kadar Gula DarahPasien Diabetes Melitus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Tesis: Program Gizi PascaSarjana, Universitas SebelasMaret, Surakarta

Hiswani. 2001. Penyuluhan Kesehatan pada Penderita DiabetesMellitus. Karya Ilmiah: FakultasKesehatan Masyarakat,Universitas Sumatera Utara

Hiswani dan Bahri, S. 2005.Penyuluhan Kesehatan pada

Penderita Diabetes Mellitus.Jurnal Info KesehatanMasyarakat. FakultasKesehatan Masyarakat USU.Vol. IX. No. 3. Hal : 209-215

Karyadi, E. 2006. Hidup BersamaPenyakit Hipertensi, Asam Urat,Jantung. Koroner . Jakarta:Intisasi Mediatama

Kurniawan, VE. 2010. Pengaruh

konseling terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku penderita Diabetes Mellitustentang perawatan kaki di Wilayah Kerja PuskesmasKabuh Jombang. Tesis:Program Studi KedokteranKeluarga, Program PascaSarjana, Universitas SebelasMaret Surakarta

Magdalena. 2005. Pengaruh Konseling Gizi Menggunakan Standar Diet 

terhadap Pengetahuan danKepatuhan Diet pada PenderitaDiabetes Mellitus di RSUD UlinBanjarmasin. Tesis: SekolahPascasarjana, UniversitasGajah Mada, Yogyakarta

Mona E., Bintanah S., dan Astuti R.2012. Hubungan Frekuensi Pemberian Konsultasi Gizi dengan Kepatuhan Diit sertaKadar Gula Darah PenderitaDiabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di RS. TugurejoSemarang . Jurnal GiziUniversitas Muhammadiyah

Semarang. November 2012,Volume 1, Nomor 1

Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan:Pengantar untuk Perawat danProfesional Kesehatan Lain(Edisi 2). Penerjemah: A.Waluyo. Jakarta: EGC

Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu KesehatanMasyarakat . Jakarta: RinekaCipta, hal. 113

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta

Podojoyo, Susyani, dan Nuryanto.2007. Konseling Gizi terhadapPenurunan Berat Badan RemajaOverweight dan Obesitas di Kota Palembang . JurnalPembangunan Manusia(http://balitbangnovda.sumselpr 

ov.go.id/data/download/3bab4.pdf. Diakses pada 29 Januari2013 pukul 16.37 WIB)

Pulungan, R. 2008. Pengaruh MetodePenyuluhan terhadapPeningkatan Pengetahuan danSikap Dokter Kecil dalamPemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah(PSN-DBD) di KecamatanHelvetia Tahun 2007. Tesis: Universitas Sumatra Utara,

Page 15: Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Pp (Postprandial)

7/23/2019 Hubungan Metode Edukasi Gizi Tentang Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah 2 Jam …

http://slidepdf.com/reader/full/hubungan-metode-edukasi-gizi-tentang-diabetes-melitus-tipe-2-terhadap-perubahan 15/15

15

Medan.(http://repository.usu.ac.id/bitstr eam/123456789/6813/1/09E01341.pdf. Diakses pada 17 Mei2012 pukul 12.23 WIB)

Pusthika, IO. 2011. PengaruhFrekuensi Konseling Gizi danGaya Hidup terhadap IndeksMassa Tubuh, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, danGlukosa Darah pada PenderitaDiabetes Mellitus. Artikel KaryaTulis Ilmiah, UniversitasDiponegoro.(http://eprints.undip.ac.id/33314/

1/Inggar.pdf. Diakses pada 18Mei 2012 pukul 22.23 WIB)

Rantucci, MJ. 2007. Komunikasi  Apoteker-Pasien: PanduanKonseling Pasien (Edisi 2).Penerjemah: A.N. Sani. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC

Riskesdas 2007. Laporan Nasional2007. Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan,Republik IndonesiaDesember 2008.(http://www.google.co.id. Diakses pada 24 Juni 2012pukul 11.12 WIB)

Stang, J. dan Story, M. 2005. Guidlinesfor Adolescent NutritionServices.(http://www.epi.umn.edu./let/pubs/adol_book.shtm.Diakses pada 2 Juni 2012 pukul

08.17 WIB)

Suhardjo. 2003. Berbagi CaraPendidikan Gizi . Bogor: Bumi

 Aksara

Utami, P. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Diabetes. Jakarta: AgromediaPustaka

Widhayati, RE. 2009. Efek PendidikanGizi terhadap PerubahanKonsumsi Energi dan IMT pada

Remaja Kelebihan Berat Badan. Universitas DiponegoroSemarang.(http://www.undip.ac.id. Diaksespada 1 Juni 2012 pukul 22.56WIB)

Wijayanti, HS. 2010. PerbandinganPengaruh Konseling danPenyuluhan Kelompok terhadapPerubahan Sikap dan PerilakuIbu Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ponorogo. Tesis:UNS-Pascasarjana Prodi.Magister Kedokteran Keluarga,Surakarta

Pembimbing I

dr, Siswanto, M.Sc

NIP. 19510110 198103 1 003