Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    1/50

    PROPOSAL PENELITIAN

    I.  Nama Peneiliti : Magdalena 

    NIM : R0212027

    II.  Judul Penelitian : Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Dengan

    Tekanan Darah Pekerja Weaving  PT. Iskandar Indah Indah

    Printing Textile Surakarta.

    III.  Bidang Ilmu : Ilmu Kesehatan Kerja dan Higiene Industri 

    IV.  Latar Belakang Masalah

    Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

     bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian,

     penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka

    ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM-nya.

    Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah

    seperti, kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan

    timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi tersebut ternyata telah banyak

    mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja,

     pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah dan mengendalikan

    kerugian-kerugian yang lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah

    tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari tahap perencanaan.

    Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan

    mengendalikan  berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses

     produksi, sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman,

    aman dan produktif (Tarwaka dkk, 2004).

    Berdasarkan penelitian Agustin Sugiyarto (2011) mengenai

     peningkatan tekanan darah tenaga kerja akibat terpapar tekanan panas

    melebihi standar di unit weaving   PT. Dan Liris Sukoharjo didapatkan

    tingkat tekanan panas rata-rata yang diterima tenaga kerja selama 8 jam bekerja

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    2/50

    di bagian preparation unit weaving PT. Dan Liris Sukoharjo rata- rata sebesar

    32,0

    0

    C yang melebihi NAB yang diperkenankan dan tekanan darah tenagakerja sesudah terpapar tekanan panas mengalami peningkatan dari tekanan

    darah sebelum terpapar tekanan panas. Berdasarkan penelitian Dinar Hartanto

    (2011) mengenai hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan

    unit compressor PT. Indo Acidatama tbk kemiri, kebakkramat, karanganyar

    diketahui bahwa rata-rata tekanan darah diastolik 137,6 mmHg dan rata-rata

    diastolik 83,15 mmHg yang bekerja 8 jam dengan terpapar kebisingan. Hal ini

    mempunyai arti bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan, maka semakin

    tinggi pula tekanan darah karyawan.

    Salah satu jenis lingkungan kerja yang mempunyai tekanan panas tinggi

    dan kebisingan tinggi adalah lingkungan kerja pada indutri tekstil di PT.

    Iskandar Indah Printing Textile Surakarta. Perusahaan ini merupakan salah satu

    industri tekstil di Surakarta di mana terdapat mesin-mesin dalam ruangan kerja

    di bagian produksi Weaving   yang dapat menimbulkan panas serta

    menimbulkan intensitas kebisingan yang tinggi pula.

    Hasil Pengukuran di bagian produksi Weaving didapatkan rata-rata

    intensitas kebisingan sebesar 94,6 dB (A)  –  108,0 dB (A) dimana intensitas

    tersebut telah melebihi NAB kebisingan menurut Keputusan Menteri Tenaga

    Kerja RI No. PER.13/MEN/X/2011 

    serta didapatkan tekanan panas yang

    melebihi NAB yaitu menunjukkan angka rata-rata Indeks Suhu Basah dan

    Bola (ISBB) sebesar 30,6°C. Tenaga kerja memiliki waktu kerja 8 jam

    dengan waktu istirahat 1 jam. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI

     No. PER.13/MEN/X/2011 

    yang berdasarkan pengukuran denyut nadi yaitu

    untuk pengaturan waktu kerja 25 % kerja dan 50% istirahat dengan kriteria

     beban kerja sedang. Hasil pengukuran tekanan darah pada 3 orang tenaga

    kerja yang bekerja pada ISBB 30,6°C  melebihi NAB tersebut yaitu tekanan

    darah sistole rata-rata sebesar 126,67 mmHg dan tekanan darah diastole rata-

    rata sebesar 86,67 mmHg.

    Berdasarkan hasil survei melalui wawancara 3 pekerja didapatkan

     beberapa keluhan subyektif dari para pekerja di ruangan produksi Weaving  

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    3/50

    tersebut diantaranya merasakan panas saat bekerja, merasakan cepat merasa

    haus saat bekerja, merasakan kebisingan sehingga mengalami penurunan

     pendengaran dan merasakan gangguan konsentrasi menurun pada saat bekerja.

    Lingkungan panas berasal dari atap dan mesin proses produksi, sehingga

    dengan kondisi seperti ini sangat membahayakan kesehatan tenaga kerja dan

    suara bising ditimbulkan dari mesin-mesin proses produksi tersebut.

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

     penelitian sebagai berikut : “Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas dengan

    Tekanan Darah Pekerja Weaving  PT.Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

    V.  Rumusan Masalah

    Apakah ada hubungan kebisingan dan tekanan panas dengan tekanan darah

     pekerja weaving  PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

    VI.  Tujuan Penelitian

    A. 

    Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas dengan

    Tekanan Darah Pekerja Weaving   PT. Iskandar Indah Printing Textile

    Surakarta.

    B. Tujuan Khusus

    1.  Untuk mengetahui kebisingan PT. Iskandar Indah Printing Textile

    Surakarta pada bagian Weaving .

    2.  Untuk mengetahui tekanan panas pada PT. Iskandar Indah Printing

    Textile Surakarta pada bagian Weaving .

    3. 

    Untuk mengetahui tekanan darah pada PT. Iskandar Indah Printing

    Textile Surakarta pada pekerja bagian Weaving .

    4.  Untuk mengetahui hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada PT.

    Iskandar Indah Printing Textile Surakarta pada pekerja bagian Weaving .

    5.  Untuk mengetahui hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada

    PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta pada pekerja bagian

    Weaving .

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    4/50

     

    VII.  Manfaat Penelitian

    A. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

     pemahaman lebih dalam mengenai Hubungan Kebisingan dan Tekanan

    Panas dengan Tekanan Darah Pekerja Weaving  PT. Iskandar Indah Printing

    Textile Surakarta.

    B. Manfaat Aplikatif

    1.  Bagi Tenaga Kerja

    Memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat sehingga tenaga

    kerja mengetahui hubungan kebisingan dengan tekanan panas terhadap

    tekanan darah.

    2. 

    Bagi Industri

    Diharapkan menjadi masukan dalam kaitannya lingkungan kerja serta

    tindakan pengendalian, sehingga dapat meningkatkan efesiensi kerja,

     produktivitas dan derajat kesehatan pekerja secara optimal.

    3. 

    Bagi Peneliti

    Memperoleh pengalaman dan pengetahuan, serta mampu meneliti

    tentang Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas dengan Tekanan

    Darah Pekerja Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

    4.  Bagi Program Studi Diploma 4 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

    Menambah referensi, data, dan kepustakaan program studi Diploma 4

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya hasil penelitian tentang

    Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah

    Pekerja Weaving PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

    VIII.  Tinjauan Pustaka

    A. Kebisingan

    1.  Pengertian

    Kebisingan adalah suara ditempat kerja berubah menjadi salah

    satu bahaya kerja (occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    5/50

    mengganggu atau tidak diinginkan secara fisik (menyakitkan pada

    telinga pekerja) dan psikis (mengganggu konsentrasi dan kelancaran

    komunikasi) yang akan menjadi polutan bagi lingkungan, sehingga

    kebisingan didefinisikan sebagai polusi lingkungan yang disebabkan

    oleh suara (Sihar Tigor B.T., 2005).

    Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang

     bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang

     pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (

    PER.13/MEN/X/2011).

    Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf

     pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan

    getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat

    melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi atau

    suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di

    luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara

    (Suma’mur,2009). 

    Seorang cenderung mengabaikan kebisingan yang

    dihasilkannya sendiri bila kebisingan itu secara wajar menyertai

     pekerjaan, seperti kebisingan mesin kerja. Sebagai patokan,

    kebisingan mekanik atau elektrik, yang disebabkan kipas angin,

    transformator, motor, pompa, pembersih vakum atau mesin cuci,

    selalu lebih mengganggu daripada kebisingan yang hakekatnya alami

    (angin, hujan, dan air terjun) (Riyadi,2011). 

    2. 

    Sumber Bising

    Menurut Subaris dan Haryono (2008) sumber kebisingan dibedakan

    menjadi tiga yaitu :

    a.  Bising Industri 

    Industri besar termasuk di dalamnya pabrik, bengkel dan

    sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun

    masyarakat di sekitar industri dan juga setiap orang yang secara

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    6/50

    tidak sengaja berada di sekitar industri tersebut. Sumber kebisingan

     bising industri dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

    1) Mesin 

    Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin.

    2) Vibrasi 

    Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang

    ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidakseimbangan

    gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang

    torsi, piston, fan, dan lain-lain. 

    3) 

    Pergerakan udara, gas dan cairan 

    Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan

    cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa

     penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, dan lain-lain.

     b.  Bising Rumah Tangga 

    Bising disebabkan oleh rumah tangga dan tidak terlalu tinggi

    tingkat kebisingannya, misalnya pada saat proses masak di dapur.

    c. 

    Bising Spesifik

    Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya

     pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.

    Menurut Subaris dan Haryono (2008) sumber bunyi dilihat dari

    sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu:

    1) 

    Sumber kebisingan statis seperti pabrik, mesin, tape dan lain-lain. 

    2) Sumber kebisingan dinamis seperti mobil, pesawat terbang,

    kapal laut dan lainnya. 

    3. 

    Jenis Kebisingan

    Menurut (Suma’mur, 2009) berdasarkan sifat dan spektrum frekuensi

     bunyi, bising dibagi atas :

    a.  Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan

    spektrum frekuensi yang lebar ( steady state, wide band noise),

    misalnya bising mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain. 

     b. 

    Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    7/50

    tipis ( steady state, narrow band noise), misalnya bising gergaji

    sirkuler, katup gas dan lain-lain. 

    c.  Kebisingan terputus-putus (intermittent noise), misalnya bising

    lalu- lintas suara kapal terbang di bandara. 

    d.  Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti bising

     pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan ledakan. 

    e.  Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di

     perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan. 

    Menurut Sihar Tigor B.T (2005) klasifikasi kebisingan di tempat

    kerja dibagi dalam dua jenis golongan besar, yaitu :

    a.  Kebisingan tetap ( steady noise), yang terbagi menjadi dua yaitu : 

    1) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency

    noise), berupa “nada-nada” murni pada frekuensi yang

     beragam. 

    2)  Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus

    yang lebih bervariasi (bukan “nada” murni) 

     b. 

    Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi tiga

    yaitu : 

    1) 

    Kebisingan fluktuatif ( fluctuating noise), kebisingan yang selalu

     berubah-ubah selama rentang waktu tertentu. 

    2)  Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya

    dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas. 

    3)  Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi

    (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya

    suara ledakan senjata api. 

    4.  Tingkat Kebisingan

    Terdapat dua karakterisitik utama yang menentukan kualitas

    suatu bunyi atau suara, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi

    dinyatakan dalam jumlah getaran per detik dengan satuan Herz (Hz),

    yaitu jumlah gelombang bunyi yang sampai di telinga setiap detiknya.

    Sesuatu benda jika bergetar menghasilkan bunyi atau suara dengan

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    8/50

    frekuensi tertentu yang merupakan ciri khas dari benda tersebut.

    Biasanya suatu kebisingan terdiri atas campuran sejumlah gelombang

    sederhana dari aneka frekuensi. Nada suatu kebisingan ditentukan oleh

    frekuensi getaran sumber bunyi (Suma’mur,2009). 

    Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan

    dalam suatu satuan logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan

    memperbandingkannya dengan kekuatan standar 0,0002 dine (dyne)

    /cm2 yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat

    didengar oleh telinga normal (Suma’mur,2009). Karena ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi

     bunyi- bunyi yang lebih keras pada frekuensi yang lebih rendah

    dibanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-kurva pita oktaf

    dikenal sebagai kurva tingkat kebisingan (NR = noise rating ) pernah

    dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan pada

     berbagai situasi. Kurva bising yang diukur yang terletak dekat di atas

     pita analisis menyatakan NR kebisingan tersebut (Harrington dan Gill,

    2005). Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan

    Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp,

    (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang

    Berhubungan dengan Kesehatan Tahun 1992, 1994/1995), tingkat

    kebisingan diuraikan sebagai berikut : 

    a.  Tingkat kebisingan sinambung setara ( Equivalent Continuous

     Noise Level =Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus ( steady

    noise) dalam ukuran dB (A), berisi energi yang sama dengan

    energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau interval

    waktu pengukuran.

     b. 

    Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang

    diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan

     pada siang, petang dan malam hari.

    c. 

    Tingkat ambien kebisingan ( Background noise level ) atau tingkat

    latar belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    9/50

    dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat

     pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik

    adalah 95% atau L-95.

    5. 

    Pengukuran Kebisingan

    Menurut Suma’mur, 2009 maksud pengukuran kebisingan adalah: 

    a.  Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di

     perusahaan atau di mana saja. 

     b.  Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi

    intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan

    gangguan dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga

    kerja, atau perlindungan masyarakat atau tujuan lainnya. 

    Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level

     Meter . Alat ini mengukur kebisingan pada intensitas 30-130 dB dan

    dari frekuensi 20-20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam

    alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan

     pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat

    dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya dapat diatur oleh

    amplifier atau suatu  piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi

    tersebut, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu koreksi

     berdasarkan atas perbedaan tekanan barometer. Kalibrator dengan

    intensitas tinggi (125 dB) lebih disukai, oleh karena alat pengukur

    intensitas kebisingan demikian mungkin dipakai untuk mengukur

    kebisingan yang intensitasnya tinggi (Suma’mur, 2009).

    Sebagaimana telah dinyatakan untuk mengukur intensitas dan

    menentukan frekuensi kebisingan diperlukan peralatan khusus yang

     berbeda bagi jenis kebisingan dimaksud. Jika tujuan dari pengukuran

    kebisingan hanya untuk mengendalikan kebisingan, seperti misalnya

    untuk melakukan isolasi mesin atau pemasangan perlengkapan

    dinding yang mengabsorbsi suara atau pemilihan alat pelindung

    telinga, pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana dimaksudkan

    dalam rangka lokalisasi secara tepat sumber kebisingan pada suatu

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    10/50

    mesin dengan tujuan memodifikasi mesin tersebut, melalui

     pembuatan desain yang dipakai dasar konstruksi bentuk mesin dengan

    tingkat kebisingan (Suma’mur, 2009).

    Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat pengukur

    kebisingan adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk melakukan

     pengukuran terhadap kebisingan dan juga waktu yang dialokasikan untuk

    hal tersebut. Sebagaimana sering dialami kenyataan bahwa lebih

    disenangi pengumpulan data tentang kebisingan secara merekamnya

    (recording ) yang kemudian data rekaman dibawa ke laboratorium untuk

    dilakukan analisis (Suma’mur, 2009).

    Survei pendahuluan masalah kebisingan menetap berkelanjutan,

     biasanya diukur intensitas menyeluruh yang dinyatakan dengan dB (A),

     pengukuran intensitas menyeluruh demikian menggunakan jaringan A

    dari Sound Level Meter . Menggunakan jaringan tersebut berarti bahwa

    kepekaan alat pengukur kebisingan sesuai dengan garis kepekaan sama

    yaitu 40 dB, sehingga tidak memberi reaksi kepada intensitas kebisingan

    rendah, melainkan memungkinkan diukurnya intensitas kebisingan tinggi

     berbahaya kepada alat pendengaran (Suma’mur, 2009).

    6. 

     Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas kebisingan. 

     Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya

    di tempat kerja adalah standar faktor tempat kerja yang dapat

    diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

    kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8

    (delapan) jam sehari dan 5 (lima) hari kerja seminggu atau 40

     jam seminggu (KEPMENAKER PER.13/MEN/X/2011).

     Nilai Ambang Batas kebisingan adalah intensitas suara

    tertinggi yang merupakan nilai rata- rata yang masih dapat diterima

    tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang

    menetap untuk waktu kerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Sesuai

    dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER.13/MEN/X/2011,

    tanggal 16 april 1999 tentang nilai ambang batas kebisingan ditempat

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    11/50

    kerja adalah 85 dB (A), dan merupakan standar dalam Standar

     Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004 Nilai Ambang Batas iklim

    kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar

    ultra ungu di tempat kerja. SNI dimaksud juga memberikan informasi

    tentang pengendalian kebisingan yang dilakukan sehubungan dengan

    tingkat paparan sebagaimana substansinya dimuat pada Tabel 1 yang

    mengatur lamanya waktu paparan terhadap tingkat intensitas

    kebisingan (Suma’mur, 2009).

    Standar kebisingan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga

    Kerja RI No. PER.13/MEN/X/2011 

    adalah sebagai berikut :

    Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja

    Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan (dB)

    8 Jam

    4 Jam

    2 Jam

    1 Jam

    30 Menit

    15 Menit7,5 Menit

    3,75 Menit

    1,88 Menit

    0,94 Menit

    28,12 Detik

    14,06 Detik

    7,03 Detik

    3,52 Detik

    1,76 Detik

    0,88 Detik

    0,44 Detik0,23 Detik

    0,11 Detik  

    85 

    88 

    91 

    94 

    97 

    100 

    103 

    106 

    109 

    112 

    115 

    118 

    121 

    124 

    127 

    130 

    133 136 

    139 

    Sumber : Surat  Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.

    PER.13/MEN/X/2011  Keterangan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140

    dBA, walaupun sesaat.

    7.  Pengaruh Kebisingan

    Menurut Tarwaka, dkk (2004)   pengaruh pemaparan

    kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    12/50

    didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya

    waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan

    intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan

    kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB). 

    a.  Pengaruh kebisingan intensitas tinggi 

    1) Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB)

    adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang

    dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat

    sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. Sebelum

    terjadi kerusakan pendengaran yang permanen, biasanya

    didahului dengan pendengaran yang bersifat sementara yang

    dapat mengganggu kehidupan yang bersangkutan baik di tempat

    kerja maupun di lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya. 

    2) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis

    kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui. 

    3) 

    Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat

    menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya

    tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung

    meningkat, gangguan pencernaan.

    4) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses

     produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya

     protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan dll. 

     b.  Pengaruh kebisingan intensitas rendah 

    Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB

     banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang

    administrasi perusahaan dll. Intensitas kebisingan yang masih di

     bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan

    kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering

    dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah

    satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang

    disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    13/50

    terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik

    stres karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain : 

    1) Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan

    tidur. 

    2) Gangguan reaksi psikomotor. 

    3) Kehilangan konsentrasi.

    4) Gangguan komunikasi antara lawan bicara. 

    5) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan

     bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas. 

    Menurut Depnakertrans R.I., 2009 Pengaruh kebisingan

     pada tenaga kerja adalah adanya gangguan- gangguan seperti

    dibawah ini: 

    1) 

    Gangguan fisiologis

    Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula

    timbul akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran

    secara fisiologis dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi

    dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas sehingga

    dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa

     berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga

    menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat mengganggu

    cardiac out put dan tekanan darah. Contoh gangguan fisiologis :

    naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat,

    vasokontriksi  pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang

    atau metabolisme tubuh meningkat. Menurut Sarwono, dkk

    (2002) semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya

    tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara spontan. 

    2) Gangguan psikologis

    Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan

    gangguan psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat

    menimbulkan stres, gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan

     berfikir dan lain-lain. Menurut Budiono, dkk (2003) pengaruh

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    14/50

    kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi

    kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi,

    mengganggu konsentrasi, dan menurut Sarwono, dkk (2002)

    kebisingan dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan

    timbulnya kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecil pun

    dapat mengganggu konsentrasi sehingga muncul sejumlah

    keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan untuk

    melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian tenaga

    kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu

     proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-

    kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak

    terkendalikan dengan baik juga dapat menimbulkan efek lain yang

    salah satunya berupa meningkatnya kelelahan tenaga kerja

    (Suma’mur, 2009).

    3) Gangguan patologis organis 

    Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah

     pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat

    menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen.

    Menurut Budiono, dkk (2003) kebisingan dapat menurunkan daya

    dengar dan tuli akibat kebisingan. Pengaruh utama dari kebisingan

    kepada kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengar

    yang menyebabkan ketulian progresif. Pemulihan terjadi secara

    cepat sesudah dihentikan kerja di tempat bising untuk efek

    kebisingan sementara (Suma’mur,2009).

    Ditempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh

    mesin dapat merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan

    gangguan kesehatan (tingkat kebisingan 80 s/d 90 dB (A) atau

    lebih dapat membahayakan pendengaran). Seseorang yang

    terpapar kebisingan secara terus menerus dapat menyebabkan

    dirinya menderita ketulian. Menurut Sarwono, dkk (2002) ketulian

    akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan terus

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    15/50

    menerus dibagi menjadi dua yaitu :

    1) Temporari deafness, yaitu kehilangan pendengaran sementara. 

    2)  Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara

     permanen atau disebut ketulian saraf. Pada pekerja  permanent

    deafness harus dapat dikompensasi oleh jamsostek atau

    rekomendasi dari dokter pemeriksa kesehatan 

    Menurut Tambunan (2005) secara umum tingkat bahaya

    yang ditimbulkan oleh kebisingan bagi pekerja dipengaruhi oleh

     beberapa hal, seperti : 

    1) 

    Intensitas dan frekuensi kebisingan. 

    2) Jenis kebisingan ( steady atau non steady noise). 

    3) Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration). 

    4) 

    Umur pekerja.

    5) Penyakit-penyakit atau ketidaksempurnaan pendengaran pada

     pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan). 

    6) 

    Kondisi lingkungan seperti angin, suhu, kelembaban udara di

    mana bahaya kebisingan tersebut berada. 

    7) Jarak antara pekerja dan sumber kebisingan. 

    8) 

    Posisi telinga terhadap gelombang suara (kebisingan) 

    8.  Rencana dan langkah pengendalian kebisingan 

    Menurut Tarwaka, dkk (2004)  sebelum dilakukan langkah

     pengendalian, langkah pertama yang harus dilakukan adalah

    membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian

    kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian

    dapat dilakukan dengan pendekatan melalui perspektif manajemen

    risiko kebisingan. Manajemen risiko yang dimaksud adalah suatu

     pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan risiko yang

    mungkin timbul. Langkah manajemen risiko kebisingan tersebut

    adalah :

    a.  Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di tempat

    kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau cedera akibat

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    16/50

    kerja. 

     b.  Menilai risiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit

    dan cedera akibat kerja. 

    c. 

    Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan

    atau meminimalisasi risiko kebisingan.

    Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya

    adalah melaksanakan langkah pengendalian kebisingan dengan dua

    arah pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek (Short-term gain)

    dan pendekatan jangka panjang ( Long-term gain) dari hirarki

     pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka

     panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah eliminasi

    sumber kebisingan, pengendalian secara teknik, pengendalian secara

    administrative dan terakhir penggunaan alat pelindung diri.

    Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara

     berurutan.

    a. 

    Eliminasi sumber kebisingan

    1) 

    Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan

    tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian

    dapat diminimalkan.

    2) Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus

    mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang

    dikeluarkan dari mesin baru.

    3) Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin,

    konstruksi bangunan harus dapat meredam kebisingan serendah

    mungkin dll.

     b. Pengendalian Kebisingan Secara Teknik

    1) Pengendalian kebisingan pada sumber suara.

    Penurunan kebisingan pada sumber suara dapat

    dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi mesin

    sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan

    dengan mendesain mesin memakai remote control . Selain itu

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    17/50

    dapat dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan anti

    getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan biaya yang

    sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit diimplementasikan.

    2) Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan.

    Apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit

    dilakukan, maka teknik berikutnya adalah dengan memberi

     pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain adalah

    dengan menambah atau melapisi dinding, plafon dan lantai

    dengan bahan penyerap suara. Menurut Tarwaka, dkk (2004)

    cara tersebut dapat mengurangi kebisingan antara 3-7 dB.

    c.  Pengendalian Kebisingan Secara Administratif

    Apabila teknik pengendalian secara teknik  belum

    memungkinkan untuk dilakukan, maka langkah selanjutnya

    adalah merencanakan teknik pengendalian secara administratif.

    Teknik pengendalian ini lebih difokuskan pada manajemen

     pemaparan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan

    mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat

    yang lebih nyaman yang didasarkan pada intensitas kebisingan yang

    diterima pada tabel 1.

    d.  Pengendalian Kebisingan Pada Penerima atau Pekerja

    Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh

    teknik pengendalian di atas (eliminasi, pengendalian teknik dan

    administratif) belum memungkinkan untuk dilaksanakan. Jenis

     pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung

    telinga (tutup atau sumbat telinga). Menurut Tarwaka, dkk (2004)

     pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar ±

    30 dB, sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan

    sedikit lebih besar yaitu antara 40-50 dB. Pengendalian kebisingan

     pada penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan-

     perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih murah.

     Namun demikian banyak ditemukan kendala dalam pemakaian

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    18/50

    tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat kedisiplinan pekerja,

    mengurangi kenyamanan kerja, mengganggu pembicaraan dll.

    Berikut adalah alat pelindung telinga menurut Tarwaka (2008) :

    1) 

    Sumbat telinga ( Ear plug ) 

    Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan 

     bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah

     berbeda. Untuk itu ear plug harus dipilih sedemikian rupa

    sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga

     pemakainya. Pada umumnya diameter saluran telinga antara 5-

    11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan

    tidak lurus.  Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet

    alami dan bahan sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari

    kapas, spon dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk

    sekali pakai ( Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan

    karet dan plastik yang dicetak ( Molded rubber / plastic) dapat

    digunakan berulang kali ( Non Disposable). Alat ini dapat

    mengurangi suara sampai 20 dB (A). 

    2) Tutup Telingan ( Ear muff )

    Alat pelindung telinga jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah

    tutup telinga dan sebuah headband . Isi dari tutup telinga dapat

     berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara

    frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup

    lama, efektivitas ear muff dapat menurunkan karena

     bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat

    reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada

     permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara

    sampai 30 dB (A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga

    dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.

    Menurut Tarwaka (2008) perlu di perhatikan beberapa

    kriteria di dalam pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri

    sebagai berikut : 

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    19/50

    1) 

    Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan

    efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di

    tempat kerja. 

    2) 

    Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,

    nyaman dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi

     pemakainya. 

    3)  Bentuknya cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu

    memakainya. 

    4)  Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena

     jenis bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian. 

    5)  Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali. 

    6)  Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan

    serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam

    waktu yang cukup lama. 

    7)  Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-

    tanda peringatan. 

    8) 

    Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup

    tersedia dipasaran. 

    9) 

    Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan. 

    10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang

    ditetapkan

    Di samping pemenuhan terhadap kriteria-kriteria tersebut,

     pekerja juga harus terus-menerus diberikan penyadaran, diberikan

    instruksi baik secara tertulis maupun lisan tentang kapan dan dalam

    keadaan bagaimana alat pelindung diri wajib dipakai. Penyadaran

    melalui tulisan atau gambar dan poster tentang kewajiban memakai

    alat pelindung diri yang dipasang di tempat-tempat kerja juga

    sangat baik untuk mengingatkan pekerja (Tarwaka, 2008).

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    20/50

    B. 

    Tekanan Panas

    1.  Pengertian Tekanan Panas

    Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban

    udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Selama aktivitas  pada

    lingkungan panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi

    untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan

    dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh

    dengan kehilangan panas dalam tubuh. Lingkungan kerja panas terdiri

    dari unsur suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi, panas

    radiasi dan kecepatan gerak udara (Suma’mur, 2009). 

    2. Sumber Panas Lingkungan Kerja

    Di dalam industri lingkungan kerja fisik khususnya panas

    lingkungan memegang peranan penting, oleh karena itu lingkungan

    kerja harus diciptakan lebih nyaman supaya didapatkan efisiensi kerja

    dan peningkatan produktivitas. Pada dasarnya ada 3 sumber panas yang

     penting (Suma’mur,2009) yaitu :

    a. 

    Iklim kerja adalah keadaan suhu panas udara ditempat kerja yang

    ditentukan oleh faktor-faktor keadaan antara lain, suhu udara,

    kelembaban udara, kecepatan gerak udara, suhu radiasi.

     b. Proses produksi dan mesin akan mengeluarkan panas secara nyata

    sehingga lingkungan kerja menjadi lebih panas.

    c. 

    Kerja otot tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya

    memerlukan energi yang diperoleh dari bahan nutrisi yaitu

    karbohidrat, lemak, protein, dan oksigen yang diperlukan dalam

     proses oksidasi untuk menghasilkan energi yang merupakan panas

    yang disebut metabolisme.

    3. Pertukaran Panas Tubuh Dengan Lingkungan Sekitar

    Menurut Suma’mur (2009) ada beberapa cara pertukaran

     panas  tubuh dengan lingkungan sekitarnya maupun panas dari

    lingkungan terhadap tubuh antara lain :

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    21/50

    a. 

    Konduksi 

    Konduksi adalah pertukaran panas diantara tubuh dan

     benda sekitar dengan melalui mekanisme sentuhan atau kontak

    langsung. Konduksi dapat menghilangkan panas dari tubuh apabila

     benda-benda di sekitar rendah suhunya, dan dapat menambah

     panas kepada tubuh, apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.

     b.  Konveksi

    Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dan

    lingkungan melalui kontak udara dengan tubuh. Udara adalah

     penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak

    dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan

    tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi

    memainkan besarnya peran dalam pertukaran panas antara tubuh

    dengan lingkungan. Konveksi dapat mengurangi atau menambah

     panas kepada tubuh.

    c. 

    Radiasi

    Pertukaran panas secara radiasi adalah mekanisme

    kehilangan panas tubuh dalam bentuk tenaga elektromagnetik yang

     panjang gelombangnya lebih panjang dari sinar matahari. Setiap

     benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang

     panas. Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima

    atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi.

    d.  Penguapan (Evaporasi)

    Pertukaran panas secara radiasi adalah mekanisme

    kehilangan panas tubuh dalam bentuk tenaga elektromagnetik yang

     panjang gelombangnya lebih panjang dari sinar matahari. Setiap

     benda termasuk tubuh manusia selalu memancarkan gelombang

     panas. Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima

    atau kehilangan panas lewat mekanisme radiasi.

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    22/50

    4. 

    Parameter Tekanan Panas

    Untuk mengetahui keadaan lingkungan kerja dalam hubungan

    dengan pengaruh tekanan panas perlu dilakukan pengukuran dengan

    menyatakan berbagai faktor yang mempengaruhi pertukaran

     panas dengan lingkungannya ke dalam indeks tunggal. Terdapat

     beberapa cara untuk menempatkan besarnya tekanan panas berikut

    (Suma’mur,2009) : 

    a.  Suhu efektif

    Suhu efektif yaitu indeks sensoris dari tingkat panas yang

    dialami oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam

     berbagai kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara.

    Kelemahan penggunaan suhu efektif adalah tidak

    memperhitungkan panas metabolisme tubuh sendiri. Untuk

     penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan

     panas radiasi, dibuatlah skala Suhu Efektif Dikoreksi (Corected

     Evectife Temperature Scale).

     b. 

    Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam ( Predicted-4 Hour

    Sweetrate)

    Indeks kecepatan keluar keringat selama 4 jam yaitu

    keringat keluar selama 4 jam, sebagai akibat kombinasi suhu,

    kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas radiasi, dapat

     pula dikoreksi dengan pakaian dan tingkat kegiatan pekerjaan.

    c.  Indeks Belding-Heatch ( Heat Stress Index)

     Indeks Belding-Heatch ( Heat Stress Index) adalah standar

    kemampuan berkeringat dari seseorang yaitu seseorang muda

    dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond dalam keadaan sehat dan

    memiliki kesehatan jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas.

    Dalam lingkungan panas, efek pendinginan dari penguapan

    keringat adalah terpenting untuk keseimbangan termis, maka

     Belding dan  Heatch mendasarkan indeksnya atas perbandingan

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    23/50

     banyaknya keringat yang dikeluarkan untuk mengimbangi panas

    dan kapasitas maksimal tubuh untuk berkeringat.

    d.  ISBB (Indeks Suhu Basah dan Bola) 

    ISBB merupakan cara pengukuran yang paling sederhana

    karena tidak banyak membutuhkan keterampilan, cara atau metode

    yang tidak sulit dan besarnya tekanan panas dapat ditentukan dengan

    cepat.  Indeks ini digunakan sebagai cara penilaian terhadap

    tekanan panas dengan rumus:

    1) ISBB Outdoor = (0,7 suhu basah) + (0,2 suhu radiasi) + (0,1

    suhu kering). 

    2) ISBB  Indoor = (0,7 suhu basah alami) + (0,3 suhu

    radiasi). (Suma’mur,1996) 

     Nilai Ambang Batas untuk Indeks Suhu Basah dan Bola

    (ISBB) tekanan panas lingkungan kerja yang diperkenankan,

    tergantung dari pengaturan waktu kerja dan beban kerja yang

     berdasarkan pengukuran denyut nadi, menurut Keputusan Menteri

    Tenaga Kerja RI No. PER.13/MEN/X/2011 adalah sebagai berikut :

    Tabel 2. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan

    Bola (ISBB)

    Variasi  ISBB ºC Kerja 

    Kerja Ringan Kerja Sedang  Kerja Berat 

    Kerja terus menerus  31,0  28,0  - 

    Kerja 75%

    Istirahat 25% 31,0  29,0  27,5 

    Kerja 50%

    istirahat 50% 32,0  30,0  29,0 

    Kerja 25%

    istirahat75% 32,0  31,1  30,5 

    Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.

    PER.13/MEN/X/2011 

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    24/50

    Peralatan modern yang digunakan untuk mengukur ISBB

    adalah  Area Heat Stress Monitor . Dimana alat tersebut

    dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah,

    suhu kering, suhu radiasi dan ISBB atau WBGT in dan WBGT out

    yang hasilnya tinggal membaca pada alat dengan menekan tombol

    operasional dalam satuan°C atau °F. Pada waktu pengukuran alat

    ditempatkan sekitar sumber panas dimana pekerja melakukan

     pekerjaannya (Tarwaka dkk, 2004).

    Selain alat tersebut, terdapat alat ukur ISBB yang lebih

    modern seperti Questtemp Heat Stress Monitor. Alat tersebut

    dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah,

    suhu kering, suhu radiasi dan ISBB yang hasilnya tinggal

    membaca pada alat dengan menekan tombol operasional dalam

    satuan °C dan °F. Pada waktu pengukuran alat ditempatkan

    disekitar sumber panas dimana pekerja melakukan pekerjaannya.

    Dari hasil pengukuran ISBB tersebut. Selanjutnya disesuaikan

    dengan beban kerja yang diterima pekerja dan kriteria waktu kerja

    serta istirahat, dalam pengaturan dapat menggunakan aturan

    menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.

    PER.13/MEN/X/2011  tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja

    ISBB (Tarwaka dkk, 2004).

    5. 

    Suhu Nikmat Kerja

    Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang

    agar dapat bekerja secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara

    24°C- 26°C bagi orang Indonesia. Orang Indonesia pada umumnya

     beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya sekitar 29°C-30°C

    dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti

    suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu

    minggu pertama berada di tempat kerja. Setelah minggu pertama

     berada di tempat panas tenaga kerja mampu bekerja tanpa pengaruh

    tekanan panas. Hal ini tergantung dari aklimatisasi setiap individu

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    25/50

    yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi kerja sesuai

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER.13/MEN/X/2011 

    (Suma’mur,2009). 

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja tersebut diadopsi dari

    WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang merupakan suatu

    indeks atau alat ukur untuk memperkirakan efek suhu, kelembaban

    dan radiasi matahari pada manusia, yang dikeluarkan oleh ACGIH

    ( American Conference of Govermentan Industrial Hygienist )

    organisasi sosial profesional non pemerintah dari Amerika Serikat

    yang bergerak dalam bidang Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja

    ditetapkan sebagai NAB (Nilai Ambang Batas) untuk tekanan panas.

    Pengertian dari NAB sendiri adalah standar faktor tempat kerja yang

    dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau

    gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak

    melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Keputusan Menteri

    Tenaga Kerja RI No. PER.13/MEN/X/201).

    Tabel 3. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja WBGT (Wet Bulb Globe

    Temperature Index)

     Acclimatized Unacclimatized  

    (°C) (°C)

    Work Ligt Moderate Heavy Very Light Moderate Heavy Very

    Demand Heavy Heavy

    100%

    Work

    29,5 27,5 26 - 27,5 25 22,5 -

    75%

    Work,

    25% rest

    30,5 28,5 27,5 - 29,5 26,5 24,5 -

    50%

    work

    50% rest

    31,5 29,5 28,5 27,5 30 28 26,5 25

    25%

    work

    75% rest

    32,5 31 30 29,5 31 29 28 26,5

    Sumber : American Conference of Govermentan Industrial Hygienist , 2005

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    26/50

    6. 

    Mekanisme dalam menghadapi panas

    Manusia dapat mempertahankan suhu tubuhnya sendiri dari

    kondisi lingkungannya yang selalu berubah-ubah dan diatur oleh

    suatu sistem pengatur suhu, karena manusia termasuk makhluk

    homotermis. Suhu menetap ini adalah akibat kesetimbangan diantara

     panas yang dihasilkan di dalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan

     pertukaran panas tubuh dengan lingkungan sekitar (Suma’mur,2009). 

    Bila suhu tubuh diturunkan terjadi vasodilatasi pembuluh

    darah kulit, yang menyebabkan suhu kulit mendekati suhu tubuh.

    Suhu tubuh manusia yang dapat diraba atau dirasakan tidak hanya

    didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi oleh panas

    lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar pula

     pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah suhu

    lingkungan, makin banyak pula panas tubuh yang hilang. Dengan

    kata lain, terjadi pertukaran panas antara tubuh manusia yang didapat

    dari metabolisme dengan tekanan panas yang dirasakan sebagai

    kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini seimbang dan serasi,

    tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun

    kesehatan kerja (Depkes RI, 2003). 

    Menurut Suma’mur 2009 ada 3 cara tubuh dalam menghadapi

     panas, yaitu :

    a. 

    Pengaturan peredaran darah 

    Keadaan udara lingkungan yang panas maka akan terjadi

    vasodilatasi pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh

    darah dalam, tetapi di lingkungan dingin akan terjadi

    vasokontraksi pembuluh darah tepi dan vasodilatasi pembuluh darah

    dalam.

     b. Dengan memproduksi keringat dan mekanisme penguapan

    sehingga menyebabkan penurunan suhu tubuh.

    c.  Menggigil dimaksudkan suhu udara yang dingin dengan menggigil

    akan menyebabkan metabolisme dan produksi panas akan

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    27/50

    menurunkan laju metabolisme tubuh. 

    7.  Gangguan Kesehatan Karena Pengaruh Tekanan Panas 

    Menurut Suma’mur, 2009, jenis gangguan akibat tekanan panas yang

     berlebihan sebagai berikut :

    a.  Heat Stroke 

    Jarang sekali terjadi dalam industri, namun bila terjadi

    sangatlah hebat. Biasanya terjadi pada seorang laki-laki yang

     bekerja berat dalam keadaan emosi dalam situasi yang sangat

     panas dan belum beraklimatisasi sehingga produksi panas dalam

    tubuh tinggi yang dapat terjadi dalam suhu diatas 30°C, karena

    orang Indonesia biasa bekerja pada suhu 24°C-26°C, dengan

    kelembaban sekitar 85%-95%.

     b. 

     Heat Cramps 

    Di dalam lingkungan yang bersuhu tinggi, sebagai akibat

     bertambahnya keringat yang keluar menyebabkan hilangnya garam

    natrium dari tubuh, dan sebagai akibat banyak minum air, tetapi

    tidak diberi garam natrium yang hilang bersama keringat yang

    dapat menyebabkan dehidrasi.

    c. 

     Heat Exhaustian 

    Terjadi oleh karena cuaca kerja yang sangat panas, terutama bagi

    mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas, dapat

    terjadi karena berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu badan

    normal atau subnormal, tekanan darah menurun dan nadi lebih cepat.

    d. 

     Heat Syncope 

    Merupakan bentuk cidera panas yang paling ringan, dapat terjadi

    karena terkena panas matahari secara langsung.

    e.  Dehidrasi

    Suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang

    disebabkan oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun

    karena gangguan kesehatan (Tarwaka dkk, 2004). Menurut

    Grandjean (1988) jika suhu lingkungan meningkat, maka efek

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    28/50

    fisiologis yang terjadi adalah : peningkatan kelelahan, peningkatan

    denyut jantung, peningkatan tekanan darah, mengurangi aktivitas

    organ pencernaan, sedikit peningkatan suhu inti dan peningkatan

    tajam suhu shell (suhu kulit akan naik dari 32°C ke 36-37°C),

     peningkatan aliran darah melalui kulit, dan peningkatan produksi

    keringat yang menjadi berlebihan jika suhu kulit mencapai 34°C

    atau lebih.

    8.  Faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh tenaga kerja dalam

    lingkungan kerja yang panas 

    Menurut Tarwaka, dkk (2004) faktor yang mempengaruhi daya tahan

    tubuh tenaga kerja antara lain :

    a.  Umur  

    Daya tahan badan terhadap panas akan menurun pada umur

    yang lebih tua. Orang yang lebih tua akan lamban keluar

    keringatnya dibandingkan dengan orang muda, karena orang yang

    lebih tua memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengembalikan

    suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas, karena denyut

    nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal berangsur-

    angsur menurun sesuai dengan bertambahnya umur.

     b.  Jenis Kelamin 

    Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas antara laki-laki

    dan perempuan untuk berkeringat secara cukup, dalam iklim panas

    tidak dapat beraklimatisasi secara baik seperti laki-laki. Seorang

    wanita lebih tahan terhadap suhu dingin dari pada suhu panas. Hal

    tersebut di sebabkan karena tubuh wanita mempunyai jaringan

    dengan daya konduksi yang lebih tinggi terhadap panas bila di

     bandingkan dengan laki-laki.

    c.  Masa Kerja

    Lamanya bekerja seseorang dari pertama bekerja hingga

    dilakukannya penelitian pada sampel penelitian.

    d. 

    Aklimatisasi

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    29/50

    Aklimatisasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap

    lingkungannya yang ditandai dengan penurunan detak nadi dan

    suhu mulut atau suhu badan sebagai akibat pembentukan keringat.

    Aklimatisasi ini ditujukan pada suatu pekerjaan dan suhu tertentu

    sehingga bersifat khusus. Biasanya aklimatisasi terhadap panas

    akan tercapai sesudah 2 minggu, sedangkan meningkatnya

     pembentukan keringat tergantung pada kenaikan suhu badan.

    9. Pengendalian Panas

    Menurut Tarwaka, dkk (2004) pengendalian terhadap panas dapat

    dilakukan dengan cara :

    a.  Isolasi terhadap sumber panas 

    Isolasi terhadap sumber panas adalah memisahkan sumber

     panas dari tenaga kerja untuk mencegah terjadinya gangguan

    kesehatan, bertujuan untuk mencegah keluarnya panas

    kelingkungan. Dapat dilakukan dengan cara membalut pipa-pipa

    yang panas, menutup tangki-tangki yang berisi air panas sehingga

    dapat mengurangi aliran panas yang timbul.

     b.  Tirai radiasi 

    Tirai radiasi adalah tirai atau penutup yang terbuat dari

    lempengan alumunium, baja anti karet, atau dari bahan metal yang

     permukaannya mengkilat, bertujuan untuk mencegah terjadinya

    efek radiasi dari bahan atau alat yang memicu terjadinya radiasi.

    c.  Ventilasi setempat

    Ventilasi setempat adalah proses untuk meningkatkan

     pergerakan udara dengan cara mengurangi temperatur dan

    kelembaban. Bertujuan untuk mengendalikan panas konveksi yaitu

    dengan menghisap keluar udara yang panas.

    d. Pendinginan lokal 

    Pendinginan lokal adalah cara mengalirkan udara yang

    sejuk ke sekitar pekerja dengan tujuan menggantikan udara yang

     panas dengan udara yang sejuk dan dialirkan dengan kecepatan

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    30/50

    tinggi.

    e.  Ventilasi umum 

    Ventilasi umum adalah cara yang digunakan untuk

    mengendalikan suhu dan kelembaban udara yang tinggi tetapi

    tidak dapat menanggulangi panas radiasi yang tinggi.

    f.  Pengaturan lama kerja

    Pengaturan lama kerja adalah pembagian waktu kerja

    sesuai dengan beban kerja yang diterima, bertujuan untuk

    menghindari terjadinya gangguan kesehatan akibat terpapar suhu

    udara yang tinggi.

    C. Tekanan Darah

    1.  Pengertian Tekanan Darah

    Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada

    seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung

    dan pembuluh darah (Ethel, 2003). 

    Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara

    alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah

    yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga

    dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat

    melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan

    darah dalam satu hari juga  berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari

    dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Joyce dkk, 2008). 

    Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai

    suatu titik dimana denyut dapat dirasakan, sedangkan tekanan

    diastolik adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan

    dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut arteri dengan jelas dapat

    didengar dan titik dimana bunyi mulai menghilang. Perbedaan

    tekanan antara  sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan

    normalnya adalah 30-50 mmHg (Hull, 1986).

    Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang

    mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    31/50

    melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau

    gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan (Ethel, 2003).

    a.  Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat

    sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole. 

     b.  Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai

    serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap

    dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding

    elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg. 

    Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari

    aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan

    tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg

    di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke vena

    (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena

    cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke

    atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg) (Ethel, 2003). 

    2. 

    Penggolongan Tekanan Darah 

    a. 

    Tekanan darah normal 

    Tekanan darah normal bila tekanan darah sistolik menunjukkan

    kurang dari 140 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg

    (Guyton dan Hull, 2008).

     Nilai tekanan darah normal berdasarkan umur : 

    1) 

    Pada usia 15-29 tahun : sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80

    mmHg. 

    2) 

    Pada usia 30-49 tahun : sistolik 110-140 mmHg, diastolik 70-90

    mmHg. 

    3) Pada usia >50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90

    mmHg (Woro, 1999). 

    Menurut Evelyn (2007), standar nilai tekanan darah normal pada

    seseorang adalah sebagai berikut :

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    32/50

    Tabel 4. Standar Tekanan Darah Normal

     No.  Usia Diastole  Sistole

    1 Pada masa bayi  50  70-90 

    2 Pada masa anak   60  80-100 

    3 Masa remaja  60  90-110 

    4 Dewasa muda  60-70  110-125 

    5 Lebih tua  80-90  130-150 

    Sumber : Evelyn, 2007

     b. Tekanan darah rendah

    Seseorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila

    tekanan darah untuk yang normal tetap di bawah 100/60 mmHg,

    tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg dan diastolik kurang dari

    60 mmHg (Watson, 2002).

    c.  Tekanan darah tinggi

    Catatan tekanan darah untuk yang normal tetap di atas 100/90

    mmHg, tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih

    dari 90 mmHg (Watson, 2002).

    Berikut adalah tabel untuk kategori tekanan darah :

    Tabel 5. Tabel Kategori Tekanan Darah

    Tekanan Darah

    Tekanan Darah Sistolik  

    ( angka bacaan di atas) 

    mmHg 

    Tekanan Darah Distolik  

    (angka bacaan di bawah) 

    mmHg 

     Normal Di bawah 120 Di bawah 80

    Pre-Hipertensi 120-139 80-89

    Darah Tinggi atau

    Hipertensi (Stadium 1)140-159 90-99

    Darah Tinggi atau

    Hipertensi (Stadium 2

    atau berbahaya)

    Di atas 160 Di atas 100

    Sumber : Joint National Committe-VII, 2003

    3.  Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah 

    Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah, yaitu :

    a.  Olahraga 

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    33/50

    Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya

    curah jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen

    ke bagian tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-

     bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi

    vasokonstriksi, misal traktus digestivus. Meningkatnya curah

     jantung pasti akan berpengaruh terhadap tekanan darah (Ridjab,

    2005).

    Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak

    manfaat olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat

    meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah. Respon fisiologis

    terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan

    disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang

    membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang

    memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misal traktus

    digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh

    terhadap tekanan darah. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh

    aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan

    aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam

    satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling

    rendah pada saat tidur malam hari (Ridjab, 2005).

     b.  Emosi

    Saat manusia mempersepsikan sesuatu sebagai stres, bagian

    otak yang menangani pikiran mengirimkan sinyal ke sistem saraf

    melalui hipotalamus. Sistem saraf lalu mempersiapkan tubuh untuk

    menghadapi stres tersebut. Terjadi perubahan detak jantung dan

    tekanan darah, serta pupil melebar. Juga ada hormon dan zat-zat

    kimia yang dikeluarkan atau disekresi, seperti adrenalin. Sekresi

    adrenalin ini yang membuat tubuh siap, namun jika terjadi

     berkepanjangan akan menimbulkan kerugian misalnya

    terhambatnya pertumbuhan dan pemulihan tubuh, pencernaan dan

    reaksi kekebalan tubuh (imunologik). Dapat terjadi penyakit terkait

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    34/50

    stres; sebagai contoh penyakit jantung dan pembuluh darah

    (kardiovaskuler ) akibat meningkatnya tekanan darah yang

    merusakkan jantung dan pembuluh darah (arteri) serta

    meningkatnya kadar gula darah (Selye, 2010)

    Emosi, kecemasan, rasa takut, stres fisik dan rasa sakit

    dapat meningkatkan tekanan darah oleh karena rangsangan terhadap

    saraf simpatis menghasilkan peningkatan cardiac output dan

    vasokonstriksi arteri (Selye, 2010). 

    c.  Stres

    Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah

    sewaktu mengalami pengukuran (Vita, 2004). 

    d. Umur

    Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan

     peningkatan usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan

    dengan peningkatan usia, sedangkan diastolik akan meningkat

    sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi (Vita, 2004).

    Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin

    tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis

    (Guyton dan Hall, 2008).

    e.  Jenis Kelamin 

    Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah

    5- 10 mmHg lebih rendah dari pria seumurnya, Tetapi setelah

    menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Vita, 2004).

    f. 

    Obesitas

    Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan

     jaringan lemak tubuh secara berlebihan sehingga berat badan telah

    melebihi batas ambang normal dan dapat membahayakan kesehatan

    (Taufik,2007). Timbunan lemak dalam tubuh memicu tekanan

    darah tinggi dan meningkatkan kadar kolesterol darah dan insulin.

    Kondisi kegemukan yang dialami anak-anak sejak kecil jelas

    meningkatkan resiko kematian dini (Taufik,2007) 

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    35/50

    Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas

    memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah (Vita, 2004).

    Indeks Massa Tubuh (IMT) yang kurang dari 18,5 termasuk dalam

    kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam

    kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori

    over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam

    kategori obesitas (Taufik, 2007).

    g. Minum alkohol

    Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan

    tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti

    hipertensi (Vita, 2004).

    Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara

    tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya melaporkan

     bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila

    mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap

    harinya (Depkes RI, 2003). 

    h. 

    Merokok

    Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian

    tubuh akan mengalami penyempitan, dalam keadaan ini

    dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi supaya darah dapat mengalir

    ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap (Vita, 2004). Untuk itu

     jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada

     pembuluh darah meningkat (Eny,2011)

    Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan

    tekanan darah. Selain itu rokok juga dapat mengakibatkan

    vasokonstriksi  pembuluh darah perifer dan pembuluh di ginjal

    sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang

    setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan

    menambah detak jantung 5- 20 kali per menit (Eny, 2011)

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    36/50

    4. Faktor Eksternal

    Selain faktor dari pribadi sendiri orangnya, ada juga faktor

    yang mempengaruhi perubahan tekanan darah baik sistolik maupun

    diastolik. Faktor tersebut adalah faktor yang berasal dari lingkungan,

    khususnya lingkungan kerja, seperti :

    a.  Tekanan Panas 

    Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya

    dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran

    (vasodilatasi) pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh

    darah dalam yang disertai meningkatnya denyut nadi dan tekanan

    darah, sehingga beban  kardiovaskuler   bertambah

    (Suma’mur,2009). Jika seseorang merasakan panas yang berlebih

    dan secara terus-menerus , maka orang tersebut akan cepat

    merasakan lelah dan peningkatan emosi juga terjadi.

     b. Kebisingan

    Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat

    mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya

    secara tiba-tiba dan tidak terduga (Suma’mur,2009). Kebisingan

    mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental

    menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan

    tekanan darah, percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh

    darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya

    aktivitas alat pencernaan. Kebisingan menyebabkan kelelahan,

    kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah stress.

    c. 

    Masa Kerja

    Semakin lama masa kerja dapat dikatakan semakin tinggi

     pula kemampuan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan

     jiwa bekerja, sehingga beban kerja relatif sedikit. Lamanya bekerja

    seseorang dari pertama bekerja hingga dilakukannya penelitian

     pada sampel penelitian, baik dari hari ke hari atau seumur hidup

    (Tarwaka dkk, 2004).

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    37/50

    d. Lama Paparan 

    Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota

    tubuh untuk memelihara keseimbangan panas. Selanjutnya apabila

     pemaparan terhadap panas terus berlanjut, maka resiko terjadinya

    gangguan kesehatan juga akan meningkat. Menurut Tarwaka, dkk

    (2004) menyatakan bahwa reaksi fisiologis akibat pemaparan

     panas yang berlebih dapat dimulai dari gangguan fisiologis yang

    sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang sangat

    serius. Lamanya seseorang berada di tempat atau di dekat sumber

     panas (Azwar, 1990).

    e.  Beban Kerja

    Menurut Tarwaka (2010), beban kerja (workload ) dapat

    didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau

    kemampuan pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus

    dihadapi. Menurut Tarwaka, dkk (2004) menjelaskan bahwa salah

    satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja

    adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas

    ventilasi paru, dan suhu inti tubuh.

    Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi

    melalui beberapa cara sebagai berikut (Vita,2004) :

    1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih

     banyak cairan pada setiap detiknya. 

    2)  Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku,

    sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung

    memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada

    setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

    sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

    Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya

    telah menebal dan kaku karena arteriosclerosis. Dengan cara

    yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

    vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    38/50

    waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau  hormon di

    dalam darah. 

    3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

    meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat

    kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

    sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam

    tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

    Sebaliknya jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

    mengalami pelebaran dan banyak cairan keluar dari sirkulasi,

    maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

    Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh

     perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom

    (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi secara

    otomatis). 

    Menurut Vita, 2004 Sistem saraf simpatis merupakan

     bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu

     berfungsi untuk :

    1) Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi

    fisik tubuh terhadap ancaman dari luar). 

    2) Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga

    mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar

    arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang

    memerlukan pasokan darah yang lebih banyak). 

    3) 

    Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga

    akan meningkatkan volume darah dalam tubuh. 

    4) Melepaskan hormonepinefrin (adrenalin) dan

    noreponefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan

     pembuluh darah 

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    39/50

    IX.  Kerangka Pemikiran

    X.  Hipotesis

    Ada Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah Pekerja

    Weaving  PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

    XI. 

    Metode Penelitian

    Tubuh

    (metabolisme)

    Proses Pertukaran

    Panas

    Respon Fisiologis

    Tubuh

    Suhu Kulit Naik

    Intensitas Kebisingan

    melebihi NAB

    Gangguan Syaraf

    Otonom

    Gangguan Mental

    Emosional

    Peningkatan

    Hormon Adrenalin

    Vasodilatasi Pembuluh Tepi

    Tekanan Darah Meningkat

    1.  Masa Kerja

    2.  Usia

    3.  Lama

    Paparan

    4.  Beban Kerja

    1.  Emosi

    2. 

    Stress

    3. 

    Olahraga

    4.  Umur

    5.  Jenis

    Kelamin

    6.  Obesitas

    7.  Alkohol

    8. 

    Merokok

    Tekanan Panas Kebisingan

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    40/50

    A. 

    Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan metode analitik

    observasional dengan cara pendekatan cross sectional yaitu penelitian untuk

    mencari hubungan antar variabel. Pendekatan cross sectional adalah suatu

     penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan

    cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data di ukur atau

    dikumpulkan dalam waktu bersamaan atau sekaligus pada suatu waktu

    (Soekidjo Notoatmodjo, 2005).

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    1. 

    Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta

     pada bulan November- Desember 2015.

    2. 

    Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015.

    C. Populasi Penelitian

    Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pekerja di PT.

    Iskandar Indah Printing Textile Surakarta bagian Weaving sebanyak 150

     pekerja yang memiliki keriteria sebagai berikut :

    1. 

    Kriteria Inklusi

    a.  Tenaga kerja PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta bagian

    Weaving.

     b. 

    Jenis Kelamin Perempuan.

    c.  Pekerja pada shift siang.

    d. 

    Bekerja selama 8 jam dan terpapar kebisingan serta tekanan panas.

    e. 

    Bersedia untuk menjadi sampel penelitian.

    2.  Kriteria Esklusi

    a.  Tidak bersedia untuk dilakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan

    tekanan darah.

     b.  Memiliki riwayat obesitas, merokok dan minum alkohol, hipertensi.

    c.  Pekerja pada shift malam.

    D. 

    Teknik Sampling

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    41/50

    Teknik untuk pengambilan sampel, dimana pada penelitian ini

    menggunakan simple random sampling.

    E. Sampel Penelitian

    Dari populasi yang berjumlah 150 pekerja, kemudian diambil sejumlah

    sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Dari populasi sasaran,

    ditentukan sampel minimal dengan rumus (Riyanto, 2011) :

    n =

    n =

    n =

    n = 42,1

    n = 42

    Keterangan :

    n = besar sampel

     N = besar populasi

    Z(1-α/2)2 = tingkat kepercayaan 95% = 1,96

    P = proporsi kejadian 0,5

    d = besar penyimpangan 0,1

    Untuk besar sampel minimal dalam penelitian adalah 42 pekerja. Dalam

     penelitian hubungan kebisingan dan tekanan panas dengan tekanan darah

    secara random sampling akan diambil sebanyak 50 pekerja bagian Weaving

    di PT. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

    72,03

    1,7104

     NZ(1-α/2)2P(1-P)

     Nd2 +Z (1-α/2)2P(1-P)

    (75)(1,96)20,5(1-0,5)

    (75)(0,1)2+(1,96)20,5(1-0,5)

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    42/50

    F. 

    Desain Penelitian

    Gambar 2. Desain Penelitian

    G. Identifikasi Variabel Penelitian

    Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

    Identifikasi variabel penelitian berdasarkan hipotesis, yaitu :

    1.  Variabel Bebas

    Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebisingan dan tekanan panas.

    2. 

    Variabel Terikat

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah.

    3. 

    Variabel Pengganggu

    Variabel pengganggu dalam penelitian adalah tekanan panas, masa

    kerja, beban kerja, usia, olahraga, emosi dan stres fisik, obesitas,

    merokok, konsumsi alkohol.

    Populasi

     N = 150

    Sampel

    Simple Random

     Inklusi dan Eksklusi

    n = 42

    Kebisingan Tekanan Panas

    Tekanan

    Uji Korelasi

     Pearson

    Uji Korelasi

     Pearson

    SignifikanSignifikan

    Uji Regresi Linear Ganda

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    43/50

    H. 

    Definisi Operasional Variabel Penelitian

    1.  Tekanan Panas

    Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara yang disebabkan oleh mesin

     produksi, kelembaban udara yang disebabkan karena kurangnya sirkulasi

    udara pada lingkungan tempat kerja serta adanya kecepatan gerakan yang

    disebabkan oleh pekerjanya itu sendiri.

    a.  Alat Ukur : Heat Stress Area

     b.  Satuan : oCelcius

    c.  Skala Pengukuran : Rasio

    2. 

    Kebisingan

    Kebisingan adalah Bunyi atau suara di tempat kerja yang berasal dari

    mesin weaving dan didengar oleh pekerja dengan terpapar lebih dari 8

     jam dan suara tersebut akan berubah menjadi salah satu bahaya kerja

    yang akan menjadi polutan bagi lingkungan dan pekerja.

    a.  Alat Ukur : Sound Level Meter

     b. 

    Satuan : dBA

    c. 

    Skala Pengukuran : Rasio

    3.  Tekanan Darah

    Tekanan darah adalah pengukuran tekanan tenaga kerja yang terpapar

     bising serta tekanan panas selama 8 jam bekerja yang diukur dengan

    menggunakan alat tensi meter digital untuk mengetahui peningkatan

    tekanan darah tenaga kerja.

    a.  Alat Ukur : Tensi Meter Digital

     b. 

    Satuan : mmHg

    c. 

    Skala Pengukuran : Rasio

    I.  Alat dan Bahan Penelitian

    1.  Questeem (Heat Stress Area)

    Questemp adalah suatu termometer yang dilengkapi dengan

    sensor listrik (baterai) yang lengkap untuk mengukur kelembaban nisbi,

     panas, radiasi dan mengetahui lama pendinginan kerena dalam satu alat

    ukur terdapat psychrometer, globe thermometer dan kata thermometer

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    44/50

    sekaligus hanya dengan menekan tombol sesuai dengan apa yang akan

    diukur (Anizar,2009). Cara penggunaan dari Questemp sebagai berikut:

    a.  Menyiapkan alat dan merangkai alat pada statif

     b. 

    Mengisi air pada wet sensor bar.

    c.  Tekan ON dan tunggu 10 menit untuk kalibrasi.

    d.  Tekan tombol pilihan ºC atau ºF.

    e.  Tekan tombol WBGT In/Out.

    f.  Tekan tombol yang akan diukur. \

    g.  Perhatikan angka yang muncul pada display kemudian catat hasilnya.

    h. 

    Jika sudah selesai, matikan alat dengan menekan OFF.

    2.  Sound Level Meter

    Sound Level Meter RION NA-20, yaitu alat untuk mengukur

    kebisingan, yang dilengkapi dengan mikrofon yang mendekati suara,

    mengkonversikannya ke dalam signal listrik dan memperbesar signal

    sampai pada tingkat tekanan suara. Skala Sound Level Meter yang

    dipakai adalah skala A (Anizar,2009)

    a. 

    Langkah Persiapan

    Langkah persiapan dilakukan sebelum alat mulai digunakan yaitu :

    1) 

    Pasang baterai pada tempatnya.

    2) Tekan tombol power.

    3) Cek garis pada monitor untuk mengetahui baterai dalam keadaan

     baik atau tidaknya.

    4) Kalibrasi alat dengan kalibrasi, sehingga angka pada monitor

    sesuai dengan angka kalibrator.

     b. 

    Langkah Pengukuran

    Langkah untuk mulai pengukuran adalah sebagai berikut:

    1) Pilih selektor pada posisi:

    a)  Fast :Untuk jenis kebisingan kontinue.

     b) Slow :Untuk jenis kebisingan impulsive atau terputus-

     putus

    2) 

    Pilih selector range intensitas kebisingan.

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    45/50

    3) 

    Tentukan lokasi pengukuran.

    4) Setiap lokasi pengukuran dilakukan pengamatan selama 1-2 menit,

    dengan enam kali pembacaan. Hasil pengukuran adalah angka

    yang ditunjukan pada monitor.

    5) Catat hasil pengukuran dan hitung rata-rata kebisingan sesaat.

    3.  Tensi Meter Digital

    Tensi meter digital, yaitu alat digital untuk mengukur tekanan darah dan

    denyut nadi. Cara penggunaan tensi meter digital adalah sebagai berikut :

    a.  Memasukkan ujung pipa manset pada bagian alat.

     b. 

    Memperhatikan arah masuknya perekat manset.

    c.  Memakai manset perhatikan arah selang.

    d.  Memperhatikan jarak manset dengan garis siku lengan kurang lebih 1-

    2 cm.

    e.  Memastikan posisi selang sejajar dengan jari tengah dan posisi tangan

    terbuka keatas.

    f. 

    Jika manset sudah terpasang dengan baik dan benar, merekatkan

    manset.

    g.  Menekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat.

    h. 

    Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali dan hasil

     pengukuran akan muncul. Alat akan menyimpan hasil pengukuran

    secara otomatis.

    i. 

    Menekan tombol “ START/STOP” untuk mematikan alat. 

    J.  Cara Kerja Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. 

    Tahap persiapan

    a.  Peneliti melakukan survey awal, yaitu observasi dan wawancara di

    PT.Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta

     b.  Peneliti menentukan dan memilih masalah

    c.  Menentukan judul penelitian

    d.  Mengidentifikasi, merumuskan, dan mengadakan pembatasan

    masalah, kemudian berdasarkan masalah tersbut diadakan studi

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    46/50

     pengendalian untuk menghimpun informasi dan teori sebagai dasar

     penyusunan kerangka konsep penelitian.

    e.  Menentukan teknik pengumpulan data

    f. 

    Tahap pelaksanaan

    g.  Peneliti menentukan sampel yang akan dijadikan objek penelitian.

    h.  Melaksanakan penelitian dengan melakukan pengukuran tekanan

     panas dan kebisingan untuk menentukan NAB tekanan panas serta

    kebisingan pada PT.Iskandar Indah Printing Tekstile Surakarta.

    i.  Melakukan pengukuran tekanan darah terhadap pekerja sesudah

     bekerja selama 8 jam.

    2.  Tahap penyelesaian

    a.  Pengumpulan semua data yang diperoleh.

     b. 

    Pengolahan dan analisis data.

    c.  Penulisan laporan penelitian.

    K. Teknik Pengolahan Data

    1. 

    Editing

    Editing yaitu pengecekan terhadap kelengkapan data dan keseragaman

    data yang diperoleh dari lapangan.

    2. 

    Coding

    Coding yaitu pemberian kode pada setiap jawaban untuk mempermudah

    dalam pengolahan data.

    3. 

    Tabulating

    Tabulating yaitu pengelompokan data sesuai dengan tujuan penelitian

    untuk mempermudah dalam pembacaan hasil penelitian.

    4. 

    Entry

    Entry yaitu kegiatan memasukkan data yang telah didapat ke dalam

     program komputer untuk dilakukan pengolahan data.

    L. Teknik Analisis Data

    Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini

    mengguanakan data kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan ada 2, yaitu

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    47/50

    analisis bivariat dan analisis multivariat. Analisis bivariat menggunakan uji

    korelasi pearson dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

    1.  Jika p (value) < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

    2. 

    Jika p (value) > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan.

    3.  Jika p (value) = 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan

    Apabila p (value) dari uji bivariat adalah < 0,05 maka dapat dilanjutkan

    menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi linear ganda (Dahlan,

    2013).

    XII.  Jadwal Penelitian

    Kegiatan

    September

    2015

    Oktober

    2015

    November

    2015

    Desember

    2015

    Minggu

    Ke

    Minggu

    Ke

    Minggu

    Ke

    Minggu

    Ke

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    1. Pengusulan Judul

    2. Survei Awal

    Perusahaan

    3. Pembuatan Proposal

    4.Proposal Siap

    5.Ujian Proposal danRevisi Proposal

    6.Pengumpulan dan

    Pengolahan Data

    7.Penulisan Skripsi

    8.Ujian Skripsi

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    48/50

    XIII.  Daftar Pustaka

    Hull, Arison. 1986. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

    Granjean, Etienne. 1988. Fitting The Task To The Man. New York : Taylor dan

    Franci.

    Departement Kesehatan Republik Indonesia. 2003.  Modul Pelatihan bagi

     Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta: Hiperkes.

    James Joyce, Colin Baker & Helen Swain. 2008.  Prinsip-prinsip Sains untuk

     Keperawatan. Jakarta.: Erlangga.

    Ides Haeruman Taufik. 2007. Pengaturan Berat Badan. Jakarta: Gramedia

    Mangku Sitepoe. 1997. Usaha Mencegah Bahaya Merokok . Jakarta: Gramedia.

    Sritomo Wignosoebroto. 2003.  Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknis

     Analisis. PT. Guna Widya : Jakarta.

    Vita Health. 2004. Hipertensi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

    Guyton, A.C,. Dan Hall, J.E. 2008.  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :

    EGC.

    Suma’mur, P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :PT.

    Toko Gunung Agung.

    Tarwaka, dkk. 2004.  Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

     Produktivitas. Surakarta: Harapan Press.

    A.M. Sugeng Budiono, dkk. 2003.  Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan

     Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

    Soekidjo Notoatmodjo. 2005.  Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.

    Rineka Cipta.

    Sihar Tigor B.T. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja. Yogyakarta: ANDI.

    Tarwaka. 2008.  Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan

     Implemetasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan press

    Pearce, Evelyn. 2007.  Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT

    Gramedia Utama.

    Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat . Jakarta : EGC.

    Ridjab, DA. 2005.  Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Tekanan Darah. Balai

    Penerbit : Kedokteran Atmajaya.

  • 8/20/2019 Hubungan Kebisingan dan Tekanan Panas Terhadap Tekanan Darah Bagian Weaving Pada PT. X

    49/50

    Ambarwati, Eny Ratna. 2011 .  Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra

    Cendekia.

    American Conference of Gover