Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an
Dengan Sikap Sosial Remaja Islam
Dusun Karangrejo Desa Pabelan
Kabupaten Semarang
Tahun 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
AHMAD ULINNUHA
NIM : 111 09 011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
ii
iii
Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an
Dengan Sikap Sosial Remaja Islam
Dusun Karangrejo Desa Pabelan
Kabupaten Semarang
Tahun 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
AHMAD ULINNUHA
NIM : 111 09 011
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2015
iv
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya”
QS. Al-Baqarah: 255.
“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi
pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya”(HR.Muslim)
Jangan pernah berhenti untuk merayu diri agar segera bangkit
Wahai diri
Tidakkah kamu malu kepada Allah SWT
Mengaku cinta kepada Allah tetapi tidak senang berinteraksi dengan kalam-Nya
Bukankah ketika manusia cinta manusia lain senang membaca suratnya
Adakah jaminan mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih
Dengan apalagi kamu mampu meraih pahala Allah SWT
Infaq cuman sedikit
Jihad belum siap
Kalau tidak dengan Al-Qur’an dengan apalagi?
Dan Al-Qur’an bisa menolongmu
viii
PERSEMBAHAN
Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT,
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :
Ibu Siti Munawaroh dan Bapak Ashuri tercinta yang telah mendidik,
membimbing, memberikan kasih sayang, do’a dan segalanya, yang menjadi
perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho
Allah.
Semua dosen yang telah mengamalkan ilmunya
Dra. Nur Hasanah, M.Pd. Yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan
dengan penuh kesabaran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.
Teman-temanku: calon leader dunia, yang selalu menemani susah senang
bersama, yang selalu memberi motivasi dan mendo’akanku, hari-hari bersama
kalian adalah hari-hari yang terindah dalam hidupku.
ix
KATA PENGANTAR
بسمهللالرّحمنالرّحيم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Keaktifan
Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam
Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas
sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan
dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi
ini.Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Dr. M. Zulfa, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Dra. Nur Hasanah, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar
dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan pengarahan
serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat terselesaikan
dengan baik.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada
penulis.
x
xi
ABSTRAK
Ulinnuha, Ahmad. 2015. “Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-
Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015”. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci: Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Quran, Sikap Sosial
Remaja Islam
Judul dari skripsi ini adalah Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan
Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa
Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015. Skripsi ini hubungan menjelaskan
tentang keaktifan mengikuiti kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial
remaja islam, dan skripsi ini memfokuskan penelitian pada kegiatan tadarus Al-
Qur’an remaja islam di dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang
tahun 2015. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan
tadarus Al-Qur’an dusun Karangrejo, bagaimana sikap sosial remaja isalam di
dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun 2015, adakah
hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an dengan Sikap Sosial
Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015.
Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitan
menggunakan angket, observasi dan dokumentasi yang diambil dari 48 orang
responden. Penulis mengambil responden berdasarkan usia remaja yaitu berusia
12-18 tahun dan beragama islam. Dari 48 responden tersebut penulis Hubungan
Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja
Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015.
Adapun hasil penelitian yaitu: 1.tingkat keaktifan mengikuti tadarus Al-
Qur’an dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun 2015 termasuk
dalam kategori baik. Hal ini berdasarkan analisa nilai angket yang diberikan
kepada responden dengan rata-rata nilai 39,5 dari total nilai 1.896. 2. dengan nilai
frekuensi kategori baik ada 38 orang dan cukup ada 10 orang.Sikap sosial remaja
islam dusun Karangrejo berada pada kategori baik yang dibuktikan berdasarkan
pada analisa nilai angket yang diberikan penulis kepada responden dengan rata-
rata nilai 41,44 dari total nilai 1.989. 3. dengan nilai frekuensi kategori baik ada
39 orang dan kategori cukup ada 9 orang. Berdasarkan hasil analisis statistik
dengan menggunakan rumus korelasi product moment diperoleh rxy sebesar 0,623
yang selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5 % untuk N
= 48 adalah 0,284. Dengan demikian rxy > rt berarti signifikan.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ......................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
E. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 8
F. Penegasan Istilah ................................................................................... 9
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 16
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an ............................. 18
1. Pengertian ........................................................................................ 18
2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ..................................................... 25
3. Adab Membaca Al-Qur’an ............................................................... 25
4. Tata Cara Tadarus Al-Qur’an ........................................................... 26
B. Sikap Sosial Remaja Islam ................................................................... 27
1. Pengertian Sikap Sosial .................................................................... 27
2. Ciri-ciri Sikap .................................................................................. 31
3. Faktor Yang mempengaruhi Sikap Sosial ........................................ 32
4. Pengertian Remaja Islam .................................................................. 34
5. Batasan Umur Atau Usia Remaja ..................................................... 37
C. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan
Sikap Sosial Remaja Islam ................................................................. 40
1. Pengajuan Hipotesis ............................................................................. 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian.................................................................................. 43
B. Subjek Penelitian .................................................................................. 43
C. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 43
D. Variabel Penelitian ............................................................................... 44
E. Metodologi Penelitian ........................................................................... 45
F. Populasi dan Sampel ............................................................................. 46
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 49
xiv
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 53
A. Teknik Analisis Data ............................................................................ 53
1. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarusan Al-Qur’an...................... 53
2. Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo ............................... 56
B. ANALISIS HASIL PENELITIAN ...................................................... 59
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................ 63
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 64
A. Kesimpulan .......................................................................................... 64
B. Saran-saran .......................................................................................... 64
C. Kata Penutup.………………………………………………………... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANGKET
DAFTAR TABEL
DOKUMENTASI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keberhasilan kehidupan manusia diantaranya ditandai dengan
terbinanya hidup rukun diantara manusia. Untuk membina kerukunan
hidup diantara manusia diperlukan bimbingan, dan penyuluhan terhadap
umat manusia. Hal ini sesuai dengan berbagai perkembangan kehidupan,
baik perkembangan yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Kegiatan bimbingan biasanya dilakukan dengan cara mengadakan
pengajian-pengajian keagamaan dengan tujuan untuk meningkatkan
keimanan, penghayatan dan pengamalan agama. Kegiatan tersebut sebagai
usaha untuk memantapkan keyakinan dan kesadaran beragama dalam
memperkokoh keagamaan dan berperan serta untuk membina kedisiplinan
dalam menjalankan keagamaan.
Telah disadari bahwa perkembangan agama pada masa remaja
selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan dan
perkembangan tersebut ada yang menjurus kearah negatif yang buisa
merugikan diri remaja itu sendiri, da nada yang positif.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak
kemasa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan
mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya masa
ini berlangsung sekitar umur 13 tahun sampai umur 18 tahun, yaitu masa
2
anak duduk dibangku sekolah menengah. Masa ini dirasakan sebagai masa
sulit, baik bagi remaja sendiri, keluarga maupun lingkungan masyarakat.
Untuk mengatasi hal tersebut, mereka sangat membutuhkan
tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri yang penuh dengan
sikap egois dan rasa keingintahuan yang tinggi. Keinginan yang tinggi
menyebabkan para remaja tidak hanya diberikan siraman rohani saja yang
berisi ajaran-ajaran agama yang wajib dijalankan, akan tetapi melalui
kegiatan-kegiatan yang mampu mentelaah serta mempelajari islam sebagai
pedoman hidupnya.
Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia
mencakup seluruh kehidupan manusia. Disamping sebagai pedoman hidup,
islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus
dida’wahkan guna memberi pemahaman berbagai ajaran yang terkandung
didalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransfer nilai-nilai
agama tersebut antara lain melalui majelis ta’lim yang berfungsi
memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran tersebut.
Berbagai kegiatan agamis yang telah dilakukan merupakan proses
pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai agama sehingga
para remaja mampu merefleksikan tatanan normative atau tingkah laku
yang mereka pelajari dalam relaitas kehidupasn sehari-hari.
Amalan tadarus al-qur’an dimulai oleh Nabi Muhammad SAW
bersama malaikat Jibril di mana baginda Nabi SAW khatam sekali
membaca al-qur’an dengan jibril pada setiap ramadhan kecuali tahun
3
kematiannya di mana baginda telah khatam dua kali. (AS Suyuti, 1951,
hal. 40), inilah tadarus al-qur’an pertama kali.Tadarus al-qur,an ini
diteruskan oleh kaum muslimin sepanjang waktu hingga saat ini di masjid
maupun di mushola serta di pondok pesantren.
Membaca al-qur’an termasuk kegiatan ibadah, karena menurut
Rosul huruf-hurufnya saja jika dibaca mengandung pahala. Kegiatan
membaca dalam tadarus disebut tilawah, sedangkan lebih luas lagi,
membaca dan menelaah disebut qira’ah. Kaum muslimin sekarang ini
umumnya masih berada pada level tilawah, meskipun kegiatannya bertajuk
tadarus.
Pada level tilawah ini masih banyak kaum muslimin yang
bacaannya belum standar baik dari segi makhrajnya maupun
kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah tajwid. Ada yang terbata-bata
membacanya namun adapula yang sangat cepat membacanya sampai-
sampai tidak jelas bacaannya, padahal dalam tilawah jelas-jelas kita
diperintahkan untuk membacanya dengan tartil, yaitu benar, jelas dan
bagus.
Banyak kaum muslimin yang sudah puluhan tahun membaca al-
qur’an namun belum juga fasih. Padahal jika ditekuni menurut pengalaman
umum belajar al-qur’an standar dengan guru hanya memerlukan waktu 2
sampai 3 bulan, atau sekitar 16 sampai 24 kali pertemuan dengan durasi
tiap pertemuan 1 jam. Jika alasannya adalah tidak sempat atau sibuk dan
4
banyak kerjaan, maka sungguh mengada-ngada, dan mereka belum
menganggap al-qur’an bagian yang penting dalam hidupnya.
Banyak juga anak-anak muslim yang fasih berbahasa Inggris,
Prancis, dan bahasa asing lainnya, ahli dalam bidang matematika,
computer multimedia, musik serta keterampilan lainnya, namun dalam
membaca al-qur’an masih terbata-bata. Artinya masih banyak orangtua
muslim yang mengkursuskan atau memberi pendidikan tentang al-qur’an
tidak seserius mengkursuskan mereka untuk matematika, bahasa Inggris,
musik, dan keterampilan lainnya. Bagi banyak orangtua muslim
pengetahuan bidang-bidang umum seperti matematika, bahasa Inggris,
musik juga keterampilan lainnya dianggap penting untuk bekal masa depan
anak, namun mereka lupa bahwa al-qur’an juga bagian dari masa depan,
yaitu masa depan di akhirat. Justru al-qur’an ini dapat menolong anak itu
sendiri dan orang tuanya kelak di akhirat.
Tadarus Al-Qur’an adalah kegiatan yang berfungsi sebagai amalan
ibadah disela-sela aktivitas kehidupan umat islam, serta sebagai penenang
jiwa. Dalam surah Al-Isra ayat 82,
”Al-Qur’an diturunkan Allah SWT untuk menjadi obat segala macam
penyakit kejiwaan sehingga para pembaca Al-Qur’an, bahkan orang yang
mendengarkan bacaannya mendapatkan ketenangan jiwa”. (QS. Al-
Isra’(17):82)
5
Maka sudah selayaknya kegiatan Tadarus Al-Qur’an harus
mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta
insan-insan yang memiliki ketenangan jiwa.
Dengan ketenangan jiwa, para remaja tidak akan memperlihatkan
sikap sosial yang menyimpang dari norma-norma agama, seperti berbuat
kasar terhadap orang tua dan terhadap orang lain disekelilingnya. Untuk
menanggulangi dari kejadian-kejadian itu nampaknya sikap sosial
memiliki peran yang sangat penting.
Remaja islam di dusun Karangrejo desa Pabelan kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang setiap malam senin, selasa, rabu dan malam
sabtu setelah sholat maghrib melakukan kegiatan tadarus Al-Qur’an di
masjid Baitussalam dusun Karangrejo. Kegiatan tersebut diharapkan dapat
mengisi waktu senjang setelah maghrib dan dapat memberi dampak positif
terhadap remaja khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Kegiatan tadarus ini bermula dari kekhawatiran masyarakat
khususnya para orangtua di dusun Karangrejo ini karena melihat
kemunduran dari para generasi yaitu para remaja dalam membaca al-
qur’an, baik dari segi makhraj serta kaidah tajwidnya. Serta kegiatan serta
budaya adat dusun yang selalu membutuhkan khotaman al-qur’an, yang
mana setiap orang membaca 1 jus, dan dibutuhkan 30 orang dalam acara
adat itu untuk mengkhatamkannya, seperti kegiatan adat ketika ada orang
meninggal, kegiatan pertemuan keluarga besar, kegitan dalam mujahadah
6
dan kegiatan meminta berkah do’a dalam setiap kegiatan peringatan hari
besar islam.
Melihat kebutuhan dusun akan kecakapan dalam membaca al-
qur’an, maka sangatlah memprihatinkan ketika melihat keadaan para
generasi penerus yang semakin berkurang dalam proses pendidikan al-
qur’an khususnya dalam masalah membaca. Tadarus adalah peluang
dimana pembaca al-qur’an dapat saling menegur kesalahan masing-masing
dan bukan hanya sekedar membaca untuk khatam. Dengan kegiatan
tadarus dalam level tilawah ini diharapkan dapat menjadi suatu tempat
juga alat untuk memperbaiki kekurangan para generasi dalam membaca al-
qur’an. Sehingga kegiatan sosial di dusun Karangrejo tersebut dapat
diikuti oleh para generasi atau para remaja yang sudah memiliki
kecakapan dalam membaca al-qur’an.
Berkaitan dengan ulasan yang telah dikemukakan di atas, peneliti
mengambil judul skripsi: “HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI
KEGIATAN TADARUS Al-QUR’AN DENGAN SIKAP SOSIAL
REMAJA ISLAM DUSUN KARANGREJO DESA PABELAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka fokus masalah dalam
penelitian iniadalah:
1. Bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an di dusun
Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun 2015?
7
2. Bagaimana sikap sosial remaja islam dusun Karangrejo desa Pabelan
Kabupaten Semarang tahun 2015?
3. Adakah hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-
Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di dusun Karangrejo desa
Pabelan kabupaten Semarang tahun2015 ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuatu yang dilaksanakan dengan sadar pasti mempunyai tujuan.
Berdasarkan pokok masalah dalam penelitian ini , maka tujuan penulis
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-
Qur’an di dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun
2015.
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap sosial remaja islam dusun
Karangrejo desa Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2015.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara keaktifan mengikuti
kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di dusun
Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun2015.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini yang dihadapkanadalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan,
pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan Islam bagi
penulis khususnya dan bagi dunia Islam pada umumnya.
8
2. Penelitian ini diharapkan dapan memberikan pemahaman kepada
masyarakat pada umumnya dan bagi remaja pada khususnya tentang
pentingnya aktif mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an.
3. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah
ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan PAI pada
khususnya.
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis juga bisa dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi
yang sifatnya sangat sementara.Sebagai konklusi, sudah tentu hipotesis
tidak dapat dibuat semena-mena, melainkan atas dasar pengetahuan-
pengetahuan tertentu (Hadi, 1981:63).
Menurut Soeharto (1989:135), hipotesis adalah :
1. Sesuatu yang masih kurang dari sebuah kesimpulan.
2. Sebuah kesimpulan yang belum final karena masih harus dibuktikan
kebenarannya.
3. Jawaban duga yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi
benar.
Relevan dengan judul penelitian hubungan antara keaktifan
mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di
dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun2015. Maka
dapat penulis ajukan rumusan hipotesis sebagai berikut: ada hubungan
positif antara keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan
sikap sosial remaja islam.
9
F. Penegasan Istilah
1. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti
sibuk, giat ( kamus besar bahasa Indonesia : 17). Aktif mendapat
awalan ke dan akhiran an, sehingga keaktifan yang mempunyai arti
kegiatan atau kesibukan.
Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan
ketangkasan serta kegairahan. Jadi kegiatan adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus.
Penyelenggara kegiatan itu sendiri bias merupakan badan, instansi
pemerintah, organisasi, orang pribadi, lembaga , dll. Kegiatan juga
suatu perilaku yang dikerjakan secara sungguh-sungguh dan terencana
untuk mencapai suatu tujuan.( Mahir bahasa Indonesia :22).
Tadarus adalah waqaf dari tadarussun yang berasal dari kata
darasa yang artinya belajar. Kemudian mengikuti wazan tafaa’ala,
sehingga mauzunnya menjadi tadaarasa yang memiliki arti saling
mempelajari atau pembelajaran bersama-sama.
Membaca al-qur’an termasuk kegiatan ibadah, karena menurut
Rosul huruf-hurufnya saja jika dibaca mengandung pahala. Kegiatan
membaca dalam tadarus disebut tilawah, sedangkan lebih luas lagi,
membaca dan menelaah disebut qira’ah. Kaum muslimin sekarang ini
umumnya masih berada pada level tilawah, meskipun kegiatannya
bertajuk tadarus.
10
Pada level tilawah ini masih banyak kaum muslimin yang
bacaannya belum standar baik dari segi makhrajnya maupun
kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah tajwid. Ada yang terbata-bata
membacanya namun adapula yang sangat cepat membacanya sampai-
sampai tidak jelas bacaannya, padahal dalam tilawah jelas-jelas kita
diperintahkan untuk membacanya dengan tartil, yaitu benar, jelas dan
bagus.
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti ‘bacaan sempurna”
merupakan suatu nama pilihan Allah, serta tiada suatu bacaan sejak
manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat
menandinghi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia. Tiada
bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tatacara membacanya, mana yang
dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus bacaannya, di
mana tempat yang terlarang atau boleh, juga harus memulai dan
berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika
membacanya.
Indikator dari kegiatan tadarus Al-Qur’an sebagai berikut:
a. Dalam satu hari membaca Al-Qur’an 1-3 kali
b. Sering berangkat kegiatan tadarus dan mengikuti kegiatan tadarus
sampai selesai
c. Bertanya jika tidak paham dengan persoalan yang dikaji atau
dibahas dalam kegiatan tadarus
d. Mengikuti dan konsentrasi saat tadarus berlangsung
11
e. Mengetahui fungsi dan tujuan kegiatan tadarus
f. Mematuhi peraturan kegiatan tadarus.
2. Sikap Sosial Remaja Islam
Sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude yang artinya
sikap. Kata ini menunjuk suatu status mental seseorang”.
(ftriannisa259.wordress.com.sikap sosial).
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi, dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap
bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bias
berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Dengan
demikian, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri
sendiri. (Sobur, 2009:361).
Sosial adalah kesiapan mental untuk berhubungan dan
menanggapi orang lain.
Sumber: http//www.kemhan.com/2015/09/sikap-sosial.html.
Remaja secara bahasa disebut adolescence, yang berasal dari
bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan” (Ali dan Asrori, 2010:9).
Islam (al-islām, اإلسالم "berserah diri kepada Tuhan") adalah
agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam memiliki arti
"penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
12
Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti
"seorang yang tunduk kepada Allah, atau lebih lengkapnya adalah
Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam
mengajarkan bahwa Allah menurunkan Firman-Nya kepada manusia
melalui para nabi dan rasul atau utusan-Nya, dan meyakini dengan
sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir
yang diutus ke dunia oleh Allah.
Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan
penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan
ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya.
Indikator dari sikap sosial remaja islam adalah:
a. Membantu tetangga yang sedang tertimpa musibah
b. Menjenguk saudara yang sedang sakit
c. Menghadiri peringatan hari besar islam yang diadakan oleh
masyarakat
d. Membantu dan mempersiapkan acara yang ada di masyarakat
seperti: tahlilan, yasinan, mujahadah dan lain-lain
e. Bersikap dan berperilaku baik terhadap semua tetangga
f. Menyantuni anak yatim piatu yang ada di lingkungan masyarakat
g. Mengikuti kegiatan sosial dengan ikhlas seperti: kerja bakti,
syukuran desa (merti desa), peringatan akhirussanah dan lain-lain.
13
G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti
adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Yang dimaksud pendekatan
korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto,
1995:326). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana
variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada
satu atau lebih faktor lain pada koefisien korelasi (Suryabrata,
2009:82). Sedangkan penelitian kuantitatif pada hakikatnya adalah
sebuah penelitian yang pengumpulan datanya dinyatakan dalam bentuk
nilai absolut (Sukandarrumidi, 2004:65).
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Sukandarrumidi (2004:47), populasi adalah
keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata,
abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan
memiliki karakter tertentu dan sama. Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah semua remaja islam dusun Karangrejo
desa Pabelan kabupaten Semarang yang berjumlah 48 orang,
dengan jumlah laki-laki sebanyak 33 remaja dan perempuan
sebanyak 15 remaja.
14
b. Metode Pengumpulan Data
1) Interview
Menurut Kartono (1990:187) metode interview yaitu
metode yang digunakan dengan cara bertanya langsung kepada
responden untuk mendapatkan informasi.
2) Angket
Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan
secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut
responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis
(Arikunto, 1995:135). Model angket yang digunakan penulis
adalah angket tertutup, yaitu angket yang dibentuk sedemikian
rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (v)
pada kolom atau tempat yang sesuai (Arikunto, 1995:137).
Angket disebarkan kepada responden untuk
mendapatkan informasi atau jawaban yang berkenaan dengan
keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dan sikap
sosial remaja.
3) Dokumentasi
“Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu
peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau
merekam keterangan mengenai peristiwa”(Surachmad,
1992:89).
15
Metode ini digunakan dalam penelitian mengumpulkan
data atau mencatat dokumen yang sudah tersedia diobyek
penelitian tentang situasi umum.
c. Teknik Analisis Data
1) Analisis pendahuluan
Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus:
P =
x 100%
Keterangan:
P : Persentase Perolehan
F : Frekuensi
N : Jumlah Sampel
Rumus persentase ini untuk menganalisis dari tiap-tiap
kategori kedua variabel yaitu keaktifan mengikuti kegiatan
tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja.
2) Analisis Lanjut
Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai
tindak lanjut dari data yang telah dikumpulkan dari kedua
variabel, yaitu mengikuti kegiatan Yasinan (variabel x) dan
perilaku birrul walidain (variabel y), peneliti menggunakan
rumus korelasi product moment, dengan angka kasar (Arikunto,
1995:425-426).
rxy = –
16
Keterangan:
rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y
xy : perkalian antara variabel x dan y
x : nilai variabel 1
y : nilai variabel 2
N : banyaknya subjek pemilik nilai
∑ : sigma (Ritonga, 1987 : 120)
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan
sistematika sebagai berikut:
1. Bagian awal yang meliputi : sampul, lembar berlogo, judul,
persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian
tulisan, moto pembahasan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan.
2. Bagian inti memuat:
BAB I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, teknik analisis
data dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang keagamaan
orang tua meliputi: pengertian,keaktifan mengikuti kegiatan tadarus
Al-Qur’an, dan sikap sosial remaja.
17
BAB III : Laporan Hasil Penelitian Bab ini berisi gambaran
umum tentang kegiatan tadarus Al-Qur’an dusun Karangrejo dan sikap
sosial remaja (letak geografis, sejarah berdirinya, visi misi,susunan
organisasi, dan data populasi) serta data tentang hubungan antara
keaktifan mengikuti kegiatan Tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial
remaja yang terdiri dari data tentang jawaban angket keaktifan
mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dan data tentang jawaban angket
sikap sosial remaja.
BAB IV : Analisis Data Bab ini meliputi adanya pengelolaan
data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan untuk menguji
hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui analisis pendahuluan
dan analisis lanjut.
BAB V : Penutup Berisi tentang penutup, kesimpulan, saran
dan lampiran.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al- Qur’an
1. Pengertian
Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi
manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Disamping sebagai
pedoman hidup, islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran
yang harus dida’wahkan guna memberi pemahaman berbagai ajaran
yang terkandung didalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam
mentransfer nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui majelis
ta’lim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai
ajaran tersebut.
Berbagai kegiatan agamis yang telah dilakukan merupakan
proses pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai
agama sehingga para remaja mampu merefleksikan tatanan normative
atau tingkah laku yang mereka pelajari dalam relaitas kehidupasn
sehari-hari.
Amalan tadarus al-qur’an dimulai oleh Nabi Muhammad SAW
bersama malaikat Jibril di mana baginda Nabi SAW khatam sekali
membaca al-qur’an dengan jibril pada setiap ramadhan kecuali tahun
kematiannya di mana baginda telah khatam dua kali. (AS Suyuti, 1951,
hal. 40), inilah tadarus al-qur’an pertama kali.Tadarus al-qur,an ini
diteruskan oleh kaum muslimin sepanjang waktu hingga saat ini di
masjid maupun di mushola serta di pondok pesantren.
19
Tadarus adalah waqaf dari tadarussun yang berasal dari kata
darasa yang artinya belajar. Kemudian mengikuti wazan tafaa’ala,
sehingga mauzunnya menjadi tadaarasa yang memiliki arti saling
mempelajari atau pembelajaran bersama-sama.
Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti
sibuk, giat ( kamus besar bahasa Indonesia : 17). Aktif mendapat
awalan ke dan akhiran an, sehingga keaktifan yang mempunyai arti
kegiatan atau kesibukan.
Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan
ketangkasan serta kegairahan. Jadi kegiatan adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus.
Penyelenggara kegiatan itu sendiri bias merupakan badan, instansi
pemerintah, organisasi, orang pribadi, lembaga , dll. Kegiatan juga
suatu perilaku yang dikerjakan secara sungguh-sungguh dan terencana
untuk mencapai suatu tujuan.( Mahir bahasa Indonesia :22).
Membaca al-qur’an termasuk kegiatan ibadah, karena menurut
Rosul huruf-hurufnya saja jika dibaca mengandung pahala. Kegiatan
membaca dalam tadarus disebut tilawah, sedangkan lebih luas lagi,
membaca dan menelaah disebut qira’ah. Kaum muslimin sekarang ini
umumnya masih berada pada level tilawah, meskipun kegiatannya
bertajuk tadarus.
Pada level tilawah ini masih banyak kaum muslimin yang
bacaannya belum standar baik dari segi makhrajnya maupun
20
kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah tajwid. Ada yang terbata-bata
membacanya namun adapula yang sangat cepat membacanya sampai-
sampai tidak jelas bacaannya, padahal dalam tilawah jelas-jelas kita
diperintahkan untuk membacanya dengan tartil, yaitu benar, jelas dan
bagus.
Imam tua masjid Al-sultan Ismail Petra, Kubang Keian, Kota
bharu, kalantan, Sabri Abdullah berkata “ amalan tadarus dimulaikan
Nabi Muhammad bersama malaikat Jibril dimana baginda Khatam
sekali membaca Al-Qur’an dengan Jibril pada setiap ramadhan kecuali
pada tahun kematiannya dimana baginda telah khatam dua kali.(
Assuyuti, 1951 hal.40-41). Tadarus adalah peluang terbaik dimana
pembaca Al-Qur’an dapat saling menegur kesalahan masing-masingn
dan bukan sekedar membaca untuk khatam.
Al-Qur’an yang secara harfiah berarti ‘bacaan sempurna”
merupakan suatu nama pilihan Allah, serta tiada suatu bacaan sejak
manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat
menandinghi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia. Tiada
bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tatacara membacanya, mana
yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus
bacaannya, di mana tempat yang terlarang atau boleh, juga harus
memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada
etika membacanya.
21
Kata Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun,
dan qira’at bedrarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lainnya dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Qur’an
pada mulanya, qur’anan. Sebagaiman firman Allah SWT:
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah
selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Al-
Qiyamah(75) :17-18).
Qur’anah berarti qiraatun (bacaannya/ cara membacanya). Jadi
kata itu adalah masdar menrut wazan fu’lan. Kita dapat mengatakan
qara’atuhu, qura’an, qira’atan wa qur’anan, artinyasama saja yaitu
cara membacanya. Di sini maqru’ (apa yang dibaca) diberi nama
Qur’an (bacaan); yakni penamaan maf’ul denghan masdar.
Secara istilah, para ulama’ menyebutkan definisi Qur’an yang
mendekati maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan
menyebutkan bahwa:
Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada
Muhammad SAW. Yang pembacanya merupakan suatu ibadah.
Definisi kalam (ucapan) merupakan kelompok jenis yang meliputi
segalan kalam. Dan dengan menghubungkannya dengan Allah
(kalamullah) berarti tidak semua masuk kalam manusia, jin dan
malaikat.
22
Batasan dengan kata-kata yang diturunkan maka tidak
termasuk kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya.
Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah:
“Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-
kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula)".(Al-Kahfi: 109)
Batasan dengan definisi hanya kepada Muhammad SAW tidak
termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat,
injil dan zabur.
Dalam surat Fathir: 29-30
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami
anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar
Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah
23
kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri”[1259].(QS.Fathir :29-30)
[1259] ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan
sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam
raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada
yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang
termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang
menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang
memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat
bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para
Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam
bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak
percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan
Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam
Al Quran itu.
Dalam (QS Al-‘Alaq [96]: 1-5)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan pena. Dia
mengajarkan manusia apa yang belum diketahuinya”(QS Al-‘Alaq
[96]:1-5)
24
QS. Al-‘Alaq adalah wahyu pertama kali yang diturunkan, dan
memiliki isi kandungan perintah untuk membaca. Iqra’ berarti
bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam,
bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yamg tertulis dan
tidak tertulis. Jadi objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang
dapat dijangkaunya.
Mengikuti atau menjalankan perintah Allah SWT adalah
ibadah dan salah satu bagian dari ciri orang yang bertaqwa.
Menjalankan perintah-Nya selain mendapatkan pahala juga
mendapatkan hikmah dan nikmat yang mungkion bias dirasakan di
dunia ini. Dengan begitu, diharapkan keimanan serta ketaqwaan kita
diberi perlindungan juga kelebihan dari sebelumnya.
Syaikh Ibnu “utsaimin menjelaskan bahwa membaca kitab
Allah ada dua macam:
a. Membaca hukmiyah, yakni membenarkan berita-berita yang ada
dan melaksanakan hukumnya dengan menjalankan perintahnya dan
menjauhi larangannya.
b. Membaca lafzhiyyah, yakni membaca lafaznya. Telah dating nas-
nas yang cukup banyak menerangkan tentang keutamaannya, baik
membaca secara umum isi Al-Qur’an, surat tertentu maupun ayat
tertentu.
25
2. Keutamaan membaca Al-Qur’an
a. Sebaik-baik manusia adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan
mengajarkannya
b. Al-Qur’an adalah sebaik-baik ucapan
c. Orang yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama malaikat
d. Orang yang membaca Al-Qur’an diibaratkan seperti buah utrujjah
yang luarnya wangi didalamnya manis
e. Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada pembacanya
f. Membaca satu atau dua ayat Al-Qur’an lebih baik daripada
memperoleh satu atau dua ekor unta yang besar
g. Rahmat dan ketentraman akan turun ketika berkumpul membaca
Al-Qur’an
h. Membaca satu huruf Al-Qur’an akan mendapat sepuluh kebaikan
i. Pembaca Al-Qur’an akan ditinggikan derajatnya
j. Orang yang membaca Al-Qur’an secara terang-terangan seperti
bersedekah secara terang-terangan.
3. Adab membaca Al-Qur’an
a. Membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil
b. Membaca di tempat yang bersih dan suci
c. Menghadap ke kiblat
d. Membaca Isti’adzah sebelum memulai membaca Al-Qur’an
26
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu
meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang
terkutuk”. (QS Al-Nahl [16]: 98)
e. Membaca Basmalah setiap sebelum membaca surah selain surah
(Al-Tawbah).
f. Membaca secara murottal (pelan-pelan)
g. Jangan membaca terlalu cepat
h. Membaca dengan runtut
i. Membaca dengan bersama-sama lebih utama
j. Bergiliran membaca dengan yang lainnya menyimak itu lebih
utama lagi
k. Membaca dengan suara yang merdu
l. Memulai membaca dan berhenti secara tepat.
4. Tata cara tadarus Al-Qur’an
Istilah tadarus Al-Qur’an sebenarnya memiliki makna
mempelajari juga menelaah Al-Qur’an, akan tetapi di lingkungan kita
ini tadarus diartikan sebagai metode untuk membaguskan bacaan Al-
Qur’an tanpa menkajinya. Jadi hanya bagus dibacaannya saja baik dari
segi makhraj dan tajwidnya.
Sekarang ini kegiatan membaguskan dalam membaca Al-
Qur’an sering disebut dengan Tahsin Al-Qur’an. Tahsin ini adalah
27
bagian dari kegiatan tilawah Al-Qur’an yaitu kegiatan membaca dan
mempelajari tentang bacaan Al-Qur’an.
Dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang
sering disebut dengan tadarus Al-Qur’an di lingkungan kita ini adalah
tilawah. Kadang juga disebut tilawah wal istima’ yaitu membaca dan
mendengar atau menyima’.
Kegiatan membaca dan menyima’ atau mendengar ini, Allah
SWT memerintahkan dalam (QS. Al-A’raf [7] : 204)
“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu
mendapat rahmat[591]”.
[591] Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita
diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam
diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang,
terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca
Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al
Quran.
Kegiatan membaca Al-Qur’an dengan cara satu orang
membaca dan orang yang lain mendengarkan atau menyima’ juga
membenarkan kesalahan dalam membaca adalah kegiatan tilawah.
Apabila dikasih kajian yang materinya di ambilkan dari beberapa
ayat Al-Qur’an bias dikatakan tadarus Al-Qur’an.
Sumber: http//www.darulqohar.wordpress.com/2015/09/tatacara-
tadarus.html
28
B. Sikap Sosial Remaja Islam
1. Pengertian Sikap Sosial
a. Secara bahasa
Sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude yang artinya
sikap. Kata ini menunjuk suatu status mental seseorang”.
(ftriannisa259.wordress.com.sikap sosial).
b. Menurut istilah
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi,
dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap
bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk
berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap
bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok.
Dengan demikian, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang
berdiri sendiri. (Sobur, 2009:361).
Menurut Sarwono (2000: 17), sikap adalah kecenderungan
atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia
menghadapi suatu rangsangan tertentu.
Menurut Abror (1993: 107-108), sikap merupakan
kecenderungan dan kesiapan untuk bertindak atau merespon,
bukannya merupakan tindakan atau respon itu sendiri, sedangkan
sosial adalah pendekatan pembelajaran yang melaksanakan
hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
29
Kata sosial digunakan untuk menunjuk sifat dari makhluk
yang bernama manusia. Sehingga munculah ungkapan ini berarti
bahwa manusia adalah makhluk sosial. Ungkapan ini berarti bahwa
manusia harus hidup berkelompok atau bermasyarakat. Mereka
tidak dapat hidup dengan baik kalau tidak hidup brkrlompok atau
bermasyarakat. Dengan kata lain untuk hidup memadai dia harus
berhubungan dengan orang lain. Masing- masing manusia (orang)
saling membutuhkan pertolongan sesamanya.
Menurut Bergson seperti yang dikutip Abdulsyani, bahwa
manusia ini hidup bersama bukan oleh karena persamaan,
melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat,
kedudukan dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa kenyataan hidup
baru terasa dengan perbedaan antara manusia masing-masing itu
dalam kehidupan bergolongan. Berdasarkan adat, sifat meniru dan
sebagainya, perasaan solidaritas dalam golongan keluarga, suku
bangsa, Negara dan seterusnya akan menjadi kuat dan luas, dan
ikatan ini akan bertambah kuat dalam menghadapi bahaya. Dengan
meluasnya pertalian dari keluarga kepada suku bangsa, kepada
negara, dan sebagainya, maka pertalian dalam ikatan yang gterkecil
akan terasa lebih lemah. Ikatan-ikatan dalam kelompok, memang
mempunyai kelemahan akan tetapi juga dapat menghilangkan
permusuhan antar golongan, malahan dapat mengikat mengikat
30
mereka bersama menjadi persatuan yang lebih luas. Demikian
inilah, maka terbentuknya masyarakat (Abdulsyani, 2002: 35).
Berikut ini adalah pengertian dan definisi sosial menurut
beberapa ahli:
1) Menurut Lewis
Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan
dalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan
pemerintahannya.
2) Menurut Keith Jacobs
Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah
situs komunitas.
3) Menurut Ruth Aylett
Sosial adalah segala sesuatu yang dipahami sebagai sebuah
perbedaan namun tetap inhern dan terintegrasi.
4) Menurut Paul Ernest
Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu
karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama.
5) Menurut Philip Wexler
Sosial adalah sifat sifat dasar dari setiap individu manusia.
6) Menurut Enda M.C
Sosial adalah cara tentang bagaimana individu saling
berhubungan.
7) Menurut Peter Herman
31
Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai suatu perbedaan
namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan.
Dari bermacam-macam pendapat tersebut dapatlah
ditarik suatu kesimpulan bahwa sosial adalah kesiapan mental
untuk berhubungan dan menanggapi orang lain.
Sumber: http//www.kemhan.com/2015/09/sikap-sosial.html
2. Ciri-ciri sikap
Seperti telah dipaparkan di depan bahwa sikap merupakan factor
yang ada pada diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan
perilaku tertentu. Walaupun demikian sikap mempunyai segi-segi perbedaan
dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu. Oleh
karena itu untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong yang lain,
ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Adapun ciri sikap itu adalah:
a. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan
dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif
biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain.
b. Sikap itu dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang
atau sebaliknya, sikap-sikap itu dapat dipelajari, karena itu sikap dapat
berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-
syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu.
c. Sikap itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi
tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
32
dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap itu dapat
berkenaan dengan satu objek saja, tetapi juga berkenaan dengan
sederetan objek-objek yang serupa.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah
yang membeda-bedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang(Gerungan, 1996: 152).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Sosial
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan
sendirimya atau dengan sembarangan saja. Pembentukan dan
perubahannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan
berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi sosial didalam kelompok
dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Yang
dimaksudkan interaksi di luar kelompok ialah interaksi dengan hasil
buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat
komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, risalah, dan lain-
lainnya. Tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar
kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan berubahnya
sikap atau terbentuknya sikap baru. Faktor-faktor lain yang turut
memegang peranannya ialah faktor-faktor intern di dalamdiri pribadi
manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau
minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh
33
yang datang dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor intern itu turut
ditentukan pula oleh motif-motif dan sikap lainnya yang sudah
terdapat dalam diri pribadi orang itu. Jadi dalam pembentukan dan
perubahan sikapitu terdapat faktor-faktor intern dan faktor-faktor
ekster pribadi individu yang memegang peranannya(Grungan, 1996:
155).
a. Faktor individu atau faktor intern
Bagaimana individu menanggapi dunia luarnya bersifat
selektif, ini berarti bahwa apa yang datang dari luar tidak
semuanya begitu saja diterima, tetapi individu mengadakan
seleksi mana yang akan diterima, dan mana yang akan ditolaknya.
Hal ini berkaitan erat dengan apa yang telah ada dalam diri
individu untuk menanggapi pengaruh dari luar tersebut. Hal ini
juga akan menentukan apakah sesuatu dari luar itu dapat diterima
atau tidak, karena itu faktor individu justru merupakan faktor
penentu.
b. Faktor luar atau faktor ekstern
Yang dimaksud dengan faktor luar adalah hal-hal atau
keadaan yang ada di luar diri individu yang merupakan stimulus
untuk membentuk atau mengubah sikap. Dalam hal ini dapat
terjadi dengan langsung, dalam arti adanya hubungan secara
langsung antara individu dengan individu yang lain, antara
34
individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan
kelompok yang lain. Di samping itu dapat secara tidak langsung,
yaitu dengan alat perantara komunikasi, misal media massa baik
yang elektronik maupun yang bukan elektronik.
Hubungan yang secara langsung ini dapat dengan sengaja
diberikan, misal adanya komunikator yang dengan sengaja
memberikan sesuatu dengan tujuan untuk membentuk atau
mengubah sesuatu sikap tertentu, dan ada yang secara tidak
langsung atau tidak sengaja diberikan, yaitu menciptakan situasi
yang memungkinkan dapat menimbulkan perubahan atau
pembentukan sesuatu sikap yang dikehendaki. (Walgito, 1990:
119-120).
4. Pengertian Remaja Islam
a. Secara bahasa
Remaja secara bahasa disebut adolescence, yang berasal
dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan” (Ali dan Asrori, 2010:9).
Islam berasal dari kata Arab "aslama-yuslimu-islaman"
yang secara kebahasaan berarti "menyelamatkan", misal teks
"assalamu alaikum" yang berarti "semoga keselamatan menyertai
kalian semuanya". Islam atau Islaman adalah masdar (kata benda)
sebagai bahasa penunjuk dari fi'il (kata kerja), yaitu "aslama"
35
bermakna telah selamat (kala lampau) dan "yuslimu" bermakna
"menyelamatkan".
b. Menurut istilah
Remaja menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai
berikut:
1) Hurlock dalam Ali dan Asrori (2010:9).
Harlock berpendapat bahwa secara psikologis, remaja
adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam
masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa
bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling sejajar. Memasuki
masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek efektif, lebih
atau kurang dari usia pubertas.
Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat
dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual sari cara
berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu
mengintegrasikan mereka kedalam masyarakat dewasa, tapi
juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua
periode perkembangan.
2) Santrock (2003:26).
Santrock berpendapat bahwa remaja (adolescence)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak
36
dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosial-emosional.
3) Ali dan Arsori (2010: 9).
Ali dan Asrori berpendapat bahwa remaja tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat
sepenuhnya untuk masuk kegolongan orang dewasa. Remaja
ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja
seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” fase “topan
dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan
memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.
Namun, perlu diketahui bahwa yang terpenting, fase remaja
merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa
sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi,
maupun fisik.
4) Daradjat (1990: 23).
Daradjat berpendapat bahwa remaja adalah masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa
ini anak menmgalami perubahan dan masa perkembangan
fisiknya maupun operkembangan psikisnya. Mereka bukanlah
anak-anak baik bentuk badan maupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
37
Beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
remaja adalah individu yang sedang berada pada masa
peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan
ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek
fisik, psikis dan sosial.
5. Batasan umur atau usia remaja
Batasan umur atau usia remaja menurut para ahli:
a. Whitherington dalam Rumini dan Sunari (2004: 54).
Whitherington berpendapat penggunaan masa adolensi yang
dibagi menjadi 2 fase yang disebut:
1) Preadolescence, berkisar usia 12-15 tahun dan
2) Late adolescence, antara usia 15-18 tahun
b. Hurlock dalam Rumini dan Sundari (2004: 54).
Hurlock berpendapatbahwa puber adalah periode tumpang
tindih, karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak
dan tahun-tahun awal masa remja. Pembagiannya adalah
sebagai berikut:
1) Tahap prapuber: wanita 11-13 tahun; pria 14-16 tahun
2) Tahap puber: wanita 13-17 tahun; pria 14-17 tahun enam
bulan
3) Tahap paska puber: wanita 17-21 tahun; pria 17 tahun 6
bulan- 21 tahun.
c. Mappiare dalam Ali dan Asrori (2010: 9).
38
Mappiare bertpendapat bahwa masa remaja terbagi menjadi
dua sebagai berikut:
1) Remaja awal: wanita 12-17 tahun; pria 13-18 tahun
2) Remaja akhir: wanita 17-21 tahun; pria 18-22 tahun.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan
bahwasanya masa remaja mengalami dua tahap
perkembangan yaitu perkembangan remaja awal 13-18
tahun dan remaja akhir 18-22 tahun, berdasarkan pada teori
yang sudah ada yaitu rata-rata dari umur 12-18.
Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan
diri sepenuhnya kepada Allah. Pengikut ajaran Islam
dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang
tunduk kepada Allah, atau lebih lengkapnya adalah
Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan Firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul atau utusan-
Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa
Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke
dunia oleh Allah.
Sumber:http//www.kemhan.com/2015/09/arti-islam.html
Dalam Firman Allah QS. [Ali ‘Imran(3): 20] juga
menegaskan tentang Islam
39
“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran
Islam), Maka Katakanlah: "Aku menyerahkan diriku
kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang
mengikutiku". dan Katakanlah kepada orang-orang yang
Telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang
ummi[190]: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". jika
mereka masuk islam, Sesungguhnya mereka Telah
mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, Maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat
Allah). dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-
Nya”[QS. Ali’Imron(3): 20].
[190] Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu
tulis baca. menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud
dengan ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu
tulis baca. menurut sebagian yang lain ialah orang-orang
yang tidak diberi Al Kitab.
Dengan kondisi seseorang yang hanya menyandang
setatus muslim tanpa mengetahui makna Islam adalah
orang yang tidak mengetahui apa yang dimilikinya. Bias
berarti orang mengaku islam tetapi tidak mengetahui islam
itu seperti apa. Dan bahkan yang terjadi dari
tingkahlakunya jauh dari pendidikan atau ajaran islam
sendiri.
Disini remaja Islam adalah seseorang yang beruisa
remaja, bersetatus beragama islam dan menjalankan
40
kehidupan secara dengan hal positif serta tidak
menyimpang dari norma agama dan Masyarakat.
Dalam pengambilan objek penelitian tentang
hubungan keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-qur’an
dengan sikap sosial remaja islam dusun Karangrejo desa
Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2015. Mengamnbil
teori yang dipadukan antara remaja awal dan remaja akhir.
Sehingga batasan umur remaja yanmg dijadikan sebagai
objek penelitian adalah dari umur 12-22 tahun yang
berstatus agama islam serta tidak melakukan hal yang
menyimpang dari norma agama dan Masyarakat.
C. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan
Sikap Sosial Remaja Islam
Telah diuraikan beberapa definisi serta teori tentang keaktifan
mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an serta tentang sikap sosial Remaja
islam. Dengan adanya kegiatan masyarakat yang selalu melibatkan para
remaja yang masih dalam tahap pembelajaran, banyak upaya dari
masyarakat untuk mendidik serta mengembangkan pengetahuannya untuk
kepentingan menjaga dan merawat budaya adat istiadat yang telah ada
sehingga tidak akan tercampur budaya lain ataupun punah.
Khotmil Qur’an adalah salah satu dari berbagi rangkaian acara
yang ada dalam kegiatan masyarakat. Acara khotmil Qur’an ini
membutuhkan orang yang cakap dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga
41
dalam acara ini menjadi lancar kalau banyak orang yang bagus atau cakap
dalam membaca Al-Qur’an.
Sebagaiman telah dipaparkan di atas, bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang senantiasa mempunyai kecenderungan untuk hidup
bersama dalam suatu bentuk pergaulan maka terbentuklah suatu kumpulan
dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan interaksi, dimana dapat
menumbuhkan perasaan bersama.
Kumpulan dari individu-individu merupakan suatu kelompok
sebagai faktor penentu bagi terjadinya proses-proses kemasyarakatan.
Masyarakat terbentuk atas dasar hakikat individu, apabila kepentingan
individu berubah, maka masyarakat pun akan berubah (Abdulsyani, 2002:
27).
Dapat kita hubungkan dari sikap sosial remaja yang
diimplementasikan dalam kegiatan masyarakat seperti acara Khotmil
qur’an yang membutuhkan kecakapan dalam membaca Al-qur’an.
Kegiatan tadarus ini memiliki hubungan dalam mempersiapkan remaja
yang siap mengikuti kegiatan masyarakat ataupun yang sudah mengikuti
kegiatan masyarakat dengan kegiatan tadarus Al-qur’an dapat menjadi
lebih baik dan lebih siap.
Kegiatan Tadarus ini diharapkan berkelanjutan, sehingga tidak ada
kekhawatiran orang tua terhadap hilangnya budaya istiadat Khotmil
Qur’an sampai nanti anak turunnya.
42
1. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh
peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan
jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara , yang
akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui
penelitian. Dengan kedudukannya itu maka hipotesis dapat berubah
menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
Berdasarkan deskripsi teori tentang bimbingan keagamaaan orang
tua dan ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasah maka penulis
mempunyai hipotesa sebagai berikut :
”Ada hubungan yang positif antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan
Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo
Desa Pabelan Kabupaten Semarang”.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Sesuatu yang dilaksanakan dengan sadar pasti mempunyai tujuan.
Berdasarkan pokok masalah dalam penelitian ini , maka tujuan penulis
adalah :
4. Untuk mengetahui bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-
Qur’an di dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun
2015.
5. Untuk mengetahui bagaimana sikap sosial remaja islam dusun
Karangrejo desa Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2015.
6. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara keaktifan mengikuti
kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di dusun
Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun2015.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variabel
melekat. Subjek dalam penelitian ini adalah semua remaja islam dusun
Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang yang berjumlah 48 orang,
dengan jumlah laki-laki sebanyak 33 remaja dan perempuan sebanyak 15
remaja.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2015.
44
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini bertempat di gedung aula Bustanul Mubtadiin
RT: 03 RW:02 Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kecamatan
Pabelan Kabupaten Semarang.
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Independen (variabel bebas).
Yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah
keaktifan mengikuti kegiatan tadarus al-qur’an dengan indikator :
a. Dalam satu hari membaca Al-Qur’an 1-3 kali
b. Sering berangkat kegiatan tadarus dan mengikuti kegiatan tadarus
sampai selesai
c. Bertanya jika tidak paham dengan persoalan yang dikaji atau
dibahas dalam kegiatan tadarus
d. Mengikuti dan konsentrasi saat tadarus berlangsung
e. Mengetahui fungsi dan tujuan kegiatan tadarus
f. Mematuhi peraturan kegiatan tadarus.
45
2. Variabel Dependen (variabel terikat).
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Adapun variabel dependen dalam
penelitian ini adalah sikap sosial remaja islam dengan indikator :
a. Membantu tetangga yang sedang tertimpa musibah
b. Menjenguk saudara yang sedang sakit
c. Menghadiri peringatan hari besar islam yang diadakan oleh
masyarakat
d. Membantu dan mempersiapkan acara yang ada di masyarakat
seperti: tahlilan, yasinan, mujahadah dan lain-lain
e. Bersikap dan berperilaku baik terhadap semua tetangga
f. Menyantuni anak yatim piatu yang ada di lingkungan masyarakat
g. Mengikuti kegiatan sosial dengan ikhlas seperti: kerja bakti,
syukuran desa (merti desa), peringatan akhirussanah dan lain-lain.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari metode-
metode penelitian atau ilmu tentang alat-alat penelitian. Dan metodologi
penelitian ini membahas bermacam -macam cara melakukan penelitian.
Metodologi penelitian terdiri atas tiga, yaitu kuantitatif, kualitatif
serta gabungan kuantitatif-kualitatif. Penelitian korelasi merupakan bagian
dari penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik
46
korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah
variabel dengan variabel lain.
Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi
penelitian kuantitatif jenis korelasi.
F. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Populasi juga berarti seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk
diselidiki.Sedangkan sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya
kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat
yang sama.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja islam dusun
Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang yang berjumlah 48 orang,
dengan jumlah laki-laki sebanyak 33 remaja dan perempuan sebanyak 15
remaja.
Dalam penelitian ini menggunakan sampel sensus karena jumlah
populasi yang sedikit sehingga memungkinkan untuk diteliti serta
dipelajari sehingga mudah ditarik kesimpulannya. Adapun data dari
responden yaitu sebagai berikut:
47
Tabel : 1
Daftar Nama Responden
NO NAMA Jenis Kelamin Umur RT
1 Muhammad Mufti S L 18 03
2 Ahmad Noval Farid L 18 02
3 Akbar Rai P L 16 03
4 M Tolkah A L 18 03
5 Angga Reza I L 18 02
6 M Makhin Sihab L 15 02
7 M. Faqih Nur S L 16 02
8 Miftakhul Arifin L 17 03
9 Siti Atmi Hidayati P 18 02
10 Anggita Ayu A P 16 02
11 Ahmad Rodhi L 15 02
12 Dwi Firda R P 16 01
13 Hanafiono L 17 04
14 Tifani Tiara Putri P 14 03
15 M Miftakhul Rizki L 16 03
16 M Amirudin Ghozi L 16 03
17 M Syarifudin L 15 03
18 Safira Zulfania P 13 04
19 Siti Zulaikha P 18 02
20 Amrina S. M P 13 02
48
21 Ahmad Sholikhan L 18 02
22 Nada Salwa F P 13 01
23 Rayfaldy Chandra M L 13 04
24 Imam Ardiansyah L 15 04
25 M Ilham Januar K L 15 03
26 Rina Nur Wahidah P 13 03
27 Umi Hasanah P 16 02
28 Ahdan Royhan Suni L 13 03
29 Fitri Nabila F P 13 03
30 M Difa Asshidiqie L 13 03
31 Arief Romadhoni L 13 02
32 M Galang A U L 13 02
33 M Fajar andika L 18 02
34 Zulfi M Syafi’ L 18 03
35 Ilyas Hanafi L 18 04
36 M Thoriqul Fawaid L 18 03
37 M Sholikhani L 17 01
38 M Farizi L 15 03
39 Muhammad Sibyani L 15 01
40 Hanif Khoirur R L 13 01
41 Arikatul Namla P 15 02
42 Bunga Arum Sari P 18 02
49
43 Maidatul Ulya P 18 03
44 Munawaroh P 16 04
45 M Targhibul Khasan L 18 03
46 Amhal Kaifahmi L 18 03
47 Diki Brahmantara L 17 03
48 Syukron Mawahib L 17 02
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan skripsi
ini, digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Metode Angket ( Kuesioner )
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang
lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia
memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data tentang keaktifan mengikuti
kegiatan tadarus al-qur’an melalui remaja islam Dusun Karangrejo Desa
Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang.
Dalam penelitian ini penulis mengajukan 20 item pertanyaan
kepada 48 responden dengan sistem penskoran sebagai berikut:
a. Jika jawaban a, maka nilainya 5
b. Jika jawaban b, maka nilainya 3
c. Jika jawaban c, maka nilainya 2
50
2. Metode Observasi
Metode observasi disebut juga pengamatan meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
seluruh alat indera. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
ketika dilaksanakan penelitian terhadap sikap sosial remaja islam di
Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kec. Pabelan Kab. Semarang.
Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan langsung
kepada 48 responden berdasarkan indikator penilaian dengan sistem
penskoran sebagai berikut :
a. Jika sangat baik (a), maka nilainya 5
b. Jika baik (b), maka nilainya 3
c. Jika sedang (c), maka nilainya 2
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya
barang-barang tertulis. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui
gambaran umum sekolah, guru, sarana dan prasarana MI Kenteng
Kecamatan Bandungan melalui dokumen atau arsip data statistik
sekolah.
H. Teknik Analisis Data
Menganalisis data merupakan merupakan suatu langkah yang
sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola mana yang
akan digunakan. Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil
penelitian yang bersifat kuantitatif, maka penulis menggunakan analisis
51
statistik jenis korelasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi atau hubungan antara bimbingan keagamaan orang tua
dengan ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di sekolah yang didasarkan
pada data khusus yaitu bimbingan keagamaan orang tua ( x ) dan data
ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di sekolah ( y ). Untuk menguji
hipotesis yang diajukan kemudian diadakan perhitungan lebih lanjut
menggunakan analisis statistik dengan rumus korelasi product moment
yaitu :
2222 yyNxxNyxxyN
rxy
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi variabel x dan variabel y
xy : perkalian antara x dan y
x 2 : Variabel pengaruh
y 2 : Variabel terpengaruh
N : Jumlah Sampel yang diselidiki
: Sigma (jumlah)
Setelah hasil perhitungan di atas diperoleh, langkah selanjutnya
adalah hasil tersebut dikonsultasikan nilai rxy hasil dari perhitungan
dengan nilai r yang terdapat dalam tabel nilai r product moment dengan
tingkat kepercayaan 5 %. sehingga dapat diketahui bahwa r hitung dengan
52
r tabel signifikan atau tidak. Hal ini dikarenakan jika r hitung sama dengan
atau lebih besar dari r tabel, maka r hitung dapat dikatakan signifikan dan
sebaliknya jika r hitung sama lebih kecil dari r tabel, maka r hitung dapat
dikatakan tidak signifikan.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Keaktifan mengikuti kegiatan Tadarus Al-Qur’an
Data tentang keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an yang
merupakan variabel pengaruh (independen) dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil yang penulis berikan kepada 48 renaja islam di dusun Karangrejo
desa Pabelan kabupaten Semarang tahun 2015 dengan perincian remaja
laki-laki 33 orang dan remaja perempuan 15 orang. Dari hasil tertulis yang
penulis berikan kepada responden dengan jumlah soal sebanyak 15 item,
dapat diketahui tingkat keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an
remaja islam di dusun Karangrejo dalam tabel berikut :
Tabel 2.
DAFTAR NILAI PERTANYAAN TENTANG KEAKTIFAN MENGIKUTI
KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B c A B C
1 Muhammad Mufti S 11 3 1 33 6 1 40
2 Ahmad Noval Farid 6 9 0 18 18 0 36
3 Akbar Rai P 13 1 1 39 2 1 42
54
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B c A B C
4 M Tolkah A 10 4 1 30 8 1 39
5 Angga Reza I 7 8 0 21 16 0 37
6 M Makhin Sihab 13 2 0 39 4 0 43
7 M. Faqih Nur S 11 4 0 33 8 0 41
8 Miftakhul Arifin 10 5 0 30 10 0 40
9 Siti Atmi Hidayati 11 4 0 33 8 0 41
10 Anggita Ayu A 13 1 1 39 2 1 42
11 Ahmad Rodhi 13 1 1 39 2 1 42
12 Dwi Firda R 13 2 0 39 4 0 43
13 Hanafiono 13 1 1 39 2 1 42
14 Tifani Tiara Putri 11 4 0 33 8 0 41
15 M Miftakhul Rizki 13 2 0 39 4 0 43
16 M Amirudin Ghozi 8 7 0 24 14 0 38
17 M Syarifudin 9 6 0 27 12 0 39
18 Safira Zulfania 9 4 2 27 8 2 37
19 Siti Zulaikha 10 5 0 30 10 0 40
20 Amrina S. M 9 4 2 27 8 2 37
21 Ahmad Sholikhan 13 2 0 39 4 0 43
55
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B c A B C
22 Nada Salwa F 14 1 0 42 2 0 44
23 Rayfaldy Chandra M 12 2 1 36 4 1 41
24 Imam Ardiansyah 11 3 1 33 6 2 41
25 M Ilham Januar K 14 1 0 42 2 0 44
26 Rina Nur Wahidah 15 0 0 45 0 0 45
27 Umi Hasanah 9 4 2 27 8 2 37
28 Ahdan Royhan Suni 7 7 1 21 14 1 36
29 Fitri Nabila F 4 7 4 12 14 4 30
30 M Difa Asshidiqie 6 9 0 18 18 0 36
31 Arief Romadhoni 10 4 1 30 8 1 39
32 M Galang A U 8 6 1 24 12 1 37
33 M Fajar andika 11 3 1 33 6 1 40
34 Zulfi M Syafi’ 7 7 1 21 14 1 36
35 Ilyas Hanafi 11 3 1 33 6 1 40
36 M Thoriqul Fawaid 11 4 0 33 8 0 41
37 M Sholikhani 7 8 0 21 16 0 37
38 M Farizi 12 3 0 36 6 0 42
39 Muhammad Sibyani 13 2 0 39 4 0 43
56
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B c A B C
40 Hanif Khoirur R 6 6 3 18 12 3 33
41 Arikatul Namla 6 5 4 18 10 4 32
42 Bunga Arum Sari 10 4 1 30 8 1 39
43 Maidatul Ulya 11 3 1 33 6 1 40
44 Munawaroh 11 1 3 33 2 3 38
45 M Targhibul Khasan 15 0 0 45 0 0 45
46 Amhal Kaifahmi 13 2 0 39 4 0 43
47 Diki Brahmantara 5 7 3 15 14 3 32
48 Syukron Mawahib 10 4 1 30 8 1 39
Jumlah 1896
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai bimbingan
keagamaan orang tua terendah 30, nilai tertinggi 45 dan nilai rata-rata
39,5. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan mengikuti kegiatan tadarus
Al-Qur’an remaja islam dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten
semarang tahun 2015 termasuk kategori baik. Hal ini berdasarkan
interval nilai dalam tabel berikut ini:
I = _R_
K
Keterangan :
I : Interval
57
R : Range
K : Jumlah kelas 3 (berdasarkan jumlah multiple choice)
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus :
R = H – L + 1
H = Jumlah item X Skor tertinggi, a = 3
H = 15 X 3
H = 45
L = Jumlah item X skor terendah, c = 1
L = 15 X 1
L = 15
Jadi nilai rangenya adalah:
R = H – L + 1
R = 45 – 15 + 1
R = 31
I = _R_
K
I = _ 31_
3
= 10,33
Tabel 3.
KATEGORI KEAKTIFAN MENGIKUTI KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN
No. Interval Nilai
1 35-45
2 25-34
58
3 15-24
2. Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo
Data tentang sikap sosial remaja islam dusun Karangrejo yang
merupakan variabel terpengaruh ( dependen ) dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil angket dan observasi yang penulis lakukan kepada
seluruh remaja islam dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang
yang berjumlah 48 orang dengan perincian remaja laki-laki 33 orang dan
remaja perempuan 15 orang. Dari hasil observasi yang penulis lakukan,
dapat diketahui sikap sosial remaja islam di dusun Karangrejo desa Pabelan
kabupaten Semarang tahun 2015 dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.
DAFTAR NILAI SIKAP SOSIAL REMAJA ISLAM DUSUN
KARANGREJO
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B C A B c
1 Muhammad Mufti S 12 1 2 36 2 2 40
2 Ahmad Noval Farid 8 7 0 24 14 0 38
3 Akbar Rai P 12 2 1 36 4 1 41
4 M Tolkah A 11 4 0 33 8 0 41
59
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B C A B c
5 Angga Reza I 12 2 1 36 4 1 41
6 M Makhin Sihab 14 1 0 42 2 0 44
7 M. Faqih Nur S 15 0 0 45 0 0 45
8 Miftakhul Arifin 10 5 0 30 10 0 40
9 Siti Atmi Hidayati 14 1 0 42 2 0 44
10 Anggita Ayu A 8 5 2 24 10 2 36
11 Ahmad Rodhi 7 5 3 21 10 3 34
12 Dwi Firda R 15 0 0 45 0 0 45
13 Hanafiono 15 0 0 45 0 0 45
14 Tifani Tiara Putri 15 0 0 45 0 0 45
15 M Miftakhul Rizki 14 1 0 42 2 0 44
16 M Amirudin Ghozi 13 1 1 39 2 1 42
17 M Syarifudin 15 0 0 45 0 0 45
18 Safira Zulfania 13 2 0 39 4 0 43
19 Siti Zulaikha 14 1 0 42 2 0 44
20 Amrina S. M 11 3 1 33 6 1 40
21 Ahmad Sholikhan 15 0 0 45 0 0 45
22 Nada Salwa F 15 0 0 45 0 0 45
60
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B C A B c
23 Rayfaldy Chandra M 15 0 0 45 0 0 45
24 Imam Ardiansyah 14 0 1 42 0 1 43
25 M Ilham Januar K 15 0 0 45 0 0 45
26 Rina Nur Wahidah 15 0 0 45 0 0 45
27 Umi Hasanah 13 2 0 39 4 0 43
28 Ahdan Royhan Suni 6 7 2 18 14 2 34
29 Fitri Nabila F 6 4 5 18 8 5 31
30 M Difa Asshidiqie 9 6 0 27 12 0 39
31 Arief Romadhoni 14 1 0 42 2 0 44
32 M Galang A U 6 8 1 18 16 1 35
33 M Fajar andika 13 2 0 39 4 0 43
34 Zulfi M Syafi’ 14 1 0 42 2 0 44
35 Ilyas Hanafi 14 1 0 18 16 0 44
36 M Thoriqul Fawaid 15 0 0 45 0 0 45
37 M Sholikhani 6 9 0 18 18 0 36
38 M Farizi 12 3 0 36 6 0 42
39 Muhammad Sibyani 14 1 0 42 2 0 44
40 Hanif Khoirur R 6 8 1 18 16 1 35
61
No Nama Responden
Frekuensi Nilai Total
Nilai
A B C A B c
41 Arikatul Namla 7 7 1 21 14 1 36
42 Bunga Arum Sari 7 6 2 21 12 2 35
43 Maidatul Ulya 14 1 0 42 2 0 44
44 Munawaroh 13 2 0 39 4 0 43
45 M Targhibul Khasan 15 0 0 45 0 0 45
46 Amhal Kaifahmi 15 0 0 45 0 0 45
47 Diki Brahmantara 5 9 1 15 18 1 34
48 Syukron Mawahib 13 2 0 39 4 0 43
Jumlah 1989
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai sikap sosial remaja islam
dusun Karangrejo terendah 31, nilai tertinggi 45 dan nilai rata-rata 41,44.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap sosial remaja islam dusun Karangrejo
desa Pabelan kabupaten Semarang tahun 2015 termasuk kategori baik,
sebagaimana berdasarkan interval nilai dalam tabel berikut ini:
I = _R_
K
Keterangan :
I : Interval
R : Range
K : Jumlah kelas 3 (berdasarkan jumlah multiple choice)
62
Sedangkan mencari range (R) dengan menggunakan rumus :
R = H – L + 1
H = Jumlah item Y Skor tertinggi, a = 3
H = 15 X 3
H = 45
L = Jumlah item Y skor terendah, c = 1
L = 15 X 1
L = 15
Jadi nilai rangenya adalah:
R = H – L + 1
R = 45 – 15 + 1
R = 31
I = _R_
K
I = _ 31_
3
= 10,33
Tabel 5.
KATEGORI SIKAP SOSIAL REMAJA ISLAM DUSUN KARANGREJO
No. Interval Nilai
1 35-45
2 25-34
3 15-24
63
B. Analisis Hasil Penelitian
Analisis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi atau hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an
dengan sikap sosial remaja islam. Analisis ini didasarkan pada data khusus yaitu
data keaktifan mengikuti tadarus Al-Qur’an (x) dan data sikap sosial remaja islam
dusun Karangrejo (y). Dalam menganalisa data-data tersebut penulis
menggunakan analisi