Upload
trinhdiep
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUMUR GALI DENGAN
KEBERADAAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti DI
KELURAHAN BENDAN NGISOR KECAMATAN
GAJAHMUNGKUR KOTA SEMARANG
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
Miftakhul Janah
NIM. 6411411073
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
Juni 2015
ABSTRAK
Miftakhul Janah
Hubungan Karakteristik Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk
Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota
Semarang Tahun 2015
xx + 111 halaman + 27 tabel + 10 gambar + 13 lampiran
Keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dalam sumur gali sebagai
Tempat Penampungan Air alamiah dapat dipengaruhi beberapa faktor. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sumur gali yang berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan
Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang tahun 2015. Jenis penelitian ini
adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Populasi
penelitian adalah sumur gali yang berada di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor
sejumlah 123 sumur gali dan diperoleh 86 sampel. Pengambilan sampel
menggunakan metode Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukan ada
hubungan antara letak sumur gali (p=0,020), keberadaan penutup sumur gali
(p=0,021), tinggi air permukaan (p=0,036), bahan dinding sumur gali (p=0,033),
pH sumur gali (p=0,017), pencahayaan (p=0,037) dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti, dan tidak ada hubungan antara kedalaman (p=0,349),
penggunaan (p=0,271), kejernihan air (p=0,573), keberadaan tanaman (p=1,000)
dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Saran, meningkatkan sanitasi
sumur gali untuk mencegah nyamuk dapat berkembang biak.
Kata kunci : Aedes aegypti, Jentik nyamuk, Sumur gali
Kepustakaan : 40 (1993-2014)
iii
Public Health Departement
Sport Science Faculty
Semarang State University
June 2015
ABSTRACT
Miftakhul Janah
The Relation of Dug Wells Characteristics and Aedes aegypti Larvae
Presense In Bendan Ngisor Village Gajahmungkur Subdistrict, Semarang
City, 2015
xx + 111 pages + 27 tables +10 images + 13 attachments
The larvae exitence in dug wells where it is a place of collecting and
saving water were influenced by some factors. The purpose of this study
determined the characteristics of dug wells that could potentially become a
breeding Aedes aegypti mosquito in Bendan Ngisor Village Gajahmungkur
Subdistrict Semarang City, 2015. This type of research was explanatory research
which using cross sectional approach. The population of this research were dug
wells around the RW 01 Bendan Ngisor Village amount 123 dug wells and 86
samples. Simple Random Sampling was used to collecting the samples. The
results showed that there were significant value for the variables location
(p=0,020), the presence of surface cover (p=0,021), the presence of high water
(p=0,036), material wall (p=0,033), pH (p=0,017), lighting (p=0,037) which there
were a relationship with the presence of Aedes aegypti larvae. While for the
variables depth (p=0,349), use (p=0,271), water purity (p=0,573), the plants
(p=1,000) did not affect the presence of Aedes aegypti larvae in dug wells.
Suggestions, improving dug wells sanitasion to prevent larvae growth.
Key words: Aedes aegypti , Mosquito larvae, Dug wells
References : 40 (1993-2014)
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah digunakan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian maupun yang belum
atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam daftar pustaka.
Semarang, Juni 2015
Peneliti
v
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Ketekunan mengalahkan bakat, kepintaran bahkan jenius. Maka, orang-orang yang
tekun akan menggapai cita-citanya, bahkan kalaupun cita-cita tersebut
adalah memindahkan gunung, mengeringkan danau.
(Tere Liye)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Bapak (Slamet Darso) dan Ibu
(Rokhmah) tercinta sebagai wujud
darma bhakti ananda
2. Almamaterku Unnes
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-
Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Karakteristik Sumur Gali
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan
Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang Tahun 2015” dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai penyelesaian skripsi
ini, dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak
Dr.H. Harry Pramono, M.Si, atas surat keputusan penetapan Dosen
Pembimbing Skripsi dan atas ijin penelitian
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang, Bapak Irwan Budiono, S.KM, M.Kes(Epid).,
atas persetujuan penelitian
3. Pembimbing Skripsi, Bapak Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes., atas
bimbingan, arahan serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Penguji I Sidang Proposal Skripsi, Bapak Rudatin Windraswara, S.T, M.Sc.,
atas saran dan masukan salam perbaikan skripsi ini.
5. Penguji II Sidang Proposal Skripsi, Ibu drh. Dyah Mahendrasari Sukendra,
M.Sc., atas saran dan masukan dalam perbaikan skripsi ini.
ix
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, atas bekal,
bimbingan dan bantuannya.
7. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang atas ijin
penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang atas ijin penelitian sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
9. Kepala Puskesmas Pegandan Kota Semarang atas ijin penelitian sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Lurah Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang atas ijin
penelitian sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11. Ayahnda Slamet Darso dan Ibunda Rokhmah, atas do‟a, pengorbanan dan
motivasi baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12. Kakak-kakak dan Adik-adikku, atas do‟a, motivasi dan semangat sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
13. Sahabatku (Ika Setia, Dias Rahmasari, Afri Wahyu, Reni Lidya), atas
bantuan, semangat dan motivasinya dalam penyusunan skripsi ini.
14. Teman Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat angkatan 2011, atas masukan
serta motivasinya dalam penyusunan skripsi ini
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas masukannya
dalam penyelesaian skripsi ini.
x
Semoga amal baik dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlipat
ganda dari Allah SWT. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan guna
penyempurnaan karya selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Semarang, Juni 2015
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
ABSTRACT ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
PERSETUJUAN .............................................................................................. v
PENGESAHAN ............................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...................................................................... 10
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 11
1.6 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 16
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat........................................................................ 16
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu ......................................................................... 16
xii
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan .................................................................... 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 17
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 17
2.1.1 Demam Berdarah Dengue .................................................................... 17
2.1.1.1 Definisi Demam Berdarah Dengue ..................................................... 17
2.1.1.2 Penyebab Demam Berdarah Dengue .................................................. 17
2.1.2 Vektor Demam Berdarah Dengue ........................................................ 18
2.1.2.1 Nyamuk Aedes aegypti ....................................................................... 18
2.1.2.2 Klasifikasi Aedes aegypti ................................................................... 19
2.1.2.3 Morfologi Aedes aegypti .................................................................... 19
2.1.2.4 Siklus Hidup Aedes aegypti ............................................................... 20
2.1.2.4.1 Stadium Telur .................................................................................... 21
2.1.2.4.2 Stadium Larva (Jentik) ...................................................................... 22
2.1.2.4.3 Stadium Pupa .................................................................................... 25
2.1.2.4.4 Stadium Nyamuk Dewasa ................................................................. 26
2.1.2.5 Penyebaran Nyamuk ........................................................................... 27
2.1.2.6 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti ....................................................... 28
2.1.2.7 Ekologi Vektor .................................................................................... 31
2.1.2.8 Pengamatan Kepadatan Vektor ........................................................... 34
2.1.3 Sumur Gali ........................................................................................... 37
2.1.3.1 Pengertian Sumur Gali ......................................................................... 37
2.1.3.2 Macam-macam Sumur Gali ................................................................. 38
2.1.3.4 Persyaratan Kesehatan Sumur Gali ...................................................... 39
xiii
2.1.3.5 Karakteristik Sumur Gali ..................................................................... 40
2.2 Kerangka Teori..................................................................................... 46
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 47
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 47
3.2 Variabel Penelitian ............................................................................... 48
3.2.1 Variabel Terikat ................................................................................... 48
3.2.2 Variabel Bebas ..................................................................................... 48
3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 48
3.4 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel .......................... 50
3.5 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................ 54
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 54
3.7 Sumber Data .......................................................................................... 57
3.8 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengambilan Data ............................ 57
3.9 Prosedur penelitian ................................................................................ 60
3.10 Teknik Analisis Data ............................................................................. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 65
4.1 Gambaran Umum ................................................................................ 65
4.2 Hasil Penelitian ................................................................................... 66
4.2.1 Analisis Univariat............................................................................... 66
4.2.1.1 Keberadaan Jentik .............................................................................. 66
4.2.1.2 Letak Sumur Gali ............................................................................... 67
4.2.1.3 Keberadaan Penutup Sumur Gali ....................................................... 67
4.2.1.4 Kedalaman Sumur Gali ...................................................................... 68
xiv
4.2.1.5 Tinggi Air Permukaan Sumur Gali .................................................... 68
4.2.1.6 Bahan Dinding Sumur Gali ................................................................ 69
4.2.1.7 pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali ............................................ 69
4.2.1.8 Penggunaan Sumur Gali ..................................................................... 70
4.2.1.9 Kejernihan Air Sumur Gali ................................................................ 70
4.2.1.10 Pencahayaan Sumur Gali ................................................................... 71
4.2.1.11 Keberadaan Tanaman Sumur Gali ..................................................... 71
4.2.1.11 Alat Pengambilan Air ......................................................................... 71
4.2.2 Analisis Bivariat ................................................................................. 72
4.2.2.1 Hubungan antara Letak Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti....................................................................... 72
4.2.2.2 Hubungan antara Keberadaan Penutup Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................................ 73
4.2.2.3 Hubungan antara Kedalaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti....................................................................... 74
4.2.2.4 Hubungan antara Tinggi Air Permukaan Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................................ 75
4.2.2.5 Hubungan antara Bahan Dinding Sumur Gali dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 76
4.2.2.6 Hubungan antara pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ............................. 77
4.2.2.7 Hubungan antara Penggunaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti ...................................................................... 78
xv
4.2.2.8 Hubungan antara Kejernihan Air Sumur Gali dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti ............................................................... 79
4.2.2.9 Hubungan antara Pencahayaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti........................................................................ 80
4.2.2.10 Hubungan antara Keberadaan Tanaman Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ......................................... 81
4.2.2.11 Hubungan antara Alat Pengambilan Air Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................................ 83
4.2.3 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat .................................................. 84
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................. 86
5.1 Pembahasan .......................................................................................... 86
5.1.1 Hubungan antara Letak Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti......................................................................... 86
5.1.2 Hubungan antara Keberadaan Penutup Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .......................................... 88
5.1.3 Hubungan antara Kedalaman Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti......................................................................... 90
5.1.4 Hubungan antara Tinggi Air Permukaan Sumur Gali dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 92
5.1.5 Hubungan antara Bahan Dinding Sumur Gali dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 94
5.1.6 Hubungan antara pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ............................. 96
xvi
5.1.7 Hubungan antara Penggunaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti........................................................................ 97
5.1.8 Hubungan antara Kejernihan Air Sumur Gali dengan Keberadaan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti .............................................................. 99
5.1.9 Hubungan antara Pencahayaan Sumur Gali dengan Keberadaan Jentik
Nyamuk Aedes aegypti........................................................................ 101
5.1.10 Hubungan antara Keberadaan Tanaman Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti .......................................... 102
5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian .................................................. 104
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 105
6.1 Simpulan .............................................................................................. 105
6.2 Saran .................................................................................................... 106
6.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan ....................................................................... 106
6.2.2 Bagi Masyarakat.................................................................................. 107
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya .................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 109
LAMPIRAN ..................................................................................................... 113
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ............................................................................. 11
Tabel 2.1 Perbedaan Jentik Aedes dengan JentikAnopheles, Mansonia dan
Culex .................................................................................................. 23
Tabel 2.2 Perbedaan Jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus ...................... 25
Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran............................ 50
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Keberadaan Jentik Aedes aegypti pada Sumur Gali
di Kelurahan Bendan Ngisor ............................................................. 66
Tabel 4.2 Distribusi Jenis Jentik yang ditemukan di Kelurahan
Bendan Ngisor .................................................................................. 66
Tabel 4.3 Distribusi Letak Sumur Gali ............................................................. 67
Tabel 4.4 Distribusi Keberadaan Penutup Sumur Gali ..................................... 67
Tabel 4.5 Distribusi Kedalaman Sumur Gali .................................................... 68
Tabel 4.6 Distribusi Tinggi Air Permukaan Sumur Gali .................................. 69
Tabel 4.7 Distribusi Bahan Dinding Sumur Gali .............................................. 69
Tabel 4.8 Distribusi pH (Derajat Keasaman) Air Sumur Gali .......................... 69
Tabel 4.9 Distribusi Penggunaan Sumur Gali ................................................... 70
Tabel 4.10 Distribusi Kejernihan Air Sumur Gali .............................................. 70
Tabel 4.11 Distribusi Pencahayaan Sumur Gali ................................................. 71
Tabel 4.12 Distribusi Keberadaan Tanaman Sumur Gali ................................... 71
Tabel 4.13 Distribusi Alat Pengambilan Air Sumur Gali ................................... 72
Tabel 4.14 Hasil Tabulasi Silang antara Letak Sumur Gali dengan
xviii
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 72
Tabel 4.15 Hasil Tabulasi Silang antara Keberadaan Penutup Sumur Gali
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................... 73
Tabel 4.16 Hasil Tabulasi Silang antara Kedalaman Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 74
Tabel 4.17 Hasil Tabulasi Silang antara Tinggi Air Permukaan Sumur
Gali dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ................... 75
Tabel 4.18 Hasil Tabulasi Silang antara Bahan Dinding Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 76
Tabel 4.19 Hasil Tabulasi Silang antara pH air Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 77
Tabel 4.20 Hasil Tabulasi Silang antara Penggunaan Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 78
Tabel 4.21 Hasil Tabulasi Silang antara Kejernihan Air Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 79
Tabel 4.22 Hasil Tabulasi Silang antara Pencahayaan Sumur Gali dengan
Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ....................................... 81
Tabel 4.23 Hasil Tabulasi Silang antara Keberadaan Tanaman Sumur Gali
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................... 82
Tabel 4.24 Hasil Tabulasi Silang antara Alat Pengambilan Air Sumur Gali
dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti ........................... 83
Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat ................................................. 84
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti .................................................................... 20
Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti .............................................. 21
Gambar 2.3 Telur Nyamuk Aedes aegypti .......................................................... 22
Gambar 2.4 Jentik Nyamuk Aedes aegypti ......................................................... 23
Gambar 2.5 Perbedaan Jentik Aedes, Anopheles dan Culex ............................... 24
Gambar 2.6 Perbedaan Aedes, Anopheles dan Culex .......................................... 25
Gambar 2.7 Pupa Aedes aegypti.......................................................................... 26
Gambar 2.8 Nyamuk Dewasa Aedes aegypti ...................................................... 27
Gambar 2.9 Kerangka Teori ................................................................................ 45
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 46
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat Keputusan Pembimbing ..................................................... 114
Lampiran 2: Surat dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
(Ethical Clearance) ....................................................................... 115
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ke Kesbangpol ........................ 119
Lampiran 4: Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol ............................ 120
Lampiran 5: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Dinas Kesehatan Kota ......... 122
Lampiran 6: Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Ke Puskesmas
Pegandan ........................................................................................ 123
Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Kelurahan Bendan Ngisor ... 124
Lampiran 8: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ......................... 125
Lampiran 9: Formulir Observasi dan Wawancara .............................................. 126
Lampiran 10: Rekapitulasi Hasil Penelitian ........................................................ 128
Lampiran 11: Hasil Analisis Univariat ............................................................... 133
Lampiran 12: Hasil Analisis Bivariat .................................................................. 136
Lampiran 13: Dokumentasi Penelitian ................................................................ 147
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular
yang masih menjadi prioritas masalah kesehatan mengingat sering menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menyebabkan kematian. Penyakit ini disebabkan
oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
utama. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah
seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Depkes RI,
2010).
Menurut teori The Environmental of Health oleh Hendrik L. Blum yang
dikutip dalam Soekidjo Notoatmodjo (2003), membagi konsep sehat menjadi
empat faktor yang berperan dalam status kesehatan. Empat faktor tersebut adalah
faktor hereditas, faktor pelayanan kesehatan, gaya hidup, dan faktor lingkungan.
Berdasarkan faktor tersebut, faktor lingkungan yang berperan terbesar dalam
mempengaruhi status kesehatan .
World Health Organization (WHO), memperkirakan sekitar 2,5 miliar orang
atau dua perlima populasi penduduk di dunia berisiko terserang DBD dengan
estimasi sebanyak 50 juta kasus infeksi dengue di seluruh dunia setiap tahun.
DBD banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis (WHO, 2012). Data dunia
menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD tiap
tahunnya (Depkes RI, 2010: 1).
2
Sepanjang tahun 2011 hingga 2013 dilaporkan kasus DBD di Indonesia
menalami peningkatan yaitu 65.432 kasus DBD dengan Incident Rate (IR)
25,70/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) 0,91%. Pada tahun 2012
terdapat 90.245 kasus (IR=37,27 per 100.000 penduduk) dan meningkat pada
tahun 2013 yaitu 112.511 kasus dengan IR DBD sebesar 45, 85 per 100.000
penduduk. Salah satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian
penyakit DBD yaitu angka bebas jentik. Angka Bebas Jentik (ABJ) pada tahun
2013 adalah 80,09% sehingga sampai tahun 2013 angka bebas jentik secara
nasional belum mencapai target yang sebesar ≥ 95% tahun (Kemenkes RI,
2014:188). Penyakit ini juga menjadi permasalahan serius di Provinsi Jawa
Tengah. Pada pada tahun 2012 Jawa Tengah terdapat angka kesakitan (IR)
mencapai 19,29/ 100.000 penduduk dan CFR 1,52% , mengalami peningkatan
pada tahun 2013 yaitu mencapai 45,52/ 100.000 penduduk dan CFR 1,21 %
dengan 15.144 kasus (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Angka kesakitan atau Incident Rate (IR) DBD di Kota Semarang tahun 2006
sampai dengan tahun 2013 selalu jauh lebih tinggi dari Incident Rate (IR) DBD
Jawa Tengah dan Incident Rate (IR) DBD Nasional dimana tahun 2013 IR DBD
Kota Semarang dua kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah ( Profil Dinas
Kesehatan Kota Semarang, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Semarang, kasus Demam Berdarah di Kota Semarang sejak tahun 2011 hingga
2013 mengalami peningkatan dengan menunjukan angka IR =134,09 per 100.000
penduduk dengan CFR=1,14 %. Meskipun angka kejadian penyakit DBD Kota
Semarang mengelami penurunan sebesar 31% pada tahun 2014 yaitu IR 92,43 per
3
100.000 penduduk, namun angka kematian DBD mengalami peningkatan yaitu
1,66%. Peningkatan kasus Demam Berdarah juga dapat diketahui dari penurunan
Angka Bebas Jentik yang dapat digunakan sebagai indikator upaya pencegahan
kasus Demam Berdarah di Kota Semarang yaitu pada tahun 2011 sebesar 85,04%,
tahun 2012 sebesar 82,42% dan semakin menurun pada tahun 2013 yaitu sebesar
79,19%. (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2014).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Semarang, jumlah penderita DBD
di Kecamatan Gajahmungkur menunjukan jumlah sebesar 61 kasus dengan 4
orang meninggal (IR=91,85 per 100.000 penduduk dan CFR=6,56%) dengan
Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu 76%, dimana masih belum mencapai Angka
Bebas Jentik (ABJ) nasional (≥95%). Sehingga IR DBD tingkat kecamatan
menunjukan pada tahun 2013 Kecamatan Gajahmungkur masuk kedalam sepuluh
besar kasus tertinggi di Kota Semarang (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013).
Pengendalian tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti di Indonesia saat ini
lebih banyak menitikberatkan pada penutupan dan lavarsidasi bak mandi, serta
penguburan barang-barang bekas di sekitar rumah penduduk yang berpeluang
sebagai penampung air hujan. Sementara penampung lainnya belum mendapat
perhatian yang memadai, padahal peluang untuk dijadikan sebagai habitat Aedes
aegypti cukup besar, seperti tempat minum burung, pot bunga, pelepah daun
tanaman, talang air juga sumur (Gionar, 2001).
Seiring dengan berkembangnya zaman, tempat perindukan nyamuk menjadi
beragam. Meskipun keberadaan sumur gali hingga saat ini merupakan suatu
kebutuhan yang sangat vital, bagi sebagian besar penduduk, akan tetapi sumur gali
4
patut diwaspadai sebagai tempat perindukan nyamuk DBD sebagaimana
diketahui, larva Aedes aegypti dapat bertahan hidup pada media perindukan dari
air got, sumur gali dan PAM (Sayono,2011).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Yogyakarta, diketahui bahwa
sumur gali merupakan habitat yang penting sebagai tempat perindukan nyamuk.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sumur gali memiliki peluang yang besar
sebagai habitat perindukan nyamuk. Sebanyak 35% dari sampel yang diteliti
positif mengandung larva Aedes aegypti (Gionar, 2001). Bahkan sumber air
kontainer menurut Damanik (2002) jenis sumber air yang paling disenangi
nyamuk Aedes aegypti sebagai tempat perkembangbiakannya adalah air sumur
gali dan yang paling tidak di senangi adalah air PDAM. Menurut penelitian
Fakhriadi, Rudi dkk tahun 2010 di Kota Banjarbaru bahwa faktor risiko kejadian
DBD antara lain tingkat pengetahuan (OR= 7,875) dan tindakan tentang PSN
(OR= 14,636), ketersediaan sumur gali (OR= 1,263) dan kepadatan hunian (OR=
8,143). Indeks pencegahan DBD perkotaan menurut penelitian Adialfian (2013)
rata-rata diatas 5% baik pada air hujan, air sumur gali dan air selokan akan
menimbulkan penyakit DBD dalam suatu wilayah tertentu dengan kemampuan
adaptasi berkembang biak pada air sumur gali sebesar 16,54% pada stadium larva
dan 33,32% stadium pupa.
Berdasarkan bionomiknya, nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tempat
perindukan yang berwarna gelap terlindung dari sinar matahari, permukaan
terbuka lebar yang berisi air bersih dan tenang (Badrah, 2011). Pada penelitian M.
Hasyimi dan Soekirno (2004) menyatakan bahwa di daerah perkotaan habitat
5
nyamuk Aedes aegypti sangat bervariasi, tetapi 90% adalah wadah-wadah untuk
keperluan sehari-hari seperti bak mandi, drum, tempayan, ember dan lainnya. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian di Vietnam oleh Nguyen (2011) yaitu
keberadaan kontainer penyimpanan air rumah tangga di Vietnam Selatan memiliki
peluang 93 % sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti pada
stadium larva instar III dan IV. Ada tidaknya jentik nyamuk Aedes aegypti pada
kontainer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kontainer, bahan
kontainer, warna kontainer, letak kontainer, keberadaan penutup kontainer,
adanya ikan pemakan jentik, kegiatan pengurasan kontainer dan kegiatan
larvasidasi (Budiyanto, 2012). Sehingga karakteristik sumur gali sebagai sumber
air juga dapat mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti baik dari
faktor sumur (letak, kedalaman, tipe) maupun faktor air sumur (kelembaban, pH,
kandungan bahan organik, volume air).
Nyamuk Aedes aegypti bertelur bukan pada air kotor atau air yang langsung
bersentuhan dengan tanah, melainkan di dalam air tenang dan jernih. Menurut
penelitian Hasyimi pada tahun 2009 menyatakan salah satu penyebab
penampungan air menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti adalah tidak
tertutupnya penampungan air tersebut. Penelitian oleh Hidayat C dkk (1997)
tentang pengaruh pH air perindukan terhadap perkembangbiakan Aedes aegypti
menunjukan bahwa ada pH air perindukan 7, lebih banyak didapati nyamuk
daripada pH asam atau basa.
Kelurahan Bendan Ngisor terdiri dari 5 RW dan 40 RT dengan jumlah
penduduk mencapai 6.417 jiwa. Wilayah ini merupakan daerah perumahan dan
6
banyak di jumpai rumah kost. Hal tersebut disebabkan karena merupakan
kompleks permukiman dan banyaknya rumah yang ditempati sebesar 1.069
rumah. Dalam hal pemenuhan kebutuhan air masyarakat Kelurahan Bendan
Ngisor masih menggunakan sumur gali sebagai sumber air bersih. Jumlah
pengguna sumur gali di Kelurahan tersebut yaitu sebesar 391 sumur gali dan
sebagian masih ada yang menggunakan air PAM dan ledeng dari mata air.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan untuk mengetahui keberadaan jentik
nyamuk pada sumur gali di Kelurahan Bendan Ngisor pada 6 Februari 2015
terhadap 8 sumur gali yang tersebar di 8 RT di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor
diperoleh 5 sumur gali yang positif jentik Aedes aegypti dan 3 sumur gali
diantaranya tidak terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti. Sehingga keberadaan
sumur gali di Kelurahan Bendan Ngisor dapat menjadi peluang perindukan jentik
nyamuk Aedes aegypti.
Hasil survei jentik berkala dalam pencegahan kasus DBD di Kelurahan
Bendan Ngisor masih belum optimal terlihat pada angka bebas jentik selama
tahun 2014 adalah hanya 76 % serta data kasus DBD tahun 2011 tidak terdapat
kasus DBD, tahun 2012 (IR=12,35/100.000 penduduk) 2013 adalah 9 kasus
(IR=117,17/100.000 penduduk) dan meskipun angka kejadian DBD di kota
Semarang tahun 2014 mengalami penurunan, namun Kelurahan Bendan Ngisor
masih mengalami peningkatan kembali tahun 2014 kasus yaitu berjumlah 14
kasus dengan 2 penderita meninggal dunia (IR=168,97/100.000 penduduk dan
CFR=0,062) menduduki peringkat pertama tingkat Kecamatan Gajahmungkur
(Puskesmas Pegandan, 2014).
7
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti survei tempat
perindukan nyamuk Aedes aegypti pada sumur gali untuk mengetahui hubungan
antara karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di
Kelurahan Bendan Ngisor Semarang tahun 2015.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat disusun
rumusan masalah umum dari penelitian ini yaitu “Adakah hubungan antara
karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di
Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun
2015” ?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
Berdasarkan rumusan masalah umum, dapat disusun rumusan masalah
khusus dalam penelitian ini yaitu :
1. Adakah hubungan antara letak sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
2. Adakah hubungan antara keberadaan penutup sumur gali keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
3. Adakah hubungan antara kedalaman sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
8
4. Adakah hubungan antara tinggi air permukaan sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
5. Adakah hubungan antara bahan dinding sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
6. Adakah hubungan antara penggunaan sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
7. Adakah hubungan antara kejernihan air sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
8. Adakah hubungan antara pH air sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
9. Adakah hubungan antara pencahayaan pada sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
10. Adakah hubungan antara keberadaan tanaman di dalam sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015?
9
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di
Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui hubungan antara letak sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
2. Mengetahui hubungan antara keberadaan penutup sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
3. Mengetahui hubungan antara kedalaman sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
4. Mengetahui hubungan antara tinggi air permukaan sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
5. Mengetahui hubungan antara bahan dinding sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
10
6. Mengetahui hubungan antara penggunaan sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
7. Mengetahui hubungan antara kejernihan air sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
8. Mengetahui hubungan antara pH air sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
9. Mengetahui hubungan antara pencahayaan sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
10. Mengetahui hubungan antara keberadaan tanaman di dalam sumur gali
dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan
Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
1.4 MANFAAT HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat pada beberapa pihak
antara lain :
1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan Kota Semarang
Memberikan informasi dan pertimbangan dalam pemecahan masalah pada
program kesehatan bidang penyakit menular khususnya masalah pencegahan
penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi program
pembrantasan penyakit menular (P2M)
11
1.4.2 Bagi Masyarakat Kelurahan Bendan Ngisor
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tempat-tempat
perindukan nyamuk sehingga dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN) Demam Berdarah Dengue.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat memberikan informasi pada peneliti-peneliti selanjutnya
dalam menentukan upaya pengendalian vektor DBD untuk dijadikan sebagai
sumber dan bahan penelitian lainnya yang sejenis.
1.5 KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Judul
penelitian
Nama
peneliti
Tahun
dan tempat
penelitian
Rancangan
penelitian
Variabel
penelitian Hasil penelitian
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Sumur
sebagai
habitat yang
penting
untuk
perkembang
biakan
nyamuk
Aedes
aegypti
Yoyo
R.Gionar,
Saptoro
Rusmiart
o, Dwiko
Susapto,
Iqbal R.F
Elyazar,
Michael
J.Bangs
2001
Kecamatan
Gondokusu
man Kota
Yogyakarta
Cross
sectional
Variabel
bebas :
Kontainer
berupa
sumur gali
Variabel
terikat :
Kepadatan
jentik
nyamuk
Aedes
aegypti
a. Sumur gali
terbukti sebagai
habitat yang
potensial
untuktempat
perindukan
nyamuk Aedes
aegypti
b. Pada musim
kemarau,
sebanyak 31
sumur (31%) dari
sampel yang
diteliti positif
mengandung pupa
Aedes aegypti
c. Pada musim
penghujan, jumlah
sumur yang positif
Aedes aegypti
meningkat secara
12
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
signifikan menjadi
51 %
Sumur mewakili
25,8% (musim
kemarau) dan 27%
(musim
penghujan) dari
keseluruhan
kontainer yang
positif Aedes
aegypti.
d. Kedalaman
sumur rata-rata
7,9±2,5 (musim
kemarau) dan
6,3±2,2 (musim
penghujan) dari
keseluruhan sumur
yang positif Aedes
aegypti.
e. Kedalaman air
sumur rata-rata
1,2±0,3 (musim
kemarau) dan
1,3±0,4 (musim
penghujan) dari
keseluruhan sumur
yang positif Aedes
aegypti.
f. pH air sumur
menujukan kurang
lebih pada level
netral yaitu
berkisar pada pH
6,9-8,0
2. Kemampuan
adaptasi
nyamuk
Aedes
aegypti dan
aedes
albopictus
dalam
berkembang
Adifian,
Hasanudin
Ishak,
Ruslan La
Ane
2013
Laboratorium
terpadu FKM
UNHAS
Eksperimen
Kuasi Variabel
bebas :
penggunaan
air selokan,
air sumur
gali dan air
hujan
Variabel
terikat :
a. kemampuan
adaptasi
berkembang biak
jenis Aedes aegypti
sp. pada air hujan
larva sebesar
13,12% dan pupa
sebesar 16,66%,
pada air sumur gali
Lanjutan (tabel 1.1)
13
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
biak
berdasarkan
jenis air
kemampuan
adaptasi
Aedes
aegypti dan
Aedes
albopictus
larva sebesar
16,54% dan pupa
sebesar 33,32%,
pada air selokan
larva sebesar 35,35% dan pupa
sebesar 23,66% dan
kemampuan
adaptasi
berkembang biak
jenis Aedes
albopictus pada air
hujan larva sebesar
13,88% dan pupa
sebesar 31,03%,
pada air sumur gali
larva sebesar 9,33%
dan pupa sebesar
16,66%, pada air
selokan larva
sebesar 43,28% dan
pupa sebesar
21,44%.
b. Pemeriksaan
pH, salinitas dan
suhu pada tiga jenis
air sumber air, 27 oC suhu pada air
selokan, 26oC suhu
pada air sumur gali
dan 23oC pada air
hujan. pH pada air
selokan sebesar 6,
pH pada air sumur
gali sebesar 6 dan
pH pada air hujan
sebesar 5,
pemeriksaan
salinitas pada ketiga
jenis air yaitu air
selokan, air sumur
gali dan air hujan
sebesar 0
3. Survei
keberadaan
jentik
nyamuk
Aedes spp
G. Palupi
Susanti
Said
2011
Kelurahan
Bulusan
Kota
Semarang
Cross
sectional
Variabel
bebas :
Keberadaan
sumur gali,
jenis/spesies
a. Ditemukan
jentik nyamuk
warga di
Kelurahan
Bulusan Kota
Lanjutan (tabel 1.1)
14
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
pada sumur
gali milik
warga di
Kelurahan
Bulusan Kota
Semarang
(Studi di
wilayah kerja
Puskesmas
Rowosari
Semarang)
jentik Aedes
spp,jumlah
nyamuk,
jenis sumur
gali ,
Keberadaan
kebun,
keberadaan
jentik
nyamuk
Aedes Spp
Semarang dari 35
sampel sumur gali
ditemukan 17%
yang positif jentik
Aedes spp
b.Berdasarkan
jumlah sumur
yang diperiksa,
positif ditemukan
jentik Aedes Spp
sejumlah 18 ekor
jentik diantaranya
2 ekor jentik
dalam stadium
pupa
c. Spesies nyamuk
Aedes Spp yang
ditemukan pada
sumur gali adalah
Aedes albipictus
d. Karakteristik
sumur gali sebagai
tempat perindukan
nyamuk adalah
sumur yang
terbuka, dekat
dengan kebun,
dan terletak di
luar rumah
e. Sumur gali di
Kelurahan
Bulusan dapat
menjadi tempat
perkembangbiakn
Aedes Spp.
4. Karakteristik
sumur yang
mempenga
ruhi tempat
perkembang
biakan
nyamuk
Aedes
aegypti di
Rahmat
Budianto
2010
Kota Metro
Provinsi
Lampung
Cross
sectional
Variabel
bebas:
Suhu dan pH
air sumur,
konstruksi
dinding
sumur,
kedalaman
dasar sumur,
Variabel yang
mempengaruhi
keberadaan jentik
di sumur adalah
kedalaman dasar
sumur OR = 0,426
(p=0,006),
keberadaan bakteri
Esherishia coli
OR = 0,746
Lanjutan (tabel 1.1)
15
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Kota Metro
Prov.
Lampung
keberadaan
ikan,
keberadaan
bakteri E
coli, rasa
air sumur,
warna air
sumur, bau
air sumur,
endemisitas
daerah.Vari
abel terikat:
Keberadaan
jentik di
sumur
(p=0,009) dan air
sumur yang berasa
OR = 1,1212
(p=0,038)
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut :
1. Variabel penelitian pada penelitaian G Palupi Said (2012) adalah
Keberadaan sumur gali, jenis/spesies jentik Aedes spp, jumlah nyamuk,
jenis sumur gali, keberadaan kebun. Pada penelitian Rahmat Budianto
tahun 2010 variabel yang digunakan adalah suhu dan pH air sumur,
konstruksi dinding sumur, kedalaman dasar sumur, keberadaan ikan,
keberadaan bakteri Esherichia coli, rasa air sumur, warna air sumur, bau
air sumur, endemisitas daerah. Sedangkan variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah letak, keberadaan penutup, kedalaman, tinggi air
permukaan, bahan dinding, tingkat keasaman (pH), kejernihan,
penggunaan, pencahayaan serta keberadaan tanaman pada sumur gali.
Lanjutan (tabel 1.1)
16
2. Penelitian tentang karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti belum pernah dilakukan di Kelurahan Bendan
Ngisor Kecamatan Gajamungkur Kota Semarang.
3. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya
adalah metode penelitian deskriptif sedangkan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian survey analitik yaitu mengetahui hubungan antara suatu
variabel dengan variabel yang lain.
4. Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2015.
1.6 RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmungkur Kota Semarang
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei tahun 2015
1.6.3 Ruang Lingkup Keilmuan
Dalam penelitian ini peneliti membatasi materi tentang hubungan
karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti. Bidang
ilmu yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kesehatan lingkungan dan
pengendalian vektor.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LANDASAN TEORI
2.1.1 Demam Berdarah Dengue
2.1.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan
(1) demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari, (2) manifestasi perdarahan (petekie, purpura,
perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, perdarahan
gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji tourniquet (rumple leede)
positif, (3) trombositopeni (jumlah trombosit ≤ 100,000/µ ), (4) hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit ≥ 20%) dan (5) disertai dengan atau tanpa pembesaran
hati (hepatomegali) (Depkes RI, 2010).
Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang sering
menjadi KLB karena vektor yang menjadi perantara penularnya memiliki
sifat menggigit berulang-ulang (multiple-bites). Demam berdarah dengue
menjadi penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian dalam
waktu yang cepat (Cecep Dani Sucipto, 2011: 47).
2.1.1.2 Penyebab Demam Berdarah Dengue
Penyebab DBD adalah virus dengue sebagai agen penyebab DBD
disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Virus yang
dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe
18
akan menimbulkan antiboti terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4
serotipe selama hidupnya. Virus ini memerlukan masa inkubasi selama 4-7 hari
(Dantje T.Sembel, 2009:61).
2.1.2 Vektor Demam Berdarah Dengue
Vektor utama demam dengue adalah Aedes aegypti. Di tempat-tempat
tertentu seperti Amerika Serikat, Aedes albopictus juga menjadi vektor penyakit
ini. Virus penyebab penyakit bertahan hidup dalam suatu siklus yang melibatkan
manusia dan nyamuk Aedes aegypti yang merupakan nyamuk yang hidup aktif di
siang hari dan lebih senang menghisap darah manusia (Dantje T.Sembel, 2009).
2.1.2.1 Nyamuk Aedes aegypti
Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang
menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia yaitu
terdapat virus dalam darahnya (Widoyono, 2008:61). Nyamuk Aedes aegypti
bersifat antropofilik yang senang sekali kepada manusia. Nyamuk ini suka
menggigit berulang kali. Nyamuk betina pembawa virus dengue sementara
nyamuk jantan hanya tertarik pada cairan mengandung gula seperti pada bunga
atau tumbuh-tumbuhan (Frida N, 2008:10).
19
2.1.2.2 Klasifikasi Aedes aegypti
Secara taksonomi, nyamuk Aedes aegypti dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Womack, M. 1993) :
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Famili : Culicidae
Subfamili : Culicinae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti (Linnaeus, 1762)
2.1.2.3 Morfologi Aedes aegypti
Bagian tubuh nyamuk dewasa terdiri dari atas kepala, dada (toraks) dan
perut (abdomen). Aedes aegypti mempunyai skutelum trilobi, palpus pada betina
lebih pendek dari pada probosis. Ujung perut (abdomen) nyamuk betina biasanya
runcing, cerci menonjol, tubuh berwarna gelap. Tanda khas Aedes aegypti berupa
gambaran lyra pada bagian dorsal toraks (mesonotum) yaitu sepasang garis putih
yang sejajar ditengah dan garis lengkung putih yang lebih tebal pada tiap sisinya.
Probosis berwarna hitam, skutelum bersisik lebar berwarna putih dan abdomen
berpita putih pada bagian basal dan ruas tarsus kaki belakang berpita putih (Saleha
Sungkar, 2005).
20
Gambar 2.1: Nyamuk Aedes aegypti
(Sumber : Cecep Dani Sucipto, 2011)
2.1.2.4 Siklus Hidup Aedes aegypti
Nyamuk Aedes aegypti memiliki metamorfosis sempurna (holometabola).
Siklus hidup nyamuk Aedes aegypti terdiri atas telur, larva, pupa dan nyamuk
dewasa. Stadium telur hingga pupa perlu berada di lingkungan air, sedangkan
stadium dewasa berada di lingkungan udara (Frida N, 2008:11).
Dalam kondisi lingkungan yang optimum, seluruh siklus hidup ditempuh
dalam waktu sekitar 7-9 hari, dengan perincian 1-2 hari stadium telur, 3-4
hari stadium larva, 2 hari stadium pupa. Dalam kondisi temperatur yang rendah
siklus hidup menjadi lebih panjang. Siklus gonotropik dimulai sejak menghisap
darah untuk perkembangan telur hingga meletakkan telur di tempat perindukan
(WHO, 2005).
2,0 mm
Sayap bersisik hitam
Abdomen berpita putih
Probosis berwarna
hitam
21
Gambar 2.2: Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti
(Sumber : Sang Gede Purnama, 2010)
2.1.2.4.1 Stadium Telur
Telur nyamuk Aedes aeypti biasanya dijumpai air jernih dan terlindung
dari cahaya. Telur itu berbentuk oval berwarna abu-abu atau hitam dengan ukuran
± 0,08 mm yang diletakkan satu persatu seperti sarang lebah. Telur biasanya
berada di bawah permukaan air dalam jarak 2,5 cm dari dindng perindukan (Frida
N, 2008:11). Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -20
C sampai
420C. Namun bila kelembaban terlalu rendah, maka telur akan menetas dalam
waktu 4 hari. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur sampai menjadi
nyamuk dewasa berlangsung selama sekurang-kurangnya 9 hari (Saleha Sungkar,
2008:265 ).
Jika berada di tempat yang kering telur dapat terus bertahan hingga 6
bulan. Embrio dalam telur tersebut berada dalam keadaan tidur dan tidak akan
22
menetas menjadi jentik-jentik. Jika telur tersebut terendam air, akan menetas
menjadi jentik (Frida N, 2008:12)
Gambar 2.3: Telur nyamuk Aedes aegypti
(Sumber : Cutwa dan O‟Meara, 2006)
2.1.2.4.2 Stadium Larva (Jentik)
Larva yang berada didalam air dapat berusia antara 4-10 hari bergantung
pada temperatur dan persediaan jasad renik sebagai makanannya. Perkembangan
larva terdiri atas empat tahapan yang disebut instar (Frida N, 2008: 12) yaitu :
1) Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan panjang 1-2 mm,
duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong
pernafasan (siphon) belum menghitam. Masa pertumbuhan pada tahapan
ini adalah ± 1 hari.
2) Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas
dan corong pernafasan sudah berwarna hitam dengan masa pertumbuhan
pada tahapan ini adalah ± 1-2 hari.
3) Larva instar III lebih besar sedikit dari larva instar II. Masa pertumbuhan
pada tahapan ini adalah ± 2 hari.
2.0 mm
23
4) Larva instar IV telah lengkap struktur anatominya dan jelas, tubuh dapat
dibagi menjadi bagian kepala (chepal), dada (thorax), dan perut
(abdomen). Masa pertumbuhan pada tahapan ini adalah ± 2-3 hari.
Gambar 2.4: Jentik nyamuk Aedes aegypti
(Sumber: Rueda, 2004 )
Adapun perbedaan bentuk pertumbuhan pada stadium jentik (larva)
nyamuk yang menjadi vektor seperti tertera pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1: Perbedaan Jentik Aedes dengan Jentik Anopheles, Mansonia dan Culex
Aedes Anopheles
Mansonia Culex
- Diletakkan
pada dinding
tempat air atau
pada benda-
benda yang
terapung di
permukaan air,
satu persatu
- Dipermukaan
air,
berpelampung,
satu-satu atau
saling
berlekatan pada
ujungnya
- Dibalik daun
yang terapung
di permukaan
air, berbentuk
Rozet (seperti
mawar),
mengelompok
- Dipermukaa
n air
bergerombol
berbentuk
seperti rakit
- Berenang
bebas di air
- Berenang
bebas di air
- Melekat pada
akar tumbuhan
di dalam air
- Berenang
bebas di air
- Ada corong - Tanpa corong - Corong udara - Ada corong
2.0 mm
abdomen
toraks
kepala
siphon
24
udara dengan
pecten dan
sekelompok
bulu-bulu
udara,
mempunyai
bulu-bulu
berbentuk kipas
pendek, tajam
dengan ujung
runcing dan
ditusukkan
pada akar
tumbuhan air
tanpa pectin
udara dengan
pecten acus
dan beberapa
kelompok
bulu-bulu
- Pada waktu
istirahat
membentuk
sudut dengan
permukaan air
- Pada waktu
istirahat sejajar
permukaan air
- Pada waktu
istirahat tetap
melekat pada
akar tumbuhan
air
- Pada waktu
iatirahat
membentuk
sudut dengan
permukaan
air
- Banyak
dijumpai pada
genangan air
dengan tempat
tertentu (drum,
bak,
tempayan,
kaleng bekas,
pelepah
pohon, dll)
- Banyak
dijumpai pada
genangan air
yang tidak
terlalu kotor
(rawa, sawah,
ladang, dll).
- Banyak
dijumpai pada
genangan air
dengan
tumbuhan
tertentu (pistia,
eceng, dll).
- Banyak
dijumpai
pada
genangan air
kotor
(comberan,
got, parit,
dll).
Sumber : Ditjen PP& PL, 2007
Gambar 2.5: Perbedaan Jentik Aedes, Anopheles dan Culex
(Sumber : Rueda, 2004)
Gigi pecten pada siphon
dengan satu cabang
tanpa siphon
Gigi pecten pada siphon
dengan kelomok berbulu-bulu
2.0 mm
25
Gambar 2.6: Perbedaan Aedes, Anopheles dan Culex
(Sumber : Depkes RI, 2006 )
Tabel 2.2: Perbedaan Jentik Aedes aegypti dan Aedes albopictus
Aedes aegypti Aedes albopictus
- Pada abdomen ke-8 terdapat satu
baris sisik sikat (comb scale)
yang pada sisi lateralnya terdapat
duri-duri
- Sisi sikat (comb scale) tidak
berduri lateral
- Terdapat gigi pecten (pectin
teeth) pad siphon dengan satu
cabang
- Gigi pecten (pectin teeth) dengan
dua cabang
- Sikat ventral memiliki 5 pasang
rambut
- Sikat ventral memiliki 4 pasang
rambut
- Hidup domestik pada kontainer
di dalam dan sekitar rumah
- Hidup dan berkembang di kebun
dan semak-semak
Sumber : Ditjen PP&PL, 2007
2.1.2.4.3 Stadium Pupa
Pada tahap pupa ini, pupa berbentuk seperti “koma” lebih besar namun
lebih ramping dibanding jentiknya. Ukurannya lebih kecil jika dibandingkan
dengan rata-rata pupa nyamuk lain.Gerakannya lamban dan sering berada di
permukaan air. Masa stadium pupa Aedes aegypti normalnya berlangsung antara
26
2 hari. Setelah itu pupa tumbuh menjadi nyamuk dewasa jantan atau betina
(Depkes RI, 2010).
Gambar 2.7 Pupa Aedes aegypti
(Sumber: Rueda, 2004 )
2.1.2.4.4 Stadium Nyamuk Dewasa
Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan
rata-rata nyamuk lain dan berwarna hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian
badan dan kaki. Stadium pupa kemudian biasanya nyamuk jantan muncul/keluar
lebih dahulu, walaupun pada akhirnya perbandingan jantan–betina (sex ratio)
yang keluar dari kelompok telur yang sama, yaitu 1 : 1. Setelah menetas nyamuk
melakukan perkawinan yang biasanya terjadi pada waktu senja. Perkawinan hanya
terjadi cukup satu kali, sebelum nyamuk betina pergi untuk menghisap darah
(Depkes RI, 2010).
chepal
27
Gambar 2.8: Nyamuk Dewasa Aedes aegypti
(Sumber : Erik Tapan, 2004)
2.1.2.4 Penyebaran Nyamuk
Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis Asia Tenggara,
terutama di wilayah perkotaan. Penyebarannya ke daerah pedesaan dikaitkan
dengan pembangunan sistem persediaan air bersih dan perbaikan sarana
transportasi. Aedes aegypti merupakan vektor perkotaan dan populasinya secara
khas berfluktuasi bersama air hujan dan kebiasaan penyimpanan air.
Penyebaran nyamuk terbagi menjadi dua cara (Ditjen PP&PL, 2007) :
a. Penyebaran aktif, jika nyamuk menyebar ke berbagai tempat menurut
kebiasaan terbangnya
b. Penyebaran pasif, jika nyamuk terbawa oleh angin atau kendaraan ,
sehingga bukan oleh kekuatan terbangnya sendiri.
Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100
meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat
berpindah lebih jauh (Saleha Sungkar, 2008:266). Nyamuk jantan cenderung
berkumpul di dekat tempat-tempat berkembangbiaknya. Keberadaan nyamuk
2.0 mm
28
jantan yang cukup banyak merupakan indikasi adanya tempat perindukan
disekitarnya (Ditjen PP & PL, 2007).
2.1.2.5 Bionomik Nyamuk Aedes aegypti
Bionomik adalah bagian dari ilmu biologi yang menerangkan pengaruh
antara organisme hidup dengan lingkungannya yang dapat berupa kesenaangan
pada tempat-tempat dan perilaku tertentu. Bionomik pada nyamuk Aedes aegypti
yang terdiri dari empat stadium yaitu stadium telur, larva, pupa dan stadium
dewasa meliputi :
1. Tempat Perindukan Nyamuk (Breeding Habit)
Tempat perindukan utama nyamuk adalah pada genangan-genangan air.
Pemilihan tempat peletakkan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa.
Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat perkembangbiakan dilakukan
secara turun temurun oleh seleksi alam. Nyamuk Aedes aegypti biasanya tidak
dapat berkembang biak di genangan air yang langsung bersentuhan dengan tanah
(Ditjen PP&PL, 2007). Jenis-jenis tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti
dapat dikelompokkan sebagai berikut (Depkes, 2010):
a. Tempat Penampungan Air (TPA)
Penampungan ini biasanya dipakai untuk menampung air guna keperluan
sehari-hari, keadaan airnya jernih, tenang dan tidak mengalir, seperti drum,
tempayan, bak mandi, bak WC, tanki reservoir, ember, dan lain-lain.
b. Bukan Tempat penampungan air (Non TPA)
29
Tempat yang bisa menampung air tetapi bukan untuk keperluan sehari-hari,
seperti tempat minuman hewan, vas bunga, perangkap semut, barang -barang
bekas (ban, kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
c. Tempat penampungan air alamiah
Bukan tempat penampungan air tetapi secara alami dapat menjadi tempat
penampungan air seperti sumur, lubang pohon, pelepah daun, tempurung
kelapa, dan lain-lain.
2. Perilaku bertelur
Jentik nyamuk Aedes aegypti akan selalu bergerak aktif dalam air.
Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas
kemudian turun, kembali ke bawah dan seterusnya. Pada waktu istirahat,
posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada di sekitar
dinding tempat penampungan air (Ditjen PP&PL, 2007).
Setiap kali bertelur, nyamuk dapat menghasilkan telur sebanyak 100 butir.
Telur dapat bertahan di tempat yang kering sampai berbulan-bulan pada suhu -2
0C sampai 42
0C, dan ketika tempat tersebut tergenang dengan air atau
kelembaban tinggi, telur dapat menetas lebih cepat. Hal ini yang memungkinkan
terjadinya KLB DBD di musim penghujan setelah kemarau (Frida N , 2008)
3. Perilaku menggigit
Kebiasaan menggigit nyamuk Aedes aegypti lebih banyak pada waktu siang
hari dari pada malam hari, lebih banyak menggigit pukul 08.00-12.00 dan pukul
15.00-17.00 dan lebih banyak menggigit di dalam rumah dari pada di luar
rumah. Tidak seperti nyamuk lain Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
30
menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik,
untuk memenuhi lambungnya dengan darah nyamuk Aedes aegypti menyukai
tempat-tempat yang gelap dan lembab untuk beristirahat. Nyamuk Aedes aegypti
suka hinggap pada benda-benda yang tergantung, seperti kelambu, pakaian, kain
dan lain sebagainya (Depkes RI, 2010).
4. Kesenangan Istirahat (Resting Habit)
Setelah menggigit, selama menunggu waktu pematangan telur, nyamuk
akan berkumpul di tempat-tempat dimana terdapat kondisi yang optimum bagi
setiap jenis nyamuk untuk beristirahat. Kesenangan istirahat nyamuk Aedes
aegypti lebih banyak di dalam rumah atau kadang-kadang di luar rumah dekat
dengan tempat perindukannya yaitu di tempat yang agak gelap dan lembab. Di
tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah
beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakan
telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya (Dijen PP&PL, 2007).
5. Jarak Terbang (Fight Range)
Pergerakan nyamuk dari tempat perindukan ke tempat mencari mangsa dan
selanjutnya ke tempat untuk beristirahat di tentukan oleh kemampuan terbang
nyamuk. Kemampuan terbang nyamuk betina rata-rata 40 meter, maksimal 100
meter, namun secara pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat
berpindah lebih jauh (Saleha Sungkar, 2008:266).
Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis. Di Indonesia
nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah maupun di tempat umum.
Nyamuk ini dapat hidup dan berkembang sampai ketinggian daerah ± 1.000 m
31
dari permukaan laut. Di atas ketinggian 1.000 m tidak dapat berkembang baik,
karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
memungkinkan bagi kehidupan nyamuk tersebut (Depkes RI , 2010).
2.1.2.6 Ekologi Vektor
Ekologi vektor adaah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
vektor dengan lingkungannya. Lingkungan vektor ada 3 macam yaitu lingkungan
fisik, biologik dan sosial (Depkes RI, 2010).
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang mempengaruhi kehidupan nyamuk Aedes aegypti
antara lain :
a) Tempat penampungan air
Tempat perindukan utama nyamuk adalah pada genangan-genangan air.
Pemilihan tempat peletakkan telur dilakukan oleh nyamuk betina dewasa.
Pemilihan tempat yang disenangi sebagai tempat perkembangbiakan
dilakukan secara turun temurun oleh seleksi alam. Tempat penampungan
ini terdiri dari tempat penempungan air (TPA) seperti macam kontainer
dengan karakteristiknya, bukan tempat penempungan air (Non TPA) seperti
tempat minum hewan, vas bunga, barang-barang bekas (ban, kaleng, botol,
dan lain-lain), dan tempat penampungan air alamiah seperti sumur gali
termasuk sumur disini adalah bahan dinding sumur, letak, keberadaan
penutup, kebersihan air dan sebagainya.
32
b) Ketinggian tempat
Telah diketahui, tiap kenaikan 100 meter maka selisih suhu udara dengan
tempat semula adalah 0,50C. Bila perbedaan tempat cukup tinggi, maka
perbedaan suhu udara juga cukup banyak dan akan mempengaruhi faktor-
faktor yang lain seperti penyebaran nyamuk, siklus pertumbuhan parasit di
dalam tubuh nyamuk, siklus pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk dan
musim penularan (Depkes RI, 2007)
c) Curah Hujan
Telur-telur yang diletakkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang pernah
menghisap darah penderita DBD atau seseorang yang dalam darahnya
mengandung virus dengue pada akhir musim hujan sebelumnya berpotensi
untuk terinfeksi virus dengue secara transovarial dari induknya pada musim
hujan berikutnya. Suhu yang panas menyebabkan daur hidup arthropoda
menjadi lebih pendek sama dengan memendeknya periode inkubasi patogen,
termasuk juga ketersediaan air sebagai tempat hidup larva (Cecep Dani Sucipto,
2011 :53).
d) Suhu Udara
Nyamuk adalah binatang berdarah dingin dan karenanya proses-proses
metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan.
Nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri terhadap perubahan-
perubahan di luar tubuhnya. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangan
nyamuk adalah 250-27
0 C (Depkes RI ,2007). Nyamuk tidak dapat mengatur
suhunya sendiri terhadap perubahan suhu di luar tubuhnya. Perkembangbiakan
33
nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari 100C atau lebih dari
400C (Cecep Dani Sucipto, 2011:54).
e) Kelembaban Udara
Kelembaban udara nisbi adalah antara 75%-93%. Kelembaban udara
mempengaruhi kebiasaan nyamuk meletakkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti
membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk tempat hinggap dan istirahat. Pada
kelembaban kurang dari 60% umur nyamuk menjadi pendek, tidak bisa menjadi
vektor, tidak cukup waktu untuk perpindahan virus dari lambung ke kelenjar
ludah sehingga tidak cukup untuk siklus perkembangbiakan virus dengue dalam
tubuh nyamuk (Cecep Dani Sucipto, 2011:54).
f) Kecepatan Angin
Angin sangat mempengaruhi terbang nyamuk. Bila kecepatan angin 11-
14 meter perdetik atau 25-31 mil per jam akan menghambat penerbangan
nyamuk. Secara langsung angin akan mempengaruhi penguapan (evaporasi) air
dan suhu udara (konveksi). Dalam keadaan udara tenang mungkin suhu tubuh
nyamuk ada beberapa fraksi satu derajat lebih tinggi dari suhu lingkungan, bila
ada angin evaporasi baik dan juga komveksi baik maka suhu tubuh nyamuk
akan turun beberapa fraksi satu derajat lebih rendah dari suhu lingkungan
(Depkes RI, 2007).
2) Lingkungan Biologi
Penerapan pengendalian biologis yang ditujukan langsung terhadap jentik
vektor dengue dengan menggunakan predator, contohnya memelihara ikan
pemakan jentik seperti ikan gupi, ikan mujair yang kemampuan dan efisiensinya
34
tergantung pada jenis penampungan airnya. Pertumbuhan larva dari instar ke
instar dipengaruhi oleh air yang ada di dalam kontainer, pada kontainer dengan air
yang lama biasanya terdapat kuman patogen atau parasit yang akan
mempengaruhi pertumbuhan larva tersebut. Lingkungan biologik yang
mempengaruhi penularan DBD yang lain adalah banyaknya tanaman hias dan
tanaman pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban di dalam
rumah.
3) Lingkungan Kimia
Bahan kimia telah banyak digunakan untuk pengendalian Aedes aegypti
sejak lama. Metode yang digunakan dalam pemakaian insektisida adalah dengan
lavarsida untuk membasmi jentik-jentiknya dan pengasapan untuk nyamuk
dewasa. Pembrantasan jentik dengan bahan kimia dikenal dengan istilah abatisasi.
Larvasida yang digunakan adalah temephos. Pengendalian nyamuk dewasa
dengan insektisida dilakukan dengan sistem pengasapan. Pengasapan dilakukan
dua siklus dengan interval satu minggu.
2.1.2.7 Pengamatan Kepadatan Vektor
Untuk mengetahui kepadatan vektor di suatu lokasi dapat dilakukan
beberapa survei yang di pilih secara acak yang meliputi survei nyamuk, survei
jentik dan survei perangkap telur. Survei jentik di lakukan dengan cara
pemeriksaan terhadap semua tempat air di dalam dan di luar rumah dari 100
(seratus) rumah yang di periksa di suatu daerah dengan mata telanjang untuk
mengetahui ada tidaknya jentik.
35
1. Cara Survei Jentik
Survei jentik nyamuk Aedes aegypti dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Semua tempat atau bejana dapat menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya jentik.
b. Untuk memeriksa tempat-tempat berukuran besar, seperti : bak mandi,
tempayan, drum dan penampung air lainnya. Jika pada pandangan
pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 menit untuk
memastikan bahwa benar jentik tidak ada.
c. Untuk memeriksa tempat penampungan alamiah seperti sumur, dapat
dilakukan dengan alat bantu berupa funnel trap yang digunakan untuk
mengambil air dalam sumur yang sulit di jangkau untuk memeriksa ada
tidaknya jentik dengan mata telanjang. Perangkap nyamuk pradewasa
yaitu pada stadium larva dapat digunakan perangkap yang dikenal
dengan nama „perangkap corong‟ (funnel trap) karena salah satu
komponen utamanya terbuat dari corong plastik. Perangkap corong
hasil modifikasi US NAMRU-2 terdiri dari 4 (empat) komponen yaitu
(Gionar, 2001):
1) Corong plastik putih dengan diameter 20 cm
2) Botol plastik putih tertutup dengan kapasitas 1 liter
3) Baut logam 420 gram sebagai pemberat
4) Tambang plastik yang dikaitkan pada corong yang berfungsi untuk
menurunkan perangkap ke dalam sumur dan mengambilnya
kembali
36
Setiap perangkap dipasang di tiap sumur yang dipilih secara acak.
Sebelum dimasukkan ke dalam sumur, botol diisi air hingga setengahnya,
kemudian dilekatkan ke corong pasangannya dengan cara memasang
tutupnya. Setelah itu dengan menggunakan tambang plastik, perangkap
diturunkan ke dalam sumur hingga mencapai permukaan air, posisi corong
berada di bagian bawah terendam air, sedangkan botol plastik ada di
bagian atas. Sisa udara yang ada dalam botol plastik berfungsi sebagai
pelampung. Perangkap corong ini berada di dalam sumur selama kurang
lebih 24 jam larva dan pupa nyamuk akan terperangkap dan masuk ke
dalam funnel trap tersebut.
2. Metode Survei Jentik
Metode survei jentik dapat dilakukan dengan cara (Depkes RI, 2005) :
a. Single Larva: Cara ini dilakukan pada setiap tempat penampungan air
yang ditemukan ada jentik. Untuk memeriksa jentik ditempat agak gelap
atau airnya keruh biasanya digunakan senter. Satu ekor jentik akan diambil
dengan cidukan (gayung plastik) atau menggunakan pipet panjang jentik
sebagai sampel, untuk pemeriksaan spesies jentik (identifikasi). Jentik
yang diambil ditempatkan dalam botol kecil dan diberi label. Pemeriksaan
jentik ini menggunakan pedoman kunci identifikasi nyamuk Aedes dari
Ditjen PP&PL tahun 2008.
b. Visual: Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik
jentik di setiap genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam
program DBD menggunakan cara visual.
37
2.1.3 Sumur Gali
2.1.3.1 Pengertian Sumur Gali
Sumur gali adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah
untuk air minum dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar
mendapatkan air yang sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan
(rumah tangga) maupun kelompok (Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D),
2002). Sumur gali merupakan sumber air bersih yang berasal dari lapisan kedua di
dalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya 5-15 meter kadang lebih
dengan tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai serta dinding sumur minimal
sedalam 3 m dari lantai dengan pengambilan air melalui tangan, pompa listrik
atau ember ( Lud Waluyo, 2009:138).
Sumur gali yang dipakai dikalangan masyarakat sebagian besar berupa
sumur gali terbuka dengan menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang
relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu mudah terkena kontaminasi
melalui rembesan yang berasal dari kotoran manusia, hewan maupun untuk
keperluan domestik rumah tangga.
Air pada sumur gali juga berperan sebagai insekta yang menyebarkan
penyakit pada masayarakat. Insekta demikian disebut vektor penyakit, salah
satunya demam berdarah dengue. Telah diketahui bahwa nyamuk Aedes aegypti
senang bertelur bukan pada air kotor atau air yang langsung bersentuhan dengan
tanah, melainkan di dalam air tenang dan jernih. Air tenang dan jernih ini sering
terdapat dalam vas bunga, drum, ember, ban bekas, kaleng bekas,dan barang-
barang lainnya yang bisa menampung air hujan (Kasetyaningsih, 2006).
38
Pembrantasan vektor nyamuk saat ini secara kimia hanya dapat di
benarkan dalam keadaan epidemi, karenanya pemeliharaan lingkungan air perlu
diperhatikan dengan lebih seksama (Juli Soemirat Slamet, 2002).
2.1.3.2 Macam-macam Sumur Gali
Sumur gali merupakan salah satu sumber air. Keberadaan sumber air ini
harus di lindungi dari akivitas manusia ataupun hal lain yang dapat mencemari air
(Lud Waluyo, 2009:137). Sumur gali memiliki tiga macam jenis yaitu :
a. Sumur gali Beton
Merupakan sumur gali yang memiliki kontruksi berupa dinding yang terbuat
dari batu bata/batako/batu belah dan diplester semen
b. Sumur gali Non Beton
Merupakan sumur gali yang memiliki kontruksi cadas, selain mudah
terkontaminasi oleh bahan bangunan dari segi keselamatan juga kurang baik.
c. Sumur gali Suntik
Merupakan jenis sumur gali yang menggunakan pipa dengan kedalaman
tertentu.
Sumur gali sebagai sumber air bersih ini harus memiliki tempat (lokasi)
dan kontruksi yang terlindungi dari drainase permukaan dan banjir. Sumur gali
yang menyediakan air bersih bagi penduduk baik di kota maupun desa (Lud
Waluyo, 2009), secara teknis sumur gali dapat di bedakan menjadi dua yaitu :
a. Sumur Dangkal
Sumur dangkal memiliki pojokan air yang berasal dari resapan air hujan
dan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat indonesia. Tingkat kedalaman
39
sumur dalam ini antara 5-15 meter dari permukaan tanah dengan
kelemahan utama yaitu mudah terkontaminasi oleh air lmbah yang berasal
dari kegiatan manusia maupun hewan.
b. Sumur Dalam
Air sumur dalam berasal dari lapisan air kedua didalam tanah dengan
kedalaman diatas 15 meter dari permukaan tanah. Ditinjau dari segi kualitas
pada umumnya lebih baik dari sumur dangkal, sedangkan kuantitasnya
mencukup tergantung pada keadaan tanah dan sedikit dipengaruhi oleh
perubahan musim.
2.1.3.3 Persyaratan Kesehatan Sumur Gali
Sumur gali sebagai sumber air bersih harus ditunjang dengan syarat
kontruksi, syarat lokasi untuk dibangunnya sebuah sumur gali, hal ini diperlukan
agar kualitas air sumur gali aman. Berikut ini adalah beberapa persyaratan sumur
gali sebagai sarana air bersih (Lud Waluyo, 2009:138).
1) Lokasi
Lokasi penempatan biasanya berhubungan dengan jarak sumur gali dengan
sumber pencemar. Agar sumur gali terhindar dari pencemaran maka harus
diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, air kotor, lubang galian
untuk air limbah, kandang ternak, tempat pembuangan sampah dan sumber-
sumber pengotor lainnya. Jarak sumur minimal 11 meter dari sumber
pencemar. Semakin dekat jarak sumur gali terhadap sumber pencemar,
semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran.
40
2) Lantai
Lantai sumur harus kedap air minimal 1 meter dari sumur, tidak
retak/bocor, mudah dibersihkan, tidak tergenang air (kemiringan 1%-5%)
dan ditinggikan 20 cm diatas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi
empat .
3) Bibir sumur
Tinggi bibir sumur 80 cm dari lantai yang dibuat dari bahan kuat dan rapat
air. Tinggi bibir sumur ini di gunakan untuk melindungi sumur dari
pencemaran sekitar sumur dan menjaga keamanan saat pengambilan.
4) Dinding sumur
Dinding sumur memiliki kedalaman minimal 3 meter dari lantai, terbuat
dari bahan kedap air dan kuat agar tidak mudah retak/longsor (semen).
Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri tidak dapat hidup dengan
karakteristik hhidup pada jarak tersebut.
5) Tutup sumur
Jika pengambilan air sumur gali dengan tangan/ pompa listrik sumur harus
di tutup rapat, namun jika pengambilan air dengan ember, harus ada ember
khusus dengan talinya untuk mencegah pencemaran ember dan timba harus
selalu berada di bagian atas atau digantung (tidak boleh diletakkan di
lantai).
2.1.3.4 Karakteristik Sumur Gali
Adapun karakteristik sumur gali yang dapat mempengaruhi keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti antara lain :
41
1) Letak sumur gali
Letak sumur gali merupakan keadaan dimana sumur gali diletakkan baik
didalam maupun di luar rumah. Hal ini memiliki peranan penting terhadap
perindukan nyamuk Aedes aegypti. Berdasarkan penelitian di Desa Saung Naga
tahun 2005 mengenai letak kontainer didapatkan bahwa kontainer yang terletak di
dalam rumah berpeluang lebih besar untuk terdapat Aedes aegypti sebesar 75%
(Milana Salim, 2005). Nyamuk Aedes aegypti lebih suka ditemukan di dalam
gedung atau rumah dan nyamuk Aedes albopictus lebih senang beristirahat di luar
gedung atau rumah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi rumah yang gelap karena
kurangnya cahaya di dalam rumah sehingga udara di dalam rumah cenderung
lembab (Budiyanto, 2011).
2) Keberadaan Penutup
Kegiatan PSN dengan penelolaan hidup yaitu 3M salah satunya dilakukan
adalah dengan menutup kontainer rapat-rapat agar nyamuk tidak dapat masuk
untuk meletakkan telurnya (Depkes RI, 2005). Nyamuk Aedes aegypti akan
mudah untuk meletakkan telurnya pada kontainer yang terbuka. Ada
kecenderungan yang signifikan 84% kontainer yang terbuka menyebabkan
nyamuk bebas masuk ke dalam kontainer untuk berkembangbiak sedangkan
kontainer yang tertutup 7% terdapat jentik (Hasyimi dkk, 2009).
Hal ini sejalan dengan penelitian G Palupi Said pada tahun 2011 yang
melakukan survei keberadaan jentik nyamuk Aedes spp pada sumur gali
menemukan bahwa sumur gali sebagai tempat perindukan nyamuk adalah sumur
yang terbuka (tanpa penutup permukaan) Bahkan salah satu cara pencegahan
42
vektor Aedes aegypti di rumah tangga menurut Medronho (2009) adalah
penggunaan penutup pada kontainer sebagai tempat penyimpanan air untuk
mencegah kontainer menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
3) Kedalaman sumur gali
Sumur gali merupakan sumber air bersih yang berasal dari lapisan kedua di
dalam tanah, dalamnya dari permukaan tanah biasanya 5-15 meter kadang lebih
dengan tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai serta dinding sumur minimal
sedalam 3 m dari lantai dengan pengambilan air melalui tangan, pompa listrik
atau ember ( Lud Waluyo, 2009:138). Hasil penelitian di Yogyakarta oleh Gionar
pada tahun 2001 menunjukan bahwa kedalaman sumur akan menjadi kendala bagi
nyamuk Aedes aegypti untuk meletakkan telurnya. Aktivitas Aedes aegypti betina
tidak akan terganggu apabila ingin meletakkan telurnya didalam sumur, apalagi
kualitas air sumur umumnya sangat cocok untuk perkembangan larva dan pupa
nyamuk.
4) Tinggi air permukaan sumur gali
Berdasarkan hasil penelitian oleh Gionar (2001) menunjukan bahwa adanya
peningkatan volume air sumur pada musim penghujan akan memperpendek jarak
antara permukaan sumur dan permukaan air di dalam sumur sehingga lebih
mempermudah bagi nyamuk betina untuk meletakkan telurnya di dalam sumur.
Kewaspadaan terhadap sumur sebagai tempat perindukan nyamuk harus lebih di
tingkatkan pada musim penghujan karena terbukti sumur yang mengandung Aedes
aegypti pradewasa lebih meningkat dibandingkan pada musim kemarau.
43
5) Bahan dinding sumur gali
Dasar tempat air juga merupakan pilihan bagi nyamuk betina dewasa
dalam meletakkan telur-telurnya. Aedes aegypti lebih menyukai genangan air
dengan dasar tempat air yang bukan tanah (Depkes RI,2007). Hasil penelitian
Sungkar (1994) dalam Milana Salim (2005) tentang Pengaruh Jenis TPA terhadap
Perkembangn Larva Aedes menunjukan bahwa larva yang terdapat pada kontainer
dari keramik paling sedikit dibandingkan dengan kontainer yang terbuat dari
semen atau drum. Pada kontainer yang berbahan dasar semen yang kasar, nyamuk
betina lebih mudah mengatur posisi tubuh pada waktu meletakkan telur (Badrah
2011) .
6) Derajat keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) air perindukan merupakan faktor yang sangat
menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva Aedes aegypti dimana
larva akan mati pada pH ≤3 dan ≥12 (Sayono, 2011). Berdasarkan hasil penelitian
Gionar (2001) juga menyimpulkan bahwa sumur untuk tempat perindukan
nyamuk Aedes aegypti pada derajat keasaman (pH) pada kisaran netral yaitu
merupakan kondisi pH yang nyaman bagi jentik Aedes aegypti untuk dapat hidup
dalam air sumur yaitu 6,9-8,0. Hidayat C dkk (1997) dalam penelitiannya tentang
pengaruh pH air perindukan terhadap perkembangbiakan Aedes aegypti
menyebutkan bahwa pada pH air perindukan 7, lebih banyak didapati nyamuk dari
pada pH asam atau basa.
44
7) Penggunaan sumur gali
Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna
gelap terlindung dari sinar matahari, permukaan terbuka lebar yang berisi air
bersih dan tenang (Badrah, 2011). Sumur gali sebagai sumber air bersih yang
digunakan akan berbeda dengan air sumur yang tidak digunakan. Nyamuk Aedes
aegypti lebih menyukai tempat perindukan pada genangan air yang tidak mengalir
seperti sumur. Pada air sumur yang masih digunakan, telur-telur nyamuk akan
dapat musnah karena gerakan-gerakan air yang menenggelamkan atau
melemparkannya ke permukaan tanah yang kering sehingga telur-telur itu akan
kering oleh panas matahari (Depkes RI, 2007).
8) Kejernihan air sumur gali
Berdasarkan bionomiknya, nyamuk Aedes aegypti memang suka
meletakkan telurnya pada air yang jernih dan tidak suka meletakkan telurnya pada
air yang kotor/ keruh serta bersentuhan langsung dengan tanah (Depkes RI, 2007).
Menurut penelitian Syahribuan, dkk pada tahun 2010 menyatakan bahwa Aedes
aegypti dapat hidup dan berkembangbiak pada kondisi air sumur yang bersih atau
kotor Tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti sangat dekat dengan manusia
yang menggunakan air bersih sebagai kebutuhan sehari-hari (Badrah, 2011).
9) Pencahayaan
Nyamuk Aedes aegypti menyukai genangan-genangan air yang terlindungi
oleh karena itu berkembang biak di tempat-tempat penampungan air di dalam
rumah karena kondisi rumah yang gelap disebabkan kurangnya cahaya di dalam
rumah (Depkes RI, 2007). Menurut teori WHO yang di kutip oleh Tur Endah dan
45
Widya Harry (2010), bahwa intensitas cahaya merupakan faktor utama yang
mempengaruhi bionomik nyamuk Aedes aegypti yang merupakan penular demam
berdarah yaitu intensitas cahaya yang rendah (≤ 50 lux) merupakan kondisi yang
baik bagi nyamuk.
10) Keberadaan tanaman
Jentik nyamuk Aedes aegypti memiliki karakteristik yang berbeda dengan
jentik nyamuk yang lainnya, yaitu dapat tinggal lama di bawah permukaan air.
Adanya tumbuhan sangat mempengaruhi kehidupan nyamuk antara lain sebagai
tempat meletakkan telur, tempat berlindung, tempat mencari makan dan tempat
berlindung bagi jentik. Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya pada tumbuh.-
tumbuhan yang terapung atau menjulang di permukaan air (Depkes RI, 2007).
46
2.2 KERANGKA TEORI
Lingkungan Fisik
- Tempat Penampungan
Air (TPA)
- Ketinggian tempat
- Suhu Udara
- Kelembaban Udara
- Curah hujan
- Kecepatan Angin
Gambar : 2.9 kerangka Teori
( Sumber : G Palupi Said 2012, Budiyanto 2012, Yoyo R Gionar 2001,
Ririh Yudhastuti 2005,Soekidjo Notoatmodjo 2003,
Depkes RI 2007 )
Lingkungan Biologi
- Tanaman hias
- Tanaman pekarangan
- Ikan pemakan jentik
Keberadaan Jentik Nyamuk
Aedes aegypti
Karakteristik sumur gali
1. Letak sumur gali
2. Keberadaan penutup
permukaan sumur gali
3. Kedalaman sumur gali
4. Tinggi air permukaan
sumur gali
5. Bahan dinding sumur gali
6. Tingkat keasaman (pH)
sumur gali
7. Penggunaan sumur gali
8. Kejernihan air sumur gali
9. Pencahayaan sumur gali
10. Keberadaan tanaman
Lingkungan Kimia
- Lavarsidasi
- Pengasapan (fogging)
47
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 KERANGKA KONSEP
Gambar 3.1: Kerangka Konsep
Keterangan
: Variabel yang diteliti
Variabel Terikat :
Keberadaan Jentik
nyamuk Aedes aegypti
Variabel Bebas :
1. Letak sumur gali
2. Keberadaan penutup
permukaan sumur gali
3. Kedalaman sumur gali
4. Tinggi air permukaan
sumur gali
5. Bahan dinding sumur gali
6. Tingkat keasaman (pH)
sumur gali
7. Penggunaan sumur gali
8. Kejernihan air sumur gali
9. Pencahayaan sumur gali
10. Keberadaan tanaman
48
3.2 VARIABEL PENELITIAN
3.2.1 Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2009:39).
Variabel bebas dalam penelitian ini karakteristik sumur gali yang meliputi letak,
keberadaan penutup, kedalaman, tinggi air permukaan, bahan dinding, tingkat
keasaman (pH), penggunaan, kejernihan, pencahayaan dan keberadaan tanaman
pada sumur gali.
3.2.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009:39). Variabel terikat dalam
penelitian ini yaitu keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti
3.3 HIPOTESIS PENELITIAN
3.3.1 Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik
Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota
Semarang tahun 2015.
3.3.2 Hipotesis Minor
Hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada hubungan letak sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes
aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota
Semarang tahun 2015
49
2. Ada hubungan keberadaan penutup sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
3. Ada hubungan kedalaman sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur
Kota Semarang tahun 2015
4. Ada hubungan tinggi air permukaan sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
5. Ada hubungan bahan dinding sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
6. Ada hubungan penggunaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur
Kota Semarang tahun 2015
7. Ada hubungan kejernihan air sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
8. Ada hubungan derajat keasaman (pH) air sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
50
9. Ada hubungan pencahayaan sumur gali dengan keberadaan jentik nyamuk
Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur
Kota Semarang tahun 2015
10. Ada hubungan keberadaan tanaman di dalam sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
3.4 DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN VARIABEL
Tabel 3.1: Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1.
Variabel
bebas :
Letak sumur
gali
Peletakan atau
posisi dari
sumur gali yang
berada di rumah
responden.
Letak sumur
yang berisiko
terdapat jentik
Aedes aegypti
adalah dalam
rumah.
Formulir
Observasi
0=Dalam rumah
1=Luar rumah
(Depkes RI,
2007)
Ordinal
2.
Keberadaan
penutup
sumur gali
Ada tidaknya
penutup
sumur gali yang
terdapat di
dalam maupun
di luar rumah
responden.
Sumur gali yang
berisiko terdapat
jentik Aedes
aegypti adalah
sumur gali tanpa
penutup.
Formulir
observasi
0= Tanpa
penutup
(terbuka atau
masih ada
celah)
1= Ada penutup
(Tertutup
rapat tanpa
ada celah)
(Depkes RI,
2007)
Ordinal
51
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
3. Kedalaman
sumur gali
kedalaman
sumur gali dari
dasar sumur gali
hingga
permukaan
sumur gali yang
terdapat di
dalam maupun
di luar rumah
responden.
Sumur gali yang
berisiko terdapat
jentik nyamuk
Aedes
aegypti adalah
sumur gali
kedalaman ≤ 5
meter
Meteran 0=Kedalaman ≤ 5
meter
1=Kedalaman
5,1-10 meter
2=Kedalaman
10,1-15 meter
3=Kedalaman
>15 meter
Ordinal
4. Tinggi Air
Permukaan
sumur gali
Ketinggian air
sumur gali dari
dasar sumur
hingga
permukaan air
sumur gali yang
terdapat di
dalam maupun
di luar rumah
responden.
Sumur gali yang
berisiko terdapat
jentik nyamuk
Aedes
aegypti adalah
sumur gali
kedalaman ≤ 3
meter
Meteran 0=Kedalaman ≤ 3
meter
1=Kedalaman>3
meter
(Gionar, 2001)
Ordinal
5. Bahan
dinding
sumur gali
Bahan dari
Sumur gali
yang didalam
maupun
di luar rumah
responden.
Bahan dasar
sumur gali yang
Formulir
Observasi
0=Semen
1=Tanah
(Milana salim,
2005)
Ordinal
Lanjutan (tabel 3.1)
52
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
berisiko terdapat
jentik Aedes
aegypti adalah
semen.
6. Tingkat
keasaman
(pH) sumur
gali
Tingkat yang
menujukan asam
atau basanya
suatu larutan.
Derajat
keasaman (pH)
Sumur gali
yang
berisiko terdapat
jentik Aedes
aegypti adalah
pada pH
optimum : 6,9-
8,0)
pH meter 0=Optimum
(6,9-8,0)
1=Tidak
optimum
(<6,9 dan > 8,0)
(Russel, 1996)
Ordinal
7. Penggunaan
sumur gali
Keadaan sumur
gali yang
terdapat di
dalam maupun
di luar rumah
responden yang
masih
digunakan atau
tidak digunakan.
Kondisi
Sumur gali
yang
berisiko terdapat
jentik Aedes
aegypti adalah
pada sumur gali
sudah tidak
digunakan
Formulir
observasi
0=Sumur gali
tidak
digunakan
1=Sumur gali
masih
digunakan
(Depkes RI,
2007)
Ordinal
8. Kejernihan
air
Keadaan air
sumur gali yang
menunjukan
kondisi air
berupa jernih
atau keruh pada
Secchi disk 0=Jernih
1=Keruh
(Depkes RI,
2007)
Ordinal
Lanjutan ( tabel 3.1)
53
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
sumur gali yang
terdapat di
dalam maupun
di luar rumah
responden
Kondisi air
Sumur gali
yang berisiko
terdapat jentik
Aedes aegypti
adalah sumur
gali yang jernih
9. Pencahayaan Intensitas
pencahayaan
yang masuk
kedalam sumur
gali terdapat di
dalam maupun
di luar rumah
responden.Kond
isi air
Sumur gali
yang berisiko
terdapat jentik
Aedes aegpti
adalah ≤ 50 lux
Lux meter 0=Pencahayaan
≤50 lux
1=Pencahayaan>
50 lux
(Tur Endah dan
Widya Harry
,2010)
Ordinal
10.
Keberadaan
tanaman
Kondisi terdapat
tanaman yang
terapung atau
menjulang di
permukaan air.
Sumur gali
yang berisiko
terdapat
jentik Aedes
aegpti adalah
sumur gali yang
terdapat
tanaman yang
terapung atau
menjulang di
permukaan air
Formulir
Observasi
0=Ada
1=Tidak ada
(Depkes RI,
2007)
Ordinal
Lanjutan ( tabel 3.1)
54
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
11. Variabel
Terikat
:Keberadaan
Jentik
nyamuk
Aedes
Aegypti
Suatu kondisi
dimana positif
jentik Aedes
aegypti jika
dalam sumur
gali terdapat
jentik dan
negatif
jentik Aedes
aegypti jika
tidak ditemukan
jentik pada
sumur gali
dilihat dengan
cara single
larvae
Funnel traps
0=Positif
1=Negatif
(Depkes RI,
2010)
Ordinal
3.5 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis explanatory research (penelitian penjelasan)
dengan metode survey yang menggunakan pendekatan cross sectional yaitu jenis
penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali pada
satu saat (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 37).
3.6 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:117). Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sumur gali yang ada di RW 01
Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur sebesar 123 sumur gali.
Lanjutan ( tabel 3.1)
55
3.6.2 Sampel
3.6.2.1 Jumlah Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118). Besar sampel dalam penelitian ini
ditentukan dengan rumus:
Keterangan:
n = besar sampel
N = populasi, jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 123 sumur gali
- = derajat kepercayaan 95% (1,96)
d = nilai presisi. Selisih rerata minimal yang dianggap bermakna 5% (0,05)
P = perkiraan proporsi paparan pada populasi
Dalam hal ini digunakan P=24% = 0,24. Berdasarkan hasil pemantauan
jentik rata-rata ABJ sebesar 76%. Berarti rumah positif jentik sebesar
24%.
(Issac dan Michael)
n = 85, 25
0,305 +0,693
sumur gali
d2(N-1) + M P(1-P)
56
3.6.2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode pengambilan sampel secara acak sederhana (Simple Random Sampling)
yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2009:82).
Adapun subjek penelitian ini, yaitu ditentukan berdasarkan kriteria inklusi
dan eksklusi. Subjek penelitian ini adalah sumur gali yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yang diambil dari 123 sumur gali di RW 01 Kelurahan
Bendan Ngisor. Adapun kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo,
2010:130). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Rumah yang terletak di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmungkur
2) Rumah yang terdapat sumur gali
3) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2010:130). Adapun kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Rumah penduduk yang tidak mengizinkan sumur galinya di periksa.
57
3.7 SUMBER DATA
3.7.1 Data Primer
Data primer yaitu bila pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh
peneliti (Eko Budiarto, 2002:5). Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan teknik observasi langsung dan kuesioner yang digunakan untuk
mengetahui jumlah sumur gali dan karakteristik sumur gali masyarakat.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh dari
orang lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko Budiarto, 2002:5). Data
sekunder diambil dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tentang Kejadian Demam
berdarah dengue dan Puskesmas Pegandan tentang Kejadian Demam berdarah
dengue di Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
3.8 INSTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah funnel trap,
kuesioner survei pendahuluan, lembar observasi dan wawancara serta
dokumentasi
3.8.1 Funnel trap
Funnel trap adalah suatu alat yang digunakan sebagai perangkap jentik
dan pupa. Alat ini digunakan untuk menangkap jentik nyamuk atau pupa di dalam
sumur gali yang sulit dijangkau dengan cara survei jentik atau pupa dengan single
larva atau atau visual dengan pandangan mata. Alat ini sederhana dan dapat
dibuat dengan mudah serta relatif murah. Funnel trap dapat digunakan untuk
menangkap jentik atau pupa nyamuk Aedes aegypti di sumur gali yang terdiri dari
58
4 komponen yaitu corong plastik, botol plastik putih, pemberat dan tambang
plastik sebagai alat untuk menurunkan perangkap dan mengambilnya kembali dari
sumur.
3.8.2 Kuesioner survei pendahuluan
Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik,
dimana responden dan interviewer tinggal memberikan jawaban atau dengan
memberikan tanda-tanda tertentu (Soekidjo Notoatmodjo, 2010). Kuesioner ini
berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan keberadaan dan
karaktetristik sumur gali (kepemilikan sumur gali, letak, keberadaan penutup,
penggunaan) yang dimiliki masyarakat di RW 01 Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang.
3.8.3 Lembar Observasi dan Wawancara
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis,
yaitu lembar survei pendahuluan dan lembar survei entomologi. Lembar survei
pendahuluan berisi tentang daftar sumur gali yang positif jentik sedangkan lembar
survey entomologi berisi tentang daftar sumur gali positif jentik dan karakteristik
sumur gali. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui tentang penggunaan
sumur gali masyarakat.
3.8.4 Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan
menggunakan berbagai sumber tulisan yang berkenaan dengan objek penelitian.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang berasal dari studi
pendahuluan dan eksperimen funnel trap di sumur gali, data jumlah kasus DBD,
59
IR DBD, CFR DBD, Angka Bebas Jentik (ABJ) dari Dinas Kesehatan Kota
Semarang dan Puskesmas Pegandan Kota Semarang serta data monografi
Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajamungkur Kota Semarang.
3.8.5 pH meter
pH meter digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) air sumur
gali. Pengukuran dilakukan dengan cara menyalakan pH meter pada tombol “on”,
kemudian kalibrasi pada pH netral (pH=7), kemudian mencelupkan pH meter ke
dalam air sumur gali dan di amati hingga terjadi muncul angka pH pada layar
3.8.6 Meteran
Alat meteran dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kedalaman
dan tinggi air permukaan sumur gali. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan
meteran kedalam sumur gali dengan diberi pemberat tali untuk kemudian di
hitung panjangnya tali hingga dasar sumur gali dan permukaan air sumur gali
hingga bibir sumur gali yang diteliti.
3.8.7 Secchi Disk
Secchi disk adalah instrumen alat sederhana yang digunakan untuk
mengukur kejernihan air. Alat ini berupa lempengan yang diberi warna pada
permukaan cakram dengan mengggunakan 2 warna yaitu hitam dan putih, dengan
bentuk arsiran 4 bagian pada cakram. Secchi disk dipasang pada tiang atau tali dan
kemudian di turunkan perlahan-lahan kedalam air. Jika secchi disk tidak terlihat
secara jelas antara perbedaan kedua warna, maka dapat di simpulkan bahwa air
tersebut tidak jernih..
60
3.8.8 Lux meter
Lux meter digunakan untuk mengukur intesitas pencahayaan yang ada
pada sumur gali. Pengukuran dilakukan pada bidang datar ditengah atas sumur
gali dengan ketinggian 50-100 cm dari lantai.
3.9 PROSEDUR PENELITIAN
3.9.1 Pra Penelitian
Pada prosedur penelitian ini di awali dengan pembuatan funnel trap.
Adapun alat dan bahan pembuatan funnel trap adalah sebagai berikut :
1) Botol air mineral
2) Corong
3) Tali
4) Plastik kecil
5) Batu
6) Gunting
7) Baut kecil
Prosedur pembuatan funnel trap adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan
2) Memasukkan mulut corong kedalam mulut botol air mineral
3) Merekatkan mulut corong dengan mulut botol air mineral dengan baut
4) Memasukkan batu kedalam plastik putih kecil sebagai pemberat dan ikatkan
menggunakan tali pada leher botol yang sudah terdapat corongnya.
5) Memasukkan perangkap kedalam sumur yang telah diikatkan dengan tali
hingga mencapai permukaan air.
61
3.9.2 Pelaksanaan Penelitian
Setelah melakukan tahap pra penelitian dan diperoleh sampel penelitian,
maka dilakukan tahap pelaksanaan penelitian dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Memastikan responden bersedia agar sumur gali tersebut dapat digunakan
sebagai penelitian
2) Memasang funnel trap pada sumur gali yang diteliti. Pemasangan funnel
trap dilakukan pada masing-masing sumur diberi 1 funnel trap selama 1-2
hari.
3) Letak, bahan, keberadaan penutup, kejernihan air, keberdaan tanaman pada
sumur gali di tiap rumah diperiksa
4) Melakukan wawancara dengan tuan rumah mengenai penggunaan air sumur
gali
5) Melakukan pengukuran terhadap kedalaman, tinggi air permukaan,
pencahayaan dan pH sumur gali
6) Mengambil funnel trap pada tiap sumur gali setelah 1-2 hari, funnel trap
diambil dan dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk Aedes aegypti untuk
kemudian di identifikasi. Identfikasi jentik nyamuk dilakukan dengan
menggunakan single larva dengan langkah sebagai berikut :
a) Meletakkan air yang tertampung pada funnel trap beserta jentik nyamuk
yang tertangkap pada cidukan pada kantong plastik
b) Mengambil jentik dengan pipet tetes dari plastik yang diberi label
62
c) Meletakkan jentik pada object glass menggunakan pipet dalam posisi
telungkup
d) Mengusap air pada object glass dengan tissue kemudian tutup dengan
deck glass.
e) Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 10-40 kali
f) Menentukan spesies Aedes spp dengan menggunakan kunci identifikasi
Aedes spp.
Adapun kunci identifikasi nyamuk Aedes spp adalah sebagai berikut :
1) Aedes aegypti
a) Pada abdomen ke-8 terdapat sisik sikat (comb scales) yang
memiliki duri lateral
b) Terdapat gigi pektin (pectin teeth) dengan satu cabang
c) Sikat ventral memiliki 5 pasang rambut
d) Gerigi comb dengan lekukan yang dalam atau jelas
2) Aedes albopictus
a) Pada sisik sikat (comb scales) tidak memiliki duri lateral
b) Terdapat gigi pektin (pectin teeth) dengan dua cabang
c) Sikat ventral memiliki 4 pasang rambut.
7) Karakteristik masing-masing sumur gali berdasarkan keberadaan jentik di
analisis.
3.10 TEKNIK ANALISA DATA
3.10.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
63
1. Pemeriksaan data (editing)
Bertujuan untuk meneiliti data yang telah di peroleh dari pengukuran
dengan cara memeriksa kelengkapan dan konsistensi data yang ada
2. Pengkodean data (coding)
Bertujuan untuk memudahkan dalam menganalisis data dengan cara
memberikan kode atau atribut pada data
3. Memasukkan data (entry)
Memasukkan data yang telah diperoleh untuk diolah menggunakan
komputer dengan program SPSS.
4. Mentabulasi (tabulating)
merupakan lanjutan langkah koding untuk mengelompokkan data kedalam
suatu data tertentu menurut sifat-sifat yang dimiiliki sesuai dengan tujuan
penelitian.
3.10.2 Analisa Data
3.10.2.1 Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakter sumur gali
meliputi letak, keberadaan penutup, kedalaman, tinggi air permukaan, kejernihan,
penggunaan, pencahayaan, pH dan keberadaan tanaman yang disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.10.2.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga memiliki
korelasi atau berhubungan (Seokidjo Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
menggunakan Chi Square dengan bantuan SPSS versi 16 untuk menggabungkan
64
variabel bebas dengan variabel terikat yaitu karakteristik sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti . Jika tidak memenuhi syarat uji Chi
Square maka menggunakan uji alternatif yaitu uji Fisher Exact Test atau
Kolmogorov-Smirnov.
105
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sumur gali di
wilayah Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
tahun 2015 didapatkan hasil bahwa :
1. Ada hubungan antara letak sumur gali dengan keberadaan jentik
nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
2. Ada hubungan antara keberadaan penutup sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
3. Tidak ada hubungan antara kedalaman sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
4. Ada hubungan antara tinggi air permukaan sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
5. Ada hubungan antara bahan dinding sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
106
6. Tidak ada hubungan antara penggunaan sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
7. Tidak ada hubungan antara kejernihan air sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
8. Ada hubungan antara derajat keasaman (pH) air sumur gali dengan
keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor
Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
9. Ada hubungan antara pencahayaan sumur gali dengan keberadaan
jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan
Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
10. Tidak ada hubungan antara keberadaan tanaman di dalam sumur gali
dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Bendan
Ngisor Kecamatan Gajahmmungkur Kota Semarang tahun 2015
6.2 SARAN
6.2.1 Bagi Petugas Kesehatan
1. Memberikan masukan dan partisipasi dalam evaluasi dan pengendalian
jentik nyamuk Aedes aegypti sehingga dapat meningkatkan kegiatan
PSN DBD melalui kerjasama lintas sektoral
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk selalu melakukan
PSN DBD seperti 3M plus, lavarsidasi serta pemantauan terhadap
perawatan kondisi sumur gali yang memiliki peluang sebagai tempat
107
perindukan nyamuk penyakit DBD yang dapat dilakukan melalui
organisasi kemasyarakatan yang ada dimasyarakat.
6.2.2 Bagi Masyarakat
1. Bagi masyarakat diharapkan meningkatkan kesadaran dalam
memperhatikan kondisi sumur gali maupun kontainer lainnya dan
meningkatkan perilaku Pembrantasan Sarang Nyamuk (PSN DBD)
dengan gerakan 3M Plus secara serentak
2. Bagi masyarakat yang memiliki sumur gali hendaknya harus
memperhatikan kondisi sanitasi sumur gali seperti kedalaman sumur
gali yang dimiliki, berdasarkan hasil penelitian, sumur gali dengan
kedalaman 10,1-15 meter lebih berisiko untuk terdapat jentik nyamuk
Aedes aegypti dan karakteristik sumur gali yang lainnya untuk
mengendalikan sumur yang memiliki peluang sebagai tempat
perindukan nyamuk penyebab penyakit DBD.
3. Bagi masyarakat yang memiliki letak sumur gali di dalam rumah, untuk
senantiasa mengatur pencahayaan yang masuk agar keadaan tidak
lembab dan memiliki suhu yang optimum
4. Agar memerhatikan penutup sumur gali, yaitu sumur gali sebaiknya
diberikan penutup dan diatur pula untuk tidak terbuka terlalu lama jika
penutup sumur gali tidak permanen.
108
6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
1. Bagi peneliti selanjutnya, dapat lebih memperluas sampel penelitian
dalam ruang lingkup tempat penelitian, yaitu lingkup kelurahan tidak
hanya pada lingkup RW sehingga hasil penelitian dapat lebih
representatif.
2. Variabel yang tidak berhubungan pada penelitian ini yaitu kejernihan
air sumur gali perlu diteliti dan ukur hingga pada kualitas air sumur gali
untuk dapat memastikan adanya faktor kualitas air sumur gali lain yang
dapat mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegypti.
3. Salah satu variabel dalam penelitan ini berupa pencahayaan, dilakukan
penggukuran dengan Lux meter hanya di ukur pada ketinggian dari
bibir sumur, tidak diukur dari atas permukaan air sumur gali sehingga
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh
pencahayaan secara langsung terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes
aegypti secara lebih spesifik.
109
DAFTAR PUSTAKA
Adialfian, Hasanudin Ishak, Ruslan La Ane, 2013, Kemampuan Adaptasi Nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albipictus dalam Berkembangbiak Berdasarkan
Jenis Air, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanudin, Makasar.
Anies, 2006, Manajemen Berbasis Lingkungan, PT Alex Komutindo, Jakarta.
Badrah, S dan Hidayah N, 2011, Hubungan antara Perindukan Nyamuk Aedes
aegypti dengan Kasus DBD di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam
Kabupaten Penajam Kaser Utara, J.Trop.Pharm Chem, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Mulawarman, Indonesia Volume 1, No 2.
Budiyanto, Anif, 2012, Karakteristik Kontainer terhadap Keberadaan Jentik
Aedes aegypti di Sekolah Dasar. Jurnal Pembangunan Manusia. Volume 6,
No 1.
Cecep Dani Sucipto, 2011, Vektor Penyakit Tropis, Gosyan
Publishing,Yogyakarta.
Christanto, Philiip, 2004, Ekologi Industri, Andi ,Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2005, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Demam Berdarah Dengue, Jakarta.
Damanik, 2002, Tempat Perindukan yang Paling Disenangi Nyamuk Aedes
aegypti Berdasarkan Jenis Sumber Air, Skripsi, Universitas Sumatera Utara.
Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2014
Ditjen PPM & PLP, 2006, Pembrantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN DBD) oleh
Jumantik. Depkes RI, Jakarta.
, 2007, Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor, Depkes RI, Jakarta.
, 2010, Pencegahan dan Pembrantasan DBD di Indonesia,
Jakarta.
Djantie T Sambel, 2009, Entomologi Kedokteran, CV Andi Offset, Yogyakarta.
Eko Budiarto, 2001, Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,
EGC, Jakarta.
110
Erik Tapan, 2004, Flu, HFMD, Diare pada Pelancong, Malaria, DB dan Thyfus,
PT Pustaka Populer Obor, Jakarta.
Fakhriadi, Rudi, Ylidasari Fahrini, Ratna Setyaningrum, 2010, Faktor Resiko
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Payung Kota Banjarbaru,
PSKM Universitas Mataram.
Frida N, 2008, Mengenal Demam Berdarah Dengue. CV Pamularsih, Jakarta.
G Palupi Susanti Said, 2011, Survei Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes aegypti
(spp) pada Sumur Gali Milik Warga Kelurahan Bulusan Kota Semarang
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Semarang), Skripsi,
Universitas Diponegoro Semarang.
Gionar, RY , Saptoro Rusmiarto dan Dwiko Susapto, 2001, Sumur sebagai
habitat yang penting untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti,Buletin Penelitian Kesehatan, 29 (1), Jakarta.
Hasyimi M, Harmany dan Pangestu, 2009, Tempat-Tempat Terkini yang
Disenangi Untuk Perkembangbiakan Vektor Demam Berdarah, Media
Litbang Kesehatan Volume XIX Nomor 2 Tahun 2009, Hlm71-76.
Hasyimi M. dan Soekirno Mardjan, 2004, Pengamatan Tempat Perindukan Aedes
aegypti pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga padaMasyarakat
Pengguna Air Olahan, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol 3 No 1, April 2004,
Hlm. 37-42.
Hidayat C, Ludfi Santoso, Hadi Suwasono, 1997, Pengaruh pH Perindukan
terhadap Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Aedes aegypti Pra Dewasa,
Cerminan Dunia Kedokteran, No 119.
Juli Soemerat Slamet, 2002, Kesehatan Lingkungan, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Kasetyaningsih,T dan Sundari, S, 2006, Perbedaan antara House Indeks yang
Melibatkan Pemeriksaan Sumur pada Survei Vektor Dengue di Dusun Pepe,
Bantul. Jurnal Kedokteran Yarsi, Yogyakarta, No 14 (1): 034-037.
Lud Waluyo, 2009, Mikrobiologi LIngkungan, UMM Press, Malang.
Medronho, Roberto A, 2009, Aedes aegypti Immature Forms Distribution
According to Type of Breeding Site, The American Society of Tropical
Medicine and Hygiene 80 (3): 401-404.
Meilson H.E. Sallata, Erniwati dan Makmur Selomo, 2014, Hubungan
Karakteristik Lingkungan Fisik dan Kimia dengan Keberadaan Larva Aedes
111
aegypti di Wilayah Endemis DBD Kota Makassar, Universitas Hassanudin,
Makassar.
Milana Salim, 2005, Survei Jentik Aedes aegypti di Desa Saung Naga Kabupaten
Oku tahun 2005,
Mukono, H J., 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Erlangga, Surabaya.
Nguyen, Le Anh P, Archie C.A Clements and Jason A.L.Jeffery, 2011,
Abundance and Prevalence of Aedes aegypti Immatures and Realtionship
with Household Water Storage in Rural Areas in Southern Viet Nam,
International Health 3 (2011) 115-125.
Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D), 2002, Manual Teknis Pemberdayaan
Masyarakat: Sumur Gali, Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D,
Jakarta.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013
Puskesmas Pegandan, 2014, Laporan Kerja Per tahun Puskesmas Pegandan,
Semarang.
Rahmat Budianto, 2010, Karakteristik Sumur yang Mempengaruhi Tempat
Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti di Kota Metro Propinsi
Lampung, Tesis, UGM.
Rueda, Leopold M, 2004, Pictorial Keys for the identification of mosquitoes
(Diptera; Culicidae) associated with Dengue Virus Transmission, Magnolia
Press, New Zealand.
Russel, B.M.,L.E.Muir, P. Weinstein and B.H. Kay, 1996, Surveillance of the
copepod Mesocylops aspericornis in Australian wells and gold mines.
Med.Vet. Entomol.10: 155-160
Saleha Sungkar, dkk., 2008, Parasitologi Kedokteran, FKUI, Jakarta.
Sayono, 2011, Pertumbuhan Larva Aedes aegypti pada Air Tercemar, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhamadiyah Semarang, Vol 7, No 1
Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-prinsip
Dasar). Rineka Cipta, Jakarta.
, 2010, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta
Jakarta.
112
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, CV
Alfabetha, Bandung.
Suharsimi Arikunto, 2013, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
Cipta, Jakarta.
Syahribuan,dkk, 2010, Karakteristik Sumur yang digunakan Nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albipictus sebagai Habitat Perkembangbiakan di
Kecamatan Somba Opu Kabupaten Goa Sulawesi Selatan, Kedokteran.
Titik Diah Mutiarawati, 2010, Pengaruh Kadar Zat-zat Terlarut di dalam Air
Bersih terhadap Perkembangan Nyamuk Aedes aegypti Pra Dewasa, Jurnal
Kesehatan Vol.1 No.2, Malang.
Tur Endah Sukowinarsih dan Widya Harry C, 2010, Hubungan Sanitasi Rumah
dengan Angka Bebas Jentik Aedes aegypti, Jurnal Kemas 6 (1) 30-35,
Semarang.
Widoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pembrantasannya, Erlanggga , Jakarta.
Womack, M. 1993, The yellow fever mosquito, Aedes aegypti, Wing Beats,Vol.
5(4):4
113
LAMPIRAN
114
Lampiran 1 Surat Keputusan Pembimbing
Formulir I
115
Lampiran 2 Surat dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (Ethical Clearance)
116
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Saya Miftakhul Janah, Mahasiswa S1 Peminatan Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Kerja, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, akan melakukan penelitian yang
berjudul “hubungan karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
tahun 2015”. Penelitian ini dibiayai secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan karakteristik sumur gali dengan keberadaan jentik Aedes
aegypti di Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
tahun 2015.
Saya mengajak Saudara/Saudari untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini
membutuhkan 86 objek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-
masing objek sekitar satu jam.
A. Kesukarelaaan untuk ikut penelitian
Keikutsertaan Saudara/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela,
dan dapat menolak untuk ikut dalam penelitian ini atau dapat berhenti
sewaktu-waktu tanpa denda sesuatu apapun.
B. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik sumur gali dan wawancara
dengan menggunakan formulir oleh peneliti secara bergantian dari 1 rumah
responden ke responden yang lainnya. Saya akan mengolah seluruh data dan
hasil penelitian ini untuk kebutuhan penelitian setelah mendapatkan
persetujuan dari Saudara/Saudari. Penelitian ini hanya semata-mata untuk
mendapatkan informasi seputar identitas serta karakteristik sumur gali
Saudara/Saudari.
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Saudara/Saudari diminta memberikan jawaban ataupun penjelasan yang
sebenarnya terkait dengan pertanyaan yang diajukan untuk mencapai tujuan
penelitian ini.
D. Risiko dan efek samping dan penangananya
Tidak ada resiko dan efek samping dalam penelitian ini.
117
E. Manfaat
Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah untuk menggali
hubungan karakteristik sumur gali dengankeberadaan jentik Aedes aegypti di
Kelurahan Bendan Ngisor Kecamatan Gajahmungkur sehingga dapat
mengetahui tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
F. Kerahasiaan
Informasi yang didapatkan dari Saudara/Saudari terkait dengan penelitian ini
akan dijaga kerahasiaanya dan hanya digunakan untuk kepentingan ilmiah
(ilmu pengetahuan).
G. Kompensasi / ganti rugi
Dalam penelitian ini tersedia dana untuk kompensasi atau ganti rugi untuk
Saudara/Saudari berupa souvenir
H. Pembiayaan
Penelitian ini dibiayai secara mandiri oleh peneliti.
I. Informasi tambahan
Penelitian ini dibimbing oleh Eram Tunggul Pawenang, S.KM, M.Kes
Saudara/Saudari diberikan kesempatan untuk menanyakan semua hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bapak/Ibu/Saudara dapat
menghubungi Miftakhul Janah, no Hp 085740778671 di Jalan Cempaka Sari No.
25, Sekaran, Gunungpati, Semarang.
Saudara/Saudari juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada Komite
Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Universitas Negeri Semarang, dengan nomor
telefon (021) 8508107 atau email [email protected]
Semarang, 20 April 2015
Hormat saya,
Miftakhul Janah
NIM 6411411073
118
PERSETUJUAN KEIKUTSERTAAN DALAM PENELITIAN
Semua penjelasan tersebut telah dijelaskan kepada saya dan semua pertanyaan
saya telah dijawab oleh peneliti. Saya mengerti bahwa bila memerlukan
penjelasan saya dapat menanyakan kepada Miftakhul Janah.
Dengan menandatangani formulir ini, saya setuju untuk ikut serta dalam
penelitian ini.
Tandatangan subjek Tanggal
(Nama jelas :...........................................................)
Tandatangan saksi
(Nama jelas :...........................................................)
119
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ke Kesbangpol
120
Lampiran 4 Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol
121
122
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Dinas Kesehatan Kota
123
Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Kesehatan Ke Puskesmas Pegandan
124
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ke Kelurahan Bendan Ngisor
125
Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
126
Lampiran 9 Formulir Observasi dan Wawancara
FORMULIR OBSERVASI DAN WAWANCARA (CHECK LIST)
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUMUR GALI DENGAN
KEBERADAAN JENTIK NYAMUKAedes aegypti DI
KELURAHAN BENDAN NGISOR KECAMATAN
GAJAHMUNGKUR KOTA SEMARANG
TAHUN 2015
No. Responden :
Tanggal Penelitian :
I. Identitas Responden
Nama Kepala Keluarga :
Usia : Tahun
Jenis kelamin : (Laki-laki/Perempuan)
Alamat (RT/ RW) :
Pekerjaan :
Tingkat pendidikan : (SD/SMP/SMA/PT)
Status Kependudukan :
II. Karakteristik Sumur Gali
1. Letak Sumur Gali
a. Di dalam rumah
b. Di luar rumah
2. Keberadaan Penutup Sumur Gali
a. Tanpa penutup
b. Ada penutup
3. Kedalaman Sumur Gali
a. ≤5 meter
b. 5,1-10 meter
127
c. 10,1-15 meter
d. >15 meter
4. Tinggi air permukaan Sumur Gali
a. ≤3 meter
b. >3 meter
5. Bahan dinding Sumur Gali
a. Semen
b. Tanah
6. Derajat keasaman (pH)
a. Optimum (6,9≤pH≤8,0)
b.Tidak optimum (6,9>pH>8,0)
7. Penggunaan Sumur Gali
a. Tidak digunakan
b. Masih digunakan
8. Kejernihan air Sumur Gali
a. Jernih
b. Keruh
9. Pencahayaan
a. ≤50 lux
b. >50 lux
10. Keberadaan tanaman
a. Ada
b. Tidak ada
11. Alat pengambilan air
a. Pompa air
b. Tangan (ember)
12. Keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti
a. Positif
b. Negatif
128
Lampiran 10 Rekapitulasi Hasil Penelitian
DATA HASIL PENELITIAN
RESPONDEN NAMA USIA JK PEKERJAAN PEND STATUS JENTIK V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11
R1 Sumiati 52 1 dagang 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0
R2 Suliyem 51 1 ibu RT 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R3 Sugiman 62 0 buruh 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R4 Karmo 69 0 buruh 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
R5 A. Kuat 52 0 buruh 3 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R6 Kustini 50 1 buruh 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
R7 Sanipin 60 0 buruh 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0
R8 Rekah 56 1 ibu RT 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R9 Sarimin 55 1 ibu RT 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0
R10 Salenah 45 1 buruh 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0
R11 Jayadi 54 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
R12 Suriyadi 56 0 buruh 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
R13 Rasyid 43 0 buruh 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R14 Mukhlis 50 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0
R15 Anwar 74 0 PNS 3 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0
R16 Budi Sugiyanto 48 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R17 Sumulyo 75 0 PNS 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
R18 Sumadi 73 0 dagang 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1
R19 Purwati 37 1 ibu RT 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
R20 Kasidi 51 0 PNS 3 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0
R21 Karim 56 0 buruh 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0
R22 Ponidi 37 1 buruh 2 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0
R23 Ngestiono 63 0 buruh 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
R24 Salminah 54 1 buruh 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
129
R25 Kaswi 44 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0
R26 Mamiarti 54 1 ibu RT 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
R27 Zulaichah 62 1 ibu RT 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0
R28 Sukarjo 49 0 wiraswasta 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0
R29 Sidiq 30 0 wiraswasta 2 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
R30 Sumiran 51 0 buruh 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
R31 Sriyatun 40 1 ibu RT 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0
R32 Tukiman 47 0 buruh 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
R33 Dasmi 58 1 dagang 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1
R34 M.Ikhsan 65 0 PNS 3 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1
R35 Mursito 68 0 PNS 3 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0
R36 Mulyono 57 0 buruh 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1
R37 Tumin 56 0 buruh 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
R38 Edi Wiyono 45 0 wiraswasta 2 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
R39 Mulyono 37 0 wiraswasta 3 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R40 Kasmuri 51 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R41 Sukidi 55 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
R42 Sumi H 70 1 buruh 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0
R43 Slamet Kasyono 37 0 buruh 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1
R44 Tukiran 75 0 PNS 3 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1
R45 Ngasiyem 52 1 ibu RT 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1
R46 Hartono 42 0 wiraswasta 3 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R47 Budi Harsoyo 46 0 buruh 2 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R48 Amin 45 0 buruh 2 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R49 Salim 43 0 buruh 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R50 Ngatiman 60 0 buruh 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1
R51 Syafrinda Yusuf 30 0 buruh 3 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R52 Alviyah 35 1 ibu RT 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1
R53 Jawa 63 0 buruh 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1
130
R54 Basyir 66 0 dagang 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1
R55 Jiono 45 0 buruh 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R56 Riyanti 40 1 ibu RT 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0
R57 Sulijan 84 0 buruh 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R58 Kliwani 63 0 buruh 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
R59 Sri Suyatmini 60 1 ibu RT 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0
R60 Widodo 35 0 wiraswasta 2 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0
R61 Junaidi 60 0 buruh 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0
R62 Sulipah 64 1 ibu RT 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R63 Sugiyanto 42 0 pegawai 3 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R64 Adik Sriyantoro 34 0 buruh 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R65 Ari S 35 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R66 Jumu'in 56 0 dagang 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0
R67 Edi Sutrisno 47 0 buruh 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R68 Kelana 34 0 buruh 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R69 Nunik Triyanti 59 1 ibu RT 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0
R70 Sutrisno 50 0 buruh 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R71 Restam 42 0 buruh 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0
R72 Sukini 50 1 buruh 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0
R73 Sugeng Purwoko 60 0 buruh 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R74 Abdul Majid 60 0 buruh 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
R75 Sukiman 39 0 wiraswasta 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0
R76 Erni S 35 1 buruh 2 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0
R77 M. Thabrani 43 0 buruh 2 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R78 Musiran 60 0 buruh 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0
R79 Poniah 58 1 buruh 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1
R80 Rokhani 62 1 buruh 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R81 Eko Budi W 40 0 buruh 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0
R82 Puryadi 60 0 buruh 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0
131
R83 Toni 70 0 buruh 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0
R84 Bati 61 0 buruh 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
R85 Gunanto 40 0 wiraswasta 2 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0
R86 Kasdi 39 0 wiraswasta 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0
Keterangan :
1. JK ( Jenis Kelamin)
a. Laki-laki : 0
b. Perempuan : 1
2. Pendidikan
a. SD : 0
b. SMP : 1
c. SMA : 2
d. PT : 3
3. Keberadaan jentik
a. Positif : 0
b. Negatif : 1
4. V1 (Letak Sumur Gali)
a. Di dalam rumah : 0
b. Di luar rumah : 1
5. V2 (keberadaan penutup)
a. Tidak : 0
b. Ada : 1
6. V3 (Kedalaman sumur gali)
a. ≤ 5 meter : 0
b. 5,1-10 meter : 1
c. 10,1-15 meter : 2
d. > 15 meter : 3
132
7. V4 (Tinggi air permukaan)
a. ≤ 3 meter : 0
b. > 3 meter : 1
8. V5 (Bahan dinding)
a. Semen : 0
b. Tanah : 1
9. V6 (pH air)
a. (6,9≤pH≥8,0) : 0
b. (6,9>pH>8,0) : 1
10. V7 (Penggunaan)
a. Tidak digunakan : 0
b. Masih digunakan : 1
11. V8 (Kejernihan air)
a. Jernih : 0
b. Keruh : 1
12. V9 (pencahayaan)
a. ≤ 50 lux : 0
b. > 50 lux : 1
13. V10 (Keberadaan tanaman)
a. Ada : 0
b. Tidak : 1
14. V11 (Alat pengambilan air)
a. Pompa : 0
b. Ember : 1
133
Lampiran 11 Hasil Analisis Univariat
ANALISIS UNIVARIAT
Frequency Table
keberadaan_jentik_Aedes_aegypti
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Positif 24 27.9 27.9 27.9
negatif 62 72.1 72.1 100.0
Total 86 100.0 100.0
Letak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Dalam 53 61.6 61.6 61.6
Luar 33 38.4 38.4 100.0
Total 86 100.0 100.0
keberadaan_penutup
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 35 40.7 40.7 40.7
Ada 51 59.3 59.3 100.0
Total 86 100.0 100.0
134
Kedalaman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤ 5 meter 7 8.1 8.1 8.1
5,1-10 meter 45 52.3 52.3 60.5
10,1-15 meter 28 32.6 32.6 93.0
> 15 meter 6 7.0 7.0 100.0
Total 86 100.0 100.0
tinggi_air_permukaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤3 meter 8 9.3 9.3 9.3
>3 meter 78 90.7 90.7 100.0
Total 86 100.0 100.0
bahan_dinding
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Semen 63 73.3 73.3 73.3
Tanah 23 26.7 26.7 100.0
Total 86 100.0 100.0
pH
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Optimum
(6,9≤pH≤8,0) 45 52.3 52.3 52.3
Tidak optimum
(6,9>pH>8,0) 41 47.7 47.7 100.0
Total 86 100.0 100.0
135
Penggunaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak digunakan 10 11.6 11.6 11.6
Masih digunakan 76 88.4 88.4 100.0
Total 86 100.0 100.0
kejernihan_air
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Jernih 82 95.3 95.3 95.3
Keruh 4 4.7 4.7 100.0
Total 86 100.0 100.0
Pencahayaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ≤50 lux 59 68.6 68.6 68.6
>50 lux 27 31.4 31.4 100.0
Total 86 100.0 100.0
Keberadaan_tanaman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ada 1 1.2 1.2 1.2
Tidak 85 98.8 98.8 100.0
Total 86 100.0 100.0
alat_pengambil_air
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Pompa 72 83.7 83.7 83.7
Ember 14 16.3 16.3 100.0
Total 86 100.0 100.0
136
Lampiran 12 Hasil Analisis Bivariat
ANALISIS BIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
letak * keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
letak * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
positif negatif
Letak Dalam
rumah
Count 20 33 53
Expected Count 14.8 38.2 53.0
% within keberadaan_jentik 83.3% 53.2% 61.6%
Luar
rumah
Count 4 29 33
Expected Count 9.2 23.8 33.0
% within keberadaan_jentik 16.7% 46.8% 38.4%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.632a 1 .010
Continuity Correctionb 5.420 1 .020
Likelihood Ratio 7.208 1 .007
Fisher's Exact Test
.013 .008
N of Valid Casesb 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.21.
b. Computed only for a 2x2 table
137
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
keberadaan_penutup *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
keberadaan_penutup * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
Positif negatif
keberadaan_penutup tidak Count 15 20 35
Expected Count 9.8 25.2 35.0
% within keberadaan_jentik 62.5% 32.3% 40.7%
Ada Count 9 42 51
Expected Count 14.2 36.8 51.0
% within keberadaan_jentik 37.5% 67.7% 59.3%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 6.557a 1 .010
Continuity Correctionb 5.363 1 .021
Likelihood Ratio 6.501 1 .011
Fisher's Exact Test
.015 .011
N of Valid Casesb 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.77.
b. Computed only for a 2x2 table
138
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kedalaman *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
kedalaman * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total positif negatif
kedalaman_baru ≤5 meter Count 2 5 7
Expected Count 2.0 5.0 7.0
% within keberadaan_jentik 8.3% 8.1% 8.1%
5,1-10 meter Count 9 36 45
Expected Count 12.6 32.4 45.0
% within keberadaan_jentik 37.5% 58.1% 52.3%
10,1-15 meter Count 11 17 28
Expected Count 7.8 20.2 28.0
% within keberadaan_jentik 45.8% 27.4% 32.6%
> 15 meter Count 2 4 6
Expected Count 1.7 4.3 6.0
% within keberadaan_jentik 8.3% 6.5% 7.0%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.290a 3 .349
Likelihood Ratio 3.266 3 .352
N of Valid Cases 86
a. 3 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.67.
139
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tinggi_air_permukaan *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
tinggi_air_permukaan * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
positif negatif
tinggi_air_permukaan ≤ 3 meter Count 5 3 8
Expected Count 2.2 5.8 8.0
% within keberadaan_jentik 20.8% 4.8% 9.3%
>3 meter Count 19 59 78
Expected Count 21.8 56.2 78.0
% within keberadaan_jentik 79.2% 95.2% 90.7%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.246a 1 .022
Continuity Correctionb 3.522 1 .061
Likelihood Ratio 4.643 1 .031
Fisher's Exact Test
.036 .036
N of Valid Casesb 86
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.23.
b. Computed only for a 2x2 table
140
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
bahan_dinding *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
bahan_dinding * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
positif negatif
bahan_dinding Semen Count 22 41 63
Expected Count 17.6 45.4 63.0
% within keberadaan_jentik 91.7% 66.1% 73.3%
Tanah Count 2 21 23
Expected Count 6.4 16.6 23.0
% within keberadaan_jentik 8.3% 33.9% 26.7%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.760a 1 .016
Continuity Correctionb 4.530 1 .033
Likelihood Ratio 6.730 1 .009
Fisher's Exact Test
.016 .013
N of Valid Casesb 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.42.
b. Computed only for a 2x2 table
141
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pH * keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
pH * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
positif negatif
pH Optimum
(6,9≤pH≤8,0)
Count 18 27 45
Expected Count 12.6 32.4 45.0
% within keberadaan_jentik 75.0% 43.5% 52.3%
Tidak optimum
(6,9>pH>8,0)
Count 6 35 41
Expected Count 11.4 29.6 41.0
% within keberadaan_jentik 25.0% 56.5% 47.7%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 6.861a 1 .009
Continuity Correctionb 5.658 1 .017
Likelihood Ratio 7.128 1 .008
Fisher's Exact Test
.015 .008
N of Valid Casesb 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.44.
b. Computed only for a 2x2 table
142
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
penggunaan *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
penggunaan * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
positif negatif
penggunaan Tidak
digunakan
Count 1 9 10
Expected Count 2.8 7.2 10.0
% within keberadaan_jentik 4.2% 14.5% 11.6%
Masih
digunakan
Count 23 53 76
Expected Count 21.2 54.8 76.0
% within keberadaan_jentik 95.8% 85.5% 88.4%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 1.804a 1 .179
Continuity Correctionb .937 1 .333
Likelihood Ratio 2.147 1 .143
Fisher's Exact Test
.271 .168
N of Valid Casesb 86
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.79.
b. Computed only for a 2x2 table
143
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
kejernihan_air *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
kejernihan_air * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
positif negatif
kejernihan_air Jernih Count 24 58 82
Expected Count 22.9 59.1 82.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 93.5% 95.3%
Keruh Count 0 4 4
Expected Count 1.1 2.9 4.0
% within keberadaan_jentik .0% 6.5% 4.7%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.624a 1 .203
Continuity Correctionb .495 1 .482
Likelihood Ratio 2.693 1 .101
Fisher's Exact Test
.573 .263
N of Valid Casesb 86
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.12.
b. Computed only for a 2x2 table
144
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pencahayaan *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
pencahayaan * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
positif negatif
pencahayaan ≤ 50 lux Count 21 38 59
Expected Count 16.5 42.5 59.0
% within keberadaan_jentik 87.5% 61.3% 68.6%
>50 lux Count 3 24 27
Expected Count 7.5 19.5 27.0
% within keberadaan_jentik 12.5% 38.7% 31.4%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 5.518a 1 .019
Continuity Correctionb 4.369 1 .037
Likelihood Ratio 6.177 1 .013
Fisher's Exact Test
.021 .015
N of Valid Casesb 86
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.53.
b. Computed only for a 2x2 table
145
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
keberadaan_tanaman *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
keberadaan_tanaman * keberadaan_jentik Crosstabulation
keberadaan_jentik
Total
Positif negatif
keberadaan_tanaman Ada Count 0 1 1
Expected Count .3 .7 1.0
% within keberadaan_jentik .0% 1.6% 1.2%
tidak Count 24 61 85
Expected Count 23.7 61.3 85.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 98.4% 98.8%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .392a 1 .531
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .659 1 .417
Fisher's Exact Test
1.000 .721
N of Valid Casesb 86
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .28.
b.Computed only for a 2x2 table
146
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
alat_pengambil_air *
keberadaan_jentik 86 100.0% 0 .0% 86 100.0%
Crosstab
keberadaan_jentik
Total
Positif negatif
alat_pengambil_air Pompa Count 13 59 72
Expected Count 20.1 51.9 72.0
% within keberadaan_jentik 54.2% 95.2% 83.7%
Ember Count 11 3 14
Expected Count 3.9 10.1 14.0
% within keberadaan_jentik 45.8% 4.8% 16.3%
Total Count 24 62 86
Expected Count 24.0 62.0 86.0
% within keberadaan_jentik 100.0% 100.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 21.335a 1 .000
Continuity Correctionb 18.433 1 .000
Likelihood Ratio 19.286 1 .000
Fisher's Exact Test
.000 .000
N of Valid Casesb 86
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.91.
b. Computed only for a 2x2 table
147
Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian
Pengukuran kedalaman dan tinggi air permukaan sumur gali
Peletakan funnel trap ke dalam sumur gali
148
Lanjutan lampiran 13
Pengambilan funnel trap dari dalam sumur gali
Pengukuran pencahayaan dalam sumur gali
149
Lanjutan lampiran 13
Pengukuran pH air sumur gali
Funnel trap dan Secchi disk
150
Lanjutan lampiran 13
Sampel Jentik yang akan di identifikasi
Identifikasi jentik