16
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 32 Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No.1 Juli Desember 2018; hal. 32-47 p-ISSN : 2655-2418; e-ISSN : 2655-7630 journal homepage: https://ejournal.akperrspadjakarta.ac.id Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa di RW.08 Kelurahan Mekarbakti Kecamatan Panongan Tommy J. Wowor 1 , Jaelani 2 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional Jakarta 2 Fakultas Ekonomi UNSIKA Karawang Jawa Barat Abstrak Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indeks sederhana untuk berat dan tinggi badan yang biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan underweight, overweight, dan obesitas pada orang dewasa. Sebanyak 13,3% orang dewasa di Indonesia yang berusia lebih dari 18 tahun pada tahun 2013 tergolong dalam kategori overweight, dan 15,4% yang obesitas (Riskesdas, 2013). IMT dapat diukur dengan cara berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m 2 ) (WHO, 2014). Orang dengan usia 2045 tahun yang mengalami obesitas 6 kali beresiko untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang dengan usia 20 45 tahun yang memiliki berat badan normal (Kelly, 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada usia dewasa. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan cara cluster sampling dengan jumlah sampel 217 orang yang berada di wilayah RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Uji statistik yang digunakan adalah one way anova, regresi linier sederhana, serta uji t independen. Hasil penelitian menunujukkan bahwa usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan garam, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh berhubungan signifikan dengan tekanan darah (p < 0,05). Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah, Gemuk dan Obesitas, Hipertensi, Hipotensi 1 E-mail : [email protected] 2 E-mail : [email protected]

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 32

Journal Educational of Nursing (JEN)

Vol.1 No.1 – Juli – Desember 2018; hal. 32-47 p-ISSN : 2655-2418; e-ISSN : 2655-7630 journal homepage: https://ejournal.akperrspadjakarta.ac.id

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa di RW.08 Kelurahan Mekarbakti

Kecamatan Panongan

Tommy J. Wowor1, Jaelani2 1 Fakultas Ilmu Kesehatan – Universitas Nasional Jakarta

2 Fakultas Ekonomi – UNSIKA Karawang Jawa Barat

Abstrak

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indeks sederhana untuk berat dan tinggi badan yang biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan underweight, overweight, dan obesitas pada orang dewasa. Sebanyak 13,3% orang dewasa di Indonesia yang

berusia lebih dari 18 tahun pada tahun 2013 tergolong dalam kategori overweight, dan 15,4% yang obesitas (Riskesdas, 2013). IMT dapat diukur dengan cara berat

badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m 2) (WHO, 2014). Orang dengan usia 20–45 tahun yang mengalami obesitas 6 kali beresiko untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang dengan usia 20–45

tahun yang memiliki berat badan normal (Kelly, 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada usia

dewasa. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan cara cluster sampling dengan jumlah sampel 217 orang yang berada di wilayah RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Uji statistik yang digunakan adalah

one way anova, regresi linier sederhana, serta uji t independen. Hasil penelitian menunujukkan bahwa usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok,

asupan garam, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh berhubungan signifikan dengan tekanan darah (p < 0,05).

Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah, Gemuk dan Obesitas, Hipertensi, Hipotensi

1 E-mail : [email protected] 2 E-mail : [email protected]

Page 2: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 33

Pendahuluan

Berat badan adalah salah satu

faktor ekspresi dari gaya hidup. Semakin tidak terkontrolnya pola

makan seseorang karena tidak teraturnya gaya hidup, maka semakin beresiko tinggi terkena obesitas

(Purnamasari dkk, 2010). Berdasarkan data WHO (2013), Kelebihan berat

badan dan obesitas merupakan penyebab ke lima resiko kematian di dunia. Sebanyak 2,8 juta orang

dewasa meninggal setiap tahunnya karena kelebihan berat badan dan

obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 juta orang dewasa, >20 tahun memiliki kelebihan berat badan. 35%

orang dewasa >20 tahun yang memiliki kelebihan berat badan dan

11% obesitas. 65% populasi dunia yang tinggal di negara-negara dimana kelebihan berat badan dan obesitas

membunuh seseorang lebih banyak daripada berat badan yang rendah.

Di Indonesia, status gizi berdasarkan pengukuran IMT pada orang dewasa (>18 tahun) adalah

sebesar 8,7% dalam kategori kurus, kategori berat badan lebih sebesar

13,5% dan kategori obesitas sebesar 15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa yang obesitas pada tahun

2013 yaitu sebesar 19,7%, sedangkan pada penduduk perempuan dewasa

sebesar 32,9%. Jawa Barat merupakan salah satu dari enam belas provinsi di Indonesia yang memiliki

prevalensi penduduk obesitas diatas nasional yaitu sebesar 11%

(Riskesdas, 2013). Seseorang yang memiliki umur

sekitar 20 tahun merupakan kelompok

umur yang sangat penting untuk mempelajari faktor-faktor resiko

kardiovaskuler, karena umur tersebut merupakan transisi dari remaja ke dewasa muda dan bersamaan untuk

merubah pekerjaan dan status sosial, serta perubahan gaya hidup yang

terjadi secara khas (Christoph H, dkk,

2009). Orang dengan usia 20 – 45 tahun yang mengalami obesitas 6 kali

beresiko untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang

dengan usia 20 – 45 tahun yang memiliki berat badan normal (Kelly, 2005). Soetjiningsih (2004)

mengatakan bahwa dalam sebuah keluarga, obesitas dapat diturunkan

dari generasi ke generasi berikutnya. Bila kedua orang tua mengalami obesitas, maka 80% kemungkinan

anaknya menjadi obesitas. Bila yang mengalami obesitas hanya salah satu

orang tua, maka 40% kemungkinan anak mengalami obesitas, dan bila kedua orang tua tidak mengalami

obesitas, maka 14% kemungkinan anak mengalami obesitas.

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator kelebihan berat badan yang sering

dikaitkan dengan tekanan darah (Andarini, dkk, 2013). Indeks massa

tubuh adalah indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang biasanya digunakan untuk

menggolongkan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa.

Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengukur berat badan seseorang dalam kilogram kemudian

dibagi tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan (kg/m2) (WHO, 2013).

IMT merupakan ukuran yang menarik karena mudah digunakan, murah dan non invasif untuk menilai kelebihan

lemak tubuh (National Obesity Observatory, 2009).

Peningkatan yang dramatis dari obesitas pada remaja menandakan peningkatan penyakit kardiovaskuler di

masa depan yang disebabkan oleh kelebihan berat badan pada masa

muda sampai dewasa. Efek langsung dari obesitas adalah pada fungsi jantung, karena kelebihan lemak tubuh

memberikan efek negatif pada kesehatan jantung seiring dengan

bertambahnya tahun, dan juga

Page 3: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 34

menjadi prioritas untuk mentaksir parameter jantung di masa dewasa

muda (Kanavi dkk, 2011). Kelebihan berat badan dan obesitas

menyebabkan resiko beberapa masalah kesehatan, diantaranya yaitu penyakit jantung koroner, tekanan

darah tinggi, diabetes tipe 2, batu empedu, masalah pernafasan, dan

kanker. Berat badan seseorang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, riwayat keluarga

dan genetik, metabolisme, perilaku dan kebiasaan, dan lain-lain (National

Hearth, Lung, and Blood Institute, 2014).

Tekanan darah menurut British

Heart Foundation (2005) merupakan tekanan dari darah pada pembuluh

arteri yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi diakibatkan karena

dinding arteri yang menjadi kaku dan mengalami kehilangan elastisitas, dan

menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit/konstriksi. Tekanan darah dihasilkan oleh gaya dari darah

yang menekan melawan dinding pembuluh darah (arteri) yang

dipompakan oleh jantung (National Hearth, Lung, and Blood Institute, 2014). Hipertensi dikenal dengan

peningkatan tekanan darah, yaitu kondisi dimana tekanan pada

pembuluh darah yang meningkat dan menetap. Peningkatan tekanan pembuluh darah tersebut

menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mensuplai darah. Jika

sudah tidak terkontrol, hipertensi dapat mengakibatkan serangan jantung, pembesaran jantung dan dengan

cepat menjadi gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan (American

Medical Association, 2013). Prevalensi hipertensi yang

didapatkan dari hasil pengukuran pada

umur ≥18 tahun adalah sebesar 26,5%. Provinsi Jawa Barat

menduduki urutan ke empat yaitu

sebesar 29,4%, setelah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan

(30,8%), dan Kalimantan Timur (29,6%). Pada analisis dari hasil

pengukuran hipertensi terbatas kelompok usia 15 – 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran adalah

sebesar 8,7%, kelompok usia 25 – 34 tahun sebesar 14,7%, kelompok usia

35 – 44 tahun sebesar 24,8%. Prevalensi pengukuran hipertensi menurut jenis kelamin responden

didapatkan pada perempuan sebesar 28,8% dan pada laki-laki didapatkan

sebesar 22,8% (Riskesdas, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Ravisankar dkk (2005),

menyatakan bahwa pada laki-laki dan perempuan ditemukan yang

mengalami tekanan sistolik dan diastolik tertinggi adalah pada responden yang memiliki kelebihan

berat badan, pada tingkat menengah adalah responden dengan berat badan

normal dan paling sedikit pada responden yang berat badannya dibawah normal. Hal ini merupakan

perbedaan yang sangat jelas antara underweight dan overweight meskipun

tekanan nadinya sama. Diperkirakan bahwa pengisian arteri dan struk volume tidak berbeda antara

keduanya, dan membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

cardiac output pada ketiga kelompok tersebut. Hasil observasi perbedaan antara berat badan dibawah normal,

berat badan normal, dan berat badan yang diatas normal disebabkan karena

perbedaan pengaturan otonom kardiovaskuler dan atau metabolisme energi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pang dkk (2007), menganalisis

bahwa kelebihan berat badan dan obesitas merupakan prediktor penting dari peningkatan tekanan darah.

Orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas memiliki tekanan sistolik

dan diastolik yang lebih tinggi

Page 4: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 35

dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Sebesar

93,6% orang yang memiliki kelebihan berat badan mengalami prehipertensi

atau hipertensi dan 61,6% pada laki-laki yang mengalami hipertensi, sedangkan 83,8% dan 33,3% diantara

orang-orang yang bukan overweight. Pada wanita, 90,1% orang obesitas

mengalami prehipertensi dan hipertensi dan 62,4% mengalami hipertensi, sedangkan 74,4% dan

33,6% diantara orang-orang yang bukan overweight. Studi Framingham

(1974) dalam Pang dkk (2007), ditemukan bahwa kenaikan 10% berat badan menjelaskan kenaikan 7 mmHg

tekanan darah sistolik, dan menemukan bahwa setiap kilogram

penurunan berat badan akan menurunkan 0,33 mmHg tekanan darah sistolik dan 0,43 mmHg tekanan

darah diastolik. Efek jangka panjang dari penurunan berat badan dapat

menurunkan kemungkinan hipertensi sebesar 77%.

Penelitian yang dilakukan olah

Humayun dkk (2009) menyatakan bahwa hipertensi berkaitan langsung

dengan IMT. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan IMT menyebabkan peningkatan tekanan

darah pada laki-laki maupun perempuan. Hipertensi sangat terkait

dengan usia dan jenis kelamin. Pada laki-laki prevalensi hipertensi umumnya tinggi pada semua

kelompok umur, sedangkan pada wanita terdapat kenaikan yang

signifikan terhadap jumlah wanita yang mengalami hipertensi pada kelompok usia dibawah 30 tahun dalam kategori

kelebihan berat badan, dan meningkatnya jumlah hipertensi pada

wanita diatas usia 59 tahun pada kategori kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan laki-

laki. Dalam kategori IMT normal, presentase yang relatif besar yang

menunjukkan tanda-tanda hipertensi adalah pada laki-laki.

Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, Kecamatan Panongan, , pada beberapa orang perempuan yang berusia lebih dari 20 tahun

dengan berat badan yang berlebih, ditemukan tekanan darah yang kurang

dari normal atau hipotensi. Sedangkan pada beberapa orang laki-laki yang memiliki berat badan normal memiliki

tekanan darah yang sedikit tinggi atau prehipertensi.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan

darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan

Panongan, . Sementara tujuan khususnya adalah untuk mengetahui :

a. Karakteristik responden (usia,

jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan

garam, dan aktivitas fisik) pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,

Kecamatan Panongan, . b. Gambaran indeks massa tubuh

dan tekanan darah responden pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,

Kecamatan Panongan, . c. Hubungan usia, jenis kelamin,

riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan garam, dan aktivitas fisik dengan tekanan

darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,

Kecamatan Panongan, .

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang

menggunakan metode deskriptif analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu

suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor – faktor resiko dengan efek,

Page 5: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 36

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada saat yang bersamaan. Populasi penelitian ini adalah

seluruh warga RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, yang berusia dewasa (19 – 64 tahun)

sebanyak 1300 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Probability samples.

Sampel diambil dengan cara mengambil sebesar 20% dari populasi

1300 orang (N=1300) dari 1 RW yaitu sebanyak 8 RT. Maka, 8 x 20% = 1,6 (2 RT). Kemudian 2 RT dari 8 RT yang

diambil adalah RT 3 dan RT 8, yang dilakukan dengan cara dikocok. RT 3

berjumlah 145 orang dan RT 8 berjumlah 88 orang, jadi besar sampel adalah 233 orang. Kemudian semua

usia dewasa yang berdomisili di 2 RT tersebut akan diambil menjadi sampel.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan kuisioner yang

dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada konsep dan teori yang diuraikan

dalam studi pustaka dan hasil penelitian sebelumnya. Instrumen penelitian yang digunakan untuk

pemeriksaan fisik yaitu menggunakan timbangan, stature meter, tensimeter,

dan stetoskop. Instrumen kuisioner terbagi dalam 3 bagian pertanyaan. Bagian pertama berupa data

demografi responden yaitu nama (inisial), usia responden, dan jenis

kelamin. Kuesioner bagian kedua yaitu berupa pertanyaan tertutup tentang Indeks Massa Tubuh (IMT) responden

dan tekanan darah responden yang akan diukur langsung oleh peneliti.

Kuesioner bagian ketiga yaitu berupa pertanyaan tertutup tentang riwayat hipertensi, kebiasaan merokok,

pengetahuan tentang IMT, dan tekanan darah. Kemudian akan

dilakukan penjumlahan pada masing-

masing jawaban. Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner

± 15 menit. Selain untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk uji coba

juga merupakan proses untuk melengkapi isi kuesioner yang digunakan.

Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat Usia

Tabel-1. Distribusi Frekuensi Usia di RW.08,

Kel Mekarbakti, Kec. Panongan 2015

Variabel

Mean

Median

SD Min-Max

95% CI

Usia 35,9

6 32

13,2

83 19 – 64

34,18-

37,74

Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015, didapatkan rata-rata usia

responden adalah 35,96 tahun ± 13,283 tahun, median 32 tahun, dengan usia termuda 19 tahun dan

usia tertua 64 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan

bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia responden adalah antara 34,18 tahun sampai dengan 37,74 tahun. Jenis Kelamin Tabel-2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di

RW.08, Kel Mekarbakti, Panongan 2015

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-Laki 59 27,2

Perempuan 158 72,8

Total 217 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan

Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 158 orang (72,8%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59

orang (27,2%). Riwayat Hipertensi

Tabel-3. Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi di RW.08, Kel Mekarbakti Panongan

2015

Page 6: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 37

Riwayat Tekanan Darah

Frekuensi Persen (%)

Tidak Ada 164 75,6

Ada 53 24,4

Total 217 100

Dari tabel-3 menunjukkan

bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden

yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 164 orang (75,6%),

sedangkan 53 orang (24,4%) yang memiliki riwayat hipertensi.

Kebiasaan Merokok Tabel-4. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, Kecamatan Panongan 2015

Kebiasaan Merokok

Frekuensi Persen (%)

Tidak

Merokok

141 65,0

Merokok 76 35,0

Total 217 100

Dari tabel-4 menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan

Panongan, tahun 2015 responden yang tidak memiliki kebiasaan

merokok sebanyak 141 orang (65%), dan responden yang merokok sebanyak 76 orang (35%). Asupan Garam

Tabel-8. Distribusi Frekuensi Asupan Garam

RW.08, Kel Mekarbakti, Kec Panongan 2015

Asupan Garam

Frekuensi Persen (%)

Cukup 135 62,2

Lebih 82 37,8

Total 217 100

Dari tabel-4 menunjukkan

bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian

besar responden mengkonsumsi garam dalam kategori cukup (≤ 1

sendok teh perhari) yaitu sebanyak 135 orang (62,2%), sedangkan sebanyak 82 orang (37,8%) dengan

asupan garam yang lebih (>1 sendok teh perhari). Aktivitas Fisik

Tabel-9. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik

RW.08, Kel Mekarbakti, Kec Panongan 2015

Aktifitas Fisik

Frekuensi Persen (%)

Aktif 110 50,7

Tidak Aktif

107 49,3

Total 217 100

Dari tabel-5 menunjukkan

bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan

Panongan, tahun 2015 responden yang aktif sebanyak 110 responden (50,7%), sedangkan yang tidak aktif

melakukan aktivitas fisik sebanyak 107 responden (49,3%). Tekanan Darah

Tabel-6. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Tekanan Darah

Mean Median SD Min-Max

95% CI

Sistolik 120,60 120 19,030 80

– 180

118,05-

123,15

Diastolik 77,65 80 10,563 60

– 100

76,24-

79,06

Hasil analisis data dari tabel-6

menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik adalah 120,60 mmHg ±

19,030 mmHg, median tekanan darah sistolik sebesar 120 mmHg, dengan

tekanan darah sistolik minimum sebesar 80 mmHg dan maksimum sebesar 180 mmHg. Dan rata-rata

tekanan darah diastolik sebesar 77,65 mmHg ± 10,563 mmHg, median

tekanan darah diastolik 80 mmHg, dengan tekanan darah diastolik minimum sebesar 60 mmHg dan

maksimum sebesar 100 mmHg.

Page 7: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 38

Indeks Massa Tubuh Tabel-7. Distribusi Frekuensi Indeks Massa

Tubuh di RW.08, Kel Mekarbakti Panongan 2015

Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persen

(%)

Underweight 11 5,1

Normal 100 46,1

Overweight dan Obesitas

106 48,8

Total 217 100

Dalam penelitian ini, Indeks Massa Tubuh (IMT) digolongkan

menjadi tiga kategori, yaitu underweight (<18,5 Kg/m2), normal

(18,5– <25 Kg/m2), dan overweight and obese (≥25 Kg/m2). Dari tabel 15

menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar indeks

massa tubuh responden tergolong dalam kategori overweight dan obesitas yaitu sebanyak 106 orang

(48,8%), responden dengan kategori IMT normal sebanyak 100 orang

(46,1%), sedangkan responden dengan kategori IMT underweight yaitu 11 orang (5,1%). 2. Analisis Bivariat

Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-8. Analisis Hubungan Indeks Massa Tubuh Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

IMT Mean SD 95% CI Min-Max P Value n

Tekanan Darah Sistolik

Underweight 106,36 12,060 98,26 – 224,47 90 – 130 0,001*

11 Normal 116,50 17,944 112,94 – 120,06 80 – 170 100

Overweight dan Obesitas 125,94 19,013 122,28 – 129,61 90 – 180 106

Tekanan Darah

Diastolik

Underweight 73,64 9,244 67,43 – 79,85 60 – 90

0,001*

11

Normal 75,10 9,045 73,31 – 76,89 60 – 100 100 Overweight dan Obesitas 80,47 11,329 78,29 – 79,06 60 – 100 106

* Bermakna pada α < 0,05

Hasil perhitungan dengan uji statistik oneway anova didapat nilai p

= 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada orang

dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan,

tahun 2015. Hubungan Usia Responden Dengan

Tekanan Darah

Tabel-9. Analisis Hubungan Usia Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Variabel r R2 Persamaan Garis P Value

Usia 0,546 0,299 TDS = 92,447 + 0,783 *Usia

0,0005* 0,308 0,095 TDD = 68,828 + 0,245 *Usia

* Bermakna pada α < 0,05

Dari analisis tabel-9 didapatkan hasil dari 217 responden yang diteliti,

bahwa hubungan usia responden dengan tekanan darah sistolik

menunjukkan hubungan kuat (r = 0,546) dan berpola positif artinya semakin bertambah usia responden

maka semakin tinggi tekanan darah sistoliknya. Nilai koefisien dengan

detrminasi 0,299 yang artinya persamaan garis regresi yang kita

peroleh dapat menerangkan 29,9% variasi tekanan darah sistolik atau

persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel tekanan darah sistolik.

Hubungan usia responden dan tekanan darah diastolik juga

Page 8: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 39

menunjukkan hubungan kuat (r = 0,308) dan berpola positif artinya

semakin bertambah usia responden maka semakin tinggi tekanan darah

diastoliknya. Nilai koefisien dengan determinasi 0,095 yang artinya persamaan garis regresi yang kita

peroleh dapat menerangkan 9,5% variasi tekanan darah diastolik atau

persamaan garis yang diperoleh cukup

baik untuk menjelaskan variabel tekanan darah diastolik.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,0005 (P < 0,05), artinya

terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik di

RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah

Tabel-10. Analisis Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Jenis Kelamin Mean SD MD 95% CI

P Value n Lower Upper

Tekanan Darah Sistolik

Laki-Laki 127,63 14,183 9,526 3,950 15,101 0,001*

59

Perempuan 118,10 19,909 158 Tekanan Darah Diastolik

Laki-Laki 81,53 8,054 5,260 2,172 8,347 0,001*

59

Perempuan 76,27 10,971 158

* Bermakna pada α < 0,05

Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden laki-laki adalah 81,53 mmHg ± 8,054 mmHg,

sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden perempuan 76,27 mmHg ± 10,971 mmHg. rata-

rata perbedaan tekanan darah diastolik 5,260 pada responden laki-

laki dengan perempuan. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah

diastolik adalah diantara 2,172 sampai 8,347. Hasil uji statistik didapatkan

nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik

antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

jenis kelamin dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Riwayat Hipertensi

Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-11. Analisis Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tekanan Darah Responden di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Riwayat

Hipertensi Mean SD MD

95% CI P Value

n Lower Upper

Tekanan Darah Sistolik

T idak 114,39 14,952 -25,798 -30,948 -20,649 0,001*

164

Ada 140,19 16,812 53 Tekanan Darah Diastolik

T idak 75,55 9,736 -8,791 -11,935 -5,646 0,001*

164

Ada 84,34 10,097 53

* Bermakna pada α < 0,05

Rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik sebesar -8,791 pada

responden yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi. Diperkirakan dengan

tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik

adalah diantara -11,935 sampai -5,646. Rata-rata tekanan darah

diastolik pada responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 75,55 mmHg ± 9,736 mmHg,

sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang

Page 9: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 40

memiliki riwayat hipertensi 84,34 mmHg dengan ± 10,097 mmHg. Hasil

uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada

perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang tidak memiliki riwayat

hipertensi dengan responden yang memiliki riwayat hipertensi. Dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat

hipertensi dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Kebiasaan Merokok

Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-12. Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tekanan Darah Responden di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015

Kebiasaan Merokok

Mean SD MD 95% CI

P Value n Lower Upper

Tekanan Darah Sistolik

T idak Merokok 114,68 17,466 -17,161 -21,972 -12,350 0,001*

141

Merokok 131,84 16,550 76 Tekanan Darah Diastolik

T idak Merokok 75,32 10,990 -6,786 -9,596 -3,976 0,001*

141

Merokok 82,11 7,885 76

* Bermakna pada α < 0,05

Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar -6,786 pada

responden yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak merokok. Diperkirakan dengan tingkat

kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik adalah diantara -9,596 sampai -3,976. Rata-rata

tekanan darah diastolik pada responden yang tidak merokok adalah

131,84 mmHg ± 16,550 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang

merokok 82,11 mmHg ± 7,885 mmHg.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat

ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang tidak merokok dengan

responden yang memiliki kebiasaan merokok. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Asupan Garam Dengan

Tekanan Darah Responden

Tabel-13. Analisis Hubungan Asupan Garam Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan,

Asupan Garam

Mean SD MD 95% CI

P Value n Lower Upper

Tekanan Darah Sistolik

Cukup 114,30 16,641 -16,923 -21,654 -12,192 0,001*

135

Lebih 131,22 17,943 82 Tekanan Darah Diastolik

Cukup 75,33 10,133 -6,252 -9,034 -3,470 0,001*

135

Lebih 81,59 9,996 82

Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar -6,252 pada

responden yang mengkonsumsi cukup garam dengan yang mengkonsumsi

garam lebih. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik

adalah diantara -9,034 sampai -3,470. Rata-rata tekanan darah diastolik pada

responden yang mengkonsumsi garam dalam kategori cukup adalah 75,33

mmHg ± 10,133 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk

responden yang mengkonsumsi garam dalam kategori lebih 81,59 mmHg ± 9,996 mmHg. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan

Page 10: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 41

yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang

mengkonsumsi garam yang cukup dengan responden yang

mengkonsumsi garam berlebihan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

asupan garam dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Responden

Tabel-14. Analisis Hubungan Aktivitas Fisik Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, Kecamatan Panongan,

Aktivitas Fisik Mean SD MD 95% CI

P Value n Lower Upper

Tekanan Darah Sistolik

Aktif 116,55 17,370 -8,408 -13,372 -3,444 0,001*

110 T idak Aktif 124,95 19,685 107

Tekanan Darah Diastolik

Aktif 75,36 10,552 -4,730 -7,476 -1,984 0,001*

110 T idak Aktif 80,09 9,952 107

* Bermakna pada α < 0,05

Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar –4,730 pada

responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang

tidak aktif. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik adalah diantara

-7,476 sampai -1,984. Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden yang melakukan aktivitas

fisik pada kategori aktif adalah 75,36 mmHg ± 10,552 mmHg, sedangkan

rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang melakukan aktivitas fisik pada kategori tidak aktif 80,09

mmHg ± 9,952 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001,

berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara

responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang

tidak aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

aktivitas fisik dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Pembahasan 1. Data Demografi Responen

Usia

Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata usia responden

adalah 35,96 tahun ± 13,283 tahun, median 32 tahun, dengan usia

termuda 19 tahun dan usia tertua 64 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini

bahwa rata-rata usia responden adalah antara 34,18 tahun sampai dengan 37,74 tahun. Usia rata-rata

responden termasuk dalam kategori dewasa muda, seperti yang

dinyatakan oleh Soetardjo (2011) yaitu usia 19 – 49 tahun yang disebut dewasa muda dan usia 50 – 64 tahun

yang disebut dewasa setengah tua. Jenis Kelamin

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan sebanyak 158 orang (72,8%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-

laki sebanyak 59 orang (27,2%). Riwayat Hipertensi

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak

memiliki riwayat hipertensi sebanyak

Page 11: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 42

164 orang (75,6%), sedangkan 53 orang (24,4%) yang memiliki riwayat

hipertensi. Kebiasaan Merokok

Hasil analisis univariatmenunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak

memiliki kebiasaan merokok sebanyak 141 orang (65%), dan responden yang merokok sebanyak 76 orang (35%).

Rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200

diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Salah satu zat yang

bernama nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil

di dalam paru-paru dan diedarkan mengikuti aliran darah hingga mencapai otak yang hanya

memerlukan waktu beberapa detik. Reaksi otak terhadap nikotin yaitu

memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin) yang dapat menyempitkan

pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena

tekanan yang lebih tinggi (Mannan dkk, 2012). Asupan Garam

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217

responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden

mengkonsumsi garam dalam kategori cukup (≤ 1 sendok teh perhari) yaitu

sebanyak 135 orang (62,2%), sedangkan sebanyak 82 orang (37,8%) dengan asupan garam yang

lebih (>1 sendok teh perhari). Mengkonsumsi garam lebih dari

yang dianjurkan dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena garam menyebabkan

penumpukan cairan tubuh karena menarik dan menahan cairan ekstrasel

agar tidak dikeluarkan yang akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada masyarakat yang

mengkonsumsi garam kurang atau sama dengan 3 gram perhari,

ditemukan rata-rata tekanan darah yang rendah, sedangkan pada masyarakat yang mengkonsumsi

garam sekitar 7 – 8 gram perhari, rata-rata tekanan darahnya lebih tinggi

(Depkes, 2006). Aktivitas Fisik

Hasil analisis univariat

menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang aktif sebanyak 110 responden (50,7%),

sedangkan yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik sebanyak 107 responden

(49,3%). Aktivitas fisik adalah kegiatan

seseorang dengan menggerakkan

tubuh khususnya otot yang membutuhkan energi, sehingga dapat

meningkatkan kecepatan detak jantung dan pernafasan. Para ahli menganjurkan untuk berolahraga

menguras tenaga selama 30 menit sebanyak 3 sampai 4 kali seminggu.

Aktivitas fisik yang ringan adalah berjalan kaki dengan porsi 30 menit atau lebih sebanyak tiga kali

seminggu, tetapi untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan

harus ditingkatkan dengan berjalan cepat sebanyak lima atau enam kali seminggu. Selain itu, mengerjakan

pekerjaan rumah tangga yang dilakukan selama 30 menit juga dapat

membakar kalori yang sama dengan berolahraga. (Nurrahmani, 2011; Sartika, 2011). Tekanan Darah

Hasil analisis univariat

menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan,

tahun 2015 diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik adalah 120,60 mmHg ±

19,030 mmHg, median tekanan darah

Page 12: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 43

sistolik sebesar 120 mmHg, dengan tekanan darah sistolik minimum

sebesar 80 mmHg dan maksimum sebesar 180 mmHg. Dan rata-rata

tekanan darah diastolik sebesar 77,65 mmHg ± 10,563 mmHg, median tekanan darah diastolik 80 mmHg,

dengan tekanan darah diastolik minimum sebesar 60 mmHg dan

maksimum sebesar 100 mmHg. Tekanan darah adalah faktor

terpenting dalam sistem sirkulasi, yang

merupakan kekuatan yang dihasilkan jantung untuk memompa darah

bersirkulasi pada dinding pembuluh darah arteri dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama dari

kehidupan, termasuk detak jantung, kecepatan pernapasan, dan

temperatur. Tekanan dalam sistem peredaran darah dan detak jantung ditimbulkan oleh pembuluh darah arteri

karena memiliki dinding yang elastis dan beresistensi yang sama terhadap

aliran darah. Tekanan darah dibedakan menjadi hipotensi (<90/60 mmHg), normotensi (120/80 mmHg),

dan hipertensi (140/90 mmHg). Hipotensi atau tekanan darah rendah

merupakan istilah yang digunakan untuk seseorang yang memiliki tekanan darah yang sangat rendah

sehingga aliran darah ke otak berkurang, maka seseorang akan

merasa pusing bahkan sampai pingsan. Namun tekanan darah rendah tidak separah komplikasi-

komplikasi yang menyertai tekanan darah tinggi (Bungawati dan Pratama,

2011; Anggara dan Prayitno, 2013). Indeks Massa Tubuh

Hasil analisis

univariatmenunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar indeks massa tubuh responden tergolong

dalam kategori overweight dan obesitas yaitu sebanyak 106 orang

(48,8%), responden dengan kategori

IMT normal sebanyak 100 orang (46,1%), sedangkanresponden dengan

kategori IMT underweight yaitu 11 orang (5,1%).

Indeks massa tubuh (IMT) adalah alat sederhana untuk mengetahui keadaan massa tubuh

orang dewasa (>18 tahun) yang tergolong dalam kategori kurus,

normal atau gemuk, sehingga dapat memprediksikan kesehatan seseorang terkait dengan resiko kesehatan

tubuhnya, dengan cara membandingkan berat badan (kg)

dengan tinggi badan kuadrat (m) (Nurrahmani, 2011; Supariasa dkk, 2012). 2. Hubungan Antar Variabel Hubungan Indeks Massa Tubuh

Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil perhitungan dengan uji statistik oneway anova pada analisis

bivariatdidapat nilai p = 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada orang dewasa di

RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Usia Responden Dengan Tekanan Darah

Hasil uji statistik analisis

bivariatdidapatkan nilai p = 0,0005 (P < 0,05), artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara usia dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik di RW.08, Kelurahan

Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi karena usia terjadi secara alami sebagai proses menua dan

didukung oleh beberapa faktor eksternal. Hal ini dikuatkan oleh

penelitian yang mengatakan seiring dengan bertambahnya usia seseorang, akan terjadi peningkatan

tekanan darah yang disebabkan oleh perubahan otot-otot jantung,

perubahan struktur pembuluh darah

Page 13: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 44

yang menjadi kaku, dan perubahan hormon (Bungawati dan Pratama,

2010; Depkes, 2006). Hubungan Jenis Kelamin Dengan

Tekanan Darah

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001,

berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata

tekanan darah sistolik dan diastolik antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tekanan darah

pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Responden dalam penelitian ini merupakan golongan usia dewasa,

maka menurut penelitian Bungawati dan Pratama (2011) bahwa terjadinya peningkatan tekanan darah banyak

terjadi pada laki-laki yang berusia muda dan paruh baya atau sekitar usia

35 – 50 tahun, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun

pada perempuan kebanyakan hipertensi terjadi pada usia di atas 55

tahun setelah memasuki masa menopause karena diakibatkan oleh faktor hormonal. Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada

perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik

antara responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi dengan responden yang memiliki riwayat hipertensi.Dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat

hipertensi dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan,

tahun 2015. Hubungan Kebiasaan Merokok

Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001,

berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata

tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang tidak merokok dengan responden yang memiliki

kebiasaan merokok.Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,

kecamatan Panongan, tahun 2015. f. Hubungan Asupan Garam Dengan

Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001,

berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata

tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang mengkonsumsi garam yang cukup dengan responden

yang mengkonsumsi garam berlebihan.Dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara asupan garam dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Asupan garam yang berlebihan atau lebih dari 3 gram (satu sendok teh) perhari dapat terjadi peningkatan

tekanan darah. Hal ini disebabkan karena garam mengandung natrium

(sodium) yang dibutuhkan tubuh yaitu sebanyak 500 mg perhari untuk menjalankan fungsinya seperti

mengatur volume darah, tekanan darah, kadar air, dan fungsi sel. Jika

dikonsumsi secara berlebihan dalam sekali konsumsi dapat meningkatkan tekanan darah secara langsung pada

orang yang tubuhnya sensitif terhadap garam dapur. Mengkonsumsi

makanan asin lebih dari kebutuhan tubuh dapat dipengaruhi oleh budaya yang menjadikan lidah seseorang

menyukai rasa asin (Nurrahmani, 2011; Ardiansyah, 2012).

Page 14: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 45

Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Responden

Hasil uji statistikanalisis bivariat didapatkan nilai p = 0,001, berarti

pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara

responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang

tidak aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

aktivitas fisik dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,

Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.

Aktivitas fisik yang teratur dapat

membantu menurunkan tekanan darah terutama bagi penderita hipertensi

ringan. Aktivitas fisik yang berat efektif menurunkan tekanan darah, dan pada orang tertentu tidak perlu disertai

dengan penurunan berat badan. Semakin gemuk seseorang, semakin

tinggi pula tekanan darahnya. Maka semakin besar penurunan berat badan seseorang, semakin terkendalinya

tekanan darah. Dapat diartikan bahwa penurunan berat badan merupakan

gaya hidup seseorang yang pengaruhnya peling besar dalam perbaikan tekanan darah seseorang

(Depkes, 2006; Nurrahmani, 2011).

Kesimpulan

1. Gambaran karakteristik yang didapatkan dari hasil penelitian 217

responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia

dewasa muda (19 – 49 tahun) sebesar 80,6%, berjenis kelamin perempuan (72,8%), sebagian

besar tidak memiliki riwayat hipertensi (75%), tidak merokok

(65%), mengkonsumsi garam dalam batas yang cukup setiap harinya (62,2%), dan aktif melakukan

aktivitas fisik (50,7%). 2. Gambaran tekanan darah 217

responden yang diteliti terlihat

bahwa rata-rata tekanan darahnya tergolong normal, yaitu 120/80

mmHg. 3. Gambaran Indeks Massa Tubuh

(IMT) dari 217 responden yang diteliti menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kategori

IMT overweight dan obesitas (48,8%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok,

asupan garam, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada usia

dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05).

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan

tekanan darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, dengan nilai

p = 0,001 (p < 0,05). Artinya, peningkatan IMT berhubungan

dengan peningkatan tekanan darah.

Daftar Pustaka

[1] Angelya Lumoindong, Adrian Umboh, and Nurhayati

Masloman. (2013). Hubungan Obesitas Dengan Profil Tekanan Darah Pada Anak Usia 10-12

Tahun Di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1,

Nomor 1, Maret 2013, hlm. 147-153

[2] Anggara, Febri Haendra Dwi dan

Prayitno, Nanang. (2013). Faktor – Faktor Yang Berhubungan

Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013.

[3] Anjum Humayun, Arbab Sher Shah, and Riffat Siltana. (2009). Relation of Hypertension with

Body Mass Index and Age In Male and Female Population of

Page 15: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 46

Peshawar, Pakistan. J Ayub Med CollAbbottabad 2009;21(3).

[4] Anthony J Weekes, Ryan J. Zapata, and Antonio Napolitano.

(2007). Symptomatic Hypotension: ED Stabilization And The Emerging Role Of

Sonography. Emergency Medicine Practice (ISSN Print:

1524-1971, ISSN Online: 1559-3908).

[5] Cindy Cekti, Adiguno S.W., Sarah

A.H., Khoirul A., Mohammad E.P., Datu R., Dyah A.R., dkk.

(2008). Perbandingan Kejadian Dan Faktor Risiko Hipertensi Antara RW 18 Kelurahan

Panembahan Dan RW 1 Kelurahan Patehan. Berita

Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No. 4. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta. [6] Destyana, Saryono, dan

Mursiyam. (2009). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Dan

Golongan Darah Di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto

Timur. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol ume 4, No.2 Juli 2009.

[7] Dhianningtyas, Yunita dan Hendrati, Lucia Y. (2006). Risiko

Obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia

produktif. The Indonesian Journal of Public Health Vol. 2 No. 3.

[8] Hendy Purnamasari, Untung Gunarso, dan Lantip Rujito. (2010). Overweight Sebagai

Faktor Resiko Low Back Pain Pada Pasien Poli Saraf Rsud

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari

2010. [9] Heryudarani Harahap,

Hardiansyah, Budi Setiawan, dan

Imam Efendi. (2008). Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis

Kelamin, Usia, Golongan Darah dan Riwayat Keturunan Dengan

Tekanan Darah Pada Pegawai Negeri Sipil di Pekan Baru. Puslitbang Gizi dan Makanan

2008. 31(2): 51-58. [10] James R. Sowers, Adam Whaley-

Connell, and Melvin R. Hayden. (2011). The Role of Overweight and Obesity in the Cardiorenal

Syndrome. Cardiorenal Med 2011;1:5–12.

[11] Joint National Committee VII (2003). The Seventh Report of Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of

High Blood Pressure VII . [12] Kanavi Roopa Shekharappa,

Smilee Johncy S, Mallikarjuna P

T, Vedavathi K J, and Mary Prem Jayarajan. (2011). Correlation

Between Body Mass Index and Cardiovascular Parameters In Obese and Non-Obese In

Different Age Groups. International Journal of Biological

and Medical Research. [13] Kodama, Hiroko. (2010).

Problems of Underweight in

Young Females and Pregnant Women in Japan. JIMAJ. Journal

of the Japan Medical Association Vol.53 No.5.

[14] Lei Wang, Nan-Fang Li, Jin Yang,

Ling Zhou, Tao Li, and Jing Hong. (2010). Risk Factors for

Prehypertension In Xinjiang Uygur Population. Journal of Geriatric Cardiology, Vol 7, No.

2. [15] N. L Nanaware, A. M Gavkare,

and A. D Surdi. (2011). Study of Correlation of Body Mass Index (BMI) With Blood Pressure in

School Going Children and Adolescents. International

Journal of Recent Trends in

Page 16: Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah

Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 47

Science And Technology, E-ISSN 2249-8109, Volume 1, Issue 1,

2011 pp 20-26. [16] National Heart, Lung, and Blood

Institute. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure. National Institutes of Health. U.S. Department Of Health And Human Services.

[17] Podojoyo dan Masnawiyah. (2013). Perbedaan Rata-Rata

Tekanan Darah Sistolik Dengan Status Gizi, Konsumsi Lemak Dan Serat Siswa SMA Xaverius 1

Palembang. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7

No.1 April 2013. [18] Pratama, Kayetanus Aldy dan

Bungawati, Dahlia. (2011). Kajian

Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Tekanan Darah Pada

Perawat Di Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Vol. 4, No.2. ISSN 2085-

0921. [19] Ravisankar P, Madanmohan,

Kaviraja Udupa, and E. Sankaranarayanan Prakash. (2005). Correlation Between

Body Mass Index and Blood Pressure Indices, Hangrip

Strength and Hangrip Endurance In Underweight, Normal Weight, and Overweight Adolescents.

Departement of Physicology, Jawaharlal Institude of

Postgraduate Medical Education and Research (JIPMER), Pondicherry.

[20] Sartika, Ratu Ayu Dewi. (2011). Faktor Risiko Obesitas Pada

Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 1.

[21] Sharon L Lewis, Shannon Ruff Dirksen, Margaret Molean

Heltkemper, Linda Bucher, and

Ian M. Camera. (2011). Medical Surgical Nursing: Assesment and

Management of Clinical Problems. 8th Edition. Elsevier.

[22] Sri Andarini, Nia Novita Wirawan, dan Putri Rahayu Mellaningrum. (2013). Hubungan Beberapa

Indikator Obesitas Dengan Tekanan Darah Pada Usia

Dewasa di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Fakultas Kedokteran, Universitas

Brawijaya Malang. [23] State of Victoria. (2013). Blood

Pressure (Low) – Hypotension. Better Health Channel, Victorian Minister for Health.

[24] F Tesfaye, NG Nawi, H Van Minh, P Byass, Y Berhane, R

Bonita, and S Wall. (2007). Association Between Body Mass Index and Blood Pressure Across

Three Populations In Africa and Asia. Journal of Human

Hypertension. [25] Wenyue Pang, Zhaoqing Sun,

Liqiang Zheng, Jue Li, Xingang

Zhang, Shuangshuang Liu, Changlu Xu, et al. (2007). Body

Mass Index and the Prevalence of Prehypertension and Hypertension in a Chinese Rular

Population. Tongji University, Shanghai, China. Internal

Medicine.