Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 32
Journal Educational of Nursing (JEN)
Vol.1 No.1 – Juli – Desember 2018; hal. 32-47 p-ISSN : 2655-2418; e-ISSN : 2655-7630 journal homepage: https://ejournal.akperrspadjakarta.ac.id
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah Pada Usia Dewasa di RW.08 Kelurahan Mekarbakti
Kecamatan Panongan
Tommy J. Wowor1, Jaelani2 1 Fakultas Ilmu Kesehatan – Universitas Nasional Jakarta
2 Fakultas Ekonomi – UNSIKA Karawang Jawa Barat
Abstrak
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah indeks sederhana untuk berat dan tinggi badan yang biasanya digunakan untuk mengklasifikasikan underweight, overweight, dan obesitas pada orang dewasa. Sebanyak 13,3% orang dewasa di Indonesia yang
berusia lebih dari 18 tahun pada tahun 2013 tergolong dalam kategori overweight, dan 15,4% yang obesitas (Riskesdas, 2013). IMT dapat diukur dengan cara berat
badan dalam kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m 2) (WHO, 2014). Orang dengan usia 20–45 tahun yang mengalami obesitas 6 kali beresiko untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang dengan usia 20–45
tahun yang memiliki berat badan normal (Kelly, 2005). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada usia
dewasa. Rancangan penelitian adalah cross sectional. Sampel dipilih dengan cara cluster sampling dengan jumlah sampel 217 orang yang berada di wilayah RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Uji statistik yang digunakan adalah
one way anova, regresi linier sederhana, serta uji t independen. Hasil penelitian menunujukkan bahwa usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok,
asupan garam, aktivitas fisik dan indeks massa tubuh berhubungan signifikan dengan tekanan darah (p < 0,05).
Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh (IMT), Tekanan Darah, Gemuk dan Obesitas, Hipertensi, Hipotensi
1 E-mail : [email protected] 2 E-mail : [email protected]
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 33
Pendahuluan
Berat badan adalah salah satu
faktor ekspresi dari gaya hidup. Semakin tidak terkontrolnya pola
makan seseorang karena tidak teraturnya gaya hidup, maka semakin beresiko tinggi terkena obesitas
(Purnamasari dkk, 2010). Berdasarkan data WHO (2013), Kelebihan berat
badan dan obesitas merupakan penyebab ke lima resiko kematian di dunia. Sebanyak 2,8 juta orang
dewasa meninggal setiap tahunnya karena kelebihan berat badan dan
obesitas. Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 juta orang dewasa, >20 tahun memiliki kelebihan berat badan. 35%
orang dewasa >20 tahun yang memiliki kelebihan berat badan dan
11% obesitas. 65% populasi dunia yang tinggal di negara-negara dimana kelebihan berat badan dan obesitas
membunuh seseorang lebih banyak daripada berat badan yang rendah.
Di Indonesia, status gizi berdasarkan pengukuran IMT pada orang dewasa (>18 tahun) adalah
sebesar 8,7% dalam kategori kurus, kategori berat badan lebih sebesar
13,5% dan kategori obesitas sebesar 15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa yang obesitas pada tahun
2013 yaitu sebesar 19,7%, sedangkan pada penduduk perempuan dewasa
sebesar 32,9%. Jawa Barat merupakan salah satu dari enam belas provinsi di Indonesia yang memiliki
prevalensi penduduk obesitas diatas nasional yaitu sebesar 11%
(Riskesdas, 2013). Seseorang yang memiliki umur
sekitar 20 tahun merupakan kelompok
umur yang sangat penting untuk mempelajari faktor-faktor resiko
kardiovaskuler, karena umur tersebut merupakan transisi dari remaja ke dewasa muda dan bersamaan untuk
merubah pekerjaan dan status sosial, serta perubahan gaya hidup yang
terjadi secara khas (Christoph H, dkk,
2009). Orang dengan usia 20 – 45 tahun yang mengalami obesitas 6 kali
beresiko untuk memiliki tekanan darah tinggi dibandingkan dengan orang
dengan usia 20 – 45 tahun yang memiliki berat badan normal (Kelly, 2005). Soetjiningsih (2004)
mengatakan bahwa dalam sebuah keluarga, obesitas dapat diturunkan
dari generasi ke generasi berikutnya. Bila kedua orang tua mengalami obesitas, maka 80% kemungkinan
anaknya menjadi obesitas. Bila yang mengalami obesitas hanya salah satu
orang tua, maka 40% kemungkinan anak mengalami obesitas, dan bila kedua orang tua tidak mengalami
obesitas, maka 14% kemungkinan anak mengalami obesitas.
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator kelebihan berat badan yang sering
dikaitkan dengan tekanan darah (Andarini, dkk, 2013). Indeks massa
tubuh adalah indeks sederhana dari berat badan dan tinggi badan yang biasanya digunakan untuk
menggolongkan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa.
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengukur berat badan seseorang dalam kilogram kemudian
dibagi tinggi badan dalam meter yang dikuadratkan (kg/m2) (WHO, 2013).
IMT merupakan ukuran yang menarik karena mudah digunakan, murah dan non invasif untuk menilai kelebihan
lemak tubuh (National Obesity Observatory, 2009).
Peningkatan yang dramatis dari obesitas pada remaja menandakan peningkatan penyakit kardiovaskuler di
masa depan yang disebabkan oleh kelebihan berat badan pada masa
muda sampai dewasa. Efek langsung dari obesitas adalah pada fungsi jantung, karena kelebihan lemak tubuh
memberikan efek negatif pada kesehatan jantung seiring dengan
bertambahnya tahun, dan juga
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 34
menjadi prioritas untuk mentaksir parameter jantung di masa dewasa
muda (Kanavi dkk, 2011). Kelebihan berat badan dan obesitas
menyebabkan resiko beberapa masalah kesehatan, diantaranya yaitu penyakit jantung koroner, tekanan
darah tinggi, diabetes tipe 2, batu empedu, masalah pernafasan, dan
kanker. Berat badan seseorang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, riwayat keluarga
dan genetik, metabolisme, perilaku dan kebiasaan, dan lain-lain (National
Hearth, Lung, and Blood Institute, 2014).
Tekanan darah menurut British
Heart Foundation (2005) merupakan tekanan dari darah pada pembuluh
arteri yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah tinggi diakibatkan karena
dinding arteri yang menjadi kaku dan mengalami kehilangan elastisitas, dan
menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit/konstriksi. Tekanan darah dihasilkan oleh gaya dari darah
yang menekan melawan dinding pembuluh darah (arteri) yang
dipompakan oleh jantung (National Hearth, Lung, and Blood Institute, 2014). Hipertensi dikenal dengan
peningkatan tekanan darah, yaitu kondisi dimana tekanan pada
pembuluh darah yang meningkat dan menetap. Peningkatan tekanan pembuluh darah tersebut
menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk mensuplai darah. Jika
sudah tidak terkontrol, hipertensi dapat mengakibatkan serangan jantung, pembesaran jantung dan dengan
cepat menjadi gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan kebutaan (American
Medical Association, 2013). Prevalensi hipertensi yang
didapatkan dari hasil pengukuran pada
umur ≥18 tahun adalah sebesar 26,5%. Provinsi Jawa Barat
menduduki urutan ke empat yaitu
sebesar 29,4%, setelah Bangka Belitung (30,9%), Kalimantan Selatan
(30,8%), dan Kalimantan Timur (29,6%). Pada analisis dari hasil
pengukuran hipertensi terbatas kelompok usia 15 – 24 tahun berdasarkan hasil pengukuran adalah
sebesar 8,7%, kelompok usia 25 – 34 tahun sebesar 14,7%, kelompok usia
35 – 44 tahun sebesar 24,8%. Prevalensi pengukuran hipertensi menurut jenis kelamin responden
didapatkan pada perempuan sebesar 28,8% dan pada laki-laki didapatkan
sebesar 22,8% (Riskesdas, 2013). Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ravisankar dkk (2005),
menyatakan bahwa pada laki-laki dan perempuan ditemukan yang
mengalami tekanan sistolik dan diastolik tertinggi adalah pada responden yang memiliki kelebihan
berat badan, pada tingkat menengah adalah responden dengan berat badan
normal dan paling sedikit pada responden yang berat badannya dibawah normal. Hal ini merupakan
perbedaan yang sangat jelas antara underweight dan overweight meskipun
tekanan nadinya sama. Diperkirakan bahwa pengisian arteri dan struk volume tidak berbeda antara
keduanya, dan membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
cardiac output pada ketiga kelompok tersebut. Hasil observasi perbedaan antara berat badan dibawah normal,
berat badan normal, dan berat badan yang diatas normal disebabkan karena
perbedaan pengaturan otonom kardiovaskuler dan atau metabolisme energi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pang dkk (2007), menganalisis
bahwa kelebihan berat badan dan obesitas merupakan prediktor penting dari peningkatan tekanan darah.
Orang dengan kelebihan berat badan dan obesitas memiliki tekanan sistolik
dan diastolik yang lebih tinggi
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 35
dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan normal. Sebesar
93,6% orang yang memiliki kelebihan berat badan mengalami prehipertensi
atau hipertensi dan 61,6% pada laki-laki yang mengalami hipertensi, sedangkan 83,8% dan 33,3% diantara
orang-orang yang bukan overweight. Pada wanita, 90,1% orang obesitas
mengalami prehipertensi dan hipertensi dan 62,4% mengalami hipertensi, sedangkan 74,4% dan
33,6% diantara orang-orang yang bukan overweight. Studi Framingham
(1974) dalam Pang dkk (2007), ditemukan bahwa kenaikan 10% berat badan menjelaskan kenaikan 7 mmHg
tekanan darah sistolik, dan menemukan bahwa setiap kilogram
penurunan berat badan akan menurunkan 0,33 mmHg tekanan darah sistolik dan 0,43 mmHg tekanan
darah diastolik. Efek jangka panjang dari penurunan berat badan dapat
menurunkan kemungkinan hipertensi sebesar 77%.
Penelitian yang dilakukan olah
Humayun dkk (2009) menyatakan bahwa hipertensi berkaitan langsung
dengan IMT. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan IMT menyebabkan peningkatan tekanan
darah pada laki-laki maupun perempuan. Hipertensi sangat terkait
dengan usia dan jenis kelamin. Pada laki-laki prevalensi hipertensi umumnya tinggi pada semua
kelompok umur, sedangkan pada wanita terdapat kenaikan yang
signifikan terhadap jumlah wanita yang mengalami hipertensi pada kelompok usia dibawah 30 tahun dalam kategori
kelebihan berat badan, dan meningkatnya jumlah hipertensi pada
wanita diatas usia 59 tahun pada kategori kelebihan berat badan dan obesitas dibandingkan dengan laki-
laki. Dalam kategori IMT normal, presentase yang relatif besar yang
menunjukkan tanda-tanda hipertensi adalah pada laki-laki.
Berdasarkan hasil pengukuran dan observasi di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, Kecamatan Panongan, , pada beberapa orang perempuan yang berusia lebih dari 20 tahun
dengan berat badan yang berlebih, ditemukan tekanan darah yang kurang
dari normal atau hipotensi. Sedangkan pada beberapa orang laki-laki yang memiliki berat badan normal memiliki
tekanan darah yang sedikit tinggi atau prehipertensi.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan
darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan
Panongan, . Sementara tujuan khususnya adalah untuk mengetahui :
a. Karakteristik responden (usia,
jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan
garam, dan aktivitas fisik) pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,
Kecamatan Panongan, . b. Gambaran indeks massa tubuh
dan tekanan darah responden pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,
Kecamatan Panongan, . c. Hubungan usia, jenis kelamin,
riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, asupan garam, dan aktivitas fisik dengan tekanan
darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,
Kecamatan Panongan, .
Metodelogi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan metode deskriptif analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu
suatu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor – faktor resiko dengan efek,
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 36
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
pada saat yang bersamaan. Populasi penelitian ini adalah
seluruh warga RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, yang berusia dewasa (19 – 64 tahun)
sebanyak 1300 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Probability samples.
Sampel diambil dengan cara mengambil sebesar 20% dari populasi
1300 orang (N=1300) dari 1 RW yaitu sebanyak 8 RT. Maka, 8 x 20% = 1,6 (2 RT). Kemudian 2 RT dari 8 RT yang
diambil adalah RT 3 dan RT 8, yang dilakukan dengan cara dikocok. RT 3
berjumlah 145 orang dan RT 8 berjumlah 88 orang, jadi besar sampel adalah 233 orang. Kemudian semua
usia dewasa yang berdomisili di 2 RT tersebut akan diambil menjadi sampel.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu menggunakan kuisioner yang
dibuat oleh peneliti dengan mengacu pada konsep dan teori yang diuraikan
dalam studi pustaka dan hasil penelitian sebelumnya. Instrumen penelitian yang digunakan untuk
pemeriksaan fisik yaitu menggunakan timbangan, stature meter, tensimeter,
dan stetoskop. Instrumen kuisioner terbagi dalam 3 bagian pertanyaan. Bagian pertama berupa data
demografi responden yaitu nama (inisial), usia responden, dan jenis
kelamin. Kuesioner bagian kedua yaitu berupa pertanyaan tertutup tentang Indeks Massa Tubuh (IMT) responden
dan tekanan darah responden yang akan diukur langsung oleh peneliti.
Kuesioner bagian ketiga yaitu berupa pertanyaan tertutup tentang riwayat hipertensi, kebiasaan merokok,
pengetahuan tentang IMT, dan tekanan darah. Kemudian akan
dilakukan penjumlahan pada masing-
masing jawaban. Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesioner
± 15 menit. Selain untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk uji coba
juga merupakan proses untuk melengkapi isi kuesioner yang digunakan.
Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat Usia
Tabel-1. Distribusi Frekuensi Usia di RW.08,
Kel Mekarbakti, Kec. Panongan 2015
Variabel
Mean
Median
SD Min-Max
95% CI
Usia 35,9
6 32
13,2
83 19 – 64
34,18-
37,74
Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015, didapatkan rata-rata usia
responden adalah 35,96 tahun ± 13,283 tahun, median 32 tahun, dengan usia termuda 19 tahun dan
usia tertua 64 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia responden adalah antara 34,18 tahun sampai dengan 37,74 tahun. Jenis Kelamin Tabel-2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin di
RW.08, Kel Mekarbakti, Panongan 2015
Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-Laki 59 27,2
Perempuan 158 72,8
Total 217 100
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan
Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 158 orang (72,8%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 59
orang (27,2%). Riwayat Hipertensi
Tabel-3. Distribusi Frekuensi Riwayat Hipertensi di RW.08, Kel Mekarbakti Panongan
2015
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 37
Riwayat Tekanan Darah
Frekuensi Persen (%)
Tidak Ada 164 75,6
Ada 53 24,4
Total 217 100
Dari tabel-3 menunjukkan
bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden
yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebanyak 164 orang (75,6%),
sedangkan 53 orang (24,4%) yang memiliki riwayat hipertensi.
Kebiasaan Merokok Tabel-4. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Responden RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, Kecamatan Panongan 2015
Kebiasaan Merokok
Frekuensi Persen (%)
Tidak
Merokok
141 65,0
Merokok 76 35,0
Total 217 100
Dari tabel-4 menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan
Panongan, tahun 2015 responden yang tidak memiliki kebiasaan
merokok sebanyak 141 orang (65%), dan responden yang merokok sebanyak 76 orang (35%). Asupan Garam
Tabel-8. Distribusi Frekuensi Asupan Garam
RW.08, Kel Mekarbakti, Kec Panongan 2015
Asupan Garam
Frekuensi Persen (%)
Cukup 135 62,2
Lebih 82 37,8
Total 217 100
Dari tabel-4 menunjukkan
bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian
besar responden mengkonsumsi garam dalam kategori cukup (≤ 1
sendok teh perhari) yaitu sebanyak 135 orang (62,2%), sedangkan sebanyak 82 orang (37,8%) dengan
asupan garam yang lebih (>1 sendok teh perhari). Aktivitas Fisik
Tabel-9. Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik
RW.08, Kel Mekarbakti, Kec Panongan 2015
Aktifitas Fisik
Frekuensi Persen (%)
Aktif 110 50,7
Tidak Aktif
107 49,3
Total 217 100
Dari tabel-5 menunjukkan
bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan
Panongan, tahun 2015 responden yang aktif sebanyak 110 responden (50,7%), sedangkan yang tidak aktif
melakukan aktivitas fisik sebanyak 107 responden (49,3%). Tekanan Darah
Tabel-6. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Responden di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015
Tekanan Darah
Mean Median SD Min-Max
95% CI
Sistolik 120,60 120 19,030 80
– 180
118,05-
123,15
Diastolik 77,65 80 10,563 60
– 100
76,24-
79,06
Hasil analisis data dari tabel-6
menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik adalah 120,60 mmHg ±
19,030 mmHg, median tekanan darah sistolik sebesar 120 mmHg, dengan
tekanan darah sistolik minimum sebesar 80 mmHg dan maksimum sebesar 180 mmHg. Dan rata-rata
tekanan darah diastolik sebesar 77,65 mmHg ± 10,563 mmHg, median
tekanan darah diastolik 80 mmHg, dengan tekanan darah diastolik minimum sebesar 60 mmHg dan
maksimum sebesar 100 mmHg.
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 38
Indeks Massa Tubuh Tabel-7. Distribusi Frekuensi Indeks Massa
Tubuh di RW.08, Kel Mekarbakti Panongan 2015
Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persen
(%)
Underweight 11 5,1
Normal 100 46,1
Overweight dan Obesitas
106 48,8
Total 217 100
Dalam penelitian ini, Indeks Massa Tubuh (IMT) digolongkan
menjadi tiga kategori, yaitu underweight (<18,5 Kg/m2), normal
(18,5– <25 Kg/m2), dan overweight and obese (≥25 Kg/m2). Dari tabel 15
menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar indeks
massa tubuh responden tergolong dalam kategori overweight dan obesitas yaitu sebanyak 106 orang
(48,8%), responden dengan kategori IMT normal sebanyak 100 orang
(46,1%), sedangkan responden dengan kategori IMT underweight yaitu 11 orang (5,1%). 2. Analisis Bivariat
Hubungan Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Responden
Tabel-8. Analisis Hubungan Indeks Massa Tubuh Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015
IMT Mean SD 95% CI Min-Max P Value n
Tekanan Darah Sistolik
Underweight 106,36 12,060 98,26 – 224,47 90 – 130 0,001*
11 Normal 116,50 17,944 112,94 – 120,06 80 – 170 100
Overweight dan Obesitas 125,94 19,013 122,28 – 129,61 90 – 180 106
Tekanan Darah
Diastolik
Underweight 73,64 9,244 67,43 – 79,85 60 – 90
0,001*
11
Normal 75,10 9,045 73,31 – 76,89 60 – 100 100 Overweight dan Obesitas 80,47 11,329 78,29 – 79,06 60 – 100 106
* Bermakna pada α < 0,05
Hasil perhitungan dengan uji statistik oneway anova didapat nilai p
= 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada orang
dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan,
tahun 2015. Hubungan Usia Responden Dengan
Tekanan Darah
Tabel-9. Analisis Hubungan Usia Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015
Variabel r R2 Persamaan Garis P Value
Usia 0,546 0,299 TDS = 92,447 + 0,783 *Usia
0,0005* 0,308 0,095 TDD = 68,828 + 0,245 *Usia
* Bermakna pada α < 0,05
Dari analisis tabel-9 didapatkan hasil dari 217 responden yang diteliti,
bahwa hubungan usia responden dengan tekanan darah sistolik
menunjukkan hubungan kuat (r = 0,546) dan berpola positif artinya semakin bertambah usia responden
maka semakin tinggi tekanan darah sistoliknya. Nilai koefisien dengan
detrminasi 0,299 yang artinya persamaan garis regresi yang kita
peroleh dapat menerangkan 29,9% variasi tekanan darah sistolik atau
persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan variabel tekanan darah sistolik.
Hubungan usia responden dan tekanan darah diastolik juga
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 39
menunjukkan hubungan kuat (r = 0,308) dan berpola positif artinya
semakin bertambah usia responden maka semakin tinggi tekanan darah
diastoliknya. Nilai koefisien dengan determinasi 0,095 yang artinya persamaan garis regresi yang kita
peroleh dapat menerangkan 9,5% variasi tekanan darah diastolik atau
persamaan garis yang diperoleh cukup
baik untuk menjelaskan variabel tekanan darah diastolik.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,0005 (P < 0,05), artinya
terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik di
RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah
Tabel-10. Analisis Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015
Jenis Kelamin Mean SD MD 95% CI
P Value n Lower Upper
Tekanan Darah Sistolik
Laki-Laki 127,63 14,183 9,526 3,950 15,101 0,001*
59
Perempuan 118,10 19,909 158 Tekanan Darah Diastolik
Laki-Laki 81,53 8,054 5,260 2,172 8,347 0,001*
59
Perempuan 76,27 10,971 158
* Bermakna pada α < 0,05
Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden laki-laki adalah 81,53 mmHg ± 8,054 mmHg,
sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden perempuan 76,27 mmHg ± 10,971 mmHg. rata-
rata perbedaan tekanan darah diastolik 5,260 pada responden laki-
laki dengan perempuan. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah
diastolik adalah diantara 2,172 sampai 8,347. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik
antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
jenis kelamin dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Riwayat Hipertensi
Dengan Tekanan Darah Responden
Tabel-11. Analisis Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tekanan Darah Responden di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015
Riwayat
Hipertensi Mean SD MD
95% CI P Value
n Lower Upper
Tekanan Darah Sistolik
T idak 114,39 14,952 -25,798 -30,948 -20,649 0,001*
164
Ada 140,19 16,812 53 Tekanan Darah Diastolik
T idak 75,55 9,736 -8,791 -11,935 -5,646 0,001*
164
Ada 84,34 10,097 53
* Bermakna pada α < 0,05
Rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik sebesar -8,791 pada
responden yang memiliki riwayat hipertensi dan tidak memiliki riwayat hipertensi. Diperkirakan dengan
tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah diastolik
adalah diantara -11,935 sampai -5,646. Rata-rata tekanan darah
diastolik pada responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi adalah 75,55 mmHg ± 9,736 mmHg,
sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 40
memiliki riwayat hipertensi 84,34 mmHg dengan ± 10,097 mmHg. Hasil
uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada
perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang tidak memiliki riwayat
hipertensi dengan responden yang memiliki riwayat hipertensi. Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat
hipertensi dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Kebiasaan Merokok
Dengan Tekanan Darah Responden
Tabel-12. Analisis Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Tekanan Darah Responden di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, Tahun 2015
Kebiasaan Merokok
Mean SD MD 95% CI
P Value n Lower Upper
Tekanan Darah Sistolik
T idak Merokok 114,68 17,466 -17,161 -21,972 -12,350 0,001*
141
Merokok 131,84 16,550 76 Tekanan Darah Diastolik
T idak Merokok 75,32 10,990 -6,786 -9,596 -3,976 0,001*
141
Merokok 82,11 7,885 76
* Bermakna pada α < 0,05
Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar -6,786 pada
responden yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak merokok. Diperkirakan dengan tingkat
kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik adalah diantara -9,596 sampai -3,976. Rata-rata
tekanan darah diastolik pada responden yang tidak merokok adalah
131,84 mmHg ± 16,550 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang
merokok 82,11 mmHg ± 7,885 mmHg.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat
ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang tidak merokok dengan
responden yang memiliki kebiasaan merokok. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Asupan Garam Dengan
Tekanan Darah Responden
Tabel-13. Analisis Hubungan Asupan Garam Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan,
Asupan Garam
Mean SD MD 95% CI
P Value n Lower Upper
Tekanan Darah Sistolik
Cukup 114,30 16,641 -16,923 -21,654 -12,192 0,001*
135
Lebih 131,22 17,943 82 Tekanan Darah Diastolik
Cukup 75,33 10,133 -6,252 -9,034 -3,470 0,001*
135
Lebih 81,59 9,996 82
Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar -6,252 pada
responden yang mengkonsumsi cukup garam dengan yang mengkonsumsi
garam lebih. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik
adalah diantara -9,034 sampai -3,470. Rata-rata tekanan darah diastolik pada
responden yang mengkonsumsi garam dalam kategori cukup adalah 75,33
mmHg ± 10,133 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik untuk
responden yang mengkonsumsi garam dalam kategori lebih 81,59 mmHg ± 9,996 mmHg. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 41
yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara responden yang
mengkonsumsi garam yang cukup dengan responden yang
mengkonsumsi garam berlebihan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
asupan garam dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Responden
Tabel-14. Analisis Hubungan Aktivitas Fisik Responden Dengan Tekanan Darah di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, Kecamatan Panongan,
Aktivitas Fisik Mean SD MD 95% CI
P Value n Lower Upper
Tekanan Darah Sistolik
Aktif 116,55 17,370 -8,408 -13,372 -3,444 0,001*
110 T idak Aktif 124,95 19,685 107
Tekanan Darah Diastolik
Aktif 75,36 10,552 -4,730 -7,476 -1,984 0,001*
110 T idak Aktif 80,09 9,952 107
* Bermakna pada α < 0,05
Rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik sebesar –4,730 pada
responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang
tidak aktif. Diperkirakan dengan tingkat kepercayaan 95% rata-rata perbedaan tekanan darah sistolik adalah diantara
-7,476 sampai -1,984. Rata-rata tekanan darah diastolik pada responden yang melakukan aktivitas
fisik pada kategori aktif adalah 75,36 mmHg ± 10,552 mmHg, sedangkan
rata-rata tekanan darah diastolik untuk responden yang melakukan aktivitas fisik pada kategori tidak aktif 80,09
mmHg ± 9,952 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001,
berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah diastolik antara
responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang
tidak aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.
Pembahasan 1. Data Demografi Responen
Usia
Hasil analisis univariat didapatkan rata-rata usia responden
adalah 35,96 tahun ± 13,283 tahun, median 32 tahun, dengan usia
termuda 19 tahun dan usia tertua 64 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata-rata usia responden adalah antara 34,18 tahun sampai dengan 37,74 tahun. Usia rata-rata
responden termasuk dalam kategori dewasa muda, seperti yang
dinyatakan oleh Soetardjo (2011) yaitu usia 19 – 49 tahun yang disebut dewasa muda dan usia 50 – 64 tahun
yang disebut dewasa setengah tua. Jenis Kelamin
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 158 orang (72,8%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 59 orang (27,2%). Riwayat Hipertensi
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak
memiliki riwayat hipertensi sebanyak
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 42
164 orang (75,6%), sedangkan 53 orang (24,4%) yang memiliki riwayat
hipertensi. Kebiasaan Merokok
Hasil analisis univariatmenunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang tidak
memiliki kebiasaan merokok sebanyak 141 orang (65%), dan responden yang merokok sebanyak 76 orang (35%).
Rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Salah satu zat yang
bernama nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah amat kecil
di dalam paru-paru dan diedarkan mengikuti aliran darah hingga mencapai otak yang hanya
memerlukan waktu beberapa detik. Reaksi otak terhadap nikotin yaitu
memberi sinyal kepada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin) yang dapat menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi (Mannan dkk, 2012). Asupan Garam
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa dari 217
responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar responden
mengkonsumsi garam dalam kategori cukup (≤ 1 sendok teh perhari) yaitu
sebanyak 135 orang (62,2%), sedangkan sebanyak 82 orang (37,8%) dengan asupan garam yang
lebih (>1 sendok teh perhari). Mengkonsumsi garam lebih dari
yang dianjurkan dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini disebabkan karena garam menyebabkan
penumpukan cairan tubuh karena menarik dan menahan cairan ekstrasel
agar tidak dikeluarkan yang akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam kurang atau sama dengan 3 gram perhari,
ditemukan rata-rata tekanan darah yang rendah, sedangkan pada masyarakat yang mengkonsumsi
garam sekitar 7 – 8 gram perhari, rata-rata tekanan darahnya lebih tinggi
(Depkes, 2006). Aktivitas Fisik
Hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 responden yang aktif sebanyak 110 responden (50,7%),
sedangkan yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik sebanyak 107 responden
(49,3%). Aktivitas fisik adalah kegiatan
seseorang dengan menggerakkan
tubuh khususnya otot yang membutuhkan energi, sehingga dapat
meningkatkan kecepatan detak jantung dan pernafasan. Para ahli menganjurkan untuk berolahraga
menguras tenaga selama 30 menit sebanyak 3 sampai 4 kali seminggu.
Aktivitas fisik yang ringan adalah berjalan kaki dengan porsi 30 menit atau lebih sebanyak tiga kali
seminggu, tetapi untuk menurunkan atau mempertahankan berat badan
harus ditingkatkan dengan berjalan cepat sebanyak lima atau enam kali seminggu. Selain itu, mengerjakan
pekerjaan rumah tangga yang dilakukan selama 30 menit juga dapat
membakar kalori yang sama dengan berolahraga. (Nurrahmani, 2011; Sartika, 2011). Tekanan Darah
Hasil analisis univariat
menunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan,
tahun 2015 diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik adalah 120,60 mmHg ±
19,030 mmHg, median tekanan darah
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 43
sistolik sebesar 120 mmHg, dengan tekanan darah sistolik minimum
sebesar 80 mmHg dan maksimum sebesar 180 mmHg. Dan rata-rata
tekanan darah diastolik sebesar 77,65 mmHg ± 10,563 mmHg, median tekanan darah diastolik 80 mmHg,
dengan tekanan darah diastolik minimum sebesar 60 mmHg dan
maksimum sebesar 100 mmHg. Tekanan darah adalah faktor
terpenting dalam sistem sirkulasi, yang
merupakan kekuatan yang dihasilkan jantung untuk memompa darah
bersirkulasi pada dinding pembuluh darah arteri dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama dari
kehidupan, termasuk detak jantung, kecepatan pernapasan, dan
temperatur. Tekanan dalam sistem peredaran darah dan detak jantung ditimbulkan oleh pembuluh darah arteri
karena memiliki dinding yang elastis dan beresistensi yang sama terhadap
aliran darah. Tekanan darah dibedakan menjadi hipotensi (<90/60 mmHg), normotensi (120/80 mmHg),
dan hipertensi (140/90 mmHg). Hipotensi atau tekanan darah rendah
merupakan istilah yang digunakan untuk seseorang yang memiliki tekanan darah yang sangat rendah
sehingga aliran darah ke otak berkurang, maka seseorang akan
merasa pusing bahkan sampai pingsan. Namun tekanan darah rendah tidak separah komplikasi-
komplikasi yang menyertai tekanan darah tinggi (Bungawati dan Pratama,
2011; Anggara dan Prayitno, 2013). Indeks Massa Tubuh
Hasil analisis
univariatmenunjukkan bahwa dari 217 responden di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015 sebagian besar indeks massa tubuh responden tergolong
dalam kategori overweight dan obesitas yaitu sebanyak 106 orang
(48,8%), responden dengan kategori
IMT normal sebanyak 100 orang (46,1%), sedangkanresponden dengan
kategori IMT underweight yaitu 11 orang (5,1%).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah alat sederhana untuk mengetahui keadaan massa tubuh
orang dewasa (>18 tahun) yang tergolong dalam kategori kurus,
normal atau gemuk, sehingga dapat memprediksikan kesehatan seseorang terkait dengan resiko kesehatan
tubuhnya, dengan cara membandingkan berat badan (kg)
dengan tinggi badan kuadrat (m) (Nurrahmani, 2011; Supariasa dkk, 2012). 2. Hubungan Antar Variabel Hubungan Indeks Massa Tubuh
Dengan Tekanan Darah Responden
Hasil perhitungan dengan uji statistik oneway anova pada analisis
bivariatdidapat nilai p = 0,001 lebih kecil dari nilai α (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada orang dewasa di
RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015. Hubungan Usia Responden Dengan Tekanan Darah
Hasil uji statistik analisis
bivariatdidapatkan nilai p = 0,0005 (P < 0,05), artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara usia dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik di RW.08, Kelurahan
Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi karena usia terjadi secara alami sebagai proses menua dan
didukung oleh beberapa faktor eksternal. Hal ini dikuatkan oleh
penelitian yang mengatakan seiring dengan bertambahnya usia seseorang, akan terjadi peningkatan
tekanan darah yang disebabkan oleh perubahan otot-otot jantung,
perubahan struktur pembuluh darah
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 44
yang menjadi kaku, dan perubahan hormon (Bungawati dan Pratama,
2010; Depkes, 2006). Hubungan Jenis Kelamin Dengan
Tekanan Darah
Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001,
berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata
tekanan darah sistolik dan diastolik antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tekanan darah
pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.
Responden dalam penelitian ini merupakan golongan usia dewasa,
maka menurut penelitian Bungawati dan Pratama (2011) bahwa terjadinya peningkatan tekanan darah banyak
terjadi pada laki-laki yang berusia muda dan paruh baya atau sekitar usia
35 – 50 tahun, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Namun
pada perempuan kebanyakan hipertensi terjadi pada usia di atas 55
tahun setelah memasuki masa menopause karena diakibatkan oleh faktor hormonal. Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tekanan Darah Responden
Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001, berarti pada alpha 5% terlihat ada
perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik
antara responden yang tidak memiliki riwayat hipertensi dengan responden yang memiliki riwayat hipertensi.Dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara riwayat
hipertensi dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan,
tahun 2015. Hubungan Kebiasaan Merokok
Dengan Tekanan Darah Responden
Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001,
berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata
tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang tidak merokok dengan responden yang memiliki
kebiasaan merokok.Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kebiasaan merokok dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti,
kecamatan Panongan, tahun 2015. f. Hubungan Asupan Garam Dengan
Tekanan Darah Responden
Hasil uji statistik analisis bivariatdidapatkan nilai p = 0,001,
berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata
tekanan darah sistolik dan diastolik antara responden yang mengkonsumsi garam yang cukup dengan responden
yang mengkonsumsi garam berlebihan.Dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara asupan garam dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.
Asupan garam yang berlebihan atau lebih dari 3 gram (satu sendok teh) perhari dapat terjadi peningkatan
tekanan darah. Hal ini disebabkan karena garam mengandung natrium
(sodium) yang dibutuhkan tubuh yaitu sebanyak 500 mg perhari untuk menjalankan fungsinya seperti
mengatur volume darah, tekanan darah, kadar air, dan fungsi sel. Jika
dikonsumsi secara berlebihan dalam sekali konsumsi dapat meningkatkan tekanan darah secara langsung pada
orang yang tubuhnya sensitif terhadap garam dapur. Mengkonsumsi
makanan asin lebih dari kebutuhan tubuh dapat dipengaruhi oleh budaya yang menjadikan lidah seseorang
menyukai rasa asin (Nurrahmani, 2011; Ardiansyah, 2012).
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 45
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tekanan Darah Responden
Hasil uji statistikanalisis bivariat didapatkan nilai p = 0,001, berarti
pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik antara
responden yang aktif melakukan aktivitas fisik dengan responden yang
tidak aktif melakukan aktivitas fisik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik dengan tekanan darah pada orang dewasa di RW.08,
Kelurahan Mekarbakti, kecamatan Panongan, tahun 2015.
Aktivitas fisik yang teratur dapat
membantu menurunkan tekanan darah terutama bagi penderita hipertensi
ringan. Aktivitas fisik yang berat efektif menurunkan tekanan darah, dan pada orang tertentu tidak perlu disertai
dengan penurunan berat badan. Semakin gemuk seseorang, semakin
tinggi pula tekanan darahnya. Maka semakin besar penurunan berat badan seseorang, semakin terkendalinya
tekanan darah. Dapat diartikan bahwa penurunan berat badan merupakan
gaya hidup seseorang yang pengaruhnya peling besar dalam perbaikan tekanan darah seseorang
(Depkes, 2006; Nurrahmani, 2011).
Kesimpulan
1. Gambaran karakteristik yang didapatkan dari hasil penelitian 217
responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia
dewasa muda (19 – 49 tahun) sebesar 80,6%, berjenis kelamin perempuan (72,8%), sebagian
besar tidak memiliki riwayat hipertensi (75%), tidak merokok
(65%), mengkonsumsi garam dalam batas yang cukup setiap harinya (62,2%), dan aktif melakukan
aktivitas fisik (50,7%). 2. Gambaran tekanan darah 217
responden yang diteliti terlihat
bahwa rata-rata tekanan darahnya tergolong normal, yaitu 120/80
mmHg. 3. Gambaran Indeks Massa Tubuh
(IMT) dari 217 responden yang diteliti menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kategori
IMT overweight dan obesitas (48,8%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, riwayat hipertensi, kebiasaan merokok,
asupan garam, dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada usia
dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05).
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan
tekanan darah pada usia dewasa di RW.08, Kelurahan Mekarbakti, Kecamatan Panongan, dengan nilai
p = 0,001 (p < 0,05). Artinya, peningkatan IMT berhubungan
dengan peningkatan tekanan darah.
Daftar Pustaka
[1] Angelya Lumoindong, Adrian Umboh, and Nurhayati
Masloman. (2013). Hubungan Obesitas Dengan Profil Tekanan Darah Pada Anak Usia 10-12
Tahun Di Kota Manado. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 1,
Nomor 1, Maret 2013, hlm. 147-153
[2] Anggara, Febri Haendra Dwi dan
Prayitno, Nanang. (2013). Faktor – Faktor Yang Berhubungan
Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan 2013.
[3] Anjum Humayun, Arbab Sher Shah, and Riffat Siltana. (2009). Relation of Hypertension with
Body Mass Index and Age In Male and Female Population of
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 46
Peshawar, Pakistan. J Ayub Med CollAbbottabad 2009;21(3).
[4] Anthony J Weekes, Ryan J. Zapata, and Antonio Napolitano.
(2007). Symptomatic Hypotension: ED Stabilization And The Emerging Role Of
Sonography. Emergency Medicine Practice (ISSN Print:
1524-1971, ISSN Online: 1559-3908).
[5] Cindy Cekti, Adiguno S.W., Sarah
A.H., Khoirul A., Mohammad E.P., Datu R., Dyah A.R., dkk.
(2008). Perbandingan Kejadian Dan Faktor Risiko Hipertensi Antara RW 18 Kelurahan
Panembahan Dan RW 1 Kelurahan Patehan. Berita
Kedokteran Masyarakat Vol. 24, No. 4. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. [6] Destyana, Saryono, dan
Mursiyam. (2009). Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tekanan Darah Dan
Golongan Darah Di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto
Timur. Jurnal Keperawatan Soedirman, Vol ume 4, No.2 Juli 2009.
[7] Dhianningtyas, Yunita dan Hendrati, Lucia Y. (2006). Risiko
Obesitas, kebiasaan merokok, dan konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia
produktif. The Indonesian Journal of Public Health Vol. 2 No. 3.
[8] Hendy Purnamasari, Untung Gunarso, dan Lantip Rujito. (2010). Overweight Sebagai
Faktor Resiko Low Back Pain Pada Pasien Poli Saraf Rsud
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health. Volume 4, Nomor 1, Januari
2010. [9] Heryudarani Harahap,
Hardiansyah, Budi Setiawan, dan
Imam Efendi. (2008). Hubungan Indeks Massa Tubuh, Jenis
Kelamin, Usia, Golongan Darah dan Riwayat Keturunan Dengan
Tekanan Darah Pada Pegawai Negeri Sipil di Pekan Baru. Puslitbang Gizi dan Makanan
2008. 31(2): 51-58. [10] James R. Sowers, Adam Whaley-
Connell, and Melvin R. Hayden. (2011). The Role of Overweight and Obesity in the Cardiorenal
Syndrome. Cardiorenal Med 2011;1:5–12.
[11] Joint National Committee VII (2003). The Seventh Report of Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure VII . [12] Kanavi Roopa Shekharappa,
Smilee Johncy S, Mallikarjuna P
T, Vedavathi K J, and Mary Prem Jayarajan. (2011). Correlation
Between Body Mass Index and Cardiovascular Parameters In Obese and Non-Obese In
Different Age Groups. International Journal of Biological
and Medical Research. [13] Kodama, Hiroko. (2010).
Problems of Underweight in
Young Females and Pregnant Women in Japan. JIMAJ. Journal
of the Japan Medical Association Vol.53 No.5.
[14] Lei Wang, Nan-Fang Li, Jin Yang,
Ling Zhou, Tao Li, and Jing Hong. (2010). Risk Factors for
Prehypertension In Xinjiang Uygur Population. Journal of Geriatric Cardiology, Vol 7, No.
2. [15] N. L Nanaware, A. M Gavkare,
and A. D Surdi. (2011). Study of Correlation of Body Mass Index (BMI) With Blood Pressure in
School Going Children and Adolescents. International
Journal of Recent Trends in
Tommy J. Wowor dkk | Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Tekanan Darah
Journal Educational of Nursing (JEN) Vol.1 No. 1 (2018) 47
Science And Technology, E-ISSN 2249-8109, Volume 1, Issue 1,
2011 pp 20-26. [16] National Heart, Lung, and Blood
Institute. (2003). The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. National Institutes of Health. U.S. Department Of Health And Human Services.
[17] Podojoyo dan Masnawiyah. (2013). Perbedaan Rata-Rata
Tekanan Darah Sistolik Dengan Status Gizi, Konsumsi Lemak Dan Serat Siswa SMA Xaverius 1
Palembang. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.7
No.1 April 2013. [18] Pratama, Kayetanus Aldy dan
Bungawati, Dahlia. (2011). Kajian
Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Tekanan Darah Pada
Perawat Di Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri Vol. 4, No.2. ISSN 2085-
0921. [19] Ravisankar P, Madanmohan,
Kaviraja Udupa, and E. Sankaranarayanan Prakash. (2005). Correlation Between
Body Mass Index and Blood Pressure Indices, Hangrip
Strength and Hangrip Endurance In Underweight, Normal Weight, and Overweight Adolescents.
Departement of Physicology, Jawaharlal Institude of
Postgraduate Medical Education and Research (JIPMER), Pondicherry.
[20] Sartika, Ratu Ayu Dewi. (2011). Faktor Risiko Obesitas Pada
Anak 5-15 Tahun Di Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol. 15, No. 1.
[21] Sharon L Lewis, Shannon Ruff Dirksen, Margaret Molean
Heltkemper, Linda Bucher, and
Ian M. Camera. (2011). Medical Surgical Nursing: Assesment and
Management of Clinical Problems. 8th Edition. Elsevier.
[22] Sri Andarini, Nia Novita Wirawan, dan Putri Rahayu Mellaningrum. (2013). Hubungan Beberapa
Indikator Obesitas Dengan Tekanan Darah Pada Usia
Dewasa di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Fakultas Kedokteran, Universitas
Brawijaya Malang. [23] State of Victoria. (2013). Blood
Pressure (Low) – Hypotension. Better Health Channel, Victorian Minister for Health.
[24] F Tesfaye, NG Nawi, H Van Minh, P Byass, Y Berhane, R
Bonita, and S Wall. (2007). Association Between Body Mass Index and Blood Pressure Across
Three Populations In Africa and Asia. Journal of Human
Hypertension. [25] Wenyue Pang, Zhaoqing Sun,
Liqiang Zheng, Jue Li, Xingang
Zhang, Shuangshuang Liu, Changlu Xu, et al. (2007). Body
Mass Index and the Prevalence of Prehypertension and Hypertension in a Chinese Rular
Population. Tongji University, Shanghai, China. Internal
Medicine.