86
51 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, bahasa Inggris hanya dipelajari di sekolah namun tidak dipakai dalam kehidupan sehari- hari. Secara umum bisa dipahami jika bahasa Inggris hanya dipelajari sebatas teori dan ilmu saja. Hal ini tentu berlawanan dengan konsep belajar suatu bahasa: dimana belajar suatu bahasa itu mempelajari 4 keahlian berbahasa (language skills): listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis). Jadi, jika bahasa itu keahlian yang harus dipergunakan maka penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan nyata menjadi kunci sukses untuk menguasai bahasa tersebut. Kemampuan bahasa Inggris di Indonesia berada sangat rendah di urutan ke-34, sedangkan Malaysia tembus di urutan ke-9. Dan hal ini di karenakan kebanyakan dari siswa kita merasa bingung dalam

Hubungan Filsafat Ilmu Dan Pembelajaran Bahasa Inggris

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

BAB IPendahuluan 1.1 Latar BelakangDi Indonesia, bahasa Inggris hanya dipelajari di sekolah namun tidak dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum bisa dipahami jika bahasa Inggris hanya dipelajari sebatas teori dan ilmu saja. Hal ini tentu berlawanan dengan konsep belajar suatu bahasa: dimana belajar suatu bahasa itu mempelajari 4 keahlian berbahasa (language skills): listening (mendengarkan), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis). Jadi, jika bahasa itu keahlian yang harus dipergunakan maka penggunaan bahasa Inggris dalam kehidupan nyata menjadi kunci sukses untuk menguasai bahasa tersebut. Kemampuan bahasa Inggris di Indonesia berada sangat rendah di urutan ke-34, sedangkan Malaysia tembus di urutan ke-9. Dan hal ini di karenakan kebanyakan dari siswa kita merasa bingung dalam menentukan konteks kata yang tepat. Didalam berbicara menggunakan bahasa inggris siswa biasanya kesulitan dalam memilih diksi yang tepat.Dalam belajar bahasa inggris, kosakata (vocabulary) sangat memiliki peranan penting. Semakin banyak kosakata yang kita miliki akan semakin mudah kita memahami pembicaraan atau tulisan orang lain dalam bahasa itu dan semakin mudah pula kita dapat mengemukakan isi fikiran kita dalam bahasa itu secara lisan maupun tulisan. Sebaliknya, semakin sedikit kosakata bahasa Inggris yang kita miliki, akan semakin sulit kita memahami pembicaraan atau tulisan orang lain dalam bahasa Inggris dan akan semakin sulit pula kita mengungkapkan isi fikiran dalam bahasa Inggris, secara lisan maupun tulisan. Vocab adalah masalah yang sangat signifikan bagi siswa. Kebanyakan orang berpendapat bahwa vocab harus dihafal, namun yang sebenarnya adalah vocab itu tidak harus dihafalkan melainkan dipahami. Pada awalnya kita hanya mengetahui kata ini artinya itu, kata itu artinya ini. Kita tidak lebih memahami makna sebenarnya. Misalnya kata look yang kita tau look itu artinya melihat. Tapi bila ditambahkan kata lain dibelakang atau didepannya look itu bisa berubah total maknanya. Maka dari contoh kasus ini kita dapat menyimpulkan bahwa kosa kata bukanlah hanya sekedar untuk dihapal akan tetapi untuk dipahami dan dimengerti dalam penggunaan nya di kontek yang tepat dalam situasi yang tepat. Dalam pemecahan masalah ini kami akan mengguakan peran filsafat ilmu sebagai rujukan dalam mencari solusi. Filsafat ilmu berusaha menelaah ilmu secara filosofis dari berbagai sudut pandang dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah, sitematis berpangkal pada metode ilmiah , analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah dan sikap konsisten dalam membangun teori serta tindakan ilmiah. Teori-teori yang akan di gunakan dalam pemecahan adalah teori Korespondensi, Koherensi, Pragmatis yang merupakan teori- teori kebenaran dalam filsafat ilmu.1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Pembahasan

Bab IITeori

2.1 Definisi Filsafat IlmuTerdapat banyak buku, kamus, dan para ahli yang telah mendefinisikan 'apa itu filsafat ilmu?'. Sebagian besar mengemukakan bahwa filsafat ilmu adalah terusan dari filsafat pengetahuan. Ia merupakan sebuah pemikiran reflektif terhadap segala persoalaan yang berkaitan landasan ilmu dan kehidupan manusia dari segala sisinya. Intinya, filsafat ilmu adalah suatu bidang pengetahuan integrative yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu (Muhlisin : 7).Karena filsafat ilmu merupakan penerusan dari pengembangan filsafat pengetahuan, maka objek dari filsafat ilmu itu sendiri adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ilmu berubah mengikuti perkembangan zaman. Pengetahuan baru tercipta karena hasil pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Dibawah ini merupakan arti dan makna dari filsafat ilmu yang telah didefinisikan oleh para ahli. Mereka adalah sebagai berikut :1. Robert Ackerman philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice.

Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.2. Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a wholeFilsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.3. Cornelius Benjamin That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines"Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.4. Michael V. Berry The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods.

Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.5. May Brodbeck Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science. Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan landasan ilmu.6. Peter Caws Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error". Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan7. Stephen R. Toulmin As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysicsSebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.Dari paparan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian filsafat ilmu itu mengandung konsepsi dasar yang mencakup hal-hal tersebut di bawah ini :0. Sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah0. Sikap sitematis berpangkal pada metode ilmiah 0. Sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas landasan ilmiah 0. Sikap konsisten dalam bangunan teori serta tindakan ilmiah

2.2 Karekteristik Filsafat IlmuSeperti yang telah diketahui bersama, filsafat ilmu adalah cabang dari filsafat. Filsafat ilmu berusaha untuk menelaan ilmu secara filosofis dari berbagai sudut pandang dengan sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-kriteria ilmiah, sistematis berpangkal pada metode ilmiah, analisis obyektif, etis, dan falsafi atas landasan ilmiah dan sikap konsisten dalam membangun teori serta tindakan ilmiah.Pada dasarnya objek material filsafat ilmu adalah ilmu dengan segala gejalanya manusia untuk tahu. Jadi selam manusia memiliki rasa ingin tahu, maka ilmu akan terus berkembang. Dan objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis dengan berbagai gejala dan upaya pendekatannya.Apabila di buat sebuah sketsa, maka tingkatan filsafat ilmu akan berada di atas ilmu karena filsafat ilmu menganalisa prosedur-prosedur logis dari ilmu. Seperti di bawah ini,Level Discipline Subject-matter

2 Philosophy of Science Analysis of the Procedures and Logic of Scientic Explanation

1 Science Explanation of Facts

0 Facts

Di tingkatan dasarnya adalah fakta yang merupakan pangkal pokok. Dengan kata lain, fakta adalah basis utama bangunan segala disiplin ilmu. Setingkat di atasnya adalah ilmu atau science. Ilmu inilah yang kemudian menjelaskan fakta. Kemudian yang paling atas adalah filsafat ilmu yang menganalisanya.

2.3 Lingkup Filsafat IlmuLingkup filsafat ilmu mencakup pada pembahasan tentang problema substansi landasan ontologis ilmu, epistemologi ilmu, dan pembahasan mengenai landasan aksiologis dari sebuah ilmu.Rinciannya akan ditunjukkan oleh tabel di bawah ini,Ontologi (Hakikat Ilmu)1. Obyek apa yang telah ditelaah ilmu?1. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?1. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?

Epistimologi (Cara Mendapatkan Pengetahuan) 1. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?1. Bagaimana prosedurnya?1. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar?1. Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri?1. Apa kriterianya?1. Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?

Aksiologi (Guna Pengetahuan) 1. Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan?1. Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?1. Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?1. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?

2.4 Manfaat Filsafat IlmuMempelajari filsafat ilmu dapat mendatangkang manfaat-manfaat seperi tersebut di bawah ini, Semakin kritis dalam sikap ilmiah dan aktivitas ilmu/keilmuan Menambah pemahaman yang utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah. Memecahkan masalah dan menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual Merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode ilmu terus-menerus sehingga ilmuwan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan struktur ilmu) Mempertanggungjawabkan metode keilmuan secara logis-rasional Memecahkan masalah keilmuan secara cerdas dan valid Berpikir sintetis-aplikatif (lintas ilmu-kontesktual) 2.5 Kemampuan BerbahasaBahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya (Depdiknas, 2005: 3). Sementara itu menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002: 88) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002: 707-708) kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti yang pertama kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua berada. Kemampuan sendiri mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan. Sedangkan kemampuan menurut bahasa berarti kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa, antara lain mencakup sopan santun, memahami giliran dalam bercakap-cakap. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan bahasa merupakan kesanggupan, kecakapan, kekayaan ucapan pikiran dan perasaan manusia melalui bunyi yang arbiter, digunakan untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam percakapan yang baik. Proses tersebut disebut juga proses kognitif dimana proses pemahaman yaitu proses untuk memperoleh pengetahuan di dalam kehidupan yang diperoleh melalui pengalaman, proses indrawi yang melibatkan panca indra. Berangkat dari kemampuan kognitif maka seorang manusia akan mengingat apa yang telah ia peroleh dan menyimpannya dalam bentuk memori. Dimana memori bisa kita definisikan sebagai informasi tentang pengalaman indrawi pada masa lampau melalui panca indra yang disimpan dalam otak manusia. Memori dibagi pula berdasarkan jenisnya: (sensory memory) memori sensorik, (short term memory) memori jangka pendek, (long term memory) memori jangka panjang.Dapat kita simpulkan bahwa dari informasi yang ditangkap oleh panca indra sebagai sebuah pemahaman baru di pindai menjadi memori dan selanjutnya pemahaman tersebut disimpan dalam satu kesatuan mental atau pada umumnya di sebut konsep. Dengan kata lain konsep merupakan pengetahuan dan pengalaman seseorang sebagai sumber informasi disimpan dalam otak sebagai kesatuan mental. Jenis konspep itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu: representasi (gambar objek, keadaan atau peristiwa), proposisi (abstraksi makna yang diwakilinya). Dengan konsep; informasi akan tersimpan lebih baik dalam memori manusia jika informasi diperoleh secara bertahap dan melalui penyebaran yang rata dalam satu kurun waktu. Tanpa konsep; informasi tidak akan tersimpan lebih baik dalam memori manusia jika informasi deperoleh secara instan dan tidak melalui penyebaran yang rata dalam satu kurun waktu. Hal ini dapat terlibat bila seseorang belajar bahasa asing, misalnya bahasa Jepang, bahasa Inggris and so forth.2.6 Pemerolehan dan Pembelajaran BahasaPada umumnya kita mengenal pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Pemerolehan merupakan proses penguasaan bahasa pertaman, yaitu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir. Pembelajaran merupakan proses belajar bahasa yang dipelajari di sekolah formal yang dialami oleh seorang manusia setelah menguasai bahasa pertama. Pemerolehan bahasa bisa melalui beberapa aspek diantaranya: fonologis, sintaktis, semantis, dan pragmatis. Sedangkan pembelajaran bahasa asing pada umumnya menlibatkan factor psikologis; struktur dan aturan gramatikal, keterampilan motorik. Selanjutnya factor sosial; situasi natural (alamiah), situasi di dalam kelas.Adapun kemampuan dasar dalam berbahasa (bahasa Inggris) yang wajib dikuasai diantaranya: speaking skill, listening skill, writing skill, and reading skill. Dalam menguasi keempat kemampuan dasar tersebut bukan suatu hal yang lumrah bahwasanya seseorang mengghadapi kesulitan atau masalah dalam mempelajari bahasa dalam pengembangan kemampuan tertentu.Dalam kasus ini penulis mengangkat salah satu kemampuan dasar yang telah di paparkan di atas yaitu reading skill atau kemampuan membaca.Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (H.G Tarigan 1986: 7). Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet, 2008:67). Dari dua definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca merupakan repons terhadap segala ungkapan penulis yang diungkapkan dengan kata-kata (kosakata) hingga pembaca mampu memahami materi bacaan dengan baik.Adapun tujuan dari membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang tentunya memiliki tujuan. Ada dua tujuan dari membaca yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum membaca adalah untuk mencari dan mendapatkan informasi dari sumber yang di baca. Ada beberapa tujuan khusus dari membaca yakni:1. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para penemu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or facts).2. Membaca untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topic yang baik atau menarik. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for mains ideas).3. Membaca untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan (reading for sequence or organization).4. Membaca untuk mengetahui serta menemukan mengapa para tokoh merasakan. Membaca seperti ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inferensi).5. Membaca untuk mengetahui dan menemukan apa-apa yang tidak bisa atau tidak wajar mengenai seorang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengelompokkan (reading for classify).6. Membaca untuk mencari atau menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk menilai (reading tu evaluate).7. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah. Membaca seperti ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading for compare or contrasts).Kosakata memiliki kaitan erat dalam proses membaca. Kosakata itu sendiri merupakan himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata dalam bahasa Inggris disebut vocabulary. Kekayaan kosakata seseorang dapat menunjukkan (intelejensia atau tingkat pendidikan) seseorang.Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai. Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif.Pendapat beberapa ahli mengenai makna dari kosakata:Menurut Kridalaksana dalam Tarigan (1994:446): Kosakata adalah (1) Komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) Kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) Daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis.Sedangkan menurut Soedjito dalam Tarigan (1994:447): Kosakata merupakan: (1) Semua kata yang terdapat dalam satu bahasa; (2) Kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara; (3) Kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu pengetahuan; dan (4) Daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.Dari pendapat dua ahli diatas dapat kita lihat apa sebenarnya yang dimaksud dengan kosakata. Untuk menyusun sebuah kosakata yang benar maka tidak sembarang kalimat dapat kita rangkai, namun tentunya harus memperhatikan tatanan bahasa agar menjadi susunan kosakata yang benar dan memiliki arti.2.7 Semantis dan PragmatisSetelah kita membahas mengenai memabaca dan hubungannya dengan kosakata maka akan timbul pertanyaan mengenai meaning atau makna dari sebuah bacaan, kalimat yang bisa ditinjau dari segi semantic dan pragmatis.Dari sisi semantis, para ahli bahasa memberikan pengertian semantic sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistic atau tanda-tanda lingual dengan hal-hal yang ditandainya (makna).Dalam mendalami pelajaran bahasa atau linguistic dan ketika kita sudah masuk dalam sub-sub bahasan linguistic, khususnya semantic, maka kita akan bermain dengan makna kata dan kalimat. Dalam semantic kita mengenal tipe-tipe makna seperti yang telah dibahas di atas diantaranya makna konotasi, denotasi, sinestesia, figurative dan masih banyak lagi.Pada paper ini kita akan membahas makna denotasi dan makna konotasi atau dalam bahasa Inggris disebut Denotative and Connotative meaning. Yang pertama yaitu makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus. Contohnya; Adik makan nasi maka artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Selanjutnya makna konotasi merupakan makna yang sebenarnya, maka seharusnya makna konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang banyak eksperts linguistic di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe makna figurative, bukan makna konotasi. So, makna konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Misalnya frase jam tangan.Contoh: Pak Slesh adalah seorang mahasiswa magister yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat pengumpulan tugas dari salah satu dosen dan kemudian dosen tersebut berkata kepada dosen yang lain jam tangan pak Slesh bagus ya.Dalam ilustrasi di atas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh di atas, jam tangan memiliki makna konotasi positif karena sifatnya memuji. Ada makna konotasi positif (bermakna baik dan lebih sopan) dan ada makna konotasi negatif (bermakna kasar atau tidak sopan)Jadi dengan aspek-aspek pemerolehan bahasa seperti semantis dan pragmatis kita bisa mengkaji lebih lusa aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa sehingga dapat dihubungkan dengan kpsikolgi, filsafat dan anthropology.Selanjutnya penulis akan mengupas sedikit tentang pragmatic. Pragmatic di dalam linguistic merupakan satu-satunya tataran yang turut memperhitungkan manusia sebagai pengguna bahasa. Meskipun memiliki fokus kajian yang serupa dengan semantik, yaitu makna, seperti akan saya jelaskan kemudian, makna yang dikaji dalam pragmatik berbeda dengan makna yang dikaji dalam semantik. Pentingnya bidang kajian pragmatik untuk dipelajari dalam studi linguistik. Untuk tujuan tersebut, saya mengawali tulisan ini dengan pembahasan mengenai pengertian pragmatik, perkembangannya, menjelaskan secara singkat topik-topik bahasannya, dan, dengan melihat perbedaan kajiannya dengan bidang lain dalam linguistik, menunjukkan pentingnya pragmatik.Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule (1996: 3), misalnya, menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu (1) bidang yang mengkaji makna pembicara; (2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya; (3) bidang yang, melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara; dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.Thomas (1995: 2) menyebut dua kecenderungan dalam pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif, menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran (utterance interpretation). Selanjutnya Thomas (1995: 22), dengan mengandaikan bahwa pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran ujaran, mendefinisikan pragmatik sebagai bidang yang mengkaji makna dalam interaksi (meaning in interaction).Leech (1983: 6 (dalam Gunarwan 2004: 2)) melihat pragmatik sebagai bidang kajian dalam linguistik yang mempunyai kaitan dengan semantik. Keterkaitan ini ia sebut semantisisme, yaitu melihat pragmatik sebagai bagian dari semantik; pragmatisisme, yaitu melihat semantik sebagai bagian dari pragmatik; dan komplementarisme, atau melihat semantik dan pragmatik sebagai dua bidang yang saling melengkapi.2.8 Pengertian Kebenaran dan Tingkatannya Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha memeluk suatu kebenaran.Berdasarkan scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi:1. Tingkatan kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang dialami manusia2. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula dengan rasio3. Tingkat filosofis,rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya4. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaanManusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.B. Teori-Teori Kebenaran Menurut Filsafat1. Teori korespondensi menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.2. Teori Consistency. Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.3. Teori Pragmatisme. Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau metode problem solving darri dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.A. Pengertian Kebenaran dan KaitannyaKata "kebenaran" dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkrit maupun abstrak (Abbas Hamami, 1983). Jika subyek hendak menuturkan kebenaran artinya adalah proposisi yang benar. Proposisi maksudnya adalah makna yang dikandung dalam suatu pernyataan atau statement.Adanya kebenaran itu selalu dihubungkan dengan pengetahuan manusia (subyek yang mengetahui) mengenai obyek. Jadi, kebenran ada pada seberapa jauh subjek mempunyai pengetahuan mengenai objek. Sedangkan pengetahuan bersal mula dari banyak sumber. Sumber-sumber itu kemudian sekaligus berfungsi sebagai ukuran kebenaran.Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, yang ditulis oleh Purwadarminta menjelaskan bahwa kebenaran itu adalah : Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang sesungguhnya. Misalnya kebenran berita ini masih saya ragukan, kita harus berani membela kebenaran dan keadilan. Sesuatu yang benar (sugguh-sugguh ada, betul-betul hal demikian halnya, dan sebagainya). Misalnya materi yang diajarkan agama sesuai dengan keyakinan yang dianutnya. Kejujuran, kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan dan kebenaran hati dari seseorang. Selalu izin, perkenaan, misalnya dengan kebenran yang dipertuan. Jalan kebetulan, misalnya penjahat itu dapat dibekuk dengan secara kebenaran saja.

Terdapat bermacam katagori atau tingkatan dalam arti kebenaran ini, Pertama-tama, Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya semua pengetahuan yang dimilki oleh seseorang yang mengetahui sesuatu objek dititik dari jenis pengetahuan yang dibangun. Dengan demikian tingkatan pengetahuan adalah: 1. Pengetahuan yang memiliki sifat subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal.2. Pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan atau hampiran metodologi yang khas pula.3. Pengetahuan filsafat, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafati.4. Kebenaran pengetahuan yang terkandung dalam pengetahuan agama. Kedua, Kebenaran yang berkaitan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apakah seseorang membangun pengetahuannya itu. Apakah ia membangun dengan penginderaan atau sense experience, atau akal pikir atau ratio, intuisi, atau keyakianan. Jenis pengetahuan menurut ini terdiri atas:1. Pengetahuan indrawi2. Pengetahuan akal budi3. Pengetahuan intuitif4. Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif.

Ketiga, kebenaran pengetahuan yang dikaitkan atas ketergantungan terjadinya pengetahuan itu, artinya bagaimana relasi atau hubungan antara subjek dan objek, Jika subjek yang berperan maka jenis pengetahuan itu mengandung nilai kebenran yang sifatnya subjektif. Atau jika objek amat berperan maka sifatnya objektif.B. Teori-teori KebenaranDalam perkembangan pemikiran filsafat perbincangan tentang kebenaran sudah dimulai sejak Plato yang kemudian diteruskan oleh Aritoteles. Sebagaiman dikemukakan oleh filusuf abad XX Jaspers sebgaimana yang dikutip oleh Hamersma (1985) mengemukakan bahwa sebenarnya para pemikir sekarang ini hanya melengkapi dan menyempurnkan filsafat Plato dan Aritoteles. Teori kebenaran itu selalu pararel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori pengetahuan itu terdiri atas:1. Teori Kebenaran Korespondensi (berhubungan)a. Tokoh Korespondensi dan Pengertiannya Teori ini dikenal sebagai salah satu teori kebenaran tradisional (White, 1978) , teori yang paling awal atau tua yang berangkat dari teori pengetahuan Aritoteles yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek (Ackerman, 1965) , hal ini juga sebagaimana dikemukakan oleh Hornie (1952) dalam bukunya Studies in Philosophy menyatakan "The Correspondence theory is an old ane". Dan hal ini juga sesuai dengan pendapat Kattsoff (1986) yang menyatakan bahwa "kebenaran atau keadaan benar berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sugguh merupakan halnya atau apa yang merupakan fakta-faktanya.6 Teori ini adalah teori yang Sangat menghargai pengamatan dan pengujian empiris, teori ini lebih menekankan cara kerja pengetahuan aposterion, menegaskan dualitas antara S dan O. Pengenal dan yang dikenal, dan menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan.- Kriteria Kebenaran Korespondensi Teori ini juga dapat diartikan, bahwa kebenaran itu adalah kesesuaian dengan fakta, keselarasan dengan realitas, dan keserasian dengan situasi aktual. Sebagai contoh, jika seorang menyatakan bahwa "Kuala lumpur adalah Ibu Kota Negara Malaysia", pernyataan itu benar karena pernyataan tersebut berkoresponden , memang menjadi Ibu Kota Negara Malaysia. Sekiranya ada orang yang menyatakan bahwa "Ibu Kota Malaysia adalah Kelantan", maka pernyataan itu tidak benar, karena objeknya tidak berkoresponden dengan pernyataan tersebut2. Teori kebenaran Koherensi- Tokoh Koherensi dan Pengertiannya Teori kebenran lain yang dikenal tradisional juga adalah teori kebenaran Koherensi. Teori Koherensi dibangun oleh para pemikir rationalis seperti Leibniz, Spinoza, Hegel, dan Bradley. Menurut Kattsoff (1986) dalam bukunya Elements of Philosophy "...... suatu proposisi cendrung cendrung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan prosisi-prosisi lain yang benar, ata jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita ". Teori kebenaran koherensi ini biasa disebut juga dengan teori konsitensi. Pengertian dari teori kebenaran koherensi ini adalah teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.Kriteria Kebenaran Koherensi Teori ini juga dapat diartikan, sebagai suatu pernyataan yang dianggap benar kalau pernyataan tersebut koheran dan konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya. Jadi, suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan pernyataan-pernyataan lain yang benar, atau jika makna yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Dengan kata lain, suatu proposisi itu benar jika mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang telah ada dan benar adanya. Contohnya, bila kita beranggapan bahwa semua manusia akan mati adalah pernyataan yang selama ini memang benar adanya. Jika Ahmad adalah manusia, maka pernyataan bahwa Ahmad pasti akan mati, merupakan pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan yang kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.3. Teori Kebenaran Pragmatik- Tokoh Pragmatik dan Pengertiannya White (1978) dalam bukunya Truth; Problem in Philosophy, menyatakan teori kebenaran tradisional lainnya adalah teori kebenarn pragmatik. Paham pragmatik sesungguhnya merupakan pandangan filsafat kontemporer karena paham ini baru berkembang pada akhir abad XIX dan aw al abad XX oleh tiga filusuf Amerika yaitu C.S Pierce, Wiliam James, dan john Dewey. Menurut paham ini White lebih lanjut menyatakan bahwa: "..... an idea --a term used loosly by these philosophers to cover any "opinion, belif, statement, or what not"--is an instrument with a paticuler function. A true ideas is one which fulfills its function, which works; a false ideas is one does not. Pragmatik atau Pragmatisme adalah ajaran mengenai pengertianya theory of meaning, ajaran mengenai pengertian, secara pragmatik di definisikan sebagai berikut :"Jika saya bertindak pada objek A,Tindakan itu dilaksanakan dengan cara X,Maka panca indera saya akan mengalami Y."Jika kita terapkan difenisi diatas, dengan menyebut objek A dalam bentuk istilah atau nama, katakanlah "pohon". Maka rumus itu akan menjadi :"Jika saya menjama batang pohon, maka saya akan merasakan sesuatu yang kasar" atau "keras".Andaikata peristiwa terjadi pada musim panas:"Jika saya berdiri diatas pohon, maka saya akan merasakan keteduhan".Maka pragmatisme merupakan ajaran tentang pengertian, ialah pengertian suatu istilah yang terjadi okeh karena sikap dan pengalaman.Ada 3 patokan yang di setujui aliran pragmatik yaitu:1. Menolak segala intelektualisme2. Aktualisme3. Meremehkan logika formal- Kriteria Kebenaran Pragmatik Jadi menurut pandangan teori ini bahwa suatu proposisi bernilai benar bila proposisi ini mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis seperti yang terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri. Karena setiap pernyataan selalu selalu terikat pada hal-hal yang bersifat praktis, maka tiada kebenaran yang bersifat mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal, sebab pengalaman itu berjalan terus dan segala yang dianggap benar dalam perkembangannya pengalaman itu senatiasa berubah. Hal itu karena dalam prakteknya apa yang dianggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Bahasa sebagai produk kebudayaan.Pengetahuan tentang faktorfaktor alamiah yang membentuk bahasa sebagai suatu ilmu akan sangat membantu dalam pembahasan kali ini. Dalam ilmu peagetahuan alam obyek dasar bagi pengetahuan adalah dunia materi yang meliputi bintang, atom, tanaman dan kromosom. Dalam ilmu tentang manusia., sifatsifat yang dipelajari adalah tentang manusia sebagai individu dan manusia sebagai bagian dari suatu kelompok. Termasuk dalam ilmu pengetahuan tentang manusia antara lain, pengetahuan itu sendiri, sejarah, bahasa, seni dan agama.Telah dengan jelas diketahui bahwa. prinsipprinsip dasar dalam bahasa adalah sebagai produk dari budaya yang secara ilmiah berkembang. Bahasa merupakan harta yang tak temilai dalam budaya manusia yang terpelihara dan diturunkan secara turuntemurun dari generasi ke generasi melalui pendidikan. Bahasa tidak diwariskan melalui serangkaian proses seperti halnya sifatsifat dasar alamiah dan tidak pula ditularkan melalui penyakit tertentu. Seseorang dapat berbicara dalam bahasa tertentu karena ia tinggal dan diam menjadi bagian dari suatu komunitas masyarakat dimana ia tinggal dan dibesarkan. Banyak generasi yang lahir dalam suatu tradisi berbahasa tertentu yang tidak memiliki pengaruh dari asal. garis keturunan darimana ia berasal. Seorang bayi Cina yang lahir dari garis keturunan nenek moyang sejak beribu tahun yang lalu, jika. ia dididik dan dibesarkan dalam lingkungan yang berbahasa. Inggris, akan merdapatkan pengetahuan dan fasilitas, berbahasa Inggris seperti halnya orang lain yang lahir dalam garis keturunan lingkungan berbahasa Inggris dan mungkin suatu saat nanti akan menemukan kesulitan untuk mempelajari bahasa nenek moyangnya. sendiri, yaitu bahasa Cina.Bahasa kemudian akan menjadi pencapaian budaya, daripada sekedar pertumbuhan biologis alamiah seseorang dan menjadikannya subyek terhadap bermacam variasi dan halhal menarik lainnya yang menjadi karakteristik produk dalam proses kreasi umat manusia. Lambanglambang Bahasa.Yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah sifatsifat dasar yang dimiliki bahasa yang diproduksi dan ditransfer melalui budaya? Pada mulanya jawabannya adalah kata, lalu apakah sebuah kata itu? Kata adalah suara yang dihasilkan dan diartikulasikan oleh lidah dan perangkat bicara lainnya. Atau. tandatanda yang dipresentasikan dalam suatu latarbelakang seperti tulisan pada kertas ini.Namun tak semua artikulasi kata maupun tulisan mewakili bahasa secara benar dan tidak pula mengungkapkan intisari dari bahasa itu sendiri.Tanda, suara dan bendabenda lainnya menjadi bahasa bilamana ia mempunyai karakter simbolis. Artinya bilamana semua itu mewakili atau menerangkan hal lainnya yang mereka representasikan. "Tinta" misalnya memiliki arti sebuah botol yang berisi cairan untuk menulis atau "Tanto" yang mewakili sebuah nama orang, namun hal ini tidak menjelaskan semua tepat hakekat bahasa itu sendiri, karena entitas bahasa itu sendiri tidak melulu merupakan serangkaian kata benda, namun ada juga kata kerja, kata sambung, preposisi dan kata sifat yang tidak memiliki bentuk fisik namun memiliki peran penting dalam sistem bahasa itu sendiri.Hal ini yang kemudian menimbulkan kemungkinan jawaban kedua terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang sifat bahasa. Kemimgkinan jawaban kedua tidak lagi menunjukkan pada benda saja, namun inti bahasa terletak pada ide atau makna. Ideasi ini merupakan pengetahuan intelektual atai realitas rasional ia adalah sifat mental dalam suatu karakter. la mewakili fungsi dasar seorang manusia yang dinamakan intelegensi atau alasan. Bahasa dan MaknaSifat dasar bahasa sebagai suatu makna dalam sebuah sistem lambang dapat diperjelas dengan pemahaman terhadap empat komponen pembentukan bahasa:1. Bahwa adanya dunia dengan entitas nyata seperti pohon, bintang, dan orang.2. Adanya manusia yang memiliki kemampuan untuk menghubungkan dirinya dengan entitas nyata tadi.3. Adanya lambang dalam arti suara dan tanda ,yang menjadi kulit bahasa itu sendiri.4. Adanya sekumpulan ide yang memberikan makna terhadap lambang bahasa. Pendidikan dan keutamaan dari makna.Keutamaan makna dalam bahasa memiliki konsekuensi terhadap pengajaran bahasa yang tidak hanya mengajarkan katakata saja, melainkan juga lambang-lambang yang memiliki maknapun harus dipelajari. Untuk mengenal katakata dan berbicara atau menulis tidaklah diperlukan bahasa. Segala sesuatu hal tergantung pada makna. Seorang guru bahasa hanya akan berhasil jika siswanya mengerti akan makna, ide, konsep yang akan digunakannya untak berekpresi.

Bab IIIPembahasan Masalah

III.1.Hubungan Filsafat dan Pendidikan

Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.Dalam berbagai bidang ilmu sering kita dengar istilah vertikal dan horisontal. Istilah ini juga akan terdengar pada cabang filsafat bahkan filsafat pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat hubungan horisontal, meluas kesamping yaitu hubungan antara cabang disiplin ilmu yang satu dengan yang lain yang berbeda-beda, sehingga merupakan synthesa yang merupakan terapan ilmu pada bidang kehidupan yaitu ilmu filsafat pada penyesuaian problema-problema pendidikan dan pengajaran. Filsafat pendidikan dengan demikian merupakan pola-pola pemikiran atau pendekatan filosofis terhadap permasalahan bidang pendidikan dan pengajaran.Adapun filsafat pendidikan menunjukkan hubungan vertikal, naik ke atas atau turun ke bawah dengan cabang-cabang ilmu pendidikan yang lain, seperti pengantar pendidikan, sejarah pendidikan, teori pendidikan, perbandingan pendidikan dan puncaknya filsafat pendidikan. Hubungan vertikal antara disiplin ilmu tertentu adalah hubungan tingkat penguasaan atau keahlian dan pendalaman atas rumpun ilmu pengetahuan yang sejenis.Maka dari itu, filsafat pendidikan sebagai salah satu bukan satu-satunya ilmu terapan adalah cabang ilmu pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada penerapan pendekatan filosofis pada bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidup dan penghidupan manusia pada umumnya dan manusia yang berpredikat pendidik atau guru pada khususnya.Dalam buku filsafat pendidikan karangan Prof. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi mengemukakan bahwa Jhon S. Brubachen mengatakan hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara yang satu dengan yang lainnya. Kuatnya hubungan tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-problema filsafat secara bersama-sama.Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang dianut oleh bangsa-bangsa di dunia, namun demikian semua filsafat itu akan menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut:1) Apakah pendidikan itu?2) Apa yang hendak dicapai?3) Bagaimana cara terbaik merealisasikan tujuan itu?Masing-masing pertanyaan ini dapat dirinci lebih lanjut. Berbagai pertanyaan yang bertalian dengan apakah pendidikan itu, antara lain :1) Bagaimana sifat pendidikan itu?2) Apakah pendidikan itu merupakan sosialisasi?3) Apakah pendidikan itu sebagai pengembangan individu?4) Bagaimana mendefinisikan pendidikan itu ?5)Apakah pendidikan itu berperan penting dalam membinaperkembangan atau mengarahkan perkembangan siswa?6) Apakah perlu membedakan pendidikan teori dengan pendidikan praktek?Pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang hendak dicapai oleh pendidikan, antara lain :1) Beberapa proporsi pendidikan yang bersifat umum?2) Beberapa proporsi pendidikan khusus yang disesuaikan dengankebutuhan masing-masing individu?3) Apakah peserta didik diperbolehkan berkembang bebas?4) Apakah perkembangan peserta didik diarahkan ke nilai tertentu?5) Bagaimana sifat manusia?6) Dapatkah manusia diperbaiki?7) Apakah manusia itu sama atau unik?8) Apakah ilmu dan teknologi satu-satunya kebenaran utama dalam era globalisasi?9) Apakah tidak ada kebenaran lain yang dapat dianut pada perkembangan manusia?Pertanyaan-pertanyaan yang bertalian dengan cara terbaik merealiasi tujuan pendidikan, antara lain ?1) Apakah pendidikan harus berpusat pada mata pelajaran atau peserta didik?2) Apakah kurikulum ditentukan lebih dahulu atau berupa pilihan bebas?3) Ataukah peserta didik menentukan kurikulumnya sendiri?4) Apakah lembaga pendidikan permanen atau bersifat tentatif?5) Apakah proses pendidikan berbaur pada masyarakat yang sedangberubah cepat?6) Apakah diperlukan kondisi-kondisi tertentu dalam membina perkembangan anak?7) Siapa saja yang perlu dilibatkan dalam mendidik anak-anak?8) Perkembangan apa saja yang diperlukan dalam proses pendidikan?9) Apakah dperlukan nilai-nilai penuntun dalam proses pendidikan?10) Bagaimana sebaiknya proses pendidikan itu, otoriter, primitif, atau demokratis?11) Belajar menekan prestasi atau terpusat pada pengembangan cara belajar dan kepuasan akan hasil belajar?Menurut Zanti Arbi (1988) Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut.1) Menginspirasikan2) Menganalisis3) Mempreskriptifkan4) MenginvestigasiMaksud menginsparasikan adalah memberin insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idennya bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah tentu ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia, masyarakat atau lingkungan, dan negara.Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam filsafat pendidikan adalah memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan demkian ide-ide yang komplek bisa dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya juga dapat ditentukan dengan tepat.Francis Bacon dalam bukunya The Advencement of Leraning mengemukakan tesis bahwa kebanyakan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur-unsur valitditas yang bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, bila pengetahuan itu berisikan dari salah satu konsep yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik krisis atau analisis untuk menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan. Melalui pengalaman secara kritis dengan logika induktif akan dapat ditemukan konsep-konsep pendidikanMempreskriptifkan dalam filsafat pendidikan adalah upaya mejelaskan atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas , target-target pendidikan bila dipandang perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat anak-anak.Johann Herbart dalam bukunya Scence of education menginginkan agar guru mempunyai informasi yang dapat dihandalkan mengenai tujuan pendidikan yang dapat dicapai dan proses belajar sebelum guru ini memasuki kelas. Pondasi pendidikan yang dikontruksi di atas asumsi yang disangsikan kebenarannya atau di atas tradisi yang masih kabur perlu segera diganti dengan informasi-informasi yang valid. Suatu informasi yang direkonstruksi dari atau secara ilmiah.Yang dimaksud menginvestigasi dalam filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau konsep atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui penelitian-penelitian. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep, barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan itu menjadi lebih mantap.John Dewey dalam bukunya Democracy and Education menyatakan bahwa pengelaman adalah tes terakhir dari segala hal. Mereka memandang pengalaman sebagai panji-panji semua filsafat pendidikan yang mempunyai komitmen terhadap inquiry atau penyelidik. Filosfo berfungsi memilih pengalaman-pengalaman yang cocok untuk memanjukan efisiensi sosial. Filsafat pendidikan berusaha menafsirkan proses belajar-mengajar menurut prosedur pengujian ilmiah dan kemudian memberi komentar tentang nilai atau kemanfaatannya. Filsafat pendidikan mencari konsekuensi proses belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa kelemahannya, dan bagaimana cara mengatasi kelemahan itu.Para filosof, melalui filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru tentang pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar gografis, sosologis, dan budaya suatu bangsa. Dari sudut pandang keberadaan manusia akan menimbulkan aliran Perennialis, Realis, Empiris, Naturalis, dan Eksistensialis. Sedangkan dari sudut geografis, sosiologis, dan budaya akan menimbulkan aliran Esensialis, Tradisionalis, Progresivis, dan Rekontruksionis.Berbagai aliran filafat pendidikan tersebut di atas, memberikan dampak terciptanya konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung filsafat pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas ebenaran berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.Beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia adalah sebagai berikut :1) EssentialismFilsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran esensial itu adalah kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini otak peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang. Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.2) PerenialisFilsafat pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan. Tentang bagaimana cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam proses belajar mengajar tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama tradisional.3) ProgresivisFilsafat pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.Sebagai konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang baik. Hal ini bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada anak. Untuk mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan individual juga sangat mereka perhatikan dalam pendidikan.4) Rekonstruksionis Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakanvariasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Meraka bercita-cita mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara total. Semua bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang ektrim. Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata susunan hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda dengan aliran Progresivis.5) EksistensialisFilsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adala eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia didunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983)Pendidikan menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu, memberikesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen diri sendiri. Materi pelajaran harus memberikesempatan aktif sendiri, merencana dan melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun kelompok. Materi yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan manusia. Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar langsung.Hubungan antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.

III.2.Masalah Kosa Kata Dalam Pembelajaran Bahasa InggrisTelah disebutkan diatas bahwa fokus yang akan dibahas oleh penulis dalam makalah ini adalah mengenai persoalan pengajaran kosa kota dalam bahasa inggris, karena persoalan kosa kata sangatlah luas cakupannya, maka penulis membatasi pada persoalan sebagai berikut:1. Kosa kata bermakna Arbiter, 2. Kosa Kota bermakna Ambigu dan3. Kosa kata bermakna polysemyUntuk memperoleh pemahaman lebih dalam maka penulis mengutip definisi yang didapat dari penyataan para ahli sehubungan dengan ketiga pokok bahasa diatas sebagai berikut:1. Kosa Kata Arbitera. Saussure: Language is a convention and the nature of the sign that is agreed upon does not matter ... Because the sign is arbitrary, it follows no law other than that of tradition, and because it is based upon tradition, it is arbitrary. 'Arbitrary' ... should not imply that the choice of the signifier is left entirely to the speaker ... I mean that it is unmotivated i.e. arbitrary in that it actually has no natural connection with the signified. Only differences that make it possible to distinguish this word from all others ... carry significance .. since one vocal image is no better suited than the next for what it is commissioned to express. ... 'Arbitrary' and 'differential' are two correlative qualities ... Language is a system of interdependent terms in which the value of each term results solely from the simultaneous presence of the others. ... The arbitrary nature of the sign explains in turn why the social fact alone can create a linguistic system - by himself the individual is incapable of fixing a single value. ... A particular language-state is always the product of historical forces and these forces explain why the sign is unchangeable i.e. why it resists any arbitrary substitution. ... The community itself cannot control as much as a single word; it is bound to the existing language. ... No longer can language be identified with a contract pure and simple.Saussure: Bahasa adalah konvensi dan sifat tanda yang disepakati ,Karena tanda sewenang-wenang, maka tidak ada hukum selain yang disebut dalam tradisi, dan karena didasarkan tradisi, ia sewenang-wenang. 'Sewenang-wenang' ... tidak harus berarti bahwa pilihan penanda sepenuhnya diserahkan pada pembicara ... Maksud saya itu tidak termotivasi yaitu sewenang-wenang dalam hal ini sebenarnya tidak memiliki hubungan yang alami dengan yang ditandakan. Hanya perbedaan yang memungkinkan untuk membedakan kata yang dimaksud itu dengan kata lainnya ... menggambarkan makna khususnya .. karena bentuk vokal tidak ada yang lebih baik yang bertugas dalam pengungkapan arti.... 'Sewenang-wenang' dan 'diferensial' adalah dua kualitas korelatif... Bahasa adalah sistem istilah yang saling tergantung, dimana nilai setiap istilah semata-mata adalah hasil dari kehadiran simultan yang lain. ... Sewenang-wenang adalah sifat tanda, yang pada gilirannya nanti menjelaskan, mengapa fakta sosial saja dapat menciptakan sistem linguistik sendiri, mengapa individu tidak mampu memperbaiki satu nilaipun,... Keadaan sebuah bahasa tertentu adalah merupakan selalu produk dari kekuatan-kekuatan sejarah dan kekuatan-kekuatan ini menjelaskan mengapa tanda tak dapat diubah, contoh: kenapa dia menolak setiap substitusi yang arbiter?... Masyarakat sendiri hanya dapat mengontrol sebanyak satu kata, itu pasti, karna terikat pada bahasa yang ada... bahasa tak dapat lagi diidentifikasi seperti sebuah kontrak yang murni dan sederhanab. Hockett: Arbitrariness The relation between a meaningful element in language and its denotation is independent of any physical and geometrical resemblance between the two ... or, as we say, the semantic relation is arbitrary rather than iconic.Kesewenang-wenangan hubungan antara elemen yang mimiliki arti dalam bahasa dan denotasinya adalah kemandirian dari setiap kemiripan fisik dan geometris diantara keduanya ... atau, istilah kami, hubungan semantik itu adalah sewenang-wenang ketimbang ikonik.c. Englefield: The fact that languages are arbitrary is sufficient evidence that they were invented. In any language there are conventional ways of combining words to express the relations between ideas. There is no systematic correspondence between the forms of language and its meanings.3. Englefield: Fakta bahwa semua bahasa adalah sewenang-wenang dan hal ini memiliki bukti yang memadai karena bahasa-bahasa itu diciptakan. Dalam bahasa apapun ada cara-cara konvensional yang menggabungkan kata-kata untuk mengungkapkan hubungan antar gagasan. Tidak ada korespondensi yang sistematis antara bentuk bahasa dan maknanya.Dari beberapa pendapat ahli-ahli diatas dapat ditarik satu batasan mengenai arbitrariness atau kesewang-wenangan dalam bahasa adalah sebagai berikut: 1. Arbitrariness atau kesewenang-wenangan dalam bahasa bukanlah sebuah hukum melainkan hanya tradisi.2. Arbitrariness atau kesewenang-wenangan dalam bahasa tidak sepenuhnya makna literal diserahkan kepada pembicara, karena makna tidak memiliki hubungan alami dengan kata yang diucapkan pembicara.3. Arbitrariness bisa disebabkan karena keunikan atau kespesialan individu dalam memproduksi kata melalui vocal cords-nya atau alat ujarnya yang memang tidak akan menghasilkan bunyi yang sama persis.4. Arbitrariness atau kesewenang-wenangan dalam bahasa dan perbedaan-perbedaan yang ditimbukalkannya adalah dua kualitas yang saling terhubung, karena makna adalah suatu sistem yang saling tergantung, makna tidak akan ber-arti tanpa kehadiran simultan yang lainnya. 5. Arbitrariness atau kesewenang-wenangan dalam bahasa adalah sifat dari tanda yang akan memiliki peran dalam menjelaskan fakta sosial.6. Arbitrariness atau kesewenang-wenangan dalam bahasa tidak memiliki korespondensi yang sistematis antara bentuk bahasa dan maknanya.7. Arbitrariness atau kesewenang-wenangan dalam bahasa atau hubungan semantic yang dimilikinya adalah cenderung semantic ketimbang ikonis.Dari kesimpulan diatas penulis membuatnya menjadi mengkerucut sebagai berikut:1. Arbitrariness adalah makna yang mandiri karena tradisi2. Arbitrariness adalah makna akibat keunikan vocal3. Arbitrariness adalah makna yang berbasis sosial4. Arbitrariness tidak tunduk pada bentuk bahasa dan maknanya5. Arbitrariness adalah semantic bukan ikonisBerangkat dari sini penulis mencoba melakukan pencarian jejak-jejak makna Seperti yang dikerucutkan penulis melalui contoh-contoh bahasa yang masih kerap digunakan baik verbal maupun non-verbal.Contoh Kosa Kata ArbiterYang dimaksud dengan istilah srbitrer adalah tidak adanya hubungan yang wajibantara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya, antara (kuda) dengan yang dilambangkan, yaitu sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai. Kita tidak menjelaskan mengapa binatangn tersebut dilambangkan dengan bunyi (kuda) Andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, tentu lambang yang dalam bahasa Indonesia berbunyi (kuda) akan disebut juga (kuda) oleh orang Lampung, dan bukannya (horse); lalu andaikata ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dilambangkannya, maka di muka bumi ini tidak akan ada bermacam-macam bahasa. Tentu hanya ada satu bahasa yang meskipun mungkin berbeda, tetapi perbedaanya tidaklah terlalu banyak.

2. Kosa Kota AmbiguPerhatikan kalimat berikut yang dikutip dari contoh sambutanKami berharap agar hadirin menyukseskan kegiatan yang telah memakan danaratusanribuini.Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas merupakan salah satu contoh frasa ambigu. Ambigu adalah kata, frasa, atau kalimat yang mempunyai arti lebih dari satu atau bermakna ganda. Ambigu secara struktural atau ketatabahasaan sudah tepat, tetapi artinya menimbulkan makna ganda.Dalam bahasa lisan, penafsiran ambigu tidak akan terjadi karena ada pembedaan cara mengucapkannya. Akan tetapi, dalam bahasa tulis penafsiran ganda ini dapat saja terjadi jika penanda-penanda ejaan tidak lengkap.Frasa ratusan ribu mempunyai dua arti.1. Ratusan/ribu = seratus lembar ribuan.2. Ratusan ribu = satu lembar uang seratus ribu.Untuk menghindari keambiguan atau kesalahan penafsiran, sebaiknya kalimattersebut dilengkapi dengan tanda hubung (-). Fungsi tanda hubung dalam penulisan kata-kata untuk menandai pembacaan frasa agar tidak menimbulkan keambiguan. Fungsi tanda hubung ini sama dengan fungsi garis miring (/) dalam penulisan kalimatnya. Tanda hubung diletakkan di antara kata yang dibaca dengan jeda.Contoh:Kami berharap agar hadirin menyukseskan kegiatan yang telah memakandana ratusan-ribu ini, atauKami berharap agar hadirin menyukseskan kegiatan yang telah memakandana ratusan ribu ini.Agar lebih jelas, perhatikan contoh kalimat ambigu berikut ini!Mainan teman baru itu berwarna kuning.Kalimat tersebut menimbulkan makna ganda pada frasa mainan teman baru.1. mainan/teman baru = yang baru adalah teman.2. mainan teman/baru = yang baru adalah mainan.Agar tidak menimbulkan makna ganda, kalimat di atas dapat diubahmenjadi kalimat berikut.1. Mainan-teman baru itu berwarna kuning.2. Mainan teman-baru itu berwarna kuning.Cara membaca kalimat nomor 1 tersebut adalah setelah kata mainan diberi jeda. Pada kalimat nomor 2 jeda pembacaan dilakukan setelah kata baru. Jadi, frasa yang tidak ambigu pada kalimat nomor 1 adalah teman baru. Selanjutnya, pada kalimat nomor 2 frasa yang tidak ambigu adalah mainan teman. Selain terjadi di dalam kalimat, ambiguitas dapat pula terjadi antar kalimat.Contoh:1. Ali bersahabat dengan Amin.2. Dia sangat menyayangi adiknya.Contoh di atas tidak diketahui secara jelas siapa menyayangi adik siapa sehingga kalimat tersebut mengandung ambiguitas. Tidak jelas siapa yang dimaksud dengan dia dan adiknya dalam kalimat Dia sangat menyayangi adiknya. Kalimat di atas akan menjadi jelas jika diubah menjadi seperti berikut.Ali bersahabat dengan Amin.Ali sangat menyayangi adik Amin.3. Kosa Kata polysemi Dalam Bahasa InggrisExamples1.ManThe human species (i.e., man vs. animal)Males of the human species (i.e., man vs. woman)Adult males of the human species (i.e., man vs. boy)This example shows the specific polysemy where the same word is used at different levels of ataxonomy. Example 1 contains 2, and 2 contains 3.2.Molea small burrowing mammal, Spy, Infiltrator, Secret Agent, etcconsequently, there are several different entities called molesMole (animal)or "true mole", many of the mammals in the family Talpidae, found in Eurasia and North AmericaGolden moles, southern African mammals, similar to but unrelated to Talpidae molesMarsupial moles, Australian mammals, similar to but unrelated to Talpidae molesOther common meaningsMole (unit), the SI unit (symbolmol) used in chemistry for the amount of a substanceMole ormelanocytic nevus, a benign tumor on human skin, usually with darker pigmentMole (sauce), a Mexican sauce made from chili peppers, other spices, and chocolateMole (espionage), a spy who has worked his or her way into an organization or countryMole (architecture), a pier, jetty, breakwater, or junction between places separated by waterVariant spelling ofMoll (slang)in AustralianPlacesAfricaMole River (Ghana), a tributary of theWhite Voltain GhanaMole National Park, Ghana, named after the Mole RiverBankA financial institutionThe building where a financial institution offers servicesAsynonymfor 'rely upon' (e.g."I'm your friend, you canbankon me"). It is different, butrelated,as it derives from the theme of security initiated by 1However:a riverbankis a homonym to 1 and 2, as they do not share etymologies. It is acompletely differentmeaning.River bed, though, is polysemous with thebedson which people sleep.BookA bound collection of pagesA text reproduced and distributed (thus, someone who has read the same text on a computer has read the same book as someone who had the actual paper volume)to make an action or event a matter of record (e.g. "Unable to book a hotel room, a man sneaked into a nearby private residence where police arrested him and later booked him for unlawful entry.")MilkThe verbmilk(e.g."he's milking it for all he can get") derives from the process of obtainingmilk.WoodA piece of a treeA geographical area with many treesCranea birdA type of construction equipmentTo strain out one's neck

IV. Solusi Dan KesimpulanDari berbagai contoh diatas maka sebaiknya pengajaran kosa kata bahasa Inggris yang memiliki ambiguitas tinggi serta sifat bahasa yang arbiter, belum lagi permasalahan pada kata kata yang mengandung banyak makna, maka penulis menyarankan untuk mengajarkan :kosa kata bahasa inggris pada pembelajar berpedoman pada ke-4 hal filsafat mengenai kebenaran; Teori kebenaran itu selalu pararel dengan teori pengetahuan yang dibangunnya. Teori-teori pengetahuan itu terdiri atas: Teori Kebenaran Korespondensi (berhubungan) menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui adalah sesuatu yang dapat dikembalikan pada kenyataan yang dikenal oleh subjek berupa kesesuaian (correspondence) antara makna yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan dengan apa yang sungguh-sugguh merupakan fakta-faktanya.Teori ini menuntut pengajar ketika mengajarkan vocabulary atau kosa kata hanya berbatas pada kosa kata yang berhubungan dengan kenyataan yang dikenal subyek, kata-kata yang tidak sesuai kognitif dan pengalaman empiris siswa sebaiknya ditunda diajarkan, lebih pada penekanan kata yang dikenal pembelajar dalam kenyataan hidup siswa, singkatnya kosa kata yang diajarkan walau memiliki tingkat arbiter dan ambigu tetapi diarahkan pada pengalaman pembelajar yang telah berlangsung atau yang sedang berlangsung. Teori ini sesuai dengan semboyan Learning by Doing. Teori kebenaran Koherensi Teori kebenaran koherensi ini biasa disebut juga dengan teori konsitensi. Pengertian dari teori kebenaran koherensi ini adalah teori kebenaran yang medasarkan suatu kebenaran pada adanya kesesuaian suatu pernyataan dengan pernyataan-pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu diketahui, diterima dan diakui kebenarannya.Teori ini menghendaki pengajar dalam mengajar hanya mengajarkan kosa kata yang dipahami pembelajar sebagai sesuatu yang diketahui dan paham akan nilai yang terkandung didalamnya; maka dalam mengajarkan kosa kata Bahasa Inggris Pengajar harus dan hanya mengajarkan kata-kata yang dipahami siswa nilai-nilainya dalam bahasa ibunya kemudian ditrensfer kedalam bahasa inggris, juga memungkin makna dari teori ini mengajarkan kosa kata yang berkolokasi dengan kata yang dimaksud. Teori Kebenaran Pragmatik Suatu proposisi bernilai benar bila proposisi ini mempunyai konsekuensi-konsekuensi praktis seperti yang terdapat secara inheren dalam pernyataan itu sendiri. Teori ini menginginkan pengajar mengajarkan kosa kata yang bernilai praktis saja, atau kosa kata yang memiliki nilai-nilai praktis dalam kehidupan praktis, digunakan dalam kehidupan real sehari-hari, yang menyangkut pada hal-hal istilah-istilah akademis, misalnya ditunda pengajarannya karena tidak bersifat praktis untuk kebutuhan komunikasi yang berlaku setiap saat disekililing pembelajar.Kesimpulan:Pembelajaran Kosa kata Bahasa Inggris harus bersifat:1. Sesuai tingkat kognitif pembelajar.2. Terhubung langsung dengan pengalaman empiris Pembelajar 3. Learning by Doing. 4. Dipahami pembelajar sebagai sesuatu yang diketahui dan paham akan nilai yang terkandung didalamnya5. Kosa kata yang berkolokasi dengan kata yang dimaksud.6. Kosa kata yang bernilai praktis7. Istilah-istilah akademis ditunda pengajarannya

DAFTAR PUSTAKAAitchison, Jean. 1972. General Linguistics. London: The English Universities Press LtdAlieva, N.F. dkk. 1991. Bahasa Indonesia: Deskripsi dan Teori. Yogyakarta: KanisiusAl-Kasimi, Ali M. 1997. Linguistic and Bilingual Dictionary, Leiden: E.J. BrillAllan, Keith. 1986. Linguistic Meaning. Jilid I dan II. London: Routledge and Kegan PaulBarber, C.L. 1972. The Story of Language. London: The Causer PressBolinger, Dwight L. 1975. Aspects of Language. New York: Harcourt, Brace and Word IncChaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka CiptaChomsky, Noam (1956). "Three Models for the Description of Language". IRE Transactions on Information TheoryChomsky, Noam (1957). Syntactic Structures. The Hague: MoutonEnglefield, Ronald (as by Frederick Ronald),Songs of Defiance, Erskine Macdonald, London, 1917

51