Upload
duongdang
View
240
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP
DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 2 SURAKARTA
SKRIPSI
Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi
Oleh:
Risa Suryanti
G 0107012
Pembimbing:
1. Drs. Munawir Yusuf, M.Psi
2. Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi
ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka
saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.
Surakarta, Juli 2011
Risa Suryanti
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(Q.S. Asy-Syarh: 6)
“Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu. Orang-orang
yang masih terus belajar, akan menjadi pemilik masa depan”
(Mario Teguh)
“To accomplish great things, we must not only act, but also dream.
Not only plan, but also believe”
(Anatole France)
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada:
Orang-orang yang sangat aku sayangi, dengan doa, cinta, bimbingan, dan kesabarannya
dalam menuntunku mencapai impianku
Terimakasih kuucapkan atas terselesaikannya karya ini kepada: 1. Ibu dan Bapak tercinta atas doa, kasih sayang, kesabaran
dan pengorbanan yang tiada batas 2. Adikku yang selalu memberikan dukungan, dan bantuan
3. Almamaterku tercinta
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan
nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari
dorongan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
penuh rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih :
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta atas fasilitas dan
kebijakan beliau.
2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka penyusunan skripsi
ini.
3. Bapak Drs. Munawir Yusuf, M. Psi., selaku dosen pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan arahan,
bimbingan, dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi, M.Si., selaku pembimbing II atas
kesabaran beliau dalam memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
5. Ibu Dra. Salmah Lilik, M.Si, selaku penguji I yang telah bersedia memberikan
kritik, saran, serta masukan yang membangun dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
6. Ibu Rin Widya Agustin, M.Psi, selaku penguji II dan koordinator skripsi yang
telah memberikan arahan, masukan, dan ilmu yang sangat bermanfaat dalam
proses penyelesaian dalam skripsi ini.
7. Seluruh staf pengajar Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan banyak bekal ilmu dan
pengalaman berharga demi kemajuan penulis.
8. Seluruh staf tata usaha dan staf perpustakaan yang telah membantu kelancaran
studi penulis.
9. Bapak Drs. Drs. Susanta, MM., selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 2
Surakarta dan Bapak Sigit Susilo, S.Pd., MT., selaku Wakasek Kurikulum
SMK Negeri 2 Surakarta atas segala informasi dan bantuannya.
10. Adik-adik siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian.
11. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Samitri, S. Pd., dan Bapak Suroto atas semua
kasih sayang, pengorbanan, nasihat, kesabaran, serta doa yang terus
dipanjatkan bagi penulis. Syukron Jazakumullahu Khoiron Katsiron.
12. Adikku, Nia Suryani atas kasih do’a dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga lancar dalam menjalankan sekolahnya.
13. Keluarga bapak Wilopo, S.Pd atas segala do’a dan bantuannya.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
14. Teman-teman diskusi: berber, pito, ullum, nike, milla, nisa, dias, mba rizki,
mba dilla, mba dana terima kasih atas bantuan, do’a, dukungan, semangat,
dan senyum kalian.
15. Teman-teman kulineran (uli, inggar, minah, rosita), serta the big four (otit,
luluk,lian) terima kasih atas do’a dan dukungannya.
16. Id Teater (mas jarot, mas wildan, mba diah, mba eka, tika, mutia, elva) yang
telah memberikan banyak pembelajaran. I really miss u all.
17. Teman-teman seperjuangan: ayu, ipeh, farah, lala, icha, mba seva, septi,
sandi, yuli, tetap semangat. If there is a will, there is a way.
18. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi Psikologi FK UNS,
khususnya angkatan 2007 untuk semangat dan kebersamaannya.
19. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis sebutkan.
Mudah-mudahan segala bantuan dan doa yang telah diberikan,
mendapatkan balasan dari Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. Akhir kata,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca. Amin.
Surakarta, Juli 2011
Penulis,
Risa Suryanti
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
HUBUNGAN ANTARA LOCUS OF CONTROL INTERNAL DAN KONSEP
DIRI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XI
SMK NEGERI 2 SURAKARTA
Risa Suryanti
G0107012
ABSTRAK
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Salah
satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai kemandirian dan pemilihan
karir. Kematangan karir merupakan keberhasilan seseorang dalam mencapai tugas
perkembangan karir sesuai tahapan perkembangannya. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa siswa belum mempunyai perencanaan yang matang
mengenai karirnya. Berbagai kondisi dimungkinkan berpengaruh dalam proses
kematangan karir. Siswa dengan locus of control internal mempunyai kemampuan
dalam evaluasi terhadap kondisi dirinya sehingga mempunyai gambaran yang
realistik mengenai diri. Melalui gambaran diri yang realistik, memungkinkan
siswa dapat membuat perencanaan karir yang matang. Selain itu, siswa yang
mengembangkan konsep diri yang positif akan lebih melibatkan diri dalam
eksplorasi karir dan mengembangkan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi
karir. Locus of control internal dan konsep diri menjadi suatu kondisi yang dapat
membantu siswa dalam kematangan karirnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara locus of
control internal dan konsep diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Surakarta. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cluster sample. Pengambilan sampel dengan menggunakan cluster random
sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan skala kematangan karir, skala
locus of control internal dan skala konsep diri. Skala kematangan karir terdiri dari
44 item valid dengan koefisien reliabilitas 0,916. Skala locus of control internal
terdiri dari 40 item valid dengan koefisien reliabilitas 0,905. Skala konsep diri
terdiri dari 43 item valid dengan koefisien reliabilitas 0,897. Analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F-test = 45,803; p 0,05, dan
nilai R = 0,720. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis
dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara
locus of control internal dan konsep diri dengan kematangan karir pada siswa
kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta. Nilai R2 dalam penelitian ini sebesar 0,519
atau 51,9%, sumbangan efektif locus of control internal terhadap kematangan
karir sebesar 42,5476% dan sumbangan efektif konsep diri terhadap kematangan
karir sebesar 9,3212%.
Kata kunci : kematangan karir, locus of control internal, konsep diri
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
THE RELATIONSHIP BETWEEN INTERNAL LOCUS OF CONTROL
AND SELF CONCEPT WITH CAREER MATURITY AT THE XIth
GRADE STUDENTS OF SMK NEGERI 2 SURAKARTA
Risa Suryanti
G0107012
ABSTRACT
Teenager is a changing phase from childhood into adult. One of the
purpose of this phase is to achieve independence and choose career. Career
maturity is a person’s success in a achieving the development tasks of career
according to his/her stage of development. The reality in the field shows that
students do not have the careful planning for their career. Various condition may
influence the process of career maturity. Students with internal locus of control
have the ability to evaluate his/her own condition so he/she has description
himself/ herself. Through his/ her real description, if enables students to make
careful career palnning. In addition, students who develop a positif self concept
will involve more in career exploration and develop appropriate behavior dealing
with their career. Internal locus of control and self concept become a condition
which can assist students in their career maturity.
The purpose of this research is to observe the correlation between the
internal locus of control and self concept to career maturity on the XIth grade
students of SMK Negeri 2 Surakarta. This research uses cluster sample.
Technique of sampling used in this research is cluster random sampling. The data
is collected by scale of career maturity, scale of internal locus of control, and scale
of self concepts. Scale of career maturity consists of 44 valid items with
coefficient reliability 0.916. Scale of internal locus of control consists of 40 valid
items with coefficient reliability 0.905. Scale of self concept consists of 43 valid
items with coefficient reliability 0.897. Multiple linear regressions are used to
analyze data.
The results of this research show that F-test= 45,803; p < 0,05 and R =
0,720. Based on the results, we can conclude that the hypothesis are acceptable,
which means there is a significant correlation between internal locus of control
and self concepts by career maturity on the XIth grade students of SMK Negeri 2
Surakarta. The value of R2 is 0,519 or 51,9%, effective contribution of internal
locus of control to career maturity is 42,5476% and effective contribution of self
concept to career maturity is 9,3212%.
Keywords : career maturity, internal locus of control, self concept
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... x
ABSTRACT ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Kematangan Karir
1. Pengertian kematangan karir ....................................................... 13
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
2. Perkembangan karir .................................................................... 14
3. Orientasi karir remaja ................................................................. 17
4. Aspek-aspek kematangan karir ................................................... 20
5. Faktor-faktor kematangan karir .................................................. 22
B. Locus of Control Internal
1. Pengertian locus of control internal ............................................ 25
2. Aspek-aspek locus of control internal ........................................ 27
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control internal ...... 28
4. Karakteristik orang dengan locus of control internal ................. 29
C. Konsep Diri
1. Pengertian konsep diri ................................................................ 32
2. Aspek-aspek konsep diri ............................................................. 34
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri .......................... 36
4. Pembentukan konsep diri ........................................................... 38
D. Hubungan antara Locus of Control Internal dan Konsep Diri dengan
Kematangan Karir pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) .............................................................................................. 39
E. Hubungan antara Locus of Control Internal dengan Kematangan
Karir ................................................................................................. 43
F. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kematangan Karir .............. 45
G. Kerangka pikir .................................................................................. 46
H. Hipotesis ........................................................................................... 47
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 48
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................................ 48
C. Populasi, Sampel dan Sampling ...................................................... 50
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 51
E. Metode Analisis Data
1. Validitas instrumen penelitian ..................................................... 58
2. Reliabilitas instrumen penelitian ................................................. 59
3. Uji hipotesis ................................................................................. 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi kancah penelitian ......................................................... 62
2. Persiapan penelitian ..................................................................... 65
3. Pelaksanaan uji coba .................................................................... 71
4. Analisis daya beda aitem dan reliabilitas skala ........................... 72
5. Penyusunan alat ukur untuk penelitian ........................................ 79
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan subjek penelitian ........................................................ 82
2. Pengumpulan data ....................................................................... 83
3. Pelaksanaan skoring .................................................................... 83
C. Hasil Analisis dan Interpretasi
1. Uji asumsi dasar .......................................................................... 84
2. Uji asumsi klasik ......................................................................... 87
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
3. Uji hipotesis ................................................................................. 91
4. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif ................................. 96
6. Analisis deskriptif ....................................................................... 97
D. Pembahasan ..................................................................................... 101
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 108
B. Saran ................................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 112
LAMPIRAN ....................................................................................................... 116
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian Pernyataan Favourable dan Unfavourable ........................ 52
Tabel 2. Blue Print Skala Kematangan Karir .................................................. 53
Tabel 3. Blue Print Skala Locus of Control Internal ....................................... 55
Tabel 4. Blue Print Konsep Diri ...................................................................... 57
Tabel 5. Daftar Keterserapan Siswa SMK Negeri 2 Surakarta ....................... 64
Tabel 6. Jumlah Siswa SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 ... 64
Tabel 7. Distribusi Skala Kematangan Karir ................................................... 68
Tabel 8. Distribusi Skala Locus of Control Internal ........................................ 69
Tabel 9. Distribusi Konsep Diri ....................................................................... 71
Tabel 10. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Kematangan Karir ............ 74
Tabel 11. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Locus of Control Internal .. 76
Tabel 12. Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Konsep Diri ....................... 78
Tabel 13. Distribusi Skala Kematangan Karir untuk Penelitian ......................... 79
Tabel 14. Distribusi Skala Locus of Control Internal untuk Penelitian .............. 80
Tabel 15. Distribusi Skala Konsep Diri untuk Penelitian .................................. 81
Tabel 16. Jumlah Siswa untuk Penelitian .......................................................... 82
Tabel 17. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 85
Tabel 18. Hasil Uji Linearitas antara Kematangan Karir dengan Locus of Control
Internal ……………………………… ............................................... 86
Tabel 19. Hasil Uji Linearitas antara Kematangan Karir dengan Konsep Diri . 86
Tabel 20. Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................ 87
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
Tabel 21. Hasil Uji Heterokedastisitas antara Kematangan Karir dengan Locus of
Control Internal ................................................................................. 89
Tabel 22. Hasil Uji Heterokedastisitas antara Kematangan Karir dengan Konsep
Diri ..................................................................................................... 89
Tabel 23. Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 91
Tabel 24. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R) ........................ 92
Tabel 25. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Anova) ............................. 93
Tabel 26. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda (Model Summary) ............. 93
Tabel 27. Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r) ..................................... 95
Tabel 28. Korelasi Parsial Locus of Control Internal dengan Kematangan
Karir .................................................................................................... 95
Tabel 29. Korelasi Parsial Konsep Diri dengan Kematangan Karir ................... 95
Tabel 30. Deskripsi Data Empirik ..................................................................... 97
Tabel 31. Deskripsi Data Penelitian .................................................................. 98
Tabel 32. Kriteria Kategori Skala Kematangan Karir dan Distribusi Skor
Subjek .............................................................................................. 99
Tabel 33. Kriteria Kategori Skala Locus of Control Internal dan Distribusi Skor
Subjek ................................................................................................. 100
Tabel 34. Kriteria Kategori Konsep Diri dan Distribusi Skor Subjek ................ 101
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Bagan Kerangka Pemikiran “Hubungan Antara Locus of Control
Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas
XI SMK Negeri 2 Surakarta ........................................................... 46
Gambar 2: Uji Heterokedastisitas dengan scatterplot ....................................... 89
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Skala untuk Try Out .................................................................... 117
Lampiran B. Data Try Out ............................................................................... 130
Lampiran C. Uji Validitas dan Reliabilitas ...................................................... 149
Lampiran D. Skala untuk Penelitian ................................................................. 166
Lampiran E. Data Penelitian ............................................................................. 177
Lampiran F. Data Hasil Penelitian ................................................................... 205
Lampiran G. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ............................... 213
Lampiran H. Data Kategorisasi ........................................................................ 220
Lampiran I. Surat Ijin Penelitian dan Surat Tanda Bukti Penelitian ................ 224
Lampiran J. Dokumentasi ................................................................................. 228
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Berbagai perubahan perkembangan terjadi selama masa remaja. Sebagai individu
yang sedang mengalami proses peralihan dari masa anak-anak mencapai
kedewasaan, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang mengarah pada
persiapan memenuhi tuntutan dan harapan peran sebagai orang dewasa (Desmita,
2005).
Hurlock (2004) menjelaskan bahwa tugas perkembangan pada masa
remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-
kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Havighurst
(1974, dalam Monks,dkk, 2006) berpendapat bahwa persiapan mandiri secara
ekonomis, pemilihan dan latihan jabatan merupakan salah satu tugas
perkembangan yang harus dilalui selama masa remaja.
Memperoleh kebebasan atau mandiri merupakan suatu tugas bagi remaja.
Dengan kemandirian remaja harus belajar dan berlatih dalam membuat
perencanaan, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan
keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala perbuatan yang telah
dilakukan (Fatimah, 2006).
Pada masa remaja seorang anak membebaskan diri dari perlindungan
orang tua. Anak dalam usahanya untuk berdiri sendiri, mencoba membebaskan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
2
dirinya dari pengaruh kekuasaan orang tua baik segi afektif maupun dalam segi
ekonomi seperti halnya remaja yang bekerja. Dalam masa remaja ini pula minat
yang dibawa dari kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang
lebih matang (Monks,dkk, 2006).
Hurlock (2004) berpendapat bahwa minat yang pada awal masa remaja
dianggap penting, seperti minat pada pakaian, serta penampilan, mulai beralih
pada minat karir. Pada masa remaja, minat kepada karir sering menjadi sumber
pikiran. Remaja akan membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai
dan pekerjaan yang dicita-citakan. Remaja akan memikirkan pekerjaan yang akan
dikerjakan dan mampu dikerjakan. Semakin remaja mendengar dan
membicarakan berbagai jenis pekerjaan, remaja akan semakin kurang yakin
mengenai apa yang akan dilakukan pernyataan ini dikemukakan oleh Thomas
(1976, dalam Hurlock, 2004).
Remaja dalam melewati tugas perkembangan dituntut adanya perubahan
dalam sikap dan pola perilaku. Pada akhirnya dalam memenuhi tuntutan ini hanya
sedikit anak laki-laki dan perempuan yang dapat melewati tugas selama masa
awal remaja, hal ini terutama terjadi pada remaja yang mengalami keterlambatan
kematangan (Hurlock, 2004). Kurangnya persiapan kecakapan mental dari remaja
dimungkinkan menjadi penyebab tidak tercapainya semua tugas dalam tahap
perkembangan remaja. Kaitannya dengan minat remaja pada karir, kurang
persiapan kecakapan mental tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi
pencapaian kematangan karir remaja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
3
Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (1984,
dalam Winkel, 1997) individu dengan umur 15-24 tahun masuk dalam fase kedua
yaitu fase eksplorasi (exploration) dimana pada tahap ini individu mulai
memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang
mengikat. Kaitannya dengan remaja, pada tahap ini remaja mulai mengidentifikasi
kesempatan serta jenis pekerjaan yang sesuai dengan diri remaja.
Monks, dkk (2006) menjelaskan bahwa pada anak-anak dan remaja, unsur
subjektif masih menguasai sehingga dalam membuat pilihan tidak terlalu realistik.
Pemilihan karir yang dibuat oleh seseorang erat kaitannya dengan kematangan
karir. Bagi remaja yang memiliki kematangan karir telah dapat melihat dan
mempertimbangkan alternatif karir yang tersedia. Komandyahrini (2008)
menyebutkan bahwa kualitas pemilihan karir ditentukan oleh tingkat kematangan
karir seseorang. Keputusan yang tepat mengenai masa depan baik untuk
melanjutkan pendidikan maupun karir akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
tingkat kematangan karir.
Super (1977, dalam Coertse&Schepers, 2004) mendefinisikan kematangan
karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan
karir yang khas bagi tiap tahap perkembangan tertentu. Yost&Corbishly (1987,
dalam Safitri, dkk, 2009) menjelaskan bahwa kematangan karir adalah
kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan tugas dalam proses
pengembangan karir serta kesiapan seseorang untuk membuat keputusan karir
yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4
Santrock (2003) menjelaskan bahwa eksplorasi terhadap berbagai jalur
karir merupakan suatu hal yang penting dalam perkembangan karir remaja.
Remaja melakukan eksplorasi karir dan pengambilan keputusan sampai pada taraf
tertentu disertai dengan ambiguitas dan ketidakpastian. Safitri,dkk (2009)
menyebutkan bahwa remaja cenderung melakukan pekerjaan atau kegiatan yang
sesuai dengan minat dan kemampuannya, dan telah mampu memikirkan atau
merencanakan karir berdasarkan minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin
diperjuangkan.
Salah satu kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam pengembangan
karir adalah kesadaran mengenai tuntutan pendidikan yang diperlukan untuk
menekuni karir. Pendidikan di sekolah menjadi sebuah penghubung yang
menjembatani pelajar ke dunia pekerjaan. Monks,dkk (2006) mengemukakan
bahwa pekerjaan membutuhkan pendidikan formal sebagai suatu proses belajar
yang sesuai dengan situasi bekerja (learning on the job). Dalam dunia kerja, karir
akan berkembang apabila diawali dengan persiapan pendidikan yang lebih baik
(Santrock, 2003).
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi salah satu
institusi sekolah yang mempersiapkan siswanya untuk memasuki dunia kerja
setelah lulus sekolah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga
pendidikan formal yang diharapkan mampu menjadi jembatan penghubung antara
tenaga kerja (siswa dan siswi) dengan dunia kerja. Proses pembelajaran di SMK
lebih menitikberatkan pada penerapan teori-teori yang telah diberikan melalui
kegiatan praktikum serta membekali siswa dengan ketrampilan sesuai tuntutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
5
dunia kerja (http://www.smkupdates.net, 4 Februari 2011). Siswa SMK yang
sejak dari awal memasuki bangku SMK telah menentukan program sesuai bidang
yang diminati maka memungkinkan siswa untuk mengasah potensi, ketrampilan
yang dimiliki. Pada akhirnya, siswa yang telah memahami bakat, minat, serta
orientasi masa depan akan lebih mudah dalam mencapai kematangan karir sesuai
tahapan perkembangannya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menunjukkan
bahwa pada Agustus 2008 pengangguran terbuka yang terbesar berasal dari SMK
sebesar 17,26%, diikuti dengan lulusan SMA sebesar 14,31%. Peringkat pertama
ini berlanjut pada Februari 2009 dan Agustus 2009. Pada Februari 2009
pengangguran terbuka dari lulusan SMK sebesar 15,69% kemudian diikuti oleh
lulusan diploma I/II/III sebesar 15,38% sedangkan pada Agustus 2009
pengangguran terbuka dari lulusan SMK sebesar 14,59% diikuti oleh lulusan
SMA sebesar 14,50% (http://www.bps.go.id, 6 Februari 2011).
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut
menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka yang berasal dari SMK masih
cukup tinggi. Hal tersebut menjadi indikasi bahwa kesesuaian minat saja tidak
cukup untuk dapat mencapai karir yang diinginkan. Dalam proses eksplorasi karir,
adanya perencanaan karir yang tepat akan menentukan kematangan karir
seseorang. Safitri, dkk (2009) menyebutkan bahwa pelajar seharusnya melakukan
perencanaan karir yang diawali dengan mengumpulkan pengetahuan mengenai
berbagai macam karir yang sesuai dengan minat dan bakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
Santrock (2003) menjelaskan bahwa kebanyakan remaja dalam mengambil
keputusan dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak terencana. Remaja tidak cukup
melakukan eksplorasi karir dan kurang memperoleh bimbingan dari sekolah. Di
banyak sekolah, para siswa bukan hanya tidak mengetahui informasi yang harus
dicari mengenai karir, namun siswa tidak mengerti cara untuk mencari informasi.
Pernyataan ini didukung oleh riset perencanaan karir yang dilakukan oleh Peta
Masa Depan Management Center di beberapa SMA, SMK, dan MA di Jakarta
tahun 2007 menunjukkan bahwa pelajar cenderung tidak mempunyai perencanaan
karir yang matang (www.petamasadepanku.net, 14 Juni 2011).
Komandyahrini (2008) menjelaskan bahwa pemahaman remaja mengenai
seluk beluk karir dapat membantu remaja dalam menyelesaikan tugas dalam tahap
perkembangannya sekaligus akan membantu remaja untuk memilih lapangan
pekerjaan sesuai dengan minat dan keinginannya. Coertse&Schepers (2004)
menyebutkan bahwa siswa dengan kematangan karir mempunyai kebiasaan dan
strategi yang lebih baik serta mempunyai sikap yang positif dalam pendidikan dan
pekerjaan.
Kematangan karir menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari
proses perkembangan, namun apabila kematangan karir tersebut tidak tercapai
sesuai tahapan perkembangan maka akan menjadi suatu hambatan dalam melewati
tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, masalah ini menjadi perlu
untuk dipahami melalui penelitian ini agar tidak menimbulkan permasalahan yang
serius. Hal ini dirasakan semakin besar pentingnya karena remaja dalam tugas
perkembangannya dituntut untuk memulai memikirkan kemandirian secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
7
ekonomi, dan mulai melakukan pilihan karir. Pendapat ini didukung oleh Partino
(2006) menjelaskan bahwa siswa sekolah menengah harus mulai melakukan
pilihan karir, yakni melanjutkan studi atau bekerja.
Penelitian mengenai kematangan karir ini akan dilaksanakan pada siswa
kelas XI SMK N 2 Surakarta karena beberapa alasan diantaranya dalam beberapa
penelitian mengenai kematangan karir yang telah dilaksanakan sebelumnya,
kebanyakan menggunakan siswa SMA sebagai subjek penelitian. SMK dipilih
menjadi subjek penelitian karena mayoritas siswa SMK berorientasi untuk bekerja
setelah lulus sekolah, sehingga penelitian mengenai kematangan karir lebih sesuai
dengan kondisi subjek. Selain itu, berdasarkan interview yang telah dilakukan
oleh peneliti kepada salah satu guru, dapat diketahui bahwa SMK Negeri 2
Surakarta belum pernah dipakai sebagai tempat penelitian oleh peneliti
sebelumnya mengenai kematangan karir. Alasan-alasan tersebut, mendorong
peneliti untuk melaksanakan penelitian di SMK Negeri 2 Surakarta mengenai
kematangan karir.
Siswa dalam proses mencapai kematangan karir tidak lepas dari berbagai
kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam proses mencapai kematangan
karir. Super dan Thompson (1979, dalam Komandyahrini, 2008) menjelaskan
bahwa terdapat enam faktor yang dimungkinkan berpengaruh dalam kematangan
karir seseorang yaitu: (1) kesadaran akan kebutuhan untuk membuat rencana ke
depan. Termasuk di dalamnya adalah kesadaran seseorang dalam membuat
perencanaan karirnya; (2) kemampuan mengambil keputusan; (3) informasi umum
mengenai karir; (4) pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
8
informasi; (5) pengetahuan mengenai dunia kerja dan kemampuan (skill); (6)
informasi yang lebih rinci mengenai pekerjaan yang dipilih.
Hasan (2006) menyebutkan bahwa konsep diri, vocational aspiration, dan
gender merupakan sejumlah variasi komponen pada kematangan karir. Pernyataan
ini sesuai dengan teori Holland (1985, dalam Coertse&Schepers, 2004) yang
menjelaskan bahwa faktor individu (personal) dan lingkungan dimungkinkan
berpengaruh terhadap kematangan karir.
Locus of control merupakan salah satu kondisi yang dimungkinkan
berpengaruh dalam kematangan karir. Naidoo (1998, dalam Kerka, 1998)
menjelaskan bahwa umur, ras, etnis, locus of control, status sosial ekonomi, work
salience, dan gender dimungkinkan mempengaruhi tingkat kematangan karir
seseorang. Duffy&Atwater (2005, dalam Safitri, dkk 2009) memberikan definisi
locus of control sebagai sumber keyakinan yang dimiliki individu dalam
mengendalikan peristiwa yang terjadi dipersepsikan berasal dari dirinya sendiri
ataupun dari luar dirinya.
Dillon&Kaur (2005) menjelaskan bahwa locus of control internal
menunjukkan adanya keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah
hasil dari perilaku, sedangkan locus of control eksternal menunjukkan adanya
keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil kekuatan luar
seperti keberuntungan, kesempatan, serta kekuasaan. Coertse&Schepers (2004)
menambahkan bahwa siswa dengan locus of control internal mempunyai
gambaran yang lebih realistik dengan bakat serta kemampuan berinteraksi dengan
lingkungan. Pemahaman mengenai bakat yang dimiliki serta kemampuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
9
baik dalam berinteraksi dengan lingkungan memungkinkan seorang siswa dalam
mencapai kematangan karir.
Kondisi lain yang dimungkinkan turut berpengaruh dalam kematangan
karir individu adalah konsep diri. Super (1967, dalam Santrock, 2003)
menjelaskan bahwa konsep diri memainkan peran utama dalam kematangan karir.
Konsep diri melibatkan kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta pemikiran
seseorang tentang pribadinya (Meece, 1997). Konsep diri meliputi keseluruhan
konsep, asumsi, dan prinsip selama kehidupan dan menjadi suatu pegangan bagi
individu (Berzonsky, 1981).
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan dari setiap individu.
Pudjijogyanti (1993) mengemukakan bahwa konsep diri bukan merupakan faktor
yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk dari
pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Tanggapan yang
muncul dalam suatu interaksi akan dijadikan cermin bagi individu. Apabila
individu memperoleh umpak balik yang positif, maka akan mempunyai
pandangan positif pula pada dirinya.
Remaja yang memperoleh umpan balik positif akan menjadikan remaja
yakin dengan kemampuan diri, tangguh dan mampu membuat perencanaan untuk
masa depan. Pendapat ini sejalan dengan Calhoun&Acocella (1995) yang
menjelaskan bahwa individu yang menerima dirinya apa adanya mampu
menghadapi kehidupan di depannya dengan merancang tujuan-tujuan yang sesuai
realitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
10
Raskin (1985, dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa remaja yang ikut
terlibat dalam proses pembentukan identitas lebih sanggup dalam mengartikulasi
pilihan karir dan menentukan langkah berikutnya untuk mencapai tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang. Hasan (2006) menyebutkakan bahwa individu
yang memelihara dan meningkatkan konsep diri akan lebih melibatkan diri dalam
eksplorasi karir, mencari berbagai informasi mengenai karir, dan mengembangkan
tingkah laku yang tepat dalam menghadapi karir.
Kesimpulan dari uraian diatas adalah siswa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) tergolong remaja pertengahan yang sudah mulai memikirkan masa depan
terutama masa depan karir. Masa remaja dengan berbagai masukan informasi, dan
pemahaman mengenai seluk beluk dalam karir dapat mencapai kematangan karir
sesuai dengan tahap perkembangan karirnya. Dalam prosesnya, usaha remaja
dalam pencapaian kematangan karir tidak lepas dari berbagai kondisi yang
dimungkinkan berpengaruh di dalamnya. Berdasarkan fenomena tersebut maka
penulis mengadakan sebuah studi tentang “Hubungan Antara Locus of Control
Internal dan Konsep Diri dengan Kematangan Karir Pada Siswa Kelas XI SMK
Negeri 2 Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang penulis
ajukan adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara locus of control internal dan konsep diri dengan
kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
11
2. Apakah ada hubungan antara locus of control internal dengan kematangan karir
pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta ?
3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kematangan karir pada siswa
kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara locus of control internal dan konsep diri
dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta.
2. Untuk mengetahui hubungan antara locus of control internal dengan
kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta.
3. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kematangan karir pada
siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang akan didapat adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan mengenai
locus of control internal, konsep diri dan kematangan karir dalam
pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi perkembangan, psikologi
sosial, dan psikologi pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
12
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, menambah wawasan mengenai locus of control internal, konsep
diri dengan kematangan karir, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam mencapai kematangan karir sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Bagi guru, dapat memberikan masukan mengenai materi yang perlu
diberikan kepada siswa dalam rangka perkembangan kematangan karir serta
memberikan bahan pertimbangan dalam bimbingan karir yang telah
dilaksanakan di sekolah.
c. Bagi orang tua, dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai
hubungan locus of control internal dan konsep diri dengan kematangan karir
pada remaja, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi orang tua dalam
memberikan perlakuan-perlakuan yang tepat dalam upaya mencapai
kematangan karir.
d. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan serta
perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai
locus of control internal, konsep diri dengan kematangan karir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kematangan Karir
1. Pengertian kematangan karir
Fatimah (2006) menjelaskan bahwa karir merupakan sesuatu yang
berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan yang dijalani oleh seseorang. Karir
memiliki makna sebagai jalannya peristiwa kehidupan, sekuensi okupasi, dan
peranan kehidupan lainnya yang keseluruhan menyatakan tanggung jawab
seseorang kepada pekerjaan dalam pola pengembangan dirinya (Manrihu,
1988). Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan karir akan mudah
dilampaui dengan adanya kematangan karir pada diri individu.
Super (1977, dalam Coertse&Schepers, 2004) mendefinisikan
kematangan karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas
perkembangan karir yang khas bagi tiap tahap perkembangan tertentu.
Kematangan karir diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membuat
pilihan serta keputusan karir yang tepat dan realistis (Coertse& Schepers,
2004).
Yost&Corbishly (1987, dalam Safitri, dkk 2009) menjelaskan bahwa
kematangan karir adalah kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan
tugas dan transisi dalam proses pengembangan karir serta kesiapan seseorang
untuk membuat keputusan karir yang sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Kematangan karir merupakan suatu istilah yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
14
menunjukkan tingkat pencapaian individu dalam rangkaian perkembangan
karir dari tahap eksplorasi karir sampai pada tahap kemunduran karir atau
sampai karir berhenti (Dillon&Kaur, 2005).
Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,
dapat dijelaskan bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu
dalam mencapai tugas dalam setiap tahap perkembangan karir. Kematangan
karir disertai pula dengan kemampuan individu dalam melakukan identifikasi
berbagai kesempatan pekerjaan serta dapat membuat keputusan mengenai
pilihan pekerjaan.
2. Perkembangan karir
Super (1984, dalam Winkel, 1997) menjelaskan bahwa kematangan
karir ditunjukkan dengan keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan semua
tugas perkembangan karir yang khas bagi setiap tahap perkembangan tertentu.
Super menyebutkan bahwa proses perkembangan karir dibagi atas lima tahap,
yaitu:
a. Tahap pengembangan (growth)
Pengembangan (growth) dimulai dari saat lahir sampai umur kurang lebih
15 tahun. Pada tahap ini anak mulai mengembangkan berbagai potensi,
pandangan khas, sikap, minat, dan kebutuhan yang dipadukan dalam
struktur gambaran diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
15
b. Tahap eksplorasi (eksploration)
Eksplorasi (eksploration) dimulai dari umur 15 sampai 24 tahun. Pada tahap
ini individu memikirkan berbagai alternatif karir, namun belum sampai pada
tahap pengambilan keputusan yang mengikat.
c. Tahap pemantapan (establishment)
Pemantapan (establishment) dimulai dari umur 25 sampai 44 tahun. Tahap
ini ditandai dengan adanya usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-
beluk pengalaman selama menjalani karir tertentu.
d. Tahap pembinaan (maintenance)
Pembinaan (maintenance) dimulai dari umur 45 sampai 64 tahun. Pada
tahap ini individu yang telah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan
karirnya.
e. Tahap kemunduran (decline)
Kemunduran (decline) diawali oleh individu yang memasuki masa pensiun
dan harus menemukan pola hidup baru setelah melepaskan jabatannya.
Ginzberg (1951, dalam Winkel, 1997) perkembangan karir individu
dibedakan menjadi tiga fase, yaitu:
a. Fase fantasi (sampai umur 15 tahun), awalnya kegiatan anak hanya bermain
dan dianggap tidak mempunyai kaitan dengan dunia kerja. Namun pada
akhir fase ini, permainan anak mulai menunjukkan indikasi bahwa anak
kelak cenderung memilih aktivitas tertentu yang mengarah kepada karirnya.
b. Fase tentatif (11-17 tahun), mengalami masa transisi, dari sekedar berperan
sambil bermain sampai menunjukkan kesadaran tentang tuntutan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
16
terkandung dalam suatu pekerjaan. Fase tentatif dibagi menjadi empat
subfase, yaitu tahap minat (interest), anak mengambil sikap terhadap apa
yang disukai; tahap kemampuan (capacity), anak mulai menyadari
kemampuannya sehubungan dengan aspirasi pekerjaan; tahap nilai (value),
anak mulai menghayati nilai-nilai yang ingin dikejarnya; tahap transisi
(transition), anak mulai memadukan minat, kemampuan, dan nilai sehingga
memperoleh gambaran diri yang utuh dan menyadari konsekuensi dari
pengambilan keputusan mengenai karir.
c. Fase realistik (17-25 tahun), dibagi atas tiga subfase yaitu, tahap eksplorasi
(exploration), anak mulai mempertimbangkan dua atau tiga alternatif karir,
tetapi belum dapat mengambil keputusan; tahap pemantapan
(chrystallization), mulai mantap jika memangku jabatan karir tertentu; tahap
penentu (specification), individu mulai mengambil keputusan mengenai
jabatan tertentu.
Berdasarkan uraian yang telah diberikan beberapa ahli di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat beberapa tahap serta tugas perkembangan
karir berdasarkan rentang umur tertentu. Perkembangan karir terdapat lima
tahap yaitu, 1) tahap pengembangan (growth) atau disebut pula sebagai fase
tentatif, 2) tahap eksplorasi (exploration), atau menurut ahli lain tahap ini
disebut sebagai fase tentatif dan fase realistik, 3) tahap pemantapan
(establishment), 4) tahap pembinaan (maintenence), 5) tahap kemunduran
(decline).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
17
3. Orientasi karir remaja
Orientasi karir berkaitan erat dengan latar belakang pendidikan.
Fatimah (2006) menyebutkan bahwa lingkungan sekolah mempunyai pengaruh
yang besar terhadap perkembangan jiwa remaja. Selain mengembangkan
fungsi pengajaran, sekolah juga mengembangkan fungsi pendidikan yaitu
transformasi nilai dan norma sosial. Sekolah telah mempertahankan orientasi
yang luas, yang dirancang untuk melatih individu secara intelektual serta di
bidang kesiapan kerja dan sosial (Santrock, 2003).
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh
minat remaja terhadap pekerjaan. Jika remaja mengharapkan pekerjaan yang
menuntut pendidikan tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai batu
loncatan. Remaja lebih menaruh perhatian pada pelajaran-pelajaran yang
nantinya akan berguna dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya (Harlock,
2004).
Di Indonesia terdapat dua sekolah menengah yaitu Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dimana terdapat
perbedaan mendasar dalam pola pembelajarannya. Pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA) ditujukan untuk siswa yang akan melanjutkan ke
perguruan tinggi, kurikulum yang digunakan lebih banyak teori dibandingkan
praktik, belajar hanya di lingkungan sekolah, serta siswa lulusan SMA belum
siap bekerja dan belum bisa mandiri. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) ditujukan untuk siswa yang menginginkan bekerja dan melanjutkan ke
perguruan tinggi, kurikulum SMK lebih banyak praktek dibandingkan teori,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
18
tempat belajar di dunia usaha dan di dunia industri, serta lulusan dari SMK
lebih siap bekerja.
Bagi remaja yang berorientasi untuk melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi, pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat membantu
siswa dalam mewujudkan cita-citanya melanjutkan pendidikannya. Namun
bagi remaja yang berkeinginan untuk memasuki dunia kerja selepas lulus
sekolah, pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi jembatan
bagi remaja untuk membekali diri dengan berbagai pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
Departemen Pendidikan Nasional (2007) menjelaskan bahwa model
kurikulum SMA adalah kurikulum yang dikelompokkan sebagai kurikulum
disiplin ilmu sedangkan filosofi pendidikan yang digunakan adalah
esensialisme. Pada kurikulum disiplin ilmu maka tujuan pendidikan adalah
menghasilkan tamatan dengan intelektual tinggi menurut kaidah disiplin ilmu.
Bagi siswa yang tidak melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi
kurikulum SMA tidak menyiapkan peserta didik dengan kemampuan untuk
bekerja. Kurikulum SMA tidak memberikan pengalaman yang dapat digunakan
untuk mencari kehidupan di masyarakat.
Sedangkan SMK dalam penyusunan kurikulum menggunakan
pendekatan berbasis luas dan mendasar (broad based), berbasis kompetensi
(competency-based) dan berbasis produksi (production based learning).
Kurikulum SMK mengembangkan pendidikan dan pelatihan berorientasi pada
kecakapan hidup (life skill). Arah pengembangan pendidikan menengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
19
kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja sehingga
lulusan SMK diharapkan mampu bekerja secara mandiri (wiraswasta) atau
mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia (Departemen Pendidikan Nasional,
2007).
Berkaitan dengan bimbingan karir, setiap sekolah baik SMA maupun
SMK mengembangkan bimbingan karir. Perbedaan terletak pada pelaksanaan
layanan bimbingan karir yang disesuaikan dengan lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Tujuan bimbingan karir di sekolah maupun di madrasah adalah
agar siswa mampu memahami, merencanakan, memilih menyesuaikan diri, dan
mengembangkan karir tertentu setelah tamat dari pendidikannya.
Tohirin (2009) berpendapat bahwa bimbingan karir di sekolah atau di
madrasah tidak secara langsung membantu siswa untuk berkarir tetapi lebih
banyak bersifat informasi. Hal ini berbeda bagi sekolah kejuruan yang
berorientasi karir, selain siswa dibekali tentang aplikasi karir, siswa juga
dibimbing dalam pemilihan, perencanaan, dan pengembangan karir.
Berdasarkan uraian di atas, dapat tarik kesimpulan bahwa remaja
melibatkan diri dalam pendidikan di sekolah untuk memperoleh berbagai
informasi atau materi yang berkenaan dengan karir yang diharapkan. Terdapat
dua sekolah menengah di Indonesia, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Perbedaaan diantara SMA dan SMK
terletak pada dasar penggunaan kurikulum, sehingga siswa lulusan dari SMA
dan SMK mempunyai arahan dan orientasi masa depan yang berbeda. Orientasi
siswa SMA lebih kepada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
20
sedangkan siswa lulusan SMK lebih dipersiapkan untuk bekerja secara mandiri
maupun mengisi lowongan pekerjaan yang disediakan di pasar kerja.
4. Aspek-aspek kematangan karir
Langley (1996, dalam Coertse&Schepers, 2004) menjelaskan bahwa
terdapat lima aspek dari kematangan karir, yaitu:
a. Pengetahuan diri (knowledge of self), meliputi kebutuhan, nilai, aturan
kehidupan, minat pekerjaan, dan faktor-faktor lain yang relevan.
b. Pengambilan keputusan (decision making), meliputi pemilihan karir dan
pengambilan keputusan yang efektif.
c. Informasi karir (career information), meliputi pengumpulan informasi
mengenai karir.
d. Penggabungan antara pengetahuan diri dan pengetahuan karir (integration of
self with knowledge of career).
e. Perencanaan karir (career planning), mengimplementasikan pengetahuan
yang dimiliki untuk perencaan karir.
Super (1974, dalam Alvarez, 2008) menjelaskan bahwa struktur
kematangan karir mempunyai lima dimensi, yaitu:
a. Perencanaan karir (career planfulness), meliputi perencanaan untuk
sekarang, dan perencanaan untuk masa depan.
b. Eksplorasi karir (career exploration), meliputi konsultasi dengan orang lain,
pencarian, dan keikutsertaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
21
c. Informasi (information), meliputi pendidikan, persyaratan penghasilan,
tugas, pembekalan dan tuntutan, kondisi, kemajuan karir.
d. Pengambilan keputusan (decision making), meliputi meliputi prinsip dan
praktis dalam pengambilan keputusan.
e. Orientasi (orientation), meliputi realistik, konsistensi, perwujudan, dan
pengalaman kerja.
Crites (1978, dalam Coertse&Schepers, 2004) menyebutkan bahwa
terdapat dua dimensi dalam kematangan karir, yaitu:
a. Kompetensi (competence)
Pengukuran kompetensi meliputi pengukuran penilaian diri, informasi karir,
seleksi tujuan, perencanaan, dan pemecahan masalah.
b. Sikap (attitude)
Pengukuran sikap meliputi pengukuran terhadap keyakinan, keterlibatan,
kebebasan, orientasi, dan kompromi dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, maka dalam penelitian
mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam
Alvarez, 2008) yaitu aspek perencanaan karir (career planfulness), eksplorasi
karir (career exploration), informasi (information), pengambilan keputusan
(decision making) dan meniadakan aspek orientasi. Aspek tersebut dinilai
komprehensif dan sejalan dengan teori yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
22
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir
Fatimah (2006) menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan karir, yaitu:
a. Faktor sosial ekonomi
Kondisi sosial ekonomi menyangkut kemampuan orang tua dalam
membiayai bidang pendidikan anaknya. Anak dengan kemampuan
intelektual tinggi kadang tidak dapat menikmati pendidikan yang baik
karena keterbatasan ekonomi. Kondisi ini pula yang akhirnya digunakan
oleh anak dalam pemilihan karirnya.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi kehidupan karir individu yaitu, (1)
lingkungan kehidupan masyarakat, membentuk sikap anak dalam
menentukan pola kehidupan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
pemikirannya dalam menentukan jenis pendidikan dan karir yang
diidamkan; (2) lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah yang bermutu
baik, mempunyai kedisiplinan tinggi akan mempengaruhi pembentukan
sikap dan perilaku kehidupan pendidikan anak dan pola pikir dalam
menghadapi karir; (3) lingkungan teman sebaya, pergaulan dengan teman
sebaya akan memberikan pengaruh langsung terhadap kehidupan
pendidikan.
c. Faktor pandangan hidup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
Pandangan hidup merupakan bagian yang terbentuk karena lingkungan.
Pada akhirnya pandangan hidup tersebut akan tampak pada pendirian
seseorang, terutama dalam menyatakan cita-cita hidupnya.
Winkel (1997) menjelaskan bahwa terdapat faktor internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi perkembangan karir.
a. Faktor internal
1. Nilai (value), nilai memegang peranan penting dalam keseluruhan
perilaku individu dan mempengaruhi seluruh harapan serta lingkup
aspirasi dalam hidup, termasuk bidang pekerjaan yang dipilih dan
ditekuni. Cita-cita dalam bidang pekerjaan kerap merupakan perwujudan
konkret dari suatu nilai kehidupan.
2. Taraf intelegensi, tinggi rendahnya taraf intelegensi yang dimiliki
seseorang akan berpengaruh efektif tidaknya keputusan pemilihan karir.
3. Bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki
berbagai bidang pekerjaan tertentu (fields of occupation) dan mencapai
tingkatan lebih tinggi dalam suatu jabatan (level of occupation).
4. Minat mengandung makna bagi perencanaan masa depan sehubungan
dengan jabatan yang akan dipegang (vocational planning), terutama
mengenai bidang jabatan yang akan dimasuki dan melihat ada tidaknya
kepuasan individu dalam menjalani bidang pekerjaan tertentu (vocational
satisfication).
5. Kepribadian, pada saat memasuki bidang pekerjaan tertentu sifat
kepribadian tidak banyak berpengaruh, namun sifat kepribadian tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
24
akan lebih berpengaruh terhadap kemampuan diri untuk bertahan dan
berhasil dalam karir yang dipilih.
6. Pengetahuan, informasi yang akurat tentang dunia kerja dan diri sendiri
dapat mempengaruhi aspirasi dan taraf aspirasi individu. Jika telah
mendapatkan informasi yang akurat dan menyadari keterbatasan dalam
pilihannya, maka pilihan karir yang fantasi mulai ditinggalnya.
b. Faktor eksternal
1. Masyarakat, lingkungan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam
banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga. Pandangan tersebut
meliputi pandangan mengenai tinggi rendahnya aneka jenis pekerjaan,
peranan pria dan wanita, dan sesuai tidaknya karir tertentu untuk pria dan
wanita.
2. Keadaan sosial ekonomi negara, laju pertumbuhan ekonomi, stratifikasi
masyarakat berpengaruh terhadap terciptanya suatu bidang pekerjaan
baru dan terhadap terbuka tertutupnya kesempatan karir bagi individu.
3. Sosial ekonomi keluarga menentukan tingkat pendidikan sekolah yang
dimungkinkan, jumlah kenalan pemegang kunci bagi beberapa karir
tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial.
4. Pengaruh keluarga, orang tua, saudara menyatakan harapan serta
mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan
dan karir. Bratcher (1982, dalam Sumari, dkk, 2009) menjelaskan bahwa
remaja yang berada dalam keluarga yang sehat dan fungsional
menunjukkan adanya kemandirian, tangguh, dan dapat mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
25
otonominya. Melalui kemandirian dan otonomi yang dimiliki, remaja
menjadi lebih fleksibel dalam pemilihan karir dan lebih memahami
keinginan diri meskipun berbeda dengan aturan maupun pola yang ada di
keluarga.
5. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan
kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar
mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja.
6. Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi
harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi kematangan karir terdiri dari faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi nilai, bakat khusus, minat,
kepribadian, taraf intelegensi, kepribadian dan pengetahuan. Sedangkan faktor
eksternal meliputi keluarga, masyarakat, kondisi sosial ekonomi baik negara
maupun orang tua, dan pengaruh teman sebaya.
B. Locus of Control Internal
1. Pengertian locus of control internal
Rotter (1966, dalam Berzonsky, 1981) menjelaskan bahwa locus of
control adalah kepercayaan individu mengenai sejauh mana dirinya dapat
dengan efektif mengontrol apa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control
mempunyai empat konsep dasar yakni potensi perilaku individu (behavioral
potensial), harapan (expectancy), nilai penguatan (reinforcement value), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
26
suasana psikologis. Dillon&Kaur (2005) menyebutkan bahwa locus of control
merupakan sebuah bagian dari kepribadian individu yang menjelaskan
mengenai pengelompokkan individu berdasarkan derajat kepercayaan individu
untuk mengontrol peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
Locus of control dikelompokkan menjadi dua macam yakni locus of
control internal dan locus of control eksternal. Locus of control internal
mempercayai bahwa peristiwa yang terjadi sebagai hasil dari perilakunya.
Sedangkan locus of control eksternal menunjukkan adanya keyakinan bahwa
peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil dari kekuatan diluar dirinya
seperti keberuntungan, kesempatan, serta kekuasaan (Dillon&Kaur, 2005).
Locus of control internal mempunyai suatu ekspektasi berupa persepsi yang
menganggap terjadinya suatu peristiwa baik positif maupun negatif merupakan
konsekuensi dari apa yang telah dilakukan (Lefcourt, 1982).
Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,
dapat dijelaskan bahwa locus of control internal merupakan hasil evaluasi diri
yang positif terhadap peristiwa yang telah terjadi sepanjang perjalanan hidup.
Evaluasi positif terhadap diri membentuk keyakinan bahwa peristiwa yang
terjadi merupakan hasil kontrol diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
27
2. Aspek-aspek locus of control internal
Levenson (1981, dalam Legerski, 2006) menyatakan bahwa terdapat
tiga dimensi dalam locus of control, yakni:
a. Internal (I) berupa keyakinan individu bahwa dirinya dapat mengendalikan
hidupnya sendiri.
b. Exsternal powerful others (P) berupa keyakinan bahwa peristiwa yang
terjadi dalam hidupnya ditentukan oleh kekuatan orang lain.
c. Exsternal chance (C) berupa keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam
hidupnya ditentukan oleh adanya kesempatan, keberuntungan, takdir.
Wolfgang dan Weiss’s (1980, dalam Clachar, 1992) menjelaskan bahwa
terdapat dua dimensi dalam locus of control, yaitu:
a. Locus of personal control
Locus of personal control direfleksikan sebagai kepercayaan individu
terhadap kompetensi serta efikasi diri. Locus of personal control terdiri dari
locus of personal control yang berorientasi internal dan locus of personal
control yang berorientasi eksternal. Locus of personal control yang
berorientasi internal ditandai dengan keyakinan akan efikasi diri, sedangkan
locus of personal control yang berorientasi eksternal ditandai dengan
keyakinan pada kesempatan, keberuntungan.
b. Locus of responsibility
Locus of responsibility digunakan untuk mengukur tingkat tanggungjawab
individu terhadap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of
responsibility terdiri dari locus of responsibility yang berorientasi internal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
28
dan locus of responsibility yang berorientasi eksternal. Locus of
responsibility yang berorientasi internal ditandai dengan keyakinan adanya
hubungan yng kuat antara usaha, kerja keras dengan kesuksesan yang
dicapai, sedangkan locus of responsibility yang berorientasi eksternal
ditandai dengan keyakinan bahwa sosial, politik, ekonomi adalah kekuatan
dan pembentuk nasib individu.
Berdasarkan uraian beberapa ahli di atas, maka peneliti dalam
penelitian ini menggunakan dimensi yang dikemukakan oleh Levenson (1981,
dalam Legerski, 2006), yaitu dimensi internal (I), exsternal powerful others
(P), dan exsternal chance (C). Dimensi-dimensi tersebut digunakan karena
lebih komprehensif dan sesuai dengan teori yang dijadikan acuan dalam
penelitian ini.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi locus of control internal
Menurut Phares (1984) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi terbentuknya locus of control, antara lain:
a. Keluarga (family)
Keluarga yang mengembangkan kehangatan, perlindungan, dan
mengembangkan sikap positif akan mengembangkan anak ke arah locus of
control internal. Perkembangan ke arah locus of control internal terjadi pula
pada keluarga yang mengembangkan disiplin dan sikap yang konsisten
dalam mendidik anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
29
b. By and large
Individu yang berasal dari kelompok dengan akses yang terbatas pada
kekuatan, kesempatan, dan keuntungan materi, maka di masa yang akan
datang individu tersebut cenderung mengembangkan locus of control
eksternal.
c. Gender (sex differences)
Berbagai penelitian telah melaporkan adanya perbedaan locus of control
internal dan eksternal antara pria dan wanita. Hochreich (1975, dalam
Phares, 1984) menyebutkan bahwa antara subjek pria dan wanita, diperoleh
hasil yang menunjukkan adanya skor locus of control internal tinggi pada
pria, dan skor locus of control eksternal yang tinggi pada wanita.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi locus of control internal adalah keluarga, by and
large, dan gender.
4. Karakteristik orang dengan locus of control internal
Phares (1984) menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakteristik
individu dengan locus of control internal, antara lain:
a. Reaksi terhadap pengaruh sosial
Individu dengan locus of control internal memperlihatkan kepercayaan diri
yang besar terhadap kompetensi yang dimiliki, serta menunjukkan adanya
kemandirian. Selain itu, individu tersebut akan mampu menolak setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
30
pengaruh yang berusaha menguasainya, dan senantiasa berusaha untuk
dapat mengontrol hidupnya sendiri.
b. Pencarian informasi
Pencarian informasi menjadi perbedaan mendasar bagi locus of control
internal dan locus of control eksternal. Individu yang berkeyakinan bahwa
dirinya menentukan nasibnya sendiri akan lebih aktif dalam pencarian
informasi.
c. Kesadaran kesehatan
Individu dengan locus of control internal memperlihatkan adanya usaha
untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan serta meminimalisir
adanya penyakit.
d. Proses atribusi
Locus of control tidak hanya mempengaruhi sikap dan pandangan individu
terhadap dirinya sendiri, namun mempengaruhi pula perilaku individu pada
orang lain. Individu dengan locus of control internal memberikan perlakuan
yang sama pada orang lain seperti individu tersebut memberikan perlakuan
terhadap dirinya sendiri.
e. Prestasi
Bekerja keras dalam bidang kognitif dan penyelesaian tugas merupakan
salah satu karakteristik yang dimiliki individu dengan locus of control
internal. Selain itu, individu tersebut berusaha untuk memperoleh
penghargaan dengan cara mencapai nilai yang terbaik dan menunda rasa
puas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
31
f. Penyesuaian diri
Pribadi yang aktif, mandiri merupakan salah satu kunci sukses dalam
penyesuaian diri. Individu yang berkeyakinan bahwa nasib merupakan hasil
kontrol diri menjadi indikator bahwa individu tersebut mempunyai
kemampuan yang baik dalam penyesuaian diri.
Rotter (1966, dalam Krueger, 2005) menyatakan bahwa individu yang
mempunyai kepercayaan diri yang besar untuk mengontrol peristiwa dalam
hidupnya tampak seperti:
a. Lebih cepat belajar mengenali berbagai aspek dalam lingkungan sehingga
dapat membantu dirinya di masa depan.
b. Mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengembangkan lingkungan.
c. Mempunyai penilaian yang besar terhadap kemampuan serta hasil yang
diperoleh.
Locus of control dinilai internal jika individu menunjukkan ciri-ciri
bertanggung jawab atas tindakannya, berkemauan keras mencapai suatu tujuan,
dan melihat dirinya pengendali penuh arah hidupnya sendiri (Reber&Reber,
2010).
Aji (2010) menjelaskan bahwa karakteristik individu yang mempunyai
locus of control internal antara lain:
a. Kontrol
Individu mempunyai keyakinan bahwa peristiwa hidupnya adalah hasil dari
faktor internal/ kontrol personal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
32
b. Mandiri
Individu dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan atau hasil, percaya
dengan kemampuan dan ketrampilannya sendiri.
c. Tanggung jawab
Individu mempunyai kesediaan untuk menerima segala sesuatu sebagai
akibat dari sikap atau tingkah lakunya sendiri, serta berusaha memperbaiki
sikap atau tingkah lakunya agar mencapai hasil yang lebih baik lagi.
d. Ekspektansi
Individu mempunyai penilaian subjektif atau keyakinan bahwa konsekuensi
positif akan diperoleh pada situasi tertentu sebagai imbalan tingkah lakunya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
orang dengan locus of control internal adalah mandiri (berupa keyakinan atas
kemampuan yang dimiliki, selalu aktif, dan bekerja keras), kontrol diri (berupa
keyakinan bahwa peristiwa yang ada terjadi karena perbuatan atau sikapnya
sendiri), tanggung jawab (atas segala peristiwa baik itu kesuksesan maupun
kegagalan yang menimpa dirinya), dan ekspektasi (berupa persepsi mengenai
masa depan, harapan, termasuk pula orientasi sukses).
C. Konsep Diri
1. Pengertian konsep diri
Calhoun&Acocella (1995) menjelaskan bahwa konsep diri merupakan
gambaran mengenai diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan, pengharapan
serta penilaian terhadap diri sendiri. Konsep diri adalah pandangan dan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
33
individu mengenai dirinya sendiri (Pudjijogyanti, 1993). Pandangan diri terkait
dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri (Wanei, 2006).
Berzonsky (1981) mengemukakan bahwa konsep diri meliputi
keseluruhan konsep, asumsi, dan prinsip selama kehidupan dan menjadi suatu
pegangan bagi individu. Brooks (1971, dalam Sobur, 2003) menjelaskan bahwa
konsep diri didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap aspek fisik, aspek
sosial, dan aspek psikologis yang didasarkan dari pengalaman dan interaksi
dengan orang lain.
Dhillon&Kaur (2005) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan
keseluruhan persepsi individu mengenai fisik, sosial serta kompetensi
akademik yang dimiliki. Hamacheck (1987, dalam Hasan, 2006) berpendapat
bahwa konsep diri sebagai keseluruhan gambaran mengenai diri individu yang
didefinisikan berupa persepsi, kepercayaan, sikap, dan perasaan yang menjadi
bagian dari karakteristik individu.
Reber&Reber (2010) berpendapat bahwa konsep diri merupakan
konsep seseorang tentang dirinya sendiri dengan sebuah deskripsi yang
menyeluruh dan mendalam yang bisa diberikan seoptimal mungkin. Konsep
diri melibatkan kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta pemikiran seseorang
tentang pribadinya (Meece, 1997). Konsep diri dapat menjadi suatu deskripsi
yang utuh apabila disertai dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai
pribadi individu itu sendiri.
Berdasarkan definisi yang telah diberikan oleh beberapa ahli di atas,
dapat dijelaskan bahwa konsep diri merupakan suatu gambaran atau pandangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
34
yang menyeluruh mengenai diri individu, termanifestasi dalam sebuah
kepercayaan, sikap, pikiran, maupun perasaan yang melekat dan menjadi
karakteristik bagi individu.
2. Aspek-aspek konsep diri
Konsep diri merupakan suatu gambaran diri yang kompleks yang
terbentuk oleh adanya interaksi dengan lingkungan dan konsep diri merupakan
sesuatu yang terukur.
Aspek-aspek konsep diri menurut Berzonsky (1981), antara lain :
a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan sebagainya.
b. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu
terhadap dirinya sendiri.
c. Aspek sosial, meliputi bagaimana peran sosial yang dimainkan oleh
individu dan sejauh mana penilaian terhadap kinerjanya.
d. Aspek moral meliputi nilai dan prinsip yang memberikan arti serta arah bagi
kehidupan sesungguhnya.
Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek
pengalaman, pikiran, perasaan, persepsi, dan tingkah laku individu. Potret
mental ini menurut Fitts (1971, dalam Agustiani, 2009) mempunyai dua
dimensi pokok, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
35
a. Dimensi internal
Dimensi internal merupakan suatu kerangka acuan internal (internal frame
of reference) berupa penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang
dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia dalam
dirinya.
b. Dimensi eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui aktivitas sosial,
nilai yang dianut, serta hal lain diluar dirinya.
Calhoun&Acocella (1995) berpendapat bahwa konsep diri mempunyai
tiga dimensi, yaitu :
a. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh individu mengenai dirinya,
meliputi umur, jenis kelamin, penampilan, dan sebagainya.
b. Pengharapan bagi diri sendiri adalah berupa gagasan individu mengenai
akan menjadi apa dirinya di masa depan. Pengharapan ini sangat berbeda
untuk setiap individu, namun pengharapan tersebut dapat mendorong dan
memandu individu dalam menyongsong masa depan.
c. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran terhadap keadaan diri
individu itu sendiri dibandingkan terhadap apa yang seharusnya terjadi pada
diri individu tersebut. Penilaian ini menentukan tingkat harga diri individu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menggunakan aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Berzonsky (1981) yaitu: 1) aspek fisik berupa
penilaian terhadap apa yang dimiliki, 2) aspek psikis berupa pikiran, perasaan,
dan sikap terhadap dirinya sendiri, 3) aspek sosial berupa peran sosial dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
36
penilaian yang diberikan oleh masyarakat, 4) aspek moral berupa nilai dan
prinsip yang menjadi pedoman bagi individu. Aspek-aspek tersebut digunakan
karena lebih komprehensif dan sesuai dengan teori yang menjadi acuan dalam
penelitian ini.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Mead (1972 dalam Sobur, 2003) menjelaskan bahwa konsep diri
merupakan produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan
organisasi pengalaman-pengalaman psikologis. Fakta ini menandakan bahwa
adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri.
Rakhmat (2001) menjelaskan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi konsep diri, antara lain:
a. Orang lain
Orang lain yang dimaksud adalah orang yang paling berpengaruh dalam
kehidupan individu (significant others). Ketika masih kecil, orang yang
sangat berpengaruh adalah orang tua, saudara, dan orang lain yang tinggal
satu atap bersama individu tersebut. Kaitannya dengan orang tua, pola asuh
orang tua terhadap anak mempunyai andil dalam proses pembentukan
konsep diri anak. Pola asuh yang dikembangkan orang tua dalam
perkembangannya akan mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan
individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
37
b. Kelompok rujukan (reference group)
Kelompok rujukan merupakan suatu kelompok yang secara emosional
mengikat individu dan berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri
individu. Individu mengarahkan perilaku dan dan menyesuaikan diri sesuai
dengan karakteristik kelompoknya.
Brooks (1971 dalam Sobur, 2003) menyebutkan ada empat faktor yang
mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang, yaitu :
a. Self Appraisal
Self appraisal merupakan suatu pandangan yang menjadikan diri seseorang
sebagai objek dalam komunikasi. Pandangan tersebut dapat diartikan pula
sebagai kesan individu terhadap dirinya sendiri.
b. Reaction and Response of Others
Konsep diri dipengaruhi oleh reaksi serta respon orang lain terhadap diri
individu. Evaluasi yang dilakukan oleh orang lain melalui proses interaksi,
pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan konsep diri individu.
c. Role Play-Role Taking
Aspek peran yang dimainkan oleh individu akan dapat mempengaruhi
konsep diri individu. Jika individu memainkan banyak peran dan dianggap
positif oleh orang lain, maka konsep diri individu akan positif.
d. Reference Group
Reference group merupakan kelompok di mana individu menjadi anggota di
dalamnya. Jika individu menganggap penting kelompok yang diikuti, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
38
segala bentuk penilaian dan reaksi yang diberikan oleh kelompok akan
menjadi kekuatan untuk menentukan konsep.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua
faktor utama yang mempengaruhi konsep diri yaitu faktor internal yang
meliputi self appraisal, role play-role taking dan faktor eksternal yang meliputi
orang lain (significant others), reaction and response of others, dan kelompok
rujukan (reference group).
4. Pembentukan konsep diri
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan dari setiap individu.
Calhoun & Acocella (1995) berpendapat bahwa ketika lahir individu tidak
memiliki konsep diri, tidak mempunyai pengetahuan, pengharapan maupun
penilaian terhadap diri sendiri. Individu tidak sadar bahwa dirinya merupakan
bagian yang terpisah dari lingkungan.
Pudjijogyanti (1993) mengemukakan bahwa konsep diri bukan
merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari
dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu
lain. Umpan balik yang diberikan oleh lingkungan beserta orang-orang di
dalamnya kepada individu akan membentuk suatu konsep diri (Calhoun &
Acocella, 1995). Tanggapan yang muncul dalam suatu interaksi akan dijadikan
cermin bagi individu. Apabila individu memperoleh umpak balik yang positif,
maka akan mempunyai pandangan positif pula pada dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
39
Agustiani (2009) menjelaskan bahwa konsep diri berkembang dari
pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri
individu ditanamkan sejak dini dalam kehidupan anak dan menjadi dasar yang
mempengaruhi tingkah lakunya di masa depan. Sobur (2003) menyebutkan
bahwa konsep diri terbentuk berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap
orang lain terhadap dirinya. Pada seorang anak, dirinya mulai belajar berpikir
dan merasakan seperti apa yang telah ditentukan oleh orang lain dalam
lingkungannya. Apabila seorang guru mengatakan secara terus menerus pada
seorang muridnya bahwa dirinya kurang mampu, maka anak akan mempunyai
konsep diri seperti yang dikatakan oleh gurunya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa konsep diri bukan
faktor yang dibawa sejak lahir. Konsep diri terbentuk secara bertahap dan
berkembang seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri. Terbentuknya
konsep diri merupakan hasil refleksi diri serta hasil cerminan dari berbagai
tanggapan yang diperoleh dari keluarga maupun lingkungan.
D. Hubungan antara Locus of Control Internal dan Konsep Diri dengan
Kematangan Karir pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Hurlock (2004) menjelaskan bahwa tugas perkembangan pada masa
remaja dipusatkan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-
kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Havighurst
(1974, dalam Monks,dkk, 2006) berpendapat bahwa persiapan mandiri secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
40
ekonomis, pemilihan dan latihan jabatan merupakan salah satu tugas
perkembangan yang harus dilalui selama masa remaja.
Pada masa remaja seorang anak membebaskan diri dari perlindungan
orang tua. Anak dalam usahanya untuk berdiri sendiri, mencoba membebaskan
dirinya dari pengaruh kekuasaan orang tua baik segi afektif maupun dalam segi
ekonomi seperti halnya remaja yang bekerja. Dalam masa remaja ini pula minat
yang dibawa dari kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh minat yang
lebih matang (Monks,dkk, 2006).
Hurlock (2004) berpendapat bahwa minat yang pada awal masa remaja
dianggap penting, seperti minat pada pakaian, serta penampilan, mulai beralih
pada minat karir. Pada masa remaja, minat kepada karir sering menjadi sumber
pikiran. Remaja akan membedakan antara pilihan pekerjaan yang lebih disukai
dan pekerjaan yang dicita-citakan.
Menurut teori perkembangan karir yang dikemukakan oleh Super (1984,
dalam Winkel, 1997) individu dengan umur 15-24 tahun masuk dalam fase kedua
yaitu fase eksplorasi (exploration) dimana pada tahap ini individu mulai
memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang
mengikat. Kaitannya dengan remaja, pada tahap ini remaja mulai mengidentifikasi
kesempatan serta jenis pekerjaan yang sesuai dengan diri remaja.
Monks, dkk (2006) menjelaskan bahwa pada anak-anak dan remaja, unsur
subjektif masih menguasai sehingga dalam membuat pilihan tidak terlalu realistik.
Pemilihan karir yang dibuat oleh seseorang erat kaitannya dengan kematangan
karir. Bagi remaja yang memiliki kematangan karir telah dapat melihat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
41
mempertimbangkan alternatif karir yang tersedia. Komandyahrini (2008)
menyebutkan bahwa kualitas pemilihan karir ditentukan oleh tingkat kematangan
karir seseorang. Keputusan yang tepat mengenai masa depan baik untuk
melanjutkan pendidikan maupun karir akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
tingkat kematangan karir.
Super (1977, dalam Coertse&Schepers, 2004) mendefinisikan kematangan
karir sebagai keberhasilan individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan
karir yang khas bagi tiap tahap perkembangan tertentu. Yost&Corbishly (1987,
dalam Safitri, dkk, 2009) menjelaskan bahwa kematangan karir adalah
kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan tugas dalam proses
pengembangan karir serta kesiapan seseorang untuk membuat keputusan karir
yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Siswa dalam proses mencapai kematangan karir tidak lepas dari berbagai
kondisi yang dimungkinkan berpengaruh dalam proses mencapai kematangan
karir. Locus of control merupakan salah satu kondisi yang dimungkinkan
berpengaruh dalam kematangan karir. Naidoo (1998, dalam Kerka, 1998)
menjelaskan bahwa umur, ras, etnis, locus of control, status sosial ekonomi, work
salience, dan gender dimungkinkan mempengaruhi tingkat kematangan karir
seseorang.
Duffy&Atwater (2005, dalam Safitri, dkk 2009) memberikan definisi locus
of control sebagai sumber keyakinan yang dimiliki individu dalam mengendalikan
peristiwa yang terjadi dipersepsikan berasal dari dirinya sendiri ataupun dari luar
dirinya. Sedangkan locus of control internal ditunjukkan dengan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
42
keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi dalam hidup adalah hasil dari perilakunya
sendiri (Dillon&Kaur, 2005).
Coertse&Schepers (2004) menjelaskan bahwa siswa dengan locus of
control internal mempunyai gambaran yang lebih realistik dengan bakat serta
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan. Pemahaman mengenai bakat yang
dimiliki serta kemampuan yang baik dalam berinteraksi dengan lingkungan
memungkinkan seorang siswa dalam mencapai kematangan karir. Pendapat ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Dillon dan Kaur (2005) yang
menyebutkan bahwa locus of control internal dan motivasi berprestasi secara
signifikan berhubungan dengan kematangan karir.
Kondisi lain yang dimungkinkan turut berpengaruh dalam kematangan
karir individu adalah konsep diri. Super (1967, dalam Santrock, 2003)
menjelaskan bahwa konsep diri memainkan peran utama dalam kematangan karir.
Konsep diri melibatkan kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta pemikiran
seseorang tentang pribadinya (Meece, 1997). Konsep diri meliputi keseluruhan
konsep, asumsi, dan prinsip selama kehidupan dan menjadi suatu pegangan bagi
individu (Berzonsky, 1981).
Raskin (1985, dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa remaja yang ikut
terlibat dalam proses pembentukan identitas lebih sanggup dalam mengartikulasi
pilihan karir dan menentukan langkah berikutnya untuk mencapai tujuan jangka
pendek maupun jangka panjang. Hasan (2006) dalam penelitiannya menjelaskan
bahwa kelompok dengan skor konsep diri tinggi menghasilkan skor yang tinggi
pula pada kematangan karirnya. Individu yang memelihara dan meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
43
konsep diri akan lebih melibatkan diri dalam eksplorasi karir, mencari berbagai
informasi mengenai karir, dan mengembangkan tingkah laku yang tepat dalam
menghadapi karir.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat keterkaitan
antara locus of control internal dan konsep diri dengan kematangan karir pada
remaja. Remaja dengan locus of control internal memiliki gambaran diri yang
realistik serta mudah dalam berinteraksi dengan lingkungan. Selanjutnya, remaja
dengan locus of control internal mempunyai kematangan karir tinggi. Sedangkan,
dengan konsep diri yang tinggi dapat lebih melibatkan diri dalam eksplorasi karir.
Sehingga remaja dengan konsep diri tinggi akan diikuti dengan kematangan karir
yang tinggi.
E. Hubungan antara Locus of Control Internal dengan Kematangan Karir
Dillon&Kaur (2005) menyebutkan bahwa locus of control merupakan
sebuah bagian dari kepribadian individu yang menjelaskan mengenai
pengelompokkan individu berdasarkan derajat kepercayaan individu untuk
mengontrol peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Locus of control dinilai
internal jika individu menunjukkan ciri-ciri bertanggung jawab atas tindakannya,
berkemauan keras mencapai suatu tujuan, dan melihat dirinya pengendali penuh
arah hidupnya sendiri (Reber&Reber, 2010).
Locus of control internal yang merupakan bagian dari kepribadian individu
mempengaruhi berbagai bidang dalam kehidupan. Dalam dunia karir, locus of
control internal menjadi salah satu penentu dalam kematangan karir individu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
44
Patton (2001) menyebutkan bahwa sejumlah variabel kepribadian berkorelasi
dengan kematangan karir, khususnya yang berkaitan dengan konsep diri, efikasi
diri, kecenderungan atribusi, dan motivasi berprestasi. Individu dengan
kecenderungan atribusi sukses berdasarkan usaha diri sendiri ditunjukkan dengan
tingkat kematangan karir yang lebih tinggi.
King (1989) berpendapat bahwa perempuan yang mampu mengontrol
peristiwa yang terjadi dalam hidupnya sendiri, dekat dengan keluarga dan
memperoleh berbagai kesempatan, merupakan hal-hal penting dalam kematangan
karir. Bagi pria, proses kematangan karir lebih kepada umur dan locus of control
internal. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun berbeda gender, namun
terdapat kesamaan antara keduanya yakni adanya locus of control internal (kontrol
diri terhadap peristiwa yang terjadi dalam hidup) yang turut serta dalam proses
kematangan karir.
Dillon dan Kaur (2005) menyebutkan pula bahwa locus of control internal
dan motivasi berprestasi secara signifikan berhubungan dengan kematangan karir.
Hasil dari penelitian tersebut diperkuat pula oleh Zulkaida, dkk (2007) dalam
penelitiannya mengenai “Pengaruh Locus of Control dan Efikasi Diri terhadap
Kematangan Karir” menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang positif antara
locus of control internal dengan kematangan karir. Individu dengan locus of
control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka akan melakukan
usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan, langkah-langkah
pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dialami.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
45
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan adanya hubungan antara locus of
control internal dengan kematangan karir. Individu dengan dominan locus of
control internal akan mempunyai kematangan karir yang tinggi.
F. Hubungangan antara Konsep Diri dengan Kematangan Karir
Reber&Reber (2010) berpendapat bahwa konsep diri merupakan konsep
seseorang tentang dirinya sendiri dengan sebuah deskripsi yang menyeluruh dan
mendalam yang bisa diberikan seoptimal mungkin. Konsep diri melibatkan
kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta pemikiran seseorang tentang pribadinya.
Pudjijogyanti (1993) mengemukakan bahwa konsep diri bukan merupakan
faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk
dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Umpan balik
yang diberikan oleh lingkungan beserta orang-orang di dalamnya kepada individu
akan membentuk suatu konsep diri (Calhoun & Acocella, 1995). Konsep diri
sebagai faktor personal dapat mempengaruhi berbagai sisi kehidupan individu,
salah satunya adalah kematangan karir.
Patton (2001) menyebutkan bahwa sejumlah variabel kepribadian
berkorelasi dengan kematangan karir, khususnya yang berkaitan dengan konsep
diri, efikasi diri, kecenderungan atribusi, dan motivasi berprestasi. Dillon dan
Kaur (2005) dalam penelitiannya mengenai kematangan karir pada siswa sekolah,
menyebutkan bahwa kematangan karir secara signifikan positif berhubungan
dengan konsep diri dan motivasi berprestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
46
Gambar 1. Kerangka Pikir
Hasil penelitian Hasan (2006) mengenai “Kematangan Karir Remaja India
Ditinjau Dari Konsep Diri, Aspirasi Vokasional, dan Gender” menjelaskan bahwa
kelompok dengan skor konsep diri tinggi menghasilkan skor yang tinggi pula
pada kematangan karirnya. Individu yang memelihara dan meningkatkan konsep
diri akan lebih melibatkan diri dalam eksplorasi karir, mencari berbagai informasi
mengenai karir, dan mengembangkan tingkah laku yang tepat dalam menghadapi
karir.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan
antara konsep diri dan kematangan karir. Individu dengan konsep diri yang tinggi
akan mempunyai kematangan karir yang tinggi pula.
G. Kerangka Pikir
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, dapat diketahui bahwa locus
of control internal dan konsep diri, masing-masing mempunyai hubungan
dengan kematangan karir pada seorang remaja. Hubungan yang terjadi adalah
hubungan positif, yaitu apabila remaja memiliki locus of control internal dan
1
Locus of control internal
Konsep diri
2
3
Kematangan karir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
47
mengembangkan konsep diri yang baik, maka akan dapat mencapai
kematangan karir. Sebaliknya, apabila remaja tidak memiliki locus of control
internal dan kurang mengembangkan konsep diri, maka akan menghambat
remaja dalam mencapai kematangan karir.
H. Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah diuraikan tersebut, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan positif antara locus of control internal dan konsep diri
dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK N 2 Surakarta.
2. Ada hubungan positif antara locus of control internal dengan kematangan
karir pada siswa kelas XI SMK N 2 Surakarta.
3. Ada hubungan positif antara konsep diri dengan kematangan karir pada
siswa kelas XI SMK N 2 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konstruk yang bervariasi atau yang dapat memiliki
bermacam nilai tertentu. Variabel merupakan suatu simbol yang padanya
diberikan nilai atau bilangan (Latipun, 2002). Variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Variabel kriterium : Kematangan karir
2. Variabel prediktor : a. Locus of control internal
b. Konsep diri
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Maksud definisi operasional yaitu suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik variabel tersebut (Azwar, 2009). Variabel
dalam penelitian ini adalah:
1. Kematangan karir
Kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam mencapai
tugas dalam setiap tahap perkembangan karir. Kematangan karir disertai pula
dengan kemampuan individu dalam melakukan identifikasi berbagai
kesempatan pekerjaan serta dapat membuat keputusan mengenai pilihan
pekerjaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
49
Kematangan karir dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala
kematangan karir yang disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan
oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) yaitu aspek perencanaan karir (career
planfulness), eksplorasi karir (career exploration), informasi (information), dan
pengambilan keputusan (decision making). Seberapa tinggi kematangan karir
akan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh subjek melalui alat ukur skala
Likert. Semakin tinggi skor skala kematangan karir yang ditunjukkan oleh
subjek, menunjukkan semakin tinggi kematangan karir subjek, dan begitu pula
sebaliknya.
2. Locus of control internal
Locus of control internal merupakan hasil evaluasi diri yang positif
terhadap peristiwa yang telah terjadi sepanjang perjalanan hidup. Evaluasi
positif terhadap diri membentuk keyakinan bahwa peristiwa yang terjadi
merupakan hasil kontrol diri.
Locus of control internal dalam penelitian ini diungkap menggunakan
skala locus of control internal yang disusun berdasarkan dimensi yang
dikemukakan oleh Levenson (1981, dalam Legerski, 2006) yaitu dimensi
internal (I), eksternal powerful others (P), dan exsternal chance (C). Seberapa
tinggi locus of control internal akan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh
subjek melalui alat ukur skala Likert. Semakin tinggi skor skala locus of
control internal yang ditunjukkan oleh subjek, menunjukkan semakin tinggi
locus of control internal subjek, dan begitu pula sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
50
3. Konsep diri
Konsep diri merupakan suatu gambaran atau pandangan yang
menyeluruh mengenai diri individu yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman
serta penilaian yang termanifestasi dalam sebuah kepercayaan, sikap, pikiran,
maupun perasaan yang melekat dan menjadi karakteristik bagi individu.
Konsep diri dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala konsep
diri yang disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Berzonsky
(1981), yaitu aspek fisik, psikis, sosial, dan moral. Seberapa tinggi konsep diri
akan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh subjek melalui alat ukur skala
Likert. Semakin tinggi skor skala konsep diri yang ditunjukkan oleh subjek,
menunjukkan semakin positif konsep diri subjek, dan begitu pula sebaliknya.
C. Populasi, Sampel dan Sampling
Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang
memiliki beberapa karakteristik yang sama. Karakteristik yang dimaksud dapat
berupa usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, dan
seterusnya (Latipun, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas
XI SMK Negeri 2 Surakarta.
Sampel adalah sebagian dari populasi dan representatif dari populasinya
(Latipun, 2002). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster
sampel yaitu sampel yang sudah dikelompokkan, yang dimaksud sebagai
kelompok dalam penelitian ini adalah kelas. Penelitian ini menggunakan dua kelas
sebagai try out, dan tiga kelas sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
51
populasi ini dilakukan dengan teknik cluster random sampling, yaitu dengan
melakukan randomisasi terhadap kelas, bukan terhadap subjek secara individual,
serta memberikan peluang yang sama pada setiap kelas untuk dijadikan sampel
penelitian. Pada pengambilan sampel ini, peneliti mengambil sampel melalui cara
undian. Cara undian dilakukan dengan jalan membuat gulungan kertas yang berisi
seluruh kelas XI, kemudian mengambil sebanyak sampel yang dibutuhkan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Suryabrata (2006) berpendapat bahwa kualitas data ditentukan oleh
kualitas alat pengambilan data atau alat pengukurnya, yaitu:
1. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data yaitu data yang diperoleh atau
dikumpulkan dari sumber pertama. Data penelitian ini diperoleh langsung dari
siswa SMK Negeri 2 Surakarta yang menjadi sampel penelitian. Data tersebut
berupa respons atau tanggapan atas pernyataan yang diajukan peneliti dalam
skala penelitian.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data. Azwar (2009) menjelaskan bahwa metode pengumpulan
data dalam kegiatan penelitian mempunyai tujuan untuk mengungkap fakta
mengenai variabel yang diteliti. Data dalam penelitian ini diperoleh dari alat
pengumpulan data berupa skala. Skala yang digunakan dalam penelitian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
52
meliputi skala kematangan karir, skala locus of control internal, dan skala
konsep diri.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dengan berpedoman
pada skala model Likert, dengan menghilangkan pilihan ragu-ragu sehingga
subjek akan memilih ke arah jawaban yang pasti ke arah yang sesuai atau tidak
sesuai dengan diri subjek. Penyusunan aitem dalam skala ini dikelompokkan
menjadi aitem favourable dan aitem unfavourable yag dibuat dalam empat
alternatif jawaban. Cara penyekorannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Penilaian Pernyataan Favourable dan Unfavourable
Kategori Jawaban Penilaian Aitem
Favourable (F) Unfavourable (UF)
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
a) Skala kematangan karir
Kematangan karir dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala
kematangan karir yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek yang
dikemukakan Super (1974, dalam Alvarez, 2008), yaitu aspek perencanaan
karir, eksplorasi karir, informasi, dan pengambilan keputusan. Jumlah aitem
total skala kematangan karir ini sebanyak 54 aitem yang terdiri dari 27 aitem
favourable dan 27 aitem unfavouorable.
Skala kematangan karir ini merupakan skala model Likert, terdiri
atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban,
yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
53
sesuai (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4 (sangat
sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai), sedangkan
penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2
(sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula kematangan karir subjek
tersebut dan sebaliknya.
Tabel 2.
Blue print Skala Kematangan Karir
b) Skala locus of control internal
Locus of control internal dalam penelitian ini diungkap
menggunakan skala locus of control internal yang dimodifikasi oleh peneliti
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
(Persen) F UF
1. Perencanaan
karir
1.1 Mampu belajar 1, 2, 3 4, 5, 6
12
22,22 % 1.2 Mampu
mengantisipasi
masa depan
7, 8, 9 10, 11, 12
2. Eksplorasi
karir
2.1 Berkonsultasi
dengan orang
lain
13, 14, 15
16, 17, 18
12
22,22 %
2.2 Pencarian karir 19, 20, 21 22, 23, 24
3. Informasi 3.1 Persyaratan
pendidikan
25, 26, 27 28, 29, 30
18
33,34 % 3.2 Tuntutan kerja 31, 32, 33 34, 35, 36
3.3 Kondisi dunia
kerja
37, 38, 39
40, 41, 42
4. Pengambilan
keputusan
4.1 Pemilihan karir
sesuai prinsip
43, 44, 45 46, 47, 48
12
22,22 % 4.2 Penyesuaian
dengan
kemampuan
diri
49, 50, 51
52, 53, 54
Jumlah
(Persen)
27
50%
27
50%
54
100 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
54
dari skala yang telah disusun oleh Yustian (2009) berdasarkan dimensi yang
dikemukakan oleh Levenson (dalam Legerski, 2006) yaitu dimensi internal
(I), eksternal powerful others (P), dan exsternal chance (C). Jumlah aitem
total skala locus of control internal ini sebanyak 60 aitem. Aitem eksternal
merupakan aitem unfavourable, karena skala ini bertujuan untuk mengukur
tingkat dominan locus of control internal. Skala locus of control internal ini
terdiri dari 30 aitem untuk faktor internal dan 30 aitem untuk faktor
eksternal. Hal ini dilakukakan agar jumlah aitem internal dan eksternal
menjadi seimbang.
Skala locus of control internal ini memiliki koefisien yang bergerak
berkisar -0,208 sampai dengan 0,695 dengan p < 0,05 dan memiliki
koefisien reliabilitas sebesar 0,853. Skala locus of control internal ini
dimodifikasi oleh peneliti dengan memperbaiki tata bahasa ataupun makna
aitem-aitem, serta dengan menambah jumlah aitem skala pada penelitian
sebelumnya. Perbaikan aitem juga dimaksudkan agar sesuai dengan kondisi
subjek penelitian. Skala locus of control internal ini merupakan skala model
Likert, terdiri atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat
pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4
(sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai),
sedangkan penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat
sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Semakin tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
55
skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula locus of control
internal subjek tersebut dan sebaliknya.
Tabel 3.
Blueprint skala locus of control internal
No. Dimensi Indikator
Perilaku
Nomor Aitem
Jumlah
(Persen)
1. Internal
(I)
1.1 Yakin kemampuan
diri
2, 12, 14, 16, 20,
22, 28, 44, 48, 60
30
50%
1.2 Mampu mengambil
keputusan
4, 8, 18, 24, 30,
36, 40, 52. 56, 58
1.3 Yakin
keberhasilan/kegagal
an berdasarkan
usaha.
6, 20, 26, 32, 34,
38, 42, 46, 50, 54
2. Eksternal
powerful
others (P)
2.1 Nasib tergantung
orang yang berkuasa
3, 13, 17, 21, 23,
29, 35, 47, 51 15
25% 2.2 Tidak yakin
kemampuan diri
9, 25, 39, 43, 55,
59
3. Exsternal
chance
(C)
3.1 Yakin peristiwa
terjadi karena
keberuntungan.
7, 11, 15, 37, 49
15
25% 3.2 Tidak mampu
mengambil
keputusan
19, 33, 53, 57
3.3 Pasrah pada nasib 1, 5, 27, 31, 41, 45
Jumlah
(Persen)
60
100 %
c) Skala konsep diri
Konsep diri dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala
konsep diri yang dimodifikasi oleh peneliti dari skala yang telah disusun
oleh Hartiyani (2011) berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Berzonsky
(1981), yaitu aspek fisik, psikis, sosial, dan moral. Jumlah aitem total skala
konsep diri ini sebanyak 60 aitem yang terdiri dari 30 aitem favourable dan
30 aitem unfavaorable.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
56
Skala konsep diri ini memiliki koefisien validitas yang bergerak
berkisar dari 0,260 sampai dengan 0,803 dengan p < 0,05 dan memiliki
koefisien reliabilitas sebesar 0,824. Skala konsep diri ini dimodifikasi oleh
peneliti dengan memperbaiki tata bahasa ataupun makna aitem-aitem, serta
dengan menambah jumlah aitem skala pada penelitian sebelumnya.
Perbaikan aitem juga dimaksudkan agar sesuai dengan kondisi subjek
penelitian.Skala konsep diri ini merupakan skala model Likert, terdiri atas
pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai
(STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4 (sangat sesuai), 3
(sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai), sedangkan penilaian aitem
unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak
sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek,
maka semakin positif pula konsep diri subjek tersebut dan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
57
Tabel 4.
Blue print skala konsep diri
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
(Persen) F UF
1. Fisik 1.1 Percaya dirinya
menarik
1, 2, 3 4, 5
15
25%
1.2 Mampu bicara
dengan baik
6, 7, 8
9, 10
1.3 Yakin dengan
keadaan tubuhnya
yang menarik
11, 12, 13 14, 15
2. Psikis 2.1 Yakin dengan
kemampuan diri
16, 17 18, 19, 20
15
25%
2.2 Percaya dirinya
berarti bagi orang
lain
21, 22
23, 24, 25
2.3 Memiliki
keinginan meraih
cita-cita
26, 27 28, 29, 30
3. Sosial 3.1 Mampu
menyesuaikan diri
dengan
lingkungan
31, 32, 33
34, 35
15
25% 3.2 Mampu menjalin
interaksi dengan
orang lain
36, 37, 38 39, 40
3.3 Mampu bekerja
sama
41, 42, 43 44. 45
4. Moral 4.1 Mampu bersikap
sesuai norma
46, 47 48, 49, 50
15
25%
4.2 Mampu bersikap
jujur
51, 52
53, 54, 55
4.3 Mampu
mengambil
keputusan
56, 57 58, 59, 60
Jumlah
(Persen)
30
50%
30
50% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
58
E. Metode Analisis Data
Kepercayaan dapat diberikan pada kesimpulan penelitian tergantung antara
lain pada akurasi dan kecermatan data yang diperoleh. Akurasi dan kecermatan
data hasil pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukurnya
(Azwar, 2009). Oleh karena itu, analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Uji validitas instrumen penelitian
Validitas instrumen didefinisikan sejauh mana instrumen dapat
merekam atau mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur.
Uji validitas dalam penelitian ini didasarkan pada validitas isi, yakni validitas
yang ditegakkan dengan cara menelaah dan merevisi butir pernyataan,
berdasarkan pendapat professional (professional judgement), yaitu
pembimbing (Suryabrata, 2006).
Suryabrata (2006) berpendapat bahwa menegakkan validitas instrumen
pengumpulan data harus dilaksanakan dalam penelitian karena kualitas
instrumen ini akan sangat menentukan validitas internal yang diteliti. Validitas
internal dapat dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian
instrumen dengan instrumen secara keseluruhan. Instrumen dikatakan memiliki
validitas internal apabila mendukung tujuan instrumen secara keseluruhan,
yaitu mengungkap data dari variabel (Arikunto, 2006).
Uji validitas internal dalam penelitian ini menggunakan teknik
Bivariate Pearson atau sering disebut sebagai korelasi Product Moment
Pearson, yaitu dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor aitem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
59
dengan skor total (Priyatno, 2008). Pengujian validitas internal menggunakan
uji dua ekor dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai
berikut:
a. Jika r hitung r tabel (uji 2 ekor dengan signifikansi 0,05), maka aitem
tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
b. Jika r hitung r tabel (uji 2 ekor dengan signifikansi 0,05), maka aitem
tersebut tidak berkorelsi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak
valid).
Guna mempermudah perhitungan, digunakan program Statistical
Product and Sevice Solution (SPSS) versi 16.
2. Uji reliabilitas instrumen penelitian
Azwar (2009) menjelaskan bahwa reliabel mengacu kepada konsistensi
atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan
pengukuran. Instrumen dikatakan reliabel jika terdapat konsistensi hasil
pengukuran yang digunakan oleh orang atau kelompok orang yang sama dalam
waktu berlainan atau jika instrumen digunakan oleh orang atau kelompok
orang yang berbeda dalam waktu yang sama atau dalam waktu yang berlainan
(Suryabrata, 2006).
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada
dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien
yang semakin rendah mendekati angka 0, berarti semakin rendah reliabilitasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
60
(Azwar, 2009). Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
menggunakan formula Alpha Cronbach. Guna mempermudah perhitungan
digunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
3. Uji hipotesis
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu untuk
mengetahui hubungan antara locus of control internal dan konsep diri dengan
kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta dalam
penelitian ini adalah analisis regresi berganda, dengan alasan penelitian ini
terdiri dari dua variabel bebas yaitu locus of control internal dan konsep diri,
serta satu variabel tergantung yaitu kematangan karir.
Analisis regresi berganda adalah analisis tentang hubungan antara satu
dependent variable dengan dua atau lebih independent variable (Arikunto,
2006). Teknik analisis mempunyai beberapa uji persyaratan antara lain:
a) Uji Asumsi Dasar
1) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2008).
2) Uji linieritas
Uji asumsi linieritas garis regresi berkaitan dengan suatu pembuktian
model garis linier yang ditetapkan telah sesuai dengan keadaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
61
tidak. Pengujian ini perlu dilakukan agar hasil analisis yang diperoleh
dapat dipertanggungjawabkan dalam pengambilan pengambilan beberapa
kesimpulan penelitian yang diperlukan (Sudarmanto, 2005).
b) Uji Asumsi Klasik
1) Uji multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar
variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009).
2) Uji heteroskedastisitas
Ghozali (2009) menjelaskan bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3) Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2009).
Guna mempermudah perhitungan digunakan program Statistical
Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
62
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara locus of control internal dan
konsep diri dengan kematangan karir pada siswa dilakukan di SMK Negeri 2
Surakarta. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survei
awal untuk mengetahui informasi yang berkaitan dengan subjek.
SMK Negeri 2 Surakarta berdiri pada tanggal 1 Juli 1952 dengan Surat
Keputusan Menteri Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia No.
3095/B tanggal 22 Juli 1952 dengan nomor statistik sekolah (NSS)
321036105001. Bapak Ir. Frederik Camalius Lovis Olden bertindak sebagai
kepala sekolah pertama yang memimpin sekolah ini. SMK Negeri 2 Surakarta
terletak di Jalan JL. Adisucipto 33 Manahan Surakarta. SMK Negeri 2
Surakarta memiliki akreditasi A (amat baik). SMK Negeri 2 Surakarta
menggunakan Manajemen ISO 9001 : 2008.
SMK Negeri 2 Surakarta dibangun di atas tanah dengan luas kurang
lebih 23.150 m2. Fasilitas gedung atau ruang yang dimiliki yaitu ruang kepala
sekolah, ruang guru, ruang pelayanan administrasi, 28 ruang
pramuka/koperasi/UKS/dll, ruang ibadah, ruang perpustakaan multimedia,
ruang bersama, 2 ruang kantin, 13 ruang toilet, ruang gudang, 41 ruang kelas,
ruang lab. fisika/ kimia/ biologi, 7 ruang praktek komputer, ruang lab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
63
multimedia, 2 ruang praktek teknik konstruksi kayu, ruang praktek teknik
konstruksi batu dan beton, ruang praktek teknik gambar bangunan, 3 ruang
praktek teknik instalasi tenaga listrik, 6 ruang praktek teknik pemesinan, ruang
praktek teknik gambar mesin, 4 ruang praktek teknik kendaraan ringan, 3 ruang
praktek teknik audio video.
SMK Negeri 2 Surakarta mempunyai 209 guru yang terdiri dari 186
guru negeri dan 23 guru tidak tetap. Mayoritas guru yang mengajar di SMK
Negeri 2 Surakarta adalah lulusan S1 yaitu sebesar 167 untuk guru negeri dan
22 untuk guru tidak tetap. Sisanya adalah lulusan S2 yaitu sebesar 19 guru
negeri dan 1 guru tidak tetap.
Sebagai salah satu institusi pemerintah yang menyiapkan siswa lulusan
yang mampu bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan
yang ada di dunia kerja, SMK Negeri 2 Surakarta mempunyai suatu pusat
pengembangan karir bagi siswa. Career Center merupakan suatu program yang
diselenggarakan oleh sekolah sebagai upaya dalam membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, serta ketrampilan yang dibutuhkan
di pasar kerja.
Career Center membawahi unit-unit produksi dan unit-unit produksi ini
merupakan suatu unit pelaksana yang dikelola oleh masing-masing program
kejuruan. Dalam pelaksanaan unit produksi ini, siswa diikutsertakan dalam
proses produksi dengan tetap mendapatkan pengawasan dan bimbingan dari
guru pengampu di setiap program kejuruan. Unit produksi ini dilaksanakan
diluar kegiatan belajar mengajar sehingga tidak mengganggu jam belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
64
Daftar keterserapan siswa lulusan SMK Negeri 2 Surakarta selama 3
tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 5.
Daftar Keterserapan Siswa SMK Negeri 2 Surakarta
Tahun
Pelajaran
Jumlah
lulusan
Bekerja Usaha Melanjutkan
ke PT
Proses Total
2007/2008 472 357 5 98 12 472
2008/2009 532 402 6 109 15 532
2009/2010 588 434 8 127 19 588
Jumlah siswa SMK Negeri 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 adalah
sebagai berikut:
Tabel 6.
Jumlah Siswa SMK Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011
Kelas Jumlah Siswa
X 784
XI 638
XII 702
Total 2124
Visi dari SMK Negeri 2 Surakarta adalah mewujudkan SMK Negeri 2
Surakarta sebagai pencetak sumber daya manusia profesional dalam bidang
teknologi dan industri yang mampu menghadapi era global.
Sedangkan misi dari SMK Negeri 2 Surakarta adalah sebagai berikut:
1. Membentuk tamatan yang berkepribadian unggul dan mampu
mengembangkan diri.
2. Menyiapkan tenaga trampil yang mampu bersaing di lapangan kerja.
3. Menyiapkan wirausahawan yang tangguh dalam bidang Teknologi dan
Industri.
4. Menyiapkan SMK Negeri 2 Surakarta sebagai SMK yang mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
65
SMK Negeri 2 Surakarta dipilih sebagai lokasi penelitian dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. Penelitian mengenai ”Hubungan Antara Locus of Control Internal dan
Konsep Diri dengan Kematangan Karir” belum pernah dilakukan di
sekolah tersebut.
b. Penelitian mengenai kematangan karir sesuai dengan orientasi mayoritas
lulusan SMK yaitu memulai karir setelah lulus sekolah.
c. Adanya ijin yang diperoleh untuk mengadakan penelitian di sekolah
tersebut.
2. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian perlu dilakukan agar penelitian berjalan lancar dan
terarah. Hal-hal yang dipersiapkan adalah berkaitan dengan perijinan dan
penyusunan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
a. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi penelitian meliputi segala urusan perijinan
yang diajukan pada pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian.
Permohonan ijin tersebut meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1) Peneliti meminta surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang ditujukan kepada
kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Surakarta, cq SMK
Negeri 2 Surakarta dengan nomor 820/UN27.06.7.1/TU/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
2) Peneliti meminta surat rekomendasi dari Kepala Kantor Kesbangpol dan
Linmas Kota Surakarta dengan nomor 070/26/V/2011 serta surat
rekomendasi dari Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Surakarta dengan nomor 59/PEN/V/2011. Surat rekomendasi digunakan
untuk memperoleh ijin penelitian dari Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kota Surakarta.
3) Surat rekomendasi dari Kepala Kantor Kesbangpol dan Linmas Kota
Surakarta serta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Surakarta digunakan oleh peneliti untuk meminta surat ijin penelitian dari
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dengan nomor
070/2211/Set/2011.
4) Surat ijin penelitian dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota
Surakarta kemudian digunakan oleh peneliti untuk meminta ijin
penelitian pada pihak SMK Negeri 2 Surakarta. Setelah peneliti
memperoleh ijin dan berkoordinasi dengan pihak sekolah, peneliti dapat
melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh
pihak sekolah.
b. Persiapan Alat Ukur
Penelitian ini menggunakan tiga skala psikologi, yaitu skala
kematangan karir, skala locus of control internal dan skala konsep diri.
1) Skala Kematangan Karir
Kematangan karir dalam penelitian ini diungkap menggunakan
skala kematangan karir yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
67
aspek yang dikemukakan Super (1974, dalam Alvarez, 2008), yaitu aspek
perencanaan karir, eksplorasi karir, informasi, dan pengambilan
keputusan. Jumlah aitem total skala kematangan karir ini sebanyak 54
aitem yang terdiri dari 27 aitem favourable dan 27 aitem unfavaorable.
Skala kematangan karir ini merupakan skala model Likert, terdiri
atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban,
yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
sesuai (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4 (sangat
sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai), sedangkan
penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2
(sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula kematangan karir
subjek tersebut dan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
68
Tabel 7.
Distribusi Skala Kematangan Karir
2) Skala Locus of Control Internal
Locus of control internal dalam penelitian ini diungkap
menggunakan skala locus of control internal yang dimodifikasi oleh
peneliti dari skala yang telah disusun oleh Yustian (2009) berdasarkan
dimensi yang dikemukakan oleh Levenson (dalam Legerski, 2006) yaitu
dimensi internal (I), eksternal powerful others (P), dan exsternal chance
(C). Jumlah aitem total skala locus of control internal ini sebanyak 60
aitem. Aitem eksternal merupakan aitem unfavourable, karena skala ini
bertujuan untuk mengukur tingkat dominan locus of control internal.
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
(Persen) F UF
1. Perencanaan
karir
1.3 Mampu belajar 1, 2, 3 4, 5, 6
12
22,22 % 1.4 Mampu
mengantisipasi
masa depan
7, 8, 9 10, 11, 12
2. Eksplorasi
karir
2.3 Berkonsultasi
dengan orang
lain
13, 14, 15
16, 17, 18
12
22,22 %
2.4 Pencarian karir 19, 20, 21 22, 23, 24
3. Informasi 3.4 Persyaratan
pendidikan
25, 26, 27 28, 29, 30
18
33,34 % 3.5 Tuntutan kerja 31, 32, 33 34, 35, 36
3.6 Kondisi dunia
kerja
37, 38, 39
40, 41, 42
4. Pengambilan
keputusan
4.3 Pemilihan
karir sesuai
prinsip
43, 44, 45 46, 47, 48
12
22,22 % 4.4 Penyesuaian
dengan
kemampuan
diri
49, 50, 51
52, 53, 54
Jumlah
(Persen)
27
50%
27
50%
54
100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
69
Skala locus of control internal ini terdiri dari 30 aitem untuk faktor
internal dan 30 aitem untuk faktor eksternal. Hal ini dilakukakan agar
jumlah aitem internal dan eksternal menjadi seimbang.
Skala locus of control internal ini merupakan skala model Likert,
terdiri atas pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan
jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan
sangat tidak sesuai (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari skor
4 (sangat sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai),
sedangkan penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat
sesuai), 2 (sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi pula locus of
control internal subjek tersebut dan sebaliknya.
Tabel 8.
Distribusi Skala Locus of Control Internal
No. Dimensi Indikator
Perilaku
Nomor Aitem
Jumlah
(Persen)
1. Internal (I) 1.4 Yakin kemampuan diri 2, 12, 14, 16, 20, 22,
28, 44, 48, 60
30
50%
1.5 Mampu mengambil
keputusan
4, 8, 18, 24, 30, 36,
40, 52. 56, 58
1.6 Yakin
keberhasilan/kegagalan
berdasarkan usaha.
6, 20, 26, 32, 34, 38,
42, 46, 50, 54
2. Eksternal
powerful
others (P)
2.3 Nasib tergantung orang
yang berkuasa
3, 13, 17, 21, 23, 29,
35, 47, 51 15
25% 2.4 Tidak yakin
kemampuan diri
9, 25, 39, 43, 55, 59
3. Exsternal
chance (C)
3.4 Yakin peristiwa terjadi
karena keberuntungan.
7, 11, 15, 37, 49
15
25% 3.5 Tidak mampu
mengambil keputusan
19, 33, 53, 57
3.6 Pasrah pada nasib 1, 5, 27, 31, 41, 45
Jumlah
(Persen)
60
100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
70
3) Skala Konsep Diri
Konsep diri dalam penelitian ini diungkap menggunakan skala
konsep diri yang dimodifikasi oleh peneliti dari skala yang telah disusun
oleh Hartiyani (2011) berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh
Berzonsky (1981), yaitu aspek fisik, psikis, sosial, dan moral. Jumlah
aitem total skala konsep diri ini sebanyak 60 aitem yang terdiri dari 30
aitem favourable dan 30 aitem unfavaorable.
Skala konsep diri ini merupakan skala model Likert, terdiri atas
pernyataan-pernyataan dengan menggunakan empat pilihan jawaban,
yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak
sesuai (STS). Penilaian aitem favourable bergerak dari skor 4 (sangat
sesuai), 3 (sesuai), 2 (tidak sesuai), 1 (sangat tidak sesuai), sedangkan
penilaian aitem unfavourable bergerak dari skor 1 (sangat sesuai), 2
(sesuai), 3 (tidak sesuai), 4 (sangat tidak sesuai). Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek, maka semakin positif pula konsep diri subjek
tersebut dan sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
71
Tabel 9.
Distribusi Skala Konsep Diri
3. Pelaksanaan Uji Coba
Sebelum skala penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba
untuk mengetahui indeks daya beda aitem-aitem dari tiap-tiap skala dan
reliabilitas skala tersebut. Menurut Azwar (2009), uji coba terhadap aitem skala
psikologi bertujuan untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan
dapat dipahami oleh responden sebagaimana yang diinginkan oleh penulis
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
(Persen) F UF
1. Fisik 1.4 Percaya dirinya
menarik
1, 2, 3 4, 5
15
25%
1.5 Mampu bicara
dengan baik
6, 7, 8
9, 10
1.6 Yakin dengan
keadaan tubuhnya
yang menarik
11, 12, 13 14, 15
2. Psikis 2.4 Yakin dengan
kemampuan diri
16, 17 18, 19, 20
15
25%
2.5 Percaya dirinya
berarti bagi orang
lain
21, 22
23, 24, 25
2.6 Memiliki keinginan
meraih cita-cita
26, 27 28, 29, 30
3. Sosial 3.4 Mampu
menyesuaikan diri
dengan lingkungan
31, 32, 33
34, 35
15
25%
3.5 Mampu menjalin
interaksi dengan
orang lain
36, 37, 38 39, 40
3.6 Mampu bekerja
sama
41, 42, 43 44. 45
4. Moral 4.4 Mampu bersikap
sesuai norma
46, 47 48, 49, 50
15
25%
4.5 Mampu bersikap
jujur
51, 52
53, 54, 55
4.6 Mampu mengambil
keputusan
56, 57 58, 59, 60
Jumlah
(Persen)
30
50%
30
50% 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
72
aitem, dan sebagai salah satu cara praktis untuk memperoleh data dari
responden yang akan digunakan untuk penskalaan atau untuk evaluasi kualitas
aitem secara statistik.
Uji coba dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 7 Juni 2011 pada siswa
kelas XI TKK dan XI RPL. Jumlah siswa dari kedua kelas tersebut adalah 57
siswa sedangkan jumlah siswa yang hadir untuk mengikuti uji coba adalah 52
siswa, dengan perincian kelas XI TKK berjumlah 21 siswa dan kelas XI RPL
berjumlah 31 siswa. Dari 52 eksemplar yang dibagikan, semua terkumpul dan
memenuhi syarat untuk dilakukan skoring serta dianalisis validitas dan
reliabilitasnya.
4. Analisis Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Skala
Setelah dilakukan pemberian skor pada hasil pengisian skala,
selanjutnya dilakukan seleksi aitem skala psikologi untuk mendapatkan aitem
valid dari masing-masing skala yang akan dipergunakan dalam proses analisis
data. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dianalisis untuk
mengetahui indeks daya beda aitem dan reliabilitas alat ukur. Uji validitas
internal dalam penelitian ini menggunakan teknik Bivariate Pearson atau
sering disebut sebagai korelasi Product Moment Pearson, yaitu dengan cara
mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total. Pengujian
validitas internal menggunakan uji dua ekor dengan taraf signifikansi 0,05.
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
73
c. Jika r hitung r tabel (uji 2 ekor dengan signifikansi 0,05) maka aitem
tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
d. Jika r hitung r tabel (uji 2 ekor dengan signifikansi 0,05) maka aitem
tersebut tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak
valid).
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat kestabilan hasil suatu
pengukuran. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya
berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien
reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya
koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0, berarti semakin rendah
reliabilitasnya (Azwar, 2009). Penelitian ini menggunakan batasan reliabilitas
menurut Ghozali (2009) bahwa suatu variabel dinyatakan reliabel jika
mempunyai nilai Cronbach’s Alpha 0,60.
a. Skala Kematangan Karir
Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor aitem
dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.
Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 52 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,273.
Hasil uji validitas skala kematangan karir dapat diketahui bahwa dari 54
aitem, terdapat 10 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem 2, 10, 31, 34,
35, 39, 43, 44, 47, dan 52. Adapun aitem yang dinyatakan valid sebanyak 44
aitem dengan indeks daya beda berkisar antara 0,280 sampai dengan 0,655
yaitu aitem 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 36, 37, 38, 40, 41, 42, 45, 46, 48, 49,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
74
50, 51, 53, dan 54. Rincian distribusi aitem valid dan gugur skala
kematangan karir dapat dilihat pada tabel 9. Indeks daya beda masing-
masing aitem skala kematangan karir terlampir.
Tabel 10.
Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Kematangan Karir
Hasil uji reliabilitas skala kematangan karir menunjukkan koefisien
reliabilitas sebesar 0,916. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala
kematangan karir termasuk dalam kaegori sangat tinggi, sehingga skala
kematangan karir dianggap cukup handal untuk digunakan sebagai alat ukur
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur
1. Perencanaan
karir
1.1 Mampu belajar 1, 3 2 4, 5, 6 - 5 1
1.2 Mampu
mengantisipasi
masa depan
7, 8, 9 - 11, 12 10 5 1
2. Eksplorasi
karir
2.1 Berkonsultasi
dengan orang
lain
13, 14,
15
-
16, 17,
18
- 6 -
2.2 Pencarian karir 19, 20,
21 -
22, 23,
24 - 6 -
3. Informasi 3.1 Persyaratan
pendidikan 25, 26,
27 -
28, 29,
30 - 6 -
3.2 Tuntutan kerja 32, 33 31 36 34, 35 3 3
3.3 Kondisi dunia
kerja 37, 38 39
40, 41,
42 - 5 1
4. Pengambilan
keputusan
4.1 Pemilihan karir
sesuai prinsip 45 43, 44,
46, 48
47 3 3
4.2 Penyesuaian
dengan
kemampuan
diri
49, 50,
51 -
53, 54
52 5 1
Jumlah
(Persen) 22 5 22 5 44 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
75
suatu penelitian. Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran.
b. Skala locus of control internal
Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor aitem
dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.
Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 52 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,273.
Hasil uji validitas skala locus of control internal dapat diketahui bahwa dari
60 aitem, terdapat 20 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem 2, 4, 7, 8,
14, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 29, 31, 35, 40, 42, 46, 48, 50, dan 58. Adapun
aitem yang dinyatakan valid sebanyak 40 aitem dengan indeks daya beda
berkisar antara 0,283 sampai dengan 0,672 yaitu aitem 1, 3, 5, 6, 9, 10, 11,
12, 13, 15, 16, 17, 19, 25, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 41, 43,
44, 45, 47, 49, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 59, dan 60. Rincian distribusi
aitem valid dan gugur skala locus of control internal dapat dilihat pada tabel
10. Indeks daya beda masing-masing aitem skala locus of control internal
terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
76
Tabel 11.
Distribusi Aitem Valid dan Gugur Locus of Control Internal
No. Dimensi Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
Valid Gugur Valid Gugur
1. Internal
(I)
1.1 Yakin
kemampuan
diri
12, 16,
28, 44,
60
2, 14, 20,
22, 48 5 5
1.2 Mampu
mengambil
keputusan
30, 36,
52, 56
4, 8, 18,
24, 40,
58
4 6
1.3 Yakin
keberhasilan/k
egagalan
berdasarkan
usaha.
6, 20, 26,
32, 34,
38, 54
42, 46,
50 7 3
2. Eksterna
l
powerful
others
(P)
2.1 Nasib
tergantung
orang yang
berkuasa
3, 13, 17,
47, 51
21, 23,
29, 35 5 4
2.2 Tidak yakin
kemampuan
diri
9, 25, 39,
43, 55,
59
- 6 -
3. Exsterna
l chance
(C)
3.1 Yakin
peristiwa
terjadi karena
keberuntunga
n.
11, 15,
37, 49
7 4 1
3.2 Tidak mampu
mengambil
keputusan
19, 33,
53, 57
- 4 -
3.3 Pasrah pada
nasib
1, 5, 27,
41, 45 31 5 1
40 20
Hasil uji reliabilitas skala locus of control internal menunjukkan
koefisien reliabilitas sebesar 0,905. Hal ini berarti bahwa koefisien
reliabilitas skala locus of control internal termasuk dalam kategori sangat
tinggi sehingga skala locus of control internal dianggap cukup handal untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
77
dipergunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Penghitungan dan perincian
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
c. Skala konsep diri
Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai korelasi antara skor aitem
dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel.
Pada taraf signifikansi 0,05 dan N = 52 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,273.
Hasil uji validitas skala konsep diri dapat diketahui bahwa dari 60 aitem,
terdapat 17 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem 3, 4, 8, 10, 12, 16, 17,
19, 22, 30, 31, 36, 40, 47, 49, 52, dan 53. Adapun aitem yang dinyatakan
valid sebanyak 43 aitem dengan indeks daya beda berkisar antara 0,280
sampai dengan 0,713 yaitu aitem 1, 2, 5, 6, 7, 9, 11, 13, 14, 15, 18, 20, 21,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45, 46,
48, 50, 51, 54, 55, 56, 57, 58, 59, dan 60. Rincian distribusi aitem valid dan
gugur skala konsep diri dapat dilihat pada tabel 11. Indeks daya beda
masing-masing aitem skala konsep diri terlampir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
78
Tabel 12.
Distribusi Aitem Valid dan Gugur Skala Konsep Diri
Hasil uji reliabilitas skala konsep diri menunjukkan koefisien
reliabilitas sebesar 0,897. Hal ini berarti bahwa koefisien reliabilitas skala
konsep diri termasuk dalam kategoori sangat tinggi, sehingga skala konsep
diri dianggap cukup handal dipergunakan sebagai alat ukur suatu penelitian.
Penghitungan dan perincian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
Valid Gugur Valid Gugur Valid Gugur
1. Fisik 1.1 Percaya dirinya
menarik 1, 2 3 5 4 3 2
1.2 Mampu bicara
dengan baik 6, 7 8 9 10 3 2
1.3 Yakin dengan
keadaan tubuhnya
yang menarik
11, 13 12 14, 15 - 4 1
2. Psikis 2.1 Yakin dengan
kemampuan diri - 16, 17 18, 20 19 2 3
2.2 Percaya dirinya
berarti bagi orang
lain
21
22
23, 24,
25 - 4 1
2.3 Memiliki keinginan
meraih cita-cita 26, 27 - 28, 29 30 4 1
3. Sosial 3.1 Mampu
menyesuaikan diri
dengan lingkungan
32, 33 31 34, 35 - 4 1
3.2 Mampu menjalin
interaksi dengan
orang lain
37, 38 36 39 40 3 2
3.3 Mampu bekerja
sama
41, 42,
43 - 44, 45 - 5 -
4. Moral 4.1 Mampu bersikap
sesuai norma 46 47 48, 50 49 3 2
4.2 Mampu bersikap
jujur 51 52 54, 55 53 3 2
4.3 Mampu mengambil
keputusan 56, 57 -
58, 59,
60 - 5 -
Jumlah
20 10 23 7 43 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
79
5. Penyusunan alat ukur untuk penelitian
Setelah melakukan uji validitas dan reliabilitas, langkah selanjutnya
butir-butir aitem yang valid dipergunakan untuk mengambil data yang
sesungguhnya, sedangkan butir-butir yang gugur tidak diikutsertakan dalam
pengambilan data yang sesungguhnya.
Tabel 13.
Distribusi Skala Kematangan Karir untuk Penelitian
Keterangan:
Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk
aitem valid skala kematangan karir.
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Perencanaan
karir
1.1 Mampu belajar 1(1), 3(2) 4(3), 5(4), 6(5)
10 1.2 Mampu
mengantisipasi
masa depan
7(6), 8(7), 9(8) 11(9), 12(10)
2. Eksplorasi
karir
2.1 Berkonsultasi
dengan orang
lain
13(11), 14(12),
15(13)
16(14), 17(15),
18(16)
12
2.2 Pencarian karir 19(17),
20(18),21 (19)
22(20), 23(21),
24(22)
3. Informasi 3.1 Persyaratan
pendidikan 25(23), 26(24),
27(25)
28(26), 29(27),
30(28)
14 3.2 Tuntutan kerja 32(29), 33(30) 36(31)
3.3 Kondisi dunia
kerja 37(32), 38(33)
40(34), 41(35),
42(36)
4. Pengambilan
keputusan
4.1 Pemilihan karir
sesuai prinsip 45(37)
46(38), 48(39)
8
4.2 Penyesuaian
dengan
kemampuan diri
49(40), 50(41),
51(42)
53(43), 54(44)
Jumlah
(Persen) 22 22 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
80
Tabel 14.
Distribusi Skala Locus of Control Internal untuk Penelitian
No. Dimensi Indikator
Perilaku Nomor Aitem Jumlah
1. Internal
(I)
1.1 Yakin
kemampuan
diri
12(8), 16(11), 28(17),
44(28), 60(40)
16
1.2 Mampu
mengambil
keputusan
30(18), 36(22),
52(33), 56(37)
1.3 Yakin
keberhasilan
/kegagalan
berdasarkan
usaha.
6(4), 20(6), 26(15),
32(19), 34(21),
38(24), 54(35)
2. Eksternal
powerful
others (P)
2.1 Nasib
tergantung
orang yang
berkuasa
3(2), 13(9), 17(12),
47(30), 51(32)
11
2.2 Tidak yakin
kemampuan
diri
9(5), 25(14), 39(25),
43(27), 55(36), 59(39)
3. Exsternal
chance (C)
3.1 Yakin
peristiwa
terjadi
karena
keberuntung
an.
11(7), 15(10), 37(23),
49(31)
13 3.2 Tidak
mampu
mengambil
keputusan
19(13), 33(20),
53(34), 57(38)
3.3 Pasrah pada
nasib
1(1), 5(3), 27(16),
41(26), 45(29)
Total 40
Keterangan:
Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk
aitem valid skala locus of control internal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
81
Tabel 15.
Distribusi Skala Konsep Diri untuk Penelitian
Keterangan:
Nomor aitem dalam tanda kurung (...) dan dicetak tebal adalah nomor baru untuk
aitem valid skala konsep diri.
No. Aspek Indikator
Perilaku
Nomor Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Fisik 1.1 Percaya dirinya
menarik 1(1), 2(2) 5(3)
10
1.2 Mampu bicara
dengan baik 6(4), 7(5) 9(6)
1.3 Yakin dengan
keadaan tubuhnya
yang menarik
11(7), 13(8) 14(9), 15(10)
2. Psikis 2.1 Yakin dengan
kemampuan diri - 18(11), 20(12)
10
2.2 Percaya dirinya
berarti bagi orang
lain
21(13) 23(14), 24(15),
25(16)
2.3 Memiliki keinginan
meraih cita-cita 26(17), 27(18) 28(19), 29(20)
3. Sosial 3.1 Mampu
menyesuaikan diri
dengan lingkungan
32(21), 33(22) 34(23), 35(24)
12 3.2 Mampu menjalin
interaksi dengan
orang lain
37(25), 38(26) 39(27)
3.3 Mampu bekerja
sama
41(28), 42(29),
43(30) 44(31), 45(32)
4. Moral 4.1 Mampu bersikap
sesuai norma 46(33) 48(34), 50(35)
11 4.2 Mampu bersikap
jujur 51(36) 54(37), 55(38)
4.3 Mampu mengambil
keputusan 56(39), 57(40)
58(41), 59(42),
60(43)
Jumlah
20 23 43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
82
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Negeri 2
Surakarta, dengan perincian 2 kelas (52 siswa) untuk uji coba dan 3 kelas (88
siswa) untuk penelitian. Berdasarkan survei yang sebelumnya telah
dilaksanakan oleh peneliti, menunjukkan bahwa siswa SMK kelas XI dalam
bimbingan karir sudah mulai diarahkan untuk perencanaan masa depan, salah
satunya pada mengenai karir. Siswa kelas X tidak dapat digunakan sebagai
subjek penelitian karena masih dalam tahap pengenalan diri, pengenalan
lingkungan sekolah sehingga belum pada tahap perencanaan masa depan.
Sedangkan apabila menggunakan siswa kelas XII, sudah tidak aktif karena
pada saat penelitian dilakukan siswa telah menyelesaikan ujian akhir nasional.
Teknik pengambilan sampel dari populasi ini dilakukan secara random
dengan teknik cluster random sampling, yaitu dengan melakukan randomisasi
terhadap kelas, bukan terhadap subjek secara individual, kemudian cara
pemilihannya dengan menggunakan undian.
Dari populasi penelitian yang berjumlah 19 kelas dilakukan cluster
random sampling dengan undian dan didapatkan 2 kelas untuk uji coba dan 3
kelas untuk penelitian, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 16.
Jumlah Siswa untuk Penelitian
Kelas Jumlah siswa Keterangan
XI TKK 21 Kelas uji coba
XI RPL 31 Kelas uji coba
XI TITL-A 31 Kelas penelitian
XI TKR-A 29 Kelas penelitian
XI TKJ-A 28 Kelas penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
83
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 11 Juni 2011
dengan menggunakan alat ukur berupa Skala Kematangan Karir yang terdiri
dari 44 aitem, Skala Locus of Control Internal yang terdiri dari 40 aitem dan
Skala Konsep Diri yang terdiri dari 43 aitem. Pembagian dan pengisian skala
dilakukan secara klasikal dengan menggunakan jam classmeeting setelah
mendapatkan ijin dari guru yang mengampu.
Sebelum siswa mengerjakan skala penelitian yang diberikan, peneliti
terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangan
serta tujuan kegiatan yang akan dilakukan. Setelah subjek penelitian
menyatakan kesediaan untuk membantu, kemudian baru peneliti menjelaskan
tentang tata cara pengerjaan skala dan memberikan contoh cara mengerjakan.
Selama subjek mengerjakan skala penelitian, peneliti tetap berada di dalam
kelas melakukan observasi sampai subjek selesai mengerjakan dan
mengumpulkan skala kembali pada peneliti. Setelah data terkumpul
selanjutnya dilakukan skoring.
3. Pelaksanaan Skoring
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah memberikan
skor untuk keperluan analisis data. Skor skala kematangan karir, skala locus of
control internal, dan skala konsep diri bergerak dari 1-4 dengan
memperhatikan sifat aitem favourable dan unfavourable. Skor dari aitem
favourable adalah 4 untuk pilihan jawaban sangat sesuai (SS), 3 untuk pilihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
84
jawaban sesuai (S), 2 untuk tidak sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai
(STS). Sedangkan skor aitem unfavourable adalah 1 untuk pilihan jawaban
sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3 untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan 4
untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Kemudian skor yang diperoleh dari
subjek penelitian dijumlahkan untuk masing-masing skala. Total skor skala
yang diperoleh dari subjek penelitian ini dipakai dalam analis data.
C. Hasil Analisis Data dan Interpretasi
Penghitungan analisis data dilakukan setelah uji asumsi dasar, yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas, serta uji asumsi klasik, yang meliputi uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Penghitungan
analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan komputer program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.
1. Uji asumsi dasar
a. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Jika analisis menggunakan metode
parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, sehingga hasil
penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2008). Uji
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-
Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi
normal jika nilai signifikansi lebih besar 5% atau 0,05.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
85
Tabel 17.
Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
kematangan karir .075 88 .200* .988 88 .567
locus of con. internal .064 88 .200* .986 88 .440
konsep diri .059 88 .200* .988 88 .575
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
Berdasarkan hasil di atas, dapat dilihat pada kolom Kolmogorov-
Smirnov dan dapat diketahui bahwa nilai signifikansi kematangan karir
sebesar 0,200 0,05 ; nilai signifikansi locus of control internal sebesar
0,200 0,05 ; serta nilai signifikansi konsep diri sebesar 0,200 0,05.
Karena nilai signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa data pada variabel kematangan karir, locus of
control internal, dan konsep diri berdistribusi normal.
b. Uji linearitas
Uji asumsi linieritas garis regresi berkaitan dengan suatu pembuktian
model garis linier yang ditetapkan telah sesuai dengan keadaan atau tidak.
Pengujian ini perlu dilakukan agar hasil analisis yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan dalam pengambilan pengambilan beberapa
kesimpulan penelitian yang diperlukan (Sudarmanto, 2005). Pengujian pada
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16
menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
86
dikatakan mempunyai hubungan yang linier bila nilai signifikansi
(Linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2008).
Tabel 18.
Hasil Uji Linearitas antara Kematangan Karir dengan Locus of Control Internal
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
kematangan
karir * locus
of con.
internal
Between
Groups
(Combined) 5456.243 36 151.562 3.746 .000
Linearity 3753.772 1 3753.772 92.782 .000
Deviation
from
Linearity
1702.471 35 48.642 1.202 .270
Within Groups 2063.348 51 40.458
Total 7519.591 87
Tabel 19.
Hasil Uji Linearitas antara Kematangan Karir dengan Konsep Diri
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
kematangan
karir *
konsep diri
Between
Groups
(Combined) 4798.124 38 126.266 2.273 .004
Linearity 2150.081 1 2150.081 38.712 .000
Deviation
from
Linearity
2648.043 37 71.569 1.289 .201
Within Groups 2721.467 49 55.540
Total 7519.591 87
Tabel tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara locus of control
internal dengan kematangan karir menghasilkan nilai signifikansi pada
Linearity sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi yang dihasilkan kurang
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel locus of control
internal dengan kematangan karir terdapat hubungan yang linear. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
87
diantara konsep diri dengan kematangan karir juga menghasilkan nilai
signifikansi pada Linearity sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi yang
dihasilkan kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara konsep
diri dengan kematangan karir terdapat hubungan yang linier.
2. Uji asumsi klasik
a. Uji multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009). Pada
pembahasan ini uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai
Variance inflation factor (VIF) pada model regresi. Pada umumnya, apabila
nilai VIF lebih besar dari 5, maka suatu variabel bebas mempunyai
persoalan multikolinearitas dengan variabel bebas yang lain (Priyatno,
2008).
Tabel 20.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
Locus of control internal .642 1.558
Konsep Diri .642 1.558
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, dapat diketahui bahwa nilai
variance inflation factor (VIF) kedua variabel bebas, yaitu variabel locus of
control internal dan konsep diri adalah 1,558. Hal tersebut menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
88
bahwa antarvariabel independen tidak terdapat persoalan multikolinearitas,
karena nilai VIF yang didapat kurang dari 5.
b. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Metode pengujian
untuk uji heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan uji Park dan
melihat titik-titik pada pola scatterplots. Priyatno (2008) menjelaskan bahwa
Uji Park yaitu meregresikan nilai residual (Lnei2) dengan masing-masing
variabel independen (LnX1 dan LnX2). Kriteria pengujian adalah sebagai
berikut:
1. Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas
2. Ha : ada gejala heteroskedastisitas
3. Ho diterima apabila –t tabel t hitung t tabel yang berarti tidak
terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak apabila t hitung t tabel atau
–t hitung –t tabel, yang berarti terdapat heteroskedastisitas.
Metode pengambilan keputusan pada uji heterokedastisitas dengan
melihat scatterplots yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak
jelas di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi (Priyatno,
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
89
Tabel 21.
Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Kematangan Karir dengan Locus of
Control Internal
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -11.488 15.523 -.740 .461
LnX1 2.797 3.207 .094 .872 .386
a. Dependent Variable: Lnei2
Tabel 22.
Hasil Uji Heteroskedastisitas antara Kematangan Karir dengan
Konsep Diri
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.221 13.983 -.159 .874
LnX2 .873 2.860 .033 .305 .761
a. Dependent Variable: Lnei2
Gambar 2. Uji Heterokedastisitas dengan scatterplot
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
90
Hasil penghitungan di atas menunjukkan bahwa nilai t hitung adalah
0,872 dan 0,305. Nilai t tabel dapat dicari dengan df = n – 2 atau df = 88 – 2
= 86 pada pengujian dua ekor (signifikansi 0,025), didapat nilai tabel
sebesar 1,988. Karena t hitung (0,872 dan 0,305) berada pada –t tabel t
hitung t tabel, sehingga -1,988 0,872 dan 0,305 1,988 maka Ho
diterima, artinya pengujian antara Lnei2 dengan LnX1 dan Lnei
2 dengan
LnX2 tidak ada gejala heteroskedastisitas. Perhitungan ini didukung dengan
hasil uji heterokedastisitas dengan menggunakan scatterplot yang
menunjukkan bahwa titik-titik menyebar tidak jelas.
c. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2009). Pengujian
otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji DW (Durbin-Watson).
Cara membaca hasil analisis yaitu dengan kriteria pengambilan jika d
terletak antara dU dan (4-dU), maka Ho diterima yang berarti tidak ada
autokorelasi (Priyatno, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
91
Tabel 23.
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .720a .519 .507 6.52521 2.263
a. Predictors: (Constant), konsep diri, locus of con. internal
b. Dependent Variable: kematangan karir
Hasil penghitungan menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 2,263.
Sedangkan data table DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) =
88, seta k = 2 diperoleh nilai dL sebesar 1,612 dan dU sebesar 1,703.
Karena nilai DW (2,263) berada antara dU dan (4-dU), sehingga 1,703 <
2,263 < 2,297 Ho diterima, yang berarti bahwa tidak ada autokorelasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan
masalah autokorelasi pada model regresi dalam penelitian ini.
3. Uji hipotesis
a. Uji Simultan F
Pengujian hipotesis dilakukan dengan F-test yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan (bersama-sama). Hasil F-test menunjukkan
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil
dari level of significant yang ditentukan, yaitu taraf signifikansi 0,05
atau nilai F hitung (pada kolom F) lebih besar dari nilai F tabel. Signifikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
92
berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atau dengan
kata lain dapat digeneralisasikan. Hasil F-test dari output program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dapat dilihat pada
tabel Anova.
Nilai koefisien korelasi ganda (R) pada Model Summary digunakan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel independen terhadap
variabel dependen secara serentak. Koefisien ini menunjukkan seberapa
besar hubungan yang terjadi antara variabel independen (X1 dan X2) secara
serentak terhadap variabel dependen (Y).
Nilai R berkisar antara 0 sampai dengan 1. Apabila nilai R semakin
mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya apabila
nilai r semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah
(Priyatno, 2008). Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi
ganda, adalah sebagai berikut:
Tabel 24.
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Ganda (R)
No. Interval Nilai R Interpretasi
1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah
2. 0,200 – 0,399 Rendah
3. 0,400 – 0,599 Sedang
4. 0,600 – 0,799 Kuat
5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Pada Model Summary juga didapatkan nilai koefisien determinasi
(R2) untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel independen
(X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Apabila nilai
R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
93
pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen,
sebaliknya apabila nilai R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan
pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen
adalah sempurna.
Tabel 25.
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
ANOVAb
Model Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 3900.432 2 1950.216 45.803 .000a
Residual 3619.159 85 42.578
Total 7519.591 87
a. Predictors: (Constant), konsep diri, locus of con. internal
b. Dependent Variable: kematangan karir
Tabel 26.
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .720a .519 .507 6.52521
a. Predictors: (Constant), konsep diri, locus of con. Internal
b. Dependent Variable: kematangan karir
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, didapatkan nilai p-value
(pada kolom Sig.) sebesar 0,000 dari nilai taraf signifikansi 0,05
sedangkan nilai F hitung sebesar 45,803 dari nilai F tabel sebesar 3,104.
Hal ini berarti bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara locus of control
internal dan konsep diri dengan kematangan karir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
94
Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan sebesar 0,720
menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara locus of control
internal dan konsep diri dengan kematangan karir. Hasil penghitungan
tersebut juga menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2). Nilai ini
digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel
independen (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel dependen (Y).
Nilai R2
(R Square) sebesar 0,519 atau 51,9%, yang berari bahwa persentase
sumbangan pengaruh variabel independen yakni locus of control internal
dan konsep diri terhadap variabel dependen yakni kematangan karir sebesar
51,9%. Sisanya sebesar 48,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
b. Uji korelasi parsial
Priyatno (2008) menjelaskan bahwa uji korelasi parsial dilakukan
untuk mengetahui hubungan antara dua variabel di mana variabel lain yang
dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel
kontrol). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin
mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat.
Sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin
lemah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
95
Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi, adalah
sebagai berikut:
Tabel 27.
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi (r)
No. Interval Koefisien
Korelasi (r) Interpretasi
1. 0,000 – 0,199 Sangat Rendah
2. 0,200 – 0,399 Rendah
3. 0,400 – 0,599 Sedang
4. 0,600 – 0,799 Kuat
5. 0,800 – 1,000 Sangat Kuat
Tabel 28.
Korelasi Parsial Locus of Control Internal dengan Kematangan Karir
Correlations
Control Variables locus of
con. internal
kematangan
karir
konsep diri locus of con.
Internal
Correlation 1.000 .571
Significance (2-tailed) . .000
Df 0 85
kematangan
karir
Correlation .571 1.000
Significance (2-tailed) .000 .
Df 85 0
Tabel 29.
Korelasi Parsial Konsep Diri dengan Kematangan Karir
Correlations
Control Variables konsep diri kematangan
karir
locus of
con.
internal
konsep diri Correlation 1.000 .197
Significance (2-tailed) . .067
Df 0 85
kematangan
karir
Correlation .197 1.000
Significance (2-tailed) .067 .
Df 85 0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
96
Berdasarkan penghitungan didapatkan hasil sebagai berikut:
a. Nilai korelasi parsial antara locus of control internal dengan kematangan
karir adalah sebesar 0,571 menunjukkan hubungan yang sedang atau tidak
terlalu kuat antara antara locus of control internal dengan kematangan karir.
Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r positif, artinya
semakin tinggi locus of control internal maka akan semakin meningkatkan
kematangan karir.
b. Nilai korelasi parsial antara konsep diri dengan kematangan karir sebesar
0,197 menunjukkan hubungan yang sangat rendah antara konsep diri dengan
kematangan karir. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r
positif, artinya semakin tinggi konsep diri maka akan semakin
meningkatkan kematangan karir.
4. Sumbangan relatif dan sumbangan efektif
Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi
tentang besarnya sumbangan pengaruh masing-masing variabel independen
atau prediktor terhadap variabel dependen dalam model regresi. Perbedaan
antara sumbangan relatif dengan sumbangan efektif yaitu sumbangan relatif
menunjukkan ukuran besarnya sumbangan suatu variabel independen terhadap
junlah kuadrat regresi, sedangkan sumbangan efektif menunjukkan besarnya
sumbangan suatu variabel independen terhadap keseluruhan efektifitas garis
regresi yang digunakan sebagai dasar prediksi. Hasil penghitungan
menunjukkan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
97
a. Sumbangan relatif locus of control internal terhadap kematangan karir
sebesar 81,98% dan sumbangan relatif konsep diri terhadap kematangan
karir sebesar 17,96%.
b. Sumbangan efektif locus of control internal terhadap kematangan karir
sebesar 42,5476% dan sumbangan efektif konsep diri terhadap kematangan
karir sebesar 9,3212%. Total sumbangan efektif locus of control internal
dan konsep diri terhadap kematangan karir ditunjukkan oleh nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,519 atau 51,9%.
5. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum
mengenai kondisi locus of control internal, konsep diri, dan kematangan karir
pada subjek yang diteliti.
Tabel 30.
Deskripsi Data Empirik
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
kematangan karir 88 113.00 160.00 1.4057E2 9.29689
locus of con.
internal 88 104.00 150.00 1.2677E2 9.78942
konsep diri 88 99.00 160.00 1.3327E2 11.37423
Valid N (listwise) 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
98
Tabel 31.
Deskripsi Data Penelitian
Skala Jml
Sbjk
Data
Hipotetik
M SD
Data
Empirik
M SD Sko
r
Min
Skor
Maks
Sko
r
Min
Skor
Maks
K.K 88 44 176 110 22 113 160 140,5682 9,29689
Loc of 88 40 160 100 20 104 150 126,7727 9,78942
K.D 88 43 172 107,5 21,5 99 160 133,2727 11,37423
Keterangan:
Jml Sbjk : Jumlah Subjek
Min : Minimal
Maks : Maksimal
M : Rerata
SD : Standar Deviasi
a. Kategorisasi tingkat kematangan karir berdasarkan nilai subjek
Skala kematangan karir akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi
rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,
sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2009).
Skor minimal yang diperolaeh subjek adalah 44 x 1 = 44 dan skor maksimal
yang dapat diperoleh subjek adalah 44 x 4= 176. Maka jarak sebarannya
adalah 176 - 44 = 132 dan setiap satuan deviasi standartnya bernilai 132 : 6
= 22 sedangkan rerata hipotetiknya adalah 44 x 2,5 = 110. Apabila subjek
digolongkan dalam 5 kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta
distribusi skor subjek seperti pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
99
Tabel 32.
Kriteria Kategori Skala Kematangan Karir dan Distribusi Skor Subjek
Standar Deviasi Skor Kategorisasi
Subjek Rerata
Empirik Frek
(∑N) Persentase
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 44 X 70,4 Sangat
Rendah - -
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 70,4 X 96,8 Rendah - -
(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 96,8 X 123,2 Sedang 4 4,55
(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 123,2 X 149,6 Tinggi 71 80,68 140,5682
(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 149,6 X 176 Sangat
Tinggi 13 14,77
Jumlah 88 100
Berdasarkan kategorisasi skala kematangan karir seperti yang terlihat
pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki tingkat
kematangan karir yang tinggi.
b. Kategorisasi tingkat locus of control internal berdasarkan nilai subjek
Skala locus of control internal akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi
rendahnya nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan
mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal,
sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2009).
Skor minimal yang diperolaeh subjek adalah 40 x 1 = 40 dan skor maksimal
yang dapat diperoleh subjek adalah 40 x 4= 160. Maka jarak sebarannya
adalah 160 - 40 = 120 dan setiap satuan deviasi standartnya bernilai 120 : 6
= 20 sedangkan rerata hipotetiknya adalah 40 x 2,5 = 100. Apabila subjek
digolongkan dalam 5 kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta
distribusi skor subjek seperti pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
100
Tabel 33.
Kriteria Kategori Skala Locus of Control Internal dan Distribusi Skor Subjek
Standar Deviasi Skor Kategorisasi
Subjek Rerata
Empirik Frek
(∑N) Persentase
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 40 X 64 Sangat
Rendah - -
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 64 X 88 Rendah - -
(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 88 X 112 Sedang 5 5,68
(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 112 X 136 Tinggi 69 78,41 126,7727
(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 136 X 160 Sangat
Tinggi 14 15,91
Jumlah 88 100
Berdasarkan kategorisasi skala locus of control internal seperti yang
terlihat pada tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki
tingkat locus of control internal yang tinggi.
c. Kategorisasi tingkat konsep diri berdasarkan nilai subjek
Skala konsep diri akan dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya
nilai subjek. Kategorisasi yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan
bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal, sehingga skor
hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2009). Skor minimal
yang diperolaeh subjek adalah 43 x 1 = 43 dan skor maksimal yang dapat
diperoleh subjek adalah 43 x 4= 172. Maka jarak sebarannya adalah 172 -
43 = 129 dan setiap satuan deviasi standartnya bernilai 129 : 6 = 21,5
sedangkan rerata hipotetiknya adalah 43 x 2,5 = 107,5. Apabila subjek
digolongkan dalam 5 kategorisasi, maka akan di dapat kategorisasi serta
distribusi skor subjek seperti pada tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
101
Tabel 34.
Kriteria Kategori Skala Konsep Diri dan Distribusi Skor Subjek
Standar Deviasi Skor Kategorisasi
Subjek Rerata
Empirik Frek
(∑N) Persentase
(MH-3SD) X (MH-1,8SD) 43 X 68,8 Sangat
Rendah - -
(MH-1,8SD) X (MH-0,6SD) 68,8 X 94,6 Rendah - -
(MH-0,6SD) X (MH+0,6SD) 94,6 X 1204 Sedang 10 11,36
(MH+0,6SD) X (MH+1,8SD) 120,4 X 146,2 Tinggi 68 77,27 133,2727
(MH+1,8SD) X (MH+3SD) 146,2 X 172 Sangat
Tinggi 10 11,36
Jumlah 88 100
Berdasarkan kategorisasi skala konsep diri seperti yang terlihat pada
tabel, dapat diketahui bahwa subjek secara umum memiliki tingkat konsep
diri yang tinggi.
D. Pembahasan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang signifikan antara locus of
control internal dan konsep diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI
SMK Negeri 2 Surakarta. Hal tersebut berdasarkan hasil output program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16 dengan menggunakan
penghitungan analisis regresi linier berganda, yakni nilai p-value sebesar 0,000
dari nilai taraf signifikansi 0,05 sedangkan nilai F hitung sebesar 45,803 dari
nilai F tabel sebesar 3,104 serta nilai koefisien korelasi ganda (R) yang dihasilkan
sebesar 0,720.
Locus of control internal dan konsep diri secara bersama-sama mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kematangan karir. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Zulkaida, dkk (2007) menyebutkan bahwa terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
102
hubungan yang positif antara locus of control internal dengan kematangan karir.
Individu dengan locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir,
maka akan melakukan usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan,
langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dialami.
Sedangkan konsep diri oleh Calhoun&Acocella (1995) menyebutkan
bahwa individu yang mampu menerima dirinya apa adanya akan mampu
menghadapi kehidupan di depannya dengan merancang tujuan-tujuan. Individu
dengan konsep diri yang baik akan lebih mudah dalam merancang tujuan masa
depan, salah satunya adalah karir. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hasan (2006) yakni ada hubungan signifikan antara konsep diri
dengan kematangan karir yang ditunjukkan dengan adanya kelompok siswa yang
memperoleh skor tinggi dalam konsep diri, memperoleh skor yang tinggi pula
pada kematangan karirnya.
Nilai korelasi parsial antara locus of control internal dengan kematangan
karir adalah sebesar 0,571 menunjukkan hubungan yang sedang atau tidak terlalu
kuat antara antara locus of control internal dengan kematangan karir. Arah
hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai r positif, artinya semakin tinggi
locus of control internal maka akan semakin meningkatkan kematangan karir.
Sedangkan nilai korelasi parsial antara konsep diri dengan kematangan karir
sebesar 0,197 menunjukkan hubungan yang sangat rendah antara konsep diri
dengan kematangan karir. Arah hubungan yang terjadi adalah positif, karena nilai
r positif, artinya semakin tinggi konsep diri maka akan semakin meningkatkan
kematangan karir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
103
Nilai R Square sebesar 0,519 menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh
dari locus of control internal dan konsep diri secara bersama-sama terhadap
kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 2 Surakarta yaitu sebesar
51,9%. Nilai R Square yang didapat juga merupakan hasil penjumlahan dari
sumbangan efektif. Sumbangan efektif dari locus of control internal terhadap
kematangan karir sebesar 42,5476% sedangkan sumbangan efektif dari konsep
diri terhadap kematangan karir sebesar 9,3212%. Terlihat bahwa locus of control
internal memberikan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh yang diberikan
konsep diri terhadap kematangan karir.
Pengaruh locus of control internal yang lebih besar terhadap kematangan
karir dimungkinkan karena adanya fungsi evaluatif dalam diri individu. Evaluasi
yang positif terhadap diri menjadikan individu mempunyai gambaran yang
realistis. Melalui fungsi evaluatif tersebut, individu memahami kemampuan yang
dimiliki. Kesadaran kemampuan diri memberikan pertimbangan individu dalam
melakukan pilihan karir. Rotter (1966, dalam Krueger, 2005) menambahkan
bahwa individu yang mempunyai kepercayaan diri yang besar untuk mengontrol
peristiwa dalam hidupnya akan lebih cepat dalam belajar mengenali berbagai
aspek dalam lingkungan sehingga dapat membantu dirinya di masa depan.
Konsep diri merupakan suatu kepercayaan, sikap, pengetahuan, serta
pemikiran seseorang tentang pribadinya. Calhoun&Acocella (1995) menjelaskan
bahwa individu yang menerima dirinya apa adanya mampu menghadapi
kehidupan di depannya dengan merancang tujuan masa depan. Kaitannya dengan
kematangan karir, Hasan (2006) menjelaskan bahwa individu yang memelihara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
104
dan meningkatkan konsep diri akan lebih melibatkan diri dalam eksplorasi karir,
mencari berbagai informasi mengenai karir, dan mengembangkan tingkah laku
yang tepat dalam menghadapi karir. Namun konsep diri yang positif tidak selalu
memberikan kontribusi yang besar pada kematangan karir. Terdapat beberapa
faktor lain yang dimungkinkan lebih berpengaruh dalam kematangan karir,
diantaranya self directedness, keluarga, dan program studi.
Raemdonck (2006) menjelaskan bahwa self directedness merupakan suatu
adaptasi karakteristik di dunia kerja dalam rangka mengatasi diri dalam
permasalahan karir. Self directedness ditunjukkan dengan adanya suatu
perubahan, sikap yang dinamis, memiliki tujuan jangka panjang, mampu
mengatasi masalah karir, dan bersifat aktif. Bateman and Crant (1993, dalam
Raemdonck, 2006) menambahkan bahwa individu yang kurang aktif dan reaktif
terhadap perubahan lingkungan karir, maka kurang dapat mengidentifikasi
peluang dan kurang adanya inisiatif dalam mengatasi perubahan lingkungan.
Pengaruh keluarga oleh Bratcher (1982, dalam Sumari, dkk, 2009)
dijelaskan bahwa remaja yang berada dalam keluarga yang sehat dan fungsional
menunjukkan adanya kemandirian, tangguh, dan dapat mengembangkan
otonominya. Melalui kemandirian dan otonomi yang dimiliki, remaja menjadi
lebih fleksibel dalam pemilihan karir dan lebih memahami keinginan diri
meskipun berbeda dengan aturan maupun pola yang ada di keluarga.
Program studi merupakan faktor lain yang dimungkinkan berpengaruh
dalam kematangan karir. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perbedaan
program studi menunjukkan perbedaan pula dalam kematangan karir. Thompson
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
105
and Lindeman (1981, dalam Patton, 2001) menyebutkan bahwa siswa kejuruan
yang memasuki dunia kerja lebih cepat daripada siswa lain akan mempunyai
perencaan serta eksplorasi karir yang lebih matang dibandingkan siswa lain.
Berdasarkan hasil kategorisasi skala kematangan karir, diketahui bahwa
subjek penelitian memiliki tingkat kematangan karir yang tinggi dengan nilai
mean empirik sebesar 140,5682 berada pada rentang nilai antara 123,2–149,6. Hal
ini karena mayoritas subjek yang meneruskan ke SMK berkeinginan untuk
menekuni karir tertentu setelah lulus sekolah. Aspirasi siswa menjadi salah satu
indikator dalam mencapai kematangan karir. Pendapat ini didukung oleh Hasan
(2006) yang menjelaskan bahwa untuk mencapai kematangan karir, individu harus
mempunyai cita-cita mengenai karir atau pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan, potensi serta realistis terhadap kondisi yang ada.
Selain itu, siswa yang pada tahap perkembangan karir masuk dalam tahap
eksplorasi terbantu dengan adanya bimbingan karir. Melalui informasi yang
diberikan di sekolah, siswa mulai memahami berbagai alternatif yang tersedia
serta memahami cara untuk mengembangkan pilihan karir yang telah dipilih.
Sebagaimana pendapat Tohirin (2009) bahwa bimbingan karir di sekolah
membantu siswa untuk memperoleh informasi mengenai karir, memperoleh
pemahaman mengenai karir, merencanakan dan membuat pilihan karir tertentu
setelah meyelesaikan pendidikan, mampu menyesuaikan dengan karir yang
dipilih, serta mampu mengembangkan karir yang tekah dipilihnya.
Fakta lain yang menyebabkan kematangan karir subjek tinggi adalah
kondisi di lapangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa subjek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
106
penelitian yaitu siswa SMK Negeri 2 merupakan siswa dengan tingkat kecerdasan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dari SMK lain di kota Surakarta.
Hal ini dibuktikkan dengan peringkat SMK Negeri 2 Surakarta yang menduduki
peringkat pertama untuk jenjang SMK se- Karesidenan Surakarta. Mona&Kaur
(2006) menjelaskan bahwa kematangan karir berkorelasi positif dengan
kecerdasan. Tingkat kecerdasan yang lebih tinggi secara signifikan dan positif
berhubungan dengan kematangan karir. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
keterlibatan orientasi kemandirian, dan kompromi dalam pembuatan keputusan
karir.
Berdasarkan hasil kategorisasi skala locus of control internal, diketahui
bahwa subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai mean
empirik sebesar 126,7727 berada pada rentang nilai antara 112-136 artinya
mayoritas subjek penelitian ini memiliki locus of control internal tinggi. Locus of
control internal tinggi yang ditunjukkan oleh subjek kemungkinan dipengaruhi
oleh perkembangan kognitif yang sedang dialami oleh remaja yaitu tahap
perkembangan operasional formal. Flavell (1992, dalam Santrock, 2003)
menjelaskan bahwa remaja adalah pemikir aktif dan konstruktif yang melalui
interaksi dengan lingkungannya, membentuk perkembangan mereka sendiri.
Kemampuan berpikir aktif dan kontruktif tersebut membantu remaja dalam proses
evaluasi terhadap peristiwa yang terjadi sepanjang hidup.
Berdasarkan kategorisasi skala konsep diri, diketahui bahwa subjek
penelitian termasuk dalam kategori tinggi, dengan nilai mean empirik sebesar
133,2727 berada pada rentang nilai antara 120,4-146,2. Hal tersebut kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
107
disebabkan karena orang tua yang mengembangkan pola asuh yang positif.
Desmita (2005) menjelaskan bahwa orang tua yang mengembangkan pola asuh
yang positif dan suportif memungkinkan anak untuk mengungkapkan perasaan
positif dan negatif, yang membantu anak dalam perkembangan kompetensi sosial
dan otonomi yang bertanggung jawab.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan dan positif antara locus of control internal dan konsep diri dengan
kematangan karir pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Surakarta. Penelitian ini
memiliki kelemahan dan keterbatasan, antara lain hanya dapat digeneralisasikan
secara terbatas pada populasi saja, sedangkan penerapan penelitian untuk populasi
yang lebih luas, memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan atau
menambah variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
108
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada hubungan positif yang signifikan antara locus of control internal dan
konsep diri dengan kematangan karir pada siswa kelas XI di SMK Negeri 2
Surakarta.
2. Adanya hubungan yang positif dan tidak terlalu kuat antara antara locus of
control internal dengan kematangan karir. Adanya hubungan yang positif dan
sangat rendah antara konsep diri dengan kematangan karir.
3. Sumbangan relatif locus of control internal terhadap kematangan karir sebesar
81,98% dan sumbangan relatif konsep diri terhadap kematangan karir sebesar
17,96%. Sumbangan efektif locus of control internal terhadap kematangan
karir sebesar 42,5476% dan sumbangan efektif konsep diri terhadap
kematangan karir sebesar 9,3212%. Total sumbangan efektif locus of control
internal dan konsep diri terhadap kematangan karir ditunjukkan oleh nilai
koefisien dterminasi (R2) sebesar 0,519 atau 51,9%.
4. Tingkat kematangan karir pada subjek penelitian termasuk dalam kategori
tinggi (mean = 140,5682), sedangkan tingkat locus of control internal pada
subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi (mean = 126,7727), serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
109
tingkat konsep diri pada subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi
(mean = 133,2727).
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan
saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Siswa diharapkan dapat melakukan evaluasi diri yang positif terhadap
peristiwa yang terjadi sepanjang hidup. Melalui evaluasi diri siswa akan
memperoleh gambaran diri yang realistis. Siswa yang realistis akan memahami
kemampuan yang dimiliki sehingga diharapkan pula mengalami lebih banyak
keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini secara tidak langsung akan
membentuk konsep diri yang baik, dan akan mempengaruhi siswa proses
pencapaian karir. Memperbaharui informasi mengenai dunia kerja, membuka
pengalaman-pengalaman baru, mengembangkan self directedness (efikasi diri
dan motivasi berprestasi) adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh
siswa untuk mencapai kematangan karir.
2. Bagi guru
Guru atau pendidik diharapkan melakukan evaluasi baik evaluasi diri
maupun evaluasi terhadap bimbingan karir yang telah dilakukan. Evaluasi
mengenai bimbingan karir perlu dilakukan secara berkala, hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari materi atau metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
110
pemberian bimbingan karir. Guru dapat pula melibatkan pihak sekolah dalam
upaya mengembangkan kemampuan diri siswa. Memberikan berbagai
pelatihan seperti pelatihan kerja atau pelatihan ketrampilan tertentu, pelatihan
pengembangan diri (motivation training, leadership training) dapat dilakukan
oleh pihak sekolah sebagai upaya mencapai kematangan karir. Guru
diharapkan mempunyai sikap yang aktif dan reaktif terhadap segala kebutuhan
siswa dalam kaitannya dengan karir.
3. Bagi orang tua
Keluarga merupakan salah satu komponen penting bagi kehidupan
individu. Dalam hal ini, orang tua mempunyai andil dalam mencapai
kematangan karir. Orang tua diharapkan berupaya membangun komunikasi
aktif dengan saling berdiskusi mengenai perkembangan dunia kerja,
memberikan berbagai masukan yang bermanfaat bagi anak dalam mencapai
karir yang diinginkan. Selain itu, tidak memaksa anak untuk menekuni karir
tertentu. Orang tua diharapkan memberikan kebebasan kepada anak dalam
memilih karir yang diinginkan. Memotivasi, mendukung, dan mengembangkan
perencanaan serta pilihan karir anak, merupakan upaya-upaya yang harus
dikembangkan orang tua dalam mendidik anak. Melalui upaya tersebut
diharapkan anak dapat mencapat kematangan karir tanpa hambatan yang
berarti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
111
4. Bagi peneliti lain
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih menyempurnakan
penelitian ini. Penelitian ini hanya meninjau sebagian hubungan saja, sehingga
bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mengadakan penelitian sejenis
atau penelitian dengan topik yang sama, diharapkan dapat memperhatikan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kematangan karir, seperti aspirasi, umur,
gender, intelligensi, efikasi diri, motivasi berprestasi, status sosial ekonomi,
serta work experience.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan subjek lain, seperti
siswa SMA untuk menjawab pertanyaan mengenai permasalah pengangguran
yang dialami oleh remaja. Memperluas populasi dan memperbanyak sampel
juga perlu dilakukan agar ruang lingkup dan generalisasi penelitian menjadi
lebih luas, serta mampu mencapai proporsi yang seimbang, sehingga
kesimpulan yang diperoleh akan lebih komprehensif. Penelitian berulang-ulang
disertai perubahan dan penyempurnaan dalam teknik pengukuran, pemakaian
alat ukur, prosedur penelitian, maupun perluasan ruang lingkup populasi
penelitian, diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik.