25
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA WANITA BEKERJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai persyaratan memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: RUSLINA F 100 090 133 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

  • Upload
    lengoc

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

i

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES

KERJA PADA WANITA BEKERJA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

sebagai persyaratan memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:

RUSLINA

F 100 090 133

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

ii

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES

KERJA PADA WANITA BEKERJA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Dalam mencapai derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

RUSLINA

F 100 090 133

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 3: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

iv

Page 5: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

i

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES

KERJA PADA WANITA BEKERJA

RUSLINA

Yudhi Satria.R, SE., S.Psi., M.Si Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected]

Stres kerja dipengaruhi oleh konflik peran ganda. Hal tersebut terjadi

karena adanya ketidak seimbangan antara kedua peran tersebut, pada saat yang

bersamaan ibu dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin dan disisi lain ibu

dituntut selalu memperhatikan keluarga, sehingga wanita berperan ganda

diharapkan dapat membagi waktu dalam bekerja maupun dalam mengurus rumah

tangga.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

konflik peran ganda dengan stres kerja pada wanita bekerja. Hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konflik peran

ganda dengan stres kerja pada wanita bekerja.

Populasi dalam penelitian ini adalah buruh pabrik wanita yang bekerja di

PT. Jamu Air Mancur, karanganyar. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah purposive non random sampling. dengan jumlah subjek sebanyak 60

orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel ada 2 macam

alat ukur, yaitu: (1) skala stress kerja, dan (2) skala konflik peran ganda. Analisis

data dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konflik peran

ganda dengan stres kerja pada wanita bekerja.

Berdasarkan hasil analisis Product moment diperoleh nilai koefisien

kolerasi rxy sebesar = 0,622 dengan p = 0,000; p ≤ 0,01, yang menunjukkan ada

kolerasi positif yang sangat signifikan antara konflik peran ganda dengan stres

kerja. Sumbangan efektif dari kedua variabel ditunjukkan oleh koefisien

determinan (r2) sebesar = 0,387 yang menunjukkan bahwa konflik peran ganda

mempengaruhi variabel stres kerja sebesar = 38,7% dan 61,3% sisanya

dipengaruhi variabel lainnya. Subjek dalam penelitian ini mempunyai tingkat

konflik peran ganda yang sedang dengan rerata empirik sebesar = 87,35 dan rerata

hipotetik sebesar = 97,5. Subjek juga mempunyai stres kerja yang sedang dengan

rerata empirik sebesar = 101,52 dan rerata hipotetik sebesar = 105.

Kata kunci:konflik peran ganda, stres kerja

Page 6: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

1

PENDAHULUAN

Perkembangan ekonomi di

Indonesia yang semakin pesat

membuat kebutuhan rumah tangga

semakin meningkat. Kurangnya

pendapatan yang dihasilkan suami

sebagai kepala rumah tangga dan

pencari nafkah membuat sebagian

besar wanita ikut serta bekerja guna

memenuhi kebutuhan keluarga. dengan

latar pendidikan yang minim,

membuat sejumlah wanita mencari

pekerjaan yang sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. dalam

sektor industri domestik banyak

dijumpai wanita bekerja baik sebagai

buruh pabrik, pembantu rumah tangga,

buruh cuci, dll.

Keputusan untuk mengambil dua

peran berbeda yaitu di rumah tangga

dan di tempat kerja tentu diikuti

dengan tuntutan dari dalam diri sendiri

dan pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Tuntutan dari diri sendiri dan

kebutuhan hidup ini menyerukan hal

yang sama yaitu keberhasilan dalam

dua peranan tersebut. Idealnya

memang setiap wanita bisa menjalani

semua peran dengan baik dan

sempurna, namun ini bukanlah hal

mudah. Banyak wanita berperan ganda

mengakui bahwa secara operasional

sulit untuk membagi waktu bagi

urusan rumah tangga dan urusan

pekerjaan. Akibat yang sering dihadapi

oleh wanita berperan ganda adalah

keberhasilan setengah-setengah pada

masing-masing peran atau hanya

berhasil di salah satu peran saja dan

peran yang lain dinomor duakan

kemudian terbengkalai.

Peran ganda menjadi fenomena

dalam dunia kerja yang sering kita

jumpai, tidak sedikit kaum wanita

yang berpartisipasi dalam dunia

industri. Sumbangan wanita dalam

pembangunan ekonomi terlihat dari

kecenderungan partisipasi wanita

dalam angkatan kerja. Sebagai salah

satu indikator, partisipasi dalam

bidang ekonomi ditunjukkan dari laju

peningkatan partisipasi wanita dalam

angkatan kerja antara tahun 1990-2000

lebih cepat dari peningkatan laju

partisipasi pria. di Indonesia jumlah

angkatan kerja wanita yang aktif

meningkat dari 6.869.357 pada tahun

1990 menjadi 36.871.239 pada tahun

Page 7: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

2

2000 (BPS, Data komposisi angkatan

kerja,1990 & 2000).

Partisipasi wanita saat ini bukan

sekedar menuntut persamaan hak

tetapi juga menyatakan fungsinya

mempunyai arti bagi pembangunan

dalam masyarakat Indonesia.

Partisipasi wanita menyangkut peran

tradisi dan transisi. Peran tradisi atau

domestik mencakup peran wanita

sebagai istri, ibu dan pengelola rumah

tangga. Sementara peran transisi

meliputi pengertian wanita sebagai

tenaga kerja, anggota masyarakat dan

manusia pembangunan. Peran transisi

wanita sebagai tenaga kerja turut aktif

dalam kegiatan ekonomis (mencari

nafkah) di berbagai kegiatan sesuai

dengan keterampilan dan pendidikan

yang dimiliki serta lapangan pekerjaan

yang tersedia. Kecenderungan wanita

untuk bekerja menimbulkan banyak

implikasi, antara lain tidak dapat

menyeimbangkan kedua peran tersebut

sehingga menimbulkan konflik.

Ihromi (dalam Vitarini, 2009)

menyatakan bahwa jumlah wanita

pencari kerja akan semakin meningkat

di wilayah dunia. Berdasarkan data

Badan Pusat Statistik 2012, partisipasi

perempuan dalam lapangan kerja

meningkat signifikan. saat ini ada 43

juta pekerja perempuan yang

membantu pertumbuhan ekonomi

Indonesia. Itu artinya, jumlah pekerja

perempuan hampir sama besarnya

dengan pekerja laki-laki. Pada saat

yang sama perempuan juga

menemukan kebebasan untuk tetap

menjalankan perannya sebagai ibu.,

Ihromi menambahkan kemungkinan

penyebab terjadinya peningkatan

jumlah pekerja perempuan adalah

adanya unsur keterpaksaan yang harus

dijalani kaum perempuan untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarganya.

Namun menjalani dua peran

sekaligus, sebagai seorang pekerja

sekaligus sebagai ibu rumah tangga

tidaklah mudah. Karyawan wanita

yang telah menikah dan mempunyai

anak memiliki peran dan tanggung

jawab yang lebih berat daripada wanita

single. Peran ganda pun dialami oleh

buruh pabrik wanita, karena selain

berperan di dalam keluarga, wanita

tersebut juga berperan di dalam

Page 8: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

3

pekerjaannya. Konflik peran inilah

yang menjadi pemicu stres kerja, salah

satu profesi yang rentan mengalami

stres kerja yaitu profesi sebagai buruh

pabrik. Pekerjaan sebagai buruh selain

dituntut mencapai target dalam

pekerjaannya, buruh juga bekerja

selalu dalam pengawasan. Profesi ini

pun menuntut adanya ketelitian dan

kecermatan serta tanggung jawab yang

tinggi, sehingga sering menyebabkan

stres atau tekanan mental pada buruh

pabrik wanita.

Setiap pekerjaan bisa dikatakan

sebagai penyebab munculnya stres,

karena didasari adanya beban kerja

yang terlalu banyak, konflik peran dan

adanya proses penyesuaian hubungan

dengan orang lain (Smet,1994). Stres

yang terjadi ditempat kerja merupakan

hasil reaksi emosi dan fisik akibat

kegagalan individu beradaptasi di

lingkungan kerja dimana terjadi

ketidak sesuaian antara harapan dan

kenyataan. Tarupolo (2002)

mendefinisikan stres kerja adalah suatu

proses yang menyebabkan seseorang

merasa sakit, tidak nyaman atau tegang

karena pekerjaan, tempat kerja atau

situasi kerja tertentu. Keenan dan

Newton (1984) berpendapat bahwa

stres kerja perwujudan dari kekaburan

peran, konflik peran dan beban kerja

yang berlebihan, sehingga kondisi

tersebut dapat mengganggu prestasi

dan kemampuan individu untuk

bekerja.

Dari berbagai pendapat diatas,

dapat disimpulkan bahwa pengertian

stres kerja adalah suatu reaksi perasaan

tertekan atau keadaan terganggu baik

fisik, psikologis, maupun perilaku

yang dialami oleh karyawan dalam

menghadapi pekerjaan.

Menurut Cooper (dalam Rice,

1992) mengidentifikasikan sumber-

sumber stres kerja sebagai berikut :

a. Kondisi pekerjaan

Kondisi pekerjaan

meliputi:

1) Lingkungan kerja. Kondisi

kerja yang buruk

berpotensi menjadi

penyebab karyawan mudah

jatuh sakit, mudah stres,

sulit berkonsentrasi dan

menurutnya produktivitas

kerja.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

4

2) Overload. Dapat dibedakan

secara kuantitatif dan

kualititatif. Dikatakan

overload secara kuantitatif

jika banyaknya pekerjaan

yang ditargetkan melebihi

kapasitas karyawan tersebut.

Akibatnya karyawan tersebut

mudah lelah dan berada

dalam “tegangan tinggi”.

Overload secara kualitatif bila

pekerjaan tersebut sangat

kompleks dan sulit, sehingga

menyita kemampuan teknis

dan kognitif karyawan.

3) Deprivational stress, yaitu

kondisi pekerjaan yang tidak

lagi menantang, atau tidak

lagi menarik bagi karyawan.

Biasanya keluhan yang

muncul adalah kebosanan,

ketidakpuasan, atau pekerjaan

tersebut kurang mengandung

unsur sosial (kurangnya

komunikasi sosial).

4) Pekerjaan beresiko tinggi.

Jenis pekerjaan yang beresiko

tinggi, atau berbahaya bagi

keselamatan, misalnya

pekerjaan di pertambangan

minyak lepas pantai, tentara,

dan pemadam kebakaran,

berpotensi menimbulkan stres

kerja karena mereka setiap

saat dihadapkan pada

kemungkinan terjadinya

kecelakaan.

b. Stres karena peran

Sebagian besar karyawan

yang bekerja di perusahaan

yang sangat besar, khususnya

para wanita yang bekerja

dikabarkan sebagai pihak yang

mengalami stres lebih tinggi

dibandingkan dengan pria.

Masalahnya, wanita bekerja ini

menghadapi konflik peran

sebagai wanita karir sekaligus

ibu rumah tangga. Terutama

dalam kebudayaan Indonesia,

wanita sangat dituntut perannya

sebagai ibu rumah tangga yang

baik dan benar sehingga

banyak wanita karir yang

merasa bersalah ketika harus

bekerja. Perasaan bersalah

ditambah dengan tuntutan dari

dua sisi, yaitu pekerjaan dan

Page 10: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

5

ekonomi rumah tangga, sangat

berpotensi menyebabkan

wanita bekerja mengalami

stres.

c. Faktor interpersonal

Hubungan interpersonal di

tempat kerja merupakan hal

yang sangat penting di tempat

kerja. Dukungan dari sesama

pekerja, manajemen, keluarga,

dan teman-teman diyakini

dapat menghambat timbulnya

stres. Dengan demikian perlu

ada kepedulian pihak

manajemen pada karyawannya

agar selalu tercipta hubungan

yang harmonis.

d. Pengembangan karir

Karyawan biasanya

mempunyai berbagai harapan

dalam kehidupan karir

kerjanya, yang ditujukkan pada

pencapaian prestasi dan

pemenuhan kebutuhan untuk

mengaktualisasikan diri.

Apabila perusahaan tidak dapat

memenuhi kebutuhan karyawan

untuk berkarir, misalnya

promosi yang tidak jelas,

kesempatan untuk

meningkatkan penghasilan

tidak ada, karyawan akan

merasa kehilangan harapan,

tumbuh perasaan

ketidakpastian yang dapat

menimbulkan perilaku stres.

e. Struktur Organisasi

Struktur organisasi

berpotensi menimbulkan stres

apabila diberlakukan secara

kaku, pihak manajemen kurang

mempedulikan inisiatif

karyawan, tidak melibatkan

karyawan dalam proses

pengambilan keputusan, dan

tidak adanya dukungan bagi

kreativitas karyawan.

f. Tampilan rumah-pekerjaan

Ketika pekerjaan berjalan

dengan lancar, tekanan yang

ada di rumah cenderung bisa

dihilangkan. bagi kebanyakan

orang, rumah sebagai tempat

untuk bersantai,

mengumpulkan dan

membangun kembali kekuatan

yang hilang. Tetapi, ketika

keheningan terganggu, bisa

Page 11: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

6

karena pekerjaan atau konflik

di rumah, efek dari stres

cenderung meningkat.

Aspek- aspek stres kerja

Beehr dan Newman (1978)

mengemukakan bahwa aspek-aspek

stres kerja adalah :

a. Fisiologis

Merupakan perubahan-

perubahan yang terjadi pada

metabolisme organ tubuh yang

termasuk dalam aspek fisik

adalah detak jantung dan tekanan

darah meningkat, sekresi

adrenalin meningkat, timbulnya

gangguan perut, kelelahan fisik,

timbulnya penyakit

kardiovaskuler, timbulnya

masalah espirasi, keringat

berlebihan, gangguan kulit dan

susah tidur. Stres kerja banyak

berpengaruh pada sistem

pembuluh jantung dan perut

serta berperan dalam gangguan

tidur dan menimbulkan

kelelahan fisik yang berlebihan.

b. Psikologis

Aspek ini sering dijumpai

dan diprediksi dari terjadinya

ketidakpuasan kerja. Karyawan

tidak mempunyai motivasi kuat

untuk bekerja dan malas dalam

melakukan tugasnya. Termasuk

dalam aspek psikologis yaitu

kecemasan, ketegangan,

kebingungan, mudah

tersinggung, perasaan frustasi,

marah, mudah kesal, emosi

menjadi sensitif, perasaan

tertekan, kemampuan

berkomunikasi menjadi

berkurang, menarik diri dan

depresi, kebosanan dan

kelelahan mental dan

menurunnya fungsi intelektual,

kurang konsentrasi serta

kehilangan spontanitas dan

kreativitas.

c. Perilaku

Aspek perilaku yaitu

perubahan-perubahan atau

situasi dimana produktivitas

seseorang menurun. Gangguan

perilaku misalnya bermalas-

malasan dan menghindari

pekerjaan, kinerja dan

produktivitas menurun,

meningkatnya ketergantungan

Page 12: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

7

pada alkhohol, melakukan

sabotase pada pekerjaan, makan

berlebihan sebagai pelarian,

mengurangi makan sebagai

perilaku menarik diri dan

mungkin berkombinasi dengan

depresi, kehilangan selera makan

dan menurunnya berat badan,

meningkatnya perilaku beresiko

tinggi, agresif serta adanya

kecenderungan untuk bunuh diri.

Menurut Robbin (1996) konflik

adalah suatu proses dimana terjadi

pertentangan dari suatu pemikiran

yang dirasa akan membawa suatu

pengaruh yang negatif. Sehingga

dapat ditarik kesimpulan bahwa

konflik secara umum adalah

bertemunya dua kepentingan yang

berbeda dalam waktu yang

bersamaan dan dapat menimbulkan

efek yang negatif.

Pengertian peran ganda

menurut Kartini (1994) adalah

peranan perempuan dalam dua

bentuk, yaitu perempuan yang

berperan dibidang domestik dan

perempuan karir, yang dimaksud

dengan tugas domestik adalah

perempuan yang hanya bekerja di

rumah saja sebagai istri yang setia.

Sedangkan yang dimaksud dengan

perempuan karir adalah apabila ia

bekerja di luar, maupun bekerja

secara profesional karena ilmu yang

didapat atau karena

keterampilannya.

Definisi konflik peran ganda

menurut Kahn dkk (dalam

Greenhaus & Beutell, 1985) konflik

peran ganda adalah bentuk dari

konflik antar peran yang mana

tekanan peran dari pekerjaan dan

keluarga bertentangan.

Berdasarkan dari pendapat

diatas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa konflik peran ganda

merupakan pertentangan peran yang

dijalani oleh ibu rumah tangga yang

bertanggung jawab sebagai istri

maupun ibu, dan sebagai pekerja

diluar rumah yang bertanggung

jawab atas pekerjaannya, Sehingga

peran keduanya menimbulkan suatu

konflik.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

8

Faktor-faktor yang mempengaruhi

konflik peran ganda :

Stoner et al. (1990)

menyatakan mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi konflik peran

ganda, yaitu:

a. time pressure, semakin banyak

waktu yang digunakan untuk

bekerja maka semakin sedikit

waktu untuk keluarga.

b. family size dan support, semakin

banyak anggota keluarga maka

semakin banyak konflik, dan

semakin banyak dukungan

keluarga maka semakin sedikit

konflik.

c. kepuasan kerja, semakin tinggi

kepuasan kerja maka konflik

yang dirasakan semakin sedikit.

d. marital and life satisfaction, ada

asumsi bahwa wanita bekerja

memiliki konsekuensi yang

negatif terhadap pernikahannya.

Size of firm, yaitu banyaknya

pekerja dalam perusahaan mungkin

saja mempengaruhi konflik peran

ganda seseorang.

Aspek-aspek Konflik Peran Ganda:

Menurut Sekaran (1986)

aspek yang perlu diperhatikan

tersebut meliputi :

a. Pengasuhan anak

Tugas utama seorang istri

adalah mengurus suami, anak

dan memberikan pendidikan

terbaik baginya. Aspek

pengasuhan anak ini sangat

berkaitan dengan konflik

keluarga dan kerja, misalnya

ketika ibu harus bersiap-siap

untuk bekerja dan anak akan

berangkat sekolah, sang ibu tidak

bisa menyiapkan kebutuhan anak

sedangkan anak sangat butuh

perhatian dan kasih sayang dari

ibunya.

b. Bantuan pekerjaan rumah tangga

Bantuan pekerjaan rumah

tangga yang dimaksud adalah

istri yang tetap bekerja untuk

melayani suami dan anaknya,

walaupun pekerjaan rumah

tangga telah diserahkan kepada

pembantu rumah tangga, sang

istri tetap berkewajiban untuk

mengetahui segala urusan yang

Page 14: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

9

berhubungan dengan rumah

tangga. misalnya ketika

menyiapkan makan meskipun

ada pembantu, sang ibu harus

terlibat dalam menyiapkan

makan tersebut padahal ibu

tersebut sudah lelah bekerja

c. Komunikasi dan interaksi

dengan suami dan anak

Komunikasi dan interaksi

dengan suami dan anak

merupakan suatu siklus

kehidupan yang harus dijalani

seorang istri. Misalnya ketika

sang ibu sedang sibuk dengan

pekerjaanya, sehingga jarang

berkomunikasi dengan suami

dan anak. bila hal tersebut tidak

mampu dijalani maka akan

menyebabkan konflik dalam

rumah tangga begitupun

sebaliknya.

d. Waktu untuk keluarga

Seorang istri harus dapat

membagi waktu untuk keluarga

(suami dan anak). walaupun

memiliki jadwal yang padat, istri

semaksimal mungkin harus

mampu memberikan waktu

untuk suami dan anak. bila hal

itu tidak mampu diberikan

seorang istri karena

kesibukannya di tempat kerja

maka terjadi hal-hal yang negatif

seperti anak kurang mendapat

perhatian. misalnya ketika sang

ibu sedang sibuk atau

mempunyai tugas dari kantor

sehingga tidak mempunyai

waktu untuk bersantai dengan

suami dan anak.

e. Menentukan prioritas

Seorang istri harus mampu

menentukan prioritas kerja dan

keluarga. disini istri dituntut

untuk dapat menentukan sikap

terhadap dua peran yang harus

dijalaninya. upaya yang dapat

ditempuh oleh istri untuk

mengatasi konflik tersebut

adalah memilih kedua peran

tersebut dengan tetap

mempertimbangkan resiko yang

akan dihadapi. misalnya ketika

anak sakit, sedangkan ibu harus

menghadiri acara penting dari

kantor untuk menunjang

karirnya.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

10

f. Tekanan karir dan tekanan

kelurga

Setiap peran memiliki

konsekuensi masing-masing.

disatu sisi karir menuntut agar

mampu mencurahakan tenaga,

waktu dan pikiran terhadap

pekerjaan. disisi lain keluarga

terutama anak sangat

membutuhkan perhatian dan

kasih sayang dari seorang ibu.

Konflik pekerjaan-keluarga

menjelaskan terjadinya benturan antara

tanggung jawab pekerjaan dirumah

atau kehidupan rumah tangga (Frone

&Cooper, 1994). Wanita dihadapkan

pada banyak pilihan yang ditimbulkan

oleh perubahan peran baik didalam

lingkungan pekerjaan maupun didalam

keluarga. Konflik yang

berkepanjangan karena tekanan

pekerjaan yang tidak sesuai dengan

kemampuan jika tidak dapat dihadapi

secara tepat dan baik maka akan

mengakibatkan stres kerja.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Rice (1999), wanita

yang bekerja mengalami stres kerja

lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

Perbandingan stres kerja antara wanita

dan laki-laki didapatkan hasil rata-rata

sebesar 28% wanita mengalami stres

ditempat kerja, sedangkan pada laki-

laki didapatkan rata-rata sebesar 20%.

Hal ini disebabkan karena wanita

dihadapkan dengan permasalahan

praktik-praktik diskriminatif mengenai

kondisi kerja seperti peraturan kerja

yang kaku, atasan yang kurang

bijaksana, beban kerja yang berat,

upah pendapatan rendah, rekan-rekan

yang sulit bekerja sama, waktu kerja

yang sangat panjang, atau pun ketidak

nyamanan psikologis yang dialami

akibat dari problem sosial-politis di

tempat kerja. Situasi demikian akan

membuat wanita mudah merasa

kelelelahan sehingga wanita berpotensi

mengalami stres kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh

Triaryati (2003) dengan judul

“Pengaruh Adaptasi Kebijakan

Mengenai Work – Family Conflict

terhadap Absen dan TurnOver”,

ditemukan bahwa karyawan wanita

telah terbukti menderita depresi dan

mengalami stres lebih cepat

dibandingkan pria, merupakan korban

Page 16: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

11

terbesar dalam work-family conflict.

Ketika karyawan wanita tersebut

menghadapi situasi kerja yang kurang

menyenangkan karena tidak adanya

adaptasi yang dibutuhkan oleh mereka,

maka dengan mudah akan timbul stres.

Tuntutan pekerjaan

berhubungan dengan tekanan yang

berasal dari beban kerja yang

berlebihan dan waktu, seperti;

pekerjaan yang harus diselesaikan

terburu-buru dan deadline. Tuntutan

keluarga berhubungan dengan waktu

yang dibutuhkan untuk menangani

tugas-tugas rumah tangga dan menjaga

anak ditentukan oleh besarnya

keluarga, komposisi keluarga dan

jumlah anggota keluarga yang

memiliki ketergantungan terhadap

anggota lain. Konflik pekerjaan-

keluarga mempunyai pengaruh

menurunnya kehidupan rumah

tangga/keluarga dan mengganggu

aktifitas bekerja. Penurunan kualitas

hubungan dalam keluarga inilah yang

menyebabkan kondisi keluarga yang

kurang harmonis.

Selain itu, keadaan yang kurang

harmonis di keluarga ini juga berasal

dari ketidak mampuan dalam

pemenuhan peran sebagai pasangan

suami istri dan peran sebagai orang tua

akibat terlalu sibuk dan lelah dalam

pekerjaannya. Jika ibu yang bekerja

tersebut tidak dapat menyeimbangkan

antara pekerjaan dan keluarga maka

akan menimbulkan suatu tekanan

sehingga mengakibatkan ibu tersebut

sering marah-marah kepada anak dan

suami, kurang memperhatikan anak-

anak dan suami, cepat lelah, dan lain-

lain.

Penelitian Stewartz (1997) yang

dilakukan pada istri bekerja diketahui

bahwa istri yang bekerja full time

menginginkan mempersingkat jam

kerjanya untuk mengurangi

ketegangan akibat konflik peran antara

peran pekerjaan dan keluarga

dibandingkan wanita yang bekerja part

time. Sering juga terjadi keletihan pada

wanita bekerja karena selain bekerja,

wanita juga harus bertanggung jawab

pada pengasuhan anak, sehingga ibu

kurang waktu untuk beristirahat.

Berdasarkan uraian diatas, pada

kenyataannya peran ganda

memberikan konsekuensi yang berat

Page 17: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

12

pada wanita yang bekerja. disatu sisi

wanita mencari nafkah untuk

membantu suami dan kebutuhan

ekonomi keluarga, serta disisi lain,

wanita harus bisa melaksanakan

tanggung jawabnya sebagai istri dan

seorang ibu.

Adapun stres kerja yang dialami

melibatkan juga pihak organisasi atau

perusahaan tempat individu bekerja.

Namun penyebabnya tidak hanya

didalam perusahaan, karena masalah

rumah tangga yang terbawa ke

pekerjaan dan masalah pekerjaan yang

terbawa ke rumah dapat juga menjadi

penyebab stres kerja mengakibatkan

dampak negatif bagi perusahaan dan

juga individu. Oleh karenanya

diperlukan kerja sama antara kedua

belah pihak untuk menyelesaikan

persoalan stres kerja tersebut. Maka

diperlukan suatu kajian yang

membahas tentang timbulnya stres

kerja pada wanita yang berperan

ganda.

Hipotesis penelitian ini

menyatakan ada hubungan positif

antara konflik peran ganda dengan

stress kerja pada wanita bekerja.

Semakin tinggi konflik peran ganda

terhadap buruh pabrik, semakin tinggi

pula stress kerja. Begitu pula

sebaliknya, semakin rendah konflik

peran ganda maka rendah pula stres

kerja pada buruh pabrik wanita.

METODE

Subjek yang diambil dalam

penelitian adalah buruh pabrik wanita

yang telah mempunyai anak, dan

tinggal bersama suami dengan usia ±

20-55 tahun dengan masa kerja

minimal 6 bulan sebanyak 60 orang.

Dengan menggunakan teknik

pengambilan sampel purposive non

random sampling. Metode

pengumpulan data menggunakan skala

konflik peran ganda dan skala stres

kerja. Teknik analisis data

menggunakan korelasi product

moment.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil perhitungan

analisis product moment diperoleh

nilai koefisien korelasi r = 0,622; p =

0,000 (p < 0,01). Hasil ini

menunjukkan ada hubungan positif

yang sangat signifikan antara konflik

peran ganda dengan stres kerja.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

13

Artinya semakin tinggi konflik peran

ganda maka semakin tinggi pula stres

kerja.

Konflik peran ganda

merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi stres kerja,

menurut Kahn dkk (dalam Greenhaus

& Beutell, 1985) konflik peran ganda

adalah bentuk dari konflik antar peran

yang mana tekanan peran dari

pekerjaan dan keluarga bertentangan.

Selain itu Khan (dalam Behr, 1995)

menyatakan bahwa konflik peran

ganda merupakan adanya

ketidakcocokan antara harapan -

harapan yang berkaitan dengan suatu

peran dimana dalam kondisi yang

cukup ekstrim, kehadiran dua atau

lebih harapan atau tekanan akan

sangat bertolak belakang sehingga

peran yang lain tidak dapat

dijalankan. Penelitian yang dilakukan

oleh Duxburry dan Higgins (2003)

sejalan dengan pernyataan

sebelumnya, namun ia menambahkan

dampak yang ditimbulkan dari

konflik peran ganda yaitu partisipasi

seseorang pada satu peran

menyulitkan partisipasi pada peran

yang lainnya.

Penelitian Amalia (2001)

menyebutkan bahwa wanita yang

menjalankan peran ganda, sebagai

karyawan sekaligus sebagai ibu

rumah tangga lebih sering dihinggapi

stres daripada pekerja wanita yang

lajang. Selain itu disebutkan pula

bahwa banyak wanita yang

menjalankan peran gandanya tidak

mampu mengatasi stres yang dialami

terutama tuntutan untuk berprestasi

dari perusahaan tempat individu

tersebut bekerja atau tuntutan untuk

mendapatkan penghasilan yang lebih

banyak.

Pada kenyataannya peran

ganda memberikan konsekuensi yang

berat. Disatu sisi wanita mencari

nafkah untuk membantu suami

bahkan pada kasus tertentu wanita

lebih bisa diandalkan dalam

menafkahi dan disisi lain wanita

harus bisa melaksanakan tanggung

jawabnya sebagai istri dan ibu.

Walaupun demikian peran ganda

wanita bukan pilihan yang tidak

mungkin diambil dan hal tersebut

Page 19: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

14

sering berdampak kepada kondisi

psikologis. Seperti dikemukakan oleh

Nurani (1994) bahwa, karena

keterbatasan waktunya, tidak

mungkin bagi wanita bekerja untuk

sekaligus menjadi ibu rumah tangga

secara maksimum. Wanita yang aktif

bekerja sulit menjalankan tugas

sebagai istri dan berfungsi sebagai ibu

dalam hal mengasuh, merawat,

mendidik dan mencurahkan kasih

sayang kepada anak sepanjang waktu.

Stres mudah untuk muncul karena

adanya konflik peran tersebut.

Misalnya saja harus tetap masuk kerja

walaupun anak sedang sakit, atau

terpaksa mengerjakan pekerjaan

kantor ketika sedang bersantai

bersama keluarga.

Penelitian di Amerika juga

menyebutkan bahwa 65% wanita

pekerja mempunyai masa depan lebih

suram. Mereka banyak mengalami

konflik dalam pekerjaannya akibat

stress yang dirasakan. Kebanyakan di

antara mereka tidak bisa

menyesuaikan diri dalam bekerja,

kurang dapat mengambil keputusan

dengan tepat, mudah dihasut dan lain

sebagainya. Hanya 35 % lainnya

akan memperoleh karir yang

gemilang karena para wanita itu

bekerja atas dasar ingin

mengaktualisasikan dirinya, sehingga

secara kreatif mereka bisa

memberdayakan diri (Dhammanandi,

2014)

Berdasarkan hasil analisis

diketahui konflik peran ganda dan

Stres kerja pada subjek penelitian

tergolong sedang, ditunjukkan oleh

rerata empirik (RE) konflik peran

ganda sebesar = 87,35 dan rerata

hipotetik (RH) = 97,5. Secara rinci

diketahui dari 60 subjek yang diteliti,

diketahui ada 8 subjek (13,3%)

mengalami konflik peran ganda

tinggi, 18 subjek (30%) mengalami

peran ganda sedang; 33 subjek (35%)

mengalami peran ganda rendah; dan 1

subjek (1,6%) mengalami peran

ganda sangat rendah. Hasil

kategorisasi tersebut menujukkan

bahwa konflik peran ganda yang

dialami oleh subjek penelitian cukup

variatif, namun secara umum subjek

yang diteliti mengalami konflik peran

ganda dalam kategori rendah.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

15

Kondisi sedang ini dapat diartikan

aspek-aspek yang terdapat dalam

konflik peran ganda yaitu

pengasuhan anak, bantuan pekerjaan

rumah tangga, komunikasi dan

interaksi dengan anak & suami, waktu

untuk keluarga, menentukan prioritas,

tekanan karir dan tekanan keluarga,

pandangan suami terhadap peran

ganda wanita. Merupakan aspek atau

komponen yang perlu dimiliki atau

diselaraskan terlebih dahulu oleh

wanita yang berperan ganda. Waktu

untuk keluarga (anak dan suami)

misalnya untuk bercengkrama atau

menghabiskan waktu dengan anak

dan suami harus diprioritaskan untuk

mengurangi terjadinya konflik. Selain

itu tuntutan-tuntutan tertentu dalam

pekerjaan dan urusan rumah tangga

juga harus mampu di atasi oleh

wanita yang berperan ganda. Apabila

kedua aspek tersebut sudah mampu

dimiliki diharapkan aspek-aspek lain

yaitu pengasuhan anak, bantuan

pekerjaan rumah tangga, komunikasi

dan interaksi dengan anak dan suami,

pandangan suami tentang peran ganda

wanita akan lebih mudah dimiliki

oleh wanita yang berperan ganda.

Stres kerja pada subjek

penelitian ditunjukkan oleh rerata

empirik (RE) sebesar = 101,52 dan

rerata hipotetik (RH) = 105. Secara

rinci diketahui dari 60 subjek yang

diteliti, diketahui ada 1 subjek (1,6%)

yang mengalami stres kerja sangat

tinggi, 20 subjek (33,3%) mengalami

stres kerja tinggi; 21 subjek (35%0

mengalami stres kerja sedang; 18

subjek (30%) mengalami stres kerja

rendah. Secara umum subjek

penelitian mengalami stres kerja

tergolong sedang, artinya pada

sebagian subjek yang diteliti

mengalami gejala-gejala seperti yang

terdapat aspek dalam stres kerja yaitu

fisiologis, psikologis, dan perilaku.

Beberapa indikator seseorang

mengalami stres kerja menurut

Greenberg dan Baron (1993) antara

lain, kebosanan, tidak mengalami

kepuasan kerja, hilangnya konsetrasi,

gangguan tidur, sakit kepala, sakit

pada punggung bagian bawah,

ketegangan otot,gangguan pernapasan

dan gangguan pada kulit,

Page 21: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

16

meningkatnya agresivitas, dan

menurunnya produktifitas.

Sumbangan efektif konflik

peran ganda terhadap stres kerja

sebesar = 38,7%, maka masih

terdapat 61,3% faktor-faktor lain

yang mempengaruhi stres kerja selain

variabel konflik peran ganda.

(Greenberg, 2002) menyatakan bahwa

ada beberapa faktor yang

mempengaruhi stres kerja antara lain

adalah: Faktor stres yang bersumber

pada pekerjaan yaitu meliputi kondisi

kerja yang sangat sedikit

menggunakan aktifitas fisik, Peran

didalam organisasi, Faktor stres kerja

yang bersumber pada karakteristik

individu, serta Faktor stres kerja yang

bersumber di luar organisasi.

Sebagaimana yang telah

dikemukakan pera ahli, bahwa stres

kerja dapat diartikan sebagai sumber

atau stressor kerja yang menyebabkan

reaksi individu berupa reaksi

fisiologis, psikologis, dan perilaku.

banyak faktor yang mempengaruhi

stres kerja diantaranya konflik peran

ganda. Cooper (dalam Rice, 1992)

mengemukakan bahwa sebagian besar

karyawan yang bekerja di perusahaan

yang sangat besar, khususnya para

wanita yang bekerja dikabarkan

sebagai pihak yang mengalami stres

lebih tinggi dibandingkan dengan

pria. dikarenakan, wanita bekerja ini

menghadapi konflik peran sebagai

wanita karir sekaligus ibu rumah

tangga. Terutama dalam kebudayaan

Indonesia, wanita sangat dituntut

perannya sebagai ibu rumah tangga

yang baik dan benar sehingga banyak

wanita bekerja yang merasa bersalah

ketika harus bekerja. Perasaan

bersalah ditambah dengan tuntutan

dari dua sisi, yaitu pekerjaan dan

ekonomi rumah tangga, sangat

berpotensi menyebabkan wanita

bekerja mengalami stres.

Berdasar analisis data

menunjukkan ada hubungan positif

yang sangat signifikan antara konflik

peran ganda dengan stres kerja, sesuai

dengan hipotesis yaitu semakin tinggi

konflik peran ganda pada wanita

bekerja maka akan semakin tinggi

stres kerja, begitu pula sebaliknya

semakin rendah konflik peran ganda

pada wanita bekerja maka akan

Page 22: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

17

semakin rendah pula stres kerja. Hal

ini terbukti bahwa konflik peran

ganda dapat menjadi prediktor

variabel stres kerja.

Hasil penelitian menunjukkan

terdapat keterbatasan penelitian yang

perlu diperhatikan, antara lain:

1. Generalisasi dari hasil-hasil

penelitian ini terbatas pada

populasi dimana penelitian

dilakukan yaitu di PT. Jamu Air

Mancur, sehingga penerapan pada

ruang lingkup yang lebih luas

dengan karakteristik yang berbeda

kiranya perlu dilakukan penelitian

ulang dengan menggunakan atau

menambah variabel-variabel lain

yang belum disertakan dalam

penelitian ini atau pun dengan

menambah dan memperluas ruang

lingkup penelitian.

2. Subjek uji coba dan penelitian

memiliki jumlah dan karakteristik

penelitian yang relatif sama

sehingga akan lebih tepat jika

digunakan penelitian dengan

tryout terpakai, karena akan lebih

praktis, efisien dan hasil penelitian

lebih mewakili populasi yang ada

dikarenakan jumlah subjek lebih

besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

a) Kesimpulan

1. Ada hubungan yang positif yang

sangat signifikan antara konflik

peran ganda dengan stres kerja pada

wanita berperan ganda. Artinya

semakin tinggi konflik peran ganda

yang diperoleh maka semakin

tinggi stres kerja yang dialami oleh

wanita berperan ganda dan

sebaliknya semakin rendah konflik

peran ganda yang diperoleh maka

semakin rendah stres kerja yang

dialami oleh wanita berperan ganda.

2. Peranan atau sumbangan efektif

konflik peran ganda dengan stres

kerja sebesar menunjukan bahwa

koefisien determinan (r2) sebesar

= 0,387. Hal ini menunjukan

bahwa variabel konflik peran

ganda memberi sumbangan efektif

sebesar = 38,7% dalam

mempengaruhi stres kerja pada

wanita berperan ganda, sedangkan

sisanya 61,3% dipengaruhi oleh

variabel lain.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

18

3. Tingkat konflik peran ganda

termasuk ke dalam kategori

sedang. Hal ini ditunjukan oleh

hasil rerata empirik sebesar =

87,35 dengan rerata hipotetik

skala konflik peran ganda sebesar

= 97,5.

4. Tingkat stres kerja termasuk ke

dalam kategori sedang. Hal ini

dapat dilihat dari hasil rerata

empirik sebesar = 101,52 dengan

Rerata hipotetik skala stres kerja

sebesar 105.

b) Saran

Diharapkan hasil dari penelitian ini

sebagai referensi, untuk bahan

masukan, pertimbangan, informasi

tambahan bagi peneilti lain yang

akan melakukan penelitian sejenis,

sehingga dapat menjadi acuan

dalam penyempurnaan penelitian

yang sejenis.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

19

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, M.2005. Konflik Peran Ganda

Ibu Bekerja ditinjau dari

Dukungan Sosial Skripsi

(tidak diterbitkan).

Semarang: Fakultas Psikologi

Universitas Katolik

Soegijapratana..

Beehr,T.a. & Newman,J.E.1978.Job

stress. EmployeeHealth and

Organization Effectiveness :

A Facet Analisis Model and

Literature Review. Personel

Psichology.

Cooper, C. L., & Palmer, S. 2007.

How to deal with

stress.Unites States: Kogan

Page Limited.

Dhammanandi. 2014. Quo Vadis

Perempuan Dalam Politik.

www.google /search/php/ id

Duxbury, L. E., & Higgins, C. A.

(1991). Gender differences in

work family conflict. Journal

of Applied Psychology, 76, 60-

74.

Greenberg, J.,&Baron,R.A. 1993.

Behavior In

Organizations:Understanding

And Managing The Human

Side Of Work.USA:Allyn &

Bacon

Nurani. 1994. Kesadaran Beragama

Islam Terhadap Wanita Karir.

Skripsi Sarjana (Tidak

diterbitkan). Surakarta :

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Tarupolo, B 2002.Warta Kesehatan

Kerja Media Komunikasi

Kesehatan Kerja.Edisi 1.

Jakarta.

Triaryati, Nyoman. 2002. Pengaruh

Adaptasi Kebijakan Work-

Family Issue

TerhadapAbsence dan

Turnover. Jurnal Widya

Manajemen & Akuntansi,

Vol.2, No.3Desember 2002

Badan Pusat Statistik. 2010.

Perkembangan Beberapa

Indikator Utama Sosial-

Ekonomi Indonesia. Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

Sekaran, U. 1986. Dual career

families. San Fransisco: Josey

Bass Publishers

Smet. 1994. Psikologi Kesehatan.

Jakarta : Grasindo

Widiasarana Indonesia.

Rice, P. L. (1992). Stress and health

(2nd Edition) . Pacific Grove,

CA: Brooks/Cole.

Rice,P.L.1999. Stress and Health (2nd

ed). Pasific Grove. California:

Brooks/ Cole Publishing

Company.

Stonner, Charles R. (1990). Work-

home role conflict infemale

owners of small bussiness: an

eploratory study. Journal of

Page 25: HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA ...eprints.ums.ac.id/30668/21/03._NASPUB.pdf · pencari kerja akan semakin meningkat ... sekaligus, sebagai seorang pekerja

20

small business management ,

28 (1), page 30-38.

Frone, M R; Russell, M; Cooper, M L.

(1992). Antecedents and

Outcomes of Work-Family

Conflict: Testing a Model of

The Work-Family Interface .

Journal of Applied

Psychology, Vol.77, No.1,

p:65-78.