Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial Teman Sebaya pada Remaja yang Bersekolah di SMA
Komang Bara Wedaloka1, Sherly Saragih Turnip2
1. 2. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur keterlibatan ayah, penulis menggunakan alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006) dan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya, penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh Malecki, Demaray, dan Elliott (2000). Kedua alat ukur tersebut diberikan kepada responden dalam bentuk kuesioner. Responden dalam penelitian ini adalah remaja kelas 10 SMA dan masih mempunyai ayah dengan jumlah responden 403 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya dengan r (401) = 0,158; p = 0,001. Kata Kunci: Keterlibatan ayah, dukungan sosial teman sebaya, remaja
The Relationship Between Father Involvement and Peer Social Support on Adolescents who Attend High School
Abstract
This research discusses the relationship between father involvement and peer social support on adolescents who attend high school. This research is a quantitative study with a correlational design. To measure father involvement, the author using a father involvement instrument by Carlson (2006) and to measure peer social support, the author using an instrument Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) by Malecki, Demaray, and Elliott (2000). Both the instruments were given to respondents in the form of a questionnaire. Respondents in this research were adolescents who attend grade 10 of high school and still have a father with a number of respondents are 403 people. The result showed there is a significant positive relationship between father involvement and peer social support with r (401) = 0,158; p = 0,001. Keywords: Father involvement, peer social support, adolescent Pendahuluan
Orangtua idealnya terdiri dari ayah dan ibu, keduanya memiliki fungsi yang berbeda satu
sama lain saat berinteraksi dengan anak. Ayah lebih banyak menghabiskan waktu dengan
anak pada kegiatan yang sifatnya bermain dan rekreasi, sedangkan ibu lebih banyak
menghabiskan waktu dalam memenuhi kebutuhan dasar anaknya, seperti makanan dan
istirahat (Lamb & Lewis, 2004; Christine, 1985). Hal ini berbeda dalam hal akademik,
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
2
pengasuhan, serta penyesuaian kognitif dan psikososial anak, yang mana baik ayah dan ibu
terlibat secara bersama.
Keinginan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan diperkuat dengan pandangan
tradisional yang menyatakan bahwa ayah bertugas untuk mencari nafkah, sedangkan ibu
bertugas untuk mengasuh anak secara langsung. Hal tersebut membuat pengasuhan anak
seolah menjadi tanggung jawab ibu sepenuhnya dan hal tersebut menimbulkan
ketidakseimbangan dalam keluarga. Hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa
ayah menghabiskan lebih sedikit waktu bersama anaknya dibandingkan ibu (Pleck &
Masciadrelli, 2004). Anak memiliki ayah, akan tetapi tidak terasa dekat secara psikologis
hingga akhirnya menimbulkan fenomena Father Hunger (Kaltim Post, 2014). Father Hunger
sendiri yaitu keinginan emosional dan psikologis seseorang akan keberadaan seorang ayah
yang saat ini secara fisik, emosional, atau psikologis telah menjauh dari kehidupannya
(Perrin, Baker, Romelus, Jones, & Heesacker, 2009; Herzog, 2001; Maine, 1991).
Fenomena di atas berkaitan dengan konsep yang diperkenalkan oleh Lamb, Pleck, Charnov,
dan Levine (1985, 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986), menurutnya seorang ayah perlu
terlibat dalam pengasuhan anaknya melalui tiga komponen. Ketiga komponen tersebut, antara
lain: (a) engagement, yaitu interaksi langsung dengan anak; (b) accessibility, yaitu dirinya ada
bagi anak; dan (c) responsibility, yaitu terpenuhinya kebutuhan anak. Ketiga komponen
tersebut perlu diperhatikan oleh seorang ayah jika ingin terlibat dalam pengasuhan anaknya
karena hal tersebut akan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan
anaknya kelak.
Ketiga komponen keterlibatan ayah tersebut harus dilakukan secara holistik dan seimbang
antarsatu sama lain. Berdasarkan hasil penemuan McBride, et al., (2005) pada penelitiannya,
komponen engagement dan responsibility-nya terhadap anak dirasa lebih penting dari sekedar
accessibility. Oleh karena itu, seorang ayah harus menyadari bahwa dirinya perlu melibatkan
diri sepenuhnya dalam pengasuhan anak agar anak tidak merasa kehilangan akan sosok
ayahnya disaat ayahnya sebenarnya ada di dekatnya.
Seorang ayah yang tidak melibatkan dirinya dalam ketiga komponen diatas pada pengasuhan
anaknya, akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada anak. Kenakalan remaja dan
penggunaan narkoba adalah salah satu contoh dampak yang terlihat pada anak apabila salah
satu dari komponen keterlibatan ayah tidak ditunjukkan oleh ayah (Bronte-Tinkew, Moore, &
Carrano, 2006). Kedua dampak negatif tersebut bisa ditekan kemunculannya apabila ayah
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
3
melibatkan dirinya secara utuh pada ketiga komponen keterlibatan ayah. Penelitian yang
dilakukan oleh McDowell dan Parke (2009) menunjukkan bahwa ayah yang berinteraksi
secara positif kepada anaknya membuat anaknya juga dinilai positif dalam hal kemampuan
sosial. Hal menarik yang perlu diperhatikan dari penelitian ini adalah penemuan ini
menunjukkan ternyata jika seorang ayah memberikan aturan terlalu ketat bisa berdampak
anaknya menjadi kurang populer di antara teman sebayanya (McDowell dan Parke, 2009).
Hasil penelitian tersebut lebih lanjut tidak membahas jika seorang ibu juga bersikap demikian
karena menurut mereka pemberian aturan pada anak bukan menjadi fokus utama seorang ibu.
Dari masa ke masa, peran ayah banyak mengalami perubahan (Mintz, 1997). Di masa lalu,
tanggung jawab utama ayah hanya mengajarkan moral kepada anaknya. Namun pada saat ini,
muncul kecenderungan pada ayah untuk ikut berperan aktif di dalam pengasuhan anaknya.
Tidak hanya bertanggung jawab atas disiplin dan kontrol anak serta memenuhi kebutuhan
ekonomi keluarga, saat ini ayah juga diharapkan bisa aktif dan terlibat dalam pengasuhan
anak remajanya. Dari sisi remajanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa para remaja
menyatakan penyesuaian pribadi dan sosial mereka menjadi lebih baik ketika mereka
dibesarkan di rumah dengan ayah yang terlibat dalam pengasuhan dibandingkan dengan ayah
yang melalaikan atau mengacuhkan mereka (Fish & Biller, 1973).
Ayah yang terlibat dalam pengasuhan memberikan dampak positif kepada anaknya selama itu
tepat sesuai dengan kebutuhan anaknya. Dari sini penulis melihat jika seorang ayah ingin
melibatkan diri di dalam pengasuhan anaknya, ada baiknya ayah juga memperhatikan
lingkungan sosial anak karena pada akhirnya anak akan bersosialisasi dengan orang lain di
luar lingkungan keluarga. Agar anak bisa lebih mampu menghadapi dunia luar, anak butuh
dukungan sosial dari berbagai pihak. Sesuai dengan definisi dukungan sosial oleh Malecki,
Demaray, dan Elliott (2000), persepsi anak terhadap dukungan yang diberikan oleh orang-
orang dalam jaringan sosial mereka bisa meningkatkan nilai mereka sebagai individu, salah
satunya dari teman sebaya. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa perkembangan seorang
anak berkaitan dengan pengalaman kehidupan sosial yang ia miliki, di lingkungan sosial ia
belajar untuk berinteraksi dengan orang lain dan dari lingkungan sosial juga ia mendapat
dukungan untuk berkembang. Salah satu dampak positif anak dengan tingkat dukungan sosial
yang tinggi adalah terlindungi dari persepsi negatif yang mungkin datang dari efek konflik
dan permusuhan dalam keluarga (Parke, et al., 2004). Berdasarkan hal tersebut didapatkan
bahwa dukungan sosial yang diberikan orang di sekitar anak bisa berdampak pada anaknya
secara langsung maupun tidak langsung.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
4
Masih terkait interaksi anak dengan teman sebayanya, Burns dan Dunlop (1998) menjelaskan
hasil penelitiannya bahwa perasaan orang dewasa tentang hubungan dan interaksi mereka
dengan teman sebayanya berkorelasi positif dengan pengalaman mereka tentang pengasuhan
yang diterima di masa remaja. Pengalaman disini khususnya dalam hal sosioemosional karena
hal tersebut menjadi salah satu aspek penting, selain biologis dan kognitif, di dalam proses
transisi seorang anak dari anak-anak menjadi dewasa (Santrock, 1998). Memahami hubungan
keterlibatan ayah dengan masalah perilaku remaja dirasa cukup penting karena bisa
memprediksi bagaimana perkembangan anak nantinya. Remaja dengan ayah yang sangat
terlibat mempunyai kemungkinan memiliki masalah eksternalisasi dan internalisasi lebih
rendah dibandingkan dengan ayah yang kurang terlibat (Carlson, 2006). Hasil penelitian
tersebut juga diperkuat dengan hasil penelitian lain yang menggunakan variabel dukungan
sosial, anak dengan dukungan sosial yang lebih dari anggota keluarga dan teman sebayanya
dinilai mempunyai masalah eksternalisasi dan internalisasi yang lebih sedikit daripada anak
dengan dukungan sosial yang kurang (Parke, et al., 2004).
White (2009) menjelaskan bahwa masa remaja secara luas dianggap sebagai waktu dalam
hidup ketika individu mempunyai keterampilan dan atribut yang diperlukan untuk menjadi
produktif, mandiri, dan dewasa. Pada dasarnya, mereka membutuhkan bimbingan serta
dukungan yang terkait dengan proses transisi mereka dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa. Hal tersebut menunjukkan dukungan sosial sangat penting untuk keberhasilan
perkembangan dan adaptasi remaja. Masih berkaitan dengan remaja, beberapa literatur telah
mendukung hubungan antara dukungan sosial dan dampaknya pada remaja. Remaja yang
menerima dukungan sosial yang lebih cenderung tidak menunjukkan perilaku marah dan
bermusuhan sepanjang masa remaja serta memiliki kemungkinan yang kecil menunjukkan
perilaku yang biasanya hanya dilakukan orang dewasa (Crockenberg, 1987).
Dari pembahasan dan uraian mengenai keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya di
atas, munculnya perilaku yang cenderung negatif pada remaja bisa disebabkan adanya
permasalahan yang berkaitan dengan kedua variabel tersebut. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya bahwa faktor keluarga memegang peranan dalam perkembangan remaja. Selain
itu, dapat dilihat juga lingkungan sosial dari remaja itu sendiri karena hal tersebut bisa
menjadi alasan dibalik munculnya perilaku negatif dari remaja. Oleh karena itu, disini secara
spesifik penulis ingin mengetahui bagaimana bentuk hubungan antara keterlibatan ayah dan
dukungan sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA?
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
5
Tinjauan Teoritis
Keterlibatan Ayah
Day, Evans, dan Lamb (1998), mendefinisikan ayah secara lebih luas dengan melihat dari
sudut pandang biologis maupun sosial. Berdasarkan sudut pandang biologis, ayah adalah
seorang pria yang secara genetik berhubungan dengan anak, meskipun mungkin tidak
memiliki hubungan sosial atau hukum. Berdasarkan sudut pandang sosial, ayah adalah
seorang pria yang mungkin tidak memiliki ikatan genetik dengan anak tapi dirasakan oleh
anak memiliki hubungan sosial dan terikat sistem hukum. Secara garis besar, definisi ayah
adalah seorang pria yang memiliki hubungan biologis dan/atau sosial dengan seorang anak.
Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine (1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986) menjelaskan
bahwa terdapat tiga komponen keterlibatan ayah, yaitu engagement, accessibility, dan
responsibility, yang merupakan hasil rangkuman dari banyak penelitian yang telah dilakukan
oleh banyak peneliti. Dari ketiga komponen keterlibatan ayah yang dikembangkan oleh
Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine tersebut, penulis menyimpulkan bahwa keterlibatan ayah
didefinisikan sebagai interaksi antara ayah dan anak dalam bentuk kegiatan bersama,
ketersediaan diri, dan pemenuhan kebutuhan anak.
Di sisi lain, Lamb dan Tamis-LeMonda (2004) menyatakan bahwa keterlibatan ayah
dipengaruhi oleh beberapa sistem interaksi yang beroperasi pada tingkatan yang berbeda
selama hidup. Sistem interaksi tersebut, yaitu faktor psikologis (misalnya, motivasi,
keterampilan, dan kepercayaan diri), karakteristik individu anak (misalnya, temperamen dan
jenis kelamin), dukungan sosial (misalnya, hubungan dengan pasangan dan anggota keluarga
lain), masyarakat dan pengaruh budaya (misalnya, kesempatan sosial ekonomi dan ideologi
budaya), serta pekerjaan institusional dan kebijakan publik (misalnya, bantuan kesejahteraan
dan penegakan tunjangan anak).
Terdapat berbagai hasil penelitian yang melihat dampak keterlibatan ayah terhadap
perkembangan anak, khususnya pada aspek perkembangan kognitif, perkembangan
emosional, serta perkembangan sosial. Pada aspek perkembangan kognitif, anak yang
memiliki ayah yang terlibat menunjukkan kompetensi kognitif yang lebih tinggi dalam
asesmen intelektual maupun skor IQ (Lamb, 1987). Pada aspek emosional, keterlibatan ayah
berhubungan positif dengan kepuasan hidup anak secara keseluruhan. Anak dengan ayah yang
terlibat mengalami tingkat depresi, distres emosional, emosi negatif, distres psikologis, serta
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
6
gejala kecemasan yang lebih rendah (Harris et al., 1998). Pada aspek sosial, anak dengan ayah
yang terlibat cenderung untuk memiliki sikap prososial, toleransi, dan pengertian (Volling &
Belsky, 1992).
Dukungan Sosial Teman Sebaya
Walaupun masing-masing definisi dikembangkan dalam orientasi yang berbeda-beda, namun
tetap ada kesamaan yakni bahwa dukungan sosial merupakan sumber daya yang tersedia dari
orang lain yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan berdampak positif bagi
individu yang bersangkutan. Secara keseluruhan dukungan sosial adalah persepsi individu
terhadap dukungan yang secara umum maupun spesifik diberikan oleh orang-orang dalam
jaringan sosial mereka, yang bisa meningkatkan nilai mereka sebagai individu dan/atau
melindungi mereka dari hal-hal yang merugikan (Malecki, Demaray, & Elliott, 2000).
Moren-Cross dan Lin (2006) mengklasifikasikan dukungan sosial ke dalam dua bentuk, yaitu
dukungan sosial yang diterima dan dukungan sosial yang dipersepsi. Dukungan sosial yang
diterima berkaitan dengan keseluruhan dukungan sosial yang diterima individu dari orang lain
atau sumber lain, sebaliknya dukungan sosial yang dipersepsi adalah persepsi individu bahwa
seseorang dapat memberikannya dukungan sosial. Berdasarkan definisi di atas antara
dukungan sosial yang dipersepsi dan dukungan sosial yang diterima, penulis memfokuskan
penelitian pada dukungan sosial yang dipersepsi.
Dukungan sosial adalah konstruk yang besar dan kompleks yang di dalamnya terdapat
berbagai aspek yang berkontribusi. Penelitian telah menunjukkan peran penting dukungan
sosial yang dalam kehidupan anak-anak dan remaja telah secara konsisten terkait dengan hasil
di banyak bidang seperti fungsi sosial dan prestasi akademik. Dukungan sosial adalah suatu
konstruk yang besar, beberapa peneliti (Tardy, 1985) telah memecah kontruk tersebut ke
dalam dimensi tertentu yang meliputi direction, disposition, evaluation, content, dan network.
Di sisi lain, Malecki, Demaray, dan Elliott (2000) membagi sumber dukungan sosial
berdasarkan jaringan sosialnya, yaitu orangtua, guru, teman dekat, teman sekelas, dan
sekolah. Berdasarkan sumber-sumber dukungan sosial yang telah disebutkan pada kedua
literatur tersebut, penulis memfokuskan penelitian ini pada dukungan sosial yang bersumber
dari teman sebaya saja.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
7
Implikasi dukungan sosial ayah untuk anak berdasarkan beberapa penelitian berkaitan dengan
kesejahteraan anak, tetapi sedikit penelitian yang menunjukkan bahwa anak mendapatkan
manfaat ketika ayah mereka memberikan dukungan sosial yang besar. Jaringan dukungan
sosial ayah dapat mempengaruhi perkembangan anak, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan memberi anak stimulasi langsung, dukungan emosional dan material, akses
kesempatan, serta model dan sanksi dalam hal perilaku. Dukungan sosial ayah dapat
mempengaruhi perkembangan anak, secara positif maupun negatif, tergantung ayah
menghubungkan anak dengan orang atau sumber daya yang dapat menguntungkan atau malah
merugikan (Cochran & Brassard, 1979).
Hasil penelitian lain juga menunjukkan bahwa ayah yang memberi dukungan sosial lebih
kepada anak membuat anak memiliki perilaku dan perkembangan yang baik pula (Dunst,
Trivette, & Cross, 1986). Dukungan sosial ayah yang kuat juga berkaitan dengan kesehatan
yang lebih baik pada anak (Donato, Kanaiaupuni, & Stainback, 2003). Dukungan sosial ayah
secara tidak langsung dapat mempengaruhi anak untuk memberikan timbal balik pada tingkat
dan kualitas keterlibatan ayah serta hubungan orangtua, yang di sejumlah penelitian keduanya
telah ditemukan terkait dengan kesejahteraan anak (Parke, 2002).
Remaja
Penulis memutuskan menggunakan definisi remaja dari Santrock (1998) karena definisi
tersebut mewakili secara keseluruhan definisi-definisi yang telah dipaparkan sebelumnya.
Selain itu, ia memang tokoh yang fokus mengembangkan pengetahuan tentang remaja hingga
kini. Ia mendefinisikan remaja sebagai individu yang sedang berada di masa perkembangan
transisi antara masa anak-anak dan dewasa serta sedang mengalami proses perubahan dalam
hal biologis, kognitif, dan sosioemosional.
Perkembangan sosial remaja secara signifikan mendapatkan pengaruh positif dari interaksi
remaja dengan seorang ayah. Ayah yang peduli, siap sedia, dan dapat diandalkan, dapat
menumbuhkan rasa percaya dan yakin pada diri anak remaja (Way, 1997). Dalam penelitian
lain, para remaja menyatakan bahwa penyesuaian pribadi dan sosial mereka menjadi lebih
baik ketika mereka dibesarkan di rumah dengan ayah yang terlibat dalam pengasuhan
dibandingkan dengan ayah yang melalaikan atau mengacuhkan anaknya (Fish & Biller,
1973). Dalam penelitian lainnya dimana ayah yang secara positif terlibat dalam pengasuhan,
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
8
anak remajanya memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi (Duckett &
Richards, 1996).
Berkaitan dengan remaja, beberapa literatur telah mendukung hubungan antara dukungan
sosial dan dampaknya pada remaja. Remaja yang menerima dukungan sosial yang lebih
cenderung tidak menunjukkan perilaku marah dan bermusuhan sepanjang masa remaja serta
memiliki kemungkinan yang kecil menunjukkan perilaku yang biasanya hanya dilakukan
orang dewasa (Crockenberg, 1987). Berkaitan dengan iklim akademik, dukungan sosial juga
telah terbukti memiliki hubungan positif dengan kepuasan siswa terhadap pengalaman mereka
tentang sekolah (DeSantis King, Huebner, Suldo, & Volois, 2006). Ada hal yang menarik,
penerimaan dukungan sosial bukanlah hal yang utama bila dibandingkan dengan persepsi
dukungan sosial. Sebagai contoh, satu penelitian menemukan bahwa persepsi dukungan sosial
yang tersedia tersedia tampaknya bisa mengurangi dampak negatif dan mempercepat
pemulihan dari munculnya stres bahkan jika dukungan sosial tersebut sebenarnya belum tentu
digunakan (Costello, Pickens, & Fenton, 2001). Dengan kata lain, hanya dengan memiliki
keyakinan bahwa kita akan didukung atau memiliki banyak individu yang akan mendukung
kita, bahkan jika kita tidak menggunakan dukungan ini, memberikan implikasi positif bagi
perkembangan diri.
Penelitian Eckert (1989) mengenai burnout menggambarkan bagaimana remaja akan sangat
terpengaruh ketika tidak disukai oleh sekelompok teman sebayanya atau pada kondisi lain
dianggap bukan bagian dari kelompok tempat biasa ia berada. Masih sangat sedikit perhatian
yang diberikan kepada remaja ketika mereka berusaha memperluas pertemanannya dan ketika
menerima pengaruh dari teman sebaya yang padahal bisa berdampak pada perkembangan
psikologis dan sosial mereka. Hanna dan Berndt (1995) memaparkan hasil penelitiannya
bahwa untuk kualitas pertemanan antara remaja dengan teman sebaya tampak lebih konsisten
di lingkungan sekolah. Hasil penelitian tersebut menjelaskan pola pertemanan di lingkungan
sekolah lebih konsisten karena kelompok di dalamnya lebih homogen dibandingkan di
lingkungan lain, sehingga antara remaja dengan teman sebayanya lebih mudah memiliki
kesamaan pendapat.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
9
Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial Teman Sebaya
Terdapat beberapa penelitian tentang keterlibatan ayah yang terkait dengan dukungan sosial
teman sebaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh McDowell dan Parke (2009),
menunjukkan bahwa ayah yang menunjukkan interaksi positif kepada anaknya membuat
anaknya juga dinilai positif dalam hal kemampuan sosial, akan tetapi yang juga menarik
ditemukan bahwa jika seorang ayah memberikan aturan terlalu ketat bisa berdampak anaknya
menjadi kurang populer di antara teman sebayanya. Di sisi lain, hasil penelitian McDowell
dan Parke (2009) di atas menghasilkan dua pernyataan yang cukup menarik karena jika
diperhatikan lebih lanjut akan terlihat dua hasil yang berseberangan, yaitu antara dampak
postif dan negatif dari keterlibatan ayah.
Sebelum melakukan pembahasan lebih lanjut ada baiknya untuk melihat definisi dari
keterlibatan ayah itu sendiri. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai interaksi antara ayah dan
anak dalam bentuk kegiatan bersama, ketersediaan diri, dan pemenuhan kebutuhan anak
(Lamb, Pleck, Charnov, & Levine, 1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986). Berdasarkan
definisi tersebut, seorang ayah memang mempunyai peranan untuk membangun interaksi
yang positif dengan anaknya dengan harapan anak-anaknya bisa berkembang dengan nilai-
nilai yang positif pula sehingga bisa diterima oleh teman sebayanya. Pernyataan di atas
mendapat dukungan yang menyatakan bahwa anak-anak yang ayahnya terlibat dalam
pengasuhan mereka lebih cenderung memiliki hubungan teman sebaya yang positif serta
menjadi populer dan disukai. Hubungan mereka dengan teman sebaya dinilai minim hal
negatif, minim agresi, minim konflik, lebih bersifat timbal balik, lebih murah hati, dan lebih
memiliki kualitas persahabatan yang positif (Hooven, Gottman, & Katz, 1995; Lieberman,
Doyle, & Markiewicz, 1999; Youngblade & Belsky, 1992).
Di sisi lain, teman sebaya sendiri merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang
didasarkan pada jaringan sosial yang dimiliki individu. Yang dimaksud dengan dukungan
sosial disini adalah persepsi individu terhadap dukungan yang secara umum maupun spesifik
diberikan oleh orang-orang dalam jaringan sosial mereka (Malecki, Demaray, & Elliott,
2000). Oleh karena itu untuk menentukan populer tidak populernya seorang anak bisa dengan
menilai dukungan sosial teman sebayanya. Hasil yang didapat nantinya bisa untuk
membuktikan bahwa keterlibatan ayah yang berlebihan bisa mempengaruhi dukungan sosial
anak yang diterima dari teman sebayanya.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
10
Dalam hal konflik, remaja yang mempunyai kelekatan yang baik dengan ayahnya dinyatakan
minim konflik dalam interaksi mereka dengan teman sebayanya (Ducharme, Doyle, &
Markiewicz, 2002). Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian lain yang
menyatakan bahwa anak-anak yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan lebih cenderung
menunjukkan sedikit reaksi emosional yang negatif saat bermain dengan teman sebaya dan
mengalami lebih sedikit ketegangan dalam interaksi mereka dengan anak-anak lain (Suess,
Grossman, & Sroufe, 1992). Dengan minimnya konflik yang merupakan hasil dari sedikitnya
reaksi emosional dan ketegangan dalam interaksi anak dengan teman sebayanya, diharapkan
dukungan sosial untuk anak dari teman sebayanya menjadi meningkat. Jika dukungan sosial
teman sebaya benar-benar meningkat, secara tidak langsung menjadi terlihat hubungan antara
keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya pada anak.
Selain itu, tingkat keterlibatan langsung ayah memiliki hubungan positif terhadap
persahabatan dan pengalaman berteman pada remaja (Updegraff, McHale, Crouter, &
Kupanoff, 2001). Sebaliknya, hubungan negatif dari keterlibatan ayah seperti tingginya
tingkat permusuhan antara ayah dan anak, berdampak cukup signifikan secara langsung
maupun tidak langsung terhadap perilaku sosial negatif remaja, yang selanjutnya
menyebabkan turunnya penerimaan teman sebaya (Paley, Conger, & Harold, 2000). Pada
akhirnya dampak dari keterlibatan ayah tergantung pada bentuk keterlibatan yang seorang
ayah berikan kepada anaknya. Untuk melihat dampak keterlibatan ayah bisa dengan melihat
dampak yang muncul pada anaknya dalam hal lain seperti melihat dampaknya pada dukungan
sosial teman sebaya anaknya.
Metode Penelitian
Responden Penelitian
Karakteristik responden yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu remaja kelas 10 SMA dan
masih mempunyai ayah. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA di Jakarta Pusat
berdasarkan Data Pokok Pendidikan Menengah (DAPODIKMEN; Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2014). Sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 10 yang diambil
dari beberapa SMA di Jakarta Pusat yang terpilih melalui proses randomisasi pada daftar
seluruh SMA yang ada di Jakarta Pusat berdasarkan DAPODIKMEN. Pada akhirnya SMA
yang bersedia berpatisipasi dalam penelitian ini adalah SMAN 1, SMAN 68, dan SMAK
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
11
Santa Theresia. Tim payung penelitian hanya menggunakan siswa SMA khususnya kelas 10
sebagai sampel karena terkait dengan visibiltas penelitian dan perizinan yang didapat.
Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, keterlibatan ayah diketahui melalui skor total yang berasal dari alat ukur
keterlibatan ayah oleh Carlson (2006), yang diadaptasi oleh tim payung penelitian. Alat ukur
ini memiliki 7 item dan berformat self report yang mengukur penilaian responden mengenai
keterlibatan ayah. Alat ukur ini mengukur tiga komponen keterlibatan ayah, yaitu
engagement, accessibility, dan responsibility (Pleck & Hofferth, 2008). Responden diminta
untuk menjawab setiap pertanyaan mengenai keterlibatan ayah (misalnya, "Seberapa sering
ayah anda membicarakan keputusan penting dengan anda?"). Skala jawaban ditampilkan
dalam format Likert dan berkisar dari 1 (hampir tidak pernah/kurang dekat/kurang baik)
sampai 4 (sangat sering/sangat dekat/sangat baik). Skor total alat ukur ini dihitung dengan
menjumlahkan skala penilaian dari 7 item dengan terlebih dahulu merubah skor item
unfavorable menjadi favorable, skor yang tinggi mengindikasikan penilaian yang tinggi pula
dari keterlibatan ayah. Carlson (2006) dalam literaturnya memaparkan reliabilitas dari alat
ukur ini. Untuk reliabilitas, respon-respon terhadap tujuh pertanyaan dari alat ukur dirata-rata
dalam satuan standar deviasi untuk membuat indeks kontinu. Pada akhirnya diketahui
koefisien alfa alat ukur ini sebesar 0,85.
Pada penelitian ini, dukungan sosial teman sebaya diketahui melalui skor total subskala teman
sekelas yang berasal dari alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) oleh
Malecki, Demaray, dan Elliott (2000), yang diadaptasi oleh tim payung penelitian. Alat ukur
ini memiliki 60 item dan berformat self report. Dukungan sosial terbagi dalam dua bentuk,
yaitu dukungan sosial yang diterima dan dukungan sosial yang dipersepsi (Moren-Cross &
Lin, 2006), dimana pada alat ukur ini berfokus mengukur dukungan sosial yang dipersepsi
oleh responden. Terdapat lima sumber dukungan sosial pada alat ukur ini, yaitu orangtua,
guru, teman sekelas, teman dekat, dan sekolah. Masing-masing dari lima subskala sumber
terdiri dari 12 item dan mengukur empat tipe dukungan sosial, yaitu emotional, instrumental,
informational, dan appraisal (House, 1981).
Malecki dan Demaray (2006) merangkum penjelasan reliabilitas dan validitas CASSS
berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang melibatkan siswa sekolah menengah. Struktur
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
12
lima faktor, yaitu subskala orangtua, guru, teman sekelas, teman dekat, dan sekolah, dianalisis
melalui faktor analisis dalam penelitian yang sama. CASSS subskala teman sekelas secara
signifikan berkorelasi dengan skor frekuensi teman sekelas dari Social Support Scale for
Children (SSSC; Harter, 1985; r = 0,36), yang merupakan indikasi dari validitas konstruk
yang sedang cenderung tinggi (Malecki & Demaray, 2003). Mengenai reliabilitas, bukti
ditemukan selama 8 sampai 10 minggu test-retest reliability (r = 0,78). Konsistensi internal
yang tinggi dari subskala teman sekelas didukung oleh koefisien alfa berkisar antara 0,92
sampai 0,93 (Malecki & Demaray, 2006).
Hasil Penelitian
Gambaran Responden
Sebanyak 713 pasang kuesioner remaja dan ayah yang disebar. Detil jumlah kuesioner yang
disebar yaitu di SMAN 1 sebanyak 275 pasang, SMAN 68 sebanyak 279, dan SMAK Santa
Theresia sebanyak 159 pasang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 403 kuesioner remaja dan 133
kuesioner ayah yang kembali dan dapat diolah. Untuk usia responden sendiri, remaja berkisar
antara 13 sampai 18 tahun (M = 15,31; SD = 0,576) dan ayah berkisar antara 37 sampai 68
tahun (M = 49,58; SD = 5,337).
Tabel 1. Karakteristik Responden Remaja (N = 403)
Karakteristik N % Jenis Kelamin
Laki-Laki 169 41,9 Perempuan 234 58,1
Tinggal Dengan... Ayah dan Ibu Kandung 345 85,6 Ayah Kandung Saja 11 2,7 Ibu Kandung Saja 32 7,9 Kerabat Lain 14 3,5 Kos 1 0,2
Status Ayah Kandung 396 98,3 Tiri 7 1,7 Angkat 0 0,0
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
13
Dari tabel 1. dapat diketahui sebagian besar responden remaja (58%) adalah perempuan,
sedangkan responden remaja yang sehari-hari tinggal dengan ayah dan ibu kandung adalah
yang dominan (86%), dan status ayah yang paling dominan pada responden remaja adalah
ayah kandung (98%).
Tabel 2. Karakteristik Responden Ayah (N = 133)
Karakteristik N %
Status Pekerjaan Tidak Bekerja 8 6,0 Bekerja 125 94,0
Tingkat Pendidikan SD 1 0,8 SMP 0 0,0 SMA 27 20,3 D3 10 7,5 S1 69 51,9 S2 23 17,3 S3 3 2,3
Status Pernikahan Menikah 129 97,0 Duda 4 3,0
Jumlah Pendapatan Tidak Ada 8 6,0 <5 Juta 36 27,1 5-10 Juta 30 22,6 10-15 Juta 17 12,8 15-20 Juta 14 10,5 20-25 Juta 7 5,3 >25 Juta 21 15,8
Dari tabel 2. dapat diketahui sebagian besar responden ayah (94%) sedang dalam status
memiliki pekerjaan, sedangkan S1 adalah tingkat pendidikan yang dominan (52%) dari
responden ayah. Dari tabel tersebut pula dapat diketahui sebagian besar responden ayah
(97%) sedang dalam status menikah, sedangkan <5 juta adalah tingkat pendapatan yang
dominan (27%) dari responden ayah.
Keterlibatan ayah dari 403 responden remaja memiliki mean sebesar 20,07 (SD = 3,501),
sedangkan keterlibatan ayah dari 133 responden ayah memiliki mean sebesar 21,01 (SD =
2,958). Selain keterlibatan ayah, terdapat pula dukungan sosial teman sebaya dari 403
responden remaja yang memiliki mean sebesar 53,95 (SD = 9,099). Dengan membandingkan
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
14
mean, dapat dilihat bahwa keterlibatan ayah menurut remaja (M = 20,07; SD = 3,501) lebih
rendah dibandingkan keterlibatan ayah menurut ayah (M = 21,01; SD = 2,958). Dengan
melihat nilai standar deviasi, keterlibatan ayah menurut kelompok remaja lebih bervariasi
dibandingkan kelompok ayah. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan
pada keterlibatan ayah antara remaja dan ayah, maka bisa dilakukan analisis tambahan.
Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial Teman Sebaya pada Remaja yang
Bersekolah di SMA
Tabel 3. Hubungan Antara Keterlibatan Ayah dan Dukungan Sosial (N = 403)
Variabel M SD df r p (1-tailed) Keterlibatan Ayah 20,07 3,501 401 0,158 0,001** Dukungan Sosial Teman Sebaya 53,95 9,099
**. Hubungan signifikan pada LoS 0,05 (1-tailed).
Dalam penelitian ini, untuk semua uji statistik digunakan alfa atau Level of Significant (LoS)
sebesar 0,05. Dari 403 responden remaja seperti pada tabel 3., keterlibatan ayah (M = 20,07;
SD = 3,501) dan dukungan sosial teman sebaya (M = 53,95; SD = 9,099) memiliki hubungan
positif yang signifikan, r (401) = 0,158; p = 0,001.
Perbedaan Antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah tentang Keterlibatan Ayah dalam
Pengasuhan Remaja
Tabel 4. Perbedaan antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah
Variabel N M SD F p t df p (2-tailed) Keterlibatan Ayah Persepsi Remaja 403 20,07 3,501 3,699 0,055 -2,780 534 0,006**
Keterlibatan Ayah Persepsi Ayah 133 21,01 2,958
**. Perbedaan signifikan pada LoS 0,05 (2-tailed).
Pada tabel 4. dapat diketahui hasil uji Levene’s Test menunjukkan varians kedua kelompok
setara, F (534) = 3,699; p = 0,055. Oleh karena itu, akan digunakan independent sample t-test
yang mengasumsikan kesetaraan varians. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
15
signifikan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam
pengasuhan remaja, t (534) = -2,780, p = 0,006.
Perbedaan Antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah tentang Keterlibatan Ayah dalam
Pengasuhan Remaja per Item
Tabel 5. Perbedaan antara Persepsi Remaja dan Persepsi Ayah per Item
Item F p t df p (2-tailed) Membicarakan keputusan penting 15,233 0,000 -2,814 276,207 0,005** Mendengarkan sudut pandang 37,256 0,000 -2,558 315,969 0,011** Mengetahui keberadaan 27,149 0,000 -1,835 297,349 0,067 Meluangkan waktu bersama 4,741 0,030 -2,928 244,869 0,004** Melewatkan peristiwa penting 0,630 0,428 1,131 534 0,258 Kedekatan hubungan 4,887 0,027 -2,000 270,301 0,046** Interaksi dua arah 1,930 0,165 -2,177 534 0,030**
**. Perbedaan signifikan pada LoS 0,05 (2-tailed).
Hasil uji statistik pada tabel 5. menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara persepsi
remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja pada semua
item, kecuali pada item “mengetahui keberadaan” dan “melewatkan peristiwa penting”.
Pembahasan
Hasil utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan
antara keterlibatan ayah dan dukungan sosial teman sebaya. Dengan kata lain, ketika
keterlibatan ayah meningkat maka dukungan sosial teman sebaya juga meningkat. Begitu pula
sebaliknya, ketika keterlibatan ayah menurun maka dukungan sosial teman sebaya juga
menurun. Penelitian ini menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian McDowell dan
Parke (2009) bahwa ayah yang menunjukkan keterlibatan dalam bentuk interaksi positif
dengan anak remajanya membuat anak remajanya juga dinilai positif dalam hal kemampuan
bersosialisasi, termasuk dengan teman sebayanya. Hal tersebut dapat disebabkan karena
remaja yang ayahnya terlibat dalam pengasuhan mereka menjadikan remaja dengan teman
sebayanya dinilai minim akan hal negatif, seperti agresivitas dan konflik, dan cenderung lebih
bersifat timbal balik, seperti saling tolong-menolong dan memberi kesan positif (Hooven,
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
16
Gottman, & Katz, 1995; Lieberman, Doyle, & Markiewicz, 1999; Youngblade & Belsky,
1992).
Hasil tambahan dari penelitian ini berhasil membuktikan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam
pengasuhan remaja. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja lebih tinggi dipersepsikan
oleh responden ayah daripada responden remaja. Hal tersebut bisa disebabkan karena bila
dibandingkan dengan ibu, ayah menghabiskan lebih sedikit waktu bersama anak remajanya
(Pleck & Masciadrelli, 2004). Dengan menyempatkan untuk menghabiskan sedikit waktu
untuk anak remajanya, ayah merasa dirinya sudah terlibat dalam pengasuhan anaknya.
Sayangnya pendapat tersebut tidak sejalan dengan pendapat anak remajanya yang merasa
tidak dekat dengan ayahnya secara psikologis dan emosional, meskipun secara fisik mereka
masih cukup sering bertemu (Perrin, Baker, Romelus, Jones, & Heesacker, 2009; Herzog,
2001; Maine, 1991).
Untuk mengetahui penyebab perbedaan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang
keterlibatan ayah dalam pengasuhan remaja secara lebih spesifik, penulis juga
membandingkan persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam
pengasuhan remaja berdasarkan item dari alat ukur keterlibatan ayah oleh Carlson (2006).
Perlu diketahui item-item dari alat ukur keterlibatan ayah tersebut, yaitu “membicarakan
keputusan penting”, “mendengarkan sudut pandang”, “mengetahui keberadaan”, “meluangkan
waktu bersama”, “melewatkan peristiwa penting”, “kedekatan hubungan”, dan “interaksi dua
arah”. Dari tujuh item tersebut, Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara persepsi remaja dan persepsi ayah tentang keterlibatan ayah dalam
pengasuhan remaja pada semua item, kecuali pada item “mengetahui keberadaan” dan
“melewatkan peristiwa penting”.
Penulis akan mendiskusikan hasil penelitian tersebut berdasarkan komponen keterlibatan ayah
(Lamb, Pleck, Charnov, & Levine, 1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986). Untuk
komponen engagement, penulis melihat item “interaksi dua arah” menunjukkan perbedaan
yang signifikan karena ayah kurang cukup besar usahanya untuk berinteraksi langsung
dengan anak remajanya (Palkovitz, 2002). Untuk komponen accessibility, penulis melihat
item “membicarakan keputusan penting” dan “meluangkan waktu bersama” menunjukkan
perbedaan yang signifikan karena ayah kurang meluangkan waktu untuk anak remajanya,
khususnya untuk membicarakan suatu hal yang serius. Hal ini sangat berkaitan dengan
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
17
nonworkday ayah, karena accessibility seorang ayah akan tercermin dari apakah ia akan lebih
memilih untuk menghabiskan waktu luang yang ia miliki dengan anaknya atau tidak
(McBride, et al., 2005). Untuk komponen responsibility, penulis melihat item “mendengarkan
sudut pandang” dan “kedekatan hubungan” menunjukkan perbedaan yang signifikan karena
masih banyak ayah yang beranggapan bahwa mengatur dan merencanakan kegiatan anak
sepenuhnya ada di tangan ibu sehingga ayah menjadi kurang berusaha mendekatkan diri dan
mendengarkan sudut pandang anaknya (Stueve & Pleck, 2003).
Diantara tujuh item dari alat ukur keterlibatan ayah, terdapat item “mengetahui keberadaan”
dan “melewatkan peristiwa penting” yang tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan. Kedua item tersebut tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan karena
untuk saat ini kedua item tersebut dirasa sudah tidak relevan untuk mengukur keterlibatan
ayah. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini membuat dua individu yang sedang
berjauhan secara fisik bisa menjadi dekat karena semakin banyak jenis alat komunikasi yang
bisa digunakan untuk beinteraksi dengan individu lain. Dengan banyaknya jenis alat
komunikasi yang bisa digunakan, kedua item tersebut bisa langsung terpenuhi oleh ayah
hanya dengan menghubungi anak remajanya melalui alat komunikasi. Hal tersebut tentu
bukanlah apa yang dimaksud oleh Carlson (2006) ketika mengembangkan alat ukur tersebut.
Carlson mengembangkan alat ukur keterlibatan ayah berdasarkan komponen keterlibatan ayah
(Lamb, Pleck, Charnov, & Levine, 1985; 1987; Pleck, Lamb, & Levine, 1986) sehingga yang
dimaksud dengan dua item tersebut adalah interaksi secara langsung tidak hanya melalui
media alat komunikasi.
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan dukungan
sosial teman sebaya pada remaja yang bersekolah di SMA. Hasil temuan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan
dukungan sosial teman sebaya.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
18
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa saran untuk
memperbaiki metode penelitian jika hendak diulangi di waktu mendatang. Masih berkaitan
dengan keterlibatan ayah dan dukungan sosial, penelitian selanjutnya bisa meneliti hubungan
dukungan sosial ibu dan keterlibatan ayah karena beberapa literatur membahas kedua variabel
tersebut dengan cukup menarik. Dalam pengambilan sampel bisa ditambahkan jumlah
sekolah yang dijadikan sampel penelitian sehingga sampel yang didapatkan bisa lebih
merepresentasikan populasi, selain itu juga bisa mengambil sampel dari SMK sehingga
sampel penelitian bisa lebih diperluas menjadi SMA sederajat. Khususnya untuk
memperbesar kemungkinan mendapatkan data tentang ayah, proses pengambilan data bisa
dibuat web based sehingga para ayah yang sedang tidak ada di rumah atau yang memang
tinggal berjauhan dengan anaknya tetap bisa memberikan responnya.
Di sisi lain, penulis juga mengajukan beberapa saran menyangkut penerapan hasil penelitian
oleh elemen masyarakat. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi para
orangtua untuk berbagi peran dalam keluarga agar nantinya terbentuk dinamika keluarga yang
saling mendukung. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan acuan untuk memberikan
intervensi yang tepat kepada remaja yang terkait dengan kebutuhan atau permasalahannya
akan dukungan sosial. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
para ayah untuk bisa lebih berinteraksi secara langsung dengan anaknya tanpa melalui alat
komunikasi.
Kepustakaan
Bronte-Tinkew, J., Moore, K. A., & Carrano, J. (2006). The Father-Child Relationship, Parenting Styles, and Adolescent Risk Behaviors in Intact Families. Journal of Family Issues, Vol. 27, No. 6, 850-881.
Burns, A., & Dunlop, R. (1998). Parental Divorce, Parent-Child Relations, and Early Adult Relationships: A Longitudinal Australian Study. Personal Relationships, 5, 393-407.
Carlson, M. J. (2006). Family Structure, Father Involvement, and Adolescent Behavioral Outcomes. Journal of Marriage and Family, 68, 1, pg. 137-154.
Christine, C. (1985). "Good-enough’, Border-line, and "Bad-enough" Parenting. Dalam M. Adcock, & R. White, Good-enough parenting: a framework for assessment (hal. 60-100). London: British Association for Adoption and Fostering.
Cochran, M. M., & Brassard, J. A. (1979). Child Development and Personal Social Networks. Child Development, 50 (3), 601.
Costello, J., Pickens, L., & Fenton, J. (2001). Social Supports for Children and Families: A Matter of Connections. Chicago: Chapin Hall Centre for Children at the University of Chicago.
Crockenberg, S. B. (1987). Predictors and Correlates of Anger and Hostility of Adolescent. Child Development, 58, 964-975.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
19
Day, R. D., Evans, V. J., & Lamb, M. (1998). Social Fatherhood and Paternal Involvement: Conceptual, Data, and Policymaking Issues. Washington: U.S. Department of Health & Human Services.
DeSantis King, A. L., Huebner, S., Suldo, S. M., & Volois, R. F. (2006). An Ecological View of School Satisfaction in Adolescence: Linkages Between Social Support and Behavior Problems. Applied Research in Quality of Life, 1, 279-295.
Donato, K. M., Kanaiaupuni, S. M., & Stainback, M. (2003). Sex Differences in Child Health: Effects of Mexico-US Migration. Journal of Comparative Family Studies, 34 (3), 455-477.
Ducharme, J., Doyle, A. B., & Markiewicz, D. (2002). Attachment Security with Mother and Father: Association with Adolescents’ Reports of Interpersonal Behavior with Parents and Peers. Journal of Social and Personal Relationships, 19, 203-231.
Duckett, E., & Richards, M. H. (1996). Fathers' Time in Child Care and the Father-Child Relationship. Boston: Society for Research on Adolescence.
Dunst, C. J., Trivette, C. M., & Cross, A. H. (1986). Mediating Influences of Social Support: Personal, Family, and Child Outcomes. American Journal of Mental Deficiency, 90 (4), 403-417.
Eckert, P. (1989). Jocks and Burnouts: Social categories and identity in the High School. New York: Teachers College Press.
Fish, K. D., & Biller, H. B. (1973). Perceived Childhood Paternal Relationships and College Females' Personal Adjustment. Adolescence, 415-420.
Hanna, N. A., & Berndt, T. J. (1995). Relations between Friendship, Group Acceptance, and Evaluations of Summer Camp. Journal of Early Adolescents, 15, 456-475.
Harris, K. M., Furstenberg, F. F., & Marmer, J. K. (1998). Paternal Involvement with Adolescents in Intact Families: The Influence of Fathers Over the Life Course. Demography, 35 (2), 201-216.
Herzog, J. M. (2001). Father Hunger: Explorations with Adults and Children. New Jersey: Analytic Press. Hooven, C., Gottman, J. M., & Katz, L. F. (1995). Parental Meta-Emotion Structure Predicts Family and Child
Outcomes. Cognition and Emotion, 9 (2-3), 229-264. Kaltim Post. (2014, Maret 29). Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak. Diambil kembali dari Kaltimpost.co.id:
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/66668/peran-ayah-dalam-pengasuhan-anak.html Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2014). Pencarian Data Sekolah 2013/2014. Diambil kembali dari
Data Pokok Pendidikan Menengah: http://203.171.221.242/dapodikmen2013/index.php Lamb, M. E. (1987). Introduction: The Emergent American Father. Dalam M. E. Lamb, The Father’s Role:
Cross-Cultural Perspectives (hal. 3-25). New York: Wiley. Lamb, M. E., & Lewis, C. (2004). The Development and Significance of Father-Child Relationships in Two-
Parent Families. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 272-306). Hoboken: John Wiley and Sons.
Lamb, M. E., & Tamis-LeMonda, C. S. (2004). The Role of the Father: An Introduction. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 1-31). Hoboken: John Wiley and Sons.
Lamb, M. E., Pleck, J. H., Charnov, E. L., & Levine, J. A. (1985). Paternal Behavior in Humans. American Zoologist, 25: 883-894.
Lamb, M. E., Pleck, J. H., Charnov, E. L., & Levine, J. A. (1987). A Biosocial Perspective on Paternal Behavior and Involvement. Dalam J. B. Lancaster, J. Altman, & A. Rossi, Parenting Across the Lifespan: Biosocial Perspectives (hal. 11-42). New York: Academic Press.
Lieberman, M., Doyle, A., & Markiewicz, D. (1999). Developmental Patterns in Security of Attachment to Mother and Father in Late Childhood and Early Adolescence: Associations with Peer Relations. Child Development, 70 (1), 202-213.
Maine, M. (1991). Father Hunger: Fathers, Daughters and Food. California: Gurze Books. Malecki, C. K., & Demaray, M. K. (2003). What Type of Support Do They Need? Investigating Student
Adjustment as Related to Emotional, Informational, Appraisal, and Instrumental Support. School Psychology Quarterly, Vol. 18, No. 3, pp. 231-252.
Malecki, C. K., & Demaray, M. K. (2006). Social Support as a Buffer in the Relationship between Socioeconomic Status and Academic Performance. School Psychology Quarterly, Vol. 21, No. 4, pp. 375-395.
Malecki, C. K., Demaray, M. K., & Elliott, S. N. (2000). The Child and Adolescent Social Support Scale. DeKalb: Northern Illinois University.
McBride, B. A., Brown, G. L., Bost, K. K., Shin, N., Vaughn, B., & Korth, B. (2005). Paternal Identity, Maternal Gatekeeping, and Father Involvement. Family Relations, 54, 360-372.
McDowell, D. J., & Parke, R. D. (2009). Parental Correlates of Children’s Peer Relations: An Empirical Test of a Tripartite Model. Developmental Psychology, Vol. 45, No. 1, 224–235.
Mintz, S. (1997). From Patriarchy to Androgyny and Other Myths: Placing Men's Roles in Historical Perspective. Dalam A. Booth, & A. C. Crouter, Men in Families (hal. 100-130). Mahwah: Erlbaum.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014
20
Moren-Cross, J. L., & Lin, N. (2006). Social Networks and Health. Dalam R. H. Binstock, & L. K. George, Handbook of Aging and the Social Sciences (hal. 111-128). Burlington: Elsevier.
Paley, B., Conger, R. D., & Harold, G. T. (2000). Parents’ Affect, Adolescent Cognitive Representations, and Adolescent Social Development. Journal of Marriage and Family, 62 (3), 761-776.
Palkovitz, R. (2002). Involved Fathering and Child Development: Advancing our Understanding of Good Fathering. Dalam C. S. Tamis-LeMonda, & N. Cabrera, Handbook of Father Involvement: Multidisciplinary Perspectives (hal. 119-140). Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates.
Parke, R. (2002). Fathers and Families. Dalam M. Bornstein, Handbook of Parenting: Status and Social Conditions of Parenting (hal. Vol. 3, 27-63). Hillsdale: Lawerence Erlbaum Associates.
Parke, R. D., Dennis, J., Flyr, M. L., Morris, K. L., Killian, C., McDowell, D. J., & Wild, M. (2004). Fathering and Children’s Peer Relationships. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 307-340). Hoboken: John Wiley and Sons.
Perrin, P. B., Baker, J. O., Romelus, A. M., Jones, K. D., & Heesacker, M. (2009). Development, Validation, and Confirmatory Factor Analysis of the Father Hunger Scale. Psychology of Men and Masculinity, Vol. 10, No. 4, 314–327.
Pleck, J. H., & Hofferth, S. L. (2008). Mother Involvement as an Influence on Father Involvement with Early Adolescents. Fathering, 6 (3), 267-286.
Pleck, J. H., & Masciadrelli, B. P. (2004). Paternal Involvement by U.S. Residential Fathers: Levels, Sources, and Consequences. Dalam M. E. Lamb, The Role of the Father in Child Development (hal. 222-271). Hoboken: John Wiley and Sons.
Pleck, J. H., Lamb, M. E., & Levine, J. A. (1986). Epilog: Facilitating Future Change in Men’s Family Roles. Marriage and Family Review, 9:3-4, 11-16.
Santrock, J. W. (1998). Adolescence. Boston: The McGraw-Hill Companies. Stueve, J. L., & Pleck, J. H. (2003). Fathers’ Narratives of Arranging and Planning: Implications for
Understanding Paternal Responsibility. Fathering, Vol. 1, No. 1, 51-70. Suess, G. J., Grossman, K. E., & Sroufe, L. A. (1992). Effects of Infant Attachment to Mother and Father on
Quality of Adaptation in Preschool: From Dyadic to Individual Organisation of Self. International Journal of Behavioral Development, 15 (1), 43-65.
Tardy, C. H. (1985). Social Support Measurement. American Journal of Community Psychology, Vol. 13, No. 2, 187-202.
Updegraff, K. A., McHale, S. M., Crouter, A. C., & Kupanoff, K. (2001). Parents’ Involvement in Adolescents’ Peer Relationships: A Comparison of Mothers’ and Fathers’ Roles. Journal of Marriage and Family, 63, 655-668.
Volling, B. L., & Belsky, J. (1992). The Contribution of Mother-Child and Father-Child Relationships to the Quality of Sibling Interaction: A Longitudinal Study. Child Development, 63, 1209-1222.
Way, N. (1997). Father-Daughter Relationships in Urban Families. Washington: Society for Research in Child Development.
White, T. N. (2009). The Influence of Perceived Social Support from Parents, Classmates, and Teachers on Early Adolescents' Mental Health. South Florida: University of South Florida.
Youngblade, L. M., & Belsky, J. (1992). Parent-Child Antecedents of 5-Year-Olds' Close Friendships: A Longitudinal Analysis. Developmental Psychology, Vol. 28, No. 4, 700-713.
Hubungan antara …, Komang Bara Wedaloka., FPSI UI, 2014