Upload
others
View
22
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN (FEAR OF
SUCCESS) DENGAN KOMITMEN KERJA KARYAWAN PADA WANITA
KARIER YANG TELAH MENIKAH
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
TRI RATIH DEWI SETIADI
029114046
JURUSAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PEISTruJUANPIMB| NG
qTiXJNGAN AMARA XTTAI(tIIA'I A(AII I(ESO'XSESAN 'I'EI.IX OI7
- ,J[rocEls) DENGAN r(o|'IrrllEN (Ef,JA KT.RYAWAN PADA
WAIiITAIIIRIERYA]\'CTETJIff MENTKr|f,
. s.Pli, Msi Yosdrai!, tdEi20o7
S|diFi
{' (\ 'e\?uq6]MR E
#ffiitudlreql-, &** ^obu*-*m*tl
sLRrPSl
SI''UNGA}IANT'f,AICOIAKUTA!',|"KANKESIJI'SESAN ('E'f Of
.'t,Ic@I') DEIICAX KOMII!{EN (ET,'A XAIYAWAN PADA
W]|]qIA (ARIER YAI{C TEI,AS ME}IIKAS
rnl f,ATTH DE1WISEIIAI'I
Td
1.
2.
1
t_
s.Pt_ Msi
ii
?TNNYATAAN |.E"{SLIAN XABYA
s.tt Gnt{i,tm .L.ge *"gg"hqrE !.tn shipi tEls srqE tllis ili
tidd. !l@!t &ty. tu b.gie tey! deg hh terli ,rrg r.kh dir€tdad
driro ldln d! dda!!s.lo, !.n€!liM.lir.lor! lfFnEhi.
i."" $-tf" r,,ffi\ -EZffiu.31^T*F\-t""ri*,.*i
MOTTO
“Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
manusia” Kolose 3 : 23
“Song is not song until you sing it, Love is not love until you give it away”
-Annonymous-
v
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk
Tuhanku, Yesus Kristus Sang Juru Slamat
Papa dan mama tercinta yang dengan penuh kasih
memberikan dorongan dan doa.
Kakak-kakakku tersayang, makasi atas doanya.
Semua sahabat dan saudaraku..
Semua orang yang mengasihiku..
vi
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN DENGAN
KOMITMEN KERJA KARYAWAN TERHADAP PERUSAHAAN PADA
WANITA KARIER YANG TELAH MENIKAH
Tri Ratih Dewi Setiadi 029114046
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja pada wanita karier yang telah menikah. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja, dimana semakin tinggi tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of success) yang dialami oleh wanita, maka semakin rendah komitmen kerjanya terhadap perusahaan, sebaliknya semakin rendah tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of success), maka semakin tinggi komitmen kerjanya terhadap perusahaan. Subyek dalam penelitian ini adalah karyawati bank yang telah menikah dengan masa kerja minimal 1 tahun. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 60 orang. Data diperoleh dengan menggunakan skala ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan skala komitmen kerja. Daya diskriminasi dalam penelitian ini menggunakan batas nilai ≥ 0,3. Pada skala ketakutan akan kesuksesan (fear of success) diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,929, dan pada skala komitmen kerja diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,960. Untuk mengetahui hubungan antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja dilakukan dengan menggunakan Product Moment Pearson. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya korelasi negatif antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan komitmen kerja dengan koefisien korelasi (r) sebesar -0,710 dengan taraf signifikansi 0,01. Dilihat dari hasil penelitian yang diperoleh dapat dinyatakan bahwa hipotesis dari penelitian ini yang berbunyi ada hubungan negatif antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan komitmen kerja diterima.
vii
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN FEAR OF SUCCESS AND THE WORK
COMMITMENT OF EMPLOYEES TO A COMPANY FOR MARRIED
CARRIER WOMEN
Tri Ratih Dewi Setiadi 029114046
Faculty Of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta
The aim of this research is to see the relationship between the fear of success and the work commitment of employees to a company for married carrier women. This is a correlational research. The hypotesis inside has a negative between fear of success with work commitment, if the level of fear of success which women have becomes higher then the work commitment to their company will be lower, instead, if the level of fear of success is lower then the work commitment to company will be higher. The subjects of this research are married women who have worked in bank at least for one year. They are 60 persons. Data is got by using scale of fear of success and scale of work commitment. The discriminate power of this research uses the value ≥ 0,3. Reliability coefficient at 0,929 will be got at fear of success scale, and reliability coefficient at 0,960 will be got at work commitment scale. To know the relation between far of success and work commitment can be done by using Product Moment Pearson. The result of this research shows the negative correlation between fear of success and work commitment with correlation coefficient at -0,710 and significant standard 0,01. By that result, we can say that hypotesis of this research is there is a negative relation between fear of success and work commitment which is got.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberi rahmat dan
anugerahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana psikologi di Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki oleh penulis, sehingga
dengan bantuan dari berbagai pihaklah akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bpk. P. Eddy Suhartanto, S.Psi.,M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Titik Kristiani, S.Psi dan Bpk. C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi selaku
Dosen Pendamping Akademik penulis, terimakasih atas pendampingannya
selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
3. Pihak BPD Shinta Daya, BTN Syariah, Bank Nasional Indonesia (BNI) serta
Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang telah memberikan ijin penelitian kepada
penulis.
4. Ibu Endang, Mas Agus Purnomo, Mbak Agatha dan Mbak Aida yang telah
membantu penulis menyebarkan skala penelitian.
ix
5. Mas Gandung, Mbak Nanik dan Pak Gi di Sekretariat Psikologi, terima
kasih atas bantuannya kepada penulis selama penulis belajar di fakultas
Psikologi ini.
6. Mas Muji dan Mas Doni, terima kasih atas semua bantuannya.
7. Seluruh karyawati bank yang menjadi subyek penelitian, terima kasih atas
bantuannya serta kesediaannya mengisi skala dalam penelitian ini.
8. Papa Leo Setiadi, Mama Sri Juarni, Mama Asih, dan Ibu makasi banyak ya
pa, ma, atas dukungan dan cintanya, karena cinta dan dukungan kalian
semualah aku dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Kak Giri, Kak Harsono, Kak Irwan, Kak Lina, Kak Lena, Mbak Kris dan
A’Lukman, makasi atas dukungan dan penerimaannya, dan terima kasih
telah menjadi kakak yang baik untukku...
10. Mitha atas persahabatan dan persaudaraan yang telah kita bangun selama ±7
tahun. makasi telah menjadi saudara dan sahabat buat aku, ada disaat aku
jatuh dan butuh dukungan. Thank ya mit..Buat Tuk-tuk, makasi dah jadi
saudaraku selama ini, kapan kita doa bareng lagi sist..
11. Anak kos Zusi Arib : Evi, Kasis, Siska, Duma, Sie Coy, Lulu, Thea. Makasi
ya buat persaudaraan yang telah kita bangun bersama, berkat kalianlah aku
bisa bangkit dari kemalasanku mengerjakan skripsi ini..Buat Mili, Mameth,
Mba Tuti, Mbak Meli, Meme, Mbak Dewi, kangen ni ngumpul bareng
lagi,he..
12. RPJ cell : Tuk-tuk, Kak Jackline, Kak Uli, Kak Titin, bang Difi, bang Agus,
bang Roy, Andi, Christian, Robert, Michael, Hendro, Anto makasi buat
x
semuanya, berkat kalianlah aku dapat mengenal cinta akan Yesus Kristus.
Buat bang Roy, makasi ya dah mau nganterin aku kemanapun aku pergi..
13. El-Shaddai cell : Kak Ertim, Kak Esti, Alin, Kai2 makasi dah jadi saudara
yang sejati buat aku, ada di saat aku membutuhkan orang yang mau berdiri
buat aku, thanks sist, sori ya da banyak ngerepotin, aku akan selalu ingat
betapa berharganya Cammy dibandingkan diriku, hiks,he.. Buat Bang
Jeremy, Bang Berty, Bang Edi, Trisno, Dede, Paul, Kak Tina, Fera, Dame,
Tiur, Idel, Echa, Uli, Febi makasi buat persaudaraannya.
14. Teman-teman seperjuangan yang suka ngobrak ngabrik kamarku (Fista,
Tanti, Adjenk, Nopek, Thea, Trisa, Lia, Lita n’ Ucix), cayo semangat,
cepetan lulus biar cepet kawin☺.. thank ya dah jadi keluarga keduaku di Yk
dan atas semua masukan tentang skripsi ini, luv u all..
15. Imang Suarna, makasi dah mau nemenin aku dan atas semua yang telah
kamu lakukan buat aku, karena itu semua aku dapat belajar banyak hal dari
kamu..Buat Bli Yobi, makasi dah mau dengerin cerita-ceritaku dan semua
nasehat serta dorongannya..
16. Mas Hari dan Nanoet, makasi ya dah mau ngajarin aku tentang segala hal
dalam skripsi ini..
17. Teman-teman angkatan 2002 (Ina, Meme, Lisna, Yanti, Bona, Eyang, Suko,
Wawan, dll),semuanya yang ga bisa aku sebutin satu persatu, thanks buat
kebersamaannya..
18. Bapak Zainuri, Ibu Sri Suyatinah, Mbak Yusi, Arba, Irba, makasi atas
kekeluargaan yang dibangun dalam kost Zusi Arib
xi
19. Temen-temen KKNku : Dwi, Ima, Fai2, Lena, Tina, Mamas, Andre, dan
Mas Eka. makasi buat persaudaraan yang telah dibangun di dukuh Krapyak
Wetan. Buat Dwi, makasi ya da mau nganterin aku cari bank buat
penelitianku, cape ya wi,he..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu dengan segenap kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang
membangun untuk menunjang kesempurnaan skripsi ini.
Yogyakarta,
Penulis
Tri Ratih Dewi Setiadi
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Persetujuan........................................................................................ ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Pernyataan Keaslian Karya .............................................................................. iv
Halaman Motto ................................................................................................ v
Halaman Persembahan..................................................................................... vi
Abstrak ............................................................................................................. vii
Abstract ........................................................................................................... viii
Kata Pengantar ................................................................................................. ix
Daftar Isi .......................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran............................................................................................... xvi
Daftar Gambar.................................................................................................. xvii
Daftar Tabel......................................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH.............................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................. 6
C. TUJUAN PENELITIAN............................................................... 6
D. MANFAAT PENELITIAN........................................................... 6
xiii
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 8
A. KOMITMEN KERJA ................................................................... 8
1. Pengertian Komitmen Kerja ................................................ 8
2. Aspek Komitmen Kerja ....................................................... 10
3. Tahapan Terbentuknya Komitmen Kerja ........................... 12
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Kerja ......... 13
B. KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN (FEAR OF SUCCESS) . .15
1. Pengertian Ketakutan Akan Kesuksesan ............................. 15
2. Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan .................................... 18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ketakutan Akan Kesuksesan................................................ 20
4. Pengaruh Adanya Ketakutan Akan Kesuksesan.................. 22
C. WANITA KARIER....................................................................... 23
D. WANITA KARIER YANG TELAH MENIKAH ........................ 24
E. HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KESUKSESAN
(FEAR OF SUCCESS) DENGAN KOMITMEN KERJA ............ 27
F. HIPOTESIS................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 32
A. JENIS PENELITIAN .................................................................... 32
B. VARIABEL PENELITIAN .......................................................... 32
C. DEFINISI OPERASIONAL ......................................................... 32
D. LOKASI PENELITIAN................................................................ 34
xiv
E. SUBYEK PENELITIAN .............................................................. 34
F. METODE PENGUMPULAN DATA........................................... 35
G. VALIDITAS DAN RELIABILITAS............................................ 39
H. METODE ANALISIS DATA....................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 42
A. PERSIAPAN PENELITIAN......................................................... 42
B. DESKRIPSI SUBYEK.................................................................. 45
C. HASIL PENELITIAN................................................................... 46
D. PEMBAHASAN ........................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 58
A. KESIMPULAN ............................................................................. 58
B. SARAN ......................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN..................................................................................................... 65
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 SKALA UJI COBA/TRY OUT DAN PENELITIAN................ 65
Lampiran 2 DATA UJI COBA SKALA.........................................................66
Lampiran 3 RELIABILITAS SKALA........................................................... 79
Lampiran 4 DATA PENELITIAN................................................................. 94
Lampiran 5 UJI NORMALITAS...................................................................106
Lampiran 6 UJI LINEARITAS.....................................................................107
Lampiran 7 UJI HIPOTESIS.........................................................................109
Lampiran 8 SURAT KETERANGAN PENELITIAN..................................110
Lampiran 9 SURAT KETERANGAN PENELITIAN DARI BANK...........111
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Hubungan Ketakutan akan Kesuksesan (fear of success)
dengan Komitmen Kerja...................................................................30
Gambar 2 Scatter Plot ...................................................................................... 50
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Item-item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan
Sebelum Uji Coba............................................................................ 37
Tabel 2 Distribusi Item-item Skala Komitmen Kerja
Sebelum Uji Coba............................................................................ 39
Tabel 3 Distribusi Item-item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan
Setelah Uji Coba.............................................................................. 44
Tabel 4 Distribusi Item-item Skala Komitmen Kerja
Setelah Uji Coba.............................................................................. 45
Tabel 5 Distribusi Subyek berdasarkan Bank................................................ 46
Tabel 6 Distribusi Subyek berdasarkan Usia ................................................ 46
Tabel 7 Distribusi Subyek berdasarkan Lama Kerja .................................... 46
Tabel 8 Data Penelitian................................................................................. 46
Tabel 9 Norma Kategorisasi Ketakutan Akan Kesuksesan
dan Komitmen Kerja ....................................................................... 47
Tabel 10 Norma Kategorisasi Ketakutan Akan Kesuksesan ......................... 47
Tabel 11 Norma Kategorisasi Komitmen Kerja ............................................. 48
Tabel 12 Normalitas ....................................................................................... 49
Tabel 13 Linearitas ......................................................................................... 50
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan-perusahaan dewasa ini membutuhkan karyawan yang
setia kepada perusahaan mereka, yaitu karyawan yang
mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta
memperlakukan perusahaan seperti milik mereka sendiri (Dessler, 1984).
Adanya sumber daya manusia yang seperti itu dalam perusahaan dapat
memudahkan perusahan untuk mencapai tujuan yang ingin mereka capai.
Kontribusi yang optimal bagi perusahaan yang dilakukan oleh seorang
karyawan juga memberikan sumbangan yang besar bagi tercapainya tujuan
perusahan tersebut. Dengan kata lain adanya komitmen karyawan
terhadap perusahaan sangat penting nilainya bagi kelangsungan
perusahaan.
Komitmen itu sendiri didefinisikan sebagai rasa identifikasi
(kepercayaan terhadap nilai perusahaan), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi kepentingan perusahaan) dan loyalitas
(keinginan untuk tetap menjadi anggota dalam suatu perusahaan) yang
dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap perusahaan tempat ia bekerja
(Steers, 1985). Luthan (1995) juga mengemukakan bahwa komitmen
merupakan suatu sikap mengenai loyalitas seorang karyawan terhadap
perusahaan,dimana hal tersebut merupakan proses yang berlangsung terus-
1
2
menerus, dimana karyawan menunjukkan kepeduliannya terhadap
perusahaan, dan ini akan membawa pada keberhasilan dan keadaan yang
baik.
Hasil studi menunjukkan bahwa komitmen karyawan diduga
berperan dalam pembentukan suatu kultur organisasi yang kuat pada
perusahaan (Dehesihsari & Seniati, 2002). Selain itu komitmen kerja
karyawan yang tinggi juga dapat membawa dampak positif bagi
perusahaan, karena mereka cenderung akan terlibat dengan sungguh-
sungguh dalam perusahaan, berusaha kearah pencapaian tujuan perusahaan
serta memiliki keinginan untuk tetap bergabung dengan perusahaan dalam
jangka waktu yang lama, sebaliknya komitmen karyawan yang rendah
akan berdampak negatif bagi perusahaan, dimana selain rendahnya prestasi
kerja karena karyawan tidak bekerja dengan sungguh-sungguh, juga dapat
menimbulkan kerugian yang lebih besar lagi, misalnya adanya absensi,
pemogokan karyawan hingga turn over, dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa komitmen kerja karyawan mempengaruhi sikap dan
perilaku karyawan yang meliputi absensi, turn over, dan perilaku kerja
lainnya (Mathieu & Zajac, 1990). Dari pemaparan di atas dapat diketahui
bahwa komitmen karyawan sangat penting artinya bagi sebuah
perusahaan.
Menurut Mowday, Steers, dan Porter (Nortcraft dan Neale, 1990)
ada beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan, yaitu faktor
personal, faktor organisasi dan faktor non-organisasi. Faktor jenis kelamin
3
(gender) merupakan salah satu faktor personal yang mempengaruhi
komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan. Seniati (1996) dalam
penelitiannya mengenai komitmen karyawan di Jakarta menemukan
meskipun responden pria dan wanita memiliki skor komitmen kerja yang
tergolong cukup tinggi, namun karyawan pria memiliki skor komitmen
kerja yang secara signifikan lebih tinggi daripada karyawan perempuan.
Salah satu penyebab adanya perbedaan komitmen kerja antara karyawan
pria dan wanita adalah adanya ketakutan akan kesuksesan (fear of success)
dalam diri wanita. Hal ini disebabkan karena ketakutan akan kesuksesan
itu sendiri lebih sering terjadi pada wanita karena perasaan bahwa berhasil
dalam karier akan merusak citra mereka bahkan mengarah ke situasi
penolakan sosial (Hurlock, 1980). Menurut Sigmund Freud (Ancok, 2004),
sifat wanita yang lemah lembut, keibuan dan feminin akan menjadi rusak
bila dia memilih untuk mengembangkan kariernya, selain itu individu
yang mengalami ketakutan akan kesuksesan (fear of success) menurut
Adelson (Eriany & Sukarti, 1994) cenderung akan menetapkan tujuan-
tujuan yang mudah dicapai dan hanya berusaha untuk mencapai tujuan
tersebut.
Walaupun pada masa sekarang ini kesempatan bagi wanita untuk
bekerja di berbagai bidang pekerjaan semakin terbuka luas, serta adanya
gerakan emansipasi wanita dimana wanita memiliki kesempatan yang
sama untuk menduduki berbagai jabatan serta mengenyam pendidikan
setinggi-tingginya seperti kaum pria, namun gerakan ini juga membawa
4
situasi dilematis bagi wanita karier di Indonesia. Di satu sisi wanita
Indonesia dituntut untuk berperan dalam semua sektor, tetapi di sisi lain
muncul pula tuntutan agar wanita tidak melupakan kodrat mereka sebagai
perempuan. Mereka merasa terpanggil untuk mendarmakan bakat dan
keahliannya bagi perkembangan bangsa dan negara mereka, namun
mereka juga dihantui oleh opini yang ada dalam masyarakat yang melihat
bahwa perempuan karier/ibu karier sebagai salah satu sumber
ketidakberhasilan pendidikan anak-anak mereka (Soetrisno, 1997).
Selain itu masih sering pula terdengar bahwa wanita lebih memilih
berhenti bekerja atau berhenti kuliah, terutama setelah berkeluarga. Ada
berbagai alasan yang dikemukakan atas tindakan ini. Salah satunya adalah
untuk menjalankan kodrat alam, yaitu menjadi istri dan ibu yang baik.
Alasan tersebut sebenarnya merupakan alasan yang sangat mulia, namun
ada pula yang berpendapat bahwa alasan ini semata-mata muncul karena
wanita tidak ingin kehilangan feminitasnya, kehilangan penghargaan
sebagai seorang wanita yang feminin, serta ditolak lingkungan sosialnya.
Secara keseluruhan, ketiga hal tersebut merupakan konsekuensi negatif
yang diperkirakan wanita jika ia terlihat berprestasi dalam pekerjaan atau
pendidikan (Kompas, 20 Oktober 2003).
Tanpa disadari masyarakat masih mengharapkan wanita lebih
mengutamakan keluarganya daripada karier pribadinya, selain itu sering
kali masyarakat juga berusaha mencari bukti bahwa wanita yang sukses
dalam pekerjaannya akan memiliki keluarga yang tidak sukses, dalam
5
artian bahwa hubungan dengan suami dan anak-anaknya tidak harmonis,
pendidikan anak terlantar, dan berbagai contoh kegagalan lainnya
(Kompas, 20 Oktober 2003). Menurut Sarlito walaupun wanita sudah
dididik dan disekolahkan setinggi mungkin dan selalu diberi tahu agar
tidak terlalu bergantung pada pria, pada prakteknya tetap saja mereka
dharapkan menikah, mempunyai suami dan anak-anak, dan kembali lagi
ke dapur. Seakan-akan menjadi istri dan ibu yang baik adalah satu-satunya
tolak ukur kesuksesan wanita. Mudah dipahami jika banyak wanita takut
meraih sukses yang lain, jika itu berarti menghambat fungsinya sebagai
istri dan ibu, walaupun ia calon profesor atau calon manajer (Femina, 27
Januari-2Februari 2005).
Adanya kecenderungan takut akan kesuksesan dalam diri wanita
karena akan diterimanya konsekuensi negatif pada dirinya serta
kecenderungan bahwa umumnya wanita yang telah menikah dan bekerja di
luar rumah mengalami bahwa karier suami harus didahulukan (Hurlock,
1980) menjadi dasar penulis untuk mengadakan penelitian mengenai ada
tidaknya hubungan antara ketakutan akan kesuksesan dengan komitmen
kerja karyawan pada wanita karier yang telah menikah, mengingat pula
pada saat sekarang ini kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai
bidang pekerjaan semakin terbuka luas, dan banyaknya perusahaan yang
memakai tenaga kerja wanita.
6
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut “apakah ada
hubungan antara ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dengan
komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan pada wanita karier yang
telah menikah?”
B. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara ketakutan akan kesuksesan ( fear of success ) dengan
komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan pada wanita karier yang
telah menikah.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
berfungsi sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian baru yang relevan dengan Psikologi Industri dan Organisasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi serta dapat
memberikan masukan bagi perusahaan yang banyak menggunakan tenaga
kerja wanita untuk lebih dapat memahami mengenai adanya
7
kecenderungan takut akan sukses (fear of success) dalam diri wanita,
sehingga perusahaan dapat mengelola sumber daya wanita secara optimal
dan efektif.
b. Bagi Wanita yang Bekerja
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman baru bagi
wanita mengenai adanya kecenderungan ketakutan akan kesuksesan (fear
of success) dalam dirinya, sehingga mereka diharapkan mampu
mengendalikan dan sedapat mungkin meminimalkan rasa takutnya dalam
mencapai kesuksesan, jangan sampai rasa takut akan sukses tersebut
menghambat mereka untuk mengaktualisasikan dirinya, khususnya di
perusahaan tempat mereka bekerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Komitmen Kerja
1. Pengertian Komitmen Kerja
Komitmen seseorang terhadap perusahaan dalam dunia kerja
seringkali menjadi isu yang sangat penting. Begitu pentingnya hal tersebut,
sampai-sampai beberapa perusahaan berani memasukkan unsur komitmen
sebagai salah satu syarat untuk memegang suatu jabatan/posisi yang
ditawarkan dalam iklan-iklan lowongan kerja. Pemahaman mengenai arti
dari komitmen itu sendiri sangatlah penting agar tercipta kondisi kerja
yang kondusif sehingga perusahaan dapat berjalan secara efisien dan
efektif (Kuntjoro, 2002).
Porter (Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen kerja sebagai
kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan
keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Hal ini dapat ditandai
dengan tiga hal, yaitu :
a. Penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan perusahaan
b. Kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh atas
nama perusahaan
c. Keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam perusahaan
(menjadi bagian dalam perusahaan)
8
9
selain itu, Steers (Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen kerja sebagai
rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai – nilai perusahaan),
keterlibatan (kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan
perusahaan) dan loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota
perusahaan yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai
terhadap perusahaan. Steers juga berpendapat bahwa komitmen kerja
merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan, nilai-
nilai, dan sasaran perusahaannya. Komitmen kerja artinya lebih dari
sekedar keanggotan formal, karena meliputi sikap menyukai perusahaan
dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi
kepentingan perusahaan demi pencapaian tujuan. Mc Shane & Glinow
(2005) mengartikan komitmen kerja sebagai keterikatan emosional
karyawan terhadap perusahaan untuk mengidentifikasikan diri dan terlibat
dalam perusahaan serta menjadi bagian dalam perusahaan tersebut,
sedangkan Staw (1991) mendefinisikan komitmen kerja sebagai ikatan
psikologis antara individu dengan perusahaan yang meliputi keterlibatan
kerja, loyalitas serta keyakinan karyawan terhadap perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
komitmen kerja karyawan adalah suatu kondisi dimana seorang karyawan
memiliki keterikatan dengan perusahaan tempat mereka bekerja, yang
dinyatakan dalam keinginannya untuk aktif berpartisipasi dalam
perusahaan, memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
10
kepentingan perusahaan, serta memiliki keinginan untuk tetap bekerja di
perusahaan tersebut karena adanya kesesuaian nilai dan tujuan.
2. Aspek komitmen kerja
Komitmen kerja memiliki tiga aspek utama, yaitu :
a. Identifikasi, terwujud dalam bentuk kepercayaan karyawan terhadap
perusahaan, yang dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan
perusahaan, sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para karyawan
ataupun dengan kata lain perusahaan memasukkan pula kebutuhan dan
keinginan pegawai dalam tujuan perusahaan. Hal ini akan membuahkan
suasana saling mendukung antara karyawan dengan perusahaan. Lebih
lanjut, suasana tersebut akan membawa karyawan dengan rela
menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan perusahaan, karena
karyawan menerima tujuan perusahaan yang dipercayai telah disusun
demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka pula (Pareek, 1994 : 113).
b. Keterlibatan atau partisipasi pegawai sangat penting untuk diperhatikan
karena adanya keterlibatan pegawai menyebabkan mereka bersedia dan
senang bekerjasama baik dengan pimpinan maupun dengan sesama
teman kerja serta memiliki kesediaan untuk menyumbangkan usaha dan
kontribusinya bagi kepentingan perusahaan. Disamping itu, dengan
melakukan hal tersebut mereka dapat merasakan bahwa mereka diterima
sebagai bagian yang utuh dari perusahaan, dan konsekuensi lebih lanjut,
mereka merasa wajib untuk melaksanakan bersama apa yang telah
11
diputuskan karena adanya rasa keterikatan dengan apa yang mereka
ciptakan (Kuntjoro, 2002).
c. Loyalitas pegawai terhadap perusahaan memiliki makna kesediaan
seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan perusahaan, jika
perlu dengan mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa
mengharapkan apapun (Wignyo-Soebroto, 1987). Kesediaan karyawan
untuk mempertahankan diri bekerja dalam perusahaan adalah hal yang
penting dalam menunjang komitmen kerja karyawan. Hal ini dapat
diupayakan bila pegawai merasakan adanya keamanan dan kepuasan di
dalam perusahaan tempat ia bergabung untuk bekerja.
Schultz & Schultz (1990) mengungkapkan bahwa komitmen kerja
memiliki 3 aspek, yaitu : (a) menerima nilai dan tujuan perusahaan, (b)
bersedia berusaha dengan keras untuk perusahaan, dan (c) memiliki
keinginan untuk tetap tinggal dalam perusahaan.
Tiga aspek komitmen kerja yang serupa juga dikemukakan oleh
Luthan (1995), yang terdiri dari : (a) keinginan yang kuat untuk tetap
menjadi anggota perusahaan, (b) kesediaan untuk berusaha keras demi
kepentingan perusahaan, serta (c) keyakinan yang kuat serta menerima
nilai dan tujuan perusahaan.
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen kerja
memiliki 3 aspek, yaitu :
a. Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan, meliputi
kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri bekerja dalam
12
perusahaan serta untuk melanggengkan hubungannya dengan
perusahaan, selain itu ia juga merasakan adanya keamanan dan kepuasan
di dalam perusahaan tempat ia bergabung untuk bekerja.
b. Kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan, meliputi
kesediaan karyawan untuk menyumbangkan usaha dan kontribusi bagi
kepentingan perusahaan dan merasa wajib untuk melaksanakan bersama
apa yang telah diputuskan (peduli pada masa depan perusahaan) serta
senang bekerjasama baik dengan pimpinan maupun dengan sesama
teman kerja.
c. Keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan,
meliputi adanya dukungan karyawan terhadap perusahaan dan
penerimaan nilai dan tujuan perusahaan oleh karyawan yang dipercayai
telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi mereka serta merasa
bahwa bekerja di dalam perusahaan adalah hal yang terbaik bagi mereka.
3. Tahapan Terbentuknya Komitmen Karyawan Terhadap Perusahaan
Menurut Staw (1991), ada 3 tahap terbentuknya komitmen karyawan
terhadap perusahaan, yaitu :
a. Compliance, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh
dari perusahaan, terutama mendapatkan sesuatu dari perusahaan
tempat ia bekerja, seperti gaji.
b. Identification, merupakan tahap dimana individu menerima pengaruh
dari perusahaan dengan tujuan untuk mempertahankan kepuasan.
13
c. Internalization, merupakan tahap dimana individu menemukan nilai-
nilai perusahaan, dimana pada hakekatnya menguntungkan dan sama
dengan nilai pribadinya.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Kerja
Luthan (1995) mengungkapkan ada tiga faktor yang mempengaruhi
komitmen, yaitu :
a. Faktor personal, meliputi umur, masa jabatan dalam perusahaan, dan
penempatan
b. Faktor organisasi, meliputi bentuk kerja dan gaya kepemimpinan dari
seorang pimpinan
c. Faktor non-organisasi, meliputi ketersediaan alternatif pekerjaan
setelah individu membuat pilihan untuk bergabung dalam suatu
perusahaan, dimana hal tersebut akan mempengaruhi komitmen
individu selanjutnya
Hal senada juga dikemukakan oleh Mowday, Steers, dan Porter
(Northcraft dan Neale, 1990) dimana ada beberapa faktor yang
mempengaruhi komitmen kerja, yaitu :
a. Faktor personal, yang paling utama dalam faktor ini adalah seberapa
potensial ikatan organisasi yang dibawa ketika seseorang bekerja
pada hari pertama. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi
komitmen kerja karyawan adalah usia, pengalaman kerja,
pendidikan, jenis kelamin (gender), dimana perbedaan peran antara
14
pria dan wanita ini menimbulkan adanya perbedaan karakteristik
pada pria dan wanita dalam segala hal, termasuk dalam hal karier,
yang mana menurut Sigmund Freud (Ancok, 2004) sifat wanita yang
lemah lembut, keibuan dan feminin akan menjadi rusak bila dia
memilih untuk mengembangkan kariernya, oleh karena itu wanita
memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengalami
ketakutan akan kesuksesan (fear of success), karena jika ia sukses
dalam kariernya ia akan menerima konsekuensi negatif dari
masyarakat.
b. Faktor organisasi, seperti lingkungan kerja yaitu umpan balik,
otonomi, tantangan dan arti pekerjaan dapat meningkat keterlibatan
karyawan terhadap pekerjaannya. Kemampuan berpartisipasi serta
aktif dalam pengambilan keputusan kerja juga dapat memberi
pengaruh pada level komitmen, selain itu konsistensi antara kerja
kelompok dan tujuan perusahaan akan meningkatkan komitmen yang
mengarah pada tujuan perusahaan.
c. Faktor non-organisasi, faktor terpenting dalam faktor non-organisasi
yang dapat mempertinggi komitmen adalah ketersediaan alternatif
lowongan pekerjaan lain setelah karyawan menentukan pilihan untuk
bergabung pada suatu perusahaan.
Menurut Schultz & Schultz (1990) faktor personal dan faktor
organisasi dapat meningkatkan komitmen kerja karyawan terhadap
perusahaan. Dimana karyawan yang berusia tua, yang telah bekerja dalam
15
perusahaan lebih dari dua tahun dan memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi cenderung memiliki komitmen yang kuat terhadap perusahaan.
Selain itu karyawan yang berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai
ilmuwan, teknisi atau specialist menunjukkan komitmen kerja yang
rendah. Begitu juga dengan karyawan yang kariernya cenderung stabil,
yang menempati posisi yang sama dalam lima tahun dan memiliki
kesempatan promosi yang rendah cenderung menunjukkan komitmen kerja
yang datar.
Faktor-faktor organisasi berhubungan pula dengan komitmen yang
tinggi, meliputi perluasan kerja, otonomi, kesempatan untuk menunjukkan
kemampuan dan keterampilan dalam sebuah pekerjaan, dan sikap positif
dalam lingkup kerja kelompok. Faktor-faktor lain yang mungkin termasuk
dalam komitmen organisasi adalah rencana pensiun, jumlah anak yang
sekolah, kepemilikan rumah, dan hubungan dalam suatu komunitas.
A. Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of Success)
1. Pengertian Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of Success)
Istilah takut sukses ini pertama kali diketemukan di Amerika Serikat
oleh Martina Horner pada tahun 1965 untuk membahas hasil penelitian
McCleland mengenai banyaknya wanita yang kurang berprestasi
dibandingkan pria. Ia menduga bahwa berprestasi di banyak bidang
merupakan sesuatu yang tidak pantas atau tidak biasa bagi wanita, dimana
wanita yang berprestasi di satu bidang mungkin akan merasa kehilangan
16
femininitasnya. Selain itu, sukses bagi wanita juga memiliki pengalaman
yang ambivalen, yang mana di satu sisi sukses memiliki konsekuensi positif
terhadap harga diri dan penghargaan dari lingkungan, akan tetapi di sisi lain
sukses juga memiliki konsekuensi negatif terhadap kenyataan atau bayangan
bahwa ia akan mendapat celaan dari orang lain karena ia menjadi tidak
feminin. Dimana jika konsekuensi negatif dirasa muncul lebih banyak dari
konsekuensi positif, maka hal tersebut dapat menyebabkan motivasi untuk
berprestasi menjadi rendah (Lips, 2005).
Horner sendiri mengawali penelitiannya dengan mengetes 90 wanita
dan 88 pria di Universitas Michigan, dan dari semakin banyaknya data yang
masuk, ia menemukan tingginya presentase wanita yang mengalami fear of
success, dan jauh lebih banyak wanita daripada pria, sehingga akhirnya
masalah itu sedikit banyak dianggap lazim pada psikis wanita. Dalam
penelitian ini 65% wanita menganggap bahwa keberhasilan dapat
memberikan konsekuensi negatif bagi dirinya, konsekuensi negatif ini
mencakup pula ketakutan akan mengalami penolakan sosial, atau kehilangan
‘kelayakan’ sebagai teman kencan atau pasangan hidup, dan takut akan
terkucilkan, kesepian atau tidak bahagia. Dan hanya 10% pria yang
merespon secara negatif mengenai keberhasilannya (Dowling, 1989).
Sebenarnya tidak ada alasan untuk percaya bahwa wanita dan pria
memiliki motivasi dasar untuk meraih kesuksesan yang berbeda. Akan
tetapi, hasil penelitian mengenai konsep fear of success menunjukkan
dengan jelas bahwa individu sangat sensitif terhadap konsekuensi sosial atas
17
perilaku berprestasi dan beberapa konsekuensi dipersepsikan berbeda untuk
wanita dan pria dalam situasi tertentu. Persepsi institusional dan rintangan
sosial membuat adanya perbedaan tanggapan terhadap perilaku berprestasi
dari wanita dan pria (Lips, 2005).
Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) itu sendiri menurut
Horner (Shaw & Constanzo, 1982) adalah bentuk motif menghindari sukses
yang berkaitan dengan dugaan adanya konsekuensi negatif seperti penolakan
sosial dan/atau merasa tidak feminin sebagai akibat dari kesuksesan yang
diperolehnya. Selain itu Horner (Dowling, 1989) juga mengatakan bahwa
ketakutan akan kesuksesan ini merupakan keadaan yang tidak disadari dan
diduga berasal dari proses sosialisasi yang dilakukan yang membuat wanita
mengantisipasi adanya konsekuensi negatif dari lingkungannya. Antisipasi
ini menyebabkan wanita menjadi cemas ketika akan mendapatkan
kesuksesan, sehingga mereka lebih memilih untuk membidik ke sasaran
yang jauh di bawah taraf prestasi mereka yang alamiah.
Lebih jauh Horner mengungkapkan bahwa justru wanita yang paling
ingin berprestasi dan paling mampu berprestasilah yang paling menderita
fear of success (Dowling, 1989). Ketakutan akan kesuksesan ini merupakan
salah satu penghambat motivasi wanita untuk berprestasi. Dimana
sebenarnya ketakutan akan kesuksesan ini merupakan hasil dari adanya
konflik antara motif berprestasi (motif untuk mencapai sesuatu berdasarkan
standar keunggulan tertentu) dan motif afiliasi (motif untuk dekat dengan
orang lain).
18
Pada kebanyakan masyarakat, wanita pada umumnya lebih dituntut
untuk menampilkan motif afiliasi dalam bentuk lebih dekat dan lebih
memperhatikan orang lain dibandingkan menampilkan motif berprestasi
dalam pekerjaan di luar rumah. Karena itu, sering kali wanita merasa lebih
penting untuk mencapai keberhasilan dalam bidang rumah tangga serta
dalam pekerjaan tradisional wanita. Selain itu mereka juga khawatir bahwa
keberhasilannya dalam dunia kerja justru akan menimbulkan konflik,
sehingga untuk menghindari kondisi tersebut, banyak wanita yang akhirnya
sudah merasa puas hanya dengan bekerja sekedar memperoleh penghasilan
tanpa terlalu mempersoalkan peningkatan prestasi ataupun keberhasilan
dalam karier. Mereka tidak ingin gagal. Namun juga tidak mau mencapai
prestasi yang optimal (Stefani,dkk, 2000).
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketakutan akan
kesuksesan (fear of success) adalah motif menghindari kesuksesan yang
banyak dialami oleh wanita karena adanya dugaan akan diterimanya
konsekuensi negatif dari masyarakat berupa penolakan sosial atau merasa
tidak feminin atas kesuksesan yang ia raih.
2. Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of Success)
Menurut Horner (Miniatrix, 2003) terdapat tiga aspek yang
memberikan gambaran mengenai fear of success, yaitu :
19
a. Kategori pertama dan paling utama adalah ketakutan akan penolakan
sosial termasuk ketakutan akan kehilangan teman dan dukungan pria
sebagai akibat dari kesuksesan wanita
b. Kategori kedua berhubungan dengan kenormalan seseorang yang
dipandang sebagai pendukung adanya ketakutan internal, ragu-ragu dan
merasa bersalah
c. Kategori ketiga merupakan pengingkaran yaitu dengan menganggap
bahwa kesuksesan yang diperoleh disebabkan faktor keberuntungan.
Kesuksesan justru menimbulkan adanya ketidaknyamanan, dianggap
tidak lazim atau tidak pantas sehingga wanita menghindarinya.
Shaw dan Costanzo (1982) mengungkapkan 3 komponen fear of
success, yaitu (1) ketakutan akan kehilangan feminitas, (2) ketakutan akan
kehilangan penghargaan sosial, (3) ketakutan akan penolakan sosial.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3
komponen dari ketakutan akan kesuksesan (fear of success), yaitu (a)
ketakutan akan kehilangan feminitas, dimana kesuksesan dianggap tidak
lazim/tidak pantas bagi wanita dan menganggap bahwa kesuksesan yang ia
raih disebabkan karena faktor keberuntungan, (b) ketakutan akan kehilangan
penghargaan sosial, dimana kesuksesan dihubungkan dengan kenormalan
seseorang dalam lingkungan masyarakat (c) ketakutan akan penolakan
sosial, meliputi ketakutan wanita akan kehilangan teman dan dukungan
suami.
20
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketakutan Akan Kesuksesan
Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya perlakuan dari lingkungan, dimana menurut
Maccoby (Suhapti, 1995) terdapat adanya perbedaan perilaku pada
perempuan dan laki-laki, dan ini timbul bukan karena faktor bawaan yang
dibawa sejak lahir, tetapi terbentuk lebih disebabkan karena faktor budaya
masyarakat, dimana terdapat perbedaan perlakuan yang diterima perempuan
dan laki-laki sejak awal masa perkembangan (masa kanak-kanak). Dowling
(1989) berpendapat bahwa sejak kecil wanita diajarkan untuk mempercayai
bahwa sebagai wanita ia tidak bisa berdiri sendiri dan membutuhkan
perlindungan. Selain itu menurut Sarlito (Femina, 2005) secara tradisional
wanita dididik sejak kecil untuk lebih mendahulukan laki-laki (ayah atau
kakak), sehari-hari ia melihat ibu melayani dan menunggu ayah pulang
untuk makan malam. Dalam bukunya, Success and the Fear of Success in
Women : A Development and Psychodynamic Perspektives, Krueger (dalam
Femina, 2005) mengatakan bahwa anak perempuan selalu mendapat kasih
sayang ayah jika ia berlaku submitif (merendah, menerima) dan tradisional,
tetapi ia selalu mendapat reaksi negatif dari ayah, jika ia terlalu agresif (aktif
menyatakan kehendaknya), perlakuan lingkungan seperti ini, secara tidak
sadar dapat berpengaruh pada diri wanita tersebut sehingga menjadi wanita
yang kurang mandiri.
Menurut Dowling (1992) konflik mengenai wanita bekerja berkaitan
sangat erat dengan kelas sosial. Dalam penelitian horner, wanita yang paling
21
terganggu atau risau karena kemungkinan keberhasilan di masa depan
cenderung berasal dari keluarga menengah dan menengah atas dengan ayah
yang berhasil. Di keluarga ini para ibu tidak bekerja sama sekali atau bekerja
dengan cara yang tidak terlalu terikat dan profesional.
Wanita yang tidak terlalu cemas karena keberhasilan berasal dari
keluarga kelas yang lebih bawah dengan para ibu yang kerap lebih
berpendidikan daripada suami mereka, dan yang biasanya telah bekerja di
sepanjang masa hidup mereka. Anak-anak perempuan dari para ibu yang
seperti ini tidak mengalami konflik antara prestasi dan femininitas karena
mereka dibesarkan dengan melihat kedua hal ini terintegrasi dengan baik
dalam diri ibu mereka (Dowling, 1992).
Selain itu menurut teori yang lebih berbasis kesadaran (kognisi) dan
sosial (teori psikososial) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai
dorongan untuk maju. Dorongan untuk maju tersebut dapat terhambat oleh
ketakutan akan kesuksesan yang bersumber pada ada atau tidaknya
dukungan sosial terhadap dirinya. Dimana, seseorang akan jauh dari fear of
success jika ia percaya diri. Menurut Sarlito, kepercayaan diri timbul jika ia
dipercaya oleh orang lain di sekitarnya, khususnya yang terdekat, seperti
orang tua, kerabat, teman, guru dan atasan. Hasil penelitian juga
membuktikan bahwa wanita yang didukung oleh mitra prianya, termasuk
ayah dan suami, akan lebih maju daripada wanita yang tidak mendapat
dukungan seperti itu (Femina, 27 Januari-2Februari 2005).
22
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of
success) yang dialami oleh wanita, yaitu perlakuan dari lingkungan, pola
asuh orang tua, konsep peran jenis, kelas sosial serta ada tidaknya dukungan
sosial terhadap dirinya.
4. Pengaruh Adanya Ketakutan akan Kesuksesan (fear of success)
Hasil dari beberapa penelitian mengenai ketakutan akan kesuksesan
menunjukkan adanya simptom fear of success (Nanik, 1995), yaitu : (a)
perasaan rendah diri sehingga individu menjadi mudah dipengaruhi,
menghindari tantangan, menentukan standar yang rendah untuk diri sendiri,
(b) sulit melakukan kegiatan yang kompetitif, (c) menganggap keberhasilan
sebagai suatu keberuntungan, bukan karena kemampuan yang dimiliki, (d)
menyalahkan diri sendiri bila terjadi kegagalan (e) tidak berani mengambil
resiko, (f) takut melakukan kesalahan atau melakukan hal yang tidak tepat,
(g) mudah menyerah, (h) jarang bersikap tegas dalam mempertahankan diri.
Selain itu, menurut Adelson (dalam Eriany & Sukarti, 1994) akibat
dari adanya ketakutan akan kesuksesan adalah kurangnya usaha untuk
menyelesaikan tugas dengan baik dan mereka juga akan menetapkan tujuan-
tujuan yang mudah dicapai dan hanya berusaha untuk mencapai tujuan
tersebut.
23
B. Wanita Karier
Menurut Gibson, Ivacevich, dan Donnelly (dalam Stefani, dkk, 2000)
orang yang berkarier diartikan sebagai orang bergerak maju dan meningkat
dalam pekerjaan yang dipilihnya. Bergerak maju dalam hal-hal seperti
kebutuhan, tuntutan gaji yang lebih besar, tanggung jawab yang lebih banyak,
mendapatkan status, dan kekuasaan yang lebih banyak. Selain itu menurut
Anoraga (1992) wanita karier adalah wanita yang memperoleh atau
mengalami perkembangan dalam pekerjaan, jabatan dan lain-lain, dan untuk
mencapai perkembangan dan kemajuan tersebut diperlukan adanya kerja keras
dalam bekerja. Dimana menurutnya, istilah wanita karier sering disebut juga
dengan istilah wanita bekerja. Berdasarkan pengertian tersebut, wanita karier
dapat diartikan sebagai wanita yang terlibat dalam suatu bidang pekerjaan
yang memberikan peluang kepadanya untuk maju dan berkembang dalam
pekerjaannya serta meningkatkan jabatannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Adapun beberapa motif yang mendasari kebutuhan wanita untuk berkarier
menurut Rini (2002) di antaranya adalah:
1. Kebutuhan finansial
Seringkali kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan mendesak
membuat suami dan istri harus bekerja untuk bisa mencukupi kebutuhan
sehari-hari. Kondisi tersebut membuat sang istri tidak punya pilihan lain
kecuali ikut mencari pekerjaan di luar rumah.
2. Kebutuhan sosial-relasional
24
Ada pula ibu-ibu yang tetap memilih untuk bekerja karena
mempunyai kebutuhan sosial relasional yang tinggi, dan tempat kerja
mereka sangat mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri mereka,
tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan sosial, akan adanya identitas
sosial yang diperoleh melalui komunitas kerja. Faktor psikologis seseorang
serta keadaan internal keluarga, turut mempengaruhi seorang ibu untuk tetap
mempertahankan pekerjaannya.
3. Kebutuhan aktualisasi diri
Bekerja adalah salah satu sarana atau jalan yang dapat dipergunakan
oleh manusia dalam menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya,
berkreasi, mencipta, mengekspresikan diri, mengembangkan diri dan orang
lain, membagikan ilmu dan pengalaman, menemukan sesuatu, menghasilkan
sesuatu, serta mendapatkan penghargaan, penerimaan, prestasi adalah bagian
dari proses penemuan dan pencapaian kepenuhan diri. Kebutuhan akan
aktualisasi diri melalui profesi ataupun karir merupakan salah satu pilihan
yang banyak diambil oleh para wanita di jaman sekarang ini, terutama
dengan makin terbukanya kesempatan yang sama pada wanita untuk meraih
jenjang karir yang tinggi.
D. Wanita Karier Yang Menikah
Menurut Gilarso (2003) pernikahan adalah persekutuan hidup antara
seorang pria dan seorang wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang total
dengan persetujuan bebas dari kedua belah pihak yang tidak dapat ditarik
25
kembali. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,
menikah berarti mengadakan perjanjian untuk membentuk rumah tangga
dengan resmi antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sesuai dengan
peraturan agama maupun peraturan negara.
Bukanlah sesuatu yang mudah untuk menjalani suatu pernikahan.
Dalam suatu ikatan pernikahan, membutuhkan adanya penyesuaian dari
masing-masing pihak. Sama seperti meningkatnya jumlah kesempatan
pekerjaan, membuat pilihan pekerjaan dan penyesuaian yang lebih cocok dan
disukai menjadi sulit, begitu juga dengan banyaknya model keluarga
menjadikan proses penyesuaian hidup sebagai suami isteri menjadi sulit.
Menurut Hurlock (1980) ada 4 pokok yang paling umum dan paling penting
bagi kebahagian perkawinan, yaitu penyesuaian dengan pasangan,
penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan dan penyesuaian dengan keluarga
dari pihak masing-masing pasangan.
Kesulitan akan semakin dirasakan oleh isteri yang bekerja, dimana
akan banyak situasi yang dapat membuat adanya perselisihan dalam rumah
tangga yang dibinanya, apabila seorang isteri bekerja karena perlu tambahan
keuangan guna menunjang keuangan keluarga, maka suaminya akan merasa
lebih rendah dan kurang enak, suami sering menunjukkan rasa marah. Apabila
dia bekerja karena mempunyai keinginan untuk mengembangkan kariernya
atau untuk mencari simbol status demi diri dan keluarganya, sebagai akibatnya
mungkin suami akan marah, karena ia merasa tidak dapat memuaskan
keinginan isterinya. Bisa juga sang suami marah karena ia harus
26
bertanggungjawab terhadap sebagian dari pekerjaan rumah tangga yang tidak
dapat ia hindari karena sementara itu sang isteri sering bekerja di luar rumah.
Tekanan jiwa yang dialami oleh suami isteri sering merambat ke anak-
anaknya, sehingga ketegangan dalam rumah tangga akan memuncak. Selain
itu situasi yang bersaing sering terjadi apabila isteri memperoleh keberhasilan
dari pekerjan yang dianggap rendah dibanding keberhasilan suaminya. Karena
banyak pria yang mengklim keberhasilan isteri dengan sikap yang sombong,
cemburu, dan iri hati. Sikap seperti ini juga sering menimbulkan ketegangan
dalam hubungan keluarga (Hurlock, 1980).
Banyak laki-laki, terutama yang berpenghasilan rendah mengalami
saat-saat yang sulit untuk menerima isteri mereka bekerja. Sebagai contoh,
dalam satu penelitian, laki-laki yang sudah menikah yang menentang isteri
mereka bekerja lebih tertekan ketika penghasilan mereka lebih rendah
daripada ketika penghasilan mereka tinggi (Ulbrich, 1988). Laki-laki tersebut
tampaknya mengalami penghinaan ganda atas diri mereka sebagai seorang
penyelia. Banyak suami yang isterinya bekerja melaporkan bahwa mereka
lebih suka memiliki isteri yang berada di rumah sepenuhnya (Santrock, 1995).
Hal tersebut membawa situasi yang dilematis bagi isteri yang bekerja, dimana
ia mengalami adanya tuntutan peran ganda, di satu sisi ia dituntut untuk
menjadi seorang ibu rumah tangga yang baik, dan di sisi lain, ia juga dituntut
untuk menjadi seorang karyawan yang dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan sebaik mungkin di perusahaan tempat ia bekerja. Hal ini membuat
27
posisi seorang isteri yang bekerja menjadi sulit, apalagi jika tidak adanya
dukungan dari keluarga, terutama suami.
B. Hubungan Antara Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) Dengan
Komitmen Kerja
Komitmen kerja seorang karyawan terhadap perusahaan merupakan
suatu hal yang sangat penting bagi kelangsungan perusahaan tersebut. Saking
pentingnya komitmen kerja karyawan dalam suatu perusahaan, sampai-sampai
beberapa perusahaan berani memasukkan unsur komitmen sebagai salah satu
syarat untuk memegang suatu jabatan/posisi yang ditawarkan dalam iklan-
iklan lowongan kerja. Pengertian komitmen kerja itu sendiri adalah suatu
kondisi dimana seorang karyawan memiliki keterikatan dengan perusahaan
tempat mereka bekerja, yang dinyatakan dalam keinginannya untuk aktif
berpartisipasi dalam perusahaan, memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik
mungkin demi kepentingan perusahaan, serta memiliki keinginan untuk tetap
bekerja di perusahaan tersebut karena adanya kesesuaian nilai dan tujuan..
Komitmen kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (a) faktor
personal, (b) faktor organisasi, dan (c) faktor non-organisasi. Faktor jenis
kelamin (gender) merupakan salah satu faktor personal yang mempengaruhi
komitmen kerja karyawan. Seniati (1996) dalam penelitiannya mengenai
komitmen kerja karyawan di Jakarta menemukan meskipun responden pria
dan wanita memiliki skor komitmen kerja yang tergolong cukup tinggi, namun
28
karyawan pria memiliki skor komitmen kerja yang secara signifikan lebih
tinggi daripada karyawan perempuan.
Penyebab adanya perbedaan komitmen kerja antara karyawan pria dan
wanita adalah adanya ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dalam diri
wanita. Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) itu sendiri menurut
Horner (Shaw & Constanzo, 1982) adalah bentuk motif menghindari sukses
yang berkaitan dengan dugaan adanya konsekuensi negatif seperti penolakan
sosial dan/atau merasa tidak feminin sebagai akibat dari kesuksesan yang
diperolehnya. Menurut Horner (Dowling, 1989) ketakutan akan kesuksesan
(fear of success) ini jauh lebih banyak dialami oleh wanita dibandingkan pria,
maka pada akhirnya masalah itu sedikit banyak dianggap lazim pada psikis
wanita. Menurut Sarlito (dalam Femina, 2005) mudah dipahami jika wanita
mengalami ketakutan akan kesuksesan karena walaupun wanita sudah dididik
dan disekolahkan setinggi mungkin dan selalu diberi tahu agar tidak terlalu
bergantung pada pria, namun pada prakteknya tetap saja mereka diharapkan
menikah, mempunyai suami dan anak-anak, dan kembali lagi ke dapur.
Seakan-akan menjadi istri dan ibu yang baik adalah satu-satunya tolak ukur
kesuksesan wanita.
Ketakutan akan kesuksesan merupakan salah satu penghambat
motivasi wanita untuk berprestasi (Dowling, 1989). Menurut Adelson (dalam
Eriany & Sukarti, 1994) ketakutan akan kesuksesan tersebut juga dapat
menyebabkan kurangnya usaha untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan
29
mereka juga cenderung akan menetapkan tujuan-tujuan yang mudah dicapai
dan hanya berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Kondisi wanita yang mengalami ketakutan akan kesuksesan dapat
mempengaruhi komitmen kerjanya terhadap perusahaan tempat ia bekerja.
Adanya ketakutan tersebut menyebabkan wanita kurang ingin menampilkan
diri dan cenderung membatasi potensi yang dimilikinya agar ia tidak tampak
menonjol di lingkungannya. Hal ini mengakibatkan wanita yang mengalami
ketakutan akan kesuksesan cenderung memiliki keinginan yang rendah untuk
aktif berpartisipasi dalam perusahaan dan kurang bersedia untuk berusaha
sebaik mungkin demi kemajuan perusahaan tempat ia bekerja.
30
Gambar 1. Skema Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) dan
Komitmen Kerja Karyawan pada Wanita Karier yang telah Menikah
Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)
Tinggi
- Ketakutan akan kehilangan feminitas tinggi
- Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial tinggi
- Ketakutan akan penolakan sosial tinggi
- Ketakutan akan kehilangan feminitas rendah
- Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial rendah
- Ketakutan akan penolakan sosial rendah
Rendah
Komitmen Kerja Rendah
Komitmen Kerja Tinggi
31
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka kajian teori yang ada, maka hipotesis yang
dikemukakan adalah : ada korelasi negatif antara ketakutan akan kesuksesan
(fear of success) dengan komitmen karyawan terhadap perusahaan. Semakin
tinggi ketakutan akan kesuksesan pada subyek, maka semakin rendah
komitmennya terhadap perusahaan tempat ia bekerja, sebaliknya semakin
rendah ketakutan akan kesuksesan, maka semakin tinggi komitmen subyek
terhadap perusahaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian korelasional yang bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variasi
pada satu variabel berkaitam dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain
berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 1999). Jadi tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel ketakutan akan
kesuksesan (fear of success) dengan variabel komitmen kerja karyawan
terhadap perusahaan.
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah :
Variabel bebas : Ketakutan akan kesuksesan (fear of success)
Variabel Tergantung : Komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan
C. DEFINISI OPERASIONAL
1. Ketakutan akan kesuksesan (Fear Of Success)
Ketakutan akan kesuksesan (fear of success) adalah motif
menghindari kesuksesan yang banyak dialami oleh wanita karena adanya
dugaan akan diterimanya konsekuensi negatif dari masyarakat berupa
penolakan sosial atau merasa tidak feminin atas kesuksesan yang ia raih.
32
33
Tinggi rendahnya tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of success)
yang dialami oleh subyek diukur dengan menggunakan skala ketakutan akan
kesuksesan berdasarkan 3 aspek yang diambil dari teori Shaw dan Costanzo
(1982), yaitu : (a) Ketakutan akan kehilangan feminitas, (b) Ketakutan akan
kehilangan penghargaan sosial, (c) Ketakutan akan penolakan sosial.
Dimana semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala ketakutan akan
kesuksesan (fear of success) tersebut maka semakin tinggi pula ketakutan
yang dialami oleh subyek dan demikian pula sebaliknya.
2. Komitmen karyawan terhadap perusahaan
Komitmen karyawan terhadap perusahaan adalah suatu kondisi dimana
seorang karyawan memiliki keterikatan dengan perusahaan tempat mereka
bekerja, yang dinyatakan dalam keinginannya untuk aktif berpartisipasi
dalam perusahaan, memiliki kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi
kepentingan perusahaan, serta memiliki keinginan untuk tetap bekerja di
perusahaan tersebut karena adanya kesesuaian nilai dan tujuan.
Aspek komitmen kerja yang dipakai untuk mengukur tinggi rendahnya
komitmen subyek didasarkan pada teori Luthan (1995) yaitu : (a) memiliki
keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan, (b) memiliki
kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan, (c) memiliki
keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan
Dimana semakin tinggi skor yang diperoleh dari skala komitmen kerja
tersebut, maka semakin tinggi pula komitmennya terhadap perusahaan dan
34
begitupun sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin
rendah pula komitmennya terhadap perusahaan.
A. LOKASI PENELITIAN
Penelitian mengenai Hubungan antara Ketakutan Akan Kesuksesan
(fear of success) dengan Komitmen Kerja ini dilaksanakan di empat tempat,
yaitu di BTN Syariah, BPR Shinta Daya, Bank Nasional Indonesia (BNI), dan
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta.
B. SUBYEK PENELITIAN
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di Bank.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, dimana dalam teknik ini pengambilan sampel
didasarkan atas ciri – ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Hadi, 1991). Adapun ciri – ciri subyek dalam penelitian ini adalah :
a. Wanita yang bekerja
b. Berstatus sebagai karyawan di Bank dengan lama kerja minimal 1 tahun
c. Sudah menikah
Pemilihan subyek didasarkan pada alasan bahwa pada wanita terdapat
kecenderungan memiliki perasaan takut akan kesuksesan yang lebih sering
terjadi karena adanya perasaan bahwa berhasil dalam karier akan merusak
35
citra mereka bahkan mengarah ke situasi penolakan sosial (Hurlock, 1980).
Dipilihnya wanita bekerja yang telah menikah sebagai subyek penelitian,
karena terdapat asumsi bahwa pada umumnya wanita yang telah menikah dan
bekerja di luar rumah mengalami bahwa karier suami harus didahulukan
(Hurlock, 1980) selain itu ia juga memiliki peran ganda, dimana di satu sisi ia
harus berperan sebagai ibu rumah tangga, dan di sisi lain ia juga berperan
sebagai karyawan di suatu perusahaan. Alasan pemilihan Bank sebagai tempat
penelitian, karena diasumsikan bahwa di perusahaan tersebut cukup
memberikan peluang bagi subyek untuk mengalami peningkatan karier,
disamping itu dalam perusahaan ini juga terdapat adanya peluang persaingan
antara karyawan pria dan karyawan wanita. Selain itu pemilihan subyek yang
telah bekerja minimal 1 tahun, karena diasumsikan bahwa subyek telah
melewati masa adaptasi dengan perusahaan tempat ia bekerja.
C. METODE PENGUMPULAN DATA
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala sikap yang digunakan untuk mengetahui skala ketakutan akan
kesuksesan (fear of success) dan skala komitmen kerja karyawan terhadap
perusahaan, dimana pada skala sikap tersebut terdiri atas pernyataan favorabel
dan unfavorabel, dengan empat alternatif jawaban, yaitu : Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Nilai bergerak dari 0
sampai dengan 3 untuk item yang favorabel dan 3 sampai 0 untuk item yang
unfavorabel. Tinggi rendahnya tingkat ketakutan akan kesuksesan (fear of
36
success) serta tingkat komitmen kerja karyawan dilihat dari skor total jawaban
subyek pada skala. Masing – masing akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( fear of success )
Skala ini dikembangkan berdasarkan aspek dari ketakutan akan
kesuksesan (fear of success) menurut teori Shaw dan Costanzo (1982),
yaitu :
a. Ketakutan akan kehilangan feminitas, dimana kesuksesan dianggap
tidak lazim/tidak pantas bagi wanita dan menganggap bahwa
kesuksesan yang ia raih disebabkan karena faktor keberuntungan
b. Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial, dimana kesuksesan
dihubungkan dengan kenormalan seseorang dalam lingkungan
masyarakat, meliputi penilaian masyarakat terhadap kesuksesan yang
diraih oleh wanita
c. Ketakutan akan penolakan sosial, meliputi ketakutan wanita akan
kehilangan teman dan dukungan suami
Skor skala yang diperoleh dari pengukuran menunjukkan ketakutan
akan kesuksesan (fear of success) yang dialami oleh subyek. Semakin
tinggi skor yang didapatkan dari skala ketakutan akan kesuksesan (fear of
success) maka semakin tinggi ketakutan yang dialami oleh subyek dan
demikian pula sebaliknya.
37
Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat
pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Distribusi Item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) sebelum Uji Coba
Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)
Nomor Item Favorabel
Nomor Item Unfavorabel
Jumlah Total Item
1. Ketakutan akan kehilangan feminitas
1, 2, 12, 21, 23, 24, 32, 35, 43, 52
3, 5, 13, 14, 22, 33, 44, 46, 43, 54
20 (33,33%)
2. Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial
4, 7, 15, 25, 26, 34, 36, 45, 55, 57
6, 8, 16, 27, 28, 37, 38, 47, 56, 58
20 (33,33%)
3. Ketakutan akan penolakan sosial 9, 10, 17, 18, 29, 39, 42, 48, 49, 59
11, 19, 20, 30, 31, 40, 41, 50, 51, 60
20 (33,33%)
Total 30 30 60
2. Skala Komitmen Karyawan Terhadap Perusahaan
Skala untuk mengetahui komitmen kerja karyawan terhadap
perusahaan dalam penelitian ini dikembangkan dari Organizational
Commitment Questionnaire (OCQ) oleh Mowday, Steers & Porter, 1979
(Luthan, 1995) kemudian dilakukan penambahan item-item baru yang
didasarkan pada 3 aspek menurut teori Luthan (1995), yaitu :
a. Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
perusahaan, meliputi kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri
bekerja dalam perusahaan serta untuk melanggengkan hubungannya
dengan perusahaan, selain itu ia juga merasakan adanya keamanan dan
kepuasan di dalam perusahaan tempat ia bergabung untuk bekerja.
b. Memiliki kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan
perusahaan, meliputi kesediaan karyawan untuk menyumbangkan
38
usaha dan kontribusi bagi kepentingan perusahaan dan merasa wajib
untuk melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan (peduli pada
masa depan perusahaan) serta senang bekerjasama baik dengan
pimpinan maupun dengan sesama teman kerja.
c. Memiliki keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan
perusahaan, meliputi adanya dukungan karyawan terhadap perusahaan
dan adanya penerimaan nilai dan tujuan perusahaan oleh karyawan
yang dipercayai telah disusun demi memenuhi kebutuhan pribadi
mereka serta merasa bahwa bekerja di dalam perusahaan adalah hal
yang terbaik bagi mereka.
Dimana semakin tinggi skor yang diperoleh subyek dalam skala
komitmen kerja ini, maka semakin tinggi pula komitmen yang dimilikinya
dan begitupun sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh oleh
subyek, menunjukkan bahwa ia memiliki komitmen yang rendah terhadap
perusahaan tempat ia bekerja.
Distribusi atau penyebaran item pada skala tersebut dapat dilihat
pada tabel 2 berikut ini :
39
Tabel 2. Distribusi Item Skala Komitmen Kerja Karyawan sebelum Uji Coba
Aspek Komitmen Kerja Karyawan Nomor Item Favorabel
Nomor Item Unfavorabel
Jumlah Total Item
1. Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan
1, 3, 11, 19, 20, 35, 37, 43, 45, 52
2, 4, 12, 21, 22, 36, 39, 44, 53, 54
20 (33,33%)
2. Memiliki kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan
5, 6, 13, 14, 23, 25, 38, 46, 47, 55
7, 10, 15, 24, 26, 32, 48, 56, 58, 60
20 (33,33%)
3. Memiliki keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan
8, 16, 27, 28, 31, 33, 40, 49, 50, 57
9, 17, 18, 29, 30, 34, 41, 42, 51, 59
20 (33,33%)
Total 30 30 60
G. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan Reliabilitas adalah 2 hal yang sangat penting untuk
menentukan baik buruknya suatu penelitian.
Validitas itu sendiri adalah sejauh mana tes itu mengukur apa yang
dimaksudkan untuk diukur, jadi validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada
derajat fungsi mengukurnya suatu tes (Suryabrata, 1999). Suatu tes atau
instrumen dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut
menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan
akurat sesuai dengan maksud dilakukannya pengetesan tersebut. Tes yang
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan
sebagai tes yang memiliki validitas yang rendah (Azwar, 1996).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Validitas isi
(Content Validity), dimana setelah instrumen disusun dengan berlandaskan
teori-teori tentang aspek-aspek yang akan diukur, maka selanjutnya instrumen
40
tersebut dikonsultasikan dengan ahli, dalam hal ini peneliti akan
mengkonsultasikannya dengan Dosen Pembimbing. Setelah itu diteruskan
dengan uji coba instrumen.
Instrumen yang telah disetujui tersebut dicobakan pada sampel dari
mana populasi diambil. Setelah data terkumpul, dilakukan seleksi item, item
yang baik dan lolos seleksi adalah item yang memiliki koefisien korelasi item
total (rix) = 0,3 karena item-item yang memiliki rix ≥ 0,3 tersebut dianggap
memiliki daya beda yang memuaskan.
Reliabilitas pada prinsipnya menunjukkan sejauh mana pengukuran itu
dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran
kembali terhadap subyek yang sama. Namun demikian, reliabilitas alat ukur
tidak harus selalu diuji dengan melakukan tes ulang, berbagai tehnik telah
memungkinkan pengujian reliabilitas dengan tidak memerlukan lebih dari satu
kali pengukuran (Azwar, 1986).
Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan
internal consistency, dimana instrumen dicobakan hanya 1 kali pada
kelompok subyek, kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik Alfa
Cronbach. Dan hasil analisis ini dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen.
41
H. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
korelasi product moment dengan bantuan program SPSS for Windows versi
13.0. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan
membuktikan hubungan antara dua variabel (Sugiyono, 2002), dalam
penelitian ini hubungan yang ingin dilihat adalah hubungan antara ketakutan
akan kesuksesan dengan komitmen kerja karyawan terhadap perusahaan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Uji Coba Alat Ukur
Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur ini adalah untuk menguji
kesahihan dan keandalan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
Uji coba ini dilakukan pada 60 orang subyek yang berasal dari empat bank
yang berbeda, yaitu BTN Syariah, BPR Shinta Daya, Bank Nasional
Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta. Subyek
diberi dua jenis skala, yaitu Skala Ketakutan Akan Kesuksesan (Fear Of
Success) dan Skala Komitmen Kerja, yang masing-masing terdiri dari 60
item. Penyebaran skala dilakukan pada waktu yang berbeda pada setiap
bank, dan disebarkan pada subyek oleh pihak bank itu sendiri. Selain itu atas
permintaan pihak bank, skala yang disebarkan dapat diambil kembali oleh
peneliti dalam waktu ± sepuluh hari. Pada Bank BTN Syariah, skala
disebarkan pada tanggal 6 Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 16
Oktober 2006, sedangkan pada Bank BPR Shinta Daya, skala disebarkan
pada tanggal 5 Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 16 Oktober 2006.
Selain itu skala juga disebarkan pada karyawati Bank Nasional Indonesia
(BNI) pada tanggal 12 Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 20 Oktober
2006. Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI), skala disebarkan pada tanggal 6
Oktober 2006, dan kembali pada tanggal 16 Oktober 2006.
42
43
Berdasarkan pertimbangan ijin yang sulit untuk melakukan penelitian
serta minimnya subyek yang memenuhi kriteria penelitian dalam satu bank,
maka digunakan try out terpakai, dimana data yang diperoleh dari hasil uji
coba, dipakai pula sebagai data penelitian.
2. Pengukuran Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of Success)
a. Uji Kesahihan Item untuk Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of
Success)
Uji kesahihan item dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS for Windows versi 13.0, yaitu dengan mengukur korelasi
antara item-item yang diuji dengan skor total subyek. Batasan skor
kesahihan item adalah ≥ 0,3. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar antara
-0,176 sampai dengan 0,701. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh
39 item yang sahih dan 21 item yang gugur. Item-item yang gugur
tersebut adalah item nomor 7, 8, 9, 13, 17, 19, 21, 26, 28, 30, 31, 35, 37,
38, 40, 41, 47, 49, 50, 52, dan 55. Sedangkan item-item yang sahih akan
disajikan dalam distribusi item pada tabel 3.
44
Tabel 3. Distribusi Item Skala Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success) setelah Uji Coba
Aspek Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)
Nomor Item Favorabel
Nomor Item Unfavorabel
Jumlah Total Item
1. Ketakutan akan kehilangan feminitas
1, 2, 12, 23, 24, 32, 43,
3, 5, 14, 22, 33, 44, 46, 43, 54
16
2. Ketakutan akan kehilangan penghargaan sosial
4, 15, 25, 34, 36, 45, 57
6, 16, 27, 56, 58
12
3. Ketakutan akan penolakan sosial
10, 18, 29, 39, 42, 48, 59
11, 20, 51, 60
11
Total 21 18 39
b. Reliabilitas Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of Success)
Reliabilitas Skala Ketakutan Akan Kesuksesan ( Fear Of Success)
dihitung dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program
SPSS for Windows versi 13.0. Dari perhitungan tersebut diperoleh
koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,929.
1. Pengukuran Skala Komitmen Kerja
a. Uji kesahihan item untuk Skala Komitmen Kerja
Uji kesahihan item dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SPSS for Windows versi 13.0, yaitu dengan mengukur korelasi
antara item-item yang diuji dengan skor total subyek. Batasan skor
kesahihan item adalah ≥ 0,3. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar antara
0,35 sampai dengan 0, 777. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh 55
item yang sahih dan 5 item yang gugur. Item-item yang gugur tersebut
adalah item nomor 1, 3, 38, 54, dan 60. Sedangkan item-item yang sahih
akan disajikan dalam distribusi item pada tabel 4.
45
Tabel 4. Distribusi Item Skala Komitmen Kerja Karyawan setelah Uji Coba
Aspek Komitmen Kerja Karyawan Nomor Item Favorabel
Nomor Item Unfavorabel
Jumlah Total Item
1. Memiliki keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan
11, 19, 20, 35, 37, 43, 45, 52
2, 4, 12, 21, 22, 36, 39, 44, 53
17
2. Memiliki kesediaan untuk berusaha keras demi kepentingan perusahaan
5, 6, 13, 14, 23, 25, 46, 47, 55
7, 10, 15, 24, 26, 32, 48, 56, 58
18
3. Memiliki keyakinan yang kuat serta menerima nilai dan tujuan perusahaan
8, 16, 27, 28, 31, 33, 40, 49, 50, 57
9, 17, 18, 29, 30, 34, 41, 42, 51, 59
20
Total 27 28 55
b. Reliabilitas Skala Komitmen Kerja
Reliabilitas Skala Komitmen Kerja dihitung dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach dari program SPSS for Windows
versi 13.0. Dari perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas
alpha sebesar 0,960.
B. Deskripsi Subyek
Subyek dalam penelitian ini adalah karyawati bank yang telah menikah
dengan masa kerja minimal 1 tahun. Rentang usia subyek berkisar antara 24
tahun sampai dengan 49 tahun. Jumlah subyek yang menjadi subyek dalam
penelitian ini sebanyak 60 orang karyawati yang berasal dari BTN Syariah,
BPR Shinta Daya, Bank Nasional Indonesia (BNI), dan Bank Rakyat
Indonesia (BRI) Yogyakarta. Distribusi subyek akan disajikan dalam tabel
berikut :
46
Tabel 5. Distribusi Subyek berdasarkan Bank No Nama Bank Jumlah subyek Rentang Usia
(tahun) 1 BTN Syariah 2 24-26 2 BPR Shinta Daya 18 26-49 3 Bank Nasional Indonesia
(BNI) 30 27-42
4 Bank Rakyat Indonesia (BRI) 10 27-49
Tabel 6. Distribusi Subyek berdasarkan Usia No Usia Jumlah No Usia Jumlah No Usia Jumlah 1 24 1 9 32 4 17 41 3 2 25 1 10 33 3 18 42 2 3 26 3 11 34 3 19 49 2 4 27 6 12 35 3 5 28 4 13 36 4 6 29 6 14 37 3 7 30 4 15 38 1 8 31 6 16 40 1
Tabel 7. Distribusi Subyek berdasarkan Lama Kerja
No Lama Kerja (± dalam th)
Jumlah No Lama Kerja (± dalam th)
Jumlah No Lama Kerja (± dalam th)
Jumlah
1 1 2 9 9 4 17 17 1 2 2 3 10 10 3 18 18 1 3 3 4 11 11 5 19 20 1 4 4 7 12 12 1 20 22 1 5 5 7 13 13 3 6 6 8 14 14 1 7 7 3 15 15 1 8 8 2 16 16 2
C. Hasil Penelitian
1. Data Penelitian
Tabel 8 Tabel Data Penelitian
Skor Mean Teoritis Empiris
Max Min Max Min Teoritis
Empiris
SD
Ketakutan Akan Kesuksesan 117 0 64 1 58,5 40,20 13,56 Komitmen Kerja 165 0 163 76 82,5 105,45 19,64
47
Untuk membuat kategorisasi skor pada ketakutan akan kesuksesan
(fear of success) dan komitmen kerja digunakan norma kategorisasi sebagai
berikut (Azwar, 1999):
Tabel 9 Tabel Norma Kategorisasi
ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan komitmen kerja Skor Kategori
µ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi μ + 0,5 σ < X ≤ μ + 1,5 σ < X Tinggi μ – 0,5 σ < X ≤ μ + 0,5 σ < X Sedang μ – 1,5 σ < X ≤ μ – 0,5 σ < X Rendah X ≤ μ – 1,5 σ < X Sangat Rendah
Rentang minimum dan maksimum untuk ketakutan akan kesuksesan
(fear of success) adalah 0 sampai dengan 117 dan luas jarak sebarannya adalah
117. Dengan demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 117 : 6 = 19,5
dan mean teoritis μ = (117-0) : 2 = 58,5, sehingga setelah dimasukkan ke
dalam norma diperoleh kategorisasi skor ketakutan akan kesuksesan ( fear of
success) :
Tabel 10 Tabel Norma Kategorisasi Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of success)
Skor Kategori Jumlah Prosentase 87,75 < X Sangat Tinggi 0 0 % 68, 25 < X ≤ 87,75 Tinggi 0 0 % 48,75 < X ≤ 68,25 Sedang 15 25 % 29,25 < X ≤ 48,75 Rendah 37 61,67 % X ≤ 29,25 Sangat Rendah 8 13,33 %
Dilihat dari tabel kategorisasi ketakutan akan kesuksesan (fear of
success) di atas, diketahui bahwa skor tertinggi dengan jumlah skor 37 dan
prosentase 61,67 %, terdapat pada subyek dengan kategori skor 29,25 < X ≤
48,75.
48
Rentang minimum dan maksimum untuk variabel Komitmen Kerja
adalah 0 sampai dengan 165 dan luas jarak sebarannya adalah 165. Dengan
demikian setiap satuan deviasi standar bernilai σ = 165 : 6 = 27,5 dan mean
teoritis μ = (117-0) : 2 = 82,5, sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma
diperoleh kategorisasi skor Komitmen Kerja :
Tabel 11 Tabel Norma Kategorisasi Komitmen Kerja
Skor Kategori Jumlah Prosentase 123,75 < X Sangat Tinggi 9 15 % 96,25 < X ≤ 123,75 Tinggi 29 48,33 % 68,75 < X ≤ 96,25 Sedang 22 36,67 % 41,25 < X ≤ 68,75 Rendah 0 0 % X ≤ 41,25 Sangat Rendah 0 0 %
Dilihat dari tabel kategorisasi komitmen kerja di atas, diketahui bahwa
skor tertinggi dengan jumlah skor 29 dan prosentase 48,33 %, terdapat pada
subyek dengan kategori skor 96,25 < X ≤ 123,75.
2. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk memenuhi syarat penggunaan analisis
hipotesis sehingga kesimpulan yang diperoleh tidak menyimpang dari
semestinya. Uji asumsi ini sendiri terdiri dari uji normalitas dan uji
linearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
ketakutan akan kesuksesan dan komitmen kerja berdistribusi normal
atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan
49
bantuan program SPSS for Windows versi 13.0 dengan statistik uji One
Sample Kolmogorov Smirnov.
Dari hasil pengujian tersebut, pada variabel ketakutan akan
kesuksesan (fear of success) diperoleh nilai Z sebesar 1,050 dengan
p = 0,220, sedangkan pada variabel komitmen kerja diperoleh nilai Z
sebesar 0,735 dengan p = 0,652. Persyaratan data disebut normal
adalah jika nilai probabilitas atau p > 0,05, dari pengujian pada
variabel ketakutan akan kesuksesan (fear of success) dan variabel
komitmen kerja diperoleh nilai p > 0,05, sehingga berdasarkan hasil
perhitungan tersebut distribusi subyek adalah distribusi normal.
Tabel 12 Tabel Normalitas
Ketakutan Akan Kesuksesan (fear of
success)
Komitmen Kerja
Kolmogorov-Smirnov Z 1,050 0,735 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,220 0,652
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan bentuan program
SPSS for Windows versi 13.0. Pengujian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah hubungan antara kedua variabel mengikuti fungsi
linear atau garis lurus, selain itu analisis ini juga setidaknya berguna
untuk memberikan arah tentang hubungan antara dua variabel tersebut.
Dari hasil pengujian pada variabel ketakutan akan kesuksesan (fear of
success) dan komitmen kerja diperoleh nilai F = 79,492 dan nilai
50
p = 0,000 dengan nilai p < 0,05, hal tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara kedua variabel merupakan garis lurus.
Tabel 13 Tabel Uji Linear
F Sig. Between (Combined) 4,085 ,000 Group